Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

12
Available Online at http://fe.unp.ac.id / Book of Proceedings published by (c) SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG SNEMA-2015 Padang-Indonesia. ISBN: 978-602-17129-5-5 Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Halkadri Fitra Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jalan Prof. Hamka Padang, Kode Pos 25132 Telp: +62811741374 Email: [email protected] Abstract The purpose of this study was to determine the effectiveness and the differences in the results of the use of Altman Z -score , Springate and Zmijewski Models in predicting bankruptcy in cement companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012 through 2014. This type of research is classified as descriptive quantitative comparative, data collection techniques documentation method used is secondary data in the form of statement of financial position , income statement , statement of changes in equity , cash flow statements , notes to the financial statements and the market value of equity . The results showed that the Altman Z-score model is able to predict the bankruptcy of the company and has a degree of effectiveness of 77.78 % , then the model is able to predict and Springate also have the same degree of effectiveness of the Altman Z-score model is 77.78 % while the Model Zmijewski able to predict the level of effectiveness of 100 % . Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy, Springate, Zmijewski, 1. PENDAHULUAN Kondisi perusahaan yang sehat selalu menjadi idaman pemegang saham dan manajemen perusahaan. Namun ada saat-saat tertentu perusahaan tidak berjalan sesuai dengan rencana dan kemungkinan mengalami kesulitan keuangan seperti kesulitan likuiditas dalam pembayaran operasional perusahaan. Apabila tidak diatasi dalam waktu cepat akan berdampak pada kesulitan solvabilitas yang berujung pada kebangkrutan perusahaan (Suharman, 2007). Sehubungan dengan kebangkrutan merupakan persoalan yang serius, dan memakan biaya, maka jika ada early warning system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awak, di mana manajemen akan sangat terbantu. Manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Mamduh, 2008). Model Altman Z-Score, Springate, Zmijewski merupakan model model analisis kebangkrutan yang sering digunakan dan dikenal karena keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya yang cukup akurat dan caranya yang relatif mudah. Ketiga model ini dioperasionalkan melalui perbandingan rasio-rasio keuangan dalam mendapatkan hasil akhir prediksi kebangkrutan. Ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya. Industri semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi di Indonesia. Perannya sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan menjadikan semen sebagai salah satu tulang punggung kemajuan negara (Koran Sindo, 13 Mei 2014). Untuk itu, kondisi perusahaan semen yang baik, tidak mengalami kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas akan menopang ketersediaan semen untuk pemenuhan kebutuhan bidang kebutuhan pembangunan. Penggunaan model untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan semen akan membantu pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. Oleh karena itu, dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan semen yang memiliki resiko melekat seperti kegagalan pembangunan, maka dapat diketahui keefektifan ketiga model tersebut dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen yang mungkin terjadi.

Transcript of Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Page 1: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Available Online at http://fe.unp.ac.id/

Book of Proceedings published by (c)

SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN

AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SNEMA-2015

Padang-Indonesia.

ISBN: 978-602-17129-5-5

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada

Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Halkadri Fitra

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Jalan Prof. Hamka Padang, Kode Pos 25132

Telp: +62811741374 Email: [email protected]

Abstract

The purpose of this study was to determine the effectiveness and the differences in the results of the use of Altman Z -score ,

Springate and Zmijewski Models in predicting bankruptcy in cement companies listed on the Indonesia Stock Exchange in

2012 through 2014. This type of research is classified as descriptive quantitative comparative, data collection techniques

documentation method used is secondary data in the form of statement of financial position , income statement , statement of

changes in equity , cash flow statements , notes to the financial statements and the market value of equity . The results

showed that the Altman Z-score model is able to predict the bankruptcy of the company and has a degree of effectiveness of

77.78 % , then the model is able to predict and Springate also have the same degree of effectiveness of the Altman Z-score

model is 77.78 % while the Model Zmijewski able to predict the level of effectiveness of 100 % .

Keywords: Altman Z-Score, Bankruptcy, Springate, Zmijewski,

1. PENDAHULUAN

Kondisi perusahaan yang sehat selalu menjadi idaman pemegang saham dan manajemen perusahaan.

Namun ada saat-saat tertentu perusahaan tidak berjalan sesuai dengan rencana dan kemungkinan mengalami

kesulitan keuangan seperti kesulitan likuiditas dalam pembayaran operasional perusahaan. Apabila tidak diatasi

dalam waktu cepat akan berdampak pada kesulitan solvabilitas yang berujung pada kebangkrutan perusahaan

(Suharman, 2007). Sehubungan dengan kebangkrutan merupakan persoalan yang serius, dan memakan biaya,

maka jika ada early warning system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awak, di mana

manajemen akan sangat terbantu. Manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini

mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Mamduh, 2008).

Model Altman Z-Score, Springate, Zmijewski merupakan model model analisis kebangkrutan yang

sering digunakan dan dikenal karena keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutannya yang cukup

akurat dan caranya yang relatif mudah. Ketiga model ini dioperasionalkan melalui perbandingan rasio-rasio

keuangan dalam mendapatkan hasil akhir prediksi kebangkrutan. Ketiga model tersebut memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing dalam penentuan modelnya.

Industri semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi di Indonesia. Perannya

sebagai salah satu komponen utama dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan menjadikan semen sebagai

salah satu tulang punggung kemajuan negara (Koran Sindo, 13 Mei 2014). Untuk itu, kondisi perusahaan semen

yang baik, tidak mengalami kesulitan likuiditas maupun kesulitan solvabilitas akan menopang ketersediaan

semen untuk pemenuhan kebutuhan bidang kebutuhan pembangunan. Penggunaan model untuk memprediksi

kebangkrutan pada perusahaan semen akan membantu pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya. Oleh

karena itu, dengan melakukan perbandingan ketiga model analisis kebangkrutan pada perusahaan semen yang

memiliki resiko melekat seperti kegagalan pembangunan, maka dapat diketahui keefektifan ketiga model

tersebut dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen yang mungkin terjadi.

Page 2: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

506

Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa efektif penggunaan Model Altman sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan

pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014?

2. Seberapa efektif penggunaan Model Springate sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan

pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014 ?

3. Seberapa efektif penggunaan Model Zmijewski sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan

pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014 ?

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Altman dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014

2. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Springatee dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014

3. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan Model Zmijewski dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014

2. TELAAH LITERATUR

2.1 Laporan Keuangan

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat

tertentu atau jangka waktu tertentu (Sofyan, 2006). Seiiring dengan itu, menurut Soemarso (2004: 34),

menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama

pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Sedangkan menurut PSAK

Nomor 1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), mendefenisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Adapun tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi

2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai

entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian,

kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi

tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna

laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya

kas dan setara kas.

2.2 Kebangkrutan

Menurut Mamduh (2008;638), pengertian kebangkrutan bisa dilihat dari pendekatan aliran dan

pendekatan stok. Dengan menggunakan pendekatan stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut jika total

kewajiban melebih total aktiva.Sedangkan dengan pendekatan aliran, perusahaan akan bangkrut jika tidak bisa

menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stok, perusahaan bisa dinyatakan bangkrut meskipun

mungkin masih menghasilkan aliran kas yang cukup, atau mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang.

Bagi perusahaan yang go public kebangkrutan perusahaan sangatlah sensitif, karena perusahaan yang go public

harus siap melaksanakan segala kewajiban oleh pasar modal. Pengertian kebagkrutan menurut Yani (2004:153)

merupakan suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.

Suatu perusahaan dapat dikatakan bangkrut, jika mengalami beberapa indikator sebagai yangdiungkapkan oleh

Surjanto (2003:184), tanda yang dapat dilihat jika sebuah perusahaan mengalami kesulitan dalam menjalankan

bisnisnya, antara lain:

a. Penjualan atau pendapatan yang mengalami penurunan secara signifikan.

b. Penurunan laba dan arus kas dari operasi.

c. Penurunan total aktiva.

d. Harga pasar saham menurun secara signifikan.

e. Kemungkinan gagal yang besar dalam industry, atau risiko yang tinggi.

Page 3: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

507

f. Young company, perusahaan yang usianya masih muda pada umumnya mengalami kesulitan di tahun tahun

awal operasinya, sehingga kalau tidak didukung sumber permodalan yang kuat akan dapat mengalami

kesulitan keuangan yang serius dan berakhir dengan kebangkrutan.

g. Pemotongan yang signifikan dalam dividen.

Dalam undang undang, istilah kebangkrutan diidentikan dengan kondisi pailit. Menurut Undang-

Undang No. 4 Tahun 1998, yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

kepailitan dan penunandaan pembayaran kewajiban, menyatakan kondisi kepailitan adalah keadaan dimana

suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak

membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

2.3 Metode Model Altman Z-Score Salah satu model untuk memprediksi kebangkrutan yang sering dipakai adalah analisis model Altman

Z-Score. Model ini merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan

finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan

untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang

ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut : (Weston & Copeland, 2008:255) :

Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Dimana:

Z = bankrupcy index

X1 = working capital / total asset

X2 = retained earnings / total asset

X3 = earning before interest and taxes / total asset

X4 = market value of equity / book value of total debt

X5 = sales / total asset

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Jika nilai Z < 1,81 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

b. Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami

kebangkrutan).

c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

2.4 Metode Model Springate Springate telah merumuskan model prediksi kebangkrutan pada tahun 1978. Dalam perumusannya,

Springate menggunakan metode yang sama dengan Altman, yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA). Pada

awalnya model S-Score terdiri dari 19 rasio keuangan yang populer. Setelah melalui uji yang sama dengan yang

dilakukan Altman, Springate memilih menggunakan 4 rasio yang dipercaya bisa membedakan antara perusahaan

yang mengalami kebangkrutan dan yang tidak mengalami kebangkrutan. Model yang dihasilkan adalah sebagai

berikut (Hadi, 2008 dalam Bayu, 2014):

S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D

Dimana:

S= bankrupcy index

A= Working Capital / Total Asset

B= Earning Before Interest and Tax /Total Asset

C= Earning Before Tax / Current Liabilities

D= Sales / total asset

Dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a. apabila nilai S < 0,862 maka menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan

yang serius (bangkrut),

b. apabila nilai S > 0,862 maka menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak

mempunyai permasalahan dengan keuangan (tidak bangkrut).

2.5 Metode Model Zmijewski

Zmijewski (1984) menggunakan analisa rasio yang mengukur kinerja leverage, provitabilitas, serta

likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Zmijewski menggunakan probit analisis yang diterapkan

pada 40 perusahaan yang telah bangkrut dan 800 perusahaan yang masih bertahan saat itu. Model yang berhasil

dikembangkan oleh Zmijewski yaitu (Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra, 2000:4):

Page 4: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

508

X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

Dimana:

X = bankrupcy index

X1 = ROA (Return on Asset)

X2 = Leverage (Debt Ratio)

X3 = Likuiditas (Current Ratio)

Dengan kriteria penilaian :

a. Jika skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari model prediksi kebangkrutan ini melebihi 0 maka

perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan.

b. Jika sebuah perusahaan memiliki skor yang kurang dari 0 maka perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk

mengalami kebangkrutan.

2.6 Net Working Capital to Total Asset Rasio ini adalah perbandingan antara modal kerja bersih (aset lancar dikurangi dengan kewajiban

lancar) dibagi dengan total aset yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja

bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan

menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aset lancar yang

cukup untuk menutupi kewajiban tersebut Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai

positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya

2.7 Retained Earnings to Total Assets Rasio ini adalah perbandingan antara laba ditahan dengan total aset yang berguna untuk mengukur

keuntungan kumulatif terhadap umur perusahaan yang menunjukkan kekuatan pendapatan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aset perusahaan. Laba ditahan

merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan

menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para

pemegang saham.

2.8 Earning Before Interest and Tax to Total Asset Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aset yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset perusahaan, sebelum pembayaran

bunga dan pajak.

2.9 Market Value of Equity to Book Value of Debt Rasio ini adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengannilai buku hutang yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa).

Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga

pasar per lembar saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar dengan

kewajiban jangka panjang.

2.10 Sales / Total Asset

Rasio ini merupakan perbandingan antara total penjualan/ pendapatan dengan total aset yang

menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total

asetnya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aset perusahaan untuk

menghasilkan penjualan dalam rangka mendapatkan laba.

2.11 Earning Before Tax / Current Liabilities

Rasio ini adalah perbandingan antara laba sebelum pajak (EBT) dengan total kewajiban lancar yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari hutang jangka pendek sebelum pembayaran

pajak.

2.12 ROA (Return on Asset)

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan yang

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan penggunaan aset yang dimiliki.

2.13. Leverage (Debt Ratio)

Rasio ini adalah perbandingan antara total hutang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan dan

menunjukkan komposisi jumlah hutang perusahaan. Rasio ini juga bisa dimaknai dari jumlah total aset yang

dimiliki perusahaan berapa besar yang bersumber dari hutang.

Page 5: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

509

2.14. Likuiditas (Current Ratio)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara jumlah aset lancar dibandingkan dengan jumlah kewajiban

lancar dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi hutang jangka pendek dengan jumlah

aset lancar yang dimiliki.

2.15. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penelitian ini adalah pendekatan penelitian komparatif

yang membandingkan antara model Altman Z-score, Springate dan metode Zmijewski untuk memprediksi

kebangkrutan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2014

3.2 Objek dan Subjek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2014 dengan objek yang diteliti adalah laporan keuangan yang tersedia

pada periode tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat 3 perusahaan yang konsisten dari tahun 2012

sampai dengan 2014 yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB),

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).

3.3 Jenis Data Menurut cara memperolehnya, penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas/ saldo laba/

retained earnings, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan nilai kapitalisasi pasar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dengan

mencatat dan menelusuri data perusahaan dengan sumber utama untuk laporan keuangan (laporan posisi

keuangan, laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas / saldo laba/ retained earnings, laporan arus kas,

catatan atas laporan keuangan) tahun 2012 sampai dengan 2014 dari Bursa Efek Indonesia sedangkan data nilai

kapitalisasi pasar bersuber dari http://www.sahamok.com.

Laporan Keuangan

Laporan Posisi

Keuangan Laporan Laba/

Rugi

Laporan Perubahan

Ekuitas Laporan Arus Kas Catata Atas Laporan

Keuangan

Market Value of

Equity

Prediksi

Kebangkrutan

Metode Model Altman Z-

Score

Metode Model Springate Metode Model Zmijewski

Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3

S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D

Bangkrut

Grey Area

Tidak

Bangkrut

Bangkrut

Tidak

Bangkrut

Bangkrut Tidak

Bangkrut

Kesimpulan

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Page 6: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

510

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah :

a. Menghitung nilai model Altman Z-Score, Model Springate, dan Model Zmijewski

b. Membandingkan dengan realitas kondisi perusahaan yang sebenarnya berdasarkan kondisi arus kas dan

kondisi stok serta peraturan yang berlaku

c. Menghitung persentase keefektifan masing-masing model prediksi kebangkrutan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2012 – 2014. Terdapat 3 perusahaan yang konsisten dari tahun 2012 sampai dengan 2014 yaitu

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), PT. Semen Indonesia

(Persero) Tbk (SMGR). Masing-masing perusahaan dianalisis dengan menggunakan metode Altman, Springate

dan Zmijewski yang dibahas sebagai berikut :

a. Hasil Prediksi Model Altman Z-Score

Berdasarkan Model Altman Z-Score, Z= 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5, maka diperoleh

hasil pengolahan data sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Prediksi Model Altman Z-Score

1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Nilai Z Keterangan

2012 0,53441 0,69647 0,25826 24,77014 0,75984 18,08979 TB

2013 0,53016 0,68410 0,22791 20,28476 0,70249 15,21869 TB

2014 0,44404 0,69793 0,20685 22,44559 0,69227 16,35152 TB

2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

2012 0,05176 0,17058 0,16752 5,92525 0,74052 5,14866 TB

2013 -0,07902 0,15955 0,12411 2,84759 0,65030 2,89633 TDD

2014 -0,08820 0,13831 0,07514 1,98458 0,61230 2,13817 TDD

3). PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

2012 0,12815 0,57533 0,26703 11,1733 0,73735 9,28106 TB

2013 0,15180 0,59194 0,22937 9,33717 0,79568 8,16500 TB

2014 0,18579 0,62370 0,20853 10,31877 0,78588 8,76063 TB

Sumber : www.idx.co.id dan www.sahamok.com (data diolah)

TB : Tidak Bangkrut TDD : Tidak Dapat Diprediksi

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,

jika nilai Z ≥ 2,99 maka dinyatakan tidak bangkrut, 1,8 < Z< 2,99 masuk kedalam kategori grey area (Tidak

dapat diprediksi) dan nilai Z ≤ 1,8 maka dapat dinyatakan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang

terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode Altman Z-Score perusahaan PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014.

Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil prediksi yang menyatakan bahwa pada

tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan tidak dapat diprediksi apakah bangkrut

atau tidak bangkrut karena berada dalam gray area. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

(SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.

b. Hasil Prediksi Model Springate

Berdasarkan Model Springate, S = 1.03A + 3.07B + 0.66C + 0.4D , diperoleh hasil pengolahan data

sebagai berikut :

Page 7: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

511

Tabel 2. Hasil Prediksi Model Springate

1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun A B C D Nilai S Keterangan

2012 0,534412 0,258260 2,579646 0,759842 3,349806 TB

2013 0,530162 0,227912 2,406912 0,702489 3,115314 TB

2014 0,444045 0,206855 2,082343 0,692272 2,743665 TB

2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

2012 0,05177 0,16752 1,20287 0,74052 1,65770 TB

2013 -0,07902 0,124113 0,409726 0,650303 0,83018 B

2014 -0,0882 0,075135 0,264579 0,612301 0,55936 B

3). PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk (SMGR)

2012 0,12815 0,26703 1,30304 0,73736 2,10674 TB

2013 0,15180 0,22937 1,3063 0,79568 2,04097 TB

2014 0,18579 0,20853 1,34466 0,78588 2,03338 TB

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

B : Bangkrut

TB : Tidak Bangkrut

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,

jika nilai S ≥ 1,062 maka dinyatakan tidak bangkrut, 0,862 < S< 1,062 masuk kedalam kategori daerah rawan

dan nilai S ≤ 0,862 maka dapat dinyatakan bangkrut.

Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan

metode Springate perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) diprediksi tidak bangkrut baik

untuk tahun 2012, 2013 maupun 2014. Sedangkan untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), diperoleh hasil

prediksi yang menyatakan bahwa pada tahun 2012 perusahaan tidak bangkrut, tahun 2013 dan 2014 perusahaan

diprediksi bangkrut. Selanjutnya untuk PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga

tahun 2014 diprediksikan tidak bangkrut.

c. Hasil Prediksi Model Zmijewski

Berdasarkan model Zmijewski, X = -4,3 - 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3, maka diperoleh hasil pengolahan

data sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Prediksi Model Zmijewski

1). PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun X1 X2 X3 Nilai X Keterangan

2012 0,209332 0,146623 6,027629 -4,43036 TB

2013 0,188381 0,136412 6,148066 -4,39476 TB

2014 0,182587 0,141948 4,933747 -4,33227 TB

2). PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

2012 0,111007 0,308210 1,404607 -3,04835 TB

2013 0,063935 0,411014 0,639185 -2,24749 TB

2014 0,038898 0,490642 0,601692 -1,68079 TB

3). PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

Page 8: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

512

2012 0,185358 0,316573 1,705896 -3,33647 TB

2013 0,173881 0,291915 1,882372 -3,42608 TB

2014 0,162426 0,271377 2,20898 -3,49291 TB

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

TB : Tidak Bangkrut

Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan dengan model ini adalah,

jika nilai Z ≥ 0 maka diprediksi akan bangkrut sedangkan apabila nilai S < 0 maka dapat diprediksikan tidak

akan bangkrut. Berdasarkan kriteria dan hasil yang terdapat pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan

menggunakan metode Zmijewski perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim

Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk tahun 2012 hingga tahun 2014

diprediksikan tidak bangkrut

4.2. Pembahasan Penelitian

Kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan aliran kas dan

pendekatan stok (Mamduh, 2008). Pendekatan aliran kas menyatakan bahwa perusahaan akan bangkrut

apabila tidak dapat menghasilkan aliran kas yang cukup sedangkan pendekatan stok menyatakan bahwa

perusahaan akan bangkrut apabila jumlah hutang lebih besar dari pada jumlah aset. Berikut ini adalah kondisi

aliran kas, jumlah hutang dan jumlah aset PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia

Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) untuk kondisi akhir tahun tahun 2012, 2013,

2014 dan triwulan 1 tahun 2015.

Tabel 4. Kondisi Aliran Kas Perusahaan (dalam jutaan rupiah)

Periode Kas Awal Periode Total Kenaikan /

Penurunan Kas

Kas Akhir Periode

1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun 2012 6.864.567 3.609.559 10.474.126

Tahun 2013 10.474.126 2.121.061 12.595.187

Tahun 2014 12.595.187 -1.339.058 11.256.129

Triwulan 1 Th. 2015 11.256.129 -462.787 10.793.342

2. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Tahun 2012 1.127.4832 -571.697 555.785

Tahun 2013 555.785 -180.220 375.565

Tahun 2014 375.565 -169.995 214.570

Triwulan 1 Th. 2015 214.570 -3.907 210.663

3. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

Tahun 2012 3.375.645 -353.521 3.0220124

Tahun 2013 3.022.124 1.048.369 4.070.493

Tahun 2014 4.070.493 855.457 4.925.950

Triwulan 1 Th. 2015 4.925.950 432.424 5.358.374

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada

triwulan I tahun 2015 saldo kas akhir perusahaan tidak ada yang bernilai Rp 0. Sehingga dapat kita simpulkan

bahwa berdasarkan analisis arus, perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang akan mengakibatkan

kebangkrutan. Sedangkan apabila kita kita dari pendekatan stok, berikut ditampilkan data total aset dan total

kewajiban perusahaan pada tahun 2012, 2013, 2014 dan Triwulan I tahun 2015:

Tabel 5. Kondisi Total Aset dan Total Kewajiban (dalam jutaan rupiah)

Periode Total Aset Total Kewajiban Total Aset > Total

Kewajiban

1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Tahun 2012 22.755.160 3.336.422 Ya

Tahun 2013 26.607.241 3.629.554 Ya

Tahun 2014 28.884.973 4.100.172 Ya

Triwulan 1 Th. 2015 28.927.253 3.231.107 Ya

2. PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB)

Tahun 2012 12.168.517 3.750.461 Ya

Page 9: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

513

Tahun 2013 14.894.990 6.122.043 Ya

Tahun 2014 17.195.352 8.436.760 Ya

Triwulan 1 Th. 2015 17.528.854 8.742.387 Ya

3. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

Tahun 2012 26.579.084 8.414.229 Ya

Tahun 2013 30.792.884 8.988.908 Ya

Tahun 2014 34.314.666 9.312.214 Ya

Triwulan 1 Th. 2015 35.950.423 9.573.357 Ya

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2012, 2013, 2014 serta sampai pada

triwulan I tahun 2015 saldo total aset tetap lebih besar daripada saldo total kewajiban. Sehingga dapat kita

simpulkan bahwa berdasarkan pendekatan stok maka perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan yang

akan mengakibatkan kebangkrutan.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Pembayaran Hutang yang menyatakan bahwa perusahaan yang menyatakan pailit harus melapor ke Pengadilan

dan kemudian Pengadilan lah yang memutuskan suatu perusahaan pailit atau tidak pailit dengan berbagai

pertimbangan yang ada. Implikasi perusahaan yang menyatakan pailit merupakan indikasi perusahaan yang

mengalami kesulitan keuangan dan akan mengalami kebangkrutan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti

terhadap Catatan Atas Laporan Keuangan Perusahaan tahun 2012, 2013 dan 2014 tidak ditemukan suatu

pernyataan yang menyatakan adanya kejadian luar biasa terkait dengan kondisi kesulitan keuangan perusahaan

yang diteruskan dengan pelaporan ke Pengadilan. Selain itu juga, melihat kondisi bahwa ketiga perusahaan

yang menjadi objek penelitian masih aktif terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga Triwulan 1 tahun 2015 dan

tidak adanya kejadian-kejadian luar yang diumumkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal terhadap ketiga

perusahaan ini, maka bisa disimpulkan perusahaan berada dalam kondisi sehat dan tidak terindikasi untuk

bangkrut. Memperbandingkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat diliha hasilnya sebagai

berikut :

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian

INTP SMCB SMGR

Tahun 2012

Model Altman TB TB TB

Model Springate TB TB TB

Model Zmijewski TB TB TB

Realita yang ada berdasarkan aliran kas

dan model stok serta peraturan

TB TB TB

Tahun 2013

Model Altman TB TDD TB

Model Springate TB B TB

Model Zmijewski TB TB TB

Realita yang ada berdasarkan aliran kas

dan model stok serta peraturan

TB TB TB

Tahun 2014

Model Altman TB TDD TB

Model Springate TB B TB

Model Zmijewski TB TB TB

Realita yang ada berdasarkan aliran kas

dan model stok serta peraturan

TB TB TB

Sumber : data diolah

B = Bangkru,t TB = Tidak Bangkrut, TTD= Tidak Dapat Diprediksi

Berdasarkan tabel diatas dapat kita perhatikan bahwa pada tahun 2012, semua model yang dipakai

dalam penelitian yaitu Model Altman Z-Score, Model Springate dan Model Zmijewski, sesuai dengan realita

yang ada di lapangan, yaitu ketiga perusahaan yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim

Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan.

Karena seiring antara model yang dipakai dengan realitas yang ada maka ketiga metode ini pada tahun 2012

dapat digolongkan efektif. Untuk tahun 2013 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT.

Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat

kencendrungan nilainya (2,89 yang mendekati 2,99) maka lebih mengarah tidak bangkrut. Kemudian untuk

Page 10: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

514

Model Springate menyatakan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia

(Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi

bangkrut. Selanjtnya untuk Model Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami

kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka

dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk

(SMCB). Demikian pula halnya dengan metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT.

Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai

dengan realita yang ada yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk

(SMCB), dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode

inidapat digolongkan efektif.

Untuk tahun 2014 Model Altman Z Score memprediksikan bahwa PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkrut, sedangkan PT. Holcim Indonesia

Tbk (SMCB) berada pada kondisi tidak dapat diprediksi (TDD), namun melihat kencendrungan nilainya (2,1

yang mendekati 1,8) maka lebih mengarah bangkrut. Kemudian untuk Model Springate menyatakan bahwa PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) tidak bangkru,t

sedangkan PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berada pada kondisi bangkrut. Selanjtnya untuk Model

Zmijewski memprediksi ketiga objek ini tidak akan mengalami kebangkrutan. Melihat realita yang ada bahwa

pada tahun 2013 perusahaan yang diteliti tidak bangkrut, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Altman Z-

Score efektif untuk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

(SMGR) namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Demikian pula halnya dengan

metode Springate, efektif untuk perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT. Semen

Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), namun kurang efektif untuk PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB).

Selanjutnya untuk Model Zmijewski, hasil prediksi yang diperoleh sesuai dengan realita yang ada yaitu PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB), dan PT. Semen Indonesia

(Persero) Tbk (SMGR) tidak mengalami kebangkrutan sehingga metode inidapat digolongkan efektif.

Apabila diperhatikan tingkat keefektifan masing –masing model pada tiap perusahaan selama tahun

2012 sampai dengan tahun 2014, dapat ikhtisarkan sebagai berikut:

Tabel 7. Persentase Kefektifan Model Prediksi Kebangkrutan Untuk Perusahaan Semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Model Jumlah Tahun

Penelitian

Jumlah Perusahaan Jumlah Prediksi Model Yang Sesuai

Dengan Realita

Persentase Keefektifan

A B C D=BxC E F=E/D x100%

Altman Z Score 3 3 9 7 77,78%

Springate 3 3 9 9 77,78%

Zmijewski 3 3 9 9 100%

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan bahwa Model Zmijewski memiliki keefektifan hingga

100% dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia dimana semua prediksinya

sesuai dengan realitas yang terjadi dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Sedangkan Model Altman Z Score dan

Model Springate memberikan persentase sebesar 77,78%, hal ini terjadi karena dari 9 item yang menjadi objek

prediksi menghasilkan 7 item sesuai dan 2 lagi tidak sesuai. Dua item yang tidak sesuai terjadi pada tahun 2013

dan 2014 pada perusahaan dimana terjadi ketidaktepatan dalam memprediksi kebangkrutan PT. Holcim

Indonesia Tbk (SMCB).

5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut :

a. Penggunaan Metode Altman Z-Score sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 77,78%.

b. Penggunaan Metode Springatee sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 77,78%.

c. Penggunaan Metode Zmijewski sebagai analisis prediktor dalam menganalisis kebangkrutan pada

perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan informasi tahun 2012

sampai dengan 2014 memiliki tingkat keefektifan sebesar 100 %.

Page 11: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan...

515

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode

2012 sampai dengan 2014 dengan jumlah objek 3 perusahaan, sehingga penggunaan Model Altman Z-score,

Model Springate dan Metode Zmijewski peneliti membatasi hanya untuk perusahaan yang bergerak di bidang

semen tersebut saja.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka peneliti menyarankan untuk masa selanjutnya agar objek

penelitian lebih diperbanyak sehingga keefektifan penggunaan Model Altman Z-score, Model Springate dan

Metode Zmijewski dapat lebih terukur dengan baik.

REFERENSI

Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy. Blackwell

Publishing For The American Finance Association.

.................... 1983. Corporate Financial Distress: A Complete Guide to Predicting, Avoiding and Dealing with Bankruptcy

(Wiley Finance). JohnWiley & Sons:New Jersey Canada.

Alviyan Cahyady. 2011. Analisis Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Dan Metode

Springate Pada Perusahaan Manufaktur Kategori Textile, Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Gunadarma

Bayu, Stevanus Aditya. 2014. Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Publik (Model Altman, Springate

Dan, Ohlson). Tesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal. 2005.

Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik.

Eduardus, Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. Yogyakarta: FE UGM.

Galuh Tri Pambekti. 2009. Analisis Ketepatan Model Altman, Springate, Zmijewski Dan Gover Untuk Prediksi

Kebangkrutan (Studi Empiris Perusahan Yang Masuk Dalam Daftar Efek Syariah). Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Jogjakarta

Gunadarma. Aris Wahyu Kuncoro. 2012. Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Springate Dan Zmijewski Pada

Pt.Betonjaya Manunggal Tbk Periode 2007-2011. Universitas Budi Luhur Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia .(2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba Empat

Ibrah Mustafa Kamal. 2012. Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Public Di Bursa Efek

Indonesia (dengan menggunakan model Altman Z-score). Universitas Hasanuddin

Kokyung.2009. Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada

PT.Bakrie Telecom Tbk. STIE MDP

Koran Sindo. 2014. Kontribusi Industri Semen bagi Pembangunan. Didownload dari

http://economy.okezone.com/read/2014/05/13/279/984121/kontribusi- industri- semen- bagi-pembangunan

tanggal 1 September 2014.

Mamduh, M Hanafi dan Abdul Halim.2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN.

Mamduh, M. Hanafi. 2008. Manajemen Keuangan, Edisi 1, Cetakan Kedua.Yogyakarta:BPFE

Margaretta, Fanny dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi

Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten BEJ).

Muhammad Nur Rhomadhona. 2008. Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model Altman, Model Springate, Dan Model

Zmijewski Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Grup Bakrie Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Universitas Negeri Surabaya.

Munawir,S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketiga Belas.Yogyakarta: Liberty

Page 12: Analisis Komparasi Model Potensi Kebangkrutan Pada Perusahaan ...

Halkadri Fitra

516

Rismawaty. 2012. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Springate, Ohlson, Dan Zmijeski

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Hasanudin

Makasar

Robin Darwis. 2008.Analisis Laporan Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaaan Dengan Membandingkan

Model Altman ZScore Dan Model Springate Pada Perusahaan Manufaktur Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

Sheilly Olivia Marcelinda,dkk. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 2014, Volume 1 (1) :

1-3

Sofyan, Syafri Harahap . 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Suharman, H. 2007. Analisis Risiko Keuangan untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank. Jurnal Imiah ASET,

Vol. 9, No. 1 Februari

Sumarso. 2005. Akuntansi: Suatu Pengantar 1 Edisi 5 Revisi. Salemba Empat. Jakarta

Surjanto, R. L. 2003. Financial Performance Analyzing . PT. Gramedia: Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang

Yani, W. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Weston. J. Fred dan Copeland, Thomas E. 2008. Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan, Penerjemah : Jaka Wasana.

Jakarta : Bina Rupa Aksara

www.idx.co.id ( 28 Agustus 2015)

www.sahamok.com (1 September 2015)

Zmijewski, M. E. 1984. Methodological Issues Related to the Estimation of Financial Distress Prediction Models .Journal of

Accounting Research 24 (Supplement): 59 - 82.