analisis cvp

25
ANALISIS COST VOLUME PROFIT 1. Analisis Cost Volume Profit (CVP) a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit (CVP) Menurut Hansen & Mowen (2005:274) ”Analisis biaya- volume-laba (cost-volume-profit analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan”. Sedangkan menurut Garrison, dkk (2006:322) ”Analisis biaya-volume-laba adalah satu dari beberapa alat yang berguna bagi manajer dalam memberikan perintah”. Alat ini membantu manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada interaksi antarlima lima elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual. Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari analisis cost volume profit yaitu: 1. Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah. 2. Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap

description

manajemen keuangan

Transcript of analisis cvp

Page 1: analisis cvp

ANALISIS COST VOLUME PROFIT

1. Analisis Cost Volume Profit (CVP)

a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit (CVP)

Menurut Hansen & Mowen (2005:274) ”Analisis biaya-volume-laba (cost-

volume-profit analysis) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan

dan pengambilan keputusan”. Sedangkan menurut Garrison, dkk (2006:322)

”Analisis biaya-volume-laba adalah satu dari beberapa alat yang berguna bagi

manajer dalam memberikan perintah”.

Alat ini membantu manajemen suatu perusahaan untuk memahami hubungan

timbal balik antara biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan pada

interaksi antarlima lima elemen berikut: harga jual produk, volume atau tingkat

aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan bauran produk yang dijual.

Menurut Garrison, dkk (2006:350), ada beberapa asumsi yang mendasari

analisis cost volume profit yaitu:

1. Harga jual konstan. Harga jual produk atau jasa tidak berubah ketika volume

berubah.

2. Biaya adalah linear dan dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen

variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap

adalah konstan secara total dalam rentang yang relevan.

3. Dalam perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan.

4. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah. Jumlah unit yang

diproduksi sama dengan jumlah unit terjual.

Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi

manajemen suatu perusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk

membuat kalkulasi perencanaan laba dan anggaran penjualan dari suatu perusahaan

menjadi akurat. Dengan mengunakan analisis cost volume profit akan dapat diketahui

berapa jumlah penjualan impas agar perusahaan tidak mengalami kerugian maupun

untung, untuk mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus dicapai untuk

mencapai target laba tertentu, Analisis cost volume profit juga dapat digunakan untuk

Page 2: analisis cvp

mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat membuat penurunan sebelum

mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk menentukan kombinasi penjualan

dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk mencapai target laba yang telah

ditetapkan.

Cost-volume-profit (CVP) analysis digunakan untuk menentukan bagaimana

perubahan dalam biaya dan volume mempengaruhi pendapatan operasional

perusahaan dan pendapatan bersih. Dalam melakukan analisis ini, ada beberapa

asumsi dibuat ;

1. Harga jual per unit adalah konstan

2. Biaya variabel per unit adalah konstan.

3. Jumlah biaya tetap adalah konstan.

4. Semuanya barang yang diproduksi terjual.

5. Biaya hanya akan terpengaruh karena perubahan aktivitas.

Sedangkan Manfaat dari CVP ini bisa digunakan dalam :

1. Untuk perkiraan laba dengan mempertimbangkan hubungan antara biaya dan

keuntungan di satu sisi, dan volume produksi di sisi yang lain.

2. Untuk menyiapkan anggaran fleksibel yang bia menunjukkan biaya-biaya

pada berbagai tingkat produksi

3. Untuk mengevaluasi kinerja untuk tujuan pembandingan dan kontrol

perusahaan

4. Untuk mengatur kebijakan harga oleh memproyeksikan pengaruh struktur

harga yang berbeda terhadap biaya dan keuntungan pada periode

bersangkutan.

CVP ini merupakan suatu alat vital dalam dunia bisnis dimana hasil hasil dari

analisisnya bisa dijadikan rujukan dalam melakukan suatu kebijakan produksi atau

penjualan dan bisa dijadikan acuan juga dalam hal pengambilan keputusan  misalnya

produk apa yang semestinya lebih banyak diproduksi supaya

menghasilkan profit yang lebih besar dan lain sebagainya.

Page 3: analisis cvp

b. Margin Kontribusi

Margin kontribusi menurut Garrison, dkk (2006:324) adalah “jumlah yang

tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel”. Margin kontribusi merupakan

jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan. Margin

kontribusi juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Hansen & Mowen

(2005:280) menyatakan bahwa rasio margin kontribusi (contribution margin ratio)

adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan

menghasilkan laba. Adapun rumus rasio margin kontribusi adalah:

 

Rasio Margin Kontribusi = Margin Konstribusi

Penjualan

 

Contoh :

PT. RIFFLE INTERNASIONALLaporan Laba Rugi Kontribusi

Per 2006 

Total Per

Unit

Persentase Penjualan

Penjualan (400 unit)

Beban variable

Margin Kontribusi

Beban tetap

Laba bersih

Rp 100.000

60.000

Rp 250

150

100%

60%

40.000

35.000

Rp 100 40%

Rp 5.000

Perhitungan rasio margin kontribusi adalah sebagai berikut:

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi

Penjualan= Rp 40.000

Rp 100.000 = 40 %

Page 4: analisis cvp

 

c. Analisis Titik Impas

Titik impas adalah tingkat penjualan dimana laba adalah nol”. Jadi dapat

dikatakan bahwa titik impas merupakan titik di mana biaya dan pendapatan sama

besarnnya sehingga tidak terjadi laba maupun rugi. Analisa terhadap titik impas ini

digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan

agar semua biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi.

Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation

method) dan metode margin kontribusi (contribution method).

1) Metode Persamaan

Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang

disusun dengan format kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan

persamaan sebagai berikut:

 

Persamaan tersebut dapat diubah menjadi:

Berdasarkan contoh sebelumnya, maka titik impas dapat dihitung sebagai

berikut:

Penjualan  = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

X   = 0,6X + Rp 35.000 + Rp 0

0,4X = Rp 35.000

X = Rp 87.500

 

di mana:

X = Total penjualan

0,6 = Rasio beban variabel (beban variabel + penjualan)

Rp 35.000 = Total beban tetap

Laba = (Penjualan – Beban Variabel) – Beban Tetap

Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

Page 5: analisis cvp

 

Titik impas dalam unit yang terjual adalah sebagai berikut:

Rp 87.500/ Rp 250 per unit = 350 unit.

 

2) Metode Margin Kontribusi

Metode margin kontribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari

metode persamaan yang telah dijelaskan. Pendekatan ini memusatkan pada ide

bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang

dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit

yang harus dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi dengan

margin kontribusi per unit.

 

 

Dalam contoh di atas, perhitungan titik impas dengan mengguanakan

metode margin kontribusi adalah sebagai berikut:

 

Titik Impas =Beban tetapRasioCM

= Rp35.0000,40

= Rp 87.500

d. Analisis Target Laba

Target laba juga dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan

(equation method) dan metode margin kontribusi (contribution method).

1) Metode Persamaan

Titik impas dalam unit yang terjual = Beban tetap

Margin Konstribusi

Titik impas dalam dolar penjualan = Beban tetapRasioCM

Penjualan = Beban Variabel + Beban Tetap + Laba

Page 6: analisis cvp

2) Metode Margin Kontribusi

Berdasarkan contoh sebelumnya, misalkan target laba yang ingin dicapai

perusahaan adalah Rp 40.000. Maka jumlah penjualan total yang harus dicapai

adalah:

 

Jadi, target laba dapat dicapai dengan menjual 750 unit per bulan, yang berarti

dalam total penjualan berjumlah Rp 187.500 (Rp 250 per unit x 750 unit).

 

e. Margin Keamanan

Menurut Garrison, dkk (2006:338) ”Margin Keamanan (margin of safety)

adalah kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume

penjualan”. Margin keamanan menjelaskan jumlah dimana penjualan dapat menurun

sebelum kerugian mulai terjadi. Semakin tinggi margin keamanan, semakin rendah

risiko untuk tidak balik modal.

Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:

Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Persentase

ini didapat dengan membagi margin keamanan dalam dolar dengan total penjualan:

 

Unit penjualan untuk mencapai target  = Beban tetap+Target laba

Margin Kontribusi per unit

Unit penjualan untuk mencapai target  = Rp 35.000+Rp 40.000

Rp 100 per unit = 750

unit

Margin Keamanan = Total Penjualan yang Dianggarkan – Penjualan Titik Impas

Persentase Margin Keamanan  = Total Keamanandalam dolar

Totalanggaran penjualan( penjualan aktual)

Page 7: analisis cvp

  Berdasarkan contoh di sebelumnya, margin keamanan pada PT. RIFFLE

INTERNATIONAL adalah :

Margin Keamanan = Total Penjualan yang Dianggarkan – Penjualan Titik Impas

= Rp 187.500 – Rp 87.500

= Rp 100.000 atau 400 unit.

Margin keamanan ini berarti bahwa pada penjualan saat ini dengan harga jual

dan struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar Rp 100.000 akan memenuhi

titik impas saja.

2. Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

a. Biaya Tetap

Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat

aktivitas bisnis meningkat dan menurun”. Dengan kata lain, biaya tetap per unit

semakin kecil seiring dengan bertambahnya aktivitas dalam rentang relevan. Biaya

tetap akan konstan dan jumlah totalnya akan berubah bila produksi berubah atau

produksi bertambah dan sebaliknya bila produksi turun maka biaya tetap per unitnya

akan naik. Contoh biaya tetap adalah biaya depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi,

biaya sewa, gaji manajer pabrik, pajak properti, dan biaya tetap lainnya.

Ilustrasi untuk biaya tetap disajikan pada contoh berikut: Biaya penyewaan

mesin pemotong pada PT. RIFFLE INTERNATIONAL adalah biaya tetap, karena

biaya tersebut akan tetap sebesar Rp.60.000 per tahun, tidak peduli berapa banyak

potongan yang dihasilkan.

Daftar Biaya Sewa

PT. RIFFFLE INTERNATIONAL

Sewa Mesin Unit yang Diproduksi Biaya per unit

Rp 60.000 0 Rp -

60.000 60.000 1

Page 8: analisis cvp

60.000 120.000 0.5

60.000 180.000 0.33

60.000 240.000 0.25

Untuk melihat biaya tetap secara grafis dapat dilihat pada tabel berikut :

Grafik Biaya Tetap

Biaya tetap dapat dibagi menjadi dua bagian. Untuk tujuan perencanaan, biaya

tetap dipilah menjadi biaya yang telah ditentukan (committed) dan biaya yang

dikeluarkan berdasarkan kebijakan manajemen (disretionary).

Biaya tetap yang telah ditentukan (committed fixed cost) berkaitan dengan

investasi fasilitas, peralatan dan struktur organisasi pokok dalam suatu perusahaan.

Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan,

asuransi, gaji manajemen puncak dan karyawan operasional. Terdapat dua faktor

yang berkaitan dengan biaya tetap yang telah ditentukan yaitu:

1. Biaya ini sifatnya jangka panjang. Biaya-biaya ini merupakan committed fixed

costs karena keputusan manajemen dalam jangka pendek tidak sanggup

mengubah kembali biaya-biaya tersebut.

Page 9: analisis cvp

2. Biaya ini tidak dapat dikurangi menjadi nol meskipun pada jangka pendek

tanpa mengganggu tungkat profitabilitas atau tujuan jangka panjang

organisasi. Meskipun kegiatan operasi dihentikan, biaya ini tetap akan terjadi.

Biaya tetap kebijakan (disretionary fixed cost) merupakan biaya yang

disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk

membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh biaya tetap kebijakan adalah iklan, riset,

hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen.

Karakteristik yang terpenting dari biaya tetap kebijakan adalah bahwa

manajemen tidak terpaku pada keputusan yang berkaitan dengan biaya tersebut.

Mereka masih dapat melakukan penyesuaian dari tahun ke tahun atau mungkin dalam

waktu kurang dari satu tahun karena kondisi memang menuntut modifikasi keputusan

manajemen.

Seperti namanya, yang masuk ke dalam kelompok “biaya tetap” (fixed costs)

adalah biaya-biaya yang TETAP alias tidak berubah, terlepas apakah aktivitas

produksi/pembentukan-jasa meningkat atau menurun, dalam jangka pendek.

Dalam grafik (lihat di atas) trend perubahan total biaya tetap digambarkan

dalam garis datar, dan bisa kita lihat bahwa:

Pada saat tidak ada aktivitas (total aktivitas = nol), total biaya tetap berada di

atas nol alias tetap timbul.

Pada saat total aktivitas meningkat, total biaya tetap tidak berubah (tidak

meningkat)

Berapapun total aktivitas yang dilakukan, total biaya tetap akan tetap berada

di ketinggian yang sama.

Hubungan antara “total biaya tetap” (sumbu Y) dengan “total aktivitas”

(sumbu X) diekspresikan dalam fungsi persamaan garis (linear) sbb:

Dimana :

Y = total biaya tetap

Y = a

Page 10: analisis cvp

a = biaya tetap

catatan : X atau total aktivitas tidak dihitung karena besar/kecilnya tidak

berpengaruh terhadap besar/kecilnya total biaya tetap

Contoh Aplikasi:

Untuk menjalankan usaha gerai fast food McDonald yang di mulai bulan

Agustus 2012, anda membayar sewa gedung berkapasitas 200 kursi sebesar Rp 50

juta, dengan masa sewa yang berlaku hingga Agustus 2013. Atas pembayaran sewa

tersebut diakui sebagai “Sewa Dibayar Dimuka” sebesar Rp 50,000,000 dan setiap

bulannya anda membebankan “Biaya Sewa” sebesar Rp 4,166,667 (=50,000,000/12)

sejak masa sewa dimulai hingga berakhir.

a. Case-1. Jika di bulan Agustus restoran anda hanya membuat 1000 paket

menu, berapa biaya sewa gedung yang harus anda tanggung? 

Jawaban: Rp 4,166,667.

b. Case-2. Jika di bulan September 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 2000

paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung? 

Jawaban: Tetap Rp 4,166,667

c. Case-3. Jika di bulan Desember 2012 aktivitas produksi meningkat jadi 4000

paket menu, berapa biaya sewa yang harus anda tanggung? 

Jawaban: Tetap Rp 4,166,667

Berapapun volume aktivitas produksi paket menu yang dilakukan, biaya sewa

yang masuk dalam kelompok “biaya tetap” (fixed cost) yang ditanggung tetap sama

setiap bulannya, yaitu Rp 4,166,667, DALAM JANGKA PENDEK.

d. Biaya Variabel

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara

proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional

terhadap penurunan aktivitas”. Biaya variabel per unit jumlahnya akan tetap pada saat

Page 11: analisis cvp

terjadi perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan

berbagai bentuk, seperti unit yang dihasilkan, unit yang dijual, jam mesin yang

dioperasikan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, biaya variabel menunjukkan

jumlah per unit yang relatif konstan dengan berubahnya aktivitas dalam rentang yang

relevan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan komisi penjualan.

Ilustrasi untuk biaya variabel dapat dilihat pada contoh berikut: PT. RIFFLE

INTERNATIONAL menggunakan biaya listrik sebagai biaya variabel untuk

memproduksi suatu produk. Biaya listrik akan berperilaku berbeda dengan biaya

sewa mesin pemotong. Listrik dikonsumsi hanya jika output diproduksi, dan ketika

lebih banyak output diproduksi maka lebih banyak listrik digunakan. Semakin banyak

unit yang diproduksi, total biaya listrik meningkat secara proporsional. Daftar biaya

variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Daftar Biaya Variabel

PT. RIFFLE INTERNATIONAL

Sewa Mesin Unit yang Diproduksi Biaya per unit

Rp 0 0 Rp 0

12.000 60.000 0.2

24.000 120.000 0.2

36.000 180.000 0.2

48.000 240.000 0.2

Untuk melihat biaya tetap secara grafis dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 12: analisis cvp

Grafik Biaya Variabel

Dimasukan ke dalam kelompok “biaya variabel” (variable cost) adalah biaya-

biaya yang nilainya meningkat/menurun seiring dengan meningkat/menurun-nya

aktivitas. Sehingga, biaya variabel bisa didefinisikan sebagai jenis biaya yang

berubah mengikuti perubahan volume aktivitas.

Dalam grafik (lihat di atas) trend perubahan total biaya variabel digambarkan

dalam garis diagonal, dan bisa kita lihat bahwa:

Ketika tidak ada aktivitas (aktivitas=nol), total biaya variabel juga tidak ada

(total biaya variabel=0)

Ketika mulai ada aktivitas, maka biaya variabel juga mulai timbul.

Biaya variabel meningkat, dalam porsi yang sama, mengikuti peningkatan

total aktivitas.

Jika suatu saat aktivitas mengalami penurunan, maka biaya variabel yang

timbulpun akan menurun dalam porsi yang sama.

Pola peningkatan/penurunan “total biaya variable” akibat

meningkat/menurun-nya “total aktivitas” diekspresikan dalam fungsi persamaan garis

(linear) sbb:

Dimana :

Y = total biaya variabel

X = total unit diproduksi

b = biaya variabel per unit

Contoh Aplikasi:

Memakai contoh usaha restoran cepat saji McDonald di seri sebelumnya. Di

bulan Januari 2013, biaya “Bahan Baku Daging Ayam” yang timbul untuk aktivitas

pembuatan ayam goreng 3,000 menu “Paket Chicken Crispy” adalah Rp 30,000,000,

dengan biaya variabel bahan baku daging ayam per unit Rp 10,000.

Y = bX

Page 13: analisis cvp

a. Case-1. Jika untuk bulan Februari 2013 aktivitas pembuatan “Paket Chicken

Crispy” diperkirakan akan meningkat menjadi 4000 menu dengan biaya variabel

per unit yang sama, berapa total biaya variabel “Bahan Baku Daging Ayam”

yang akan timbul?

Jawaban:

Y = bX

Y = Rp 10,000 x 4000 = Rp 40,000,000

Simpulan: Peningkatan aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken

Crispy” 1000 menu (=4000 – 3000) mengakibatkan peningkatan total biaya

variabel sebesar Rp 10,000,000 (=40,000,000 – 30,000,000).

b. Case-2. Jika di bulan Maret 2013 aktivitas pembuatan ayam goreng paket chicken

crispy turun menjadi 3500 menu dengan biaya variabel satuan yang sama, berapa

total biaya variabel yang akan timbul?

Jawaban:

Y = bX

Y = Rp 10,000 x 3500 = Rp 35,000,000

Simpulan: Penurunan aktivitas pembuatan ayam goreng “Paket Chicken Crispy”

500 menu (=4000 – 3500) mengakibatkan penurunan total biaya variabel sebesar

Rp 5,000,000 (=40,000,000 – 35,000,000).

3. Analisis Break Even Point (BEP)

a. Pengertian Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan

dimana  perusahaan di dalam operasinya tidak  memperoleh keuntungan dan tidak

menderita  kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian

sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya

menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya

tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya

Page 14: analisis cvp

variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan

sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya 

variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break event mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break event

dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen

kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.

Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan adalah pengambilan

keputusan dalam pemeliharan berbagai macam alternatif dan perumusan

kebijaksanaan. Seringkali keputusan yang diambil itu mempunyai pengaruh terhadap

laju pertumbuhan perusahaan sehingga diperlukan beberapa pertimbangan sebelum

keputusan akhir diambil. Dalam kaitannya dengan perencanaan laba, salah satu alat

analisis dalam pembelanjaan yang dapat digunakan oleh manajemen adalah Analisis

Break Even Point

b. Manfaat dan kegunaan Break Even Point (BEP)

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada

pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat

keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even

dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai

berikut:

Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.

Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita

rugi.

Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume

penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Ada beberapa manfaat lain yang bisa diambil dengan menggunakan

konsep break even point yaitu sebagai berikut :

Page 15: analisis cvp

1) Perencanaan Penjualan atau Produksi

Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan

produksi  dan penjualan.  Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan

dengan menggunakan konsep break even point.

2) Perencanaan Harga Jual Normal

Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah

penentuan harga jual.  Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan

oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan.  Bagi

perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target

keuntungan.  Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang

dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi.  Dalam membuat rencana

harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah

direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.

3) Perencanaan Metode Produksi

Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk menentukan

alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.  Ada mesin

produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya

variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya

variabel perunit rendah (sering disebut padat modal).  Dari dua pilihan

tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan padat karya (labour

intencive) atau padat modal (capital intencive)? Untuk memilih alternatif

mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba, dan volume (cost,

profit, volume analysis).

4) Titik tutup Pabrik

Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi

penjualan totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah

titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap

dipertahankan.  Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang

demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak.  Ada

Page 16: analisis cvp

kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara

atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya.  Alat yang dapat

digunakan manajemen  dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan

tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebutshut down point. 

Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti perusahaan

secara akuntansi mengalami kerugian   namun secara cash flow atau aliran kas

perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan pengahasilan

masih bisa menutup biaya variabel dan biya tetap tunai.  Biaya tetap tunai

adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai seperti pembayaran gaji,

biaya promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai lainnya.  Artinya pada

kondisi tersebut perusahan masih bisa membayar gaji karyawannya, walaupun

untuk membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi. 

Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan

biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup.