Analisa Pylon - Single Plane

31
Tampak Belakang Tampak Samping Tampak Depan BAB VIII STRUKTUR PYLO 8.1 Penampang Struktur Pylon Analisa penampang Pylon dikontrol terhadap kelangsingan yang mengakibatkan tekuk sebelum mencapai keadaan limit kegagalan material atau sebelum beton mengalami batas regangan hancur 0,003. Gambar 8.1 Tampak Belakang dan Samping Pylon Dilihat dari gambar diatas, bentuk penampang Pylon tidak sama sepanjang sisinya sehingga akan dilakukan analisa

Transcript of Analisa Pylon - Single Plane

Page 1: Analisa Pylon - Single Plane

Tampak Belakang Tampak Samping Tampak Depan

BAB VIII

STRUKTUR PYLO�

8.1 Penampang Struktur Pylon

Analisa penampang Pylon dikontrol terhadap kelangsingan

yang mengakibatkan tekuk sebelum mencapai keadaan limit

kegagalan material atau sebelum beton mengalami batas regangan

hancur 0,003.

Gambar 8.1 Tampak Belakang dan Samping Pylon

Dilihat dari gambar diatas, bentuk penampang Pylon tidak

sama sepanjang sisinya sehingga akan dilakukan analisa

Page 2: Analisa Pylon - Single Plane

1Base

2 3

4 5

6 7

x

y

penampang guna mengecek kemampuan tiap- tiap penampang

disepanjang Pylon. Dibawah ini dapat dilihat berbagai bentuk

penampang Pylon :

Gambar 8.2 Penampang Pylon pada ketinggian tertentu.

Sumbu yang diberikan pada penampang, disesuaikan

dengan sumbu bahan pada pemodelan MIDAS/CIVIL .Penampang

Page 3: Analisa Pylon - Single Plane

Pylon bentuknya merupakan unsimetris sepanjang penampang,

sehingga dalam analisa pengaruh gaya dalam dan tekuk, akan

dibagi menjadi beberapa segmen berdasarkan posisi kabel. Ha ini

dipertimbangkan, karena disetiap posisi kabel, elemen- elemen

akan mengalami perubahan dan perbedaan gaya yang cukup

signifikan. Maka dari itu perlu adanya peninjauan secara khusu

terhadap masing- masing elemen. Adapaun pembagian elemen

dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 8.3 Pembagian segmen Pylon

Page 4: Analisa Pylon - Single Plane

L ( panjang ) AKSIAL MOMEN My MOMEN Mx

m Ton Ton.m Ton.m

A 27,591 -16790.72 -95285.82 -76.39

B 2,532 -14144.32 -7128.32 -13.37

C 2,935 -12767.07 3961.35 -10.9

D 2,892 -10832.19 5296.66 -8.36

E 2,935 -8710.32 5296.66 -6.04

F 2,988 -6222.00 4482.34 -4

G 3,027 -3566.26 2893.05 -2.28

ELEMEN

Adapun hasil analisa gaya dalam dari MIDAS/CIVIL setiap

segmen yang ditinjau, disajikan ditabel dibawah ini :

Tabel 8.1 Gaya Dalam MAX dari Elemen A-G

Dari table diatas, dapat dilihat bahwa nilai Momen lebih

didominasi pada sumbu Kuat (Sumbu Y) sedangkan nilai Momen

arah sumbu lemah (sumbu X) relative kecil. Dan elemen yang

mengalami gaya yang paling besar adalah elemen yang paling

bawah ( elemen A ), baik dari gaya Momen maupun Gaya Aksial

Tekannya.

Dalam analisa kekuatan Pylon ini, Momen Mx tidak

ditinjau dikarenakan nilainya/ pengaruhnya yang relative kecil.

Jadi hanya P aksial dan Momen My yang akan dipertimbangkan

dalam mendisain Pylon.

Page 5: Analisa Pylon - Single Plane

A1

A2

A3

A5A4

A3 A5

A4

Titik NetralPenampang

d2

d1

d3d4d5

ya

yb

8.2 Analisa Penampang Pylon

Sebelum menganalisa elemen yang ada, maka dilakukan

terlebih dahulu menentukan parameter- parameter penampang tiap-

tiap elemen. Adapun salah satu contoh perhitungan dari salah satu

penampang Pylon dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 8.4 Penampang 6 (Pylon)

- Luas dan Inersia Penampang A1 s/d A5.

♣ Area.1

( ) ( )4

1

322

322

1

2

1

58,237.130.21

3,892,5481,21336

2,5482,5481,21341,213

36

..4

045,992.33

cmI

hba

bbaaI

cmA

=

×+

+××+=×

+++

=

=

♣ Area.2

433

2

2

2

1,753.538.1584,1512,54812

1

12

1

48,997.82

cmhbI

cmA

=××=××=

=

Page 6: Analisa Pylon - Single Plane

♣ Area.3

433

3

2

3

475,879.239331,8012

1

12

1

3,643.2

cmhbI

cmA

=××=××=

=

♣ Area.4

4

4

2

4

139,810.209

555,046.2

cmI

cmA

=

=

♣ Area.5

2

4

5

2

5

745,225.136

662,010.459.1

26,928.4

cmA

cmI

cmA

TOTAL =

=

=

- Mencari Titik �etral Penampang.

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

cmcmYa

A

YAYAYAYAYAYa

TOTAL

152586,151

5544332211

≈=

×+×+×+×+×=

- Inersia Penampang Total.

( )4

2

7,852.431.821

.

cmI

dAII

TOTAL

OTOTAL

=

+=∑

Page 7: Analisa Pylon - Single Plane

Adapun analisa penampang yang lain, ditabelkan dibawah ini :

Tabel 8.2 Inersia Penampang Pylon

8.3 Analisa Kekakuan Elemen.

Dalam analisa Pylon ini, telah dikatakan diawal bahwa

hanya Momen My dan Gaya P aksial yang akan ditinjau. Sehingga

bila dilihat pengaruh terhadap bentuk penampang Pylon, maka

yang berpengaruh adalah Inersia ( Iy ). Selain itu, berdasarkan

pengaruh gaya dalam terhadap bentuk penampang Pylon ( searah

memanjang jembatan/ searah sumbu x pylon ), maka dalam analisa

kekakuan pylon dapat dikategorikan sebagai Rangka dengan

pengaku Lateral (yang berupa Kabel). Unutk itu rumus yang akan

digunakan adalah :

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

1. Analisa Kekakuan Elemen A.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Ya Luas Total Inersia Total ry

cm cm2

cm4 cm

Base 300.000 360000.000 24300000000 259.808

1 214.980 175225.520 2397246314 116.965

2 196.360 163992.857 1833462556 105.736

3 179.197 160855.900 1615101280 100.203

4 180.630 156214.160 1366993383 93.546

5 172.602 150544.090 1174635734 88.332

6 151.586 136225.745 821431852.7 77.653

7 144.880 126296.650 642664767.4 71.334

PENAMPANG

450.000

Page 8: Analisa Pylon - Single Plane

27,5

91m

1

base

X

Y

Pada Elemen A terdapat dua penampang yaitu Penampang

1 dan base . Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai

analisa kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 1 ),

sehingga bila penampang 1 telah memenuhi syarat berarti

penampang yang lebih besar ( penampang base ) juga telah

memenuhi syarat kekakuan.

Gambar 8.5 Elemen A pada Pylon

1;808,259

1,2759591,27

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

Page 9: Analisa Pylon - Single Plane

2

1X

Y

2,5

32m

102,33620,10

95285.82-

7128.32-1234

808,259

1,759.2.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen A dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen A”.

2. Analisa Kekakuan Elemen B.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen B terdapat dua penampang yaitu Penampang

2 dan 1. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 2 ), sehingga

bila penampang 2 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 1 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Gambar 8.6 Elemen B pada Pylon

Page 10: Analisa Pylon - Single Plane

2;736,105

2,253532,2

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

990,33395,2

7128.32-

5.71-1234

736,105

2,253.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen B dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen B”.

3. Analisa Kekakuan Elemen C.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen C terdapat dua penampang yaitu Penampang

4 dan 3. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 4 ), sehingga

bila penampang 3 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 3 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Page 11: Analisa Pylon - Single Plane

3

2X

Y

2,9

35m

Gambar 8.7 Elemen C pada Pylon

3;203,100

5,293935,2

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

34929,2

3.961,35

5.71-1234

203,100

5,293.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen C dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen C”.

Page 12: Analisa Pylon - Single Plane

4

3

X

Y

2,8

92m

4. Analisa Kekakuan Elemen D.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen D terdapat dua penampang yaitu Penampang

4 dan 3. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 4 ), sehingga

bila penampang 3 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 3 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Gambar 8.8 Elemen D pada Pylon

4;546,93

2,289892,2

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

Page 13: Analisa Pylon - Single Plane

X

Y

5

42,9

35m

955,17092,3

3.961,35

5.296,661234

546,93

2,289.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen D dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen D”.

5. Analisa Kekakuan Elemen E.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen F terdapat dua penampang yaitu Penampang

5 dan 4. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 5 ), sehingga

bila penampang 5 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 4 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Gambar 8.9 Elemen E pada Pylon

Page 14: Analisa Pylon - Single Plane

5;332,88

5,293935,2

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

845,23323,3

5.296,66

4.482,341234

332,88

5,293.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen E dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen E”.

6. Analisa Kekakuan Elemen F.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen F terdapat dua penampang yaitu Penampang

6 dan 5. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 6 ), sehingga

bila penampang 6 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 5 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Page 15: Analisa Pylon - Single Plane

6

52,9

88m

X

Y

Gambar 8. 10 Elemen F pada Pylon

6;653,77

8,298988,2

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

255,26848,3

4.482,34

2.893,051234

653,77

8,298.11234

.

2

1

×−≥×

⇔×−≥M

M

r

Lk u

Dari perhitungan diatas untuk Segmen F dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen F”.

Page 16: Analisa Pylon - Single Plane

6

7

3,0

27m

7. Analisa Kekakuan Elemen G.

2

11234.

M

M

r

Lk u ×−≥ ; syarat kelangsingan

Pada Elemen G terdapat dua penampang yaitu Penampang

7 dan 6. Dalam analisa ini yang akan digunakan sebagai analisa

kekakuan adalah penampang yang kecil ( penampang 7 ), sehingga

bila penampang 7 telah memenuhi syarat berarti penampang yang

lebih besar ( penampang 6 ) juga telah memenuhi syarat kekakuan.

Gambar 8.11 Elemen G pada Pylon

7;334,71

7,302027,3

1

−==

==

=

penampangcmA

Ir

cmmL

k

y

u

Sehingga syarat kekakuannya ialah :

159,34243,4

2.893,05

23,381234

334,71

7,302.11234

.

2

1

−×−≥

×⇔×−≥

M

M

r

Lk u

Page 17: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

1200000

-200000

1600000-1600000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

Dari perhitungan diatas untuk Segmen G dianalisa sebagai kolom

tidak Langsing, sehingga tidak mengalami Pembesaran Momen.

�B : �ilai M1 dan M2 dapat dilhat pada Tabel “Gaya pada Pylon

Segmen G”.

8.4 Analisa Tulangan dan Kapasitas Kekuatan Pylon

8.4.1 Analisa Tulangan Lentur

Dari analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa semua

penampang Pylon merupakan Elemen tidak langsing/ kolom

pendek sehingga keruntuhan yang terjadi bukan akibat tekuk

namun lebih didominasi keruntuhan akibat material.

Adapan analisa pada tiap elemen dapat dilihat dibawah ini :

1. Elemen A ( Penampang Base )

Gambar 8.12 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang Base )

Page 18: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

250000

-50000

160000-160000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

32470923,468038,8

2,769.3.

038,82,34

1

4

1

2,769.301047,0

000.360

%047,1

2

2

222

2

2

≈===

=××=××=

=×=

=

=

ππ

ρ

.

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 952858.2 m-76kN1.030.550,

952858.24,056.145.19,0

4,056.145.1

−≥

−≥−×

−=

φ

2. Elemen B ( Penampang 1 )

Gambar 8.13 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 1 )

Page 19: Analisa Pylon - Single Plane

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

32220996,217038,8

25,752.1.

038,82,34

1

4

1

25,752.101,0

175.225,52

%1%467,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 2,283.17 m-kN115.691,31

2,283.17 128.545,99,0

128.545,9

−≥

−≥−×

−=

φ

Page 20: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

450000

-100000

250000-250000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

3. Elemen C ( Penampang 2 )

Gambar 8.14 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 2 )

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

32205022,204038,8

928,639.1.

038,82,34

1

4

1

928,639.101,0

7163.992,85

%1%874,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

Page 21: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

450000

-100000

250000-200000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 5,613.39 m-kN215.144,46

5,613.39 239.049,49,0

239.049,4

−≥

−≥−×

−=

φ

4. Elemen D ( Penampang 3 )

Gambar 8.15 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 3 )

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

32200119,200038,8

559,608.1.

038,82,34

1

4

1

559,608.101,0

160.855,9

%1%882,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

Page 22: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

450000

-50000

200000-180000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 6,966.52 m-kN197.086,05

6,966.52 5,984.1829,0

5,984.182

−≥

−≥−×

−=

φ

5. Elemen E ( Penampang 4 )

Gambar 8.16 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 4 )

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

32195345,194038,8

1.562,142.

038,82,34

1

4

1

1.562,14201,0

156.214,16

%1%858,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

Page 23: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

400000

-50000

180000-160000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 6,966.52 m-kN161.654,58

6,966.52 2,616.1799,0

2,616.179

−≥

−≥−×

−=

φ

6. Elemen F ( Penampang 5 )

Gambar 8.17 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 5 )

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

32190290,187038,8

1.505,441.

038,82,34

1

4

1

1.505,44101,0

150.544,09

%1%881,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

Page 24: Analisa Pylon - Single Plane

P ( kN)

Mx (kN-m)

350000

-50000

140000-140000

(Pmax)

(Pmin)

fs=0.5fy

fs=0

fs=0.5fy

fs=0

1

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 4,823.44 m-kN131.428,35

4,823.44 5,031.1469,0

5,031.146

−≥

−≥−×

−=

φ

7. Elemen G ( Penampang 6 )

Gambar 8.18 Analisa Kekuatan Pylon ( Penampang 6 )

Dari analisa pcaCol, didapatkan hasil analisa antara lain :

mmDcm

cmntulJumlah

cmDAs

cmAsAs

cmAs

tulangan

penampangpakai

penampang

pakai

321704770,169038,8

1.362,257.

038,82,34

1

4

1

1.362,25701,0

5136.225,74

%1%837,0

2

2

222

2

2

min

≈===

=××=××=

=×=

=

==⇔=

ππ

ρρρ

.

Page 25: Analisa Pylon - Single Plane

AKSIAL GESER

kN kN

A 16790.72 -3234.28

B 14144.32 -2822.36

C 12767.07 -1421.67

D 10832.19 -471.26

E 8710.32 287.4

F 6222 542.66

G 3566.26 1006.15

H 0 -20.98

73032.88

ELEMEN

OKmk�

mk�mk�

MuMn

mk�Mn

...... 5,930.28 m-N87.254,19k

5,930.28 1,949.969,0

1,949.96

−≥

−≥−×

−=

φ

8.4.2 Analisa Tulangan Geser Pylon.

Berdasarkan analisa MIDAS diperoleh energy dalam tiap elemen

sebagai berikut :

Tabel 8.3 Analisa Gaya Geser dan Aksial Pylon.

Elemen yang mengalami aksial, lentur dan geser akan dianalisa

dengan nilai Vc :

dbwcf

Ag

�uVc .

6

'

.141

+=

VsVcVn +=

VuVn ≥.φ ; analisa ini akan dianalisa per Elemen.

VuVn ≥××φ5,0

Page 26: Analisa Pylon - Single Plane

Nu Ag Vc Vu

N mm2 N N N

A 16790720 15361276.000 19516869.757 3234280 7318826.16

B 14144320 16960918.850 21179294.627 2822360 7942235.48

C 12767070 16242437.850 20216620.598 1421670 7581232.72

D 10832190 15853503.000 19595379.486 471260 7348267.31

E 8710320 15337912.500 18809132.556 287400 7053424.71

F 6222000 14338491.750 17421838.675 542660 6533189.50

G 3566260 13126119.750 15769486.028 1006150 5913557.26

ELEMENVuVn≥××φ5,0

a. Perhitungan tulangan geser pada elemen A

dbwcf

Ag

�uVc .

6

'

.141

+=

�Vc 76,869.516.19276.361.156

50

276.361.1514

720.790.161 =

×

+=

Adapun analisa perhitungan pada tiap penampang dapat dilihat

pada table dibawah ini.

Tabel.8.4 Perhitungan Gaya Geser Beton tiap Elemen.

Persyaratan sebuah penampang tidak memerlukan

tulangan geser bila VuVn ≥××φ5.0 . Dari table diatas dapat

disimpulkan bahwa kekuatan beton mampu menahan gaya geser

yang terjadi, sehingga tidak membutuhkan tulangan geser. Namun

dalam perencanaan akan digunakan tulangan geser praktis dengan

jarak antar tulangan Smax=60cm.

Page 27: Analisa Pylon - Single Plane

D

BH

B

H

8.4.1 Perhitungan Angker Kabel pada Pylon.

Angker kabel dipasang sesuai dengan jumlah strand kabel

yang telah dihitung. Perhitungan ini meliputi cek tegangan beton

saat stressing, besarnya gaya pencar Tb dan kebutuhan tulangan

melintang dan tulangan pecah ( spalling ) yang dihitung

berdasrkan buku “Desain Praktis Beton Prategang” Andri

Budiardi,2008.

Gambar 8.19 Dimensi Angker pada Pylon

Tabel 8.3 Dimensi Angker Kabel

Angker 31 37 61 91

∅∅∅∅d (mm) 160 180 200 250

∅∅∅∅A1 (mm) 340 370 460 550

B (mm) 480 530 660 810

∅∅∅∅D (mm) 280 300 380 450

Contoh perhitungan akan diberikan pada angker kabel M6,

dan kabel yang lain akan disajikan dalam bentuk tabel.

Page 28: Analisa Pylon - Single Plane

- Kabel M6 ( 91 Strand ); Paksial = 16.276,529 kN

H = 1000 mm

B = 810 mm

A’b = H x H = 1000 mm x 1000 mm = 1.000.000 mm2

Ab = (BxB) – Luas D = (810x810) – (1/4x3,14x4502)

Ab = 497.137,5 mm2.

Stressing dilakukan saat beton berusia 14 hari, kuat tekan

beton diperkirakan 85%f’c.

fci = 85% x f’c = 85% x 50Mpa = 42,5 Mpa

Tegangan Ijin beton saat stressing :

MpaAb

Pb 288,39

497.137,5

16.276,5292,12,1=

×=

×=σ

Kekuatan desain terhadap tegangan Tumpu :

!.........373,41

5,137.497

1.000.0005,4285,085,0

'85,0

OKMpaf

A

Aff

bcp

b

bcicp

σ

φ

>=

×××=×××=

Page 29: Analisa Pylon - Single Plane

Ket

H(mm) B(mm) A'b (mm2) D(mm) Ab (mm

2) fb (Mpa) fcp(Mpa) fb<fcp

M1 1000 660 1000000 380 322246 61 11666.469 43.444 54.092 OK

M2 1000 660 1000000 380 322246 61 9372.969 34.904 54.092 OK

M3 1000 660 1000000 380 322246 61 9016.744 33.577 54.092 OK

M4 1000 810 1000000 450 497137.5 91 14760.354 35.629 43.550 OK

M5 1000 810 1000000 450 497137.5 91 16421.841 39.639 43.550 OK

M6 1000 810 1000000 450 497137.5 91 16276.529 39.289 43.550 OK

M7 950 810 902500 450 497137.5 2@91 15052.053 36.333 41.373 OK

S1 950 660 902500 380 322246 61 8568.357 31.907 51.387 OK

S2 950 660 902500 380 322246 61 9464.487 35.244 51.387 OK

S3 950 660 902500 380 322246 61 10354.092 38.557 51.387 OK

S4 950 660 902500 380 322246 61 11137.527 41.475 51.387 OK

S5 950 660 902500 380 322246 61 11785.400 43.887 51.387 OK

S6 950 660 902500 380 322246 61 12285.286 45.749 51.387 OK

S7 950 660 902500 380 322246 61 12592.785 46.894 51.387 OK

KABELDIMENSI ANGKER (mm)

ANGKER P (Kn)TEGANGAN

ft fcp Ket

Mpa (Mpa) ft<fcp

M1 61 11666.469 36.20361 54.092 OK

M2 61 9372.969 29.08638 54.092 OK

M3 61 9016.744 27.98093 54.092 OK

M4 91 14760.354 29.69069 43.550 OK

M5 91 16421.841 33.03279 43.550 OK

M6 91 16276.529 32.7405 43.550 OK

M7 2@91 15052.053 30.27744 41.373 OK

S1 61 8568.357 26.58949 51.387 OK

S2 61 9464.487 29.37038 51.387 OK

S3 61 10354.092 32.13102 51.387 OK

S4 61 11137.527 34.56219 51.387 OK

S5 61 11785.400 36.57268 51.387 OK

S6 61 12285.286 38.12394 51.387 OK

S7 61 12592.785 39.07817 51.387 OK

KABEL ANGKER P (Kn)

Tabel 8.4 Nilai Tegangan angker tiap Kabel

Tegangan di bawah pelat angker:

ft = P/Ab < fcp...OK

Tabel 8.5 Nilai Tegangan angker tiap Kabel

Page 30: Analisa Pylon - Single Plane

8.4.2 Perhitungan Tulangan Pencar dan Melintang.

Perhitungan ini meliputi besarnya gaya pencar Tb dan

kebutuhan tulangan melintang dan tulangan pecah ( spalling ) yang

dihitung berdasrkan buku “Desain Praktis Beton Prategang” Andri

Budiardi,2008.

- Tulangan Melintang.( Kabel S7 )

Sengkang diletakkan didaerah antara 0,2 H s/d 1H; dalam disain

kali ini akan direncanakan 0,3 H = 0,3 x 1000 = 300 mm. Menurut

SNI 03-2847-2002 Ps.20.13.3.2.

�H

BPTb 725,386.070.1

1000

660-1 12.592.78525,0125,0 =

××=

−××=

2296,973.2360

725,386.070.1mm

fys

TbAsb ===

Sehingga jumlah sengkang yang akan dipasang dekat ujung

angker. Dipakai tulangan D22mm ( As=379,94mm2).

TulanganTulangnAs

Asbn 88,7

94,379

296,973.2

.≈===

Untuk mencegah spalling ( pecah ), maka akan dipasang tulangan

dengan kuat tarik = 2%P=0,02 x 12.592.785N = 251.855,7 N.

2599,699360

7,855.251%2mm

fys

PAs ==

×= ;direncanakan dengan

tulangan D22mm ( As=379,94mm2).

TulanganTulangnAs

Asn 28,1

94,379

599,699

.≈===

Page 31: Analisa Pylon - Single Plane

NO n Angker P

KABEL Aktual Force (kN) P pencar As n As n

M1 61 11666.469 554157.285 1539.326 4 648.1372 2

M2 61 9372.969 445216.007 1236.711 3 520.7205 1

M3 61 9016.744 428295.350 1189.709 3 500.9302 1

M4 91 14760.354 701116.812 1947.547 5 820.0197 2

M5 91 16421.841 780037.426 2166.771 6 912.3245 2

M6 91 16276.529 773135.113 2147.598 6 904.2516 2

M7 2@91 30104.105 1429945.006 3972.069 10 1672.45 4

S1 61 8568.357 728310.365 2023.084 5 476.0198 1

S2 61 9464.487 804481.368 2234.67 6 525.8048 1

S3 61 10354.092 880097.829 2444.716 6 575.2273 2

S4 61 11137.527 946689.823 2629.694 7 618.7515 2

S5 61 11785.400 1001759.040 2782.664 7 654.7445 2

S6 61 12285.286 1044249.334 2900.693 8 682.5159 2

S7 61 12592.785 1070386.722 2973.296 8 699.5992 2

Tulangan Melintang Spalling

Tabel 8.6 Kebutuhan Tulangan Melintang dan Tulangan Spalling