ANALISIS INDIKATOR KEBANGKRUTAN PADA BPRS DI...
Transcript of ANALISIS INDIKATOR KEBANGKRUTAN PADA BPRS DI...
1
ANALISIS INDIKATOR KEBANGKRUTAN PADA BPRS DI
TANGERANG SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL BINARY LOGIT REGRESSION
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
FARIHA
NIM. 1113046000153
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fariha
NIM : 1113046000153
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
memperjanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melnggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, November 2017
Fariha
v
ABSTRAK
Fariha. NIM 1113046000153. “Analisis Indikator Kebangkrutan Pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tangerang Selatan dengan
Menggunakan Model Binary Logit Regression”. Skripsi Program Studi
Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M. xiv+72 Halaman 3 Lampiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indikator-indikator
kebangrutan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tangerang Selatan dengan
metode logit regression (periode 2013-2016), dikarenakan banyaknya Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang harus dilikuidasi oleh Lembaga Penjamin
Simpanan. Penelitian ini juga dimaksudkan menganalisis faktor eksternal berupa
kondisi makro ekonomi.Variabel independen yang digunakan adalah DAR, WCR,
Current Ratio dan ROA. Sedangkan variabel dependennya berupa probabilitas
kegagalan bank (0 untuk kondisi gagal dan 1 untuk kondisi tidak gagal). Metode
yang digunakan adalah logit regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai McFadden R2 sebesar 45%, secara simultan (LR stat) variabel independen
(DAR, WCR, Current Ratio dan ROA) mempengaruhi variabel dependen
probabilitas kegagalan bank, secara parsial variabel CR dan ROA berpengaruh
terhadap variabel dependen. Sedangkan variabel DAR dan WCR tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Kata Kunci : Indikator Kebangkrutan, BPRS, Binary Logit Regression
Pembimbing : Yuke Rahmawati, M.A
Daftar Pustaka : 1995-2015
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan berupa skripsi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(S.E). Skripsi penulis berjudul “Analisis Indikator Kebangkrutan Pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Tangerang Selatan dengan Menggunakan Model
Binary Logit Regression”.
Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagaimana beliau telah menyempurnakan akhlak dan
mengubah dunia yang penuh dengan kejahiliyahan menjadi dunia yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
do‟a, dukungan, bimbingan, semangat, dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si., Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., Ketua Program Studi Muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, sebagai sosok yang mengayomi mahasiswa,
membantu dan memberikan penulis masukan serta arahan dalam penulisan
skripsi.
vi
ix
5. Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, S.T, M.Si, Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
dHiayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. H. Abdurrauf, Lc., M.A., Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukumyang telah banyak membantu dalam hal
akademik terkait penyelesaian studi penulis.
7. Ibu Yuke Rahmawati, M.A, Dosen Pembimbing yang dengan
kesabarannya senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan
masukan agar skripsi ini terselesaikan dengan baik.
8. Bapak Dr. M. Bukhari Muslim, Lc., M.A, Dosen Penasihat Akademik
yang banyak membantu dan memberikan masukannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmunya, serta karyawan /karyawati UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya kepada
penulis.
10. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum serta Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan sehingga
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Tangerang Selatan yang
telah berkenan memberikan informasi terkait penelitian ini.
12. Teristimewa cinta dan kasih yang teramat untuk kedua orangtua penulis,
kaka serta adik yang selama ini memberikan kasih, cinta dan sayangnya
serta selalu memberikan dukungan yang tiada hentinya untuk
membahagiakan putrinya. Baik secara moril maupun materil serta do‟a
yang tidak pernah putus untuk penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Swt selalu memberikan
kesehatan, memberikan kehidupan yang penuh keberkahan dan membalas
segala kebaikan mama dan papa, Amin.
vii
x
13. Kepada Aditya Nugraha yang dengan sabar setia menemani penulis serta
memberikan dukungan, do‟a, semangat serta selalu mengingatkan penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Yulia Sarasati (bocil), Akhmad Yunus,
Klarisa Deo Saputri, Naila Rizkia, Astiti Chandra, Nisa Kusumawardhani,
Gina Hoirunisa, Nur Najmi Mutia, Rozi Sapputra, dan Subekti Danang
terima kasih kalian selalu ada menemani dari proses awal sampai
terselesaikannya skripsi ini, doa, serta motivasi yang kalian berikan
menjadi penyemangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
15. Kawan-kawan Perbankan Syariah angkatan 2013 FSH, terutama Muamalat
D 2013, dan keluarga KKN Saylendra yang telah memberikan
semangatnya.
16. Penulis berterima kasih kepada para penulis buku, jurnal, tesis maupun
skripsi yang serupa dengan topik pembahasan penulis, karena penulis
sangat terbantu dengan adanya referensi tersebut
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah Swt
mencatatnya sebagai amal baik. Penulis menyadari skripsi ini masih ada
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penelitian
yang lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis sendiri, para akademisi, maupun masyarakat lainnya yang menaruh
perhatian terhadap perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.
Jakarta, 14 November 2017
Penulis,
Fariha
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
ABSTRAKS ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
BAB I PENGAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 8
D. Perumusan Masalah ................................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 10
BAB 11 TINJAUAN TEORETIK TENTANG BPRS,
KEBANGKRUTAN, DAN BINARY LOGIT REGRESSION
A. Pengertian BPRS ..................................................................... 12
B. Kebangkrutan .......................................................................... 14
C. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan ................................... 16
D. Tingkat Kesehatan Bank .......................................................... 20
E. Laporan Keuangan ................................................................... 22
F. Analisis Laporan Keuangan .................................................... 25
G. Analisis Rasio Keuangan ......................................................... 27
1. Rasio Likuiditas ................................................................ 28
2. Rasio Solvabilitas ............................................................. 29
x
3. Rasio Aktiitas ................................................................... 30
4. Rasio Profitabilitas ........................................................... 32
I. Rasio Keuangan Bank ............................................................. 33
J. Model Binary Logit Regression ............................................... 35
K. Kerangka Konsep .................................................................... 37
L. Hipotesis .................................................................................. 39
M. Review Studi Terdahulu .......................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 43
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 44
C. Definisi Operasional ................................................................ 45
D. Analisis Data ........................................................................... 46
1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ......................................... 47
2. Pengujian Statistik dan Signifikansi Variabel .................. 47
3. Interpretasi Model Logit ................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ....................................... 51
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 53
a. Analisis Deskriptif ............................................................ 53
b. Pengujian Determinasi ..................................................... 61
c. Uji Statistik Serentak ........................................................ 62
d. Pengujian Staistik Parsial ................................................. 63
e. Interpretasi Model Logit ................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 72
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Pendataan UMK di Tangerang Selatan ................................... 4
TABEL 4.1 Rasio BPRS Harta Insan Karimah .......................................... 56
TABEL 4.2 Rasio BPRS Mulia Berkah Abadi ........................................... 58
TABEL 4.3 Rasio BPRS Wakalumi............................................................. 60
TABEL 4.4 Rasio BPRS Al Salaam ........................................................... 62
TABEL 4.5 Koefisien Determinasi ............................................................. 64
TABEL 4.6 Uji Signifikan Serentak ........................................................... 65
TABEL 4.7 Uji Signifikan Parsial .............................................................. 66
TABEL 4.8 Interpretasi ............................................................................... 67
xii
DAFTAR LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN PEMBIMBING SKRIPSI ...................... ........ 72
SURAT DINAS KOPERASI TANGERANG SELATAN ................ ........ 73
OUTPUT DENGAN EVIEWS 9 ......................................................... ........ 74
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1.2 Grafik Perkembangan UMK .......................................... ........ 6
GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual .................................................... ........ 38
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis moneter dan perbankan yang melanda Indonesia pada pertengahan
tahun 1997 telah menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya stabilitas pasar
keuangan dan kesehatan lembaga-lembaga keuangan yang selanjutnya mampu
meredam krisis merupakan interaksi dari beberapa risiko yang harus selalu
dikelola dengan baik. Salah satu risiko yang harus dikelola dengan baik adalah
kegagalan perusahaan sektor riil untuk mengembalikan pinjaman yang dapat
menyebabkan ketidakstabilan pasar keuangan yang mengakibatkan kesehatan
lembaga keuangan terganggu dan akhirnya mengakibatkan krisis. Kegagalan
perusahaan mengalami corporate failure.1
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian yang bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Salah satu jenis Bank Syariah
yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, kelahiran Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) seiring dengan berkembangnya Bank Perkreditan Rakyat, yang
kehadirannya didasarkan pada paket deregulasi di bidang keuangan, moneter dan
perbankan, yang dikeluarkan oleh pemerintah. Sasaran kebijaksanaan tersebut di
antaranya untuk meningkatkan pengerahan dana masyarakat, yang pada gilirannya
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta perluasan
kesempatan kerja.2
1 Hadad, M.D.,W. Santoso dan Ita Rulina. Indikator Kepailitan di Indonesia; An
additional early warning tools pada stabilitas keuangan, Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan bank Indonesia, 2003. 2 Rachmani Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012),. h.
466
2
Pendataan UMKM Tangerang Selatan
JENIS UKM KECAMATAN
CIPTIM CIPUTAT PMLG PD AREN SETU SRP SERUT JUMLAH
Kuliner 1223 872 822 998 455 2026 1151 7547
Fashion 80 71 66 156 35 297 45 750
Sembako/Toko 716 826 713 1199 411 1632 1185 6682
Aksesoris 85 49 47 63 20 168 48 480
Perikanan 10 14 20 52 9 37 27 169
Pertanian 8 14 80 89 18 52 29 290
Konveksi 34 28 47 218 18 43 33 421
Restoran 102 61 25 117 31 135 100 571
Konter/Hp 197 80 140 133 63 175 140 928
Jasa 323 210 196 369 165 537 431 2231
Furtinuture 29 41 24 121 15 60 34 324
Kreatif 29 18 58 48 13 60 52 278
JUMLAH UKM 2836 2284 2238 3563 1253 5222 3275 20671
Sumber:Dinas Koperasi dan UMK tangerang Selatan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah umkm di kota
Tangerang Selatan sudah mencapai ribuan. Pada tahun 2015, data Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi di kota Tangerang Selatan
mencapai angka 7,25% meskipun cenderung menurun dari tahun sebelumnya
yang hampir mencapai 90% akan tetapi tidak membuat perencanaan
pengembangan UMKM di Tangerang Selatan menurun, dengan misi
mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berdaya, meningkatkan
infrastruktur kota yang fungsional, menciptakan kota layak huni yang berwawasan
lingkungan, mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasisi inovasi dan produk
unggunlah, dan meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis
teknologi informasi.3 Dibuktikan dengan adanya Koperasi UMKM Mandiri
Tangerang Selatan dan usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang
terus fokus dalam mengembangkan UMKM dengan memfasilitasi UMK untuk
kemasan produk, alat produksi, sertifikasi halal food, dan PIRT (Pangan Industri
Rumah Tangga), pemasaran serta pelatihan-pelatihan. Akan tetapi banyak nya
kendala yang ada seperti kekurangan modal dan kurang mengerti mekanisme
3https://www.tangerangselatankota.go.id/main/content/index/visi_misi/3
3
pendaftaran secara administratif serta minimnya informasi yang mereka terima
dan tidak tahunya mereka kemana harus bertanya membuat banyaknya UMK
yang belum terdaftar dan tersentuh oleh fasilitas yang diberikan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan.4
Gambar 1.2
GRAFIK PERKEMBANGAN UMKM
Sumber: Dinas Koperasi Tangerang Selatan
Keterlibatan stakeholder dan forum para pelaku usaha seperti BPRS yang
fokus melayani UMKM khususnya dalam mengakses permodalan diperlukan
untuk meningkatkan pengembangan UMKM. Ada beberapa BPRS yang tersebar
di wilayah kota Tangerang Selatan antara lain BPRS Al – Salaam, BPRS Harta
Insan Karimah, BPRS Wakalumi dan BPRS Mulia Berkah Abadi. Dukungan akan
pengembangan UMKM di daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
menumbuhkan lapangan pekerjaan, dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan
4http://tangselmedia.com/disperindag-kota-tangsel-penyambung-lidah-ukm.html, kepala
dinas perindustrian dan perdagangan bapak muhammad, 22/06/2015
Kuliner 37%
Fashion 4%
Sembako/Toko 32%
Aksesoris 2%
Perikanan 1%
Pertanian 1%
Konveksi 2%
Restoran 3% Konter/Hp
4%
Jasa 11%
Furtinuture 2% Kreatif
1%
4
dan pada akhirnya bisa mensejahterakan masyarakat di berbagai wilayah di
Indonesia, seperti yang sedang digalakan di kota Tangerang Selatan ini.5
Persoalan terbesar UMKM adalah kesulitan mengakses permodalan.
Secara makro, alokasi pendanaan bank pada sektor UMKM masih minim
dibanding alokasi pendanaan pada sektor usaha besar. Alokasi kredit lebih
diarahkan untuk kepentingan konsumtif daripada investasi dan modal kerja. Bank
umumnya masih melihat risiko UMK secara berlebihan sehingga mensyaratkan
jaminan yang besar dan prosedur yang berat dengan standar bank. Ukurannya
adalah bankable dan bukannya feasible dari aspek bisnis. Ironisnya, bank masih
lebih banyak menggalang dana dari UMK daripada menyalurkan dana ke UMK,
kalaupun ada UMK yang dapat mengakses modal, hal itu lebih karena
mengandalkan kedekatan personal dan kekerabatan. Dampak dari kesulitan
mengakses permodalan tersebut adalah banyak UMKM yang masih menggunakan
jasa pelepas uang (money lender) bagi pengembangan usahanya karena pelepas
uang memberikan kemudahan dalam persyaratan pengajuan kredit. Hubungan
yang terbangun adalah debitur-kreditur dimana pemberi pinjaman memiliki
kekuasaan yang dominan atas pinjaman yang diberikan. Masalah utama berupa
akses permodalan pada UMKM ini dapat dikembangkan melalui linkage program
antara Bank Syari‟ah dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yaitu,
Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Dengan pendekatan sistem syariah terbukti LKMS mampu mengatasi sulitnya
akses permodalan yang dihadapi kelompok UMK.6
Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam berbagai bidang
kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan
meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama
seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga
5http://berandainovasi.com/pengembangan-umkm-di-kota-tangerang-selatan/ ,Sucipto,
Alumni Universitas Muhammadiyah Tangerang, 26/03/2013 6A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia,( Jakarta: UIN Press, 2009),
h. 126-128
5
harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para
nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri,
akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena
bank mengelola dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat
pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus
sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh
nasabahnya.7 Suatu bank dikatakan sebagai bank bermasalah apabila bank yang
bersangkutan tidak sehat. Ketidaksehatan suatu bank dapat membahayakan
kelangsungan kegiatan usaha perbankan, bahkan dapat membahayakan sistem
perbankan. Oleh karena iu, suatu bank berkewajiban untuk memelihara tingkat
kesehatannya. Krisis ini menarik para pelaku ekonomi untuk meneliti dan
menekankan pada psikologi pasar. Hal ini yang menimbulkan berbagai macam
penelitian mengenai model kebangkrutan sebagai early warning system bagi para
regulator, legislator, pembuat kebijakan, auditor, pemilik perusahaan, pemegang
obligasi atau investor, kreditur, dan bahkan masyarakat umum.8
Dalam lingkungan yang semakin meresahkan, sistem dan sub-sistem
organisasi menjadi makin terbuka dan tingkat persaingan semakin ketat dan tajam,
bahkan semakin tidak menentu arah perubahannya. Secara eksplisit keresahan
dalam sistem keuangan dapat menciptakan berbagai ancaman yang dapat
melemahkan daya saing perusahaan maupun perbankan. Kondisi ini semakin
parah dengan kerapuhan sektor keuangan khususnya perbankan, seperti adanya
kecenderungan keuntungan yang semakin menurun dan semakin meningkatnya
risiko usaha yang dihadapi bank disebabkan banyak perusahaan yang mengalami
kesulitan keuangan yang bahkan cenderung mengalah ke arah kebangkrutan,
sehingga tidak dapat membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo kepada bank.9
Kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan
7 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.46
8 Barniv Ran and B McDonald. Identifying financial distress in the insurance industry: A
Synthesis of method, Journal of Risk an Insurance (1986-19980), (59,4; ABI/INFORM Global pg.
543, 1992) 9 Endri, Prediksi kebangkrutan bank untuk menghadapi dan mengelola perubahan
lingkungan bisnis: analisis model Altman’s Z-Score, perbanas quarterly review, vol. 2 No. 1,
Maret 2009, h. 35
6
keuangan, dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan
melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan
dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan serta hasil-
hasil yang telah dicapai diwaktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Selain
itu dengan melakukan analisis keuangan diwaktu lampau, maka dapat diketahui
kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang dianggap telah cukup
baik, dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Tingkat
kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh
keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya potensi
kebangkrutan. Selain itu dengan analisis tingkat kesehatan keuangan, maka akan
dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan
penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-
beban tetap yang harus dibayar serta memprediksi potensi kebangkrutan yang
akan dialami.10
Perkembangan sistem keuangan, khususnya industri perbankan, dalam
dekade terakhir dapat dikatakan cukup dramatis. Penelitian dengan topik
kebangkrutan/ kepailitan perusahaan terus dilakukan oleh para peneliti,
perkembangan terakhir penelitian dengan topik kebangkrutan atau kepailitan
terletak pada uji statistiknya. Ohlson (1980) adalah peneliti pertama yang
menggunakan analisis logit untuk memprediksi kepailitan. Pada penelitiannya,
Ohlson menggunakan analisis logit 105 perusahaan yang pailit dan 2058
perusahaan yang tidak pailit serta menemukan bahwa 7 rasio keuangan mampu
10
Muhammad Akhyar Adnan Dan Eha Kurniasih, Analisis Tingkat Kesehatan
Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan pendekatan Altman, Jurnal
Akuntansi Dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol 4 No.2, (Desember 2000), hlm. 132-133
7
mengidentifikasikan perusahaan yang akan pailit.11
Salah satu tujuan pada
penelitian ini adalah sebagai Early Warning System bagi Bank Dengan
terdeteksinya lebih awal, sangat memungkinkan bagi perbankan melakukan
langkah-langkah antisipasi untuk mencegah agar kebangkrutan bank dapat
dihindari, mengingat bank merupakan lembaga keuangan yang merupakan
lembaga kepercayaan. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mengambil judul
“ANALISIS INDIKATOR KEBANGKRUTAN PADA BPRS DI TANGERANG
SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL BINARY LOGIT
REGRESSION”
B. Identifikasi Masalah
Seperti kita ketahui masalah kebangkrutan khususnya pada perbankan
sangatlah rumit untuk diatasi. Oleh karena itu penulis mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan kebangkrutan diantaranya aalah sebagai berikut :
1. Krisis moneter telah menyebabkan menurunnya kesehatan bank khususnya
BPRS salah satunya banyak BPR dan BPRS yang khusus melayani umkm
harus dilikuidasi.
2. Adanya BPR dan BPRS yang bermasalah dan masuk pada perhatian
khusus
3. Pentingnya sistem peringatan dini bagi bank khususnya BPRS agar
manajemen tidak terlambat dalam menyadari tanda-tanda kerugian bank
yang akan mengakibatkan kebangkrutan pada bank.
4. Banyaknya BPR dan BPRS yang masuk perhatian khusus dan sampai
dilikuidasi mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap BPR dan
BPRS menurun.
11
Muliaman D Hadad, Wimboh Santoso dan Ita Rulina, Indikator Kepailitan di
Indonesia: An Additional Early Warning Tools pada Stabilitas Sistem Keuangan, Desember 2003
8
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka perlu adanya batasan
penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka ruang lingkup penelitian
dibatasi pada hal-hal berikut ini:
1. Indikator kebangkrutan dibatasi pada variabel-variabel yang berasal dari
rasio keuangan BPRS yaitu:
a. Rasio solvabilitas pada penelitian ini adalah Debt Ratio, rasio hutang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang
dengan total aktiva.
b. Rasio likuiditas pada penelitian ini adalah Working Capital Ratio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas bank dari total aktiva dan posisi
modal kerja, dan Current Ratio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo.
c. Rasio profitabilitas pada penelitian ini adalah Return on Assets, rasio
yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh
dari penggunaan aktiva.
2. Objek dalam penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyar Syariah yang
berada di kota Tangerang Selatan dan laporan keuangannya telah
dipublikasikan.
3. Model Binary Logit Regression dibatasi pada pengukuran seberapa besar
variabel dependen dapat dijelaskan dengan variabel independen, pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak dan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
individual serta rasio peluang.
4. Data yang diteliti dibatasi pada rasio keuangan yang peroleh dari laporan
keuangan BPRS di Tangerang Selatan triwulan periode 2013-2016 karna
dengan menggunakan model binary logit regression pada jangka waktu
tersebut dirasa sudah mampu menjelaskan kondisi keuangan BPRS.
9
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa sajakan indikator kebangkrutan pada BPRS di Tangerang Selatan
ditinjau dari model binary logit regression ?
2. Manakah yang menjadi indikator ekonomi yang berpengaruh signifikan
terhadap kebangkrutan bagi BPRS dengan menggunakan metode binary
logit regression ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk :
1. Menjelaskan Indikator Kebangkrutan pada BPRS di Tangerang Selatan
2. Mengidentifikasi indikator-indikator ekonomi yang berpengaruh
signifikan terhadap kerugian bagi BPRS agar menajemen dapat
langsung mengambil tindakan dan keputusan yang tepat sebelum
BPRS masuk dalam perhatian khusus.
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah kepustakaan di bidang perbankan berdasarkan
penerapan yang ada dalam kenyataan khususnya mengenai indikator
kebangkrutan bank.
2. Bagi BPRS di Tanggerang Selatan
Untuk memberikan informasi tambahan tentang indikator-indikator
yang dapat memberikan sinyal kerugian bagi BPRS dan sebagai tolak
ukur bagi manajemen untuk mengambil tindakan berupa perbaikan-
perbaikan sebelum mengalami kebangkrutan.
3. Bagi peneliti lanjutan
Dapat dijadikan sebagai penambahan wawasan, dan informasi
mengenai sistem peringatan dini bagi BPRS dan indikator-indikator
yang dapat memberikan sinyal kerugian khususnya bagi BPRS.
10
F. Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat sub-bab yaitu pengertian BPRS dan tujuan
didirikannya BPRS.Sub-bab yang kedua yaitu teori tentang
kebangkrutan, faktor-faktor penyebab kebangkrutan dan manfaat
adanya prediksi kebangkrutan. Pada sub-bab yang ketiga berisi
tentang teori tentang laporan keuangan yang berisi tentang
pengertian laporan keuangan, tujuan dan jenis laporan keuangan.
Pada sub-bab keempat berisi tentang analisis laporan keuangan
yang membahas tentang tujuan dan manfaat analisis laporan
keuangan serta bentuk-bentuk dan teknik analisis laporan
keuangan. Pada sub-bab yang kelima yaitu teori tentang analisis
rasio keuangan yang membahas tentang pengertian analisis rasio
keuangan dan jenis-jenis rasio keuangan. Pada sub-bab keenam
yaitu teori tentang rasio keuangan bank. Sub-bab selanjutnya yaitu
teori tentang model analisis binary logit regression yang
digunakan peneliti untuk memprediksi indikator kebangkrutan pada
BPRS. Kemudian pada bab berikutnya membahas tentang review
studi terdahulu, kerangka konsep serta hipotesis pada penelitian ini.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini mamuat metode penelitian yaitu ruang lingkup penelitian,
prosedur dan teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan
data, sumber data, subjek-objek penelitian definisi operasional dan
pengukuran variabel serta analisi data yang dilakukan peneliti.
11
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang hasil penelitian yaitu perhitungan dari
model analisis logit regression yang berupa total liabilities to total
assets, current assets-current liabilities to total assets, current
liabilities to current assets, serta net income to total assets. Pada
bab selanjutnya membahas tentang hasil analisis dengan model
binary regression logistic secara keseluruhan untuk prediksi
kebangkrutan BPRS di Tangerang Selatan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORETIK TENTANG BPRS, KEBANGKRUTAN, DAN
BINARY LOGIT REGRESSION
A. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disingkat BPRS
adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu Bank Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
BPRS sebagai salah satu lembaga kepercayaan masyarakat yang kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dituntut agar selalu dapat mengemban
amanah dari para pemilik dana dengan cara menyalurkannya untuk usaha
produktif dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam
menjalankan kegiatan usahanya, BPRS harus selalu memegang teguh prinsip
kehati-hatian serta mampu menerapkan Prinsip Syariah secara konsisten, sehingga
tercipta BPRS yang sehat yang mampu memberikan layanan terbaik kepada
masyarakat.12
Dalam sistem perbankan nasional, BPRS adalah bank yang
didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini
menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum/ Bank
Umum Syariah.
Prinsip operasional BPRS tidak jauh berbeda dengan prinsip operasional
yang dijalankan Bank Muamalat Indonesia. Setidaknya ada lima prinsip
operasional yang dijalankan BPRS, yaitu prinsip bagi hasil, prinsip jual beli
dengan marjin keuntungan, prinsip simpanan murni, prinsip sewa, dan prinsip
pemberian fee. BPRS terfokus untuk melayani UMK yang menginginkan proses
mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPRS memiliki petugas yang
berfungsi sebagai armada antar-jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito
termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan
kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha
12
POJK, Nomor 3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
13
kesehariannya di pasar/toko/rumah. Prinsip syariah dalam BPRS diberlakukan
untuk transaksi pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan
(pinjaman). BPRS mengelola dana masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan
sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil
secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada pendapatan yang diperoleh
BPRS. Untuk itu, perlu disepakati nisbah (porsi) di awal transaksi. Setiap
tabungan maupun deposito yang disimpan di BPRS mendapat jaminan dari LPS,
sepanjang sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat akan tetap merasa
aman untuk menyimpan dananya di BPRS.
Dalam transaksi pembiayaan (pinjaman), BPRS memberikan pembiayaan
kepada UMK dengan sistem jual beli, bagi hasil ataupun sewa. Pilihan atas sistem
syariah tersebut sangat tergantung kepada jenis pembiayaan yang diajukan oleh
masyarakat kepada BPRS. Selain itu, BPRS juga bisa melakukan praktik
pegadaian yang dikelola dengan sistem syariah. Usaha BPRS meliputi sebagai
berikut.13
a. Menghimpun dana masyarakatdalam bentuk:
1) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
2) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan;
1) Prinsip jual beli (murabahah, istishna’,salam);
2) Prinsip sewa-menyewa (ijarah);
3) Prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah);
4) Prinsip kebajikan (qardh)
c. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, atau deposito pada bank
syariah lain.
d. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
Perbankan dan prinsip syariah.
13
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012)., hlm.468-469
14
Adapun tujuan BPRS adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah;
b. Meningkatkan pendapatan perkapita;
c. Menambah lapangan pekerjaan;
d. Membina semangat ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi.14
B. Kebangkrutan
Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk
melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di
perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporam
keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio
keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.
Secara umum kebangkrutan adalah kegagalan perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, sehingga perusahaan tidak dapat membayarkan kewajibannya kepada
kreditur ataupun pihak lain.15
Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan, debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri
mapun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.
Dalam pengertian lain, kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan
atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa
arti, yaitu:
a) Kegagalan ekonomi (economic failure)
Biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan
perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya
14
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012)., hlm. 470 15
Toto, Prihadi, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PPM, 2011).,
h.332.
15
lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan tersebut jatuh dibawah arus kas yang diharapkan. Bahkan
kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atau biaya historis
dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
b) Kegagalan keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan dapat diartikan sebagai insolvensi yang membedakan
antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada
dua bentuk;
1. Insolvensi teknis adalah perusahaan dianggap gagal jika perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun
total aktiva melebihi total utang atau terjadi jika perusahaan gagal
memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya
seperti rasio aktiva lancar tehadap utang lancar yang telah ditetapkan
atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan.
Insolvensi juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi
pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.
2. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan adalah kebangkrutan
didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam
neraca konvensional atau nilai sekarang dan arus kas yang diharapkan
lebih kecil dari kewajiban.16
Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai
suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami
kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan
usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat
dicapai,tujuan perusahaan yaitu profit, karena laba yang diperoleh perusahaan
dapat digunakan untuk mengembaikan pinjaman, membiayai operasi perusahaan
16
Martin et.al, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995), Edisi ke-5, h. 376)
16
dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa ditutup dengan laba atau
aktiva yang dimiliki17
C. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan akan cepat terjadi di negara yang sedang mengalami kesulitan
ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan
perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit, kemudian semakin sakit dan
bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun dengan adanya kesulitan ekonomi
akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana atau kegiatan operasi sehingga
bisa juga suatu saat perusahaan tersebut bangkrut. Banyak sekalikejadian seperti
itu, perusahaan yang tadinya sehat akibat adanya kesulitan ekonomi, secara
langsung atau tidak langsung, ambruk atau bangkrut.18
Penjelasan di atas merupakan sedikit sebab dari faktor-faktor yang bisa
menyebabkan kebangkrutan. Secara garis besar faktor-faktor penyebab
kebangkrutan dibagi tiga yaitu:
1. Faktor umum
a. Sektor Ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah
gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan
keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam
hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau
defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
b. Sektor Sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara
perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial lain yang
17
Endri, Prediksi kebangkrutan bank untuk menghadapi dan mengelola perubahan
lingkungan bisnis: analisis model Altman’s Z-Score, perbanas quarterly review, vol. 2 No. 1,
Maret 2009. h.37. 18
Lawrance R. Jauch and Wiliam F Glueck, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan
Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1995), Edisi ke-3, h.87
17
juga berpengaruh yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi
dimasyarakat.
c. Sektor Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi. Pembengkakan biaya terjadi, jika penggunaan tehnologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya
tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
d. Sektor Pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan
dan industri, pengenaan tarif ekspor dan import barang yang berubah,
kebijakan Undang-Undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja, dan
lain-lain.19
e. Faktor Eksternal Perusahaan
1) Sektor Pelanggan
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena
berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk
menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan
menghindari menurunnya hasil penjualan sehingga akan
menurunkan pendapatan yang diperoleh dan mencegah konsumen
berpaling ke pesaing.
2) Sektor Pemasok
Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan baik
karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi
keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini
berhubungan dengan perdagangan bebas.
3) Sektor Pesaing
19
Muhammad Akhyar Adnan dan Eha Kurniasih, Analisis Tingkat Kesehatan
Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman, (kasus pada
sepuluh perusahaan di Indonesia), jurnal Akutansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol 4 No. 2
18
Perusahaan juga jangan melupakan pesaing karena kalau produk
pesaing lebih diterima masyarakat perusahaan tersebut akan
kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
2. Faktor Internal Perusahaan
Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan dapat
dicegah melalui berbagai tindakan dalam perusahaan itu sendiri. Faktor-
faktor internal ini biasanya merupakan hasil dari keputusan dan
kebijaksanaan yang tidak tepat dimasa yang lalu dan kegagalan
manajemen untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor
yang menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah:20
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
Kebangkrutan bisa terjadi karena terlalu besarnya jumlah kredit yang
diberikan kepada para debitur atau pelanggan yang pada akhirnya tidak
bisa dibayar oleh pelanggan pada waktunya.
b. Manajeman yang tidak efisien
Banyak perusahaan gagal untuk mencapai tujuannya karena kurang
adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan
inisiatif dari manajemen. Ketidakefisienan manajemen tercermin pada
ketidakmampuan manajeman menghadapi situasi yang terjadi
diantaranya:
1) Hasil penjualan yang tidak memadai
Turunnya hasil penjualan biasanya timbul sebagai akibat dari
rendahnya mutu barang yang dijual dan pelayanannya, kegiatan
promosi yang kurang terarah, daerah pemasaran yang kurang
menguntungkan dan organisasi bagian penjualan yang tidak
kompeten.
2) Kesalahan dalam penetapan harga jual
Kesalahan didalam menentukan harga jual barang atau jasa, terjadi
apabila harga jual ternyata terlalu rendah dalam hubungannya
20
Hamanto, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE), Edisi 1, h.488
19
dengan harga pokok produksi atau pengadaan jasa, akibatnya
perusahaan menderita kerugian.
3) Pengelolaan utang piutang yang kurang memadai
Betapapun besarnya volume dan tingginya harga jual, kalau
piutang yang ditimbulkan tidak bisa direalisasi, tentu bukannya
memperoleh laba melainkan justru kerugianlah yang diderita
perusahaan.
4) Struktur biaya.
Pengaruh kebijakan-kebijakan manajeman terhadap biaya dalam
perusahaan yang sangat berat memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mengadakan penyesuaian, sehingga sangat merugilah bagi
kelangsungan kegiatan perusahaan terutama menyangkut biaya-
biaya tetap.
5) Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang
melampaui batas.
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan investasi yang
cukup besar dalam bentuk aktiva. Investasi dalam persediaan yang
terlalu besar, mengakibatkan timbulnya biaya-biaya ekstra,
sehingga berakibat kenaikan biaya yang harus dibebankan pada
penghasilan.
6) Kekurangan modal kerja.
Banyak faktor penyebab perusahaan kekurangan modal antara lain:
Hutang lancar berlebih jumlahnya
Kegiatan ekspansi yang kurang persiapan
Kegagalan dalam mendapatkan kredit dari Bank
Kebijakan pembagian deviden yang kurang tepat
7) Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan.
Kebijakan trading on equity mempertaruhkan para pemilik kepada
resiko kerugian, tidak hanya yang berasal dari kegiatan operasional
tetapi juga keharusan untuk menanggung biaya finansial yang tidak
cukup ditutup melalui laba.
20
8) Sistem dan prosedur akutansi kurang memadai.
Kebangkrutan bisa terjadi sebagai akibat dari sistem dan prosedur
akutansi yang tidak mampu menghasilkan informasi untuk dapat
mengidentifikasi berbagai aspek dimana usaha preventif harus
dilakukan.
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan.
Penyalahgunaan wewenang banyak dilakukan oleh karyawan kadang
oleh manajer puncak dan itu sangat merugikan, apalagi kalau
kecurangan itu berhubungan dengan keuangan perusahaan.21
Manfaat kebangkrutan antara lain adalah Prediksi kebangkrutan merupakan
hal yang positif untuk melihat tanda-tanda awal kebangkrutan bagi perusahaan
khususnya manajemen untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Informasi prediksi
kebangkrutan bermanfaatbagi pemberi pinjaman (bank), investor, pemerintah,
akuntan, dan manajemen perusahaan.22
D. Tingkat Kesehatan Bank
Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
semua kewajibannya dengan baik dan dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.
Sebagaimana layaknya manusia, kesehatan merupakan hal yang paling
penting dalam kehidupan. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan
lainnya. Begitu pula dengan perbankan yang juga harus dinilai kesehatannya agar
tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Untuk menilai suatu kesehatan bank
dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah
bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat
21
Muhammad Akhyar Adnan Dan Eha Kurniasih, Analisis Tingkat Kesehatan
Perusahaan untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan pendekatan Altman, Jurnal
Akuntansi Dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol 4 No.2, (Desember 2000), h. 139-142 22
Retno Dewi Anggraeni Dan Sri Mangesti Rahayu Topowijono, “Penerapan Model
Multiple Discriminant Analysis Untuk Memprediksi Financial Distress, Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), Vol. 8 No. 2, (Maret 2014): h. 3
21
sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat
memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau
bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Pembinaan dan pengawasan terhadap Bank Syariah dilakukan oleh Bank
Indonesia. pembinaan dan pengawasan terhadap Bank Syariah tersebut dilakukan
dengan mewajibkan Bank Syariah untuk memelihara tingkat kesehatan bank. Hal
ini secara tegas dinyatakan dalam ketentuan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 yang menetapkan, bahwa Bank Syariah wajib memelihara tingkat
kesehatan yang meliputi sekurang-kurangnya mengenai kecukupan modal
(Capital), kualitas aset (asset quality), likuiditas (liquidity, rentabilitas (earning),
solvabilitas, kualitas manajemen (management) serta aspek lainnya yang
berhubungan dengan usaha Bank Syariah. Kualitas manajemen, selain mencakup
kapabilitas dalam aspek keuangan, juga meliputi kepatuhan terhadap prinsip
syariah dan prinsip manajemen Islami. Kewajiban Bank Syariah untuk menjaga
tingkat kesehatannya dimaksudkan dalam rangka memelihara kepercayaan
masyarakat terhadap Bank Syariah.23
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan kepentingan semua pihak
terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa
bank, Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya.
Informasi mengenai kondisi suatu bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Bagi bank
berdasarkan prinsip syariah, hasil penilaian tingkat kesehatan dapat dipergunakan
sebagai salah satu alat bagi manajemen dalam menentukan kebijakan dan
pelaksanaan pengelolaan bank ke depan. Sementara itu, bagi Bank Indonesia,
hasil penilaian tingkat kesehatan dapat digunakan oleh pengawas dalam
menerapkan strategi pembinaan, pengawasan dan pengembangan yang tepat bagi
bank berdasarkan prinsip syariah di masa yang akan datang.24
Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan
atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah,
23
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, H. 363 24
Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, h . 354
22
karena itulah diharapkan dan supaya dipertahankan terus kesehatannya. Akan
tetapi, bagi bank yang terus-menerus tidak sehat, mungkin harus mendapat
pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-
bank.
E. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban setiap
perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada
suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga
dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan
keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan
sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik
kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan
keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan satu tahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan,
dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan
keuangan tersebut dianalisis.25
Sekali lagi dapat dikatakan bahwa dari laporan
keuangan akan tergambar kondisi keuangan suatu perusahaan yang dapat
memudahkan manajemen dalam menilai kinerja manajeman perusahaan.
Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran apakah manajemen
mampu atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan.
25
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., h.6-7
23
2. Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada
periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak
sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan
keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan
luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.Berikut ini
beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini;
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu peride tertentu;
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode;
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
h. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian,
laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus
dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini.
Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio
keuangan yang lazim dilakukan.26
26
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., h.10-11
24
3. Jenis Laporan Keuangan
Dalam praktiknya, secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan
yang biasa disusun, yaitu:
a. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan
dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan
dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian, juga
tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama
periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat
selisih yang disebut laba atau rugi. Juka jumlah pendapatan lebih besar
dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya bila jumlah
pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan rugi.
c. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga
menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan
modal di perusahaan. Laporan perubahan modal jarang dibuat bila
tidak terjadi perubahan modal. Artinya laporan ini baru dibuat bila
memang ada perubahan modal.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh
langung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus
disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. Laporan arus
kas masuk (cash in) dan arus kas keluar (cash out) selama periode
25
tertentu. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke perusahaan,
seperti hasil penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar
merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya,
seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.
e. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang
memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau
nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih
dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang
berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.27
F. Analisis Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi
pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah
agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui
posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam,
akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan
sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan
informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan
mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi
kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus
dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal
selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki,
akan tergambar kinerja manajemen selama ini. Dan pada akhirnya bagi pihak
pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan
dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan.
Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan
menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang
27
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., h. 28-30
26
diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau
rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian,
hasil perhitungan tersebut, dianalisis dan diinterprestasikan sehingga diketahui
posisi keuangan yang sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara
teliti, mendalam, dan jujur.
a. Tujuan dan manfaat analisis
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi erbagai pihak dengan adanya
analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat
analisis laporan keuangan adalah:
1) Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode;
2) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan;
3) Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;
4) Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini;
5) Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
6) Dapat juga digunakan sebagai perbandingan dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
b. Bentuk-Bentuk dan Teknik Analisis28
Dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan
yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut:
1) Analisis Vertikal (Statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu
periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang
ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu
28
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).,h.66-68
27
periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode
tidak diketahui.
2) Analisis Horizontal (Dinamis)
Analisis horisontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil
analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu
ke periode yang lain.29
G. Analisis Rasio Keuangan
a. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan
indeks yang menghubungkan dua angka akutansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio
keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Jadi, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara embagi satu angka dengan angka
lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antara komponen yang ada di
antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan.
Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan
sumber daya perusahaan secara efektif. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga
dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar
kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan
target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik
29
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., hl.68-70
28
perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk
dalam manajemen ke depan.
Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat
digolongkan menjadi sebagai berikut:
1. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya
bersumber dari neraca.
2. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang
hanya bersumber dari laporan laba rugi.
3. Rasio antarlaporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua
sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan
laba rugi.30
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio
likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik
kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun
di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio
likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo,
atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai
dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Adapun jenis rasio likuiditas yang digunakan adalah Current
Ratio dan Quick Ratio. Current Ratio merupakan perbandingan antara
aktiva lancar dengan hutang lancar.
30
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)., h.104-105
29
a. Current Ratio adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang
tersedia.
CR = Aktiva lancar
x 100%
Hutang lancar
b. Quick Ratio adalah rasio untuk menghitung kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban-kewajiban atau hutang lancar dengan
aktiva yang lebih likuid.
QR = Aktiva lancar – persediaan
x 100%
Hutang lancar
c. Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur
likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto).31
Working Capital Ratio = Aktiva lancar – Kewajiban lancar
Jumlah Aktiva
2. Rasio Solfabilitas
Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal
pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal
ini leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya jika dibandingkan dengan mengunakan modal sendiri. Rasio
leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiyai dengan hutang, misalnya debt ratio,
debt equity ratio, debt total capitalization ratio, tangible asset debt covarage,
time interest earned ratio.32
31
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).,h.128-130 32
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).,h.150-152
30
a. Debt ratio (rasio hutang)
Rasio ini mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi debt ratio semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan didalam menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan
DR = Total Hutang
x 100%
Total Aktiva
b. Debt equity ratio
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang
yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
oleh pemilik perusahaan.
DER = Total Hutang
x 100%
Modal Sendiri
c. Debt total capitalization ratio
Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan yang
dibiayai oleh kreditur jangka panjang.
DTCR = Total Hutang Jangka Panjang
x 100%
Modal
d. Time interest earned ratio
Mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba
sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain dengan seberapa besar laba
sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.
TIER = Laba operasi
x 100%
Beban bunga per tahun
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan unuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan
piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini
31
akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola
aset yang dimiliki. Ada empat macam rasio aktivitas, yaitu perputaran
persediaan, rata-rata periode pengumpulan piutang, perputaran aktiva tetap
dan perputaran total aktiva.33
a. Perputaran persediaan, adalah rasio antara harga pokok penjualan atau
penjualan dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi
penggunaan persediaan.
IT = HPP
x 100%
Persediaan
b. Rata-rata periode pengumpulan piutang adalah rasio antara piutang dengan
penjualan per hari.
RT = Penjualan Kredit Tahunan Bersih
x 100%
Piutang
c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) adalah rasio antara
aktiva tetap yang mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau
perputaran aktiva tetap.
FATO = Penjualan
Aktiva Tetap
d. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) adalah rasio antara
penjualan dengan total aktiva yang mengukur efisiensii penggunaan aktiva
secara keseluruhan. Semakin tinggi rasio Total Assets Turn Over (TATO)
berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam
menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah assets yang sama dapat
memperbesar volume penjualan apabila Total Assets Turn Over (TATO)
nya ditingkatkan atau diperbesar.
TATO = Penjualan
x 1 kali
Total Aktiva
33
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).,h.172
32
4. Rasio Profitabilitas (profitability Ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau
dari pendapatan investasi. Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila
mampu memenuhi target labayang dimilikinya. Rasio profitabilitas atau rasio
rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut.34
1. Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan
seluruh modal (modal sendiri dan asing)
2. Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang
disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih
penting dari keuntungan yang besar.
Rasio profitabilitas ada empat macam yaitu, gross profit margin, net
profit margin,Return on assets ratio.
a) Gross profit margin adalah rasio antara penjualan dikurangi dengan
harga pokok penjualan (laba kotor) dengan penjualan.
GPM = Pejualan – HPP
x 100%
Penjualan
b) Net profit margin adalah rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan
penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin (NPM), semakin baik
operasi suatu perusahaan.
NPM = Laba Bersih
x 100%
Penjualan
34
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).,h.196
33
c) Return On Assets(ROA)
1. Gross Yield on Total Assets merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan income
dari pengelolaan aset. Rumus untuk mencari gross yield on total
assets, yaitu sebegai berikut.
Gross yield on total assets = Operating Income
x 100%
Total Assets
2. Net Income Total Assets digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial efisiensi secara
overall. Rumus untuk mencari net income total assets adalah sebagai berikut.
Net Income Total Assets = Net Income
x 100%
Total Assets
d) Return On Equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri
yaitu perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal
sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak, laba diperhitungkan untuk mengukur Return On
Equity (ROE) adalah laba yang dikurangi beban bunga dan pajak.
ROE = Laba Bersih
x 100%
Total Ekuitas
H. Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan yang digunakan oleh bank dengan perusahaan nonbank
sebenarnya relatif tidak jauh berbeda. Perbedaannya terutama terletak pada jenis
rasio yang digunakan untuk menilai suatu rasio yang jumlahnya lebih banyak. Hal
ini wajar saja karena komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki bank
berbeda dengan laporan neraca dan laba rugi perusahaan non bank. Bank
merupakan perusahaan keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan
keuangan yang mengandalkan kepercayaan dari masyarakat dalam mengelola
dananya.35
Risiko yang dihadapi bank jauh lebih besar ketimbang perusahaan
35
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2010), Edisi 1, h.297
34
nonbank sehingga beberapa rasio dikhususkan untuk memperhatikan rasio yang
lain. Sama seperti perusahaan nonbank, untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank, dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara
periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode
tersebut. Laporan ini sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen,
pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah, guna mengetahui kondisi bank
tersebut pada waktu tertentu. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Yang merupakan rasio keuangan bank
antara lain:
a) Rasio leverage (leverage ratio) memperlihatkan seberapa besar utang
perusahaan. Rasio Leverage menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal dan aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio ini
bisa juga dianggap bagian dari rasio solvabilitas. Adapun salah satu rasio
yang digunakan yakni capital adequacy ratio (CAR). Capital Adequacy
Ratio Rasio ini menunjukkan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga
pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri yang berada di bawah
pegawasan pemerintah misalnya bank, dan asuransi. Rasio ini
dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan perusahaan dari sisi
modal pemiliknya. Di Indonesia standar CAR adalah 9-12 %. Rasio modal
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berlaku di bank.
Penentuan ATMR ini ditentukan Bank Indonesia. Risiko ini menunjukkan
sejauh mana modal pemilik saham dapat menutupi aktiva berisiko.36
b) Rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mudah perusahaan
dapat memegang kas. Rasio likuiditas adalah rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat
pada waktunya.37
Adapun salah satu rasio yang digunakan yakni Loan to
Deposit Ratio, rasio ini menunjukkan seberapa besar pinjaman yang
36
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali
Pres, 2010), Edisi 1, h. 306 37
Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE, 2008),
h. 116
35
diberikan didanai oleh pihak ketiga. Besarnya loan to deposit ratio.
Menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 85%.38
c) Rasio profitabilitas (profitability ratio) digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian investasi perusahaan. Profitabilitas mengukur fokus laba
perusahaan. Tentu saja perusahaan besar diharapkan menghasilkan lebih
banyak laba daripada perusahaan kecil, jadi untuk memfasilitasi
perbandingan lintas perusahaan, total laba diekspresikan dalam basis per
dolar. Misalnya pemegang saham ingin tahu berapa banyak laba yang
telah dihasilkan untuk setiap dolar yang telah mereka investasikan dalam
perusahaan. Demikian pula, margin laba memberitahu kita laba yang
dihasilkan oleh setiap dolar penjualan. Analisis keuangan menerapkan
beberapa ukuran profitabilitas. Adapun salah satu rasio yang digunakan
yakni Return On Assets ( ROA), manajer sering mengukur kinerja
perusahaan dengan rasio laba bersih terhadap aset. Meskipun demikian,
karena laba bersih mengukur keuntungan setelah dipotong beban bunga,
praktik ini membuat profitabilitas yang jelas dari perusahaan sebagai
fungsi struktur modalnya. Aset dalam pembukuan perusahaan dinilai
berdasarkan biaya awal (dikurangi penyusutan).39
I. Model Binary logit Regression
Analisis Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel
independen terhadap variabel dependen atau juga untuk mempredikasi nilai suatu
variabel dependen berdasarkan nilai variabel-variabel independen. Regresi
logistik (kadang disebut model logistik atau model logit), dalam statistik
digunakan untuk prediksi probabilitas kejadian suatu peristiwa dengan
mencocokkan data pada fungsi logit kurva logistik. Metode ini merupakan model
linier umum yang digunakan untuk regresi binomial. Salah satu model
multivariate yang lain adalah Model Analisis Logit yang dikembangkan oleh
James A. Ohlson.40
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh Ohlson adalah :
38
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali
Pres, 2010), Edisi 1, h.315 39
A. Richard Brealey, Myers Steward C and Alan J. Marcus, Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Glora Aksara Prima, 2008), h.80-81 40
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013), h.133
36
1. Menghitung serangkaian resiko keuangan
2. Mereduksi sejumlah rasio keuangan kemudian memilih rasio yang paling
baik, yang membedakan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak
bangkrut
3. Menetapkan koefisien untuk setiap variabel predictor yang dilibatkan.
Pada model ini, Ohlson menemukan beberapa rasio keuangan sebagai
predictor yang dianggap paling baik, yaitu :
1. Total kewajiban terhadap total aktiva (Total Liabilities to Total Assets)
2. Aktiva lancar kurang kewajiban lancar terhadap total aktiva (Current
Assets – Current Liabilities to Total Assets)
3. Kewajiban lancar terhadap aktiva lancar (Current Liabilities to Current
Assets)
4. Laba bersih terhadap total aktiva (Net Income to Total Assets)
Regresi logistik (logistic regression) sebenarnya sama dengan analisis regresi
berganda, hanya variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1).
Ln P1 = a+ β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4
1-P1
a = konstanta
β= koefisien
X1 = Total Liabilities to Total Assets (DAR)
X2 = Current Assets – Current Liabilities to Total Assets (WCR)
X3 = Current Liabilities to Current Assets (CR)
X4 = Net Income to Total Assets (ROA)
Model logit membuat probbilitas tergantung dari variabel-variabel yang
diobservasi, yaitu X1, X2 dan seterusnya. Variabel-variabelini dikalikan dengan
koefisien b1, b2 dan seterusnya. Tujuan estimasi dengan model iniadalah
menemukan nilai terbaik bagi masing-masing koefisien. Bila koefisien suatu
variabel ternyata positif berarti semakin tinggi nilai variabel tersebut berkaitan
dengan semakin rendahnya probabilitas kegagalan bank, dengan kata lain,
semakin tinggi nilai suatu variabel berarti semakin tinggi probabilitas
ketidakgagalan bank.Model logit dengan dua pilihan sering disebut sebagai binary
logit regression. Sedangkan model logistik dengan lebih dua pilihan disebut
37
multinomial logistic regression. Kelebihan metode regresi logistik adalah lebih
fleksibel dibandingkan dengan teknik lain, yaitu :
1. Regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas atas variabel bebas yang
digunakan dalam model, artinya variabel penjelas tidak harus memiliki
distribusi normal, linear, maupun memiliki varian yang sama dalam setiap
grup;
2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran dari variabel kontinyu,
diskrit dan dikotomis;
3. Regresi logistik amat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas
variabel terikat diharapkan nonlinear dengan satu atau lebih variabel bebas.41
J. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara
variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Pertautan antara variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Konsep adalah suatu makna
yang berada di dalam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan
kembali dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata. Dengan demikian,
konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri, konsep adalah suatu hasil pemaknaan
di dalam intelektual manusia yang memang merujuk ke gejala nyata ke dalam
empiris.Melalui kerangka konseptual, maka peneliti dapat menjelaskan pokok
permasalahan secara sistematis. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian
akan ddapa diuraikan dengan gambar berikut :
41
Kuncoro, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi
Pertama, AMP YKPN.,(Yogyakarta: 2001), h.217
38
Analisis Indikator Kebangkrutan Pada BPRS Di Tangerang Selatan Dengan
Menggunakan Model Binary Logit Regression
X
Rasio Keuangan BPRS di Tangerang Selatan
Periode 2013-2016
Y
Probabilitas Kegagalan BPRS di
Tangerang Selatan
Probabilitas Kegagalan BPRS
0 = Bermasalah
1 = Tidak Bermasalah
Rasio Keuangan BPRS di Tangerang Selatan
Periode 2013-2016
X1 = Debt Ratio
X2 = Working Capital Ratio
X3 = Current Ratio
X4 = Return On Assets Ratio
Binary Logit Regression
Uji Z Uji Likelihood Ratio Uji R2
Odds Ratio
BPRS Bermasalah BPRS Tidak Bermasalah
BPRS di Tangerang Selatan
BPRS Harta Insan
Karimah
BPRS Mulia Berkah
Abadi
BPRS Wakalumi BPRS Al Salaam
Laporan Keuangan BPRS
Periode 2013-2016
Kinerja Keuangan BPRS
Periode 2013-2016
Hasil Analisis Dengan Binary Logit Regression
39
K. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara mengenai suatu hal atau
permasalahan yang akan dibuktikan kebenarannya melalui data-data atau fakta-
fakta hasil penelitian. Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa hipotesa sebagai berikut :
1. Pengujian secara simultan dapat dijelaskan sebagai berikut
Hipotesis pengaruh Debt Ratio, Working Capital Ratio, Current Ratio dan
Return on Assets Ratio terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Tangerang
Selatan (0 untuk kondisi gagal dan 1 untuk kondisi tidak gagal).
H0 : β1,β2,β3,β4 =0 variabel independen DAR, WCR, Current Assets dan ROA
secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
probabilitas kegagalan bank
Ha: β1,β2,β3,β4 ≠ 0 variabel independen DAR, WCR, Current Ratio dan ROA
secara simultanberpengaruh signifikan terhadap variabel dependen probabilitas
kegagalan bank
2. Pengujian secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Hipotesis pengaruh Debt Ratio terhadap pribabilitas kegagalan bank
H0 : β1 = 0 variabel independen DAR secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
Ha : β1 ≠ 0 variabel independen DAR secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank.
c. Hipotesis pengaruh Working Capital Ratio terhadap probabilitas kegagalan
bank
H0 : β2 = 0 variabel independen WCR secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
Ha : β2 ≠ 0 variabel independen WCR secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
d. Hipotesis pengaruh Current Ratio terhadap probabilitas kegagalan bank
H0 : β3 = 0 variabel independen Current Ratio secara individual tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
40
Ha : β3 ≠ 0 variabel independen Current Ratio secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
e. Hipotesis pengaruh Return on Assets Ratio terhadap probabilitas
kegagalan bank
H0 : β4 = 0 variabel independen ROA secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank
Ha : β4 ≠ 0 variabel independen ROA secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen probabilitas kegagalan bank.
L. Review Studi Terdahulu
1. ST. Ibrah Mustafa Kamal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makassar (2012), meneliti mengenai judul Analisis prediksi
kebangkrutan pada perusahaan perbankan go public di Bursa Efek
Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-Score, variabel pada
penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen, variabel independen meliputi (X1) working capital to total
assets, (X2) retained earning to total assets, (X3) earning before interest
and taxes (EBIT) to total assets, (X4) market value of equity to book value
of total liabilities, (X5) sales to total assets. Dan adapun variabel
dependen dalam penelitian ini adalah (Z) Z-Score = 1,2 X1+ 1,4 X2+ 3,3
X3+ 0,6 X4+ 1,0 X5 dengan penelitian yang akan dilakukan pada
perusahaan perbankan Go public di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil
analisis menunjukkan hasil model Altman Z- Score dapat memprediksi
keadaan perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2008
ada satu perusahaan perbankan yang berada pada grey area atau sekitar 5%
dan 95% diprediksi akan mengalami kebangkrutan. Tahun 2010 prediksi
kebangkrutan pada perbankan memiliki hasil 55% perbankan sehat, 5%
berada pada grey area dan 40% masih dalam prediksi keadaan bangkrut.
2. Aulia Keiko Hubbansyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia (2013), meneliti mengenai judul Model
kebangkrutan berdasarkan multiple discriminant analysis (MDA) dan
binary logit regression (BLR) terhadap perusahaan yang delisting pada
41
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. Variabel independen pada
penelitian ini adalah 27 rasio keuangan perusahaan yaitu: WCTA, CCL,
CTA, CS, CACL, CATA, CLE, QUIRATIO, MVTD, MVTA, MVTE,
TLE, TLTA, TAE, RETA, WCS, STA, SEQ, SAR, CAS, NITA, NIE,
GPM, NIS, EBITS, EBITTA, LNTA. Dari hasil analisis menunjukkan
hasil pada periode dua tahun sebelum bangkrut diketahu dari model MDA
bahwa variabel SEQ, GPM, WCTA, WCS, dan RETA sangat signifikan
didalam membedakan kedua kelompok. Logit mendapati tiga variabel
yang signifikan yaitu STA, SEQ, dan GPM. Jika dilihat dari sebaran
variabel yang berpengaruh di kedua model analisis, maka masalah
aktivitas dan profitabilitas tampaknya menjadi hambatan utama diperiode
dua tahun sebelum kebangkrutan.
3. Dimas Bagus Wiranakusuma, Jarita Duasa, Al-Iqtishad: Juornal of Islamic
Economics, Volume 9 (1), January 2017, meneliti mengenai judul
Buiding An Early Warning Towards the Resilience of Islamic Banking In
Indonesia. hasil analisis pada penelitain ini adalah beberapa indikator yaitu
IBRI dan beberapa indikator makro terpilih secara empiris menunjukkan
rasio signal to noise yang rendah. Ini berarti indikator terpilih tersebut
mampu menjadi indikator utama dalam mengeluarkan sinyal kerentanan
karena adanya tekanan eksternal. Maka rekomendasi bahwa ketahanan
perbankan syariah perlu didukung oleh ketahanan di sektor riil mengingat
basis usahanya adalah pengembangan sektor riil.
4. Irman Firmansyah, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 17
Nomor 2, Oktober 2014. Meneliti mengenai judul Determinant of non
performing loan: the case of islamic bank in Indonesia, teknik anaisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat
terkecil (ordinary least square/OLS). Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah pembiayaan bermasalah yang dihitug dari semua pembiayaan
yang macet 9dalam logaritma natural), dan variabel independen nya
meliputi: ukuran bank yang diukur dari total aset BPRS, BOPO, GDP, dan
inflasi. Dari hasil analisis diperoleh hasil GDP berpengaruh negatif
42
terhadap pembiayaan bermasalah, artinya jika perekonomian sedang naik
maka pembiayaan bermasalah pada BPRS akan berkurang sehingga GDP
menjadi sinyal positif bagi BPRS, inflasi berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan bermasalah, artinya inflasi yang merupakan indikator
lemahnya ekonomi/ daya beli masyarakat tidak lantas membuat BPRS
menjadi panik karena masyarakat terbukti akan mengutamakan
kepentingan kewajibannya dalam membayar/ melunasi hutang
pembiayaannya, likuiditas berpengaruh positif terhadap pembiayaan
bermasalah, dan BOPO tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
bermasalah pada BPRS.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sifat penelitian ini adalah survey data sekunder. Data yang
digunakanmerupakan data yang merupakan gabungan antara data cross sectional
dan data time series karena penelitian ini mengambil data yang merupakan
populasi yakni kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan dengan jumlah individu tertentu (populasi finit)42
yaitu BPRS yang ada
di Tangerang Selatan dalam beberapa periode waktu. Penelitian ini dilakukan
untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel independen yakni solvabilitas
(DAR) likuiditas (WCR) Rasio Lancar (Current Ratio) dan Profitabilitas (ROA)
terhadap variabel dependen yang berupa variabel dummy, 0 untuk kondisi gagal
dan 1 untuk kondisi tidak gagal
Penelitian menggunakan data sekunder yang didapatkan dari laporan
keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang dipublikasikan untuk umum
oleh Otoritas Jasa Keuangan triwulan periode Maret 2013 sampai Desember 2016
dipandang sudah cukup mewakili untuk melihat indikator-indikator yang
mempengaruhi kegagalan pada bank dan makroekonomi pada periode tersebut.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan
untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan
apa yang terjadi.43
Penelitian ini bersifat kuantitatif karena karena data yang
42
Moh. Nazir, Ph.D, Metode penelitian, Ghalia Indonesia,(Bogor:2011),hlm.271 43
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kuantitatif: komunikasi,ekonomi, dan kebijakan
publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, (Jakarta:Kencana, Prenada Media Grup,2005),hlm.36
44
digunakan berupa angka-angka kemudian dihitung dan analisis datanya diolah
secara statistik.
2. Prosedur dan Teknik Pengambilan Data
Data dalam penelitian ini merupakan populasi finit yaitu sebuah populasi
dengan jumlah individu tertentu. Pengambilan data yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Adapun data yang diambil yaitu seluruh bprs-bprs yang
beroperasi di daerah Tanggerang Selatan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang hanya ada di daerah Tangerang
Selatan
2. Laporan keuangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tersedia dalam
Direktori Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan pada Maret 2013-
Desember 2016
3. Bukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber. Data-data tersebut diproleh melalui berbagai cara,
antara lain:
1. Library Research
Merupakan cara pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan, jurnal-jurnal
dan skripsi-skripsi untuk memperoleh teori yang mendukung penelitian
ini.
2. Internet research
Merupakan pengumpulan data yang diakses melalui internet. Cara ini
digunakan untuk mencari jurnal-jurnal, laporan keuangan bprs-bprs yang
ada di Tangerang Selatan serta referensi lainnya guna mendukung
penelitian ini.
45
C. Sumber Data
Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan bprs-bprs yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan pada triwulan
periode Maret 2013 - Desember 2016. Disamping itu digunakan juga sejumlah
data atau keterangan yang diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu buku-buku
dan hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah probabilitas kegagalan
bank (variabel dummy, 0 untuk kondisi gagal, 1 untuk kondisi tidak
gagal).
2. Variabel Independen
Variabel indepeden yang digunakan adalah rasio keuangan bank yang
signifikan dari penelitian yaitu :
a. Debt Ratio adalah rasio untuk mengukur jumlah aset yang dibiayai
oleh hutang dan kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban jangka
panjangnya.
Rumus = Total Debt
x 100%
Total Assets
b. Working capital ratio adalah rasio untuk mengukur likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja (netto).
Rumusnya = Current Assets – Current Liabilities
x 100%
Total Assets
c. Current Ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
46
Rumusnya = Current Assets
x 100%
Current Liabilities
d. Return on Assets adalah rasioprofitabilitas yang dapat mengukur
kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan.
Rumusnya = Net Income
x 100%
Total Assets
E. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan dan pengujian hipotesis yang ada dalam
penelitianini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang telah diperoleh.
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah model logit yang
merupakan regresi non-linier yang menghasilkan sebuah persamaan dimana
variabel dependen bersifat kategorikal. Karegori paling dasar dari model tersebut
menghasilkan binary values seperti angka 0 dan 1. Analisis regresi digunakan
untuk menunjukkan pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang
lain. Sifat pengaruh ini dijelaskan antara variabel satu sebagai penyebab
sedangkan yang lainnya sebagai akibat dalam bentuk variabel independen dan
variabel dependen. Adapun model statistiknya adalah :
Ln P1 = a + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 X4
1-P1
Keterangan :
P1= probabilitas kegagalan bank
a = konstanta
β = koefisien
X1 =Total Liabilities to Total Assets
X2 =Current Assets – Current Liabilities to Total Assets
X3 =Current Liabilities to Current Assets
X4 =Net Income to Total Assets
47
F. Analisis Deskriptif kuantitatif
merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan
variabel yang diteliti berupa angka-angka sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan, dimana dalam penelitian ini angka-angka tersebut adalah rasio-rasio
keuangan dan kondisi bank yang dikaregorikan dalam 2 kelompok, yaitu kondisi
bank yang tidak bermasalah (1) dan kondisi bank yang bermasalah (0) dilihat dari
laporan keuangan triwulan periode Maret 2013 sampai Desember 2016.
G. Pengujian Statistika dan Signifikansi Variabel
Dalam kriteria statistika terdapat 3 penilaian yang menunjukkan bahwa
output suatu model persamaan tersebut merupakan suatu hasil yang baik atau
tidak. Ketiga penilaian itu antara lain uji signifikansi parsial, koefisien determinasi
(McFadden), dan uji signifikansi serentak (LR stat).
1. Koefisien Determinasi
Serupa dengan koefisien determinasi dalam regresi pada umumnya
yang dapat dilihat dari R2 dan adjusted R2, pada persamaan regresi yang
menggunakan metode logit, determinasi suatu persamaan bervariasi
berdasarkan perangkat yang digunakan. Pada eviews akan menghasikan
koefisien determinasi McFadden R2.
Koefisien ini digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel dari
variabel dependennya dapat dijelaskan oleh variasi nilai dari variabel –
variabel bebasnya. Dengan kata lain nilai-nilai tersebut mengukur tingkat
keberhasilan model regresi yang kita gunakan dalam memprediksi nilai
variabel dependen atau mengetahui kecocokan (goodness of fit) dari
model tersebut. Nilai R2 memiliki rentang nilai antara nol hingga satu
(0<R2<1). Semakin mendekati nilai satu maka hampir semua variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen dan model tersebut
dapat dikatakan semakin baik.
Nilai McFadden R-square atau nilai pseudo R2 akan menghasilkan
nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai R2 pada regresi OLS
48
biasa. Oleh karena itu, nilai McFadden R-square yang berada diantara 0,2
hingga 0,4 dianggap sebagai nilai yang paling baik.
2. Uji Signifikansi Parsial
Uji signifikansi parsial untuk melihat secara individual apakah suatu
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
dalam regresi pada umumnya dilihat dengan menggunakan t-test, namun
dalam regresi yang menggunakan metode logit, uji tersebut dilakukan
dengan pendekatan normal, sehingga kriteria pengujian menggunakan
nilai z. Dengan menggunakan z-test kita dapat mengambil kesimpulan
hipotesis apakah H0ditolak atau tidak ditolak. Desain hipotesis yang
dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
H0 : Xi = 0
H1 : Xi ≠ 0
Kriteria penolakan dapat disimpulkan apabila nilai z-stat lebih besar
dari nilai kritis maka H0 ditolak atau variabel independen tersebut
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Selain melihat nilai z-stat, pengambilan keputusan hipotesis juga
dapat dilihat dengan melihat probabilitasnya (p-value). Jika nilai p-value
lebih kecil dari nilai alpha (α) maka dengan tingkat keyakinan (1-α) kita
dapat menolak hipotesis H0.
3. Pengujian Signifikansi Serentak
Uji signifikansi secara serentak dalam persamaan yang
menggunakan metode logit dapat dilakukan dengan menganalisis nilai
Likelihood ratio (LR stat) digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen secara nyata. Desain hipotesis sebagai berikut:
H0 : Variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen.
H1 : Variabel-variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
49
Pengambilan kesimpulan hipotesis apakah H0 ditolak atau tidak ditolak
dengan membandingkan nilai LR ratio dengan nilai X2 dengan
menggunakan derajat bebas sejumlah variabel yang digunakan. Jika nilai
LR ratio lebih besar dari nilai kritis tersebut, maka H0 ditolak yang
artinya variabel independen dalam model persamaan tersebut bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
Sama seperti pengujian z-test, pengambilan keputusan LR ratio juga
dapat dilihat dengan melihat probabilitasnya (p-value). Jika nilai p-value
lebih kecil dari nilai alpha (α) maka dengan tingkat keyakinan 1-α kita
dapat menolak hipotesis null atau dengan kata lain variabel-variabel
independen dalam model persamaan tersebut bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya pada tingkat keyakinan 1-α.
4. Uji Asumsi Klasik
Logit model mempunyai kelebihan seperti tidak memerlukan asumsi
normalitas atas variabel- variabel bebas yang digunakan dalam model,
sehingga asumsi klasik yang diuji hanya ada tidaknya multikolinearitas
antar variabel bebas
Multikolinearitas merupakan pelanggaran asumsi dasar yang berarti
ada hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara atau semua
variabel independen pada model. Adanya multikolinearitas ini dapat
dideteksi dengan:
a. Nilai R2 tinggi dan nilai LR stat yang signifikan, namun sebagian
besar nilai dari t-stat tidak signifikan.
b. Tingkat korelasi yang cukup tinggi antar dua variabel bebas yakni
R>0,8. Jika hal tersebut terpenuhi maka diindikasikan terjadi masalah
multikolinearitas dalam persamaan tersebut. Multikolinearitas ini
terbagi menjadi dua, yaitu multikolinearitas sempurna apabila R=1
dan multikolinearitas tidak sempurna apabila R<1.
c. Besarnya condition number yang berkaitan dengan variabel bebas
bernilai lebih dari 20 atau 30. Nilai condition number dapat diperoleh
dengan prosedur pemisahan matriks variabel-variabel bebas.
50
Beberapa cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas, antara lain:
a. Menggunakan data panel
b. Menghilangkan variabel bebas yang tidak signifikan atau memiliki
korelasi tinggi.
c. Mentransformasikan variabel, misalnya mengubah menjadi bentuk
first difference.
d. Menambahkan data atau memilih sampel baru.
5. Interpretasi Model Logit
Pada pemodelan regresi, interpretasi parameter bertujuan untuk
megetahui arti dari nilai taksiran parameter pada variabel prediktor. Cara
yang digunakan untuk menginterpretasikan parameter regresi logistik dari
variabel kategorik adalah dengan rasio odds. Odds adalah perbandingan
probabilitas kejadian sukses dengan kejadian tidak sukses dalam suatu
kategori. Odds untuk X = 1 dan X = 0 secara berturut-turut adalah
p(1) dan p(0)
1-p(1) 1-p(0)
Rasio Odds merupakan perbandingan nilai odds untuk kategori x = 1
terhadap odds untuk kategori x = 0, dalam variabel prediktor yang sama
dengan menganggap variabel prediktor lainnya konstan. Rasio Odds
dinyatakan dengan ψ dan ditulisakan sebagai berikut
p(1)
1-p(1)
ψ = P(0)
1-p(0)
Kehadiran variabel x dengan nilai 1 akan memberikan nilai ψ kali
dibanding x dengan nilai 0 untuk menghasilkan kejadian sukses Y = 1
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di
kota Tangerang Selatan periode tahun 2014 sampai 2016 yang mempublikasikan
laporan keuangan nya di Otoritas Jasa Keuangan. Obyek dalam penelitian ini
sebanyak 4 BPRS yang termasuk dalam kriteria dalam penelitian ini yaitu BPRS
Harta Insan Karimah, BPRS Al Salaam, BPRS Wakalumi, dan BPRS Mulia
Berkah Abadi.
1. BPRS Harta Insan Karimah
PT BPRS Harta Insan Karimah didirikan pada tanggal 8 September 1993.
Dengan kantor pusat dan kantor cabang di Ciledug Tangerang, didirikan oleh
Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
(HMI FE UGM) Yogyakarta. Pembukaan cabang kedua pada Juni 2005 di
Cikarang Bekasi. Berpengalaman selama lebih dari 20 tahun di dunia perbankan
syariah. Perseroan telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga
pertumbuhan kinerja yang sehat dan berkesinambungan melalui pengembangan
sektor pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian (prudental banking) yang
berorientasi kepada pelayanan cepat dan islami.44
Pemegang saham perseroan
Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Gajah Mada (HMI FE
UGM) Yogyakarta. Sampai dengan Desember 2011, jumlah pemegang saham
sebanyak 249 orang dengan jumlah saham yang tersebar (tidak ada pemegang
saham pengendali).
44
Diakses dari “Sejarah dan Tentang HIK” di http://bprshik.co.id/tentang-hik/sejarah.
Pada tanggal 15 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB
52
2. BPRS Mulia
PT BPRS Mulia Berkah Abadi berdiri sejak 04 Mei 2010 sesuai Akta Notaris
No 01 dan telah mendapatkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia tertanggal 30 Agustus 2010 Nomor
AHU_42619.AH.01.02 Tahun 2010. PT BPRS Mulia Berkah Abadi didirikan
oleh beberapa orang orang yang memiliki kepedulian terhadap penyelamatan dan
perkambangan bisnis perbankan syariah. Sebelum berubah menjadi PT BPRS
Mulia Berkah Abadi, Bank ini pertama kali bernama PT BPRS Risalah Ummat
sesuai dengan anggaran dasar yang tercantum dalam akta tertanggal 03 November
195 Nomor 48 dan telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang
melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 5
Desember 1995 Nomor C-2-15.845 HT.01.01.TH.1995. Dalam perjalanannya
BPRS Risalah Ummat mengalami kesulitan untuk berkembang. Oleh karena itu,
pada tahu 2010, Bapak Bambang Sutrisno, Bapak Isyono Broto Wardjuno dan
Bapak Cahyo Kartiko mengambil alih dengan membeli kepemilikan lama dan
selanjutnya merubah nama Bank menjadi PT BPRS Mulia Berkah Abadi. Setelah
berjalan selama 6 tahun, PT BPRS Mulia Berkah Abadi telah mengalami berubah
kepemilikan di tahun 2014, hal ini dikarenakan Bapak Bambang Sutrisno
berkeinginan untuk menjual sahamnya. Oleh karena itu, kepemilikan Bank saat ini
menjadi milik Bapak Walneg Sopia Ja, Bapak Bachtiar Sunasto, Bapak Isyono
Broto Wardjuno, Bapak Chotib Muhammad dan Bapak Cahyo Kartiko.45
3. BPRS Wakalumi
BPRS Wakalumi berdiri pada 1990. Awalnya BPRS tersebut merupakan BPR
umum yang kemudian dikonversi sebagai bank syariah pada 1995. Berdirinya
BPRS Wakalumi diprakarsai oleh kelompok muslim yang menjadi pegawai di
45
Diakses dari “Sejarah’ di http://bprsmulia.com/sejarah.php pada tanggal 15 Oktober
2015 pukul 11.20 WIB
53
Bank Standart Charted yang hendak membangun sebuah wadah yang dapat
memberikan swadaya terhadap masyarakat.46
4. BPRS Al Salaam
PT BPR Amal Salman yang dikenal dengan BPR AL Salaam, didirikan pada
tanggal 9 Oktober 1991 atas inisiatif para alumni Institut Teknologi Bandung
(ITB) yang aktif di Masjid Salman. BPR Al Salaam didirikan dengan modal awal
Rp. 69.800.000,- dan jumlah pemegang saham 40 orang. Kegiatan operasional
BPR Al Salaam dimulai pada tanggal 29 Februari 1992 berdasarkan Akte No.30
dan diubah dengan akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Notaris di Jakarta,
dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C2-
7937.HT.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991. Modal tumbuh menjadi Rp
1.280.000.000,- dan jumlah pemegang saham menjadi 103 orang. Sejak tanggal 3
Juli 2006 BPR Al Salaam berubah dari bank konvensional menjadi bank
berazaskan syariah (BPRS Al Salaam). Hingga tahun 2015 modal meningkat
menjadi Rp. 11.848.180.000,- dan 161 pemegang saham47
5.1.2 Analisis dan Pembahasan
5. Analisis Deskriptif
Berdasarkan kriteria pengambilan data yang telah disajikan pada bab
sebelumnya diperoleh data penelitian sebanyak 4 BPRS yang ada di Tangerang
Selatan dan diantara variabel yang diteliti antara lain:
a. Total Liabilities to Total Assets (Debt Ratio)
Debt Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar
hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi
rasio artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit
46
Diakses dari “Sejarah” di http://bprswakalumi.com/sejarah pada 15 Oktober 2017
pukul 11.35 WIB 47
Diakses dari “Sejarah” di http://bprsalsalaam.co.id/main/profile/tentang-al-
salaam/sejarah-2 pada tanggal 15 Oktober 2017 pukul 11.45 WIB
54
bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan
perusahaan tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang
dimilikinya.Sebaliknya semakin rasio maka semakin kecil perusahaan
dibiayai dengan hutang maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Debt Ratio dari 4 BPRS yang ada di Tangerang Selatan pada
periode 2014-2016 dapat dilihat melalui tabel 4.1.
Tabel 4.1
NAMA BPRS TAHUN BULAN
MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER
Harta Insan
Karimah
2013 0,88% 0,87% 0,86% 0,87%
2014 0,88% 0,86% 0,86% 0,87%
2015 0,89% 0,86% 0,86% 0,87%
2016 0,86% 0,86% 0,90% 0,89%
MULIA
BERKAH
ABADI
2013 0,69% 0,71% 0,76% 0,70%
2014 0,69% 0,74% 0,76% 0,81%
2015 0,80% 0,82% 0,85% 0,84%
2016 0,88% 0,88% 0,90% 0,90%
WAKALUMI
2013 0,94% 0,94% 0,94% 0,93%
2014 0,93% 0,91% 0,90% 0,93%
2015 0,87% 0,83% 0,83% 0,85%
2016 0,98% 0,92% 0,94% 0,93%
Al Salaam
2013 0,90% 0,92% 0,91% 0,91%
2014 0,89% 0,89% 0,89% 0,90%
2015 0,88% 0,89% 0,88% 0,89%
2016 0,85% 0,87% 0,86% 0,87%
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan Debt Ratio pada BPRS Harta
Insan Karimah dari tahun 2013 sampai tahun 2016 tingat mengalami
kenaikan yang besar rata-rata sebesar 0,86% dan ditahun 2016 tepatnya
September 2016 naik menjadi 0,90% hal ini membuktikan buruknya bank
tersebut dalam pengelolaan aktivanya sehingga masih tingginya sumber
55
pendanaan bank tersebut yang berasal dari hutang hal ini menyebabkan
besarnya hutang yang harus dibayar dan dikhawatirkan BPRS tersebut
tidak mampu menutupi hutang-hutangnya dengan aktiva yang dimiliki.
Jumlah Debt Ratio pada BPRS Mulia berkah abadi pada tahun 2013
sampai September 2014 nilai Debt Ratio tertinggi sebesar 0,76% dan naik
pada Desember 2014 sampai Desember 2016 sebesar 0,90% hal ini
menunjukkan besarnya pendanaan yang berasal dari hutang sehingga
semakin tingginya hutang yang harus dibayarkan. Nilai debt ratio pada
BPRS Wakalumi terbilang lebih tinggi dari BPRS Harta insan karimah dan
Mulia berkah abadi, rata-rata nilai debt ratio pada BPRS Wakalumi
sebesar 0,94% dan tertinggi pada Maret 2016 sebesar 0,98% walaupun
sampai Desember 2016 nilainya menurun akan tetapi masih tingginya nilai
debt ratio pada BPRS Wakalumi menunjukkan bahwa pengelolaan aktiva
masih buruk sehingga jumlah hutang untuk membiayai usahanya masih
terus meningkat. Pada BPRS Al Salaam masih tingginya nilai debt ratio
tertinggi pada Juni 2013 sebesar 0,92% dan terendah Maret 2016 sebesar
0,85% hal ini menunjukkan walaupun sumber pendanaan yang berasal dari
hutang masih tinggi akan tetapi pengelolaan aktiva pada BPRS Al Salaam
cukup baik sehingga hutang yang harus dibayar atau porsi hutang dalam
pendaan usahanya semakin kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal
ini baik karena perusahaan dapat membayar hutang dengan aktiva yang
dimilikinya. Pada rasio hutang (Debt ratio) mengindikasi bahwa sumber
pendanaan yang berasal dari hutang masih tinggi. Kurang maksimalnya
pengelolaan aktiva membuat bank harus berhutang untuk tetap dapat
menjalankan usahanya. Hal ini tidak baik karena semakin tinggi hutang
akan semakin sulit bank dapat membayar dengan aktiva yang dimilikinya
dan semakin besar pula bank dalam kondisi bermasalah.
b. Working capital ratio
Working capital ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari
total aktiva dan posisi modal kerja. Semakin rendah nilainya menunjukkan
56
tingkat likuiditas perusahaan yang rendah dan memperbesar kemungkinan
tejadi kegagalan bank, begitu pun sebaliknya. Perhitungan nilai working
capital ratio untuk 4 BPRS yang beroperasi di Tangerang Selatan dapat
dilihat melalui tabel 4.2.
Tabel 4.2
NAMA BPRS TAHUN BULAN
MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER
HARTA
INSAN
KARIMAH
2013 0,55% 0,55% 0,54% 0,58%
2014 0,55% 0,55% 0,54% 0,52%
2015 0,51% 0,56% 0,53% 0,51%
2016 0,52% 0,51% 0,54% 0,50%
MULIA
BERKAH
ABADI
2013 0,96% 0,96% 0,96% 0,92%
2014 0,93% 0,90% 0,92% 0,96%
2015 0,97% 0,95% 0,97% 0,97%
2016 0,96% 0,96% 0,95% 0,96%
WAKALUMI
2013 0,63% 0,75% 0,69% 0,61%
2014 0,57% 0,69% 0,66% 0,61%
2015 0,66% 0,78% 0,64% 0,61%
2016 0,66% 0,70% 0,60% 0,55%
AL SALAAM
2013 0,87% 0,88% 0,86% 0,85%
2014 0,86% 0,83% 0,84% 0,86%
2015 0,87% 0,85% 0,84% 0,84%
2016 0,84% 0,85% 0,85% 0,84%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukaan nilai working capital
ratiopada BPRS Harta insan karimah cukup rendah, rata-rata nilai working
capital ratio sebesar 0,55% dan menurun sampai desember 2016 sebesar
0,50% Hal ini menunjukkan buruknya bank dalam mengelola modal
kerjanya yang dapat digunakan bank untuk menciptakan penjualannya
sehingga nantinya dapat menambah pundi-pundi finansial bank dan bank
57
tidak dapat menggunakan sumber dayanya dengan ekonomis dan
memperbesar kemungkinan terjadi kegagalan bank.
Pada BPRS Mulia berkah abadi rata-rata nilai working capital rasio 0,96%
dan terendah pada Juni 2014 sebesar 0,90% Hal ini menunjukkan
baiknyabank tersebut dalam mengelola modal kerjanya sehingga tingginya
tingkat likuiditas dan kecilnya kemungkinan terjadinya kegagalan bank.
Berbeda dengan BPRS Mulia berkah abadi nilai working capital
ratio pada BPRS Wakalumi tertinggi pada Juni 2015 sebesar 0,78% dan
terendah pada Desember 2015 sebesar 0,55% dari tabel 4.2 dapat dilihat
pula kurang stabilnya bank dalam mengelola modal kerjanya yang
mengakibatkan kurang stabilnya pula tingkat likuiditas bank tersebut dan
apabila pihak bank tidak dapat menstabilkan pengelolaan modal kerja
tersebut dikhawatirkan besarnya kemungkinan terjadinya kegagalan bank.
Pada BPRS Al Salaam nilai working capital ratio tertinggi pada Juni 2013
sebesar 0,88% terendah pada Juni 2014 sebesar 0,83% dan rata-rata
sebesar 0,84% hal ini menunjukkan besarnya nilai working capital ratio
yang berarti baiknya bank dalam mengelola modal kerjanya sehingga
tingkat likuiditas nya terus meningkat dan dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya kegagalan bank. Penelitian kali ini konsisten
dengan penelitian Jeni Siska (2013) yaitu rasio WCR mengalami
penurunan pada perbankan.
c. Current Ratio
Rasio lancar (Current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio
lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Apabila rasio lancar
rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar
utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi
keuangan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak
digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi baik atau
58
tidaknya ada suatu standar rasio yang digunakan. Dalam praktiknya sering
kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang
sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan
sehingga dengan hasil rasio seperti itu dirasa sudah merasa berada di titik
aman dalam jangka pendek. Perhitungan rasio lancar (current ratio) pada
BPRS di Tangerang Selatan dapat dilihat dari tabel 4.3
Tabel 4.3
NAMA BPRS TAHUN BULAN
MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER
HARTA
INSAN
KARIMAH
2013 528,10 646,44 645,04 657,76
2014 494,76 594,50 610,34 524,079
2015 406,03 612,05 530,52 535,413
2016 558,71 628,37 619,01 476,488
MULIA
BERKAH
ABADI
2013 198,32 188,11 189,94 156,870
2014 173,26 110,53 137,15 273,58
2015 277,56 187,15 259,36 291,78
2016 210,25 311,51 228,16 206,42
WAKALUMI
2013 275,88 397,96 335,17 268,58
2014 240,34 340,63 302,28 183,29
2015 279,75 404,92 288,37 263,93
2016 251,32 328,05 252,52 221,44
AL SALAAM
2013 575,62 637,27 562,97 557,19
2014 548,15 511,98 552,57 561,19
2015 610,18 557,54 560,63 564,24
2016 580,43 610,50 602,31 599,95
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan nilai current ratio pada BPRS Harta
insan karimah sangat tinggi. Nilai tertinggi yaitu pada Desember 2013 sebesar
657,76% dan terendah pada Maret 2015 sebesar 406,03% Hal ini menunjukkan
bank berada pada titik aman dalam jangka pendek dan bank mampu membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih.Pada BPRS Mulia berkah abadi nilai current ratio terendah pada Juni
59
2014 sebesar 110,53% dan tertinggi pada Juni 2016 sebesar 311,51% hal ini
menunjukkan adanya kenaikan nilai current ratio sehingga berhasil berada dititik
aman dalam jangka pendek. Artinya bank dapat mengelola aktiva lancar dengan
baik sehingga dapat menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Pada BPRS Wakalumi nilai current ratio terendah pada Desember 2014 sebesar
183,29% dan tertinggi pada Juni 2015 sebesar 404,92% hal ini menunjukkan
BPRS Wakalumi dapat berada di titik aman dalam jangka pendek. Walaupun,
pada tahun setelahnya nilai current ratio menurun akan tetapi tidak keluar dari
titik aman usaha, sehingga bank tersebut memiliki cukup aktiva lancar untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Akan tetapi BPRS
harus lebih meningkatkan nilai current ratio agar tetap berada dalam posisi aman
dalam jangka pendek. BPRS Al Salaam nilai current rasio terendah pada Juni
2014 sebesar 511,98% dan tertinggi pada Juni 2013 sebesar 637,27%serta sampai
Desember 2016 nilai current ratio masih tinggi sebesar 599,95% hal ini
menunjukkan penurunan nilai current ratio pada BPRS Al Salaam, akan tetapi
nilai current ratio pada BPRS Al Salaam masih tinggi dan berada di tiik aman
pada jangka pendek. Artinya, BPRS Al Salaam masih memiliki aktiva lancar yang
tersedia cukup besar untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih. Pada rasio lancar (current ratio) mengindikasi bahwa
bank dapat mengelola aktiva lancarnya sehingga berada dititik aman dan dapat
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia pada
saat jatuh tempo atau pada saat ditagih.
d. Return on Assets
Return on assets digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang
diperoleh dari penggunanaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio
ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan
bersih. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila >2%48
. Perhitungan return
on assets pada BPRS di Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel 4.4
48
Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto, Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, proceedingPESAT
60
Tabel 4.4
NAMA BPRS TAHUN BULAN
MARET JUNI SEPTEMBER DESEMBER
HARTA
INSAN
KARIMAH
2013 0,80% 1,50% 2,08% 2,74%
2014 0,76% 1,37% 1,78% 2,39%
2015 0,72% 1,33% 1,65% 2,03%
2016 2,67% 1,05% 1,80% 1,21%
MULIA
BERKAH
ABADI
2013 0,33% 0,32% 0,68% 2,21%
2014 2,74% 0,85% 0,62% 0,32%
2015 0,25% 1,02% 0,79% 4,84%
2016 4,43% 5,33% 4,57% 4,59%
WAKALUMI
2013 5,85% 8,71% 8,29% 7,79%
2014 6,97% 8,18% 7,52% 7,79%
2015 3,45% 4,63% 3,85% 3,24%
2016 1,71% 2,23% 1,96% 1,89%
AL SALAAM
2013 4,72% 2,19% 2,48% 2,61%
2014 4,13% 3,80% 3,84% 3,63%
2015 5,11% 3,20% 3,66% 3,50%
2016 4,61% 3,97% 4,38% 4,00%
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai return on assets pada BPRS
Harta insan karimah terendah pada Maret 2015 sebesar 0,72% dan tertinggi pada
Desember 2013 sebesar 2,74%. Pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai return on assets
yang terus menurun hal ini menunjukkan buruknya produktivitas asset dalam
menghasilkan laba bersih. Apabila manajemen tidak meningkatkan
kemampuannya untuk memperoleh profitabilitas dari penggunaan asset maka
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar.Pada BPRS
Mulia berkah abadi nilai return on assets terendah pada Maret 2015 sebesar
0,25% dan tertinggi pada Juni 2016 sebesar 5,33% dapat dilihat bahwa tingkat
profitabilitas bank semakin tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini
(psikologi,Ekonomi,Sastra,Arsitek&sipil). 21-22 Agustus, vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas
Ginadarma.
61
menunjukkan kemampuaan manajemen dalam memperoleh profitabilitas sangat
baik. Pada BPRS Wakalumi nilai return on assets terendah pada Maret 2016
sebesar 1,71% dan tertinggi pada Juni 2013 sebesar 8,71%. Hal ini menunjukkan
buruknya produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih karena nilai
return on asset terus menurun dibandingkan tahun sebelumnya sehingga
kemungkinan bank dalam kondisi masalah atau gagal semakin besar.Pada BPRS
Al Salaam nilai retun on asset terendah pada Juni 2013 sebesar 2,19% dan
tertinggi pada Maret 2015 sebesar 5,11%. Hal ini menunjukkan kemampuan
manajemen dalam memperoleh profitabilitas produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih sangat baik. Walaupun pada tahun setelahnya
menurun dari tahun sebelumnya yaitu pada Desember 2016 sebesar 4,00% akan
tetapi bank dalam keadaan baik. hal ini konsisten dengan penelitian Jeni Siska
(2013) yaitu bank masih berada dititik aman dengan nilai >2%.
e. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar
bariabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.49
Hasil output pada tabel 4.5 menunjukkan
nilai McFadden pada model ini adalah 0,459606. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan variabel independen yaitu DAR,WCR,Current Ratio dan ROA
dalam menjelaskan variabel dependen yaitu 0 untuk kondisi gagal dan satu
untuk kondisi tidak gagal pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di
Tangerang Selatan pada triulan periode Maret 2013 sampai Desember 2016
sebesar 45% sedangkan sisanya yaktu 55% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model penelitian ini.
49
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan program SPSS 19, hlm. 97.
62
Tabel 4.5 Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -10.31736 3.784970 -2.725877 0.0064
DAR 1.86E-06 2.45E-05 0.076068 0.9394
WCR 3.86E-05 2.07E-05 1.866563 0.0620
CR 8.83E-06 3.32E-06 2.662009 0.0078
ROA 0.000789 0.000335 2.359035 0.0183
McFadden R-squared 0.459606 Mean dependent var 0.187500
S.D. dependent var 0.393398 S.E. of regression 0.295731
Akaike info criterion 0.677814 Sum squared resid 5.159952
Schwarz criterion 0.846477 Log likelihood -16.69005
Hannan-Quinn criter. 0.744259 Deviance 33.38009
Restr. Deviance 61.76993 Restr. log likelihood -30.88496
LR statistic 28.38984 Avg. log likelihood -0.260782
Prob(LR statistic) 0.000010
Obs with Dep=0 32 Total obs 64
Obs with Dep=1 32
Sumber: Output Eviews 9
f. Uji Signifikansi Serentak
Uji signifikasi serentak bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam metode logit
uji signifikansi serentak dapat dilakukan dengan menganalisis nilai Likelihood
Ratio. Pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai probabilitas (LR stat) adalah 0,000010
nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi uji sebesar 0,05 (0,000010<0,05)
sehingga menolak H0 yang menyatakan variabel independen secara serentak tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini berarti
variabel independen (DAR, WCT, Current Ratio dan ROA) secara serentak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (0 untuk kondisi gagal dan 1
untuk kondisi tidak gagal pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada triwulan
periode Maret 2013 sampai Desember 2016)
63
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -10.31736 3.784970 -2.725877 0.0064
DAR 1.86E-06 2.45E-05 0.076068 0.9394
WCR 3.86E-05 2.07E-05 1.866563 0.0620
CR 8.83E-06 3.32E-06 2.662009 0.0078
ROA 0.000789 0.000335 2.359035 0.0183
McFadden R-squared 0.459606 Mean dependent var 0.187500
S.D. dependent var 0.393398 S.E. of regression 0.295731
Akaike info criterion 0.677814 Sum squared resid 5.159952
Schwarz criterion 0.846477 Log likelihood -16.69005
Hannan-Quinn criter. 0.744259 Deviance 33.38009
Restr. Deviance 61.76993 Restr. log likelihood -30.88496
LR statistic 28.38984 Avg. log likelihood -0.260782
Prob(LR statistic) 0.000010
Obs with Dep=0 32 Total obs 64
Obs with Dep=1 32
Sumber: Output Eviews 9
g. Uji Signifikansi Parsial
Uji signifikansi parsial bertujuan untuk melihat secara individual apakah
suatu variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Berbeda dengan regresi pada umumnya yang menggunakan t-test, namun pada
analisis yang menggunakan model logit uji signifikansi parsial dengan
menggunakan nilai z untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial
atau individu mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Kriteria
penolakan dapat disimpulkan apabila nilai z-stat lebih besar dari nilai kritis
maka H0 ditolak atau variabel independen tersebut mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
Selain melihat nilai z-stat, pengambilan keputusan hipotesis juga dapat
dilihat dengan melihat probabilitasnya (p-value). Jika nilai (p-value) lebih
kecil dari nilai alpha (α) maka dengan tingkat keyakinan (1-α) kita dapat
menolak hipotesis H0.
64
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -10.31736 3.784970 -2.725877 0.0064
DAR 1.86E-06 2.45E-05 0.076068 0.9394
WCR 3.86E-05 2.07E-05 1.866563 0.0620
CR 8.83E-06 3.32E-06 2.662009 0.0078
ROA 0.000789 0.000335 2.359035 0.0183
Sumber: Output Eviews 9
a. Uji signifikansi variabel Debt Ratio terhadap probabilitas kegagalan bank
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai z 0,076068 dengan nilai prob (p-
value) pada rasio DAR sebesar 0,9394 nilai ini lebih besar dari nilai signifikan uji
sebesar 0,05 (0,9394>0,05) sehingga menerima H0 yang menyatakan bahwa
variabel DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y dan menolak Ha
yang menyatakan bahwa variabel DAR tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y.
b. Uji signifikansi variabel Working capital ratio terhadap probabilitas
kegagalan bank
Untuk variabel WCR berdasarkan tabel 4.7 nilai z 1,866563 dengan nilai prob
(p-value) sebesar 0,0620 nilai ini lebih besar dari nilai signifikan uji sebesar 0,05
(0,0620>0,05) sehingga dapat menerima H0 yang menyatakan variabel WCTA
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y dan menolak Ha yang
menyatakan variabel WCTA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
c. Uji signifikansi variabel Current ratio terhadap probabilitas kegagalan bank
Untuk variabel Current Ratio berdasarkan tabel 4.7 nilai z 2,662009 dengan
nilai prob (p-value) sebesar 0,0078 nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan uji
sebesar 0,05 (0,0078<0,05) sehingga menolak H0 yang menyatakan bahwa
variabel Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y dan dapat
65
menerima Ha yang menyatakan variabel Ha berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y.
d. Uji signifikansi variabel Return on assets ratio terhadap probabilitas
kegagalan bank
Dan berdasarkan tabel 4.7 untuk variabel ROA nilai z 2,359035 dengan nilai
prob (p-value) sebesar 0,0183 nilai ini lebih kecil dari nilai signifikan uji sebesar
0,05 (0,0183<0,05) sehingga menolak H0 yang menyatakan bahwa variabel ROA
tidak berpengaruh terhadap variabel Y dan menerima Ha yang menyatakan
variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap variabel Y.
e. Odds Ratio
Pada Model logit interpretasikan dilakukan dengan melihat Odds ratio. Odds
ratio adalah peluang terjadinya suatu kejadian dibandingkan peluang tidak
terjadinya kejadian tersebut.
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Model
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -10.31736 3.784970 -2.725877 0.0064
DAR 1.86E-06 2.45E-05 0.076068 0.9394
WCR 3.86E-05 2.07E-05 1.866563 0.0620
CR 8.83E-06 3.32E-06 2.662009 0.0078
ROA 0.000789 0.000335 2.359035 0.0183
Dari output ini diperoleh model logit berikut:
πi = Р(Yi = 1|x) = E(Yi = 1|x) = e-10.31736+1.86E-06DAR+3.86E-05WCR+8.83E-06CR+0.000789ROA
1+e-10.31736+1.86E-06DAR+3.86E-05WCR+8.83E-06CR+0.000789ROA
Sehingga diperoleh nilai odd ratio sebesar
πi
= e-10.31736+1.86E-06DAR+3.86E-05WCR+8.83E-06CR+0.000789ROA
1- πi
66
Persamaan ini diinterpretasikan sebagai perbandingan peluang terjadinya
kebangkrutan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dibandingkan dengan tidak
terjadinya kebangkrutan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.50
Dari model prediksi
yang diperoleh tersebut, selanjutnya dapat dilakukan interpretasi sehingga
diketahui hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Diberikan input
berupa variabel DAR, WCR, Current Ratio dan ROA.
Output ini dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan satu unit nilai dari
variabel DAR akan meningkatkan nilai odds ratio sebagai bank gagal sebesar
(1,86) dan berpengaruh positif dengan variabel terikat. Dapat diartikan bahwa log
of odds kemungkinan terjadinya kegagalan bank akan meningkat sebesar 1,86%
jika terdapat kenaikan rasio DAR pada bank. Pada variabel WCR
diinterpretasikan kenaikan nilai dari variabel WCR akan meningkatkan nilai odds
ratio sebagai bank gagal sebesar (3,86) dan berpengaruh positif dengan variabel
terikat. Dapat diartikan bahwa log of odds kemungkinan terjadinya kegagalan
bank akan meningkat sebesar 3,86% dibandingkan kemungkinan tidak terjadinya
kegagalan bank jika terdapat penurunan rasio WCR pada bank. Pada variabel
Cureent Ratio diinterpretasikan kenaikan nilai dari variabel Current Ratio akan
meningkatkan nilai odds ratio sebagai bank gagal sebesar (8,83) dan berpengaruh
positif dengan variabel terikat. Dapat diartikan bahwa log of odds kemungkinan
terjadinya kegagalan bank akan meningkat sebesar 8,83% dibandingkan
kemungkinan tidak terjadinya kegagalan bank jika terdapat kenaikan rasio
Current Ratio pada bank. Untuk variabe ROA diinterpretasikan kenaikan nilai
dari variabel ROA akan meningkatkan nilai odds ratio sebagai bank gagal sebesar
(0,000789). Dan berpengaruh positif dengan variabel terikat. Dapat diartikan
bahwa log of odds kemungkinan terjadinya kegagalan bank akan meningkat
sebesar 0,000789 kali dibandingkan dengan kemungkinan tidak terjadinya
kegagalan bank jika terdapat kenaikan rasio ROA pada bank.
50
Dedi Rosadi, „’Ekonometrika dan Analisis runtun waktu terapan dengan eviews’’,
(Andi, Yogyakarta:2012), h. 101.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indikator apa saja yang dapat
menyebabkan kebangkrutan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Tangerang Selatan. Variabel yang digunakan adalah Debt Ratio, Working
Capital Ratio, Current Ratio dan Return on Assets Ratiodan sebagai Early
Warning System agar menejemen dapat mengambil keputusan pada tepat
waktu sehingga bank tidak dalam kondisi bank bermasalah, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Indikator kebangkrutan pada BPRS di Tangerang Selatan ditinjau dari
model Binary Logit Regression adalah:
a. Debt Ratio, dari hasil penelitian pada debt ratio didapatkan BPRS
Harta Insan Karimah dan Mulia Berkah abadi dengan jumlah debt ratio
tertinggi hal ini menunjukkan semakin besarnya aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang atau besarnya hutang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva, Artinya semakin besar hutang jangka
panjang yang dimiliki bank.
b. Working Capital Ratio, dari hasil penelitian pada working capital ratio
didapatkan BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Wakalumi dengan
nilai working capital ratio terendah, artinya rendahnya tingkat
likuiditas bank dan memperbesar kemungkinan tejadi kegagalan bank.
c. Current Ratio, dari hasil penelitian pada current ratio didapatkan
BPRS Mulia Berkah Abadi dan Wakalumi dengan nilai Current ratio
terendah hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
68
d. Return on Assets, dari hasil penelitian pada return on assets ratio
didapatkan BPRS Harta Insan Karimah dan Wakalumi dengan nilai
Retur on Assets terendah, hal ini menunjukkan semakin buruknya
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.
2. Berdasarkan hasil penelitian indikator ekonomi yang berpengaruh
signifikan terhadap kebangkrutan bagi BPRS adalah variabel CR dan
ROA berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (probabilitas
kegagalan bank) karena berdasarkan uji statistik dengan model logit nilai
variabel CR (current ratio) dan ROA (return on assets) lebih kecil dari
nilai signifikansi uji sebesar 0,05.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi BPRS yang Bermasalah, diharapkan lebih meningkatkan kinerja
dalam mengelola keuangannya terlebih aktinya agar memperkecil
kemungkinan berada dalam kondisi bank bermasalah
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan menambahkan sampel BPRS
sehingga hasil penelitiannya lebih mencerminkan kondisi Perbankan
Syariah khususnya BPRS dengan cangkupan yang lebih luas, dan
sebaiknya memakai metode analisis data yang berbeda sebagai pembeda
atau menggunakan dua analisis data yang berbeda dalam penelitiannya,
sehingga bisa mengetahui yang mana metode analisis data yang lebih
relevan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. Riawan, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, ( Jakarta: UIN Press,
2009)
Blealey, A. Richard, Myers Steward C and Alan J. Marcus, Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Glora Aksara Prima, 2008)
Bungin, Burhan Metodologi penelitian kuantitatif: komunikasi, ekonomi, dan
kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, (Jakarta:Kencana,
Prenada Media Grup,2005).
Ghozali, Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013).
Hamanto, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: BPFE), Edisi 1
Harahap, Sofyan Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), Edisi 1
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)
Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”,
Kuncoro, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi,
Edisi Pertama, AMP YKPN.,(Yogyakarta: 2001)
Lawrance R. Jauch and Wiliam F Glueck, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan
Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1995), Edisi ke-3
Martin et.al, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995), Edisi ke-5
Nazir, Moh, Metide penelitian, Ghalia Indonesia,(Bogor:2011)
Rosadi, Dedi, „‟Ekonometrika dan Analisis runtun waktu terapan dengan
eviews‟‟, (Andi, Yogyakarta:2012)
Santono, Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
BPFE, 2008)
Toto, Prihadi, Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PPM,
2011)
Usman, Rachmadi, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012)
70
Jurnal/Tesis
Adnan, M. A dan Eha Kurniasih, Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan untuk
Memprediksi Potensi Kebangkrutan dengan Pendekatan Altman, (kasus
pada sepuluh perusahaan di Indonesia), jurnal Akutansi dan Auditing
Indonesia (JAAI), Vol 4 No. 2
Anggraeni, Retno Dewi Anggraeni Dan Sri Mangesti Rahayu Topowijono,
“Penerapan Model Multiple Discriminant Analysis Untuk Memprediksi
Financial Distress, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 8 No. 2,
(Maret 2014)
Barniv Ran and B McDonald. 1992. Identifying financial distress in the insurance
industry: A Synthesis of method, Journal of Risk an Insurance (1986-
19980 59,4; ABI/INFORM Global pg. 543.
Endri, Prediksi kebangkrutan bank untuk menghadapi dan mengelola perubahan
lingkungan bisnis: analisis model Altman‟s Z-Score, perbanas quarterly
review, vol. 2 No. 1, Maret 2009.
Hadad, M.D.,W. Santoso dan Ita Rulina. 2003. Indikator Kepailitan di Indonesia;
An additional early warning tools pada stabilitas keuangan, direktorat
Penelitian dan Pengaturan Perbankan bank Indonesia.
Lestari, Ika Maharani dan Toto Sugiharto, Kinerja Bank Devisa dan Bank Non
Devisa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, vol.2.
Fakultas Ekonomi, Universitas Ginadarma.
POJK, Nomor 3/POJK.03/2016 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Webside:
http://berandainovasi.com/pengembangan-umkm-di-kota-tangerang-selatan/
http://bprshik.co.id/tentang-hik/sejarah
http://bprsmulia.com/sejarah.php
http://bprsalsalaam.co.id/main/profile/tentang-al-salaam/sejarah-2
http://bprswakalumi.com/sejarah
www.bi.go.id
www.lps.go.id
71
www.ojk.go.id
http://tangselmedia.com/disperindag-kota-tangsel-penyambung-lidahukm.html,
https://www.tangerangselatankota.go.id/main/content/index/visi_misi/3