Analisis Bencana Fix

6
Tugas Kesehatan Lingkungan Pemukiman Perkotaan Disusun oleh : 1. Syafran Arrazy 2. Rudi Harto 3. Muhammad Rinaldy 4. Amrina Rosada 5. Sri Widyaningsih 6. Defi Andita 7. Ayudia 8. Dessy Anggraini 9. Dyta Novita Sari 10. Ellis Sepianessi 11. Rizka Isti Qomarya FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Transcript of Analisis Bencana Fix

Page 1: Analisis Bencana Fix

Tugas Kesehatan Lingkungan Pemukiman

Perkotaan

Disusun oleh :

1. Syafran Arrazy

2. Rudi Harto

3. Muhammad Rinaldy

4. Amrina Rosada

5. Sri Widyaningsih

6. Defi Andita

7. Ayudia

8. Dessy Anggraini

9. Dyta Novita Sari

10. Ellis Sepianessi

11. Rizka Isti Qomarya

 

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

 UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Analisis Bencana Fix

Analisis Permasalahan Bencana Di Kota Palembang

 

Latar Belakang

 

Palembang terletak pada 2°59′27.99″ LS-104°45′24.24″ BT. Luas wilayah Kota

Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut.

Palembang beriklim tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3

km/jam-4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4-31,7°C. Curah hujan per tahun berkisar

antara 2.000 mm-3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75-89% dengan rata-rata

penyinaran matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil

wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi, yaitu pada bagian utara

kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah

tersebut tergenang. Tanah dataran tidak tergenang air: 49 %, tanah tergenang musiman: 15 %,

tanah tergenang terus menerus: 37 %. Keadaan topografi tanah ini merupakan salah satu

penyebab dasr mengapa banjir sering terjadi di Palembang.

Berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahun 2010 dari Yulizar Dinoto, kepala

pelaksanan BNPB wilayah Sumsel, di Palembang, Jumat (5/11/2010), beberapa bencana yang

mungkin mengancam Palembang dan wilayah Sumsel lainnya adalah Banjir, Gempabumi,

Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Kebakaran Hutan dan Lahan.

Sedangkan data dari Indeks Rawan Bencana (IRBI) provinsi Sumatera Selatan 2011,

Kota Palembang menduduki kelas rawan banjir tinggi dengan peringkat nasional 162.

Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Palembang, bahwa terdapat 44 titik

banjir, lokasi-lokasi tersebut diantaranya Ilir Timur I (16 titik banjir), Ilir Timur II (12 titik

banjir), Ilir Barat I(4 titik banjir), Kalidoni (3 titik banjir), Seberang Ulu II(2 titik banjir), dan

Sako (1 titik banjir).

            Di Kota Palembang sendiri masalah yang sering dihadapi adalah permasalahan banjir.

-         Permasalahan banjir di kota palembang kurang mendapatkan perhatian dari pihak yang

berwenang ini terbukti bahwa tidak ada dana yang dialokasikan khusus untuk penanganan

banjir.

-         Anggaran di PU pengairan SUMSEL pada tahun ini hanya sedikit untuk normalisasi air

di kawasan Jakabaring, sedangkan untuk di daerah perkotaan di palembang tidak ada.

 

Page 3: Analisis Bencana Fix

Permasalahan

Sebenarnya, masalah banjir di kota ini bukan karena semata-mata bencana yang

datang sendiri, melainkan penyebab sesungguhnya permasalahan ini adalah kebijakan atau

perizinan pemerintah yang merusak kelangsungan lingkungan hidup (LH). Selain itu, tidak

efektifnya drainase yang ada di kota ini termasuk kolam retensi. Minimnya ruang terbuka

hijau (RTH), alih fungsi rawa secara masif dan tidak efektifnya keberadaan drainase  dan

kolam retensi serta sampah-sampah sehingga banjir permanen selalu terjadi. Ditambah lagi

dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya yang

menambah deret panjang penyebab masalah banjir di Kota Palembang. Berikut akan

dijelaskan penyebab banjir yang terjadi di kota Palembang:

1. Berkurangnya fungsi kondisi fisik saluran air, diantaranya:

Sedimentasi, terutama diakibatkan oleh sampah.

Kapasitas saluran yang kurang memadai.

Fisik saluran yang kurang memadai.

Arah saluran ke pembuangan yang terlalu panjang dan berkelok-kelok.

2. Perubahan Tata Guna Lahan

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lahan hijau atau rawa yang dialihfungsikan

menjadi tempat pemukiman, perkantoran, hotel, mal, atau ruko di daerah Kota

Palembang sehingga akhirnya itu perlahan-lahan malah mengikis atau mengurangi

daerah resapan air. Kasus seperti ini misalnya tampak di lingkungan warga Lorong

Pabrik Gelas, Kalidoni. Kawasan di sekitar tersebut yang awalnya adalah areal rawa,

tapi kemudian dialihfungsikan menjadi ruko. Akibatnya, ketika daerah tersebut

diguyur hujan, banjir pun bertandang akibat titik-titik yang mulanya menjadi resapan

air kini sudah mulai berkurang.

3. Kondisi Sosial dan Perilaku Masyarakat

Ini sangat berhubungan dengan perilaku masyarakat di wilayah DAS sungai. Tata cara

pembuangan sampah yang tidak benar mengakibatkan terganggunya sistim

pengaliran. Cukup banyak masyarakat baik sengaja maupun tidak sengaja

membangun bangunan yang menghambat lajunya pengaliran. Selain itu masyarakat

tidak menjaga kebersihan saluran air dari sampah-sampah secara berkala atau

kontinyu.

d. Gangguan Infrastruktur Lainnya

Page 4: Analisis Bencana Fix

Banyaknya fasilitas baik milik pemerintah, swasta maupun masyarakat yang

mengurangi luas penampang saluran seperti pipa-pipa air di saluran drainase,

tertutupinya out let gorong-gorong kabel telepon, pipa PDAM, jaringan gas dan

listrik.

Saran

Untuk Pemkot Palembang segera tanggulangi dan atasi permasalahan banjir, dengan

cara memperhatikan berbagai aspek lingkungan hidup di perkotaan, perbaiki tata

pembangunan kota, perluas ruang terbuka hijau, lakukan konservasi rawa yang tersisa dan

benahi sistem drainase. Selain itu langkah pertama yang harus diambil oleh BNPB ( Badan

Nasional Penanggulangan Bencana) adalah antisipasi dan sosialisasi ke warga. Langkah tepat

tersebut dapat dilakukan mulai dari penyiapan sumber daya manusia dan logistik, yang bisa

dikerahkan kapan saja jika bencana terjadi terutama untuk wilayah-wilayah yang rawan

bencana alam.