ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM...
Transcript of ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM...
ii
ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI
FINANCIAL STATEMENT FRAUD
(Studi pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Muhammad Caesar
NIM: 1111082000044
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Muhammad Caesar
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September 1993
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Nama Ayah : Novel Ma’ruf
5. Nama Ibu : Elvy Winda
6. Anak Ke Dari : 2 dari 3 bersaudara
7. Status : Belum Menikah
8. Agama : Islam
9. Alamat : Gg Masjid No 38 Cipulir Keb. Lama Jakarta Selatan
10. Telepon : 089667695771
11. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN SERUA 1 Tahun 1998-2004
2. SMPN 3 CIPUTAT Tahun 2004-2007
3. SMAN 4 TANGERANG SELATAN Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2017
viii
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua IRMA (Ikatan Remaja Masjid Al-hijriyah) Perumahan Bukit Nusa Indah
Periode 2012-2013.
2. Anggota Divisi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2012-2013.
3. Koordinator Data dan Informasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Periode 2013-2014.
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Sebagai peserta dalam “Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi”, 23 September
2013, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai peserta dalam “Safari Ramadhan OJK Edukasi Produk dan Jasa
Keuangan Gerakan literasi Keuangan”, 10 Juni 2014, Auditorium Harun
Nasution, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sebagai peserta dalam “Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi”’ 8 November
2012, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Sebagai peserta dalam “Industri Hulu Migas Perspektif Pembangunan Ekonomi
Nasional”, 2 Mei 2013, Wisma Syahida Inn, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
ANALYSIS OF FRAUD DIAMOND IN DETECTING FINANCIAL
STATEMENT FRAUD
(Study on Property, Real Estate and Building Construction Company Registered at
Indonesia Stock Exchange Year 2011-2015)
By: Muhammad Caesar
ABSTRACT
The aim of this research was to test the effects of fraud diamond on financial
statement fraud. The samples of this research is property, real estate and building
construction companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011 to 2015
periods.
The number of companies were 25 companies with 5 years observation. Based on
purposive sampling method, sample total is 125. The data analysis methods used
logistic regressions.
The results of these research indicate that percent change in total assets
(ACHANGE), ratio of total accruals (TATA) and audit opinion (AUDREP) effect
financial statement fraud with 0.031, 0.000, and 0.032 significant value. Meanwhile,
return on assets (ROA), ratio of leverage (LEVERAGE), percent change in receivable
on sales (RECEIV) and change of directors (DCHANGE) has no significant impact on
financial statement fraud (Beneish M-Score) with 0.438, 0.719, 0.657 and 0.694
significant value.
Keywords: Financial Statement Fraud, Beneish M-Score , Fraud Triangle, Fraud
Diamond, Financial Stability, Financial Target, External Pressure, Nature
of Industry, Rationalization, Capability.
x
ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI
FINANCIAL STATEMENT FRAUD
(Studi pada Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)
Oleh: Muhammad Caesar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fraud diamond terhadap
financial statement fraud. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan property,
real estate and building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011 sampai 2015.
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 25 perusahaan
dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total
sampel yang diperoleh adalah 125. Metode analisis data penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persentase perubahan total aset
(ACHANGE), rasio total akrual (TATA) dan opini audit (AUDREP) berpengaruh
terhadap financial statement fraud dengan nilai signifikansi 0.031, 0.000, dan 0.032.
Sedangkan return on assets (ROA), rasio leverage (LEVERAGE), persentase
perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) dan pergantian direksi (DCHANGE)
tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud dengan nilai signifikansi 0.438,
0.719, 0.657 dan 0.694.
Kata kunci: Financial Statement Fraud, Beneish M-Score, Fraud Triangle, Fraud
Diamond, Financial Stability, Financial Target, External Pressure,
Nature of Industry, Rationalization, Capability.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat
serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Sang teladan yang selalu
membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih
sayangnya serta bantuan moril maupun materi yang telah diberikan selama ini.
2. Terima kasih juga kepada kedua saudara kandung serta seluruh keluarga yang
memberikan bantuan doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Yessi Fitri, S.E., Ak., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntasi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan S.E., M.M., Ak., CA selaku Sekertaris Program
Studi Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak selaku Pembimbing Akademik penulis
selama menempuh masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
7. Ibu Yulianti S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat, memberikan
semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
menempuh masa studi.
9. Teman-teman dilingkungan kampus dan diluar kampus.
10. Teman-teman Akuntansi Angkatan 2011 dan kelas Akuntansi Manajemen.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak
atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini sampai dengan selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak.
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 25 April 2017
Muhammad Caesar
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Literatur ............................................................................. 12
1. Teori Agensi (Agency Theory).................................................... 12
2. Laporan Keuangan ...................................................................... 14
a. Pengertian Laporan Keuangan .............................................. 14
b. Tujuan Laporan Keuangan ................................................... 16
xiv
3. Fraud .......................................................................................... 18
a. Definisi Fraud ...................................................................... 18
b. Jenis-jenis Fraud .................................................................. 19
c. Financial Statement Fraud ................................................... 20
4. Deteksi Fraud ............................................................................. 21
5. Fraud Triangle Theory ............................................................... 23
a. Pressure (Tekanan) ............................................................... 23
b. Opportuniy (Kesempatan) .................................................... 24
c. Rationalization (Rasionalisasi) ............................................. 25
6. Fraud Diamond Theory (Capability elemen keempat fraud) ..... 26
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu....................................................... 29
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 33
D. Hipotesis ........................................................................................... 35
1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud:
Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) ........................... 35
2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud:
Return On total Assets (ROA) ................................................... 37
3. External Pressure dengan Financial Statement Fraud:
Rasio Leverage ........................................................................... 38
4. Nature of Industry dengan Financial Statement Fraud:
Presentase perubahan Piutang pada Penjualan (RECEIV) .......... 39
5. Rationalization dengan Financial Statement Fraud ................... 40
a. Rasio Total Akrual (TATA) ............................................... 40
b. Opini Audit (AUDREP) ...................................................... 41
6. Capability dengan Financial Statement Fraud: Pergantian
Direksi (DCHANGE) ................................................................. 42
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data............................................................... 45
D. Metode Analisis Data ....................................................................... 46
1. Definisi Regresi Logistik ............................................................ 47
2. Tahapan Regresi Logistik ........................................................... 47
a. Statistik Deskriptif ................................................................ 48
b. Pengujian Hipotesis Penelitian ............................................. 48
1) Menilai kelayakan model regresi .................................. 50
2) Menilai Keseluruhan Model ......................................... 50
3) Koefisien Determinasi .................................................. 51
4) Matriks Klasifikasi........................................................ 52
5) Model regresi yang terbentuk ....................................... 52
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................ 53
1. Variabel Dependen ..................................................................... 54
2. Variabel Independen ................................................................... 56
a. Financial Stability: Persentase perubahan total aset
(ACHANGE) ........................................................................ 56
b. Financial Targets: Return On total Assets (ROA) .............. 57
c. External Pressure: Rasio Leverage ..................................... 58
d. Nature of Industry: Perubahan Piutang pada Penjualan
(RECEIVABLE) .................................................................. 58
e. Rationalization ..................................................................... 59
1) Rasio Total Akrual (TATA) ..................................... 59
2) Opini Audit (AUDREP) ........................................... 60
f. Capability: Pergantian Direksi (DCHANGE) ..................... 60
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 63
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ................................................... 65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 66
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .................................................. 68
a. Menilai Kelayakan Model Regresi .................................... 69
b. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ........... 70
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkeke R Square) ... 73
d. Hasil Matriks Klasifikasi ................................................... 74
e. Hasil Uji Regresi Logistik ................................................. 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 89
B. Saran ................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN .................................................................................................... 95
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 30
3.1 Rasio Keuangan untuk Mengukur Beneish M-Score ..................................... 55
3.2 Operasional Variabel dan Pengukuran ............................................................ 61
4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ....................................................... 64
4.2 Daftar Nama Perusahaan ................................................................................. 65
4.3 Statistik Deskriptif .......................................................................................... 66
4.4 Indentifikasi Data ............................................................................................ 68
4.5 Data yang diproses .......................................................................................... 69
4.6 Kelayakan Model Regresi ............................................................................... 70
4.7 Hasil Menilai Keseluruhan Model ................................................................. 71
4.8 Hasil Uji Keseluruhan Model ......................................................................... 72
4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................................... 73
4.10 Matriks Klasifikasi .......................................................................................... 74
4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik .............................................................. 76
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Fraud Triangle ................................................................................................ 23
2.2 Fraud Diamond ............................................................................................... 26
2.3 Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................... 34
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan ................................................................................. 95
2 Data Perusahaan Tahun 2011 – 2015 .............................................................. 96
3 Output SPSS .................................................................................................. 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan produk utama dari akuntansi yang menjadi
suatu instrumen penting dalam operasional perusahaan. Di mana pada laporan
keuangan terdapat catatan informasi akuntansi perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang dapat mencerminkan kondisi perusahaan secara financial.
Laporan keuangan yang wajar adalah laporan keuangan yang penyajiannya
memenuhi standar akuntansi yaitu wajar, relevan, dan transparan (Mulyadi,
2002).
Dalam penggunaannya laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dan diharapkan dalam penyusunan
laporan keuangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan keuangan tersebut.
Informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan berisikan
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan
laporan keuangan tersebut, baik dari pihak eksternal maupun dari pihak internal
perusahaan. Laporan keuangan juga sebagai media untuk mengetahui
bagaimana keadaan financial perusahaan serta untuk mengetahui bagaimana
2
kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan tersebut. Namun
dalam penyajian laporan keuangan beberapakali sering terjadi tindakan-
tindakan kecurang dalam penyajiannya. Hal ini penting dijadikan perhatian agar
tindakan ini dapat dideteksi sedini mungkin serta dapat diminimalisir
semaksimal mungkin. Sehingga pihak-pihak yang menggunakan laporan
keuangan dapat mempercayakan informasi-informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan tersebut.
Oleh karena itu dalam penyajian laporan keuangan harus di sajikan secara
akurat dan relevan, sehingga informasi-informasi yang ada dalam laporan
keuangan dapat membantu pihak-pihak yang menggunakannya sebagai alat
bantu dalam pengambilan keputusan. Namun pada kenyataannya masih banyak
pihak manajemen yang masih melakukan kecurangan laporan keuangan untuk
mencapai tujuan yang menguntungkan suatu organisasi atau keuntungan
pribadi.
Kasus-kasus yang sering terjadi pada kecurangan laporan keuangan
biasanya dilakukan oleh pihak-pihak petinggi perusahaan atau pihak yang
berpengaruh dalam pembuatan laporan keuangan. Walaupun saat ini sorotan
utama sering terjadi pada manajemen puncak perusahaan, atau terlebih lagi
terhadap pejabat tinggi suatu instansi, namun sebenarnya penyimpangan
perilaku tersebut bisa juga terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi (Norbani,
2012). Pada kecurangan laporan keuangan mungkin pelaku-pelaku yang
melakukan kecurangan akan merasa diuntungkan dengan tindakan yang
3
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, namun akan merugikan untuk pihak-
pihak yang menggunakan laporan keuangan untuk mendapatkan informasi-
informasi yang harusnya akurat dan relevan.
Informasi laba yang tersajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan,
menjadi sorotan utama yang dilihat oleh investor yang ingin melakukan
investasi, karena dari informasi laba tersebut investor dapat melihat kualitas
dari kinerja manajemen perusahaan dan dapat menentukan keputusan atas dana
yang akan diinvestasikannya. Tindakan manajemen sebagai intervensi yang
sengaja dilakukan untuk maksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan ini
untuk memperoleh beberapa keuntungan selanjutnya disebut sebagai
Manajemen Laba (Schiper, 1989).
Association of Certified Fraud Examimers (ACFE) mendefiniskan
manajemen laba sebagai kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam
membuat laporan keuangan mengenai fakta material atau data akuntasi
sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat
pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan
mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya. Menurut Scott (2009)
terdapat beberapa strategi yang digunakan manajemen perusahaan dalam
praktik manajemen laba yaitu taking a bath, income maximization, income
minimization, dan income smoothing. Taking a Bath yaitu melaporkan kerugian
dalam jumlah besar yang diharapkan dapat meningkatkan laba di masa yang
akan datang. Income Minimization dilakukan pada saat perusahaan memiliki
4
tingkat profitabilitas yang tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan
perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost). Income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang lebih besar. Income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara
meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang
terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif
stabil.
Banyak sekali contoh kasus yang terjadi terhadap kecurangan laporan
keuangan, baik dari perusahaan luar negri maupun perusahaan dalam negri.
Salah satu contoh kasus kecurangan pada kasus TOSHIBA yang merupakan
perusahaan industry teknologi diseluruh dunia sejak tahun 1875, itu artinya
selama 140 tahun Toshiba telah mampu mencuri hati masyarakat diseluruh
dunia dengan produk yang berkualitas, brand image yang tangguh dan layanan
pelanggan yang excellent. Namun betapa mengejutkan bahwa dalam laporan
300 halaman yang diterbitkan panel independen tersebut mengatakan bahwa 3
direksi yang telah berperan aktif dalam menggelembungkan laba usaha Toshiba
sebesar ¥ 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun), dan menyebabkan harga
saham Toshiba turun sekitar 20% atas tindakan direksi tersebut. Adapun kasus
yang pernah terjadi di perusahaan perbankan, yaitu kasus di Citybank yang
dilakukan oleh mantan Relationship Manager Malinda Dee yang didakwa
melakukan tindak pidana penggelapan dana senilai Rp 40.000.000.000,-.
5
Akibat perbuatannya Malinda Dee divonis 8 tahun penjara dengan denda Rp
10.000.000.000,-.
Meningkatnya berbagai kasus skandal akuntansi di dunia menyebabkan
berbagai pihak berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan
pada laporan keuangan (Skousen et al., 2009). Cressey (1953) menyatakan jika
kecurangan laporan keuangan disebabkan oleh tiga kondisi, yaitu Tekanan
(Pressure), Kesempatan (Opportunity), dan Rasionalisasi (Rationalization)
yang sering disebut dengan Fraud Triangle. Teori Fraud Triangle ini telah
diadopsi dalam standar auditing dan dianggap sebagai salah satu literatur utama
dalam menjelaskan fenomena kecurangan laporan keuangan yaitu dalam
Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99. Namun dalam
perkembangannya, mulai diperkenalkan kembali teori lanjutan dari fraud
triangle oleh Wolfe dan Hermanson. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat
bahwa disamping ketiga faktor dalam Fraud triangle tersebut terdapat faktor
lain yang juga berperan besar dalam terjadinya Fraud yakni Kemampuan
(Capability). Wolfe and Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai
salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud
menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya
fraud.
Unsur-unsur dari fraud diamond ini tidak dapat begitu saja diteliti sehingga
membutuhkan proksi variabel. Proksi yang digunakan dalam mendeteksi
terjadinya fraud dalam penelitian ini antara lain pressure yang diproksikan
6
dengan financial stability, financial target dan external pressure; opportunity
yang diproksikan dengan nature of industry; rationalization yang diproksikan
dengan opini audit dan total akrual serta capability yang diproksikan dengan
perubahan direksi (Sihombing, 2014). Unsur pertama yaitu tekanan (Pressure),
salah satu kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan keuangan
adalah tekanan (pressure) (Cressey, 1953). Tekanan dapat terjadi saat kinerja
perusahaan berada pada titik di bawah rata-rata kinerja industri (Skousen et al,
2009). Dalam kondisi tersebut dapat digambarkan bahwa perusahaan berada
dalam kondisi tidak stabil dalam mendayagunakan sumber daya yang ada, hal
ini dapat berdampak buruk kepada aliran dana yang masuk dari para investor.
Kaitannya dengan unsur tekanan, peneliti menggunakan proksi persentase
perubahan total aset (ACHANGE) untuk financial stability. Peneliti juga
menggunakan proksi Return On total Asset (ROA) untuk financial target. Serta
peneliti menggunakan proksi rasio leverage (LEVERAGE) untuk kategori
external pressure. Variabel -variabel tersebut dipilih sekaligus untuk melihat
konsistensinya dengan penelitian-penelitian terdahulu yang sebagian besar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
Unsur kedua yaitu, kesempatan (opportunity). Pada laporan keuangan
terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan
berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan akun
persediaan usang. Kesalahan secara sengaja dalam menentukan estimasi untuk
menilai saldo piutang tak tertagih dan menilai saldo persediaan usang menjadi
7
sebuah kesempatan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan (Ratmono et
al., 2014). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan proksi persentase
perubahaan piutang pada penjualan (RECEIV) untuk kategori nature of industry
dalam komponen kesempatan (opportunity).
Unsur ketiga yaitu, rasionalisasi (rationalization). Rasionalisasi
merupakan komponen yang masih sulit untuk diteliti. Rasionalisasi lebih sering
dihubungkan dengan sikap dan karakter seseorang yang membenarkan nilai-
nilai etis yang sebenarnya tidak baik (Rustendi, 2009). Rendahnya integritas
yang dimiliki seseorang menimbulkan pola pikir di mana orang tersebut merasa
dirinya benar saat melakukan kecurangan, sebagai contoh manajemen
membenarkan untuk melakukan praktik manajemen laba (Ratmono et al.,
2014). Skousen et al., (2009) menyimpulkan bahwa kelebihan dari penggunaan
diskresionari akrual menyebabkan opini audit tidak wajar. Tindakan
manajemen laba tersebut tentunya karena manajemen merasionalkan
perbuatannya. Oleh karena itu proksi total akrual (TATA) dan opini audit
(AUDREP) digunakan untuk mengukur rasionalisasi (rationalization).
Unsur keempat yaitu, kemampuan (capability). Perubahan direksi tidak
selamanya berdampak baik bagi perusahaan. Perubahaan direksi bisa menjadi
suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan
melakukan perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru
yang dianggap lebih berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi
lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk
8
menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan
perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu
adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Oleh karena itu peneliti
menggunakan proksi pergantian direksi (DCHANGE) untuk mengukur
kemampuan (capability).
Pada tahun 2011 Crowe Howarth mengupas lebih dalam mengenai faktor-
faktor pemicu kecurangan yaitu Fraud Pentagon Theory, dalam teori ini
menambahkan elemen fraud lainnya yaitu arogansi (arrogance). Namun dalam
penelitian ini peneliti masih menggunakkan Fraud Diamond Theory
dikarenakan masih minimnya referensi atau penelitian terdahulu terkait Fraud
Pentagon Theory.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM
MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (Studi pada
Perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Apakah variabel persentase perubahan total aset (ACHANGE) (kategori
dari financial stability) berpengaruh terhadap financial statement fraud?
9
2. Apakah variabel return on assets (ROA) (kategori dari financial target)
berpengaruh terhadap financial statement fraud?
3. Apakah variabel rasio leverage (LEVERAGE) (kategori dari external
pressure) berpengaruh terhadap financial statement fraud?
4. Apakah variabel peresentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV)
(kategori dari nature of industry) berpengaruh terhadap financial statement
fraud?
5. Apakah variabel total akrual (TATA) (kategori dari rationalization)
berpengaruh terhadap financial statement fraud?
6. Apakah variabel opini audit (AUDREP) (kategori dari rationalization)
berpengaruh terhadap financial statement fraud?
7. Apakah variabel pergantian direksi perusahaan (DCHANGE) (kategori dari
capability) berpengaruh terhadap financial statement fraud?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menganalisis bukti empiris atas
hal-hal berikut ini:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase
perubahan total aset (ACHANGE) terhadap financial statement fraud.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh return on total
assets (ROA) terhadap financial statement fraud.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh rasio leverage
(LEVERAGE) terhadap financial statement fraud.
10
4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh persentase
perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE) terhadap financial
statement fraud.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh total akrual
(TATA) terhadap financial statement fraud.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh opini audit
(AUDREP) financial statement fraud.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pergantian direksi
perusahaan (DCHANGE) terhadap financial statement fraud.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi dan
manajemen keuangan serta sebagai bahan referensi dan bahan
pertimbangan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent terkait
tanggung jawabnya dalam melindungi kepentingan principal. Juga
memberikan informasi atau alat bantu kepada pemegang saham, investor,
kreditor dan pihak lain agar memahami faktor-faktor yang dapat
11
menyebabkan kecurangan laporan keuangan agar tidak salah dalam
mengambil keputusan.
3. Bagi Investor
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris
yang dapat digunakan untuk menambah informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Salah satunya dengan
mengamati faktor-faktor untuk menilai kewajaran laporan keuangan.
4. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
dan pembanding untuk ilmu pengetahuan.
5. Bagi Peneliti Berikutnya
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan
penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
6. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan, sehingga
diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau
lebih individu, yang disebut principal mempekerjakan individu atau
organisasi lain, yang disebut agent untuk melaksanakan sejumlah jasa dan
mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agent
tersebut. Dalam sebuah perusahaan, manajer berperan sebagai agent yang
secara moral bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai
kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka (Ujiyantho &
Pramuka, 2007). Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan
keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan
merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber
daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus
penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Conflict of interest
atau perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang memicu
agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.
Menurut Eisenhardt (1989), teori agensi menggunakan tiga asumsi
sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya
13
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationaliy), dan (3)
manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga hal tersebut
menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu
dipertanyakan realibilitasnya. Informasi yang disampaikan biasanya tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau disebut sebagai
informasi yang tidak simetri (asimetry information). Ketidakjelasan
informasi yang dihasilkan manajemen pada akhirnya akan menyesatkan
para pengguna laporan dalam proses pengambilan keputusan.
Masalah agensi yang disebabkan karena adanya konflik kepentingan
dan asimetri informasi tersebut, maka perusahaan harus menanggung biaya
keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan biaya
keagenan dalam tiga jenis yaitu:
a. Biaya Monitoring (monitoring cost) merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh agen.
b. Biaya Bonding (Bonding Cost) merupakan biaya untuk menjamin
bahwa agen tidak akan bertindak merugikan principal, atau dengan
kata lain untuk meyakinkan agen, bahwa principal akan memberikan
kompensasi jika agen benar-benar melakukan tindakan tersebut.
14
c. Biaya Kerugian Residual (Residual Loss), yaitu nilai uang yang
ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh
principal akibat perbedaan kepentingan.
Untuk meminimalkan agency problem, dapat digunakan kontrak
antara agen dan principal. Adanya sistem informasi yang memadai dapat
pula digunakan untuk meminimalkan agency problem ini. Dengan adanya
kontrak atau perjanjian dan informasi yang memadai ini maka agen akan
bertindak sesuai kepentingan principal.
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
1) Pengertian laporan keuangan menurut Sihombing (2014) adalah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas operasional suatu
perusahaan dengan pihak tertentu yang membutuhkan data atau
aktivitas keuangan perusahaan tersebut.
2) Menurut Ratmono et al (2014), definisi laporan keuangan adalah
salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada
bawahannya serta pihak luar perusahaan untuk menginformasikan
aktivitas perusahaan dalam periode tertentu, pelaporan keuangan
ini ditunjukan kepada para pihak yang terkait sebagai bentuk
pertanggungjawaban perusahaan atas aliran dana investasi dan
15
kredit yang masuk keperusahaan, serta untuk menjaring adanya
investor baru yang tertarik untuk menanam modal.
3) Pengertian laporan keuangan menurut Ana Mardiana (2014)
adalah merupakan sarana untuk menyediakan berbagai informasi
yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan baik oleh
pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan,
informasi yang disajikan harus bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan
pemakaiannya sebagai penyajian laporan keuangan yang wajar. .
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal
dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan
kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan dalam
setiap kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang
diklasifikasikan dalam suatu periode perusahaan dalam kurun
waktu setahun.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama periode yang bersangkutan.
16
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu
proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-
transaksi keuangan buku bersangkutan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)
Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba
adalah adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional
mengenai investasi, kredit, dan lainnya.
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon
investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan
jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau
17
bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham,
dan pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan,
klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan
lain terhadap aktiva dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama satu periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan
pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal,
termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan
kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah
dipercayakan kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi
dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik
perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat
18
diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh.
Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja,
tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis
keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
3. Fraud
a. Definisi Fraud
Menurut Sihombing (2014) Fraud merupakan suatu perbuatan
dan tindakan yang dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk
menyalahgunakan segala sesuatu yang dimiliki secara bersama,
misalnya: sumber daya perusahaan dan negara demi kenikmatan
pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang salah untuk
menutupi penyalahgunaan tersebut.
Sedangkan Statement of Auditing Standards (AICPA, 2002)
mendefinisikan fraud sebagai
“an intentional act that result in a material misstatement in financial
statements that are the subject of an audit”.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa tindakan yang disengaja
untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
merupakan subjek audit.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas,
maka dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat
19
dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK, 2008) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
adalah:
1) harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
2) dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3) fakta bersifat material (material fact);
4) dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly
or recklessly);
5) dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6) pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah
pernyataan tersebut (misrepresentation);
7) yang merugikannya (detriment).
b. Jenis-jenis Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) membagi
kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan
perbuatan, yaitu:
1) Asset Misappropriation
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset
atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud
yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau
dapat diukur/dihitung (defined value).
20
2) Fraudulent Statements
Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan.
3) Corruption
Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang
penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan
tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih
dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi
karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan
(simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal
(illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
c. Financial Statement Fraud
Statement of Auditing Standart (SAS) No. 82 (American Institute
of Certified Public Accountants, 1997) dalam Rezaee (2002)
menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan sebagai salah saji
yang disengaja atau kelalaian dalam laporan keuangan. Kelalaian atau
21
kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan.
Menurut Wells (2011) dalam Sihombing (2014), Financial
Statement Fraud mencakup beberapa modus, antara lain:
1) Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan
(financial record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis.
2) Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau
informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian
laporan keuangan.
3) Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi,
kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur,
mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi
dan transaksi bisnis.
4) Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya
disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan
akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan.
4. Deteksi Fraud
Pendektesian terhadap financial statement fraud tidak selalu mendapat
titik terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya
metode untuk melakukan financial statement fraud Brenan dan McGrath
(2007) dalam (Laila Tiffani, 2015). Kecurangan laporan keuangan yang
tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal besar yang merugikan
22
banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering kali terjadi diawali
dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara
material.
Dalam rangka memberikan solusi terhadap kelemahan dalam prosedur
pendeteksian kecurangan di dunia, American Institute Certified Public
Accountant (AICPA, 2002) menerbitkan Statement of Auditing Standards
No. 99 (SAS No.99) mengenai Consideration of Fraud in a Financial
Statement Audit pada Oktober 2002. Tujuannya untuk meningkatkan
efektivitas auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan menilai pada
faktor risiko kecurangan perusahaan.
Elif Yucel (2013) mengatakan langkah pertama untuk mendeteksi
kecurangan adalah dengan mengetahui dimana pertama kali harus memulai
menerapkan kontrol, setelah itu memahami faktor-faktor yang
menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama dengan
melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana
yang paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang
paling efektif. Pada tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah
pokok penting. Terlebih lagi auditor harus mengevaluasi semua proses
dengan keraguan yang professional saat mendeteksi kecurangan. Perlu
diingat bahwa semua buku dan laporan keuangan mungkin mengandung
23
aplikasi yang menipu dan semua dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan
berarti tidak percaya tapi untuk kepentingan penyelidikan.
5. Fraud Triangle Theory
Fraud Triangle Theory merupakan konsep segitiga kecurangan yang
dikemukakan oleh Cressey (1953). Cressey (1953) dalam skousen (2009),
berpendapat bahwa sampai batas tertentu terdapat tiga kondisi yang selalu
hadir pada saat kecurangan laporan keuangan terjadi. Kondisi ini (pressure,
opportunity, dan rasionalization) menjadikan dasar kerangka faktor resiko
kecurangan.
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Pressure
Opportunity Rationalization
Sumber: Cressey (1953)
a. Pressure (Tekanan)
Menurut Ana Mardiana (2014) kondisi dimana pihak manajemen
sebagai agen yang harus berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk
memberikan hasil yang baik kepada pihak pemegang saham dalam
bentuk laba yang meningkat setiap tahunnya dapat dikategorikan
24
sebagai tekanan yang dialami, walapun perusahaan dalam kondisi
mengalami kesulitan keuangan mereka dituntut untuk berkinerja yang
baik. Kondisi tersebut membuat pihak manajemen berupaya untuk
memanipulasi laporan keuangan yang nantinya akan disampaikan
kepada pihak pemegang saham untuk mempertanggung jawabkan
kinerjanya dalam mengelola perusahaan.
Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum
terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi
tersebut adalah financial stability, external pressure, personal
financial need, dan financial target. Kategori yang digunakan dalam
penelitian ini berkaitan dengan unsur pressure yaitu financial stability,
external pressure, dan financial target.
b. Opportunity (Kesempatan)
Menurut Ratmono et al (2014) kesempatan akan timbul saat
system pengendalian internal perusahaan melemah. Perusahaan
dengan pengendalian internal yang lemah akan memiliki banyak celah
yang menjadikan kesempatan bagi manajemen untuk memanipulasi
transaksi. Kesempata tercipta karena adanya kelemahan pengendalian
internal, ketidak efektifan pengawasan manajemen, atau
penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk menetapkan
prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga
meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.
25
SAS No.99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statement
fraud dapat terjadi pada tiga kategori kondisi. Kondisi tersebut adalah
nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational
structure. Namun kategori yang digunakan dalam penelitian ini
berkaitan dengan unsur opportunity yaitu nature of industry.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Ana Mardiana (2014) menyatakan rasionalization sebagai kondisi
dimana setiap perbuatan curang yang mereka lakukan dianggap
sebagai tindakan yang wajar atau malah benar adanya karena tindakan
curang yang seperti itu sudah jamak dilakukan oleh pihak manajemen
diberbagai perusahaan diseluruh dunia. Skousen (2009) menyatakan
bahwa rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang sulit
diukur.
Albrecht et al (2011) dalam Sihombing (2014) mengemukakan
bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika melakukan fraud antara
lain:
1) Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator’s fraud)
2) Saya hanya meminjam dan akan membayarnya kembali
3) Tidak ada pihak yang dirugikan
4) Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak
5) Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan
ini selesai
26
6) Saya rela mengorbankan reputasi dan intgritas saya asal hal itu
dapat meningkatkan standar hidup saya.
6. Fraud Diamond Theory (Capability elemen keempat fraud)
Fraud diamond theory pertama kali dikemukakan oleh Wolfe dan
Hermanson pada bulan Desember 2004. Hal ini dipandang sebagai
pernyempurnaan yang diperluas dari fraud triangle theory. Wolfe dan
Hermanson (2004) mengatakan banyak kecurangan tidak akan terjadi tanpa
adanya orang yang tepat yang memiliki kemampuan untuk melakukan
kecurangan. Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat
memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan
agar kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Dapat dikatakan bahwa
variabel kemampuan (capability) dapat dijadikan sebagai faktor untuk
mengukur seberapa besar daya dari seseorang itu melakukan fraud.
Gambar 2.2
Fraud Diamond
Opportunity
Pressure Rationalization
Capability
Sumber: Wolfe and Hermanson (2004)
27
Wolfe dan Hermanson berpendapat bahwa ada pembaharuan
fraud triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan
mencegah fraud yaitu dengan cara menambahkan elemen keempat
yakni capability (kemampuan).
“Many frauds, especially some of the multibillion-dolar ones, would
not have occurred without the right person with the right capabilities
inplace. Opportunity opens the doorway to fraud, and incentive and
rationalizationcan draw the person towars it. But the person must have
the capability to recognize the open doorway as an opportunity and to
take advantage of it by walking through, not just once, but time and
time again. Accordingly, the critical question is; Who could turn an
opportunity for fraud into reality”
artinya adalah banyak fraud yang umumnya bernominal besar tidak
mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu dengan capability
(kemampuan) khusus yang ada dalam perusahaan. Opportunity
membuka peluang atau pintu masuk bagi fraud dan pressure dan
rationalization yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud.
Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait
elemen capability yang sangat penting dalam pribadi perilaku
kecurangan, yaitu:
1) Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan
kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan
untuk penipuan. Seseorang dalam posisi otoritas memiliki
pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.
28
2) Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan
mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal dan untuk
menggunakan posisi, fungsi, atau akses berwenang untuk
keuntungan terbesar.
3) Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar
dia tidak akan terditeksi. Tipe kepribadian umum termasuk
seseorang yang didorong untuk berhasil di semua biaya, egois,
percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri (narsisme). Menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, gangguan
kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan
kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini
percaya bahwa mereka lebih unggul dan cenderung ingin
memperlihatkan prestasi dan kemampuan mereka.
4) Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan
atau menyembunyikan penipuan. Seseorang individu dengan
kepribadian yang persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang
lain untuk pergi bersama dengan penipuan atau melihat kearah
lain.
29
5) Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan
konsisten. Untuk menghindari deteksi, individu harus mampu
berbohong meyakinkan, dan harus melacak cerita secara
keseluruhan.
6) Stress
Individu yang harus mampu mengendalikan stres karena
melakukan tindakan kecurangan dan menjaganya agar tetap
tersembunyi sangat bisa menimbulkan stress.
Dari penjelasan teori diatas dapat diketahui bahwa kecurangan
umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan, dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada
dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan
tersebut serta adanya individu yang memiliki kemampuan untuk
melakukan kecurangan.
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil penelitian serta persamaan dan perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel
2.1 dihalaman berikut.
30
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
Penelitian/Judul
Penelitian//Tahun
Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Laila
Tiffani/Deteksi
Financial
Statement Fraud
dengan Analisis
FraudTriangle/
2015
Menggunakan
variable
ACHANGE,
Leverage, ROA
dan
RECEIVABLE
Variabel
financial
statement fraud
diproksikan
dengan Beneish
M-Score Model
Studi pada
perusahaan
manufaktur di
BEI
Tidak
menggunakan
variabel IND,
OSHIP, dan
AUDCHANGE
ACHANGE, LEV,
dan IND
berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
OSHIP,RECEIVE,
AUDCHANGE dan
ROA tidak
berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
Widarti/Pengaruh
FraudTriangle
terhadap Deteksi
Kecurangan
Laporan
Keuangan/2015
Menggunakan
variable
independen
Return on Asset
(ROA),
AUDREP dan
ACHANGE
Studi pada
perusahaan
manufaktur di
BEI
Widarti
menggunakan
variabel
FREEC, OSHIP,
BDOUT,
INVENTORY
dan CEO.
Return on Asset,
ACHANGEdan
FREEC
berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan
INVENTORY,
OSHIP, BDOUT,
CEO dan AUDREP
tidak berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan
Berlanjut kehalaman selanjutnya
31
Penelitian/Judul
Penelitian//Tahun
Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Susmita dan
Nanik/Analisis
Determinan
Financial Statement
melalui Pendekatan
Fraud
Triangle/2015
Menggunakan
variable
Leverage,
Total Accrual
Variable
financial
statement
fraud
diproksikan
dengan
Beneish M-
Score Model
Studi pada
perusahaan
manufaktur di
BEI
Tidak
menggunakan
inventory dan
kualitas audit
Susmita tidak
menggunakan
variable
ACHANGE,
RECEIVABLE,
AUDREP, ROA
dan DCHANGE
Leverage,
Inventory, Total
Accrual, dan
Kualitas Audit
tidak berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
Sihombing/Analisis
Fraud Diamond
dalam Mendeteksi
Financial Statement
Fraud/2014
Menggunakan
variable
ACHANGE,
ROA,
LEVERAGE,
RECEIVABLE,
TATA,
DCHANGE
Studi pada
perusahaan
manufaktur di
BEI
Penelitian
Sihombing
menggunakan
variable
AUDCHANGE
ACHANGE,
LEVERAGE,
RECEIVABLE, dan
TATA berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
ROA,
AUDCHANGE, dan
DCHANGE tidak
berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
Berlanjut kehalaman selanjutnya
32
Penelitian/Judul
Penelitian/Tahun
Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Merissa Yesiariani/
Analisis Fraud
Diamond dalam
Mendeteksi
Financial
Statement
Fraud/2016
Menggunakan
variable
ACHANGE,
ROA,
LEVERAGE,
RECEIVABLE,
TATA,
DCHANGE
Studi pada
perusahaan LQ-
45 di BEI
Peneltian
Merissa
Menggunakan
variabel OSHIP,
BDOUT dan
∆CPA
ACHANGE,
LEVERAGE,ROA dan
TATA berpengaruh
terhadap Financial
Statement Fraud
OSHIP, RECEIVABLE,
BDOUT, CPA dan
DCHANGE
Skousen et
al/Detecting and
Predicting
Financial
Statement Fraud:
The Effectiveness
of The Fraud
Triangle and SAS
No. 99/2009
Menggunakan
variable
ACHANGE,
ROA,
LEVERAGE,
dan
RECEIVABLE
Penelitian ini
hanya
mengidentifikasi
lima proksi
tekanan dan dua
proksi peluang
yang secara
signifikan
berhubungan
dengan
kecurangan.
Skousen et al
tidak
mengidentifikasi
unsur
rasionalisasi dan
kemampuan
Pertumbuhan asset yang
cepat, penigkatan
kebutuhan uang tunai,
dan pembiayaan eksternal
yang secara positif
berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya
fraud
Kepemilikan saham
eksternal dan internal
serta control dewan
direksi juga terkait
dengan peningkatan
financial statement fraud
Ekspansi jumlah anggota
independen di komite
audit berhubungan
negatif dengan terjadinya
kecurangan.
Berlanjut ke halaman selanjutnya
33
Penelitian/Judul
Penelitian//Tahun
Variabel dan metode penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Ratmono et al
/Dapatkah Teori
Fraud Triangle
Menjelaskan
Kecurangan dalam
Laporan
Keuangan?/2009
Menggunakan
Regresi
Logistik,
Menggunakan
variabel ROA
Kecurngan
laporan
keuangan
diproksikan
dengan
discretionary
accruals,
Menggunakan
variabel OSHIP,
FREEC,
BDOUT,
Sales to total assets
(SALTA) dan
keahlian keuangan
komite audit
(ACEXP) terbukti
berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan
Net profit margin
(NPM), kas operasi
negative (NCFO)
dan return on assets
(ROA) tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
kecurangan laporan
keuangan
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel proksi
independen. Selanjutnya, variabel dependen penelitian yaitu financial
statement fraud Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
dalam gambar 2.3 sebagai berikut.
34
Pressure
Financial Stability: ACHANGE
Financial Target: ROA
External Pressure: LEVERAGE
Gambar 2.3
Skema kerangka pemikiran
Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud
Basis Teori: Teori Agensi, Fraud Diamond Theory
Opportunity
Nature of Industry: RECEIVABLE
Rationalization
Opini Audit (AUDREP)
Rasio Total Akrual (TATA)
Capability
Pergantian Direksi (DCHANGE)
Financial Statement
Fraud (Benish M-
Score)
35
Lanjutan…
D. Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antar variable independen dan variable
dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud: Presentase
perubahan total aset (ACHANGE)
Menurut SAS No. 99 (AICPA, 2002), manajer menghadapi tekanan
untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan
(financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi, industry, dan situasi
entitas yang beroperasi. Financial stability merupakan keadaan yang
menggambarkan kondisi ketidakstabilan keuangan perusahaan (Skousen et
al., 2009).
Manajemen seringkali mendapatkan tekanan untuk menunjukan
bahwa perusahaan telah mampu mengelola aset dengan baik sehingga laba
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
36
yang dihasilkannya juga banyak dan nantinya akan menghasilkan return
yang tinggi pula untuk investor (Laila Tiffani., 2015). Oleh sebab itu,
manjemen akan melakukan segala cara ketika stabilitas keuangan
(financial stability) perusahaan dalam kondisi terancam, salah satunya
dengan memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat untuk melakukan
kecurangan (fraud).
Sihombing (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi total aset yang
dimiliki perusahaan menunjukan kekayaan yang dimiliki semakin besar.
Hal ini dapat dijadikan acuan para investor untuk mengalokasikan dana
yang ingin diinvestasikannya. Untuk itu manajemen dapat menyajikan
gambaran laporan keuangan perusahaan sebaik mungkin agar
mendapatkan daya tarik dari para investor.
Penelitian yang dilakukan oleh Laila Tiffani (2015) menunjukkan
bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif
terhadap financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Presentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
37
2. Financial Target dengan Financial Statement Fraud: Return on Asset
(ROA)
Menurut Widarti (2015) financial target adalah risiko adanya tekanan
berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok
oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif
dari penjualan maupun keuntungan. Skousen et al, (2009) mengatakan
bahwa Return on Assets (ROA) sering digunakan dalam menilai kinerja
manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain.
Merissa Yesiariani (2016) berpendapat bahwa perusahaan yang
memilki laba yang besar (diukur dengan ROA) lebih memungkinkan
melakukan manajemen laba dari pada perusahaan yang memiliki laba yang
kecil. Dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
selanjutnya akan menjadi daya tarik bagi investor karena perusahaan
memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi.
Hal ini pun sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Suyudi (2009)
dalam Amertha (2013) bahwa apabila kinerja perusahaan buruk pihak
manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara
menaikan laba akuntansinya, begitu pula sebaliknya bila perusahaan
berkinerja baik pihak manajemen akan melakukan tindakan manajemen
laba dengan cara menurunkan laba akuntansinya.
38
Hasil penelitian Widarti (2015) menunjukan bahwa return on assets
(ROA) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2: Return on Assets berpengaruh terhadap financial statement fraud.
3. External Pressure dengan Financial Statement Fraud: Rasio Leverage
(LEVERAGE)
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga
(Laila Tiffani, 2015). Hal ini didukung dengan pendapat skousen et al.
(2009) yang menyatakan bahwa salah satu tekanan yang seringkali dialami
manajemen perusahaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan
utang atau sumber pembiayaan ekternal agar tetap kompetitif, termasuk
pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal.
Tekanan berlebihan dari pihak eksternal sebagai wujud adanya
tambahan utang atau sumber pembiayaan ekternal agar tetap kompetitif,
dapat memicu kecurangan laporan keuangan (Merissa Yesiariani, 2016).
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang menggunakan tambahan
sumber pembiayaan eksternal harus mendapatkan pendapatan dari
penggunaan dana tersebut, jika tidak maka perusahaan tetap harus
menggantikan tambahan utang dari pihak eksternal tanpa mendapatkan
keuntungan atas tambahan utang tersebut. Oleh sebab itu, perusahaan yang
39
memiliki rasio leverage yang tinggi akan memicu manajer untuk
melakukan tindakan kecurangan.
Hasil penelitian Merissa Yesiariani (2016) menunjukan bahwa rasio
leverage berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3: Rasio Leverage (LEVERAGE) berpengaruh terhadap financial
statement fraud.
4. Nature of Industri dengan Financial Statement Fraud: Presentase
perubahan total pitang pada penjualan (RECEIVABLE)
Nature of industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam
industry. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang
besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi,
misalnya akun piutang tak tertagih dan persediaan using (Laila Tiffani,
2105). Oleh karena itu, biasanya manajer parusahaan akan memnipulasi
piutang dan persediaan ketika ingin melakukan kecurangan pada laporan
keuangan.
Hasil penelitian Sihombing (2014) menunjukan bahwa presentase
perubahan total piutang pada penjualan berpengaruh positif terhadap
financial statement fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H4: Presentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE)
berpengaruh terhadap financial statement fraud.
40
5. Rationalization dengan Financial Statement Fraud
Rasionalisasi merupakan sikap pembenaran yang dilakukan karyawan,
manager ataupun dewan komisaris Susmita Ardiyani & Nanik Sri
Utaminingsih (2015). Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang
menimbulkan pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat
melakukan kecurangan. Sebagai contoh manajemen membenarkan untuk
melakukan praktik manajemen laba (Ratmono et al., 2014).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang termasuk
rationalization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan yaitu:
a) Total Akrual (TATA)
Secara umum, akrual merupakan produk akuntansi, yang dapat
dianggap memiliki jumlah yang relatif “tetap” dari tahun ke tahun
(Susmita Ardiyani & Nanik Sri Utaminingsih, 2015). Perubahan
akrual yang terjadi merupakan hasil penggunaan kebijakan mnajemen
yang berlebihan dan bila pada saat yang sama manajemen juga
memiliki insentif/motif untuk memanipulasi laba maka perubahan
yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba yang dilakukan
manajemen Rahayu (2009) dalam Susmita & Nanik Sri Utaminingsih
(2015).
Berdasarkan penelitian Sihombing (20014) variabel rasio total
akrual berpengaruh terhadap financial statement fraud. Berdasarkan
uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
41
H5: Total akrual (TATA) berpengaruh terhadap financial statement
fraud.
b) Opini Audit (AUDREP)
Ana Mardiana (2014) berpendapatan bahwa auditor memiliki
peran yang sangat besar dalam kecurangan perusahaan baik dengan
menghalangi terjadinya kecurangan atau dengan mengkoreksi adanya
kesalahan yang disengaja tersebut. Peran dari auditor independen
adalah untuk menyediakan verifikasi oleh pihak luar atas keakuratan
angka akuntansi. Salah satu aset terbesar dari seorang auditor adalah
reputasi mereka.
Auditor dapat memberikan beberapa opini atas perusahaan yang
diauditnya sesuai dengan kondisi yang terjadi pada perusahaan
tersebut. Salah satu opini auditor yang diberikan adalah wajar tanpa
pengecualian dengan kalimat penjelas. Opini audit tersebut merupakan
bentuk tolerir dari auditor atas manajemen laba Fimanaya dan
Syafruddin (2014).
Hasil penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2008) menunjukkan
bahwa opini auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified)
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian
tidak konsisten dengan hasil penelitian Skousem et al. (2009).
42
Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
H6: Opini Audit (AUDREP) berpengaruh terhadap financial statement
fraud.
6. Capability dengan Financial Statement Fraud: Pergantian Direksi
(DCHANGE)
Capability adalah elemen baru tentang fenomena fraud yang
dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada tahun 2004. Wolfe dan
Hermanson (2004) berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle
untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu
dengan cara menambahkan elemen keempat yakni capability
(kemampuan). Menurut Sihombing (2014) berpendapat bahwa capability
artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang untuk melakukan
fraud dilingkungan perusahaan. Perubahan direksi pada umumnya sarat
dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu
munculnya conflict of interest. Dengan alasan tersebut peneliti
menggunakan pergantian direksi untuk di proksikan dengan capability.
Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai
salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud
menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya
fraud. Perubahan direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.
43
Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk
memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan
susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih
berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian
direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi
yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta
perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga
kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H7: Pergantian direksi (DCHANGE) berpengaruh terhadap financial
statement fraud.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen
persentase perubahan Total Aset (ACHANGE), Return on total Asset (ROA),
Rasio Leverage (LEVERAGE), persentase perubahan piutang pada penjualan
(RECEIVABLE), Rasio Total Akrual (TATA), Opini Audit (AUDREP) dan
pergantian direksi (DCHANGE) terhadap variabel dependen yaitu financial
statement fraud. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property,
Real Estat and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2011-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan property, real estate and
building construction yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2011-2015. Metode penelitian sampel yang digunakan adalah
Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, umunya
45
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang,
2002).
Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan dalam industri
Property, Real Estate, and Building Construction yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2015, dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building Construction
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015.
2. Perusahaan pada industri Property, Real Estate, and Building Construction
yang menerbitkan laporan keuangan auditan selama lima tahun berturut-
turut, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
3. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
4. Perusahaan tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian tahun 2011-2015.
5. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan
variabel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
46
1. Penelitian Pustaka (Library research)
Perolehan data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui
buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan
dengan judul penelitian
2. Penelitian lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Seluruh data bersumber dari laporan keuangan auditan tahunan
perusahaan-perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction
tahun 2011 sampai dengan 2015 yang telah dipublikasikan lengkap di
Bursa Efek Indonesai (BEI).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam
penelitian ini, analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-
data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam
analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat
analisis model regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dummy
{melakukan kecurangan (fruad) dan tidak melakukan kecurangan (non fraud)}.
Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas
47
merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-
metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik karena tidak
perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya.
1. Definisi Regresi Logistik
Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya
terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner), walaupun formulanya
dapat saja lebih dari dua kelompok.
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari
persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang
berbentuk skala. Regresi logistik binary digunakan untuk menemukan
persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe kategorial dua
pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti tidak setuju,
setuju, dan sangat setuju.
Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji
normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya
(Ghozali,2011:333). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedacity,
artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-
masing variabel independennya.
2. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
(logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis
48
penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah
(Ghozali, 2011: 346):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu
data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard
deviation), dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari
sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari
sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum
dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji
regresi logistik ini digunakan untuk menguji pengaruh dari
ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIVABLE, TATA, AUDREP dan
DCHANGE yang berpengaruh dengan financial statement fraud suatu
entitas perusahaan Property, Real Estate and Building Construction.
Analisis regresi logistik tidak menunjukkan arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dengan mengukur
49
kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2011: 82).
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic
regression:
1. Jika hasil signifikansinya (p) < 0,05 maka H1 diterima.
2. Jika hasil signifikansinya (p) > 0,05 maka H1 ditolak.
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:
Keterangan:
Y = Financial Statement Fraud
α = konstanta
β 1-7 = koefisien regresi
X1 = persentase perubahan total aset (ACHANGE)
X2 = return on total assets (ROA)
X3 = rasio leverage (LEVERAGE)
X4 = persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV)
X5 = total akrual (TATA)
X6 = opini audit (AUDREP)
X7 = pergantian direksi perusahaan (DCHANGE)
e = Kesalahan regresi
Y= α + β1X1 + β2X2 + β 3X3 + β 4X4 + β5X5 + β 6X6 + β7X7 + e
50
1) Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test. Model ini untuk
menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit). Apabila terdapat perbedaan yang signifikan
antara model dengan nilai observasinya sehingga Godness fit
model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai
observasinya.
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit
Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol
ditolak. Sedangakan apabila nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih dari 0,05 maka hipotesis
nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dikatakan bahwa model dapat diterima
karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2011: 341).
2) Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang dihipotesiskan
telah fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit
adalah
H0 = model yang dihipotesiskan fit dengan data.
H1 = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
51
Dari hipotesis ini agar model fit dengan data maka H0 harus
diterima. Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji
hipotesis nol dan alternatif L ditransformasikan menjadi -2LogL.
Output SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk
model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model
dengan konstanta serta tambahan bebas.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai
2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011: 340). Log
Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of
Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan model
Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.
3) Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
52
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011: 341).
4) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari
model regresi untuk memprediksi kemungkinan suatu perusahaan
melakukan financial statement fraud. Tabel klasifikasi
menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect)
(Ghozali, 2011: 270).
5) Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat
pengaruh ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIVABLE, TATA,
AUDREP dan DCHANGE terhadap financial statement fraud
pada perusahaan property, real estate and building construction.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
FSF = α0 + β1 ACHANGE + β2 ROA + β3 LEV+ β4 RECEIV+ β5
TATA + β6 AUDREP + β7 DCHANGE + ε
Dimana:
FSF = Financial Statement Fraud
α0 = Konstanta
β1,2,3,... = Koefisien variabel
53
ACHANGE = Persentase perubahan total aset
ROA = Return on Assets
LEV = Rasio Leverage
RECEIV = Persentase perubahan piutang pada penjualan
TATA = Rasio Total akrual
AUDREP = Opini Audit
DCHANGE = Perubahan Direksi
ε = Kesalahan Residual
E. Operasional Variabel
Menurut Indriantoro (2002) variabel adalah construct yang diukur dengan
berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai
fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang
kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran
yang lebih kongkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya.
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga
menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara
tertentu yang digunakan dalam suatu penelitian dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan penelitian lain
untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro dan
Bambang, 2002:69). Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-
54
masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara
pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement fraud
(Y).
Financial statement fraud sering kali diawali dengan salah saji dari
laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya
tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan
keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002).
Mengacu pada penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dummy
yang dikategorikan menjadi dua, yaitu jika perusahaan laporan
keuangannya terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai
“1”, sedangkan perusahaan yang laporan keuangannya yang tidak
terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai “0”. Untuk
mengetahui perusahaan-perusahaan yang melakukan kecurangan dan tidak
melakukan kecurangan menggunakan formula Beneish M-Score (Susmita
dan Nanik 2015).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial statement
fraud (FRAUD) yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-
Score. Beneish M-Score diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio
55
keuangan untuk mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki indikasi
untuk memanipulasi pendapatan dalam laporan keuangan (Beneish, 1997).
Delapan rasio keuangan dan pengukurannya disajikan pada table 3.1.
Tabel 3.1
Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score
No Rasio Keuangan Rumus
1 Days Sales in Receivable
Index (DSRI)
(Net Receivables t / Sales t−1)
(Net Receivables t−1 / Sales t−1)
2 Gross Margin Index
(GMI)
[(Sales t−1 − COGS t−1 / Sales t−1)]
[(Sales t − COGS t) / Sales t]
3 Asset Quality Index
(AQI)
(TA t − (CAt + PPEt)/TAt)
[(TA t−1 − (CAt−1 + PPEt−1)/TA t−1)]
4 Sales Growth Index
(SGI)
Sales tSales t−1
5 Depreciation Index
(DEPI)
[Depreciation t−1/(PPEt−1 + Depreciationt−1)]
[Depreciation t/(PPEt + Depreciationt)]
6 Sales General and
Administrative Expenses
Index (SGAI)
SG&A Expenset/Salest
SG&A Expenset−1/Salest−1
7 Leverage Index (LVGI) [(𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 t + Long Term Debtt)/Total Assetst]
[(𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 t−1 + Long Term Debtt−1)/Total Assetst−1]
8 Total Accruals to Total
Assets (TATA)
(Net Income From Continuing Operationst − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛t)
Total Assetst
Sumber: Beneish (1997)
Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian
diformulasikan kedalam rumus Beneish M Score Model:
56
M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI +
0.115 DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA
Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai
perusahaan yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari
2.22, dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non
fraud). Selanjutnya perusahaan yang melakukan fraud diberi skor 1 dan
yang tidak melakukan fraud (non fraud) diberi skor 0 (Laila Tiffani, 2015).
2. Variabel Independen
a. Financial Stability: Presentase perubahan total aset (ACHANGE)
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian
mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari
bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980) dalam Ghozali dan Chariri
(2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin
terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh
suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa
lalu. Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset tidak lancer.
Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan
rumus:
57
ACHANGE = (𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 – 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−𝟏)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
b. Financial Target: Return on Assets (ROA)
Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok
besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan
untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan
financial targets. Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba
yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA.
Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA) adalah ukuran kinerja
operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa
efisien aktiva telah bekerja (Skousen et al., 2009). ROA sering
digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan
bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA dijadikan
sebagai proksi untuk variabel financial targets dalam penelitian ini.
Pengertian Return on total Asset (ROA) menurut Hanafi dan Halim
(2003) adalah:
“Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut”.
Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan.
ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut:
58
ROA = 𝑵𝒆𝒕 𝑰𝒏𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒃𝒆𝒇𝒐𝒓𝒆 𝒆𝒙𝒕𝒓𝒂𝒐𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒓𝒚 𝒊𝒕𝒆𝒎 𝒕−𝟏
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 𝒕
c. External Pressure: Rasio Leverage (LEVERAGE)
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak
ketiga. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan
tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap
kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan
atau modal (Skousen et al., 2009). Kebutuhan pembiayaan eksternal
terkait dengan kas yang dihasilkan dari pembiayaan melalui hutang
(Skousen et al, 2009). Oleh karena itu external Pressure pada
penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage (LEV). Rasio
Leverage dihitung dengan
rumus: LEV = 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
d. Nature of Industry: Perubahan piutang pada penjualan
(RECEIVABLE)
Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang
memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak
tertagihnya piutang. Mereka menyarankan bahwa karena adanya
penilaian subjektif dalam menentukan nilai dari akun tersebut,
manajemen dapat menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk
memanipulasi laporan keuangan. Argumen ini didukung oleh
59
Loebbecke et al. (1998), yang menemukan bahwa akun piutang terlibat
dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka. Summers dan
Sweeney (1998), menggunakan proksi nature of industry yang
berkaitan dengan piutang adalah rasio perubahan dalam piutang usaha.
Dalam Skousen (2009) Persentase Perubahan Piutang Pada Penjualan
(RECEIV) dapat diukur dengan rumus:
RECEIV = (𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕 − 𝑹𝒆𝒄𝒆𝒊𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕−𝟏/𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔𝒕−𝟏)
e. Rationalization
1) Rasio Total Akrual
Rasionalisasi sarat dengan penilaian-penilaian subjektif
perusahaan. Penilaian dan pengambilan keputusan perusahaan yang
subjektif tersebut akan tercermin dari nilai akrual perusahaan
(Skousen et al., 2009). Total akrual akan berpengaruh terhadap
financial statement fraud karena akrual tersebut sangat dipengaruhi
oleh pengambilan keputusan manajemen dalam rasionalisasi
laporan keuangan (Beneish,1997). Oleh karena itu, rationalization
akan diproksikan dengan rasio total akrual (TATA). Rasio total
akrual dapat dihitung dengan rumus perhitungan akrual oleh
Beneish (1997) yaitu:
TATA: (Net Income – Cash Flow Operational)/Total Assets
60
2) Opini Audit
Opini audit wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor
kepada perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya secara
wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum
di Indonesia. Opini audit wajar tanpa pengecualian
mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesalahan yang material
dalam laporan keuangan yang disusun perusahaan (Mulyadi,
2010).
Hasil penelitian Effendi (2008) menunjukkan bahwa opini
auditor wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Soselisa dan
Mukhlasin (2008), tetapi tidak konsisten dengan hasil penelitian
Skousen et al. (2009). AUDREP ini diukur dengan menggunakan
variable dummy di mana kategori 1 untuk perusahaan yang
mendapat opini audit Unqualified Opinion dan kategori 0 untuk
perusahaan yang mendapat opini audit Unqualified Opinion with
explanatory language.
f. Capability: Pergantian Direksi (DCHANGE)
Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan
mempengaruhi kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe dan
Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi akan
61
dapat menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin
terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Oleh karena itu penelitian
ini memproksikan capability dengan pergantian direksi perusahaan
(DCHANGE) yang diukur dengan variable dummy dimana apabila
terdapat perubahan direksi perusahaan selama periode 2011-2015
maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan
direksi perusahaan selama periode 2011-2015 maka diberi kode 0
(Sihombing, 2014).
Variabel dan skala pengukuran terdapat dalam penelitian disajikan
secara ringkas dalam Tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel 3.2
Operasional variabel dan pengukuran
Variabel
Pengukuran
Skala
Pengukuran
Financial
Statement Fraud
(Laila
Tafani,2015)
Variable dummy menggunakan
Beneish M-Score, apabila M-
Score lebih besar dari -2,22
dikategorikan melakukan fraud
dan diberikan skor 1, sedangkan
jika M-Score lebih kecil dari -
2,22 dikategorikan sebagai
perusahaan yang tidak
melakukan fraud dan di berikan
skor 0.
Nominal
Presentase
perubahan total
aset
(Laila Tiffani,
2015); Ratmono
et al, 2014)
(Total Aset t – Total Aset t−1)
Total Aset t
Rasio
Berlanjut kehalaman berikutnya
62
Variabel
Pengukuran
Skala
Pengukuran
Return on Total
Assets
(Skousen et al.
2009);Sihombing,
2014)
Net Income before
extraordinary item t-1 / Total
Assets t
Rasio
Rasio Leverage
(Susmita nanik,
2015); Merissa
Yesiariani, 2016)
Total Liabilitas
Total Aset
Rasio
Presentase
Perubahan
Piutang pada
Penjualan
(Laila Tiffani,
2015);
Sihombing, 2014)
(Piutangt
Penjualant−
Piutangt−1
Penjualant−1)
Rasio
Opini Audit
(Skousen et al.
2009); Ratmono
et al. 2014).
Variable dummy di mana
angka 1 untuk perusahaan yang
mendapat opini audit
Unqualified Opinion dan angka
0 lainnya.
Nominal
Rasio Total
Akrual
(Beneish 1997)
(𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒𝑡 − 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑡)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑡
Rasio
Pergantian
Direksi
(Sihombing
2014); (Merissa
Yesiariani, 2016);
Variable dummy apabila
terdapat perubahan direksi
perusahaan selama periode
2011-2015 maka diberi kode 1,
sebaliknya apabila tidak
terdapat perubahan direksi
perusahaan selama periode
2011-2015 maka diberi kode 0.
Nominal
Sumber: Dari berbagai referensi pendukung penelitian
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian
ini. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Property, Real Estate
and Building Construction go public yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) mulai tahun 2011-2015. Perusahaan Property, Real Estate
and Building Construction tersebut telah terdaftar di BEI dan selama
periode penelitian tersebut tidak keluar dari BEI atau mengalami delisting
serta telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab
sebelumnya.
Berdasarkan populasi perusahaan Property, Real Estate and Building
Construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20011-2015
tersebut penelitian ini menggunakan beberapa sampel perusahaan
Property, Real Estate and Building Construction yang ditentukan
berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun data yang digunakan adalah
data sekunder yang berasal dari laporan keuangan tahun 2011, 2012,
2013,2014, dan 2015 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat
64
website www.idx.co.id. Dari pertimbangan tersebut didapatkan sampel
sebanyak 25 perusahaan dengan total 125 data observasi.
Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1
Tahapan seleksi sampel dengan kriteria
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan
Property, Real Estate and Building Construction yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2015 sebanyak 37 perusahaan,
dan terdapat 25 perusahaan yang sesuai dengan kriteria. Berikut merupakan
daftar perusahaan Property, Real Estate and Building Construction yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan di industri Property, Real Estate and
Building Construction yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-
2015
37
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap terkait dengan
variabel penelitian
(10)
Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan audit selama
tahun 2011-2015
(2)
Jumlah perusahaan Property, Real Estate and Building
Construction yang dijadikan sample
25
Tahun pengamatan 5
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 125
65
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
1 Adhi Karya Tbk. ADHI
2 Agung Podomoro Land Tbk. APLN
3 Alam Sutera Realty Tbk. ASRI
4 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. BIPP
5 Sentul City Tbk. BKSL
6 Cowell Development Tbk. COWL
7 Ciputra Development Tbk. CTRA
8 Ciputra Property Tbk. CTRP
9 Ciputra Surya Tbk. CTRS
10 Duta Anggada Realty Tbk. DART
11 Bakrieland Development Tbk. ELTY
12 Perdana Gapuraprima Tbk. GPRA
13 Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. JPRT
14 Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA
15 Lippo Cikarang Tbk. LPCK
16 Lippo Karawaci Tbk. LPKR
17 Metropolitan Kentjana Tbk. MKPI
18 PP (Persero) Tbk. PTPP
19 Pakuwon Jati Tbk. PWON
20 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. RBMS
21 Roda Vivatex Tbk. RDTX
22 Summarecon Agung Tbk. SMRA
23 Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA
24 Total Bangun Persada Tbk. TOTL
25 Waskita Karya (Persero) Tbk. WIKA
Sumber: Date sekunder diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen (ACHANGE, ROA,
66
LEVERAGE, RECEIVABLE, TATA, AUDREP dan DCHANGE) terhadap
variabel dependen yaitu financial statement fraud.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 125 data
observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5 tahun;
dari tahun 2011 sampai 2015) dengan jumlah perusahaan sampel (25
perusahaan).
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing varibel
penelitian. Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap presentase perubahan total aset (ACHANGE)
menunjukkan nilai minimum sebesar -0,2386, nilai maksimum sebesar
0,8974 dengan nilai rata-rata sebesar 0,179213 artinya tingkat perubahan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ACHANGE 125 -.2386 .8974 .179213 .1529208
ROA 125 -.1132 .1779 .048314 .0451604
LEVERAGE 125 .0545 .7976 .319014 .1847630
RECEIV 125 -.5665 1.9488 .015425 .2128034
TATA 125 -.2564 .4420 .009034 .0867049
Valid N
(listwise)
125
67
total aset yang terjadi di perusahaan sebesar 17,92% dan nilai standar
deviasi sebesar 0,1529208.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif return on assets
(ROA) menunjukkan nilai minimum sebesar -0,1132, nilai maksimum
sebesar 0,1779 dengan nilai rata-rata sebesar 0,048314 artinya kemampuan
perusahaan menghasilkan laba sebesar 4,83% dan nilai standar deviasi
sebesar 0,0451604.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
leverage (LEVERAGE) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0545 nilai
maksimum sebesar 0,7976 dengan nilai rata-rata sebesar 0,319014 artinya
tingkat hutang perusahaan pada seluruh perusahaan sebesar 31,90% dan
nilai standar deviasi sebesar 0,1847630.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE)
menunjukkan nilai minimum sebesar -0,5665 nilai maksimum sebesar
1,9488 dengan nilai rata-rata sebesar 0,015425 artinya tingkat piutang
penjualan pada perusahaan sebesar 1,54% dan nilai standar deviasi sebesar
0,2128034.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap rasio
total akrual (TATA) menunjukkan nilai minimum sebesar -0.2564 nilai
maksimum sebesar 0.4420 dengan nilai rata-rata sebesar 0.009034 artinya
68
tingkat total akrual pada perusahaan sebesar 0,9% dan nilai standar deviasi
sebesar 0.0867049.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Analisis regresi dalam penelitian ini mengguanakan analisis regresi
logistik dengan tipe regresi binary logistic. Regresy binary logistic adalah
regresi yang digunakan untuk melakukan pemodelan suatu kemungkinan
kejadian dengan variabel Y (respons) bertipe kategorial dua pilihan
(Trihendradi, 2007: 63). Tujuan regresi binary logistic adalah untuk
memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel binary
logistic menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya
(Santoso, 2015: 249).
Dalam penelitian ini untuk perusahaan Property, Real Estate and
Building Construction dengan variabel dependen (respons) Y bertipe
kategorik/dua pilihan yaitu Non Fraud 0 dan Fraud 1. Keterangan ini dapat
dilihat dalam tabel identifikasi data:
Tabel 4.4
Identifikasi Data
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Fraud 0
Fraud 1
69
Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 125
perusahaan atau N=125. Untuk melihat kelengkapan daya yang diproses
dalam penelitian ini dan tidak adanya missing case ditunjukkan pada tabel
case processing summary:
Table 4.5
Data yang diproses
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011: 346):
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
and Lemeshow’s Goodness and Fit Test. Model ini untuk menguji
hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan
fit (Ghozali, 2011: 346). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness and Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka
hipotesis nol ditolak atau model dikatakan tidak fit. Hal ini berarti ada
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 125 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 125 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 125 100.0
Sumber: Data sekunder yang diolah
70
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi
nilai observasinya.
Jika nilai staistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness and Fit Test
lebih besar 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti
model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya
Table 4.6
Kelayakan Model Regresi
Hasil output SPSS yang disajikan dalam tabel 4.6 menunjukkan
bahwa nilai Chi-square sebesar 6,296 dengan signifikansi (p) sebesar
0,614. Berdasarkan hasil tersebut, dengan nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 (p > 0,05) maka model dapat disimpulkan mampu
memprediksi nilai observasinya atau model dikatakan fit dengan data
dan model dapat diterima sehingga model ini dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
b. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Untuk pengujian ini statistik digunakan pada fungsi likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 6.296 8 .614
71
dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS
memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya
memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta
variabel bebas.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likehood (-2LogL) awal (block number = 0) dengan nilai -2 Log
Likehood (-2LogL) akhir (block number = 1). Adanya penurunan nilai
Likehood (2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,
2011: 346). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian ‘Sum of Square Error’ pada model regresi, sehingga
penurunan nilai Log Likelihood menunjukkan model regresi yang
semakin baik.
Sumber: Data sekunder yang diolah
Table 4.7
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
(Block Number 0: Beginning Block)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 158.212 .688
2 158.188 .717
3 158.188 .717
72
Tabel 4.7 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada
blok pertama (block number = 0) terlihat nilai -2LogL sebesar 158,188.
Kemudian nilai -2LogL berikutnya (block number = 1) ditunjukkan
pada tabel 4.8 berikut ini:
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai -2 Log Likehood (-2LogL) pada
block number = 1 setelah dimasukkan ketujuh variabel independen
yaitu ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIVABLE, TATA,
AUDREP, dan DCHANGE menjadi sebesar 126,866.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7 dan 4.8 nilai -2 Log
Likehood (-2LogL) awal (block number = 0) sebesar 158,188 dan -2
Log Likehood (-2LogL) berikutnya (block number =1) sebesar
126,866. Hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 31,322.
Terjadinya penurunan nilai 2LogL ini menunjukkan model regresi
Table 4.8
Hasil Uji Keseluruhan Model
(Block Number = 1) Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant ACHANGE ROA LEV REC TATA AUDREP DCHANGE
Step 1
1 132.281 .037 1.928 -1.999 .096 -.087 7.133 .694 -.160
2 127.276 .019 3.665 -3.673 -.233 -.366 11.395 .901 -.201
3 126.871 -.026 4.588 -4.402 -.411 -.416 12.727 .968 -.180
4 126.866 -.035 4.720 -4.468 -.436 -.418 12.865 .974 -.176
5 126.866 -.035 4.722 -4.469 -.436 -.418 12.867 .975 -.176
6 126.866 -.035 4.722 -4.469 -.436 -.418 12.867 .975 -.176
73
yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit
dengan data.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkeke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke’s R2
dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011: 346). Tabel 4.9 menunjukkan hasil
uji koefisien determinasi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan dalam tabel 4.9,
dapat dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,309.
Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen adalah sebesar 30,9%. Sedangkan sisanya
Table 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 126.866a .222 .309
Sumber: Data sekunder yang diolah
74
yaitu sebesar 69,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini. Misalnya menurut Skousen et al (2009)
dalam penelitiannya variabel Gross Profit Margin (GPM), Sales in
Change (SCHANGE), FREEC, OSHIP, INVENTORY, BDOUT,
AUDCHANGE merupakan faktor-faktor lainnya yang dapat
digunakan.
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan kecurangan laporan
keuangan pada perusahaan. Dalam output regresi logistik angka ini
dapat dilihat dalam clasification table. Tabel klasifikasinya
menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect)
(Ghozali, 2011:347).
Tabel 4.10 diatas menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan tingkat prediksi model
Table 4.10
Matriks Klasifikasi Classification Tablea
Observed Predicted
FSF Percentage
Correct 0 1
Step 1
0 17 24 41.5
1 9 75 89.3
Overall Percentage 73.6
Sumber: Data sekunder yang diolah
75
adalah sebesar 73,6%, dimana 89,3% fraud dan 41,5% nonfraud
telah mampu diprediksi oleh model. Artinya kemampuan prediksi dari
model dengan variabel ACHANGE, ROA, LEVERAGE,
RECEIVABLE, TATA, AUDREP, dan DCHANGE secara statistik
dapat memprediksi sebesar 89,3%.
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan adalah sebesar
89,3%. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model
regresi yang digunakan, terdapat sebanyak 75 perusahaan (89,3%)
diprediksi melakukan financial statement fraud dari total 84
perusahaan yang melakukan financial statement fraud. Kekuatan
prediksi model perusahaan yang dinyatakan tidak melakukan fraud
(non fraud) adalah sebesar 41,5%, yang berarti bahwa dengan model
regresi yang digunakan terdapat 17 perusahaan (41,5%) dari total 41
perusahaan yang tidak melakukan financial statement fraud. Sehingga
secara keseluruhan ketepatan klasifikasi sebesar 73,6%.
e. Hasil Uji Regresi Logistik
Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi.
Koefisien regresi dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan
bentuk hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara
nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil
76
terlihat 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5%.
Hal itu berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variable
terikat. Analisis uji regresi ini untuk menguji seberapa jauh semua
variabel terikat. Hasil koefisien regresi dapat ditentukan dengan
menggunakan nilai probabilitas (Sig) pada tabel berikut:
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model
berikut ini:
FSF= - 0,035 + 4,722ACHANGE + 12,867 TATA + 0,975AUDREP
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression)
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
ACHANGE 4.722 2.194 4.633 1 .031 112.431 1.526 8285.761
ROA -4.469 5.767 .600 1 .438 .011 .000 929.537
LEVERAGE -.436 1.213 .129 1 .719 .647 .060 6.974
RECEIV -.418 .942 .197 1 .657 .659 .104 4.170
TATA 12.867 3.424 14.119 1 .000 387209.534 471.219 318177612.188
AUDREP .975 .455 4.578 1 .032 2.650 1.085 6.470
DCHANGE -.176 .447 .155 1 .694 .839 .349 2.014
Constant -.035 .671 .003 1 .958 .965
a. Variable(s) entered on step 1: ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIV, TATA, AUDREP,DCHANGE.
Sumber:Data sekunder yang diolah
77
hasil disajikan dalam tujuh bagian. Bagian pertama membahas
pengaruh perubahan total aset (ACHANGE) terhadap financial
statement fraud (FSF) (H1). Bagian kedua membahas pengaruh return
on assets terhadap financial statement fraud (FSF) (H2). Bagian ketiga
membahas pengaruh rasio leverage (LEVERAGE) terhadap financial
statement fraud (FSF) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh
persentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIVABLE)
terhadap financial statement fraud (FSF) (H4). Bagian kelima
membahas pengaruh rasio total akrual (TATA) terhadap financial
statement fraud (FSF) (H5). Bagian keenam membahas pengaruh
opini audit (AUDREP) terhadap financial statement fraud (FSF) (H6).
Bagian ketujuh membahas pengaruh pergantian direksi (DCHANGE)
terhadap financial statement fraud (FSF) (H7). Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh perubahan total aset (ACHANGE) terhadap Financial
Statement Fraud (FSF)
Hasil pengujian variabel persentase perubahan total aset
(ACHANGE) mempunyai signifikansi 0,031 lebih kecil dari α =
0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 4,722. Hal ini
menunjukan bahwa hipotesis H1 diterima sehingga dapat
dikatakan persentase perubahan total aset berpengaruh positif
signifikan terhadap financial statement fraud pada tingkat
78
signifikansi 5%. Hasil ini mengindikasi bahwa semakin tinggi
kondisi ketidakstabilan keuangan perusahaan, maka kemungkinan
perusahaan melakukan financial statement fraud juga semakin
tinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Laila Tiffani (2015) dan Skousen (2009), tetapi
tidak mendukung hasil peneltian yang dilakukan oleh Ratmono et
al. (2014).
Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan
oleh manajemen salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan aset
perusahaan (Skousen et al., 2009). Tingginya aset yang dimiliki
perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk menarik para
investor, manajemen perusahaan tentunya berupaya untuk sebaik
mungkin menyajikan gambaran perusahaan melalui laporan
keuangan yang meyakinkan bagi investor salah satunya yaitu
dengan tingginya aset yang dimiliki.
Namun berbeda dengan hasil Ratmono et al (2014) yang
menunjukan ACHANGE tidak berpengaruh signifikan terhadap
tindakan kecurangan laporan keuangan. Merissa Yesiariani
(2016) mengatakan bahwa perusahaan kemungkinan mempunyai
tingkat pengawasan sangat baik yang dilakukan oleh Dewan
Komisaris untuk memonitor dan mengendalikan tindakan
manajemen yang bertanggung jawab langsung terhdap fungsi
79
bisnis seperti keuangan, sehingga walaupun manajemen
menghadapi tekanan ketika stabilitas keuangan terancam oleh
keadaan ekonomi, industry dan situasi entitas yang beroperasi
tidak akan mempengaruhi terjadi kecurangan laporan keuangan.
2) Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Financial Statement
Fraud (FSF)
Hasil pengujian Return on total Asset (ROA) mempunyai
nilai signifikansi 0,438 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien
beta yang dihasilkan sebesar -4,469. Hal ini menunjukkan
hipotesis H2 tidak diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
Return On total Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh terhadap
financial statement fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang Ratmono et al
(2014) dan Laila Tiffani (2015). Tetapi hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian Widarti (2015) dan Skousen et al.
(2009) yang menunjukkan hasil berbeda bahwa Return On total
Assets berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Tidak berpengaruhnya ROA terhadap financial statement
fraud disebabkan karena manajer menganggap bahwa besarnya
target ROA perusahaan masih dinilai wajar dan bisa dicapai.
Manajer tidak menganggap bahwa target ROA tersebut sebagai
target keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya target
80
ROA tidak memicu terjadinya kecurangan laporan keuangan yang
dilakukan oleh manajemen (Laila Tiffani, 2015).
Namun berbeda dengan hasil Widarti (2015) dan Skousen et
al (2009) yang menunjukan ROA berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Widarti (2015) mengatakan bahwa
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perolehan laba
perusahaan yang sesuai dengan target, memicu perhatian para
investor terhadap perusahaan. Demi mencapai target laba yang
telah direncanakan tersebut, akan mendorong pihak manajemen
melakukan manajemen laba sehingga laporan keuangan
perusahaan akan disajikan secara tidak wajar apabila ternyata laba
yang dihasilkan oleh perusahaan rendah.
3) Pengaruh rasio leverage (LEVERAGE) terhadap Financial
Statement Fraud (FSF)
Hasil pengujian rasio leverage (LEVERAGE) mempunyai
nilai signifikansi 0,719 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien
beta yang dihasilkan sebesar -0,436. Hal ini menunjukkan
hipotesis H3 tidak diterima sehingga dapat dikatakan bahwa rasio
leverage (LEVERAGE) tidak memiliki pengaruh terhadap
81
financial statement fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Susmita dan Nanik
(2015). Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian Laila Tiffani (2015) dan Sihombing (2014) yang
menunjukkan hasil berbeda bahwa rasio leverage berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Menurut Van Home (2007) dalam Susmita dan Nanik (2015)
bahwa leverage merupakan biaya tetap yang digunakan untuk
mendanai perusahaan. Biaya ini dapat menguntungkan
perusahaan apabila dapat dikelola dengan baik sehingga
menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang
dikeluarkan. Namun hasil penelitian ini menunjukan perusahaan
mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya
tetap yang digunakan. Sehingga manajemen tidak harus
melakukan kecurangan pada laporan keuangan untuk
mengembalikan hutang yang digunakan untuk mendanai
perusahaannya tersebut.
Namun berbeda dengan hasil Sihombing (2014) dan Laila
Tiffani (2015) yang menunjukan Leverage berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Laila Tiffani (2015)
mengatakan bahwa semakin besar tekanan dari pihak eksternal
maka akan meningkatkan potensi manajemen untuk melakukan
82
kecurangan laporan keuangan. Artinya perusahaan tidak mampu
menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya tetap yang
digunakan, sehingga hal ini dapat memicu manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan atas tekanan dari pihak
eksternal agar dapat mengembalikan hutang yang digunakan
untuk mendanai perusahaan tersebut.
4) Pengaruh Persentase Perubahan Piutang pada Penjualan
(RECEIVABLE) terhadap Financial Statement Fraud (FSF)
Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian Persentase
Perubahan Piutang pada Penjualan (RECEIVABLE) menghasilkan
signifikansi 0,657 lebih besar dari α = 0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan sebesar -0,418. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis H4 tidak diterima sehingga dapat dikatakan Persentase
Perubahan Piutang pada Penjualan (RECEIVABLE) tidak
memiliki pengaruh terhadap financial statement fraud.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Merissa Yesiariani (2016) dan Skousen (2009) yang
menunjukkan bahwa Persentase Perubahan Piutang pada
Penjualan (RECEIVABLE) tidak memberikan bukti adanya
pengaruh terhadap financial statement fraud. Namun hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Summers dan Sweeney (1998) dan Sihombing (2014) yang
83
menunjukkan adanya hubungan antara RECEIVABLE dengan
financial statement fraud.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa nilai rata-rata
perubahan piutang perusahaan dari tahun sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap perputaran kas perusahaan. Banyaknya
piutang usaha yang dimiliki perusahaan tidak mengurangi jumlah
kas yang dapat digunakan perusahaan untuk kegiatan
operasionalnya sehingga rasio perubahan dalam piutang usaha
tidak memicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan (Merissa Yesiariani, 2016).
Namun berbeda dengan hasil Sihombing (2014) dan
Summers and Sweney (1998) yang menunjukan RECEIVABLE
berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
RECEIVABLE diyakini mendapat penilaian subjektif dalam
menentukan nilai dari akun tersebut, manajemen dapat
menggunakan akun tersebut sebagai alat untuk memanipulasi
laporan keuangan (Summers dan Sweeney, 1998). Dalam
penelitian ini menggunakan sampel perusahaan property, real
estate, dan building construction dengan kecenderungan seluruh
perusahaan memiliki piutang yang besar dan peningkatan setiap
tahunnya dikarenakan pada umumnya perusahaan property, real
estate, dan building construction melakukan penjualan dengan
84
sistem yang hampir pasti selalu menimbulkan piutang sehingga
variabel ini tidak dapat membedakan mana saja perusahaan yang
cenderung melakukan financial statement fraud.
5) Pengaruh rasio total akrual (TATA) terhadap Financial Statement
Fraud (FSF)
Hasil pengujian rasio total akrual (TATA) mempunyai nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan sebesar 12,867. Hal ini menunjukkan hipotesis H5
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa rasio total akrual
(TATA) memiliki pengaruh positif terhadap financial statement
fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Sihombing (2014) dan Merissa
Yesiariani (2016). Tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian Skousen et al (2009) dan Susmita dan Nanik
(2015) yang menunjukkan hasil berbeda bahwa rasio total akrual
tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Total akrual merupakan cerminan dari aktivitas perusahaan
keseluruhan. Tingkat akrual perusahaan akan beragam tergantung
dari keputusan manajemen terkait kebijakan tertentu Vermeer
(2003) dalam Sihombing (2014). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa prinsip akrual berhubungan dengan pengambilan
keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap
85
rasionalisasi dalam pelaporan keuangan Vermeer (2003) dalam
Merissa Yesiariani (2016).
Namun berbeda dengan hasil Susmita dan Nanik (2015) dan
Skousen et al (2009) yang menunjukan TATA tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Susmita dan
Nanik (2015) mengatakan bahwa penggunaan kebijakan
manajemen tidak tinggi untuk atau motif untuk melakukan
manipulasi laba adalah rendah. Skousen (2009) mengatakan
rasionalisasi merupakan unsur yang paling sulit untuk
mengindikasi pengukurannya, karena rasionalisasi merupakan
sikap pembenaran yang dilakukan oleh manajemen, karyawan,
ataupun dewan komisaris.
6) Pengaruh opini audit (AUDREP) terhadap Financial Statement
Fraud (FSF)
Hasil pengujian opini audit (AUDREP) mempunyai nilai
signifikansi 0,032 lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan sebesar 0,975. Hal ini menunjukkan hipotesis H6
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa opini audit (AUDREP)
memiliki pengaruh positif terhadap financial statement fraud pada
tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Soelisa dan Mukhlasin (2008). Tetapi hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian Mardiana (2014) dan Widarti
86
(2015) yang menunjukkan hasil berbeda bahwa opini audit tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Soelisa Mukhlasin (2008), kecurangan akuntansi yang
material dapat mempengaruhi opini yang diberikan oleh auditor.
Opini audit selain unqualified merupakan suatu indikator
terjadinya kecurangan akuntansi. Hal ini dikarenakan adanya
tekanan dalam mempertanggungjawabkan kinerja dalam
mengelola perusahaan, sehingga upaya yang dilakukan adalah
dengan memanipulasi laporan keuangan yang nantinya akan
disampaikan kepada pihak pemegang saham disertai berbagai
analisa laporan keuangan dalam bentuk opini audit yang
menunjukan opini audit unqualified sehingga pemegang saham
merasa puas atas kinerja manajemen. Perusahaan yang diberikan
opini audit unqualified terlihat baik dan sukses dimata pesaing dan
investor.
Namun berbeda dengan hasil Widarti (2015) dan Ana
Mardian (2014) yang menunjukan AUDREP tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Widarti (2015)
mengatakan bahwa tidak terdeteksinya penyimpangan atau
kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Penyebab tidak
terdeteksinya penyimpangan tersebut mungkin disebabkan oleh
penggunaan basis akuntansi akrual yang dalam pelaksanaannya
87
diperbolehkan oleh standar akuntansi keuangan, manajemen dapat
dengan leluasa untuk memodifikasi laporan keuangan untuk
menghasilkan jumlah laba yang diinginkan dalam penggunaan
dasar akrual agar memperlihatkan kinerja yang baik dalam
menghasilkan nilai dan keuntungan.
7) Pengaruh pergantian direksi (DCHANGE) terhadap Financial
Statement Fraud (FSF)
Hasil pengujian pergantian direksi (DCHANGE) mempunyai
nilai signifikansi 0,694 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien
beta yang dihasilkan sebesar -0,176. Hal ini menunjukkan
hipotesis H7 tidak diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
pergantian direksi (DCHANGE) tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Sihombing (2014) dan
Merissa Yesiariani (2016). Tetapi hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Wolfe dan
Hermanson (2014) yang menyatakan bahwa pergantian direksi
merupakan salah satu indikasi adanya kecurangan laporan
keuangan.
Hal ini dapat terjadi apabila pemangku kepentingan tertinggi
diperusahaan menginginkan adanya perbaikan kinerja perusahaan
dengan cara merekrut direksi yang dianggap lebih kompeten dari
88
direksi sebelumnya Sihombing (2014). Dari pernyataan tersebut
disimpulkan bahwa pergantian direksi pada perusahaan bukan
disebabkan karena perusahaan ingin menutupi kecurangan yang
dilakukan direksi sebelumnya, tetapi pemangku kepentingan
tertinggi di perusahaan menginginkan adanya perbaikan kinerja
perusahaan dengan cara merekrut direksi yang dianggap lebih
kompeten dari direksi sebelumnya.
Namun berbeda dengan hasil Wolfe and Hermanson yang
menunjukan DCHANGE berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Wolfe and Hermanson (2004)
mengatakan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasi
terjadinya fraud. Perubahan direksi merupakan upaya perusahaan
untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud
yang dilakukan perusahaan serta perubahaan direksi dianggap
akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak
maksimal.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud (FSF). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Skousen et al (2009) dan Molida (2011).
2. Return on Total Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud (FSF). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Ratmono et al (2014) dan Laila Tiffani (2009).
3. Rasio Leverage (LEVERAGE) tidak berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud (FSF). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Susmita dan Nanik (2015).
4. Presentase perubahan piutang pada penjualan (RECEIV) tidak berpengaruh
terhadap Financial Statement Fraud (FSF). Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Skousen et al (2009) dan Laila
Tiffani (2015).
5. Rasio total akrual (TATA) berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud
(FSF). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Sihombing (2014).
90
6. Opini audit (AUDREP) berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud
(FSF). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Soelisa dan Mukhlasin (2008).
7. Pergantian Direksi (DCHANGE) tidak berpengaruh terhadap Financial
Statement Fraud (FSF). Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson (2014).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel kategori
perusahaan agar dapat memprediksi financial statement fraud pada kategori
perusahan lain atau menggunakan seluruh kategori perusahaan yang ada untuk
meneliti financial statement fraud secara menyeluruh.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pengukuran lain dalam
menentukan nilai Beneish M-Score.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel dependen
yang lain sebagai pengukur dari financial statement fraud selain dengan
Beneish M-Score.
4. Masih sedikit dan sulitnya cara mengukur aspek Capability pada fraud
diamond, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menemukan proksi
lain yang dapat digunakan untuk mengukur aspek capability selain pergantian
direksi.
91
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. 2004. Occupational Fraud and Abuse. USA: Association of Certified Fraud
Examiners.
AICPA. 2007. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit AU Section 316.
New York: PCAOB Standards and Related Rules.
Amertha, Indra Satya Prasavita. 2013. Pengaruh Return on Assets pada Praktik
Manajemen Laba dengan Moderasi Corporate Governance. E-jurnal
Akuntansi Udayana Vol. 4 No. 2, Bali.
Ardiyani, Susmita dan Nanik Sri Utaminingsih. 2015. Analisis Determinan Financial
Statement Melalui Pendekatan Fraud Triangle. Accounting Analisis Journal
Vol. 4 No 1. Universitas Negri Semarang, Indonesia.
Beneish, M.D. 1997. “Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing Earnings
Management Among Firm with Extreme Financial Performance” Journal of
Accounting and Public Policy, vol. 16, no. 3.
Cressey, D. 1953. Other people’s money: a Study in the Social Psychology of
Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press.
Eisenhardt, Kathleem. M. 1989. “Agency Theory: An Assesment and Review”.
Academy of Management Review, Vol. 14, pp. 433-438.
Firmanaya, Fira dan Muchamad Syafruddin. 2014. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Dipenogoro Journal of
Accounting Vol. 3 No. 3. Universitas Dipenogoro, Semarang.
92
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metedologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Edisi Pertama, Penerbit BPFE.
Intal, Tiina dan Linh Thuy Do. 2002. Financial Statement Fraud: Recognition of
Revenue and the Auditor’s Responsibility for Detecting Financial Statement
Fraud. Thesis Graduate Business School, Goteborg University.
Jensen dan Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Harvard
University Press.
Mardiana, Ana. 2014. Pengaruh Faktor Manajerial, Kepemilikan, Opini Audit, Jenis
KAP dan Kesulitan Keuangan Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan pada
Perusahaan Publik di Indonesia. Thesis Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat.
Ratmono, Dwi, Yuvita Avrie D dan Agus Purwanto 2014. Dapatkah Teori Fraud
Triangle Menjelaskan Kecurangan Dalam Laporan Keuangan?. SNA 17
Mataram, Lombok.
Rezaee, Zabihollah. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. John
Wiley & Sons.
Rustendi, Tedi. 2009. Analisis Terhadap Faktor Pemicu Terjadinya Fraud: Suatu
Kajian Teoritis Bagi Kepentingan Audit Internal. Jurnal Akuntansi Vol.4
No.2. Jakarta.
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
93
Schipper, Katherine. 1989. Commentary on Earning Management. Accounting
Horizons 91-102.
Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice
Hall.
Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2014. Analisis Fraud
Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Journal of Accounting
Vol. 3 No.2. Universitas Dipenogoro Semarang.
Skousen, CJ., Kevin R. Smith dan Charlotte JW. 2009. Detecting and Predicting
Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS
No.99. In C. J. Skousen, K. R. Smith, & C. j. Wright, Advances in Financial
Economics (pp. 53-81). Bingley: Emerald Group Publishing Limited.
Soselisa dan Mukhlasin. 2008. Pengaruh Faktor Kultur Organisasi Manajemen
Strategik Keuangan dan Auditor terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi XI.
Summers, S. L., dan J. T. Sweeney. 1998. Fraudulently Misstated Financial Statements
and Insider Trading: an Empirical Analysis. The Accounting Review Vol. 73.
No. 1, h. 131-146.
Tiffani, Laila dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Akuntansi XVIII Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
94
Ujiyantho, M. A. dan B. A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X,
Makassar, Indonesia, 26-28 Juli 2007.
Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.13 No.2. Universitas Tamansiwa
Palembang.
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Maksi Vol. 9
No. 1. Universitas Pancasila, Jakarta.
Wolfe, D.T dan Hermanson, D.R. 2014. The Fraud Diamond: Considering the Four
Elements of Fraud. The CPA Journal.
Yesiariani, Merissa. 2016. Analisis FraudDiamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud. Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Yucel, Elif. 2013. Effectiveness of Red Flags in Detecting Fraudulent Financial
Reporting: An Application in Turkey. Journal of Accounting and Finance, pp
139 – 158.
95
Lampiran 1:
Daftar Sampel Perusahaan Property, Real Estate and Building Construction
No Nama Perusahaan Kode
1 Adhi Karya Tbk. ADHI
2 Agung Podomoro Land Tbk. APLN
3 Alam Sutera Realty Tbk. ASRI
4 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. BIPP
5 Sentul City Tbk. BKSL
6 Cowell Development Tbk. COWL
7 Ciputra Development Tbk. CTRA
8 Ciputra Property Tbk. CTRP
9 Ciputra Surya Tbk. CTRS
10 Duta Anggada Realty Tbk. DART
11 Bakrieland Development Tbk. ELTY
12 Perdana Gapuraprima Tbk. GPRA
13 Jakarta International Hotel & Dev. Tbk. JPRT
14 Kawasan Industri Jababeka Tbk. KIJA
15 Lippo Cikarang Tbk. LPCK
16 Lippo Karawaci Tbk. LPKR
17 Metropolitan Kentjana Tbk. MKPI
18 PP (Persero) Tbk. PTPP
19 Pakuwon Jati Tbk. PWON
20 Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk. RBMS
21 Roda Vivatex Tbk. RDTX
22 Summarecon Agung Tbk. SMRA
23 Surya Semesta Internusa Tbk. SSIA
24 Total Bangun Persada Tbk. TOTL
25 Waskita Karya (Persero) Tbk. WIKA
96
Lampiran 2: Data Perusahaan Tahun 2011 – 2015
Berlanjut kehalaman berikutnya
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
ADHI 2011 0 0.1938928 0.0311132 0.7975666 -0.06057 -0.05509 0 1
ADHI 2012 0 0.2234634 0.0232077 0.7434603 0.035327 -0.00354 0 0
ADHI 2013 0 0.190196 0.0219441 0.6729434 -0.02986 -0.0158 1 1
ADHI 2014 1 0.0705544 0.0390518 0.6731713 0.062119 0.125242 1 1
ADHI 2015 1 0.3760013 0.0197876 0.5616864 0.014527 0.013363 1 1
APLN 2011 1 0.2812398 0.026124 0.3008631 0.076803 0.091043 0 0
APLN 2012 1 0.290108 0.0450723 0.2828997 0.075328 -0.0244 0 0
APLN 2013 0 0.2278601 0.0427487 0.2646678 -0.04482 -0.02839 1 0
APLN 2014 0 0.1691241 0.0392743 0.2515847 -0.04342 0.01519 1 0
APLN 2015 0 0.0355646 0.0399429 0.2867099 -0.09966 0.064803 0 1
ASRI 2011 1 0.2362963 0.0484216 0.3936378 0.002911 -0.13587 0 0
ASRI 2012 1 0.4511859 0.0550625 0.2889517 -0.00934 -0.07442 0 0
ASRI 2013 1 0.2413117 0.0842864 0.2577373 0.01399 -0.10032 1 1
ASRI 2014 1 0.1474965 0.0525619 0.1656257 0.026794 0.030957 1 0
ASRI 2015 0 0.0954311 0.0629056 0.2005608 0.002074 0.00707 0 1
97
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
BIPP 2011 1 0.0302741 -0.027473 0.4820742 0.076197 0.191576 0 0
BIPP 2012 0 -0.106159 -0.113181 0.3714286 -0.18919 -0.10267 0 1
BIPP 2013 1 0.6822203 -0.026954 0.0781828 -0.12682 0.193241 1 0
BIPP 2014 1 0.0853753 0.1779096 0.1085413 0.00849 -0.00115 0 1
BIPP 2015 1 0.5382104 0.0147876 0.082037 -0.02202 0.061156 1 0
BKSL 2011 1 0.0899874 0.0123789 0.0992549 0.291904 0.114014 0 1
BKSL 2012 1 0.1403666 0.0221717 0.1063128 0.070969 -0.03519 0 1
BKSL 2013 1 0.4229892 0.0207137 0.1366419 -0.05259 0.054885 1 1
BKSL 2014 0 -0.067963 0.0605885 0.250559 0.196318 0.005713 0 1
BKSL 2015 0 0.1039776 0.0036318 0.2896066 0.198002 0.015802 0 0
COWL 2011 0 0.3078765 0.0217803 0.4729181 -0.39433 -0.19116 0 0
COWL 2012 1 0.7831335 0.0187365 0.1607291 0.254622 -0.01029 0 1
COWL 2013 1 0.0856001 0.0358243 0.1647983 0.176681 0.019102 1 1
COWL 2014 1 0.4718343 0.0132283 0.1332194 -0.17519 0.030705 1 1
COWL 2015 0 -0.040052 0.0464996 0.1626087 -0.20218 -0.04037 0 1
CTRA 2011 0 0.1862516 0.0337748 0.1916847 -0.02744 -0.03409 0 0
CTRA 2012 1 0.2328718 0.0328828 0.2997859 0.036596 -0.05848 0 0
CTRA 2013 1 0.2531202 0.0422266 0.3544245 -0.04023 0.05495 1 0
CTRA 2014 1 0.1454559 0.0600453 0.3303369 0.015434 -0.00806 1 0
CTRA 2015 1 0.1035848 0.0683428 0.3051769 0.008088 0.010969 1 0
Berlanjut kehalaman berikutnya
98
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
CTRP 2011 0 0.113842 0.0392143 0.0859367 0.000472 0.037895 0 0
CTRP 2012 1 0.2728786 0.0284062 0.1709291 0.15971 -0.02652 1 0
CTRP 2013 1 0.2247235 0.041698 0.1746188 -0.11475 -0.00892 1 0
CTRP 2014 1 0.1362611 0.0498936 0.1845749 0.095772 -0.01681 1 1
CTRP 2015 1 0.0979985 0.0406181 0.1704663 0.00367 -0.0284 1 1
CTRS 2011 1 0.2606379 0.0272546 0.3153636 0.04058 -0.01985 0 0
CTRS 2012 1 0.2030577 0.045013 0.3912864 0.013081 -0.08089 0 0
CTRS 2013 0 0.2325684 0.0474706 0.4898192 -0.05983 -0.03335 1 0
CTRS 2014 1 0.0574411 0.0674325 0.435536 -0.01752 0.089382 1 1
CTRS 2015 1 0.123067 0.0837135 0.4172404 0.023216 0.082403 1 0
DART 2011 1 0.3757316 0.0258822 0.2887495 -0.18525 0.045386 0 0
DART 2012 1 0.0440858 0.0357974 0.1571514 -0.33837 0.021119 0 0
DART 2013 0 0.0996735 0.0379218 0.1058518 -0.00771 0.055856 1 0
DART 2014 1 0.0676194 0.0353521 0.0931052 0.096185 0.00125 1 0
DART 2015 0 0.1089903 0.0710863 0.1290594 0.107386 0.0298 1 0
ELTY 2011 1 0.0363539 0.0118809 0.2365878 -0.2648 0.075878 0 1
ELTY 2012 0 -0.162272 0.0049063 0.2934195 -0.56654 -0.12599 0 1
ELTY 2013 1 -0.238556 -0.089592 0.3573049 0.436654 -0.04181 0 1
ELTY 2014 0 0.1635691 -0.015792 0.3633854 1.948843 0.022723 0 0
ELTY 2015 0 -0.001216 0.032152 0.437386 0.38369 -0.05701 0 0
Berlanjut kehalaman berikutnya
99
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
GPRA 2011 1 0.0417145 0.0266083 0.3024444 0.058413 0.028744 1 1
GPRA 2012 1 0.0564743 0.0342336 0.3021379 0.193746 0.074089 0 0
GPRA 2013 1 0.0168051 0.0422329 0.2142194 -0.1379 0.063712 1 0
GPRA 2014 1 0.1218587 0.0701852 0.246775 0.084827 0.011351 1 0
GPRA 2015 0 0.0359542 0.0585882 0.2765025 0.064103 0.068788 0 1
JRPT 2011 0 0.1930993 0.0645868 0.4545431 -0.00589 0.008563 0 1
JRPT 2012 1 0.1828328 0.0693639 0.4736211 -0.00477 0.028937 1 0
JRPT 2013 1 0.1890124 0.0694325 0.4971298 0.004299 0.031491 1 1
JRPT 2014 1 0.0780054 0.0817204 0.455859 0.004868 0.091806 1 0
JRPT 2015 1 0.1179039 0.0960236 0.392494 0.003473 0.101341 1 0
KIJA 2011 1 0.4040299 0.0110987 0.1698865 -0.02432 -0.02422 0 0
KIJA 2012 1 0.2091691 0.0460779 0.1709481 0.071674 -0.03881 0 0
KIJA 2013 1 0.1426197 0.0460345 0.2123066 -0.06746 -0.10184 1 1
KIJA 2014 0 0.0298239 0.0122786 0.1201174 0.0123 0.012672 1 1
KIJA 2015 1 0.1264548 0.0409444 0.1075088 0.026683 -0.00075 1 1
LPCK 2011 1 0.1821415 0.0319828 0.5201414 -0.07443 -0.10817 1 0
LPCK 2012 0 0.2789696 0.0909889 0.5323454 -0.03087 -0.00901 0 1
LPCK 2013 1 0.2652106 0.1056057 0.5069223 -0.00746 0.149704 1 1
LPCK 2014 1 0.1221575 0.1345216 0.3668625 -0.00872 0.188582 1 1
LPCK 2015 1 0.1983397 0.1544658 0.2083342 0.062439 0.103333 1 1
Berlanjut kehalaman berikutnya
100
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
LPKR 2011 1 0.1152181 0.0325601 0.1234498 -0.03956 0.024074 0 1
LPKR 2012 0 0.2657946 0.0327349 0.1398997 -0.12637 0.001369 0 0
LPKR 2013 1 0.205463 0.042263 0.1546808 0.019272 0.117293 1 1
LPKR 2014 1 0.1731812 0.0420667 0.1534454 -0.03415 0.062169 1 1
LPKR 2015 1 0.0839698 0.075979 0.1175245 0.079374 0.090373 0 0
MKPI 2011 0 0.1498113 0.1229066 0.2472598 0.014297 -0.09382 1 0
MKPI 2012 0 0.1623867 0.1265086 0.1849555 -0.00476 -0.04391 1 0
MKPI 2013 1 0.1006095 0.1278879 0.1993799 0.009085 -0.05352 1 0
MKPI 2014 0 0.3422904 0.0846953 0.3924609 -0.00096 -0.18701 1 1
MKPI 2015 1 0.2440123 0.0766921 0.400647 -0.01063 -0.10979 0 0
PTPP 2011 1 0.2147993 0.0290837 0.7349887 -0.04373 0.013555 1 1
PTPP 2012 1 0.1891621 0.0280935 0.7054669 -0.00213 0.013316 0 0
PTPP 2013 1 0.3112856 0.0249429 0.7068498 -0.01651 -0.01854 1 0
PTPP 2014 1 0.1483958 0.0288576 0.6763852 0.064638 0.016319 0 0
PTPP 2015 1 0.2378432 0.0271978 0.58103 0.036936 0.080247 0 1
PWON 2011 0 0.1420786 0.0550988 0.1114145 -0.02181 0.005621 0 1
PWON 2012 0 0.2407021 0.0500318 0.2667639 -0.01505 -0.0795 0 0
PWON 2013 1 0.1863175 0.0824345 0.3064952 0.009713 -0.10395 1 1
PWON 2014 1 0.4455675 0.0677697 0.2333318 0.023599 0.036049 1 0
PWON 2015 0 0.1068999 0.1383968 0.2355762 -0.0132 -0.01818 0 1
Berlanjut kehalaman berikutnya
101
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
RBMS 2011 0 0.1370936 0.0034448 0.0603351 0.057087 -0.10755 0 1
RBMS 2012 1 0.1104276 -0.091357 0.0545466 -0.0032 -0.0021 1 0
RBMS 2013 0 0.0389043 0.0120937 0.1772059 0.040723 -0.25641 1 0
RBMS 2014 1 0.8974495 -0.089643 0.1328679 -0.21904 0.084934 1 1
RBMS 2015 1 0.144115 0.0326288 0.0690387 0.173554 0.194131 0 1
RDTX 2011 1 0.2123684 0.1579054 0.1878721 -0.00771 0.441952 1 0
RDTX 2012 1 0.1039925 0.0943455 0.1640639 0.101315 -0.05793 1 0
RDTX 2013 0 0.2205428 0.0805446 0.2172186 -0.12295 -0.06204 1 0
RDTX 2014 1 0.0570234 0.1206228 0.1238909 0.065094 -0.03669 1 0
RDTX 2015 0 0.122197 0.1242683 0.1018507 -0.03313 -0.01535 0 1
SMRA 2011 0 0.2419425 0.0289334 0.4410854 -0.09492 -0.04452 0 0
SMRA 2012 1 0.2553433 0.0357386 0.6562817 0.005078 -0.04757 0 0
SMRA 2013 1 0.2037281 0.0579895 0.3736529 0.015042 0.080179 1 1
SMRA 2014 1 0.1394557 0.0690425 0.2327441 -0.0376 0.093644 1 0
SMRA 2015 1 0.1538304 0.0862276 0.2350797 0.011857 0.057829 1 0
SSIA 2011 1 0.1890089 0.0477622 0.2951619 -0.04411 -0.10665 0 0
SSIA 2012 0 0.3948177 0.057301 0.3671793 -0.11657 -0.10255 0 1
SSIA 2013 1 0.1651103 0.127026 0.318803 0.081909 0.052853 1 0
SSIA 2014 1 0.0297987 0.1249692 0.2881711 -0.03774 0.071922 1 0
SSIA 2015 0 0.0728088 0.0797889 0.2872553 -0.02055 0.031308 1 0
Berlanjut kehalaman berikutnya
102
KODE Emiten FSF ACHANGE ROA LEVERAGE RECEIV TATA AUDREP DCHANGE
TOTL 2011 0 0.1623622 0.042494 0.6026293 -0.00537 -0.07982 1 1
TOTL 2012 0 0.0807389 0.0598403 0.5984786 -0.02343 -0.00959 1 0
TOTL 2013 1 0.0729194 0.0816191 0.5505018 -0.01486 0.145892 1 0
TOTL 2014 1 0.1036047 0.0858255 0.627246 0.108173 0.058069 1 1
TOTL 2015 0 0.127332 0.0581159 0.6243657 -0.05137 -0.04039 0 0
WIKA 2011 1 0.244705 0.0342332 0.6160305 0.004826 0.06059 1 0
WIKA 2012 1 0.2447913 0.0458339 0.5970843 -0.04313 0.004094 0 1
WIKA 2013 1 0.124986 0.0415459 0.5794753 -0.0184 0.026619 0 0
WIKA 2014 1 0.208323 0.0392459 0.5327755 0.068127 0.035582 1 1
WIKA 2015 1 0.1884047 0.0379427 0.5406242 0.056287 0.023701 0 1
Sumber: Data sekunder yang diolah
103
Lampiran 3: Output SPSS
Logistic Regression
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ACHANGE 125 -.2386 .8974 .179213 .1529208
ROA 125 -.1132 .1779 .048314 .0451604
LEVERAGE 125 .0545 .7976 .319014 .1847630
RECEIV 125 -.5665 1.9488 .015425 .2128034
TACC 125 -.2564 .4420 .009034 .0867049
Valid N
(listwise)
125
Identifikasi data
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Fraud 0
Fraud 1
Data yang di Proses
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 125 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 125 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 125 100.0
104
Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 6.296 8 .614
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
(Block Number 0: Beginning Block)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 158.212 .688
2 158.188 .717
3 158.188 .717
Hasil Uji Keseluruhan Model
(Block Number = 1) Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant ACHANGE ROA LEV REC TATA AUDREP DCHANGE
Step 1
1 132.281 .037 1.928 -1.999 .096 -.087 7.133 .694 -.160
2 127.276 .019 3.665 -3.673 -.233 -.366 11.395 .901 -.201
3 126.871 -.026 4.588 -4.402 -.411 -.416 12.727 .968 -.180
4 126.866 -.035 4.720 -4.468 -.436 -.418 12.865 .974 -.176
5 126.866 -.035 4.722 -4.469 -.436 -.418 12.867 .975 -.176
6 126.866 -.035 4.722 -4.469 -.436 -.418 12.867 .975 -.176
105
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 126.866a .222 .309
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
FSF Percentage
Correct 0 1
Step 1
0 17 24 41.5
1 9 75 89.3
Overall Percentage 73.6
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step
1a
ACHANGE 4.722 2.194 4.633 1 .031 112.431 1.526 8285.761
ROA -4.469 5.767 .600 1 .438 .011 .000 929.537
LEVERAGE -.436 1.213 .129 1 .719 .647 .060 6.974
RECEIV -.418 .942 .197 1 .657 .659 .104 4.170
TATA 12.867 3.424 14.119 1 .000 387209.534 471.219 318177612.188
AUDREP .975 .455 4.578 1 .032 2.650 1.085 6.470
DCHANGE -.176 .447 .155 1 .694 .839 .349 2.014
Constant -.035 .671 .003 1 .958 .965
a. Variable(s) entered on step 1: ACHANGE, ROA, LEVERAGE, RECEIV, TATA, AUDREP, DCHANGE.