ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM...
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU DALAM
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH
TSANAWIYAH NEGERI WINONG KABUPATEN PATI TAHUN
AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
ARIF NADLIROH
NIM. 0735 11024
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
IAIN WALISONGO
SEM ARANG
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Arif Nadliroh
NIM : 073511024
Jurusan/ Program Studi : Tadris Matematika
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 30 November 2011
NIM. 073511024
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Judul : Analisis Faktor-Faktor Penghambat Guru dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong
Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2010/2011
Penulis : Arif Nadliroh
NIM : 073511024
Skripsi ini membahas tentang faktor penghambat guru dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika di MTsN Winong kabupaten Pati tahun ajaran
2010/2011. Kajian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai matematika di
lingkungan madrasah ini. Padahal tidak demikian dengan mata pelajaran lain
seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Peringkat
MTsN Winong di kecamatan Winong adalah teratas, hal ini dibuktikan dengan
berbagai kemajuan yang dicapainya. Hal ini menjadi tambahan data untuk penulis
bahwa sangat disayangkan kalau prestasi matematika di sekolah terbaik ini masih
berada di bawah. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) apa
yang menjadi faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011? (2) apa yang telah diusahakan oleh guru MTsN Winong untuk mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan
pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011? (3) apa yang dapat dijadikan
solusi atas hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika MTsN
Winong tahun ajaran 2010/2011? Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan angket atau kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika di lingkungan MTsN
Winong yang berjumlah enam orang. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
memuat beberapa faktor yang sangat memungkinkan untuk menjadi faktor
penghambat pembelajaran matematika, yakni guru itu sendiri, peserta didik,
proses pembelajaran, sarana prasarana, dan yang terakhir adalah evaluasi
pembelajaran.
Secara umum, hasil penelitian yang diperoleh adalah semua faktor
berpotensi mempengaruhi ketidakberhasilan pembelajaran matematika. Namun,
yang paling dominan berasal dari peserta didik yang sangat sedikit minat dan
motivasinya dalam mempelajari matematika. Untuk mengatasi hambatan tersebut,
guru di lingkungan MTsN Winong belum melakukan suatu tindakan nyata untuk
sungguh-sungguh mengatasi hambatan tersebut. Yang ada hanyalah musyawarah
kecil di sela-sela pergantian jam pelajaran.
Melihat hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan
pembelajaran adalah masalah yang kompleks dan benar-benar harus diperhatikan.
Oleh karenanya, sekecil apapun faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran harus diperhatikan. Dan sekali lagi, guru sebagai pemeran kendali
utama di kelas pun harus berbenah diri untuk selalu mengadakan inovasi dalam
pembelajaran.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahin
Alhamdulillah puji syukur atas segala limpahan karunia-Nya. Shalawat
serta salam tak lupa penulis panjatkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad,
nabi penerang zaman, beserta keluarga, sahabat, dan siapa pun yang mengikuti
ajarannya.
Atas rida Allah SWT, atas bimbingan para dosen, atas doa ayah ibu,
kakak, dan bantuan saudara, kawan, serta sahabat-sahabat tercinta akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Faktor-Faktor Penghambat Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2010/2011”.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
sarjana dalam ilmu pendidikan pada program studi matematika Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis sampaikan banyak
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu terutama kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag. selaku dekan Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
2. Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd. selaku kepala Jurusan Tadris Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
3. Bapak Saminanto, S.Pd, M.Sc. selaku kepala Program Studi Tadris
Matematika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang
4. Ibu Lulu Choirunnisa, S.Si, M.Pd. dan Dr. Abdul Wahib, M.Ag selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan
5. Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang
viii
6. Ibu Hj. Umi Hanik, S.Ag, M.Pd selaku kepala Madrasah Tsanawiyah
Negeri Winong beserta staf yang bersedia untuk membantu dalam
penelitian skripsi ini
7. Kawan-kawan Lembaga Pers Mahasiswa Edukasi yang telah
membantu untuk selalu berpikir
8. Sahabat-sahabat PMII di lingkungan IAIN Walisongo yang telah
mengenalkanku pada dunia luar
9. Segenap keluarga, yang telah memberikan banyak dukungan baik
moril maupun materil sehingga skripsi ini bisa tersusun
10. Semua pihak yang tidak tersebut, semua pihak yang turut membantu
dalam mewujudkan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak lain karena keterbatasan penulis. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritiknya untuk
perbaikan ke depan. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 12 Desember 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PENGESAHAN......................................................................................................iii
NOTA PEMBIMBING ..........................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .......................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik .................................................................... 9
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ....................................................................... 24
B. Tempat dan waktu penelitian ................................................. 25
C. Sumber penelitian ................................................................... 25
D. Fokus penelitian ..................................................................... 26
E. Teknik pengumpulan data penelitian ..................................... 27
F. Teknik analisis data ............................................................. 30
BAB IV : ANALISIS TENTANG FAKTOR PRNGHAMBAT GURU
DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WINONG
KABUPATEN PATI TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Gambaran umum MTsN Winong kabupaten Pati .................. 34
B. Faktor-faktor penghambat guru Madrasah Tsanawiyah Negeri
Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tahun
ajaran 2010/2011..................................................................... 41
x
C. Usaha yang telah ditempuh oleh guru Madrasah Tsanawiyah
Negeri Winong untuk mengatasi hambatan-hambatan
pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran
2010/2011................................................................................ 53
D. Solusi atas hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika
Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong tahun ajaran
2010/2011................................................................................ 55
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 60
B. Saran ....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan pendidikan sangatlah urgent dalam meningkatkan kualitas
bangsa. Semakin unggul pendidikan suatu bangsa, maka semakin majulah
bangsa tersebut di kancah Internasional. Oleh karenanya, mengingat begitu
pentingnya peran pendidikan mengharuskan semua elemen yang terkait
dengan pendidikan untuk selalu mengevaluasi, berbenah, dan
meningkatkan kualitas pendidikan bangsa.
Pendidikan yang disajikan dalam pembelajaran di sekolah harus
didesain sedemikian rupa sehingga pembelajaran tersebut dapat berjalan
maksimal. Peserta didik yang menjadi aktor utama dalam pembelajaran
harus dilibatkan sebagai pribadi yang bebas. Bebas di sini diartikan bahwa
peserta didik harus bebas untuk mempelajari suatu mata pelajaran, baik
dari segi cara belajar maupun pertanyaan-pertanyaan yang harus terjawab
oleh guru.
Kebebasan dalam belajar harus diterapkan di semua mata pelajaran
tidak terkecuali pembelajaran matematika. Hal ini diperkuat dengan data
bahwa belajar matematika tergolong sebagai belajar abstrak. Belajar
abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpkir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang
abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas
prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya
belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian
materi bidang agama seperti tauhid.1
Matematika yang tergolong dalam mata pelajaran abstrak
membutuhkan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dengan
pembelajaran matematika tersebut, yakni guru, lingkungan sekolah, wali
peserta didik, dan lingkungan bermain di rumah. Peran beberapa pihak
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 125.
2
tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika,
meskipun ada beberapa peran yang dominan.
Selain itu, dalam membahas keberhasilan pembelajaran
matematika, yang harus diperhatikan kembali adalah terkait komponen
pengajaran yakni tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik, tenaga
kependidikan, perencanaan pengajaran dan evaluasi pengajaran. Masing-
masing komponen tersebut harus berjalan atau dijalankan dengan
maksimal. Tujuan pendidikan dan pengajaran harus disiapkan sebelum
proses pembelajaran itu dimulai. Komponen selanjutnya yang harus
diperhatikan adalah peserta didik. Sebagai aktor utama pembelajaran,
peserta didik harus dibimbing sedemikian rupa sehingga mereka siap dan
mampu untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu guru sebagai tenaga
kependidikan utama harus menjadi sosok yang mampu menerapkan
keempat kompetensi guru yakni pedagogik, profesional, sosial, dan
personal.
Untuk mengukur kelayakan komponen di atas, terdapat standar
yang dapat dijadikan acuan sehingga suatu pembelajaran dikatakan efektif.
Lebih lanjut beberapa komponen di atas diklasifikasikan dalam beberapa
standar, yakni standar proses pembelajaran, standar tenaga pendidik,
standar sarana dan prasarana pendidikan, serta standar evaluasi
pendidikan. Proses pembelajaran harus memenuhi beberapa standar
tersebut sehingga pembelajaran dikatakan berhasil.
Dari beberapa komponen yang ada peran guru tetaplah sentral.
Berhasil dan tidaknya sebuah pembelajaran di sekolah, termasuk
pembelajaran matematika tidak akan pernah lepas dari peran seorang guru.
Hal tersebut dikarenakan guru lah yang mengerti kondisi kelas dan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran. Meskipun sekarang telah berkembang
banyak sekali model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif
dalam mencari bahan, memahami dan mengerjakan sendiri, tapi peran
guru tetaplah sentral.
3
Tanggung jawab seperti itu harus tetap ditanamkan kepada setiap
benak guru. Hal ini disebabkan guru lah yang mengetahui apa yang
menjadi kekurangan dan kelebihan peserta didik terkait mata pelajaran
yang diampu, lebih-lebih terkait minat peserta didik untuk mempelajari
matematika.
Selain dari pihak peserta didik, seorang guru juga dapat
mengetahui hambatan itu dari dirinya sendiri sebagai seorang pendidik.
Tugas guru sangat kompleks dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan juga evaluasi pembelajaran. Banyak hal yang sering
terlewatkan oleh seorang guru, lebih-lebih pada tahap persiapan. Jika
persiapan saja masih belum maksimal, maka proses pembelajaran pun
akan tidak maksimal. Banyak hal yang dapat dijadikan refleksi para
pendidik untuk meningkatkan prestasi pembelajaran matematika.
Sisi lain yang dapat dilihat guru dalam pembelajaran adalah sarana
prasarana. Sebagai pemegang peran sentral dalam suatu ruang kelas,
seorang guru dapat merasakan, apakah sarana prasarana yang ada terkait
pembelajaran matematika sudah memenuhi standar atau belum? Selain itu
guru juga dapat melihat itu dari sikap peserta didik tersebut sudah merasa
cukup atau tidak belajar dengan sarana prasarana yang ada. Selain dari
faktor peserta didik , guru, dan sarana prasarana, masih banyak lagi faktor
yang bisa diidentifikasi oleh guru demi keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas.
Dalam subjek penelitian yang akan diteliti, yakni madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Winong kabupaten Pati, terdapat hambatan
pembelajaran matematika yang harus segera diatasi. Peneliti
mengasumsikan demikian karena dari data yang ada, hasil belajar mata
pelajaran matematika masih rendah dibandingkan mata pelajaran bahasa
Indonesia, bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam hal ini mata
pelajaran matematika dibandingkan dengan ketiga mata pelajaran tadi
karena dilihat dari segi kepentingannya dalam Ujian Nasional (UN).
4
Dari data yang ada, peneliti melihat bahwa nilai matematika di
sekolah di atas masih rendah dibandingkan dengan ketiga mata pelajaran
yang sudah disebutkan tadi. Nilai yang ada tidaklah terlalu berbanding
jauh, tapi hal demikian patut untuk diteliti dan dijadikan pelajaran bagi
beberapa pihak terkait. Jika nilai mata pelajaran yang lain dapat lebih
tinggi, mengapa matematika tidak?
Penguatan lain dari penelitian ini adalah ditemukannya peserta
didik di MTsN Winong yang sebagian besar masih mengasumsikan
matematika sebagai mata pelajaran mengerikan. Asumsi seperti ini tidak
hanya ditemukan di sekolah tempat penelitian, namun di sekolah-sekolah
lain juga hal ini masih menjadi hal yang wajar.
Dari data yang ada peneliti ingin meneliti apa saja yang menjadi
penyebab hasil belajar matematika peserta didik di daerah penelitian
tersebut masih rendah. Tentunya banyak sekali yang bisa dianalisis dari
keadaan ini, yakni dari pihak murid, guru, sarana prasarana dan faktor lain.
Sedemikian pentingnya tema ini untuk dibahas mendorong peneliti untuk
mengadakan penelitian yang terkait faktor-faktor penghambat guru dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika MTsN Winong kabupaten Pati
tahun ajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011?
2. Apa yang telah diusahakan oleh guru MTSN Winong untuk mengatasi
hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran matematika tahun
ajaran 2010/2011?
3. Apa yang dapat dijadikan solusi atas hambatan-hambatan pelaksanaan
pembelajaran matematika MTsN Winong tahun ajaran 2010/2011?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat guru MTsN Winong
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui usaha guru MTsN Winong dalam mengatasi
hambatan-hambatan pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui dan merumuskan solusi atas penghambat
pembelajaran matematika MTsN Winong
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberi gambaran tentang faktor-faktor penghambat yang dialami
guru MTsN Winong dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
2. Memberi gambaran tentang usaha yang telah dilakukan oleh guru
MTsN Winong dalam mengatasi hambatan pelaksanaan pembelajaran
matematika.
3. Memberikan suatu rekomendasi kepada pihak terkait untuk mengatasi
hambatan yang dialami guru matematika madrasah Tsanawiyah,
khususnya di MTsN Winong.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam beberapa penelitian matematika, banyak disebutkan bahwa
pembelajaran matematika masih menjadi hal yang sulit di mata sebagian
besar peserta didik atau dalam kata lain masih menjadi momok. Namun,
yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa yang menyebabkan
matematika menjadi momok? Pertanyaan yang demikian masih belum
terjawab.
Menyikapi hal tersebut, seyogyanya semua permasalahan
pembelajaran dikembalikan kepada guru. Hal itu dikarenakan gurulah
yang paling mengetahui kondisi kelas, bagaimana keadaan peserta didik
dalam mengikuti kelas, kemampuan guru itu sendiri, bahkan sarana
prasarana yang ada. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Artinya: dan kami mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelalki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui (Q,S, an-Nahl/16:43)2
Menanggapi rangkaian masalah di atas, peneliti menilik beberapa
penelitian, di antaranya yakni skripsi yang telah disusun oleh I Crede
Ketut Sunarya, mahasiswa Universitas Jember dengan judul Analisis
Faktor Penghambat bagi Guru Sekolah Menengah Pertama dalam
Meningkatkan Jenjang Pendidikan Formal di Kabupaten Tabanan. Hasil
dari penelitian ini menyebutkan bahwa penghambat yang ada sangatlah
kompleks, namun yang paling dominan adalah terkait sarana prasarana.
2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra), hlm. 272.
7
Hal ini dikarenakan masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana
prasarana yang layak bagi pendidikan.
Penelitian di atas memiliki titik perbedaan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan yakni dalam spesifikasinya. Penelitian yang peneliti
usulkan memiliki spesifikasi dalam pembelajaran matematika.
Penelitian lain yang peneliti tilik yakni skripsi yang telah disusun
oleh Subaidi, mahasiswa Universitas Negeri Malang dengan judul
Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Geografi SMA dan
MAN Kabupaten Sumenep dalam Mengimplementasikan KTSP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor penghambat
guru geografi adalah: (a) kesulitan guru geografi dalam perencanaan
pembelajaran, yaitu kesulitan dalam menentukan alokasi waktu,
menentukan kegiatan atau metode pembelajaran, tidak memiliki cukup
waktu dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menentukan buku
sumber yang memenuhi seluruh standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan indikator, menentukan media yang dapat membangkitkan minat dan
motivasi peserta didik serta jumlah media yang terbatas. (b) Dalam
pelaksanaan pembelajaran guru geografi mengalami kesulitan karena
kurangnya waktu yang disediakan, kurangnya sarana dan prasarana
pendukung, jumlah siswa terlalu banyak, menata kursi dan meja peserta
didik serta posisi guru (c) Dalam penilaian pembelajaran guru mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian ranah psikomotorik (keterampilan),
dalam menyusun instrumen penilaian kognitif guru Geografi kesulitan
menentukan pedoman penilaian, jumlah siswa terlalu banyak dan
terbatasnya waktu. Adapun dalam menyusun instrumen penilaian ranah
afektif dan psikomotorik guru mengalami kesulitan dalam pemilihan aspek
yang dinilai, penentuan indikator yang dinilai, jumlah peserta didik terlalu
banyak, dan keterbatasan waktu.
8
Selanjutnya adalah faktor pendukung guru geografi dalam
mengimplementasikan KTSP, yaitu latar belakang pendidikan yang sesuai
dengan bidang ajar, memiliki pengalaman mengajar yang cukup, pernah
mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran Geografi yang
sesuai dengan KTSP, beban mengajar di bawah ketentuan yang ditetapkan
pemerintah, dan tidak memiliki jabatan selain mengajar.
Sedikit berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, yakni
hanya melihat dari sudut penghambatnya saja terhadap pembelajaran yang
berbeda pula yakni matematika.
Penelitian terakhir yang menjadi rujukan peneliti adalah skripsi
yang telah disusun oleh Sumiyati, mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan judul Pelaksanaan KTSP Pendidikan Agama Islam di
SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta (Studi Kasus
Peran Profesional Guru dalam Pengembangan Kontent dalam
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pembelajaran Tahun
2008/2009). Penelitian ini mendeskripsikan profesionalisme guru dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Yang menjadi referensi di sini adalah tentang
profesionalisme guru dalam pembelajaran. Titik perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan peneliti angkat adalah spesifikasi dan mata
pelajaran yang akan diteliti yakni mata pelajaran matematika.
Dari beberapa penelitian di atas menyebutkan bahwa peran guru
dalam pembelajaran sangatlah penting. Begitu pula dalam pembelajaran
matematika yang tergolong dalam ragam belajar abstrak. Begitu
pentingnya peran guru dalam pembelajaran dan khususnya pembelajaran
matematika mendorong peneliti untuk meneliti apa saja yang menjadi
faktor penghambat guru dalam pembelajaran matematika.
9
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Pembelajaran Matematika
Sebelum mendefinisikan pembelajaran matematika, patut diketahui
dulu masalah teori belajar. Hal ini dikarenakan, dari teori belajar akan
diturunkan menjadi beberapa strategi dalam pembelajaran yang
tentunya akan mempengaruhi keberhasilan suatu pembelajaran.
Beberapa teori belajar menurut ahli:3
a. Teori Bruner
Bruner sangat mendukung metode belajar dengan
penemuan. Ia meyakini bahwa dalam mempelajari matematika
seorang anak perlu secara langsung menggunakan bahan-bahan
manipulatif. Bahan-bahan tersebut merupakan benda konkret yang
dirancang khusus untuk siswa dalam usaha untuk memahami suatu
konsep matematika.
b. Teori Jean Piaget
Ia meyakini bahwa perkembangan mental setiap pribadi
melewati empat tahap, yaitu sensori motor, praoperasional, operasi
konkret, dan operasi formal.
Intelegensi sensori motor dipandang sebagai intelegensi
praktis (practical intelligence) yang berfaidah bagi anak berusia 0 –
2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia
mampu berpikir mengenai hal yang sedang ia perbuat. Anak pada
periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis
dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang
sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan
seperti di atas.
Selanjutnya yakni tahap pra operasional. Tahap ini terjadi
dalam diri anak ketika berumur 2 sampai 7 tahun. Perkembangan
ini bermula pada saat anak telah memiliki penguasaan sempurna
mengenai objek permanen. Artinya anak tersebut sudah memiliki
3 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 35.
10
kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau
biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah
tidak dilihat dan didengar lagi. Jadi, eksistensi benda tersebut
berbeda dengan periode sensori motor, tidak lagi bergantung pada
pengamatannya belaka.
Tahap ketiga yakni operasi konkret. Selama tahap operasi
konkret anak mengembangkan konsep dengan menggunakan
benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-
model abstrak. Pada tahap ini anak sudah berpikir logis,
berpikirnya terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak
memanipulasi benda-benda konkret. Piaget menekankan bahwa
proses belajar merupakan suatu proses asimilasi dan akomodasi ke
dalam struktur mental.
Tahap terakhir yakni tahap operasi formal. Dalam
perkembangan kognitif tahap ini, seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengoordinasikan baik secara serentak maupun
berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas
menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak. Dengan mampu berpikir hipotesis, yakni memikirkan
sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan
yang ia respons. Sementara itu, dengan kapasitas menggunakan
prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari
materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu agama,
matematika, dan ilmu abstrak lainnya.4
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidiian dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2010), hlm. 73.
11
c. Teori Dewey
Dewey mengutamakan pada pengertian belajar bermakna.
Artinya, anak didik yang belum siap jangan dipaksa belajar. Guru
dan orang tua sebaiknya menunggu sampai anak didik siap belajar,
atau guru dapat mengubah dan mengatur suasana belajar sehingga
anak siap untuk belajar.
Dalam pembelajaran matematika pada dasarnya sama dengan
pembelajaran mata pelajaran yang lain, namun selebihnya matematika
mempunyai karakteristik tersendiri yakni:
a. Matematika Disajikan dalam Pola yang Ketat
Pola ketat yang dimaksud adalah matematika mempunyai jawaban-
jawaban yang pasti, meski dapat ditempuh dalam berbagai cara.
Pola ketat seperti itu mendorong peserta didik untuk teliti dalam
mempelajari dan menyelesaikan soal matematika.
b. Matematika Berkembang dan Digunakan Lebih Luas dari pada
Ilmu-Ilmu Lain
Matematika tidak berdiri sendiri, bahkan digunakan lebih luas di
beberapa disiplin ilmu lain, seperti Fisika dan Kimia.
c. Matematika Lebih Terkonsentrasi pada Konsep5
Pembelajaran matematika harus ditekankan dalam dataran konsep.
Jika konsep sudah dipahami, maka akan sangat mudah untuk
mengerjakan soal dengan berbagai macam gaya. Oleh karenanya,
pematangan konsep perlu ditekankan sebelum selanjutnya
memberikan contoh kepada peserta didik.
Untuk keberhasilan suatu pembelajaran, kita harus tahu
ragam belajar apa yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajari.
Dalam pembelajaran, dikenal berbagai macam tipe sebagai berikut:6
a. Ragam Abstrak
5 Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),
hlm. 20. 6 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 125.
12
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara
berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman
dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang
kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi.
Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang agama
seperti tauhid.
b. Ragam Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf dan otot-otot. Contoh: olahraga, menulis, musik, menari, dan
sebagainya.
c. Ragam Sosial
Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah
dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah. Belajar sosial juga
dapat diartikan sebagai belajar yang mengatur dorongan nafsu
pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional.
Contoh: pelajaran Agama dan PPKN.
d. Ragam Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur, dan teliti. Dalam hal ini, hampir semua
bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah.
Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta,
seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan
model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara
pemecahan masalah.
e. Ragam Rasional
13
Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan
kemampuan berpikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan
akal sehat).
f. Ragam Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan yang telah ada.
g. Ragam Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti
penting atau nilai suatu objek. Bidang-bidang studi yang dapat
menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain Bahasa
dan Sastra, Kerajinan Tangan, Kesenian, dan Menggambar.
h. Ragam Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara
melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan
tertentu. Contohnya yakni eksperimen terkait materi yang
dipelajari, misalnya eksperimen materi Gerak dalam mata pelajaran
Fisika.
Sesuai dengan macam-macam ragam belajar di atas,
matematika lebih dominan menempati ragam belajar abstrak. Hal ini
menjadi catatan bahwa matematika harus disajikan secara menarik dan
suatu pendekatan yang nyata agar peserta didik mampu memahami isi
dari matematika itu sendiri.
Pembelajaran adalah salah satu usaha dalam pendidikan
untuk mencerdaskan anak didik, merekalah tujuan dari pembelajaran
tersebut. Oleh karenanya, seperti apa pun pembelajaran didesain,
maka harus memperhatikan peserta didik untuk tidak kehilangan
kebebasannya.
Education is thus a fostering, a nurturing, a cultivating
process.7
7 John Dewey, Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of
Education, (New York: The Mac Millan An Company, 1964), hlm.10.
14
Cuplikan di atas berarti bahwa pendidikan adalah usaha
membina, memelihara dan membudayakan peserta didik untuk
belajar. Dengan demikian pendidikan harus disajikan sebagaimana
kita memelihara dan membina, bukan dengan paksaan dan instruksi.
The process of Education finds its genesis and purpose in
the child. The position isi n direct opposition to the
tradisional approach to the Education. The tradisional
school started with a body of organized subject matter and
the sought to impose this corpus of learning on the student
whether he desired it or not. The progressives reversed this
mode by Putting the child at the focal point of the school.
Yhen they sough to develop a curriculum and teaching
method that stemmed from the student’s needs, interest, and
initiative.8
Asal mula dari tujuan pendidikan adalah pada peserta didik.
Keadaan ini merupakan wujud perlawanan langsung terhadap
pendidikan dengan pendekatan tradisional. Sekolah tradisional
dimulai dengan masing-masing anak didik untuk mengorganisasikan
bahan pelajaran, apakah ia tertarik atau tidak. Sebaliknya
progesivisme menempatkan peserta didik pada titik utama di sekolah.
Mereka mencoba mengembangkan sebuah kurikulum dan metode
pengajaran yang berasal dari kebutuhan siswa, minat, dan juga
inisiatif.
8 George R. Kningt, Issues and Alternatives in Educational Philosophy, (Mechighan:
Andrews University Press Borrien Springs, 1982), hlm.82.
15
2. Standar Pembelajaran Efektif
Mata pelajaran matematika yang masuk dalam ragam belajar
abstrak harus disajikan dengan baik, yakni dengan memperhatikan
standar pembelajaran yang efektif. Berikut beberapa standar
pembelajaran efektif:
a. Standar Proses Pembelajaran
Melakukan pembelajaran di kelas berarti membelajarkan
siswa secara terkondisi. Peserta didik belajar dengan mendengar,
menyimak, melihat, meniru apa-apa yang diinformasikan oleh guru
atau fasilitator di depan kelas. Dengan belajar seperti ini peserta
didik memiliki perilaku sesuai tujuan yang telah dirancang guru
sebelumnya.9
Kemudian mengenai standar proses pembelajaran, disebutkan
dalam peraturan pemerintah (PP). No. 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1
bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Selanjutnya dipertegaskan dalam pasal 20 bahwa proses
pembelajaran harus direncanakan dengan perencanaan yang meliputi
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar.
b. Standar Tenaga Pendidik
Seorang guru sebagai pendidik di kelas harus memiliki
standar tertentu. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar
di kelas berlangsung secara tepat. Meskipun seorang peserta didik
harus aktif dalam kelas, tapi peranan guru sangatlah sentral.
9 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), hlm. 72.
16
Tenaga pendidik atau guru adalah penyampai atau
pentransfer ilmu yang telah dimiliki oleh guru tersebut, dan dalam
hal ini matematika. Al-Qur’an menegaskan hal serupa ketika Allah
menyuruh nabi Muhammad untuk menyampaikan materi kepada
umatnya. Sebagaimana yang terdapat pada firman Allah sebagai
berikut:
Artinya: hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari tuhanmu, dan jika tidak kamu kerjakan (apa
yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Maidah/5:67)10
Dalam PP. No. 19 tahun 2005, pasal 28 ayat 3 disebutkan
bahwa guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini harus memiliki
empat kompetensi meliputi:11
1) Kompetensi pedagogik
Seorang guru harus mampu mendidik anak dalam lingkungan
pendidikan yang mendukung. Selebihnya, meniru ungkapan
yang ditulis oleh Max A Sobel dan Evan M.Maletsky bahwa:
Guru harus mengetahui perlengkapan mereka,
Guru harus mengenal murid yang sedang mereka ajar,
Selain itu, guru harus mengetahui bagaimana mengajar
secara menarik.12
10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terhjemahnya, hlm.119. 11
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, hlm. 80. 12
Max A. Sobel dan Evan M.Maletsky, Mengajar Matematika, (Jakarta: Airlangga,
2002), hlm.1.
17
2) Kompetensi kepribadian
Seorang guru harus memiliki kepribadian baik yang patut
dicontoh oleh anak didiknya.
3) Kompetensi profesional
Seorang guru harus mampu melakukan transfer of knowledge
atas bidang (mata pelajaran) yang dikuasainya.
4) Kompetensi sosial
Seorang guru harus mampu bersosialisasi dengan baik
terhadap semua pihak, terlebih adalah peserta didik di kelas.
c. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang meliputi
peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah, seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat
peraga, dan perangkat pelajaran. Sedangkan prasarana adalah semua
komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan, seperti jalan menuju
sekolah, halaman sekolah, dan tata sekolah.13
Lebih lanjut dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP) Peraturan Pemerintah No. 19 TAHUN 2005 pasal 42 bahwa
setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan
jasa, tempat olah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
13 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Educa,
2010), hlm. 239.
18
berekreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.14
Kebutuhan akan sarana prasarana menjadi sangat penting
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Lebih-lebih pada
pembelajaran matematika yang sifatnya adalah abstrak. Oleh
karenanya, standar sarana prasarana pendidikan matematika juga
harus diperhatikan.
d. Standar Evaluasi Pendidikan
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, yang menjadi
penilai adalah seorang guru. Hal ini dikarenakan guru adalah satu-
satunya individu yang mengetahui tentang perkembangan peserta
didik di kelas.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 58 ayat 1
bahwasannya evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan.15
Secara umum, penilaian di kelas yang disusun secara
berencana dan sistematis oleh guru harus memiliki empat fungsi,
yakni fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan
umpan balik.16
1) Fungsi motivasi: penilaian harus dirancang sedemikian rupa
sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan
merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi
kebutuhannya.
2) Fungsi belajar tuntas: jika suatu kemampuan belum dikuasai
peserta didik, penilaian harus terus dilakukan untuk
14 Lihat Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. 15
Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005, standar nasional pendidikan, (bandung:
fokus media, 2005), hlm. 125 16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Rosda, 2006), hlm. 188.
19
mengetahui apakah semua atau sebagian besar peserta didik
telah menguasai kemampuan tersebut.
3) Fungsi indikator efektifitas pengajaran: penilaian yang baik
harus dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses
belajar mengajar telah berhasil.
4) Fungsi umpan balik: hasil penilaian harus dianalisis oleh guru
sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan guru itu
sendiri.
Evaluasi dikatakan tepat jika memenuhi keempat fungsi di
atas, tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan nilai di lembar
penilaian. Selebihnya, evaluasi yang standar harus dilakukan secara
bulat dengan memperhatikan beberapa aspek yang dikembangkan
dalam pembelajaran yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketiga ranah tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembelajaran.
Pernyataan di atas merujuk pada Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan
pendidikan harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) Ranah proses berpikir
(cognitive domain), Ranah nilai atau sikap (affective domain), dan
Ranah keterampilan (psychomotor domain). Dalam konteks evaluasi
hasil belajar, maka ketiga domain itulah yang harus dijadikan
sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu: (1)
Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau
materi pelajaran yang telah diberikan kepada mereka? (2) Apakah
peserta didik sudah dapat menghayatinya? (3) Apakah materi
pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara
konkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?17
17 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), hlm.
49
20
Pembagian ketiga domain oleh S. Bloom dan kawan-kawan
sangat patut diperhatikan oleh kalangan pendidik. Hal ini menjadi
PR bersama dan dapat dilihat dari protes sebagian masyarakat yang
menyatakan bahwa pendidikan kita saat ini hanya mengutamakan
aspek kognitif saja. Jika demikian, maka yang terjadi adalah peserta
didik hanya akan menjadi anak yang pandai dalam menyelesaikan
soal-soal di sekolah, tapi tidak cerdas dalam menyelesaikan
permasalahan kehidupan. Oleh karenanya ketiga domain atau ranah
tadi harus diperhatikan oleh pendidik dalam evaluasinya.
Untuk mengaplikasikan evaluasi yang standar sesuai kriteria-
kriteria di atas, maka perlu dilakukan langkah-langkah dalam
evaluasi belajar, yaitu:18
1) Menyusun rencana evaluasi belajar
Tahapan dalam perencanaan adalah tahapan yang perlu
dipersiapkan secara matang, karena jalannya evaluasi akan
ditentukan oleh tahapan ini. Yang perlu direncanakan dalam
tahap persiapan adalah:
a) Merumuskan tujuan diadakannya evaluasi
b) Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi;
misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif ataukah
aspek psikomotorik
c) Memilih dan menentukan teknik dan pelaksanaan yang
akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi,
misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan dengan
teknik tes atau nontes, pelaksanaannya dengan
observasi, wawancara atau menyebar angket?
d) Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan
dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta
didik.
18 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 59
21
e) Menentukan tolok ukur norma atau kriteria yang akan
dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan
interprestasi terhadap data hasil evaluasi.
f) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil
belajar itu sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi
belajar tersebut akan dilaksanakan).
2) Menghimpun data
Menghimpun data adalah inti dari pelaksanaan evaluasi, yakni
dengan melakukan tes jika yang dipakai adalah teknis tes.
Menghimpun data juga dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi nontes seperti pengamatan, wawancara, maupun
kuesioner.
3) Melakukan verifikasi data
Data yang telah dihimpun selanjutnya harus diverifikasi atau
disaring. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang “baik”
(yaitu data yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan
diperoleh mengenai dari individu atau sekelompok individu
yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data
yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila
data itu ikut serta diolah)
4) Mengolah dan menganalisis data
Dalam langkah ini dimaksudkan untuk memberikan makna
terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan
evaluasi.
5) Memberikan interprestasi dan menarik kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu
harus mengacu pada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6) Tindak lanjut hasil evaluasi
Harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi
menuntut adanya tindak lanjut yang konkret. Tanpa diikuti oleh
tindak lanjut yang konkret maka pekerjaan evaluasi itu hanya
22
akan sampai kepada pernyataan, yang menyatakan bahwa:
“Saya tahu, bahwa ini begini dan itu begitu”. Apabila hal seperti
itu terjadi, maka kegiatan evaluasi itu sebenarnya tidak banyak
membawa manfaat bagi evaluator.
3. Faktor-Faktor Penghambat dalam Proses Pembelajaran
Matematika
Jika berbicara tentang faktor penghambat pembelajaran,
maka tidak akan terlepas dari yang namanya komponen-komponen
pengajaran. Pengajaran adalah suatu sistem, artinya, suatu keseluruhan
yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan
berinteraksi antar satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu
sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan
sebelumnya.19
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
a. tujuan pendidikan dan pengajaran
b. peserta didik atau siswa
c. tenaga kependidikan khususnya guru
Sesuai dengan profesionalismenya, guru akan menyebabkan
kesulitan belajar jika:
1) guru tidak berkualitas
2) hubungan guru dan murid kurang baik
3) guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak
4) guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis
kesulitan belajar
5) metode yang digunakan guru tidak tepat20
d. perencanaan pengajaran
1) persiapan silabus, program tahunan (prota), program semester
(promes), dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) strategi pembelajaran
19 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hlm. 77. 20
M. Dalyono, Psiklogi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 243.
23
e. evaluasi pengajaran
Suatu evaluasi yang akan diterapkan kepada peserta didik
harus disusun secara cermat. Instrumen evaluasi tersebut harus
memenuhi syarat-syarat yakni, valid, andal, objektif, seimbang,
membedakan, norma, fair, dan praktis.21
Proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi antara
komponen. Misalnya, komponen peserta didik berinteraksi dengan
komponen-komponen guru, metode/ media, perlengkapan/ perlatan,
dan lingkungan kelas yang terarah pada pencapaian tujuan
pengajaran. Komponen guru berinteraksi dengan komponen-
komponen siswa, metode, media, peralatan, dan unsur tenaga
kependidikan lainnya yang terarah dan berupaya mencapai tujuan
pengajaran. Demikian seterusnya semua komponen pengajaran
saling berhubungan.22
21
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm.78. 22
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, hlm. 77.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.23
Digunakan metode penelitian yang demikian
karena kajian penelitian yang diteliti adalah untuk menemukan
pemahaman obyek secara mendalam yakni faktor penghambat guru dalam
pembelajaran matematika yang tidak dapat diperkirakan di awal penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu
program, atau suatu situasi sosial.24
Studi kasus yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui secara langsung faktor apa
saja yang menjadi penghambat proses belajar mengajar matematika di
MTsN Winong tahun ajaran 2010/2011.
Selain itu penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif jenis
deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang
suatu variabel, gejala atau keadaan.25
Hasil studi kasus yang telah dijelaskan sebelumnya akan disajikan
ke dalam deskripsi atau dalam penjelasan yang akan menggambarkan apa
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
ALFABETA, 2008), hlm. 11 24
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya.2008), hlm.201. 25
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007) hlm.234
25
adanya tentang faktor penghambat guru yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bulan Juli tahun 2011 di MTsN Winong
kabupaten Pati. Alasan pemilihan waktu ini adalah karena yang akan
diteliti adalah faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika tahun ajaran 2010/2011. Tahun ajaran yang baru saja berakhir
bulan Juni lalu akan tepat jika diteliti pada bulan Juli ini. Adapun rincian
agenda penelitian adalah sebagai berikut:
no hari/ tanggal agenda tempat
1 Senin/11 Juli 2011 Meminta izin kepada kepala sekolah
MTsN Winong sekaligus pra riset.
MTsN
Winong
2 Jumat/22 Juli 2011 Menyebar angket ke semua guru
mapel matematika
MTsN
Winong
3 Senin/25 Juli 2011 Dokumentasi sarana-prasarana,
perencanaan pengajaran, dan data
hasil pembelajaran
MTsN
Winong
4 Selasa/26 Juli 2011 Penarikan angket sekaligus
wawancara dengan guru mapel
matematika.
MTsN
Winong
5 Rabu-Sabtu/27-30
Juli 2011
Pengambilan data ulang sesuai
kebutuhan.
MTsN
Winong
C. Sumber Penelitian
Sumber penelitian adalah segala sesuatu yang mampu dijadikan
data atau menghasilkan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.
Dikatakan mampu dijadikan data jika sumber yang dimaksud adalah data
itu sendiri. Dan dikatakan mampu menghasilkan data jika sumber yang
dimaksud adalah orang yang dapat memberikan beberapa penjelasan
sehingga sah dijadikan data.
26
Yang menjadi sumber penelitian dalam penelitian ini adalah semua
guru yang mengajar mata pelajaran matematika di MTsN Winong
Kabupaten Pati. Hal ini dikarenakan fokus penelitian yang akan diteliti
adalah faktor penghambat guru dalam proses pembelajaran matematika.
Secara otomatis yang menjadi sumber utama adalah guru.
Sumber lain selain guru yakni data terkait sarana prasarana,
dokumentasi perencanaan pengajaran seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), silabus, Program Semester (PROMES), Program
Tahunan (PROTA), dan dokumentasi hasil pembelajaran seperti data Ujian
tengah semester (UTS), ujian akhir semester (UAS), dan ujian nasional
(UN).
D. Fokus Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini difokuskan pada faktor
penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Hal ini
menyebabkan yang menjadi fokus adalah melihat faktor penghambat
tersebut dari segi guru mata pelajaran matematika.
Jika berbicara tentang faktor penghambat pembelajaran, maka
tidak akan terlepas dari yang namanya komponen-komponen pengajaran.
Pengajaran adalah suatu sistem, artinya, suatu keseluruhan yang terdiri
dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antar satu
dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi peserta didik atau
siswa, tenaga kependidikan atau guru, perencanaan pengajaran, dan
evaluasi pengajaran.26
Namun, sekali lagi ditegaskan bahwa fokus
penelitian ini adalah melihat faktor penghambat tersebut dari sudut
pandang gurunya. Hal ini disebabkan bahwa guru atau tenaga pendidik
adalah satu-satunya pribadi yang lebih mengerti kondisi kelas saat peserta
didik mengikuti pelajaran.
26
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Bumi Aksara. 2001)hlm. 77.
27
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting
dipersiapkan sebelum penelitian dilaksanakan. Hal ini dikarenakan teknik
yang tepat akan menghasilkan data yang tepat pula. Namun, jika tekniknya
saja sudah tidak tepat maka data yang didapat pun tidak akan banyak
berpengaruh pada penelitian yang diadakan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing-masing
metode pengumpulan data tadi akan digunakan untuk mendapatkan data
yang berbeda-beda.
a. Angket atau Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.27
Dalam penelitian ini angket akan digunakan untuk
memperoleh data dari guru terkait faktor penghambat guru yang
terdiri dari guru itu sendiri, peserta didik, proses pembelajaran, sarana
prasarana, dan evaluasi pengajaran.
Angket disusun secara tertutup dengan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini akan digunakan
skala Likert dengan skala empat dari gradasi dari positif sampai
negatif. Skala tersebut dapat berupa kata-kata:28
a. Tidak pernah
b. Sering
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, hlm. 142 28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, hlm. 93
28
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Selain dengan jawaban pilihan ganda, angket penelitian ini
juga dilengkapi dengan isian guna memperkuat jawaban responden
atas jawaban pilihan ganda sebelumnya.
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara.
Wawancara atau yang sering disebut interview adalah interaksi dengan
responden, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara
tanya jawab untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dianggap
sebagai data penelitian.29
Teknik wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data
terkait faktor yang menghambat proses pembelajaran matematika,
mulai dari faktor guru itu sendiri, peserta didik, proses pembelajaran,
sarana prasarana, dan evaluasi pengajaran. Hampir sama dengan
bahan pertanyaan di angket, namun yang menjadi titik perbedaan
adalah peneliti dapat memperluas bahan pertanyaan untuk wawancara
sesuai dengan perkembangan jawaban guru. Selain itu sifat pertanyaan
dalam wawancara lebih umum dari pada pertanyaan di angket.
Dalam penelitian ini, obyek wawancaranya adalah guru
matematika yang terdiri dari enam orang. Guru menjadi subyek utama
wawancara karena penelitian ini memang melihat faktor penghambat
yang ada dari sudut pandang guru matematika.
Selain itu, kepala sekolah juga menjadi subyek wawancara.
Hasil yang ingin didapat dari wawancara dengan kepala sekolah
adalah terkait profil madrasah secara umum yakni meliputi letak
geografis, sejarah berdiri, visi dan misi, sarana prasarana, keadaan
guru dan keadaan peserta didik. Yang tak luput juga dari penelitian ini
adalah profil pembelajaran yang ada di sana, khususnya matematika.
29
Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi, Teori Dan Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia,
2010) hlm. 133
29
subyek wawancara selanjutnya yakni ketua bagian tata usaha
(kabag TU). Data yang akan diperoleh dari wawancara dengan kabag
TU adalah terkait dokumentasi perencanaan pembelajaran dan
dokumentasi nilai. Waka kurikulum juga menjadi subyek wawancara
peneliti. Data yang akan diperoleh dari wawancara ini adalah terkait
hal-hal yang menunjang atau perkembangan pembelajaran di
Madrasah Tsanawiyah Negeri tersebut, terlebih pembelajaran
matematika.
c. Observasi
Observation can be defined as sistematic noting and
recording of events, behaviors, and artifacts (object) in the
social setting chosen for study. The observational record is
frequently referred to as field notes detailed,
nonjudgmental, concrete descriptions of what has been
observed.30
Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa observasi adalah
kegiatan mencatat secara sistematis dan merekam peristiwa, perilaku,
dan artifak (objek) dalam setting sosial yang dipilih untuk penelitian.
Catatan observasi sering disebut sebagai catatan lapangan rinci yang
tidak menghakimi atau dalam kata lain observasi adalah deskripsi
konkret dari apa yang telah diamati.
d. Dokumentasi
Teknik selanjutnya adalah dokumentasi yakni catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental seseorang.31
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi akan digunakan
untuk mendapatkan data terkait data guru mata pelajaran matematika
MTsN Winong kabupaten Pati, data hasil Ujian Tengah Semester
30
Catherine Marshall, et.al Designing Qualitative Research, (United States of America:
Sage, 1999), hlm.107. 31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D), (Bandung: alfabeta, 2008), cet. 4, hlm. 240
30
(UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran matematika,
data hasil Ujian Nasional (UN) mata pelajaran matematika tahun
2011, data sarana prasarana terkait pembelajaran matematika, dan data
perencanaan guru (silabus, PROTA, PROMES, dan RPP).
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Hasil Angket
Angket terdiri dari lima faktor yakni faktor dari guru, kegiatan
pembelajaran, dari peserta didik, sarana prasarana, dan evaluasi .
Untuk selanjutnya tiap-tiap faktor akan disajikan ke dalam beberapa
pertanyaan.
Hasil angket akan dianalisis secara deskriptif sehingga dapat
diketahui faktor apa saja yang menjadi penghambat pembelajaran di
MTsN Winong kabupaten Pati. Namun, selain itu dalam penelitian ini
juga digunakan analisis dengan persentase. Persentase skor dapat
diketahui dengan membaca isian yang ada di lembar instrumen.
Adapun analisis deskriptif dilakukan terhadap masing-masing
faktor dengan teknik persentase sebagai berikut:
n: skor tiap faktor
N: jumlah skor seluruh faktor
Pada setiap poin pertanyaan diberikan skor dengan aturan
sebagai berikut:
1) Skor 1 untuk jawaban “tidak”
2) Skor 2 untuk jawaban “kadang-kadang”
3) Skor 3 untuk jawaban “sering”
4) Skor 4 untuk jawaban “selalu”
31
Ketentuan hasil persentase adalah:32
Persentase Faktor Tingkat Dominasi
0 % - 24 % Rendah
25 % - 49 % Cukup
50 % - 74 % Tinggi
75 % - 100 % Sangat tinggi
Analisis di atas dapat diartikan bahwa semakin tinggi
persentase suatu pernyataan atau indikator, maka semakin besar
pengaruhnya menjadi faktor penghambat yang harus segera disikapi.
2. Analisis Hasil Wawancara dan Dokumentasi
Dalam menganalisis data hasil wawancara dan dokumentasi
dalam penelitian kualitatif deskriptif dilakukan langkah-langkah
berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah langkah awal yang harus dilakukan
dalam menganalisis data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.33
Lebih lanjut kegiatan ini adalah menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, dan mengabstraksikan serta
mentransformasikan data mentah yang ditulis pada catatan
lapangan yang dibarengi dengan perekaman (recorder). Tahap
reduksi data dalam penelitian ini meliputi:
32
Zainal Arifin, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: alfabet,
2008), hlm. 97. 33
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2008), cet. 4,
hlm. 92
32
1) Merangkum hasil wawancara dan dokumentasi yang telah
dilakukan sebelumnya.
2) Memilah hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Dalam artian, data yang tidak perlu dapat
direduksi.
3) Hasil wawancara dan dokumentasi yang tersisa disederhanakan
menjadi susunan bahasa yang baik, kemudian ditransformasikan
ke dalam catatan.
b. Penyajian Data
Langkah berikutnya setelah mereduksi data adalah
penyajian data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.34
Penyajian data dalam penelitian ini meliputi:
1) Menyajikan hasil angket yang telah diisi oleh guru matematika
MTsN Winong kabupaten Pati
2) Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam melalui
recorder dan telah disalin dalam bentuk tulisan.
3) Menyajikan hasil dokumentasi mengenai data guru mata
pelajaran matematika MTsN Winong kabupaten Pati, data hasil
Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS), serta Ujian Nasional (UN) mata pelajaran matematika,
data sarana prasarana terkait pembelajaran matematika, dan
data perencanaan guru (silabus, prota, promes, dan RPP).
Dari hasil penyajian data, baik dari hasil angket, wawancara
ataupun dokumentasi dilakukan analisis. Lalu disimpulkan bahwa
34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 95
33
ada data temuan dari ketiga data tadi, sehingga mampu menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Langkah yang dilakukan setelah penyajian data yakni
menarik kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi merupakan sebagian
dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga mampu
menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila
kesimpulan dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.35
Bertolak dari pengertian di atas, penarikan kesimpulan
dalam penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan ketiga
data yang diperoleh, yakni data dari angket, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil angket akan diperkuat dengan data wawancara
dan lebih diperkuat dengan dokumentasi. Sehingga dari
perbandingan tersebut dapat disimpulkan tentang Faktor-Faktor
Penghambat Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Kabupaten Pati Tahun
Ajaran 2010/ 2011
35
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 99
34
BAB IV
ANALISIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT GURU
DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WINONG KABUPATEN PATI
TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Gambaran Umum MTsN Winong Kabupaten Pati
1. Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong terletak di Jl. Raya
Winong-Pucakwangi Km 02, Winong Kabupaten Pati. Secara
geografis madrasah ini terletak di daerah persawahan di tepi desa
Pekalongan.
2. Sejarah Berdiri
MTsN Winong terletak di Jl. Raya Winong-Pucakwangi Km
02, Winong kab. Pati, persisnya di desa Pekalongan kec.Winong.
Keberadaan MTsN Winong tidak terlepas dari sejarah berdirinya
Pendidikan Guru Agama Darul Ma’la (PGA DARMA) yang
beroperasi mulai tahun 1955. Oleh karena ada tuntutan perkembangan
pendidikan, pada tahun 1979 PGA DARMA dipisah menjadi dua yaitu
Madrasah Aliyah DARMA dan MTs DARMA.
Perkembangan MTsN pada dekade 1978 dipandang tidak
merata antara kawasan Jawa Tengah bagian selatan dan Jawa Tengah
bagian utara. Hal ini dikarenakan jumlah MTs Negeri di Jawa Tengah
bagian selatan sangat banyak, sementara di bagian utara sangat jarang.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama bermaksud merelokasi
beberapa MTs Negeri dari wilayah selatan ke wilayah utara.
Keinginan merelokasi MTs Negeri direspon oleh tokoh-tokoh
pendidikan yang mengelola MTs DARMA seperti Sudjono Cholil,
Sumidjan, dan kawan-kawan dengan mengajukan proposal penegerian
MTs DARMA. Akhirnya MTs DARMA berubah status menjadi MTs
Negeri Winong melalui SK Nomor 27 Tahun 1980 dengan merelokasi
MTsN Sragen ke MTsN Winong Kab.Pati.
35
Sejak berdirinya MTsN Winong tahun 1980 sampai tahun
1983, operasional pendidikan masih dilaksanakan di lokasi yayasan
DARMA sampai akhirnya MTsN Winong menempati lokasi baru
bertempat di lapangan sepak bola desa Pekalongan atas perjuangan M.
Samari (Kepala Desa), dan Soedarno (Camat Winong) serta tokoh-
tokoh masyarakat di Kecamatan Winong.
Akhirnya pada Tahun 1991-1996 MTsN Winong berhasil
menambah lokasi (tanah) di sebelah selatan Jalan raya Winong-
Pucakwangi. Dan sampai saat ini MTsN Winong memiliki dua area
yang cukup representatif di selatan dan utara Jalan raya Winong-
Pucakwangi.
3. Visi dan Misi
Secara umum, visi dan misi MTsN Winong sebagai berikut:
a. Visi :
Menuju Insan yang Cerdas, Berprestasi, dan Islami
b. Misi :
1) Meningkatkan Kualitas Akademik Warga Madrasah.
2) Membina warga Madrasah menjadi pribadi yang Berakhlaq Al
Karimah.
3) Membina disiplin dan sikap Kepemimpinan yang berkualitas.
4) Menumbuhkan semangat berprestasi yang kompetitif dan sportif.
5) Menumbuhkan semangat kerja sama yang dilandasi dengan
semangat Ukhuwah Islamiyah.
36
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di MTsN Winong meliputi tanah dan bangunan,
ruang dan gedung, serta peralatan dan inventaris kantor. Data
selengkapnya sebagai berikut:
a. Data Tanah dan Bangunan
1) Jumlah tanah yang dimiliki seluas 13.961 m2
2) Jumlah tanah yang telah bersertifikat seluas10.161 m2
3) Luas Bangunan seluruhnya 4.155,56 m2
b. Ruang dan Gedung
Tabel 1. Data ruang dan gedung di MTsN Winong
No Jenis
Lo
kal m
2
Kondisi
Baik Rusak
1. Ruang Kelas 31 2.662,73 √
2. R. Kantor TU 1 79 √
3. Ruang Kepala 1 21 √
4. Ruang Guru 2 72 √
5. Ruang
Perpustakaan
1 140 √
6. R. Laboratorium 4 155 √
7. R. Ketrampilan 1 100 √
8. Aula - -
9. Musholla 1 156 √
10. R. UKS - -
11. Halaman/Upacara 1 675 √
37
c. Data Peralatan dan Inventaris Kantor
Tabel 2. Data peralatan dan inventaris kantor MTsN Winong
No Jenis Unit Kondisi
Kekurangan Baik Sedang Rusak
1. Meubelair 528 Set √ - - -
2. Mesin Ketik 6 √ - - -
3. Telpon 1 √ - - -
4. Faximile - - - - -
5. Sumb. Air/PDAM 4 √ - - -
6. Komputer 39 √ - - 53
7. Kend. Roda 2 1 √ - - -
8. Kend. Roda 4 - - - - -
9. Peralatan Lab. 1 √ - - -
10. Sound System 1 - - - -
11. Sarana Olahraga 19 13 - 6 21
12. Sarana Kesenian 3 √ - - -
13. Peralatan UKS - - - - -
14. Peralatan
Ketramp.
2 2 - - 18
15. Daya Listrik 13.200 W - - - -
38
d. Data Buku
Tabel 3. Data buku di MTsN Winong
N
o Jenis Eks
Kondisi Asal
Baik Rusak Droping Swadaya
1. Pegangan
Guru
- - - - -
2. Pelajaran
Siswa
24.238 2.386 21.852 √ √
3. Bacaan
lainnya
304 152 152 √ √
Jumlah 24.542 2.538 22.004
Secara umum, jumlah buku di MTsN Winong sudah
memenuhi kebutuhan peserta didik. Namun yang menjadi
permasalahan adalah buku-buku tersebut tidak terbitan terbaru. Hal ini
menyebabkan penyesuaian peserta didik untuk mencari materi yang
sesuai dengan pembahasan di kelasnya. Misal saja materi kelas VII
yang ternyata disajikan di buku kelas VIII. Hal ini menyebabkan
kebingungan peserta didik untuk menyesuaikan materi yang diajarkan
dengan materi yang ada di buku.
5. Keadaan Guru
Tabel 4. Data keadaan guru di MTsN Winong
No Mapel
J
m
l
Status Pendidikan (Org)
PNS/NIP GTT SLA D2 D3 S1 S2
150 130
1. Matematika 6 6 4 2
2. Fisika 2 2 1 1
3. Kimia - - - - - -
4. Biologi/Kim. 3 1 1 1 3
5. Ekonomi 2 1 1 1
39
6. Geografi 1 1 1 1
7. Olahraga 3 3 3
8. PPKn 4 2 2 1
9. Bh.Ind 4 2 2 5
10. Bh. Inggris 5 2 3 5
11. Kesenian 2 1 1 2
12. Sej. Nas 2 2 1
13. Fiqih 2 2 2
14. Aq. Akhlaq 2 2 2
15. Al Qur’an H 2 2 2
16. Bh.Arab 3 2 1 3
17. SKI 3 3 3
18. BK
19. Guru Kelas
Jumlah 4
8
32 1 15 1 47
6. Keadaan Peserta Didik
a. Prestasi Akademik
1) Ujian Nasional
Prestasi
(Nilai)
Tahun
2010/2011
Ujian Akhir
Nasional
matematika
Ujian
Akhir
Nasional
Bahasa
Indonesia
Ujian
Akhir
Nasional
Bahasa
Inggris
Ujian
Akhir
Nasional
IPA
Tertinggi 10.00 9.80 9.20 9.75
Terendah 3.75 4.20 3.20 3.25
Rata-rata 7.29 7.56 7.19 7.57
2) Juara I Lomba Mapel IPA Tk. Kabupaten Pati Tahun 2004;
40
3) Juara I Lomba Mapel Matematika Tk. Kabupaten Pati Tahun
2004;
4) Juara Umum Lomba Mapel MIPA dan Bahasa Tk.
Kabupaten Tahun 2004;
5) Juara I Mapel IPA Tk. Propinsi Tahun 2004.
b. Prestasi Olahraga dan Kesenian
Prestasi yang pernah diraih selama 3 tahun terakhir dari
madrasah :
1) Juara 2 Lomba Gerak Jalan Putri Tk. Kabupaten Pati Tahun
2005;
2) Juara 3 Lari 10 K Tk. Kabupaten Pati Tahun 2005;
3) Juara Umum I Porseni VIII Pelajar MTs se-Jawa Tengah di
Kab. Brebes Tahun 2005.
c. Prestasi lainnya
1) Juara II Lomba Prestasi Guru MTs Tk. Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2004
2) Juara II Lomba Prestasi Guru MTs Tk. Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005
Dari sekian prestasi yang telah diraih oleh peserta didik MTsN
Winong, ada beberapa catatan yang dikantongi oleh pengurus MTsN
Winong terkait kekurangan dari peserta didik di lingkungan madrasah
tersebut, di antaranya sebagai berikut:
a. Sifat mandiri peserta didik kurang, (perlu latihan dasar kepemimpinan)
b. Sebagian peserta didik semangat belajar masih rendah (diberi motivasi
terus menerus).
41
B. Faktor-Faktor Penghambat Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri
Winong dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Tahun Ajaran
2010/2011
Guru adalah orang dewasa yang tengah bergelut di dalam dunia
pendidikan, yakni dunia mencerdaskan kehidupan bangsa baik kecerdasan
emosional, intelegensi, dan spiritual. Masing-masing kecerdasan itu ada
dalam tanggung jawab seorang guru. Oleh karenanya, simbol guru pun
mempunyai filosofi yang sangat mulia, yakni digugu lan ditiru.
Sama pentingnya juga dengan guru matematika. Mereka
berpengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran matematika. Banyak
sekali faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, misal
saja faktor eksternal (lingkungan, tenaga pendidik), faktor internal (minat
murid itu sendiri), dan masih banyak faktor lain.
Namun, meski banyak faktor yang mempengaruhi, pengaruh guru
sebagai kendali utama di kelas sangatlah besar. Hal ini dikarenakan guru
lebih mengerti kegiatan belajar siswa di kelas. Minat peserta didik juga
akan terlihat oleh guru lewat cara belajar peserta didik itu sendiri, maupun
respons saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Selain melihat faktor-faktor tadi, seorang guru pun mampu melihat
faktor lain yang turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di
sekolah, yakni berupa sarana prasarana di sekolah. Apakah sarana
prasarana terkait pembelajaran matematika di sana sudah memenuhi
standar atau belum? Apakah sudah mengakomodir kebutuhan peserta didik
atau belum?
Dari sekian faktor, peneliti melihat salah satu madrasah yang
menjadi subjek penelitian, yakni madrasah Tsanawiyah Negeri Winong
kabupaten Pati. Sekolah ini termasuk sekolah terkemuka di lingkungan
kecamatan Winong. Hal ini terlihat dari beberapa prestasi yang telah
diraihnya. Di sana juga terdapat empat kelas imersi (bilingual) yakni dua
kelas untuk kelas VII, satu kelas untuk kelas VIII, dan satu kelas untuk
42
kelas IX. Jumlah semua kelas di lingkungan madrasah ini ada 31 kelas.
Suatu prestasi yang luar biasa di lingkungan kecamatan Winong.
Namun, di balik prestasi tersebut peneliti melihat ketidakberhasilan
pembelajaran matematika di sana. Untuk merumuskan masalah ini
tentunya tidak sederhana. Hal itu dikarenakan banyak sekali hal yang
mempengaruhi keberhasilan maupun ketidakeberhasilan suatu perkara,
begitu pula ketidakberhasilan pembelajaran matematika ini.
Dalam penelitian ini, salah satu metode yang peneliti gunakan
adalah angket. Angket tersebut berisi beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan data terkait faktor penghambat pembelajaran matematika,
dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 5. Data hasil angket penelitian
Faktor Penghambat Dari Persentase
Guru 21,91%
Peserta didik 22,13%
Proses pembelajaran 17,23%
Sarana prasarana 17,66%
Evaluasi pembelajaran 21,06%
Dalam tabel di atas, disebutkan bahwa faktor yang turut
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika adalah meliputi
faktor dari guru, peserta didik, faktor proses pembelajaran, faktor sarana -
prasarana, dan terakhir yakni faktor evaluasi belajar.
Faktor guru menjadi faktor penghambat kedua setelah peserta didik
yakni sejumlah 21,91%. Salah satu penghambatnya adalah tidak adanya
inovasi yang dilakukan oleh guru sehingga motivasi untuk mempelajari
matematika tidak ada. Selain itu juga perencanaan yang kurang dari guru
juga sangat menyebabkan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan
lancar. Selain itu, dari data angket disebutkan bahwa kadang-kadang guru
juga masih kesulitan atau mengalami hambatan ketika menyampaikan
materi di kelas. Posisi guru di kelas sangatlah penting. Jika gurunya saja
43
tidak cermat dalam merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi
pembelajaran dengan baik maka hasilnya tidak akan maksimal.
Selanjutnya yakni faktor peserta didik. Secara umum, faktor dari
peserta didik mendominasi faktor penghambat guru dalam pembelajaran,
yakni sejumlah 22,13%. Hal ini terkait dengan minat peserta didik yang
kurang untuk mempelajari matematika. Hal ini didukung dengan jawaban
dari angket yang telah disebar bahwa peserta didik mengalami hambatan
dalam motivasi belajar. Salah satu alasannya adalah karena kurangnya
perhatian dari orang tua. Kelas yang besar juga menjadi hambatan bagi
guru untuk memperhatikan peserta didik satu per satu.
Faktor ketiga yakni faktor proses pembelajaran dengan persentase
17,23%. Proses pembelajaran yang ada di lingkungan MTsN Winong
masih tergolong sederhana kecuali di kelas imersi atau bilingual.
Berdasarkan jawaban di angket, para guru mengaku bahwa proses
pembelajaran di kelas hanya dengan metode ceramah dan penugasan.
Jarang sekali digunakan metode yang variatif untuk membangkitkan minat
peserta didik. Penghambat lain ketika proses pembelajaran berlangsung
yakni terkait interaksi antara guru dan murid yang kurang baik. Contohnya
yakni ceramah (penyampaian materi dari guru) yang tidak didengarkan
dengan baik oleh peserta didik. Selain itu, kegaduhan di kelas saat KBM
berlangsung juga sangat mengganggu konsentrasi guru dalam mengajar
dan juga peserta didik lain yang ingin memperhatikan keterangan dari
guru.
Selanjutnya yakni faktor sarana prasarana dengan persentase
17,66%. Sarana prasarana yang sangat kurang di lingkungan MTsN
Winong adalah terkait alat peraga matematika. Hal ini sangat disayangkan
karena pembelajaran matematika sangat membutuhkan alat peraga untuk
membantu mengonkretkan materi matematika yang abstrak.
Faktor terakhir yakni evaluasi pembelajaran dengan persentase
21,06%. Sangat sulit bagi guru-guru matematika di lingkungan MTsN
Winong untuk menyusun soal matematika yang materinya luas sedangkan
44
waktunya sangat sedikit. Selain itu, teknik evaluasi yang bervariasi pun
masih menjadi kesulitan guru-guru di sana.
Dari beberapa faktor di atas dapat dilihat bahwa faktor penghambat
dari peserta didik sangat mendominasi dengan persentase 22,13%.
Selebihnya keterangan terkait sejauh mana faktor tersebut mempengaruhi
sebagai berikut:
1. Faktor Guru (Tenaga Pendidik)
Dari hasil angket dan wawancara peneliti, terdapat banyak
sekali faktor yang turut mempengaruhi prestasi belajar matematika
peserta didik. Yang pertama adalah dari faktor guru. Dari data guru
yang ada, dapat dilihat bahwa guru matematika di lingkungan
MTsN Winong sudah berada pada disiplin ilmu yang sesuai.
Mengenai jenjang pendidikan terakhir guru matematika yang
mengajar di lingkungan MTsN Winong sebagai berikut:
45
Tabel 6. Data Guru Matematika MTsN Winong
No Nama Jenjang
Pendidikan
Masa Kerja
1 Muhammmadun, S.Pd S1 IKIP PGRI 11
2 Zaenal Arifin, S.Pd,
M.Si
S1 pendidikan
matematika,
S2 Ilmu
Matematika
Murni
17
3 Moh. Salim, S.Pd, M.Si S1 pendidikan
matematika,
S2 Ilmu
Matematika
Murni
11
4 Bambang Wahyu P. S.Pd S1 IKIP PGRI 12
5 Sri Windaryati, S.Pd S1 IKIP PGRI 16
6 Sulastri, S.Pd S1 UNNES 17
Keenam guru matematika di lingkungan MTsN Winong
sudah menempuh perkuliahan strata 1 di jurusan pendidikan
matematika. Meski tidak menjadi faktor dominan, namun faktor
jurusan juga turut mempengaruhi. Hal ini dikarenakan di
perkuliahan pendidikan tentunya mahasiswa akan dibekali tentang
cara mengajar yang baik. Hasil mengajar bukanlah karena seorang
guru itu menguasai materi, tapi selebihnya guru tersebut juga
menguasai psikologi peserta didiknya.
Selain itu dua di antara enam guru matematika yang ada di
MTsN Winong juga telah menempuh studi lanjut strata 2. Namun,
dari hasil wawancara kami studi lanjut itu tidak berpengaruh
banyak terhadap baktinya dalam mengajar matematika di
lingkungan MTsN. Hal ini dikarenakan jurusan yang ditawarkan
46
oleh Kementerian Agama dalam beasiswa S2 tersebut adalah
jurusan murni, bukan pendidikan. Padahal yang sangat dibutuhkan
oleh mereka adalah materi tentang penyajian pendidikan
matematika yang relevan bagi peserta didik.
Selain itu, dari pihak guru juga tidak ada suatu
perkumpulan resmi untuk membahas matematika. Pekerjaan wajib
yang dilakukan guru hanyalah mengajar, selebihnya tidak. Hal ini
disampaikan oleh guru-guru matematika ketika peneliti tanyai
tentang usaha yang dilakukan guru ketika menghadapi problem-
problem kegiatan belajar mengajar. Dari jawaban yang ada, oleh
mereka hanya ada suatu pertemuan kecil non formal di sela-sela
jam pelajaran untuk membincangkan solusinya. Hal yang didapat
biasanya mereka hanya menukar trik saja atau selebihnya adalah
sharing. Guru A menceritakan pengalamannya mengajar di kelas
X, guru B juga demikian, begitu seterusnya. Dan untuk level yang
lebih tinggi mereka tidak pernah mengusahakannya.
Masih seputar faktor penghambat dari segi guru, peneliti
mengasumsikan bahwa perencanaan dari guru untuk mengadakan
KBM sangat lah minim. Hal ini dibuktikan dengan kejadian pada
saat peneliti mengikuti KBM di kelas X. Di sana didapat seorang
guru salah dalam memberikan contoh pada materi kesebangunan.
Hal ini sangat ironis ketika seorang guru memberikan konsep yang
salah. Lebih parahnya lagi tidak ada satu pun peserta didik yang
mengetahui kesalahan tersebut. Jadi, sumber daya manusia (SDM)
dari guru sendiri pun masih ada yang lemah di lingkungan MTsN
Winong. Hal ini didukung dengan hasil angket yang menyatakan
bahwa di tempat penelitian ada guru yang masih kesulitan
memahami materi matematika di tingkat MTs.
Untuk meningkatkan kualitas guru, Kementerian Agama
Kantor Wilayah Jawa Tengah sering mengadakan workshop tiap
mapel termasuk mapel matematika dan MTsN Winong selalu
47
mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Menurut
pengakuan beberapa guru di sana pengaruh workshop ini sangat
besar terhadap perkembangan di MTsN Winong positif artinya
terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari kemampuan guru
tersebut.
2. Faktor Peserta Didik
Faktor selanjutnya yakni dari segi peserta didik. Peserta
didik di lingkungan MTsN Winong termasuk sebagai peserta didik
saringan dari sekian sekolah yang ada di kecamatan Winong. Jadi
dapat dipastikan bahwa bibit-bibit unggul peserta didik sebagian
besar ada di sana. Namun, dari data yang ada menyatakan bahwa
penerimaan siswa baru di tahun 2010 memang mengalami kendala.
Kendala yang ada yakni keterlambatan dalam perencanaan
penerimaan peserta didik baru. Karena persiapan yang kurang,
maka dalam penerimaan peserta didik baru yang didapat adalah
peserta didik non saringan sehingga semua pendaftar saat itu bisa
langsung masuk menjadi siswa MTsN Winong. Hal ini sangat
keluar dari kebiasaan MTsN Winong, yang biasa terjadi adalah
penyaringan terhadap peserta didik di madrasah tersebut sangat
ketat.
Selain masalah perekrutan, para guru menyebutkan
bahwasanya minat peserta didik dalam belajar sangat kurang. Hal
tersebut tidak hanya terjadi di mata pelajaran matematika saja
namun semua mata pelajaran. Dalam suatu percakapan yang
pernah peneliti lakukan, seorang guru menyebutkan bahwa
dukungan dari orang tua sangat berperan dalam meningkatkan
minat belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan waktu terbanyak
peserta didik adalah di rumah, bukan di sekolah.
Selanjutnya guru tersebut menyatakan bahwa dukungan
dari orang tua sangat minim. Hal ini dibuktikan dengan adanya
perkumpulan wali murid untuk membenahi prestasi peserta didik.
48
Maksud sekolahan mengadakan kegiatan tersebut adalah untuk
mengajak orang tua wali bersama-sama memajukan peserta didik.
Namun hasilnya sama saja. Diindikasikan bahwa wali murid di
rumah sangat sedikit sekali dalam memperhatikan anak. Apalagi di
zaman semua sinetron dibuat lebay dan membuat penasaran.
“Kebanyakan ibu-ibu di rumah lebih tertarik pada TV dari pada
memperhatikan anaknya untuk membimbingnya dalam belajar,”
begitu tutur seorang guru yang mengikuti perkumpulan wali murid
tadi.
Peserta didik juga ada yang sangat lamban dalam menerima
materi di kelas. Kelambanan tersebut karena pada dasarnya anak
didik sulit untuk menerima materi, dan ada juga yang karena
ketidakminatan peserta didik. Hal itu terlihat sekali pada
penugasan yang diamanahkan oleh guru yakni berupa pekerjaan
rumah (PR). Tidak mengerjakan PR adalah suatu hal yang biasa di
mata mereka. Tidak ada rasa bersalah dan penyesalan ketika
hukuman dijatuhkan ke mereka. Hal ini sangat menjadi kendala
bagi guru untuk meningkatkan prestasi matematika karena
matematika sangat butuh latihan. Latihan di sekolah saja tidak
cukup mengingat jam pelajaran di sekolah sangat sedikit dan
tuntutan materi sangat banyak.
Hukuman yang sifatnya bisa dimanfaatkan peserta didik,
seperti keluar kelas malah menjadi favorit peserta didik. Mereka
menganggap bahwa beruntung sekali tidak usah mengikuti jam
pelajaran di kelas. Oleh karenanya ini sangat mengganggu sekali
jika guru tidak mempunyai trik dalam menyiasati anak yang
demikian.
Lebih lanjut tentang peserta didik adalah ketidakminatan
peserta didik terhadap matematika. Hal ini sangat mafhum
diketahui banyak pihak bahwasanya matematika adalah mata
pelajaran yang sangat memusingkan. Matematika adalah momok
49
bagi sebagian besar peserta didik. Hal inilah yang menjadi PR
bersama bagi para guru matematika untuk menyajikan
pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang
menyenangkan, menantang, dan tidak menjemukan. Kebanyakan
yang terjadi di MTsN Winong adalah tidak adanya suatu
penanaman bahwasanya matematika adalah suatu pelajaran yang
asyik dan menantang. Jika diklarifikasi para guru menganggap
bahwasanya waktu yang diberikan sangat kurang jika harus diisi
dengan masukan semangat di luar materi.
Selain itu, yang menjadi kendala di bagian peserta didik
adalah kesalahan konsep di sekolah dasar. Hal ini disampaikan
oleh tiga dari enam guru matematika di MTsN Winong. Tingkat
sekolah dasar adalah tingkat penanaman konsep. Jika di sekolah
dasar saja konsepnya salah maka akan diwariskan kesalahan itu
pada jenjang sekolah menengah pertama, atau dalam hal ini adalah
setingkat MTs. Bagian yang paling dirasa kesulitan oleh guru
matematika di lingkungan MTsN Winong adalah terkait
penanaman konsep bangun datar. Jika sudah salah di awal maka
guru di MTsN Winong harus memulai konsep tersebut dari awal.
3. Faktor Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran akan melibatkan minimal dua unsur
yakni guru (tenaga pendidik), dan peserta didik. Secara umum
keadaan peserta didik sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
Hal ini terbukti dengan peserta didik yang berbekal konsep yang
salah dari sekolah dasarnya. Ini akan sangat mempengaruhi proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas matematika.
Selain itu, minat dari peserta didik juga sangat berpengaruh.
Bagaimana tidak, jika guru menerangkan maka si anak hanya akan
pura-pura mendengar jika memang minat mereka terhadap
pelajaran sangat kurang. Minat peserta didik yang minim sangat
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
50
Jika dilihat dari segi guru di lingkungan MTsN Winong,
juga terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran. Hal ini
terlihat dari ketidakkreativan guru dalam memilih metode
mengajar. Selama observasi, peneliti tidak pernah menjumpai guru
yang menggunakan metode mengajar selain ceramah dan
penugasan. Hal yang demikian akan mengakibatkan peserta didik
merasa semakin tidak tertarik dengan matematika. Namun, dari
sebagian guru mengeluhkan hal ini. Pada dasarnya mereka ingin
menerapkan metode yang bervariasi, namun terkendala dengan
keragaman kemampuan peserta didik. Hal ini menjadi
kekhawatiran guru terkait penangkapan peserta didik akan materi
yang disajikan lewat metode yang akan digunakan tadi.
Guru hanya berani menerapkan metode yang bervariasi di
kelas bilingual saja. Alasan guru menerapkan demikian karena di
kelas bilingual peserta didiknya lebih antusias dalam menerima
pelajaran. Mereka sudah persiapan materi sebelum pelajaran
dimulai. Dengan demikian dapat diterapkan metode pelajaran yang
bervariasi dengan hasil yang maksimal juga. Namun, kekhawatiran
guru dalam menerapkan metode tersebut di kelas reguler juga
belum terbukti. Dan sangat memungkinkan prestasi akan lebih
unggul ketika diterapkan metode yang variatif.
Faktor penghambat selanjutnya dari segi proses
pembelajaran yakni terkait motivasi yang diberikan guru sebelum
pelajaran dimulai. Yang sering terjadi adalah guru langsung
memberikan materi kepada peserta didik tanpa adanya motivasi
terlebih dahulu. Padahal yang namanya motivasi untuk belajar
matematika sangatlah penting. Hal ini terkait dengan mata
pelajaran matematika yang sangat membutuhkan penanaman
kecintaan pada matematika.
51
4. Faktor Sarana Prasarana
Kelengkapan sarana prasarana juga sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pembelajaran. Secara umum saran prasarana di
lingkungan MTsN Winong sudah lengkap. Namun, ada beberapa
kekurangan., di antaranya adalah pertama terkait ruang kelas.
Ruang kelas yang ada sudah cukup lebar dan dapat menampung
dengan leluasa jumlah siswa di setiap kelasnya. Namun, yang
menjadi kekurangan adalah jendela kelas yang terlalu lebar
sehingga suara dari kelas sebelah sangat mengganggu KBM di
kelas sebelahnya. Keadaan demikian sangat mengganggu
konsentrasi KBM di masing-masing kelas.
Masih terkait sarana prasarana, lingkungan MTsN Winong
masih kekurangan dalam penyediaan alat peraga matematika. Dari
hasil observasi yang peneliti lakukan, di sana hanya ada alat peraga
berupa miniatur bangun ruang seperti kerangka kubus, balok,
prisma, limas, dan bangun ruang yang lain. Namun, selain bangun
ruang tidak ada. Padahal materi matematika di tingkat MTs/SMP
sangat banyak, tidak hanya materi bangun ruang. Dari pernyataan
beberapa guru di sana, awalnya ada beberapa alat peraga
matematika, tapi tidak terawat dan rusak, sehingga yang tersisa
hanya kerangka bangun ruang. Selain pengadaan alat peraga dari
sekolah, para guru di lingkungan MTsN Winong pun tidak
mengusahakan adanya alat peraga, misalnya dengan membuat alat
peraga sendiri meskipun sederhana. Patut dipahami bahwasanya
matematika adalah mata pelajaran abstrak, sehingga dalam
pembelajarannya dibutuhkan benda-benda konkret seperti miniatur
dan sebagainya agar pemahaman peserta didik akan materi
matematika menjadi jelas
5. Faktor Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah aspek penting setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan. Hal ini dikarenakan dengan evaluasi dapat dilihat
52
bagian mana yang menjadi keberhasilan dan bagian mana yang
menjadi kekurangan dari proses pembelajaran yang lalu. Evaluasi
yang tidak tepat akan memberikan penilaian yang tidak tepat pula.
Yang seharusnya baik dinilai tidak baik, dan yang seharusnya tidak
baik malah dinilai baik. Oleh karenanya, menyusun alat evaluasi
yang tepat sangat penting demi kemajuan KBM. Sesuai dengan
amanat KTSP 2006, bahwasanya dalam penilaian harus melibatkan
tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Selama ini yang terjadi di MTsN Winong, guru matematika
tidak menemui kendala dalam menyusun alat evaluasi. Namun ada
beberapa catatan merah terkait evaluasi yang dilakukan oleh guru
matematika di lingkungan MTsN Winong. Yang pertama adalah
kesulitan guru dalam menyusun alat evaluasi yang bervariasi
seperti kuis, portofolio, atau proyek. Alat evaluasi yang selama ini
dilakukan adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semester.
Dan yang lebih urgen adalah masalah analisis hasil
evaluasi. Guru matematika di lingkungan MTsN Winong masih
merasa kesulitan akan waktu untuk menganalisis hasil evaluasi
peserta didik. Hal ini dikarenakan waktu yang sangat terbatas
sementara materi yang diajarkan sangat banyak. Perbandingan
materi dan waktu sangat perlu diperhatikan demi keberhasilan
pembelajaran matematika.
53
C. Usaha Yang Telah Ditempuh Oleh Guru Madrasah Tsanawiyah
Negeri Winong Untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan Pelaksanaan
Pembelajaran Matematika Tahun Ajaran 2010/2011
Satu-satunya pribadi yang paling mengerti kondisi kelas adalah
guru. Oleh karenanya apa yang terjadi di kelas terlebih proses belajar
mengajar maka gurulah yang paling mengerti.
Masalah yang telah berkembang di MTsN Winong terkait
keberhasilan pembelajaran matematika adalah satu masalah yang
melibatkan guru. Andil guru sangat menentukan di situ. Apalagi
mengingat hasil angket yang telah disebar menunjukkan bahwa guru
menjadi faktor dominan kedua setelah peserta didik dengan selisih yang
tidak jauh, yakni 21,91%, sementara peserta didik menempati persentase
22,13%. Sementara guru di madrasah juga menjadi faktor dominan kedua
maka seyogyanya mereka telah melakukan usaha yang maksimal dalam
mengatasi problem yang ada.
Dari data yang ada, untuk mengatasi problem pembelajaran
matematika selama ini guru matematika di madrasah Tsanawiyah Negeri
mengusahakan sebagai berikut:
1. Faktor Guru
Untuk mengatasi kekurangan dalam faktor guru, guru
matematika telah mengusahakan pembelajaran dengan sebaik
mungkin. Untuk perencanaan, meski tidak direncanakan
dengan pengadaan RPP yang baik, namun perencanaan tetap
dilakukan dengan sederhana, misal saja dengan menyiapkan
materi sebelum pelajaran dimulai.
2. Faktor Peserta Didik
Hal yang sudah diusahakan guru matematika bersama pihak
sekolah untuk memperbaiki minat peserta didik dalam belajar
adalah dengan bersama-sama mengajak wali murid
memperhatikan peserta didik. Selain itu, dengan tujuan yang
54
mulia juga diadakan sebuah reward kepada peserta didik yang
patuh dan punishment kepada peserta didik yang melanggar.
3. Faktor Proses Pembelajaran
Problem yang ada di dataran proses pembelajaran adalah
ketidakkreatifan guru dalam menyajikan pembelajaran dengan
metode yang variatif dan menarik. Untuk mengatasi itu, hal
sederhana yang dilakukan guru setempat adalah dengan
menyajikan pembelajaran dengan sedikit guyonan dengan
maksud agar peserta didik tidak jenuh.
Selain itu, untuk mengatasi penghambat selanjutnya yakni
peserta didik yang berbekal konsep yang salah, guru di
lingkungan MTsN Winong menyikapinya dengan memberikan
pemahaman ulang kepada peserta didik akan konsep yang
salah, yakni bangun datar.
4. Faktor Sarana Prasarana
Untuk problem sebisingan kelas akibat jendela yang terlalu
besar, guru menyikapinya dengan menenangkan peserta didik
agar ruangan tidak bising. Selain itu, untuk menjangkau
perhatian peserta didik, guru juga mengusahakan suara keras
agar terjangkau semua peserta didik di dalam kelas.
Selain itu, untuk mengatasi problem alat peraga matematika
guru menggunakan media yang ada di sekitar. Misal saja
bangun ruang, diperagakan dengan kotak tempat kapur atau
bangunan kelas.
5. Faktor Evaluasi Pembelajaran
Dalam rangka menerapkan evaluasi yang ideal bagi peserta
didik, guru menerapkan teknik evaluasi yang biasa saja, yakni
penugasan, ulangan harian, UTS, dan UAS. Meski sederhana,
teknik yang dilakukan tersebut diimbangi dengan evaluasi
proses dalam kesehariannya. Dengan memperhatikan peserta
55
didik satu per satu dalam kesehariannya akan mempermudah
guru untuk mengevaluasi belajar peserta didik.
Secara umum, tidak ada usaha khusus yang dilakukan guru dalam
mengatasi problem pembelajaran matematika. Hal yang menjadi tuntutan
hanyalah mengajar di kelas. Selain itu yang diusahakan adalah adanya
musyawarah kecil di tingkat guru se madrasah.
Ada juga usaha yang telah ditempuh oleh guru untuk mengatasi
masalah pembelajaran di kelas. Namun, yang menjadi penyelenggara
adalah pihak lain, misal saja pelatihan atau workshop yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Tengah.
Usaha-usaha yang sifatmya hanya menjadi partisipan seperti itu sedikit
sekali memberikan pengaruh terhadap perkembangan kinerja guru. Akan
tetapi, sebaliknya jika yang timbul adalah niatan dari guru itu sendiri untuk
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas, maka hasilnya akan
maksimal. Usaha tersebut tidak harus besar dan memakan biaya yang
mahal. Namun, selebihnya dapat dilakukan dengan perubahan kecil dan
tidak memakan biaya banyak. Contoh saja usaha dalam pengadaan alat
peraga buatan guru itu sendiri. Tidak perlu membuat yang mahal, tapi
yang penting dapat membantu peserta didik dalam memahami materi.
D. Solusi Atas Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Pembelajaran
Matematika Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong Tahun Ajaran
2010/2011
Permasalahan pendidikan adalah permasalahan yang bukan main-
main. Ini menyangkut usaha mencerdaskan anak bangsa yang merupakan
tujuan negara. Salah satu permasalahan pendidikan yang ada di depan
mata adalah terkait pembelajaran matematika di lingkungan MTsN
Winong. Setelah menilik beberapa permasalahan yang ada, ternyata semua
faktor turut mempengaruhi ketidakberhasilan pembelajaran matematika di
madrasah tersebut. Hal ini memaksa kita bahwa semua faktor tadi harus
dibenahi supaya pembelajaran matematika dapat berjalan lancar.
56
1. Faktor Guru (Tenaga Pendidik)
Permasalahan yang ada di dataran guru sebagai pendidik
dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya usaha maksimal
dari diri guru sendiri. Jika demikian, maka solusi yang dapat
ditawarkan yakni memberikan pelatihan tentang kemandirian guru
dalam mendesain pembelajaran yang menyenangkan dan
memahamkan.
Selain itu, guru di lingkungan MTsN Winong juga harus
mampu memanfaatkan waktu MGMP matematika sekolah untuk
dijadikan forum formal guna meningkatkan dan memperbaiki
pembelajaran matematika di lingkungan sekolah yakni MTsN
Winong.
Meningkat dari MGMP sekolah, MGMP kecamatan dan
kabupaten juga sudah seyogyanya diaktifkan karena hal ini sangat
banyak membantu guru-guru untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran matematika. Pertemuan ini memberikan nilai plus
sendiri dari pada pelatihan atau workshop secara umum. Jika yang
diadakan adalah pembelajaran secera umum, maka kendala-
kendala terkait pembelajaran matematika yang tentunya memiliki
ciri khusus tidak akan terjawab.
2. Faktor Peserta Didik
Sesuai data dari angket yang telah diisi oleh semua guru
matematika di lingkungan MTsN Winong, peserta didik
menempati urutan pertama sebagai faktor penghambat
pembelajaran matematika di sana. Hal yang menjadi kendala
adalah kurangnya minat dan kesalahan konsep tentang bangun
datar di tingkat sekolah dasar.
Mengatasi hal tersebut, memang dibutuhkan peran orang
tua yang sangat signifikan. Orang tua adalah guru selama murid
ada di rumah. Padahal waktu terbanyak yang dihabiskan murid
57
adalah di rumah. Oleh karenanya, masukan maupun pengertian dari
orang tua sangatlah penting.
Peran orang tua sangat dibutuhkan. Langkah yang telah
ditempuh oleh MTsN Winong dalam menarik perhatian orang tua
untuk ikut serta memperhatikan anak-anak sangatlah tepat. Yakni
dengan cara mengundang orang tua wali untuk bertukar ide dan
mengajak orang tua untuk turut memperhatikan anak dalam belajar.
Komunikasi lain yang bisa dijalankan adalah dengan
memberikan kartu harian. Hal ini sudah diterapkan di beberapa
sekolah terdepan di kota Semarang. Pemberian kartu harian ini
adalah sarana komunikasi guru dengan wali murid. Dengan kartu
tersebut orang tua wali mampu melihat perkembangan anaknya di
sekolah dan mampu memberikan beberapa data yang dapat
dijadikan bahan perbaikan bagi guru di sekolah.
Selain itu, mengenai minat peserta didik, perlu diadakan
sebuah acara di luar KBM yang sifatnya adalah penanaman minat
untuk belajar di tingkat peserta didik. Hal ini dapat umum
diterapkan bagi semua mata pelajaran. Hal demikian akan menjadi
pemicu semangat peserta didik untuk terus belajar.
Minat peserta didik juga dapat dipicu dengan adanya suatu
perlombaan atau kompetisi kecil yang diadakan di lingkungan
MTsN Winong. Dengan mengetahui peringkatnya di sekolah,
maka persaingan akan terjadi secara sportif dan sehat. Tidak cukup
sampai di sini, kompetisi yang dilakukan bisa diteruskan ke tingkat
yang lebih tinggi, seperti tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi,
bahkan nasional. Dalam kegiatan ini diperlukan peran kepala
sekolah atau bagian yang mewakilinya untuk aktif dalam mencari
informasi tentang kompetisi yang diselenggarakan oleh beberapa
pihak. Tanpa dorongan kuat dan partisipasi semua pihak, minat
peserta didik untuk mempelajari tidak akan tumbuh.
58
3. Faktor Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran peran guru sangatlah vital.
Guru adalah seorang entertainer yang harus mampu menarik
perhatian murid dalam menghidupkan suasana dalam proses belajar
mengajar. Ketidakkreativan guru dalam menggunakan metode
mengajar di kelas harus diminimalisir.
Tidak ada alasan untuk tidak memahami cara mengajar
dengan berbagai metode yang bervariasi. Hal ini dikarenakan
informasi di era sekarang sangatlah murah. Sudah banyak buku
yang menulis tentang cara mengajar dengan metode yang
menyenangkan. Selain itu, internet juga dapat diakses 24 jam untuk
mendapatkan informasi serupa.
Kesungguhan guru untuk menyiapkan pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan harus ditingkatkan. Terlebih guru
matematika di lingkungan MTsN Winong sudah tergolong
sebagai pegawai negeri sipil yang kesejahteraannya sudah terjamin.
Jika dibandingkan dengan guru honorer yang kesejahteraannya
tidak terjamin, sudah seharusnya guru di lingkungan MTsN
Winong memberikan warna berbeda dalam pengajaran di sekolah.
4. Faktor Sarana Prasarana
Kemajuan MTsN Winong di bidang sarana gedung sekolah
memang patut diacungi jempol. Hal ini dikarenakan dari fasilitas
yang ada, MTsN Winong sudah dapat dikatakan cukup untuk
mengadakan suatu kegiatan belajar mengajar.
Namun, ada beberapa catatan merah yang harus dibenahi
oleh pihak MTsN Winong untuk meningkatkan prestasi
akademiknya terutama di bidang matematika. Yang pertama adalah
terakit ruang kelas yang memiliki jendela terlalu lebar. Hal ini bisa
dievaluasi bersama agar jendela bisa dipersempit sehingga suara
antar kelas tidak bercampur. Dengan demikian, KBM di masing-
59
masing kelas dapat berjalan dengan lancar dan tidak saling
mengganggu.
Sarana prasarana lain yang perlu diperhatikan adalah alat
peraga. Pengadaan alat peraga di MTsN Winong harus
diperbanyak. Sekali lagi alat peraga tidak harus mahal dan bagus,
selebihnya yang penting dapat membantu memahamkan peserta
didik terhadap materi matematika yang disampaikan.
Pengadaan alat peraga yang demikian dapat diadakan
secara mandiri oleh guru setempat. Selain itu, juga bisa diadakan
penugasan kepada peserta didik untuk turut membuat alat peraga
hasil tangan mereka. Jika ini dapat diterapkan, maka minat peserta
didik terhadap matematika akan meningkat.
5. Faktor Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah hal pokok yang harus diperhatikan oleh
guru untuk indikator keberhasilan suatu pembelajaran. Evaluasi
yang perlu dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penugasan,
ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester. Namun, pengadaan evaluasi secara variatif juga penting
bagi pemicu semangat peserta didik. Misal saja dengan portofolio.
Dan tentunya masih banyak lagi jenis evaluasi yang dapat
ditempuh oleh guru.
60
BAB V
PENUTUP
a. Simpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa ditemui hambatan yang sangat kompleks di lingkungan MTsN Winong
terkait pembelajaran matematika tahun ajaran 2010/2011, dan sudah
seharusnya hambatan tersebut segera ditangani untuk kemajuan pembelajarn
matematika di masa mendatang. Dari hasil penelitian, peneliti menghasilkan
tiga simpulan yakni:
1. Hambatan paling dominan yang ditemui oleh guru matematika di
lingkungan MTsN Winong kabupaten Pati dalam proses pembelajaran
matematika tahun ajaran 2010/2011
a. Faktor peserta didik
Hal ini dibuktikan dengan skor angket yang telah disebar ke semua
guru matematika di MTsN Winong menunjukkan bahwa faktor
peserta didik menempati persentase 22,13% dari kelima faktor yang
ada.
b. Faktor guru (tenaga pendidik)
Hal ini dibuktikan dengan skor angket yang telah disebar ke semua
guru matematika di MTsN Winong menunjukkan bahwa faktor guru
(tenaga pendidik) menempati persentase 21,91% dari kelima faktor
yang ada.
c. Faktor proses pembelajaran
Penghambat dalam proses pembelajaran adalah terkait guru dan
peserta didik. Guru di lingkungan MTsN Winong masih menggunakan
metode klasik seperti ceramah dan penugasan. Selanjutnya yakni
terkait kurangnya motivasi guru terhadap anak agar gemar dalam
mempelajari matematika. Dari segi peserta didik, proses pembelajaran
terhambat karena peserta didik yang berbekal konsep yang salah
sedari sekolah dasar, selain itu juga terkait minat belajar yang kurang.
61
d. Faktor saran prasarana
Sarana prasarana yang menjadi penghambat di lingkungan MTsN
Winong adalah keadaan jendela di masing-masing kelas yang dirasa
cukup lebar sehingga suara di kelas sebelah sangat mengganggu
konsentrasi di kelas lain. Selain itu juga terkait alat peraga matematika
yang masih sangat sedikit.
e. Faktor evaluasi pembelajaran
Kesulitan yang ditemui guru dalam mengadakan evaluasi pembelajarn
matematika adalah terkait penyusunan alat evaluasi yangbervariasi
seperti kuis, portofolio, atau proyek. Yang selama ini diterapkan
hanya evaluasi yang berupa ulangan harian,, UTS, dan UAS.
Kesulitan selanjutnya yakni terkait analisis hasil evaluasi. Waktu yang
ada masih kurang untuk menganalisis secara penuh hasil evaluasi.
2. Usaha yang telah dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan tersebut,
usaha yang telah dilakukan oleh guru setempat adalah adanya musyawarah
kecil di tingkat guru. Selain itu, ada juga pelatihan yang sifatnya adalah
guru sebagai partisipan, seperti pelatihan yang diadakan oleh Kementerian
Agama Wilayah Jawa Tengah
3. Untuk mengatasi problem pembelajaran yang demikian seharusnya mejadi
masalah bersama dan dipecahkan secara bersama. Banyak sekali solusi
yang dapat ditawarkan, di antaranya yakni:
a. Faktor peserta didik
Meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran
matematika. Hal ini dapat diusahakan dengan kerja sama dengan
pihak wali murid. Misal saja dengan pengadaan kartu absen sebagai
sarana komunikasi gur dengan pihak wali murid untuk turut
memperhatikan perkembangan peserta didik.
b. Faktor guru
Meningkatkan kualitas dan mengatasi problem pembelajaran dengan
musyawarah di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan
62
dengan mengaktifkan kegiatan MGMP baik sekolah, kecamatan,
kabupaten, dan seterusnya.
c. Faktor proses pembelajaran
Untuk mengatasi faktor ini, hal yang dapat diusahakan adalah dengan
melakukan perencanaan yang rapi terkait kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, kreativitas guru juga sangat diperlukan di sini. Terlebih
matematika sebagai mata pelajaran yang terkenal sulit. Oleh
karenanya mata pelajaran ini harus mampu disajikan dengan menarik
dan memahamkan.
d. Faktor sarana prasarana
Sarana yang perlu diperbaiki di lingkungan MTsN Winong adalah
terkait jendela kelas yang terlalu lebar. Untuk mengatasi ini, jendela
dapat dipersempit agar KBM dapat berjalan dengan lancar. Selain itu
juga masalah alat peraga matematika di lingkungan madrasah ini.
e. Faktor evaluasi pembelajaran
Untuk mengatasi masalah ini guru harus mampu mempelajari untuk
kemudian mempraktekkan variasi teknik evaluasi. Dengan demikian
evaluasi tidak hanya sekedar ulangan harian dan penugasan.
b. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian, maka diharapkan dapat memberikan sedikit
kontribusi berupa pemikiran akan kemajuan pembelajaran matematika di
lingkungan MTsN Winong khususnya dan madrasah lain pada umumnya.
Saran yang dapat penulis ajukan adalah:
1. Kepada guru
Tugas guru tidaklah ringan jika mengikuti standar yang berlaku.
Namun, yang terjadi di lapangan tidaklah demikian, kontrol dari dinas
pendidikan pun tidak secara teliti untuk memantau setiap satuan
pendidikan. Oleh karenanya, silakan untuk pendidik, terlebih
pembelajaran di sekolah direncanakan dan didesain sedemikian rupa
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasilnya pun
maksimal.
63
2. Kepada peserta didik
Sejauh apapun yang diusahakan guru akan sia-sia saja jika tidak
diimbangi dengan niat dan belajar sungguh-sungguh dari peserta didik.
Oleh karenanya, bagi adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah,
silakan haus akan ilmu, sehingga kegiatan belajar tidak menjadi suatu
tuntutan, tetapi menjadi suatu kebutuhan yang tentunya akan terasa
ringan melakukannya.
3. Kepada wali murid
Wali murid juga berperan banyak dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran peserta didik. Waktu terbanyak peserta didik adalah di
rumah, oleh karenanya pantauan, bimbingan, dan perhatian pun sangat
dibutuhkan demi kesuksesan pembelajaran peserta didik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 2005.
Dewey, John, Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of
Education, New York: The Mac Millan an Company, 1964
Fathani, Abdul Halim, Matematika Hakikat dan Logika, Yogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2009.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Bumi Aksara, 2001.
Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Pustaka
Educa, 2010.
Jauhari, Heri, Panduan Penulisan Skripsi, Teori dan Aplikasi, Bandung: Pustaka
Setia, 2010.
Knight, George R, Issues and Alterbatives in Educational Philosophy,
Mechighan: Andrews University Press Borrien Springs, 1982.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: PT. Rosda, 2006.
Manfaat, Budi, Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung, Cirebon:
PT. Buku Kita, 2010.
Marshall, Catherine, et. Al. Designing Qualitative Research, United States of
America: Sage, 1999.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2008.
Peraturan pemerintah No. 19 TAHUN 2005, Standar Nasional Pendidikan,
Bandung: Fokus Media, 2005.
Sobel, Max A. dan Evan M. Maletsky, Mengajar Matematika, Jakarta: Erlangga,
2002.
65
Sudjiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1995.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Sinar Baru,
1987.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
ALFABETA, 2008
Sukardi, M., Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2008.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2002.
_____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2010.
Yamin, Martinis, Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2007.
66
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Ruang dan Gedung di MTsN Winong
Tabel 2. Data Peralatan dan Inventaris Kantor MTsN Winong
Tabel 3. Data Buku di MTsN Winong
Tabel 4. Data Keadaan Guru di MTsN Winong
Tabel 5. Data Hasil Angket Penelitian
Tabel 6. Data Guru Matematika MTsN Winong
67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Instrumen Penelitian
Lampiran 2. Pedoman Wawancara dengan Bapak/Ibu Guru Pengampu Mata
Pelajaran Matematika
Lampiran 3. Rekap Hasil Angket
Lampiran 4. Contoh Dokumentasi Observasi Pengajaran di Kelas
68
Lampiran 1.
LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN
Identitas responden
Nama :
Nama institusi :
Pendidikan terakhir :
Masa kerja : ……..tahun
Petunjuk pengisian angket
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan tanda silang pada salah satu alternatif
jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling sesuai yang tersedia pada lembar
instrumen ini. Dari jawaban tersebut silakan Bapak/Ibu memberikan
alasannya, usaha-usaha yang telah Bapak/Ibu lakukan, dan solusi yang
Bapak/Ibu tawarkan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Apabila terjadi kekeliruan dalam menjawab dan Bapak/Ibu ingin
membenarkannya maka berilah tanda dua garis pada jawaban yang salah,
lalu silanglah jawaban yang semestinya benar menurut Bapak/Ibu
3. Mohon Bapak/Ibu menjawab semua pertanyaan yang ada di lembar
instrumen ini.
69
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Apakah di dalam penyusunan rencana pembelajaran (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)), Program Semester (PROSEM), Program Tahunan
(PROTA) Bapak/Ibu mengalami hambatan?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Kadang-kadang d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
2. Apakah dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Bapak/Ibu mengalami hambatan?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Kadang-kadang d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
3. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam memahami materi
matematika di tingkat MTs?
a. Tidak pernah c. Sering
b. Kadang-kadang d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
70
4. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan saat menyampaikan materi mata pelajaran
matematika?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
5. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan mengelola situasi yang ada di kelas saat
menyampaikan materi?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
6. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam meningkatkan minat peserta didik?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan untuk menarik perhatian peserta didik terhadap
pembelajaran matematika?
71
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
8. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam membangkitkan motivasi belajar peserta
didik?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
9. Apakah minat peserta didik terhadap matematika selama ini menghambat Bapak/Ibu
dalam mengajar matematika?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
10. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dengan peserta didik di
luar kelas?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang
72
c. Sering d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
11. Apakah Bapak/Ibu kesulitan dalam memahami perilaku peserta didik di luar kelas?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. selalu
Alasannya :
Usaha yang bapak/ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
12. Apakah minat peserta didik dalam mata pelajaran matematika menurun dibandingkan
tahun sebelumnya?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
73
13. Apakah peserta didik kesulitan memahami materi yang Bapak/Ibu sampaikan?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
14. Apakah peserta didik mengalami kesulitan mengerjakan tugas dari Bapak/Ibu?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
15. Apakah peserta didik mengalami hambatan dalam motivasi belajar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
74
16. Apakah jumlah peserta didik menghambat Bapak/Ibu menyampaikan materi?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
17. Apakah perhatian peserta didik kurang terkonsentrasi ketika Bapak/Ibu mengajar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
18. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dari segi keaktifan peserta didik?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
75
19. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam memilih metode pembelajaran?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
20. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam mengkombinasikan metode
pembelajaran?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
21. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan untuk menggunakan metode pembelajaran yang
aktif, inovatif dan menantang?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang bapak/ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
22. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam alokasi waktu pembelajaran di kelas?
a. Tidak pernah b. Kadang-kadang
76
c. Sering d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
23. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam strategi pembelajaran?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
24. Apakah ketika mengajar, interaksi antara guru dan peserta didik berlangsung tidak
lancar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
25. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan memberikan apersepsi dan motivasi sebelum
pelajaran dimulai?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
77
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
26. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan untuk meminta peserta didik menjawab
pertanyaan lesan di kelas?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
27. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan untuk meminta peserta didik mengerjakan di
papan tulis?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
28. Apakah suasana belajar di dalam kelas menghambat kegiatan belajar mengajar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
78
Solusi yang ditawarkan :
29. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam menggunakan alat bantu belajar di kelas?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
30. Apakah struktur ruang kelas menghambat kegiatan belajar mengajar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
31. Apakah luas ruang kelas menghambat kegiatan belajar mengajar?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
32. Apakah kondisi (suhu/lokasi) ruang kelas menghambat kegiatan belajar mengajar?
79
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. selalu
Alasannya :
Usaha yang bapak/ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
33. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam menggunakan sumber belajar yang
tersedia di sekolah?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
34. Apakah di sekolah ditemui hambatan dalam pengadaan alat peraga?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
35. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam penggunaan alat peraga?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
80
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
36. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan untuk membuat alat peraga sendiri?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
37. Apakah lingkungan sekitar menghambat proses belajar mengajar matematika?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
38. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam mengadakan evaluasi di ranah kognitif?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
81
39. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam mengadakan evaluasi di ranah afektif?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
40. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam membuat soal berdasarkan tingkat
kesukaran?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
41. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan untuk menyusun soal tes/ulangan yang sesuai
dengan pokok bahasan?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
82
42. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam menyusun alat evaluasi/soal yang
materinya luas sedangkan waktu mengerjakannya terbatas?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
43. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam menggunakan teknik evaluasi yang
bervariasi seperti kuis, portofolio, atau proyek?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
44. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam mengkondisikan peserta didik saat
evaluasi berlangsung?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
83
45. Apakah peserta didik menemui kesulitan untuk mengerjakan soal dari materi yang sudah
diajarkan sebelumnya?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
46. Apakah Bapak/Ibu mengalami hambatan dalam mengadakan ulangan harian setiap
selesai satu pokok bahasan?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
47. Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan dalam mengkondisikan peserta didik saat
evaluasi berlangsung?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
Alasannya :
Usaha yang Bapak/Ibu lakukan :
Solusi yang ditawarkan :
Lampiran 2.
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN BAPAK/ IBU GURU PENGAMPU
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
1. Apa faktor yang paling menghambat pembelajaran matematika menurut
Bapak/ Ibu?
2. Untuk menyiasati faktor penghambat pembelajaran matematika, apakah
Bapak/ Ibu guru berkonsultasi dengan rekan lain dalam meningkatkan
pembelajaran?
3. Bagaimana Bapak/ Ibu mendorong minat belajar peserta didik?
4. Metode apa yang Bapak/ Ibu gunakan supaya peserta didik tidak jenuh?
5. Apakah ada peserta didik yang lamban dalam menerima materi?
6. Apakah ada peserta didik yang sama sekali tidak berminat dengan
pelajaran matematika?
7. Bagaimana dengan sarana dan prasarana terkait pembelajaran matematika?
8. Bagaimana dengan buku-buku penunjang di sekolahan?
9. Bagaimana dengan kondisi ruang kelas?
10. Untuk mengatasi semua hambatan tersebut apa yang telah Bapak/ Ibu
lakukan selama ini?
Lampiran 3.
Subjek
penelitian
Faktor
Guru
Faktor
peserta
didik
Faktor
proses
pembelajara
n
Faktor sarana
prasarana
Faktor evaluasi
pembelajaran
11 poin
pertany
aan
7 poin
pertanyaan
9 poin
pertanyaan
10 poin
pertanyaan
10 poin
pertanyaan
Guru 1 19 18 13 17 15
Guru 2 13 17 11 16 16
Guru 3 15 16 13 14 17
Guru 4 23 20 15 11 19
Guru 5 19 18 17 15 17
Guru 6 14 15 13 10 15
Jumlah skor
tiap faktor (n)
103 104 81 83 99
Skor maksimal
seluruh faktor
(N)
470
% =𝑛
𝑁𝑥100 21,91% 22,13% 17,23% 17,66% 21,06%
Lampiran 4.
Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas
dengan Metode Klasik Seperti Ceramah dan Penugasan
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama lengkap : Arif Nadliroh
Tempat tanggal lahir : Pati, 23 April 1989
NIM : 073511024
Alamat rumah : Desa Pekalongan, RT/RW: 06/II, Winong,
Pati
No. Hp : 085 865 766 294
E_mail : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan formal : RA. Tarbiyatul Banin Pekalongan
: MI Tarbiyatul Banin Pekalongan
: MTs Tarbiyatul Banin Pekalongan
: MA Raudlatul Ulum Guyangan
Pendidikan non formal : pondok pesantren Raudlatul Ulum
Guyangan
C. KARYA ILMIAH
Penelitian dalam Jurnal Edukasi Volume VIII dengan Judul
“Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal (Studi Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara)”
Semarang, 13 Desember 2011
Arif Nadliroh
NIM. 073511024