Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

13
Dosen: I Made Alit Gunawan [2011] 10/3085516/PKU/11779 NUTRITION & HEALTH | DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF MEDICINE, GAJAH MADA UNIVERSITY OF YOGYAKARTA,

Transcript of Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Page 1: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Dosen: I Made Alit Gunawan

[2011]

10/3085516/PKU/11779

NUTRITION & HEALTH | DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF MEDICINE, GAJAH MADA UNIVERSITY OF YOGYAKARTA, INDONESIA

Page 2: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Berdasarkan data SUSENAS tahun terakhir, analisis gangguan ketersediaan pangan di wilayah saudara bila terjadi perubahan kebijakan dari pemerintah yang berkaitan dengan pangan.

Data SUSENAS tahun terakhir untuk deskripsi wilayah DIY sulit didapatkan dari BPS. Namun kami tetap mencoba untuk melakukan analisis gangguan ketersedian pangan di wilayah DIY. Untuk itu diawal ini kami mencoba untuk fokus pada pembahasan bahan pangan pokok yaitu beras dan jagung. Dari data yang kami peroleh tahun 2007, 2008 dan 2009, produksi beras dan jagung meningkat seperti dalam tabel dibawah ini. Namun angka ini tidak dapat berbicara banyak dalam menampilkan gangguan ketersediaan pangan.

Produksi Beras dan Jagung per Tahun (Kuintal) di Provinsi DIY, 2007 – 2009 Uraian 2007 2008 2009Beras 4.482.738 5.044.826 5.257.173Jagung 2.581.870 3.468.505 3.149.370

Sumber: BPS DIY dalam angka

Dengan melihat data luas guna sawah untuk penanaman padi, terlihat seperti dalam tabel dibawah ini, terjadi penurunan luas guna sawah dari tahun 2005 – 2008 sehingga menghasilkan luas panen sebesar 100.359 hektar dan memproduksi padi sebanyak 628.321 ton padi. Pemerentah Provinsi kemudian meningkakan luas guna sawah ditahun berikutnya (2009) sehingga luas panen meningkat menjadi 105.613 hektar dengan produksi padi mencapai 662.368 ton. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gangguan ketersediaan pangan dapat dipantau melalui indikator pertanian salah satunya berupa luas guna sawah, luas panen dan produksi padi.

Luas Penggunaan Lahan Sawah(Hektar), Luas Panen (Hektar) dan Produksi Padi (Ton) Di Provinsi DIY

Tahun Luas Guna (Hektar)

Luas Panen(Hektar)

Produksi Padi(Ton)

2005 57.7622007 57.4432008 57.081 100.359 628.3212009 57.712 105.613 662.368

Sumber: BPS DIY dalam angka

Masalah yang muncul kemudian berkenan dalam produksi adalah perubahan iklim dan cuaca. Dimana pada masa penghujan, produksi beras akan meningkat dan dimasa kemarau produksi beras akan menurun. Secara alamiah, siklus ini akan menimbulkan gangguan ketersediaan pangan secara ritmis. Untuk mencegah hal itu diperlukan gudang penyimpanan pangan nasional di daerah (BULOG) untuk melakukan penyimpanan (Food Stock) pada saat panen dan mengeluarkannya kembali ke pasaran untuk memenuhi perminataan akan pangan dimasa kemarau (distribution). Berdasarkan data BPS tahun 2005, 2007 dan 2008 tercatat persediaan beras di dalam gudang bulog DIY meningkat dari tahun ke tahun. Ketika dicermati peningkatan food stock paling tajam terjadi tahun 2008. Hal ini tidak kami ketahui penyebabnya. Akan tetapi jika melihat tabel paling awal diatas, terlihat cukup jelas bahwa produksi beras tahun 2008 meningkat sangat pesat dibandingkan tahun 2007.

Data Persediaan Beras Bulog DIY

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 2

Page 3: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Food Stock Distribution2005 52,6 jt-an 35,4 jt-an2007 50,9 jt-an 36 jt-an2008 69,8 jt-an 57,4 jt-an

Sumber: BPS DIY dalam angkaDistribusi paling banyak pada bulan Agustus dan Desember

Melihat data distribusi beras oleh Bulog juga menunjukkan peningkatan yang sama dengan peningkatan yang paling tajam terjadi pada tahun 2008. Kami mencoba mengecek distribusi beras Bulog berdasarkan bulan menunjukkan bahwa distribusi terbanyak terjadi setiap bulan Agustus dan Desember. Hal ini terjadi karena biasanya pada bulan Agustus merupakan bulan kemarau di tahun-tahun tersebut, juga biasanya Pemerintah mengeluarkan jatah beras untuk masyarakat miskin pada bulan tersebut. Sedangkan pada bulan Desember, permintaan bahan pangan pokok meningkat karena memasuki hari raya natal dan tahun baru yang biasanya berdekatan dengan bulan ramadan dan lebaran. Distribusi bulog tersebut juga tidak serta merta untuk memenuhi permintaan pasar, akan tetapi juga sebagian berfungsi sebagai stabilisasi harga pangan yang cenderung naik pada musim kemarau dan menjelang lebaran. Apablia harga-harga tersebut tidak dikendalikan, maka akses masyarakat terhadap pangan akan menurun secara otomatis mengurangi ketersediaan pangan keluarga. Untuk mengatasi hal itu Pemerintah melalui dinas perdagangan akan melakukan Operasi pasar dan Pasar Murah untuk mengendalikan harga tersebut. Sebagai sumber operasi, tentu saja persediaan pangan dalam gudang Bulog. Sedikit kita pahami hubungan Kebijakan Pangan Pemerintah dalam menjamin ketersediaan pangan khususnya ketersediaan pangan keluarga.

Karena data-data ketersediaan pangan daerah yang kami kemukakan sangat terbatas, kami coba menyajikan data terbaru sebagaimana yang diminta dalam tulisan ini. Akan tetapi data ini memiliki ruang lingkup nasional. Berikut ini, prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan nasional pada 2010:

Komoditi Ketersediaan Kebutuhan Sisa KeteranganBeras 38,22 juta ton 32,58 juta ton 5,63 juta ton surplusGula pasir 6,23 juta ton 4,5 juta ton 1,72 juta ton surplusMinyak goreng 5,74 juta ton 5,31 juta ton 430 ribu ton surplusKacang tanah 783 ribu ton 754 ribu ton 29 ribu ton surplusCabai 1,19 juta ton 1,22 juta ton -20.919 ribu ton defisitBawang merah 701,6 ribu ton 557,4 ribu 113 ribu ton surplusDaging sapi 403,1 ribu 403,1 ribu nol ImpasDaging ayam 566,9 ribu ton 566,9 ribu ton nol ImpasTelur ayam 1,01 juta ton 989,1 ribu ton 21,0 ribu ton surplus

Data tersebut merupakan hasil rapat koordinasi yang diikuti seluruh pemerintah daerah, asosiasi, perwakilan pasar tradisional, asosiasi ritel, dan perhubungan.

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 3

Page 4: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Sedangkan data produksi pangan Provinsi DIY terbaru yang berhasi kami peroleh justru berasal dari Harian Kedaulatan Rakyat, edisi Kamis Kliwon, 3 Maret 2011 yang kami susun menjadi tabel dibawah ini. Data ini menyampaikan hasil produksi pertanian di kala cuaca tidak menentu sepanjang tahun 2010-2011.

2010 Perkiraan 2011 KeteranganLuas Panen 147.058 Ha 157.352 Ha 0,07%Gabah Kering Giling 823.887 ton 826.752 ton 0,35%Padi Sawah 646.498 tonPadi Ladang 180.254 tonUbi Jalar 6.481 ton 6.618 ton 2,07%Jagung 345.576 ton 302.263 ton Menurun Kedelai 38.244 ton 35.327 ton MenurunKacang Tanah 58.918 ton 57.358 ton MenurunKacang Hijau 610 ton 586 ton Menurun

Namun produksi gabah tahun 2011 (826.752 ton) mengalami penurunan jika dibandingkan dengan produksi gabah tahun 2009 (837.930 ton) dengan selisih sebesar 11 ribu ton. Hal ini menyebabkan harga beras dipasaran lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Sedangkan penyebab menurunnya produksi palawija dikarenakan luas panen berkurang. Mungkin digunakan untuk menggenjot produksi beras.

Terkait dengan data tersebut diatas, penulis mencoba mencermati produksi kedelai yang diperkirakan menurun. Padahal kebutuhan DIY akan kedelai tidak pernah tercukupi oleh produksi domestik. Sehingga pemerintah perlu melakukan impor kedelai dari Amerika Serikat. Seperti yang pernah didengar dari berita sebelumnya, bahwa produksi kedelai di AS sendiri terganggu oleh cuaca yang tidak menentu. Walhasil, produk-produk turunan kedelai seperti tempe dan tahu akan sangat menurun. Padahal kedua komoditas ini merupakan primadona sumber protein nabati bagi kalangan ekonomi bawah. Oleh karena itu, dinas pertanian pusat melirik kembali teknologi transgenik untuk meningkatkan produksi palawija tersebut.

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 4

Page 5: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

MASALAH

Bagaimana saudara menganalisis dan menentukan akan terjadi gangguan ketersediaan pangan di wilayah saudara, dengan memanfaatkan informasi dan indikator-indikator yang ada.

Untuk menentukan gangguan ketersediaan pangan di suatu daerah dipergunakan 3 jenis data :

a. Informasi tentang riwayat masalah konsumsi

1. Tahun dan bulan biasanya terjadi gangguan ketersediaan pangan bulan agustus (tidak ada curah hujan) dan bulan desember (lebaran dan natal/tahun baru)

2. Tingkat keparahan gangguan ketersediaan pangan N/A3. Akibat yang ditimbulkan N/A4. Jenis bahan makanan yang dikonsumsi saat itu

Rata-rata Konsumsi Kalori (Kkal) per Kapita Sehari Beberapa Jenis Makanan didaerah Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi DIY dan Indonesia Tahun 2007 – 2009.

Kelompok Makanan 2005 2007 2008 Rata-rata1. Padi-padian 710,60 677,72 684,28 690,872. Umbi-umbian↓ 48,29 46,85 32,06 42,43. Ikan↓ 17,32 16,51 12,44 15,424. Daging↓ 48,30 46,18 34,68 43,055. Telur dan susu 55,79 66,53 52,83 58,386. Sayur-sayuran 45,04 49,53 44,46 46,347. Kacang-kacangan 87,69 114,42 66,54 89,558. Buah-buahan 43,21 47,37 44,43 45,009. Minyak & lemak 219,92 236,55 190,36 215,6110. Bahan minuman 132,06 138,13 121,25 130,4811. Bumbu-bumbuan 13,91 13,50 9,92 12,4412. Konsumsi lainnya 65,24 75,85 60,34 67,1413. Makanan & minuman jadi↑ 348,56 386,48 412,23 382,42JUMLAH 1835,9 1915,4 1765,8

Sumber: BPS DIY dalam angka

b. Indikator peramalan

1. DATA PERTANIANData produksi tanaman Pangan (Produksi tanaman yang dominan, Luas tambah lahan/tambah panen, Luas kerusakan oleh hama, luas kerusakan oleh bencana alam), Data produksi peternakan, Perikanan dan perkebunan rakyat.Luas Penggunaan Lahan Sawah(Hektar), Luas Panen (Hektar) dan Produksi Padi (Ton) Di Provinsi DIY

Tahun Luas Guna Luas Panen Produksi Padi2005 57.7622007 57.4432008 57.081 100.359 628.3212009 57.712 105.613 662.368

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 5

Page 6: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Sumber: BPS DIY dalam angka

Produksi Beras dan Jagung per Kapita per Tahun (Kuintal) di Provinsi DIY, 2007 – 2009

Uraian 2007 2008 2009 Rata-rataBeras 4.482.738 5.044.826 5.257.173 4928245,67Jagung 2.581.870 3.468.505 3.149.370 3066581,67Penduduk 3.434.534 3.464.502 3.501.869 3466968,33Per KapitaBeras 1,31 1,45 1,50 1,42Jagung 0,75 0,82 0,90 0,82

Sumber: BPS DIY dalam angka

2. Data ketersediaan pada tk. Penduduk N/AData Persedian Beras Bulog

Food Stock (ton) Distribution (ton)2005 52,6 jt-an 35,4 jt-an2007 50,9 jt-an 36 jt-an2008 69,8 jt-an 57,4 jt-an

Sumber: BPS DIY dalam angkaDistribusi paling banyak pada bulan Agustus dan Desember

3. Keadaan harga pasar dan produsen harga pangan diukur dengan harga pangan beras N/A

4. Tingkat prevalensi kurang energi protein (KEP) diukur dengan menggunakan indeks tinggi badan menurut umur N/A

5. Data pertanian non pangan (produksi dan harga) N/A6. Iklim/curah hujan

Bulan-bulan kering2008 2009 2010JuniJuli

AgustusSeptember

JuliAgustus

September

Tidak ada bulan kering

Sumber: BPS DIY dalam angkac. Indikator Pengamatan N/A

Gejala lokal yang memberikan indikasi akan terjadi gangguan pangan dan dikenal masyarakat setempat:

1. Angka kriminalitas 2. Jumlah penduduk yang menggadaikan/menjual barang 3. Angka absensi anak sekolah 4. Perubahan pola adat istiadat 5. Jumlah penduduk mencari kerja keluar desa 6. Perubahan jenis makanan pokok dan frekuensi

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 6

Page 7: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

Mengutip Lamabelawa (2006): Lingkup Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data situasi pangan dan gizi guna

memantau dan mewaspadai timbulnya ancaman kerawanan pangan dan perubahan situasi gizi masyarakat.

2. Menyediakan dan menyampaikan informasi hasil pemantauan kepada pemda dan sektor terkait (vertikal dan horizontal) agar dapat dimanfaatkan di dalam penetapan sasaran penanggulangan kelaparan dan gizi buruk secara tepat dan cepat.

3. Menyediakan dan menyampaikan informasi hasil pementauan kepada pemda dan sektor terkait (vertikal dan horizontal) agar dapat dimanfaatkan di dalam perumusan kebijakan, perencanaan program dan evaluasi perkembangan situasi pangan dan gizi.

4. Mengkoordinasi rencana, pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi.23

5. Langkah-langkah Kegiatan SKPG di Tingkat Kabupaten/KotaLangkah-langkah kegiatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) di tingkat kabupaten/kota, adalah :a. Pengumpulan, pengolahan dan analisa data

1. Pemetaan kecamatan rawan pangan dan giziPemetan kecamatan rawan pangan dan gizi dilakukan setahun sekali berdasarkan berbagai indikator yang ada kaitannya dengan krisis pangan, yaitu :

a) Prevalensi kurang energi protein (KEP) total balita di masing-masing kecamatan

b) Presentase kerusakan/kekeringan dan pusoc) Presentase keluarga pra-sejahtera, sejahtera satu dan keluarga miskin

ditiap kecamatan.Keluarga rawan adalah keluarga miskin yaitu keluarga pra-sejahtera (Pra-KS), keluarga sejahtera satu (KS-1) atau kelurga miskin menurut pendataan BKKBN dan penilaian aparat desa atas dasar alasan ekonomi.

Pendataan sasaran dilakukan di setiap desa. Data yang dikumpulkan, yaitu :a. Nomor urutb. Nama kepala keluarga (KK)c. Tipe keluarga (PS, KS-1, keluarga miskin)d. Alamay/tempat tinggale. Jumlah anggota keluargaf. Kelompok umur 0-1, 1-5, ibu hamil

Langkah-langkah pendataan sasaran adalah sebagai berikut :a. Meminjam catatan PLKB tentang daftar KPS dan KS-1.b. Mencatat nama-nama KK yang termasuk kategori KPS dan KS-1c. Mewawancarai pamong desa dan mencatat informasi tentang jumlah dan

nama-nama keluarga miskin yang tidak tercakup dalam daftar kategori Pra-S dan KS-1.

d. Dari keluarga-keluarga tersebut, catat nama semua ibu hamil dan ibu hamil KEK, ibu nifas dan ibu nifas KEK, bayi (6-11 bulan) dan bayi KEP serta anak (12-23 bulan) dan anak KEP. Apabila status KEP anak dan KEK ibu hamil/ibu

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 7

Page 8: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

nifas belum diketahui dilakukan pengukuran dan data tersebut perlu dimutakhirkan setiap bulan.

e. Hasil pendataan dicatat di dalam formulir R/I/SKPG/98.f. Pendataan dilakukan oleh pelaksana SKPG tingkat desa yang terdiri dari

kepala desa, tokoh masyarakat, kader, bidan di desa dan PLKB setempat.g. Data tersebut (b, c, d) dibuat perbaharui setiap 3 bulan.

Penentuan kecamatan rawan pangan dan gizi dilakukan dengan memberikan “skor” untuk setiap indikator. Semakin besar jumlah skor dari semua indikator yang digunakan semakin besar resiko krisis pangan dan gizi suatu kecamatan. Penentuan dilakukan oleh pokja KPG kabupaten/kota dengan mempergunakan Formulir F/ISKPG/98.

2. Pemantauan Produksi dan Ketersediaan Pangan Pokoka. Pemantauan Produksi Pangan Pokok

Pemantauan produksi pangan pokok bertujuan untuk memperkirakan (meramalkan ) produksi dan ketersediaan pangan pokok di suatu daerah. Di daerah-daerah pertanian penghasilan pangan pokok indikator-indikator yang digunakan untuk memperkirakan situasi produksi dan ketersediaan pangan adalah : luas tanam (LT), luas kerusakan (LK), dan luas panen (LP) dari tanaman pangan pokok. Untuk dapat memantau indikator-indikator tersebut diperlukan data kalender pertanian tanaman pangan pokok, yaitu : (a) waktu penyiapan lahan pertanian, (b) waktu kegiatan penanaman dilakukan, (c) waktu kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan dan (d) waktu panen dan pasca panen. Data kalender pertanian berguna untuk menentukan : (1) kapan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dan intervensi sebaiknya dilakukan, (2) kapan bulan-bulan paceklik di suatu daerah yang perlu pengamatan yang lebih intensif. Pengumpulan data LT, LK dan LP dilakukan oleh PPL bersama mantri statistik sesuai dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada, sedangkan pengolahan data lebih lanjut dilakukan oleh pokja KPG kabupaten/kota.

b. Pemantauan Harga Pangan PokokHarga pangan pokok dipakai untuk memperkirakan persediaan pangan di masyarakat. Harga pangan pokok yang dipantau meliputi harga beras, jagung, dan ubi kayu. Pemantauan harga pangan dilakukan oleh manteri statistik berdasarkan harga eceran pada tingkat kecamatan. Bagi daerah-daerah bukan penghasilan pangan pokok (seperti; daerah perkebunan, pantai, pertambangan, perkotaan dan lain-lain) alternatif indikator yang dipakai untuk memperkirakan persediaan pangan pokok antara lain : harga pangan pokok, persediaan pangan pokok di gudang sub-dolog setempat, kriminalitas dan indikator-indikator lain yang bersifat lokal dan spesifik.

3. Pemantauan Status Gizi dan Pola Konsumsi Pangan1. Pemantauan Status Gizi

Pemantauan status gizi di pergunakan 2 indikator, yaitu prevalensi KEP berdasarkan survey khusus (PSG) dan penimbangan bulanan di posyandu (SKDN). Di setiap desa diharapkan setiap anak ditimbang setiap bulan. Indikator yang dipakai adalah N/D, D/S dan BGM. Pemantauan ini dilaporkan setiap bulan.

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 8

Page 9: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

2. Pengamatan KonsumsiPengamatan konsumsi pangan dilakukan terhadap rumahtangga - rumahtangga Pra-S di semua desa di kecamatan-kecamatan yang menghadapi ancaman krisis pangan dan gizi. Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pengamatan adalah sebagai berikut :a. Pengamatan dilakukan terhadap 20 keluarga Pra-S yang dipilih oleh

pelaksana KPG tingkat desa berdasarkan daftar keluarga Pra-S.b. Pengamatan dilakukan pada musim peceklik. Penetapan musim paceklik

dilakukan oleh Pokja KPG kabupaten/kota. Pengamatan dilakukan setiap minggu, dengan menggunakan format.

c. Pengumpulan data adalah anggota masyarakat yang ditunjuk dan sudah dilatih (misalnya kader, kepala dusun, kepala desa, dll) yang dikoordinir oleh kepala desa.

d. Apabila ada satu atau lebih keluarga yang mengalami perubahan pola konsumsi pangan, segera dilaporkan ke kecamata. Perubahan-perubahan tersebut yaitu :- Berkurangnya frekuensi makan dari kebiasaan sehari-hari, misalnya

dari 3 atau 2 kali menjadi 1 kali.- Perubahan jenis makanan pokok dari yang biasa dimakan ke makanan

yang tidak lazim dimakan.- Berkurangnya jumlah makanan dimasak/dimakan.

e. Selanjutnya pokja KPG tingkat kecamatan menganalisis kejadian ini dan melaporkan hasilnya kepada pokja KPG kabupaten/kota, selambat-lambatnya dalam tempo 24 jam. Disamping itu, pengumpulan data juga mengamati beberapa keluarga Pra-S lainnya untuk memperkirakan apakah masalah yang sama juga terjadi pada keluarga lain. Kabupaten/kota segera meneruskan laporan tersebut ke pusat selambat-lambatnya 24 jam setelah laporan diterima.23

REFERENSI:1. Harian Kedaulatan Rakyat, edisi Kamis Kliwon, 3 Maret 20112. Biro Pusat Statistik: DIY dalam Angka Tahun 2007, 2008, 2009.3. Yusuf Reynald Geotena Lamabelawa. Analisis sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)

dalam mengatasi masalah gizi buruk Di kabupaten lembata Propinsi nusa tenggara timur. TESIS. Program pasca sarjana Universitas Diponegoro Semarang: 2006.

4.

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 9

Page 10: Analisis Gangguan Ketersediaan Pangan DIY - Ujian SKPG

5.

SKPG | Muhammad Khotibuddin, dr Page 10