Analisis Cvp Fix

28
ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT Kelompok 3 BAB I PENDAHULUAN Manajer keuangan di setiap perusahaan berkompeten dalam mendesain model keuangan untuk menyesuaikan keputusan operasional dan strategis, seperti perencanaan laba atau penggunaan optimal dari suatu sumber daya yang langka dan membangun suatu model dasar keuangan, yaitu cost-volume-profit (CVP). Model keuangan adalah penyajian kenyataan di dalam dunia bisnis. Model keuangan memerlukan analisis yang mengembangkan satu set persamaan yang menghadirkan suatu operasi perusahaan dan hubungan keuangannya. Jika model keuangan dikembangkan, maka akan dapat digunakan untuk menyelidiki kombinasi variabel berbeda yang saling berhubungan satu sama lainnya dan juga untuk melihat apa saja hasil yang diperkirakan dalam skenario berbeda. Model keuangan menawarkan beberapa manfaat kepada para pemakai. Jika model keuangan dikembangkan, maka para pemakai dapat berkonsentrasi atas analisa kepentingan departemen sebagai ganti jumlah yang dibahas. Hal ini memberi pengertian yang mendalam pada para manajer keuangan tentang kemungkinan hasil bisnis tanpa resiko mencobanya terlebih dahulu. Satu model yang telah terbukti bermanfaat adalah model Cost-Volume-Profit (CVP). Model ini memperlihatkan 1

description

akuntansi

Transcript of Analisis Cvp Fix

[Document title]

BAB I

PENDAHULUANManajer keuangan di setiap perusahaan berkompeten dalam mendesain model keuangan untuk menyesuaikan keputusan operasional dan strategis, seperti perencanaan laba atau penggunaan optimal dari suatu sumber daya yang langka dan membangun suatu model dasar keuangan, yaitu cost-volume-profit (CVP).

Model keuangan adalah penyajian kenyataan di dalam dunia bisnis. Model keuangan memerlukan analisis yang mengembangkan satu set persamaan yang menghadirkan suatu operasi perusahaan dan hubungan keuangannya. Jika model keuangan dikembangkan, maka akan dapat digunakan untuk menyelidiki kombinasi variabel berbeda yang saling berhubungan satu sama lainnya dan juga untuk melihat apa saja hasil yang diperkirakan dalam skenario berbeda.

Model keuangan menawarkan beberapa manfaat kepada para pemakai. Jika model keuangan dikembangkan, maka para pemakai dapat berkonsentrasi atas analisa kepentingan departemen sebagai ganti jumlah yang dibahas. Hal ini memberi pengertian yang mendalam pada para manajer keuangan tentang kemungkinan hasil bisnis tanpa resiko mencobanya terlebih dahulu.

Satu model yang telah terbukti bermanfaat adalah model Cost-Volume-Profit (CVP). Model ini memperlihatkan efek perubahan volume pada biaya perusahaan, pendapatan, dan laba. Model dasar ini menggabungkan empat variabel penting: volume penjualan, biaya-biaya, pendapatan, dan laba. Walaupun model ini disebut cost-volume-profit, model ini juga dapat digunakan oleh perusahaan nirlaba juga. Perusahaan seperti itu melaksanakan analisa untuk meyakinkan bahwa mereka hanya membelanjakan dana yang mereka punyai. BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Biaya Variabel, Biaya Tetap, dan Semivariabel

a. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Merupakan jenis biaya yang bersifat statis (tidak berubah) dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan tetap kita keluarkan meskipun kita tidak melakukan aktivitas apapun atau bahkan ketika kita melakukan aktivitas yang sangat banyak sekalipun. Dalam proses produksi, biaya tetap akan selalu kita bayarkan atau keluarkan tanpa menghitung berapa banyak produksi yang kita lakukan, baik ketika tidak berproduksi atau sebaliknya saat produksi dilakukan dalam kapasitas maksimal. Jadi, dengan kata lain, secara total biaya ini akan selalu sama, tidak terpengaruh oleh jumlah unit yang diproduksi atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Jika dihitung per unit produk yang dihasilkan atau per aktivitas yang kita lakukan, biaya tetap dan unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan memiliki hubungan yang terbalik. Hubungan terbalik ini maksudnya adalah semakin banyak unit yang kita produksi atau semakin banyak aktivitas yang kita lakukan maka biaya tetap per unit atau per aktivitas yang kita lakukan akan semakin kecil jumlahnya. Contohnya: Tenaga kerja tidak langsung.b. Biaya Variabel (Variable Cost)

Merupakan biaya yang bersifat dinamis. Ia mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun banyaknya aktivitas yang dilakukan. Pada biaya ini, jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas justru berjumlah tetap sedangkan untuk biaya secara total jumlahnya akan menyesuaikan dengan banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun jumlah aktivitas yang dilakukan. Jika biaya tetap memiliki hubungan terbalik dengan jumlah unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan maka, secara total, biaya variabel memiliki hubungan searah dengan jumlah unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan. Hubungan searah ini maksudnya adalah semakin banyak unit yang kita produksi atau semakin banyak aktivitas yang kita lakukan, maka akan semakin banyak biaya variabel yang kita keluarkan. Contohnya: Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk atau dengan kata lain tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pembuatan sebuah produk.c. Biaya Semivariabel (Semi Variable Cost)

Biaya semivariabel sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya semivariabel merupakan biaya yang mengandung unsur biaya variabel dan juga unsur biaya tetap. Biaya semivariabel terjadi karena hubungan jumlah biaya dengan basis aktivitas atau fungsi biaya memiliki unsur yang tetap dan unsur yang variabel terhadap perubahan volume aktivitas. Sebagian dari biaya semivariabel berubah seiring dengan volume aktivitas dan sebagian lagi berperilaku tetap selama periode tertentu. Contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik, air, telepon, dan biaya pemeliharaan.B. Laporan Keuangan Dengan Format Direct Costing

Direct Costing Method merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variable saja atau yang berpengaruh langsung dengan volume produksi. Direct costing juga sering disebut variable costing atau marginal costing. Direct costing memfokuskan perhatian pada product dan biaya-biaya yang secara langsung dapat ditelusuri terhadap perubahan dalam aktivitas produksi. Titik perhatian tersebut diarahkan pada:1. Manfaat internal, seperti: perencanaan laba, penetapan harga, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.2. Manfaat external, seperti: pelaporan keuangan dan income determination.Karakteristik metode Direct / Variable Costinga. Biaya overhead pabrik tetap (fixed FOH) diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsure harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku terjual, fixed FOH tidak melekat pada persediaan tersebut, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.c. Penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.Manfaat Metode Direct Costing

Laporan keuangan yang disusun berdasar metode direct costing bermanfaat bagi manajemen untuk:1. Perencanaan laba jangka pendekDalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variable yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen. Laporan laba-rugi menyajikan dua ukuran penting: (a) Contribution Margin (Laba Kontribusi) dan (b) Operating Leverage.Contoh:Sales

:$1000Variable cost:

(600)Contibution Margin:

400Fixed cost:

(300)Operating Income :$ 100% Contribution Margin =CM / Sales

= 400 / 1000

=40 %Operating Leverage =CM / Operating Income

=400 / 100

=4 x (empat kali)Misalnya, dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan:12% x 40% = 4,8%Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variable yang memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume, dan laba.2. Pengendalian BiayaBiaya tetap dalam direct costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yakni: discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berprilaku tetap karena kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, peralatan, dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.

3. Pengambilan KeputusanPihak manajemen dengan menggunakan metode direct costing dapat menentukan pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.C. Analisis Break Event Point (BEP)

Analisa break event point adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, profit dan volume aktivitas. Masalah break event point baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai biaya variabel dan biaya tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap.

Break event point menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Break event point ditinjau dari konsep contribution margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana contribution margin tepat sama besarnya dengan total biaya tetapnya.

Asumsi Break Event Point

Asumsi dasar dalam analisa break event point, antara lain :

a. Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.b. Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total biaya variabel per unit tetap konstan.c. Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.d. Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.e. Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan.f. Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai sales mix) akan tetap konstan.g. Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.h. Harga faktor produksi relatif konstan.i. Efisiensi produksi tidak berubah.j. Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.k. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya sajaasumsi-asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita maumenggunakannya.Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :1. Biaya dalam analisis BEP.Hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost. Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabeldisisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :

a. pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yangterkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.

b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.2. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan,walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu), artinya kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya. 3. Biaya variabel (Variable Cost)Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupundiberikan perusahaan . Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.4. Harga JualHarga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.5. Tidak Ada Perubahan Harga JualArtinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak. Tujuan Analisis Titik Impas / BEP

Penggunaan analisis BEP memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :1. Mendesain spesifikasi produk2. Menentukan harga jual persatuan3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian4. Memaksimalkan jumlah produksi5. Merencanakan laba yang diinginkan

Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

1. Perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan2. Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima danhal-hal lainnya dianggap sama.5. Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan,misalnya kenaikan harga bahan baku.Rumus Break Event Point (BEP)a. Rumus Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:BEP(unit/x) = FC

(S VC)

atau BEP(rupiah) = FC

(1 (VC/S)) Dimana : FC = fixed cost (biaya tetap),

VC = variable cost (biaya variabel),

S = sales (penjualan).b. Rumus BEP untuk multiple product adalah:BEP(rupiah) =FC

(1 (TVC/TR))Dimana :

TVC = total variable cost (total biaya variabel)

TR = total revenue (total pendapatan).c. Rumus matematika untuk menentukan BEP adalah :Laba = {(harga penjualan per unit) x (volume penjualan)} {(biaya variable per unit) x (volume penjualan)} (biaya tetap)D. CVP1. Menentukan Titik Impas Dalam UnitAnalisis biaya volume laba atau cost volume profit analysis (CVP analysis) adalah suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya keadaan atau kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu perusahaan dan membantu mencarikan solusi atau pemecahannya. CVP analysis ini menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas penjualan dan harga jual, serta semua informasi keuangan yang terkandung di dalamnya. CVP analysis ini dapat dimulai dengan menentukan titik impas. Titik impas (break event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel.Penggunaan Pendekatan Laba Operasi dalam CVP AnalysisLaba operasi mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Secara lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual.

Laba Operasi = (Harga x Jumlah Unit Terjadi) - (Biaya Variabel per unit x Jumlah unit terjual) -Total Biaya Tetap.Penggunaan Margin Kontribusi dalam CVP AnalysisMargin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Jika kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan persamaan dasar impas berikut :Jumlah Unit = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit.

Penjualan Dalam Unit yang Diperlukan Untuk Mencapai Target Laba Target Laba Dalam Jumlah Rupiah Target laba = (harga/unit X Unit) (biaya variabel/unit X Unit) (biaya tetap) Target Laba dalam Persentase dari Pendapatan PenjualanP%(harga/unit)(unit) = (harga/unit X Unit) (biaya variabel/unit X Unit) (biaya tetap) Target Laba Setelah Pajak Laba bersih = Laba Operasi Pajak penghasilan= Laba Operasi (Tarif pajak x Laba operasi)= Laba Operasi ( 1 Tarif pajak)Laba Operasi = Laba Bersih / (1 Tarif pajak)

2. Menentukan Titik Impas Dalam Rupiah Penjualan

Untuk menghitung titik impas dalam rupiah penjualan, biaya variable didefinisikan sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah per unit yang terjual. Rasio biaya variable merupakan bagian dari setiap rupiah penjualan yang harus digunakan untuk menutupi biaya variabel. Rasio biaya variabel = (biaya variabel per unit)/(harga jual per unit). Rasio margin konstribusi adalah bagian dari setiap rupiah penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Maka berdasarkan pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa Rasio margin kontribusi = (margin kontribusi per unit)/(harga jual per unit).

Untuk biaya tetap, terdapat tiga kemungkinan: jika biaya tetap yang sama dengan margin kontribusi, maka laba operasi sama dengan nol dan perusahaan berada dalam keadaan impas. Jika biaya tetap yang lebih kecil dari margin kontribusi maka perusahaan menghasilkan laba (atau laba operasi positif) dan terakhir, jika biaya tetap yang lebih besar dari margin kontribusi, perusahaan mengalami kerugian operasi. Jadi, titik impas dalam rupiah penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Operasi = Penjualan (Rasio biaya variabel X penjualan) biaya tetapTarget Laba dan Pendapatan Penjualan Menentukan penjualan perusahaan untuk menghasilkan target laba yang dingiinkan, dengan cara: Penjualan = (biaya tetap + target laba)/(rasio margin kontribusi)3. Analisis Multiproduk

Dalam analisis multiproduk, perlu dilakukan pemisahan antara beban tetap langsung dan beban tetap umum. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi. Margin produk impas masing masing produk hanya akan menutup biaya tetap langsung. Sementara itu, biaya tetap umum masih belum tertutupi. Maka dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan melakukan bauran penjualan atau sales mix. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual perusahaan.

Penentuan bauran penjualan memungkinkan untuk mengkonversi masalah multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal. Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut diperlukan bauran penjualan, harga setiap produk dan setiap biaya variabel. Paket impas = (total biaya tetap)/(margin kontribusi per paket)Penghitungan terpisahContoh: Unit impas penjualan mesin manual & mesin otomatisUnit Impas mesin manual=Biaya tetap

Harga - Biaya variabel per unit

Unit Impas mesin otomatis=Biaya tetap

Harga - Biaya variabel per unit

4. Representasi Grafis dari Hubungan CVPa. Grafik Laba Volume

Grafik laba volume (profit volume graph) menggambarkan hubungan antara laba dan volume penjualan secara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi:

laba operasi = (harga x unit) (biaya variabel per unit x unit) biaya tetap)

Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas biasanya diukur pada sumbu horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.

0

b. Grafik Biaya Volume Laba

Grafik biaya volume laba (cost volume profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis terpisah, garis total pendapatan dan garis total biaya. Persamaan dari garis ini adalah :Pendapatan = Harga x UnitTotal biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + biaya tetapAsumsi-asumsi pada analisis biaya volume laba Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linear. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang relevan. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.5. Perubahan dalam Variabel CVP

Ada beberapa cara untuk manajer menghadapi resiko dan ketidakpastian. Pertama, pihak manajemen harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya para manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke pertimbangan kisaran titik impas. Para manajer juga dapat menggunakan analisis bagaimana-jika (what if) selain analisis sensitivitas. a. Margin pengamanan (margin of safety) adalah unit yang terjual atau( diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan melebihi volume impas. Margin pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar dari resiko.b. Pengungkit operasi (operating leverage) merupakan penggunaan biaya( tetap untuk menciptakan perubahan presentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah. Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage - DOL) untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.Tingkat pengungkit operasi = margin kontribusi/laba operasional

6. Analisis CVP dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat dikelompokkan dalam dua kategori : biaya variabel dan biaya tetap. Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan non-unit. Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda. Beberapa biaya yang sebelumnya diidentifikasi sebagai biaya tetap dapat berbeda dengan penggerak. Kedua, pembilang pada persamaan impas ABC memiliki dua istilah biaya variabel non unit: satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan batch dan satu untuk aktivitas yang berkaitan dengan keberlanjutan produk. Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan biaya tetap bertambah.

Misalnya ada 3 variabel penggerakTotal Biaya=Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit)

+ (Biaya setup x Jumlah setup)

+ (Biaya per jam mesin x Jumlah jam mesin)

Laba operasi=Total pendapatan Total biaya

Unit impas=Biaya tetap + (Biaya setup x Jumlah setup) + (Biaya per jam mesin x Jumlah jam mesin)

Harga Biaya variabel per unit

Kelemahan CVP

a. Data untuk analisis CVP tidak dapat diambil langsung dari laporan laba rugi berdasarkan perhitungan biaya penyerapan penuh, karena dampak dari aktivitas atas biaya tidak dapat ditentukan secara langsung.

b. Adanya ketidakpastian yang signifikan pada anlisis CVP yaitu dari faktor-faktor model CVP, harga, tingkat penjualan yang diharapkan, biaya variabel, dan biaya tetap sehingga manajer enggan mengambil resiko tersebut.

BAB III

KESIMPULAN

Analisis biaya-volume-laba (cost-volume-profit analysis) adalah suatu alat yang sangat berguna bagi seorang manajer untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena dengan alat ini sangat membantu manajemen suatu perusahaan dalam memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antarlima elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.

Jadi, dengan menggunakan analisis cost volume profit perusahaan akan dapat mengetahui berapa jumlah penjualan impas agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun untung, dan juga untuk mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mencapai target laba tertentu. Selain itu, analisis cost volume profit juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat membuat penurunan sebelum mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan kombinasi penjualan dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba yang telah ditetapkan.

Pembahasan Kasus 8-541. Jumlah hari pasien 20x5= $7.200.000/$360 = 20.000 hari pasien

Pendapatan perpasien = $ 360 /perhari pasien

Biaya Variabel

= $2.400.000 / 20.000 =$120 Jumlah hari pasien maksimal (tidak ada penambahan sewa tempat tidur)

= 60 pasien x 365 hari = 21.900 hari pasien Dengan demikian, maka perhitungan jumlah BEP menggunakan asumsi jumlah hari pasien direncanakan kurang dari atau sama dengan 22.000 dengan perhitungan sebagai berikut:

Biaya Tetap= Biaya sewa tetap+Gaji Pengawas+Gaji Perawat+Gaji Aid

= $3.480.000+($30.000 x 4)+($24.000 x 10)+($10.800 x 20)= $3.480.000+$120.000+$240.000+$216.000

= $4.056.000BEP (hari pasien)= $4.056.000 / ($360 - $120)

= $4.056.000 / $240

= 16.900 hari pasien

Biaya bed tetap perbed= $3.480.000 / 60 bed

= $58.000

Biaya bed tetap apabila divisi pediatric menyewa kapasitas ekstra dari pusat kesehatan susquehanna= $58.000 x 80 bed

= $4.640.000

Karena disebutkan bahwa divisi pediatric telah memutuskan menyewa kapasitas ekstra, maka diyakini bahwa divisi tersebut telah mempersiapkan tenaga medis pada nilai maksimal yaitu pada asumsi jumlah pasien 26.001 29.200 pasien. Akan tetapi, sebagaimana disebutkan dalam kasus, diasumsikan jumlah pasien, pendapatan per hari pasien, biaya per hari pasien adalah sama dengan tahun sebelumnya maka laporan keuangan untuk periode yang berakhir 30 Juni 20x6 adalah sebagai berikut:Biaya Total ($)Per unit ($)

Pendapatan ( 20.000 hari pasien x $360)7.200.000360,00

-Biaya Variabel (20.000 hari pasien x $120)2.400.000120,00

Marjin Kontribusi4.800.000240,00

-Biaya Tetap:

+Biaya bed tetap4.640.000232,00

+Biaya perawat pengawas ($30.000 x 5)150.0007,50

+Biaya perawat ($24.000 x 16)384.00019,20

+Biaya pembantu perawat ($10.800 x 31)334.80016,74

Total Biaya Tetap5.508.800275,44

Laba / Rugi Operasional- 708.800- 35,44

Unit yang Terjual

Titik Impas

[Author Name]1