ANALISIS EFISIENSI EKONOMI INDUSTRI …lib.unnes.ac.id/23521/1/7111409084.pdfBab IV Hasil Penelitian...
Transcript of ANALISIS EFISIENSI EKONOMI INDUSTRI …lib.unnes.ac.id/23521/1/7111409084.pdfBab IV Hasil Penelitian...
i
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI
INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2011
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
As’ad Asyhar Fathoni
NIM 7111409084
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ilmu lebih baik daripada kekayaan karena kekayaan harus dijaga, sedangkan
ilmu akan menjagamu” (Ali Ibn Abi Thalib).
“You are either running free or you’re running scared” (Peter Schwartz)
Karya ini dipersembahkan untuk:
Kedua orang tua dan saudara-
saudaraku
Dan Para perantara ilmu pengetahuan
vi
SARI
Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. Analsis Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011.Skripsi. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.Pembimbing
I.Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Pembimbing II. Fafurida, SE., M.Sc.
KataKunci: Biaya Input, DEA, Efisiensi Ekonomi, Industri Tekstil dan
Produk Tekstil, Nilai Output.
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu basis
kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. Permasalahan yang terjadi pada industri TPT
Jawa Tengah yaitu adanya perubahan pada input industri seperti biaya energi dan
biaya tenaga kerja, dan harus adanya restrukturisasi mesin memberikan
kemungkinan timbulnya ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan.
Tujuan penelitian adalah melakukan pengukuran tingkat efisiensi ekonomi pada
sektoral dan keseluruhan industri TPT Jawa Tengah.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang telah diterbitkan oleh BPS
dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan. Objek penelitian ini adalah 17
subsektor yang tersebar di pengolahan hulu-hilir industri Tekstil dan Produk
Tekstil Jawa Tengah pada periode tahun 2005-2011. Penelitian ini berfokus pada
pengukuran tingkat capaian efisiensi teknis dan alokatif yang kemudian akan
dihasilkan efisiensi ekonomi pada industri TPT. Metode analisis yang digunakan
adalah Data Envelopment Analysis dengan asumsi Variabel Return to Scale.
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel input yang terdiri dari
biaya dan harga tenaga kerja, bahan baku dan penolong, dan energi; serta variabel
output yang diperoleh dari nilai dan harga barang yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara sektoral maupun keseluruhan
industri TPT belum berada pada capaian efisiensi teknik dan ekonomi optimum.
Sementara capaian efisiensi alokatif pada industri ini telah mencapai tingkat
optimum. Sepanjang tahun 2005-2011 terdapat 3 (tiga) subsektor dengan
frekuensi terbanyak yang berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri TPT
yaitu 17121, 17122, dan 17124.
Berdasarkan penelitian ini disarankan agar industri melakukan penyesuaian biaya
input dan peningkatan output secara parsial dan bersamaan. Perlunya sinergi antara
pemerintah dan industri untuk meningkatkan capaian efisiensi.
vii
ABSTRACT
Fathoni, As’ad Asyhar. 2015. The Analysis of Economic Eficiency of Textile and
Textile products Industries at Central Java Province in 2005-2011. Final Project.
Economic Develeopment Departement. Faculty of Economics.State University of
Semarang. Advisor. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si.Co. Advisor. Fafurida, SE., M.Sc.
Keywords: DEA, Economic Efficiency, Input Costs, Output Value, Textile
and Textile Products Industry.
The Industry of textiles and textile products (TTP) is one of the bases of
economic activity in Central Java. Problems that occur in the textile industry in
Central Java is a change in the input industries such as energy and labor costs, and
restructuring the engine that should provide the possibility of inefficiency of the
textile industry. The purpose of research is to measure the level of economic
efficiency in the sector and the overall textile industry in Central Java.
The data used are secondary data published by BPS and other sources that
have relevance. The object of this study is the 17 sub-sectors that are scattered in
the upstream-downstream processing of textile and clothing industry in Central
Java in the period 2005-2011. This study focuses on measuring the level of
achievement of technical and allocative efficiency which will then be generated
economic efficiency in the textile industry. The analytical method used is Data
Envelopment Analysis assuming Variable Return to Scale. The variables used in
the study is comprised of an input variable costs and the price of labor, raw
materials, and energy; and output variables derived from the value and price of
goods produced.
In this study it was found that the overall and sectoral in textile industry is
not currently on the achievement of optimum technical and economic efficiency.
The achievement of allocative efficiency in the industry has reached its optimum
level. Throughout the years 2005-2011 there were 3 (three) sub-sectors with the
highest frequency that is below the average performance of the textile industry
efficiency are 17121, 17122, and 17124.
Based on this study suggested that the industry adjust input costs and
increased output partially and simultaneously. There need for synergy between
government and industry to improve performance efficiency.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas kuasa dan kasih sayang-Nya telah
melimpahkan karunia dan petunjuk tak terhingga kepada makhluk-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Efisiensi Ekonomi Industri
Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011”. Penulisan
skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program S-1 Ekonomi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan
tanpa terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
Fakultas Ekonomi.
3. Lesta Karolina Br. S., SE., M.Si. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
dorongan untuk segera meyelesaikan studi.
4. Prof. Dr. Sucihatiningsih D. W. P., M.Si., sebagai Penguji yang telah
memberikan saran dan koreksi agar lebih sempurnanya skripsi ini.
ix
5. Dr. P.Eko Prasetyo, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang dengan
segala kebaikan hati telah membimbing dan memberikan arahan dalam
penulisan skripsi ini.
6. Fafurida, SE., M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan penulisan
skripsi ini.
7. Shanty Oktavilia, SE., M.S.i dan Karsinah, SE., M.Si. yang telah bersedia
memberikan saran dan kritik yang sangat bermanfaat untuk penulisan
skripsi ini.
Penulis sadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Jika terdapat kritik yang
bersifat membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini akan penulis terima.
Akhir kata semoga skripsi ini memberikan khasanah pengetahuan bagi para
pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 8Januari 2015
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing ....................................................................................... i
Pengesahan Kelulusan ........................................................................................... ii
Pernyataan iii
Motto Dan Persembahan .....................................................................................iv
Sari ........................................................................................................................ v
Abstract ................................................................................................................. vi
Prakata ................................................................................................................... vii
Daftar Isi................................................................................................................ ix
Daftar Tabel Dan Gambar ..................................................................................... xii
Daftar Grafik ......................................................................................................... xiii
DaftarLampiran ..................................................................................................... xiv
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................... 8
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Industri Tekstil Dan Produk Tekstil ....................................................... 10
2.2 Biaya Dalam Jangka Panjang Dan Efisiensi Produksi ........................... 13
2.2.1 Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang:
Skala Produksi Ekonomis Dan Disekonomis ......................................... 13
2.2.2 Efisiensi Produksi .......................................................................... 14
2.3 Pengukuran Efisiensi Dengan Data Envelopment Analysis .................. 17
2.3.1 Model Constant Return To Scale (CRS) ........................................ 19
2.3.2 Model Variable Return To Scale (VRS) ........................................ 19
2.4 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19
xi
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 23
Bab III Metode Penelitian
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 26
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 28
3.2.1 Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik .......................................... 29
3.2.1.1 Variabel Input ......................................................................... 29
3.2.1.2 Variabel Output ...................................................................... 30
3.2.2 Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif ........................................ 30
3.2.2.1 Variabel Harga Input .............................................................. 30
3.2.2.2 Variabel Harga Output ........................................................... 31
3.3 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................... 31
3.4Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 31
3.5.Metode Analisis Data ............................................................................. 32
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah. ......................................................... 36
4.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja. ............................................................. 36
4.1.2 Tingkat Pertumbuhan Dan Profit Industri...................................... 39
4.2 Perhitungan Efisiensi ............................................................................. 43
4.2.1 Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah .. 43
4.2.2 Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Keseluruhan
................................................................................................................. 47
4.2.3 Usaha Perbaikan Capian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah..................................................................................................... 50
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 55
5.2. Saran ...................................................................................................55
xii
Daftar Pustaka .....................................................................................................57
Lampiran .............................................................................................................60
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (Bbm) Jenis Minyak
Solar Non Subsidi Dalam Negeri 2005-2010 ......................................... 5
Tabel 1.2.Determinan Daya Saing .......................................................................... 6
Tabel 2.1 Profil Industri TPT Indonesia ................................................................. 11
Tabel2.2 Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Berdasarkan
Kepemilikan Modal .................................................................................. 12
Tabel 2.3 Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah ............................ 60
Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah .............. 35
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga Konstan,
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 ............................................... 40
Tabel 4.2 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis Industri Tekstil Dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 44
Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif Industri Tekstil Dan
Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok ......................................................... 46
Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok .................................... 65
Tabel 4.5.Tingkat Capaian Efisiensi Teknis Dan Ekonomi Subsektor
Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011 ........................ 51
Gambar 1.1 Koridor Ekonomi Jawa Dalam Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ..................... 2
Gambar 2.1 Pohon Industri TPT ............................................................................. 11
Gambar2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................... 27
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1.Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah
Tahun 2005-2011 .................................................................................. 3
Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri TPT Jawa Tengah
Tahun 2005-2011 .................................................................................. 4
Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis ........................................................................ 14
Grafik 2.2. Representasi Efisiensi .............................................................................. 16
Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan
Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar ................................................................ 23
Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 25
Grafik 3.1. Rasio Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja, Biaya Input Produksi
Dan Nilai Hasil Produksi Industri TPT Dan 17 Subsektor Objek
Penelitian ................................................................................................... 27
Grafik 4.1.Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 .................................................. 37
Grafik 4.2.Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi
Jawa Tengah 2005-2011 ............................................................................ 38
Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa
Tengah Tahun 2005-2011 .......................................................................... 42
Grafik 4.4 Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomis Industri TPT
Provinsi Jawa Tengah 2005-2011.............................................................. 48
Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi
Jawa Tengah tahun 1995-2011 .................................................................. 49
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri Tpt Jawa Tengah ................ 60
2. Lampiran 2. Subsektor Yang Menjadi Objek Penelitian ............................... 62
3. Lampiran 3.Tingkat Keuntungan Sektor Industri Tpt Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005 – 2011 ........................................................................... 63
4. Lampiran 4.Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan
Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral. .................................................... 64
5. Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif Dan
Ekonomi Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 ........................................................................................ 65
6. Lampiran 76hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan Dea ............. 66
Lampiran 6.1 Tahun 2005............................................................................ 66
Lampiran 6.2 Tahun 2006............................................................................ 68
Lampiran 6.3 Tahun 2007............................................................................ 70
Lampiran 6.4 Tahun 2008............................................................................ 71
Lampiran 6.5 Tahun 2009............................................................................ 73
Lampiran 6.6 Tahun 2010............................................................................ 75
Lampiran 6.7 Tahun 2011............................................................................ 77
7. Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan Dea .......... 78
Lampiran 7.1 Tahun 2005............................................................................ 78
Lampiran 7.2 Tahun 2006............................................................................ 82
Lampiran 7.3 Tahun 2007............................................................................ 86
Lampiran 7.4 Tahun 2008............................................................................ 90
Lampiran 7.5 Tahun 2009............................................................................ 95
Lampiran 7.6 Tahun 2010............................................................................ 100
Lampiran 7.7 Tahun 2011............................................................................ 105
8. Lampiran 8. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi
Teknis ............................................................................................................. 110
9. Lampiran 9. Data Variabel Input Dan Output Pengukuran Efisiensi
Alokatif .......................................................................................................... 114
Lampiran 9.1 Tahun 2005............................................................................ 114
Lampiran 9.2 Tahun 2006............................................................................ 118
xvi
Lampiran 9.3 Tahun 2007............................................................................ 122
Lampiran 9.4 Tahun 2008............................................................................ 127
Lampiran 9.5 Tahun 2009............................................................................ 131
Lampiran 9.6 Tahun 2010............................................................................ 135
Lampiran 9.7 Tahun 2011 ........................................................................... 139
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengahmelalui Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025, meletakkan
sektor industri pengolahan sebagai salah satu penopang perekonomian daerah
dengan cara menjadikan basis aktivitas ekonomi sehingga memiliki daya saing
global, menjadi motor penggerak perekonomian sekaligus mendorong
peningkatan sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
Sedangkan dalam Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2008-2013dijelaskan bahwa pembangunan industri di Jawa Tengah
yang berlandaskan pada kebijakan industri nasional maka terdapat kebijakan
mengenai penguatan klaster industri dengan pendekatan “Kompetensi Inti Industri
Daerah”. Apabila melihat dari pendekatan tersebut, maka terdapat beberapa
kelompok industri yang menjadi kompetensi inti daerah di Jawa Tengah, antara
lain: industri tekstil dan produk teksil, industri mebel, industri makanan ringan,
industri perlogaman, industri komponen otomotif, serta industri hasil tembakau
(rokok).
Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam Koridor Ekonomi Jawa yang
memiliki fungsi sebagai penggerak sektor industri dan jasa nasional (lihat gambar
2
1.1). Provinsi ini ditunjuk sebagai penggerak industri makanan dan minuman serta
tekstil dan produk tekstil. Diharapkan pada provinsi akan mampu mencapai tiga
tujuan besar MP3EI yaitu peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai
produksi dan distribusi dari pengelolaan setiap potensi yang ada; mendorong agar
terwujudnya efisiensi produksi dan pemasaran serta adanya integrasi pasar
domestik; dan penguatan sistem inovasi nasional agar mendorong daya saing
sehingga terwujudnya innovation-driven economy.
Gambar 1.1. Koridor Ekonomi Jawa dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
2011-2025 (2011:74).
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi penting karena industri ini
merupakan penyedia salah satu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan
3
sandang.Industri TPT dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah mempunyai
kinerja yang cukup baik, hal ini telihat dari konsentrasi ekspor provinsi ini yang
meletakkan industri TPT sebagai konsentrasi ekspor utama (Rejekiningsih,
2012:117).
Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh industri TPT Jawa
Tengah. Dalam persaingan global, adanya pencabutan sistem kuota ekspor dan
terdapat penyesuaian terhadap General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan
mengahasilkan Agreement on Textile and Clothing (ATC) yang mulai dilaksanakan
pada tanggal 1 Januari 2005. Permasalahan ini apabila dapat ditangani dengan baik
menurut Hermawan (2011), akan berdampak positif bagi perkembangan industri TPT
melalui perdagangan yang lebih adil dan menandai era baru perdagangan TPT dunia.
Sistem kuota TPT yang bersifat diskriminasi dihapuskan dan market share TPT
semakin besar melalui persaingan global, serta peluang pengembangan industri TPT
akan semakin besar.
Grafik 1.1. Perkembangan Jumlah Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah Tahun
2005-2011 Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun
terbitan, diolah.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri Tekstil 441 822 682 554 645 641 585
Industri Pakaian Jadi 428 961 811 815 608 502 515
0
200
400
600
800
1000
1200
Jum
lah
Pe
rusa
haa
n
4
Permasalahan lainnya adalah pada persaingan antar perusahaan dalam
industri TPT di Provinsi Jawa Tengah sendiri. Terlihat dalam grafik 1.1 yang
menggambarkan perkembangan jumlah perusahaan yang ikut dalam persaingan di
industri ini cenderung menurun. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus
menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian jadi.
Dengan tren penurunan ini dikhawatirkan akan menggangu tingkat capaian
efisiensi produksi yang dibutuhkan dalam persaingan global.
Grafik 1.2. Perkembangan Biaya per Tenaga Kerja Industri Tekstil dan Produk
Tekstil Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (Rupiah per Tenaga Kerja)
Sumber: Statistik Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun, diolah.
Selain itu terdapat masalah lainnya yang mengganggu jalannya produksi di
industri TPT yaitu adanya perubahan harga bahan bakar minyak (BBM) non
subsidi khusus industri sejak tahun 2005 hingga 2011 (lihat tabel 1.1), serta
adanya peningkatan biaya per tenaga kerja (lihat grafik 1.2). Perkembangan biaya
per tenaga kerja dalam industri TPT Jawa Tengah dalam periode 2005 – 2011
mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat, ditambah fluktuatifnya harga bahan
bakar minyak untuk jenis solar non-subsidi. Kenaikan harga tenaga kerja dan
7,580,582 11,127,709 12,420,845 8,656,942
24,112,809
7,332,115
10,066,684 10,780,705
8,801,986
16,455,373
7,495,742
10,704,272 11,843,268
7,661,700
19,376,177
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri Tekstil Industri Pakaian Jadi Industri Tekstil dan Produk Tekstil
5
BBM akan memberikan dampak pada semakin besar biaya produksi pada industrti
ini.
Tabel 1.1.
Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Minyak Solar
Nonsubsidi Dalam Negeri 2005-2010
No Tahun M.Solar/Bio
Solar(Rp. /Liter)
1 2005 3.979
2 2006 5.566
3 2007 5.917
4 2008 8.622
5 2009 4.383
6 2010 5.800
7 2011 8.675
Sumber: http://www.esdm.go.id dan Milis Yahoo Group Forum Komunika
Pekerja Tambang Indonesia, 2011.
Catatan:Harga yang dicantumkan merupakan perkembangan harga BBM non
subsidi industri di Unit Operasional Pemasaran (UPms) Wilayah IV ex. Instalasi
Semarang.
Peluang untuk memperkuat posisi industrti TPT agar dapat bersaing secara
global dan mencapai tujuan besar MP3EI terletak pada memperbaiki daya
saingnya. Tetapi melihat permasalahan lainnya berupa terdapat peningkatan biaya
produksi akan menjadi faktor penghambat perbaikan daya saing dari industrti ini.
Terkait perbaikan daya saing kita dapat melihat determinan daya saing.
Menurut Kadosca dalam Nur Efendi (2012) secara garis besar terdapat dua faktor
yang mempengaruhi dari daya saing yaitu faktor internal dan faktor eksternal
(tabel 1.2). Dalam pembentuk daya saing dari dalam industri (internal) terdapat
efisiensi biaya (cost-efficiency) yang harus terpenuhi oleh setiap perusahaan dalam
industri. Perhatian pada efisiensi dikarenakan pencapaian efisiensi menjadi salah satu
tujuan dari MP3EI dan dapat menjadi celah keluar dari permasalahan tren
peningkatan biaya produksi.
6
Kondisi efisien merupakan cara bagi industri, perusahaan dalam lingkup mikro,
untuk bertahan dalam struktur persaingan bisnis. Kondisi efisien adalah kondisi
dimana perusahaan mampu mengendalikan biaya inputnya untuk menghasilkan
output yang optimal dan maksimisasi keuntungan. Tujuan perusahaan yang baik
dalam mencari keuntungan adalah melalui efisiensi (Prasetyo, 2010:23).
Tabel 1.2.
Determinan Daya Saing
Faktor Esternal Faktor Internal
Employment
Productivity
Capital supply opportunities
Globalisation
EU
Business relations
Alliances
Networks
Marketing
Innovation
Productivity
Knowledge-based development
Capital supply
Management, organisation,
structure
Cost-efficiency
Compliance
Sumber: Kadosca (2006) dalam Nur Efendi (2012)
Kondisi pencapaian tingkat efisiensi industri TPT di Jawa Tengah
berdasarkan hasil penelitian Atmanti (2004) menunjukkan sektor ini berada dalam
kondisi efisien sebelum dan setelah krisis tahun 1998. Hasil berbeda terlihat
bahwa secara rata-rata industri tekstil dan produk tekstil belum berada dalam
kondisi efisien dari tahun 2000 – 2005, kondisi ini terasa berat oleh pencapaian
pada sektor industri pakaian jadi yang belum mampu menyentuh nilai 100
(efisiensi optimum), hanya mampu bergerak dengan pencapaian rata-rata efisiensi
sebesar 51,36. Hal ini dikarenakan pengalokasian sumber daya dalam proses
produksi yang tidak tepat mengarah pada rendahnya pencapaian output sehingga
kinerja tidak maksimal (Tri Wahyu R, 2006:136).
7
Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu determinan
penentu daya saing industri yaitu tercapainya efisiensi industri. Selain itu,
penelitian mengenai efisiensi dilakukan karena masalah pokok dan penting dalam
ekonomi industri adalah masalah efisiensi industri (dalam hal penilaian dan
pengukuran kinerja) (Prasetyo, 2010:66).
Periode observasi dalam penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2005
hingga 2011 karena telah dimulainya penerapan Agreement on Textile and
Clothing (ATC) dan sepanjang tahun ini terjadi perubahan biaya perolehan input
industri TPT seperti harga bahan bakar minyak (BBM) dan biaya tenaga kerja
yang mengakibatkan beberapa perusahaan yang ada melakukan penyesuaian
faktor produksi lainnya. Dengan demikian, penelitian ini diberikan judul “Analisis
Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2011”.
1.2. Rumusan Masalah
Uraian pada subbab latar belakang masalah telah menjelaskan bagaimana
pentingnya peranan dari sektor industri TPT dalam rantai perekonomian Indonesia
pada umumnya dan Jawa Tengah khsusunya serta bagaimana dukungan
perencanaan pembangunan terhadap sektor industri ini.
Perbaikan dalam hal efisiensi dapat menjadi salah satu cara pendorong daya
saing industri terutama pada industri TPT. Berbagai perubahan pada input industri
TPT seperti biaya energi dan biaya tenaga kerja memberikan peluang timbulnya
ketidakefisienan dari industri TPT secara keseluruhan, yang selanjutnya akan
8
mengurangi tingkat daya saing industri TPT. Apabila tetap dibiarkan akan
menenggelamkan industri TPT Jawa Tengah dan Indonesia secara lebih luas.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berangkat dari uraian pada
subbab Latar Belakang Masalah, antara lain:
a. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral industri
Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah?
b. Bagaimana capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri Tekstil
dan Produk Tekstil di Jawa Tengah?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi sektoral
industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam perekonomian Provinsi Jawa
Tengah.
b. Menganalisa capaian efisiensi teknik, alokatif dan ekonomi industri
Tekstil dan Produk Tekstil di Jawa Tengah.
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka, penelitian ini memiliki kegunaan
secara praktis dan teoritis, yaitu:
a. Kegunaan Teoritis:
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
bentukpengembangan Ilmu Ekonomi Industri dan memberikan peluang
untuk penelitian terapan lanjutan dalam bidang industri lainnya.
9
b. Kegunaan Praktis:
1) Memberikan saran kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam perumusan kebijakan
pengembangan industri Tekstil dan Produk Tekstil terutama dalam
mendukung peningkatan efisiensi.
2) Memberikan saran kepada Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Provinsi
Jawa Tengah dalam pengendalian input produksi sehingga dapat
membantu optimalisasi produksi industri Tekstil dan Produk Tekstil.
10
BAB II
TELAAH TEORI
2.1. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Secara garis besar, industri TPT terbagi dalam 3 bagian (gambar 2.1), yaitu
sektor hulu, sektor antara (intermediate), dan sektor hilir.
1. Sektor Hulu: industri persiapan serat (17111), industri pemintalan benang
(17112).
2. Sektor Antara: Industri kain rajut (17301), industri pertenunan (17114),
industri pencetakan kain (17123)
3. Sektor Hilir: Industri pakaian jadi rajutan (17302), industri pakaian jadi
(18101 dan 18102).
Industri TPT dalam struktur kelembagaan di Indonesia dibawah
pembinaan Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia dan masuk dalam 6 (enam) kelompok industri
prioritaspembangunan nasional. Oleh karena itu, maka ditetapkan strategi pokok
pembangunan industri TPT, antara lain: memperkuat keterkaitan pada semua
rantai nilai (value chain) dari industri, peningkatan nilai tambah dengan
membangun kompetensi inti, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan jenis
sumber daya yang digunakan dalam industri.
11
Gambar 2.1. Pohon Industri TPT
Sumber: Asosiasi Pertekstilan Indonesia dalam Tim Kajian Pengembangan
Industri Tektil dan Produk Tekstil (2011: 44)
Subsektor industri TPT memiliki karakteristik yang berbeda-beda terlihat
dalam tabel 2.1 mengenai profil dari industri TPT di Indonesia dan tabel 2.2
mengenai kepemilikan modal industri TPT di Jawa Tengah. Dimana beberapa
subsektor menggunakan teknologi yang tinggi dan sebagian lainnya
menggunakan teknologi rendah. Pemasaran produk dari industri TPT masih
dikonsentrasikan pada ekspor dan investasi dari swasta nasional.
Tabel 2.1. Profil Industri TPT Indonesia
Sektor Jenis Produk Teknologi Pasar Produk Investasi
Serat Serat alam, serat
buatan (sintetis) Tinggi Domestik
PMA: Jepang, India,
dan Austria
Pemintalan Benang Tinggi Domestik
dan Ekspor
PMA: Jepang dan
India; PMDN
Pertenunan Kain Rendah Domestik
dan Ekspor PMDN
Garmen Pakaian Jadi Rendah Ekspor
PMDN dan PMA:
Korea Selatan dan
Hong Kong
Sumber: Departemen Perindustrian dalam Tjandraningsih dan Herawati
(2009:50).
12
Tabel 2.2. Banyaknya Perusahaan Industri TPT Jawa Tengah
Berdasarkan Kepemilikan Modal
Sektor Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Daerah
Swasta
Nasional Asing
Serat - - 3 -
Pemintalan 2 - 19 -
Kain,
Pencetakan
Kain, dan
Batik
- - 297 2
Pertenunan - - 6 1
Tali - - 17 -
Kapuk - - 20 -
Garmen - 1 495 19
Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah Volume I (2011: 23)
Industri TPT di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 27 subsektor
pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir. Selama
tahun 2005-2011 terjadi fluktuasi jumlah subsektor yang disebabkan adanya
perubahan secara struktural industri. Penyesuaian pada golongan pokok KBLI
pada tahun 2010 yang menyebabkan terjadi perluasan subsektor menjadi 27
subsektor pengolahan hulu-antara dan 9 (sembilan) subsektor pengolahan hilir.
Lebih lanjut jumlah perkembangan subsektor industri TPT Jawa Tengah dapat
dilihat pada tabel 2.3 (Lampiran 1).
Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tektil (2011:46)
memaparkan bahwa subsektor garmen memiliki barier to entry yang rendah hal
ini dikarenakan industri pakaian jadi tidak memerlukan pabrik dengan nilai
investasi yang besar, karena akitivitasnya lebih banyak bersifat assembling.
Akibatnya, siapapun bisa masuk ke industri ini meskipun belum memiliki
13
pengalaman yang cukup di industri. Ketika terjadi goncangan, subsektor garmen
menjadi sangat rentan.
2.2. Biaya Dalam Jangka Panjang dan Efisiensi Produksi
Input perusahaan dalam jangka panjang dapat diubah sehingga tidak
terdapat biaya tetap. Jangka panjang tidak hanya diartikan sebagai himpunan
beberapa jangka pendek. Jangka panjang sebaiknya diartikan sebagai masa
perencanaan (McEachern, 2001:77), hal ini karena pemilihan kombinasi input
yang fleksibel. Biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya variabel,
biaya rata-rata, dan biaya marginal. Biaya total jangka panjang adalah biaya
yang dikeluarkan untuk produksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel
(Ariyanti, 2008:76).
LTC = LVC ............. (2.6)
2.2.1. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang: Skala Produksi
Ekonomis dan Disekonomis
Bentuk kurva biaya rata-rata jangka panjang suatu perusahaan
bergantung bagaimana variasi biaya sesuai skala operasinya. Ketika suatu
penigkatan produksi pada perusahaan mengakibatkan adanya penurunan
biaya rata-rata maka perusahaan tersebut berada pada skala ekonomis.
Sebaliknya, bila peningkatan produksi mengakibatkan peningkatan pula
pada biaya rata-ratanya maka perusahaan tersebut berada pada skala
disekonomis.
14
Biaya LMC
Q* Produksi
Grafik 2.1. Skala Produksi Ekonomis (Ariyanti, 2008:78; Case dan Fair,
2007:227)
Grafik 2.1 menggambarkan biaya rata-rata dan biaya marjinal jangka
pendek dan jangka panjangyang membentuk skala ekonomis pada kuantitas
produksi tertentu. Kurva tersebut juga menggambarkan biaya rata-rata
minimum yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan atau industri di
beberapa periode jangka pendek.
Perusahaan akan berada pada titik efisiensi skala ekonomi pada saat
LAC berada pada tiitk terendah yaitu pada produksi Q*. Pada titik ini, biaya
marjinal jangka panjang atau LMC akan berpotongan dengan LAC sehingga
akan baik bagi perusahaan atau industri berproduksi pada saat tersebut.
Produksi Q* pun menjadi titik batas skala ekonomis, karena setelah
melewati titik ini, perusahaan atau industri akan mengalami peningkatan
biaya rata-rata produksi atas setiap pertambahan kuantitas produksi.
2.2.2. Efisiensi Produksi
Efisiensi merupakan penggunaan sumber daya ekonomi seefektif
mungkin sehingga akan menimbulkan rasa puas. Salah satu aspek terpenting
LAC
SAC1 SAC2 SAC3 SAC5 SAC4
SMC1 SMC2 SMC4 SMC3
SMC5
SKALA SKALA DISEKONOMIS
15
dalam efisiensi secara ekonomi adalah efisiensi produksi. Efisiensi ini terjadi
pada saat sebuah perekonomian tidak dapat melakukan kegiatan produksi
lebih dari satu barang (output) dengan tidak mengurangi barang lainnya
(Samuelson dan Nordhaus, 2005:13).
Menurut Al-Delaimi dan Al-Ani efisiensi (2006:136), dalam hal ini
efisiensi teknis, memiliki arti bahwa adanya kegiatan pemindahan input yang
berbentuk fisik seperti tenaga kerja dan modal menjadi hasil (output) pada
tingkat kinerja terbaik dimana tidak terdapat input yang terbuang dalam
kegiatan memproduksi sejumlah output. Technical Efficiency (TE)
merupakan representasi dari kombinasi minimum dari input yang dibutuhkan
untuk memproduksi output dalam jumlah tertentu, dan itu menjadi ukuran
keberhasilan kinerja sebuah perusahaan dalam memproduksi jumlah
maksimum output dari input yang ada.
Model analisis organisasi industri pada bagian kinerja terdapat dua jenis
efisiensi, yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi teknikal. Al-Delaimi dan Al-
Ani (2006:136) menambahkan satu jenis efisiensi yaitu efisiensi biaya.
Dalam mendefinisikan efisiensi alokatif, Al-Delaimi dan Al-Ani
menekankan pada pemilihan input dalam tingkatan harga tertentu untuk
menghasilkan output dengan tingkatan tertentu pula dan dalam kondisi biaya
produksi rendah. Sedangkan konsep efisiensi biaya atau yang disebut juga
efisiensi ekonomis, suatu kondisi yang dapat dicapai oleh suatu perusahaan
ketika mencari kombinasi input-input, yang membuat mereka dapat
16
memproduksi output pada saat biaya rendah. Efisiensi ekonomis ini adalah
gabungan antara efisiensi teknikal dan alokatif.
X2
E
X1
Grafik 2.2. Representasi Grafik Efisiensi (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:137)
Grafik 2.2 mengilustrasikan bahwa terdapat dua faktor produksi X1 dan
X2 untuk memproduksi Y output yang dipresentasikan oleh kurva isoquant
(I), yang juga mempresentasikan seluruh kombinasi efisiensi teknis antara
dua faktor produksi untuk memproduksi output ditingkat yang sama. AA’
merupakan kurva isocost. Titik singgung E merupakan titik produksi yang
optimum dan juga titik equilibrium dari perusahaan, dimana Marginal Rate
of Technical Substitution (MRTS) antara X1 dan X2 sama dalam rasio harga,
dan perusahaan yang beroperasi pada kondisi tersebut akan memperoleh
efisiensi teknis dan ekonomis.
Perusahaan yang berada pada titik M memperoleh efisiensi teknis
karena ia berada pada perpotongan dengan kurva isoquant (I), tetapi
perusahaan ini tidak memperoleh efisiensi secara ekonomi. Sedangkan
perusahaan yang berada pada titik N tidak dalam keadaan efisien. Efisiensi
teknis dari perusahaan adalah OM/ON, sedangkan efisiensi alokatifnya
berada saat OL/OM. Sedangkan efisiensi ekonomis yang dapat diperoleh
0
I
A
L
N
M
A’
17
oleh perusahaan adalah hasil kalkulasi dari OL/ON, yang dapat ditulis:
(OM/ON)*(OL/ON) (Al-Delaimi dan Al-Ani, 2006:138).
Rubedo (2011:19-20) menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam
penekanan orientasi pada setiap jenis efisiensi. Efisiensi teknis menekankan
orientasi pada output, efisiensi alokatif tujuan atau orientasi pada input,
sedangkan efisiensi ekonomi orientasi pada maksimisasi keuntungan.
Dalam penelitian ini, konsep efisiensi diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu Efisiensi Teknik (ET), Efisiensi Alokatif (EA) dan Efisiensi Ekonomi
(EE). Hal ini sebagaimana tercantum pada penelitian Dipeolu dan Akinbode
(2008:25) dan Johansson (2005:2) yang mengadopsi konsep dari Farrel
(1957) tentang metodologi pengukuran efisiensi. Efisiensi Teknik (ET)
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memproduksi pada batasan isokuan
atau biaya input terkecil, sedangkan Efisiensi Alokatif (EA) adalah suatu
kemampuan memproduksi pada output tingkatan tertentu dengan
menggunakan cara minimisasi rasio biaya input. Efisiensi Ekonomi (EE)
didefinisikan sebagai kapasitas sebuah perusahaan untuk memproduksi
sejumlah kuantitas output yang telah ditentukan pada saat biaya minimum
dengan tingkatan penggunaan teknologi tertentu.
2.3. Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat pengukuran efisiensi
relatif, yang mengukur inefisisensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit
lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Dalam analisis DEA
dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang
18
artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data
tertentu dan waktu tertentu (Hadad, dkk, 2003:14).
Terdapat beberapa manfaat dan keterbatasanpada pengukuran efisiensi
dengan DEA (Susilowati, dkk, 2004:2-3 dan Hadad, 2003:14):
1. Sebagai tolok ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk
mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama.
2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit kegiatan ekonomi
untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya.
3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat
efisiensinya.
Keterbatasan DEA:
1. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan dapat diukur
2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik dengan unit lain
dalam tipe yang sama.
3. sangat rentan dengan adanya angka nol, negatif dan angka kecil yang
mendekati nol
4. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya CRS (Constant Return to
Scale).
5. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk ditafsirkan dalam
nilai ekonomi.
Dua model yang dapat digunakan dalam pengukuran efisiensi pada DEA, yaitu
model CRS (Constant Return to Scale) dan model VRS (Variable Return to
Scale).
19
2.3.1. Model Constant Return to Scale (CRS)
Model ini di kembangkan pertama kali oleh Charnes, Cooper, dan
Rhodes (CCR) pada tahun 1978 (Fadholi, 2011:32; Safeedparri, dkk,
2013:3). Model ini menggunakan pendekatan input dengan asumsi rasio
antara pertambahan input dan output adalah sama sehingga jika input
ditambah sebesar n kali, maka ouput akan bertamabah sebesar n kali.
Dengan tambahan asumsi setiap unit kegiatan ekonomi telah beroperasi
pada skala yang optimal (Yulianto (2005) dalam Fadholi, 2011:33).
2.3.2. Model Variable Return to Scale (VRS)
Model VRS dikembangkan oleh R.D.Banker, A. Charnes, dan E.
Rhodes pada tahun 1984 yang tercantum pada jurnal Managemenet Science
Vol. 30. Model ini memperbolehkan setiap unit yang memiliki input rendah
dalam kondisi increasing return to scale sementara unit lain yang memiliki
input lebih tinggi terjadi decreasing return to scale (Safeedparri, dkk.,
2013:3). Dengan kata lain kondisi unit dalam model tidak terdapat rasio
yang sama antara input dan outputnya. Sehingga setiap pertambahan input
sebesar n kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar n kali
bahkan bisa lebih kecil atau lebih besar dari n kali (Fadholi, 2011:33).
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi pada sektor industri TPT dilakukan oleh
Adanacioglu dan Olgun (2011). Penelitian ini mengambil observasi pada
industri TPT pada subsektor Pemisahan Kapas di wilayah Aegean, Turki.
Penelitian ini selain melihat pada efisiensi industri juga pada tingkat
20
profitabilitasnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 15 perusahaan yang termasuk
dalam industri pemisahan kapas dan berada pada wilayah Aegean dan pemilihan
perusahaan ini didasarkan pada intensitas kapasitas dan kerja. Analisis dilakukan
menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dan Variable
Return to Scale, dan variabel input terdiri dari biaya bahan baku, tenga kerja,
dan biaya lainnya. Sedangkan pada variabel output, penelitian ini menggunakan
variabel nilai produksi.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, belum optimalnya
penggunaan kapasitas produksi yang menjadi penyebab utama turunnya
produksi kapas Turki beberapa tahun sebelumnya, selain itu, kombinasi biaya
input mempengaruhi pada industri ini dan perlunya restrukturisasi mesin dan
pembaharuan teknologi. Kemudian, penghambat dari efisiensi pada industri ini
adalah peningkatan terhadap pengenaan VAT (Value Added Tax) yang dilakukan
oleh pemerintah Turki. Penelitian ini menyebutkan bahwa pendidikan sangat
penting untuk membentuk efisiensi secara teknis dan ekonomi pada industri ini.
Penelitian ini didasarkan kepada saran penelitian lanjutan dari penelitian
yang telah dilakukan oleh Hastarini Dwi Atmanti (2004) dimana dalam salah
satu agenda penelitian lanjutan diharapakan dapat melakukan penelitian yang
lebih spesifik pada satu industri manufaktur. Penelitian yang dilakukan Hastarini
Dwi Atmanti (2004) bertujuan untuk menganalisa efisiensi industri manufaktur
menengah dan besar di Jawa Tengah (ISIC 31-39) dan menganalisa keunggulan
kompetitif di Jawa Tengah sebelum dan sesudah krisis 1998 dengan periode
observasi tahun 1995-2000.
21
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output (value
added, nilai barang yang dihasilkan, jasa industri untuk output, keuntungan
penjualan barang, penerimaan lainnya) dan input (bahan baku, tenaga kerja,
bahan bakar dan listrik yang digunakan, barang lainnya di luar bahan baku, jasa
industri untuk input, sewa gedung dan alat-alat, jasa non industri). Analisis
efisiensi menggunakan DEA dengan asumsi Constant Return to Scale dihasilkan
bahwa seluruh industri manufaktur yang menjadi objek penelitian dalam kondisi
efisien, dan beberapa industri (KLUI 31, KLUI 32, KLUI 35, serta KLUI 39)
menjadi keunggulan kompetitif Provinsi Jawa Tengah.
Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan
oleh Tri Wahyu R. (2006) terhadap sektor industri manufaktur di Jawa Tengah
periode tahun 2000-2005, sektor industri manufaktur Jawa Tengah belum dapat
dikatakan dalam kondisi efisien dan industri Pakaian Jadi (KBLI 18), yang
menjadi bagian dari industri TPT, dalam kurun waktu tahun 2000-2005 tidak
pernah berada pada kondisi efisien. Penelitian ini menggunakan asumsi Variable
Return to Scale dan alat analisis DEA versi Warwick.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel output dan
input. Variabel output antara lain: barang yang dihasilkan, tenga listrik yang
dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi
danpenerimaan lain. Sedangkan variabel input terdiri dari bahan baku, bahan
bakar, barang lainnya diluar bahan baku/bahan penolong, jasa industri, sewa
gedung dan biaya jasa non industri.
22
Fadholi (2011) melakukan penelitian pada efisiensi industri TPT di
Indonesia pada periode 2001-2005. Dengan menggunakan metode DEA dan
model Variable Return to Scale (VRS) dan orientasi input. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel input (biaya bahan bakar, tenaga kerja, tenaga
listrik, bahan baku, dan modal) dan Variabel output (nilai output dan value
added). Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar dari subsektor industri
TPT telah efisien, namun terdapat beberapa subsektor yang masih dalam kondisi
inefsiensi pada variabel input bahan bakar, tenaga listrik, dan modal.
Penelitian lainnya yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah metode
penelitian yang dilakukan oleh Al-Delaimi dan Al-Ani (2006) yaitu menekankan
pada analisis efisiensi biaya (ekonomi). Penelitian yang dilakukan terhadap 24
Bank Syariah ini menghasilkan bahwa sebagian besar bank dalam keadaan
efisien dan selalu meningkatkan efisiensinya. Menggunakan variabel input
(modal, cadangan modal, dan simpanan dana pihak ketiga) dan variabel output
(pengambilan produk investasi dan aset bank) dengan model penelitian Constant
Return to Scale yang diadopsi dari Charnes, Cooper, dan Rhodes.
Penelitian ini merupakan pengembangan dan kombinasi dari penelitian
terdahulu yang telah dicantumkan. Penelitian ini akan menekankan pada
pengukuran efisiensi biaya ekonomi yang objek penelitian pada sektor industri
manufaktur yang dispesifikasikan pada subsektor industri TPT (KBLI 2005 kode
industri 17 dan 18; KBLI 2010 kode industri 13 dan 14) dengan menggunakan
alat analisis Data Envelopment Analysis (DEA) dengan asumsi Variable Return
23
to Scalesehingga semua unit kegiatan ekonomi yang akan diukur akan
menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output.
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis
Industri TPT menjadi salah satu sektor penting dalam struktur
perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah menjadi
salah satu provinsi kunci sebagai basis percepatan pembangunan industri TPT
yang tercantum dalam perencanaan pembangunan Indonesia melalui MP3EI.
Dengan tujuan persaingan global, daya saing industri terus menerus ditingkatkan,
salah satunya dengan menjadikan kondisi efisien di setiap subsektor industri ini.
Grafik 2.3. Model Analisis Organisasi Industri Pendekatan Hubungan Struktur-
Perilaku-Kinerja Pasar
Sumber: Scherer (1973) dalam Nurimansjah Hasibuan (1993:8) dan William G.
Shepherd (1990) dalam P. Eko Prasetyo (2010: 27).
Kondisi Dasar
Sisi Permintaan Sisi
Penawaran
Elastisitas Bahan baku
Pertumbuhan industrti Teknologi
Struktur Pasar
Ukuran perusahaan integrasi horizontal dan vertikal
Kondisi biaya konglomerasi
Entry barier organisasi buruh
Perilaku Pasar
Strategi harga Advertasi
Kolusi Penelitian dan inovasi
Kinerja Pasar
Pola harga dan keuntungan Perkembangan Teknologi
Efisiensi Kesempatan kerja
24
Model analisis organisasi industri yang tergambar pada
grafik2.3menyatakan bahwa kondisi dasar bagi industri baik dari sisi penawaran
dan permintaan akan mempengaruhi struktur, perilaku dan kinerja dari suatu
industri. Setiap perubahan pada kondisi dasar akan mempengaruhi struktur
industri yaitu kondisi biaya produksi dan jumlah perusahaan yang bersaing. Hal
ini di sebabkan kondisi faktor produksi yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi, apabila langka dan terjadi kenaikan harga akan berpengaruh pada
kondisi biaya input (faktor produksi) yang tinggi, dan tidak setiap perusahaan
dalam suatu industri mampu memenuhi input dengan kondisi biaya produksi
tinggi, selanjutnya akan menjatuhkan perusahaan-perusahaan yang kurang dalam
faktor produksi lainnya yaitu modal.
Berkurangnya perusahaan dalam suatu industri dapat diindikasikan semakin
terkonsentrasinya persaingan dalam industri, yang menyebabkan persaingan
kurang sehat. Sedangkan pengaruh bagi kinerja industri sendiri adalah bila
industri semakin terkonsentrasi, maka menimbulkan inefisiensi perusahaan
dalam industri (Prasetyo, 2010:23).
Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah didasarkan pada ditunjuknya
Provinsi Jawa tengah sebagai salah satu pemegang peran dalam percepatan
pembangunan industri TPT di Indonesia. Pengamatan pada perkembangan
tingkat keuntungan dari industri TPT dan tingkat penyerapan tenaga kerja
sebagai suatu aspek perhatian perkembangan industri karena MP3EI memiliki
tujuan adanya perluasan nilai tambah dari setiap sektor penggerak
perekonomian.
25
Grafik 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perubahan kondisi dasar industri TPT dalam hal ketersediaan energi
mengakibatkan adanya perubahan struktur industri TPT dimana biaya produksi
mengalami penyesusaian, dan jumlah perusahaan dalam industri ini cenderung
mengalami penurunan dan berdampak pada persaingan dalam industri TPT.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi efisiensi ekonomi dari setiap
subsektor pada industri TPT di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil dari
perhitungan efisiensi teknis dan alokatifnya (grafik 2.4).
Kinerja Industri TPT
Efisiens
i Teknis
Provinsi Jawa Tengah Sebagai
Salah Satu Pusat Percepatan
Industri TPT Indonesia dalam
MP3EI
Perubahan Struktur Industri
TPT pada sisi Biaya Energi,
Biaya Tenaga Kerja, Perubahan
Jumlah Perusahaan Dalam
Industri.
Efisien
si
Efisiensi
Ekonomi
Perkembangan Tingkat
Keuntungan Industri; dan Tingkat
Penyerapan Tenaga Kerja;
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian yang
didasar pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode tertentu.
Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat efisiensi dari industri TPT dan
subsektornya (KBLI 2005 17 dan 18; KBLI 2010 13 dan 14) di provinsi Jawa
Tengah periode 2005-2011.
Industri TPT yang menjadi objek penelitian adalah industri yang termasuk
dalam industri besar dan sedang. Industri besar diklasifikasi sebagai setiap
perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih. Sementara pada industri
sedang, setiap perusahaan yang mempekerjakan antara 20-99 orang.Dipilih 17
subsektor industri TPT yang menjadi objek penelitian, tercantum pada tabel
(lampiran 3). Pemilihan 17 subsektor dinilai representatif karena memiliki
proporsi > 80% dari total tenaga kerja, biaya input dan nilai hasil produksi pada
industri TPT Jawa Tengah (lihat grafik 3.1). Pemilihan objek penelitian
disesuaikan dengan perubahan kode klasifikasi ditahun 2005 dan 2010 tanpa
mengurangi tujuan penelitian.
27
i) Grafik perbandingan jumlah tenaga kerja pada 17 Subsektor Objek
Penelitian terhadap industri TPT
ii) Grafik rasio perbandingan biaya input dan nilai hasil produksipada
17 Subsektor Objek Penelitian terhadap industri TPT (persen)
Grafik 3.1. Rasio perbandingan jumlah tenaga kerja, biaya input produksi
dan nilai hasil produksi industri TPT dan 17 subsektor objek
penelitian.
Sumber: Statistik indutstri Besar dan Sedang Jawa Tengah 2005-2011
Volumte I, diolah.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Data
Envelopment Analysis untuk mengukur dan mengidentifikasi tingkat efisiensi di
setiap subsektor industri TPT Jawa Tengah. Penelitian akan menggunakan alat
bantu perangkat lunak Aplikasi Data Envelopment Analysis yang dikembangkan
oleh University of Warwick versi 1.03.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Industri TPT 191,581 438,456 236,013 231,293 223,211 222,245 235,583
17 Subsektor Penelitian 182,288 423,652 219,887 225,114 215,542 215,513 210,364
- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000
1,000,000
Ora
ng
97 98 91 88 97 99 89
97 98 91 88 97 98
78
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Biaya Input Rasio Nilai Hasil Produksi
28
Pengukuran tingkat efisiensi akan dimulai dengan pengukuran terhadap
kondisi tingkat efisiensi teknik dengan menggunakan variabel input dan output.
Langkah selanjutnya akan dilakukan pengukuran tingkat efisiensi alokatif
dengan menggunakan variabel harga dari input dan output. Tahap terakhir
adalah melakukan perhitungan nilai efisiensi teknik dan efisiensi alokatif dengan
cara mengkalikan nilai keduanya disetiap objek penelitian sehingga di dapat
nilai efisiensi ekonomi untuk objek penelitian.
Pada tahap pembahasan dan analisis, akan dilakukan analisis secara
makroekonomi dalam gambaran umum industri TPT dalam perekonomian
Provinsi Jawa Tengah atas implementasi perencanaan pembangunan nasional
dan daerah yang meliputi analisis terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor
industri Tekstil dan Produk Tekstil dan analisis mengenai perkembangan tingkat
keuntungan pertumbuhan industri TPT. Kemudian akan dilanjutkan dengan
pembahasan terhadap hasil pengolahan data yang menunjukkan tingkat efisiensi
teknis, alokatif dan ekonomi objek penelitian.
3.2. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dinilai representatif
terhadap kondisi dari objek penelitian. Pengukuran efisiensi teknik
membutuhkan variabel input dan output, kriteria nilai input dan output yang
dijadikan sebagai variabel dari penelitian secara keseluruhan memiliki proporsi
sebesar ≥ 80% (persen) dari total input dan nilai output produksi. Penelitian
menggunakan variabel input yang terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bahan
baku dan penolong, dan biaya energi (bahan bakar, tenaga listrik dan gas).
29
Sedangkan variabel output yang digunakan adalah nilai dari barang yang
dihasilkan. Pengukuran efisiensi alokatif digunakan variabel harga input (harga
tenaga kerja, harga bahan baku dan penolong, dan harga energi) dan variabel
harga output (harga barang yang dihasilkan).
3.2.1. Variabel Pengukuran Efisiensi Teknik
3.2.1.1. Variabel Input
a) Biaya Tenaga Kerja
Berdasarkan Statistik Industri Besar dan Sedang yang diterbitkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah biaya tenaga
kerja adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh suatu industri
kepada seluruh tenaga kerja yang terdiri dari biaya gaji atau upah, upah
lembur, hadiah atau bonus, iuran dana pensiun, tunjangan sosial, dan
asuransi kecelakaan dalam nilai satuan Rupiah.
b) Biaya Bahan Baku dan Penolong
Biaya bahan baku dan penolong merupakan pengeluaran oleh setiap
perusahaan yang terdapat pada industri untuk memperoleh input berupa
bahan baku dalam proses produksi. Dalam penelitian ini biaya bahan
baku dan penolong adalah jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh
seluruh perusahaan yang ada pada tiap subsektor industri TPT untuk
mendapatkan bahan baku dalam satuan Rupiah.
30
c) Biaya Energi
Biaya energi pada penelitian ini adalah jumlah pengeluaran seluruh
perusahaan yang terdapat pada subsektor industri TPT untuk
mendapatkan bahan bakar dan tenaga listrik dalam satuan Rupiah.
3.2.1.2. Variabel Output
Variabel output dalam penelitian ini adalah nilai barang yang
dihasilkan, yaitu jumlah barang yang diproduksi oleh seluruh perusahaan
dalam subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah.
3.2.2. Variabel Pengukuran Efisiensi Alokatif
3.2.2.1. Variabel Harga Input
a) Harga Tenaga Kerja
Penentuan harga tenaga kerja berdasarkan jumlah pengeluaran untuk
tenga kerja dibagi jumlah tenaga kerja yang terdapat disetiap subsektor
industri TPT dalam satuan Rupiah.
b) Harga Bahan Baku dan Penolong
Penentuan harga bahan baku dan penolong didasarkan pada jumlah
pengeluaran untuk bahan baku dan penolong kemudian dibagi dengan
kuantitas setiap bahan baku dan penolong yang digunakan di tiap
subsektor industri TPT dalam satuan Rupiah.
Penentuan bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam
perhitungan efisiensi pada penelitian ini didasarkan pada:
1.Besarnya nilai atau dana yang dikeluarkan oleh industri untuk
memperolehnya
31
2.Besarnya kuantitas penggunaan bahan baku
3.Asal perolehan bahan baku (impor atau produk domestik)
c) Harga Energi
Penentuan harga energi dalam penelitian ini didasarkan biaya energi
dibagi dengan jumlah penggunaan energi (BBM dan tenaga listrik),
dimana penggunaan tenaga listrik diasumsikan setiap perusahaan pada
industri TPT menggunakan tingkat daya listrik yang sama, dalam satuan
Rupiah per KWh dan Rupiah per liter solar industri untuk variabel input
bahan bakar.
3.2.2.2. Variabel Harga Output
Harga output didasarkan pada besarnya nilai dan kuantitas produksi.
Perhitungan harga output ialah jumlah nilai produksi dibagi dengan
kuantitas produk industri TPT dalam satuan Rupiah.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari industri TPT yang
terklasifikasikan sebagai industri besar dan sedang. Data dikumpulkan
beradasarkan variabel penelitian sehingga akan terdapat kesesuaian dengan
tujuan penelitian. Data bersumber dari Statistika Industri Besar dan Sedang
Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun 2011
yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
3.4. Mettode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi atau studi pustaka melalui pencarian data yang sesuai dengan
32
variabel penelitian. Menurut Arikunto (2002) dalam Fadholi (2011:43) metode
dokumentasi yaitu mencaridata mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, suratkabar, majalah, parasasti, notulen, rapat, lengger,
agenda dan sebagainya. Implementasi dari metode dokumentasi pada penelitian
ini adalah dengan pengumpulan data dari buku Statistik Industri Besar dan
Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I, II dan III dari tahun 2005 hingga tahun
yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), serta bebagai literatur lainnya
berupa jurnal penelitian maupun publikasi lainnya.
Analisis efisiensi teknis menggunakan data kinerja dari subsektor industri
TPT yang menjadi objek penelitian sepanjang tahun observasi. Analisis efisiensi
alokatif, pemilihan data berdasarkan variabel penelitian, yaitu 1-5 biaya input
bahan baku dan penolong terbesar berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan dan
syarat lainnya sebagaimana tercantum dalam metode penentuan variabel harga
input bahan baku, penggunaan bahan bakar jenis solar khusus industri dan
tenaga listrik yang dibeli, serta 1-5 nilai dan kuantitas barang yang diproduksi
terbesar berdasarkannilai barang dari tiap subsektor industri TPT yang menjadi
objek penelitian sepanjang tahun observasi dengan memperhatikan persyaratan
data dalam analisis menggunakan DEA.
3.5. Metode Analisis Data
Penelitian ini bertujuan menganalisa kinerja industri TPT Provinsi Jawa
tengah dengan penekanan pada analisis tingkat efisiensi ekonomi. Pengukuran
efisiensi dipilih menggunakan teknik analisis DEA karena teknik ini dapat
mengevaluasi efisiensi pada suatu industri yang telah ditentukan dan melakukan
33
perbandingan terhadap industri yang memiliki kinerja terbaik (Coelli, Rao, et.al
(1998) dalam Jayamaha dan Mula, 2011:456). Lebih lanjut Jayamaha dan Mula
(2011:456) dengan menyadur dari Fried, Lovell dan Schmidt (2002) bahwa DEA
merupakan metode yang tepat untuk mengukur efisiensi relatif dari beragam unit
kegiatan ekonomi dengan melingkupi seluruh elemen dari input dan output.
Cara kerja dari DEA adalah menentukan rasio tertimbang dari input dan
output setiap unit. Penentuan bobot tertimbang akan menjadi suatu permasalahan
penting dalam pengukuran efisiensi, DEA memberikan kesempatan kepada tiap
unit kegiatan ekonomi untuk menentukan pembobotnya masing-masing
(Samsubar Saleh (2000) dalam Tri Wahyu R, 2006:134). Setiap unit kegiatan
ekonomi akan memiliki bobot yang akan memaksimumkan rasio efisiensinya
(maximize total weighted output/total weighted input) (Fadholi, 2011:44). Nilai
dari hasil pengukuran efisiensi melalui DEA adalah 0 (nol) sampai dengan 1
(satu) dengan pengertian bahwa bila hasil pengukuran sama dengan 1 (satu)
maka subsektor industri tersebut dinilai telah efisien, begitu pula sebaliknya bila
hasil pengukuran dibawah 1 (satu) maka subsektor industri dinilai belum
mencapai kondisi efisien. Pengukuran efiensi subsektor industri TPT dengan
DEA diadopsi dari Fadholi (2011:43-44) dan Atmanti (2004:4-5) adalah sebagai
berikut:
∑ ......................... (3.1)
Dengan Batasan atau kendala:
∑ ∑
......................... (3.2)
34
∑
Dimana:
= jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri k
Xij = jumlah input i yang diperlukan oleh subsektor industri j
Yrj = jumlah output r yang dihasilkan oleh subsektor industri j
Xik = jumlah input yang idperlukan oleh subsektor k
S = jumlah subsektor industri yang dianalisis
M = jumlah input yang digunakan
Urk = bobot tetimbang dari output yang dihasilkan tiap subsektor
industri k
Vik = bobot tertimbang input i yang digunakan subsektor industri k
Ek = nilai yang dioptimalkan sebagai indikator efisiensi relatif dari
subsektor indsutri k
Dalam penggunaan DEA, asumsi model dalam penelitian ini adalah
Variable Return to Scale dengan alasan bahwa dalam sektor industri adanya
pertambahan pada proporsi input belum tentu dapat meningkatkan proporsi
output dengan nilai yang sama, karena hasil (output) ditentukan pula oleh
kondisi ekonomi makro permintaan, penawaran dan lainnya (Fadholi, 2011:46).
35
Tabel 3.1. Kriteria Ukuran Tingkat Efisiensi Industri TPT Jawa Tengah
Kriteria Efisiensi Nilai Efisiensi
Sempurna/Optimum
Tinggi
Sedang
Rendah
Tidak efisien
1
0,81 – 0,99
0,60 – 0,80
0,41 – 0,59
≤ 0,40
Sumber: Hidayat, 2014:124
Agar dapat dipastikan tingkat capaian efisiensi pada industri TPT secara
sektoral maupun keseluruhan, maka perlu adanya pembagian kriteria ukuran
tingkat efisiensi, yaitu efisensi tinggi, efisiensi sedang, efisiensi rendah, serta
tidak efisien (Hidayat, 2014:124). Kriteria ukuran tingkat efisensi dapat terlihat
pada tabel 3.1.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Dalam
Perekonomian Provinsi Jawa Tengah
Industri TPT yang berada di provinsi Jawa Tengah mencakup sebagian
besar subsektor industri, mulai dari pengolahan hulu seperti industri persiapan
serat, pengolahan antara seperti pencetakan kain hingga pengolahan hilir seperti
industri pakaian jadi. Sebagaiamana peranannya dalam RPJPD Provinsi Jawa
Tengah sebagai salah satu industri kopetensi inti daerah, industri TPT harus
memiliki tingkat kemampuan penyerapan tenaga kerja yang besar, dan memiliki
tingkat kinerja baik pertumbuhan industri maupun tingkat keuntungan yang
terjaga dengan baik. Dalam subbab selanjutnya akan di jelaskan mengenai
gambaran umum dari industri ini dalam hal tingkat penyerapan tenaga kerja,
dan perkembangan tingkat pertumbuhan dan keuntungan industri.
4.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu
proses produksi. Penyerapan tenaga kerja oleh setiap sektor dalam
perekonomian mempunyai andil besar dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
37
Grafik 4.1. Total Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011
Sumber: Data sekunder diolah
Penyerapan tenaga kerja pada salah satu sektor perekonomian di Provinsi
Jawa Tengah, dalam penelitian ini sektor industri pengolahan, secara umum
mengalami perlambatan (grafik 4.1). Perlambatan pada penyerapan tenaga
kerja dimungkinkan sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan pada
sektor industri pengolahan, dampak dari krisis global yang menyebabkan
tidak stabilnya pasar, serta terdapat peningkatan harga input produksi yang
mengharuskan adanya penyesuaian biaya produksi. Situasi yang sama juga
dialami oleh sektor industri TPT, perlambatan dalam penyerapan tenaga
kerja terjadi sejak tahun 2007. Dalam grafik 4.2 terlihat bahwa penyerapan
tenaga kerja pada sektor industri tekstil (KBLI 17) paling tinggi pada sektor
industri pengolahan.
Sebagaimana ditunjukkan oleh grafik 4.2 bahwa sepanjang tahun
observasi nilai rata-rata pergerakan (moving average) penyerapan tenaga
kerja pada industri TPT (KBLI 17 dan 18) mengalami penurunan. Kondisi
ini harus menjadi perhatian karena industri TPT mempunyai karakteristik
padat karya, apabila terdapat penurunan penyerapan tenaga kerja akan
574.869
1.253.493
713.777 694.145
674.072 734.898 732,031
-
500,000
1,000,000
1,500,000Te
nag
a K
erj
a (O
ran
g)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
38
berdampak pada peningkatan tingkat pengangguran yang akan mengganggu
perekonomian daerah.
Grafik 4.2. Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Provinsi Jawa
Tengah 2005-2011 (orang)
Sumber: BPS, Statistik Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah, berbagai tahun
diolah
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah menetapkan industri TPT
menjadi salah satu sektor pendorong perekonomian nasional dan daerah.
Sehingga sektor ini harus mampu memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan memberikan
rangsangan terhadap tumbuhnya industri penunjangnya. Perlambatan
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Tengah
0
100000
200000
300000
1 2 3 4 5 6 7
15 16 1718 19 2021 22 2324 25 2627 28 2930 31 3233 34 3536 37 33-KBLI 20102 per. Mov. Avg. (17) 2 per. Mov. Avg. (18)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
39
menimbulkan pertanyaan mampukah industri ini melakukan fungsinya
sebagai salah satu sektor utama penyerap tenaga kerja di Jawa Tengah.
Apabila pemerintah daerah ingin industri ini tetap menjadi sektor
kompetensi inti perekonomian, maka dalam hal penyerapan tenaga kerja
pemerintah dapat melakukan insentif pada industri yang telah melakukan
penyerapan tenaga kerja besar dan memiliki produksi yang tinggi pula,
karena apabila penyerapan tenaga kerja yang tinggi tidak diimbangi dengan
produksi tinggi maka akan merugikan industri tersebut karena akan
memberatkan biaya produksi dan dikhawatirkan akan terjerat pada kondisi
law of deminishing return.
4.1.2. Tingkat Pertumbuhan dan Profit Industri
Proses industrialisasi di suatu wilayah dapat dimulai dengan
pembangunan industri TPT. Karena industri ini memiliki karakteristik yang
padat karya, sehingga mampu mengatasi permasalahan penyerapan tenaga
kerja serta dalam peningkatan orientasi ekspor. Walaupun pertumbuhan
industri TPT dalam analisis organisasi industri tidak termasuk pada sisi
kinerja industri, tetapi secara makro pertumbuhan industri dapat menjadi
suatu evaluasi peranan sektor industri dalam perekonomian.
Pertumbuhan industri TPT dapat dilihat dari perkembangan jumlah
perusahaan yang ada dalam industri dan persentase produksi industri ditiap
tahunnya sedangkan sebagai pelengkap informasi mengenai pertumbuhan
industri, dapat diperoleh dari perkembangan tingkat keuntungan industri.
Peranan industri TPT pada perekonomian Provinsi Jawa Tengah akan
40
semakin baik bila kondisi tingkat pertumbuhan dan keuntungannya terus
mengalami peningkatan.
Perumbuhan jumlah perusahaan dalam industri ini mengalami
penurunan. Terlihat dalam grafik 1.1 yang menggambarkan perkembangan
yang cenderung turun dalam jumlah perusahaan yang ikut meramaikan
persaingan di industri ini. Jumlah perusahaan pada Industri TPT yang terus
menerus mengalami penurunan terdapat pada subsektor industri pakaian
jadi. Penurunan jumlah perusahaan ini dapat berpengaruh pada intensitas
persaingan antarindustri. Sedangkan persaingan sendiri dalam model
analisis organisasi (lihat grafik 2.3) industri dapat berpengaruh terhadap
kinerja industri, seperti tingkat keuntungan, tingkat capaian efisiensi dan
kesempatan kerja.
Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Tiga Sektor Utama Atas Dasar Harga
Konstan, Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2011 (persen)
No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
1. Pertanian 4,61 3,60 2,78 3,19 3,71 2,51 1,27 3,10
2. Industri
Pengolahan
- Tekstil, barang
kulit dan alas
kaki
4,80
2,71
4,52
5,26
5,56
6,12
5,06
4,35
3,79
1,97
6,87
6,92
6,60
6,02
5,31
4,76
3. Perdagangan,
Hotel, Dan
Restoran
6,05 5,85 6,54 7,23 7,21 6,06 7,75 6,67
Produk Domestik
Regional Bruto
5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 6,03 5,56
Sumber: BPS, Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah, berbagai tahun
terbitan
Catatan: Penentuan tiga sektor utama berdasarkan tiga sektor terbesar pada
distribusi persentase terhadap PDRB tiap tahun.
41
Pertumbuhan sektor industri pengolahan sepanjang tahun 2005 hingga
tahun 2009 berada dibawah rata-rata dari pertumbuhan total PDRB di
periode yang sama dan mulai bangkit kembali di tahun 2010 dan 2011 (tabel
4.1). Hal yang sama terjadi pada laju pertumbuhan sektor industri TPT
2005-2009 secara umum berada dibawah pertumbuhan PDRB, kemudian di
tahun 2010 mampu meningkat tajam dan mampu mengulang kembali
pertumbuhan sektor ini diatas tingkat pertumbuhan PDRB di tahun 2007.
Pada tahun berikutnya, industri ini mengalami perlambatan yang hanya
mampu bergerak sebesar 6,02 dan masih berada dibawah laju pertumbuhan
PDRB Provinsi Jawa Tengah. Secara rata-rata pun industri tekstil memiliki
laju pertumbuhan dibawah rata-rata PDRB Jawa Tengah.
Laju tingkat keuntungan industri TPT tahun 2005 – 2006 mengalami
peningkatan dua kali lipat, keadaan ini memberi kepercayaan pada industri
untuk melakukan perluasan kapasitas produksi. Tahun 2007 keuntungan
industri TPT menurun hingga 50% dibanding tahun sebelumnya. Namun
keadaan ini tidak melemahkan produksi industri ini, tercatat hingga tahun
2010 industri TPT memiliki tingkat keuntungan yang meningkat. Tren
peningkatan perolehan keuntungan memberikan pergerakan yang baik bagi
kinerja industri TPT dari sisi penawaran, ditengah banyaknya hambatan
pada kondisi dasar industri dari peningkatan harga bahan baku, serta
persaingan dengan produk impor.
42
Grafik 4.3. Perkembangan Tingkat Perolehan Keuntungan Industri TPT Jawa
Tengah Tahun 2005-2011 dalam rupiah.
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang, berbagai tahun terbitan
diolah.
Tingkat keuntungan indsutri TPT ditahun 2011 menurun, akan tetapi
terdapat peningkatan keuntungan dibeberapa sektor secara parsial, yaitu
sektor barang jadi tekstil dan permadani, perajutan, dan kapuk. Dengan
peningkatan tertinggi pada sektor barang jadi tekstil dan permadani dengan
jumlah peningkatan keuntungan sebesar Rp. 113.163.809,- (lihat lampiran
3).Perlambatan keuntungan pada tahun 2011 dikhawatirkan akan terus
terjadi pada tahun-tahun berikutnya dengan adanya perlambatan ekonomi
dunia yang menjadikan menyempitnya ruang gerak bagi pemasaran produk
tekstil serta semakin intensnya persaingan produk tekstil Indonesia – secara
umum – dengan negara-negara lain seperti Vietnam, India, dan Cina.
Perhatian penelitian tidak hanya berdasarkan kinerja secara
makroekonomi, tetapi penulis ingin menekankan pula kinerja industri TPT
Jawa Tengah pada aspek mikroekonomi. Perhatian pada tingkat mikro ini
5,632,231,362
12,046,351,515
6,390,970,397
7,792,523,824
7,792,523,824
12,808,751,324
10,837,868,764
0
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
14,000,000,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Keuntungan Industri TPT
43
perlu, selain mendukung perencanaan ekonomi nasional (MP3EI) juga
dikarenakan adanya berbagai aspek perubahan yang terjadi pada industri
TPT.
4.2. Perhitungan Efisiensi
Dalam subbab ini akan dipaparkan tentang hasil perhitungan efisiensi
menggunakan alat bantu DEA dengan variabel input dan output yang telah
ditentukan pada metodologi penelitian. Perhitungan efisiensi meliputi
perkembangan tingkat capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi setiap
sektorpada industri TPT, capaian efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi pada
industri TPT secara keseluruhan.
4.2.1. Efisiensi Ekonomi Sektoral Industri TPT Provinsi Jawa Tengah
Menggunakan data tahunan dimulai dari tahun 2005 hingga tahun
2011, maka diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi industri TPT secara
teknis, alokatif dan ekonomi baik secara sektoral maupun keseluruhan
industri. Untuk lebih memudahkan analisis hasil perhitungan efisiensi
sektoral, maka dibuat tabel 4.2 hingga tabel 4.4 sebagai ringkasan perolehan
tingkat efisiensi dari setiap sub golongan pokok yang ada pada industri TPT.
Perkembangan tingkat efisiensi secara teknis pada sektoral dari
industri TPT sebagian besar berada pada kriteria efisiensi tinggi, kecuali
sektor industri pakaian jadi yang mampu membukukan tingkat efisiensi
optimum disepanjang periode penelitian, walaupun terdapat penurunan di
tahun 2009 dan 2010. Capaian efisiensi teknis terendah diperoleh oleh
44
sektor industri barang jadi tekstil dan permadani pada periode produksi
2006 dimana hanya mampu memperoleh capaian sebesar 0,66.
Apabila kita ingin melihat lebih dalam lagi, maka ditemukan
subsektor yang masuk pada kriteria tidak efisien seperti subsektor dengan
nomor klasifikasi 17113 (industri pemintalan benang jahit) yang memiliki
tingkat efisiensi sebesar 0,37 pada tahun 2008, dan subsektor 17293
(industri bordir/sulaman) dengan nilai efisiensi sebesar 0,40 ditahun 2006
(lihat lampiran 4).Penurunan capaian efisiensi teknis yang drastis terdapat
pada sektor pemintalan, pertenunan, pengolahan akhir tekstil pada tahun
produksi 2007 ke 2008 yang turun sebesar 15 persen dan sektor barang jadi
tekstil dan permadani ditahun produksi 2005 ke 2006 turun sebesar 33
persen.
Tabel 4.2. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub
Golongan Pokok
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
0,93 0,97 0,90 0,76 0,75 0,87 0,93 0,87
Barang Jadi
Tekstil Dan
Permadani
0,99 0,66 0,85 0,87 1 0,96 0,87 0,88
Perajutan 0,84 0,83 0,93 0,99 1 0,85 0,92 0,91
Kapuk 1 0,93 0,75 0,92 0,80 0,71 1 0,87
Pakaian Jadi 1 1 1 1 0,93 0,97 1 0,98
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Penurunan tingkat efisiensi teknis yang drastis pun dialami oleh
subsektor yang ada pada industri TPT (lihat lampiran 4), seperti yang
dialami oleh subsektor dengan nomor klasifikasi 17231 (industri tali) dan
45
17293 (bordir/sulaman) tahun 2006 sebesar 41 dan 60 persen; kemudian
subsektor 17115 (kain tenun ikat) dan 17121 (penyempurnaan benang)
ditahun 2009 turun sebesar 32 – 57 persen; dan subsektor 17301 (kain rajut)
ditahun 2010 merosot hingga 55 persen. Penurunan pada subsektor tersebut
dapat dikarenakan berbagai macam masalah.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subsektor yang mengalami
penurunan harus melakukan penyesuaian pada input maupun output dengan
variasi penanganan yang berbeda (lihat lampiran 6). Permasalahan yang
terjadi pada subsektor 17293 yang turun hingga 60 persen. Menurut hasil
perhitungan, subsektor ini harus memperbaiki variabel input dengan
mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 20,1 persen dan peningkatan
produksi hingga 149,3 persen (lampiran 6.2). Berbeda dengan penangan
pada kasus subsektor 17121 yang mengalami penurunan sebesar 32 persen
ditahun 2009. Penyesuaian yang dapat dilakukan oleh subsektor ini ialah
mengurangi pengeluaran pada biaya energi sebesar 55,7 persen dan
diimbangi dengan peningkatan produksi hingga 134,7 persen (lampiran 6.5).
Capaian efisiensi teknis yang fluktuatif terdapat diseluruh sektor
industri TPT, tetapi masih dalam kriteria dengan tingkat efisiensi sedang
hingga optimum.
Walaupun terlihat capaian kinerja baik – tergambar dari rata-rata
tingkat efisiensi tinggi – tetapi perlu adanya berbagai penyesuaian terutama
pada pengaturan biaya produksi. Hal ini dapat dikatakan subsektor industri
TPT belum mampu mencapai produksi pada batasan isokuan atau biaya
46
input terkecil secara optimum. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
pelaku industri perlu mengurangi biaya produksi yang dinilai mengganggu
untuk meningkatkan capaian kinerja.
Sementara perkembangan tingkat efisiensi alokatif di seluruh sektor
industri TPT, sepanjang periode penelitian berada pada efisiensi yang
optimum. Ditunjukkan pada tabel 4.3 dimana seluruh subsektor pada
industri TPT mampu memperoleh nilai 1.
Tabel 4.3. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Alokatif
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011
Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub Golongan Pokok 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pemintalan, Pertenunan,
Pengolahan Akhir Tekstil
1 1 1 1 1 1 1
Barang Jadi Tekstil Dan
Permadani
1 1 1 1 1 1 1
Perajutan 1 1 1 1 1 1 1
Kapuk 1 1 1 1 1 1 1
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Terdapat dua kriteria bagi objek perhitungan efisiensi pada DEA yang
memiliki nilai kinerja 1 atau 100 persen. Pertama, apabila tidak ada unit
atau objek lain yang menggunakan jumlah input yang sama. Kedua, jumlah
output yang dihasilkan sedikitnya sama dengan jumlah output yang
dihasilkan oleh unit lain yang berkinerja 100 persen (PAU-SE UGM,
2000:26). Hasil perhitungan efisiensi alokatif ini menunjukkan bahwa
subsektor secara keseluruhan mampu memproduksi pada tingkatan output
tertentu dengan cara meminimisasi rasio biaya input secara optimum.
47
Capaian efisiensi ekonomi sektoral pada industri TPT Jawa Tengah
selama periode penelitian dilakukan dengan cara mengkalikan hasil
perhitungan efisiensi teknis dan hasil efisiensi alokatif. Dalam tabel
4.4(lampiran 5) terlihat hasil efisiensi ekonomi yang diperoleh sama dengan
hasil capaian efisiensi teknis pada industri ini, hal ini dikarenakan capaian
efisiensi alokatif sektoral industri TPT bernilai sempurna. Perolehan tingkat
efisiensi ekonomi sektoral industri TPT mengindikasikan bahwa industri ini
belum mampu memproduksi sejumlah kuantitas output tertentu pada saat
biaya minimum secara optimum.
4.2.2. Efisiensi Ekonomi Industri TPT Provinsi Jawa Tengah
Keseluruhan
Industri TPT Jawa Tengah dalam penelitian ini memiliki tingkat
capaian efisiensi ekonomidengan nilai rata-rata sepanjang periode penelitian
sebesar 0,88. Hasil ini diperoleh dari perhitungan rata-rata nilai capaian
efisiensi dari setiap subsektor industri TPT yang telah dilakukan
sebelumnya. Nilai efisiensi ekonomi tersebut menggambarkan bahwa
industri TPT Jawa Tengah selama periode penelitian belum mampu
memproduksi dengan jumlah tertentu pada saaat biaya minimum dengan
penggunaan tingkat teknologi tertentu secara optimum.
Masuk lebih dalam mengenai dasar penggunaan nilai efisiensi ini
dapat dilihat dari perkembangan perolehan nilai rata-rata tingkat efisiensi
teknis sektoral industri TPT sepanjang periode penelitian. Penggunaan
capaian tingkat efisiensi teknis dikarenakan efisiensi ekonomi merupakan
hasil perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Sebagaimana
47
48
yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa efisiensi alokatif dari
sektoral industri TPT memiliki nilai optimum atau 1, sedangkan nilai
capaian efisiensi teknis dari industri ini fluktuatif, maka dapat dipastikan
perolehan nilai capaian efisiensi ekonomi industri TPT sama dengan nilai
rata-rata efisiensi teknis sektoralnya.
Perkembangan nilai capaian efisiensi teknik dan ekonomi industri
TPT selama periode penelitian dapat dilihat dalam grafik 4.4 dibawah. Bila
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atmanti
(2004) dan Tri Wahyu R (2006), terjadi penurunan pada capaian tingkat
efisiensi teknis pada industri tekstil dan adanya peningkatan yang signifikan
pada industri pakaian jadi.
Grafik 4.4. Capaian Rata-rata Efisiensi Teknikdan Ekonomi Industri Tekstil
dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah 2005-2011
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Dalam penelitian Pengukuran efisiensi industri tahun 1995-2000 oleh
Atmanti (2004),industri TPT diklasifikasikan menjadi satu bagian dengan
industri alas kaki dengan nomor klasifikasi 32, ditemukan bahwa industri
TPT dapat bertahan pada tingkat capaian efisiensi optimum sebelum dan
0.93 0.89 0.88 0.83 0.83 0.88 0.93
1 1 1 1 0.93 0.97 1
0.97 0.95 0.94 0.92 0.88 0.93 0.97
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Efisiensi Industri Tekstil
dan Produk Tekstil
Efisiensi Industri Pakaian
Jadi
Efisiensi Industri Tekstil
49
sesudah krisis. Sementara Pengukuran efisiensi industri tahun 2000-2005
oleh Tri Wahyu R (2006),industri TPT diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
industri tekstil (17) dan industri pakaian jadi(18), tingkat efisiensi yang
mampu diraih oleh industri TPT rata-rata 0,81 persen. Capaian terendah
ditemukan pada industri pakaian jadi sebesar 0,51 di tahun 2000.
Hasil penelitian ini ditemukan adanya peningkatan efisiensi pada
industri pakaian jadi selama periode penelitian mampu mencapai tingkat
efisiensi rata-rata sebesar 0,99. Akan tetapi terdapat penurunan dalam
capaian tingkat efisiensi industri tekstil yang hanya mampu bertahan
ditingkat efisiensi 0,88.
Grafik 4.5. Perkembangan Tingkat Efisiensi Teknis Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah tahun 1995-2011.
Sumber: Atmanti (2004:7); Tri Wahyu R (2006:134); dan hasil olah data penulis
Penurunan tingkat efisiensi ini dapat disebabkan oleh permasalahan
yang terdapat pada pindustri TPT seperti adanya peningkatan pengeluaran
1 1 1 0.95
1
0.93
0.83
0.93
0.51
0.71
0.59
1
1 1 1
0.76
0.79 0.86
0.79
0.92
0.88 0.93
0.97
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Nil
ai
Efi
sien
si
Tahun Produksi
Industri Tekstil
Industri Pakaian Jadi
Industri Tekstil dan Produk
Tekstil
50
biaya tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas.
Kemudian dapat dipengaruhi juga oleh biaya perolehan bahan baku
terutama bahan baku yang harus impor. Menurut Tim Kajian
Pengembangan Industri TPT (2011:56), kontribusi pasokan impor serat di
Indonesia mencapai 66 persen dari kebutuhan, untuk serat kapas 99 persen
masih harus diimpor, demikian juga dengan kain, peranan kain impor sudah
mencapai 39 persen.
Selanjutnya penurunan capaian efisiensi teknis pada industri ini dapat
dipengaruhi pula olehumur mesin yang sudah tua. Penggunaan mesin yang
sudah tua dikhawatirkan akan mempengaruhi kapasitas produksi industri
TPT. Selain mempengaruhi kapasitas produksi, mesin yang sudah tua dapat
meningkatkan biaya energi karena besarnya bahan bakar dan tenaga listrik
yang harus digunakan dalam sekali produksi.
4.2.3. Usaha Perbaikan Capaian Efisiensi Industri TPT Provinsi Jawa
Tengah
Dalam pembahasan sebelumnya ditemukan baik sektoral maupun
secara keseluruhan industri TPT Provinsi Jawa Tengah selama periode
penelitian belum mampu memproduksi secara optimum. Walaupun mampu
berproduksi pada minimisasi rasio biaya, tetapi tidak mampu berproduksi
dengan baik pada saat biaya terkecil. Perlu adanya perbaikan agar
kemampuan produksi industri ini kembali pada jalur yang efisien seperti
beberapa tahun sebelumnya yang mampu bertahan didalam guncangan
krisis tahun 1998.
51
Tabel 4.5. Tingkat Capaian Efisiensi Teknis dan Ekonomi Subsektor
Dibawah Rata-Rata Capaian Industri Tahun 2005-2011
Subsektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
17121 0,87 1 1 0,64 0,43 0,73 0,71
17122 1 1 0,71 0,65 0,79 0,81 1
17124 1 0,77 0,79 0,55 0,46 0,61 0,78
Rata-rata
Industri
TPT
0,93 0,89 0,89 0,84 0,83 0,88 0,93
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Terdapat beberapa subsektor yang dalam perhitungan efisiensi masih
berada dibawah rata-rata capaian efisiensi industri, yaitu subsektor dengan
nomor klasifikasi 17121 (industri penyempurnaan benang), 17122 (industri
penyempurnaan kain), dan 17124 (industri batik). Subsektor dengan nomor
klasifikasi 17124 berada dibawah rata-rata industri selama 6 tahun berturut-
turut(lihat tabel 4.5). Penyesuaian terhadap input dan output pada subsektor
yang berada dibawah rata-rata perlu dilakukan agar dapat mengembalikan
kinerja subsektor mencapai efisiensi optimum sekurang-kurangnya berada
diatas rata-rata kinerja industri(besaran nilai penyesuaian dapat dilihat pada
table of target valuelampiran 6).
Subsektor dengan nomor klasifikasi 17124 (industri batik) masuk pada
sektor pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil atau dengan
klasifikasi 3 digit masuk pada sektor 171. Subsektor ini berada di titik
terendah capaian efisiensi pada tahun 2008 dan 2009. Dalam tabel target
pada hasil perhitungan efisiensi, subsektor ini perlu menyesuaikan kapasitas
produksi dan biaya input, terutama input tenaga kerja disepanjang periode
penelitian.
52
Pada tahun 2008 subsektor ini memiliki capaian nilai efisiensi 0,55
yang berarti termasuk pada industri dengan efisiensi rendah. Capaian ini
lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 30 persen. Pada tahun ini,
subsektor 17124 harus mencapai target peningkatan nilai produksi sebesar
80,7 persen menjadi Rp. 1.082 miliar dan perlu menurunkan biaya tenaga
kerja hingga 35,3 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.4).
Tahun 2009 subsektor 17124 belum mampu berdiri dengan tegak
karena capaian efisiensinya kembali turun menjadi 0,46. Pada tahun ini,
dalam tabel target pada hasil perhitungan efisiensi menunjukkan subsektor
ini harus kembali menyesuaikan biaya tenaga kerja dan peningkatan nilai
produksi. Pada tahun ini subsektor 17124 belum mampu menyesuaikan
dengan baik biaya tenaga kerja, sehingga perlu penyesuaian kembali sebesar
17,3 persen. Persentase yang semakin kecil dibandingkan tahun sebelumnya
dapat menggambarkan bahwa subsektor ini mulai berada pada jalan yang
tepat untuk memperbaiki tingkat efisiensi. Namun berbeda pada target
penyesuaian untuk nilai produksinya, subsektor ini perlu meningkatkan
produksi sebesar 117,5 persen untuk periode mendatang (lampiran 6.5).
Selanjutnya adalah subsektor 17121 (industri penyempurnaan
benang), sama halnya dengan sektor 17124 sektor ini masuk dalam
klasifikasi industri pemintalan, pertenunan, dan pengolahan akhir tekstil.
Subsektor ini menajdi salah satu sektor hulu yang penting karena sektor ini
menyediakan bahan baku utama pada industri tekstil. Subsektor ini berada
dibawah rata-rata industri selama 4 periode berturut-turut dari tahun 2008-
53
2011. Titik terendah dari capaian efisiensi industri ini adalah pada tahun
2009 dengan nilai efisiensi 0,43 dan diambang batas masuk pada kriteria
tidak efisien.
Tahun 2009 subsektor ini mampu meraih efisiensi optimum pada
penggunaan biaya tenaga kerja dan biaya energitetapi belum mampu
mengendalikan biaya bahan baku dan peningkatan nilai produksi. Subsektor
ini perlu meningkatkan target produksi hingga 134,7 persen atau sebesar Rp
151,57 miliar dan melakukan penyesuaian sebesar 55,7 persen biaya bahan
baku (lampiran 6.5).
Kemudian subsektor 17122 (industri penyempurnaan kain), masuk
pada kelompok yang memiliki kinerja dibawah rata-rata industri selama 4
tahun berturut-turut (2007-2010). Titik terendah subsektor ini terjadi pada
tahun 2008 dimana hanya dapat mencapai nilai efisiensi sebesar 0,65 dan
masuk 5 subsektor terbawah pada periode tersebut.
Penyesuaian yang diperlukan oleh subsektor 17122 adalah
meningkatkan nilai produksi dan menyesuaikan biaya energinya.
Pengurangan biaya energi yang diperlukan oleh subsektor ini adalah sebesar
15,7 persen dengan nilai target penyesuaian mencapai Rp. 32,53 miliar dan
peningkatan nilai produksi sebesar 53,2 persen untuk kinerja periode
selanjutnya (lampiran 6.4).
Penelitian ini menggunakan asumsi Variable Return to Scale dalam
perhitungan capaian efisiensinya yang merupakan rasio antara perubahan
input dan output yang tidak sama. Usaha-usaha untuk memperbaiki tingkat
54
efisiensi diatas dapat digunakan melalui kombinasi peyesuaian biaya input
dan peningkatan output bersamaan dan dapat pula dilakukan secara parsial,
seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap
mempertahankan nilai output yang telah dicapai atau dengan
mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai
output.
55
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
a. Perolehan tingkat efisiensi teknis, dan ekonomi sektoral pada industri TPT
Jawa Tengah selama periode penelitianmengindikasikan bahwa industri ini
belum mampu mencapai tingkat efisiensi optimum. Namun, optimum pada
efisiensi alokatif
b. Industri TPT Jawa Tengah sepanjang periode penelitian ini belum mampu
berada pada capaian efisiensi teknis dan ekonomi secara optimum. Tetapi,
mampu mencapai tingkat optimum secara efisiensi alokatif
5.2. Saran
Dalam memperbaiki tingkat efisiensi pada sektoral industri TPT yang dapat
digunakan oleh pelaku industri dalam hal ini Asosiasi Pertekstilan Indonesia
(API) Provinsi Jawa Tengahmelalui:
a. Melakukan kombinasi peyesuaian biaya input dan peningkatan output
secara bersamaan;
b. melakukan peyesuaian biaya input dan peningkatan output secara parsial,
seperti penggunaan usaha penyesuaian input, tetapi dengan tetap
mempertahankan nilai output yang telah dicapai, atau dengan
mempertahankan tingkat biaya input, dan melakukan peningkatan nilai
output.
56
Sedangkan cara yang dapat dilakukan dalam memperbaiki capaian efisiensi
ekonomi industri Tekstil dan Produk Tekstil secara keseleuruhan, dapat melalui:
a. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengahmemberikan
insentif kepada industri, seperti adanya jaminan kemudahan akses bahan
baku yang murah dan kemudahan melakukan ekspansi bisnis, dengan tetap
memperhatikan dampak kepada masyarakat dan industri lainnya.
b. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui sinergi anatara Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Tengah dan pelaku industri TPT melalui pendirian sekolah-
sekolah kejuruan dan perguruan tinggi terutama yang langsung mengenai
bidang desain produk tekstil. Hal ini bertujuan agar dapat menjamin
ketersediaan tenaga kerja ahli dan profesional.
c. Melakukan program restrukturisasi mesin pada industri yang memiliki
umur mesin diatas 15 tahunagar dapat mencapai efisiensi penggunaan
biaya energi.
Bagi akademisi atau peniliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai
efisiensi di industri TPT dapat meneliti tentang struktur biaya, tingkat efisiensi
alokatif ataupun indikator kinerja industri lainnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
Adanacioglu, Hakan dan F. Akun Olgun. 2011. Profitability and Efficiency in The
Cotton Ginning Industry: A Case Study from The Aegean Region of
Turkey. Diunduh dari laman
http://www.custoseagronegocioonline.com.br/numero2v6/algodao.pdf pada
tanggal 16 Juni 2013.
Al-Delaimi, Khalid Shahooth Khalaf dan Ahmed Hussen Battall Al-Ani. 2006.
Using Data Envelopment Analysis To Measure Cost Eficiensy With an
Aplication on Islamic Banks. Scientific Journal of Administratie
Development Vol. 4 I.A.D. 2006.
Ariyanti, Yulekhah. 2008. Pengantar Ekonomi Mikro (Revisi). Fakultas Ekonomi
Universitas Wahid Hasyim.
Atmanti, Hastarini Dwi. 2004. Analisis Efisiensi dan Keunggulan Kompetitif
Sektor Industri Manufaktur di Jawa Tengah Sebelum dan Selama Krisis.
Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 1 No. 1/Juli 2004.
Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka 2013. Semarang: Badan
Pusat Statistik.
-----. 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik.
-----. 2006. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2007. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2008. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2009. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2010. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. 2011. Statistik Industri Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah Volume I,
II, dan III. Semarang: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
-----. Tabel Input-Output Jawa Tengah Tahun 2008. Semarang: Badan Pusat
Statistik.
58
Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan
Jilid 1. Terj. Y. Andri Zaimur. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dipeolu, A.O dan S.O. Akinbode. 2008. Tecnical. Economic and Allocative
Efficiencies of Pepper Producton in South-West Nigeria: A Stochastic
Frontier Approach. Journal of Economic and Rural Development Vol. 17
No. 1/2008.
Efendi, Nur. tt. Analysis of Indonesia textile Industry Competiveness in
Regulation Theory Perspective. Di unduh dari laman http://www.researchgate.net/publication/235766698_Analysis_of_Indonesia_Textile_Industry_Competitiveness_in_Regulation_Theory_Perspective_By__Nur_Efen
di/file/79e4151359bb8d2c95.pdf pada tanggal 30 Juni 2013.
Fadholi, Edwin Muhammad. 2011. Analisis Efisinesi Subsektor Industri Tektil
dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia Tahun 2001-2005. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Hadad, Muliaman D dkk. 2003. Analisis Industri Perbankan Indonesia:
Penggunaan Metode Non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan
Regulasi. Jakarta: LP3ES.
Hermawan, Iwan. 2011. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap
Perkembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan vol. 13 No. 4/April 2011.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gratmata Publishing.
Jayamaha, Ariyathna dan Joseph M. Mula. 2011. Productivity and Efficiency
Measurement Techniques: Identifying The Efficacy of Techniques for
Financial Institutions in Developing Countries. Journal of Emerging Trends
in Economics And Management 2 (5) Scholarlink Research Institute
Journals.
Johansson, Helena. 2005. Technical, Allocative, and Economic Efficiency in
Swedish Dairy Farm: The Data Envelopment Analysis Versus The
Stochastic Frontier Approach. Makalah disajikan Pada International
Congress of The European Association of Agricultural Economist (EAAE)
XI-th Agustus 2005.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2011. Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Jakarta:
Kementerian Koordinasi Perekonomian.
59
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 3 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-
2025.
Peraturan Daearah Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2009 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008-2013.
Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri.Yogyakarta: Beta Offset.
Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gajah Mada. 2000. Modul
Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA). Pelatihan
Metodologi Empiris Data Envelopment Analysis (DEA) Yogyakarta, 6-10
November 2000.
Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2012. Konsentrasi Ekspor Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 5 No.2/2012.
Rubedo, Kalis. 2011. Analisis Tingkat Efisiensi Ekonomi Bank Umum Indonesia
Tahun 2007-2009. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Safeedparri, Paria dkk. 2013. Identifying Sustainable and Efficient Poultry Farms
in the Light of Energy Use Efficiency: a Data Envelopment Analysis
Approach. Journal of Agricultural Engineering and Biotechnology Vol. 1
May 2013.
Samuelson dan Nordhaus. 2005. Economics. Eighteenth Edition. New York: Mc
Graw-Hill.
Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2005. Peraturan Presiden RI No 7 tahun
2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004-2009 Bagian IV Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
Sinar Grafika.
Sriyanto. 2011. Teori Ekonomi Mikro : Bab V Teori Produksi. Materi Kuliah
Ekonomi Mikro diunduh dari
http://fanny.staff.uns.ac.id/files/2011/11/isocos.ppt pada tanggal 6 September
2013.
Susilowati, Indah dkk. 2004. Modul Perkuliahan: Pengukuran Efisiensi Melalui
Data Envelopment Analysis (DEA). Fakultas Ekonomi Universeitas
Diponegoro.
Tim Kajian Pengembangan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Badan
Koordinator Penanaman Modal. 2011. Kajian Pengembangan Industri
Tekstil dan Produk Tekstil. Diunduh dari laman http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/KAJIAN%20PENGEMBANGAN%20INDUSTRI%20TEKSTIL%20DAN%20PRODUK%20TEKSTIL%202011.
pdf pada tanggal 30 Mei 2013
60
Tjandraningsih, Indrasari dan Rina Herawati. 2009. Menuju Upah Layak Survei
Upah Buruh Tekstil dan Garmen di Indonesia. Di unduh dari laman
http://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/07004.pdf pada tanggal 30
Juni 2013
Wahyu R, Tri. 2006. Analisis efisiensi Industri di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Pembangunan Vol. 3 No. 2/Desember 2006.
http://www.esdm.go.id tentang “Harga BBM Dalam Negeri” diakses pada tanggal 1 Juli 2013.
https://groups.yahoo.com/neo/groups/pekerjatambang/conversations/messages/34851.
Tentang “Update Harga BBM Solar Industri Non-Subsidi Resmi Pertamina”
diunggah 28 Desember 2011. Diakses pada tanggal 1 Juli 2014.
http://www.infopajak.go.id tentang “Industri TPT Jateng tuntut keringanan PPh”
diunggah 23 Agustus 2005. diakses pada tanggal 1 Juli 2013.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah
Tabel 2.3. Perkembangan Subsektor Industri TPT Jawa Tengah
No KBLI
2005
KBLI
2010
Deskripsi
Lapangan
Usaha
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 17111 13111 Persiapan Serat
Tektil
√ √ √ √ √ - √
2 17112 13112 Pemintalan
Benang
√ √ √ √ √ √ √
3 17113 13113 Pemintalan
Benang Jahit
- √ √ √ √ √ √
4 17114 13121 Pertenunan √ √ √ √ √ √ √
5 17115 13122 Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ √ √
6 17121 13131 Penyempurnaan
Benang
√ √ √ √ √ √ √
7 17122 13132 Penyempurnaan
Kain
√ √ √ √ √ √ √
8 17123 13133 Pencetakan
Kain
√ √ √ √ √ √ √
9 17124 13134 Batik √ √ √ √ √ √ √
10 17211 * Barang Jadi
Tekstil, Kecuali
untuk Pakaian
Jadi
√ √ √ √ √ * *
11 17212 * Barang Jadi
Tekstil, untuk
Keperluan
Kesehatan
√ √ √ √ √ * *
12 17213 * Tekstil Jadi,
Kecuali untuk
Keperluan
Kosmetika
√ √ √ √ √ * *
13 17214 13995 Karung Goni - - √ - - - -
14 17215 13996 Bagor dan
karung lainnya
- - - - √ - -
15 17220 13930 Permadani
(Babut)
√ √ √ √ √ - -
16 17231 13941 Tali √ √ √ √ √ √ √
17 17232 13942 Barang-Barang
dari Tali
√ √ √ √ √ √ √
18 17291 13991 Kain Pita - √ √ - - - -
19 17292 13992 yang
Menghasilkan
√ - - - √ - -
63
Kain Keperluan
20 17293 13912 Bordir/Sulaman √ √ √ √ - √ √
21 17299 13999 Tekstil Lainnya
yang Tidak
Diklasifikasikan
√ √ √ √ √ - -
22 17301 13911 Kain Rajut √ √ √ √ - √ √
23 17302 14301 Pakaian Jadi
Rajutan
√ √ √ √ √ √ √
24 17303 14303 Rajutan Kaos
Kaki
√ √ √ √ √ √ √
25 17304 13924 Barang Jadi
Rajutan
- √ √ - √ - -
26 17400 13997 Kapuk √ √ √ √ √ √ √
27 18101 14111 Pakaian Jadi,
dari Tekstil
√ √ √ √ √ √ √
28 18102 * Pakaian Jadi
Lainnya dari
Tekstil
√ √ √ √ √ * *
29 18103 14112 Pakaian Jadi
(Garmen) dari
Kulit
√ √ - - √ - -
30 18104 * Pakaian Jadi
Lainnya dari
Kulit
- - √ √ √ * *
31 18201 * Bulu Tiruan - - - √ - * *
32 ** 13921 Barang Jadi
Tekstil untuk
Keperluan
Rumah Tangga
** ** ** ** ** √ √
33 ** 13923 Bantal dan
Sejenisnya
** ** ** ** ** √ √
34 **
14120 Penjahitan dan
Pembuatan
Pakaian Sesuai
Pesanan
** ** ** ** ** √ √
35 ** 14131 Perlengkapan
Pakaian dari
Tekstil
** ** ** ** ** √ √
36 ** 14132 Perlengkapan
Pakaian dari
Kulit
** ** ** ** ** √ √
37 ** 14302 Pakaian Jadi
Sulaman
** ** ** ** ** √ √
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 - 2011
Keterangan: *: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2010
64
**: Golongan tidak terklasifikasi pada KBLI 2005
√: terdapat subsektor industri pada tahun tersebut
- : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi
Lampiran 2. Subsektor yang Menjadi Objek Penelitian
No KBLI
2005
KBLI
2010
Deskripsi
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 17111 13111 Persiapan Serat
Tektil √ √ √ √ √ - √
2 17112 13112 Pemintalan
Benang √ √ √ √ √ √ √
3 17113 13113 Pemintalan
Benang Jahit - √ √ √ √ √ √
4 17114 13121 Pertenunan √ √ √ √ √ √ √
5 17115 13122 Kain Tenun Ikat √ √ √ √ √ √ √
6 17121 13131 Penyempurnaan
Benang √ √ √ √ √ √ √
7 17122 13132 Penyempurnaan
Kain √ √ √ √ √ √ √
8 17123 13133 Pencetakan Kain √ √ √ √ √ √ √
9 17124 13134 Batik √ √ √ √ √ √ √
10 17231 13941 Tali √ √ √ √ √ √ √
11 17232 13942 Barang-Barang
dari Tali √ √ √ √ √ √ √
12 17293 13912 Bordir/Sulaman √ √ √ √ - √ √
13 17301 13911 Kain Rajut √ √ √ √ - √ √
14 17302 14301 Pakaian Jadi
Rajutan √ √ √ √ √ √ √
15 17303 14303 Rajutan Kaos
Kaki √ √ √ √ √ √ √
16 17400 13997 Kapuk √ √ √ √ √ √ √
17 18101 14111 Pakaian Jadi, dari
Tekstil √ √ √ √ √ √ √
Sumber: BPS, Statistika Industri Besar dan Sedang tahun 2005 dan 2011
Keterangan: “ √ “ : terdapat subsektor industri pada tahun tersebut
“ – “ : tidak terdapat subsektor industri pada tahun observasi
65
Lampiran 3. Tingkat Keuntungan Sektor Industri TPT Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 (dalam ribuan Rupiah
Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir
Tekstil
4.145.555.846 9.620.225.474 4.470.293.224 5.763.244.035 7.174.087.015 10.070.890.125 8.405.483.341
Barang Jadi
Tekstil Dan
Permadani
121.042.639 85.064.542 576.061.454 61.224.660 70.205.786 90.032.340 203.196.149
Perajutan 97.937.494 148.585.455 202.232.975 165.466.991 219.196.707 100.816.791 170.314.445
Kapuk 7.077.532 2.824.245 3.908.668 5.112.156 2.396.764 3.398.430 6.046.771
Pakaian Jadi 1.260.617.851 2.189.651.799 1.138.474.076 1.797.475.982 2.216.320.344 2.543.613.638 2.052.828.058
Total 5.632.231.362 12.046.351.515 6.390.970.397 7.792.523.824 9.682.206.616 12.808.751.324 10.837.868.764
66
Lampiran 4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sektoral.
Sektor/Sub
Golongan Pokok
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 0,90 1 0,90 0,76 1 0,76 0,75 1 0,75 0,87 1 0,87 0,93 1 0,93
17111 0,86 1 0,86 0,99 1 0,99 1 1 1 1 1 1 1 1 1 n.a n.a n.a 1 1 1
17112 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,89 1 0,89 1 1 1 0,96 1 0,96
17113 n.a n.a n.a 0,99 1 0,99 0,75 1 0,75 0,37 1 0,37 1 1 1 1 1 1 0,96 1 0,96
17113 0,92 1 0,92 0,99 1 0,99 0,92 1 0,92 0,63 1 0,63 0,77 1 0,77 1 1 1 1 1 1
17115 0,81 1 0,81 1 1 1 n.a 1 n.a 0,99 1 0,99 0,42 1 0,42 0,83 1 0,83 1 1 1
17121 0,87 1 0,87 1 1 1 1 1 1 0,64 1 0,64 0,43 1 0,43 0,73 1 0,73 0,71 1 0,71
17122 1 1 1 1 1 1 0,71 1 0,71 0,65 1 0,65 0,79 1 0,79 0,81 1 0,81 1 1 1
17123 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17124 1 1 1 0,77 1 0,77 0,79 1 0,79 0,55 1 0,55 0,46 1 0,46 0,61 1 0,61 0,78 1 0,78
Barang Jadi
Tekstil Dan
Permadani
0,99 1 0,99 0,66 1 0,66 0,85 1 0,85 0,87 1 0,87 1 1 1 0,96 1 0,96 0,87 1 0,87
17231 1 1 1 0,59 1 0,59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17232 0,97 1 0,97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,62 1 0,62
17293 1 1 1 0,40 1 0,40 0,54 1 0,54 0,62 1 0,62 n.a n.a n.a 0,89 1 0,89 1 1 1
Perajutan 0,84 1 0,84 0,83 1 0,83 0,93 1 0,93 0,99 1 0,99 1 1 1 0,85 1 0,85 0,92 1 0,92
17301 1 1 1 1 1 1 0,78 1 0,78 0,97 1 0,97 1 1 1 0,55 1 0,55 0,77 1 0,77
17302 0,87 1 0,87 0,50 1 0,50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17303 0,63 1 0,63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kapuk – 17400 1 1 1 0,93 1 0,93 0,75 1 0,75 0,92 1 0,92 0,80 1 0,80 0,71 1 0,71 1 1 1
67
Pakaian Jadi –
18101 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1
Lampiran 5. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2011.
Tabel 4.4. Ringkasan Perhitungan Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi
Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011 Berdasarkan Sub Golongan Pokok
Sektor/Sub
Golongan
Pokok
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
Pemintalan,
Pertenunan,
Pengolahan
Akhir Tekstil
0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 0,90 1 0,90 0,76 1 0,76 0,75 1 0,75 0,87 1 0,87 0,93 1 0,93
Barang Jadi
Tekstil Dan
Permadani
0,99 1 0,99 0,66 1 0,66 0,85 1 0,85 0,87 1 0,87 1 1 1 0,96 1 0,96 0,87 1 0,87
Perajutan 0,84 1 0,84 0,83 1 0,83 0,93 1 0,93 0,99 1 0,99 1 1 1 0,85 1 0,85 0,92 1 0,92
Kapuk 1 1 1 0,93 1 0,93 0,75 1 0,75 0,92 1 0,92 0,80 1 0,80 0,71 1 0,71 1 1 1
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1
Sumber: diolah dari hasil perhitungan efisiensi
Keterangan: ET : Efisiensi Teknis;
EA : Efisiensi Alokatif;
EE : Efisiensi Ekonomi
68
Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
ET
(1)
EA
(2)
EE
(1*2)
Tekstil 0,93 1 0,93 0,89 1 0,89 0,88 1 0,88 0,83 1 0,83 0,83 1 0,83 0,88 1 0,88 0,93 1 0,93
Pakaian Jadi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97 1 1 1
Tekstil dan
Produk Tekstil
0,97 1 0,97 0,95 1 0,95 0,94 1 0,94 0,92 1 0,92 0,88 1 0,88 0,93 1 0,93 0,97 1 0,97
Tabel Ringkasan Perhitungan Efisiensi Ekonomi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2011.
Industri 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-
rata
Tekstil 0,93 0,89 0,88 0,83 0,83 0,88 0,93 0,88
Pakaian Jadi 1 1 1 1 0,93 0,97 1 0,99
Tekstil dan
Produk Tekstil
0,97 0,95 0,94 0,92 0,88 0,93 0,97 0,93
66
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Efisiensi Teknis Menggunakan DEA
Lampiran 6.1. Tahun 2005
67
68
Lampiran 6.2. Tahun 2006
69
70
Lampiran 6.3. Tahun 2007
71
72
Lampiran 6.4. Tahun 2008
73
74
Lampiran 6.5. Tahun 2009
75
76
Lampiran 6.6. Tahun 2010
77
78
79
Lampiran 6.7. Tahun 2011
80
81
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Efisiensi Alokatif Menggunakan DEA
Lampiran 7.1. Tahun 2005
82
83
84
85
Lampiran 7.2. Tahun 2006
86
87
88
89
Lampiran 7.3. Tahun 2007
90
91
92
93
Lampiran 7.4. Tahun 2008
94
95
96
97
98
Lampiran 7.5. Tahun 2009
99
100
101
102
103
Lampiran 7.6. Tahun 2010
104
105
106
107
108
Lampiran 7.7. Tahun 2011
109
110
111
112
113
57
Lampiran 8. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Teknis
(dalam ribuan Rupiah)
KB
LI
2005 2006
INPUT OUTP
UT
INPUT OUTP
UT
Biaya
Tenag
a
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energ
i
Nilai
Hasil
Produ
ksi
Biaya
Tenag
a
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energi
Nilai
Hasil
Produk
si
171
11
42.26
3.339
255.17
0.646
18.91
5.514
367.83
4.594
50.831.
509
112.49
2.786
2.660.2
56
377.310
.348
171
12
205.9
22.20
6
1.916.0
23.939
222.9
06.35
5
3.319.9
37.628
528.30
2.970
3.340.8
85.613
334.14
0.615
5.519.6
97.430
171
13 n.a n.a n.a n.a
17.228.
454
143.09
3.756
4.621.6
04
200.883
.430
171
14
284.2
32.12
2
1.897.3
78.128
264.8
72.51
7
3.045.0
58.807
720.98
6.760
4.965.9
31.915
449.67
5.033
7.030.6
29.606
171
15
1.798.
409
5.041.6
05
262.2
60
8.530.0
32
30.165.
506
222.12
8.149
2.394.0
90
283.351
.250
171
21 68.82
9.142
815.43
8.280
118.7
58.71
8
1.409.7
42.813
501.75
3.052
6.164.4
48.978
1.064.6
06.252
10.168.
469.662
171
22
158.3
55.98
6
1.551.3
60.802
115.1
99.56
9
2.154.8
72.178
306.18
5.721
1.151.7
30.677
302.11
1.261
4.008.7
96.283
171
23 78.33
0.927
597.08
5.766
132.3
20.32
7
1.847.5
54.204
329.54
2.058
2.344.5
80.140
136.63
6.977
3.632.4
33.211
171
24
19.75
2.609
95.417.
260
3.577.
577
143.87
0.072
57.997.
063
425.28
7.489
29.930.
233
528.790
.358
172
31
162.8
40
666.60
0
15.02
4
956.10
0
12.032.
375
39.446.
675
2.723.5
74
61.856.
661
172
32
424.5
63
1.812.8
15
59.83
5
2.715.8
71
7.661.5
01
1.915.2
75 21.392
2.391.3
35
172
93
1.186.
564
1.072.2
65
112.3
22
1.963.2
18
6.621.7
70
11.727.
643
567.20
3
15.494.
967
173
01
30.52
2.865
87.034.
727
2.201.
992
175.73
3.119
50.762.
475
294.20
6.571
6.568.0
31
465.229
.196
173
02
14.04
4.290
48.536.
960
1.431.
034
77.828.
109
40.224.
597
95.353.
214
3.622.4
30
155.517
.171
173
03
861.3
10
3.000.8
73
539.8
23
5.160.3
69
639.80
5
960.96
5 67.791
2.309.3
46
174 3.125. 18.066. 415.1 25.395. 2.937.6 14.084. 217.82 20.251.
58
00 563 475 93 467 76 547 6 051
181
01
472.2
74.78
6
3.073.3
16.250
200.2
35.57
4
4.350.7
01.272
1.528.3
56.044
5.509.0
00.873
232.43
8.839
8.720.6
46.747
KBL
I
2007 2008
INPUT OUTP
UT INPUT
OUTP
UT
Biaya
Tena
ga
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energi
Nilai
Hasil
Produ
ksi
Biaya
Tena
ga
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energi
Nilai
Hasil
Produk
si
1711
1
60.37
8.450
65.916.
791
1.576.8
50
209.36
4.464
36.33
7.849
887.53
4.029
20.319.
480
1.324.6
29.422
1711
2
325.7
86.22
2
3.138.9
52.557
1.181.3
72.984
8.002.2
76.814
454.0
70.53
2
5.536.2
73.268
1.062.2
39.725
11.589.
994.402
1711
3
8.727.
378
66.345.
881
8.828.8
26
95.185.
455
3.850.
000
6.155.5
11
4.083.6
36
17.290.
651
1711
4
248.1
71.09
7
1.513.1
20.454
233.53
2.612
2.616.0
38.954
203.1
95.55
0
1.366.0
49.861
181.40
8.072
1.986.3
80.626
1711
5
8.284.
041
33.533.
703
637.65
8
49.639.
099
6.033.
202
25.747.
037
397.84
0
35.791.
879
1712
1
64.03
0.246
1.157.9
96.323
121.16
8.051
1.952.0
16.902
54.73
1.959
450.53
6.545
81.745.
553
744.108
.541
1712
2
47.17
6.328
309.61
3.297
43.816.
709
437.87
9.581
139.4
31.10
9
777.06
3.179
207.50
8.845
1.610.9
67.685
1712
3
365.5
14.33
8
2.982.2
03.475
264.96
9.103
4.763.7
05.018
385.7
06.38
6
2.886.1
01.227
323.29
3.710
4.497.9
69.666
1712
4
55.85
0.392
286.53
2.588
18.826.
392
397.73
5.107
71.65
4.937
486.50
1.038
38.670.
294
598.955
.501
1723
1
1.107.
080
8.026.4
85 83.718
11.831.
506
3.566.
354
17.382.
964
102.12
5
22.304.
051
1723
2
244.6
50
1.698.9
25 13.148
2.217.0
66
579.2
98
2.929.9
06 20.038
4.272.2
97
1729
3
3.794.
641
8.117.7
43
557.65
4
10.204.
004
2.430.
974
4.242.9
06
266.87
9
4.835.0
78
59
1730
1
46.83
6.005
167.80
4.238
10.228.
196
250.90
3.070
36.24
9.331
402.47
3.653
8.599.9
11
554.145
.049
1730
2
104.8
90.89
4
721.24
3.965
23.702.
736
1.010.0
94.780
101.8
95.14
5
374.22
3.271
11.669.
505
602.146
.653
1730
3
719.0
15
1.230.7
05 86.208
2.610.5
85
280.5
40
791.21
5 41.400
1.617.0
00
1740
0
8.028.
166
23.530.
257
558.85
2
32.979.
795
3.393.
993
26.474.
352
393.49
3
34.212.
669
1810
1
840.9
88.86
8
3.059.7
32.977
197.40
2.982
4.905.9
01.491
919.8
92.98
5
3.000.0
96.399
158.35
6.098
5.421.2
76.499
KB
LI
2009 2010
INPUT OUTP
UT INPUT
OUTP
UT
Biaya
Tenag
a
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energ
i
Nilai
Hasil
Produ
ksi
Biaya
Tenag
a
Kerja
Biaya
Bahan
Baku
Biaya
Energ
i
Nilai
Hasil
Produ
ksi
171
11
59.806
.444
416.14
7.618
9.606.
132
766.55
5.234 n.a n.a n.a n.a
171
12
309.01
0.830
3.533.9
81.680
357.25
0.759
5.695.7
16.513
153.59
6.373
2.684.2
14.903
317.76
6.293
5.380.0
44.390
171
13
28.904
.584
156.07
9.877
48.781
.401
1.968.4
19.344
36.817
.125
1.769.9
21.402
200.22
9.927
2.384.6
79.670
171
14
484.94
2.492
3.075.5
71.227
362.90
2.130
4.452.3
27.240
456.16
7.498
5.632.1
24.607
886.10
5.601
9.102.6
85.658
171
15
32.347
.755
151.98
8.622
11.894
.154
248.66
6.577
4.139.
334
15.203.
130
138.49
6
20.506.
521
171
21
39.182
.791
550.97
6.717
34.285
.547
645.80
7.762
37.423
.127
610.23
3.799
23.973
.612
698.43
5.501
171
22
199.69
2.893
2.231.1
14.047
405.91
1.728
3.714.4
71.423
83.230
.151
1.611.4
57.727
89.933
.306
2.114.8
22.573
171
23
331.74
8.594
5.324.3
35.524
251.30
9.917
8.772.9
71.837
220.53
1.105
2.643.7
59.353
168.06
8.659
6.383.0
81.005
171
24
82.851
.972
310.25
9.519
17.155
.581
435.96
6.417
122.73
7.584
480.19
1.190
31.911
.337
725.25
0.256
172 749.36 2.247.0 15.897 3.056.7 4.238. 29.214. 96.540 39.188.
60
31 2 00 36 305 000 500
172
32
3.426.
391
26.105.
710
153.17
8
37.287.
828
484.48
5
546.16
1 58.721
2.432.3
15
172
93
3.242.
757
3.486.7
72
301.94
6
4.708.2
10
893.81
1
1.334.4
23 37.554
2.948.5
60
173
01 n.a n.a n.a n.a
3.054.
910
18.439.
901
3.724.
463
25.853.
014
173
02
137.80
6.290
601.76
5.077
10.149
.050
976.51
5.299
23.127
.281
70.150.
744
2.179.
013
193.87
2.335
173
03
541.77
0
856.01
5 69.235
1.758.7
20
583.70
0
683.71
7 28.265
2.053.7
16
174
00
2.935.
958
12.512.
933
204.38
5
18.065.
977
3.795.
241
18.239.
774
435.77
5
26.456.
933
181
01
836.87
7.069
2.478.6
56.905
137.23
3.145
4.622.5
20.190
722.40
5.772
2.724.0
27.856
128.30
3.107
4.756.8
41.620
KBLI
2011
INPUT OUTPUT
Biaya
Tenaga
Kerja
Biaya Bahan
Baku
Biaya
Energi
Nilai Hasil
Produksi
13111 197.584.299 1.586.631.298 238.825.163 3.284.944.937
13112 916.279.279 5.041.928.082 419.535.135 7.153.026.250
13113 141.861.617 2.324.059.154 234.553.882 3.010.522.578
13121 730.071.145 5.461.859.164 721.733.272 8.034.083.297
13122 2.736.199 32.904.192 235.270 43.769.203
13131 1.555.321 25.381.998 1.037.300 28.353.000
13132 44.181.052 1.610.845.290 95.530.097 2.304.883.091
13133 1.181.996.637 3.372.998.612 302.533.518 8.100.201.285
13134 74.493.185 242.967.949 13.107.308 385.093.687
13941 2.017.382 18.628.738 177.275 27.669.811
13942 691.602 3.765.009 1.135.064 6.328.406
13912 41.242 4.187.518 179.947 10.305.908
13911 25.080.810 20.492.578 3.482.610 67.778.691
14301 102.796.013 72.608.667 3.953.681 333.938.284
14303 550.896 819.259 40.140 2.361.558
13997 713.628 15.320.577 354.205 22.161.052
61
14111 1.088.206.642 2.622.546.378 88.390.435 5.265.107.678
Sumber: Statistik Industri Besar dan Menengah Jawa Tengah 2005-
2011 Volume I.
57
Lampiran 9. Data Variabel Input dan Output Pengukuran Efisiensi Alokatif
Lampiran 9.1. Tahun 2005
KBLI 17111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS YG DIGARUK DAN DISISR KG 258 SERAT REEL KG 75.492
SERAT LAIN DIGARUKDAN DISISIR KG 200
SERAT TEKSTIL DISIAPKAN KG 438
TENAGA KERJA ORG/TH 13.137.500
SOLAR INDSUTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.222
INPUT OUTPUT
KBLI 17112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL CAMPURAN POLIESTER KG 9.312 BENANG PC BAL 2.638.839
BENANG PINTAL CAMPURAN RAYON-KAPAS BALL 3.603.125 BENANG RAYON-KAPAS BAL 1.964.332
BENANG PINTAL CAMPURAN LAINNYA KG 20.176 BENANG CAMPURAN LAINNYA KG 22.051
TENAGA KERJA ORG/TH 8.322.443
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.275
INPUT OUTPUT
KBLI 17114
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KAPAS METER 3.718 KAIN TENUN BENANG WARNA METER 1.300
FILAMEN POLIESTER YARD 3.573
FILAMEN - RAYON VISKOSA KG 3.389
TENAGA KERJA ORG/TH 7.395.330
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.749
INPUT OUTPUT
58
KBLI 17115
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS 85 KG 50.395 KAIN TENUN IKAT BENANG ANEKA WARNA METER 40.239
FILAMEN POLIESTER BUAH 13.091
FILAMEN KEKUATAN TINGGI KG 27.726
TENAGA KERJA ORG/TH 7.395.330
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.022
INPUT OUTPUT
KBLI 17121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK KG 13.675 PRODUK BENANG CELUP CAMPURAN BAL 1.764.664
BENANG CELUP CAMPURAN BALL 2.185.289 PRODUK BENANG HASIL PENYEMPURNAAN LAINNNYAKG 10.703
TENAGA KERJA ORG/TH 12.014.163
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 933
KBLI 17122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIK kg 2.485 KAIN CELUP CAMPURAN KAPAS YARD 4.735
BENANG CELUP CAMPURAN METER 1.994 KAIN HASIL PENYEMPURNAAN LAINNYA BAL 2.380.000
TENAGA KERJA ORG/TH 7.758.365
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.789
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
59
KBLI 17123
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG FILAMEN SINTETIK POLIAMIDA YARD 18.720 KAIN CETAK MOTIF BATIK KODI 235.197
BENANG KAPAS CAMPURAN SERAT BUATANYARD 4.981 KAIN CETAK STAPEL SINTETIK METER 20.000
BENANG SERAT STAPEL POLISETRI-RAYON VISKOSAYARD 16.537
TENAGA KERJA ORG/TH 6.660.793
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.789
KBLI 17124
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN BATIK CAP BAL 299.182 BATIK TULIS PRIMA KODI 549.932
TENAGA KERJA ORG/TH 3.192.599 BATIK CAP KODI 68.488
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.050
KBLI 17231
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN TALI KAPAS KG 28.768 TALI GONI-YUTE KG 6.000
BAHAN TALI RAMI GLDG 36
BAHAN TALI HENEP MANILA KG 14.000
TENAGA KERJA ORG/TH 1.313.226
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 867
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
60
KBLI 17232
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN SUMBU KOMPOR KG 13.688 TALI SEPATU LUSIN 5.128
TENAGA KERJA ORG/TH 6.153.087 SUMBU KOMPOR KG 12.813
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700 PRODUK TALI LAINNYA ROLL 36.792
LISTRIK KWH 258
INPUT OUTPUT
61
KBLI 17302
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 BAL 4.917.932 MANTEL WANITA POTONG 61.053
KAIN CETAK DARI KAPAS 85 KG 37.472 TSHIRT PRIA POTONG 50.418
KAIN RAJUT BULU DARI KAPAS KG 46.068 BAJU HANGAT BAYI POTONG 73.153
TENAGA KERJA ORG/TH 11.511.713
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.405
KBLI 17303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT SERAT KAPAS 85 KG 23.420 KAOS KAKI KAPAS KODI 40.000
BENANG CELUP P/C KG 38.122 KAOS KAKI BAHAN TEKSTIL LAINNYA LUSIN 89.045
PLASTIK LEMBARAN POLIMER PROPILENKG 27.570
TENAGA KERJA ORG/TH 7.425.086
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.217
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
62
KBLI 17293
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BROKAT YARD 7.500 KAIN SULAMAN POTONG 1.378
BAHAN SULAMAN LAINNYA METER 10.350 KAIN SULAMAN LAINNYA BUAH 7.460
TENAGA KERJA ORG/TH 271.207
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.524
KBLI 17301
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BAHAN RAJUT BULU KAPAS METER 29.373 KAIN RAJUT KAPAS KG 55.000
BAHAN RAJUT KAPAS ROLL 51.130 KAIN RAJUT SINTETIK KG 55.000
BAHAN RAJUT SINTETIK KG 40.210
TENAGA KERJA ORG/TH 10.804.554
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 1.619
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
63
Lampiran 9.2. Tahun 2006
KBLI 17400
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK HALUS KG 13.667 PRODUK KAPUK HALUS KG 10.420
TENAGA KERJA ORG/TH 2.685.192 BIJI KAPUK KG 717
SOALR INDUSTRI LITER 4.700 HATI KAPUK KG 1.210
LISTRIK KWH 1.879
KBLI 18101
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT DARI KPAS 85 CONES 25.025 PAKAIAN LUAR PRIA BATIK SINTETIK LUSIN 204.220
KAIN CELUP KAPAS 85 METER 4.589 KEMEJA LENGAN PENDEK PRIA BAHAN SINTETIKBUAH 45.643
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 19.678 BLOUSE WANITA SERAT KAPAS BUAH 44.268
KAIN KANVAS METER 15.908 PAKAIAN LUAR WANITA SERAT SINTETIK POTONG 52.884
PERLENGKAPAN PAKAIAN BUAH 377
TENAGA KERJA ORG/TH 7.316.985
SOLAR INDUSTRI LITER 4.700
LISTRIK KWH 2.283
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.100 SERAT REELING KG 75.492
VISCOSE RAYON KG 1.169
TENAGA KERJA ORG/TH 23.748.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 691
INPUT OUTPUT
64
KBLI 17112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
POLYESTER BAL 2.500.009 BENANG PINTAL CAMPURAN SERAT LAINNYABAL 2.980.532
VISCOSE RAYON KG 10.156
TENAGA KERJA ORG/TH 25.851.000
SOALR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.275
KBLI 17113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
POLYESTER KG 11.510 BENANG JAHIT CAMPURAN SERAT LAINNYABAL 3.851.292
VISCOSE RAYON KG 15.132
TENAGA KERJA ORG/TH 18.858.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.000
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17114
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIKBAL 3.720.151 KAIN TENUN SERAT BUATAN METR 4.565
ZAT WARNA TEKSTIL KG 20.823 KAIN TENUN BNG WARNA YARD 6.678
TENAGA KERJA ORG/TH 16.169.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 841
INPUT OUTPUT
65
KBLI 17115
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP FILAMEN SINTETIKBAL 1.342.555 KAIN TENUN IKAT WARNA METER 11.774
ZAT WARNA TEKSTIL BUAH 797.669 KAIN IKAT POLOS METER 120.000
TENAGA KERJA ORG/TH 15.725.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.164
INPUT OUTPUT
66
KBLI 17301
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KAIT KAPAS KG 18.000 SELIMUT METER 4.836
BENANG RAJUT STAPEL KG 15.454 KAIN RAJUT KG 34.851
DYSTUFF KG 60.000 MANTEL RAJUT WANITA BUAH 13.139
TENAGA KERJA ORG/TH 33.405.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 910
KBLI 17302
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS BAL 4.199.771 CELANA RAJUT PRIA BUAH 7.500
KAIN RAJUT BERBULU KG 39.341 SINGLET RAJUT PRIA BUAH 10.000
KAIN RAJUT KAPAS BUAH 5.833 KAOS OBLONG RAJUT PRIA BUAH 9.037
TENAGA KERJA ORG/TH 20.869.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.358
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
67
KBLI 17232
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP KAPAS KG 9.400 BENANG PINTAL RAYON-KAPASKG 14.000
BENANG CELUP PR KG 11.000 SUMBU KOMPOR KG 9.559
BENANG ASBES KG 2.070 TALI ASBES ANYAM KG 3.800
TENAGA KERJA ORG/TH 53.300.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.183
KBLI 17293
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKLIRIK BAL 3.600.000 KAIN BORDIR KAPAS POTONG 36.200
BENANG CELUP FILAMEN BAL 3.600.000 BAJU KOKO BUAH 850
KAIN CETAK LAINNYA METER 22.500 BORDIR PAKAIAN BUAH 1.600
TENAGA KERJA ORG/TH 12.962.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.390
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS KG 20.000 KAOS KAKI RAJUT PASANG 1.583
BENANG CELUP PC KG 32.555
PLASTIK POLIMER PROPILENAKG 23.544
TENAGA KERJA ORG/TH 5.764.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.142
INPUT OUTPUT
68
Lampiran 9.3. Tahun 2007
KBLI 17400
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 2.414 KAPUK HALUS KG 10.023
KAPUK RANDU KG 1.986 BIJI KAPUK KG 954
KAPUK HALUS KG 1.600 HATI KAPUK KG 2.062
TENAGA KERJA ORG/TH 2.738.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.007
KBLI 18101
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.055.564 KAIN CETAK BHN KEMEJA METER 7.500
KAIN CELUP KAPAS 85 METER 3.919 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 58.061
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 16.805 KAIN SARUNG LAINNYA BUAH 26.283
KAIN CETAK CAMPURAN KG 54.202 KAIN PANJANG LAINNYA METER 6.031
KAIN KANVAS METER 135.851 PAKAIAN JADI LAINNYA POTONG 36.272
TENAGA KERJA ORG/TH 20.095.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.512
LISTRIK KWH 1.306
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
69
KBLI 17111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN CETAK KAPAS METER 4.314 SERAT REELING KG 78.406
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.061
VISCOSE RAYON KG 1.154
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN25.947.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 719
INPUT OUTPUT
70
KBLI 17112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 23.830 BENANG PINTAL CAMPURAN KG 18.120
SUTERA REELING M3 3.785.801 BENANG PC KG 21.842
KAPAS GARUK KG 8.408 BENANG TUNGGAL STAPEL KG 15.643
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN12.080.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.397
KBLI 17113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 11.392 KAIN CELUP FILAMEN METER 2.845
KAPAS GARUK KG 117.434 BENANG JAHIT NILON BAL 3.404.091
BENANG PINTAL KAPAS BAL 2.609.399 BENANG JAHIT WOL BAL 3.517.162
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN 7.090.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.149
KBLI 17114
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KLANTANG BAL 5.313.697 KAIN CETAK KAPAS YARD 6.661
BENANG CELUP KAPAS KG 48.269 KAIN TENUN MORI METER 8.257
BENANG CELUP PC KG 17.849 KAIN TENUN KAPAS YARD 9.349
TENAGA KERJA ORANG/TAHUN 9.566.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 998
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
71
KBLI 17121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 11.160 BENANG KAPAS MERSERISASI BUAH 33.573
POLYESTER KG 15.198 BENANG CELUP FILAMEN KG 5.064
VISCOSE RAYON KG 19.043 BENANG CELUP KAPAS BAL 3.707.480
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.580.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 844
INPUT OUTPUT
72
KBLI 17122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN TENUN HANEP METER 23.085 KAIN CETAK FILAMEN POLIESTER METER 2.665
BENANG KLANTANG KG 19.205 KAIN CELUP MORI KAPAS YARD 2.790
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 3.438.459 KAIN KELANTANG POLIESTER YARD 2.616
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.855.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.216
KBLI 17123
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS BAL 3.409.350 KAIN CETAK FILAMEN METER 7.690
BENANG PINTAL RC BAL 5.922.967 KAIN CETAK WOL YARD 12.099
ZAT WARNA TEKSTIL KG 17.401 KAIN CETAK KAPAS METER 4.774
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.888.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.337
KBLI 17124
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN CETAK MORI KAPAS METER 5.837 BATIK KOMBINASI PRIMA KODI 640.002
MALAM PARAFIN KG 13.897 BATIK CAP MORI BIRU KODI 12.681
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.950 BATIK TULIS PRIMA KODI 1.239.972
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.345.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.295
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
73
KBLI 17231
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS KG 30.657 TALI HENEP MANILA KG 9.303
FILAMEN TOW KG 7.229 TALI KAPAS KG 74.823
VISCOSE RAYON KG 5.308
TENAGA KERJA ORANG/TH 4.464.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 695
INPUT OUTPUT
KBLI 17232
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 10.868 SUMBU KOMPOR KG 8.555
BENANG KAPAS RANGKAP KG 215.000
BENANG CELUP POLIAMIDA KG 10.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.262.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 1.178
INPUT OUTPUT
74
KBLI 17293
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG RAJUT STAPEL CONES 119.815 PAKAIAN JADI SULAMAN KODI 820.521
KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 KAIN SULAMAN LAINNYA POTONG 57.986
KAIN CETAK CAMPURAN BUAH 10.206.467 KAIN SULAMAN POTONG 125.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.716.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 850
KBLI 17301
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 KAIN RAJUT KAPAS KG 5.455
BENANG KELANTANG KG 90.126 KAIN RAJUT LUSI BUAH 51.050
KAIN CETAK KAPAS 85 KG 24.004 KAIN CETAK BHN KEMEJA POTONG 14.210
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.652.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 809
KBLI 17302
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL PR KG 17.719 TSHIRT RAJUT PRIA BUAH 57.395
KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 KAOS OBLONG RAJUT PRIA BUAH 40.022
KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 PAKAIAN LUAR RAJUT PRIA BUAH 31.644
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.813.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 750
OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT
75
KBLI 17303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI WOL LUSIN 22.000
BENANG BERLOGAM KG 35.000 KAOS KAKI RAJUT LUSIN 24.999
ISOLASI TAHAN PANAS LUSIN 238.333
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.263.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 756
KBLI 17400
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 473 HATI KAPUK KG 1.328
BENANG PINTALKAPAS BAL 126.964 BIJI KAPUK KG 291
KAPUK HALUS BAL 104.232 KAPUK HALUS KG 2.459
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.722.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 710
KBLI 18101
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 PAKAIAN JADI POTONG 44.021
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 KAIN SARUNG BUAH 14.478
KAIN CELUP KAPAS YARD 9.911 BLOUSE WANITA BUAH 37.854
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 32.489
ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056 BAJU HANGAT PRIA BUAH 47.995
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.742.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.126
LISTRIK KWH 777
OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT
76
Lampiran 9.4. Tahun 2008
KBLI 17111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG POLYESTER FILAMEN KG 3.061 BENANG KG 530.064
VISCOSE RAYON KG 1.154
TENAGA KERJA ORANG/TH 17.076.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 645
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 23.830 BENANG TENUN KG 18.206
SUTERA REELING M3 3.785.801 BENANG KG 16.687
VISCOSE RAYON BAL 3.671.827 BENANG POLYESTER M3 16.402.906
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.944.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.312
KBLI 17113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 11.392 BENANG BAL 3.517.162
KAPAS GARUK KG 117.434
BENANG PINTAL KAPAS 85 BAL 2.609.399
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.347.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 847
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
77
KBLI 17114
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG TUNGGAL MODAKRILIK KG 323.999 KAIN GREY METER 5.967
BENANG CELUP KAPAS KG 48.269 RS 11 METER 7.025
BENANG CELUP PC KG 17.849 KAIN JADI METER 7.661
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.887
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.035.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.553
INPUT OUTPUT
78
KBLI 17115
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG SUTERA KG 324.938 KAIN ANTIK METER 19.948
BENANG KLANTANG PC BAL 3.758.817 KAIN SUTERA POLOS METER 33.897
BENANG EMAS KG 87.667 KAIN FILAMIN METER 13.687
ZAT WARNA TEKSTIL KG 87.119
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.681.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 4.335
KBLI 17121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 11.160 BENANG TENUN BAL 4.014.049
POLYESTER KG 15.198 BENANG KG 8.027
VISCOSE RAYON KG 19.043
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.459.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.629
KBLI 17122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KLANTANG AKRILIK KG 19.205 GREY PE/TC METER 2.783
BENANG CELUP PC BAL 3.438.459 DENIM METER 18.190
ZAT WARNA TEKSTIL KG 59.446 KAIN PRINTING METER 2.055
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.060.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 783
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
79
KBLI 17123
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS BAL 3.409.350 KAIN RAYON METER 5.252
BENANG JAHIT NILON KG 22.299 KAIN GREY METER 4.495
BENANG KLANTANG KAPAS KG 38.184 KAIN PRINTING METER 7.340
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.754.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.626
INPUT OUTPUT
KBLI 17124
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 1.498.275 KAIN BATIK KATUN KODI 1.240.083
KAIN TENUN MORI KPS METER 10.307 KAIN BATIK PRINTING METER 6.299
MALAM PARAFIN KG 13.897 SANTUNG BATIK KODI 12.946
ZAT WARNA TEKSTIL KG 19.950
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.883.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.459
KBLI 17231
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT KAPAS 85 KG 39.657 TALI SEPATU BUAH 14.630
FILAMEN TOW KG 7.229
VISCOSE RAYON KG 5.308
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.962.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 701
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
80
KBLI 17232
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 10.868 SUMBU KOMPOR KG 15.000
BENANG KAPAS RKP KG 215.000 TALI PRAMUKA KG 4.200
BENANG CELUP FILAMEN KG 10.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.724.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 455
KBLI 17293
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG RAJUT STAPEL YARD 119.815 BORDIR HALUS POTONG 12.500
KAIN BORDIR KAPAS POTONG 32.509 BORDIR POTONG 5.000
KAIN KEMPA/BERLAPIS KG 33.000 BORDIR KASAR POTONG 20.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.642.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 797
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
81
KBLI 17301
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG JAHIT AKRILIK KG 12.458 PANEL BUAH 60.601
KAIN CETAK KAPAS KG 24.004 RAJUT KG 2.000
KAIN RAJUT LUSI KG 24.004 SWEATER WANITA BUAH 27.058
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.351.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 948
KBLI 17302
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL AKRILIK YARD 49.049 GARMENT KNIT BUAH 31.098
KAIN CELUP BHN KEMEJA METER 172.207 PAKAIAN ATAS BUAH 45.961
ELASTIC BAND KG 26.104 JAKET PRIA-WANITA BUAH 49.892
KAIN RAJUT KAPAS METER 12.502 WOMEN CAPRI TANK BUAH 82.068
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.281.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.072
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
82
Lampiran 9.5 Tahun 2009
KBLI 17303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG CELUP WOL KG 23.000 KAOS KAKI LUSIN 22.000
BENANG BERLOGAM KG 35.000
PLASTIK LEMBARAN KG 35.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.234.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.166
KBLI 17400
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 473 KAPUK HALUS KG 13.500
KAPAS KG 1.369 BIJI KAPUK KG 1.100
KAPAS HALUS BAL 104.232 HATI KAPUK KG 4.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.091.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 771
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 18101
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.343.163 BAJU LENGAN PNJNG POTONG 62.541
BENANG CELUP CAMPURAN BAL 27.241.919 CELANA JEANS LUSIN 62.272
KAIN CETAK KAPAS 85 METER 10.637 SETELAN KODI 28.981
KAIN CETAK CAMPURAN YARD 16.061 PAKAIAN JADI SET 43.993
ZAT WARNA TEKSTIL KG 26.056
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.054.000
SOLAR INDUSTRI LITER 6.213
LISTRIK KWH 1.296
INPUT OUTPUT
83
KBLI 17111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BNG POLYESTER FILAMEN KG 22.823 SERAT REELING KG 305.617
VISCOSE RAYON KG 8.606 SERAT TEKSTIL DISIAPKAN KG 8.034
TENAGA KERJA ORANG/TH 27.561.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 647
KBLI 17112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
SUTERA REELING M3 19.138.778 BENANG SUTERA M3 66.830.380
KAPAS GARUK KG 27.202 BENANG PINTAL AKRILIK KG 25.789
VISCOSE RAYON KG 9.157 BENANG CELUP FILAMEN KG 7.330
PEWARNA KG 30.995.995 BENANG POLYESTER FIL M3 15.194.601
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.304.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.109
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
DYESTUFF KG 449.860 BENANG JAHIT FILAMEN BAL 4.607.764
KAPAS KG 3.660.544 BENANG JAHIT CAMPURAN BAL 6.959.922
KIMIA KG 14.042
POLYESTER KG 39.135.630
TENAGA KERJA ORANG/TH 17.635.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 645
INPUT OUTPUT
84
KBLI 17114
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
SUTERA REELING KG 14.802 KAIN TENUN MORI KAPAS METER 4.235
B.PINTAL CAMPURAN BAL 3.937.030 K.TENUN FILAMEN SINTETIK BAL 2.272
ZAT WARNA KG 199.801 K.TENUN BROCHE WARNA YARD 19.639
POLYESTER KG 11.989
VISCOSE RAYON KG 16.483
TENAGA KERJA ORANG/TH 11.182.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.604
KBLI 17115
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL KAPAS BAL 4.255.200 KAIN TENUN IKAT WRN KODI 920.487
BENANG PINTAL CAMPURAN KG 75.000 KAIN IKAT TENUN POLOS METER 24.587
BENANG CELUP KAPAS KG 23.338 KAIN SARUNG KODI 50.000
BENANG CELUP PR KG 23.417
ZAT WARNA TEKSTIL KG 51.696
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.477.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.569
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 16.649 KAIN TENUN BNG WRNA METER 555
BENANG CELUP PC BAL 3.807.333 BENANG KLANTANG BAL 4.629.070
POLYESTER KG 11.207 BENANG CELUP PR BAL 3.850.882
VISCOSE RAYON BAL 3.750.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.538.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 176
INPUT OUTPUT
85
KBLI 17122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PINTAL CAMPURAN BAL 1.900.000 KAIN CELUP LAINNYA YARD 5.266
BENANG CELUP PC BAL 4.937.243 KAIN BORDIR BUAH 455
KAIN CETAK KAPAS METER 9.550 K.TEMPAT TIDUR BATIK BUAH 83.612
BAHAN KIMIA KHUSUS KG 45.009
LYCRA KG 797.621
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.154.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 723
KBLI 17123
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK KG 15.427 KAIN CETAK VOIL YARD 5.716
KAIN TENUN FILAMEN YARD 9.046 K.CETAK BAHAN KEMEJA METER 6.376
B.KLANTANG CAMPURAN BAL 3.588.289 KAIN CETAK MORI YARD 8.202
KAIN GEOTEXTILE METER 3.026 K.CETAK FILAMEN SINTETIK YARD 13.020
ZAT WARNA TEKSTIL KG 35.744
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.073.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.766
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17124
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN TENUN MORI KPS YARD 2.674 BATIK TULIS SUTERA POTONG 79.844
K.TENUN SUTERA NOIL METER 81.118 BATIK CAP MORI BIRU METER 10.000
B.CELUP STAPEL PC BAL 3.448.597 BATIK KOMBINASI PRIMA POTONG 29.859
MALAM PARAFIN KG 19.118 DRESS BATIK WANITA KODI 425.000
ZAT WARNA TEKSTIL KG 47.827
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.766.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.860
INPUT OUTPUT
86
KBLI 17231
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG SERAT STAPEL KG 10.000.000 TALI KAPAS KG 12.000
K.CELUP FILAMEN KUAT KG 7.200.000 TALI SISAL/AGAVE KG 10.000
K.CELUP STAPEL SINTETIK KG 9.500.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.751.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.649
KBLI 17232
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
B.FILAMEN SINTETIK KG 8.500.000 TALI KEPERLUAN KAPAL KG 6.933
B.REGENARASI KG 8.500.000 SUMBU KOMPOR ROLL 5.318
PLASTIK BEKAS KG 2.866.295
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.477.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.818
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 17302
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS GARUK ZAK 73.475 MANTEL RAJUT PRIA POTONG 186.907
B.RAJUT STAPEL SINTETIK KG 519.844 TSHIRT RAJUT PRIA POTONG 26.742
K.CELUP STAPEL POYESTER YARD 17.287 CELANA PANJANG BUAH 14.744
ETIKET BUAH 8.828
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.681.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 679
INPUT OUTPUT
87
Lampiran 9.6. Tahun 2010
KBLI 17303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
B.RAJUT STAPEL TIRUAN KG 34.000 KAOS KAKI RAJUT LUSIN 21.000
KERTAS ISOLASI LUSIN 22.071
PLASTIK LEMBARAN KG 25.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.738.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.472
INPUT OUTPUT
KBLI 17400
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BUAH KAPUK KERING KG 2.727 KAPUK HALUS KG 11.442
KAPAS KG 4.819 HATI KAPUK KG 5.201
KAPUK GELONDONG KG 2.009 KULIT KAPUK KG 5.115
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.670.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.553
KBLI 18101
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KONSENTRAT CHEMICAL KG 85.789 BAJU HANGAT PRIA BUAH 75.858
K.CELUP BHN KEMEJA METER 6.131 KEMEJA LGN PANJANG POTONG 32.472
KAIN BORDIR METER 1.365.938 PAKAIAN LUAR PRIA BUAH 36.629
KAIN CETAK LAINNYA YARD 227.000.000 BLOUSE WANITA BUAH 50.323
K.CETAK KAPAS CAMPUR YARD 13.927 PAKAIAN JADI LAINNYA POTONG 32.320
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.802.000
SOLAR INDUSTRI LITER 4.383
LISTRIK KWH 1.578
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
88
KBLI 13112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS COTTON KG 16.867 BENANG TENUN BAL 49.768
POLYESTER KG 13.363 RWH KG 29.956
KAPAS RAYON KG 14.456 BENANG KG 8.893
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.454.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 746
INPUT OUTPUT
KBLI 13113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
CHIPS KG 11.119 BENANG COTTON 100 BAL 106.124
KAPAS BAL 36.687 B.POLYESTER FILAMEN KG 16.373
POLYERTER BAL 197.153 POLYESTER CHIP KG 8.155
TENAGA KERJA ORANG/TH 14.651.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 1.000
KBLI 13121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 18.064 KAIN GREY METER 4.792
BENANG BAL 3.397.319 DENIM METER 30.024
CHEMICAL KG 45.427 COLOUR FABRIC METER 23.682
POLYESTER KG 22.357
RAYON KG 40.949
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.875.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 534
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
89
KBLI 13122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KATUN KG 18.797 KAIN SESEK METER 7.000
KAIN KATUN KG 27.000 KAIN LURIK SBY METER 40.000
BENANG SUTERA KG 312.207 KAIN KAMEN IKAT POTONG 35.000
BENANG MERCERICED KG 96.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.680.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 892
KBLI 13131
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 13.342 TR 45 TX 150 D METER 2.786
KAIN GREY YARD 8.119 KAIN METER 517
BENANG BAL 4.692.375 BENANG TENUN BAL 4.045.728
BENANG TENUN BAL 2.998.075
TENAGA KERJA ORANG/TH 10.194.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 590
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
90
KBLI 13132
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 3.931.584 KAIN GREY YARD 699.883
KAIN GREY METER 3.527 KAIN CAMBRIG YARD 7.524
BENANG BAL 1.900.000 KAIN POLOS YARD 5.632
PVAC KG 127.434 KAIN PRINTING YARD 5.600
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.803.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 814
KBLI 13133
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 12.465 RAYON METER 591
BENANG TENUN BAL 3.833.039 KAIN YARD 10.061
KAIN JADI POTONG 8.682 GREY BROAD CLOTH YARD 6.362
ACCESORIES GROSS 3.056.187
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.328.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 687
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
91
KBLI 13134
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
MORI YARD 6.757 BATIK SUTERA POTONG 288.709
KAIN SUTERA METER 61.809 HANDPRINT YARD 847
MALAM PARAFIN KG 4.574 SARUNG BATIK YARD 77.483
OBAT BATIK KG 56.702 BATIK METER 25.357
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.670.000 SARUNG KODI 199.894
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 617
KBLI 13911
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KG 18.908 KAIN POLYESTER 100 KG 28.000
OBAT BATIK KG 15.601 KAIN POLYESTER TPS YARD 26.000
FIBER KG 13.061
TENAGA KERJA ORANG/TH 9.146.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 820
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
92
KBLI 13912
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN MORI PRIMUS METER 11.500 HIASAN DINDING SET 279.981
KAIN MERCURI METER 14.183 PAKAIAN PENGANTIN SET 16.861
MOTE POND 12.334 KEBAYA BUAH 610.714
TENAGA KERJA ORANG/TH 5.804.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 657
KBLI 13941
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
RAYON KG 5.146 DOGOL KG 1.200
FILAMEN KG 1.086 TALI TAMBANG PLASTIK KG 1.000
MARLON KG 2.899 T.TAMBANG SANTANG KG 12.162
PLASTIK KG 5.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.568.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 1.200
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
93
KBLI 13942
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG PP KG 35.144 BENANG BANGUNAN TT 4.820
BENANG KATUN KG 1.200 BENANG TALI KG 23.521
BENANG AVAL KG 217 SUMBU KOMPOR ROLL 5.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.341.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 625
KBLI 13997
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK GLONDONG KRG KG 3.261 KAPUK HALUS KG 17.502
KAPAS KG 5.084 KAPUK ODOLAN KG 5.802
TENAGA KERJA ORANG/TH 4.476.000 BIJI KAPUK KG 1.581
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 732
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
94
Lampiran 9.7. Tahun 2011
KBLI 14111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 13.202.418 MEN'S SHIRT POTONG 50.112
KAIN YARD 19.422 SHIRT BUAH 58.645
COTTON METER 14.052 BLUS BUAH 71.825
KAIN KNIT KG 35.309 PAKAIAN JADI PASANG 57.995
KAIN/PANEL PASANG 41.714
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.885.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 454
KBLI 14301
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN JEANS YARD 17.272 CELANA JEANS POTONG 21.822
KAIN LUSIN 158.296 SARUNG TANGAN BUAH 116.112
KAIN KAOS BAL 1.500.000 CELANA DALAM BUAH 54.888
SHEEP KG 476.260
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.509.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 590
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 14303
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KG 39.100 KAOS KAKI KATUN PASANG 9.500
BENANG KATUN CONES 23.001 KAOS KAKI LUSIN 30.000
KARET BENANG CONES 22.005
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.980.000
SOLAR INDUSTRI LITER 5.800
LISTRIK KWH 509
INPUT OUTPUT
95
KBLI 13111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KOKON ULAT SUTERA KG 20.001 BENANG TENUN/RAJUT BAL 4.289.622
BENANG AFVAL TALI KG 75.000 KAIN GREIGE METER 14.120
ETIKET BENANG BUAH 150 BENANG BAL 5.365.015
KANTONG PLASTIK BUAH 15.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 23.941.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 667
INPUT OUTPUT
KBLI 13112
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 28.360 RWH KG 33.241
POLYESTER KG 13.843 BENANG RAYON KG 38.799
FIBER RAYON BAL 6.279.691 BENANG KG 8.893
TENAGA KERJA ORANG/TH 34.177.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 530
KBLI 13113
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
DYESTUFF KG 101.936 POLYESTER FILAMEN KG 50.702
CHEMICAL KG 102.994 YOSM POLYESTER FIL KG 20.284
CHIPS KG 14.107
TENAGA KERJA ORANG/TH 59.631.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 531
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
96
KBLI 13121
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 5.174.320 KAIN TENUN YARD 7.064
PEWARNA KG 122.227 SARUNG TENUN POTONG 28.700
SUPPORTING MATRIAL KG 8.083
TENAGA KERJA ORANG/TH 12.673.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 494
KBLI 13122
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG KATUN KG 56.537 KAIN MESRIS METER 30.941
BENANG SUTERA KG 363.361 KAIN IKAT SUTERA METER 25.725
BENANG CSM 80/2 KG 121.389 KAIN AIR BRAS METER 109.002
TENAGA KERJA ORANG/TH 2.626.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 555
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 13131
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 1.100.000 KAIN POLOS WARNA METER 6.000
OBAT WAPPOC KG 115.000
KIPRET KG 3.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 13.238.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 658
KBLI 13132
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG BAL 4.645.621 KAIN JADI METER 8.000
KAIN GRAY METER 6.364 KAIN POLOS METER 7.041
PEWARNA FINISH KG 604.141 PRODUK KAIN FINISH METER 2.060
TENAGA KERJA ORANG/TH 6.360.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 581
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
97
KBLI 13133
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPAS KG 45.705 RAYON METER 591
KAIN GRAY METER 11.055 KAIN GRAY METER 10.011
ALBIKAT KG 67.000 KAIN PRINTING METER 12.808
TENAGA KERJA ORANG/TH 56.838.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 452
KBLI 13134
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN MORI METER 7.809 BATIK TULIS PRIMA POTONG 147.299
KAIN SUTERA TWISS METER 50.301 KAIN BATIK TIC DYET YARD 392.195
MALAM KG 24.180 KAIN KEMEJA POTONG 23.220
TENAGA KERJA ORANG/TH 7.287.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 554
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 13911
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
YARN BUAH 9.000 PANEL BUAH 39.199
OTHER RAWS BUAH 397.558 PRJUTAN BHN KAOS KG 6.286
TENAGA KERJA ORANG/TH 28.244.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 552
INPUT OUTPUT
KBLI 13912
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAIN SUTERA METER 112.485 BHN KEBAYA BORDIR POTONG 76.667
KAIN KERUDUNG POTONG 6.000 BORDIR BUAH 515
BENANG BUAH 6.000 KERUDUNG BORDIRAN POTONG 15.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 192.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 630
OUTPUTINPUT
98
KBLI 13941
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
FILAMEN KG 1.000.000 DOGOL KG 13.000.000
PLASTIK BEKAS KG 5.000.000 TALI RAFIA KG 16.200
PLASTIK BERAS KG 7.300.000 SEDOTAN BAL 1.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 3.002.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH n.a
KBLI 13942
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG AVAL KG 2.200 SUMBU DAN TALI PRMUKA KG 4.500
BENANG POLYESTER KG 22.500 RENDA BUAH 3.790
BENANG KATUN KG 13.500
TENAGA KERJA ORANG/TH 8.982.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 350
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
KBLI 13997
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
KAPUK GLONDONG KG 3.865 KAPUK ODOLAN KG 11.000
TENAGA KERJA ORANG/TH 1.015.000 KAPUK RANDU ODOLAN KG 16.022
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675 ISI RANDU KG 1.432
LISTRIK KWH 506
OUTPUTINPUT
99
KBLI 14111
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
COTTON CVC KG 111.090 SARUNG TENUN KODI 1.901.155
KAIN YARD 35.457 MEN'S SHIRT POTONG 50.112
POLAR FLEECCE YARD 23.943 CELANA JEANS LUSIN 618.055
KAIN KAOS LOTTO KG 50.459 BLOUSE WANITA POTONG 38.024
TENAGA KERJA ORANG/TH 15.962.000 PKAIAN OLAHRAGA SET 75.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 455
KBLI 14301
INPUT OUTPUT
JENIS SATUAN HARGA JENIS SATUAN HARGA
BENANG 40'S BAL 7.389.033 SWEATER POTONG 56.069
KAIN SALUR YARD 21.837 MEN'S SHIRT POTONG 48.325
KAIN/PANEL METER 42.551 KEBAYA POTONG 29.332
INTERLINING YARD 8.060
TENAGA KERJA ORANG/TH 20.392.000
SOLAR INDUSTRI LITER 8.675
LISTRIK KWH 593
INPUT OUTPUT
100