ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG …repository.utu.ac.id/426/1/BAB I_V.pdf · 2005...
Transcript of ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG …repository.utu.ac.id/426/1/BAB I_V.pdf · 2005...
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANGDIPASOK DARI LUAR ACEH DI PASAR BINA USAHA KOTA
MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
INDAH ROSIDAWANA
NIM :08C10104121
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANGDIPASOK DARI LUAR ACEH DI PASAR BINA USAHA KOTA
MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
INDAH ROSIDAWANA
NIM :08C10104121
Diajukian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meperoleh Gelar Sarjana KesehatanMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013
ABSTRAK
Indah Rosidawana, Analisis kadar formalin pada ikan asin yang dipasok dari luarAceh di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh KAbupaten Aceh Barat. Dibawahbimbingan Bapak Kiswanto, S.Pd, M.Si dan Bapak Arham, SKM.
Formalin adalah salah satu bahan tambahan makanan untuk pengawet yang dilarangsecara resmi melalui Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1169/MenKes/Per/X/1999.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kadar formalin pada ikan asinyang dipasok dari luar Aceh yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh KabupatenAceh Barat.Jenis penelitian ini bersifat Eksperimen dengan menggunakan pendekatan analisiskualitatif, sampel adalah seluruh pedagang ikan asin dengan jumlah 4 tempat.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan dari 4 tempatpedagang ikan asin masing – masing tempat diambil 2 sampel yang diuji semuapositif formalin.Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap ikan asin yang dipasok dari luar Aceh,disimpulkan bahwa pengawasan dan distribusi formalin yang dilakukan oleh pihakterkait masih belum optimal, terbukti masih adanya kandungan formalin pada ikanasin dengan tujuan agar ikan asin yang dijual dapat bertahan lama, hal ini sangatbertentangan dengan peraturan yang sudah ada dan sangat berbahaya bagi kesehatanmanusia.Perlu adanya penyuluhan kepada masayakat tentang bahaya formalin bagi kesehatnapabila salah dalam penggunaanya.
Kata kunci : Ikan Asin, Kadar Formalin
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKANYANG DIPASOK DARI LUAR ACEH DI PASARBINA USAHA KOTA MEULABOH KABUPATENACEH BARAT
Nama Mahasiswa :INDAH ROSIDAWANANIM : 08C10104121Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Menyetujui,Komisi Pembimbing
Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota
Kiswanto, S.Pd, M.SiArham, SKM
NIDN. 0119107602 NIDN.
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program StudiMasyarakatIlmu Kesehatan Masayarakat
Sufyan Anwar, SKM, MARS Citra Ovalisa Rahmi, SKM
NIDN. 0128067401HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi Dengan judul :
ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN YANGDIPASOK DARI LUAR ACEH DI PASAR BINA USAHA KOTA
MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT
Yang Disusun Oleh
Nama Mahasiswa : INDAH ROSIDAWANA
NIM : 08C10104121
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 01 Oktober 2013 danDinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Kiswanto, S.Pd,M.Si( Dosen Pembimbing Ketua ) ........................................................
2. Arham, SKM(Dosen Pembimbing Anggota ) ........................................................
3. T. Abdullah, SKM, M.P.H(Dosen Penguji I) ........................................................
4. M. Husin, SKM(Dosen Penguji II) ........................................................
Alue Peunyareng, 01 Oktober 2013Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Citra Ovalisa Rahmi, SKM
RIWAYAT HIDUP
Nama : Indah rosidawanaTempat Tanggal Lahir : Lewak, 10 Juni 1989Agama : IslamStatus : Belum MenikahAlamat Rumah : Desa Lewak Kecamatan Alafan Kabupaten
SimeulueAlamat Emael : [email protected] Ayah : M. DarwisNama Ibu : ArwainiAlamat Orang Tua : Desa Lewak Kecamatan Alafan Kabupaten
Simeulue
Pendidikan Formal1996 – 2002 : SD N 5 Lewak2002 - 2005 : SMP N 3 Sinabang2005 – 2008 : SMK N 1 Sinabang2008 – 2013 : FKM – UTU
Pendidikan non Formal2004 – 2005 : Anggoto Osis SMP N 3 Sinabang2006 – 2007 : Anggota Osis SMK N 1 Sinabang2009 – 2010 : Anggota BEM Bid Keagamaan UTU2009 – Sekarang : Anggota LDK AL-HIJRAH UTU2009 – Sekarang : Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis haturkan kepada Allah, atas raga, atas jiwa, atas indra
atas segalah karunia. Tidaklah penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Yang Dipasok Dari Luar Aceh Di
Pasar Bina Usaha Di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat “ melainkan atas
izin Mu ya Allah. Karena itu, jagalah selalu keikhklasan hati hamba, taburilah karya
kecil ini dengan kebenaran dan cahaya Mu, agar bisa memberi manfaat bagi siapapun
yang berkenan membacanya, terlabih lagi bagi penulis.
Shalawat serta salam, akan tetap tercurahkan kepada junjungan penulis
Rasulullah Shallallahu ’ Alai Wasalam. Terimakasih ya Nabi, atas risalah yang kau
wariskan pada kami. Terimakasih ya Rasul, atas segalah jerimu yang menyinari
kegelapan dunia ini, atas segalah darah mu yang tertumpah demi menyalamatkan
kami. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk membalas semua jerihmu, piluh, air
mata dan darah Mu, selain hanya senandung Syahdu dari lisan dan hati kami :
Allahumma Shalli’ Alah Muhammad, Ya Allah limpahkanlah shalawat atas junjungan
kami Nabi Muhammad SAW.
Kepada kedua orang tua yang mendidik dengan segalah keterbatasan. Semaga
Allah memberkahi setiap sisi kehidupan mereka. Maaf jika anak bandel ini sering
membuat kalian susah dan menagis. Tidak ada yang bisa penulis lakukan untuk Umy
dan Aby tercinta, kecuali senandung do’a kepada Allah, Rabbigfirly waliwalidayyah
warhamhuma kama rabbayani shakhira, Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua
orang tua ku, dan peliharalah mereka berdua sebagaimana mereka memelihara ku di
waktu kecil. Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala -.
kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Orang tua penulis Ibunda Arwaini dan Ayahanda M. Darwis yang telah
memberikan dukungan serta doa restu yang tiada putus-putusnya, hingga
penelis bisa melangkah sejauh ini.
2. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, MS, selaku Rektor Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
3. Bapak Sufyan Anwar, SKM, MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.
4. Bapak Kiswanto, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Arham, SKM, selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak T.Abdullah, SKM. M.P.H dan Bapak M. Husin, SKM selaku dosen
penguji.
7. Seluruh dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univesitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberi dorongan
serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terimakasih juga buat semua teman – teman yang ada di Mahtab Idologis
yang selalu member penulis dukungan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Terima kasih juga untuk teman-teman seangkatan yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini
dimasa mendatang.
Meulaboh, 01 Oktober 2013
Penulis
Indah Rosidawana
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iABSRTAK ............... ...................................................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iiiHALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... ivRIWAYAT HIDUP .................................. ..................................................... vKATA PERSEMBAHAN ........................ ..................................................... viKATA PENGANTAR.................................................................................... viiDAFTAR ISI................................................................................................... xDAFTAR TABEL ......................................................................................... xiiDAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1. Latar Belakang ............................................................................... 11.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 51.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.3.1.Tujuan Umum...................................................................... 51.3.2.Tujuan Khusus ..................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 51.4.1.Manfaat Teoritis................................................................... 51.4.2.Manfaat Praktis .................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 72.1. Formalin ....................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Formalin ................................................................. 72.2 Bahaya Formalin ............................................................................ 8
2.2.1 Bahaya Jangka Pendek (Akut) ............................................. 82.2.2 Bahaya Jangka Panjang (kronik).......................................... 9
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pertolongan Pertama Bila TertelanFormalin ....................................................................................... 9
2. 4 Cara Penyimpanan Formalin ......................................................... 92.5 Ikan Asin ....................................................................................... 10
2.5.1. Defrfinisi Ikan Asin............................................................. 102.5.2. Proses Penggaraman............................................................ 122.5.3. Pembuatan Ikan Asin .......................................................... 122.5.4. Ciri Ikan Asin Tanpa Formalin dan Formalin..................... 132.5.5. Degradasi Kadar Formalin Pada Ikan Asin......................... 132.2.6. Air Leri ................................................................................ 14
2.6. Metode – metode analisis formalin ............................................... 152.6.1. Uji kualitatif ........................................................................ 152.6.2. Uji Kuantitatif ..................................................................... 16
2.7. Kerangka Konsep .......................................................................... 17
BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................. 183.1. Jenis dan Rancangan..................................................................... 183.2. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 183.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 18
3.3.1. Populasi ............................................................................... 183.3.2. Sampel................................................................................. 19
3.4. Prosudur Kerja............................................................................... 193.4.1. Metode dan Prinsip.............................................................. 193.4.2. Alat dan Reagensi................................................................ 193.4.3. Bahan dan Sapel .................................................................. 193.4.4. Cara Kerja ........................................................................... 20
3.5. Tekhnik Pengambilan Data .............................................................. 203.4.1. Data Primer ........................................................................ 203.4.2. Data Sekunder .................................................................... 20
3.5. Alur Penelitian .............................................................................. 213.6. Tehnik Pengelolaan Data ............................................................. 21
3.6.1. Penggunaan Formalin.......................................................... 21
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………. 224.1. Deskrisi Data……………………………………………………... 22
4.1.1. Pemeriksaan Ikan Asin …………………………………….. 224.2. hasil penelitian ... ................................................................... 234.3. pembahasan ........ ................................................................... 24
BAB V. PENUTUP……………………………………………………….... 275.1. Kesimpulan ............... ................................................................... 275.2. Saran ......................... ................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Penggunaan formalin………………………………………………… 21
Table 4.1 Hasil pemeriksaan Kandungan Formalin pada Ikan Asin di Pasar Bina
Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat………………………….. 23
Table 4.2 Distribusi Ikan Asin berdasarkan Kandungan Formalin pada Ikan Asin
di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat…………. 23
DAFTAR GAMBAR
gambar 2.1 Kerangka Konsep………………………………………………….. 17
Gambar 3.1 Alur Penelitian ……………………………………………………. 21
LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Izin Selesai penelitian
3. Hasil Penelitian
4. MENKES Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999
5. Dokumentasi hasil Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua
lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan
pembuatan ikan asin (Suhartini dan Hidayat, 2005).
Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen
bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya
bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya
yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan.
Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan, bahkan
merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang
mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan
bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan
akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa
beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh cepat teroksidasi
membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada
makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit
2
perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau
kegagalan peredaran darah (Effendi, 2009).
Pengolahan ikan asin adalah cara pengawetan ikan yang telah kuno, tetapi
saat kini masih banyak dilakukan orang di berbagai negara. Di Indonesia, bahkan
ikan asin masih menempati posisi penting sebagai salah satu bahan pokok
kebutuhan hidup rakyat banyak. Meskipun ikan asin sangat memasyarakat,
ternyata pengetahuan masyarakat mengenai ikan asin yang aman dan baik untuk
dikonsumsi masih kurang. Buktinya ikan asin yang mengandung formalin masih
banyak beredar dan dikonsumsi, padahal dampaknya sangat merugikan kesehatan.
Formalin digunakan karena dapat memperpanjang keawetan ikan asin.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MENKES) Nomor
1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang
penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Formalin adalah nama dagang
larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat
diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40,
30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5
gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem,
playwood dan resin, disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan
pakaian, germisida dan fungisida pada tanaman sayuran, serta pembasmi lalat dan
serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai membalsem atau
mematikan bakteri serta mengawetkan mayat (Wikipedia, 2005).
Dari hasil pengambilan sampel rutin yang dilakukan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam beberapa tahun terakhir, ada empat jenis
3
bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan, yakni formalin,
boraks, pewarna Rhodamin B, dan Methanyl Yellow.
Formalin termasuk bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan pada
makanan segar maupun olahan karena tidak tercantum dalam daftar Bahan
Tambahan Makanan (BTM) yang diijinkan pada Codex Alementarius maupun
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Namun dalam
kenyataannya masih ada sekelompok masyarakat yang memnafaatkan formalin
sebagai pengawet makanan termasuk produk-produk perikanan dan peternakan,
seperti yang telah banyak diberitakan oleh berbagai media massa pada tahun
2006.
Ketidak tahuan konsumen dan juga kurangnya kontrol oleh lembaga terkait,
sering menjadi faktor dominan lolosnya penggunaan formalin sebagai pengawet
makanan di Indonesia. Konsumen yang kurang informasi dan kurang mengeti
akan bahaya formalin, Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini
adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang.
Walaupun dua per tiga wilayah Indonesia berupa lautan, konsumsi ikan
penduduk Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lain. Buruknya sistem distribusi membuat ikan segar dengan kualitas
baik hanya bisa dikonsumsi sebagian kecil masyarakat Daya beli sebagian besar
masyarakat sangat rendah. Mereka hanya mampu membeli ikan yang diawetkan,
terutama ikan asin, meski kualitas gizinya rendah. Konsumsi ikan di Indonesia
pada 2010 baru 30,47 kilogram per kapita. Di Malaysia dan Singapura masing-
masing mencapai 55,4 kilogram per kapita per tahun dan 37,9 kilogram per kapita
per tahun (Kompas, 2011).
4
Konsumsi ikan di Indonesia mengalami ketimpangan. Di luar Jawa,
konsumsi ikan mencapai lebih dari 30 kilogram per kapita per tahun. Yang
tertinggi di Maluku, sebesar 52 kilogram per kapita per tahun. Di Jawa, konsumsi
ikan kurang dari 20 kilogram pe kapita per tahun. Konsumsi terendah di Daerah
Istimewa Yogyakarta sebanyak 16 kilogram per kapita per tahun (Kompas, 2011).
Menurut data Dinas Perikan dan Kelautan, tingkat konsumsi ikan
masyarakat aceh sebesar 35 kg/jiwa/tahun lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat nasional yang hanya sebesar 19 kg/jiwa/tahun. Hal ini merupakan faktor
kebiasan masyarakat yang gemar mengkonsumsi ikan. Sehingga dengan jumlah
produksi perikanan tahun 2007 sebesar 155.042 ton dan jumlah penduduk pada
tahun 2007 sebesar 4.084.586 jiwa,maka masih terdapat surplus produksi ikan
sebesar 12.082 ton. Sehingga peluang untuk melakukan ekspor dan menjual
produksi ke luar Aceh sangat dimungkinkan (Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi NAD, 2007).
Berdasarkan sumber data yang ada, di Indonesia untuk konsumsi ikan
masih sangat rendah di bandingkan dengan negara ASEAN, dan melihat saat ini
banyak makanan yang di olah menggunakan bahan pengawet baik pada makan
bakso, mie dan makanan yang lain yang menggunakan bahan pengawet. Hasil
wawancara penulis dengan pedagang ikan asin di pasar Bina Usaha, ikan asin
yang di pasarkan di datangkan dari kota Medan. Dari hasil observasi awal yang
penulis lakukan, pada ikan asin yang ada di pasar Bina Usaha ada di antaranya
memiliki ciri-ciri ikan asin yang berformalin, ikan asin tersebut tidak di hinggapi
lalat, tidak ada jamur, tidak mudah membusuk dll. Dari hasil observasi awal ini
penulis tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya bahan pengawet yang
5
digunakan untuk mengolah ikan asin yang ada di Kota Meulaboh. Mengingat
penjualan ikan asin begitu marak, dan banyak pedagang yang berupaya
mengawetkan ikan dengan bahan pengawet supaya ikan asin dapat bertahan lama
dan tidak mudah membusuk dalam jangka waktu yang lama.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai
berikut: Bagaimanakah kadar formalin pada ikan asin yang dipasok dari luar aceh
yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin pada ikan asin yang
dipasok dari luar Aceh yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin pada ikan asin yang
dipasok dari luar Aceh.
2. Untuk mengetahui persentase formalin pada ikan asin yang dipasok dari luar
Aceh.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses pengembangan
keilmuan.
6
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah
wacana keilmuan di dalam dunia kesehatan.
c. Penambahan pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir penulis
dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta menggunakan cara
pengkajian ilmiah dalam menyikapi permasalahan tentang indikasi penggunaan
formalin pada ikan asin.
d. Untuk menambah wawasan di kalangan masyarakat tentang bahaya ikan asin
yang mengandung formalin.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Informasi kepada penjual dan konsumen untuk proaktif mengetahui agar
memutuskan menjual atau mengkonsumsi ikan asin yang mengandung
formalin.
2. Masukan kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat, BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini,
khususnya kadar formalin pada ikan asin di Pasar Bina Usaha Melaboh Aceh
Barat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Formalin
2.1.1 Definisi Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
Didalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya
ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formaldehyde, dan Formalith ( Astawan, 2006 ).
Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus Molekul HCOH.
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus
–NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
(Harmita, 2006).
Penggunaan formalin antara lain sebagai pembunuh kuman sehingga
digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal, pembasmi lalat
dan serangga lainnya, bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan
bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin dan kertas, bahan pembentuk pupuk berupa urea, bahan pembuatan produk
parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku, pencegah korosi
untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa, bahan perekat untuk produk kayu
8
lapis (playwood), dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1 % ) digunakan
sebagai pengawet, pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet ( Astawan,Made, 2006 ).
2.2 Bahaya Formalin
2.2.1 Bahaya jangka pendek (akut)
Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis,
industri cat, pengawet mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu diwaspadai
bahaya formalin dalam jangka pendek. Uap formalin rentan untuk terhirup antara
lain. Iritasi, terasa terbakar pada tenggorokan dan hidung, batuk-batuk, gangguan
saraf, kerusakan jaringandan luka pada saluran pernafasan seperti, radang paru
dan pembengkakan paru, tanda-tanda umum, bersin, radang tenggorokan, sakit
dada yang berlebihan, jantung berdebar, mual muntah, pada konsentrasi yang
sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah
terpercik, minsalnya saat menuangkan foralin jika mengenai kulit, maka pada
kuluit akan mengalami perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi
merah, mengeras dan mati rasa. Jika farmalin terkena mata maka dapat
menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit gatal, penglihatan kabur dan
mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak lensa mata.
Keadaan yang sangat mengkhawatirkan apabila tertelan formalin atau larutan
tertelan maka akan menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar,
sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak
9
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pancreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal.
2.2.2 Bahaya jangka panjang (kronik)
Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi
pemaparan formalin terus menerus adalah, radang selapur lendir hidung, batuk-
batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru, kanke pada hidung, tenggorokan,
mulut, paru dan otok, luka pada ginjal, gangguan haid dan keman dulan pada
wanita, efek neuropsikosis, sakit kepala, gangguan tidur, cepat marah,
keseimkbangan terganggu, mual, kehilangan konsentrasi dan dayat ingat
berkurang.
Hal ini terjadi pada saat uap formalin terghirup secara teruz meneruz dalam
waktu yang relatif lama ( Cahyadi, 2008).
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pertolongan Pertama Bila Tertelan Formalin
1. Hindari makan, minum dan merokok selama berkerja, serta cuci tangan
sebelum makan.
2. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
2.4 Cara Penyimpanan formalin
1. Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah 150C.
2. Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni,
polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass.
3. Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi, tembaga, nikel atau
campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi.
10
4. Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di
atas 60 derajat celcius (Astawan, Made, 2006 ).
Bahan tanbahan yang dilarang Menurut Mentri Kesehatan RI
No.1169/MENKES/PER/X/1999 tentang bahan tambahan makanan ada 10 jenis
yaitu:
1. Asam Borat
2. Asam Silisilat
3. Deitil Pirokarbonat
4. Dulsin
5. Kalium Krolat
6. Kloramfenikol
7. Minyak nabati yang dibrominasi
8. Nitrofurazon
9. Formalin
10. Kalium bromat
2.5 Ikan asin
2.5.1 Definisi Ikan Asin
Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu
nilai biologisnya mencapai 90 persen, dengan jaringan pengikat sedikit sehigga
mudah dicerna (Adawyah, Rabiatul, 2007).
Ikan merupakan komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan
dibandingkan produk daging, buah dan sayuran. Pembusukan pada ikan terjadi
11
karena beberapa kelemahan dari ikan yaitu tubuh ikan mengandung kadar air
tinggi (80%) dan pH tubuh mendekati netral, sehingga memudahkan tumbuhnya
bakteri pembusuk, daging ikan mengandung asam lemak tak jenuh berkadar tinggi
yang sifatnya mudah mengalami proses oksidasi sehingga seringkali
menimbulkan bau tengik, jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga
cepat menjadi lunak dan mikroorganisme cepat berkembang.
Oleh karena beberapa kelemahan tersebut, para produsen melakukan
penghambatan kebusukan dari ikan dengan membuat kondisi lingkungan yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba dapat ditekan
pertumbuhannya. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan proses
penggaraman dan pengeringan yang kemudian hasil produksinya disebut dengan
ikan asin. Ikan asin diproduksi dari bahan ikan segar atau ikan setengah basah
yang ditambahkan garam 15-20%. Walaupun kadar air didalam tubuh ikan masih
tinggi 30-35 persen, namun ikan asin dapat disimpan agak lama karena
penambahan garam yang relatif tinggi tersebut. Untuk mendapatkan ikan asin
berkualitas bahan baku yang digunakan harus bermutu baik, garam yang
digunakan biasanya garam murni berwarna putih bersih. Garam ini mengandung
kadar natrium chlorida (NaCl) cukup tinggi, yaitu sekitar 95 %. Komponen yang
biasa tercampur dalam garam murni adalah MgCl2 (magnesium chlorida), CaCl2
(calsium chlorida), MgSO4(magnesium sulfat), CaSO4 ( calsium sulfat), lumpur,
dll. Jika garam yang digunakan Mg (magnesium) dan Ca (calsium) akan
menghambat proses penetrasi garam ke dalam daging ikan, akibatnya dagingikan
berwarna putih, keras, rapuh dan rasanya pahit. Jika garam yang digunakan
12
mengandung Fe (besi) dan Cu (tembaga) dapat mengakibatkan ikan asin berwarna
coklat kotor atau kuning (Djarijah, Abbas Siregar, 1995).
2.5.2 Proses Penggaraman
Secara umum proses penggaraman ini dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting),
pelumuran garam (kench salting). Penggaraman kering dilakukan dengan
menaburkan garam diatas lapisan ikan yang telah tersusun rapi, penggaraman
basah dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan garam pekat dan
pelumuran garam dilakukan dengan melumuri ikan dengan garam dalam wadah
atau keranjang yang nantinya air dalam tubuh ikan akan mengalir dari wadahnya.
Sedangkan dalam proses penjemuran ikan yang telah diproses dalam
penggaraman serta telah dicuci dan ditiriskan bisa langsung dijemur diatas para –
para dan diletakkan diluar rumah agar terkena sinar matahari. Penjemuran harus
disertai pembalikan ikan 2-3 kali setiap hari, bila hari telah sore ikan dimasukkan
kedalam rumah agar tidak terkena embun atau hujan. Didaerah intentitas cahaya
matahari 8 jam per hari atau lebih, diperlukan waktu pengeringan selama 3 hari
berturut turut.
2.5.3 Pembuatan Ikan Asin
a. disiapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50%
b. Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah / bak kedap air, kemudian
ditambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan tenggelam dan
beri pemberat agar tidak terapung
13
c. Lama perendaman 1 – 3 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat
keasinan yang diinginkan
d. Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun ikan di
atas para-para untul proses pengeringan /penjemuran (Bisnisukm.com, 2007).
2.5.4 Ciri-Ciri Ikan Asin tanpa formalin dan berformalin
a. Ciri – Ciri Ikan Asin Tampa Formalin
Ciri-ciri visual produk ikan asin tanpa formalin yaitu: tekstur lemas, empuk
dan aroma khas, warna buram/merah/alami, lama kering dan digoreng renyah,
empuk, lalat mau hinggap, cepat terkena jamur/belatung, hanya tahan 1 minggu,
susut kurang dari 60% dari berat awal, harga lebih murah.
b. Ciri – Ciri Ikan Asin Berformalin
Ciri-ciri visual produk ikan asin berformalin yaitu : tekstur keras seperti
karet & tidak beraroma, warna bagus cerah bening, cepat kering dan bila digoreng
keras, lalat tidak mau hinggap, tidak ada jamur/belatung, tahan hingga berbulan-
bulan, susut 60% lebih dari berat awal, harga lebih mahal (Pipit,2005).
2.5.5 Degradasi kadar formalin pada ikan asin
Degradasi kadar formalin dapat dilakukan dengan dikukus, direbus dan
digoreng, dan direndam dalam air. Kadar formalin yang direndam dalam air dapat
mengurangi kandungan formalin dalam ikan asin sehingga ikan asin lebih aman
untuk dikonsumsi namun tidak dapat menghilangkan formalin 100 %. Air yang
digunakan pada perendaman ikan asin ini bermacam macam misalnya air panas,
air leri, dan air garam. Ikan asin yang direndam air selama 60 menit mampu
mendegradasi kadar formalin sampai 61,25%, direndam dalam air leri mampu
14
mendegradasi kadar formalin sampai 66,03 %, dan direndam dalam air garam
mampu mendegradasi kadar formalin sampai 89,53 % (Ladyelen, 2007).
2.5.6 Air Leri
Air leri merupakan suatu limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga yaitu dari pencucian beras. Pada umumnya para ibu rumah tangga mencuci
beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran. Namun pencucian tersebut
dilakukan sampai benar-benar bersih dimana pencucian dilakukan sampai air
cucian beras berwarna putih susu, hal itu berarti bahwa protein dan vitamin B1
yang banyak terdapat dalam beras juga ikut terkikis. Secara tidak langsung protein
dan vitamin B1 banyak terkandung didalam air leri atau air cucian beras. Selain
itu air leri juga mengandung glukosa dan karbohidrat, pada air cucian beras
bilasan I mengandung glukosa sebesar 21,89 % sedangkan kandungan karbohidrat
19,70 % dan pada air cucian beras bilasan II mengandung glukosa sebesar 19,71
% sedangkan kandungan karbohidrat 17,73 % (Agus Triwidodo, 2008)
Unsur-unsur yang ada didalam air leri antara lain adalah C (carbon), H
(hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (sulfur), dan P (phosphor), merupakan
unsur yang terdapat pada karbohidrat dan protein yang larut dari beras ke dalam
air. Biasanya air leri atau air cucian beras ini dibuang begitu saja, padahal air leri
ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan anatara lain air leri mampu
menyuburkan tanaman karena banyaknya kandungan karbohidratnya. Selain itu
air leri pun ternyata juga mampu mendegradasi kadar formalin dalam ikan asin
sampai 66,03 %.
15
2.6 Metode-metode analisis formalin
2.6.1 Uji kualitatif
1. Dengan Hidrokolirada
Menimbang seksama 10 gram sampel kemudian memotong kecil-kecil, dan
memasukkan ke dalam labu destilat, menambahkan aquadest 100 ml kedalam labu
destilat, mendestilasi dan menampung filtrat dengan menggunakan labu ukur 50
ml. Mengambil 2-3 tetes hasil destilat sampel, menambahkan 2 tetes
Fenilhidrazina hidroklorida, 1 tetes kalium heksasianoferat (III), dan 5 tetes HCl.
Jika terjadi perubahan warna merah terang (positif formalin) (Farmakope
Indonesia. Edisi ketiga).
2. Dengan asam kromatofat
Mencampurkan 10 gram sampel dengan 50 ml air dengan cara
menggerusnya dalma lumpang. Campuran dipindahkan ke dalam labu destilat dan
diasamkan dengan H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan
didestilasi. Hasil destilasi ditampung.Larutan pereaksi Asam kromatofat 0,5%
dalam H2SO4 60% (asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat) sebanyak 5 ml
dimasukkan dlam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil destilasi sambil
diaduk. Tabung reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15
menit dan amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan
dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Cahyadi, 2008).
.3. Dengan Larutan Schiff
Menimbang 10 gram sampel dan dipotong potong kemudian dimasukkan
kedalam labu destilat, ditambahkan 50 ml air, kemudian diasamkan dengan 1 ml
H3PO4. Labu destilat dihubungkan dengan pendingin dan didestilasi. Hasil
16
destilasi ditampung labu ukur 50 ml. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung
reaksi, ditambahkan 1 ml H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian
ditambahkan 1 ml larutan schiff, jika terbentuk warna ungu maka positif
formalin.
2.6.2 Uji Kuantitatif
1. Dengan metode Asidialkalimetri
Dipipet 10,0 ml hasil destilat dipindahkan ke erlenmeyer, kemudian
ditambah dengan campuran 25 ml hidrogen peroksida encer P dan 50 ml natrium
hidroksida 0,1 N. Kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga pembuihan
berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan
fenolftalein P. Dilakukan penetapan blanko, dipipet 50,0 ml NaOH 0,1 N,
ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml
natrium hidroksida 0,1 N ~ 3,003 mg HCHO (Farmakope Indonesia. Edisi ketiga).
2. Dengan metode Spektrofotometri
2.1 Asam Kromatofat
Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %,
kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda
batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi
asam kromatofat 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
1 ml larutan standar formalin sambil diaduk tabung reaksi ditangas selam 15
menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan
kadar formalin sampel, mencampurkan 10 g sampel dengan 50 ml aquadest
dengan cara menggerusnya didalam lumpang. Kemudian didestilat dan diasamkan
dengan H3PO4, ditampung dengan labu ukur 50 ml. Ditambahkan 5 ml asam
17
kromatofat. Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang
gelombang 560 nm dan dihitung kadar formalinnya (Wisnu Cahyadi, 2008).
2.2 Larutan Schiff
Diambil 5,0 ml hasil destilat kemudian ditambahkan ditambahkan 1 ml
H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan
schift. Dibaca dengan spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri.
Dengan dicari panjang gelombangoptimum, lama waktu kestabilan pada
spektrofotometer, dan kurva baku standar formalin.
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka konsep
MengandungFormalin
PemeriksaanLaboratorium
Ikan Asin
TidakMengandung
FormalinFFormalin
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan
Penelitian ini adalah bersifat Eksperimen menggunakan pendekatan Analisis
Kualitatif yaitu setelah melakukan pengambilan sampel langsung melakukan uji
laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kadar formalin pada ikan asin yang
di jual di Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 08 Juli s/d 09 juli 2013. penelitian
ini dilakukan di pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan
lokasi berdasarkan karena pertimbangan bahwa pasar tersebut merupakan pasar
induk dan banyak pedagang yang menjual ikan asin pada suatu tempat tertentu
dan pasar tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari hari. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan
Banda Aceh.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 populasi
Seluruh Pedagang Ikan Asin yang ada yang di jual di Pasar Bina Usaha
Meulaboh Aceh Barat berjumlah 4 (empat) tempat.
19
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini total populasi yaitu semua pedagang ikan asin di
Pasar Bina Usaha Meulaboh Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara mengambil contoh ikan asin di setiap pedagang ikan asin masing-
masing 10 gr di Pasar Bina Usaha Meulaboh.
3.4 Prosudur Kerja
3.4.1 Metode dan Prinsip
a. Metode : Reaksi Asam Kromatropat
b. Prinsip : Timbulnya warna unggu setelah formalin bereaksi dengan asam
kromatropat.
3.4.2 Alat dan Reagensi
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Timbangan, piring
timbangan, water bath, gelas ukur, tabung reaksi, Erlenmeyer, tanggi pengaduk,
kondessor, healting mantel, labu alas bulat, corong, batang statif, batuh didih,
pipet ukur, dan pipet volum.
b. Reagensi
Reagen yang digukan adalah asam phospat( H3PO4) 10% larutan asam
kromatopat ( C6H8S2 – 4 H2O) 0,5% dalam asam sulfat ( H2SO4) 60% dalam
aquadest.
3.4.3 Bahan Sampel
Sebagai sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan asin yang
ada di Psar Bina Usaha Meulaboh Aceh Barat.
20
3.4.4 Cara Kerja
a. Ikan asin digores kemudian di haluskan.
b. Kemudian ditimbang 10 gram ikan asin lalu masukan kedalam labu alas
bulat yang berisi 250 ml aquadest dan di asamkan dengan asam fosfat (
H3PO4) 10%.
c. Kemudian di destilasi hingga dipeoleh 90 ml destilat yang di tampung
dalam Erlenmeyer yang telah berisi 10 ml aquadest.
d. Lalu ambil 2 ml destilat, masukan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 5
ml asam kromathopat 0,5% dalam asam sulfat 60% yang baru di buat.
e. Larutan dimasukan kedalam air medidih selama 15 menit, bila ada larutan
berwarna unggu berarti mengandung formalin.
3.5Tekhnik Pengambilan Data
3.5.1 Data Primer
Pengumpulan Data dilakukan Secara Observasi langsung ketempat
penjualan ikan asin yang ada di pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh
Barat, kemudian di periksa di laboratorium Akademi Analis Kesehatan Banda
Aceh.
3.5.2 Data Skunder
Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai informasi baik dari media
massa, dan internet.
21
3.6 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut pada
gambar 3.1.
Data dan Persentase Kadar Formal
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.7 Teknik Pengolahan Data
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan maka hasil uji akan diolah secara
manual dan dijelaskan dalam bentuk deskriptif.
3.7.1 Penggunaan Formalin
Tabel 3.1 Penggunaan Formalin
No Penggunaan Formalin Frekuensi Presentase
1 Positif
2 Negatif
Total
Persiapan Bahan :
1. Observasi lokasi penelitian2. Pengambilan Sampel dengan menggunakan plastik3. Pemberian kode pada sampel4. Melakukan uji laboratorium
Analisa Formalin (Metode Asam Kromathopat)Metode yang menggunakn cara membandingkan
warna kadar formalin yang diteliti dengan warna kadarformalin yang telah ditentukan.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskrisi Data
Penelitian kandungan formalin pada ikan asin yang diposok dari luar Aceh
ini diambil sampel di pasar Bina Usaha Meulaboh, yang terdiri dari 4 tempat
pedagang ikan asin, masing – masing tempat di ambil 2 sampel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada sampel yang diambil dari pasar
Bina Usaha positif mengandung formalin. Analisis kualitatif dilakukan dengan
cara pengukuran variabel – variabeladalah pada penelitian ini adalah berdasarkan
uji kualitatif menggunakan uji Asam Kromatropat yaitu jika terbentuk larutan
berwarna Ungu, maka ikan asin positif mengandung formalin.
4.1.1 Pemeriksaan Ikan Asin
Adapun cara mendetekiasi kandungan formalin pada ikan asin:
a. Ikan asin digores kemudian di haluskan.
b. Kemudian ditimbang 10 gram ikan asin lalu masukan kedalam labu alas bulat
yang berisi 250 ml aquadest dan di asamkan dengan asam fosfat ( H3PO4) 10%.
c. Kemudian di destilasi hingga dipeoleh 90 ml destilat yang di tampung dalam
Erlenmeyer yang telah berisi 10 ml aquadest.
d. Lalu ambil 2 ml destilat, masukan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 5 ml
asam kromathopat 0,5% dalam asam sulfat 60% yang baru di buat.
e. Larutan dimasukan kedalam air medidih selama 15 menit, bila ada larutan
berwarna unggu berarti mengandung formalin.
23
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di Akademi Analis Kesehatan Banda Aceh
yaitu tentang Analisis Kandungan Formalin pada Ikan Asin yang dipasok dari luar
aceh di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, maka hasil
penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan Kandungan Formalin pada Ikan Asin di PasarBina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Kode sampel Hasil1 IA 1 Positif2 IA 2 Positif3 IA 3 Positif4 IA 4 Positif5 IA 5 Positif6 IA 6 Positif7 IA 7 Positif8 IA 8 Posotif
Berdasarkan tabel 4.1 dari 4 tempat pedagang ikan asin diambil sampel masing -
masing tempat 2 sampel yang diuji, positif formalin sebanyak 8 sampel sedangkan
yang negatif formalin 0 sampel.
Tabel 4.2 Distribusi Ikan Asin berdasarkan Kandungan Formalin pada IkanAsin di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
NO Kandungan formalin Jumlah (n) Persen %1 Positif 8 1002 Negative 0 0
Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.2 dari 4 tempat pedagang ikan asin diambil sampel masing –
masing 2 sampel yang diuji, yang positif mengandung formalin berjumlah 8
sampel ikan asin (100%) dan sampel yang negatif berjumlah 0 sampel ikan asin (0
%). Adapun besarnya kadar formalin yang terkandung pada masing – masing
sampel tidak dapat diketahui dikarenakan, kurangnya alat dan bahan untuk
24
menguji besarnya kadar frekuensi formalin di laboratorium Akedemi Analis
Kesehatan Banda Aceh pada waktu tersebut.
4.2 Pembahasan
Formalin adalah salah satu bahan tambahan makanan yang untuk
pengawet yang dilarang melalui peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1168/Menkes/Per/X/1999.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh bahwa ikan asin yang menjadi
sampel dalam penelitian ini umumnya berasal dari kota Medan dan kota
Meulaboh. Ikan yang di periksa di laboraturium merupakan ikan bolo dan ikan
tamban.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pemakaian formalin untuk bahan
tambahan makanan (pengawet) meningkat, anatara lain harganya yang jauh lebih
mura di bandingkan pengawet lainnya seperti, natrium benzoate/natrium zobrat,
jumlah yang digunakn tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan
untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan, mudah didapat di took bahan
kimia dalam jumlah besar, rendah pengetahuan masyarakat produsen tentang
bahaya formalin (Widyningsih, 2006).
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan di dukung dengan
pemeriksaan di laboraturium Akademi Analis Kesehatan Banda Aceh secara
kualitatif terhadap msampel ikan asin yang di amabil dari pasar Bina Usaha Kota
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat diperoleh hasil bahwa seluruh sampel positif
mengandung formalin. Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan metode
25
Reaksi Asam Kromathopat yang positif mengandung formalin akan berubah
berwarna ungu.
Pada umumnya efek negative formalin dalam gangguan kesehatan dalam
tubuh yang ringan adalah apabila tertelan formalin atau larutan tertelan maka akan
menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain
itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, sistem
susunan saraf pusat dan ginjal (Cahyadi, 2008).
Menurut Agus Triwidodo (2008), untuk mengurangi kadar formalin pada ikan
asin dapat menggukan air leri atau air cucian beras yang mampu medegradasi
kadar formalin dalam ikan asin sampai 66.03%.
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui
sejumlah survey dan pemeriksaan laboraturium, ditemukan sejumlah produk
pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet.
Jadi diharapkan kepada masyarakat di sekitar Kota Meulaboh harus lebih hati
– hati terhadap penjual ikan asin di daerah Pasar Bina Usaha Meuloboh karena
dilihat dari kegunaan formalin itu sendiri sudah tidak cocok untuk bahan
tambahan pangan dan juga formalin dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Praktek yang salah dilakukan produsen atau pengolah pangan yang kurang
pengetahuan terhadap formalin. Beberapa contoh produk yang mengandung
formalin, minsalnya ikan segar, ikan asin, mie basah, ayam potong yang beredar
di pasar. Dan yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung
formalin.
26
Untuk para konsumen yang mengkonsumsi ikan asin sebelum membelih
ikan asin, harusnya kita memelih mana ikan asin yang menggandung formalin
mana yang tidak mengndung formalin, cirri ikan asin yang mengandung formalin
yaitu : tekstur keras seperti karet & tidak beraroma, warna bagus cerah bening,
cepat kering dan bila digoreng keras, lalat tidak mau hinggap, tidak ada
jamur/belatung, tahan hingga berbulan-bulan, susut 60% lebih dari berat awal,
harga lebih mahal (Pipit,2005).
Peran pemerintah dalam memberantas formalin di Indonesia masih kurang,
padahal penyebran formalin sudah meluas dan sudah menjadi umum, tapi dalam
hal ini pemerintah belum mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini.
Buktinya bisa kita lihat penggunaan formalin sebagai bahan pengawet masih
merajalera. Sebenarnya pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan melalui
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil
oleh BPOM seperti melaramg pangan permen merk white rabbit cream, classc
cream black currant dan manisan plum, mengeluarkan PerMenKes No. 1168/1999
tentang bahan tambahan pangan yang dilarang digunakan dan melakukan
sosialisasi penggunaan bahan tambahan pangan yang diizinkan dalam proses
produksi makanan dan minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan
pangan UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukian Badan POM hanya
dijadikan gertakan oleh para pedangang, karena BPOM hamya mengeluarkan UU
dan aturanh dan tidak member sanksi yang tegas bagi yang menggunakan bahan
tambahan pangan yang dilarang, karena ini adalah masalah yang serius, dan dapat
membahayak kesehatan bagi masusia itu sendiri.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan kandungan formalin yang dilakukan di
Laboratorium Akademi Analis Kesahatan Banda Aceh dapat disimpulkan, bahwa
dari 4 tempat pedagang ikan asin yang di pasok dari luar Aceh dan dari masing
tempat diambil 2 sampel ikan asin yang di periksa secara kualitatif ternyata semua
sampel positif mengandung formalin dari hasil uji yang dilakukan.
5.2 Saran
Melihat penggunaan formalin pada pengawetan ikan asin sampai saat ini masih
digunakan sebagian pengawet ikan asin, maka disarankan:
1. Koordinasi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, memberikan penyuluhan atau informasi
kepada masyarakat tenteng bahaya bagi kesehatan bila formalin salah dalam
penggunaannya.
2. Kepada kunsumen diharapkan lebih selektif dalam memilih ikan asin yang
dikonsumsi dengan memperhatikan ciri – ciri ikan asin yang tidak
mengandung formalin, agar aman untuk di konsumsi.
3. BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait, melaporkan kepada yang berwajib
bila ada penjual yang sengaja menggunakan formalin pada makanan yang
dijual, dan juga tidak menjual formalin tampa mengetahui latar belakang
pembelinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Rabiatul, M.P. 2007.Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara.Jakarta.
Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
BPOM. 2004, Bahyan Tambahan Ilegal Boraks, Formalin, Rhodamin B,diproduksi Untuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu Oleh BadanPengawasan Obat dan Makanan R.I.
Cahyadi, Wisnu., 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan BahanTambahanPangan, Bumi Aksara. Jakarta.
Djarijah, Abbas Siregar, (1995), "Teknologi Tepat Guna lkan Asin", Kanisius,Yogyakarta.
DepKes RI, 1979, Farmakope Indenesia Edisi Ketiga, Direktorat JenderalPengawasan Obat dan Makan DepKes.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NAD.2007. Profil Sub Sektor Perikanan.Diunduh dari http://www.Dinas Perikanan dan Kelautan ProvinsiNAD.com. (diakses 23 April 2013).
Kompas. 2010. Konsumsi Ikan Aceh. Diunduh dari http://www.kompas.com(diakses 23 april 2013).
Liputan Khusus. 2013. Meningkatnya Konsumsi Ikan di Seman. di unduh darihttp://lipsus.berita21.com (diakses 23 april 2013).
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metode penelitian kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta.
Pipit. 2005. Ciri-Ciri Makanan Yang Mengandung Formalin, Bumi Aksara.Jakarta
Suhartini S dan N Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya: Penerbit TrubusAgrisarana.
Triwidodo, Agus. 2008. Air Leri. diunduh dari http://www. Triwidoagus.com/2008/9/.(diakses 17 November 2012)
Wikipedia. 2005 diunduh dari www.wikipedia.com. Formaldehida. (diakses 15Mei 2013)
Wikipedia.2006. diunduh dari www.wikipedia.com. Formaldehyde. (diakses 20Mei 2013).
Widyaningsih TD, Erni SM, 2006. Alternatif Pengganti Foramalin Pada ProdukPangan. Trubus Agrasarana, Surabaya.