ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN ANTENATAL PADA … · 2017. 3. 6. · dana, sarana, dan SOP masih...

182
i ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN ANTENATAL PADA PUSKESMAS SAMPANG KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Yulia Damar Suci 6411412017 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN ANTENATAL PADA … · 2017. 3. 6. · dana, sarana, dan SOP masih...

  • i

    ANALISIS IMPLEMENTASI PELAYANAN

    ANTENATAL PADA PUSKESMAS SAMPANG

    KABUPATEN CILACAP

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat

    Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh

    Yulia Damar Suci

    6411412017

    JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2016

  • ii

    Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang

    Agustus 2016

    ABSTRAK

    Yulia Damar Suci

    Analisis Implementasi Pelayanan Antenatal pada Puskesmas Sampang Kabupaten

    Cilacap,

    XVI + 165 halaman + 6 tabel + 6 gambar + 6 lampiran

    Puskesmas Sampang memiliki AKI tertinggi pada tahun 2014 diantara

    Puskesmas lainnya di Kabupaten Cilacap. Cakupan kunjungan K4 di Puskesmas pada

    tahun 2014 juga mengalami penurunan yaitu dari 95,5% menjadi 93,9%. Penelitian ini

    bertujuan untuk menganalisis implementasi pelayanan antenatal pada Puskesmas

    Sampang Kabupaten Cilacap.

    Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel

    secara purposive sampling dengan jumlah sampel 14 bidan.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari komponen input yaitu tenaga bidan,

    dana, sarana, dan SOP masih terkendala pada pelatihan tentang pelayanan antenatal yang

    belum didapatkan oleh sebagian bidan, SOP yang belum mengalami pembaharuan dalam

    kurun waktu 3 tahun, terdapat beberapa sarana yang belum tersedia, serta masih terjadi

    keterlambatan distribusi dari Dinas seperti halnya distribusi tablet Fe, vitamin, asam folat,

    dan kalsium. Komponen process yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling

    masih masih terdapat beberapa hambatan seperti keterbatasan tenaga bidan ketika

    terdapat tugas lain di luar Puskesmas. Komponen output yaitu cakupan K4 beberapa desa

    yang masih di bawah standar 95%.

    Kata kunci : implementasi; pelayanan antenatal; Puskesmas

    Kepustakaan : 45 (2004-2016)

  • iii

    Public Health Sciences Department

    Faculty of Sport Sciences

    Semarang State University

    August 2016

    ABSTRACT

    Yulia Damar Suci

    Analysis of Antenatal Care Implementation in Sampang Public Health Center Cilacap

    Regency

    XVI + 165 pages + 6 tables + 6 images + 7 attachments

    Sampang public health center has the highest MMR in 2014 among other public

    health centers in Cilacap. In 2014, K4 coverage in the public health center decreased

    from 95,5% to 93,9%. This research aims to analyze the implementation of antenatal care

    at Sampang public health centers in Cilacap.

    This research is a qualitative descriptive study. The sampling technique used in

    this research is purposive sampling of 14 midwives.

    The results of this study showed that input components that include midwives,

    funds, facilities, and SOP are still constrained. The problems are some of the midwives

    had not get the training program on antenatal care, SOP that has not been reformed in a

    period of 3 years, some facilities that are not yet available, and a delay distribution of

    Health Department, for instances : distribution of Fe tablets, vitamins, folic acid, and

    calcium. Process components of this study that include planning, organizing, actuating,

    and controlling are any problems is like the availability of midwive, especially when they

    have outside tasks. Besides that, other component of K4 coveragein is the output

    component, any village which is still under the standard of 95%.

    Keywords : implementation; antenatal care; public health center

    Literature : 45 (2004-2016)

  • iv

  • v

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

    hidayah-Nya sehingga tersusun skripsi yang berjudul “Analisis Implementasi

    Pelayanan Antenatal oleh Bidan pada Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap”

    dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

    memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Negeri

    Semarang. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, penyusun

    mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr.

    Tandiyo Rahayu, M.Pd., atas ijin penelitian yang diberikan.

    2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang, Irwan Budiono, S.KM.,M.Kes (Epid), atas

    persetujuan yang diberikan.

    3. Pembimbing Drs. Bambang Wahyono, M.Kes atas bimbingan, arahan,dan

    motivasi yang diberikan dalam penyusunan skripsi.

    4. Penguji I, dr. Fitri Indrawati, M.PH, atas bimbingan, arahan, dan masukan

    yang diberikan.

    5. Penguji II, dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid), atas bimbingan, arahan,

    dan masukan yang diberikan.

    6. Bapak/Ibu dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

    Keolahragaan Universitas Negeri Semarang atas segala pengetahuan dan ilmu

    yang diberikan.

  • vii

    7. Bapak/Ibu bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

    Negeri Semarang atas segala izin dan bantuan yang diberikan.

    8. Kepala Kesbangpol Kabupaten Cilacap atas izin pelaksanaan penelitian.

    9. Kepala Bappeda Kabupaten Cilacap atas izin pelaksanaan penelitian.

    10. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap atas izin pengambilan data dan

    izin pelaksanaan penelitian.

    11. Kepala UPTD Puskesmas Sampang atas izin pengambilan data dan izin

    pelaksanaan penelitian

    12. Ibu Rumi Semilia dan Ibu Mungaenah, atas perhatian, kasih sayang,

    dukungan, dan doa yang diberikan selama ini.

    13. Bapak Markhabun, atas wejangan dan perjuangannya.

    14. Kakak Nani, Kak Risti Fauzilia, Kak Wasis Prayitno, Dek Fajar Mutholib,

    dan Dek Desty Marlinda atas kasih sayang dan dukungan doanya.

    15. Keluarga besarku atas semangat dan doa yang diberikan.

    16. Sahabat-sahabatku, dan semua pihak yang telah membantu dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat

    diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi banyak orang.

    Semarang, 15 Agustus 2016

    Penyusun

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    ABSTRAK ............................................................................................... ii

    ABSTRACT ............................................................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. v

    KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

    DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5

    1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 6

    1.4 Manfaat

    1.4.1 Kegunaan Teoritis ............................................................................ 6

    1.4.2 Kegunaan Praktisi ............................................................................ 6

    1.5 Keaslian Penelitian .............................................................................. 7

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

  • ix

    1.6.1 Ruang Lingkup Tempat ................................................................... 11

    1.6.2 Ruang Lingkup Waktu ..................................................................... 11

    1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan................................................................ 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Puskesmas

    2.1.1.1 Definisi ........................................................................................ 12

    2.1.1.2 Tugas, Fungsi, dan Wewenang Puskesmas................................. 12

    2.1.1.3 Kedudukan .................................................................................. 16

    2.1.2 Pelayanan Antenatal (Antenatal Care/ANC)

    2.1.2.1 Definisi Pelayanan Antenatal ...................................................... 18

    2.1.2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal ....................................................... 18

    2.1.2.3 Fungsi Pelayanan Antenatal ........................................................ 20

    2.1.2.4 Standar Pelayanan Antenatal ...................................................... 22

    2.1.2.5 Jenis Pelayanan ........................................................................... 30

    2.1.2.6 Kunjungan Antenatal .................................................................. 33

    2.1.2.7 Kebijakan Teknis ........................................................................ 34

    2.1.3 Konsep Manajemen dan Implementasi

    2.1.3.1 Definisi ........................................................................................ 34

    2.1.3.2 Fungsi Manajemen ...................................................................... 36

    2.1.3.3 Pendekatan Sistem pada Manajemen .......................................... 41

    2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 45

  • x

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Alur Pikir ............................................................................................. 46

    3.2 Fokus Penelitian .................................................................................. 47

    3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 47

    3.4 Sumber Informasi

    3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 47

    3.4.2 Data Sekunder .................................................................................. 48

    3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

    3.5.1 Instrumen Penelitian ........................................................................ 48

    3.5.2 Teknik Pengambilan Datan.............................................................. 48

    3.6 Prosedur Penelitian

    3.6.1 Tahap Pra Penelitian ........................................................................ 49

    3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 50

    3.6.3 Tahap Pasca Penelitian .................................................................... 51

    3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 51

    3.8 Teknik Analisis Data

    3.8.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 53

    3.8.2 Menelaah Data ............................................................................... 53

    3.8.3 Reduksi Data ................................................................................. 53

    3.8.4 Penyajian Data ............................................................................... 54

    3.8.5 Pengambilan Kesimpulan .............................................................. 54

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 55

  • xi

    4.1.1 Letak Geografis ............................................................................. 56

    4.1.2 Sumber Daya Kesehatan ............................................................... 56

    4.1.3 Identifikasi Informan ..................................................................... 58

    4.2 Hasil Penelitian .................................................................................. 60

    4.2.1 Komponen Input

    4.2.1.1 Tenaga Bidan .............................................................................. 60

    4.2.1.1.1 Pengetahuan .............................................................................. 62

    4.2.1.1.2 Pelatihan ................................................................................... 64

    4.2.1.2 Dana ............................................................................................ 70

    4.2.1.3 Sarana .......................................................................................... 72

    4.2.1.4 SOP ............................................................................................. 76

    4.2.2 Komponen Process

    4.2.2.1 Planning ...................................................................................... 82

    4.2.2.1.1 Analisis Situasi ......................................................................... 83

    4.2.2.1.2 Masalah Kesehatan ................................................................... 85

    4.2.2.1.3 Tujuan ....................................................................................... 86

    4.2.2.1.4 Hambatan .................................................................................. 87

    4.2.2.1.5 Rencana Kerja Operasional (RKO) .......................................... 90

    4.2.2.2 Organizing .................................................................................. 92

    4.2.2.3 Actuating

    4.2.2.3.1 Alur Pelayanan Antenatal ......................................................... 93

    4.2.2.3.2 Tindakan Medis (10T) .............................................................. 96

    4.2.2.3.3 Tindakan Non Medis (Pencatatan dan Pelapiran ...................... 101

  • xii

    4.2.2.4 Controlling .................................................................................. 102

    4.2.3 Komponen Output

    4.2.3.1 Cakupan Pelayanan Antenatal .................................................... 104

    4.2.3.2 Kesesuaian dengan SOP ............................................................. 105

    BAB V PEMBAHASAN

    5.1 Pembahasan

    5.1.1 Komponen Input

    5.1.1.1 Tenaga Bidan ................................................................................. 107

    5.1.1.1.1 Pengetahuan .............................................................................. 108

    5.1.1.1.2 Pelatihan ................................................................................... 109

    5.1.1.2 Dana .............................................................................................. 110

    5.1.1.3 Sarana ............................................................................................ 111

    5.1.1.4 SOP ................................................................................................ 114

    5.1.2 Komponen Process

    5.1.2.1 Planning ........................................................................................ 118

    5.1.2.1.1 Analisis Situasi ......................................................................... 118

    5.1.2.1.2 Masalah Kesehatan ................................................................... 119

    5.1.2.1.3 Tujuan ....................................................................................... 121

    5.1.2.1.4 Hambatan .................................................................................. 122

    5.1.2.1.5 Rencana Kerja Operasional (RKO) .......................................... 123

    5.1.2.2 Organizing ..................................................................................... 124

    5.1.2.3 Actuating

    5.1.2.3.1 Alur Pelayanan Antenatal ......................................................... 125

  • xiii

    5.1.2.3.2 Tindakan Medis (10T) .............................................................. 126

    5.1.2.3.3 Tindakan Non Medis (Pencatatan dan Pelapiran ...................... 128

    5.1.2.4 Controlling ............................................................................... 129

    5.1.3 Komponen Output

    5.1.3.1 Cakupan Pelayanan Antenatal ....................................................... 131

    5.1.3.2 Kesesuaian dengan SOP ................................................................ 133

    5.2 Kelemahan Penelitian ........................................................................ 134

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Simpulan ............................................................................................. 135

    6.2 Saran .................................................................................................... 136

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 138

    LAMPIRAN ............................................................................................. 142

  • ii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................... 7

    Tabel 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu..... 10

    Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ..................... 31

    Tabel 4.1 Jumlah tenaga kesehatan, sarana dan prasarana wilayah kerja

    Puskesmas Sampang .............................................................. 57

    Tabel 4.2 Karakteristik Informan Utama .................................................. 58

    Tabel 4.3 Karakteristik Informan Triangulasi ........................................... 59

  • iii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Model dasar organisasi sebagai sistem terbuka..................... 44

    Gambar 2.2 Kerangka Teori ...................................................................... 45

    Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian .............................................................. 46

    Gambar 5.1 Konsep Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas ... 125

    Gambar 5.2 Alur Pencatatan Pelayanan Antenatal oleh Bidan ................ 129

    Gambar 5.3 Grafik PWS KIA Cakupan Pelayanan Antenatal Puskesmas

    Sampang .......................................................................... 133

  • iv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing................................................. 142

    Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ................................... 143

    Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Tempat Penelitian .................... 144

    Lampiran 4. Instrumen Penelitian.. ...................................................... 147

    Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Mengambil Data dari Tempat

    Penelitian. .......................................................................... 163

    Lampiran 6. Dokumentasi.. .................................................................. 164

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas

    utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk pelayanan pada

    program KIA yaitu pelayanan antenatal. Menurut Adam, dkk. (2014 : 787)

    pelayanan antenatal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

    kesehatan baik untuk ibu atau bayi. Bila pelayanan antenatal tidak dilakukan

    dengan baik akan berdampak terhadap status kesehatan ibu dan bayi sehingga

    dapat meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

    (AKB).

    Capaian pelayanan antenatal dapat dinilai dengan menggunakan indikator

    cakupan K1 (kunjungan ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal

    pertama kali oleh tenaga kesehatan) dan K4 (kunjungan ibu hamil yang telah

    mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai dengan jadwal yang

    dianjurkan). Cakupan kunjungan ibu hamil K4 menggambarkan tingkat

    perlindungan pada ibu hamil di suatu wilayah. Pada tahun 2014 target nasional

    prosentase cakupan pelayanan antenatal adalah 100% untuk K1 dan 95% untuk

    K4, sedangkan cakupan pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang sebanyak

    100% untuk K1 dan 93,9% untuk K4. Angka tersebut mengalami penurunan bila

    dibandingkan dengan angka cakupan K4 pada tahun-tahun sebelumnya yaitu

    95,5% pada tahun 2013 dan 96, 1 % pada tahun 2012 (Kemenkes RI, 2010 ; Dinas

    Kesehatan Kabupaten Cilacap, 2015).

  • 2

    Berdasarkan data dari laporan tahunan Puskesmas Sampang yaitu tahun

    2015, didapatkan data K1 dengan prosentase 100% dan K4 mencapai 96,15%.

    Apabila dibandingkan dengan target cakupan antenatal yang ditetapkan dalam

    rencana strategi Kemenkes RI 2010-2014 maka angka cakupan K4 tersebut sudah

    memenuhi target. Meskipun demikian, dari 10 desa yang berada dalam wilayah

    kerja Puskesmas Sampang masih terdapat 6 desa dengan capaian K4 dibawah

    95% yaitu desa Karangasem (90,6%), desa Ketanggung (85,7%), desa Sidasari

    (82%), desa Brani (81,4%), dan desa Paberasan (76,2%) (Puskesmas Sampang,

    2016).

    Berdasarkan hasil laporan bulanan pelayanan antenatal Puskesmas

    Sampang pada bulan Januari s.d. Maret tahun 2016 diketahui bahwa cakupan K1

    dan K4 mengalami kenaikan yang siginifikan. Adapun cakupan pada bulan

    Januari yaitu 9,97% untuk K1 dan 4,91% untuk K4, 17,86% untuk K1 dan

    11,01% untuk K4 pada bulan Februari, 26,49% untuk K1 dan 22,32% untuk K4

    pada bulan Maret. Apabila angka cakupan tersebut dibandingkan dengan target

    capaian bulanan, maka cakupan K4 pada bulan Januari hingga Maret belum

    memenuhi target nasional.

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan tentang pelayanan antenatal di

    Puskesmas Sampang, diketahui bahwa pada pelaksanaan pelayanan antenatal

    terdapat pedoman prosedur pelaksanaan pelayanan (standar operating

    procedure/SOP), akan tetapi SOP tersebut belum mengalami pembaharuan sejak

    tahun 2012. Selain itu, tidak semua bidan pelaksana pelayanan mengetahui

    tentang SOP pelayanan antenatal tersebut, dari tiga informan (bidan Puskesmas)

  • 3

    yang diwawancarai, hanya satu informan yang mengetahui tentang SOP

    pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang.

    SOP adalah pedoman atau informasi yang merupakan bentuk keluaran dari

    pengubahan masukan yang dilakukan oleh machine (Sulaeman, 2011 : 58). Setiap

    organisasi membutuhkan SOP sebagai pedoman atau pegangan bagi organisasi

    tersebut dalam menjalankan program-programnya. Organisasi tidak terkecuali

    organisasi kesehatan seperti Puskesmas membutuhkan SOP karena di dalam SOP

    terdapat standar tindakan-tindakan (prosedur), catatan mutu, dan indikator kerja

    yang harus dipenuhi oleh Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan

    pada masyarakat. Standar tersebut dapat diartikan sebagai patokan yang dapat

    digunakan untuk menilai hasil kinerja pegawai dan Puskesmas.

    Menetapkan suatu standar akan memberi suatu nilai atau petunjuk yang

    menjadi ukuran sehingga hasil kinerja aktual dapat dibandingkan. Dengan

    demikian, untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan, standar merupakan

    landasan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memberikan pelayanan

    yang seharusnya. Apabila pelayanan yang diberikan oleh petugas Puskesmas

    sesuai dengan standar yang ada, maka akan berdampak pada kepuasan pasien,

    sehingga dapat meningkatkan cakupan pelayanan di Puskesmas.

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa terdapat beberapa

    hambatan pada pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang diantaranya yaitu

    keterbatasan bidan dan/atau staf Puskesmas dalam memberikan pelayanan

    antenatal pada ibu hamil ketika terdapat beberapa tugas di luar Puskesmas,

  • 4

    keterbatasan jumlah dokter spesialis kandungan di Kabupaten Cilacap, serta

    tingkat kepatuhan masyarakat dalam melakukan kunnjungan antenatal.

    Implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang berpedoman

    pada standar pelayanan 10T. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh

    peneliti, diketahui bahwa implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas

    Sampang pada trimester I meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur

    LiLA, skrining status imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan

    laboratorium, KIE efektif, dan tata laksana kasus jika pada hasil pemeriksaan

    ditemukan kasus risiko kehamilan. Pada kunjungan trimester II implementasi

    pelayanan antenatal meliputi timbang berat badan, ukur tekanan darah,

    menentukan tinggi fundus uteri, presentasi janin dan denyut jantung janin,

    pemberian tablet Fe, KIE efektif, pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan

    kasus jika ditemukan kasus risiko pada kehamilan. Sedangkan pada kunjungan

    trimester III implementasi pelayanan antenatal meliputi timbang berat badan, ukur

    tekanan darah, menentukan tinggi fundus uteri, presentasi janin dan denyut

    jantung janin, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium, KIE efektif, dan

    penatalaksanaan kasus jika ditemukan kasus risiko pada kehamilan.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diketahui

    bahwa pada dasarnya bidan Puskesmas sudah memahami untuk menerapkan

    standar 10 T pada pelayanan antenatal, namun pada pelaksanaannya masih

    terdapat tindakan yang belum dilakukan secara maksimal, yaitu KIE efektif.

    Adapun pokok bahasan konseling yang belum diberikan secara teratur oleh bidan

  • 5

    yaitu mengenai peran suami/keluarga, gejala penyakit menular dan tidak menular,

    serta tanda bahaya pada kehamilan.

    Bidan belum melakukan beberapa pokok bahasan konseling secara teratur

    pada pemberian pelayanan antenatal di Puskesmas Sampang dikarenakan

    mengingat jumlah pasien yang datang pada pelayanan antenatal. Bila semua item

    dalam standar 10T pelayanan antenatal termasuk didalamnya KIE efektif

    dilakukan oleh bidan maka pemberian pelayanan antenatal akan memakan waktu

    yang lama dan akan membuat ibu hamil menunggu lebih lama. Meskipun

    demikian, pokok bahasan konseling yang masih belum diberikan secara teratur

    dalam implementasi pelayanan antenatal di Puskesmas tersebut, diberikan oleh

    bidan kepada ibu hamil dalam pelaksanaan kegiatan lain, yaitu pada kegiatan

    kelas ibu hamil. Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk

    menganalisis implementasi pelayanan antenatal oleh bidan pada Puskesmas

    Sampang Kabupaten Cilacap.

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil

    dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah implementasi pelayanan antenatal

    pada Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap?”

    1.3 TUJUAN

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk menganalisis implementasi pelayanan antenatal pada Puskesmas

    Sampang Kabupaten Cilacap.

  • 6

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Menganalisis komponen input yang meliputi tenaga, dana, sarana, dan

    SOP dalam implementasi pelayanan antenatal pada Puskesmas Sampang

    Kabupaten Cilacap.

    2. Menganalisis komponen proses yang meliputi perencanaan (planning),

    pengorganisasian (organizing), penggerakan dan pelaksanaan (actuating),

    serta pengawasan dan pengendalian (controlling) dalam implementasi

    pelayanan antenatal pada Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap.

    3. Menganalisis komponen output yang meliputi tingkat cakupan pelayanan

    dan kesesuaian dengan SOP dalam implementasi pelayanan antenatal pada

    Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap.

    1.4 MANFAAT

    1.4.1 Kegunaan Teoritis

    Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan dan ilmu

    pengetahuan tentang implementasi pelayanan antenatal.

    1.4.2 Kegunaan Praktisi

    1.4.2.1 Bagi Instansi

    1. Memberikan bahan evaluasi bagi instansi sehubungan dengan

    diketahuinya gambaran implementasi pelayanan antenatal.

    2. Sebagai informasi dan masukan bagi pimpinan Puskesmas, petugas

    pelayanan antenatal dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi

    pelayanan antenatal di Puskesmas.

  • 7

    1.4.2.2 Bagi Penulis

    1. Memberikan pandangan baru dalam menganalisis implementasi pelayanan

    antenatal sebagai salah satu bentuk pengaplikasian bidang ilmu yang

    diperoleh di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri

    Semarang.

    2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.KM.

    1.4.2.3 Bagi Jurusan

    1. Guna menjalin hubungan baik antara Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Universitas Negeri Semarang dengan Puskesmas Sampang Kabupaten

    Cilacap.

    2. Sebagai inventaris hasil penelitian mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan

    Masyarakat Universitas Negeri Semarang.

    1.4.2.4 Bagi peneliti lain

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam

    mengembangkan penelitian tentang implementasi pelayanan antenatal.

    1.5 KEASLIAN PENELITIAN

    Keaslian penelitian dapat digunakan untuk membedakan penelitian yang

    dilakukan sekarang dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tahun dan

    Tempat

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian Hasil

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Analisis

    Kualitas

    Pelayanan

    Antenatal

    Dhiah

    Farida

    Ariyanti

    2010

    Kabupaten

    Purbalingg

    a

    Penelitian

    Kualitatif

    Semua bidan

    sudah pernah

    dilatih tentang

    pelayanan

  • 8

    Lanjutan Tabel 1.1 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Oleh Bidan

    di Puskesmas

    di Kabupaten

    Purbalingga

    antenatal,

    informan

    mengetahui

    tujuan dan

    manfaat dari

    standar

    pelayanan

    antental, dari

    delapan

    informan tujuh

    informan belum

    patuh terhadap

    standar

    pelayanan

    antenatal, sarana

    dan prasarana

    sudah lengkap

    dan sesuai

    standar yang

    berlaku.

    2 Analisis

    Implementasi

    Pemeriksaan

    Kadar

    Hemoglobin

    dalam

    Pelayanan

    Antenatal di

    Puskesmas

    Kabupaten

    Jember

    Propinsi Jawa

    Timur

    Yuniasi

    h

    Purwani

    ngrum

    2011

    Kabupaten

    Jember

    Penelitian

    observasional

    dengan

    pendekatan

    kualitatif

    yang

    disajikan

    secara

    deskriptif

    eksploratif.

    Pemeriksaan

    kadar Hb hanya

    ditujukan

    kepada bidan,

    pemeriksaan

    kadar Hb tidak

    selalu dilakukan

    pada semua ibu

    hamil karena

    beban kerja

    bidan cukup

    berat dan bidan

    hanya

    melakukan dan

    merujuk ibu

    hamil yang

    dicurigai anemia

    berdasarkan

    inspeksi pada

    conjungtiva

    palpebra, tidak

    tersedianya SOP

    dan

    mekanisme

  • 9

    Lanjutan Tabel 1.1 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    pertanggung

    jawaban masih

    dalam bentuk.

    laporan cakupan

    3 Evaluasi

    Pelaksanaan

    11T dalam

    Pelayanan

    Antenatal

    oleh Bidan di

    Puskesmas

    Singkawang

    Tengah Kota

    Singkawang

    tahun 2012

    Elvira

    Kurnia-

    wati

    2012

    Puskesmas

    Singkawan

    g Tengah

    Kota

    Singkawan

    g

    Metode

    deskriptif

    kualitatif

    Pelaksanaan

    pelayanan 11T

    dalam pelayanan

    antenatal, semua

    Informan yang

    bertugas di

    Puskesmas

    Singkawang

    Tengah dan

    informan

    triangulasi

    mengetahui

    tentang

    pelaksaan 11T

    dalam pelayanan

    antenatal.

    4 Implementasi

    Program

    Antenatal

    Terpadu di

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Komering

    Ulu dengan

    Pendekatan

    Balance

    Scorecard

    Feby

    Happy

    Monica

    2015

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Komering

    Ulu

    Pendekatan

    kualitatif

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard for

    Public Health

    Pelaksanaan

    program

    pelayanan

    antenatal

    terpadu di

    Puskesmas

    Tanjung Agung

    masih belum

    begitu sesuai

    dengan standar

    pelayanan yang

    ditetapkan

  • 10

    Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

    penelitian sebelumnya tercantum pada tabel 1.2 sebagai berikut :

    Table 1.2 Matriks Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

    No Perbedaan

    Dhiah

    Farida

    Ariyanti

    Yuniasih

    Purwaning

    rum

    Elvira

    Kurniawati

    Feby Happy

    Monica

    Yulia Damar

    Suci

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

    1. Judul Analisis

    Kualitas

    Pelayanan

    Antenatal

    oleh Bidan

    di

    Puskesmas

    di

    Kabupaten

    Purbalingga

    Analisis

    Implementa

    si

    Pemeriksaa

    n Kadar

    Hemoglobin

    dalam

    Pelayanan

    Antenatal di

    Puskesmas

    Kabupaten

    Jember

    Propinsi

    Jawa Timur

    Evaluasi

    Pelaksanaan

    11T dalam

    Pelayanan

    Antenatal

    oleh Bidan di

    Puskesmas

    Singkawang

    Tengah Kota

    Singkawang

    tahun 2012

    Implementasi

    Program

    Antenatal

    Terpadu di

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Komering

    Ulu dengan

    Pendekatan

    Balance

    Scorecard

    Analisis

    Implementasi

    Pelayanan

    Antenatal

    pada

    Puskesmas

    Sampang

    Kabupaten

    Cilacap

    2. Waktu dan

    Tempat

    Penelitian

    Tahun 2010

    Kabupaten

    Purbalingga

    Tahun 2011

    Kabupaten

    Jember

    Tahun 2012

    Puskesmas

    Singkawang

    Tengah Kota

    Singkawang

    Tahun 2015

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Tahun 2016

    di Puskesmas

    Sampang

    Kabupaten

    Cilacap

    3. Rancangan

    Penelitian

    Penelitian

    Kualitatif

    Penelitian

    observasion

    al dengan

    pendekatan

    kualitatif

    yang

    disajikan

    secara

    deskriptif

    eksploratif.

    Metode

    deskriptif

    kualitatif

    Pendekatan

    kualitatif

    dengan

    metode

    Balanced

    Scorecard for

    Public Health

    Studi

    deskriptif

    kualitatif.

    Pengambilan

    sampel

    dengan

    teknik

    purposive

    sampel.

    http://eprints.dinus.ac.id/7869/

  • 11

    1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN

    Adapun ruang lingkup penelitian dalam penelitian meliputi tempat, waktu

    dan materi penelitian.

    1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

    Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap.

    1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

    Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.

    1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

    Penelitian ini termasuk dalam kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan

    bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Adapun materi yang disampaikan

    dalam penelitian ini meliputi berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan

    Puskesmas, pelayanan antenatal, manajemen dan implementasi.

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 LANDASAN TEORI

    2.1.1 Puskesmas

    2.1.1.1 Definisi

    Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang melaksanakan

    upaya kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya. Upaya tersebut dikelompokkan menjadi Upaya Kesehatan Masyarakat

    (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) (Permenkes RI No. 75 Tahun

    2014 : 3).

    Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar,

    menyeluruh, paripurna dan terpadu bagi seluruh penduduk yang tinggal di

    wilayah kerja Puskesmas. Program dan upaya kesehatan yang diselenggarakan

    oleh Puskesmas merupakan program pokok (public health essential) yang wajib

    dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,

    (Sulaeman, 2011 : 7). Menurut Trihono (2005 : 8) Puskesmas adalah unit

    pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

    menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

    2.1.1.2 Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

    Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas

    mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

    pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

  • 13

    terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas

    menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

    1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya. UKM adalah

    setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

    mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran

    keluarga, kelompok, dan masyarakat. Adapun wewenang Puskesmas dalam

    menyelanggarakan fungsi UKM meliputi :

    1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

    masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

    2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

    3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

    masyarakat dalam bidang kesehatan;

    4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

    masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

    bekerja sama dengan sektor lain terkait;

    5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

    kesehatan berbasis masyarakat;

    6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

    Puskesmas;

    7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

    8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

    mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan; dan

  • 14

    9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

    termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

    penanggulangan penyakit.

    2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. UKP adalah

    suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang

    ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,

    pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan

    perseorangan. Adapun wewenang Puskesmas dalam menyelenggarakan

    fungsi UKP meliputi :

    1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

    berkesinambungan, dan bermutu;

    2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

    promotif dan preventif;

    3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

    individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

    4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

    keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

    5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

    dan kerja sama inter dan antar profesi;

    6) Melaksanakan rekam medis;

    7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

    akses pelayanan kesehatan;

    8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan;

  • 15

    9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

    kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

    10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

    sistem rujukan.

    Selain itu, menurut Prasetyawati (2012:24), terdapat 3 (tiga) fungsi

    Puskesmas yaitu:

    1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

    Menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor

    termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

    berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

    2. Pusat pemberdayaan masyarakat

    Berupaya agar perorangan, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran,

    kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

    hidup sehat.

    3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

    Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

    tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

    Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab

    Puskesmas meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan

    kesehatan masyarakat.

  • 16

    2.1.1.3 Kedudukan

    Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan sistem

    kesehatan nasional, sistem kesehatan kabupaten/kota dan sistem pemerintah

    daerah, yaitu :

    1. Sistem kesehatan nasional

    Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai

    sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab

    menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

    masyarakat di wilayah kerjanya.

    2. Sistem kesehatan kabupaten/kota

    Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota adalah

    sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

    bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan

    kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

    3. Sistem pemerintahan daerah

    Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai

    unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan

    unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di

    tingkat kecamatan.

    4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama

    Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan

    kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta

    seperti praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan, poliklinik dan balai

  • 17

    kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana

    pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra (Trihono, 2005:

    14-15).

    Menurut Sulaeman (2011 : 342) kedudukan Puskesmas sebagai Unit

    Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) kesehatan Kabupaten/Kota berperan

    menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung

    tombak pembangunan kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan

    tanggung jawab untuk melaksanakan standar pelayanan minimal bidang

    kesehatan.

    2.1.2 Pelayanan Antenatal (Antenatal Care / ANC)

    2.1.2.1 Definisi Pelayanan Antenatal

    Menurut Saifuddin, dkk. (2006 : 89) pelayanan antenatal adalah pelayanan

    yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan yaitu dimulai dari konsepsi

    sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari/40 minggu/9 bulan

    7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan

    fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Pada

    umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran

    bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun terkadang tidak sesuai dengan

    yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi

    masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan

    mengalami masalah selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan antenatal

  • 18

    merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil

    normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.

    Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

    kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

    dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

    Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal

    komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil (Kemenkes

    RI, 2010 : 4). Untuk menegaskan pentingnya pelayanan antenatal, maka

    pelayanan tersebut dijadikan sebagai salah satu dari empat pilar Safe Motherhood

    Initiative (WHO dalam Erica Royston dan Sue Amstrong, 2011 : 2). Pelayanan

    antenatal juga dapat mengurangi masalah medis pada kehamilan seperti anemia,

    hipertensi, kehamilan ektopik, eklampsia, perdarahan yang berlebihan, persalinan

    prematur dan melahirkan.

    Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil

    oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kandungan, dokter umum, bidan,

    pembantu bidan dan perawat bidan). Pelayanan tersebut diberikan selama masa

    kehamilan guna dilakukannya deteksi dini kemungkinan-kemungkinan adanya

    komplikasi pada kehamilan.

    2.1.2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal

    Menurut Saifuddin, dkk. (2006 : 90) pelayanan antenatal hanya dapat

    diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun

    bayi dengan tujuan untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan

  • 19

    memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara

    memadai. Berikut dijabarkan beberapa tujuan pelayanan antenatal menurut

    Salmah, dkk (2006 : 1-2) yaitu :

    1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

    tumbuh kembang bayi.

    2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu

    dan bayi.

    3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

    mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

    kebidanan dan pembedahan.

    4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

    maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

    5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan persiapan

    pemberian ASI eksklusif.

    6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

    dapat tumbuh kembang secara normal.

    Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal menurut Kemenkes RI

    (2010 : 4) terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.

    1. Tujuan umum

    Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal

    yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,

    bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.

  • 20

    2. Tujuan khusus

    1) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan

    berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling

    KB dan pemberian ASI.

    2) Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam

    mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan

    berkualitas.

    3) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu

    hamil.

    4) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu

    hamil sedini mungkin.

    5) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan

    sistem rujukan yang ada.

    2.1.2.3 Fungsi Pelayanan Antenatal

    Menurut Erica Royston dan Sue Amstrong (2011 : 158-162) fungsi

    pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :

    1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktivitas

    pendidikan.

    Pendidikan kesehatan selama pelayanan antenatal dapat diberikan secara

    individu dan informal atau lebih sistematis dalam kelompok. Materi

    pendidikan mencakup topik umum seperti gizi dan perawatan selama

    kehamilan. Kesempatan itu harus digunakan untuk memberikan informasi

    pada wanita mengenai tanda yang berbahaya dalam kehamilan, termasuk

  • 21

    langkah yang harus diambil pada keadaan tersebut. Tanda itu antara lain

    yaitu pembengkakan kaki, wajah, dan tangan, perdarahan vagina, serta

    ketuban pecah dini.

    Informasi penting lainnya yang harus diberikan adalah bahwa setiap wanita

    yang sebelumnya pernah mengalami operasi seksio sesaria harus melahirkan

    di rumah sakit. Persalinan tidak boleh lebih dari 12 jam tanpa pertolongan

    medis. Hubungan seksual selama kehamilan bulan terakhir, dapat juga

    menjadi bahasan yang tepat karena berkaitan dengan bahaya ketuban pecah

    dini. Disamping itu, pendidikan pelayanan antenatal harus mencakup

    periode pasca persalinan, perawatan dan gizi bayi, pemberian ASI, dan

    saran mengenai pengendalian kehamilan.

    2. Melakukan skrining dan identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi

    dan merujuknya jika perlu.

    Tujuan utama melakukan skrining faktor risiko adalah untuk mendeteksi

    wanita yang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami komplikasi

    kehamilan guna dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Hal itu

    dilakukan melalui penilaian yang lebih akurat pada periode kehamilan, di

    samping juga untuk menjaga keamanan persalinan yang berpotensi sulit.

    3. Memantau kesehatan selama kehamilan dalam usaha mendeteksi dan

    menangani masalah yang terjadi.

    Diantara fungsi pemantauan pelayanan antenatal yang penting adalah

    pencegahan, deteksi, dan pengobatan anemia yang berperan penting dalam

    kesakitan dan kematian ibu. Salah satu fungsi lainnya yaitu deteksi dan

  • 22

    penanganan hipertensi yang ditimbulkan oleh kehamilan. Keadaan itu dapat

    dideteksi pada stadium yang masih dini dengan mengukur tekanan darah

    secara periodik, memeriksa pembengkakan jaringan, khususnya di daerah

    tungkai bagian bawah, mendeteksi kenaikan berat badan yang mendadak,

    atau mencatat adanya gejala awal seperti nyeri kepala yang berat.

    Fungsi pelayanan antenatal yang penting lainnya adalah rujukan segera

    wanita yang mengalami perdarahan pervagina ke rumah sakit. Banyak

    kematian akibat perdarahan antepartum disebabkan oleh retensio plasenta

    atau plasenta previa. Pelayanan antenatal juga harus meliputi penentuan

    posisi janin yang berusia delapan bulan atau lebih, guna mendeteksi

    presentasi bokong atau letak lintang yang selama persalinan memerlukan

    tenaga profesional.

    2.1.2.4 Standar Pelayanan Antenatal

    Menurut Sulaeman (2011 : 305) standar mengandung arti sebagai patokan

    yang dapat digunakan untuk menilai hasil kinerja pegawai dan Puskesmas.

    Menetapkan suatu standar akan memberi suatu nilai atau petunjuk yang menjadi

    ukuran sehingga hasil kinerja aktual dapat dibandingkan. Sedangkan menurut

    Romauli (2011 : 12-13) standar merupakan pernyatan-pernyataan tertulis tentang

    harapan-harapan tingkat keterampilan/kompetensi untuk memastikan pencapaian

    suatu hasil tertentu. Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan, standar

    merupakan landasan berpijak normatif dan parameter untuk menentukan tingkat

    keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan yang seharusnya.

  • 23

    Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

    memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari 10T:

    1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

    Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat

    badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1

    kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan

    janin. Ukur tinggi badan dilakukan pada kunjungan pertama ibu hamil pada

    pelayanan antenatal.

    2. Ukur tekanan darah

    Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg) pada

    kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau

    tungkai bawah, dan atau proteinuria).

    3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas LiLA)

    Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu

    hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini

    maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah

    berlangsung lama (beberapa bulan/tahun).

    4. Ukur tinggi fundus uteri

    Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

    kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,

  • 24

    kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran

    menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

    5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

    Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

    selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan

    untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin

    bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada

    kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

    Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

    kunjungan antenatal. DJJ lambat ≤ 120/menit atau DJJ cepat ≥ 160/menit

    menunjukkan adanya gawat janin.

    6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT)

    bila diperlukan.

    Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

    mendapatkan imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining

    status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,

    disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.

    7. Pemberian tablet zat besi (tablet Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan

    Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

    zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak

    pertama.

  • 25

    8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

    Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

    a. Pemeriksaan golongan darah

    Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

    mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk

    mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan

    apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

    b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

    Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali

    pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini

    ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau

    tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi

    proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

    c. Pemeriksaan protein dalam urin

    Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester

    kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

    mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

    salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

    d. Pemeriksaan kadar gula darah.

    Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes melitus harus dilakukan

    pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada

    trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester

    ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

  • 26

    e. Pemeriksaan darah Malaria

    Semua ibu hamil di daerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah

    malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah

    non endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada

    indikasi.

    f. Pemeriksaan tes Sifilis

    Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu

    hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini

    mungkin pada kehamilan.

    g. Pemeriksaan HIV

    Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV

    dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani

    konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri

    keputusannya untuk menjalani tes HIV.

    h. Pemeriksaan BTA

    Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita

    Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak

    mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,

    apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di

    fasilitas rujukan.

    9. Tatalaksana/penanganan kasus

    Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan

    laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

  • 27

    ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-

    kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

    10. Temu Wicara/KIE efektif

    KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi :

    a. Kesehatan ibu

    Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara

    rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat

    yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

    bekerja berat.

    b. Perilaku hidup bersih dan sehat

    Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama

    kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari

    dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan

    sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

    c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

    Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama

    suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu

    menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan

    calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,

    persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

  • 28

    d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

    menghadapi komplikasi

    Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik

    selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil

    muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas,

    dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera

    mencari pertolongan ke tenaga kesehtan.

    e. Asupan gizi seimbang

    Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang

    cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk

    proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu

    hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk

    mencegah anemia pada kehamilannya.

    f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.

    Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular

    (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular

    (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu

    dan janinnya.

    g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah

    tertentu (risiko tinggi).

    Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan

    kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko

    penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan

  • 29

    sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu

    hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan

    HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV

    negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama

    kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

    h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

    Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya

    segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh

    yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai

    bayi berusia 6 bulan.

    i. KB paska persalinan

    Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah

    persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu

    merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

    j. Imunisasi

    Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

    untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

    k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)

    Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu

    hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan

    nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode

    kehamilan (Kemenkes RI, 2010 : 8-13).

  • 30

    2.1.2.5 Jenis Pelayanan

    Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang

    kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari anamnesa, pemeriksaan,

    penanganan dan tindak lanjut kasus, pencatatan hasil pemeriksaan antenatal

    terpadu, KIE yang efektif (Kemenkes RI, 2010 : 13 – 20 ).

    1. Anamnesa

    Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang

    perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:

    a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.

    b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan

    dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil.

    c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang

    sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, dan riwayat

    penyakit yang diderita ibu.

    d. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

    e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.

    f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti : anti hipertensi,

    diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan

    sebagainya.

    g. Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat

    pemakaian obat malaria.

  • 31

    h. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit

    pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah

    penanggulangan penyakit menular seksual.

    i. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,

    frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan

    gizinya.

    j. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi

    kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

    Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader

    ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil,

    pada kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal

    selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar

    suami.

    2. Pemeriksaan

    Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis

    pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis

    (kejiwaan) ibu hamil.

    Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu

    No. Jenis Pemeriksaan Trimester

    I

    Trimester

    II

    Trimester

    III Keterangan

    1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin

    2 Suhu tubuh √ √ √ Rutin

    3 Tekanan darah √ √ √ Rutin

    4 Berat badan √ √ √ Rutin

    5 LILA √ Rutin

    6 TFU √ √ Rutin

    7 Presentasi Janin √ √ Rutin

    8 DJJ √ √ Rutin

    9 Pemeriksaan Hb √ √ Rutin

  • 32

    Lanjutan Tabel 2.1

    10 Golongan darah √ Rutin

    11 Protein urin * * * Atas indikasi

    12 Gula darah/reduksi * * * Atas indikasi

    13 Darah malaria * * * Atas indikasi

    14 BTA * * * Atas indikasi

    15 Darah sifilis * * * Atas indikasi

    16 Serologi HIV * * * Atas indikasi

    17 USG * * * Atas indikasi

    Sumber : Kemenkes RI 2010

    Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas.

    Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu

    hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

    3. Penanganan dan Tindak Lanjut

    Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau

    diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan

    normal dan keadaan tidak normal pada ibu hamil.

    4. Pencatatan Hasil Pemeriksaan Antenatal Terpadu

    Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan

    antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga

    kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu Ibu dan buku

    KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat

    lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan

    kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian

    dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat

    ditingkatkan.

  • 33

    5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang Efektif

    KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan

    antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu

    hamil dalam mengatasi masalahnya.

    2.1.2.6 Kunjungan Antenatal

    Kunjungan Antenatal adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter

    sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

    pelayanan/asuhan antenatal. Ada 2 kunjungan antenatal yaitu kunjungan K1 dan

    K4. Kunjungan K1 adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa

    kehamilan. Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang

    keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang

    ditetapkan (Ambarwati dan Rismintari, 2009 : 112).

    Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu

    dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:

    1. Kehamilan trimester pertama (

  • 34

    2.1.2.7 Kebijakan Teknis

    Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

    Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

    mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu

    meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care, Persalinan Bersih dan Aman, dan

    Pelayanan Obstetri Essensial. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi

    masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan

    pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan

    meliputi komponen-komponen sebagai berikut (Prawirohardjo, 2006 :90):

    1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

    2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta

    rujukan bila diperlukan.

    3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

    4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika

    terjadi komplikasi.

    2.1.3 Konsep Manajemen dan Implementasi

    2.1.3.1 Definisi

    Implementasi dalam pengertian yang luas merupakan tahap proses dari

    kebijakan segera setelah penetapan keputusan. Implementasi pada sisi lain

    merupakan kegiatan yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu

    proses, output, dan outcome. Menurut Ripley dan Franklin implementasi adalah

    apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas

    program, kebijakan, keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata (Winarno,

  • 35

    2008 : 145). Maka dapat disimpulkan bahwa implementasi menunjuk pada

    sejumlah kegiatan yang disesuaikan dengan tujuan dan hasil yang diinginkan dari

    suatu program. Tugas impelementasi adalah membentuk suatu kaitan antara

    pembuat, pelaksana, dan sasaran program yang memudahkan tercapainya tujuan

    dari program tersebut.

    Implementasi suatu pelayanan kesehatan dapat diketahui capaiannya

    melalui analisis pada pelayanan tersebut. Analisis merupakan serangkaian

    kegiatan atau proses untuk menyediakan informasi tentang capaian suatu kegiatan,

    dan perbedaan antara pencapaian dengan standar tertentu yang berlaku. Untuk

    menganalisis implementasi suatu pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui

    pendekatan manajemen. Banyak batasan pengertian manajemen yang telah

    dikemukakan oleh para ahli, mulai dari yang sederhana hingga rumit, akan tetapi

    tidak akan ada satu batasan yang mampu menerangkan batasan manajemen secara

    sempurna. Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang

    manajemen sebagai berikut :

    1. John D. Millet menyatakan bahwa manajemen merupakan proses

    pengarahan dan pemberian fasilitas kerja pada orang yang diorganisasikan

    dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

    2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, manajemen adalah usaha mencapai

    suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian seorang

    pemimpin mengoordinasikan sejumlah aktifitas orang lain meliputi

    perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pengarahan, dan

    pengendalian.

  • 36

    3. G.R. Terry berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas,

    yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanakan,

    dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran

    yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan

    sumberdaya lainnya.

    4. Lawrence A. Aplley dan Mary Parker Follet mendefinisikan bahwa

    manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

    Definisi ini mengandung arti bahwa para pemimpin tidak melakukan tugas-

    tugas organisasi secara sendiri melainkan melalui pengaturan orang lain

    untuk melaksanakan berbagai tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan

    bersama.

    5. JAF Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

    pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

    penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya guna mencapai

    tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Suatu proses adalah cara sistematis

    untuk melakukan pekerjaan. Manajemen sebagai proses berarti semua

    pemimpin harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling

    berkaitan untuk mencapai tujuan bersama.

    2.1.3.2 Fungsi Manjemen

    Menurut G. Terry dalam Muninjaya (2011 : 63), terdapat empat (4) fungsi

    manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

    penggerakan dan pelaksanaan (actuating), serta pengawasan dan pengendalian

    (controlling).

  • 37

    1. Perencanaan (Planning)

    Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih

    dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu

    yang sudah ditentukan. Perencanaan di dalam bidang kesehatan dapat

    diartikan sebagai sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah

    kesehatan potensial berkembang di masyarakat, penentuan kebutuhan

    sumber daya untuk mengatasinya, penetapan tujuan program, diikuti dengan

    penyusunan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan.

    Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui

    tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi

    yang diinginkan, jumlah dan jenis karyawan yang dibutuhkan termasuk

    uraian tugasnya, mengetahui efektivitas kepemimpinan, dan sebagai sarana

    untuk melakukan pengawasan. Perencanaan merupakan salah satu aspek

    yang ada di dalam sistem yang berperan di dalam proses, sehingga

    perencanaan memiliki langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk

    menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang terdiri dari :

    1) Analisis Situasi, bertujuan untuk mengumpulkan fakta atau data yang

    diambil dari berbagai sudut pandang keilmuan, seperti manajemen,

    ekonomi, dan demografi.

    2) Mengidentifikasi masalah, berdasarkan data-data yang didapatkan dari

    analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah

    prioritas masalah.

  • 38

    3) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai,

    dilakukan saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai

    dilakukan.

    4) Mengkaji adanya masalah atau hambatan, kajian ini dapat dambil dari

    hambatan yang bersumber dari dalam organisasi dan bersumber dari

    lingkungan masyarakat.

    5) Menyusun rencana kerja operasional, dilakukan jka empat langkah

    sebelumnya sudah terlaksana.

    2. Pengorganisasian (Organizing)

    Pengorganisasian merupakan langkah untuk menetapkan, menggolongkan,

    dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan

    wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf untuk

    mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan batasan tersebut, fungsi

    pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan dan mengatur semua

    kegiatan yang ada kaitannya dengan personel, finansial, material, dan tata

    cara pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

    Pengorganisasian memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk

    mengetahui pembagian tugas untuk staf perorangan atau kelompok,

    hubungan organisator antar manusia dalam organisasi, pendelegasian

    wewenang, serta mengetahui pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang

    dimiliki organisasi. Sebagai sebuah proses, pengorganisasian memiliki

    langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi

    pengorganisasian di dalam organisasi yang terdiri dari :

  • 39

    1) Tujuan organisasi harus diketahui dan dipahami oleh staf.

    2) Pembagian pekerjaan ke dalam langkah-langkah secara merata.

    3) Menggolongkan kegiatan-kegiatan ke dalam elemen kegiatan.

    4) Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai

    dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan.

    5) Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas

    yang akan dibebankan.

    6) Melakukan pendelegasian wewenang.

    3. Penggerakan dan Pelaksanaan (Actuating)

    Fungsi aktuasi yaitu menjadi penggerak semua sumber daya dan kegiatan

    untuk mencapai tujuan. Sebagai fungsi penggerak, peran manajer program

    menjadi amat penting untuk mengarahkan dan menggerakkan semua sumber

    daya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut

    Fathoni (2006 : 30) penggerakan berarti suatu tindakan untuk dapat

    mengusahakan agar semua anggota kelompok mau melaksanan kegiatan-

    kegiatan yang telah ditugaskan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

    secara efisien dan efektif. Adapun pada fungsi penggerakan di pelayanan

    antenatal yaitu berupa tindakan medis dan non medis.

    4. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)

    Menurut Fathoni (2006 : 30) pengawasan merupakan suatu proses untuk

    menetapkan aparat atau unit bertindak atas nama pimpinan organisasi dan

    bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh

    pimpinan organisasi untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam

  • 40

    pelaksanaan pekerjaan. Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen

    dapat digunakan untuk menentukan apakah di dalam proses pencapaian

    tujuan telah sesuai dengan apa yang direncanakan ataukah belum.

    Menurut Muninjaya (2011 : 108-109) fungsi pengawasan dan pengendalian

    dalam sebuah organisasi, jika diterapkan dengan tepat pasti akan bermanfaat

    bagi organisasi tersebut, yaitu:

    1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh

    staf dalam kurun waktu tertentu, apakah sesuai dengan standar,

    prosedur atau rencana kerja, dan sumber daya yang sudah digunakan.

    Dalam hal ini fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk

    meningkatkan efisiensi kegiatan program.

    2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf

    melaksanakan tugas-tugasnya. Bila hal ini diketahui oleh pimpinan

    organisasi, ia akan memberikan pelatihan khusus bagi staf yang

    melaksanakan tugas-tugas tersebut. Latihan staf digunakan untuk

    mengatasi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan staf dalam

    melaksanakan tugas-tugasnya.

    3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah

    digunakan dengan tepat dan efisien.

    4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan.

    5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, apakah

    akan dipromosikan untuk jabatan yang lebih baik, atau diberikan

    pelatihan lanjutan.

  • 41

    Sebagai sebuah proses, pengawasan dan pengendalian memiliki langkah-

    langkah yang perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan dan

    pengendalian di dalam organisasi yang terdiri dari :

    1) Mengukur hasil/prestasi kerja staf/organisasi.

    2) Membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur yang

    telah ditetapkan sebelumnya.

    3) Memperbaiki penyimpangan yang terjadi setelah dilakukan

    identifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan.

    2.1.3.3 Pendekatan Sistem pada Manajemen

    Terdapat beberapa pendekatan pada manajemen, salah satunya yaitu

    pendekatan sistem. Pendekatan sistem pada manajemen bermaksud untuk

    memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang

    saling berhubungan. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen adalah

    sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian maka tidak ada

    yang disebut dengan sistem. Bagian atau elemen sistem manajemen menurut

    Sulaeman (2011 : 51) dapat dikelompokkan dalam tujuh unsur, yaitu :

    1. Masukan (input) yaitu bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

    yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Masukan

    manajemen berupa sumber daya manajemen yang terdiri atas 7M + 1I yaitu

    man (ketenagaan), money (dana/biaya), material (bahan, sarana, dan

    prasarana), machine (peralatan), method (metode), market dan marketing

    (pasar dan pemasaran), minute (waktu), dan information (informasi yang

  • 42

    berupa praturan perundang-undangan, kebijakan, pedoman, petunjuk teknis,

    dan sebagainya).

    2. Proses (process) yaitu bagian atau elemen dari sitem yang berfungsi

    melakukan transformasi atau konversi, yakni mengubah masukan menjadi

    keluaran yang direncanakan. Untuk mengubah masukan menjadi keluaran,

    pada elemen proses terdapat 4 fungsi manajemen, meliputi perencanaan,

    pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan dan

    pengendalian.

    3. Hasil antara (output) yaitu bagian dari sistem yang dihasilkan dari

    berlangsungnya proses transformasi/konversi dalam sistem.

    4. Hasil akhir (outcome) yaitu hasil yang dicapai dari suatu program berupa

    indikator-indikator keberhasilan suatu program.

    5. Manfaat dan dampak (impact) yaitu efek langsung atau tidak langsung yang

    diakibatkan dari pencapaian tujuan suatu program berupa manfaat dan

    dampak tersebut.

    6. Lingkungan (environment) yaitu bagian di luar sistem yang tidak dikelola

    oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh terhadap sistem.

    7. Umpan balik (feedback) yaitu bagian dari sitem yang merupakan hasil

    antara dan hasil akhir dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem

    tersebut serta informasi yang diterima dari lingkungan organisasi.

    Menurut Sulaeman (2011 : 52-53) pemikiran manajemen yang paling

    cocok untuk manajemen pelayanan kesehatan seperti Puskesmas adalah pemikiran

    manajemen sistem terbuka. Pemikiran manajemen sistem terbuka

  • 43

    menggambarkan manajemen sebagai suatu kerangka kerja yang memvisualisasi

    elemen-elemen lingkungan internal dan eksternal sebagai suatu kesatuan yang

    terintegrasi dengan organisasi dan manajemen.

    Menurut Muninjaya (2011:61) sistem adalah suatu rangkaian komponen

    atau bagian yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan yang sama.

    Generik sebuah sistem adalah input, process, dan output. Effect dan outcome

    adalah bagian dari output yang terkait lingkungan yang lebih luas. Sistem

    kesehatan dikembangkan dengan menguraikan masing-masing komponen sistem

    yang berkaitan dengan komponen sistem pembangunan lain, misalnya untuk

    meningkatkan status gizi masyarakat (sistem kesehatan) perlu dilakukan analisis

    komponen sub-sistem penanggulangan gizi masyarakat.

    Menurut Handoko (2012 : 55) Pendekatan sistem pada manajemen

    bermaksud untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari

    bagian-bagian yang saling berhubungan. Sebagai suatu prinsip fundamental,

    pendekatan sistem sangat mendasar. Ini secara sederhana berarti bahwa segala

    sesuatu adalah saling berhubungan dan saling tergantung. Suatu sistem terdiri dari

    elemen-elemen yang berhubungan dan bergantung satu dengan yang lain, tetapi

    bila berbagai elemen tersebut saling berinteraksi, maka akan membentuk suatu

    kesatuan yang menyeluruh. Sebagai suatu pendekatan manajemen, sistem

    mencakup baik sistem-sistem umum maupun khusus dan analisis tertutup maupun

    terbuka. Dalam penelaahan, penganalisaan, dan pengamatan, baik pendekatan

    sistem tertutup maupun terbuka dapat dipakai.

  • 44

    Gambar 2.1 Model dasar organisasi sebagai sistem terbuka

    Sumber : Handoko (2012 : 57)

    Lingkungan eksternal

    Masukan Proses Keluaran

    Batas sistem internal

    Kembali-

    nya

    keluaran

    Penggunaan

    keluaran

  • 45

    2.2 KERANGKA TEORI

    Gambar 2.2 Kerangka Teori

    Sumber : Handoko (2012) dan Muninjaya (2011) dengan modifikasi

    ANC

    1. Timbang berat

    badan dan tinggi

    badan

    2. Ukur tekanan darah

    3. Nilai status gizi

    (ukur LiLA)

    4. Ukur tinggi fundus

    uteri

    5. Tentukan presentasi

    janin dan denyut

    jantung janin (DJJ)

    6. Skrining status

    imunisasi tetanus

    dan berikan

    imunisasi tetanus

    toksoid (TT) bila

    diperlukan

    7. Pemberian tablet zat

    besi (tablet Fe)

    minimal 90 tablet

    selama kehamilan

    8. Periksa

    laboratorium (rutin

    dan khusus)

    9. Tatalaksana/penang

    anan kasus

    10. Temu wicara/KIE

    efektif

    Puskesmas

    Implementasi oleh Bidan

    Process

    1. Planning

    2. Organizing

    3. Actuating

    a. Alur

    Pelayanan

    b. Tindakan

    Medis (10 T)

    c. Tindakan Non

    Medis

    (Pencatatan

    dan Pelaporan

    hasil

    pemeriksaan)

    4. Controlling

    Input

    1. Tenaga Bidan

    a. Pengetahuan

    b. Pelatihan

    2. Dana

    3. Sarana

    4. SOP

    Output

    1. Tingkat

    cakupan

    pelayanan

    antenatal

    2. Kesesuaian

    dengan SOP

  • 46

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 ALUR PIKIR

    Berdasarkan kerangka teori pada bab sebelumnya maka dapat disusun alur

    pikir untuk memudahkan pelaksanaan penelitian sesuai dengan keinginan peneliti.

    Alur pikir penelitian ini mengacu pada model dasar organisasi sebagai sistem

    terbuka Handoko (2012) dan teori pendekatan sistem pada manajemen kesehatan

    Muninjaya (2011) yang akan menjadi pengarah dalam penelitian. Teori tersebut

    akan dikaitkan dengan pelaksanaan 10T dalam pelayanan antenatal. Adapun alur

    pikir yang disusun adalah sebagai berikut :

    Gambar 3.1 Alur pikir penelitian

    Input

    1. Tenaga Bidan

    a. Pengetahuan

    b. Pelatihan

    2. Dana

    3. Sarana

    4. SOP

    Process

    1. Planning

    2. Organizing

    3. Actuating

    a. Alur

    Pelayanan

    b. Tindakan

    Medis (10T)

    c. Tindakan Non

    Medis

    (pencatatan

    dan pelaporan

    hasil

    pemeriksaan)

    4. Controlling

    Output

    1. Tingkat

    cakupan

    pelayanan

    antenatal

    2. Kesesuaian

    dengan SOP

  • 47

    3.2 FOKUS PENELITIAN

    Fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis implementasi pelayanan

    antenatal oleh bidan pada Puskesmas Sampang Kabupaten Cilacap.

    3.3 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pada penelitian

    dilakukan analisis pelayanan melalui pendekatan sistem (input-process-output).

    Adapun teknik pengambilan sampel (informan kunci) pada penelitian ini yaitu

    dengan menggunakan teknik purposive sampling.

    3.4 SUMBER INFORMASI

    Sumber informasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data

    primer yang selanjutnya akan diolah menjadi informasi sesuai yang dibutuhkan

    oleh peneliti, dan didukung dengan data sekunder.

    3.4.1 Data primer

    Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam yang akan

    ditujukan langsung kepada narasumber. Selain wawancara, observasi langsung

    juga dilaksanakan terkait komponen input, process, dan output pada implementasi

    pelayanan antenatal. Responden atau narasumber dalam penelitian ini yaitu

    d