Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan...

128
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM MIKRO TERHADAP PERMINTAAN WISATA DI KAWASAN PUNCAK BOGOR LORISA NDELA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan...

Page 1: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM MIKRO TERHADAP PERMINTAAN WISATA

DI KAWASAN PUNCAK BOGOR

LORISA NDELA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

RINGKASAN LORISA NDELA. Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata di Kawasan Puncak Bogor. Dibimbing Oleh ACENG HIDAYAT dan RIZAL BAHTIAR.

Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara global. Fenomena perubahan iklim berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro di kawasan wisata Puncak Bogor. Adanya perubahan iklim dapat mempengaruhi tingkat permintaan wisata di Puncak. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis fenomena perubahan iklim mikro selama sepuluh tahun terakhir di Puncak, 2) menganalisis dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di Puncak, 3) mengestimasi besarnya kerugian yang diterima obyek wisata akibat adanya pengaruh perubahan iklim, dan 4) mengkaji strategi adaptasi pengelola obyek wisata di Puncak dalam menghadapi perubahan iklim.

Karakteristik iklim mikro di Puncak selama sepuluh tahun terakhir telah mengalami perubahan, ditandai dengan adanya peningkatan suhu udara rata-rata, peningkatan jumlah curah hujan, peningkatan jumlah hari hujan, dan penurunan kecepatan angin. Hari hujan yang semakin panjang pada bulan kering (Juni, Juli, Agustus) mengakibatkan menurunnya permintaan wisata kebun teh di Puncak pada bulan tersebut selama empat tahun terakhir. Berdasarkan hasil estimasi pada model regresi linear berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat permintaan wisata di Puncak dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan adalah biaya perjalanan, kecepatan angin, curah hujan, hari hujan, pendapatan, dan jarak tempuh. Sementara variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisatawan adalah umur dan pendidikan terakhir.

Berdasarkan hasil estimasi analisis perubahan pendapatan, diperoleh bahwa wisata paralayang mengalami kerugian ekonomi terbesar yaitu sejumlah Rp 6.600.000 saat kondisi angin tidak mendukung kegiatan wisata. Wisata flying fox TWM mengalami kerugian terbesar saat kondisi angin sedang tidak mendukung yaitu sebesar Rp 3.705.000. Wisata arung jeram SOAR juga mengalami kerugian terbesar yaitu sebesar Rp 32.100.000 saat angin terlalu kencang dan wisata kebun teh Gunung Mas mengalami kerugian terbesar jika turun hujan sebesar Rp 12.078.000 pada tahun 2008 dan sebesar Rp 2.220.000 pada tahun 2009. Kerugian ini akan terus meningkat apabila tidak ada usaha yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan adaptasi yang dilakukan pengelola wisata, seperti: 1) sosialisasi dari pemerintah untuk memberikan informasi mengenai fenomena perubahan iklim mikro kepada pihak pengelola wisata di Puncak agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4) menciptakan suatu kegiatan wisata yang sesuai dengan kondisi lingkungan atau cuaca di Puncak sekarang, 5) meningkatkan pelayanan, dan 6) meningkatkan promosi wisata Puncak.

Kata kunci : perubahan iklim mikro, permintaan wisata, adaptasi pengelola

wisata, kerugian ekonomi

Page 3: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM MIKRO TERHADAP PERMINTAAN WISATA

DI KAWASAN PUNCAK BOGOR

LORISA NDELA

H44070044

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Judul Skripsi : Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata di Kawasan Puncak Bogor

Nama : Lorisa Ndela NIM : H44070044

Disetujui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si. Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 5: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Dampak Perubahan Iklim

Mikro terhadap Permintaan Wisata di Kawasan Puncak Bogor adalah karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Lorisa Ndela H44070044

Page 6: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu baik moril maupun materil untuk menyelesaikan

skripsi ini, yaitu kepada :

1. Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW atas terselesaikannya skripsi ini.

2. Ayahanda (Syafrul SU), Ibunda (Nurlaila), dan ketiga saudaraku (Firstri,

Dirga dan Bara) tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa yang tulus

serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis selama ini.

3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT sebagai dosen pembimbing pertama yang

telah memberikan bimbingan, saran, dorongan dan pengarahan yang sangat

berarti kepada penulis selama penelitian.

4. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan semangat, perhatian, bimbingan, motivasi, saran, dan pengarahan

kepada penulis dengan penuh kesabaran.

5. Ibu Meti Ekayani S.Hut, M.Sc selaku dosen penguji utama dan Ibu Pini

Wijayanti, SP, M.Si. selaku dosen perwakilan departemen.

6. Danang Adi P. dan sahabat-sahabat terbaikku (Dessy Christiarini, Citra

Anggun, Ririe Ramdasari, Junita Naditia), teman-teman 1 PS (Moko, Mia,

Awi, Erin, Putri), dan seluruh mahasiswa/i ESL 44 yang selalu membantu,

mendoakan, dan memberi semangat/dukungan kepada penulis hingga saat ini.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

8. Kang Iman, Nursedi, Pak Kus, dan seluruh pihak pengelola wisata Puncak

yang telah membantu dalam pengambilan data selama penelitian.

Page 7: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala

berkat, rahmat, dan hidayah-Nya. Salawat serta salam penulis kirimkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro

terhadap Permintaan Wisata di Kawasan Puncak Bogor” disusun sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

baik secara moril maupun materil. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk

memperoleh kesempurnaan dalam penulisan berikutnya. Semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya serta pihak-pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

Penulis

Page 8: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

2.1. Cuaca dan Iklim ........................................................................... 8 2.2. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim ..................................... 9

2.2.1. Dampak Perubahan Iklim Secara Umum .......................... 11 2.2.2. Dampak Perubahan Iklim di Indonesia ............................. 13

2.3. Pariwisata .................................................................................... 14 2.4. Permintaan Wisata ....................................................................... 15 2.5. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pariwisata ................ 17 2.6. Pengertian Adaptasi Perubahan Iklim ......................................... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................... 20

IV. METODE PENELITIAN .................................................................... 23

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 23 4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 23 4.3. Metode Pengambilan Contoh ...................................................... 24 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 24

4.4.1. Analisis Fenomena Perubahan Iklim Mikro di Kawasan Puncak Bogor .................................................................... 25

4.4.2. Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata ............................................................ 26

4.4.3. Estimasi Kerugian Ekonomi Obyek Wisata di Puncak Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro ............................ 29

4.4.4. Rekomendasi Kebijakan Adaptasi Pengelola Obyek Wisata dalam Menghadapi Perubahan Iklim .................... 30

4.5. Pengujian Parameter .................................................................... 30 4.5.1. Uji Statistika ...................................................................... 30

4.5.1.1. Koefisien Determinasi ......................................... 30 4.5.1.2. Uji Statistik t ........................................................ 31

Page 9: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

ix

4.5.1.3. Uji Statistik F ....................................................... 31 4.5.2. Uji Ekonometrika .............................................................. 32

4.5.2.1. Uji Multikolinear ................................................. 33 4.5.2.2. Uji Heteroskedastisitas ........................................ 33

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ............................................... 35

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 35 5.1.1. Kondisi Geografis ............................................................. 35 5.1.2. Kondisis Topografis .......................................................... 36 5.1.3. Demografi ......................................................................... 37 5.1.4. Kondisi Iklim .................................................................... 38 5.1.5. Daya Tarik Wisata ............................................................ 39 5.1.6. Aksesibilitas ...................................................................... 42 5.1.7. Pengelolaan ....................................................................... 43

5.2. Gambaran Umum Responden Penelitian ..................................... 44 5.2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi ........................................... 44 5.2.2. Daerah Asal ....................................................................... 46 5.2.3. Motivasi Kunjungan .......................................................... 47 5.2.4. Frekuensi Kunjungan ........................................................ 48 5.2.5. Cara Kedatangan ............................................................... 48

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 50

6.1. Perubahan Iklim Mikro di Kawasan Wisata Puncak Bogor ........ 50 6.1.1. Curah Hujan ...................................................................... 50 6.1.2. Jumlah Hari Hujan ............................................................ 52 6.1.3. Kecepatan Angin ............................................................... 54 6.1.4. Pengaruh Perubahan Iklim Global terhadap Perubahan

Iklim Mikro ....................................................................... 57 6.2. Pengaruh Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata . 60

6.2.1. Persepsi Wisatawan terhadap Perubahan Iklim Mikro di Puncak ............................................................................... 61

6.2.2. Model Fungsi Permintaan Wisata Kawasan Puncak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi ................................... 65

6.2.3. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Permintaan Wisata ............................................................................... 78 6.2.4. Pengaruh Curah Hujan terhadap Permintaan Wisata ........ 81 6.2.5. Pengaruh Hari Hujan terhadap Permintaan Wisata .......... 84 6.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan

Wisata di Puncak pada Bulan Kering ............................... 87 6.3. Analisis Kerugian Ekonomi Beberapa Obyek Wisata di Puncak

Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro ...................................... 88 6.4. Implikasi Kebijakan Adaptasi Pengelola Wisata Puncak

terhadap Perubahan Iklim Mikro ................................................. 93

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 95

7.1. Kesimpulan .................................................................................. 95 7.2. Saran ............................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 97

Page 10: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

x

LAMPIRAN ................................................................................................. 100

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 113

Page 11: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Bogor Tahun 2010 ............................................................ 4

2. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data ............ 25

3. Persentase Pekerja Sektor Informal Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupatan Bogor Tahun 2009 ............................................ 38

4. Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor Tahun 2010 ......... 42

5. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Wisatawan ........................ 46

6. Perkembangan Curah Hujan di Puncak Tahun 2001-2010 ................. 50

7. Perkembangan Jumlah Hari Hujan di Puncak Tahun 2001-2010 ....... 53

8. Perkembangan Kecepatan Angin di Puncak Tahun 2001-2010 .......... 55

9. Hasil Estimasi Model Permintaan Wisata di kawasan Puncak ........... 66

10. Hasil Estimasi Koefisien Determinasi Model Permintaan Wisata ...... 70

11. Hasil Estimasi Uji ANOVA Model Permintaan Wisata di Puncak .... 71

12. Hasil Estimasi Tolerance dan VIF dari Model Permintaan Wisata .... 73

13. Hasil Estimasi Uji Park ....................................................................... 74

14. Hasil Estimasi Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas di kawasan Puncak .............................................................................. 75

15. Hasil Estimasi Tolerance dan VIF dari Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas ..................................................................... 77

16. Hasil Estimasi Uji Park dari Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas ........................................................................................ 77

17. Hasil Estimasi Kerugian Obyek Wisata Akibat Dampak Perubahan Iklim .................................................................................. 89

xi

Page 12: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................... 22

2. Sebaran Daerah Asal Wisatawan Kawasan Puncak ............................ 47

3. Sebaran Motivasi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Puncak .......... 48

4. Sebaran Frekuensi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Puncak ........ 48

5. Sebaran Cara Kedatangan Responden ................................................ 49

6. Perkembangan Jumlah Curah Hujan Bulanan di Puncak Tahun 2001-2010 ................................................................................ 51

7. Volume Curah Hujan Tahunan di Puncak Tahun 2001-2010 ............. 51

8. Perkembangan Jumlah Hari Hujan Bulanan di Puncak Tahun 2001-2010 ................................................................................ 54

9. Jumlah Hari Hujan Tahunan di Puncak Tahun 2001-2010 ................. 54

10. Perkembangan Rata-rata Kecepatan Angin Bulanan di Puncak Tahun 2006-2010 ................................................................................ 56

11. Kecepatan Angin Rata-rata Tahunan di Puncak Tahun 2001-2010 .... 56

12. Data Historis Kenaikan Konsentrasi CO2 Global ............................... 57

13. Perkembangan Suhu Rata-rata di Bumi Tahun 1950-2007 ................ 58

14. Data Historis Kenaikan Rata-rata Temperatur Tahunan di Indonesia Tahun 1950-2000 ........................................................... 59

15. Suhu Udara Rata-rata di kawasan Puncak Bogor Tahun 2001-2010 ........................................................................................... 60

16. Persentase Perubahan Suhu Udara yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir ........................................ 61

17. Persentase Perubahan Curah Hujan yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir ........................................ 62

18. Persentase Perubahan Jumlah Hari Hujan yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir ..................... 63

19. Persentase Perubahan Kecepatan Angin yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir ..................... 63

20. Persentase Jumlah Responden yang Dipengaruhi dan Tidak Dipengaruhi Kondisi Cuaca dalam Mengambil Keputusan Berwisata ............................................................................................. 64

21. Grafik Scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED) .............................. 73

xii

Page 13: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

xiii

22. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 – April 2011 ................................. 78

23. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 .................. 79

24. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008.................................... 79

25. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009.................................... 80

26. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 ............... 80

27. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 – April 2011 ................................. 81

28. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 ..................................... 82

29. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 ......................... 82

30. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008 ....................................................... 83

31. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009 ....................................................... 83

32. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 - April 2011 ................................. 84

33. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 .................. 85

34. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009 ............... 85

35. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008.................................... 86

36. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009.................................... 86

37. Tren Perkembangan Curah Hujan di Puncak Pada Bulan Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010 ........................................ 87

38. Tren Perkembangan Jumlah Hari Hujan di Puncak Pada Bulan Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010 ............................ 87

39. Tren Jumlah Pengunjung Wisata Kebun Teh Gunung Mas Pada Bulan Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010 ................. 88

40. Jumlah Pengunjung atau Tamu Menginap di Hotel Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir ......................................................... 92

Page 14: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Hotel/ Villa di Kawasan Puncak Bogor ...................................... 100

2. Hasil Estimasi Model Regresi Linear Berganda dengan Program SPSS 13.0 for Windows ....................................................................... 101

3. Gambar Sebaran Titik Normal dan Titik Minimum Jumlah Pengunjung Beberapa Obyek Wisata Akibat Perubahan Iklim .......... 105

4. Hasil Estimasi Kerugian Obyek Wisata .............................................. 110

5. Gambar Obyek Wisata Lokasi Penelitian ........................................... 111

6. Peta Wisata Kawasan Puncak ............................................................. 112

xiv

Page 15: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan isu global yang menjadi sorotan dunia saat

ini. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi secara

global. Peningkatan suhu ini oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate

Change) dipastikan dipengaruhi oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah

kaca di atmosfer yang menimbulkan pemanasan global bumi (KLH, 2009).

Salah satu fenomena perubahan iklim adalah meningkatnya curah hujan.

Menurut Harmoni (2005), distribusi curah hujan telah membawa dampak yang

luas dalam banyak segi kehidupan manusia dan diperkirakan akan terus

memburuk jika emisi gas rumah kaca (GRK) tidak dapat dikurangi dan

distabilkan.

Sepanjang tahun 2007 yang lalu hingga awal tahun 2008, bencana banjir,

kekeringan, angin topan, dan tingginya gelombang laut silih berganti menimpa

sebagian besar daerah di Indonesia sebagai akibat berubahnya iklim. Berdasarkan

data yang dihimpun oleh Bappenas, selama periode tahun 2003 hingga 2005 telah

terjadi 1429 kejadian bencana, dimana banjir adalah bencana yang paling sering

terjadi diikuti oleh tanah longsor (KLH, 2007).

Beberapa dekade ini, iklim dunia mengalami perubahan yang tidak

menentu. Flannery (2005) menyatakan bahwa kegiatan manusia merupakan

kontribusi terbesar terjadinya perubahan iklim global. Perubahan iklim menunjuk

pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun

tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global.

Kegiatan manusia dari berbagai kegiatan industri, di lapangan (seperti deforestasi)

Page 16: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

atau yang berkaitan dengan transportasi atau rumah tangga menghasilkan gas

rumah kaca yang jumlahnya terus meningkat, terutama gas karbondioksida, yang

diemisikan ke atmosfer. Hal ini menyebabkan bertambah panasnya permukaan

bumi dan memicu terjadinya perubahan iklim global. Pesatnya perkembangan

industri di dunia mengakibatkan semakin cepatnya perubahan yang terjadi pada

iklim.

Perubahan iklim yang merupakan isu utama dunia mempunyai keterkaitan

terhadap sektor pariwisata. Meunurut Rosyidie (2004), perubahan iklim akan

memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia kepariwisataan, baik itu

terhadap preferensi wisatawan akan daerah tujuan wisatanya maupun berubahnya

daya tarik wisata yang berakibat juga pada perubahan pengelolaan destinasi

pariwisata.

Dampak perubahan iklim global terjadi juga di Indonesia yang sangat

mengandalkan potensi sumber daya alam, keanekaragaman hayati dan budayanya

dalam mengembangkan kepariwisataan. Perubahan iklim di Indonesia

diperkirakan mempengaruhi karakteristik dan pola kunjungan wisatawan. Produk

pariwisata khususnya daya tarik wisata, baik alam maupun budaya, akan

terpengaruh oleh fenomena perubahan iklim tersebut. Oleh karena itu, diperlukan

antisipasi dampak perubahan iklim terhadap pariwisata dan berbagai kebijakan

terkait sehingga diharapkan dapat memperkecil dampak yang mungkin

ditimbulkan.

Pariwisata adalah salah satu sektor yang berperan besar dalam

meningkatkan perekonomian di Indonesia. Pariwisata perlu diberdayakan karena

2

Page 17: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

3

selain sebagai sumber penerimaan, serta pengembangan dan pelestarian seni

budaya, juga membangkitkan sektor perekonomian.

Salah satu tujuan wisata di Indonesia yang banyak diminati para

wisatawan, baik domestik maupun mancanegara adalah Kabupaten Bogor.

Kabupaten Bogor memiliki banyak obyek wisata yang menarik perhatian

pengunjung. Pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bogor perlu terus

dilakukan dengan meningkatkan seluruh potensi pariwisata, peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, peningkatan lama

tinggal wisatawan, penyerapan angkatan kerja secara maksimal, peningkatan

kontribusi pada PAD dan kesejahteraan masyarakat1.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata, beberapa obyek

wisata yang terdapat di Kabupaten Bogor antara lain Taman Safari Indonesia,

Talaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas, Curug Cilember, Taman Wisata

Matahari, Taman Wisata Mekarsari, Air Panas GSE, Sirkuit Sentul, Wana Wisata

Bodogol, Taman Rekreasi Lido, Pemandian Air Panas Tirta Sanita, Wana Wisata

Buper Gunung Bunder, Curug Nangka, Warso Farm, Curug Panjang, Taman

Merlimba, dan sebagainya. Beberapa obyek wisata tersebut merupakan obyek

wisata unggulan di Kabupaten Bogor, hal ini terlihat dari banyaknya wisatawan

baik wisatawan mancanegara maupun nusantara yang berkunjung pada tahun

2010, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

1http://www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3232&Itemid=694. 2007. Profil Investasi Bidang Pariwisata Kota Bogor. Diakses pada tanggal 9 Juni 2010.

Page 18: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

4

Tabel 1. Banyaknya Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Bogor Tahun 2010

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor (2010)

No Nama Obyek Wisata Lokasi

Kunjungan Wisatawan Wisatawan Nusantara

Wisatawan Mancanegara

Jumlah

1 Taman Safari Indonesia

Cisarua 691.948 8.413 700.362

2 Taman Wisata Mekarsari

Cileungsi 331.436 4.284 335.720

3 Wisata Agro Gunung Mas

Cisarua 325.135 2.351 327.486

4 Curug Cilember Cisarua 204.894 4.706 209.6005 Taman Wisata

Matahari Cisarua 124.575 0 124.575

6 Warso Farm Cijeruk 84.722 0 84.7227 Wana Wisata

Buper Gunung Bunder

Pamijahan 84.585 0 84.585

8 Pemandian Air Panas Tirta Sanita

Ciseeng 77.444 1.205 78.649

9 Sirkuit Sentul Citeureup 73.496 1.605 75.10010 Curug Nangka Tamansari 70.583 27 70.61111 Taman Merlimba Cisarua 66.546 11 66.55712 Curug Panjang Megamendung 18.650 0 18.65013 Air Panas GSE Pamijahan 18.245 36 18.28114 Talaga Warna Cisarua 15.882 569 16.45115 Wana Wisata

Bodogol Cigombong 8.779 105 8.884

16 Taman Rekreasi Lido

Cigombong 6.132 0 6.132

Salah satu tempat wisata utama di Kabupaten Bogor adalah kawasan

Puncak. Kawasan ini dikenal sebagai tempat yang segar dengan wilayah

pegunungan yang alami. Selain suasana yang nyaman, kawasan ini memiliki

banyak obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Wisata Agro

Gunung Mas, Taman Safari Indonesia, Curug Cilember, Talaga Warna, Taman

Wisata Matahari, Curug Panjang, Taman Merlimba, dan sebagainya. Tidak hanya

obyek wisata yang menarik wisatawan untuk datang ke Puncak, melainkan

banyaknya tempat persinggahan seperti hotel dan villa bagi wisatawan yang ingin

menginap. Seiring berjalannya waktu dan berubahnya iklim mikro di kawasan

Page 19: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

5

Puncak Bogor, jumlah wisatawan yang datang mengalami perubahan tiap

tahunnya.

Fenomena perubahan iklim berpengaruh terhadap kondisi iklim mikro di

kawasan wisata Puncak Bogor. Salah satu fenomena perubahan iklim yang terjadi

di kawasan Puncak Bogor adalah meningkatnya suhu udara. Saat ini, udara di

kawasan Puncak Bogor tidak sedingin dulu karena adanya peningkatan gas CO2

akibat kendaraan bermotor dan banyaknya lahan pertanian di kawasan Puncak

yang beralih fungsi menjadi perumahan, hotel, ataupun villa (Wahyuni et al.,

2006).

Adanya perubahan iklim diduga dapat mempengaruhi tingkat permintaan

wisata di Puncak. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis dampak

perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di kawasan Puncak Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Perubahan iklim global yang terjadi saat ini berpengaruh terhadap kondisi

iklim mikro di kawasan wisata Puncak Bogor. Salah satu fenomena perubahan

iklim di kawasan Puncak Bogor adalah berubahnya suhu udara rata-rata sepanjang

tahun. Udara di Puncak saat ini tidak sedingin dulu dan kondisi cuaca semakin

tidak menentu.

Kajian mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat permintaan

wisata penting untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh perubahan iklim mikro yang terjadi di kawasan wisata Puncak Bogor

terhadap jumlah permintaannya. Penelitian ini juga memberikan informasi

mengenai rekomendasi kebijakan adaptasi yang dapat dilakukan pihak pengelola

wisata dalam menghadapi perubahan iklim.

Page 20: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

6

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bagaimana fenomena perubahan iklim mikro yang terjadi selama sepuluh

tahun terakhir di kawasan wisata Puncak Bogor?

2. Bagaimana dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di

kawasan Puncak Bogor?

3. Berapa besarnya kerugian yang diterima obyek wisata akibat adanya pengaruh

perubahan iklim?

4. Bagaimana strategi adaptasi yang dapat dilakukan pengelola obyek wisata di

kawasan Puncak Bogor terhadap perubahan iklim?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Menganalisis fenomena perubahan iklim mikro selama periode sepuluh tahun

terakhir di kawasan wisata Puncak Bogor.

2. Menganalisis dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di

kawasan Puncak Bogor.

3. Mengestimasi besarnya kerugian yang diterima obyek wisata akibat adanya

pengaruh perubahan iklim.

4. Mengkaji strategi adaptasi pengelola obyek wisata di kawasan Puncak Bogor

dalam menghadapi perubahan iklim.

Page 21: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

7

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat berguna di dalam pengembangan

ilmu pengetahuan.

2. Bagi akademisi diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam

mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sektor pariwisata dalam lingkup

yang lebih luas.

3. Bagi pengelola obyek wisata di kawasan Puncak Bogor diharapkan dapat

menjadi masukan dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi dampak

perubahan iklim khususnya dampak terhadap permintaan wisata.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji dampak perubahan iklim terhadap tingkat

permintaan wisata di kawasan Puncak Bogor. Analisis karakteristik perubahan

iklim diantaranya kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan. Analisis dampak

perubahan iklim terhadap permintaan wisata dengan menggunakan model regresi

linear berganda dilakukan pada dua cakupan wilayah, yaitu analisis dampak

perubahan iklim terhadap permintaan wisata di kebun teh Gunung Mas dan

analisis dampak perubahan iklim yang dirasakan pengunjung Puncak terhadap

permintaan wisata di Puncak (wisata kebun teh, wisata paralayang, wisata

outbound, dan juga di beberapa hotel/villa). Perubahan permintaan wisata akibat

adanya pengaruh iklim berdampak pada obyek wisata sehingga strategi adaptasi

yang dilakukan pihak pengelola obyek wisata tersebut penting sebagai kebijakan

dalam mengurangi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Page 22: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Cuaca dan Iklim

Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari proses-

proses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan

udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

waktu yang singkat. Cuaca terbentuk dari gabungan unsur cuaca dimana jangka

waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja (pagi hari, siang hari atau sore hari),

dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya.

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang

penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 10 tahun) dan

meliputi wilayah yang luas. Iklim dapat terbentuk karena adanya:

a. Rotasi dan revolusi bumi, sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari

dan tahunan.

b. Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan

timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya

terhadap kehidupan di bumi.

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu

daerah atau wilayah, yaitu:

a. Suhu atau temperatur udara

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktifitas molekul dalam

atmosfer.

b. Tekanan udara

Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan

udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah.

Page 23: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

9

Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan

udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang

menekan.

c. Angin

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke

daerah bertekanan udara rendah.

d. Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa

udara pada saat dan tempat tertentu.

e. Curah hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam

waktu tertentu. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.

2.2. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Menurut Susanta dan Sutjahjo (2008), pemanasan global merupakan

kejadian yang diakibatkan oleh meningkatnya temperatur rata-rata pada lapisan

atmosfer, air laut, dan daratan. Gejala terjadinya pemanasan global dapat diamati

dan dirasakan oleh siapapun. Hal tersebut ditandai dengan adanya pergantian

musim yang tidak dapat diprediksi, hujan badai disertai angin puting beliung yang

sering terjadi dimana-mana, banjir dan kekeringan yang terjadi pada waktu yang

bersamaan, penyakit yang mewabah di banyak tempat, serta terumbu karang yang

memutih.

Pemanasan global disebabkan oleh semakin tingginya jumlah emisi gas

rumah kaca di atmosfer. Gas-gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer

yang memiliki efek penyelimutan karena gas-gas tersebut menyerap panas yang

Page 24: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

10

dilepaskan oleh permukaan bumi. Emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlangsung

pada atau di atas tingkat kecepatannya saat ini akan menyebabkan pemanasan

lebih lanjut dan memicu perubahan-perubahan lain pada sistem iklim global.

Salah satu akibat peningkatan atau penurunan suhu global adalah

perubahan iklim. Menurut Murdiyarso dalam Subandono et al. (2009), perubahan

iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka waktu panjang (50

sampai 100 tahun) yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang menghasilkan

emisi gas rumah kaca (GRK). GRK paling penting yang menangkap panas di

dalam atmosfer adalah uap air dan karbondioksida (CO2). Gas lain yang terdapat

secara alami adalah metana, nitrat oksida, dan ozon. Selain itu, ada juga gas

buatan yang mempunyai efek rumah kaca amat kuat, yakni klorofluorokarbon

(CFC).

Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu

perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman,

tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola siklus,

aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik

dalam skala global maupun skala lokal. Kegiatan manusia merupakan kontribusi

terbesar terjadinya pemanasan global. Pembakaran bahan bakar fosil dan alih guna

lahan merupakan kegiatan yang mengemisikan gas rumah kaca terbesar ke

atmosfer, diikuti oleh kegiatan-kegiatan lain seperti pertanian, peternakan dan

persampahan (KLH, 2009).

Pemanasan global menimbulkan perubahan pada iklim bumi yang ditandai

dengan meningkatnya jumlah presipitasi (baik berupa hujan maupun salju),

perubahan pola angin serta aspek-aspek cuaca ekstrim seperti kemarau, presipitasi

Page 25: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

11

berat, gelombang panas dan intensitas topan tropis (KLH, 2009). Menurut

Konvensi Kerja PBB tentang Perubahan Iklim United Nation Framework

Convention on Climate Change (UNFCCC) dalam Trenberth et al. (1995),

perubahan iklim dinyatakan sebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi

langsung atau tidak langsung oleh aktifitas manusia yang mengubah komposisi

atmosfer, yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang

cukup panjang.

Menurut Subandono et al. (2009), salah satu unsur iklim yang berfungsi

sebagai pengendali cuaca adalah suhu udara. Perubahan iklim dicirikan oleh

berubahnya nila rata-rata atau median dan keragaman dari unsur iklim. Apabila

dalam periode waktu yang panjang ada kecenderungan data suhu naik dari waktu

ke waktu dan atau fluktuasinya (naik turunnya) semakin membesar atau kejadian

anomali iklim semakin sering terjadi dibanding periode waktu sebelumnya, maka

dapat dikatakan perubahan iklim sudah terjadi.

2.2.1. Dampak Perubahan Iklim Secara Umum

Potensi dampak dari perubahan iklim adalah peningkatan permukaan air

laut, peningkatan temperatur bumi, perubahan pola hujan, penurunan

produktivitas pertanian dan perikanan, perubahan tata guna dan fungsi hutan,

pengurangan kuantitas dan kualitas air. Ryutaro (2000) menyatakan dampak

perubahan iklim terhadap manusia merupakan konsekuensi dari peristiwa

hidrologi. Air merupakan isu paling menonjol terhadap perubahan iklim yaitu

dengan adanya kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh pemanasan

global. Penduduk daerah pantai secara langsung terancam oleh naiknya

permukaan laut, dan ratusan orang beresiko terkena banjir akibat badai hujan.

Page 26: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

12

Berdasarkan laporan IPCC ke-4 tahun 2007, dari dua belas tahun-tahun

terpanas sejak 1850, sebelas tahunnya terjadi dalam rentang tahun 1995 hingga

2005. Peningkatan suhu ini juga meningkatkan suhu permukaan laut global hingga

kedalaman 3000 m, yang menyebabkan pengembangan air laut yang berkontribusi

terhadap naiknya muka air laut rata-rata global. Kenaikan muka air laut ini juga

disebabkan karena penurunan tutupan salju dan es di daerah kutub. Laju rata-rata

naiknya muka air laut selama rentang waktu 1961 hingga 2003 adalah 1,8 mm per

tahun. Laju ini lebih cepat selama rentang waktu 1993 hingga 2003, yaitu sekitar

3,1 mm per tahun (KLH, 2009).

Perubahan iklim membawa pengaruh pada intensitas dampak dan sangat

tergantung pada tingkat penyimpangannya. Secara umum dampak penyimpangan

iklim terhadap aspek-aspek penataan ruang, meliputi pemanfaatan lahan budidaya

berupa penurunan atau bahkan kegagalan berproduksi usaha pertanian,

penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi sehingga memicu

terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam

seperti banjir dan tanah longsor, penyimpangan iklim berupa curah hujan yang

sangat rendah dibarengi peningkatan suhu udara menyebabkan terjadinya

kekeringan sehingga berdampak pada penurunan ketersediaan air dan juga

kebakaran hutan (Ditjen, 2002).

Dampak lainnya yaitu kenaikan temperatur yang mempercepat siklus

hidrologi. Atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air,

sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi,

terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih besar juga mempercepat

proses evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air

Page 27: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

13

adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola

angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin

meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan

kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin lebat

(Subandono et al., 2009).

2.2.2. Dampak Perubahan Iklim di Indonesia

Perubahan-perubahan pada pola iklim di Indonesia terjadi sejak beberapa

tahun terakhir. Bagi Indonesia, pemanasan global merupakan suatu kenyataan.

Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan garis pantai terpanjang kedua di

dunia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Misalnya saja,

meningkatnya permukaan air laut bagi Indonesia tentu saja menjadi ancaman

serius bagi kelangsungan hidup masyarakat yang bertempat tinggal di daerah

pesisir. Daerah-daerah pantai serta pulau-pulau kecil di Nusantara yang jumlahnya

mencapai ribuan tentu saja terancam tenggelam dan hilang (KLH, 2009).

Perubahan iklim juga memberikan dampak pada sektor kehutanan di

Indonesia, dimana meningkatnya suhu dapat memicu terjadi kebakaran hutan

secara alami akibat meningkatnya kekeringan. Keanekaragaman hayati Indonesia

yang sebagian besar berada di daerah hutan terancam dengan terjadinya kebakaran

hutan.

Terkait dengan ketersediaan pangan, berdasarkan hasil pemantauan

kekeringan pada tanaman padi selama periode tahun 1993-2002 yang dilakukan

oleh Departemen Pertanian, diperoleh angka rata-rata lahan pertanian yang

terkena kekeringan mencapai lebih dari 200 ribu ha dengan lahan puso (gagal

panen) mencapai sekitar 43 ribu ha atau setara dengan kehilangan 190 ribu ton

Page 28: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

14

gabah kering giling (GKG). Sementara itu, areal persawahan yang terlanda banjir

mencapai luas 158 ribu ha dengan puso sekitar 39 ribu ha (setara dengan 174 ribu

ton GKG). Selain itu, dengan meningkatnya intensitas curah hujan maka banjir

lebih sering terjadi dan memicu terjadinya berbagai penyakit seperti penyakit kulit

dan diare serta tercemarnya sumber air (KLH, 2009).

2.3. Pariwisata

Pengertian pariwisata menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (2004)

adalah kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal

asalnya menuju tempat lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat

bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, keinginan keagamaan, serta

silaturahmi.

Definisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990

tentang kepariwisataan bab I pasal 1 yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek

dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

Page 29: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

15

2.4. Permintaan Wisata

Menurut Wahab (1992), permintaan umumnya diartikan sebagai sejumlah

barang atau jasa yang ingin dibeli oleh pelanggan dan mampu untuk dibeli dengan

harga tertentu pada waktu tertentu. Wahab (1992) juga menyebutkan bahwa dalam

pariwisata, hubungan fungsional yang terjadi pada permintaan tidaklah sederhana.

Banyak faktor yang turut mempengaruhi wisatawan untuk melakukan perjalanan

ke suatu daerah tujuan wisata tertentu atau menunda berwisata.

Faktor penentu permintaan wisata menjelaskan mengapa populasi dari

beberapa negara-negara mempunyai suatu kecenderungan yang tinggi untuk

berwisata sedang negara yang lain rendah. Faktor penentu ini harus dibedakan

dari sisi tujuan dan perilaku pembeli. Middleton (1991) dalam Vanhove (2005)

menyimpulkan sembilan kategori faktor penentu permintaan wisata, yaitu:

1. Faktor ekonomi: pendapatan, waktu, dan harga

2. Harga komparatif

3. Faktor demografi

4. Faktor geografi

5. Perilaku sosial budaya wisata

6. Mobilitas

7. Peraturan pemerintah

8. Media komunikasi

9. Teknologi informasi dan komunikasi

Damanik dan Weber (2006) menguraikan beberapa pertimbangan penting

yang dilakukan seseorang sebelum mengambil keputusan untuk berwisata, yaitu :

Page 30: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

16

1. Biaya

Hal yang paling sentral dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan

berwisata adalah biaya. Biaya akan menentukan bentuk, tujuan, bentuk dan

waktu berwisata, tipe penginapan, moda angkutan serta jasa lain yang

digunakan.

2. Daerah tujuan wisata

Pilihan daerah destinasi wisata termasuk unsur sentral dalam keputusan

berwisata. Pesatnya pertambahan jumlah daerah tujuan wisata lama maupun

baru membuat orang menjadi semakin tidak mudah untuk melakukan pilihan.

Ketersediaan informasi yang mutakhir tentang produk wisata di suatu daerah

akan memudahkan orang untuk melakukan pilihan.

3. Bentuk perjalanan

Terdapat tiga bentuk perjalanan yang dapat dilakukan, yaitu berkelompok

dalam jumlah besar dan diorganisasi oleh biro perjalanan, individual atau

kelompok kecil yang diatur sendiri oleh wisatawan yang bersangkutan, dan

gabungan keduanya.

4. Waktu dan lama berwisata

Keputusan berwisata tidak dilakukan secara tiba-tiba. Orang akan mencari

informasi yang lebih lengkap tentang kemungkinan berwisata. Jika berhasil

atau memuaskan baginya, maka barulah orang itu mengambil keputusan untuk

berwisata. Lama berwisata juga menjadi pertimbangan tersendiri. Dalam hal

ini faktor ketersediaan waktu luang dan uang kembali memainkan peran

penting.

Page 31: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

17

5. Penginapan yang digunakan

Jenis penginapan sangat tergantung pada perkembangan industri pariwisata.

Seleksi fasilitas akomodasi perlu dilakukan secara matang karena selain

menyangkut biaya juga terkait dengan kenyamanan dan kepraktisan.

6. Moda transportasi

Terkait dengan moda angkutan wisata yang tersedia dan akan digunakan, juga

faktor kenyamanan dari daerah asal ke dan selama di daerah tujuan wisata.

7. Jasa-jasa lainnya

Termasuk dalam hal ini adalah layanan lain yang sangat dibutuhkan dalam

kegiatan wisata, seperti pemandu, souvenir, fotografi, perawatan kesehatan,

hiburan, dan sebagainya.

2.5. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pariwisata

Matzarakis (2006) menyatakan bahwa iklim dan cuaca adalah faktor yang

mempengaruhi permintaan wisata, seperti dalam hal pilihan tujuan atau jenis

kegiatan yang akan dilakukan wisatawan. Wisata di daerah pegunungan sangat

tergantung pada alam dan budaya. Kondisis lingkungan, terutama iklim

mempengaruhi pariwisata pembangunan di daerah pegunungan karena daerah ini

merupakan ekosistem yang paling terancam akibat adanya perubahan iklim.

Dampak negatif yang dihasilkan oleh perubahan iklim pada sektor pertanian,

kehutanan, perikanan, dan infrastruktur secara langsung maupun tidak langsung

akan mempengaruhi sektor pariwisata (Surugiu et al., 2011).

Faktor cuaca dan iklim berpengaruh terhadap bidang pariwisata. Cuaca

cerah, banyaknya cahaya matahari, kecepatan angin, udara sejuk, kering, panas,

dan sebagainya mempengaruhi terhadap pelaksanaan wisata, baik wisata darat

Page 32: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

18

maupun laut. Menurut Damanik dan Weber (2006), kebutuhan untuk berwisata

sangat terkait dengan masalah iklim dan kondisi lingkungan hidup di tempat

tinggal. Iklim yang khas dapat menjadi daya tarik utama bagi suatu destinasi

pariwisata. Iklim merupakan faktor penarik bagi wisatawan yang ingin berelaksasi

pada tempat yang memiliki iklim yang lebih nyaman daripada tempat tinggalnya.

Biasanya mereka yang tinggal di daerah yang cenderung dingin dimana jarang

mendapatkan sinar matahari, kemungkinan besar akan berwisata ke tempat-tempat

yang memiliki iklim tropis yang kaya akan sinar matahari. Sebaliknya, mereka

yang tinggal di iklim cenderung panas atau di kawasan yang tingkat polusi tanah,

air, udara, dan suara sangat tinggi, akan mencari tempat yang beriklim sejuk dan

tingkat pencemaran lingkungan yang minimal untuk tujuan berwisatanya.

Perubahan iklim juga mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada sumber

daya alam dan budaya yang menjadi daya tarik utama kepariwisataan Indonesia.

Kenaikan muka air laut dan temperatur akan mengancam keberlanjutan kegiatan

wisata dan keanekaragaman hayati laut pada destinasi pariwisata pantai, laut, dan

pulau-pulau kecil. World Monuments Fund (WMF) melaporkan pemanasan global

sebagai salah satu faktor penyebab rusaknya kelestarian monumen karya budaya

umat manusia (Rosyidie, 2004).

2.6. Pengertian Adaptasi Perubahan Iklim

Menurut KLH (2009), adaptasi terhadap perubahan iklim berarti

meminimalkan kerusakan-kerusakan yang diproyeksikan dapat terjadi pada aspek

sosio-ekonomi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik pada iklim.

Adaptasi terhadap perubahan iklim dapat berupa adaptasi secara otomatis, dan

adaptasi terencana.

Page 33: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

19

Adaptasi otomatis biasanya dilakukan langsung oleh alam, sedangkan

adaptasi terencana contohnya adalah kegiatan adaptasi yang dilakukan melalui

perbaikan sistem pada sumber-sumber yang terkena dampak atau melalui

penggunaan teknologi yang dapat mencegah atau mengurangi dampak dan/atau

resiko yang mungkin terjadi, sehingga akan mengurangi biaya yang diperlukan

dibandingkan dengan apabila tidak dilakukan kegiatan adaptasi. Umumnya

pilihan-pilihan yang banyak dilakukan adalah adaptasi melalui penggunaan

teknologi. Walaupun demikian, usaha adaptasi dapat pula dilakukan secara

individu atau masyarakat dengan cara yang mudah, murah dan sederhana.

Adaptasi merupakan hal yang penting dalam perubahan iklim. Adaptasi

merupakan satu-satunya cara untuk menghadapi perubahan iklim yang tak

terelakkan. Adaptasi juga memberikan peluang untuk menyesuaikan kegiatan

ekonomi pada sektor-sektor yang rentan sehingga mendukung pembangunan

berkelanjutan. Adaptasi yang dilakukan oleh pengelola suatu obyek wisata dengan

obyek wisata lainnya akan berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan dampak

perubahan iklim yang dirasakan obyek wisata akan berbeda-beda.

Page 34: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi obyek wisata alam yang

indah. Topografinya berupa dataran tinggi sehingga memiliki udara yang sejuk

dan sangat berpotensi untuk industri wisata alam. Kawasan obyek wisata

unggulan yang menarik perhatian di Bogor adalah kawasan Puncak. Daya tarik

dari kawasan wisata Puncak Bogor adalah suasananya yang segar, nyaman, indah,

banyak terdapat jenis wisata yang menarik seperti wisata kebun teh, paralayang,

outbound, dan juga terdapat banyak villa atau hotel sebagai tempat beristirahatnya

pengunjung.

Industri pariwisata di kawasan Puncak Bogor sangat berpotensi karena

lokasinya yang strategis, dekat dengan kota-kota besar, khususnya di wilayah

Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Besarnya tingkat

permintaan wisata di Puncak dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Hal ini dikarenakan

sebagian besar jenis wisata yang terdapat di Puncak seperti wisata kebun teh,

paralayang, outbound, dan jenis wisata lainnya membutuhkan kondisi cuaca yang

sesuai dalam pelaksanaan kegiatannya.

Perubahan iklim global memberikan pengaruh pada kondisi iklim mikro di

kawasan wisata Puncak Bogor. Perubahan iklim mikro dilihat dari adanya

perubahan pada kecepatan angin, curah hujan, dan jumlah hari hujan. Fenomena

perubahan iklim mikro yang terjadi di kawasan wisata Puncak Bogor berpotensi

mempengaruhi permintaan wisata sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya.

Potensi perubahan iklim mikro akibat adanya perubahan iklim global

tersebut menyebabkan perlu adanya suatu penelitian mengenai karakteristik

perubahan iklim mikro di kawasan wisata Puncak Bogor dan bagaimana

Page 35: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

21

pengaruhnya terhadap permintaan wisata dan strategi adaptasi yang dilakukan

oleh pihak pengelola obyek wisata akibat adanya perubahan iklim. Dalam

penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui perubahan

iklim mikro yang terjadi di Puncak dan strategi adaptasi yang dapat dilakukan

pihak pengelola wisata. Analisis dengan model regresi digunakan untuk

mengetahui pengaruh perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata di

kawasan Puncak Bogor. Sedangkan analisis perubahan pendapatan digunakan

untuk mengestimasi besarnya kerugian yang diterima obyek wisata.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi kebijakan bagi

pihak pengelola wisata kawasan Puncak dalam mengatasi dampak yang

ditimbulkan dari perubahan iklim, khususnya terhadap tingkat permintaan wisata.

Secara ringkas kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 36: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

22

Perubahan Iklim Global

Fenomena Perubahan Iklim Mikro

Potensi Dampak Perubahan Iklim

terhadap Sektor Pariwisata di Kawasan Puncak Bogor

Outbound Hotel/ Villa Paralayang Kebun Teh Parameter Perubahan Iklim Perubahan Curah

Hujan Perubahan Jumlah

Hari Hujan Perubahan

Kecepatan Angin

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap

Permintaan Wisata

Identifikasi Fenomena Perubahan Iklim Mikro

Strategi Adaptasi Pengelola Obyek

Wisata

Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Permintaan

Wisata

Kerugian Ekonomi Obyek Wisata

Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis dengan Model Regresi

Linear

Analisis Perubahan Pendapatan

Rekomendasi Kebijakan Adaptasi Obyek Wisata

Page 37: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah

Pertiwi, Alfa Resort, Taman Wisata Matahari, Eagle Hill, dan Pasadena Village),

hotel/villa (Hotel Permata Alam, Hotel Puri Avia, Hotel Megamendung Permai,

Hotel Safari Garden dan Villa Alfa Resort), wisata kebun teh (Agrowisata

Gunung Mas), dan wisata paralayang Puncak. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa di

kawasan Puncak terdapat banyak obyek wisata dengan tingkat kunjungan yang

tinggi dan terjadinya perubahan iklim yang relatif ekstrim.

Kegiatan penelitian meliputi perumusan masalah, pengumpulan data,

pengolahan data, intepretasi data, dan penarikan kesimpulan hingga perbaikan.

Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara

langsung dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh peneliti,

sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

beberapa instansi terkait dengan obyek penelitian seperti Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Bogor, tim pengelola wisata, dan internet.

Page 38: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode non-

probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Teknik tersebut merupakan

teknik pengambilan contoh dimana peneliti secara sengaja memilih subyek-

subyek yang menjadi anggota kelompok tertentu (Wahyuni dan Pudji, 2009).

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah wisatawan yang

berkunjung ke obyek wisata di kawasan Puncak Bogor. Jumlah responden yang

diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang. Dalam penelitian sosial,

jumlah responden sebanyak 60 orang ini dinilai sudah mewakili keseluruhan

populasi wisatawan di Puncak dan hasil estimasi pada model regresi linear

berganda juga menunjukkan bahwa data sudah menyebar normal.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan komputer

dengan program Microsoft Office Excell 2007 dan program SPSS 13.0 for

Windows. Tabel 2 menyajikan keterkaitan antara tujuan penelitian, sumber data,

dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.

24

Page 39: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

25

Tabel 2. Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis

Data 1 Menganalisis fenomena perubahan

iklim mikro selama sepuluh tahun terakhir

Data sekunder Analisis Deskriptif Kualitatif

2 Menganalisis dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata

Data primer (wawancara) dan data sekunder

Analisis dengan Model Regresi Linear Berganda

3 Mengestimasi besarnya kerugian obyek wisata akibat adanya perubahan iklim

Data sekunder Analisis Perubahan Pendapatan

4 Mengkaji strategi adaptasi pengelola obyek wisata dalam menghadapi perubahan iklim

Data primer (wawancara)

Analisis Deskriptif Kualitatif

4.4.1. Analisis Fenomena Perubahan Iklim Mikro di Kawasan Puncak

Bogor

Fenomena perubahan iklim mikro yang terjadi selama sepuluh tahun

terakhir di kawasan Puncak Bogor dianalisis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif. Analisis deskriptif adalah jenis analisis data yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan keadaan atau karakteristik data sampel untuk masing-masing

variabel penelitian secara tunggal (Wahyuni dan Pudji, 2009). Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif seperti tabel frekuensi,

grafik atau tabulasi yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematik sehingga data yang disajikan dapat dengan mudah

dipahami oleh semua pihak.

Dalam penelitian ini, data yang akan dianalisis secara deskriptif adalah

parameter perubahan iklim mikro, meliputi kecepatan angin, curah hujan, dan

jumlah hari hujan. Selanjutnya dianalisis keterkaitan perubahan iklim global

dengan fenomena perubahan iklim mikro.

Page 40: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

26

4.4.2. Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata

Dampak perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata dilihat dari

tren perkembangan parameter iklim dengan tren perkembangan jumlah

pengunjung wisata, selain itu dianalisis juga dengan menggunakan model regresi

linear berganda. Model regresi merupakan alat statistika untuk mengevaluasi

hubungan antara satu peubah dengan satu peubah lainnya, atau satu peubah

dengan beberapa peubah lainnya (Gujarati, 2003). Penelitian ini akan

menganalisis pengaruh hubungan antara satu peubah dengan beberapa peubah

lainnya, sehingga analisis yang digunakan adalah model regresi linear dengan dua

atau lebih peubah penjelas (regresi linear berganda). Model regresi tersebut yaitu:

inn εββββ +Χ+⋅⋅⋅⋅+Χ+Χ+=Υ 22110

Dimana:

Y = Nilai rata-rata dugaan

β0 = Intersep

β1 = Parameter yang mempengaruhi nilai rataan

X1 = Variabel yang mempengaruhi nilai rataan

βn = Parameter ke n

Xn = Variabel ke n

εi = Galat atau error

Berdasarkan model regresi di atas, maka hubungan antara tingkat

permintaan wisata dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dirumuskan sebagai

berikut:

it εβββββββββ +Χ+Χ+Χ+Χ+Χ+Χ+Χ+Χ+=Υ 88776655443322110

Page 41: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

27

Estimasi parameter dugaan: β1, β2, β3, β4, β7 < 0 β5, β6, β8 > 0

Dimana:

Yt = Jumlah kunjungan ke kawasan wisata (jumlah kunjungan per tahun)

β0 = Intersep

βi = Koefisien regresi untuk faktor Xi, dimana i = 1,2,...,8

X1 = Biaya Perjalanan (Rp)

X2 = Kecepatan angin (bernilai 1 jika ”menurun”, bernilai 2 jika ”tetap”, bernilai

3 jika ”meningkat”)

X3 = Curah hujan (bernilai 1 jika ”menurun”, bernilai 2 jika ”tetap”, bernilai 3

jika ”meningkat”)

X4 = Hari hujan (bernilai 1 jika ”menurun”, bernilai 2 jika ”tetap”, bernilai 3 jika

”meningkat”)

X5 = Pendapatan responden (Rp)

X6 = Tingkat pendidikan responden

X7 = Jarak tempuh (km)

X8 = Umur responden (tahun)

εi = Galat atau error

Besarnya jumlah kunjungan ke lokasi wisata akan mencerminkan besarnya

permintaan pada wisata tersebut. Jumlah kunjungan dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut: biaya perjalanan, kecepatan angin, curah hujan, hari hujan,

pendapatan responden, tingkat pendidikan responden, jarak tempuh, dan umur

responden. Variabel-variabel tersebut diduga mempengaruhi besarnya jumlah

kunjungan wisatawan ke Puncak.

Page 42: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

28

Variabel yang diduga akan memiliki koefisien bernilai positif yaitu

pendapatan responden, tingkat pendidikan responden, dan umur responden.

Dihipotesiskan bahwa semakin tinggi pendapatan responden maka diduga akan

mempengaruhi responden dalam meningkatkan jumlah kunjungannya ke Puncak.

Dihipotesiskan bahwa semakin tinggi pendidikan akhir yang ditempuh responden

maka diduga akan mempengaruhi responden dalam meningkatkan jumlah

kunjungannya ke Puncak. Dihipotesiskan bahwa semakin tinggi umur responden

maka diduga akan mempengaruhi responden dalam meningkatkan jumlah

kunjungannya ke Puncak.

Variabel yang diduga akan memiliki koefisien bernilai negatif yaitu biaya

perjalanan, kecepatan angin, curah hujan, hari hujan, dan jarak yang dibutuhkan

untuk mengunjungi obyek wisata. Dihipotesiskan bahwa semakin tinggi biaya

perjalanan maka diduga akan mempengaruhi responden dalam mengurangi jumlah

kunjungannya ke Puncak. Dihipotesiskan bahwa semakin besar kecepatan angin

yang dirasakan responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam

mengurangi jumlah kunjungannya ke Puncak. Dihipotesiskan bahwa semakin

besar curah hujan yang dirasakan responden maka diduga akan mempengaruhi

responden dalam mengurangi jumlah kunjungannya ke Puncak. Dihipotesiskan

bahwa semakin besar jumlah hari hujan yang dirasakan responden maka diduga

akan mempengaruhi responden dalam mengurangi jumlah kunjungannya ke

Puncak. Dihipotesiskan bahwa semakin jauh jarak responden untuk mengunjungi

lokasi wisata Puncak maka diduga mempengaruhi responden dalam mengurangi

jumlah kunjungannya ke Puncak.

Page 43: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

29

4.4.3. Estimasi Kerugian Ekonomi Obyek Wisata di Puncak Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro

Nilai kerugian ekonomi akibat adanya pengaruh iklim dianalisis dengan

mengestimasi perubahan pendapatan obyek wisata, dimana pendapatan minimum

saat dipengaruhi oleh iklim dikurangi dengan pendapatan pada keadaan normal.

Pendapatan minimum diestimasi dengan mengalikan jumlah pengunjung

minimum saat dipengaruhi iklim dengan harga tiket, sedangkan pendapatan

normal diestimasi dengan mengalikan jumlah pengunjung pada keadaan normal

dengan harga tiket. Berdasarkan penghitungan tersebut, diperoleh rumus sebagai

berikut:

∆I = I2 - I1

Dimana:

∆I = Perubahan pendapatan obyek wisata akibat pengaruh iklim (Rp)

I1 = Pendapatan pada keadaan normal (Rp)

I2 = Pendapatan minimum akibat pengaruh iklim (Rp)

Sementara itu, untuk memperoleh hasil pendapatan suatu obyek wisata

dilakukan dengan cara mengalikan jumlah pengunjung dengan hargat tiket.

Rumus yang digunakan untuk memperoleh pendapatan adalah sebagai berikut:

I = n x P

Dimana:

I = Pendapatan obyek wisata (Rp)

n = Jumlah pengunjung (orang)

P = Harga tiket obyek wisata (Rp)

Page 44: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

30

4.4.4. Rekomendasi Kebijakan Adaptasi Pengelola Obyek Wisata dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Rekomendasi kebijakan adaptasi pihak pengelola obyek wisata dalam

menghadapi perubahan iklim dijabarkan secara deskriptif kualitatif. Rekomendasi

kebijakan ini untuk melihat apa saja yang dapat dilakukan pengelola obyek wisata

dalam beradaptasi menyikapi perubahan iklim yang terjadi di kawasan Puncak

Bogor agar tingkat kunjungan wisatawan ke Puncak tetap tinggi.

4.5. Pengujian Parameter

Dalam melakukan analisis menggunakan model regresi linier berganda,

asumsi-asumsi dasar harus terpenuhi. Jika hal ini tidak terpenuhi akan berakibat

pengujian yang dilakukan menjadi tidak efisien dan kesimpulan yang didapat

menjadi bias, sehingga perlu dilakukan pengujian parameter agar sesuai dengan

kriteria statistika dan kriteria ekonometrika.

4.5.1. Uji statistika

Menurut Gujarati (2003), model ekonometrika yang baik harus memenuhi

kriteria statistika. Kesesuaian model dengan kriteria statistik dilihat dari koefisien

determinasi (R2), uji t, dan uji F.

4.5.1.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan besaran yang paling lazim digunakan

untuk mengukur kebaikan-suai (goodness offit) garis regresi. Secara verbal, R2

mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan

oleh model regresi. Menurut Firdaus (2004), koefisisen determinasi merupakan

suatu nilai statistik yang dapat digunakan untuk mengukur ketepatan atau

kecocokan suatu garis regresi dan dapat pula digunakan untuk mengetahui

Page 45: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

31

besarnya kontribusi variabel bebas (X) terhadap variasi variabel (Y) dari suatu

persamaan regresi. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu. Jika

nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu, berarti semakin besar

keragaman hasil permintaan dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

4.5.1.2 Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing

variabel bebas (Xi) berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Prosedur

pengujian yang dikemukakan Ramanathan (1997) adalah sebagai berikut:

H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi)

H0 : βi 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak

bebasnya (Yi)

i

iknhit s

β 0)(

−=−

Jika > , maka diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Namun, jika < , maka

ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya

(Yi).

)( knhitt − 2αt 0H

)( knhitt − 2αt 0H

4.5.1.3 Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (Xi)

secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi). Menurut Ramanathan

(1997), prosedur pengujiannya antara lain :

Page 46: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

32

0H = 1β = 2β = 3β = ... =β = 0

Variabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi)

1H = 1β = 2β = 3β = ... =β ≠ 0

Variabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak

bebasnya (Yi)

hitF)1(/

)1/(−−

=nkJKG

kJKK

Dimana:

JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom

JKG = Jumlah kuadrat galat

n = Jumlah sampel

k = Jumlah peubah

Jika < , maka diterima yang berarti variabel (Xi) secara serentak

tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi). Tetapi, jika > , maka ditolak

yang berarti variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Yi).

hitF tabelF 0H

hitF tabelF 0H

4.5.2. Uji Ekonometrika

Menurut Gujarati (2003), model ekonometrika yang baik harus memenuhi

pula kriteria ekonometrika. Berdasarkan kriteria ekonometrika, model harus

sesuai dengan asumsi klasik, yaitu terbebas dari gejala multikolinearitas dan

heteroskedastisitas.

Page 47: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

33

4.5.2.1 Uji Multikolinear

Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi

multicollinearity, yaitu terjadinya kolerasi yang kuat antar variabel-variabel

bebasnya. Multicollinearity dalam sebuah model dapat dideteksi dengan

membandingkan besarnya koefisien determinasi (R2) dengan koefisien

determinasi parsial antar dua variabel bebas (r2). Hal ini dapat dibuat suatu

matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya (Ramanathan,

1997).

Multicollinearity dapat dianggap bukan suatu masalah apabila koefisien

determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien

determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan.

Namun, multicollinearity dianggap sebagai masalah apabila koefisien determinasi

parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien

determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan.

Secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut :

r2xj, xj > R2 , , ... , 1x 2x kx

Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output regresi berganda,

dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF > 10 maka terdapat masalah

multicollinearity.

4.5.2.2 Uji Heteroskedastisistas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah

homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran

atas asumsi homoskedastisitas adalah timbulnya masalah heteroskedastisitas.

Gejala heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat plot grafik hubungan

Page 48: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

34

antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan

tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model

tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Menurut Gujarati (2003), gejala

heteroskedastisitas dapat dideteksi menggunakan uji Park dengan ketentuan

sebagai berikut:

Regresi Ln(Residual2) = f(Xi), Ln U2i = b0 + b1 X1 + …+ b8 X8

Apabila hasil output memberikan koefisien parameter untuk variabel bebas (X)

tidak ada yang berpengaruh nyata, maka dapat disimpulkan bahwa pada model

regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Page 49: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum terdiri dari beberapa hal penting terkait lokasi penelitian.

Adapun gambaran umum yang dibahas antara lain kondisi geografis, kondisi

topografis, demografi, kondisi iklim, daya tarik wisata, aksesibilitas, dan

pengelolaan.

5.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

Barat. Kabupaten Bogor secara geografis terletak antara 60 19’ - 60 47’ Lintang

Selatan dan 1060 1’ - 1070 103’ Bujur Timur. Berdasarkan Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 2008, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah administratif

terluas (ke-6) di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah

sebesar 2.237,09 km2 yang terbagi menjadi 40 kecamatan dan 428 desa atau

kelurahan. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki batas administrasi sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, dan

Kabupaten Bekasi.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Banten), dan

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten

Sukabumi.

Puncak adalah kawasan wisata yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa

Barat. Kawasan ini merupakan bagian sebelah Selatan dari Kabupaten Bogor.

Kawasan Puncak bermula dari pertigaan Ciawi di Kabupaten Bogor hingga

Page 50: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Cimacan di Kabupaten Cianjur. Secara administrasi kawasan Puncak terdiri dari

tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, dan

Kecamatan Cisarua. Kecamatan Ciawi memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 13

desa, sedangkan Kecamatan Megamendung terdiri dari 11 desa dan Kecamatan

Cisarua sebanyak 10 desa.

5.1.2. Kondisi Topografis

Ketinggian tempat di Kabupaten Bogor berkisar dari 15 meter di atas

permukaan laut (dpl) pada dataran di bagian utara hingga 2.500 meter dpl pada

puncak-puncak gunung di bagian selatan. Kawasan Puncak merupakan daerah

dataran tinggi dengan kelerengan yang tergolong cukup terjal. Wilayah Kabupaten

Bogor merupakan wilayah hulu bagi wilayah-wilayah di sebelah Utara

(Tangerang, Depok, Jakarta, dan Bekasi) dimana sungai-sungai mengalir dari

bagian selatan ke arah utara yang meliputi enam Daerah Aliran Sungai yaitu: DAS

Cidurian, Cimanceuri, Cisadane, Ciliwung, Bekasi dan Citarum (khususnya DAS

Cipamingkis dan Cibeet).

Sungai-sungai pada masing-masing DAS tersebut mempunyai fungsi yang

sangat strategis yaitu sebagai sumber air irigasi pertanian, perikanan, rumah

tangga dan industri serta drainase utama wilayah. Selain itu, terdapat situ-situ

yang berfungsi dalam peresapan air dan dapat juga dimanfaatkan dalam usaha

perikanan, penampungan air dan rekreasi.

Hutan yang tersisa di Puncak semakin berkurang akibat pembangunan

villa dan perluasan pemukiman warga tanpa izin. Menurut data Dinas Tata

Bangunan dan Permukiman Kabupaten Bogor (2010), dari 59.486 bangunan di

Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, baru 12.844 bangunan yang

36

 

Page 51: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

37

 

memiliki izin mendirikan bangunan atau sekitar seperlimanya. Pengerasan tanah

akibat pendirian gedung-gedung perkantoran, kompeks perumahan, lapangan

parkir, dan sebagainya di bekas daerah hutan pegunungan tersebut memberikan

andil besar atas terjadinya banjir di kawasan Jabotabek.

Berdasarkan data P4W IPB pada tahun 2008, ada 216,85 hektar hutan

konservasi yang dimanfaatkan sebagai perkebunan, permukiman, villa, dan semak

terbuka. Inkonsistensi tata ruang terburuk terjadi di Kecamatan Cisarua. Dari

7.406,3 hektar luas kawasannya, sebanyak 1.742,58 hektar lahan melanggar

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor 2005-2025.

5.1.3. Demografi

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Provinsi Jawa Barat,

jumlah penduduk Kabupaten Bogor tercatat sebanyak 4.771.932 jiwa dengan

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.452.562 jiwa atau 51% dan perempuan

sebanyak 2.319.370 jiwa atau 49% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010).

Pekerja sektor informal di Kabupaten Bogor berdasarkan survei Angkatan Kerja

Nasional tahun 2009 sebanyak 884.112 penduduk.

Tabel 3 menggambarkan pekerja sektor informal menurut lapangan usaha

pada pekerjaan utama. Terlihat bahwa pekerja sektor informal terserap paling

banyak di dua lapangan usaha utama, yaitu: perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi sebesar 35,99%, pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan

perikanan sebesar 30,09%, sedangkan lapangan usaha yang sama sekali tidak

menyerap sektor informal adalah sektor listrik, gas dan air minum. Lapangan

usaha yang sedikit menyerap pekerja sektor informal adalah sektor pertambangan

Page 52: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

38

 

dan penggalian (0,25%) dan lembaga keuangan, usaha persewaan dan jasa

perusahaan (0,41%).

Tabel 3. Persentase Pekerja Sektor Informal menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Bogor Tahun 2009

Lapangan Usaha Persentase (%) Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 30,09Pertambangan dan Penggalian 0,25Industri 8,44Listrik, Gas dan Air Minum 0,00Konstruksi 4,48Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 35,99Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 13,04Lembaga Keuangan, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 00,41Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 7,30

Persentase Total 100,00Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor (2009)

5.1.4. Kondisi Iklim

Iklim di Kabupaten Bogor termasuk Iklim Tropis tipe A (Sangat Basah) di

bagian selatan dan tipe B (Basah) di bagian utara. Suhu berkisar rata-rata antara

20˚C sampai 30˚C. Curah hujan tahunan antara 2.500 mm sampai lebih dari 5.000

mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara yang berbatasan dengan DKI Jakarta,

Tangerang dan Bekasi yang curah hujannya kurang dari 2.500 mm/tahun.

Kawasan Puncak yang merupakan bagian Kabupaten Bogor sebelah selatan

memiliki jumlah curah hujan yang sangat tinggi mencapai 2.500 mm atau lebih

per tahunnya. Biasanya hujan turun pada waktu siang hari sampai sore hari, mulai

dari pukul 11.00 sampai 16.00.

Selama 10 tahun terakhir ini, terjadi perubahan iklim di kawasan Puncak

Bogor. Perubahan iklim ditandai dengan meningkatnya suhu udara rata-rata, curah

hujan, dan jumlah hari hujan tiap tahunnya. Selain itu, terjadi perubahan

kecepatan angin yang semakin menurun di Puncak.

Page 53: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

39

 

5.1.5. Daya Tarik Wisata

Puncak merupakan kawasan wisata yang memiliki banyak daya tarik serta

didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. Selain suasana yang nyaman,

kawasan Puncak juga memiliki obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Banyak para wisatawan yang rela menunggu arus lalu lintas lancar demi bisa

menikmati suasana di kawasan Puncak. Beberapa aktifitas wisata yang sudah

sangat populer dan banyak diminati oleh wisatawan di kawasan Puncak antara

lain:

1. Wisata Kebun Teh

Wisata ini merupakan salah satu wisata utama yang berada di kawasan

Puncak, Bogor dan sudah terkenal sejak lama. Wisata ini ramai dikunjungi oleh

pengunjung yang ingin melihat dan menikmati keindahan panorama alam Puncak.

Aktivitas berjalan kaki mengelilingi kebun teh ini merupakan pengalaman yang

menyenangkan dan dapat merelaksasi suasana hati yang tegang dengan kesibukan

sehari-hari. Kita juga dapat melihat proses produksi teh dari pemetikan teh hingga

menjadi daun teh kering siap konsumsi. Salah satu tempat wisata kebun teh di

kawasan Puncak adalah wisata kebun teh Gunung Mas.

2. Wisata Paralayang

Paralayang adalah jenis wisata olahraga yang menggunakan parasut dan

biasanya dilakukan di bukit gunung sebagai landasan pacu. Wisata ini adalah jenis

wisata yang agak menantang dimana pengunjung dapat bertualang dengan ikut

serta terbang layang, sejenak bebas lepas melayang di langit gunung yang indah.

Kegiatan wisata ini sangat tergantung pada faktor alam seperti cuaca, kecepatan

angin, dan sebagainya. Faktor pendukung alam seperti angin dan cuaca ini sangat

Page 54: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

40

 

menentukan bagi pilot tandem untuk memutuskan kita bisa terjun atau tidak.

Biasanya kisaran waktu jam 11 siang hingga jam 3 sore adalah saat yang tepat

untuk mencobanya.

3. Wisata Outbound

Jenis wisata outbound sangat popular di kawasan Puncak saat ini. Wisata

ini bisa dinikmati oleh semua kalangan dari anak-anak hingga orang tua sehingga

banyak wisatawan yang tertarik pada jenis wisata ini. Beberapa kegiatan wisata

ini seperti games, flying fox, kid station, rapelling, rescue, paint ball, arung jeram

dan masih banyak kegiatan lainnya. Terdapat banyak tempat wisata outbound

yang populer di Puncak antara lain: Eagle Hill Camp Outbound, Passadena

Village, dan beragam outbound lainnya yang terdapat di Taman Wisata Matahari

(seperti flying fox Children Adventure Park, flying fox Extreme Adventure, dan

arung jeram SOAR).

4. Wisata Satwa

Kawasan Puncak Bogor juga terkenal dengan wisata satwanya. Wisata

satwa adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan satwa sebagai obyek

kegiatannya. Salah satu wisata satwa yang berada di kawasan Puncak adalah

Taman Safari Indonesia. Wisata ini mengkoleksi beragam jenis binatang dan

banyak obyek menarik yang disediakan seperti: safari park, taman burung, animal

education show, elephant trail, safari sky lift, dan sebagainya. Selain itu wisata

lainnya adalah taman kupu-kupu dan pertunjukkan satwa di Taman Wisata

Matahari, Wisata berkuda di Gunung Mas, dan Talaga Warna yang didalamnya

terdapat berbagai jenis hewan seperti: Elang Jawa, Elang Brontok, Kera, Owa

Jawa, dan sebagainya.

Page 55: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

41

 

5. Wisata Air Terjun

Daerahnya yang berupa pegunungan, menyebabkan kawasan Puncak ini

memiliki banyak curug atau air terjun alami yang dijadikan sebagai tempat wisata.

Wisata ini sangat menarik dan ramai dikunjungi wisatawan karena menyuguhkan

pemandangan yang indah dan alami ditambah dengan suara gemericik air

menambah sejuknya suasana. Beberapa obyek wisata curug andalan yang ada di

kawasan Puncak adalah Curug Cilember, Curug Panjang, Curug Tujuh, dan Curug

Kembar.

Tidak hanya tempat wisatanya yang menarik untuk dikunjungi, di kawasan

wisata Puncak ini juga terdapat sebuah masjid yang indah dengan arsitektur yang

khas yaitu Masjid Atta'awun yang berada di kawasan Puncak Pass, Kecamatan

Cisarua. Masjid ini ramai disinggahi oleh wisatawan yang ingin melaksanakan

ibadah ataupun untuk beristirahat sejenak, dari mesjid ini kita bisa menyaksikan

pemandangan kawasan Puncak yang indah, karena dindingnya terbuat dari kaca

dan letaknya berada di ketinggian. Selain itu, di sekitar area parkir mesjid ini

terdapat banyak pedagang makanan dan souvenir khas Puncak.

Kabupaten Bogor memiliki tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi

untuk obyek-obyek wisatanya terutama di kawasan wisata Puncak. Banyaknya

jenis wisata yang menarik di Puncak menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi

oleh wisatawan. Selain itu, wisatawan bisa dengan mudah menemukan hotel/villa

di sepanjang jalan mulai dari bumi perkemahan sampai hotel berbintang sebagai

tempat penginapan atau beristirahat. Tabel 4 menunjukkan banyaknya jumlah

wisatawan yang mengunjungi obyek wisata dan penginapan di Kabupaten Bogor

tahun 2010.

Page 56: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

42

 

Tabel 4. Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Jenis Data Wisman Wisnus Total 1 ODTW 24.207 2.573.178 2.597.3852 Hotel Bintang 12.061 345.006 357.0673 Hotel Melati 7.114 551.175 629.4614 Penginapan Remaja 515 535 1.0505 Pondok Wisata 1.946 44.536 66.1886 Bumi Perkemahan 0 1.584 1.584

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor Tahun 2010

5.1.6. Aksesibilitas

Kabupaten Bogor dapat ditempuh dari Jakarta melalui jalan bebas

hambatan Jagorawi dalam waktu 30 menit. Sedangkan dari Bandung, Kabupaten

Bogor dapat ditempuh dengan kendaraan beroda empat dalam waktu kurang dari

tiga jam. Kawasan wisata Puncak memiliki akses yang dekat dan mudah untuk

ditempuh khususnya bagi daerah yang berada di wilayah Jabodetabek. Kawasan

wisata Puncak Bogor dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum

maupun kendaran pribadi yaitu kendaraan roda dua, roda empat, ataupun bus.

Akses menuju kawasan ini dapat ditempuh melalui jalur Ciawi dan Cisarua.

Setiap akhir pekan, kawasan Puncak selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Kawasan Puncak terletak sekitar 25 kilometer dari Kota Bogor. Kawasan Puncak

dapat dicapai dalam waktu 45 menit dari Kota Bogor pada hari biasa. Namun,

kondisi itu berubah pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional yang dapat

menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencapai kawasan Puncak karena

padatnya lalu lintas yang mengakibatkan kemacetan. Kepadatan lalu lintas

biasanya terjadi di titik-titik lokasi obyek wisata.

Kepadatan lalu lintas terjadi karena wisatawan banyak yang menggunakan

kendaraan pribadi. Mobil yang melintas di jalur Puncak sejak 29 Desember 2010

sampai 2 Januari 2011 lebih dari 50.000 unit per hari. Puncaknya terjadi pada 30

Page 57: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

43

 

                                                           

Desember 2010 yaitu mencapai 64.000 unit ditambah jumlah sepeda motor yang

melintas per hari diperkirakan dua sampai tiga kali lipat jumlah mobil2.

Sementara itu, lebar badan jalan rata-rata 8 meter dengan kiri-kanannya

merupakan lokasi wisata dan kuliner. Padahal, kapasitas jalan itu idealnya untuk

sekitar 10.000 kendaraan. Lalu lintas di kawasan Puncak Bogor pada hari-hari

libur akan sangat padat. Namun, kondisi ini tidak mengurangi minat para

wisatawan untuk mengunjungi kawasan Puncak Bogor.

5.1.7. Pengelolaan

Pengelolaan wisata di kawasan Puncak Bogor ada yang dilakukan oleh

pemerintah maupun swasta. Wisata-wisata yang dikelola oleh pemerintah yaitu

wisata kebun teh dan wisata air terjun. Wisata kebun teh yang berada di Puncak

dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero). PTPN VIII ini merupakan

Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan teh,

karet, kina, kakao, kelapa sawit, dan getah perca. Begitu juga dengan wisata air

terjun yang dikelola oleh Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik

Negara.

Wisata-wisata yang berada di Puncak Bogor sebagian besar dikelola oleh

swasta, misalnya wisata paralayang yang dikelola oleh Persatuan Layang Gantung

Indonesia (PLGI) Kabupaten Bogor dan Taman Safari Indonesia yang dikelola

oleh Yayasan Taman Safari Indonesia. Jenis wisata lainnya seperti wisata

outbound juga dikelola oleh swasta.

 2 http://megapolitan.kompas.com. Diakses pada tanggal 11 Juni 2011. 

Page 58: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

44

 

Secara umum kawasan wisata Puncak belum terkelola secara maksimal.

Hal ini dilihat dari masih banyaknya sarana dan prasarana wisata yang rusak,

terdapat beberapa potensi pariwisata yang belum terkelola secara maksimal,

padatnya arus lalu lintas khususnya pada saat weekend, pembangunan pemukiman

yang semakin pesat, dan sebagainya. Pengelolaan yang belum maksimal ini juga

disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia pengelola, biaya pengelolaan,

dan minimnya infrastruktur.

5.2. Gambaran Umum Responden Penelitian

Penelitian mengenai analisis dampak perubahan iklim mikro terhadap

permintaan wisata di kawasan Puncak Bogor menggunakan responden

pengunjung wisata. Responden ini terdiri dari empat jenis, yaitu pengunjung

wisata outbound, pengunjung wisata paralayang, pengunjung wisata kebun teh,

dan pengunjung penginapan hotel/villa.

5.2.1. Karakteristik Sosial Ekonomi

Wisatawan yang menjadi responden pada penelitian ini berjumlah 60

orang. Responden terdiri dari 63% laki-laki dan 37% perempuan. Umur responden

pengunjung dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kelompok responden

dengan kategori umur 17-23 tahun yang berjumlah sebanyak 34% dari total

responden. Kategori kedua berumur 24-50 tahun sebanyak 63%, dan responden

dengan umur lebih dari 50 tahun sebanyak 3%. Pengunjung wisata di kawasan

Puncak sebagian besar berada pada kategori 24-50 tahun, hal ini menunjukkan

bahwa Puncak sebagai kawasan wisata yang amat diminati oleh semua golongan

usia.

Page 59: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

45

 

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan SMA yaitu

sebanyak 50%, responden berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak

39%, sementara itu responden lulusan SMP sebanyak 8% dan sisanya 3% adalah

responden lulusan SD. Berdasarkan kategori pekerjaan, sebagian besar responden

bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 38%, pegawai swasta sebanyak 30%,

pelajar dan mahasiswa sebanyak 22%, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 7%, dan

sebanyak 3% responden adalah TNI.

Sebagian besar responden pengunjung kawasan wisata Puncak sebanyak

32% memiliki tingkat pendapatan pada kisaran Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 per

bulan. Sebanyak 23% responden memilki pendapatan pada kisaran Rp 2.000.000

– Rp 3.000.000 per bulan, sebanyak 22% responden wisatawan memiliki tingkat

pendapatan kurang dari Rp 1.000.000 per bulan, sebanyak 10% responden

memiliki pendapatan pada kisaran Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 per bulan.

Sebanyak 5% responden memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp 6.000.000 per

bulan dan 5% responden lainnya memiliki kisaran pendapatan Rp 4.000.000 – Rp

5.000.000 per bulan, sisanya sebanyak 3% responden memiliki pendapatan pada

kisaran Rp 5.000.000 – Rp 6.000.000 per bulan. Karakteristik sosial ekonomi

responden pengunjung wisata kawasan Puncak tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 60: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

46

 

Tabel 5. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Wisatawan Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)Wanita 21 37Laki-laki 39 63Total 60 100Usia Frekuensi Persentase (%)17-23 20 3424-50 38 63>50 2 3Total 60 100Pendidikan Frekuensi Persentase (%)SD 2 3SMP 5 8SMA 30 50Perguruan Tinggi 23 39Total 60 100Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)Pelajar/Mahasiswa 13 22Pegawai Negeri Sipil 4 7Pegawai Swasta 18 30Wiraswasta 23 38TNI 2 3Total 60 100Pendapatan Frekuensi Persentase (%)< Rp 1.000.000 13 22Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 19 32Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 14 23Rp 3.000.000 - Rp 4.000.000 6 10Rp 4.000.000 - Rp 5.000.000 3 5Rp 5.000.000 - Rp 6.000.000 2 3> Rp 6.000.000 3 5Total 60 100

Sumber : Data primer diolah (2011)

5.2.2. Daerah Asal

Sebagian besar pengunjung wisata kawasan Puncak berasal dari wilayah

Jabodetabek. Proporsi wisatawan dari wilayah Jabodetabek sebanyak 93% dengan

komposisi responden yang berasal dari Bogor sebanyak 40%, Jakarta sebanyak

25%, Bekasi sebanyak 18%, Depok dan Tangerang masing-masing sebanyak 5%.

Page 61: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Kemudian sebesar 3% berasal dari luar Jawa Barat, dan sisanya masing-masing

2% berasal dari Sukabumi dan Sumedang. Sebaran daerah asal wisatawan dapat

dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Data primer diolah (2011)

Gambar 2. Sebaran Daerah Asal Wisatawan Kawasan Puncak

5.2.3. Motivasi Kunjungan

Sebagian besar responden pengunjung wisata kawasan Puncak memiliki

motivasi kunjungan untuk refreshing yaitu sebanyak 75% dari total responden.

Responden beralasan selain untuk menikmati panorama alam dan suasana yang

nyaman, juga karena banyaknya pilihan wisata menarik di kawasan Puncak.

Kemudian sebanyak 23% responden memiliki motivasi kunjungan untuk piknik

dan kumpul keluarga, dan sisanya sebanyak 2% memiliki motivasi kunjungan

untuk pendidikan dan penelitian. Sebaran motivasi kunjungan wisatawan dapat

dilihat pada Gambar 3.

47

 

Page 62: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Sumber : Data primer diolah (2011)

Gambar 3. Sebaran Motivasi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Puncak

5.2.4. Frekuensi Kunjungan

Sebanyak 73% responden melakukan kunjungan wisata ke kawasan

Puncak sebanyak 1-15 kali dalam satu tahun terakhir. Wisatawan yang berkunjung

16-30 kali sebanyak 18% dan sebanyak 9% responden melakukan kunjungan

sebanyak lebih dari 30 kali dalam satu tahun terakhir. Banyaknya frekuensi

kunjungan wisatawan dalam satu tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Data primer diolah (2011)

Gambar 4. Sebaran Frekuensi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Puncak

5.2.5. Cara Kedatangan

Kedatangan responden ke kawasan wisata Puncak sebagian besar

dilakukan bersama teman sebanyak 55% menunjukkan bahwa kawasan wisata

Puncak sebagai lokasi wisata yang lebih baik dinikmati dalam rombongan besar.

Sebanyak 42% responden pengunjung datang bersama keluarga, dan sisanya

48

 

Page 63: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

sebanyak 3% datang sendiri. Sebaran cara kedatangan responden wisatawan dapat

dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Data primer diolah (2011)

Gambar 5. Sebaran Cara Kedatangan Responden

49

 

Page 64: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Perubahan Iklim Mikro di Kawasan Wisata Puncak Bogor

Perubahan iklim mikro yang terjadi di kawasan wisata Puncak Bogor

selama periode sepuluh tahun terakhir dilihat dari tiga parameter iklim. Parameter

iklim yang dievaluasi adalah curah hujan, jumlah hari hujan dan kecepatan angin.

6.1.1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan jumlah air yang turun pada suatu daerah dalam

waktu tertentu. Jumlah curah hujan di kawasan Puncak cenderung mengalami

peningkatan dari tahun 2001 hingga tahun 2010. Pada tahun 2001, jumlah curah

hujan di Puncak sebanyak 603 mm. Meskipun perkembangan curah hujan di

Puncak mengalami frekuensi naik turun, namun pada tahun 2010, curah hujan

mengalami peningkatan yang drastis menjadi sebanyak 3.731 mm. Perkembangan

curah hujan di Puncak dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Curah Hujan di Puncak Tahun 2001-2010

Bulan Curah Hujan (mm) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 174 44 42 210 403 300 272 209 423 383Februari 37 26 272 178 260 247 562 235 418 543Maret 52 105 108 124 142 101 193 367 308 473April 110 47 111 66 54 143 380 267 237 71Mei 20 4 49 107 90 115 69 132 309 242Juni 24 2 7 2 129 26 88 28 119 245Juli 17 28 0 20 50 19 1 3 88 154Agustus 11 54 133 2 153 6 48 60 16 334September 46 0 128 96 176 17 18 94 61 348Oktober 33 21 138 41 114 81 133 66 323 376November 74 96 132 142 44 97 106 295 213 287Desember 5 108 214 197 211 377 317 163 192 276Jumlah 603 536 1335 1183 1826 1530 2185 1919 2706 3731

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011

Page 65: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

Gambar 6 menunjukkan perkembangan jumlah curah hujan bulanan di

Puncak selama tahun 2001 hingga tahun 2010. Gambar 7 menunjukkan jumlah

curah hujan tahunan selama tahun 2001 hingga tahun 2010. Pada kedua gambar

dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 hingga tahun 2010 jumlah curah hujan di

kawasan Puncak cenderung fluktuatif. Walaupun jumlah curah hujan mengalami

penurunan di tahun 2002, namun mengalami peningkatan sekitar dua kali lipat

pada tahun 2003 dan begitu seterusnya hingga tahun 2010 yang merupakan tahun

dengan jumlah curah hujan tertinggi.

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah) Gambar 6. Perkembangan Jumlah Curah Hujan Bulanan di Puncak Tahun 2001-2010

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah)

Gambar 7. Volume Curah Hujan Tahunan di Puncak Tahun 2001-2010

51

 

Page 66: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

52

 

Selisih jumlah penurunan curah hujan yang terjadi di Puncak tidak

sebanding dengan selisih jumlah peningkatan curah hujannya. Selisih jumlah

peningkatan curah hujan jauh lebih besar dibandingkan dengan selisih jumlah

penurunnya. Curah hujan yang terus meningkat ini merupakan indikasi dari

adanya perubahan iklim global yang mempengaruhi iklim mikro di kawasan

Puncak Bogor.

6.1.2. Jumlah Hari Hujan

Jumlah hari hujan setiap bulan adalah jumlah hari turunnya hujan dalam

satu bulan pada daerah tertentu. Jumlah hari hujan di kawasan Puncak Bogor

cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun 2010. Pada

tahun 2001, jumlah hari hujan di Puncak sebanyak 89 hari dan pada tahun 2002

mengalami penurunan 10 hari menjadi sebanyak 79 hari. Pada tahun 2002 inilah

merupakan tahun dengan jumlah hari hujan terendah di Puncak selama sepuluh

tahun terakhir. Sama halnya dengan curah hujan, jumlah hari hujan juga

mengalami penurunan di tahun 2006 dari tahun sebelumnya menjadi 144 hari dan

terus meningkat hingga tahun 2010. Perkembangan hari hujan di Puncak selama

sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

Peningkatan jumlah hari hujan ini mengakibatkan tidak jelasnya

perbedaan antara waktu musim kemarau dengan musim hujan di kawasan Puncak

Bogor. Pada Tabel 7 dapat dilihat untuk bulan kering (Juni, Juli, Agustus) terjadi

peningkatan jumlah hari hujan yang cukup drastis dari tahun 2001 sampai tahun

2010. Pada tahun 2010 hampir setiap hari turun hujan di bulan Juni, Juli, dan

Agustus, sehingga hari hujan menjadi semakin panjang di bulan kering tersebut.

Page 67: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

53

 

Tabel 7. Perkembangan Jumlah Hari Hujan di Puncak Tahun 2001-2010

Bulan Jumlah Hari Hujan (Hari) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 11 10 7 18 18 17 16 13 22 28Februari 11 5 18 18 20 17 17 23 24 23Maret 7 11 11 14 17 18 17 18 23 26April 6 8 11 11 10 15 22 15 15 16Mei 8 4 3 13 8 14 12 10 20 19Juni 3 3 2 1 13 5 10 7 11 15Juli 11 7 0 7 8 5 1 3 4 19Agustus 4 4 5 1 9 2 3 7 5 19September 9 0 8 8 12 3 5 9 6 25Oktober 8 2 10 8 13 11 10 10 17 23November 8 11 11 14 5 13 16 17 22 25Desember 3 14 19 17 16 24 22 21 20 27Jumlah 89 79 105 130 149 144 151 153 189 265

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011

Gambar 8 menunjukkan perkembangan jumlah hari hujan bulanan di Puncak

selama tahun 2001 hingga tahun 2010. Gambar 9 menunjukkan jumlah hari hujan

tahunan di Puncak selama tahun 2001 hingga tahun 2010. Jumlah hari hujan di kawasan

Puncak dari tahun 2001 hingga tahun 2010 cenderung fluktuatif. Hal ini ditunjukkan

pada kedua gambar dimana meskipun terjadi penurunan jumlah hari hujan pada tahun

2006, namun jumlah hari hujan di tahun 2007 hingga tahun 2010 terus mengalami

peningkatan drastis. Pada tahun 2010, jumlah hari hujan di kawasan Puncak sebanyak

265 hari dengan jumlah hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Januari. Jumlah hari

hujan yang terus meningkat ini juga merupakan indikasi dari adanya perubahan

iklim global yang mempengaruhi iklim mikro di kawasan Puncak Bogor.

Page 68: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

54

 

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah)

Gambar 8. Perkembangan Jumlah Hari Hujan Bulanan di Puncak Tahun 2001-2010

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah)

Gambar 9. Jumlah Hari Hujan Tahunan di Puncak Tahun 2001-2010

6.1.3. Kecepatan Angin

Perubahan musim menyebabkan perubahan arah dan kecepatan angin.

Berbeda halnya dengan curah hujan maupun jumlah hari hujan yang terus

mengalami kenaikan, rata-rata kecepatan angin di kawasan Puncak Bogor

mengalami penurunan dari tahun 2001 sampai tahun 2010.

Page 69: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

55

 

Pada tahun 2001 merupakan tahun dengan rata-rata kecepatan angin

tertinggi, yaitu sebesar 5,73 km/jam. Sedangkan tahun 2010 adalah tahun dengan

rata-rata kecepatan angin terendah, yaitu sebesar 2,93 km/jam. Pada tahun 2002,

rata-rata kecepatan angin mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi

3,96 km/jam, kemudian meningkat kembali di tahun 2003 menjadi 4,23 km/jam

lalu mengalami penurunan kembali di tahun 2004 dan 2005, begitu seterusnya

hingga tahun 2010. Perkembangan kecepatan angin di Puncak dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan Kecepatan Angin di Puncak Tahun 2001-2010

Bulan Kecepatan Angin (Km/ Jam) 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari 7 3,3 4,5 4,3 4,4 5,3 6,4 6,1 4 2,7Februari 10 5,4 3,7 3,1 4,3 3,9 3,1 6,3 4,7 2,6Maret 6,7 4,4 4,2 5,3 4 5,5 5,6 4,3 3,4 2,6April 4,8 4 4 4,4 4 5,9 3,6 3,7 3,2 3,3Mei 5 3,4 3,9 4,1 4,3 5,2 4,1 4,2 2,7 3,2Juni 4,8 3,8 5,2 4,3 3,7 4,5 3,4 ,4 2,8 3Juli 5,8 3,3 4,8 4 3,5 3,8 4 4,7 3,3 3,6Agustus 5,3 4,6 4,2 4,6 4 4,6 3,6 3,6 3,6 2,6September 5,2 4,3 3,7 4,5 4 4,7 4,5 4,2 3,3 2,7Oktober 3,6 4,5 4,6 4,3 3,8 4,8 4,1 4,2 3,5 2,9November 3,8 3 3,6 4,1 5,4 3,8 3,9 4 2,6 2,4Desember 6,8 3,5 4,4 3,5 4,4 3,3 4,5 3,3 2,3 3,5Rata-rata 5,73 3,96 4,23 4,21 4,15 4,61 4,23 4,38 3,28 2,93

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011

Gambar 10 menunjukkan perkembangan rata-rata kecepatan angin

bulanan selama lima tahun terakhir di kawasan Puncak Bogor. Gambar 11

menunjukkan perkembangan rata-rata kecepatan angin tahunan di Puncak selama

tahun 2001 hingga tahun 2010. Pada kedua gambar dapat dilihat bahwa rata-rata

kecepatan angin di Puncak cenderung mengalami penurunan dari tahun 2001

hingga tahun 2010.

Page 70: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

56

 

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah) Gambar 10. Perkembangan Rata-rata Kecepatan Angin Bulanan di Puncak Tahun 2006-2010

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah) Gambar 11. Kecepatan Angin Rata-rata Tahunan di Puncak Tahun 2001-

2010 Meskipun pada tahun 2008 terjadi peningkatan rata-rata kecepatan angin

di Puncak, namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 rata-rata kecepatan angin

terus mengalami penurunan. Kecepatan angin yang cenderung menurun

sepanjang tahun ini merupakan indikasi dari adanya perubahan iklim global yang

mempengaruhi iklim mikro di kawasan Puncak Bogor.

Page 71: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

57

 

6.1.4. Pengaruh Perubahan Iklim Global terhadap Perubahan Iklim Mikro

Pengaruh perubahan iklim global terhadap perubahan iklim mikro dilihat

dari tren suhu global dan suhu mikro. Kecenderungan atau perkembangan yang

sama menunjukkan perilaku suhu yang sama pula, sehingga dapat disimpulkan

adanya keterkaitan antara perubahan iklim global dengan perubahan iklim mikro

(Firman, 2009).

Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer merupakan penyebab terbesar

naiknya temperatur suhu rata-rata bumi. Menurut data historis, konsentrasi CO2

meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan secara drastis terjadi sejak

dimulainya revolusi industri pada sekitar tahun 1900 (Susandi, 2008). Gambar 12

menunjukkan peningkatan konsentrasi CO2 di dunia.

Sumber: Environmental Modeling and Assessment 4 (1999)

Gambar 12. Data Historis Kenaikan Konsentrasi CO2 Global

Meningkatnya konsentrasi CO2 global menyebabkan terjadinya

peningkatan suhu rata-rata bumi. Gambar 13 menunjukkan kenaikan suhu rata-

rata bumi dan terlihat bahwa pada tahun 1998 tercatat sebagai tahun dengan suhu

tertinggi. Bahkan tahun 1998 merupakan tahun dengan suhu tertinggi sejak tahun

1950 sampai tahun 2007.

Page 72: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

58

 

Sumber: Climate Observations (2008)

Gambar 13. Perkembangan Suhu Rata-rata di Bumi Tahun 1950-2007

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim terjadi di seluruh dunia,

termasuk di Indonesia. Berdasarkan Gambar 14 dapat dilihat perubahan rata-rata

suhu udara yang terjadi di Indonesia, dimana rata-rata temperatur tahunan

Indonesia meningkat secara perlahan.

Kenaikan suhu rata-rata tahunan di Indonesia berkisar antara 0,20C sampai

10C (Susandi, 2008). Antara perkembangan suhu rata-rata bumi dengan suhu rata-

rata di Indonesia terdapat kesamaan yang dapat dilihat pada Gambar 14, yaitu

pada tahun 1998 merupakan tahun dengan suhu tertinggi di bumi dan juga di

Indonesia sejak tahun 1950 hingga tahun 2000. Perkembangan rata-rata

temperatur tahunan di Indonesia tahun 1950 hingga tahun 2000 dapat dilihat pada

Gambar 14.

Page 73: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

59

 

Sumber: NOAA-CIRES (2005) Gambar 14. Data Historis Kenaikan Rata-rata Temperatur Tahunan di Indonesia Tahun 1950-2000

Terjadinya perubahan suhu rata-rata global yang cenderung mengalami

peningkatan setiap tahunnya mempengaruhi suhu rata-rata di Indonesia. Suhu

rata-rata di Indonesia semakin lama semakin meningkat pula. Hal ini

menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia. Perubahan iklim

yang terjadi di Indonesia tidak lain karena mendapat pengaruh dari perubahan

iklim global.

Perubahan iklim yang terjadi di Indonesia tentunya juga mempengaruhi

iklim mikro di kawasan Puncak Bogor. Gambar 15 menunjukkan kenaikan suhu

rata-rata yang terjadi di kawasan Puncak Bogor. Meskipun pada tahun 2004 dan

tahun 2007 sempat terjadi penurunan suhu rata-rata, namun suhu rata-rata di

kawasan Puncak pada tahun 2009 dan tahun 2010 terus mengalami peningkatan

hingga mencapai suhu 21,90C. Perkembangan suhu udara rata-rata di kawasan

Puncak selama tahun 2001 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 15. Pada

gambar terlihat bahwa tren perkembangan suhu udara rata-rata di Puncak selama

sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan.

Page 74: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

60

 

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah)

Gambar 15. Suhu Udara Rata-rata di kawasan Puncak Bogor Tahun 2001-2010

Kecenderungan perilaku suhu yang sama antara suhu di dunia dengan

suhu di Indonesia termasuk suhu di kawasan Puncak Bogor, dimana suhu rata-

ratanya cenderung mengalami peningkatan menunjukkan adanya keterkaitan

antara perubahan iklim global dengan perubahan iklim mikro. Perubahan iklim

mikro di kawasan Puncak Bogor terjadi karena adanya pengaruh dari perubahan

iklim global.

6.2. Pengaruh Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata

Analisis pengaruh perubahan iklim mikro terhadap permintaan wisata

dilihat dari hubungan antara tren perkembangan jumlah pengunjung beberapa

obyek wisata di Puncak dengan tren perkembangan iklim yang mempengaruhinya

(kecepatan angin, curah hujan, hari hujan). Selain itu, pengaruh persepsi

perubahan iklim mikro yang dirasakan responden di Puncak terhadap permintaan

wisata Puncak dilakukan dengan model regresi linear berganda.

Page 75: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

61

 

6.2.1. Persepsi Wisatawan terhadap Perubahan Iklim Mikro di Puncak

Persepsi wisatawan terhadap perubahan iklim mikro di kawasan Puncak

Bogor terdiri dari persepsi terhadap kondisi perubahan suhu udara, kecepatan

angin, curah hujan, dan hari hujan. Persepsi responden terhadap perubahan iklim

mikro di Puncak dilihat untuk mengetahui sejauh mana perubahan iklim yang

dirasakan oleh responden wisatawan selama sepuluh tahun terakhir.

1. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Suhu Udara di Puncak

Kondisi suhu udara yang semakin meningkat dirasakan oleh sebagian

besar responden, yaitu sebanyak 87% dari total responden. Responden merasa

telah terjadi peningkatan suhu udara di kawasan Puncak Bogor selama sepuluh

tahun terakhir. Responden lain yang merasa bahwa suhu di Puncak tetap sama

yaitu sebesar 8%, dan sisanya sebanyak 5% responden merasa terjadi penurunan

suhu udara. Persentase persepsi responden terhadap kondisi suhu udara di Puncak

dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber: Data primer diolah (2011) Gambar 16. Persentase Perubahan Suhu Udara yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir

Page 76: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

62

 

2. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Curah Hujan di Puncak

Berdasarkan hasil wawancara responden kepada wisatawan yang

berkunjung ke kawasan wisata Puncak, sebagian besar responden sebanyak 62%

merasakan terjadinya peningkatan curah hujan di Puncak selama sepuluh tahun

terakhir. Sedangkan sisanya yaitu 28% responden merasa curah hujan tetap dan

10% responden merasakan penurunan curah hujan. Hal ini dapat dilihat pada

Gambar 17. Dapat disimpulkan bahwa apa yang dirasakan sebagian besar

responden terhadap perubahan curah hujan sesuai dengan kondisi curah hujan

yang sebenarnya terjadi di Puncak.

Sumber: Data primer diolah (2011) Gambar 17. Persentase Perubahan Curah Hujan yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir 3. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Hari Hujan di Puncak

Sama halnya dengan curah hujan, sebagian besar responden sebanyak

53% juga merasakan terjadinya peningkatan jumlah hari hujan di Puncak selama

sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 30% responden lainnya merasakan jumlah hari

hujan yang tetap, dan sisanya 17% responden merasakan penurunan jumlah hari

hujan. Dapat disimpulkan bahwa apa yang dirasakan sebagian besar responden

terhadap perubahan jumlah hari hujan sesuai dengan kondisi hari hujan yang

sebenarnya terjadi di Puncak selama sepuluh tahun terakhir. Persentase perubahan

Page 77: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

63

 

jumlah hari hujan yang dirasakan responden di Puncak selama sepuluh tahun

terakhir dapat dilihat pada Gambar 18.

Sumber: Data primer diolah (2011) Gambar 18. Persentase Perubahan Jumlah Hari Hujan yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir

4. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Kecepatan Angin di Puncak

Perubahan kecepatan angin yang dirasakan sebagian besar responden juga

sesuai dengan kondisi rata-rata kecepatan angin sebenarnya yang semakin

menurun di Puncak. Sebagian besar responden sebanyak 49% merasakan

terjadinya penurunan kecepatan angin di Puncak selama sepuluh tahun terakhir.

Sedangkan sisanya yaitu 38% responden merasa kecepatan angin di Puncak tetap

dan 13% responden merasakan peningkatan kecepatan angin. Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 19.

Sumber: Data primer diolah (2011) Gambar 19. Persentase Perubahan Kecepatan Angin yang dirasakan Responden di Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir

Page 78: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

64

 

5. Keputusan Berwisata Responden

Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 93% responden dalam

mengambil keputusan untuk berwisata ke Puncak dipengaruhi oleh kondisi cuaca

di Puncak. Responden lebih memilih untuk tidak berwisata ke Puncak jika

mengetahui bahwa cuaca di kawasan tersebut sedang tidak mendukung (misalnya

turun hujan). Sedangkan hanya 7% responden yang tidak dipengaruhi oleh

kondisi cuaca dalam mengambil keputusan untuk berwisata ke Puncak. Persentase

jumlah responden yang dipengaruhi dan responden yang tidak dipengaruhi

kondisi cuaca dalam mengambil keputusan berwisata ke Puncak dapat dilihat

pada Gambar 20.

Sumber: Data primer diolah (2011) Gambar 20. Persentase Jumlah Responden yang Dipengaruhi dan Tidak

Dipengaruhi Kondisi Cuaca dalam Mengambil Keputusan Berwisata

Sebagian besar responden wisatawan yang berkunjung ke Puncak

menyatakan bahwa keputusan mereka untuk berwisata ke tempat tersebut

dipengaruhi oleh kondisi cuacanya. Jika cuaca tidak mendukung, maka tentunya

akan mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata

Puncak yang akhirnya mempengaruhi tingkat permintaan wisata di Puncak.

Page 79: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

65

 

6.2.2. Model Fungsi Permintaan Wisata Kawasan Puncak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Dampak perubahan iklim mikro yang dirasakan responden di Puncak

terhadap permintaan wisata dilakukan dengan model regresi linear berganda

dimana ketiga parameter perubahan iklim, yaitu curah hujan, hari hujan, dan

kecepatan angin merupakan variabel bebas (independent) dalam model fungsi

permintaan wisata di kawasan Puncak. Sedangkan variabel tak bebasnya

(dependent) adalah tingkat permintaan yang dilihat dari besarnya jumlah

kunjungan responden ke Puncak dalam satu tahun terakhir.

Selain parameter iklim, terdapat variabel bebas lainnya yang diduga

mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke Puncak selama satu tahun

terakhir. Variabel-variabel tersebut adalah biaya perjalanan, pendapatan

responden, pendidikan terakhir, jarak tempuh, dan umur responden. Sehingga

diperoleh delapan variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi jumlah

kunjungan responden sebagai variabel tak bebasnya. Delapan variabel tersebut

adalah biaya perjalanan (X1), kecepatan angin (X2), curah hujan (X3), hari hujan

(X4), pendapatan responden (X5), pendidikan terakhir responden (X6), jarak

tempuh (X7), dan umur responden (X8).

Regresi linear berganda meliputi pengujian hipotesis untuk mengetahui

berapa besar dan nyata pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah

kunjungan wisatawan. Diperoleh hasil estimasi regresi linear berganda dengan

menggunakan SPSS 13.0 for Windows seperti pada Tabel 9.

Page 80: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

66

 

Tabel 9. Hasil Estimasi Model Permintaan Wisata di kawasan Puncak Coefficientsa

Model Unstandardized

CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1  (Constant) 40,770 4,496   8,845 0,000

X1 -0,019 0,007 -0,214 -2,628 0,011X2 -1,288 0,733 -0,138 -1,757 0,085X3 -2,213 0,780 -0,227 -2,838 0,006X4 -3,840 0,968 -0,333 -3,969 0,000X5 1,548 0,456 0,284 3,392 0,001X6 -0,751 0,717 -0,064 -1,047 0,300X7 -39,770 0,663 -0,233 -3,457 0,001X8 -0,019 0,061 -0,044 -0,766 0,447

Dependent Variable: jumlah kunjunganSumber: Data primer diolah (2011)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hampir semua variabel bebas (X)

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Y), karena memiliki nilai

Sig. lebih kecil dari alpha (α) 5% dan 10%. Terdapat dua variabel bebas yang

tidak berpengaruh nyata, yaitu pendidikan terakhir (X6) dan umur responden (X8)

karena memiliki nilai Sig. lebih besar dari alpha (α) 5% dan 10%. Sehingga

didapat model fungsi permintaan wisata di kawasan Puncak dengan hanya

memasukkan variabel bebas yang berpengaruh nyata, yaitu:

Yt = 40,770 – 0,019X1 – 1,288X2 – 2,213X3 – 3,840X4 + 1,548X5 – 39,770X7

Berdasarkan model tersebut diketahui bahwa variabel-variabel bebas yang

berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan wisatawan adalah sebagai berikut:

1. Biaya Perjalanan (X1)

Biaya perjalanan merupakan penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan

wisatawan selama melakukan kegiatan wisata. Variabel biaya perjalan memiliki

Sig. sebesar 0,011 menunjukkan bahwa variabel biaya perjalanan berpengaruh

nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda

negatif yaitu sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan

Page 81: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

67

 

biaya perjalanan sebesar Rp 1.000 akan menurunkan jumlah kunjungan sebanyak

0,019 kali per tahun, cateris paribus.

2. Kecepatan Angin (X2)

Variabel kecepatan angin memiliki Sig. sebesar 0,085 menunjukkan

bahwa variabel kecepatan angin berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α)

10%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 1,288. Hal

tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan kecepatan angin sebesar satu satuan

akan menurunkan jumlah kunjungan sebanyak 1,288 kali per tahun, cateris

paribus. Hal ini karena kecepatan angin yang besar membuat wisatawan tidak

dapat melakukan kegiatan wisatanya karena beberapa wisata tertentu di Puncak

tidak dapat berjalan bila kecepatan angin terlalu tinggi. Selain itu juga karena

wisatawan merasa khawatir terjadinya resiko kecelakaan bila angin terlalu

kencang.

3. Curah Hujan (X3)

Variabel curah hujan memiliki Sig. sebesar 0,006 menunjukkan bahwa

variabel curah hujan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 2,213. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan curah hujan sebesar satu satuan akan

menurunkan jumlah kunjungan sebanyak 2,213 kali per tahun, cateris paribus.

Hal ini dapat disebabkan karena curah hujan yang besar dapat mengganggu

kondisi di tempat wisata seperti jalanan menjadi licin dan juga timbul resiko

terjadinya longsor, sehingga mempengaruhi wisatawan dalam mengambil

keputusan untuk berwisata.

Page 82: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

68

 

4. Hari Hujan (X4)

Variabel hari hujan memiliki Sig. sebesar 0,000 menunjukkan bahwa

variabel curah hujan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 3,840. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah hari hujan sebesar satu satuan akan

menurunkan jumlah kunjungan sebanyak 3,840 kali per tahun, cateris paribus.

Hal ini dapat disebabkan karena kegiatan wisata khususnya wisata outdoor tidak

dapat berjalan dengan baik bila terjadi hujan sehingga kegiatan wisata

pengunjung menjadi terganggu. Selain itu juga biasanya wisatawan menjadi tidak

tertarik dan merasa malas untuk berwisata bila terjadi hujan. Berdasarkan hasil

estimasi model permintaan wisata di kawasan Puncak, ketiga parameter iklim

yang dievaluasi, yakni kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan memiliki

pengaruh signifikan terhadap permintaan wisata di kawasan Puncak.

5. Pendapatan Responden (X5)

Variabel pendapatan memiliki Sig. sebesar 0,001 menunjukkan bahwa

variabel pendapatan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda positif yaitu sebesar 1,548. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan pendapatan sebesar satu rupiah akan

meningkatkan jumlah kunjungan sebanyak 1,548 per tahun, cateris paribus. Hal

ini dapat disebabkan karena wisatawan yang memiliki pendapatan relatif tinggi

akan memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan berbagai jenis kegiatan

wisata di Puncak karena dapat mengalokasikan dana lebih besar dibandingkan

dengan wisatawan yang pendapatannya rendah.

Page 83: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

69

 

6. Jarak Tempuh (X7)

Variabel jarak tempuh memiliki Sig. sebesar 0,001 menunjukkan bahwa

variabel jarak tempuh berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 5%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 39,770. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan jarak tempuh sebesar satu km akan

menurunkan jumlah kunjungan sebanyak 39,770 kali per tahun, cateris paribus.

Hal ini karena wisatawan yang berdekatan dengan lokasi wisata akan melakukan

kunjungan lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan yang berasal dari lokasi

yang jauh.

Sementara itu, terdapat dua variabel dalam model fungsi permintaan

wisata yang tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap model. Variabel-

variabel tersebut adalah tingkat pendidikan (X6) dan umur responden (X8).

1. Lamanya Tingkat Pendidikan (X6)

Lamanya tingkat pendidikan pada umumnya dapat mempengaruhi tingkat

pengetahuan responden yang akhirnya dapat mempengaruhi jenis aktifitas wisata

yang disukai. Namun dalam model fungsi permintaan wisata kawasan Puncak

yang diperoleh, variabel tersebut tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat

disebabkan karena semua orang dengan jenjang pendidikan yang berbeda dapat

berwisata ke Puncak tanpa dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jenjang pendidikan

yang ditempuh.

2. Umur Responden (X8)

Umur atau tingkat usia seseorang berpengaruh pada aktifitas wisata yang

mereka lakukan. Anak-anak, remaja, dan usia dewasa memiliki kecenderungan

aktifitas wisata yang berbeda. Namun, estimasi fungsi model permintaan wisata

Page 84: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

70

 

kawasan Puncak menunjukkan bahwa umur responden tidak berpengaruh nyata

pada model. Hal ini dapat disebabkan karena dalam penelitian ini anak-anak tidak

dijadikan responden, padahal kawasan Puncak merupakan kawasan wisata yang

dapat dinikmati oleh semua kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Pengujian parameter dalam model regresi linear berganda dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dari variabel bebas (independent) terhadap variabel tak

bebasnya (dependent). Selain itu juga untuk mengetahui ada atau tidak adanya

suatu kesalahan dalam model. Beberapa pengujian parameter tersebut antara lain:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda yang dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 13.0 for Windows, diperoleh R2 sebesar 0,879

seperti pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Hasil Estimasi Koefisien Determinasi Model Permintaan Wisata Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 0,933a 0,870 0,850 3,38530 2,004 a. Predictors: (Constant), X1, X2, X3,X4, X5, X6, X7, X8 b. Dependent Variable: jumlah kunjungan Sumber: Data primer diolah (2011)

Koefisien determinasi yang diperoleh yaitu sebesar 87%. Artinya, keragaman

jumlah kunjungan responden mampu dijelaskan oleh variabel bebas X1, X2,

X3,X4, X5, X6, X7, dan X8 dalam model sebesar 87% sedangkan sisanya sebesar

13% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

model tersebut memiliki daya ramal yang sangat baik.

2. Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk menguji model regresi secara keseluruhan,

dimana semua koefisien yang terlibat secara simultan memberikan pengaruh

Page 85: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

71

 

nyata terhadap variabel dependen. Tabel 11 menunjukkan Sig. dari uji-F

berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Estimasi Uji ANOVA Model Permintaan Wisata di Puncak ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.1

Regression 3916,86 8 489,607 42,722 0,000a

Residual 584,474 51 11,460 Total 4501,333 59

Sumber: Data primer diolah (2011)

Hipotesis untuk uji-F yaitu:

H0 : model tidak berpengaruh nyata

H1 : model berpengaruh nyata

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh nilai Sig. lebih kecil dari α 5%, yang berarti tolak

H0. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa model berpengaruh nyata atau variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak

bebasnya (jumlah kunjugan).

3. Uji Statistik t

Uji Satistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara

parsial terhadap variabel tak bebas atau uji masing-masing variabel bebas

terhadap variabel tak bebasnya. Hipotesis untuk uji-t yaitu:

H0 : β=0 (X tidak berpengaruh nyata terhadap Y)

H1 : β≠0 (X berpengaruh nyata terhadap Y)

Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda pada Tabel 9 diperoleh hasil

sebagai berikut:

a) Sig.(0,011) < α 5% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa biaya

perjalanan (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5%.

Page 86: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

72

 

b) Sig.(0,085) < α 10% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa kecepatan

angin (X2) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 10%.

c) Sig.(0,006) < α 5% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa curah hujan

(X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5%.

d) Sig.(0,000) < α 5% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa hari hujan

(X4) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5%.

e) Sig.(0,001) < α 5% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa pendapatan

(X5) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5%.

f) Sig.(0,300) > α 10% artinya terima H0 sehingga disimpulkan bahwa

pendidikan (X6) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada

taraf 5% dan 10%.

g) Sig.(0,001) < α 5% artinya tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa jarak

tempuh (X7) berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5%.

h) Sig.(0,447) > α 10% artinya terima H0 sehingga disimpulkan bahwa umur

(X8) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf 5% dan

10%.

4. Uji Multikolinear

Uji multikolinear dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar

peubah penjelas (X). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, semua variabel

X memiliki korelasi di bawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikolinearitas dalam model. Pada Tabel 12, hasil perhitungan nilai tolerance

juga menunjukkan tidak ada peubah X (independent) yang memiliki nilai

tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar peubah yang

melebihi 95%. Hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga

Page 87: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

73

 

menunjukkan tidak ada satu variabel bebas pun yang memiliki nilai VIF lebih

dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas

dalam model regresi.

Tabel 12. Hasil Estimasi Tolerance dan VIF dari Model Permintaan Wisata Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF 1 (Constant)

X1 0,382 2,615 X2 0,415 2,410 X3 0,398 2,512 X4 0,361 2,772 X5 0,364 2,749 X6 0,681 1,469 X7 0,558 1,791 X8 0,781 1,280Sumber: Data primer diolah (2011)

5. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 21 merupakan grafik scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED)

yang diperoleh dari hasil estimasi regresi linear berganda dengan program SPSS

13.0 for Windows menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Sumber: Data primer diolah (2011)

Gambar 21. Grafik Scatterplots (Y=SRESID dan X=ZPRED)

Page 88: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

74

 

Hanya saja grafik scatterplots memiliki kelemahan karena jumlah

pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh karena itu dilakukan pengujian

untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada Tabel 13 menunjukkan

hasil uji yang digunakan, yaitu Uji Park, dimana:

Regresi Ln(Residual2) = f(Xi), Ln U2i = b0 + b1 X1 + …+ b8 X8

Tabel 13. Hasil Estimasi Uji Park Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -2,49 3,472 -0,717 0,476

X1 0,01 0,006 0,369 1,826 0,174X2 0,725 0,566 0,248 1,281 0,206X3 0,102 0,602 0,033 0,169 0,866X4 -1,132 0,747 -0,315 -1,515 0,136X5 0,391 0,352 0,23 1,11 0,272X6 0,051 0,554 0,014 0,093 0,926X7 0,111 0,512 0,036 0,216 0,830X8 0,005 0,047 0,015 0,108 0,914

a. Dependent Variable: Ln(Resid2) Sumber: Data primer diolah (2011)

Hasil output di atas memberikan koefisien parameter untuk variabel

independen (X) tidak ada yang berpengaruh nyata karena memiliki nilai Sig. lebih

besar dari α 5% dan 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots.

Pengaruh atau keterkaitan antara perubahan iklim mikro terhadap

permintaan salah satu tempat wisata di Puncak, yaitu kebun teh Gunung Mas juga

dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda dimana data yang

digunakan adalah data sekunder (Januari 2007-Desember 2010). Estimasi dengan

model regresi linear berganda ini digunakan untuk menentukan fungsi permintaan

wisata sebagai variabel tidak bebas (dependent) dan unsur iklim sebagai variabel

Page 89: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

75

 

bebasnya (independent). Diperoleh hasil estimasi regresi linear berganda dengan

menggunakan SPSS 13.0 for Windows seperti pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Estimasi Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas di kawasan Puncak

Coefficientsa

Model Unstandardized

CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1  (Constant) 36.335,38 1.377,76 26,37 0,000

X1 -11,194 6,000 -0,267 -1,866 0,069X2 -287,299 168,938 -0,328 -1,701 0,096X3 -1.058,66 570,579 -0,301 -1,855 0,070R2 70,1%

F-Statistik 34,402 0,000a Dependent Variable: jumlah kunjungan

Sumber: Data primer diolah (2011)

Berikut ini adalah model fungsi permintaan wisata kebun teh Gunung Mas

yang diperoleh seperti pada Tabel 14, yaitu:

Y= 36.335,38 - 11,194X1 - 287,299X2 - 1.058,66X3

Dimana:

Y = Jumlah pengunjung wisata kebun teh Gunung Mas (orang)

X1 = Hari hujan (hari)

X2 = Kecepatan angin (km/jam)

X3 = Curah hujan (mm)

Model fungsi permintaan di atas memiliki R2 sebesar 0,701 yang artinya

keragaman jumlah pengunjung mampu dijelaskan oleh variabel X1, X2, dan X3

dalam model sebesar 70,1% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar

model. Berdasarkan hasil estimasi model regresi linear berganda yang tertera

pada Tabel 14, diketahui bahwa ketiga parameter iklim berpengaruh nyata

terhadap jumlah pengunjung wisata di Gunung Mas dimana nilai Sig. lebih kecil

dari alpha (α) 10%.

Page 90: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

76

 

1. Hari Hujan (X1)

Variabel hari hujan memiliki Sig. sebesar 0,069 menunjukkan bahwa

variabel hari hujan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 10%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 11,194. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah hari hujan sebanyak satu hari akan

menurunkan jumlah pengunjung sebanyak 11,194 orang, cateris paribus.

2. Kecepatan Angin (X2)

Variabel kecepatan angin memiliki Sig. sebesar 0,096 menunjukkan

bahwa variabel kecepatan angin berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α)

10%. Nilai koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 287,299. Hal

tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan kecepatan angin sebesar satu

km/jam akan menurunkan jumlah pengunjung sebanyak 287,299 orang, cateris

paribus.

3. Curah Hujan (X3)

Variabel curah hujan memiliki Sig. sebesar 0,070 menunjukkan bahwa

variabel curah hujan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 10%. Nilai

koefisien pada variabel ini bertanda negatif yaitu sebesar 1.058,655. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan curah hujan sebanyak satu mm akan

menurunkan jumlah pengunjung sebanyak 1.058,655 orang, cateris paribus.

Pengujian parameter dalam model regresi linear berganda ini juga penting

dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya suatu kesalahan dalam model.

Beberapa pengujian parameter tersebut antara lain:

Page 91: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

77

 

1. Uji Multikolinear

Pada Tabel 15, hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada

peubah X (independent) yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang

berarti tidak ada korelasi antar peubah yang melebihi 95%. Hasil perhitungan

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan tidak ada satu variabel bebas

pun yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi.

Tabel 15. Hasil Estimasi Tolerance dan VIF dari Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

1 (Constant) X1 0,331 3,024 X2 0,182 5,491 X3 0,258 3,881Sumber: Data primer diolah (2011)

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Park dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas.

Pada Tabel 16 menunjukkan hasil uji yang digunakan, yaitu Uji Park, dimana:

Regresi Ln(Residual2) = f(Xi), Ln U2i = b0 + b1 X1 + …+ b3 X3

Tabel 16. Hasil Estimasi Uji Park dari Model Permintaan Wisata Kebun Teh Gunung Mas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 15,602 0,629 24,807

X1 -0,004 0,003 -0,402 -1,616 0,113X2 -0,025 0,077 -0,11 -0,328 0,745X3 0,319 0,26 0,345 1,224 0,228

a. Dependent Variable: Ln(Resid2) Sumber: Data primer diolah (2011)

Hasil output di atas memberikan koefisien parameter untuk variabel

independen (X) tidak ada yang berpengaruh nyata karena memiliki nilai Sig. lebih

Page 92: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

78

 

besar dari α 5% dan 10%, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tidak terdapat heteroskedastisitas.

6.2.3. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Permintaan Wisata

Kegiatan sebagian besar jenis wisata outdoor di Puncak dipengaruhi oleh

kecepatan angin. Gambar 22 menunjukkan hubungan negatif antara tren jumlah

pengunjung wisata paralayang dengan tren kecepatan angin di Puncak pada bulan

Desember 2010 sampai bulan Januari 2011. Pada gambar terlihat saat kecepatan

angin semakin menurun, jumlah pengunjung semakin meningkat. Hal ini terjadi

karena wisata paralayang adalah wisata yang sangat tergantung pada kecepatan

angin. Faktor pendukung alam seperti angin sangat menentukan bagi pilot tandem

untuk memutuskan pengunjung dapat terjun atau tidak. Selain itu, kecepatan

angin yang terlalu besar akan menimbulkan kekhawatiran terjadinya resiko

kecelakaan bagi pengunjung wisata paralayang.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 22. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 – April 2011

Kecepatan angin juga mempengaruhi tingkat kunjungan wisata flying fox

di Puncak, dimana pada Gambar 23 dapat kita lihat hubungan yang negatif antara

tren kecepatan angin dengan tren jumlah wisatawan. Apabila kecepatan angin

semakin menurun, jumlah pengunjung flying fox semakin meningkat. Hal ini

Page 93: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

79

 

terjadi karena akan sangat berbahaya bila melakukan wisata flying fox saat

kecepatan angin terlalu tinggi.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 23. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Wisata lainnya di Puncak yang juga dipengaruhi oleh kecepatan angin

adalah wisata kebun teh. Pada umumnya kegiatan wisata ini adalah aktifitas

berjalan kaki mengelilingi kebun teh sehingga sangat dipengaruhi oleh kondisi

cuaca. Gambar 24 dan Gambar 25 menunjukkan hubungan negatif antara tren

kecepatan angin di Puncak dengan tren jumlah pengunjung Agrowisata Gunung

Mas pada tahun 2008 dan tahun 2009. Pada kedua gambar dapat dilihat saat

kecepatan angin semakin menurun, jumlah pengunjung semakin meningkat.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 24. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008

Page 94: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

80

 

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 25. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009

Wisata arung jeram yang berada di Puncak juga dipengaruhi oleh

kecepatan angin. Gambar 26 menunjukkan hubungan negatif antara tren

kecepatan angin di Puncak dengan tren jumlah pengunjung wisata arung jeram.

Saat kecepatan angin menurun, jumlah pengunjung arung jeram semakin

meningkat seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 26. Tren Kecepatan Angin di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Page 95: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

81

 

6.2.4. Pengaruh Curah Hujan terhadap Permintaan Wisata

Sebagian besar jenis wisata yang berada di Puncak seperti wisata kebun

teh, wisata paralayang, wisata outbound, dan jenis wisata lainnya tidak dapat

berjalan dengan baik apabila volume air hujan yang turun terlalu besar. Gambar

27 menunjukkan hubungan negatif antara tren curah hujan di Puncak dengan tren

jumlah pengunjung wisata paralayang pada bulan Desember 2010 sampai bulan

Januari 2011. Pada gambar dapat kita lihat saat curah hujan semakin menurun,

jumlah pengunjung semakin meningkat.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 27. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 – April 2011

Wisata yang juga dipengaruhi oleh curah hujan adalah wisata flying fox.

Wisata ini tidak dapat dilakukan apabila curah hujan tinggi karena bisa

membahayakan keselamatan pengunjung. Gambar 28 menunjukkan hubungan

negatif antara tren curah hujan di Puncak dengan tren jumlah pengunjung flying

fox di Taman Wisata Matahari. Artinya saat curah hujan menurun, jumlah

pengunjung semakin meningkat.

Page 96: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

82

 

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 28. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying

Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Permintaan wisata arung jeram di Puncak juga dipengaruhi oleh curah

hujan. Apabila curah hujan tinggi, kegiatan wisata ini tidak bisa dilaksanakan

karena dapat menimbulkan bahaya seperti banjir sehingga meresahkan

pengunjung. Oleh karena itu, saat curah hujan semakin menurun, jumlah

pengunjung semakin meningkat. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 29 yang

menunjukkan hubungan negatif antara tren curah hujan di Puncak dengan tren

jumlah pengunjung arung jeram selama tahun 2009.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 29. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Page 97: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

83

 

Wisata lainnya yang juga sangat dipengaruhi oleh curah hujan adalah

wisata kebun teh. Saat curah hujan tinggi, tentu saja kegiatan wisata ini tidak

dapat dilaksanakan karena akan mengganggu kenyamanan pengunjung saat

berjalan kaki mengelilingi kebun teh. Gambar 30 dan Gambar 31 menunjukkan

hubungan negatif antara tren curah hujan di Puncak dengan tren jumlah

pengunjung Agrowisata Gunung Mas pada tahun 2008 dan tahun 2009 dimana

saat curah hujan menurun, jumlah pengunjung meningkat.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 30. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung

Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 31. Tren Curah Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung

Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009

Page 98: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

84

 

6.2.5. Pengaruh Hari Hujan terhadap Permintaan Wisata

Sebagian besar jenis wisata di Puncak tidak dapat berjalan dengan lancar

apabila turun hujan. Selain mengganggu aktifitas wisatanya, juga dapat

menyebabkan wisatawan membatalkan niatnya untuk berwisata ke Puncak

sehingga mempengaruhi jumlah kunjungan wisata tersebut. Gambar 32

menunjukkan hubungan negatif antara tren jumlah hari hujan dengan tren jumlah

pengunjung wisata paralayang. Artinya, saat jumlah hari hujan semakin menurun,

jumlah pengunjung semakin meningkat. Hal ini terjadi karena wisata paralayang

tidak dapat dilakukan bila turun hujan.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 32. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Wisata Paralayang Bulan Desember 2010 - April 2011

Begitu juga dengan wisata flying fox yang tidak dapat berjalan lancar bila

turun hujan. Sehingga saat jumlah hari hujan menurun, jumlah pengunjung

semakin meningkat. Gambar 33 menunjukkan hubungan negatif antara tren

jumlah hari hujan di Puncak dengan tren jumlah pengunjung flying fox Taman

Wisata Matahari selama tahun 2009.

Page 99: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

85

 

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 33. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Flying Fox Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Wisata arung jeram adalah wisata yang kegiatannya dipengaruhi oleh hari

hujan. Apabila turun hujan, kegiatan arung jeram ini akan dihentikan karena dapat

membahayakan pengunjung bila air di sungai menjadi lebih tinggi atau bahkan

terjadi banjir. Saat jumlah hari hujan menurun, pengunjung akan meningkat

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 34. Pada gambar terlihat hubungan negatif

antara tren jumlah hari hujan di Puncak dengan tren jumlah pengunjung arung

jeram selama tahun 2009.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 34. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Arung Jeram SOAR Taman Wisata Matahari Selama Tahun 2009

Page 100: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

86

 

Tingkat kunjungan wisata kebun teh sangat dipengaruhi oleh hari hujan,

dimana pengunjung tidak dapat melakukan aktifitas berjalan kaki mengelilingi

kebun teh bila turun hujan. Gambar 35 dan Gambar 36 menunjukkan hubungan

negatif antara tren jumlah hari hujan di Puncak dengan tren jumlah pengunjung

Agrowisata Gunung Mas pada tahun 2008 dan tahun 2009. Artinya, saat jumlah

hari hujan menurun maka jumlah pengunjung semakin meningkat.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 35. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2008

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 36. Tren Jumlah Hari Hujan di Puncak dan Jumlah Pengunjung Agrowisata Gunung Mas Selama Tahun 2009

Page 101: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

87

 

6.2.6. Pengaruh Perubahan Iklim Mikro terhadap Permintaan Wisata di Puncak pada Bulan Kering

Perubahan iklim yang terjadi di Puncak mengakibatkan perbedaan antara

waktu musim kemarau dengan musim hujan menjadi tidak jelas. Hal ini bisa

dilihat pada Gambar 37 dan Gambar 38 dimana kondisi curah hujan di bulan

kering (Juni, Juli, dan Agustus) mengalami peningkatan cukup drastis selama

empat tahun terakhir. Begitu juga dengan jumlah hari hujan yang terus meningkat

selama empat tahun terakhir.

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah) Gambar 37. Tren Perkembangan Curah Hujan di Puncak Pada Bulan

Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010

Sumber: http://www.tutiempo.com 2011 (diolah) Gambar 38. Tren Perkembangan Jumlah Hari Hujan di Puncak Pada

Bulan Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010

Page 102: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

88

 

Salah satu wisata di Puncak yang sangat dipengaruhi oleh hari hujan dan

curah hujan adalah wisata kebun teh Gunung Mas. Peningkatan curah hujan dan

jumlah hari hujan khususnya pada bulan kering (Juni, Juli, dan Agustus)

mengakibatkan jumlah pengunjung wisata kebun teh Gunung Mas pada bulan

Juni, Juli, dan Agustus mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2010.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 39 dimana jumlah pengunjung semakin

berkurang selama empat tahun terakhir pada bulan kering. Kegiatan wisata kebun

teh Gunung Mas sangat dipengaruhi oleh kondisi hari hujan maupun curah hujan.

Perubahan iklim yang terjadi di Puncak mengakibatkan hari hujan yang semakin

panjang di bulan kering sehingga tingkat permintaan wisata kebun teh Gunung

Mas pada saat itu mengalami penurunan.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 39. Tren Jumlah Pengunjung Wisata Kebun Teh Gunung Mas

Pada Bulan Kering (Juni, Juli, dan Agustus) Tahun 2007-2010

6.3. Analisis Kerugian Ekonomi Beberapa Obyek Wisata di Puncak Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro

Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh beberapa obyek wisata akibat

adanya perubahan iklim mikro di Puncak tidaklah sama antara obyek wisata satu

dengan obyek wisata lainnya. Hal ini dikarenakan besarnya pengaruh cuaca

Page 103: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

89

 

terhadap masing-masing obyek wisata tersebut berbeda-beda pula. Kerugian yang

diterima suatu obyek wisata akan berbeda nilainya untuk masing-masing

parameter iklim (kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan) yang

mempengaruhinya. Nilai kerugian ekonomi suatu obyek wisata diestimasi dengan

cara mengurangi pendapatan minimum saat dipengaruhi oleh iklim dengan

pendapatan pada keadaan normal. Pendapatan minimum diestimasi dengan

mengalikan jumlah pengunjung minimum saat dipengaruhi iklim dengan harga

tiket. Pendapatan normal diestimasi dengan mengalikan jumlah pengunjung pada

keadaan normal dengan harga tiket. Diperoleh hasil estimasi kerugian ekonomi

seperti pada Tabel 17 untuk beberapa obyek wisata, yaitu wisata paralayang,

wisata flying fox Taman Wisata Matahari (TWM), wisata arung jeram SOAR, dan

wisata kebun teh Gunung Mas.

Tabel 17. Hasil Estimasi Kerugian Obyek Wisata Akibat Dampak Perubahan Iklim

No Obyek Wisata Waktu Dampak Iklim Kerugian (Rp)

1 Wisata paralayang Desember 2010-Januari 2011

Kecepatan Angin -6.600.000 Curah Hujan -4.800.000 Hari Hujan -4.500.0002 Wisata outbound

flying fox TWM Selama tahun 2009

Kecepatan Angin -3.705.000 Curah Hujan -2.475.000 Hari Hujan -2.595.0003 Wisata outbound

arung jeram SOAR Selama tahun 2009

Kecepatan Angin -32.100.000 Curah Hujan -24.275.000 Hari Hujan -27.725.0004 Wisata kebun teh

Gunung Mas Selama tahun 2008

Kecepatan Angin -10.170.000 Curah Hujan -8.580.000 Hari Hujan -12.078.0005 Wisata kebun teh

Gunung Mas Selama tahun 2009

Kecepatan Angin -1.962.000 Curah Hujan -1.452.000 Hari Hujan -2.220.000

Sumber: Data sekunder diolah (2011)

Tabel 17 menunjukkan besarnya nilai kerugian yang diterima masing-

masing obyek wisata berbeda satu sama lainnya. Besarnya pengaruh cuaca seperti

Page 104: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

90

 

kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan masing-masing tidaklah sama pada

tiap obyek wisata sehingga menghasilkan nilai kerugian yang berbeda pula.

Tanda negatif pada tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan atau nilai

kerugian yang diterima obyek wisata. Pada tabel dapat dilihat bahwa wisata

paralayang mengalami kerugian terbesar yaitu sebesar Rp 6.600.000 jika kondisi

angin tidak mendukung kegiatan wisata tersebut. Sementara itu, kerugian yang

diterima jika curah hujan besar adalah Rp 4.800.000 dan jika turun hujan di

tempat wisata paralayang, maka menimbulkan kerugian sebesar Rp 4.500.000.

Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin memiliki pengaruh yang lebih besar

dalam pelaksanaan kegiatan wisata paralayang dibandingkan dengan curah hujan

dan hari hujan. Menurut pihak pengelola wisata paralayang, angin merupakan

faktor penting dalam terlaksananya kegiatan wisata paralayang. Jika angin terlalu

besar, maka wisata paralayang tidak dapat dilakukan karena membahayakan

keselamatan pengunjung dimana parasut yang digunakan menjadi sulit untuk

dikendalikan.

Begitu juga dengan wisata outbound flying fox Taman Wisata Matahari

(TWM) dan wisata outbound arung jeram SOAR yang mengalami kerugian

terbesar saat kondisi angin sedang buruk yaitu sebesar Rp 3.705.000 untuk wisata

flying fox TWM dan sebesar Rp 32.100.000 kerugian yang diterima wisata arung

jeram SOAR. Selain pengaruh angin, wisata flying fox dan wisata arung jeram

juga mengalami kerugian yang cukup besar saat turun hujan di tempat wisata

tersebut. Kerugian yang diterima wisata flying fox sebesar Rp 2.595.000 bila

turun hujan dan sebesar Rp 27.725.000 kerugian yang diterima wisata arung

jeram. Sedangkan kerugian yang ditimbulkan akibat curah hujan yang terlalu

Page 105: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

91

 

besar adalah Rp 2.475.000 untuk wisata flying fox dan Rp 24.275.000 untuk

wisata arung jeram. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin memiliki

pengaruh yang lebih besar dibandingkan hari hujan dan curah hujan dalam

kegiatan wisata outbound flying fox dan wisata outbound arung jeram.

Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung wisata flying fox menjadi sepi

saat angin terlalu kencang dimana faktor kecelakaan akan lebih besar karena

dikhawatirkan saat meluncur kecepatannya menjadi lebih tinggi. Sementara itu,

pengunjung wisata outbound arung jeram pun akan menjadi sepi bila keadaan

angin tidak mendukung kegiatan arung jeram. Hal ini dikarenakan bila angin

berhembus kencang dapat membahayakan keselamatan pengunjung saat

mengarungi sungai. Kecepatan angin yang besar menyebabkan air sungai menjadi

terombang-ambing dan arusnya pun menjadi lebih kencang sehingga

membahayakan keselamatan pengunjung karena perahu yang digunakan dapat

terguncang dan khawatir terseret arus deras.

Lain halnya dengan obyek wisata kebun teh Gunung Mas, dimana

parameter cuaca yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kerugian yang

diterima wisata tersebut adalah hari hujan. Wisata kebun teh Gunung Mas

mengalami kerugian terbesar jika di tempat wisata tersebut turun hujan. Pada

tahun 2008 besarnya kerugian yang diterima wisata kebun teh Gunung Mas saat

turun hujan adalah Rp 12.078.000 dan sebesar Rp 2.220.000 pada tahun 2009.

Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung wisata kebun teh Gunung Mas

menjadi sepi bila turun hujan. Sedangkan saat kondisi angin tidak mendukung,

kerugian yang diterima sebesar Rp 10.170.000 pada tahun 2008 dan sebesar Rp

1.962.000 pada tahun 2009. Curah hujan yang terlalu besar juga mengakibatkan

Page 106: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

92

 

kerugian bagi Agrowisata Gunung Mas sebesar Rp 8.580.000 pada tahun 2008

dan sebesar Rp 1.452.000 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hari

hujan lebih berpengaruh dalam kegiatan wisata kebun teh dibandingkan curah

hujan dan kecepatan angin. Apabila hujan, aktifitas pengunjung akan terganggu

dimana pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan berjalan kaki mengelilingi

kebun teh dan jarak pandang untuk melihat pemandangan menjadi terbatas. Selain

itu juga menyebabkan jalanan menjadi licin.

Sementara itu, tingkat kunjungan wisatawan untuk penginapan seperti

hotel dan villa-villa di kawasan Puncak Bogor lebih dipengaruhi oleh faktor non

iklim. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan beberapa pihak pengelola

hotel di Puncak dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan tingkat

hunian hotel selama beberapa akhir tahun ini seperti yang terlihat pada Gambar

40, namun hal itu lebih disebabkan oleh adanya persaingan hotel-hotel maupun

villa di Puncak yang semakin bertambah jumlahnya.

Sumber: Data sekunder diolah (2011) Gambar 40. Jumlah Pengunjung atau Tamu Menginap di Hotel Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir

Page 107: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

93

 

6.4. Implikasi Kebijakan Adaptasi Pengelola Wisata Puncak terhadap Perubahan Iklim Mikro

Adanya perubahan iklim mikro di kawasan wisata Puncak Bogor

mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan dan menimbulkan kerugian ekonomi

bagi pengelola wisata karena menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan

yang diterima oleh pihak pengelola wisata dan hotel yang berada di kawasan

tersebut. Kerugian akibat perubahan iklim mikro ini akan terus meningkat apabila

tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan dampak yang

ditimbulkan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dari pemerintah dan

adaptasi yang dilakukan pengelola wisata, seperti:

1. Sosialisasi dari pemerintah untuk memberikan pengetahuan atau informasi

mengenai fenomena perubahan iklim mikro kepada pihak pengelola

wisata di Puncak agar dapat menyiasati fenomena perubahan iklim mikro

yang terjadi.

2. Memberikan diskon atau potongan harga tiket pada saat sepi pengunjung

agar wisatawan lebih banyak berkunjung ke wisata Puncak.

3. Memperbaiki infrastruktur seperti kondisi jalan di kawasan Puncak,

terutama jalur jalan menuju lokasi wisata yang rentan mengalami

kerusakan bila terjadi cuaca buruk, sehingga wisatawan akan tetap merasa

nyaman untuk melakukan perjalanan wisatanya ke Puncak.

4. Menciptakan suatu kegiatan wisata yang sesuai dengan kondisi

lingkungan atau cuaca di Puncak sekarang, misalnya menambah wahana

permainan indoor.

5. Meningkatkan pelayanan kegiatan wisata di Puncak sebaik mungkin oleh

pengelola wisata kepada pengunjung.

Page 108: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

 

94

 

6. Pemerintah dan swasta berkoordinasi meningkatkan promosi wisata

Puncak dengan terus membuat program-program wisata yang unik dan

menarik, serta ramah lingkungan.

Selain memberikan sosialisasi mengenai fenomena perubahan iklim,

pemerintah juga seharusnya ikut menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari

masalah perubahan iklim mikro yang terjadi di kawasan wisata Puncak.

Pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas terhadap mereka yang dalam

melakukan kegiatannya merugikan atau mencemari lingkungan sekitar,

mengawasi dan mencegah aktifitas yang dapat meningkatkan konsentrasi CO2 di

udara sehingga meningkatkan terjadinya pemanasan global di kawasan Puncak.

Pemerintah juga perlu mengantisipasi atau melakukan pencegahan terjadinya

bencana seperti tanah longsor, pohon tumbang, dan sebagainya akibat perubahan

iklim di Puncak agar pengunjung tetap merasa nyaman untuk berwisata ke

kawasan tersebut.

Page 109: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Karakteristik iklim mikro di kawasan Puncak Bogor selama sepuluh tahun

terakhir ini telah mengalami perubahan. Hal tersebut ditandai dengan adanya

peningkatan suhu udara rata-rata, peningkatan jumlah curah hujan,

peningkatan jumlah hari hujan, dan penurunan kecepatan angin rata-rata di

Puncak Bogor.

2. Hari hujan yang semakin panjang pada bulan kering (Juni, Juli, Agustus)

mengakibatkan menurunnya permintaan wisata kebun teh di Puncak pada

bulan tersebut selama empat tahun terakhir dan berdasarkan hasil estimasi

model regresi linear berganda, diketahui bahwa kecepatan angin, curah hujan

dan jumlah hari hujan berpengaruh nyata terhadap tingkat permintaan wisata

kebun teh Gunung Mas.

3. Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda, diketahui bahwa faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap tingkat permintaan wisata di Puncak dilihat

dari jumlah kunjungan wisatawan adalah biaya perjalanan, kecepatan angin,

curah hujan, hari hujan, pendapatan, dan jarak tempuh. Sementara variabel

yang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisatawan adalah

umur dan pendidikan terakhir.

4. Wisata paralayang, flying fox TWM, dan arung jeram SOAR mengalami

kerugian terbesar saat kondisi angin tidak mendukung kegiatan wisata.

Page 110: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

96

 

Sedangkan wisata kebun teh Gunung Mas mengalami kerugian terbesar jika

turun hujan.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu ketegasan pemerintah dalam menghadapi masalah perubahan iklim yang

terjadi di Puncak untuk mencegah atau menghindari bencana yang mungkin

ditimbulkan saat cuaca semakin buruk dengan memperbaiki kondisi

lingkungan di Puncak.

2. Perlu adanya kerja sama yang erat antara pemerintah dengan berbagai pihak

pengelola wisata Puncak agar dapat melakukan pengembangan potensi wisata

yang lebih baik dan terintegrasi.

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak perubahan iklim

terhadap permintaan wisata di kawasan lainnya.

Page 111: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Pekerja Sektor Informal Menurut Lapangan Usaha Utama. Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor.

Damanik, J. dan Weber, H. F. 2006. Perencanaan Ekowisata. Penerbit Andi.

Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2004. Ensiklopedia Nasional Indonesia.

PT Delta Pamungkas. Jakarta. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor. 2010. Pariwisata Kabupaten

Bogor Tahun 2010. Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. 2007. Profil Investasi Bidang

Pariwisata Kota Bogor. http://www.kotabogor.go.id/index.php?option= com_content&task=view&id=3232&Itemid=694. Diakses 9 Juni 2010.

Ditjen. Penataan Ruang-Dekimoraswil, Review Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional: Kebijakan Nasional Untuk Pengembangan Kawasan Budidaya, Bahan Sosialisasi RTRWN dalam rangka Roadshow dengan Departemen Pertanian, Jakarta, 17 Oktober 2002.

Environmental Modeling and Assessment 4. 1999. Correcting the Carbon Cycle

Representation: How Important is it for the Economics of Climate Change?: 133–140.

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara.

Jakarta. Firman, U. 2009. Fluktuasi Suhu Udara dan Trend Variasi Curah Hujan Rata-rata

di Atas 100 mm di Beberapa Wilayah Indonesia. Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Vol. 5. No.3: 309-319.

Flannery, T. 2005. The Weather Makers: The History and Future Impact of

Climate Change. Text Publishing. Melbourne. Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Harmoni, A. 2005. Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim [makalah]. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. Universitas Gunadarma Depok.

http://www.tutiempo.com.2011.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2000: Emission Scenarios: Special Report on Emissions Scenarios, Cambridge, Cambridge University Press.

Page 112: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

98

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Rencana Aksi Nasional dalam

Menghadapi Perubahan Iklim. KLH. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Valuasi Ekonomi Dampak

Perubahan Iklim. KLH. Jakarta. Matzarakis, A. 2006. Tourism and Hospitality Planning and Development.

Weather-and Climate-Related Information for Tourism. Vol. 3. No. 2: 101. NOAA-CIRES/ Climate Diagnostic Center. 2005.

Ramanathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. The Dryden press. Philadelpia.

Rosyidie, A. 2004. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pariwisata [Laporan

Penelitian]. Institut Teknologi Bandung. Ryutaro, H. 2000. Current Status and Future Trends in Freshwater Management.

International Review for Environmental Strategies. Vol. 3. No. 2: 225. Sarjani. 2009. Cuaca dan Iklim Geografi kelas 1 [modul]. Surabaya.

Subandono, Budiman dan A. Firdaus. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer. Bogor.

Sudarsono, R. 2011. Sehari, Lebih dari 50.000 Mobil Lewat Puncak.

http://megapolitan.kompas.com. Diakses 11 Juni 2011. Surugiu C, Surugiu M, Frent C. 2011. European Journal of Tourism, Hospitality

and Recreation. Effect of Climate Change on Romanian Mountain Tourism. Vol.2. Issue 1: 43.

Susandi, A. 2008. Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim

Indonesia [makalah]. Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral. Institut Teknologi Bandung.

Susanta, G. dan H. Sutjahjo. 2008. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat

Pemanasan Global?. Penebar Plus. Jakarta. Trenberth, Houghton, and Filho. The Climate Change System: an overview. In:

Climate Change 1995. The Science of Climate Change. Contribution of Working Group I to the 2nd Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Page 113: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

99

Vanhove, Norbert. 2005. The Economics of Tourism Destination. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford.

Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita. Jakarta.

Wahyuni, E. S. dan M. Pudji. 2009. Metode Penelitian Social [bahan kuliah]. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wahyuni, Styana, dan D. Oktavia. 2006. Analisis Perubahan Luas Pertanian

Lahan Kering Menggunakan Transformasi TasseledCap (Studi Kasus: Kawasan Puncak, Jawa Barat): 1-2.

Page 114: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

LAMPIRAN

Page 115: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 1. Data Hotel/ Villa di Kawasan Puncak Bogor No Nama Hotel Lokasi Kapasitas

(Kamar) Harga Kamar (Rp/

Kamar) 1 Megamendung Permai Megamendung 254 190.000-505.0002 Hotel Permata Alam Cisarua 40 280.000-390.0003 Alfa Resort Cisarua 81 470.000-1.790.0004 Hotel Puri Avia Megamendung 113 272.600-2.547.6005 Hotel Grand USSU Cisarua 52 400.000-1.250.0006 Resort Permata Hati Ciburial 34 200.000-1.500.0007 Hotel Mars ‘91 Megamendung 150 200.000-500.0008 Terrace Villa Golf Cisarua 153 280.000-440.0009 Hotel Pramesthi Ciawi 100 75.000-1.100.000

10 Lembah Pasir Angin Megamendung 110 400.000-2.500.00011 Wisma Cisarua Cisarua 52 240.000-1.000.00012 Villa Graha Kasih Cisarua 30 80.000-125.00013 Villa Puri Asri Cisarua 22 300.000-700.00014 Cibulan River Cottage Cisarua 14 400.000-850.00015 Hotel Safari Garden Cisarua 215 475.000-1.155.00016 Hotel Ever Green Cisarua 167 175.000-2.750.00017 Hotel Cipayung Asri Megamendung 70 195.000-665.00018 Villa Erema Cisarua 40 1.000.000-1.250.00019 Hotel Indra Jaya Megamendung 26 145.000-165.00020 Hotel Cibulan Indah Cisarua 19 150.00021 Hotel New Ayuda Megamendung 20 150.000-250.00022 Hotel Fitria Cisarua 15 100.000-125.00023 Hotel Cipayung Megamendung 63 125.000-300.00024 Hotel Andalus Megamendung 20 165.000-242.00025 Hotel Gardena Resort Megamendung 35 150.000-250.00026 Dwima Convention Megamendung 31 117.000-180.00027 Hotel Taman Indah Cisarua 24 110.000-280.00028 Hotel Dirga Cibulan Cisarua 32 55.000-500.00029 Hotel Pardede Cisarua 26 200.000-1.100.00030 Villa Aldita Cisarua 43 150.000-400.00031 Hotel Aries Biru Cisarua 37 250.000-900.00032 Hotel Gemala Cisarua 22 1.500.000-2.500.00033 Pondok Arjuna Jaya Cisarua 36 200.000-500.00034 Hotel Aquarius Cisarua 40 600.000-3.000.00035 Hotel Graha Dinar Cisarua 127 235.000-700.00036 Hotel Ria Diani Megamendung 47 210.000-235.00037 Hotel Lembah Nyiur Cisarua 65 130.000-635.00038 Hotel Purnama Putera Megamendung 89 125.000-150.00039 Villa Back To Nature Megamendung 36 400.000-625.00040 Villa Gubug Jaya Megamendung 28 100.000-600.00041 Hotel Rudian Cisarua 33 100.000-150.00042 Villa Anggrek Cisarua 24 610.000-1.260.00043 Hotel Santo Jaya Cisarua 92 150.000-350.00044 Hotel Purnama I Megamendung 44 125.000-150.00045 Hotel Bonita Cisarua 20 215.000-300.000

Sumber : dari berbagai sumber

100  

Page 116: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 2. Hasil Estimasi Model Regresi Linear Berganda dengan Program SPSS 13.0 for Windows 1. Koefisien Determinasi dan Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,933(a) ,870 ,850 3,38536 2,004 a Predictors: (Constant), UMR, HH, PND, JRK, HT, KA, CH, INC b Dependent Variable: JK 2. Uji Statistik F (Uji Model) ANOVA(b)

Model

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3916,86 8 489,607 42,722 ,000(a) Residual 584,474 51 11,46 Total 4501,333 59

a Predictors: (Constant), UMR, HH, PND, JRK, HT, KA, CH, INC b Dependent Variable: JK 3. Uji Statistik t (Uji Parsial) dan Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 40,770 4,496 8,845 0,000 BP -0,019 0,007 -0,214 -2,628 0,011 0,382 2,615 KA -1,288 0,733 -0,138 -1,757 0,085 0,415 2,410 CH -2,213 0,78 -0,227 -2,838 0,006 0,398 2,512 HH -3,84 0,968 -0,333 -3,969 0,000 0,361 2,772 INC 1,548 0,456 0,284 3,392 0,001 0,364 2,749 PND -0,751 0,717 -0,064 -1,047 0,300 0,681 1,469 JRK -39,77 0,663 -0,233 -3,457 0,001 0,558 1,791 UMR -0,019 0,061 -0,044 -0,766 0,447 0,781 1,280

a Dependent Variable: JK

101

 

Page 117: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

4. Uji Normalitas

3210-1-2

Regression Standardized Residual

10

8

6

4

2

0

Freq

uenc

y

Mean = -1.6E-15Std. Dev. = 0.93N = 60

Dependent Variable: JK

Histogram

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: JK

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

102

 

Page 118: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 2.92998668

Most Extreme

Differences

Absolute .059

Positive .059

Negative -.051

Kolmogorov-Smirnov Z .454

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.986

a. Test distribution is Normal.

5. Uji Heteroskedastisitas

210-1

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

Regr

essio

n Stud

entiz

ed R

esidu

al

Dependent Variable: JK

Scatterplot

103

 

Page 119: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1 (Constant) -2,49 3,472 -0,717 0,476 BP 0,01 0,006 0,369 1,826 0,174 KA 0,725 0,566 0,248 1,281 0,206 CH 0,102 0,602 0,033 0,169 0,866 HH -1,132 0,747 -0,315 -1,515 0,136 INC 0,391 0,352 0,23 1,11 0,272 PND 0,051 0,554 0,014 0,093 0,926 JRK 0,111 0,512 0,036 0,216 0,830 UMR 0,005 0,047 0,015 0,108 0,914a Dependent Variable: LnResid2

6. Uji Multikolinearitas

Coefficient Correlations(a)

a Dependent Variable: JK

Model UMR HH PND JRK BP CH KA INC 1 Correlat

ions UMR 1,000 -,081 -,200 -,020 -,135 -,231 -,082 -,252

HH -,081 1,000 -,011 -,313 ,105 ,453 -,394 ,017 PND -,200 -,011 1,000 -,021 ,155 ,089 -,176 -,350 JRK -,020 -,313 -,021 1,000 -,277 -,045 ,038 ,122 BP -,135 ,105 ,155 -,277 1,000 ,310 -,230 ,330 CH -,231 ,453 ,089 -,045 ,310 1,000 ,062 ,028 KA -,082 -,394 -,176 ,038 -,230 ,062 1,000 ,307 INC -,252 ,017 -,350 ,122 ,330 ,028 ,307 1,000 Covaria

nces UMR ,003 -,004 -,008 -,001 -,006 -,010 -,004 -,007

HH -,004 ,882 -,007 -,189 ,075 ,299 -,285 ,007 PND -,008 -,007 ,476 -,010 ,082 ,043 -,093 -,106 JRK -,001 -,189 -,010 ,414 -,137 -,021 ,019 ,035 BP -,006 ,075 ,082 -,137 ,587 ,167 -,136 ,111 CH -,010 ,299 ,043 -,021 ,167 ,493 ,034 ,009 KA -,004 -,285 -,093 ,019 -,136 ,034 ,592 ,104 INC -,007 ,007 -,106 ,035 ,111 ,009 ,104 ,194

104

 

Page 120: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 3. Gambar Sebaran Titik Normal dan Titik Minimum Jumlah Pengunjung Beberapa Obyek Wisata Akibat Perubahan Iklim

Gambar 1. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata

Paralayang yang Dipengaruhi oleh Kecepatan Angin

Gambar 2. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata

Paralayang yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan

Gambar 3. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata

Paralayang yang Dipengaruhi oleh Hari Hujan

105

 

Page 121: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Gambar 4. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Arung

Jeram yang Dipengaruhi oleh Kecepatan Angin Pada Tahun 2009

Gambar 5. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Arung

Jeram yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Pada Tahun 2009

Gambar 6. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Arung

Jeram yang Dipengaruhi oleh Hari Hujan Pada Tahun 2009

106

 

Page 122: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Gambar 7. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Flying

Fox yang Dipengaruhi oleh Kecepatan Angin Pada Tahun 2009

Gambar 8. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Flying

Fox yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Pada Tahun 2009

Gambar 9. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Wisata Flying

Fox yang Dipengaruhi oleh Hari Hujan Pada Tahun 2009

107

 

Page 123: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Gambar 10. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Kecepatan Angin Pada Tahun 2008

Gambar 11. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Pada Tahun 2008

Gambar 12. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Hari Hujan Pada Tahun 2008

108

 

Page 124: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Gambar 13. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Kecepatan Angin Pada Tahun 2009

Gambar 14. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Curah Hujan Pada Tahun 2009

Gambar 15. Titik Normal dan Minimum Jumlah Pengunjung Agrowisata

Gunung Mas yang Dipengaruhi oleh Hari Hujan Pada Tahun 2009

109

 

Page 125: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 4. Hasil Estimasi Kerugian Obyek Wisata

No  Obyek WisataHarga Tiket 

(Rp) Waktu  Dampak Iklim 

Jumlah Pengunjung Normal 

Pendapatan Normal (I1) 

Jumlah Pengunjung Minimum 

Pendapatan Minimum (I2) 

Nilai Kerugian (I2‐I1) 

1     

Wisata paralayang     

300.000 

Desember 2010‐April 2011     

Kecepatan Angin  156 Rp 46.800.000 134 Rp 40.200.000 ‐Rp 6.600.000 Curah Hujan  150 Rp 45.000.000 134 Rp 40.200.000 ‐Rp 4.800.000 

Hari Hujan  149 Rp 44.700.000 134 Rp 40.200.000 ‐Rp 4.500.000 

2     

Wisata outbound flying fox TWM     

15.000 Selama tahun 2009     

Kecepatan Angin  1.000 Rp 15.000.000 753 Rp 11.295.000 ‐Rp 3.705.000 Curah Hujan  918 Rp 13.770.000 753 Rp 11.295.000 ‐Rp 2.475.000 

Hari Hujan  926 Rp 13.890.000 753 Rp 11.295.000 ‐Rp 2.595.000 

3     

Wisata outbound arung jeram SOAR     

25.000 Selama tahun 2009     

Kecepatan Angin  1.680 Rp 42.000.000 396 Rp 9.900.000 ‐Rp 32.100.000 Curah Hujan  1.367 Rp 34.175.000 396 Rp 9.900.000 ‐Rp 24.275.000 

Hari Hujan  1.505 Rp 37.625.000 396 Rp 9.900.000 ‐Rp 27.725.000 

4     

Wisata kebun teh Gunung Mas     

6.000 Selama tahun 2008     

Kecepatan Angin  22.505 Rp 135.030.000 20.810 Rp 124.860.000 ‐Rp 10.170.000 Curah Hujan  22.240 Rp 133.440.000 20.810 Rp 124.860.000 ‐Rp 8.580.000 

Hari Hujan  22.823 Rp 136.938.000 20.810 Rp 124.860.000 ‐Rp 12.078.000 

5     

Wisata kebun teh Gunung Mas     

6.000 Selama tahun 2008     

Kecepatan Angin  28.616 Rp 171.696.000 28.289 Rp 169.734.000 ‐Rp 1.962.000 Curah Hujan  28.531 Rp 171.186.000 28.289 Rp 169.734.000 ‐Rp1.452.000 

Hari Hujan  28.659 Rp 171.954.000 28.289 Rp 169.734.000 ‐Rp 2.220.000 110

Page 126: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 5. Gambar Obyek Wisata Lokasi Penelitian 1. Gunung Mas

111  

2. Wisata arung jeram

3. Wisata paralayang dan wisata flying fox

Page 127: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

Lampiran 6. Peta Wisata Kawasan Puncak 

112

Page 128: Analisis Dampak Perubahan Iklim Mikro Terhadap Permintaan … · mikro yang terjadi, 2) memberikan diskon atau potongan harga tiket obyek wisata, 3) memperbaiki infrastruktur, 4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 25 Februari 1989. Penulis

bernama lengkap Lorisa Ndela yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara

dari pasangan Syafrul SU dan Nurlaila. Penulis mengawali pendidikan di TK

Aisiyah Bogor pada tahun 1993. Tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di

Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 3 Bogor. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah

Menengah Pertama Negeri 5 Bogor. Tahun 2007 penulis lulus Sekolah Menengah

Atas Negeri 3 Bogor, lalu pada tahun 2007 penulis melanjutkan studi di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan diterima sebagai mahasiswi

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam Klub Resource and

Environmental Economics Student Association (REESA) divisi Coorporate Social

Responsibility pada tahun (2010). Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai

kepanitiaan di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) seperti Green Base pada

tahun 2009.

113