Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui...

5
30 November 2017 PROSIDING SKF 2017 Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui Implementasi Asesmen Kinerja E Emiliannur 1,a) , I Hamidah 2 , A Zainul 3 dan A R Wulan 4 1 Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia 2 Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia 3 Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia 4 Departemen Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia a) [email protected] (corresponding author) Abstrak Banyak penelitian belakangan ini mengkaji tentang keterampilan berpikir kritis, namun masih sedikit yang mengetahui tentang kecenderungan (disposisi) siswa untuk menggunakan keterampilan tersebut. Disposisi Berpikir Kritis (DBK) merupakan satu bentuk kecenderungan seseorang untuk kritis dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan disposisi berpikir kritis Fisika siswa melalui penerapan model asesmen kinerja. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 68 siswa kelas XI IPA di salah satu Sekolah Menengah Atas di Sumatera Barat, Indonesia. Sampel kemudian dibagi menjadi kelas eksperimen kelompok 1 (32 orang) dan kelas eksperimen kelompok 2 (36 orang). Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design. Data dikumpulkan melalui tes esai dan kuisioner DBK. Hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan disposisi berpikir kritis siswa dengan N-gain sebesar 0.55 pada kelas eksperimen kelompok 1, dan sebesar 0.32 pada kelas eksperimen kelompok 2. Kata-kata kunci: asesmen kinerja, disposisi berpikir kritis, respon disposisi berpikir kritis siswa PENDAHULUAN Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kritis tidak berarti bahwa orang tersebut akan menggunakannya dalam situasi yang membutuhkan penerapan keterampilan tersebut. Seorang pendidik perlu mengukur Disposisi Berpikir Kritis (DBK) peserta didik, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat yang akan diberikan dalam pembelajaran [1]. Sebelum lahirnya teori berpikir kritis modern, berpikir kritis didefinisikan dalam hal kemampuan dan keterampilan kognitif [2]. Disposisi berpikir kritis sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang diberikan dalam suatu kondisi tertentu [3]. Dsposisi berpikir kritis sebagai motivasi internal seseorang untuk berpikir kritis ketika menghadapi dan memecahkan masalah, ide untuk mengevaluasi, atau membuat keputusan [4]. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa penilaian (assessment) yang digunakan dalam pembelajaran Fisika di SMA lebih berorientasi pada hasil akhir, bukan kepada proses. Fakta yang tergambar dalam penilaian yang bersifat lokal maupun nasional seperti Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Nasional (UN) ISBN: 978-602-61045-3-3 255

Transcript of Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui...

Page 1: Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui ...portal.fmipa.itb.ac.id/skf2017/kfz/files/skf_2017_e_emiliannur_5c54b7...alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi

30 November2017

PROSIDINGSKF2017

Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui

Implementasi Asesmen Kinerja

E Emiliannur1,a), I Hamidah2, A Zainul3 dan A R Wulan4

1Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

2Departemen Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

3Departemen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

4Departemen Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia,

Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia

a) [email protected] (corresponding author)

Abstrak

Banyak penelitian belakangan ini mengkaji tentang keterampilan berpikir kritis, namun masih sedikit yang

mengetahui tentang kecenderungan (disposisi) siswa untuk menggunakan keterampilan tersebut. Disposisi

Berpikir Kritis (DBK) merupakan satu bentuk kecenderungan seseorang untuk kritis dalam memecahkan

masalah atau mengambil keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan disposisi

berpikir kritis Fisika siswa melalui penerapan model asesmen kinerja. Sampel dalam penelitian ini terdiri

dari 68 siswa kelas XI IPA di salah satu Sekolah Menengah Atas di Sumatera Barat, Indonesia. Sampel

kemudian dibagi menjadi kelas eksperimen kelompok 1 (32 orang) dan kelas eksperimen kelompok 2 (36

orang). Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design. Data dikumpulkan melalui

tes esai dan kuisioner DBK. Hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan disposisi berpikir kritis siswa

dengan N-gain sebesar 0.55 pada kelas eksperimen kelompok 1, dan sebesar 0.32 pada kelas eksperimen

kelompok 2.

Kata-kata kunci: asesmen kinerja, disposisi berpikir kritis, respon disposisi berpikir kritis siswa

PENDAHULUAN

Seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kritis tidak berarti bahwa orang tersebut akan

menggunakannya dalam situasi yang membutuhkan penerapan keterampilan tersebut. Seorang pendidik perlu

mengukur Disposisi Berpikir Kritis (DBK) peserta didik, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat

yang akan diberikan dalam pembelajaran [1]. Sebelum lahirnya teori berpikir kritis modern, berpikir kritis

didefinisikan dalam hal kemampuan dan keterampilan kognitif [2]. Disposisi berpikir kritis sebagai

kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang diberikan dalam suatu kondisi tertentu [3]. Dsposisi berpikir

kritis sebagai motivasi internal seseorang untuk berpikir kritis ketika menghadapi dan memecahkan masalah,

ide untuk mengevaluasi, atau membuat keputusan [4].

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa penilaian (assessment) yang digunakan dalam pembelajaran

Fisika di SMA lebih berorientasi pada hasil akhir, bukan kepada proses. Fakta yang tergambar dalam

penilaian yang bersifat lokal maupun nasional seperti Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Nasional (UN)

ISBN: 978-602-61045-3-3 255

Page 2: Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui ...portal.fmipa.itb.ac.id/skf2017/kfz/files/skf_2017_e_emiliannur_5c54b7...alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi

30 November2017

PROSIDINGSKF2017

lebih menekankan pada penguasaan konsep menggunakan alat penilaian tradisional sejenis paper and pencil

test yang belum mampu mengukur taraf berpikir tingkat tinggi peserta didik. Mengases Sains (dan juga

beberapa mata pelajaran lain) melalui paper-and-pencil tests adalah sama halnya mengases seorang pemain

basket dengan memberikan tes tertulis [5]. Kita mungkin dapat mengukur pengetahuannya mengenai

permainan basket, tetapi kita tidak dapat mengetahui keterampilannya dalam bermain basket. Tes tradisional

(objective test) tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran ilmiah yang mendalam [6]. Untuk itu pendidik

dan pembuat kebijakan membutuhkan asesmen yang baru, terutama dalam pembelajaran Sains.

Penilaian IPA hendaknya mengukur pengetahuan dan konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS), dan

penalaran tingkat tinggi (berpikir kritis, logis, kreatif) serta menggunakan penilaian portofolio dan asesmen

kinerja untuk KPS dan kemampuan kerja ilmiah selama pembelajaran IPA [7]. Asesmen kinerja adalah

asesmen yang melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan tertentu dan atau

menciptakan produk [8]. Asesmen kinerja adalah sebuah pendekatan untuk mengukur kemampuan siswa

berdasarkan cara siswa mengerjakan suatu tugas khusus [9]. Asesmen berbasis kinerja merupakan salah satu

alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi berpikir kritis [10]. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk menganalisis disposisi berpikir kritis Fisika siswa melalui implementasi asesmen kinerja.

METODE

Penelitian ini dilakukan di sebuah Sekolah Menengah Atas di Lubuk Sikaping, Sumatera Barat.

Pengambilan data dilakukan sepanjang semester ganjil pada Tahun Ajaran 2016-2017 pada kelas XI IPA.

Subjek penelitian ini dibagi menjadi kelas eksperimen kelompok 1 (32 orang) dan kelas eksperimen

kelompok 2 (36 orang). Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui purposive sampling. Desain

penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari tujuh subskala disposisi berpikir kritis

[11]. Setiap instrumen dalam penelitian ini mengintegrasikan materi praktikum Fisika. Ada lima jenis

praktikum Fisika yang menjadi bagian penelitian ini yaitu: 1) percepatan gravitasi; 2) hukum Hooke; 3) gerak

harmonis sederhana; 4) konsep usaha; dan 5) hukum kekekalan momentum. Data dikumpulkan melalui tes

esai dan kuisioner terkait disposisi berpikir kritis yang merupakan bagian dari komponen asesmen kinerja.

Tes esai dan rubrik terdiri dari 18 item yang terdiri dari rasa keingintahuan (3 item), berpikir terbuka (3 item),

kesistematisan (3 item), mencari kebenaran (3 item), keanalisisan (2 item), kepercayaan diri (2 item), dan

kematangan (2 item). Reliabilitas tes esai adalah 0.802. Kuisioner terdiri dari rasa keingintahuan (9 item),

keterbukaan (8 item), kesistematisan (7 item), mencari kebenaran (9 item), keanalisisan (6 item), kepercayaan

diri (6 item) dan kematangan (5 item). Reliabilitas dari kuisioner adalah 0.836. Data dalam penelitian ini

dianalisis dengan mencari N-gain antara prestest dan posttest.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Pretest, Posttest, dan Gain-ternormalisasi Tes Esai

Analisis dengan menghitung <g> untuk mengetahui sejauh mana peningkatan DBK siswa berdasarkan

data tes esai pada kedua kelompok kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai rata-rata <g> kelas

eksperimen kelompok 1 sebesar 55.71%, dan kelas eksperimen kelompok 2 sebesar 32.69% yang masuk

dalam kategori sedang [12]. Hasil analisis <g> tes esai DBK siswa pada kelas eksperimen kelompok 1 dan

kelas eksperimen kelompok 2 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis N-gain Tes Esai DBK Kelas Eksperimen

Kelas N Min Max SD Mean Ket.

1 Kelompok 1 32 0.09 1.00 0.24 0.55 Sedang

2 Kelompok 2 36 -0.29 0.89 0.28 0.32 Sedang

Tabel 2 memperlihatkan hasil analisis deskriptif rata-rata skor Pretest, Posttest dan % N-gain pencapaian

masing-masing indikator DBK. Pada Tabel terlihat semua indikator DBK mengalami peningkatan pada kedua

kelompok kelas eksperimen yang ditandai oleh nilai positif pada % <g>. Pada kelas eksperimen kelompok 1

rata-rata skor pretest tertinggi terdapat pada indikator mencari kebenaran (77,08) dan terendah pada indikator

rasa keingintahuan (57.29). Rata-rata nilai posttest tertinggi terdapat pada indikator kesistematisan (91.14)

dan terendah pada indikator rasa keingitahuan (80.47). Selanjutnya % <g> terbesar pada indikator

ISBN: 978-602-61045-3-3 256

Page 3: Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui ...portal.fmipa.itb.ac.id/skf2017/kfz/files/skf_2017_e_emiliannur_5c54b7...alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi

30 November2017

PROSIDINGSKF2017

keterbukaan (76,56) dan terendah pada indikator kepercayaan diri (39.06). Hal ini berarti bahwa

kecenderungan (disposisi) terkait toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan peka terhadap

kemungkinan bias mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun kecenderungan siswa dalam

menilai maupun memimpin orang lain dalam menyelesaikan masalah mengalami peningkatan yang lebih

rendah dibanding indikator lainnya.

Tabel 2. Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan % N-gain Tes Esai pada Setiap Indikator DBK Kelas Eksperimen

Indikator DBK

Kelompok 1 Kelompok 2

Pretest Posttest <g>

(%)

Pretest Posttest <g>

(%) Mean SD Mean SD Mean SD Mean SD

1. Rasa

Keingintahuan

57.29 19.37 79.16 15.84 45.13 49.07 11.92 62.49 21.22 25.14

2. Kesistematisan 76.04 12.65 91.14 10.35 51.61 55.55 13.80 76.85 13.38 40.42

3. Keterbukaan 62.49 17.96 88.54 10.74 60.47 66.20 17.13 80.09 14.26 31.25

4. Mencari

Kebenaran

77.08 8.19 89.06 11.67 48.44 71.29 14.69 80.55 15.68 26.39

5. Keanalisisan 58.59 21.63 81.25 15.55 44.31 47.22 19.61 59.03 24.02 21.08

6. Kepercayaan

Diri

75.00 6.35 84.37 12.29 39.06 61.11 17.36 77.08 20.15 37.97

7. Kematangan 60.94 16.73 80.47 21.75 49.47 50.69 17.41 69.44 18.04 34.94

Pada kelas eksperimen kelompok 2 rata-rata skor pretest tertinggi terdapat pada indikator mencari

kebenaran (71.30) dan terendah pada indikator keanalisisan (47.22). Rata-rata nilai posttest tertinggi terdapat

pada indikator mencari kebenaran (80.56) dan terendah pada indikator rasa keanalisisan (59.03). Selanjutnya

% <g> terbesar pada indikator kesistematisan (40.43) dan terendah pada indikator rasa keingintahuan (21,29)

dan disusul indikator kematangan (21.06). Hal ini berarti bahwa kecenderungan siswa untuk lebih

terorganisasi, terarah dan teliti dalam menyelesaikan masalah mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Sedangkan penerapan penalaran dan penggunaan bukti dalam menyelesaikan masalah mengalami

peningkatan yang lebih rendah dibanding lainnya.

Hasil Analisis Pretest, Posttest, dan Gain-ternormalisasi Kuisioner

Analisis dengan menghitung <g> untuk mengetahui sejauh mana peningkatan DBK siswa berdasarkan

data kuisioner pada kedua kelompok kelas eksperimen. Dari hasil perhitungan, nilai rata-rata <g> kelas

eksperimen kelompok 1 sebesar 28.50%. dan kelas eksperimen kelompok 2 sebesar 19.42% yang masuk

dalam kategori sedang (Hake, 1999). Hasil analisis <g> kuisioner DBK siswa pada kelas eksperimen 1 dan

kelas eksperimen 2 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis N-gain Kuisioner DBK Kelas Eksperimen

Kelas N Min Max SD Mean Ket.

1 Kelompok 1 32 -0.19 0.58 0.17 0.28 Rendah

2 Kelompok 2 36 -0.18 -0.62 0.16 0.19 Rendah

Tabel 4 memperlihatkan hasil analisis deskriptif rata-rata skor pretest, posttest dan % N-gain pencapaian

masing-masing indikator DBK. Pada tabel terlihat semua indikator DBK mengalami peningkatan pada kedua

kelas eksperimen yang ditandai oleh nilai positif pada % <g>. Pada kelas eksperimen kelompok 1 rata-rata

skor pretest kuisioner tertinggi terdapat pada indikator kematangan (86.25) dan terendah pada indikator

keterbukaan (73.05). Rata-rata nilai posttest tertinggi terdapat pada indikator kematangan (94.05) dan

terendah pada indikator keterbukaan (81.84). Selanjutnya % <g> tertinggi pada indikator kematangan (38.02)

dan terendah pada indikator kepercayaan diri (17.33). Sama halnya dengan hasil tes esai, capaian <g>

kepercayaan diri pada kelas eksperimen kelompok 1 lebih rendah dibanding indikator lainnya.

Pada kelas eksperimen kelompok 2 rata-rata skor pretest tertinggi terdapat pada indikator kesistematisan

(79.37) dan terendah pada indikator keanalisisan (68.63). Rata-rata nilai posttest tertinggi terdapat pada

indikator kematangan (85.78) dan terendah pada indikator rasa keanalisisan (76.43). Selanjutnya % <g>

terbesar pada indikator kematangan (28.74) dan terendah pada indikator keanalisisan (7.05). Sama halnya

dengan hasil tes esai, capaian <g> keanalisisan pada kelas eksperimen kelompok 2 lebih rendah dibanding

indikator lainnya. Tabel 4. Rata-rata Skor Pretest, Posttest, dan % N-gain Kuisioner pada Setiap Indikator DBK Kelas Eksperimen

No. Indikator DBK Kelompok 1 Kelompok 2

Pretest Posttest <g> Pretest Posttest <g>

ISBN: 978-602-61045-3-3 257

Page 4: Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui ...portal.fmipa.itb.ac.id/skf2017/kfz/files/skf_2017_e_emiliannur_5c54b7...alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi

30 November2017

PROSIDINGSKF2017

Mean SD Mean SD (%) Mean SD Mean SD (%)

1. Rasa

Keingintahuan

81.16 6.76 86.81 6.07 28.06 73.76 11.98 79.71 6.67 14.75

2. Keterbukaan 73.05 11.11 81.84 6.61 27.59 74.65 9.73 79.17 5.93 12.31

3. Mencari

Kebenaran

76.91 7.24 82.12 7.92 21.25 73.30 7.83 79.17 7.04 18.03

4. Kesistematisan 82.03 6.19 87.05 5.27 23.75 79.36 7.45 84.03 5.88 12.67

5. Keanalisisan 76.04 7.92 82.03 8.82 21.97 68.63 13.11 74.48 5.88 7.05

6. Kepercayaan

Diri

80.47 9.19 85.54 6.52 17.41 76.39 6.97 79.69 9.68 14.95

7. Kematangan 86.25 9.67 94.06 5.88 38.03 78.05 14.79 86.39 9.07 32.81

Pembahasan

Peningkatan DBK pada praktikum Fisika terkait dengan implementasi asesmen kinerja pada mata

pelajaran tersebut. Tugas yang diberikan pada kedua kelompok kelas eksperimen memberikan tantangan

tersendiri bagi siswa karena permasalahan yang dihadirkan lekat dengan kehidupan sehari-hari. Siswa

menjadi terlibat aktif melakukan kerja ilmiah di laboratorium. “Asesmen kinerja mengacu pada berbagai

tugas dan situasi di mana siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman mereka dan secara

perlahan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan berpikir dalam berbagai konteks [13].”.

Pada penelitian ini, implementasi asesmen kinerja dapat meningkatkan DBK kesistematisan dan

keterbukaan dengan N-gain tertinggi melalui tes esai pada kedua kelas eksperimen. Peningkatan ini terkait

dengan penyelesaian tugas yang terangkum dalam tes esai tersebut. Pada indikator kesistematisan, siswa

diminta menjelaskan kembali langkah-langkah praktikum yang dikerjakan secara detail, teliti, dan terstruktur.

Pada indikator keterbukaan, tugas yang diberikan mengarahkan siswa untuk memiliki toleransi terhadap

pandangan orang lain yang berbeda serta peka terhadap kemungkinan bias. “Asesmen kinerja dalam

pendidikan mempersilakan guru untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang dapat dilakukan siswa, apa

yang dipelajari- melalui eksperimen sains yang didesain siswa, menganalisis, dan menuliskannya. Apakah

keterampilan atau standar yang diukur kemudian ditulis, dibicarakan, saintifik, atau literasi matematika, siswa

sebenarnya menunjukkan tugas yang meliputi keterampilan dan guru membuat skor kinerja berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan [14].”. Melalui asesmen kinerja siswa difasilitasi untuk dapat melakukan

penyelidikan yang berguna untuk mengembangkan disposisi berpikir kritis.

Hasil analisis tes esai dan kuisioner menunjukkan N-gain terendah pada kelas eksperimen 1 adalah

indikator kepercayaan diri dan pada kelas eksperimen 2 pada indikator keanalisisan. Pada kelas eksperimen

kelompok 1, peningkatan N-gain indikator kepercayaan diri sebenarnya masih dalam kategori sedang (sama

dengan indikator yang lain), namun merupakan yang paling kecil yaitu 0.39 dibanding indikator DBK yang

lain. Skor kepercayaan diri menunjukkan kecenderungan siswa dalam memimpin atau pun menilai orang lain

secara rasional perlu ditingkatkan lagi. Hal ini diduga karena keterbatasan pengalaman siswa dalam

melakukan kerja kelompok selama proses belajar mengajar. “Siswa yang tidak terbiasa berinteraksi dengan

orang lain ketika belajar akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi saat dihadapkan dengan

permasalahan yang harus diselesaikan secara bersama [15].”.

Pada kelas eksperimen kelompok 2 diperoleh <g> terendah pada indikator keanalisisan melalui tes esai

(0.21) dan kuisioner DBK (0.07) dengan kategori rendah. Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya <g>

indikator keanalisisan pada kelas ini adalah tingkat prestasi akademik dan lingkungan belajar sebagai faktor

socialnya. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwa kelas eksperimen kelompok 2 merupakan

kelas regular XI IPA dengan rata-rata kemampuan akademik sedang. Selain itu, kondisi kelas yang cukup

padat (36 orang) dengan karakter siswa yang cukup beragam kemungkinan memberi pengaruh terhadap

rendahnya peningkatan skor <g> keanalisisan DBK siswa. “Penalaran ditandai sebagai proses kognitif

berorientasi pada tujuan, yang bertujuan untuk memecahkan masalah, pengambilan keputusan, serta

pembetulan diri secara retrospektif [16].”. “Penalaran didorong oleh kecerdasan atau keterampilan penalaran

[17].”. “Penalaran juga terkait dengan disposisi pemikiran pribadi, kebiasaan, posisi pribadi, motif, dan faktor

sosial/budaya lainnya [18].”.

KESIMPULAN

Asesmen kinerja dapat meningkatkan N-gain DBK siswa pada kedua kelompok kelas eksperimen dalam

kategori sedang melalui tes esai, dan kategori rendah melalui kuisioner. Implementasi asesmen kinerja yang

memberi pengaruh terhadap DBK siswa sesuai dengan pendapat Ennis (1996) yang menyatakan asesmen

ISBN: 978-602-61045-3-3 258

Page 5: Analisis Disposisi Berpikir Kritis Fisika Siswa melalui ...portal.fmipa.itb.ac.id/skf2017/kfz/files/skf_2017_e_emiliannur_5c54b7...alternatif untuk memberikan penilaian terhadap disposisi

30 November2017

PROSIDINGSKF2017

kinerja merupakan satu cara terbaik untuk menilai DBK. Siswa akan focus dengan kinerjanya, dan akan

melakukan sesuatu seperti dia melakukan disposisi. Jika kita menunggu cukup lama, disposisi akan muncul

dalam keadaan yang sesuai, dan kita akan melihat apakah memang orang tersebut memiliki disposisi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Bapak Drs. Riska Khaira, M.Si sebagai kepala sekolah SMA N 1 Lubuk Sikaping,

Erna Dewita, S.Pd., M.Si., dan Elfajridel, S.Pd, sebagai guru Fisika, semua observer dan partisipan yang telah

banyak membantu sepanjang tahapan pengambilan data penelitian.

REFERENSI

1. Connie, SL. (2006). Approaches to Evaluate Critical Thinking Dispositions. APERA Conference

2006: 28 – 30 November 2006 Hong Kong.

2. Tishman, S. (1994). Thinking dispositions and intellectual character. Annual meetings of the

American Educational Research Association. New Orleans, LA.

3. Ennis RH (1996). Critical Thinking Dispositions: Their Nature and Assessability. Informal Logic

Vol. 18, Nos. 2 & 3 (1996):165-182.

4. Facione, P. A., Facione, N. C., & Giancarlo, C. A. (1997). The motivation to think in working and

learning. In E. A. Jones (Ed.), Preparing competent college graduates: Setting new and higher

expectations for student learning—New directions for higher education (Vol. 96, pp. 67-79). San

Francisco: Jossey-Bass

5. Hein, G., and Price, S. (1994). Active Assessment for Active Science: A Guide for Elementary School

Teachers. Portsmouth, NH: Heinemann.

6. Wulan, A.R. (--). Skenario Baru bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada Pembelajaran Sains di

Indonesia. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/197404171999032-

ANA_RATNAWULAN/reformasi_asesmen_kinerja.pdf. (diunduh 24 Oktober 2017).

7. Rustaman, N. Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar Sehari Hasil Studi

Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Membaca. Jakarta:

Puspendik Depdiknas.

8. Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: maxwell Macmillan

International Simon & Schuster Company.

9. Popham, W. J. (1995). Classroom assessment: What teachers need to know. Needham Heights, MA:

Allyn and Bacon.

10. Ennis RH (1996). Critical Thinking Dispositions: Their Nature and Assessability. Informal Logic

Vol. 18, Nos. 2 & 3 (1996):165-182.

11. Facione, P.A., Giancarlo, C.A., Facione, N.C. & Ganien, J. (1995). The Disposition Toward Critical

Thinking. Journal of General Education, 44 (1): 1-25.

12. Hake, R.R. (1999). Reconstrcuting Theory from Practical Experience. In Woolnough, B.E. (ed).

Practical Science, 66-77. Milton Keynes: Open University Press.

13. Marzano., R.J., Pickering, D., & McTighe, J. (1993). Assessing student outcomes: Performance

assessment using the Dimensions of Learning Model. Alexandria, VA: ASCD.

14. Darling-Haminton, H. L., & Adamson, F. (2010). Beyond basic skills: The role of performance

assessment in achieving 21st century standards of learning. Stanford, CA: Stanford University,

Stanford Center for Opportunity Policy in Education.

15. Wiyarsi, A. (2016). Pengembangan Model Pembekalan berbasis Pedagogical Content Knowledge

dan Collaborative Learning bagi Calon Guru Kimia. Dissertation. UPI. Unpublished

16. Wu, M. (2001). The Identification of Reasoning Skills Mechanism. Educational Research

Monthly, 83, PP72-93

17. DeBono, E.(1992). Lateral Thinking for Management. New York : McGraw-Hill.

18. Brookfield, S.D. (1987). Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey-Bass.

ISBN: 978-602-61045-3-3 259