ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH...
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan studi akhir
dan untuk memperoleh Gelar Sajana Ekonomi pada Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang
Oleh :
Nama : Nasriyatun
NIM : 14.05.52.0045
Program Studi : S.1 Akuntansi
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2018
v
MOTTO
Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang-orang pesimis
terpaku pada duri dan melupakan mawarnya..
(Kahlil Gibran)
Seberapa besar kesuksesan Anda bisa diukur dari seberapa kuat keinginan Anda,
setinggi apa mimpi-mimpi Anda, dan bagaimana Anda memperlakukan
kekecewaan dalam hidup Anda.
(Robert Kiyosaki)
Kemuliaan paling besar bukanlah karena kita tidak pernah terpuruk, tapi karena
kita selalu mampu bangkit setelah terjatuh.
(Oliver Goldsmith)
Anda tak akan pernah menang jika Anda tidak pernah memulai.
(Helen Rowland)
Do you want to know who you are? Don't ask. Act! Action will delineate and
define you.
(Thomas Jeffersson)
Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik (untuk
memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong).
(HR. Muslim)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku, Ibu Fajariyah dan Bapak Sutarman yang senantiasa
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dorogan, motivasi dan segala
pengorbanan yang diberikan selama ini serta semangatnya berjuang untukku.
2. Keluarga dan saudara saya yang selalu memberikan semangat disaat saya
berada di masa sulit.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank,
yang telah membimbing dan membagikan ilmunya dan juga membantu saya
selama ini.
4. Terima kasih untuk Bapak Achmad Badjuri, SE,M.Si.Ak.CA yang dengan
sabar membimbing dan memberikan motivasi sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini dengan tepat waktu.
5. Teman-teman seangkatan Universitas Stikubank Semarang khususnya Fakultas
Ekonomika dan Bisnis terimakasih atas kebersamaannya selama kuliah. Serta
untuk semua pihak yang belum penulis sebutkan, terimakasih atas doa dan
dukungannya.
(Nasriyatun)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran pemerintah
daerah, umur pemerintah daerah, temuan audit, diferensiasi fungsional, tingkat
ketergantungan dan pembiayaan utang terhadap tingkat pengungkapan LKPD
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Populasi penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
selama tahun anggaran 2014-2016 yang telah di audit oleh BPK. Sampel yang
digunakan sebanyak 105 laporan keuangan pemerintah daerah adalah semua
populasi dijadikan sampel. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda dengan program SPSS 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Temuan Audit dan Pembiayaan
Utang berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Diferensiasi Fungsional dan Tingkat Ketergantungan berpengaruh negatif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Sedangkan Ukuran Pemerintah
Daerah dan Umur Pemerintah Daerah tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
Kata kunci : Ukuran Pemerintah Daerah, Umur Pemerintah Daerah, Temuan
Audit, Diferensiasi Fungsional, Tingkat Ketergantungan, Pembiayaan Utang
viii
ABSTRACT
This study is examines and analyze the effect of size of the local goverment
, age of the local government, find audite, functional diferentiation,
intergovermental revenue, and the leverage on the level of disclosure LKPD
Regency / City in Central Java Province.
This study population was District / City of Central Java Province during
the years 2014-2016 that have been audited by BPK. The sample used is 105 local
government financial statements are all the population sampled. This research
data analysis methods using the multiple linear regression analysis by SPSS 19.
The result showed that find audite and leverage have significant positive
effect on the level of disclosure LKPD. Intergovermental Revenue and
Functutional Diferentiation have significant negative effect on the level of
disclosure LKPD. While variabels size of local goverment, and age of local
government does not affect the level of Disclosure LKPD.
Keywords: Level of Disclosure LKPD, Size of local government, Age of Local
Government, Find Audite, Functutional Diferentiation, Intergovermental Revenue
and Leverage.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT
PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Program Strata Satu (S-1) Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang.
Dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi
ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasi sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Safik Faozi, SH, M.Hum. Selaku Rektor Universitas Stikubank
Semarang
2. Ibu Dr. Euis Soliha, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Stikubank Semarang.
3. Ibu Cahyani Nuswandari, SE.,M.Si.,Akt.CA. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Univesitas Stikubank Semarang.
4. Bapak Achmad Badjuri, SE.,M.Si.,Akt.CA, selaku dosen pembimbing
yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Maryono, SE,A.Kp,M.M.,Ak Selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
6. Bapak Wardjono, DRS, M.M Selaku dosen penguji III yang telah
memberikan masukan ke dalam perbaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu dosen khususnya Program Studi S1 Akuntansi yang telah
memberikan bekal ilmu selama belajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Stikubank Semarang.
8. Seluruh staf dan Karyawan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Stikubank Semarang.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ....................................................... iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 10
1.3. Tujian Penelitian .................................................................................................. 11
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 14
2.1. Landasan Teori .................................................................................................... 14
2.1.1. Teori Stewardship ..................................................................................... 14
2.1.2. Tingkat Pengungkapan LKPD .................................................................. 15
2.1.3. Ukuran Pemerintah Daerah ...................................................................... 17
2.1.4. Umur Pemerintah Daerah .......................................................................... 18
2.1.5. Temuan Audit ............................................................................................ 19
2.1.6. SKPD ......................................................................................................... 20
2.1.7. Tingkat Ketergantungan ............................................................................ 21
2.1.8. Pembiayaan Utang ..................................................................................... 23
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 23
xii
2.3. Pengembangan Hipotesis .................................................................................... 27
2.3.1. Ukuran Pemerintah Daerah dan Tingkat Pengungkapan LKPD ............... 27
2.3.2. Umur Pemerintah Daerah dan Tingkat Pengungkapan LKPD .................. 28
2.3.3. Temuan Audit dan Tingkat Pengungkapan LKPD ................................... 29
2.3.4. SKPD dan Tingkat Pengungkapan LKPD ................................................ 30
2.3.5. Tingkat Ketergantungan dan Tingkat Pengungkapan LKPD .................... 31
2.3.6. Pembiayaan Utang dan Tingkat Pengungkapan LKPD ............................ 31
2.4. Model Empirik Penelitian ................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 34
3.1. Objek Penelitian .................................................................................................. 34
3.2. Populasi dan Pengambilan Sampel ...................................................................... 34
3.2.1. Populasi Penelitian .................................................................................... 34
3.2.2. Sampel Penelitian ...................................................................................... 34
3.3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengambilan Data ..................................................... 34
3.3.1. Jenis Data .................................................................................................. 34
3.3.2. Sumber Data .............................................................................................. 35
3.3.3. Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 35
3.4. Definisi Konsep, Operasional, dan Pengukuran Variabel ................................... 35
3.4.1. Definisi Konsep ......................................................................................... 35
3.4.2. Variabel Dependen .................................................................................... 36
3.4.3. Variabel Independen.................................................................................. 37
3.4.3.1. Ukuran Pemerintah Daerah ........................................................... 37
3.4.3.2. Umur Pemerintah Daerah ............................................................. 37
3.4.3.3. Temuan Audit ............................................................................... 38
3.4.3.4. Diferensiasi Fungsional ................................................................ 39
3.4.3.5. Tingkat Ketergantungan ............................................................... 39
3.4.3.6. Pembiayaan Utang ........................................................................ 40
3.5. Metode Analisis Data .......................................................................................... 41
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................................... 41
3.5.2. Uji Normalitas ........................................................................................... 41
3.5.3. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................... 42
xiii
3.5.3.1. Uji Multikolonieritas ..................................................................... 42
3.5.3.2. Uji Autokorelasi ............................................................................ 43
3.5.3.3. Uji Heterokedastisitas ................................................................... 44
3.6. Pengujian Model Penelitian ................................................................................. 44
3.6.1. Analisis Regresi Berganda ....................................................................... 44
3.7.Uji Model ............................................................................................................. 46
3.7.1. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................................... 46
3.7.2. Uji Statistik F ............................................................................................ 46
3.8.Pengujian Hipotesis .............................................................................................. 47
3.8.1. Uji Statistik t .............................................................................................. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 48
4.1.Populasi dan Sampel ............................................................................................ 48
4.2. Statistik Deskriptif ............................................................................................... 48
4.3. Uji Normalitas ..................................................................................................... 51
4.4. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................... 52
4.4.1. Uji Multikolonieritas ................................................................................. 52
4.4.2. Uji Autokorelasi ........................................................................................ 53
4.4.3. Uji Heterokedastisitas ............................................................................... 54
4.5. Analisis Regresi Berganda ................................................................................. 55
4.6. Uji Model ............................................................................................................ 56
4.6.1. Uji Koefesien Determinasi (R2) ................................................................ 56
4.6.2. Uji F ........................................................................................................... 57
4.7. Uji Hipotesis (Uji t) ............................................................................................. 57
4.7.1. Pembahasan ............................................................................................... 60
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 68
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 68
5.2. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 68
5.3. Saran Penelitian ................................................................................................... 69
5.4. Implikasi Penelitian ............................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 75
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Opini LKPD Tahun 2014-2016 ....................................................................... 5
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 26
Tabel 3.1. Pengukuran Variabel ..................................................................................... 40
Tabel 4.1. Hasil Uji Analisis Deskriptif .......................................................................... 49
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas ...................................................................................... 51
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................................ 52
Tabel 4.4. Hasil Uji Autokolerasi .................................................................................. 53
Tabel 4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 54
Tabel 4.6. Hasil Uji Analisis Regresi Berganda ............................................................. 55
Tabel 4.7. Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................................... 56
Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik F ........................................................................................ 57
Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis t) ..................................................................................... 58
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Empirik Penelitian .......................................................................... 33
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ........................................................................ 82
Lampiran 2 Tabulasi Data ............................................................................................ 86
Lampiran 3 Hasil Olah Data ........................................................................................ 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai
badan publik yang bertugas sebagai pengelola anggaran yang dahulu tertutup
dalam pertanggungjawaban laporan keuangan sekarang sudah semakin terbuka.
Proses pengelolaan keuangan pemerintah yang berjalan sekarang ini bermula dari
reformasi politik tahun 1998 yang merubah hampir seluruh roda pemerintahan
dimulai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang mana telah mengubah sistem pelaksanaan pemerintah
daerah, urusan pemerintah yang sebelumnya sebagian besar ditangani oleh
pemerintah pusat kini sebagian besar urusan rumah tangga pemerintah daerah
ditangani sendiri oleh pemerintah daerah.
Undang-undang telah mengamanahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai daerah
otonomi, berdiri sendiri termasuk dalam hal pengelolaan keuangan daerah dan
mempertanggungjawabkannya kepada Pemerintah Pusat, DPRD maupun
masyarakat. Sebagai upaya dari pemerintah dalam melaksanakan Undang-undang
tersebut yaitu dengan mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik dengan cara
menjalankan pemerintahan dengan efektif, efisien dan transparan terutama dalam
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, pemerintah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan Undang-undang Nomor 17 Tahun
2
2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Keuangan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Selain payung hukum diatas untuk mewujudkan transparansi anggaran pemerintah
telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan untuk mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
2005, ada perbedaan mendasar atas kedua peraturan tersebut yaitu pada transaksi
yang dilakukan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 pencatatan transaksi
berbasis kas sedangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
pencatatan transaksi berbasis akrual. Terdapat 2 lampiran dan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yaitu lampiran I merupakan Standar Akuntansi
Pemerintah berbasis akrual yang akan dilaksanakan secara penuh selambat-
lambatnya mulai tahun 2014 sedangkan lampiran II merupakan Standar
Pemerintah berbasis kas menuju akrual yang berlaku sampai tahun 2014, yang
berlaku bagi pemerintah daerah yang belum siap menerapkan SAP berbasis
akrual. Lampiran II merupakan lampiran yang memuat kembali seluruh aturan
yang ada pada PP Nomor 24 Tahun 2005 tanpa perubahan sama sekali.
Untuk melaksanakan Undang-undang tersebut Kementrian Dalam Negeri
mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425). Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2003 Pasal 1 point 15
menyebutkan bahwa pengungkapan adalah laporan keuangan yang menyajikan
secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Selanjutnya untuk
3
point 16 sampai dengan 22 menyebutkan komponen laporan keuangan pemerintah
baik pusat maupun daerah antara lain Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Neraca, Laporan
Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor I Paragraf 24
menyatakan bahwa entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan
terhadap anggaran. Begitu pula dalam paragraf-paragraf selanjutnya yang
menjelaskan pentingnya pengungkapan semua informasi keuangan yang
dibutuhkan pengguna sebab hal ini untuk menghindari adanya kekeliruan dan
kesalahpahaman dalam membaca laporan. Pemenuhan akan adanya
pengungkapan akan mempermudah pengguna laporan keuangan dalam
memahami isi dari laporan keuangan tersebut, pengungkapan laporan keuangan
yang bersifat wajib sesuai dengan PSAP yang akan dijadikan dasar dalam
penelitian ini.
Pedoman standar akuntansi pemerintahan sangat diperlukan oleh pemerintah
sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang baik serta memiliki
daya banding sehingga dapat menyajikan informasi yang bernilai bagi pihak-
pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi merupakan landasan atau petunjuk
bagi pemerintah untuk melakukan praktek atau kegiatan dibidang akuntansi
pemerintahan sehingga menghasilkan laporan akuntabel sesuai dengan amanah
undang-undang.
4
Data dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) menunjukkan
bahwa atas 537 LKPD pemerintah daerah di seluruh Indonesia Tahun 2016 BPK
memberikan 375 opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau 70% WTP, 139
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau 26% WDP, 23 opini Tidak
Menyatakan Pendapat (TMP) atau 1% TMP (IHPS I Tahun 2017). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam penyajian laporan keuangan
sesuai SAP. Beberapa pemerintah daerah yang belum memperoleh opini WTP
umumnya disebabkan masih adanya kelemahan dalam penyajian laporan
keuangan dalam hal ini ada beberapa akun disajikan tidak sesuai dengan SAP,
termasuk didalamnya pengungkapan wajib yang belum di lakukan oleh
pemerintah daerah sehingga mempengaruhi opini BPK.
Sedangkan LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah mulai tahun 2014
sampai dengan 2016 masih dibawah 50% yang mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari BPK. Hal tersebut hampir sama dengan hasil audit BPK
secara nasional dimana pemerintah daerah belum dapat menyajikan laporan
keuangan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
ada. Salah satu faktor yang mempengaruhi opini BPK adalah pengungkapan wajib
dalam laporan keuangan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK yang dilaporkan dalam Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Sementara I Tahun 2017, pemerintah daerah masih terdapat banyak
kelemahan dalam menyajikan laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) dan yang paling besar adalah penyajian akun aset tetap
dibandingkan akun-akun yang lain. Hal tersebut tentunya menjadi pekerjaan besar
5
bagi pemerintah daerah agar kedepan penyajian laporan keuangan terutama aset
tetap dapat disajikan sesuai SAP. Berikut tabel opini BPK tentang LKPD
Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2014-2016 :
Tabel 1.1
Opini LKPD Tahun 2014-2016
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Pemda Tahun
Kabupaten Kota
WTP WDP TW TW TMP Total WTP WDP TW TW TMP Total
2014 10 19 0 0 0 29 1 5 0 0 0 6
35% 65% 0% 0% 0% 100% 17% 83% 0% 0% 0% 100%
2015 18 11 0 0 0 29 2 4 0 0 0 6
62% 38% 0% 0% 0% 100% 28% 72% 0% 0% 0% 100%
2016 25 4 0 0 0 29 5 1 0 0 0 6
86% 14% 0% 0% 0% 100% 83% 17% 0% 0% 0% 100%
Rata-Rata
53 34 0 0 0 87 8 10 0 0 0 18
61% 31% 0% 0% 0% 100% 43% 57% 0% 0% 0% 100%
Sumber : IHPS I Tahun 2015, 2016, 2017
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkann bahwa pemerintah belum
sepenuhnya melakukan pengungkapan dalam laporan keuangannya, Suhardjanto
dan Yulianingtyas (2011) dengan hasil 30,85%, Setyowati (2016) menunjukkan
hasil 64% dengan sampel pemerintah daerah seluruh Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) masih menjadi perdebatan. Penelitian serupa pernah
dilakukan oleh Setyowati (2016), Girsang dan Yuyetta (2015), Maulana dan
Handayani (2015), Waliyani dan Mahmud (2015), Hendriyani dan Tahar (2015),
Khasanah dan Raharjo (2014), Setyaningrum dan Syafitri (2012), Suhardjanto dan
Yuliningtyas (2011). Namun hasil penelitian terdahulu masih terdapat perbedaan-
perbedaan. Ada beberapa faktor yang memiliki hasil penelitian yang berbeda yaitu
ukuran pemerintah daerah, umur pemerintah daerah, temuan audit, tingkat
ketergantungan, diferensiasi fungsional dan hutang pemerintah daerah.
6
Ukuran organisasi menunjukkan seberapa besar suatu organisasi tersebut.
Organisasi besar lebih cenderung memiliki banyak aturan dan ketentuan daripada
organisasi kecil (Syafitri dan Setyaningrum, 2012). Pemda yang memiliki ukuran
besar dituntut untuk melakukan transparansi atas pengelolaan keuangannya
sebagai bentuk akuntabilitas publik melalui pengungkapan informasi yang lebih
banyak dalam laporan keuangan. Dalam penelitian Khasanah dan Raharjo (2014)
menunjukkan bahwa ukuran pemda berpengaruh positif signifikan terhadap
Tingkat Pengungkapan LKPD. Hal ini sejalan dengan penelitian Mardiana dan
Rahayu (2016) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh
positif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD. Namun penelitian yang
dilakukan oleh Mahmud dan Walliyani (2015) yang menunjukkan adanya
hubungan positif tidak signifikan antara pemerintah daerah dengan tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Umur Pemerintah Daerah dapat diartikan seberapa lama organisasi tersebut ada
berdasarkan undang-undang tentang pembentukkan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah yang memiliki umur administratif yang lebih lama akan
semakin berpengalaman dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menyajikan laporan keuangannya secara wajar sesuai dengan SAP (Walliyani dan
Mahmud, 2015). Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Raharjo dan Hasanah (2014), Suransi, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa umur pemda tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
7
Temuan-temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK
terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah
terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Semakin besar jumlah temuan maka semakin besar
jumlah temuan maka semakin besar jumlah tambahan pengungkapan yang akan
diminta oleh BPK dalam laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ernawati (2016) menyatakan bahwa temuan audit mempunyai pengaruh
signifikan positif terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mahmud dan Walliyani (2015) yang menyatakan
bahwa temuan audit berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tahar dan Hendrayani (2015).
Diferensiasi fungsional dalam pemerintah daerah kabupaten dan kota lebih
dikenal dengan nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan untuk tahun
2017 berubah nama menjadi Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Jumlah SKPD
di masing-masing pemerintah daerah menggambarkan jumlah urusan yang
menjadi prioritas pemerintah daerah dalam membangun daerahnya. Dalam hal
laporan pertanggungjawaban merupakan kumpulan laporan dari masing-masing
SKPD sehingga semakin banyak SKPD semakin komplek juga laporan keuangan
yang dibuat.
Dari beberapa penelitian terdahulu tentang SKPD menunjukkan hasil yang
berbeda, Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri dan Setyaningrum (2012)
menunjukkan bahwa SKPD berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat
8
pengungkapan LKPD. Selain itu, penelitian Setyowati (2016) menunjukkan hasil
hubungan negatif tidak signifikan antara SKPD dengan tingkat pengungkapan
LKPD. Hasil yang berbeda juga dilakukan oleh Suransi, dkk (2015) yang
menunjukkan bawha SKPD berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD. Hal yang berbeda juga terjadi pada penelitian Raharjo dan
Hasanah (2014), bahwa SKPD mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap
tingkat pengungkapan LKPD.
Tingkat Ketergantungan adalah jenis pendapatan pemerintah daerah yang berasal
dari transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk membiayai operasi
pemerintah daerah. Pada Tingkat Ketergantungan juga menunjukkan hasil yang
berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Suransi, dkk (2015) yang menghasilkan
positif signifikan antara Tingkat Ketergantungan dengan tingkat pengungkapan
LKPD. Namun, pada penelitian Syafitri dan Setyaningrum (2012) menghasilkan
hubungan negatif signifikan antara Tingkat Ketergantungan dan tingkat
pengungkapan LKPD. Hasil yang berbeda juga menunjukkan bahwa Tingkat
Ketergantungan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD yang diteliti oleh Raharjo dan Hasanah (2014) dan
Setyowati (2016).
Kewajiban atau utang merupakan transaksi yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 09). Patrick (2007)
menyebutkan pengukuran terbaik untuk pembiayaan utang adalah dengan
membandingkan total utang dengan total aset karena aset adalah jaminan dari
9
pembiayaan utang. Dalam penelitian Waliyani dan Mahmud (2015) yang
menemukan bahwa utang pemerintah daerah berpengaruh negatif tidak signifikan.
Sedangkan, penelitian yang dilakukan Girsang dan Yuyeta (2015) menunjukkan
hasil negatif signifikan. Namun penelitian Patrick (2007) menemukan bahwa
utang pemerintah daerah berpengaruh positif terhada tingkat pengungkapan
LKPD.
Berdasarkan hasil penelitian yang tidak konsisten dengan variabel-variabel
tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisis lebih dalam tentang
Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas maka permasalahan
yang akan diteliti dalam masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
2. Bagaimana Umur Pemerintah Daerah berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
3. Bagaimana Temuan Audit berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
4. Bagaimana SKPD berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
10
5. Bagaimana Tingkat Ketergsntungan berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
6. Bagaimana Pembiayaan Utang berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi jawaban atas rumusan masalah yang
telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan peneliti adalah :
1. Menguji dan Menganalisis pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah
terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).
2. Menguji dan Menganalisis pengaruh Umur Pemerintah Daerah
terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).
3. Menguji dan Menganalisis pengaruh Temuan Audit terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
4. Menguji dan Menganalisis pengaruh SKPD terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
5. Menguji dan Menganalisis pengaruh Tingkat Ketergantungan terhadap
tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
11
6. Menguji dan Menganalisis pengaruh Pembiayan Utang terhadap
tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi,
terutama akuntansi sektor publik, berkaitan dengan tingkat
pengungkapan wajib dalam LKPD.
b. Sebagai bahan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Daerah
Menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat pengungkapan laporan
keuangan yang dilaporkan dan dilakukan perbaikan pelaporan untuk periode
berikutnya sesuai dengan peraturan SAP yang ada.
b. Bagi Masyarakat
Menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk mengetahui tingkat
pengungkapan dalam LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
c. Bagi Penulis Selanjutnya
12
Menjadi sumber pengetahuan dan hasil penelitian yang dilakukan diharapkan
dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengungkapan LKPD.
3. Kontribusi Kebijakan
Menjadi dasar evaluasi dan menentukan kebijakanbagi Pemerintah Pusat dalam
menentukan penilaian terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Stewardship
Secara umum tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Selain itu,
sebagai wujud pelaksanaan good governance yang baik salah satunya berupa
upaya pertanggungjawaban melalui pembuatan laporan keuangan. Agar hal
tersebut dapat tercapai maka diperlukan suatu pengungkapan yang jelas mengenai
data akuntansi dan informasi lainnya yang relevan. Teori stewardship adalah teori
yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh
tujuan-tujuan individu seperti materi dan uang tetapi lebih ditujukan pada sasaran
hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi (Raharjo, 2007). Teori ini
mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para
penerima amanah (steward) termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan pihak
pemberi amanah (principal), selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan
organisasinya sebab steward berusaha mencapai sasaran organisasinya. Dengan
kata lain hubungan yang terjadi antara prinsipal dan pemerintah sebagai steward,
ialah hubungan yang terjalin karena adanya sifat dasar manusia yang dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas,
14
dan kejujuran terhadap pihak lain (Sari, 2007) dalam Raharjo dan Hasanah
(2014).
Pemerintah sebagai pihak yang memiliki banyak informasi dan bertanggungjawab
atas kepercayaan yang telah diberikan rakyat (dalam masa pemilu) memiliki
kesadaran untuk terus mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Adanya
kesadaran ini sebagai upaya dalam mengaktualisasi diri sebagai pegawai
pemerintah yang patuh maupun untuk tujuan politik seperti mencari simpati agar
bisa terpilih dalam pemilu selanjutnya, dan upaya dalam mendapat kepercayaan
publik.
2.1.2 Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan. Entitas pelaporan yang dimaksud menurut PP Nomor 71
Tahun 2010 adalah Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang
bertujuan umum, yang terdiri dari : (a)Pemerintah Pusat; (b)Pemerintah Daerah;
(c)Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat; (d)Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud
wajib menyajikan laporan keuangan.
15
Laporan keuangan adalah bentuk penyajian informasi keuangan suatu entitas
selama periode tertentu yang dapat menggambarkan kinerja entitas
tersebut.Susanti (2010) dalam Handayani dan Kusuma (2017) menyatakan bahwa
laporan keuangan sebagai salah satu informasi yang secara formal wajib
dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap
pengelola sumber daya pemilik, serta jendela informasi yang memungkinkan bagi
pihak-pihak diluar manajemen mengetahui kondisi entitas tersebut. Laporan
keuangan pemerintah daerah adalah suatu bentuk pertanggungjawaban pemerintah
daerah kepada masyarakat yang berisi sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau
kewajiban suatu entitas pemerintah pada periode tententu yang disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah yang komprehensif adalah salah satu alat untuk dapat mendukung
terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik.
Salah satu alat untuk mendukung terciptanya transparansi akuntabilitas publik
adalah melalui penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah. Motif pelaporan
keuangan dilakukan untuk kepentingan: (1) akuntabilitas, berarti
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, (2) manajemen, dimaksudkan membantu para pengguna untuk
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode
pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk
kepentingan masyarakat, (3) transparansi, yaitu memberikan informasi keuangan
16
yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjwaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan
dan (4) keseimbangan antar generasi, yaitu membantu para pengguna dalam
mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan
datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
2.1.3 Ukuran Pemerintah Daerah
Sumarjo dan Lesmana (2010) menggunakan total aset Pemerintah daerah sebagai
proksi untuk variabel ukuran Pemerintah daerah karena aset menunjukkan sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
dapat diperoleh.Ukuran pemda merupakan sumber daya yang digunakan entitas
untuk melakukan kegiatan operasional entitas. Semakin besar jumlah aset maka
akan semakin besar sumber daya yang bisa digunakan untuk melakukan
pengungkapan yang lebih besar. Pemerintah daerah yang memiliki ukuran besar
dituntut untuk melakukan transparansi atas pengelolaan keuangannya sebagai
bentuk akuntabilitas publik melalui pengungkapan informasi yang lebih banyak
dalam laporan keuangan.
Rachmawati (2016) dalam Handayani dan Kusuma (2017) menjelaskan bahwa
ukuran adalah suatu tolok ukur atau acuan untuk mengetahui seberapa besar,
sedang, atau kecil suatu objek tertentu. Jika objek tertentu dikaitkan dengan
17
instansi atau organisasi, ukuran dapat dilihat secara langsung (fisik) maupun tidak
langsung. Tetapi pengukuran suatu organisasi atau instansi tidak harus
berdasarkan pada fisiknya saja, seperti besar dan luas kantor instansi tersebut
karena tidak ada tolok ukur yang pasti tentang hal tersebut.
2.1.4 Umur Pemerintah Daerah
Umur pemerintah daerah dapat diartikan seberapa lama pemerintah daerah ada.
Secara legal, pembentukan suatu pemerintah daerah ditetapkan dalam suatu
undang-undang. Semakin lama keberadaan suatu pemerintah daerah, maka secara
pengalaman lebih unggul daripada pemerintah daerah yang masih baru. Begitu
juga yang berkaitan dengan sistem administrasi, pemerintah daerah dengan umur
yang lebih tua dengan berbagai pengalamannya akan memiliki proses administrasi
dan pencatatan yang lebih baik.Pemerintah daerah yang memiliki umur yang lebih
lama akan semakin berpengalaman dan memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam menyajikan laporan keuangannya secara wajar sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Hal ini disebabkan karena laporan keuangan
tahun sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksaaan
Keuangan (BPK) dan hasil evaluasinya akan ditindaklanjuti untuk memperbaiki
penyajian laporan keuangan pemerintah daerah pada tahun anggaran berikutnya
(Setyaningrum, 2012).
2.1.5 Temuan Audit
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan
diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang
disajikan secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi
18
pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan
bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menilai kebenaran, kecermatan, kreadibilitas dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan keuangan negara dilakukan oleh BPK dengan memeriksa keuangan,
kinerja, serta pemeriksaan lain dengan tujuan tertentu. Hasil dari pemeriksaan
BPK tersebut berupa temuan, opini, kesimpulan, serta dapat pula berbentuk
rekomendasi.
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap
laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap
ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Adanya temuan ini menyebabkan BPK akan meminta adanya
peningkatan pengungkapan dan koreksi. Sehingga, semakin besar jumlah temuan
maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangannya.
Pengungkapan yang lebih dilakukan sebagai upaya perbaikan dan koreksi atas
temuan audit yang ditemukan BPK dan menunjukkan pada publik adanya
perbaikan kualitas yang dilakukan pemerintah daerah atas saran dari BPK.
2.1.6 SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah
daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
19
menjelaskan bahwa SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah
yang bertanggungjawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas sekretaris daerah, dinas daerah
dan lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai
kebutuhan daerah.
Jumlah SKPD menggambarkan jumlah urusan yang menjadi prioritas pemerintah
daerah dalam membangun daerah. Semakin banyak urusan yang menjadi prioritas
pemerintah daerah maka semakin kompleks pemerintah tersebut. Semakin
kompleks suatu pemerintahan dapat berarti semakin banyak jumlah SKPDnya.
Semakin banyak jumlah SKPD semakin banyak informasi yang harus
diungkapkan sebagai upaya mengurangi asimetri informasi dan menunjukkan
kinerja steward yang semakin baik. Selain itu, semakin banyaknya jumlah SKPD
dalam suatu pemerintahan akan mengakibatkan pemenuhan pengungkapan
laporan keuangan pemerintah daerah semakin tinggi. Semakin banyak diferensiasi
fungsional dalam pemerintah daerah akan semakin banyak ide, informasi, dan
inovasi yang tersedia terkait pengungkapan (Mandasari, 2009).
2.1.7 Tingkat Ketergantungan
Tingkat Ketergantungan adalah jenis pendapatan pemerintah daerah yang berasal
dari transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk membiayai operasi
pemerintah daerah. Tingkat Ketergantungan merupakan bagian dari pendapatan
yang berasal dari lingkungan eksternal dan besarnya ketergantungan pemerintah
daerah dari transfer pemerintah pusat (Sumarjo, 2010).
20
Pada penelitian Cahyat (2004), Tingkat Ketergantungandikenal dengan dana
perimbangan. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dengan adanya era desentralisasi, pengawasan keuangan terhadap
pemerintah daerah harus lebih efektif dilakukan oleh pemerintah pusat agar
tercipta suasana pemerintahan daerah yang transparan dan akuntabel. Pengawasan
yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan membentuk Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang melaksanakan fungsi pengawasan
keuangan internal dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) yang melakukan
fungsi pengawasan eksternal. Semakin besar tingkatketergantunganmendorong
pemerintah daerah untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangan sebagai
bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya karena sumber
keuangannya berasal dari pihak eksternal.
Menurut Sudarsana (2013) ada beberapa cara menghitung DAU menurut
ketentuan yaitu sebagai berikut:
1. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari penerimaan dalam
negeri yang ditetapkan APBN.
2. DAU untuk daerah provinsi ialah 10%, sedangkan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan sebesar 90%, dari dana alokasi umum
sebagaimana ditetapkan diatas.
3. DAU untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan
berdasarkan hasil perkalian jumlah dana alokasi umum untuk daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
21
4. Sedangkan yang dimaksud dengan porsi daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud diatas merupakan proporsi bobot daerah
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Besar DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah
yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dengan potensi daerah. DAU
yang dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sebesar-
besarnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang telah ditetapkan
oleh APBN. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota akan berbeda-beda disesuaikan dengan imbangan kewenangan
antara provinsi dengan kabupaten/kota.
2.1.8 Pembiayaan Hutang
Kewajiban atau utang merupakan transaksi yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah (SPAP No. 09). Patrick (2007) menyebutkan pengukuran terbaik
untuk pembiayaan utang adalah dengan membandingkan total utang dengan total
aset karena aset merupakan jaminan dari pembiayaan utang. Pada sektor
pemerintahan pihak kreditor akan menuntut pengungkapan yang lebih besar
sebagai bentuk pertanggungjawaban transparansi dan akuntabilitas atas
pembiayaan yang telah diberikan kreditor.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud dan Waliyyani (2015) tentang Pengaruh
Karakteristik Pemerintah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah di Indonesia, yang meneliti pengaruh size, umur pemerintah
22
daerah, temuan audit, leverage, dan tingkatketergantungan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa size dan temuan audit berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah. Sedangkan variabel
umur pemerintah daerah berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah, dan variabel
tingkatketergantungan menunjukkan hasil negatif tidak signifikan terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan daerah.
Penelitian Ernawati (2016) yang berjudul Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah,
Jumlah SKPD, Umur Pemerintah Daerah dan Temuan Audit terhadap Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah dan umur pemerintah daerah
berpengaruh Negatif Signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Disisi lain
SKPD dan temuan audit mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
Penelitian Raharjo dan Hasanah (2014) yang berjudul Pengaruh karakteristik,
kompleksitas, dan temuan audit terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD) menunjukkan hasil bahwa ukuran pemerintah daerah
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Selain itu
umur pemerintah daerah dan temuan audit mempunyai pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hal ini berbeda dengan Tingkat
Ketergantungan dan tingkat ketergantungan yang mempunyai pengaruh positif
23
tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Namun untuk SKPD
mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Dalam penelitian Syafitri dan Setyaningrum (2012) yang berjudul Analisis
pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah dan
umur pemerintah daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tingkat
pengungkapan LKPD. Selain itu, untuk Tingkat Ketergantungan berpengaruh
negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Sedangkan, SKPD
berpengaruh positif tidak signifikn terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Penelitian Suransi, dkk (2015) yang berjudul Determinan kepatuhan pada
ketentuan pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah dan temuan audit
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Selain itu,
umur pemerintah daerah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingakat
pengungkapan LKPD. Sedangkan, Tingkat Ketergantungan, dan SKPD
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Penelitian Hilmi dan Martani (2012) yang berjudul Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Disisi lain, SKPD
dan tingkat ketergantungan mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
tingkat pengungkapan LKPD. Sedangkan temuan audit berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
24
Penelitian Girsang dan Yuyetta (2015) yang berjudul Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengungkpan LKPD, meneliti tentang pengaruh ukuran
pemerintah, SKPD, Pembiayan Utang, Tingkat ketergantungan, dan Umur
pemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan LKPD. hasil penelitian
menunjukan bahwa ukuran pemerintah daerah dan SKPD berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Disisi lain, tingkat
ketergantungan dan umur pemerintah daerah mempunyai pengaruh negatif tidak
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Tetapi, Pembiayaan utang
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti dan
Tahun
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil Penelitian
1. Ghaniyyu Mintotik
Waliyyani dan
Amir Mahmud
(2015)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
Temuan Audit
IRGOV
Pembiayaan Utang
Positif tidak signifikan
Positif tidak signifikan
Positif tidak signifikan
Negatif tidak signifikan
Negatif Signifikan
2. Tika Ernawati
(2016)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
SKPD
Temuan Audit
Negatif signifikan
Negatif signifikan
Positif signifikan
Positif signifikan
3. Nur Lailatul
Khasanah dan
Shiddiq Nur
Rahardjo (2014)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
SKPD
IRGOV
Temuan Audit
Positif signifikan
Negatif tidak signifikan
Negatif signifikan
Positif tidak signifikan
Negatif tidak signifikan
4. Dyah
Setyaningrum dan
Febriyani Syafitri
(2012)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
IRGOV
SKPD
Positif signifikan
Positif signifikan
Negatif signifikan
Positif tidak signifikan
5. Mira Feriyanti,
Hermanto, Ni
Ketut Suransi
(2015)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
SKPD
IRGOV
Temuan Audit
Negatif signifikan
Negatif tidak signifikan
Positif signifikan
Positif signifikan
Negatif signifikan
6. Amiruddin Zul
Hilmi dan Dwi
Martani (2012)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Temuan Audit
SKPD
Positif tidak signifikan
Positif signifikan
Negatif tidak signifikan
25
IRGOV Negatif tidak signifikan
7. Heri Atapson V
Girsang dan Etna
Nur Afri Yuyetta
(2015)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Ukuran Pemda
Umur Pemda
SKPD
IRGOV
Pembiayaan Utang
Positif tidak signifikan
Positif tidak signifikan
Negatif tidak signifikan
Negatif tidak signifikan
Negatif tidak Signifikan
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Ukuran Pemerintah Daerah terhadap tingkat pengungkapan LKPD
Daerah yang memiliki ukuran total aset yang lebih besar akan memiliki tuntutan
yang lebih besar untuk mengungkapkan lebih banyak dalam LKPD. Total aset
yang besar dan kompleks membutuhkan pengelolaan aset yang baik sehingga
pengungkapan lebih besar diperlukan terkait pemeliharaan dan penatausahaan aset
(Hasanah, 2014). Selain itu, total aset yang besar dan kompleks membutuhkan
pengungkapan yang lebih banyak terkait rincian masing-masing aset, kebijakan
akuntansi yang digunakan, metode penyusutan, serta kondisi dan kepemilikan
aset.
Teori stewardship menyatakan bahwa pemerintah daerah sebagai steward akan
berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan pemerintahan dengan baik sebagai
wujud pertanggungjawaban kepada principal. Berdasarkan teori tersebut, maka
dalam hal tanggungjawab pengelolaan keuangan daerah akan dilaksanakan
pemerintah daerah dengan akuntabel dan transparan yang salah satunya
diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan SAP. Dengan
demikian, berdasarkan teori stewardship pemerintah yang memiliki total aset
besar dan kompleks akan mengungkapkan lebih banyak dalam laporan
keuangannya sesuai dengan yang diharuskan oleh SAP.
26
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Raharjo (2014) didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri dan Setyaningrum (2012),
Mardiana dan Rahayu (2016) menunjukkan bahwa total aset berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut:
H1 : Ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.2 Umur Pemerintah Daerah terhadap tingkat pengungkapan LKPD
Menurut Mandasari (2009) umur pemerintah daerah dapat diartikan seberapa lama
daerah tersebut telah ada. Untuk menentukan umur suatu pemerintah daerah dapat
diperoleh dari tahun dibentuknya pemerintah tersebut berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini undang-undang pembentukan
daerah. Pemerintah daerah dengan umur yang lebih lama akan lebih
berpengalaman dan lebih baik dalam menyusun laporan keuangannya sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) di bandingkan dengan Pemerintah
Daerah yang baru terbentuk.
Penelitian Walliyani (2015) dan Setyaningrum (2012) mengemukakan bahwa
umur pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
LKPD. Hubungan positif signifikan terjadi karena pemerintah daerah dengan
umur administratif yang semakin tua semakin banyak pula informasi yang
dimiliki untuk diungkapkan dibandingkan dengan pemerintah daerah yang masih
muda umur administratif baru berdiri.
27
H2 : Umur Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.3 Temuan Audit terhadap tingkat pengungkapan LKPD
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap
laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah terhadap
ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Adanya temuan ini menyebabkan BPK akan meminta adanya
peningkatan pengungkapan dan koreksi.Maulana (2015) menjelaskan bahwa
temuan audit merupakan penyimpangan, pelanggaran atau ketidakwajaran yang
ditemukan oleh auditor berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
auditor. Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK
terhadap laporan keuangan pemerintah daerah atas pelanggaran yang dilakukan
suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun tingkat kepatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil penelitian Hilmi (2012) dan Ernawati (2016) menunjukkan bahwa ukuran
pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut:
H3 : Temuan Audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.4 SKPD terhadap tingkat pengungkapan LKPD
SKPD merupakan entitas akuntansi yang wajib melakukan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan Pemda. Semakin banyak jumlah
SKPD yang dimiliki berarti semakin kompleks pemerintahan tersebut. Menurut
28
Hasanah (2014), semakin sedikit diferensiasi fungsional semakin tinggi tingkat
pengungkapan. Karena semakin sedikit SKPD maka kompleksitas semakin
menurun yang menyebabkan tingkat pengungkpan semakin tinggi atau
pengungkapan yang lebih baik.
Patrick (2007) yang menunjukkan bahwa pemerintah daerah dengan tingkat
diferensiasi fungsional yang lebih tinggi cenderung untuk melakukan
pengungkapan yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Suransi, dkk (2015) dan Ernawati (2016) bahwa adanya hubungan positif
signifikan berarti semakin banyak jumlah SKPD semakin tinggi tingkat
pengungkapan LKPD. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah
hipotesis sebagai berikut :
H4 : SKPD berpengaruh positif terhadap timgkat pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.5 Tingkat Ketergantungan terhadap tingkat pengungkapan LKPD
Dana transfer merupakan jenis pendanaan daerah yang berasal dari daerah
pemerintah pusat atau provinsi. Patrick (2007) mendefinisikan Tingkat
Ketergantungan sebagai jenis pendapatan Pemerintah Daerah untuk membiayai
operasi Pemerintah Daerah. Sebagai timbal baliknya Pemerintah Daerah
membelanjakan pendapatan transfer antar pemerintah sesuai dengan alokasi dan
petunjuk anggaran menurut Undang-undang. Oleh karena itu, pemerintah pusat
ataupun provinsi akan meminta pengungkapan yang lebih supaya untuk
memonitor kinerja pemerintah daerah atas penggunaan dana tersebut. Artinya
29
semakin besar tingkat ketergantungan maka semakin besar tingkat pengungkapan
yang dilakukan pemerintah daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Suransi, dkk (2015) menemukan hubungan positif
yang signifikan pada pengaruh tingkat ketergantungan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah
hipotesis berikut:
H5 : Tingkat Ketergantunganberpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan Lapora Keuangan Pemerintah Daerah
2.3.6 Pembiayaan Utang Terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD
Penelitian tentang pengaruh tingkat kewajiban terhadap tingkat pengungkapan
keuangan di sektor pemerintahan sudah banyak dilakukan. Dalam teori
stewardship, dimana manajer tidak termotivasi oleh tujuan-tujuan pribadi tetapi
lebih ditujukan untuk kepentingan organisasi. Perusahaan sebagai steward
memiliki dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak
eksternal, sebagai upaya untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata
investor dan pemegang saham dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban
terhadap penggunaan dana dari pihak eksternal. Dalam sektor pemerintahan,
laporan keuangan digunakan oleh kreditor sebagai alat untuk menilai kemampuan
suatu pemerintahan dalam membayar kewajibannya di masa yang telah
ditentukan.
Santoso (2003) menemukan pemerintah daerah belum memanfaatkan potensi
pinjaman daerah secara optimal untuk pembiayaan daerah. Hal ini juga
ditunjukkan dengan kecilnya tingkat pembiayaan utang, bahkan adanya
30
pemerintah daerah yang tidak melakukan pinjaman. Sehingga kewenangan yang
dimiliki pemerintah untuk memajukan pemerintahannya justru tidak dioptimalkan.
Pada sektor pemerintahan, pihak pemberi pinjaman dalam hal ini kreditur tidak
serta merta memiliki andil dalam pengambilan keputusan pihak debitur (
pemerintah daerah yang menerima pinjaman ) sehingga pembiayaan utang tidak
memberikan tekanan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan
pengungkapan LKPD. Hal ini juga mendukung bahwa pembiayaan utang tidak
mendorong pemerintah meningkatkan tingkat pengungkapan laporan
keuangannya.
Hasil penelitian Girsang dan Yuyetta (2015) menunjukkan bahwa pembiayaan
utang berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahmud dan
Waliyyani (2015) yang menyatakan bahwa pembiayaan utang berpengaruh negatif
. Besar kecilnya utang yang dimiliki pemerintah tidak serta merta membuat
pemerintahan tersebut meningkatkan pengungkapan LKPD. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut :
H6 : Pembiayaan Utang berpengaruh negatif terhadap tingkat
pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
2.4 Model Empirik Penelitian
Gambar 2.1
Model Empirik Penelitian
(+)
(+)
Ukuran Pemda
(X1)
Umur Pemda (X2)
Tingkat
Pengungkapan
LKPD (Y)
31
(+)
(+)
(+)
(-)
Temuan Audit
(X3)
Intergovermental
Revenue (X4)
Diferensiasi
Fungsional (X5)
Pembiayaan
Hutang (X6)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.4 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Kabupaten/ota Provinsi jawa Tengah yang
terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota.
3.2 Populasi Dan Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi
dalam penelitian ini adalah LKPD yang ada di Pemerintah Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2005). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik Studi Kasus Pada LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2014-2016.
3.3 Jenis, Sumber Dan Teknik Pengambilan Data
3.3.1 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan statistika. Data yang digunakan dalam
33
penelitian ini adalah data sekunder dari laporan keuangan Pemerintah Daerah
yang telah diaudit oleh BPK Tahun Anggaran 2014-2016.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan
Pemerintah Daerah yang telah diaudit oleh BPK dari Kantor BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah atau www.bpk.go.id.
3.3.3 Teknik Pengambilan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi
terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan memenuhi kriteria
pengambilan sampel. Cara yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan laporan
keuangan Pemerintah Daerah yang diperoleh melalui Kantor BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah dan www.bpk.go.id.
3.4 Definisi Konsep, Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Definisi Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah tahun anggaran 2014-2016. Untuk memperoleh hasil yang valid
maka perlu dilakukan pengujian pada masing-masing variabel dalam hipotesis
yang telah ditentukan. Penelitian ini melipatkan tujuh variabel, yang terdiri dari
enam variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ukuran pemerintah daerah, umur
pemerintah daerah, temuan audit, diferensiasi fungsional, tingkat ketergantungan
34
dan pembiayaan utang, sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
Lingkup penelitian ini hanya dibatasi oleh pendefinisian atas variabel-variabel
yang digunakan dan tidak meluas keluar definisi yang diuraikan. Berikut adalah
pembahasan definisi operasional yang menjelaskan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.4.2 Variabel Dependen
3.4.2.1 Tingkat Pengungkapan LKPD
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD). Tingkat pengungkapan LKPD yang
dimaksud adalah perbandingan antara pengungkapan yang telah disajikan dalam
LKPD dengan pengungkapan yang seharusnya disajikan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK) menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Tingkat pengungkapan LKPD ini menggambarkan seberapa besar
pengungkapan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah dibandingkan dengan
pengungkapan yang seharusnya disajikan.
Penelitian tingkat pengungkapan LKPD yang dilakukan adalah dengan
menggunakan sistem scoring. Sistem scoring yang dimaksud adalah membuat
daftar checklist pengungkapan yang diwajibkan berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang terdapat pada PP No. 71 Tahun 2010. Hilmi (2012), Lesmana
(2012) dan Khasanah (2014) dalam penelitiannya juga menggunakan sistem
scoring. Pada penelitian ini akan digunakan indeks pengungkapan dari penelitian
35
Lesmana (2012) yang memuat 46 butir pengungkapan menurut PSAP Nomor 5
samapai dengan Nomor 9 yang ditambah 7 butir pengungkapan wajib dalam
CaLK, sehingga total ada 53 butir pengungkapan yang digunakan dalam
penelitian ini.
3.4.3 Variabel Independen
3.4.3.1 Ukuran Pemerintah Daerah
Ukuran pemerintah adalah besarnya kekayaan atau dihitung dengan total aset
yang dimiliki oleh daerah dalam setahun. Sumarjo (2010) dan Lesmana (2010)
menggunakan total aset Pemerintah daerah sebagai proksi untuk variabel ukuran
pemerintah daerah karena aset menunjukkan sumberdaya ekonomi yang dikuasai
dan atau dimiliki pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masalalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan dapat diperoleh. Nilai aset juga
dianggap lebih stabil daripada nilai total penjualan. Dalam penelitian ini, variabel
ukuran pemerintah daerah diukur dengan menghitung total aset, kemudian
mentransformasikan data tersebut ke dalam natural logaritma.
3.4.3.2 Umur Pemerintah Daerah
Umur pemerintah daerah dapat diartikan seberapa lama pemerintah daerah ada
(Mandasari, 2009). Penelitian Lesmana (2010) dan Syafitri (2012) mengukur
variabel umur pemerintah daerah berdasarkan sejak diterbitkannya peraturan
perundangan pembentukan pemerintah daerah terkait dan dinyatakan dalam
satuan tahun.
Karena sampel yang digunakan adalah LKPD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah, peraturan perundang-undangan pembentukan pemerintah di wilayah
36
Provinsi Jawa Tengah ini kebanyakan memiliki tahun yang sama yaitu tahun 1950
dan hanya berbeda pada nomornya saja, sehingga untuk menghindari adanya
masalah dalam pengujian statistika dan adanya ketersediaan data maka dalam
penelitian ini digunakan umur pemerintah daerah berdasarkan hari jadi daerah
terkait. Data bisa diperoleh dari cerita sejarah yang diambil dari situs website
pemerintah daerah terkait. Penggunaan umur pemerintah daerah berdasarkan hari
jadi daerah terkait dalam mengukur umur pemerintah daerah memiliki asumsi
bahwa umur berdasarkan hari jadi tetap bisa memenuhi definisi dari umur yaitu
tetap bisa menggambarkan lamanya daerah tersebut bisa berdiri.
3.4.3.3 Temuan Audit
Temuan audit dapat diartikan sebagai kasus-kasus yang ditemukan BPK dalam
laporan keuangan pemerintah daerah atas pelanggaran yang dilakukan suatu
daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Adanya temuan ini menyebabkan BPK akan
meminta adanya peningkatan pengungkapan dan koreksi. Pengungkapan yang
lebih dilakukan sebagai upaya perbaikan dan koreksi atas temuan audit yang
ditemukan BPK dan menunjukkan pada publik adanya perbaikan kualitas yang
dilakukan pemerintah daerah atas saran dari BPK (Tahar, 2015).
3.4.3.4 SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah pelaksana fungsi eksekutif yang
harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan departemen fungsional
atau subunit disebut dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Berdasarkan
PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan
37
bahwa SKPD merupakan entitas akuntansi yang diwajibkan menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca SKPD dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) untuk
dikonsilidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
Setyaningrum dan Syafitri (2012) menggunakan proksi jumlah SKPD untuk
mengukur kompleksitas pemerintah. Jumlah SKPD dianalogikan sebagai segmen
bisnis dalam perusahaan sehingga semakin banyak segmen bisnis semakin banyak
hal yang harus diungkapkan.
3.4.3.5 Tingkat Ketergantungan
Tingkat Ketergantungan adalah jenis pendapatan pemerintah daerah yang berasal
dari transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk membiayai operasi
pemerintah daerah. Tingkat Ketergantungan merupakan bagian dari pendapatan
yang berasal dari lingkungan eksternal dan besarnya ketergantungan pemerintah
daerah dari transfer pemerintah pusat (Sumarjo, 2010).
3.4.3.6 Pembiayaan Utang
Kewajiban atau utang merupakan transaksi yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 09). Patrick (2007)
menyebutkan pengukuran terbaik untuk pembiayaan utang adalah dengan
membandingkan total utang dengan total aset karena aset adalah jaminan dari
pembiayaan utang. Dengan demikian, jika total utang lebih besar dari modal,
mengindikasikan bahwa sumber utama pendanaan entitas adalah dari pihak
38
eksternal. Sumarjo (2010) dalam penelitiannya untuk mengukur leverage
menggunakan debt to equity, yaitu total debt dibagi dengan total equity
Tabel 3.1
Pengukuran Variabel
No. Variabel Definisi Pengukuran Referensi
1. Tingkat
Pengungkapan
LKPD
Tingkat Pengungkapan LKPD ini
menggambarkan seberapa besar
pengungkapan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah dibandingkan
dengan pengungkapan yang
seharusnya disajikan.
DISCLOSURE =
Pengungkapan dalam LKPD
Pengungkapan dalam PSAP
Amirudin Zul
Hilmi dan
Dwi Martani
(2012)
2. Ukuran
Pemerintah
Daerah
Ukuran pemerintah daerah adalah
besarnya kekayaan atau dihitung
dengan total aset yang dimiliki oleh
daerah dalam setahun.
SIZE = Ln Total Aset Sumarjo
(2010)
3. Umur
Pemerintah
Daerah
Umur pemerintah daerah dapat
diartikan seberapa lama pemerintah
daerah ada.
AGE = Umur Pemda
berdasarkan hari jadi
terkait
Khasanah
(2014)
4. Temuan Audit Temuan audit adalah kasus-kasus
yang di temukan dalam laporan
keuangan pemerintah daerah.
Temuan Audit =
Jumlah Temuan
Tahar (2015)
5. SKPD SKPD adalah pelaksana fungsi
eksekutif yang harus berkoordinasi
agar penyelenggaraan pemerintaha
berjalan baik.
SKPD = Jumlah
SKPD
Amirudin Zul
Hilmi dan
Dwi Martani
(2012)
6. Tingkat
Ketergantungan
(IRGOV)
Intergovermental revenue adalah jenis
pendapatan pemeintah daerah yang
berasal dari transer pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk
membiayai operasi pemerintah daerah.
IRGOV =
Total Dana Perimbangan
Total Pendapatan
Khasanah
(2014)
7. Pembiayaan
Utang
Kewajiban atau utang merupakan
transaksi yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah
DEBT = Total
Kewajiban
Total Ekuitas
Patricia A.
Patrick (2007)
3.5 Metode Analisis Data
39
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). Statistik
deskriptiv hanya memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan sama
sekali tidak menarik kesimpulan apapun. Dengan statistik deskriptif, kumpulan
data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas, rapi, serta dapat memberikan
informasi inti dari kupulan data yang ada. Untuk uji statistik deskriptif
menggunakan program SPSS.
3.5.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui uji T dan
uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil (Ghozali, 2011). Penelitian ini menggunakan uji statistik dengan uji
Skweness Kurtosis normal probability plot.
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan Uji Multikolonieritas,
Uji Autokorelasi dan Uji Heterokedasitas dengan program SPSS. Tujuan dari
ketiga uji tersebut adalah bahwa dalam model regresi tidak terdapat
multikolonieritas, autokorelasi dan heterokedastisitas.
3.5.3.1 Uji Multikolonieritas
40
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011).
Uji multikolonieritas ini dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor
(VIF) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Pada model regresi yang baik,sebaiknya
tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
dengan melihat (1) nilai tolerance untuk mengukur variabilitas bebas yang terpilih
dan tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya (2) variance inflationfactor.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF (karena VIF = 1 /
tolerance) dan menunjukkan adanya kolenieritas yang tinggi.
Multikolonieritas adalah suatu hubungan linier yang sempurna (mendekati
sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Nilai cut off yang dipakai
oleh nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Apabila terdapat
variabel bebas yang memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 nilai VIF kurang dari
10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
bebas dan model.
3.5.3.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
41
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya (Ghozali, 2011).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, salah satu dengan uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin Watson
hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara
variabel independen (Ghozali, 2011).
3.5.3.3 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedaritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidsamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2011).
Dalam penelitian ini, pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang
telah di studentized. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebur, kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas. Jika ada pola yang jelas,
42
kemudian titik-titik yang ada menyebar diatas dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi hetroskedasitas. Selain itu digunakan uji park untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas.
3.6 Pengujian Model Penelitian
3.6.1 Analisis Regresi Berganda
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random, yang berarti
mempunyai distribusi probabilistik sedangkan variabel independen/bebas
diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang)
(Ghozali, 2011). Regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel-
variabel independen diukur dengan ukuran pemda (X1), umur pemda (X2),
temuan audit (X3), SKPD (X4), Tingkat Ketergantungan (X5), pembiayaan utang
(X6) sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan LKPD. Model
regresi berganda yang digunakan dalam mrnguji hipotesis adalah :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + ε
Keterangan :
Y = Tingkat Pengungkapan LKPD
α = Bilangan Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Ukuran Pemda
X2 = Umur Pemda
X3 = Temuan Audit
43
X4 = SKPD
X5 = Tingkat Ketergantungan
X6 = Pembiayaan Utang
ε = error
3.7 Uji Model
3.7.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen, nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel dependen amat terbatas sedangkan nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali, 2011).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan
satu variabel independen maka R2
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Banyak
penelitian menganjurkan menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi
mana model regresi terbaik (Ghozali, 2011).
3.7.2 Uji Statistik F
44
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan mempengaruhi
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi tingkat
0,05 (alpha = 5%). Ketentuan penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagi
berikut (Ghozali, 2011):
a. Jika signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika signifikan < 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak (koefisien
signifikan). Ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.8 Pengujian Hipotesis
3.8.1 Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011). Keputusan dalam pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel atau dengan melihat nilai
probabilitas dari t-hitung.
H0 : secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
H1 : secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Jika probabilitas nilai t-statistik > 0,05 maka H0 diterima atau menolak H1,
sebaliknya jika probabilitas nilai t-statistik < 0,05 maka H0 ditolak atau menerima
H1. Tingkat signifikansi yang digunakan dalam pengujian ini sebesar 5%.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di
Provinsi Jawa Tengah, jumlah pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak 35 pemerintah daerah yang terdiri dari 6
(enam) pemerintah kota dan 29 pemerintah kabupaten. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah periode tahun 2014-2016. Penelitian
dilakukan pada sampel selama tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 sehingga
penelitian ini menggunakan seluruhnya 105 unit analisis.
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap data pada
variabel yang digunakan dalam penelitian. Dalam statistika deskriptif ini
menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi pada masing-masing variabel yang digunakan, sebagai berikut:
46
Tabel 4.1
Statistika Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DISCLOSURE 105 ,47 ,66 ,5803 ,04265
SIZE 105 28,00 30,99 28,7337 ,46739
AGE 105 30,00 1267,00 360,0000 294,37894
FIND 105 3,00 17,00 7,3714 2,70774
DIFERENSIASI 105 27,00 55,00 41,2095 7,25324
IRGOV 105 1,59 67,13 11,6857 12,91302
LEVERAGE 105 ,04 ,22 ,0906 ,03727
Valid N (listwise) 105
Sumber: Output SPSS, Lampiran IV
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan hasil pengujian statistik deskriptif dari 105
LKPD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran
2014-2016.
a. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata ukuran pemerintah daerah
yang diukur degan natural logaritma total aset adalah sebesar 28,7337.
Nilai ukuran pemerintah daerah terendah (minimum) sebesar 28,00
terdapat pada pemerintah Kabupaten Rembang dan nilai tertinggi
(maksimum) sebesar 30,99 terdapat pada pemerintah Kota Semarang.
Nilai standar deviasi sebesar 0,46739.
b. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata umur pemerintah daerah yang diukur berdasarkan hari jadi daerah
tersebut adalah sebesar 360,00. Nilai umur pemerintah daerah termuda
(minimum) adalah 30 tahun terdapat pada Pemerintah dan nilai umur
pemerintah daerah tertua (maksimum) adalah 1267 terdapat pada
Pemerintah Kota Salatiga. Nilai standar deviasi sebesar 294,37894.
47
c. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata temuan audit yang diukur berdasarkan jumlah temuan
pemeriksaan tersebut adalah sebesar 7,3714. Nilai temuan audit
terendah (minimum) sebesar 3,00 terdapat pada Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Magelang, dan Kota Magelang dan nilai
temuan audit tertinggi (maksimum) adalah 17,00 terdapat pada Kota
Semarang. Nilai standar deviasi sebesar 2,70774.
d. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata SKPD yang diukur dengan total SKPD adalah sebesar 41,21. Nilai
SKPD terendah (minimum) sebesar 27 terdapat pada pemerintah Kota
Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Tegal dan nilai tertinggi
(maksimum) sebesar 55 terdapat pada Pemerintah Kabupaten
Wonogiri. Nilai standar deviasi sebesar 7,253.
e. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata tingkat ketergantungan yang dihitung dengan perbandingan total
dana perimbangan dengan total pendapatan adalah sebesar 11,68. Nilai
tingkat ketergantungan terendah (minimum) sebesar 1,59 terdapat pada
Pemerintah Kota Salatiga dan nilai tingkat ketergantungan tertinggi
(maksimum) sebesar 67,13 terdapat pada Pemerintah Kabupaten
Magelang. Standar deviasi sebesar 12,913.
f. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata pembiayaan utang yang dihitung dengan perbandingan total
kewajiban dengan total ekuitas adalah sebesar 0,00906. Nilai terendah
48
(minimum) sebesar 0,04 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Kudus
dan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 0,22 terdapat pada Pemerintah
Kota Magelang. Nilai standar deviasi sebesar 0,037.
g. Berdasarkan hasil perhitungan selama periode pengamatan nilai rata-
rata tingkat pengungkapan LKPD adalah sebesar 0,5803. Nilai tingkat
pengungkapan LKPD terendah (minimum) sebesar 0,47 terdapat pada
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dan nilai tingkat pengungkapan
LKPD tertinggi (maksimum) sebesar 0,66 terdapat pada Pemerintah
Kabupaten Temanggung, Kota Magelang dan Kota Semarang. Nilai
standar deviasi sebesar 0,04265.
4.3 Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan syarat mutlak sebuah data dianalisis dan
digunakan untuk mengetahui apakah residual dari suatu model regresi terdistribusi
normal atau tidak. Persyaratan dari uji normalitas residual adalah jika nilai
skewness dan kurtosis sebesar ± 1,96 (dengan taraf signifikan atau alpha 0,05),
maka hasil regresi akan memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 105 -,360 ,236 -,622 ,467
Valid N (listwise) 105
Sumber : Output SPSS, Lampiran IV
Berdasarkan tabel 4.2 nilai skewness dan kurtosis dapat dihitung dengan rumus :
49
Zskew = = -1,525 Zkurt = = -1,331
Berdasarkan hasil output uji normalitas diatas, diperoleh nilai skewness sebesar -
1,525 < ± 1,96 dan kurtosis sebesar -1,331 < ±1,96 (dengan tingkat signifikan
0,05). Hasil uji tersebut memenuhi syarat, sehingga model regresi dalam
penelitian ini memiliki data yang terdistruibusi normal.
4.4 Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel independen. Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari nilai VIF kurang dari
10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,10 menandakan tidak adanya gejala
multikolonieritas (Ghozali, 2011). Hasil pengujian multikolonieritas dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
SIZE ,848 1,179
AGE ,606 1,649
FIND ,216 4,630
DIFERENSIASI ,830 1,204
IRGOV ,645 1,550
LEVERAGE ,219 4,560
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
Berdasarkan tabel 4.3 hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti
tidak terjadi korelasi antar variabel independen sehingga dapat disimpulkan
50
bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam uji regresi
ini.
4.4.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan penganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data runtut waktu (time series). Uji autokorelasi dilakukan
dengan uji Durbin Watson.
Tabel 4.4
Tabel Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,557a ,310 ,268 ,03650 1,905
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI, AGE, FIND
b. Dependent Variable: DISCLOSURE
Sumber : Output SPSS, Lampiran IV
Data tabel 4.4 terlihat bahwa dw = 1,905. Nilai apabila dibandingkan pada tabel
Durbin-Watson menggunakan tarif signifikansi 5%, jumlah sampel 105 (n), dan
jumlah variabel independen 6 (k=6), maka diperoleh nilai du= 1,8042. Nilai dw
1,905 lebih besar dari batas du yakni 1,8042 dan kurang dari (4-du) = 2,1958
(du<dw<4-du). Maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari autokorelasi
positif maupun negatif.
Autokorelasi
Negatif
Tidak ada
Kesimpulan
Tidak ada
Autokorelasi
Tidak ada
Kesimpulan
Autokorelasi
Positif
dl du 4-du 4-dl
1,5634 1,8042 2,1958 2,4366
51
DW= 1,905
Nilai DW sebesar 1,905 berada diantara du 1,8042 dan 4-1,8042 sehingga tidak
terjadi autokorelasi (No Auto correlation).
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi adanya heteroskedastisitas
dilakukan dengan uji park, yaitu untuk meregresi nilai log residual kuadrat
sebagai variabel dependen dengan variabel independen. Hasil pengujian Park
dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3,250 13,381 -,243 ,809
SIZE -,166 ,487 -,037 -,341 ,733
AGE ,000 ,001 ,044 ,347 ,730
FIND -,021 ,167 -,026 -,124 ,902
DIFERENSIASI ,025 ,032 ,086 ,789 ,432
IRGOV ,015 ,020 ,095 ,766 ,446
LEVERAGE -9,336 12,006 -,165 -,778 ,439
a. Dependent Variable: U2i
Pada tabel 4.5 setelah dilakukan uji Park menunjukkan bahwa semua variabel
independen dalam model ini tidak signifikan, artinya secara statistik tidak
mempengaruhi variabel dependen karena nilai probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 0,05. Sehingga disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4.5 Analisis Regresi Berganda
52
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda karena memiliki satu
variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Berikut adalah hasil
dari pengujian regresi linier berganda beserta analisisnya.
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,190 ,229
SIZE ,009 ,008 ,103
AGE -2,233E-005 ,000 -,154
FIND ,011 ,003 ,728
DIFERENSIASI -,001 ,001 -,187
IRGOV -,001 ,000 -,210
LEVERAGE 1,071 ,205 ,936
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
Sumber : Output SPSS, Lampiran
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa estimasi model regresi
adalah sebagai berikut:
DISCLOSURE = 0,190 + 0,009SIZE – 2,233E-005AGE + 0,011FIND –
0,001DIFERENSIASI – 0,001IRGOV + 1,071LEVERAGE + е
Keterangan :
a. Disclosure : Tingkat Pengungkapan LKPD
b. Size : Ukuran Pemerintah Daerah
c. Age : Umur Pemerintah Daerah
d. Find : Temuan Audit
e. Diferensiasi : SKPD
f. Irgov : Tingkat Ketergantungan
g. Leverage : Pembiayaan Utang
53
h. e : Error
4.6 Uji Model
4.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap
variabel dependen. Hasil koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut ini:
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,557a ,310 ,268 ,03650
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI, AGE,
FIND
Berdasarkan tabel 4.7 nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai
Adjusted R2 sebesar 0,268. Hal ini menunjukkan bahwa 26,8% variasi tingkat
pengungkapan LKPD dapat dijelaskan oleh variabel independen, yaitu ukuran
pemerintah daerah, umur pemerintah daerah, temuan audit, diferensiasi
fungsional, tingkat ketergantungan dan pembiayaan utang. Sedangkan sisanya
73,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.
4.6.2 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model sudah layak (fit) untuk menguji variabel dependen
dalam penelitian ini.
Tabel 4.8
54
Uji F ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,059 6 ,010 7,339 ,000
b
Residual ,131 98 ,001
Total ,189 104
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
b. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI, AGE, FIND
Sumber : Output SPSS, Lampiran IV
Dari tabel 4.8, dapat diketahui bahwa nilai sig sebesar 0,000b dibawah batas nilai
kritis sebesar 5% (0,05), jadi dapat disimpulkan bahwa data model penelitian :
Pembiayaan Utang, Tingkat Ketergantungan, Ukuran Pemerintah Daerah,
Diferensiasi Fungsional, Umur Pemerintah Daerah dan Temuan Audit terhadap
Tingkat Pengungkapan LKPD adalah model yang layak (fit).
4.7 Uji Hipotesis (Uji t)
Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen adalah yang mempunyai nilai sig lebih kecil dari 0,05. Hasil uji
t dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9
Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,190 ,229 ,832 ,407
SIZE ,009 ,008 ,103 1,131 ,261
AGE -2,233E-005 ,000 -,154 -1,430 ,156
FIND ,011 ,003 ,728 4,030 ,000
DIFERENSIASI -,001 ,001 -,187 -2,031 ,045
IRGOV -,001 ,000 -,210 -2,013 ,047
LEVERAGE 1,071 ,205 ,936 5,221 ,000
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
55
Sumber: Output SPSS, Lampiran IV
1. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menujukkan nilai t sebesar 1,131
sedangkan nilai sig sebesar 0,261 yang artinya lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05 sehingga H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ukuran pemerintah
daerah berpengaruh positif tidak signifikan (tidak berpengaruh) terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
2. Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Pengungkapan
LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukkan nilai sebesar -1,430
sedangkan nilai sig sebesar 0,156 yang artinya lebih besar dari tingkat signifikansi
0,05 sehingga H2 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa umur pemerintah daerah
berpengaruh negatif tidak signifikan (tidak berpengaruh) terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
3. Pengaruh Temuan Audit terhadap Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukkan hasil sebesar 4,030
sedangkan nilai sig sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari tingkat signifikansi
0,05 sehingga H3 diterima dan dapat disimpulkan bahwa temuan audit
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
4. Pengaruh SKPD terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukkan nilai sebesar -2,031
sedangkan nilai sig sebesar 0,045 yang artinya lebih kecil dari tingkat signifikansi
56
0,05 sehingga H4 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa SKPD berpengaruh
negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
5. Pengaruh Tingkat Ketergantungan terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukkan nilai sebesar -2,013
sedangkan nilai sig sebesar 0,047 yang artinya lebih kecil dari tingkat signifikansi
0,05 sehingga H5 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
6. Pengaruh Pembiayaan Utang terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 menunjukkan nilai sebesar 5,221
sedangkan nilai sig sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari tingkat signifikansi
0,05. Dengan demikian H6 yang menyatakan pembaiyaan utang berpengaruh
negatif terhadap tingkat pengungkapan LKPD adalah tidak terbukti sehingga H6
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa pembiayaan utang berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
4.7.1 Pembahasan
4.7.1.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel uji t menunjukkan bahwa ukuran
pemerintah daerah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD, yang berarti bahwa hipotesis satu (H1) ditolak. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa besaran kepemilikan aset oleh pemerintah tidak
57
dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.
Daerah dengan total aset besar cenderung memiliki kualitas pengelolaan aset yang
kurang baik dan memperoleh catatan dari BPK. Namun daerah seringkali tidak
memiliki informasi cukup terkait dengan permasalahan yang dihadapi (Waliyyani
dan Mahmud, 2015).
Hasil penelitian ini tidak mendukung Teori Stewardship yang menyatakan bahwa
daerah dengan ukuran besar yang diproksikan dengan total aset memiliki
kemungkinan lebih besar dalam upaya mewujudkan tanggungjawab steward
melalui adanya pengungkapan yang lebih besar atas ukuran daerah yang besar.
Besarnya nilai aset tidak berpengaruh dalam memberikan tekanan kepada
pemerintah untuk lebih transparan dalam mengungkapkan aset sesuai SAP.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Hilmi (2012),
Girsang dan Yuyetta (2015) dan Waliyyani dan Mahmud (2015) yang menyatakan
bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
tingkat pengungkapan LKPD, akan tetapi tidak mendukung penelitian Khasanah
(2014), dan Setyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah
daerah berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
4.7.1.2 Pengaruh Umur Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel uji t menunjukkan bahwa umur
pemerintah daerah berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD, yang berarti bahwa hipotesis dua (H2) ditolak. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pengungkapan LKPD tidak bergantung
58
pada umur pemerintah daerah karena adanya sifat monoton dalam penyusunan
laporan keuangan. Selain itu laporan keuangan merupakan ilmu yang berkembang
dinamis, sehingga tidak menjamin bahwa pemerintah daerah dengan umur yang
lebih tua akan dapat menghasilkan kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik,
jika tidak ditunjang dengan kemauan dan kemampuan pemerintahnya.
Hasil ini tidak mendukung Teori Stewardship yang menyatakan bahwa semakin
tua umur suatu daerah seharusnya mampu menunjukkan tujuan dan kesadaran
steward dengan lebih meyakinkan publik bahwa daerah tersebut telah cukup
mapan dan berpengalaman, sehingga masyarakat akan merespon melalui harapan
akan adanya pengungkapan yang lebih baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Khasanah ( 2014)
dan Suransi (2015) yang menyatakan bahwa umur pemerintah daerah berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD, akan tetapi tidak
mendukung penelitian Waliyyani (2015) dan Girsang (2015) yang menunjukkan
bahwa umur pemerintah daerah berpengaruh positif tidak signifikan terhdap
tingkat pengungkapan LKPD.
4.7.1.3 Pengaruh Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD
Hasil penelitian menujukkan bahwa jumlah temuan berpengaruh positif signifikan
terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Yang berarti Hipotesis tiga (H3) diterima.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan Ernawati (2016) bahwa
jumlah temuan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
LKPD.
59
Semakin banyak temuan audit saat audit pelaporan keuangan maka semakin tinggi
pula tingkat pengungkapan LKPDnya, sehingga BPK akan meminta tambahan
tambahan pengungkapan dalam laporan keuangan. Sebaliknya, jumlah temuan
yang sedikit menunjukkan sedikitnya permasalahan dalam laporan keuangan
tersebut, sehingga cenderung memiliki tingkat pengungkapan yang lebih rendah.
Berdasarkan data yang digunakan sebagai sampel penelitian, sebagian besar
temuan audit BPK adalah temuan ketidakpatuhan atas peraturan perundang-
undangan dan temuan pengendalian internal yang tidak terkait langsung dengan
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini mengakibatkan rekomendasi yang
diberikan banyak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pengungkapan
dalam laporan keuangan. Selain itu, tindak lanjut atas rekomendasi BPK oleh
pemerintah daerah juga sudah cukup optimal. Optimalnya tindak lanjut atas
rekomendasi BPK mengakibatkan rekomendasi dapat menjadi faktor pendorong
kualitas laporan keuangan. Hal ini menunjukkan pemerintah sebagai steward
menjalankan perannya dengan baik dalam hal melaksanakan tanggungjawabnya
untuk menindaklanjuti rekomendasi.
Hasil pnelitian ini sejalan dengan penelitian Ernawati (2016) dasn Hilmi (2012)
yang menyatakan bahwa temuan audit berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat pengungkapan LKPD, akan tetapi tidak mendukung penelitian Waliyyani
dan Mahmud (2015) yang menyatakan bahwa temuan audit berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
4.7.1.4 Pengaruh Diferensiasi Fungsional terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD.
60
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel uji t menunjukkan bahwa Diferensiasi
Fungsional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan
LKPD, yang berarti bahwa hipotesis empat (H4) ditolak. Dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa jumlah SKPD yang sedikit maka kompleksitas semakin
menurun sehingga pengungkapan menjadi lebih baik (Khasanah san Rahardjo,
2014). Prinsip kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas juga menjelaskan
bahwa dengan jumlah SKPD yang lebih sedikit, maka urusan pemerintah menjadi
lebih mampu untuk dikontrol dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap
kualitas informasi yang dampaknya hasil pengungkapan menjadi lebih baik.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori stewardship yang menyatakan bahwa
semakin banyak jumlah SKPD maka semakin banyak steward yang akan
menjalankan pemerintahan dan memberikan informasi pertanggungjawaban
kepada principal. Alasan yang mendasari penelitian tidak mendukung teori
stewardship yaitu dengan banyaknya steward dalam pemerintahan tidak
mendorong peningkatan pemenuhan pengungkapan LKPD lebih baik karena
kegiatan antar SKPD cenderung generik, jumlah SKPD yang lebih sedikit akan
mampu mengurangi sifat generik ini sehingga kegiatan SKPD akan mampu
dimaksimalkan. Hal ini akan berdampak pada tingkat pengungkapan yang lebih
baik karena didapatkan dari hasil SKPD yang lebih berkualitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Khasanah dan
Rahardjo (2014) yang menyatakan bahwa diferensiasi fungsional berpegaruh
negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD, akan tetapi tidak
mendukung penelitian Ernawati (2016) dan Suransi (2015) yang menyatakan
61
bahwa diferensiasi fungsional berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
4.7.1.5 Pengaruh Tingkat Ketergantungan terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel uji t menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD, yang berarti bahwa hipotesis lima (H5) ditolak. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pengungkapan LKPD tidak bergantung
pada besarnya tingkat ketergantungan karena pemerintah pusat selama ini kurang
memberikan kontrol terhadap penggunaan dana transfer sehingga pemerintah
daerah tidak terdorong untuk meningkatkan pengungkapan LKPD. Jika dalam
menentukan anggaran dana transfer didaerah tidak dimonitoring, maka tidak
mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan pengungkapan kualitas
laporan keuangannya.
Hasil ini tidak mendukung Teori Stewardship yang menyatakan bahwa
pertanggungjawaban atas penggunaan dana tersebut merupakan upaya kesadaran
steward dalam menjalani tanggung jawabnya yaitu melalui bentuk transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sekaligus untuk mewujudkan
kepercayaan publik baik kepada masyarakat maupun pemerintah pusat atau
provinsi bahwa dana tidak disalahgunakan. .
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Setyaningrum dan
Syafitri (2012) yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan berpengaruh
negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD, namun tidak
62
mendukung penelitian Waliyyani (2015), Hilmi (2012) dan Girsang (2015) yang
menyatakan bahwa tingkat pengungkapan LKPD berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil penelitian ini juga tidak
mendukung penelitian Syafitri dan Setyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa
tingkat ketergantungan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat
pengungkapan LKPD.
4.7.1.6 Pengaruh Pembiayaan Utang terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel uji t menunjukkan bahwa pembiayaan
utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD,
yang berarti bahwa hipotesis enam (H6) ditolak. Hal ini tidak mendukung dengan
teori yang mengatakan bahwa pembiayaan utang berpengaruh negatif terhadap
tingkat pengungkapan LKPD. berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa variabel pembiayaan utang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan
LKPD.
Semakin tinggi pembiayaan utang maka semakin tinggi pula tingkat
pengungkapan LKPD. Pembiayaan utang adalah sumber pendanaan yang berasal
dari organisasi lain. Patrick (2007) menemukan adanya pengaruh pembiayaan
utang terhadap inovasi. Hal ini disebabkan karena organisasi dengan level
pembiayaan utang yang tinggi akan diminta untuk menerbitkan pengungkapan
dan pelaporan keuangan sesuai dengan standar organisasi yang berlaku umum.
Laporan keuangan digunakan oleh kreditur sebagai alat untuk menilai
kemampuan organisasi dalam membayar kewajibannya dimasa yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, kreditur seringkali menghendaki pengungkapan yang
63
lengkap padda laporan keuangannya. Jadi, dalam sektor pemerintahan pihak
kreditur menuntut pengungkapan yang lebih besar sebagai bentuk
pertanggungjawaban transparansi dan akuntabilitas atas pembiayan yang telah
diberikan kreditor.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori stewardship yang menyatakan bahwa
perusahaan sebagai steward memiliki dorongan untuk membrikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal, sebagai upaya untuk meningkatkan
kredibilitas perusahaan dimata investor dan pemegang saham dan juga sebagai
bentuk pertanggungjawaban terhadap penggunaan dana dari pihak ekternal.
Dalam sektor pemerintahan, laporan keuangan digunakan oleh kreditor sebagai
alat untuk menilai kemampuan suatu pemerintahan dalam membayar
kewajibannya dimasa yang telah ditentukan.
Belum ada hasil penelitian empiris yang membuktikan adanya pengaruh positif
signifikan atas pembiayaan utang terhadap tingkat pengungkapan LKPD. hasil ini
tidak sejalan dengan penelitian Girsang dan Yuyetta (2015) bahwa pembiayaan
utang berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah.
2. Umur Pemerintah Daerah berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap Tingkat Pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah.
3. Temuan Audit berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
4. SKPD berpengaruh negatif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
5. Tingkat Ketergantungan berpengaruh negatif signifikan terhadap
Tingkat Pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah.
6. Pembiayaan Utang berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Kelemahan
65
dan kekurangan yang ditemukan setelah dilakukan analisis interprestasi data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini terbatas pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah saja,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk
seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia.
2. Periode pengamatan penelitian ini terbatas, sehingga sangat
dimungkinkan akan memberikan hasil yang berbeda apabila periode
pengamatan lebih panjang.
3. Variabel independen yang digunakan peneliti masih sangat terbatas
sehingga hanya mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar
26,8%.
5.3 Saran
Penelitian selanjutnya mengenai tingkat pengungkapan LKPD menjadi hal yang
penting untuk dikembangkan dan diteliti lebih jauh lagi karena masih jarang
dilakukan. Dengan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel
penelitian yang diduga memiliki pengaruh besar terhadap Tingkat
Pengungkapan LKPD.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data
LKPD terbaru dan periode waktu yang lebih panjang sehingga lebih
kelihatan perkembangan tingkat pengungkapan LKPD terutama di
Jawa Tengah.
66
5.4 Implikasi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah
dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah terutama dalam
memperbaiki tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil
penelitian ini menunjukkan tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah di Jawa Tengah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengetahui
apakah pengungkapan laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Hasil penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang telah dilakukan
peneliti terdahulu yang merumuskan beberapa variabel ke dalam model regresi
untuk menilai tingkat pengungkapan. Dari hasil penelitian ini, pengaruh variabel
Ukuran Pemerintah Daerah, Umur Pemerintah Daerah, Temuan Audit,
Diferensiasi Fungsional, Tingkat Ketergantungan dan Pembiayaan Utang secara
bersama- sama sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan
LKPD cukup kurang. Hal ini belum sesuai dengan yang diharapkan masyarakat
secara umum. Pemerintah semestinya mengungkapkan informasi lebih baik lagi
dari segi kualitas maupun kuantitas dalam rangka meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah.
67
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2015. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2015.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2016. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2016.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2017. Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester I Tahun 2017.
Ernawati, Tika. 2016. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Jumlah SKPD,
Umur Pemerintah Daerah, dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Naskah Publikasi.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi ke 5. Universitas Diponegoro: Semarang.
Halim, Abdul dan Abdullah, Syukriy.2006. Hubungan dan Masalah Keageenan
di Pemerintah Daerah (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan
Akuntansi).Jurnal Akuntansi Pemerintahan, Vol. 2 No. 1 pp 53-56.
Handayani, Bestari Dwi dan Maulana, Candra. 2015. Pengaruh Karakteristik,
Kompleksitas Pemerintahan dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan
LKPD. Acounting Analysis Journal, ISSN : 2252-6765.
Handayani, Nur dan Kusuma, Aulia Rizka. 2017. Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol 6 Nomor 1, ISSN : 2460-0585.
Heni Kurniawan, Christoporus dan Uliarta Simbolan, Henny Agnecia. 2018.
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan di Seluruh Indonesia. Modus, Vol. 30 No. 1, ISSN 0852-
1875.
Heriningsih, Sucahyo dan Marita. 2013. Pengaruh Opini Audit dan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah.
Buletin Ekonomi, Vol. 11 No. 1.
Lesmana, Sigit Indra. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap
Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. Tesis, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
68
Mahmud, Amir dan Waliyyani, Ghaniyyu Mintotik. 2015. Pengaruh Karakteristik
Pemerintah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah di Indonesia. Accounting Analysis Journal, ISSN : 2252-6765.
Mardiana, Ana dan Rahayu, Ayu. 2016. Pengaruh Karakteristik, Kompleksitas,
dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah dengan Sistem Pengendalian Intern sebagai Variabel
Moderating Pada LKPD Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Peradaban, Vol 1 Nomor 1.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Penerbit
Andi,Yogyakarta.
Martani, Dwi dan Hilmi, Amiruddin Zul. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi.
Jurnal ASPAK, Universitas Indonesia.
Nanda, Rizka dan Suparno. 2016. Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah,
Diferensiasi Fungsional dan Spesialisasi Fungsional terhadap Tingkat
Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis, Vol 3 (2), Hal 105-118.
Patrick, Patricia A. 2007. The Determinants of Organizational Innovativeness:
The Adoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Ph.D.Dissertation,
The Pennsylvania State University, United States – Pennsylvania. (Retrivered
August 8, 2011, from Accounting & Tax Periodicals, Publication No. AAT
3266180).
Puspita, R dan Martani. 2010. Analisis Pengaruh Kinerja dan Karakteristik
Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi
dalam Website Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.
Puspitasari, Titus. 2013. Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan Kompleksitas Daerah (SKPD) terhadap Kelemahan
Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Skripsi Sarjana. FEB Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Putri, Rizky Arinda. 2014. Faktor Karakteristik dan Tingkat Akuntabilitas
Pemerintah Daerah Dalam Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2013. Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro.
Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
69
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Rahardjo, Shiddiq Nur dan Khasanah, Nur Lailatul. 2014. Pengaruh
Karakteristik, Komplektisitas dan Temuan Audit terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting, Vol
3 Nomor 3 Hal 1-11, ISSN 2337-3806.
Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah .
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Daerah .
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Keuangan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah .
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah .
Ritonga, Irwan Taufiq dan Suwarjuwono, Puji. 2017. Analisis Tingkat
Pengungkapan Akun Persediaan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
di Jawa. Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis, Vol 4 Nomor 2 Hal 173-188.
Setyowati, Lilis. 2016. Determinan yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 6 Nomor 1 Hal
45-62, P-ISSN 2087-2038 E-ISSN 2461-1182.
Sudarsana, Hafidh Susila. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan
Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Skripsi.
Sugiyono. 2005. “Statistika Untuk Penelitian”. Bandung : Alfabeta.
Sumarjo, Hendro. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi. Universitas Sebelas Maret
Yogyakarta.
Suransi, Ni Ketut, dkk. 2015. Determinan Kepatuhan Pada Ketentuan
Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Vol 11 Nomor 2
Hal 171-185.
70
Syafitri, Febriyani dan Setyaningrum, Dyah. 2012. Analisis Karakteristik
Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 9 Nomor 2, Hal 154-170.
Syafitri, Febriyani. 2012. Analisis Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Skripsi Sarjana. FEUI, Depok.
Tahar, Afrizal dan Hendriyani, Ririn. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi
di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol 22 Nomor 1, ISSN 1412-312625.
Yuliant, Fegy. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi.
Yulianingtyas, Rena Rukmita dan Suhardjanto, Djoko. 2011. Pengaruh
Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Pengungkapan Wajib dalam Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 6 Nomor 1
Hal 1-94.
Yusup, Junaedi. 2014. Determinan Faktor yang Mempengaruhi Luas Cakupan
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan (JAKA), Vol. 1 No. 1,
ISSN: 2356-2706.
Yuyyeta, Etna Nur Afri dan Girsang, Heri Atapson V. 2015. Analisa Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Diponegoro Jpurnal of Accounting, Vol 4 Nomor 4 Hal : 1-
11. ISSN.
Zakiah, Saleh dan Abu Bakar, Nur Barizah. 2011. Incentives for Disclosure of
Accounting Information in Public Sector: a Literature Survey. International
Research Journal of Financial and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 75
DAFTAR KABUPATEN/ KOTA PROVINSI JAWA TENGAH
No. Kabupaten/Kota Pusat Pemerintahan
1. Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara
2. Kabupaten Banyumas Purwokerto
3. Kabupaten Batang Batang
4. Kabupaten Blora Blora
5. Kabupaten Boyolali Boyolali
71
6. Kabupaten Brebes Kota Brebes
7. Kabupaten Cilacap Cilacap
8. Kabupaten Demak Demak
9. Kabupaten Grobogan Purwodadi
10. Kabupaten Jepara Jepara
11. Kabupaten Karanganyar Karanganyar
12. Kabupaten Kebumen Kebumen
13. Kabupaten Kendal Kendal
14. Kabupaten Klaten Kota Klaten
15. Kabupaten Kudus Kudus
16. Kabupaten Magelang Kota Mungkid
17. Kabupaten Pati Pati
18. Kabupaten Pekalongan Kajen
19. Kabupaten Pemalang Kota Pemalang
20. Kabupaten Purbalingga Purbalingga
21. Kabupaten Purworejo Purworejo
22. Kabupaten Rembang Rembang
23. Kabupaten Semarang Ungaran
24. Kabupaten Sragen Sragen
25. Kabupaten Sukoharjo Sukoharjo
26. Kabupaten Tegal Slawi
27. Kabupaten Temanggung Temanggung
28. Kabupaten Wonogiri Wonogiri
29. Kabupaten Wonosobo Wonosobo
30. Kota Magelang Magelang
31. Kota Pekalongan Pekalongan
32. Kota Salatiga Salatiga
33. Kota Semarang Semarang
34. Kota Surakarta Surakarta
35. Kota Tegal Tegal
Tabel Item Tingkat Pengungkapan Wajib LKPD
Berdasarkan PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP
No. Item Tingkat Pengungkapan Wajib LKPD
Catatan atas Laporan Keuangan wajib mengungkapkan:
1 Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi
2 Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3 Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
4 Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
72
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya
5 Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan
6 Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belm disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
7 Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan
PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan
8 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
9 Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
10 Jenis, jumlah dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau using
PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi
11 Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi
12 Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen
13 Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang
14 Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut
15 Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya
16 Perubahan pos investasi
PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
17 Dasar penilaian yang digunakan untuk menetukan nilai tercatat (carrying
amount)
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
18 Penambahan;
19 Pelepasan;
20 Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
21 Mutasi aset tetap lainnya.
Informasi penyusutan, meliputi:
22 Nilai penyusutan;
23 Metode penyusutan yang digunakan;
24 Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
25 Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
26 Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap
27 Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap
28 Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam kontruksi
29 Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap
Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka 8 hal berikut harus
diungkapkan:
73
30 Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
31 Tanggal efektif penilaian kembali;
32 Jika ada, nama penilai independen;
33 Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
34 Nilai tercatat setiap jenis aset tetap
PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Kontruksi Dalam Pengerjaan
35 Rincian kontrak kontruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan
jangka waktu penyelesaiannya
36 Nilai kontrak kontruksi dan sumber pendanaannya
37 Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar
38 Uang muka kerja yang diberikan
39 Retensi
PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban
40 Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman
41 Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya
42 Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku
43 Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
44 Pengurangan pinjaman
45 Modifikasi persyaratan utang
46 Pengurangan tingkat bunga pinjaman
47 Pengunduran jatuh tempo pinjaman
48 Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman
49 Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan
50 Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur
Biaya pinjaman
51 Perlakuan biaya pinjaman
52 Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan
53 Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan
81
HASIL OLAH DATA
Uji Statistik Deskriptive
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DISCLOSURE 105 ,47 ,66 ,5803 ,04265
SIZE 105 28,00 30,99 28,7337 ,46739
AGE 105 30,00 1267,00 360,0000 294,37894
FIND 105 3,00 17,00 7,3714 2,70774
DIFERENSIASI 105 27,00 55,00 41,2095 7,25324
IRGOV 105 1,59 67,13 11,6857 12,91302
LEVERAGE 105 ,04 ,22 ,0906 ,03727
Valid N (listwise) 105
Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Unstandardized Residual 105 -,360 ,236 -,622 ,467
Valid N (listwise) 105
UJI ASUMSI KLASIK
Uji Multikolonieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
SIZE ,848 1,179
AGE ,606 1,649
FIND ,216 4,630
DIFERENSIASI ,830 1,204
IRGOV ,645 1,550
LEVERAGE ,219 4,560
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
82
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,557a ,310 ,268 ,03650 1,905
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI, AGE, FIND
b. Dependent Variable: DISCLOSURE
Uji Heterokedastisitas (Uji Park)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3,250 13,381 -,243 ,809
SIZE -,166 ,487 -,037 -,341 ,733
AGE ,000 ,001 ,044 ,347 ,730
FIND -,021 ,167 -,026 -,124 ,902
DIFERENSIASI ,025 ,032 ,086 ,789 ,432
IRGOV ,015 ,020 ,095 ,766 ,446
LEVERAGE -9,336 12,006 -,165 -,778 ,439
a. Dependent Variable: U2i
UJI MODEL
Uji R²
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,557a ,310 ,268 ,03650
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI,
AGE, FIND
83
UJI F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression ,059 6 ,010 7,339 ,000b
Residual ,131 98 ,001
Total ,189 104
a. Dependent Variable: DISCLOSURE
b. Predictors: (Constant), LEVERAGE, IRGOV, SIZE, DIFERENSIASI, AGE, FIND
UJI t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,190 ,229 ,832 ,407
SIZE ,009 ,008 ,103 1,131 ,261
AGE -2,233E-005 ,000 -,154 -1,430 ,156
FIND ,011 ,003 ,728 4,030 ,000
DIFERENSIASI -,001 ,001 -,187 -2,031 ,045
IRGOV -,001 ,000 -,210 -2,013 ,047
LEVERAGE 1,071 ,205 ,936 5,221 ,000
a. Dependent Variable: DISCLOSURE