ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF MELALUI BANK … · Kemudian hasil perhitungan analisis SWOT...
Transcript of ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF MELALUI BANK … · Kemudian hasil perhitungan analisis SWOT...
ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF MELALUI BANK
WAKAF MIKRO DENGAN PENDEKATAN SWOT
(Studi Empiris LKM Syariah EI Manahij-Lebak)
Diajukan Oleh:
INDRI DWI LESTARI
NIM 11150860000041
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF MELALUI BANK WAKAF
MIKRO DENGAN PENDEKATAN SWOT
(Studi Empiris LKM Syariah EI Manahij-Lebak)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Indri Dwi Lestari
NIM: 11150860000041
Di Bawah Bimbingan
( Nur Hidayah, Ph.D )
NIP.197610312001122002
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jum’at, 28 Juni 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : INDRI DWI LESTARI
Nim : 11150860000041
Jurusan : EKONOMI SYARIAH
Judul Skripsi :ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF PRODUKTIF
MELALUI BANK WAKAF MIKRO DENGAN
PENDEKATAN SWOT
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan dalam Ujian Skripsi, maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Juni 2019
PANITIA UJIAN:
1.Ketua : RR Tini Anggraeni, M.Sc
NIPN.2010088001 (……………….……)
2.Sekretaris : Nur Hidayah, M.A., Ph.D
NIP.197610312001122002 (…….……...………)
3.Pembimbing : Nur Hidayah, M.A., Ph.D
NIP.197610312001122002 (…………………….)
4.Penguji Ahli : Ady Cahyadi,M.Si
NIDN.2015038202 (………………...….)
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa 9 April 2019 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Indri Dwi Lestari
2. No. Induk Mahasiswa : 11150860000041
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : ANALISIS PENGELOLAAN WAKAF
PRODUKTIF MELALUI BANK WAKAF MIKRO DENGAN
PENDEKATAN SWOT (Studi Empiris LKM Syariah EI Manahij-
Lebak)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 April 2019
1. Yuke Rahmawati, Ma (................................)
NIP.197509032007012023 Penguji I
2. Ady Cahyadi, M.Si (..............................)
NIDN. 2015038202 Penguji II
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Indri Dwi Lestari
Nim : 11150860000041
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak Menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pamalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka
skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun
menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di
kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 28 Jun i 2019
( Indri Dwi Lestari)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Indri Dwi Lestari
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 24 April 1997
Alamat : Jl.betawi kp. Gunung rt 03/ rw 04 Kel.Jombang,
Kec. Ciputat. Kota Tangerang Selatan
Anak ke : Dua (2) dari tiga bersaudara
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hobi : Membaca dan Olahraga
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN Serua v : 2003- 2009
SMP DAHLIA : 2009-2012
SMAN 4 Tangerang Selatan : 2012- 2015
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2015 – 2019
ORGANISASI
OSIS SMAN 4 Tangsel
Lembaga Dakwah Kampus FEB
LDK Syahid
vi
ABSTRAK
Penelitian skripsi yang dilakukan pada Bank Wakaf Mikro EI Manahij
bertujuan untuk mengetahui pengeloaan wakaf uang dengan pendekatan analisa
SWOT terhadap, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka akan dilihat
strategi apa yang akan diambil untuk meminimalisir kelemahan dan mengatasi
ancaman yang datang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer didapatkan
dari wawancara dengan informan yaitu pengurus Bank Wakaf Mikro dan data
sekunder didapatkan melalui literatur kepustakaan yang berkaitan dengan
penelitian ini. Teknik pengelolaan datanya menggunakan analisis deskriptif.
Proses analisanya dengan cara mengindetifikasi faktor-faktor Strenght, Weakness,
Opportunity dan Threat (SWOT) pada pengelolaan wakaf uang. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa pengeloaan wakaf uang sudah berjalan dengan baik hal
tersebut ditunjukan dari perkembangan usaha nasabah yang semakin meningkat
karena adanya penyaluran atau pembiayaan dana wakaf uang yang dipinjamkan.
Kemudian hasil perhitungan analisis SWOT yang menunjukan skor IFAS dari
kekuatan 1,92 dan kelemahan 1,25 sedangkan skor EFAS dari peluang 1,53 dan
ancaman 0,82. Dan strategi yang diterapkan adalah strategi yang memanfaatkan
SO (Strenght & Opportunity).
Kata Kunci : Pengelolaan, Wakaf Uang, SWOT.
vii
ABSTRACT
Thesis research conducted at the EI Manahij Micro Waqf Bank aims to
determine the management of money waqf with a SWOT analysis approach to
strengths, weaknesses, opportunities and threats, so what strategies will be taken
to minimize weaknesses and overcome the threats that come.
This study uses a qualitative approach. Primary data obtained from
interviews with informants, namely administrators of Micro Waqf Banks and
secondary data obtained through literature library related to this study. The data
management technique uses descriptive analysis. The analysis process is by
identifying the factors of Strenght, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT) in
the management of money waqf.The results of this study indicate that the
management of money waqf has been going well, it is shown from the business
development of customers which is increasing due to the distribution or financing
of waqf funds lent money. Then the results of the calculation of the SWOT analysis
show the IFAS score of the strength of 1.92 and the weakness of 1.25 while the
EFAS score of the opportunity is 1.53 and the threat is 0.82. And the strategy
applied is a strategy that utilizes SO (Strength & Opportunity).
Keywords: Management, Money Waqf, SWOT.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan
salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Rasul Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah dengan
konsentrasi ZISWAF pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak
dari mulai periode perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis untuk
mengucapakan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa
tersebut, antara lain:
1. Alhamdulillah, Allah adalah maha pencipta dan maha perencana dan
sebaik-sebaiknya rencana adalah rencana Allah. Puji syukur, Allah
memberikan pelajaran terindah dalam perjalanan proses pembuatan
skripsi ini.
ix
2. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, M.Si selaku wadek Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Kedua orang tua saya yang tersayang dan sangat saya cintai. Mereka yang
senantiasa selalu memberi semangat keikhlasan dengan doa maupun
materi selama hidup saya. Bimbangan serta pelajaran yang orang tua saya
berikan sangatlah berguna dalam menjalankan kehidupan didunia.
4. Yang terhormat Ibu Nur Hidayah, MA.Ph.D selaku Dosen Pembimbing
yang selalu memberikan bimbangan dan nasehat serta kritik yang sangat
membangun dalam mengerjakan skripsi ini. Ibu adalah dosen terbaik bagi
saya yang pernah saya temui.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat
berguna bagi saya dalam menghadapi era globalisasi ini, karena tanpa
ilmu seseorang akan kehilangan arah.
6. Sahabat- sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini, yang selalu mendukung, memberikan semangat
serta doa.
7. Teruntuk Tyas Agustiawati, Melinda Sari, Dede Yati, Rahmi Hayyu,
Arika Hayyu, Fitria Khearunnisa serta temen-temen dekat saya lainnya
yang selalu memberikan kebahagian selama mengenalnya.
8. Tidak lupa kepada temen KKN Bersama di Lampung khususnya Dinora,
Yeni, Miko, Bunda Tata, Sifa, Fariz terima kasih karena kalian selalu
memberikan senyuman indah.
x
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam
penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu,
terima kasih banyak.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
mendoakan, membantu dan membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 28 Juni 2019
Indri Dwi Lestari
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN SKRIPSI ...................................................... i
LEMBAR PENGESAHAAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v
ABSTRAK. ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Wakaf. .......................................................................... 8
1. Wakaf .................................................................................................. 8
2. Dasar Hukum Wakaf .......................................................................... 4
3. Pengertian Wakaf Uang .................................................................... 19
B. Tinjauan Umum Pengelolaan Wakaf Uang ............................................ 19
1.Pengertian Manajemen ........................................................................ 19
2. Fungsi-Fungsi Manajemen ................................................................. 19
xii
3. Pola Pengelolaan Wakaf ..................................................................... 25
4. Pihak-Pihak yang Terlibat .................................................................. 28
C. Tinjauan Umum Bank Wakaf Mikro ...................................................... 33
1. Bank Wakaf Mikro .......................................................................... 33
2. Manfaat Bank Wakaf Mikro ............................................................. 34
3. Model Bank Wakaf Mikro ................................................................ 35
4. Pihak-pihak yang terkait ................................................................... 39
5. Langkah strategis Implementasi ....................................................... 40
6. Peluang dan Tantangan ..................................................................... 41
D. Tinjauan Umum Analisis SWOT ........................................................... 39
1. Analisis SWOT ................................................................................. 42
2. Keunggulan Analisis SWOT ............................................................ 43
3. Kelemahan Analisis SWOT .............................................................. 44
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 46
F. Kerangka Berpikir .................................................................................. 48
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian... ................................................................................... 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 49
C. Subjek Penelitian .................................................................................... 50
D. Jenis Data................................................................................................ 50
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 51
F. Teknik Analisa Data ............................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ....................................................... 58
B. Sejarah BWM EI Manahij ...................................................................... 60
C. Struktur Kepengurusan ........................................................................... 61
D. Program Kerja BWM EI Manahij .......................................................... 62
E. Pengelolaan Wakaf Uang di BWM ........................................................ 66
F. Implikasi Manfaat Wakaf Uang ............................................................. 71
G. Hambatan-hambatan BWM EI Manahij ................................................. 74
xiii
H. Analisis SWOT Pengelolan BWM EI Manahij ...................................... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 87
B. Saran ....................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 89
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI ................................................................... 92
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Mekanisme Wakaf Uang 34
2.2 Pemasukan Wakaf Uang 38
2.3 Pengelolaan Dana Wakaf Uang 39
2.4 Kerangka Konseptual 48
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Potensi Wakaf Uang di Indonesia 2
Tabel 1.2 Data Pembiayaan 5
Tabel 3.1 Waktu Penelitian 50
Tabel 3.2 Matriks SWOT 55
Tabel 3.3 Matriks Strategi SWOT 56
Tabel 4.1 Data Pembiayaan 69
Tabel 4.2 Jumlah Penilaian Kumulatif 72
Tabel 4.3 Pembobotan Faktor Internal 79
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Skala Bobot 79
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Faktor Internal 80
Tabel 4.6 Pembobotan Faktor Eksternal 81
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Skala Bobot 82
Tabel 4.8 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal 82
Tabel 4.9 Hasil Matriks SWOT 83
Tabel 4.10 Hasil Analisis Matriks SWOT 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya wakaf telah lama dikenal di Indonesia. Namun
demikian, memang dalam perkembangan selanjutnya, wakaf kurang dikenal
dan kurang mendapat perhatian yang serius dari sebagian besar kalangan baik
pemerintah, masyarakat, ulama dan lembaga-lembaga non pemerintah (LSM).
Dibanding dengan perkembangan instisusi zakat, institusi wakaf jelas jauh
tertinggal. (Mannan, 2011)
Wakaf uang bagi umat Islam di Indonesia memang masih relatif baru.
Hal ini bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) baru memberikan fatwanya pada pertengahan Mei 2002.
Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang disebagai salah satu solusi yang
dapat membuat wakaf lebih produktif karena uang disini tidak lagi dijadikan
alat tukar-menukar saja. Lebih dari itu, wakaf uang merupakan komuditas
yang siap berproduksi dalam hal pengembangan lain. Wakaf uang juga
dipandang dapat memunculkan suatu yang lebih baik.
Wakaf uang memiliki kekuatan yang umum dimana setiap orang bisa
menyumbangkan hartanya tanpa batas-batas tertentu atau tanpa harus
menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Pemberian dana wakaf
biasannya hanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai harta kekayaan
yang lebih besar dan diberikan dalam bentuk harta tidak bergerak. Sementara
sebagaian besar masyarakat, tidak mampu untuk berpartisipasi dalam
kegiatan wakaf ini mengingat keterbatasan harta yang mereka miliki. Dengan
2
adannya wakaf tunai, diharapkan pratik wakaf yang ada pada masa-masa
terdahulu terkesan sulit dan berat dapat dihindarkan.
Tabel 1.1
Potensi Wakaf Uang di Indonesia tingkat
penghasilan/
bln
jumlah
muslim
tarif
wakaf/bln
potensi wakaf
uang/bln
potensi wakaf
uang/bln
Rp 1 juta 4 juta Rp 5.000,- 20 Milyar 240 Milyar
p Rp 2-3 juta 3 juta Rp 10.000,- 30 Milyar 300 Milyar
Rp. Rp 3 juta-5
juta
2 juta Rp50.000,- 100 Milyar 1,2 Triliun
Rp.5 Rp 5 juta- 10
juta
1 juta Rp100.000,- 100 Milyar 1,2 Triliun
Total 3 Triliun
Sumber : Mustafa E Nasution (2006)
Menurut asumsi Mustafa Edwin Nasution (Nasution dan Hasanah,
2006) tentang potensi wakaf di Indonesia dengan jumlah umat muslim
dermawan diperkirakan sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan per
bulan Rp. 500.00,- hingga Rp. 10.000.000,- maka paling tidak akan terkumpul
dana sekitar 3 Triliun per tahun dari dana wakaf, seperti perhitungan dalam
Tabel 1.1
Dengan potensi 28,194 pesantren (data Kementerian Agama RI),
pesantren memiliki potensi besar untuk memberdayakan umat dan berperan
dalam mengikikis kesenjangan ekonomi dan mengetaskan kemiskinan,
khususnya masyarakat di sekitar pesantren. OJK memfasilitaskan pembuatan
model bisnis Bank Wakaf Mikro dengan platfrom Lembaga Keuangan Mikro
Syariah untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana untuk
didonasikan kepada masyarakat yang membutuhkan pembiayaan usaha
dengan imbal hasil sangat rendah.
3
Pendirian Bank Wakaf Mikro di pesantren bertujuan agar para santri
bisa belajar mengelola perbankan. Sehingga apabila Bank Wakaf Mikro
tumbuh besar, ekonomi umat dapat berjalan dengan baik. Wakaf memiliki
potensi besar dalam membantu pengembangan perekonomian nasional. Arab
Saudi kini membentuk lembaga semacam perusahaan untuk meningkatkan
peran bank wakaf dalam perekonomiannya. Bangladesh terus memperbesar
peran Bank Wakaf Mikro agar kesenjangan dan ketimpangan ekonomi bisa
dikurangi. Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf tanah saja di atas
Rp370 triliun, sementara wakaf tunai Rp 180 triliun.(Faujiah:2018)
Bank Wakaf Mikro telah memainkan peranan yang penting sebagai
salah satu alternatif pemanfaatan wakaf uang. Bank Wakaf Mikro diyakini
dapat meningkatkan inklusi keuangan, khususnya pada masyarakat dan pelaku
usaha kecil dan mikro untuk mendapat kemudahan permodalan. Untuk
diketahui, lembaga tersebut tidak diperkenankan mengambil simpanan dari
masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui
pembiayaan disertai pendampingan usaha.
Bank Wakaf Mikro sendiri pertama kali diinisiasi pembentukannya
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan menggunakan Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS) sebagai prioritas pembangunan ekonomi umat. Bank
Wakaf Mikro Merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang didirikan
atas izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini bertujuan menyediakan
akses permodalaan atau pembiayaan bagi masyarakat kecil yang belum
memiliki akses pada lembaga keuangan formal. Bank Wakaf Mikro di
harapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta mampu
mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.
4
OJK telah mengeluarkan izin kepada 20 lembaga Bank Wakaf Mikro
di lingkungan pondok pesantren. Hingga awal Maret 2018, dari 20 Bank
Wakaf Mikro yang merupakan proyek percontohan telah disalurkan
pembiayaan kepada 2.784 nasabah dengan total nilai pembiayaan sebesar
2,45 miliar. Pembiayaan diberikan tanpa agunan dengan nilai maksimal3 juta
dan margin bagi hasil setara tiga persen. Selain itu, disediakan pelatihan dan
pendampingan serta pola pembiayaan yang dibuat perkelompok.
Lembaga tersebut tidak diperkenankan mengambil simpanan dari
masyarakat karena memiliki fokus pemberdayaan masyarakat melalui
pembiayaan disertai pendampingan usaha. Lembaga ini juga berstatus sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang diberi izin dan diawasi oleh OJK.Ketua
Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, “Bank Wakaf Mikro
tersebar di berbagai daerah, seperti di Cirebon, Bandung, Ciamis, Serang,
Lebak, Purwokerto, Cilacap, Kudus, Klaten, Yogyakarta, Surabaya, Jombang,
dan Kediri”. Kehadiran Bank Wakaf Mikro di daerah-daerah akan
menggerakan ekonomi bawah dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Bank Wakaf Mikro menjadi solusi bagi masyarakat yang saat ini
terkendala dengan agunan atau jaminan, ketika mengajukan pinjaman
keperbankan konvensional.
5
Tabel 1.2
Data Pembiayaan kumulatif bwm di Indonesia
Jumlah
lembaga
Pembiayaan kumulatif Pembiayaan
oustanding
43 Rp.18.543.680.000 Rp. 8.451.451.22
Jumlah kumpi Nasabah kumulatif Nasabah outstanding
2.404 15.236/org 10.003/org
Sumber: Diperoleh dari LAZNAS BSM UMAT diolah penulis
Dari tabel dari atas diperoleh pada sampai tahun 2019 Bank Wakaf
Mikro sudah berdiri sebanyak 43 yang tersebar diberbagai provinsi. Dengan
jumlah nasabah kumulatif sebesar 15.236/orang yang ada diberbagai provinsi
di Indonesia. Jumlah nasabah dengan sebanyak itu dalam waktu kurung lebih
2 tahun menjadi sebuah topik yang harus diteliti untuk mencari tahu
bagaimana pengelolaan dibank wakaf mikro serta apa saja manfaat yang
diterima bagi masyarakat sekitar atau nasabah. Karena bank wakaf mikro baru
berdiri sehingga perlu dikaji permasalahan yang ada didalamnya.
Dalam pengelolaan wakaf uang, lembaga pengelolaan harus dapat
mengelola dengan pengelolaan yang baik dalam pengelolaan wakaf uang
secara produktif, sehingga dana yang terhimpun dari wakaf uang dapat
memaksimal dalam pengelolaannya. Peran lembaga dalam pengelolaan wakaf
uang memberikan jaminan keamanan dan investasi dana yang lebih luas maka
muncul pertanyaan bagaimana pengelolaan wakaf uang dari Bank Wakaf
Mikro dengan Pendekatan SWOT. Analisis SWOT mampu mendeteksikan
setiap kelemahan dan kelebihan sebuah institusi sehingga bermanfaat dalam
meminimalsasikan dampak atau kosekuensi yang akan terjadi dimasa
6
mendatang. Serta bagaimana implikasinya manfaat terhadap nasabah, dan
hambatan yang ada di dalam Bank Wakaf Mikro tersebut.
Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis
mengambil judul : ‘’Analisis Pengelolaan Wakaf Produktif Melalui Bank
Wakaf Mikro Dengan Pendekatan SWOT (Studi empiris LKM Syariah EI
Manahij-Lebak)’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok masalah di dalam
penelitian ini adalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan wakaf produktif melalui Bank Wakaf Mikro EI
Manahij ?
2. Bagaimana implikasi manfaat wakaf uang di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij terhadap nasabah ?
3. Bagaimana hambatan-hambatan di Bank Wakaf Mikro EI Manahij dalam
mengelola wakaf uang ?
4. Bagaimana strategi SWOT dalam pengelolaan di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengelolaan wakaf uang di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij.
7
2. Untuk mengetahui implikasi manfaat wakaf uang di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij terhadap nasabah.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan di Bank Wakaf Mikro EI Manahij
dalam mengelola wakaf uang.
4. Untuk mengetahui strategi SWOT dalam pengelolaan di Bank Wakaf
Mikro EI Manahij.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka manfaat penelitian ini
antara lain:
1. Bagi Bank Wakaf Mikro (BWM)
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang
bermanfaat dalam langkah selanjutnya kearah yang lebih baik.
2. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Diharapkan dapat menjadikan tambahan sumber referensi dan sarana
pemikiran bagi kalangan akademik dalam menunjang penulisan yang lain.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman
kepada masyarakat tentang perkembangan wakaf saat ini, sehingga dapat
mengubah pola berpikir masyarakat yang selama ini memahami bahwa
wakaf hanya sebatas wakaf tanah
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Wakaf
1. Wakaf
a. Pengertian Wakaf
Kata wakaf yang sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia berasal
dari kata bahasa Arab yaitu waqafa (fi’il madhy), yaqifu (fi’il mudhari’),
dan waqfan (isim mashdar) yang secara etimologi (lughah, bahas) berati
berhenti, berdiri, berdiam di tempat, atau menahan. Pengertian wakaf dapat
juga berati: menghentikan hak milik atas suatu harta yang bermanfaat dan
tahan lama dengan cara menyerahkan harta itu kepada pengelola, baik
perorangan, keluarga, maupun lembaga untuk digunakan bagi kepentingan
umum di jalan Allah. (Thaib,2003:1)
Para ahli fiqh berbeda pendapat dalam memberikan definisi wakaf
dan status dari kepemilikan harta wakaf, diantaranya definisi dari empat
imam mazhab yaitu:
1) Imam Hanafi yang mengartikan wakaf sebagai menahan benda waqif
(orang yang berwakaf) dan menyedehkan manfaatnya untuk
kebaikan. Artiya bahwa kepemilikan harta wakaf masih tetap tertahan
di tangan waqif itu sendiri, sedangkan pewakafannya hanya terjadi
atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
2) Sementara itu, Imam Syafi’i mengartikan wakaf dengan menahan
harta yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap utuhnya barang
dan tersebut hilang kepemilikannya dari waqif, serta dimanfaatkan
9
pada suatu yang dibolehkan. Golongan ini mensyaratkan harta yang
diwakafkan haruslah harta yang kekal materi bendanya (tidak mudah
rusak atau musnah serta dapat diambil manfatnya secara terus
menerus) dan status kepemilikan harta hilang dari waqif.
3) Imam Maliki mengemukakan bahwa arti dari wakaf adalah
menjadikan manfaat harta waqif, baik berupa sewa atau hasilnya
untuk diberikan kepada yang berhak secara jangka waktu sesuai
dengan kehendak waqif. Pendapat tersebut memperlihatkan bahwa
kepemilikan harta tetap pada waqif dan masa belakunya wakaf tidak
untuk selama-lamanya kecuali untuk waktu tertentu menurut
keinginan waqif yang telah ditentukannya.
4) Sedangkan definisi wakaf menurut Imam Hambali yaitu menahan
secara mutlak kebebasan pemilik harta dalam menjalankan hartanya
yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan seluruh
hak penguasaan terhadap harta, sedangkan manfaat harta adalah
untuk kebaikan dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Pengertian dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 1
ayat 1: bahwa wakaf artinya suatu perbuatan hukum waqif untuk
memisahkan dan atau menyerahkan sebagaian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamannya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingan guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut
syariah. (Sari,2007:100)
10
b. Rukun Wakaf
Para ulama telah sepakat bahwa tanpa memenuhi rukun dan syarat
perbuatan wakaf tidak akan terwujud. Menurut jumhur ulama wakaf harus
dilakukan dengan memenuhi rukunnya, Rukun wakaf dalam fiqih Islam ada
empat yaitu:
1) Orang yang melakukan perbuatan wakaf (al-wakif);
2) Harta benda yang diwakafkan (al-mauquf);
3) Tujuan atau tempat kemana harta diwakafkan (mauquf’alaih);
4) Pernyataan kehendaknya dari yang mewakafkan (sighat).
c. Macam-macam Wakaf
Wakaf terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan tujuan, batasan
waktunya, dan penggunaan barangnya:
1) Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga:
a) Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi); yaitu apabila tujuan
wakafnya, untuk kepentingan umum.
b) Wakaf keluarga (dzurri); yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi
manfaat kepada waqif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang
tertentu, tanpa melihat apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat.
c) Wakaf gabungan (musytarak); yaitu apabila tujuan wakafnya untuk
umum dan keluarga secara bersamaan.
2) Sedangkan berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua
macam:
a) Wakaf abadi; yaitu apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat
pribadi, seperti tanah dan bangunan dengan tanahnya, atau barang
11
bergerak yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi dan produktif,
dimana sebagian hasilnya untuk disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf,
sedangkan sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan mengganti
kerusakannya.
b) Wakaf sementara; yaitu apabila barang yang diwaakafkan berupa
barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat
untuk mengganti bagian yang rusak. Wakaf sementara juga bisa
dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberi batasan waktu ketika
mewakafkan barangnya.
3) Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua macam:
a) Wakaf langsung; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
mencapai tujuannya, seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan
belajar mengajar, rumah sakit untuk mengobati orang sakit dan lain
sebagainya.
b) Wakaf produktif; yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.
Konsep wakaf produktif pada dasarnya dilandasi oleh ketidakpuasan
pemerintah terhadap pengelolaan harta wakaf yang dilakukan oleh
nazhir. Ketidakpuasan ini memicu pemerintah untuk memperbaiki
paradigma wakaf produktif dengan cara membentuk Undang-undang
tentang wakaf.
Wakaf produktif berasal dari dua kata dan produktif. Wakaf seperti
yang didefinisikan Ibnu Qudamah adalah tahbish al-Ashl wa tasbil al-
Tsamarah (menahan pokok harta dan mendistribusikan hasilnya).
12
Definisi ini mengisyarakatkan bahwa wakaf perlu produktif karena
yang di distribusikan dan dimanfaatkan hanyalah hasil dari pokok,
sementara pokok tetap utuh. Jadi para nazhir dituntut untuk
memberdayakan harta wakaf agar menghasilkan suatu produk, disisi
lain juga dituntut untuk melestarikan pokok harta wakaf tersebut agar
tidak berkurang. Sementara produktif merupakan kata sifat dari
produksi yang didefenisikan sebagai kegiatan manusia untuk
menghasilkan barang atau jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh
konsumen. (Mubarok, 2013:22)
Jaih mubarok mendefinisikan wakaf produktif dengan transformasi
dari pengelolaan wakaf alami menjadi wakaf yang propesional untuk
meningkatkan atau menambah manfaat wakaf. Menurut Mundzir
Qahaf, wakaf adalah memberikan harta atau pokok benda yang
produktif terlepas dari campur tangan pribadi, menyalurkan hasil dan
manfatnya secara khusus sesuai dengan tujuan wakaf, baik untuk
kepentingan perorangan, masyarakat, agama atau umum. Taqiyuddi
Abu Bakr mendefenisikan wakaf dengan: “Menahan harta yang kekal
zatnya untuk diambil manfatnya tanpa merusak (tindakan) pada zatnya
yang dibelanjakan manfaatnya dijalan kebaikan dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Imam Taqiyuddin Abubakar,
2007:719)
Wakaf produktif adalah wakaf harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian,
perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda langsung
13
tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang
diberikan. Kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai
dengan tujuan wakaf. Prinsip-prinsip yang diatur dalam waqf core
principle secara umum terkait dengan pengaturan hukum, pengawasan,
tata kelola yang baik, manajemen resiko, dan kepatuhan syariah.
Berikut poin dari waqf core principle, yaitu :
1) Tanggung jawab, tujuan, kekuatan, independensi, akuntabilitas,
dan kolaborasi
2) Kelas asset
3) Kegiatan yang diizinkan
4) Kriteria perizinan
5) Transfer manajemen wakaf
6) Pengambilalihan institusi dan asset wakaf
7) Pendekatan pengawasan wakaf
8) Teknik dan alat pengawasan wakaf
9) Pelaporan pengawasan wakaf
10) Kekuatan koreksi dan sanksi dari pengawas wakaf
11) Konsolidasi pengawasan
12) Hubungan tuan rumah
13) Tata kelola Nazhir yang baik
14) Manajemen resiko
15) Manajemen koleksi
16) Risiko pihak lain
17) Manajemen pencairan
14
18) Masalah asset wakaf, ketentuan, dan cadangan
19) Transaksi dengan pihak-pihak terkait
20) Negara dan resiko transfer
21) Risiko pasar
22) Risiko kerugian asset wakaf dan reputasi
23) Pembagian risiko laba rugi
24) Risiko pencairan
25) Kepatuhan syariah dan risiko operasional
26) Kepatuhan syariah dan audit internal
27) Laporan keuangan dan audit eksternal
28) Pengungkapan dan transparansi
29) Pelanggaran layanan wakaf
2. Dasar Hukum Wakaf
a. Dasar Hukum dari Al Qur’an
Dasar hukum wakaf bersumber dari pemahaman teks ayat Al
Qur’an, karena tidak ada ayat Al-Qur’an yang secara tegas
menjelaskan tentang ajaran wakaf. Ayat- ayat yang pada umumnya
dipahami dan digunakan oleh para fuqaha sebagai dasar atau dalil yang
mengacu kepada ajaran wakaf, antara lain firman Allah SWT dalam
1) Surat Ali-Imran ayat 92
ليم ل بهۦع ٱلل اتنفقوامنش يءف إن م و اتحبون تىتنفقوامم ح ٩٢ نت ن الواٱلبر
Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.(Departemen Agama RI,
2005: 63).
15
2) Surat Al-Baqarah Ayat 261
بةأ نب ت تس ب ث لح ك م بيلٱلل ل همفيس أ مو ينفقون ث لٱلذين ائ ةم سنبل ةم فيكل ن ابل س ع
ليم سعع و ٱلل و اء ني ش عفلم يض ٱلل و بة ٢٦١ح
Artinya : Perumpamaan(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (Departemen Agama RI, 2005: 32).
3) Surat Al-Baqarah ayat 267
أ ت ي ي ل و ٱل رض ن م ل كم جن ا أ خر ا مم و بتم ك س ا م ت ي ب منط أ نفقوا نوا ام ء ٱلذين ا موايه م
ل ستمب و منهتنفقون بيث ح ٱلخ غ ني ٱلل ٱعل مواأ ن و أ نتغمضوافيه ٢٦٧ميداخذيهإل
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. (Departemen Agama RI, 2005: 32)
b. Dasar Hukum dari As-Sunnah
Disamping dasar hukum wakaf dari AL-Qur’an, para fuqaha
juga menyandarkan masalah wakaf kepada hadist atau sunnah Nabi.
Diantara hadist Nabi yang dijadikan dasar hukum wakaf oleh para
fuqaha adalah:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
16
ل دص و علمينت ف عبهو اري ةو د ق ةج ث ةمنص منث ل لهإل ع م نس انانق ط ع ال ات الحي دعول هإذ ام
Hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah yang terjemahannya sebagai
berikut: “ Apabila meninggal manusia maka terputuslah pahala dan segala
amalnya kecuali tiga macam yaitu, sedekah jariyah,atau ilmu yang
bermanfaat, atau anak shaleh yang selalu mendoakannya”.(HR.Muslim
dalam Thaib, 2003:4)
Walaupun secara umum disebutkan adalah sedekah jariyah, namun
yang dimaksud hadist di atas termasuk wakaf. Wakaf akan menghasilkan
pahala selagi barang yang diwakafkan itu utuh dan dapat dimanfaatkan,
maka orang yang berwakaf terus menerima pahada dari Allah SWT.
Selain hadits di atas, ada hadits yang secara tegas menyinggung di
anjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk
mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar: Hadist yang diriwayatkan dari
Ibnu Umar ra., bahwa Umar bin Khattab mendapat sebidang tanah di
Khaibar. Lalu ia menghadap Rasulullah SAW., “Ya Rasulullah! Saya
memperoleh sebidang tanah di Khaibar dan saya belum pernah mendapat
harta lebih baik dari tanah di Khaibar itu. Oleh karena itu, saya mohon
pertunjukkan tentang apa yang setepatutnya saya lakukan pada tanah itu.
Rasulullah bersabda: “Jika engkau mau, tahanlah zat (asal) bendanya dan
sedekahkanlah hasilnya”. Umar menyedekahkannya dan mewasiatkan
bahwa tanah tersebut tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak
boleh diwarisi. Umar menyalurkan hasil tanah itu bagi orang-orang fakir,
keluarganya, membebaskan budak, orang-orang yang berjuang di jalan
Allah, orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dan tamu. Dan
tidak berdosa bagi orang yang mengurusi harta wakaf tersebut makan dari
17
hasil wakaf tersebut dalam batas-batas kewajaran atau memberi makan
orang lain dari hasil wakaf tersebut. (HR.Bukhari Muslim dalam Al-
‘Asqalani, 2011: 256)
c. Dasar Hukum dari Perundangan-Undangan Indonesia
Di Indonesia praktik wakaf telah ada sebelum kedatangan kaum
penjajah di Indonesia, pelaksanaan wakaf pada waktu itu disesuaikan
dengan hukum adat yang di Indonesia, dengan tidak mengurangi nilai-nilai
ajaran Islam yang terdapat dalam wakaf itu sendiri.
Saat ini salah satu faktor penting yang ikut mewarnai corak dan
perkembangan wakaf di Indonesia ketika negara ikut mengatur
kebijakan wakaf melalui seperangkat hukum positif sekaligus sebagai
landasan hukum dalam pengelolaan wakaf. Pengaturan wakaf sejak
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sampai saat ini dapat kita
lihat dari beberapa peraturan di bawah ini, yaitu:
1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Agraria, dimana negara secara resmi menyatakan perlindungan
terhadap harta wakaf. Penegasan atas perlindungan tanah milik
perwakafan tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961
tentang Pendaftaran Tanah.
2) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1997 tentang Perwakafan Tanah
Milik. Peraturan ini tergolong sebagai peraturan yang pertama yang
memuat unsur-unsur substansi dan teknis perwakafan. PP No. 28
Tahun 1977 ini hanya mengatur perwakafan tanah milik, yang meliputi
investarisasi tanah wakaf, proses terjadinya perwakafan tanah milik,
18
dan proses pemberian hak atas tanah wakaf. Terbitnya PP ini
menciptakan pembaruan yang cukup penting dalam pengelolaan harta
wakaf. Peraturan ini memberikan legalitas bagi bolehnya pertukaran
harta wakaf setelah mendapat peraturan ini dari Menteri Agama.
Secara substansial peraturan ini membolehkan pertukaran harta wakaf
agar dapat diberdayakan secara optimal. Aturan ini merupakan
pembaharuan karena mayoritas umat menganut mazhab Syafi’i bahwa
harta tidak diperbolehkan untuk dipertukarkan walapun dalam kondisi
harta wakaf sudah tidak layak lagi digunakan, seperti masjid yang
hampir roboh.
3) Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978. Peraturan ini
dikeluarkan sebagai perincian terhadap PP No. 28 Tahun 1977 tentang
tata cara perwakafan tanah milik, antara lain akta ikrar wakaf, hak dan
kewajiban, perubahan perwakafan tanah milik, pengawasan dan
bimbingan, penyelesaian perselisihan wakaf, serta biaya perwakafan
tanah milik.
4) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang kompilasi hukum
islam. Hukum mengenai perwakafan sebagaimana diatur dalam
kompilasi hukum Islam pada dasarnya sama dengan hukum
perwakafan yang telah diatur dalam perundang-undangan yang telah
ada sebelumnya, sehingga kompilasi hukum Islam merupakan
pengembangan dan penyempurnaan terhadap materi perwakafan yang
ada pada perundang-undangan.
19
5) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Wakaf. UU wakaf ini
merupakan penyempurnaan dari beberapa peraturan perundangan
wakaf yang sudah ada dengan menambahkan hal-hal baru yang
merupakan upaya memberdayakan wakaf secara produktif dan
akuntabel. Dengan adanya undang-undang ini terdapat perluasan benda
yang diwakafkan (mauquf bih). Dalam UU ini, selain mengatur tentang
wakaf benda bergerak, juga mengatur wakaf benda bergerak, seperti
uang, saham, atau surat-surat berharga lainnya.
6) Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No.
41 Tahun 2004 Tentang wakaf yang meliputi: ketentuan umum,
nazhir, jenis harta benda wakaf, akta ikrar wakaf dan pejabat pembuat
akta ikrar wakaf, tata cara pendaftaran dan pengumuman harta benda
wakaf, pengelolaan, dan pengembangan, bantuan pembiyaan Badan
Wakaf Indonesia, pembinaan dan pengawasan.Dengan adanya UU No.
41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan wakaf telah menjadi landasan hukum bagi umat Islam di
Indonesia untuk melaksanakan perbuatan hukum memberikan wakaf
dalam bentuk uang.
3. Pengertian Wakaf Uang
Gagasan mengenai wakaf terhadap benda bergerak termasuk surat
berharga, bahkan wakaf uang baru mengemukakan pada tahun 2002.
Munculnya wacana mengenai wakaf uang tersebut seiring dengan
berkembangan sistem ekonomi syari’ah yang mulai muncul sejak dekade
1980 dan baru berkembang pada tahun 1992 diawali dengan terbentuknya
20
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang merupakan sebagai pelopor
berdirinya Bank Syari’ah di Indonesia. (Abdullah,2015:12)
Banyaknya harta benda wakaf yang ada di masyarakat Indonesia
belum mampu mengatasi masalah kemiskinan, padahal benda yang
bergerak seperti uang misalnya, pada hakikatnya juga merupakan salah
satu bentuk instrumen wakaf yang memang diperbolehkan dalam Islam.
Saat ini dikalangan masyarakat luas mulai muncul istilah cash waqf (wakaf
uang). Wakaf uang dipandang sebagai salah satu solusi yang dapat
membuat wakaf menjadi lebih produktif. Apabila wakaf uang mampu
dikelola dan diberdayakan oleh suatu lembaga secara profesional akan
sangat membantu dalam mensejahterahkan ekonomi umat, memenuhi hak-
hak masyarakat, serta mengurangi penderitan masyarakat. Wakaf dengan
sistem “tunai” membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi
bidang keagamaan, pendidikan serta pelayanan sosial.
Mengenai wakaf tunai dapat dirumuskan bahwa “wakaf tunai”
merupakan dana atau uang yang dihimpun oleh institusi pengelola wakaf
(nazhir) melalui penerbitan sertifikat wakaf uang dibeli oleh masyarakat,
dalam pengertian lain wakaf uang dapat juga diartikan mewakafkan harta
berupa uang atau surat berharga yang dikelola insitusi perbankan atau
lembaga keuangan syariah yang keuntungannya akan disedekah, tetapi
modalnya tidak bisa dikurangi untuk sedekahnya, sedangkan dana wakaf
yang terkumpul selanjutnya dapat digulirkan dan dinvestasi oleh nazhir
kedalam berbagai sektor usaha yang halal dan produktif sehingga
21
keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan umat dan bangsa
secara keseluruhan. (Syafiq.2014:4)
Secara umum definisi wakaf uang adalah penyerahan aset wakaf
berupa uang tunai yang tidak dapat dipindahtangankan dan dibekukan
untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun
menghilangkan jumlah pokoknya (substansi esensial wakaf), dalam
pengertian lain, wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai,
juga termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
Wakaf uang adalah wakaf berupa uang dalam bentuk rupiah yang dapat
dikelola secara produktif hasilnya dimanfaat oleh penerima wakaf.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwanya
tentang Wakaf Uang pada tanggal 11 mei 2002, yang menyatakan bahwa :
a. Wakaf Uang (Cash Waqf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang.
b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat berharga,
c. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh);
d. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
diperbolehkan secara syar’i;
e. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan dan/atau diwariskan.
22
B. Tinjauan Umum Pengelolaan Wakaf
1. Pengertian Manajemen
Manajemen pengelolaan menempati posisi teratas dan paling
penting dalam mengelola harta wakaf. Karena wakaf itu bermanfaat atau
tidak, berkembang atau tidak tergantung pada pola pengelolaan.
Manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan
sumber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. (Wadjdy dan Mursyid:175-2007)
Semakin baik sistem manajemn tersebut, akan mendorong
pendayagunaan sumber daya secara maksimal.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Wakaf
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan suatu proses menentukan sasaran
yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan dalam
bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan SDM yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
(Ismail:109-2002). Perencaaan merupakan bagian dari sunnatullah.
Konsep manajemen Islam menjelaskan bahwa setiap manusia (bukan
hanya organsasi) untuk selalu melakukan perencanaan terhadap semua
kegiatan yang akan dilakukan dimasa depan agar mendapat hasil yang
optimal.
Sesuai dengan pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.28
Tahun 1988, bahwasanya nazhir berkewajiban untuk mengurus dan
23
mengawasi kekayaan wakaf. Agar hal tersebut dapat berjalan dengan
baik, maka perlu adannya perencanaan yang sesuai dengan masalah
dan kebutuhan organisasi, semua kegiataan perencanaan pada
dasarnya melalui empat tahap berikut ini. (Handoko:79-2003)
1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2) Merumuskan keadaan saat ini
3) Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah :
1) Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mecapai tujuan organisasi,
2) Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok
kerja yang akan dapat “membawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan,
3) Penugasan tanggung jawab tertentu,
4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-
individu untuk melakasanakan tugas-tugasnya.
Dalam pelaksanaaan manajemen wakaf. Pengelola wakaf baik
individu ataupun kelompok perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1) Memiliki sistem, prosedur dan mekanisme kerja sistem ini
dimaksudkan untuk menperjelas mekanisme kerja nazhir, sehingga
24
pembagian tugas tidak terikat oleh satu orang melainkkan terikat
kepada prosuder yang ada.
2) Mempunyai komite pengembangan fungsi wakaf
a) Mengembangkan fungsi dan peran lembaga keagamaan
dibidang perwakafan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan sosial.
b) Menumbuhkan peran wakaf yang berdimensi ibadah.
c) Mengoptimalkan pelaksaan wakaf tunai dengen pengelolaan
yang profesional dan transparan.
3) Melakukan sistem manajeman terbuka
a) Nazhir sebagai lembaga publik, perlu melakukan hubungan
timbal balik dengan masyarakat, hubungan tersebut dapat
dilaksanakan dengan media publikasi.
b) Melakukan kerjasama dengan pihak investor, konsultan, tokoh
agama dan lembaga-lembaga lainnya dalam rangka
pengembagan fungsi dan tujuan wakaf.
c. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama.
Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubugan dengan aspek-aspek asbtrak proses manajemen,
sedangkan dalam fungsi pelaksanaan justru lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.
25
d. Pengawasan (controlling)
Semua fungsi yang terdahulu tidak akan efekif tanpa adanya
fungsi pengawasan (controlling), atau sekarang banyak digunakan
istilah pengendalian. Pengawasaan adalah penemuan dan penerapan
cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan.(Handoko:25)
Pengawasan dalam pandangan Islam dilakukan untuk
meluruskan yang tidak lurus, mengokoreksi yang salah, dan
membenarkan yang hak. Pengawasan dalam ajaran Islam (hukum
syariah), paling tidak terbagi menjadu dua hal. Pertama, kontrol yang
berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan
kepada Allah swt. Seseorang yang yakin bahwa Allah pasti
mengawasi hamba-Nya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika
sendiri, ia yakin bahwa Allah yang kedua dan ketika berdua, ia yakin
bahwa Allah yang ketiga.(Didin :156-2003)
Kedua, pengawasan yang dilakukan dari luar diri sendiri.
Sistem pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari
pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah
didelegasikan, kesesuaian antara penyelesaian tugas dan perencanaan
tugas, dan lain-lain.
3. Pola Pengelolaan Wakaf
a. Mekanisme Kerja
1) Perorangan
26
Nazhir perorangan merupakan kelompok kerja yang terdiri dari
sekurang-kurangnya 3 orang. Dalam mekanisme kerja nazhir
penting adanya mekanisme kerja yang jelas. Jadi perlu adanya
pembagian jabatan dan tugas sesuai dengan kebutuan, seperti :
ketua, sekertaris, bendahara, dan seksi-seksi. Mekanisme kerja
nazhir perorangan secara intern merupakan hubungan kerja antara
pengurus dan secara ekstern hubungan kerja dengan pemerintah
dan masyarakat.
2) Nazhir Berbadan Hukum
Mekasime kerja nazhir berbadan hukum, mempunyai bentuk yang
sama dengan nazhir perorgangan, seperti dalam pembagian jabatan
dan tugas masing-masing pengurus. Perbedaannya adalah nazhir
berbadan hukum perlu memperimbangkankan kebijakan dan
ketentuan dari organisasi induknya, begitu pula dalam hubungan
ekstern bukan hanya dengan pihak pemerintah, melainkan perlu
adannya hubungan dengan organisasi di atasnya.
b. Pola Koordinasi
1) Nazhir Perorangan
Mengingat nazhir diangkat oleh KUA atas saran majelis ulama,
maka antara nazhir dengan kepala KUA serta majelis ulama
mempunyai hubungan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk
memelihara, mengembangkan fungsi wakaf serta menyelesaikan
jika ada persoalan.
2) Nazhir Berbadan Hukum
27
Bentuk koordinasi ditambah dengan organisasi induk yang
membinanya. Namun juga harus tetap melakukan koordinasi
dengan pihak pemerintah. Hubungan kerja dapat dilakukan secara
horizontal antara nazhir, baik antara nazhir perorangan dan yang
berbadan hukum dapat saling berkomunikasi tanpa memperhatikan
bentuk nazhir yang mereka miliki. Sehingga fungsi harta (tanah)
wakaf dapat terlaksana secara maksimal.
c. Aspek Sumber Daya Manusia
Suatu lembaga pengelola wakaf akan berhasil, jika nazhir
mempunyai pengetahuan tentang wakaf dan tata cara pengelolaannya,
mempunyai ketrampilan yang memadai untuk pengembangan wakaf
dan mempunyai kepedulian terhadap pemanfaatan wakaf uang
kemaslahatan umat. Adapun aspek-aspek yang seharusnnya dimiliki
oleh seorang nazhir adalah sebagai berikut:
1) Aspek pengetahuan, nazhir semestinya memahami:
a. Kewajiban, fungsi dan hak-hak nazhir.
b. Tata cara pengelolaan wakaf.
c. Tata cara membina dan membimbing pemanfaat wakaf.
2) Aspek ketrampilan, nazhir punya ketrampilan dalam hal :
a. Melakukan pelayanan administrasi wakaf.
b. Pembukuan keuangan wakaf.
c. Mengumpulkan pencatatan,pelaporan dan dokumentasi wakaf.
d. Mampu melakukan advokasi dan sosialisasi fatwa MUI
tentang wakaf uang (wakaf tunai).
28
e. Mengumpulkan dan mendayagunakan wakaf uang secara
benar.
3) Aspek perilaku, nazhir wakaf seharusnya mempunyai sikap:
a. Peduli terhadap kepentingan dan kemajuan kegiatan wakaf.
b. Aktif bersama masyarakat untuk pemanfaaatan hasil wakaf
untuk kemaslahatan umat.
c. Aktif bersama masyarakat untuk pemanfaatan hasil wakaf
untuk kemaslahatan umat.
d. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam
meningkatan produktifitas tanah wakaf.
e. Tanggap terhadap permasalahan dan kesulitan dalam
pengelolaan wakaf
4. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pengelolaan Wakaf
Penerapan wakaf uang dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun
2004 dan peraturan pemerintah Nomor 42 tahun 2006. Terdapat beberapa
aturan terkait wakaf uang dalam bagian tersendiri antara lain:
a. Wakaf tunai dapat dilakukan melalui Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal 28 UU No.41 Tahun 2004).
b. Pernyataan kehendak wakif tentang wakaf uang harus tertulis (Pasal 29
ayat 1 UU No. 41 tahun 2004).
c. LKS menerbitkan sertifikat wakaf uang yang disampaikan kepada
wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf (Pasal
28 ayat 2 UU No. 42 tahun 2004).
29
d. LKS atas nama Nazhir mendaftarkan benda wakaf berupa uang kepada
Menteri Agama.
Sedangkan menurut Qahaf (2004), cara pengelolaan wakaf tunai
adalah:
a. Bentuk wakaf (pengelola wakaf) menerima wakaf uang. Kemudian,
dana wakaf digunakan untuk mendanai proyek tertentu dan
keuntungan diberikan kepada mauquf’ alaih, seperti untuk panti
asuhan dan bantuan untuk anak yatim dan sebagainya. Dalam hal ini,
badan wakaf adalah wakaf atas uang yang diwakafkan. Disamping itu,
badan wakaf ini juga sebagai investor. Badan wakaf bisa secara
langsung menginvestasikan kepada bank syariah atau lembaga
keuangan syariah lainnya berdasarkan prinsip mudharabah atau ijarah
sesuai dengan ketentuan syariat.
b. Bentuk wakaf yang dilakukan dengan cara wakif sebagai pihak yang
menginvestasikan uang. Maka wakaf uang diinvestasikan dalam
bentuk wadi’ah di bank Islam tertentu atau lembaga keuangan syariah
lainnya. Dalam hal ini, wakif berperan secara langsung sebagai atas
uang yang diwakafkan dengan tugas menginvestasikan dana wakaf dan
mencari keuntungan dari uang yang diwakafkan. Kemudian, hasilnya
diserahkan kepada mauquf ‘alaih. Bentuk seperti ini juga bisa
diterapkan pada tabung wakaf bank syariah. Tabungan dari masyarakat
berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui pertukaran Sertifikat
Wakaf Tunai. Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan wakaf uang
dapat dibelanjakan ke berbagai tujuan, seperti keperluan pendidikan,
30
kesehatan dan memelihara harta-harta wakaf. Sebagai, wakif dapat
memindahkan uang wakaf dari satu bank syriah ke bank syariah lain
atau dari bentuk investasi wadi’ah kebentuk investasi
mudharabah.
c. Bentuk wakaf investasi yang ketiga ini banyak dilakukan orang saat ini
dalam membangun proyek wakaf produktif. Pengelolaan wakaf uang
dengan cara seperti ini perlu membentuk panitia pengumpul dana agar
membangun wakaf sosial. Apabila kaum muslimin membutuhkan dana
untuk pembangunan masjid, rumah sakit, rumah anak yatim dan sarana
umum dan sosial lainnya.
Untuk pengembangan wakaf tunai, yang harus dilakukan tidak
hanya cukup dengan peningkatan pengelolaan, tetapi juga peningkatan
pemahaman konsepsi fiqih wakaf. Karena selama ini pada umumnya umat
Islam di Indonesia tentang wakaf masih terbatas pada wakaf benda tidak
bergerak saja, seperti tanah dan bangunan. Untuk itu, sosialisasi tentang
wakaf perlu ditingkatkan. Yang perlu diperhatikan dalam masalah ini
adalah tingkat kemampuan nazhir dalam mengelola wakaf.
Dalam hal ini peran nazhir sanagat menentukan berfungsi atau
tidaknya harta wakaf. Sebagai salah satu lembaga perekonomian umat dan
salah satu innstrumen keuangan Islam yang potensial, wakaf uang
seharusnya dikelola oleh nazhir yang profesional. Rozalinda (2016) yang
mengelola wakaf uang disamping harus memenuhi persyaratan wakaf
secar umum juga harus:
a. Amanah, akuntabilitas, dan transparansi;
31
b. Memahami hukum wakaf dan peraturan perundang-undangannya;
c. Memahami dan mempunyai pengetahuan tentang prinsip ekonomi dan
keuangan syariah;
d. Mampu mengelola keuangan secara profesional sesuai dengan prinsip
syariah;
e. Mampu mengembangkan wakaf itu dengan baik dan
mendistribusikannya sesuai dengan kehendak wakif.
Dalam pengelolaan wakaf uang, wakaf uang tidak bisa disamakan
dengan wakaf tanah milik. Nazhir wakaf tanah milik dapat dilakukan oleh
kelompok orang atau badan hukum. Menurut Rozalinda (2016) wakaf
uang sebaiknya dikelola oleh lembaga yang profesional dengan kriteria :
a. Mempunyai kemampuan akses yang cepat kepada wakif.
b. Mempunyai kemampuan melakukan investasi harta wakaf.
c. Mempunyai kemampuan administrasi rekening beneficiary.
d. Mempunyai kemampuan melakukan distribusi hasil investasi harta
wakaf.
e. Mempunyai kredibelitas di masyarakat dan beroperasi berdasarkan
peraturan perudang-undangan yang ada, sehingga mudah diawasi dan
dikontrol.
Selain dikelola oleh lembaga keuangan, wakaf juga banyak
dikelola oleh yayasan. Munculnya pengelolaan wakaf oleh yayasan
berpengaruh besar bagi kegiatan wakaf dan kegiatan investasi yang
bertujuan untuk memberikan hasilnya kepada masyarakat. Karena yayasan
telah memberikan model pengelolaan dan hukum yang mudah untuk ditiru
32
dan diterapkan pada satu sisi dan memudahkan proses investasi aset
wakaf. (Qahaf, 2004: 125)
Mengacu kepada Pedoman Good Corporate Governance (GCG)
Indonesia 2006, terdapat 4 nilai dalam GCG yang harus ada dalam setiap
perusahaan. Nilai ini dapat diadopsi untuk yayasan (sebagai pengelola
wakaf) yaitu Transparansi (transparency), Akuntabilitas (accountability),
Tanggung Jawab (responsibility), Independensi (Independency),
Kewajaran (Fairness) (BI, 2016: 157). Di samping penerapan nilai-nilai di
atas, yayasan diharapkan mampu mengelola wakaf uang dan
memfungsikan wakaf sebagai mana mestinya. Sesuai dengan Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, diharapkan wakaf uang yang
terkumpul dapat dikembangkan melalui berbagai investasi sehinga
hasilnya dapat dirasakan oleh mauquf’ alaih terutama fakir miskin.
Hasilnya dapat membantu menurunkan angka kemiskinan.
Wakaf uang membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi
di bidang pendidikan, kesehatan, sanitasi dan pelayanan sosial. Dibawah
ini diberikan suatu ilustrasi tentang potensi yang dapat dimanfaatkan
sehubungan dengan adanya penerbitan Sertifikat Wakaf Uang (SWU)
yang akan membuka peluang penggalangan dana yang cukup besar karena:
a. Lingkup sasaran pemberi wakaf uang (wakif) bisa menjadi sangat luas
dibandingkan dengan wakaf biasa.
b. SWU dapat dibuat dalam berbagai macam pecahan misalkan Rp.
10.000, Rp. 25.000, Rp. 50.000 dan Rp. 100.000.
33
Bank wakaf merupakan lembaga wakaf yang dikelola secara
profesional, maka ini akan menjadi lahan baru bagi Muslim kelas
Menengah untuk beramal. Menurut asumsi Mustafa Edwin Nasution
(Nasution da Hasanah, 2006) tentang potensi wakaf diIndonesia dengan
jumlah umat muslim dermawan diperkirakan sebesar juta jiwa dengan
rata-rata penghasilan per bulan Rp. 500.000,- hingga Rp. 10.000.000,-
maka paling tidak akan terkumpul dana sekitar 3 Triliun pertahun dari
dana wakaf, seperti perhitungan dalam Tabel 1.1
C. Tinjauan Umum Bank Wakaf Mikro
1. Bank Wakaf Mikro
Bank Wakaf Mikro merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
yang didirikan atas izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini
bertujuan menyediakan akses permodalaan atau pembiayaan bagi
masyarakat kecil yang belum memiliki akses pada lembaga keuangan
formal. Bank Wakaf Mikro di harapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat, serta mampu mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.
Perkembangan Bank Wakaf Mikro pada bulan Oktober tahun 2017
Bank Wakaf Mikro diresmikan selanjutkan desember 2017, memiliki
827 nasabah dengan penyaluran pembiayaan 658 juta. Februari 2018
Bank Wakaf Mikro menjadi salah satu Quick Wins Sektor Keuangan
Syariah (KNKS) dan pada bulan maret 2018 20 Bank Wakaf Mikro
mendapatkan izin usaha dari OJK. Jumlah nasabah 3,876 (naik 368,7%)
dengan penyaluran pembiayaan 3,63 Miliar (Naik 452,3%).
34
Model Bisnis Bank Wakaf Mikro
a. Berbadan hukum Koperasi jasa dengan izin usaha Lembaga
Keuangan Mikro Syariah.
b. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip syariah.
c. Tidak menghimpun dana (non-deposit taking).
d. Imbalan hasil rendah setara 3 % pertahun.
e. Tanpa Agunan.
f. Diberikan pelatihan dan pendampingan.
g. Diawasi OJK berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi, Pesantren
dan Tokoh Masyarakat.
Gambar 2.1
Mekanisme Alur di Bank Wakaf Mikro
Sumber: Infografis BWM (www.ojk.go.id)
2. Manfaat Bank Wakaf Mikro
a. Pelatihan dan Pedampingan Usaha
b. Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan
c. Mengurangi Ketimpangan dan Kemiskinan
d. Pembiayaan modal usaha
e. Menerapkan sistem jemput bola
f. Menghindari rentenir
g. Tanpa bunga
1. Donatur 2. LAZNAZ BSM UMAT
3.Bank Wakaf Mikro
Pendampingan 4. Nasabah
35
h. Pembiayaan tanpa agunan
i. Sistem margin bagi hasil 3%
3. Model Bank Wakaf Mikro di Indonesia
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
bank memiliki pengertian sebagai badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalamrangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Beberapa pengertian bank menurut peraturan perundang-
undangan menunjukan bahwa bank adalah sebuah lembaga yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Walaupun
tidak bisa dipungkiri bahwa bank juga sebuah lembaga yang profit
oriented atau berorientasi pada profit ekonomis. Hal inilah yang berbeda
dengan pengertian bank wakaf yang sepenuhnya bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan umat islam dan juga masyarakat secara luas.
Menurut M. A. Mannan, bank wakaf adalah sebuah bank yang
menampung dana-dana wakaf. Wakaf uang dapat berperan sebagai
suplemen bagi pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang
di kelola oleh bank-bank Islam, sehingga dapat berubah menjadi sebuah
bank wakaf.
Menurut Prof. Dr. Mohammad Tahir Sabit Haji Mohammad dari
Unversiti Tekologi Malaysia, bank wakaf didefinisikan sebagai berikut
(Mohammad,2011) : “waqf bank is intended to mean as one that is an
interest free, not-for-profit, and social bank teh capital of which is
36
dedicated mainly to social welfare, provision of micro financing, and
economic development of the poor and underprivileged’’.
Bank wakaf adalah lembaga yang terlepas dari segala orientasi
keuntungan ekonomi dan didedikasikan penuh untuk kesejahteraan sosial
yaitu dengan memberikan pembiayaan bagi usaha kecil serta berfokus
pada pembangunan ekonomi masyarakat marjinal. Pada dasarnya, model
bank wakaf di Bangladesh adalah yang paling dekat dengan model bank
wakaf di Indonesia. Hal ini dikarenakan keadaan di Bangladesh yang
memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia, antara lain penduduknya
yang mayoritas muslim dan masih diselimuti masalah kemiskinan.
Bank wakaf mempunyai kewenangan penuh menjadi nazhir
(pengelola), mulai dari penerima, pengelola dan penyalur dana wakaf.
Bank wakaf ini berada dibawah Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan
bertanggung jawab kepada BWI dalam menerima, mengelola dan
menyalurkan dana wakaf uang dari wakif. Fungsi bank wakaf ini dapat
dikatakan sama dengan yang dilakukan Social Investment Bank Limited
(SIBL) dibangladesh. Jadi, wewenang pengelolaan bank wakaf
sepenuhnya diberikan kepada bank wakaf. Sedangkan kewenangan BWI
adalah dalam hal pengawasan terhadap kinerja bank wakaf.
Wakif (orang yang berwakaf) menerima SWU (Sertifikat Wakaf
Uang) yang di terbitkan bank wakaf. Optimalisasi penggalangan dana di
bantu oleh BWI. Pengelolaan dana akan disertai kerjasama dengan
lembaga penjamin untuk memastikan tidak berkurangnya nilai pokok
wakaf. Sedangkan penyaluran dana akan dilakukan dengan
37
mengefektifitas keberadaan jaringan informasi serta peta distribusi.
Secara teknis dimulai dari setoran wakif ke bank wakaf. Bank wakaf ini
akan menempatkan dana wakaf tersebut dalam suatu rekening atas nama
wakiflalu diterbitkan SWU sebagai surat pernyataan penerimaan dana
wakaf yang berisi nama wakif, alamat, jumlah dana yang diwakafkan,
dan sasaran yang telah dipilih oleh wakif.
Bank wakaf diindonesia mendapatkan sumber pendanaan yang
berasal dari masyarakat luas dan bukan hanya bagi golongan yang kaya.
Karenacash waqf certificate atau SWU (Sertifikat Wakaf Uang) yang
diterbitkan oleh bank wakaf adalah sebesar 21 dollars atau dibuat
pecahan yang lebih kecil lagi (seperti yang dilakukan oleh SIBL di
(Bangladesh). Selain itu, bank wakaf yang berada dibawah BWI ini
mendapatkan dana operasioanal yang berasal dari pemerintah yang
dibebankan pada APBN melalui anggaran Kementerian Agama.
Sehingga jelas pertanggungjawaban bank wakaf ini kepada BWI
yang nantinya bertangungjawab juga kepada Menteri Agama secara
Berkala.
Pengelolaan dan pengembangan wakaf uang di Indonesia hanya
dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) dan/atau instrumen keuangan syariah (pasal 48
ayat 2 PP No. 42/2006). Pengelolaan dana wakaf ini harus juga disadari
merupakan pengelolaan dana publik yang manfaatnya akan disalurkan
kepada publik. Untuk itu pengelolaannya harus diwujudkan dengan
berlandaskan peraturan yang terkait dengan perbankan pada umumnya.
38
Contoh sukses pelaksanaan Sertifikat Wakaf Uang (SWU) di
Bangladesh dan Turki dapat dijadikan teladan bagi kita untuk
melaksanaan model bank wakaf di Indonesia. Bank wakaf dapat
mendukung pengembangan wakaf uang di Indonesia dengan cara:
mengumpulan dan dari masyarakat yang terdiri dari donasi wakaf uang
secara langsung, menciptakan wakaf uang dan membantu dalam
pengelolaan wakaf dengan membukan rekening deposito wakaf uang.
Dalam praktik operasionalnya, bank wakaf dapat menyalurkan
dana wakaf uang yang terhimpun dalam bentuk pinjaman lunak (soft
loans) maupun unuk pembiayaan berbagai macam investasi, baik yang
berbentuk mudharabah, musyarakah dan lain-lain. Banyak usaha yang
dapat dilakukan oleh bank wakaf dalam mengelola dana tersebut yang
sifatnya masih dalam kerangka syariah. Dana pokok dari masyarakat
tetap disimpan untuk dikelola kembali.
Hasil keuntungan dari pengelolaan dana wakaf digunakan untuk
mengatasi masalah-masalah terkait kemiskinan, yakni dengan sasaran
pendidikan, kesehatan & sanitasi dan pelayanan sosial. Berikut ini adalah
skema pengelolaan dana pada model bank wakaf yang pada akhirnya
akan berimbas untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Gambar 2.3
Skema Pemasukan wakaf uang
BANK
WAKAF
Tabungan
masyarakat
Membuka rekening
deposito wakaf uang
Donasi wakaf
uang
39
Gambar 2.4
Pengelolaan Dana Wakaf Uang
Sumber:Jurnal(Gusta, dkk.2018)
4. Pihak–pihak yang Terkait
Pengelolaan wakaf uang di Indonesia berdasarkan UU No. 41/ 2004
menentukan bahwa ada tiga pihak yang terkait dalam pengelolaan wakaf
uang, yakni BWI sebagai pihak yang melakukan pengelolaan dan
pengembangan, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai Lembaga
Penghimpun dan penyalur dana dan nazhir sebagai pengelola dana wakaf
uang. Kenyatannya, melalui mekanisme pengelolaan seperti ini potensi wakaf
uang di Indonesia ini belum optimal. Pengelolaan dana wakaf yang belum
dilakukan dibawah satu payung lembaga ini menimbulkan kurang efektifnya
pengelolaan wakaf uang selama ini. Maka dari itu dengan adanya bank wakaf
maka semua kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penyaluran wakaf uang
Dana wakaf yang
terkumpul dikelola
Hasil keuntungn disalurkan
Dana pada pokoknya tetap dijaga( tidak
digunakan)
Masyarakat yang
membutuhkan
Investasi softloan
Kesehatan & sanitasi pendidikan
Pelayanan
sosial
40
terkordinasi dibawah satu badan/lembaga. Sehingga akan memudahkan
masyarakat untuk berwakaf uang dan memudahkan penyaluran hasil
keuntungan pengelolaan dana wakaf uang.
Maka dari itu, untuk mengimplementasikan model bank wakaf ini di
Indonesia tentunya membutuhkan dukungan dari berbagai pihak antara lain:
a. Pemerintah, khususnya Kementerian Agama dan Badan Wakaf Indonesia
(BWI)
b. Lembaga Keuangan Syaraiah (LKS), yang mana dengan keungulan berupa
jaringan kantorya dapat memainkan peran peting dalam menyukseskan
peran bank wakaf dalam hal menerima sementara dana wakaf uang dari
masyarakat luas (untuk langsung dimasukan rekening bank wakaf).
c. Masyarakat luas
Ketiga pihak inilah yang berperan penting dalam mewujudkan penerapan
model bank wakaf di Indonesia. Oleh karena itulah diperlukan kerjasama
dari ketiga pihak ini untuk menerapkan model bank wakaf.
5. Langkah Strategis Implementasi Model Bank Wakaf
Untuk mengimplementasikan suatu model baru dalam pengelolaan
wakaf uang ini perlu adannya lagkah-langkah strategi khusus, antara lain:
a. Membuat kerangka yuridis berupa peraturan perundang-undangan
(undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan badan wakaf Indonesia
dan peraturan lain) sebaai dasar keabsahan penerapan model bank wakaf
ini di Indonesia.
b. Melaksanakan rapat koordinasi khusus dalam pembentukan struktur
organisasi dan pengisia jabatan bank wakaf.
41
c. Mempercepat kinerja bank wakaf dalam memaksimalkan potensi wakaf
uang di Indonesia.
d. Pengawasan dan pembinaan yang berkelanjutan dari pihak pemerintah
(Badan Wakaf Indonesia).
e. Koordinasi Kerjasama antara bank wakaf dengan lembaga keuangan
syariah dalam mengakomordir pemasukan dana wakaf uang dari
masyarakat luas.
6. Peluang dan Tantangan dalam Menerapkan Model Bank Wakaf di
Indonesia
Peluang diterapkan model bank wakaf di Indonesia sangatlah besar.
Terlebih karena tidak ada hambatan secara hukum positif maupun hukum
Islam yang melarang pembentukan model semacam bank wakaf ini.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia tentunya
juga memiliki peluang yang besar untuk menerapkan model bank wakaf yang
nantinya akan berimbas pada maksimalnya potensi wakaf uang di Indonesia.
Ditambah dengan fleksibilitas lembaga wakaf yang memungkinkan
bagi mereka non muslim untuk ikut mengambil peran sebagai waqif (pemberi
wakaf) maupun sebagai pihak yang mendapatkan bantuan dari hasil
pengelolaan wakaf. Namun tantangan yang di hadapi pun juga tidak sepele.
Mendirikan sebuah institusi baru bukanlah perkara mudah. Diperlukan
political will serta dukungan yang kuat dari semua pihak (pemerintah dan
masyarakat) baik secara institusional, finansial dan sebagainya. Efektifnya
pengelolaan wakaf uang selama ini. Maka dari itu dengan adannya bank
wakaf semua kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penyaluran wakaf
uangterkordinasi dibawah satu lembaga.
42
D. Tinjauan Umum Analisis SWOT
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisa yang dikembangkan oleh Albert Humprey
pada tahun 1960-1970-an. Banyak para ahli yang mendefinisikan arti dari
analisis SWOT diantaranya Stephen P. Mary dan Robbins Coulter
mendefinisikan analisis SWOT adalah peluang serta ancaman dari
lingkungan. Sementara menurut Rangkuti, analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk menentukan strategi perusahan.
(Suryatama, 2014: 25)
Analisis SWOT digunakan untuk menghadapi segala ancaman dan
hambatan dimasa yang akan datang serta mempersiapkan diri dari berbagai
perubahan sosial yang ada agar sesuai dengan cita-cita yang diharapkan.
Analisis SWOT yang merupakan singkatan dari Strenghts (S), Weakness (W),
Opportunities (O), dan Threats (T) mempunyai penjelasan masing- masing
yaitu:
a. Strenghts
Strenghts atau kekuatan adalah situasi yang merupakan kekuatan
dari organisasi atau lembaga. Strenghts merupakan faktor internal yang
mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya. Faktor pendukung
dapat berupa sumber daya, keahlian atau kelebihan lain yang mungkin
diperoleh berkat sumber keuangan, citra. Keunggulan pasar, serta
hubungan baik antara buyer dengan supplier.
43
b. Weakness
Weakness atau kelemahan adalah kegiatan-kegiatan organisasi
yang tidak berjalan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh
organisasi tetapi tidak dimiliki oleh organisasi. Weakness merupakan
faktor internal yang menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
c. Opportunity
Opportunity atau kesempatan adalah faktor positif yang muncul dari
ligkungan dan memberikan kesempatan bagi organisasi untuk
memanfaatkannya. Opportunity merupakan faktor eksternal yang
mendukung perusahan dalam mencapau tujuannya. Faktor eksternal yang
mendukung dalam pencapaian tujuan dapat beruapa kebijakan, perubahan
persaingan, dan perubahan teknologi.
d. Threats
Threat atau ancaman adalah faktor negatif dari lingkungan yang
memberikan hambatan bagi berkembangnya sebuah organisasi. Ancaman
ini adalah ancaman yang terkadang terlewat dikarenakan banyak yang
ingin mencoba untuk melawan arus. Threat merupakan faktor eksternal
yang menghambat perusahaan untuk mencapai tujuannya. Faktor eksternal
yang menghambat perusahan berupa masuknya pesaing baru, kebijakan
baru dan lain sebagainnya.
2. Keunggulan Analisis SWOT
Model analisis SWOT memiliki beberapa keunggulan, diantaranya
model analisis ini mampu mendeteksikan setiap kelemahan dan kelebihan
44
sebuah institusi sehingga bermanfaat dalam meminimalisasikan dampak
atau konsekuensi yang akan terjadi dimasa mendatang. Selama bertahun-
tahun, analisis SWOT telah digunakan dalam manajemen strategi. Analisis
SWOT bisa juga diterapkan di berbagai bidang seperti kesehatan
masyarakat, pembangunan, dan pendidikan dengan menggunakan prinsip-
prinsip dalam SWOT. Dengan menerapkan SWOT memungkinkan
perusahaan untuk mengidentifikasi semua elemen positif dan negatif yang
dapat mempengaruhi setiap kegiatan yang baru diusulkan. Dan juga
analisis SWOT dapat membantu proses evaluasi berkaitan dengan
penentuan kebijakan strategis sekaligus sistem perencanaan agar meraih
kesuksesan dari waktu sebelumnya.
3. Kelemahan Analisis SWOT
Didalam menghasilkan keputusan strategis perusahaan, analisis
SWOT merupakan analisis yang relevan dan telah memberikan kontribusi
cukup berarti bagi pengembangan lembaga organisasi perusahaan
sepanjang sejarahnya. Akan tetapi juga perlu untuk dipahami bahwa
sistem analisis ini pun mempunyai keterbatasan dalam fungsi
opersionalnya. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang mungkin tidak
terjangkau atau dikarnakan hal-hal yang terjadi didalam obyek analisis
yang tidak bisa dikendalikan dan diprediksi sebelumnya.
Menurut Kearns (Salusu.J,1996:205) hal-hal yang menjadi
kelemahan dalam analisis SWOT antara lain:
a. Hilangnya unsur keterkaitan (the missing link problem) hal ini
menunjukan pada kegagalan dalam menghubungkan evaluasi terhadap
faktor eksternal dan evaluasi faktor internal.
45
b. Masalah langit biru (the blue sky problem) langit biru selalu
membawa kegembiraan karma langit yang cerah. Ini berati para
pengambil keputusan bersikap terlalu cepat optimis didalam melihat
peluang dalam lingkungan.
c. Suatu harapan dalam kondisi yang kurang menggembirakan (the
silverlining problem) suatu harapan dalam kondisi yang kurang
menggembirakan. Ini merupakan situasi yang yang melahirkan
masalah karena para pengambil keputusan mengharapkan sesuatu
dalam suasana yang tidak menguntungkan. Masalah ini timbul kalau
pengambil keputusan memandang remeh terhadap pengaruh dari
ancaman lingkungan yang sangat potensial. Jadi sebenarnya ada
ancaman, tapi ancaman itu sering ditafsirkan mendatangkan
keberuntungan.
d. Pengambil keputusan cenderung lebih memusatkan perhatian pada
kelemahan-kelemahan organisasinya dan beranggapan bahwa
organisasi seharusnya melakukan hal yang sama baiknya. Sehingga
banyak waktu untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan tersebut
dengan disertai dengan tindakan-tindakan untuk memperbaiki
kelemahan tersebut. Sehingga mereka melupakan dan tidak
memperhatikan potensi-potensi yang dimilikinya.
e. Menempatkan kereta didepan kuda (the putting the cart before the
horseproblem) para pengambil keputusan langsung memulai
mengembangkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum mereka
46
mampu menguraikan secara jelas akan pilihan kebijaksaan strategis
yang akan dijalankan organisasinya.
E. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
judul penelitian ini:
1. Devita Octaviani (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Peran
Kementrian Agama RI dalam Penyaluran Dana Bantuan Pengembangan
Wakaf”. Hasil penelitian di dalam skripsi ini menunjukkan bahwa:
pertama, mekanisme penyaluran dana bantuan ini berawal dari nazhir
mengajukan proposal permohonan bantuan kepada Kementrian Agama
dengan berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku. Kemudian pihak
Kementrian Agama melakukan penyeleksian terhadap proposal. Kedua,
pengawasan yang dilakukan Kementrian Agama yang menunjukkan skor
IFAS 3,1 dan EFAS 2,5.
2. Roissatun Hidayah (2015) melakukan penelitian yang berjudul “SWOT
Analisis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Usaha Mikro Pripinsi DIY
2012-2013. Hasil penelitian di dalam skripsi ini, analisis SWOT BMT BIF
berada pada posisi pertumbuhan, hal ini dipertegas dengan kekuatan yang
lebih besar, dengan skor 2,45 dan sedikit kelemahan dengan skor -1,65.
BMT BIF berada pada pertumbuhan pasar yang tinggi dengan total skor
peluangnya sebesar 2,45 dan sedikit ancaman dengan skor -1,3.
3. Hasan Asyari (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan
dan Pengembangan Wakaf Produktif di Yayasan Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Al-Yasin. Hasil penelitian di dalam skripsi ini disimpulkan
47
bahwa, pengelolaan wakaf produktif di Yayasan Miftahul Ulum Al-Yasini
tersebut dibangun dua lantai, lantai dasar, digunakan sebagai pertokoan
dan untuk lantai kedua digunakan sebagai lembaga pendidikan, dalam
pertokoan tersebut telah berdiri beberapa unit usaha.
4. Muhammad Ahsanul (2017) melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengelolaan Wakaf Tunai pada Yayasan Wakaf Al Kaffah
Binjai Dengan Pendekatan SWOT”. Hasil penelitian di dalam skripsi ini
disimpulkan bahwa pengelolaan wakaf tunai sudah berjalan dengan baik
hal tersebut ditunjukkan dari gedung wakaf yang sudah berdiri meliputi:
gedung pendidikan SDIT, SMPIT, SMAIT dan Masjid. Kemudian hasil
perhitungan analisis SWOT yang menunjukan skor IFAS dari kekuatan
1,92 dan kelemahan 1,25 sedangkan skor EFAS dari peluang 1,58 dan
ancaman 1,13.
5. Nanang Hari Santoso (2017) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf
Indonesia.” Hasil penelitan ini ditemukan pengelolaan wakaf tunai yang
diterapkan sudah bagus dan sesuai, tetapi dari sisi laporan keuangan masih
ada beberapa permasalahan. Laporan keuangan TWI Domper Dhuafa
belum sesuai dengan PSAK 45.
48
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.4
Kerangka Konseptual
Bank Wakaf Mikro
Faktor Internal Faktor Eksternal
Tahap paduan matrik SWOT
Strategi Pengelolaan Wakaf
Uang serta Implikasi terhadap
nasabah
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian mengenai pengelolaan wakaf uang pada Bank Wakaf Mikro
LKMS EI Manahij merupakan penelitian lapangan (field research). Objek
penelitiannya yaitu, Bank Wakaf Mikro LKMS EI Manahij di Lebak dan
beberapa masyarakat sekitar atau nasabah.
Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif
adalah metode dengan cara mencari fakta, dalam hal ini tentang pengelolaan
wakaf uang, kemudian menarik interprestasi yang tepat dan mengurangi
berbagai kecenderungan pola dalam harta wakaf secara terarah dan cermat
untuk ditemukan sebuah kesimpulan yang tepat.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dapat memanfaatkan berbagai metode
alamiah. (Moleong:2006)
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Lebak dan subjek penelitian adalah
Bank Wakaf Mikro LKMS EI Manahij. Pelaksanaan mengambil infomasi
50
penelitian dimulai dari bulan Mei 2019 sampai dengan penelitian skripsi ini
selesai.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Survey Lokasi Dibulan Februari
Survey Nasabah 11 Maret 2019
Wawancara Manager serta
Narasumber lainya
5 – 7 Mei 2019
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau
sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut
Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda,
hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang
dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran
yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang
variabel yang penelitian akan diamati. Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek penelitian adalah Bank Wakaf Mikro EI Manahij di Lebak yang
berkaitan dengan bagaimana pengelolaan wakaf uang dengan pendekatan
Analisis SWOT.
D. Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu:
1. Data Primer
51
Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. (Iqbal Hasan,2002)
Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak Bank
Wakaf Mikro LKMS EI Manahij, yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan
seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpukan data, penulis secara langsung berjumpa dengan
pihak Bank Wakaf Mikro LKMS EI Manahij tersebut dan melakukan:
1. Observasi
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Observasi mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, kebiasaan dan sebagianya. Selain itu, observasi
memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh
subjek penelitian, hidup pada saat itu, mengkap arti fenomena dari segi
pengertian subjek pada keadaan waktu itu. (Moleong,2006:175)
52
Observasi merupakan suatu kegiatan pengamatan dengan
menggunaan panca indra mata sebagai alat bantu utamannya. Dalam hal
ini peneliti secara langsung datang ketempat penelitian yaitu Bank Wakaf
Mikro LKMS EI Manahij, dimana dari hasil pengamatan tersebut akan
menjadi bahan pertanyaan pada saat wawancara.
a. Interview (wawancara), merupakan proses interaksi antara
pewawancara dan responden (Nazir,2005:194). Dalam hal ini penulis
akan melakukan wawancara dengan Asep Haerudin selaku Manajer
Bank Wakaf Mikro LKMS EI Manahij dan selaku staff pembukuan
dan beberapa nasabah.
Dalam proses wawancara, peneliti membuat kuesioner terbuka dimana
responden dapat menjawab pertanyaan dengan kalimatnya sendiri.
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data dari Bank
Wakaf Mikro LKMS EI Manahij. Selain ini juga menelusuri dan
menelaah buku-buku mengenai wakaf uang.
F. Teknik Analisis Data
1. Deskriptif Analisis
Data yang diperoleh, baik dari studi lapangan maupun studi
pustaka dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang terkumpul
dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis kemudian ditarik
kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum meuju ke
hal yang bersifat khusus.
2. Analisis SWOT
53
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunity), dan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threat) dalam sebuah lembaga yaitu Bank Wakaf Mikro LKMS EI
Manahij, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan dan
pengembangan wakaf (Ranggkuti,2006:19). Ruang lingkup analisis
SWOT tidak hanya mengacu pada permasalahan-permasalahan internal
tapi juga mengarah pada permasalahan-permasalahan eksternal. Yang
mana kedua arah inilah menjadi titik tumpu didalam upaya perumusan
strategi bagi pencapaian tujuan organisasi.
Secara praktisi didalam menganalisa serta mengevaluasi setiap
gejala-gejala yang tampak baik dari segi ekternal maupun internalnya dan
supaya menghasilkan keputusan yang terbaik, maka dalam analisa SWOT
mempunyai tahapan-tahapan tertentu. Antara lain (Rangkuti.2006:23).
a. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal maupun
eksternal.
b. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal dan eksternal serta
matriks SWOT.
c. Tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengambilan data dilakukan untuk mengetahui apa sajakah
yang menjadi faktor-faktor kelemahan dan kekuatan, sebuah lembaga
organisasi serta peluang dan ancaman yang berpengaruh bagi dinamika
organisasi. Tahap ini dilakukan dengan berbagai media diantaranya
dengan mengadakan wawancara kepada para ahli bidang yang
54
bersangkutan. Kemudian setelah diketahui faktor-faktor apa sajakah yang
berpengaruh langkah selanjutnya adalah membuat matriks internal dan
eksternal. Adapun komponen-komponen yang ada dalam matriks internal
dan eksternal antara lain:
a. Dalam kolom 1 dilakukan penyusunan faktor yang dimiliki oleh suatu
lembaga organisasi yang terbagi atas faktor internal dan eksternal.
b. Dalam kolom 2 pemberian bobot pada masing-masing faktor pada
kolom 2 dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3, yang menunjukkan
tingkat kepentingan faktor tersebut.
c. Pada kolom 3 di isi perhitungan rating terhadap masing-masing
tersebut didasarkan pada pengaruhnya bagi organisasi. Rentang nilai
rating 1 berati tidak begitu beperngaruh hingga 4 yang berati sangat
berpengaruh. Pemberian rating untuk faktor kekuatan dan peluang
bersifat positif (kekuatan dan peluang yang besar di beri +4, sedangkan
jika kecil diberi +1). Pemberian rating kelemahan dan ancaman adalah
kebalikannya, yaitu jika kelemahan dan ancamannya sangat besar
diberi rating 1 dan jika kecil ratingnya 4.
d. Kolom 4 di isi dengan mengkalikan nilai pada kolom 2 dan kolom 3
penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing skor dari
faktro interal (kelemahan dan kekuatan) serta faktor eksternal (peluang
dan ancaman). Untuk memperoleh strategi yang tepat bagi perusahaan
maka nilai itu diletakkan pada kuadran yang sesuai untuk kemudian
dilakukan pembuatan matriks SWOT untuk menjelaskan alternatif
strategi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
55
Tabel 3.2
Matriks SWOT
Uraian faktor-faktor internal Bobot Rating Skor
1. Kekuatan
• Faktor
• Faktor
• dst
2. Kelemahan
• Faktor
• Faktor
Total skor faktor Internal
Uraian faktor-faktor eksternal Bobot Rating Skor
1. Ancaman
• Faktor
• Faktor
2. Peluang
• Faktor
• Faktor
Total skor faktor peluang dan
ancaman
Sumber:Rangkuti ( 2006)
Setelah membuat matrik internal dan eksternal, selanjutnnya adalah
menentukan posisi organisasi. Dan untuk menentukan posisi organisasi adalah
dengan membuat matriks SWOT.
Keterangan:
1. Bagian 1 adalah situasi untuk memanfaatkan peluang utama yang
ditimbulkan oleh ketidak pastian konsumen (masyarakat).
2. Bagian 2 merupakan situasi yang paling tidak menguntungkan, dimana
perusahaan mengalami ancaman besar yang ditimbulkan oleh lingkungan
karena karena posisi sumberdaya yang lemah. Situasi ini membutuhkan
strategi yang mengurangi atau mengarangkan kembali melibatkan produk
atau pasar yang telah ditelaah.
56
3. Bagian 3 suatu perusahaan yang telah mengidentifikasi beberapa kekuatan
ini menghadapi situasi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dalam
situasi ini harus dicari strategi untuk menggunakan sumber daya dan
kompetensi yang kuat untuk membangun peluang jangka panjang pada
pasar produk yang lebih menjanjikan.
4. Bagian 4 menghadapi peluang pasar yang mengesankan namun terhambat
oleh sumber daya yang lemah. Fokus strategi untuk perusahaan semacam
itu adalah menghilangkan kelemahan internal sehingga lebih efektif
mengejar peluang pasar.
Setelah melewati tahap pembuatan matriks internal dan eksternal serta
diargam SWOT, maka tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusanatau
perumusuan strategi. Untuk lebih memudahkan didalam merumuskan strategi
dari diagram analisis diatas maka dibuat matrik strategi sebagai berikut
Tabel 3.3
Matriks Strategi SWOT
IFA/EFA STRENGHTS (S) WEAKNES (W)
OPPORTUNITIES
(O)
Strategi (SO) Menciptakan
strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. Digunakan jika perlu
usaha berada pada sel 1 Strategi
(WO) Menciptakan strategi
untuk meminimalkan
kelemahan dan untuk
memanfaatkan peluang.
Digunakan bila perusahaan
berada pada sel 1
Strategi (WO)
Menciptakan strategi
untuk meminimalkan
kelemahan dan untuk
memanfaatkan peluang.
Digunakan bila
perusahaan berada pada
sel 2
THREATS (T) Strategi (ST) Menciptakan
strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman. Digunakan jika
perusahaan berada pada sel 3
Strategi (WT)
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
Digunakan jika
perusahaan berada pada
sel 4
57
Dari matriks diatas dapat disimpulkan, bahwa untuk menghasilkan
keputusan yang strategi serta efektif bagi organisasi, maka setidaknya
keputusan tersebut mempunyai karakter sebagai berikut:
1. Mendukung misi organisasi.
2. Mengeksploitasi peluang dan kekuatan.
3. Menetralisir ancaman.
4. Menghindari kelemahan.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian
Letak geografis Kabupaten Lebak menurut garis lintang dan garis
bujur adalah 105o25' — 106o30' Bujur Timur dan 6o18' — 7o00' Lintang
Selatan. Secara administratif sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Serang, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang dan sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang serta Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi.
Bila dilihat dari kabupaten/kota yang memiliki persentase
penduduk miskin tertinggi, pada tahun 2018 Kabupaten Lebak berada di
peringkat 2 (kedua) sebesar 8,41 % dari 8 kabupaten/kota sepropinsi (Banten).
Peringkat Kabupaten/kota yang memiliki persentase penduduk miskin
tertinggi adalah Kabupaten Pandeglang (9,61 persen), sedangkan Kota
Tangerang Selatan memiliki persentase terendah (1,68 persen).
Gambar 4.1
Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 2018
59
Gambar4.2
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten, 2018
Sumber : Diolah dari data Susenas 2018, BPS
Kemiskinan dan ketimpangan telah berlangsung manahun.
Berdasarkan data BPS (2017), jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak
26.6 juta jiwa atau sekitar 10.12 %. Diperlukan peran aktif seluruh elemen
masyarakat, salah satunya melalui pemberdayaan ekonomi umat yang juga
menjalankan fungsi pendampingan.
Lebak merupakan lokasi yang sesuai sasaran dan untuk memberikan
dampak untuk masyarakat agar lebih berproduktif didalam mengembangkan
usahannya. Bank Wakaf Mikro memberikan bantuan pinjaman dana agar
mempermudah masyarakat untuk dapat meningkatkan serta mengembangkan
usahannya dan dapat meningkatkan pendapatannya agar meningkat pula
tingkat kesejahteraannya.
60
B. Sejarah Bank Wakaf Mikro EI Manahij
Sejak dimulai 11 Januari 2018 lalu, program Bank Wakaf Mikro El-
Manahij telah berkembang dengan 420 nasabah hingga saat ini yang tersebar
Kec. Cibadak. Program pemerintah dengan izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
bersama Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) BSM UMAT ini
bertujuan untuk menurunkan tingkat ketimpangan dan kemiskinan.
Sesuai namanya, platform pembiayaan Bank Wakaf Mikro menyasar
masyarakat kecil serta usaha kelompok mikro dan kecil. Dana penyaluran
pembiayaan Bank Wakaf Mikro berasal dari donasi perusahaan maupun
individu yang dihimpun oleh Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) BSM,
untuk pendirian Bank Wakaf Mikro ditetapkan 3 syarat yaitu donatur,
pesantren dan masyarakat produktif.
Skema Bank Wakaf Mikro merupakan pembiayaan tanpa agunan
dengan margin setara 3%. Sesuai prinsip syariah, Bank Wakaf Mikro tidak
mengenakan bunga. Penyaluran pembiayaan dilakukan melalui pondok
pesantren yang memiliki tokoh masyarakat yang berpengaruh yang disebut
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Satu LKMS biasanya butuh 4
miliar untuk dana penyaluran sementara untuk pembiayaan operasionalnya,
biaya diambil dari donasi yang berasal dari Laznas BSM Umat dan
dimasukkan di deposito bank syariah.
Bank Wakaf Mikro ini diharapkan untuk membantu masyarakat sekitar
yang kurang membutuhkan dana atau modal untuk meningkatkan usahannya.
Sepanjang perkembangannya, Bank Wakaf Mikro memang banyak didirikan
di sekitar pesantren yang sudah memiliki komunitas bisnis. Melalui Bank
61
Wakaf Mikro, para santri maupun masyarakat di lingkungan pondok pesantren
yang telah bekerjasama dapat memperoleh pinjaman usaha maksimal 3 juta
untuk mengembangkam usahanya.
Adapun visi dan misi dari Bank Wakaf Mikro EI Manahij adalah
sebagai berikut :
1. Visi
Visi ialah terwujudnya sistem jasa keuangan mikro syari’ah yang sehat,
kuat dan istiqomah terhadap prinsip syari’ah dalam kerangka keadilan,
kebersamaan, kemandirian, kemudahan, keterbukaan, pemerataan,
keberlanjutan, kedayagunaan, dan kehasilgunaan, guna mencapai
masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual (falah).
2. Misi
Misi adalah meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat,
membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktifitas
masyarakat, dan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat terutama masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah.
C. Struktur Bank Wakaf Mikro
SUSUNAN KEPENGURUSAN BWM EL-MANAHIJ
PENGURUS :
1. KETUA : Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I
2. SEKRETARIS : Hasan Asy’ari, S.Pd.I, M.Pd.
3. BENDAHARA : Hj. Umi Badriatul Imamah, S.Pd.I
PENGELOLA
62
1. MANAGER : Asep Haerudin, SE
2. PEMBUKUAN : Evi Suryani
3. TELLER : Nova Fujihati
4. SUPERVISOR : a. Farhan Al Mustofa
b. Muhidin
D. Program Kerja di Bank Wakaf Mikro
Program Kerja di Bank Wakaf Mikro adalah sebagai penyalur dana
wakaf untuk diambil manfaatnya oleh masyarakat sekitar yang membutuhkan
yang disebut sebagai nasabah. Bentuk manfaat dana wakaf yaitu berupa
pinjaman uang (Qard). Qard adalah adalah suatu akad pinjaman (penyaluran
dana) kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan
dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu
yang telah disepakati antara nasabah dan LKS.
Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Lembaga Keuangan
Mikro Syariah di Bank Wakaf Mikro, merupakan program yang ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat miskin disekitar pesantren dengan
menyediakan konsultasi pengembangan usaha dan pembiayan untuk modal
usaha melalui LKM Syariah. Pilihan kegiatan usaha LKM Syariah dilakukan
dengan tujuan bahwa kegiatan usaha ini merupakan kegiatan usaha bidang
keuangan pada level mikro untuk tujuan pemberdayaan dan tidak mencari
keuntungan semata-mata. Pilihan kegiatan usaha LKM Syariah merujuk pada
konsep LKM yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2013 Lembaga Keuangan
Mikro.
63
Program yang ada di Bank Wakaf Mikro merupakan sebuah program
yang telah dikembangkan oleh LAZNAS BSM Umat sebagai penyalur dana
wakaf uang. Memiliki misinya yaitu memberikan manfaat maksimal kepada
masyarakat luas dan memberi dengan membuat program-program yang
mendorong transformasi penerima manfaat menjadi muzzaki. Maka LAZNAS
BSM Umat melihat pola terpadu yang sangat strategis dalam pemberdayaan
masyarakat miskin dengan memadukan Pesantren dengan LKM Syariah
yang sasarannya memberdayakan masyarakat miskin.
Tidak hanya memberikan pinjaman modal dana namun juga Bank
Wakaf Mikro ini memberikan pendampingan serta pengawasan kepada
seluruh nasabah serta membentuk kelompok HALMI yaitu halaqah mingguan.
Setiap sepekan sekali diadakan pertemuan setiap kelompok yang di hadiri oleh
ustad atau pembina dari telah terpilih untuk memberikan materi atau
pendampingan atas usahannya. Tidak hanya berkaitan dengan usaha saja
namun juga dibidang agama yaitu ilmu-ilmu yang agamis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Bank Wakaf Mikro EI
Manahij, yang mengatakan bahwa”
“Program kerja yang ada di Bank Wakaf Mikro ini adalah tidak hanya
memberikan dana pinjaman saja namun juga memberikan pendampingan serta
pengawasan dengan membentuk kelompok HALMI yaitu halaqah mingguan.
Setiap minggu sekali yang akan di datangi oleh guru atau ustad untuk
memberikan kajian.” (Hasil wawancara pada tanggal 6 mei 2019).
PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM
1. Pemberdayaan masyarakat miskin, bahwa dalam pelaksanaan program
mengutamakan kepada upaya pemberdayaan masyarakat miskin.
64
2. Pendampingan sesuai prinsip syariah, bahwa dalam upaya rangka
pemberdayaan masyarakat miskin selalu dilakukan proses pendampingan
dengan kewajiban membentuk pola kelompok.
3. Ta’awun pembiayaan kelompok, bahwa dalam pola kelompok usaha
masyarakat miskin tersebut ditumbuhkan sikap tolong-menolong dalam
anggota kelompok sehingga anggota satu dengan lainnya muncul rasa
memiliki kelompok dan terjadi kekompakan bersama.
4. Sahl (Kemudahaan), bahwa dalam kelompok tersebut juga diberi
kemudahan dalam menerima pinjaman/pembiayaan yaitu
pinjaman/pembiayaan maksimal 3 juta, Imbal Hasil Kecil (Maksimal 3
%), Tanpa Jaminan.
5. Amanah, bahwa pelaksanaan program dikelola dengan melaksanakan
prinsip-prinsip manajemen secara profesional dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Keberlanjutan Program, bahwa masyarakat secara sadar, mampu
membentuk memanfaatkan, memelihara, melestarikan, menguatkan, dan
mengembangkan program secara terus menerus.
7. Keberkahaan, bahwa semua mekanisme dan keberlanjutan program
diselenggarakan dalam rangka meningkatkan bentuk kepedulian dan
pendidikan usaha terhadap masyarakat miskin sehingga dapat membawa
keberkahan bersama bagi pemilik program dan pelaksana program. Dan
sebaliknya menghindari sifat dan tingkah laku yang menjadikan program
ini menjadi kurang bahkan tidak membawa keberkahaan bersama.
65
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Pesantren
Sejalan dengan misi LAZNAS BSM UMAT, “Mengembangkan program
berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal kepada masyarakat luas”.
Lembaga Amil Zakat Nasional yayasan BSM Umat membuat program-
program yang mendorong tranformasi penerima manfaat menjadi muzakki,
maka LAZNAS BSM UMAT melihat sangat strategisnya pola pemberdayaan
masyarakat miskindengan intergrasi program Pesantren melalui LKM Syariah.
Untuk itu, LAZNAS BSM UMAT berperan akif dengan menjalankan program
pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren melalui Lembanga Keuangan
Mikro Syariah. Pelaksanaan program ini berdasarkan Nota Program Laznas
Yayasan BSM Umat No.16/0861-02/LAZNAS BSM UMAT Tanggal 18
Agustus 2017 tentang Usulan Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Pesantren
Melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang mengacu pada :
1. UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
2. UU No. 1 Tahun 2013 tentang Lembang Keuangan Mikro.
3. PP No. 89 Tahun 2014 tentang Suku Bunga Pinjaman Usaha atau Imbal
Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilyah Usaha Lembaga Keuangan
Mikro.
4. Permenkop dan UKM No. 10 Tahun 2015 tentang kelembagaan koperasi.
5. PJOK No.12/2014 stdd No 61/2015 Tentang Perizinan dan Kelembagan
LKM.
6. PJOK No. 14/2014 Tentang Pengawasan LKK.
7. SEOJK No.29/2015 Tentang Laporan Keuangan LKM.
Kegiatan yang dijalankan dalam program LKMS antara lain:
66
1. Menyediakan pendampingan dengan pembiayaan sesuai dengan
Prinsip Syariah.
2. Segmen pasar utama masyarakat miskin potensial produktif di sekitar
pesantren.
3. Penyaluran pinjaman atau pembiayaan menggunakan pendekatan
kelompok dengan sistem tanggung renteng.
4. Para Calon nasabah akan mendapat pelatihan dasar terlebih dahulu
sebelum diberikan pembiayaan.
5. Nasabah akan diberikan pendampingan secara berkala mengenai
pengembangan usaha, manajemen ekonomi rumah tangga disertai
pendidikan agama.
6. Imbal hasil pembiayaan 2,5-3% pertahun.
7. Pembiayaan diberikan tanpa agunan.
E. Pengelolaan Wakaf Uang di Bank Wakaf Mikro EI Manahij
Dalam pengelolaan wakaf uang ini dengan manajemen yang baik.
Manajeman yang digunakan untuk mengelola wakaf uang di Bank Wakaf
Mikro EI Manahij belum maksimal yang mana :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan hal yang penting didalam kegiatan
ekonomi karena dengan adanya perencanaan ini akan memikirkan
bagaimana suatu usaha untuk kedepannya. Dalam hal ini Bank Wakaf
Mikro sudah memiliki perencanan dan sudah terbentuk menjadi salah satu
pedoman pelaksaan berjalanya bank wakaf ini namun belum sempurna
67
karena masih ada bagian perencanan yang belum berjalan dengan baik.
Terbukti ketika wawancana membahas bagaimana rencana pengembangan
wakaf uang di bank wakaf mikro untuk kedepannya. Manajer hanya
menjawab, “sulit untuk saat ini mengembangkan wakaf uang karena masih
adanya keterbatasan peraturan yang sudah ditetapkan”. Sehingga
menurutnya perencanan untuk kedepannya belum baik.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah sebuah fasilitas dan orang dalam mudah
untuk mencapai perencanan. Pengorganisasi berkaitan dengan struktur
organisasi yang jelas agar suatu organisasi tersebut berjalan baik.
Pengorganisasian menentukan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisai dengan diberikan tugas serta
tanggung jawab tertentu. Pengorganisasian di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij belum maksimal berjalan dengan baik karena sumber daya
manusia atau pengurus didalam pengelolannya memiliki latarbelakang
atau pendidikan yang bukan ahlinya namun pemerintah dan OJK telah
memberikan pelatihan kepada seluruh pengurus di mengelola wakaf uang
ini sehingga dapat mengasah kemampuan dalam menjalankan atau
mengatasi masalah yang ada dibank wakaf mikro ini.
3. Pelaksanaan
Pengelolaan wakaf uang di Bank Wakaf Mikro dikelola dengan
baik yang berlandaskan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) dan
SOM (Standar Operasional Manajemen) yang telah ditetapkan oleh
aturannya. Tahun 2018 setelah didirikan Bank Wakaf Mikro di berbagai
68
macam pesantren yang tersebar di beberapa wilayah seluruh Indonesia.
Dana awal yang diberikan setiap pesantren sebesar kurang lebih 4 M yang
digunakan sebagai sarana atau solusi bagi masyarakat yang membutuhkan
dana untuk meningkatkan pengelolaan didalam usahanya atau modal
berdagang agar masyarakat di Indonesia dapat lebih dan banyak yang
berproduktif. Oleh sebab itu, pemerintah meluncurkan Bank Wakaf Mikro
ini. Dengan pengelolaan yang tersistematis dan terpusat setiap Bank
Wakaf Mikro akan melaporkan laporan setiap 3 bulan, 6 bulan dan
tahunan.
Namun meski memiliki laporan yang sudah sistem dari pusat.
Laporan keuangan yang belum maksimal atau belum dapat dikatakan
akutanbilitas atau sesuai dengan laporan keuangan lainnya dan juga
laporan keuangan di Bank Wakaf Mikro ini belum transparan. Sehingga
tidak dapat berkembang atau terbuka secara umum.
Dalam hal belum maksimalnya laporan keuangan di Bank Wakaf
Mikro, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh staff pembukuan yaitu Evi
Suryani yang menyatakan bahwa:
“Menurut saya, kekurangan saat ini adalah di laporan keuangan yang
belum sistematis jadi hanya secara manual dan pelaporan via online saja.
Ada data atau laporan nasabah diexcel namun tidak dapat diberikan karena
sudah ketentuan dari pihak atasan”. (hasil wawancara pada tanggal 6 mei
2019).
Pelaksanaan di Bank Wakaf Mikro EI Manahij sudah terlaksana
dengan baik sesuai beberapa prinsip-prinsip yang telah ditentukan oleh BI
yaitu waqf core principle. Beberapa poin-poin sudah terlaksankan seperti :
69
a. Tanggung jawab, tujuan, kekuatan, independen, akuntabilitas, dan
kolaborasi
b. Kegiatan yang diizinkan
c. Pelaporan pengawasan dan Konsolidasi pengawasan
d. Manajemen pencairan
e. Kepatuhan syariah dan risiko operasional
f. Laporan keuangan dan audit eksternal
g. Pengungkapan dan transparasi
h. Pelanggaran layanan wakaf
Berikut poin yang sudah berjalan dan terlaksana sampai saat ini meski
tidak semua berjalan dengan baik namun sudah terlaksana.
Tabel 4.1
Data Pembiayaan
DATA PEMBIAYAAN
Periode 31-Mar-2019
Pembiayaan
Kumulatif
Pembiayaan
Outstanding
Jumlah
Kumpi
Nasabah
Kumultif
Nasabah
Outstanding
1.160.400.000 375.862.500 90 694 331
Sumber:Data diperoleh dari web Laznas BSM UMAT
- Status dana program yang bersumber dari Donatur LAZNAS BSM
UMAT merupakan Hibah bertujuan Khusus (muqayyadah) yang
dikhususkan untuk penyiapan kelembagaan dan operasional LKM
Syariah Pesantren.
70
- Dana Pendirian dengan tujuan penggunaan dana untuk perizinan,
penyiapan kantor, pendampingan, pelatihan SDM dan operasional awal
LKM Syariah Pesantren.
- Dana Program dengan tujuan penggunaan dana untuk modal kerja
LKM Syariah dan biaya operasional.
Pilihan kegiatan usaha LKM atau Lembaga Keuangan Mikro
adalah memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala
mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun
pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan.(www.bsmu.or.id)
4. Pengawasan (Controling)
Semua fungsi yang terdahulu tidak akan efekif tanpa adanya fungsi
pengawasan (controlling), atau sekarang banyak digunakan istilah
pengendalian. Pengawasaan adalah penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang ada di Bank Wakaf Mikro
sudah dapat berjalan dengan baik. Karena Bank Wakaf Mikro sendiri
sudah di awas oleh OJK selama berdirinya Bank Wakaf Mikro ini. Selain
itu, Bank Wakaf Mikro pula memberikan pengawasan kepada nasabah
dalam halaqah mingguan.
Fungsi manajemen pengawasan ini sudah pasti termasuk kedalam
poin waqf core principle yaitu :
a. Pendekatan pengawasan wakaf
71
b. Teknik dan alat pengawasan wakaf
c. Pelaporan pengawasan wakaf
d. Konsolidasi pengawasan
Semua itu sudah menjadi poin atau tugas dari fungsi pengawasan yang
sudah berjalan di Bank Wakaf Mikro EI Manahij ini dengan pengawasan
yang dilakukan oleh OJK.
F. Implikasi Manfaat untuk Nasabah di Bank Wakaf Mikro EI Manahij
1. Memberikan modal untuk masyarakat sekitar dengan mudah.
2. Memberikan peningkatkan pendapatan atas diberikannya modal..
3. Membantu dan Menolong kebutuhan ekonomi keluarga.
4. Tidak memberatkan nasabah dalam pengembalian pinjaman karena tidak
ada nya bunga.
Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa nasabah, maka ada beberapa
manfaat yang dirasakan atau telah memiliki dampak yaitu seperti Ibu Mulyani
mengatakan bahwa:
“Iya itu, saya bisa nambah modal buka usaha biar lebih besar lagi warung nya
kalau besar warungnya pendapatan saya juga kan naik.” (hasil wawancara
pada tanggal 7 mei 2019)
Ibu Sukaesih pula memiliki pendapat yang sama dengan mengatakan bahwa :
“Dampaknya itu untuk mambantu saya pas lagi butuh uang, kan hidup pasti
ada yang kurang atau lagi ada masalah kadang juga saya minjem untuk bantu
keperluan hidup. Nanti digantianya hasil dari jualan kan kadang jualan juga
gak nentu dapat berapa perhari.” (hasil wawancara pada tanggal 7 mei 2019)
72
Ibu Neni Anggaraeni memiliki dampak yang lain yaitu beliau mengatakan
bahwa” saya sangat bersyukur dan seneng karena bank wakaf mikro ini sudah
banyak membantu kehidupan saya, iya kalau sedang kurang atau sulit
masalah ekonomi keluarga iya ketolong daripada saya minjem uang di bank
keliling. Kalau disini kan gak ada bungga, jadi mudah bayarnya.” (hasil
wawancara tanggal 7 mei 2019)
Tidak hanya hasil dari wawancara kepada empat ketua kelompok tersebut
namun hasil dari kuesioner yang disebar dan dijawab oleh 30 orang. Dimana
30 orang tersebut dapat menjadi bukti dari implikasi manfaat yang diperoleh
serta memberikan nilai atau apa yang dirasakan dan diperoleh dari bank wakaf
mikro ini.
Tabel 4.2
No Pernyataan Jumlah Penilaian
Kumulatif
Alokasi Dana STS TS S SS
1. Dana wakaf yang diberikan membantu saya dalam
usahanya.
26
org
4 org
2. Saya mampu meningkatkan dana modal yang
Diberikan olehLKM Syariah EI Manahij
30
org
3. Dana yang diberikan oleh LKM Syariah EI Manahij
membantu saya berinovasi dalam Usahanya.
30
org
4. Dengan Sarana Prasarana yang diberikan LKM
Syariah EI Manahij,saya mampu mengembangkan
Usaha.
30
org
5. Sarana dan prasarana yang diberikan oleh LKM
Syariah EI Manahij mampu meningkatkan Asset
Produktif saya
27
org
3 org
PembinaandanPengawasan Program STS TS S SS
6. Pembinaan dan pengawasan program dapat
Menunrunkan tingkat resiko usaha
30
org
7. Pembinaan dan pengawasan pada usaha saya dapat
menurunkan biaya produksi.
8 org 22
org
8. Setelah mengikuti pembinaan dan pengawasan,
Kualitas kerja saya meningkat.
30
org
9. Kualitas produk saya meningkat dengan adanya
Pembinaan dan pengawasan program.
1 org 29
org
10. Saya menjadi lebih semangat bekerja dengan adanya
pembinaan dan pengawasan program.
30
org
73
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Implikasi Manfaat dari wakaf uang
adalah dapat memberikan modal untuk meningkatkan bertambahnya
pendapatan dan selain itu manfat dari pendampingan berguna untuk proses
mengembangkan usahannya.
11. Dengan adanya pembinaan dan pengawasan
Saya merasa lebih percya diri dalambekerja
30
org
12. Adanya pengawasan program membuat saya dapat
lebih baik dalam menyelesaikan masalah pada
pekerjaannya.
3 org 27
org
13. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukanoleh
LKM SyariahEI Manahij memotivasi saya untuk
mengembangkan usahanya.
30
org
14. Pembinaan dan Pengawasan Program, menjadikan
saya mampu menciptakan budaya kerja yang Islami
(Jujur, Amanah, danCerdas).
30
org
15. Keterampilan kerja saya meningkat setelah mengikut
ipembinaan program.
5 org 25
org
16. Saya mampu memasarkan langsung produkbarang
dan jasa melalui jaringan yang dibuat oleh lembaga.
8 org 22
org
Pendapatan STS TS S SS
26. Saya Mampu Meningkatkan Pendapatan
Melalui Program Pemberdayaan
30
org
27. Kelompok saya menjadikan program ini sebagai
pekerjaan tetap sehingga saya mampu
Meningkatkan pendapatannya.
30
org
28. Kelompok saya mampu berinovasi sehingga
Pendapatan terus meningkat.
30
org
29. Program Wakaf Produktif LKM Syariah EI
Manahijsudah efektif dalam meningkatkan
pendapatan saya
30
org
30. Program Wakaf Produktif LKM Syariah EI Manahij
terbukti baik dalam meningkatkan pendapatan saya
30
org
74
G. Hambatan–Hambatan yang di hadapi Bank Wakaf Mikro
Adapun yang menjadi hambatan bagi Bank Wakaf Mikro dalam
mengelola wakaf uang adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat yang masih belum dapat dipercaya/amanah dalam pembayaran
atau pengembalian dana pinjaman wakaf uang ini. Sehingga menjadi
hambatan atau masalah kredit macet yang tidak mudah untuk
terselesaikan.
2. Adannya masyarakat yang masih belum bisa bertanggung jawab dalam
mengembalikan dana wakaf uang ini.
3. Masyarakat masih belum bisa komitmen didalam hilmi atau tanggung
renteng.
4. Bank Wakaf Mikro untuk saat ini masih belum bisa menerima wakaf uang
dari pihak lain. Hanya dari pihak LAZNAS BSM saja yang diizinkan.
Sebagaimana diketahui bahwa terdapat hambatan-hambatan dalam
pengelolaan Bank Wakaf Mikro EI Manahij. Haerudin mengatakan bahwa:
“Hambatan-hambatan yang ada iya seperti masih ada masyarakat yang tidak
bisa dipercaya, uang yang harus nya disetorkan ada yang digunakan oleh
temannya atau disalahgunakan tidak disampaikan langsung sehingga tanggung
jawab dan komitmen yg masih sangat kurang. Lalu pihak luar yang ingin
wakaf uang tdk dapat diterima karena bank wakaf mikro untuk saat ini hanya
menyalurkan wakaf uang yang telah diberikan oleh LAZNAS BSM saja”.
(hasil wawancara pada tanggal 6 mei 2019)
H. Analisis SWOT Pengelolaan Wakaf Uang
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer serta beberapa staff di
Bank Wakaf Mikro EI Manahij, yang mengatakan bahwa:
75
“Kekuatan di bank wakaf mikro ini pertama karena adanya peran ketokohan
yg memiliki pengaruh besar bagi masyarakat sekitar dan pengurus yang ada.
Kedua tanggung renteng, serta adanya HALMI yang dapat mempermudah
proses pembayaran dan pengawasan”. (hasil wawancara pada tanggal 6 mei
2019)
1. Strenght (Kekuatan)
a. Ketokohan
Ketokohan dianggap sebagai kekuatan karena peran tokoh
dilingkungan sekitar sangat berpengaruh dan memiliki dampak bagi
pihak pengelola dan masyarakat.
b. Tanggung Renteng (tanggung jawab bersama dalam menangung
membayar utang)
Merupakan sistem atau cara yang efektif untuk menyelesaikan
permasalahan pembayaran yang jika terjadi. Tanggung renteng
dilakukan apabila jika salah satu temen kelompoknya tidak dapat dan
tidak mampu membayar maka temen yang lain memiliki kewajiban
untuk mambantu atau menyelesaikan pembayaran sampai maksimal 2
bulan pembayaran.
c. Halmi (Halaqah Mingguan)
Halaqah Mingguan ini adalah peran dari kontribusi pihak pesantren
untuk memberikan pengetahuan atau ilmu dengan cara ceramah
kepada masyarakat sekitar atau nasabah. Selain memberikan dakwah di
halaqoh pula memberikan pendampingan kepada masyarakat mengenai
usaha yang dijalankannya.
76
2. Weakness (Kelemahan)
Hal berikutnya dikemukakan mengenai kelemahan di Bank Wakaf
Mikro EI Manahij dengan menyatakan bahwa :
“Kelemahan atau kekurangan nya sama seperti hambatan-hambatan yaitu
masih ada nasabah atau masyarakat yang belum bisa bertanggung jawab
sehingga kurang dapat dipecaya. Selain itu, halmi yang belum maksimal
dapat menjadi kelemahan dan sistem laporan yang belum tersistematis dan
akuntabilitas”. (hasil wawabcara pada tangga 6 mei 2019)
a. Nasabah yang belum bisa komitmen dan dapat dipercaya
Beberapa nasabah masyarakat masih belum bisa berkomitmen dan
belum bisa di percaya dalam masalah pembayaran. Masih ada
masyarakat yang menyalahgunakan dana wakaf uang tersebut. Dan ada
yang tidak mampu bayar akhirnya nasabah tersebut kabur atau
melahirkan diri.
b. Halmi yang belum maksimal
Masih ada nasabah yang tidak ikut serta didalam halmi tersebut.
Mengakibatkan ada beberapa nasabah yang belum dapat didampingi.
c. Sistem laporan yang belum akuntabilitas
Sistem laporan untuk saat ini masih hanya mengikuti sistem pusat
yaitu hanya mencatat dan dilaporkan ke pusat sesuai dengan form yang
diberikan namun belum maksimal dalam pelaporan yang
berbentuk akuntabilitas.
77
3. Opportunity (Peluang)
Hal berikutnya dikemukakan peluangdi Bank Wakaf Mikro EI
Manahij dengan menyatakan bahwa :
“Jika di amati untuk saat ini peluang yang ada iya itu disini banyak
masyarakat atau penduduk yang berjualan sehingga banyak masyarakat
dengan mudah dapat mendapatkan pinjaman. Mungkin bank wakaf mikro
pula telah dengan mudah didukung atau support oleh pihak pemerintah
oleh Bapak Presiden Indonesia yang selalu memberikan perhatian yang
lebih seperti diberikan pelatihan kepada seluruh staf yang ada. Dukungan
pihak pesantren juga sangat membantu dan malah sangat berperan karena
memiliki kontribusi dalam pengelolaan di bank wakaf mikro ini”. (hasil
wawacara tanggal 6 mei 2019)
a. Mayoritas masyarakat sekitar dibidang usaha (UMKM)
Penduduk kota Lebak yang mayoritas masyarakatnya mata pencarian
yaitu berjualan sehingga menjadi peluang bagi Bank Wakaf Mikro
untuk lebih mudah dalam memproses untuk memberikan dana
pinjaman modal.
b. Dukungan Pemerintah
Besarnya perhatian Pemerintah dengan memberikan legalitas kepada
Bank Wakaf Mikro serta mendukung dengan memberikan pelatihan.
c. Dukungan Pihak Pesantren
Pesentren merupakan wadah untuk mempermudahkan berjalannnya
Bank Wakaf Mikro ini, karena kontribusi yang diberikan oleh pihak
pesantren sangatlah berguna. Bank Wakaf Mikro ini bukanlah mencari
profit namun sebagai penolong untuk masyarakat yang membutuhkan
dana.
78
4. Threat (Ancaman)
Hal berikutnya dikemukakan peluangdi Bank Wakaf Mikro EI
Manahij dengan menyatakan bahwa :
“Ancaman untuk saat ini mungkin tidak terlalu mengancam atau tidak
terlalu membuat perubahan kondisi namun mungkin ada dua hal yang akan
mempengaruhi bank wakaf mikro tidak berjalan dengan baik. Yaitu
adanya harga yang naik dan turun atau barang-barang harga yang
meningkat mungkin akan mempengaruhi masyarakat atau nasabah dalam
mengelola keuangannya dan disini juga masih banyak bank keliling atau
renternir yang memiliki bunga yang cukup besar”.
(hasil wawancara tanggal 6 mei 2019)
a. Ekonomi yang tidak stabil
Keadaan ekonomi yang tidak stabil dapat mempengaruhi masyarakat
dalam pembayaran pinjamannya. Kebutuhan yang meningkat akan
lebih diutamakan.
b. Rentenir di sekitar Masyarakat
Bank keliling merupakan ancaman saingan karena lebih mudah untuk
mendapatkan jumlah besar pinjamanan dibanding Bank Wakaf Mikro
hanya boleh meminjam maksimal 3 juta.
5. Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Hasil evaluasi faktor internal ini dasarkan atas peringkat (rating)
dan bobot yang diberikan oleh responden terhadap faktor-faktor internal
yang telah ditentukan. Adapun hasil evaluasi faktor internal yang
diberikan yaitu:
79
Tabel 4.3
Pembobotan faktor Internal
Keterangan :
1 = Kurang Penting
2 = Penting
3 = Sangat Penting
Cara menghitung Bobot :
Diketahui total seluruh faktor internal adalah 12 yang didapat dari
3+2+1+3+2+1= 12. Setiap skala pada faktor dibagi jumlah total keseluruhan
skala faktor, maka akan diperoleh angka 1.
Tabel 4.4
Hasil perhitungan Skala Bobot
3/12 0,25
2/12 0,17
1/12 0,08
3/12 0,25
2/12 0,17
1/12 0,08
Jumlah 1
No Faktor Internal 1 2 3
1. Ketokohan ✓
2. Tanggung Renteng ✓
3. Halmi (Halaqah Mingguan) ✓
4. Nasabah yang belum komitmen dan
tidak dapat dipercaya
✓
5. Halmi yang belum maksimal ✓
6. Sistem Laporan yang belum
akuntabilitas
✓
80
Tabel 4.5
Hasil Evaluasi Faktor Internal
No. Faktor Internal (Kekuatan) Bobot Rating Bobot *
Rating
1. Ketokohan 0,25 +4 1
2. Tanggung Renteng(tanggung
jawab bersama dalam
menangung membayar utang)
0,17 +4 0,68
3. Halmi (Halaqah Mingguan) 0,08 +3 0,24
Total Skor Kekuatan (S) 1,92
No Faktor Internal (Kelemahan) Bobot Rating Bobot*Rating
1. Nasabah yang belum
komitmen dan tidak dapat
dipercaya
0,25 2 0,50
2. Halmi yang belum maksimal 0,17 3 0,25
3. Sistem Laporan yang belum
akuntabilitas
0,08 3 0,51
Total Skor Kelemahan (W) 1,25
Sumber data : Diolah Penulis
Total Kekuatan + Total Kelemahaan (S + W) = 3,17
Keterangan :
Pemberian rating untuk masing-masing faktor diberikan skala mulai dari 4
sampai 1 yang menunjukan pengaruh terhadap kondisi yang bersangkutan.
Pemberian rating untuk faktor kekuataan bersifat positif (kekuatan yang
besar di beri rating +4, sedangkan jika kecil diberi rating +1). Pemberian
81
rating kelemahan kebalikannya, yaitu jika kelemahan sangat besar diberi
rating 1 dan jika kecil ratingnya 4.
Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor yang paling dominan
dalam skor IFAS terdapat pada aspek kekuatan, yaitu pada kepada
ketokohhan dengan total skor 1, yang mengartikan bahwa ketokohan
merupakan kekuatan besar yang dimiliki oleh Bank Wakaf Mikro EI
Manahij dalam mengelola dana wakaf uang.
6. Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Hasil evaluasi faktor eksternal ini didasarkan atas bobot dan
peringkat (rating) yang diberikan oleh responden terhadap faktor-faktor
eksternal yang telah ditentukan. Adapun hasil evaluasi faktor eksternal
yang diberikan yaitu:
Tabel 4.6
Pembobotan Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal 1 2 3
PELUANG
1 Mayoritas pendudukan UMKM ✓
2 Dukungan Pemerintah ✓
3 Dukungan Pihak Pesantren ✓
ANCAMAN
4 Renternir di sekitar Masyarakat. ✓
5 Ekonomi yang tidak stabil ✓
Keterangan:
3 = Sangat Penting
2 = Penting
1 = Kurang Penting
Cara Menghitung Bobot:
Diketahui total seluruh skala faktor eksternal adalah 11 yang didapat
dari 3+1+2+3+2= 11. Setiap skala pada faktor dibagi jumlah total
keseluruhan skala faktor, maka akan diperoleh angka 1.
82
Tabel 4.7
Hasil perhitungan skala bobot
2/11 0,18
1/11 0,09
3/11 0,27
3/11 0,27
2/11 0,18
Jumlah 1
Tabel 4.8
Hasil Evaluasi Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal
(Peluang)
Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Mayoritas pendudukan
UMKM
0,18 +3 0,54
2 Dukungan Pemerintah 0,09 +2 0,18
3 Dukungan Pihak
Pesantren
0,27 +3 0,81
Total Skor Peluang (O) 1,53
No Faktor Eksternal
(Ancaman)
Bobot Rating Bobot*
Rating
1 Renternir 0,23 2 0,46
2 Ekonomi yang
tidak stabil
0,18 2 0,36
Total Skor Ancaman (T) 0,82
Sumber : Diolah Penulis
Total Skor Peluang + Total Skor Ancaman (O+T) = 2,35
Keterangan:
Pemberian rating untuk masing-masing faktor diberikan skala
mulai dari 4 sampai 1 yang menunjukkan pengaruh terhadap kondisi yang
bersangkutan. Pemberian rating untuk faktor peluang bersifat positif
(kekuatan yang besar di beri raring +4, sedangkan jika kecil diberi rating
83
+1). Pemberian rating faktor ancaman adalah kebaliknya, yaitu ancaman
sangat besar diberi rating 1 dan jika kecil diberi rating 4.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa faktor yang paling
dominan dalam skor EFAS pada aspek peluang, yaitu pada faktor
dukungan pihak pesantren di pesantren Manahajitul dengan skor 0,81 yang
menunjukan bahwa dukungan pihak pesantren memiliki peluang cukup
besar dimiliki oleh Bank Wakaf Mikro dalam mengelola dana wakaf.
7. MATRIK SWOT
Dengan tersusunya hasil evaluasi faktor internal (EFI) dan hasil
evaluasi faktor eksternal (EFE). Maka dibuatlah matriks SWOT untuk
menentukan strategi yang tepat dalam pengelolaaan danpengembangan
wakaf uang di Bank Wakaf Mikro. Adapun rumusan matriks SWOT
berdasarkan hasil evaluasi faktor interbal dan eksternal ,yaitu:
Tabel 4.9
Hasil Matriks SWOT
EFA
EFI
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Strategi SO
SO= 1,92 + 1,53
SO = 3,45
Strategi WO
WO= 1,25 + 1,53
WO = 2,78
Ancaman (T) Strategi ST
SP = 1,92 + 0.82
SP = 2,74
Strategi WT
WT= 1,25 + 0,82
WT = 2,07
Sumber: Diolah Penulis
Dari perhitungan matriks diatas, maka skor strategi tertinggi adalah
strategi SO dengan nilai 3,45. Dengan demikian, maka strategi SO
merupakan startegi yang paling cocok untuk pengelolaan wakaf uang di
Bank Wakaf Mikro EI Manahij yaitu strategi yang memanfaat kekuataan
84
internal (strength) dan memanfaatkan peluang (Opportunity) yang ada di
eksternal.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Matriks SWOT
EFI
EFE
Kekuatan (S)
1. Ketokohan
2. Tanggung Renteng
3. Halmi (Halaqah
Mingguan)
Kelemahan (W)
1.nasabah yang belum komitmen
dan tidak dapat dipecaya
2.halmi yang belum maksimal
3.sistem laporan yang belum
akuntabilitas
Peluang (O)
1.Mayoritas
Penduduk
UMKM
2. Dukungan
Pemerintah
3. Dukungan
Pihak Pesantren
Strategi (SO)
1.Istiqomah/ Konsisten
dalam menjaga rasa
amanah yg telah diberikan
oleh tokoh-tokoh atau
pimpinan pihak pemeritah
dan pesantren.
2. Menjaga atas kerja sama
dan rasa bertanggung
jawab antar angggota
kelompok tanggung
renteng.
3.Melakukan secara Rutin
Halmi agar lebih dapat
didampingi serta dibina.
Strategi (WO)
1.Melakukan perjanjian hukum
agar nasabah lebih dapat
bertanggung jawab serta
mendapatkan sanksi apabila tdk
dapat dipercaya.
2. Memberikan Sanksi apabila
anggota Halmi tidak mengikuti
Halmi lebih dari 3 kali.
3. Membuat Sistem Laporan yg
akuntabilitas dengan tidak hanya
sistem yg terpusat.
Ancaman (T)
1.Rentenir
2. Ekonomi yg
tdk stabil
Strategi (ST)
1.Memperkuat dakwah
mengenai hukum riba
didalam halmi.
2. Membuka tabungan
untuk berjaga-jaga ketika
terjadi hal mendesak atau
berupa infaq
Strategi (WT)
1.Membuat Website Bank Wakaf
Mikro EI Manahij yang berguna
untuk informasi berupa laporan
keuangan atau programnya.
2.Membuat Program yg banyak
diminati oleh nasabah atau
masyarakat sekitar agar loyalitas
terbangun.
85
Gambar peta SWOT
Opportunity (O)
Kuadran III (-,+) Ubah Strategi
Strategi (WO)
1.Melakukan perjanjian hukum
agar nasabah lebih dapat
bertanggung jawab serta
mendapatkan sanksi apabila tdk
dapat dipercaya.
2. Memberikan Sanksi apabila
anggota Halmi tidak mengikuti
Halmi lebih dari 3 kali.
3. Membuat Sistem Laporan yg
akuntabilitas dengan tidak hanya
sistem yg terpusat.
Weakness
Kuadran IV (-,-) Strategi
Bertahan
Kuadran I (+,+) Progresif
Strategi (SO)
1.Istiqomah/Konsisten dalam
menjaga rasa amanah yg telah
diberikan oleh tokoh-tokoh atau
pimpinan pihak pemeritah dan
pesantren.
2. Menjaga atas kerja sama dan
rasa bertanggung jawab antar
angggota kelompok tanggung
renteng.
3.Melakukan secara Rutin Halmi
agar lebih dapat didampingi serta
dibina.
Stength
Kuadran II ( +,-) Diversifikasi
Strategi
Strategi (WT)
1.Membuat Website Bank
Wakaf Mikro EI Manahij yang
berguna untuk informasi berupa
laporan keuangan atau
programnya.
2.Membuat Program yg banyak
diminati oleh nasabah atau
masyarakat sekitar agar loyalitas
terbangun.
Strategi (ST)
1.Memperkuat dakwah mengenai
hukum riba didalam halmi.
2. Membuka tabungan untuk
berjaga-jaga ketika terjadi hal
mendesak atau berupa infaq
Threath
Berdasarkan dari tabel analisis matriks SWOT di atas, maka
rekomendasi strategi yang paling sesuai dengan pengelolaan wakaf uang
di Bank Wakaf Mikro EI Manahij strategi SO yaitu strategi dengan
menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengembangkan wakaf uang.
86
Strategi SO diatas menunjukan bahwa Bank Wakaf Mikro EI
Manahij dapat menjadikan tokoh sebagai sebuah kekuatan yang memiliki
pengaruh besar untuk masyarakat maupun pengelola Bank Wakaf Mikro
ini.Menjaga atas kerja sama dan rasa bertanggung jawab antar angggota
kelompok tanggung renteng. Melakukan secara Rutin Halmi agar lebih
dapat didampingi serta dibina. Karena Halmi yang kuat akan memperkuat
ukhuwah atau tali persaudara antar anggota jika memiliki rasa kuat dalam
ukhuwah maka akan terjadi hubungan yang harmonis dan kerja sama antar
pihak Bank Wakaf Mikro dengan seluruh anggota atau nasabah Bank
Wakaf Mikro.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan penjabaran metode analisis SWOT yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan wakaf uang di Bank Wakaf Mikro, dengan cara menyaluran
atau memberi pinjaman dana wakaf uang kepada nasabah untuk diambil
manfaat atas manfaat yang berupa pinjaman untuk dimanfaatkan bagi
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini memanfaatkan harta wakaf
tersebut untuk memberikan manfaat atas pinjaman yang diberikan kepada
masyarakat yang membutuhkan untuk meningkatkan usahanya.
2. Analsis SWOT pada Bank Wakaf Mikro menghasilkan faktor internal dan
faktor eksternal. Dimana faktor internal kekuatan (strong) yaitu,
Ketokohan, Tanggung Renteng, Halmi, Pelatihan. Kelemahan (weakness)
yaitu, Nasabah yang belum bisa komitmen dan dapat dipercaya,Tanggung
Renteng yang belum maksimal, Sistem laporan yang belum akuntabilitas.
Sedangkan faktor eksternal peluang (opportunity) yaitu, Mayoritas
pendudukan Muslim, Dukungan Pemerintah, Dukungan Pihak Pesantren.
Ancaman (Threat) yaitu, Ekonomi yang tidak stabil, Bencana Kemanusian
atau Bencana Alam, Rentenir.
3. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT dalam melakukan pengelolaan
wakaf uang pada Bank Wakaf Mikro, Skor IFAS 3,17 dan EFAS 2,71.
Berati bahwa faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan
88
lebih besar dibandingkan dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang
dan ancaman. Dari matriks SWOT ini juga dihasilkan strategi SO, yaitu
strategi yang berusaha memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang
dimiliki.
B. Saran
1. Untuk mengoptimalkan penerimaan dana wakaf, Bank Wakaf Mikro harus
merubah legulasi bahwa bank wakaf mikro tidak hanya menyalurkan
namun juga dapat menghimpun dana wakaf uang agar lebih besar
mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat.
2. Tidak hanya didirikan dilingkungan pesantren namun dapat berkembang
luas di setiap daerah atau kota yang memiliki jumlah masyarakat miskin
untuk dapat di pemberdayakan.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
danPenyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf.
Profesional dan Amanah. Jakarta: Kemenag. RI, 2013.
Abu Su'ud Muhammad, Risalah fi Jawazi Waqf al-Nuqud, (Beirut: Dar IbnHazm,
1997)
Abdul Mannan, Muhammad, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah InovasiInstrumen
Keuangan Islam. Diterjemahkan olehTjasmijantodan Rozidyanti,
Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2001
Ahsanul, Muhammad. 2017.Analisis Pengelolaan Wakaf Tunai pada Yayasan
Wakaf Al Kaffah Binjai Dengan Pendekatan SWOT. Universitas
Sumatera Utara.
Asyari, Hasan, 2016. Skripsi. Pengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktifdi
Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Yasini. Malang:
FakultasSyariah. http://etheses.uin- malang.ac.id/3974/1/10210108.
Atabik, Ahmad, “Strategi Pendayagunaan dan Pengelolaan Wakaf Tunai
diIndonesia”. Kudus: STAIN Kudus, 2014.
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah “Hukum Wakaf”, Jakarta: IIMA,2003.
Al-Imam Kamal al-Din Ibn ‘Abd al-Rahid al-Sirasi Ibn al-Humam, Sharh Fath
al-Qadir, jil. 6. (Beirut: Dar al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 1970)
Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir, juz IX, tahqiq Mahmud Mathraji, (Beirut: Dar al-
Fikr,1994)
Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar.Terjemah Bulughul Maram,diterjemahkan oleh Ahmad
Najieh. Semarang: Pustaka Nuun.2012
Ani, Faujiah. 2018. Bank Wakaf Mikro dan Pengaruhnya Terhadap Inklusi
Keuangan Pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM).Sidoarjo: STAI
AnNajah Indonesia Mandiri.
BPS Data Jumlah Kemiskinan diSerang,Profil Kemiskinan di Kabupaten Serang
– 2018,No. 04/3604/Th.II, Desember 2018
Daud Ali, Mohammad. “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf”, Jakarta:UI-
Press, 1988.
Dep. Agama RI. “Fiqh Wakaf”. Jakarta : Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dep. Agama RI, 2005.
90
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah-Bank Indonesia. “Wakaf:
Pengaturan dan Tata Kelola yang Efekti, Jakarta: Departemen Ekonomi
dan Keuangan Syariah-Bank Indonesia.2016
Departemen Agama RI. Pedoman dan Pengembangan Wakaf. Jakarta: Direkorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2003.
DEPAG RI, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf. (Jakarta:Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2006)
DEPAG RI, Peraturan Perundangan Perwakafan. (Jakarta: DEPAG RI, 2006)
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, “Data Luas dan Lokasi Tanah WakafNasional
Sampai Dengan Tahun 2008”, Jakarta, 22 April 2008.
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. (Jakarta: Grasindo, 2006)
Farid Wadjdy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Filantropi Islam
yang Hampir Terlupakan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Gusva Havita, dkk. 2018. “Model Bank Wakaf diIndonesia dalam Potensinya
untuk Mengembangkan Wakaf Uang dan Mengatasi Kemiskinan”.
Jurnal Ekonomi,hlm 3-5.
Habib Ahmed, Role of Zakah and Awqaf in Poverty Alleviation. (Jeddah: IRTI,
2004)
Hidayah, Roissatun, “SWOT Analisis Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)di Usaha
Mikro Provinsi DIY 2012-2013”, 2015
Indonesia, Undang-Undang tentangWakaf, UU No. 41 Tahun 2004, LN No.159
Tahun 2004, TLN No. 4459.
K. Lubis, Suharawadi, dkk.“Wakaf dan Pemberdayaan Umat”. Jakarta :
SinarGarfika, 2010
M. Nur Rianto Al Arif. Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya terhadap
Program Pengentasan Kemiskinan,Vol.46 No1, 2012.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Fatwatentang Wakaf Uang, 11 Mei 2002.
Oktaviani, Devita. (2014) “Peran Kementrian Agama RI dalam Penyaluran
Dana Bantuan Pengembangan Wakaf”.
91
Qahaf, Mundzir. 2005. Manajemen Wakaf Prduktif, diterjemahkan
olehMuhyiddin Mas Rida. Jakarta: Khalifa Pustaka al-Kautsar Grup.
Santoso, Nanang Hari. 2017. Skripsi. Analisis Pengelolaan dan Pelaporan
Keuangan Wakaf Tunai pada Tabung Wakaf Indonesia.Institut Agama
Islam Negeri Sukakarta.
Suryatama,Erwin.2014.“LebihMemahami Analisis SWOT
DalamBisnis”.Surabaya: Surya Pena.
Tirta Rahayu, Ningsih, “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
MelaluiPengembangan Sumber Daya Lokal” (Studi pada Pondok
PesantrenDaarut Tauhid ).
Thaib, M. Hasballah, 2003. “Fiqh Wakaf’. Medan: USU
Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Departemen Agama
RI,Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
92
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Penelitian
KUESIONER
Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini Saya bermaksud
mengadakan penelitian yang berjudul “’AnalisisPengelolaanWakaf Uang serta
Implikasi Manfaat Wakaf Uangpada Bank WakafMikroDenganPendekatan
SWOT (studi kasus : LKM Syariah EI Manahij-lebak) sebagai salah satu syarat
kelulusan. Maka Saya memohon kesediaan Saudara/i untuk mengisi dan
menjawab angket yang telah Saya sediakan sebagai bahan penelitian dan
pengumpulan data sesuai dengan judul skripsi tersebut. atas perhatian dan
kerjasamanya, Saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Hormat Saya,
Indri Dwi Lestari
93
KUESIONER PENELITIAN
A. IDENSTITAS DIRI
Nama :
Umur :
Jabatan :
Alamat :
A. Pertanyaan bersifat umum
1. Apa yang menjadi landasan Bank Wakaf Mikro EI Manahij didirikan ?
2. Bagaimana perkembangan Bank Wakaf Mikro EI sampai saat ini?
3. Kapan Bank Wakaf Mikro EI pertama kali menerima dan menyalurkan
wakaf uang?
4. Darimana sajakah pendanaan wakaf uang di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij?
5. Berapa jumlah aset wakaf yang terdata di Bank Wakaf Mikro EI Manahij?
6. Berapa jumlah wakaf uang yang berada di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij?
7. Kemana sajakah dana wakaf distribusikan?
B. Pertanyaan dalam pengelolaan wakaf tunai
1. Bagaimana mekanisme pengelolaan wakaf uang di Bank Wakaf Mikro EI
Manahij?
2. Apa yang menjadi acuan pengelola () dalam mengelola wakaf?
3. Apa yang menjadi hambatan dalam pengelolaan wakaf uang saat ini?
4. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pengelolaan wakaf uang?
5. Bagaimana pengembangan wakaf uang produktif di Bank Wakaf Mikro
EI Manahij?
6. Apa program kedepan dalam pengembangan wakaf uang produktif?
7. Apa saja yang menjadi kekuatan Bank Wakaf Mikro EI Manahij ini dalam
mengelola wakaf uang?
8. Bagaimana dengan regulasi pemerintah terhadap wakaf uang?
94
9. Bagaimana dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Wakaf
Mikro EI Manahij ?
10. Apa saja yang menjadi kelemahan bagi yayasan ini dalam mengelola
wakaf uang?
11. Bagaimana dengan kualitas SDM yang dimiliki Bank Wakaf Mikro EI
Manahij?
12. Bagaimana dengan kondisi teknologi informasi?
13. Apa saja yang menjadi peluang bagi Bank Wakaf Mikro EI Manahijuntuk
mengembangkan wakaf uang?
14. Bagaiamana dengan partisipasi pemerintah terhadap Bank Wakaf Mikro
EI Manahij?
15. Bagaimana dengan ancaman yang dihadapi Bank Wakaf Mikro EI
Manahij ?
95
Pembobotan Faktor Internal
No Faktor Internal 1 2 3
1. Ketokohhan ✓
2. Tanggung Renteng ✓
3. Halmi ( Halaqah Mingguan ) ✓
4. Nasabah yang belum komitmen dan tidak dapat
dipercaya
✓
5. Halmi yang belum maksimal ✓
6. Sistem Laporan yang belum akuntabilitas ✓
7.
Rating Faktor Internal dan Eksternal
No Faktor Internal Rating
1. Ketokohhan +4
2. Tanggung Renteng +4
3. Halmi ( Halaqah Mingguan ) +3
4. Nasabah yang belum komitmen dan tidak
dapat dipercaya
2
5. Halmi yang belum maksimal 3
6. Sistem Laporan yang belum akuntabilitas 3
No Faktor Eksternal
1. Mayoritas pendudukan UMKM +3
2. Dukungan Pemerintah +2
3. Dukungan Pihak Pesantren +3
4. Renternir di sekitar Masyarakat. 2
5. Ekonomi yang tidak stabil 2
Pembobotan Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal 1 2 3
1. Mayoritas pendudukan UMKM ✓
2. Dukungan Pemerintah ✓
3. Dukungan Pihak Pesantren ✓
4. Renternir di sekitar Masyarakat. ✓
5. Ekonomi yang tidak stabil ✓
96
Pertanyaan Umum
1. Apa manfaat yang diperoleh dari bank wakaf mikro ini? Apakah
pendapatan usaha meningkat setelah mendapatkan peminjaman dana?
Apakah bank wakaf mikro ini membantu atau memiliki dampak untuk
nasabah?
97
98
99
100
101
DOKUMENTASI
102
103
104