Analisis framing dalam kritik wacana

7
Analisis Framing dalam Kritik Wacana Konsep Framing Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada "cara melihat" terhadap realitas yang dijadikan berita. "Cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2004: 10-11). Terdapat beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh beberapa ahli, yang diringkas dalam table berikut (Eriyanto, 2004: 67-68): Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol

Transcript of Analisis framing dalam kritik wacana

Page 1: Analisis framing dalam kritik wacana

Analisis Framing dalam Kritik Wacana

Konsep Framing

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media

atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada "cara melihat" terhadap realitas yang dijadikan

berita. "Cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing

adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis

framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.

Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang

berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang

ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis

framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama,

melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan

mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2004: 10-

11).

Terdapat beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh beberapa ahli, yang

diringkas dalam table berikut (Eriyanto, 2004: 67-68):

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian

tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan

aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan-penempatan

informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu

mendapatkan alokasi lebih besar dari pada sisi yang lain.

William A. Gamson Cara bercerita atau gagasan ide-ide yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna

peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah

kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau

struktur pemahaman yang digunakan individu untuk

mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan,

serta untuk menfasirkan makna pesan-pesan yang ia

Page 2: Analisis framing dalam kritik wacana

terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada

khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam

pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian

khalayak pembaca melalui proses seleksi, pengulangan,

penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow dan

Robet Benforrd

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi

yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem

kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,

anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat

tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk

menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan

melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung.

Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam

bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu

individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat

kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi,

menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas

dan konvensi pembentukan berita.

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya

untuk menganalisis teks media. Menurut Agus Sudibyo dalam Sobur, Gagasan

mengenai  framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955. Mulanya,

frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir

pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar

untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada

Page 3: Analisis framing dalam kritik wacana

1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang

membimbing individu dalam membaca realitas.

Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu

komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus

sebuah realita oleh media.

Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan

pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas

komunikasi. Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi,

akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, analisis framing juga

membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk

menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis

berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya.

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau

ideologi media saat mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,

penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti

atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya. Dengan kata lain,

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang

digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau

perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan

dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut (Sobur, 2004: 161-162).

Teknik Framing

Secara teknis, tidak mungkin bagi seorang jurnalis untuk mem-framing seluruh bagian

berita. Artinya, hanya bagian dari kejadian (happening) penting dalam sebuah berita saja yang

menjadi objek framing jurnalis. Namun, bagian-bagian kejadian penting ini sendiri merupakan

salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah peristiwa atau ide

yang diberitakan.

Menurut Entmen dalam Muhammad Qodari, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni: pertama, pada identifikasi masalah (problem identification), yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau negatif apa; kedua, pada identifikasi penyebab masalah (causal

Page 4: Analisis framing dalam kritik wacana

interpretation), yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah; ketiga, pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas penyebab masalah; dan keempat, saran penanggulangan masalah (traetment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksikan hasilnya (Sobur, 2004: 172-173).

Abrar dalam Sobur menyebutkan, pada umumnya terdapat empat teknik mem-framing berita

yang dipakai wartawan, yaitu: (1) Cognitive dissonance (ketidaksesuaian sikap dan perilaku); (2)

empati (membentuk "pribadi khayal"); (3) Packing (daya tarik yang melahirkan

ketidakberdayaan); (4) Asosiasi (menggabungkan kondisi, kebijakan, dan objek yang sedang

aktual dengan fokus berita).

Jika, misalnya, seorang wartawan ingin mem-framing berita tentang kekerasan terhadap

perempuan dengan berempati pada korban, tidak berarti ia mesti melupakan kaidah jurnalistik

yang paling elementer, seperti nilai berita, layak berita, dan bias berita. Artinya, mereka harus

tetap mematuhi dan menjunjung tinggi semua kaidah itu secara seksama. Setelah tahapan itu

dilalui, barulah ia melakukan framing terhadap berita.

Sekurangnya, ada tiga bagian berita yang menjadi fokus objek framing seorang

wartawan, yakni: judul berita, fokus berita, dan penutup berita. Judul berita di-framing dengan

menggunakan teknik empati, yaitu menciptakan "pribadi khayal" dalam diri khalayak, sementara

khalayak diangankan menempatkan diri mereka seperti korban kekerasan atau keluarga dari

korban kekerasan, sehingga mereka bisa merasakan kepedihan luar biasa.

Kemudian, fokus berita di-framing dengan menggunakan teknik asosiasi, yaitu

menggabungkan kebijakan aktual dengan fokus berita. Kebijakan dimaksud adalah

penghormatan terhadap perempuan. Dengan menggabungkan kebijakan tersebut dalam fokus

berita, khalayak akan memperoleh kesadaran bahwa masih ada kekerasan terhadap perempuan,

sekalipun usaha untuk menguranginya sudah dilakukan oleh berbagai kalangan. Kesadaran ini

diharapkan bisa memicu khalayak untuk ikut berperan serta dalam mengurangi kekerasan

terhadap perempuan. Untuk itu, wartawan perlu mengetahui secara persis kondisi riil pencegahan

kekerasan terhadap perempuan.

Selanjutnya, penutup berita di-framing dengan menggunakan teknik packing, yaitu

menjadikan khalayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita. Apa pun inti

Page 5: Analisis framing dalam kritik wacana

ajakan, khalayak menerima sepenuhnya. Sebab mereka tidak berdaya sama sekali untuk

membantah kebenaran yang direkonstruksikan berita (Sobur, 2004: 173-174).

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2004, Yogyakarta: LKis.

Sobur, Alex, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya.