ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK SELF-ESTEEM SANTRI …repository.uinjkt.ac.id › dspace ›...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK SELF-ESTEEM SANTRI …repository.uinjkt.ac.id › dspace ›...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK SELF-ESTEEM SANTRI
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
Muhammad „Alawi Almaliki
11140110000052
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMIMBING SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTO PEMBENTUKSELF-ESTEEM SANTRI
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi)
Skripsi
I?iajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Satjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh:
Muhammad'Alawi Almaijki
11140110000052
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
NIP. 19701203 199803 1 003
JURUSAN PENDIDlKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAB DAN KEGURUAN /'
/'
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAR
JAKARTA
201.9
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor Pembentnk Self-Esteem Santri (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi) disusun oleh
Muhammad 'Alawi Almaliki, NIM: 11140110000052, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada
tanggal 25 Juli 2019 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak
mendapatkan gelar Smjana S1 (S.Pd) dal3..'11 bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 25 Juli 2019
Panitia Ujian Munaqasab
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua JurusanlProgram Studi) Drs. Abdul Hans, M.Ag NIP. 19660901 199503 1 001 Sekretaris (Sekretaris PAI) Drs. Rusdi Jamil, M.Ag !< ~ .-:f. .-!5?:9.'.9 ....... ~ . NIP. 19621231 199503 1005 Penguji 1
)0- J -?O'J ~ Drs. Rusdi Jamil. M.Ag NIP. 19621231 199503 1005 31/~;1=(/Penguji 2 Drs. Abdul -aris, M.Ag .-1.1 ···········V···· NIP. 19660901 199503 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan DIN SyarifHidayatullah Jakarta
Dr. Su rin NIP. 197103191998032001
i
No. Dokumen FITK-FR-AKD-089KEMENTERlAN AGAMA r-' "\
Tgl. TerbH ] Marel2010 ," ..., DIN JAKARTA FORM (FR)I • ••_. No. Revisi: OJFITK'un)L----......--_Ji JL Jr. If. Juo.ndlJ "'095 OPUl(ll J54}] (lIdOlJe..'fl() Hal 1/I
SURAT PERNYATAAN KARYA SEl\TJ)IRI
Saya yang bertanda tangan di bawah iIli,
N a In a : Muhammad' Alawi Almaliki
TempatfTgl.Lahir : Bekasi, 15 Januari 1996
NIM : 11140110000052
Jurusan ! Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skrips! : Analis:is Faktor-Faktor Pembentuk Self-Esteem Santri (studi
kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi)
Dosen Pembimbing : 1. Yudhi Munadi, M.Ag
2 .
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tnlis.
Pernyataan im dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Nhmaqasah.
Jakal1a, 10 Juli 2019 Mahasiswa Ybs.
Muhammad'Alawi Almaliki NIM. ]1140110000052
i
ABSTRAK
Muhammad Alawi Almaliki (NIM: 11140110000052). ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR PEMBENTUK SELF-ESTEEM SANTRI (STUDI KASUS DI
PONDOK PESANTREN ATTAQWA PUSAT PUTERA BEKASI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mampu
membentuk harga diri atau self-esteem santri di lingkungan pesantren. Penelitian
ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian adalah observasi,
wawancara dan angket sebagai penunjang data hasil penelitian dari kedua metode
lainnya tentang faktor-faktor pembentuk self-esteem santri. Observasi dilakukan
selama penelitian di lingkungan pesantren seperti asrama, masjid dan tempat-
tempat santri bersosialisasi yang lain. Wawancara dilakukan kepada 6 orang santri
kelas XI Aliyah, sementara angket disebar ke 21 orang santri yang juga kelas XI
Aliyah. Selain mewawancarai para santri, peneliti juga sesekali bertanya kepada
Penanggung jawab asrama, namun wawancara ini tidak terstruktur.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada beberapa hal yang dapat
membentuk harga diri atau self-esteem santri di lingkungan Pondok Pesantren
Attaqwa Pusat Putera Bekasi. Pembentukan self-esteem tersebut dilihat dari dua
aspek yaitu self-liking dan self-competence. Faktor pembentuk self-esteem dari
aspek self-liking adalah kepercayaan terhadap diri sendiri dan penghormatan
terhadap diri sendiri. Sementara faktor yang dapat membentuk self-esteem dari
aspek self-competence adalah sikap optimis dan pengaruh eksternal dan internal.
Kata kunci: Analisis Faktor, Self-Esteem, Harga Diri, Santri, Pondok
Pesantren.
ii
ABSTRACT
Muhammad Alawi Almaliki (NIM: 11140110000052). THE ANALYSIS OF
FACTORS FORMING SANTRI'S SELF-ESTEEM (CASE STUDY AT
ATTAQWA ISLAMIC BOARDING SCHOOL FOR BOYS BEKASI).
This study aims to find out what factors are able to form the self-esteem of
students in Islamic boarding schools. This research was conducted at the Attaqwa
Islamic Boarding School for Boys in Bekasi.
The type of this research uses a qualitative approach with descriptive methods.
data collection techniques carried out during the study were observations,
interviews and questionnaires as supporting research data from the other two
methods about the factors forming santri's self-esteem. Observations were carried
out during research in boarding schools such as dormitories, mosques and places
where other student socialized. Interviews were conducted on 6 students of grade
XI Aliyah, while the questionnaire was distributed to 21 students who were also
grade XI Aliyah. In addition to interviewing the students, researchers also
occasionally asked the person in charge of the dormitory, but this interview was
unstructured.
The results of the research that has been carried out shows that there are several
things that can form the self-esteem of students in the environment of the Attaqwa
Islamic Boarding School for Boys in Bekasi. The formation of self-esteem is seen
from two aspects, namely self-liking and self-competence. Factors forming self-
esteem from the aspect of self-liking are self-confidence and respect for oneself.
While the factors that can form self-esteem from the aspect of self-competence are
optimism and external and internal influences.
Keyword: Factor Analysis, Self-Esteem, Santri, Islamic Boarding School.
iii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الّرحمن الّرحيم
Assalamu‟alaikum wr. wb.
Alhamdulillah wa syukru lillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, Islam, ikhsan dan akal
sehat serta limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan benar. Shalawat serta salam penulis haturkan untuk junjungan
Nabi besar Muhammad SAW khotamul anbiya wal mursalin, yang telah
menunjukkan jalan yang lurus dan mengeluarkan ummatnya dari kegelapan
menuju cahaya.
Dalam proses penulisan skripsi, tak sedikit penulis menemui hambatan dan
kesulitan dalam penyusunan skripsi ini. Namun, berkat adanya usaha, do'a,
motivasi dan semangat serta masukan-masukan positif dari berbagai pihak,
alhamdulillah penulis dapat mengatasinya dengan baik. Maka dari itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah banyak
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, di antaranya adalah:
1. Prof Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., dan Dr. Sururin, M.Ag., selaku
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta selama penulis menjadi mahasiswa di FITK.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dan Drs. Abdul Haris, M.Ag., selaku
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama penulis menjadi
mahasiswa di FITK.
3. Marhamah Shaleh, Lc., MA., dan Drs. Rusdi, M.Ag., selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama penulis menjadi mahasiswa di
FITK.
4. Yudhi Munadi, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
sabar dan waktu yang banyak diluangkan untuk memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
iv
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis dari
awal hingga akhir perkuliahan.
6. Karyawan dan Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Bu
Isti yang telah memberikan kemudahan dalam proses-proses administratif
selama perkuliahan.
7. Seluruh dewan guru dan penanggung jawab asrama serta para santri di
Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi yang telah banyak
membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Orang tua tercinta, H. Yusuf Subandi dan Hj. Munawaroh yang selalu
mendo'akan, memberikan semangat serta dukungan moril dan materil
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga keberhasilan ini menjadi kebahagiaan
dan kebanggaan untuk Babeh dan Ibu.
9. Kakak dan Adik tersayang, Misbahussurur, S.Kep., dan Intan Rahma
Azizah yang juga mendo'akan dan memberikan semangat untuk penulis
dalam proses penyusunan skripsi ini.
10. Teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014,
khususnya kelas B "PUKIS", semoga kesuksesan dan keberkahan selalu
menyertai kalian semua, terima kasih atas dukungan, waktu dan kenangan
serta rasa kekeluargaan yang kelak akan penulis rindukan.
11. Teman seperjuangan di kosan, Aprianto Ridwan Salni, S.Ag., Qotrunnada,
Dede Imron Yusuf, Bias Eka Paksi, Ahmad Faturrohman, Amri Haqi,
Ibrahim Aziz, terima kasih atas do'a, dukungan dan bantuan yang kalian
berikan dalam proses penyusunan skripsi ini.
12. Khildawati Ilham, S.Tr.Keb., partnerku, terima kasih atas waktu,
dukungan, motivasi, do'a dan saran-saran serta masukan-masukan yang
positif untuk penulis selama proses penyusunan skripsi ini, semoga
dimudahkan dalam proses selanjutnya.
13. Teman seperjuangan bimbingan skripsi, Siti Mawaddah, S.Pd., Luthfiah
Nur Anisa, S.Pd., Awiddatu Tsiqoh, S.Pd., Irma Rahma Sari Putri., terima
kasih atas bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis.
v
Penulis juga menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
terkait yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Hanya do‟a yang bisa
penulis panjatkan, semoga Allah SWT membalas perbuatan baik kalian
dengan balasan yang sebaik-baiknya di dunia maupun di akhirat kelak. Segala
jasa dan kebaikan kalian semua akan selalu penulis ingat. Jazakumullah
khairan katsiran. Aamiin ya Rabbal „aalamiin.
Penulis,
Muhammad „Alawi Almaliki
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
ABSTRACT……………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………… 4
C. Pembatasan Masalah……………………………………………………... 5
D. Perumusan Masalah……………………………………………………… 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………..… 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Self-Esteem……………………………………………………………… 6
1. Pengertian Self-Esteem……………………………………………… 6
2. Pembentukan Self-Esteem…………………………………………... 12
3. Aspek-aspek Self-Esteem…………………………………………… 15
4. Karakteristik Self-Esteem…………………………………………… 18
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem……………………. 21
B. Pondok Pesantren………………………………………………………. 22
1. Pengertian Pondok Pesantren……………………………………..... 22
2. Komponen Dasar Pondok Pesantren……………………………….. 24
3. Pola-pola Pondok Pesantren………………………………………... 26
vii
C. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………………….. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………….. 30
1. Tempat Penelitian…………………………………………………... 30
2. Waktu Penelitian…………………………………………………… 30
B. Latar Penelitian………………………………………………………… 30
C. Metode Penelitian……………………………………………………… 30
D. Populasi dan Sampel…………………………………………………… 31
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………... 31
F. Pemeriksaan Keabsahan Data………………………………………….. 35
G. Teknik Analisis Data………………………………………………….... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil MA. Aliyah Attaqwa Pusat Putera………………………………. 38
1. Sejarah Singkat……………………………………………………... 38
2. Visi, Misi dan Tujuan………………………………………………. 39
3. Informan……………………………………………………………. 40
B. Deskripsi Data………………………………………………………….. 40
C. Pembahasan…………………………………………………………….. 48
1. Pembentukan Self-Esteem Santri dari Aspek Self-Liking…………... 48
2. Pembentukan Self-Esteem Santri dari Aspek Self-Competence……. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 58
B. Saran…………………………………………………………………… 59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 60
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara……………………………………………. 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket………………………………………………… 34
Tabel 4.1 Lembaga Pendidikan Yayasan Attaqwa……………………….. 38
Tabel 4.2 Nama-nama Informan………………………………………….. 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Penelitian………………………………………………. 63
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Santri…..………………………………... 67
Lampiran 3 Pedoman Angket Penelitian…………………………………….. 69
Lampiran 4 Transkrip Wawancara Santri……………………………………. 75
Lampiran 5 Transkrip Angket/Kuesioner Terbuka…...……………………… 86
Lampiran 6 Transkrip Wawancara Penanggung Jawab Asrama…………….. 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang menggunakan
sistem tertua dan mempunyai ciri khas tersendiri yang mencitrakan Islam
tradisional Indonesia, eksistensinya masih berlangsung hingga saat ini.
Munculnya pesantren di Indonesia diperkirakan sejak 300-400 tahun yang
lalu dan menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim, terutama di
pulau Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik karena
kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan oleh lembaga agama tersebut.1
Menurut Samsul Nizar yang dikutip dari Mastuhu, bahwasanya
“pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan
untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral agama sebagai pedoman hidup
bermasyarakat”.2
Dalam lembaga pendidikan pesantren, murid yang belajar dan mengaji di
pesantren disebut sebagai santri. Santri yang belajar di pondok pada
umumnya tidak pulang ke rumah melainkan tinggal di pesantren, sarana
tempat tinggal untuk para santri di pesantren disebut sebagai pondok.
Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren mengalami perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya
perkembangan ini maka pesantren pun mengalami beberapa perubahan,
seperti yang dikatakan oleh Syaifuddin Zuhri dalam jurnalnya yang dikutip
dari Wahjoetomo bahwa pesantren dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
walaupun agak sulit untuk membedakan secara ekstrim di antara jenis-jenis
tersebut yaitu salafiyah (tradisional), khalafiyah (modern), dan paduan dari
1 Imam Syafe'i, "Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter", Al-
2 Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 85-86
2
keduanya yaitu salafi-modern.3 Pesantren salafiyah hanya mengajarkan ilmu-
ilmu agama Islam dari kitab-kitab klasik yang ditulis oleh para ulama
terdahulu, sementara pesantren khalafiyah mengajarkan ilmu-ilmu agama
Islam dan ilmu-ilmu pengetahuan umum.
Lembaga pendidikan pondok pesantren sampai saat ini mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan. Ini terbukti dari pernyataan Kementerian
Agama RI bahwa, berdasarkan data EMIS tahun 2015/2016 pondok pesantren
yang besar dan tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia tercatat
sebanyak 28.984 pondok pesantren dan 4.290.626 santri.4
Di lingkungan pesantren para santri menjalani hidupnya dengan proses
interaksi sosial yang diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan harian biasa
maupun kegiatan pondok seperti shalat berjama‟ah, mengaji kitab,
mempelajari kesenian-kesenian Islami, i‟tikaf di masjid yang diisi dengan
kegiatan belajar bersama, kerja bakti, mengantri dengan tertib di kamar mandi
untuk mandi, olahraga bersama-sama, lomba antar asrama, dan lain
sebagainya, dan kegiatan sehari-hari tersebut dilakukan oleh para santri setiap
hari dari sebelum terbit fajar sampai matahari terbenam dan malam pun tiba.
Para santri di pesantren pada umumnya adalah anak usia sekolah dasar
sampai sekolah menengah atas. Ketika seorang anak memasuki tahap
pendidikan sekolah menengah, anak tersebut memasuki masa remaja. Di
masa remaja ini seorang remaja berusaha mencari jati diri dengan mencoba
hal-hal yang belum ditemui sebelumnya. Di masa ini mereka lebih
memperhatikan fisik diri. Pada tahap inilah lingkungan pesantren akan lebih
mengembangkan pola pikir mereka dan lebih mengembangkan kehidupan
sosial anak. Hal-hal tersebut berhubungan dengan lingkungannya, hubungan
dengan guru dan teman sebaya.
Atik dan Pramesti menyatakan dalam jurnalnya bahwa “lingkungan yang
kurang memberikan perlakuan yang baik terhadap remaja akan
3 M. Syaifuddin Zuhriy, "Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok
Pesantren Salaf", Walisongo, Volume 19, Nomor 2, November 2011, hal. 291
4 http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detil&id=9405, diakses pada tanggal 3 Januari
2019 pukul 11.52 WIB.
3
mempengaruhi self esteem pada diri mereka”.5 Self esteem atau harga diri
menurut Ghufron dan Rini adalah “penilaian diri yang dilakukan seseorang
terhadap dirinya yang didasarkan pada hubungannya dengan orang lain”.6
Lingkungan dan hubungan antar individu tidak dapat dipisahkan, karena
lingkungan adalah tempat antara individu dengan individu lain berinteraksi
sosial.
Self sudah ada sejak manusia lahir dan akan semakin berkembang ketika
seseorang melakukan sosialisasi dengan orang lain. Hal ini karena sebagian
besar pengetahuan manusia berasal dari kehidupan sosial yang merupakan inti
dari pengalaman awal. Semakin seringnya pengalaman-pengalaman yang
berkaitan dengan hubungan sosial akhirnya dapat terinternalisasi sebagai
aspek penting dalam konsep diri seseorang.7 Sejalan dengan pernyataan
tersebut, Ghufron dan Rini mengutip pernyataan dari Zakiyah Darajat yang
menyatakan bahwa harga diri atau self esteem sudah terbentuk pada masa
kanak-kanak, seorang anak sangat membutuhkan rasa penghargaan dari orang
tuanya. Kemudian harga diri tersebut dibentuk melalui perlakuan yang
diterima oleh individu dari lingkungannya. Harga diri bukan sesuatu yang
bersifat bawaan melainkan sesuatu yang dapat dipelajari dan terbentuk
sepanjang pengalaman individu.8 Dari pernyataan-pernyataan tersebut bisa
dikatakan bahwa self esteem atau harga diri sudah ada sejak manusia lahir dan
berkembang melalui proses interaksi sosial individu dengan orang lain dan
perlakuan yang diterima oleh individu dari lingkungan di mana individu
tersebut menjalani hidupnya.
Di lingkungan pesantren semua individu yang dalam pesantren disebut
dengan santri melakukan interaksi sosial dengan santri lainnya. Berbeda
dengan siswa biasa di sekolah umum yang kesehariannya tidak hanya di
sekolah, ketika kegiatan sekolah berakhir para siswa kembali ke rumahnya
masing-masing kemudian bercengkerama dengan keluarganya.
5 Atik Khoiroh dan Pramesti P. Paramita, "Peran Dukungan Sosial terhadap Pembentukan
Self Esteem yang Tinggi pada Remaja Tunanetra di Sekolah Khusus", Jurnal Psikologi Industri
dan Organisasi, Vol. 3 No. 3, Desember 2014, hal. 131
6 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 40
7 Atik Khoiroh dan Pramesti P. Paramita, Op.Cit
8 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit
4
Di pesantren, lingkungan pondok merupakan keluarga kedua bagi para
santri, karena ketika selesai mengikuti kegiatan sekolah mereka kembali ke
asrama, kemudian kembali bercengkerama dengan keluarga kedua mereka
yaitu lingkungan pondok yang di dalamnya adalah sesama santri. Hal ini bisa
berdampak pada pembentukan self esteem santri. Mengingat bahwa self
esteem dapat berkembang karena pengaruh sosialisasi individu dengan orang
lain dan perlakuan lingkungan terhadap dirinya.
Harga diri atau self esteem dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
harga diri tinggi dan harga diri rendah. Frey dan Carlock menyatakan bahwa
individu yang mempunyai harga diri yang tinggi memiliki ciri-ciri yaitu
mampu menghargai dan menghormati dirinya sendiri, cenderung tidak
menjadi perfect, mengenali keterbatasannya dan berharap untuk tumbuh.
Sementara individu yang mempunyai harga diri yang rendah cenderung
menolak dirinya dan cenderung tidak puas dengan dirinya sendiri.9
Pada kenyataannya masih banyak santri yang belum menyadari tentang
penghargaan kepada dirinya sendiri. Contohnya adalah santri yang melanggar
aturan yang ada di pesantren seperti membuang sampah sembarangan,
melambatkan diri menuju sekolah atau masjid, bolos ketika ada pengajian
kitab di masjid, berkata yang tidak pantas dan lain sebagainya. Ketika mereka
melakukan hal-hal tersebut, tanpa sadar mereka telah merendahkan harga
dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Self-Esteem
Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Santri mengalami hambatan dalam perkembangan pembentukan harga diri
atau self-esteem.
9 Ibid, hal. 43
5
2. Sebagian santri melanggar aturan yang mana hal tersebut adalah bentuk
dari merendahkan harga dirinya sendiri.
3. Sebagian santri terkadang meremehkan aturan yang ada di pondok.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang ada,
maka penelitian ini hanya membahas permasalahan tentang hambatan-
hambatan apa saja yang dialami para santri dalam perkembangan
pembentukan self-esteem di lingkungan pondok pesantren.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
“Faktor apa saja yang dapat membentuk self-esteem santri?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor
yang dapat membentuk self-esteem santri.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi lembaga pendidikan pada umumnya, penelitian ini berguna
untuk bahan evaluasi bagi lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
self-esteem atau harga diri, dan dapat menambah literatur tambahan
dalam ilmu psikologi pendidikan.
2. Bagi dunia keilmuan, penelitian ini bisa menjadi bahan diskusi untuk
memperkaya intelektual dan keilmuan yang terkait dengan self-esteem
atau harga diri.
3. Bagi mahasiswa, penelitian ini sebagai syarat kelulusan mahasiswa
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata 1 (S.Pd).
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Self-esteem
1. Pengertian Self-esteem
Istilah self-esteem pertama kali diperkenalkan oleh William James
sebagaimana dinyatakan oleh Christoper J. Murk sebagai berikut,
“William James first introduced the topic of self-esteem to psychology
over a century ago making this area one of the oldest in the entire
discipline. Since those early days, several researchers have noted that
definitions of self-esteem vary considerably”, dalam uraian tersebut
Murk menyatakan bahwa William James pertama kali
memperkenalkan topik self-esteem atau harga diri pada psikologi lebih
dari seabad yang lalu, menjadikan area ini salah satu yang tertua dalam
seluruh disiplin ilmu. Sejak masa-masa awal itu, beberapa peneliti
telah mencatat bahwa definisi harga diri sangat bervariasi.10
Self-esteem terdiri dari dua kata yaitu self dan esteem. Sumadi
Suryabrata mengutip perkataan William James dalam bukunya yang
berjudul Principles of Psychology (1890, chapter X), James
mengatakan bahwa self adalah empirical me yang dalam artian lebih
umum yaitu sebagai keseluruhan dari segala yang oleh orang lain
disebut “his”, yaitu tubuhnya, sifat-sifatnya, kemampuan-
kemampuannya, keluarga, teman, musuh, dan lain-lain.11
Carl Rogers menjelaskan bahwa self adalah bagian medan
fenomenal atau keseluruhan pengalaman seseorang yang diterimanya
baik disadari maupun tidak disadari yang terdiferensiasikan dan terdiri
atas pola-pola pengamatan dan penilaian sadar dari “I” atau “me”.12
10 Christopher J. Mruk, "Defining Self-Esteem as a Relationship between Competence and
Worthiness: How a Two-Factor Approach Integrates the Cognitive and Affective Dimensions of
Self-Esteem", Polish Psychological Bulletin, Vol 44(2), 2013, hal. 157-158
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal.
248
12
Ujam Jaenudin, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hal. 108
7
Selanjutnya James William dalam Burns (1993) menganggap bahwa
self atau diri yang global itu sebagai “me” dan “I” yang berlangsung
bersamaan. James beranggapan bahwa “I” adalah diri sebagai subjek
dan “me” adalah diri sebagai objek.13
Istilah self dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu:
a. Sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Arti
pertama ini bisa kita sebut dengan pengertian self sebagai obyek,
karena pengertian itu menunjukkan sikap, perasaan pengamatan
dan penelitian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai obyek.
Dengan kata lain, self itu berarti apa yang dipikirkan orang tentang
dirinya sendiri.
b. Suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku
dan penyesuaian diri. Arti yang kedua ini bisa kita sebut pengertian
self sebagai proses, karena self itu adalah suatu kesatuan yang
terdriri dari proses-proses aktif seperti berpikir, mengingat dan
mengamati.14
Dari pengertian-pengertian mengenai self di atas maka dapat kita
pahami bahwa self adalah segala sesuatu yang melekat pada diri
seseorang yang terbentuk dari seluruh pengalaman yang dialami
seseorang secara sadar ataupun tidak.
Self-esteem dalam bahasa Indonesia berarti harga diri, Desmita
mengutip pernyataan Coopersmith mengenai self-esteem sebagai
berikut:
“self-esteem refers to the evaluation that individual makes and
customarily maintains with regard to himself: it expresses an
attitude of approval or disapproval and indicates the extent to
which the individuals believes himself to be capable, significant,
successful, and worthy”.15
Dalam pernyataannya tersebut Coopersmith menjelaskan bahwa
self-esteem mengacu pada evaluasi yang dilakukan individu yang
13 R. B. Burns, Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku, (diterjemahkan
oleh: Eddy), (Jakarta: Penerbit Arcan, 1993), hal. 8
14
Sumadi Suryabrata, Op.Cit.
15
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), hal. 165
8
berkaitan dengan dirinya sendiri, individu tersebut mengekspresikan
sikap persetujuan atau ketidaksetujuan dan menunjukkan sejauh mana
individu percaya dirinya mampu, signifikan, sukses, dan layak.
Singkatnya, harga diri adalah evaluasi atau penilaian pribadi atas
kelayakan individu yang dinyatakan dalam sikap yang dipegang
individu terhadap dirinya sendiri.
Branden dalam bukunya menyatakan pengertian self-esteem
sebagai berikut, “self-esteem is confidence in our ability to think and
to cope with the challenges of life. Confidence in our right to be
happy, the feeling of being worthy, deserving, entitled to assert our
needs and wants and to enjoy the fruits of our efforts.”16
Dalam uraian tersebut, Branden menyatakan bahwa harga diri
adalah percaya diri pada kemampuan diri sendiri untuk berpikir dan
mengatasi tantangan hidup. Percaya diri pada hak-haknya untuk
bahagia, perasaan layak, pantas, berhak untuk menegaskan kebutuhan
dan keinginannya sendiri dan menikmati hasil usahanya sendiri.
Diane dan Ruth mengatakan bahwa harga diri adalah bagian dari
evaluasi diri dari konsep diri, penilaian yang dibuat anak mengenai
berartinya dia secara keseluruhan. Harga diri didasarkan pada
pertumbuhan kemampuan kognitif anak untuk menggambarkan dan
mendefinisikan diri mereka sendiri.17
Lerner dan Spanier berpendapat bahwa harga diri adalah tingkat
penilaian yang positif atau negatif yang dihubungkan dengan konsep
diri seseorang. Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap
dirinya sendiri secara positif dan juga sebaliknya dapat menghargai
secara negatif.
Mirels dan McPeek membagi harga diri menjadi dua pengertian,
yaitu harga diri yang berhubungan dengan akademik dan harga diri
yang berhubungan dengan non-akademik. Contoh harga diri akademik
16 Nathaniel Branden, The Power of Self-Esteem, (Florida: Health Communications, Inc.,
1992), hal. 8
17
Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman, Menyelami Perkembangan Manusia Edisi ke-
12, Buku 1, (diterjemahkan oleh: Fitriana Wuri Herarti), (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), hal.
273
9
adalah jika seseorang mempunyai harga diri tinggi karena
kesuksesannya di bangku sekolah namun penampilan fisiknya kurang
meyakinkan seperti postur tubuh terlalu pendek. Sementara itu contoh
harga diri non-akademik adalah jika seseorang memiliki kemampuan
yang mumpuni di bidang olahraga tertentu namun kurang berprestasi
dalam bidang pendidikan.
Ghufron dan Risnawita menyatakan bahwa harga diri merupakan
hasil penilaian yang dilakukan seseorang yang dipengaruhi oleh
perlakuan orang lain terhadap dirinya dan menunjukkan sejauh mana
individu memiliki rasa percaya diri serta mampu berhasil dan
berguna”.18
Clemes, Bean dan Clark mengatakan bahwa harga diri adalah rasa
nilai diri seseorang yang berasal dari seluruh pikiran, perasaan,
sensasi, dan pengalaman yang telah seseorang alami sepanjang
hidupnya. Pendapat seseorang bahwa dirinya pandai atau bodoh,
merasa kecewa atau senang, menyukai diri sendiri atau tidak.19
Minev, Petrova, Mineva, Petkova dan Strebkova mengatakan
bahwa harga diri adalah penilaian keseluruhan dari kelayakan
individu, yang dinyatakan dalam orientasi positif atau negatif terhadap
mereka. Harga diri adalah komponen dari konsep diri yang
didefinisikan oleh Rosenberg sebagai totalitas pikiran dan perasaan
individu yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek.20
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diuraikan di atas,
maka dapat kita simpulkan bahwa self-esteem atau harga diri adalah
evaluasi atau penilaian pribadi yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan konsep diri seseorang dan kelayakan individu
yang dinyatakan dalam sikapnya serta kepercayaan dirinya dalam
berpikir dan bertahan dalam menghadapi tantangan hidup. Self-esteem
18 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S., Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 40
19 Harris Clemes, Reynold Bean dan Aminah Clark, Bagaimana Meningkatkan Harga Diri
Remaja, (diterjemahkan oleh: Meitasari Tjandrasa), (Jakarta: Binarupa Aksara, 1995), hal. 7
20
M. Minev, B. Petrova, K. Mineva, M. Petkova dan R. Strebkova, "Self-Esteem in
Adolescents", Trakia Journal of Sciences, Vol 16, No. 2, 2018, hal. 114
10
berasal dari perlakuan orang lain terhadap dirinya dan juga berasal
dari seluruh pengalaman yang telah dialami seseorang semasa
hidupnya. Self-esteem bisa berupa akademik dan non-akademik.
Santrock mengatakan bahwa “self-esteem atau penghargaan diri
merujuk pada evaluasi global mengenai diri. Penghargaan diri disebut
juga martabat diri (self worth) atau citra diri (self image)”.21
a. Self-worth atau martabat diri adalah sebuah perasaan di mana
individu merasa positif tentang diri mereka sendiri, mereka merasa
bahwa mereka baik dan berharga. Self-worth berakar pada gagasan
bahwa individu ingin melihat diri mereka lebih baik, dan mereka
bertindak dengan cara mempertahankan dan meningkatkan
pandangan diri yang positif ini.22
William James menyatakan bahwa self-worth adalah perasaan
bangga atau senang dengan diri sendiri (di sisi positif) atau
perasaan hina dan malu pada diri sendiri (di sisi negatif). Perasaan
self-worth bisa mengalami naik dan turun sebagai respons
terhadap hasil atau peristiwa tertentu.23
b. Self-image atau citra diri terkait dengan kesadaran diri individu
dan pada saat yang sama menjadi bagian dari model Ego, sebagai
pandangan dari keberadaan seseorang dan hubungan orang
tersebut dengan orang lain, self-image terus berkembang dengan
kapasitas pengetahuan dari manusia. Self-image adalah struktur
kognitif yang terorganisir tentang manusia dan semua itu berasal
dari pengalaman seseorang yang dialami selama hidupnya.24
Dalam kajian psikologi perkembangan, istilah harga diri dan
konsep diri sering disandingkan, sejumlah peneliti tidak selalu
21 John W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas Jilid 1(diterjemahkan
oleh: Benedictine Widyasinta), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 361
22
Jan E. Stets dan Peter J. Burke, "Self-Esteem and Identities", Sociological Perspective, Vol.
57(4), 2014, hal. 410
23
Jonathan D. Brown, Keith A. Dutton dan Kathleen E. Cook, "From the Top Down: Self-
Esteem and Self-Evaluation", Cognition and Emotion, 15(5), Psychology Press Ltd., 2001, hal.
616-617
24
Daciana Lupu, "Perception of Self-Image by Pre-Teens - The Balance between Real and
Ideal", Elsevier Ltd., Procedia - Social and Behavioral Sciences 82 (2013), hal. 770
11
menyebutkan perbedaan yang jelas antara keduanya. Bahkan para
peneliti seringkali menggunakan kedua istilah tersebut secara
bergantian dalam menunjuk pengertian yang sama. Namun,
beberapa ahli yang lain mengatakan bahwa kedua istilah tersebut
tidak sama, meskipun ada keterkaitan antara keduanya.
Sebagaimana dijelaskan oleh Dacey dan Kenny (1997) sebagai
berikut:
“where as self-concept answers the question „who am I?‟, self-
esteem answers the question „how do I feel about who I am?‟ self-
esteem is related to self-concept. As well defined self-concept leads
to high self-esteem, which in turn often leads to successful
behavior”.25
Dalam pernyataannya tersebut, Dacey dan Kenny menjelaskan
bahwa perbedaan antara konsep diri dan harga diri adalah ketika
konsep diri atau self-concept menjawab pertanyaan „siapa aku?‟, maka
harga diri atau self-esteem menjawab pertanyaan „bagaimana perasaan
saya tentang siapa saya?‟. Konsep diri yang terdefinisi dengan baik
akan mengarah pada harga diri yang tinggi yang kemudian akan
mengarah para perilaku yang sukses.
Bharathi dan Sreedevi menjelaskan bahwa istilah konsep diri
merupakan istilah umum yang digunakan untuk merujuk pada
bagaimana cara seseorang berpikir tentang mengevaluasi atau
mempersepsikan dirinya sendiri. Konsep diri adalah keyakinan
seseorang tentang dirinya sendiri apa dan siapa dirinya, termasuk ciri
atau sifatnya. Konsep diri tidak bersifat bawaan, tetapi dikembangkan
atau dibangun oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan dan
kemudian merefleksikan interaksi tersebut ke dalam konsep dirinya.26
Santrock mengatakan bahwa konsep diri merujuk pada evaluasi
mengenai bidang-bidang tertentu. Jika harga diri merujuk pada
evaluasi yang bersifat global atau menyeluruh dalam diri individu,
maka konsep diri merujuk pada evaluasi dalam bidang-bidang tertentu
25 Desmita, Op.Cit., hal. 165
26
Aruna Bharathi dan Pettugani Sreedevi, "A Study on the Self-Concept of Adolescents",
International Journal of Science and Research, Volume 5 Issue 10, October 2016, hal. 512
12
saja yang ada dalam diri seseorang seperti bidang akademik, atletik,
penampilan dan lain-lain.27
Kinga Lachowicz-Tabaczek dan Justyna Sniecinska menjelaskan
bahwa keterkaitan antara konsep diri dan harga diri telah dikemukakan
lebih dari seratus tahun yang lalu oleh William James yang
menyatakan bahwa harga diri adalah produk dari perasaan individu
akan pencapaian dan aspirasi mereka. Semakin tinggi evaluasi diri bila
dibandingkan dengan aspirasi orang tersebut maka semakin tinggi
harga dirinya.28
Mengenai hubungan antara konsep diri dan harga diri, Cristiana
Cicei menjelaskan bahwa harga diri secara positif berhubungan
dengan konsep diri, individu dengan harga diri yang tinggi memiliki
konsep diri yang lebih tinggi. Konsep diri dipahami sebagai variabel
yang berkaitan dengan proses, sedangkan harga diri mewakili
komponen evaluatif konsep diri.29
2. Pembentukan Self-esteem
Mengenai pembentukan self-esteem, Ghufron & Risnawita
mengutip pernyataan dari beberapa ahli seperti Bradshaw, Darajat,
Mukhlis, dan Klass & Hodge. Bradshaw menyatakan bahwa proses
pembentukan self-esteem atau harga diri telah dimulai saat manusia
masih menjadi bayi dan merasakan tepukan pertama kali yang
diterima orang mengenai kelahirannya. Menurutnya setiap individu
yang ada di dunia ini telah mengalami proses pembentukan harga diri
semenjak individu tersebut lahir dari rahim ibunya.
Sejalan dengan pernyataan di atas, Darajat mengatakan bahwa
harga diri seseorang sudah terbentuk pada masa kanak-kanak sehingga
beliau menilai bahwa orang tua diharuskan untuk memberikan rasa
27 John W. Santrock, Op.Cit., hal. 361-362
28
Kinga Lachowicz-Tabaczek dan Justyna Sniecinska, "Self-Concept and Self-Esteem: How
the Content of the Self-Concept Revelas Sources and Functions of Self-Esteem", Polish
Psychological Bulletin, Vol. 42(1), 2011, hal. 25
29
Cristiana Catalina Cicei, "Examining the Association between Self-Concept Clarity and
Self-Esteem on a Sample of Romanian Students", Procedia - Social and Behavioral Sciences (46),
Elsevier Ltd., 2012, hal. 4346
13
penghargaan diri kepada anaknya. Tahap selanjutnya dari proses
pembentukan harga diri seseorang adalah melalui perlakuan yang
diterimanya dari orang lain di lingkungannya. Menurutnya, harga diri
bukan merupakan faktor yang bersifat bawaan, melainkan faktor yang
dapat dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengalaman individu.
Sementara itu, Mukhlis berpendapat lain dari kedua pendapat
tersebut, beliau menyebutkan bahwa proses pembentukan harga diri
pada individu di mulai sejak individu mempunyai pengalaman dan
interaksi sosial yang sebelumnya didahului dengan kemampuan
mengadakan persepsi. Menurutnya, proses pembentukan harga diri
seseorang terjadi ketika seorang individu yang sudah cukup matang
dalam berpikir dan individu tersebut mulai melakukan interaksi sosial
dan interaksi tersebut menjadi pengalaman hidup seseorang.
Sejalan dengan pendapat di atas, Klass dan Hodge mengemukakan
bahwa harga diri diperoleh dari hasil interaksi individu dengan
lingkungan, serta penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap
individu tersebut. Pada saat proses tersebut berlangsung, seseorang
akan melihat dan menyadari konsep-konsep dasar dirinya yang
menyangkut pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, kesadaran mengenai
siapa dan bagaimana dirinya, serta kemampuan membandingkan
keadaan diri saat itu dengan bayangan diri ideal yang berkembang
dalam pikirannya.30
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembentukan self-esteem dimulai sejak manusia terlahir ke dunia ini
dan seseorang akan menyadari konsep-konsep dasar dirinya ketika dia
melakukan interaksi dengan orang lain dan juga perlakuan yang
diterima olehnya dari orang-orang sekitar atau lingkungannya.
Srisayekti, Setiady dan Sanitioso dalam jurnalnya mengutip
pernyataan Rosenberg yang menyatakan bahwa, ada dua hal yang
berperan dalam pembentukan harga diri, dua hal tersebut adalah
reflected appraisals (penilaian yang direfleksikan) dan social
30 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S., Op.Cit., hal. 40-41
14
comparisons (perbandingan sosial).31
Lebih lanjut dijelaskan oleh Cast
dan Burke sebagai berikut: “when individuals receive self verifying
feedback within the group (through reflected appraisals and social
comparisons), feelings that one is accepted and valued by others
within the group are reinforced, increasing worth-based self-
esteem”.32
Cast dan Burke menjelaskan bahwa ketika seseorang
menerima feedback atau umpan balik dari pembuktian diri yang
dilakukan oleh seseorang di dalam kelompok melalui penilaian yang
tercermin dan perbandingan sosial, hal tersebut akan membuat orang
itu merasa diterima dan dihargai oleh orang lain dalam kelompok dan
hasilnya akan berdampak pada peningkatan harga diri seseorang.
Coopersmith menjelaskan bahwa pembentukan harga diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Keberartian individu
Maksud dari keberartian individu adalah seberapa besar seseorang
percaya bahwa dirinya mampu, berarti, dan berharga menurut
standar dan nilai pribadi. Penghargaan ini yang dimaksud dengan
keberartian diri.
b. Keberhasilan seseorang
Keberhasilan dianggap berpengaruh terhadap pembentukan harga
diri jika keberhasilan tersebut berhubungan dengan kekuatan atau
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan mengendalikan
diri sendiri maupun orang lain.
c. Kekuatan individu
Kekuatan individu yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
aturan-aturan, norma, dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
masyarakat. Semakin seseorang taat pada apa yang ditetapkan
dalam masyarakat, maka semakin besar kemampuan individu
untuk dianggap sebagai panutan masyarakat. Dengan sebab itu,
31 Wilis Srisayekti, David A. Setiady dan Rasyid Bo Sanitioso, "Harga Diri (Self-esteem)
Terancam dan Perilaku Menghindar", Jurnal Psikologi, Volume 42, No. 2, Agustus 2015, hal. 143
32 Alicia D. Cast & Peter J. Burke, "A Theory of Self-Esteem", The University of North
Carolina Press, Social Forces, March 2002, 80(3), hal. 1047
15
maka semakin tinggi pula penerimaan masyarakat terhadap
individu yang bersangkutan.
d. Performa individu yang sesuai dengan ekspektasi
Jika seseorang mempunyai suatu ekspektasi atau harapan,
kemudian orang tersebut mencoba mewujudkannya dan kemudian
berhasil, maka harga dirinya akan terbentuk dengan baik dan
menghasilkan individu yang memiliki harga diri yang tinggi (high
self-esteem).
Namun sebaliknya, jika seseorang mencoba mewujudkan
harapannya dan mengalami kegagalan, maka harga dirinya tidak
akan terbentuk dengan baik dan menghasilkan individu yang
memiliki harga diri yang rendah (low self-esteem).33
3. Aspek-Aspek Self-esteem
Penelitian yang dilakukan oleh Romin W. Tafarodi dan William
B. Swann dan dipublikasikan pada tahun 1995 menyatakan bahwa
konseptualisasi dari self-esteem atau harga diri yang menyeluruh terdiri
dari dua aspek, yaitu self-liking dan self-competence.34
Menurut
mereka, alih-alih menerka pribadi masing-masing sebagai sebuah
pribadi yang positif atau negatif, pada kenyataannya setiap pribadi
mengalami perasaan “diterima-tidak diterima” atau dalam
penjelasannya disebut dengan self-liking, dan juga mengalami perasaan
“kuat-lemah” atau dalam penjelasannya disebut sebagai self-
competence. Dua hal ini secara bersamaan dianggap sebagai aspek
pada harga diri secara menyeluruh atau global.35
a. Self-Liking
Self-liking merupakan bagian dari self-esteem yang bergantung
secara sosial. Hal ini dibentuk menggunakan proses “melihat
melalui kaca” di mana seseorang menggunakannya untuk melihat
33 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hal. 42
34
Romin W. Tafarodi dan William B. Swann, "Self-Liking and Self-Competence as
Dimensions of Global Self-Esteem: Initial Validation of a Measure", Journal of Personality
Assessment, 1995, 65(2), hal. 322
35
Ibid, hal. 324
16
dirinya sendiri sebagai gambaran dari reaksi penilaian yang
dilakukan oleh orang lain. Reaksi-reaksi ini kemudian
terinternalisasi ketika kemampuan seseorang untuk memandang
dirinya sendiri sebagai objek sosial berkembang. Self-liking adalah
penilaian afektif seseorang terhadap dirinya sendiri, persetujuan
atau ketidaksetujuan seseorang terhadap dirinya sendiri yang
sejalan dengan nilai-nilai sosial yang diinternalisasi.36
Sejalan dengan pendapat tersebut, Mar, DeYoung, Higgins dan
Peterson menjelaskan sebagai berikut:
“Self-liking, on the other hand, is a purely subjective evaluation
of personal worth, not explicitly related to behavior and ability,
but linked to the self as a social object, according to internalized
criteria of social worth such as morality or attractiveness”.37
Menurut mereka, self-liking adalah evaluasi subjektif yang murni
dilakukan oleh seseorang terhadap nilai pribadinya, secara eksplisit
tidak terkait dengan perilaku dan kemampuan, namun terkait
dengan diri sebagai objek sosial, sesuai dengan kriteria nilai sosial
yang diinternalisasi seperti moralitas atau daya tarik.
Self-liking yang matang pada dasarnya bertumpu pada nilai sosial
yang bersumber dari diri sendiri, meskipun seseorang sedang
duduk sendiri dalam kegelapan dan dalam ruangan tanpa suara,
seseorang memandang dirinya sebagai objek sosial bagi dirinya
sendiri yang diposisikan dalam ruang fisik, duniawi dan moral.
Dari situ, seseorang akan menciptakan kembali persepsi tentang
dirinya melalui pemikiran refleksif dari penilaian sosial yang
disampaikan oleh orang lain kepada kita.38
36 Ibid, hal. 325
37
Raymond A. Mar, Colin G. DeYoung, Daniel M. Higgins dan Jordan B. Peterson, "Self-
Liking and Self-Competence Separate Self-Evaluation from Self-Deception: Associations with
Personaity, Ability, and Achievement", Blackwell Publishing, Inc., Journal of Personality, 74:4,
August, 2006, hal. 1051-1052
38
Romin W. Tafarodi & William B. Swann, "Two-dimensional Self-Esteem: Theory and
Measurement", Personality and Individual Differences 31 (2001), hal. 655
17
b. Self-Competence
Romin W. Tafarodi dan William B. Swann menjelaskan bahwa
Self-competence atau kompetensi diri adalah keseluruhan perasaan
diri seseorang yang menganggap bahwa dirinya mampu, efektif
dan terkendali. Self-competence yang tinggi memiliki karakter
afektif dan penilaian intrinsik positif dan secara kognitif ditandai
dengan adanya harapan umum untuk sukses.39
Mar, DeYoung,
Higgins dan Peterson berpendapat bahwa, “self-competence is
uniquely associated with cognitive ability and both academic and
creative achievement”. Menurut mereka, kompetensi diri atau self-
competence secara unik terkait dengan kemampuan kognitif dan
prestasi akademik dan kreatif.40
Self-competence merujuk pada keseluruhan orientasi positif atau
negatif terhadap diri sendiri sebagai sumber kekuatan dan efikasi.
Semakin sukses seseorang dalam memenuhi niat yang tak terhitung
jumlahnya dalam tindakannya seumur hidup, maka seseorang akan
merasakan self-competence ini semakin kuat dan semakin efektif.41
Namun efikasi di sini berbeda dengan efikasi diri milik Bandura.
Efikasi diri atau self-efficacy menurut Bandura adalah, “keyakinan
individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas
atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu”.42
Christoper J. Murk dalam jurnalnya menjelaskan mengenai self-
competence sebagai berikut:
“William James clearly emphasized the role of success or
individual competence as the central component of self-esteem
when he introduced it to the field. Self-esteem, he said, is
something that „depends entirely on what we back ourselves to
be and do. It is determined by the ratio of our actualities to our
39 Romin W. Tafarodi dan William B. Swann, Op.Cit., hal. 325
40
Raymond A. Mar, Colin G. DeYoung, Daniel M. Higgins dan Jordan B. Peterson, Op.Cit.,
hal. 1048
41
Romin W. Tafarodi, Janice Tam & Alan B. Milne, "Selective Memory and the Persistence
of Paradoxical Self-Esteem", The Society for Personality and Social Psychology, Inc., PSPB, Vol.
27 No. 9, September 2001, hal. 1180
42
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hal. 73
18
supposed potentialities‟. For James, then, self-esteem is based
on a certain type of action, namely, competence”.43
Dalam pernyataannya tersebut, Murk menjelaskan bahwa William
James, seseorang yang pertama kali memperkenalkan self-esteem
dengan jelas menekankan peran keberhasilan atau kompetensi
individu sebagai komponen utama dari harga diri ketika ia
memperkenalkannya pertama kali ke lapangan. Menurutnya, harga
diri adalah sesuatu yang “bergantung seluruhnya pada apa yang
kita dukung dan lakukan, hal itu ditentukan oleh rasio aktualitas
kita dengan potensi yang seharusnya dimiliki”. Bagi James, harga
diri didasarkan pada jenis tindakan tertentu, yaitu kompetensi.
4. Karakteristik Self-esteem
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya bahwa self-
esteem terbagi menjadi dua, yaitu harga diri yang tinggi (high self-
esteem) dan harga diri yang rendah (low self-esteem), berikut ini adalah
beberapa pendapat dari para ahli mengenai karakteristik atau ciri-ciri
self-esteem berdasarkan tinggi dan rendahnya.
a. Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Harga Diri yang Tinggi
Branden (1987) menyebutkan bahwa ciri-ciri atau karakteristik
individu yang mempunyai harga diri yang tinggi adalah mampu
menanggulangi kesengsaraan dan kemalangan hidup, tabah dan
ulet, mampu menerima kekalahan dan kegagalan dengan sabar
serta menghindari sifat putus asa, cenderung berambisi,
memampukan diri untuk lebih kreatif dalam pekerjaan sebagai
sarana untuk mencapai keberhasilan dan mampu mengkondisikan
diri dalam membina hubungan interpersonal dan cenderung
gembira dalam menghadapi realitas atau kenyataan hidup.
Frey dan Carlock menjelaskan bahwa ciri-ciri individu dengan
harga diri yang tinggi di antaranya adalah mampu menghargai dan
menghormati dirinya sendiri, cenderung tidak menjadi perfect,
mengenali keterbatasannya dan memiliki harapan untuk tumbuh.
43 Christopher J. Mruk, Op.Cit., hal. 158
19
Berne dan Savary (1994) menjelaskan bahwa ciri-ciri orang
yang memiliki harga diri yang tinggi antara lain adalah dapat
mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya, tidak
malu dengan keterbatasan yang dimiliki, memandang keterbatasan
sebagai suatu kenyataan hidup dan menjadikan keterbatasan
sebagai tantangan untuk berkembang.44
Clemes, Bean dan Clark menjelaskan karakteristik atau ciri-ciri
individu dengan harga diri yang tinggi sebagai berikut:
1) Bertindak mandiri. Mampu membuat pilihan dan mengambil
keputusan sendiri.
2) Menerima tanggungjawab. Bertindak segera dan penuh
keyakinan, mampu bertanggungjawab dalam tugas sehari-hari
tanpa disuruh.
3) Merasa bangga akan prestasinya. Menerima pengakuan dari
orang lain terhadap prestasi yang telah dicapainya dengan
gembira.
4) Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias. Belajar dan
melakukan aktivitas baru yang menarik perhatiannya dan
dengan percaya diri melibatkan dirinya.
5) Menunjukkan sederet perasaan dan emosi yang luas. Mampu
mengungkapkan ekspresi secara spontan dan mengalami
berbagai perasaan tanpa menyadarinya.
6) Mentolerir frustrasi dengan baik. Mampu menghadapi frustrasi
dengan berbagai reaksi seperti menertawakan diri sendiri dan
dapat membicarakan tentang apa saja yang membuatnya
frustrasi.
7) Merasa mampu mempengaruhi orang lain. Maksudnya adalah
merasa percaya diri akan kesan yang ada pada dirinya.45
44 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hal. 43-44
45
Harris Clemes, Reynold Bean dan Aminah Clark, Op.Cit., hal. 11-12
20
b. Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Harga Diri yang Rendah
Frey dan Carlock mengatakan bahwa salah satu ciri dari harga
diri yang rendah adalah adanya kecenderungan seseorang dalam
menolak dirinya dan cenderung kurang atau bahkan tidak puas
dengan dirinya sendiri. Sejalan dengan pendapat tersebut, Berne
dan Savary menyebutkan bahwa ciri dari orang dengan harga diri
yang rendah adalah seseorang memiliki gambaran yang negatif
mengenai dirinya sendiri, kurang mengenal dirinya sendiri
sehingga menghalangi kemampuan seseorang untuk menjalin
hubungan. Kemudian berdasarkan dua pendapat di atas, Ghufron
dan Risnawita menambahkan bahwa orang yang memiliki harga
diri yang rendah cenderung menimbulkan dampak yang kurang
menguntungkan bagi perkembangan potensinya.46
Sementara itu Clemes, Bean dan Clark menyebutkan ciri-ciri
seseorang dengan harga diri yang rendah sebagai berikut:
1) Meremehkan bakatnya sendiri. Tidak melihat potensi yang ada
pada dirinya, lebih cenderung mengatakan “saya tidak bisa,
saya tidak tahu” ketimbang, “saya bisa, saya akan berusaha”.
2) Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Selalu
memandang negatif dukungan dan kasih sayang yang diberikan
orang lain kepadanya.
3) Merasa tidak berdaya. Kurang percaya diri dan tidak mau
berusaha keras menghadapi tantangan dan masalah.
4) Mudah dipengaruhi orang lain. Mudah dimanipulasi orang lain,
gagasan dan perilakunya mudah berubah yang dipengaruhi
orang yang bergaul dengannya.
5) Menunjukkan deretan emosi dan perasaan yang sempit. Sering
menampakkan emosi yang khas secara berulang-ulang, bahkan
orang lain mampu memprediksi reaksi yang akan
ditunjukkannya dalam situasi tertentu.
46 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hal. 43-44
21
6) Menghindari situasi yang menimbulkan kecemasan. Memiliki
toleransi yang rendah terhadap stres terutama rasa takut,
amarah atau lingkungan yang menimbulkan kekacauan.
7) Menjadi defensif dan mudah frustrasi. Mudah tersinggung,
kurang mampu mentolerir kritik yang diberikan orang lain
terhadapnya dan selalu beralasan ketika ia tidak mampu
melakukan sesuatu.
8) Menyalahkan orang lain karena kelemahannya sendiri. Tidak
mau mengakui kesalahan atau kelemahannya sendiri,
cenderung menyalahkan orang lain dan keadaan sebagai
penyebab kegagalannya.47
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem
Harga diri adalah hasil yang terbentuk dari proses interaksi
individu dengan lingkungan dan atas penghargaan, penerimaan yang
diberikan orang lain terhadap seseorang. Ghufron dan Risnawita
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri adalah
jenis kelamin, inteligensi, kondisi fisik, lingkungan keluarga dan
lingkungan sosial, berikut adalah penjelasan yang diberikan oleh
Ghufron dan Risnawita mengenai faktor-faktor tersebut:
a. Jenis kelamin
Menurut Ancok dkk (1988), wanita merasa harga dirinya lebih
rendah dari pria karena adanya perasaan kurang mampu, kurang
percaya diri dan cenderung merasa ingin dan harus dilindungi. Hal
ini terjadi karena peran orang tua dan harapan-harapan masyarakat
yang berbeda-beda.
b. Inteligensi
Inteligensi atau kecerdasan adalah sebuah gambaran lengkap
mengenai kapasitas fungsional yang sangat erat kaitannya dengan
prestasi seseorang. Coopersmith mengatakan bahwa individu
47 Harris Clemes, Reynold Bean dan Aminah Clark, Op.Cit., hal. 13-14
22
dengan harga diri yang tinggi mampu mencapai prestasi akademik
yang tinggi dan selalu berusaha keras dalam mencapai prestasi.
c. Kondisi Fisik
Coopersmith mengatakan bahwa seseorang dengan kondisi fisik
yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik
dibandingkan dengan seseorang dengan kondisi fisik yang kurang
menarik.
d. Lingkungan Keluarga
Peran keluarga sangat menentukan perkembangan harga diri
seseorang karena keluarga adalah hal yang pertama kali dikenal
oleh seseorang, orang tua mendidik dan membesarkannya, serta
sebagai dasar untuk bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih
besar. Coopersmith mengatakan bahwa perlakuan yang adil,
pemberian kesempatan untuk aktif dan mendidik anak dengan
demokratis akan membuat anak memperoleh harga diri yang tinggi.
e. Lingkungan Sosial
Coopersmith mengatakan bahwa ada beberapa hal yang berubah
pada harga diri seseorang yang dapat dijelaskan melalui konsep-
konsep kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekanisme pertahanan diri.
Semua itu dapat timbul melalui pengalaman dalam lingkungan,
kesuksesan dalam berkompetisi dan dalam nilai kebaikan.48
B. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Muhammad Ali, pondok adalah “rumah untuk sementara
waktu, seperti yang didirikan di ladang, di hutan, dan sebagainya”.49
Hampir senada dengan pendapat tersebut, Haidar menyatakan bahwa,
48 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita, Op.Cit., hal. 44-46
49
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, (Jakarta: Pustaka Amani),
hal. 321
23
“istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti hotel,
penginapan. Istilah pondok diartikan juga dengan asrama”.50
Sementara itu, pengertian pesantren menurut Muhammad Ali
adalah “asrama dan tempat murid-murid atau para santri belajar
mengaji”.51
Sejalan dengan pendapat tersebut, Samsul Nizar dalam
bukunya menjelaskan pengertian pesantren sebagai berikut:
“secara etimologi kata pesantren berasal dari kata santri dengan
awalan „pe‟ dan akhiran „an‟ yang berarti „tempat tinggal santri‟,
selain itu kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata
„sant‟ (manusia baik) dengan suku kata „ira‟ (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia
baik-baik”.52
Haidar dalam bukunya mengutip pernyataan Prof. Johns yang
berpendapat bahwa, “istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang
berarti guru mengaji”. Adapun C.C. Berg berpendapat bahwa istilah
santri berasal dari istilah dalam bahasa india shastri yang berarti orang
yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri itu pun berasal
dari kata shastra yang artinya buku suci, buku-buku agama atau buku-
buku tentang ilmu pengetahuan.53
Adapun secara terminologi, Samsul Nizar mengutip pernyataan
Steenbrink yang menjelaskan bahwa pesantren adalah model
pendidikan yang ditinjau dari segi bentuk dan sistemnya merupakan
model dari sistem yang berasal dari India. Sistem pesantren tersebut
digunakan untuk pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa
sebelum adanya proses penyebaran Islam di Indonesia. Setelah Islam
masuk dan tersebar di Jawa, sistem pesantren ini kemudian di adopsi
oleh Islam.54
Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah tempat
50
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 19
51
Muhammad Ali, Op.Cit., hal. 311
52
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
(Jakarta: Kencana, 2013), hal. 87
53
Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 18
54
Samsul Nizar, Op.Cit.
24
yang berfungsi sebagai tempat belajar sekaligus tempat tinggal para
murid atau santri yang sedang mempelajari dan memperdalam ilmu-
ilmu agama Islam. Sistem pesantren adalah adaptasi dari pengaruh
pengajaran Hindu di Jawa.
2. Komponen Dasar Pondok Pesantren
Pondok pesantren pada hakikatnya terdiri dari beberapa komponen
dasar yang menjadikannya sebagai ciri khas sistem pendidikan
pesantren dan sebagai sesuatu yang membedakannya dengan lembaga
pendidikan lainnya, komponen-komponen tersebut adalah pondok,
masjid, santri, kiai dan pengajaran kitab-kitab klasik. Berikut akan
dijelaskan mengenai komponen-komponen tersebut.
a. Pondok
Pondok adalah asrama tempat para santri tinggal dan belajar di
bawah bimbingan kiai. Biasanya kompleks pesantren dikelilingi
pagar sebagai pembatas antara santri dengan masyarakat umum.55
Beberapa alasan yang membuat keberadaan pondok dalam satu
pesantren penting yaitu:
1) Banyaknya para santri yang datang dari daerah yang jauh
untuk menuntut ilmu kepada kiai.
2) Pesantren biasanya terletak di desa di mana tidak tersedia
perumahan untuk menampung santri yang berdatangan dari
luar daerah.
3) Sikap timbal balik antara kiai dan santri, para santri
menganggap kiai sebagai orang tua sendiri.56
b. Masjid
Masjid secara harfiah adalah tempat untuk bersujud, karena di
seorang muslim setidaknya lima kali dalam sehari semalam
melaksanakan shalat. Selain untuk mengerjakan shalat, masjid juga
memiliki fungsi lain seperti pendidikan dan lain sebagainya,
bahkan pada zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat
55 Ibid, hal. 92
56 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 20
25
ibadah dan urusan-urusan yang menyangkut sosial kemasyarakatan
dan juga pendidikan.57
Dalam struktur pesantren, masjid adalah salah satu unsur penting
yang harus dimiliki pesantren, karena masjid merupakan tempat
yang ideal untuk mendidik dan melatih para santri, khususnya
dalam mengerjakan tata cara ibadah, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik dan kegiatan kemasyarakatan.58
c. Santri
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri dapat
digolongkan menjadi dua kelompok:
1) Santri mukim, yaitu santri yang datang dari daerah yang jauh
dan tidak memungkinkan baginya untuk pulang ke rumahnya.
Maka dia tinggal di pondok.
2) Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar
pondok pesantren yang memungkinkan bagi mereka untuk
pulang ke rumahnya masing-masing. Maka santri kalong ini
mengikuti pelajaran seperti santri mukim lainnya, namun
mereka tidak tinggal di pondok.59
Para santri yang tinggal di dalam pondok pada umumnya memiliki
rasa solidaritas yang tinggi dan rasa kekeluargaan yang baik antara
sesama santri maupun antara santri dengan kiai mereka. Para santri
tersebut dituntut untuk mentaati kiai dan meneladani
kehidupannya dalam segala hal.60
d. Kiai
Kiai adalah tokoh sentral dalam pesantren. Menurut asal usulnya,
kata „kiai‟ dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gejala yang
berbeda:
57 Ibid,
58
Samsul Nizar, Op.Cit., hal. 93
59
Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 21
60
Samsul Nizar, Op.Cit., hal. 94
26
1) Gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat,
contohnya “kiai garuda kencana” dipakai untuk sebuah kereta
emas yang ada di keraton Yogyakarta.
2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli
agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan kitab-
kitab Islam klasik kepada santrinya.
Kiai dalam pembahasan ini mengacu pada pengertian yang ketiga,
yaitu gelar yang diberikan masyarakat untuk seseorang yang ahli
agama Islam memiliki pesantren, namun saat ini gelar kiai tidak
lagi hanya diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja.61
e. Pengajaran Kitab-Kitab Klasik
Dalam tradisi pesantren, pengajaran kitab-kitab Islam klasik
lazimnya memakai metode-metode berikut:
1) Sorogan, yaitu bentuk belajar mengajar di mana kiai
menghadapi seorang santri atau sekelompok kecil santri yang
masih dalam tingkat dasar.
2) Wetonan dan bandongan, yaitu metode mengajar dengan
sistem ceramah. Kiai membaca di hadapan kelompok santri
tingkat lanjutan dalam jumlah besar pada waktu-waktu
tertentu.
3) Musyawarah, yaitu sistem belajar yang berbentuk seminar
untuk membahas masalah yang berhubungan dengan pelajaran
santri, santri aktif mempelajari dan mengkaji sendiri buku-
buku yang telah ditentukan oleh kiai.62
3. Pola-Pola Pondok Pesantren
Kategorisasi pola pesantren berdasarkan kurikulumnya dapat
dibagi menjadi lima pola, yaitu:
a. Pola I. Materi pelajaran yang dimuat di pesantren ini adalah mata
pelajaran agama yang sumbernya adalah kitab-kitab klasik dengan
61 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 22
62
Samsul Nizar, Op.Cit., hal. 93-94
27
menggunakan metode wetonan dan sorogan serta tidak memakai
sistem klasikal. Di pesantren ini tidak diajarkan pelajaran umum
dan tidak mementingkan ijazah sebagai alat untuk mencari kerja.
Hal yang paling diutamakan dalam pesantren ini adalah
pendalaman ilmu-ilmu agama melalui kitab klasik.63
Pesantren dengan pola seperti ini disebut juga dengan pesantren
salafiyah. Pelajaran di pondok pesantren salafiyah memiliki ciri
yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lain, yaitu
pelajaran ilmu-ilmu agama Islam, seperti tafsir, ilmu tafsir, fiqh,
ilmu ushul fiqh, tauhid, tasawuf, nahwu, sharaf, balaghah dan
sebagainya. Semua pelajaran itu bersumber dari kitab-kitab
berbahasa Arab yang biasa disebut dengan kitab kuning.64
b. Pola II. Hampir sama dengan pola pertama, namun pada pola ini
proses belajar mengajar dilakukan secara klasikan dan nonklasikal,
para santri juga diberikan keterampilan dan pendidikan
berorganisasi. Jenjang pendidikan mulai dari tingkat ibtidaiyah,
tsanawiyah dan „aliyah.
c. Pola III. Sama dengan dua pola di atas, namun pada pola ini mata
pelajaran telah dilengkapi dengan mata pelajaran umum dan
ditambah dengan pendidikan lainnya seperti kepramukaan,
olahraga, kesenian dan pendidikan berorganisasi.
d. Pola IV. Pesantren yang menitik beratkan pelajaran keterampilan di
samping pelajaran agama. Keterampilan ini diadakan dengan
tujuan bekal bagi kehidupan seorang santri ketika telah
menyelesaikan pendidikan di pesantren.
e. Pola V. Pesantren dengan pola seperti ini disebut juga dengan
pesantren khalafiyah atau pesantren modern. Dalam pesantren jenis
ini, materi yang diajarkan adalah sebagai berikut:
1) Pengajaran kitab-kitab klasik.
2) Pendidikan model madrasah, pelajaran yang diajarkan adalah
pelajaran agama dan juga pelajaran umum. Kurikulum yang
63 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 24
64
Samsul Nizar, Op.Cit., hal. 115-116
28
digunakan ada yang berasal atau dibuat oleh pihak pesantren
itu sendiri dan ada juga kurikulum pemerintah yang
dimodifikasi materi pelajaran agama.
3) Pengajaran berbagai keterampilan.
4) Sekolah umum. Di pesantren ini materi pelajaran umum
berpedoman pada kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional. Sementara pelajaran agama disusun oleh pihak
pesantren sendiri. Di luar kurikulum pendidikan yang diajarkan
di sekolah, para santri belajar membaca kitab-kitab klasik pada
waktu-waktu tertentu.
5) Perguruan tinggi. Beberapa pesantren yang tergolong
pesantren besar telah membuka perguruan tinggi.65
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum penulis meneliti lebih jauh mengenai self-esteem, terlebih
dahulu penulis melakukan pengamatan melalui penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan, berikut ini
adalah hasil penelitian yang relevan tersebut:
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Self-esteem dengan Orientasi
Masa Depan Pada Siswa SMA Kelas XI di SMA Negeri 3 Malang”
yang diteliti oleh Siti Aisyah, NIM 11410028, Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan tingkat self-esteem siswa
mayoritas berada pada tingkat sedang dengan prosentase 54,3%.
Kemudian diketahui bahwa aspek self liking merupakan aspek
pembentuk utama dari self-esteem, sementara pada orientasi masa
depan aspek pembentuk utamanya adalah aspek motivasi. Berdasarkan
uji beda jenis kelamin, tingkat self-esteem dan orientasi masa depan
pada siswa laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
perempuan.
2. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Self-esteem dan Dukungan
Sosial terhadap Optimisme Hidup Penderita HIV/AIDS” yang
65 Haidar Putra Daulay, Op.Cit., hal. 24-25
29
dilakukan oleh Idham Khalid, NIM 105070002284, Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa self-esteem dan dukungan
sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap optimisme hidup
penderita HIV/AIDS. Proporsi varian self-esteem dan dukungan sosial
terhadap optimisme hidup penderita HIV/AIDS sebesar 76,5%.
Persamaan yang ada pada kedua penelitian di atas dengan penelitian
yang akan penulis lakukan terletak pada pembahasan mengenai self-esteem
atau harga diri siswa, adapun perbedaannya adalah variabelnya. Jika
penelitian sebelumnya membahas mengenai orientasi masa depan siswa
dan optimisme hidup penderita HIV/AIDS, maka penulis membahas
tentang harga diri santri yang tinggal di lingkungan pondok pesantren.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera,
yang beralamat di Jalan Komplek Ponpes Attaqwa Putra, Noer Alie
No. 89, Ujungharapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan,
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17610.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April s/d Mei 2019.
B. Latar Penelitian
Latar penelitian dalam penelitian ini adalah tempat tinggal para santri
tingkat Aliyah yang di lingkungan tersebut diberi nama “Rusunawa” dan
tempat kegiatan-kegiatan pesantren berlangsung. Di sini peneliti akan
mengamati keseharian dan kepribadian para santri ketika bersosialisasi
dengan santri lainnya di lingkungan Rusunawa ini.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
mengumpulkan dan mengelola informasi yang dikembangkan untuk
memperoleh pengetahuan atau jawaban atas permasalahan yang ada
dengan langkah-langkah yang dapat dipercaya.66
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan pendekatan
kuantitatif atau dengan prosedur statistik yang berkaitan dengan angka-
angka. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial dan lain-
66 Hadeli, Metode Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), cet.1, hal. 2
31
lain.67
metode deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel tanpa
membuat hubungan atau perbandingan dengan variabel yang lain. Variabel
tersebut dapat menggambarkan bidang tertentu secara sistematis dan
akurat.68
Dengan demikian, peneliti menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif untuk memperoleh dan mengolah informasi di lapangan
mengenai faktor-faktor pembentuk self-esteem atau harga diri santri.
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sujarweni, “populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.69
Adapun sampel menurut Sujarweni adalah, “bagian dari
sejumlah karakteristik yang dimiliki populasi yang digunakan untuk
penelitian”.70
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh
santri Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi kelas XI aliyah yang
berjumlah 228 orang santri. Adapun yang menjadi sampel penelitian
adalah 21 orang, untuk mendapatkan 21 orang tersebut maka dilakukan
teknik simple random sampling. Teknik simple random sampling
merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengambil anggota sampel
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.71
E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang akurat, maka diperlukan teknik
pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-
teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan dan menjawab pertanyaan dalam
67 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2019), hal. 6
68
Ibid, hal. 11
69
Ibid, hal 65
70
Ibid
71
Ibid, hal. 69
32
penelitian.72
Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi atau
pengamatan langsung ke lokasi. Peneliti mengamati keseharian santri
kelas XI Aliyah di lingkungan pesantren dan mengamati kepribadian
para santri ketika sendiri maupun ketika bersosialisasi dengan santri
lain baik dalam kegiatan formal maupun dalam keadaan yang santai.
Peneliti mulai melakukan observasi atau pengamatan sejak studi
pendahuluan pertama kali ke Pondok Pesantren Attaqwa Bekasi untuk
kemudian menentukan masalah apa yang akan diteliti. Peneliti
mengamati para santri kelas XI tingkat Madrasah Aliyah yang tinggal
di Rusunawa.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses untuk memperoleh penjelasan dan
informasi dengan cara tanya jawab, baik bertatap muka langsung atau
melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya wawancara adalah
kegiatan untuk mendapatkan data atau informasi secara mendalam
mengenai sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian.73
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan 6 orang
santri kelas XI Aliyah yang tinggal di asrama untuk memperoleh
informasi mengenai pembentukan harga diri para santri di lingkungan
pesantren. Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara
terstruktur di mana peneliti sebelumnya telah menyiapkan beberapa
pertanyaan untuk ditanyakan pada para santri yang menjadi informan
dalam penelitian ini.
Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti menemui
Penanggung jawab asrama untuk menentukan siapa saja informan yang
akan menjadi narasumber pada wawancara ini, hal ini dilakukan
karena peneliti membutuhkan informan yang terbuka agar
memudahkan peneliti dalam menggali informasi. Setelah menentukan
siapa saja santri yang menjadi informan kemudian peneliti mulai
72 Ibid, hal. 32
73
Ibid, hal. 31
33
melakukan wawancara dengan para informan satu per satu secara
bergantian.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Wawancara
Aspek Indikator Item Jumlah
Item
Self-Liking
Menerima diri
sendiri 1, 2, 7, 8, 9, 10 6
Menghormati
diri sendiri
11, 12, 13, 14,
15, 16 6
Self-Competence
Yakin dengan
kemampuannya
3, 4, 5, 6, 17,
18, 19 7
Menghargai
keberhasilan
dirinya
20, 21, 22, 23,
24, 25 6
3. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden.
Angket pada prinsipnya memiliki kemiripan dengan wawancara,
namun sedikit berbeda pelaksanaannya, jika angket dilakukan secara
tertulis atau non-verbal, maka wawancara dilakukan secara lisan atau
secara verbal.74
Angket ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
wawancara, karena dikhawatirkan data yang diperoleh dari wawancara
kurang cukup untuk menggali informasi yang lebih dalam. Dalam hal
ini peneliti menyebarkan angket kepada santri sebanyak 21 orang.
Dalam pelaksanaannya, peneliti terlebih dulu menjelaskan isu atau
74 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal. 177
34
tema yang peneliti angkat dalam angket tersebut agar memudahkan
para santri dalam menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan.
Sebelum menyebar angket, peneliti terlebih dahulu berkonsultasi
dengan penanggung jawab asrama mengenai informan yang akan
mengisi lembar-lembar angket tersebut. Kemudian penanggung jawab
asrama mengusulkan untuk menyebarkan angket kepada para santri
saat mereka berada di sekolah agar mudah diatur. Pada saat itu
kegiatan belajar mengajar di semester genap telah selesai dan para
santri telah melaksanakan ujian akhir semester, tetapi masih ada
kegiatan yang mengharuskan para santri berangkat ke sekolah, yaitu
class meeting. Kemudian peneliti meminta waktu dan tempat pada
pihak sekolah untuk melakukan penelitian dengan menyebarkan
angket.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket
Aspek Indikator Item Jumlah
Item
Self-Liking
Menerima diri
sendiri 1, 2, 3, 4, 5 5
Menghormati
diri sendiri
6, 7, 8, 9, 10,
21, 22, 25 8
Self-Competence
Yakin dengan
kemampuannya
11, 12, 13, 14,
15, 23 6
Menghargai
keberhasilan
dirinya
16, 17, 18, 19,
20, 24 6
4. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data, di
mana dalam teknik ini data-data yang telah diperoleh dari berbagai
teknik pengumpulan data digabungkan. Triangulasi sekaligus menguji
35
kredibilitas data karena menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. Dengan teknik triangulasi, peneliti
mengumpulkan data yang berbeda dari sumber yang sama. Dalam hal
ini peneliti menggunakan observasi, wawancara dan angket untuk
sumber data. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda dengan teknin yang sama.75
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh memiliki keabsahan data yang akurat, maka
peneliti menggunakan beberapa cara, di antaranya adalah:
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun
yang baru.76
Hal ini dilakukan agar narasumber dengan peneliti
semakin dekat, dengan harapan tidak ada yang disembunyikan lagi
dalam penyampaian informasi.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan dengan cara melakukan pengamatan dengan
lebih cermat dan berkesinambungan. Agar peneliti dapat meningkatkan
ketekunan dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik
dari buku atau hasil penelitian atau dokumentasi yang berkaitan
dengan temuan yang diteliti. Wawasan ini berguna untuk memeriksa
data apakah yang ditemukan benar atau tidak.77
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian keabsahan data dapat diartikan sebagai
pengecekan data yang dilakukan dari berbagai sumber dan dilakukan
75 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif dan R&D,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2016), cet.23, hal. 330
76
Ibid, hal. 369
77
Ibid, hal. 370-371
36
dengan berbagai cara dan waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu.78
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang mana data tersebut diperoleh dari hasil wawancara,
catatan-catatan lapangan selama observasi dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam poin-poin kemudian
melakukan sintesa, menyusun ke dalam suatu pola dan memilih mana data
yang penting dan akan dipelajari, kemudian membuat kesimpulan agar
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.79
Langkah-langkah
yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Organisasi data
Pengolahan dan analisis data dimulai dengan mengorganisasikan data.
Dengan data kualitatif yang sangat beragam, peneliti harus
mengorganisasikan data dengan rapi dan sistematis serta selengkap
mungkin. Organisasi data yang sistematis memiliki menfaat sebagai
berikut:
a. Kualitas data yang baik.
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan.
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian
penelitian.80
Dalam pengorganisasian data, peneliti mengelompokkan data-data
yang telah diperoleh di lapangan berdasarkan jenisnya. Peneliti
mengelompokkan data-data dari hasil wawancara dari beberapa
informan, kemudian data-data hasil penyebaran angket dan data hasil
pengamatan di lapangan.
Data-data tersebut dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok
kecil, kelompok-kelompok tersebut dipisahkan menurut indikatornya.
78 Ibid, hal. 372
79
Ibid, hal. 335
80
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 1998), cet.1,
hal. 87
37
Setelah dipisahkan menurut indikatornya, peneliti dapat dengan
mudah menuju tahap selanjutnya.
2. Koding dan Analisis
Langkah pertama sebelum menganalisis data yaitu memberi kode pada
data yang diperoleh. Koding bertujuan untuk dapat mengorganisasi
dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail agar dapat
memunculkan gambaran mengenai topik yang diteliti. Dengan
demikian peneliti akan menemukan makna dari data yang
dikumpulkannya.81
Setelah mengorganisasikan data yang ada, kemudian peneliti
menaruh kode-kode pada data yang telah diperoleh, kode-kode ini
bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data.
Berdasarkan uraian observasi dan wawancara di atas, yang termasuk
himpunan analisis yaitu:
a. Faktor-faktor pembentuk self-esteem atau harga diri santri dari
aspek self-liking
Untuk menjelaskan mengenai apa saja faktor-faktor yang dapat
membentuk self-esteem santri dari aspek self-liking.
b. Faktor-faktor pembentuk self-esteem atau harga diri santri dari
aspek self-competence
Untuk menjelaskan mengenai apa saja faktor-faktor yang dapat
membentuk self-esteem santri dari aspek self-competence.
81 Ibid
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren
Attaqwa Pusat Putera Bekasi tentang faktor-faktor pembentuk self-esteem
atau harga diri santri. Faktor-faktor tersebut berasal dari dua aspek yaitu
self-liking dan self-competence.
Faktor-faktor yang dapat membentuk harga diri atau self-esteem santri
dari aspek self-liking antara lain adalah:
1. Kepercayaan terhadap diri sendiri. Mayoritas santri mengakui bahwa
mereka merasa tidak nyaman ketika baru masuk pesantren dengan
alasan kurang percaya diri dalam bersosialisasi dengan lingkungan
yang ada.
2. Penghormatan terhadap diri sendiri. Salah satu hambatan yang peneliti
temukan di lapangan adalah kurangnya pengetahuan santri tentang
penghormatan terhadap diri sendiri. Bagaimana seseorang mampu
menghargai dirinya sendiri jika ia tidak tahu bagaimana cara
menghormati diri sendiri dengan baik.
Faktor-faktor yang dapat membentuk harga diri atau self-esteem santri
dari aspek self-competence antara lain adalah:
1. Sikap optimis. Jika seseorang dihadapkan dengan suatu tantangan atau
masalah dalam hidup dan mereka menghadapinya dengan sukarela
ataupun terpaksa, jika mereka gagal maka mereka akan menerima
dengan lapang dada dan berusaha memperbaiki usaha-usaha mereka.
2. Pengaruh eksternal dan internal. Pengaruh yang berasal dari luar
(eksternal) antara lain yaitu kegiatan yang menurut para santri
monoton, terlalu padat dan kurang bervariasi serta pengaruh dari
teman sepergaulan yang memiliki kebiasaan yang buruk. Adapun
pengaruh yang berasal dari dalam (internal) adalah pikiran mereka
sendiri. Jika pikiran mendorong pada perbuatan yang positif maka
kompetensi diri akan semakin kuat dan begitu juga sebaliknya
59
B. Saran
Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan, maka
peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pondok Pesantren, agar lebih memperhatikan kesejahteraan dan
kenyamanan para santri, khususnya yang baru masuk ke lingkungan
pondok pesantren yang sama sekali berbeda dengan sekolah-sekolah
umum yang lain.
2. Bagi guru pembimbing asrama, agar dapat lebih dekat dengan para
santri guna mengenal lebih baik kepribadian para santri dan dapat
memahami apa saja kendala mereka dalam menjalani proses
pembelajaran di pondok pesantren.
3. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat lebih dalam meneliti tentang
harga diri atau self-esteem di lingkungan pondok pesantren, karena
pondok pesantren merupakan aset bangsa dan agama yang perlu
diperhatikan dan dikembangkan dari segala sisi, termasuk dalam hal
ini sisi psikologi para santri sebagai sumber daya manusia yang dapat
berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
60
DAFTAR PUSTAKA
W. Mar, Raymond., G. DeYoung, Colin., M. Higgins, Daniel., & B. Peterson,
Jordan. “Self-Liking and Self-Competence Separate Self-Evaluation from
Self-Deception: Associations with Personaity, Ability, and Achievement”.
Blackwell Publishing, Inc., Journal of Personality, 74:4, August, 2006
Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka
Amani.
Bharathi, Aruna & Sreedevi, Pettugani. “A Study on the Self-Concept of
Adolescents”. International Journal of Science and Research, Volume 5
Issue 10, October 2016
Branden, Nathaniel. The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications,
Inc. 1992
Catalina Cicei, Cristiana. “Examining the Association between Self-Concept
Clarity and Self-Esteem on a Sample of Romanian Students”. Procedia –
Social and Behavioral Sciences (46), Elsevier Ltd., 2012
Clemes, Harris., Bean, Reynold., & Clark, Aminah. Bagaimana Meningkatkan
Harga Diri Remaja, (diterjemahkan oleh: Meitasari Tjandrasa). Jakarta:
Binarupa Aksara. 1995
D. Brown, Jonathan., A. Dutton, Keith., dan E. Cook, Kathleen. “From the Top
Down: Self-Esteem and Self-Evaluation”. Cognition and Emotion, 15(5),
Psychology Press Ltd., 2001
D. Cast, Alicia & J. Burke, Peter. “A Theory of Self-Esteem”. The University of
North Carolina Press, Social Forces, March 2002, 80(3)
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. 2012
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2016
E. Papalia, Diane & Duskin Feldman, Ruth. Menyelami Perkembangan Manusia
Edisi ke-12, Buku 1. (diterjemahkan oleh: Fitriana Wuri Herarti). Jakarta:
Salemba Humanika. 2014
E. Stets, Jan dan J. Burke, Peter. “Self-Esteem and Identities”. Sociological
Perspective, Vol. 57(4), 2014
61
Ghufron, M. Nur & Risnawita S, Rini. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012
Hadeli. Metode Penelitian Pendidikan. Ciputat: Quantum Teaching. 2006
J. Mruk, Christopher. “Defining Self-Esteem as a Relationship between
Competence and Worthiness: How a Two-Factor Approach Integrates the
Cognitive and Affective Dimensions of Self-Esteem”. Polish Psychological
Bulletin, Vol 44(2), 2013
Jaenudin, Ujam. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia. 2015
Lachowicz-Tabaczek, Kinga & Sniecinska, Justyna. “Self-Concept and Self-
Esteem: How the Content of the Self-Concept Reveals Sources and
Functions of Self-Esteem”. Polish Psychological Bulletin, Vol. 42(1), 2011
Lupu, Daciana. “Perception of Self-Image by Pre-Teens – The Balance between
Real and Ideal”. Elsevier Ltd., Procedia – Social and Behavioral Sciences,
82 (2013)
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011
Minev, M., Petrova, B., Mineva, K., Petkova, M., & Strebkova, R. “Self-Esteem
in Adolescents”. Trakia Journal of Sciences, Vol 16, No. 2, 2018
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara. Jakarta: Kencana. 2013
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi
(LPSP3) UI. 1998
Srisayekti, Wilis., A. Setiady, David, & Bo Sanitioso, Rasyid. “Harga Diri (Self
Esteem) Terancam dan Perilaku Menghindar”. Jurnal Psikologi, Volume
42, No. 2, Agustus 2015
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif dan
R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2016
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2019
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2013
Syafe‟i, Imam. “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter”.
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, Mei 2017
62
W. Santrock, John. Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas Jilid 1
(diterjemahkan oleh: Benedictine Widyasinta). Jakarta: Penerbit Erlangga.
2012
W. Tafarodi, Romin., & B. Swann, William. “Self-Liking and Self-Competence
as Dimensions of Global Self-Esteem: Initial Validation of a Measure”.
Journal of Personality Assessment, 1995, 65(2)
W. Tafarodi, Romin., & B. Swann, William. “Two-dimensional Self-Esteem:
Theory and Measurement”. Personality and Individual Differences, 31
(2001)
W. Tafarodi, Romin., Tam, Janice., & B. Milne, Alan. “Selective Memory and the
Persistence of Paradoxical Self-Esteem”. The Society for Personality and
Social Psychology, Inc., PSPB, Vol. 27 No. 9, September 2001
Zuhriy, M. Syaifuddin. “Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok
Pesantren Salaf”. Walisongo, Volume 19, Nomor 2, November 2011
63
Lampiran 1
GAMBAR PENELITIAN
HALAMAN MADRASAH ALIYAH ATTAQWA PUSAT PUTERA
BEKASI
64
PENYEBARAN ANGKET PENELITIAN
65
WAWANCARA DENGAN SANTRI
BERSAMA PENANGGUNG JAWAB ASRAMA
UST. AHMAD QOLBUN KARIM
66
“RUSUNAWA” ASRAMA SANTRI TINGKAT ALIYAH
KEGIATAN SANTRI DI MASJID
PARA SANTRI YANG SEDANG BERWUDHU
67
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
1. Bagaimana anda menggambarkan pribadi anda?
2. Apakah anda punya kepercayaan diri yang baik?
3. Hal apa saja yang bisa anda banggakan dari diri anda?
4. Bagaimana anda bersikap ketika berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
5. Bagaimana anda diperlakukan oleh santri lain di lingkungan pondok
pesantren?
6. Bagaimana anda menyikapi sikap santri lain terhadap anda?
7. Apakah anda nyaman dengan pribadi anda seperti sekarang ini?
8. Apakah anda merasa puas dengan diri anda sendiri?
9. Apakah anda merasa diri anda kurang menyenangkan ketika bergaul
dengan orang lain?
10. Apakah anda berpandangan negatif terhadap diri anda sendiri?
11. Pernahkah anda merasa ragu pada diri sendiri?
12. Jika ya, menurut anda dari mana keraguan itu berasal?
13. Selama anda hidup, apakah anda merasa menghormati diri anda sendiri?
14. Dalam bentuk seperti apa penghormatan terhadap diri sendiri itu?
15. Apakah anda mentaati peraturan-peraturan yang berlaku di pesantren?
16. Apa yang membuat anda seperti itu?
17. Apakah anda yakin pada kemampuan yang anda miliki?
18. Bagaimana sikap anda ketika berhadapan dengan suatu tantangan?
19. Ketika anda gagal dalam menghadapi tantangan, apa yang anda lakukan?
20. Apakah anda mengerjakan tugas sekolah dengan baik?
21. Selain tugas sekolah, adakah hal lain yang mampu anda lakukan dengan
baik?
22. Adakah rasa penyesalan ketika gagal melakukan sesuatu padahal anda
sudah berusaha dengan seluruh kemampuan yang anda punya?
23. Adakah rasa penyesalan ketika anda melanggar aturan yang ada di
pesantren?
68
24. Adakah dorongan dari suatu hal yang membuat anda dengan mudah
melanggar aturan?
25. Bagaimana perasaan anda ketika berhasil melakukan pencapaian tertentu?
69
Lampiran 3
PEDOMAN ANGKET PENELITIAN
Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Self-Esteem Santri
Nama :
Kelas :
1. Apakah anda merasa nyaman ketika pertama kali tinggal di pondok
pesantren?
a. Nyaman
b. Tidak nyaman
c. Jawaban lain :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
2. Bagaimana anda mengatasi ketidaknyamanan anda?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
3. Apakah anda nyaman dengan pribadi anda ketika sudah menjalani
kehidupan di pondok pesantren setelah beberapa tahun?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
70
4. Apakah anda merasa diri anda kurang menyenangkan ketika bersosialisasi
dengan orang lain? berikan alasannya!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
5. Apakah anda memiliki sikap negatif terhadap diri anda sendiri? berikan
alasannya!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………
6. Dalam hal apa anda merasa hebat dan menyenangkan bagi orang lain?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………
7. Apakah anda meragukan pribadi anda?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
71
8. Apakah anda merasa hormat pada diri sendiri?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
9. Dalam bentuk apa penghormatan anda terhadap diri sendiri?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………
10. Apa yang membuat anda tidak menghormati diri sendiri?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
11. Apakah anda merasa diri anda sangat berbakat?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
72
12. Dalam bidang apa anda merasa memiliki bakat atau kemampuan yang
lebih?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
13. Bagaimana sikap anda ketika menghadapi masalah? Apa yang anda
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…………………………………………
14. Apakah anda tidak yakin dengan kemampuan anda sendiri?
a. Saya yakin dengan kemampuan saya sendiri
b. Saya tidak yakin dengan kemampuan saya sendiri
c. Jawaban lain
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
…………
15. Apakah anda merasa „masa bodoh‟ ketika berhadapan dengan masalah
yang susah untuk anda atasi?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
73
16. Apakah anda mampu melakukan banyak hal dengan baik?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
17. Apakah anda termasuk santri yang rajin?
a. Ya
b. Tidak
18. Ketika melakukan hal-hal baru, apakah anda selalu berhasil?
a. Selalu berhasil
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah berhasil
d. Jawaban lain :
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
19. Apakah anda berharap memiliki kemampuan yang lain diluar bakat yang
anda miliki?
a. Ya
b. Tidak
c. Jawaban lain
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
74
20. Apakah anda merasa kesulitan dalam mencapai tujuan anda? Berikan
alasannya!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
21. Apakah anda mentaati aturan pondok pesantren?
a. Ya
b. Tidak
22. Ketika anda atau orang lain melanggar aturan pesantren, menurut anda apa
penyebabnya?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
23. Bagaimana anda meyakinkan diri bahwa anda memiliki kemampuan yang
belum tentu dimiliki orang lain?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
24. Dengan cara apa anda menghargai usaha-usaha yang anda lakukan?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
25. Menurut anda, apa yang menjadi hambatan seorang santri dalam mematuhi
aturan-aturan yang berlaku di pesantren? Berikan penjelasannya!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………
75
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Ahmad Saifuddin
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 22 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda? Pribadi saya sederhana saja
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik?
Ya, saya punya punya kepercayaan diri
yang baik
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Saya dapat berfikir atau nalarisasi yang
cepat, dan saya pernah membela tim
futsal sekolah dalam lomba
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Bersikap sopan, menghormati jika lebih
tua dari saya
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren?
Kalau dalam periode biasa saja tapi
dihargai jika diluar sebagai kakak kelas
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda? Biasa saja, kecuali kepada kakak kelas
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini?
Tidak nyaman karena banyak masalah di
pengurus dan guru
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri?
Kurang puas karena saya belum menjadi
yang terbaik
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Ya, saya merasa kurang menyenangkan
ketika bergaul dengan orang yang tidak
tahu aturan
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri?
Tidak ada pandangan yang negatif
terhadap diri saya hanya kurang percaya
diri saja
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri? Saya pernah bahkan sering
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal? Berasal dari hati dan pikiran
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri? Menjaga diri dari pergaulan bebas
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu? Bersikap dewasa ketika terjadi masalah
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren? Alhamdulillah, walau tidak terlalu baik
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Pertama dari orang tua yang selalu
mendukung, kedua dari faktor pergaulan
di asrama
76
17 Apakah anda yakin pada kemampuan
yang anda miliki?
Yakin, karena saya selalu berfikir keras
meski terkadang suka melenceng dari
ekspektasi yang saya inginkan
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan? Berfikir sebelum bertindak
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan?
Bersikap ikhlas dan terus berusaha dan
mencoba lagi
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik?
Alhamdulillah, saya mengerjakan dengan
baik
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik?
Ada, dalam periode saya menjadi wakil
bendahara dan saya menjalankan tugas
dengan baik
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Pasti ada, terkadang saya seperti itu
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren?
Ada, saya merasa menyesal ketika
sehabis melanggar aturan guru atau
pengurus
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Ada saja dari teman atau pikiran saya
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu?
Sangat bersyukur, tapi sayangnya saya
belum berhasil
77
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Zulfikar Arifin
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 22 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda?
Biasa saja, tidak terlalu baik ataupun
buruk
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik? Ya, saya punya
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Tidak terlalu banyak sih, seperti saya bisa
bermain bola dll
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Ramah saja kalau bicara nadanya lebih
pelan dari orang tersebut
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren?
Diperlakukan sama layaknya teman yang
lain
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda?
Tergantung santrinya, kalau santrinya
baik saya juga baik kalau santrinya
songong saya lebih songong
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini?
Saya nyaman dengan diri saya sendiri,
awalnya memang kurang nyaman tapi
setelah terbiasa dengan lingkungan
pondok, lama-lama menjadi terbiasa dan
nyaman dengan diri saya sendiri
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri?
Ya, saya puas dengan diri saya karena
saya selalu yakin dengan diri saya sendiri
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Ya, saya selalu merasa malu ketika baru
bergaul dengan orang yang baru dikenal
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri?
Tidak, saya selalu berpandangan positif
dengan diri saya
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri?
Pernah, bahkan sering ketika saya ingin
melakukan suatu hal yang belum pernah
saya kerjakan
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal? Mungkin dari kepercayaan diri
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri?
Tidak, saya saja tidak tahu bagaimana
cara menghormati diri sendiri
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu? Tidak tahu
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren?
Menaati, tapi ada saja yang saya langgar
dari peraturan pondok
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Yang membuat saya seperti itu ya
lingkungan saya
78
17 Apakah anda yakin pada kemampuan
yang anda miliki?
Ya saya selalu yakin dengan kemampuan
yang saya miliki sekarang
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan? Ragu dan grogi, tergantung tantangannya
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan?
Ada rasa putus asa tapi selalu saya lawan
kalau orang lain bisa masa saya tidak
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik?
Alhamdulillah, ada yang saya kerjakan
dengan baik ada yang tidak
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik?
Alhamdulillah, tergantung dari niat saya
kalau saya niat, in syaa allah saya akan
melakukannya dengan baik
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Pasti ada, saya terkadang suka putus asa
walaupun saya sudah berusaha
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren?
Ada rasa penyesalan itu, tapi setelah
dihukum pasti nantinya saya akan
mengulanginya lagi
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Dorongannya dari diri saya sendiri karena
rasa malas dan ikut-ikutan teman
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu?
Saya sangat merasa bangga bila suatu hal
yang saya lakukan itu berhasil tapi saya
tidak puas karena kalau ingin sukses
jangan pernah merasa puas dengan apa
yang ada
79
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : M. Ghazi al-Ghifari
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 22 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda? Sederhana saja
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik?
Ya, saya punya kepercayaan diri yang
baik
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Saya mahir bermain badminton atau bulu
tangkis
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Hormat dan ta'zim, ramah
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren? Saya diperlakukan dengan baik
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda? Bersikap baik terhadap santri lain
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini?
Belum, saya akan memperbaiki pribadi
saya yang seperti ini
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri? Belum puas
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Tidak, kaena saya netral, bergaul dgn
siapa saja tapi kalau orang yang baru
kenal terkadang tidak percaya diri
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri?
Ya, terkadang suka berpandangan negatif
terhadap diri sendiri
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri? Ya, pernah ragu terhadap diri sendiri
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal?
Mungkin karena keraguan datang dari
kepercayaan diri saya sendiri
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri?
Tidak, terkadang saya tidak menghormati
diri saya sendiri
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu?
Seperti bersikap dan bertingkah laku
dewasa
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren? Tidak
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Terkadang saya males mentaati peraturan
yang berlaku
17 Apakah anda yakin pada kemampuan
yang anda miliki?
Saya yakin pada kemampuan yang saya
miliki
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan?
Menyelesaikan tantangan dengan baik
dan percaya diri
80
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan?
Berusaha lebih baik lagi agar tidak gagal
untuk kedua kalinya
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik?
Tidak, karena tidak semuanya saya bisa,
ada saja yang tidak bisa saya kerjakan
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik? Ada, yaitu solat
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Ada rasa penyesalan, karena saya sudah
melakukan seluruh kemampuan yang
saya punya
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren? Ada
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Ada, kadang teman yang jadi dorongan
agar saya melanggar aturan
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu?
Senang sekali, karena saya merasa
berhasil dengan pencapaian saya
81
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Muhammad Yusuf
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 29 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda? Saya orang yang cukup disiplin
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik?
Alhamdulillah, saya percaya dengan diri
saya sendiri
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Bisa membantuk dan menolong orang
lain saja itu sudah cukup membanggakan
untuk saya
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Sopan dan santun ketika bertemu saling
tegur sapa
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren?
Alhamdulillah baik, tidak ada perlakuan
yang aneh atau tidak menyenangkan
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda? Santai saja
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini? Alhamdulillah nyaman
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri? Alhamdulillah puas
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Tidak, saya bergaul dengan siapa saja
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri? Alhamdulillah tidak
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri? Pernah sih
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal?
Biasanya suka gak nentu, pengen apa
tiba-tiba jadi apa gitu
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri? Alhamdulillah, iya
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu?
Disiplin dan menggunakan waktu yang
telah ditentukan
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren? Alhamdulillah itu tergantung saya
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Karena bosan mungkin
17 Apakah anda yakin pada kemampuan
yang anda miliki? Alhamdulillah yakin
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan?
Ya saya hadapi
82
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan?
Melakukan perbaikan dan evaluasi dalam
kegagalan tersebut
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik? Alhamdulillah baik
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik?
Ya, seperti senam, percobaan sains dan
lain-lain
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Ya menurut saya biasa saja yang penting
saya sudah berusaha
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren? Pasti ada
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Lagi pengen aja
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu?
Alhamdulillah saya bersyukur agar tidak
kufur nikmat
83
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : M. Ainur Rofiq
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 29 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda? Pendiam, pemalas, pemalu, pelupa
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik?
Tidak, saya itu orangnya pemalu kecuali
di saat terpaksa
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Saya bangga pada diri saya yang masih
sempurna
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Sopan dan ramah meskipun
komunikasinya kurang, cuek jika
berhadapan dengan orang asing
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren? Saya diperlakukan seperti keluarga
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda?
Dia sopan saya santun, dia gak sopan
saya cuek
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini?
Saya kurang nyaman dengan pribadi saya
sendiri, karena dengan pribadi saya saat
ini saya masih belum bisa bergaul dengan
baik dengan orang lain
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri?
Sepenuhnya tidak, karena saya masih
belum bisa apa-apa
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Sangat kurang karena saya ini masih
ketinggalan zaman dan tidak menyukai
olahraga atau game
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri?
Ya, karena dengan pribadi saya saat ini
saya akan susah bergaul dgn orang-orang
yang ada di sekitar saya
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri?
Saya selalu ragu akan hal yang saya
lakukan
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal? Dari pikiran dan fisik
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri?
Alhamdulillah sepertinya iya, saya masih
belum mengerti dengan baik bagaimana
menghormati diri saya sendiri
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu?
Dengan cara menghormati orang yang
lebih tua dan santun terhadap orang yang
lebih muda dari saya
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren? Ya, 90%
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Karena saya males untuk dihukum
17 Apakah anda yakin pada kemampuan Masih ragu-ragu
84
yang anda miliki?
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan?
Deg-degan, tapi kalo itu amanah ya
mendingan
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan? Frustasi dan hanya ingin menyendiri
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik? Sering
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik? Belum ada
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Saya nyesel
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren? Nyesel dan gelisah
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Males dan peringatan dari orang tua
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu? Bersyukur
85
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : M. Nauval Surya Ramadhan
Kelas : XI Aliyah
Waktu Wawancara : Senin, 29 April 2019
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana anda menggambarkan pribadi
anda? Pemalas dan tidak percaya diri
2 Apakah anda punya kepercayaan diri
yang baik?
Tidak, saya tidak percaya diri, sampai
saat ini saya belum pernah maju
muhadhoroh
3 Hal apa saja yang bisa anda banggakan
dari diri anda?
Bangga, karena saya bisa masuk ke
pondok pesantren dan tinggal selama 3
tahun
4 Bagaimana anda bersikap ketika
berhadapan dengan guru, orang tua atau
orang asing yang belum anda kenal?
Bersikap sopan dan santun
5 Bagaimana anda diperlakukan oleh santri
lain di lingkungan pondok pesantren? Biasa saja
6 Bagaimana anda menyikapi sikap santri
lain terhadap anda? Ya, di asyikin aja
7 Apakah anda nyaman dengan pribadi
anda seperti sekarang ini? Nyaman
8 Apakah anda merasa puas dengan diri
anda sendiri?
Belum, karena saya belum melaksanakan
apa-apa yang saya inginkan
9 Apakah anda merasa diri anda kurang
menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain?
Tidak
10 Apakah anda berpandangan negatif
terhadap diri anda sendiri? Ya, karena tidak percaya diri
11 Pernahkah anda merasa ragu pada diri
sendiri? Pernah
12 Jika ya, menurut anda dari mana
keraguan itu berasal? Dari kemampuan saya
13 Selama anda hidup, apakah anda merasa
menghormati diri anda sendiri? Pernah
14 Dalam bentuk seperti apa penghormatan
terhadap diri sendiri itu?
Beristirahat ketika tubuh lelah dan
menuntut haknya untuk istirahat
15 Apakah anda mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku di pesantren? Ya, saya menaatinya
16 Apa yang membuat anda seperti itu? Karena saya tidak mau dihukum
17 Apakah anda yakin pada kemampuan
yang anda miliki? In syaa allah yakin
18 Bagaimana sikap anda ketika berhadapan
dengan suatu tantangan? Berusaha dan berdo'a
86
19 Ketika anda gagal dalam menghadapi
tantangan, apa yang anda lakukan? Bersabar dan mencoba lagi
20 Apakah anda mengerjakan tugas sekolah
dengan baik?
In syaa allah saya mengerjakan tugas
sekolah dengan baik
21 Selain tugas sekolah, adakah hal lain
yang mampu anda lakukan dengan baik?
Mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di
pondok
22 Adakah rasa penyesalan ketika gagal
melakukan sesuatu padahal anda sudah
berusaha dengan seluruh kemampuan
yang anda punya?
Saya tidak merasa menyesal, karena saya
tahu bahwa usaha tidak akan pernah
mengkhianati hasil
23 Adakah rasa penyesalan ketika anda
melanggar aturan yang ada di pesantren? Ada
24 Adakah dorongan dari suatu hal yang
membuat anda dengan mudah melanggar
aturan?
Biasanya dari temen sepergaulan
25 Bagaimana perasaan anda ketika berhasil
melakukan pencapaian tertentu?
Senang, gembira & bersyukur kepada
Allah
87
Lampiran 5
TRANSKRIP ANGKET/KUESIONER TERBUKA
Self-Liking: Memahami Diri Sendiri
No Nama
1 2 3 4 5
Apakah anda
merasa nyaman
ketika pertama
kali tinggal di
pondok pesantren
Bagaimana anda
mengatasi
ketidaknyamanan anda
Apakah anda
nyaman dengan
pribadi anda ketika
sudah menjalani
kehidupan di
pondok pesantren
setelah beberapa
tahun
Apakah anda merasa
diri anda kurang
menyenangkan ketika
bersosialisasi dengan
orang lain
Apakah anda
memiliki sikap
negatif terhadap
diri anda sendiri
1 M. Ghazi al-
Ghifari
tidak nyaman berusaha
menyamankan diri
ya tidak, saya orangnya
asik, friendly
ya, karena saya
kurang sopan
2 Rifat Suhardian
nyaman beralih menjadi santri
pulang-pergi
tidak ya, terutama dengan
orang yang dekat
dengan saya
ya, karena saya
sering melanggar
aturan
3 Alvito Budi
Astoro
nyaman beradaptasi dengan
lingkungan, berbaur
dengan teman lain,
ikut ekskul
ya
4 Muh. Azhar
Noerhadi
tidak nyaman dibawa happy aja,
lama-lama akan
nyaman
ya tidak
5 Muhammad
Yusuf
tidak nyaman lama-lama akan
beradaptasi sendiri
ya tidak, karena saya
suka mempunyai
banyak teman
ya, saya
orangnya malas
6 Muhammad
Khabib
tidak nyaman menyesuaikan diri dan
memperbanyak teman
ya tidak, ketika
bersosialisasi dengan
teman atau orang yang
baru dikenal, ada
perasaan nyaman
ya, setiap
manusia pasti
mempunyai
suatu yang
negatif
7 Arkan Wicaksono tidak nyaman ngobrol dengan teman,
main bola
ya ya, mungkin saya
kurang asik
tidak
8 Ahmad Saifuddin
tidak nyaman mengikuti kegiatan
pondok
ya ya, mungkin karna
saya kurang bisa
berbaur
9 A. Maulana
Wahyudi
tidak nyaman memperbanyak
kegiatan yang positif
ya
10 Ahmad Hafid
Judin
nyaman sering berinteraksi dgn
teman dan mengikuti
kegiatan pondok
ya ya, saya kurang
percaya diri dalam
berkomunikasi
ya, saya
gampang marah
11 Fadila Rahman
nyaman melakukan hal yang
saya suka
ya tidak ya, saya sering
lalai
mengerjakan
solat
12 Zulfikar Arifin nyaman ibadah, ngaji, dzikir ya tidak, saya merasa
nyaman
ya, saya sering
tidur
13 Raihan Sahadi
tidak nyaman melakukan hal
menyenangkan, piket
di rumah guru, tidur
ya saya rasa saya cukup
menyenangkan saat
bersosialisasi
ya, kadang saya
malas melakukan
semua kegiatan
14 Adnan A.F
nyaman keluar pondok, main
warnet
ya tidak, saya pikir teman
di sekeliling saya
senang bergaul
dengan saya
tidak
15 M. Ainur Rofiq
nyaman beradaptasi dan
berteman baik dengan
santri lain
ya ya, saya kurang
pandai bersosialisasi
tidak
88
16 Suhendar tidak terlalu
nyaman
bermain bola, tenis ya ya, saya belum bisa
bersosialisasi dgn baik
17 Muhammad
Farhan
tidak nyaman berkenalan dengan
teman baru
ya ya, saya orang yang
pendiam
tidak
18 Naufal Abdul
Aziz
tidak terlalu
nyaman
menghibur diri,
bermain
ya ya, terutama dengan
orang yang baru
dikenal
ya, saya suka
berleha-leha
19 Adzkari Ibkar M
biasa saja keluar pondok,
menghadiri majelis
sedikit nyaman,
sedikit tidak nyaman
ya, saya suka
berlebihan terhadap
orang lain
saya belum
perfect seperti
yang saya
harapkan
20 M. Farid
Gemilang
tidak nyaman melakukan kegiatan
yang positif
ya
21 M. Nauval Surya
Ramadhan
nyaman, karena
bebas dari
pengawasan orang
tua
melakukan hal positif tidak ya ya
89
Self-Liking: Menghormati Diri Sendiri
No Nama
6 7 8 9 10 21 22 25
Dalam hal apa
anda merasa
hebat dan
menyenangkan
bagi orang lain
Apakah
anda
meragu-
kan
pribadi
anda
Apakah
anda
merasa
hormat
pada
diri
sendiri
Dalam bentuk
apa
penghormatan
anda terhadap
diri sendiri
Apa yang
membuat anda
tidak
menghormati
diri sendiri
Apakah
anda
mentaati
aturan
pondok
pesantren
Ketika anda
atau orang
lain
melanggar
aturan
pesantren,
menurut
anda apa
penyebab-
nya
Menurut anda,
apa yang
menjadi
hambatan
seorang santri
dalam
mematuhi
aturan-aturan
yang berlaku
di pesantren
1 M. Ghazi al-
Ghifari
bermain game tidak ya menjaga diri
sendiri
merusak diri
sendiri
ya mungkin
karena
peraturan
yang tidak
disukai oleh
si pelanggar
peraturannya
ribet, dan saya
orangnya
susah diatur
2 Rifat
Suhardian
berbicara tidak ya tidak tau rasa malas ya mungkin
karena tidak
betah di
pondok
aturan-
aturannya
terlalu ketat
3 Alvito Budi
Astoro
bersosialisasi tidak ya tidak tidak betah
karena
lingkungann
ya
4 Muh. Azhar
Noerhadi
futsal, musik
islami, bergaul
tidak ya disiplin dalam
hal apapun
ya mungkin
ada rasa
tidak
nyaman
5 Muhammad
Yusuf
ekskul karate tidak ya rasa malas ya tidak betah,
rasa bosan
di waktu
tertentu
karena di
pesantren
sangat
berbeda dgn
di lingkungan
luar, tidak
banyak aturan
6 Muhammad
Khabib
ketika
bersosialisasi
dengan teman
atau orang yang
baru dikenal
ya tidak ya mengikuti
teman yang
salah
banyaknya
kegiatan,
menyebabkan
stress
7 Arkan
Wicaksono
ketika sedang
bercanda
tidak ya taat pada
orang tua dan
guru
rasa malas ya mungkin
rasa bosan
mungkin
bosan dengan
kegiatan yang
terlalu padat
8 Ahmad
Saifuddin
apapun, kecuali
dalam hal seni
tidak ya
9 A. Maulana
Wahyudi
tidak ya dgn tidak
merusak diri
sendiri dan
menjaga harga
diri
ya adanya
waktu-
waktu yang
membosank
an dan
kegiatan
yang kurang
disukai
teman yang
mempengaruh
i
10 Ahmad
Hafid Judin
ketika orang
lain minta
bantuan saya
tidak tidak mendekatkan
diri pada Allah
masih sering
melakukan
dosa
ya kurang
nyaman dgn
aturan yang
terlalu ketat
kurang
bersosialisasi
pada teman
11 Fadila
Rahman
bermain musik ya tidak mengerjakan
solat
kurang
percaya diri
ya tidak betah tidak betah
90
12 Zulfikar
Arifin
ketika bercanda tidak ya tidak tau ketika
melanggar
peraturan
ya tergantung
siswa-santri
rasa malas
13 Raihan
Sahadi
belajar
matematika,
banyak yang
minta diajarin
sama saya
tidak ya berpakaian
rapih, bersih
dan rajin
malas, capek,
tidak ingin
melakukan
apapun
padahal ada
yang harus
dikerjakan
ya rasa bosan
dan penat
kegiatan yang
melelahkan,
terkadang
monoton dan
membosankan
14 Adnan A.F
bergaul dengan
teman
tidak ya berpakaian
dan
berpenampilan
rapih
tidak bosan
menetap di
pondok
bosan dengan
suasana
pondok
15 M. Ainur
Rofiq
saya rendah hati
dan punya
banyak teman
tidak ya menjaga sikap
pada orang
lain
berbuat hal
negatif
ya mungkin
karena ada
masalah
peraturannya
ribet dan rasa
bosan
16 Suhendar
pidato/ceramah ya tidak melakukan
yang terbaik
dalam bidang
yang saya
kuasai
tidak berjuang
dengan
maksimal
ya capek dengan
peraturan
yang ada
17 Muhammad
Farhan
mempunyai
karya
tidak ya bangga dengan
hasil yang
dicapai
ya rasa tidak
nyaman
18 Naufal
Abdul Aziz
ketika bermain tidak ya bangga jika
mencapai
sebuah tujuan
rasa malas tidak rasa malas dari diri
sendiri yang
malas
19 Adzkari
Ibkar M
dalam hal
berbagi dan
solidaritas
ya sedikit
kurang
hormat
pada
diri
sendiri
percaya pada
diri sendiri
berbuat hal
negatif
tidak mungkin
merasa terlalu
dikekang dan
jenuh
20 M. Farid
Gemilang
tidak ya tidak
merugikan diri
sendiri dgn
merokok
ya kegiatan
yang
membosank
an
21
M. Nauval
Surya
Ramadhan
ketika dapat
membantu
orang lain walau
dalam keadaan
susah sekalipun
ya,
masih
banyak
kekuran
gan
dalam
diri saya
tidak bersyukur
menjadi diri
sendiri
saat
menyadari
bahwa diri
saya belum
berguna bagi
orang lain
ya mungkin
karena rasa
bosan di
pondok
merasa tidak
betah di
pondok
91
Self-Competence: Yakin dengan Kemampuannya
No Nama
11 12 13 14 15 23
Apakah anda
merasa diri
anda sangat
berbakat
Dalam bidang apa
anda merasa
memiliki bakat
atau kemampuan
yang lebih
Bagaimana sikap anda
ketika menghadapi
masalah? Apa yang
anda lakukan untuk
mengatasi masalah
tersebut
Apakah anda
tidak yakin
dengan
kemampuan
anda sendiri
Apakah anda
merasa „masa
bodoh‟ ketika
berhadapan
dengan masalah
yang susah
untuk anda atasi
Bagaimana anda
meyakinkan diri
bahwa anda
memiliki
kemampuan yang
belum tentu
dimiliki orang
lain
1 M. Ghazi al-
Ghifari
ya bermain game tidak terlalu dipikirkan,
tapi tergantung
masalahnya
saya yakin dgn
kemampuan
saya
ya dengan percaya
diri
2 Rifat
Suhardian
ya hadroh menghadapi dengan
baik, menerima dgn
lapang dada
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak tidak tau
3 Alvito Budi
Astoro
tidak dalam bidang
agama
bertanya pada guru
agar mendapat solusi
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak
4 Muh. Azhar
Noerhadi
ya seni maju terus menghadapi
masalah
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak tidak ada yang
tidak bisa
dilakukan
5 Muhammad
Yusuf
tidak karate tenang dan berfikir
jernih
saya yakin dgn
kemampuan
saya
terkadang
seperti itu
kita mempunyai
beberapa
kemampuan
namun belum ada
kemauan
6 Muhammad
Khabib
tidak dalam hal IT,
seperti membuat
web phising
jika berkaitan dgn
teman maka saya akan
mengumpulkan meraka
kemudian
dimusyawarahkan
saya tidak
yakin dengan
kemampuan
saya
tidak
7 Arkan
Wicaksono
tidak olah vokal mencoba tenang dalam
menghadapi masalah
dan mencari solusinya
saya yakin dgn
kemampuan
saya
terkadang
seperti itu
orang lain yang
menilai
8 Ahmad
Saifuddin
terkadang bahasa inggris,
paskibra
selesaikan secepatnya saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak
9 A. Maulana
Wahyudi
tidak terlalu bermain panahan terkadang panik,
kadang santai, hadapi
masalah sampai selesai
saya tidak
yakin dengan
kemampuan
saya
tidak
10 Ahmad
Hafid Judin
tidak bidang yang
berkaitan dengan
fisik
menahan emosi dan
berusaha untuk sabar
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak, sebisa
mungkin saya
akan atasi
biar orang lain
yang menilai diri
saya
11 Fadila
Rahman
lumayan musik menyelesaikan dgn
cara saya sendiri
kurang yakin tidak tidak tau
12 Zulfikar
Arifin
ya futsal menjalaninya dgn
santai
saya yakin dgn
kemampuan
saya
terkadang dengan
mengikuti siswa
yang memiliki
bakat
13 Raihan
Sahadi
ya matematika,
olahraga, agama
diam, kadang menangis
jika tak kuat
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak, saya
berusaha
mencari jalan
keluar
mencoba-coba
hal yang belum
dilakukan orang
lain
14 Adnan A.F
ya, tapi saya
cenderung
malas
menggambar menerima kenyataan
yang ada, mencari jalan
keluar
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak
92
15 M. Ainur
Rofiq
tidak, tapi
saya ingi
mengasah
kemampuan
saya
bidang olahraga
seperti badminton
menghadapi dgn kepala
dingin atau cara
kekeluargaan
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak, saya akan
berusaha
mencari solusi
16 Suhendar
tidak bidang
pidato/ceramah
hadapi dan
mengintrospeksi diri
dari masalah yang ada
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak
17 Muhammad
Farhan
tidak bidang kaligrafi bertanggung jawab dgn
apa yang menjadi
masalah
saya tidak
yakin dengan
kemampuan
saya
ya belajar dan terus
belajar
18 Naufal
Abdul Aziz
ya bermain catur santai menghadapi
masalah
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak percaya diri
19 Adzkari
Ibkar M
ya bidang agama bersabar saya tidak
yakin dengan
kemampuan
saya
ya niat dalam hati,
sungguh-
sungguh,
konsisten dan
berdo'a
20 M. Farid
Gemilang
ya pidato hadapi masalah sampai
tuntas
saya yakin dgn
kemampuan
saya
tidak
21
M. Nauval
Surya
Ramadhan
tidak bela diri menyelesaikan masalah
dgn sabar
saya yakin dgn
kemampuan
saya
ya melihat pribadi
orang lain
93
Self-Competence: Menghargai Keberhasilan Dirinya
No Nama
16 17 18 19 20 24
Apakah anda
mampu
melakukan
banyak hal
dengan baik
Apakah
anda
termasuk
santri yang
rajin
Ketika
melakukan hal-
hal baru,
apakah anda
selalu berhasil
Apakah anda
berharap memiliki
kemampuan yang
lain diluar bakat
yang anda miliki
Apakah anda
merasa kesulitan
dalam mencapai
tujuan anda
Dengan cara apa anda
menghargai usaha-
usaha yang anda
lakukan
1 M. Ghazi al-
Ghifari
mungkin saja
jika mencoba
ya kadang-kadang ya tidak, saya percaya
pada diri saya dan
kemampuan saya
tidak tau, karena saya
belum puas dengan
pencapaian dari usaha
saya yang saya lakukan
selama ini
2 Rifat
Suhardian
ya tidak kadang-kadang ya ya, karena saya
meragukan pribadi
saya
dengan bersyukur
3 Alvito Budi
Astoro
ya ya kadang-kadang ya
4 Muh. Azhar
Noerhadi
ya ya kadang-kadang ya ya dengan bersyukur,
usaha dan do'a
5 Muhammad
Yusuf
tidak juga tidak kadang-kadang ya ya, mungkin
karena rasa malas
6 Muhammad
Khabib
tidak ya kadang-kadang ya
7 Arkan
Wicaksono
tidak ya kadang-kadang ya ya, mungkin
karena masih
malas-malasan
8 Ahmad
Saifuddin
9 A. Maulana
Wahyudi
kadang-kadang ya kadang-kadang tidak merasa bangga dan
tidak meremehkan
usaha tersebut
10 Ahmad Hafid
Judin
ya tidak kadang-kadang ya ya, saya punya
kekurangan dalam
berkomunikasi
seperti gugup
rendah hati dan terus
berikhtiar
11 Fadila
Rahman
tidak tidak kadang-kadang tidak ya, saya selalu sulit
mencapai tujuan
saya
bersyukur
12 Zulfikar
Arifin
ya ya kadang-kadang ya terkadang dengan bersyukur dan
mendekatkan diri pada
Allah
13 Raihan
Sahadi
ya tidak kadang-kadang ya lumayan, kadang
saya susah
melawan rasa
malas
menerima hasilnya
apapun yang didapat
14 Adnan A.F ya tidak kadang-kadang ya ya, karena rasa
malas
15 M. Ainur
Rofiq
ya ya kadang-kadang ya ya, mungkin
karena kurang
belajar
dengan bersyukur pada
Allah
16 Suhendar
ya tidak kadang-kadang ya ya, mungkin
karena ilmu saya
kurang
dengan membanggakan
apa yang telah saya
lakukan
17 Muhammad
Farhan
tidak ya tidak pernah
berhasil
ya ya, mungkin
karena usaha saya
kurang
kagum dengan usaha
sendiri
94
18 Naufal Abdul
Aziz
ya, tapi
terkadang tidak
juga
ya kadang-kadang ya ya, karena tidak
sungguh-sungguh
menjalaninya
makan dan minum
yang saya suka
19 Adzkari
Ibkar M
tidak tidak kadang-kadang ya ya, mungkin
karena saya merasa
tidak mampu
melakukannya
bertawakal dan ikhlas
20 M. Farid
Gemilang
ya ya kadang-kadang tidak rendah hati dan
menghormati usaha
orang lain
21
M. Nauval
Surya
Ramadhan
tidak tidak kadang-kadang ya ya, karena saya
kurang mampu
melakukannya
berusaha menggapai
apa yang belum dicapai
95
Lampiran 6
TRANSKRIP WAWANCARA PENANGGUNG JAWAB ASRAMA
Nama : Ahmad Qolbun Karim
Jabatan : Penanggung Jawab Asrama “Rusunawa”
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana keadaan santri di awal
tahunnya hidup di lingkungan
pondok?
Para santri memang di awal tahun
pertama tinggal di pondok banyak yang
merasa tidak nyaman, baik dengan
lingkungan maupun dengan dirinya
sendiri. Ini bisa dilihat dengan
kurangnya interaksi antar santri yang
masih kurang, karena mereka belum
saling mengenal satu sama lain, tetapi
setelah beberapa waktu para santri
mulai nyaman dengan keadaannya
sendiri di lingkungan pondok
2 Bagaimana para santri membuat
diri mereka nyaman?
Dari yang saya perhatikan selama
menjadi penanggung jawab di asrama,
para santri membuat diri mereka
nyaman dengan banyak cara, di
antaranya adalah mulai mencoba
bergaul dengan teman sekamarnya, itu
sebabnya banyak santri yang memiliki
“kubu-kubu” dalam masyarakat santri
di lingkungan pondok. Ada juga yang
membuat dirinya nyaman dengan
menyendiri memperbanyak beribadah
dan belajar di masjid, dan lain
sebagainya.
3 Apa yang bisa membuat santri
melakukan pelanggaran-
pelanggaran aturan pondok?
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
hal, salah satunya adalah faktor
pergaulan. Pada dasarnya, santri sama
seperti halnya kertas kosong yang
masih polos. Perilaku-perilaku yang
melekat pada diri santri akan terbentuk
seiring berjalannya waktu. Jika santri
tidak bisa menyaring pengaruh buruk
dari temannya, maka santri tersebut
akan mudah sekali untuk terpengaruh
dengan perilaku atau sifat buruk dari
temannya tersebut. Begitu pula
sebaliknya.
4 Apa upaya dari pihak pondok
untuk menangani para santri yang
melakukan pelanggaran?
Ada banyak cara, tergantung level
pelanggarannya, sangsi paling ringan
adalah hanya berupa teguran. Untuk
pelanggaran yang levelnya berat bisa
dengan cara dicukur botak rambutnya,
dulu bisa sampai menggunakan rotan
untuk dipukul, namun sekarang
hukuman rotan sudah tidak dipakai
lagi.
Nama
NIM
JurusanIFakultas
Judul Skripsi
Pembimbing
UJI REFERENSI
: Muhammad'Alawi Almaliki
: 11140110000052
: Pendidikan Agama Islam I flmu Tarbiyah dan Keguruan
: A.llalisis Faktor-Faktor Pembentuk Self-Esteem Santri
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera
Bekasi)
: Yudhi Munadi, M.Ag.
No BukuSumber Paraf Pembimbing 1 A. Mar, Raymond., G. DeYoung, Colin., M.
Higgins, Daniel., & B. Peterson, Jordan. "Self-Liking and Self-Competence Separate Self-Evaluation from Self-Deception: Associations with Personaity, Ability, and Achievement"." Blackwell Publishing, Inc., Journal of
Personality, 74:4, August. 2006.
~.
2 Ali Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa, Indonesia Moderen. Jakarta: Pustaka Amani
Bharathi, Arona & Sreedevi, Pettugani. "A Study on the Self-Concept of Adolescents". International Journal of Science and Research,....
Volume 5 Issue 10. October. 2016.
Branden, Nathaniel. The Power ofSelf-Esteem. Florida: Health Communications, Inc. 1992 ,
..J...- ,
.
• ~
~.
~.
3
4
5 Catalina Cicei, Cristiana. "Examining the
Association between Self-Concept Clarity and Self-Esteem on a Sample of Romanian Students". Procedia - Social and Behavioral
Sciences (46), Elsevier Ltd., 2012
Clemes, Harris., Bean, Reynold., & Clark,
Aminah. Bagaimana Meningkatkan Barga Diri Remaja, (ditetjemahkan oleh: Meitasari
Tjandrasa). Jakarta: Binarupa Aksara. 1995
6
7 D. Brown, Jonathan., A. Dutton, Keith., dan E.
Cook, Kathleen. "From the Top Down: Self-Esteem and Self-Evaluation". Cognition and
Emotion, 15(5), Psychology Press Ltd., 2001
..../'..
\
D. Cast, Alicia & J. Burke, Peter. "A Theory of Self-Esteem". The University of North Carolina
8
--------" . Press, Social Forces. March 2002.
9 Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Edisi
~. Pertama. Jakarta: Kencana 2012
10 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta ~.
Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2016
11 E. Papalia, Diane & Duskin Feldman, Ruth.
Menyelami Perkembangan Manusia Edisi ke-------" .12, Buku 1. (direIjemahkan oleh: Fitriana Wuri
Herarti). Jakarta: Salemba Humanika 2014
12 E. Stets, Jan dan J. Burke, Peter. "Self-Esteem and Identities". Sociological Perspective, Vol. ~. 57(4).2014
13 Ghufron, M. Nur & Risnawita S, Rini. Teori-Teori PSikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. ~.
2,012
14 Hadeli. Metode Penelitian Pendidi"kan. Ciputat: .•Quantum Teaching. 2006
.~
15 1. Mru~ Christopher. "Defining Self-Esteem as a Relationship between Competence and
.--> I
,
Worthiness: How a Two-Factor Approach -Integrates the Cognitive and Affective Dimensions of Self-Esteem". Polish
Psychological Bulletin. Vol 44(2). 2013
16 Jaenu~ Ujam. Teort-Teori Kepribadian. ~' Bandung: Pustaka Setia 2015
17 Lachowicz-Tabaczek, Kinga & Sniecinska,
Justyna. "Self-Concept and Self-Esteem: How the Content of the Self-Concept Reveals . .. ,>. r..-Sources and Functions of Self-Esteem". Polish
Psychological Bulletin. Vol. 42(1). 2011.
18 Lupu, Daciana. "Perception ofSelf-Image by Pre-Teens - The Balance between Real and Ideal". Elsevier Ltd., Procedia - Social and ~' Behavioral Sciences 82.2013.
19 Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. -~.
Bandung: Pustaka Setia. 2011 -
20 Minev, M., Petrova, B., Mineva, K., Petkova,
M., & Strebkova, R. tiSelf-Esteem in ~.
Adolescents". Trakia Journal of Sciences, Vol
16, No.2, 2018
21 Nizar, Sarosul. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara. ~.
Jakarta: Kencana. 2013
22 Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitat~f
dala'!2 Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga ~.
Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. 1998
23 Srisayekti, Wilis., A. Setiady, David, & Bo
Sanitioso, Rasyid. "Harga Diri (Self Esteem)
- I.--J'Terancam dan Perilaku Menghindar". Jurnal
Psikologi, Volume 42, No.2, Agustus. 2015.
24 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatij, Kualitataif dan R&D. ~.
Bandung: Penerbit Alfabeta. 2016
25 Sujatwem, V. Wiratna Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami.
r' " •Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2019
26 Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian. - ~',Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2013 -
27 Syafe'i, Imam. "Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter". Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume ..-.A ,-8, Mei. 2017
28 W. Santrock, John. Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas Jilid I (diterjemahkan
- .-..>0 •oleh: Benedictine Widyasinta). Jakarta: Penerbit Erlangga. 2012
29 W. Tafarodi, Romin., & B. Swann, William.
"Self-Liking and Self-Competence as Dimensions of Global Self-Esteem: Initial -------' . Validation of a Measure". Journal of
Personality Assessment 1995.65(2)
W. Tafarodi, Romin., & B. Swann, William. 30 "Two-dimensional SelfEsteem: Theory and
~'Measurement'l. Personality and Individual
Differences 31. 2001.
31
32
W. Tafarodi, Romin., T~ Janice., & B. Milne, Alan. "Selective Memory and the Persistence of Paradoxical SelfEsteem II • The
Society for Personality and Social Psychology, Inc., PSPB, Vol. 27 No.9. September. 2001.
Zuhriy, M. Syaifuddin. "Budaya Pesantren dan Pendidikan Karakter Pada Pondok Pesantren Salaj. Walisongo, Volume 19, Nomor 2,
November. 2011.
----".
.. ----" .
5 01
No. Dokumen FITK-FR-AKD-082KEMENTERIAN AGAMA Tgl. Terbit 1 Maret 2010 UIN JAKARTA FORM (FR) No. Revisi:
~ FITK JI Ir. H. Juanda No 95 Ciputal 15412 Indonesia Hal 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor: 8-0592/ F.1/KM01.3/IV/2019 Jakarta, 08 April 2019 Lamp. Hal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala Asrama Pondok Pesantren Attaqwa Putra di-Tempat
Assalamu'alaikum wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Muhammad 'Alawi Almaliki
/ NIM : 11140110000052
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Analisis Faktor Pembentuk Self-Esteem Santri (studi kasus di
Pondok Pesantren Attaqwa Putra 8ekasi)
Dosen Pembimbing : Yudhi Munadhi, M.A
adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
tI I Majid Khon, M.Ag ~~~'\.iWf;80707 198703 1 005
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
NO.Ookumen FITK-FR-AKO-082KEMENTERIAN AGAMA ~ Tgl. Terbit 1 Maret 2010 UIN JAKARTA FORM (FR)
No. Revisi: 01~~ FITK JI. Jr. H. Juanria No 95 Ciputal 15412 InrioneSJa ~ Hal 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Namar: B-05921 F.1/KM.01.3/IV/2019 Jakarta, 08 April 2019 Lamp. Hal : Permohonan !z;n Pene/it;an
Kepada Yth.
Kepala MA. Attaqwa Pusat Putra di-Tempat
Assalamu'alaikum wr. wb.
Dengan harmat kami sampaikan bahwa,
Nama : Muhammad 'Alawi Almaliki
NIM : 11140110000052
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : X (Sepuluh)
Judul Skripsi : Analisis Faktar Pembentuk Self-Esteem Santri (studi kasus di
Pandak Pesantren Attaqwa Putra Bekasi)
Dasen Pembimbing : Yudhi Munadhi, M.A
adalah benar mahasiswa/i Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekalah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mahan Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
H"'/irbWiul ajid Khan, M.Ag ~~~~07 71987031005
Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan
AYASAN A AQWA PUSA
"_'. iAJl JW i -tl- jb9a
MADRA AHAL AHATTAQWAPUSA P RA !ERA} EDITAS (M1ATBAIK)
o :0200/112/BAP-SM/SI<fX/2015 Alamat : Uj,unghrapan RT.OO3j014 Kel. Baha ia Kec.Babelan Kab. Bekasi 17612 Telp" (021) 8920391, E~mail:[email protected]
SURAT KETERANGAN No. 150/MA-PGAJVV2019
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : H. Fadllurrohman, MA
Jabatan : Kepala Seko1ah
Metierangkan bahwa:
Nama : Muhammad 'Alawi Almaliki
TTL : Bekasi, 15 Januari 1996
NIM : 11140110000052
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Telah melaksanakan penelitian di MA. Attaqwa Pusat Putera. Ujungharapan Bahagia Bekasi pada
Bulan April 2018, denganjudul "Analisis Faktor-Faktor Pembentuk Self-Esteem Santri (Stum Kasus di
Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putera Bekasi)".
Demikian surat keterangan ini diberikan, sebagai bukti yang bersangkutan telah mengadakan penelitian
dan agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bekasi, 27 Juni 2019