ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks...

20
Jurnal Teknik Lingkungan Volume 25 Nomor 2, Oktober 2019 (Hal 33 - 52) 33 ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA MINIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH KE TPA (Studi Kasus : program TPS 3R Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat) TPS 3R SUSTAINABILITY STRATEGY ANALYSIS FOR WASTE TRANSPORT MINIMATION TO LANDFILL (Case study : 3R Bandung distric, West Java) Athaya Dhiya Zafira 1 , dan Enri Damanhuri 2 1 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2 Program Studi Teknik Lingkungan, FTSL, Institut Teknologi Bandung 1 [email protected] dan 2 [email protected] Abstrak: Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3.000 m 3 setiap harinya. Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun 2017. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang menjadi wilayah pelayanan TPA Sarimukti terpaksa harus mencari alternatif TPA lain. Salah satu alternatif yang direncanakan untuk menangani hal tersebut sesuai dengan amanat Perpres Jakstranas, yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan pengoptimalan kembali TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi. Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten Bandung sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R, namun 88 diantaranya tidak aktif. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini dan merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R. Metoda yang digunakan ialah analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif, serta analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai strength posture sebesar 0,421 dan nilai competitive posture sebesar 0,063. Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada pada kuadran 1. Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi agresif) atau strategi S-O. Strategi yang diusulkan yakni pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi, riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui diversifikasi produk, dan kolaborasi/kerja sama dengan pihak lain seperti kerja sama antar TPS 3R, dengan pihak swasta, LSM, atau dinas pertanian dan pertamanan. Rekomendasi skenario pengelolaan sampah di masa mendatang yakni pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK. Hal ini dengan pertimbangan bahwa alternatif terpilih pada tahun 2020 mampu mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 ton/tahun, menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar Rp. +3,5 milyar/tahun.,dan mengurangi emisi sebesar 1.268 MTCO2e/tahun dibandingkan kondisi business as usual. Kata kunci: keberlanjutan, sampah, strategi, SWOT, TPS 3R

Transcript of ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks...

Page 1: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

Jurnal Teknik Lingkungan Volume 25 Nomor 2 Oktober 2019 (Hal 33 - 52)

33

ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA

MINIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH KE TPA (Studi Kasus program TPS 3R Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

Barat)

TPS 3R SUSTAINABILITY STRATEGY ANALYSIS FOR WASTE

TRANSPORT MINIMATION TO LANDFILL

(Case study 3R Bandung distric West Java)

Athaya Dhiya Zafira1 dan Enri Damanhuri2

1Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2Program Studi Teknik Lingkungan FTSL Institut Teknologi Bandung 1athayadhiyazafirayahoocoid dan 2enridamanhurigmailcom

Abstrak Berdasarkan data tahun 2016 beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3000 m3 setiap harinya

Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun

2017 Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang menjadi wilayah pelayanan TPA Sarimukti terpaksa

harus mencari alternatif TPA lain Salah satu alternatif yang direncanakan untuk menangani hal tersebut sesuai

dengan amanat Perpres Jakstranas yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan pengoptimalan kembali

TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten Bandung

sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R namun 88 diantaranya tidak aktif Maka penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini dan merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan

kinerja dan keberlanjutan TPS 3R Metoda yang digunakan ialah analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif serta

analisis matriks IFAS EFAS dan matriks SWOT Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS diperoleh nilai

strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan

pada kuadran strategi perencanaan berada pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni

pengembangan (strategi agresif) atau strategi S-O Strategi yang diusulkan yakni pembentukan seksi khusus di

pemerintahan yang bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait pemilahan sampah sejak dari sumber dan

retribusi riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui diversifikasi produk dan kolaborasikerja sama dengan

pihak lain seperti kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

Rekomendasi skenario pengelolaan sampah di masa mendatang yakni pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan

minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal ini dengan pertimbangan bahwa alternatif terpilih pada tahun

2020 mampu mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun menghemat biaya operasional

pengangkutan sebesar Rp +35 milyartahundan mengurangi emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan

kondisi business as usual

Kata kunci keberlanjutan sampah strategi SWOT TPS 3R

34 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Abstract Based on data in 2016 waste load in Sarimukti Landfill reaches 3000 m3 each day This condition

caused Sarimukti Landfill to be saturated and the active period shouldrsquove ended since 2017 Therefore Bandung

Regency Government has to look for another landfill alternative as a substitute for Sarimukti Landfill to become

final processing site for waste produced by Bandung Regency One of the alternatives planned to deal with this

issue is in accordance with presidential mandate of Jakarta Regional Regulation such as a number of TPST are

planned to be built and re-optimalization of existing TPST and TPS 3R in area of study However currently in

Bandung Regency there are actually 112 TPS 3R with unfortunately 88 of them inactive Therefore this study aim

to evaluate current TPS 3R facilities that have been built and formulate strategies to improve TPS 3R performances

and maintain the programrsquos sustainability Method used in this research is descriptive qualitative and quantitative

analysis IFAS EFAS as well as SWOT matrix analysis Results of TPS 3R evaluation show that there are 10

variables that influence 3R-based waste management sustainability such as regulations organizations

mentoring counseling monitoring (qualitatively evaluated) and technical variables financing reduction

efficiency Public satisfaction and participation (quantitatively evaluated) Based on the results of IFAS and EFAS

analysis obtained a posture strength value of 0421 and a competitive posture value of 0063 Position of the value

when positioned in the planning strategy quadrant is in quadrant 1 therefore recommended for planning strategy

is development (aggressive strategy) or S-O Strategy The proposed strategy are as follows regulations

enforcement related to sorting waste from sources and levies improving the quality of TPS 3R products through

products diversification and collaboration with other partiesFuture waste management scenario recommended

yakni pengoptimalan is TPS 3R optimization with at least serving 500 KK This is decided because the chosen

alternative can reduce transported waste to TPA up to 7300 tonyear in 2020 saving transport and operational

expenditures up to +35 billion Rupiahyear and reduce emission up to 1268 MTCO2eyear compared to business

as usual condition

Keywords strategy sustainability SWOT TPS 3R waste

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Bandung merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi

yakni sejumlah 3657701 jiwa pada tahun 2017 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk

053 per tahun Meningkatnya jumlah penduduk suatu kawasan berpotensi menyebabkan

peningkatan sampah yang dihasilkan Disisi lain peningkatan timbulan sampah tidak

diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik maka akan menyebabkan munculnya

kerusakan dan pencemaran lingkungan (Zulfinar amp Sembiring E 2015) Salah satu

permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ialah minimnya persen pelayanan

pengangkutan sampah hanya sebesar 377 dari total penduduk (PTMP KabBandung2016)

Kendalanya yakni minimnya dana yang dialokasikan untuk biaya operasional pengangkutan

sampah yang tidak seimbang dengan banyaknya timbulan sampah yang harus diangkut Isu

35

lain yang menjadi ancaman bagi pemerintah Kabupaten Bandung yakni akan ditutupnya TPA

Sarimukti yang merupakan tempat pengolahan akhir pembuangan sampah Kabupaten

Bandung saat ini Berdasarkan data dari BPSR tahun 2016 beban sampah di TPA Sarimukti

mencapai 3000 m3 setiap harinya Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan

masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun 2017 Oleh sebab itu Pemerintah

Kabupaten Bandung terpaksa harus mencari alternatif TPA lain sebagai pengganti TPA

Sarimukti untuk menjadi tempat pemrosesan akhir sampah yang dihasilkan

Kebijakan penggunaan TPPAS Legok Nangka sebagai TPA Regional dirasa berat oleh

pemerintah Kabupaten Bandung Hal ini dikarenakan biaya tipping fee TPPAS Legok Nangka

sangat tinggi yakni plusmn3 kali lipat dari biaya tipping fee di TPA Sarimukti Selain itu alternatif

lain berupa pemanfaatan kembali TPA Babakan Arjasari terkendala isu sosial terkait

penerimaan masyarakat Alternatif lain yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan

pengoptimalan kembali TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi Alternatif terakhir

sebenarnya telah sesuai dengan arahan yang tertuang di UU No 18 tahun 2008 terkait

pengelolaan sampah Amanat tersebut kemudian diturunkan melalui Perpres jakstranas

Pengelolaan Sampah yakni pengurangan sampah dimanfaatkan sebesar 30 dan penanganan

mencapai 70 pada tahun 2025 Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten

Bandung sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R namun 88 diantaranya tidak aktif Parameter

utama yang paling mempengaruhi ketidakberfungsian TPS 3R adalah potensi keberlanjutan

program Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

maka perlu dilakukan evaluasi terhadap fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini

Melalui hasil evaluasi kemudian akan dianalisa dengan metode SWOT yang diharapkan dapat

merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

Tujuan

a Mengetahui hasil evaluasi terhadap TPS 3R yang telah terbangun di wilayah Kabupaten

Bandung saat ini ditinjau dari kinerja input proses dan output pelayanan

b Menentukan isu-isu strategis yang mempengaruhi keberlanjutan TPS 3R

c Menetukan strategi untuk mengoptimalkan fungsi TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung

dengan metode SWOT

d Menetukan peran TPS 3R dalam meminimasi cost pengangkutan sampah ke TPA dan emisi gas

rumah kaca bila kinerjanya dianggap optimal

36 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

METODOLOGI

Penelitian Pendahuluan

Langkah dalam survey awal ini terdiri dari

- Verifikasi awal tentang kondisi TPS 3R (minimal 10 jumlah total TPS 3R)

- Pendataan sesuai form monev juknis TPS 3R tahun 2017 yang disusun oleh Kementrian PUPR

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tentang Tata Cara Monitoring dan Evaluasi (Monev)

TPS 3R Pendataan dilakukan dengan 2 form utama yakni

Data profil TPS 3R

Form penilaian monitoring dan evaluasi dengan skala penilaian 1-5 untuk setiap indikator

dan dengan bobot tertentu untuk setiap aspek

Desain Instrumen Penelitian

Untuk mengevaluasi dan menentukan faktor strategis keberlanjutan TPS 3R yang akan

digunakan dalam analisa SWOT Tabel 1 berikut menujukan variabel yang akan digunakan

sebagai dasar perumusan indikator dan instrumen penelitian

Tabel 1 Variabel keberlanjutan pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Kelompok Variabel

Kinerja Input

Peraturan

Kelembagaan

Teknis

Pembiayaan

Kinerja Proses

PembinaanPendampingan

Pelatihan

PenyuluhanSosialisasi

Pemantauanmonitoring

Kinerja Output

Efisiensi Reduksi

Kepuasan masyarakat

Partisipasi masyarakat

Beberapa instrumen yang digunakan yakni pengukuran wawancara kuesioner

observasi dan dokumentasi

Uji Instrumen

Instrumen berupa kuesioner ke masyarakat dibagikan kepada 30 responden Hasil

pengujian menunjukan seluruh variable penelitian reliable (nilai alpha cronbach gt 06) dan

validitas masing- masing materi dalam tiap variabel valid (r hitung gt r tabel) Nilai r tabel

37

ialah 0334 Instrumen lain berupa list wawancara dan kuesioner SWOT diujicobakan kepada

5 orang mahasiswai Hasilnya tidak ada persepsi yang salah dalam menjawab pertanyaan

namun beberapa pertanyaan yang memungkinkan adanya makna ganda atau rancu diperbaiki

Analisa dan Interpretasi Data

A Evaluasi TPS 3R

Metoda yang digunakan pada analisa ini yakni metode analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif Varibel yang dianalisa dengan metoda deskriptif kualitatif yakni variabel

peraturan kelembagaanpendampingan penyuluhan pemantauan Sedangkan variabel yang

dianalisa dengan metoda deskriptif kuantitatif yakni variabel teknis pembiayaan efisiensi

reduksi kepuasan masyarakat dan partisipasi masyarakat

B Analisa strategi keberlanjutan program TPS 3R

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisa menggunakan metoda SWOT sebagai

berikut

- Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil evaluasi

yang telah dilakukan

- Penyusunan dan penentuan responden pembobotan dan perangkingan SWOT Penentuan

responden dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap masalah yang

diteliti (purposive sampling) Kelompok responden terdiri dari perwakilan DLH

Kabupaten Bandung Pengelola TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung akademisi yang

memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah khusunya pengelolaan sampah berbasis

masyarakat di Kabupaten Bandung fasilitator ecovillage dan konsultan advisory

- Memberikan pembobotan terhadap faktor internal dan faktor eksternal Penentuan bobot

faktor strategis (internal dan eksternal) masing-masing dengan skara mulai dari 00 (tidak

penting) sampai 10 (sangat penting) Memperkirakan bobot ditentukan melalui pendapat

para ahli di bidang tersebut atau yang lain Total seluruh bobot dari faktor strategis harus

sama dengan satu

- Penilaian (rating) terhadap faktor strategis (internal dan eksternal) Pemberian rating faktor

strategis untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat setuju)

dengan 1 (tidak setuju) berdasarkan pengaruh faktor kondisi TPS 3R yang bersangkutan

- Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh nilai score

- Menghitung strength posture dan competitive posture Tujuan perhitungan ini yakni menetukan

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 2: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

34 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Abstract Based on data in 2016 waste load in Sarimukti Landfill reaches 3000 m3 each day This condition

caused Sarimukti Landfill to be saturated and the active period shouldrsquove ended since 2017 Therefore Bandung

Regency Government has to look for another landfill alternative as a substitute for Sarimukti Landfill to become

final processing site for waste produced by Bandung Regency One of the alternatives planned to deal with this

issue is in accordance with presidential mandate of Jakarta Regional Regulation such as a number of TPST are

planned to be built and re-optimalization of existing TPST and TPS 3R in area of study However currently in

Bandung Regency there are actually 112 TPS 3R with unfortunately 88 of them inactive Therefore this study aim

to evaluate current TPS 3R facilities that have been built and formulate strategies to improve TPS 3R performances

and maintain the programrsquos sustainability Method used in this research is descriptive qualitative and quantitative

analysis IFAS EFAS as well as SWOT matrix analysis Results of TPS 3R evaluation show that there are 10

variables that influence 3R-based waste management sustainability such as regulations organizations

mentoring counseling monitoring (qualitatively evaluated) and technical variables financing reduction

efficiency Public satisfaction and participation (quantitatively evaluated) Based on the results of IFAS and EFAS

analysis obtained a posture strength value of 0421 and a competitive posture value of 0063 Position of the value

when positioned in the planning strategy quadrant is in quadrant 1 therefore recommended for planning strategy

is development (aggressive strategy) or S-O Strategy The proposed strategy are as follows regulations

enforcement related to sorting waste from sources and levies improving the quality of TPS 3R products through

products diversification and collaboration with other partiesFuture waste management scenario recommended

yakni pengoptimalan is TPS 3R optimization with at least serving 500 KK This is decided because the chosen

alternative can reduce transported waste to TPA up to 7300 tonyear in 2020 saving transport and operational

expenditures up to +35 billion Rupiahyear and reduce emission up to 1268 MTCO2eyear compared to business

as usual condition

Keywords strategy sustainability SWOT TPS 3R waste

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Bandung merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi

yakni sejumlah 3657701 jiwa pada tahun 2017 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk

053 per tahun Meningkatnya jumlah penduduk suatu kawasan berpotensi menyebabkan

peningkatan sampah yang dihasilkan Disisi lain peningkatan timbulan sampah tidak

diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik maka akan menyebabkan munculnya

kerusakan dan pencemaran lingkungan (Zulfinar amp Sembiring E 2015) Salah satu

permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung ialah minimnya persen pelayanan

pengangkutan sampah hanya sebesar 377 dari total penduduk (PTMP KabBandung2016)

Kendalanya yakni minimnya dana yang dialokasikan untuk biaya operasional pengangkutan

sampah yang tidak seimbang dengan banyaknya timbulan sampah yang harus diangkut Isu

35

lain yang menjadi ancaman bagi pemerintah Kabupaten Bandung yakni akan ditutupnya TPA

Sarimukti yang merupakan tempat pengolahan akhir pembuangan sampah Kabupaten

Bandung saat ini Berdasarkan data dari BPSR tahun 2016 beban sampah di TPA Sarimukti

mencapai 3000 m3 setiap harinya Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan

masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun 2017 Oleh sebab itu Pemerintah

Kabupaten Bandung terpaksa harus mencari alternatif TPA lain sebagai pengganti TPA

Sarimukti untuk menjadi tempat pemrosesan akhir sampah yang dihasilkan

Kebijakan penggunaan TPPAS Legok Nangka sebagai TPA Regional dirasa berat oleh

pemerintah Kabupaten Bandung Hal ini dikarenakan biaya tipping fee TPPAS Legok Nangka

sangat tinggi yakni plusmn3 kali lipat dari biaya tipping fee di TPA Sarimukti Selain itu alternatif

lain berupa pemanfaatan kembali TPA Babakan Arjasari terkendala isu sosial terkait

penerimaan masyarakat Alternatif lain yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan

pengoptimalan kembali TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi Alternatif terakhir

sebenarnya telah sesuai dengan arahan yang tertuang di UU No 18 tahun 2008 terkait

pengelolaan sampah Amanat tersebut kemudian diturunkan melalui Perpres jakstranas

Pengelolaan Sampah yakni pengurangan sampah dimanfaatkan sebesar 30 dan penanganan

mencapai 70 pada tahun 2025 Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten

Bandung sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R namun 88 diantaranya tidak aktif Parameter

utama yang paling mempengaruhi ketidakberfungsian TPS 3R adalah potensi keberlanjutan

program Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

maka perlu dilakukan evaluasi terhadap fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini

Melalui hasil evaluasi kemudian akan dianalisa dengan metode SWOT yang diharapkan dapat

merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

Tujuan

a Mengetahui hasil evaluasi terhadap TPS 3R yang telah terbangun di wilayah Kabupaten

Bandung saat ini ditinjau dari kinerja input proses dan output pelayanan

b Menentukan isu-isu strategis yang mempengaruhi keberlanjutan TPS 3R

c Menetukan strategi untuk mengoptimalkan fungsi TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung

dengan metode SWOT

d Menetukan peran TPS 3R dalam meminimasi cost pengangkutan sampah ke TPA dan emisi gas

rumah kaca bila kinerjanya dianggap optimal

36 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

METODOLOGI

Penelitian Pendahuluan

Langkah dalam survey awal ini terdiri dari

- Verifikasi awal tentang kondisi TPS 3R (minimal 10 jumlah total TPS 3R)

- Pendataan sesuai form monev juknis TPS 3R tahun 2017 yang disusun oleh Kementrian PUPR

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tentang Tata Cara Monitoring dan Evaluasi (Monev)

TPS 3R Pendataan dilakukan dengan 2 form utama yakni

Data profil TPS 3R

Form penilaian monitoring dan evaluasi dengan skala penilaian 1-5 untuk setiap indikator

dan dengan bobot tertentu untuk setiap aspek

Desain Instrumen Penelitian

Untuk mengevaluasi dan menentukan faktor strategis keberlanjutan TPS 3R yang akan

digunakan dalam analisa SWOT Tabel 1 berikut menujukan variabel yang akan digunakan

sebagai dasar perumusan indikator dan instrumen penelitian

Tabel 1 Variabel keberlanjutan pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Kelompok Variabel

Kinerja Input

Peraturan

Kelembagaan

Teknis

Pembiayaan

Kinerja Proses

PembinaanPendampingan

Pelatihan

PenyuluhanSosialisasi

Pemantauanmonitoring

Kinerja Output

Efisiensi Reduksi

Kepuasan masyarakat

Partisipasi masyarakat

Beberapa instrumen yang digunakan yakni pengukuran wawancara kuesioner

observasi dan dokumentasi

Uji Instrumen

Instrumen berupa kuesioner ke masyarakat dibagikan kepada 30 responden Hasil

pengujian menunjukan seluruh variable penelitian reliable (nilai alpha cronbach gt 06) dan

validitas masing- masing materi dalam tiap variabel valid (r hitung gt r tabel) Nilai r tabel

37

ialah 0334 Instrumen lain berupa list wawancara dan kuesioner SWOT diujicobakan kepada

5 orang mahasiswai Hasilnya tidak ada persepsi yang salah dalam menjawab pertanyaan

namun beberapa pertanyaan yang memungkinkan adanya makna ganda atau rancu diperbaiki

Analisa dan Interpretasi Data

A Evaluasi TPS 3R

Metoda yang digunakan pada analisa ini yakni metode analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif Varibel yang dianalisa dengan metoda deskriptif kualitatif yakni variabel

peraturan kelembagaanpendampingan penyuluhan pemantauan Sedangkan variabel yang

dianalisa dengan metoda deskriptif kuantitatif yakni variabel teknis pembiayaan efisiensi

reduksi kepuasan masyarakat dan partisipasi masyarakat

B Analisa strategi keberlanjutan program TPS 3R

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisa menggunakan metoda SWOT sebagai

berikut

- Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil evaluasi

yang telah dilakukan

- Penyusunan dan penentuan responden pembobotan dan perangkingan SWOT Penentuan

responden dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap masalah yang

diteliti (purposive sampling) Kelompok responden terdiri dari perwakilan DLH

Kabupaten Bandung Pengelola TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung akademisi yang

memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah khusunya pengelolaan sampah berbasis

masyarakat di Kabupaten Bandung fasilitator ecovillage dan konsultan advisory

- Memberikan pembobotan terhadap faktor internal dan faktor eksternal Penentuan bobot

faktor strategis (internal dan eksternal) masing-masing dengan skara mulai dari 00 (tidak

penting) sampai 10 (sangat penting) Memperkirakan bobot ditentukan melalui pendapat

para ahli di bidang tersebut atau yang lain Total seluruh bobot dari faktor strategis harus

sama dengan satu

- Penilaian (rating) terhadap faktor strategis (internal dan eksternal) Pemberian rating faktor

strategis untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat setuju)

dengan 1 (tidak setuju) berdasarkan pengaruh faktor kondisi TPS 3R yang bersangkutan

- Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh nilai score

- Menghitung strength posture dan competitive posture Tujuan perhitungan ini yakni menetukan

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 3: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

35

lain yang menjadi ancaman bagi pemerintah Kabupaten Bandung yakni akan ditutupnya TPA

Sarimukti yang merupakan tempat pengolahan akhir pembuangan sampah Kabupaten

Bandung saat ini Berdasarkan data dari BPSR tahun 2016 beban sampah di TPA Sarimukti

mencapai 3000 m3 setiap harinya Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan

masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun 2017 Oleh sebab itu Pemerintah

Kabupaten Bandung terpaksa harus mencari alternatif TPA lain sebagai pengganti TPA

Sarimukti untuk menjadi tempat pemrosesan akhir sampah yang dihasilkan

Kebijakan penggunaan TPPAS Legok Nangka sebagai TPA Regional dirasa berat oleh

pemerintah Kabupaten Bandung Hal ini dikarenakan biaya tipping fee TPPAS Legok Nangka

sangat tinggi yakni plusmn3 kali lipat dari biaya tipping fee di TPA Sarimukti Selain itu alternatif

lain berupa pemanfaatan kembali TPA Babakan Arjasari terkendala isu sosial terkait

penerimaan masyarakat Alternatif lain yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan

pengoptimalan kembali TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi Alternatif terakhir

sebenarnya telah sesuai dengan arahan yang tertuang di UU No 18 tahun 2008 terkait

pengelolaan sampah Amanat tersebut kemudian diturunkan melalui Perpres jakstranas

Pengelolaan Sampah yakni pengurangan sampah dimanfaatkan sebesar 30 dan penanganan

mencapai 70 pada tahun 2025 Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten

Bandung sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R namun 88 diantaranya tidak aktif Parameter

utama yang paling mempengaruhi ketidakberfungsian TPS 3R adalah potensi keberlanjutan

program Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

maka perlu dilakukan evaluasi terhadap fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini

Melalui hasil evaluasi kemudian akan dianalisa dengan metode SWOT yang diharapkan dapat

merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

Tujuan

a Mengetahui hasil evaluasi terhadap TPS 3R yang telah terbangun di wilayah Kabupaten

Bandung saat ini ditinjau dari kinerja input proses dan output pelayanan

b Menentukan isu-isu strategis yang mempengaruhi keberlanjutan TPS 3R

c Menetukan strategi untuk mengoptimalkan fungsi TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung

dengan metode SWOT

d Menetukan peran TPS 3R dalam meminimasi cost pengangkutan sampah ke TPA dan emisi gas

rumah kaca bila kinerjanya dianggap optimal

36 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

METODOLOGI

Penelitian Pendahuluan

Langkah dalam survey awal ini terdiri dari

- Verifikasi awal tentang kondisi TPS 3R (minimal 10 jumlah total TPS 3R)

- Pendataan sesuai form monev juknis TPS 3R tahun 2017 yang disusun oleh Kementrian PUPR

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tentang Tata Cara Monitoring dan Evaluasi (Monev)

TPS 3R Pendataan dilakukan dengan 2 form utama yakni

Data profil TPS 3R

Form penilaian monitoring dan evaluasi dengan skala penilaian 1-5 untuk setiap indikator

dan dengan bobot tertentu untuk setiap aspek

Desain Instrumen Penelitian

Untuk mengevaluasi dan menentukan faktor strategis keberlanjutan TPS 3R yang akan

digunakan dalam analisa SWOT Tabel 1 berikut menujukan variabel yang akan digunakan

sebagai dasar perumusan indikator dan instrumen penelitian

Tabel 1 Variabel keberlanjutan pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Kelompok Variabel

Kinerja Input

Peraturan

Kelembagaan

Teknis

Pembiayaan

Kinerja Proses

PembinaanPendampingan

Pelatihan

PenyuluhanSosialisasi

Pemantauanmonitoring

Kinerja Output

Efisiensi Reduksi

Kepuasan masyarakat

Partisipasi masyarakat

Beberapa instrumen yang digunakan yakni pengukuran wawancara kuesioner

observasi dan dokumentasi

Uji Instrumen

Instrumen berupa kuesioner ke masyarakat dibagikan kepada 30 responden Hasil

pengujian menunjukan seluruh variable penelitian reliable (nilai alpha cronbach gt 06) dan

validitas masing- masing materi dalam tiap variabel valid (r hitung gt r tabel) Nilai r tabel

37

ialah 0334 Instrumen lain berupa list wawancara dan kuesioner SWOT diujicobakan kepada

5 orang mahasiswai Hasilnya tidak ada persepsi yang salah dalam menjawab pertanyaan

namun beberapa pertanyaan yang memungkinkan adanya makna ganda atau rancu diperbaiki

Analisa dan Interpretasi Data

A Evaluasi TPS 3R

Metoda yang digunakan pada analisa ini yakni metode analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif Varibel yang dianalisa dengan metoda deskriptif kualitatif yakni variabel

peraturan kelembagaanpendampingan penyuluhan pemantauan Sedangkan variabel yang

dianalisa dengan metoda deskriptif kuantitatif yakni variabel teknis pembiayaan efisiensi

reduksi kepuasan masyarakat dan partisipasi masyarakat

B Analisa strategi keberlanjutan program TPS 3R

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisa menggunakan metoda SWOT sebagai

berikut

- Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil evaluasi

yang telah dilakukan

- Penyusunan dan penentuan responden pembobotan dan perangkingan SWOT Penentuan

responden dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap masalah yang

diteliti (purposive sampling) Kelompok responden terdiri dari perwakilan DLH

Kabupaten Bandung Pengelola TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung akademisi yang

memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah khusunya pengelolaan sampah berbasis

masyarakat di Kabupaten Bandung fasilitator ecovillage dan konsultan advisory

- Memberikan pembobotan terhadap faktor internal dan faktor eksternal Penentuan bobot

faktor strategis (internal dan eksternal) masing-masing dengan skara mulai dari 00 (tidak

penting) sampai 10 (sangat penting) Memperkirakan bobot ditentukan melalui pendapat

para ahli di bidang tersebut atau yang lain Total seluruh bobot dari faktor strategis harus

sama dengan satu

- Penilaian (rating) terhadap faktor strategis (internal dan eksternal) Pemberian rating faktor

strategis untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat setuju)

dengan 1 (tidak setuju) berdasarkan pengaruh faktor kondisi TPS 3R yang bersangkutan

- Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh nilai score

- Menghitung strength posture dan competitive posture Tujuan perhitungan ini yakni menetukan

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 4: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

36 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

METODOLOGI

Penelitian Pendahuluan

Langkah dalam survey awal ini terdiri dari

- Verifikasi awal tentang kondisi TPS 3R (minimal 10 jumlah total TPS 3R)

- Pendataan sesuai form monev juknis TPS 3R tahun 2017 yang disusun oleh Kementrian PUPR

melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya tentang Tata Cara Monitoring dan Evaluasi (Monev)

TPS 3R Pendataan dilakukan dengan 2 form utama yakni

Data profil TPS 3R

Form penilaian monitoring dan evaluasi dengan skala penilaian 1-5 untuk setiap indikator

dan dengan bobot tertentu untuk setiap aspek

Desain Instrumen Penelitian

Untuk mengevaluasi dan menentukan faktor strategis keberlanjutan TPS 3R yang akan

digunakan dalam analisa SWOT Tabel 1 berikut menujukan variabel yang akan digunakan

sebagai dasar perumusan indikator dan instrumen penelitian

Tabel 1 Variabel keberlanjutan pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Kelompok Variabel

Kinerja Input

Peraturan

Kelembagaan

Teknis

Pembiayaan

Kinerja Proses

PembinaanPendampingan

Pelatihan

PenyuluhanSosialisasi

Pemantauanmonitoring

Kinerja Output

Efisiensi Reduksi

Kepuasan masyarakat

Partisipasi masyarakat

Beberapa instrumen yang digunakan yakni pengukuran wawancara kuesioner

observasi dan dokumentasi

Uji Instrumen

Instrumen berupa kuesioner ke masyarakat dibagikan kepada 30 responden Hasil

pengujian menunjukan seluruh variable penelitian reliable (nilai alpha cronbach gt 06) dan

validitas masing- masing materi dalam tiap variabel valid (r hitung gt r tabel) Nilai r tabel

37

ialah 0334 Instrumen lain berupa list wawancara dan kuesioner SWOT diujicobakan kepada

5 orang mahasiswai Hasilnya tidak ada persepsi yang salah dalam menjawab pertanyaan

namun beberapa pertanyaan yang memungkinkan adanya makna ganda atau rancu diperbaiki

Analisa dan Interpretasi Data

A Evaluasi TPS 3R

Metoda yang digunakan pada analisa ini yakni metode analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif Varibel yang dianalisa dengan metoda deskriptif kualitatif yakni variabel

peraturan kelembagaanpendampingan penyuluhan pemantauan Sedangkan variabel yang

dianalisa dengan metoda deskriptif kuantitatif yakni variabel teknis pembiayaan efisiensi

reduksi kepuasan masyarakat dan partisipasi masyarakat

B Analisa strategi keberlanjutan program TPS 3R

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisa menggunakan metoda SWOT sebagai

berikut

- Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil evaluasi

yang telah dilakukan

- Penyusunan dan penentuan responden pembobotan dan perangkingan SWOT Penentuan

responden dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap masalah yang

diteliti (purposive sampling) Kelompok responden terdiri dari perwakilan DLH

Kabupaten Bandung Pengelola TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung akademisi yang

memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah khusunya pengelolaan sampah berbasis

masyarakat di Kabupaten Bandung fasilitator ecovillage dan konsultan advisory

- Memberikan pembobotan terhadap faktor internal dan faktor eksternal Penentuan bobot

faktor strategis (internal dan eksternal) masing-masing dengan skara mulai dari 00 (tidak

penting) sampai 10 (sangat penting) Memperkirakan bobot ditentukan melalui pendapat

para ahli di bidang tersebut atau yang lain Total seluruh bobot dari faktor strategis harus

sama dengan satu

- Penilaian (rating) terhadap faktor strategis (internal dan eksternal) Pemberian rating faktor

strategis untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat setuju)

dengan 1 (tidak setuju) berdasarkan pengaruh faktor kondisi TPS 3R yang bersangkutan

- Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh nilai score

- Menghitung strength posture dan competitive posture Tujuan perhitungan ini yakni menetukan

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 5: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

37

ialah 0334 Instrumen lain berupa list wawancara dan kuesioner SWOT diujicobakan kepada

5 orang mahasiswai Hasilnya tidak ada persepsi yang salah dalam menjawab pertanyaan

namun beberapa pertanyaan yang memungkinkan adanya makna ganda atau rancu diperbaiki

Analisa dan Interpretasi Data

A Evaluasi TPS 3R

Metoda yang digunakan pada analisa ini yakni metode analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif Varibel yang dianalisa dengan metoda deskriptif kualitatif yakni variabel

peraturan kelembagaanpendampingan penyuluhan pemantauan Sedangkan variabel yang

dianalisa dengan metoda deskriptif kuantitatif yakni variabel teknis pembiayaan efisiensi

reduksi kepuasan masyarakat dan partisipasi masyarakat

B Analisa strategi keberlanjutan program TPS 3R

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisa menggunakan metoda SWOT sebagai

berikut

- Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil evaluasi

yang telah dilakukan

- Penyusunan dan penentuan responden pembobotan dan perangkingan SWOT Penentuan

responden dipilih berdasarkan faktor keterkaitan serta pemahaman terhadap masalah yang

diteliti (purposive sampling) Kelompok responden terdiri dari perwakilan DLH

Kabupaten Bandung Pengelola TPS 3R di wilayah Kabupaten Bandung akademisi yang

memiliki perhatian terhadap pengelolaan sampah khusunya pengelolaan sampah berbasis

masyarakat di Kabupaten Bandung fasilitator ecovillage dan konsultan advisory

- Memberikan pembobotan terhadap faktor internal dan faktor eksternal Penentuan bobot

faktor strategis (internal dan eksternal) masing-masing dengan skara mulai dari 00 (tidak

penting) sampai 10 (sangat penting) Memperkirakan bobot ditentukan melalui pendapat

para ahli di bidang tersebut atau yang lain Total seluruh bobot dari faktor strategis harus

sama dengan satu

- Penilaian (rating) terhadap faktor strategis (internal dan eksternal) Pemberian rating faktor

strategis untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat setuju)

dengan 1 (tidak setuju) berdasarkan pengaruh faktor kondisi TPS 3R yang bersangkutan

- Kalikan bobot dengan rating untuk memperoleh nilai score

- Menghitung strength posture dan competitive posture Tujuan perhitungan ini yakni menetukan

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 6: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

38 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Sampah rumah

tangga

886 tonhari (79)

Tidak terlayani

78783 tonhari

(7022)

Dikomposkan

48664 tonhari (434)

Sampah non rumah

tangga

236 tonhari (21)

Timbulan sampah

perkotaan 1122 tonhari

(100)

Dikelola di sumber dan

sektor informal

325 tonhari (290)

Sampah daur ulang

11466 tonhari

(102)

Dikelola di TPSTTPS

3R

88 tonhari (784)

Residu pengelolaan di

TPSTTPS 3R

2787 tonhari

(248)

Pengangkutan door to

door

21355 tonhari

(1904)

Sampah masuk ke

TPA Sarimukti

posisi titik ordinat program dalam grafik SWOT

Strength posture S + (-W) (Persamaan 1)

Competitive posture O + (-T) (Persamaan 2)

- Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT

- Menentukan strategi dari hasil analisa SWOT dengan membuat matriks SWOT

GAMBARAN UMUM LOKASI

Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6041rsquo sampai dengan 7019rsquo

Lintang Selatan dan di antara 107022rsquo sampai dengan 10805rsquo Bujur Timur Luas wilayah

keseluruhan sebesar 176239 Km2

Data Persampahan

Rata-rata timbulan sampah yang dihasilkan dari permukiman adalah 1601 Loranghari

Sedangkan timbulan sampah perkotaan sebesar 21 Lorghari Pelayanan pengelolaan sampah

hanya melayani 25 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada Gambar 1 berikut merupakan data

sampah terolah dan terangkut ke TPA Sarimukti berdasarkan data sekunder dan observasi

yang dilakukan Namun beberapa wilayah kecamatan terlayani pun tidak seluruhnya terlayani

pengangkutan sampah hanya kawasan perkotaannya saja

Gambar 1 Neraca massa pengelolaan sampah Kabupaten Bandung

(Sumber diolah peneliti)

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 7: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

39

Data TPS 3R

Terdapat total 112 TPS 3R yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung Namun saat ini

kondisi di lapangan hanya terdapat 24 TPS 3R yang masih aktif Sistem pengelolaan sampah

yang dibawa ke TPS 3R rata-rata diangkut menggunakan gerobak selanjutnya dilakukan

pemilahan oleh petugas Pengolahan sampah yang dilakukan berupa komposting pembakaran

penjualan sampah yang memiliki nilai ekonomi daur ulang sampah anorganik TPS 3R yang

dibangun hampir seluruhnya direncanakan untuk melayani 500 KK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan status keberfungsian TPS 3R

yang masih aktif beroperasi hingga saat ini Terdiri dari 4 klasifikasi yakni sangat baik baik

kurang baik dan buruk menggunakan form monev juknis TPS 3R Secara teoritis cakupan

pelayanan TPS 3R minimal melayani 200 KK namun pada kenyataannya beberapa lokasi

tidak mencapai target tersebut Tabel 2 berikut menunjukan status keberfungsian TPS 3R

yang di survey

Tabel 2 Status keberfungsian TPS 3R

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

1 TPS 3R Cangkuang 500 80 585 Buruk

2 TPS 3R Citaliktik 400 Jalan protokol dan pasar 1795 Baik

3 TPS 3R Sekarwangi Berseka 500 60 1705 Baik

4 TPS 3R WPL Bojong Buah 500 2000 1505 Baik

5 TPS 3R Sayati 200 100 5 Buruk

6 TPS 3R WLC Cisondari 600 600 2095 Sangat baik

7 TPS Mitra Mandiri 300 40 dan dari sekolah 1865 Baik

8 TPS Al ihwal 200 160 1435 Baik

9 Komplek Pemda Komplek Pemda Sebagian komplek 1055 Kurang

10 TPS Cibodas 500 480 73 Buruk

11 TPS Sugihmukti 500 100 585 Buruk

12 TPS Gunung Leutik 500 3700 715 Buruk

13 TPS 3R Sukamantri 500 200 1695 Baik

14 TPS 3R Cigentur 400 Tidak digunakan lagi 555 Buruk

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 8: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

40 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Cakupan Pelayanan Monev panduan PU

No Nama TPS 3R Perencanaan

(KK)

Kondisi di lapangan

(KK)

Skor

Monev

PU

Status

Keberfungs

ian

15 TPS 3R Pakutandang 500 1500 1655 Baik

16 TPS 3R Cijagra 500 Belum digunakan 825 Buruk

17 TPS 3R Ciparay 200 100 585 Buruk

Evaluasi kinerja dan keberlanjutan TPS 3R

A Peraturan

Telah terdapat Perda terkait pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung yakni Perda

Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2012 dan Nomor 11 tahun 2012 namun dalam

implementasinya menurut pihak pemerintah penarikan retribusi sulit dilakukan meskipun

sebenarnya hal tersebut sudah diatur dalam Perda Selain itu terdapat pula Perbup tentang

pengelolaan sampah namun dalam Perbup tersebut pedoman yang dibahas mengenai

kelembagaan teknis operasional pembiayaan serta peran serta belum menyeluruh dan

terperinci

Kesulitan yang dialami pengelola yakni sulitnya mengumpulkan biaya retribusi di

wilayah pelayanannya Hal ini dikarenakan mereka belum merasa memiliki wewenang akibat

tidak adanya Perdes terkait retribusi sampah sebagai payung hukum Selain itu regulasi yang

ada saat ini tidak memberi ruang bagi ide-ide masyarakat untuk pengolahan sampah yang

lebih terdesentralisasi Penandatanganan MOU atas kerja sama pembuangan sampah ke

TPPAS Regional Legok Nangka dengan minimal timbulan sampah yang tidak sedikit

cenderung mengarahkan pengelolaan sampah tersentralisasi

B Kelembagaan

Perbedaan terkait kelembagaan antara tiap sampel yang diamati yakni ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah tiap daerah sehingga yang

menimbulkan kecemburuan sosial antar daerah TPS 3R Cibodas (status keberfungsian TPS

3R buruk) merasa masyarakat dan pemerintah minim sekali yang peduli dengan pengelolaan

sampah sehingga tidak ada dukungan maupun partisipasi dari pihak manapun Selain itu

program yang dibuat untuk mendukung pelaksanaan 3R oleh pemerintah dari tiap tingkatan

seringkali bergerak secara independen

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 9: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

41

C Sumber daya manusia

Berdasarkan perhitungan terdapat gap perbandingan jumlah pekerja eksisting dengan

kebutuhan pekerja di TPS 3R secara ideal ditunjukan pada Tabel 3

Tabel 3 Gap kuantitas SDM dan kebutuhan lahan minimal

Nama TPS 3R SDM Kebutuhan lahan minimal

Jumlah pekerja eksisting Jumlah kebutuhan pekerja Ideal (m2)

Eksisting (m2)

TPS 3R WLC 20 27 17414 150

TPS 3R Sekarwangi 3 5 13151 200

TPS 3R Cibodas 3 16 13523 100

D Teknis

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola sarana dan prasarana yang diberikan

cukup memadai namun kapasitas mesin atau sarana yang diberikan seringkali tidak sesuai

dengan kebutuhan Selain itu pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana masih minim

akibat tidak adanya SOP sehingga keberfungsian menjadi tidak optimal Berdasarkan

perhitungan Tabel 3 menunjukan perbandingan antara kebutuhan lahan minimal secara ideal

(disesuaikan dengan cakupan pelayanan) dengan kondisi eksisting saat ini

E Pembiayaan

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara hampir seluruh TPS 3R yang diobservasi

merupakan TPS 3R yang mandiri atau ldquoself financerdquo dalam pembiayaan operasional dan

pemeliharaannya Terkecuali 2 TPS yang merupakan TPS 3R Pemda Bila dihitung

pengeluaran yang layak (termasuk upah pekerja) untuk mencukupi biaya operasional TPS 3R

WLC membutuhkan peningkatan jumlah warga yang membayar retribusi hingga 100

dengan tarif Rp15000bulanKK Sedangkan untuk TPS 3R Sekarwangi Berseka dibutuhkan

peningkatan pelayanan minimal 135 KK dan tarif pengelolaan sampah sebesar Rp

15000KKbulan Jika ditinjau secara keseluruhan dana APBD yang dialokasikan untuk

peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan lebih terfokus pada

pelayanan pengangkutan Dari total anggaran sebesar Rp29859989920 sebesar 5165 dari

total dana tersebut dialokasikan untuk pelayanan pengangkutan sedangkan sisanya

digunakan untuk honor tenaga harian lepashonorer perjalanan dinas dll Sedangkan untuk

keperluan TPS 3R biaya yang dianggarkan tidak lebih dari 06

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 10: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

42 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

F Pendampingan Penyuluhan dan Pemantauan

TPS 3R WLC (status keberfungsian sangat baik) dan TPS 3R Sekarwangi Berseka

(status keberfungsian baik) keduanya mendapat proses pendampingan oleh fasilitator yang

dibentuk oleh Provinsi melalui program ecovillage Namun dalam implementasinya

pendampingan yang dilakukan melalui program ini tingkat keberhasilannya variatif

Penyuluhansosialisasi dilakukan oleh pengelola pihak pemerintah kabupaten (DLH) dan

pemerintah provinsi melalui ecovillage Berbagai penyuluhan yang dilakukan baik oleh

pengelola maupun pemerintah tidak disertai dengan kesepakatan sangsi bagi warga yang

melanggar Oleh sebab itu seringkali penyuluhan yang dilakukan tidak memberikan dampak

perubahan berkelanjutanPemantauan yang dirasakan di lokasi TPS 3R sampel hanya berasal

dari pemantauan internal (pemerintah tingkat pusat provinsi kabupaten) saja sedangkan

pemantauan eksternal (akademisi LSM) belum dirasakan oleh pihak terkait Pemantauan

yang dilakukan oleh pihak pemerintah ini tidak merata dilakukan ke seluruh TPS 3R

G Efisiensi Reduksi Sampah

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan Tabel 4 berikut menunjukan perbandingan

efisiensi reduksi pengplahan sampah antara ketiga sampel

Tabel 4 Efisiensi reduksi pengolahan sampah lokasi sampel

Indikator variabel efisiensi reduksi TPS 3R WLC

TPS 3R Sekarwangi Berseka TPS 3R Cibodas

Sampah yang masuk 126025 kghari 9668 kghari 6875 kghari

Potensi sampah daur ulang 5018 6833 488

Residu 4982 3167 512

Reduksi sampah eksisting 1512 4068 03

Residu eksisting 8488 5932 997

Skor penilaian keefektifan Tidak efektif Kurang efektif Tidak efektif

H Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil kuesioner pada sejumlah responden Gambar 2 dan Gambar 3 berikut

menunjukan pengaruh pengetahuan peran serta masyarakat kesediaan dan kemauan

membayar menjadi faktor yang mempengaruhi keoptimalan fungsi program TPS 3R Hal ini

terbukti melaui grafik pada Gambar 2 dibawah bahwa TPS 3R WLC dengan status

keberfungsian sangat baik memiliki rata-rata pengetahuan terkait pengelolaan sampah peran

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 11: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

43

serta dan kesediaan lebih tinggi dibandingkan TPS 3R lainnya

(a) (b)

(c)

Gambar 2 Hasil survey (a) Pengetahuan masyarakat (b) Peran serta masyarakat

(c)Kesediaan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis TPS 3R

Gambar 3 Grafik hubungan ATP dan WTP

I Kepuasan Masyarakat

Kepuasan User (Performance) yang baik menggambarkan performa TPS 3R yang baik

pula hal ini harus diimbangi dengan adanya harapan user (Importance) yang dapat dianalisa

dengan menggunakan metode IPA (Importance-Performance Analysis) Hasil pemetaan

tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah ditunjukan Tabel 5 Berdasarkan hasil

analisa setelah dimasukan dalam diagram kartesius yang ditunjukan pada Gambar 4 maka

gt Rp 5000000 Rp 3000000 - Rp Rp 2000000 - Rp Rp 1000000 - Rp lt Rp 1000000

5000000 3000000 2000000

0 50 0

0 0

20

40 31

45

31

60 55 58 Presentase Kumulatif ATP

Presentase

Kumulatif WTP

10 0

64

80 85

73 83

WTP 1

100

80

60

40

20

0

100 100 ATP 1

111

Ju

mla

h R

esp

on

den

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 12: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

44 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

dapat disimpulkan

Tabel 5 Hasil pemetaan tingkat kepuasan dan harapan pengelolaan sampah di TPS 3R

Nama TPS 3R I II III IV Ket

- L1_1 jadwal pelayanan pengumpulan

- L1_2 Kondisi sarana prasarana

- L2_1 Toleransi keterlambatan

- L3_1 Peran serta pemerintah

- L3_2 Ketanggapan pengelola

- L4_1 Biaya retribusi sesuai dengan

pelayanan

- L5_1 Kepercayaan pada pengelola

TPS 3R WLC L3_1 L1_1

L4_1

L5_1

L2_1

L3_2

L1_2

TPS 3R

Sekarwangi

L3_1 L4_1

L3_2

L5_1

L1_1

L1_2

L1_1

TPS 3R Cibodas L1_2

L4_1

L1_1

L5_1

L3_1 L2_1

L3_2

Ket I Yang harus dikembangkan II Yang harus dipertahankan III Yang menjadi prioritas terakhir IV

Yang memiliki prioritas

(a) (a) (b) (c)

Gambar 4 Diagram kartesius TPS 3R (a) WLC (b) Sekarwangi (c) Cibodas

Analisa Strategi dengan Metode SWOT

Berdasarkan hasil evaluasi TPS 3R maka dapat disusun isu-isu utama dan

mengelompokannya berdasarkan faktor pengaruhnya terhadap keberlanjutan program TPS

3R ditunjukan pada Tabel 6 (faktor strategi internal) dan Tabel 7 (faktor strategi eksternal)

Tabel 6 IFAS (Internal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

A KEKUATAN (S)

1 Adanya pengelola TPS 3R yang berperan aktif 0052 3000 0157

2 Terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas

pengelola TPS 3R

0045 2556 0114

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 13: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

45

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

3 Keseuaian desain TPS 3R eksisting dengan literatur 0039 2889 0114

4 Adanya sarana dan prasarana fasilitas TPS 3R 0055 3111 0170

5 Sumber dana dari produk TPS 3R 0050 2778 0138

6 Potensi peningkatan pemasukan dari retribusi 0054 2556 0137

7 Persepsi bahwa adanya TPS 3R membuat lingkungan

menjadi bersih

0051 3111 0159

8 Sebagian masyarakat mengetahui metoda pemilahan

sampah

0052 2556 0133

9 Sebagian masyarakat mengetahui fungsi TPS 3R 0050 2556 0127

10 Partisipasi masyarakat dalam membayar retribusi 0055 2556 0140

B KELEMAHAN (W)

1 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak

pembakaran dan keterbatasan lahan TPA

0051 1556 0079

2 Terdapat gap antara kebutuhan SDM dengan ketersedian

SDM

0046 2000 0092

3 Pengetahuan dan pelatihan yang diberikan kepada

SDM pengelola sampah masih minim

0051 2111 0108

4 Tidak ada SOP pengelolaan di TPS 3R 0051 2000 0102

5 Kurangnya pemeliharaan terhadap sarana dan

prasarana TPS 3R

0052 2333 0122

6 Cashflow TPS 3R (seringkali minu) 0051 1667 0085

7 Target iuranretribusi sampah tidak terpenuhi 0050 1889 0094

8 Ada gap antara potensi reduksi dengan reduksi sampah

eksisting

0045 1889 0084

9 Pemilihan teknologi kurang tepat (menimbulkan

pencemaran)

0048 2333 0113

10 Minimnya kesadaran partisipasi masyarakat untuk

mengurangi sampah sejak dari sumber

0054 1667 0089

Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS maka dapat dihitung strength posture dan

competitive posture Diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive

posture sebesar 0063 Bila nilai tersebut diposisikan pada kuadran strategi perencanaan

dapat diketahui bahwa posisi pengelolaan sampah berbasis 3R ini berdasarkan matriks berada

pada kuadran 1 Pada kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada

kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan Untuk itu dapat

digunakan alternatif strategi 1 yakni pengembangan ( strategi agresif)

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 14: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

46 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Tabel 7 EFAS (Eksternal Factor Strategies)

No Faktor-faktor strategis Bobot Rating Bobot x rating

C PELUANG (O)

1 Adanya perda terkait pengelolaan sampah berbasis

3R dan retribusi sampah

0063 3222 0203

2 Kolaborasi dengan badan lain 0060 2556 0153

3 Adanya program dukungan dari pemerintah baik dari

pemerintah pusat provinsi maupun daerah

0065 2667 0172

4 Adanya pendampingan oleh fasilitator 0063 2556 0161

5 Adanya pemantauan kontrol dari pemerintah 0065 2556 0165

6 Kepuasan user produk TPS 3R 0057 2556 0145

7 Penerimaan masyarakat terhadap adanya TPS 3R 0060 3111 0187

ANCAMAN (T)

1 Peran kondisi politik 0054 2222 0120

2 Belum ada payung hukum tingkat desakelurahan

terkait retribusi sampah

0063 1556 0098

3 Kerjasama pemerintah Kabupaten Bandung bekerja

sama dengan TPPAS Legok Nangka

0046 2333 0108

4 Minimnya perangkat penegak hukum terkait

pengelolaan sampah

0062 2000 0123

5 Minimnya alokasi anggaran dari APBD untuk

pengelolaan sampah berbasis 3R

0065 1889 0122

6 Kurangnya komitmen pemerintah desakelurahan dalam

mendukung pengelolaan sampah berbasis 3R

0068 1444 0098

7 Kecemburuan sosial akibat ketidakmerataan

perhatian pemerintah dalam pengelolaan sampah

berbasis 3R

0052 2444 0128

8 Program-program pemerintah di bidang pengelolaan

sampah tiap tingkatan (pusat provinsi daerah)

Bergerak secara independen

0057 2444 0139

9 Belum adanya kerja sama dengan swasta terkait

pengelolaan sampah berbasis 3R

0055 1556 0086

10 Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi 0046 2222 0103

Alternatif strategi yang diusulkan digambarkan melalui matriks SWOT pada Tabel 8 Maka

rekomendasi strategi yang direkomendasikan yakni strategi SO

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 15: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

47

Tabel 8 Matriks SWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

- Pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang

bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait

pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi

- Riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui

divervikasi produk untuk meningkatkan kepuasan

user produk TPS 3R sekaligus meningkatkan

pendapatan dari produk TPS 3R

- Kolaborasikerja sama dengan pihak lain seperti

kerja sama antar TPS 3R dengan pihak swasta

LSM atau dinas pertanian dan pertamanan

(untuk menerima kompos)

Strategi WO

- Penegasan dan perincian peraturan terkait

pengelolaan sampah di sumber dan larangan

pembakaran sampah

- Pengembangan program pemerintah untuk

meningkatkan skill dan wawasaan SDM

pengelola

- Peningkatan pemantauan contol yang ketat

terhadap penggunaan teknologi pengelolaan

sampah yang menimbulkan pencemaran

- Optimasi modul pendampingan terutama

terkait manajemen keuangan

Ancaman

(T)

Strategi ST

- Penguatan kelembagaan masyarakat untuk

memberikan aspirasi ke pemerintah secara bottom

up

- Optimalisasi pendanaan dari APBD untuk

subsektor persampahan dan optimalisasi

retribusi persampahan

Strategi WT

- Penyusunan Perdes tiap Desa terkait biaya

retribusi sampah

- Pengembangan kerjasama program- program

pemerintah baik tingkat pusat provinsi

maupun daerah

- Sosialisasi yang inovatif terkait pengelolaan

sampah sehingga menciptakan ketertarikan

dan menumbuhkan partisipasi (dikaitkan

dengan religius ekonomi dll)

- Penegasan komitmen pemerintah desa

kelurahan terkait pengelolaan sampah

dengan cara kesepakatan sangsi

Rencana Pengembangan Alternatif

Sebagai pertimbangan pemerintah dalam mengelola sampah di masa mendatang

berikut akan dianalisa 3 alternatif perencanaan yang telah disesuaikan dengan PTMP

Kabupaten Bandung

Alt 1 Sampah langsung diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju

TPPAS Legok Nangga

Alt 2 Sampah diangkut dari sumber menggunakan dumptruckarmroll menuju SPA (Stasiun

Peralihan Antara) dan selanjutnya diangkut menuju TPPAS Legok Nangka

Alt 3 Sampah dari sumber dikelola terlebih dahulu di TPSTTPS 3R terdekat dari sumber

kemudian diangkut ke TPPAS Legok Nangka Alternatif ini dibagi menjadi 3 skenario

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 16: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

48 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

60000000

50000000

40000000

30000000

20000000

10000000

000

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Tahun Alt 1- Pengangkutan langsung ke TPA Alt 2- Adanya SPA

Alt 3- Skenario 1 Alt 3- Skenario 2

1) 50 jumlah TPS berfungsi aktif tiap TPS 3R melayani 200 KK

2) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 200 KK

3) 100 jumlah TPS berfungsi tiap TPS 3R melayani 500 KK (sesuai rencana)

Analisa yang akan dilakukan terkait perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

perbedaan cost operasional dan dampak emisi gas rumah kaca

A Perbandingan jumlah sampah terangkut ke TPA

Pada Gambar 5 dapat terlihat bahwa pengelolaan sampah pada tahun pertama alternatif

ke-2 menunjukan alternatif skenario terbaik dibandingkan alternatif lainnya karena dengan

adanya SPA sampah yang diangkut menjadi lebih sedikit Namun bila dilihat secara

keseluruhan pada tahun ke-3

(tahun 2020) alternatif 3 skenario 3 menjadi alternatif terbaik dibandingkan dengan alternatif

lainnya Hal ini berati pengelolaan sampah dengan pengoptimalan TPS 3R mampu

memberikan potensi lebih besar dalam mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA di

masa yang akan datang Selain itu jumlah cakupan pelayanan TPS 3R juga sangat

mempengaruhi keoptimalan reduksi sampah akibat adanya TPS 3R

Gambar 5 Jumlah sampah terangkut ke TPA tiap skenario

B Analisa Biaya

Berdasarkan perhitungan biaya satuan masing-masing subsistem pengelolaan sampah

Gambar 6 berikut merupakan perbandingan biaya operasional untuk pengangkutan dan

pembayaran tiping fee tiap alternatif skenario

sam

pah

ter

angk

ut

ke

TP

A

(to

nt

ahu

n)

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 17: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

49

Rp40000000000000

Rp35000000000000

Rp30000000000000

Rp25000000000000

Rp20000000000000

Rp15000000000000

Rp10000000000000

Rp5000000000000

Rp-

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029

Alternatif 1 Alternatif 3-skenario 2

Alternatif 2 Tahun

Alternatif 3-skenario 1

Alternatif 3- skenario 3

Gambar 6 Biaya pengangkutan dan tiping fee per tahun tiap alternatif skenario

Melalui gambar diatas dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan alternatif

pengadaan SPA alternatif pengoptimalan TPS 3R dengan cakupan pelayanan sebesar 500 KK

(alternatif 3 skenario 3) mampu menghemat biaya + 70000000tahun pada tahun 2020 dan

menghemat + 46 milyartahun pada tahun 2025 Sedangkan bila dibandingkan dengan

alternatif bussines as usual Kabupaten Bandung dapat menghemat biaya mencapai + 35

milyartahun pada tahun 2020 dan + 86 milyar tahun pada tahun 2025

Namun bila melihat biaya pengelolaan secara keseluruhan melalui Tabel 9 dapat dilihat

bahwa semakin optimis keoptimalan fungsi TPS 3R maka diperlukan semakin besar pula

standar minimal retribusi tiap KK terlayani Hal ini mengingat untuk keberlanjutan

operasional pengelolaan sampah di TPS 3R yang semakin baik maka diperlukan biaya yang

tidak sedikit pula Maka bila tanpa mempertimbangkan biaya investasi agar TPS 3R dengan

skenario 3 ini berjalan baik (minimal melayani 500 KK) diperlukan biaya retribusi minimal

sejumlah Rp2600000

Tabel 9 Estimasi biaya retribusi minimum

Biaya subsistem Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

skenario 1

Alternatif 3

skenario 2

Alternatif 3

skenario 3

Total (Rphari) Rp111746465 Rp103910473 Rp111893673 Rp122575613 Rp141314992

Biaya pengelolaan

sampah (Rporanghari)

Rp161 Rp144 Rp157 Rp166 Rp173

Biaya Retribusi

(RpKKbulan)

Rp24174 Rp21653 Rp23488 Rp24859 Rp26016

Bia

ya

(Ru

pia

ht

ahu

n)

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 18: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

50 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

C Analisa Emisi Gas Rumah Kaca

Analisa perhitungan emisi gas rumah kaca pada penelitian ini ditinjau dari estimasi

jumlah emisi GRK dari pengangkutan sampah dan dari pembuangan akhir sampah Tabel 10

menunjukan jumlah total emisi masing-masing alternatif

Tabel 10 Estimasi biaya retribusi minimum

Tahun Emisi (MTCO2e)

Alt 1 Alt 2 Alt 3-ske 1 Alt 3-ske 2 Alt 3-ske 3

2018 1534412 1525310 1534412 1534412 1528344

2019 2385099 2293699 2377049 2364506 2329910

020 3781047 3605875 3761700 3734081 3654259

2021 5463161 5211501 5429762 5384164 5247370

2022 7405853 7091935 7362694 7296373 7094377

2023 9596092 9229309 9545334 9455674 9180626

2024 12015426 11606704 11965351 11846800 11494181

2025 14663339 14213244 14612787 14465936 14025383

2026 17523059 17043241 17479676 17299104 16766489

2027 20593627 20082724 20556693 20346118 19708325

2028 23863378 23328391 23845022 23596051 22852172

2029 27315775 26760058 27319729 27033083 26173146

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey TPS 3R di Kabupaten Bandung terdapat 588 TPS 3R dengan

status keberfungsian sangat baik 4118 baik 588 kurang baik dan 4706 buruk Dalam

penetuan strategi keberlanjutan TPS 3R digunakan metoda SWOT Berdasarkan hasil analisa

IFAS dan EFAS diperoleh nilai strength posture sebesar 0421 dan nilai competitive posture

sebesar 0063 Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada

pada kuadran 1 Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi

agresif) atau strategi S-O Rekomendasi pengelolaan sampah di masa mendatang yakni

pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK Hal

ini dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 2020 alternatif seknario terpilih mampu

mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 tontahun dibandingkan kondisi BAU

menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar + 35 milyartahun dan mengurangi

emisi sebesar 1268 MTCO2etahun dibandingkan kondisi business as usual

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 19: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

51

DAFTAR PUSTAKA

Gibson James L (2000) Organisasi Perilaku Struktur Dan Proses Edisi Ke-5 Cetakan Ke3 Jakarta Erlangga

Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan (PTMP) Kabupaten Bandung (2016)

Srivastava PK Kulshreshtha K Mohanty CS Pushpangadan P dan Singh A (2005) Stakeholder-based

SWOT analysis for successful municipal solid waste management in Lucknow India Journal of Elsevier

25 531-537

Tasrin K dan Amalia S (2014) Evaluasi Kinerja Pelayanan Persampahan 1 Di Wilayah Metropolitan

Bandung Raya Jurnal Borneo Administrator 10 35-58

Turner D Williams I dan Kemp S (2015) Greenhouse gas emission factors for recycling of source

sefregated waste materials Elsevier Journal 105 186-197

Zulfinar Z amp Sembiring E (2015) Dinamika Jumlah Sampah yang Dihasilkan di Kota Bandung Jurnal

Teknik Lingkungan 21(1) 18-28

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri

Page 20: ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA … · analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai ... Amanat tersebut

52 Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25 No 2 Athaya Dhiya Zafira dan Enri Damanhuri