ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI...

120
ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI PONPES MODERN TERHADAP TEKS ARAB MODERN (Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (SS) Ahmad Fairobi 103024027531 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2010 M

Transcript of ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI...

Page 1: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI PONPES MODERN

TERHADAP TEKS ARAB MODERN

(Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah

Al-Gontory Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (SS)

Ahmad Fairobi

103024027531

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2010 M

Page 2: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

ABSTRAK

Ahmad Fairobi, Analisis Gramatikal Terjemahan Santri Ponpes Modern

terhadap Teks Arab Modern (Studi Kasus Terjemahan Santri Pondok

Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory, Perigi Baru, Pondok Aren,

Tangerang Selatan, Banten), Jakarta: Jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan

Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Kegiatan penerjemahan merupakan aktifitas yang dilakukan banyak

kalangan, bukan hanya para penerjemah profesi, melainkan mencakup seluruh

siswa sekolah di Indonesia. Kegiatan penerjemahan – dalam hal ini bahasa Arab –

dilakukan terus-menerus oleh siswa sekolah terutama oleh santri di pondok

pesantren, baik itu pondok pesantren salafi maupun pondok pesantren modern.

Hal ini sangat menarik perhatian penulis, karena kegiatan penerjemahan yang

mereka lakukan, sepenuhnya dilakukan pada saat mereka mulai mempelajari

kedua bahasa tersebut. Padahal, tingkat kemahiran dalam dwi bahasa, bagi

seorang penerjemah adalah mutlak diperlukan dalam proses penerjemahan. Baik

itu mahir dalam sturktur kata, struktur gramatikal, pemaknaan kata, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini permasalahan akan difokuskan pada analisis

gramatikal dalam proses penerjemahan yang dilakukan oleh para santri.

Kemudian perumusan masalahnya terdiri dari bagaimana para santri tersebut

menerjemahkan teks bahasa Arab. Lalu ditelusuri tentang hasil terjemahan mereka

dilihat dari sisi struktur gramatikal kedua bahasa.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori tentang penerjemahan

dan teori tentang struktur gramatikal kedua bahasa. penelitian tentang “Analisis

Gramatikal Terjemahan Santri Ponpes Modern terhadap Teks Arab Modern (Studi

Kasus Terjemahan Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory,

Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten)” ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam penganalisaan data, digunakan perangkat

analisis teks yang mendasarkan pada pendekatan interpretatif (subjektif) maka

penelitian ini termasuk ke dalam kategori paradigma konstruksionis. Peneliti

mencoba mengamati konstruksi teks BSu dan BSa hasil terjemahan para santri

dengan menggunakan perangkat analisis struktur gramatikal. Olah data yang

digunkan dalam penelitian ini dengan menggunakan dokumentasi, penelusuran

data dari buku-buku, dan wawancara dengan narasumber yang kompeten.

Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa proses

penerjemahan yang dilakukan oleh para santri tersebut secara keseluruhan baik.

Namun, penulis menemukan bahwa hasil terjemahan mereka masih kurang tepat,

terutama pada pengimplementasian struktur gramatikal bahasa Indonesia yang

baik dan benar. hal ini disebabkan oleh kurangnya materi kebahasa-Indonesiaan

dalam keseharian mereka.

Page 3: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Âlamîn. Segala puja dan puji senantisa terpanjatkan ke

hadirat Allah Swt. Dia-lah pengatur proses penulisan skripsi ini dan Dia-lah

penentu kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini. Salawat serta salam tak henti-

henti penulis haturkan kepada pemandu makhluk semesta, baginda Rasulullah,

Muhammad Saw. putra Abdullah. Ajaran dan suri tauladan beliau menjadi bekal

penulis dalam melakukan penelitian ini serta dalam penulisannya.

Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Allah Swt.

Pencipta alam semesta. Berkat anugerah dan karunia-Nya, penulis mampu dan

bisa menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

kedua orangtua, bapak dan ibu yang telah merawat, mendidik, menjaga, dan

membiayai semua pendidikan yang penulis tempuh. Begitu juga atas segala kasih

sayang, perhatian, dan motivasi keduanya yang selalu memberi semangat

perjuangan. Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah banyak memberikan sumbangsih yang tak terhingga dalam penulisan

skripsi ini. Mereka adalah:

1. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Drs. Ikhwan Azizi, M.A, selaku Ketua Jurusan Tarjamah yang selalu siap

sedia dan selalu ada bagi kemajuan Jurusan Tarjamah.

3. H. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang

banyak membantu penulis dalam kelancaran proses sidang skripsi ini.

4. Drs. H. Ahmad Syatibi, M.A, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

menyetujui judul skripsi yang penulis ajukan ini.

5. Irfan Abubakar M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan setia

membimbing dan menunggu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap dosen Jurusan Tarjamah dan Fakultas Adab dan Humaniora yang

telah memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan. Tak lupa seluruh

karyawan Fakultas Adab dan Humaniora yang telah memberikan bantuan

administrasi selama perkuliahan berlangsung.

Page 4: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

7. Keluarga penulis, Abah, Umi, Abang-abang, serta adik penulis. Terimakasih

atas semua motivasi dan kasih sayang kalian yang tak terhingga.

8. Teman-teman di Jurusan Tarjamah Angkatan 2003 dan semua teman-teman

seperjuangan di kampus. Terima kasih atas semua bantuan dan sumbangsih

kalian yang tak terhitung.

Semoga semua kebaikan dan sumbangsih mereka mendapat penghargaan

yang mulia dari Allah Swt. dan semoga seluruh sumbangsih tersebut menjadi

pahala kebaikan bagi mereka. Penulis berharap skripsi ini bisa menjadi manfaat

bagi pribadi penulis dan semua pihak. Tiada daya dan upaya yang abadi bagi

makhluk. Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘azîm.

Tangerang, 31 Agustus 2010

Ahmad Fairobi

Page 5: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..... iv

DAFTAR ISTILAH …………………………………………………......... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI …………………………………………. vii

BAB I PENDUHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………......... 1

B. Tinjauan Pustaka ………………………………………………........ 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………......... 10

D. Tujuan Penelitian ………………………………………………........ 11

E. Metode Penelitian ………………………………………………....... 12

F. Sistematika Penulisan …………………………………………......... 12

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan …………………………………………. 15

2. Model Penerjemahan …………………………………………... 16

3. Cara Menerjemahkan …………………………………………... 17

4. Perangkat Penerjemahan ……………………………………….. 17

5. Kesetiaan dalam Penerjemahan ………………………………... 18

6. Kesepadanan dalam Penerjemahan …………………………….. 20

B. Teori Gramatikal dan Penggunaannya dalam Penerjemahan

1. Kategori Sintaksis ……………………………………………... 29

2. Kategori Gramatikal ………………………………………….... 43

3. Morfologi …………………………………………………….... 46

4. Semantik ………………………………………………………. 49

Page 6: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

C. Pesantren dan Tradisi Penerjemahan

1. Pengertian Pesantren ………………………………………….. 52

2. Sejarah Umum Pesantren ……………………………………... 54

3. Tradisi Penerjemahan di Pesantren …………………………… 57

BAB III GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-AMANAH

AL-GONTORY

A. Letak Pesantren Al-Amanah Al-Gontory …………………………. 59

B. Sejarah Singkat Pesantren Al-Amanah Al-Gontory ………………. 59

C. Santri ……………………………………………………………… 61

D. Kitab-kitab yang Diajarkan dan Sistem Pengajarannya …………... 64

E. Pengajaran Penerjemahan di Pesantren …………………………… 65

BAB IV ANALISIS TEKS

A. Analisis Susunan Kalimat Logis ..................................................... 67

B. Analisis Penerjemahan Prase ........................................................... 77

C. Analisis Perluasan Pola Kalimat ...................................................... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 84

B. Saran ……………………………………………………………… 84

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 86

LAMPIRAN ……………………………………………………………... 88

Page 7: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

DAFTAR ISTILAH

Penulis menggunakan beberapa istilah dan singkatan dalam skripsi ini.

Penulisan istilah dan singkatan tersebut bertujuan untuk mempermudah para

pembaca. Istilah dan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:

BSa = Bahasa sasaran

BSu = Bahasa sumber

Hlm = Halaman

HR. = Hadits riwayat

Num TT = Numeralia tak takrif

QS. = Al-Qur`an dan surah

TSa = Teks sasaran

TSu = Teks sumber

Page 8: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, data bahasa Arab diberi transliterasi Arab-Latin berdasarkan

buku Pedoman Transliterasi Arab-Latin versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis di bawah ح

kh k dan h خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

Page 9: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha هـ

apstrof ΄ ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

Page 10: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

___ a Fathah

___

i Kasrah

___ u dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

ai a dan i ___ي

au a dan u ___و

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL

LATIN

KETERANGAN

â a dengan topi di atas ـ#

î i dengan topi di atas ـ$

û u dengan topi di atas ـ&

Kata Sandang

Page 11: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rikâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) - , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan yang menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal

ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ا.-,+ورة tidak

ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3).

NO KATA ARAB ALIH AKSARA

1. /01+2 tarîqah

al-jâmi’ah al-islâmiyyah ا.9#84/ ا34567/ .2

wahdat al-wujûd و>;ة ا.&ج&د .3

Page 12: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî dan al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam Ejaan Yang Disempurnakan sebetulnya

juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini. Contoh, ketentuan mengenai huruf

catak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judl buku itu

ditulis dengan cetak miring, begitu juga dalam alih aksaranya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh, Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis

‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-

Rânîrî.

Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa contoh alih aksara atas

Page 13: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas:

KATA ARAB ALIH AKSARA

dzahaba al-ustâdzu ذه? ا.<6=#ذ

AB tsabata al-ajru@ ا.<ج+

/,1+C8.آ/ ا+E.ا al-harakah al-‘asriyyah

Fإ.# ا I.أن .# إ ;KLأ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

M.#,C.ا NO4 #P#.&4 Maulânâ Malik al-Sâlih

+QBR1Fا Sآ yu’atstsirukum Allâh

/,3O08.ه+ ا#TU.ا al-mazâhir al-‘aqliyyah

/,3P&V.1#ت اWا al-âyât al-kauniyyah

al-darûrat tubîhu al-mahzûrât ا.-,+ورة تM3A ا.TEU&رات

Page 14: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang

merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan pesantren di

Indonesia dimulai sejak Islam masuk di negeri ini dengan mengadopsi

sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah berkembang

sebelum kedatangan Islam.1

Pondok pesantren mempunyai fungsi utama yaitu mencetak muslim

yang menguasai ilmu-ilmu agama (tafaqquh fî al-dîn) secara mendalam

serta menghayati dan mengamalkannya dengan ikhlas semata-mata

ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah SWT.2

Pada awal perkembangannya memang pesantren belum

terstruktur, tetapi sejalan dengan perkembangan Islam di negeri ini

terutama setelah terjadi persentuhan yang semakin kuat dengan tradisi

intelektual di Timur Tengah, penyelenggaraan pendidikan ini makin

terstruktur. Sejak itulah muncul tempat-tempat pengajian yang

1Amin, Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan,

Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDis & Media Nusantara, 2006), cet ke. 2, hlm. 3 2Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media Nusantara,

2006), cet. Ke. 1, hlm. 20

Page 15: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

merumuskan kurikulumnya, yakni pengajaran nahwu/sharf, tafsîr, hadîts,

tauhîd, fiqh, ahlâk, dan lain-lain.3

Pesantren telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Terbukti dengan banyaknya jumlah pondok pesantren yang ada

sekarang ini. Menurut Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama,

Mohammad Ali dalam surat elektronik kepada detikcom, Jumat

(28/11/2008). Saat ini jumlah pesantren di Indonesia mencapai 15 ribuan

dengan jumlah 5-6 juta santri.4

Secara garis besar lembaga pesantren dapat dikelompokkan dalam

tiga kelompok besar, yaitu:

1. Pesantren Salafi (tradisional) murni, yaitu pesantren yang tetap

mempertahankan pengajaran kitab-kitab kuning sebagai inti

pendidikan di pesantren. Dalam pesantren ini tidak ada pendidikan

formal (madrasah/sekolah umum)

2. Pesantren Khalafi (modern), yaitu pesantren yang telah

memasukkan pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang

dikembangkannya, atau membuka tipe-tipe sekolah umum dalam

lingkungan pesantren. Metode bandongan dan sorogan mulai

ditinggalkan atau didampingi dengan sistem madrasi atau klasikal

dengan mempergunakan alat peraga, evaluasi, dengan berbagai

3Amin, Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan,

Keagamaan, dan Sosial, (Jakarta: LekDis & Media Nusantara, 2006), cet ke. 2, hlm. 24 4Hizbut Tahrir Indonesia, “Depag: Tidak Ada Pesantren Ajarkan Terorisme”,

artikel yang dikutip dari: http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/29/depag-tidak-ada-

pesantren-ajarkan-terorisme/

Page 16: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

variasinya dan juga latihan-latihan. Prinsip-prinsip psikologi

perkembangan dalam pendidikan dan proses belajar mulai

diterapkan. Kenaikan kelas, pembagian kelas, dan pembatasan

masa belajar diadakan. Administrasi di sekolah pun dilaksanakan

dalam organisasi yang tertib. Pengajaran kitab kuning pada jenis

pesantren ini hanya sedikit yang diajarkan.

3. Pesantren Salafi (tradisional) yang dikombinasikan dengan sistem

lain (tidak murni), yaitu pesantren yang selain mengajarkan

pengajaran kitab kuning juga membuka pendidikan formal dengan

sistem madrasi (klasikal).5

Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional

dan ada yang bersifat modern (baru). Tradisional adalah metode

pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan

yang telah dipergunakan di pesantren atau metode pembelajaran asli

(original) pesantren. Metode pembelajaran tradisional seperti

bandongan, sorogan, musyawarah/bahtsul masâ’il dan metode

pengajian pasaran. Sedangkan pembelajaran modern merupakan

metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan

mengadopsi metode-metode yang berkembang di masyarakat modern.

Metode pembelajaran modern seperti muhâfazah (hafalan), ‘amaliyah

(peragaan), rihlah ‘ilmiyah (studi tour), muhâdatsah (bercakap-cakap).6

5Nurcholisoh, “Studi Perbandingan Terjemahan Santri Salafi Terhadap Teks Kitab

Kuning dan Modern: Kasus Santri Pondok Pesantren al-Jazirah”, (Skripsi S1, Fakultas Adab dan

Humaniora, UIN syarif Hidayatullah, 2004), hlm. 3 6Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media Nusantara,

2006), cet. Ke. 1, hlm. 50

Page 17: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Metode pembelajaran sangat erat kaitannya dengan fokus atau

tujuan dari pembelajaran tersebut. Misalnya pada pesantren modern,

lebih menitik-beratkan pada penguasaan bahasa di atas ilmu-ilmu yang

lain, terutama bahasa Arab dan Inggris. Metode pembelajaran yang

sering dipakai untuk mendukung tujuan terdebut adalah muhâdatsah

(bercakap-cakap).

Terkait dengan fokus atau tujuan tersebut, Pondok Modern

Darussalam Gontor misalnya, langsung mengaitkannya dengan materi

ajar lain yang berkaitan erat dengan penggunaan bahasa tertentu, yang

sesuai dengan standar kecakapan berbahasa pada tahap perjenjangan

kelas. Hal ini terlihat dari materi-materi ajar yang berbahasa Arab. Seperti

pada:

1. Kelas I, pada level pertama ini murid mulai disentuh dengan

materi-materi ajar yang berbahasa Arab. Misalnya, Aqâ’id

(tauhid), tajwîd, tafsîr, dan hâdits.

2. Kelas II, bahasa Arab mulai digunakan sebagai bahasa pengantar,

walaupun masih cukup sederhana.

3. Kelas III dan IV, semua mata pelajaran selain ilmu pengetahuan

umum sudah disampaikan dengan bahasa Arab yang terstruktur.

4. Kelas V dan VI, mulai menjelajahi materi-materi referensi (literature)

yang juga berbahasa asing. Bahkan pada level ini, sudah dituntut

agar bagaimana cara mengajar berbahasa asing yang baik

Page 18: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

terhadap adik-adik kelasnya secara langsung yang diawasi oleh

guru. 7

Sistem belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor, secara sekilas

kelihatan menghilangkan satu elemen penting dalam tradisi sistem

pendidikan pesantren, yaitu kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab

kuning. Namun pada kenyataannya kesan dan asumsi ini tidak tepat,

karena yang dilakukan Pondok Modern Darussalam Gontor hanya

menyangkut metode pengajaran di kelas. Sedangkan esensi pelajaran

agama yang menjadi inti kitab-kitab kuning itu tetap ada dan dikemas

sedemikian rupa dalam buku-buku yang lebih praktis dan sistematis serta

disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri.8

Pesantren dan kegiatan penerjemahan

Penerjemahan berasal dari kata terjemah. Terjemah berarti menyalin

(memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain, sedangkan penerjemahan

berarti proses, cara, perbuatan menerjemahkan. Orang yang

menerjemahkan disebut penerjemah.

Larson merumuskan pengertian penerjemahan secara lebih lengkap

sebagai berikut: “Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur

gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari bahasa sumber

(selanjutnya disingkat BSu). Kemudian menganalisis teks tersebut untuk

7Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2005, hlm. 14 8Abdullah Syukrti Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, hlm. 15

Page 19: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

menemukan makna yang sama dan mengungkapkannya dengan

leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran

(selanjutnya disingkat BSa) dan konteks tersebut9.”

Agar pengalihan suatu bahasa terjemahan tersebut dapat

dipahami dan dimengerti, maka harus diperhatikan bentuk Bsa-nya.

Harimurti Kridalaksana mendefinisikan bahwa penerjemahan sebagai

pemindahan suatu amanat dari BSu ke dalam BSa dengan pertama-

tama mengungkapkan maknanya dan kemudian gaya bahasanya.

Eugene A. Nida dalam bidang linguistik, mengungkapkan bahwa

menerjemahkan berarti menciptakan padanan paling dekat dalam

bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama dalam hal

makna dan kedua pada gaya bahasanya.10

Proses penerjemahan membutuhkan keahlian dalam berbahasa,

paling tidak ada dua bahasa, yaitu BSu dan BSa. Sebagaimana kita

ketahui, baik itu di pesantren tradisional maupun modern, bahasa Arab

adalah bahasa yang wajib dipelajari. Hal ini karena literatur-literatur Islam

yang menjadi bahasan dalam pesantren sebagaian besar masih

berbahasa Arab.

Pada pesantren tradisional, pengetahuan bahasa Arab kemudian

diaplikasikan secara langsung oleh interaksi kyai dan santri di pesantren

dalam proses belajar-mengajar dan proses penerjemahan terjadi di

9Milred L. Larson, Penerjemahan Berdasarkan Makna: Pedoman Untuk Pemadanan

Antar Bahasa, (Jakarta: Arca, 1991) cet. ke 2 hlm. 262 10

Nurahman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemah, (Flores: Nusa Indah, 1986), cet. ke 1,

hlm. 54

Page 20: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

dalamnya. Kegiatan penerjemahan dalam pesantren salafi sangat unik,

karena teks bahasa Arab diterjemahkan langsung di bawah teks tersebut

dengan tulisan Arab “miring” yang berbahasa Jawa. Untuk lebih jelasnya

penulis akan cantumkan contoh teks tersebut,

ا.IO. ;UE ا.bى -,\ ب_Z ^دم ب#.SO8 و ا.ZO[ \U8 جY3U ا.S.#8 وا.5Cة

SVE.م وا&O8.ا Y31_#ب Iب#Eواص I.^ ZO[و S98.36; ا.8+ب وا ;UE4 ZO[

Teks tersebut diambil dari kitab Ta’lîm al-Muta’âlim. Perkataan ;UE.ا

diterjemahkan utawi sakabehane puji iku keduwe Allah, yang berarti

“segala puji adalah kepunyaan Allah”, perkataan ;UE.ا yang didahului

oleh ال dan diakhiri dengan huruf U (damah U) diterjemahkan ke dalam

bahasa Jawa dengan didahului kata utawi dimaksudkan untuk

menunjukkan bahwa perkataan tersebut adalah mubtada atau pokok

kalimat. Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh santri, sebab kitab-

kitab yang diajarkan dalam sorogan dan bandongan ditulis tanpa huruf

hidup, sehingga untuk dapat membaca dengan benar dan cocok

artinya para santri harus mengetahui tata bahasa Arab. Perkataan Arab

IO. sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu li dikenal sebagai huruf jar atau

kata sandang dan Allahi yang diakhiri dengan huruf hidup I,

penerjemahan IO. dalam bahasa Jawa didahului dengan perkataan iku

Page 21: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

untuk menunjukkan bahwa perkataan IO. berkedudukan sebagai khabar

atau predikat dalam kalimat tersebut.

Kalimat دم^ Z_ى -,\ بb.ا Diartikan kang wus ngutamakaken sapa

Allah marang putro wayahe Nabi Adam. Artinya “yang telah melebihkan

anak cucunya Adam”. Perkataan \,- diartikan wus ngutamakaken

untuk menunjukkan bahwa perkataan \,- adalah bentuk waktu selesai.

Sebelum menerjemahkan perkataan دم^ Z_ب para kyai menambahkan

pertanyaan retorik sapa Allah untuk lebih menjelaskan bahwa kata kerja

\,- adalah yang dalam bahasa Inggris disebut finite verb yang

subjeknya adalah Allah. Di dalam teks perkataan م&O8.ا Y31_#ب Iب#Eواص

SVE.وا diterjemahkan dengan perkataan pendahuluan pira-pira yang

artinya “beberapa”. Jadi diartikan dengan pira-pira sahabate Nabi, pira-

pira ilmu, lan pira-pira hikmah. Ini menunjukkan bahwa ketiga perkataan

tersebut berbentuk majemuk.11 Dalam proses penerjemahan di pesantren

tradisional ini, santri harus melalui dua tahap pengalihan bahasa,

pertama dari bahasa Arab ke Arab Jawa, baru kemudian santri

mengalihkan lagi ke bahasa Indonesia.

11Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1985), cet. ke 4, hlm. 29

Page 22: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Sedangkan pada pesantren modern, proses penerjemahan

dilakukan secara langsung. Menurut salah satu alumni pesantren modern,

penerjemahan dilakukan menggunakan metode kata perkata12 secara

langsung dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Sebagai contoh kalimat

dalam QS. Al-Fatihah ayat 2, yaitu:

e3U.#8.ا Qرب Fل ا ;UE.ا

Seluruh alam yang

mengatur

Allah milik Segala puji

Ini adalah contoh dari jumlah ismiyah, lalu contoh jumlah fi’liyah

dalam QS. Al-Baqarah ayat 8 yaitu:

Sب ه&Of ZO[ F S=g

mereka hati kepada Allah Telah

mengunci

Sه YU6 ZO[ و

mereka pendengaran kepada dan

12Wawancara dengan Bapak KH Sundusi Ma’mun, (Jakarta: 29 April 2009) sedangkan

Penerjemahan kata demi kata biasanya dilakukan dalam proses praktik pnerjemahan atau analisis

terjemahan, sebelum sampai pada hasil final. Penerjemahan harfiah juga demikian. Tujuannya

adalah agar seluruh komponen bentuk dan semantiknya dapat dikontrol secara cermat oleh

penerjemah (M. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, hlm. 20)

Page 23: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Di sini terlihat bahwa proses penerjemahan jumlah fi’liyah dengan

model terjemahan kata perkata menyebabkan ketidak-berterimaan

pada BSa. Karena mau tidak mau penerjemahan mengikuti struktur

kalimat pada bahasa sumber.

Penulis dalam hal ini juga menemukan ada satu hal yang bisa

menjadi indikasi kelemahan dalam pencapaian hasil penerjemahan yang

baik, yaitu penguasaan BSa yang kurang baik. Karena porsi bahasa

Indonesia dalam proses belajar mengajar sangat kurang dibandingkan

dengan bahasa Arab. Padahal bahasa Indonesia sebagai bahasa

sasaran (BSa) dalam penerjemahan mutlak harus dikuasai oleh setiap

penerjemah. Penulis tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi

dasar dari kebijakan pola pendidikan di masing-masing pesantren

tersebut, terutama berkenaan dengan pelajaran bahasa Indonesia.

Padahal seperti yang dikatakan oleh seorang peneliti yaitu Beny Hoed,

fasih berbahasa asing tidak dengan sendirinya mampu

menerjemahkan.13 Penguasaan BSu dan BSa adalah mutlak diperlukan

untuk pencapaian hasil terjemahan yang baik.

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam terhadap

aktivitas penerjemahan para santri, khususnya santri pondok pesantren

modern dengan melakukan pengujian terhadap santri dalam

menerjemahkan teks bahasa Arab modern. Dengan asumsi tersebut

maka penulis menjadikan masalah ini sebagai bahan penelitian dengan

13 M. Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemah, (Jakarta: 2007),

hlm. 3

Page 24: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

judul ”ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI PONDOK PESANTREN

MODERN TERHADAP TEKS BAHASA ARAB MODERN (Kasus Terjemahan Santri

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory Perigi Baru,

Kec. Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten)”. Adapun sebagai data,

Penulis memilih teks tertentu dari kitab fiqh sunnah karangan Sayyid Sabiq

yang merupakan salah satu ulama besar Mesir pada abad 20.14

B. Tinjauan Pustaka

Dari hasil tinjauan Penulis terhadap penelitian yang dilakukan oleh

salah satu skripsi yang sudah ada, penelitian yang akan Penulis lakukan

termasuk yang kurang populer, karena Penulis hanya menemukan satu

judul skripsi yaitu ”STUDI PERBANDINGAN TERJEMAHAN SANTRI SALAFI

TERHADAP TEKS KITAB KUNING DAN MODERN: Kasus Santri Pondok

Pesantren al-Jazirah” oleh Nurcholisoh. Skripsi tersebut menerangkan

tentang hasil analisis gramatika atas hasil terjemahan beberapa santri di

pondok pesantren tersebut. Lalu Penulis mencoba dengan objek yang

bisa dikatakan lain, yaitu santri pondok pesantren modern.

Penulis berharap dengan penelitian ini, ditemukan realitas atau

fakta baru yang lebih dari peneltian pertama. penulis berharap pula

14 Teks yang dimaksud adalah teks yang dikutip dari kitab Fiq Sunnah karya Sayyid Sabiq

pada muqadimah bab shalat.

Page 25: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

penelitian ini menjadi input baru bagi perbaikan sistem pengajaran untuk

meningkatkan kemampuan para santri di pesantren tersebut pada

khususnya, dan pesantren-pesantren lain pada umumnya.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana telah penulis kemukakan di atas bahwa metode

pengajaran bahasa Arab pada pesantren modern mempunyai

perbedaan dengan pesantren tradisional. Perbedaan tersebut dapat

mempengaruhi hasil penerjemahan, baik yang positif maupun yang

negatif.

Penulis dalam penelitian ini membedakan kitab Arab modern dan

Arab klasik. Kitab Arab modern dan Arab klasik mempunyai perbedaan

dalam beberapa hal, yaitu:

a. Pengarang dalam kitab Arab klasik umumnya adalah para

ahli agama pada fase pertama penyebaran Islam, yaitu

sekitar abad pertama sampai ke lima Hijriyah.

b. Cara penulisan dalam kitab Arab klasik berbeda dengan

kitab Arab modern, hal ini bisa dilihat dari tidak adanya sistem

paragraph, tanda koma dan titik dalam penulisan kitab Arab

klasik.

c. Kitab Arab klasik menggunakan pendekatan tata bahasa

yang kaku.

Page 26: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Untuk lebih mengarahkan penelitian ini kepada target yang

diharapkan oleh penulis. maka Penulis dalam penelitian ini membatasi

masalah pada rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil terjemahan santri dilihat dari sisi gramatikal bahasa

sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa)?

2. Bagaimana pengaruh bahasa sumber (BSu) yang terdapat pada

hasil terjemahan santri?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah penulis kemukakan di atas, tujuan

umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan terjemah

santri. Adapun tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui bagaimana para santri menganalisis gramatikal Bsu

(bahasa Arab) dan menerapkannya ke dalam sistem gramatikal Bsa

(Bahasa Indonesia).

2. Mengetahui berapa besar pengaruh sistem gramtikal BSu yang masih

terdapat dalam hasil terjemahan para santri.

E. Metode Penelitian

Penulis dalam hal ini menggunakan metode penelitian yang bersifat

deskriptif kualitatif dalam arti bahwa penelitian ini bertujuan mengetahui

bagaimana santri pondok modern tersebut menerjemahkan teks bahasa

Arab secara baik.

Page 27: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Penelitian ini lebih diarahkan kepada analisis terjemahan yang

dilakukan oleh beberapa santri yang telah ditetapkan sebagai sampel

terhadap teks yang telah disediakan terlebih dahulu oleh penulis. Analisis

dilakukan dengan melihat teks dari sisi gramatikal BSu dan Bsa. Dari hasil

analisis gramatikal tersebut diharapkan kita dapat mengetahui

kemampuan mereka dalam menganalisis struktur gramatikal BSu dan

menerapkannya ke dalam struktur gramatikal BSa yang baik, dan

seberapa besar pengaruh struktur gramatikal BSu yang masih melekat

dalam hasil terjemahan meraka. Dan sebagai bahan pendukung

penelitian ini, Penulis mengadakan wawancara langsung baik dengan

pihak pesantren, maupun santri itu sendiri mengenai seputar

permasalahan penerjemahan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan Penulis paparkan ini merupakan

strukturalisasi penulisan agar dapat dipahami dengan baik. Penulisan

skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab, yaitu:

Pada BAB I, Penulis menjadikan bab ini sebagai bab pendahuluan

yang akan menjelaskan tentang masalah yang menjadi dasar dari

penelitian ini dan signifikansi atau studi kelayakan atas penelitian ini.

Penulis membagi bab ini menjadi beberapa subbab, yang terdiri dari latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 28: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Pada BAB II, Penulis menjadikan bab ini sebagai kerangka teori yang

dibangun yang akan menjadi landasan bagi penelitian. Bab ini sangat

penting, karena dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana

penerjemahan itu, dan korelasi dengan metode penerjemahan pada

santri pesantren tradisional dan santri pesantren modern. Penulis

membagi bab ini menjadi beberapa subbab, yang terdiri dari definisi

penerjemahan, teori terjemah, metode penerjemahan, proses

penerjemahan, gambaran umum pesantren, pengertian pesantren,

sejarah perkembangan pesantren, kitab-kitab kuning sebagai kurikulum

inti pesantren.

Pada BAB III, Penulis menjadikan bab ini sebagai penjelasan tentang

institusi atau lembaga yang menjadi objek penelitian penulis. Penulis

membagi bab ini menjadi beberapa subbab, yang terdiri dari gambaran

umum tentang pesantren tersebut, yang meliputi sejarah singkat

pesantren tersebut, santri-santri pada pesantren tersebut, kitab-kitab yang

diajarkan, dan sistematika pengajarannya.

Sedangkan pada BAB IV, Penulis menjadikan bab ini sebagai

landasan dan proses analisis dari penelitian penulis. Di sini Penulis akan

mencoba menganalisis hasil terjemahan para santri. Analisis gramatikal

hasil terjemahan teks modern yang sudah diterjemahkan oleh santri.

Untuk BAB V, Penulis menjadikan bab ini sebagai penutup. Bab ini

memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran bagi penelitian

tersebut.

Page 29: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Sedangkan untuk tehnik penulisan skripsi ini penulis menggunakan

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang

diterbitkan tahun 2007 oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta edisi terbaru.

Page 30: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

BAB II

KERANGKA TEORI

D. Teori Penerjemahan

1. Definisi penerjemahan

Translation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui

berbagai cara, latar belakang teori, atau pendekatan yang berbeda.

Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat

kegiatan penerjemahan dan dia mendefinisikan penerjemahan sebagai:

“the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent

textual material in another language (TL)” atau mengganti bahan teks

dalam Bsu dengan bahan teks yang sepadan dalam Bsa.15

Newmark juga memberikan definisi serupa namun lebih jelas lagi:

“Rendering the meaning of a text into another language in the way that

the author intended the text” atau menerjemahkan makna suatu teks ke

dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengarang.16

Ilmuwan bahasa dari Jerman, G. Jäger mendefinisikan

penerjemahan sebagai transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa

lain tanpa mengubah isi teks asli.17

15Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 5

16Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 5

17Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan: Language and Translation the New

Millennium Publication, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006) hlm. 9

Page 31: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam bukunya The Theory

and Practice of Translation, memberikan definisi penerjemahan sebagai:

“Translating consist in reproduction in the receptor language the closest

natural equivalent of the source language message, first in terms of

meaning and secondly in terms of style.” Atau menerjemahkan

merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam bahasa penerima

barang yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya, sepadan dengan

pesan dalam BSu, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua

menyangkut gayanya.18

Dari beberapa definisi di atas, terlihat jelas bahwa dalam proses

penerjemahan, faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah

kesepadanan kata, frase, klausa, kalimat, dan unsur-unsur bahasa lainnya

pada Bsu ke dalam Bsa, agar isi yang disampaikan pada hasil

penerjemahan tetap sama dengan maksud pengarang atau penulis

(author) pada teks aslinya, sehingga memberikan kesan kepada

pembaca bahwa yang dibaca bukanlah hasil terjemahan, melainkan

buku aslinya.

2. Model penerjemahan

Agar penilaian pembaca juga tetap baik terhadap penerjemah,

maka perlu kiranya penerjemah memiliki pengetahuan tentang dua

modal: (a) ragam atau model terjemahan, (b) cara menerjemahkan.

Dengan kelengkapan itu praktis penerjemah mudah menjatuhkan pilihan

18A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Jogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 11

Page 32: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

terhadap ragam terjemahan dan mengetahui cara menggarap naskah

atau teks lewat ragam itu dengan tepat.

Newmark mengajukan dua kelompok metode penerjemahan, yaitu

(1) metode yang memberikan penekanan terhadap BSu, yaitu metode

yang diambil penerjemah dengan berupaya mewujudkan kembali

dengan setepat-tepatnya makna kontekstual teks sumber (selanjutnya

disebut TSu), meskipun akan dijumpai hambatan-hambatan dalam proses

penerjemahan, baik itu hambatan sintaksis maupun semantik pada teks

sasaran (selanjutnya disebut TSa); (2) metode yang memberikan

penekanan terhadap BSa, dimana penerjemah berupaya menghasilkan

dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli

terhadap pembaca versi BSu.19

3. Cara Menerjemahkan

Rochayah Machali mengatakan dalam bukunya bahwa

penerjemahan bukan sekedar menggantikan sebuah teks dalam bahasa

sumber ke bahasa sasaran. Sebuah teks tidak lahir dari sebuah ruang

kosong, tanpa disertai maksud penulis, gaya penulis, budaya dan

konvensi yang diikuti penulis, dan sebagainya.20

Dengan demikian, setiap teks tentunya bukanlah hal yang steril.

Karena ketidaksterilan itulah penerjemah harus menganalisis terlebih

19 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 49

20 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 33

Page 33: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

dahulu teks BSu sebelum menerjemahkannya. Ada tiga hal yang menjadi

parameter dalam menganalisis, yaitu:21

a) Apa maksud pengarang menulis teks? Apakah untuk menjelaskan

sesuatu (eksposisi), atau bercerita (narasi).

b) Bagaimana pengarang atau penulis menyampaikan maksud

tersebut? Apakah melalui kalimat yang bertenaga, atau melalui

kalimat-kalimat yang mengandung ajakan yang terselubung.

c) Bagaimana pengarang mewujudkan gaya tersebut dalam pemilihan

kata, frase, dan kalimat? Apakah dengan menggunakan bantuan

partikel penyangat seperti /-lah, kah, pun/ dalam beberapa frase

tertentu?

4. Perangkat Penerjemahan

Ada dua jenis perangkat yang lazimnya digunakan oleh

penerjemah, yaitu perangkat intelektual dan perangkat praktis.

Perangkat intelektual mencakupi: (1) kemampuan yang baik dalam BSu;

(2) kemampuan yang baik dalam BSa; (3) pengetahuan mengenai pokok

masalah yang diterjemahkan; (4) penerapan pengetahuan yang dimiliki;

(5) keterampilan. Perangkat praktis mencakupi: (1) kemampuan

menggunakan sumber-sumber rujukan, baik yang berbentuk kamus

umum biasa, kamus elektronis, maupun kamus peristilahan serta

narasumber bidang yang diterjemahkan; (2) kemampuan mengenali

konteks suatu teks, baik langsung maupun tidak langsung.22

21 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 34

22 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 11

Page 34: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kedua jenis perangkat itu juga dapat disebut sebagai modal dasar

yang harus dimiliki seorang penerjemah. Jika salah satu dari modal dasar

itu tidak dimiliki atau kurang baik, maka terjemahan yang dihasilkan

menampakkan berbagai kekurangan, tergantung dari kadar

kemampuannya memanfaatkan perangkat di atas.23

5. Kesetiaan dalam Penerjemahan

Untuk mengetahui sebuah kesetiaan dalam penerjemahan harus

ada parameter yang dapat dijadikan patokan, seorang penerjemah

harus setia pada penulis atau karya aslinya, kemudian kepada bahasa

pembacanya.

Oleh karena itu, parameter kesetiaannya adalah hubungan antara

maksud penulis karya asli, bahasa sasaran, dan masyarakat pembaca

terjemahan. Adapun mengenai penjelasan masing-masing parameter

tersebut adalah:

a. Penulis dalam membuat karyanya pasti mempunyai maksud tertentu.

Di sinilah tugas seorang penerjemah untuk melacak maksud penulis.

Ini dapat dilakukan dengan mengenali konteks, informasi karya,

gaya, ragam bahasa, dan konotasi yang digunakan.

b. Dalam mengungkapkan kembali pesan bahasa sumber, penerjemah

harus dapat mencari padanannya dalam bahasa sasaran.

23 Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, hlm. 11

Page 35: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

c. Pembaca terjemahan merupakan masyarakat yang berbeda

dengan pembaca karya asli, ini berarti terdapat perbedaan

sosiokultural, bahasa, dan persepsi.

Namun dalam beberapa kasus terjemahan suatu karya, kesetiaan

pada karya asli itu mengalami perbedaan-perbedaan. Hal ini terjadi

karena perbedaan dimensi untuk setia pada masing-masing terjemahan.

Dimensi-dimensi yang berbeda tersebut antara lain:

a. Dimensi subjektivitas

Hal ini banyak terjadi pada setiap terjemahan. Misalnya beberapa

penerjemah menerjemahkan teks yang sama, namun pendekatan

yang digunakan setiap penerjemah berbeda-beda. Maka hasil

terjemahan akan tidak sama persis.

b. Dimensi zaman

Jauhnya jarak waktu antara teks asli dan terjemahannya dapat

menimbulkan masalah seperti kekunoan bahasa yang meyebabkan

perbedaan pemahaman. Penerjemah akan mengalami dilema

ketika dituntut harus mendekatkan hasil terjemahan dengan situasi

dan kondisi teks sumber, dan di lain pihak harus pula menyesuaikan

situasi dan kondisi pembaca teks terjemahan tersebut.

Selain kedua dimensi di atas juga perlu diperhatikan adanya dimensi

fungsional dalam penerjemahan. Dimensi ini yang paling jelas adalah

tujuan dari penerjemah itu sendiri.

Page 36: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

6. Kesepadanan dalam Penerjemahan

i. Aspek lingusitik

Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, dalam bukunya The Theory

and Practice of Translation, mengatakan bahwa menerjemahkan

merupakan kegiatan menghasilkan kembali dalam bahasa penerima

barang yang sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan dengan

pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut makna dan

kedua menyangkut gayanya.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama dari pendapat ahli

tersebut, bahwa dalam penerjemahan, padanan merupakan unsur yang

penting setelah makna. Padanan (equivalent) yaitu kata atau frase yang

sama atau bersamaan dalam bahasa lain.24

Dalam menentukan padanan untuk makna yang terkandung dalam

BSu, seorang penerjemah sedapat mungkin harus menempatkan kata-

kata yang paling sesuai, dan padanan terjemahan harus diungkapkan

secara wajar dalam BSa dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah

bahasa terjemahan, sehingga pembaca tidak merasakan atau dalam

ungkapan Nida dan Taber “melupakan sejenak” bahwa yang ia baca

adalah hasil terjemahan. Inilah yang dinamakan ekuivalensi dinamis atau

padanan dinamis oleh Nida dan Taber dalam bukunya.

24Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993,

cet. 1 hal. 152

Page 37: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Dari pendapat di atas tampak oleh kita bahwa kesepadanan

dalam BSa harus lebih diutamakan daripada kaidah-kaidah yang ada

dalam BSu, sehingga seorang penerjemah boleh menggunakan jenis

terjemahan bebas dengan padanan dinamis untuk mengungkapkan

padanan yang wajar dalam bahasa sasaran.

Pergeseran pemaknaan atau pemadanan tetap terjadi pada

beberapa terjemahan, karena dua bahasa yang menjadi unsur proses

terjemahan memiliki kaidah yang berbeda. Para ahli berbeda pendapat

dalam mengungkapkan jenis pergeseran yang sering terjadi dalam

penerjemahan. Rochayah Machali dalam bukunya mengklasifikasikan

pergeseran itu menjadi beberapa macam, yaitu:25

ii. Pergeseran bentuk (transposisi)

Pergeseran bentuk adalah suatu prosedur penerjemahan yang

melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Ada

empat jenis pergeseran bentuk, yaitu:

- Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang disebabkan oleh

sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini, penerjemah tidak

mempunyai pilihan lain selain melakukannya. Seperti pergeseran

adjektiva atau kata sifat dalam bahasa Indonesia yang

maknanya menunjukkan variasi yang tersirat dalam adjektiva

menjadi penjamakan nomina dalam bahasa Inggris, contoh:

TSu: Rumah di Jakarta bagus-bagus.

25 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Grasindo, 2000), hlm. 63

Page 38: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

TSa: The houses in Jakarta are built beautifully.

Pergeseran nuansa makna, yaitu built beautifully lebih khusus dari

versi BSu-nya “bagus-bagus”.

- Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal

dalam BSu tidak ada di dalam BSa. Seperti peletakan verba di

latar depan dalam bahasa Indonesia tidak lazim dalam struktur

bahasa Inggris, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka

padanannya memakai struktur kalimat berita biasa. Contoh:

TSu: Telah disahkan penggunaannya.

TSa: Its usage has been approved.

- Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan;

kadang-kadang, sekalipun dimungkinkan adanya terjemahan

harfiah menurut struktur gramatikal, padanannya tidak wajar atau

kaku dalam BSa. Seperti gabungan adjektiva bentukan dengan

nomina atau frase nominal dalam BSu menjadi nomina + nomina

dalam BSa, contoh:

Medical student ----- menjadi ----- mahasiswa kedokteran

- Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi ketumpangan kosa

kata (termasuk perangkat tekstual seperti /-pun/ dalam bahasa

Indonesia) dengan menggunakan suatu struktur gramatikal.

Seperti pergeseran unit yaitu misalnya dari kata menjadi klausa,

frase menjadi klausa, dan sebagainya. Contoh:

Page 39: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Deliberate (TSu) ---- menjadi ---- dengan sengaja, tenang dan

berhati-hati (TSa)

iii. Pergeseran makna (modulasi)

Ada kalanya pergeseran struktur seperti yang terjadi pada prosedur

transposisi itu melibatkan perubahan yang menyangkut pergeseran

makna karena terjadi juga perubahan perspektif. Newmark membagi

modulasi menjadi dua macam yaitu:

- Modulasi wajib, adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan

apabila suatu kata, frase atau struktur tidak ada padanannya

dalam BSa sehingga perlu dimunculkan. Contoh: kata lessor dan

lessee dalam bahasa Inggris, biasanya kata lesse diterjemahkan

sebagai penyewa, tetapi padanannya untuk lessor tidak ada.

Maka padanannya dapat dicari dengan mengubah sundut

pandangnya atau dicari kebalikannya, yaitu “orang atau pihak

yang menyewakan atau pemberi sewa”

- Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan

karena alasan non-linguistik, misalnya untuk memperjelas makna,

menimbulkan kesetalian dalam BSa, mencari padanan yang

terasa alami dalam BSa, dan sebagainya. Contoh: menyatakan

secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu, seperti

kata environmental degradation diterjemahkan menjadi

penurunan mutu lingkungan (konsep mutu tersirat dalam BSu)

iv. Adaptasi (penyesuaian)

Page 40: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Adaptasi adalah pengupayaan padanan kultural antara dua situasi

tertentu. Misalnya salam resmi pembukaan surat ‘Dear sir’ dalam

bahasa Inggris diterjemahkan menjadi ‘Dengan hormat’, bukan ‘Tuan

yang terhormat’.

v. Pemadanan berkonteks

Pemadanan berdasarkan konteks atau contextual conditioning

adalah penempatan suatu informasi dalam konteks, agar maknanya

jelas bagi penerima informasi atau berita. Seperti ungkapan-

ungkapan yang erat dengan budaya setempat.

TSu: The mustang was the fastest in the race.

TSa: Kuda mustang itu adalah yang tercepat dalam pacuan

tersebut.

Kata ‘mustang‘ adalah salah satu jenis dari kuda, kata kuda di depan

kata mustang adalah hasil pemadanan berkonteks untuk

menjelaskan makna mustang yang masih rancu dalam BSa.

vi. Pemadanan bercatatan

Pemadanan bercatatan dilakukan setelah penerjemah tidak

menemukan padanan kata, frase, atau klausa dari TSu. Maka

penerjemahannya dapat dilakukan dengan memberinya catatan

(baik sebagai catatan kaki maupun sebagai catatan akhir).

b) Aspek semantik

Semantik sebagai salah satu cabang linguistik baru mendapat

perhatian dari para linguis dan menjadi kegiatan yang tidak dapat

Page 41: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

dipisahkan dari studi linguistik sejak tahun enam puluhan, ketika mereka

mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa merupakan kegiatan

mengekspresikan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan

makna-makna yang ada pada lambang-lambang tersebut.

Banyak sekali para ahli membicarakan tentang makna secara

panjang lebar, seperti Larson, Pateda, dan lain-lain. Namun di sini penulis

hanya akan membahas beberapa jenis makna yang dianggap sesuai

dengan pembahasan ini, yaitu:

1) Makna Referensial

Makna referensial adalah makna yang menunjuk pada acuannya

(referennya). Acuan tersebut dapat berupa benda, gejala, peristiwa,

dan sebagainya. Contoh makna referensial ada pada leksem /kursi/.

Makna yang diacu adalah benda dengan wujud atau bentuk kursi

seperti kalimat kursi itu terbuat dari kayu jati.

2) Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya

proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Proses

afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat batu seberat itu

terangkat juga oleh adik melahirkan makna dapat dan dalam

kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan

makna gramatikal tidak disengaja.

3) Makna Kontekstual

Page 42: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Dalam analisis wacana dan analisis semantik kita sering berbicara

tentang konteks. Makna dan informasi yang kita peroleh dan kita

tafsirkan tidak dapat dilepaskan dari konteks. Para antropolog

memberikan tiga ciri yang harus dipenuhi untuk menciptakan satu

konteks. Konteks adalah satu situasi yang terbentuk karena terdapat

setting, kegiatan, dan relasi. Jika terjadi interaksi antara tiga

komponen itu maka terbentuklah konteks.26

Jadi makna kontekstual adalah makna yang terjadi karena adanya

interaksi antara setting (waktu dan tempat), kegiatan (tingkah laku

yang terjadi dalam interaksi berbahasa), dan relasi (hubungan antara

peserta bicara dan tutur) dalam berbahasa.27

E. Teori Gramatikal dan Penggunaannya dalam Penerjemahan

Sebelum melangkah lebih jauh, penulis mencoba memahami apa

yang dimaksud dengan gramatika dan gramatikal. Harimurti Kridalaksana

dalam kamus linguistiknya mendefinisikan kata gramatika dengan

beberapa definisi, yaitu:28

1. Gramatika sebagai subsistem dalam organisasi bahasa di mana

satuan-satuan bermakna bergabung untuk membentuk satuan-

satuan yang lebih besar. Secara kasar, gramatika terbagi atas

26Jose Daniel Parera, Teori Semantik (edisi kedua), (Jakarta: Erlangga, 2004) hlm.229

27Jose Daniel Parera, Teori Semantik (edisi kedua), hlm. 229

28Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993), hlm. 66

Page 43: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

morfologi dan sintaksis dan terpisah dari fonologi, semantik, dan

leksikon.

2. Seluruh sistem hubungan struktural dalam bahasa dan dipandang

sebagai seperangkat kaidah untuk membangkitkan kalimat; di

dalamnya tercakup pula fonologi dan semantik.

3. Penyelidikan mengenai subsistem suatu bahasa yang mencakup

satuan-satuan bermakna, merupakan cabang lingustik.

4. Pemerian secara sistematis tentang satuan-satuan bermakna.

Sedangkan kata gramatikal sendiri didefinisikan juga oleh

Kridalaksana sebagai,29

1. Diterima oleh bahasawan sebagai bentuk atau susunan yang

mungkin ada dalam bahasa.

2. Sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika suatu bahasa.

3. Bersangkutan dengan gramatika suatu bahasa.

Dari definisi yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana itu,

penulis menyimpulkan bahwa teori gramatikal adalah suatu teori yang

membahas tentang satuan-satuan bahasa yang bermakna (yaitu kata)

dan satuan-satuan itu memiliki hubungan struktural dalam satu bahasa

tertentu dan disepakati oleh suatu sekelompok orang atau suku bangsa

sebagai seperangkat kaidah-kaidah untuk merangkai kalimat.

Harimurti Kridalaksana dalam definisinya tentang gramatika,

menyebutkan bahwa gramatika terbagi atas morfologi dan sintaksis.

29Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), hlm. 67

Page 44: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Morfologi adalah30 bidang linguistik yang mempelajari morfem dan

kombinasi-kombinasinya. Dan sintaksis adalah31 pengaturan dan

hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang

lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam

bahasa.

Sebelum membahas sintaksis lebih jauh dalam kajian bahasa, kajian

linguistik akan memberikan pemahaman kepada kita mengenai hakikat

dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik

yang hanya dimiliki manusia.

Secara popular linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu

yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya, atau lebih tepat lagi

seperti yang dikatakan Martinet: telaah ilmiah mengenai bahasa

manusia.

Kata linguistik (berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris,

linguistique dalam bahasa Prancis, dan linguistiek dalam bahasa

Belanda) yang diturunkan dari bahasa Latin lingua yang berarti

“bahasa”. Di dalam bahasa-bahasa “roman” yaitu bahasa yang berasal

dari bahasa Latin, terdapat kata yang serupa dengan kata Latin lingua,

antara lain, lingua dalama bahasa Italia, langue dalam bahasa Spanyol,

langage dalam bahasa Prancis.

30Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993), hlm. 142 31Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), hlm. 199

Page 45: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Di sini perlu diperhatikan bahwa bahasa Prancis mempunyai dua

istilah, yaitu langue, dan langage dengan makna yang berbeda. Langue

berarti suatu bahasa tertentu seperti bahasa Inggris, Arab, Indonesia.

Sedangkan langage, bahasa secara umum seperti tampak dalam

ungkapan “manusia punya bahasa sedangkan binatang tidak”,

sedangkan dua istilah di atas bahasa Prancis mempunya istilah lain

mengenai bahasa seperti kata parole yang berarti bahasa dalam wujud

yang nyata, kongkrit yaitu berupa ujaran yang digunakan sehari-hari

sedangkan langage adalah sistem bahasa manusia secara umum, jadi

sifatnya paling abstrak.32

Sintaksis (ilmu nahwu) merupakan salah satu kajian yang tidak dapat

dipisahkan, karena ia merupakan cabang linguistik yang mengkaji unsur

terpenting dalam bahasa yaitu kalimat. Kalimat merupakan satuan

bahasa yang pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata atau

dengan satuan-satuan yang lebih besar yang secara relatif berdiri sendiri,

mempunyai pola intonasi final baik itu secara aktual maupun potensial

terdiri dari klausa.33

Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, “sun”. Secara etimologis,

sintaksis berarti menempatkan secara bersama-sama kata-kata menjadi

kelompok kata dan kelompok kata menjadi kalimat.34

32Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), cet ke 1, hlm. 1 dan 2

33Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

cet. Ke-5, hlm. 199 dan 92 34Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1994), cet. ke 1, hlm. 2006

Page 46: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Oleh karena itu dalam pembahasannya, sintaksis menyangkut

kalimat dan kata berarti juga menyangkut tata bahasa, maka perlu juga

diketahui bahwa dalam tata bahasa secara keseluruhan, mempunyai

lima komponen dasar yaitu struktur gramatikal, sistem gramatikal, kategori

gramatikal, fungsi gramatikal, dan peran gramatikal. Akan tetapi, dalam

pembahasan ini Penulis hanya menjelaskan mengenai kategori sintaksis,

morfologi, dan kategori gramatikal, sesuai dengan kebutuhan dalam

penulisan skripsi ini.

1. Kategori Sintaksis

Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk

perilakunya, dan antara satu kelompok akan berbeda dengan kelompok

lainnya. Dengan kata lain, kata dibedakan berdasarkan ketegori

sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata.

Bahasa Indonesia memiliki empat macam kelas kata utama, yaitu :

Verba yang sepadan dengan fi’il dalam bahasa Arab, nomina yang

sepadan dengan isim dalam bahasa Arab, adjektiva yang sepadan

dengan na’at dalam bahasa Arab dari segi semantisnya, namun

berbeda dari segi kategorinya karena na’at bukan termasuk kelas kata,

dan kelas kata yang terakhir adalah adverbial atau kata tugas.

a. Verba (fi’il)

Verba atau kata kerja dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi

beberapa macam bentuk tergantung pada perilakunya; apakah

Page 47: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

sintaksis, semantik, atau bentuk morfologisnya. Namun secara umum

verba dapat dibedakan dari kelas kata lainnya terutama dari adjektiva

dengan ciri: “verba mengandung makna inheren perbuatan, proses, dan

keadaan yang bukan sifat, atau kualitas, dan memiliki fungsi utama

sebagai predikat atau inti predikat walaupun juga dapat mempunyai

fungsi lain,” contoh verba dasar tanpa afiks: “Hasan sedang makan di

dapur”. Maka kata makan merupakan verba tanpa afiks yang

memerlukan komplemen yang berupa keterangan pelengkap.35

Sedangkan yang dimaksud dengan tanda bentuk yaitu verba yang

mengadung afiks, yang pada umumnya berupa prefiks, seperti me-, di-,

ber-, ter-, per-, ada juga yang berupa konfiks gabungan prefiks dan sufiks

seperti ke-an. Sebagai contoh dari uraian di atas penulis memberi contoh

sebagai berikut:

i. Verba berafiks me- (N)

Contoh: Gadis itu memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

ii. Verba berafiks di-

Contoh: Seorang putri Kerajaan Champa dipersunting sebagai

permaisuri.

iii. Verba berafiks ber- (aktif)

Contoh: Aku perlu berhubungan dengan dia.

iv. Verba berafiks ter- (pasif)

35Hasan Alwi, d.k.k., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi ketiga, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2000), cet. Ke-4, hlm. 87

Page 48: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Contoh: Habitat Orang Utan semakin terdesak oleh perambahan

hutan

v. Verba berafiks ke-an (pasif)

Contoh: Banyak bayi di Indonesia kekurangan gizi

Dalam bahasa Arab, fi’il terbagi tiga, yaitu fi’il mâdly, fi’il mudlâri,

dan fi’il ‘amar. Walaupun ada beberapa bentuk fi’il berdasarkan bentuk

morfologisnya (sharaf). Fi’il mâdly menunjukkan kejadian atau perbuatan

yang telah berlalu. Contohnya kata ?=آ dalam kalimat .ا ei< ?=آ /jO

ا.8+ب3/ menjadi kalimat /3ا.8+ب /jO.آ=? ا .

Fi’il mudlâri menunjukkan kejadian atau perbuatan yang sedang

berlangsung dan akan datang. Contohnya kata ?=V1 yang berarti dia

(laki-laki) sedang atau akan menulis. Dan fi’il ‘amar yang berarti kata

kerja yang menuntut pendengarnya untuk melakukan apa yang

dikatakan oleh pembicara. Contohnya kata وا+U=6ا yang berarti

dengarkan atau dengarlah.36

b. Nomina (isim)

Nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai

subjek atau objek dari klausa. Kelas kata ini berpadanan dengan nama

orang, benda, atau hal lain yang dibedakan dalam alam luar bahasa.

36Hifni Bek Dayyah, Muhammad Bek Dayah, d.k.k., Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:

Darul Ulum Press, 1991), cet. Ke-3, hlm. 20-24

Page 49: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Sebagaimana halnya verba, nomina dalam bahasa Indonesia

dapat diketahui berdasarkan perilaku sintaksis, semantik, atau bentuk

morfologisnya. Akan tetapi, nomina mempunyai ciri tertentu yang

membedakannya dari kelas kata lain yaitu nomina menduduki fungsi

subjek, predikat, atau pelengkap dalam kalimat yang predikatnya verba

dan ia tidak dapat diingkari dengan kata tidak melainkan dengan kata

bukan. Contohnya pada kalimat Ibuku bukan pramugari.37

Dalam bahasa Indonesia sebuah kata dapat dicalonkan ke dalam

kata benda jika kata tersebut berfrase dengan kata tugas di-, ke-,

tentang, pe-. Misalnya ketua, di rumah, kehendak, pemuda. Dalam

bahasa Inggris sebuah kata masuk dalam kata benda, apabila secara

frase dapat dihubungkan dengan kata-kata seperti the, a few, some,

every, atau dengan sufiks er seperti farmer, writer, reader.38

Sementara isim dalam bahasa Arab merupakan kata yang

menunjukkan makna mandiri dalam arti ia tidak terpengaruh zaman atau

kala. Contohnya kata ;U<ا yang berarti nama orang, kata tersebut tidak

terpengaruh oleh kala. Isim atau nomina secara umum terbagi dua yaitu

isim nakiroh, yaitu kata benda yang masih umum seperti kata ?.#2

maksudnya adalah seorang mahasiswa laki-laki (mana saja, boleh siapa

saja, atau masih bersifat umum). Dan isim ma’rifah yang menunjukkan

37Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

cet. Ke-5, hlm. 145 dan 146 38

Jose Daniel Parera, Bidang Morfologi, Pengantar Lingustik Umum, seri B, (Ende

Flores: Nusa Indah, 1977), hlm. 15 dan 16

Page 50: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

kata benda tertentu (sifatnya pasti) misalnya kata ?.#2 ditambah huruf

yang berarti mahasiswa laki-laki itu (bersifat khusus ا.menjadi ?.#k ال

atau pasti).

Adapun turunan dari isim ma’rifah yaitu:

1) Isim dhomir, pronominal, person. Contohnya Z_=4+2#.? اآ Serta

derivasinya kata @Pه& ا

2) Isim idlofah, yaitu nominal yang dipakai sebagai atribut. Contohnya

f#]/ ا7ج=U#ع اآe4 +A ب3@

3) Isim isyarat atau penanda deiksis. Contohnya

و7 ت0+ب# هmb ا.9l+ة

4) Isim mausul, atau nomina relatif, contohnya

Iي 017&م إ7 بb.ا e1;.د ا#U[ $K`

5) Isim alam atau nama diri kata contohnya

SO6و I3O[ Fر6&ل ا ;UE4

c. Adjektiva

Adjektiva adalah kata yang menjelaskan kata benda atau yang

dibendakan. Dalam bahasa Indonesia adjektiva mempunyai ciri dapat

bergabung dengan kata tidak dan partikel, seperti lebih, sangat, paling,

amat, dan sedangkan. Calon kelas kata sifat bahasa Inggris pada

umumnya dapat dicirikan dalam frase very, must dan yang dapat

bersufiks dengan -er, -est, -st.

Page 51: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Ada juga secara morfologis calon kelas kata sifat ini berproses

dengan bentuk se/+bd+nya seperti konfiks se-nya dengan bentuk dasar

ulangan misalnya sepandai-pandainya.39

Menurut Hasan Alwi, adjektiva ada yang ditandai dengan prefiks

ter- yang berarti paling, contohnya terpintar artinya paling pintar

sedangkan verba bermakna keadaan tidak bisa menerima prefiks ter-

seperti kata mati atau suka. Lain halnya dengan kata terbuka, tertutup

atau tertidur.40

d. Adverbia (kelas kata tugas)

Dilihat dari segi fungsinya adverbia mempunyai dua peran. Pertama

memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau

kalimat. Contohnya:

1) Saya ingin lekas-lekas pulang. Kata lekas adalah adverbia yang

menerangkan verba pulang.

2) Orang itu sangat baik. Kata sangat adalah adverbia yang

menerangkan adjektiva baik.

3) Ayah saya hanya petani. Kata hanya adalah adverbia yang

menerangkan nomina predikatif.

4) Sebaiknya Engkau datang. Kata sebaiknya adalah adverbia yang

menerangkan kalimat engkau datang secara keseluruhan.

39Jos Daniel Parera, Bidang Morfologi, Pengantar Lingustik Umum, seri B, (Ende Flores:

Nusa Indah, 1977), hlm. 17 40

Hasan Alwi, d.k.k., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi ketiga, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2000), cet. ke 4, hlm. 87

Page 52: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kedua adverbia sebagai kategori yang harus dibedakan dari

keterangan sebagai fungsi kalimat. Contohnya:

1) Ia datang kemarin. Kata kemarin berkategori nomina (bukan

adverbia) tetapi fungsinya adalah keterangan waktu.

2) Orang itu sangat baik. Kata sangat berfungsi sebagai keterangan

dan kebetulan juga kategorinya adalah adverbia.

Dari penjelasan di atas, peran adverbia pertama biasa disebut

tataran frase, sedangkan peran adverbia kedua bisa disebut tataran

klausa yang disebut fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek, dan

sebagainya.

Adverbia yang secara semantik bergantung pada satuan leksikal

lain. Keberadaannya di dalam suatu satuan frase berkaitan dengan

konstituen lain. Keterkaitan itu merupakan hubungan antara pewatas dan

inti. Contoh pada frase sangat baik, kata baik adalah inti dan kata

sangat menjadi pewatasnya.

Adverbia yang jangkauannya meliputi seluruh kalimat atau klausa

tidak terikat pada batas frase. Adverbia jenis itu biasanya berpindah

tempat di dalam kalimat, contoh:

1) Biasanya Dia pulang sore.

2) Dia biasanya pulang sore.

3) Dia pulang sore biasanya.

Bentuk lain yang termasuk adverbia jenis itu adalah sebenarnya,

sesungguhnya, agaknya, rupanya, seyogyanya, sebaiknya.

Page 53: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Adverbia berdasarkan perilaku semantisnya terbagi menjadi

delapan macam. Di antaranya adverbia pewatas adjektiva, adverbial

frekuentif, atau pewatas verba dan adverbial kewaktuan.

Adverbia frekuentif atau pewatas verba merupakan adverbia yang

menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya

peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu. Kata yang termasuk dalam

adverbia ini di antaranya: baru, segera, dahulu, dan lain-lain. Contohnya:

Pamanku dulu seorang Bupati.41

e. Frase (Tarkib)

Gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu

kesatuan, dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek,

predikat, objek, atau keterangan) biasanya dikenal dengan istilah frase.42

Frase yaitu gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak

predikatif; gabungan dapat rapat dan renggang, misalnya: gunung

tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi nonpredikatif, konstruksi

ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena bersifat

predikatif.43

Abdul Chaer dalam bukunya mengklasifikasikan frase menjadi dua

macam. Yaitu frase yang dilihat dari kedudukan kedua unsur yang

membentuknya dan frase yang dilihat dari fungsi dan jenisnya. Frase jika

41Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta:

DepDikBud) hlm. 223-226 42

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998),

hlm. 301 43

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

cet. Ke-5, hlm. 145 dan 146

Page 54: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

dilihat dari kedudukan kedua unsur yang membentuknya dibedakan

menjadi;44

1) Frase setara

Adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya sama derajatnya.

Yang satu tidak tergantung sama yang lain, seperti: ayah dan ibu

dalam kalimat “Ternyata Ayah Ibu sudah tidak ada.”

2) Frase bertingkat

Adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak sama. Unsur

yang satu kedudukannya sangat penting sehingga tidak dapat

ditanggalkan; sedangkan unsur yang lain kedudukannya hanya

merupakan penjelas atau tambahan saja. Seperti: sudah makan

dalam kalimat “Andi sudah makan tadi pagi”.

3) Frase terpadu

Adalah frase yang kedudukan kedua unsurnya tidak dapat

ditanggalkan sama sekali. Kalau salah satu unsurnya ditanggalkan

maka kalimatnya tidak dapat diterima. Seperti: dari kantor dalam

kalimat “Ayah baru pulang dari kantor”.

Jika dilihat dari fungsi dan jenisnya, maka ada empat macam frase,

yaitu:45

a) Frase benda

44Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998),

hlm. 302 45Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, hlm. 317.

Page 55: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Frase ini lazimnya digunakan untuk menjadi subjek atau objek di

dalam kalimat. Misalnya frase pidato Presiden dalam kalimat Kami

mendengarkan pidato Presiden melalui radio. Frase pidato

Presiden menjadi objek dalam kalimat tersebut.

b) Frase kerja

Frase ini lazimnya digunakan untuk menjadi unsur predikat di dalam

kalimat. Mempunyai dua struktur, yaitu a) berstruktur M – D, dan b)

berstruktur D – M. unsur D selalu kata kerja dan unsur M berupa

kata-kata keterangan. Misalnya frase tidak mendengar dalam

kalimat “Andi tidak mendengar apa-apa ketika pencuri masuk ke

rumahnya”. Frase tersebut terdiri dari kata tidak (M) dan

mendengar (D).

c) Frase sifat

Frase sifat yang biasanya menjadi unsur predikat di dalam kalimat,

juga mempunyai dua macam struktur, yaitu a) M – D dan b) D – M.

Misalnya frase sangat baik46 dalam kalimat “Budi sangat baik

dalam bekerja”.

d) Frase preposisi dan keterangan

Frase preposisi yang biasa menjadi unsur K (keterangan) di dalam

kalimat mempunyai struktur: unsur pertama berupa kata depan

dan unsur kedua berupa kata benda atau frase benda. Berbeda

dengan frase benda atau frase kerja pada frase preposisi tidak

46Unsur pertama sebagai unsur M adalah kata keterangan derajat, dan kata kedua sebagai

unsur D adalah kata sifat.

Page 56: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

ada unsur D dan unsur M karena kedua unsur pembentuk frase

preposisi itu secara bersama-sama membentuk satu kesatuan

terpadu yang tidak dapat dipisahkan. Contoh: kalimat Ibu pergi ke

pasar tidak bisa menjadi Ibu pergi ke.

Frase keterangan yang biasa menjadi K (keterangan) di dalam

kalimat mempunyai struktur: unsur pertama berupa kata

penghubung, dan unsur kedua berupa kata keterangan atau

kata-kata lain. Sama dengan frase preposisi, frase keterangan pun

tidak ada unsur D dan M dalam pembentukannya. Karena kedua

unsur pembentuk frase preposisi itu secara bersama-sama

membentuk satu kesatuan terpadu yang tidak dapat dipisahkan.

Contoh: kalimat Mereka berjalan dengan tidak diterima, karena

seharusnya Mereka berjalan denga hati-hati.

Dalam bahasa Arab, frase diartikan sebagai tarkib atau gabungan

antara dua kata atau lebih yang belum membentuk klausa atau kalimat.

ada dua macam frase dalam bahasa Arab yaitu:

a. Tarkib Washfi

Sebagaimana yang kita ketahui dalam bahasa Inggris, frase dibagi

menjadi lima, yaitu frase nominal, frase verbal, frase adverbial,

frase adjektival, dan frase numeralia. Namun dalam bahasa Arab,

frase atau tarkib washfi bisa juga berbentuk frase adjektival dan

Page 57: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

frase nominal.47 Tarkib washfi biasanya berbentuk na’at man’ut,

contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Pemikiran politik

Empat langkah

$6#3i.ا +Vn.ا

Yربoا>\ ا+U.ا

b. Tarkib Idhafi

Sebagaimana yang kita ketahui dalam bahasa Inggris, frase dibagi

menjadi lima, yaitu frase nominal, frase verbal, frase adverbial,

frase adjektival, dan frase numeralia. Namun dalam bahasa Arab,

frase atau tarkib idhafi bisa berbentuk frase nominal, frase

adverbial, dan frase verbal. Frase idiomatik dalam bahasa Arab

biasanya berbentuk tarkib idhafi.48 Tarkib idhafi biasanya berbentuk

mudhaf (pokok) dan mudhaf ilaih (tambahan), contoh:

Bahasa Indonesia Bahasa Arab

Menghadapi permasalahan

Irak

Saya mengunjungi kebun milik

4&اجOVl4 /K/ ا.8+اق

;U<زرت >;01/ أ

47 Syarif, Hidayatullah, Tehnik Menerjemahkan Teks Arab I, Tangerang: Transpustaka,

2005, hlm. 21 48

Syarif, Hidayatullah, Tehnik Menerjemahkan Teks Arab I, Tangerang: Transpustaka,

2005, hlm. 25

Page 58: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Ahmad

1. Pola Dasar Kalimat

Masing-masing bahasa mempunya pola dasar kalimat, baik itu

bahasa Indonesia, maupun bahasa Arab. Pola dasar kalimat dalam

bahasa Indonesia, yaitu:

1. NP + NP

Contoh: Ibu Dokter.

2. NP + AP

Contoh : Bogor Sejuk.

3. NP + VP

Contoh : Petani Mencangkul.

4. NP + VP + NP

Contoh : Dia Belajar Semantik.

5. NP + VP + NP + NP

Contoh : Ibu membelikan kakak pakaian.

Pola dasar kalimat dalam bahasa Arab hanya dua pola dasar, yaitu:

1. Jumlah Ismiyah

isim + isim

Contoh: ?[7 ;1ذ atau Sp#f @Pأ

Page 59: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

2. Jumlah fi’liyah

fi’il + fail

Contoh: .8?;1ذ atau م#f ;U<أ

f. Perluasan Pola Dasar Kalimat

Dalam bahasa Indonesia, perluasan pola dasar kalimat bisa terjadi

pada subjek, predikat maupun objek, seperti:

1. NP + VP + NP

Contoh : Petani yang rajin sedang mencangkul kebunnya yang

luas.

2. NP + NP + VP + NP + AP

Contoh : Petani yang membeli pupuk kurus.

Begitu juga dalam bahasa Arab, perluasan bisa terjadi pada

subjek maupun objek kalimat. seperti:

1. NA + A

contoh: لا#q \3U9.ب ا#=V.

g. Pernyataan Ingkar

1. NP + NP --------------------------- NP + bukan + NP

Ayah dokter. Ayah bukan dokter.

Page 60: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

2. NP + VP --------------------------- NP + tidak + VP

Mobil itu mogok Mobil itu tidak mogok.

3. NP + AP ---------------------------- NP + tidak + AP

Petani itu kurus Petani itu tidak kurus

.

h. Pertanyaan

NP + NP ----------------------------- NP + NP + kah?

Ayah dokter. Ayah dokter kah?

NP + NP ----------------------------- NP + AP + kah?

Jakarta ramai Jakarta ramai kah?

NP + VP + NP ---------------------- NP + VP + NP + kah?

Petani mencangkul kebun Petani mencangkul kebun kah?

i. Pasif

Dalam bahasa Indonesia perubahan dari aktif ke pasif ditandai

dengan perubahan imbuhan dari me- menjadi di-. Namun dalam bahasa

Arab perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan bentuk

fi’il dimana pada fi’il madi perubahannya dilakukan dengan

mendamahkan huruf awal dan memberi harkat kasrah pada huruf

sebelum huruf akhir. sedangkan pada fi’il mudori perubahannya

dilakukan dengan mendamahkan huruf awal dan memberi harkat fatah

pada huruf sebelum akhir.

Page 61: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Contoh perubahan dalam bahasa Indonesia:

N1 + me- + Vt + N2 --------------------- N2 + di- + Vt + oleh + N1

Ayah membaca koran. Koran itu dibaca oleh Ayah.49

Contoh perubahan dalam bahasa Arab:

ا.+6#./ آ=?------------ +6#./آ=? ا>U; ا.

j. Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang

menghubungkan dua klausa atau lebih. Seperti kata dan, kalau, atau,

tetapi, kemudian, karena, sejak, sehingga, sebab, meskipun, jadi,

sesudah, selanjutnya, maka, dan demikian.

Dalam praktek kebahasaan terutama dalam bahasa tulis banyak

kita jumpai penulisan kata (konjungsi) di awal kalimat dengan kata

penghubung seperti sehingga, dan, atau, tetapi, karena, kemudian,

sebahagian. Kata penghubung tersebut bertugas menduduki posisi awal

kalimat. Ada sebagian konjungsi yang menyatakan hubungan antar

kalimat atau ujaran lain seperti kata jadi, karena itu, dengan demikian,

kalau begitu, oleh karena itu, oleh sebab itu, sebab itu, meskipun

49Jose Daniel Parera, Bidang Sintaksis, Pengantar Lingusitik Umum, seri C, (Flores: Nusa

Indah, 1978), hlm. 18-24

Page 62: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

demikian, walaupun begitu, sesudah itu, selanjutnya, itulah sebabnya,

dan karena itulah.50

k. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan

atau dirasakan oleh si pembaca (si penulis dalam bahasa tulis) sama

benar dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh si penutur (si

penulis itu) atau kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik.51

Selain itu kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan

struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,

kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.52

2. Kategori Gramatikal

Klasifikasi gramatikal adalah komponen dalam tata bahasa yang

memeperlihatkan bagaimana satuan-satuan gramatikal dengan

berbagai cirinya berperilaku sebagai satuan yang lebih abstrak dalam

satuan gramatikal yang besar. Kategori dibedakan atas kategori primer

yang terdiri atas kelas kata, dan kategori sekunder yang terdiri dari

modus, kala (tenses), aspek, diatesis, jumlah, dan kasus.

50Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, (Jakarta:1989 ), hlm. 109-113

51J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1995), hlm. 188. 52

E. Zaenal Arifin, dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademi Pressindo, 1992), hlm. 72

Page 63: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kategori primer yang terdiri dari kelas kata telah dijelaskan dalam

subbab di atas, sedangkan kategori primer yang terdiri dari enam

macam kategori, empat di antaranya menjadi kategori yang sangat

penting dalam bahasa Arab, yaitu:

a. Jumlah (number)

Jumlah adalah kategori gramatikal yang membeda-bedakan

jumlah. Misalnya tunggal (mufrad), dual (mutsanna), dan jamak (jama’).

Dalam bahasa Arab perbedaan ketiga jumlah tersebut akan

mempengaruhi struktur kalimat atau katanya. Begitu pun dalam bahasa

Inggris yang membedakan adanya single dan plural. Contoh:

kata book (single) dalam bahasa Inggris menjadi books (plural atau

dua). Sedangkan dalam bahasa Arab kata ;U94 (mufrad) menjadi

.U94 (jama’ muzakar salim untuk nomina);ون U94 (mutsanna) dan;ان

Sedang untuk verba contoh: ?=آ (mufrad) menjadi #A=آ (mutsanna) dan

Model tersebut tidak terjadi .(jama’ muzakar salim untuk verba) آ=A&ا

dalam bahasa Indoensia karena dalam bahasa Indoensia jumlah

dinyatakan dengan tidak merubah susunan kata atau menambah huruf

di belakangnya. Melainkan dinyatakan dengan kata-kata khusus seperti

seekor, dua ekor dan seterusnya (untuk menyatakan jumlah binatang)

atau sebuah, dua buah, dan seterusnya (untuk menyatakan jumlah

benda).

b. Tenses (kala)

Page 64: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Tenses adalah kategori gramatikal kata kerja yang dinyatakan

dengan perbedaan gramatika dengan melihat waktu pengerjaan atau

pengucapan suatu kalimat (ejaan), atau lebih jelasnya bentuk kata kerja

untuk menyatakan hubungan waktu.

Dalam bahasa Arab selain dikenal adanya tenses lampau, akan

datang, sedang, atau waktu sekarang, juga ada bentuk lain. Seperti

yang dikatakan oleh Scott bahwa dalam bahasa Arab dikenal adanya

dua bentuk tenses yaitu completed (sempurna) dan incompleted (tidak

sempurna). Scott memberi contoh kata rUOت (Dia mengecup.), sUOت (Dia

mencari atau meraba) dengan huruf terakhir diberi penanda huruf vokal

sebagai kata yang memiliki the completed tenses. Sedangkan kata rUO=1

dan sUO=1 (huruf konsonan terakhir tidak diberi vokal) mengandung

uncompleted tenses. Hal ini dalam bahasa Arab menurutnya

berpengaruh karena vokal pada huruf konsonan terakhir suatu kata

berhubungan dengan modus.53

c. Modus

Modus merupakan kategori gramatikal dalam bentuk verba yang

mengungkapkan suasana psikologis penutur terhadap tindakan,

53G.C. Scott, Practical Arabic, (London: Low and Brydone Ltd, 1962). Hlm. 109

Page 65: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

perbuatan, menurut tafsiran pembicara atau sikap pembicara tentang

apa yang diucapkannya.54 Ada tiga macam modus, yaitu:

1) Modus subjungtif (modus non factual), untuk menyatakan makna

suatu perbuatan dalam verba (fi’il) yang belum pasti (menyatakan

keragu-raguan). Modus seperti ini ada pada fi’il mudlori yang

manshub (vocal pada huruf konsonan akhir berharakat fathah),

dalam bahasa Arab fi’il mudlori berharakat fathah apabila disertai

huruf nashab, yaitu: ان , Zآ , e. ,إذ contoh: N. +3g م&C=Pا

Antasuuma khairulaka yang artinya Bagimu berpuasa itu lebih baik.55

Merupakan perbuatan yang belum tentu dilakukan oleh

pendengar.

2) Modus indikatif (modus faktual) untuk menyatakan makna

perbuatan yang faktual (terjadi) atau suatu kebenaran umum

(netral)56 modus ini terjadi pada fi’il mudlori yang marfu (vokal

konsonan huruf akhir berharakat dammah)

3) Modus subjungtif (penegasan) untuk menunjukkan makna

penegasan, modus ini terjadi pada fi’il mudlori yang dijazemkan

(vokal huruf terakhir berharakat sukun) contoh: N. ح+lP S.ا

54Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

cet. ke 5, hlm. 139 55

Hifni Bek Dayyab, Muhammad Bek Dasyyab, Kaedah Tata Bahasa Arab, (Jakarta:

Darul Ulum Press, 1991), hlm. 88 56

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, ((Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),

cet. ke 5, hlm. 139

Page 66: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

yang artinya bukankah kami telah melapangkan dadamu ص;رك

untukmu.

d. Kasus

Kasus adalah kategori gramatikal dari nomina, frase nomina,

pronominal, atau adjektiva yang memperlihatkan hubungannya dengan

kata lain dalam konstruksi sintaksis.

Kasus berhubungan dengan fungsi, makna, dan peran suatu kata

dalam sebuah kalimat. Nomina dalam bahasa Arab mempunyai tiga

kasus, yaitu:

1) Nomina (marfu) adalah kasus yang menandai nomina atau

sejenisnya sebagai subjek dalam kalimat. Contoh: SOf dan SO0.ا

kolamu atau alkolamu.

2) Akusatif (manshub) adalah kasus yang menandai nomina atau

sejenisnya sebagai objek langsung, contoh: #UOf @1+=6إ

3) Genetif (majrur) adalah kasus yang menandai makna milik pada

nominan atau sejenisnya, contoh: eiE.ا SOf

3. Morfologi

a. Definisi kata

Untuk menganalisis bahasa tulis, Penulis akan memberikan

gambaran beberapa konsepsi definisi kata:

Page 67: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

1) Kata mendapatkan tempat yang paling penting dalam analisis

tata bahasa. Sebab kata merupakan satu kesatuan sintaksis dalam

tutur atau kalimat.

2) Kata dapat merupakan satu kesatuan yang penuh dan komplit

dalam ujar sebuah bahasa.

3) Kata dapat berdiri sendiri (soleer hearheid). Yang dimaksud bahwa

sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain.

b. Calon kata

Kita harus mengetahui ada calon kata dalam pengelompokan kata

yaitu:

1) Calon kelas benda (nomina).

2) Calon kelas kerja (verba).

3) Calon kelas sifat (adjetif).

4) Calon kelas kata tugas (partikel).

5) Phrase (kelompok kata).

6) Noun phrase (kelompok nominal) yakni kelompok kata yang

pusatnya benda.

7) Verba phrase (kelompok verbal).

8) Adjektif phrase (kelompok dengan pusat sifat).

9) Infinitif (bentuk kata kerja non finit).

c. Reduplikasi (pengulangan kata benda)

Pada tataran morfologi, reduplikasi adalah suatu proses morfemis,

atau proses pembentukan kata. Hasil dari proses morfemis adalah kata

ulang, sedangkan kata ulang bukanlah satu-satunya hasil dari proses

reduplikasi pada tataran morfologi.

Page 68: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Adapun reduplikasi pada tataran sintaksis adalah proses di dalam

pembentukan kalimat. Oleh karena itu, hasilnya bukan berupa kata

ulang. Melainkan suatu bentuk yang oleh Poerwadarminta (1976) dan

Parera (1976) disebut ulangan kata. Contoh :

a. Dia benar-benar murid yang pandai (kata ulang).

b. Benar-benar dialah muridnya (ulangan kata).

Pada tataran morfologi, reduplikasi mempunyai makna gramatikal

dan non gramatikal. Makna gramatikal yaitu makna yang perumusannya

dapat dikaidahkan, atau dapat diramalkan berdasarkan persamaan

yang berlaku secara ketatabahasaan (Chaer: 1990). Sedangkan makna

non gramatikal yaitu idiomatik atau makna yang rumusannya tidak

mengikuti kaidah umum gramatikal.

Fungsi pada tataran morfologi reduplikasi:

1. Bentuk dasarnya nomina,

a. Bermakna plural atau jamak.

b. Bermakna menyerupai, seperti, semacam.

2. Bentuk dasarnya verba

a. Bermakna intensitas (berkali-kali).

b. Resiprokal berbalasan (saling membalas).

c. Perihal.

3. Berdasarkan sifat,

a. Bermakna banyak.

b. Bermakna hanya.

c. Walaupun, tetapi.

Page 69: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

d. Superlatif, atau paling.

4. Bentuk dasarnya kata bilangan, maka makna yang dikandungnya

adalah kelompok.

Fungsi pada tataran sintaksis reduplikasi hanya memberi makna

penegasan atau penekanan terhadap bentuk yang diduplikasikannya.

Pengulangan kata yang tidak perlu seperti nomina: orang-orang,

mereka-mereka, kamu-kamu dan kira-kira.57

4. Semantik

Studi linguistik yang objek kajiannya makna bahasa juga merupakan

satu tataran linguistik. Yang tidak dapat dipisahkan dari kajian morfologi,

sintaksis, fonologi, kata, frase, dan kalimat. Sebab semantik merupakan

unsur yang berada pada semua tataran itu. Meskipun sifat kehadirannya

pada setiap tataran tidak sama.58 Semantik mulai mendapat perhatian

pada linguist sejak 1954. Hockket, Noam Chomsky (1965) dan Ferdinand

de Sauser.

Ferdinand de Sauser dengan teori (sign lingustique) tanda linguistik,

terdiri dari dua komponen. Yang pertama signifian (yang mengartikan)

dan yang kedua signifie (yang diartikan). Ferdinand de Sauser juga

mengatakan bahwa sesungguhnya studi linguistik tanpa disertai dengan

57Abdul Chaer, Reduplikasi Gabungan Kata, jilid 23 (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka, 1979) hlm. 24-3 58Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2003), hlm. 284

Page 70: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

studi semantik adalah tidak ada artinya, sebab kedua komponen itu,

signifian dan signifie, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.59

Kegiatan berbahasa merupakan kegiatan mengekspresikan

lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan makna-makna yang

ada pada lambang-lambang tersebut.60

Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata sifat) yang

berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti

menandai atau melambangkan. Kata semantik ini kemudian disepakati

sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari

hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang

ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang

mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu semantik

dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti.61

a. Pengertian makna

Makna dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti “Arti atau

maksud suatu kata”.62 sedangkan dalam kamus linguistik, makna berarti

hubungan dalam kesepadanan atau ketidak-sepadanan antara bahasa

dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang

ditujunya.63

59Abdul Chaer, Linguistik Umum, hlm. 285

60Abdul Chaer, Linguistik Umum, hlm. 288 dan 285

61Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995),

hlm. 2 62

W.J.S. Poerwa Darminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1986), hlm. 624 63

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993) hlm. 132

Page 71: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Makna bahasa berkaitan langsung dengan tanda atau lambing

linguistiknya. Misalnya kata baqorun merupakan tanda linguistik yang

terdiri dari huruf B/a/q/o/r/u/n yang artinya binatang berkaki empat yang

berbadan tinggi dan besar biasa diternak, diperas susunya serta

dagingnya merupakan makanan yang bergizi tinggi; dalam bahasa

Indonesia berarti sapi.64

b. Jenis makna

Mengenai jenis makna para linguist berbeda pendapat; seperti

Palmer yang mengemukakan jenis-jenis makna: kogniktif, ideasional,

denotasi, dan proposisi. Sedangkan Bloomfield dalam bukunya Language

membedakan makna atas makna sempit (Harrowd Meaning) dan makna

luas (Widened Meaning).65 Verhaar dalam bukunya Pengantar Linguistik

mengemukakan jenis-jenis makna yaitu makna leksikal dan makna

gramatikal.66

Namun dalam hal ini, Penulis hanya akan menjelaskan jenis-jenis

makna yang mempunyai relevansi dengan pembahasan skripsi ini yaitu

makna leksikal dan makna gramatikal.

1) Makna leksikal

64Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Jogyakarta:

Multi Karya Grafika, 1999), hlm. 344 65

Leonard Bloomfield, Language (New York: Holt-Rinehart and Wibstob, 1993), hlm.

151 66J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Jogyakarta: UGM Press, 1995), hlm. 9

Page 72: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Leksikal adalah bentuk adjektif yang diturunkan dari nomina leksikon

(vokabuler, kosa-kata, perbendaharaan kata).67 Satuan dari leksikon

adalah leksem yang lazim disebut kata.68 Dengan demikian, maka makna

leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat

leksem, atau bersifat kata. Oleh karena itu, Abdul Chaer dalam bukunya

mendefinisikan makna leksikal dengan makna yang sesuai dengan

referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau

makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.69

Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik, mendefinisikan

makna leksikal sebagai makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang

benda, peristiwa, dan lain-lain; makna leksikal ini dipunyai unsur-unsur

bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya.70

Kata sapi misalnya, makna leksikal dari kata sapi adalah binatang

berkaki empat yang biasanya digunakan sebagai alat pengangkut bajak

sawah tradisional yang juga dimanfaatkan daging dan susunya. Makna

ini tampak jelas dalam kalimat Sapi itu telah diperah susunya oleh pak

Dirman tadi pagi, atau dalam kalimat saya minum susu sapi tadi pagi.

Kata sapi pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang sapi,

bukan kepada yang lain.

2) Makna gramatikal

67Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995),

hlm. 60 68

Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, hlm. 60 69ibid, hlm. 60 70

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (edisi ketiga), (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993) hlm. 133

Page 73: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat

adanya proses gramatika, seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan proses

komposisi.71 Misalnya dalam proses afiksasi prefiks ber- dengan kata dasar

baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’;

dengan kata dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai

kuda’.

F. Pesantren dan Tradisi Penerjemahan

1. Pengertian Pesantren

Sebelum tahun 60-an, pusat-pusat pendidikan Islam di Jawa dan

Madura dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal

dari pengertian asrama para santri yang disebut pondok atau tempat

tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari bahasa

Arab funduq, yang berarti hotel atau asrama.72

Kata pesantren berasal dari kata santri73, dengan awalan pe- di

depan dan akhiran –an berarti tempat tinggal para santri. Ada dua

pendapat tentang asal-usul kata santri. Pendapat pertama mengatakan

bahwa kata santri berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa

sansekerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholis

71 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rhineka Cipta,1995),

hlm. 62 72

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,

1985), cet. Ke-4, hlm. 18 73

Dalam penelitiannya Clifford geertz berpendapat, kata santri mempunyai arti luas dan

sempit. Dalam arti sempit adalah seorang murid satu sekolah agama yang disebut pondok atau

pesantren. Oleh sebab itu perkataan pesantren diambil dari perkataan santri yang berarti tempat

untuk para santri.

Page 74: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Majid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi

orang-orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab

bertulisan dan berbahasa Arab.

Di sisi lain, Zamarkhsari Dhofier berpendapat, kata santri dalam

bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Atau

secara umum dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau

buku-buku tentang ilmu pengetahuan.74 Pendapat kedua yang

mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa

Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seorang yang selalu mengikuti seorang

guru ke mana guru ini menetap.75

Pesantren terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: kyai, santri, masjid,

pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.76 Kelima elemen tersebut

merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan yang membedakan

pendidikan podok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk

lain.

Pondok pesantren merupakan “bapak” dari pendidikan Islam di

Indonesia. Karena pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan

formal di Indonesia sebelum pemerintah kolonial Belanda

memperkenalkan sistem pendidikan ala Baratnya. Pesantren didirikan

karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini dapat dilihat dari

74Yamadi, Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam

tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.61 75

Yamadi, Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam tradisional, hlm. 62

76Yamadi, Modernisasi Pesantren: kritik Nurcholis Madjid terhadap pendidikan Islam

tradisional, hlm. 64

Page 75: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

perjalanan historisnya bahwa sesungguhnya pesantren dilahirkan atas

kesadaran kewajiban dakwah Islamiah, yakni menyebarkan dan

mengembangkan ajaran Islam sekaligus mencetak kader-kader ulama

dan da’i.77

2. Sejarah Perkembangan Pesantren

Pendidikan Islam di Indonesia memiliki ciri khusus karena eksistensi

pondok pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Pesantren

dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki akar

sejarah yang panjang.

Tentang kehadiran pesantren pertama kalinya di Indonesia, dimana

dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan pasti. Akan

tetapi, tentunya kehadiran pondok pesantren itu sendiri bersamaan

dengan masuknya Islam di pulau Jawa. Para ahli sejarah sependapat

bahwa ulama pembawa Islam di pulau Jawa adalah para wali sembilan

yang lebih dikenal dengan sebutan wali songo. Hal ini dapat dilihat dari

kisah kehidupan Raden Rahmat yang mendirikan pondok pesantren

Ampel Denta. Raden Rahmat pun kemudian dikenal dengan sebutan

Sunan Ampel. Murid-muridnya (santri) kebanyakan dari kalangan

77Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), cet.

ke 1, hlm. 40

Page 76: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

bangsawan dan putra Adipati kerajaan.78 Kendati demikian, pesantren

merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran-

sertanya tidak diragukan lagi adalah sangat besar bagi perkembangan

Islam di Nusantara.79

Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, nama pesantren sebagai

lembaga pendidikan rakyat terasa sangat berbobot terutama dalam

bidang penyiaran agama Islam. Kelahiran pesantren selalu diawali

dengan perang nilai antara pesantren yang akan berdiri dengan

masyarakat sekitarnya dan diakhiri dengan kemenangan pihak

pesantren. Pada masa penjajahan ini, pondok pesantren tetap berdiri,

walaupun sebagian besar berada di daerah pedesaan.

Dalam perkembangannya, pesantren sebagai lembaga pendidikan

berkembang sangat pesat. Pada zaman kolonial Belanda saja jumlah

pesantren besar dan kecil di Indonesia tercatat sebanyak 20.000 buah.

Perkembangan selanjutnya mengalami pasang surut. Ada di daerah

tertentu yang membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah

lain yang bubar karena tidak terawat lagi.80

Dalam perkembangan terakhir, pendidikan pesantren sudah

memperlihatkan model yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang

terjadi akibat persentuhan dengan pola pendidikan modern. Model-

78Labib MZ, Kisah Kehidupan Wali Songo: Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa,

(Surabaya: Bintang Timur), tth, hlm. 21 79

Labib MZ, Kisah Kehidupan Wali Songo: Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa, hlm.

41 80

Labib MZ, Kisah Kehidupan Wali Songo: Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa,

(Surabaya: Bintang Timur), tth,, hlm. 42

Page 77: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

model ini menggambarkan optimalisasi pemanfaatan fungsi-fungsi.

Khususnya dari lembaga pendidikan pesantren dan madrasah atau

sekolah.

Perubahan penting terjadi dalam tahun 1910 di mana pesantren-

pesantren (di antaranya pesantren Denanyar di Jombang) mulai

membuka pondok untuk murid wanita. Dalam tahun 1920-an beberapa

pesantren antara lain Pesantren Tebu Ireng di Jombang dan Pesantren

Singosari di Malang mulai mengajarkan pelajaran umum seperti bahasa

Indonesia, bahasa Belanda, berhitung, ilmu bumi, dan sejarah.81

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak

diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu

keislaman, terutama yang bersifat kajian-kajian klasik. Maka pengajaran

kitab-kitab kuning telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas

dari proses belajar mengajar di pesantren.82

Dari segi sikap terhadap tradisi pesantren dibedakan kepada jenis

pesantren salafi dan khalafi. Jenis salafi merupakan pesantren yang tetap

mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti

pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran pengetahuan umum tidak

diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian sistem

madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan seperti yang

dilakukan di lembaga-lembaga pengajaran bentuk lama. Pada

81Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,

1985), cet. ke 4, hlm. 38 82

Yamadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 67

Page 78: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang menggunakan sistem

sorogan dan weton atau bandongan.83

Pesantren khalafi tampaknya menerima hal-hal baru yang dinilai

baik di samping tetap mempertahankan tradisi lama yang baik.

Pesantren jenis ini mengajarkan pelajaran umum di madrasah dengan

sistem klasikal dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan

pesantren. Tetapi pengajaran dalam bentuk ini diklasifikasikan sebagai

pesantren modern di mana tradisi salaf sudah ditinggalkan sama sekali.84

Pesantren saat ini telah menjadi sebuah institusi atau kampus yang

memiliki potensi besar dalam akselerasi pendidikan nasional. Dari jumlah

pesantren mencapai 14.798 lembaga dengan jumlah santri 3.464.334

orang, bentuk pendidikan yang diselenggarakan dapat diklasifikasi

menjadi empat tipe, yakni: (1) Pesantren yang menyelenggarakan

pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang

hanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA dan PT Agama Islam)

maupun sekolah umum (SD, SMP, SMA dan PT Umum), seperti Pesantren

Tebuireng Jombang, Nurul Jadid Paiton, dan Pesantren as-Syafi’iyyah

Jakarta; (2) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan

dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meskipun

tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti Pesantren Gontor Ponorogo

dan Darul Rahman Jakarta; (3) Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-

ilmu agama dalam bentuk pendidikan diniyah, seperti Pesantren Lirboyo

83Yamadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 70 84

Yamadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 71

Page 79: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kediri dan Pesantren Tegalrejo Magelang; dan (4) Pesantren yang hanya

sekedar menjadi tempat pengajian.85

Secara umum pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai: (1)

Lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama

(Tafaqquh fiddin) dan nilai-nilai Islam (Islam value), (2) Lembaga

keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control), dan (3)

Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social

engineering).86

3. Tradisi Penerjemahan di Pesantren

Fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang melakukan

transfer ilmu-ilmu agama (Tafaqquah fiddin) telah melahirkan suatu

konsekuensi bagi komunitas pesantren itu sendiri. Bahwa pada

kenyataannya, agama Islam adalah agama yang lahir dan besar di

negeri yang mempunyai bahasa berbeda dengan bahasa di negara

Indonesia. Oleh karena itu, pesantren dalam implementasinya sebagai

wadah transfer ilmu melakukan berbagai cara untuk menyiasati

perbedaaan bahasa tersebut.

Selain dengan mengajarkan bahasa Arab kepada santrinya. Salah

satu cara yang dilakukan oleh pesantren, baik itu pesantren salafi

85Muhammad Maftuh Bashuni, Revitalisasi Spirit Pesantren: Gagasan, Kiprah, dan

Refleksi, (Jakarta: DirJen DepAg RI, 2006), cet. Ke. I, hlm. 32 86

Muhammad Maftuh Bashuni, Revitalisasi Spirit Pesantren: Gagasan, Kiprah, dan Refleksi, (Jakarta: DirJen DepAg RI, 2006), cet. Ke. I, hlm. 33

Page 80: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

maupun khalafi adalah dengan menerjemahkan buku-buku atau

manuskrip ilmu-ilmu agama Islam ke bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan

dengan tujuan untuk memudahkan proses transfer ilmu-ilmu agama yang

dilakukan oleh pesantren. Salah satu bukti adalah lahirnya banyak

terjemahan kitab, baik itu fikih, hadits, tafsir, dan lain sebagainya.

Dengan banyaknya kitab-kitab berbahasa Arab yang telah

diterjemahkan, maka transfer ilmu dari kyai ke muridnya berimbas pula

meluasnya syiar Islam ke masyarakat luas. Sekarang banyak orang yang

bisa menikmati membaca kitab-kitab ilmu agama yang tadinya sedikit

mereka pahami karena keterbatasan kemampuan berbahasa Arabnya.

Page 81: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

BAB III

GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-AMANAH AL-GONTORY

F. Letak Pesantren Al-Amanah Al-Gontory

Letak Pesantren Al-Amanah Al-Gontory di daerah Tangerang

Selatan, tepatnya di Jln. Taman Makam Bahagia ABRI Kelurahan Perigi

Baru Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten

Tlp/fax : 021-74862163. Untuk dapat sampai di pesantren kita bisa

menempuhnya dengan menggunakan angkutan umum. Dari Plaza

Bintaro kita dapat menggunakan angkutan umum jurusan Komplek

Perumahan Graha Raya dengan menempuh perjalanan selama kurang

lebih setengah jam. Kemudian berhenti di depan masjid Al-Ghofur dan

dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki menuju pondok pesantren tersebut

selama kurang lebih dua puluh menit.

G. Sejarah Singkat Pesantren Al-Amanah Al-Gontory

Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory mulai dirintis pada tahun

1992. Pesantren ini lahir dari keinginan Bapak (Alm) H. Nadjih. Hi bin H.M.

Idup untuk mendirikan sebuah pesantren yang sama dengan pesantren

tempat beliau belajar dulu yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.

Beliau merasakan bahwa apa yang telah didapatnya dari Pondok

Modern Darussalam Gontor sangat bermanfaat bagi dirinya maupun

Page 82: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

orang lain. Oleh karena itu, beliau mulai merintisnya di sebuah tempat di

lembah dekat Situ Perigi.87

Menurut KH. Sundusi Ma’mun, Bapak (Alm) H. Nadjih Hi bin H.M. Idup

menganggap daerah lembah Situ Perigi merupakan tempat yang

representatif untuk berdirinya sebuah pondok pesantren. Selain karena

masih asri, keberadaan Situ Perigi sebagai danau yang menampung air

cukup banyak sangat berguna bagi kelangsungan aktifitas pondok. Hal

ini sangat dirasakan manfaatnya ketika kemarau tiba, di mana daerah

sekitar Perigi mulai kekurangan air, pondok pesantren tetap masih bisa

beraktifitas seperti biasa karena air masih tetap tersedia.88 Namun

sebaliknya, di waktu musim hujan, daerah areal pondok menjadi tempat

yang pertama kali merasakan banjir.

Pada awal pendiriannya, pesantren ini bernama Al-Amanah dan

hanya menempati tempat sederhana yang mereka namakan Ta’sis.

Namun pada tahun kedua, pihak pengurus mulai melakukan kerjasama

dengan Pondok Modern Darussalam Gontor. Hal ini sesuai dengan

keinginan pencetus, yaitu Bapak (Alm) H. Nadjih, Hi bin H.M. Idup agar

pondok pesantren ini sama dengan tempat beliau menimba ilmu dulu.89

Setelah hampir lima tahun berjuang untuk mendapatkan legitimasi

dari pesantren induk yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Akhirnya

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah berhak menisbathkan nama Al-

87Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009. 88

Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009. 89Ibid.

Page 83: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Gontory di belakang nama Al-Amanah. Jadilah nama pondok pesantren

tersebut menjadi Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.90 Di seluruh

Indonesia hanya ada tiga pondok pesantren modern yang mempunyai

legitimasi PMDG untuk menisbathkan nama Al-Gontory di belakang nama

pondok pesantrennya, yaitu: (1) Pondok Modern Al-Kautsar Al-Gontory di

Lombok Timur NTB, (2) Pondok Modern Daarul Jameel Al-Gontory, dan (3)

Pondok Modern Al-Amanah Al-Gontory di Tangerang Selatan Banten.

Menurut K.H. Sundusi Ma’mun, penisbathan nama Al-Amanah

kepada Al-Gontory ini dianggap sangat penting karena selain sebagai

cita-cita awal dari para pencetus, dengan nama Al-Gontory di

belakangnya, pengurus berharap dapat meraih hati dan simpati

masyarakat terhadap keberadaan pondok pesantren ini. Sebab menurut

beliau, brand image Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai

pesantren dengan metode pendidikan yang modern mempunyai

kelebihan di mata masyakakat banyak, dan dianggap mempunyai nilai

jual yang tinggi.91

H. Santri

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab II, bahwa pondok

pesantren terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: kyai, santri, masjid,

pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam. Salah satu elemen yang juga

cukup penting dalam perkembangan pesantren adalah para pencari

ilmu itu sendiri, yaitu santri.

90Ibid. 91

Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009.

Page 84: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Santri Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory pada waktu

pertama kali berdiri berjumlah enam orang santri. Kemudian di tahun

kedua bertambah menjadi sembilan belas orang. Seiring perkembangan

fisik pondok pesantren, jumlah santri terus bertambah. Pada tahun ajaran

2000-2001 pondok pesantren ini mulai membuka kelas untuk santri putri.

Berikut ini adalah data kelulusan santri Pondok Modern Al-Amanah

Al-Gontory:

SANTRI

NO PERIODE BELAJAR / TAHUN PELAJARAN

L P

1 1997-1998 6

2 1998-1999 19

3 1999-2000 30

4 2000-2001 29

5 2001-2002 12

6 2002-2003 14

7 2003-2004 23

8 2004-2005 9

9 2005-2006 11 2

Page 85: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

10 2006-2007 17 9

11 2007-2008 16 12

12 2008-2009 12 16

Tabel I. (Data Kelulusan santriwan-santriwati Pondok Modern Al-Amanah Al-

Gontory)

Pola pendidikan di Pondok Modern Al-Amanah Al-Gontory

menekankan kepada pembentukan pribadi mukmin muslim yang berbudi

tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.

Kriteria atau sifat-sifat utama ini merupakan motto pendidikan di Pondok

Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.

1. Berbudi tinggi

Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang

ditanamkan oleh Pondok ini kepada seluruh santrinya dalam

semua tingkatan; dari yang paling rendah sampai yang paling

tinggi. Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh

unsur pendidikan yang ada.

2. Berbadan sehat

Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam

pendidikan di pondok ini. Dengan tubuh yang sehat para santri

akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan

sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui

berbagai kegiatan olahraga, dan bahkan ada olahraga rutin yang

Page 86: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

wajib diikuti oleh santri sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan.

3. Berpengetahuan luas

Para santri di pondok ini dididik melalui proses yang telah

dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas wawasan

dan pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari

pengetahuan, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang

dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan. Kyai

sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas,

tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang

itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk apa ia

menambah ilmu.

4. Berpikiran bebas

Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya

(liberal). Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan prinsip,

teristimewa prinsip sebagai muslim mukmin. Justru kebebasan di sini

merupakan lambang kematangan dan kedewasaan dari hasil

pendidikan yang telah diterangi petunjuk illahi (hidayatullah).

Motto ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi

luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.

Santri di pondok pesantren ini, selain menjalani proses belajar-

mengajar di dalam kelas, juga banyak melakukan kegiatan yang bersifat

ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, Marching Band,

Page 87: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Marawis, dan lain-lain menjadi kewajiban bagi santri untuk ikut di

dalamnya. Karena kegiatan tersebut dinilai sangat berguna bagi santri.

I. Kitab-kitab yang Diajarkan dan Sistem Pengajarannya

Dengan latar belakang sebagai pesantren yang memperoleh lisensi

dari Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), maka kitab-kitab yang

diajarkan dan sistem pengajarannya sama dengan pesantren induknya,

yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor.

PMDG bersifat mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan

pengajarannya, kurikulumnya pun disusun secara mandiri. Dengan kata

lain, disesuaikan dengan program Pondok secara keseluruhan.92

Kurikulum yang diterapkan di dalam Pondok Modern Al-Amanah

Al-Gontory juga dibuat sama dengan PMDG, tetapi dengan

penambahan pada beberapa materi tertentu. Seperti pelajaran khat

(menulis Arab indah) dimasukan ke dalam kurikulum. Padahal di

pesantren lain, khat hanya masuk dalam ektra kurikuler, bukan intra

kurikuler, serta mempelajari kitab Bidaya al-Mujtahid.93

Kurikulum yang diterapkan di Kuliyatul Mualimin Islamiyah (KMI-

PMDG) yang bersifat akademik, dibagi menjadi beberapa bidang studi,

yakni; pertama; Bahasa Arab, meliputi: al-Imla, al-Insya’, Tamrin al-

Lughah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sharf, al-Balaghah, Tarikh al-Adab,

dan al-Khat al-‘Arabi (semua materi ini disampaikan dalam bahasa Arab);

92Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern

Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hlm. 145. 93

Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009

Page 88: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

kedua; Dirasah Islamiyah yang meliputi: al-Qur’an, al-Tajwid, al-Tauhid, al-

Tafsir, al-Hadits, Mushthalah al-Hadits, al-Fiqih, Ushul al-Fiqih, al-Faraid, al-

Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan al-

Tarjamah (Arab-Indonesia), semua materi ini juga menggunakan bahasa

Arab. Ketiga; ilmu keguruan, mencakup al-Tarbiyah wa al-Ta’lim

(pendidikan dan pengajaran) yang disampikan dalam bahasa Arab, dan

psikologi pendidikan yang disampaikan dalam bahasa Indonesia.

Keempat; bahasa Inggris yang meliputi: Reading comprehension,

Grammar, Composition, dan Dictation (semua materi ini diberikan

dengan bahasa Inggris). Kelima; ilmu pasti, yang mencakup: Berhitung

dan Matematika. Keenam; ilmu pengetahuan Alam, yang meliputi Fisika

dan Biologi. Ketujuh; ilmu pengetahuan sosial, meliputi Sejarah Nasional

dan Internasional, Geografi, Sosiologi, dan Psikologi Umum. Kedelapan;

keindonesian atau kewarganegaraan, mencakup Bahasa Indonesia dan

Tata Negara. Point lima sampai dengan delapan disampikan dalam

bahasa Indonesia.94

J. Pengajaran Penerjemahan di Pesantren

Menurut K.H. Sundusi Ma’mun, penerjemahan merupakan bagian

yang cukup penting bagi santri. Karena di samping sebagai mata

pelajaran, penerjemahan juga merupakan latihan santri dalam

memahami al-Qur’an.

94Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern

Gontor, (Ponorogo: Trimurti Press, 2005), hlm. 146.

Page 89: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Mata pelajaran penerjemahan di dalam pondok pesantren

dilaksanakan pada kelas 3, 4, dan 5. Materi penerjemahan berkaitan

langsung dengan al-Qur’an, oleh karena itu, mata pelajarannya disebut

terjemah al-Qur’an. Santri dituntut untuk mampu menerjemahkan ayat al-

Qur’an ke dalam bahasa Indonesia dengan bimbingan seorang ustadz.

Target belajar yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah santri

dapat menerjemahkan ayat-ayat al-Qur’an dengan baik ke dalam

bahasa Indonesia.

Sebagaimana kita tahu bahwa penerjemahan adalah suatu proses

pengalihan bahasa terhadap suatu teks. Di dalam prosesnya,

penerjemahan selalu menggunakan dua bahasa, yaitu Bsu dan Bsa.

Dalam hal ini masing-masing keduanya diwakilkan oleh bahasa Arab dan

bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pondok pesantren Al-Amanah Al-

Gontory juga memberikan porsi yang cukup besar dalam kurikulum

pendidikannya bagi kedua mata pelajaran bahasa tersebut. Di samping

karena bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang diujikan dalam

Ujian Nasional.95

95Wawancara dengan KH. Sundusi Ma’mum (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah

Al-Gontory) pada hari Jumat tanggal 26 Juni 2009

Page 90: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

BAB IV

ANALISIS TEKS

Penulis dalam proses penelitiannya menggunakan sampel berupa

teks berbahasa Arab yang kemudian diterjemahkan oleh para santri.

Penulis menganalisis sampel tersebut kemudian hasil analisis tersebut

penulis tuangkan dalam beberapa kategori yang sesuai dengan konteks

penelitian awal skripsi penulis yaitu gramatikal.

1. Analisis Susunan Kalimat Logis

Penyusunan kalimat yang baik merupakan hal yang penting dalam

menerjemahkan, karena untuk membuat pembaca mudah memahami

sebuah karya terjemahan, maka setiap penulis atau penerjemah harus

cermat dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat.

Menurut Penulis, memudahkan pembaca dalam membaca karya

terjemahan merupakan bagian dari tugas penerjemah, karena tujuan

dari penerjemahan adalah menjadi jembatan bagi orang yang tidak

mampu memahami karya tulis yang bersumber dari bahasa lain selain

bahasa yang dikuasainya.

Kasus 1

Page 91: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

اF ب=4n==E/+3AV , أf&ا7 و أ`Cv4 7#8&ص/Ue-= ت ]A#دةا.5Cة

Z.#84 , تv==U/Oi=.#3 بS. 96

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

Shalat adalah ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan

yang khusus. Dibuka dengan menyebut nama Allah dan ditutup

dengan salam.

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel pada kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu,

kalimat tersebut menunjukan perluasan dari pola dasar kalimat jumlah

ismiyah, perluasannya berbentuk tarkib wasfi atau na’at-man’ut. Jika

dilihat dari struktur gramatikal Bsa, kalimat tersebut menjadi kalimat

majemuk bertingkat. Kalimat tersebut jika dilihat dari S+P+O tersusun

menjadi:

Shalat adalah ibadah yang mengandung perkataan dan

S P O Klausa Subordinatif 1

perbuatan yang khusus. Dibuka dengan menyebut nama Allah

Klausa Subordinatif 2

96 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 92: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

dan ditutup dengan salam.

Klausa Subordinatif 3

Setelah dianalisis, penulis menemukan sebagian kecil sampel kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Sebagian kecil sampel

memenggal kalimat tersebut menjadi dua kalimat dengan memberi

tanda titik setelah kata khusus. Hal itu dibolehkan dalam penerjemahan.

Namun jika dilihat dari struktur gramatikal Bsa, proses pemenggalan

kalimat tersebut kurang tepat, karena kata dibuka berfungsi sebagai

predikat. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, posisi predikat berada

setelah subjek. Untuk kasus seperti ini, penulis memilih untuk menampilkan

kata shalat di depan kata dibuka.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan

yang khusus. Shalat dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup

dengan salam.”

Kasus 2

97. `$ ا56yم x_4./ 7 تx_4 #K.;8./ أA[ /1#دة أg+ى 5COةو.

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai

berikut:

97 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 93: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

“Kedudukan shalat dalam Islam tidak dapat ditandingi dengan ibadah

yang lain.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian besar

sampel pada kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu,

kalimat tersebut menunjukan jumlah ismiyah dengan khabar muqadam

atau khabar yang diletakan di awal kalimat. Jika dilihat dari struktur

gramatikal BSa, kalimat tersebut menunjukan kalimat tunggal aktif.

Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Kedudukan shalat di dalam Islam tidak dapat ditandingi dengan

ibadah

S K P O

yang lain.

Setelah dianalisis, Penulis menemukan bahwa sebagian besar

sampel tidak tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Sebagain besar

sampel kurang memahami pesan yang dimaksud pengarang teks

tersebut. Menurut Penulis, subjek dalam kalimat tersebut adalah kata

shalat dan bukan prase kedudukan shalat. Kata kedudukan dalam

kalimat tersebut lebih tepat berfungsi sebagai objek. Hal ini didukung oleh

struktur bangun paragraph secara keseluruhan. Kalimat tersebut

berkaitan erat dengan kalimat selanjutnya yaitu يb.ا e1;.د ا#U[ $K`

Damîr atau kata ganti ( OO ) pada kalimat tersebut . إ7 ب017I&م

merujuk kepada kata shalat bukan prase kedudukan shalat.

Page 94: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Jadi, penerjemahan yang tepat menurut penulis adalah :

“Shalat di dalam Islam menempati kedudukan yang tidak dapat

ditandingi oleh ibadah lainnya.”

Kasus 3

`$K[ د#Ue1;.ا Iي 017&م إ7 بb.98 . ا

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai berikut:

“Dan itu adalah tiang agama yang tidak dapat berdiri kecuali dengan hal

tersebut.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian besar sampel

pada kalimat tersebut. Jika dilihat dari struktur gramatikal BSu, kalimat tersebut

menunjukan jumlah ismiyah yang mengalami perluasan pada khabarnya. Klausa

Iي 017&م إ7 بb.ا dalam kalimat tersebut merupakan penjelasan dari kata e1;.ا

. Jika dilihat dari struktur gramatikal BSa, kalimat tersebut adalah kalimat tunggal

aktif. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Dan itu adalah tiang agama yang tidak dapat berdiri kecuali

S P O K

dengan hal tersebut

Setelah dianalisis, Penulis menemukan sebagian besar sampel kurang tepat

menerjemahkan kalimat tersebut. Klausa yang berkedudukan sebagai keterangan

dalam kalimat tersebut kurang tepat penerjemahannya. Klausa يb.017&م إ7 ا

98 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 95: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Iب menyimpan dua damir (satu damir tersimpan dalam kata 01&م) yang

berkedudukan sebagai subjek dan objek dalam klausa tersebut, yaitu kata agama

dan shalat. Sebagian besar sampel kurang teliti mengimplementasikan damir

dalam proses penerjemahan klausa tersebut.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Shalat adalah tiang agama dimana agama tidak akan berdiri tanpa shalat (atau

tanpanya).”

Kasus 4

. ]ZO ا._A$ صZO اI3O[ F و O3. SO6/ أ6+ى بe3iUg Iا.5Cة`+ض@

99

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

“Telah diwajibkan atas nabi SAW pada malam mi’raj sebanyak 50

waktu.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu, kalimat tersebut menunjukan

jumlah fi’liyah majhul atau kalimat pasif. Hal itu bisa dilihat pada kata bentukan

fi’il majhul. Di dalam bahasa Arab, lazim dalam pembentukan kalimat pasif,

objek tidak disebutkan atau dihilangkan dalam kalimat, hal ini dikarenakan objek

yang menjadi pelaku dalam kalimat pasif diangggap telah mafhum atau telah

99 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 96: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

diketahui bersama) atau juga tidak diketahui sama sekali pelakunya. Namun di

dalam bahasa Indonesia, tidak lazim menghilangkan objek yang menjadi pelaku

dalam kalimat pasif.

Kalimat tersebut diterjemahkan ke dalam BSa sebagai kalimat tunggal pasif

oleh sebagian besar sampel. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan S+P+O

tersusun menjadi:

telah diwajibkan atas nabi SAW pada malam mi’raj sebanyak 50 waktu.

P O K. waktu K. kuantitas

Setelah dianalisis, Penulis menemukan sebagian kecil sampel yang

kurang tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kekurang-tepatan itu

disebabkan oleh sebagian sampel kurang memahami struktur gramatikal

BSu dan penerjemahannya dalam BSa. Teks BSu tersebut memiliki subjek

yang tersirat dalam fi’il madi yaitu Allah swt. yang kemudian berganti

peran menjadi objek. Posisi subjek dalam teks tersebut adalah kata shalat.

Hal ini sudah lazim dalam struktur bahasa Arab, namun tidak dalam

struktur bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penerjemahan yang tepat

menurut penulis adalah tetap menerjemahkan kata yang hanya tersirat

dalam BSu dan menempatkannya sebagai objek dalam struktur kalimat

BSa.

Jadi, penerjemahan yang tepat menurut penulis adalah :

Shalat telah diwajibkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad saw. pada

malam mi’raj sebanyak 50 waktu.

Page 97: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kasus 5

=.x_4#K56مy100 . `$ ا

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

“Kedudukan dalam Islam.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikal Bsu menunjukan bahwa

kalimat tersebut adalah jumlah ismiyah. jika dilihat dari struktur gramatikal

BSa menunjukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat tunggal aktif.

Bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Kedudukan dalam Islam

S K

Setelah dianalisis, penulis menemukan bahwa sebagian kecil sampel

kurang tepat menerjemahkan sub-judul tersebut. Kekurang-tepatan itu

terjadi karena sampel tidak menerjemahkan damîr atau kata ganti #ه .

Damîr atau kata ganti #ه tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat

tersebut. Hal ini berimplikasi kepada kerancuan pemahaman.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

Kedudukan shalat di dalam Islam.

100 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 98: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kasus 6

P0\ Fا ;A[ f eل +ب#f ط :SO6 و I3O[ Fا ZOص Fل ر6&ل ا#f. 101

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai

berikut:

“Abdullah ibn Qurt berkata Rasulullah bersabda.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan sebagian besar

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikalnya menunjukan bahwa

kalimat tersebut adalah kalimat tunggal. Kalimat tersebut bila dilihat dari

S+P+O tersusun menjadi:

Abdullah ibn Qurt berkata Rasulullah bersabda.

S P O

Setelah dianalisis, Penulis menemukan bahwa sebagian besar

sampel tidak tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kata P0\ dalam

kalimat tersebut adalah fi’il madi majhul atau kata kerja pasif yang

menyiratkan adanya objek yang tersimpan yaitu kata hadits. Penulis

dalam hal ini, lebih mengutamakan keutuhan struktur gramatikal BSu dari

pada segi estetika bahasa. Karena menurut Nida,102 walaupun gaya

bahasa itu penting, makna mestilah menjadi prioritas utama dalam

penerjemahan.

101 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

102Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), Bandung: Humaniora,

2005, cet. ke 1, hlm. 11

Page 99: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Sebuah hadits telah diriwayatkan Abdullah ibn Qurt bahwa Rasulullah Saw.

bersabda …”

Kasus 7

`$ 3A6\ ا.K9#دI_#4 6ةور ذو , ا.5CةU[m&دو , ا56yما4o+ سأر

F103 .ا

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai berikut:

“Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya

adalah jihad di jalan Allah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu-nya, kalimat tersebut menunjukan

gabungan dari tiga jumlah ismiyah (dalam bahasa Indonesia lazim disebut kalimat

majemuk setara). Kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSa-nya

menunjukan kalimat majemuk setara. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan

S+P+O tersusun menjadi:

Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat,

S P O S P O

dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.

S P O

Setelah dianalisis, penulis menemukan sebagian kecil sampel yang kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kalimat majemuk setara dalam struktur

103Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 100: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

gramatikal BSu dan BSa sedikit berbeda. Kalimat majemuk setara dalam bahasa

Arab sering menggunakan bentuk ataf (ma’tuf wa ma’tuf alaih). Sedangkan dalam

bahasa Indonesia menggunakan tanda koma. Sebagian kecil sampel tersebut

cukup terpengaruh oleh struktur gramatikal BSu, sehingga penerjemahannya

banyak menggunakan konjungsi dan. Penggunaan konjungsi yang berlebihan

dalam bahasa Indonesia tidak lazim.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Kepala masalah adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak

tertingginya adalah jihad di jalan Allah.”

Kasus 8

, iUg e3ى ب6I+ أ ]ZO ا._A$ صZO اI3O[ F و O3. SO6/+ض@ ا.5Cة

SBP 0C@ج Z=< 8O@ #iUg ,SBP &يد;UE4 #1 .104

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

“Dan diwajibkan shalat pada malam isra’ sebanyak 50, lalu dikurangi

sampai jadi 5. Lalu nabi Muhammad dipanggil oleh Allah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu-nya, kalimat

tersebut menunjukan gabungan dari tiga jumlah fi’liah yang dihubungkan

104 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 101: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

oleh konjungsi SB (tsum-ma). Kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur

gramatikal BSa-nya menunjukan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat

tersebut bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Dan diwajibkan shalat pada malam isra’ sebanyak 50,

P O K

lalu dikurangi sampai jadi 5,

P O

lalu nabi Muhammad dipanggil oleh Allah.

S P O

Setelah dianalisis, Penulis menemukan bahwa sebagian kecil sampel

kurang tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kata konjungsi SB (tsum-

ma) dalam Bsu sering diterjemahkan ke dalam Bsa dengan kata lalu,

kemudian, setelah itu. Penulis melihat bahwa sebagian kecil sampel

tersebut masih terpengaruh gaya bahasa Bsu. Konjungsi SB (tsum-ma)

yang lebih dari dua dalam Bsu tidak diterjemahkan dengan kata yang

sama dalam Bsa.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

Shalat telah diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw. pada malam isra

sebanyak 50 waktu, lalu dikurangi menjadi 5 waktu, kemudian Nabi dipanggil

oleh Allah.

Page 102: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

2. Analisis Penerjemahan Prase

Kasus 1

`$ ا.K9#دI_#4 6ةورو ذ , ا.5Cةmو]U&د , ا56yما4o+ سأر

F3\ اA6.105

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai berikut:

“Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, dan puncaknya

adalah jihad di jalan Allah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil sampel di

atas, jika dilihat dari struktur gramatikal BSu-nya, kalimat tersebut menunjukan

gabungan dari tiga jumlah ismiyah (dalam bahasa Indonesia lazim disebut kalimat

majemuk setara). Kalimat tersebut, jika dilihat dari struktur gramatikal BSa-nya

menunjukan kalimat majemuk setara. Kalimat tersebut, bila dikaitkan dengan

S+P+O tersusun menjadi:

Kepala seorang raja adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat,

S P O S P O

dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.

S P O

Setelah dianalisis, penulis menemukan sebagian kecil sampel yang kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kata +4oا diterjemahkan oleh sebagian

kecil sampel sebagai raja. Kata tersebut adalah bentuk ma’rifah (khusus) dari asal

105 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 103: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

kata 4أ+ yang artinya urusan, masalah.106

Kata tersebut pula, berbeda dengan

kata ^4+ yang artinya raja, penguasa.107 Ketidak-tepatan dalam menentukan

makna menyebabkan kerancuan dalam kalimat tersebut.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

“Kepala masalah adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya

adalah jihad di jalan Allah.”

Kasus 2

mروا ;U<ي| وص أb4+=.وا $p#i_.و ا,EEI. 108

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

“Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’I, dan Tirmiji dan disohehkan.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikal Bsu, kalimat tersebut

adalah jumlah fi’liah ma’lum. Jika dilihat dari struktur gramatikal Bsa,

kalimat tersebut menunjukan kalimat tunggal pasif. Bila dikaitkan dengan

S+P+O tersusun menjadi:

106 Atabiq, Ali, d.k.k. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Multi Karya

Grafika, 1996, hlm. 220 107

Ibid, hlm. 219 108 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 104: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’I, dan Tirmiji dan disohehkan.

P S

Setelah dianalisis, Penulis menemukan sebagian kecil sampel kurang

tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Struktur gramatikal BSu yang

merupakan jumlah fi’liah ma’lum dapat diterjemahkan sebagai kalimat

tunggal pasif dalam BSa. Pemahaman struktur gramatikal BSu yang

dilakukan oleh sebagian kecil sampel sudah tepat. Namun menurut

hemat penulis, damîr atau kata ganti m (h) pada prase mروا harus tetap

ditampilkan tetapi tidak difungsikan sebagai subjek. Jumlah fi’liah tersebut

menurut penulis, lebih tepat diterjemahkan menjadi sebuah prase

dibanding sebagai kalimat pasif.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

Hadits Riwayat109 Ahmad, Nasa’I dan Turmudzi yang kemudian

menshohehkan hadits tersebut.

Kasus 3

110 . أg+ى ]A#دةأ1/ 7 تx_4 /.x_4 #K.;8./ `$ ا56yم5COةو.

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian kecil sampel sebagai

berikut:

109 lazim disingkat menjadi HR.

110 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 105: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

“Kedudukan shalat dalam Islam tidak tertandingi oleh kedudukan

ayat ibadah yang lain.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikalnya menunjukan bahwa

kalimat tersebut adalah kalimat tunggal aktif. Kalimat tersebut bila dilihat

dari S+P+O tersusun menjadi:

Kedudukan shalat dalam Islam tidak tertandingi

S komplemen P

oleh kedudukan-kedudukan ayat-ayat ibadah yang lain.

O

Setelah dianalisis, Penulis menemukan bahwa sebagian kecil sampel

kurang tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kekurang-tepatan itu

disebabkan oleh sebagian kecil sampel tidak memahami arti kata. Kata

,dalam kalimat tersebut bermakna111 setiap, sesuatu dan apa saja أ1/

bukan bermakna ayat al-Quran seperti yang diperkirakan oleh sebagian

kecil sampel tersebut.

Jadi, penerjemahan yang tepat menurut penulis adalah :

“Shalat di dalam Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi

oleh ibadah lainnya.”

3. Analisis Perluasan Pola Kalimat

111 Atabik, Ali, Ahmad Zuhdi, Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia – Al Ashriy,

Jogyakarta: Multi Karya Grafika,1996, cet. ke 5. hlm. 281

Page 106: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kasus 1

112 . 4# أوجIA اF تe4 Z.#8 ا.A8#دات وه$ أول

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai

berikut:

“Dan dia adalah yang pertama diwajibkan Allah ta’ala dalam

ibadah.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikal Bsu-nya menunjukan

bahwa kalimat tersebut adalah jumlah ismiyah. Jika dilihat dari struktur

gramatikal Bsa-nya menunjukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat

tunggal berpelengkap. Bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

dan dia adalah yang pertama diwajibkan Allah ta’ala dalam

ibadah.

S P pelengkap

Setelah dianalisis, penulis menemukan bahwa sebagian besar

sampel kurang tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kekurang-tepatan

penerjemahan kalimat tersebut kemungkinan terjadi karena sampel

kurang memahami nizam atau gaya bahasa Bsu. Sampel

menerjemahkan gaya bahasa teks tersebut secara leterleg. Hal ini terlihat

dari penempatan objek kalimat yang kurang tepat. Penerjemahan yang

112 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 107: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

demikian berimplikasi pada kerancuan pemahaman. Menurut hemat

penulis, objek dalam kalimat tersebut harus ditampilkan secara jelas.

objek dalam kalimat tersebut adalah kata ibadah.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

Shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah

Ta’ala.

Kasus 2

I3O[ ?6#E1 #4. 113 ا.A8; و ه$ أول

Kalimat tersebut diterjemahkan oleh sebagian besar sampel sebagai

berikut:

“Dan dia adalah pertama kali yang dihitung terhadap hamba.”

Pengolahan bentuk gramatikal yang dilakukan oleh sebagian kecil

sampel di atas, jika dilihat dari struktur gramatikal Bsu-nya menunjukan

bahwa kalimat tersebut adalah jumlah ismiyah. Jika dilihat dari struktur

gramatikal Bsa, menunjukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat

tunggal pasif. Bila dikaitkan dengan S+P+O tersusun menjadi:

Dan dia adalah pertama kali yang dihitung terhadap hamba.

S P Pelengkap

113 Sayyid, Syabiq, Fiq al-Sunnah, Mesir: Dar al-Fiqr, 1983. hlm. 68

Page 108: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Setelah dianalisis, Penulis menemukan bahwa sebagian besar

sampel kurang tepat menerjemahkan kalimat tersebut. Kekurang-tepatan

penerjemahan kalimat tersebut kemungkinan terjadi karena sebagian

besar sampel kurang memahami nizam atau gaya bahasa Bsu. Sampel

menerjemahkan gaya bahasa teks tersebut secara leterleg. Hal ini terlihat

dari penempatan objek kalimat yang kurang tepat. Penerjemahan yang

demikian berimplikasi pada kerancuan pemahaman.

Jadi penerjemahan yang tepat menurut penulis sebagai berikut:

Shalat adalah ibadah seorang hamba yang pertama kali dihitung.

Dari data di atas, penulis melihat ada dua hal yang perlu digaris-

bawahi, yaitu:

a. Data tersebut mengindikasikan bahwa sebagian sampel kurang

memahami arti kata dalam BSu (bahasa Arab). Hal ini bisa

disebabkan oleh ketidak lengkapan kamus yang mereka miliki,

sehingga proses penentuan arti kata menjadi salah.114

b. Data tersebut mengindikasikan juga bahwa sampel terlihat masih

terpengaruh oleh struktur gramatikal Bsu (bahasa Arab) dan

kurang memahami struktur gramatikal BSa (bahasa Indonesia)

dengan baik. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya materi

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut.

114 Hasil observasi penulis menemukan bahwa kamus dwi bahasa yang dimiliki oleh

santri maupun pesantren tidak banyak macamnya. Penulis juga menemukan hampir semua santri

menggunakan kamus dwi bahasa karangan Mahmud Yunus.

Page 109: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setalah menganalisa secara keseluruhan dari berbagai aspek yang

dibutuhkan maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Secara keseluruhan, hasil penerjemahan santri modern cukup baik.

Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa sampel yang sudah cukup

baik menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dalam

BSu.115

b. Pertanyaan penulis di awal bab tentang seberapa berpengaruhnya

struktur gramatikal bahasa sumber (BSu) dalam proses penerjemahan,

penulis mendapatkan bahwa ada sebagian kecil sampel yang masih

terpengaruh oleh struktur gramatikal bahasa sumber (BSu). Hal ini

bisa dimaklumi karena pengetahuan sampel terhadap struktur

gramatikal bahasa sasaran (BSa) yang juga kurang baik. Penguasaan

sampel terhadap struktur gramatikal bahasa sasaran (BSa) kurang baik

karena porsi mata pelajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah

menengah atas pada umumnya tidak cukup.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran penulis sebagai berikut :

115 Lihat table II.

Page 110: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

a. Sebaiknya santri atau pelajar selalu mengikuti perkembangan bahasa,

baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran

b. Sebaiknya santri atau pelajar memperhatikan struktur bahasa sumber

dan bahasa sasaran untuk memudahkan dalam proses pengalihan

bahasa.

c. Berkaitan dengan pengetahuan tentang struktur bahasa sumber dan

sasaran, sebaiknya berbagai pihak terutama pihak penyelenggara

pendidikan mulai membaiki materi pelajaran yang berkaitan dengan

bahasa, terutama bahasa sasaran. Karena kelemahan dalam

penguasaan struktur gramatikal bahasa sasaran akan sangat

berpengaruh pada hasil akhir penerjemahan.

d. Cara merumuskan sebuah gramatika haruslah terdiri dari seperangkat

unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan dengan yang lain

karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realita

dalam alam semesta tertentu. Maka unsur gramatika dalam proses

penerjemahan harus juga terdiri dari seperangkat unsur leksikal yang

mengacu pada referen yang sesuai dengan konteks budaya dalam

Bahasa Sumber (BSu).

e. Para santri diberikan banyak latihan penerjemahan agar terampil

dalam menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa Indonesia atau

sebaliknya.

Page 111: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Penulis sadar bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu

penelitian ini harus diperbaiki dan diteruskan sebagai instrumen perbaikan sistem

pendidikan khususnya kebahasaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Atabik, Ahmad Zuhdi, Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia –

Al Ashriy, Jogyakarta: Multi Karya Grafika,1996, cet. ke 5.

Alwi, Hasan, d.k.k., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2007, ed. Ke 3, cet. ke 6.

‘Aqib, Kharisudin, Al-Fath (Metode Cepat Belajar Membaca Tulisan (Kitab)

Gundul, Surabaya: H.I. Press, 2007, cet. ke 10.

Arifin, E. Zaenal, S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2006, ed. Ke 2.

Chaer, Abdul, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka

Cipta, 2003, ed. Rev, cet. ke 1.

---------------- Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta,

2002, cet. ke 3.

---------------- Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet. ke 2.

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup

Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), cet. ke 4.

Hidayatullah, M. Syarif, Teori dan Permasalahan Penerjemahan, Diktat

Jurusan Tarjamah Fak. Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

---------------, Tehnik Menerjemah Teks Arab 1, Tangerang: Transpustaka,

2005, cet. ke 2.

---------------, Modul Kursus Terjemah Arab-Indonesia Dasar II, Tangerang:

Transpustaka, 2004, cet. ke I.

Keraf, Gorys, Komposisi, Flores: Nusa Indah, 1994, cet. Ke 10.

Page 112: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Kridalaksana, Harimurti, Struktur, Kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis,

Jakarta: UNIKA Atmajaya, 2002,

-------------- Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia (edisi kedua),

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996, cet. Ke 2.

-------------- Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, ed.

Ke 3, cet. ke 1.

Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2000,

Mansyur, Moh., Kustiwan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia

Indonesia-Arab, Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002.

Munawir, A.W., Muhammad Fairuz, Kamus Al-Munawir Indonesia-Arab

Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 2007, cet. ke 1.

------------------ Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997, cet. Ke 2.

Mufid, Nur, Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia

(Cara Paling Tepat, Mudah dan Kreatif), Surabaya: Pustaka

Progressif, 2007, cet. ke 7.

Nasuha, Hamid, d.k.k., Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis,

Disertasi), Jakarta: Ceqda, 2007, cet. ke 2.

Partanto, Pius A., M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Buku Kamus

Terpopuler), Surabaya: Arkola, 1994.

Rofi’I, Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia jilid 2, Jakarta: Persada

Kemala, 2002, cet. ke 1.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Mesir: Darul Fikr, 1983.

-------------- Fikih Sunnah Jilid I (Terjemahan), Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2006, cet. Ke 1.

Sakri, Adjat, Ihwal Menerjemahkan, Bandung: ITB, 1985, cet. ke 2.

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), Bandung:

Humaniora, 2005, cet. ke 1.

Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Sintaksis, Bandung: Angkasa, 1986, cet.

Ke 2.

Page 113: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Verhaar, J.W.M., d.k.k., Asas-Asas Linguistik Umum, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Pnenelitian (Buku Panduan

Mahasiswa), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, cet. Ke 2.

Widyamartaya, A., Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989, cet.

Ke 17.

Page 114: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

ampiran I

Wawancara dengan Bapak KH Sundusi Ma’mun

(Bertempat di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Ghontory pada hari

Jumat tanggal 26 Juni 2009 pukul 16.30 WIB)

Penulis : Siapa pendiri dan penggagas berdirinya Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah Al-Ghontory?

KH. Sundusi Ma’mun : Pesantren ini dicetuskan dan didirikan oleh Bpk

(Alm) H. Nadjih Hi bin H. M. Idup pada tahun 1992 bersama

rekan-rekannya.

Penulis : Apa yang melatar belakanginya?

KH. Sundusi Ma’mun : Bpk (Alm) H. Nadjih Hi bin H. M. Idup adalah salah

satu alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo,

beliau sangat ingin dalam hidupnya mendirikan sebuah

pesantren yang sama dengan tempat beliau “nyantri” dulu.

Beliau mengangggap bahwa apa yang telah diajarkan PMDG

padanya dulu benar-benar telah membentuknya menjadi

orang yang baik.

Dahulunya lokasi yang menjadi pesantren saat ini adalah

lembah yang berada di bawah situ, yaitu Situ Perigi, yang masih

asri. Kenapa harus di sini, salah satu pertimbangannya adalah

keberadaan Situ Perigi sebagai Situ atau danau. Air dinilai

sebagai sumber daya alam yang sangat menunjang

keberadaan Pondok, manusia sangat bergantung terhadap air.

Oleh karena itu, lokasi Pondok saat ini dinilai sangat cocok oleh

para pendiri waktu itu. Dahulu pernah terjadi kemarau panjang

selama kurang lebih enam bulan lamanya, daerah-daerah yang

berada di atas Situ Perigi sudah mengalami kekeringan, namun

Pondok tetap berjalan seperti biasa karena air tetap melimpah

dari Situ Perigi. Begitu juga sebaliknya, kalau datang musim

hujan yang ekstrem, daerah areal pondok pesantren menjadi

daerah pertama yang mengalami kebanjiran.

Dahulu juga, pondok pesantren ini hanya bermula dari sebuah

gedung yang dinamakan ta’sis (masdar dari kata asas yang

Page 115: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

artinya dasar). Yaitu tempat serbaguna bagi aktifitas pondok,

seperti kegiatan belajar-mengajar, mushola, dan asrama.116 Dan

pada tahun pertama berdirinya pondok pesantren ini hanya

memiliki enam orang santri yang menuntut ilmu.

Tipologi penduduk di sekitar pondok pesantren dulu sebagian

besar adalah petani. Tingkat pengetahuan keagamaan mereka

tidak tinggi. Sehingga penerimaan masyarakat terhadap

keberadaan pondok pesantren tidak terlalu baik saat itu.

Penduduk sekitar pondok kebanyakan adalah warga NU yang

notabene tidak terlalu menerima keberadaan pondok yang

dianggap muhammadiyah. Namun hal ini tidak berlangsung

lama, karena pada hakekatnya pro dan kontra dalam hal itu

sudah lumrah terjadi, tapi tidak menimbulkan ekses yang

negatif. Dan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Ghontory sendiri

sebenarnya adalah pondok pesantren yang tidak menganut

paham apapun. Di PMDG sendiri, sebagai pondok pesantren

induk, tidak mengizinkan adanya dikotomi-dikotomi yang

mengarah kepada pertentangan masuk ke dalam pondok

pesantren. Oleh karena itu, keberadaan pondok pesantren

tetap eksis sampai sekarang dan terus mengalami kemajuan

yang berarti.

Penulis : Apa yang menjadi latar belakang dari nama Pondok Pesantren

Modern Al-Amanah Al-Ghontory?

KH. Sundusi Ma’mun : Pada awal berdirinya pondok pesantren ini

bernama “Al-Amanah”, namun seiring berjalannya waktu, para

pendiri pondok pesantren ini berkeinginan agar ada embel-

embel “Al-Ghontory” di belakang nama “Al-Amanah”. Hal ini

dilatar-belakangi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Keinginan dari Bapak (Alm) H. Nadjih Hi bin H. M. Idup sebagai

pencetus ide atas berdirinya Pondok agar pondok pesantren ini

sama dengan pondok pesantren tempat beliau menuntut ilmu dulu

yaitu PMDG. Dengan kata lain pondok ini harus mempunyai

kesamaan dalam berbagai hal dengan PMDG, baik itu sistem

pendidikan, metode belajar, dan SDM yang dimiliki.

b. Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Ghontory, dengan

penisbathan kata “Al-Ghontory” mengindikasikan bahwa pondok

pesantren ini bersifat atau berciri sama dengan gontor atau PMDG.

116 Sebagai mana kita ketahui bersama bahwa ada lima elemn pokok yang menjadi dasar

berdirinya pondok yaitu masjid, santri, kitab-kitab yang diajarkan, santri dan asrama.

Page 116: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

PMDG dalam sejarah perkembangan pesantren, merupakan pondok

pesantren yang sangat terkenal dengan kemodernannya dalam

sistem belajar. Dari pondok pesantren ini, banyak lahir tokoh-tokoh

Islam Modern, seperti Nurcholish Madjid, Maftuh Bashuni,

Azhumardi Azhra, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, nama

gontor menjadi brand image yang punya nilai jual tinggi. Hal ini

sangat berpengaruh dalam kuantitas santri.

Setelah hampir lima tahun berjuang untuk mendapat legitimasi dari

pesantren induk yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Akhirnya

Pondok Pesantren Modern Al-Amanah berhak menisbathkan nama

Al-Ghontory di belakang nama Al-Amanah. Jadilah nama pondok

pesantren tersebut menjadi Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Ghontory.

Untuk diketahui bahwa banyak pondok pesantren yang menjadikan

PMDG sebagai pesantren induk, seperti Pondok Pesantren Modern Dar

el-Qolam, Darunnajah, Latansa, dan lain sebagainya. Namun yang

menggunakan nama Al-Ghontory yang dinisbathkan di belakang

namanya hanya ada tiga pondok pesantren, salah satunya adalah Al-

Amanah Al-Ghontory ini.

Penulis : Menurut Bapak, apa yang membedakan antara pondok

pesantren modern dan tradisional (salafi)?

KH. Sundusi Ma’mun : Menurut Saya, pondok pesantren modern dan

tradisional (Salafi) sama saja, sama-sama pondok pesantren.

Hanya berbeda dalam sistem belajarnya, di mana aspek

kebahasaan (yaitu bahasa Arab dan Inggris) menjadi sangat

dominan di pondok pesantren modern. Hal ini sangat terasa

dengan penggunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam

kehidupan pondok pesantren sehari-hari, baik itu dalam proses

belajar-mengajar, maupun dalam keseharian santri di dalam

pondok pesantren.

Stigma yang terjadi di masyarakat bahwa pondok pesantren

modern tidak mempelajari kitab-kitab kuning sebagai salah satu

elemen pokok dalam pondok pesantren tidak benar adanya.

Pondok pesantren modern pun dalam sistem belajarnya tetap

mempelajari apa yang dinamakan oleh masyarakat sebagai

kitab-kitab kuning tersebut. Seperti kitab Bidâya al-Mujtahid, fiq

as-Sunnah, dan lain-lain. Hanya saja, memang apa yang

dipelajari di dalam pondok pesantren modern terhadap kitab-

kitab kuning tidak sebanyak di pondok pesantren tradisional

(Salafi).

Page 117: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Oleh karena itu, saya mengimbau kepada siapapun yang

merasa alumni, baik itu alumni pondok pesantren modern dan

tradisional untuk tidak sombong (tinggi hati dan menganggap

orang lain rendah). Karena masing-masing dari kedua tipe

pondok pesantren tersebut pasti memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing. Selepas dari PMDG, saya juga

belajar di pondok pesantren tradisional.

Penulis : Apa pendapat Bapak tentang penerjemahan?

KH. Sundusi Ma’mun : Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa

penerjemahan adalah salah satu proses dalam belajar. Dalam

ranah pesantren, pesantren sangat konsern terhadap wacana

penerjemahan. Karena penerjemahan dilakukan untuk

mengetahui makna suatu kata atau kalimat dalam bahasa

tertentu. Misalnya kata atau kalimat dalam bahasa Arab.

Di Pondok Pesantren Al-Amanah al-Ghontory sendiri, dalam

kurikulum belajarnya menerapkan mata pelajaran terjemah,

yaitu terjemah al-Qur’an. Al-Qura’an diterjemahkan kata

perkata oleh para santri ke dalam bahasa Indonesia tanpa

bantuan kamus, apa-apa yang tidak diketahui oleh santri

kemudian ditanyakan kepada guru. Dan tolok ukur keberhasilan

santri dalam menerjemahkan adalah ketika santri bisa

menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara baik.

Penulis : Bagaimana pengetahuan tentang penerjemahan di pondok

pesantren ini dan implementasinya dalam sistem belajar?

KH. Sundusi Ma’mun : Seperti yang sudah dijelaskan tadi, bahwa

penerjemahan difokuskan pada penerjemahan al-Qur’an. Al-

Qura’an diterjemahkan kata perkata oleh para santri, masalah

bagaimana cara menerjemahkan yang baik, santri tidak

sepenuhnya mengetahui hal itu. Setelah santri menerjemahkan

dengan kemampuannya sendiri, lalu guru melakukan

pemeriksaan terhadap hasil terjemahan dan kemudian

mengoreksi kesalahannya.

Penulis : Bagaimana kurikulum dibuat di pondok pesantren ini?

KH. Sundusi Ma’mun : Kurikulum dibuat berdasarkan pada kebutuhan

belajar para santri yang dianggap baik untuk diterapkan.

Kemudian untuk memenuhi standardisasi nasional mengenai

kurikulum, pondok pesantren ini juga memasukkan mata

Page 118: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

pelajaran yang sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh

Dinas Pendidikan Nasional.

Penulis : Bagaimana penerapan kurikulum pendidikan di pondok

pesantren ini hubungannya dengan penerjemahan?

KH. Sundusi Ma’mun : Sebagaimana kita ketahui bahwa fokus belajar dari

santri di pondok ini, adalah agar santri memperoleh pendidikan

yang baik di segala bidang pendidikan. Oleh karena itu tentu

pendidikan penerjemahan salah satunya. Namun demikian,

tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan yang menjadi

fokus perbaikan kami juga sebagai pengurus pondok pesantren.

Page 119: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di

Lampiran II

Daftar nama santri yang menjadi sampel dalam penelitian, yaitu:

NO NAMA KLS

1 Zakiudin VI a

2 A. Satria Fataw VI a

3 Syamsul B. VI a

4 Arie Sugiarto S. VI a

5 Angga Arya VI a

6 Eko Prasetia VI a

7 Dian H. VI a

8 Bakti Gustian VI a

9 Mujahidin VI a

10 Yasin Fadillah VI a

11 Abdul Kholiq VI a

12

Ramadhan

Akbar VI a

13

Muhammad

Reza VI a

14 Oki Susanto VI a

15 Chaerul Anwar VI a

16

Gusta

Indracahya VI a

Page 120: ANALISIS GRAMATIKAL TERJEMAHAN SANTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/801/1/94333... · dengan menggunakan perangkat analisis ... Model-Model Pembelajaran di