Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota...

38
MAKALAH ILMIAH Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap Karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen pengampu : Hendri Kremer, S.E., M.Si Asep Jaenudin 120210034 Ali Nursidik 120210103 Felry Herdiansyah 120210048 Halri Simarmata 120210032 Joni Putra 120210170 Dessy Novita Sari Br. Ginting

description

Tugas makalah pada mata kuliah bahasa Indonesia (Sebuah Kajian Ilmiah)

Transcript of Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota...

Page 1: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

MAKALAH ILMIAH

Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap Karyawan

Oleh Perusahaan di Kota Batam Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Hendri Kremer, S.E., M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2013

Asep Jaenudin 120210034Ali Nursidik 120210103Felry Herdiansyah 120210048Halri Simarmata 120210032Joni Putra 120210170Dessy Novita Sari Br. Ginting 120210090Agnes Elvina Manurung 120210178Juwita Lusiana Pardede 120210203Noveny Nindya 121010184Verawati Tambunan 120210240Ravika Dewi 120210133Siska Febriana 120210190

Page 2: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Abstrak

Pada saat ini hampir sebagian besar industri/perusahaan yang ada di

Kota Batam menerapkan sistem kerja lembur (overtime) untuk mengejar hasil

produksi (output) demi memenuhi pesanan dari para pelanggan (customer) sesuai

kontrak kerja. Dan secara otomatis yang menjadi subjek penerapan sistem

tersebut adalah para karyawan yang bekerja pada perusahaan-perusahaan itu.

Secara khusus penelitian ini lebih menekankan pada dampak/pengaruh

dari sistem kerja lembur bagi para karyawan (efek positif dan negatif), secara

materiil maupun non materiil. Termasuk di dalamnya untuk mengukur seberapa

jauh urgensi kerja lembur (overtime) bagi karyawan/pekerja itu sendiri.

Adapun Subjek penelitian ini adalah para karyawan perusahaan yang ada

di Kota Batam. Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan

metode pengambilan data secara FGD (Focus Group Discusion) dalam bentuk

wawancara dan jajak pendapat (survey). Responden wawancara diambil secara

acak (random) dari beberapa karyawan perusahaan yang ada di Kota Batam.

Berhubung sebagian besar anggota tim penulis selain sebagai mahasiswa

juga berprofesi sebagai karyawan perusahaan, maka subjek wawancara juga

diambil langsung dari anggota tim ditambah beberapa rekanan anggota yang

juga berprofesi sebagai karyawan perusahaan. Dari wawancara tersebut

didapatkan kondisi (relita) yang terjadi sekaligus berpengaruh dalam kehidupan

para karyawan sebagai efek diberlakukannya sistem kerja lembur di perusahaan

tempat mereka bekerja.

Kata Kunci: Pekerja/karyawan, sistem kerja lembur (overtime)

i

Page 3: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

menganugerahkan rahmat, karunia serta ridha-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang ” Analisis Dampak Penerapan Sistem

Kerja Lembur (overtime) Terhadap Karyawan Oleh Perusahaan di Kota

Batam”. Makalah ilmiah ini disusun sebagai salah satu Tugas makalah pada mata

kuliah Bahasa Indonesia.

Dalam penulisan makalah ilmiah ini, kami telah banyak menerima

bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami

ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Hendri Kremer, selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia di

Universitas Putera Batam yang telah banyak memberikan penjelasan teori

yang berkaitan dengan tugas makalah ilmiah ini.

2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ilmiah ini.

Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk

kemajuan di masa-masa mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima

kasih.

Batam, 25 Maret 2013

Tim Penyusun

ii

Page 4: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.........................................................................................

ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah........................................................................................ 2

1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................... 2

1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4

2.1 Landasan Teori.......................................................................................... 4

2.2 Mekanisme Kerja Lembur......................................................................... 5

2.3 Kewajiban Perusahaan.............................................................................. 6

BAB III. PEMBAHASAN................................................................................... 7

3.1 Definisi Kerja Lembur (overtime)............................................................ 7

3.2 Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur Terhadap Karyawan ............. 11

BAB III. PENUTUP............................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan............................................................................................... 19

3.2 Saran ......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

iii

Page 5: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

iv

Page 6: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses produksi dalam lingkungan industri/perusahaan saat ini umumnya

membutuhkan waktu pelaksanaan yang cepat. Waktu pelaksanaan yang cepat ini

antara lain mempunyai tujuan untuk mengejar target produksi sesuai kontra kerja atau

karena suatu alasan tertentu. Untuk mengembangkan hal ini dilakukan sistem kerja

lembur (overtime). Pekerjaan lembur harus diimbangi dengan kesiapan faktor-faktor

penunjang antara lain berupa tenaga kerja (karyawan), material dan alat kerja yang

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan tersebut. Untuk mengatasi faktor-faktor

penunjang ini diperlukan pembiayaan berupa pembayaran tenaga kerja (upah),

pengadaan material dan penguasaan alat-alat kerja. Kerja lembur merupakan salah

satu bagian rencana kerja proyek dimaksudkan untuk menyelesaikan proses produksi

yang tidak mungkin diselesaikan dalam hari kerja biasa/normal shift. Dengan kerja

lembur ini akan menggunakan tenaga kerja yang lebih ekstra, baik dalam kualitas

maupun kuantitas. Tentu dalam implementasinya akan sangat berpengaruh pada

kondisi para karyawan itu sendiri, baik fisik maupun secara psikis.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ilmiah ini, ada beberapa hal yang disoroti:

1. Apakah definisi dan mekanisme kerja lembur (overtime)?

2. Bagaimana perhitungan upah karyawan dalam sistem kerja lembur

(overtime)?

1

Page 7: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

3. Bagaimana dampak/pengaruh sistem kerja lembur (overtime) dan

urgensinya bagi karyawan perusahaan?

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih menjaga efektifitas pembahasan objek penelitian, maka ulasan

pembahasan topik permasalahan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada

seputar pengertian/definisi daripada kerja lembur (overtime), kemudian untuk

mengetahui dampak/pengaruh implementasi sistem kerja lembur (overtime) bagi

pribadi karyawan serta sekaligus untuk mengetahui seberapa besar urgensi kerja

lembur (overtime) bagi karyawan.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh/dampak dari penerapan sistem kerja lembur terhadap

karyawan oleh perusahaan. Secara teoritis, diharapkan penelitian yang akan dilakukan

akan dapat memberi manfaat bagi pihak karyawan/pekerja pada satu sisi. Terutama

disini berkaitan dengan pemahaman tentang dampak/pengaruh dari kerja lembur

(overtime) dan pihak perusahaan (manajeman) pada sisi lainnya. Manfaat praktis

diharapkan penelitian ini dapat memberi pengetahuan luas pada khalayak ramai atau

organisasi/perusahaan guna meningkatkan sikap dan etos kerja karyawan sehingga

dapat juga menjadi acuan untuk dilakukan perbaikan secara berkelanjuatan dalam

pelaksanaan sistem kerja lembur (overtime), dan dapat memperbaiki iklim kerja yang

kondusif di perusahaan tersebut.

Bagi karyawan dapat dijadikan sebagai acuan dalam bekerja dapat

memaksimalkan kemampuan yang dipunyai Karyawan tersebut sehingga dalam

bekerja karyawan dapat lebih bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan. Bagi

2

Page 8: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

masyarakat pada umumnya dapat memberikan pengetahuan bahwa tingkat pemberian

upah yang tinggi bukan berarti akan mendapat kepuasan kerja yang baik, tetapi

pekerjaan yang memang dapat memuaskan pekerja dapat dipengaruhi pula oleh

adanya lingkungan perusahaan dan juga iklim kerja di tempat kerja tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

Kami berharap dengan adanya penelitian ilmiah ini akan bermanfa’at bagi

para karyawan pada khususnya dan juga bagi pihak perusahaan sebagai pembuat

kebijakan, untuk lebih optimal lagi dalam implementasi kerja lembur (overtime)

tersebut sekaligus juga tetap memperhatikan aspek humaniora dari karyawan sebagai

subjek (pelaku) kerja lembur, sehingga pada akhirnya sinergi antara satu sama lain

akan sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.

3

Page 9: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Sesuai dengan KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal 1, waktu kerja lembur adalah

waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari,

dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi

yang ditetapkan Pemerintah. Jadi pada perusahaan yang menerapkan 5 hari kerja,

maka waktu kerja yang seharusnya berlangsung setiap harinya adalah 8 jam. Tanpa

ditentukan apakah jam kerja akan dimulai pada jam 7 pagi, 8 atau 9 pagi. Hanya

ditentukan waktu kerja berlangsung selama 8 jam. Apabila karyawan bekerja lebih

dari 8 jam, maka ia berhak mendapatkan upah kerja lembur. Waktu kerja lembur pun

hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat

belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Namun hal ini tidak termasuk kerja lembur yang

dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau hari libur resmi.

Seorang karyawan dapat melakukan kerja lembur dengan maksimal 14 jam

dalam satu minggu (terhitung Senin hingga Jumat). Lembur pada akhir minggu atau

pada hari libur resmi memilik perhitungannya sendiri. Beberapa perusahaan kadang

mempekerjakan karyawannya lebih dari 14 jam lembur namun hanya membayarkan

upah lembur untuk 14 jam saja. Hal ini jelas tidak sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Namun tidak semua karyawan yang lembur harus mendapatkan upah lembur.

Dalam pasal 4 dikatakan bahwa mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai

pemikir, perencana, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan, waktu kerjanya

tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan.4

Page 10: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Idealnya lembur dilaksanakan berdasarkan permintaan dari pengusaha dan

persetujuan tertulis dari karyawan. Lembur tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan

keinginan satu pihak. Terlalu sering lembur bukan berarti Anda akan dianggap

karyawan yang loyal. Justru Anda bisa dicap lamban dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dan tidak mampu bekerja tepat waktu (on time).

2.2 Mekanisme Kerja Lembur

Pasal 78 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Pasal 3

Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah

Kerja Lembur menyatakan secara tegas bahwa "Waktu Kerja Lembur hanya dapat

dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam

dalam 1 (satu) minggu".

Meskipun Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 telah secara tegas

membatasi waktu kerja lembur seperti tersebut diatas, tetapi karena

mempertimbangkan kepentingan perusahaan dan dunia usaha, ketentuan undang-

undang tersebut oleh Keputusan Menakertrans No. 102/MEN/VI/2004 agak sedikit

dianulir seperti diatur dalam Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa "Ketentuan

waktu kerja lembur seperti tersebut diatas termasuk kerja lembur yang dilakukan

pada waktu istirahat mengguan atau harian resmi".

Ketentuan Keputusan Menakertrans, hendaknya jangan dipandang dari sudut

ketentuan tersebut bertentangan dengan peraturan perusahaan yang lebih tinggi yaitu

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tetapi sebaiknya harus dipandang dari adanya

kebutuhan dunia usaha yang memerlukan kerja lembur lebih dari 40 (empat puluh)

jam dalam seminggu yang oleh Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tidak

diakomodir.

5

Page 11: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Disamping itu ketentuan Keputusan Menakertrans mengenai kerja lembur

pada hari istirahat mingguan dan libur resmi tidak melanggar kepentingan dan hak

pekerja, karena untuk melakukan kerja lembur harus atas persetujuan dari

pekerja/buruh yang bersangkutan, sehingga pekerja tidak dapat dipaksa untuk

melakukan kerja lambur Dengan adanya ketentuan waktu kerja lembur pada hari

istirahat mingguan dan hari libur resmi, maka dimungkinkan waktu kerja lembur lebih

dari 40 (empat puluh) jam dalam seminggu.

C. Kewajiban Perusahaan

Membuat daftar pelaksanaan kerja lembur yang memuat nama pekerja/buruh

yang bekerja lembur dan lamanya waktu kerja lembur.

Membayar upah lembur.

Memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya. Waktu istirahat ini harus

mengacu pada ketentuan Pasal 79 ayat (2) huruf a Undang-undang Nomor 13

tahun 2003 yang menetapkan bahwa "Istirahat antara jam kerja, sekurang-

kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus

dan waktu istirahat tidak termasuk jam kerja".

Memberikan makan dan minumnya sekurang-kurangnya 1.400 (seribu empat

ratus) kalori apabila kerja lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih.

Pemberitahuan makanan tidak boleh diganti dengan uang, hal ini dimaksudkan

agar kesehatan ekerja dapat tetap terpelihara.

6

Page 12: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Kerja Lembur (overtime)

Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, atas dasar

perintah atasan, yang melebihi jam kerja biasa pada hari-hari kerja, atau pekerjaan

yang dilakukan pada hari istirahat mingguan karyawan atau hari libur resmi. Prinsip

kerja lembur pada dasatnya bersifat sukarela, kecuali dalam kondisi tertentu pekerjaan

harus segera diselesaikan untuk kepentingan perusahaan.

Menurut Thomas (2002), Pengertian kerja lembur adalah pekerjaan tambahan

yang dilakukan di luar jam kerja yang melebihi 40 jam kerja per minggu atau kerja

yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan

dalam hari kerja normal.

Menurut Donal S. Barrie, Boyd C. Paulson, et al. (1995), pengertian kerja

lembur adalah jadwal kerja yang direncanakan merujuk pada situasi dimana operasi

itu telah dijadwalkan secara teratur untuk melampaui hari yang terdiri dari 8 jam yang

normal. 40 jam seminggu.

Di Indonesia, ketentuan kerja lembur diatur oleh Menteri Tenaga Kerja

dengan dikeluarkannya SK Menteri Tenaga Kerja No. 580/M/BM/BK/1992 pasal 2

dan 3, yang menyebutkan bahwa kerja lembur merupakan waktu dimana seorang

pekerja bekerja melebihi dari jadwal waktu yang berlaku, yaitu 7 jam sehari dan 40

jam seminggu.

3.2 Formula Upah Lembur (overtime)

Perhitungan jam kerja lembur dan tarif upah lembur mengacu pada Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. KEP-72/MEN/1984, dengan rumusan:

7

Page 13: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

1. Tarif upah lembur: 1/173 x Gaji Pokok

2. Perhitungan lembur dilakukan pada hari kerja biasa:

a. Untuk jam pertama adalah 1,5 kali TUL (Tunjangan Upah Lembur).

b. Untuk jam-jam berikutnya adalah sebesar 2 kali TUL.

c. Lebih dari jam 19.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan makan.

d. Lebih dari jam 22.30 WIB akan mendapatkan 1 kali tunjangan

transport.

3. Perhitungan lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya

resmi:

a. Untuk setiap jam dalam batas waktu 7 (tujuh) jam pertama adalah

sebesar dua kali TUL.

b. Untuk jam ke 8 (delapan) sebesar 3 kali TUL.

c. Untuk jam ke 9 (sembilan) dan seterusnya adalah sebesar empat kali

TUL.

4. Pekerjaan lembur kurang dari ½ (setengah) jam sehari tidak diperhitungkan

dengan upah lembur.

5. Ketentuan upah lembur hanya berlaku untuk karyawan dengan golongan I-III

atau dinyatakan lain dalam perjanjian kerja.

6. Untuk karyawan shift, bilamana hari tugasnya jatuh pada hari libur resmi

(raya), maka jam kerja pada hari tersebut dihitung sebagai kerja lembur, dan

perhitungan upah lemburnya mempergunakan perhitungan jam lembur hari

raya.

Berkaitan dengan hari raya, ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Hari Kerja Biasa 

8

Page 14: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Bila pekerjaan lembur dilakukan melewati jam 19.30 WIB, bila tidak

disediakan makan oleh Perusahaan akan diberikan tunjangan makan yang besarnya

ditetapkan oleh Perusahaan.

2. Hari Libur / Raya

Karyawan yang melakukan pekerjaan lembur pada hari istirahat minguan atau

hari libur resm i/hari raya akan mendapat tunjangan transport sesuai dengan ketentuan

hari kerja biasa ditambah tunjangan makan jika lembur yang dijalani telah melewati 3

(tiga) jam kerja.

Tunjangan transport tidak berlaku bagi karyawan yang mendapat fasilitas

kendaraan, sebagai kebijakan Perusahaan dapat mempertimbangkan mengganti biaya

transport (mis: tol, uang parkir dll) sesuai dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan

oleh karyawan untuk keperluan lembur tersebut.

Bila pekerjaan lembur dilakukan melewati jam 19.30 WIB, bila tidak

disediakan makan oleh Perusahaan akan mendapat tunjangan makan sesuai dengan

yang telah ditetapkan oleh Perusahaan.

Banyak orang yang tidak mengetahui cara menghitung Upah Lembur (Uang

Lembur/Over Time). Upah Lembur ini mengacu pada Keputusan Menteri No.

Kep.102/MEN/VI/2004, Pasal 10 ayat (1) dan (2) sebagai berikut:

Contoh kasus #1 Pasal 10 ayat (1)

Kita mulai membahas Pasal 10 ayat (1): Dalam hal upah terdiri dari upah po-

kok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah lembur adalah 100% (seratus

perseratus) dari upah. Makna pasal 10 ayat (1) sangat jelas, bahwa didalam

komponen upahnya hanya terdiri dari gaji pokok dan tunjangan tetap.

Seperti apakah upah pokok  dan tunjangan tetap?

9

Page 15: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Misalnya pengusaha menetapkan upah sebesar Rp 1.500.000 yang terdiri dari

komponen sebagai berikut:

- Gaji pokok Rp   1.200.000

- Tunjangan Jabatan Rp           300.000

  Total Upah Rp   1.500.000

Diatas telah kita ketemukan total upah yang komponennya terdiri dari

gaji/upah pokok dan tunjangan tetap sebesar Rp 1.500.000.

Bagaimana perhitungannya?

        Tarif upah sejam adalah Rp 1.500.000 x 1/173 = Rp 8.670,51

Contoh kasus #2 Pasal 10 ayat (2)

Sedangkan ayat (2) menyatakan: Dalam hal upah terdiri dari upah pokok, tun-

jangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabilah upah pokok tambah tunjangan tetap

lebih kecil 75% (tujuh puluh lima perseratus) keseluruhan upah, maka dasar

perhitungan upah lembur 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari keseluruhan upah.

Seperti apakah upah pokok  dan ‘tunjangan tetap’ ditambah ‘tidak tetap’?

10

Page 16: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Kalau kita perhatikan rasio dari upah (gaji pokok dan tunjangan tetap) sebesar

79% (seperti tabel 10.2), maka acuan perkalian tidak bisa menggunakan rumus 75%

dari total upah keseluruhan.

Mengapa?

Kalau 75% dari total upah keseluruhan berarti Rp 1.900.000 x 75% = Rp

1.425.000. Sedangkan nilai komponen upah saja sebesar Rp 1.500.000. Artinya yang

digunakan adalah angka Rp 1.500.000 yaitu angka yang tertinggi dan lebih baik bagi

kepentingan karyawan, dengan perhitungan Rp 1.500.000 x 1/173 = Rp 8.670,51 per-

jamnya.

Apakah boleh boleh dari nilai upah keseluruhan?

Prinsipnya, bila nilainya lebih baik dari ketentuan yang dimaksud Kepmen

sangat dibenarkan.

Bagaimana perhitungannya?

Jika menggunakan dari keseluruhan akan lebih baik, dan tarif sejamnya adalah

Rp 1.900.000 x 1/173 = Rp 10.983,-

3.3 Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur Terhadap Karyawan 

Seringkali kita menemukan fenomena, dan ini sangat mudah dijumpai di Kota

Batam khususnya, dimana orang/karyawan dalam perusahaan bekerja sangat keras

diluar kelaziman bahkan sampai “pontang panting” tidak karuan. Mereka sudah tidak

perduli lagi dengan waktu. Berangkat kerja pagi-pagi, kembali waktu malam. Catatan

lembur, untuk karyawan perusahaan misalnya, sudah tidak bisa dihitung lagi. Bahkan

tidak jarang, mereka juga terpaksa harus masuk disaat hari-hari besar. Waktu menjadi

seolah-olah sangat sempit sementara beban tugas terus semakin menumpuk dan

permasalahan tidak selesai selesai. Begitu selesai permasalahan yang satu, muncul

11

Page 17: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

permasalahan yang lain. Begitu selesai target yang satu, muncul target yang lain

seolah tanpa berkesudahan.

Berikut Dampak dari implementasi sistem kerja lembur (overtime) yang

dirangkum dari hasil interview dan jajak pendapat terhadap beberapa karyawan

(secara acak) yang bekerja pada perusahaan yang berbeda di Kota Batam, yakni:

A. Dampak positif

Kata lembur memang sudah tidak asing lagi bagi para pekerja/karyawan

perusahaan, termasuk di Kota Batam.. Beberapa karyawan sangat suka mendapat

jatah lembur karena mereka bisa mencari penghasilan tambahan. Bahkan sekarang ini

eksistensi kerja lembur menjadi semacam komponen yang sangat dibutuhkan oleh

karyawan untuk menambah jumlah penghasilan. Dengan lembur, maka ada baiknya

kita bisa mendapatkan banyak sekali keuntungan. Selain uang yang bertambah, kita

juga bisa mendapatkan nilai positif dari atasan. Ini penting bagi anda dan jenjang karir

tentunya. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga kalau lembur itu adalah sesuatu hal yang

sulit untuk dikerjakan. Banyak kendala yang harus kita hadapi. Inilah lembur, antara

suka dan tidak yang harus kita lalui ketika menjalankan lembur. Lembur memang bisa

sangat menarik karena kita tidak perlu menghabiskan waktu di rumah hanya untuk

bermalas-malasan.

Dampak positif dari sistem kerja lembur yang dirasakan karyawan, yakni:

Mendapatkan pemasukan tambahan

Dengan mengikuti lembur, maka kita bisa mendapatkan pemasukan tambahan.

Ini adalah hal utama dalam lembur. Jadi anda bisa menikmatinya nanti saat

menerima gaji anda.

Mendapatkan nilai lebih dari atasan

12

Page 18: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Dengan lembur, pastikan atasan anda tahu anda lembur. Hal ini sangat

berguna karena atasan pasti suka jika anda karyawan atau bawahannya bekerja

lembur apalagi hasilnya sama produktifnya.

Hal ini bisa memberikan anda nilai plus dan ini bagus bagi karir anda.

Dengan kerja lembur, maka anda akan mendapatkan pemasukan berlebih.

B. Dampak Negatif

Bekerja lembur memang menghasilkan banyak keuntungan, dari pekerjaan

lebih efisien, bisa mendukung percepatan karier, hingga tambahan penghasilan. Tapi

tidak untuk aspek lain si pekerja/karyawan.

Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari segi waktu, terdapat

pembagian waktu yang kurang proporsional. Dimana dengan kerja lembur (overtime),

secara otomatis porsi waktu terhadap pekerjaan di perusahaan lebih banyak dari pada

porsi waktu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya.

Selain itu ada sisi psikologis yang perlu dicermati. Implikasinya sangat

kompleks dari mulai masalah pribadi, keluarga sampai pada masalah sosial. Dari sisi

pribadi misalnya, faktor gangguan kesehatan seperti stress, darah tinggi bahkan stroke

adalah hal yang kerap dijumpai akibat dari pola hidup yang “keluar” dari jalur

fitrahnya disamping pola makan yang buruk tentunya. Umur muda bukan lagi jaminan

untuk terhindar dari resiko penyakit-penyakit tersebut.

Dari sisi keluarga, waktu untuk berkumpul dengan istri dan anak-anak menjadi

dikorbankan. Hubungan antar anggota keluarga menjadi kurang solid dan harmonis.

Disamping itu kepedulian terhadap perkembangan anak-anak juga seolah-olah

terabaikan. Bahkan tidak jarang, banyak keluarga yang hancur berantakan akibat

masalah tersebut.

13

Page 19: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Secara sosial, mereka juga seringkali dipandang sebagai anggota masyarakat

yang tidak mau bersosialisasi di lingkungannya. Terlalu sibuk untuk urusan sendiri

menyebabkan kehilangan waktu untuk kumpul-kumpul atau bahkan untuk sekedar

menegur dan mengucapkan ucapan selamat kepada tetangganya yang baru saja

mendapat suka cita. Atau sekedar bertakziyah kepada sahabat dan kerabat yang

berduka cita.

Sikap hidup yang tidak ideal tersebut muncul karena kita seringkali memiliki

persepsi yang tidak proporsional terhadap lingkungan dimana kita berada, kepada

atasan kita, kepada kantor tempat kita bekerja, atau bahkan kepada klien atau parter

bisnis yang seharusnya dalam kendali kita. Kontrol kita serahkan sepenuhnya kepada

pihak luar. Atau bisa dikatakan kita seringkali hanya menjadi sekedar objek bukannya

sebagai subjek. Kita seringkali bukannya mengelola tapi dikelola, bukannya mengatur

tapi diatur, bukannya memanage tapi dimanage. “Kalau bukan dari mereka, rezeki

saya dari mana?” mereka berkilah. Karir adalah segala-galanya seolah-olah mereka

merasa tidak akan mencapai sukses apabila tidak melakukan hal seperti tersebut

diatas. Disini yang disoroti adalah sikap kita terhadap lingkungan kita dan target-

target itu. Selama kita masih bisa berjalan diatas fitrah kemanusiaan kita baik sebagai

individu, keluarga dan masyarakat serta bisa menikmati target dan beban kerja yang

kita miliki maka itu bukanlah menjadi persoalan. Menyusun skala prioritas adalah

jawabannya.

Misalnya, apa yang akan kita katakan apabila ada rekan bisnis perusahaan kita

meminta bertemu di luar jam perusahaan atau di luar hari kerja? Apakah akan kita

setujui atau kita tolak. Tentunya ini sangat situasional karena tergantung dari

kepentingan dan tingkat urgensinya. Apabila merupakan pertemuan biasa-biasa saja,

bisakah kita mengatakan “Maaf, saya tidak bisa meeting pada jam tersebut,

14

Page 20: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

bagaimana kalau kita re-schedule ke pagi/siang saja dihari yang sama? Atau kita

terpaksa mengatakan “Oke pak” padahal kita sudah janji untuk mengajari anak-anak

dirumah karena sebentar lagi mereka menghadapi ujian/test di sekolahnya. Sekali lagi,

ini sangat situasional sehingga kitalah yang bisa menilainya. Bekerja lembur juga

akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan/mental dan kesehatan

karyawan/pekerja perusahaan.

Studi yang dipimpin Marianna Virtanen dari Finnish Institute of Occupational

Health dan University College London ini melibatkan sekitar 2.000 pegawai sipil usia

paruh baya di Inggris.

Studi menemukan hubungan kuat antara kerja lembur dan depresi. Korelasi ini

muncul tanpa mengabaikan sejumlah faktor pemicu depresi seperti sosial demografi,

gaya hidup, dan aktivitas lain yang memengaruhi tingkat stres.

"Meski kerja lembur kadang-kadang memberikan manfaat bagi individu dan

masyarakat, penting bagi kita untuk menyadari bahwa jam kerja yang berlebihan

terkait dengan peningkatan risiko depresi berat," kata Dr Virtanen, yang

memublikasikan studinya di jurnal online PLoS ONE, seperti dikutip Times of India.

Tuntutan lembur dan menyelesaikan beban pekerjaan di luar jam kerja

seringkali membuat pekerja tertekan. Jam kerja yang berlebih jelas akan menyita

waktu berkumpul bersama keluarga dan istirahat. Ada yang memilih berhenti kerja

karena jam kerja tak sesuai, tapi banyak pula yang bertahan karena alasan ekonomi.

Berdasarkan riset terbaru di Inggris, orang yang sering bekerja lembur dengan

menghabiskan waktu 10 hingga 11 jam sehari berisiko lebih tinggi mengalami sakit

jantung. Kesimpulan itu adalah hasil analisa studi terhadap 6.000 pekerja sipil di

Inggris yang dipublikasikan dalam European Heart Journal edisi online. Dalam

laporan itu disebutkan, mereka yang menambah waktu tiga hingga empat jam sehari

15

Page 21: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

untuk bekerja lembur berisiko 60 persen lebih tinggi menderita sakit jantung. Angka

ini muncul setelah memperhitungkan berbagai risiko penyakit, termasuk kebiasaan

merokok. Dari data studi terungkap, ada 369 kasus kematian responden akibat

penyakit jantung. Mereka meninggal akibat mengalami serangan jantung ataupun

angina pectoris. Jumlah waktu yang dihabiskan saat lembur pun memiliki kaitan erat

dalam banyak kasus. Bekerja terlalu keras membuat jantung seperti dawai gitar yang

ditarik dengan keras. Berdasarkan penelitian Virtanen, memang ada sejumlah hal

yang menjelaskan hubungan ini.

1. Pekerja yang sering bekerja lembur umumnya adalah mereka dengan

kepribadian tipe A. Jenis pribadi ini cenderung agresif, kompetitif, gampang

tegang, sangat peduli akan waktu, dan umumnya gampang naik darah.

2. Stres psikologis yang muncul bersamaan dengan depresi dan kecemasan

mungkin akibat tidak cukup tidur atau tak cukup istirahat sebelum pergi tidur.

3. Ada tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan stres kerja yang

tersembunyi. Masalah ini tak muncul saat check up medis.

4. Pekerja yang sering bekerja lembur sering kali tetap bekerja ketika sakit, tak

mempedulikan gejala masalah kesehatan, dan tidak pergi dokter untuk

mengobati penyakitnya.

5. Pengalaman stres yang kronis (sering kali berhubungan dengan lamanya

waktu bekerja) bisa berdampak pada proses metabolisme dalam tubuh.

  Sedangkan menurut sebuah penelitian, risiko menderita penyakit jantung

iskemik pada para pekerja wanita meningkat akibat adanya tekanan pekerjaan yang

terlalu berat. Penyakit jantung iskemik sering disebut sebagai ‘silent kiler’ . banyak di

antara penderita tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini karena mereka

tidak mengalami gejala.

16

Page 22: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Studi penelitian terdahulu telah menyebutkan adanya keterkaitan antara stres

di tempat kerja dan risiko penyakit jantung. Akan tetapi kebanyakan studi ini hanya

berfokus pada kalangan pria.

Sementara riset lain dilakukan di New York terhadap 2.200 pekerja pria dan

wanita. Mereka disurvei mengenai pekerjaan dan efeknya terhadap kestabilan

kejiwaan. Rata-rata jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam. Riset tersebut

membuktikan, para pekerja yang memiliki jam kerja lebih lama dari standar biasanya

mengalami masalah dalam kejiwaannya. Tak hanya berpengaruh pada menurunnya

kinerja, mental para pekerja pun bisa menjadi taruhannya. Seperti yang dikutip dari

reuters, Dr. Marianna Virtanen, sang peneliti, mengungkap bahwa waktu kerja yang

panjang berpengaruh pada fungsi kognitif seseorang.

Saat hal itu berlangsung lama, maka akan berpengaruh pada kesehatan jiwa

para pekerja tersebut. Para pekerja yang memiliki jam kerja 55 jam mengalami

penurunan kestabilan yang parah dalam lima tahun. Para ahli menilai, temuan ini

membawa sebuah pesan akan pentingnya keseimbangan antara hidup dan pekerjaan

bagi kesehatan.

Agen Penelitian Kanker Internasional (IARC) baru-baru ini memutuskan

untuk memasukkan poin mengenai bekerja pada malam hari ke dalam daftar

pekerjaan beresiko kanker. Dalam dafar tersebut juga termasuk sinar ultraviolet,

karbon hitam, mesin pembuangan uap, zat-zat pewarna berbahaya, dan sebagainya.

Ilmuwan Jepang dari University of Occupational and Environmental Health

mengadakan sebuah eksperimen. Mereka mengamati 14.000 orang selama 10 tahun.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa karyawan yang bekerja dengan jam kerja

fleksibel lebih banyak menderita kanker prostat dibanding mereka yang bekerja

dengan jam kerja standar.

17

Page 23: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

Pakar Denmark dari Institute of Cancer Epidemiology memeriksa 7.000

wanita berusia 30 hingga 54 tahun. Diketahui bahwa para wanita yang bekerja

setidaknya selama enam bulan lamanya pada malam hari memiliki peluang lebih

tinggi mengidap tumor payudara.

Richard Stevens, seorang professor dari Connecticut University Health Center

merupakan ilmuwan pertama yang mengamati interkoneksi antara bekerja malam hari

dan kanker payudara pada tahun 1987.

Ilmuwan menyelidiki alasan merebaknya kanker payudara pada tahun 1930-

an, di mana saat itu banyak perusahaan yang mulai menetapkan 24 jam kerja penuh

sehari dengan mempekerjakan wanita sebagai buruh siang dan malam.

Walaupun demikian, fenomena yang terjadi sekarang ini, posisi kerja lembur

(overtime) sudah bergeser menjadi suatu ‘kebutuhan’ (urgent) bagi para karyawan

untuk menambah nominal pendapatan. Karena pada kenyataanya, seiring dengan

kenaikan harga komponen kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari sehingga

terjadi inflasi, ternyata tidak diiimbangi dengan kenaikan upah/gaji pokok yang

signifikan. Istilahnya kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) yang terjadi tidak

sebanding dengan meroketnya harga-harga kebutuhan pokok di pasaran. Sehingga

seandainya tidak ada tambahan pemasukan dari kerja lembur (overtime) dan hanya

mengandalkan dari gaji pokok saja tidak bisa cukup. Dan inilah fakta yang terjadi di

lapangan sekarang ini. (Berdasarkan testimoni/wawancara/jajak pendapat).

18

Page 24: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada prinsipnya, kerja lembur (overtime) merupakan salah satu kebijakan

yang diterapkan oleh perusahaan terhadap karyawan untuk memenuhi target produksi

yang telah ditetapkan bersama pelanggan.

Karyawan berperan sebagai eksekutor yang mengimplementasikan kebijakan

tersebut (sinergi). Tentu saja hal ini akan sangat berdampak/berpengaruh bagi

kehidupan karyawan, baik secara kejiwaan/psikis, finansial, sosial/lingkungan,

kesehatan dan keberlangsungan hidup di masa yang akan datang.

3.2 Saran

Agar tercipta kondusifitas kerja bagi karyawan antara tuntutan untuk

memenuhi tercukupinya kebutuhan hidup dan menunaikan kewajiban sebagai

karyawan perusahaan (saling menguntungkan dan melengkapi), maka perlu

diperhatikan beberapa hal:

Peran pihak manajemen perusahaan untuk lebih memahami dan

memperhatikan aspek humaniora karyawan agar implementasi kerja lembur

tersebut berjalan dengan baik dan relevan dengan Peraturan Kerja Bersama

(PKB) yang telah disepakati.

Pentingnya untuk mengembangkan paradigma karyawan tentang kerja lembur

(overtime) yang merupakan nilai tambah (added value) bagi pendapatan pokok

dengan tetap memperhatikan berbagai hal tentang dampak/efek dari kerja

lembur sebagaimana yang telah dibahas di atas (proporsional).

19

Page 25: Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Oleh Perusahaan di Kota Batam

DAFTAR PUSTAKA

Kepmenakertrans No. KEP.102/MEN/IV/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan

Upah Kerja Lembur.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3235/keputusan-menteri-atas-waktu-

dan-upah-kerja-lembur-

http://dedylondong.blogspot.com/2012/04/memahami-perhitungan-upah-lembur.html.

http://trick-tipsonline.blogspot.com/2011/04/kerja-lembur-bisa-tingkatkan-

risiko.htmlhttp://hrd.indika.net.id/sop/KerjaLembur.htm.

20