Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu...

377
ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 969 SESI I/9 Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan Determinan Kepatuhan Pembayaran Pajak UMKM (Studi untuk Mendukung Program Sensus Pajak Nasional) ASL LINDAWATI PUTU INDRAJAYA LEMBUT Universitas Ma Chung Abstract: Tax’s Issues in 2012 had been focused on implementation the new regulations of tax rate for Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) by the Indonesian Taxation Directorate General. The tax rate of Small and Medium Enterprises (SMEs) are 3 % and for Micro Enterprises (MEs) are 0.5 %. In regard of new tax issues in MSMEs, therefore this research is important and needed especially to provide some major contributions through identifying and explaining on expectations priority for the taxpayers of MSMEs to behave obedient and disobedient. In other words, how the taxpayers (MSMEs) encounter the new regulation of tax rate, what the taxpayers will compliance to their new tax rate and vice versa. In order to explore and describe how behavioral of the taxpayers, this research will use the Multi Attribute Utility Theory (MAUT) is a theory explain the basis of the three dimensions of the individual behavior in order to shaping attitudes and action decisions, such as perception, cognition and motivation. Furthermore, this research used a quantitative method that is Multi-Criteria Decision Analysis. The data were collected through interviews and questioner instruments that are based on a scale of Saaty & Vargas (2001). Populations and samples used are MSMEs in Malang City in the year 2012. Results showed that economic and demographic characteristics are a key priority for MSMEs as a basis for determining the tax compliance decisions. Moreover, the second characteristics are the openness, and transparency, afterward followed by the characteristics of individual and social norms and moreover situational are respectively the third and fourth characteristics. Finally, four characteristics are important factors for taxpayers (MSMEs) in determining the attitude of regulatory compliance taxation. Keywords: MSMEs, Expectations priority, Taxpayers Compliance, Multi Attribute Utility Theory (MAUT), Multi-Criteria Decision Analysis. Corresponding author: i [email protected] File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Transcript of Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu...

Page 1: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 969

SESI I/9

Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan Determinan

Kepatuhan Pembayaran Pajak UMKM

(Studi untuk Mendukung Program Sensus Pajak Nasional)

ASL LINDAWATI

PUTU INDRAJAYA LEMBUT

Universitas Ma Chung

Abstract: Tax’s Issues in 2012 had been focused on implementation the new regulations of tax rate

for Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) by the Indonesian Taxation Directorate General.

The tax rate of Small and Medium Enterprises (SMEs) are 3 % and for Micro Enterprises (MEs) are

0.5 %. In regard of new tax issues in MSMEs, therefore this research is important and needed

especially to provide some major contributions through identifying and explaining on expectations

priority for the taxpayers of MSMEs to behave obedient and disobedient. In other words, how the

taxpayers (MSMEs) encounter the new regulation of tax rate, what the taxpayers will compliance to

their new tax rate and vice versa.

In order to explore and describe how behavioral of the taxpayers, this research will use the Multi

Attribute Utility Theory (MAUT) is a theory explain the basis of the three dimensions of the individual

behavior in order to shaping attitudes and action decisions, such as perception, cognition and

motivation. Furthermore, this research used a quantitative method that is Multi-Criteria Decision

Analysis. The data were collected through interviews and questioner instruments that are based on a

scale of Saaty & Vargas (2001). Populations and samples used are MSMEs in Malang City in the

year 2012.

Results showed that economic and demographic characteristics are a key priority for MSMEs as a

basis for determining the tax compliance decisions. Moreover, the second characteristics are the

openness, and transparency, afterward followed by the characteristics of individual and social norms

and moreover situational are respectively the third and fourth characteristics. Finally, four

characteristics are important factors for taxpayers (MSMEs) in determining the attitude of regulatory

compliance taxation.

Keywords: MSMEs, Expectations priority, Taxpayers Compliance, Multi Attribute Utility Theory

(MAUT), Multi-Criteria Decision Analysis.

Corresponding author: i [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 2: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 970

SESI I/9

1. Latar Belakang

Di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)

dalam membangkitkan kembali perekonomian pada masa krisis ekonomi Tahun 1997 sampai

saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam pencapaian

pertumbuhan ekonomi nasional dengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

peningkatan Gross Domestic Product (GDP). Data BPS Tahun 2011 sektor UMKM adalah

penyumbang Gross Domestic Product (GDP) terbesar, lebih dari separuh GDP total yaitu

sebesar 56,5% (Ekonomi dan Bisnis, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas

pertumbuhan ekonomi Negara adalah berasal dari UMKM. Kenyataan ini memotivasi

Pemerintah Indonesia melalui sektor UMKM berupaya memberikan perhatian dalam

pengembangan dan pertumbuhan untuk tujuan meningkatkan penerimaan negara, dan salah

satunya adalah melalui peningkatan penerimaan sektor pajak penghasilan. Sehingga pada

Tahun 2012, pemerintah melalui Dirjen Pajak perlu merencanakan untuk melaksanakan

pungutan pajak bagi UMKM.

Penerimaan negara dari sektor pajak adalah menjadi prioritas utama disamping ekspor

untuk membiayai belanja rutin maupun kegiatan pembangunan di segala bidang. Oleh karena

itu, berdasarkan efektifitas penerimaan di sektor pajak, maka pada tahun 2012 kebijakan

perpajakan akan diberlakukan bagi UMKM (Berdasarkan landasan UU No. 20/2008 tentang

UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), meliputi tarif pajak sebesar 3 % untuk UKM

(Usaha Kecil dan Menengah) yang terdistribusi berupa tarif 2 % untuk PPh and tarif 1%

untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPn); sedangkan tarif sebesar 0,5 % untuk UM (Usaha

Mikro) dikenakan hanya untuk Pajak Penghasilan (PPh) (Rahmany, 2011). Detail dari

penggenaan tarif pajak tersebut meliputi usaha yang beromzet dari Rp. 300 juta hingga Rp.

4,8 milliar, diluar dari jumlah tersebut maka akan dikenakan tarif pajak 25 % (Republika,

2010, Rahmany, 2011).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 3: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 971

SESI I/9

Didalam praktik perpajakan, pemerintah melaksanakan sistem self assessment.

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, bahwa tanggungjawab pajak terletak sepenuhnya pada wajib pajak dan

bukan pada pemerintah. Sehingga pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada para

wajib pajak untuk menilai usahanya, menghitung, membayar serta melaporkan secara

sukarela kewajiban pajak kepada petugas (fiksus) atau kantor pajak. Pada kenyataannya,

sampai saat ini pelaksanaan sistem yang memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada

masyarakat (sebagai wajib pajak) belum memberikan dampak yang efektif. Tercermin pada

pernyataan Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengemukakan bahwa tax ratio

Indonesia dibanding negara-negara lain di ASEAN hanya mencapai 11,76% atau sebesar Rp.

7,427,10 triliun, kenyataan ini menggambarkan realisasi penerimaan pajak yang belum

optimal (Antara, 2012).

Selain itu, berdasarkan laporan SPT untuk wajib pajak badan adalah 466.000. Pada

kenyataannya, jumlah badan usaha yang berdomisili tetap dan masih aktif beroperasi

berjumlah sekitar 12, 9 juta. Sehingga, rasio SPT badan terhadap jumlah badan usaha aktif

hanya 3,6%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi berikut kesadaran wajib

pajak masih sangat rendah. Ditegaskan pula oleh Fuad Rahmany (Dirjen Pajak Indonesia)

bahwa „bukan hal mudah merealisasikan target penerimaan perpajakan yang tahun ini sebesar

Rp878, 7 triliun (75, 4% dari total target penerimaan negara Rp1.165, 3 triliun), (Harian

Seputar Indonesia, 2011).

Di banyak negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia mayoritas wajib pajak

memiliki perilaku penghindaran pembayaran pajak, maupun perencanaan pajak untuk

meminimalkan jumlah yang dibayarkan dibandingkan jumlah yang seharusnya. Perilaku

wajib pajak yang kurang bertanggung jawab ini akan menimbulkan isu nasional yang

fenomenal. Apalagi, kondisi yang kurang menguntungkan ini didukung juga oleh lembaga-

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 4: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 972

SESI I/9

lembaga keuangan swasta atau kantor- kantor konsultan akuntansi maupun perpajakan

dengan menawarkan jasa untuk menghitung serta melakukan analisis keuangan dalam usaha

melakukan tax avoidance yaitu perencanaan pajak secara legal untuk menghindari

pembayaran pajak secara maksimal.

Oleh karena itu, dalam rangka mendukung program pemerintah dalam mematuhi

kebijakan baru dibidang perpajakan bagi UMKM, penelitian ini penting untuk dilakukan dan

akan memberikan kontribusi signifikan terhadap penyempurnaan program baru pemerintah di

bidang perpajakan-UMKM. Artinya bahwa efektifitas pelaksanaan program pajak

penghasilan UMKM adalah sangat bergantung pada seberapa jauh pihak pembuat keputusan

dalam hal ini petugas pajak mengetahui dan memahami perilaku, keinginan maupun prioritas

harapan wajib pajak khususnya pelaku UMKM terhadap kesesuaian dan kebermanfaatan

program pemerintah di bidang pajak.

1.1 Permasalahan Penelitian

Mengingat keberhasilan program perpajakan UMKM adalah tidak terlepas dari

kesadaran dan harapan dari wajib pajak sehingga termotivasi untuk menjadi patuh dalam

memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan peraturan, maka dirumuskan tujuan khusus dari

penelitian ini, yaitu (1). mengidentifikasi harapan dari pelaku wajib pajak UMKM yang

mempengaruhi sikap dan prilaku mereka terhadap sistim perpajakan dan tarif pajak UMKM

yang diterapkan di Indonesia; (2). untuk mengidentifikasi sejauh mana prioritas harapan dari

pelaku wajib pajak UMKM, yaitu karakteristik apa saja yang menjadi prioritas utama sampai

kepada karakteristik tidak utama yang dapat mempengaruhi prilaku dan kepatuhan mereka

terhadap sistim dan tarif pembayaran pajak.

Sehingga, temuan ini diharapkan sebagai dasar untuk membangun hubungan antara

perilaku dan kepatuhan pajak wajib pajak UMKM di Malang, khususnya yang menjadi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 5: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 973

SESI I/9

“Prioritas Utama” bagi pelaku UMKM di Malang agar mereka termotivasi dalam

melaksanakan kewajiban pembayaran pajaknya.

Penelitian ini menggunakan perspektif teori utilitas multiatribut (Multiattribute Utility

Theory - MAUT) oleh Shafir dan LeBoeuf (2004) dalam melakukan evaluasi dan analisa

fenomena yang terjadi pada wajib pajak UMKM, yaitu teori yang didasarkan pada kebutuhan

individu dalam tujuannya membuat keputusan dengan terlebih dahulu membuat evaluasi

berbagai alternatif, dimana dalam alternatif tersebut mengandung atribut-atribut yang

bermakna yang dipahami oleh individu. Misalnya jika individu dihadapkan pada banyak

alternatif cara atau tipe atau karakteristik dari suatu peraturan yang harus dipilih, maka

individu harus menentukan prioritas utama yang sekaligus mencerminkan harapannya

1.2 Tujuan Penelitian

Adanya sistem penghitungan pajak yang menganut sistem self assessment yang dimulai

pada Tahun 1983 bersamaan dicanangkannya reformasi perpajakan di Indonesia dengan

memberikan otonomi kepada wajib pajak untuk menilai, melaporkan dan menyetor sendiri

pajaknya kepada fiskus. Ternyata inipun, masih memberikan dampak yang belum signifikan,

meskipun terjadi peningkatan penerimaan pajak dibandingkan dengan target penerimaan

pajak Tahun 2011, yaitu sebesar 4,31% (Paonganan, 2012). Begitupun proses penghitungan

pajak yang didasarkan dari aturan dalam penetapan besaran pajak yang menggunakan omzet

atau peredaran bruto dan tidak didasarkan pada laporan keuangan atau pembukuan secara

normal (Peraturan Menteri Keuangan No. 01/PMK.03/2007). Sehingga konsekuensi bagi

pengenaan pajak adalah tidak didasarkan pada laba atau rugi usaha. Maka cara tersebut

semakin membuat wajib pajak mengalami dismotivation.

Berdasarkan persepsi wajib pajak UMKM, kebijakan perlakuan pembayaran pajak

UMKM beserta sistem penghitungan pajaknya dirasakan sangat sulit untuk di implemtasikan

di UMKM. Oleh sebab itu, insentif untuk tujuan meningkatkan manfaat secara ekonomis di

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 6: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 974

SESI I/9

pihak pelaku usaha (sebagai wajib pajak) serta efektifitas bagi pemungutan pajak oleh pihak

fiskus adalah diperlukan, mengingat bahwa pengenaan pajak didasarkan pada norma dan

bukan berdasarkan pada laporan keuangan normal (laba atau rugi) suatu unit usaha.

Dalam rangka mengantisipasi berbagai bentuk penyebab ketidakpatuhan dan

penghindaran pajak yang sedang diinisiasi oleh pemerintah saat ini, telah menjembatani

penelitian ini dilakukan dengan fokus pada struktur harapan yang dicerminkan melalui skala

prioritas dari para pelaku wajib pajak UMKM jika program pemerintah ini secara efektif

telah dilaksanakan. Tujuan khusus yang akan dicapai adalah berkaitan dengan temuan-

temuan relevan dilapangan berkaitan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan

harapan-harapan (keinginan) para wajib pajak UMKM. Sehingga dari identifikasi dan

membangun struktur (skala) prioritas harapan yang dimiliki oleh para wajib pajak UMKM

memungkinkan untuk mengetahui alasan-alasan mendasar yang menjelaskan adanya

hubungan erat dan berkaitan antara harapan dan motivasi terhadap keputusan kepatuhan

membayar pajak penghasilan.

1.3 Manfaat Penelitian

Pengenaan peraturan baru tentang pajak penghasilan bagi UMKM meningkatkan opini

pro dan kontra khususnya bagi pelaku UMKM. Bagi pengusaha yang tergabung didalam

skala UMKM dapat berdampak pada semakin meningkatknya jumlah wajib pajak yang tidak

patuh maupun yang menghindari pembayaran pajak. Hal ini disebabkan karena selain oleh

ketidak mampuan pelaku UMKM dalam membuat laporan keuangan secara baik dan benar,

adalah juga belum efektifnya pemerintah dalam mengidentifikasi dan memahami harapan-

harapan yang diinginkan oleh para pelaku UMKM seandainya para pelaku UMKM tersebut

patuh membayar pajak penghasilan mereka. Saat ini, pemerintah melalui Ditjen (Direktorat

Jendral) pajak melalui petugas pajak dalam melaksanakan program ekstensifikasi yang

proaktif melalui pelaksaan SPN (Sensus Pajak Nasional), mendatangi subjek pajak secara

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 7: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 975

SESI I/9

langsung di lokasi tempat usaha atau tempat tinggal wajib pajak dalam rangka untuk

mengantisipasi ketidakpatuhan, membantu melakukan pendataan wajib pajak perorangan

pribadi dan badan serta membantu proses penghitungan pajak.

Suatu alasan penting lain dengan diberlakukannya SPN yaitu, data yang dikumpulkan

dari hasil sensus akan dijadikan dasar pertimbangan menentukan kebijakan penerimaan

negara khususnya dari sektor perpajakan.

”Kalau kita mau meningkatkan tax ratio tanpa punya data yang akurat, itu tidak

efektif,” Ungkap Hatta (Harian Seputar Indonesia - c, 2011). Sementara, pada sisi kalangan

dunia usaha juga mendukung upaya ekstensifikasi yang dilakukan pemerintah untuk

memperlebar potensi penerimaan negara.

”Harus kita dukung, asalkan tidak hanya menarik atau memungut pajak saja tapi harus

ada pembenahan juga di internal”

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi (Harian Seputar Indonesia

- c, 2011).

Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang dan manfaat penelitian bahwa

pelaksanaan program SPN saja dirasa masih kurang memadai, karena program SPN

merupakan sebuah institusional program yang di prakarsai dari sisi pemerintah dalam rangka

mengantisipasi fenomena wajib pajak, dengan memfungsikan aparat pajak yang ada. Artinya

bahwa tanpa memahami bagaimana subyek yang terlibat yaitu wajib pajaknya, sejauh

manakah masyarakat/wajib pajak menanggapi dunia perpajakan saat ini. Apakah yang

mereka inginkan?, mengapa mereka menghindari pembayaran pajak? atau tidak patuh dan

melakukan pelanggaran pajak. Sehingga pada akhirnya harapan apa saja yang diinginkan oleh

para wajib pajak dapat diungkapkan, dipahami dan diakomodasikan serta dilaksanakan oleh

pemerintah (aparat pajak)?. Berdasar pertimbangan permasalah perpajakan terbaru yaitu

pemberlakuan UU pajak Penghasilan UMKM serta dalam rangka untuk memberikan

maanfaat penelitian ini kepada pemerintah (khususnya aparatur pajak) serta masyarakat

secara umum, maka penelitian ini sangat diperlukan dan penting untuk dilakukan.

Kepentingan penelitian selain memberikan manfaat bagi wajib pajak khususnya

UMKM juga bagi institusi pemerintah, Ditjen Pajak melalui luaran penelitian yang mampu

untuk mendukung agenda nasional pemerintah dalam mengkaji dan memecahkan permasalah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 8: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 976

SESI I/9

yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi maupun badan. Diharapkan

penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman perilaku serta kesadaran

masyarakat untuk mematuhi peraturan baru UU pengenaan pajak UMKM; mendukung

pengelolaan pajak daerah khususnya yang berasal dari UMKM di Malang dengan

memberikan informasi yang berkenaan dengan harapan pelaku UMKM; mendukung

peningkatan kapasitas hukum yang berkaitan dengan penghindaran pajak baik ilegal maupun

legal; mendukung program pemerintah untuk mengembangkan kebijakan perpajakan melalui

media dan publikasi ilmiah; serta bermanfaat dalam kajian ilmiah yang membahas dan

berusaha untuk memahami keterkaitan antara kepatuhan dan tingkat pemilihan keputusan

prioritas wajib pajak, khususnya yang berkaitan dengan konsep perilaku yang muncul karena

refleksi dari persepsi, atensi dan psikologi individu.

2. Studi Pustaka

Telah banyak penelitian yang dilakukan di negara maju maupun di negara sedang

berkembang termasuk di Indonesia, yang berkaitan dengan isu-isu tentang perilaku ketidak

patuhan pembayaran pajak yang didasarkan pada hubungan antara persepsi individu, perilaku

dan sikap wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Demikian pula bahwa baik

persepsi, perilaku dan sikap, akan mempengaruhi pemilihan keputusan individu, sehingga

dalam hal ini kebutuhan individu untuk mengevaluasi berbagai alternatif pilihan adalah

penting. Artinya bahwa jika individu (pelaku usaha) dihadapkan pada peraturan perpajakan

yang akan dikenakan maka secara nyata individu akan mengevaluasi atau menilai kinerja

pemerintah berkenaan dengan kebijakan yang dilaksanakan. Hal ini juga sekaligus

mencerminkan harapan (keinginan) dari para pelaku usaha (UMKM) sebagai wajib pajak.

Teori utilitas multiatribut (Multiattribute Utility Theory - MAUT) yang mendasari konsep

persepsi, kognisi dan motivasi adalah bermanfaat untuk memahami individu dalam

mengambil keputusan serta analisa terhadap penentuan prioritas-prioritas harapan

multikriteria (multicriteria expectation priorities) dan sekaligus sebagai fokus dalam

penelitian ini.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 9: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 977

SESI I/9

2.1 Teori Utilitas Multiatribut (Multiattribute Utility Theory - MAUT)

Multiattribute Utility Theory (MAUT) adalah suatu konsep yang mendasari dalam

pembuatan keputusan diantara berbagai alternatif keputusan. Dalam domain “pilihan”, suatu

alternatif seringkali merupakan pilihan-pilihan (options) yang mempunyai kerakteristik

berlawanan satu dengan lainnya, yaitu terdapat pilihan yang mempunyai atribut positif dan

negatif (Shafir dan LeBoef, 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa MAUT merupakan teori

untuk mengeksplorasi fundamental (dasar) yang digunakan dalam menginvestigasi berbagai

atribut pilihan (Adam dan Fagot, 1959; Tversky, 1967) dan analisis keputusan (Raiffa, 1968),

sehingga pada era selanjutnya keduanya dikembangkan sebagai konsep normatif tentang

bagaimana menentukan keputusan sulit yang pada akhirnya digunakan oleh pembuat

keputusan (Keeney dan Raiffa, 1976). Secara ideal bahwa MAUT membantu para pembuat

keputusan untuk memformalkan prioritas (Fischer, 1975; Keeney dan Raiffa, 1976).

Didasarkan pada MAUT, suatu pilihan mula-mula diidentifikasi berdasar persepsi

individu dalam memahami peristiwa atau pengalaman dan individu berusaha untuk

memberikan penilaian terhadap atribut-atribut (dimensi-dimensi yang bermakna), artinya

bahwa individu berusaha untuk memberikan bobot “tingkat kepentingan” terhadap masing-

masing atribut yang dipahaminya. Masing-masing pilihan dievaluasi berdasar masing-masing

atribut yang telah diberikan bobot tersebut dan menghasilkan set yang dinamakan “utilitas

atribut tunggal (single-attribute utility)” atau set “ukuran lokasi (location measures)” yang

selanjutnya dikumpulkan berdasarkan kesesuaian dengan atribut yang diboboti. Sehingga

secara normatif bahwa hasil pembobotan berbagai pilihan secara keseluruhan mencerminkan

tingkat utilitas (Edwards dan Newman, 1982).

Studi yang mempelajari perilaku keputusan mencerminkan suatu aktifitas penelusuran

individu berdasarkan pengamatan secara fakta terhadap peristiwa maupun perilaku orang lain

dan berusaha untuk membandingkan berbagai karakteristik (atribut) yang terjadi antara

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 10: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 978

SESI I/9

persitiwa yang satu dengan yang lain atau perilaku individu satu dengan yang lain (Shafir dan

LeBoeuf, 2004). Selain hal tersebut, individu dalam perannya sebagai pembuat keputusan

dapat membandingkan atribut pilihan atau harapan satu dengan lainnya. Jika individu

berusaha untuk mengeliminasi berbagai pilihan yang tidak sesuai dengan harapan yang

menjadi prioritas untuk dicapai, maka yang terjadi adalah adanya konflik kinerja dari

berbagai pilihan tersebut, artinya bahwa pilihan-pilihan atau prioritas-prioritas yang dimiliki

berusaha untuk saling meniadakan daripada saling terintegrasi, argumen dari pernyataan ini

adalah berbagai atribut yang dimiliki oleh berbagai pilihan (mencerminkan harapan) adalah

mempunyai nilai atau berharga bagi pengguna (Russo dan Dosher, 1983).

Begitupun dengan perilaku wajib pajak, bahwa setiap wajib pajak pasti mempunyai

persepsi, pengetahuan (kognisi) dan motivasi yang berasal dari penilain dari berbagai

peristiwa bahkan pengalaman yang selama ini dialami. Setiap wajib pajak memiliki harapan

yang didasarkan pada utilitas yang diharapkan terjadi. Berbagai pengalaman baik dari

pengamatan maupun yang dialami sendiri masing-masing mempunyai karakteristik dan

atribut yang dianggap paling sesuai dengan dirinya dan dimungkinkan bahwa mereka (wajib

pajak) berusaha untuk membuat skala prioritas terhadap utilitas yang diharapkan terjadi.

Walaupun dalam hal ini individu mungkin mengeliminasi utilitas yang memiliki tingkat yang

paling rendah (tidak prioritas) jika dikaitkan dengan biaya yang terjadi untuk mencapai

utilitas yang tidak prioritas.

2.2 Persepsi, Kognisi dan Motivasi

Persepsi individu merupakan anggapan (pengetahuan) menurut pengamatan dari diri

individu yang dipengaruhi oleh emosi atau perasaan sehingga menimbulkan kesimpulan

internal yang dianggap benar secara subyektif (Bem, 1972). Lebih lanjut Fazio, Zanna, and

Cooper (1977) mengemukakan bahwa melalui persepsi individu maka dapat diprediksi sikap

ekstrim yang akan timbul melalui perilaku individu yang berubah-ubah. Konteks penelitian

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 11: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 979

SESI I/9

ini, individu adalah pelaku UMKM dan terutama sebagai subyek pajak tentunya memiliki

persepsi yang dibangun berdasar pengamatan maupun pengalaman tentang berbagai peristiwa

berkenaan dengan selama mereka menjalankan usahanya (mis: syarat dalam pengurusan ijin

pendirian usaha, dsb.). Persepsi yang terbentuk akan mempengaruhi perilaku dan sikap yang

dicerminkan oleh berbagai karakteristik dan atribut-atribut yang berhubungan dengan

persepsi.

Proses kognitif yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan pengalaman adalah dapat

dijadikan petunjuk bagi pembuatan keputusan dan bahkan sampai pada pembuatan keputusan

yang mungkin tidak sesuai dengan aturan normatif baik di dalam sekelompok masyarakat

maupun dalam sebuah organisasi tertentu. Hal ini dikarenakan pembuatan keputusan selalu

melalui suatu jalinan proses untuk menuju kesadaran dan melibatkan bentuk preferensi

seseorang (pembuat keputusan) yang dapat menyebabkan atau bahkan seringkali tidak sesuai

atau melanggar asumsi-asumsi teori secara normatif (Kahneman dan Tversky, 1979).

Deci, Vallerand, Pelletier, and Ryan (1991) menyatakan bahwa motivasi dalam konteks

individu adalah dorongan untuk memenuhi, mengembangkan dan memaksimalkan kebutuhan

psikologis dasar individu secara otonomi. Peluang untuk memenuhi salah satu dari tiga

kebutuhan tersebut adalah sebagai pemicu timbulnya motivasi. Sedangkan peluang untuk

memenuhi kebutuhan psikologis dalam konteks sosial mensyaratkan adanya kontrol baik dari

komunitas maupun diluar komunitas.

Subyek pajak adalah individu yang rasional sekaligus subyektif dan dalam pembuatan

keputusan didasarkan pada berbagai informasi yang diproses untuk membangun suatu

kesimpulan yang subyektif. Suatu proses pengolahan informasi tentunya didasarkan pada

persepsi terhadap pelayanan pajak, pikiran rasional dan mentranformasi informasi untuk

mengkontruksi respon. Respon sebagai pemicu terhadap sikap baik untuk mematuhi maupun

tidak mematuhi aturan pajak.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 12: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 980

SESI I/9

Ketiga dimensi (persepsi, kognisi dan motivasi) membentuk kesadaran rasional

manusia (para pelaku UMKM) sebagai dasar utama untuk merespon, berperilaku maupun

menentukan sikap dalam menghadapi sistem perpajakan. Akan tetapi dimensi-dimensi

tersebut merupakan konstruk yang melatar belakangi munculnya karakteristik-karakteristik

nyata atau substansi spesifik dari pikiran dan harapan para pelaku UMKM sebagai subyek

pajak.

2.3 Karakteristik Keterbukaan, Ekonomi dan Demografi, Norma Individu dan Sosial

dan Karakteristik Situasional berhubungan dengan dimensi persepsi, kognisi dan

motivasi.

Jika didasarkan pada Teori Psikoanalisis - Freud bahwa manusia memiliki kebutuhan

dan keinginan (Freud, 1950). Keinginan dikembangkan oleh individu melalui kesadaran yang

ditimbulkan oleh pikiran manusia (human mind), misalnya persepsi, kognisi dan motivasi.

Selanjutnya bahwa kesadaran tersebut tentu dipengaruhi oleh pengalaman sebagai faktor

utama (key driver) yang akan diekspresikan secara sederhana melalui keputusan untuk

berperilaku dalam rangka memenuhi keinginannya. Faktor utama dalam Teori Freud adalah

“kecemasan” sebagai dasar individu untuk memahami diri, lingkungan dan mampu memilih

serta menentukan keputusan guna memenuhi keinginannya. Karakteristik keterbukaan,

ekonomi dan demografi, norma individu dan sosial serta karakteristik situasional dari pelaku

UMKM untuk menghadapi persoalan pajak adalah suatu pengalaman yang membentuk

kesadaran dalam menghadapi persoalan bisnis terutama berkenaan dengan pajak. Hal ini

mengacu pada argumen bahwa individu akan mendefinisikan masalah (melalui

kesadarannya) dan berusaha untuk menyeleksi berbagai masalah berdasar “kecemasan”

terhadap keberlanjutan usahanya dengan tujuan selain untuk memenuhi keinginannya adalah

juga mengurangi risiko. Sehingga definisi dari karakeristik-karateristik tersebut yaitu:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 13: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 981

SESI I/9

a) Karakteristik keterbukaan adalah mencerminkan kepercayaan dari subyek pajak baik

terhadap sistem maupun petugas pajak.

b) Begitupun dengan karakteristik ekonomi dan demografi merupakan latar belakang

subyek pajak menentukan sikap yang didasarkan pada risiko denda, tingkat likuiditas,

skala dan posisi geografis dimana usahanya berada.

c) Sedangkan norma individu dan sosial mencerminkan moral atau etika sebagai wajib

pajak. Nilai-nilai sosial (masyarakat) akan memberikan kesadaran bagi wajib pajak untuk

menentukan sikap dengan berbagai konsekuensi sosial yang akan dialaminya.

d) Sedangkan karakteristik situasional mencerminkan peraturan, birokrasi dan hubungan

komunikasi antara pemungut pajak dengan subek pajak (Deci et al., 1991).

2.4 Atribut dari Keterbukaan, Ekonomi dan Demografi, Norma Individu dan Sosial

dan Karakteristik Situasional

Manusia secara alami memiliki energi psikis yang digerakkan oleh Das Es (Id) yang

mengacu pada kata “sesuatu” (Freud, 2000). Id selanjutnya dipicu oleh Das Ich (ego)

maupun Das Ueber Ich (super ego), sehingga ketika energi Id meningkat akan menimbulkan

ketegangan, maka individu secara sadar meredakan ketegangan melalui reaksi-reaksi

terhadap simbol-simbol (menyebabkan kecemasan) yang menurutnya efektif untuk

dilakukan. Simbol-simbol ini disebut atribut. Atribut keterbukaan mencerminkan reaksi dari

berbagai pengalaman subyek pajak berkenaan dengan sistem maupun pelayanan pajak yang

selama ini dialami. Azmi and Perumal (2008) mengemukakan bahwa keterbukaan (fairness)

sangat berpengaruh terhadap penentuan sikap subyek pajak untuk mematuhi peraturan

pajak.Sehingga atribut tersebut dipicu oleh sistem distribusi dari pajak, tarif pajak yang

dikenakan maupun informasi yang didapatkan dari pihak fiskus dan dialami oleh wajib pajak.

Atribut adanya pinalti (denda), tingkat likuiditas, skala usaha dan lokasi usaha

merupakan atribut dari karakteristik ekonomi dan demografi yang signifikan dapat

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 14: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 982

SESI I/9

mempengaruhi keputusan subyek pajak dalam memenuhi kewajibannya (Alm, 1999). Selain

itu bahwa likuiditas merupakan atribut yang menjadi pemicu bagi penghindaran pajak,

dimana likuiditas akan menjadi masalah bagi pelaku UMKM yang berhubungan dengan

pajak jika mereka memiliki pemahaman yang rendah tentang akuntansi dan keuangan

(Webley, 2002).

Pada dimensi lain bahwa suatu aturan yang tidak formal (non legal rule) atau kewajiban

individu yang mendorong (memotivasi) individu atau kelompok untuk mengikuti suatu

peraturan formal meskipun dalam masyarakat tidak secara formal di-legal-kan. Sehingga

dalam hal ini setiap individu mendapatkan sedikit atau bahkan banyak tekanan untuk

menjalankan norma-norma yang kadang secara implisit terbentuk dan bahkan masih memiliki

sanksi sosial (sebagai atribut) adalah norma individu dan sosial (Lederman, 2003).

Begitupun dengan kompleksitas dari regulasi perpajakan dan birokrasi maupun

hubungan baik pihak fiskus secara individual dengan pelaku UMKM sebagai subyek pajak

merupakan atribut penting yang berpengaruh terhadap motivasi dari subyek pajak untuk

melaksanakan kewajibannya (Devos, 2007). Atribut-atribut tersebut mencerminkan

karakteristik situasional yang secara psikologis dapat membentuk persepsi dan keputusan

pelaku UMKM dalam menghadapi sistem perpajakan.

3. Metoda Penelitian

3.1 Analisis Ekspektasi Multi Kriteria (Multi Criteria Expectation Analysis) sebagai

Dasar Sikap Wajib Pajak terhadap Peraturan Perpajakan UMKM.

Jika para pembuat keputusan diharuskan memilih berbagai alternatif pilihan, sudah

sewajarnya jika mereka memilih yang memiliki tingkat utilitas yang paling besar

dibandingkan dengan pilihan lainnya yang ada. Suatu proses untuk menetapkan sebuah

pilihan tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah (Lootsma, 1999). Seringkali bahwa

pemilihan alternatif melibatkan pertimbangan subyektif setiap individu dan bahkan mereka

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 15: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 983

SESI I/9

(setiap individu) mempunyai perrtimbangan yang berbeda-beda sesuai dengan persepsi dan

pemahaman mereka terhadap berbagai alternatif tersebut.

Banyak keputusan dibangun dengan persiapan waktu yang cukup lama, hal ini tidak

hanya dialami oleh birokrasi atau dalam organisasi besar misalnya industri atau institusi

pemerintah, tetapi juga sampai pada organisasi kecil sekalipun misalnya keluarga (Lootsma,

1999). Jika sesegera mungkin permasalahan dapat diidentifikasi, maka semakin para pembuat

keputusan memiliki waktu yang cukup untuk menetapkan pilihan utama yang diharapkan.

Artinya bahwa jika selama ini para pelaku usaha (UMKM) dihadapkan pada berbagai

permasalahan ekonomi maupun perpajakan atau pungutan retribusi usahanya dan secara dini

permasalahan tersebut dapat diidentifikasi, maka para pelaku usaha akan semakin mampu

untuk mengevaluasi atau menilai berbagai alternatif pilihan sebagai dasar dalam memutuskan

sikap untuk mematuhi atau tidak mematuhi peraturan perpajakan yang diterapkan di

Indonesia.

Demikian pula di pihak aparat pajak (fiskus) atau regulator, bahwa semakin cepat

untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan di masyarakat terkait dengan perpajakan

(misalnya kepatuhan pembayaran pajak) maka aparat pajak akan mampu untuk menyediakan

alternatif-alternatif pilihan yang terkait dengan pungutan pajak bagi para wajib pajak,

misalnya didasarkan pada prioritas-prioritas atau kriteria-kriteria yang diharapkan dari

masyarakat terkait dengan sistem perpajakan yang selama ini berjalan maupun yang akan

diterapkan di masa depan. Saaty TL dan Vargas LG (2001) mengemukakan bahwa analisis

ekspektasi multikriteria dapat diukur menggunakan Analisis Proses secara Hirarki

(Analytical Hierarchy Process-AHP).

3.2 Rerangka Pikir Penelitian

Berdasar tinjauan teoritis yang telah dijelaskan dimuka, penulis menggambarkan

atribut-atribut dari berbagai karakteristik, yaitu Keterbukaan, karakteristik Ekonomi dan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 16: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 984

SESI I/9

Demografi, Faktor Norma Individu dan Sosial dan karakteristik Situasional yang

mempengaruhi Sikap Wajib Pajak (Pelaku UMKM) Terhadap Peraturan Perpajakan para

pelaku UMKM di Malang disajikan dalam gambar 1 (hal. 30).

3.3 Alat Analisis, Sampel dan Sumber Data

Dalam rangka mengeksplorasi, pengumpulan data dan penganalisaan maka penelitian

ini menggunakan metoda kuantitatif dengan menggunakan analisa ekspektasi multi kriteria

yang merupakan replikasi dari analisa keputusan multi kriteria (Multi Criteria Decision

Analysis – MCDA) sebagai metoda dalam indentifikasi secara hirarki dan terstruktur untuk

tujuan menjawab permasalahan penelitian. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan

alat analisis yang tepat untuk mengukur skala prioritas ekspektasi wajib pajak (berdasar

atribut) yang mempengaruhi sikap maupun keputusan terhadap kepatuhan membayar pajak.

Desain metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder

dan primer. Data sekunder diperoleh dari Kantor Koperasi dan UMKM dan institusi lain

(universitas dan organisasi swasta). Data primer menggunakan metoda survei dan

wawancara. Observasi dan interview secara terbuka kepada pelaku/pemilik UMKM di

Malang yang berkaitan dengan persepsi, tanggapan dan kepatuhan para pelaku UMKM jika

diberlakukan UU pajak bagi mereka; yang tak kalah pentingnya adalah untuk mengetahui

perilaku UMKM terhadap kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak. Observasi

untuk menentukan sampel dan melakukan penyebaran kuesioner adalah penting untuk

selanjutnya dianalisis secara kuantitatif menggunakan alat AHP, sehingga tujuan dipilihnya

strategi ini adalah untuk menentukan distribusi hirarki atau struktur skala prioritas ekspektasi

masyarakat terhadap fenomena dalam sebuah populasi (melalui sampel) yang dipilih. Strategi

ini juga dipilih dalam usaha membangun suatu instrumen yang fit dengan fenomena yang

diteliti. Hal ini disebabkan instrumen yang ada, saat ini belum tersedia khususnya yang

mengkaji perilaku dan sikap wajib pajak UMKM. Tujuan lain adalah untuk memberikan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 17: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 985

SESI I/9

bukti empiris terhadap perilaku maupun persepsi pelaku terhadap program Sensus Pajak

Nasional (SPN). Analisis kuantitatif digunakan untuk memberikan bukti empiris tentang

persepsi dan perilaku UMKM terhadap program Pajak yang dilaksanakan oleh Pemerintah.

Pengumpulan data yang representative terhadap populasi berkaitan dengan fenomena

yang diteliti adalah menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a) UMKM yang dipilih adalah meliputi Kabupaten dan Kota Malang

b) Data sampel merupakan pelaku/pemilik dari UMKM baik yang terdaftar di Dinas

Koperasi dan UKM maupun yang tidak terdaftar.

c) Data sampel adalah telah pelaku UMKM yang beroperasi secara

berkesinambungan selama 5 Tahun berturut-turut, yaitu Tahun 2005 sampai

dengan Tahun 2010

d) Skala usaha ditentukan berdasarkan omzet penjualan per tahun (berdasar UU-RI

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Data dikumpulkan selain dengan wawancara untuk tujuan mendapatkan dimensi-dimensi

persepsi terhadap baik pelaksanaan pungutan pajak oleh petugas selama ini, perilaku

penghindaran pajak oleh wajib pajak maupun pencatatan dan pelaporan keuangan wajib pajak

guna kepentingan pajak, juga menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Saaty TL

dan Vargas LG (2001) yang telah dimodifikasi. Instrument terstruktur yang digunakan

berbentuk matrik hirarki perbandingan berpasangan (pairwise comparison), yaitu:

aji = 1/aij ..........................................formula 1

Keterangan:

a = besaran skala berdasar skala rasio AHP, dan

ji dan ij = kriteria atau alternatif yang ada.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 18: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 986

SESI I/9

3.4 Struktur Hirarki Keputusan Patuh atau Tidak Patuh Wajib Pajak Terhadap

Peraturan Pajak

Struktur hirarki merupakan rerangka yang mencerminkan dekomposisi, yaitu

pemecahan (pembagian) masalah-masalah yang saling berhubungan dan didasarkan pada

tujuan utama (keputusan patuh atau tidak patuh terhadap peraturan pajak – UMKM). Gambar

2 (hal. 31), menunjukkan dekomposisi masalah-masalah yang diidentifikasi berdasar dimensi

level dua, yaitu dimensi persepsi, kognisi dan motivasi, selanjutnya diidentifikasi berdasar

empat karateristik yaitu karateristik keterbukaan, ekonomi dan demografi, norma individu

dan sosial serta karakteristik situasional. Dari ke-empat karakteristik tersebut secara hirarki

diuraikan menjadi level empat yaitu atribut-atribut yang relevan dengan karakteristik yang

telah dijelaskan sebelumnya.

Struktur hirarki yang didasarkan pada berbagai dimensi dibangun dengan tujuan untuk

memberikan langkah-langkah terhadap rerangka proses pembuatan keputusan. Dalam

penelitian ini, pertimbangan komparasi (comparative judgement) dilakukan untuk menilai

kepentingan relatif pada level ke-tiga (karakteristik keterbukaan, karateristik ekonomi dan

demografi, karakteristik norma individu dan sosial dan karakteristik situasional) dimana

karakteristik-karakteristik tersebut memiliki simbol sebagai atribut yaitu : sistem distribusi

dari pajak, tarif pajak yang dikenakan dan informasi yang didapatkan dari pihak fiskus

(atribut dari karaktekteristik keterbukaan). Pinalti (denda), tingkat likuiditas dari pajak yang

dibayarkan, skala usaha dan lokasi usaha (atribut dari karakteristik ekonomi dan demografi).

Sanksi sosial (atribut dari karakterstik norma individu dan sosial). Kompleksitas dari regulasi

perpajakan dan birokrasi maupun hubungan baik pihak fiskus secara individual dengan

pelaku UMKM (atribut dari karaktersitik situasional). Hasil penilaian disajikan pada tabel 4

(hal. 28), yang mencerminkan alternatif preferensi (pairwise comparison matrix) wajib pajak

terhadap keputusannya didasarkan kepatuhan untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 19: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 987

SESI I/9

3.5 Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM di Malang Raya

(Kabupaten dan Kota). Setelah observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi

dimensi-dimensi yang berhubungan dengan perilaku penghindaran atau kepatuhan kewajiban

pajak, maka dimanifestasikan ke dalam instrumen guna melihat cross loadings sesungguhnya

antar dimensi. Guna kepentingan ini, dilakukan penyebaran kuesioner sebanyak 139

kuesioner kepada para pelaku UMKM dan 56 kuesioner yang kembali (40%) dan 52 yang

diolah (37%). Deskripsi responden penelitian ini adalah pada tabel 1 (hal. 26). Lebih lanjut

tabel 1, mendiskripsikan bahwa jumlah responden terbesar adalah berkisar pada usia 41-50

yaitu 47 responden (34%) dan diikuti oleh usia 31-40; 21-30 dan lebih dari usia 50 yang

artinya pada usia lebih dari 50 (19%), pelaku usaha secara umum tidak lagi menjalankan

usahanya. Hal ini dimungkinkan kegiatan usaha telah diturunkan kepada penerus maupun

dipindah tangankan kepada pihak lain.

3.6 Penyusunan Prioritas dan Analisis

Dalam AHP, prioritas disusun dengan menstrukturisasi berbagai elemen-elemen yang

mendasari individu dalam membangun suatu keputusan. Penyusunan dibangun dalam bentuk

elemen-elemen matrik berpasangan untuk tujuan mendapatkan nilai bobot relatif antar tingkat

kepentingan suatu prioritas.

3.6.1 Matrik Berpasangan (Pairwise Matrix)

Pengujian dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor determinan

bagi persepsi dan sikap pelaku UMKM terhadap kewajiban membayar pajak UMKM. Skala

rasio pada formula 1, diaplikasikan dalam penilaian berbagai alternatif oleh responden yang

didasarkan pada skala gradasi (tabel 3, hal. 28) ialah perbandingan secara kuantitatif menurut

Saaty TL dan Vargas LG (2001).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 20: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 988

SESI I/9

Aplikasi penilaian didasarkan pada tabel 3, menggunakan rata-rata atribut yang relevan

(berdasar masing-masing karakteristik) dengan argumen bahwa rata-rata mampu untuk

mereduksi fluktuasi terhadap berbagai penilaian responden secara subyektif terhadap masing-

masing karakteristik. Kepentingan relatif dari tiap karakteristik (karakteristik keterbukaan;

ekonomi dan demografi, norma individu dan sosial; karakteristik situasional) dinyatakan

sebagai bobot relatif (rata-rata) yang dinormalkan (normalized relative weight). Begitu juga

dengan normalized principal eigenvector adalah bobot nilai rata-rata berdasar rata-rata bobot

relatif masing-masing faktor. Tabel 4 (hal. 28) merupakan hasil survei preferensi sebagai

implikasi sikap wajib pajak (pelaku UMKM) terhadap kepatuhan pajak.

Tabel 5 (hal. 29) adalah bobot relatif yang dinormalkan sehingga menghasilkan

eigenvector pertama. Hasil pada eigenvector pertama menunjukkan bahwa karakteristik

ekonomi dan demografi sebagai karakteristik utama dan diikuti berturut-turut oleh

karakteristik keterbukaan, norma individu dan sosial, dan karakteristik situasional.

3.6.2 Matrik Konfirmasi Perubahan (Confirmation Changing Matrix)

Matrik konsistensi dibutuhkan dalam pengujian AHP bertujuan untuk melihat variasi

alternatif, preferensi atau judgement atau keputusan dari responden, artinya bahwa jika

terdapat variasi yang cukup tinggi (alternatif A dan B lebih besar dari 1) maka diindikasi

terdapat faktor-faktor pengganggu yang belum teridentifikasi dan secara signifikan

mempengaruhi penilaian masing-masing atribut dari berbagai alternatif yang ada. Tabel 6 dan

7 (hal. 29 & 30) adalah pembuktian perubahan yang terjadi dari penilaian responden.

Tabel 7 (hal. 30), menunjukkan perubahan dengan nilai masih dibawah 1 (Saaty, 1994),

maka hasil menunjukkan bahwa nilai eigenvector pertama sudah benar. Hasil tersebut

diperkuat dengan pembuktian terbalik menggunakan metoda konsistensi (Bhushan dan Rai,

2004), yaitu:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 21: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 989

SESI I/9

.......................................Formula 2

Keterangan:

C.I = Consistency Index

= Value of maximum eigen

n = Ordo

Pada penelitian ini jumlah ordo adalah 4, sehingga nilai konsistensi yang dihasilkan dari

formula 2 adalah:

Nilai rasio konsistensi yang ditetapkan Saaty (1994) merupakan fungsi dari indeks

konsistensi dibagi dengan indeks random (random index), yaitu:

............................................................Formula 3

Keterangan:

C.R = Consistency Ratio

C.I = Consistency Index

R.I = Random Index

Sedangkan indeks random merupakan nilai jumlah ordo relatif (n) terhadap indeks

random (I.R). Indeks random disajikan dalam tabel 8 (hal.30). Dalam penghitungan nilai

max. / 1C I n n

max

3,966766251 4. 0,011077916

4 1C I

..

.

C IC R

R I

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 22: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 990

SESI I/9

responden yang didasarkan pada tabel 4 (pairwise matrix) dengan mempertimbangkan empat

ordo, maka diperoleh rasio konsistensi sebesar:

Rasio Konsistensi dengan empat ordo diperoleh nilai sebesar -0,012308796. Suatu

matrik dikatakan konsisten jika bernilai lebih kecil dari 0,1 atau 10% (Bhushan dan Rai,

2004). Dengan demikian, hasil pengukuran dapat dikatakan konsisten (valid), sehingga

penentuan (identifikasi determinan) prioritas espektasi wajib pajak terhadap pelaksanaan

pajak UMKM dapat dilakukan.

Hasil pengujian menunjukkan kriteria dari pelaku usaha (UMKM) dalam keputusannya

untuk patuh atau tidak patuh adalah ditentukan oleh berbagai atribut (Pinalti atau denda,

tingkat likuiditas dan skala serta lokasi usaha) yang mencerminkan karakteristik ekonomi

dan demografi dengan bobot 39,72% sebagai kriteria utama (terbesar atau pertama), diikuti

dengan atribut dari keterbukaan (31.71%), yaitu distribusi pajak, tarif pajak dan informasi

yang didapatkan dari pihak fiskus; Norma individu dan sosial (14.30%), yaitu atribut sanksi

sosial dan kriteria ke-empat adalah situasional yaitu atribut kompleksitas dari regulasi

perpajakan, birokrasi dan hubungan baik dengan pihak fiskus (sebesar 14.28%).

4. Simpulan, Implikasi dan Keterbatasan

4.1 Simpulan

Meskipun penelitian di bidang kepatuhan pajak dan perilaku wajib pajak merupakan

bidang yang relatif baru dilakukan (OECD, 2010), akan tetapi telah mengalami pertumbuhan

yang pesat dalam publikasi. Kewajiban moral dan keinginan wajib pajak untuk melakukan

antisipasi baik terhadap besaran pungutan maupun penghindaran terhadap petugas pajak

adalah faktor yang signifikan dalam menjelaskan kepatuhan dan sekaligus sebagai consistent

predictor di sejumlah literatur (Braithwaite, 2009).

0,011077916. 0,012308796

0,90C R

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 23: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 991

SESI I/9

Hasil dari analisis membuktikan bahwa karakteristik ekonomi dan demografi dari

UMKM merupakan determinan dan sekaligus prioritas utama (paling penting) sebagai

pertimbangan pelaku usaha (UMKM) dalam menentukan sikap patuh atau tidak terhadap

peraturan dan undang-undang pajak yang akan dikenakan di masa depan. Hal ini karena

pelaku UMKM sebagai wajib pajak berusaha untuk dapat sustain dalam usaha dan

menghindari risiko likuiditas akibat dari pembayaran pajak. Begitupun bahwa karakteristik

keterbukaan juga merupakan prioritas penting selanjutnya (ke-dua) bagi pelaku UMKM

dalam menentukan sikap-nya terhadap peraturan perpajakan, artinya harapan dari para wajib

pajak (khususnya pelaku usaha) terhadap pemerataan distribusi pajak, tarif pengenaan dan

informasi kepada publik adalah penting bagi pelaku UMKM. Dengan demikian masyarakat

akan merasa yakin dan dapat melakukan kontrol sehingga masyarakat dapat meningkatkan

kepercayaan yang pada akhirnya pelaksanaan pungutan pajak menjadi lebih adil dan efektif.

Karakteristik norma individu dan sosial (prioritas ke-tiga) yaitu norma yang terbentuk

didasarkan pada keyakinan sekelompok masyarakat maupun masyarakat luas terhadap

pengalaman (apa yang dilihatnya) maupun anggapan tertentu bahkan keyakinan terhadap

atribut-atribut sanksi sosial sehingga secara otomatis membentuk suatu nilai-nilai yang harus

diikuti oleh anggota dalam kelompok atau komunitas di dalamnya (Ajzen, 2002). Akan tetapi

sebaliknya jika kecenderungan masyarakat sekitar atau suatu komunitas berperilaku

menghindari (tidak membayar) pajak, maka perilaku tersebut dapat mempengaruhi individu

(wajib pajak/pelaku individu UMKM) untuk juga mengikuti kecenderungan tersebut.

Karakteristik situasional menempati prioritas ke-empat yang menentukan sikap pelaku

usaha terhadap peraturan perpajakan, artinya kompleksitas regulasi perpajakan yang harus

dipenuhi oleh pelaku UMKM, birokrasi yang dirasakan berbelit dan hubungan baik antara

pihak fiskus dan pelaku UMKM akan membentuk sikap kepatuhan terhadap aturan

perpajakan. Pribadi yang terbentuk dari sistem kehidupan di masyarakat menjadi faktor yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 24: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 992

SESI I/9

membentuk perilaku anggota (individu) di dalamnya.. Berdasar karakteristik-karateristik

tersebut, suatu persepsi, kognisi dan motivasi yang didasarkan pada pengalaman (teori

psikoanalisis) adalah sangat penting yang akan melandasi kesadaran individu untuk

menentukan sikap atau berperilaku. Artinya bahwa perilaku pelaku usaha (UMKM) sebagai

wajib pajak terhadap peraturan perpajakan secara nyata sebenarnya memiliki kesadaran

tentang tanggungjawab-nya (kewajiban) dan sekaligus hak-nya sebagai wajib pajak.

4.2 Implikasi Penelitian

Peneitian terhadap perilaku wajib pajak adalah penting untuk dilakukan, mengingat

pada saat ini Pemerintah Indonesia tengah menginisiasi program pajak bagi para pelaku

UMKM. Perilaku patuh atau tidak patuh terhadap peraturan perpajakan secara fakta

merupakan fenomena yang selalu terjadi di masyarakat. Fakta tersebut didukung oleh OECD

(2010) bahwa masalah efektfitas yang terjadi tidak terlepas dari latar belakang ekonomi para

wajib pajak, artinya bahwa jika wajib pajak dihadapkan pada keputusan untuk membayar

pajak, mereka akan berpikir tentang risiko jika (pelakuUMKM) harus membayar pajak

terhadap kondisi ekonomi-nya.

Inti dari permasalahan disini adalah jika dihadapkan pada kewajiban pajak, secara

umum bahwa individu seringkali tidak jujur (dishonestly) dengan memberikan informasi

yang tidak tepat tentang kondisi usahanya, terutama yang berkenaan dengan obyek pajak,

misalnya omzet atau perputaran produk bruto atau bahkan laba yang diperoleh. Sehingga

implikasi permasalahan ini bahwa sebenarnya karakteristik ekonomi merupakan prioritas

(kriteria) utama yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan pembayaran pajak. Bukti ini

juga mendukung temuan yang dilakukan oleh Cowell (1990) bahwa secara fundamental

perilaku penghindaran kewajiban pembayaran pajak adalah didasarkan pada usaha untuk

mendistorsi informasi terutama faktor ekonomi kepada pihak Negara (fiskus).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 25: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 993

SESI I/9

Kontrol oleh pihak otoritas dan keterbukaan pelaksanaan sistem dan peraturan

perpajakan yang memberikan insentif bagi wajib pajak, merupakan faktor yang penting untuk

tujuan efektifitas pelaksanaan pungutan pajak. Selain tersebut keadilan terutama terhadap

pengenaan pajak terhadap seluruh wajib pajak merupakan hal yang penting untuk mendorong

motivasi para pelaku usaha dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Insentif secara ekonomi

dengan memberikan reward atau peraturan-peraturan yang dapat meringankan pembayaran

pajak juga akan memberikan motivasi bagi para pelaku usaha dalam melaksanaan

kewajibannya. Selain itu bantuan dalam penghitungan dan penilaian pajak yang dibebankan

maupun bantuan terhadap pelaporan keuangan perusahaan sampai prosedur pembayaran

adalah faktor yang dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak untuk mematuhi kewajiban

pajak-nya.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya dilakukan di daerah Kota dan

Kabupaten Malang; wajib pajak adalah perorangan yang tidak diklasifikasi menurut jenis

usaha, hal ini disebabkan bahwa penelitian berfokus pada persepsi dan perilaku pelaku

UMKM sebagai wajib pajak terhadap sistem maupun peraturan pajak yang akan dikenakan di

Indonesia. Selain itu, penelitian ini hanya membatasi terhadap dua pendekatan teori yang

digunakan yaitu: Teori utilitas multiatribut (Multiattribute Utility Theory - MAUT) dan teori

psikoanalisis (Freud, 1950) yang mendasari konsep persepsi, kognisi dan motivasi dalam

menjelaskan sikap pelaku usaha (UMKM) sebagai dasar dalam penentuan keputusan dan

sekaligus harapan terhadap perpajakan di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis tidak

berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor pemicu lain (skala usaha maupun jenis usaha)

yang berhubungan dan kemungkinan dapat memberikan dampak pada penentuan sikap patuh

atau tidak patuh terhadap peraturan perpajakan di Indonesia.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 26: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 994

SESI I/9

4.4 Saran

Berdasar diskusi dan pertimbangan keterbatasan pada penelitian ini, maka saran bagi

penelitian selanjutnya adalah diharapkan untuk lebih mengeksplorasi dimensi-dimensi atau

faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi maupun perilaku wajib pajak dengan

memperluas daerah penelitian. Adapun penelitian ini dilakukan sebagai studi kelayakan atau

bertujuan untuk memberikan informasi awal bagi rencana pelaksanaan program

pemberlakuan pajak bagi Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) di Indonesia pada

Tahun 2012. Sehingga saran bagi peneliti selanjutnya adalah lebih mengeksplorasi terhadap

efektifitas maupun dampak bagi pelaku usaha berdasar pelaksanaan program pemerintah

tersebut yang sekaligus sebagai dasar dalam melakukan evaluasi optimasi penerimaan pajak

Negara. Demikian pula dengan pendekatan yang digunakan bahwa disarankan untuk

penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan yang lebih luas selain pendekatan ekonomi

dan psikologi yang digunakan dalam penelitian ini.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 27: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 995

SESI I/9

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2002. Constructing a TPB Questionnaire: Conseptual and Methodological Considerations. September

(Revised January, 2006)

Alm, J. 1999. Tax Compliance and Administration The Handbook on Taxation. New York: Marcel Dekker.

Antara. 2012. Membidik Pajak di Pasar Modal. 26 Mei 2012.

Azmi, A. A. C., & Perumal, K. A. 2008. Tax Fairness Dimensions In Asian Context: The Malaysian

Perspective. International Review of Business Research Papers, 4(5), 11-19.

Bem, D. J. 1972. Self Perception Theory. Advances in experimental social psychology. New York.

Bhushan, N. Dan Rai, K. 2004. Strategic Decision Making. Springer-Verlag. London.

Braithwaite, V. 2009. Defiance in Taxation and Governance: Resisting and Dismissing Authority in a

Democracy. Cheltenham, UK: Edward Elgar.

Cowell, F. A. 1990. Cheating the Government: The Economics of Evasion. MIT Press, Cambridge.

Deci, E. L., Vallerand, R. J., Pelletier, L. G., & Ryan, R. M. 1991. Motivation and education: The self-

determination perspective. Educational psychologist, 26(3 & 4), 325-346.

Devos, K. 2007. Measuring and Analysing Deterrence in Taxpayer Compliance Research. Journal of Australian

Taxation, 10(2).

Edwards, W. Dan Newman, J. R. 1982. Multiattribute Evaluation. Beverly Hills, CA: Sage.

Ekonomi dan Bisnis. 2011. Kontribusi Koperasi dan UKM Terhadap PDB Capai 56,6%. 1 April 2011.

Fazio, R. H., Zanna, M. P., & Cooper, J. 1977. Dissonance and self-perception: An integrative view of each

theory's proper domain of application. Journal of experimental social psychology, 12, 464-479.

Freud, S. 1950. Freud: Dictionary of Psychoanalysis. New York: Philosophical Library.

Freud, S. 2000. Whose Freud? The Place of Psychoanalysis in Contemporary Culture. New Haven & London:

Yale University Press.

Harian Seputar Indonesia - a, 2011. Perlu Aturan Pajak Khusus. 3 Oktober 2011

Harian Seputar Indonesia - b, 2011. Kepatuhan Pajak Rendah. 01 Oktober

Harian Seputar Indonesia - c, 2011. Sensus Pajak Nasional Dimulai Besok, 29 September 2011

Kahneman, D. Dan Tversky, A. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk. Econometrica.

Kementrian Negara Koperasi dan UKM - RI, 2009. Informasi kebijakan perpajakan bagi Koperasi dan UKM.

Kompas, 2010. “Ditjen pajak Kaji Pembebasan Pajak UKM”.http://bisniskeuangan.kompas.com

Lederman, L. 200). The Interplay Between Norm & Enforcement in Tax Compliance. Ohio State Law Journal,

64(6), 1454 - 1514.

Lootsma, Freerk A. 1999. Multi-Criteria Decision Analysis via Ratio and Difference Judgement. Kluwer

Academic Publisher.

OECD 2001. Compliance Measurement – Practice Note: 1-23. Organisation for Economic and Corporation

Development.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 28: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 996

SESI I/9

OECD 2005. Compliance Risk Management: Managing and Improving Tax Compliance. Organisation for

Economic and Corporation Development.

OECD 2010. Forum On Tax Administration: Small/Medium Enterprise (SME) Compliance Subgroup.

Organisation for Economic and Corporation Development.

Paonganan, Abednego, T. 2012. Seminar Nasional Langkah-Langkah Strategis Menuju APBN Surplus.

Rapimnas LMR-RI. Jakarta.

Peraturan Menteri Keuangan R.I. No. 01/PMK.03/2007. Tentang Penyesuaian Besarnya Peredaran Bruto Bagai

Wajib Pajak Orang Pribadi yang Boleh Menghitung Penghasilan Neto dengan Menggunakan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto.

Rahmany, F. 2011. “Desain pajak Untuk Usaha Mikro dan UKM Disiapkan”. Bisnis.com, 12 Agustus

Rahmany, F. 2011. “Usaha Mikro Bakal Kena Pajak 0,5%, UKM 3%“. detikfinance.com, 12 Agustus

Raiffa, H. 1968. Decision Analysis: Introductory Lectures on Choices Under Uncertainty. Reading, MA:

Addison. Wesley.

Republika, 2010. “UKM Wajib bayar Pajak, Ditjen Pajak pun Intip Pengusaha Warteg”. republika.co.id, 05

Desember 2010

Russo, J. E. Dan Dosher, B. A. 1983. Strategies for Multiattribute Binary Choice. Journal of Experimental

Psychology: Learning, Memory, and Cognition. 9(p.96-676).

Saaty T. L. dan Vargas L. G. 2001. Models, Methods, Concepts and Applications of the Analytic Hierarchy

Process. Kluwer, Dordrecht.

Shafir, Eldar dan LeBoeuf, Robyn A. 2004. Context and Conflict in Mutiattribute Choice. Blackwell Publishing

Ltd.

Tversky, A. 1967. Additivity, Utility, and Subjective Probability. Journal of Mathematical Psychology, 4(p.175-

201).

Tversky, A. Dan Shafir, E. 1992a. Choice Under Conflict: The Dynamics od Deferred Decision. Psychologycal

Science.

Undang-Undang Perpajakan No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Webley, P. 2002. Tax Compliance Economic Crime.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 29: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 997

SESI I/9

Lampiran 1. Tabel

Tabel 1. Deskripsi Demografi Responden dan Response Rate

Usia (Tahun) Jumlah Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Persentase

Laki-

laki

Perempuan S2 S1 SMU Dipl.

≥ 51 26 21 5 2 19 5 0 19%

41-50 47 36 11 12 27 7 1 34%

31-40 35 33 2 10 18 7 0 25%

21-30 31 24 7 0 29 2 0 22%

Total 139 114 25 24 93 21 1 100%

Kuesioner yang

disebar

139

Kuesioner yang

kembali

56 40%

Kuesioner yang

tidak diolah

4 3%

Kuesioner yang

dapat diolah 52 37%

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 30: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 998

SESI I/9

Tabel 2. Deskripsi Data Sekunder UMKM di Kabupaten dan Kota Malang Perioda Tahun 2005 - 2010

Tahun

Operasi

Omzet ≤

300.000.000

300.000.000 <

Omzet ≤

2.500.000.000

2.500.000.000 <

Omzet ≤

50.000.000.000

Presentase unit berdasar total masing-

masing skala usaha pada tahun

pengamatan (%)

Jumlah data yang digunakan dalam

penelitian

(Jumlah Unit

Skala Usaha

Mikro)

(Jumlah Unit

Skala Usaha

Kecil)

(Jumlah Unit

Skala Usaha

Menengah)

Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah

2005 590 386 154 16,38 16,82 17,44 233 192 110

2006 597 376 149 16,57 16,38 16,87 234 190 107

2007 586 384 139 16,27 16,73 15,74 232 192 102

2008 601 379 144 16,69 16,51 16,31 234 191 105

2009 611 382 150 16,96 16,64 16,99 236 191 108

2010 617 388 147 17,13 16,91 16,65 237 193 106

TOTAL

(Unit)

3.602 2.295 883 100 100 100 1.405 1.150 638

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM – Malang dan Berbagai Instansi lain di Malang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 31: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 999

SESI I/9

Tabel 3. Skala Gradasi Perbandingan Kuantitatif berdasar AHP (Saaty TL dan Vargas LG, 2001)

Intensitas dari kepentingan

pada skala absolut

Definisi Keterangan

1 Sama pentingnya Kedua aktifitas memberikan

kontribusi sama pada tujuan

3 Sedikit lebih penting yang satu

atas yang lain

Pengalaman dan persepsi

mencerminkan penilaian yang

satu sedikit lebih dari yang lain

(alternatif satu sedikit lebih

disukai dari yang lain).

5 Cukup penting Pengalaman dan persepsi

mencerminkan penilaian yang

satu lebih penting dari yang lain

(alternatif satu lebih disukai dari

yang lain).

7 Sangat penting Alternatif yang satu dinilai

sangat penting dibandingkan

dengan yang lain (alternatif yang

satu lebih mendominasi daripada

yang lain).

9 Tingkat kepentingan yang

ekstrim

Alternatif yang satu dinilai

sangat ekstrim penting

dibandingkan dengan yang lain

(alternatif yang satu lebih

mendominasi dan sangat nyata

daripada yang lain).

2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua

keputusan yang saling

berdekatan

Resiprokal Jika alternatif i mempunyai nilai

lebih tinggi daripada j, maka j

mempunyai nilai berbalikan

ketika dibandingkan dengan i

Rasio Rasio yang didapat langsung dari

pengukuran

Sumber: Saaty T.L dan Vargas L.G (2001).

Tabel 4. Pairwise Comparison Matrix Preferensi Wajib Pajak

Alternatif

( x = rata-rata

atribut)

Faktor

Keterbukaan

Faktor Ekonomi

dan Demografi

Norma Individu

dan Sosial

Faktor

Situasional

Faktor

Keterbukaan

1 1 3 3/5

Faktor Ekonomi

dan Demografi

3 1 5/3 1/3

Norma Individu

dan Sosial

1/5 1/5 1 2/1

Faktor

Situasional

3/7 1/3 1 1

Total 4,63 2,53 6,67 3,93

Sumber: Data primer Tahun 2012 yang diolah.

Tabel 5. Matrik Eigenvector Pertama

Alternatif

( x = rata-rata

atribut)

Faktor

Keterbukaan

Faktor

Ekonomi

dan

Demografi

Norma

Individu

dan

Sosial

Faktor

Situasional

Eigenvector

Pertama

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 32: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1000

SESI I/9

Faktor

Keterbukaan

4,86 2,80 8,27 7,53 0,31705915

Faktor Ekonomi

dan Demografi 6,48 4,44 12,67 5,80 0,39721431

Norma Individu

dan Sosial 1,86 0,60 3,93 4,19 0,14296626

Faktor

Situasional 2,06 1,30 3,84 3,37 0,14276029

Tabel 6. Matrik Eigenvector Kedua

Alternatif

( x = rata-rata

atribut)

Faktor

Keterbukaan

Faktor

Ekonomi

dan

Demografi

Norma

Individu

dan Sosial

Faktor

Situasional

Eigenvector

Kedua

Faktor

Keterbukaan 72,57 40,76 137,07 112,81 0,31570244

Faktor Ekonomi

dan Demografi 95,69 53,00 181,93 147,13 0,41525374

Norma Individu

dan Sosial 28,82 15,65 54,51 48,04 0,12778374

Faktor

Situasional 32,44 18,18 61,46 50,44 0,14126007

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 33: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1001

SESI I/9

Tabel 7. Tingkat Perubahan Eigenvector 1 dan 2

Eigenvector _ 1 Eigenvector _ 2 Tingkat Perubahan

0,317059

0,315702 0,0014

0,397214 0,415254 -0,0180

0,142966 0,127784 0,0152

0,142760 0,141260 0,0015

Tabel 8. Indeks Random

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I.R 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Lampiran 2. Gambar

Gambar 1. Rerangka Penelitian

UU Pajak UMKM

Persepsi, Kognisi

dan Motivasi

Sikap Kepatuhan Wajib

Pajak terhadap Pungutan

Pajak bagi UMKM

Karakteristik

Keterbukaan

Karakteristik

Ekonomi dan

Demografi

Karakteristik Norma

(Individu & Sosial)

Karakteristik Norma

Situasional

Atribut-atribut

sebagai simbol

reaksi dari

individu (pelaku

UMKM) terhadap

sistem

perpajakan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 34: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1002

SESI I/9

Sikap Kepatuhan

terhadap Peraturan

Pajak UMKM

Persepsi Kognisi Motivasi

Karakteristik

Keterbukaan

Karakteristik

Ekonomi &

Demografi

Karakteristik

Norma Individu

dan Sosial

Karakteristik

Situasional

Atribut

Keterbukaan

-. Distribusi Pajak

-. Tarif Pajak

-. Informasi yang

didapatkan dari pihak

fiskus

Atribut Ekonomi

& Demografi

-. Manfaat dari Pajak

-. Tingkat Likuiditas

-. Skala Usaha & Lokasi

-. Pinalti (Denda)

Atribut Norma

Individu & Sosial

-. Sanksi Sosial

Atribut

Situasional

-. Hubungan baik dengan

pihak fiskus

-. Birokrasi

-. Kompleksitas dari

regulasi perpajakan

Gambar 2. Struktur Hirarki Sikap Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Peraturan Pajak UMKM

Level 4

Level 1

Level 2

Level 3

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 35: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1003

SESI I/9

Lampiran 3. Instrumen Penelitian

KUESIONER ANALISIS EKSPEKTASI MULTI KRITERIA DALAM PENENTUAN DETERMINAN KEPATUHAN

PEMBAYARAN PAJAK UMKM Disusun oleh:

ASL Lindawati & Putu Indrajaya L

Kepada Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/i

Dengan hormat, Kuisioner ini digunakan dalam rangka penulisan penelitian di bidang perpajakan. Penelitian mengangkat topik sikap wajib pajak terhadap kepatuhan pembayaran pajak. Dalam kontek penelitian ini Wajib pajak dikatakan patuh apabila melakukan kewajibannya dengan sukarela (atas kesadaran sendiri) sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku di wilayah Malang Raya, dimana kepatuhan tersebut adalah juga mencerminkan harapan Bapak/Ibu terhadap program pemerintah khususnya tentang perpajakan UMKM. Pada kuesioner ini hanya dibatasi terhadap sikap wajib pajak (pelaku usaha mikro kecil dan menengah /UMKM) terhadap program pemerintah tentang perpajakan

Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara/i berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini. Jawaban bisa dituliskan di tempat yang disediakan atau memilih jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom skala A atau pada kolom skala B sesuai dengan pendapat anda. Kuesioner ini digunakan untuk keperluan akademis, oleh karena itu kejujuran dalam pengisian sangat saya harapkan. Untuk menjaga kerahasiaan, Bapak/ Ibu/ Saudara/i tidak perlu menuliskan identitas pada lembar kuesioner ini.

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara meluangkan waktu mengisi lembar kuesioner ini. Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tak ternilai harganya bagi penelitian ini. Semoga jerih payah Bapak/Ibu/Saudara bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang perpajakan di Indonesia.

A. DATA RESPONDEN

1. Umur _________ tahun 2. Jenis kelamin : L / P (pilih salah satu) 3. Pendidikan terakhir : ______________________ , Jurusan : _________________ 4. Pendidikan informal di bidang perpajakan (Brevet, kursus, pelatihan, seminar, atau workshop) :

_______________________________________________________ _________________________________________________________________ _________________________________________________________________ 5. Lama memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : ________ Tahun. 6. Jenis Usaha / Tingkat : ____________________ / Mikro / Kecil / Menengah* 7. Lama Bapak/Ibu mengelola usaha: ___________ Tahun / Bulan*

Keterangan:

* Coret yang tidak perlu

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 36: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1004

SESI I/9

Contoh: Dalam menentukan sikap untuk patuh atau tidak patuh terhadap pemenuhan peraturan atau prosedur pembayaran pajak, maka menurut anda seberapa pentingkah?

No. Dimensi Kriteria A

Skala Skala Dimensi Kriteria B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Keterbukaan X Keadilan

No. Dimensi Kriteria A

Skala Skala Dimensi Kriteria B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Keterbukaan X Keadilan

Maka apabila anda member tanda silang (X) pada kolom 7 pada dimensi kriteria keterbukaan, artinya adalah dimensi kriteria A, yaitu dimensi keterbukaan sangat lebih penting dibanding dengan dimensi keadilan (kriteria B). Begitupun sebaliknya, jika anda merasa bahwa dimensi kriteria B yaitu keadilan menjadi lebih penting dibandingkan dengan kriteria A (keterbukaan), maka anda dapat mengisikan tanda silang (X) di kolom 7 pada dimensi kriteria B.

B. PETUNJUK PENGISIAN

Bapak/Ibu dapat memberikan tanda silang (X) pada kolom skala A atau pada kolom

skala B sesuai dengan pendapat, perasaan, maupun pengalaman anda. Pada kolom

pertanyaan terdiri dari dimensi kriteria A dan B, yang masing-masing memiliki tingkat

kepentingan yang disimbulkan dengan angka 1 sampai dengan 9. Berikut definisi dari

masing-masing angka tersebut:

1 = Kedua dimensi kriteria (A dan B) adalah sama pentingnya

3 = Dimensi kriteria A sedikit lebih penting dibandingkan dengan dimensi criteria B

5 = Dimensi kriteria A lebih penting dibanding dengan B

7 = Dimensi kriteria A sangat lebih penting dibanding dengan B

9 = Dimensi kriteria A mutlak (sangat dan sangat) lebih penting dibanding dengan B

Jika anda ragu-ragu untuk memilih 2 skala yang ada diatas, maka anda dapat memilih

nilai tengahnya, misalnya anda ragu-ragu untuk memilih apakah 3 dan 5 atau 5 dan 7,

dst. Maka anda dapat memilih nilai tengah, yait 4 atau 6, dst.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 37: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1005

SESI I/9

C. PERTANYAAN

Pertanyaan berikut mohon untuk diisi se-obyektif mungkin menurut pendapat, perasaan mapun pengalaman anda sebagai pelaku UMKM. Pertanyaannya adalah: Dalam menentukan sikap untuk patuh atau tidak patuh terhadap pemenuhan peraturan atau prosedur pembayaran pajak, maka menurut anda seberapa pentingkah?

No. Dimensi Kriteria A

Skala Skala Dimensi Kriteria B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Karakteristik Keterbukaan

Ekonomi & Demografi

a. Distribusi Pajak Pinalti (Denda)

b. Tarif Pajak Tingkat Likuiditas

c. Informasi yang didapatkan dari pihak fiskus

Skala Usaha & Lokasi

1. Karakteristik Keterbukaan

Karakteristik Norma Individu & Sosial

a. Distribusi Pajak Sanksi Sosial

b. Tarif Pajak Sanksi Sosial

c. Informasi yang didapatkan dari pihak fiskus

Sanksi Sosial

1. Karakteristik Keterbukaan

Karakteristik Situasional

a. Distribusi Pajak Kompleksitas dari regulasi perpajakan

b. Tarif Pajak Birokrasi

c. Informasi yang didapatkan dari pihak fiskus

Hubungan baik dengan pihak fiskus

2. Karakteristik Ekonomi &

Karakteristik Norma Individu

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 38: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

ASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1006

SESI I/9

No. Dimensi Kriteria A

Skala Skala Dimensi Kriteria B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Demografi & Sosial

a. Pinalti (denda) Sanksi Sosial

b. Tingkat Likuiditas

Sanksi Sosial

c. Skala Usaha & Lokasi

Sanksi Sosial

3. Karakteristik Norma Individu & Sosial

Karakteristik Situasional

a. Sanksi Sosial Kompleksitas dari regulasi perpajakan

b. Sanksi Sosial Birokrasi

c. Sanksi Sosial Hubungan baik dengan pihak fiskus

Alasan lainnya: …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 39: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1007

SESI I/10

Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, Penyelesaian Temuan Audit Terhadap

Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

(Penelitian Pada Pemerintah Daerah Di Provinsi Jawa Barat Dan Banten)

DIANA SARI

Universitas Widyatama Bandung

Abstract: Good Government Governance is an actual issue in the management of public

administration. Good governance practices can improve the climate of transparency, participation

and accountability in accordance with the basic principles of good governance in the public sector.

The government through her civil servants to represent and respond the interest of the citizenry. But

there are many aspect of the civil servant that make it difficult to attain satisfactory level of Good

Government Governance. This fact finding must be improved continuously.

The research was aim to test and to analyze the influence of the government internal control system,

the implementation of government accounting standards, the completion of the audit findings on Good

Government Governance principles. The research was an explanatory research. The population of the

research was a local government consist of Regional Governments, regencies and cities in West Java

and Banten Province. The data was collected using questionnaire and interview technique follow by

using descriptive analysis and path analysis.

The result of the research show that government internal control system, the implementation of

government accounting standard, and completion of the audit findings have positive influences on

implementation of the Good Government Governance.

Keywords: Good Government Governance, the quality of local government financial statements,

government internal control system, government accounting standards, the completion of

the audit findings

Author can be contacted at: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 40: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1008

SESI I/10

1. Pendahuluan

2.1. Latar Belakang

Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu

aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik

dapat meningkatkan iklim keterbukaan, partisipasi dan akuntabilitas sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar good governance pada sektor publik.

Pola-pola lama penyelenggaraan pemerintahan tidak sesuai lagi dengan tatanan

masyarakat saat ini, di masa lalu negara ataupun pemerintah sangat dominan, menjadikan

masyarakat menjadi pihak yang sangat diabaikan dalam setiap proses pembangunan. Tuntutan

masyarakat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik merupakan

hal yang wajar. Saat ini tuntutan masyarakat kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang baik, direspon dengan melakukan perubahan-perubahan yang dalam

pelaksanaannya masih membutuhkan pembenahan.

Tantangan untuk merealisasikan tujuan diatas sangatlah berat, mengingat perilaku

usaha dan pelayanan publik yang dilakukan pemerintah selama kurun waktu yang sangat

panjang telah tercemar dengan berbagai bentuk tindakan, kegiatan, dan modus usaha yang

tidak sehat yang bermuara pada praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah menjadikan

Indonesia sebagai salah satu negara terkorup sebagaimana yang diperlihatkan dari hasil survei

yang dilakukan oleh Transparancy International (TI) dari tahun 2006 sampai dengan tahun

2010 sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 41: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1009

SESI I/10

Tabel 2.1

Indeks Persepsi Korupsi

Di Beberapa Negara Asia Tenggara

Negara Indeks Persepsi Korupsi

2006 2007 2008 2009 2010

Singapore 9,4 9,3 9,2 9,2 9,3

Malaysia 5,0 5,1 5,1 4,5 4,4

Thailand 3,6 3,3 3,5 3,4 3,5

Indonesia 2,4 2,3 2,6 2,8 2,8

Phillipine 2,5 2,5 2,3 2,4 2,4

Sumber : Transparancy International (2006-2010)

Indeks Persepsi Korupsi mencerminkan persepsi masyarakat, khususnya pebisnis

tentang tingkat korupsi suatu negara yang dilihat dari bagaimana layanan publik yang mereka

rasakan. Rendahnya Indeks Persepsi Korupsi yang diperoleh Indonesia menunjukkan

tingginya tingkat korupsi di Indonesia. Tingkat korupsi yang tinggi mencerminkan birokrasi

yang buruk yang berarti pula bahwa implementasi good governance masih jauh dari harapan.

Hal ini tercermin pula dari hasil pemeriksaan BPK RI atas LKPD, yang menunjukkan kualitas

yang belum sepenuhnya memenuhi karakteristik penyelenggaraan pemerintahan sesuai

dengan harapan.

Hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

disajikan dalam tiga kategori yaitu opini, sistem pengendalian intern (SPI) dan kepatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan. Saat ini perkembangan kualitas laporan keuangan

serta akuntabilitas atas LKPD belum sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat dari opini

atas LKPD yang diberikan oleh BPK RI masih ada yang mendapatkan opini disclaimer atau

tidak memberikan pendapat. Berikut ini perkembangan opini LKPD tahun 2005–2010.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 42: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1010

SESI I/10

Tabel 2.2

Perkembangan Opini LKPD Tahun 2005 – 2010

LKPD OPINI JUMLAH

WTP % WDP % TW % TMP %

Tahun 2005 18 5 307 85 13 3 24 7 462

Tahun 2006 3 1 327 70 28 6 105 23 463

Tahun 2007 4 1 283 60 59 13 123 26 469

Tahun 2008 13 3 323 67 31 6 118 24 485

Tahun 2009 15 3 330 65 48 10 111 22 504

Tahun 2010 34 7 241 66 26 5 115 22 516

Sumber: IHPS BPK RI semester II tahun 2011

Hasil pemeriksaan BPK RI sampai dengan semester I Tahun 2011 menunjukkan

LKPD dari 36 entitas pelaporan di wilayah Jawa Barat dan Banten yang memperoleh opini

LKPD, hanya 3 entitas pelaporan atau 8,33% memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian,

sebanyak 3 entitas pelaporan atau 8,33% memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat atau

Disclamer, sedangkan sisanya 30 entitas pelaporan atau 83,33% memperoleh opini Wajar

Dengan Pengecualian.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kualitas informasi keuangan, khususnya

yang disajikan dalam LKPD belum sepenuhnya memenuhi karakteristik kualitatif laporan

keuangan sesuai dengan SAP. Hal tersebut tidak lain karena opini merupakan pernyataan

profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan (Pasal 1 UU No. 15 tahun 2004).

Hasil evaluasi atas sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh BPK RI

mengungkapkan kasus-kasus kelemahan pengendalian intern yang dikelompokkan sebagai (a)

kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, (b) kelemahan sistem pengendalian

pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan (c) kelemahan struktur pengendalian

intern.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 43: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1011

SESI I/10

Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern menunjukkan kelemahan Sistem

Pengendalian Intern akuntansi dan pelaporan dengan porsi paling tinggi yaitu sebesar 48,61 %

untuk Provinsi Jawa Barat dan 38,46% untuk Provinsi Banten.

Tabel 2.3

Daftar Temuan-Kelemahan SPI

Pemeriksaan LKPD Provinsi Jawa Barat dan Banten

N

O

KELOMPOK TEMUAN JUMLA

H

KASUS

%

I Provinsi Jabar 216

1 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan

Pelaporan

105 48,6

1

2 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan APBD 78 36,1

1

3 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 33 15,2

8

II Provinsi Banten 78

1 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan

Pelaporan

30 38,4

6

2 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan APBD 24 30,7

7

3 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 24 30,7

7

Sumber : IHPS BPK RI semester I Tahun 2011

Hasil pemeriksaan BPK RI atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-

undangan, pada 358 LKPD Tahun 2010 di seluruh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.4

sebagai berikut:

Tabel 2.4

Temuan Pemeriksaan LKPD Tahun 2010

Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan

N

o

Kelompok Temuan Jumlah

Kasus

%

1 Kerugian Daerah 1.197 26,30

2 Potensi Kerugian Daerah 313 6.88

3 Kekurangan penerimaan Negara/daerah 857 18,83

4 Administrasi 1.774 38,98

5 Ketidakhematan/Pemborosan/Ketidakekonomisan 144 3,16

6 Ketidakefisienan 2 0,04

7 Ketidakefektifan 264 5,80

Total ketidakpatuhan 4.551 100

Sumber; IHPS BPK RI semester I TA 2011

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 44: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1012

SESI I/10

Pemeriksaan yang dilakukan BPK akan bermanfaat apabila rekomendasi atas temuan

pemeriksaan tersebut dapat menciptakan pengelolaan keuangan yang transparan dan

akuntabel di pemerintahan. Hal ini dapat terjadi apabila pemerintah menindaklanjuti hasil

pemeriksaan BPK. Dengan tindak lanjut tersebut laporan keuangan yang dihasilkan oleh

pemerintah lebih berkualitas yang mencerminkan pengelolaan pemerintahan yang baik (good

governance).

Rekapitulasi hasil pemeriksaan BPK RI Tahun 2010 mengenai temuan, rekomendasi

dan tindak lanjut di Provinsi Jawa Barat terlihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Rekapitulasi Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI atas

Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat

Sumber; IHPS BPK RI semester II TA 2010

Rekapitulasi hasil pemantauan tindak lanjut menunjukkan masih terdapat tindak

lanjut yang belum sesuai dengan rekomendasi sebanyak 18,3% dan sebanyak 26,45% temuan

dan rekomendasi hasil pemeriksaan belum ditindaklanjuti. Hal ini menunjukkan komitmen

belum sepenuhnya dilaksanakan untuk segera menyelesaikan rekomendasi yang disarankan

BPK RI dalam rangka meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan.

Provinsi Periode

Temuan

Rekomen-

dasi

Sesuai

dengan

rekomendasi

Belum

sesuai

dengan

reko-

mendasi

Belum

ditindak-

lanjuti

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Jawa

Barat

s.d.

Semester I

TA 2009

2.874 4.626 2.301 607 1718

Pemantauan

s.d. Sem II

TA 2009

2.874 4.626 2.826 919 881

Semester II

TA 2010

434 830 203 65 562

Jumlah s.d.

sem II TA

2010

3.308 5.456 3.029 984 1.443

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 45: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1013

SESI I/10

Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD) Kabupaten Kota di Propinsi Jawa Barat dan Banten tersebut dapat dikatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah (1) penyajian

laporan keuangan sesuai SAP; (2) Komitmen untuk memantau pelaksanaan Sistem

Pengendalian Intern terutama pengendalian untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan,

(3) Tindak Lanjut atas pemeriksaaan keuangan oleh BPK RI terutama terkait dengan koreksi

yang disampaikan oleh BPK RI agar LKPD disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintah dan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem

pengendalian internal.

Perbaikan Kualitas LKPD yang tercermin dari Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah yang baik, penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang baik oleh

pemerintah, dan penyelesaian atas temuan audit diharapkan akan dapat berpengaruh terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik sehingga dapat meminimalkan

praktek korupsi.

2.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

“Seberapa besar pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit terhadap penerapan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik baik secara simultan maupun parsial”.

2.3. Tujuan Penelitian

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk menguji dan

menganalisis mengenai pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 46: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1014

SESI I/10

Standar Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit terhadap penerapan prinsip-

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik baik secara simultan maupun parsial.

2. Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

3.1. Rerangka Teoritis

3.1.1. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Pengendalian intern yang digunakan dalam sebuah entitas merupakan faktor yang

menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut (Ii Baihaqi,

2004). Oleh karena itu sebelum auditor melakukan audit secara mendalam atas informasi yang

tercantum dalam laporan keuangan harus memahami terlebih dahulu pengendalian intern.

Pengendalian intern (internal control) sebagai suatu sarana yang diciptakan oleh dan

untuk kepentingan organisasi. Boynton et al (2006:326) menyatakan: Control the

safeguarding of assets against unauthorized acquisition, use, and disposition, yang dapat

diartikan bahwa pengendalian intern merupakan usaha perlindungan terhadap aset dengan

menentang pengambilalihan, penggunaan dan disposisi aset secara tidak sah.

Tujuan dari proses pengendalian intern adalah untuk mendukung para pihak yang

terlibat dalam kegiatan organisasi dalam melakukan pengelolaan risiko dan mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan oleh organisasi, dengan tujuan: (1) keandalan dan

integritas informasi keuangan dan operasi; (2) kegiatan operasi dilaksanakan secara efisien

dan mencapai hasil yang diharapkan secara efektif; (3) keamanan aset; dan (4) kegiatan dan

keputusan organisasi berada dalam koridor kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

perundangan yang berlaku.

Organisasi sektor publik memiliki keunikan tersendiri dibanding organisasi komersial.

Salah satu keunikan organisasi tersebut tercermin dari bentuk layanan yang diberikan atau

yang dikenal dengan pelayanan publik dan pengelolan keuangan daerah dalam bentuk APBD.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 47: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1015

SESI I/10

Untuk menjamin layanan yang diberikan kepada publik telah sesuai dengan rencana,

diperlukan media tertentu, salah satu media yang dipandang relevan adalah pengendalian

intern. Dalam hal ini pengendalian intern tidak terbatas hanya pada rencana organisasi, namun

juga prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pembuatan keputusan yang mengarah

pada otorisasi pimpinan atas transaksi tertentu.

Selanjutnya dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pemerintah menetapkan adanya suatu sistem pengendalian

intern yang harus dilaksanakan, baik pada tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Sistem

pengendalian intern dimaksud adalah suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan (Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah). Dengan demikian pengendalian intern yang memadai akan

menciptakan tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik.

Selanjutnya untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib

melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman

pada SPIP (Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah).

Secara konsep pelaksanaan pengendalian intern diharapkan dapat menghilangkan

praktek-praktek korupsi karena proses pemerintahan akan dilakukan secara transparan

sehingga dapat diawasi oleh masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara berkala.

Penerapan peraturan pemerintah ini di lingkungan pemerintahan merupakan suatu wujud

komitmen pemerintah untuk membangun tata kelola pemerintahan yang baik. Sistem

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 48: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1016

SESI I/10

pengendalian intern tersebut berguna untuk mengendalikan kegiatan pemerintahan dalam

rangka mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan

akuntabel.

Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang meliputi : (1) Control

environmen; (2) Risk assesment; (3) Control activities; (4) Information and communication;

(5) Monitoring (COSO, 2009 ; Arens et.al., 2010 ; PP No. 60/2008).

Walaupun pengendalian intern telah disusun dan diselenggarakan oleh suatu instansi

pemerintahan, pada dasarnya pengendalian intern memiliki keterbatasan. Diantara penyebab

tidak efektifnya suatu pengendalian intern adalah karena adanya keterbatasan dalam

pertimbangan, kesalahan menterjemahkan instruksi, pelanggaran oleh manajemen, kolusi dan

faktor keterbatasan biaya dalam pengendalian intern.

3.1.2. Standar Akuntansi Pemerintahan

Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur

perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada

para pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktek khusus

yang digunakan untuk mengimplementasikan standar. Selanjutnya untuk memastikan

diikutinya prosedur yang telah ditetapkan, sistem akuntansi pemerintahan harus dilengkapi

dengan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.

Standar akuntansi sangat diperlukan untuk menjamin konsistensi dalam pelaporan

keuangan. Apabila tidak ada standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan implikasi

negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang disajikan, inkonsistensi

dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.

International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) disusun oleh International

Public Sector Accounting Standards Board IPSASB mengembangkan IPSAS yang berlaku

untuk accrual basis accounting dan IPSAS yang berlaku untuk cash basis accounting.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 49: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1017

SESI I/10

IPSAS mengatur recognition, measurement, presentation and disclosure yang berhubungan

dengan transaksi dan peristiwa dari semua entitas sektor publik. Standar ini tidak berlaku

untuk Government Business Enterprises. Government Business Enterprises menerapkan

Internasional Financial Reporting Standards (IFRSs) yang dikeluarkan International

Accounting Standards Board (IASB). Indonesia merupakan salah satu negara yang

menggunakan accrual basis accounting dalam penyusunan laporan keuangan yang didasarkan

pada IPSAS ( SAP, 2010).

Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan

umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan

laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan

keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan,

pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.

Salah satu bentuk penerapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam bidang

pengelolaan keuangan negara/daerah adalah melalui pemberlakuan kewajiban kepada seluruh

pemerintah daerah untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebagai

salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan

akuntabel kepada seluruh pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, yakni masyarakat;

para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; pihak yang memberi atau

berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan pemerintah daerah itu sendiri.

LKPD tersebut disusun mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (UU Nomor 1

Tahun 2004). Standar akuntansi yang digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan

pemerintah daerah (LKPD) adalah Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dalam

PP Nomor 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan standar yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 50: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1018

SESI I/10

harus diikuti dalam laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengguna laporan keuangan akan menggunakan SAP untuk memahami informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.

Hasil dari akuntansi adalah laporan keuangan. Pada dasarnya pembuatan laporan

keuangan adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi dan akuntabilitas yang berupa

keterbukaan pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik (Mardiasmo; 2006).

Dengan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan maka diharapkan laporan keuangan

pemerintahan akan dapat diperbandingkan, sehingga sangat berguna untuk penilaian kinerja

pemerintah daerah. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan

akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (SAP, 2010).

3.1.3 Penyelesaian Temuan Audit

Kegiatan pemeriksaan (audit) adalah manifestasi dari pelaksanaan dan

pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola keuangan dan operasional organisasi.

Pelaksanaan audit pemerintahan merupakan sesuatu hal yang penting dalam rangka

memberikan keyakinan bahwa laporan pertanggungjawaban yang menyangkut aspek

keuangan dan operasional, kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

Pelaksanaan audit pemerintahan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia. BPK RI adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit

atas pertanggungjawaban keuangan Presiden RI (Mulyadi, 2002). Sedangkan menurut

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK RI adalah

lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan

negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 51: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1019

SESI I/10

Lingkup audit pemerintahan dalam Standars for Audit of Govermental Operations,

Programs, Activities, and Functions (Vanasco, 1995:17) meliputi: (1) Financial and

Compliance Audits; (2) Economy and Efficiency Audits; and (3) Programe Results Audits

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Negara, menyebutkan bahwa pemeriksaan keuangan adalah

pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan

keuangan dilakukan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

Namun harus disadari bahwa opini bukanlah satu-satunya output dalam pemeriksaan

LKPD, sehingga dalam pemeriksaan atas LKPD dimungkinkan BPK menghasilkan laporan

hasil pemeriksaan tentang sistem pengendalian intern dan laporan hasil pemeriksaan

kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang ditemukan dalam kerangka

pemeriksaan laporan keuangan. Tiga produk inilah yang akan disampaikan kepada lembaga

perwakilan sesuai kewenangannya dan kepala daerah untuk ditidaklanjuti.

Temuan atas Sistem Pengendalian Intern menunjukkan kasus-kasus kelemahan sistem

pengendalian intern yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: (a) kelemahan sistem

pengendalian akuntansi dan pelaporan; (b) kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja; dan (c) kelemahan struktur pengendalian intern (IHPS BPK

Semester I 2011)

Temuan atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dalam IHPS

BPK dapat dikelompokkan sebagai :

(a) kerugian daerah, yaitu berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan

barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik

sengaja maupun lalai;

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 52: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1020

SESI I/10

(b) potensi kerugian daerah, yaitu suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun

lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang

berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya;

(c) kekurangan penerimaan, yaitu adanya penerimaan yang sudah menjadi hak negara/daerah

tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan;

(d) administrasi, yaitu temuan yang mengungkap adanya penyimpangan terhadap ketentuan

yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi

penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian daerah atau potensi kerugian

daerah, tidak mengurangi hak daerah (kekurangan penerimaan), tidak menghambat

program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana;

(e) ketidakhematan, yaitu temuan yang mengungkapkan adanya penggunaan input dengan

harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar, kuantitas/kualitas yang

melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa

pada waktu yang sama; dan

(f) ketidakefektifan, yaitu temuan yang berorientasi pada pencapaian hasil (outcome) yang

mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak memberikan manfaat atau hasil yang

direncanakan serta fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak

tercapai

Selanjutnya dalam melakukan audit keuangan auditor harus mengikuti pelaksanaan

tindak lanjut atas temuan material dan rekomendasi yang berasal dari audit sebelumnya, hal

ini ditetapkan dalam standar tambahan yang dicantumkan dalam Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara (SPKN). Tindak lanjut hasil pemeriksaan menurut Panduan Manajemen

Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang dilakukan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 53: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1021

SESI I/10

oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan

rekomendasi hasil pemeriksaan (Keputusan BPK Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008).

Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau keputusan yang

dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk

melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Tindak lanjut rekomendasi hasil

pemeriksaan BPK wajib dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa. Pimpinan entitas

yang diperiksa wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut

atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 60 hari setelah laporan hasil

pemeriksaan diterima (IHPS BPK Semester I 2011).

Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau penjelasan yang diterima dari pejabat yang

diperiksa dan/atau atasannya untuk menentukan apakah tindak lanjut rekomendasi telah

dilakukan sesuai dengan rekomendasi BPK. Dalam rangka pemantauan tindak lanjut

rekomendasi hasil pemeriksaan ini, BPK menatausahakan laporan hasil pemeriksaan dan

menginvetarisasi temuan, rekomendasi, status tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan

hasil pemeriksaan, dan nilai penyerahan aset atau penyetoran ke kas negara/daerah.

Rekomendasi BPK yang ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi adalah

rekomendasi atas temuan pemeriksaan yang telah ditindaklanjuti secara nyata dan tuntas oleh

pihak entitas yang diperiksa sesuai dengan rekomendasi BPK. Rekomendasi BPK diharapkan

dapat memperbaiki pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah/perusahaan

pada entitas yang bersangkutan. Jika bukti atas tindak lanjut rekomendasi tersebut tidak

diterima dan/atau baru diterima sebagian oleh BPK, maka rekomendasi yang bersangkutan

dinyatakan sebagai “dalam proses ditindaklanjuti”.

Sesuai Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010, status pemantauan tindak lanjut

rekomendasi ditambahkan satu jenis yaitu status “tidak dapat ditindaklanjuti dengan alasan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 54: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1022

SESI I/10

yang sah”. Adapun kriteria alasan yang sah sehingga rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti

adalah :

a. force majeure, yaitu keadaan peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam, pemogokan,

kebakaran dan gangguan lainnya yang mengakibatkan tindak lanjut tidak dapat

dilaksanakan.

b. Subjek atau objek rekomendasi dalam proses peradilan : (1) pejabat menjadi tersangka

dan ditahan; (2) pejabat menjadi terpidana; dan (3) objek yang direkomendasikan dalam

sengketa di pengadilan.

c. Rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti secara efektif, efisien, dan ekonomis, yaitu : (1)

perubahan struktur organisasi; dan (2) perubahan regulasi.

Secara umum, rekomendasi BPK dapat ditindaklanjuti dengan cara penyelamatan

uang/aset ke negara/daerah/perusahaan dan/atau tindakan administratif. Pada dasarnya,

maksud kegiatan tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah terciptanya perbaikan/peningkatan

kualitas atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari proses pemeriksaan. Dalam konteks

pemeriksaan LKPD, tindak lanjut hasil pemeriksaan bertujuan terciptanya peningkatan opini

atas LKPD.

Pemeriksaan yang dilakukan BPK akan bermanfaat apabila rekomendasi tersebut

dapat menciptakan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel di pemerintahan. Hal

ini dapat terjadi apabila pemerintah menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Dengan tindak

lanjut tersebut laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah lebih berkualitas yang

mencerminkan pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance).

2.1.4 Prinsip-Pinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Secara sederhana governance dapat diartikan sebagai proses dari suatu pengambilan

keputusan dan proses bagaimana keputusan tersebut diimplementasikan. Konsep governance

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 55: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1023

SESI I/10

dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti corporate governance, international

governance, national governance, government governance, dan local governance.

Good governance dapat diartikan sebagai pelayanan publik yang efisien, sistem

pengadilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang bertanggung jawab (accountable) pada

publiknya. Good governance adalah, penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan

bertanggungjawab serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergiaan interaksi yang

konstruktif diantara domain-domain (state, private sector and society).

Kooiman (1993), mengemukakan bahwa tata kelola pemerintahan yang baik

merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat

dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi

pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Selanjutnya menurut Lembaga

Administrasi Negara (2000), tata kelola pemerintahan yang baik adalah penyelenggaraan

pemerintahan negara yang solid dan bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan

menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif di antara domain-domain pemerintah, sektor

swasta, dan masyarakat yang saling berhubungan dan menjalankan fungsinya masing-masing.

Secara konseptual pengertian tata kelola pemerintahan yang baik mengandung dua

pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai

yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian,

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kualitas pemerintah daerah saat ini dan ke

depan ditentukan oleh kualitas tata kelola pemerintahan yang baik, dan inti dari kualitas

pemerintah daerah sangat ditentukan oleh kualitas pengelolaan keuangannya (Dedi

Kusmayadi : 2005).

Keterbukaan terhadap rakyat (public disclosure), hak atas informasi, partisipasi

publik, dan tuntutan akan manajemen publik yang modern, menandai era peningkatan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 56: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1024

SESI I/10

kesadaran akan pentingnya good governance di Indonesia, yang pada akhirnya lebih dikenal

dengan istilah good government governance, atau disingkat GGG.

Secara umum GGG merupakan pengamanan atas hubungan timbal balik diantara

elemen organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, yang ditujukan pada pencapaian tujuan-

tujuan kebijakan secara efisien dan efektif, serta mengkomunikasikan secara terbuka dan

memberikan pertanggungjawaban kepada stakeholder (Ilya Avianti, 2009). Definisi GGG

tersebut membawa konsekuensi munculnya dua batasan, yakni:

a. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan/ kehendak rakyat dan nilai-nilai yang

dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian,

pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial.

b. Aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan

tugasnya untuk mencapai tujuan.

Tata kelola pemerintahan yang baik menghendaki pemerintah dijalankan dengan

mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang baik seperti, transparansi, keterbukaan,

akuntabilitas, partisipasi, keadilan, dan kemandirian, sehingga sumber daya negara yang

berada dalam pengelolaan pemerintah benar-benar mencapai tujuan untuk kemakmuran dan

kemajuan rakyat dan negara. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik

dalam penyelenggaraan negara tak lepas dari masalah akuntabilitas dan transparansi dalam

pengelolaan keuangan negara, karena aspek keuangan negara menduduki posisi strategis

dalam proses pembangunan bangsa, baik dari segi sifat, jumlah maupun pengaruhnya

terhadap kemajuan, ketahanan, dan kestabilan perekonomian bangsa.

Berdasarkan hasil penelitian Asian Development Bank (1999), disimpulkan bahwa

terdapat korelasi yang positif antara praktik tata kelola pemerintahan yang baik dengan hasil-

hasil pembangunan yang lebih baik. Di samping itu, praktik tata kelola pemerintahan yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 57: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1025

SESI I/10

baik juga dapat meningkatkan iklim keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas sesuai dengan

prinsip-prinsip dasar tata kelola pemerintahan yang baik pada sektor publik.

Tiga pilar elemen dasar yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam mewujudkan

good governace (Osborne and Geabler, 1992, OECD and World Bank, 2000, LAN dan

BPKP, 2000; Bappenas, 2003) adalah sebagai berikut:

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam manajemen pemerintah, lingkungan, ekonomi dan

sosial.

2. Partisipasi, yaitu penerapan pengambilan keputusan yang demokratis serta pengakuan

atas HAM, kebebasan pers dan kebebasan mengemukakan pendapat/ aspirasi masyarakat.

3. Akuntabilitas, yaitu kewajiban melaporkan dan menjawab dari yang dititipi amanah

untuk mempertanggungjawabkan kesuksesan maupun kegagalan kepada penitip amanah

sampai yang memberi amanah puas dan bila belum ada atau tidak puas dapat kena sanksi.

Jumlah komponen ataupun prinsip yang melandasi tata kelola pemerintahan yang baik

sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun

paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang

melandasi tata kelola pemerintahan yang baik pada sektor publik yaitu: (1) transparansi; (2)

partisipasi; dan (3) akuntabilitas.

3.2 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang diungkapkan pada paragraf dimuka, rumusan

hipotesis disusun sebagai berikut : “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Implementasi

Standar Akuntansi Pemerintahan, Penyelesaian Temuan Audit berpengaruh positif terhadap

Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik baik secara simultan maupun

parsial”.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 58: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1026

SESI I/10

3. Metode Penelitian

Objek penelitian ini adalah variabel penelitian yang diteliti yaitu, Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah Daerah, penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan

audit, dan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Unit analisis penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota

di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Pemerintah

Daerah Provinsi, Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini

dilakukan dengan mengambil seluruh kabupaten dan kota sebagai populasi untuk dijadikan

objek penelitian (sensus).

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh melalui penelitian

lapangan (field research). Melalui penelitian lapangan ini, diharapkan dapat diperoleh data

primer. Teknik pengumpulan data untuk penelitian lapangan ini digunakan dengan menyusun

daftar pertanyaan (kuesioner), yaitu daftar pertanyaan dan pernyataan terstruktur yang

ditujukan kepada para responden.

Responden dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI dan auditor Inspektorat. Dalam

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan disebutkan beberapa kelompok utama

pengguna laporan keuangan pemerintah, selain masyarakat, yaitu lembaga pengawas dan

lembaga pemeriksa. Auditor Inspektorat mewakili lembaga pengawas dan auditor BPK RI

mewakili lembaga pemeriksa yang merupakan penanggungjawab pelaksanaan pemeriksaan

atas laporan keuangan pemerintah. Responden terdiri dari 54 orang auditor BPK RI

perwakilan Jawa Barat, 18 orang auditor BPK RI perwakilan Banten, 72 orang auditor

Inspektorat yang terdiri dari 2 orang auditor dari masing-masing Inspektorat pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 59: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1027

SESI I/10

Untuk melengkapi data primer, diperlukan pula data sekunder yang diperoleh melalui

penelitian kepustakaan (library research) yang dianggap menunjang pembahasan dan analisis

penelitian lapangan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Jalur (path analysis) dengan

bantuan Software Lisrel 8.30. Penggunaan analisis jalur dengan pertimbangan bahwa pola

hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah bersifat korelatif dan kausalitas. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel

endogen. Analisis jalur digunakan karena secara konseptual antar variabel eksogen memiliki

hubungan. Dengan analisis jalur dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel

independen baik langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hubungan antar variabel eksogen dan variabel endogen, maka dapat

digambarkan diagram jalur yang menggambarkan paradigma hubungan antar variabel seperti

tampak pada gambar berikut ini:

Gambar 4.1

Struktur Path Analysis

Keterangan :

X1 = Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

X2 = Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan

X3 = Penyelesaian Temuan Audit

Y = Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

1 = Variabel lainnya yang mempengaruhi Y

rx1x2

rx2x3

rx1x

3

X1

X2

X3

Y

rYx1

rYx2

rYx3

1

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 60: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1028

SESI I/10

Hipotesis statistik untuk menguji diagram jalur pada gambar 4.1 secara simultan

dinyatakan sebagai berikut:

Ho : Semua rZXiY

≤ 0

i = 1,2,3

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara simultan

tidak berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Ha : Ada rZXiY >

0

i = 1,2,3

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara simultan

berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Hipotesis uji parsial:

Ho: rZXiY ≤ 0

i = 1,2,3

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara parsial tidak

berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Ha: rZXiY > 0

i = 1,2,3

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara parsial

berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Pengaruh X1,X2,X3 terhadap Y dinyatakan ke dalam persamaan struktural sebagai

berikut : Y = rYX1X1 + rYX2X2 + rYX3X3 + ε1

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 61: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1029

SESI I/10

Tinggi rendahnya keeratan hubungan, atau kuat lemahnya pengaruh antar variabel

akan dikategorikan dengan merujuk kepada kategori Guilford mengenai koefisien korelasi

(Guilford, 1956:145) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Standar Kategori Koefisien Korelasi

Koefisien

Korelasi/Jalur

Kategori

< 0,20 Slight almost weight legible relationship (hubungan sangat

lemah, hampir dapat diabaikan)

0,20 – 0,40 Low correlation (hubungan lemah, tapi pasti)

0,40 – 0,70 Moderate correlation (hubungan cukup, sedang)

0,70 – 0,90 High correlation (hubungan tinggi, kuat)

0,90 – 1,00 Very high correlation (hubungan sangat tinggi, kuat sekali)

Sumber: Guilford (1956 :145)

5. Analisis Data dan Pembahasan

5.1. Analisis Data

Hasil penelitian akan diuraikan sesuai dengan tujuan penelitian, bagian pertama akan

diuraikan gambaran hasil tanggapan responden pada masing-masing variabel yang diteliti.

Kemudian dilakukan pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh sistem

pengendalian intern pemerintah, implementasi standar akuntansi pemerintahan dan

penyelesaian temuan audit terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah

yang baik.

Sebelum hasil tanggapan responden diuraikan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas

dan reliabilitas kuesioner untuk mengetahui apakah butir-butir pernyataan dalam kuesioner

sudah menjalankan fungsi ukurnya. Berikut rangkuman hasil uji validitas dan reliabilitas

kuesioner keempat variabel yang diteliti.

5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum diolah dan dianalisis lebih lanjut, data yang terkumpul melalui kuesioner

terlebih dahulu diuji untuk memastikan valid tidaknya data hasil kuesioner yang terkumpul.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 62: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1030

SESI I/10

Pengujian data hasil kuesioner dilakukan menggunakan metode korelasi product moment

(indeks validitas) dan koefisien reliabilitas menggunakan model alpha-cronbach. Butir

pernyataan dinyatakan valid jika memiliki indeks validitas tidak kurang dari 0,30 (Barker et

al, 2002:70) dan sekumpulan butir pernyataan dikatakan reliabel jika memiliki koefisien

reliabilitas tidak kurang dari 0,70 (Barker et al, 2002:70). Berikut hasil uji validitas dan

reliabilitas kuesioner penelitian.

Tabel 5.1

Hasil Uji Validitas Kuesioner Penelitian

Instrumen Variabel Kisaran Indeks

Validitas Keterangan

Sistem pengendalian intern pemerintah 0,532 – 0,760 Semua Valid

Implementasi standar akuntansi pemerintahan 0,338 – 0,768 Semua Valid

Penyelesaian temuan audit 0,470 – 0,795 Semua Valid

Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah

daerah yang baik

0,438 – 0,760 Semua Valid

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa data yang terkumpul sudah valid untuk

mengukur variabelnya masing-masing sehingga dapat dilanjutkan pada analisis berikutnya.

Tabel 5.2

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Instrumen Variabel Koefisien

Reliabilitas Keterangan

Sistem pengendalian intern pemerintah 0,959 Reliabel

Implementasi standar akuntansi pemerintahan 0,953 Reliabel

Penyelesaian temuan audit 0,951 Reliabel

Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah

yang baik

0,954 Reliabel

5.2 Pengujian Hipotesis

Pada bagian ini akan diuji pengaruh dari sistem pengendalian intern pemerintah (X1),

implementasi standar akuntansi pemerintahan(X2) dan penyelesaian temuan audit (X3)

terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik (Y) pada

pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten dengan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 63: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1031

SESI I/10

menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur mengkaji hubungan sebab akibat

yang bersifat struktural dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan

mempertimbangkan keterkaitan antar variabel independen. Hasil komputasi analisis jalur

menggunakan bantuan software Lisrel 8.7 dapat dilihat pada lampiran. Secara matematis

hubungan antar variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Y = rYX1X1 + rYX2X2 + rYX3X3 +

Keterangan:

Y = Tata kelola pemerintah daerah

X1 = Sistem pengendalian intern pemerintah

X2 = Implementasi standar akuntansi pemerintahan

X3 = Penyelesaian temuan audit

= Pengaruh faktor lain

Sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan maka data akan diuji dengan

menggunakan analisis jalur (path analysis). Berhubung data yang digunakan pada penelitian

ini merupakan data seluruh populasi atau menggunakan sensus, maka tidak dilakukan uji

signifikansi. Menurut Cooper and Schindler (2006; 492), uji signifikansi dilakukan untuk

menguji keakuratan hipotesis berdasarkan fakta yang telah dikumpulkan dari data sampel,

bukan dari data sensus. Jadi untuk menjawab hipotesis penelitian, koefisien jalur yang

diperoleh langsung dibandingkan dengan nol.

Pada pengujian secara parsial apabila nilai koefisien jalur variabel yang sedang diuji

lebih besar dari nol, maka Ho ditolak dan sebaliknya apabila koefisien jalur variabel yang

sedang diuji lebih kecil atau sama dengan nol maka Ho diterima. Pada pengujian simultan

apabila ada nilai koefisien jalur variabel independen tidak sama dengan nol, maka Ho ditolak

dan sebaliknya apabila semua koefisien jalur sama dengan nol, maka Ho diterima.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 64: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1032

SESI I/10

Koefisien jalur dari masing-masing variabel sistem pengendalian intern pemerintah,

implementasi standar akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan audit terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik berdasarkan hasil

pengolahan seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5.1

Diagram Jalur Hasil Penelitian

Melalui nilai-nilai yang terdapat pada Gambar 5.1 dapat dihitung besar pengaruh

masing-masing variabel bebas (sistem pengendalian intern pemerintah, implementasi standar

akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan audit) terhadap penerapan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintah daerah yang baik.

Y = 0,280*X1 + 0,298*X2 + 0,337*X3

Tabel 5.3

Besar Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(X1), Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan (X2), Penyelesaian Temuan Audit (X3), Terhadap Penerapan

Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Y)

Variabel Bebas Koef.

Jalur

Pengaruh

Langsung

Pengaruh Tidak Langsung (melalui) Total

X1 X2 X3 Sub.Tot

X1 0,280 7,8%

3,7% 4,0% 7,7% 15,5%

X2 0,298 8,8% 3,7%

4,8% 8,5% 17,3%

X3 0,337 11,4% 4,0% 4,8%

8,5% 20,2%

Total Pengaruh 53,0%

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 65: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1033

SESI I/10

Secara bersama-sama variabel sistem pengendalian intern pemerintah, implementasi

standar akuntansi pemerintahan, dan penyelesaian temuan audit hanya mampu menjelaskan

perubahan yang terjadi pada penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang

baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten sebesar

53% yang artinya menurut kategori Guilford pengaruh tersebut sedang atau cukup dan

sisanya sebesar 47% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Diantara ketiga

variabel independen, penyelesaian temuan audit memberikan kontribusi yang paling besar

terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik, sebaliknya

variabel sistem pengendalian intern pemerintah memberikan kontribusi yang paling kecil

terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik pada pemerintah

provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

5.2.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan dan Penyelesaian Temuan Audit Secara Bersama-sama

Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintaha Yang Baik

Hasil pengujian hipotesis secara simultan menyatakan bahwa pengendalian intern,

implementasi standar akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan audit berpengaruh

positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik digunakan

hipotesis sebagai berikut:

Ho : Semua rZXiY

≤ 0

i = 1,2,3

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara simultan

tidak berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Ha : Ada rZXiY >

0

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan, penyelesaian temuan audit secara simultan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 66: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1034

SESI I/10

i = 1,2,3 berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa koefisien

jalur dari ketiga variabel bebas lebih besar dari nol. Karena koefisien jalur dari ketiga variabel

bebas lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah,

implementasi standar akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan audit secara bersama-

sama berpengaruh terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik

pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Melalui penjumlahan besar pengaruh ketiga variabel independen secara parsial akan

diperoleh total pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah, implementasi standar

akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan audit secara bersama-sama terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi,

kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten adalah sebesar 53%. Artinya 53% baik

buruknya penerapan prinsip-prinsip tata kelola pada pemerintah Provinsi, Kabupaten dan

Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten disebabkan atau dijelaskan oleh sistem pengendalian

intern pemerintah, implementasi standar akuntansi pemerintahan, dan penyelesaian temuan

audit. Menurut kategori Guilford pengaruh tersebut sedang atau cukup. Sementara 47%

sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar keempat variabel tersebut. Faktor

partisipatif budgeting dan faktor politik ekonomi dapat dijadikan variabel penelitian bagi

peneliti selanjutnya sehingga dapat menjelaskan epsilon sebesar 47%.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 67: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1035

SESI I/10

5.2.2. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Secara Parsial Terhadap

Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menyatakan bahwa sistem pengendalian intern

pemerintah berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan

yang baik digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : rZX1 ≤

0

Sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh positif terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

H1 : rZX1 >

0

Sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada pemerintah

Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Berdasarkan hasil pengolahan seperti terlihat pada Gambar 5.1 diperoleh nilai

koefisien jalur dari variabel sistem pengendalian intern pemerintah terhadap penerapan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik sebesar 0,280 (rYX1 = 0,280). Karena

nilai koefisien jalur lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern

pemerintah secara parsial berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

Barat dan Banten.

Secara langsung sistem pengendalian intern pemerintah memberikan kontribusi

sebesar 7,8% terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik, dan

secara tidak langsung karena keterkaitannya dengan implementasi standar akuntansi

pemerintahan dan penyelesaian temuan audit sebesar 7,7%. Jadi secara total kontribusi

(pengaruh) sistem pengendalian intern pemerintah dalam meningkatkan penerapan prinsip-

prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan

kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten sebesar 15,5%. Menurut kategori Guilford sistem

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 68: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1036

SESI I/10

pengendalian intern pemerintah mempunyai pengaruh sangat lemah terhadap penerapan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

5.2.3 Pengaruh Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Secara Parsial

Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menyatakan bahwa implementasi standar

akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : rZX2 ≤

0

Implementasi standar akuntansi pemerintahan tidak berpengaruh positif

terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada

pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

H1 : rZX2 >

0

Implementasi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada

pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Berdasarkan hasil pengolahan seperti terlihat pada Gambar 5.1 diperoleh nilai

koefisien jalur dari variabel implementasi standar akuntansi pemerintahan terhadap penerapan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik sebesar 0,298 (rYX2 = 0,298). Karena

nilai koefisien jalur lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa implementasi standar

akuntansi pemerintahan secara parsial berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di

Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Secara langsung implementasi standar akuntansi pemerintahan memberikan kontribusi

sebesar 8,8% terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik, dan

secara tidak langsung karena keterkaitannya dengan sistem pengendalian intern pemerintah

dan penyelesaian temuan audit sebesar 8,5%. Jadi secara total kontribusi (pengaruh)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 69: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1037

SESI I/10

implementasi standar akuntansi pemerintahan dalam meningkatkan penerapan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di

Provinsi Jawa Barat dan Banten sebesar 17,3%. Menurut kategori Guilford implementasi

standar akuntansi pemerintahan mempunyai pengaruh sangat lemah terhadap penerapan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

5.2.4. Pengaruh Penyelesaian Temuan Audit Secara Parsial Terhadap Penerapan

Prinsip-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Hasil pengujian hipotesis secara parsial menyatakan bahwa penyelesaian temuan audit

berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik

digunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : rZX3 ≤

0

Penyelesaian temuan audit tidak berpengaruh positif terhadap penerapan

prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada pemerintah Provinsi,

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

H1 : rZX3 >

0

Penyelesaian temuan audit berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik pada pemerintah Provinsi,

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Berdasarkan hasil pengolahan seperti terlihat pada Gambar 5.1 diperoleh nilai

koefisien jalur dari variabel penyelesaian temuan audit terhadap penerapan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintah daerah yang baik sebesar 0,337 (rYX3 = 0,337). Karena koefisien jalur

lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa variabel penyelesaian temuan audit secara

parsial berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah

yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Secara langsung penyelesaian temuan audit memberikan kontribusi sebesar 11,4%

terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah daerah yang baik, dan secara tidak

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 70: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1038

SESI I/10

langsung karena keterkaitannya dengan sistem pengendalian intern pemerintah dan

implementasi standar akuntansi pemerintahan sebesar 8,8%. Jadi secara total kontribusi

(pengaruh) penyelesaian temuan audit terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola

pemerintah daerah yang baik pada pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi Jawa

Barat dan Banten sebesar 20,2%. Menurut kategori Guilford penyelesaian temuan audit

mempunyai pengaruh lemah terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan

yang baik.

5.3 Pembahasan Deskriptif Hasil Uji Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis menghasilkan pengaruh bersama-sama (simultan) antara

variabel-variabel sistem pengendalian intern pemerintah (X1), implementasi standar akuntansi

pemerintahan (X2) penyelesaian temuan audit (X3) menunjukkan pengaruh yang sedang

atau cukup terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Z) yang

ditunjukkan dengan besaran pengaruh yaitu sebesar 53%. Hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi umpan balik bagi pengayaan konsep prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik mengetengahkan tiga faktor pendukung yaitu sistem pengendalian

intern pemerintah, implementasi standar akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan

audit. Sementara sisanya sebesar 47% (besaran epsilon) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

diluar ketiga variabel tersebut.

Terdapat tiga prinsip dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah yang tercermin dalam tiga variable yaitu sistem pengendalian

intern pemerintah, implementasi standar akuntansi pemerintahan dan penyelesaian temuan

audit hanya merefleksikan salah satu prinsip saja yaitu prinsip akuntabilitas, prinsip

partisipatif dapat direfleksikan dengan partisipatif budgeting dan prinsip transparansi

direfleksikan dengan faktor politik ekonomi. Political economy itu sendiri didefinisikan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 71: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1039

SESI I/10

sebagai kerangka (framework) sosial, politik dan ekonomi dimana entitas itu berlangsung atau

berada (Gray et al, 1996). Perspektif tersebut menyatakan bahwa masyarakat (sosial), politik

dan ekonomi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan isu ekonomi tidak dapat

di investigasi secara berarti tanpa pertimbangan dari politik, sosial dan kerangka institusional

dimana aktivitas ekonomi itu berlangsung. Hal itu menyatakan bahwa, para peneliti ekonomi

politik akan mempertimbangkan isu masyarakat yang lebih luas dimana isu tersebut

mempengaruhi atau mempunyai dampak terhadap bagaimana perusahaan itu akan beroperasi

dan memilih informasi apa yang akan diungkapkan. Guthrie dan Parker (1990)

menyatakan bahwa perspektif politik ekonomi mempersepsikan bahwa laporan akuntansi

sebagai dokumen sosial, politik dan ekonomi. Mereka menjadikan hal itu sebagai alat untuk

membangun, mendukung, dan melegitimasi perundingan ekonomi dan politik, institusi, dan

ideologi dimana hal itu mempunyai kontribusi terhadap kepentingan pribadi perusahaan.

Pengungkapan hal itu dalam kapasitas untuk menyampaikan maksud sosial, politik dan

ekonomi untuk suatu kesatuan pluralistic bagi penerima laporan. Faktor partisipatif

budgeting dan faktor politik ekonomi dapat dijadikan variabel penelitian bagi peneliti

selanjutnya sehingga dapat menjelaskan epsilon sebesar 47%.

Hasil perhitungan secara parsial membuktikan bahwa sistem pengendalian intern

pemerintah mempunyai pengaruh positif yang sangat lemah terhadap penerapan prinsip-

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik yang ditunjukkan dengan besaran pengaruh hanya

sebesar 15,5%. Dengan adanya sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan

pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten dapat

meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, dapat

dicapai dengan melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 72: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1040

SESI I/10

berpedoman pada SPIP (Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah).

Penelitian yang dilakukan Asep Effendi (2009) menunjukkan bahwa pengendalian

intern berpengaruh positif terhadap tata kelola pemerintahan yang baik. Hal serupa juga

dikemukakan oleh Murhaban (2010) dalam hasil penelitiannya bahwa pengendalian intern

berpengaruh positif terhadap tata kelola pemerintahan yang baik.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 ayat 1 menyatakan untuk

mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel,

menteri/pimpinan lembaga, Gubenur, Bupati/Walikota wajib melakukan pengendalian intern

atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan

penerapan sistem pengendalian intern pemerintah adalah untuk memberikan keyakinan yang

memadai terkait keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian

pengendalian intern yang memadai akan menciptakan tercapainya kualitas laporan keuangan

yang baik.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan pengendalian intern, pimpinan entitas harus

menerapkan komponen-komponen pengendalian intern dalam setiap aktivitas operasi.

Terdapat hubungan langsung antara tujuan yang dicapai dan komponen pengendalian intern

(IAI, 2001:319). Ii Baihaqi (2004) menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan faktor

yang menentukan bagi penyelenggaraan pemerintah untuk memberikan keyakinan atas

keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas.

Mengapa sistem pengendalian intern pemerintah mempunyai pengaruh yang sangat

lemah terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan

pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten dapat

dijelaskan bahwa yang menentukan sukses atau tidaknya keseluruhan sistem pengendalian

intern adalah komponen lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian adalah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 73: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1041

SESI I/10

komponen yang membentuk budaya dan perilaku manusia menjadi lebih sadar akan

pentingnya pengendalian. Unsur utama setiap organisasi adalah manusianya, atribut

individual mereka termasuk integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi dan lingkungan di

mana mereka beroperasi. Unsur manusia adalah orang yang menggerakkan organisasi, dan

menjadi dasar atau landasan segala hal dalam organisasi (COSO 2009: 23). Meisser et al

(2008;229); Arens et al (2010) dan Sukrisno Agoes (2005;76) menyatakan lingkungan

pengendalian intern seperti sebuah payung yang memayungi keseluruhan komponen lainnya

dalam suatu entitas dan menetapkan kerangka kerja untuk mengimplementasikan sistem

akuntansi dan pengendalian intern. Namun demikian, lingkungan pengendalian merupakan

komponen yang paling sulit untuk dikembangkan dan dievaluasi karena sebagian besar

merupakan aspek pengendalian intern yang soft dan intangible.

Lemahnya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah pada pemerintah Provinsi,

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten disebabkan karena lingkungan

pengendalian yang seharusnya menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan

SPI masih sulit untuk dicapai karena terdapat kelemahan dalam lingkungan pengendalian

terutama karena kurang tertibnya penyusunan dan penerapan kebijakan tentang pembinaan

SDM serta kurangnya komitmen terhadap kompetensi. Kelemahan lingkungan pengendalian

terlihat pula pada pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang kurang tepat, kurangnya

hubungan kerja yang baik terlihat dengan belum terwujudnya mekanisme saling uji antar

entitas.

Selanjutnya penilaian risiko yang dilakukan untuk menjamin bahwa tujuan organisasi

masih sulit terwujud karena pemerintah belum optimal dalam melakukan kegiatan penilaian

risiko yang terdiri atas kegiatan identifikasi dan analisis resiko karena belum adanya

metodologi yang komprehensif yang selanjutnya bisa menganalisis dampak dari risiko.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 74: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1042

SESI I/10

Kelemahan atas kegiatan pengendalian tercermin dari belum jelasnya penguraian

tanggung jawab pengamanan, belum memadainya pengendalian fisik atas aset, pencatatan

transaksi yang akurat dan tepat waktu, pendokumentasian yang baik atas SPI, transaksi dan

kejadian penting atas pengelolaan sistem informasi serta penetapan dan reviu atas indikator

dan ukuran kerja.

Selajutnya informasi dan komunikasi yang meliputi penyediaan dan pemanfaatan

sarana komunikasi dan sistem informasi yang dikelola, dikembangkan dan diperbaharui

secara terus menerus belum sepenuhnya dimanfaatkan. Penyediaan dan pemanfaatan sarana

komunikasi tersebut menunjang informasi pada laporan keuangan disajikan dengan wajar,

dapat diverifikasi dan ditujukan untuk kebutuhan umum. Kemudian, sistem informasi yang

belum sepenuhnya dikelola dikembangkan dan diperbaharui secara terus menerus juga akan

berpengaruh terhadap keandalan laporan keuangan. Unsur informasi dan komunikasi yang

perlu mendapat perhatian terutama perlunya upaya pengembangan dan pembaharuan sistem

informasi secara terus menerus.

Pemantauan atas SPI pada pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa

Barat dan Banten masih belum optimal, upaya penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi

temuan pemeriksaan yang belum memadai sehingga masih ditemukan temuan-temuan

berulang dan lambat ditindaklanjuti.

Dari hasil analisis atas tanggapan responden diketahui bahwa dalam penyusunan

kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi, penerapan manajemen berbasis kinerja,

penyusunan kebijakan tentang pembinaan sumber daya manusia dan dalam membangun

hubungan kerja yang baik di lingkungan pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di

Provinsi Jawa Barat dan Banten berada dalam kategori masih jarang dilakukan.

Hasil perhitungan secara parsial juga membuktikan bahwa implementasi standar

akuntansi pemerintahan mempunyai pengaruh positif yang sangat lemah terhadap penerapan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 75: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1043

SESI I/10

prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik yang ditunjukkan dengan besaran pengaruh

hanya sebesar 17,3%. Dengan diimplementasikannya standar akuntansi pemerintahan di

lingkungan pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten

dapat meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Salah satu bentuk penerapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam bidang

pengelolaan keuangan negara/daerah adalah melalui pemberlakuan kewajiban kepada seluruh

pemerintah daerah untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang

disusun mengikuti standar akuntansi keuangan pemerintah (UU Nomor 1 Tahun 2004)

sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah yang transparan

dan akuntabel kepada seluruh pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Ikin Solikin

(2010) yang melakukan penelitian pada Pemerintah Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa

Barat, mengemukakan bahwa Penerapan Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Informasi

Akuntansi berpengaruh terhadap good government governance.

Penyebab sangat lemahnya pengaruh implementasi SAP disebabkan masih terdapatnya

kelemahan pada tujuan laporan keuangan, prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan.

Kelemahan pada tujuan laporan keuangan yaitu berupa pengeluaran yang tidak sesuai dengan

ketentuan, akun-akun yang tidak ada dokumen sumbernya, kurang tertibnya laporan kas dan

setara kas dapat mempengaruhi penyajian wajar dan informasi terkesan bias jika dilakukan

verifikasi, sehingga informasi yang disajikan dalam laporan keuangan belum sepenuhnya

memenuhi tujuan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan umum. Selanjutnya

kelemahan dalam penerapan prinsip akuntansi dan pelaporan tercermin dari belum

memadainya pencatatan aset yang disebabkan akibat kelemahan pengendalian atas

penatausahaan aset tetap, bukti penyertaan modal tidak memadai, nilai kas dan piutang yang

tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya karena pengendalian atas pencatatan dan

pelaporan yang masih lemah. Kelemahan dalam unsur laporan keuangan disebabkan karena

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 76: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1044

SESI I/10

masih terdapatnya pengeluaran yang tidak sesuai dengan ketentuan, akun-akun yang tidak ada

dokumen sumbernya, menyebabkan kurang lengkapnya laporan realisasi anggaran, selajutnya

belum memadainya pencatatan aset, menyebabkan kurang lengkapnya informasi dalam neraca

dan kurang tertibnya laporan kas dan setara kas dapat mempengaruhi penyajian laporan arus

kas.

Penyelesaian temuan audit terbukti mempunyai pengaruh positif yang lemah terhadap

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik yang ditunjukkan dengan

besaran pengaruh hanya sebesar 20,2%. Dengan adanya penyelesaian temuan audit di

lingkungan pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten

dapat meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan, BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan yang

dilakukan oleh Pemerintah Daerah, salah satunya dilakukan melalui pemeriksaan keuangan

yang menghasilkan simpulan dalam bentuk opini atas LKPD.

Pemeriksaan yang dilakukan BPK akan bermanfaat apabila menghasilkan

rekomendasi yang menciptakan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel di

pemerintahan. Dengan tindak lanjut tersebut laporan keuangan yang dihasilkan oleh

pemerintah lebih berkualitas yang mencerminkan pengelolaan pemerintahan yang baik (good

governance).

Temuan atau rekomendasi BPK diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara/daerah/perusahaan pada entitas yang bersangkutan. Pada

dasarnya, maksud kegiatan tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah terciptanya

perbaikan/peningkatan kualitas atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan dari proses

pemeriksaan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 77: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1045

SESI I/10

Sangat lemahnya pengaruh variabel penyelesaian temuan audit tercermin dari upaya

penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi temuan pemeriksaan yang belum memadai

sehingga masih ditemukan temuan-temuan berulang dan lambat ditindaklanjuti.

Penyebab kelemahan SPI pada umumnya terjadi karena pejabat yang berwenang

belum menyusun dan menetapkan kebijakan formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan

prosedur. Selain itu, para pejabat atau pelaksana yang bertanggung jawab kurang cermat

dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan tugas. Kasus kelemahan SPI yang lain

meliputi pejabat yang bertanggung jawab lemah dalam melakukan pengawasan maupun

pengendalian kegiatan dan belum sepenuhnya memahami ketentuan dan belum adanya

koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Belum optimalnya pengawasan maupun pengendalian

menyebabkan masih ditemukannya temuan-temuan berulang dan lambat ditindaklanjuti. Hal

tersebut menujukkan bahwa upaya penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi temuan

pemeriksaan yang belum memadai.

Penyebab kelemahan atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan pada umunya terjadi karena pejabat yang bertanggungjawab lalai, tidak cermat dan

belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Selain itu penyebab

kelemahan atas ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut umumnya

terjadi karena pejabat yang bertanggung jawab tidak menaati dan memahami ketentuan yang

berlaku serta lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian.

Selanjutnya dari hasil analisis atas tanggapan responden diketahui bahwa dalam

penyelesaian temuan audit di lingkungan pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di

Provinsi Jawa Barat dan Banten belum tersedia anggaran yang memadai untuk mendukung

pelaksanaan rekomendasi yang disampaikan oleh BPK dan belum adanya dukungan yang

memadai dari DPRD kepada pihak eksekutif terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil

pemeriksaan BPK termasuk meminta pemeriksaan lanjutan terkait dengan permasalahan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 78: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1046

SESI I/10

tertentu yang signifikan, belum tersedianya metode atau forum bersama untuk

mengefektifkan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK termasuk membahas kendala-kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan tindak lanjut untuk menemukan solusinya, masih belum

tuntasnya penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil audit sesuai dengan mekanisme

penyelesaian rekomendasi hasil audit yang ditetapkan disebabkan antara lain karena pejabat

menjadi tersangka dan ditahan, pejabat menjadi terpidana, objek yang direkomendasikan

dalam sengketa di pengadilan atau rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti secara efektif,

efisien, dan ekonomis antara lain karena perubahan struktur organisasi dan perubahan

regulasi.

6. Simpulan, Saran dan Implikasi

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Sistem pengendalian intern pemerintah, implementasi standar akuntansi pemerintahan,

penyelesaian temuan audit berpengaruh positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik. Secara simultan ketiga variabel memiliki pengaruh yang

sedang atau cukup terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Secara parsial variabel sistem pengendalian intern pemerintah dan penerapan standar

akuntansi pemerintahan memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap penerapan prinsip-

prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, sedangkan variabel penyelesaian temuan audit

memiliki pengaruh yang lemah terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan

yang baik

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 79: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1047

SESI I/10

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diberikan

saran, yaitu kepada pemerintah daerah yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini, dan

khusus kepada peneliti yang akan datang, yang berrminat melanjutkan penelitian ini, serta

kepada para pemerhati pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penyelesaian temuan merupakan faktor yang lebih

dominan dalam penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Oleh karena

itu Pemda perlu mengupayakan lebih serius dalam penyelesaian temuan audit. Saat ini

diketahui bahwa di lingkungan pemerintahan Provinsi, Kabupaten dan Kota di Provinsi

Jawa Barat dan Banten masih belum tuntasnya penyelesaian tindak lanjut rekomendasi

hasil audit sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit yang

ditetapkan disebabkan antara lain karena pejabat menjadi tersangka dan ditahan, pejabat

menjadi terpidana, objek yang direkomendasikan dalam sengketa di pengadilan atau

rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti secara efektif, efisien, dan ekonomis antara lain

karena perubahan struktur organisasi dan perubahan regulasi.

2. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah merupakan

faktor yang memberikan pengaruh yang paling lemah terhadap penerapan prinsip-prinsip

tata kelola pemerintahan yang baik. Peneliti memberikan saran agar pemerintah Provinsi,

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat dan Banten dapat membentuk budaya dan

perilaku manusia menjadi lebih sadar akan pentingnya pengendalian. Unsur utama setiap

organisasi adalah manusianya, atribut individual mereka termasuk integritas, nilai-nilai

etika dan kompetensi dan lingkungan di mana mereka beroperasi. Pengendalian intern

seharusnya menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan SPI dapat

dicapai dengan meningkatkan ketertiban dalam penyusunan dan penerapan kebijakan

tentang pembinaan SDM serta meningkatkan komitmen terhadap kompetensi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 80: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1048

SESI I/10

3. Penelitian ini belum mengungkapkan seluruh variabel yang dapat mempengaruhi

penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, sehubungan dengan itu

disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk menindaklanjuti penelitian ini dengan

memasukkan variabel-variabel lain yang belum diteliti, antara lain partisipatif budgeting

dan politik ekonomi.

6.3 Implikasi Hasil Penelitian

6.3.1 Implikasi Hasil Penelitian Bagi Pengembangan Ilmu

Berkaitan dengan perkembangan ilmu akuntansi, khususnya akuntansi pemerintahan,

penelitian ini telah membuktikan variabel sistem pengendalian intern pemerintah,

implementasi standar akuntansi pemerintahan, penyelesaian temuan audit memiliki pengaruh

yang positif terhadap penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Bagi

peneliti selanjutnya dapat memasukkan variabel lain yaitu variabel partisipatif budgeting dan

variabel politik ekonomi yang tidak penulis masukkan sebagai variabel dalam penelitian ini

6.3.2 Implikasi Hasil Penelitian Bagi Pemerintah Daerah

Bagi pemerintah daerah, seiring dengan semakin kuatnya tuntutan masyarakat agar

pengelolaan pemerintahan dapat semakin akuntabel dan transparan serta lebih memperhatikan

kepentingan masyarakat, maka pemerintah daerah pada seluruh tingkat pimpinan

menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-

masing. Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah,

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban,

harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif.

Sistem Pengendalian Intern dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan

dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 81: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1049

SESI I/10

Instansi Pemerintah tersebut. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan

Sistem Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan

SPIP.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 82: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1050

SESI I/10

Daftar Referensi

A. Buku-Buku

Abdul Halim, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat.

Arens, Alvin A., Elder, Randa J; Beasley, Mark S, 2010. Auditing and Assurance Services: An Integrated

Approach, 13th

Edition, Pearson, Prentice Hall Inc.

Asian Development Bank, 1999. Governance : Sound Development Management.

Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011. Jakarta, September

2011.

Bappenas, 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi, Sekretariat Good

Public Governance, Jakarta www.bappenas.go.id.

Bintoro Tjokroamidjojo, 2000. Good Governance: Paradigma Baru Manajemen Pembangunan, Lembaga

Administrasi Negara, Republik Indonesia

Black, Jhon and R Boal, 1994. Competitive Advantage Targeting. New York Prentice Hall Inc 4th

Edition

Boynton William C., Raymon N.Jhonson, Walter G. &, Kell, 2006. Modern Auditing. 8th

Edition. USA.

Richard D. Irwin Inc.

Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot (2002). Research Methods in Clinical Psychology.( 2nd

ed.). John

Wiley & Sons, LTD Chichester England

Cooper, D. R, & Schindler, P. S., 2006. Business Research Methods. 9th

Edition. International Edition. Mc Graw

Hill

Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO), 2009. Internal Control-

Integrated Framework, New York : AICPA Publication.

Deddi Nordiawan, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Forum for Corporation Governance in Indonesia, 2000. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan,

Jakarta: FCGI.

Gray, et al., 1996, Accounting and Accountability: Changes and Challenges in Corporate Social and

Environmental Reporting, Prentice Hall Europe, Hemel Hempstead.

Guilford J.P, Benjamin Fruchter, 1956, Fundamental Statistic in Psycology and Education, 5th

Edition, Tokyo,

Mc-Graw Hill.

Gujarati, Damodar., 2003. Basic Econometrics 4th

Edition, International Edition, McGraw-Hill.

Hunger J. David and Wheelen Thomas L., 2004. Strategic Management and Business Policy, 9th

Edition, New

Jersey : Prentice-Hall Inc.

Ikatan Akuntan Indonesia-IAI, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta, Salemba Empat

Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Indra Bastian, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Yogyakarta, BPFE.

Indriantoro., Bambang Supomo, 1999. Metode Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manjemen. Edisi

Pertama, BPFE-UGM. Yogyakarta.

International Federation of Accountants (IFAC), 2000. Preface to International Public Sector Accounting

Standards, New York.

_____________, 2000. Governmental Financial Reporting: Accounting Issue and Practice, New York

_____________, 2010. IFAC Handbook of International Public Sector Accounting Pronouncements (2010 ed.,

Vol. 1-2). IFAC Publications.

International Public Sector Accounting Standard, 2010. Glossary Handbook. IPSAS.

Jeremy Pope, 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, Yayasan Obor

Indonesia, Jakarta.

Jones Rowan and Maurice Pandlebury, 2000. Public Sector Accounting 5th

Ed, London: Pitman Publishing.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2008. Public Governance, Jakarta Salemba Empat.

Konrath, Laweey F., 2002. Auditing Concepts and Applications, a Risk-Analysis Approach, 5th

Edition, West

Publishing Company.

Kooiman, J. 1993. Modern Governance: New Government-Society Interactions, London and Newbury Park,

California.

Lembaga Administrasi Negara. 2007. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia.

LAN dan BPKP, 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Penerbit LAN, Jakarta

Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit Andi

_________, 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Messier,William F, Steven M. Glover, and Douglas F. Prawitt, 2008. Auditing and Assurance Service: A

Systematic Approach. McGraw-Hill Companies Inc. New York.

Moh. Nazir, 2003, Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Jakarta, Ghalia. Indonesia

Mudrajad Kuncoro, 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga Jakarta.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 83: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1051

SESI I/10

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Osborne, David and Ted Gaebler, 1992. Reinventing Governance, How the Eentrepreneurial Spirit is

Transforming the Public Sector, New York, Penguins Books.

Rosenbloom, David, 2005. Public Administration, Sixth Edition, Mc Graw Hill.

Sedarmayanti, 2003. Good Governance (Bagian 1): Dalam Rangka Otonomi Daerah, Mandar Maju Bandung.

_____________, 2007. Good Governance dan Good Corporate Governance (Bagian 3): Kepemerintahan Yang

Baik dan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, Mandar Maju Bandung.

Sekaran, Uma and Roger Bougie, 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. John Wiley

& Sons Ltd. UK.

Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta

Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta

Soekrisno Agoes, 2005. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik), Jilid I, Edisi Ketiga,

Jakarta: LP-FEUI.

Tjager, I Nyoman, Alijoyo, F. Antonius, Djemat, Humphrey R & Soembodo, Bambang, 2003. Corporate

Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta.

United States Government Accountability Office, 2007. Government Auditing Standards

Whittington O., Ray & Pany Kurt, 2001. Principles of Auditing and Other Assurance Services, 13th

Edition,

McGraw-Hill Companies Inc.

Wilson, and Kattelus, 2004. Accounting for Governmental and Nonprofit Entities, 13th

Edition.

Zikmund, William G., 2001. Business Research Methods, Sixth Edition, Orlando: The Dryden Press.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara, Jakarta

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pemantauan

Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan

Kepmenpan Nomor 40 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemantauan Pelaksanaan TLHP BPK pada Instansi

Pemerintah

C. Jurnal/Hasil Penelitian/Publikasi/Disertasi

A. Teras Narang, 2007. Good Governance Dan Clean Government Dalam Implementasinya di Propinsi

Kalimantan Tengah; Seminar Nasional Pergeseran Paradigma Kepemerintahan Dari Governmnet ke

Governance : Teori Dan Praktek, Komap Fisipol UGM.

Alijarde, M. Isabel Brusca. 1997. The Usefulness of Financial Reporting in Spanish Local Governments. Article

Financial Accountability & Management. Volume 13, Issue 1 February

Akhmad Syakhroza, 2003. Best Practices Corporate Governance dalam Konteks Kondisi Lokal Perbankan

Indonesia, Usahawan, No.06 TH XXXII (Juni 2003), hlm. 13-20.

Asep Effendi, 2009. Pengaruh Pengawasan Fungsional Daerah dan Pengendalian Intern terhadap Penerapan

Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Dampaknya Terhadap Kinerja Dinas, Disertasi, Universitas

Padjadjaran Bandung

Ateng Syafrudin, 2000. Langkah Awal Reformasi Otonomi Daerah, Makalah Seminar Bandung, Universitas

Winaya Mukti.

Bambang Pamungkas, 2005. Pengaruh Kualitas Peraturan Perundang-Undangan, Akuntansi Keuangan Sektor

Publik, dan Penerapan Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah dan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung

Cheng, Rita H., John H Engstrom, Susan C Kattelus, 2002. The Journal of Government Financial Management,

Educating Government Financial Managers: University Collaboration Between Business and Public

Administration, Alexandria: Vol 51, Iss.3 page 10, 5 pages. http://gateway.proquest.com,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 84: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1052

SESI I/10

Daru Anondo, 2004. Laporan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah sebagai Bagian Perwujudan

Akuntabilitas Publik, Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Dedi Kusmayadi, 2005. Pengaruh Audit Operasional terhadap Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dan

Implementasi Strategi serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Survey pada Perusahaan

Manufaktur Aneka Industry Go Publik), Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung.

Donalson, Lex and Davis James H, 1991. Stewarship Theory or Agency Theory: CEO Governance and

Shareholders Returns, Australian Journal of Management, The University of New South Wales, Vol.16,

June 1.

Doni Damanik, 2010. Pengaruh Pengetahuan tentang Proses Audit Internal, Intuisi, Pemahaman terhadap SAP,

Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Peran APIP dalam Reviu Laporan

Keuangan Daerah, Artikel Pengawasan Intern, Medan

Endang Dwi Wahyuni, 2007. Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Malang.

Eduardo, Zapico Goni, 1997. Based Accountability in Spain’s Public Service. Public Management Service, The

Organisation for Economic Co-operationn and Development (OECD).

Ferdy van Beest, Geert Braam, dan Suzanne Boelens, 2009. Quality of Financial Reporting: Measuring

Qualitative Characteristics. Nijmegen Center for Economics (NiCE). Working Paper 09-108 April

Gupta, Parveen P., Mark W. Dirsmith, Timothy J. Fogarty, 1994. Coordination and Control in aGovernmnet

Agency : Contigency and Institutional Theory Persepective on GAO Audits. Administrative Science

Quarterly, Vol 39 No. 3 (June 1994), pp 264-284.

Geoffrey R. Njeru, 2000, Citizen Participation for Good Governance and Developmen at the Local Level in

Kenya, Regional Development Dialogue Vol 21 No. 1 Spring 2000

Government Accounting Office, 2007. How To Get Action on Audit Recommendation.

http://www.gao.gov/special.pubs/p0921.pdf. [20 Januari 2012]

Guthrie, J., and Parker, L. D. 1989. Corporate Social Reporting: A Rebuttal of Legitimacy Theory, Accounting

and Bussiness Research, Vol. 19 No. 7, pp.343-352.

Guthrie, J., Petty, R., and Ricceri, F. 2006. The Voluntary Reporting of Intellectual Capital; Comparing

Evidence from Hong Kong and Australia. Journal of Intellectual Capital Vol. 7 No. 2. pp. 254-271.

Ii Baihaqi Mustafa, 2004. Pengendalian Intern dan Pemberantasan Korupsi,

http://www.bpkp.go.id/unit/Pusat/artikel1.pdf. [25 Maret 2010].

Ikin Solikin, 2010. Pengaruh Penerapan Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Informasi Akuntansi dan Kualitas

Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Good Government Governance dan Implikasinya terhadap

Kinerja Keuangan, Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung

Ilya Avianti, 2009. Good Government Governance, Materi Disampaikan pada Diklat Kepemimpinan Tingkat IV

30 Oktober 2009, Balai Diklat BPK RI, Yogyakarta.

Jensen MC and JH Meckling, 1976. Theory of Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership

Structure, Journal of Financial Economics 3, 305 – 360. October 1976.

Lapsley Irvine, 2001, Research In Public Sector Accounting: An Appraisal, Accounting, Auditing and

Accountability Journal.

Mack, Janet. dan Ryan, Christine M., 2006. Reflection on The Theoretical Underpinnings of The General

Purpose Financial Report of Government Departments. Accounting, Auditing, and Accountability

Journal.

Manao, Hekinus, 2001. Good Corporate Governance: Konsep dan Implementasinya, Makalah yang disampaikan

pada Pemaparan Good Corporate Governance PT Badak NGL Co., 15 Maret.

Manzur Hussain, 2001. The Role of Pakistan’s SAI in Promoting Good National Governance, International

Journal of Government Auditing, Washington, Vol 28, Iss 1, page 6, 2 pages, Januari 2001

http://gateway.proquest.com.

Mardiasmo, 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu

Sarana Good Governance, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 2 No. 1, Mei 2006, Hal 1-17.

McConomy, Bruce and Merridee Bujaki, 2000. Corporate Governance: Enhancing Shareholder Value, CMA

Management.

Mohamad Mahsun, 2009. Formalitas Laporan Kinerja Pejabat Publik. http://jsa-akuntan.com. Accessed

02/12/2009

Murhaban, 2010. Pengaruh Pengendalian Intern, Audit Internal dan Komitmen Organisasi terhadap Tata

Kelola Pemerintahan yang Baik serta Implikasinya terhadap Kinerja Pemerintah Daerah, Disertasi,

Universitas Padjadjaran Bandung.

Nunuy Nur Afiah, 2004. Pengaruh Kompetensi Anggota DPRD, Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah,

Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi, Penganggaran, Serta Kualitas Informasi Keuangan

TerhadapPrinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintah Daerah Yang Baik, Disertasi, Universitas Padjadjaran

Bandung.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 85: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1053

SESI I/10

Otley, DT., 1980. The Contingency Theory of Management Accounting: Achievement and Prognosis.

Accounting Organization and Society.

Patten, D.M. 1991. Exposure Legitimacy, and Social Disclosure, Journal of Accounting and Public, Vol. 10, pp.

297-308.

Purwaniati Nugraheni dan Imam Subawaeh, 2008. Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap

Kualitas Laporan Keuangan, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1 Volume 13, April 2008, pp 48-58.

Ridwan, 2007. Pengaruh Peran Aparatur Dalam Perencanaan dan Pengendalian APBD, Penerapan Akuntansi

Keuangan Sektor Publik, serta Kualitas Informasi Keuangan terhadap Kinerja Unit Satuan Kerja

Pemda, Disertasi, Universitas Padjadjaran Bandung

Sapta Amal Damandiri, 2009. Sistim Internal Control Pemerintah (SIP) Memang Masih Lemah. Akuntan

Indonesia. Laporan Keuangan Daerah. Edisi No.18/Tahun III/Juli

Shahwan, Yousef, 2008. Qualitative Characteristics of Financial Reporting : A Historical Perspective, Journal

of Applied Accounting Research. Volume 9 Iss 3, pp. 192-202.

Shleifer, A. and R Vishny, 1997. Corruption Quarterly, Journal of Economic 108:599-617

Stanbury, W.T., 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of Government: More Myth than

Reality, Fraser Institute Digital Publication, Canada.

Transparancy International Commissioned. 2006-2010. Corruptions Index.

.......................Corruption Perceptions Index 2005, www.transparency.org

Vanasco, Rocco R. Clifford R. Skousen and Curtis C. Verschoor, 1995. Reporting on the Entity's Control

Structure, Managerial Auditing Journal, Vol 10, 1995 pp 17-48.

Zeleke Belay, 2007, a Study of Effective Implementation of Internal Audit Function to Promote Good

Governance in the Public Sector.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 86: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1054

SESI I/10

8. Lampiran

8.1 Lampiran Tabel Operasionalisasi Variabel

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Sistem

Pengendalian

Intern

Pemerintah

(X1)

COSO, 2009

PP No 60/2008

Arens et al,

2010

Lingkungan

Pengendalian

(X1.1)

Nilai integritas dan nilai-nilai etika

Komitmen terhadap kompetensi

Kepemimpinan dan kondusif

Struktur organisasi yang sesuai kebutuhan

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab

Kebijakan yang sehat tentang pembinaaan

SDM

Peran APIP yang efektif

Hubungan kerja yang efektif

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Penaksiran Resiko

(X1.2) Identifikasi Resiko

Analisis resiko

Ordinal

Ordinal

Kegiatan

Pengendalian

(X1.3)

Reviu atas kinerja instansi pemerintah

Pembinaan SDM

Pengendalian pengelolaan sistem informasi

Pengendalian fisik aset

Penetapan dan reviu indikator dan ukuran

kinerja

Pemisahan fungsi

Otorisasi transaksi dan kejadian penting

Pencatatan yang akurat dan tepat waktu

Pembatasan akses atas sumber daya

Akuntabilitas terhadap sumber daya

Dokumentasi atas sistem pengendalian intern

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Informasi dan

Komunikasi (X1.4) Sarana informasi

Manajemen sistem informasi

Ordinal

Ordinal

Pemantauan

(X1.5)

Pemantauan berkelanjutan

Evaluasi terpisah

Tindak lanjut

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Implementasi

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

(X2)

IPSAS, 2000

PP No.

24/2005

Tujuan Laporan

Keuangan

(X2.1)

Tersedianya informasi mengenai kecukupan

penerimaan periode berjalan untuk membiayai

seluruh pengeluaran

Tersedianya informasi mengenai kesesuaian

cara memperoleh sumber daya ekonomi dan

alokasiny dengan anggaran yang ditetapkan

Tersedianya informasi mengenai sumber daya

ekonomi yang digunakan dalam kegiatan

entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah

dicapai

Tersedianya informasi mengenai bagaimana

entitas pelaporan mendanai seluruh

kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya

Tersedianya informasi mengenai posisi

keuangan dan kondisi entitas pelaporan

berkaitan dengan sumber-sumber

penerimaannya, baik jangka pendek maupun

jangka panjang, termasuk yang berasal dari

pungutan pajak dan pinjaman

Tersedianya informasi mengenai perubahan

posisi keuangan entitas pelaporan, apakah

mengalami kenaikan atau penurunan,

sebagaimana akibat kegiatan yang dilakukan

selama periode pelaporan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Prinsip akuntansi Ketentuan yang yang dipahami dan ditaati

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 87: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1055

SESI I/10

dan pelaporan

keuangan

(X2.2)

penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan

dalam melakukan kegiatannya, terdiri dari :

Basis Akuntansi

Nilai Historis

Realisasi

Substansi Mengungguli Bentuk Formal

Periodisitas

Konsistensi

Pengungkapan Lengkap

Penyajian Wajar

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Unsur Laporan

Keuangan

(X2.3)

Laporan Realisasi Anggaran

Neraca

Laporan Arus Kas

Catatan atas Laporan Keuangan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Penyelesaian

Temuan Audit

(X3)

UU No

15/2004;

UU No

15/2006

SPKN, 2007;

Terlaksananya

penyelesaian temuan

audit Laporan

Keuangan atas hal

yang berkaitan

dengan pengendalian

intern (X3.1)

Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan

Pelaporan

Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan

APBD

Kelemahan Struktur Pengendalian Intern

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Terlaksananya

penyelesaian temuan

audit Laporan

Keuangan atas hal

yang berkaitan

dengan kepatuhan

terhadap ketentuan

peraturan

perundang-undangan

(X3.2)

Kerugian daerah

Potensi Kerugian Daerah

Kekurangan Penerimaan

Administrasi

Ketidakhematan

Ketidakefektifan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Prinsip-Prinsip

Tata Kelola

Pemerintah

Daerah yang

Baik

Osborne and

Geabler, 1992,

OECD and

World Bank,

2000, LAN &

BPKP, 2000,

Bappenas,

2003

Transparansi (Y1) Keterbukaan keuangan

Keterbukaan operasional

Keterbukaan pengambilan keputusan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Partisipasi (Y2) Pengambilan keputusan yang demokratis

Kebebasan pers

Kebebasan berpendapat

Keterlibatan masyarakat

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Akuntabilitas (Y3) Pemberian informasi keuangan kepada

masyarakat dan pemakainya

Menilai pertanggungjawaban

Pelaporan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 88: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1056

SESI I/10

8.2 Lampiran Output LISREL

DATE: 7/23/2013 TIME: 4:23

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\DIANA\Tata Kelola.spj:

Tata Kelola Pemerintahan Observed variables X1 X2 X3 Y Correlation matrix from file olah.cor Sample size 36 Relationship Y = X1 X2 X3 Path diagram Number of decimal = 3 End of problem

Sample Size = 36

Tata Kelola Pemerintahan

Correlation Matrix

Y X1 X2 X3 -------- -------- -------- -------- Y 1.000 X1 0.553 1.000 X2 0.582 0.442 1.000 X3 0.596 0.419 0.474 1.000

Tata Kelola Pemerintahan

Number of Iterations = 0

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

Structural Equations

Y = 0.280*X1 + 0.298*X2 + 0.337*X3, Errorvar.= 0.470 , R² = 0.530 (0.140) (0.145) (0.143) (0.118) 1.999 2.065 2.362 4.000

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 89: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1057

SESI I/10

Correlation Matrix of Independent Variables

X1 X2 X3 -------- -------- -------- X1 1.000 (0.250) 4.000

X2 0.442 1.000 (0.193) (0.250) 2.285 4.000

X3 0.419 0.474 1.000 (0.192) (0.196) (0.250) 2.185 2.422 4.000

Covariance Matrix of Latent Variables

Y X1 X2 X3 -------- -------- -------- -------- Y 1.000 X1 0.553 1.000 X2 0.582 0.442 1.000 X3 0.596 0.419 0.474 1.000

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 0 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.0 (P = 1.000) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.000)

The Model is Saturated, the Fit is Perfect !

Time used: 0.047 Seconds

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 90: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1058

SESI I/10

8.3 Lampiran Output Uji Validitas dan Realibilitas

Reliability Variabel X1 [DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Process ing Summ ary

144 100.0

0 .0

144 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listw ise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Reliability Statis tics

.959 30

Cronbach's

Alpha N of Items

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 91: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1059

SESI I/10

Variabel X2 [DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Case Process ing Summ ary

144 100.0

0 .0

144 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listw ise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Item-Total Statistics

98.7212 344.945 .601 .958

99.3512 346.252 .553 .958

98.7210 344.307 .613 .958

99.1984 343.125 .640 .958

99.1347 341.324 .696 .957

98.4866 344.310 .624 .958

98.7211 342.422 .675 .957

99.1352 344.057 .613 .958

98.9753 343.958 .624 .958

99.0623 341.705 .686 .957

98.4863 340.860 .722 .957

98.7209 340.480 .725 .957

98.8671 343.354 .640 .958

99.0621 342.584 .658 .958

99.0620 343.383 .638 .958

98.9750 342.040 .681 .957

99.0621 340.901 .717 .957

98.9753 341.896 .679 .957

99.1352 339.229 .760 .957

98.4865 347.348 .532 .959

98.4866 346.139 .568 .958

98.4865 341.665 .701 .957

98.7211 343.402 .642 .958

98.8671 341.372 .701 .957

99.1350 340.487 .724 .957

98.4868 344.628 .612 .958

98.9751 343.573 .635 .958

98.7212 343.076 .655 .958

98.9753 346.938 .536 .959

98.7210 345.372 .588 .958

Item.1

Item.2

Item.3

Item.4

Item.5

Item.6

Item.7

Item.8

Item.9

Item.10

Item.11

Item.12

Item.13

Item.14

Item.15

Item.16

Item.17

Item.18

Item.19

Item.20

Item.21

Item.22

Item.23

Item.24

Item.25

Item.26

Item.27

Item.28

Item.29

Item.30

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 92: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1060

SESI I/10

Variabel X3 [DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statis tics

.953 22

Cronbach's

Alpha N of Items

Case Process ing Summ ary

144 100.0

0 .0

144 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listw ise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Item-Total Statistics

69.6306 183.634 .647 .951

68.7253 182.151 .680 .950

68.7252 181.007 .735 .950

69.1392 181.637 .695 .950

68.7252 181.425 .723 .950

68.9793 181.710 .703 .950

68.4905 183.542 .648 .951

68.4906 184.214 .607 .951 68.7252 181.615 .694 .950

68.4908 181.627 .736 .950

69.9549 180.381 .768 .949 68.4907 181.803 .696 .950

68.4910 180.208 .753 .949 69.4373 184.094 .583 .952

69.3979 183.961 .592 .951 68.9794 181.399 .734 .950

69.3093 184.651 .561 .952 68.4908 182.267 .708 .950 69.4374 185.201 .538 .952

69.8209 182.110 .703 .950 69.3981 184.195 .586 .951

68.4908 181.135 .745 .949

Item.31

Item.32

Item.33

Item.34

Item.35

Item.36

Item.37

Item.38

Item.39

Item.40

Item.41

Item.42 Item.43

Item.44 Item.45

Item.46

Item.47 Item.48

Item.49 Item.50

Item.51

Item.52

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 93: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1061

SESI I/10

Variabel Y [DataSet0]

Scale: ALL VARIABLES

Reliability Statis tics

.951 23

Cronbach's

Alpha N of Items

Case Process ing Summ ary

144 100.0

0 .0

144 100.0

Valid

Excludeda

Total

Cases

N %

Listw ise deletion based on all

variables in the procedure.

a.

Item-Total Statistics

72.9060 205.622 .492 .951

74.2769 202.350 .610 .949

72.9060 201.305 .646 .949

73.2863 199.584 .689 .948

73.1404 198.182 .753 .948

73.1407 200.197 .673 .949

73.3947 199.900 .685 .948

73.3946 204.955 .470 .951

73.7250 203.716 .516 .951

72.9059 200.458 .665 .949

73.6178 201.667 .597 .950

73.5545 203.659 .516 .951

73.2865 202.259 .586 .950

73.1408 200.048 .683 .948

73.3950 198.216 .752 .948

73.6180 199.689 .688 .948

73.5545 202.764 .551 .950

73.9242 198.913 .710 .948

73.6742 197.811 .761 .947

73.6740 197.301 .780 .947

72.9059 197.008 .795 .947 72.9061 197.091 .788 .947

72.9062 197.847 .760 .947

Item.53

Item.54

Item.55

Item.56

Item.57

Item.58

Item.59

Item.60

Item.61

Item.62

Item.63

Item.64

Item.65

Item.66

Item.67

Item.68

Item.69

Item.70

Item.71

Item.72 Item.73

Item.74

Item.75

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 94: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Diana Sari

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1062

SESI I/10

Reliability Statis tics

.954 24

Cronbach's

Alpha N of Items

Item-Total Statistics

72.8902 231.530 .645 .953

72.8351 231.310 .653 .952

72.3724 230.203 .698 .952

71.9583 230.571 .693 .952

72.6706 232.951 .597 .953

71.9584 229.364 .734 .952

72.2992 232.486 .620 .953

72.5427 238.378 .438 .955 71.7236 232.504 .626 .953

72.9414 233.126 .594 .953

72.2992 230.013 .708 .952 72.4920 228.449 .760 .951

72.5424 228.582 .757 .951 72.4355 233.238 .590 .953

72.6307 232.232 .627 .953 72.7072 230.267 .690 .952 71.7236 232.529 .632 .953

72.6705 230.338 .690 .952

72.3723 229.836 .716 .952 72.4358 229.519 .723 .952

72.2121 230.987 .687 .952

72.1041 230.872 .686 .952

71.9584 230.037 .718 .952

71.9580 231.352 .678 .952

Item.76

Item.77

Item.78

Item.79

Item.80

Item.81

Item.82 Item.83

Item.84

Item.85 Item.86

Item.87 Item.88

Item.89 Item.90 Item.91

Item.92 Item.93

Item.94

Item.95

Item.96

Item.97

Item.98

Item.99

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 95: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1063

SESI I/10

Pengaruh Faktor Organisasional, Individual, Situasional, Dan Demografis

Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing Internal

WINDY SEPTIANTI

Universitas Gadjah Mada

Abstract: Support for whistleblowing system in Indonesia is still lack, whereas it is one of the ways to

increase good government governance. The purpose of this research is to examine empirically the

influence of organizational, individual, situational, and demographic factors on internal

whistleblowing intentions. It uses survey method to 170 employees of Indonesian Financial

Transaction Report and Analysis Centre (PPATK). The results of multiple regression analysis show

that seriousness of wrongdoing and ethnic group have significant effect on internal whistleblowing

intentions, whereas managerial status, locus of control, organizational commitment, personal cost,

and status of wrongdoer do not have significant effect on internal whistleblowing intentions This

finding implication is organization need to introduce their own whistleblowing policy to protect any

person whishing to report fraud and wrongdoing.

Keywords: managerial status, locus of control, organizational commitment, personal cost,

seriousness of wrongdoing, status of wrongdoer, ethnic group, and internal

whistleblowing intentions.

Author can be contacted at: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 96: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1064

SESI I/10

1. Pendahuluan

Kasus-kasus kecurangan korporasi dan pelanggaran organisasional telah menjadi

perhatian masyarakat dunia. Kasus-kasus tersebut menarik perhatian masyarakat ketika

terungkap bahwa dalam laporan keuangan yang dilaporkan terdapat penipuan akuntansi yang

sistematis, terstruktur, dan direncanakan secara matang. Fenomena pelanggaran etika atas

skandal akuntansi dalam perusahaan ini telah memicu Sherron Watkins dan Cynthia Cooper

menjadi seorang whistleblowers dan mengungkapkan skandal korporasi tersebut kepada

publik (Lacayo dan Ripley, 2002).

Kasus-kasus whistleblowing banyak yang terkait dengan fraud. Pada tahun 2012, The

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) memproyeksikan potensi kerugian yang

diakibatkan oleh fraud adalah lebih dari $3,5 triliun, jumlah tersebut setara dengan 5% dari

pendapatan tahunan seluruh organisasi di dunia (ACFE, 2012). Fraud sangat sulit terdeteksi

karena individu yang melakukan fraud cenderung berupaya menutupi tindak kejahatannya,

fraud merupakan suatu tindakan yang sulit diprediksi dan para auditor memiliki pengalaman

yang terbatas dalam mendeteksi fraud.

Occupational fraud didefinisi sebagai penggunaan pekerjaan seseorang untuk

memperkaya diri sendiri melalui penyalahgunaan sumber daya atau aset-aset organisasi yang

dilakukan secara sengaja (ACFE, 2012). ACFE membagi occupational fraud ke dalam tiga

kategori, yaitu penyalahgunaan aset, fraud laporan keuangan, dan korupsi. Menurut ACFE

(2012), selama tahun 2012, diperkirakan besarnya persentase kasus penyalahgunaan aset

adalah sebesar 86,7% dengan median kerugian sebesar $120.000. Perkiraan persentase kasus

fraud laporan keuangan adalah sebesar 7,6% dengan median kerugian sebesar $1.000.000.

Perkiraan persentase kasus korupsi adalah sebesar 33,4% dengan median kerugian sebesar

$250.000.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 97: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1065

SESI I/10

Kasus-kasus whistleblowing banyak terjadi di Indonesia. Kasus-kasus yang melibatkan

peran whistleblower, antara lain Agus Condro dalam kasus suap Bank Indonesia dan Yohanes

Waworuntu dalam kasus Sistem Administrasi Badan Hukum (Semendawai dkk., 2011).

Berbagai kasus whistleblowing yang terjadi di Indonesia telah mendorong Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) untuk menerbitkan Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran

atau Whistleblowing System (WBS) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk

mengembangkan sistem manual pelaporan pelanggaran.

Salah satu kementrian/lembaga di Indonesia yang telah menerapkan peraturan

mengenai sistem whistleblowing adalah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

(PPATK). Sistem tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala PPATK Nomor: Per-

05/1.01/PPATK/04/09 tentang Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran. Sistem Pelaporan

Pelanggaran diyakini sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk mendorong partisipasi

aktif pimpinan, pegawai, dan pemangku kepentingan dalam upaya mencegah dan/atau

mengungkap praktik yang bertentangan dengan good governance di lingkungan PPATK.

Beberapa penelitian tentang whistleblowing menunjukkan bahwa faktor organisasional,

misalnya status manajerial (Keenan, 2002); faktor individual, misalnya locus of control

(Chiu, 2003; Near dan Miceli, 1985), personal cost (Jos dkk., 1989), dan komitmen

organisasional (Somers dan Casal, 1994); faktor situasional, misalnya keseriusan pelanggaran

(Kaplan dan Schultz, 2007) dan status pelanggar (Near dan Miceli, 1995); dan faktor

demografis, misalnya budaya (Schultz dkk., 1993; Keenan, 2007) merupakan keempat faktor

yang mempengaruhi perilaku pelaporan pelanggaran korporat oleh karyawan dalam suatu

organisasi. Walaupun beberapa penelitian telah dilakukan, masih terdapat pertanyaan

mengenai seberapa penting faktor organisasional, individual, situasional, dan demografis

mempengaruhi niat pegawai untuk melakukan whistleblowing internal dalam lingkup

kementerian/lembaga di Indonesia. Keempat faktor tersebut perlu diuji kembali, khususnya di

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 98: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1066

SESI I/10

Indonesia karena masih ditemukan hasil-hasil penelitian yang beragam dan tidak konsisten

terkait dengan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap whistleblowing. Kuantitas dan

kualitas penelitian mengenai whistleblowing belum menghasilkan kesimpulan yang definitif,

sehingga masih perlu dilakukan lebih banyak penelitian untuk memperoleh jawaban yang

jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat melakukan whistleblowing internal.

Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji keempat faktor

tersebut kepada para akuntan manajemen, auditor, atau mahasiswa Akuntansi/Bisnis,

penelitian ini mempunyai menguji keempat faktor tersebut kepada pegawai PPATK yang

merupakan bagian dari aparatur negara yang secara langsung maupun tidak langsung

menghadapi banyak peluang untuk melakukan perbuatan tidak etis dan pelanggaran

organisasional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Penelitian ini berfokus untuk

menguji pengaruh faktor-faktor organisasional, individual, situasional, dan demografis

terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Penelitian ini penting untuk dilakukan

karena hingga saat ini belum ada penelitian empiris di Indonesia yang menguji pengaruh

keempat faktor tersebut terhadap niat melakukan whistleblowing internal kepada para

pegawai dalam lingkup kementerian/lembaga. Beberapa penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan di Indonesia hanya menguji hubungan faktor-faktor individual dan whistleblowing

dengan menggunakan sampel para mahasiswa akuntansi/non-akuntansi, auditor internal, dan

auditor eksternal.

Faktor-faktor organisasional, individual, situasional, dan demografis sangat penting

untuk diteliti karena diyakini dapat mendorong partisipasi aktif pimpinan, pegawai, dan

pemangku kepentingan dalam upaya mencegah dan mengungkap praktik atau tindakan yang

bertentangan dengan good governance melalui budaya keterbukaan, kejujuran, dan keadilan

dan merupakan faktor-faktor penting yang dapat memotivasi pimpinan, pegawai, dan

pemangku kepentingan untuk memberikan kontribusi bagi kepentingan organisasi. Oleh

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 99: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1067

SESI I/10

karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah faktor-faktor organisasional, individual,

dan situasional, dan demografis dapat mempengaruhi niat pegawai untuk melaporkan

pelanggaran melalui mekanisma whistleblowing internal dengan telah diterapkannya Sistem

Pelaporan Pelanggaran di PPATK yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas good

governance, pengendalian internal, dan kinerja para pimpinan dan pegawai.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Ahmad dkk. (2011). Hasil penelitian

menyatakan bahwa faktor demografis (gender, usia, dan tenure) dan faktor individual (locus

of control dan komitmen organisasional) gagal untuk menjelaskan niat melakukan

whistleblowing internal pada para auditor internal di Malaysia. Penelitian ini juga mengacu

pada penelitian Ahmad dkk. (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor individual

(usia dan tenure), faktor organisasional (status manajerial), dan faktor situasional (keseriusan

pelanggaran) berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal pada para auditor

internal di Malaysia.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dkk. (2010) dan Ahmad dkk.

(2011), penelitian ini menambahkan variabel personal cost ke dalam faktor individual dan

variabel suku bangsa ke dalam faktor demografis karena kedua variabel tersebut diyakini

berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Personal cost merupakan

salah satu alasan utama yang menyebabkan responden tidak ingin melaporkan dugaan

pelanggaran karena mereka meyakini bahwa laporan mereka tidak akan ditindak lanjuti,

mereka akan mengalami retaliasi, atau manajemen tidak akan melindungi mereka dari

ancaman retaliasi, khususnya dalam jenis pelanggaran yang melibatkan para manajer (Brown,

2008). Penelitian tentang whistleblowing internal telah banyak dilakukan di negara-negara

Barat. Dengan mempertimbangkan aspek budaya Indonesia yang berdimensi budaya yang

berbeda dengan negara-negara Barat (Hofstede, 1985), maka penelitian ini menguji variabel

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 100: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1068

SESI I/10

suku bangsa yang diyakini mempengaruhi niat melakukan whistleblowing internal di

Indonesia. Variabel suku bangsa penting untuk diteliti karena Indonesia adalah sebuah bangsa

dengan masyarakat yang pluralistik dengan berbagai macam suku bangsa. Setiap suku bangsa

memiliki kebudayaan yang berbeda dengan suku bangsa lain, sehingga identitas dan atribut

suku bangsa langsung melekat dalam diri setiap individu dan diharapkan dapat mendorong

individu untuk merespon dan melaporkan dugaan fraud atau pelanggaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor organisasional, misalnya status manajerial berpengaruh terhadap niat

melakukan whistleblowing internal?

2. Apakah faktor individual, misalnya locus of control, komitmen organisasional, dan

personal cost, berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal?

3. Apakah faktor situasional, misalnya keseriusan pelanggaran dan status pelanggar

berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal?

4. Apakah faktor demografis, misalnya suku bangsa berpengaruh terhadap niat melakukan

whistleblowing internal?

Kontribusi yang diberikan melalui penelitian ini dapat dijelaskan dalam dari aspek,

yaitu teoretis dan praktis. Dari sisi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil-

hasil pengujian empiris untuk melengkapi penelitian-penelitian mengenai whistleblowing,

terutama dalam konteks Indonesia. Dari sisi praktis, bagi pengelola sistem pelaporan

pelanggaran, adanya pengaruh keseriusan pelanggaran terhadap niat melakukan

whistleblowing internal diharapkan akan dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan sistem

pelaporan pelanggaran sebagai bagian dari sistem pengendalian internal dalam upaya

mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan dan memperkuat penerapan praktik good

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 101: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1069

SESI I/10

governance di organisasi. Bagi pimpinan PPATK, adanya pengaruh suku bangsa terhadap

niat melakukan whistleblowing internal menunjukkan bahwa budaya berperan penting dalam

organisasi karena budaya dapat menjadi salah satu sumber keefektifan organisasi jika

dikelola dengan baik.

Penulisan artikel ini akan diorganisasikan sebagai berikut: latar belakang, seperti yang

telah diuraikan sebelumnya; reviu literatur dan pengembangan hipotesis; metoda penelitian.

Pada bagian akhir terdapat pembahasan hasil pengujian hipotesis dan akan diberikan ulasan

mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan saran bagi penelitian selanjutnya.

2. Reviu Literatur dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Landasan teori

Penelitian ini menguji pengaruh faktor organisasional, individual, situasional, dan

demografis terhadap niat melakukan whistleblowing internal berdasar pada perilaku prososial.

Brief dan Motowidlo (1986) mendefinisi perilaku prososial dalam lingkup organisasional

sebagai perilaku yang ditampilkan oleh anggota organisasi yang ditujukan langsung kepada

individual, kelompok, atau organisasi yang di dalamnya dia berinteraksi dengan membawa

peran organisasionalnya dan dilakukan dengan tujuan menguntungkan individual, kelompok,

atau organisasi tersebut. Perilaku prososial dapat menjelaskan pembuatan keputusan etis

individual yang terkait dengan niat melakukan whistleblowing internal.

2.2 Whistleblowing

Whistleblowing merupakan salah satu mekanisma untuk menilai akuntabilitas

organisasi publik dan privat. Near dan Miceli (1985) mendefinisi whistleblowing sebagai

pengungkapan yang dilakukan oleh karyawan atau mantan karyawan organisasi atas suatu

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 102: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1070

SESI I/10

praktik ilegal, tidak bermoral, atau tanpa legitimasi hukum di bawah kendali pimpinan

mereka kepada individu atau organisasi yang dapat menimbulkan efek tindakan perbaikan.

Whistleblower memiliki dua mekanisma pelaporan pelanggaran organisasional, yaitu

mekanisma pelaporan internal dan eksternal. Eaton dan Akers (2007) mengemukakan bahwa

whistleblowing internal melibatkan pelaporan informasi kepada sumber yang berada di dalam

organisasi, sedangkan whistleblowing eksternal melibatkan pelaporan informasi kepada

sumber yang berada di luar organisasi, misalnya media atau regulator.

2.3 Status manajerial dan whistleblowing

Etzioni (dalam Greenberger dkk., 1987) mendefinisi kekuasaan sebagai kemampuan

seseorang untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk mengikuti perintahnya atau

berbagai bentuk norma yang dia dukung yang digunakan untuk mempengaruhi anggota-

anggota organisasional lainnya. Hasil penelitian Keenan (2002) menunjukkan bahwa manajer

level atas lebih memiliki persepsi yang positif mengenai whistleblowing dan lebih mungkin

melakukan whistleblowing dalam berbagai jenis pelanggaran dibandingkan dengan manajer

level pertama dan manajer level menengah karena manajer level atas berada pada posisi

puncak organisasi, memiliki diskresi dan kekuasaan yang lebih besar, dan mendapat sedikit

tekanan, sehingga merasa lebih bebas melakukan whistleblowing.

Perbedaan status manajerial dalam organisasi diharapkan akan mempengaruhi persepsi

individu terhadap pelanggaran. Pegawai yang memegang posisi manajerial yang lebih tinggi

diharapkan akan lebih bertanggung jawab untuk melaporkan dugaan pelanggaran karena

mereka dapat menghentikan potensi terjadinya pelanggaran dengan kekuasaan yang dimiliki.

Dengan demikian, status manajerial dalam organisasi diharapkan akan mempengaruhi niat

individu terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

H1: Status manajerial berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 103: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1071

SESI I/10

2.4 Locus of control dan whistleblowing

Spector (1988) menyatakan bahwa locus of control didefinisi sebagai persepsi bahwa

reward dan outcome dalam kehidupan seseorang dikendalikan oleh tindakan dari dalam

individu itu sendiri (internalitas) atau oleh kekuatan lain (eksternalitas). Locus of control

merupakan salah satu karakteristik kepribadian yang berperan penting dalam menjelaskan

perilaku dalam organisasi (Spector, 1988).

Near dan Miceli (1985) mengemukakan bahwa individual yang memiliki locus of

control internal lebih mungkin melakukan whistleblowing dibandingkan dengan individual

yang memiliki locus of control eksternal. Individual yang memiliki locus of control internal

melihat whistleblowing sebagai langkah yang harus diambil untuk mengendalikan aktivitas

yang tidak setujui, sedangkan individual yang memiliki locus of control eksternal melihat

aktivitas pelanggaran sebagai aktivitas yang dikendalikan oleh pihak lain yang berkuasa,

sehingga mereka merasa tidak dapat menghentikannya.

Locus of control terkait dengan cara pandang seseorang mengenai kemampuannya

mengendalikan peristiwa yang terjadi. Seseorang yang memiliki locus of control internal

memiliki kemampuan dan usaha yang lebih dominan dan lebih bertanggung jawab atas

konsekuensi tindakan yang diambilnya sebagai langkah mengendalikan aktivitas yang tidak

disetujui. Dengan demikian, locus of control diharapkan berpengaruh terhadap niat

melakukan whistleblowing internal.

H2: Locus of control berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

2.5 Komitmen organisasional dan whistleblowing

Tingkat komitmen organisasional mengimplikasikan apakah seseorang akan terus

bertahan dalam sebuah organisasi. Porter dkk. (dalam Somers dan Casal, 1994) mendefinisi

komitmen organisasi sebagai kekuatan relatif identifikasi dan keterlibatan seorang individual

dalam organisasi tertentu.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 104: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1072

SESI I/10

Roberts dkk. (2011) menjelaskan bahwa komitmen organisasional memahami

organisasi sebagai entitas yang berhubungan dengan whistleblowing. Manajer lini biasanya

merupakan pihak pertama yang menerima laporan whistleblowing. Pelapor membutuhkan

kepercayaan bahwa prosedur whistleblowing cukup memadai dan terdapat komitmen bahwa

laporan mereka akan ditindaklanjuti dan akan diberikan perlindungan. Elemen penting dari

komitmen organisasional adalah kepercayaan karyawan terhadap manajemen.

Bagi individu dengan komitmen organisasional yang tinggi, pencapaian tujuan

organisasi merupakan hal yang penting. Ketika karyawan telah memiliki komitmen

organisasional yang tinggi, maka karyawan tersebut akan menyelaraskan tujuan-tujuan

pribadi dengan tujuan-tujuan perusahaan. Komitmen organisasi yang kuat dalam diri seorang

individu akan menyebabkan individu tersebut berusaha keras mencapai tujuan organisasi

sesuai dengan tujuan dan kepentingan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan

demikian, komitmen organisasional diharapkan berpengaruh terhadap niat melakukan

whistleblowing internal.

H3: Komitmen organisasional berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing

internal.

2.6 Personal cost dan whistleblowing

Graham (dalam Zhuang, 2003) mengemukakan bahwa personal cost yang paling

dipertimbangkan adalah retaliasi dari orang-orang dalam organisasi yang menentang tindakan

pelaporan. Sifat dan besarnya retaliasi atau sanksi yang dikenakan oleh manajemen atau

rekan kerja terhadap whistleblower merupakan faktor penentu yang paling signifikan bagi

keputusan whistleblower dalam mengomunikasikan pelanggaran organisasional (Ponemon,

1994).

Individu yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, memiliki posisi

yang kuat, dan memiliki kewenangan untuk mengganti pegawai dalam organisasi cenderung

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 105: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1073

SESI I/10

memiliki persepsi bahwa personal cost yang akan ditimbulkan dari perilaku whistleblowing

akan relatif rendah, sehingga individu tersebut akan terlibat dalam perilaku whistleblowing.

Niat pegawai untuk melaporkan pelanggaran adalah lebih kuat ketika personal cost pelaporan

dipersepsi lebih rendah atau tanggung jawab pribadi untuk melaporkan pelanggaran

dipersepsi lebih tinggi. Dengan demikian, tingkat personal cost diharapkan berpengaruh

terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

H4: Personal cost berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

2.7 Keseriusan pelanggaran dan whistleblowing

Graham (dalam Zhuang, 2003) mendefinisi keseriusan perbuatan sebagai sejauh mana

masalah etis dianggap serius yang merupakan sebuah fungsi dari karakteristik-karakteristik

objektif situasi, penilaian nyata dari orang lain mengenai masalah keseriusan, dan

kecenderungan individual untuk membesar-besarkan atau meminimalkan kepelikan suatu

masalah. Graham (dalam Zhuang, 2003) menyatakan bahwa hal ini dapat diukur melalui

dampak moneter, ancaman kerusakan, outcomes negatif, dan frekuensi terjadinya

pelanggaran.

Kaplan dan Schultz (2007) menguji karakteristik pelanggaran dan menginvestigasi

perilaku pelaporan dalam tiga kasus yang melibatkan fraud keuangan, pencurian, dan kualitas

kerja yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomik dan non-ekonomik

yang muncul dalam ketiga kasus tersebut merupakan faktor yang signifikan untuk

membedakan subjek niat melaporkan whistleblowing.

Setiap anggota dalam organisasi memiliki persepsi dan reaksi yang berbeda-beda

terhadap berbagai karakteristik pelanggaran yang terjadi dalam organisasi. Pelanggaran yang

menimbulkan kerugian yang relatif besar atau lebih sering terjadi dianggap sebagai

pelanggaran yang lebih lebih serius. Semakin besar dampak kerugian yang dialami oleh

individu atau perusahaan yang diakibatkan oleh pelanggaran, maka semakin besar keinginan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 106: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1074

SESI I/10

anggota organisasi untuk melaporkan dugaan pelanggaran. Dengan demikian, keseriusan

pelanggaran diharapkan berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

H5: Keseriusan pelanggaran berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

2.8 Status pelanggar dan whistleblowing

Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota organisasi yang memiliki jabatan tinggi

merupakan hal yang yang tidak mudah dilaporkan. Cortina dan Magley (2003) melakukan

survei terhadap para karyawan yang bekerja pada sektor publik untuk menginvestigasi

pengalaman karyawan yang pernah mengalami perlakuan retaliasi kerja dan retaliasi sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki posisi yang rendah lebih

sering mengalami retaliasi. Dengan demikian, jika pelanggar menduduki jabatan yang lebih

tinggi dan memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam organisasi, maka whistleblower akan

lebih mungkin mengalami retaliasi ketika melaporkan dugaan pelanggar tersebut.

Kecenderungan seseorang melaporkan pelanggaran tergantung pada persepsi bahwa

pelaporan akan menghasilkan tindakan korektif dan terkait dengan jabatan pelanggar dalam

hierarki organisasional. Semakin jauh rentang kekuasaan antara pelanggar dan observer

pelanggaran, semakin mungkin observer pelanggaran akan mendapatkan perlakuan retaliasi.

Jika pelanggar menduduki jabatan yang tinggi dalam hierarki organisasi, maka pelanggar

tersebut memiliki kekuatan untuk menekan perilaku whistleblowing, sehingga menyebabkan

semakin rendahnya niat pegawai melakukan whistleblowing.

H6: Status pelanggar berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

2.9 Suku bangsa dan whistleblowing

Hasil penelitian Keenan (2007) menunjukkan bahwa para manajer Amerika Serikat

lebih mungkin melakukan whistleblowing dibandingkan dengan para manajer Cina. Dengan

demikian, dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dimensi-dimensi budaya

Hofstede dapat memberikan penjelasan mengenai perbedaan kultural terhadap kecenderungan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 107: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1075

SESI I/10

whistleblowing individual dan kecenderungan pengungkapan pelanggaran dapat terindikasi

melalui norma-norma budaya dan sikap terhadap whistleblowing.

Nilai dan norma yang berasal dari suku bangsa dapat mempengaruhi cara pegawai

bertingkah laku, cara menggambarkan pekerjaan, dan cara bekerja dengan pegawai lain.

Budaya mempengaruhi pikiran dan perilaku individu yang memiliki budaya tersebut dan

nilai-nilai yang melekat pada seorang individu ditransfer dari budaya yang turun temurun dari

generasi ke generasi, sehingga individu akan cenderung mempersepsikan dunia dan

kehidupannya berdasarkan nilai yang berasal dari budaya yang melekat dalam dirinya

(Hofstede dalam Sihombing, 2008).

Karakter pegawai yang berasal dari suku Jawa yang memiliki kecenderungan tertutup

dan tidak suka berterus terang menyebabkan individu tersebut cenderung menghindari

konflik, sehingga lebih tidak ingin terlibat dalam perilaku whistleblowing. Karakter pegawai

yang berasal dari suku non-Jawa (misalnya, suku Batak) lebih suka berterus terang dan sering

mengeluarkan kritikan, tetapi kritikan tersebut bertujuan agar orang yang ditegur tidak

melakukan kesalahan dan bukan ditujukan untuk menghancurkan karakter seseorang,

sehingga pegawai yang berasal dari suku non-Jawa lebih mungkin terlibat dalam perilaku

whistleblowing. Dengan demikian, suku bangsa diharapkan berpengaruh terhadap niat

melakukan whistleblowing internal.

H7: Suku bangsa berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

“Sisipkan gambar 2.1 di sini”

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 108: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1076

SESI I/10

3. Metoda Penelitian

3.1 Administrasi survei

Penelitian dilakukan dengan metoda survei. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara

purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah para pegawai PPATK yang

menduduki jabatan minimal sebagai staf.

Kuesioner yang dibagikan berjumlah 184 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali

sebanyak 172 kuesioner, sehingga tingkat respon adalah 93,48%. Dari 172 kuesioner yang

kembali, 170 kuesioner dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan terdapat dua

kuesioner diisi dengan tidak lengkap.

Analisis demografis responden menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini

sebagian besar adalah laki-laki, yaitu 100 orang (58,8%) dan sisanya adalah perempuan.

Majoritas responden berusia 26-35 tahun, yaitu 93 orang (54,7%). Majoritas responden

berasal dari PPATK, yaitu 68 orang (40%). Majoritas lama bekerja responden di PPATK

antara 2-5 tahun, yaitu 79 orang (46,5%). Majoritas responden menduduki jabatan sebagai

staf, yaitu 135 orang (79,4%). Majoritas responden berasal dari suku Jawa, yaitu 91 orang

(53,5%).

3.2 Instrumen dan desain kuesioner

Status manajerial dan suku bangsa diukur berdasarkan jawaban dari responden

mengenai jabatan yang sedang diduduki dan asal suku bangsa mereka. Dalam penelitian ini

variabel status manajerial dan suku bangsa diubah menjadi variabel dummy. Status manajerial

yang diberi kode 1 mewakili status manajerial yang lebih tinggi yang terdiri dari ketua

kelompok, kepala bagian, kepala bidang, kepala biro, direktur, inspektur, kepala pusat

teknologi informasi, sekretaris utama, deputi, wakil kepala, dan kepala, sedangkan status

manajerial yang diberi kode 0 mewakili status manajerial yang lebih rendah yang terdiri dari

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 109: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1077

SESI I/10

staf dan kepala subbagian tata usaha. Untuk variabel suku bangsa, kode 1 mewakili suku

Jawa dan kode 0 mewakili suku non-Jawa.

Locus of control diukur menggunakan instrumen Work Locus of Control Scale (WLCS)

yang berisi enam belas pertanyaan yang dikembangkan oleh Spector (1988). Komitmen

organisasional diukur menggunakan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang

berisi lima belas pertanyaan yang dikembangkan oleh Porter dkk. (dalam Angle dan Perry,

1981). Responden diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut menggunakan 5 poin

skala Likert.

Personal cost, keseriusan pelanggaran, dan status pelanggar diukur menggunakan tiga

jenis kasus hipotetis occupational fraud yang dikembangkan oleh peneliti yang sebelumnya

telah dikonsultasikan dengan pegawai PPATK yang memiliki keahlian dan kapabilitas dalam

menangani kasus-kasus whistleblowing. Kasus pertama berkaitan dengan penyalahgunaan

aset. Kasus kedua berkaitan dengan korupsi. Kasus ketiga berkaitan dengan fraud laporan

keuangan. Gundlach dkk. (2008) menyatakan bahwa pendekatan dengan penggunaan kasus

hipotetis dianggap cukup memadai dan efektif untuk memperoleh data dalam penelitian

whistleblowing. Kasus occupational fraud yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan kondisi di Indonesia. Responden diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut

menggunakan 5 poin skala Likert.

Analisis faktor untuk komitmen organisasional memiliki nilai factor loading > 0,50

untuk semua item, yaitu 0,556-0,778, kecuali untuk dua item pertanyaan yang tidak

memenuhi persyaratan factor loading > 0,50, yaitu item pertanyaan KO4 dan KO15. Item

pertanyaan KO14 juga harus dieliminasi karena memiliki dua nilai factor loading > 0,50,

yaitu 0,505 dan 0,617, sehingga variabel komitmen organisasional yang dapat dilanjutkan

untuk analisis selanjutnya adalah sejumlah dua belas item pertanyaan. Nilai Cronbach’s

alpha komitmen organisasional adalah 0,857.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 110: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1078

SESI I/10

Analisis faktor untuk locus of control eksternal memiliki nilai factor loading > 0,50

untuk semua item, yaitu 0,547-0,709, kecuali untuk item pertanyaan yang tidak memenuhi

persyaratan factor loading > 0,50, yaitu item pertanyaan LoC12. Item pertanyaan LoC12

harus dieliminasi, sehingga variabel locus of control eksternal yang dapat dilanjutkan untuk

analisis selanjutnya adalah tujuh item pertanyaan. Nilai Cronbach’s alpha untuk locus of

control eksternal adalah 0,786.

Analisis faktor untuk locus of control internal memiliki nilai factor loading > 0,50,

yaitu 0,688-0,788 untuk item-item pertanyaan LoC7, LoC11, dan LoC14. Untuk item-item

pertanyaan yang tidak memenuhi persyaratan factor loading > 0,50, yaitu item-item

pertanyaan LoC1, LoC2, LoC3, LoC4, dan LoC15 harus dieliminasi, sehingga variabel locus

of control internal yang dapat dilanjutkan untuk analisis selanjutnya adalah sejumlah tiga

item pertanyaan. Nilai Cronbach’s alpha untuk locus of control internal adalah 0,606.

Validitas ketiga kasus whistleblowing internal yang digunakan dalam penelitian ini

diukur dengan menggunakan validitas isi (content validity). Kasus-kasus whistleblowing

internal dalam penelitian ini digunakan sebagai instrumen untuk mengukur variabel

keseriusan pelanggaran, personal cost, status pelanggar, dan niat melakukan whistleblowing

internal. Untuk mengukur validitas isi kasus-kasus whistleblowing internal, peneliti

menggunakan pertimbangan dan evaluasi dari orang yang ahli dalam konsep whistleblowing.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian sebelumnya (King dan

Bruner, 2000), penelitian ini menggunakan anonimitas responden untuk meminimalkan

terjadinya bias keinginan sosial. Bernardi dan Guptil (2008) menyarankan penggunaan

pertanyaan-pertanyaan dengan third-person wording dalam kuesioner untuk meminimalkan

terjadinya bias keinginan sosial. Penelitian ini juga menggunakan beberapa item pertanyaan

yang dikodekan terbalik (reverse-coded items) dalam Organizational Commitment

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 111: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1079

SESI I/10

Questionnaire (OCQ) dan Work Locus of Control Scale (WLCS) untuk mengurangi bias-bias

dari pola respon.

4. Analisis, Hasil, dan Diskusi

Hipotesis-hipotesis diuji menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum dilakukan

pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik

yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, diketahui bahwa data residual tidak berdistribusi normal,

tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel independen dalam model regresi, dan tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi, sehingga model regresi layak digunakan dalam

penelitian.

4.1 Uji regresi model 1 (kasus 1)

Kasus dalam model 1 adalah kasus occupational fraud yang terkait dengan

penyalahgunaan aset. Hasil uji regresi berganda untuk kasus 1 disajikan dalam tabel 4.1.

“Sisipkan tabel 4.1 di sini”

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa goodness of fit model relatif cukup

memadai (F = 4,550, p-value < 0,01). Nilai adjusted R2 sebesar 0,128. Hasil uji F

menunjukkan bahwa model regresi 1 dapat digunakan untuk memprediksi niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil uji t dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa keseriusan

pelanggaran (t = 3,875, p-value < 0,01) berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Dengan demikian, H5 terdukung, sedangkan untuk H1, H2, H3, H4,

H6, dan H7 tidak terdukung.

4.2 Uji regresi model 2 (kasus 2)

Kasus dalam model 2 adalah kasus occupational fraud yang terkait dengan korupsi.

Hasil uji regresi berganda untuk kasus 2 disajikan dalam tabel 4.2.

“Sisipkan tabel 4.2 di sini”

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 112: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1080

SESI I/10

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa goodness of fit model relatif cukup

memadai (F = 6,286, p-value < 0,01). Nilai adjusted R2 sebesar 0,180. Hasil uji F

menunjukkan bahwa model 2 dapat digunakan untuk memprediksi niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil uji t dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa komitmen

organisasional (t = 2,266, p-value < 0,05), keseriusan pelanggaran (t = 3,819, p-value < 0,01),

dan suku bangsa (t = 3,294, p-value < 0,01) berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Dengan demikian, H3, H5, dan H7 terdukung, sedangkan untuk H1,

H2, H4, dan H6 tidak terdukung.

4.3 Uji regresi model 3 (kasus 3)

Kasus dalam model 3 adalah kasus fraud laporan keuangan. Hasil uji regresi berganda

untuk kasus 3 disajikan dalam tabel 4.3.

“Sisipkan tabel 4.3 di sini”

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa goodness of fit model tidak cukup

memadai (F = 1,650, p-value = 0,125). Nilai adjusted R2 sebesar 0,026. Hasil uji F

menunjukkan bahwa model regresi 3 tidak cukup baik untuk memprediksi niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil uji t dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa tidak ada satupun

variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

Dengan demikian, H1, H2, H3, H4, H5, H6, dan H7 tidak terdukung.

4.4 Uji regresi model 4 (kasus 1, 2, dan 3)

Kasus keseluruhan yang digunakan dalam model 4 adalah gabungan dari kasus 1, 2,

dan 3. Hasil uji regresi berganda untuk model 4 disajikan dalam tabel 4.4.

“Sisipkan tabel 4.4 di sini”

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa goodness of fit model relatif

cukup memadai (F = 4,823, p-value < 0,01). Nilai adjusted R2 sebesar 0,137. Hasil uji F

menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi niat melakukan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 113: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1081

SESI I/10

whistleblowing internal. Hasil uji t dalam tabel 4.4 menunjukkan bahwa keseriusan

pelanggaran (t = 3,242, p-value < 0,01) dan suku bangsa (t = 2,269, p-value < 0,05)

berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Dengan demikian,

H5 dan H7 terdukung, sedangkan untuk H1, H2, H3, H4, dan H6 tidak terdukung.

4.5 Pembahasan

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris tidak mendukung prediksi

hipotesis 1, yaitu status manajerial berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing

internal. Berdasarkan hasil uji t dalam model 1, 2, 3, dan 4, status manajerial tidak

berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Hasil penelitian ini

sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rothscild dan Miethe (1999).

Rothscild dan Miethe (1999) mengungkapkan bahwa pegawai yang menduduki status

manajerial yang lebih tinggi menganggap bahwa whistleblowing merupakan sebuah tindakan

pembalasan atas pelanggaran terhadap norma loyalitas perusahaan.

Dalam keseluruhan model pada penelitian ini, status manajerial tidak berpengaruh

signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal mungkin disebabkan oleh

kekuasaan pelanggar. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori Hubungan Kekuasaan

(theory of power relationship) yang dikemukakan oleh French dan Raven (dalam Mesmer-

Magnus dan Viswesvaran, 2005). Berdasarkan teori tersebut, diharapkan para pegawai yang

memiliki posisi manajerial yang lebih tinggi dapat lebih berhasil untuk menghentikan potensi

terjadinya pelanggaran. Namun, kekuasaan yang dimiliki oleh posisi manajerial yang lebih

tinggi hanya terbatas kepada para staf yang berada dalam kendalinya, sehingga para

whistleblower potensial yang memiliki posisi manajerial yang lebih tinggi lebih berniat

melaporkan dugaan pelanggaran bila posisi manajerial pelanggar berada di bawah posisi

manajerialnya. Demikian pula dengan whistleblower potensial yang berada pada posisi

manajerial yang lebih rendah merasa tidak nyaman untuk melaporkan dugaan pelanggaran

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 114: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1082

SESI I/10

karena merasa tidak memiliki kekuasaan yang cukup untuk membuat perubahan dan

melakukan whistleblowing.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris tidak mendukung prediksi

hipotesis 2, yaitu locus of control berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing

internal. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dalam model 1, 2, 3, dan 4 terlihat

bahwa locus of control tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing

internal. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Miceli, Near, dan Dozier (1991). Miceli, Near, dan Dozier (1991)

mengungkapkan bahwa perbedaan antara locus of control internal dan locus of control

eksternal menjadi tidak relevan ketika berada dalam kondisi adanya retaliasi.

Dalam penelitian ini, locus of control tidak berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal mungkin disebabkan oleh persepsi whistleblower

potensial yang rendah terhadap efficacy potensial dari tindakan pelaporan pelanggaran dan

adanya ancaman retaliasi dari pelanggar. Oleh karena itu, manajemen puncak harus dapat

meyakinkan para pegawai bahwa perilaku whistleblowing dapat membawa dampak yang

positif bagi lingkungan organisasi dan lebih memberikan perlindungan hukum kepada para

whistleblower potensial, sehingga para whistleblower potensial akan lebih termotivasi untuk

melaporkan dugaan fraud atau pelanggaran.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris tidak mendukung prediksi

hipotesis 3, yaitu komitmen organisasional berpengaruh terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa dalam model 1,

3, dan 4 terlihat bahwa komitmen organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005) yang menyatakan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 115: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1083

SESI I/10

bahwa komitmen organisasional tidak berhubungan dengan niat whistleblowing dan

whistleblowing aktual.

Komitmen organisasional berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal hanya dalam model 2. Hal ini disebabkan para responden memiliki

persepsi bahwa pelanggar dalam kasus 2 adalah pelanggar yang memiliki kekuasaan yang

paling rendah di antara ketiga jenis kasus fraud. Hal ini juga terlihat dari tabel 4.4 bahwa

mean niat melakukan whistleblowing internal yang tertinggi berada dalam kasus 2.

Dalam penelitian ini, komitmen organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap

niat melakukan whistleblowing internal mungkin disebabkan oleh kurangnya keyakinan dari

para whistleblower potensial bahwa jalur pelaporan internal adalah relatif aman dan laporan

mereka akan segera ditindaklanjuti oleh pengelola sistem pelaporan pelanggaran.

Berdasarkan reinforcement theory yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Near dan Miceli,

1985) bahwa pelanggaran akan diperlakukan sebagai stimulus diskriminatif bagi suatu

tindakan ketika pelanggaran yang sejenis secara konsisten diikuti oleh perlawanan yang

berhasil pada masa lalu dan secara konsisten diikuti oleh reaksi manajerial yang positif.

Dengan demikian, para manajemen puncak harus dapat meyakinkan para whistleblower

potensial bahwa sistem pelaporan pelanggaran dikelola oleh para pegawai yang terpercaya

dan laporan mereka akan segera ditindaklanjuti oleh pengelola sistem pelaporan pelanggaran.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris tidak mendukung prediksi

hipotesis 4, yaitu personal cost berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa dalam model 1, 2, 3, dan 4 terlihat

bahwa personal cost tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing

internal. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton (2001), Carson dkk. (2008), dan Jos dkk. (1989).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 116: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1084

SESI I/10

Dalam keseluruhan model pada penelitian ini, tingkat personal cost tidak berpengaruh

signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Dalam kasus 1 dan 2, personal

cost menunjukkan pengaruh negatif terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Hal ini

mungkin disebabkan oleh persepsi para whistleblower potensial bahwa dampak kerugian

fisik, ekonomik, dan psikologis berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis (Collins,

1989). Namun, dalam kasus 3, personal cost menunjukkan pengaruh positif terhadap niat

melakukan whistleblowing internal. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi para

whistleblower potensial bahwa kasus 3 merupakan kasus yang paling serius dan mereka akan

tetap berniat melaporkan dugaan fraud atau pelanggaran tersebut.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris mendukung prediksi

hipotesis 5, yaitu keseriusan pelanggaran berpengaruh terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa dalam model 1,

2, dan 4 terlihat bahwa keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Ayers dan Kaplan (2005), Hooks dkk. (1994), Near dan

Miceli (1985), dan Kaplan dan Schultz (2007).

Berdasarkan tabel 4.3, hasil analisis regresi berganda dalam model 3 menunjukkan

bahwa keseriusan pelanggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Walaupun kasus 3 merupakan kasus yang dipersepsi memiliki

tingkatan yang paling serius di antara ketiga jenis kasus fraud, para responden memiliki

persepsi niat melakukan whistleblowing internal yang terendah di antara ketiga jenis kasus

fraud. Hal ini disebabkan responden menganggap bahwa status pelanggar dan personal cost

yang ditimbulkan dalam kasus 3 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kasus-kasus

fraud lainnya, sehingga mereka mengalami ketakutan terhadap ancaman retaliasi karena

dampak kerugian yang akan ditimbulkan dan risiko yang dihadapi relatif tinggi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 117: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1085

SESI I/10

Dalam penelitian ini, keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal mungkin disebabkan oleh para pegawai yang mempunyai

persepsi bahwa semua jenis pelanggaran yang terjadi merupakan jenis pelanggaran yang

relatif serius dan dapat menimbulkan dampak kerugian yang relatif besar bagi dirinya dan

organisasi. Oleh karena itu, para whistleblower potensial akan terdorong untuk melaporkan

dugaan fraud atau pelanggaran.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris tidak mendukung prediksi

hipotesis 6, yaitu status pelanggar berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing

internal. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa dalam model 1, 2, 3, dan 4

terlihat bahwa status pelanggar tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Cortina dan Magley (2003) dan Miceli dkk. (1991).

Dalam penelitian ini, status pelanggar tidak berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal mungkin disebabkan oleh para pegawai yang

menganggap bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh anggota organisasi yang memiliki

kekuasaan yang lebih tinggi akan lebih sulit untuk diberikan sanksi. Berdasarkan Teori

Ketergantungan Sumber Daya yang dikemukakan oleh Pfeffer dan Salancik (dalam Miceli

dkk., 1999) bahwa jika salah satu pihak memiliki sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh

pihak lain dan menyebabkan ketergantungan kepada mereka, maka pihak yang memiliki

sumber daya tersebut akan merasa lebih berkuasa. Dengan demikian, jika status pelanggar

adalah dipersepsi lebih tinggi daripada whistleblower potensial dan whistleblower potensial

menganggap bahwa organisasi sangat bergantung kepada pelanggar, maka whistleblower

potensial akan kurang termotivasi untuk melaporkan dugaan fraud atau pelanggaran.

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa data empiris mendukung prediksi

hipotesis 7, yaitu suku bangsa berpengaruh terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 118: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1086

SESI I/10

Hasil uji t dalam model 2 dan 4 dapat diinterpretasi bahwa terdapat pengaruh suku bangsa

terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Hasil penelitian mengenai pengaruh suku

bangsa terhadap niat melakukan whistleblowing internal merupakan suatu hal yang baru

dalam penelitian tentang whistleblowing di Indonesia. Namun, hasil uji t dalam model 1 dan 3

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh suku bangsa terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Hal ini mungkin disebabkan para responden memiliki persepsi

bahwa status pelanggar dan personal cost yang akan ditimbulkan akibat pelaporan dugaan

fraud dalam kasus-kasus tersebut adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kasus fraud

lainnya.

Berdasarkan hasil uji t dalam model 2 dan 4 terlihat bahwa niat melakukan

whistleblowing internal pegawai yang berasal dari suku Jawa lebih tinggi dari pegawai yang

berasal dari suku non-Jawa, ceteris paribus variabel bebas lainnya dianggap konstan. Hal ini

mungkin disebabkan oleh para pegawai yang berasal dari suku Jawa sangat menjunjung

tinggi etika, baik dalam sikap maupun cara berbicara. Koentjaraningrat (dalam Irawanto dkk.,

2011) mengemukakan bahwa budaya Jawa dikenal sebagai perbauran yang kompleks dari

berbagai ide-ide, norma-norma, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai yang sebagian besar

orang-orang Jawa adopsi dan digunakan untuk mendukung kehidupan mereka. Kebiasaan

hidup secara berkelompok menyebabkan mereka merasa dekat satu dengan lainnya, sehingga

muncul rasa kepedulian terhadap sesama. Mereka berupaya memberikan pertolongan kepada

orang lain yang membutuhkan pertolongan. Dengan demikian, apabila pegawai yang berasal

dari suku Jawa mengetahui adanya dugaan pelanggaran yang terjadi dalam organisasi, maka

dia akan merasa bertanggung jawab untuk melaporkan dugaan fraud atau pelanggaran

tersebut melalui mekanisma whistleblowing internal.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 119: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1087

SESI I/10

5. Simpulan, Keterbatasan, dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh faktor-faktor

organisasional, individual, situasional, dan demografis terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Penelitian ini menggunakan metoda survei dengan responden

penelitian adalah 170 pegawai PPATK.

Beberapa kesimpulan diperoleh dari hasil-hasil analisis. Pertama, hasil pengujian empiris

menunjukkan bahwa status manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Dengan demikian, H1 tidak terdukung. Hasil ini sama dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rothschild dan Miethe (1999). Kedua, hasil

pengujian empiris menunjukkan bahwa locus of control tidak berpengaruh signifikan

terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Dengan demikian, H2 tidak terdukung.

Hasil ini sama dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Miceli,

Near, dan Dozier (1991). Ketiga, hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa komitmen

organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal.

Dengan demikian, H3 tidak terdukung. Hasil ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Mesmer-Magnus dan Viswesvaran (2005). Keempat, hasil pengujian

empiris menunjukkan bahwa personal cost tidak berpengaruh signifikan terhadap niat

melakukan whistleblowing internal. Dengan demikian, H4 tidak terdukung. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kaplan dan Whitecotton

(2001), Carson dkk. (2008), dan Jos dkk. (1989). Kelima, hasil pengujian empiris

menunjukkan bahwa keseriusan pelanggaran berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan

whistleblowing internal. Dengan demikian, H5 terdukung. Hasil ini sama dengan hasil

penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ayers dan Kaplan (2005), Hooks dkk.

(1994), Near dan Miceli (1985), dan Kaplan dan Schultz (2007). Keenam, hasil pengujian

empiris menunjukkan bahwa status pelanggar tidak berpengaruh signifikan terhadap niat

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 120: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1088

SESI I/10

melakukan whistleblowing internal. Dengan demikian, H6 tidak terdukung. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cortina dan Magley

(2003) dan Miceli dkk. (1991). Ketujuh, hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa suku

bangsa berpengaruh signifikan terhadap niat melakukan whistleblowing internal. Dengan

demikian, H7 terdukung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai yang berasal dari

suku Jawa memiliki niat whistleblowing internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pegawai yang berasal dari suku non-Jawa. Hal ini memberikan suatu bukti empiris baru

dalam penelitian mengenai whistleblowing di Indonesia.

Tidak terdukungnya beberapa hipotesis dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi niat melakukan whistleblowing internal,

misalnya berbagai jenis risiko dan retaliasi yang akan dialami oleh whistleblower

(Liyanarachchi dan Newdick, 2009) dan jaminan perlindungan hukum yang dianggap belum

cukup memadai jika whistleblower tersebut berniat mengungkapkan dugaan fraud. Penelitian

tentang whistleblowing masih relatif baru di Indonesia dan masih banyak variabel-variabel

lain yang diyakini dapat mempengaruhi niat individu melakukan whistleblowing internal

yang belum dieksplorasi. Namun demikian, penelitian ini telah berusaha memberikan

beberapa tilikan pada beberapa variabel yang diyakini dapat mempengaruhi niat melakukan

whistleblowing internal.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penelitian. Pertama, penelitian ini

menggunakan sampel penelitian yang hanya berasal dari satu tempat saja, yaitu di PPATK,

sehingga pembaca harus berhati-hati dalam menggeneralisasi hasil penelitian. Kedua, data

residual yang digunakan dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Ketiga, diyakini

masih banyak jenis informasi lain yang dibutuhkan sebagai pertimbangan pengambilan

keputusan yang belum tercakup dalam kasus-kasus yang disajikan dalam penelitian karena

situasi dan kondisi yang dihadapi oleh responden di dunia nyata jauh lebih kompleks.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 121: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1089

SESI I/10

Keempat, keterbatasan peneliti untuk mengukur seberapa jauh responden benar-benar mampu

menginternalisasi kejadian yang diberikan dalam kasus whistleblowing internal.

Saran bagi penelitian selanjutnya, antara lain penelitian selanjutnya dapat menambah

objek penelitian dengan beberapa kementerian/lembaga yang telah menerapkan

whistleblowing system, misalnya Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau perusahaan-perusahaan yang telah

menerapkan whistleblowing system, misalnya Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina,

United Tractors, dan Sinar Mas. Penelitian selanjutnya sebaiknya memiliki desain kasus

whistleblowing internal yang lebih memungkinkan peneliti untuk menguji mengenai secara

pasti seberapa jauh responden mampu menginternalisasi kejadian dalam kasus-kasus

whistleblowing internal yang diberikan. Penelitian yang sejenis perlu dilakukan dengan

menguji faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi niat melakukan

whistleblowing internal, misalnya iklim etis dan ukuran organisasional, sehingga akan

diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 122: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1090

SESI I/10

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. A., M. Smith, dan Z. Ismail. 2010. Internal Whistleblowing Intentions in Malaysia: Factors that

Influence Internal Auditors’ Decision-Making Process. http://www.internationalconference.com, diakses

14 Juni 2012.

Ahmad, S. A., M. Smith, dan Z. Ismail, dan R. M. Yunos. 2011. Internal Whistleblowing Intentions in

Malaysia: Influence of Internal Auditors’ Demographic and Individual Factors. Paper dipresentasikan

pada Annual Summit on Business and Entrepreneurial Studies (ASBES 2011) Proceeding, Malaysia.

Angle, H. L. dan J.L Perry. 1981. An Empirical Assessment of Organizational Commitment and Organizational

Effectiveness. Administrative Science Quarterly 26(1): 1-14.

Association of Certified Fraud Examiners. 2012. Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse.

http://www.acfe.com, diakses 27 Desember 2012.

Ayers, S. dan S. E. Kaplan. 2005. Wrongdoing by Consultants: An Examination of Employees' Reporting

Intentions. Journal of Business Ethics 57(2): 121-137.

Bernardi, R. A. dan S. T. Guptill. 2008. Social Desirability Response Bias, Gender, and Factors Influencing

Organizational Commitment: An International Study. Journal of Business Ethics 81(4): 797-809.

Brief, A. P. dan S. J. Motowidlo. 1986. Prosocial Organizational Behaviors. The Academy of Management

Review 11(4): 710-725.

Brown, A. J.. 2008. Whistleblowing in the Australian Public Sector: Enhancing the Theory and Practice of

Internal Witness Management in Public Sector Organisations. Australia: ANU E Press.

Carson, T. L., M. E. Verdu, dan R. E. Wokutch. 2008. Whistle-Blowing for Profit: An Ethical Analysis of the

Federal False Claims Act. Journal of Business Ethics 77: 361-376.

Chiu, R. K.. 2003. Ethical Judgment and Whistleblowing Intention: Examining the Moderating Role of Locus of

Control. Journal of Business Ethics 43(1/2): 65-74.

Collins, D.. 1989. Organizational Harm, Legal Condemnation and Stakeholder Retaliation: A Typology,

Research Agenda and Application. Journal of Business Ethics 8: 1-13.

Cortina, L. M. dan V. J. Magley. 2003. Raising Voice, Risking Retaliation: Events Following Interpersonal

Mistreatment in the Workplace. Journal of Occupational Health Psychology 8(4): 247-265.

Eaton, T. V. dan M. D. Akers. 2007. Whistleblowing and Good Governance. The CPA Journal 77(6): 66-71.

Greenberger, D. B., M. P. Miceli, dan D. J. Cohen. 1987. Oppositionists and Group Norms: The Reciprocal

Influence of Whistle-Blowers and Co-Workers. Journal of Business Ethics 6(7): 527-542.

Gundlach, M. J., M. J. Martinko, dan S. C. Douglas: 2008, „A New Approach to Examining Whistle-Blowing:

The Influence of Cognitions and Anger‟, S.A.M. Advanced Management Journal 73(4), 40-50.

Hofstede, G.. 1985. The Interaction between National and Organizational Value Systems [1]. Journal of

Management Studies 22(4): 347-357.

Hooks, K. L., S. E. Kaplan, J. J. Schultz, dan L. A. Ponemon. 1994. Enhancing Communication to Assist in

Fraud Prevention and Detection. Auditing: A Journal of Practice & Theory 13(2): 86-117.

Irawanto, D. W., Phil L. Ramsey, dan James C. Ryan. 2011. Challenge of Leading in Javanese Culture. Asian

Ethnicity, 12(2): 125-139.

Jos, P. H., M. E. Tompkins, dan S. W. Hays. 1989. In Praise of Difficult People: A Portrait of the Committed.

Public Administration Review 49(6): 552-561.

Kaplan, S. E. dan J. J. Schultz. 2007. Intentions to Report Questionable Acts: An Examination of the Influence

of Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting. Journal of Business Ethics 71(2):

109-124.

Kaplan, S. E. dan S. M. Whitecotton. 2001. An Examination of Auditors' Reporting Intentions When another

Auditor is Offered Client Employment. Auditing: A Journal of Practice & Theory 20(1): 45-63.

Keenan, J. P.. 2007. Comparing Chinese and American Managers on Whistleblowing. Employee

Responsibilities and Rights Journal 19(2): 85-94.

Keenan, J. P.. 2002. Whistleblowing: A Study of Managerial Differences. Employee Responsibilities and Rights

Journal 14(1): 17-32.

King, M. F. dan G. C. Bruner. 2000. Social Desirability bias: A Neglected Aspect of Validity Testing.

Psychology and Marketing 17(2): 79-103.

Lacayo, R. dan Amanda Ripley. 2002. Persons of the Year 2002: Cynthia Cooper, Coolen Rowley, and Sheeron

Watkins. Majalah Time, 22 Desember 2002. http://www.wanttoknow.info/021222time.personofyear. Mesmer-Magnus, J. R. dan C. Viswesvaran. 2005. Whistleblowing in Organizations: An Examination of

Correlates of Whistleblowing Intentions, Actions, and Retaliation. Journal of Business Ethics 62(3): 277-

297.

Miceli, M. P., J. P. Near, dan J. B. Dozier. 1991. Blowing the Whistle on Data Fudging: A Controlled Field

Experiment. Journal of Applied Social Psychology 21(4): 271-295.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 123: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1091

SESI I/10

Miceli, M. P., J. P. Near, dan C. R. Schwenk. 1991. Who Blows the Whistle and Why?. Industrial & Labor

Relations Review 45(1): 113-130.

Miceli, M. P., M. T. Rehg, J. P. Near, dan K. C. Ryan. 1999. Can Laws Protect Whistleblowers? Results of a

Naturally Occurring Field Experiment. Work and Occupations 26(1): 129-151.

Liyanarachchi, G. dan Newdick, C.. 2009. The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle-Blowing:

New Zealand Evidence. Journal of Business Ethics 89: 37-57.

Near, J. P. dan M. P. Miceli. 1985. Organizational Dissidence: The Case of Whistle-Blowing. Journal of

Business Ethics 4(1): 1-16.

Near, J. P. dan M. P. Miceli. 1995. Effective Whistle-blowing. Academy of Management, The Academy of

Management Review 20(3): 679-708.

Peraturan Kepala PPATK Nomor: Per-05/1.01/PPATK/04/09 tentang Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran.

Ponemon, L. A.. 1994. Comment: Whistle-blowing as an Internal Control Mechanism: Individual and

Organizational Considerations. Auditing: A Journal of Practice & Theory 13(2): 119-130.

Roberts, P., A. J. Brown, dan J. Olsen. 2011. Whistling While They Work: A Good-Practice Guide for Managing

Internal Reporting of Wrongdoing in Public Sector Organizations. http://epress.anu.edu.au?p=144611,

diakses 21 Januari 2013.

Rothschild, J. dan T. D. Miethe. 1999. Whistle-Blower Disclosures and Management Retaliation: The Battle to

Control Information about Organization Corruption. Work and Occupations 26(1): 107-128.

Schultz, J. J., D. A. Johnson, D. Morris, dan S. Dyrnes. 1993. An Investigation of the Reporting of Questionable

Acts in an International Setting. Journal of Accounting Research 31: 75-103.

Semendawai, A. H., F. Santoso, W. Wagiman, B. I. Omas, Susilaningtias, dan S. M. Wiryawan. 2011. Mengenal

Whistleblowing. Jakarta: Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Sihombing, P. A. M.. 2008. Sistem Nilai Organisasi pada Perusahaan Keluarga Batak Toba. Tesis Magister

Psikologi, Fakultasi Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Somers, M. J. dan J. C. Casal. 1994. Organizational Commitment and Whistleblowing: A Test of the Reformer

and the Organization Man Hypothesis. Group & Organizational Studies 19(3): 270-284.

Spector, P. E.. 1988. Development of the Work Locus of Control Scale. Journal of Occupational Psychology

61(4): 335-340.

Zhuang, J..2003. Whistleblowing & Peer Reporting: A Cross-Cultural Comparison of Canadians and Chinese.

Tesis Magister Sains, University of Lethbridge, Canada.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 124: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1092

SESI I/10

Lampiran

Gambar 2.1 Model Penelitian

Tabel 4.1 Hasil Analisis Regresi Model 1 (Kasus 1)

Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p-value

Konstanta 2,762 0,655 4,219 0,000

Status manajerial 0,158 0,139 1,138 0,257

Locus of Control -0,012 0,013 -0,939 0,349

Komitmen organisasional 0,012 0,009 1,255 0,211

Personal cost -0,043 0,046 -0,928 0,355

Keseriusan pelanggaran 0,279** 0,072 3,875 0,000

Status pelanggar 0,062 0,053 1,182 0,239

Suku bangsa 0,159 0,107 1,491 0,138

Adjusted R2 = 0,128

F-value = 4,550**; p-value = 0,000

** p < 0,01 (2-tailed).

Tabel 4.2 Hasil Analisis Regresi Model 2 (Kasus 2)

Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p-value

Konstanta 1,898 0,685 2,771 0,006

Status manajerial 0,167 0,138 1,212 0,227

Locus of Control 0,001 0,013 0,057 0,954

Komitmen organisasional 0,021* 0,009 2,266 0,025

Personal cost -0,019 0,047 -0,403 0,687

Keseriusan pelanggaran 0,315** 0,082 3,819 0,000

Status pelanggar 0,012 0,054 0,228 0,820

Suku bangsa 0,350** 0,106 3,294 0,001

Adjusted R2 = 0,180

F-value = 6,286**; p-value = 0,000

** p < 0,01 (2-tailed); *p < 0,05 (2-tailed).

Faktor demografis:

- Suku bangsa (H7)

Faktor organisasional:

- Status manajerial (H1)

Faktor individual:

- Locus of control (H2)

- Komitmen organisasional (H3)

- Personal cost (H4)

Faktor situasional:

- Keseriusan pelanggaran (H5)

- Status pelanggar (H6)

Niat whistleblowing internal

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 125: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1093

SESI I/10

Tabel 4.3 Hasil Analisis Regresi Model 3 (Kasus 3)

Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p-value

Konstanta 3,596 1,192 3,018 0,003

Status manajerial 0,363 0,228 1,591 0,114

Locus of Control -0,030 0,022 -1,362 0,175

Komitmen organisasional 0,001 0,016 0,067 0,947

Personal cost 0,011 0,090 0,121 0,904

Keseriusan pelanggaran 0,231 0,167 1,377 0,170

Status pelanggar -0,079 0,092 -0,858 0,392

Suku bangsa 0,216 0,180 1,202 0,231

Adjusted R2 = 0,026

F-value = 1,650; p-value = 0,125

Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi Model 4 (Kasus 1, 2, dan 3)

Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p-value

Konstanta 7,320 2,126 3,444 0,001

Status manajerial 0,734 0,408 1,799 0,074

Locus of Control -0,036 0,038 -0,961 0,338

Komitmen organisasional 0,029 0,028 1,029 0,305

Variabel Koefisien Std. Error t-hitung p-value

Personal cost 0,017 0,065 0,260 0,795

Keseriusan pelanggaran 0,332** 0,102 3,242 0,001

Status pelanggar -0,004 0,065 -0,063 0,950

Suku bangsa 0,716* 0,315 2,269 0,025

Adjusted R2 = 0,137

F-value = 4,823**; p-value = 0,000

** p < 0,01 (2-tailed); *p < 0,05 (2-tailed).

Kasus-kasus Whistleblowing Internal

Kasus 1

Wanda adalah seorang staf keuangan pada sebuah kementerian/lembaga di Indonesia. Salah satu

bagian dalam pekerjaan rutin Wanda ialah mereviu akun biaya perjalanan dinas. Saat Raffi meminta

penggantian atas biaya penginapan perjalanan dinas atas suatu projek pengadaan Calon Pegawai Negeri

Sipil (CPNS) Tahun Anggaran 2012, Wanda mendengar kabar mengenai reputasi Raffi sebagai Direktur

Sumber Daya Manusia yang merupakan seorang pemboros besar. Dugaan Wanda berubah menjadi sebuah

kekhawatiran ketika dia menemukan permintaan penggantian biaya hotel sebesar Rp4.410.000,00 atas nama

keluarga Raffi tanpa pembenaran yang jelas. Dia mengetahui bahwa biaya hotel atas nama keluarga Raffi ini

tidak termasuk dalam kebijakan penggantian atas biaya penginapan perjalanan dinas. Untuk meminta

penjelasan atas permasalahan ini, Wanda pergi menemui Raffi untuk berdiskusi. Raffi marah besar dan

merespon pertanyaan Wanda, “Saya yang bertanggung jawab akan kesuksesan projek ini. Selain itu, saya

adalah Direktur Sumber Daya Manusia di kantor ini”. Raffi juga mengatakan bahwa dia tidak ingin

membicarakan permasalahan ini lebih lanjut dan meminta Wanda untuk tidak mengurusi permasalahan ini

lagi atau Raffi mengancam akan menunda kenaikan pangkat Wanda.

A. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat keseriusan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak serius Sangat serius

B. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat kekuasaan Direktur Sumber Daya Manusia dalam kasus

tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak berkuasa Sangat berkuasa

C. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan melaporkan kasus tersebut kepada

pihak internal dalam kantor Anda?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

D. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat personal cost (penundaan kenaikan pangkat) jika Wanda

melaporkan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 126: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Windy Septianti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1094

SESI I/10

Kasus 2

Aryo adalah seorang staf senior unit layanan pengadaan barang/jasa pada suatu kementerian/lembaga

di Indonesia. Kantor Aryo sedang melakukan suatu projek pengadaan infrastruktur teknologi informasi yang

bernilai Rp5.000.000.000,00. Projek tersebut ternyata banyak diminati dan diikuti oleh berbagai perusahaan

teknologi informasi di Indonesia. Selama proses pengadaan berlangsung, secara tidak sengaja, Aryo melihat

pertemuan rahasia di salah satu hotel mewah antara kepala unit layanan pengadaan dengan direktur salah

satu perusahaan yang sedang mengikuti proses pengadaan tersebut. Aryo mengetahui ternyata dalam

pertemuan rahasia tersebut, direktur salah satu perusahaan yang sedang mengikuti proses pengadaan tersebut

memberikan cek senilai Rp100.000.000,00 kepada kepala unit layanan pengadaan dengan tujuan agar

perusahaannya dapat memenangkan projek pengadaan. Cek tersebut ternyata diterima oleh kepala unit

layanan pengadaan. Untuk meminta penjelasan atas permasalahan ini, Aryo pergi menemui kepala unit

layanan pengadaan untuk berdiskusi. Kepala unit layanan pengadaan mengatakan bahwa dia tidak ingin

membicarakan permasalahan ini lebih lanjut dan meminta Aryo untuk tidak mengurusi permasalahan ini lagi

atau dia mengancam akan mengeluarkan Aryo dari tim unit layanan pengadaan barang/jasa dan tidak akan

pernah dilibatkan lagi dalam tim unit layanan pengadaan barang/jasa berikutnya.

A. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat keseriusan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak serius Sangat serius

B. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat berkuasa kepala unit layanan pengadaan dalam kasus

tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak berkuasa Sangat berkuasa

C. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan melaporkan kasus tersebut kepada

pihak internal dalam kantor Anda?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

D. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat personal cost (dikeluarkan dari tim unit layanan pengadaan

barang/jasa) jika Aryo melaporkan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

Kasus 3

Farhat adalah seorang staf senior auditor internal pada suatu kementerian/lembaga di Indonesia. Ketika

sedang melakukan audit terhadap laporan keuangan tahun 2012, Farhat menemukan bukti bahwa terdapat

beberapa transaksi pembelian barang/jasa yang telah dipotong pajak, tetapi bendahara tidak menyetorkan

pajak tersebut ke kas negara. Setelah Farhat melakukan perhitungan, ternyata jumlah pajak yang tidak

disetorkan ke kas negara dan menyebabkan penundaan penerimaan negara adalah sebesar Rp95.948.500,00.

Farhat menduga uang pajak tersebut masuk ke rekening pribadi milik bendahara. Untuk meminta penjelasan

atas permasalahan ini, Farhat pergi menemui bendahara untuk berdiskusi. Bendahara mengatakan bahwa dia

tidak ingin membicarakan permasalahan ini lebih lanjut dan meminta Farhat untuk tidak mengurusi

permasalahan ini lagi atau dia mengancam akan melaporkan kepada atasan Farhat bahwa sebenarnya dia

mengetahui bahwa dulu, ketika Farhat menjadi staf unit layanan pengadaan, Farhat pernah menerima travel

cheque senilai Rp50.000000,00 dari salah satu rekanan. Farhat menyadari bahwa jika atasannya sampai

mengetahui perbuatannya dulu, kemungkinan dirinya akan terancam dipecat dan dimasukkan ke dalam

penjara.

A. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat keseriusan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak serius Sangat serius

B. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat berkuasa bendahara dalam kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat tidak berkuasa Sangat berkuasa

C. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat kemungkinan Anda akan melaporkan kasus tersebut kepada

pihak internal dalam kantor Anda?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

D. Menurut Anda, bagaimanakah tingkat personal cost (terancam dipecat dan dimasukkan ke dalam

penjara) jika Farhat melaporkan kasus tersebut?

1 2 3 4 5

Sangat rendah Sangat tinggi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 127: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1095

SESI I/10

Good Governance dan Kinerja Organisasi:

Pendekatan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

SRI FADILAH

Unversitas Islam Bandung

Abstrak: Perkembangan organisasi non pemerintah seperti Lembaga Amil Zakat yang

mengelola dana zakat, infak dan shadaqah demikian menjamur sebagai gerakan sosial.

Realitasnya, terjadi gap antara potensi zakat yang besar (20 triliun) dengan realisasi zakat

yang sangat kecil (1 triliun). Tentu saja, ini menunjukkan rendahnya kinerja organisasi

pengelola zakat khususnya LAZ jika dilihat dari pencapaian yang hanya sekitar 1 persen. Hal

tersebut berdampak pada tuntutan masyarakat yang tinggi akan akuntabilitas dan transparansi

dari LAZ. Tuntutan tersebut menjadi tantangan bagi LAZ untuk melakukan tata kelola yang

baik (good governance). Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi pengembangan

model penilaian kinerja organisasi dan pengelola zakat khususnya LAZ dengan melihat faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka variabel yang diteliti

adalah pengendalian intern, TQM, good governance dan kinerja organisasi. Unit analisis

penelitian adalah LAZ sebagai anggota aktif FoZ yang berjumlah 50 LAZ. Adapun tujuan

penelitian ingin melihat keterkaitan penerapan good governance dan kinerja organisasi dilihat

dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian yang bersifat penjelasan, sedangkan alat analisis data yang digunakan adalah

analisis structural equation modeling (SEM) dengan menggunakan partial least square.

Kata Kunci: Pengendalian Intern, Total Quality Management, Good Governance, dan

Kinerja Organisasi.

Author can be contacted: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 128: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1096

SESI I/10

I. Pendahuluan

Hasil penelitian ini merupakan rangkaian dari hasil penelitian penulis yang

terkait dengan pengelolaan pada organisasi pengelola zakat. Adapun sebagai alasan

penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan, bahwa perbincangan dan perdebatan

yang berkaitan dengan konsep pelaksanaan zakat baik sebagai kewajiban agama secara

pribadi maupun zakat sebagai komponen keuangan publik sangat populer. UU No. 23

tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menjadi payung hukum yang lebih kuat dalam

pengelolaan zakat di Indonesia, sebagai upaya untuk mendukung fakta bahwa Indonesia

adalah negara yang penduduk muslimya terbesar di dunia, yaitu berjumlah 80% dari

sekitar 220 juta penduduk Indonesia adalah sebesar 180 juta penduduk muslim (Eri

Sudewo.2008:15) yang memiliki kewajiban menunaikan zakat baik zakat fitrah dan

zakat harta. Kondisi tersebut semestinya menjadi potensi zakat yang luar biasa

berkaitan dengan upaya penghimpunan zakat. Di bawah ini disajikan potensi zakat yang

dapat dihimpun dari berbagai sumber, yaitu:

Tabel 1.1 Potensi Zakat di Indonesia

Keterangan Potensi Zakat Keterangan Potensi Zakat

PIRAC

(Kompas .2008)

Rp 9,09 trilyun Direktur Thoha Putra

Center Semarang,(2009)

Rp 100 triliun

UIN Syarif

Hidayatullah(2004)

Rp 19,3 trilyun Baznas (Republika:2005) Rp 19,3 triliun

Adiwarman &. Azhar

Syarief (2009)

Rp 20 triliun FoZ (Forum Zakat:2009) Rp 20 triliun

Dengan banyak berdirinya lembaga amil zakat yang sekarang berjumlah 79

LAZ (FoZ.2009), dapat dijadikan sebagai alternatif bagi masyarakat dalam

menyalurkan dana zakatnya selain kepada Badan Amil Zakat yang berjumlah 50.956

(Baznas.2009). Selain itu Lembaga Amil Zakat ini pada akhirnya dapat diharapkan

sebagai media untuk menjembatani dalam pencapaian potensi zakat di Indonesia.

diperkirakan masih terdapat sekitar 400 LAZDA dan OPZ yang telah berdiri baik yang

berbasis masjid maupun perusahaan yang tidak atau belum terdaftar pada FoZ (Forum

Zakat).

Namun demikian, berkembangnya lembaga pengelola zakat (BAZ/LAZ),

sampai saat ini belum disertai dengan minat masyarakat untuk membayar zakat pada

lembaga zakat tersebut. Dampaknya adalah belum optimalnya pengelolaan zakat di

Indonesia. Hal tersebut sangat disayangkan karena betapa besarnya potensi zakat di

Indonesia, jika tidak dikelola dengan baik. Tabel berikut menyajikan data yang

berkaitan dengan realisasi penghimpunan zakat:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 129: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1097

SESI I/10

Tabel 1.2 Realisasi Penghimpunan Zakat

No Keterangan Jumlah

1 Data dari Depag (2007) BAZ: Rp 12 miliar dan LAZ: Rp 600 miliar

2 Data Depag (2008) BAZ dan LAZ : Rp 900 miliar

3 Forum Zakat (FoZ) (2009) LAZ Rp 900 miliar

4 IZDR (2004-2008) Rp 61,3 miliar menjadi Rp 361 milyar

Dengan kesenjangan yang sangat lebar antara potensi zakat yang dapat

dihimpun dengan dana zakat yang dapat dihimpun atau direalisasikan, menunjukkan

masih rendahnya kinerja organisasi pengelola zakat khususnya Lembaga Amil Zakat

(LAZ). Seharusnya dengan perangkat pendukung terkait dengan perkembangan

pengelolaan zakat di Indonesia pada masa dewasa ini. Tentu saja kondisi tersebut tidak

bisa dibiarkan mengingat betapa besarnya potensi zakat yang bisa dihimpun dan dana

tersebut bisa dijadikan sebagai pendapatan alternatif bagi negara.

Selanjutnya fenomena tersebut, hal lain yang yang harus dicermati adalah

kenyataannya dengan adanya undang-undang pengelolaan zakat, dan banyak berdirinya

lembaga amil zakat ternyata belum berdampak pada kesadaran masyarakat untuk

menyalurkan zakatnya pada lembaga pengelola zakat (BAZ/LAZ pada yang semakin

meningkat terhadap pentingnya berzakat. Berdasarkan hasil riset PIRAC terdapat 29

juta keluarga sejahtera yang menjadi warga sadar zakat. Di sisi lain saat ini,

diperkirakan hanya ada sekitar 12 – 13 juta muzaki yang membayar zakat lewat LAZ,

berarti masih ada lebih dari separuh potensi zakat yang belum tergarap oleh LAZ.

Gambaran tersebut harus dipandang sebagai tantangan bagi lembaga pengelola zakat

khususnya LAZ untuk memperbaiki kinerjanya. Tantangan tersebut harus disikapi

sebagai upaya perbaikan bagi LAZ untuk lebih profesional dalam melakukan

kegiatannya.

Tujuan khusus riset ini adalah ingin melihat pengeloaan zakat, dengan segala

ketentuannya, jika dikelola dengan baik semestinya mampu mengangkat harkat dan

martabat kaum yang tertinggal, namun kenyataannya potensi tersebut hanya angan-

angan belaka. Padahal Indonesia sebagai sebuah negara, yang memiliki potensi yang

sangat besar dan strategis dalam pengumpulan zakat, di mana Indonesia penduduknya

sebagian besar muslim. Jelaslah bahwa zakat seyogyanya dapat dijadikan sebagai

sumber pendapatan bagi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.

Adapun urgensi penelitian ini, dengan melihat berbagai masalah yang disinyalir

menjadi penghalang mengapa potensi zakat di Indonesia yang sangat besar tersebut

belum terkelola dengan baik dan optimal dan berdampak pada rendahnya kinerja

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 130: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1098

SESI I/10

organisasi pengelola zakat khususnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia.

Adapun masalah tersebut dari berbagai sumber disajikan sebagai berikut:

a. Badan pengelola zakat dianggap tidak profesional karena belum menerapkan

prinsip

akuntabilitas dan transparansi (Almisar Hamid.2009:10 &13).

b. Pengelola dana zakat dianggap belum memiliki sumber daya manusia (SDM)

yang

kualitasnya optimal, yaitu berkompeten (kaffah), amanah, dan memiliki etos kerja

tinggi (himmah) (Jamil Azzaini.2008:9 &13).

c. Sistem birokrasi dan good governance masih lemah berkaitan dengan pengelolaan

zakat di Indonesia sehingga berdampak pada rendahnya akuntabilitas dan

transparansi LAZ (Asep Saefuddin Jahar:2006:6-7).

Selain penyebab permasalahan belum optimalnya pengelolaan zakat di

Indonesia, Permasalahan lain yang perlu untuk diperbaiki berdasarkan (survey CID

dompet Dhuafa dan LKIHI-FHUI:2008:11-16) telah terrangkum ke dalam tujuh

permasalahan utama, yaitu: (1) Permasalahan Kelembagaan, (2) Permasalahan

Peraturan Perundang-undangan, (3) Pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat, (4) Pengawasan dan Pelaporan, (5) Korelasi Zakat dengan Pajak, (6) Peran Serta

Masyarakat dan (7) Sanksi dan Sengketa Zakat

Dari uraian permasalahan yang selama ini yang disinyalir sebagai kendala

berkaitan dengan masih rendahnya kinerja organisasi pengelola zakat khususnya LAZ,

menunjukkan kendala yang sangat kompleks. Hal tersebut berawal dari

ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat tersebut (CID Dompet

Dhuafa dan LKIHI-FHUI:2008:19-20).

Untuk mendukung hal tersebut, harus dimulai dengan menciptakan pengelolaan

perusahaan yang baik dan optimal sehingga akan berdampak pada kinerja organisasi

yang semakin baik. Hal tersebut sesuai dengan hasil riset Feroz, Sanjay and Raymod

(2008:128) bahwa terdapat pengaruh secara timbal balik antara corporate governance

dengan kinerja organisasi. Di mana implementasi corporate governance secara efektif

akan menciptakan kinerja organisasi yang tinggi, sebaliknya dengan tercapainya kinerja

organisasi yang tinggi menunjukkan akuntabilitas organisasi yang tinggi. Bahkan hasil

riset Aras dan Crowther (2008:444), bahwa terdapat pengaruh antara good governance

dengan sustainability. Sustainability diartikan sebagai bentuk kinerja strategis

perusahaan karena bersifat jangka panjang.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 131: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1099

SESI I/10

Salah satu pilar organisasi yang harus diterapkan untuk good governance yaitu

mendisain dan mengimplementasikan pengendalian intern. Pengendalian intern,

khususnya untuk organisasi pengelola dana zakat (seperti LAZ), merupakan suatu

media untuk menjembatani kepentingan konsumen (mustahik dan muzaki) dan

manajemen. Dalam pengelolaan perusahaan, pimpinan puncak secara berantai

mendelegasikan wewenangnya kepada tingkatan manajemen yang lebih rendah. Untuk

menjamin bahwa apa yang diarahkan oleh pimpinan puncak benar-benar telah

dilakukan, manajemen memerlukan pengendalian untuk dapat memberikan keyakinan

memadai bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai.

Selanjutnya pengendalian intern merupakan perencanaan organisasi dan semua

metode koordinasi dan ukuran-ukuran yang diadopsi dalam suatu bisnis untuk

mempertahankan aset-aset, menguji akurasi dan reliabilitas data akuntansinya, efisiensi

operasional promosi dan mendorong kepatuhan terhadap ketentuan kebijakan-kebijakan

manajerial. Dengan demikian pengendalian intern dapat mengatasi permasalahan yang

berkaitan dengan pengawasan dan pelaporan dalam rangka menciptakan akuntabilitas

dan transparansi yang diharapkan masyarakat. Dengan demikian pengendalian intern,

diharapkan mampu menjadikan LAZ sebagai lembaga pengelola zakat yang profesional

melalui penerapan tata kelola yang baik sehingga berdampak pada kepercayaan

masyarakat semakin meningkat. Senada dengan hasil riset Christian Herdinata

(2008:14-15), bahwa untuk melaksanakan good corporate governance diperlukan

pengembangan dan implementasi dalam membentuk struktur pengendalian intern yang

memadai berkaitan dengan penyediaan data yang akurat. Selanjutnya, penelitian Hiro

Tugiman (2003:1) yaitu riset pada beberapa organisasi non profit, yang mengaitkan

pengendalian intern dengan pencapaian tujuan dan kinerja organisasi. Teori-teori

akuntansi yang berkembang sebagian besar ditujukan untuk organisasi yang profit

oriented. Ini tidak berarti organisasi nirlaba, termasuk LAZ, lembaga sosial, instansi

pemerintah, dan lembaga perwakilan rakyat tidak wajib dikelola dengan baik.

Organisasi nirlaba dan organisasi apapun wajib dikelola berdasarkan prinsip-prinsip

pengelolaan organisasi yang baik atau good governance.

Kemudian, salah satu model yang bisa diterapkan untuk mendukung upaya

pencapaian potensi zakat di Indonesia adalah dengan mengimplementasikan model

Total Quality Management (TQM). TQM merupakan suatu model manajemen dalam

menjalankan usaha untuk mewujudkan good governance melalui perbaikan terus-

menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Dengan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 132: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1100

SESI I/10

mengimplementasikan model TQM, dapat menciptakan pengelolaan dana zakat yang

baik. Menurut Samdin (2002:19) terdapat beberapa alasan mengapa TQM perlu

diterapkan dalam pengelolaan zakat oleh LAZ diantaranya: (1) untuk dapat

meningkatkan daya saing dan unggul dalam persaingan, (2) menghasilkan output LAZ

yang terbaik, (3) meningkatkan kepercayaan muzaki, dan (4) melakukan perbaikan

kualitas pengelolaan dana zakat (good governance) sehingga dapat meningkatkan

kepuasan konsumen. Hal tersebut senada dengan riset Hoque Zahirul (2003:563), yaitu

terdapat pengaruh implementasi total quality management terhadap kinerja organisasi

dengan menggunakan pendekatan penilaian kinerja balanced scorecard.

Berdasarkan urgensi penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan

kelanjutan dari penelitian sebelumnya dengan hasil terdapat pengaruh implementasi

pengendalian intern dan total quality management terhadap penerapan good governance

(Sri Fadilah:2011:40), selanjutnya penelitian akan menganalisis bagaimana

implementasi pengendalian intern dan implementasi total quality management

berpengaruh dalam penerapan good governance dan implikasinya terhadap pada kinerja

organisasi baik secara parsial maupun simultan pada LAZ seluruh Indonesia.

II Rerangka Teoretis dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Pengertian dan Komponen Pengendalian Intern

Menurut Committee Of Sponsoring Organization of The Treadway Commission

(COSO.2004:13) yang juga disitir oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI.2012:319.2),

pengendalian intern merupakan hal yang penting bagi semua manajer pada organisasi

memahami pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif

yang merupakan tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pengendalian intern, COSO

(2004:16-18) menjelaskan komponen pengendalian intern, sebagai berikut:

a. Lingkungan pengendalian (control environment)

Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap menyeluruh

manajemen puncak, direktur dan pemilik suatu entitas terhadap pengendalian intern

dan pentingnya pengendalian tersebut.

b. Penaksiran risiko (risk assessment)

Adalah sebagai suatu proses untuk mengidentifikasikan, menaksir, mengelola dan

mengendalikan situasi atau kejadian-kejadian potensial untuk memberikan keyakinan

memadai bahwa tujuan organisasi tercapai.

c. Aktivitas pengendalian (control activity)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 133: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1101

SESI I/10

Adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang

diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan

entitas.

d. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Tujuan terselenggarakan sistem informasi dan komunikasi adalah untuk

mengidentifikasi, mencatat, memproses dan melaporkan transaksi entitas dan untuk

memelihara akuntabilitas organisasi.

e. Pemantauan (monitoring).

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang

waktu.

2.2 Pengertian dan Komponen Total Quality Management

Total quality management (TQM) merupakan suatu terobosan terbaru di bidang

manajemen yang seluruh aktivitasnya ditujukan untuk mengoptimalkan kepuasan

pelanggan melalui perbaikan proses yang berkesinambungan.Selanjutnya menurut

Tenner dan Detoro (1993:32), TQM memiliki tiga falsafah dasar yang dapat ditarik

sebagai titik pertemuan dari berbagai pendapat tentang TQM, adalah sebagai berikut:

1. Berfokus pada kepuasan pelanggan (Customer Focus)

Pelanggan internal adalah pekerja berikut atau departemen berikut yang terlibat

dalam proses produksi/penciptaan jasa. Pelanggan eksternal adalah orang atau

organisasi yang membeli dan menggunakan produk atau jasa perusahaan.

2. Pemberdayaan dan Pelibatan Karyawan

Dalam persaingan yang ketat, karyawan dituntut untuk memiliki keahlian dan

pengetahuan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu, perusahaan

harus lebih banyak menyediakan pelatihan dan kesempatan untuk terlibat dalam

proses pengambilan keputusan.

3. Peningkatan kualitas secara berkelanjutan (continuous improvement)

Dalam implementasinya perbaikan proses tersebut dijalankan berdasarkan roda

Deming yaitu plan, do, check dan action (siklus PDCA) yang memutar rodanya

terus menerus untuk mencegah terulangnya kerusakan.

Kemudian, implementasi TQM pada LAZ, dalam rangka mewujudkan lembaga

zakat yang kredibel, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan

TQM. Lebih lanjut, khususnya LAZ, menurut (Budi:2002:16) upaya melakukan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 134: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1102

SESI I/10

perbaikan kualitas secara terus menerus dapat dicapai dengan dua cara yaitu sebagai

berikut:

1. LAZ dapat membuat suatu posisi yang lebih strategis dalam hal pengelolaan ZIS

dengan cara mensosialisasikan tentang konsepsi fiqh yang lebih sesuai.

2. LAZ dapat meningkatkan hasil yang terbebas dari kerusakan dalam arti yang

dapat menghambat operasional lembaga.

Diharapkan dengan perbaikan kualitas secara terus menerus dengan dua cara di

mana LAZNAS dapat mencapai tujuan yaitu meningkatkan dana ZIS dari muzaki dan

mampu mendistribusikan dana ZIS kepada mustahik, serta mampu meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan akhirnya dapat meningkatkan

partisipasi masyakarat kepada keberhasilan lembaga juga meningkatkan daya saing

lembaga dalam bentuk kinerja yang tinggi.

Jaringan yang

Banyak Meningkat Memperbaiki Dana ZIS

Posisi

Diversifikasi konsepsi

Fiqh Zakat Meningkat

Daya saing

Perbaikan

Kualitas

(TQM)

Meningkatkan output - Mengurangi biaya - Meningkatkan pelayanan

Yang terbebas dari operasioanal kpd masyarakat

Kerusakan - Manajemen terbuka - Partisipasi masyarakat

- Optimalisasi potensi yang lebih besar

masyarakat

Sumber: Budi Budiman:2002

Gambar 2.1. Strategi Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS Dengan Pendekatan

Manfaat Utama Total Quality Management

Berdasarkan gambar 2.1, upaya yang harus dilakukan dalam rangka meningkat

kan kualitas bisa dengan memperbaiki posisi organisasi dan meningkatkan output yang

terbatas dari kerusakan. Upaya memperbaiki posisi bisa dilakukan dengan memperbaiki

jaringan yang banyak atau membuat kantor cabang dan membuat diversifikasi konsepsi

fiqh zakat. Kedua upaya untuk memperbaiki posisi tersebut memiliki tujuan akhir

meningkatkan penghimpunan dana zakat, infak dan shadaqoh. Di sisi lain untuk

meningkatkan output yang terbebas dari kerusakan bisa dilakukan dengan berbagai cara

seperti: mengurangi biaya operasional, mengimplementasikan manajemen yang terbuka

dan transparan dan melakukan optimalisasi terhadap potensi-potensi yang ada di dalam

masyarakat. Upaya-upaya tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan pelayanan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 135: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1103

SESI I/10

kepada masyarakat yang pada akhirnya akan memunculkan partisipasi masyarakat yang

besar pula.

2.3 Pengertian dan Komponen Good Governance

Definisi corporate governance, OECD (1999:30) mendefinisikan corporate

governance sebagai berikut: “corporate governance is the system by which business

corporation are directed an controlled. The corporate governance structure specifies

the distribution of rights and responsibilities among different participants in

corporation, such as the board, the managers, shareholders and other stakeholders and

spells out of the rules and procedures and for making decision on coporate affairs. By

doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set,

and the means of attaining those objectives and monitoring performance.“

Maksud definisi tersebut bahwa suatu sistem yang dipergunakan untuk

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance

mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap

kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer

dan semua anggota stakeholders non pemegang saham. Good corporate governance

diartikan sebagai suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Hal

senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:42) yaitu

suatu sistem (input, proses dan output) dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit

hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi

tercapainya tujuan perusahaan.

OECD menyatakan bahwa good corporate governance merupakan cara-cara

manajemen perusahaan (para direktur) bertanggung jawab kepada pemilik perusahaan

atau pemegang saham. Tujuan dari good corporate governance seperti yang dinyatakan

dalam OECD (1999: 34) adalah bertujuan, (1) untuk mengurangi kesenjangan (gap)

antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan, (2)

meningkatkan kepercayaan bagi para investor dalam melakukan investasi, (3)

mengurangi biaya modal, (4) menyakinkan kepada semua pihak atas komitmen legal

dalam pengelolaan perusahaan dan (5) penciptaan nilai bagi perusahaan termasuk

hubungan antara para stakholders. Selanjutnya dalam rangka menerapkan good

governance perlu adanya standar atau prinsip yang dijadikan pedoman dalam praktik

pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan nilai dan kelangsungan perusahaan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 136: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1104

SESI I/10

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD,1999:25) telah

mengembangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) Fairness, (b) Transparancy, (c)

Accountability, dan (d) Responsibility.

Unit analisis penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat seluruh Indonesia baik

LAZNAS maupun LAZDA adalah organisasi sektor publik yang kegiatan utamanya

adalah melakukan peran intermediasi pengelolaan dana zakat, infak dan shadaqah yang

dalam menjalankan operasional perusahaannya harus terikat dengan aturan baik vertikal

(syariah) maupun horizontal (aturan Departemen Agama dan Forum Zakat) juga

LAZNAS sebagai lembaga mandiri (bukan pemerintah, maka prinsip-prinsip good

governance yang digunakan dalam penelitian ini mendasarkan pada keputusan Menteri

Negara BUMN No. 117/M-MBU/2002, bahwa dalam penerapan good corporate

governance di BUMN dikenal lima prinsip utama. Kelima prinsip tersebut adalah (a)

responsibility, (b) accountability, (c) fairness, (d) tranparancy dan (e) independency.

Uraian dari masing-masing prinsip tersebut sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban (Resposibility)

Adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi/organisasi yang sehat.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban rapat umum

pemegang saham, komisaris atau dewan pengawas dan direksi serta pemilik modal

sehngga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan efisien.

3. Keadilan (Fairness)

Adalah perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk

menjamin bahwa perusahaan dikelola secara prudent untuk kepentingan stakeholders

secara fair dan menghindarkan terjadinya praktik korporasi yang merugikan.

4. Transparansi (tranparancy)

Adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan dalam

mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Transparansi

berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan.

5. Kemandirian (Independency)

Adalah keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa bantuan

kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip organisasi yang sehat.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 137: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1105

SESI I/10

2.4 Kinerja Organisasi: dengan Model Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard

Menurut Kaplan dan Cooper (1998:87) mendefinisikan Balanced Scorecard

sebagai berikut: a measurement and management system that views a business unit’s

performance from four perpectives: financial, customer, internal business process, and

learning and growth. Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa balanced

scorcard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang

secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer

tentang kinerja bisnis.

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen kinerja kontemporer yang

mulai banyak diaplikasikan pada organisasi publik, termasuk organisasi pemerintahan

juga diterapkan pada Organisasi Pengelola Zakat seperti LAZ dan BAZ. Balanced

Scorecard dinilai tepat untuk organisasi publik, karena balanced scorecard tidak hanya

menekankan pada aspek kuantitatif dan finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan

nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan organisasi sektor publik yang menempatkan

laba bukan sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat

kualitatif dan nonfinansial. Meskipun konsep balanced scorecard lahir di dunia bisnis,

organisasi publik juga dapat mengadopsi konsep balanced scorecard dengan beberapa

modifikasi. Pengadopsian balanced scorecard ke dalam organisasi publik bertujuan

untuk meningkatkan kinerja organisasi publik, karena kasus di beberapa organisasi

besar yang menerapkan balanced scorecard menunjukkan bahwa balanced scorecard

merupakan alat manajemen yang komprehensif dan powerful untuk mendongkrak

kinerja organisasi.

Kaplan dan Norton (1996:102) memberikan petunjuk bahwa balanced

scorecard memberikan para eksekutif kerangka kerja yang komprehensif untuk

menterjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang

terpadu. Balanced scorecard menterjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai

tujuan dan ukuran yang tersusun ke dalam dalam empat perspektif, yaitu: financial,

customers & stakeholders, internal business process, serta employees and organization

capacity. Kerangka balanced scorecard tersebut tidak terbatas untuk organisasi bisnis,

akan tetapi organisasi publik dapat menggunakannya dengan penempatan tumpuan

yang berbeda, Jika dalam organisasi bisnis tumpuannya adalah perspektif finansial,

maka dalam organisasi publik tumpuannya adalah perspektif customers & stakeholders,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 138: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1106

SESI I/10

karena pelayanan publik merupakan bottom line organisasi. Selanjutnya, fokus utama

dalam organisasi publik adalah misi organisasi yaitu melayani dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dari misi tersebut diformulasikan strategi-strategi yang akan

dilakukan untuk pencapaian misi tersebut. Gambar berikut menguraikan keterkaitan

strategi organisasi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam empat perspektif, yaitu

perspektif customers and stakeholders, perspektif financial, perspektif internal business

process, dan perspektif employees & organization capacity.

Sumber: Rohm. Howard (2004)

Gambar 2.2 Balanced Scorecard Pada Organisasi Publik

Adapun penjelasan masing-masing perspektif dari Gambar 2.2 sebagai berikut:

a. Perspektif Customers and Stakeholders

Tinjauan dari perspektif customers and stakeholders pada organisasi sektor

publik pada dasarnya ingin mengetahui bagaimana customers and stakeholders melihat

organisasi. Customers and stakeholders pada sektor publik yang utama adalah

masyarakat pembayar zakat dan masyarakat pengguna layanan publik, untuk organisasi

pengelola zakat adalah muzaki sebagai pihak yang menyerahkan zakat dan mustahik

sebagai pihak yang menerima dana ZIS. Oleh karena itu, perspektif customers and

stakeholders organisasi LAZ berfokus untuk memenuhi kepuasan masyarakat

khususnya umat Islam. Kepuasan customers and stakeholders tersebut akan memicu

perspektif customers and stakeholders dapat digunakan ukuran sebagai berikut: (1)

Citizen satisfaction; (2) Service coverage; dan (3) quality and standards..

b. Perspektif Financial

Perspektif keuangan dalam organisasi publik adalah untuk menjawab bagaimana

organisasi meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya pengelola dan bagaimana

Mission

Customers and

Stakeholders

Employees &

Financial Strategy Organization

Capacity

Internal Business

Process

_____________________________________________________________

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 139: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1107

SESI I/10

kita melihat pembayar zakat?. Perspektif keuangan menjelaskan apa yang diharapkan

oleh penyedia sumber dana finansial yang utama yaitu para muzaki (khusus untuk

LAZ). Dengan demikian LAZ harus berfokus pada sesuatu yang diharapkan muzaki,

yaitu mengharapkan zakat yang telah dikeluarkannya itu digunakan secara ekonomi,

efisien, dan efektif, serta memenuhi harapan prinsip transparan dan akuntabilitas publik.

Meskipun organisasi seperti LAZ tidak mengejar laba, namun LAZ perlu berupaya

bagaimana meningkatkan pendapatan yang berasal dari dana ZIS dan tingkat efektifitas

pelayanan yang diberikan oleh LAZ. Dengan demikian pada perspektif keuangan dapat

digunakan ukuran berikut: (1) Upaya untuk meningkatkan dana ZIS yang dihimpun dan

diberdayakan; (2) Effectivity of services; (3) Peningkatan jumlah dana ZIS yang

dihimpun; dan (4) Peningkatan jumlah dana ZIS yang diberdayakan

c. Perspektif Internal Business Process

Pada perspektif proses bisnis internal berupaya untuk membangun keunggulan

organisasi melalui perbaikan proses bisnis internal organisasi secara berkelanjutan.

Tujuan strategik dalam perspektif proses bisnis internal adalah mendukung perspektif

customers and stakeholders dan perspektif financial. Dalam perspektif proses bisnis

internal organisasi mengidentifikasikan proses kunci yang harus dikelola dengan baik

agar terbangun keuangan organisasi yang baik. Pertanyaan yang harus dijawab oleh

organisasi adalah: “(1) kita harus unggul di bidang apa?; dan (2) bagaimana kita

membangun keunggulan?”. Pencapaian tujuan strategik pada perspektif ini akan

berdampak pada kepuasan customers and stakeholders. Beberapa tujuan atau sasaran

strategik pada proses bisnis internal misalnya peningkatan proses pelayanan, perbaikan

siklus layanan, peningkatan kapasitas infrastruktur, pemutakhiran teknologi dan

pengintegrasian proses layanan customers and stakeholders secara langsung akan

mempengaruhi kepuasan customers and stakeholders dan secara tidak langsung akan

berdampak pada kinerja keuangan. Dalam rangka meningkatkan kinerja pada perspektif

internal business process organisasi sektor publik harus mengidentifikasi dan mengukur

kompetensi inti organisasi, mengidentifikasi proses utama pelayanan, mengidentifikasi

teknologi utama yang perlu dimiliki dan menentukan ukuran kinerja dan target kinerja.

Pada LAZ keunggulan organisasi dapat didesain dari inovasi produk yang dapat

memuaskan muzaki dan memberdayakan mustahik, serta pengembangan jaringan

sistem informasi yang dapat memudahkan muzaki untuk menyalurkan zakatnya dan

memudahkan mustahik menerima zakat. Dengan demikian pada perspektif proses bisnis

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 140: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1108

SESI I/10

internal dapat digunakan ukuran sebagai berikut: (1) Inovation of product dan (2)

Management Information System.

d. Perspektif Employees and Organization Capacity

Perspektif internal business process dan perspektif customers and stakeholders

dalam balanced scorecard, mengidentifikasi parameter-parameter untuk membangun

keunggulan organisasi. Target dan ukuran kesuksesan akan terus berubah seiring

dengan perubahan waktu. Oleh karena itu, organisasi harus mampu berinovasi,

berkreasi dan belajar. Organisasi perlu melakukan perbaikan secara terus menerus dan

menciptakan pertumbuhan secara berkelanjutan. Dalam organisasi sektor publik seperti

LAZ, perspektif employees and organization capacity difokuskan untuk menjawab

pertanyaan ; “bagaimana organisasi terus melakukan perbaikan dan menambah nilai

bagi customers and stakeholders?”. Sasaran dan tujuan strategik yang ditetapkan pada

perspektif employees and organization capacity akan berpengaruh terhadap perspektif

lain, yaitu perspektif internal business process dan perspektif customers and

stakeholders. Beberapa sasaran strategik pada perspektif employees and organization

capacity tersebut antara lain: (1) peningkatan keahlian pegawai; (2) peningkatan

komitmen pegawai; (3) peningkatan kemampuan membangun jaringan; dan (4)

peningkatan motivasi pegawai. Ukuran kinerja untuk perspektif employees and

organization capacity untuk LAZ difokuskan kepada “amilin” sebagai subjek pengelola

zakat. Dengan demikian ukuran kinerja pada perspektif employees and organization

capacity dapat digunakan ukuran: (1) Skill coverage; (2) Personel income dan welfare;

dan (3) Personel satisfaction.

2.5 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Kejelasan arah, originalitas dan kemanfaatan dari suatu penelitian yang

dilakukan oleh seorang peneliti akan terlihat dengan jelas apabila peneliti mampu

menelusuri secara mendalam beberapa penelitian yang dilakukan sekarang. Adapun

temuan hasil penelitian yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini berkaitan dengan:

(1) pengendalian intern; (2) total quality management:; (3) good governance; dan (4)

kinerja organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada bagian ini akan dibahas

beberapa temuan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh implementasi

pengendalian intern, dan implementasi total quality management terhadap kinerja

organisasi melalui penerapan good governance, sebagai berikut:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 141: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1109

SESI I/10

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya Berikut Perbedaan dan Persamaan

No Peneliti Judul Perbedaan Persamaan 1 Samdin

(2002:19)

Pengembangan Manajemen

Bazis

a. Selain TQM variabel

lain tidak diteliti

b. Respondenya

pengurus BAZIS se

Jawa Barat

Meneliti

pengembangan

manajemen lembaga

pengumpul zakat.

2 Jiun (2002:6) Penerapan Pengendalian

Intern pada Gereja di Kota

Surabaya

Selain variabel

pengendalian intern

tidak diteliti

Mengkaji variabel

pengendalian intern

3 Budi Budiman

(2002:16)

Potensi Dana ZIS Sebagai

Instrumen Ekonomi Islam

dari

Teori dan Implementasi

Manajemen.

Selain variabel TQM,

variabel lain yang

diteliti berbeda

a. Indikator TQM

hampir

sama

b. Unit analisis BAZIS

hampir sama

4 Jan Hoesada

(2002:6)

Akuntansi Organisasi

Nirlaba

a. Indikator yang

digunakan untuk

variabel good

governance

berbeda.

b. Pendekatan yang

digunakan juga

berbeda

Meneliti good

governance pada

organisasi nonprofit

5 Hiro Tugiman

(2003:1)

Penerapan Good Corporate

Governance di Lingkungan

Unit

Perkumpulan :Perhimpunan

Santo Borromeus” (PPSB).

a. Unit analisis rumah

sakit dan akademi

perawat

b. Variabel lain selain

pengendalian intern

dan kinerja

perusahaan,

berbeda.

c. Indikator untuk

pengendalian intern

dan kinerja

perusahaan berbeda

Meneliti Variabel

pengendalian intern dan

kinerja perusahaan

6 Hoque Zahirul

(2003:563)

Total Quality Management

and the Balanced

Scorecard Approach: A

Critical Analysis of Their

Potential Relationships and

Direction for Research

a. Unit analisis

perusahaan

manufaktur

b. tidak mengaitkan

dengan variabel lain.

Indikator yang

digunakan hampir sama

untuk kedua variabel

tersebut

7 Rohm

(2004:142)

Improve Public Sector

Result with A Balanced

Scorecard:Nine Steps to

Success

a. Unit analisis

berbeda

b. Variabel lain yang

diteliti selain kinerja

organisasi berbeda

Pendekatan yang

digunakan untuk

mengukur kinerja

organisasi adalah

balanced scorecard.

8 Imelda RHN

(2004:180)

Impelementasi Balanced

Scorecard pada Organisasi

Publik

a. Unit analisis

berbeda

b. Variabel lain yang

diteliti selain

kinerja

organisasi berbeda

Pendekatan yang

digunakan untuk

mengukur kinerja

organisasi adalah

balanced scorecard.

9 Daniel dan

Amrik

(2006:35)

The Relationship Between

Organization Strategy,

Total Quality Management

(TQM) and Organization

Performance: The

Mediating Role of TQM

a. Unit analisis berbeda

yaitu responden

middle/seniormanager

c. TQM sebagai

variabel mediating

c. Indikator

Meneliti keterkaitan

antara TQM dengan

kinerja organisasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 142: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1110

SESI I/10

No Peneliti Judul Perbedaan Persamaan organizational

performance yaitu

product quality,

product innovation

dan process

innovation

10 Suryo Pratolo

(2006:87)

Pengaruh Audit

Manajemen, Komitmen

Manajer pada Organisasi,

Penerapan. Pengendalian

Intern Terhadap Prinsip-

Prinsip Good Corporate

Governance dan Kinerja

Perusahaan

a. Unit analisis BUMN

di Indonesia

b. Selain variabel

pengendalian intern,

good corporate

governance dan

kinerja perusahaan,

variabel lain yang

diteliti berbeda.

c. Indikator variabel

kinerja perusahaan

berbeda

Mengkaji variabel

pengendalian intern,

good corporate

governance dan kinerja

perusahaan

11 Wahyudin

Zarkasyi

(2007:42)

Peran Komite Audit dan

Audit Internal Dalam

Implementasi Good

Corporate Governance dan

Dampaknya Terhadap

Kinerja Badan Usaha Milik

Negara di Indonesia

a. Unit analisis BUMN

b. Selain variabel good

corporate governance

dan kinerja

perusahaan, variabel

lain berbeda.

c. Indikator variabel

kinerja perusahaan

berbeda.

Meneliti variabel good

corporate governance

dan kinerja

organisasi/perusahaan

(BUMN)

12 Cristian

Herdinata

(2008:14-15)

Good Corporate

Governance Vs Bad

Corporate

Governance : Pemenuhan

Kepentingan Antara Para

Pemegang Saham

Mayoritas dan Pemegang

Saham Minoritas.

a. Variabel yang

digunakan berbeda

yaitu peran auditor

b. Unit analisi

perusahaan

private yang terdaftar

di BEI

Variabel yang

digunakan sama yaitu

Struktur pengendalian

intern dan good

corporate governance

termasuk indikator

yang digunakan

13 Feroz, Sanjay

and Raymond

(2008:128)

Performance Measurement

for Accountability in

Corporate Governance

a. Unit analisis pada

perusahaan farmasi

b. Indikator untuk

kinerja organisasi

adalah DEA

c. Variabel

accountability

(bagian dari GCG)

Mengaitkan antara

GCG (accountability)

dengan ukuran kinerja

organisasi.

14 Michelon,

Baretta and

Bozzolan

(2009:66)

Disclosure on Internal

Control System as

Substitute of Alternative

Governance Mechanisms

a. Tidak menggunakan

variabel lain dan

b. Indikator yang

digunakan untuk

variabel sistem

pengendalian intern

dan corporate

governance

c. Unit analisis

perusahaan go

publik

Menggunakan variabel

pengendalian intern

(sistem pengendaian

intern sebagai variabel

bebas) dan variabel

corporate governance

sebagai variabel bebas,

15 Dikdik

Tandika

(2009:101)

Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi

Kinerja Organisasi dan

Implikasinya Terhadap

Akuntabilitas Publik

a. unit analisis berbeda

b. variabel lain yang

diteliti berbeda

selain kinerja

organisasi

Menggunakan

pendekatan yang sama

untuk mengukur kinerja

BAZ yaitu balanced

scorecard yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 143: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1111

SESI I/10

No Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Organisasi Pengelola Zakat

(OPZ) Dalam Upaya

ptimalisasi Penghimpunan

Zakat di Propinsi Jawa

Barat, Banten dan DKI

Jakarta.

dikembangkan Rohm

16 Petrovits,

Shakespeare

and Shih

(2010:49)

The Causes and

Consequences of Internal

Control Problems in

NonProfit Organization

a. Tidak meneliti

variabel lain selain

internal control.

b. Terdapat perbedaan

dalam indikator

yang digunakan

c. Meneliti variabel

internal control

d. Unit analisis

nonprofit

organization

17 Manguns

(2010:49)

Good Governance dan

LSM

a. Variabel good

governance selain

budaya organisasi

dalam penelitian

tersebut berbeda.

b. Indikator good

governance yang

digunakan adalah

akuntabel,

transparan dan

partisipasi

Meneliti tentang good

governance dan

budaya organisasi

Sumber: Disarikan dari beberapa sumber

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan sebelumnya serta dukungan

penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh

implementasi pengendalian intern dan implementasi total quality management terhadap

kinerja organisasi secara simultan maupun parsial dan melalui penerapan good

governance.

III Metode Riset

3.1 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan data

Metode penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah penelitian

yang bersifat penjelasan (explanatory research), karena merupakan penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal di antara variabel-variabel (Cooper dan Schindler,

2006:154). Selanjutnya, untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk membuktikan

hipotesis penelitian, menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu Kuesioner,

Wawancara dan Dokumentasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 144: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1112

SESI I/10

3.2 Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas Instrumen (Test of Validity)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun

benar-benar mengukur apa yang perlu diukur. Karena skala pengukuran dari data

adalah ordinal maka uji validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi product

moment. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi Pearson product moment

(r):

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Variabel Kisaran nilai r Rkritis Keterangan

Pengendalian Intern 0,511 – 0,897 0,30 Semua valid

Total Quality Management 0,524 – 0,884 0,30 Semua valid

Good Governance 0,431 – 0,869 0,30 Semua valid

Kinerja Organisasi 0,431 – 0,869 0,30 Semua valid

Sumber: Kuesioner diolah kembali

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat nilai indeks validitas setiap butir pernyataan lebih

besar dari 0,30, hasil ini mengindikasikan bahwa semua butir pertanyaan yang diajukan

valid dan layak digunakan untuk analisis selanjutnya.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen (Test of Reliability)

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan,

ketelitian dan kekonsistenan, dengan koefisien korelasi Sperman-Brown.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Kuesioner Jumlah Pertanyaan Koefisien Reliabilitas Keterangan

Pengendalian intern 29 0,971 Reliabel

Total Quality Management 19 0,978 Reliabel

Good Governance 20 0,953 Reliabel

Kinerja Organisasi 20 0,953 Reliabel

Sumber: Kuesioner diolah kembali

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner keempat variabel yang

diteliti sudah andal sehingga dapat dilanjutkan pada analisis berikutnya.

3.3 Target Populasi dan Sampel Penelitian

Target populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat yang terdaftar

di Forum Zakat sebagai anggota aktif yang terdiri dari LAZNAS dan LAZDA yang

terdaftar pada FoZ sebagai anggota aktif. Teknik penentuan sampel adalah Proportional

Stratified Random Sample. Adapun penentuan sampel menggunakan rumus Slovin,

dengan tingkat kekeliruan (d) sebesar 0,05:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 145: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1113

SESI I/10

Tabel 3.3 Banyaknya Unit Sampel dari Setiap Strata LAZ

Lembaga Amil Zakat (LAZ) N n

LAZ Nasional (LAZNAS) 18 16

LAZ Daerah (LAZDA) 32 28

Total 50 44

Sumber: Data yang diolah kembali

Dari jumlah target populasi yang berjumlah 50 LAZ, yang mengisi kuesioner

dalam penelitian ini berjumlah 41 LAZ, terdiri dari 14 LAZNAS dan 27 LAZDA,

sedangkan 9 LAZ tidak bersedia dijadikan sebagai target populasi/responden penelitian.

3.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipótesis

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan penelitian, perumusan hipotesis dan

jumlah data yang akan dikumpulkan maka metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan partial least square (PLS). Partial least squares

dikembangkan sebagai alternatif pemodelan dengan persamaan struktural yang dasar

teorinya lemah. Pada penelitian ini partial least square digunakan untuk mengetahui

besarnya pengaruh secara parsial maupun simultan implementasi pengendalian intern,

dan implementasi total quality management terhadap kinerja organisasi dan melalui

penerapan good governance pada LAZ seluruh Indonesia.

IV. Analisis Data dan Pembahasan

4.1 Model Pengukuran dan Model Struktural

Pengaruh implementasi pengendalian intern, dan implementasi total quality

management terhadap kinerja organisasi dianalisis menggunakan structural equation

modeling, metode alternatif dengan partial least square. Sama halnya dengan SEM

berbasis covariance, pada SEM berbasis variance juga terbentuk 2 model, yaitu model

pengukuran dan model struktural. Melalui model pengukuran dengan indikator refleksif

akan dinilai validitas dari masing-masing indikator dan menguji reliabilitas dari

konstruk indikator yang dinilai. Indikator yang memiliki loading factor kurang dari

0,50 akan didrop dari model, sedangkan composite reliability yang dianggap

memuasakan adalah lebih besar dari 0,70. Berikut ini disajikan model pengukuran dari

masing-masing variabel (construct) yang digunakan dalam penelitian ini.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 146: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1114

SESI I/10

Tabel 4.1 Loading Factor Indikator Masing-Masing Variabel Penelitian

Variabel Composite Reliability

(CR)

Average Variance

Extracted (AVE)

Pengendalian Intern 0,959 (direkomendasikan) 0,825 (terwakili 82,5%)

Total Quality Management 0,920 (direkomendasikan) 0,793 (terwakili 79,3%)

Good Governance 0,908 (direkomendasikan) 0,668 (terwakili 66,8%)

Kinerja Organisasi 0,945 (direkomendasikan) 0,811 (terwakili 81,1%)

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Setelah diuraikan model pengukuran masing-masing variabel penelitian,

selanjutnya akan diuraikan model struktural antar variabel yang terbentuk dari model

pengukuran. Berdasarkan kerangka pengujian model struktural, maka secara garis besar

ada 3 sub struktur yang akan diuji (hipotesis) pada penelitian ini, yaitu:

1. Pengaruh Implementasi pengendalian intern, dan total quality management

terhadap penerapan good governance secara simultan dan parsial.

2. Pengaruh Implementasi pengendalian intern, dan total quality management

terhadap kinerja organisasi secara simultan dan parsial dan melalui penerapan

good governance.

3. Pengaruh penerapan good governance terhadap kinerja organisasi.

Dari hasil penggabungan model pengukuran dan dan model struktural diperoleh

diagram jalur full model sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram Jalur Model Lengkap (Full Model) Antar Variabel

Melalui diagram jalur full model tersebut selanjutnya akan dilakukan pengujian

hipotesis penelitian yang terbagi menjadi 3 sub stuktur, tetapi sebelumnya terlebih

dahulu disajikan koefisien jalur dan nilai statistik uji T untuk masing-masing jalur.

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

PI

X2.1

X2.2

X2.3

TQM

Y1.5Y1.4Y1.3Y1.2Y1.1

GG

Y2.1

Y2.2

Y2.3

Y2.4

KO1

0,928

0,219

0,233

0,139

0,085

0,200

0,880

0,204

0,226

0,189

0,860

0,276 0,235 0,261 0,275 0,611

0,236

0,206

0,122

0,194

0,6890,537

2

0,212

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 147: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1115

SESI I/10

Tabel 4.2 Koefisien Jalur Masing-Masing Hubungan Antar Variabel

Path Koefisien Std.error T-Statistic*

PI->GG 0.481 0.139 3.463

TQM->GG 0.358 0.117 3.066

PI->KO 0.216 0.088 2.461

TQM->KO 0.098 0.074 1.328

GG->KO 0.689 0.098 7.064

Sumber: Data penelitian diolah kembali *tkritis = 1,96

4.2 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Setelah diuraikan model pengukuran serta model struktural dari masing-masing

variabel, selanjutnya dilakukan uji signifikansi pengaruh masing-masing variabel

eksogenus (variabel bebas) terhadap variabel endogenus (variabel terikat) sesuai dengan

hipotesis yang ada.

4.2.1 Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality

Management Terhadap Penerapan Good Governance.

4.2.1.1 Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality

Management

Terhadap Penerapan Good Governance Secara Simultan dan Parsial.

A. Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality Management

Terhadap Penerapan Good Governance Secara Simultan.

Hipotesis pertama yang akan diuji adalah pengaruh implementasi pengendalian

intern dan total quality management terhadap penerapan good governance. Melalui

nilai-nilai yang terdapat pada diagram jalur model struktural antar variabel laten pada

gambar 4.1 dapat dihitung besar pengaruh masing-masing variabel implementasi

pengendalian intern, dan total quality management terhadap penerapan good

governance dan hasilnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Besar Pengaruh Variabel Implementasi Pengendalian Intern dan

Total Quality Management Terhadap Penerapan Good Governance

Variabel Koefisien Jalur Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total

PI 0,481 23,1% 5,2% 28,3%

TQM 0,358 12,8% 5,2% 18,0%

Total Pengaruh Secara Bersama-sama = 46,3%

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Secara bersama-sama variabel implementasi pengendalian intern dan total

quality management mampu menjelaskan atau mempengaruhi perubahan yang terjadi

pada penerapan good governance sebesar 46,3% dan sisanya sebesar 53,7% dijelaskan

atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Di antara kedua variabel

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 148: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1116

SESI I/10

eksogen, implementasi pengendalian intern memberikan kontribusi yang lebih besar

terhadap penerapan good governance. Pengaruh secara bersama-sama implementasi

pengendalian intern dan total quality management terhadap penerapan good governance

diuji sebagai berikut.

Tabel 4.4 Uji Signifikansi Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total

Quality Management Secara Bersama-sama Terhadap penerapan good governance.

Pengaruh Bersama-sama Fhitung F0,05 (2;38) Kesimpulan

46,3% 16,394 3,245 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.4 dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 16,394 lebih besar dari Ftabel

(3,245), karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka pada tingkat kepercayaan 95%

dapat disimpulkan secara bersama-sama implementasi pengendalian intern dan total

quality management berpengaruh signifikan terhadap penerapan good governance.

Hasil uji statistik sesuai dengan ekspektasi peneliti, yaitu jika implementasi

pengendalian intern dan total quality management diterapkan secara optimal maka

cenderung penerapan good governance meningkat. Hasil uji statistik telah

membuktikan adanya pengaruh yang signifikan kedua variabel tersebut secara bersama-

sama terhadap penerapan good governance.

B. Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Good

Governance.

Dihipotesiskan bahwa implementasi pengendalian intern mempengaruhi

penerapan good governance. Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi dari hipotesis

sebagai berikut.

Tabel 4.5 Uji Signifikansi Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern

Terhadap Penerapan Good Governance.

Koefisien Jalur thitung t-kritis Kesimpulan

0,481 3,463 1,96 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.5 dapat dilihat koefisien jalur implementasi pengendalian intern

terhadap penerapan good governance sebesar 0,481 dengan arah positif. Koefisien jalur

bertanda positif menunjukkan bahwa implementasi pengendalian intern yang baik

cenderung penerapan good governance juga baik. Selanjutnya nilai thitung (3,856) lebih

besar dari tkritis (1,96) menunjukkan bahwa implementasi pengendalian intern

berpengaruh signifikan terhadap penerapan good governance. Secara langsung variabel

implementasi pengendalian intern memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 23,1%

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 149: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1117

SESI I/10

terhadap penerapan good governance, kemudian pengaruh secara tidak langsung karena

hubungannya dengan total quality management sebesar 5,2%. Secara total

implementasi pengendalian intern memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 28,3%

dalam meningkatkan penerapan good governance. Hasil uji statistik sesuai dengan

ekspektasi peneliti, yaitu jika implementasi pengendalian intern semakin baik maka

cenderung penerapan good governance juga baik. Hasil uji statistik telah

membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari implementasi pengendalian intern

terhadap penerapan good governance.

C. Pengaruh Implementasi Total Quality Management Terhadap Penerapan Good

Governance

Dihipotesiskan bahwa total quality management mempengaruhi penerapan good

governance. Berikut ini disajikan hasil uji signifikansi dari hipotesis sebagai berikut.

Tabel 4.6 Uji Signifikansi Pengaruh Total Quality Management

Terhadap Penerapan Good Governance

Koefisien Jalur t-hitung t-kritis Kesimpulan

0,358 3,066 1,96 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.6 dapat dilihat koefisien jalur variabel total quality management

terhadap penerapan good governance sebesar 0,358 dengan arah positif. Koefisien jalur

yang bertanda positif menunjukkan bahwa total quality management yang makin baik

cenderung membuat penerapan good governance juga semakin baik. Selanjutnya nilai t-

hitung (3,066) lebih besar dari tkritis (1,96) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dari total quality management terhadap penerapan good governance. Secara

langsung variabel total quality management memberikan kontribusi atau pengaruh

sebesar 12,8% terhadap penerapan good governance, kemudian pengaruh secara tidak

langsung karena hubungannya dengan implementasi pengendalian intern sebesar 5,2%.

Secara keseluruhan total quality management memberikan kontribusi atau pengaruh

sebesar 18,0% dalam meningkatkan penerapan good governance. Hasil uji statistik

sesuai dengan ekspektasi peneliti, yaitu jika total quality management semakin baik

maka penerapan good governance cenderung membaik. Hasil uji statistik telah

membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari total quality management terhadap

penerapan good governance.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 150: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1118

SESI I/10

4.2.1.2 Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality

Management

Terhadap Kinerja Organisasi Secara Simultan dan Parsial dan Melalui

Penerapan Good Governance

A. Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality Management

Terhadap Kinerja Organisasi Secara Simultan dan Melalui Penerapan Good

Governance

Hipotesis kedua yang akan diuji adalah pengaruh implementasi pengendalian

intern, dan total quality management terhadap kinerja organisasi secara simultan dan

parsial melalui penerapan good governance. Melalui nilai-nilai yang terdapat pada

diagram jalur model struktural antar variabel laten pada gambar 4.1 dapat dihitung

besar pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen

Tabel 4.7 Besar Pengaruh Variabel Implementasi Pengendalian Intern,

dan Total Quality Management Terhadap Kinerja Organisasi dan Melalui

Penerapan Good Governance.

Variabel

Laten

Koefisien

Jalur

Pengaruh

Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Total

Pengaruh Melalui

Variabel Bebas

Melalui

Penerapan Good

Governance

PI 0,216 4,7% 0,6% 8,8% 14,1%

TQM 0,098 1,0% 0,6% 3,4% 5,0%

Total Pengaruh Secara Bersama-sama = 19,1%

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Secara bersama-sama variabel implementasi pengendalian intern, dan total

quality management mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada kinerja

organisasi sebesar 19,1% dan sisanya sebesar 80,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain

yang tidak ditelti, termasuk diantaranya pengaruh penerapan good governance. Di

antara kedua variabel eksogen, implementasi pengendalian intern memberikan

kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja organisasi. Adapun untuk uji signifikansi

akan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern, Total

Quality Management Secara Simultan Terhadap Kinerja Organisasi dan Melalui

Penerapan Good Governance.

Pengaruh Simultan Fhitung F0,05 (2;38) Kesimpulan

19,1% 4,486 3,245 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.8 dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 4,486 lebih besar dari Ftabel

(3,245), karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka pada tingkat kepercayaan 95%

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 151: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1119

SESI I/10

dapat disimpulkan secara bersama-sama implementasi pengendalian intern, dan total

quality management berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Hasil uji

statistik sesuai dengan ekspektasi peneliti, yaitu jika implementasi pengendalian intern,

dan total quality management diterapkan secara optimal maka kinerja organisasi

cenderung akan meningkat. Hasil uji statistik telah membuktikan adanya pengaruh yang

signifikan ketiga variabel tersebut terhadap kinerja organisasi.

B. Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Organisasi.

Dihipotesiskan bahwa implementasi pengendalian intern mempengaruhi kinerja

organisasi. Adapun untuk uji siginifikansi akan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern

Terhadap Kinerja Organisasi

Koefisien Jalur t-hitung t-kritis Kesimpulan

0,216 2,461 1,96 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.9 dapat dilihat koefisien jalur implementasi pengendalian intern

terhadap kinerja organisasi sebesar 0,216 dengan arah positif. Koefisien jalur bertanda

positif menunjukkan bahwa implementasi pengendalian intern yang baik cenderung

meningkatkan kinerja organisasi. Selanjutnya nilai t-hitung (2,461) lebih besar dari tkritis

(1,96) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari implementasi

pengendalian intern terhadap kinerja organisasi. Secara langsung variabel implementasi

pengendalian intern memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 4,7% terhadap

kinerja organisasi, kemudian pengaruh secara tidak langsung karena hubungannya

dengan total quality management sebesar 0,6% serta pengaruh tidak langsung melalui

penerapan good governance sebesar 8,8%. Secara total implementasi pengendalian

intern memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 14,1% dalam meningkatkan

kinerja organisasi.

Hasil uji statistik sesuai dengan ekspektasi peneliti, yaitu jika implementasi

pengendalian intern semakin baik maka kinerja organisasi cenderung meningkat. Hasil

uji statistik telah membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari implementasi

pengendalian intern tersebut terhadap kinerja organisasi.

C. Pengaruh Implementasi Total Quality Management Terhadap Kinerja

Organisasi.

Dihipotesiskan bahwa implementasi total quality management mempengaruhi

kinerja organisasi. Adapun untuk uji signifikansi tersaji dalam tabel berikut:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 152: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1120

SESI I/10

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Pengaruh Implementasi Total Quality Management

Terhadap Kinerja Organisasi

Koefisien Jalur t-hitung t-kritis Kesimpulan

0,098 1,328 1,96 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.10 dapat dilihat koefisien jalur total quality management terhadap

kinerja organisasi sebesar 0,098 dengan arah positif. Koefisien jalur bertanda positif

menunjukkan bahwa total quality management yang baik membuat kinerja organisasi

cenderung tinggi. Selanjutnya nilai thitung (1,328) lebih kecil dari tkritis (1,96)

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari total quality

management terhadap kinerja organisasi. Secara langsung variabel total quality

management hanya memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 1,0% terhadap

kinerja organisasi, kemudian pengaruh secara tidak langsung karena hubungannya

dengan implementasi pengendalian intern sebesar 0,6%, serta pengaruh tidak langsung

melalui penerapan good governance sebesar 3,4%. Secara keseluruhan total quality

management hanya memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 5,0% dalam

meningkatkan kinerja organisasi.

4.3.1.3 Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi.

Hipotesis ketiga yang akan diuji adalah pengaruh penerapan good governance

terhadap kinerja organisasi. Melalui nilai-nilai yang terdapat pada diagram jalur model

struktural antar variabel laten pada gambar 4.1 dapat dihitung besar pengaruh masing-

masing dan uji signifikansi dalam tebel berikut:

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap

Kinerja Organisasi

Koefisien Jalur t-hitung t-kritis Kesimpulan

0,689 7,064 1,96 Terdapat pengaruh yang signifikan

Sumber: Data penelitian diolah kembali

Pada tabel 4.14 dapat dilihat koefisien jalur penerapan good governance

terhadap kinerja organisasi sebesar 0,689 dengan arah positif. Koefisien jalur bertanda

positif menunjukkan bahwa penerapan good governance yang baik cenderung

menghasilkan kinerja organisasi yang lebih tinggi. Selanjutnya nilai thitung (7,064) lebih

besar dari tkritis (1,96) menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan

good governance terhadap kinerja organisasi. Penerapan good governance memberikan

kontribusi atau pengaruh sebesar 47,5% terhadap kinerja organisasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 153: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1121

SESI I/10

Hasil uji statistik sesuai dengan ekspektasi peneliti, yaitu jika penerapan good

governance semakin baik maka kinerja organisasi cenderung meningkat. Hasil uji

statistik telah membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan good

governance terhadap kinerja organisasi.

V. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial

implementasi pengendalian intern dan implementasi total quality management

berpengaruh signifikan terhadap penerapan good governance baik secara langsung

maupun tidak langsung. Artinya jika implementasi pengendalian intern dan

implementasi total quality management diterapkan secara optimal pada LAZ seluruh

Indonesia, maka penerapan good governance cenderung meningkat. Di antara kedua

variabel eksogen, implementasi pengendalian intern memberikan kontribusi yang lebih

besar terhadap penerapan good governance.

Kemudian terdapat pengaruh implementasi pengendalian intern, dan total

quality management terhadap kinerja organisasi secara parsial dan simultan dan melalui

penerapan good governance baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya

bahwa implementasi pengendalian intern dan total quality management diterapkan

secara optimal maka kinerja organisasi cenderung akan meningkat. Di antara kedua

variabel eksogen, implementasi pengendalian intern memberikan kontribusi yang lebih

besar terhadap kinerja organisasi. Terakhir hasil riset ini menunjukkan terdapat

pengaruh penerapan good governance terhadap kinerja organisasi secara signifikan.

Artinya bahwa penerapan good governance yang baik cenderung menghasilkan kinerja

organisasi yang lebih tinggi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 154: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1122

SESI I/10

DAFTAR REFERENSI Almisar Hamid:2009. Nasib Lembaga Amil Zakat di Indonesia. Artikel ini dimuat pada

Harian Republika, Jum'at 05 Juni 2009. Pp. 10 & 13

Aras Guler and David Crowther.2008. Governance and Sustainability: An Investigation

Into The Relationship Between Corporate Governance and Corporate Sustainability. Emerald

Journal. Pp. 444

Asep Saefuddin Jahar, Zakat Antar Bangsa Muslim: Menimbang Posisi Realistis

Pemerintah dan Organisasi Masyarakat Sipil. Makalah disajikan dalam media

Jurnal Zakat dan Empowerment Vol 1 Agustus 2008, diterbitkan oleh Indonesia Magnificence

of Zakat (IMZ). Pp. 6 & 7

Budi Budiman, 2002, Potensi Dana ZIS Sebagai Instrumen Ekonomi Islam dari Teori dan

Implementasi Manajemen. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Sistem Nasional

Ekonomi Islam, Yogyakarta. Pp. 16

Christian Herdinata. 2008. Good Corporate Governance Vs Bad Corporate Governance :

Pemenuhan Kepentingan Antara Para Pemegang Saham Mayoritas dan Pemegang Saham

Minoritas. Makalah ini disajikan dalam The 2nd National Conference UKWMS Surabaya, 6

September 2008. Pp. 14-15

Circle Of Information And Development (CID) Dompet Dhuafa Republika dan Lembaga \ Kajian

Islam Dan Hukum Islam (LKIHI) Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

2008. Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pengelolaan

Zakat. Pp. 11-16 & 19-20

Committee of Sponsoring Organization (COSO) of The Treadway Commision 2004.

Enterprise Risk Management – Integrated Framework: Executive Summary. COSO. September

2004. Pp. 16-18

Cooper, D. R, & Schindler, P. S. (2006). Business Research Methods (9th

ed.).

International edition. Mc Graw Hill. Pp.154

Daniel I Prajogo dan Amrik S Sohal. 2006. The Relationsip Between Organization

Strategy, Total Quality Management (TQM) and Organiziation Performance-The

Mediating Role of TQM. European Journal of Operational Research: Pp. 35.

Dikdik Tandika.2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

dan Implikasinya Terhadap Akuntabilitas Publik Organisasi Pengelola Zakat

(OPZ) Dalam Upaya Optimalisasi Penghimpunan Zakat di Propinsi Jawa Barat,

Banten dan DKI Jakarta. Disertasi Doktor .Program Pasca Sarjana Universitas Pasundan.

Bandung. Pp.101

Eri Sadewo. 2004. Manajemen Zakat (Tinggalkan 15 tradisi, terapkan 4 prinsip dasar).

Institut Manajemen Zakat (IMZ), Ciputat, Jakarta.Pp.15

Feroz, Ehsan H, Sanjay Goel and Raymond L Raab. 2008. Performance Measurement for

Accountability in Corporate Governance. Review of Accounting and Finance. Vol 7. No.2.2008.

Pp. 128

Hiro Tugiman M. 2000. Pengaruh Peran Auditor Internal Serta Faktor-Faktor

Pendukungnya Terhadap Peningkatan Pengendalian Internal dan Kinerja

Perusahaan (Survai pada 102 Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah di

Indonesia). Disertasi. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung. Pp.1

Hoque Zahirul. 2003. Total Quality Management and The Balanced Scorecard Approach:

A Critical Analysis of Their Potential Relationship and Dirrections for Research.

Journal Critical Perspective on Accounting: Pp.563.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba

Empat. Jakarta. Pp. 319-2

Imelda RHN. 2004. Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik. Jurnal

Akuntansi dan Keuangan Vol 6. No 2. Nopember 2004:106-122. Jurusan Akuntansi, Fakultas

Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya. Pp. 180

Jamil Azzaini.2008. Berdayakan Lembaga Amil Zakat. Artikel ini dimuat dalam Tabloid

Republika. Jumat, 19 September 2008. Pp. 9 & 13

Jan Hoesada.2002. Akuntansi Organisasi Nirlaba: Akuntansi di Indonesia di Tengah

Kancah Perubahan. Makalah yang disajikan dalam seminar ”Transparancy International

Indonesia”. Jakarta. Pp. 6

Jiun Pe. 2002. Tinjauan Efektifitas Pelaksanaan Pengendalian Intern di Organisasi

Keagamaan Gereja. Journal Online “Digital Collection”. Surabaya. Pp.6

Kaplan. Robert and David P Norton. 1996. The Strategy Focused Organization. Harvard

Business School Press. Boston. Massachusetts. Pp. 102

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 155: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sri Fadilah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1123

SESI I/10

........... and Robbin Cooper. 1998. Cost and Effect: Using Integrated Cost Systems to

Drive Profitability and Performance. Harvard Business School Press. Boston.

Pp.87

Kementrian BUMN. 2002. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Nomor:Kep-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada

Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Manguns. 2010. Good Governance dan LSM. Riset pada lembaga pengawasan

masyarakat atas APBD dan LSM. Pp.17

Michelon Giovanna, Sergio E Baretta and Saverio Bozzolan. 2009. Disclosure on

Internal Control System as Substitute of Alternatif Governance Mechanisms. Social Science

Research Network (SSRN).pp.66

OECD. 1999. Business Sector Advisory Group on Corporate Governance.Pp. 25,30,34 &

199

Petrovits. Christine, Chaterine Shakespeare and Aimee Shih.2010. The Causes and

Consequences of Internal Control Problems in Nonprofit Organizations. Social

Science research Network. Pp. 49

Rohm. Howard. 2004, Improve Public Sector Result With A Balanced Scorecard: Nine

Steps to Success. http//www.balancedscorecard.org. Pp.142

Samdin, 2002. “Pengembangan Manajemen Bazis”. Makalah disajikan dalam Simposium

Nasional Ekonomi Islam, Yogyakarta. Pp. 19

Sri Fadilah, 2011. Analisis Pengaruh Implementasi Pengendalian Intern dan Total Quality

Management Terhadap Penerapan Good Governance. Hasil riset disajikan dalam

Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke-14 di Universitas Syiah Kuala Nangroe Aceh

Darussalam Juli 2011, merupakan riset yang didanai LPPM Unisba. Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI), Jakarta. Pp. 40

Tenner, Arthur R and Detoro Irving J. 1993. Total Quality Management. Adison-Wesley

publishing company. USA. Pp. 32

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Wahyudin, Zarkasyi. 2007. The Role of The Audit Committee and Internal Audit in The

Implementation of Good Corporate Governance and its Impact on State-Owned Enterprise

Performance in Indonesia. Economic Journal: Journal of Faculty of Economics Padjadjaran

University. Vol. 22. No. 1. March 2007. Pp. 42.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 156: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1124

SESI I/10

Karakteristik DPRD dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah:

Dukungan Empiris dari Perspektif Teori Keagenan

SUTARYO

JAKAWINARNA

Universitas Sebelas Maret

Abstract: This study aims to examine the relationship characteristics of Parliament

(composition, size, leadership structure, tenure, and background, status, size local

government) with the local government’s performance in Indonesia. This study uses 91 local

governments as a selected sample with purposive sampling method. The research data is

secondary data obtained from the search results on the website of local government and

Internal affairs Ministry of Republic of Indonesia. Data analysis using regression models

with univariate and multivariate tests.

The research proves that the size of parliament and status of local government affect the

local government’s performance both univariate and multivariate tested. The results also

indicate that the interaction of size and education background, size and board membership

composition affect the local government’s performance in Indonesia. While for tenure, and

structure of the leadership does not affect the local government’s performance. These results

prove that the implementation of monitoring in Indonesia is a building that is more than

transaction cost governance that advance the individual utility or participants.

Keywords: Characteristics of parliament, the local government’s performance, Monitoring

mechanism, Composition, Size, Structure, Leadership, Tenure, Background

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 157: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1125

SESI I/10

A. PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengivestigasi hubungan antara governance dengan

outcome organisasi pada entitas pemerintah daerah di Indonesia. Secara spesifik, penelitian

ini akan menelaah pengaruh krakteristik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap

kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Kinerja penyelenggaraan pemerintah tersebut

merupakan hasil dari preferensi kebijakan yang diambil pihak eksekutif. Berdasarkan

rerangka keagenan, komposisi perolehan suara partai politik merupakan faktor penentu

efektivitas DPRD dalam menjalankan fungsi monitoring yang mempengaruhi preferensi

eksekutif dalam memilih kebijakan penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa secara teoritis komposisi DPRD akan mempengaruhi kinerja pemerintah

daerah.

Salah satu indikator kinerja pemerintah daerah adalah opini audit atas Laporan

keuangan Pememerintah Daerah. Laporan hasil audit yang dirilis oleh BPK tahun 2009 atas

LKPD menunjukkan bahwa hanya 4% LKPD seluruh Indonesia yang memperoleh opini

wajar tanpa pengecualian (WTP). Lebih parah lagi, terdapat sekitar 20% pemerintah daerah

yang gagal memenuhi tenggat waktu penyusunan laporan keuangan daerah. Fakta tersebut

menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil pemerintahan daerah yang berhasil mencapai

akuntabilitas keuangan seperti yang diharapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pelaporan keuangan daerah merupakan masalah yang signifikan di Indonesia.

Teori keagenan menyatakan bahwa adanya masalah dalam pelaporan keuangan

menyiratkan indikasi adanya kelemahan governance pada entitas tersebut. Kelemahan

governance diyakini oleh berbagai pihak merupakan penyebab utama terjadinya krisis

ekonomi pada tahun 1998 yang melanda Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara (ADB,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 158: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1126

SESI I/10

2000). Kesimpulan ini diperkuat oleh Survey1 yang dilakukan oleh PWC bahwa governance

menempati rangking tertinggi dalam pertimbangan investasi di Indonesia. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat permintaan governance yang kuat di Indonesia dan

memberikan justifikasi akademik mengenai pentingnya studi governance di Indonesia.

Kebutuhan akan governance telah menjadi sebuah keniscayaan pada industri biobank

(Gottweis & Petersen, 2008), lingkungan hidup (Kanie & Haas, 2004) dan ilmu pengetahuan

(Foss & Michailova, 2009). Selanjutnya, governance dipercaya sebagai faktor utama

keberhasilan sebuah organisasi dalam menjalankan fungsinya pada entitas institutsional baik

pada organisasi privat (Monks & Minow, 2004) maupun organisasi pemerintahan

(Department of Economic and Social Affairs United Nations, 2006; Smismans, 2006).

Para ahli menyatakan bahwa konsep governance diturunkan dari nilai-nilai etika

(Banks, 2004; Sison, 2008). Dengan demikian, governance merupakan sebuah issue yang

tidak hanya terbatas pada aspek kepatuhan (conformance), namun governance lebih

merupakan sebuah sistim yang didasarkan pada nilai-nilai kepatutan (sound of ethical

conduct) (Sims, 2003). Secara metodologis, governance diwujudkan dalam bentuk

mekanisme pengambilan keputusan yang akan menentukan outcome sebuah organisasi. Oleh

karena itu, literature empiris menyatakan bahwa governance berpotensi mempengaruhi

keputusan pihak eksekutif dan outcome yang dihasilkan dari keputusan tersebut. Konsep

dasar dalam peneilitian ini merujuk pada premis governance yang menyatakan bahwa

monitoring (control decision) akan mempengaruhi tindakan pengambil keputusan manajemen

(management decision).

1 Recovery krisis tersebut hanya akan dapat dilakukan jika terdapat penanaman modal baik asing maupun

domestik untuk menggerakkan perekonomian (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance). Bahkan

governance yang kuat mempunyai nilai premium yang mencapai angka 28%.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 159: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1127

SESI I/10

B. STUDI PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1. Hubungan Keagenan dan Fitrah Konflik Keagenan

Menurut teori agensi, hubungan keagenan muncul ketika individu (prinsipal)

memberikan memberikan penugasan kepada individu lain (agen) untuk melakukan jasa

tertentu (Monks & Minow, 2004). Penugasan ini diikuti oleh pendelegasian wewenang

pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen yang berkenaan dengan pengelolaan

sumber daya. Secara alami, masalah keagenan akan muncul karena setiap individu

diasumsikan mempunyai preferensi untuk memaksimalkan utilitas pribadi yang kemungkinan

besar berlawanan dengan kepentingan individu lain (Jensen & Meckling, 1976). Asumsi ini

menyiratkan adanya kemungkinan kegagalan agen dalam menunaikan penugasan yang

diberikan karena agen lebih memilih untuk memaksimalkan kepentingan pribadi.

Untuk memperkecil kerugian yang timbul karena adanya perbedaan kepentingan

antara agen dan prinsipal, hubungan keagenan mengandalkan kontrak, dalam bentuk implisit

maupun eksplisit, sebagai solusi terbaik pertama (Hart, 1995). Kontrak memuat kewajiban

dan hak agen dan prinsipal yang disepakati secara ex ante oleh agen dan prinsipal. Namun

demikian, agensi teori berasumsi adanya keterbatasan kemampuan individu dalam

mengidentifikasi semua faktor kontijensi masa yang akan datang dan memuat faktor tersebut

ke dalam kontrak (Baiman, 1990). Hal ini membuat individu yang terlibat dalam kontrak,

secara alami, mempunyai keterbatasan dalam merancang kontrak yang sempurna.

Bentuk konflik dalam hubungan keagenan didasarkan pada distribusi kekuatan

prinsipal dalam mempengaruhi keputusan agen. Jika distribusi kekuatan prinsipal terdispersi

maka suatu organisasi akan mempunyai frekuensi prinsipal yang tinggi dengan kekuatan

individual yang kecil (Shleifer & Vishny, 1986). Pada pola ini, konflik keagenan akan terjadi

antara agen dan prinsipal. Sebaliknya, jika distribusi kekuatan prinsipal terkonsentrasi kepada

satu atau kelompok prinsipal yang dominan, maka masalah keagenan akan berbentuk konflik

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 160: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1128

SESI I/10

antara prinsipal yang mempunyai kekuatan mayoritas dengan minoritas (Demzets & Lenh,

1985). Bentuk konflik ini dipercaya sebagai titik tolak utama dalam perancangan governance

sebuah organisasi.

2. Hubungan Keagenan dalam Organisasi Pemerintahan

Berdasarkan teori agensi, karakteristik utama hubungan keagenan terletak pada

kontrak pelimpahan wewenang dan tanggungjawab dari prinsipal kepada agen. Pelimpahan

ini menimbulkan pemisahan antara klaiman residu dengan otoritas pengambilan keputusan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan dapat terjadi pada

semua entitas yang mengandalkan pada kontrak, baik eksplisit ataupun implisit, sebagai

acuan pranata perilaku partisipan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan

keagenan terjadi pada setiap entitas

Kontrak dapat bersumber dari kebiasaan (Adnan, Chatterjee & Nankervis, 2003),

kesamaan kepentingan untuk mencapai tujuan bersama (Shleifer & Vishny, 1986), dan ikatan

hukum formal (Biondi, Canziani & Kirat, 2007). Dari sisi aturan formal, entitas pemerintahan

dijalankan dengan mengacu pada seperangkat aturan yang menspesifikasikan tugas,

wewenang, dan tanggungjawab setiap partisipan. Walaupun cara kerja dan mekanisme

hubungan antar partispan dalam organisasi pemerintah berbeda dengan sektor korporasi,

adanya ikatan formal tersebut menunjukkan adanya kontrak dalam organisasi pemerintahan

di Indonesia. Hal ini memberikan justifikasi bahwa terdapat hubungan keagenan dalam

organisasi pemerintahan di Indonesia.

Mengacu pada UU No 32 tahun 2004 sebagai rujukan kontrak formal, partisipan pada

organisasi pemerintahan meliputi rakyat, lembaga bupati atau walikota, dan DPRD. UU

tersebut menyatakan bahwa bupati dan walikota bertanggungjawab atas perencanaan,

pelaksanaan dan pertanggungjawaban program pemerintah. Selanjutnya, dinyatakan bahwa

bupati dan walikota dipilih oleh rakyat. Mekanisme pemilihan ini merupakan pertanda

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 161: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1129

SESI I/10

adanya pelimpahan wewenang dari rakyat kepada bupatai dan walikota. Fakta adanya

pemberian otoritas eksekutif dan pelimpahan wewenang kepada bupati dan walikota

menunjukkan bahwa bupati dan walikota berperan sebagai agen dan rakyat merupakan

prinsipal dalam rerangka hubungan keagenan.

DPRD dalam UU tersebut berperan sebagai mitra kerja bupati dan walikota yang

berperan dalam fungsi penganggaran, pengawasan, dan legislasi. Selanjutnya, dinyatakan

bahwa anggota DPRD dipilih oleh rakyat secara langsung. Ketentuan ini menyiratkan bahwa

DPRD merupakan representasi rakyat dalam struktur pengambilan keputusan formal oleh

pemerintah daerah. Konstelasi berdasarkan peraturan perundangan tersebut menunjukkan

bahwa DPRD mempunyai karakterisrik representatif yang bertugas melakukan monitoring.

Oleh karena itu, DPRD dapat dianggap setara dengan board dalam governance berdasarkan

konsep keagenan.

3. Konflik Keagenan dalam Pemerintah Daerah

Mengacu pada peraturan perundangan, bupati dan walikota yang berperan sebagai

ekekutif, mempunyai otoritas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan pelayanan publik.

Dalam tahap perencanaan, otoritas ini memungkinkan eksekutif untuk memilih dan

mengusulkan program tertentu untuk selanjutnya diajukan kepada DPRD untuk mendapatkan

ratifikasi. Dalam tahap pelaksanaan, otoritas tersebut memberikan keleluasaan kepada

eksekutif untuk memilih strategi, counterpart, dan teknik-teknik tertentu dari satu set

alternatif yang tersedia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa eksekutif mempunyai

diskresi dalam tingkat tertentu pada tahap inisiasi maupunn implementasi rencana program

kerja.

Dalam teori agensi, diskresi yang dimiliki oleh eksekutif merupakan sumber utama

konflik keagenan. Hal ini didasarkan pada suatu premis yang menyatakan bahwa diskresi

memungkinkan pihak eksekutif membuat keputusan dengan tujuan yang berbeda dengan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 162: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1130

SESI I/10

kepentingan partisipan lain governance (Denis, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa konflik keagenan pada organisasi pemerintahan daerah dapat terjadi pada tahap

perencanaan dan pelaksanaan.

Program dan aktivitas yang dilakukan oleh eksekutif didanai dari pendapatan yang

dihasilkan oleh eksekutif, baik berupa pendapatan asli daerah, pendapatan dari dana

perimbangan, maupun pendapatan lain-lain (UU 17/2003, UU 33/2004, UU 28/2009). Dari

perspektif ini dapat dikatakan bahwa program maupun aktivitas pemerintahan daerah dapat

dilihat sebagai sebuah distribusi alokasi pendapatan. Hal ini sejalan dengan teori agensi yang

menyatakan bahwa konflik keagenan terjadi dalam bentuk keputusan yang diambil oleh

eksekutif berkenaan dengan pengelolaan sumber daya (Monks & Minow, 2004).

4. Hubungan Keagenan dan Governance

Teori agensi menyatakan bahwa outcome organisasi mempunyai hubungan negatif

dengan perilaku agen (Jensen & Meckling, 1976). Outcome tersebut dapat berupa kinerja

keuangan maupun informasi asimetris yang sengaja dipertahankan oleh agen. Walaupun

prinsipal dapat menggunakan kontrak sebagai solusi terbaik pertama, kemampuan agen dan

prinsipal yang terbatas menyebabkan perancangan kontrak yang sempurna menjadi tidak

dapat dilakukan. Oleh karena itu, hubungan keagenan memerlukan governance yang

bertujuan memperkecil kemungkinan agen bertindak untuk kepentingan pribadi yang

merugikan prinsipal (Denis, 2001).

Governance merupakan sebuah sistim check and balance yang ditujukan untuk

meningkatkan capaian organisasi (Gillan, 2006). Rerangka keagenan mengasumsikan bahwa

capaian organisasi merupakan hasil usaha eksekutif yang berhubungan dengan perilaku

eksekutif dalam pengelolaan sumberdaya organisasi (John & Senbet, 1998). Perilaku

merupakan turunan dari keputusan yang diambil eksekutif dari suatu set alternatif keputusan

yang tersedia. Berdasarkan premis ini, dapat dikatakan bahwa sistim governance ditujukan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 163: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1131

SESI I/10

untuk mengarahkan keputusan eksekutif agar berperilaku optimal sesuai dengan kepentingan

prinsipal. Dengan demikian, sistim check and balance mempunyai tujuan antara (immediate

objective) yaitu mengarahkan eksekutif agar berperlikau optimal dan tujuan akhir (ultimate

goal) yaitu meningkatkan capaian organisasi.

Sistem governance didasarkan pada monitoring dan bonding yang dipercaya mampu

mempengaruhi keputusan yang diambil oleh eksekutif dan dengan demikian perilaku

eksekutif (Denis & Mc Connell, 2003). Sistim tersebut kemudian diwujudkan ke dalam

mekanisme internal dan eksternal sebagai alat untuk mendisiplinkan pihak eksekutif.

Bonding merupakan sebuah aransemen yang bertujuan mendorong eksekutif agar berperilaku

selaras dengan kepentingan prinsipal sedangkan monitoring bertujuan untuk mencegah

eksekutif berperilaku menyimpang dari kepentingan prinsipal. Walapun monitoring dan

bonding mempunyai mekanisme dan cara kerja yang berbeda, tujuan dari kedua aransemen

tersebut adalah sama dalam hal mengarahkan eksekutif agar berperilaku sesuai dengan

kepentingan prinsipal.

Dalam tingkatan operasional, monitoring diterjemahkan ke dalam suatu set

mekanisme yang memungkinkan partisipan mempengaruhi keputusan eksekutif (Alchian &

Demsetz, 1972). Mekanisme tersebut mempunyai dua tingkatan yaitu tingkatan institusional

(eksternal) dan tingkatan entitas (internal). Tingkatan institusional mengandalkan sistim

hukum dan persaingan untuk pengendalian entitas yasg merupakan kondisi prasyarat bagi

mekanisme internal untuk berfungsi secara efektif (Jensen & Ruback, 1983; La Porta et al.,

1998; La Porta et al., 2000; Borio et al., 2004). Sistim hukum dimaksudkan untuk melindungi

partisipan dari pelecehan hak (expropriation) oleh eksekutif dan memberikan kepastian

kepada partisipan untuk menggunakan hak sesuai kontrak (Klapper & Love, 2004). Di lain

pihak, persaingan merupakan sebuah alat untuk memberikan tekanan kepada eksekutif untuk

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 164: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1132

SESI I/10

mencapai kinerja yang sesuai dengan harapan partisipan dan menyediakan kesempatan

kepada eksekutif untuk untuk menggunakan reputasinya (Berglöf & Claessens, 2004).

Mekanisme internal organisasi merujuk pada distribusi kekuatan prinsipal sebagai

pihak yang mendelegasikan otoritas kepada eksekutif dan meminta pertanggungjawaban

eksekutif (Jensen & Meckling, 1976; Shleifer & Vishny, 1986). Di samping itu, mekanisme

internal juga dibangun dari asas keterwakilan prinsipal untuk secara langsung terlibat dalam

pengambilan keputusan (Wagner III, Stimpert & Fubara, 1998). Seperti paparan sebelumnya,

keterlibatan ini dilakukan melalui lembaga internal yang bertugas mengendalikan dan

mengawasi keputusan eksekutif baik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, maupun

pertanggungjawaban. Pada sektor korporasi di Indonesia, lembaga ini disebut dewan

komisaris sedangkan pada organisasi pemerintahan daerah lembaga ini disebut dewan

perwakilan rakyat daerah.

Berbagai mekanisme tersebut mempunyai sifat saling tergantung (interdependence)

yang dapat berupa substitusi maupun komplementer (Agrawal & Knoeber, 1996). Argumen

substitusi meramalkan bahwa arti penting suatu governance tergantung dari ketersediaan

mekanisme lain dalam suatu entitas. Argumen substitusi menyatakan bahwa suatu

mekanisme dapat berjalan dengan baik jika terdapat mekanisme lain yang mendukung. Sifat

saling tergantung ini menyebabkan perbedaan pada perancangan governance yang diadopsi

oleh sebuah organisasi. Secara spesifik dapat dikatakan bahwa sifat tersebut memungkinkan

beberapa konfigurasi yang berbeda mampu menghasilkan output yang setara dalam

mengarahkan perilaku eksekutif (Danielson & Karpoff, 1998). Oleh karena itu, sifat ini

memberikan keleluasaan bagi organisasi untuk membentuk portofolio mekanisme

governance yang sesuai dengan kekhususan organisasi. Dengan demikian, terdapat

kemungkinan bahwa sistim governance menunjukkan konfigurasi yang bervariasi antar

organisasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 165: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1133

SESI I/10

5. Mekansime dan properti lembaga monitoring internal

Dalam literature keagenan, monitoring merupakan strategi governance yang dapat

dilakukan dengan menggunakan mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme eksternal

merujuk pada tiga tingkatan pasar pengendalian yang mencakup pasar produk, pasar manajer,

dan pasar korporasi (Manne, 1965; Hart, 1983; Jensen & Ruback, 1983). Mekanisme internal

mengacu pada struktur kepemilikan dan lembaga dalam organisasi yang mempunyai

kedudukan dan otoritas tertentu sehingga memungkinkan lembaga ini melaksanakan fungsi

pengendalian (Zahra & Pearce, 1989). Namun demikian, standar indikator governance

menekankan pada tersedianya lembaga internal tersebut yang bertugas melakukan monitoring

terhadap setiap keputusan strategis eksekutif (Dahya & McConnel, 2005).

Efektivitas lembaga internal dalam menjalankan fungsi monitoring ditentukan oleh

independensi lembaga tersebut terhadap eksekutif (Dalton et al., 1998). Independensi memuat

sebuah konsep penentuan nasib sendiri (self determining concept) yang memungkinkan

lembaga internal mengmabil keputusan yang terbebas dari pengaruh eksekutif Beberapa

kajian mengemukakan bahwa independensi dapat dicapai dengan cara meniadakan

keterganrungan ekonomis dengan eksekutif dan membuat mekanisme tertentu dalam

pemilihan anggota lembaga (Fama, 1980; Rahejaa, 2003; Adams & Ferreira, 2007). Fama

(1980) menyatakan bahwa independensi anggota lembaga dapat membuat lembaga tersebut

melakukan penilaian dan evaluasi secara obyektif atas keputusan eksekutif.

Di samping independensi, efektivitas lembaga monitoring internal juga ditentukan

oleh tingkat pengetahuan para anggota (Coles, Daniel & Naveen, 2008). Pengetahuan yang

cukup akan membuat lembaga monitoring mampu menelaah setiap keputusan eksekutif

secara rasional sehingga lembaga tersebut mampu memilah antara keputusan opportunistik

dari keputusan yang menguntungkan partisipan. Dalam berbagai literature, pengetahuan

anggota lembaga monitoring internal bisa didapatkan dari latar belakang pendidikan, masa

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 166: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1134

SESI I/10

kerja dan informasi mengenai organisasi secara keseluruhan (Vafeas, 2000; Park & Shin,

2004).

Adanya sifat ketergantungan antara mekanisme governance membuat efektivitas

lembaga monitoring internal dalam konteks yang terisolasi menjadi dipertanyakan (Rediker

& Seth, 1995). Dari sisi substitusi, pentingya efektivitas lembaga tergantung dari efektivitas

mekanisme lain. Jika mekanisme lain telah secara efektif menurunkan tingkat perilaku

oportunistik agen, maka efektivitas lembaga internal menjadi kurang relevan. Dari sisi

komplementer, efektivitas lembaga internal hanya akan dapat dicapai jika terdapat

mekanisme lain yang kondusif terhadap kinerja lembaga monitoring internal.

6. Pengembangan Hipotesis

Literatur governance yang menginvestigasi hubungan antara governance dengan

outocome organisasi dapat dibedakan ke dalam dua jenis yang saling berhubungan.

Kelompok pertama melakukan penelaahan ekonometrik yang berfokus kepada pembuktian

simulatif suatu model hubungan antara mekanisme governance dengan capaian organisasi.

Riset yang termasuk dalam kelompok ini adalah, sebagai controh, Henrich (2000), Gadhoum

(2000), Jensen dan Meckling (1976), serta Faccio, Lang and Young (2001) dan Tirole (2001).

Tujuan dari riset jenis ini adalah menyediakan sebuah model ekonometrik sebagai landasan

bagi riset empiris. Kelompok kedua melakukan pengujian atas model yang telah dibangun

oleh riset analitis dengan menggunakan data empiris. Walaupun ke dua jenis riset ini masing-

masing mempunyai karakteristik tersendiri, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya suatu

penelitian yang melakukan riset analitis dan empiris secara simultan dalam satu paper.

Sebagian besar riset governance termasuk dalam jenis riset empiris yang menguji

pengaruh mekanisme governance terhadap outcome organisasi secara empiris. Pada tahap

awal riset empiris, penelitian dilakukan berdasarkan anggapan bahwa pengaruh governance

terebut dapat diuji dalam konsteks yang terpisah terisolasi (isolated) dan bersifat linear

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 167: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1135

SESI I/10

(Claessens & Fan, 2002). Oleh karena itu isu metodologis dan teoritis menjadi

dikesampingkan dan menjadi motivasi bagi riset governance generasi ke dua.

Perkembangan riset governance kemudian mengakomodasikan isu teoritis yang

mencakup interdependensi, non linearity, dan endogeneity dan isu metodologis seperti

pengukuran, interaksi, dan interseksi mekanisme (McColgan, 2001; Allen & Gale, 2002). Isu

tersebut dianggap penting berdasarkan konsep generalisasi yang menjadi rerangka dasar

paradigma positivis. Berdasarkan konsep ini, isu toeritis dan metodologis dianggap dapat

menurunkan tingkat generalisasi dari satu populasi ke populasi lain. Hal ini didasarkan pada

anggapan adanya kekhususan lingkungan dalam satu populasi yang berimbas pada

kekhususan governance.

Riset empiris governance yang mengacu pada rerangka hubungan keagenan, pada

sektor publik masih jarang dilakukan. Kelangkaan tersebut bukan hanya monopoli peneliti

Indonesia namun juga terjadi di negara-negara lain. Hal ini menunjukkan adanya gap riset

governance berdasarkan jenis organisasi. Walaupun rerangka keagenan dapat digunakan

untuk menganalisis setiap entitas, sebagian besar riset empiris berfokus kepada sektor

korporasi. Penelitian empiris governance dalam sektor korporasi dapat dikategorikan ke

dalam pengujian efektivitas monitoring dan bonding terhadap luaran organisasi. Dimensi lain

dalam riset yang mengambil setting sektor korporasi adalah mekanisme dan provisi. Dengan

demikian studi empiris governance merupakan matriks yang menghubungakan dimensi

monitoring, bonding, mekanisme, dan provisi.

Merujuk pada tipologi rerangka keagenan, sebagian besar riset governance pada

organisasi pemerintahan menggunakan model principal-agent model yang dikembangkan

oleh Baiman (1980). Model ini menekankan pada konsep bonding sebagai alat utama untuk

mengarahkan agen agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, model

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 168: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1136

SESI I/10

prinsipal agen mengandalkan karakteristik psikoligis individu. Riset governance dengan

rerangka prinsipal-agen dapat dilihat pada karya Latif (2009), Beni (2010), Febrina (2010).

Berbeda dengan model prinsipal-agen, bangunan governance dalam Transaction Cost

(Williamson, 1979) dan Rochester berpijak pada asumsi yang menyatakan bahwa setiap

individu akan selalu berusaha memaksimalkan utilitasnya. Kedua model tersebut

menggunakan rujukan insentif ekonomis pihak yang terlibat dalam kontrak sebagai

konsekuensi karakteristik kendali organisasi. Oleh karena itu governance dalam model

tersebut didasarkan pada upaya untuk mengarahkan perilaku individu dengan aransemen dan

mekanisme yang mempunyai konsekuensi ekonomi terhadap pihak yang terlibat dalam

kontrak. Contoh riset governance dalam organisasi pemerintahan yang menggunakan model

Transaction Cost dan Rochester adalah Kurniawati (2008) dan Retnoningsih (2009).

Penelitian berbasis model transaction cost dan rochester pada entitas pemerintahan di

Indonesia sebagian besar terfokus pada karakteristik organisasi secara umum. Walaupun

upaya ini tetap memberikan sumbangan pada literature governance, fokus tersebut membuat

efek konfigurasi kendali organisasi terhadap outcome masih menjadi pertanyaan. Secara

metodologis, kendali organisasi dapat dilihat dari kekuatan eksekutif dibandingkan dengan

kekuatan penyeimbang. Dengan kata lain, pengaruh mekanisme governance terhadap

keputusan eksekutif menjadi isu yang belum tersentuh. Hal ini diperparah dengan adanya

kenyataan bahwa proksi yang digunakan untuk mengukur outcome menekankan pada

masalah asimetri informasi yang terjadi antara agen dan prinsipal. Sesuai dengan teori

keagenan, outcome organisasi yang utama adalah kepentingan prinsipal secara langsung.

Pada sektor korporasi, outcome utama organisasi adalah kesejahteraan prinsipal yang

tercermin dalam harga saham maupun laba akuntansi. Pada organisasi pemerintahan, outcome

utama tersebut dihasilkan dari keputusan eksekutif dalam mengelola dan membelanjakan

sumber daya entitas untuk kepentingan fungsi pelayanan publik.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 169: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1137

SESI I/10

Motivasi riset governance organisasi pemerintahan di Indonesia seringkali terpaku

pada pengujian empiris dari teori dasar dengan mengasumsikan adanya hubungan langsung

dalam konsteks isolasian. Dengan demikian, riset governance organisasi pemerintahan di

Indonesia sebenarnya masih setara dengan riset governance generasi pertama. Tentu saja, hal

ini akan mengakibatkan kelemahan metodologis dan teoritis riset governance generasi

pertama terjadi pada riset governance organisasi pemerintahan di Indonesia. Sebagian besar

riset governance di Indonesia meninggalkan asas sensitivitas yang berguna untuk menaksir

kekuatan (robustness) hasil analisis (lihat Retnoningsih, 2009 dan Kurniawati, 2008). Dengan

demikian generalisasi hasil penelitian menjadi terbatas dengan banyaknya kondisi yang tidak

ditelaah. Selanjutnya masalah endogenity dan linearity juga sering ditinggalkan oleh

penelitian governance pada organisasi pemerintahan di Indonesia yang menyebabkan

kesulitan intepretasi hasil penelitian.

Atas dasar urain di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa komposisi

dewan (KOMP), ukuran dewan (SZ), struktur kepemimpinan dewan (SK), latar

belakang pendidikan dewan (BACKG), dan pengalaman kerja dewan (TNR)

berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Selain itu, hipotesis

dalam penelitian adalah bahwa interaksi antar atribut atau karakteristik dewan

berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

C. METODA PENELITIAN

1. Model Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan monitoring dalam teori keagenan sebagai dasar

rerangka konseptual yang dikembangkan oleh Alchian dan Demsetz, (1972) dan Vafeas

(2000). Rerangka keagenan menyatakan bahwa efektivitas monitoring ditentukan oleh

independensi, pengetahuan, dan tenure dari anggota lembaga monitoring. Pengujian empiris

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 170: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1138

SESI I/10

hubungan antara independensi, pengetahuan, dan tenure anggota lembaga monitoring dapat

dilakukan dengan menggunakan persamaan ekonometrik sebagai berikut:

KPit = α + ß1KOMPit +ß2SZit + ß3 SKit + ß4TNRit + ß5BACKGit + ß6KOMPit*SZit

+ß7KOMPit*SKit + ß8KOMPit*TNRit + ß9KOMPit*BACKGit + ß10SZit*SKit

+ ß11SZit*TNRit + ß12SKit*BACKGit + ß13 SKit*TNRit + ß14 SKit*BACKGit +

ß15TNRit *BACKGit + ß16STATUSit + ß17SZLGit + εi

dengan keterangan:

KPit : Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah i tahun t

KOMPit : Komposisi anggota DPRD pada pemerintah daerah i pada tahun t

SZit : Jumlah anggota DPRD pada pemerintah daerahi pada tahun t

SKit : Struktur Kepemimpinan DPRD pada pemerintah daerah i pada tahun t

TNRit : Tingkat tenure DPRD pada pemerintah daerah i pada tahun t

BACKGit

STATUSit

SZLGit

:

:

:

Pengetahuan DPRD pada pemerintah daerahi pada tahun t

Status pemerintah daerah kabupaten/ kota, pada tahun t

Ukuran pemerintah daerah kabupaten/ kota, pada tahun t

KOMPit*SZit : Interaksi KOMP dan SZ

KOMPit*SKit : Interaksi KOMP dan SK

KOMPit*TNRit : Interaksi KOMP dan TNR

KOMPit*BACKGit : Interaksi KOMP dan BACKG

SZit*SKit : Interaksi SZ dan SK

SZit*TNRit : Interaksi SZ dan TNR

SKit*BACKGit : Interaksi SK dan BACKG

SKit*TNRit : Interaksi SK dan TNR

SKit*BACKGit : Interaksi SK dan BACKG

TNRit *BACKGit : Interaksi TNR dan BACKG

α : Konstanta

ß1- ß17

: Koefisien regresi

εi : Standard error

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 171: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1139

SESI I/10

2. Data dan Sampel

Data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data properti DPRD adalah

website pemerintah daerah, sedangkan sumber data kinerja penyelenggaraan pemerintah

daerah per tanggal 31 Desember 2009 adalah publikasi Kementerian Dalam Negeri melalui

www.kemendagri.go.id. .

Populasi penelitian ini adalah seluruh pemerintah pemerintah kabupaten dan kota di

Indonesia. Suatu pemerintah daerah akan digunakan sebagai sampel jika pemerintah daerah

tersebut memenuhi kriteria; mempunyai website dan aktif, menyajikan data dan informasi

anggota DPRD dalam website, dan terdaftar dalam SK Kemendagri Nomor 120-276 tahun

2011 tentang Status dan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Atas dasar krieteria

tersebut, diperoleh 197 pemerintah daerah sebagai sampel penelitian. Proses pemilihan

sampel dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

INSERT TABEL 1

3. Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai

variabel dependen. Pengukuran variabel kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah

menggunkan indeks (skor) berdasarkan SK Kemendagri Nomor 120-276 tahun 2011 tentang

Status dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Komposisi DPRD (KOMP), ukuran anggota DPRD

(SZ), dan tenure anggota DPRD (TNR) serta pengetahuan (BACKG). Komposisi diukur

dengan menggunakan proporsi antara partai pendukung kepala daerah jumlah anggota

keseluruhan DPRD. Ukuran DPRD diukur dengan jumlah anggota DPRD, Struktur

Kepemimpinan DPRD diukur dengan asal parpol pimpinan DPRD, Pengetahuan digunakan

konstruk pendidikan dengan ukuran proporsi antara jumlah anggota DPRD yang mempunyai

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 172: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1140

SESI I/10

latar belakang pendidikan S1 terhadap jumlah keseluruhan anggota DPRD. Tenure diukur

dengan lama masa kerja anggota DPRD dengan ukuran rata-rata masa kerja anggota DPRD.

Sementara itu, penelitian ini juga menggunakan dua variabel kontrol, yaitu; STATUS,

adalah tipe pemerintah daerah yang menggunakan dummy, 0 untuk pemerintah kabupaten,

dan 1 untuk pemerintah kota. Variabel kontrol lain adalah SZLG, yaitu ukuran pemerintah

daerah yang diukur dengan logaritma natural (LN) dari total aset pemerintah daerah.

D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analsis data yang pertama adalah statistik deskriptif. Deskripsi data penelitian dapat

diungkapkan dengan tabel berikut ini.

INSERT TABEL 2

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata komposisi partai pendukung pemerintah

terhadap total anggota DPRD adalah 53,78% dan rata-rata proporsi struktur kepemimpinan

DPRD sebesar 57,25%, sehingga merupakan jumlah suara mayoritas dan berimplikasi pada

dukungan politis yang kuat terhadap eksekutif daerah. Sementara itu, proposi anggota dengan

pendidikan sarjana adalah 48,70% dan dengan rata-rata pengalaman adalah 2,23 tahun, maka

modal yang cukup untuk menjalankan fungsi pengawasan pada pelaksanaan pemerintahan di

daerah. Rata-rata skor indek kinerja pemerintah daerah adalah 2,51 yang mengindikasikan

bahwa rata-rata pemerintah daerah mempunyai kinerja tinggi. Pemerintah daerah dengan

kinerja tertinggi adalah Pemerintah Kota Surakarta dengan skor 2,943 dan terendah adalah

Pemerintah Kabupaten Parigi Mountong dengan skor 0.940. Deskripsi ini menggambarkan

bahwa pemerintah daerah masih berkendala dengan pelaksanaan akuntansi dan penyusunan

laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitasnya.

Selanjutnya adalah pengujian asumsi klasik dan diperoleh hasil bahwa data yang

digunakan telah terbebas dari gelaja asumsi klasik baik normalitas, autokorelasi,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 173: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1141

SESI I/10

heteroskedastisitas, maupun multikolinieritas. Analisis data berikutnya adalah pengujian

dengan menggunakan model uji univariat dan uji multivariat yang dapat dipaparkan seperti

berikut ini.

1. Uji Univariate

Uji pearson correlation digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel.

Tabel pearson correlation di bawah menunjukkan bahwa ukuran DPRD (SZ) dan tipe/ jenis

pemerintah daerah (STATUS) berhubungan dengan kinerja penyelenggaraan pemerintah

daerah. Sementara itu, kompisisi keanggotaan (KOMP), latar belakang (BACKG), struktur

kepemimpinan (SK) dan pengalaman anggota DPRD (TNR) serta ukuran pemerintah daerah

(SZLG) tidak berhubungan dengan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

Hasil ini mengindikasikan bahwa jumlah anggota DPRD dapat mempengaruhi kinerja

penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia. Dengan jumlah anggota dewan lebih tinggi

dapat memberikan atau menambah keragaman dalam berfikir sehingga dapat mengambil

keputusan untuk pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih baik. Dengan demikian dapat

meningkatkan kinerja penyelenggaran pemerintah daerah. Selain itu, variabel control status

pemerintah daerah yang dibedakan menjadi pemerintah kabupaten dan pemerintah kota

berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan daerah di Indonesia. Hasil ini mengindikasikan

bahwa perbedaan status pemerintah kabupaten dan kota dapat mempengaruhi kinerja

pemerintahan. Pemerintah kota dengan atribut kemajuan atau kelebihan baik dalam

infrastruktur dan sumberdaya dapat membantu pelaksanaan pemerintahan yang lebih baik,

sehingga dapat menghasilkan kinerja pemerintah daerah yang lebih baik juga dibanding

dengan pemerintah kabupaten. Hasil uji pearson correlation dapat disajikan dalam tabel

berikut ini.

INSERT TABEL 3

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 174: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1142

SESI I/10

2. Uji Multivariate

Pengujian multivariate dilakukan dengan regresi baik untuk masing-masing variabel

independen maupun interaksi di antara variabel independen terhadap kinerja penyelenggaraan

pemerintah daerah. Hasil pengujian menujukkan bahwa dari seluruh model regresi

sebagaimana tersaji dalam Tabel 4 dan Tabel 5 mempunyai nilai signifikansi F yang lebih

kecil dari tingkat keyakinan 1%. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi tersebut

layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian. Selain itu, dalam semua model regresi yang

dilakukan, variabel STATUS sebagai kontrol menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga

variabel STATUS berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah

daerah di Indonesia.

INSERT TABEL 4

Hasil pengujian dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh model regresi yang

menggunakan interaksi antar variabel independen (model 1 sampai dengan model 21)

menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan fit terbukti dengan nilai signifikansi yang

lebih kecil dari 1%, 5%, dan 10%. Dalam pengujian ini ukuran dewan (size) berpegaruh

signifikan terhadap kinerja pemerintahan daerah sebagaimana hasil pengujian model 1, 9, 11

dan 13. Sementara itu, interaksi SZ dengan atribut lain seperti KOMP, SK, dan BACKG serta

TNR munjukkan hasil yang berbeda, yang mana hanya interaksi SZ dan KOMP saja yang

signifikan (lihat model 2) dan untuk interaksi lain tidak signifikan. Hasil ini mengindikasikan

bahwa ukuran DPRD yang dinteraksikan dengan komposisi keanggotaan dapat

menggambarkan fungsi pengawasan DPRD terhadap eksekutif. Dengan jumlah keanggotaan

DPRD yang besar dan diperkuat dengan komposisi keanggotaan yang mendukung eksekutif,

maka dapat memberikan dukungan dan pengawasan yang baik sehingga dapat berpengaruh

terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 175: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1143

SESI I/10

Tanda koefisien regresi untuk variabel SIZE dan interaksi antara SIZE dan KOMP

tersebut adalah positif. Dengan demikian semakin besar jumlah anggota DPRD semakin kuat

pengawasan yang dilakukan dengan beragamnya pemikiran anggota DPRD sehingga dapat

meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Begitu pula untuk varibel

STATUS mempunyai tanda koefisien positif yang dapat diartikan bahwa pemerintah kota

lebih tinggi capaian kinerjanya dibanding dengan pemerintah kabupaten. Pemerintah kota

dengan sumber dana dan sumberdaya yang lebih baik akan mempunyai kemungkinan yang

lebih baik pula dalam pelaksanaan pemerintahan daerah karena dukungan sumberdaya

tersebut, sehingga mampu menciptakan kinerja yang lebih baik.

Selain itu, dalam regresi 19, pengalaman anggota/ masa kerja yang diinterkasikan

dengan latarbelakang pendidikan anggota dewan berpengaruh terhadap kinerja

penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengalaman kerja dan latarbelakang pendidikan yang

diuji secara parsial berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai

dalam hasil regresi 19, dan secara bersama diinteraksikan dengan latar belakang pendidikan

anggota DPRD berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil ini dapat

dijelaskan bahwa dengan masa kerja anggota dewan dan latar belakang pendidikan anggota

dewan yang mendukung fungsi pengawasan dapat menjadikan pengawasan lebih baik

sehingga pemerintah daerah mampu menjalankan fungsi pemerintahan secara lebih baik,

sehingga mampu mencapai kinerja penyelenggaraan kinerja yang lebih baik juga. Hasil

penelitian ini yang membuktikan bahwa pengetahuan anggota dewan berpengaruh terhadap

kinerja penyelenggaraan dapat dijelaskan bahwa efektivitas lembaga monitoring internal

ditentukan oleh tingkat pengetahuan para anggota lembaga monitoring (Coles, Daniel &

Naveen, 2008). Pengetahuan yang cukup akan membuat lembaga monitoring mampu

menelaah setiap keputusan eksekutif secara rasional sehingga lembaga tersebut mampu

memilah antara keputusan opportunistik dari keputusan yang menguntungkan partisipan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 176: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1144

SESI I/10

Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijelaskan bahwa pengetahuan anggota lembaga

monitoring internal bisa didapatkan dari latar belakang pendidikan, masa kerja dan informasi

mengenai organisasi secara keseluruhan (Vafeas, 2000; Park & Shin, 2004).

Sementara hasil penelitian yang tidak mampu membuktikan pengaruh komposisi,

struktur kepemimpinan DPRD, pengalaman, latar belakang terhadap outcome yang dalam hal

ini adalah kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa

setiap individu atau kelompok dalam keanggotaan DPRD akan selalu berusaha

memaksimalkan utilitasnya seperti dijelaskan dalam bangunan governance dalam

Transaction Cost (Williamson, 1979). Dengan demikian bangunan governance pemerintah

daerah di Indonesia saat ini didasarkan pada pernyataan bahwa perilaku individu dengan

aransemen dan mekanisme yang mempunyai konsekuensi ekonomi terhadap pihak yang

terlibat dalam kontrak. Hasil pengujian model regresi dengan variabel interaksi dalam

penelitian ini dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

INSERT TABEL 5

E. PENUTUP

1. Simpulan

Penelitian ini menguji hubungan karakteristik DPRD yang terdiri dari komposisi,

ukuran, struktur kepemimpinan, pengalaman, dan pengetahuan terhadap outcome yang

dinyatakan dengan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah dalam kerangka monitoring

teori keagenan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ukuran anggota dewan baik

secara parsial maupun diinteraksikan dengan variabel lain dan status pemerintah daerah

berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaran pemerintah daerah. Ukuran anggota,

komposisi, masa kerja, dan latar belakang pendidikan merupakan atribut monitoring DPRD

dalam menjalankan fungsi pengawasan yang berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 177: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1145

SESI I/10

pemerintah daerah. Jumlah anggota dewan dan latar belakang pendidikan dapat membuat

DPRD mampu menelaah setiap keputusan eksekutif secara rasional sehingga lembaga

tersebut mampu memilah antara keputusan opportunistik dari keputusan yang

menguntungkan individu atau kelompok. Pengetahuan anggota DPRD bisa didapatkan dari

latar belakang pendidikan sehingga latar belakang pendidikan juga berpengaruh terhadap

opini LKPD.

Namun demikian, penelitian ini tidak berhasil membuktikan pengaruh atribut

karakteristik lainya seperti; komposisi, dan struktur kepemimpinan baik secara parsial

maupun ketika diinteraksikan dengan variabel lainya. Dengan demikian simpulan yang dapat

dinyatakan bahwa bangunan governance pemerintah daerah di Indonesia masih lebih

menggunakan transaction cost yang berusaha memaksimalkan utilitasnya yang didasarkan

pada upaya untuk mengarahkan perilaku individu dengan aransemen dan mekanisme yang

mempunyai konsekuensi ekonomi terhadap pihak yang terlibat dalam kontrak dibanding

untuk meningkatkan kinerja agen atau eksekutif dalam menjalankan fungsi pemerintahanya.

2. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan seperti berikut ini.

1. Penelitian ini hanya menggunakan sumber data website pemerintah daerah yang

terbatas dan banyak yang non aktif, sehingga penelitian ini terbatas menggunakan

sampel penelitian sejumlah 197.

2. Penelitian ini hanya menggunakan atribut DPRD sebagai manifestasi internal

monitoring maupun karakteristik eksekutif pemerintah daerah tanpa menggunakan

external monitoring seperti audit.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 178: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1146

SESI I/10

3. Saran

Atas dasar keterbatasan di atas, penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan

melakukan hal-hal berikut ini.

1. Menggunakan sumber data lain seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam

perolehan data atribut DPRD sehingga dapat diperoleh jumlah sampel yang lebih

besar.

2. Menambahkan variabel internal monitoring lain dalam proses pelaksanaan

pemerintahan daerah seperti Inspektorat Daerah, dan external monitoring seperti audit

BPK RI.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 179: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1147

SESI I/10

REFERENSI

Adams, R. and Ferreira, D., 2007. "A Theory of Friendly Boards." Journal of Finance 62(1): 217-250.

Adnan, Z., Chatterjee, S. and Nankervis, A., 2003. Understanding Asian Management: Transition and

Transformation. Perth, Vineyard Publishing

Agrawal, A. and Knoeber, C. R., 1996. "Firm Performance and Mechanism to Control Agency Problems."

Journal of Financial and Quantitative Analysis 31(3): 377-397.

Alchian, A. and Demsetz, H., 1972. "Production, Information Costs, and Economic Organization." American

Economic Review 62(5): 777-795.

Allen, F. and Gale, D. (2002). A Comparative Theory of Corporate Governance, The Wharton Financial

Institutions Center, Working Paper No. 03-27, retrieved from

http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/03/0327.pdf at 07/10/2004.

Baiman, S., 1990. "Agency Research in Managerial Accounting: A Second Look." Accounting Organizations

and Society 15(4): 341-371.

Banks, E., 2004. Corporate Governance: Financial Responsibility, Controls and Ethics. New York, Palgrave

Macmillan.

Berglöf, E. and Claessens, S. (2004). Corporate Governance and Enforcement, World Bank Policy Research

Working Paper No. 3409, retrieved from http://econ.worldbank.org/files/38742_wps3409.pdf at

07/10/2005.

Biondi, Y., Canziani, A. and Kirat, T., Eds. (2007). The Firm as an Entity: Implications for Economics,

Accounting and the Law. London, Routledge.

Borio, C., Hunter, W., Kaufma, G. and Tsatsaronis, K., Eds. (2004). Market Discipline Across Countries and

Industries. Cambridge, Massachusetts, The MIT Press.

Claessens, S. and Fan, J., 2002. "Corporate Governance in Asia: A Survey." International Review of Finance 3(

2): 71-161.

Coles, J., Daniel, N. and Naveen, L., 2008. "Boards: Does One Size Fit All? ." Journal of Financial Economics

87(2): 329-356.

Dahya, J. and McConnel, J., 2005. "Outside Directors and Corporate Board Decisions." Journal of Corporate

Finance 11(1-2): 37-60.

Dalton, D., Daily, C., Ellstrand, A. and Johnson, J., 1998. "Meta-Analytic Reviews of Board Composition,

Leadership Structure, and Financial Performance." Strategic Management Journal 19(3): 269-290.

Danielson, M. and Karpoff, J., 1998. "On the Uses of Corporate Governance Provisions." Journal of Corporate

Finance 4(4): 347-371.

Demzets, H. and Lenh, K., 1985. "The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences." The

Journal of Political Economy 93(6): 1155-1177.

Denis, D., 2001. "Twenty-Five Years of Corporate Governance Research … and Counting." Review of

Financial Economics 10(3): 191-212.

Denis, D. and Mc Connell, J., 2003. "International Corporate Governance."Journal of Financial & Quantitative

Analysis 38(1): 1-36.

Department of Economic and Social Affairs United Nations, 2006. Innovations in Governance and Public

Administration: Replicating what works. New York, United Nations.

Faccio, M., Lang, L. and Young, L., 2001. "Dividend and Expropriation."The American Economic Review

91(1): 54-78.

Fama, E., 1980. "Agency Problems and Theory of the Firm."Journal of Political Economy 88(2): 288-307.

Foss, N. J. and Michailova, S., 2009. Knowledge Governance Processes and Perspectives. Oxford, Oxford

University Press.

Gadhoum, Y. (2000). Family Control and Grouping: Possible Expropriation via Dvidens, Centre de Recherche

en Gestion Working Paper No.: 14-2000, Retrieved from

http://www.esg.uqam.ca/esg/crg/papers/2000/14-2000.pd at 05/01/2005.

Gillan, S., 2006. "Recent Developments in Corporate Governance: An Overview "Journal of Corporate Finance

12(3): 381-402

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 180: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1148

SESI I/10

Gottweis, H. and Petersen, A., Eds. (2008). Biobanks: Governance in comparative perspective. Oxon,

Routledge.

Hart, O., 1983. "The Market Mechanism as an Incentive Scheme."Bell Journal of Economics 14(2): 366-382.

Hart, O., 1995. "Corporate Governance: Some Theory and Implications."The Economic Journal 105(430): 678-

689.

Heinrich, R. (2000). Complementarities in Corporate Governance: Ownership Concentration, Capital Structure,

Monitoring and Pecuniary Incentives, Kiel Institute of World Economics, Working Paper No.: 968,

retrieved from http://www.uni-kiel.de/ifw/pub/kap/2000/kap968.pdf at 03/01/2005.

Hermalin, B. and Weisbach, M., 1998. "Endogenously Chosen Boards of Directors and Their Monitoring of the

CEO." The American Economic Review 88(1): 96-118.

Hermalin, B. and Weisbach, M. (2003). Boards of Directors as an Endogenously Determined Institution: A

Survey of the Economic Literature, FRBNY Economic Policy Review.

Jensen, M. and Meckling, W., 1976. "Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership

Structure." Journal of Financial Economics 3(305-360).

Jensen, M. C. and Ruback, R. S., 1983. "The Market For Corporate Control: The Scientific Evidence." Journal

of Financial Economics 11: 5-50.

John, K. and Senbet, L., 1998. "Corporate Governance and Board Effectiveness." Journal of Banking & Finance

22(4): 371-403.

Kanie, N. and Haas, P. M., Eds. (2004). Emerging forces in environmental governance. Tokyo, United Nations

University Press.

Klapper, L. and Love, I., 2004. "Corporate Governance, Investor Protection, and Performance in Emerging

Markets." Journal of Corporate Finance 10(5): 703-728.

La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A. and Vishny, R., 1998. "Law and Finance." The Journal of

Political Economy 106(6): 1113-1155.

La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A. and Vishny, R., 2000. "Investor Protection and Corporate

Governance." Journal of Financial Economics 58: 3-27.

Mandasari, P. 2009. Practices of Mandatory Disclosure Compliance in Indonesian Local Government. Tesis

Magister Akuntansi. Universitas Sebelas Maret.

Manne, H., 1965. "Mergers and the Market for Corporate Control." Journal of Political Economy 73(2): 110-

120.

McColgan, P. (2001). Agency Theory and Corporate Governance: A Review of the Literature from a UK

Perspective, Dept. Accounting & Finance University of Strathclyde Working Paper No. 06/0203,

retrieved from http://accfinweb. account.strath.ac.uk/wps/journal.pdf at 30/11/2004.

Monks, R. A. G. and Minow, N., 2004. Corporate governance. Oxford, Blackwell Publishing.

Park, Y. and Shin, H., 2004. "Board Composition and Earnings Management in Canada." Journal of Corporate

Finance 10(3): 431-457.

Rahejaa, C. (2003). The Interaction of Insiders and Outsiders in Monitoring: A Theory of Corporate Boards,

Vanderbilt University Owen Graduate School of Management Working Paper No. 2001-25, Retrieved

from http://papers.srn.com/sol3/papers. cfm?abstract_id=251594 at 07/10/2004.

Rediker, K. and Seth, A., 1995. "Boards of Directors and Substitution Effects of Alternative Governance

Mechanisms." Strategic Management Journal 16(2): 85-99.

Retnoningsih, H. 2009. Mandatory Accounting Disclosure and Parliament Characteristics: An Empirical Study

on Public Sector. Tesis Magistkuntansi. Universitas Sebelas Maret.

Shleifer, A. and Vishny, R., 1986. "Large Shareholders and Corporate Control." The Journal of Political

Economy 94(3, Part 1): 461-488.

Sims, R. R., 2003. Ethics and Corporate Social Responsibility—Why Giants Fall. Westport, Praeger Publishers.

Sison, A. J. G., 2008. Corporate Governance and Ethics: An Aristotelian Perspective. Cheltenham, Edward

Elgar Publishing.

Smismans, S., 2006. Civil Society and Legitimate European Governance. Northampton, Edward Elgar

Publishing.

Smith, R. and Walter, I., 2006. Governing the Modern Corporation: Capital Markets, Corporate Control and

Economic Performance. New York, Oxford University Press.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 181: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1149

SESI I/10

Tirole, J., 2001. "Corporate Governance." Econometrica 69(1): 1-35.

Vafeas, N., 2000. "Board Structure and the Informativeness of Earnings." Journal of Accounting and Public

Policy 19(2): 139-160.

Wagner III, J. A., Stimpert, J. L. and Fubara, E. I., 1998. "Board Composition and Organizational Performance:

Two Studies of Insider/outsider Effects " Journal of Management Studies 35(5): 655-677.

Williamson, O., 1979. "Transaction-Cost Economics: The Governance of Contractual Relations." Journal of

Law and Economics 22( 2): 233-261.

Zahra, S. and Pearce, J., 1989. "Boards Of Directors And Corporate Financial Performance: A review of

integrative model,." Journal of Management 15(2): 291-334.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 182: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1150

SESI I/10

Lampiran

Tabel 1

Pemilihan Sampel

Keterangan Jml

Pemerintah daerah di Indonesia per tahun 2009 494

Pemerintah daerah yang mempunyai website, tetapi tidak aktif atau

tidak dapat di aksess

(85)

Pemerintah daerah yang tidak mem-publish informasi data DPRD (212)

Jumlah sampel penelitian 197

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 2

Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KP 197 0,90 2,93 2,5105 0,27143

KOMP 197 0,33 0,72 0,5378 0,09501

SZ 197 15,00 48,00 37,8352 9,63704

SK 197 0,29 0,84 0,5257 0,15182

TNR 197 1,00 4,00 2,2747 1,00073

BACKG 197 0,12 0,94 0,4870 0,13135

STATUS 197 0,00 1,00 0,5385 0,50128

SZLG 197 24,53 29,89 27,6908 0,97911

Valid N (listwise) 197

Keterangan: KP = kinerja penyelenggaraan pemerintah; KOMP = komposisi anggota DPRD; SZ = ukuran

anggota DPRD; SK = struktur kepeminpinan DPRD; TNR = pengalaman anggota DPRD; BACKG = latar

belakang pendidikan anggota DPRD; STATUS; tipe pemerintah daerah; SZLG = ukuran pemerintah daerah.

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 3

Uji Univariat

Pearson Korrelation

Karakteristik DPRD Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

VARIABEL KP KOMP SZ SK TNR BACKG STATUS SZLG

KP 1.00

KOMP -0.153 1.00

SZ 0.319** -0.639** 1.00

SK -0.196 0.618** -0.584** 1.00

TNR 0.078 0.037 0.037 -0.026 1.00

BACKG 0.001 -0.076 0.074 -0.057 -0.002 1.00

STATUS 0.292** -0.187 0.423** -0.217* 0.101 -0.108 1.00

SZLG 0.033 -0.132 0.163 -0.178 0.024 -0.169 0.142 1.00

Keterangan: KP = kinerja penyelenggaraan pemerintah; KOMP = komposisi anggota DPRD; SZ = ukuran anggota

DPRD; SK = struktur kepeminpinan DPRD; TNR = pengalaman anggota DPRD; BACKG = latar belakang

pendidikan anggota DPRD; STATUS; tipe pemerintah daerah; SZLG = ukuran pemerintah daerah.

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 183: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1151

SESI I/10

TABEL 4

Uji Multivariate

Karakteristik DPRD dan Kienrja Penyelenggaran Pemerintah Daerah

1 2 3 4 5 6

Constant 2,425 2,261 2,425 2,425 2,425 2,201

(60.205)*** (19.903)*** (60.205)*** (60.205)*** (60.205)*** (19.903)***

KOMP -0.293 0.163

(-0.994) (0.434)

SZ 0.007 0.007

(2.170)*** (2.170)***

SK -0.248 -0.089

(-1.343) (0.370)

TNR 0.013 0.013

(0.480) (0.459)

BACKG 0.274 0.218

(1.305 (1.048)

STATUS 0.158 0.103 0.158 0.158 158 0.103

(2.876)*** (1.741)* (2.876)*** (2.876)*** (2.876)*** (1.741)*

SZLG -0.005 -0.009 -0.008 -0.002 0.004 -0.005

(-0.191) (-0.334) (-0.289) (-0.087) (0.122) (-0.173)

R Square 0.085 0.132 0.085 0.085 0.085 0.132

Ajd R square 0.075 0.112 0.075 0.075 0.075 0.112

F 8,237 6,663 8,273 8,273 8,273 6,663

Sig. 0.005*** 0.002**** 0.005**** 0.005*** 0.005*** 0.002***

Keterangan: KP = kinerja penyelenggaraan pemerintah; KOMP = komposisi anggota DPRD; SZ =

ukuran anggota DPRD; SK = struktur kepeminpinan DPRD; TNR = pengalaman anggota DPRD;

BACKG = latar belakang pendidikan anggota DPRD; STATUS; tipe pemerintah daerah; SZLG = ukuran

pemerintah daerah.

***. Signifikan pada level 0.01.

** Signifikan pada level 0.05.

*. Signifikan pada level 0.1.

Sumber: Data sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 184: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1152

SESI I/10

Tabel 5

Uji Multivariate

Interaksi Karakteristik DPRD Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Constant 2,201 2,196 2,425 1,455 2,425 2,425 2,425 2,425 2,201 2,425

(19.903)*** (16.153)*** (60,205)*** (12.806)*** (60.205)*** (60.205)*** (60.205)*** (60.205)*** (19.903)*** (60.205)***

KOMP -0.039 -0.088 -0.293 0.14

(-0.034) (-0.238) (0.994) (0.144)

SZ 0.007 0.007

(2.170)*** (2.170)***

SK -0.248 0.179

(-1.343) (0.227)

TNR -0.091

(0.605)

BACKG 0.274

(1.305)

KOMP*SZ 0.004 0.013

(0.468) (1.769)*

KOMP*SK 2,295 -0.282

(1,023) (-1.233)

KOMP*TNR 0.033 0.008

(0.662) (0.168)

KOMP*BACKG -0.9 0.157

(-0.964) (0.459)

SZ*SK -0.002 0.003

(-0.301) (0.493)

SZ*TNR

SZ*BACKG

SK*TNR

SK*BACKG

TNR*BACKG

STATUS 0.103 0.119 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.158 0.103 0.158

(1.714)* (2.034)** (2.876)** (2.876)** (2,876)** (2,876)** (2,876)** (2,876)** (1.741)* (2,876)**

SZLG -0.010 -0.007 -0.004 -0.008 -0.013 -0.002 -0.002 0.001 -0.009 -0.002

(-0.338) (-0.233) (-0.134) (-0.290) (-0.436) (-0.085) (-0.054) (0.021) (0.334) (-0.060)

R Square 0.132 0.116 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.085 0.132 0.085

Ajd R square 0.112 0.096 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.075 0.112 0.075

F 6,663 5,800 8,273 8,273 8,273 8,274 8,275 8,273 6,663 8,273

Sig. 0.002*** 0.004*** 0.005*** 0.005*** 0.005*** 0.006*** 0.007*** 0.005*** 0.002*** 0.005***

Keterangan: KP = kinerja penyelenggaraan pemerintah; KOMP = komposisi anggota DPRD; SZ = ukuran anggota DPRD; SK =

struktur kepeminpinan DPRD; TNR = pengalaman anggota DPRD; BACKG = latar belakang pendidikan anggota DPRD;

STATUS; tipe pemerintah daerah; SZLG = ukuran pemerintah daerah, KOMP*SZ = interaksi antara KOMP dan SZ, KOMP*SK =

interaksi = KOMP dan SK, KOMP*TNR = interaksi KOMP dan TNR, KOMP*BACKG = interkasi dan KOMP dan BACKG, SZ*SK = interkasi

SZ dan SK, SZ*TNR= intaksi antara dan SZ dan TNR, SZ*BACKG = interaksi SZ dan BACKG, SK*TNR = interaksi SK dan TNR, SK*BACKG

= interaksi SK dan BACKG, TNR*BACKG = interaksi TNR dan BACKG.

***. Signifikan pada level 0.01.

** Signifikan pada level 0.05.

*. Signifikan pada level 0.1.

Sumber: Data sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 185: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Sutaryo dan Jakawinarna

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1153

SESI I/10

Tabel 5 Lanjutan

Uji Multivariate

Interaksi Karakteristik DPRD Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Constant 2,201 2,425 2,201 2,304 2,425 2,425 2,425 2,425 1,829 2,425 2.196

(19.903)*** (60.205)*** (19.903)*** (32.109)*** (60.205)*** (60.205)*** (60.205)*** (60.205)*** (6.479)*** (60.205)*** (16.153)***

KOMP -0.335

(-1.139) SZ 0.007 0.007 0.009

(2.170)** (2.170)** (0.331)

SK -0.248 0.047 0.406 (-1.343) (0.059 (0.147)

TNR -0.015 0.013 0.193 -0.28

(-0.127) (0.447) (1.774)* (0.720) BACKG 0.218 0.274 1,187 0.266

(1.048) (1.305) (2.068)** (1.161)

KOMP*SZ 0.13

(1.769)* KOMP*SK 0.111

(0.257)

KOMP*TNR 0.033

(0.653)

KOMP*BACKG -1.446 (-0.687)

SZ*SK -0.015

(-0.729) SZ*TNR 0.000 0.001 0.003

(0.569) (1.504) (1.362)

SZ*BACKG -0.13 0.007 -0.021 (-0.878) (2.030) (-1.537)

SK*TNR -0.012 -0.014 0.003

(-0.071) (-0.313) (1.301) SK*BACKG -0.476 -0.052 -1.429

(-1.292) (-0.178) (-1.209)

TNR*BACKG -0.387 0.035 -0.282 (-1.709)* (0.075) (-1.643)

STATUS 0.103 0.158 0.103 0.135 0.158 0.158 0.158 0.158 0.174 0.158 0.196

(1.741)* (2,876)** (1.741)* (2.449)** (2,876)** (2,876)** (2,876)** (2,876)** (3.114)*** (2.876)** (2.304)**

SZLG -0.009 -0.003 -0.004 0.000 -0.008 -0.003 -0.001 -0.004 -0.014 0.001 -0.029

(-0.303) (-0.095) (-0.148) (-0.023) (-0.239) (-0.094) (-0.043) (-0.120) (-0.450) (0.022) (-0.911) R Square 0.132 0.085 0.132 0.126 0.085 0.085 0.085 0.085 0.134 0.085 0.116

Ajd R square 0.112 0.075 0.112 0.106 0.075 0.075 0.075 0.075 0.094 0.075 0.094

F 6,663 8,273 6,663 6,343 8,273 8,273 8,273 8,273 3,330 8,273 5.801

Sig. 0.002*** 0.005*** 0.002*** 0.003*** 0.005*** 0.005*** 0.005*** 0.005*** 0.014*** 0.005*** 0.004***

Keterangan: KP = kinerja penyelenggaraan pemerintah; KOMP = komposisi anggota DPRD; SZ = ukuran anggota

DPRD; SK = struktur kepeminpinan DPRD; TNR = pengalaman anggota DPRD; BACKG = latar belakang pendidikan

anggota DPRD; STATUS; tipe pemerintah daerah; SZLG = ukuran pemerintah daerah, KOMP*SZ = interaksi antara KOMP

dan SZ, KOMP*SK = interaksi = KOMP dan SK, KOMP*TNR = interaksi KOMP dan TNR, KOMP*BACKG = interkasi dan KOMP dan

BACKG, SZ*SK = interkasi SZ dan SK, SZ*TNR= intaksi antara dan SZ dan TNR, SZ*BACKG = interaksi SZ dan BACKG, SK*TNR =

interaksi SK dan TNR, SK*BACKG = interaksi SK dan BACKG, TNR*BACKG = interaksi TNR dan BACKG.

***. Signifikan pada level 0.01.

** Signifikan pada level 0.05.

*. Signifikan pada level 0.1.

Sumber: Data sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 186: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1154

SESI I/11

Determinan Belanja Modal dan Konsekuensi

terhadap Pendapatan Perkapita

(Studi Kasus Wilayah Jawa Tengah)

PANCAWATI HARDININGSIH

RACHMAWATI MEITA OKTAVIANI

Universitas Stikubank Semarang

Abstract: This study aimed to determine the effect of fund balance consists of the general allocation

funds, special allocation funds, financial assistance from the Provincial Government. The revenue

and capital expenditure allocation to determine the effect of capital expenditures in each district/city

in the administrative area of Central Java Provincial. The data used in this study were obtained from

various data sources such as data from the district budget/ city, allocation funds transfer from the

Directorate General of Fiscal Balance regional Ministry of Finance of the Republic of Indonesia,

Central Bureau of Statistics and Central Java to the research data period of 4 (four) years the Fiscal

Year 2008-2011.

Hypothesis test results showed the general allocation funds and the financial assistance that

significantly affect the allocation of capital expenditures in the district/town in the administrative

region of Central Java province, while for components DAK, and revenue does not significantly affect

the allocation of capital expenditure . In this study, capital expenditure budget contained in the

distric/city government administrative region showed a positive effect on per capita income of the

area.

Keywords: Balance Fund, Capital Expenditure, Decentralization Fiscal, Per Capita Income.

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 187: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1155

SESI I/11

Pendahuluan

Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya perubahan pola hubungan yang

terjadi antara pemerintah pusat dan daerah, dengan diberlakukannya UU No. 22 dan UU

No.25 tahun 1999. Dari UU tersebut disempurnakan menjadi UU No. 32 dan UU No. 33

tahun 2004. Pada prinsipnya desentralisasi bertujuan anatara lain: untuk melakukan efisiensi

sektor publik dalam produksi dan distribusi pelayanan, meningkatkan kualitas pembuatan

keputusan dengan menggunakan informasi lokal, meningkatkan akuntabilitas dan

meningkatkan kemampuan respon terhadap kebutuhan dan kondisi lokal (Giannoni, 2002).

Selain itu Silverman (1990) dalam Laporan World Bank di Uganda (2005)

menyatakan bahwa pemerintah lokal lebih responsif terhadap warga negaranya dibanding

pemerintah pusat sehingga keputusan yang diambil lebih merefleksikan kebutuhan dan

keinginan rakyat. Desentralisasi akan membawa pemerintah lebih dekat dengan rakyat dan

mendorong mereka untuk lebih terlibat secara langsung. (Mills,1994).

Saat ini isu pokok yang muncul bukan lagi pada bagaimana menciptakan sistem

transfer sehingga sumber dana untuk daerah (terutama daerah miskin) berjumlah relatif cukup

memadai sehingga daerah satu dengan lainnya tidaklah terlalu timpang. Hal ini dilakukan

dengan mengarahkan daerah terutama daerah-daerah yang tidak kaya untuk bisa

menggunakan APBDnya secermat mungkin dan berkontribusi pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat (Hirawan,2007). Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah

untuk meningkatkan penerimaan daerah selama ini kurang diikuti upaya untuk meningkatkan

pelayanan publik (Halim, dkk (2004) dalam Agustino (2005).

Ditetapkannya UU No. 5 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah

diharapkan daerah tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat. Hal tersebut

tentunya berakibat pada beralihnya manajemen desentralisasi fiskal di pemerintahan daerah.

Kebijakan pemerintah pusat dengan melaksanakan desentralisasi fiskal di era otonomi daerah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 188: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1156

SESI I/11

mempunyai tujuan untuk mengurangi kesenjangan dari sisi fiskal antara satu daerah otonom

dengan daerah otonom yang lainnya. Penerapan desentralisasi dilaksanakan melalui alokasi

dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota,

atau dari pemerintah daerah Provinsi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang

dikenal dengan istilah “dana transfer”. Dana transfer dikelola didasarkan pada regulasi atau

peraturan yang berlaku.

Pemberlakuan kebijakan desentralisasi fiskal tersebut ditindaklanjuti dengan terbitnya

kebijakan yang tertuang dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. UU

ini efektif diberlakukan per Januari tahun 2001. Dalam perkembangannya UU tersebut

diperbarui dengan dikeluarkannya UU No.32 dan UU No. 33 tahun 2004. Nomenklatur

pengelolaan keuangan daerah saat ini secara teknis berpedoman pada Permendagri No. 13

tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

beberapa kali dan terakhir menjadi Permendagri No 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

Atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

mengalami perbedaan yang cukup signifikan dengan Permendagri No. 29 tahun 2002 tentang

Pedoman Pengurusan, Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata

Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang menjadi pedoman teknis

dalam pengelolaan keuangan daerah sebelumnya, perbedaan tersebut salah satunya adalah

dalam Permendagri No 29 tahun 2002 pada struktur belanjanya menggunakan istilah belanja

aparatur daerah dan belanja pelayanan publik yang masing-masing dirinci menjadi kelompok

belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan sedangkan pada Permendagri

No. 13 tahun 2006, belanja terdiri dari belanja tidak langsung yang dikelompokkan menjadi

belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada

kabupaten/kota, belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan desa,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 189: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1157

SESI I/11

belanja tidak terduga dan belanja langsung yang dikelompokan menjadi belanja pegawai,

belanja barang dan jasa, serta belanja modal.

Penelitian Holtz-Eakin et al (1994) menemukan keterkaitan erat antara transfer dari

pemerintah pusat dengan belanja modal. Studi yang dilakukan oleh Legrenzi & Milas (2001)

dalam Abdullah & Halim (2003) menemukan bukti empiris bahwasanya dalam jangka

panjang transfer berpengaruh terhadap belanja modal dan pengurangan jumlah transfer dapat

menyebabkan penurunan dalam pengeluaran belanja modal. Ini diperkuat oleh Prakoso

(2004) yang menunjukkan bahwa jumlah belanja modal dipengaruhi oleh dana alokasi umum

yang diterima dari pemerintah pusat. Hasil penelitian Susilo dan Adi (2007) juga semakin

memperkuat kecenderungan ini, dimana kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan

yang terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer

pemerintah pusat menjadi semakin tinggi. Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa

perilaku belanja daerah khususnya belanja modal akan sangat dipengaruhi sumber

penerimaan dalam bentuk transfer.

Penelitian berbeda dilakukan Braga (2004), pendapatan asli daerah dan pertumbuhan

ekonomi dapat saja mengarah ke hubungan negatif jika daerah terlalu ofensif. Penelitian Ikin

Solikin (2007) terdapat hubungan positif yang kuat antara pendapatan asli daerah dengan

belanja modal. Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang akan diteliti, apakah mempunyai

pengaruh terhadap pendapatan perkapita. Secara keseluruhan di kabupaten/kota wilayah Jawa

Tengah bahwa total alokasi pendapatan asli daerah maupun dana transfer dari pusat dan

pemerintah propinsi Jawa Tengah yang dialokasikan ke kabupaten/kota yang ada di Jawa

Tengah semakin besar namun jika dibandingkan dengan alokasi belanja modal pada

kabupaten/kota tiap tahun tidak selalu bertambah naik. Fenomena inilah yang menarik untuk

diteliti apakah alokasi dana pada tiap-tiap kabupaten/kota di wilayah Propinsi Jawa Tengah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 190: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1158

SESI I/11

mempunyai pengaruh terhadap alokasi belanja modal di masing-masing pemerintah

kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Rerangka Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis

Government Expenditure Theory

Berdasarkan teori Kebijakan Pengeluaran Pemerintah ( Government Expenditure

Theory) melalui mekanisme ISLM, kenaikan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurve

pendapatan nasional naik keatas atau pendapatan nasional meningkat. Kenaikan pendapatan

nasional akan menaikkan tingkat harga umum. Berdasarkan mekanisme IS maka kenaikan

harga menyebabkan upah riil menurun. Penurunan upah riil menyebabkan pengangguran

berkurang dengan kata lain employment meningkat. Peningkatan tenaga kerja berdasarkan

teori produksi akan meningkatkan output nasional. Dengan demikian kenaikan belanja

pemerintah diyakini akan meningkatkan output nasional atau pendapatan nasional yang

sekaligus meningkatkan pendapatan per kapita (Langdana, 2009).

Wagner (1883) menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per

kapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintahpun akan meningkat.

Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan

penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran

bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin lainnya. Pengeluaran pembangunan yaitu

pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial dan

umum dan yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik

prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan dalam periode tertentu.

Dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah

semakin besar. Begitu juga dengan pengeluaran pemerintah yang menjadi semakin besar

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 191: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1159

SESI I/11

juga. Pendapat ini mendasarkan Peacock & Wiseman (1967), menyatakan bahwa kebijakan

pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal

itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar. Masyarakat mempunyai sikap

toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah

menetapkan jumlah pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat

untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah

tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat. Dalam kondisi

normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin berkembang pula

penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan

penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.

Pelaksanaan pembangunan merupakan program yang memerlukan keterlibatan

segenap unsur lapisan masyarakat. Peran pemerintah dalam pembangunan adalah sebagai

katalisator dan fasilitator tentu membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung,

termasuk anggaran belanja dalam rangka terlaksananya pembangunan yang

berkesinambungan. Pengeluaran tersebut sebagian digunakan untuk administrasi

pembangunan dan sebagian lagi untuk kegiatan pembangunan diberbagai jenis infrastruktur

yang penting. Anggaran-anggaran tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan

mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi.

Fiscal Theory

Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah pengeluaran dan

penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi. Pengaruh pengeluaran

pemerintah terhadap pendapatan nasional tergantung pada jenis sumber penerimaan. Pajak

dan retribusi sebagai salah satu sumber penerimaan perlu ditingkatkan guna meningkatkan

kemampuam belanja pemerintah yang diharapkan mampu mendorong laju perekonomian

dengan tetap mempertahankan kestabilan harga-harga umum.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 192: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1160

SESI I/11

Kebijakan fiskal pemerintah menggunakan konsep anggaran belanja seimbang

(balance approach), dimana adanya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran

pemerintah dalam jangka panjang agar terjadi keterkaitan dalam perekonomian sehingga

memperoleh kepercayaan masyarakat. Kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai tindakan yang

diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk

mempengaruhi jalannya perekonomian, khususnya perekonomian Indonesia.

Dari sisi fiskal, pemerintah harus berpihak pada industri dalam negeri dengan

menurunkan bea masuk bahan baku industri sehingga kapasitas produksi terutama orientasi

ekspor bisa dipertahankan. Jika seluruh kebijakan dijalankan pemerintah secara bersamaan

(moneter, fiskal, dan perdagangan), dunia industri diharapkan tidak dengan mudah

mengurangi karyawan. Dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi, rancangan

kebijakan fiskal tidak hanya diarahkan untuk pengembangan aspek ekonomi seperti

pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran dan stabilisasi

ekonomi, tetapi juga peningkatan aspek sosial seperti pemerataan pendapatan, pendidikan,

dan kesehatan.

Desentralisasi

Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara untuk

meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih baik

mengenai keadaan daerah, untuk menyusun program-program daerah secara lebih responsif

dan untuk mengantisipasi secara cepat manakala persoalan-persoalan timbul dalam

pelaksanaan. Sementara Hoogerwerf (1978), desentralisasi adalah pengakuan atau

penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan

berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan

pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 193: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1161

SESI I/11

Koswara (1996), desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna yaitu melalui proses

desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk wewenang dan tanggung

jawab Pemerintah Pusat sebagian diserahkan kepada Pemerintah Daerah agar menjadi urusan

rumah tangganya sehingga urusan tersebut beralih menjadi wewenang dan tanggung jawab

Pemerintah Daerah. Pengertian desentralisasi pada UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah pada ps 1:7 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada otonomi daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wewenang yang diberikan kepada

pemerintah daerah adalah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan,

kecuali untuk urusan-urusan yang meliputi urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan,

yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Desentralisasi Fiskal

Saragih (2003), desentralisasi fiskal secara singkat dapat diartikan sebagai suatu

proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan

yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan publik

sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan. Syahruddin

(2006) mendefinisikan desentralisasi fiskal sebagai kewenangan (authority) dan

tanggungjawab (responsibility) dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran

daerah (APBD) oleh pemerintah daerah. Desentralisasi fiskal sebagai upaya pemindahan

kekuasaan untuk mengumpulkan dan mengelola sumber daya finansial dan fiskal (Ferdiana,

dkk, 2008).

Desentralisasi fiskal merupakan salah satu komponen utama dari desentralisasi. Apabila

pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam

pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 194: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1162

SESI I/11

sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari pendapatan asli daerah termasuk

surcharge of taxes, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman, dan subsidi/bantuan dari

pemerintah pusat (Sidik, 2002).

Syahruddin (2006) menyatakan terdapat dua fungsi pemerintah yakni fungsi ekonomi

dan fungsi non ekonomi. Fungsi ekonomi menurut Musgrave (1973) dalam Syahruddin

(2006) disebut sebagai fungsi anggaran (fiscal function) yang terdiri dari fungsi alokasi,

fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi distribusi dalam kebijakan fiskal bertujuan

untuk mengurangi perbedaan-perbedaan pendapatan antar individu dalam masyarakat. Fungsi

stabilisasi dalam fungsi fiskal bertujuan untuk menciptakan kestabilan ekonomi.

Adapun tujuan desentralisasi fiskal yang tertuang dalam RAPBN TA. 2009 adalah

sebagai berikut:

1) Mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (vertical

fiscal imbalance) dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance);

2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan

pelayanan publik antar daerah;

3) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional;

4) Tata kelola, transparan dan akuntabel dalam pelaksanaan kegiatan pengalokasian transfer

ke daerah yang tepat sasaran, tepat waktu, efisien dan adil;

5) Mendukung kesinambungan fiskal dalam kebijakan ekonomi makro.

Bastian (2001), penerimaan pendapatan asli daerah merupakan akumulasi dari pos

penerimaan pajak yang berisi pajak daerah dan pos retribusi daerah. Pos penerimaan non

pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, pos penerimaan investasi serta pengelolaan

sumber daya alam. Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang

berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 195: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1163

SESI I/11

Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat block grant yang berarti penggunaannya

diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana alokasi

umum dialokasikan untuk daerah propinsi dan kabupaten/kota dengan besaran DAU

ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) netto yang

ditetapkan dalam APBN sedangkan untuk proporsi yang dialokasikan untuk propinsi dan

kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara propinsi dan

kabupaten/ kota.

Penetapan dana alokasi umum menggunakan formulasi pendekatan celah fiskal

(fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan

kapasitas fiskal daerah dan alokasi dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS Daerah

DAU = Alokasi dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)

Ket:

AD : Gaji PNS Daerah

CF : Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal

Dana Alokasi Khusus

Merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada

daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dengan besaran ditetapkan setiap tahun

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 196: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1164

SESI I/11

dalam APBN. Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping minimal 10 %

dari total alokasi sesuai amanat peraturan perundang-undangan

Bantuan keuangan merupakan belanja tidak langsung yang dialokasikan oleh

pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota maupun pemerintahan desa di wilayahnya yang

bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara kabupaten/kota yang ada di wilayahnya.

Sebagai wujud dalam proses mendukung desentralisasi fiskal yang sedang terjadi pemerintah

propinsi sesuai amanat Permendagri No. 13 tahun 2006 dapat mengalokasikan belanja

bantuan keuangan kepada kabupaten/kota, belanja hibah dan belanja bantuan sosial kepada

pihak lain selama urusan wajib maupun urusan pilihan yang dialokasikan oleh pemerintah

telah dipenuhi terlebih dahulu.

Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat

lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset

tetap lainnya (Permendagri No. 13 tahun 2006 ps. 53). Perhitungan atas perolehan aset tetap

terdiri dari harga belinya atau konstruksinya termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat

didistribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset

tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. (PP No. 71 Tahun 2010;

lampiran I.08 PSAP07-5).

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara,

yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah

penduduk negara tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut dengan Produk

Domestik Bruto (PDP) perkapita.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 197: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1165

SESI I/11

Pengembangan Hipotesis

Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal

Pendapatan asli daerah memiliki peran untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah

guna mencapai tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah yang ingin meningkatkan

pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah (Mardiasmo, 2002). Untuk

mewujudkan hal tersebut pemerintah daerah melakukan berbagai cara dalam meningkatkan

pelayanan publik, salah satunya dengan melakukan belanja untuk kepentingan investasi yang

direalisasikan melalui belanja modal.

Penelitian Ikin Solikin (2007) menemukan hubungan positif yang kuat antara pendapatan

asli daerah dengan belanja modal, hasil ini dikuatkan oleh Daryanto dan Yustikasari (2007)

yang menyebutkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara pendapatan asli daerah

dengan belanja modal. Ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pendapatan asli daerah

maka pengeluaran pemerintah atas belanja modal pun akan semakin tinggi. Dari uraian diatas

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif pada Belanja Modal.

Hubungan Antara Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal

Beberapa daerah peran dana alokasi umum sangat signifikan karena kebijakan belanja

daerah lebih didominasi oleh jumlah DAU daripada PAD (Sidik, et al 2002). Setiap transfer

dana alokasi umum yang diterima daerah akan ditujukan untuk belanja pemerintah daerah,

maka tidak jarang apabila pemerintah daerah menetapkan rencana daerah secara pesimis dan

rencana belanja cenderung optimis supaya transfer dana alokasi umum yang diterima daerah

lebih besar. Abdullah dan Halim (2006) menemukan bahwa pendapatan daerah yang berasal

dari dana perimbangan berpengaruh terhadap pengalokasian belanja modal. Pemerintah

memberikan dana perimbangan dan salah satu komponen dana ini yang memberikan

kontribusi terbesar adalah dana alokasi umum. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi dana

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 198: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1166

SESI I/11

alokasi umum terhadap peneriman daerah masih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan

daerah yang lain, termasuk pendapatan asli daerah (Adi, 2006). Dari penjelasan diatas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal.

Hubungan Dana Alokasi Khusus dengan Belanja Modal

Dana alokasi khusus dialokasikan untuk mendanai kebutuhan fisik sarana dan

prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di 19 bidang. Husni (2011) menunjukkan

bahwa dana alokasi khusus berkonstribusi signifikan terhadap belanja modal.

Pengaturan pemanfaatan dana alokasi khusus yang dialokasikan untuk mendanai

kebutuhan fisik dengan tujuan dapat meningkatkan sarana dan prasarana guna mendukung

laju pertumbuhan ekonomi, sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan tersebut seharusnya

pemerintah daerah dapat meningkatkan alokasi belanja pembangunan infrastrukturnya lebih

tinggi dengan pendanaan yang berasal dari dana alokasi khusus tersebut tersebut tentunya

akan berimbas pada peningkatan pengalokasian belanja untuk fisik yang dalam APBD

terakomodir dalam jenis belanja barang modal. Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 3 : Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Alokasi Belanja Modal.

Hubungan Bantuan Keuangan dari Propinsi dengan Belanja Modal

Guna pemerataan pembangunan di wilayah pemerintahan kota/kabupaten sudah

sewajarnya pemerintah propinsi mengalokasikan dana transfer kepada pemerintah

kabupaten/kota, dalam bentuk dana transfer atau dana perimbangan yang berasal dari

pemerintah daerah diatasnya. Temuan Abdullah dan Halim (2006) menunjukkan bahwa

pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan berpengaruh terhadap pengalokasian

belanja modal. Bantuan keuangan kepada kabupaten/ kota yang dimaksudkan untuk

memberikan stimulan kepada daerah untuk melaksanakan pembangunan karena fokus dari

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 199: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1167

SESI I/11

alokasi bantuan keuangan tersebut adalah digunakan untuk melaksanakan pembangunan

sarana dan prasarana baik dibidang infastruktur, pendidikan keagamaan dan masyarakat. Dari

penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis

Hipotesis 4: Bantuan Keuangan dari pemerintah propinsi berpengaruh positif pada Alokasi

Belanja Modal.

Hubungan Belanja Modal dengan Pendapatan Perkapita

Bertambahnya infrastruktur baru dan perbaikan infrastruktur yang ada oleh

pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan perekonomian di daerah.

Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang meningkatnya pendapatan penduduk di

daerah yang bersangkutan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan penduduk akan

berdampak pada meningkatnya pendapatan per kapita. Jika PEMDA menetapkan anggaran

belanja pembangunan lebih besar dari pengeluaran rutin, maka kebijakan ekspansi anggaran

daerah ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah (Saragih, 2003). Pembangunan

sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi

(Kuncoro, 2004).

Lin dan Liu (2000) menyatakan bahwa pemerintah perlu untuk meningkatkan

investasi modal guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian yang dilakukan

oleh Adi (2006) membuktikan bahwa belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi alokasi belanja modal untuk pengembangan infrastruktur penunjang

perekonomian, akan mendorong tingkat produktifitas penduduk. Alokasi belanja modal untuk

pengembangan infrastruktur penunjang perekonomian, akan mendorong tingkat produktifitas

penduduk. Pada gilirannya hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum

yang tercermin dalam pendapatan per kapita. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 5 : Belanja Modal berpengaruh positif terhadap Pendapatan Perkapita.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 200: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1168

SESI I/11

METODA RISET

Polulasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/kota, pemerintah propinsi Jawa

Tengah. Dipilihnya Jawa Tengah karena merupakan salah satu propinsi dengan jumlah

kabupaten/kota yang cukup banyak. Selain itu merupakan propinsi yang sering mendapatkan

penghargaan terkait dengan capaian yang mendukung program nasional dan pengelolaan

keuangan yang baik. Pemilihan sampel menggunakan metoda purposive sampling method yakni

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008) . Sampel yang dipilih

memiliki kriteria yakni tersedianya data dan informasi yang dibutuhkan dari tahun 2008 hingga 2011.

Adapun sampel penelitian ini menggunakan data dari 35 pemerintah kabupaten/kota,

pemerintah propinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kotamadya yang

keseluruhan berada di wilayah administratif provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu tahun

2008 sampai dengan 2011 sehingga keseluruhan sampel data awal sebanyak 140 pengamatan.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu

negara tiap-tiap kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah diuraikan dan dihitung dari alokasi

belanja modal yang mencakup belanja modal untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan bangunan serta belanja aset lainnya, yang ada pada tiap

kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah.

Belanja Modal

Belanja modal yang merupakan belanja fisik yang mempunyai kriteria umur manfaat

lebih dari 1 (satu) tahun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada masing-masing

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 201: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1169

SESI I/11

kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah yang diperoleh dari unsur pembiayaan dari dana

transfer (DAU, DAK, Bantuan Keuangan dari Pemerintah Propinsi) dan juga pendapatan asli

daerah tersebut. Belanja Modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/ pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat

lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam

bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset

tetap lainnya yang diperhitungkan berdasarkan harga perolehan

Untuk mengetahui ratio pertumbuhan belanja modal pada suatu daerah di kabupaten/kota

dapat dihitung sebagai berikut:

Ratio BM : Belanja Modal tahun t

APBD Tahun t

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari pos penerimaan pajak yang berisi

pajak daerah dan pos retribusi daerah, pos enerimaan non pajak yang berisi hasil perusahaan

milik daerah, pos penerimaan investasi serta pengelolaan sumber daya alam.

Ratio PAD : Pendapatan Asli Daerah

APBD Kabupaten/Kota

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum merupakan dana perimbangan yang dipersyaratkan dalam Undang-Undang

dengan proporsi penentuan dari 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto.

Ratio Dana Alokasi Umum: Dana Alokasi Umum

APBD Kabupaten/Kota

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus merupakan dana perimbangan yang juga dipersyaratkan dalam

Undang-Undang dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 202: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1170

SESI I/11

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dengan besaran ditetapkan setiap tahun

dalam APBN

Ratio Dana Alokasi Khusus: Dana Alokasi Khusus

APBD Kabupaten/Kota

Bantuan Keuangan

Bantuan Keuangan mencakup belanja bantuan bidang sarana dan prasarana, bidang

pendidikan, FEDEP, rehabilitasi lahan kritis, TMMD, profil daerah.

Ratio pendanaan yang berasal dari Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota :

Alokasi Bantuan Keuangan

APBD Kabupaten/Kota

Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara, yang

diperoleh dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk

negara tersebut

Ratio Pertumbuhan Pendapatan Perkapita :

Pendapatan Perkapita tahun t – Pendapatan Perkapital Tahun (t-1)

Pendapatan perkapita Tahun (t-1)

Teknik Analisis

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi yang menggambarkan hubungan

antara variable sebagai berikut:

BM= α+ b1 PAD+ b2 DAK+ b3 DAU+ b4 BK+ e

PP= α+ β1 BM+e

Dimana:

BM = Ratio Belanja Modal

PAD = Ratio Pendapatan Asli Daerah

DAU = Ratio Dana Alokasi Umum

DAK = Ratio Dana Alokasi Khusus

BK = Ratio Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi

PP = Ratio Pendapatan Perkapita

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 203: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1171

SESI I/11

Analisa Data dan Pembahasan

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel indenpenden dana alokasi umum, dana alokasi khusus,

pendapatan asli daerah dan bantuan keuangan kabupaten/kota serta variabel dependennya

belanja modal dan pendapatan perkapita dapat dilihat pada tabel 1. (lampiran). Sebesar 60 %

lebih rata-rata dana perimbangan yang terbesar adalah DAU. Sementara rata-rata PAD relatif

masih rendah, hanya 8,7%, hal ini menunjukkan perlu peningkatan potensi intensifikasi

pemungutan pajak dan retribusi. Mengingat wilayah Jawa Tengah memiliki potensi

pengembangan industri yang cukup baik, sehingga bisa meningkatkan bantuan keuangan

propinsi pada kabupaten/kota.

Uji Normalitas

Hasil uji normalitas terhadap keseluruhan variabel yang digunakan diatas baik

variabel independen dan variabel dependen nampak pada tabel 5. (lampiran) terlihat nilai

skewness standardized residual sebesar 1,92, karena nilainya kurang ±1,96 maka, dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pada gambar 1 (lampiran) terlihat bahwa titik-

titik menyebar mendekati dan bahkan berhimpit dengan garis diagonal, hal ini menunjukkan

distribusi data adalah normal.

Autokorelasi

Nilai Durbin Watson untuk variabel model pertama pada table 4 (lampiran)

diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.854. Posisi nilai DW diantara 1,7617< 1,854<

2,2383, maka dapat disimpulkan persamaan model pertama tidak terdapat problem

autokorelasi. Sedangkan nilai Durbin Watson untuk variabel model kedua pada tabel. 7

(lampiran) diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.953. Posisi nilai DW dengan nilai dL p

diantara 1,7011 < 1,953< 2,2989, maka persamaan model kedua tidak terdapat problem

autokorelasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 204: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1172

SESI I/11

Heteroskedastisitas

Deteksi heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Glejtser dimana

hasilnya dapat disimpulkan baik dalam model pertama maupun kedua yang dapat dilihat pada

tabel 6 dan tabel. 10 (lampiran) disimpulkan tidak terdapat problem asumsi

heteroskedastisitas karena nilai signifikansi terhadap absolute residual memiliki nilai diatas

0,05.

Multikolinieritas

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada tabel 3. (lampiran)

menunjukkan tidak ada satupun dari keempat variabel tersebut memiliki nilai lebih dari 10,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat problem multikolonieritas dalam model

tersebut. Hasil ini menunjukkan data yang digunakan penelitian ini dapat digunakan untuk

pengujian lebih lanjut

Uji Model (Goodness of Fit Models)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 205: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1173

SESI I/11

Pada model pertama dapat terlihat pada table 2. (lampiran) menunjukkan signifikansi

F-test sebesar 0,000, hal ini menunjukkan secara keseluruhan model tersebut adalah fit. Dan

pada tabel. 4 (lampiran) nilai koefisien determinasi sebesar 0,343, hal ini menunjukkan secara

keseluruhan model pertama hanya mampu menjelaskan 34,3 % varians belanja modal.

Sementara pada model kedua terlihat pada tabel 8. (lampiran) menunjukkan

signifikansi T-test sebesar 0,000 , hal ini menunjukkan secara keseluruhan model tersebut

adalah fit. Dan pada tabel 7. (lampiran) nilai koefisien determinasi sebesar 0,866, hal ini

menunjukkan secara keseluruhan model kedua mampu menjelaskan 86,6 % varians

pendapatan per kapita.

Uji Hipotesa dan Pembahasan

Hipotesis 1 menghasilkan nilai probabilitas Pendapatan Asli Daerah di

kabupaten/kota di wilayah administratif propinsi Jawa Tengah terhadap belanja modal pada

tabel 3. (lampiran) sebesar -0,079. Hal ini menunjukkan hipotesis 1 ditolak. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011

tidak signifikan berpengaruh terhadap belanja modal. Dalam kenyataannya bahwa alokasi

pendapatan asli daerah pada kabupaten/kota di wilayah administratif propinsi Jawa Tengah

dari porsi pendapatan APBD.

Propinsi Jawa Tengah kurang dari 40 % dari total pos

pendapatan yang ada pada APBD dan PAD yang diperoleh dari retribusi sebagian digunakan

kembali untuk membiayai belanja pegawai petugas pemungut retribusi tersebut, bahkan jika

dihitung pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 didapat rata-rata jumlah penerimaan

dari pendapatan asli daerah hanya 8,7% dari komponen APBD. Temuan ini mengindikasikan

bahwa besarnya Alokasi Belanja Modal yang dialokasikan di kabupaten/kota tidak ditentukan

oleh besarnya pendapatan asli daerah tersebut. Hal ini terjadi karena alokasi pendapatan asli

daerah memiliki konstribusi sangat kecil terhadap pendapatan pada APBD kabupaten/kota

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 206: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1174

SESI I/11

tersebut. Hipotesis tersebut tidak mendukung teori fiskal. Dengan kata lain desentralisasi

fiskal memiliki kontribusi yang masih rendah. Temuan ini tidak sejalan dengan Ikin Solikin

(2007) dan Daryanto & Yustikasari (2007).

Hipotesis 2 memiliki nilai probabilitas Dana Alokasi Umum di kabupaten/kota di

wilayah administratif propinsi Jawa Tengah terhadap belanja modal pada tabel 3. (lampiran)

sebesar -0,000. Hal ini menunjukkan hipotesis 2 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dana alokasi umum dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap alokasi belanja modal. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan

daerah terhadap DAU sedemikian besar, karena 60% lebih dari pendapatan hampir semua

kabupaten/kota di Jawa Tengah bersumber dari Dana Alokasi Umum, namun

peruntukkannya dipergunakan untuk pemenuhan belanja pegawai yang menyerap lebih dari

60 persen dari alokasi belanja pegawai. Tendensi arah negatif menunjukkan bahwa

pertumbuhan belanja modal (14,03%) lebih kecil dari pertumbuhan DAU (60,7%), hal ini

disebabkan karena selama periode amatan terjadi kenaikan harga (laju inflasi cukup tinggi)

sehingga biaya operasional pemerintah kota/kabupaten wilayah administrative Jateng

meningkat. Temuan ini tidak sejalan dengan temuan Sidik et.al (2002), Abdullah & Halim

(2006), dan Holtz-Eakin et al (1994).

Hipotesis 3 menghasilkan nilai probabilitas dana alokasi khusus di kabupaten/kota di

wilayah administratif propinsi Jawa Tengah terhadap belanja modal pada tabel 3. (lampiran)

sebesar -0,958. Hal ini menunjukkan hipotesis 3 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa dana alokasi hhusus periode 2008 - 2011 tidak berpengaruh signifikan terhadap

alokasi belanja modal. Dana alokasi khusus merupakan bagian dari dana perimbangan yang

secara keseluruhan diperuntukkan untuk bidang-bidang tertentu terutama untuk pembangunan

sarana dan prasarana. Namun rata-rata alokasi dana ini selama periode amatan 2008-2011

sebesar 6,5% atau kata lain pertumbuhan anggaran untuk pembiayaan sarana prasarana masih

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 207: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1175

SESI I/11

jauh dari harapan dibanding dana alokasi umum. Temuan ini sejalan dengan penelitian

Husni (2011). Namun tidak sejalan dengan Holtz-Eakin et al (1994) menemukan keterkaitan

sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja modal.

Hipotesis 4 memiliki nilai probabilitas bantuan keuangan di kabupaten/kota di wilayah

administratif provinsi Jawa Tengah terhadap alokasi belanja modal pada tabel 3. (lampiran)

sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan hipotesis 4 terbukti diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa belanja bantuan keuangan dari tahun 2008 -2011 berpengaruh positif dan

signifikan terhadap alokasi belanja modal. Alokasi bantuan keuangan dari pemerintah

propinsi kepada kabupaten/kota menjadi pendapatan bagi APBD kabupaten/kota tersebut,

alokasi bantuan keuangan tersebut diperuntukan untuk belanja modal yang dialokasikan pada

beberapa bidang yaitu sarana prasarana, pendidikan, kemasyarakatan yang tujuannya untuk

mengatasi kesenjangan pembangunan antar kabupaten/kota, namun alokasi tiap

kabupaten/kota berbeda dan alokasi bantuan tersebut jumlahnya fluktuatif tergantung

kemampuan keuangan propinsi. Temuan ini sejalan dengan penelitian Abdullah& Halim

(2006).

Hipotesis 5 memiliki nilai probabilitas alokasi belanja modal terhadap perubahan

pendapatan per kapita pada tabel 9. (lampiran) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan hipotesis

5 terbukti diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan belanja modal

tahun 2008-2011 berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan

perkapita kabupaten/kota di wilayah administrasi propinsi Jawa Tengah. Pendapatan

perkapita menjadi dasar karena lebih akurat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu wilayah. Pendapatan perkapita dihitung berdasarkan jumlah PDRB

dibanding dengan jumlah penduduk, Jumlah PDRB merupakan jumlah produk yang

dihasilkan oleh suatu masyarakat di suatu wilayah yang bisa berasal dari sektor perdagangan,

jasa, perindustrian maupun sumber pendapatan yang lain. Penentu pendapatan perkapita juga

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 208: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1176

SESI I/11

diperoleh dengan menghitung hasil dari masyarakat, walaupun masyarakat tersebut tidak

berdomisili di wilayah tersebut. Pengadaan belanja modal oleh pemerintah melalui

pengalokasian belanja modal yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah

dengan maksud dan tujuan untuk mempermudah dan memberikan akses guna menunjang

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Temuan ini sejalan dengan penelitian Kuncoro (2004),

Lin dan Liu (2000) , dan Adi (2006).Hasil hipotesis ini mendukung Government Expenditure

Theory. Mengingat pertumbuhan belanja secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan pendapatan per kapita, maka peningkatan belanja harus selalu diusahakan agar

peningkatan pendapatan masyarakat dapat terjaga kelangsungannya. Hal ini sesuai dengan

teori Peacock dan Wiseman menyatakan bahwa kebijakan pemerintah untuk menaikkan

pengeluaran negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus

membayar pajak lebih besar. Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak

sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas

batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari kewajiban

membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan

pajak yang harus dibayar masyarakat. Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya

perekonomian suatu negara akan semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut,

walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan

memicu peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.

PENUTUP

Simpulan

Simpulan yang dihasilkan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Dana Perimbangan yang dialokasikan oleh Pemerintah Pusat merupakan sumber dana

yang sangat penting bagi sumber pendanaan di kabupaten/kota di wilayah administratif

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 209: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1177

SESI I/11

Jawa Tengah, hal ini dapat dilihat bahwa terdapat kabupaten/kota yang sumber pendapatan

dari Dana Perimbangan melebihi 40% dari seluruh pendapatan yang dipergunakan untuk

membiayai belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahnya.

2. Komponen dana perimbangan yang dialokasikan Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Provinsi pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang tercermin pada variable Dana Alokasi

Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Bantuan Keuangan Kepada

Kabupaten/ Kota di dominasi oleh Dana Alokasi Umum yang mempunyai alokasi terbesar

dibandingkan dengan dana transfer yang lain.

3. Hasil analisa diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Bantuan Keuangan Pemerintah

Propinsi kepada kabupaten/kota yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja

modal pada kabupaten/kota sedangkan alokasi DAU dan PAD tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap alokasi belanja modal.

4. Jumlah Belanja Modal yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada

kabupaten/kota di wilayah administrasi Pemerintah Propinsi Jawa Tengah disimpulkan

berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan perkapita yang ada pada masyarakat yang

ada di wilayah kabupaten/kota di wilayah Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Penelitian ini memiliki

keterbatasan antara lain:

1. Objek penelitian hanya pada satu wilayah administrasi propinsi saja sehingga tidak bisa

digeneralisasi untuk wilayah propinsi atau daerah yang lain. Diharapkan penelitian

selanjutnya dapat memperluas objek dan lingkup penelitiannya dengan komparasi

wilayah propinsi lain.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 210: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1178

SESI I/11

2. Penelitian ini tidak mengelompokkan objek Belanja Modal yang dialokasikan yang

bermanfaat atau dapat digunakan langsung oleh masyarakat atau belanja modal yang

dipergunakan untuk mendukung kinerja aparatur pemerintah di daerah tersebut.

3. Rentang waktu penelitian hanya 4 tahun anggaran, sehingga hasil penelitian belum

komperehensif dikarenakan adanya beberapa perubahan nomenklatur pengkodean jenis

belanja pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, diharapkan penelitian

selanjutnya dapat mengambil sampel dengan rentang waktu yang lebih panjang.

Implikasi Penelitian

Penelitian ini sejalan dengan konsep teori bahwa alokasi belanja modal pada suatu

daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang tercermin pada

pendapatan perkapita di wilayah tersebut. Pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan

perlu meningkatkan potensi pendapatan asli daerahnya yang ada untuk semakin

meningkatkan sumber pendanaan dari pos tersebut. Selain itu pemerintah daerah dihimbau

perlu menata ulang alokasi kebutuhan pegawainya sehingga dapat menekan alokasi

belanjanya sehingga dapat dipergunakan untuk menambah alokasi belanja modal.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 211: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1179

SESI I/11

DAFTAR REFERENSI

Afridian Wirahadi Ahmad, Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Outcome Bidang Kesehatan: Studi Empiris

di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Barat.Simposium Nasional Akuntansi XIII. 2010

Aloysius Gunadi Brata, 2004. Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja

Ekonomi Daerah Tingkat II di Indonesia. Yogyakarta: Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya.

Abdul Halim, Abdullah Syukriy, 2003. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.

Simposium Nasional Akuntansi VI, 1140-1159.

Abdullah Syukriy, Abdul Halim, 2006. Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam

Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan, Jurnal Akuntansi Pemerintah,

Volume 2 No. 2,November.

Badan Pusat Statistik, 2011, Jawa Tengah dalam Angka, Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Bird, R.M. 1998. "Analysis of Earmarked Taxes." Tax Notes International (June23), pp. 2095-2116.

Daryanto dan Yulia Yustikasari. 2007, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan dana

Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Belanja Modal, Simposium nasional Akuntansi X, Makasar.

David Harianto dan Priyo Hari Adi, 2007, Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan

Asli Daerah dan Pendapatan Perkapita, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Ekom Koswara. 1996. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia Tentang

Pelaksanaan Otonomi Daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat II menurut Undang-Undang No

5 tahun 1974, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.

Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial, edisi Kedua. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Erdal Karago and Kerim Ozdemir. Government Expenditures and Private Invetment: Evidence from Turkey.

The Middle East Business and Economic Review, Volume 18, No. 2, December 2006, Page 33.

Sajkumar Tulsidharan. Government Expenditure and Economic Growth in India (1960-2000). Finance India

Vol. XX.No.1March.2006.Page169.

Farrokh K Langdana. 2009.Macro Economy policy. Springer Science Business Media USA. Second Edition

Gaspersz, Vincent dan Esthon Foenay. 2003. Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat Dan Produktivitas Tenaga

Kerja Di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ekonomi Rakyat. Th. II - No. 8 - Nopember 2003.

Hadi, 2006. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat-

Daerah, Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Sekolah Pasca Sarjana

UGM. Yogyakarta.

Harry Azzar Azis, Syahrudin, 2009, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

2009.

Hasrina Husni, 2011, Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli daerah Dengan

Belanja Modal Sebagai variabel Intervening Studi empiris Di Kabupaten/kota Provinsi Aceh, Initial

Repository, Universitas Sumatera Utara.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 212: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1180

SESI I/11

Herlina Ismerdekaningsih, SE & Endah Sri Rahayu,SE. 2002. Analisis Hubungan Penerimaan Pajak Terhadap

Product Domestic Bruto Di Indonesia ( Studi Tahun 1985-2000). ITB Central Library.

Hogerwerf. 1978 Alphen Aan den Rijn: Samson, 1978, Public Administration, Netherland.

Holtz-Eakin, Doglas, Harvey S, & Schuyley Tilly. 1994. Intertempora Analysis of State An Local Government

Spending: Theory and Tests. Journal of Urban Economics 35: 159-174.

Ikin Solikin. 2007. Hubungan pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum dengan belanja modal di Jawa

Barat.

Imam Ghozali. 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas

Diponegoro, Semarang.

Iqbal Hasan, 2006. Analisa Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta, Bumi Aksara.

Juli Panglima Saragih. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penerbit Ghalia

Indonesia.

Kesit Bambang Prakosa. 2004. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Propinsi Jawa Tengah dan DIY). JAAI Vol.

8 No. 2, 101-118.

Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu. 2000. Fiscal Decentralization and Economic Growth in China. Economic

Development and Cultural Change. Chicago. Vol 49. Hal : 1 – 21.

Machfud Sidik, B. Raksasa Mahi, Robert Simantjuntak, Bambang Brodjonegoro, 2002 Dana Alokasi Umum,

Konsep, hambatan dan Prospek di Era Otonomi Daerah Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Maddick, Henry, 1963. Democracy, Decentralization and Development. Bombay: Asia Publishing House.

Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mills, A. 1994. Decentralization and Accountability in The Health Sector From an International Perspective:

What Are The Choices?. Public Administration and Development, Vol. 14.

Moleong, 2006, Metode penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung Remaja Rosdan Karya, Bandung.

Muana Nanga. 2005. Analisis Posisi Fiskal Kabupaten/Kota di NTT : Adakah Posisi Fiskal Lebih Baik. Jurnal

Studi Pembangunan KRITIS. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Mudrajat Kuncoro, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Perencanaan,

Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga.

Peacock, A. T. & Wiseman, J. 1967. The Growth of Public Expenditure in the United Kingdom, New

Edition, London: George Allen & Unwin Ltd.

Priyo Hari Adi, 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Studi

Pembangunan Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Priyo Hari Adi, 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan

Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota seJawa-Bali). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Singgih Santoso, 2002, Statistic Multivariate, PT Elex Media Komoutindo, Jakarta.

Soejito Irawan, 1990. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Jakarta, Rineka Cipta.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 213: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1181

SESI I/11

Sri Mulyani Erlina, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, USU

Press, Medan.Singgih 2002.

Supatman, 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap

Pertumbuhan ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening. Media Penelusuran

Koleksi Pustaka Ilmiah. Universitas Padjajaran Bandung.

Syahruddin. 2006. Desentralisasi Fiskal: Perlu Penyempurnaan Kebijakan dan Implementasi Yang Konsisten.

Wagner, A., 1883. “Three Extracts on Public Finance”, translated and reprinted in R.A. Musgrave and

A.T. Peacock (eds), Classics in the Theory of Public Finance, London: Macmillan, 1958.

------------------, 2004, Undang–Undang nomor 32 Republik Indonesia: Pemerintahan Daerah, Depdagri, Jakarta.

------------------, 2004, Undang-Undang nomor 33 Republik Indonesia: Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, Depdagri, Jakarta.

------------------, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Republik Indonesia: Standar Akuntansi Pemerintahan.

------------------, 2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Republik Indonesia, Depdagri, Jakarta.

------------------, 2011 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Republik Indonesia, Depdagri, Jakarta.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 214: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1182

SESI I/11

Lampiran

Tabel 1. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DAK 140 .00912 .09955 .0655307 .02009860

DAU 140 .37926 .92554 .6067501 .07453502

PAD 140 .04755 .22195 .0870465 .02978722

BK 140 .00806 .09456 .0236750 .01285234

BM 140 .03782 .29710 .1402763 .05240142

PP 140 .03786 .29802 .1385218 .05282127

Valid N (listwise) 140

Tabel 2. ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .063 4 .016 6.707 .000a

Residual .318 135 .002

Total .382 139

a. Predictors: (Constant), BK, PAD, DAK,

DAU

b. Dependent Variable: BM

Tabel 3. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .329 .048 6.922 .000

DAK -.012 .226 -.005 -.053 .958

DAU -.307 .064 -.437 -4.790 .000

PAD -.293 .165 -.166 -1.769 .079

BK 1.003 .340 .246 2.949 .004

a. Dependent Variable: BM

Tabel 4. Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .607a .368 .343 .04856531 1.854

a. Predictors: (Constant), BK, PAD, DAK, DAU

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 215: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1183

SESI I/11

Tabel 5. Statistics

Unstandardized Residual

N Valid 140

Missing 0

Skewness .394

Std. Error of Skewness .205

Tabel 6. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .079 .028 2.807 .006

DAK .166 .134 .115 1.235 .219

DAU -.087 .138 -.123 -1.289 .236

PAD -.016 .098 -.016 -.160 .873

BK .088 .202 .039 .434 .665

a. Dependent Variable: residual

Tabel 7. Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .931a .867 .866 .01930408 1.953

a. Predictors: (Constant), BM

b. Dependent Variable: PP

Tabel 8. ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .336 1 .336 902.721 .000a

Residual .051 138 .000

Total .388 139

a. Predictors: (Constant), BM

b. Dependent Variable: PP

Tabel 9. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .007 .005 1.460 .146

BM .939 .031 .931 30.045 .000

a. Dependent Variable: PP

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 216: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1184

SESI I/11

Tabel 10. Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T

Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .014 .004 3.788 .000

BM -.020 .025 -.068 -.800 .425

a. Dependent Variable: absres

Gambar 1.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 217: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1185

SESI I/11

Analisis Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate

Governance dan Komitmen Organisasi

terhadap Kinerja Aparatur Pemerintahan

(Studi Empiris pada Instansi-Instansi dalam Satuan Kerja Perangkat

Daerah Kabupaten Banyumas)

WIWID AMBARWATI

EKO SUYONO

UMI PRATIWI

Universitas Jendral Soedirman

Abstract: The study aimed to examine the effect of the implementation of the principles of good

corporate governance and organizational commitment to the performance of government

officials in governmental sector in Banyumas, partially. The method of this research is

explanatory survey with the saturated sample’s method. The data collecting was carried out by

spreading questionnaires to top manager and middle manager in every governmental unit of

Banyumas with the total sample is 252 respondents.

Partial Least Square used as the instrument of this research. The conclusion of research

are 1) implementation of the principles of good corporate governance has no influence to the

performance of government officials in governmental sector and 2) organizational commitment

has positive influence and significant to the performance of government officials in

governmental sector.

Keywords : good corporate governance, organizational commitment, performance, partial least

square

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 218: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1186

SESI I/11

I. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sebuah pemerintahan yang

dijadikan tolak ukur utama dalam upaya pembangunan, sehingga fungsi pelayanan

publik harus ditingkatkan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kualitas

kinerja aparatur pemerintahan yang bertugas dalam pemerintahan.

Kinerja pemerintahan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah kegagalan pemerintahan dalam melakukan pemantauan dan

penentuan perencanaan strategis (Pratiwi 2011). Dimensi lain penyebab buruknya

kinerja perusahaan secara umum adalah pelanggaran terhadap etika bisnis. Pendapat

(BPKP 2003) dalam (Sayidah 2007) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan

praktek good corporate governance telah berupaya meminimalkan risiko keputusan

yang salah atau yang menguntungkan diri sendiri, sehingga meningkatkan kinerja

perusahaan yang pada akhirnya memaksimalkan nilai perusahaan.

Baik buruknya kinerja para aparatur pemerintahan dapat ditentukan oleh beberapa

faktor, namun faktor yang dijadikan pertimbangan ada dua faktor yaitu penerapan

prinsip-prinsip good corporate governance dan komitmen organisasi. Dalam sebuah

penelitian disebutkan bahwa empat faktor good corporate governance yang meliputi

akuntabilitas, transparansi, keadilan dan partisipasi berpengaruh terhadap kinerja

pegawai (Ningsih dkk 2011).

Faktor kedua adalah komitmen organisasi. Prasetyono (2007) menyatakan bahwa

komitmen organisasi dapat tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan

hak dan kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan, hal ini

disebabkan pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja semua anggota

organisasi yang bersifat kolektif. Oleh karena itu, semakin tinggi komitmen yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 219: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1187

SESI I/11

dimiliki seseorang dalam organisasi maka semakin tinggi pula kualitas kinerja yang

dihasilkan. Penelitian Khan et all (2010) menyimpulkan bahwa komitmen organisasi

mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja para pegawainya.

Lokasi penelitian di Pemda Kabupaten Banyumas dilakukan karena pelayanan

publik yang rendah karena penerapan good corporate governance yang lemah

(tubasmedia.com), ketidakdisiplinan pegawai pemerintahan yang menyebabkan

rendahnya pelayanan publik (news.detik.com) dan birokrasi yang terlalu lemah dan

berbelit-belit dalam hal pelayanan kesehatan, pelayanan surat-surat kependudukan, dan

pelayanan investasi (muharrikyanuar.wordpress.com).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan perumusan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Apakah penerapan prinsip-prinsip good corporate governance berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintahan.

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

aparatur pemerintahan.

II. Telaah Teoretis Dan Pengembangan Hipotesis

A. Telaah Teoritis

1. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Teori yang digunakan dalam penerapan prinsip-prinsip good corporate

governance adalah stewardship theory, new public service theory dan new

public management theory. UNDP (United National Development

Program) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of political,

economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 220: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1188

SESI I/11

levels” (Mardiasmo 2002:17). Prinsip-prinsip good corporate governance

yang digunakan meliputi lima prinsip yaitu transparansi, akuntabilitas,

partisipasi, kemandirian, dan pertanggunjawaban. Tujuan dari good

corporate governance adalah sebagai pengukur dan penilaian kinerja

pegawai. Khususnya pegawai pemerintahan yang menekankan pada aspek

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah

tersebut dengan daerah lain.

2. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang karyawan merasa memiliki organisasi dan berusaha

mengembangkannya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dalam

komitmen organisasi, terdapat tiga dimensi yang membentuk di dalamnya

yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinyu, dan komitmen normatif

(Robbins 2008:101).

3. Kinerja Aparatur Pemerintahan

Kinerja merupakan sebuah olahan hasil pekerjaan kita di sebuah organisasi

yang didasarkan pada kebijakan perusahaan dan berorientasi pada tujuan

organisasi. Penilaian kinerja (performance appraisal) merupakan faktor

utama dalam mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien

serta berfungsi dalam membantu manajer menilai capaian strategi melalui

alat ukur finansial dan non finansial. Manajemen dapat berarti pencapaian

tujuan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial antara lain (Mahoney

et all 1963) dalam (Suwarsih 2010) yaitu meliputi perencanaan,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 221: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1189

SESI I/11

investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff,

negoisasi dan perwakilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, berikut dapat digambarkan model penelitian.

Gambar 1. Model Penelitian

B. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan model penelitian di atas dapat ditentukan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H1 : Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja aparatur pemerintahan.

H2 : Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja aparatur pemerintahan.

AKUNTABILITAS PENERAPAN PRINSIP GCG

KEMANDIRIAN

KOMITMEN ORGANISASI

TANGGUNGJAWAB

K. KONTINYU

K. AFEKTIF

K. NORMATIF

KINERJA APARATUR

PEMERINTAHAN

TRANSPARANSI

PARTISIPASI

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 222: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1190

SESI I/11

III. Metode Riset

A. Metode Riset

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode survey. Data yang digunakan merupakan data primer yang

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Populasi penelitian sebanyak

252 responden yang tersebar pada 84 SKPD di Kabupaten Banyumas dan

sampel yang digunakan merupakan sampel jenuh sehingga seluruh populasi

dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Partial Least

Square dan dianalisis dengan Smart PLS 2.0.

B. Pengukuran Variabel

1. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, diukur dengan

menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Suyono dan

Haryanto (2012) pada skala likert 1-5 yaitu berdasarkan lima indikator

yaitu: prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, prinsip partisipasi, prinsip

kemandirian, dan prinsip pertanggungjawaban.

2. Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan kuesioner yang

diadopsi dari penelitian Suyono dan Haryanto (2012) pada skala likert 1-5

yaitu berdasarkan tiga indikator yaitu: komitmen afektif, kontinyu dan

normatif.

3. Kinerja aparatur pemerintahan diukur dengan menggunakan kuesioner

yang diadopsi dari Mahoney et all (1963) pada skala likert 1-5 yaitu

berdasarkan delapan indikator yaitu: perencanaan, investigasi,

pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff, negoisasi dan

perwakilan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 223: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1191

SESI I/11

IV. Analisis Data Dan Pembahasan

Dari 252 responden yang dijadikan populasi, hanya 176 responden yang dapat

diolah dalam penelitian ini. Response rate responden berada pada tingkatan 70%.

Distribusi jawaban responden berada pada angka rata-rata 4 (setuju). Karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel 1 dalam lampiran.

A. Analisis Data

Analisis deskriptif dapat dilihat dilihat pada tabel 2 dalam lampiran.

1. Outer Model

a. Pengujian Outer Model untuk variabel penerapan prinsip-prinsip good

corporate governance

i. Convergent Validity

Dari 52 pernyataan atau indikator yang uji hanya 38 indikator yang

lolos uji dengan ketentuan yaitu nilai loadings factor > 0,50.

ii. Discriminat Validity

Berdasarkan nilai output cross loadings seluruh indikator tersisa

telah lolos uji. Perbandingan antara nilai AVE (Average Variance

Extracted) dan Akar AVE menyimpulkan seluruh indikator lolos

uji karena Akar AVE > AVE. Tetapi, berdasarkan nilai AVE per

indikator, indikator kemandirian (KMDRN) memiliki nilai dibawah

0,5 sehingga indikator tersebut harus di drop dari model.

iii. Composite Reliability

Seluruh indikator dinyatakan reliabel dengan ketentuan composite

reliability > 0,7 dan nilai Cronbachs Alpha > 0,6 (Ghozali, 2008).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 224: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1192

SESI I/11

Namun, walaupun semua dinyatakan reliabel, indikator

kemandirian akan tetap di drop dari model karena dinyatakan tidak

valid

b. Pengujian Outer Model untuk variabel komitmen organisasi

i. Convergent Validity

Dari 16 indikator atau pernyataan hanya 15 yang lolos uji dengan

kriteria nilai > 0,50.

ii. Discriminat Validity

Berdasarkan output cross loadings, nilai AVE dan perbandingan

akar AVE dan AVE disimpulkan bahwa seluruh indikator memiliki

validitas diskriminan yang tinggi.

iii. Composite Reliability

Seluruh indikator menunjukkan nilai reliabilitas yang tinggi.

c. Pengujian Outer Model secara keseluruhan

i. Convergent Validity

Lima indikator harus didrop yaituo dua indikator: T3 dan T9 dari

variabel penerapan prinsip-prinsip GCG dan 3 indikator dari

variabel kinerja aparatur pemerintahan yaitu Y1, Y3 dan Y7.

ii. Discriminant Validity

Nilai validitas diskriminan menunjukkan nilai yang baik jika

melihat nilai cross loadings.

iii. Composite Reliability

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 225: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1193

SESI I/11

Keseluruhan indikator memiliki nilai reliabilitas yang tinggi

berdasarkan nilai composite reliability > 0,6 dan Cronbachs Alpha

> 0,7.

2. Inner Model

Pengujian inner model dilakukan dengan melihat nilai R-Square yang

merupakan uji goodness-fit model (Ghozali 2008:43). Dalam pengujian ini

dilakukan uji bootstrapping terhadap model yang telah dibuat. Model

structural dapat dilihat pada gambar 2 dalam lampiran.

Dengan melihat nilai signifikansi t-statistik pada output bootstrapping,

dapat disimpulkan bahwa semua indikator memiliki hubungan signifikan

terhadap masing-masing variabelnya. Nilai ttabel yang digunakan adalah

1,96 (two tailed). Untuk pengaruh dapat dilihat dengan menggunakan nilai

R-Square dan Path Coefficients pada tabel 4 dalam lampiran.

Nilai R-Square yang di dapat sebesar 0,7785. Artinya, variabilitas

konstruk kinerja aparatur pemerintahan yang dapat dijelaskan oleh

konstruk penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan

komitmen organisasi dengan interaksi sebesar 77,85%. Hasil output

bootstrapping juga menunjukkan bahwa setiap indikator berpengaruh

terhadap indikator lainnya.

B. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian hipotesis 1

Berdasarkan pengujian hipotesis, didapatkan nilai koefisien parameter

sebesar -0,056 dan nilai t-statistik sebesar 0,773 (thitung < 1,96). Nilai t

statistik yang tidak mencapai angka 1,96 menunjukkan bahwa hubungan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 226: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1194

SESI I/11

kedua variabel tidak signifikan, sementara angka -0,056 menunjukkan

adanya pengaruh negatif antara kedua variabel, sehingga disimpulkan

bahwa hipotesis pertama ditolak.

2. Pengujian hipotesis 2

Pengujian hipotesis kedua mendapatkan hasil nilai koefisien parameter

hitung 0,8637 dan nilai t-statistik sebesar 18,5097 dengan signifikansi 5%

(t hitung > 1,96 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima.

C. Pembahasan

1. Pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance

terhadap kinerja aparatur pemerintahan.

Penerapan GCG di Banyumas dapat dikategorikan pada tingkatan

yang cukup baik berdasarkan distribusi jawaban responden. Namun,

penerapan prinsip-prinsip good corporate governance yang tinggi belum

tentu menjamin kinerja aparatur pemerintahan yang tinggi pula.

Penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa indikator kemandirian

memiliki rate paling rendah karena Pemkab Banyumas belum mampu

memaksimalkan pengembangan investasi daerah yang potensial.

Penyelenggaraan pemerintahan akan melibatkan banyak pelaku di

dalamnya yaitu pemerintahan, korporasi dan masyarakat sipil. (Kuswanto

2012). Banyak di antara mereka membayangkan bahwa dengan memiliki

praktik good governance yang lebih baik, maka kualitas pelayanan publik

menjadi semakin baik, angka korupsi menjadi semakin rendah, dan

pemerintah menjadi semakin peduli dengan kepentingan warga (Dwiyanto

2005) dalam (Kuswanto 2012). Namun, tidak dapat dipungkiri

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 227: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1195

SESI I/11

juga,apabila penerapan good corporate governance memberikan respon

negatif terhadap kinerja aparatur pemerintahan.

Hasil penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian

Purwani (2010) dan Sayidah (2007). Sementara hasil penelitian Ningsih

dkk (2011) , Suyono dan Haryanto (2012), Wati dkk (2010) dan Pratiwi

(2011) tidak menunjukkan hasil yang sama.

2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja aparatur

pemerintahan.

Kondisi mengenai tingkat komitmen organisasi yang dimiliki oleh

aparatur pemerintah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten

Banyumas dalam kondisi yang sangat baik. Setiap individu melakukan

tugasnya dengan baik sebagai hasil dari loyalitas mereka terhadap

organisasi yang menaungi mereka. Walaupun secara riil sebagian besar

individu yang menjadi pengambil kebijakan memiliki perbedaan latar

belakang pendidikan terhadap status jabatannya di dalam organisasi, hal

itu tidak mengurangi komitmen mereka sedikit pun.

Prasetyono (2007) menyatakan bahwa komitmen organisasi dapat

tercipta apabila individu dalam organisasi sadar akan hak dan

kewajibannya dalam organisasi tanpa melihat jabatan dan kedudukan, hal

ini disebabkan pencapaian tujuan organisasi merupakan hasil kerja

semua anggota organisasi yang bersifat kolektif. Oleh karena itu,

komitmen organisasi masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.

Semakin tinggi komitmen yang dimiliki oleh individu maka semakin

tinggi tingkat keberhasilan tujuan perusahaan itu tercapai.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 228: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1196

SESI I/11

Penelitian ini memberikan hasil yang konsisten terhadap penelitian

terdahulu milik Khan et all (2011), Qaisar et all (2012) dan Suwarsih

(2010). Sementara penelitian Kurniawan (2011) menyatakan bahwa

komitmen organisasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi

publik.

V. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi

A. Simpulan

1. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance tidak berpengaruh

terhadap kinerja aparatur pemerintahan.

2. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

aparatur pemerintahan.

B. Keterbatasan

1. Kuesioner disampaikan kepada responden melalui bagian umum untuk

masing-masing dinas, dan sekretaris masing-masing kelurahan dan

kecamatan, sehingga responden tidak di dampingi pada saat penyampaian

kuesioner. Peneliti tidak mengetahui apakah yang mengisi kuesioner benar-

benar responden yang bersangkutan. Selain itu ada kemungkinan responden

yang kurang memahami maksud dari pernyataan-pernyataan yang ada di

dalam kuesioner akan memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan

maksud pernyataan kuesioner.

2. Kuesioner didistribusikan hanya pada SKPD di wilayah Kabupaten

Banyumas saja dengan mengambil 3 (tiga) sampel per instansi. Pengambilan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 229: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1197

SESI I/11

sampel yang sedikit mengakibatkan hasil penelitian kurang dapat

digeneralisasi secara luas.

C. Implikasi

1. Top manager dan middle manager sebaiknya lebih memperhatikan kembali

mengenai penerapan good corporate governance dengan melakukan arah

komunikasi top down.

2. Peningkatan GCG dan komitmen organisasi dapat dilakukan dengan sistem

reward and punishment, mengadakan pelatihan dan pendidikan dan

pengawasan rutin.

3. Penelitian hanya dilakukan di SKPD Kabupaten Banyumas sehingga tidak

dapat mengeneralisasi ke objek penelitian lainnya, sehingga diharapkan

untuk penelitian selanjutnya dapat lebih luas lagi cakupannya.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 230: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1198

SESI I/11

Daftar Referensi Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja

Internal Auditor dengan Kepuasan Kerja sebagai Variable Intervening (Studi Empiris pada Internal

Auditor PT. BANK ABC). Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang. (undip.ac.id)

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square.

Edisi 2. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Indriantoro dan Nur Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajemen. BPFE UGM, Yogyakarta.

Jogiyanto. 2012. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian dalam penelitian

Bisnis.UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Kaihatu, Thomas S.. 2009. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. http://leosukmawijaya.wordpress.com/ diakses 5 Februari 2013.

Khan, Muhammad Riaz ; Ziauddin ; Farooq Ahmed Jam ; M. I. Ramay. 2010. “The Impact of

Organizational Commitment on Employee Job Performance”. European Journal of Social Sciences

– Volume 15, Number 3 (2010).

Kuswanto, Goto. 2012. “Penerapan Good Governance di Indonesia”.

http://www.banyumaskab.go.id/berita/berita_detail/246/pelaksanaan-good-governance--di-indonesia

diakses 3 Maret 2013 Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Ningsih. Nining Ade; Indar; Amran Razak. 2011. Analisis Hubungan Prinsip-Prinsip Good Governance

dengan Kinerja Pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur. Thesis. Universitas

Hasanuddin. Makassar. (www.unhas.ac.id)

Prasetyono dan Nurul Kompyurini. 2007. Analisis Kinerja Rumah Sakit Daerah dengan Pendekatan

Balance Scorecard Bersarkan Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip-

Prinsip Good Corporate Governance (Survei Pada Rumah Sakit Daerah di Jawa Timur). Makalah

disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. 26-28 Juli 2008.

Pratiwi, Diana. 2011.Hubungan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kota

Bekasi. Jurnal. Universitas Gunadarma. Depok. (papers.gunadarma.ac.id)

Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi Jilid 1. Edisi 12. PT Prehallindo, Jakarta.

Sayidah, Nur. 2007. “Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (

Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, dan 2005”. JAAI VOLUME 11 NO. 1,

JUNI 2007: 1 – 19

Suyono, Eko dan Eko Haryanto. 2012. Relationship between Internal Control, Internal Audit, and

Organization Commitment with Good Governance:Indonesian Cases. Jurnal China-USA Business

Review, Edisi September 2012

Suwarsih, Asri. 2010. Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Pengendalian Intern

Terhadap Penerapan Good Governance Serta Dampaknya Pada Kinerja Manajerial (Studi pada

Universitas Jenderal Soedirman). Skripsi.

www.muharrikyanuar.wordpress.com.“Pelayanan Publik di Banyumas : Posisi dan Peran Birokrasi dalam

Mewujudkan Good Governance di Era Otonomi Daerah”. (Diakses pada 26 November 2012)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 231: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1199

SESI I/11

www.news.detik.com. “Duh, PNS di Pemkab Banyumas Banyak yang Bolos”. (Diakses pada 26

November 2012)

www.tubasmedia.com. “Pemkab Banyumas Sulit Tingkatkan Pelayanan Masyarakat”. (Diakses pada 26

November 2012)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 232: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1200

SESI I/11

Lampiran

Lampiran 1. Tabel 1a Karakteristik Responden berdasarkan jabatan

Keterangan Jumlah

(orang) Presentase

Kepala Bagian Umum 33 18,75%

Kepala Bagian Bina Program 13 7,39%

Camat 22 12,5%

Lurah 26 14,77%

Kasi Tata Pemerintahan 36 21,47%

Kasi Ketentraman dan Ketertiban Umum 22 12,5%

Kasi Permas 3 1,71%

Kasi Kesra 1 0,06%

Kasi Pembangunan 14 7,95%

Sekretaris Lurah 5 2,84%

Bendahara Lurah 1 0,06%

176 100%

Tabel 1.b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,

Lama Bekerja & Pendidikan Terakhir

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki 123 69,87%

Perempuan 53 30,13%

176 100%

2. Berdasarkan Usia

51 tahun 57 32,37%

41 – 50 tahun 103 58,53%

40 tahun 16 9,1%

176 100%

3. Berdasarkan Lama Bekerja

21 tahun 131 74,43%

20 tahun 45 25,57%

176 100%

4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir

S2 5 2,84%

S1 133 75,57%

D3 38 21,59%

176 100%

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 233: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Wiwid Ambarwati, Eko Suyono, dan Umi Pratiwi

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1201

SESI I/11

Tabel 2 Analisis Deskriptif

Statistic Descriptive

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

PENERAPAN

PRINSIP-PRINSIP

GCG

176 168.00 260.00 209.1648 1.16095 15.40171

KOMITMEN

ORGANISASI 176 36.00 80.00 61.1761 .63964 8.48580

KINERJA

APARATUR 176 26.00 40.00 32.0170 .20959 2.78049

Valid N (listwise) 176

Gambar 2

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 234: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1202

SESI I/11

Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja,

Komitmen Organisasi, dan Motivasi Terhadap

Kinerja Manajerial Pemerintah Daerah

MARIA ELERINA DOUK TUNTI

Universitas Nusa Cendana Kupang

Abstrak: Hingga saat ini, masalah yang berkaitan dengan kinerja aparat pemerintah

menjadi topik yang tiada habisnya. Masalah yang paling banyak mencuat adalah mengenai

tindakan korupsi yang melibatkan aparat didalamnya. Selain itu, masalah mutu pendidikan

yang masih rendah, disiplin kerja yang masih rendah, adanya tindakan penyimpangan

administrasi, serta sumber daya aparatur yang dianggap belum profesional menjadikan

ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dengan berbagai masalah tersebut,

maka perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan harus terus dilakukan. Mutu pelayanan

tersebut dapat ditingkatkan melalui adanya perbaikan kinerja aparatur pemerintah.

Penelitian ini memiliki empat tujuan yakni: 1) menguji secara empiris pengaruh

kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial Pemda, 2) menguji secara empiris pengaruh

komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial Pemda, 3) menguji secara empiris

pengaruh motivasi terhadap kinerja manajerial Pemda, dan 4) menguji secara empiris

pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi secara bersama-sama terhadap

kinerja manajerial Pemda. Penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya

yang membuktikan bahwa kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi mempengaruhi

kinerja manajerial.

Subjek penelitian ini yakni 255 responden yakni PNS eselon III dan IV. Pengujian

hipotesis menggunakan multiple regression analysis dengan SPSS 13.0 software for windows.

Hasil analisis secara terpisah menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan motivasi terbukti

mempengaruhi kinerja manajerial Pemda, sementara komitmen organisasi tidak terbukti

mempengaruhi kinerja manajerial Pemda. Sementara itu, kepuasan kerja, komitmen

organisasi, dan motivasi secara bersama-sama terbukti mempengaruhi kinerja manajerial

Pemda.

Kata Kunci: Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Motivasi, Kinerja Manajerial Pemda

Author can be contacted at: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 235: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1203

SESI I/11

1. PENDAHULUAN

Dalam masa dimana kehidupan masyarakat semakin kompleks, organisasi sektor

publik semakin banyak memperoleh tekanan untuk selalu memperbaiki kinerjanya. Dengan

adanya otonomi daerah (sesuai amanat UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004),

maka memberi dampak bagi Pemda dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan

masyarakat. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah melakukan aktivitas pelayanan,

pengaturan, pembinaan, koordinasi dan pembangunan dalam berbagai bidang.

Hingga saat ini, masalah yang berkaitan dengan kinerja aparat pemerintah menjadi

topik yang tiada habisnya. Masalah yang paling banyak mencuat adalah mengenai tindakan

korupsi yang melibatkan aparat didalamnya. Selain itu, masalah mutu pendidikan yang masih

rendah, disiplin kerja yang masih rendah, adanya tindakan penyimpangan administrasi, serta

sumber daya aparatur yang dianggap belum profesional menjadikan ketidakpercayaan

masyarakat terhadap pemerintah. Dengan berbagai masalah tersebut, maka perbaikan dan

peningkatan mutu pelayanan harus terus dilakukan.

Salah satu sasaran pentingnya dalam pengelolaan SDM dalam suatu organisasi adalah

terciptanya kepuasan kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu tanggapan afektif

yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai tanggapan atau balikan (feedback) pekerja

terhadap tugas dan lingkungan kerja tertentu (Locke, 1976). Penelitian mengenai pengaruh

kepuasan kerja terhadap kinerja pernah dilakukan dan hasilnya menunjukkan adanya

hubungan positif antara kepuasan kerja dengan kinerja individual (misalnya, Parker dan

Kleemir, 1951; Vroom, 1960; dan Strauss, 1968). Dwi Maryani dan Bambang Supomo

(2001) juga meneliti mengenai hubungan tersebut dan hasilnya menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan diantara keduanya. Selain kepuasan kerja, juga terdapat satu faktor

yang harus diperhatikan oleh organisasi, yakni komitmen organisasi. Porter et al. (1974)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 236: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1204

SESI I/11

mendefinisikan komitmen organisasi sebagai keberterimaan tujuan organisasi dan keinginan

untuk berusaha mencapai tujuan organisasi. Penelitian Meyer et al., (1989) memberikan bukti

bahwa komitmen organisasi berkorelasi dengan peningkatan produktivitas dan turnover yang

semakin rendah. Muhsin (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh desentralisasi,

sistem pengendalian akuntansi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial Pemda

dan hasilnya membuktikan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh positif terhadap

kinerja manajerial Pemda. Dalam penelitian ini, peneliti juga akan membahas mengenai

masalah motivasional. Seorang pekerja melakukan pekerjaannya tentunya dilandasi

keinginan untuk mencapai sesuatu. Penelitian Mitchell (1974, 1979), Brownell dan McInnes

(1986), serta Ilham (2001) diperoleh hasil bahwa motivasi berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kinerja. Penelitian Sujatno (1991) dan Tutopoho (1993) juga

memperlihatkan bahwa motivasi berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas.

Visi pembangunan daerah NTT adalah ”terwujudnya manusia dan masyarakat NTT

yang mandiri, maju dan sejahtera lahir dan batin secara adil dan merata berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia.” Dengan visi tersebut,

disusun enam misi pembangunan daerah NTT, yang salah satunya adalah meningkatkan mutu

aparatur dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang profesional, berdaya guna,

berhasil guna, transparan dan bebas KKN. Misi dari visi ini yakni meningkatkan mutu

aparatur dalam rangka peningkatan mutu pelayanan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Dilihat dari kenyataan yang ada, daerah NTT merupakan salah satu propinsi

yang memiliki tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah karena masih merupakan

salah satu dari beberapa daerah termiskin di Indonesia. Hampir semua masyarakat NTT

memiliki cita-cita sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini hanya semata-mata

dilatarbelakangi keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih layak karena masyarakat

NTT memiliki anggapan bahwa dengan menjadi PNS maka mereka akan dijamin

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 237: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1205

SESI I/11

kehidupannya seumur hidup tanpa memperhatikan masalah sumber daya yang mereka miliki

untuk bisa bekerja dengan baik sebagai pelayan masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta berdasarkan tinjauan dari berbagai

sumber menunjukkan adanya berbagai keluhan masyarakat terhadap hasil kerja para aparat

pemerintah. Masalah yang berkaitan dengan praktik korupsi di NTT telah menjadi ”gaya

hidup” baru kalangan pejabat atau birokrat. Selain itu, aparat Pemda dipandang tidak

memiliki sense of cricis terhadap kondisi rakyat, terdapat masalah yang berkaitan dengan

penggunaan dana APBD yang salah arah, pembangunan jalan raya yang dipandang tidak

sesuai dengan harapan masyarakat, keluhan terhadap kurangnya air bersih, keluhan terhadap

adanya masalah gizi buruk yang telah menjadi momok bagi kehidupan masyarakat NTT. Dari

uraian tersebut, terlihat bahwa kinerja aparat yang rendah merupakan salah satu penyebab

terjadinya masalah. Berangkat dari fenomena-fenomena yang ada serta dari berbagai hasil

penelitian di bidang akuntansi keperilakuan yang membahas mengenai pengaruh kepuasan

kerja, komitmen organisasi, dan motivasi terhadap kinerja manajerial, serta tidak adanya

penelitian mengenai pengaruh ketiga variabel tersebut secara bersama-sama terhadap kinerja

manajerial, peneliti tertarik menganalisis lebih lanjut mengenai pengaruh kepuasan kerja,

komitmen organisasi, dan motivasi terhadap kinerja manajerial Pemda di NTT.

Pertanyaan Penelitian

1. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda?

2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda?

3. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda?

4. Apakah kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda?

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 238: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1206

SESI I/11

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menguji secara empiris pengaruh kepuasan kerja

terhadap kinerja manajerial Pemda, 2) menguji secara empiris pengaruh komitmen organisasi

terhadap kinerja manajerial Pemda, 3) menguji secara empiris pengaruh motivasi terhadap

kinerja manajerial Pemda, dan 4) menguji secara empiris pengaruh kepuasan kerja, komitmen

organisasi, dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja manajerial Pemda.

2. Telaah Literatur dan Pengembangan Hipotesis

Kinerja Manajerial

Stoner (1986) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai kuantitas dan kualitas

pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok, atau organisasi. Penelitian mengenai

berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja, diantaranya adalah faktor gaya kepemimpinan,

misal: penelitian yang dilakukan Silverthorne dan Wang (2001), sistem pengendalian, misal:

penelitian Anderson dan O’Reilly (1981)). BPKP, (2000) dalam Muhsin, (2004) menyatakan

bahwa dengan adanya informasi mengenai kinerja, suatu instansi pemerintahan akan dapat

mengambil tindakan yang diperlukan seperti koreksi akan kebijakan, meluruskan kegiatan-

kegiatan utama dan tugas pokok instansi, bahkan perencanaan, menentukan tingkat

keberhasilan (persentase pencapaian misi) instansi untuk memutuskan suatu tindakan. Kinerja

dalam penelitian ini adalah persepsi para manajer tentang kegiatan manajerial, yang terdiri

dari sembilan dimensi yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan,

penentuan staf, negosiasi, perwakilan, serta kinerja secara keseluruhan (Mahoney et al.,

1963).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 239: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1207

SESI I/11

Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (1996), kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap

pekerjaan seseorang sebagai perbandingan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja

dan jumlah yang diyakini harus diterima. Smith et al. (1969) secara rinci mengemukan

berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi instrumen

pengukur variabel kepuasan kerja. Smith, et al, (1969) dalam M. Lies Endarwati (2001)

mengatakan bahwa ada lima dimensi dalam kepuasan kerja, yakni: a) Pekerjaan, b) Upah, c)

Promosi, d) Pimpinan, dan e) Rekan kerja. Luthans (1995) menambahkan satu faktor lagi

yang dianggap mempengaruhi kepuasan kerja, yakni kondisi kerja. Para pegawai akan dapat

bekerja lebih baik dalam kondisi kerja yang baik, bersih, dan menarik (Luthans, 1995 dalam

M. Lies Endarwati, 2001).

Penelitian Dwi Maryani dan Bambang Supomo (2001) juga menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja individual. Berdasarkan

uraian di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H1: Kepuasan kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial Pemda

Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan ikatan keterkaitan individu dengan organisasi

(Mathieu dan Zajac, 1990 dalam Supriyono, 2003) sehingga individu tersebut merasa

“memiliki” organisasinya. Mowday et al. (1982), mengemukakan bahwa seseorang dikatakan

memiliki komitmen terhadap organisasi jika: a) percaya dan menerima tujuan dan nilai dalam

organisasi, b) rela berusaha mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi, dan c) memiliki

keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota/bagian organisasi. Dalam organisasi sektor

publik, ikatan batin antara pegawai dengan organisasi dapat dibangun dari kesamaan visi,

misi, dan tujuan organisasi.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 240: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1208

SESI I/11

Penelitian Meyer et al. (1989, 1993) serta Hacker et al.(1994) memberikan hasil yang

sama yakni terdapat hubungan yang positif antara komitmen organisasi dengan kinerja.

Keller (1997) dalam Muhsin (2004) meneliti tentang keterlibatan pekerjaan dan komitmen

organisasi sebagai prediksi job performance menunjukkan bahwa komitmen organisasi

sebagai salah satu prediktor yang baik terhadap kinerja. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H2: Komitmen organisasi berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial Pemda

Motivasi

Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang meningkatkan dan mengarahkan

perilaku untuk mencapai tujuan (Kreitner dan Kinicki, 2001). Teori motivasi muncul karena

kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan performance dari karyawannya. Adelfer dalam

teorinya mengemukakan bahwa kebutuhan manusia dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu

(1) kebutuhan keberadaan, antara lain: gaji, kondisi kerja, jaminan sosial dan tunjangan hari

tua, (2) kebutuhan hubungan, antara lain: hubungan pribadi di tempat kerja, dan (3)

kebutuhan pertumbuhan, antara lain: pengembangan potensi diri. Adelfer berpendapat bahwa

jika kebutuhan yang lebih tinggi gagal dicapai, maka kebutuhan tingkat bawahnya akan

menjadi motivasi utama sebagai dasar dari tindakannya.

Penelitian Mitchell (1974, 1979), Brownell dan McInnes (1986), dan Ilham (2001)

menunjukkan bahwa motivasi dan kinerja memiliki hubungan positif dan signifikan.

Penelitian Sujatno (1991) menemukan bahwa motivasi dan kemampuan mempunyai

pengaruh terhadap prestasi penjual jasa asuransi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini adalah:

H3: Motivasi berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial Pemda

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 241: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1209

SESI I/11

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, dan Motivasi Secara Bersama-sama

terhadap Kinerja Manajerial Pemda

Penelitian yang berkaitan dengan kinerja manajerial sudah banyak yang dilakukan.

Penelitian terdahulu banyak yang membahas mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi

kinerja manajerial tersebut, diantaranya partisipasi penyusunan anggaran, karakteristik

anggaran, dan masih banyak lagi. Namun demikian, penelitian terdahulu belum ada yang

pernah mencoba menganalisis pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi

secara bersama-sama terhadap kinerja manajerial. Demikian juga penelitian yang dilakukan

di Pemda NTT, belum ada yang mencoba meneliti megenai pengaruh ketiga variabel tersebut

terhadap kinerja manajerial. Berangkat dari pemikiran tersebut, peneliti mengajukan

hipotesis:

H4: Kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh

secara positif terhadap kinerja manajerial Pemda

3. Metoda Penelitian

Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Data yang digunakan adalah data primer melalui pembagian kuesioner. Responden

dalam penelitian ini adalah manajer tingkat menengah dan tingkat bawah Pemda yakni kepala

bagian/subdinas dan kepala subbagian/seksi ( Eselon III dan IV) dari dinas Pemda Propinsi

NTT, Pemda Kabupaten Kupang, Pemda Kabupaten Belu, dan Pemda Kota Kupang.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Instrumen penelitian ini diukur dengan lima (5) poin skala Likert. Variabel kepuasan

kerja diadaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Weiss, Dawis, England, dan

Lofquest (1967). Variabel komitmen organisasi diukur dengan menggunakan instrumen yang

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 242: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1210

SESI I/11

dikembangkan oleh Mowday et al (1982). Variabel motivasi diukur dengan menggunakan

teori kebutuhan Aldefer (Luthans, 1998). Variabel kinerja manajerial Pemda diukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963) dalam Brownell

dan McInness (1986) dan telah digunakan dalam penelitian sebelumnya (Lucyanda, 2001;

Adoe, 2002).

Metoda Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi berganda.

Persamaan regresi untuk keempat hipotesis tersebut yakni:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Dimana Y = kinerja manajerial Pemda (variabel dependen), α = konstanta, β = slope

(koefisien), X1= kepuasan kerja (variabel independen 1), X2= komitmen organisasi (variabel

independen 2), X3= motivasi (variabel independen 3), dan e = error.

3.4 Model Penelitian

H1

H2 H4

H3

Gambar 1 Pengaruh Kepuasan kerja, Komitmen Organisasi, dan Motivasi terhadap Kinerja

Manajerial Pemda.

Kepuasan

Kerja

Komitmen

Organisasi

Motivasi

Kinerja

Manajerial

Pemda

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 243: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1211

SESI I/11

4. Analisis Hasil Penelitian

Statistik Deskriptif

Sampel

Statistik deskriptif memperlihatkan hasil yang sangat ekstrim baik dari segi gender

dan pendidikan. Berdasarkan gender, persentase responden pria sebesar 75,3% sedangkan

wanita hanya sebesar 24,7%. Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase responden yang

berpendidikan akhir S1 sebesar 58,4%, yang berpendidikan akhir SLTA sebesar 20,4%, yang

berpendidikan akhir S2 sebesar 9,8%, yang berpendidikan akhir D3 sebesar 8,2%, yang

berpendidikan akhir D1 sebesar 2,0%, dan yang berpendidikan akhir SLTP sebesar 1,2%.

Sedangkan berdasarkan usia, para responden berusia 40 sampai 50-an.

Variabel

Statistik deskriptif tiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel

Variabel Jumlah

Pernyataan

Mean Kisaran

Teoritis

Kisaran

Aktual

Deviasi

Standar

JS 6 22,3765 6-30 11-30 3,31298

OC 5 19,4941 5-25 6-25 3,09288

M 3 10,5255 3-15 5-15 2,04437

MP 9 29,4549 9-45 11-45 6,47808

Pengujian Validitas

Hasil pengujian menunjukkan terdapat 6 item pertanyaan kepuasan kerja yang

digunakan dalam tahap analisis berikutnya. Item pertanyaan komitmen organisasi yang

digunakan yakni sebanyak 5 item pertanyaan. Item pertanyaan motivasi yang digunakan

yakni sebanyak 3 item pertanyaan. Sedangkan item pertanyaan kinerja manajerial yakni

sebanyak 10 item pertanyaan. Semua item tersebut bisa digunakan karena memiliki factor

loading di atas 0,40.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 244: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1212

SESI I/11

Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Cronbach Alpha .

Dari hasil pengujian reliabilitas didapatkan nilai Cronbach Alpha pada semua variabel lebih

besar dari 0.60 yang berarti bahwa semua variabel telah memenuhi uji reliabilitas.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian Normalitas

Pengujian terhadap normalitas data dilakukan dengan melihat plot grafis distribusi

normal dan uji statistis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test (Hair et al, 1998).

Hasil uji mengindikasikan bahwa distribusi residual adalah normal p > 0,05. Oleh karena

nilai Asymp Sig adalah sebesar 0,867 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa asumsi

normalitas data regresi terpenuhi.

Pengujian Multikolinearitas

Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai VIF tiap variabel tidak ada > 10 dan nilai

tolerance tidak ada < 0,1. Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi tidak mengandung multikolinearitas.

Tabel 2. Multikolinieritas

Variabel

Collinearity

Tolerance

VIF

Kepuasan Kerja (kk)

Komitmen Organisasi (ko)

Motivasi (m)

0,640

0,730

0,685

1,563

1,371

1,461

Pengujian Heteroskedastisitas

Dari hasil uji, terlihat bahwa p value semua variabel > 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi penelitian tidak mengandung heteroskedastisitas.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 245: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1213

SESI I/11

Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini digunakan α sebesar 0,05 yang berarti tingkat keyakinan sebesar

95%.

Tabel 3. Uji Hipotesis

Variabel

Koefisien

Sig.

1 (Constant) 0,397 0,178

Kepuasan kerja (KK) 0,413 0,000*

Komitmen organisasi (KO) 0,107 0,139*

Motivasi (M) 0,262 0,000*

Adj R2

R2

F

0,292

0,301

35,947*

*Signifikan pada level 0,05 (one tail)

Dari tabel di atas, terlihat bahwa variasi variabel independen yakni kepuasan kerja,

komitmen organisasi, dan motivasi mampu menjelaskan variabel kinerja manajerial Pemda

sebesar 29,2%, sedangkan 70,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model tersebut.

Dari model persamaan regresi yang diajukan didapati bahwa model regresi dapat digunakan

untuk memprediksi kinerja manajerial Pemda. Dari ketiga variabel independen yang

dimasukkan dalam model regresi, terlihat bahwa variabel kepuasan kerja dan motivasi

signifikan pada 0,05. Sedangkan variabel komitmen organisasi tidak signifikan karena

probabilitas signifikansinya sebesar 0,139 > 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel kinerja manajerial Pemda dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan motivasi.

Pembahasan

Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial Pemda (hipotesis 1)

Kepuasan kerja secara statistik berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda NTT.

Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Maryani dan

Bambang Supomo (2001). Berkaitan dengan kepuasan kerja, Pemda NTT perlu melakukan

perbaikan dalam masalah penggajian. Pemda NTT perlu mengkaji ulang mengenai sistem

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 246: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1214

SESI I/11

penggajian yang sebaiknya digunakan. Sistem penggajian yang saat ini digunakan masih

berdasarkan pada golongan dan masa kerja. Pemda NTT sebaiknya mulai mengkaji

kemungkinan penggunaan sistem penggajian yang berdasarkan pada kinerja pegawai per-

individu. Selain itu, perlu melihat pada masalah reward dan punishment. Saat ini, Pemda

NTT belum terlalu memperhatikan masalah pemberian sanksi bagi pegawai yang melanggar

peraturan. Hal lain yang kurang diperhatikan adalah mengenai lingkungan kerja.

Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial Pemda (hipotesis 2)

Dari hasil pengujian, terlihat bahwa komitmen organisasi tidak terbukti berpengaruh

terhadap kinerja manajerial Pemda NTT. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Meyer et al. (1989, 1993) serta Hacker et

al.(1994). Dari hasil tersebut, penulis berpendapat bahwa hal ini kemungkinan disebabkan

karena para responden yang merupakan manajer menengah dan manajer tingkat bawah tidak

memiliki komitmen dari dalam diri mereka terhadap organisasi, mereka hanya memiliki

komitmen yang diperoleh dari lingkungan luar. Para pegawai memiliki “anggapan” bahwa

dengan atau tanpa komitmen organisasi, mereka akan tetap diberi gaji. Banyaknya kasus

korupsi yang dilakukan para pejabat daerah juga pada akhirnya mempengaruhi tingkat

komitmen organisasi para pegawai.

Pengaruh motivasi terhadap kinerja manajerial Pemda (hipotesis 3)

Selain kepuasan kerja, motivasi secara statistik juga berpengaruh terhadap kinerja

manajerial Pemda NTT. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Mitchell (1974, 1979), Brownell dan McInnes (1986), serta Ilham (2001).

Dalam rangka meningkatkan motivasi para pegawai, salah satu yang dilakukan adalah dengan

memberikan usulan kenaikan pangkat setiap empat tahun. Selain itu, Pemda NTT secara

bertahap dan terus menerus meningkatkan kualitas SDM (aparatur) melalui berbagai

pendidikan melalui pemberian kesempatan kepada para aparatur untuk mengikuti pendidikan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 247: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1215

SESI I/11

formal S1, S2, dan S3, serta berbagai pelatihan yang diadakan baik oleh Pemda maupun oleh

Pemerintah Pusat. Selain itu, Pemda NTT juga melakukan pembenahan terhadap penempatan

personalia.

Pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi secara bersama-sama

terhadap kinerja manajerial Pemda (hipotesis 4)

Berdasarkan hasil analisis menemukan bahwa kinerja manajerial Pemda dipengaruhi

secara bersama-sama oleh kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi. Hasil yang

ditemukan ini tidak seperti yang ditemukan pada analisis secara parsial dimana komitmen

organisasi tidak terbukti mempengaruhi kinerja manajerial. Dengan adanya hasil tersebut,

dapat dikatakan bahwa dengan memperbaiki kondisi kepuasan kerja, komitmen organisasi,

dan motivasi para pegawai dalam hal ini para pegawai manajerial maka akan sangat mungkin

bagi organisasi untuk bisa memperbaiki atau bahkan meningkatkan kinerja manajerial.

Perbaikan ketiga variabel tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan

memperbaiki sistem penggajian, sosialisasi tujuan organisasi secara terus-menerus, atasan

menjalin keakraban dengan para pegawai, menjalankan aturan reward and punishment secara

tegas.

5. Penutup

Kesimpulan

1. Kepuasan kerja terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial Pemda.

2. Komitmen organisasi tidak terbukti mempunyai pengaruh terhadap kinerja manajerial

Pemda.

3. Motivasi terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial Pemda.

4. Kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh

secara positif terhadap kinerja manajerial Pemda.

Keterbatasan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 248: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1216

SESI I/11

1. Kuesioner yang disebarkan hanya tersebar pada 4 (empat) pemerintah daerah di Propinsi

NTT.

2. Peneliti tidak menganalisis secara mendalam tentang perbedaan pengaruh berbagai

karakteristik responden.

3. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Dengan demikian, penelitian

ini sangat tergantung pada kualitas instrumen yang digunakan serta pada kemampuan

responden memahami pernyataan yang diajukan.

4. Penelitian ini hanya menggunakan variabel kepuasanj kerja, komitmen organisasi, dan

motivasi.

Implikasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kepuasan kerja, komitmen organisasi,

dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial

Pemda. Dengan mengatahui hal ini, maka para Kepala Dinas harus mengetahui secara jeli

berbagai masalah yang dihadapi para pegawai yang berada dibawah naungannya. Para Kepala

Dinas dapat melakukannya dengan jalan secara berkala melakukan pertemuan dengan para

pegawainya untuk memperoleh informasi mengenai kendala-kendala apa saja yang selama ini

dihadapi para pegawai. Dengan mengetahui masalah yang ada, Kepala Dinas dapat

melakukan tindak lanjut yang berarti. Selain itu, diperlukan sosialisasi visi dan misi

organisasi serta visi dan misi pembangunan daerah secara terus-menerus. Dengan

memperhatikan masalah kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan motivasi, diharapkan akan

memperbaiki cara kerja para pegawai pemerintahan daerah khususnya di NTT sehingga hal

ini akan berdampak pada meningkatya pelayanan mereka terhadap masyarakat NTT. Salah

satu cara yang dapat mendukung kepuasan kerja serta motivasi pegawai adalah dengan

melihat pada masalah penggajian yang ada.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 249: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1217

SESI I/11

Saat ini Pemda NTT belum menerapkan performance-based salary yakni sistem

penggajian berdasarkan kinerja pegawai. Saat ini Pemda NTT masih menggunakan sistem

penggajian berdasarkan amanat Undang-Undang No. 43 tahun 1999 tentang kepegawaian

bahwa sistem penggajian adalah sistem merit. Pada kenyataannya, sistem tersebut belum

mampu berfungsi sebagai bagian dari reward system. Gaji yang diperoleh pegawai hanya

dinilai berdasarkan pangkat dan masa jabatan dimana pegawai dengan masa kerja dan

golongan yang sama akan memiliki gaji pokok yang sama walaupun bobot pekerjaannya

berbeda. Hal ini menyebabkan kinerja para pegawai tidak dinilai dari kemampuan serta

tingkat aktivitas kerja yang dilakukan sehingga baik pegawai yang malas, rajin, pintar, bodoh

memperoleh penghasilan yang sama besar (tidak memperhatikan prinsip equity). Kondisi ini

tidak memotivasi pegawai untuk lebih berprestasi sesuai dengan kompetensinya. Selain itu,

penggajian yang berlaku saat ini jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan hidup layak dan

kondisi ini diduga dapat mendorong terjadinya tindakan korupsi.

Saran

1. Peneliti berikutnya diharapkan dapat menyebarkan kuesioner di daerah Flores dan Sumba

dan Alor sehingga semakin mewakili pegawai manajerial Pemda NTT. Akan semakin

baik lagi jika peneliti berikutnya menyebarkan kuesioner di beberapa daerah di Indonesia

agar dapat mewakili seluruh pegawai manajerial Pemda Indonesia.

2. Peneliti berikutnya juga perlu melakukan pengujian secara mendalam tentang pengaruh

karakterisitk responden (misal: jenis kelamin, tingkat pendidikan, kedudukan).

3. Penelitian berikutnya juga diharapkan memasukkan variabel lain yang juga diduga

berpengaruh terhadap kinerja manajerial Pemda (misal: kultur organisasi, partisipasi

penganggaran, dan gaya kepemimpinan).

4. Peneliti berikutnya diharapkan melakukan peninjauan apakah ada kemungkinan untuk

bisa mengarah pada sistem penggajian berdasarkan kinerja per-individu PNS.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 250: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Maria Elerina Douk Tunti

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1218

SESI I/11

DAFTAR PUSTAKA Bernadin, John., and Joyce, E. A Russell. 1998. Human Resource Management: An Experimental Approach,

International Edition. McGraw-Hill, Inc.

Brownell, P., and McInnes, M. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and Managerial Performance, The

Accounting Review, Vol. LXI, No. 4, October: 587-600.

Cook, John., and Wall, Toby. 1980. New Work Attitude Measures of Trust, Organizational Commitment and

Personal Need Non-Fulfilment, Journal of Occupational Psychology 53: 39-52.

Maryanti, Dwi., dan Supomo, Bambang. 2001. Studi Empiris pengaruh Kepuasan Verja Terhadap Kinerja

Individual, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 3, No. 1, April: 367-376.

Endarwati, M. Lies. 2001. Tingkat Insentitas Kepemimpinan Transformasional dan Substitusi Kepemimpinan

serta Pengaruhnya terhadap Kepuasan Bawahan. Tesis. Tidak Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan IV. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Gubernur NTT. 2001. Dinamika Pembangunan di Nusa Tenggara Timur. Pemerintah Propinsi NTT.

Hair, et al, 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.

Iffaldano, M. T., and Muchinsky, P. M. 1985. Job Satisfaction and Job Performance: A Meta Analysis,

Psychological Bulletin, Vol. 97: 251-273.

Ilham, Dwi. 2001. Pengaruh Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja Petugas Dinas Luar Perusahaan Jasa

Asuransi: Studi Kasus pada Perusahaan Asuransi Jiwa Asih Jaya Yogyakarta. Skripsi. Tidak

Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta.

Kreitner, R., and Kinicki, A. 2001. Organizational Behavior, Fifth Edition. International Edition, McGraw-Hill

Companies, Inc.

Locke, E. 1976. What Is Job Satisfaction?. Organizational Behavior and Human Performance 4: 1257-1286.

Luthans, F. 1996. Organizational Behavior, 7ed. Singapore: McGraw-Hill, International Edition.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Pertama. Penerbit Andi Yogyakarta.

Mahoney, T. A, Jerdee, Caroll. 1963. Development of Managerial Performance: A Research Approach.

Cincinnati, Ohio, South Western Publishing.

Muhsin. 2004. Pengaruh Desentralisasi, Sistem Pengendalian Akuntansi , dan Komitmen Organisasi terhadap

Kinerja Manajerial Pemda (Studi Empiris Pemda Kota dan Kabupaten Propinsi DIY). Tesis S-2. Tidak

Dipublikasikan, UGM, Yogyakarta.

Mitchell, T. R., and Larson., J. R. 1987. People in Organizational Commitment, Journal of Vocational Behavior

14 (2): 224-247.

Porter, et al. 1974. Organizational Commitment, Job Satisfaction, and Turnover among Psychiatric

Technicians, Journal of Applied Psychology 59, 603-609.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

www.ri.go.id.

-------------------------. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah. www.ri.go.id.

-------------------------. 1997. Essentials of Organizational Behavior, Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall

International, Inc.

Stoner, James A., and Charles, Wenkel. 1986. Management, Third Edition, Englewood Cliffs. New Jersey:

Prentice Hall Inetrnational, Inc.

Supriyono, R. A. 2003. Hubungan Partisipasi dan Kinerja Manajer: Peran Kecukupan Anggaran, Komitmen

Organisasi, Asimetri Informasi, Slak Anggaran, dan Peresponan Keinginan Sosial. Disertasi. Program

Doktor Universitas Indonesia.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 251: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1219

SESI I/11

Kemampuan Deteksi Fraud Anggota DPRD Kota Tegal dalam Fungsi

Pengawasan Keuangan Daerah

YANTI PUJI ASTUTIE

Universitas Pancasakti

Abstract: This study aims to test the effect of descriptive identity, political identity, and the relevant

skills in local government financial oversight function to the fraud detection by parliament members

of City of Tegal. This study motivated by the fact that individual background would be affecting to the

individual behavior in political activity. Further aim is to testing how far the members carry out the

oversight function in using fraud prevention and detection method, and then analyzed the

effectiveness of that method.

This study is a public accounting behavioral research which evaluate the prefence of respondents in

fraud detection capability. Due to research explicit goal is prediction and small number of

respondents, this study using Partial Least Square to analyzed linear regression of variables. The

results are there is unsignificant positive effect of descriptive identity to the relevant skills, there is

significant negative effect of political identity to the relevant skills, there is unsignificant negative

effect of descriptive identity to fraud detection, there is signficant negative effect of political identity

to fraud detection, and there is significant positive effect of relevant skills to fraud detection. The

implication of this result is the need of public accounting training to parliament members in order to

realization good governance in Tegal City government.

Keywords : Good governance. relevant skills, fraud detection, oversight function, local government

financial report

Author can be contacted at: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 252: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1220

SESI I/11

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang dimulai sejak 1 Januari 2001 dan didasari oleh Undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta didukung Undang-Undang No.33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ternyata

menyisakan berbagai macam masalah. Diantara masalah yang menjadi pusat perhatian

masyarakat adalah mengenai kecurangan keuangan atau korupsi. Sudah banyak bukti

gagalnya pemimpin daerah dalam mengemban amanah dan mengakibatkan mereka masuk

dalam perkara hukum. Beberapa penyebab korupsi diantaranya adalah kurangnya

pengawasan keuangan daerah oleh lembaga yang berwenang. Lemahnya fungsi pengawasan

legislatif merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja legislatif terhadap eksekutif.

Pengawasan keuangan daerah (APBD) yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh

sistem dan individu secara pribadi (Sastroatmodjo, 1995 dalam Winarna dan Murni, 2007).

Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan keuangan daerah mungkin

terjadi karena lemahnya sistem politik maupun individu sebagai pelaku politik. Secara aktual

kegiatan politik dilakukan oleh individu, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya

berpedoman pada perilaku individu dengan pola tertentu. Menurut pendekatan behaviorism,

individu dianggap secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga

politik pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu (Winarna dan Murni,

2007). Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku suatu lembaga politik yang perlu ditelaah

bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu yang mengendalikan lembaga tersebut,

dalam hal ini para anggota DPRD. Latar belakang individu kapabilitas anggota DPRD terdiri

dari descriptive idntity, political identity, dan keahlian relevan yang harus dimiliki.

Descriptive identity meliputi usia, gender, pendidikan, bidang pendidikan, dan

pengalaman dalam organisasi. Political identity meliputi pengalaman politik, pengalaman

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 253: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1221

SESI I/11

sebagai anggota DPRD, asal partai politik, jabatan di partai dan jabatan di DPRD. Dan

keahlian relevan terdiri dari pengetahuan tentang anggaran, pengetahuan tentang peraturan

dan perundang-undangan, serta mekanisme laporan perhitungan APBD. Selanjutnya

kapabilitas anggota DPRD dihubungkan dengan kemampuan pendeteksian dan pencegahan

kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan daerah yang diukur dari pengetahuan akan target

dan realisasi APBD. BPK memberikan penjelasan bahwa opini Wajar Tanpa Pengecualian

yang diperoleh LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) bukan suatu jaminan bahwa

laporan terbebas dari korupsi. Di sinilah dibutuhkan kompetensi pengawas dalam hal ini

legislatif untuk dapat berpikir kritis dalam menemukan serta mencegah adanya kecurangan

keuangan yang merugikan negara.

Peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai

sangat strategis sebagai upaya dalam rangka menciptakan pemerintahan yang transparan,

akuntabel, efisien, efektif dan ekonomis atau menuju good governance. Walaupun pada

kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan yaitu masih rendahnya peran

lembaga legislatif pada keseluruhan proses atau siklus anggaran, baik dalam tahap

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan maupun pengawasan program kerja lembaga eksekutif.

Akibatnya program kerja yang ada dalam anggaran daerah belum sesuai dengan prioritas dan

preferensi daerah. Program kerja tersebut cenderung merupakan arahan dari pemerintah

atasan, yaitu Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Propinsi. Dengan kondisi tersebut maka

penelitian keperilakuan akuntansi sektor publik dirasa masih perlu untuk terus

dikembangakan seiring dengan perubahan peraturan dan perkembangan lingkungan.

Namun demikian, penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang masih

belum kosisten. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan atau estafet terhadap responden

agar dapat dilakukan generalisasi hasil. Penelitian ini berusaha menjembatani

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 254: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1222

SESI I/11

ketidakkonsitenan tersebut dengan berusaha memberikan tambahan variabel dan metode

penelitian yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini merupakan refleksi atau cermin atas kondisi nyata sebenarnya mengenai

kapabilitas anggota DPRD. Tidak dipungkiri bahwa ekspektasi (harapan)

masyarakat/konstituen terhadap wakil-wakil mereka di DPRD sangatlah tinggi. Masyarakat

mengahrapkan anggota DPRD memiliki kemampuan serta kompetensi maksimal dalam

menyalurkan aspirasi mereka dan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Sementara

kondisi nyata kapabilitas anggota DPRD perlu untuk dievaluasi sehingga dengan mengetahui

kondisi nyata yang ada maka akan dapat mempersempit gap yang ada antara harapan dan

kenyataan tersebut.

Dari fenomena serta gap harapan dan kenyataan yang dijelaskan di atas, pertanyaan

yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Descriptive Identity yang dimiliki mempengaruhi keahlian relevan (Relevant

Skills) anggota DPRD?

2. Apakah Political Identity yang dimiliki mempengaruhi keahlian relevan (Relevant

Skills) anggota DPRD?

3. Apakah Descriptive Identity mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud

dalam laporan keuangan pemerintah daerah?

4. Apakah Political Identity mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam

laporan keuangan pemerintah daerah?

5. Apakah Relevant Skills mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam

laporan keuangan pemerintah daerah?

Penelitian ini merupakan penelitian awal (pilot project) karena belum dilakukan

penelitian terdahulu mengenai kapabilitas anggota DPRD dalam fungsi pengawasan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 255: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1223

SESI I/11

keuangan daerah. Untuk itu dibutuhkan pemahaman bagi responden mengenai konsep dasar

penelitian serta pelatihan mengenai akuntansi sektor publik. Selama ini DPRD Kota Tegal

belum pernah melakukan kerjasama penelitian mengenai preferensi anggota serta keahlian

relevan yang dibutuhkan dalam fungsi pengawasan keuangan daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti secara

empiris mengenai sikap perilaku anngota DPRD dalam fungsinya sebagai pengawas

keuangan daerah. Tujuan terpetinci penelitian ini adalah: 1) Menganalisis dan memberikan

bukti empiris pengaruh konstruk laten yaitu descriptive identity dan political identity

terhadap relevant skills anggota DPRD dalam fungsi pengawasan keuangan daerah, 2)

Menganalisis dan memberikan bukti empiris pengaruh sikap perilaku kapabilitas terhadap

usaha pendeteksian dan pencegahan fraud (kecurangan) dalam laporan keuangan daerah, dan

3) Refleksi atas evaluasi diri anggota DPRD Kota Tegal dalam usaha perbaikan kinerja di

masa yang akan datang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah dalam riset keperilakuan

dalam bidang akuntansi sektor publik dengan mengembangkan penelitian dan isu lebih lanjut.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pimpinan Dewan

mengenai evaluasi diri serta rencana program perbaikan kinerja melalui kebijakan pelatihan

bagi anggota. Dengan melakukan analisis terhadap situasi dan kondisi nyata yang ada,

diharapkan akan diperoleh solusi kebijakan serta metode-metode yang sesuai dengan target

output yang diinginkan.

Potensi luaran yang ditargetkan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Tambahan

pengetahuan anggota DPRD mengenai akuntansi sektor publik, 2) Sinkronisasi hasil evaluasi

diri dengan ekspektasi masyarakat terhadap anggota DPRD, dan 3) Harmonisasi tujuan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 256: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1224

SESI I/11

jangka panjang dan kangka pendek atas keuangan daerah (APBD) dengan pemerintah daerah

(eksekutif), dan 4) Peningkatan kapabilitas anggota DPRD secara khusus mengenai deteksi

dan pencegahan kecurangan (fraud).

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Teori Tujuan (Goal Theory)

Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Locke, 1968 dalam Hudayati (2002). Teori

ini mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu values dan

intentions (atau tujuan). Yang dimaksud dengan values adalah apa yang dihargai seseorang

sebagai upaya mendapatkan kemakmuran/welfare. Orang telah menentukan goal atas

perilakunya dimasa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang

sesungguhnya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide

(pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang

ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu komit dengan sasaran tertentu, maka hal ini

akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.

Penelitian yang menggunakan teori ini bisa dilihat dari variabel penelitian yang

dipergunakan antara lain goal level, goal commitment need for achievement, serta goal setting

(Murray, 1990). Menurut Shields & Young, 1993 dalam Hudayati (2002) penelitian yang

menggunakan pendekatan goal theory memfokuskan hubungan antara desain pengendalian

manajemen terhadap variabel motivasional seperti motivasi, komitmen organisasi, kinerja

serta kepuasan kerja. Penelitian ini menelaah perilaku anggota DPRD sehubungan dengan

tugasnya dalam fungsi pengawasan keuangan daerah yang pada dasarnya dilandasi oleh

tujuan (goal) masing-masing individu serta tujuan kelompok dalam bekerja.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 257: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1225

SESI I/11

2.2 Keuangan Daerah

Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan yang akan digunakan

dalam pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang

berkepentingan. Laporan keuangan daerah meliputi informasi yang digunakan untuk: a)

membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan, b) menilai kondisi

keuangan dan hasil-hasil operasi, c) membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap

peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dengan ketentuan lainnya, dan

d) membantu mengevaluasi efisiensi dan efektivitas, (Mardiasmo, 2009, pp. 159-175)

Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. Menurut Peraturan

Pemerintah RI Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah

merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Penelitian ini lebih

memfokuskan pada pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh DPRD.

2.3 Pengawasan Keuangan Daerah

Pengawasan keuangan daerah merupakan seluruh tindakan yang dilakukan untuk

memastikan bahwa pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan dan tujuan yang

telah ditetapkan. Pengawasan tidak hanya dilaksanakan pada tahap implementasi dan evaluasi

tetapi juga pada tahap perencanaan (Mardiasmo, 2009). Pengawasan keuangan daerah

bukanlah tahap yang terpisah dari siklus anggaran tetapi merupakan bagian pelengkap pada

tahap perencanaan hingga tahap pelaporan. Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini

adalah pengawasan terhadap anggaran keuangan daerah/APBD.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 258: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1226

SESI I/11

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 42

menjelaskan bahwa DPRD memiliki tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala

daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah

dan kerjasama internasional di daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh DPRD yang berfokus

kepada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD. Keputusan Presiden RI Nomor 74 Tahun

2001 tentang tata cara pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah pasal 1 Ayat 6

menyebutkan bahwa pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan

untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya juga disebutkan bahwa

pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri atas pengawasan fungsional,

pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat institusi/pihak yang

berperan dalam pengawasan pelaksanaan APBD yaitu: 1) DPRD sebagai Badan Legislatif

Daerah, 2) Satuan Pengawasan Internal (SPI), 3) Pengawasan Eksternal dan 4) Menteri

Dalam Negeri (Syahrudin & Taifur, 2002). Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD

(pengawasan legislatif) dapat dilakukan secara preventif dan represif, serta secara langsung

maupun tidak langsung. Tujuan pengawasan APBD adalah untuk: 1) menjaga agar anggaran

yang disusun benar-benar dapat dijalankan, 2) menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai

dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan 3) menjaga agar hasil pelaksanaan APBD benar-

benar dapat dipertanggungjawabkan (Alamsyah, 1997) dalam Robinson (2006).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 42 Ayat 1 (h) menyatakan bahwa

DPRD diberi hak untuk meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mengenai hak meminta pertanggungjawaban

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 259: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1227

SESI I/11

kepala daerah, hal ini merupakan hak yang strategis bagi DPRD dalam menjalankan fungsi

pengawasannya. Dengan demikian, sesuai dengan paradigma baru yang berkembang saat ini,

DPRD mempunyai posisi, tugas, dan fungsi yang penting dan semakin luas dalam

pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, sebagai lembaga legislatif DPRD

harus benar-benar melakukan fungsi pengawasan tersebut secara efektif dan efisien.

2.4 Fungsi DPRD

Dalam sistem Pemerintahan Daerah terdapat pembagian dua kekuasaan, yaitu DPRD

sebagai Badan Legislatif dan Pemerintah Daerah/Kepala Daerah sebagai Eksekutif. Untuk

mencegah terjadinya konflik antara kedua lembaga tersebut, perlu diatur suatu mekanisme

yang mengatur hubungan saling mengendalikan dan saling mengimbangi satu sama lain

dalam hubungan kesetaraan melalui prinsip “checks and balance,” dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah

berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Kedua lembaga itu saling

mengawasi dan saling mengendalikan, dan tidak saling menjatuhkan, melainkan saling

memelihara kerjasama yang baik, kecuali dalam sistem parlementer, di mana pemerintah

dapat membubarkan parlemen, demikian pula parlemen dapat menjatuhkan pemerintah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dapat disimpulkan bahwa tiga fungsi DPRD secara umum yaitu:

1. Fungsi Legislasi

Legislasi atau pembentukan peraturan daerah merupakan proses perumusan kebijakan

publik. Sehingga peraturan daerah yang dihasilkan dapat pula dilihat sebagai suatu

bentuk formal dari suatu kebijakan publik. Sebagai suatu kebijakan publik, maka

substansi dari peraturan daerah memuat ketentuan yang berkaitan dengan kepentingan

masyarakat yang terkait dengan materi yang diatur. Dalam melaksanakan fungsi

legislasi, anggota DPRD diharuskan memiliki pemahaman yang memadai sebagai

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 260: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1228

SESI I/11

konsekuensi dari supremacy of law, ada keyakinan yang kuat bahwa hukum yang

dihasilkan merupakan suatu instrumen yang memberikan kepastian mengenai arah

pembangunan nasional.

2. Fungsi Penganggaran

Penganggaran merupakan proses penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan

belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam menjalankan fungsi ini,

DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif dan sebagai legitimator

usulan APBD yang diajukan pemerintah daerah.

3. Fungsi Pengawasan

Dalam konteks pengelolaan keuangan, pengawasan terhadap anggaran dijelaskan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.

Pengawasan yang dijalankan oleh DPRD melalui alat-alat kelengkapan dan

mekanisme kerja yang dimiliki merupakan suatu pertanggungjawaban posisi DPRD sebagai

lembaga politik perwakilan rakyat (Laksono, 2009). Secara umum, pengawasan yang

dilakukan oleh DPRD bertujuan untuk memelihara akuntabilitas publik, terutama dari

lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kebijakan dan program

pemerintahan serta pembangunan. Pengawasan DPRD sangat diperlukan bagi pelaksanaan

good governance, (Mahsun, 2012, pp. 25-54). Hal ini didasarkan pada beberapa argumentasi

atau pemikiran, yaitu:

1. Pertama, Parlemen (DPRD) merupakan representasi rakyat dalam menilai dan

mengawasi kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dan

melaksanakan undang-undang, kebijakan pemerintah, dan berbagai kebijakan publik

lain secara konsisten.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 261: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1229

SESI I/11

2. Kedua, pengawasan mengaktualisasi pelaksanaan etika tata pemerintahan yang baik

dan demokratis (good governance).

3. Ketiga, pengawasan dapat digunakan untuk meredam “penyakit” KKN (Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme) di kalangan pemerintah, termasuk yang berdampak pada

DPRD sendiri.

4. Keempat, pengawasan memungkinkan terbangunnya hubungan timbal balik (checks

and balances) antara lembaga legislatif, eksekutif dan masyarakat sipil.

Pengawasan DPRD dapat dilakukan melalui beberapa mekanisme, yaitu rapat kerja,

rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum, dan kunjungan kerja. Di samping itu

pengawasan dapat dilakukan melalui penggunaan hak-hak DPRD, antara lain: hak interpelasi,

hak angket, hak mengajukan/menganjurkan, memberikan persetujuan, memberikan

pertimbangan, dan memberikan pendapat. Menurut Kaho (2001) dalam Indriani (2007)

menyatakan bahwa untuk melaksanakan fungsi kedua yaitu melakukan pengawasan, DPRD

mempunyai hak untuk meminta laporan pertanggungjawaban dari Gubernur, Wali Kota, dan

Bupati, berhak untuk memperoleh penjelasan dari pemerintah daerah, melakukan

pemeriksaan, memberikan usulan-usulan, dan menanyakan pertanyaan dari masing-masing

anggota.

2.5 Keperilakuan dalam Akuntansi Sektor Publik

Keperilakuan merupakan suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Dalam ilmu

keperilakuan terdapat tiga kontributor utama, yaitu psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial.

Ketiganya dapat menjelaskan dan menggambarkan perilaku manusia. Perilaku manusia

sendiri dipengaruhi oleh: 1) Struktur Karakter (character structure) seperti kepribadian,

kebiasaan, dan tingkah laku; 2) Struktur Sosial (social structure) seperti ekonomi, politik, dan

agama; 3) Dinamika kelompok (dynamic group) yang merupakan kombinasi dan struktur

karakter dengaan struktur sosial. Psikologi dan psikologi sosial memberikan kontribusi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 262: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1230

SESI I/11

banyak dalam perkembangan keperilakuan yaitu kepribadian, sikap, motivasi, persepsi, nilai,

dan pembelajaran. (Siegel and Marconi, 1989)

Penelitian ini menitikberatkan pada aspek keperilakuan dalam pengawasan keuangan

daerah oleh DPRD. Fokus dari pengawasan adalah anggota DPRD sehubungan dengan

atribut yang dimiliki oleh masing-masing anggota DPRD yaitu descriptive identity, political

identity, dan keahlian relevan. Tidak dipungkiri bahwa atribut-atribut tersebut mempengaruhi

kinerja anggota DPRD sehubungan dengan fungsi legislasi mereka dalam pengawasan

keuangan daerah. Perpindahan fokus pendekatan dari normatif ke deskriptif diharapkan akan

mampu mempersempit celah (gap) yang terjadi antara teori dan praktik atau pragmatisme

fungsi pengawasan keuangan daerah oleh DPRD.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya tentang fungsi pengawasan oleh DPRD sudah banyak

dilakukan, diantaranya adalah Indriani (2002) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan

tentang anggaran secara signifikan mempengaruhi peran pengawasan DPRD; Syahruddin &

Taifur (2002) menganilisis peran DPRD dalam mencapai tujuan desentralisasi memberikan

kesimpulan bahwa tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah masih belum jelas, dan aturan

tentang penyusunan APBD masih belum dipatuhi secara maksimal. Sementar itu Sopanah

(2004) mengamati anggaran partisipasif dimana partisipasi masyarakat masih dalam tingkat

semu; Robinson (2006) menyimpulkan bahwa kualitas anggaran mempengaruhi pengawasan

anggaran namun pengetahuan tentang anggaran tidak berprngaruh terhadap pengawasan;

sebaliknya Winarna dan Murni (2007) mendapatkan hasil bahwa pengetahuan tentang

anggaran secara signifikan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan walaupun

personal background dan political background tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Di sisi lain Tuasikal (2008) menyimpulkan bahwa secara parsial tidak terdapat

hubungan antara pengawasan internal dan eksternal laporan keuangan daerah, dan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 263: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1231

SESI I/11

pemahaman tentang akuntansi sektor publik tidak berpengaruh terhadap pengelolaan

keuangan daerah; Dewi (2011) menyimpulkan bahwa personal background berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap kapabilitas anggota DPRD, political background

berpengaruh negatif dan tidak signifikan, sementara pengetahuan tentang anggaran dan

peraturan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kapabilitas. Di daerah lain Kartikasari

(2012) memperoleh hasil bahwa political background dan pengetahuan tentang peraturan

berpengaruh positif terhadap peran anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.

2.7 Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini mengidentifikasi preferensi evuluasi diri atas kapabilitas anggota DPRD

sehubungan dengan fungsi pengawasan keuangan daerah. Penelitian ini mengembangkan

model yang telah dilakukan oleh Winarna dan Murni (2007) mengenai peran DPRD dalam

pengawasan keuangan daerah. Evaluasi diri diukur dengan 3 konstruk laten yaitu identitas

deskrptif individu (descriptive identity), identitas politik individu (political identity), dan

keahlian relevan (relevant skills). Ketiga konstruk laten tersebut dihipotesiskan

mempengaruhi kemampuan anggota DPRD dalam fungsi pengawasan keuangan daerah yaitu

usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam laporan keuangan pemerintah daerah (fraud

dtection).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tambahan variabel

keahlian relevan (relevant skills). dimana keahlian tersebut meliputi tambahan tuntutan

keahlian yang harus dimiliki anggota DPRD dalam fungsi pengawas yaitu: kemampuan

dalam analisis deduktif, kemampuan berpikir kritis, kemampuan komunikasi oral dan tulisan,

serta kemampuan memecahkan masalah tidak terstruktur. Untuk itu kerangka pikir penelitian

ini adalah: (lihat Gambar 1)

Dari kerangka pikir tersebut dapat dibuat beberapa hipótesis sebagai berikut:

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 264: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1232

SESI I/11

H1: Descriptive Identity mempengaruhi keahlian relevan (Relevant Skills) angggota

DPRD dalam fungsi pengawasan keuangan daerah

H2: Political Identity mempengaruhi keahlian relevan (Relevant Skills) angggota DPRD

dalam fungsi pengawasan keuangan daerah

H3: Descriptive Identity mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam

laporan keuangan pemerintah daerah

H4: Political Identity mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam

laporan keuangan pemerintah daerah

H5: Relevant Skills mempengaruhi usaha deteksi dan pencegahan fraud dalam laporan

keuangan pemerintah daerah.

3. Metode Penelitian

3.1 Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ilmu akuntansi cabang keperilakuan di bidang

akuntansi sektor publik. Dalam kategori kegiatan penelitian menurut Cooper & Schindler

(2003) penelitian ini termasuk penelitian penjelasan (explanatory) yang mencoba

menjelaskan fenomena yang ada dan penelitian prediksi (prediktive) yang mencoba

menjelaskan apa yang akan terjadi dari suatu fenomena, dengan penyelesaian menggunakan

pengujian hipotesis. Dimensi waktu penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang

melibatkan satu waktu tertentu dengan beberapa sampel.

3.2 Populasi dan Sampling Penelitian

Penelitian ini mengguanakan data primer berupa jawaban kuesioner yang diberikan

kepada seluruh anggota DPRD Kota Tegal yang berjumlah 30 orang. Sampel dilakukan

dengan metode pusposive sampling dimana alasan pemilihan sampel berupa anggota DPRD

Kota Tegal adalah judgment sampling peneliti, (Jogiyanto, 2010, p.73-87). Dasar pemikiran

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 265: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1233

SESI I/11

awal penelitian ini adalah bahwa pengukuran persepsi atas kapabilitas dalam pengawasan

keuangan daerah akan mempengaruhi tingkat kemampuan dalam deteksi dan pencegahan

fraud.

3.3 Model Empiris

Sesuai dengan pertimbangan variabel dan konstruk yang dibangun, ukuran sampel,

basis varian pada model, serta bentuk hubungan variabel laten, maka penelitian ini

dikelompokkan dalam penelitian bisnis SEM berbasis varian yaitu Partial Least Square

(PLS) (Jogiyanto, 2011,p.47-52). Konstruk Descriptive Indentity diukur dengan 5 item

pertanyaan, konstruk Political Identity diukur dengan 5 item pertanyaan, konstruk Relevant

Skills diukur dengan 6 item pertanyaan, dan konstruk Fraud Detection diukur dengan 5 item

pertanyaan. Responden diminta untuk menilai seberapa luas pengetahuan mereka tentang

keahlian relevan sebagai fungsi pengawas keuangan daerah dengan jawaban skala Likert 5

poin yaitu 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, dan 5=sangat setuju.

Diagram alur atau path penelitian ini adalah: (lihat Gambar 2).

Konversi diagram alur ke dalam model persamaan outer model yang digunakan

adalah (Wiyono, 2011, p. 395-432):

1. Variabel laten eksogen X1 dan X2 (reflektif)

2. Variabel laten endogen X3 (formatif)

3. Variabel laten endogen Y (formatif)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 266: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1234

SESI I/11

Konversi diagram alur ke dalam model persamaan inner model yang digunakan adalah:

3.4 Model Pengukuran

Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengevaluasi model pengukuran dengan

indikator refleksif dan formatif, yaitu validitas konvergen dari indikatornya dan reliabilitas

komposit untuk indikator. Validitas konvergen adalah suatu ukuran yang digunakan untuk

mengetahui apakah indikator dari suatu konstruk atau variabel laten memusat (Hair et.al,

2006). Reliabilitas komposit atau reliabilitas konstruk adalah metode yang digunakan untuk

melihat sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur konstruk teoritis tertentu yang

diasumsikan atau dihipotesiskan sebelumnya yang terdiri dari indikator - indikator heterogen

tetapi memiliki kemiripan dan merupakan pembentuk konstruk.

3.5 Teknik Analisis

Dikarenakan data dalam penelitian ini tidak diasumsikan dengan pengukuran skala

tertentu dengan jumlah sampel kecil maka metode yang digunakan adalah metode struktural

dengan analisis PLS (Jogiyanto, 2009, p. 1-25). Hipotesis 1 sampai dengan 5 memiliki

variabel bebas yang merupakan konstruk laten. Model analisis semua variabel laten dalam

PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu:

1. Inner model, menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model)

2. Outer model, menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau

variabel manifest-nya (measurement model)

3. Weight relation, dimana nilai kasusdari variabel laten dapat diestimasi.

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif dievaluasi dengan

convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan composite reliability untuk block

indikator. Sedangkan outer model dengan formatif indikator dievaluasi berdasarkan pada

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 267: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1235

SESI I/11

substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relatif weight dan melihat

signifikansi dari ukuran weight tersebut, (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2008). Model struktural

atau inner model dievaluasi dengan melihat persentase variance yang dijelaskan yaitu dengan

melihat nilai R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone Greiser Q

square test (Stone, 1974; Greiser, 1975 dalam Ghozali, 2008) dan juga melihat besarnya

koefisien jalur struktural. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-

statistik yang didapat melalui prosedur boostraping.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Evaluasi Pengukuran (Outer Model)

Validitas konvergen dari model pengukuran indikator refleksif dapat dilihat dari

korelasi antara nilai indikator dengan nilai konstruknya. Indikator individu dianggap reliabel

jika memiliki nilai korelasi di atas 0,7. Dari hasil output korelasi antara indikator dengan

konstruknya didapat hasil pada Tabel 1.

Berdasarkan pada outer loadings tersebut terdapat beberapa indikator dengan nilai

korelasi di bawah 0,7 dan tidak signifikan yaitu: X11, X13, X21, X24 dan X25. Untuk itu

keempat indikator tersebut harus dibuang sehingga hasil output grafik SmartPLS pada

Gambar 3 dengan hasil bootstraping pada Gambar 4. Validitas diskriminan indikator refleksif

dapat dilihat pada hasil cross loadings antara indikator dengan konstruknya (lihat Tabel 2).

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa korelasi antara konstruk Deskriptif dengan

indikatornya (X12, X14, X15) lebih tinggi dibanding nilai korelasi indikator Deskriptif

dengan konstruk lainnya (Politik, Keahlian dan Deteksi). Hal yang sama juga berlaku pada

korelasi ketiga konstruk lainnya. Hal ini menunjukkan konstruk laten memprediksi indikator

pada blok mereka lebih baik dibanding indikator pada blok lain.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 268: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1236

SESI I/11

Metode validitas diskriminan lainnya adalah membandingkan akar kuadrat dari

average variance extracted ( ) pada setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk

dengan konstruk lain dalam model. Validitas diskriminan dimiliki jika nilai akar AVE setiap

konstruk lebih besar dari korelasi antara konstruk dengan konstruk lain dalam model. Tabel 3

dan Tabel 4 menjelaskan hasil korelasi variabel laten dan AVE serta akar AVE.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa akar AVE konstruk Deskriptif lebih tinggi dari nilai

korelasi antara konstruk Deskriptif dengan dengan Deteksi, Keahlian dan Politik. Akar AVE

konstruk Deteksi lebih tinggi dari nilai korelasi antara konstruk Deteksi dengan dengan

Deskriptif, Keahlian dan Politik. Akar AVE konstruk Keahlian lebih tinggi dari nilai korelasi

antara konstruk Keahlian dengan dengan Deskriptif, Deteksi dan Politik. Dan akar AVE

konstruk Politik lebih tinggi dari nilai korelasi antara konstruk Politik dengan dengan

Deskriptif, Deteksi dan Keahlian. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh konstruk yang

diestimasi memenuhi kriteria validitas diskriminan. Nilai AVE seluruh konstruk di atas 0,5

dan dinyatakan valid.

Uji reliabilitas konstruk diuji dengan dua kriteria yaitu: composite reliablity dan

cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliabel

jika nilai composite reliablity maupun cronbach alpha di atas 0,7 (Hair, 2006). Hasil output

composite reliablity dan cronbach alpha terlihata pada Tabel 5 dan Tabel.

4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square yang

merupakan uji goodness-fit model. Model pengaruh Identitas Deskriptif dan Identitas Politik

terhadap Keahlian Relevan memberikan nilai R-square sebesar 0,2861 yang dapat

diinterpretasikan bahwa variabel konstruk Keahlian Relevan dapat dijelaskan oleh variabilitas

Identitas Deskriptif dan Identitas Politik sebesar 28,61% sedangkan 71,39% dijelaskan oleh

variabel lain di luar yang diteliti. Sedangkan model pengaruh Identitas Deskriptif, Identitas

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 269: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1237

SESI I/11

Politik dan Keahlian Relevan terhadap Deteksi Fraud memberikan nilai R-square sebesar

0,5659 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabel konstruk Deteksi Fraud dapat dijelaskan

oleh variabilitas Identitas Deskriptif, Identitas Politik dan Keahlian Relevan sebesar 56,59%

dan sisanya 43,41% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang diteliti (lihat Tabel 7).

Uji selanjutnya adalah signifikansi pengaruh kelima hipotesis dengan melihat nilai

koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik pada Tabel 8 dan Gambar 5. Pengujian

hipotesis 1 menunjukkan besarnya koefisien parameter 0,1473 berarti terdapat pengaruh

positip dan tidak signifikan variabel Identitas Deskriptif terhadap Keahlian Relavan, dengan

nilai t statistik sebesar 1,0641 sedangkan t tabel signifikansi 5% = 2,0452. Pengujian

hipotesis 2 menunjukkan besarnya koefisien parameter -0,4193 berarti terdapat pengaruh

negatif dan signifikan variabel Identitas Politik terhadap Keahlian Relevan. Artinya semakin

tinggi jabatan di partai, serta semakin berkoalisi asal partai pengusung maka semakin rendah

tingkat keahlian relevan pengawasan LKPD yang dimiliki, dengan nilai t statistik sebesar

2,6451 di atas t tabel signifikansi 5% = 2,0452.

Pengujian hipotesis 3 menunjukkan besarnya koefisien parameter -0,0858 berarti

terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan variavel Identitas Deskrtiptif cterhadap Deteksi

Fraud, dengan nilai t statistik sebesar 0,5851 sedangkan t tabel signifikansi 5% = 2,0452.

Pengujian hipotesis 4 menunjukkan besarnya koefisien parameter -0,2366 berarti terdapat

pengaruh negatif dan signifikan variabel Identitas Politik terhadap Detekdi Fraud. Artinya

semakin tinggi jabatan di partai, serta semakin berkoalisi asal partai pengusung maka

semakin rendah kemampuan dalam mendeteksi fraud pada keuangan daerah, dengan nilai t

statistik 1,7145 di atas t tabel signifikansi 5% = 2,0452. Pengujian hipotesis 5 menunjukkan

besarnya koefisien parameter 0,6484 berarti terdapat pengarug positip dan signifikan

variabel Keahlian Relevan terhadap Deteksi Fraud. Artinya semakin tinggi keahlian

pengawasan, pengetahuan perundang-undangan, pengetahuan tentang anggaran dan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 270: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1238

SESI I/11

mekanisme LKPD maka semakin tinggi pula kemampuan dalam mendeteksi fraud pada

keuangan daerah, dengan nilai t statistik 8,5446 di atas t tabel signifikansi 5% = 2,0452.

5. Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan output dapat disimpulkan bahwa:

1. Setelah menghilangkan 5 indikator maka pengujian outer model untuk validitas

diskriminan memberikan hasil seluruh indikator dinyatakan valid.

2. Pengujian reliabilitas dengan composite reliablity dan cronbach alpha dari blok

indikator yang mengukur konstruk memberikan hasil output composite reliablity

hanya konstruk Politik yang tidak reliabel sementara pada hasil cronbach alpha

konstruk Deskriptif dan Politik tidak reliabel dengan nilai di bawah 0,7.

3. Pengujian inner model berupa goodness-fit model menghasilkan R-square bahwa

variabel konstruk Keahlian Relevan dapat dijelaskan oleh variabilitas Identitas

Deskriptif dan Identitas Politik sebesar 28,61% sedangkan 71,39% dijelaskan oleh

variabel lain di luar yang diteliti. Sedangkan nilai R-square sebesar 0,5659 artinya

bahwa variabel konstruk Deteksi Fraud dapat dijelaskan oleh variabilitas Identitas

Deskriptif, Identitas Politik dan Keahlian Relevan sebesar 56,59% dan sisanya

43,41% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang diteliti.

4. Pengujian path coefficient pada setiap hipotesis memberikan hasil sebagai berikut:

1) Hipotesis 1, nilai koefisien 0,1473 dan t = 1,0641: tidak terdapat pengaruh

Identitas Deskriptif terhadap Keahlian Relavan anggota DPRD dalam fungsi

pengawasan keuangan daerah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 271: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1239

SESI I/11

2) Hipotesis 2, nilai koefisien -0,4193 dan t = 2,6451: terdapat pengaruh negatif

dan signifikan variabel Identitas Politik terhadap Keahlian Relevan anggota

DPRD dalam fungsi pengawasan keuangan daerah

3) Hipotesis 3, nilai koefisien -0,0858 dan t = 0,5851: tidak terdapat pengaruh

Identitas Deskrtiptif terhadap Deteksi Fraud pada LKPD

4) Hipotesis 4, nilai koefisien -0,2366 dan t = 1,7145: tidak terdapat pengaruh

Identitas Politik terhadap Deteksi Fraud pada LKPD

5) Hipotesis 5, nilai koefisien 0,6484 dan t = 8,5446: terdapat pengaruh positip

dan signifikan Keahlian Relevan terhadap Deteksi Fraud pada LKPD.

5. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa gambaran anggota DPRD Kota Tegal saat

ini adalah masih moderat, belum melaksanakan fungsi pengawasan sebagai mana

mestinya, dan pelatihan fungsi DPRD yang telah diikuti masih belum maksimal

dilaksanakan. Hal ini disebabkan karena faktor kebijakan politis dalam partai,

kurangnya pemahaman perundang-undangan, serta preferensi menjadi anggota DPRD

lebih disebabkan karena pekerjaan dan prestise.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini memiliki implikasi langsung kepada pihak legislatif yaitu bahwa

gambaran karakteristik anggota DPRD Kota Tegal berada pada level politis dimana anggota

melaksanakan fungsi pengawasan masih berdasarkan pada pengaruh politik yaitu asal partai

pengusung serta posisi partai dalam koalisi dengan pimpinan pemerintah daerah (eksekutif).

Di samping itu kemampuan pendeteksian adanya fraud pada APBD yang ditunjukkan pada

pengawasan LKPD masih bersifat moderat dan politis. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian

relevan dalam pengawasan keuangan daerah tidak didapat dari identitas pribadi maupun

politik, namun berasal dari pembelajaran lain selama responden menjadi anggota DPRD.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menghasilkan niat untuk meningkatkan keahlian

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 272: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1240

SESI I/11

anggota DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan berupa pelatihan pengawasan

akuntansi sektor publik, pemahaman perundang-undangan serta good governance.

5.3 Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan pada variabel laten konstruk serta indikator yang

membangun konstruk hanya pada identitas deskriptif, identitas politik dan keahlian relavan.

Keterbatas lainnya adalah pada responden yang diteliti hanya pada anggota DPRD satu

pemerintah daerah. Untuk itu saran bagi penelitian selanjutnya adalah adanya penambahan

konstruk dan indikator serta perluasan responden agar terjadi generalisasi hasil.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 273: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1241

SESI I/11

Daftar Pustaka Baum, D. (1999, No. 3, Vol. XIII, May/June). Business Links. Oracle Magazine .

Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2003). Business Research Methods. New York: McGraw-Hill Companies,

Inc, eight edition.

Dewi, I. M. (2011). Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD Dalam Pengawasan

Keuangan Daerah (APBD). Semarang: Skripsi, Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2008). Structurl Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS Edisi 2.

Semarang: Undip.

Hair, J. J., Anderson, R., Tatham, R., & Black, W. (2006). Multivariate Data Analysis (Fifth Edition ed.). New

York: Prentice Hall, International, Inc.

Hudayati, A. (2002). Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan: Berbagai Teori Dan Pendekatan Yang

Melandasi. JAAI , 6 (Desember), 81-96.

Indriani, R. (2007). Role of Local Legislature in Local Financial Control: the effect of Knowledge, Rules,

Procedures and Policies (RPPS). jurnal E-Mabis FE Unimal , 50-65.

Jogiyanto. (2009). Konsep & Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE.

________. (2011). Konsep dan Aplikasi Structural Equation Model Berbasis Varian dalam Penelitian Bisnis.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

________. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

________. (2011). Pedoman Survey Kuesioner. Yogyakarta: BPFE.

John, M. Y., & Setiawan S, D. (2009). Kiat Memahami Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah di Indonesia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kartikasari, D. (2012). Pengaruh Personal Background, Political Background, Pemahaman Regulasi terhadap

Peran Anggota DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Accounting Analysis Journal , 12-19.

Mahsun, M. (2012). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset.

Murray, D. (1990). The Performance Effect of Participative Budgeting: An Integration of Intervening and

Moderating Variables. Behavioral Research in Accounting , 104-123.

Robinson. (2006). Pengaruh Kualitas Anggaran terhadap Efektifitas Pengawasan Anggaran: Pengatahuan

Tentang Anggaran Sebagai Variabel Moderating. Semarang: Thesis Magister Akuntansi Universitas

Diponegoro .

Shields, M., & Young, S. (1993). Antecedents and Consequences of Participative Budgeting: Evidence on the

Effect of Asymetrical Information. Jpurnal of Management Accounting Research , 265-280.

Siegel, G., & Marconi, H. (1989). Behavioral Accounting. Ohio: South-Western Publishing Co.

Sopanah. (2004). Memantau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dalam Kerangka Peningkatan

Akuntabilitas Publik Di Era Otonomi Daerah. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Bisnis , Volume I,

Nomor 2 Juni.

Syahruddin, & Taifur, W. D. (2002). Peranan DPRD Untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi dan Perspektif

Daerah Tentang Pelaksanaan Desentralisasi. Padang: ECG, USAID/Indonesia.

Tuasikal, A. (2008). Pengaruh Pengawasan, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, dan Pengelolaan

Keuangan Terhadap Kinerja Unit Satuan Pemerintah Daerah . Finance and Banking Journal , 66-88.

Winarna, J., & Murni, S. (2007). Pengarh Personal Background, Political Background dan Pengetahuan Dewan

Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah . Jurnal Bisnis dan

Akuntansi , 136-152.

Wiyono, G. (2011). Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS & SmartPLS. Yogyakarta: UPP

STIM YKPN.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 274: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1242

SESI I/11

LAMPIRAN

Tabel 1. Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample

(O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

X11 <-

Deskriptif -0.079833 -0.061157 0.191106 0.191106 0.417742

X12 <-

Deskriptif 0.895662 0.877304 0.038503 0.038503 23.261941

X13 <-

Deskriptif 0.244975 0.251198 0.124772 0.124772 1.963375

X14 <-

Deskriptif 0.600603 0.609995 0.098325 0.098325 6.108334

X15 <-

Deskriptif 0.704598 0.704623 0.084050 0.084050 8.383054

X21 <- Politik 0.111250 0.094934 0.151346 0.151346 0.735073

X22 <- Politik 0.823816 0.806180 0.041839 0.041839 19.690379

X23 <- Politik 0.500404 0.478623 0.169180 0.169180 2.957817

X24 <- Politik -0.399969 -0.398975 0.089006 0.089006 4.493731

X25 <- Politik -0.483123 -0.451633 0.193096 0.193096 2.501978

X31 <-

Keahlian 0.966351 0.967664 0.005115 0.005115 188.931876

X32 <-

Keahlian 0.958088 0.959551 0.007717 0.007717 124.153013

X33 <-

Keahlian 0.917863 0.917594 0.023887 0.023887 38.425550

X34 <-

Keahlian 0.902640 0.906554 0.027990 0.027990 32.248521

X35 <-

Keahlian 0.886533 0.885961 0.029793 0.029793 29.756416

X36 <-

Keahlian 0.893235 0.895186 0.016880 0.016880 52.916330

Y1 <- Deteksi 0.786942 0.782959 0.044018 0.044018 17.877680

Y2 <- Deteksi 0.927004 0.925392 0.025746 0.025746 36.005063

Y3 <- Deteksi 0.937440 0.935698 0.014660 0.014660 63.946128

Y4 <- Deteksi 0.945249 0.943309 0.010703 0.010703 88.313939

Y5 <- Deteksi 0.746505 0.754485 0.073491 0.073491 10.157831

Tabel 2. Cross Loadings

Deskriptif Deteksi Keahlian Politik

X12 0.885235 0.438622 0.446017 -0.741038

X14 0.624741 -0.002543 0.281244 -0.333928

X15 0.724984 0.218667 0.224716 -0.384336

X22 -0.708790 -0.490226 -0.421816 0.859315

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 275: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1243

SESI I/11

X23 -0.261754 -0.219931 -0.347922 0.573516

X31 0.510608 0.719527 0.966707 -0.536944

X32 0.444845 0.754226 0.958592 -0.487465

X33 0.375498 0.697731 0.918344 -0.482764

X34 0.374782 0.709736 0.902841 -0.447316

X35 0.293057 0.557991 0.885752 -0.458571

X36 0.455729 0.592704 0.892224 -0.485941

Y1 0.336096 0.786580 0.503971 -0.391313

Y2 0.251285 0.926834 0.666300 -0.445135

Y3 0.356392 0.936738 0.738834 -0.524416

Y4 0.463992 0.944434 0.771516 -0.520377

Y5 0.178700 0.749780 0.438190 -0.325778

Tabel 3. Latent Variable Correlations

Deskriptif Deteksi Keahlian Politik

Deskriptif 1.000000

Deteksi 0.374054 1.000000

Keahlian 0.447807 0.734180 1.000000

Politik -0.716466 -0.515481 -0.524927 1.000000

Tabel 4. AVE dan Akar AVE

AVE Akar AVE

Deskriptif 0.566515 0.75257

Deteksi 0.761867 0.87285

Keahlian 0.848753 0.92127

Politik 0.533671 0.73052

Tabel 5. Composite Reliablity

Composite Reliability

Deskriptif 0.793431

Deteksi 0.940657

Keahlian 0.971124

Politik 0.687621

Tabel 6. Cronbach Alpha

Cronbachs Alpha

Deskriptif 0.670258

Deteksi 0.920379

Keahlian 0.964197

Politik 0.137552

Tabel 7. R-Square

R Square

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 276: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1244

SESI I/11

Deskriptif

Deteksi 0.565914

Keahlian 0.286116

Politik

Tabel 8. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original

Sample

(O)

Sample

Mean (M)

Standard

Deviation

(STDEV)

Standard

Error

(STERR)

T Statistics

(|O/STERR|)

Deskriptif -> Deteksi -0.085831 -0.075004 0.146681 0.146681 0.585155

Deskriptif ->

Keahlian 0.147355 0.225206 0.138471 0.138471 1.064159

Keahlian -> Deteksi 0.648415 0.635509 0.075886 0.075886 8.544619

Politik -> Deteksi -0.236606 -0.244051 0.138001 0.138001 1.714526

Politik -> Keahlian -0.419352 -0.342800 0.158539 0.158539 2.645106

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Gambar 2. PLS Graph Tool Function

Gambar 3. Grafik SmartPLS Setelah Uji Indikator

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 277: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1245

SESI I/11

Gambar 4. Model Bootstraping

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 278: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanti Puji Astutie

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1246

SESI I/11

Gambar 5. Model Algoritma

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 279: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1247

SESI I/12

Perilaku Organisasi dan

Kinerja Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD)

pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan

JAMIYLA

Universitas Indo Global Mandiri

AZWARDI

BURHANUDDIN

Universitas Sriwijaya

Abstract: This study examines influance of Organization Behaviour (clarity objective, top

support, training&education and user involvment) and Local Government Accounting system

performance (information quality and information usage). It is argued that organization

behaviour factors sicnificant assosiated with Local Government Accounting system

performance. Lack of attention to these factors will be influence to Local Government

Accounting system performance.

Data were collected from 102 respondents (only 93 can used) officers of local government in

South Sumatera. The data then analyzed using multiple regration with SPSS software.

The Result of empirical study of 93 respondents indicated that organization behaviour factors

such as clarity objective does not have sicnificant positive, training&education and user

involvment does not have sicnificant negative and top support have sicnificant positive on

information quality partially. However, simultaneously organization behaviour factors does

not have sicnificant positive on information quality. This study also find attention

organization behaviour factors such as clarity objective and training&education does not

have sicnificant positive, top support have sicnificant positive and user involvment does not

have sicnificant negative on information usage partially. Simultaneously, organization

behaviour factors does have sicnificant positive on usage partially.

Keywords : Organization, Behaviour, System, Performance

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 280: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1248

SESI I/12

Pendahuluan

Otonomi Daerah menimbulkan tuntutan refomasi mengenai Pengelolaan Keuangan

Daerah yang telah direspon oleh Pemerintah dengan menyusun Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 tahun 2005. Dengan

diberlakukannya PP tersebut maka baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah diberi

kesempatan untuk segera menyusun sistem akuntansinya. Pemerintah Daerah diberi

kewenangan untuk menetapkan Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah dalam

bentuk Peraturan Daerah untuk memenuhi kewajibannya dalam menyusun laporan

pertanggungjawaban keuangan daerah yang bersangkutan.

Pernyataan Nasution pada harian Sumek (2009) mengenai hasil pemeriksaan Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI terhadap pengelolaan keuangan daerah selama tiga tahun

(2005 – 2007) di Provinsi Sumatera Selatan masih rendah. Menurut beliau, Laporan

keuangan tersebut belum menunjukkan kemajuan yang berarti, sehingga berindikasi

terhadap pengelolaan keuangan di sejumlah daerah di Indonesia yang semakin

memburuk. Data indikasinya dilihat dari transparansi dan akuntabilitas keuangan

daerah selama empat tahun terakhir yang jauh merosot (2005 – 2008). Buruknya

transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah meningkatkan peluang kebocoran dan

memperlambat kinerja Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan dan

kesejahteraan kepada masyarakat. Kondisi ini jauh dari yang diharapkan, karena setelah

adanya SAP dan Permendagri No. 59 tahun 2007 justru Kinerja Pemerintah mengalami

penurunan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 281: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1249

SESI I/12

Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi menjelaskan bahwa dalam pandangan principal agent model, pihak yang

paling berkepentingan adalah pemilik capital asset (masyarakat) yang diserahkan kepada

agent (pemerintah) yang harus dikendalikan setiap saat dan pengurus bertanggungjawab

kepada pemilik. Burhanuddin (2008), menyatakan bahwa teori ini selain digunakan untuk

tujuan pertanggungjawaban juga untuk menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kesejahteraan (welfare), efisensi (efficiency), akuntabilitas (accountability), informasi

(information), dan modal (capital). Model ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat

keuangan terhadap asset yang merupakan pelengkap indikator kinerja bukan laba atau untuk

mengukur manfaat dari penggunaan pelayananan lainnya.

Mayson (1998), menyatakan bahwa jika dilihat dari aspek pertanggungjawaban

terhadap efisiensi sektor publik maka berdasarkan pandangan teori agensi timbul satu

pertanyaan “siapa yang menjadi pemilik entitas sektor publik”. Untuk menjawab pertanyaan

tersebut terdapat tiga alternatif jawaban yaitu masyarakat yang memberikan suara dalam

pemilihan parlemen, pelayanan publik dan pemerintah pusat.

2.Teori Perilaku Organisasi (Organization Behaviour Theory)

Ilmu perilaku (akar dari ilmu psikologi), yang dikembangkan dengan dipusatkan pada

tingkah laku manusia dalam organisasi. Kerangka dasar teori perilaku organisasi ini didukung

oleh dua komponen pokok, yaitu individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai

wadah dari perilaku tersebut. Jadi, perilaku organisasi adalah suatu studi yang mempelajari

dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud

menciptakan pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi perbaikan efektivitas organisasi.

Terdapat beberapa aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok

tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 282: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1250

SESI I/12

pengaruh manusia terhadap organisasi. Perilaku organisasi adalah interaksi dan hubungan

antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak yang memiliki tujuan

praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

Perilaku organisasi terbentuk dari perilaku-perilaku individu yang terdapat dalam organisasi

tersebut. Ilmu perilaku organisasi hanya terbatas pada dimensi internal dari suatu organisasi.

Dalam ilmu perilaku organisasi terdiri dari beberapa aspek yang dipelajari yaitu motivasi,

keterlibatan, disiplin, kepuasan, stres, sikap, moril dan konflik (Ilhamsyah, 2008).

Chenhall (2004) mendefinisikan faktor sikap yang terkait dengan keberhasilan

penerapan Activity Based Costing Management (ABCM) adalah dukungan manajemen pusat,

kaitan dengan strategi kompetitif, kecukupan sumber daya, kepemilikan non akuntan,

hubungan dengan evaluasi kinerja dan kompensasi, pengadaan pelatihan, kejelasan tujuan

dan jumlah keperluan untuk ABCM. Dimensi yang penting dari sikap adalah dukungan

manajemen pusat, kejelasan tujuan dan pelatihan.

Kejelasan tujuan sebagai faktor perilaku organisasi dapat menentukan keberhasilan

suatu sistem karena individu dengan tujuan dan target yang jelas dan paham bagaimana

mencapai tujuan, mereka dapat melaksanakan tugas dengan keterampilan dan kompetensi

yang dimiliki. Latifah (2007) menyatakan bahwa tujuan digunakannya sistem harus

mendukung tujuan dari organisasi, hal ini penting karena sistem yang digunakan akan

menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi. Apabila individu merasakan adanya

ketidakpastian dan ketidakjelasan tujuan digunakannya sistem, mereka akan ragu-ragu

dalam menjalankan tugas yang diembannya.

Perumusan tujuan secara jelas yang telah dilakukan, akan didukung oleh atasan untuk

menyukseskan implementasi sistem baru. Shileld & Young (1989), menyatakan bahwa

dukungan manajemen puncak (atasan) dalam suatu inovasi sangat penting dikarenakan

adanya kekuasaan manajer terkait dengan sumber daya. Dukungan manajemen puncak

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 283: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1251

SESI I/12

meliputi penyusunan sasaran atau penilaian tujuan, mengevaluasi usulan proyek

pengembangan sistem informasi, mendefinisikan informasi dan pemrosesan yang dibutuhkan,

melakukan review program dan rencana pengembangan sistem informasi.

Pemahaman dan kemampuan teknis pengguna mengoperasionalisasikan sistem yang

dikembangkan lebih dibutuhkan daripada keahlian pengguna. Upaya untuk meningkatkan

pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pelatihan terhadap pengguna (user

training) secara intensif yang merupakan salah satu dukungan atasan.

Pendidikan dan pelatihan dalam desain, implementasi dan penggunaan suatu inovasi

seperti adanya sistem baru memberikan kesempatan bagi organisasi untuk mengartikulasi

hubungan antara implementasi sistem baru dengan tujuan organisasi. Shield&Young (1995)

menyatakan bahwa dengan adanya pendidikan dan pelatihan dapat menjadi suatu sarana bagi

pengguna untuk dapat mengerti, menerima dan merasa nyaman dari perasaan tertekan atau

perasaan khawatir dalam proses implementasi dan selama penggunaan suatu sistem.

Keterlibatan pengguna sistem akan meningkatkan kinerja dari suatu sistem.

Indriantoro (2000) menyatakan bahwa aspek partisipasi dan keterlibatan pengguna sebagai

salah satu perwujudan dari aspek keperilakuan yang penting diperhatikan untuk menghindari

penolakan (resistance) implementasi dan pemakaian suatu sistem yang baru. Pengguna yang

telah mengikuti pendidikan dan pelatihan sebaiknya mengaplikasikannya secara langsung

mengawasi sistem yang dijalankan agar dapat mengetahui kelemahan dari sistem tersebut.

Apabila terdapat kelemahan maka dapat melihat kebutuhan untuk memperbaiki sistem

selanjutnya. Oleh karena itu keterlibatan pemakai terhadap kinerja sIstem akan lebih besar

pada saat akhir suatu sistem diimplementasikan.

3. Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan

prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 284: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1252

SESI I/12

(apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada perilaku kerja

(Locke,1986). Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingan

dengan tujuan yang mudah, tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi

yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak.

4.Teori Keseimbangan ( Balance Theory)

Teori keseimbangan menyatakan bahwa perusahaan akan dapat bertahan apabila

dapat menjaga keseimbangan antara tujuan organisasi dengan tujuan dari individu (karyawan)

yang bekerja pada organisasi tersebut. Teori ini menjelaskan bahwa dalam penetapan tujuan

kegiatan organisasi sebaiknya manajemen melibatkan bawahan untuk merumuskan tujuan

agar terdapat keseimbangan.

5.Teori Model Penerimaan (Theory Acceptance Model )

Teori ini menjelaskan reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, yang akan

menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Teori model penerimaan membuat perilaku

seseorang sebagai suatu fungsi dari tujuan perilaku yang ditentukan oleh sikap atas perilaku

tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna sistem akan mempengaruhi sikapnya dalam

penerimaan penggunaan sistem, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi

pengguna atas kemanfaatan (usefulness) dan kemudahaan (ease of use).

6.Teori Atribusi (Atribution Theory)

Teori atribusi merupakan kajian bidang psikologi yang telah dikembangkan sekitar 50

tahun lalu yang dipelopori Heider ( Rogolf et al., 2004). Pada awalnya teori ini cenderung

memandang manusia sebagai mahluk yang relatif naif, pengamat yang tidak terampil

(unskilled) tentang berbagai peristiwa dan berusaha menarik kesimpulan berdasarkan apa

yang disaksikan dan dialami. Perkembangan teori atribusi ini kemudian lebih memfokuskan

pada upaya-upaya untuk mengkaji pola-pola kesalahan dan bias dalam proses atribusi

(Kelley&Michela,1980).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 285: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1253

SESI I/12

Weiner (1986) mengembangkan teori atribusi kausal dalam tiga dimensi yaitu

dimensi lokus, dimensi stabilitas, dan dimensi kontrol. Berdasarkan dimensi lokus (locus of

causality), atribusi terhadap suatu peristiwa atau perilaku didasarkan pada kausalitas internal

dan eksternal. Dimensi internal mencakup semua faktor yang inheren dalam diri seseorang,

seperti kompetensi, kesehatan, suasana hati, sikap dan sebagainya. Dimensi eksternal

mencakup semua faktor yang berada di luar diri seseorang, seperti regulasi pemerintah,

cuaca, nasib baik, kondisi sosial, dan lainnya. Dimensi stabilitas (stability of causality)

mengatribusikan penyebab terjadinya suatu peristiwa atau perilaku sebagai faktor yang stabil

atau tidak stabil. Dimensi kontrol (controlability of causality) mengatribusikan suatu perilaku

sebagai faktor yang dapat dikontrol atau tidak dapat dikontrol( Koesworo&Sina, 2008).

7.Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2007 berisi bahwa Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati,

atau Walikota, dan Perangkat Daerah lainnya. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang dilakukan kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah.

8.Kinerja Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD)

Keberhasilan implementasi atau efektifitas dari penggunaan sebuah sistem disebut

kinerja sistem. Definisi dari kinerja sistem adalah seberapa banyak waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan beberapa masalah yang sama oleh sistem dan seberapa banyak masalah

besar dapat diselesaikan. Adapun kinerja sistem dapat dilihat dari dimensi kualitas sistem,

kualitas informasi, penggunaan sistem, kepuasan pemakai, dampak terhadap individu dan

dampak terhadap organisasi (DeLone & McLean 2001).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 286: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1254

SESI I/12

Sistem yang berkualitas akan mendorong keberhasilan (implementasi) sistem,

implikasi selanjutnya adalah adanya peningkatan kinerja secara keseluruhan, baik

menyangkut karyawan, pimpinan, pemilik, maupun organisasi itu sendiri. Dalam hal ini suatu

sistem memiliki kinerja yang baik atau dinilai berjalan efektif, apabila telah dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan berbagai pihak yang ada dalam organisasi, baik secara individual

maupun secara kelompok.

Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD) mempunyai kinerja yang baik

apabila dapat mengelola dana desentralisasi secara tertib, efisien, efektif, transparan,

akuntabel dan auditabel (Abdullah, 2008).

9. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain

yang dilakukan oleh Chenhall (2004) meneliti tentang the role of cognitive and affective

conflict in early implementation of ABCM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

perilaku antara lain dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan selama implementasi

sangat berpengaruh signifikan terhadap kegunaan ABCM.

Choe (1996) telah melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur dengan judul

“The Relationships among performace of AIS, Influence factors and evolution level of

Information system”. Choe melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kinerja SIA

dengan faktor yang mempengaruhinya dan pengembangan sistem informasi sebagai variabel

moderating. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang siknifikan positif antara

kinerja SIA dan faktor yang mempengaruhinya yaitu keterlibatan pemakai terhadap sistem,

kemampuan individu terhadap sistem dan ukuran organisasi (besarnya modal yang dimiliki).

Sejalan dengan Choe, Almilia & Briliantien (2006) juga meneliti mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi Pada Bank Umum Pemerintah

Di Wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Penggunaan variabel yang sama dalam penelitian Choe,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 287: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1255

SESI I/12

Almilia menemukan bahwa keterlibatan pemakai sistem, kemampuan teknik individu

terhadap sistem, ukuran organisasi (dilihat dari modal) dan formalisasi pengembangan sistem

tidak terdapat hubungan yang siknifikan dengan kinerja SIA.

Faktor keperilakuan organisasi dalam implementasi sistem akuntansi keuangan daerah

(SAKD) dilakukan Latifah (2007), hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara pelatihan dan kejelasan tujuan dengan kegunaan SAKD sedangkan dukungan atasan

berhubungan positif dengan kegunaan SAKD. Cavalluzzo&Ittner (2004) meneliti tentang

Implementing Performance Measurement Innovation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat beberapa faktor teknis yaitu keterbatasan data, kesulitan menyeleksi matrik dan

faktor organisasi meliputi komitmen manajemen, otoritas pengambilan keputusan, pelatihan

dan mandat dari legislatif berhubungan dengan implementasi sistem pengukuran dan hasil

dalam berbagai cara.

The implementation stages of ABC and the impact of contextual and organizational

factors adalah penelitian Krumwide (1998). Krumwide menyatakan bahwa faktor organisasi

seperti pelatihan, kejelasan tujuan dan dukungan atasan berpengaruh positif terhadap

implemenasi suatu sistem maupun perubahan model akuntansi manajemen.

Syam (1999) melakukan penelitian mengenai dampak kompleksitas teknologi

infomasi bagi strategi dan lingkungan usaha juga menunjukkan bahwa pertimbangan faktor

perilaku mendapat perhatian khusus dalam konteks penerapan teknologi. Dari beberapa

penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan

faktor perilaku dapat menentukan kinerja dari suatu sistem.

Penelitian yang berkaitan dengan aspek perilaku dan kinerja sistem pada

Pemerintahan juga masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada aspek perilaku organisasi dengan kinerja SAPD.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 288: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1256

SESI I/12

Berdasarkan hasil kajian teori dan beberapa penelitian terdahulu maka, dapat dibuat

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Perilaku Organisasi

Kinerja SAPD

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran

Dari kajian teori dan beberapa penelitian tersebut dapat dijadikan dasar untuk

membangun hipotesis, adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : diduga

Perilaku Organisasi yang meliputi ; Kejelasan tujuan (X1), Dukungan atasan (X2),

Pendidikan&Pelatihan pengguna (X3) serta Keterlibatan pengguna (X4) berpengaruh positif

terhadap Kinerja Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang meliputi kualitas informasi (Y1)

dan kegunaan informasi (Y2) pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan.

Metode Penelitian

1.Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),

khususnya pada Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan aset (DPPKA) serta

Sekretariat Daerah pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan. DPPKA dan Sekretariat

Daerah (bagian keuangan) saat ini sebagai SKPKD dan SKPD sangat berkaitan langsung

Sikap

Keterlibatan

Efektifitas

Sistem

Kejelasan

tujuan (x1)

Dukungan

atasan (x2)

Pendidikan&

pelatihan(x3)

Keterlibatan

Pemakai (x4)

Kualitas

Informasi (y1)

Kegunaan

Informasi (y2)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 289: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1257

SESI I/12

dengan penggunaan SAPD. DPPKA selaku SKPKD dan Sekretariat Daerah selaku SKPD &

SKPKD bagi Pemerintahan Daerah yang belum ada DPPKA.

Populasi dari responden terdiri dari Kepala dinas atau sekretaris, Kepala Bidang

akuntansi, Kepala Bidang Perbendaharaan, Kepala Bidang Pendapatan, dan Kepala Bidang

Aset untuk DPPKA. Kepala bagian keuangan, kepala sub bagian akuntansi, kepala sub

bagian perbendaharaan, kepala sub bagian pelaporan dan kepala sub bagian anggaran untuk

Setda Kota/kabupaten. Kepala bagian dan Kepala Sub bagian Anggaran, Perbendaharaan,

Anggaran Daerah Bawahan, dan bagian Akuntansi pada Setda Provinsi. Data jumlah populasi

dan jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 199 orang disajikan dalam bentuk tabel

agar mudah dipahami (terlampir).

Sampel dari Pemerintahan Daerah yang diambil adalah Pemerintahan Provinsi, Kota

Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin, Ogan Komering

Ilir, Muara Enim, Banyasin, dan Ogan Ilir. Alasan pengambilan sampel daerah tersebut

berdasarkan judgment sample adalah karena mewakili Pemerintahan Provinsi, kota dan

kabupaten (induk dan pemekaran), letak geografis, serta pertimbangan biaya, waktu, dan

tenaga. Sampel responden yang diambil sebanyak 108 orang dari 9 Pemerintahan Daerah.

Data jumlah sampel disajikan dalam tabel terlampir.

2. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer yaitu data yang diperoleh

secara langsung melalui pengisian quisioner oleh responden, selain itu dilakukan pula

wawancara dan observasi langsung dengan tujuan untuk melengkapi dan mengecek jawaban

responden. Data sekunder yaitu data yang sudah diolah dan diperoleh dari subjek penelitian

antara lain struktur organisasi dan peraturan daerah untuk DPPKAD dan Sekretariat Daerah

pada bagian keuangan Pemerintahan Provinsi, Kota dan Kabupaten di Sumatera Selatan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 290: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1258

SESI I/12

3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (Y) yaitu

kinerja (SAPD) meliputi: kualitas informasi dan kegunaan informasi dan variabel independen

(X) yaitu perilaku organisasi meliputi : kejelasan tujuan, dukungan atasan, pendidikan&

pelatihan serta keterlibatan pengguna.

4. Metode Analisis

Data yang telah dikumpulkan digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti yaitu

kejelasan tujuan, dukungan atasan, pendidikan & pelatihan, keterlibatan pengguna, kualitas

informasi dan kegunaan informasi. Oleh karena data yang terkumpul berskala ordinal maka,

data terlebih dahulu harus ditransformasikan tingkat pengukurannya melalui method of

successive interval (Sitepu,1994) selanjutnya dapat dianalisis.

Analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen adalah analisis multivariat dengan metode dependensi. Untuk mengetahui

bentuk hubungan (pengaruh) setiap variabel independen terhadap variabel dependen

digunakan teknik analisis regresi berganda (Supranto, 2004). Adapun model persamaan

tersebut adalah sebagai berikut:

Y1 = βo +β 1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + Є

Y2 = βo +β 1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + Є

Hasil dan Pembahasan

1.Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan

kuesioner kepada responden di Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset serta

bagian keuangan Sekretariat Daerah pada pemerintahan provinsi, kota dan kabupaten di

Sumatera Selatan. Kuesioner disebarkan dengan cara mengantarkan langsung kepada

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 291: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1259

SESI I/12

responden. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 1,5 bulan yang dimulai

pada tanggal 16 April 2009 sampai dengan 30 Mei 2009.

Kuesioner yang disebarkan sebanyak 108 eksemplar dan yang kembali hanya

sebanyak 102 eksemplar, dengan tingkat response rate sebesar 94,44.%. Sebanyak 9

eksemplar kuesioner tidak dapat diikutsertakan dalam analisis dikarenakan pengisian yang

tidak lengkap. Jumlah data yang bisa diolah dari kuesioner untuk dianalisis sebanyak 93

eksemplar kuesioner

Gambaran Responden

Hasil rekap kuesioner menginformasikan bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin laki-laki, memiliki latar belakang pendidikan mayoritas sarjana (S1) serta

berpendidikan bukan akuntansi. Responden berusia mayoritas diatas 40 tahun dengan lama

bekerja mayoritas kurang dari 20 tahun dan lama menduduki jabatan mayoritas kurang dari 1

tahun.

Pengujian Hipotesis

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengolah data yang menghasilkan

koefisien regresi dan menunjukkan pengaruh antara variabel kejelasan tujuan (X1), dukungan

atasan(X2), pendidikan&pelatihan(X3), dan keterlibatan pengguna (X4) terhadap kualitas

informasi (Y1) dan variabel kejelasan tujuan (X1), dukungan atasan(X2),

pendidikan&pelatihan(X3), dan keterlibatan pengguna (X4) terhadap kegunaan informasi

(Y2). Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat dibentuk suatu persamaan regresi

sebagai berikut :

Y1 = 7.755 + 0.058X1 + 0.277X2 - 0.012X3 - 0.087X4 + Є

Y2 = 4.883 + 0.075X1 + 0.454 X2 + 0.133X3 - 0.041X4 + Є

Model persamaan regresi untuk kualitas informasi mengisyaratkan bahwa kejelasan

tujuan, dan dukungan atasan, berpengaruh positif sedangkan variabel pendidikan& pelatihan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 292: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1260

SESI I/12

dan keterlibatan pengguna berpengaruh negatif. Model persamaan regresi untuk kegunaan

informasi menunjukkan bahwa kejelasan tujuan, dukungan atasan dan pendidikan&pelatihan

berpengaruh positif sedangkan variabel keterlibatan pengguna berpengaruh negatif.

Data hasil penelitian dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar memenuhi

syarat analisis regresi, kemudian dilakukan pengujian hipotesis. Hasil pengujian yang

dilakukan meliputi uji multikolinearitas,uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas dan semua

dinyatakan tidak terdapat multikolinieritas, dalam variabel penelitian ini tidak terjadi

autokorelasi dan semua unsur variabel baik variabel X terhadap Y1 dan variabel X terhadap

Y2 tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai kekeliruan 5% semua variabel lebih kecil dari

tingkat siknifikansi Spearman.

Pengaruh Perilaku Organisasi terhadap kinerja SAPD secara bersama-sama (Uji F)

Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh nilai siknifikansi F 0,124 > α 0,05 untuk kualitas

informasi dan tabel 4.20, nilai siknifikansi F 0,000 < α 0,05 untuk kegunaan informasi pada

tingkat kepercayaan 95%. Artinya, dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh tidak siknifikan dari perilaku organisasi meliputi kejelasan tujuan,

dukungan atasan, pendidikan & pelatihan dan keterlibatan pengguna secara bersama-sama

terhadap kualitas informasi pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan.

Untuk kegunaan informasi diperoleh nilai siknifikansi F lebih kecil dibandingkan

dengan level of significant (α). Kesimpulan yang diambil bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan dari perilaku organisasi meliputi kejelasan tujuan, dukungan atasan,

pendidikan&pelatihan dan keterlibatan pengguna secara bersama-sama terhadap kegunaan

informasi pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan.

Tabel 4.21 dan 4.22 menunjukkan nilai R² yang diperoleh dari nilai regresi dibagi

total (pada tabel Anova) yaitu sebesar 0,096 untuk Y1 dan sebesar 0,267 untuk Y2.

Berdasarkan nilai R² ini dapat diketahui bahwa hanya 9,6% variasi kualitas informasi dan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 293: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1261

SESI I/12

26,7% variasi kegunaan informasi yang dihasilkan oleh Pejabat Pemerintahan Daerah di

Sumatera Selatan, dapat dijelaskan oleh variabel kejelasan tujuan, dukungan atasan,

pendidikan&pelatihan dan keterlibatan pengguna secara bersama-sama.

Variasi Kualitas informasi yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel kejelasan tujuan,

dukungan atasan, pendidikan&pelatihan dan keterlibatan pengguna tetapi dapat dijelaskan

oleh faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti sebesar (100% - 9,6%) = 90,4 %. Variasi

kegunaan informasi yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel kejelasan tujuan, dukungan

atasan, pendidikan&pelatihan dan keterlibatan pengguna tetapi dapat dijelaskan oleh faktor

lain yang tidak diamati oleh peneliti sebesar (100% - 26,7% ) = 73,3 %.

Keeratan hubungan kejelasan tujuan, dukungan atasan, pendidikan&pelatihan dan

keterlibatan pengguna terhadap kualitas informasi ditunjukkan oleh R (akar dari R square )

sebesar 0,309 atau sebesar 30,9% dan terhadap kegunaan informasi sebesar 0,517 atau

sebesar 51,7%. Angka ini menurut kriteria Guilford menunjukkan hubungan yang lemah

antara variabel Perilaku Organisasi terhadap variabel kualitas informasi dan hubungan yang

cukup erat antara variabel Perilaku Organisasi terhadap variabel kegunaan informasi.

Pengaruh Periaku Organisasi terhadap kinerja SAPD secara parsial (Uji t)

Koefisien korelasi parsial masing-masing variabel X1, X2,X3 dan X4 dengan Y1 dan

Y2 menunjukkan keeratan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen.

Menurut kriteria Guilford, keeratan hubungan x1,x3 dan x4 terhadap Y1 sebesar 0,063, -

0,020 dan - 0,129 tergolong sangat lemah dan keeratan hubungan x2 terhadap Y1 sebesar

0,263 tergolong rendah. Sedangkan keeratan hubungan x1, x3 dan x4 terhadap Y2 sebesar

0,082, 0,227 dan - 0,062 tergolong rendah, dan keeratan hubungan x2 terhadap Y2 sebesar

0,413 tergolong sedang.

Hasil koefisien korelasi parsial menunjukkan bahwa secara parsial variabel kejelasan

tujuan (X1) berpengaruh positif tidak siknifikan dan variabel dukungan atasan (x2)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 294: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1262

SESI I/12

berpengaruh positif siknifikan terhadap kualitas informasi (Y1). Untuk variabel

pendidikan&pelatihan (X3) dan keterlibatan pengguna (X4) berpengaruh negatif tidak

siknifikan terhadap kualitas informasi (Y1) pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan.

Besarnya pengaruh masing-masing variabel X1,X2,X3,dan X4 terhadap Y1 berdasarkan

perhitungan (r²) adalah 0,40% , 6,92 %, 0,04%, dan 1,66%.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi parsial untuk kegunaan informasi (Y2)

menunjukkan bahwa secara parsial variabel kejelasan tujuan (X1), dan pendidikan&pelatihan

(X3) berpengaruh positif tidak siknifikan terhadap kegunaan informasi (Y2), variabel

dukungan atasan (x2) berpengaruh positif siknifikan sedangkan variabel keterlibatan

pengguna (X4) berpengaruh negatif tidak siknifikan terhadap kegunaan informasi (Y2) pada

Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan. Besarnya pengaruh masing-masing variabel

X1,X2,X3,dan X4 terhadap Y2 berdasarkan perhitungan (r²) adalah 0,67% , 17,06 %,

5,15%, dan 0,38%.

Pembahasan

Kejelasan tujuan dengan kualitas informasi dan kegunaan informasi

Penelitian ini mengidentifikasi empat faktor perilaku organisasi yang digunakan untuk

mengukur kualitas informasi yang dihasilkan pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan.

Adapun faktor tersebut yaitu kejelasan tujuan, dukungan atasan, pendidikan & pelatihan

pengguna dan keterlibatan pengguna yang disimbolkan dengan X1 – X4. Hasil pengolahan

data menunjukkan bahwa masing-masing variabel secara individu hanya satu variabel yaitu

dukungan atasan yang berpengaruh siknifikan terhadap kualitas informasi dan kegunaan

informasi. Model regresi yang dihasilkan hanya mampu menjelaskan perubahan nilai variabel

independen terhadap variabel dependen kualitas informasi sebesar 0,096 atau 9,6% persen

dan kegunaan informasi 0,267 atau 26,7 %.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 295: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1263

SESI I/12

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para responden telah diberikan informasi

mengenai kejelasan tujuan digunakannya SAPD. Tanggapan responden tersebut didukung

pula hasil wawancara dengan beberapa Kepala bidang dan kepala bagian bahwa kejelasan

tujuan diperlukan agar suatu kegiatan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang

telah dijabarkan dan ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

positif tidak siknifikan antara kejelasan tujuan dengan kualitas informasi dan kegunaan

informasi. Hasil ini mendukung teori yang menyatakan bahwa kejelasan tujuan dapat

menentukan suatu keberhasilan sistem karena individu dengan tujuan yang jelas, target yang

jelas dan paham bagaimana tujuan tercapai, akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

sesuai dengan keterampilan dan keahlian. Nilai yang tidak siknifikan disebabkan karena

respondennya adalah pejabat yang sebagian besar baru menduduki jabatannya dan

berpendidikan bukan akuntansi sehingga persepsinya mempengaruhi kualitas dari informasi

yang dihasilkan.

Apabila individu merasakan adanya ketidakjelasan tujuan, maka individu tersebut

akan ragu-ragu dalam menjalankan tugas dan pada akhirnya akan dapat menurunkan kinerja

dari SAPD. Hasil penelitian ini mendukung temuan Chenhall (2004) yang berhasil

membuktikan adanya hubungan positif antara kejelasan tujuan dengan kegunaan sistem

ABCM pada tingkat signifikansi 10%. Namun penelitian ini tidak dapat mendukung temuan

Latifah (2007) yang menyatakan bahwa kejelasan tujuan berhubungan negatif dengan

kegunaan SAKD.

Hasil yang berbeda disebabkan karena fenomena yang terjadi, dimana sudah ada suatu

kejelasan tujuan digunakannya SAPD. Adanya komitmen dari pemerintah untuk menciptakan

terwudujdnya pemerintah yang bersih, jujur dan berwibawa dapat mendukung tujuan

digunakannya SAPD. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang baik telah ada acuan yaitu

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 296: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1264

SESI I/12

Standar Akuntansi Pemerintah. Hal ini sesuai dengan teori keseimbangan tujuan yang

menyatakan bahwa harus terdapat keseimbangan antara tujuan individu dengan tujuan

organisasi. Teori penetapan tujuan pun menyatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan

secara jelas akan dapat mempengaruhi prestasi kerja dalam hal ini adalah kinerja SAPD

walaupun nilainya tidak terlalu siknifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang

dipakai.

Dukungan atasan dengan kualitas informasi dan kegunaan informasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan,

telah didukung oleh atasan dalam pelaksanaan SAPD. Fenomena dilapangan juga

memperlihatkan bahwa telah banyak dukungan Pemerintahan Daerah dengan menyediakan

berbagai fasilitas dan sumber daya yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan SAPD di

Sumatera Selatan. Adanya dukungan atasan ini juga berindikasi bahwa pejabat pemerintahan

Daerah di Sumatera Selatan mendukung visi Pemerintah untuk menciptakan Pemerintahan

yang bersih jujur dan berwibawa. Sesuai dengan teori agensi bahwa pemerintah harus

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana yang dipercayakan oleh masyarakat dengan

cara menunjukkan bahwa laporan yang dihasilkan sudah berkualitas dan berguna.

Hasil penelitian juga berhasil mendukung penelitian Chenhall (2004) yang

menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara dukungan manajemen puncak

dengan kegunaan ABCM pada tingkat siknifikansi 5%. Konsisten juga dengan hasil peneltian

Latifah (2007) yang menyimpulkan bahwa dukungan atasan berhubungan positif dengan

kegunaan SAKD. Penelitian ini mendukung pula hasil penelitian Cavaluzzo dan Ittner (2004)

yang menemukan bahwa dukungan atasan akan berpengaruh positif dalam pelaksanaan

sistem sehingga dapat meningkatkan kegunaan dari sistem.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 297: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1265

SESI I/12

Pendidikan & pelatihan dengan kualitas informasi dan kegunaan informasi

Penelitian untuk kualitas informasi tidak dapat membuktikan teori yang menyatakan

bahwa pelatihan dapat memberikan sarana bagi pengguna untuk mengerti, menerima dan

merasa nyaman serta memberi kesempatan bagi organisasi untuk dapat mengartikulasi

hubungan antara pemakaian sistem dengan tujuan organisasi sehingga akan menjadi faktor

pendorong untuk keberhasilan pelaksanaan sistem.

Penelitian untuk kegunaan informasi dapat membuktikan teori bahwa pelatihan yang

diberikan kepada pengguna dapat meningkatkan pengetahuan bagi pengguna sehingga dapat

mengartikulasi penggunaan sistem dengan tujuan organisasi. Teori atribusi dari dimensi lokus

menyatakan bahwa perilaku seseorang didasarkan pada faktor dari dalam diri seseorang yang

menyangkut kompetensi, kesehatan, suasana hati dan lain-lain. Apabila

pendidikan&pelatihan yang diikuti tidak secara serius dan tidak sesuai dengan kompetensi

atau tugas yang diemban, maka pendidikan&pelatihan akan tidak bermanfaat.

Hasil penelitian kegunaan informasi didukung oleh penelitian Chenhall (2004) yang

berhasil membuktikan bahwa pelatihan berhubungan positif dengan kegunaan ABCM pada

tingkat siknifikansi 10% dan penelitian Cavalluzo dan Ittner (2004) juga berhasil

membuktikan bahwa pelatihan terbukti berhubungan positif dengan keberhasilan pelaksanaan

sistem pengukuran kinerja pada tingkat siknifikansi 10%. Hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan penelitian Latifah (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan

berhubungan negatif terhadap kegunaan SAKD.

Hasil yang berbeda antara kualitas dan kegunaan informasi ini disebabkan fenomena

di lapangan, dimana pelatihan yang diadakan terkait dengan pelaksanaan SAPD masih

sedikit. Selain itu pedidikan dan pelatihan yang diadakan masih diperuntukkan bagi pejabat

di bagian atas seperti kepala dinas, kepala bagian, kepala seksi. Keikutsertaan dalam

pelatihan oleh pegawai yang bekaitan langsung dengan penggunaan sistem masih kurang,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 298: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1266

SESI I/12

sehingga kualitas informasi yang dihasilkan belum maksimal. Informasi yang dihasilkan

sudah dapat digunakan untuk mengelola dana secara transparan, akuntabel dan auditabel. Hal

ini dapat dibuktikan dengan jawaban partisipan yang dapat dilihat dari hasil deskriptif

variabel pendidikan dan pelatihan pada tabel.

Keterlibatan pengguna dengan kualitas informasi dan kegunaan informasi

Teori model penerimaan menyatakan bahwa reaksi atau perilaku dari pengguna akan

mempengaruhi sikapnya dalam menerima penggunaan suatu sistem yaitu kemudahan dan

kemanfaatan. Penelitian ini tidak dapat membuktikan teori karena keterlibatan pengguna

justru mengurangi kualitas informasi dan kegunaan informasi. Fenomena ini disebabkan

karena respondennya adalah pajabat pada Pemerintahan Daerah yang sebagian besar belum

lama menduduki jabatannya.

Penelitian ini tidak dapat membuktikan penelitian Soegiharto (2001) yang

menyatakan bahwa keterlibatan pengguna dalam pemakaian suatu sistem dapat meningkatkan

kinerja dari sistem tersebut. Hasil penelitian ini juga tidak dapat mendukung penelitian yang

dilakukan Choe (1996) bahwa keterlibatan pemakai bisa meningkatkan kinerja suatu sistem.

Namun penelitian ini mendukung temuan Almilia (2006) bahwa keterlibatan pemakai tidak

berpengaruh siknifikan terhadap kinerja sistem.

Hasil penelitian ini tidak konsisten disebabkan oleh karena keterlibatan para pejabat

terhadap penggunaan SAPD secara langsung dapat mengurangi kualitas dari informasi yang

akan dihasilkan karena kekuasaan yang dimiliki atas jabatannya. Sebaiknya pejabat hanya

mengontrol pelaksanaan dari SAPD. Apabila pengguna yang secara langsung terlibat adalah

para staf pelaksana maka akan dapat meningkatkan kualitas dari informasi. Keterlibatan

pejabat sebaiknya pada saat sosialisasi adanya perubahan peraturan sehingga membuat staf

tidak merasa kebingungan mengenai pedoman yang harus dilaksanakan sehingga kinerja dari

SAPD dapat ditingkatkan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 299: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1267

SESI I/12

Dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor perilaku organisasi

mempunyai pengaruh yang cukup siknifikan dengan kinerja SAPD terutama kegunaan

informasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai yang tidak terlalu siknifikan, karena nilai yang

kecil inilah yang menyebabkan banyak orang kurang memperhitungkan faktor ini. Namun

tanpa memperhitungkan faktor perilaku ini juga dapat mengurangi kinerja suatu sistem.

Kesimpulan, Implikasi dan Keterbatasan

Penelitian ini berhasil mendukung teori bahwa kejelasan tujuan dan dukungan atasan

berpengaruh positif. Pendidikan&pelatihan dan keterlibatan pengguna berpengaruh negatif.

Kejelasan tujuan mendukung hasil penelitian yang dilakukan Chenhall (2004) dan

bertentangan dengan penelitian Latifah (2007). Variabel dukungan atasan didukung oleh

penelitian Chenhall (2004) dan Latifah (2007), pendidikan&pelatihan bertentangan dengan

penelitian Chenhall (2004) dan didukung oleh penelitian Latifah (2007). Variabel

keterlibatan pengguna konsisten dengan penelitian Almilia (2006) dan bertentangan dengan

penelitian Choe (1996).

Faktor perilaku organisasi kejelasan tujuan dan pendidikan&pelatihan berpengaruh

positif tidak siknifikan, dukungan atasan berpengaruh positif siknifikan dan keterlibatan

pengguna berpengaruh negatif tidak siknifikan terhadap kegunaan informasi secara parsial.

Faktor dukungan atasan juga memiliki pengaruh yang dominan sebesar 17,06 %. Secara

simultan faktor perilaku organisasi berpengaruh positif siknifikan terhadap kegunaan

informasi. Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa kejelasan tujuan, dukungan atasan dan

pendidikan&pelatihan berpengaruh positif. Sedangkan keterlibatan pengguna berpengaruh

negatif. Kejelasan tujuan mendukung hasil penelitian yang dilakukan Chenhall (2004) dan

bertentangan dengan penelitian Latifah (2007). Dukungan atasan didukung oleh penelitian

Chenhall (2004) dan Latifah (2007), pendidikan&pelatihan didukung penelitian Chenhall

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 300: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1268

SESI I/12

(2004) dan tidak konsisten dengan penelitian Latifah (2007). Untuk keterlibatan pengguna

bertentangan dengan penelitian Choe (1996) dan konsisten dengan penelitian Almilia (2006).

Pada sisi lain, penelitian ini memiliki banyak keterbatasan diantaranya penelitian ini

lebih fokus mengambil referensi dari penelitian Latifah (2007) dan Almalia (2006).

Penelitian Latifah dilakukan pada Pemerintahan di Jawa tengah dimana daerah tersebut

merupakan daerah percontohan dari penggunaan sistem yang telah berhasil sedangkan

Almalia melakukan penelitian pada industri perbankan pemerintah. Peneliti menggunakan

instrumen pengukuran variabel penelitian dari peneliti sebelumnya dan dimodifikasi sesuai

dengan kondisi saat ini. Kemungkinan besar adanya responden yang salah mempersepsikan

maksud yang sebenarnya. Oleh karena itu penelitian yang akan datang perlu melakukan

kajian yang lebih mendalam terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan. Responden

hanya terbatas pada sebagian wilayah Sumatera Selatan untuk satu SKPKD dan satu SKPD.

Penelitian ini hanya dilakukan pada satu waktu (cross sectional), yang dapat menyebabkan

kemungkinan perilaku dalam organisasi baik individu maupun kelompok dapat berubah dari

waktu ke waktu. Penelitian ini dilakukan pada saat baru dikeluarkannya PP 41 tahun 2007

dan pemberlakuan PP 41 tahun 2007 pada setiap daerah tidak sama sehingga pergantian

jabatan yang dipegang pada setiap instansi masih relatif baru, yang menyebabkan beberapa

responden belum sepenuhnya mengetahui kondisi pada bagian yang dipegangnya.

Penelitian selanjutnya dapat diperluas dengan sampel yang lebih banyak pada seluruh

SKPD yang ada pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Selatan, dapat menambah variabel

lain tidak hanya terbatas pada perilaku organisasi tapi juga faktor di luar organisasi dan

memperhitungkan adanya variabel mediasi untuk melihat kinerja SAPD. Responden yang

diambil tidak terbatas hanya pada pejabat tetapi pada pegawai yang berkaitan langsung

dengan penggunaan SAPD. Dapat dilakukan dengan menggunakan dan mengembangkan

instrumen yang disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan dari objek yang diteliti. Dapat

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 301: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1269

SESI I/12

dilakukan setelah PP 41 tahun 2007 telah diterapkan minimal tiga tahun pada setiap

pemerintahan daerah sehingga para pejabat sudah mengetahui dengan benar kondisi pada

instansi yang mereka tempati.

Daftar Pustaka

Abdullah, Syukriy. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Bahan ajar Pelatihan untuk Dosen Unsri.

Palembang 12-13 Desember 2008.

Abdullah, H. 2004. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan

Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Kabupaten dan Kota di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta.

Alimbudiono, Rici Sandra, dan Fidelis Arastyo Andono. 2004. Kesiapan Sumber Daya Manusia sub Bagian

Akuntansi Pemerintah Daerah “XYZ” dan kaitannya dengan pertanggungjawaban keuangan daerah

kepada masyarakat. “Renungan bagi Akuntan Pendidik”. Jurnal Akuntansi Keuangan Sektor Publik. 5

(2) : 18-30.

Almilia, Luciana S & Briliantien, Irmaya. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi

Akuntansi Pada Bank Umum Pemerintah Di Wilayah surabaya dan Sidoarjo. STIE PERBANAS

SURABAYA.

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar, Erlangga. Jakarta.

Barki, Henri and Hartwick, Jon. 1994. Measuring User Participation, User Involvement and User Attitude.

MIS Quarterly 18(1): 59-82.

Bodnar, G.H dan William S., Hopwood. 2004. Accounting Information System (6th.Edition). Prentice Hall.

New York.

Burhanudin. 2008. Implikasi Reformasi Sektor Publik Terhadap Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah.

Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi 2 (2 ): 94 – 109.

Cavalluzzo, Ken S and Ittner, Christopher D. 2004. Implementing Performance Measurement Innovation:

Evidance from government Accounting. Organization and Society 29 (3-4): 243-267.

Chenhall, R.H. 2004. The Role of Cognitif and Affective Conflict in Early Implementation of Activity-Based

Cost Management. Behavioral Reaserch in Accounting 16(19): 19-44.

Choe, Jong - Ming. 1996. The relationships among performance of AIS, Influence factors and evolution level of

Information System. Journal of management Information System; ABI / INFORM Research 12(4) :

215-239.

Davis, FD. 1989. Perceived usefulness, perceived ease of use of information technology. Management

information system quarterly 21(3) : 189-218.

Delone, William H & McLean, Ephraim R. 2001. Information systems Success : The Quest for the dependent

variable. Information systems research 3(1): 318-323.

Gibson, L James, John M Ivancevich, and James H Donelly. 2003. Organization : Behavior, Structure

and Process.(10th Edition). Irwin. Chicago.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 302: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1270

SESI I/12

Gujarati, Damodar N. 2003. Hasil Econometric. Mc Graw-Hill, New York

Guimaraes, Tor, Sandy D Staples., and James D Mckeen. 2003. Empirically Testing some Main-User

Related Factors for System Development Quality. The Quality Management Journal. l : 39–

55.

Guilford, J.p. 1956. Fundamental Statistics in Phychsichology and Education. Mc Graw Hill.New York.

Hair, J.R., Anderson, R.E, Tatham, and R.L, Black, W.C. 1998. .Multivariate Data Analysis.

Halim, Abdul. 2004. Otonomi Daerah, Penganggaran Daerah dan Korupsi. Kajian Ilmiah (Makalah) .

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Yogyakarta.

Indriantoro, Nur. 2000. Pengaruh Computer Anxiety terhadap keahlian dosen dalam penggunaan komputer.

Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI) 4 (2):

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. BPFE. Yogyakarta.

Iqbaria M,.1994. An Examination of the factors contributing to Micro Computer techenology acceptance .

Journal of Information system :4 (4) :205-244.

Ilhamsyah. 2008. Pengaruh Iklim Organisasi dan Etos Kerja terhadap Kinerja Organisasi di Balai Monitor

Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Palembang. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas

Tridinanti Palembang.

I Wayan Rata. 2007. Hubungan Antara Partisipasi Dan Kepuasan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem

Informasi Akuntansi Yang Berbasis Komputer : Suatu Tinjauan Lima Faktor Kontijensi pada Industri

Hotel di Bali. Buletin Studi Ekonomi 12(3):314-334.

James A. Hall. 2001. Sistem Informasi Akuntansi (Edisi ke-1). Terjemahan. Salemba Empat. Yogyakarta.

Jones, Gareth R. 2003. Organization Theory ( 3rd

Edition). Prentice Hall. New York

Jumirin, A. 2001. Persepsi Kepala Instansi Pemerintah Terhadap Otonomi Daerah dan Akuntabilitas Kinerja.

Tesis. Program Pasca Sarjana UGM: Yogyakarta.

Kelley, H.H. and Michela, J.L.1980. Atribution Theory and Research, Annual Review of Psycology, 31.

Koencoro, Mudrajat. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Koesworo, Yulius &. Sina, Siprianus .2008. Pola Atribusi Keberhasilan Dan Kegagalan Bisnis Pada Skala

Usaha Kecil Dan Mikro Di Surabaya (Studi Persepsi Wirausahawan Pribumi Dan Tionghoa Serta

Gender). The 2nd National Conference Ukwms. Surabaya.

Krumwide, K. 1998. The Implementation stages of activity based costing and the impact of contextual and

organizational factors. Journal of management accounting Research 10:239-277.

Lau elfrida, Aplonia. 2003. Pengaruh partisipasi pemakai terhadap kepuasan pemakai dalam pengembangan

system dengan 5 variabel moderating. Simposium Nasional Akuntansi VI .Surabaya

Latifah, Lina. 2007. Faktor Keperilakuan Organisasi dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar 26-28 Juli 2007

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Offset. yogyakarta

-------------, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Andi offset. Yogyakarta.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 303: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1271

SESI I/12

Mayson., David, 1998. Principals, agents and the economics of accountabilitiy in the new public sector.

Accounting auditing & accountability journal. 6(3): 172-206

Muntoro, R.K. 1994. The use of organization behaviour methods in the development of computerized

accounting system in Indonesia : an attitudes survey. Ph.D. Disertation. Accounting development in

Indonesia ( Publication).

Nasution , Anwar. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah kian buruk. Sumek (Koran), 26 Februari 2009.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Pearce, J.A. and Denisi, A.S. 1983 . Attribution Theory and Strategic Deciosion Making : An

Application to Coalition Formation. Academy of Management Journal 26(1);189-221.

Robbins, S.P.1989. Organization behaviour concept, controversial and aplication. Englewood Cliffs. Prentice

Hall. New York.

Robbins, S.P 2008. Perilaku Organisasi (Konsep, Kontraversi, Aplikasi) Jilid I. Terjemahan oleh : Benyamin

Molan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setianingsih ,Sunarti dan Indriantoro, Nur. 1998. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak dan Komunikasi

Pemakai-Pengembang terhadap Hubungan Partisipasi dan Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan

Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 1(2) : 54-72.

Shields, M.D., and S.M. Young. 1989. Behavioural model for implementing cost management system. Journal

of cost management 17:25.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Pustaka LP3ES. Jakarta

Sitepu, Nirwana SK. 1994. Analisis jalur, UPT Jurusan statistik, FMIPA UNPAD. Bandung

Soegiharto. 2001. Influence factors Affecting the perfomance of accounting information system . Gajah Mada

International. Journal of Business 3(2) : 62-76.

Soegiharto. 2001. The effect of organizations level of information system evolution on the relationship between

influence factors and accounting informatin system performance GM. International. Journal of

Business 4(1) :177-185.

Sumarsono. 2002. Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data. Tanpa

nama penerbit. Surabaya .

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Intrprestasi. Rineka Cipta. Jakarta.

Syam. Fazli BZ. 1999. Dampak kompleksitas teknologi informasi bagi strategi dan kelangsungan usaha. Jurnal

akuntansi dan auditing 3(1) :154-166.

Tanjung, A. Hafiz. 2008. Akuntansi Pemerintahan Daerah. Alphabeta. Bandung.

Tjhai Fung Jen. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Jurnal Bisnis

dan Akuntansi 4(2) : 223-238.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Weiner,B.1986. An Atributional Theory of Motivation and Emotion, Springer .NewYork

Widjajanto , Nugroho. 2001. Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga. Jakarta

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 304: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1272

SESI I/12

Lampiran

Tabel 3.1

Populasi dan Responden

No Pemerintahan Daerah DPPKA dan

/ Setda

Responden

1 Provinsi Sumsel 1 16

2 Kota Palembang 1 6

3 Kota Pagaralam 2 14

4 Kota Prabumulih 2 14

5 Kota Lubuk Linggau 2 15

6 Kabupaten OI 1 7

7 Kabupaten Banyuasin 1 7

8 Kabupaten Muba 2 15

9 Kabupaten OKI 2 15

10 Kabupaten Muara Enim 2 12

11 Kabupaten OKUS 2 12

12 Kabupaten OKUT 2 12

13 Kabupaten Lahat 2 13

14 Kabupaten Empat Lawang 2 12

15 Kabupaten OKU 2 14

16 Kabupaten MURA 2 15

Total 38 199

Sumber : Biro Ortala Pemprov Sumsel dan Perda

Tabel 3.2

Sampel dan Responden

No Pemerintahan Daerah DPPKA

dan /

Setda

Kadin/sekrt/

kabag

Kabid/kasub

ag

1 Provinsi Sumsel 1 4 12

2 Kota Palembang 1 1 5

3 Kota Lubuk Linggau 2 2 13

4 Kabupaten OI 1 1 6

5 Kabupaten Banyuasin 1 1 6

6 Kabupaten Muba 2 2 13

7 Kabupaten OKI 2 2 13

8 Kabupaten Muara Enim 2 2 10

9 Kabupaten MURA 2 2 13

Total 14 76 91

Sumber : Peraturan Daerah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 305: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1273

SESI I/12

Tabel 4.12

Pengaruh Perilaku Organisasi terhadap Kualitas Informasi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta

1

(Constant) 7.755 2.116

x1 .058 .109 .068

x2 .277 .121 .289

x3 -.012 .069 -.021

x4 -.087 .079 -.140

a Dependent Variable: y1

Sumber : data olahan dari lampiran 11

Tabel 4.13

Pengaruh Perilaku Organisasi terhadap Kegunaan Informasi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.883 2.085

x1 .075 .108 .080

x2 .454 .119 .433

x3 .133 .068 .215

x4 -.041 .078 -.060

a Dependent Variable: y2

Sumber : data olahan dari lampiran 11

Tabel 4.19

Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 41.679 4 10.420 1.876 .124(a)

Residual 394.309 71 5.554

Total 435.989 75

a Predictors: (Constant), x4, x2, x3, x1

b Dependent Variable: y1

Sumber : data olahan dari lampiran 14

Tabel 4.20

Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 139.804 4 34.951 6.480 .000(a)

Residual 382.926 71 5.393

Total 522.729 75

a Predictors: (Constant), x4, x2, x3, x1

b Dependent Variable: y2

Sumber : data olahan dari lampiran 14

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 306: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1274

SESI I/12

Tabel 4.21

Koefisien Determinasi vairabel X terhadap Y1

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .309(a) .096 .045 2.3566192

a Predictors: (Constant), x4, x2, x3, x1

b Dependent Variable: y1

Sumber : data olahan dari lampiran 12

Tabel 4.22

Koefisien Determinasi vairabel X terhadap Y2

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1

.517(a) .267 .226 2.3223520

a Predictors: (Constant), x4, x2, x3, x1

b Dependent Variable: y2

Sumber : data olahan dari lampiran 12

Tabel 4.23

Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Y1

Model

t

Sig.

Partial

1

(Constant) 3.664 .000

x1 .531 .597 0.063

x2 2.297 .025 0.263

x3 -.169 .866 -0.020

x4 -1.099 .276 -0.129

a Dependent Variable: y1

Sumber : data olahan dari lampiran 11

Tabel 4.24

Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Y2

Model

t

Sig.

Partial

1

(Constant) 2.341 .022

x1 .698 .488 0.082

x2 3.823 .000 0.413

x3 1.967 .053 0.227

x4 -.519 .605 -0.062

a Dependent Variable: y2

Sumber : data olahan dari lampiran 11

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 307: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Jamiyla, Azwardi, dan Burhanuddin

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1275

SESI I/12

Tabel 4.26

Koefisien Determinasi Parsial

Variabel Koefisien korelasi parsial Koefisien Determinasi

Parsial (r²)

X1-Y1 0,063 0,40%

X2-Y1 0,263 6,92 %

X3-Y1 - 0,020 0,04%

X4-Y1 - 0,129 1,66%

X1-Y2 0,082 0,67%

X2-Y2 0,413 17,06%

X3-Y2 0,227 5,15%

X4-Y2 - 0,062 0,38%

Sumber : data olahan dari lampiran 11

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 308: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1276

SESI I/12

Pendekatan Technology Acceptance Model Sistem E-Payment Dalam

Hubungannya Dengan Efektivitas Pencairan Anggaran Di Universitas

Jenderal Soedirman

YANUAR E. RESTIANTO

HAVID SULARSO

ANNA LUTHFIAH RUFAIDAH

Universitas Jenderal Soedirman

Abstract: Purpose –This research examines the effect of technology acceptance model on ICT usage

in higher education institution. The researchwas conducted at the Universitas Jenderal Soedirman.

The purpose of this researchis to understand the factors that influence perceived of University of

Jenderal Soedirman’s employees on e-payment system in relation with budget disbursement

effectiveness.

Design/methodology/approach – The model used for identifying the factors is Technology Acceptance

Model (TAM). This research is only conducted on e-payment in Universitas Jenderal Soedirman.

Findings –Perceived Ease of Use of E-payment influences e-payment attitude toward using, e-

payment perceived usefulness influence on acceptance of e-payment and acceptance of e-payment,

attitude toward using does not influence acceptance of e-payment, also acceptance of e-payment does

not influence budget disbursement effectiveness.

Practical Implication – Expansion of e-payment system at Universitas Jenderal Soedirman preferred

the convenience of users in carrying out the system, because it has the benefit of the liquidation

process effectiveness estimates.

Keywords: e-Payment, Technology Acceptence Model, Effectineveness

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 309: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1277

SESI I/12

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Universitas Jenderal Soedirman menjalankan sistem perbendaharaan digital yang diawali

dari sistem pembayaran secara elektronik (e-Payment) mulai bulan Februari 2012, dengan tujuan

untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pengelolaan keuangan seperti

sering terjadinya keterlambatan pembayaran, ketidaklengkapan dan kurang akuratnya dokumen,

informasi keuangan yang tidak tepat waktu dan permasalahan-permasalahan teknis lainnya,

dengan harapan kesalahan-kesalahan karena human error dapat dikurangi.Ditinjau dari sudut

pandang akuntansi, sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman diharapkan dapat

menyediakan informasi akuntansi berbasis komputer yang bertujuan memberikan kemudahan

bagi penggunanya untuk dapat menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, efektif

dan efisien.

Untuk mengetahui apakah implementasi sistem e-Payment di Universitas Jenderal

Soedirman telah sesuai dengan tujuan dikembangkannya sistem tersebut, maka menarik untuk

dilakukan kajian berdasarkan teori-teori dalam sistem informasi. Penelitian ini termotivasi untuk

menganalisis penerimaan sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman dengan

pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) dalam hubungannya dengan efektivitas

pencairan anggaran. Venkatesh dan Davis (2000) menyatakan bahwa sejauh ini TAM merupakan

sebuah konsep yang dianggap cukup baik dalam menjelaskan perilaku user terhadap sistem

teknologi informasi baru. TAM juga secara empiris terbukti menjelaskan 40% usage intensions

dan behavior.Penelitian mengenai penerimaan teknologi informasi yang didasarkan pada

Technology Acceptance Model (TAM) diperkenalkan oleh Davis (1989) yang menerangkan

bahwa sebuah penerimaan individu terhadap teknologi komputer ditentukan oleh dua keyakinan

yaitu: pertama, perceived usefulness yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang yakin

bahwa menggunakan sistem akan meningkatkan kinerjanya. Kedua, perceived ease of use yang

didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang yakin bahwa penggunaan sistem adalah mudah.

Penelitian ini juga penting dilakukan mengingat perubahan sistem manual ke sistem e-

Payment di Universitas Jenderal Soedirman memerlukan proses transisi dan adaptasi, yang jika

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 310: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1278

SESI I/12

tidak dikelola dengan baik dapat menjadi masalah bagi sebagian besar karyawan. Kondisi ini

sesuai dengan pernyataan Compeau dan Higgins (1995) yang menyatakan bahwa tahapan kritis

dalam penerapan sebuah sistem teknologi informasi adalah kondisi dimana kehadiran sistem

tersebut diterima atau ditolak oleh calon user. Terhambatnya proses adaptasi ini terjadi karena

adanya kecenderungan perbedaan persepsi mengenai manfaat dan kemudahan sistem baru untuk

dioperasikan.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah kemudahan penggunaan sistem e-Payment berpengaruh terhadap manfaat sistem e-

Payment di Universitas Jenderal Soedirman?

2. Apakah kemudahan penggunaan sistem e-Payment berpengaruh terhadap sikap pengguna

dalam pemakaian sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman?

3. Apakah manfaat sistem e-Payment berpengaruh terhadap sikap pengguna dalam pemakaian

sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman?

4. Apakah manfaat sistem e-Payment berpengaruh terhadap diterimanya sistem e-Payment di

Universitas Jenderal Soedirman?

5. Apakah sikap pengguna dalam pemakaian sistem e-Payment berpengaruh terhadap

diterimanya sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman?

6. Apakah diterimanya sistem e-Payment berpengaruh terhadap efektivitas pencairan anggaran

di Universitas Jenderal Soedirman?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh kemudahan penggunaan sisteme-Paymentterhadap manfaat sistem e-

Payment di Universitas Jenderal Soedirman dengan pendekatan Technology Acceptance

Model (TAM).

2. Menganalisis pengaruh kemudahan penggunaan sisteme-Payment terhadap sikap pengguna

dalam pemakaian sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirmandengan

pendekatanTechnology Acceptance Model (TAM).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 311: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1279

SESI I/12

3. Menganalisis pengaruh manfaat sisteme-Payment terhadap sikap pengguna dalam pemakaian

sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirmandengan pendekatanTechnology

Acceptance Model (TAM).

4. Menganalisis pengaruh manfaat sistem e-Payment terhadap diterimanya sisteme-Payment di

Universitas Jenderal Soedirmandengan pendekatanTechnology Acceptance Model (TAM).

5. Menganalisis pengaruh sikap pengguna dalam pemakaiansistem e-Paymentterhadap

diterimanya sisteme-Payment di Universitas Jenderal Soedirman dengan

pendekatanTechnology Acceptance Model (TAM).

6. Menganalisis pengaruh sisteme-Paymentterhadap efektivitas pencairan anggaran di

Universitas Jenderal Soedirman dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM).

Kerangka Teoritis Danpengembangan Hipotesis

A. Kerangka Teoritis

Electronic Payment System

Pembayaran elektronik adalah praktek pembayaran baru untuk ritel dimana seorangpedagang

mengambil informasi pembayaran untuk barang dan jasa dan menempatkaninformasi ini dalam

sebuah electronic template yang menciptakan file elektronikuntuk diproses melalui jaringan

kliring. Menurut Al-Fayoumi (2010) pengertian online payment mensiratkan bahwavendor

melakukan pemeriksaan terhadap pembayaran yang telah dilakukan olehpembeli melalui bank,

sebelum vendor melayani pembelian. Proses pembayaran elektronik dilakukan oleh tiga pelaku

utama, yang terdiri dari user (pengguna), merchant (pedagang), dan bank. Pengguna adalah pihak

yang menggunakan uang elektronik (e-currency) dari bank dalam pelaksanaan e-Payment untuk

bertransaksi, baik itu membeli barang ataupun membayar jasa. Sedangkan pedagang adalah pihak

yang menyediakan barang, jasa atau informasi yang ditawarkan dan dijual kepada pengguna

(pelanggan). Bank adalah pihak yang dipercaya untuk menengahi dan memudahkan antara

pengguna dan pedagang dalam bertransaksi. Sumanjeet (2009) berpendapat bahwa pembayaran

elektronik meliputi pembayaran untuk kegiatan bisnis, perbankan ataupelayanan publik dari

warga negara atau pelaku bisnis, yang dilakukan melaluitelekomunikasi atau jaringan elektronik

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 312: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1280

SESI I/12

dengan menggunakan teknologi modern.

Technology Acceptance Model (TAM)

Model Penerimaan Teknologi yang lebih dikenal dengan Technology Accepted Model (TAM)

merupakan adaptasi dari teori yang dikembangkan oleh Fishbein, yaitu Theory of Reasoned

Action (TRA) yang merupakan teori tindakan yang berlandaskan satu asumsi bahwa reaksi dan

persepsi seseorang terhadap suatu hal akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Hal

dasar yang membedakan antara TRA dan TAM adalah penempatan sikapnya. TAM memiliki dua

variabel utama, kebermanfaatan (perceived usefulness) dan kemudahan (perceivedease of use),

dan keduanya memiliki kesamaan untuk memprediksi sikap penerimaan dari pengguna teknologi

komputer (Acceptance of IT). Reaksi dan persepsi pengguna akan memengaruhi sikapnya dalam

penerimaan teknologi informasi, dimana salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah

persepsi pengguna tentang manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi informasi sebagai

suatu tindakan yang beralasan dalam kontek penggunaan teknologi informasi, sehingga bisa

menjadi alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan teknologi

informasi. Model yang dikenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989 ini merupakan model

yang paling banyak digunakan dalam penelitian sistem informasi, karena menghasilkan validitas

yang baik. Menurut Yi dan Hwang (2003) TAM telah menerima banyak perhatian dari peneliti

dan praktisi sebagai model hemat namun kuat untuk menjelaskan dan memprediksi niat dan

perilaku pengguna yang diterima dan juga TAM berteori bahwa sebenarnya penggunaan sistem

ditentukan oleh niat penggunanya, dan kemudian ditentukan oleh manfaat yang dirasakan dan

juga kemudahan penggunaan.

TAM memiliki dua sisi yang yaitu sisi pertama atau yang biasa disebut beliefs yang terdiri atas

perceived usefulness dan perceived easeof use dan sisi yang kedua terdiri dari attitude, behavior

intention to use dan usagebehavior (Straub, Limayen, Evaristo, 1995). TAM ini menyediakan

suatu kerangka kerja yang dapat menginvestigasi dampak dari variabel eksternal pada intensi

individu dalam penerimaan teknologi informasi yang baru. Sama dengan TRA, TAM

mengasumsikan bahwa penggunaan komputer ditentukan oleh tujuan perilaku, perbedaannya

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 313: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1281

SESI I/12

hanya bahwa tujuan perilaku itu ditinjau bersamaan dan ditentukan oleh sikap individu terhadap

penggunaan sistem dan persepsi manfaat.

Teori Efektivitas

Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas hanya melihat apakah

suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih

menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih kepada cara untuk mencapai hasil

tersebut dengan membandingkan antara masukan dan keluarannya. Istilah efektif (effective) dan

efisien (efficient) merupakan dua istilah yang saling berkaitan, dan harus digunakan dalam setiap

upaya pencapaian tujuan.

B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis

Fred. D. Davis (1989) dalam penelitiannya yang membahas tentang “Perceived Usefulness,

Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology” bertujuan untuk

memberikan pegukuran yang lebih baik untuk memprediksi dan menjelaskan pemakaian

teknologi informasi. Teori yang mendasari adalah Technology Acceptance Model (TAM) dengan

berfokus pada dua konstruk teoritis yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use. Kedua

konstruk tersebut secara teoritis menjadi penentu fundamental dari penggunaan sistem. Penelitian

tersebut sangat berkontribusi dan berpotensi karena telah menjadi dasar bagi penelitian yang

dilakukan belakangan ini. Untuk melakukan pengujian variabel-variabel yang digunakan untuk

memprediksi tingkat penerimaan pengguna terhadap software audit, masing-masing variabel

diukur dengan enam pertanyaan dalam dua studi berbeda, yaitu penggunaan saat ini (current

usage) dan penggunaan mendatang (future usage). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

perceived usefulness dipengaruhi secara langsung oleh penggunaan saat ini dan penggunaan

mendatang. Perceived ease of usage juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 314: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1282

SESI I/12

penggunaan saat ini dan penggunaan mendatang. Dijelaskan pula bahwa perceived usefulness

memiliki korelasi yang lebih besar pada penggunaandibandingkan dengan perceived ease of use.

Penelitian Natalia Tangke (2004) berjudul ”Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit

Berbantuan Komputer (TABK) dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)

pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI”,juga menganalisis penerapan penerimaan TABK

dengan menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) yang telah dimodifikasi

sebelumnya, sesuai dengan TAM yang digunakan oleh Said Al-Gahtani dalam penelitian yang

dilakukannya tentang Kemampuan TAM untuk digunakan di luar Amerika yaitu di Inggris (Said

Al-Gahtani, 2001). Responden penelitian iniadalah para auditor Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) RI. Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai berikut: (1) persepsi pengguna

tentang kemudahan dalam menggunakan TABK memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

persepsi pengguna tentang kegunaan TABK, (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK

tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang

penggunaan TABK, (3) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK

terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan

TABK, (4) sikap pengguna tentang penggunaan TABK tidak terbukti memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK, dan (5) persepsi pengguna tentang

kegunaan TABK terbukti memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap penerimaan pengguna

akan TABK.

Money (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Application of the Technology Acceptance

Model (TAM) to a Knowledge Management System”, menggunakan empat konstruk TAM yaitu

perceived ease of use, perceived usefulness, behavioral intention dan system usage. Model

penelitian tersebut sama dengan TAM yang diusulkan oleh Davis, tetapi konstruk attitude dan

variabel eksternal dihapuskan karena dianggap tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa TAM dapat menyediakan fondasi untuk manajemen

pengetahuan, perceived ease of use dan perceived usefulness dikombinasikan untuk menjalankan

34 % variasi dalam penggunaan sistem.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 315: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1283

SESI I/12

Penelitian Alice M. Johnson (2005) dengan judul ”The Technology Acceptance Model and The

Decision to Invest in Information Security.”menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap perceived usefullness dan ease of use antara lain: external environment, prior

information security expericences, perceived risks of not securing information, information

security budget, security planning, confidence in information security, and security awareness

and training.

Venkatesh dan Davis (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “A Theoritical Extension of the

Technology Acceptance Model: For Longitudinal Field Studies” menunjukkan hasil yang

mendukung bahwa perceived usefulness merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap

kemauan individu untuk menggunakan sistem. Image mempunyai pengaruh positif signifikan

terhadap Perceived usefulness. Perceived ease of use dan perceived usefulness mempunyai

pengaruh positif terhadap pemanfaatan sistem informasi.

Hasil penelitian Amoroso dan Gardner (2004) yang berjudul “Development of an Instrument to

Measure the Acceptance of Internet Technology by Consumers” menunjukkan bahwa pentingnya

pengalaman dan kesukarelaan menggunakan internet sebagai variabel yang memengaruhi minat

perilaku terhadap penggunaan internet, kerumitan dan pengalaman menggunakan internet

mempunyai pengaruh terhadap persepsi kegunaan.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa TAM yang digunakan dalam

setiap penelitian berbeda, sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tetapi semua TAM yang

digunakan tetap tidak meninggalkan bentuk dasar TAM, yaitu keempat konstruk utama dan

hubungan antara keempat konstruk tersebut, antara lain Perceived Ease of Use (PEOU),

Perceived Uselfulness (PU), Attitude Toward Using (ATT), dan IT Acceptance (ACC).Dalam

penelitian inihanya empat konstruk utama, yakni persepsi penggunanya terhadap kemudahan

dalam penggunaan e-Payment (perceived ease of use), persepsi pengguna terhadap manfaat e-

Payment (perceived usefulness), sikap pengguna terhadap penggunaan e-Payment (attitude

toward using), dan penerimaan pengguna terhadap e-Payment (acceptance of e-Payment).

Sedangkan variabel dari luar (external variables) seperti karakteristik pengguna (user

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 316: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1284

SESI I/12

characteristics) dan karakteristik sistem (system characteristic) tidak diteliti karena kontribusinya

dalam TAM dianggap tidak signifikan, sehingga dapat diabaikan meskipun mempunyai pengaruh

secara tidak langsung terhadap penerimaan teknologi. Variabel behavioral intention dan actual

usage digantikan oleh variabel ITacceptance karena pada dasarnya variabel behavioral intention

dan actual usage adalah indikator untuk mengukur IT acceptance (Tangke, 2004).

Gambar 1. Model Penelitian

Berdasarkan teori, model penelitian dan penelitian terdahulu, disusun hipotesis sebagai berikut:

H1 = Persepsi Pengguna terhadap Kemudahan dalam Menggunakan e-Payment (Perceived

Ease of Use-PEOU) berpengaruh terhadap Persepsi Pengguna terhadap Manfaat e-

Payment (Perceived Usefulness-PU) di Universitas Jenderal Soedirman.

H2 = Persepsi Pengguna terhadap Kemudahan dalam Menggunakan e-Payment (Perceived

Ease of Use-PEOU) berpengaruh terhadap Sikap Pengguna terhadap Penggunaan e-

Payment (Attitude Toward Using-ATT)di Universitas Jenderal Soedirman.

H3= Persepsi Pengguna terhadap Manfaat e-Payment (Perceived Usefulness-PU)

berpengaruh terhadap Sikap Pengguna terhadap Penggunaan e-Payment (Attitude

Toward Using-ATT) di Universitas Jenderal Soedirman.

H4 = Persepsi Pengguna terhadap Manfaat e-Payment (Perceived Usefulness-PU)

berpengaruh terhadap penerimaan e-Payment (ACC) di Universitas Jenderal Soedirman.

Perceived Ease

of Use

Perceived

Usefulness

Attitude Toward

Using

Acceptance of

e-Payment

Efektivitas

Pencairan

Anggaran

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 317: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1285

SESI I/12

H5 = Sikap Pengguna terhadap Penggunaan e-Payment(Attitude Toward Using-ATT)

berpengaruh terhadap Penerimaan e-Payment (Acceptance ofe-Payment-ACC) di

Universitas Jenderal Soedirman.

H6 = Penerimaan e-Payment (Acceptance ofe-Payment-ACC) berpengaruh terhadap efektivitas

pencairan anggaran di Universitas Jenderal Soedirman.

Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengambilan sampel adalah sensus,

sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh user e-Payment yang tersebar di Universitas

Jenderal Soedirman.Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan

terstruktur kepada pengguna e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman. Indikator atau

instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini sama seperti indikator yang

digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu, sehingga sangat mungkin untuk meningkatkan

validitas dan realibilitas pengukuran. Pengukuran masing-masing variabel menggunakan skala

Likert satu sampai lima, dan memiliki arti sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Kurang Setuju (KS)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

Definisi Operasional Variabel

1) Perceived ease of use didefinisikan sebagai suatu tingkat kepercayaan individu bahwa

dengan menggunakan teknologi akan membawa mereka terbebas dari usaha secara fisik

dan mental (Gardner & Amoroso, 2004). Enam hal yang membangun Perceived Ease of

Use, yaitu bahwa suatu sistem:

a. Mudah dipelajari

b. Dapat dikontrol

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 318: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1286

SESI I/12

c. Jelas dan dapat dipahami

d. Fleksibel

e. Mudah untuk menjadi terampil

f. Mudah untuk digunakan

Perceived ease of use dalam penelitian ini diartikan sebagai tingkat kepercayaan

karyawan Universitas Jenderal Soedirman bahwa menggunakan sistem e-Payment akan

membebaskan mereka dari usaha ekstra dalam mengerjakan tugas mereka.Variabel ini

diukur dengan enam item pernyataan yang diadopsi dari penelitian sebelumnya oleh

Davis (1989) dan Muhammad (2010) dengan menggunakan skala likert, dengan skor

antara satu sampai dengan lima.

2) Davis (1989) mendefinisikan perceived usefulness sebagai tingkatan sejauh mana

seseorang yakin bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan kinerjanya.

Enam hal yang membangun Perceived Usefulness, yaitu bahwa suatu sistem membuat:

a. Bekerja lebih cepat

b. Meningkatkan kinerja

c. Meningkatkan produktivitas

d. Lebih efektif

e. Memudahkan pekerjaan

f. Bermanfaat dalam pekerjaan

Persepsi manfaat dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu tingkat dimana karyawan

Universitas Jenderal Soedirman percaya bahwa menggunakan sistem e-Payment akan

membantu meningkatkan kinerja mereka.Variabel ini juga diukur dengan enam item

pernyataan pernyataan yang diadopsi dari penelitian sebelumnya oleh Davis (1989) dan

Muhammad (2010) dengan menggunakan skala likert,dengan skor antara satu sampai

dengan lima.

3) Davis (1989) mendefinisikan attitude toward the system, yang dipakai dalam TAM

sebagai suatu tingkat penilaian terhadap dampak yang dialami oleh seseorang bila

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 319: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1287

SESI I/12

menggunakan suatu sistem tertentu dalam pekerjaannya. Indikator yang digunakan

adalah:

a. Kebaikan sistem

b. Kebijaksanaan penerapan sistem

c. Kesenangan user setelah adanya sistem

d. Keuntungan user menggunakan sistem

e. Penilaian user terhadap sistem.

Variabel ini diukur dengan lima pernyataan yang berbeda yang diadopsi dari penelitian

sebelumnya oleh Davis (1989) dan Muhammad (2010) dengan menggunakan skala

likert, dengan skor antara satu sampai dengan lima.

4) Tangke (2004) menyatakan bahwa system usage merupakan indikator utama dalam

penerimaan teknologi. Penelitian ini menyesuaikan konstruk penerimaan TI (IT

acceptance) dalam TAM menjadi Penerimaan Pengguna terhadap e-Payment

(Acceptance of e-Payment–ACC). Acceptance of e-Payment adalah penerimaan

pengguna terhadap sistem e-Payment, dan kondisi nyata penggunaan sistem.Dua

indikator yang paling dapat diterima adalah:

a. Kepuasan pengguna (User satisfaction)

b. Kegunaan sistem (system usage)

Variabel ini diukur dengan tiga item pernyataan, menggunakan skala likert dengan skor

antara satu sampai dengan lima.

5) Dijelaskan oleh Mardiasmo (2009) bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya

suatu organisasi mencapai tujuannya. Efektivitas pencairan anggaran merupakan

keberhasilan manajemen dalam merealisasikan anggarannya. Indikator untuk

menjelaskan variabel efektivitas pencairan anggaran adalah:

a. Penilaian keefektifan

b. Rencana pencairan anggaran terpenuhi

c. Terbantunya user oleh sistem

d. Ketepatan waktu

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 320: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1288

SESI I/12

e. Kecepatan pencairan anggaran

f. Keringkasan prosedur kerja

Variabel ini akan diukur dengan skala likert dengan skor antara satu sampai

denganlima.

B. Teknik Analisis Data

1. Uji validitas dilakukan dengan mengidentifikasikan faktor-faktor menggunakan Confirmatory

Factor Analysis (Hair et al. 1998)

2. Uji realibilitasakan dihitung menggunakan koefisien Cronbach Alphadengan nilairealibilitas >

0,60.

3. Pengujian hipotesis dilakukan dengan SEM (Structural Equation Modeling), yang merupakan

gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) yang

dikembangkan di ilmu psikologi dan psikometri serta model persamaan simultan (simultaneous

equation modeling) yang dikembangkan di ekonometrika (Ghozali, 2008).

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sikap user terhadap penggunaan (Attitude Toward Using)

memilki kisaran antara 15 sampai dengan 25 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 21,90 dan

standar deviasi sebesar 2,702, dengan nilai rata-rata(mean) sebesar 21,90 yang mendekati median

(22) menunjukkan bahwa user menilai e-Payment merupakan sesuatu yang cukup positif.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

ACC PU PEoU ATT Efektivitas

N Valid 100 100 100 100 100

Missing 0 0 0 0 0

Mean 12.05 24.91 20.03 21.90 23.49

Median 13.00 24.50 20.00 22.00 24.00

Std. Deviation 2.480 2.756 2.091 2.702 2.776

Minimum 5 16 14 15 14

Maximum 15 30 25 25 30

Sumber Data: Output SPSS 17.0

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 321: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1289

SESI I/12

Persepsi user terhadap kemudahan (Perceived Ease of Use) memiliki kisaran empiris antara 14

sampai dengan 25 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 20,03 dan standar deviasi sebesar 2,091,

dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 20,03 yang lebih tinggi dari nilai median sebesar 20, dapat

dikatakan bahwa user merasa e-Payment itu mudah untuk mereka gunakan. Persepsi user

terhadap manfaat (Perceived Usefulness) memilki kisaran antara 16 sampai dengan 30 dengan

nilai rata-rata (mean) sebesar 24,91 dan standar deviasi sebesar 2,756, dengan nilai rata-rata

(mean) sebesar 24,91 yang lebih tinggi dari nilai median sebesar 24,50 menunjukkan bahwa user

secara umum merasa e-Payment bermanfaat bagi mereka. Penerimaan e-Payment (Acceptance

ofe-Payment) memilki kisaran antara 5 sampai dengan 15 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

12,05 dan standar deviasi sebesar 2,480, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 12,05 yang

mendekati nilai median sebesar 13 menunjukkan bahwa secara umum user cukup menerima e-

Payment sebagai alat bantu untuk mendukung kinerja mereka. Efektivitas pencairan anggaran

memilki kisaran antara 14 sampai dengan 30 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 23,49 dan

standar deviasi sebesar 2,480, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 23,49 yang mendekati nilai

median sebesar 24 menunjukkan bahwa secara umum user merasa pencairan anggaran sudah

cukup efektif. Nilai standar deviasi menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 2,480 dari nilai

rata-rata (mean) jawaban responden atas pertanyaan tentang penerimaan e-Payment (Acceptance

of e-Payment) yang sebesar 23,49.

2. Uji Validitas Variabel Acceptance of E-Payment

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa seluruh indikator untuk variabel

acceptance of e-Payment memiliki status valid.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Acceptance of E-Payment

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,532 Valid

Indikator 2 0,679 Valid

Indikator 3 0,645 Valid

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 322: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1290

SESI I/12

3. Uji Validitas Variabel Perceived Usefulness

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa seluruh indikator untuk variabel

perceived usefulness memiliki status valid.

Tabel 4.3Hasil Uji Validitas Variabel Perceived Usefulness

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,888 Valid

Indikator 2 0,861 Valid

Indikator 3 0,820 Valid

Indikator 4 0,741 Valid

Indikator 5 0,826 Valid

Indikator 6 0,847 Valid

4. Hasil Uji Validitas Variabel Perceived Ease of Use

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa tidak seluruh indikator untuk variabel

Perceived Ease of Use memiliki status valid, Indikator ke 4 dengan nilai VE 0,352 yang

berstatus tidak valid, karena nilai VE > 0,50.

Tabel 4.4Hasil Uji Validitas Variabel Perceived Ease of Use

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,637 Valid

Indikator 2 0,683 Valid

Indikator 3 0,788 Valid

Indikator 4 0,352 Tidak Valid

Indikator 5 0,873 Valid

Indikator 6 0,783 Valid

Uji validitas kembali dilakukan setelah menghapus indikator 4, dan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Perceived Ease of Use Setelah Indikator 4 Dihapus

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,595 Valid

Indikator 2 0,683 Valid

Indikator 3 0,682 Valid

Indikator 5 0,828 Valid

Indikator 6 0,721 Valid

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 323: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1291

SESI I/12

5. Hasil Uji Validitas Variabel Attitude Toward Using

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa seluruh indikator untuk variabel

attitude toward using memiliki status valid.

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Attitude Toward Using

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,679 Valid

Indikator 2 0,812 Valid

Indikator 3 0,711 Valid

Indikator 4 0,699 Valid

Indikator 5 0,759 Valid

6. Hasil Uji Validitas Variabel Efektivitas Pencairan Anggaran

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat bahwa seluruh indikator untuk variabel

efektivitas pencairan anggaranmemiliki status valid.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Data Variabel Efektivitas Pencairan Anggaran

Indikator Nilai VE Status

Indikator 1 0,691 Valid

Indikator 2 0,724 Valid

Indikator 3 0,893 Valid

Indikator 4 0,634 Valid

Indikator 5 0,653 Valid

Indikator 6 0,613 Valid

4.2.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan atau indikator yang dinyatakan

valid. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawabanresponden sehingga

kesungguhan jawaban dapat dipercaya, dengan demikianreliabilitas menunjukkan sejauh mana

pengukuran dapat memberikan hasil yangkonsisten bila dilakukan pengukuran kembali

terhadap subyek yang sama.KoefisienCronbach Alpha instrumen masing-masing variable akan

dihitung untuk melihat reliabilitas instrumen yang digunakan. Semakin besar alpha yang

dihasilkan, berarti instrumen akan semakin reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan

bantuan komputer menggunakan program SPSS for Windows Versi 17.0. Dalam penelitian ini

uji reliabilitas dilakukan terhadap 100 responden setelah dilakukan pengujian terhadap 30

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 324: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1292

SESI I/12

responden. Pengambilan keputusan berdasarkan jika koefisien reliabilitas alpha> 0,60 , maka

indikator variabel tersebut reliabel. Namun jika koefisien reliabilitas alpha ≤ 0,60 , maka

indikator variabel tersebut tidak reliabel. Adapun hasil dari pengujian reliabilitas adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Item Nilai Alpha Keputusan

Acceptance of e-Payment ACC1 – ACC3 0,615 Reliabel

Perceived Usefulness PU1 – PU6 0,874 Reliabel

Perceived Ease of Use PEoU1 – PEoU5 0,788 Reliabel

Attitude Toward Using ATT1 – ATT5 0,875 Reliabel

Efektivitas pencairan anggaran EF1 – EF6 0,833 Reliabel

Sumber Data: Data primer diolah

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat terlihat bahwa seluruh variabel penelitian memiliki nilai

Alpha Cronbach yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel

yang digunakan dalam penelitian ini berstatus reliabel.

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regression weight (uji kekuatan hubungan), untuk

melihat kekuatanhubungan dari tiap variabel yang diajukan dalam penelitian ini.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Regression Weights Untuk Analisis SEM Regression Weights

*** <0,001

Dependent

Independent Estimate S.E. C.R. P Label

PU <--- PEoU .761 .086 11.672 ***

ATT <--- PEoU .263 .164 2.076 .038

ATT <--- PU .348 .124 2.740 .006

ACC <--- ATT .088 .102 .792 .428

ACC <--- PU .328 .100 2.954 .003

Efektivitas <--- PU .300 .128 2.353 .019

Efektivitas <--- ACC .074 .097 .850 .396

Efektivitas <--- PEoU .310 .164 2.506 .012

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 325: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1293

SESI I/12

Gambar 2. Hasil Analisis SEM

Hipotesis 1 menyatakan bahwa Peceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Perceived

Usefulness (PU) di Universitas Jenderal Soedirman.Hasil analisis Tabel 4.9 diketahui nilaiCR

pada pengaruh perceived ease of use terhadap perceived usefullnesssebesar 11,675 dengan nilai P

sebesar 0.001 (<0,05). Kedua nilai inimenunjukkan hasil yang memenuhi syarat, yaitu CR di atas

1,96 danprobabilitas (P) di bawah 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama didukung dalam

penelitian ini.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa Peceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Attitude

Toward Using (ATT) di Universitas Jenderal Soedirman. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa

nilai CR pada hubungan perceivedease of use dengan attitude toward usingadalah sebesar 2,076

(>1,96) dengan nilaiprobabilitas sebesar 0,038 (< 0,05) yang menunjukkan bahwa hipotesis

kedua didukung dalam penelitian ini.

Hipotesis 3 dari penelitian ini menyatakan bahwa Perceived Usefulness (PU) berpengaruh

terhadap Attitude Toward Using (ATT) di Universitas Jenderal Soedirman. Berdasarkan hasil uji

hipotesis 3 diketahuibahwa nilai CR pada hubungan kedua variabel adalah sebesar 2,740 (>1,96)

dengan nilai probabilitas sebesar 0,006 (< 0,05) yang menunjukkanbahwa hipotesis ketiga

didukung dalam penelitian ini.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 326: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1294

SESI I/12

Hipotesis 4 dari penelitian ini adalah Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap

penerimaan e-Payment (ACC) di Universitas Jenderal Soedirman. Nilai CR pada hubungan

keduanya adalah sebesar 2,954 (>1,96)dan nilai probabilitas sebesar 0,003 (<0,05) dengan

demikian disimpulkanbahwa hipotesis keempat didukung dalam penelitian ini.

Hipotesis 5 dari penelitian ini menyatakan bahwa Attitude Toward Using (ATT) berpengaruh

terhadap penerimaan e-Payment (ACC) di Universitas Jenderal Soedirman. Nilai CR pada

hubungan keduanya adalah sebesar 0,792 (<1,96)dan nilai probabilitas sebesar 0,428 (>0,05)

dengan demikian disimpulkanbahwa hipotesis kelima tidakdidukung dalam penelitian ini.

Hipotesis 6 dari penelitian ini menyatakan bahwa penerimaan e-Payment (ACC) berpengaruh

terhadap efektivitas pencairan anggaran di Universitas Jenderal Soedirman. Nilai CR pada

hubungan keduanya adalah sebesar 0,850 (<1,96)dan nilai probabilitas sebesar 0,396 (>0,05)

dengan demikian disimpulkanbahwa hipotesis keenam tidak didukung dalam penelitian ini.

C. Pembahasan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang berartiantara perceived

usefullness dengan perceived ease of useyang mengindikasikan bahwa peningkatan atau

penurunan persepsimengenai kemudahan sistem e-Payment digunakan tidak berdampak terhadap

padapeningkatan atau penurunan persepsi mengenai manfaat sistem e-Payment dan membuktikan

bahwa user akan memandang manfaat e-Payment juga dilandasi dengan kemudahan

menggunakannya. Seperti halnya pengoperasian yang mudah, maka user akan dengan cepat

merasakan manfaatnya.

Kemudahan penggunaan e-Payment seperti tidak terlalu banyaknya prosedur-prosedur atau

aturan-aturan yang diperlukan, bahasa dalam e-Payment yang mudah dipahami, tidak terlalu sulit

dalam penggunaannya dan lain sebagainya, maka user akan dengan cepat merasakan manfaat

dari sistem baru yang digunakannya. Seperti lebih mempermudah pekerjaan user, efektif dan

efisien dalam hal waktu, tenaga dan biaya, juga manfaat lain yang dapat dirasakan user.

Hasilpenelitian ini mendukung hasil penelitian Davis (1989), Tangke (2004), Handayani (2009)

danpernyataan Muhammad (2010) yang menyatakan bahwa perceivedusefullness secara

signifikan dipengaruhi oleh perceived ease of use, tetapi tidak mendukung penelitian Eka (2009)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 327: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1295

SESI I/12

yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara Perceived Ease of Use terhadap

perceived usefulness. Hasil ini menguatkan rekomendasi bagi pihak Universitas Jenderal

Soedirman bahwa pentingnya sosialisasi mengenai adanya kebijakan baru seperti sistem yang

akan digunakan adalah penting, yang akan membantu user dalam proses adopsi sistem baru saat

diperlukan perubahan sistem.

Penelitian ini menunjukkan peningkatan dan penurunanpersepsi mengenai kemudahan e-

Payment yang digunakanberdampakpada sikap user terhadap sistem e-Payment. Hasil

inimendukung hasil penelitian Davis (1989), Money (2004) dan Muhammad (2010) yang

menyatakan bahwaperceived ease of use memengaruhi perceived usefullness dan attitude, tetapi

tidak mendukung penelitian Eka (2009) yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara

Perceived Ease of Use terhadap attitude.Secara empiris ini mengindikasikan bahwa perasaanuser

untuk suka dan tidak suka terhadap sistem baru dapatdijelaskan oleh persepsi mengenai

kemudahan sistem untuk dioperasikan. Untuk itu, bagi pihak Universitas Jenderal Soedirman

diharapkan agar selalu melakukan sosialisasi mengenai cara menggunakan dan manfaat sistem

baru, sehingga user berperilaku positif terhadap sistem baru.

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Davis (1989), Money (2004), Eka (2009) dan

Muhammad (2010) yang menyatakan adanya hubungan antara perceived usefullness dengan

attitude. Adanya hubungan kedua variabel menunjukkan bahwa persepsi user terahadap manfaat

sistem e-Payment berdampak pada sikap mereka terhadap sistem e-Payment. Maka perlu

melakukan pengenalan manfaat sistem secara intensif, sehingga kemungkinan perasaan tidak

suka terhadap sistem baru dapat dihindari. Bagi pihak Universitas Jenderal Soedirman sebaiknya

melakukan pengenalan ini sebelum sistem diaplikasikan, sehingga karyawan atau user sudah

antisipasi terhadap perubahan sistem baru yang akan terjadi.

Karena adanya pengaruh yang signifikan antara persepsi user terhadap manfaat e-Payment

memengaruhi penerimaan e-Payment, maka penelitian ini mendukung penelitian Tangke (2004)

dan Muhammad (2010) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

perceived usefulness memengaruhi acceptance. Semua manfaat yang dirasakan user terhadap

sistem e-Payment, memengaruhi penerimaan sistem e-Payment, bukan hanya karena

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 328: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1296

SESI I/12

diberlakukannya sistem tersebut di Universitas Jenderal Soedirman sehingga user ingin

menerima dan menggunakannya, tetapi juga karena adanya manfaat yang dirasakan user

sehingga penerimaan sistem baru menjadi sangat positif.

Hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan Tangke (2004) dan Muhammad (2010) yang

menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap penerimaannya.

Ini berarti bahwa sikap user terhadap penggunaan sistem e-Payment tidak memengaruhi

penerimaannya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sikap atau niat user dalam menggunakan

sistem e-Payment tidak menyebabkan layanan e-Payment ini diterima oleh user, di mana

penerimaan serta penggunaan nyata yang dilakukan oleh user dapat memberikan kontribusi bagi

pihak Universitas Jenderal Soedirman. Oleh karena itu, pihak Universitas Jenderal Soedirman

sebaiknya mempertanyakan kelebihan dan kekurangan sistem pada user secara berkala agar

adanya sistem baru dapat diterima oleh user karena user merasa keinginannya atau harapannya

terhadap sistem baru itu terpenuhi, sehingga sikap user mampu menerima dengan baik sistem

maupun kebijakan yang baru diterapkan di Universitas Jenderal Soedirman.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan sistem e-Payment tidak mepengaruhi efektivitas

pencairan anggaran di Universitas Jenderal Soedirman. Hal ini menunjukkan bahwa belum

terlihatnya pengaruh hadirnya sistem e-Payment yang baru diterapkan di Universitas Jenderal

Soedirman yang mampu membuat pencairan anggaran menjadi lebih efektif. Dengan demikian

Universitas Jenderal Soedirman diharapkan untuk meningkatkan kegunaan dari sitem e-Payment

agar pencairan anggaran lebih efektif dari sebelumnya.Ditemukan pula pengaruh signifikan

antara variabel Perceived Ease of Use dengan efektivitas pencairan anggaran di Universitas

Jenderal Soedirman, yang menunjukkan bahwa persepsi user terhadap kemudahan menggunakan

e-Payment ini memengaruhi efektivitas pencairan anggaran, maka sebaiknya Universitas Jenderal

Soedirman harus lebih mengkonsentrasikan pengembangan sistem kedepannya dengan lebih

mengutamakan kemudahan user untuk menggunakan sistem tersebut. Selain itu juga ditemukan

adanya pengaruh langsung variabel perceived usefulness terhadap efektivitas pencairan anggaran.

Persepsi user terhadap manfaat yang dirasakan dari penggunaan e-Payment ini dapat

memengaruhi efektivitas pencairan anggaran di Universitas Jenderal Soedirman.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 329: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1297

SESI I/12

Kesimpulan dan Implikasi

A. Kesimpulan

1. Kemudahan dalam menggunakan sistem e-Payment berpengaruh terhadap manfaat sistem e-

Payment di Universitas Jenderal Soedirman.

2. Kemudahan dalam menggunakan sistem e-Payment berpengaruh terhadap sikap pengguna

dalam menggunakan e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman.

3. Manfaat sistem e-Payment berpengaruh terhadap sikap user dalam menggunakan sistem e-

Payment di Universitas Jenderal Soedirman.

4. Manfaat sistem e-Payment berpengaruh terhadap diterimanya sistem e-Payment di

Universitas Jenderal Soedirman.

5. Sikap user dalam menggunakan sistem e-Payment tidak berpengaruh terhadap diterimanya

sistem e-Payment di Universitas Jenderal Soedirman.

6. Diterimanya sistem e-Payment tidak berpengaruh terhadap efektivitas pencairan anggaran di

Universitas Jenderal Soedirman.

7. Selain itu juga ditemukan adanya pengaruh langsung dari kemudahan user dalam

menggunakan e-Payment dan manfaat yang dirasakan user setelah menggunakan e-Payment

terhadap efektivitas pencairan anggaran di Universitas Jenderal Soedirman, yang artinya dua

variabel itu menjadi variabel yang paling dominan dalam memengaruhi efektivitas pencairan

anggaran.

B. Implikasi

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian baik untuk kepentingan

pendidikan ataupun untuk kepentingan praktisi dalam mengukur tingkat penerimaan terhadap

penerapan teknologi informasi. Hal penting perlu dikedepankan oleh perusahaan maupun instansi

dalam mengaplikasikan sistem baru adalah cost and benefit dari penggunaan sistem baru. Namun

demikian sistem baru juga seharusya didesain agaruserfriendly sehingga mudah diaplikasikan

oleh pengguna. Aplikasi sistem hanya perlu dipertimbangkan pada kemudahan secara faktual

bukan persepsi, karena persepsi mengenai sulit atau mudahnya sistem dapat diatasi dengan

pelatihan dan sosialisasi sistem baru.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 330: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Yanuar E. Restianto, Havid Sularso dan Anna Luthfiah Rufaifah

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1298

SESI I/12

Daftar Pustaka

Al-Fayoumi, Mohammad., Aboud, Sattar,. & and Al-Fayoumi, Mustafa. 2010. Practical E-Payment

Scheme.International Journal of Computer Science 7 (3): 18-23.

Compeau, Deborah R., and CA. Higgins.1995. Computer Self-efficacy: Development of Measure and Initial

Test. MIS Quartely 19 (12).

Davis, F.D., 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information

Technology. Management Information System Quarterly.

Eka, Shinta. 2009. Analisis Proses Penerimaan Sistem Informasi iCons dengan Menggunakan Technology

Acceptance Model (TAM) pada Karyawan PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. di Kota

Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Ferdinand, A. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan

Disertasi Ilmu Manajemen. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.

Gardner, C., and Amoroso, D.L. 2004. Development of an Instrument to Measure the Acceptance of Internet

Technology by Consumers.Proceedings of the 37th Annual Hawaii International Conference on

System Sciences HICSS 8:80260.

Ghozali, I. 2008.Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, I., dan Fuad. 2005.Structural Equation Modelling, Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel

8.54. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hair, J.F. et al. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Handayani, R. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan

Penggunaan Sistem Informasi.Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Johnson, A.M. 2005, The Technology Acceptance Model and the Decision To Invest In Information Security.

North Carolina Agricultural and Technical State University.

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Money, William. 2004. Aplication of the Technology Acceptance Model (TAM) to a Knowledge Management

System. IEEE.

Schillewaert, Niels, Michael Ahearne, Rund Frambach, and Rudy K. Moenaert. 2000. The Acceptance of

Information Technology In The Sales Force.Journal of Marketing11.Institute for The Study of

Business Markets (ISBM), Pennsylvania.

Sumanjeet, Singh. 2009. Emergence Of Payment Systems In The Age Of ElectronicCommerce: The State Of

Art. Global Journal of International BusinessResearch2 (2) : 17-36.

Tangke, Natalia. 2004. Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Dengan

Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan 06 (01) : 10-28.

Venkatesh, V., and Davis, F.D. 2000. A Theoritical Extension of the Technology Acceptance Model: For

Longitudinal Field Studies.Management Science46 (2) : 186-204.

Yi, M. and Hwang, Y.2003. Predictingthe use of web-based information systems: self-efficacy, enjoyment,

learning goal orientation, and the technology acceptance model.International Journal of Human-

Computer Studies 59:431-449.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 331: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1299

SESI III/1

Determinan Internet Financial Local Government Reporting di Indonesia

ADITYA RAHMAN P

SUTARYO

AGUS BUDIATMANTO

Universitas Sebelas Maret

Abstract: The focus in this study is internet financial local government reporting in

Indonesia. After the government issued regulations on public disclosure, the government has

to report such information. It has to cheap, simple, fast and timely. The internet is an

appropriate medium for transparent reporting of public information by the local government.

The sample in this study is 173 city government (regional) of the 497 total population.

This study uses five variables are adjusted to the local government in Indonesia. It is

Political Competition, Size, Leverage, Local Government Wealth, and Local Government

Type. The results showed that the Political Competition, Leverage, and Local Government

Wealth proved significantly affect to the internet financial local government reporting. The

findings of this study can be used by people as a means of control the local government

performance based on the reporting of financial information on the Internet.

Keywords: local government financial statements, political competition, size, leverage, local

government wealth, and local government type, internet financial local

government reporting.

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 332: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1300

SESI III/1

A. Pendahuluan

Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 mengenai

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah, ditegaskan bahwa pengelolaan

keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas

keadilan dan kepatuhan. Semakin besarnya tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas

sektor publik juga akan memperbesar kebutuhan atas transparansi informasi keuangan sektor

publik (Nordiawan, 2006). Menurut Laporan Survei Indeks Persepsi Korupsi Indonesia oleh

Transparency International Indonesia, rata-rata indeks korupsi di tingkat kota pada tahun

2006 mencapai angka 4,72, sedangkan pada tahun 2010 mencapai angka 4,93. Terjadi

peningkatan sebesar 0,20 antara tahun 2006 hingga 2010. Akibatnya adalah munculnya krisis

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan. Penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad (2012) menunjukkan bahwa rata-rata indeks tingkat pengungkapan informasi

keuangan pada tahun 2012 terbukti lebih rendah daripada rata-rata indeks non keuangan.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak pemerintah kota

(kabupaten) yang masih kurang optimal dalam mengembangkan pelaporan keuangan melalui

website-nya.

Penelitian yang dilakukan Laswad et.al., (2005) membandingkan karakteristik

pemerintahan daerah yang menggunakan internet sebagai media pengungkapan dengan

pemerintah daerah yang memilih untuk tidak menggunakan media internet. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah

di internet dapat diprediksi berdasarkan tingkat financial leverage, municipal wealth, press

visibility dan council type. Sedangkan local authority size dan level of political competition

tidak dapat digunakan untuk memprediksi ada atau tidaknya Internet Financial Reporting

(IFR) oleh pemerintah daerah di Selandia Baru.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 333: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1301

SESI III/1

Penelitian yang terkait dengan pengungkapan laporan keuangan belum banyak

diterapkan pada laporan keuangan pemerintahan jika dibandingkan dengan perusahaan di

sektor swasta karena terbatasnya informasi dari pemerintah yang dapat diakses publik dan

sulitnya mengembangkan motif yang mendasari pengungkapan (Hilmi dan Martani, 2012).

Akan tetapi, setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, setiap informasi publik harus dapat diperoleh

setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara

sederhana, contohnya dengan memanfaatkan media internet. Berdasarkan pernyataan undang-

undang tersebut, setiap data yang menunjang penelitian mengenai pelaporan informasi

keuangan sektor publik seharusnya dapat diakses oleh setiap pemohon informasi publik

dengan kejelasan atas penggunaan informasi tersebut. Sehingga penelitian-penelitian

mengenai pelaporan informasi keuangan pemerintah daerah khususnya melalui media

internet akan lebih banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti

empiris pengaruh kompetisi politik (political competition), ukuran pemerintah daerah (size),

leverage, kekayaan pemerintah daerah (wealth), dan tipe pemerintahan (type) terhadap

Internet Financial Local Government Reporting (IFLGR).

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terhadap pelaporan evaluasi atas

kinerja pemerintah daerah di internet, yaitu dengan cara melaporkannya melalui website

pemerintah daerah. Melalui internet, informasi yang disampaikan akan lebih cepat dan mudah

untuk diakses oleh siapapun, di manapun, dan dengan biaya yang lebih murah. Hasil

penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan

untuk melakukan kerjasama di bidang keuangan atau tidak dengan suatu pemerintahan daerah

baik berupa donasi, investasi, maupun dana pinjaman kepada pemerintah daerah. Bagi

masyarakat penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui kinerja

pemerintah daerah sehingga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan kinerja keuangan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 334: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1302

SESI III/1

pemerintah daerah. Kedepannya, penelitian ini dapat menambah pengetahuan para akademisi

tentang sektor publik dan menjadi referensi atas penelitian selanjutnya dalam hal sektor

publik pada umumnya dan khususnya tentang pengungkapan laporan keuangan oleh

pemerintah daerah di internet. Pembahasan dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: pendahuluan,

rerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, metode riset, analisis data dan pembahasan,

simpulan, keterbatasan, dan implikasi.

B. K Ajian Pustaka Dan Hipotesis

1. Laporan Keuangan Sektor Publik

Laporan keuangan sektor publik adalah representasi posisi keuangan dari sejumlah

transaksi sektor yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik (Bastian, 2006). Menurut

Bastian (2006), bentuk dan penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti sifat lembaga sektor publik, sistem pemerintahan suatu negara, mekanisme

pengelolaan keuangan, dan sistem anggaran negara. Keempat faktor ini sangat mempengaruhi

karakteristik akuntansi sektor publik. Hal ini juga dapat membedakan antara laporan

keuangan sektor publik dengan sektor swasta. Sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SPAP) No. 1, dalam rangka untuk memenuhi tujuan umum atas laporan

keuangan daerah, maka dalam penyajian laporan keuangan harus menyediakan informasi

mengenai entitas pelaporan sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah

pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi

Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya

ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.

Dalam penyajian laporan realisasi anggaran setidaknya harus memuat unsur

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 335: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1303

SESI III/1

pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, sisa

lebih/kurang pembiayaan anggaran.

b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca menyajikan secara komparatif

dengan periode sebelumnya pos-pos kas dan setara kas, investasi jangka pendek,

piutang pajak dan bukan pajak, persediaan, investasi jangka panjang, aset tetap,

kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang,dan ekuitas.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan

kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada

tanggal pelaporan. arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas

operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

d. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas

nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan

Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah

penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk

penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontijensi dan

komitmen-komitmen lainnya.

2. Pengungkapan Laporan Keuangan (Disclosure)

Evans (2003) dalam Suwardjono (2005) mengklasifikasikan tiga tingkat dari

pengungkapan sebagai berikut.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 336: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1304

SESI III/1

a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure) adalah tingkat minimum yang harus

dipenuhi agar statement keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk

kepentingan pengambilan keputusan yang terarah.

b. Pengungkapan wajar (fair or ethical disclosure) adalah tingkat yang harus dicapai

agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama.

Artinya, tidak ada satu pihakpun yang kurang mendapat informasi sehingga mereka

menjadi pihak yang kurang diuntungkan posisinya.

c. Tingkat penuh (full disclosure) menuntut penyajian secara penuh semua informasi

yang berpaut dengan pengambilan keputusan.

Pengungkapan sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan

sukarela. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh

peraturan yang berlaku, dalam hal ini pihak yang berwenang dalam menetapkan peraturan

adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Pengungkapan sukarela adalah

pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan

oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.

Menurut Suwardjono, secara umum tujuan dari pengungkapan (disclosure) adalah

menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan

untuk melayani berbagai pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Pasar modal

merupakan sarana utama untuk pemenuhan dana dari masyarakat, karenanya pengungkapan

dapat diwajibkan untuk tujuan melindungi, informatif, dan melayani kebutuhan khusus.

Pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang

adil dan terbuka. Pengungkapan dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang dapat

membantu keefektifan pengambilan keputusan dari pengguna. Apa yang harus diungkapkan

kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju

sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 337: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1305

SESI III/1

pengawasan berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan

secara rinci.

3. Akuntabilitas dan Transparansi

Penyajian laporan keuangan pemerintah daerah merupakan bentuk nyata dari adanya

akuntabilitas dan transparasi keuangan daerah. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Pasal 3, “Informasi Keuangan Daerah yang

disampaikan harus memenuhi prinsip-prinsip akurat, relevan, dan dapat

dipertanggungjawabkan”. Menurut Mardiasmo, akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak

pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan,

dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada

pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari dua jenis, yaitu: akuntabilitas

vertikal (vertical accountability) dan akuntabilitas horisontal (horizontal accountability)

(Mardiasmo, 2009). Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas

pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Sedangkan pertanggungjawaban

horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Pada setiap akhir tahun anggaran dan periode pemerintahan kepala daerah wajib

menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada DPRD sebagai wakil

dari masyarakat yang telah mempercayakan pengelolaan sumber daya daerah. Sebagaimana

dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 pasal 184 ayat 1

menyebutkan bahwa kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Pasal

12 bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah adalah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 338: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1306

SESI III/1

menyajikan Informasi Keuangan Daerah secara terbuka kepada masyarakat. Dengan adanya

transparansi maka diharapkan setiap warga negara dapat berperan aktif dalam melakukan

pengawasan atas jalannya pemerintahan.

4. Pelaporan Keuangan di Internet

Pengembangan pelaporan keuangan berbasis internet merupakan perkembangan dari

praktik akuntansi pengungkapan yang ada meskipun perkembangan praktik ini tidak didasari

dengan standarisasi pengungkapan informasi keuangan di internet. Informasi perusahaan

yang diberikan melalui media website merupakan pengungkapan sukarela dan tidak

diregulasi oleh badan tertentu pada beberapa negara berkembang, seperti juga di Indonesia

(Almilia, 2008). Pemerintah daerah juga telah menggunakan media internet untuk

menyampaikan informasi kepada pengguna. Melalui website pemerintah daerah, informasi

tersebut akan tersampaikan dengan tepat waktu. Semakin cepat waktu peyajian laporan

keuangan, maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan (Mardiasmo, 2009).

Permasalahan yang sering muncul adalah ketika kebutuhan akan informasi semakin banyak,

maka waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai informasi tersebut juga semakin

banyak. Sebagaimana diungkapkan dalam PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan

Keuangan, “Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak

tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan

keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca. Faktor-faktor seperti

kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan

perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.”

5. Pengembangan Hipotesis

Menurut Cooper dan Schindler (2006) dalam suatu riset, sebuah hipotesis mempunyai

beberapa fungsi penting, antara lain: menuntun arah studi; mengidentifikasi fakta yang

relevan dan yang tidak; menyarankan bentuk desain riset mana yang mungkin paling cocok;

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 339: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1307

SESI III/1

memberikan kerangka untuk menyususn kesimpulan yang dihasilkan. Pengembangan dari

hipotesis yang diajukan dan akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Political Competition

Berdasarkan penelitian Laswad et.al., (2005) dijelaskan bahwa terdapat hubungan

positif antara kompetisi politik dan Internet Financial Reporting (IFR). Semakin tinggi level

political competition, kecenderungan pemerintah daerah untuk menggunakan internet sebagai

sarana pelaporan informasi keuangan secara sukarela juga akan semakin tinggi. Internet

merupakan sarana paling mudah dan murah bagi pemerintah daerah untuk melaporkan

informasi keuangan sebagai bukti kinerja pemerintah daerah yang dapat diakses oleh

masyarakat. Adanya bukti kinerja yang baik membuat pejabat daerah terpilih agar mendapat

kepercayaan dari masyarakat yang telah memilihnya dahulu, serta dapat berekspektasi untuk

memenangkan pemilu periode berikutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut ini.

H1: Political competition berpengaruh terhadap Internet Financial Local Government

Reporting (IFLGR).

Local Government Size

Pada umumnya, pemerintahan daerah dengan ukuran besar memiliki jumlah dan transfer

kekayaan yang besar. Laswad et.al., (2005) menghubungkan kinerja terhadap Internet

Financial Reporting (IFR) dengan ukuran pemerintah daerah. Dari penelitian tersebut,

dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara ukuran pemerintah daerah yang digambarkan

dengan seberapa besar aset pemerintah daerah, dengan Internet Financial Reporting (IFR).

Tidak menjadi masalah bagi pemerintah daerah dengan total aset yang besar untuk

melaporkan informasi keuangannya di internet. Hal ini dikarenakan besarnya total aset yang

dimiliki masih sanggup untuk membiayai pelaporan keuangan di internet. Selain itu besarnya

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 340: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1308

SESI III/1

total aset mendorong pemerintah daerah untuk melaporkan informasi keuangan sebagai bukti

telah menyelenggarakan pemerintahan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut ini.

H2 : Size berpengaruh terhadap Internet Financial Local Government Reporting (IFLGR).

Leverage

Leverage merupakan kemampuan pemerintah daerah dalam menjamin dana yang dipinjam

menggunakan jumlah aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Jumlah hutang yang

dimaksud di sini mencakup jumlah dari hutang jangka panjang dan jangka pendek. Penting

untuk user mengetahui laporan keuangan yang lebih rinci agar informasi mengenai leverage

antar pemerintah daerah dapat diperbandingkan. Menurut Laswad et.al., (2005); Lestari dan

Chariri (2007) leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Internet Financial Reporting

(IFR) .

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut ini.

H3 : Leverage berpengaruh terhadap Internet Financial Local Government Reporting

(IFLGR).

Local Government Wealth

Menurut penelitian Laswad et.al., (2005) municipal wealth berpengaruh terhadap Internet

Financial Reporting (IFR). Dalam penelitian ini, kekayaan pemerintah mencerminkan kinerja

pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya. Ketika kinerjanya baik, maka tidak

menjadi masalah bagi pemerintah untuk melaporkan informasi keuangannya. Akan tetapi,

Craven dan Martson, 1999 dalam Laswad et.al., (2005) menerangkan bahwa, pemerintahan

daerah dengan kekayaan yang lebih kecil akan cenderung membatasi akses informasi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 341: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1309

SESI III/1

akuntansi kepada pengguna. Sehingga kecenderungan untuk menutupi atau bahkan tidak

menyampaikannya secara sukarela di internet juga lebih besar.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut ini.

H4 : Wealth berpengaruh terhadap Internet Financial Local Government Reporting

(IFLGR).

Local Government Type

Sebagaimana dalam Laswad et.al., (2005), diterangkan bahwa di daerah kabupaten masih

kurang untuk tingkat pengungkapan secara sukarela di internet, jika dibandingkan dengan

daerah kota dan provinsi, hal ini mungkin dikarenakan tingkat masyarakat dalam mengakses

internet yang masih kurang. Menurut Serrano et.al., (2008):

“In local authorities whose citizens make greater use of information technologies, an

environment is created which stimulates governments to offer services and information,

including e-disclosure via the Internet. The greater the proportion of Internet users, the

greater is that of citizens potentially receptive to the consultation of this type of financial

information via the Internet.”

Daerah perkotaan merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana kecenderungan

masyarakatnya yang heterogen juga lebih tinggi. Berbagai macam kebudayaan, pekerjaan,

tingkat pendidikan, serta tingkat kekayaan yang berimplikasi terhadap kecenderungan

masyarakat perkotaan dalam mengakses internet cenderung lebih tinggi. Kecenderungan ini

membuat pengawasan di daerah kota akan lebih tinggi, sehingga kecenderungan

pemerintahan untuk secara sukarela melaporkan keuangan mereka juga lebih tinggi karena

adanya tuntutan transparansi keuangan.

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut ini.

H5 : Type berpengaruh terhadap Internet Financial Local Government Reporting (IFLGR).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 342: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1310

SESI III/1

C. Metode Penelitian

1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi pemerintah kota (kabupaten) di Indonesia.

Sampel penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintahan kota (kabupaten) di Indonesia

tahun 2010 yang telah diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan (BPK). Penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria pengambilan sampel adalah

pemerintah daerah kota (kabupaten) tahun 2010, pemerintah daerah yang mempunyai web

dan dapat diakses, pemerintah daerah mempublikasi data dan informasi tentang DPRD,

pemerintah daerah yang menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah dan diaudit oleh

BPK RI dan menyajikan data dan informasi untuk pengukuran variabel penelitian.

INSERT TABEL 1

2. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data penelitian ini diperoleh dari pusat

informasi dan komunikasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data dari laporan keuangan daerah pemerintahan kota (kabupaten) di

Indonesia pada tahun 2010. Sedangkan data kompetisi politik diperoleh dari publikasi

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) dan website resmi masing-

masing pemerintah daerah.

3. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pelaporan keuangan pemerintah

daerah di internet (Internet Financial Local Government Reporting/IFLGR).

Pelaporan keuangan di internet dinilai dari ada tidaknya APBD, laporan keuangan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 343: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1311

SESI III/1

pemerintah daerah (LKPD), atau LAKIP pada situs resmi pemerintahan daerah.

LKPD sendiri terdiri dari empat komponen, yaitu laporan realisasi anggaran, neraca,

laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Internet Financial Local

Government Reporting (IFLGR) dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemerintah

daerah yang melaporkan informasi keuangannya di internet atau Internet Financial

Reporting (IFR) dan pemerintah daerah yang tidak melaporkan informasi keuangan di

internet atau Non Internet Financial Reporting (N-IFR).

b. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini mengacu dalam penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Laswad et.al., (2005). Akan tetapi berdasarkan penelitian tersebut,

terdapat satu variabel independen yang tidak digunakan dalam penelitian ini yaitu

Press Visibility. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan untuk memperoleh data yang

cukup tinggi. Penelitian ini menggunakan lima variabel independen yaitu Political

Competition, Local Government Size, Leverage, Local Government Wealth, dan Local

Government Type. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

dijelaskan dalam table berikut.

INSERT TABEL 2

c. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model binary logistic regression

karena variabel dependen dalam penelitian ini adalah kategorial, yaitu Internet

Financial Local Government Reporting (IFLGR) dengan kategori pemerintah daerah

yang mempublikasikan laporan keuangan di internet dilambangkan dengan angka 1

dan sebaliknya.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 344: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1312

SESI III/1

= β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5

Notasi:

= Probabilitas pemerintah daerah untuk Internet Financial

Reporting dan Non Internet Financial Reporting

X1, X2 … X5 = Pengukuran atas POLCOM, SIZE, LEV, WEALTH, TYPE

β0, β1, β2 … β5 = Koefisien regresi

Selanjutnya, analisis pengujian model regeresi logistik perlu memperhatikan : 1)

Nilai likelihood, digunakan untuk menunjukkan apakah dengan penambahan variabel

bebas ke dalam model regresi dapat memperbaiki model regresi dalam memprediksi

variabel dependen penelitian., 2) Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test,

digunakan untuk membuktikan bahwa data empiris sesuai dengan model regresi

dalam penelitian atau tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model

penelitian dapat dikatakan fit., 3) Uji Nilai Nagelkerke R2, mirip dengan nilai

koefisien deteriminasi (R2) dalam pengujian dengan model regresi berganda yang

menjelaskan seberapa besar variabel bebas mampu menjelaskan pengaruh terhadap

variabilitas variabel dependen dalam model yang digunakan oleh penelitian ini., 4)

Uji Estimasi Parameter Atau Koefisien Regresi, merupakan nilai yang

menggambarkan besaran dan arah pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dalam model regresi. Selain itu, dengan pengujian ini dapat diketahui nilai

probabilitas untuk masing-masing variabel independen sehingga dapat digunakan

sebagai dasar dalam penentuan simpulan di dukung atau tidak didukung hipotesis

yang diajukan dalam penelitian.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 345: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1313

SESI III/1

D. Analisis Data

1. Deskripsi Data

INSERT TABEL 3

Berdasarkan Tabel 2, Sampel (N) adalah 173 buah. Dari 173 sampel tersebut variabel TYPE

dan IFLGR mempunyai nilai minimum dan maksimum yang sama yang dikarenakan terdapat

kesamaan pengukuran yaitu menggunakan variabel dummy. Nilai minimum TYPE dan

IFLGR adalah sebesar 0,00 dan nilai maksimumnya adalah sebesar 1,00. Nilai mean dari

TYPE sebesar 0,2312 dan IFLGR sebesar 0,3757. Sedangkan standar deviasi dari TYPE

sebesar 0,42283 dan IFLGR sebesar 0,48571.

Sementara itu, untuk variabel SIZE merupakan variabel dengan rata rata tertinggi.

Nilai minimum untuk variabel SIZE adalah 25,46 (Kota Surakarta) dan nilai maksimumnya

adalah sebesar 32,80 (Kota Magelang). Nilai rata-rata dan standar deviasi untuk SIZE adalah

sebesar 28,0779 dan 0,79688. Nilai minimum untuk LEV adalah 0,0000056 (Kabupaten

Barito Utara) dan nilai maksimumnya adalah sebesar 0,1526570 (Kabupaten Minahasa

Selatan). Nilai rata-rata dan standar deviasi terendah terdapat dalam variabel LEV dengan

nilai rata-rata adalah 0,008550175 dan 0,0164952134 untuk standar deviasinya. Standar

deviasi tertinggi terdapat dalam variabel IFLGR yaitu sebesar 0,48571. Sedangkan untuk

variabel POLCOM dan WEALTH memiliki nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata,

standar deviasi berturut-turut sebagai berikut: 0,02 (Kabupaten Pasuruan); 0,71 (Kabupaten

Purbalingga); 0,2899; 0,15278 dan 0,01 (Kabupaten Minahasa Selatan); 1,00 (Kabupaten

Bantul); 0,0706; 0,08451.

2. Uji Nilai Likelihood

Uji nilai likelihood digunakan untuk menguji model binary logistic regression. Uji ini

menunjukkan apakah dengan penambahan variabel bebas ke dalam model regresi dapat

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 346: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1314

SESI III/1

memperbaiki model regresi dalam memprediksi variabel dependen penelitian. Uji ini

didasarkan pada nilai -2LogL baik pada block 0 maupun block 1. Hasil pengujian model

regresi diperoleh nilai -2LogL sebesar 36,188 dan nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil

dari tingkat signifikansi penelitian sebesar 5%. Hasil ini mengindikasikan bahwa

penambahan variabel independen berupa POLCOM, SIZE, LEV, WEALTH, dan TYPE dapat

memperbaiki model fit dalam model binary logistic regression penelitian ini.

3. Uji Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Uji ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan

model regresi dalam penelitian atau tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga

model penelitian dapat dikatakan fit. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s goodness of Fit test

lebih kecil atau sama dengan tingkat signifikansi penelitian 5%, maka terdapat perbedaan

signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik

karena model tidak dapat memprediksi obsevasinya. Sebaliknnya, jika nilai Hosmer and

Lemeshow’s goodness of Fit test lebih besar dari 5%, maka model mampu memprediksi nilai

observasi atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data

observasi penelitian. Hasil pengujian nilai Hosmer and Lemeshow’s goodness of Fit test

dalam penelitian ini menunjukkan angka sebesar 12,982 dengan nilai probabilitas atau

signifikansi sebesar 0,112. Hasil ini mengindikasikan bahwa model penelitian ini adalah fit

dan dapat digunakan sebagai model untuk memprediksi observasi dalam penelitian.

4. Uji Nilai Nagelkerke R2

Uji nilai Nagelkerke R2

mirip dengan nilai koefisien deteriminasi (R2) dalam

pengujian dengan model regresi berganda yang menjelaskan seberapa besar variabel bebas

mampu menjelaskan pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian nilai Nagelkerke

R2

dalam penelitian ini adalah sebesar 0,257 yang berarti bahwa variabilitas variabel

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 347: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1315

SESI III/1

dependen dalam hal ini adalah pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet dapat

dijelaskan oleh variabel independen POLCOM, LEV, dan WEALTH sebesar 25,7%.

Sementara itu, variabilitas sisanya sebesar 74,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penlitian ini.

5. Uji Parameter Logistic Regression.

Setelah kelayakan model diuji dan diperoleh hasil bahwa model regresi yang

digunakan dalam penlitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model prediksi variabel

pelaporan keuagan pemerintah daerah di internet, maka pengujian berikutnya adalah uji

estimasi parameter atau koefisien dalam model regresi penelitian. Dengan mengetahui

parameter atau koefisien regresi dalam pengujian regresi ini, maka dapat diketahui nilai dan

arah pengaruh masing-masing variabel serta tingkat signifikasi prediksi terhadap kondisi

pelaporan keuagan pemerintah daerah di internet. Selain itu, dengan pengujian ini dapat

diketahui nilai probabilitas untuk masing-masing variabel independen sehingga dapat

digunakan sebagai dasar dalam penentuan simpulan di dukung atau tidak didukung hipotesis

yang diajukan dalam penelitian. Hasil dari pengujian tersebut ditunjukkan dalam table berikut

ini.

INSERT TABEL 4

Hasil pengujian dengan menggunakan model binary logistic regression seperti tersaji

dalam tabel di atas menunjukkan nilai koefisien regresi, nilai wald dan nilai probabilitas

untuk masing-masing variabel independen penelitian. Tabel di atas menunujukkan bahwa

variabel POLCOM, LEV, dan WEALTH mempunyai nilai probabilitas yang lebih kecil dari

tingkat signifikansi (alpha) penelitian yaitu 1%, 5% atau 10%. Nilai probabilitas untuk

variabel POLCOM, LEV, dan WEALTH berturut-turut adalah 0,038; 0,051; dan 0,000. Nilai

probabilitas untuk ketiga variabel tersebut di bawah level signifikasi penelitian 5%. Sehingga

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 348: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1316

SESI III/1

dapat dinyatakan bahwa variabel POLCOM, LEV, dan WEALTH berpengaruh terhadap

pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet pada tingkat keyakinan penelitiann 0,05.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa untuk variabel SIZE dan TYPE mempunyai

nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 1%, 5% atau 10%. Hasil ini

mengindikasikan bahwa variabel SIZE (0,920) dan TYPE (0,596) bukan variabel yang

mempengaruhi probabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet pada tahun

2010 di Indonesia.

Hasil pengujian binary logistic regression dalam tabel di atas dapat digunakan

sebagai dasar penyusunan model penelitian. Model binary logistic regression dalam

penelitian ini adalah seperti berikut ini.

=

Estimasi parameter β yang digunakan untuk mengukur sejauh mana variabel

independen mampu meningkatkan log probabilitas suatu event terjadi. Hasil analisis

menunjukkan nilai koefisien dalam model regresi di atas sebesar: -2,484; -0,026; -41,367;

20,797; dan -0,266 serta nilai konstanta -0,912.

Karena tanda β4 positif, maka semakin besar WEALTH semakin besar juga pelaporan

keuangan pemerintah daerah di internet. Tanda β1, β2, β3, dan β5 negatif maka semakin besar

POLCOM, SIZE, LEV dan TYPE, maka semakin kecil pelaporan keuangan pemerintah daerah

di internet. Hasil menunjukkan bahwa H1, H3, dan H4 signifikan sehingga hipotesis tersebut

dapat diterima . Sedangkan H2 dan H5 tidak signifikan sehingga hipotesis tersebut ditolak.

E. Pembahasan

Hasil pengujian mengindikasikan bahwa terdapat tiga variabel independen yang

signifikan terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet pada tahun 2010 di

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 349: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1317

SESI III/1

Indonesia. Ketiga variabel tersebut antara lain kompetisi politik (political competition),

leverage, dan kekayaan pemerintah daerah (wealth). Sedangkan dua variabel independen

yang lain yaitu ukuran pemerintah daerah (size) dan tipe pemerintahan (type) tidak dapat

digunakan untuk mengukur tingkat pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet.

Semakin tinggi persaingan politik dalam pemerintah daerah, akan mendorong

pemerintah daerah tersebut melaporkan informasi keuangannya di internet. Selain murah dan

dapat diakses dengan mudah, pelaporan di internet juga akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap kredibilitas pemerintahan daerah yang menjabat sekarang dengan

ekspektasi terpilihnya kembali dalam pemilu mendatang. Dengan ini maka hipotesis pertama

(POLCOM) terbukti mempengaruhi pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet.

Hipotesis kedua (SIZE) ditolak karena tidak terbukti signifikan mempengaruhi

pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet. Ukuran pemerintah daerah yang

dinyatakan dengan aset mempunyai kemungkinan tidak berpengaruh oleh pelaporan

keuangan di internet disebabkan oleh permasalahan akuntansi aset yang dihadapi oleh

pemerintah daerah di Indonesia yang dibuktikan dengan pengecualian dalam opini audit

BPK. Sebagian besar laporan keuangan pemerintah daerah yang diberi opini wajar dengan

pengecualian mempunyai ketidakwajaran dalam hal aset sehingga dikecualikan. Selain itu,

penggunaan internet membutuhkan sumber daya manusia yang familiar dengan teknologi

informasi. Pelaporan informasi keuangan di internet juga mempertimbangkan kemampuan

daerah baik kota maupun kabupaten dalam mengakses internet. Apabila pemerintah daerah

dengan size yang besar tanpa diikuti oleh kemampuan daerah dalam mengakses internet yang

baik, maka size tidak akan berpengaruh terhadap pelaporan keuangan pemerintah daerah di

internet. Sementara itu salah satu permasalahan lain yang dihadapi oleh pemerintah daerah

khususnya pemerintah daerah di luar Jawa adalah kualitas sumber daya manusia, sehingga

pemerintah daerah dengan jumlah aset yang besar tetapi mempunyai sumber daya manusia

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 350: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1318

SESI III/1

yang berkualitas rendah tidak menjamin bahwa pemerintah daerah tersebut memanfaatkan

teknologi informasi (internet) dalam pelaporan akuntabilitas dan transparansi informasi

keuangan.

Melalui internet, baik informasi keuangan dan non keuangan yang dibutuhkan oleh

pengguna sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi pemerintah daerah dapat digunakan

untuk mengalihkan fokus utama masyarakat terhadap tingginya leverage pemerintah daerah.

Dengan begitu, hipotesis ketiga (LEV) diterima karena terbukti positif mempengaruhi

pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet.

Hipotesis keempat (WEALTH) juga diterima karena terbukti positif mempengaruhi

pelaporan keuangan pemerintah daerah di internet. Kekayaan pemerintah merupakan bukti

nyata atas kinerja pemerintah daerah yang baik dalam mengelola keuangan pemerintah

daerah. Sehingga semakin besar rasio pengelolaan belanja pemerintah daerah maka

kecenderungan pemerintah daerah untuk melaporkan keuangannya di internet pun juga

semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.

Hipotesis kelima (TYPE) ditolak karena tidak dapat membuktikan adanya hubungan

antara tipe pemerintah daerah kota ataupun kabupaten dengan pelaporan keuangan

pemerintah daerah di internet. Baik kota maupun kabupaten mendapat kemampuan yang

sama dalam mengakses informasi keuangan di internet. Menurut Menkominfo, M. Nuh,

pemerintah menargetkan pada 2010 program internet masuk desa sudah terealisasi di seluruh

Indonesia, sehingga rencana tindak lanjut menjadi desa pintar terwujud (dikutip tanggal 17

juni 2013 dari: www.setkab.go.id). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2008 Pasal 2 Ayat 3 tentang Keterbukaan Informasi Publik, menyatakan bahwa setiap

informasi publik harus dapat diperoleh setiap pemohon informasi publik dengan cepat dan

tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Berdasarkan undang-undang tersebut, internet

merupakan media yang dapat dengan cepat, tepat waktu, murah, dan sederhana untuk

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 351: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1319

SESI III/1

mengakses informasi keuangan pemerintah daerah. Baik pemerintah kota maupun kabupaten

yang telah melaksanakan undang-undang tersebut seharusnya telah melaporkan informasi

keuangannya melalui internet, sehingga perbedaan tipe pemerintahan di kota maupun

kabupaten tidak menjamin bahwa pemerintah daerah akan melaporkan informasi

keuangannya.

F. Penutup

1. Simpulan

Hasil pengujian data dalam penelitian mendasari pengambilan kesimpulan dari

penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan pemerintah daerah di

Internet. Sesuai dengan hasil penelitian Laswad et.al., (2005), Leverage dan Local

Government Wealth terbukti berpengaruh terhadap pelaporan informasi keuangan di internet,

sedangkan Size tidak terbukti mempengaruhi pelaporan informasi keuangan pemerintah

daerah di internet. Akan tetapi, Political Competition dan Type menunjukkan hasil yang

berkebalikan dengan penelitian Laswat et.al., (2005).

Political Competition terbukti berpengaruh terhadap pelaporan informasi keuangan di

internet. Semakin tinggi level political competition, kecenderungan pemerintah daerah untuk

menggunakan internet sebagai sarana pelaporan informasi keuangan yang mudah dan murah

juga akan semakin tinggi. Informasi tersebut dapat mencerminkan bukti kinerja pemerintah

daerah. Adanya bukti kinerja yang baik membuat pejabat daerah terpilih agar mendapat

kepercayaan dari masyarakat yang telah memilihnya dahulu, serta dapat berekspektasi untuk

memenangkan pemilu periode berikutnya.

Tipe pemerintah daerah tidak terbukti signifikan terhadap pelaporan informasi

keuangan di internet. Baik pemerintah kota maupun kabupaten tidak memiliki hubungan

signifikan terhadap tingkat pengungkapan (Martani, 2010).

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 352: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1320

SESI III/1

2. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: sumber data yang digunakan adalah website

pemda yang sebagian besar non aktif dan atau tidak dapat diakses, pengukuran pelaporan

keuangan di internet menggunakan dummy tanpa mengakomodir kualitas konten, periode

penelitian ini hanya satu tahun sehingga daya komparabilitas dan generalisasinya relatif kecil.

3. Saran

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencari sumber lain yang dapat dijadikan alternatif

untuk mendapatkan sampel. Dengan begitu, data sampel berasal dari beberapa sumber yang

dapat menambah kelengkapan data penelitian. Penggunaan variabel dummy dapat diganti

menggunakan skala poin di mana dari tingkatan poin tersebut diklasifikasikan berdasarkan

kualitas dari variabel tersebut. Penambahan periode data penelitian dapat digunakan untuk

membadingkan hasil penelitian antar periode.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 353: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1321

SESI III/1

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, L. S. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Internet Financial and

Sustainability Reporting. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 12 (2).

Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Cooper, D. R. dan Pamela S. S. 2006. Business Research Methods. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Media Global

Edukasi.

Hilmi, A. Z. dan D. Martani. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XV.

Banjarmasin. 20-23 September.

Laswad, F., Richard F., dan Peter O. 2005. Determinants Of Voluntary Internet Financial Reporting By Local

Government Authorities. Journal of Accounting and Public Policy. 24: 101-121.

Lestari, H. S. dan A. Chariri. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui

Internet (Internet Financial Reporting) Dalam Website Perusahaan. Working Paper FE UNDIP.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Martani, D. dan A. Lestari. 2010. Local Government Financial Statement Disclosure In Indonesia. Annual

Meeting and Conference Asian Academic Accounting Association (AAAA). Thailand. 28

November-1 Desember.

Muhammad, Bagus H. P. 2012. Analisis Tingkat Pengungkapan Informasi Keuangan Dan Non Keuangan

Dalam Perspektif E-Government Pada Website Pemerintah Kota/Kabupaten Di Indonesia.

Skripsi Sarjana FPEB UPI.

Nordiawan, D. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Pemerintah Nomor: 56 Tahun 2005. Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

,Nomor: 105 Tahun 2000. Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor: 1 Tahun Per 1 Juli 2009. Tentang Penyajian Laporan

Keuangan.

Serrano, C., Mar R., dan Pilar P. 2008. Factors Influencing E-Disclosure In Local Public Administrations.

Documento de Trabajo-03 Facultad de Ciencias Económicas y Empresariales Universidad de

Zaragoza.

Simanjuntak, F., Kumba D., dan Putut A. S. 2010. Mengukur Korupsi Di Indonesia. Laporan Survey Index

Persepsi Korupsi Indonesia. Transparency International Indonesia.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) No. 1. Tentang Penyajian Laporan Keuangan.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 pasal 184 ayat 1. Tentang Pemerintahan Daerah.

,Undang-Undang Nomor: 14 Tahun 2008. Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Www.setkab.go.id

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 354: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1322

SESI III/1

LAMPIRAN

Tabel 1

Sampel dan Observasi Penelitian

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2010 497

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2010 yang tidak menyajikan total

kewajiban

(28)

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2010 yang tidak tersedia (297)

Jumlah observasi dalam penelitian. 173

Tabel 2

Pengukuran Variabel

Variabel Jenis Variabel Definisi Pengukuran

Political

Competition

(POLCOM)

Independen

Rasio koalisi partai

pendukung kepala

daerah pemenang

pemilu

Jumlah anggota dewan partai

pendukung kepala daerah dibagi dengan

jumlah total anggota dewan

Local

Government Size

(SIZE)

Independen Jumlah Pendapatan Logaritma Natural atas Aset

Leverage (LEV) Independen Perbandingan antara

utang dengan total aset

Total Kewajiban Pemerintah Daerah

dibagi Total Aset Pemerintah Daerah

Local

Government

Wealth

(WEALTH)

Independen Rasio Pengelolaan

Belanja

Total pendapatan asli daerah dibagi

dengan total belanja

Local

Governmant

Type (TYPE)

Independen Tipe pemerintah

daerah

Jenis pemerintah daerah (Kota atau

Kabupaten)

Internet Financial

Local

Government

Reporting

(IFLGR)

Dependen Pelaporan keuangan

melalui internet

Probabilitas pemerintah daerah untuk

melakukan pelaporan keuangan dengan

internet, 1 jika pemerintah daerah

melaporkan informasi keuangannya di

internet, dan 0 jika sebaliknya

Notasi:

= Probabilitas pemerintah daerah untuk Internet Financial Reporting dan Non

Internet Financial Reporting

X1, X2 … X5 = Pengukuran atas POLCOM, SIZE, LEV, WEALTH, TYPE

β0, β1, β2 … β5 = Koefisien regresi

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 355: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Aditya Rahman P., Sutaryo, dan Agus Budiatmanto

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI Manado, 25-28 September 2013 1323

SESI III/1

TABEL 3

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

POLCOM 173 0,02 0,71 0,2899 0,15278

SIZE 173 25,46 32,80 28,0779 0,79688

LEV 173 0,0000056 0,1526570 0,008550175 0,0164952134

WEALTH 173 0,01 1,00 0,0706 0,08451

TYPE 173 0,00 1,00 0,2312 0,42283

IFLGR 173 0,00 1,00 0,3757 0,48571

Valid N (listwise) 173

Keterangan: POLCOM= Political Competition, SIZE= Local Government Size, LEV= Leverage,

WEALTH= Local Government Wealth, TYPE= Local Government Type

Sumber: hasil pengolahan data

Tabel 4

Hasil Uji Binary Logistic Regresion

Var. B S.E. Wald Sig.

POLCOM -2,484 1,199 4,292 0,038

SIZE -0,026 0,260 0,010 0,920

LEV -41,367 21,153 3,825 0,051

WEALTH 20,797 4,796 18,808 0,000

TYPE -0,266 0,501 0,281 0,596

Constant -0,912 0,466 3,827 0,050

Keterangan: POLCOM= Political Competition, SIZE= Local Government Size, LEV= Leverage,

WEALTH= Local Government Wealth, TYPE= Local Government Type

Sumber: hasil pengolahan data

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 356: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1324

SESI I/12

Penentu Jumlah Temuan BPK atas

Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan

(Internal Control Compliance Comments)

Pemerintah Daerah di Indonesia

SEPTIANA IRMA HAPSARI

SUTARYO

IBRAHIM FATWA WIJAYA

Universitas Sebelas Maret

Abstract: This study develops a statistical model to reports Internal control compliance

comments (ICC Comments) issued by Republic Indonesia Supreme Audit Board (BPK-RI)

pursuant to audits of Indonesian’s local governments. The purpose of the study is to analyze

factors that affect the numbers of ICC comments received by local government. This study

has 487 selected samples to the local government for year 2011. This study uses data of local

government financial statetements in 2011 in the form of softcopy from Republic Indonesia

Supreme Audit Board (BPK-RI) and other media publications.

The results showed that government grade, unqualified audit opinions, and education

background affect the numbers of ICC comments received by the local governments. Only

auditee size does not affect the number of ICC comments. Limitation of this study is only use

one period year and did not examine auditors characteristics besides unqualified audit

opinions and education background due to the unavailability of data.

Keywords: agency theory, auditing, internal control compliance comments, local

government, management letter

Corresponding author: [email protected]

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 357: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1325

SESI I/12

A. Pendahuluan

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbarui

dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya otonomi daerah maka terjadi perubahan dalam pengelolaan

keuangan dibuktikan dengan lahirnya tiga paket undang-undang di bidang keuangan

negara yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Ketiga paket undang-

undang ini mengatur pengelolaan keuangan negara secara lebih demokratis dan mengatur

adanya sanksi bagi para pengelola keuangan negara. Hal ini menimbulkan konsekuensi

bagi pemerintah daerah, yakni diberikan kewenangan untuk mengelola keuangan daerah

masing-masing sehingga muncul adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas. Oleh

karena itu, laporan keuangan pemerintah daerah akan diaudit oleh BPK RI sebagai auditor

eksternal pemerintah daerah di Indonesia.

Sebagai usaha transparansi pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah dan

pemeriksaan keuangan daerah oleh BPK, maka BPK merilis laporan hasil pemeriksaan

(LHP) yang berisikan tiga bab meliputi keuangan, pengendalian internal, dan kepatuhan.

Dalam LHP tersebut BPK memberikan hasil temuan beserta rekomendasi sebagai

perbaikan sistem keuangan, pengendalian internal maupun kepatuhan. Jumlah temuan

maupun rekomendasi dalam LHP dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem pengelolaan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 358: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1326

SESI I/12

keuangan daerah, sistem pengendalian internal, dan pelaksanaan perundang-undangan

yang berlaku. Adanya permasalahan dalam penerapan sistem pengendalian internal dan

kepatuhan atas pelaksanaan undang-undang pada ini menjadi motivasi bagi peneliti untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut.

Penelitian serupa tentang internal control compliance comments (ICC comments)

telah dilakukan dengan meneliti management letter comments (ML comments) pada

beberapa kota di luar negeri. Menurut Hayes et al. (2005), management letter

menunjukkan adanya kelemahan dalam pengendalian internal dan kepatuhan atas

perundang-undangan serta kondisi yang dilaporkan lainnya. Penelitian terdahulu oleh

Wallace (1981) menyimpulkan bahwa pengungkapan permasalahan pengendalian intern

secara terbatas berguna dalam berkomunikasi dengan publik namun lebih bermanfaat

untuk manajemen kota. Wallace (1992) menyelidiki isi management letter yang

dikeluarkan oleh perusahaan publik di Amerika Serikat, hasilnya manajer menganggap

management letter tidak terlalu baik karena manajemen dapat dianggap lalai jika terjadi

kegagalan dalam menetapkan pengendalian internal. Selanjutnya Cox dan Wichmann

(1993) menyelidiki kualitas sistem pengendalian intern, termasuk ML comments pada

pemerintah daerah Amerika Serikat. Kontras dengan temuan Wallace (1992), Cox dan

Wichmann melaporkan bahwa pimpinan pemerintah daerah mempertimbangkan ML

comments sebagai sumber informasi yang berharga.

Penelitian selanjutnya oleh Manson et al. (2001) menemukan bahwa manajer dan

auditor menganggap ML comments sebagai hal yang berharga terlebih untuk

mengembangkan hubungan dengan klien. Penelitian terbaru oleh Johnson et al. (2012)

menemukan menemukan bahwa faktor-faktor penentu komentar management letter bagi

pemerintah daerah di Florida serupa tetapi tidak identik untuk komentar pada management

letter tahun awal dan pengulangan tahun berikutnya. Penelitian ini juga menemukan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 359: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1327

SESI I/12

bahwa ML comments memainkan peran berharga dalam mengkomunikasikan saran untuk

perbaikan auditee.

B. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

1. Agency Theory pada Organisasi Pemerintah

Hubungan keagenan dalam teori agensi muncul ketika ada penugasan dari

individu (prinsipal) kepada individu lain (agen). Menurut Jensen & Meckling (1976)

masalah keagenan dapat muncul karena setiap individu diasumsikan akan mempunyai

preferensi untuk memaksimalkan utilitas pribadi yang kemungkinan besar berlawanan

dengan kepentingan individu lain. Berdasarkan asumsi ini kemungkinan akan terjadi

kegagalan oleh agen dalam melaksanakan tugas dikarenakan agen lebih memilih untuk

memaksimalkan kepentingan pribadi.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 partisipan pada

organisasi pemerintahan meliputi rakyat, bupati atau walikota, dan DPRD. Dalam

undang-undang tersebut, bupati dan walikota mempunyai tanggung jawab atas

perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban program pemerintah sehingga

berperan sebagai eksekutif. Mekanisme pemilihan bupati dan walikota oleh rakyat

menunjukkan adanya pelimpahan wewenang dari rakyat kepada bupati dan walikota.

Hal ini menunjukkan bahwa Bupati dan Walikota berperan sebagai agen dan rakyat

merupakan prinsipal dalam rerangka hubungan keagenan.

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 DPRD merupakan mitra kerja bupati dan

walikota yang berperan dalam fungsi pengawasan dan legislasi. DPRD adalah

representasi rakyat dalam pengambilan keputusan formal karena DPRD dipilih secara

langsung oleh rakyat. Hal ini menunjukkan DPRD berfungsi sebagai saluran untuk

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 360: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1328

SESI I/12

mengakomodasi kepentingan rakyat dalam pengambilan keputusan oleh pihak

eksekutif.

2. Monitoring pada Organisasi Pemerintah

Pengertian audit pada sektor publik dapat diperoleh dengan mencermati

gambar 1.

INSERT GAMBAR 1

Menurut Rai (2008), hubungan antara ketiga pihak pada gambar 1 dapat

dijelaskan bahwa pihak pertama (auditor) adalah pihak yang mengaudit akuntabilitas

pihak kedua terhadap pihak ketiga dan memberikan atestasi kepada pihak ketiga.

Hubungan audit tersebut berlaku dalam pemerintahan di Indonesia. Pada tingkat

pemerintah daerah, yang bertindak sebagai pihak pertama (auditor) adalah Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal pemerintah; pihak kedua

(auditee) adalah para bupati dan walikota; pihak ketiga adalah legislatif (DPRD).

Bupati dan walikota memiliki hubungan akuntabilitas dengan DPRD. Akuntabilitas ini

diaudit oleh BPK kemudian BPK memberikan atestasi kepada legislatif dalam bentuk

laporan hasil audit. Menurut pasal 20 UU No. 15 tahun 2004, pemerintah wajib

menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK yang memuat adanya kelemahan

dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan perundang-

undangan, dan ketidakpatuhan.

3. Management Letter Comments

Auditor sering kali mengidentifikasi dan mengkomunikasikan adanya temuan

terkait kurang signifikannya pengendalian internal yang dilakukan oleh klien/

manajemen organisasi. Menurut Hayes et al. (2005: 521) bentuk komunikasi tersebut

berupa surat terpisah dari auditor yang disebut management letter yang berisi saran

untuk peningkatan pengendalian internal yang berfokus pada keuangan, kepatuhan, dan

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 361: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1329

SESI I/12

proses operasional. Sesuai dengan Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia yang diterbitkan oleh BPK, Ketua tim

pemeriksa dari BPK RI akan menyampaikan management letter pada saat berakhirnya

pemeriksaan (exit briefing), berisi temuan pemeriksaan yang perlu mendapatkan

perhatian. Berdasarkan management letter tersebut, dilakukan proses penyusunan

Laporan Hasil Pemeriksaan yang terdiri dari Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Pemerintah, Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern, dan Hasil Pemeriksaan atas

Kepatuhan.

4. Internal Control Compliance Comments (ICC comments)

Pemahaman secara menyeluruh mengenai konsep pengendalian internal

(internal control) pada pemerintah daerah dijelaskan melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam peraturan

tersebut dijelaskan bahwa Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses

yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh

pimpinan dan seluruh pegawai di lingkungan pemerintah pusat dan daerah untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Audit kepatuhan (compliance audit) pada pemerintahan menjadi hal yang

penting juga untuk diperhatikan selain pengendalian internal (internal control).

Menurut Arens (2005: 14) audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah

auditee telah mengikuti serangkaian prosedur yang spesifik, tata cara, dan peraturan

yang telah ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Menurut Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara yang dikeluarkan oleh BPK RI, auditor harus menyiapkan laporan

hasil pemeriksaan atas kepatuhan yang mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 362: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1330

SESI I/12

ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan

administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, penyimpangan yang mengandung

unsur tindak pidana, dan ketidakpatutan yang signifikan.

5. Pengembangan Hipotesis

1) Auditee Size dengan ICC Comments

Auditee size atau ukuran auditee diukur sebagai logaritma natural dari

pendapatan total pemerintah daerah. Pembahasan mengenai auditee size dianggap

akan berpengaruh terhadap pemberian komentar dalam Internal Control

Compliance Comments (ICC comments) baik untuk hubungan yang positif maupun

negatif. DeFond dan Jiambalvo (1991) mengungkapkan bahwa ukuran entitas

merupakan faktor penentu adanya pengendalian internal yang baik pada entitas

yang bersangkutan.

Penelitian oleh Ge dan McVay (2005) mengungkapkan bahwa entitas

yang lebih besar memiliki lingkup yang lebih luas dalam kegiatan koordinasi dan

kontrol sehingga dapat memiliki kemungkinan relatif lebih tinggi untuk

menghasilkan komentar dalam management letter. Hal ini berarti ICC comments

yang akan diperoleh entitas juga akan relatif lebih banyak. Khrisnan (2005)

melaporkan adanya hubungan positif antara auditee size terhadap kemungkinan

adanya masalah pengendalian internal. Pandangan berbeda menyatakan bahwa

organisasi yang lebih besar memiliki kontrol yang lebih baik (DeFond dan

Jiambalvo, 1991). Hal ini menurut Johnson et al. (2012) akan menurunkan

kemungkinan untuk menerima komentar dalam management letter. Apabila jumlah

komentar dalam management letter relatif sedikit/ menurun maka begitu pun

dengan jumlah ICC comments juga akan relatif lebih sedikit. Penelitian oleh Ge

dan McVay (2005), Doyle et al. (2007), dan Ashbaugh-Skaife et al. (2007)

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 363: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1331

SESI I/12

menemukan hubungan negatif antara ukuran entitas dan kemungkinan masalah

pengendalian internal.

Atas dasar teori di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut.

H1 : Auditee size berpengaruh terhadap ICC comments dalam laporan hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.

2) Government Grade dengan ICC Comments

Keberadaan government grade yang diperoleh pemerintah daerah

menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah mempunyai peringkat, penghargaan

atau prestasi atas pelaksanaan good corporate governance. Menurut Dwyer dan

Wilson (1989) dalam Johnson et al. (2012), pemerintah yang menerima

sertifikat/penghargaan cenderung dikelola lebih baik daripada pemerintah non

penerima penghargaan. Hasilnya perolehan penghargaan oleh pemerintah

berpengaruh terhadap jumlah komentar yang diterima pada ICC comments

sehingga pemerintah penerima peringkat/penghargaan akan memperoleh lebih

sedikit komentar dalam ICC comments dibandingkan dengan pemerintah non

penerima.

Cox dan Wichmann (1993) melaporkan bahwa pemerintah yang

mendapatkan sertifikat terkait pengelolaan keuangan memiliki persepsi yang lebih

tinggi untuk memperkuat pengendalian internalnya daripada pemerintah non

penerima. Pengendalian internal yang lebih baik harus dikaitkan dengan sedikit

permasalahan yang timbul sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan lebih

sedikit komentar dalam ICC comments.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini merumuskan hipotesis

sebagai berikut.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 364: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1332

SESI I/12

H2 : Government grade berpengaruh terhadap ICC comments dalam laporan hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.

3) Unqualified Audit Opinions dengan ICC Comments

Unqualified audit opinion atau pendapat wajar tanpa pengecualian

merupakan pendapat auditor atas laporan keuangan yang menunjukkan bahwa

laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

Zhang et al. (2012) mengungkapkan keberadaan auditor independen dapat

dihubungkan dengan pengungkapan permasalahan pengendalian internal. Auditor

mempunyai keharusan untuk menerbitkan clean opinion atau unqualified audit

opinion ketika tidak terdapat permasalahan potensial dalam pengendalian internal

perusahaan.

Hasil penelitian Johnson et al. (2012) mengungkapkan bahwa pendapat

wajar tanpa pengecualian atau unqualified audit opinion berpengaruh negatif

terhadap komentar dalam management letter. Maka keberadaan pendapat wajar

tanpa pengecualian juga akan berpengaruh negatif terhadap ICC comments-nya.

Opini auditor wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa tidak ada komentar

yang merendahkan dalam manajemen keuangan pemerintah daerah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini merumuskan hipotesis

sebagai berikut.

H3 : Unqualified audit opinions berpengaruh terhadap ICC comments dalam

laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.

4) Education Background dengan ICC Comments

Latar belakang jenjang pendidikan yang ditempuh oleh auditor mulai

jenjang sarjana hingga pasca sarjana menjadi faktor penentu kualitas hasil

pemeriksaan atas pengendalian internal dan kepatuhan (ICC comments). Batubara

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 365: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1333

SESI I/12

(2008) mengemukakan bahwa auditor/ pemeriksa dituntut untuk mempunyai

keahlian yang lebih tinggi daripada pelaksana, sehingga pemeriksa dapat

melakukan penilaian atas ketaatan pelaksana terhadap penerapan standar yang

berlaku.

Latar belakang pendidikan akuntansi merupakan sebuah keharusan bagi

pemeriksa laporan keuangan dan semakin tinggi jenjang pendidikan pemeriksa

maka pengetahuan di bidang akuntansi akan semakin komprehensif (Setyaningrum,

2012). Penelitian ini menduga bahwa tinggi jenjang pendidikan auditor

berpengaruh positif terhadap banyaknya komentar dalam internal control

compliance comments (ICC comments) yang diterima oleh pemerintah daerah. Hal

ini dikarenakan semakin tinggi jenjang pendidikan auditor, maka kualitas audit

akan semakin baik dan pemberian komentar dalam ICC comments dapat semakin

komprehensif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini merumuskan hipotesis

sebagai berikut.

H4 : Education background berpegaruh terhadap ICC comments dalam laporan

hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah.

Penelitian ini selain menggunakan empat variabel utama di atas, juga

memasukkan dua variabel kontrol yaitu variabel geographical type (tipe geografis) dan

council type (tipe pemerintah daerah). Variabel kontrol dimasukkan ke dalam penelitian

berfungsi untuk mengendalikan atau menghilangkan pengaruh tertentu pada model

penelitian (Sekaran, 2007). Geographical type perlu dikontrol karena pemerintah

daerah di Pulau Jawa cenderung lebih maju dalam pengorganisasian lembaga

dibandingkan pemerintah daerah di luar Pulau Jawa. Council type dikontrol karena tipe

pemerintah daerah kota dipandang lebih kompleks daripada pemerintah kabupaten.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 366: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1334

SESI I/12

C. Metode Penelitian

1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah Pemerintah Daerah Kota/ Kabupaten di

seluruh Indonesia pada tahun 2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling dengan kriteria pengambilan sampel adalah pemerintah kota/

kabupaten di seluruh Indonesia tahun 2011, pemerintah kota/ kabupaten yang

menerbitkan laporan keuangan pemerintah daerah secara lengkap tahun 2011 dan

telah diaudit oleh BPK RI, dan menyajikan seluruh data dan informasi di laporan

keuangan pemerintah daerah dan laporan hasil pemeriksaan BPK RI, yang dibutuhkan

dalam pengukuran variabel dan analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 524 pemerintah daerah kota/

kabupaten pada tahun 2011. Atas jumlah itu, 487 pemerintah daerah terpilih sebagai

sampel penelitian dengan kriteria yang dapat dilihat pada tabel 1.

INSERT TABEL 1

2. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder (secondary data). Data

sekunder adalah data yang telah ada dan tersedia sehingga tidak perlu dikumpulkan

sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2007). Data sekunder tersebut berupa softcopy laporan

hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di seluruh

Indonesia yang diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI). Data lainnya

berupa softcopy Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 120-2818 tahun 2013

tentang Penetapan Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Secara Nasional tahun 2011 yang diperoleh dari www.kemendagri.go.id.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 367: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1335

SESI I/12

3. Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel dalam penelitian ini sebagaimana yang digunakan dalam penelitian

Johnson et al., (2012). Variabel dependen adalah jumlah komentar pada internal

control compliance comments (ICC Comments), sedangkan variabel independennya

terdiri dari auditee size, government grade, unqualified audit opinion dan education

background. Penelitian ini juga menambahkan variabel kontrol yang terdiri dari

geographical type dan council type. Lebih lanjut variabel dapat dijelaskan pada tabel.

INSERT TABEL 2

D. Analisis Data Dan Pembahasan

1) Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan

oleh Johnson et al. (2012) dengan model regresi berganda sebagai berikut.

ICCC = β0 + β1 GOVSIZE + β2 GRADE + β3 CLEAN + β4 EDU +

β5 GEO + β6 COUNCIL + e

Keterangan :

GOVSIZE = Auditee size (ukuran auditee)

GRADE = Government grade (peringkat pemerintah)

CLEAN = Unqualified audit opinions (opini wajar tanpa pengecualian)

EDU = Education background (latar belakang pendidikan)

GEO = Geographical Type (tipe geografis)

COUNCIL = Council Type (tipe pemerintah daerah)

ICCC = Internal control and compliance comments (komentar ICC)

β0,β1,....,β8 = koefisien regresi

e = errors

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 368: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1336

SESI I/12

2) Pembahasan

a) Statistik Deskriptif Sampel

Statistik deskriptif memberikan gambaran secara umum atas data yang

digunakan dalam penelitian meliputi nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan

standar deviasi . Hasil statistik deskriptif disajikan dalam tabel berikut.

INSERT TABEL 3

Hasil statistik deskriptif pada tabel menunjukkan bahwa penelitian

menggunakan 487 sampel. Rata-rata jumlah komentar atas ICC comments yang

diperoleh oleh pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia sebanyak 17 buah

komentar. Jika dilihat dari government size/ ukuran pemerintah yang diukur

menggunakan logaritma dari total pendapatan diperoleh nilai rata-rata 4,77. Rata-

rata peringkat pemerintah daerah atas evaluasi penyelenggaraan pemerintahan

adalah peringkat tinggi dengan simbol angka 3, diartikan bahwa penyelenggaraan

pemerintahan telah dinilai baik. Dilihat dari opini audit BPK, rata-rata pemerintah

daerah kab/kota yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih sedikit

daripada selain opini wajar tanpa pengecualian sebanyak 11,70%. Jika dilihat dari

sisi latar belakang pendidikan, sebanyak 82,55% jenjang pendidikan ketua tim

merupakan pendidikan pasca sarjana. Untuk variabel kontrol tipe geografis dan tipe

pemerintah di indonesia menunjukkan sebanyak 22,79% pemerintah daerah berada

di pulau jawa sisanya di luar pulau jawa dan sebanyak 18,69% bentuk

pemerintahan di indonesia adalah pemerintahan kota sedangkan sisanya adalah

pemerintahan kabupaten.

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu telah dilakukan uji asumsi

klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan

multikolinearitas dengan hasil yang disajikan pada tabel berikut.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 369: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1337

SESI I/12

INSERT TABEL 4

Berdasarkan tabel diketahui diketahui bahwa sebelumnya data tidak

terdistribusi normal sehingga dilakukan proses outlier pada 487 data, hingga

diperoleh 312 data terdistribusi normal. Kemudian dilanjutkan pengujian

normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov hingga diperoleh data terdistribusi normal

yang dibuktikan dengan nilai sig sebesar 0,217 dimana lebih besar dari tingkat

signifikansi penelitian 5%. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai 0,212 tidak

signifikan pada 0,05 sehingga tidak terjadi autokorelasi antar residual. Hasil uji

heterokedastisitas menunjukkan nilai probabilitas (sig) dalam tiap model regresi

lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas. Selanjutnya hasil uji multikolinieritas di atas menunjukkan

nilai tolerance untuk semua variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF untuk semua

variabel lebih kecil dari 10. Hal ini berarti model-model regresi yang digunakan

tidak terjadi gejala multikolinieritas atau seluruh variabel terjadi homokedastisitas.

b) Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model regresi

berganda dengan hasil pengujian secara ringkas disajikan dalam tabel 5 berikut.

INSERT TABEL 5

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji signifikansi-F, uji

koefisien determinasi, dan uji signifikansi-t. Nilai probability value (sig) lebih

kecil dari 5% maka dapat dinyatakan bahwa model regresi layak (fit) untuk

digunakan sebagai model dalam penelitian. Nilai adjusted R2 adalah 0,368

mengindikasikan bahwa variabel internal control compliance comments (ICCC)

mampu dijelaskan oleh variabel independen berupa COUNCIL, EDU, CLEAN,

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 370: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1338

SESI I/12

GRADE, GEO sebesar 36,8% dan sisanya sebesar 63,2% dijelaskan oleh variabel

lain di luar model penelitian ini.

Hasil pada tabel 5 menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak. Artinya

keberadaan auditee size tidak berpengaruh terhadap internal control compliance

comment dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

daerah. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Johnson et al. (2012) yang

menggambarkan adanya hubungan positif, maupun penelitian dari Ge dan McVay

(2005), Doyle et al. (2007), dan Ashbaugh-Skaife et al. (2007) yang

menggambarkan hubungan negatif antara auditee size dengan kemungkinan

masalah pengendalian internal. Tidak berpengaruhnya auditee size terhadap ICC

comments disebabkan karena permasalahan aset/ kekayaan daerah masih menjadi

masalah bagi seluruh pemerintah daerah di Indonesia mengingat kompleksitasnya

pengelolaan aset daerah.

Hipotesis 2 diterima untuk model government grade berpengaruh terhadap

ICC comments dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

daerah. Pengaruh government grade terhadap jumlah komentar ICC comments

adalah pengaruh yang negatif. Hasil ini konsisten dengan logika teori dalam

pengembangan hipotesis bahwa pemerintah daerah yang memperoleh penghargaan

atas kinerja pemerintahannya telah mempunyai pengendalian internal yang baik

sehingga komentar yang diterima atas internal control and compliance comments

akan lebih rendah. Hasil ini sesuai dengan pendapat Cox dan Wichmann (1993)

bahwa persepsi pengendalian internal pemerintah daerah yang mendapat

penghargaan lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah yang tidak

mendapatkan penghargaan.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 371: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1339

SESI I/12

Hipotesis 3 diterima untuk model unqualified opinion berpengaruh terhadap

ICC comments dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah

daerah. Pengaruh unqualified opinion terhadap jumlah ICC comments adalah

pengaruh negatif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah

daerah yang mendapatkan opini audit wajar tanpa pengecualian dari BPK RI akan

memperoleh komentar yang lebih sedikit dalam internal control compliance

comments dibandingkan dengan perolehan opini audit lainnya. LKPD yang

memperoleh opini Wajar tanpa pengecualian (WTP) umumnya memiliki

pengendalian intern yang telah memadai, sedangkan masih banyaknya opini non

WTP untuk LKPD menunjukkan efektivitas SPI pemerintah daerah yang belum

optimal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Johnson et al. (2012) yang

menyimpulkan bahwa pendapat unqualified audit opinion mempunyai pengaruh

negatif atas komentar dalam pengendalian internal dan kepatuhan.

Hipotesis 4 diterima untuk model education background berpengaruh

terhadap ICC comments dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah daerah. Pengaruh education background terhadap jumlah ICC

comments adalah pengaruh yang positif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dari seorang auditor maka pemerintah

daerah akan memperoleh komentar yang semakin banyak dalam ICC comments.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Setyaningrum (2012) bahwa latar

belakang pendidikan akuntansi akan mempengaruhi pengetahuan akuntansi yang

semakin komprehensif dari seorang auditor. Hal ini akan mempengaruhi keputusan

pengambilan keputusan yang semakin berkualitas dari seorang auditor.

Pada variabel kontrol, tipe geografis (geographical type) dan tipe

pemerintah daerah (council type) berpengaruh terhadap jumlah komentar dalam

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 372: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1340

SESI I/12

ICC comments. Tipe geografis berpengaruh positif terhadap ICC Comments

mengindikasikan bahwa pemerintah daerah yang terletak di pulau jawa

mendapatkan komentar atas ICC Comments relatif lebih sedikit daripada

pemerintah daerah di luar pulau jawa. Sedangkan tipe pemerintah daerah

berpengaruh negatif terhadap ICC Comments mengindikasikan bahwa berdasarkan

kompleksitasnya, pemerintah kota mendapatkan komentar yang lebih banyak atas

ICC Comments daripada pemerintah kabupaten.

E. Penutup

1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

pada penentuan jumlah temuan BPK atas sistem pengendalian intern dan kepatuhan

(internal control compliance comments) pemerintah daerah di Indonesia. Hasil

penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa government grade,

unqualified opinion, education background berpengaruh terhadap jumlah komentar

pada ICC comments dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah daerah. Sedangkan variabel auditee size tidak mempengaruhi jumlah

komentar dalam ICC comments. Penelitian ini juga berhasil membuktikan bahwa model

prediksi yang dikembangkan dalam penelitian layak (fit) untuk digunakan sebagai

model penelitian. Dengan demikian, para pemakai laporan keuangan dapat

menggunakan informasi dalam laporan hasil pemeriksaan sistem pengendalian intern

dan laporan hasil kepatuhan atas perundang-undangan untuk pengambilan keputusan

terkait peningkatan kinerja pemerintah daerah.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 373: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1341

SESI I/12

2. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan satu tahun periode

pengambilan sampel yaitu tahun 2011. Selain itu penelitian ini tidak meneliti

karakteristik auditor secara lengkap hanya menggunakan education background dan

unqualified audit opinion karena ketidaktersediaan data.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 374: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1342

SESI I/12

DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A., Elder, Randal J., dan Beasley, Mark S. 2012. Auditing and Assurance Services: An Integrated

Approach, 14th

Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Aushbaugh-Skaife, H., Collins, D. W., dan Kinney Jr, W. R. 2007. The Discovery and Reporting of Internal

Control Deficiencies Prior to SOX-Mandated Audits. Journal of Accounting and Economics 44:

166-192.

Batubara, Rizal Iskandar. 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional,

Pendidikan Berkelanjutan dan Independensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris

pada Bawasko Medan). Tesis. Universitas Sumatera Utara

Cox, Clifford T., dan Wichmann Jr, H. 1993. The Perceived Quality of Internal Control Systems and Reports for

State and Local Governments. Auditing: A Journal of Practice and Theory 12 (2): 98-107.

DeFond, Mark L., dan Jiambalvo, James. 1991. Incidence and Circumstances of Accounting Errors. The

Accounting Review 66 (3): 643-655.

Doyle, J., Ge, W., McVay, S. 2007. Determinants of weaknesses in internal control over financial reporting.

Journal of Accounting and Economics 44:193-223.

Ge, Weili., dan McVay, Sarah. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in Internal Control after The

Sarbanes–Oxley Act. Accounting Horizons 19 (3): 137–158.

Hayes, Rick., Dassen, Roger., Schilder, Arnold., dan Wallage Philip. 2003. Principles of Auditing: An

Introduction to International Standards on Auditing. London: Prentice Hall.

Jensen, M., dan Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership

Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.

Johnson, Laurence E., Lowensohn, S., Reck, Jacqueline L., dan Davies, Stephen P. 2012. Management Letter

Comments: Their Determinants and Their Association with Financial Reporting Quality in Local

Goverment. Journal Account Public Policy 31: 575-592.

Krishnan, Jayanthi. 2005. Audit Committee Quality and Internal Control: An Empirical Analysis. The

Accounting Review 80 (2): 649-675.

Manson, Stuart., Sean, McCartney., dan Michael, Sherer. 2001. The Value of Management Letters to Unlisted

Companies. British Accounting Review 33: 549-568.

Setyaningrum, Dyah. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit BPK RI. Simposium

Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. 20-23 September 2013.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008 Tentang Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara. Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 120-2818 tahun 2013 Tentang Penetapan Peringkat dan Status

Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Secara Nasional tahun 2011. Kementerian Dalam

Negeri, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Kementerian Dalam Negeri, Jakarta.

Sekaran, Uma. 2007. Research Methode for Bussines: Metode Penelitian untuk Bisnis edisi 4. Jakarta: Salemba

Empat.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kementerian Keuangan, Jakarta.

_____________ Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Kementerian Keuangan, Jakarta.

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 375: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1343

SESI I/12

_____________ Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara. Kementerian Keuangan Negara, Jakarta.

_____________ Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Kementerian Dalam Negeri, Jakarta.

_____________ Nomor 25 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Kementerian Dalam Negeri, Jakarta.

Wallace, Wanda A. 1981. Internal Control Reporting Practices in The Municipal Sector. The Accounting Review

56 (3): 666-689.

Wallace, Wanda A. 1992. Whose Prevails in Disclosure Practices?. Auditing: A Journal of Practices and

Theory 11 (suplement): 79-105

Zhang, Y., Zhou, J. & Zhou, N. 2007. Audit Committee Quality, Auditor Independence, and Internal Control

Weaknesses. Journal of Accounting and Public Policy 26: 300-327.

LAMPIRAN

Gambar 1

Sumber: Leo Herbert dalam Rai (2008: 28)

Tabel 1

Hasil Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Pemerintah daerah kota/ kabupaten di seluruh Indonesia tahun 2011. 524

2 Pemerintah daerah kota/ kabupaten yang tidak menerbitkan laporan

keuangan pemerintah daerah secara lengkap tahun 2011.

(27)

3 Pemerintah daerah yang tidak menyajikan seluruh data dan informasi di

laporan keuangan pemerintah daerah dan data tidak terdapat dalam laporan

hasil pemeriksaan BPK RI

(10)

Jumlah observasi dalam penelitian. 487

Sumber : Data sekunder yang diolah

Fungsi

Atestesi

Fungsi

Audit

Fungsi

Akuntabilitas

Pihak Pertama:

Auditor

Pihak Ketiga:

Penerima akuntabilitas

dan hasil audit

Pihak Kedua:

Auditee

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 376: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1344

SESI I/12

Tabel 2

Variabel Penelitian

No Variabel Jenis

Variabel

Akronim Definisi Operasional

1 Internal control

compliance comments

Dependen ICCC Jumlah total komentar yang diberikan

oleh BPK atas laporan pengendalian

intern dan laporan kepatuhan terhadap

perundang-undangan untuk pemerintah

kota/ kabupaten di Indonesia

Tabel 2 Lanjutan

2 Auditee Size Independen GOVSIZE logaritma natural dari pendapatan total

pemerintah dalam laporan hasil

pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah daerah.

3 Government grade Independen GRADE Skala linkert untuk peringkat/

penghargaan pemerintah daerah dengan

angka 1 untuk rendah, 2 untuk sedang,

3 untuk tinggi, dan 4 untuk sangat

tinggi.

4 Unqualified audit

opinions

Independen CLEAN Variabel dummy yang diukur dengan

angka 1 untuk opini wajar tanpa

pengecualian dan 0 untuk opini

lainnya.

5 Education background Independen EDU Variabel dummy untuk jenjang

pendidikan auditor yang diukur dengan

angka 1 untuk pasca sarjana dan 0

untuk belum pasca sarjana.

6 Geographical type Kontrol GEO Variabel dummy yang diukur dengan

angka 1 untuk pemerintah daerah di

pulau jawa dan 0 untuk pemerintah

daerah di luar pulau jawa.

7 Council type Kontrol COUNCIL Variabel dummy yang diukur dengan

angka 1 untuk pemerintah kota dan 0

untuk pemerintah kabupaten.

Tabel 3

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ICCC 487 0,00 45,00 17,0616 5,95942

GOVSIZE 487 0,00 6,90 4,7731 2,66643

GRADE 487 2,00 4,00 2,9733 0,41239

CLEAN 487 0,00 1,00 0,1170 0,32180

EDU 487 0,00 1,00 0,8255 0,37996

GEO 487 0,00 1,00 0,2279 0,41993

COUNCIL 487 0,00 1,00 0,1869 0,39020

Valid N (listwise) 487

Keterangan:

ICCC = Internal control compliance comments, GOVSIZE = Auditee size, CLEAN = Unqualified opinion, EDU

= Education background, GEO = Geographical type, COUNCIL = Council type

Sumber: Data sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Page 377: Analisis Ekspektasi Multi Kriteria dalam Penentuan ... · PDF fileASL Lindawati dan Putu Indrajaya Lembut . SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI . Manado, 25-28 September 2013. 974. SESI

Septiana Irma Hapsari, Sutaryo, dan Ibrahim Fatwa Wijaya

SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI XVI

Manado, 25-28 September 2013 1345

SESI I/12

Tabel 4

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Uji N K-S Z Tolerance VIF Sig

Normalitas 487 1,524 0,019

Normalitas 312 1,054 0,217

Autokorelasi 312 0,212

Heterokedastisitas 312

GRADE 0,425

CLEAN 0,163 EDU 0,131 GEO 0,919 COUNCIL 0,279 GOVSIZE 0,860 Multikolinieritas 312

GRADE 0,768 1,302

CLEAN 0,921 1,086

EDU 0,983 1,018

GEO 0,793 1,262

COUNCIL 0,959 1,042

GOVSIZE 0,722 1,385

Keterangan:

ICCC = Internal control compliance comments, CLEAN = Unqualified opinion, EDU = Education

background, GEO = Geographical type, COUNCIL = Council type, GOVSIZE = Auditee size,

K-S Z = Kolmogorov-Smirnov Z, VIF = Variance Inflation Factor

Sumber: Data sekunder yang diolah

Tabel 5

Hasil Uji Regresi Berganda

Variabel Independen ICC comments

Coef. Prob.

Konstan 20,999 0,000

GOVSIZE 0,104 0,118

GRADE -1,725 0,000***

CLEAN -4,275 0,000***

EDU 1,271 0,003***

GEO -1,695 0,000***

COUNCIL 0,782 0,056**

R-squared 0,379

Adj. R-squared 0,368

Prob(F-statistic) 0,000***

Keterangan:

ICCC = Internal control compliance comments, GOVSIZE = Auditee size, CLEAN = Unqualified opinion, EDU

= Education background, GEO = Geographical type, COUNCIL = Council type

***signifikan pada sig = 1%

**signifikan pada sig = 5%

*signifikan pada sig = 10%

Sumber: Data Sekunder yang diolah

File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id