ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

20
ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI PAKET KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Ilmu Psikologi Oleh: RAHAYU FARIDA S 300 130 008 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Transcript of ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

Page 1: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN

PADA BERBAGAI PAKET KEAHLIAN DI SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister Sains dalam Ilmu Psikologi

Oleh:

RAHAYU FARIDA

S 300 130 008

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN

NaskahPublikasi yang berjudul :

ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI

PAKET KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DisusunOleh:

RAHAYU FARIDA

S 300 130 008

Telahdisetujuiuntukdiajukandalamujiantesis

Pembimbing

Prof. Kumaidi, Ph.D Tanggal: 22 Oktober 2016

Page 3: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

ii

Page 4: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 09 Februari 2017

Penulis

RAHAYU FARIDA

S 300 130 008

Page 5: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

1

ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI

PAKET KEAHLIAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deskriptif terhadap pola-pola minat

pada berbagai paket keahlian yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan. Analisis

deskriptif tipologi minat disusun dari siswa yang telah berhasil mengikuti pendidikan di

Sekolah Menengah Kejuruan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa tipologi minat

yang disusun dengan data penelitian ini dibandingkan dengan tipologi minat pada

penelitian sebelumnya tidak mengalami perubahan. Temuan lain dari penelitian ini yaitu

subjek berjenis kelamin laki-laki cenderung bertipe R (Realistik) sedang subjek

perempuan bertipe C (konvensional). Hasil penelitian juga menemukan terdapat paket

keahlian yang dominan diminati oleh siswa laki-laki (35%), dominan diminati oleh siswa

perempuan (40%), serta 5 diminati oleh baik siswa laki-laki maupun perempuan (25%).

Temuan lainnya adalah sampel di Indonesia secara umum memiliki tipologi minat S

(Sosial) dan E (Enterpreneur) pada seluruh kelompok paket keahlian, serta tidak muncul

sama sekali tipe I (Investigatif). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu bahwa tipologi minat

dari penelitian terdahulu telah dikonfirmasi dengan data dari siswa berprestasi pada tiap

paket keahlian sehingga tipologi minat dari 36 paket keahlian yang disusun dari

penelitian terdaluhu dapat dijadikan standar tipologi minat paket keahlian.

Kata kunci: Skala Minat Kejuruan, Tipologi Minat

Abstract

The result of the descriptive analysis shows that there is no change of the interest

typhology that was arranged based on the data of this research compared with previous

interest typhology. The aim of this research is to do the descriptive analysis to the patterns

of student’s interest in vocational school. Interest typhology descriptive analysis is

arranged base on the data from the student that had finished their education in vocational

school. The result of the descriptive analysis shows that there is no change of the interest

typhology that arranged based on the data of this research compared with the previous

interest typhology. The other result also shows that the male student tend to R (Realistic)

type, while the female student is C (Conventional). Then, there is dominant life skill that

had choosen by male students (35%), female student (40%) and the combination of both

(25%). The research found that the general samples in Indonesia have interest typhology

S (Social) and E (Enterpreneur) for all life skill group. The research found that the

general samples in Indonesia have interest typhology S (Social) and E (Entrepreneur) for

all life skill group and the group that did not appear belongs to I (Investigative). The

conclution of this research is that the interest typhology of the previous research had

confirmed with the data of the student who have success can be standart of expertise

packages’s interest typhologi.

Keywords: vocational, interests, typology

1. PENDAHULUAN

Setiap invidu menginginkan sebuah pekerjaan yang tepat dan sesuai cita-

cita masa depannya. Hasil penelitian menemukan bahwa kepuasan dan prestasi

kerja berhubungan dengan pilihan pekerjaan yang tepat dan merupakan

Page 6: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

2

kesesuaian antara tipe kepribadian dengan lingkungan kerja. Individu dengan

tingkat subjective well being yang tinggi juga terbukti memiliki ketrampilan dan

perilaku yang efektif untuk proses perkembangan karirnya sehingga mereka lebih

mudah meraih keberhasilan dalam pekerjaan (Holland, 1985; Sponaken, Meir, &

Catalano, 2000; Strauser, Lustig, & Ciftci, 2008; Anastasi & Urbina, 2007).

Usia remaja merupakan usia dimana minat akan pilihan pekerjaan mulai

stabil sehingga pada usia sekolah menengah inilah ekplorasi minat vokasional

efektif untuk dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat seseorang

akan pilihan pekerjaan sudah mulai stabil pada usia remaja, meningkat secara

konsisten kestabilannya setelah usia 18 tahun atau selama tahun-tahun

perkuliahan dan semakin stabil setelah masa tersebut (Low, Yoon, Roberts, &

Round, 2005; Tracey & Sodano, 2008; Hirschi, 2010; Vock, Koller, & Nagy,

2013).

Penentuan paket keahlian di sekolah menengah kejuruan selama ini kurang

memperhatikan minat siswa, namun lebih banyak mempertimbangkan prestasi

akademik siswa. Siswa yang memiliki minat pada bidang tertentu belum tentu

memiliki prestasi akademik yang baik secara umum, namun bisa jadi memiliki

kemampuan yang tinggi dalam bidang yang diminatinya. Selain itu siswa juga

kurang mengenali minatnya sendiri dan cenderung memilih jurusan pendidikan

atau paket keahlian berdasarkan pilihan yang banyak dipilih temannya. Tes minat

merupakan jenis instrumen tes yang digunakan untuk melakukan penilaian

terhadap minat individu dalam berbagai macam kegiatan. Beberapa inventori

minat juga memberikan gambaran minat individu dalam kurikulum pendidikan

atau bidang studi, yang pada akhirnya terkait dengan pilihan karir (Anastasi &

Urbina, 2007; Kaplan & Saccuzzo, 2012).

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi tipologi

minat pada tiap paket keahlian jika disusun berdasarkan data siswa yang

berprestasi . Penelitian ini akan menggunakan data profil minat siswa yang

berhasil dalam mengikuti proses pendidikan di SMK untuk menyusun standar

tipologi minat untuk tiap paket keahlian dan selanjutnya akan dibandingkan

dengan profil minat yang disusun pada penelitian sebelumnya.

Page 7: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

3

2. METODE

Pengembangan klasifikasi tipologi Holland didasarkan pada pola-pola

keberminatan tertentu yang diistilahkan dengan pola kepribadian. Pola

kepribadian yang dimaksud merupakan representasi dari tipe kepribadian yang

dihasilkan dari respon individu terhadap instrumen. Pola ini dapat terdiri dari dua

sampai tiga dimensi dalam tipologi Holland. Pola dari tipe kepribadian diperoleh

dengan menyatukan dua atau tiga skor tertinggi pada dimensi tertentu dari keenam

dimensi dalam teori Holland untuk memperoleh gambaran tentang profil minat

vokasional dari individu (Liou, Armstrong & Round, 2008)

Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah

Kejuruan di Indonesia yang menempuh pendidikan pada 141 paket keahlian yang

ada di sekolah menengah kejuruan. Metode sampling yang digunakan dalam

pengambilan data dari penelitian ini yaitu Convenience Sampling yang

merupakan metode pengambilan sampel dengan dasar ketersediaan atau karena

partisipan bersedia menjadi subjek penelitian. Metode ini dipilih karena

pertimbangan tidak semua sekolah bersedia terlibat dalam penelitian, sehingga

peneliti memutuskan untuk melibatkan subjek penelitian yang memang benar-

benar bersedia mengikuti prosedur penelitian sebagai partisipan (Creswell, 2015).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala minat kejuruan

yang disusun oleh Kumaidi pada 2014 dan telah dimodifikasi menjadi sebuah

aplikasi komputer skala minat kejuruan yang bersifat online pada 2015. Proses

pengambilan data dengan aplikasi skala minat kejuruan ini dibantu oleh asisten

lapangan. Tes online dilaksanakan di laboratorium masing-masing sekolah.

Masing-masing siswa diberikan sebuah user id dan password untuk mengakses

aplikasi skala minat kejuruan di alamat website yang ditunjukan. Kemudian siswa

mengerjakan sesuai panduan dari aplikasi. Sistem pengambilan data online

menghasilkan data yang terkumpul dalam satu server sehingga dalam waktu yang

relatif singkat data dapat terkumpul menjadi satu tanpa scoring dan input data

manual. Skala minat kejuruan terdiri dari 216 aitem untuk mengungkap aktifitas,

Page 8: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

4

kompetensi, dan mimpi pekerjaan berdasarkan aspek-aspek kepribadian menurut

Holland yaitu Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Enterpreneur, dan

Konvensional. Skala juga dilengkapi dengan beberapa pertanyaan mengenai data

umum atau demografi subjek (Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014;

Kumaidi, Taufik, Prihartanti, Restu, & Kurniawan, 2015).

Validitas dan Reliabilitas

Reliabilitas skala minat kejuruan yang digunakan dalam penelitian ini

telah diuji pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan subjek sebanyak

1.456 siswa diperoleh koefisien reliabilitas yang tergolong baik pada semua

dimensi skala minat. Koefisien reliabilitas skala dari 0, 849 hingga 0, 911

(Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014).

Validitas skala minat kejuruan yang meliputi dimensi Realistik,

Investigatif, Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional dietimasi dengan

teknik Content Validity Indeks yang dikemukakan oleh Aiken. Hasil analisis CVI

terhadap 216 aitem skala minat kejuruan menunjukkan hasil yang tergolong

moderat atau sedang. Validitas isi yang tergolong tinggi jika memiliki indeks 0,90

– 1,00; tergolong sedang jika indeks sebesar 0,60 – 0,89; rendah jika < 0,60.

Secara umum skala minat kejuruan ini memiliki indeks validitas isi tergolong

moderat atau sedang. Hasil analisis CVI skala minat kejuruan bergerak dari 0,67

hingga 1,00 (Aiken, 1985; Lawse, 1985; Kumaidi, Taufik, Prihartanti, & Restu,

2014).

Uji validitas konstruk dilakukan dengan metode analisis faktor

konfirmatori (Confirmatory Factor Analisys) menggunakan program Lisrel 8.8.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum nilai RMSEA pada masing-

masing dimensi berada pada kisaran 0.05 – 0.08 yang menunjukkan aitem fit,

serta nilai RMSEA pada dimensi Artistik (A) dan Konvensional (K) yang berada

pada kisaran 0.09 – 0.10 yang tergolong cukup fit. Hasil analisis ini juga

menunjukkan bahwa secara umum semua aitem memiliki nilai t > 1.96 yang

menunjukkan bahwa aitem-aitem skala minat kejuruan ini merepresentasikan

dimensi-dimensi dari RIASEC dengan cukup baik. Secara sederhana dapat

disimpulkan bahwa model tipologi Holland dapat diimplementasikan secara

Page 9: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

5

empiris untuk mengukur minat kejuruan (Kumaidi, Taufik, Prihartanti & Restu,

2014).

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan analisis

deskriptif untuk memaparkan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis

deskriptif dipilih karena peneliti ingin menampilkan hasil olah data yang berupa

profil tipologi minat siswa untuk masing-masing paket keahlian. Profil tipologi

minat diperoleh dengan melihat rata-rata skor pengukuran minat pada tiap

kelompok subjek. Skor rata-rata kelompok kemudian diolah menjadi sebuah

spider web yang secara visual akan menampilkan tipologi minat dengan

dilengkapi skor pada tiap dimensi minat. Tiga skor tertinggi pada dimensi skala

minat kejuruan ditentukan sebagai profil dari paket keahlian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di wilayah Surakarta, Klaten, Sukoharjo,

Karanganyar, Sragen, Semarang, Purwokerto, dan Pacitan. Siswa yang menjadi

sampel penelitian merupakan siswa kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan yang

menempati peringkat 10 besar di kelasnya. Pengambilan data dilakukan di 35

sekolah menengah kejuruan. Subjek penelitian terdiri dari 35% laki-laki (N=311),

dan 64% perempuan (N=568). Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa

berperingkat 10 besar dikelasnya pada 20 paket keahlian dari sebanyak 141 paket

keahlian yang ada.

Pengolahan data deskriptif dengan menggunakan rata-rata skor tiap

kelompok paket keahlian menghasilkan suatu tipologi minat untuk masing-masing

paket keahlian. Selain disajikan dalam ringkasan tipologi minat yang terdiri dari 3

skor teratas pada dimensi minat, hasil pengolahan data deskriptif juga dapat

ditampilkan dalam bentuk spideweb.

Terdapat setidaknya tiga asumsi untuk mengaplikasikan dan menjelaskan

konsep teori Holland yaitu konsistensi, diferensiasi, dan kongruensi. Salah satu

Page 10: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

6

kriteria dari pengukuran aspek kepribadian baik sebagai skala minat maupun skala

sikap adalah konsistensi.

Pengaruh budaya menyebabkan adanya persepsi terhadap jenis pekerjaan

yang bersifat maskulin serta pekerjaan yang bersifat feminim. Pada berbagai latar

belakang budaya muncul pemisahan antara kedua sifat jenis pekerjaan ini yang

kemudian dikaitkan dengan isu gender, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang diminati

oleh laki-laki dan pekerjaan yang diminati oleh perempuan.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun tipologi minat siswa pada tiap

paket keahlian. Menggunakan subjek kelas XII sekolah menengah kejuruan yang

memiliki peringkat kelas 10 besar dimaksudkan agar kriteria keberhasilan dalam

mengikuti proses pendidikan lebih terwakili. Pemilihan subjek dengan

memasukkan kriteria prestasi disini dimaksudkan untuk menggambarkan profil

minat dari orang-orang yang menempuh pendidikan di paket keahlian tertentu dan

tergolong berhasil. Hasil analisis data deskriptif menunjukkan hasil yang

konsisten, baik disusun berdasarkan data siswa kelas XII seluruhnya maupun

dengan siswa kelas XII berprestasi 10 besar tipologi yang terbentuk relatif sama.

Dari 20 paket keahlian yang diteliti 3 paket keahlian diantaranya belum diteliti

tipologi minatnya pada penelitian sebelumnya (Kumaidi dkk, 2014) yaitu Teknik

Mesin Produksi, Rekayasa Perangkat Lunak dan Teknik Sepeda Motor. Setelah

dibandingkan dari 17 paket keahlian yang menjadi fokus penelitian sebelumnya

dan penelitian ini 8 paket keahlian memiliki tipologi minat yang sama. Penentuan

paket keahlian diawal masuk Sekolah Menengah Kejuruan siswa mungkin karena

pengaruh teman sebaya, namun selama masa pendidikan siswa telah

menyesuaikan diri. Minat merupakan representasi dari kepribadian seseorang

dimana kepribadian terbentuk oleh sifat genetis yang diturunkan oleh orangtua

juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu hidup. Maka minat pribadi

akan cenderung menguat bila berada pada lingkungan yang sesuai, dan dapat

berubah sesuai lingkungan yang tidak sama dengan minatnya tersebut (Holland,

1985; Deniz, Ture, Uysal, & Akar, 2014; )

Page 11: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

7

Terdapat setidaknya tiga asumsi untuk mengaplikasikan dan menjelaskan

konsep teori Holland yaitu konsistensi, diferensiasi, dan kongruensi. Hasil analisis

data yang menghasilkan tipologi minat menunjukkan bahwa secara umum tipe

yang terbentuk untuk setiap paket keahlian memiliki konsistensi pada kategori

sedang hingga tinggi. Dari 20 paket keahlian terdapat 16 paket keahlian dengan

tipologi minat yang memiliki konsistensi tergolong tinggi, sedangkan 4 paket

keahlian lainnya tergolong sedang. Kategori konsistensi ditentukan dengan

melihat tipologi pertama dan kedua yang tersusun dari tiap paket keahlian. Hal ini

berarti bahwa tipologi minat yang tersusun dari penelitian ini valid (Holland,

1985; Toomey, Levinson, & Palmer, 2009).

Tipologi kepribadian merupakan sebuah konsep konsisten dan tidak

konsisten. Tipologi tergolong konsisten jika terdapat saling keterkaitan antara

karakteristik-karakteristik umum dari tiap tipe kepribadian. Misalnya tipologi

realistik-investigatif memiliki banyak ciri yang relatif sama seperti kurang dalam

hal sosial, lebih berorientasi pada benda daripada manusia, serta sifat yang

maskulin. Hal ini membuktikan bahwa tipologi minat pada ke 20 paket keahlian

yang diteliti dalam penelitian ini valid serta dapat dijadikan sebagai dasar

penentuan minat kejuruan siswa, sehingga tipologi yang tersusun dari penelitian

ini dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan minat kejuruan siswa

khususnya untuk menentukan kriteria minat yang sesuai bagi siswa yang ingin

menempuh pendidikan pada ke 20 paket keahlian yang diteliti dalam penelitian ini

serta 43 paket keahlian yang diteliti dalam penelitian sebelumnya (Kumaidi,

Taufik, Prihartanti, & Restu, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa paket keahlian yang

berubah pola tipologi minatnya ketika data diambil dari siswa berprestasi.

Perubahan pola jika dilihat secara umum hanya bergeser misalnya untuk paket

keahlian Kyiya Tekstil yang awalnya tipe Artistik, Sosial, dan Enterprising (ASE)

menjadi Sosial, Artistik dan Enterprising (SAE). Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum tipologi terdiri dari tipe yang sama namun berubah posisinya karena

skor untuk tiap dimensinya berubah. Hal ini sejalan dengan penemuan dari

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa pada usia remaja minat akan suatu

Page 12: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

8

pekerjaan akan mulai stabil, meningkat secara konsisten kestabilannya setelah

usia 18 tahun atau selama tahun-tahun perkuliahan dan tetap stabil setelah masa

tersebut (Tracey & Sodano, 2008; Low, Yoon, Roberts, & Round, 2005; Hirschi,

2010; Vock, Koller, & Nagy, 2013).

Beberapa paket keahlian menunjukkan pola yang konsisten atau tidak

terjadi perubahan pada tipologi minat baik yang disusun berdasarkan data dari

siswa kelas XII ataupun dari siswa kelas XII yang berprestasi. Beberapa paket

keahlian yang konsisten tipologi minatnya antara lain Akuntansi (CSE),

Pemasaran (ESC), Administrasi Perkantoran (CSE), Multimedia (ASE), Animasi

(AES), Jasa Boga (SEA), Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (ESR), dan Teknik

Otrotronik (RES). Tipologi minat yang tersusun tersebut sesuai dengan hasil

analisis pekerjaan pada tiap dimensi minat yang dilakukan oleh Holland (Holland,

Whitney, Cole, & Richards, 1973).

Teori kepribadian Holland merupakan teori yang dapat dijadikan dasar

dalam penyusunan skala minat individu. Salah satu teori tentang skala psikologi

menyatakan bahwa minat dan sikap seseorang merupakan aspek kepribadian.

Karakteristik minat mempengaruhi prestasi, pendidikan dan pekerjaan, hubungan

antar pribadi serta kesenangan yang diperoleh dari aktifitas waktu luang. Holland

dalam beberapa tahun penelitiannya menemukan bahwa minat merupakan

ekspresi dari kepribadian (Holland, 1997; Anastasi & Urbina, 2007; Kaplan &

Saccuzzo, 2012).

Data tipologi minat yang dihasilkan dari penelitian ini dan penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa di seluruh paket keahlian muncul tipe sosial

baik pada paket keahlian yang tipe utamanya Realistik maupun pada tipe yang

lainnya, sedangkan menurut Holland tipe realistik memiliki korelasi yang rendah

dengan tipe sosial. Korelasi yang rendah antara tipe realistik dan sosial

disebabkan karena sifat-sifat dari orang-orang yang memiliki karakter tersbut

saling bertentangan, sehingga orang yang tergolong tipe realistik tidak akan

tergolong tipe sosial. Hal ini bisa jadi dikarenakan kultur budaya Indonesia yang

bersifat komunal, sehingga ini menjadi catatan tersendiri untuk mengkaji tentang

dimensi sosial yang tinggi pada sampel di Indonesia yang mungkin akan berimbas

Page 13: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

9

pada berubahnya betuk heksagonal dari tipologi kepribadian Holland yang

cenderung berbentuk full hexagonal ketika dikaji dengan sampel di negara-negara

lainnya.

Analisis data berdasarkan jenis kelamin menemukan bahwa subjek laki-

laki dan perempuan cenderung memiliki tipologi minat yang berbeda yaitu laki-

laki dengan tipe Realistik dan Perempuan dengan tipe Konvensional. Penemuan

ini sesuai dengan kesimpulan dari penelitian-penelitian terdahulu yang mencoba

menyelidiki tentang tipologi minat pekerjaan berdasarkan gender. Penelitian

diberbagai Negara menunjukkan bahwa laki-laki cenderung memiliki minat

terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan benda serta tidak tertarik

dengan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan bersosial.

Sedangkan wanita cenderung memiliki minat terhadap pekerjaan yang

orientasinya adalah memberikan pelayanan, menolong, serta pekerjaan-pekerjaan

yang bersifat manual. Ini merupakan sifat-sifat dari tipe realistik pada tipologi

minat laki-laki dan konvensial pada tipologi minat wanita (Weisgram, Bigler, &

Liben, 2010).

Analisis terpisah tentang tipologi minat pada tiap paket keahlian

berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa paket keahlian tertentu didominasi

oleh individu berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

dari 20 paket keahlian 8 diantaranya didominasi oleh siswa perempuan, 7 paket

keahlian didominasi siswa laki-laki dan 5 paket keahlian berisi subjek yang relatif

seimbang. Hal ini menguatkan hasil penelitian terdahulu bahwa pilihan pekerjaan

dipengaruhi oleh persepsi budaya tentang peran gender yang berbeda dalam

bidang pekerjaan serta minat pekerjaan yang berbeda antar gender dimana laki-

laki cenderung menyukai pekerjaan yang bercirikan maskulinitas yaitu pekerjaan-

pekerjaan yang tipe R (reaistik) dan I (investigative), sedangkan wanita cenderung

menyukai pekerjaan-pekerjaan yang bercirikan feminis seperti jenis pekerjaan tipe

S (Sosial) dan C (Sosial). Untuk tipe A dan E merupakan jenis pekerjaan yang

dipilih oleh baik laki-laki maupun perempuan secara seimbang (Holland, Whitney,

Cole, & Richards, 1973; Weisgram, Bigler, & Liben, 2010).

Page 14: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

10

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tipe I (Investigatif) berdasarkan

sampel belum banyak muncul. Pada paket keahlian yang dihuni oleh mayoritas

laki-laki yang menurut teori berciri R (realistic) dan I (Investigatif) sekalipun

tidak muncul tipe I (Investigatif). Hal ini dapat diartikan bahwa karakter sampel

masyarakat Indonesia terutama sumber daya manusia yang pekerjaannya

disiapkan melalui jalur pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan cenderung

jarang ditemukan orang-orang yang berkeribadian sebagai penyelidik

(Investigatif). Ketersediaan lapangan kerja dari lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan kebanyakan adalah untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis atau

pekerjaan lapangan, sehingga tidak dibutuhkan tipe penyelidik seperti pekerjaan-

pekerjaan yang membutuhkan analisis logis dan penelitian (Holland, 1997).

Penemuan lain dari penelitian ini yaitu tipe S (Sosial) dan E

(Enterpreneur) merupakan tipe yang muncul pada hampir seluruh sampel. Tipe

Sosial merupakan pribadi yang minat pekerjaannya adalah pada hal-hal yang

berkaitan dengan pelayanan dan membantu orang lain. Individu bertipe sosial

menyukai kegiatan yang menghubungkannya dengan individu lainnya atau

berinteraksi dengan orang. Hal ini dapat dipahami mengingat Indonesia

merupakan negara dengan budaya kolektif yang bercirikan adanya hubungan

sosial yang baik antara orang-orang dalam kelompok. Individu yang hidup dalam

budaya kolektif akan merasa terancam jika tidak dianggap baik oleh

komunitasnya atau merasa dikucilkan jika tidak mengikuti norma dalam

kelompoknya. Lingkungan tempat tinggal individu akan membentuk karakter atau

kepribadiannya, yang juga akan berpengaruh tehadap minat seseorang karena

minat merupakan gambaran dari kepribadian individu. Lingkungan dengan

budaya kolekstif tersebut yang membuat tipe S (sosial) muncul pada tipologi

minat sampel di Indonesia (Holland, 1997; Savickas, & Spokane, 1999;

Gottfredson & Johnstun, 2009; Shin &Kelly, 2013).

Tipe E (entrepreneur) juga merupakan tipe yang dominan muncul pada

sampel penelitian ini. Individu bertipe E (Entrepreneur) menyukai aktifitas yang

berhubungan dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk memanipulasi objek

atau individu lain untuk tujuan ekonomi atau keuntungan materi dan tujuan

Page 15: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

11

organisasi (politis). Jika diperhatikan persepsi masyarakat Indonesia terhadap

pekerjaan sebagai politisi tergolong positif dalam artian dapat menjanjikan

keuntungan material yang baik. Fakta bahwa pada saat masa pemilihan anggota

dewan atau kepala pemerintahan begitu banyak kandidat yang mencalonkan diri

untuk mendapatkan kursi sebagai calon anggota dewan bahkan dengan modal

yang tidak sedikit. Ini merupakan bukti bahwa pekerjaan sebagai politisi memiliki

peminat yang tidak sedikit di Indonesia. Selain sebagai politisi, jenis pekerjaan

yang dihuni oleh individu bertipe E (Entrepreneur) yaitu pekerjaan sebagai

pengusaha. Pada saat ini masyarakat Indonesia terutama kaum muda, didorong

untuk memilih pekerjaan sebagai wirausahawan. Oleh karena itu pelajaran atau

pendidikan wirausaha bahkan dimasukan dalam kurikulum pendidikan baik

tingkat menengah mapun tinggi. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi

tingkat pengangguran yang tergolong cukup tinggi di Indonesia. Oleh karena hal

tersebut maka menjadikan sampel di Indonesia cenderung bertipe Sosial dan

Enterprising (Holland, 1997; Savickas, & Spokane, 1999; Gottfredson &

Johnstun, 2009; Fieldman & Whitcomb, 2005).

Implikasi dari penggunaan skala minat kejuruan untuk kepentingan

konseling karir. Salah satu contoh hasil analisis data menggunakan subjek kelas

X, Kelas XII dan Kelas XII yang berprestasi 10 besar menunjukkan adanya

peningkatan skor pada tiap aspek minat yang merupakan tipologi dari paket

keahlian subjek. Misalnya pada paket keahlian Teknik Ototronik, diperoleh data

perbandingan skor yang disajikan dalam Tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. Data Perbandingan Skor Tipologi Minat Teknik Ototronik

Data Realistik Entreprising Sosial

AR KR MR AE KE ME AS KS MS

Kelas X 6.33 3.47 4.53 4.31 5.31 3.33 5.92 5.14 1.94

Kelas XII 6.91 5.29 6.09 4.91 5.91 5.20 6.14 6.11 3.26

Berprestasi 8.00 6.74 6.63 6.47 7.63 7.21 7.11 7.53 4.79

*A (aktifitas), K (Ketrampilan), M (Mimpi Pekerjaan)

Berdasarkan tabel perbandingan hasil pengolahan skor tersebut dapat

dijelaskan bahwa paket keahlian Teknik Ototronik memiliki tipologi minat R

(Realistik), E (Enterprising) dan S (Sosial). Skor pada tiap aspek yaitu aspek

Aktifitas, Ketrampilan dan Mimpi Pekerjaan disajikan dan berdasarkan

Page 16: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

12

perbandingan skor dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa skor mengalami

kenaikan secara konsisten pada seluruh aspek. Tipologi minat yang muncul pada

siswa kelas X paket keahlian Teknik Ototronik memiliki skor pada tipe R

(realistik) pada aspek aktifitas sebesar 6,33 point, setelah kelas XII skor R pada

aspek aktifitas meningkat menjadi 6,91 point, dan bagi siswa yang telah berhasil

dalam mengikuti pendidikan pada paket keahliannya skor lebih tinggi lagi yaitu

8,00. Skor Realistik pada aspek aktifitas naik pada siswa berprestasi dalam paket

keahlian Teknik Ototronik karena subjek dengan prestasi memiliki minat yang

kesesuaian dengan paket keahlian yang dipilihnya yaitu paket keahlian teknik

ototronik. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengikuti masa pendidikan selama

kelas X hingga kelas XII subjek melakukan penyesuaian diri sehingga proses

pembelajaran yang berlangsung cukup lama meningkatkan minat subjek terhadap

bidang pekerjaan baik dalam aspek aktifitas, ketrampilan maupun mimpi

pekerjaan yang sesuai dengan paket keahlian Teknik Ototronik. ini merupakan

implementasi dari teori person-environment interaction, dimana minat dari

individu pertipe kepribadian tertentu akan cenderung saling mempengaruhi, baik

individu yang mencari lingkungan yang sama dengan tipe kepribadiannya maupun

lingkungan tertentu yang akan mempengaruhi karakter dan minat individu

(Holland, 1997; Savickas, & Spokane, 1999).

Hasil pengukuran minat yang diperoleh dari siswa juga dapat digunakan

untuk identifikasi permasalah siswa dalam mengikuti pendidikan dalam paket

keahlian yang dipilihnya. Jika terdapat hambatan atau permasalahan yang terkait

dengan rendahnya performa siswa dalam mengikuti pendidikan pada paket

keahlian tertentu, maka dapat diidentifikasi apakah ada masalah dengan minat

siswa dalam belajar di bidang yang telah terlanjur dipilihnya tersebut. Identifikasi

dilakukan dengan membandingkan skor tipologi minat yang merupakan tipologi

minat paket keahlian terhadap skor standar tipologi minat paket keahlian tersebut.

Setiap aspek minat dapat dilihat skornya terhadap skor standarnya sehingga guru

dapat memberikan konseling atau berkonsultasi dengan ahli psikologi untuk

menentukan treatment yang sesuai untuk meningkatkan atau mendekatkan

tipologi minat siswa dengan tipologi minat standar paket keahlian tertentu.

Page 17: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

13

4. KESIMPULAN DAN KELEMAHAN

Kesimpulan dari penelitian ini yang yaitu Skala minat kejuruan yang

disusun oleh Kumaidi dkk (2014) merupakan alat ukur untuk mengungkap minat

berdasarkan tipologi kepribadian Holland yang tergolong valid. Kesimpulan lain

yaitu tipologi minat yang disusun dengan data dari siswa kelas XII Sekolah

Menengah Kejuruan dan siswa kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan yang

merupakan 10 siswa terbaik dikelasnya tidak mengalami perubahan bentuk yang

signifikan, namun dengan menggunakann data siswa berprestasi membuat kriteria

konsistensi menjadi lebih tinggi. Tipologi minat yang disusun berdasarkan data

dari siswa sekolah menengah kejuruan pada 43 paket keahlian dari penelitian

Kumaidi dkk (2014) dapat dijadikan sebagai dasar atau norma untuk menentukan

tipologi minat siswa yang sesuai untuk mengikuti proses pendidikan pada tiap

paket keahlian tersebut.

Kelemahan dari penelitian ini dan penelitian sebelumnya yaitu hanya 43

paket keahlian saja yang telah disusun tipologi minatnya, sehingga 98 paket

keahlian lainnya perlu dikaji. Hal ini berimbas pada terbatasnya penggunaan skala

minat kejuruan untuk eksplorasi minat yang bertujuan sebagai alat untuk seleksi

masuk Sekolah Menengah Kejuruan. Penyusunan tipologi minat kejuruan akan

lebih mencerminkan gambaran sukses jika dilakukan pada pekerja yang telah

sukses dalam karir yang disiapkan melalui paket keahlian-paket keahlian yang ada

di Sekolah Menengah Kejuruan untuk itu penelitian selanjutnya dapat dilakukan

penyusunan tipologi minat dengan data dari subjek pekerja sukses pada bidang

keahliannya.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. R. (1985). Three Coeficients for Analyzing the Reliability and Validity

of Ratings. Educational and Psychological Measurement, 45

Aiken, L. R. (1996). Personality assessment: Methods and practices (second

edition). Seattle, WA: Hogrefe & Huber Publisher

Aljufri B. Syarif & Kumaidi. (1989). Minat kejuruan murid-murid Sekolah

Menengah Tingkat Atas di Sumatera Barat. Laporan Penelitian (tidak

Page 18: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

14

dipublikasikan). Pusat Penelitian IKIP Padang

Annastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi (edisi tujuh). Jakarta: Indeks

Azwar, S. 2015. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2016. Dasar-dasar Psikometrika (edisi dua). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Bullock, E.E.,& Reardon, R.C. (2005). Using Profile Elevation to Increase the

Usefulness of the Self-Directed Search and Other Inventories. The

Career Development Quarterly, 54 (2), 175-183

Bullock, E.E., Andrews, L., Braud, J.,& Reardon, R.C. (2009). Holland’s theory in

an international context: Applicability of RIASEC structure and

assessments. Career Planning and Adult Development Journal, 25(4)

(Proquest Education Journals, pg. 29)

Cowner, E., Chauvin, I., & Miller, M.J. (2009). An “inverse” validation of

Holland’s theory. College Student Journal, 43 (3)

Creswell, J. 2015. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

Riset Kuantitatif & Kualitatif (edisi lima). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Deniz, K. Z., Türe, E., Uysal, A., & Akar, T. (2014).Investigation of vocational

interest and vocational preference in terms of gender and socio-economic

status. Eurasian Journal of Educational Research, 57, 91-112.

http://dx.doi.org/10.14689/ejer.2014.57.1

Dimakakou, D.S., Mylonas, K.,& Argyropoulou, K. (2008). Holland’s Hexagonal

Personality Model for Sample of Greek University Students.

International Journal of Educational and Vocational Guidance, 8, 111-

125

Farh, J., & Leong, F.T.L. (1998). Cross-Cultural Validity of Holland’s Model in

Hong Kong. Journal of Vocational Behavior, 52, 425-440

Fieldman, D.C., & Whitcomb, K.M. 2005. The effects of framing vocational

choices on young adults' sets of career options. Career Development

International, 10, 1. DOI:

Gottfredson, G.D.,& Johnstun, M.L. (2009). John Holland’s contributions: A

theory-ridden approach to career assistance. The Career Development

Quarterly, 58, (2)

Hirschi. A. (2010). Individual Predictors of Adolescents Vocational Interest

Stabilities. Interntional Journal of Vocational Guidance, 10: 5-19. DOI

10.1007/s10775-009-9171-2

Page 19: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

15

Holland, J.L. (1985). Making vocational choices: A theory of vocational

personalities and work environments (second edition). Englewood

Cliffs, NJ: Prentice-Hall

Holland, J.L. (1997). Making vocational choices: A theory of vocational

personalities and work environments (third edition). Odessa, FL:

Psychological Assessment Resources

Holland, J.L., Whitney, D.R., Cole, N.S., & Richards, J.M. (1973). The Vocational

Interest of Young Adults: An Empirical Occupational Classification

Derived From A Theory of Personality and Intended for Practice. Iowa

City: Tha American College Testing Program

Kaplan, R.M., & Saccuzzo, D.P. (2012). Pengukuran Psikologi: Prinsip,

Penerapan, dan Isu. Jakarta: Salemba Humanika. ISBN. 978-981-4410-

33-5

Kline, P. (2015). A Handbook of Test Construction: Introduction to Psychometric

design. New York: Rouledge

Kumaidi, Taufik, Prihartanti, N., & Restu, Y. S. (2014). Kajian Minat Kejuruan

Sebagai Panduan Pengukuran Perkembangan Potensi Belajar Siswa

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Laporan Penelitian (Tidak

Dipublikasi). Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kumaidi, Taufik, Prihartanti, N., Restu, Y. S., & Kurniawan, Y. I. (2015).

Pengembangan Aplikasi Pengukuran Minat Kejuruan Siswa SMK.

Laporan Penelitian (Tidak Dipublikasi). Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personel

Psichology. 28, 563-575

Liao, H., Armstrong, P., & Round, J. (2008). Development and Initial Validation

of Public Domain Basic Interest Makers. Journal of Vocational Behavior,

doi:10.1016/j.jvb.2007.12.002

Louis, D.G.J. (2010). The development of an interest inventory using Holland’s

RIASEC typology. The International Journal of Educational and

Psychological Assessment, 4, 165-171

Osipow S. H. (1983). Theories of Career Development. Englewood Cliffs,NJ: .

Prentice Hall

Savickas. M. L., & Spokane. A. R. (1999). Vocational Interests (First edition).

Davies-Black Publishing: California

Page 20: ANALISIS DESKRIPTIF POLA MINAT KEJURUAN PADA BERBAGAI ...

16

Shin, Y.J., & Kelly, K.R. (2013). Cross-Cultural Comparison of the Effects of

Optimism, Intrinsic Motivation and Family Relations on Vocational

Identity. The Career Development Quarterly, 61, 2. DOI: 10.1002/j.2161-

0045.2013.00043.x

Strauser. D.R., Lustig. D. C., & Ciftci. A. (2008). Psychological Well-Being: Its

Relation to Work Personality, Vocational Identity, and Career Thoughts.

The Journal of Psychology, 142(1), 21-35,

Tien, W. U. (2009). Vocational interest and career maturity of male high school

students talented in mathematics and science. Journal of Vocational

Behavior,10(3), 137-143

Toomey. K. D., Levinson. E. M., & Palmer. E. J. (2009). a test of Holland's

Therory of vocational personalities and work environtments. Journal of

Employment Counseling, 46

Tracey, T.J., & Sodano, S.M. (2008). Issues of Stability and Change in Interest

Development. The Career Development Quarterly, 57 (1), 51-67

Vock. M., Koller. O., & Nagy. G. (2013). Vocational Interest of Intelectually

Gifted and Highly Achieving Young Adults. Bristish Journal of

Psychology, 83; 305-328. DOI: 10.1111/j.2044-8279.2011.02063.x

Weisgram, E.S., Bigler, R.S., & Liben, L.S. (2010). Gender, Values, and

Occupational Interests Among Children, Adolescents, and Adults. Child

Development, 81(3),778–796. Doi: 0009-3920/2010/8103-0009

Wong, C.S., & Wong, P.M. (2002). Validation of the measurement scale and the

vocational orientation model in Hong Kong. Educational Research

Journal, 17(2); 235-252

Wong, C.S., & Wong, P.M. (2009). Validation of the measurement scale and the

vocational orientation model in four China societies. Journal of College

Student Development,16 (5), 165

Wong, C.S., Wong, P.M., & Peng, K.Z. 2011. An exploratory study on the

relationship between parents’ career interests and the career interests of

young adults. International Journal Education Vocational Guidance, 11;

39-53. DOI 10.1007/s10775-011-9190-7