Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

19
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah Konstruksi Pada Bangunan Gedung Terhadap Peningkatan Kinerja Biaya Lugas Trias Pamungkas Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang memainkan peranan penting dalam hal pembangunan ekonomi nasional, namun industri konstruksi juga menjadi motor pembangunan sarana dan prasarana fisik ini seringkali menimbulkan permasalahan lingkungan dalam proses pelaksanaannya. Limbah konstruksi menjadi salah satu keluaran dari industri konstruksi yang berkontribusi dalam kerusakan lingkungan dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan kinerja biaya kontraktor. Sedangkan, biaya menjadi salah satu daya saing perusahaan penyedia jasa konstruksi yang saat ini telah memasuki era persaingan global. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan limbah konstruksi yang dapat mengurangi dampak-dampak tersebut dan justru dapat meningkatkan manfaat bagi lingkungan maupun pihak-pihak yang terlibat dalam industri konstruksi, secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh pengelolaan limbah konstruksi pada pembangunan gedung terhadap peningkatan kinerja biaya. Enam faktor dari pengelolaan limbah konstruksi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja biaya adalah menggunakan kembali limbah beton, perencanaan pengurangan limbah besi, menggunakan kembali limbah besi, memesan barang sesuai gambar atau desain, merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material pasaran, dan menggunakan kembali limbah kayu. Factors in Buildings Construction Waste Management Affecting Cost Performance Improvement Abstract Construction industry is one of industries playing important role in national economic development, yet this physical facilities and infrastructures development motor generates environmental problems in the execution phase frequently. Construction waste is one of the outputs from construction industries that contributes to environmental damages and provides negative impacts to people and contractor cost performance whereas cost performance is one of the company strength making it survives in this competitive environmental and global competition era. Thus, it is necessary to manage construction waste because waste construction management is able to reduce the negative impacts of construction waste and to increase benefits either for environment or stakeholder involved in the construction industry, directly or indirectly. This research is conducted to see the influence of buildings construction waste management to cost performance improvement. Six construction waste management factors influencing cost performance improvement are reusing concrete waste, reinforcement steel waste reducing plan, reusing reinforcement steel, ordering material as per drawing or design, planning building dimension as standard material dimension, and reusing timber waste. Keywords : construction waste management, cost performance Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Transcript of Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Page 1: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah Konstruksi Pada Bangunan Gedung Terhadap Peningkatan Kinerja Biaya

Lugas Trias Pamungkas

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang memainkan peranan penting dalam hal pembangunan ekonomi nasional, namun industri konstruksi juga menjadi motor pembangunan sarana dan prasarana fisik ini seringkali menimbulkan permasalahan lingkungan dalam proses pelaksanaannya. Limbah konstruksi menjadi salah satu keluaran dari industri konstruksi yang berkontribusi dalam kerusakan lingkungan dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan kinerja biaya kontraktor. Sedangkan, biaya menjadi salah satu daya saing perusahaan penyedia jasa konstruksi yang saat ini telah memasuki era persaingan global. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan limbah konstruksi yang dapat mengurangi dampak-dampak tersebut dan justru dapat meningkatkan manfaat bagi lingkungan maupun pihak-pihak yang terlibat dalam industri konstruksi, secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat pengaruh pengelolaan limbah konstruksi pada pembangunan gedung terhadap peningkatan kinerja biaya. Enam faktor dari pengelolaan limbah konstruksi yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja biaya adalah menggunakan kembali limbah beton, perencanaan pengurangan limbah besi, menggunakan kembali limbah besi, memesan barang sesuai gambar atau desain, merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material pasaran, dan menggunakan kembali limbah kayu.

Factors in Buildings Construction Waste Management Affecting Cost Performance Improvement

Abstract

Construction industry is one of industries playing important role in national economic development, yet this physical facilities and infrastructures development motor generates environmental problems in the execution phase frequently. Construction waste is one of the outputs from construction industries that contributes to environmental damages and provides negative impacts to people and contractor cost performance whereas cost performance is one of the company strength making it survives in this competitive environmental and global competition era. Thus, it is necessary to manage construction waste because waste construction management is able to reduce the negative impacts of construction waste and to increase benefits either for environment or stakeholder involved in the construction industry, directly or indirectly. This research is conducted to see the influence of buildings construction waste management to cost performance improvement. Six construction waste management factors influencing cost performance improvement are reusing concrete waste, reinforcement steel waste reducing plan, reusing reinforcement steel, ordering material as per drawing or design, planning building dimension as standard material dimension, and reusing timber waste. Keywords : construction waste management, cost performance

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 2: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Pendahuluan Industri konstruksi merupakan salah satu produsen limbah yang jumlahnya cukup besar. Lu

(1999) menyatakan, di Cina, setiap 10.000 m2 dari area konstruksi akan memproduksi 500-600

ton limbah padat [1]. Motete et. al. (2003) memaparkan bahwa keberadaan limbah konstruksi

berpengaruh negatif terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, seperti

berkurangnya keuntungan kontraktor dan mengganggu kesehatan [2]. Secara umum, industri

konstruksi di Indonesia masih bergelut dengan permasalahan ketidakefisienan dalam pelaksanaan

proses konstruksinya sehingga menimbulkan pemborosan (waste) yang berdasarkan data yang

diperoleh dari Lean Construction Institute pemborosan pada industri konstruksi mencapai 57 %

[3]. Metode pembuangan limbah konstruksi yang paling sering dilakukan di Indonesia adalah

pembuangan puing-puing bongkaran menggunakan truk [4]. Oleh karena itu, diperlukan

pengelolaan limbah konstruksi yang tepat untuk meminimalisasi pengaruh negatif dari limbah

konstruksi tersebut serta memperoleh manfaat yang maksimal.

Industri konstruksi memainkan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan dan peningkatan taraf

hidup masyarakat [5]. Davy Sukamta (2009) menyatakan, bagi pengusaha konstruksi dimana

bisnisnya didasarkan pada adanya proyek, keuntungan menjadi hal utama dalam bisnisnya karena

keberlangsungan perusahaan tergantung dari keuntungan proyek [6]. Bagi sebuah perusahaan,

peningkatan efisiensi akan menjadi daya saing yang akan meningkatkan citra baik perusahaan.

Terlebih, saat ini industri jasa konstruksi telah memasuki era persaingan global.

Meskipun biaya pembuangan limbah konstruksi hanya menunjukkan angka 0,5 % dari nilai

keseluruhan proyek, namun menerapkan pengelolaan limbah konstruksi dapat meningkatkan

keuntungan hingga 5 % [7]. Guthrie (1999) menyatakan, keuntungan dari melaksanakan

pengelolaan limbah yang terdiri dari pengurangan limbah dan pelaksanaan kegiatan daur ulang

pada industri konstruksi sangatlah besar, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan [8].

Penelitian ini dilaksanakan untuk mencari tahu aktivitas atau faktor-faktor apa saja yang terdapat

dalam pengelolaan limbah dalam suatu proyek bangunan gedung yang akan meningkatkan

kinerja biaya.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 3: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Tinjauan Teoritis Pemanfaatan berbagai jenis material bangunan dalam proses konstruksi oleh kontraktor

menyisakan material dalam jumlah yang relatif besar. Berdasarkan Oladiran (2008), salah satu

penyebab timbulnya limbah konstruksi adalah penggunaan sumber daya yang melebihi apa yang

diperlukan untuk proses konstruksi. Menurut Craven et. al. (1994), aktivitas konstruksi

menimbulkan berbagai jenis limbah sebesar ± 20-30 % dari keseluruhan limbah di Australia.

Rogoff dan Williams (1994) menyatakan bahwa ± 29 % limbah padat di Amerika Serikat berasal

dari limbah konstruksi [9].

Limbah secara umum didefinisikan oleh Waste Management Licensing Regulation sebagai

substansi ataupun suatu objek dimana pemiliknya memiliki keinginan untuk membuangnya atau

perlu untuk dibuang [10]. Limbah didefinisikan oleh Serpell dan Alarcon (1998) sebagai segala

material hasil sampingan manusia dan kegiatan industri yang tidak memiliki nilai sisa [11].

Menurut Franklin Associates dalam jurnal EPA, limbah konstruksi merupakan material yang

sudah tidak digunakan yang merupakan hasil dari suatu proses konstruksi, perbaikan atau

perubuhan dari suatu struktur, dan menurut Tchobanoglous, Thiesen, dan Eliassen, limbah

konstruksi adalah limbah yang berasal dari konstruks, pembuatan model kembali, dan perbaikan

dari suatu tempat tinggal individu, bangunan komersial dan struktur lainnya [12].

Oktaviani (2005) menggolongkan limbah ke dalam 4 jenis yaitu [13]:

a. Limbah alami (natural waste)

Limbah yang muncul pada kondisi dimana apabila dilakukan upaya reduksi limbah justru

meningkatkan biaya.

b. Limbah langsung (direct waste)

Limbah yang biasanya terbentuk saat penyimpanan material, pemindahan material,

maupun pada saat pengerjaan.

c. Limbah tidak langsung

Limbah yang biasanya terjadi dalam hal pembelian bahan atau material. Kerugian bukan

secara fisik namun dalam hal pembayaran bahan atau material tersebut.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 4: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

d. Limbah konsekuensi

Limbah yang merupakan konsekuensi dari adanya kerusakan-kerusakan yang

memerlukan perbaikan sehingga kontraktor harus mengeluarkan biaya ekstra.

Gavilian dan Bernold (1994) menyatakan bahwa aktivitas dalam proses konstruksi yang

berpotensi menimbulkan limbah dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu perencanaan,

pengadaan, pemindahan material, operasi, residu, dan aktivitas lain [14].

Material konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi dua yaitu material permanen

dan material sementara. Material permanen merupakan material yang dibutuhkan oleh kontraktor

untuk membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen bangunan. Sedangkan

material sementara adalah material yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam membangun proyek,

tetapi tidak akan menjadi bagian dari bangunan setelah digunakan [15]. Beberapa material yang

sering digunakan dalam konstruksi bangunan gedung dan menghasilkan limbah adalah:

a. Baja tulangan

Baja tulangan sifatnya sangat dominan dalam pembangunan proyek konstruksi. Hal ini

dikarenakan baja tulangan berperan dalam membentuk struktur beton bertulang sebagai

struktur utama dalam sebuah bangunan [16]. Selain itu, besi memiliki nilai ekonomi yang

sangat tinggi. Besi tulangan yang sudah tidak digunakan lagi dapat didaur ulang atau

digunakan kembali oleh karenanya besi tulangan masih memiliki nilai sisa.

b. Beton

Beton merupakan salah satu material bangunan yang paling banyak dijumpai dalam

konstruksi bangunan. Salah satu alasan banyaknya penggunaan beton adalah

kemudahannya untuk membentuk dan melakukan finishing. Apabila beton memiliki sisa,

maka beton dapat digunakan untuk pekerjaan lain seperti pembuatan kanstin, pembuatan

tahu beton untuk kepentingan pengecoran, maupun pembuatan ornamen arsitektural [17].

c. Mortar

Mortar merupakan campuran antara semen, air, dan pasir. Dalam proses konstruksi,

mortar digunakan untuk pekerjaan pasangan bata merah, pasangan pondasi batu kali, dan

plesteran penutup dinding. Mortar berpotensi besar untuk menghasilkan limbah

konstruksi mengingat karakter pembuatannya, yaitu dengan mencampur material semen,

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 5: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

pasir, dan kapur di suatu tempat dan kemudian didistribusikan menggunakan ember ke

lokasi pekerjaan untuk digunakan pada berbagai jenis pekerjaan. Aktivitas pencampuran,

transportasi dan pelaksanaan pekerjaan inilah yang berpotensi menimbulkan limbah [18].

d. Tiang Pancang

Penggunaan tiang pancang yang dicetak di pabrik dalam sebuah bangunan sangat

bergantung pada kedalaman tanah keras di lapangan. Namun dalam pelaksanaannya,

kedalaman tanah keras sangat dimungkinkan bervariasi. Variasi inilah yang menyebabkan

terjadinya pemotongan tiang pancang prafabrikasi yang menimbulkan limbah konstruksi

dengan jumlah yang relatif besar [19].

e. Tanah

Sebuah bangunan seringkali tidak dibangun pada lahan yang siap dikerjakan. Artinya,

sebelum memulai proses pelaksanaan konstruksi, diperlukan pembersihan lahan untuk

menghilangkan segala sesuatu yang dapat memengaruhi kekuatan bangunan seperti

membuang lapisan humus pada tanah. Selain itu, proses pengerjaan struktur bawah

memerlukan penggalian tanah sehingga tanah menjadi salah satu material limbah yang

perlu dikeluarkan dari areal proyek.

f. Bekisting

Beton digunakan pada pembangunan berbagai struktur dengan berbagai bentuk. Untuk

membentuk beton agar sesuai dengan rancangan, diperlukan cetakan atau yang sering

disebut dengan bekisting. Bekisting ini merupakan sebuah unsur yang sangat penting

dalam pengecoran beton. Bekisting haruslah terbuat dari material yang dapat digunakan

berulang kali, mudah dibongkar pasang dan dipindahkan, rapat air, dan berdaya lekat

rendah terhadap beton [20]. Salah satu material yang banyak digunakan dalam bekisting

adalah kayu dan triplek. Bekisting yang tidak digunakan kembali kemudian menjadi

limbah konstruksi.

g. Keramik

Keramik sudah umum digunakan di setiap bangunan sebagai penutup dinding atau

penutup lantai. Seringkali, dalam pemasangan keramik diperlukan ukuran yang tidak

tersedia di pasaran sehingga keramik yang ada di pasar harus dipotong sesuai dengan

kebutuhan. Pemotongan keramik ini akan menghasilkan limbah konstruksi.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 6: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Pengelolaan limbah konstruksi secara hierarkial dapat digambarkan melalui diagram berikut ini:

Gambar 1. Hierarki Pengelolaan Limbah Konstruksi Sumber: Yuan; Shen, 2010 [21]

Berdasarkan diagram piramida di atas, dapat dipaparkan dampaknya terhadap lingkungan.

Semakin ke atas, maka dampak terhadap lingkungannya akan semakin kecil.

Reduce atau mengurangi mengacu pada pengurangan sumber limbah dan optimalisasi sumber

daya. Cara ini merupakan cara pencegahan sebelum limbah menjadi masalah fisik [22]. Dengan

melakukan identifikasi aktivitas proses konstruksi yang menghasilkan limbah pada tahap

perencanaan akan menurunkan potensi timbulnya limbah pada tahap konstruksi. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara [23]:

a. Perencanaan yang didasarkan pada ukuran standar material yang ada di pasaran untuk

semua material bangunan yang akan digunkaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya limbah yang dihasilkan dari sisa pemotongan material.

b. Perencanaan ruang didasarkan pada aspek fleksibilitas. Hal ini bertujuan untuk

menghindari timbulnya limbah bila terjadi perubahan perencanaan.

Reuse atau menggunakan kembali limbah merupakan pemindahan kegunaan suatu barang ke

kegunaan lain [24]. Reuse mengacu pada membalik bagian dari aliran limbah untuk digunakan

berulang pada tujuan yang sama [25]. Cara ini merupakan cara yang paling baik setelah

mengurangi limbah tetap menghasilkan limbah.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 7: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Recycle atau daur ulang limbah konstruksi merupakan pemisahan dan pendaurulangan material

limbah yang dapat ditingkatkan nilainya yang timbul saat proses konstruksi atau renovasi.

USEPA (1995) mendefinisikan mendaur ulang dengan memisahkan, mengumpulkan, memproses,

memasarkan, dan menggunakan material yang sebenarnya akan dibuang [26]. Proses daur ulang

masih langka untuk dilakukan di dalam sebuah proyek konstruksi. Oleh karenanya, pada

penelitian ini tidak mencantumkan variabel recycle atau daur ulang beserta sub variabelnya.

Limbah yang tetap muncul meskipun telah melalui proses-proses pengelolaan limbah konstruksi

seperti mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang, akan dikeluarkan dari lokasi

proyek. Biasanya, limbah-limbah ini dibuang ke Tempat Penampungan Akhir (TPA)

menggunakan kendaraan truk. Mengeluarkan limbah dari lokasi proyek berarti juga

mengeluarkan uang. Pilihan lain untuk mengeluarkan limbah dari lokasi proyek adalah

memberikan limbah tersebut secara cuma-cuma atau menjualnya kepada orang lain seperti

pemulung atau organisasi pengepul limbah untuk mereka dapat gunakan kembali atau daur ulang.

Kinerja biaya merupakan hasil dari suatu pengendalian biaya selama masa pelaksanaan proyek.

Dimana pengendalian biaya merupakan suatu proses monitoring status terkini terhadap anggaran

biaya pelaksanaan dan perubahan yang terjadi terhadap rencana anggaran pelaksanaan [27].

Salah satu perbedaan antara proyek yang menerapkan pengelolaan limbah konstruksi dengan

yang tidak menerapkan adalah pada kemungkinan terjadinya peningkatan kinerja biaya proyek.

Macozoma (2000) mengatakan, biaya limbah mempengaruhi daya saing kontraktor, membuatnya

sulit bertahan hidup dalam lingkungan yang kompetitif [28]. Timbulan limbah berarti

pengurangan pendapatan bagi kontrakor akibat biaya ekstra pada biaya overhead dan

keterlambatan pelaksanaan yang menimbulkan produktivitas yang lebih rendah [29]. Egan (1998)

mengatakan, satu langkah untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi di industri konstruksi adalah

dengan mengurangi limbah di seluruh tahapan proses konstruksi [30]. Metode Penelitian Strategi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Kerlinger (1996)

mengatakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan baik pada populasi besar

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 8: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

maupun yang kecil, namun data yang dipelajari merupakan data dari sampel yang diambil dari

populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar

variabel sosiologis maupun psikologis [31]. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian

menggunakan kuesioner pada pakar dan responden mengenai faktor apa saja dalam aspek

pengelolaan limbah yang akan mempengaruhi peningkatan kinerja biaya. Kuesioner atau angket

adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons

(responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2006, 99) [32].

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) atau variabel yang menjadi sebab atas

adanya perubahan adalah aspek pengelolaan limbah konstruksi. Variabel ini kemudian diturunkan

menjadi 36 sub variabel yang menggambarkan kegiatan-kegiatan apa saja yang ada dalam

pengelolaan limbah konstruksi. Sedangkan variabel terikat (Y) atau variabel yang menjadi akibat

atas adanya variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja biaya.

Tabel 1. Variabel Penelitian

No Variabel Sub - No Sub Variabel Ref.

X1 Reuce

X1 Merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material pasaran 2,5 X2 Menyimpan material dengan baik agar tidak mengalami kerusakan 2,5 X3 Melakukan estimasi penggunaan material dengan akurat 2 X4 Memilih metode konstruksi yang tepat 2 X5 Menggunakan bahan bekisting dari plasterboard 1,3 X6 Perencanaan pengurangan limbah beton 1,3,4 X7 Perencanaan pengurangan limbah besi 1,3,4 X8 Penggunaan container sebagai kantor proyek 1,3

X9 Memesan barang (dengan mempertimbangkan ukuran) yang dapat meminimalkan pemotongan/ pembuangan

5

X10 Meminta pemaketan/ pengemasan yang minimal 5

X2 Reuse

X11 Menggunakan kembali limbah kayu 5 X12 Menggunakan kembali limbah puing-puing bongkaran 5 X13 Menggunakan kembali limbah besi tulangan baja 5 X14 Menggunakan kembali limbah kertas atau plastik 5 X15 Menggunakan kembali limbah bata, keramik, genteng 5

X16 Menggunakan kembali limbah logam bukan besi termasuk kaleng dan kontainer

5

X17 Menggunakan kembali limbah sisa tanah galian 5 X18 Menggunakan kembali limbah kelebihan agregat 5 X19 Menggunakan kembali limbah beton menjadi cansteen 1 X20 Penggunaan air secara berulang 1,3,4

X3 Disposal

X21 Menjual limbah kayu 5 X22 Menjual limbah puing puing bongkaran 5 X23 Menjual limbah besi tulangan atau baja 5 X24 Menjual limbah kertas atau plastik 5 X25 Menjual limbah bata, keramik, genteng 5

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 9: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Tabel 1. (Sambungan)

Sumber: Olahan Sendiri Keterangan:

1. PP Guideline

2. Wulfram Ervianto (2012)

3. Bayu Adikusumo (2010)

4. Suratman (2010)

5. Oktaviani Fransisca (2003)

6. Asiyanto (2005)

7. Imam Suharto (1997)

8. PMBOK fouth edition (2008)

Dalam kuesioner penelitian ini akan digunakan skala pengukuran nominal dan ordinal. Skala

pengukuran nominal digunakan pada saat melakukan validasi pakar pada tahap 1. Sedangkan

skala ordinal digunakan pada penyebaran ke responden pada tahap 2. Skala nominal hanya dapat

dibedakan berdasarkan sifat fisiknya, yaitu ya atau tidak. Dengan skala ordinal, dapat

dimungkinkan variabel yang ada disusun menurut peringkatnya masing-masing, mulai dari yang

paling lemah hingga yang paling kuat pengaruhnya. Skala pengukuran ordinal yang digunakan

untuk variabel X pada penelitian ini bertingkat yang terdiri dari : 1 = Tidak ada pengaruh (0%); 2

= Kurang Berpengaruh (0% - <1%); 3 = Cukup Berpengaruh (1% - <2%); 4 = Berpengaruh (2%

- <3%); 5 = Sangat Berpengaruh (≥3%), sedangkan untuk variabel Y terdiri dari 1 = Buruk

(Adanya peningkatan biaya proyek); 2 = Tidak Berpengaruh (Tidak ada perubahan biaya proyek);

No Variabel Sub - No Sub Variabel Ref.

X3 Disposal

X26 Menjual limbah logam bukan besi termasuk kaleng dan kontainer 5 X27 Menjual limbah sisa tanah galian 5 X28 Menjual limbah kelebihan agregat 5 X29 Memberi dengan cuma-cuma limbah kayu 5 X30 Memberi dengan cuma-cuma puing-puing bongkaran 5 X31 Memberi dengan cuma-cuma limbah besi tulangan atau baja 5 X32 Memberi dengan cuma-cuma limbah kertas atau plastik 5 X33 Memberi dengan cuma-cuma limbah bata, keramik, genteng 5

X34 Memberi dengan cuma-cuma limbah logam bukan besi termasuk kaleng dan kontainer

5

X35 Memberi dengan cuma-cuma limbah sisa tanah galian 5 X36 Memberi dengan cuma-cuma limbah kelebihan agregat 5

Y Kinerja Biaya Y1 Peningkatan kinerja biaya 6,7,8

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 10: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

3 = Sedang (Ada pengurangan biaya proyek sebesar < 1 %); 4 = Baik (Ada pengurangan biaya

proyek sebesar 1-3 %); 5 = Sangat baik (Ada pengurangan biaya proyek sebesar > 3 %) [33].

Untuk menganalisis data yang didapatkan dari responden, digunakan analisis statistik dengan

bantuan perangkat lunak SPSS versi 20. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif, uji

validitas, uji korelasi, analisis faktor, analisis regresi dan uji model. Analisis dilakukan untuk

melihat tingkat pengaruh dari setiap sub variabel yang ada dalam pengelolaan limbah konstruksi

terhadap peningkatan kinerja biaya serta mendapatkan faktor-faktornya yang dominan. Hasil Penelitian Pengumpulan data tahap 1 atau validasi pakar ini merupakan langkah pertama dalam proses

pengambilan data. Proses ini akan memastikan bahwa variabel dan subvariabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sesuai untuk dilakukan penelitian. Pakar dalam penelitian ini

berjumlah 5 orang dan berasal dari berbagai instansi dengan pengalaman minimal 17 tahun

sehingga dapat dipastikan bahwa pakar-pakar ini telah memahami dengan sangat baik bagaimana

sebuah proyek berlangsung. Berdasarkan pakar atas seluruh variabel penelitian, tidak ada satu

variabel pun yang dihilangkan namun beberapa variabel mengalami perubahan tata bahasa agar

mudah dimengerti oleh responden yang lebih sering berada di proyek. Variabel dan sub variabel

penelitian yang telah dikonsultasikan kepada pakar pada proses sebelumnya, kemudian

disebarkan kepada para responden yang ada pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat.

Sebanyak 48 kuesioner disebarkan di proyek-proyek yang ada di area Jabodetabek melalui

penyebaran langsung di lokasi proyek maupun via telepon. Dari sebanyak 48 kuesioner tersebut,

hingga batas akhir pengumpulan kuesioner yang telah penulis tentukan terkumpul 40 kuesioner

yang setara dengan pengembalian 83,33 % dari seluruh kuesioner yang disebarkan. Responden

memiliki pendidikan terakhir vokasi, sarjana, maupun pascasarjana dengan pengalaman bekerja

di atas 5 tahun, dan memegang jabatan project manager atau setara, construction manager atau

setara, site manager atau setara, dan site engineer atau quantity surveyor atau quality control atau

setara. Dari data-data yang didapatkan dari para responden, dilakukan analisis statistik yang mana

uji validitas dan uji korelasi bersifat mengeliminasi sehingga 5 sub variabel yaitu X3, X4, X5,

X15, dan X16 dinyatakan tidak valid dan 3 sub variabel yaitu X2, X8, dan X17 dinyatakan tidak

berkorelasi. 8 Sub variabel ini kemudian tidak diikutsertakan pada uji statistik berikutnya.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 11: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Selanjutnya dilakukan analisis faktor untuk melihat apakah seluruh variabel hasil analisa korelasi

saling berhubungan (inter-dependent antar variabel) sehingga akan menghasilkan

pengelompokkan dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau faktor agar

mudah untuk dikelola.

Setelah analisis faktor, kemudian dilaksanakan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan untuk

mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara satu atau beberapa variabel independen (X)

dengan satu variabel dependen (Y). Variabel-variabel yang telah melalui analisa faktor menjadi

input analisis regresi. Analisis menggunakan bantuan program SPSS 20. Analisis dilakukan

berkali-kali (literasi) hingga muncul 6 variabel pada modelnya, sesuai dengan jumlah komponen

analisa faktor.

Gambar 2. Grafik Scatterplot untuk Semua Responden Sumber: Olahan SPSS 20  Maka berdasarkan metode di atas, persamaan regresi linear yang dihasilkan adalah:

Y = f(x)

Y = 1,078 + 0,086X19 + 0,216X7 + 0,315X13 + 0,202X9 + 0,117X1 - 0,108X11

Dimana:

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 12: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Y = Besaran peningkatan kinerja biaya

X19 = Menggunakan kembali limbah beton menjadi cansteen, car stop, dan paving block

X7 = Perencanaan pengurangan limbah besi dengan bar bending schedule

X13 = Menggunakan kembali limbah besi tulangan baja

X9 = Memesan barang dengan ukuran sesuai gambar atau desain (cutting list)

X1 = Merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material pasaran

X11 = Menggunakan kembali limbah kayu

Uji model yang dilakukan berupa uji koefisien determinasi atau R2 – Test, Uji F (F-Test), Uji t (t

– Test), dan Uji Autokorelasi (Durbin-Watson Test). Analisa regresi yang telah dilakukan

menghasilkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,694. Nilai ini telah melebihi 0,50 sehingga dapat

dikatakan bahwa model di atas mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 69,4

%. Sedangkan 30,6 % sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan

dalam model tersebut. Nilai F yang akan diuji F test sebesar 13,842. Nilai ini kemudian

dibandingkan dengan nilai F dari tabel dengan tingkat signifikansi 5 %. Dengan mengetahui nilai

untuk F dari tabel F untuk regression = 6 dan residual = 28, maka didapatkan Ftabel sebesar 2,45.

Oleh karena itu, model ini memiliki nilai Ftest > Ftabel sehingga Ho ditolak atau dengan kata lain

terdapat pengaruh yang signifikan dari pengelolaan limbah konstruksi terhadap peningkatan

kinerja biaya. Nilai t untuk subvariabel X7, X13, dan X9 berada di atas nilai ttabel atau thitung >

ttabel, serta nilai sig. < 0,05. Oleh karena itu disimpulkan bahwa variabel-variabel X di atas

memiliki kontribusi dan mempengaruhi terhadap nilai Y. Untuk subvariabel X19, X1, dan X11

memiliki thitung < ttabel, serta nilai sig. > 0,05 maka subvariabel tersebut tidak memiliki kontribusi

terhadap Y. Dari analisis regresi dihasilkan nilai DW sebesar 2,226. Sedangkan melalui tabel DW

dengan signifikansi 5 % dan jumlah data (n) serta jumlah variabel independen (k) diperoleh nilai

dL sebesar 1,222 dan dU sebesar 1,726. Karena 2,226 > dU maka disimpulkan bahwa tidak

terjadi autokorelasi positif dan (4 – d) = 1,774 > dU maka disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokorelasi negatif.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 13: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Pembahasan Besi tulangan merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai sisa yang tinggi. Besi

tulangan ini sangat baik untuk dapat digunakan kembali atau didaur ulang. Tingkat penggunaan

kembali besi tulangan sangatlah tinggi [34]. Persentase limbah tulangan rata-rata untuk seluruh

jenis bangunan berkisar sekitar 5,3% [35]. Di lapangan, penggunaan limbah tulangan ini terbagi

menjadi dua, yakni untuk produk dan untuk temporary facilities. Untuk penggunaan yang

berkaitan dengan produk, besi tulangan bekas ini digunakan menjadi pengaku panel precast dan

lefting hook. Sehingga tulangan bekas ini akan menjadi bagian dari bangunan yang dibangun.

Selain itu, tulangan bekas dapat digunakan kembali menjadi bagian-bagian dari temporary

facilities yang sangat dibutuhkan di proyek. Limbah jenis ini digunakan untuk dudukan lampu

proyek, tempat sampah, railing, dan sebagainya. Dengan penggunaan kembali limbah baja ini,

maka tidak diperlukan pembelian material khusus untuk pengaku panel precast maupun lefting

hook-nya serta temporary facilities yang dapat diperoleh dari limbah-limbah yang ada. Dengan

begitu, terdapat cost saving yang akan meningkatkan kinerja biaya kontraktor.

Dalam sebuah konstruksi beton bertulang yang sudah awam digunakan di industri konstruksi,

selain diperlukan beton juga diperlukan besi tulangan yang menjadi perkuatan beton itu sendiri.

Diperlukan besi tulangan dalam jumlah yang besar untuk konstruksi sebuah bangunan. Material

besi tulangan memakan biaya yang cukup besar mengingat harga yang cukup mahal dengan

kebutuhan yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penjadwalan khusus yang

menghitung kebutuhan besi tulangan dalam sebuah konstruksi atau yang disebut dengan bar

bending schedule (BBS). Dengan dibuatnya BBS ini, dapat dilakukan penghematan penggunaan

besi tulangan. Dalam BBS ini, dapat diketahui bahwa besi digunakan untuk apa saja dan kapan

saja. Besi tulangan yang mengalami pemotongan akan memiliki sisa potongan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan lain dalam proyek yang tertulis dalam BBS itu sendiri. Dengan

begitu, limbah sisa potongan besi tulangan akan menjadi sangat minimal. Sebelum adanya BBS,

menurut wawancara terhadap pakar, sisa potongan-potongan besi tulangan biasanya akan diambil

oleh pekerja konstruksi untuk kemudian dijual sehingga pekerja tersebut mendapatkan

keuntungan. Hal ini sangatlah merugikan proyek. Oleh karena itu, dengan BBS hal ini dapat

diminimalisasi. Limbah besi tulangan menjadi minimal sehingga akan mengurangi biaya

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 14: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

pembelian besi tulangan dan pembuangannya. Dengan begitu, keuntungan dan kinerja biaya

kontraktor akan meningkat.

Beton merupakan salah satu material yang menjadi komponen struktural maupun non struktural.

Penggunaan beton yang mudah serta kekuatannya membuat beton menjadi salah satu komponen

bangunan yang selalu ada dalam setiap proyek. Tingkat penggunaan kembali limbah beton

mencapai 0,90 dari 1,00 dikarenakan salah satunya adalah pertimbangan limbah sehingga

memesan beton lebih 5 % hingga 10 % [36]. Berdasarkan wawancara dengan pakar, pada

dasarnya pada setiap proyek selalu berusaha untuk mengurangi limbah beton ini salah satunya

adalah meminimalisasi wastage dalam pemesanan beton hingga mencapai 0 % serta juga

mempertimbangkan bahwa di dalam struktur beton itu sendiri masih terdapat besi tulangan

sehingga akan mengurangi volume beton. Tetapi tak dapat dielakkan bahwa limbah beton ini

sering kali muncul. Dalam proyek, limbah beton ini digunakan kembali menjadi komponen-

komponen non-struktural misalnya car stop. cansteen, dan paving block. Dengan digunakannya

kembali limbah beton, maka meminimalisasi pembuangan ke TPA yang akan membuat biaya

pembuangan juga minimal. Dengan begitu, kinerja biaya proyek akan meningkat.

Dengan memesan barang dengan ukuran sesuai gambar atau desain atau cutting list berarti

mengurangi pemotongan di lokasi proyek. Mengurangi pemotongan material di lokasi proyek

akan membawa proyek meminimalisasi limbah konstruksinya. Di lapangan, penggunaan cara ini

dilakukan biasanya dalam bentuk kerjasama ke pabrik-pabrik atau manufaktur dari material yang

akan digunakan dalam proyek. Salah satu contohnya adalah pemesanan wiremesh atau jaringan

baja tulangan. Wiremesh dipesan sesuai dengan kebutuhan di dalam proyek misalkan untuk

pengecoran plat lantai. Selain itu masih terdapat banyak hal lain yang dapat dilakukan dalam

metode ini, seperti pemesanan baja untuk struktur yang sudah dipotong sesuai kebutuhan di

proyek sehingga tinggal dilakukan proses perakitan atau assembling di lapangan. Begitu juga

untuk keperluan kabel. Kabel dipesan sesuai dengan panjang yang dibutuhkan di proyek sehingga

tidak perlu dilakukan pemotongan-pemotongan lagi yang akan menimbulkan limbah. Dengan

mengurangi limbah, maka semakin berkurang biaya untuk membuang limbah yang mencakup

biaya transportasi dan biaya pembuangan ke TPA sehingga kinerja biaya proyek atau pendapatan

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 15: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

kontraktor akan meningkat dan kontraktor akan memiliki daya saing yang lebih tinggi serta

memiliki citra yang baik dalam aspek kelestarian lingkungan.

Salah satu penyebab munculnya limbah konstruksi yang berkaitan dengan desain adalah

kurangnya pengetahuan mengenai dimensi material di pasaran [37]. Dengan merencanakan

dimensi bangunan sesuai dimensi di pasaran maka tidak diperlukan potongan-potongan yang

akan mengakibatkan timbulnya limbah. Meskipun berdasarkan tanggapan pakar, pada dasarnya

desain yang sesuai dengan keinginan owner sulit dikalahkan oleh pertimbangan lainnya seperti

aspek ekologi, salah satunya pengelolaan limbah konstruksi. Dengan begitu, desain bangunan

tidak serta merta menyesuaikan dengan program pengurangan limbah konstruksi. Namun bukan

berarti cara ini tidak dapat dilakukan untuk pengurangan jumlah limbah. Di lapangan,

penggunaan cara ini lebih ditekankan pada penggunaan besi tulangan dengan cara overlap.

Dengan cara ini, besi tidak perlu dipotong-potong melainkan hanya disambung secara overlap.

Selain itu, merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material di pasaran juga digunakan

untuk pemasangan cladding. Desain arsitektural disesuaikan dengan dimensi material yang ada.

Hal ini berlaku juga untuk penggunaan marmer dan keramik penutup lantai. Dengan begitu,

limbah konstruksi dapat diminimalisasi sehingga tidak perlu melakukan pembuangan secara

berkala ke TPA yang mengeluarkan biaya transportasi dan pembuangannya.

Kayu di dalam proyek digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya keperluan formwork

atau bekisting. Tingkat penggunaan kembali limbah kayu ini cukup tinggi hingga mencapai 0,80

dari 1,00 [38]. Limbah kayu merupakan salah satu limbah yang mudah untuk digunakan kembali

untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah temporary facilities. Sama halnya dengan

pendapat pakar, bahwa limbah kayu di dalam proyek sering digunakan untuk pekerjaan fasilitas

sementara seperti perbaikan-perbaikan yang membutuhkan kayu, bedeng pekerja, tempat duduk,

dan tempat sampah. Biasanya, untuk mengurangi jumlah limbah kayu digunakanlah material

bekisting yang lebih tahan lama dan kuat, seperti baja atau alumunium sehingga juga menjadi

ramah lingkungan. Dengan berkurangnya jumlah limbah kayu, yang di dalam proyek biasanya

sangat besar jumlahnya, maka berkurang pula biaya pembuangan ke TPA sehingga meningkatkan

keuntungan kontraktor dan kinerja biayanya.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 16: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

Tabel 2. Kegiatan Reduce dan Reuse Material

Reduce (mengurangi) Reuse (menggunakan kembali)

Besi Tulangan

Melaksanakan bar bending schedule, pemesanan wiremesh, penggunaan besi tulangan dengan cara overlap,

Produk: pengaku panel precast dan lefting hook; Temporary facilities: dudukan lampu proyek, tempat sampah, dan railing

Beton Mempertimbangkan waste hingga 0% dan volume besi tulangan yang mengurangi volume beton

Digunakan kembali menjadi komponen-komponen non-struktural misalnya car stop, cansteen, dan paving block

Kayu -

Digunakan untuk temporary facilities dan perbaikan-perbaikan yang membutuhkan kayu, bedeng pekerja, tempat duduk, dan tempat sampah

Lain-lain

Merencanakan dimensi bangunan sesuai dimensi material di pasaran untuk pemasangan cladding, penggunaan marmer dan keramik penutup lantai, pemesanan kabel sesuai dengan panjang yang diperlukan dalam proyek

-

Sumber: Olahan Sendiri Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui tahapan-tahapan penelitian sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa terdapat enam faktor dominan dari pengelolaan limbah konstruksi

yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja biaya proyek yaitu menggunakan kembali limbah

beton menjadi cansteen, car stop, dan paving block, perencanaan pengurangan limbah besi

dengan bar bending schedule, menggunakan kembali limbah besi tulangan baja, memesan barang

dengan ukuran sesuai gambar atau desain (cutting list), merencanakan dimensi bangunan sesuai

dimensi material pasaran, dan menggunakan kembali limbah kayu. Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah:

a. Memperbanyak jumlah responden dan proyek agar didapatkan hasil penelitian yang lebih

akurat.

b. Melakukan studi kasus pada beberapa proyek dengan karakteristik yang sama agar

diperoleh besaran atau persentase peningkatan kinerja biaya akibat dilakukannya

pengelolaan limbah konstruksi.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 17: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

c. Melakukan penelitian lanjutan yang meneliti keuntungan dari pengelolaan limbah

konstruksi seperti peningkatan produktivitas dan kualitas. Daftar Referensi [1] W. Lu, H. Yuan, J. Li, J. Hao, X. Mi, Z. Ding. An Empirical Investigation of Construction

and Demolition Waste Generation Rates in Shenzhen City, South China. Elsevier. 2010 [2] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 132. [3] M. Abduh. Konstruksi Ramping Untuk Mencapai Konstruksi Yang Berkelanjutan. Seminar

Nasional “Sustainability dalam Bidang Material, Rekayasa, dan Konstruksi Beton”, ITB, 4 Desember 2007. hal. 213.

[4] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. hal. 63. [5] L. Y. Shen, V. Tam, C. M. Tam, S. Ho. Material Wastage in Construction Activities – a

Hong Kong Survey. Griffith University, 2002. [6] Suratman. 2010. Pengaruh Penerapan Green Construction Terhadap Kinerja Biaya Proyek

Di Lingkungan PT. PP (Persero) Tbk. Tesis. Universitas Indonesia. [7] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. [8] L. Y. Shen, V. Tam, C. M. Tam, S. Ho. Material Wastage in Construction Activities – a

Hong Kong Survey. Griffith University, 2002. [9] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 131. [10] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. [11] Tam, Vivian W.Y., Tam, C.M. A Review on the Viable Technology for Construction Waste

Recycling. Elsevier. 2006. [12] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. [13] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 18: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

[14] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta: Penerbit Andi. hal. 133.

[15] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 135. [16] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 136. [17] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 140. [18] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 141. [19] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 133. [20] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 106. [21] Yuan, Hongping., Shen, Liyin.. Trend of the Research on Construction and Demolition

Waste Management. Elsevier. (2010) [22] Yeheyis, Muluken; Hewage, Kasun; Alam, M. Shahria; Eskicioglu, Cigdem; Sadiq, Rehan.

An Overview of Construction and Demolition Waste Management in Canada: A Lifecycle Analysis Approach to Sustainability. Springer. 2012.

[23] Ervianto, Wulfram I. 2012. Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta:

Penerbit Andi. hal. 144. [24] Fransisca, Oktaviani. 2003. Faktor-Faktor Penggunaan Kembali Limbah Konstruksi Pada

Proyek Konstruksi Gedung di Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia. [25] Yeheyis, Muluken; Hewage, Kasun; Alam, M. Shahria; Eskicioglu, Cigdem; Sadiq, Rehan.

An Overview of Construction and Demolition Waste Management in Canada: A Lifecycle Analysis Approach to Sustainability. Springer. 2012.

[26] Yeheyis, Muluken; Hewage, Kasun; Alam, M. Shahria; Eskicioglu, Cigdem; Sadiq, Rehan.

An Overview of Construction and Demolition Waste Management in Canada: A Lifecycle Analysis Approach to Sustainability. Springer. 2012.

[27] Project Management Institute, (2008). A Guide to the Project Management Body of

Knowledge, 4th Edition. [28] L. Muhwezi, L.M. Chamuriho, N.M. Lema. An investigation into Materials Wastes on

Building Construction Projects in Kampala-Uganda. Scholarly Journals, Tanzania. 2012

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013

Page 19: Faktor Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengelolaan Limbah ...

[29] Skoyles, E.R. and Skoyles, J.R. (1987). Waste prevention on site. London: Mitchell [30] L. Muhwezi, L.M. Chamuriho, N.M. Lema. An investigation into Materials Wastes on

Building Construction Projects in Kampala-Uganda. Scholarly Journals, Tanzania. 2012 [31] Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. hal. 49. [32] Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. hal. 99. [33] Suratman. 2010. Pengaruh Penerapan Green Construction Terhadap Kinerja Biaya Proyek

Di Lingkungan PT. PP (Persero) Tbk. Tesis. Universitas Indonesia. [34] V. W. Y. Tam. Rate of Reusable and Recyclable Waste in Construction. Second International

Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies. Universita Politecnica delle Marche, Ancona, Italy. 2010.

[35] L. Y. Shen, V. Tam, C. M. Tam, S. Ho. Material Wastage in Construction Activities – a

Hong Kong Survey. Griffith University, 2002. [36] V. W. Y. Tam. Rate of Reusable and Recyclable Waste in Construction. Second International

Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies. Universita Politecnica delle Marche, Ancona, Italy. 2010.

[37] L. Muhwezi, L.M. Chamuriho, N.M. Lema. An investigation into Materials Wastes on

Building Construction Projects in Kampala-Uganda. Scholarly Journals, Tanzania. 2012 [38] V. W. Y. Tam. Rate of Reusable and Recyclable Waste in Construction. Second International

Conference on Sustainable Construction Materials and Technologies. Universita Politecnica delle Marche, Ancona, Italy. 2010.

Faktor-Faktor yang ..., Lugas Trias Pamungkas, FT UI, 2013