ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam,...

81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU DI DESA KEPRABON KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN DENGAN METODE DEA (DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : FRIZA AYUNDA FIRSTA F0108153 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam,...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU DI DESA KEPRABON KECAMATAN POLANHARJO

KABUPATEN KLATEN DENGAN METODE DEA (DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

FRIZA AYUNDA FIRSTA

F0108153

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

§ Hindarilah kemunduran dan berilah kemajuan walau sedikit tetapi pasti.

§ Bukan hanya mengikuti arus saja tetapi sekali – kali kita melawan arus.

§ Kegagalan bukan berarti kehancuran melainkan jembatan untuk menuju

keberhasilan dan sukses ( Suwito ).

§ Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT

beserta orang – orang yang sabar ( Qs. Al – Baqaroh ).

Page 5: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayah dan Mama tersayang.

2. Adik – adikku tersayang.

3. Kakek dan Nenekku tersayang.

4. Sahabat dan temanku tercinta.

5. Almamater.

Page 6: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Efisiensi Produksi Kerajinan Kipas Bambu di

Desa Keprabon Kecamatan polanharjo Kabupaten Klaten dengan Metode DEA

(Data Envelopment Analysis) tahun 2011”. Penulisan skripsi ini merupakan salah

satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata S1 Universitas Sebelas

Maret. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak

mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara

khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta ;

2. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Reguler Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta ;

3. Nurul Istiqomah, S.E, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu

memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini ;

4. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian ;

Page 7: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

5. M.Rodhi, Nunuk Widyanti, Luthfi, Azmi, eyang kakung, eyang putri

selaku Ayah, Mama, Adik dan kakek – nenek penulis, yang telah

mendukung penulis sampai saat ini ;

6. Kakakku tama, simbok (febria), dita, aong, anindita, bambang, wahyu,

haydar, andi imam, shomat dan maaf tidak bisa di ungkapkan semua yang

jelas untuk semuanya yang telah memberikan motivasi kepada penulis ;

7. Come (lapy tersayang) terima kasih telah ditemani begadang, item yang

dalam hujan – panas – jatuh bareng terima kasih, my son dan ndutz yang

telah memberi semangat terima kasih banyak.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh

dari sempurna, kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada, sangat

penulis harapkan dan penulis mengucapkan terima kasih, penulis berharap semoga

skripsi ini turut memberikan sumbangan manfaat betapapun kecilnya bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Mei 2012

Penulis

Page 8: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRAK ....................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMING ............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI .................... ........................... iv

HALAMAN MOTTO .......................................................... ........................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................... ........................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................ ........................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................ ........................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................... ........................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................. ........................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................ ........................... 9

A. Industri .................................................................................................. 9

B. Industri Kreatif ..................................................................................... 12

C. Produksi ................................................................................................ 13

D. Efisiensi ................................................................................................ 20

E. Isoquant – Isocost ................................................................................. 30

F. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 32

G. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 35

H. Hipotesis ............................................................................................... 36

BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................... ............................ 37

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 37

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 37

C. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 38

D. Alat Analisis ............................................................................................. 38

Page 9: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................... ........................... 43

A. Gambaran Umum Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten ................................................................................. 43

B. Tinjauan Umum Kerajinan Kipas Bambu ............................................... 46

C. Analisis Data Dengan Metode DEA (Data Envelopment Analysis) ...... 57

BAB V PENUTUP ............................................................. ........................... .. 68

A. Kesimpulan ............................................................................................... 68

B. Saran ......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ ........................... . 72

Lampiran

Page 10: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Perkembangan Jumlah Industri, Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Investasi

dan Nilai Produksi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 ............................ 4

1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA)

Kabupaten Klaten Tahun 2010 ............................................................. 6

4.1 Distribusi Penduduk Desa Keprabon Menurut Mata Pencaharian ....... 45

4.2 Distribusi Penduduk Desa Keprabon Menurut Tingkat Pendidikan .... 45

4.3 Variabel Input Output ........................................................................... 50

4.4 Jumlah Bambu Yang Digunakan dalam Proses Produksi

per bulan (buah) .................. ............................................................. 51

4.5 Jumlah Kain Yang Digunakan dalam Proses Produksi per bulan (meter) .... ............................................................................................................ 52

4.6 Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan dalam Proses Produksi

(orang)....................................................................................................... 53

4.7 Hasil Produksi Yang Diperoleh selama satu bulan (buah) ................... 54

4.8 Efisiensi Produksi Kerajinan Kipas Bambu .......................................... 58

4.9 Hasil Olahan DEA – Toha Putra Souvenir ........................................... 60

4.10 Hasil Olahan DEA – Momon Souvenir ................................................ 61

4.11 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark ............ 62

4.12 Hasil Olahan DEA – Aisyah Souvenir .................................................. 64

4.13 Hasil Olahan DEA – Sofi Souvenir ...................................................... 65

4.14 Hasil Olahan DEA – Kipas Souvenir .................................................... 67

Page 11: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Grafik Fungsi Produksi ......................................................................... 15

2.2 Kurva Total Product, Marginal Product dan Average Product ......... 18

2.3 Efisiensi Teknis dan Alokatif ............................................................... 24

2.4 Ukuran Orientasi Out-put Efisiensi Teknis .......................................... 27

2.5 Efisiensi Teknis dan Alokatif Dari Orientasi Output ............................ 28

2.6 Kurva Kombinasi Input Biaya Produksi ............................................... 31

2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 35

4.1 Skema Proses Pembuatan Kerajinan Kipas Bambu ............................. 55

Page 12: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU DI DESA KEPRABON KECAMATAN POLANHARJO

KABUPATEN KLATEN DENGAN METODE DEA (DATA ENVELOPMENT ANALYSIS) TAHUN 2011

FRIZA AYUNDA FIRSTA

F0108153

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, untuk mengetahui variabel yang menjadi sumber inefisiensi dan solusi untuk mencapai efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

Penelitian ini dilakukan di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) dengan variabel input adalah bambu, kain, tenaga kerja dan variabel output adalah hasil produksi.

Dari analisis menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) dapat disimpulkah bahwa kelompok usaha Toha Putra Souvenir, Aisyah Souvenir, Sofi Souvenir dan Kipas Souvenir telah mencapai efisiensi secara teknis dengan angka 100%, sedangkan Momon Souvenir belum mencapai efisiensi secara teknis dengan angka 84,35% sehingga penggunaan input tidak efisiensi secara teknis dan sebagai rujukan adalah kelompok usaha Toha Putra Souvenir dan Aisyah Souvenir . Variabel yang menjadi sumber inefisiensi diantaranya: input bambu, input kain dan input tenaga kerja. Alternatif solusi diantaranya: mengevaluasi input masing – masing kelompok usaha dengan penyesuaian pada target, dengan mengurangi input sehingga dapat mempertahankan jumlah output, mengacu pada benchmark pada kelompok usaha.

Untuk kelompok usaha yang sudah mencapai efisiensi secara teknis disarankan untuk terus mempertahankan pengawasan penggunaan input. Untuk kelompok usaha yang belum mencapai efisiensi secara teknis disarankan untuk melakukan pengawasan dengan mencatat input output di setiap proses produksi.

Kata kunci : Efisiensi Produksi, Kerajinan Kipas Bambu, Metode DEA (Data Envelopment Analysis), Efisiensi Teknis

Page 13: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan

ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan di sektor lain. Sektor industri

dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah

tangga. Menurut BPS, industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga

kerja seratus orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga

kerja duapuluh sampai dengan sembilan puluh sembilan orang, dan industri kecil

adalah perusahaan dengan tenaga kerja lima sampai dengan sembilanbelas orang.

Sedangkan industri rumahtangga adalah perusahaan dengan tenaga kerja satu

sampai dengan empat orang (BPS,2010).

Pergeseran dari era pertanian menuju era industrialisasi menciptakan pola

kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah dan efisien.

Sebagai langkah nyata dan komitmen pemerintah untuk mengembangkan

ekonomi kreatif 2025, maka pemerintah melakukan kajian mengenai industri

kreatif yang merupakan bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif,

ekonomi kreatif adalah wujud dari upaya mencari pembangunan yang

berkelanjutan melalui kreaktivitas, yang mana pembangunan berkelanjutan adalah

suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber

daya yang terbarukan. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, ada beberapa

Page 14: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang berperan dalam industri kreatif antara lain Cendekiawan (Intellectuals),

Bisnis (Business), dan Pemerintahan (Goverment).

Di Indonesia, peran industri kreatif cukup signifikan dengan besar

kontribusi terhadap PDB rata – rata tahun 2002 – 2006 adalah sebesar 6,3 % atau

setara dengan 104,6 triliun rupiah (nilai konstan) dan 152,5 triliun rupiah

(nilai nominal). Industri ini telah mampu menyerap tenaga kerja rata – rata tahun

2002 – 2006 adalah sebesar 5,4 juta dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8 %.

Ditinjau dari sisi ekspor, berdasarkan estimasi klasifikasi subsektor,

peran ekonomi kreatif terhadap total rata – rata ekspor tahun 2002 – 2006 adalah

sebesar 10,6 %.

Dari studi yang dilakukan Departemen Perdagangan RI pada tahun 2007,

industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut :

“ Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat

individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui

penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. “

Subsektor yang merupakan industri berbasis kreatif ada empatbelas subsektor,

antara lain: periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen;

video ,film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan;

penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio;

serta riset dan pengembangan. Kerajinan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh

tenaga pengrajin yang berawal desain awal sampai dengan proses penyelesaian

produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga,

serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam

Page 15: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(emas, perak, tembaga, perunggu, besi), kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat

dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya produksi dalam jumlah yang

relatif kecil (bukan produksi massal).

Sektor industri kreatif di Jawa Tengah terus mengalami perkembangan

bahkan mampu bersaing dengan sektor lain. Perkembangan industri kreatif dapat

dilihat dari pertumbuhan jumlah perusahaan, penyerapan tenaga kerja, dan volume

ekspor yang terus meningkat. Peluang pertumbuhan industri kreatif masih terbuka

lebar mengingat adanya peran pemerintah yang memberi dukungan sektor

tersebut. Akan tetapi, ada kelemahan dari industri kreatif, yaitu rendahnya kualitas

sumber daya manusia dan keterbatasan kepemilikan serta penguasaan teknologi.

Industri kreatif di Jawa Tengah saat ini pengembangan berfokus pada fashion,

teknologi informasi (TI), dan kerajinan (handicraft).

Industri kecil di Propinsi Jawa Tengah mempunyai prospek yang baik untuk

dikembangkan sebagai usaha untuk mengatasi masalah pengangguran dan

setengah pengangguran. Mengingat dalam industri kecil, teknologi yang lazim

digunakan dalam proses produksinya adalah teknologi padat karya

(Thee Kian Wie, 1994). Pada masa krisis moneter, industri kecil dan menengah

merupakan usaha yang tidak terkena imbas krisis karena serapan konsumsi adalah

pada tingkat lokal dan sebagian besar bahan baku menggunakan bahan lokal.

Selain itu, karakteristik usaha Industri Kecil dan Menengah ini adalah

industri padat karya dimana banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan

dengan modal. Perkembangan industri dapat dilihat secara regional sebagai acuan.

Perkembangan industri di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Industri, Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Nilai Produksi Jawa Tengah Tahun 2005-2010

No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 JUMLAH UNIT USAHA (unit usaha)

644.701 644.784 644.847 644.706 644.469 644.864

a. Industri Besar 748 764 772 781 789 764

b. Industri Kecil dan Menengah 643.953 644.020 644.075 643.925 643.680 644.101

2 PENYERAPAN TENAGA KERJA (orang)

3.215.649 3.258.027 3.287.468 3.327.669 3.363.518 3.255.670

a. Industri Besar 579.171 585.241 585.214 529.370 598.752 583.222

b. Industri Kecil dan Menengah 2.636.478 2.672.813 2.702.254 2.735.229 2.764.766 2.672.448

3 NILAI INVESTASI (Juta Rupiah) 13.811.629 13.927.055 14.005.414 9.172.824 9.320.463 13.935.509

a. Industri Besar 12.436.757 12.518.902 12.518.902 7.668.543 7.802.206 12.508.420

b. Industri Kecil dan Menengah 1.374.874 1.408.153 1.486.512 1.504.281 1.518.257 1.427.089

4 NILAI PRODUKSI (Juta Rupiah) 21.702.502 21.930.306 22.008.140 22.206.550 22.251.971 22.173.621

a. Industri Besar 16.437.692 16.656.789 16.657.973 16.788.566 16.788.566 16.753.621

b. Industri Kecil dan Menengah 5.364.810 5.273.517 5.350.167 5.417.984 5.463.405 5.420.239

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, 2011

Dilihat dari jumlah unit usaha, jumlah industri kecil dan menengah terdapat

peningkatan jumlah industri, tetapi pada tahun 2008 – 2009 mengalami

penurunan. Apabila dibandingkan dengan industri besar, maka industri kecil dan

menengah mempunyai tingkat perbandingan yang cukup besar. Demikian juga

dalam hal penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang diserap di dalam

industri kecil dan menengah jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja

di dalam industri besar.

Meskipun dari sisi jumlah dan serapan tenaga kerja industri kecil dan

menengah lebih besar dari pada industri besar, namun dari sisi nilai investasi dan

nilai produksi lebih kecil dibandingkan industri besar. Hal ini dapat terjadi karena

Page 17: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

industri besar lebih mengarah kepada padat modal yang didukung oleh teknologi,

sedangkan industri kecil dan menengah lebih mengarah kepada padat karya

dengan mengandalkan tenaga kerja dibandingkan dengan modal dan teknlogi.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah,

terdapat 764 unit perusahaan industri besar dan 644.101 unit perusahaan industri

kecil dan menengah pada tahun 2010. Daerah Semarang, Ungaran, Demak, Kudus

merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Sebagai salah satu pusat

industri kecil di Jawa Tengah, Kabupaten Klaten mempunyai jumlah industri

cukup banyak dengan jenis yang beragam. Umumnya industri kecil tersebut

mengelompok membentuk sentra. Perkembangan industri kecil di Kabupaten

Klaten terus meningkat ditandai dengan munculnya industri kecil baru. Hal ini

berdampak pada meluasnya sebaran sentra tiap kecamatan, namun kecenderungan

ini belum terjadi di seluruh wilayah. Sentra-sentra tersebut tumbuh secara spontan

pada wilayah tertentu dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus

berkembang.

Sampai dengan saat ini, jumlah sentra industri kecil di Kabupaten Klaten

secara keseluruhan tercatat sebanyak 285 sentra dengan 9.254 jenis industri dan

38.388 tenaga kerja (BPS,2010). Adapun, antara lain:

Tabel 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) Kabupaten Klaten Tahun 2010

NO Bidang usaha/industry Jumlah

Kelompok Sentra

Jumlah Unit

Tenaga Kerja

1 Pengecoran Logam 6 295 4.822 2 Pande Besi 7 294 985

Page 18: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 Kapas Kecantikan 1 30 225 4 Pembuatan Arang 2 15 60 5 Gerabah 6 390 1.175 6 Barang dari Bebatuan 1 8 24 7 Bata merah 31 1.073 3.900 8 Genteng 15 842 4.258 9 Keramik 3 19 62 10 Perbaikan Benag / tali temali 7 160 825 11 Pertenunan (ATM/ATMB) 25 1.052 2.133 12 Batik/Sablon 14 295 775 13 Bordir Manik 4 37 158 14 Konveksi/Garment 12 412 3.072 15 Kerajinan Kulit/Plastik 2 27 81 16 Kerajinan Bambu/Rotan 21 767 2.150 17 Alat Olah Raga 2 23 69 18 Kerajinan Tulang Tanduk 3 72 237 19 SulakBulu 2 61 185 20 Sapu/Keset 1 15 75 21 Payung 2 22 74 JUMLAH 167 5.909 25.345

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Industri kecil/rumah tangga saat ini sedang mengalami peningkatan

produktivitas yang menonjol sehingga industri ini penyumbang cukup besar

pendapatan daerah maupun negara. Industri kecil / rumah tangga sangat banyak di

Kabupaten Klaten, salah satunya industri rumah tangga yang sedang naik adalah

industri kerajinan kipas bambu yang berada di daerah Desa Keprabon Kecamatan

Polanharjo Kabupaten Klaten. Industri kipas bambu sekarang ini sedang banyak

permintaan akan hasil produksinya pada saat banyaknya orang yang mengadakan

pernikahan. Produk yang dihasilkan berupa souvenir kipas bambu dan undangan

pernikahan yang terbuat dari kipas bambu.

Souvenir kipas bambu terbuat dari bambu yang dibentuk dan disusun

sedemikian rupa hingga menyerupai setengah lingkaran, pembuatannya

memerlukan waktu yang lama dengan tahap pengeringan yang masih

mengandalkan cahaya matahari. Terdapat berbagai ukuran, macam kain,

Page 19: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

macam bentuk dan berbagai harga sesuai kesulitannya. Di Desa Keprabon

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten terdapat lima kelompok usaha dengan

± 10 pengrajin per-kekompok. Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti

bagaimanakah tingkat efisiensi produksi kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka judul penelitian ini adalah

“Analisis Efisiensi Produksi Kerajinan Kipas Bambu di Desa Keprabon

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten dengan Metode DEA (Data

Envelopment Analysis) Tahun 2011”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusa

masalah, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu di

Desa Keprabon Kabupaten Klaten?

2. Variabel apakah yang menjadi sumber inefisiensi dan bagaimana solusi

untuk mencapai efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu di Desa

Keprabon Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan penelitian, sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu

di Desa Keprabon Kabupaten Klaten

Page 20: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Untuk mengetahui variabel yang menjadi sumber inefisiensi dan solusi

untuk mencapai efisiensi pada produksi kerajinan kipas bambu di Desa

Keprabon Kabupaten Klaten

D. Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah

Untuk memberikan informasi mengenai efisiensi produksi kerajinan kipas

bambu di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten guna

memberikan peningkatan produktifitas kerajinan kipas bambu yang belum

efisien menjadi efisien secara teknik dan ekonomi.

2. Bagi masyarakat luas

Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat mengenai kerajinan

kipas bambu di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

sudah efisiensi secara teknik dan ekonomi.

3. Bagi pengusaha

Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan kualitas

produksinya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

Page 21: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Undang Undang No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian,

yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan

nilai yang lebih tinggi untuk penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri.

Industri adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu

tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah bahan baku dengan

mesin atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah

barang – barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya

dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut dengan konsumen akhir

(Badan Pusat Statistik, 2003).

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan

nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun

dan perekayasaan pembangunan. Industri diharapkan akan emnciptakan

kesempatan kerja yang luas, menyerap kelebihan tenaga kerja sektor pertanian,

serta meningkatkan output perkapita dan standar hidup perekonomian. Di negara

berkembang para perencana ekonomi lebih memperhatikan peran industri dalam

menghilangkan kendala neraca pembayaran dan mengurangi ketergantungan yang

berlebihan atas ekspor dari komoditas primer yang nilai tukarnya dalam jangka

panjang menurun, serta dalam jangka pendek sangat berfluktuasi dari tahun ke

tahun.

Dari segi kualitatif dan kuantitatif industri dapat dibagi menjadi 4, yaitu

industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Saleh (1996: 5), industri kecil juga memberi manfaat sosial (social

benefits) yang sangat berarti bagi perekonomian, diantaranya :

1. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan

pembiayaan yang relatif murah.

2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi

tabungan domestik.

3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri

besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif

murah dan sederhana, yang biasanya dihasilkan oleh industri besar dan

sedang.

Di negara berkembang, industri kecil paling banyak berada disektor

informal, dimana suatu perusahaan kadang – kadang beranggota kurang dari 10

orang. Sektor ini diartikan oleh hubungan kerja yang tidak jelas, biasanya berupa

perusahaan keluarga, pemilik merangkap manajer sekaligus karyawan. Selain

kegiatan manufaktur, sektor informal juga terdiri dari jasa – jasa potong rambut di

pinggir jalan, fotografer, laundry, pemusik jalanan, penambal ban, penjual koran

asongan, penyemir sepatu, tukang parkir/warung – warung makan. Disamping

industri kecil sektor informal tersebut, terdapat juga perusahaan-perusahaan kecil

yang beroperasi dalam bentuk yang lebih umum, menggunakan mesin sederhana

dan membuat produk yang sedikit lebih canggih. Beberapa dari perusahaan

tersebut memperkerjakan sektor 50 orang, lebih padat modal dan lebih formal

dalam menjalankan usahanya.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin

sektor-sektor yang lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-

Page 23: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

produk industri selalu memiliki dasar tukar (terms of trade) yang tinggi atau lebih

menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan

sektor – sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi

produk yang sangat beragam serta mampu memberikan manfaat marjinal yang

tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 1997:227).

Industri kecil kerajinan adalah usaha pembuatan barang-barang dari bahan

mentah dengan sifat utama tenaga buruh yang diupah atau digaji. Salah satu

alasan utama yang melandasi pentingnya berbagai usaha pengembangan industri

kecil dan kerajinan rumah tangga adalah potensi alamiahnya yang besar dalam

memberi andil bagi penyelesaian masalah kesempatan kerja. Di Indonesia,

tampaknya wawasan ini tetap dapat diterima sebagai suatu dasar pemikiran yang

memang menampakan relevansinya dengan masalah kependudukan dan

ketenagakerjaan yang rawan dan kronis. Proses industrialisasi Indonesia yang

bersifat inward looking (berfokus ke dalam), yang dijabarkan sebagai imperatif

“industri substitusi impor”, ternyata disadari telah melahirkan permasalahan

struktural berupa tetap tingginya ketergantungan sektor industri terhadap impor

bahan baku dan/atau bahan penolong.

B. Industri Kreatif

Industri kreatif merupakan pilar utama dalam mengembangkan sektor

ekonomi kreatif yang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan bangsa

dan bernegara. Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi

daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.

Page 24: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari studi yang dilakukan Departemen Perdagangan RI pada tahun 2007,

industri kreatif di Indonesia dapat didefinisikan sebagai berikut :

“ Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat

individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui

penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. “

Subsektor yang merupakan industri berbasis kreatif ada empatbelas subsektor,

antara lain: periklanan; arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain; fesyen;

video, film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan;

penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio;

serta riset dan pengembangan.

Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, Industri Kreatif

merupakan kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang

masing-masing memiliki keterkaitan dalam proses pengeksploitasian ide atau

kekayaan intelektual (intellectual property) menjadi nilai ekonomi tinggi yang

dapat menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan.

C. Produksi

Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input

diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output.

Proses perubahan bentuk aktor-faktor produksi tersebut disebut dengan proses

produksi (Boediono,1996 :63).

Sedangkan menurut Soeharno (2007 :67), produksi adalah suatu kegiatan

untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkoordinasikan faktor – faktor

produksi kapital, tenaga kerja, teknologi, managerial skill.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengertian Teori Produksi yaitu suatu teori yang mempelajari cara

seseorang pengusaha dalam mengkombinasikan berbagai macam input pada

tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu seefisien

mungkin. Jadi sasaran teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi

yang efisien dengan sumber daya yang ada (Sudarman, 1997 :51).

Menurut Coelli dkk, (2005 :278) menyatakan bahwa seorang produsen

dalam teori mikroekonomi merupakan wujud ekonomis dari kombinasi berbagai

faktor produksi untuk tinjauan mentransformasikannya menjadi output.

Diasumsikan bahwa produsen juga merupakan pemasok produk

kepada konsumen, tampaknya logis untuk istilah dia sebagai perusahaan.

Perusahaan menggabungkan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan satu

atau lebih produk dan kemudian menawarkan produk itu untuk dijual

ke konsumen.

1. Fungsi Produksi

Menurut Boediono (1992:64), fungsi produksi adalah suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukan hubungan teknis antara tingkat output dan tingkat

kombinasi dari penggunaan input – input. Pernyataan lain dari Sukirno (2003:194)

menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara faktor – faktor

produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor – faktor produksi dikenal

dengan istilah input dan hasil produksi disebut output.

Hubungan antara input dan output dari faktor produksi dapat ditunjukan secara

matematis sebagai berikut :

Page 26: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

( )nxxxxfQ ,....,,, 321= ........................................................................... (2.1)

Q = tingkat produksi (output)

x1,x2,....xn = beberapa input yang digunakan

dari persamaan matematis diatas, menjelaskan besar – kecilnya hasil produksi

akan tergantung pada besar kecinya pemakaian berbagai input yang digunakan.

Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari

kiri bawah ke kanan yang setelah sampai tingkat tertentu kemudian berubah arah

sampai suatu titik maksimal dan kemudian berbalik turun.

output

0 x input

Gambar 2.1 Grafik Fungsi Produksi Sumber : Mubyarto, 1995

Produksi Total menunjukkan total output yang diproduksi dalam unit fisik.

Kurva produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah output

Page 27: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan input variabel dan

input – input lain dianggap tetap.

TP atau Q = f(x) ........................................................................... (2.2)

Dimana : TP = Q = produksi total

X = jumlah input variabel yang digunakan

Produksi Rata – rata yaitu output yang secara rata – rata dihasilkan

oleh setiap unit input yang digunakan dalam suatu proses produksi.

Kurva produksi rata – rata adalah kurva yang menunjukkan output rata – rata

per unit pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.

xQ

ataux

TPAP = ........................................................................... (2.3)

Dimana : AP = produksi rata – rata

TP = produksi total

x = jumlah input x yang digunakan

Produksi Marginal merupakan tambahan output yang diakibatkan oleh

bertambahnya satu unit input variabel, sedangkan input lain dianggap tetap.

Kurva produksi marginal adalah kurva yang menunjukkan tambahan output yang

disebabkan oleh adanya tambahan satu unit input variabel.

xQ

ataux

TPMP

DD

DD

= ........................................................................... (2.4)

Dimana : MP = produksi marginal

Page 28: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Δ TP = tambahan output

Δ x = tambahan input x yang digunakan

Pada intinya, fungsi produksi menjelaskan hubungan antara input dengan

output, hal ini digambarkan pada tingkat mana sumber – sumber produksi

ditransformasikan menjadi hasil produksi. Suatu asumsi dasar mengenai sifat dan

fungsi produksi yaitu suatu fungsi produksi dimana semua produsen tunduk pada

hukum yang disebut “Hukum Hasil Yang Semakin Berkurang” atau disebut

dengan the law of diminishing return. Hukum ini mengatakan bahwa apabila

faktor produksi yang bersifat variabel ditambah secara terus menerus maka pada

mulanya akan menambah output total yang dihasilkan, akan tetapi setelah

mencapai tingkat prouksi output sejumlah tertentu maka produksi tambahan justru

akan semakin berkurang dan pada akhirnya justru akan mencapai nilai negatif

(Sukirno, 2003:193).

2. Produksi dengan satu input variabel

Teori produksi yang sederhana mengganbarkan hubungan antara tingkat

produksi suatu komoditas dengan satu faktor produksi yang variabel.

Hubungan antara tingkat produksi suatu komoditas dengan satu faktor produksi

yang variabel terdapat faktor produksi tetap yang jumlahnya tidak berubah.

Perusahaan menekankan pada hubungan antara jumlah karyawan dengan jumlah

produksi. Menggunakan fungsi produksi tersebut dapat diketahui hubungan antara

Total Product (Q), Marginal Product (MP) dan Average Product (AP).

Total Product merupakan jumlah produksi total yang dihasilkan oleh suatu

proses produksi. Biasa dilambangkan dengan TP atau Q. Marginal Product

Page 29: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merupakan perubahan produksi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu

satuan faktor produksi variabel, misal faktor produksi variabel merupakan tenaga

kerja maka Marginal Product dikenal dengan Marginal Product of Labour (MPL).

Dalam perhitungannya dapat menggunakan formula :

LQ

MPL DD

= .................................................................................... (2.5)

Average Product menunjukan besaran rata – rata produksi yang dihasilkan

oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Jika L merupakan tenaga kerja

yang digunakan, maka Average Productnya disebut sebagai Average Product of

Labour (APL) dengan formulasinya adalah :

LQ

APL = ................................................................................... (2.6)

Q

49

40 TP

I II III

18

0 2 4 8 L

Q

13 I II III

10 APL

Page 30: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

0 2 4 8 MPL L

Gambar 2.2 Kurva Total Product, Marginal Product dan Average Product Sumber : Sugiarto, 2002:209

Berdasarkan kurva tersebut, secara matematis menunjukan bahwa

Q maksimum akan dicapai pada saat Q’ (turunan pertama fungsi Q) = 0.

MPL maksimum akan dicapai pada saat MPL = 0, dan APL maksimum dicapai

pada saat APL’= 0. Pada saat APL mencapai maksimum, MPL berpotongan dengan

APL. Hal ini disebabkan karena pola dari marginal product. Berdasarkan gambar

terlihat bahwa pada saat MPL naik maka APL juga naik. Saat MPL menurun,

maka APL akan naik selama MPL > APL. Saat MPL terus turun dan

nilai MPL < APL maka APL akan menurun, karena pola seperti inilah maka

MPL memotong APL pada saat APL naik. Berdasarkan contoh, ini terjadi pada saat

L = 4 orang.

Saat AP mencapai maksimum, akan tercapai kondisi Efisiensi Teknis.

Kaitannya dengan konsep efisiensi teknis ini suatu tingkat pemakaian faktor

produksi dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila dapat

memberikan AP yang lebih besar. Di sisi lain seringkali perusahaan lebih

memfokuskan perhatian kepada konsep Efisiensi Ekonomis dibandingkan

Efisiensi Teknis. Dalam hal ini efisiensi ekonomis tercapai pada saat pemakaian

faktor produksi tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimum.

Fungsi produksi dengan satu input variabel (misal: tenaga kerja) tunduk

pada hukum “the law of diminishing return”, bila suatu macam input

penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit sedangkan input yang lain

konstan, pada mulanya total product akan semakin besar pertambahannya.

Page 31: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu “produksi tambahan” semakin menurun

hingga mencapai nol, dan ini menyebabkan total product semakin lambat

pertambahannya dan total product mencapai tingkat maksimum. Bila penambahan

input terus dilanjutkan, maka MP-nya dan TP-nya akan menjadi negatif.

Pada hakikatnya the law of diminishing return menyatakan bahwa hubungan

antara tingkat produksi dan jumlah input tenaga kerja yang digunakan dapat

dibedakan menjadi tiga tahap, antara lain:

1. Tahap pertama: MP > AP; jika AP menaik, di mana input tetap lebih

banyak daripada input variabel, merupakan tahap yang tidak rasional

(increasing returns).

2. Tahap kedua: MP = AP; jika AP maksimum, di mana input tetap dan input

variabel sudah rasional (decreasing returns).

3. Tahap ketiga: MP < AP; jika AP menurun, di mana input variabel lebih

banyak daripada input tetap, merupakan tahap yang tidak rasional

(negative decreasing returns).

D. Efisiensi

Menurut kamus Bahasa Indonesia, efisiensi berarti ketepatan cara

(usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu dan

biaya) dan kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat. Dalam istilah

umum, efisiensi diartikan dengan biaya sekecil – kecilnya diharapkan dapat

menghasilkan sesuatu yang sebesar – besarnya. Tingkat efisiensi diukur dengan

indikator yang dihitung dari rasio antara nilai tambah (value added) dengan nilai

output. Ini berarti semakin tinggi nilai ratio tersebut semakin tinggi tingkat

Page 32: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

efisiennya, karena semakin rendah biaya output yang diperlukan untuk

menghasilkan suatu unit output.

Menurut Vincent (1999: 175) efisiensi adalah ukuran yang menunjukan

bagaimana baiknya sumber-sumber daya ekonomi dalam proses produksi untuk

menghasilkan output. Sedangkan efektifitas merupakan karakteristik lain dari

proses yang mengukur derajat pencapaian output dari sistem produksi.

Efektifitas diukur berdasarkan rasio output aktual terhadap output yang

direncanakan.

Dalam ilmu ekonomi, pengertian efisiensi dapat digolongkan menjadi

3 macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif (harga), dan efisiensi ekonomi.

1. Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan perbandingan nilai

produksi sebenarnya dengan produksi maksimal. Suatu penggunaan faktor

produksi dikatakan mencapai efisiensi teknis bila suatu tingkat tertentu dari faktor

produksi yang dicapai dapat menghasilkan hasil produksi yang maksimal, atau

dengan jumlah faktor produksi yang sekecil mungkin untuk menghasilkan hasil

produksi yang tertentu (Soekartawi, 2003:208-209).

Analisis tehadap tingkat efisiensi teknis dapat dilakukan dengan perhitungan

sebagai berikut (Mubyarto, 1995):

xx

yy

EpD

D

= atau yx

xy

.DD

................................................... (2.7)

Dimana: Δy = tambahan produksi (output)

y = total produksi

Δx = tambahan faktor produksi (input)

Page 33: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x = total input

Efisiensi teknis dapat tercapai apabila elastisitas produksi (Ep) = 1 yaitu

pada saat ( ) ( )APPxy

MPPxy

=DD

............................................................ (2.8)

a. Jika MPP > APP sehingga Ep > 1 maka penggunaan input

(faktor produksi) belum mencapai efisiensi teknis

b. Jika MPP = APP sehingga Ep = 1 maka penggunaan input

(faktor produksi) sudah mencapai efisiensi teknis

c. Jika MPP < APP sehingga Ep < 1 maka penggunaan input

(faktor produksi) tidak efisiensi secara teknis

2. Efisiensi Alokatif (harga)

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan mencapai efisiensi alokatif

apabila perusahaan mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa

untuk mencapai keuntungan yang maksimal (Soekartawi, 2003:208-209).

Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh

dari kesatuan faktor produksi atau input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila

produsen mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal (NPM) untuk

suatu input atau masukan sama dengan harga input (P) atau dapat dituliskan

sebagai berikut :

NPMx = Px ; atau .......................................................................... (2.9)

NPMx = Px = 1 ......................................................................... (2.10)

Pada kenyataanya NPMx tidak selalu sama dengan Px dan yang sering

terjadi adalah keadaan sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya bahwa penggunaan input x belum efisien.

Untuk mencapai tingkat efisiensi maka input harus ditambah.

Page 34: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya bahwa penggunaan input x tidak efisien.

Untuk mencapai atau menjadi efisien maka input harus dikurangi.

3. Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukan perbandingan antara

keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimal. Suatu penggunaan

faktor produksi dikatakan efisien secara ekonomi apabila memenuhi kriteria

efisiensi secara teknis dan efisiensi secara alokatif. Secara matematik,

hubungan antara efisiensi teknis, efisiensi ekonomi dan efisiensi harga adalah

sebagai berikut (Soekartawi, 2003:208-209):

EE = ET x EH .................................................................................... (2.11)

Dimana: EE adalah Efisiensi Ekonomi

ET adalah Efisiensi Teknis

EH adalah Efisiensi Alokati (harga)

Efisien ekonomi terdiri atas efisiensi teknis (tehnical efficeincy) dan

efisiensi alokasi (allocative efficiency). Efisiensi teknis adalah kombinasi antara

kapasitas dan kemampuan unit ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat

output maksimum dari sejumlah input dan teknologi. Efisiensi alokasi adalah

kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai

marginal (marginal value product atau MPV) sama dengan biaya marginal

(marginal cost atau MC), sehingga dengan kata lain MVP =MC.

Ada 3 faktor yang menyebabkan efisiensi yaitu apabila dengan input yang

sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil

menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang lebih besar menghasilkan

output yang lebih besar (Soeharno,2007).

Page 35: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam Coelli (2005:3) dari rangkaian input tertentu, dan efisiensi alokatif,

yang mencerminkan kemampuan sebuah perusahaan untuk menngunakan input

dalam proporsi optimal, mengingat adanya harga respektif dan teknologi

produksi. dua ukuran tersebut selanjutnya digabungkan untuk memberikan sebuah

ukuran total efisiensi ekonomi.

1. Ukuran-ukuran Orientasi Input

Coelli (2005:52) Efisiensi teknis (TE) sebuah perusahaan biasanya

diukur oleh rasio itu.

TE = OQ / OP

Sebuah nilai nol dan satu diambil, dan memberikan sebuah indikator

tingkat efisiensi teknis perusahaan itu. Nilai satu mengimplikasikan bahwa

peerusahaan secara teknis adalah efisiensi. Misalnya, titik Q secara teknis

adalah efisiensi sebab ini terletak pada isoquant efisiensi.

Gambar 2.3 Efisiensi Teknis dan Alokatif Sumber: Coelli (2005:52)

Page 36: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan Coelli (2005:53), ukuran orientasi-input efisiensi teknis

sebuah perusahaan dapat diungkapkan dalam istilah fungsi-input di(x,q)

sebagai berikut:

TE = 1/di(x,q)

Perusahaan yang dipertimbangkan secara teknis juga efisien jika ini

terletak dibatasnya, sejauh kasus TE = 1 dan di(x,q) sama dengan 1.

Keberadaan informasi harga input, tidak mustahil untuk mengukur efisiensi

biaya perusahaan yang dipertimbangkan menjadi penyebabnya. Anggaplah

bahwa w merepresentasikan vektor harga input dan anggaplah bahwa x

merepresentasikan vektor terobservasi input yang digunakan terkait dengan

titik P. Anggaplah bahwa bahwa x dan x* merepresentasikan vektor input

yang terkait dengan titik Q yang secara teknis adalah efisien dan vektor input

menimalisasi-biaya di Q’. Jadi, efisiensi biaya suatu perusahaan didefinisikan

sebagai rasio biaya-biaya input yang terkait dengan vektor input, x dan x*,

yang terkait dengan titik P dan Q’.

OPORxwxw

CE ==1

*1

Apabila rasio harga input, yang direpresentasikan oleh kemiringan garis

isocost maka ukuran-ukuran efisiensi alokatif dan efisiensi teknis dapat

dikakulasi dengan menggunakan garis isocost. Hal tersebut disajikan oleh

Coelli (2005:53).

OPOR

xwxw

AE ==1

*1

OPOQ

wxxw

TE ==1

Page 37: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan observasi yang dilakukan, persamaan menunjukkan bahwa

RQ merepresentasikan reduksi dalam biaya produksi yang akan terjadi jika

produksinya terjadi di titik Q’ yang secara alokatif (dan teknis) adalah efisien,

bukan titik Q’ yang secara alokatif (dan teknis) adala inefisien.

Mengingat adanya ukuran efisiensi teknis, total efisiensi biaya

menyeluruh (CE) dapat diungkapkan sebagai suatu produk ukuran efisiensi

teknis dan alokatif, Coelli (2005:53).

CE = TE x AE = (OQ/OP) x (OR/OQ) = (OR/OP)

Perhatikan juga semua ukuran efisiensi ini yang dibatasi oleh nol dan

satu. Ilustrasi grafik terhadap ukuran-ukuran efisiensi diatas menggunakan

teknologi constant to scale. Penggunaan constant return to scale dan dua

variabel input akan memunculkan kemudahan untuk menggambarkan grafik

yang diperlukan dalam dua dimensi.

2. Ukuran-ukuran Orientasi Output

Coelli ( 2005:54), perbedaan antara ukuran-ukuran orientasi output dan

input dapat diilustrasikan dengan menggunakan contoh sederhana yang

melalui satu input, x dan satu output, q. Hal ini diilustrasikan dalam:

TE = OQ/OP

Dimana teknologi penurunan pendapatan terhadap skala, yang

direpresentasikan oleh f(x), dan perusahaan inefisien yang beroperasi di

titik P. Ukuran orientasi-input TE adalah sama dengan rasio AB/ AP,

sedangkan ukuran orientasi-output TE-nya dirrepresentasikan oleh CP/CD.

Ukuran-ukuran orientasi-output dan input adalah ukuran-ukuran yang sama

dalam efisiensi teknis ketika constant return to scale eksis. Kasus constant

Page 38: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

return to scale (CRS) diilustrasikan dalam TE = OQ/OP dimana dalam

melakukan observasi AB/AP = CP/CD, untuk perusahaan inefisien yang

beroperasi di titik P.

(a) NIRTS (b) CRTS

Gambar 2.4 Ukuran Orientasi Out-put Efisiensi Teknis Sumber: Coelli (2005:55)

Ukuran-ukuran orientasi output diilustrasikan dengan

mempertimbangkan kasus di mana produksinya meliputi dua output (q1 dan

q2) dan input tunggal (x), jika mempertimbangkan CRS, dapat

merepresentasikan teknologi itu dengan kurva kemungkinan produksi unit

dalam dua dimensi. Contoh ini diilustrasikan dalam TE = 1/d1(x,q), di mana

kurva ZZ’ adalah kurva kemungkinan produksi unit dan titik A sesuai dengan

perusahaan inefisien. Perhatikan bahwa perusahaan inefisien yang beroperasi

di titik A terletak di bawah kurva itu, sebab ZZ’ merepresentasikan ikatan

atas kemungkinan produksi.

Page 39: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.5 Efisiensi Teknis dan Alokatif Dari Orientasi Output Sumber: Coelli (2005:55)

Dalam T (x,q) = q – f(x) = 0, AB merepresentasikan inefisiensi teknis,

yang merupakan jumlah output yang dapat ditingkatkan tanpa membutuhkan

input ekstra. Dengan demikian, sebuah ukuran efisiensi teknis orientasi-

output adalah rasio:

TE = OA/OB = d0(x,q)

Dimana d0(x,q) adalah fungsi output pada vektor input x yang diobervasi

dan vektor output q yang diobservasi. Sekarang, efisiensi pendapatan dapat

didefinisikan untuk vektor harga output p yang diobservasi dan

direpresentasikan oleh garis DD’. Jika q,q, dan q* merepresentasikan vektor

output perusahaan yang diobservasi, yang terkait dengan titik A, vektor

produksi yang secara efisien-teknis terkait dengan B dan vektor efisien

pendapatan yang terkait dengan titik B’, maka perusahaan itu didefinisikan

sebagai berikut:

OCOB

qpqp

RE ==*1

1

Page 40: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jika informasi tentang harga dimiliki, maka akan dapat menggambarkan

garis isorevenue, DD’, dan mendefinisikan ukuran-ukuran efisiensi alokatif

dan teknis sebagaimana di bawah ini:

OBOA

pqpq

TE ==

Teknik efisiensi ini memiliki interpretasi peningkatan-pendapatan (sama

dengan interpretasi pengurangan-biaya inefisiensi alokatif dalam kasus

orientasi-input). Selain itu menurut Coelli (2005:56)mendefinisikan efisiensi

pendapatan menyeluruh sebagai produk dua ukuran.

RE = (OA/OC) = (OA/OB) x (OB/OC) = TE x AE

Dengan melihat bahwa semua tiga ukuran dibatasi oleh nol dan satu, juga

mengobservasi bahwa ukuran efisiensi teknis orientasi-output adalah sama

dengan fungsi output.

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis

dapat mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Asumsi dasar dari

efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya

minimum. Kedua tujuan tersebut merupakan faktor penentu bagi produsen

dalam pengambilan keputusan untuk pengusaha. Kemampuan menghasilkan

output yang maksimal dengan input yang ada merupakan sebuah ukuran

kinerja yang diharapkan (Hadad, 2003:1).

Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya

jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat

Page 41: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengorbanan yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan pengorbanan

yang paling kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya,

jika menghasilkan nilai output yang sama besarnya. Efisiensi merupakan

perbandingan output dengan input yang digunakan dalam suatu proses produksi.

E. Isoquant – Isocost

Isoquant merupakan suatu garis yang menghubungkan titik – titik

kombinasi optimum dari sejumlah input satu (X1) dan input lainnya (X2) sehingga

mampu menghasilkan tingkat output tertentu. Dalam fungsi produksi jangka

panjang semua faktor produksi dianggap variabel, dalam hal ini menggunakan dua

macam input, yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maksud perhitungan

isoquant adalah untuk mencari berapa besarnya kombinasi L dan K yang optimum

untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu. Karena itu dikenal istilah

MRTSLK (Marginal Rate of Technical Substitution), yang merupakan jumlah

capital (K) yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan tenaga kerja (L) agar

dapat berada pada isoquant yang sama. MRTS merupaka slope dari isoquant

dimana semakin ke bawah nilainya semakin kecil. Ciri – ciri umum kurva

isoquant antara lain tidak saling berpotongan, turun miring ke kanan dan cembung

terhadap titik asal (pusat).

Isocost adalah kurva yang menunjukan berbagai kombinasi antara L dan K,

yang dapat dibeli oleh perusahaan pada tingkat harga tertentu. Lereng isocost

merupakan perbandingan antara harga L dan harga K.

Titik dimana slope isoquant sama dengan slope isocost merupakan keadaan

dimana produsen ingin memaksimalkan output pada biaya tertentu yang

dikeluarkan.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

K

LLK P

PMRTS = ................................................................... (2.12)

K

K

L

L

K

L

K

L

PMP

PMP

atauPP

MPMP

=== ........................................................... (2.13)

Kegunaan isoquant adalah untuk menentukan least cost combination yaitu

kombinasi penggunaan input – input untuk menghasilkan suatu tingkat output

tertentu dengan ongkos total yang diminimumkan (Boediono,1996).

Produksi berada dalam keadaan equilibrium bila dimaksimumkan outputnya

dengan pengeluaran total tertentu. Dengan kata lain, produksi berada dalam

kondisi equlibrium bila mencapai isoquant tertinggi, dengan isocost tertentu.

Ini terjadi bila isoquant bersinggungan dengan kurva isocost (Salvatore, 1994).

Input 1 Isoquant

Isocost

0 Input 2

Gambar 2.6 Kurva Kombinasi Input Biaya Produksi Sumber : Dominick, 1994

F. Penelitian Terdahulu

Nuryanto, dkk (2010), menulis sebuah artikel mengenai “Peningkatan

Produktivitas Kelompok Pengrajin Kipas di Jipangan Melalui Konsep Proses

Produksi Terpadu”. Penulisan ini mengenai bagaimana memberikan pelatihan

Page 43: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara desain, manajemen usaha, peralatan dan pemasaran. Dari pelatihan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi serta memiliki

kemandirian dalam proses pemasaran.

Sudaryanto (2006), dengan judul “Analisis Efisiensi Kinerja Pengelolaan

Tampat Pelelangan Ikan (TPI) Dengan Data Envelopment Analysis (DEA): Studi

di Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang Jawa Tengah”. Tujuannya untuk

menganalisis kinerja pengelolaan TPI di Kabupaten Pati dan Rembang. Data

input-ouput dikumpulkan secara crossection dari 6 TPI yang dipilih melalui

metode purposive sampling yaitu TPI Bajomulyo, Banyutowo, Puncel untuk

Kabupaten Pati dan TPI Tasik Agung, Karanganyar dan Tanjungsari untuk

Kabupaten Rembang. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis) untuk

mengukur skor efisiensi dari masing-masing TPI yang diamati. Efisiensi

teknis dari kinerja TPI telah diukur melalui constant return to scale (CCR) dengan

maksimisasi Output. Software Banxia Frontier Analysis (BFA) telah dipakai

untuk menganalisis data, dengan memasukan 13 variabel input yaitu; panjang

pendaratan, luas lantai lelang, jumlah kapal bongkar per hari, jumlah personalia

TPI, jumlah alat tangkap, jumlah kapal, jumlah juru lelang, jumlah juru bongkar,

jumlah nelayan, jumlah bakul, jumlah basket, jumlah timbangan, dan jumlah

gerobak. Sedangkan variabel outputnya terdiri dari nilai raman dan share omzet

masing-masing TPI terhadap produksi ikan Jawa Tengah. Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan bahwa dari 6 TPI yang diamati ada 2 TPI yang belum

efisien dibandingkan dengan TPI lain yaitu TPI Banyutowo dan TPI Puncel.

Untuk menigkatkan Kinerja Pengelolaan TPI yang belum efisien maka perlu

Page 44: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengubah pengelolaan TPI melalui penggunaan input dan ouputnya sesuai

dengan kebutuhan dan mengacu pada TPI Bajomulyo, Karanganyar dan

Tanjungsari.

Prasetyo (2008), artikel dengan judul “Analisis Efisiensi Distribusi

Pemasaran Produk dengan Metode Data Envelopment Analyis (DEA)”. Penelitian

dilakukan di 5 Kota Distribusi Pemasaran di Wilayah Jawa yaitu Surabaya,

Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Input yang digunakan jumlah

distributor, jumlah pelanggan, biaya distribusi, biaya promosi sedangkan output

yang digunakan penjualan dari distributor, penjualan dari pelanggan, laba dari

distributor, laba dari pelanggan. Hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi

pemasaran di kota Semarang inefisien dengan nilai efisiensi relatifnya 0,9036573.

strategi perbaikan efisiensi distribusi pemasaran adalah melakukan perbaikan:

Mengurangi Jumlah Distributor 6,67% (15 distributor menjadi 14 distributor);

Mengurangi Biaya Distribusi 5,41% (Rp. 600.000,- menjadi Rp. 567.562,-);

mengurangi Biaya Promosi 5,41% (Rp. 600.000,- menjadi Rp. 567.562,-);

Menambah Penjualan Dari Distributor 7,97% ( 6.300 menjadi 6.802); Menambah

Penjualan Dari Pelanggan 36,89% ( 900 menjadi 1.232); Menambah Laba Dari

Distributor 3,19% ( Rp. 36.855.000,- menjadi Rp. 38.030.000,-); dan menambah

Laba Dari Pelanggan 57,68% (Rp. 6.075.000,- menjadi Rp. 9.579.000).

Dalam tesis Junaidi (2006), dengan judul “Efisiensi Industri Jasa Taksi di

Kota Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah mengukur efisiensi perusahaan

taksi di Semarang. Studi ini dapat memberikan masukan bagi semua pihak terkait

tentang usaha taksi. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan metode Data

Envelopment Analyis (DEA) terhadap 6 (enam) perusahaan taksi dikota Semarang

Page 45: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan variabel input meliputi: jam operasi kendaraan dan total perjalanan serta

variabel output meliputi: perjalanan isi dan penghasilan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perusahaan taksi yang diamati belum efisien karena nilai

efisiensi teknis relatifnya belum mencapai 100 (minimum 74,24 dan maksimum

80,69). Dengan demikian disarankan bahwa perusahaan taksi tersebut dapat lebih

efisien dengan meminimalkan input yang dipakai.

G. Kerangka Pemikiran

Industri / Perusahaan / Produksi

Input: 1. Bambu 2. Kain 3. Tenaga Kerja

Proses Produksi

Page 46: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan gambar 2.7, efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan

bagaimana baiknya sumber – sumber daya ekonomi dalam proses produksi untuk

menghasilkan output. Sumber daya ekonomi merupakan input antara lain bambu,

kain dan tenaga kerja. Sedangkan output adalah tingkat output / hasil produksi.

Efisiensi produksi kerajinan kipas bambu dapat diketahui dengan

mengamati input dan output yaitu produksi kipas bambu selama satu tahun

dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

H. Hipotesis

Berdasarkan penggabungan sejumlah input yang menghasilkan sejumlah

output untuk mencapai efisiensi, diduga bahwa perbandingan antara faktor input

seperti bambu, kain, tenaga kerja dengan faktor output seperti tingkat output

berpengaruh terhadap tingkat efisiensi produksi kerajinan kipas bambu. Dengan

belum teruji kebenarannya maka, diambil suatu hipotesis. Kemudian diuji secara

Output: Tingkat output /hasil produksi

Efisiensi Inefisiensi

Page 47: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

empiris untuk membuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Diduga produksi kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon Kabupaten Klaten

belum efisien.

2. Diduga variabel bambu, kain dan tenaga kerja untuk pembuatan kipas bambu

di Desa Keprabon Kabupaten Klaten belum secara efisien.

Page 48: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Keprabon Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten mengenai “Analisis Efisiensi Produksi Kerajinan Kipas Bambu

dengan Metode DEA (Data Envelopment Analysis) tahun 2011”. Ruang lingkup

dari penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana efisiensi produksi

kerajinan kipas bambu telah memenuhi kriteria efisiensi secara teknis, alokatif

dan ekonomi. Untuk dapat mengetahui analisis efisiensi ini dapat dilihat dari

perbandingan besarnya pemakaian berbagai faktor produksi dengan jumlah

produk yang dihasilkan selama kurun waktu tertentu.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diambil melalui wawancara secara langsung menggunakan

kuesioner dengan responden kelompok usaha dalam satu desa dengan populasi

sebanyak 5 (lima) kelompok usaha. Data sekunder adalah data – data penunjang

dalam penelitian ini yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dalam

penelitian ini, antara lain Pemkot Kota Klaten, BPS Kota Klaten, Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kota Klaten, jurnal – jurnal

ekonomi, surat kabar dan lain – lain.

C. Definisi Operasional Variabel

Page 49: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara umum, variabel – variabel yang akan digunakan dalam penelitian

ini dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu

proses produksi. Input yang digunakan antara lain:

a. Bambu adalah jumlah bambu yang digunakan oleh pengrajin untuk

memproduksi kipas,diukur dalam satuan buah.

b. Kain adalah bahan yang terbuat dari untaian benang yang disusun

sedemikian rupa menjadi sehelai, diukur meter.

c. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pengusaha

dalam proses produksi, yang dihitung dalam satuan orang.

2. Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi.

Output yang digunakan:

Tingkat output atau hasil produksi adalah total keseluruhan produk yang

akan dihasilkan dalam proses produksi selama periode tertentu, dalam hal

ini rata – rata per bulan produksi yang dinyatakan dalam satuan buah.

D. Alat Analisis

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah metode non parametrik

yang berbasis pada programasi linier. DEA mengukur rasio efisiensi relatif Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) sebagai rasio output tertimbang dengan input

tertimbang. Secara konsep, DEA menjelaskan tentang langkah yang dirancang

untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit ekonomi tertentu dengan beberapa

unit ekonomi yang lain dalam satu pengamatan, dimana mereka menggunakan

jenis input dan output yang sama.

Page 50: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penerapan metode DEA diasumsikan dapat mengatasi keterbatasan yang

dimiliki oleh regresi berganda atau analisis rasio parsial. Analisis regresi dapat

menunjukan elastisitas penggunaan input terhadap output yang dihasilkan dalam

suatu sektor ekonomi. Sektor ekonomi dapat dinilai efisien apabila nilai output

yang dihasilkan secara riil lebih tinggi dari nilai output yang dihasilkan dalam

estimasi. Sejalan dengan analisis rasio, analisis regresi juga memiliki kelemahan

yaitu tidak mampu menganalisis kondisi pada saat terdapat banyak input dan

output. Di sisi lain, analisis nonparametrik (salah satunya DEA) dapat

mengeliminir kendala yang dihadapi oleh parametrik untuk menganalisis

efisiensi tingkat input terhadap nilai tambah (output).

1. Konsep Nilai Dalam Metode DEA (Data Envelopment Analysis)

DEA menentukan ukuran untuk input dan output unit ekonomi yang

nilainya tidak negatif dan setiap unit ekonomi harus dapat memakai ukuran yang

sama untuk evaluasi rasionya (total output tertimbang / total input tertimbang

≤ 1). Teori DEA memiliki beberapa konsep nilai yang digunakan sebagai dasar

proses manajerial, yaitu (PAU UGM, 2000):

a. Nilai rasio efisiensi bersifat relatif, berarti DEA menghasilkan efisiensi

untuk setiap unit ekonomi yang relatif terhadap sampel unit lain.

Hal ini dapat digunakan untuk melihat unit ekonomi yang membutuhkan

perbaikan manajerial.

b. DEA menunjukkan unit ekonomi yang dimiliki efisiensi sempurna dengan

nilai 100 % dan yang kurang efisien dengan nilai < 100 %. Di samping itu

terdapat angka multiplier yang digunakan sebagai dasar perbaikan

manajerial.

Page 51: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. DEA menyajikan matriks efisiensi silang yang dapat menunjukan unit

ekonomi efisiensi dengan input berbeda dan menghasilkan output berbeda

dengan unit ekonomi lain.

2. Keunggulan Dan Keterbatasan Metode DEA (Data Envelopment

Analysis)

Secara singkat berbagai keunggulan dan keterbatasan Metode DEA

sebagai berikut (Makmum,2002).

Keunggulan DEA :

a. Bisa menangani banyak input dan banyak output

b. Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output

c. Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dibandingkan secara langsung dengan

sesamanya

d. Input dan output dapat dimiliki suatu pengukuran yang berbeda

Keterbatasan DEA :

a. Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap input/output identik

dengan unit lain dalam tipe yang sama)

b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran berakibat fatal

c. Hanya mengukur produktifitas relative dari UKE bukan produktifitas

absolute

d. Uji hipotesis secara statistic atas hasil DEA sulit dilakukan

3. Bentuk Formulasi Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Fungsi tujuan program linier dalam model DEA akan menjadi rasio

efisiensi (total output tertimbang / total input tertimbang). Rasio efisiensi

Page 52: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut akan dibandingkan dengan rasio efisiensi sampel lain (yang berperan

sebagai benchmark/refference set) bernilai paling efisien (100%). Dari hasil

perbandingan tersebut didapatkan nilai multiplier pengganda Y (shadow price).

Angka shadow price tersebut digunakan sebagai dasar penyesuaian input dan

output unit ekonomi yang kurang efisien menuju efisien. Formulasi fungsi tujuan

ditunjukan dengan (PAU UGM, 2000):

Maksimumkan

å

å

=

==m

iikik

s

rrkrk

XV

YUZk

1

1

.

..

.............................................................. (3.1)

Kriteria unversalitas mensyaratkan DMUk untuk memilih bobot dengan

batasan atau kendala bahwa tidak ada UKE lain tersebut menggunakan bobot

yang dipilih oleh UKEk. Sehingga formulasi selanjutnya adalah :

;1.

.

1

1 £

å

å

=

=m

iijik

s

rrjrk

XV

YUj = 1,...., n .............................................................. (3.2)

Bobot yang dipilih tidak boleh bernilai negatif :

Urk ≥ 0; i = 1,......, s ......................................................................... (3.3)

Vik ≥ 0; r = 1,......, m ......................................................................... (3.4)

Program linier fraksional kemudian ditransformasikan ke dalam program

linier biasa (ordinary linier programs), dan metode simplek dapat digunakan

untuk menyelesaikannya. Transformasi program linier, yang kita sebut dengan

DEA (Data Envelopment Analysis), adalah sebagai berikut :

(DEA) Maksimumkan å=

=s

rrkrk YUZk

1

.. , ...................................... (3.5)

Page 53: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan batasan / kendala :

[ ] å=

=£-m

iijikrjrkkj njXVYUP

1

,....1;0... ...................................... (3.6)

[ ]å=

=m

iikikk XVq

1

1. .......................................................................... (3.7)

mjVrk

srUrk

,...1;0

,....1;0

=³=³

.......................................................................... (3.8)

Keterangan:

n = jumlah unit ekonomi i = input i k = unit ekonomi k

m = jumlah input r = output r j = unit ekonomi j

s = jumlah output V dan U = bobot/ukuran

Page 54: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten

1. Lokasi Desa Keprabon

Desa Keprabon terletak di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten,

dengan jarak 15 km dari Kota Klaten. Desa Keprabon mempunyai batas –

batas secara administratif, yaitu :

a. Sebelah Utara : Desa Kranggan

b. Sebelah Selatan : Desa Polan

c. Sebelah Barat : Desa Wangen

d. Sebelah Timur : Desa Delanggu

Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan), yaitu :

a. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 0,75 Km

b. Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kota : 15 Km

c. Jarak dari Ibukota Propinsi : 100 Km

d. Jarak dari Ibukota Negara : 450 Km

2. Keadaan Alam dan Geografi

Luas lahan yang dimiliki Desa Keprabon 98,5 Ha,dan digunakan

untuk rumah tinggal penduduk, bangunan non rumah tinggal, dan lahan

pertanian. Desa Keprabon terletak pada ketinggian 150 m dari permukaan

laut, suhu udara berkisar antara 27oC – 30oC dan curah hujan 1,884

mm/tahun. Lahan sawah untuk irigasi teknis sebesar 75 Ha.

Page 55: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Desa Keprabon sampai dengan tahun 2010 adalah

3.287 jiwa dengan 906 Kepala Keluarga, perincinannya sebagai berikut :

a. Laki-laki : 1.589 jiwa

b. Perempuan : 1.698 jiwa

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa penduduk dengan jenis kelamin

perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Sex Ratio (SR) yaitu

perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk

perempuan berdasarkan pada data, dapat dihitung sebagai berikut :

Sex Ratio (SR) = 1000xPerempuan

lakiLaki

åå -

.............................................. (4.1)

= 16981589

= 936

Sex Ratio berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa

di Desa Keprabon setiap 1000 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan,

terdapat 936 penduduk berjenis kelamin laki-laki.

4. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk

Kondisi Sosial Ekonomi tercermin didalam mata pencaharian

penduduk atau status usaha mereka didalam kehidupan rumah tangga. Mata

pencaharian yang beraneka ragam dan sebagian besar penduduk Desa

Keprabon bekerja sebagai karyawan swasta dan petani.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Keprabon Menurut Mata Pencaharian

NO Mata Pencaharian Jumlah Persentase 1 PNS 48 4,45

Page 56: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 ABRI 7 0,55 3 Karyawan Swasta 709 67,05 4 Petani 177 16,64 5 Buruh Tani 40 3,65 6 Pertukangan 27 2,45 7 Pensiunan 22 2,04 8 Pemulung 1 0,03 9 Jasa 34 3,14 JUMLAH 1.056 100,00 Sumber : Monografi Desa Keprabon, 2010

5. Keadaan Sosial Budaya Penduduk

a. Bidang Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk sangat dipengaruhi kualitas

pengembangan sumber daya manusia, yang dapat menjadi modal dalam

pembangunan untuk masa yang akan datang. Keadaan tingkat pendidikan

masyarakat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat, keadaan ekonomi dan

sarana prasarana pendidikan yang tersedia.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Desa Keprabon Menurut Tingkat Pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 Tamat Taman Kanak – Kanak 88 5,16 2 Tamat SD/Madrasah 389 22,83 3 Tamat SMP/SLTP 569 33,39 4 Tamat SMA/SLTA 517 30,34 5 Akademi (D1 – D3) 70 4,11 6 Sarjana (S1 – S2) 71 4,17

JUMLAH 1.704 100,00 Sumber : Monografi Desa Keprabon, 2010

Menurut data pada tabel 4.2, penduduk Desa Keprabon yang tamat

taman kanak – kanak sebanyak 88 orang (5,16 %), sedangkan penduduk

yang menyelesaikan wajib belajar 9 tahun sebanyak 389 orang (22,83%)

tamat SD dan 569 orang (33,39%) tamat SMP. Tamat SMA sebanyak 517

Page 57: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang (30,34%), Akademi sebanyak 70 orang (4,11%) dan Sarjana 71

orang (4,17%).

b. Bidang Keagamaan

Sebagian besar penduduk di Desa Keprabon menganut agama Islam

yaitu 3.054 orang, sedangkan agama lain yang dianut penduduk adalah

Kristen 176 orang dan Katholik 57 orang. Prasarana peribadatan yang

tersedia adalah 2 buah masjid dan 8 buah mushola.

B. Tinjauan Umum Kerajinan Kipas Bambu

1. Gambaran Umum Kerajinan Kipas Bambu

Pada tahun 1980-an, Desa Keprabon terkenal akan kerajinan

tanduknya. Kerajinan tanduk ini terkenal hingga ke luar daerah, dengan

hasil berupa tusuk konde, ukiran dinding dan sebagainya yang terbuat dari

tanduk kerbau.

Pada tahun 1990-an, pelopor kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon

adalah Bapak Warsono, Bapak Aliman dan Bapak Darori. Awal mulanya

pembuatan kipas masih mengambil bahan baku dari daerah Bantul,

Yogyakarta sedangkan motif dibuat sendiri berupa motif wayang dan kereta

kencana. Kipas tersebut pada mulanya dibuat untuk dijual sebagai

cinderamata di tempat Obyek Wisata, seperti Prambanan dan Borobudur.

Tahun 2000, Bapak Darori memulai kerajinan kipas yang dibuat untuk

dijadikan souvenir pernikahan dengan bahan baku yang dulunya memesan

dari Bantul tetapi sekarang bahan baku dari sendiri. Pada tahun yang sama

menurunnya produksi kerajinan tanduk dan memperoleh bahan baku

menjadi sulit sehingga banyak yang beralih profesi dari pengrajin tanduk

Page 58: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjadi pengrajin kipas bambu. Dengan banyaknya pengrajin tanduk yang

beralih profesi menjadi pengrajin kipas bambu, membuat sistem kerja yang

mulanya sistem kerja masih merekrut tenaga kerja sendiri sekarang

menggunakan sistem tenaga kerja borongan sehingga dapat menghasilkan

produksi yang maksimal serta keuntungan meningkat. Yang dimaksudkan

sistem tenaga kerja borongan yaitu, pengrajin mengambil bahan baku pada

kelompok usaha pada pagi hari untuk dikerjakan di rumah dan disetorkan

kembali ke esokan harinya. Ada lima kelompok usaha kipas bambu yang

ada di Desa Keprabon, antara lain :

a. TOHA PUTRA SOUVENIR

Memulai usaha sejak tahun 2001 dengan modal awal Rp 1.000.000,00

dan sekarang sudah memasuk generasi ke dua. Toha Putra Souvenir

berproduksi setiap hari dalam satu bulan dengan omset penjualan dari

berbagai jenis produk seperti kipas souvenir, kipas undangan dan dompet

souvenir dalam satu bulan mencapai Rp 40.000.000,00. Pemasaran hasil

produksi ke Solo, Semarang, Jakarta dan kota lainnya dengan proses

pengiriman melalui paket dan dikirim sendiri. Bahan baku untuk produksi

kipas didatangkan langsung dari Solo dan Yogyakarta, mempunyai tenaga

kerja borongan sebanyak 17 (tujuhbelas) orang dengan keahlian masing-

masing.

TOHA PUTRA SOUVENIR merupakan salah satu pelopor

pembuatan kipas untuk undangan pernikahan di Desa Keprabon. Kipas

untuk undangan sangat maju pesat sampai sekarang, berbagai design sesuai

dengan permintaan pada saat musim pernikahan. Musim pernikahan

Page 59: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membuat banyak pesanan kipas untuk undangan sehingga kualahan untuk

memproduksinya. Selain memproduksi kipas juga produksi dompet batik

sebagai souvenir pernikahan.

b. MOMON SOUVENIR

Memulai usaha sejak tahun 2008 dengan modal awal

Rp 10.000.000,00 dan sekarang memiliki omset penjualan sekitar

Rp 45.000.000,00 per bulan. Bahan baku untuk produksi kipas di datangkan

langsung dari Solo dan Boyolali, tenaga kerja borongan sebanyak 20

(duapuluh) orang.

c. AISYAH SOUVENIR

Memulai usaha sejak tahun 2000 dengan modal pinjaman yang

diperoleh pada tahun 2005 dari Bank Danamon sebesar Rp 5.000.000,00.

Produksi yang setiap hari dengan perolehan bahan baku dari Solo dan

sekitarnya, tenaga kerja borongan sebanyak 6 (enam) orang dengan keahlian

masing-masing. Proses pemasaran yang sudah online dengan cara

pengiriman paket ke wilayah Solo, Semarang dan Bali dengan omset

penjualan sekitar Rp 40.000.000,00 per bulan. Tidak hanya produksi kipas

souvenir dan kipas untuk undangan tetapi juga memproduksi dompet batik.

Dengan mendesign produk sendiri dan menyablon sendiri sehingga dapat

menekan biaya produksi sehingga perolehan keuntungan menjadi besar.

d. SOFI SOUVENIR

Memulai usaha sejak tahun 1999 dengan modal sendiri sebesar

Rp 500.000,00 dan modal pinjaman dari pegadaian sebesar

Rp 1.500.000,00. Pembuatan produksi setiap hari dengan perolehan bahan

Page 60: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

baku dari daerah Solo dan sekitarnya, mempunyai tenaga kerja borongan

sebanyak 7 (tujuh) orang yang mempunyai keahlian masing-masing.

SOFI SOUVENIR hanya memproduksi kipas untuk undangan dengan omset

penjualan mencapai Rp 18.000.000,00 setiap bulannya dengan dominan

pemasaran ke Jakarta.

e. KIPAS SOUVENIR

Mulai berdiri pada tahun 2008 dengan modal sebesar

Rp 5.000.000,00. Pembuatan produksi setiap hari dengan perolehan bahan

baku dari daerah Solo dan sekitarnya, mempunyai tenaga kerja borongan

sebanyak 7 (tujuh) orang yang mempunyai keahlian masing-masing.

KIPAS SOUVENIR hanya memproduksi kipas untuk undangan dengan

omset penjualan mencapai Rp 2.000.000,00 setiap bulannya.

2. Deskriptif Input Output

Penelitian ini mencangkup data mengenai jumlah input dan jumlah

output yang digunakan dalam proses produksi kerajinan kipas bambu untuk

masa produksi satu bulan. Data – data diperoleh dari penyebaran kuesioner

para pengrajin kipas bambu di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten.

Data yang diambil berdasarkan variabel input dan ouput yang akan

digunakan, antara lain :

Tabel 4.3 Variabel Input Output

NO Nama Kelompok

Input Output Bambu (buah)

Kain (meter)

Tenaga Kerja

(orang)

Hasil Produksi

(buah) 1 Toha Putra Souvenir 268 1100 17 18400

Page 61: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 Momon Souvenir 300 1800 20 21000 3 Aisyah Souvenir 246 1950 6 24000 4 Sofi Souvenir 135 400 7 8000 5 Kipas Souvenir 30 50 7 1200

Sumber : data primer, diolah

Dari tabel 4.3, variabel input – output yang digunakan pada kelompok

usaha Toha Putra Souvenir antara lain menggunakan bambu sebanyak 268

buah, penggunaan kain sebanyak 1100 meter, menggunakan tenaga kerja

sebanyak 17 orang dan perolehan hasil produksi sebesar 18.400 buah. Untuk

kelompok usaha Momon Souvenir variabel input – output yang digunakan

antara lain menggunakan bambu sebanyak 300 buah, kain sepanjang 1.800

meter, menggunakan 20 orang tenaga kerja dan memperoleh hasil produksi

sebesar 21.000 buah. Kelompok usaha Aisyah Souvenir menggunakan

variabel input – output diantaranya bambu sebanyak 246 buah, kain sebesar

1.950 meter, tenaga kerja sebanyak 6 orang dan hasil produksi sebesar

24.000 buah. Variabel input – ouput yang digunakan oleh kelompok usaha

Sofi Souvenir antara lain menggunakan bambu sebanyak 135 buah, kain

sebesar 400 meter, tenaga kerja sebesar 7 orang dan hasil produksi sebesar

8.000 buah. Kelompok usaha Kipas Souvenir menggunakan bambu

sebanyak 30 buah, kain sepanjang 50 meter, menggunakan 7 orang tenaga

kerja dan perolehan hasil produksi sebesar 1.200 buah.

a. Input yang digunakan

1) Bambu

Bambu merupakan salah satu bahan baku utama dalam usaha

kerajinan kipas. Dalam produksi ini bambu yang digunakan berjenis

bambu legi atau bambu ijo dengan panjang ± 8 meter, dinyatakan dalam

Page 62: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

satuan buah. Adapun jumlah yang digunakan dalam proses produksi

selama satu bulan, yaitu :

Tabel 4.4 Jumlah Bambu Yang Digunakan dalam Proses Produksi per bulan (buah)

NO Nama Kelompok Jumlah Bambu 1 Toha Putra Souvenir 268 2 Momon Souvenir 300 3 Aisyah Souvenir 246 4 Sofi Souvenir 135 5 Kipas Souvenir 30

JUMLAH 979 Sumber : data primer, diolah

Menurut data tabel 4.4, penggunaan bambu dalam proses produksi

pada setiap kelompok berbeda – beda sehingga dapat menpengaruhi hasil

produksi. Penggunaan bambu pada kelompok usaha Toha Putra Souvenir

sebanyak 268 buah, Momon Souvenir sebanyak 300 buah, Aisyah

Souvenir sebanyak 246 buah, Sofi Souvenir sebanyak 135 buah dan Kipas

Souvenir sebanyak 30 buah.

2) Kain

Kain merupakan salah satu bahan baku dalam proses pembuatan

kipas. Di dalam proses produksi ini ada dua macam kain yang digunakan

yaitu kain batik dan kain polos. Kain batik digunakan untuk kipas souvenir

dan kain polos digunakan untuk kipas undangan dinyatakan dalam satuan

meter. Adapun jumlah yang digunakan dalam proses produksi selama satu

bulan, yaitu :

Tabel 4.5 Jumlah Kain Yang Digunakan dalam Proses Produksi per bulan (meter)

NO Nama Kelompok Jumlah Kain

Page 63: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 Toha Putra Souvenir 1.100 2 Momon Souvenir 1.800 3 Aisyah Souvenir 1.950 4 Sofi Souvenir 400 5 Kipas Souvenir 50

JUMLAH 5.300 Sumber : data primer, diolah

Menurut data tabel 4.5, penggunaan kain pada kelompok usaha Toha

Putra Souvenir sebanyak 1.100 meter, Momon Souvenir sebanyak 1.800

meter, Aisyah Souvenir sebanyak 1.950 meter, Sofi Souvenir sebanyak

400 meter dan Kipas Souvenir sebanyak 50 meter.

3) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling penting dalam

usaha kerajinan kipas bambu, menurut penelitian yang telah dilakukan

terhadap kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon, tenaga kerja yang

digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menggunakan tenaga

kerja borongan. Menggunakan sistem tenaga kerja borongan dengan setiap

hari tenaga kerja menyetorkan kembali hasil produksi dengan hari

sebelumnya mengambil bahan baku pada pengepul. Banyaknya tenaga

kerja yang digunakan dalam proses produksi, yakni :

Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan dalam Proses Produksi (orang)

NO Nama Kelompok Jumlah Tenaga Kerja 1 Toha Putra Souvenir 17 2 Momon Souvenir 20 3 Aisyah Souvenir 6 4 Sofi Souvenir 7 5 Kipas Souvenir 7

JUMLAH 57 Sumber : data primer, diolah

Page 64: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut data tabel 4.6, dalam proses pembuatan kipas penggunaan

tenaga kerja dalam kelompok usaha Toha Puta Souvenir sebanyak

17 orang, Momon Souvenir sebanyak 20 orang, Aisyah Souvenir sebanyak

6 orang, Sofi Souvenir sebanyak 7 orang dan Kipas Souvenir sebanyak

7 orang.

b. Output yang digunakan

Hasil produksi atau tingkat output adalah total keseluruhan produk

yang dihasilkan dalam proses produksi selama periode tertentu, dalam hal

ini rata – rata per bulan produksi yang dinyatakan dalam satuan buah.

Hasil produksi yang dihasilkan selama satu bulan adalah :

Tabel 4.7 Hasil Produksi Yang Diperoleh selama satu bulan (buah) NO Nama Kelompok Jumlah Hasil Produksi 1 Toha Putra Souvenir 18.400 2 Momon Souvenir 21.000 3 Aisyah Souvenir 24.000 4 Sofi Souvenir 8.000 5 Kipas Souvenir 1.200 JUMLAH 72.600

Sumber : data primer diolah

Menurut data, hasil produksi pada kelompok usaha Toha Putra

Souvenir kurang lebih sebesar 18.400 buah setiap bulan, hasil produksi

Momon Souvenir kurang lebih sebesar 21.000 buah setiap bulan, hasil

produksi Aisyah Souvenir kurang lebih sebesar 24.000 buah setiap

bulannya, hasil produksi Sofi Souvenir kurang lebih sebesar 8.000 buah

Page 65: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

setiap bulan dan hasil produksi Kipas Souvenir kurang lebih sebesar 1.200

buah setiap bulannya.

3. Proses Produksi

Proses produksi pada pembuatan kipas dari sebatang bambu sampai

menjadi kipas. Kebanyakan masih menggunakan teknologi sederhana.

Teknologi yang digunakan hanya pisau untuk mengukir gagang kipas dan

mengandalkan sinar matahari untuk menjemur. Proses pembuatan kipas

dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Bambu dipotong dan di belah –

belah menjadi iratan

Iratan dirangkai sehingga berbentuk

kerangka atau gagang kipas

Kain dipotong setengah lingkaran

Kain dan renda di rekakatkan pada

kerangka kipas

Di jemur

Siap dijual

Page 66: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.1 Skema Proses Pembuatan Kerajinan Kipas Bambu Sumber : data primer

Dari sebilah bambu legi atau bambu ijo dengan panjang ± 8 meter,

dipotong menggunakan gergaji dengan ukuran yang diinginkan. Dibelah-belah

menggunakan pisau menjadai bentuk iratan kemudian iratan direbus dengan

H2O2 agar putih. Iratan ditata dengan jumlah tertentu kemudian dilubangi

dengan menggunakan bor, diberi kawat dan diberi tangkai plastik di ujung-

ujungnya untuk mempercantik. Setelah itu diukir menggunakan pisau dan

dihaluskan, kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.

Potong pola kain sepanjang 1 (satu) meter. Kain dicelupkan pada adonan

yang berisi tepung kanji dan air setelah itu dijemur. Potong kain bentuk setengah

lingkaran dengan ukuran sesuai pesanan. Jika untuk undangan, setelah kain

dipotong kemudian di sablon sesuai dengan pesanan. Kain yang telah siap

kemudian ditempel pada kerangka kipas dengan lem kayu menggunakan kuas,

sedangkan ujung-ujung kain yang tersisa direkatkan menggunakan lem super

agar rapi. Jika untuk undangan, renda direkatkan pada ujung-ujung kipas yang

telah ditempel kain. Setelah selesai proses pengeliman kemudian dijemur di

bawah sinar matahari menggunakan papan sampai kering.

4. Pemasaran

Pola pemasaran kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon, sebagai berikut :

a. Diambil oleh pedagang atau diantar ke pasar – pasar

b. Diantar ke toko – toko di luar kota

c. Sistem pesanan oleh konsumen atau distributor

Page 67: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Proses pemasaran secara online

Tempat pemasaran produk kipas, di Pulau Jawa terdiri dari Klaten,

Surakarta, Yogyakarta, Jakarta dan Semarang. Sedangkan di luar Pulau Jawa

pemasaran dari Bali hingga Papua. Pengiriman kipas jika jauh dikirim lewat paket

kilat. Untuk pemasaran di luar kota agak sulit karena bersaing dengan produk

serupa dari Bantul, Yogyakarta sehingga harga dan kualitas kipas sangat

berpengaruh dalam persaingan. Dalam usaha perluasan wilayah pemasaran masih

terus ditingkatkan dengan diimbangi dengan jumlah dan mutu produk yang

dihasilkan agar dapat memenuhi setiap pesanan, baik pesanan lokal maupun luar

Pulau Jawa.

C. Analisis Data Dengan Metode DEA (Data Envelopment Analysis)

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari

pemberian kuesioner kepada para pengrajin kipas bambu di Desa Keprabon,

Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten.

Hasil olahan data input – output dengan menggunakan DEA (Data

Envelopment Analysis) terhadap 5 (lima) kelompok usaha kerajinan kipas

bambu. Hasil analisis ini terbagi menjadi dua kategori yakni perusahaan yang

efisien dan perusahaan yang inefisien. Perusahaan yang efisien ditunjukkan

dengan score efisiensi yang sudah mencapai 100% yang berarti penggunaan

input untuk menghasilkan output sudah optimal. Sedangkan, perusahaan yang

belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukkan dengan score efisiensi

yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input untuk menghasilkan

Page 68: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga menunjukkan target

yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek, yaitu :

1. Variable, merupakan nama-nama variabel input dan output yang

digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan dievaluasi

tingkat efisiensinya.

2. Actual, merupakan nilai dari variabel input dan output yang terjadi

secara riil dalam operasional perusahaan.

3. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan

output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal.

4. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bisa dimaksimalkan

oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan

untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai.

5. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah

dimanfaatkan, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase

nilai yang sudah dicapai.

1. Pembahasan Analisis Data

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode DEA

(Data Envelopment Analysis), diperoleh hasil sebagai berikut ini :

Tabel 4.8 Efisiensi Produksi Kerajinan Kipas Bambu

Nama Kelompok Score Efisiensi Keterangan

Toha Putra Souvenir 100 Efisiensi Momon Souvenir 84,35 Inefisiensi Aisyah Souvenir 100 Efisiensi Sofi Souvenir 100 Efisiensi Kipas Souvenir 100 Efisiensi Sumber : data primer, diolah

Page 69: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan olahan data diatas berdasar pada lampiran 1, dapat

disimpulkan bahwa kerajinan kipas bambu di Desa Keprabon Kecamatan

Polanharjo Kabupaten Klaten untuk kelompok usaha Momon Souvenir belum

efisiensi secara teknis dengan angka 83,35% sedangkan untuk kelompok

usaha Toha Putra Souvenir, Aisyah Souvenir, Sofi Souvenir dan Kipas

Souvenir sudah efisiensi secara teknis dengan angka 100%. Secara lebih

rincinya berikut disajikan mengenai analisis efisiensi per pengrajin kerajinan

kipas bambu :

a. TOHA PUTRA SOUVENIR

Toha Putra Souvenir merupakan kelompok usaha yang mencapai

tingkat efisiensi secara teknis dengan angka efisiensi yang mencapai 100%.

Dari hasil olahan DEA pada lampiran 1, dapat dilihat bahwa nilai actual atau

nilai pencapaian sebenarnya oleh kelompok usaha itu sendiri. Pada kolom to

gain atau persentase berapa persen aktual yang harus ditambahkan atau

dikurangi untuk mencapai target juga terbaca 0% berarti tidak ada nilai aktual

yang harus ditambahkan ataupun dikurangi untuk mencapai target. Begitu

juga dengan kolom achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah

100%, berarti kelompok usaha Toha Putra Souvenir ini telah mencapai target

efisiensinya.

Efisiensi kelompok usaha ini sudah terlihat dari data lapangan yang

diperoleh peneliti. Toha Putra Souvenir mampu mengalokasikan inputnya

dengan tepat sehingga mampu memperoleh hasil produksi (penjualan) yang

maksimal. Pengalokasian input terlihat dari jumlah bambu dan kain yang

sebanding dengan hasil produksi. Toha Putra Souvenir membeli bambu

Page 70: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

secara iratan karena menurut wawancara yang dilakukan itu dapat

mempercepat dan memperbanyak hasil produksi. Toha Putra Souvenir

membeli kain tidak hanya dalam dalam bentuk meter tetapi juga dalam

bentuk kilogram dan ball (gulungan besar) karena dapat memperbanyak pola

kipas yang dihasilkan sehingga dapat memperbanyak hasil produksi. Tenaga

kerja Toha Putra Souvenir mempunyai keahlian yang berbeda yakni untuk

pembuat kerangka kipas sebanyak 8 (delapan) orang sedangkan untuk

menempel kain ke kerangka kipas sebanyak 9 (sembilan) orang membuat

proses produksi kipas menjadi lebih banyak dan cepat. Toha Putra Souvenir

tidak melakukan cash flow (arus kas) dalam manajemen usaha.

Tabel 4.9 Hasil Olahan DEA

Variabel Actual Target To Gain Achieved

Bambu 268,0 268,0 0,0 % 100,0 % Kain 1100,0 1100,0 0,0 % 100,0 % Tenaga Kerja 17,0 17,0 0,0 % 100,0 % Hasil Produksi 18400,0 18400,0 0,0 % 100,0 %

Sumber : hasil olah data DEA, Lampiran 1

b. MOMON SOUVENIR

Momon Souvenir merupakan kelompok usaha yang tidak efisiensi

teknis dengan angka 84,35%. Dari hasil olahan DEA pada lampiran 1, sumber

inefisiensi kelompok usaha Momon Souvenir terdapat pada faktor input,

dengan keseluruhan input yang digunakan belum efisien yang ditunjukkan

dengan nilai achieved yang kurang dari 100%. Hanya output produksi yang

sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai achieved 100%. Aktual

menunjukkan nilai input – output kelompok usaha Momon Souvenir dimana

Page 71: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belum mencapai efisiensi teknis optimum. Sedangkan target adalah jumlah

yang harus dipenuhi untuk mencapai efisiensi.

Menurut pengamatan peneliti berdasarkan data yang diperoleh dari

lapangan, sumber inefisiensi dari kelompok usaha ini terletak pada kurangnya

pengalokasian input secara tepat dan maksimal. Momon Souvenir tidak

melakukan cash flow (arus kas) dalam manajemen usaha. Tak sebandingnya

antara pengalokasian input dan hasil produksi, untuk mencapai efisiensi

secara teknis, kelompok usaha ini sebaiknya mengurangi jumlah bambu

sebesar 47 buah, menjadi 253 buah dari yang sebelumnya berjumlah

300 buah. Mengurangi jumlah kain sepanjang 281,8 meter menjadi

1518,2 meter, dari yang sebelumnya berjumlah 1800 meter. Mengurangi

jumlah tenaga kerja sebanyak 8,8 orang menjadi 11,2 orang, dari yang

sebelumnya berjumlah 20 orang sehingga mendapat hasil produksi sebesar

21.000 buah kipas. Sebagai rujukan adalah kelompok usaha Toha Putra

Souvenir dan Aisyah Souvenir. Dari pengamatan di lapangan, Momon

Souvenir kurang dalam hal manajemen usaha dalam jumlah bahan baku,

biaya bahan baku dan tenaga kerja yang kurang maksimal. Untuk tenaga kerja

kelompok usaha Momon Souvenir mempunyai tenaga kerja yang sebagian

besar masih baru dalam melakukan pembuatan kipas dengan rata – rata lama

usaha selama 2 (dua) tahun, sedangkan untuk kelomok usaha Toha Putra

Souvenir mempunyai tenaga kerja dengan lama usaha selama 5 (lima) tahun

keatas setiap pengrajin dan kelompok usaha Aisyah Souvenir mempunyai

tenaga kerja dengan lama usaha 3 – 10 tahun. Tenaga kerja dari Momon

Page 72: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Souvenir sebagian besar berdomisili diluar Desa Keprabon, sehingga

berdampak pada telatnya setoran kembali hasil produksi kepada pengepul.

Tabel 4.10 Hasil Olahan DEA

Variabel Actual Target To Gain Achieved

Bambu 300,0 253,0 15,7 % 84,3 % Kain 1800,0 1518,2 15,7 % 84,3 % Tenaga Kerja 20,0 11,2 44,2 % 55,8 % Hasil Produksi 21000,0 21000,0 0,0 % 100,0 %

Sumber : hasil olah data DEA, lampiran 1

Mengacu pada efisiensi reference set-nya atau benchmark pada

kelompok usaha. Caranya adalah dengan menjumlahkan seluruh acuan input

dan output masing-masing perusahaan yang sudah dikalikan dengan masing-

masing input dan output perusahaan yang dijadikan acuan tersebut. Nilai

acuan di dapat dari hasil olahan DEA pada lampiran 1, dengan nilai target

rujukan kelompok usaha Toha Putra Souvenir dan Aisyah Souvenir.

Kelompok usaha yang efisiensi sebagai rujukan yang digunakan sebagai

benchmark untuk improvement bagi kelompok usaha yang inefisiensi. Nilai

perhitungan alternatif ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan

Benchmark

Variabel TOHA PUTRA AISYAH TOTAL

Bambu 127,6 125,5 253,0 Kain 523,6 994,7 1518,2 Tenaga Kerja 8,1 3,1 11,2 Hasil Produksi 8757,6 12242,4 21000,0

Sumber : hasil olahan data DEA, lampiran 1

Berdasarkan tabel 4.11, menunjukkan hasil perhitungan dengan

menggunakan benchmarknya yang akan membantu kelompok usaha Momon

Page 73: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Souvenir dalam mencapai efisiensi teknis sesuai nilai-nilai yang dianjurkan

pada input dan outputnya. Hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan

benchmark menunjukkan variabel bambu pada kelompok usaha Toha Putra

Souvenir sebesar 127,6 buah, sedangkan pada kelompok usaha Aisyah

Souvenir sebesar 125,5 buah. Variabel kain pada kelompok usaha Toha Putra

Souvenir sepanjang 523,6 meter, sedangkan pada kelompok usaha Aisyah

Souvenir spanjang 994,7 meter. Variabel tenaga kerja pada kelompok usaha

Toha Putra Souvenir sebanyak 8,1 orang, sedangkan pada kelompok usaha

Aisyah Souvenir sebanyak 3,1 orang. Variabel hasil produksi pada kelompok

usaha Toha Putra Souvenir sebesar 8757,6 buah, sedangkan pada kelompok

usaha Aisyah Souvenir sebesar 12242,4 buah.

c. AISYAH SOUVENIR

Kelompok usaha Aisyah Souvenir mencapai tingkat efisiensi teknis

dengan angka efisiensi yang mencapai 100%. Dari hasil olahan DEA pada

lampiran 1, dapat dilihat bahwa nilai actual atau nilai pencapaian sebenarnya

oleh kelompok usaha itu sendiri. Pada kolom to gain untuk mencapai target

juga terbaca 0% berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan

ataupun dikurangi untuk mencapai target. Begitu juga dengan kolom

achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%, berarti

kelompok usaha Aisyah Souvenir ini telah mencapai target efisiensinya.

Efisiensi kelompok usaha ini terlihat dari data lapangan yang diperoleh

peneliti. Aisyah Souvenir tidak melakukan cash flow (arus kas) dalam

manajemen usaha. Dari wawancara kepada kelompok usaha Aisyah Souvenir,

mereka membeli bambu secara iratan karena dapat mempercepat dan

Page 74: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memperbanyak hasil produksi. Untuk pembelian kain tidak hanya dalam

dalam bentuk meter tetapi juga dalam dalam bentuk kilogram dan ball

(gulungan besar) karena dapat memperbanyak pola kipas yang dihasilkan.

Tenaga kerja Aisyah Souvenir berasal dari warga sekitar rumahnya dengan

keahlian yang berbeda yakni untuk pembuat kerangka kipas sebanyak 1 (satu)

orang sedangkan untuk menempel kain ke kerangka kipas sebanyak 6 (enam)

orang jadi dengan keahlian yang berbeda membuat proses produksi kipas

menjadi lebih banyak dan cepat. Aisyah Souvenir mampu mengalokasikan

inputnya dengan tepat sehingga mampu memperoleh hasil produksi

(penjualan) yang maksimal. Aisyah Souvenir melakukan proses penjualan

secara online dengan design produk yang berbeda membuat penjualan

menjadi mudah dan lebih menarik.

Tabel 4.12 Hasil Olahan DEA

Variabel Actual Target To Gain Achieved

Bambu 246,0 246,0 0,0 % 100,0 % Kain 1950,0 1950,0 0,0 % 100,0 % Tenaga Kerja 6,0 6,0 0,0 % 100,0 % Hasil Produksi 2400,0 2400,0 0,0 % 100,0 %

Sumber : hasil olah data DEA, lampiran 1

d. SOFI SOUVENIR

Sofi Souvenir merupakan kelompok usaha yang mencapai tingkat

efisien teknis dengan angka efisiensi yang mencapai 100%. Dari hasil olahan

DEA pada lampiran 1, dapat dilihat bahwa nilai actual atau nilai pencapaian

sebenarnya oleh kelompok usaha itu sendiri. Pada kolom to gain atau

persentase berapa persen aktual mencapai target terbaca 0%. Pada kolom

Page 75: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%, berarti

kelompok usaha Sofi Souvenir ini telah mencapai target efisiensinya.

Efisiensi kelompok usaha ini terlihat dari data lapangan yang diperoleh

peneliti. Sofi Souvenir mampu mengalokasikan inputnya dengan tepat

sehingga mampu memperoleh hasil produksi (penjualan) yang maksimal.

Pengalokasian input terlihat dengan pembelian bambu secara iratan karena

dapat mempercepat dan memperbanyak hasil produksi, pembelian kain tidak

hanya dalam dalam bentuk meter tetapi juga dalam bentuk ball (gulungan

besar) sehingga dapat memperbanyak hasil pola kipas, sedangkan untuk

tenaga kerja 7 (tujuh) orang dengan 4 (empat) orang membuat kerangka kipas

dan 3 (tiga) orang menempel kain ke kerangka kipas. Menurut wawancara

untuk tenaga kerja sebanyak 7 (tujuh) orang dianggap kurang oleh Sofi

Souvenir karena untuk saat ini dengan pesanan banyak tetapi tenaga kerja

kurang sehingga tidak dapat semuanya terpenuhi. Sofi Souvenir tidak

melakukan cash flow (arus kas) dalam manajemen usaha. Penjualan produk

dari Sofi Souvenir hanya ke Jakarta karena sudah mempunyai konsumen

tetap, pengiriman barang yang dilakukan sendiri menjadikan harga kipas

menjadi lebih tinggi diantara kelompok usaha yang lain yakni seharga

Rp 2.300,00 per kipas.

Tabel 4.13 Hasil Olahan DEA

Variabel Actual Target To Gain Achieved

Bambu 135,0 135,0 0,0 % 100,0 % Kain 400,0 400,0 0,0 % 100,0 % Tenaga Kerja 7,0 7,0 0,0 % 100,0 % Hasil Produksi 8000,0 8000,0 0,0 % 100,0 %

Sumber : hasil olah data DEA, lampiran 1

Page 76: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. KIPAS SOUVENIR

Kelompok usaha kipas Souvenir mencapai tingkat efisien teknis dengan

angka efisiensi yang mencapai 100%. Dari hasil olahan DEA pada

lampiran 1, ditunjukan dari nilai actual atau nilai pencapaian sebenarnya oleh

kelompok usaha itu sendiri. Pada kolom to gain atau persentase berapa persen

aktual yang terbaca 0% berarti tidak ada nilai aktual yang harus ditambahkan

ataupun dikurangi untuk mencapai target. Begitu juga pada kolom achieved

atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%, berarti kelompok usaha

Kipas Souvenir ini telah mencapai target efisiensinya.

Efisiensi kelompok usaha ini sudah terlihat dari data lapangan yang

diperoleh peneliti. Pengalokasian input terlihat dengan pembelian bambu

sesuai dengan banyaknya hasil produksi per bulan, pembelian kain tidak

hanya dalam dalam bentuk meter tetapi juga dalam bentuk kilogram sehingga

dapat memperbanyak hasil pola kipas, sedangkan tenaga kerjanya memiliki

keahlian yang berbeda membuat proses produksi kipas menjadi lebih cepat.

Kipas Souvenir mampu mengalokasikan inputnya dengan tepat sehingga

mampu memperoleh hasil produksi (penjualan) yang maksimal. Kipas

Souvenir hanya membuat kipas undangan berdasarkan pesanan, dari

kelompok usaha lain Kipas Souvenir sangat sedikit produksinya karena hanya

memiliki 7 (tujuh) orang tenaga kerja dengan 3 (tiga) orang membuat

kerangka kipas, 2 (dua) orang menempel kain ke kerangka kipas, 1 (satu)

orang membuat dos dan 1 (satu) orang membuat sablon. Kipas Souvenir tidak

melakukan cash flow (arus kas) dalam manajemen usaha.

Page 77: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.14 Hasil Olahan DEA

Variabel Actual Target To Gain Achieved

Bambu 30,0 30,0 0,0 % 100,0 % Kain 50,0 50,0 0,0 % 100,0 % Tenaga Kerja 7,0 7,0 0,0 % 100,0 % Hasil Produksi 1200,0 1200,0 0,0 % 100,0 %

Sumber : hasil olah data DEA, lampiran 1

2. Variabel yang menjadi sumber inefisiensi, diantaranya :

a. Input bambu

Input bambu yang digunakan kelompok usaha Momon Souvenir sebesar

300 buah seharusnya untuk mencapai tingkat efisiensi menurut hasil

olahan DEA pada lampiran 1 sebesar 253 buah.

b. Input kain

Input kain yang digunakan kelompok usaha Momon Souvenir sebesar

1800 meter seharusnya untuk mencapai tingkat efisiensi menurut hasil

olahan DEA pada lampiran 1 sebesar 1518,2 meter.

c. Input tenaga kerja

Input tenaga kerja yang digunakan kelompok usaha Momon Souvenir

sebesar 20 orang seharusnya untuk mencapai tingkat efisiensi menurut

hasil olahan DEA pada lampiran 1 sebesar 11,2 orang.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari analisis menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis)

dapat disimpulkan bahwa kelompok usaha Toha Putra Souvenir, Aisyah

Souvenir, Sofi Souvenir dan Kipas Souvenir telah mencapai efisiensi

secara teknis dengan angka 100%, sedangkan Momon Souvenir belum

mencapai efisiensi secara teknis dengan angka 84,35% sehingga

penggunaan input tidak efisiensi secara teknis dan sebagai rujukan adalah

kelompok usaha Toha Putra Souvenir dan Aisyah Souvenir .

2. Variabel yang menjadi sumber inefisiensi diantaranya: input bambu, input

kain dan input tenaga kerja. Alternatif solusi diantaranya: mengevaluasi

input masing – masing kelompok usaha dengan penyesuaian pada target,

dengan mengurangi input sehingga dapat mempertahankan jumlah output,

mengacu pada benchmark pada kelompok usaha.

B. Saran

a. Bagi Kelompok Usaha

1) Untuk kelompok usaha Toha Putra Souvenir, Aisyah Souvenir, Sofi

Souvenir dan Kipas Souvenir sudah mencapai efisiensi secara teknis

sebesar 100% disarankan untuk terus mempertahankan pengawasan

penggunaan input. Untuk kelompok usaha Momon Souvenir belum

mencapai efisiensi secara teknis dengan angka 84,35% disarankan untuk

Page 79: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melakukan pengawasan dengan mencatat input dan output dari setiap

produksinya sehingga menjadi masukan bagi perbaikan manajerial usaha.

2) Dengan evaluasi penggunaan input masing – masing kelompok usaha

dengan penyesuaian pada target. Penggunaan bambu dan kain yang

berlebihan juga dapat mengakibatkan inefisiensi. Solusinya dengan

mengurangi jumlah pemakaian bambu dan kain tersebut tanpa mengurangi

kualitas produksi kipas. Penggunaan tenaga kerja yang digunakan oleh

kelompok usaha untuk melaksanakan proses produksi terlalu berlebihan

bila dilihat dengan pencapaian outputnya sehingga harus dikurangi untuk

mencapai efisiensi.

3) Dari penelitian yang peneliti lakukan, hampir seluruh kelompok usaha

tidak melakukan cash flow (aliran kas) pada kenyataanya peneliti

menemukan menurut pendapat kelompok usaha untuk keuangan itu yang

penting terus berputar. Dengan melakukan cash flow (aliran kas) untuk

mengetahui input dan output produksi sehingga dapat mengontrol

penggunaan dan biaya yang dikeluarkan.

4) Dalam hal pemasaran, masih banyak masyarakat yang belum tahu akan

kerajinan kipas bambu di daerah Desa Keprabon sehingga perlunya media

promosi yang mumpuni apalagi sekarang media telah berkembang pesat

seperti media online yang digunakan untuk mempromosikan produksinya.

b. Bagi Pemerintah

Page 80: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Pemerintah Kabupaten Klaten seharusnya lebih memperhatikan UMKM

yang ada, bukan hanya usaha besar atau kerajinan yang telah bermutu

ekspor saja tetapi juga memperhatikan kerajinan yang sedang berkembang.

Sentra industri di Kabupaten Klaten sangat banyak tetapi tak semuanya

diperhatikan, sebenarnya sentra industri tersebut dapat menyumbang

pendapatan daerah yang lumayan besar. Yang peneliti amati bahwa

pendapatan kerajinan kipas bambu belum termasuk dalam pendapatan

daerah.

2) Untuk Kepala Desa Keprabon dan Kepala Disperindagkop & UMKM

Kabupaten Klaten seharusnya ada data mengenai pengrajin kipas bambu di

Desa Keprabon karena pada saat pencarian data peneliti terhambat dengan

tidak adanya data mengenai pengrajin kipas bambu tersebut sehingga

peneliti harus mencari data sendiri. Manfaatnya apabila ada data mengenai

pengrajin kipas bambu di Desa Keprabon, dengan adanya data tersebut

diharapkan mempermudah pendataan untuk pemberian modal bagi para

pengrajin kipas sehingga dapat menambah produksi dan pendapatan

mereka serta jika adanya penelitian yang menyangkut pengrajin kipas

bambu dapat membantu dalam proses penelitian.

3) Dari pengamatan di lapangan, para pengrajin kebanyakan mendapatkan

ilmu secara otodidak untuk membuat kipas dan dari wawancara diperoleh

bahwa jarang adanya pelatihan dari pihak pemerintah, kalau adapun

menurut pengrajin kurang menarik. Pengrajin diberi pelatihan agar dapat

meningkatkan mutu dan kualitas sehingga dapat menambah pendapatan

mereka.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI KERAJINAN KIPAS BAMBU …/Analisis... · 1.2 Sentra Industri Logam, Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) ... serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Dari pengamatan di lapangan, banyak pengrajin yang mengeluhkan pada

kurangnya modal sehingga menyendatnya proses produksi. Pemerintah

terkait seharusnya dapat memperhatikan dan memberikan bantuan berupa

modal sehingga produksi mereka bertambah. Seperti pemberian dana

bergulir atau anggaran pemerintah setempat untuk pemberian bantuan

modal.