analisa mesin bubut konvensional
-
Upload
akhmad-febrina -
Category
Documents
-
view
3.234 -
download
10
Transcript of analisa mesin bubut konvensional
Skripsi Teknik Mesin 1
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Materi pembelajaran Proses Produksi dengan menggunakan mesin-mesin
produksi konvensional, sudah menjadi materi wajib yang harus dikuasai oleh para
siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebelum benar-benar terjun secara aktif di
dunia kerja. Mesin-mesin produksi konvensional seperti mesin bubut (turning
machine), mesin bor (drilling machine) dan mesin sekrap (milling) adalah jenis-jenis
mesin wajib dikuasai
Namun kenyataanya sebagaimana materi pembelajaran pemesinan, seringkali
terjadi kesalahan operasional, baik kesalahan setting, kesalahan penggunaan indikator-
indikator ukur, serta kesalahan perawatan. Tiga hal diatas, tentunya memberikan
dampak buruk berupa penurunan performa mesin produksi sampai kepada kecelakaan
kerja bagi operator mesin itu sendiri
Resiko kerja juga akan semakin bertambah, mengingat mesin-mesin produksi
yang dimaksud adalah mesin-mesin yang telah melewati umur ekonomis produksi, atau
bahkan melampaui umur teknis mesin. Hal ini dapat dimaklumi mengingat status
mesin-mesin produksi yang dimiliki tidak seluruhnya adalah mesin baru namun mesin
dengan kondisi refurbished
Oleh karenanya, kami merasa perlu melakukan analisa kelayakan operasional
mesin-mesin yang digunakan dalam pembelajaran teknik pemesinan untuk menjamin
keamanan bagi operator, terlebih lagi operator mesin adalah para siswa SMK yang
masih memiliki kesempatan luas di masa depan
Skripsi Teknik Mesin 2
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
1.2 Permasalahan
Untuk mendapatkan produk dengan presisi dimensi yang baik, apakah kondisi
mesin bubut masih layak digunakan ditinjau dari :
a. Kondisi Apron pada masing-masing mesin bubut yang diobservasi
b. Kondisi Slideways pada masing-masing mesin bubut yang diobservasi
c. Kebulatan dari produk yang dibuat dengan salah satu sample mesin bubut yang telah
melewati umur teknisnya
1.3 Tujuan Penelitian
Analisa ini ditujukan untuk mengetahui performansi mesin bubut yang telah
melewati umur teknisnnya dengan :
a. Analisa Kerataan lintasan Apron dengan mesin bubut
b. Analisa Kedataran Slideways pada mesin bubut
c. Analisa Kebulatan pada produk yang dibuat dengan menggunakan salah satu sampel
mesin bubut yang diobservasi
d. Setelah Data hasil analisa didapatkan, maka akan disimpulkan apakah mesin bubut
konvensional yang dimaksud masih layak atau sudah tidak layak dipergunakan
1.4 Batasan Masalah
Analisa ini dititik beratkankepada tingkat kelayakan operasional mesin bubut
konvensional yang digunakan di lingkungan SMK wilayah Surabaya. Adapun Batasan
Masalah pengujian adalah :
1. Pengujian dilakukan di 5 SMK yang ada di wilayah Surabaya, yaitu :
SMK N 2 STM 1 Jl. Tentara Geni Pelajar No. 26 Petemon Sawahan 031
5343708
SMK N 3 STM 3 Jl. Jend A.Yani Dukuh Menanggal Gayungan 031 8412886
Skripsi Teknik Mesin 3
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
SMK N 5 STM Pmb Jl.Mayjend Prof Mustopo167-169 Mojo Gubeng 031
5934888
SMK N 6 STMK Jl.Margorejo – Wonocolo 031 8438267
SMK N 7 STM 2 Jl. Pawiyatan No. 2 Bubutan 031 5342407
2. Material Uji berupa Baja ST42 sebagai mandrel uji.
3. Pengujian dilakukan saat idle mesin setelah running pada kecepatan 1400 rpm
4. Metode yang digunakan adalah metode G Schlesinger untuk melakukan
pengujian pada masing-masing Analisa yang digunakan
Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways terhadap Gerakan carriages
Pengujian dilakukan untuk mendapatkan data kerataan antara tail stock
guideways terhadap gerakan carriages dilakukan dengan mempergunakan dial indicator
yang diletakkan pada carriage dan pluggernya disentuhkan pada guideways.
Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar
Gambar 1.1 Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways
terhadap Gerakan carriages
Skripsi Teknik Mesin 4
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Pengujian Work Walk Spindle Run True
Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan dial indicator dengan mandrel test.
Pengukuran selalu dilakukan dengan 2 (dua titik)
a. Dekat hidung spindle
b. Pada jarak 300 mm
Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True
Analisa Kebulatan
Cara pengujian ini dengan menyentuhkan pluger dari dial indicator ke permukaan
mandrel uji yang telah dibagi per inchi kemudian spindle diputar perlahan-lahan.
Pengujian dilakukan di 4 titik di tiap-tiap permukaan produk
Gambar 1.3 Analisa Kebulatan
1 : Apron
2 : Dial Indicator
1
2
Skripsi Teknik Mesin 5
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
1.5 Metode Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini dilakukan dengan pengamatan, dengan cara :
1. Studi Literatur
Studi ini meliputi literatur sebagai teori penunjang pembahasan, penyusunan data
dan metode eksperimen
2. Studi Lapangan
Studi Lapangan dilakukan dengan mencatat, mengumpulkan Data mesin bubut di
SMK di wilayah Surabaya
1.6 Sistematika Penulisan
Pokok-pokok dalam penulisan tugas akhir ini disusun sebagai berikut
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, batasan
masalah serta tujuan penulisan
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini akan memberikan gambaran tentang bagian-bagian utama mesin
bubut, jenis pengujian yang dilakukan dan perbaikan yang diperlukan
BAB III: PENGUJIAN DAN PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi langkah-langkah pengujian dan pelaksanaannya sesuai dengan
standar metode G. Schlesinger serta material uji sebagai alat bantu dalam pelaksanaan
pengujian sehingga diperlukan data yang akurat.
BAB IV : PEMBAHASAN
Setelah mendapat data hasil pengujian, selanjutnya data tersebut dijadikan
sebagai pedoman perbaikan. Kemudian ditentukan bagian-bagian yang harus
Skripsi Teknik Mesin 6
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
diperbaiki, apabila data yang diperoleh menunjukkan penyimpangan terhadap
toleransi yang diijinkan
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dari hasil pembahasanserta perbaikan
yang perlu dilakukan terhadap bagian-bagian yang dalam pengujian ternyata
menyimpang dari toleransi yang diijinkan. Selain itu, diuraikan pula saran dari penulis
yang mungkin dapat berguna bagi pembaca tugas akhir ini untuk dijadikan sebagai
bahan masukan.
Skripsi Teknik Mesin 7
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
1.7 Flow Chart
Tidak
PERMASALAHAN1. APAKAH SLIDEWAYS MASIH LURUS DAN SEJAJAR
2. APAKAH KINERJA SPINDLE MASIH BAIK3. APAKAH MESIN DAPAT MEMBUAT PRODUK BULAT SEMPURNA
INPUT
Data Lapangan,
Literatur,
Spesifikasi Mesin
Bubut
OUTPUT
Mesin masih layak digunakan dengan
indikator yang dipakai saat pengujian
Kesimpulan
SELESAI
MULAI
Apakah Usia Mesin Bubut saat ini
masih dalam umur teknis
Data Tidak Diuji Hanya
menjadi Catatan dalam
Skripsi
Ya
Apakah Hasil pengujian sesuai
dengan toleransi yang ditentukan
Ya
Melakukan Penyesuaian bagian
mesin beserta perlakuan lain
yang diperlukan
Tidak
Pengujian
Menggunakan Mandrel Uji, Dial
indicator sesuai standart pengujian
STUDI LITERATURMengumpulkan dan merencanakan metode pengujian
Mengumpulkan referensi mengenai metode G. Schleisnger
Skripsi Teknik Mesin 8
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mesin Perkakas
Mesin perkakas didefinisikan sebagai mesin yang digunakan untuk mengerjakan
benda kerja dengan bentuk tertentu yang diinginkan dan dikejendaki, serta sesuai
dengan tingkatan ketepatan yang direncanakan secara perautan, sehingga menghasilkan
geram sebagai hasil perautannya.
Salah satu klasifikasi mesin perkakas berdasarkan bentuk dan kegunaannya
adalah mesin bubut (lathe) yang mempunyai gerakan utama (gerakan pemotongan)
berupa putaran spindle (sebagai pemegang benda kerja) dan gerakan pemakanan yang
dilakukan oleh carriage dan cross slide (eretan lintang). Kegunaan dan tujuan gerakan
potong dan pemakanan tersebut akan berpengaruh dalam mendesain mesin bubut
tersebut
2.2 MesinBubut
A. Bagian utama mesin bubut
Sebenarnya mesin bubut dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu mesin bubut umum dan
mesin bubut khusus. Sedangkan mesin bubut yang biasa digunakan untuk materi
keterampilan di SMK adalah mesin bubut umum yang biasa digunakan untuk
menghasilkan profil silindris dan ulir (pada dasarnya untuk menghasilkan profil
silindris. Sedangkan mesin bubut khusus biasanya hanya digunakan untuk kegunaan
khusus yang jarang ditemui di SMK
Skripsi Teknik Mesin 9
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Pada mesin bubut umum terdapat bagian-bagian :
Gambar 2.1 Bagian-bagian Mesin Bubut
a. Headstock (kepala tetap) berfungsi sebagai :
- Tempat pengaturan kecepatan pemotongan (speed of cut)
- Pemegang dan pemutar benda kerja (chuck)
- Memegang peralatan lain sesuai dengan spindel
b. Spindel, berfungsi sebagai :
Tempat melekatkan benda kerja serta bagian yang meneruskan putaran mesin ke
benda kerja sehingga benda kerja dapat berputar
c. Chuck
Berfungsi sebagai pemegang benda kerja
d. Bed (meja)
Bagian yang menunjang head stock dan tail stock, pada bagian atasnya disebut
ways
e. Carriage
Skripsi Teknik Mesin 10
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Berfungsi sebagai tempat bagian-bagian lain yang terletak di atasnya, seperti
cross slide dan lain-lain, dan dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang
bed.
Gambar 2.2 Sadle atau Carriage
f. Cross Slide
Bagian yang melintang pada sumbu mesin bubut, terletak di atas carriage untuk
mengadakan gerak pemakanan melintang (cross feed)
g. Tool Post
Tempat melekatkan pahat (cutting tool)
h. Compound rest
Berfungsi sebagai tempat melekatnya Tool post
i. Tail Stock (kepala lepas)
Bagian belakang dari mesin bubut, untuk menunjang benda kerja dengan
perantaraan dead centre yang diletakkan pada tail stock spindle
Skripsi Teknik Mesin 11
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Gambar 2.3 Tail Stock
j. Tail stock spindle
Tempat melekatnya dead centre, disamping itu dapat juga untuk meletakkan drill
chuck untuk drilling atau lain-lain peralatan untuk berbagai macam pengerjaan
k. Dead Centre
Untuk menunjang benda kerja, centre ini tidak berputar bersama-sama benda
kerja
l. Tail Stock hand Wheel
Untuk mengajukan atau memundurkan posisi dead centre agar kedudukan benda
kerja dapat diatur dengan baik. Disamping itu dapat digunakan untuk melakukan
gerakan pemakanan jika pada tail stock spindle dipasang mata bor.
Skripsi Teknik Mesin 12
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
B. Aspek-aspek elemen mesin bubut
Salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam pengujian mesin bubut
adalah ketelitian diametris geometris yang secara langsung akan mempengaruhi
ketelitian benda kerja (produk) yang dihasilkan. Seperti halnya diungkapkan G.
Schlesinger yang masih sangat diakui kebenarannya dalam produksi modern, dimana
benda kerja yang dihasilkan haruslah memenuhi standar toleransi dan suaian yang
diijinkan :
“Bukan maksudnya suatu mesin perkakas dibuat untuk menghasilkan geram
sebanyak-banyaknya dalam suatu satuan waktu tetapi untuk menghasilkan produk
sebanyak-banyaknya per satuan waktu”. Jadi mesin perkakas dibuat bukan untuk
menghasilkan geram, tetapi untuk menghasilkan suatu produk benda kerja
Karena untu mendiagnosa kerusakan pada mesin bubut diperlukan suatu keahlian
khusus, maka akan diperlukan suatu keahlian khusus pula untuk melakukan perbaikan-
perbaikannya.
C. Pemeriksaan ketelitian geometris
Ketelitian geometris adalah merupakan salah satu faktor yang penting yang
mempengauhi ketelitian benda kerja yang dihasilkan. Sehingga untuk mendapatkan
suatui produk yang baik (yang sesuai dnegan standar toleransi yang diijinkan),
diperlukan kualitas geometrik dari mesin bubut yang baik pula.
Ketelitian geometris mesin bubut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ketelitian permukaan referensi dan ketelitian kerataan gerak dan putaran benda kerja
yang dihasilkan. Pada prinsipnya pengujian ketelitian geometrika : kelurusan
(straighness), kerataan (flatness), kesejajaran (palarellism), ketegaklurusan (squareness)
dan rotasi.
Skripsi Teknik Mesin 13
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.3 Performa mesin bubut ditinjau dari produk
A. Kelurusan (straighness)
Suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari jarak antara titik-titik
pada garis itu terhadap suatu bidang proyeksi yang sejajar terhadap garis, selalu di
bawah harga tertentu
Pengetesan yang dimaksud adalah untuk mengatur kelurusan dan slide ways
carriage terhadap bidang horisontal, dua centre (spindle pada head stock) dengan centre
pada tail stock
Selain ketelitian dari spirit level satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah
panjang dari spirit level itu sendiri yang sangat menentukan dalam konfigurasi
kelurusan yang didapatkan. Ataupun proses pengukuran dapat dilaksanakan sebagai
berikut : pertama dengan membagi lintasan pada bidang ukur sesuai dengan panjang
pendatar (spirit level), kedua melaksanakan pengukuran dengan menggeser pendatar
tersebut pada lintasan yang sudah dibagi pada langkah pertama, dan angka ketiga
adalah mencatat penympangan yang terjadi selanjutnya, diterjemahkan dalam bentuk
gambar grafik.
Skripsi Teknik Mesin 14
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Untuk lebih jelasnya diterangkan di bawah ini
Gambar 2.4 Pengukuran Kelurusan dengan pendatar dan grafik hasil
pengukuran
B. Kesejajaran (Paralellism)
Sebuah garis dinyatakan sejajar terhadap suatu bidang apabila diadakan
pengukuran antara garis tersebut terhadap bidang pada beberapa tempat, maka
perbedaan maksimum yang diperbolehkan tidak melampaui suatu harga tertentu diuji
dengan menggunakan spirit level dan dial gauge. Dalam kasus mesin bubut, akan
diukur kesejajaran antara lain :
a. Gerakan Tail Stock, terhadap suatu bidang carriage digunakan dial gauge
b. Sumbu HS teradap gerak pindah carriage digunakan spirit level dan dial gauge
c. Sumbu tail stock terhadap gerak pindah carriage digunakan dial gauge
d. Lubang centre tail stock terhadap carriage digunakan spirit level dan dial gauge
e. Gerakan tool post terhadap sumbu digunakan spirit level dan dial gauge
Skripsi Teknik Mesin 15
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
C. Penyimpangan Rotasi (rotation error)
Penyimpangan rotasi banyak sekali terjadi pada mesin-mesin perkakas karena
sebagian mesin perkakas mempunyai prinsip kerja rotasi, walaupun prinsip translasi,
dengan demikian penyimpangan rotasi mesin-mesin perkakas selalu ada dan selalu
terjadi, baik secara dinamik maupun secara statik. Kesalahan yang terdeteksi dari
gerakan komponen rotasi pada mesin perkakas (mesin bubut) seperti proses spindle dan
poros ulir (lead screw) dapat disebabkan oleh simpang radial (penyimpangan
konsentrisitas) sumbu geometri suatu komponen rotasi, ketidakbulatan komponen
rotasi, ketidaksempurnaan bantalan komponen rotasi dan bidang permukaan komponen
rotasi yang rata/tak tegak lurus sumbu putarnya. Beberapa penyimpangan rotasi yang
biasa terjadi adalah :
C.1 Out of run (simpang putar)
Yaitu penyimpangan relatif terhadap bentuk lingkaran suatu komponen yang
diukur dalam satu bidang tegak lurus terhadap sumbu bentuk lingkaran
Skripsi Teknik Mesin 16
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
C.2 Penyimpangan radial perputaran
Yaitu apabila sumbu geometris benda putar tidak berhimpit dengan sumbu
putarnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur penyimpangan putaran
spindle
Gambar 2.5 Penyimpangan Rotasi
D. True Running
Toleransi untuk True Running haruslah diambil sebagai total penyimpangan yang
dapat diterima (range deviasi) dari dial gauge pointer. Demikian pula toleransi khusus
untuk gerakan axial (slip) dari spindle yang menunjukkan penyimpangan total yang
diijinkan dari dial gauge pointer.
Toleransi khusus untuk kelurusan dua buah shaft menunjukkan penyimpangan
yang diijinkan untuk porosnya. Dari teori garis sumbu (centre line) menjadi sumbu mati
tetap. Jika diukur dengan dial gauge menggunakan metode swing over, penyimpangan
dial gauge akan menjadi dua kali jumlah pusat mati (off centre). Dial gauge pointer
diijinkan berdeviasi dua kali dalam kesalahan yang diijinkan.
Skripsi Teknik Mesin 17
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Dengan pengetesan dial true running ini akan dapat diketahui tiga sumber
kesalahan yang akan terlihat bersama-sama :
a. Kecondongan poros spindle dalam hubungannya dengan poros rotasi (sudut α)
b. Eksentrisitas poros spindle berkenaan dengan poros rotasi (jarak e)
c. Kekurangan bulatan permukaan yang ditest seperti ditunjukkan pada bagian
cross section yang diperbesar,
Gambar 2.6 Sumber-sumber kesalahan pada rotating Mandrel
Pengujian dilakukan terhadap true running untuk spindle dengan toleransi khusus 0,01
mm selama satu revolusi spindle, dial pointer diijinkan menyimpang melebihi rangenya
0,01 mm
Skripsi Teknik Mesin 18
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
E.Axial Slip
Adalah merupakan suatu pergerakan aksial yang tak diinginkan terjadi secara
periodik pada setiap revolusi spindle yang disebabkan manufacturing error (kesalahan
dalam pembuatan)
Ada tiga penyebab kesalahan pada axial slip :
a. Kesalahan pada thrust bearing
b. Permukaan tepi (shoulder face) tidak tegak lurus terhadap poros yang berotasi
c. Sholder facenya tidak beres
Kemungkinan terjadi kerusakan pada a dan b
Semua pengukuran shoulder face untuk aksial slip harus dilakukan dengan dua posisi
diametrikal yang berlawanan . Pembacaan dial indicator (jam ukur) diberkan saat
spindle (pembebanan aksial melawan thrust bearing) berputar perlahan-lahan
pengukuran dikurangi pada titik diametrikalnya yang berlawanan 180o
2.4 Pengertian Umum Pengukuran
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan sebuah besaran
referensi. Keberhasilan pengukuran tergantung dari berbagai parameter yang terkait
dalam proses pengukuran tersebut. Parameternya antara lain :
Keterampilan operator
Jenis alat ukur yang dipakai
Kepekaan alat ukur
Kondisi dan lingkungan pengukuran
Skripsi Teknik Mesin 19
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Bentuk dan material benda yang diukur pada kondisi tertentu ukuran bagian
dari komponen mesin yang tidak begitu kritis, bila ditinjau dari segi fungsi
produk
Dalam hal ini pemberian toleransi bukanlah merupakan suatu keharusan lain halnya
apabila ukuran komponen itu amat penting bila ditinjau dari berbagai segi. Maka batas
toleransi haruslah pasti
Ukuran penting apabila ditinjau dari segi fungsi komponen
Ketelitian gerakan dan kecepatan diperlukan oleh komponen yang melakukan
Kekuatan dan tahan kelelahan komponen yang menahan beban
Berat, volume atau momen inersia dari komponen yang berputar dengan
kecepatan tinggi yang memperlakukan keseimbangan dinamis
Ukuran penting jika ditinjau dari segi perakitan
Apabila komponen-komponen akan disatukan, maka ukuran dari bagian-bagianyang
akan disatukan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu kondisi
pemasangan (sesuai atau fit) sesuai dengan perancangan
Skripsi Teknik Mesin 20
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Ukuran penting apabila ditinjau dari pembuatan
Untuk mempercepat proses produksi (bila dilakukan secara masal) maka waktu-waktu
non produktif harus dikurangi semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan
pemasangan JIG dan fixture sehingga waktu pemasangannya diperkecil. Bagian yang
akan dipasang pada fixture ini harus memiliki ukuran yang tepat.
Dalam proses pengukuran skala dari alat ukur sangat mempengaruhi ketepatan
pengukuran dan ketelitian pengukuran yang dicapai
2.5 Jenis-jenis Pengujian pada Mesin Bubut
Telah diuraikan pada sub bab sebelumnya mengenai jenis-jenis pengujian (aspek-
aspek mesin bubut) menurut G. Schlesinger dalam hubungannya dengan rencana
perbaikan yang akan dilakukan
2.5.1 Kesejajaran Tail Stock guidewaysterhadap Gerakan carriages
Pengujian kesejajaran antara tail stock guideways terhadap gerakan carriages
dilakukan dengan menggunakan dial indicator yang diletakkan pada saddle (carriage)
dan pluggernyadisentuhkan pada guideways (ligat gambar) toleransinya 0,02 mm /1000
mm
Gambar 1.1 Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways
terhadap Gerakan carriages
Skripsi Teknik Mesin 21
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.5.2 Centre Point Work Spinddle untuk True Running
Pengujian True Running untuk work Spindle dilakukan dengan menggunakan
Dial indicator dan mandrel pendek ditempatkan pada tapper spindle (lihat gambar)
pembacaan pada dial indicator diberikan dengan memutar spindle perlahan-lahan.
Toleransinya sebesar 0,01 mm
Gambar 2.8 Pengujian Work Spindle
2.5.3 Carriage Sleeve untuk True Running
Pengujian untuk centre running untuk centering sleeve dilaksanakan dengan
menggunakan dial incator dan mandrel pendek dimana plugger dari dial indicator
disentuhkan pada silindris mandrel (lihat gambar)
Gambar 2.9 Pengujian Centering Sleeve
Skripsi Teknik Mesin 22
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.5.4 Work Spindle untuk axial sleeve diukur pada 4 titik 90o
Pengujian axial sleeve ini dilakukan dengan menempatkan dial indicator dimana
plugger dari dial indicator disentuhkan pada permukaan shoulder (lihat gambar)
pembacaan di berikan pada saat spindle (pembebanan aksial terhadap thrust bearing)
diputar perlahan-lahan. Pengukuran dikurangi dengan memindahkan dial indicator dan
pluggernya diletakkan pada titik diametrikel yang berlawanan dari titik pertama
toleransinya 0,01 mm
Gamber 2.10 Pengujian Face of Shoulder
2.5.5 Taper work Spindle Runs true
Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan dial indicator dengan mandrel test.
Pengukuran selalu dilakukan dengan 2 (dua titik)
c. Dekat hidung spindle
d. Pada jarak 300 mm
Taper shank dari mandrell test ditempatkan pada spindle tapper. Dimana plugger
dari dial indicator diletakkan pada permukaan silindrik mandrel test, dan pada
pembacaan dial indicator diberikan saat spindle berputar perlahan-lahan, toleransinya
(1) = 0,01 mm ; (2) = 0,03 mm
Skripsi Teknik Mesin 23
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True
2.5.6 Work Spindle Paralel dengan Bed
a. Pada bidang vertikal (gambar a)
b. Pada bidang horisontal (gambar b)
Pengujian keparalelan antara work spindle dengan bed menggunakan mandrel test
dan dial indicator. Mandrel test diletakkan atau dimasukkan spindle tapper, dial
indicator dilatekkan atau direkatkan pada sadle, dan pluggernya pada mandrel test.
Sadle digerakkan sepanjang mandrel, kepudian perubahan indikasi dicatat sebagi
penyimpangan.
1 : Apron
2 : Dial Indicator
1
2
Skripsi Teknik Mesin 24
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Pengujian diulangi untuk bidang vertikal a dan bidang horisontal b. Spindle harus
berputar selama setengah atau satu jam sebelum proses pengujian, agar bantalan-
bantalan utama pada head stock berada pada kondisi temperatur kerjanya. Toleransi
0,02 / 0,03 mm (sama untuk kedua bidang)
Gamber 2.12 Pengujian Spindle Paralel terhadap Bed
2.5.7 Gerakan Upper Slide Paralel dengan work spindle pada bidang vertikal
(hand feed)
Cara pengujian dilakukan seperti pengujian kesejajaran work spindle dengan
bed, tetapi hanya dilaksanakan pada bidang vertikal saja dengan gerak pengukurannya
dilakukan oleh gerakan upper slide (gambar). Toleransinya 0,03 per 150 mm
Gamber 2.13 Pengujian upper Slide
Skripsi Teknik Mesin 25
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.5.8 Tail Stock Sleeve Paralel terhadap Bed
a. Pada Bidang Vertikal
b. Pada bidang Horisontal
Pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan dial indicator yang
digerakkan pada sadle. Pluggernya dilakukan pada tail Stock sleeve. Sadle digerakkan
sepanjang tail stock sleeve terukur. Pengujian atau pengukuran diulagi dua kali untuk
bidang vertikal dan horisontal.
Toleransinya 0 – 0,02 mm per 100 mm (untuk bidang vertikal) dan 0 – 0,01 per
100 mm (untuk bidang horisontal).
Gambar 2.14 Pengujian Tail Stock
a : Bidang vertikal
b : Bidang Horisontal
1 : Mesin Bubut
2 : Dial Indicator
1
2
Skripsi Teknik Mesin 26
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Sebagai penunjang pengujian supaya dapat berjalan dengan baik, ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan :
- Keberhasilan alat-alat ukur yang digunakan termasuk keberhasilan mesin
bubut yang akan diuji dan keberhasilan operator penguji,
- Kekakuan (repeatability) data hasil pengukuran,
- Suasana sekitar tempat pengujian,
- Kebersihan ruangan,
- Kebisingan dari ruangan yang akan mempengaruhi operator penguji,
- Getaran mesin-mesin di sekitar mesin yang dijui,
- Aktifitas orang-orang lain selama proses pengujian di sekitar areal pengujian.
2.6 Perbaikan Mesin Bubut
Dalam perencanaan perbaikan mesin bubut, perlu dilakukan terlebih dahulu
pemilihan bidang-bidang dasar yang berfungsi untuk memulai pekerjaan dan untuk
kontrol. Misal lintasan luncur atau pembimbing (slideways) dari kepala tetap (head
stock). Lintasan-lintasan luncur utama pada mesin bubut adalah :
- Bed Mesin bubut - Cross Slide
- Saddle (carriage) - Eretan Atas
Keempat lintasan tersebut adalah menentukan kualitas dari produk yang
dihasilkan, sehingga kondisi maupun posisi dari keempat lintasan tersebut harus terjaga
dengan baik. Sebagai acuan, gemotrik dari alat-alat tersebut harus tidak melebihi batas
toleransi.
Skripsi Teknik Mesin 27
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Bila terjadi kelainan dapat diteliti apakah perlu perbaikan atau tidak. Bila
perbaikan ringan (misalnya dengan set-up kembali prinsip-prinsip atau bauk-bauk
penyetelnya). Ataupun perbaikan berat seperti penggantian maupun pengikisan kembali
permukaan yang mengalami keausan lokasi.
2.6.1 Perbaikan dengan pengikisan
Proses pengikisan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pengukuran bentuk permukaan
dan pelaksanaan pengikisan bidang berlebih yang didapat dari hasil pengukuran
terdahulu. Lakukan kedua tahap pengikisan secara berulang-ulang sehingga akan
didapat hasil yang baik, teliti dan memuaskan.
Proses pengukuran disini dilakukan dengan melapisi suatu pelat perata (surface
plate) dengan salah satu warna identik (biru atau merah), sejenis cat minyak dan
menggosokkannya pada permukaan yang akan diukur dengan hati-hati dan dalam gerak
pendek antara 20 – 40 mm. Kemudian dilihat bagian menonjol adalah bagioan yang
paling paling banyak terkena warna (bagian inilah yang akan dikikis) untuk diratakan
agar sama dengan lembah-lembah atau bagian yang terkena warna paling sedikit.
Jumlah pewarna yang tampak menonjol dan terletak pada suatu bidang geometris
menentukan kualitas dari bidang yang dikikis. Bila banyak terdapat tanda berwarna
pada bidang tersebut, dapat dikatakan bidang itu mempunyai kualitas yang baik dan
sebaliknya,
C. De Beer membagi klasifikasi kualitas permukaan dalam 5 kelas :
a. Kelas I, pengikisan halus,
b. Kelas II, pengikisan agak halus,
Skripsi Teknik Mesin 28
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
c. Kelas III, pengikisan sedang,
d. Kelas IV, Pengikisan kasar
e. Kelas V, Pengikisan sangat kasar
Sebelum melakukan pengikisan ke II, bersihkan terlebih dahulu geram-geram
bekas pengikisan pertama atau sebelumnya dan sisinya dihilangkan dengan
menggunakan kikir yang sudah tua (tumpul)
Tabel 2.1 Klasifikasi kualitas permukaan
Gambar Penggunaan
Kelas I
Pengikisan halus : terdapat 22 – 25 titik-titik tanda
pengikisan per inchi, Kualitas ini diperlukan untuk
suatu surface plate, sisi pelurus dan alat serupa serta
lintasan luncur dari mesin perkakas yang diteliti
Kelas II
Pengikisan agak halus : terdapat 10 – 14 titik
pengikisan per inch. Kualitas ini untuk lintasan
luncur yang sempit dari mesin perkakas yang besar
Kelas III
Penngikisan sedang : terdapat 6 – 10 titik pengikis
per inchi, Kelas ini dipakai untuk lintasan luncur
yang lebar pada mesin-mesin perkakas berat
lintasan luncur yang jarang-jarang dipakai dan meja
atas dari mesin perkakas bila lintasan luncur ini
tidak dapat disekrap
Kelas IV
Pengikisan kasar : terdapat 3 – 5 titik pengikis per
inch. Dipakai untuk permukaan yang berpasangan
dari komponen yang disatukan dengan baut, meja,
atau dari mesin perkakas besar
Kelas V
Pengikisan sangat kasar : terdapat 1 – 2 titik
penanda pengikis per inch, dipakai untuk
permukaan yang luas yang disambung tetap dengan
baut selama umur mesin, misalnya kolom dari
mesin gurdi atau mulling dan lain sebagainya
Skripsi Teknik Mesin 29
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Jenis-jenis alat pengikis
Perkakas yang paling banyak dipakai sebagai alat pengikis adalah jenis perkakas
yang ujung-ujung potongnya terbuat dari :
Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel)
Baja Perkakas (Ttool Steel)
Baja Karbida (Biasanya dalam bentuk karbida tipis)
Bentuk ujung perkakas antara yang satu dengan yang lain berbeda tergantung
pada kegunaan dan kemampuan perkakas tersebut. Jadi bentuk ujung perkakas
pengikisan itu ditentukan dari jenis logam yang akan dikikis. Lebih jelasnya berikut ini
dapat dilihat ilustrasinya pada gambar
Gambar 2.15 Bentuk sudut dari macam-macam pengikis (scraping tool)
Skripsi Teknik Mesin 30
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Sebelum digunakan untuk pengikisan, sebaiknya ujung-ujung perkakas
pengikisan diasah terlebih dahulu dengan langkah-langkah :
Menggerinda ujung perkakas tersebut pada mesin gerinda yang sesuai
Setelah digerinda, kemudian diasah kembali dengan menggunakan batu
arkansas atau sejenisnya untuk mendapatkan permukaan yang halus (tanpa cacat pada
sisi pemotongan)
Cara pengikisan
Untuk melakukan proses pengikisan, perlu dilakukan hal-hal berikut :
a. Perkakas pengikis dipasang membentuk sudut 45o
sampai 60o pada benda
kerja (permukaan yang akan dikikis)
b. Didorong dan ditekan ke bawah sehingga mampu mengikis permukaan
benda kerja
c. Dalam melakukan pendorongan diusahakan melakukan dengan cara yang
halus dan sedikit diayunkan ke arah samping kanan, atau ke arah bentuk
bekas pengikisan yang diinginkan (runcing, setengah bulat, lurus, dan
sebagainya)
d. Bersihkan permukaan bekas pengikisan dengan kikir tumpul
e. Periksa kualitas permukaan hasil pengikisan dengan pelat rata (surface
plate) yang diberi warna untuk mengetahui titik-titik tanda pengikisan
f. Ulangi proses pengikisan jika masih ada bagian yang tidak rata sampai
mendapatkan hasil yang optimal
g. Perhatikan gaya pemotongan dalam pengikisan. Kelebihan tenaga akan
menyebabkan panjang dna kedalaman pengikisan akan melewati bagian
yang seharusnya terkikis
Skripsi Teknik Mesin 31
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
h. Langkah yang biak adalah dengan menggunakan tenaga seefektif mungkin
yaitu dengan menumpu gagang pengikis pada pinggul atau bahu. Jika
mendorong pengikis dengan pinggul, biasanya untuk pengikisan horisontal
Pelaksanaan pengikisan
Untuk mencapai kualitas tertentu dari suatu permukaan, pengikisan dilakukan
berulang-ulang. Untuk pengikisan permukaan yang sangat kaa (kelas V), pengikisan
dilakukan 3 – 5 kali. Untuk pengikisan halus (kelas II), dapat dilakukan antara 20 – 25
kali. Setiap kali pengikisan, bentuk permukaa hasil pengikisan dapat dilihat dan
dihitung jumlah tanda pengikisan tiap inchi perseginya. Pengikisan selanjutnya
dilakukan dengan arah sejajar dan teratur dengan pengikisan sebelumnya.
Gambar 2.16 Langkah Perkakas Pengikis
Untuk memberi gambaran sifat permukaan yang dikikis, di bawah ini
diperlihatkan tabel referensi
Skripsi Teknik Mesin 32
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 2.2 Sifat-sifat permukaan yang harus dikikis
Kelas Nama Jumlah
tanda
scrap/
inch
Allowance
(mm)
Jumlah
langkah
Kedal
aman
perm
ukaan
(mm)
Waktu yang
diperlukan untuk
permukaan 200 x
200 mm2 untuk besi
tuang (menit)
1 Pengikisan
Halus
2 - 25 0,8 – 1,2 20 - 35 2 110
2 Pengikisan
Agak Halus
0 - 14 0,07 – 0,1 14 - 18 35 90
3 Pengikisan
Sedang
6 - 10 0,05 – 0,08 10 - 12 4 70
4 Pengikisan
Kasar
3 – 5 0,03 – 0,06 6 - 8 45 40
5 Pengikisan
Sangat
Kasar
1 - 12 0,01 5 5 35
Perbaikan dengan mesin Gerinda
Pada dasarnya proses penggerindaan dapat dilakukan secara manual, tetapi akan
menjadi masalah, jika permukaan yang akan digerinda sudah dihardening, Karena pada
baja Hardening sangat sulit bahkan tidak mungkin lagi dilakukan penggerindaan secara
manual.
Bagian-bagian yang perlu dikerjakan dengan mesin gerinda misalnya Guideways,
slideways, dan sebagainya. Berikut dapat dilihat ilustrasi pengerjaan dengan gerinda
khusus
Skripsi Teknik Mesin 33
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Gambar 2.17 Perataan dengan gerinda pada mesin planner
Perataan penggerindaan yang dipasang pada mesin planner
(a) Penggerindaan kasar, membentuk sudut 3o – 4
o dengan mesin pembimbing
(b) Penggerindaan akhir, batu gerinda membuat posisi sejajar dengan permukaan
pembimbing
Keuntungan dan kerugian kedua macam proses, yaitu proses gerinda secara
manual dan dengan menggunaka mesin otomatis adalah :
Pengikisan secara manual dapat mengerjakan permukaan yang luas, panjang
maupun sempit tanpa mengalami kesulitan. Bila dilakukan secara terus
menerus akan menghasilkan bidang yang benar-benar rata dan teliti.
Sedangkan kerugiannya akan membutuhkan banyak tenaga
Gerinda otomatis dapat menghasilkan permukaan yang halus. Tetapi
kelemahannya, mesin tidak cocok untuk permukaan yang tidak terlalu luas
serta permukaan tertentu (misalnya lintasan “V”)
Skripsi Teknik Mesin 34
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.6.2 Perbaikan pada Headstock
Headstock, atau Headstock housing menggunakan lintasan putar yang dilengkapi
dengan rol-rol atau peluru-peluru (disebut juga bantalan rol atau bantalan peluru).
Biasanya bantalan untuk poros utama mesin bubut dibuat dari logam lunak, seperti
perunggu, kuningan yang ditempatkan pada rumah Headstock (gambar)
Gambar 2.18 Desain Bearing Mesin Bubut
Bantalan-bantalan yang dipakai pada mesin bubut konvensional adalah bantalan
rol miring (tape roll Bearing) dan thrust ball bearing.
Penyimpangan yang terjadi pada gerakan spindle baik untuk true running maupun
axial slip, alternatif perbaikannya adalah dengan mengganti salah satu atau kedua
bantalan tersebut.
Perbaikan terhadap kedua bantalan dapat dilakukan dengan cara :
a. Pilih bantalan jenis taper roll bearing yang sesuai dengan spesifikasi ukuran
poros spindle
1. Bantalan Bagian depan
2. Bantalan Bagian belakang
a. Thrust Ball Bearing
b. Taper Ball Bearing
Skripsi Teknik Mesin 35
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
b. Periksa ukuran kedua bantalan tersebut
c. Sebelum memasang kembali bantalan poros-poros utama yang telah selesai
diperbaiki tersebut, bersihkan tumah headstock dan selalu diberi oli dalam
pemakaiannya. Mula-mula proses utama agak sulit berputas sehingga diperlukan satu
motor penggerak kecil yang dihubungkan dengan transmisi sabuk yang dapat berputar
150 – 200 rpm selama kurang lebih 5 - 6 jam. Selama itu temperatur dijaga agar tidak
terlalu tinggi, karena itu clearence yang dapat dibuat kecil dan perlu diadakan
pemeriksaan dan perbaikan kembali untuk mendapatkan clearence yang tepat.
Karena pemasangan dan pembongkaran berkali-kali selama perbaikan, maka
kondisi poros utama harus dijaga agar tidak melengkung dengan menumpu pada titik
aitnya pada saat mengangkat dan meletakkannya
2.6.3 Perbaikan pada bed mesin bubut
Bidang-bidang luncur yang perlu diperbaiki pada bed yang sesuai fungsinya
adalah :
a. Bidang untuk lintasan carriage, dari gambar terlihat yaitu bidang 2,7 dan 8
b. Bidang-bidang untuk lintasan Tail Stock, yaitu bidang 3,4 dan 6
c. Bidang-bidang kontrol, yaitu bidang 5 dan 9
d. Bidang-bidang untuk penjepit, yaitu bidang 1 dan 10
e. Sedangkan bidang 11 dan 12 (membentuk sudut 90o) sebagai bidang untuk
pemasangan rack (rack fixing)
Skripsi Teknik Mesin 36
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Gambar 2.19 Penampang Bed mesin bubut
Dari bidang-bidang tersebut yang berfungsi utama pada saat bekerjanya mesin
adalah bidang 2,3,4,6,7, dan 8 karena bidang-bidang itu sebagai lintasan carriage dan
Tail Stock yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki bed mesin bubut adalah
:
a. Perbaikan dengan pengikisan
o Menyetel kedataran bed dengan menyetel kedataran bauk-bauk pondasi
ganjalannya. Spirit level ditempatkan pada slideways dan digeserkan
sepanjang lintasan
o Menyiapkan bidang-bidang dasr, yaitu bidang-bidang 3,4, dan 6 dengan
ketelitian masing-masing tidak lebih dari 0,02 m per 1000 mm. Pengecekan
hanya boleh dilakukan dengan spirit level
o Mengikis bidang 2 bidang dengan jumlah titik tanda pengikisan sebanyak
10 – 12 titik per inch [erseginya. Bidang 2 ini harus sejajar dengan bidang
dasar 3, 4, dan 6 dengan ketelitian maksimum sampai 0,02 mm per 1000
mm
Skripsi Teknik Mesin 37
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
o Mengikis bidang-bidang prisma 7 dan 8 yang jika diperiksa dengan bidang
2, ketelitiannya tidak lebih dari 0,02 mm per 1000 mm
o Kesejajaran lintasan luncur 7 dan 8 relatif terhadap lintasan dasar / bidang
dasar 3, 4 dan 6 harus diperiksa dengan dial indicator yang seterusnya
digeserkan sepanjang lintasan yang diperiksa. Ketelitiannya 0,02 mm per
1000 mm
b. Perbaikan dengan mesin
Perbaikan dengan mesin dapat dilaksanakan pada mesin planner,
dengan cara :
o Bed dipasang pada meja mesin yang dibawahnya diberi karton (kertas
tebal) untuk menyamakan beban di semua titik yang mungkin disebabkan
permukaan bawah bed tidak rata. Kemudian di klem dengan kuat
o Pengerjaan dilakukan pada permukaan bidang-bidang 2,3,4,6,7 dan 8
dengan ketelitian maksimum 0,03 mm per 1000 mm
o Jika ingin hasil yang lebih teliti lagi, dikerjakan lebih lanjut dengan
mengikis secara manual secara perlahan
c. Perbaikan dengan penggerindaan
Perbaikan dengan penggerindaan ini dilakukan pada mesin planner, dengan
mengganti pahat potongnya dengan gerinda, dilakukan dengan cara yang sama dengan
pengerjaan mesin diatas, hanya pahat diganti dengan batu gerinda dengan ketelitian
0,03 mm per 1000 mm
Skripsi Teknik Mesin 38
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
2.6.4 Perbaikan pada Slideways
Bidang-bidang yang harus diperbaiki pada slideways adalah bidang 1,2,7, dan 9
yang berfungsi sebagai tempat meluncurnya eretan lintang serta bidang-bidang
permukaan luncur carriage 3,4 dan 5
Gambar 2.20 Penggerindaan Slideways
Keterangan gambar
1,2,7, dan 9 : Bidang luncur eretan (cross slide)
3,4, dan 5 : Bidang luncur carriage
6 : Permukaan tempat apron diluncurkan
8 : Lubang untuk batang berulir
Skripsi Teknik Mesin 39
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Untuk mengadakan perbaikan carriage ini, dapat digunakan dua metode
perbaikan, yaitu :
a. Perbaikan dengan pengikisan
o Bidang-bidang luncur arah memanjang (longitudinal guidence) 3,4, dan 5
dikikis dengan ketelitian 8 – 10 bekas titik-titik tanda pengikisan setiap
inch perseginya
o Bidang luncur untuk gerakan melintang (tranversal guidence) 1,2,7 dan 9
sebagai tempat meluncurnya cross slide dikikis dengan ketelitian 10 -12
bekas titik-titik tanda pengikisan tiap inch perseginya. Keparalelan bidang
1 dan 2 tidak lebih dari 0,005 mm (diukur dengan mandrel dan dial
indicator)
o Bidang 9 dikikis membentuk sudut 55o dengan 10 – 12 bekas titik-tik
tanda pengikisan tiap inch perseginya. Keparalelan dengan sumbu lubang
8 diusahakan maksimum sebesar 0,005 mm sepanjang bidang 9 tersebut
o Bidang luncur 7 juga dikikis dengan 55o seperti pada bidang 9 dengan
ketelitian yang sama
o Selama pengikisan periksa pula ketegaklurusan bidang luncur 4 dan 5
Skripsi Teknik Mesin 40
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
b. Perbaikan dengan mesin
Pada perbaiikan dengan menggunakan mesin ini, carriage dipasang di
atas mesin planner/shaper dengan meletakkan bidang-bidang luncur 3,4,5 dan
6 di sebelah atas, karena bidang-bidang tersebut yang akan dikerjakan
o Bidang-bidang dikerjakan sehingga menjadi (x+0,005) mm
o Bidang 4 dan 5 dikerjakan menjadi {(x+0,005) cos α }mm dengan α =
sudut yang dibuat dengan bidang horisontal
o Kemudian dibalik untuk mengerjakan bidang luncur lainnya 1,2,7, dan 9
o Semua ukuran, batasan harga toleransi sama dengan perbaikan dengan
cara pengikisan
2.6.5 Perbaikan pada Tail Stock
Perbaikan pada Tail Stock dan Tail Stock housing berarti keakuratan dari
permukaan bridge pada bed dan rumah Tail Stock, keakuratan lubang pada rumah Tail
Stock dan ketinggian head stock dan poros tail stock
Langkah-langkah perbaikan :
a. Lakukan penggerindaan (scrap) pada permukaan 1 (lihat gambar) dengan
mengoleskan zat pewarna sebagai penanda
b. Kikislah permukaan atas dari base atau bridge 2
c. Permukaan atas bridge di scrap untuk disesuaikan dengan rumah Tail Stock,
periksa dengan penandaan zat pewarna yang akan memberikan minimal 10.
Tanda pengikisan dalam atau luasan 25 x 25 mm2. Tempatkan juga pada
jalur Tail Stock
Skripsi Teknik Mesin 41
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
d. Kikis permukaan bawah bridge untuk disesuaikan dengan bedways dan
periksa dengan penandaan pewarna yang menghasilkan minimal 10 – 15
titik-titik penanda kikisan pada luasan 25 x 25 mm2
e. Bridge ditempelkan dengan rumah Tail Stock
f. Hand stock diletakkan di depan sadle carriage agar bebannya dapat
menjamin rigidity bed ways
g. Lubang untuk tempat tail sleeve dibor dengan kecepatan spindle 250 rpm
dan kecepatan pemakanan 0,1 mm/min. Toleransi untuk taper tidak boleh
lebih dari 0,02 mm dan ketidakbulatannya tidak boleh melebihi 0,01 mm
h. Pemeriksaan dilakukan terhadap posisi relatif tail sleeve pada bed ways dan
kelurusan garis sumbu head stock dan tail stock
Gambar 2.21 Tail Stock
Skripsi Teknik Mesin 42
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
BAB III
PENGUJIAN DAN PENYAJIAN DATA
3.1 Persiapan Pengujian
Sebelum pengujian mesin bubut dilakukan, diperlukan beberapa persiapan-
persiapan yang meliputi penyediaan alat-alat uji yang akan digunakan, kalibrasi terhadap
masing-masing alat uji serta persiapan mesin bubut itu sendiri.
Persiapan Alat Uji
Alat-alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu :
1. Dial Indicator dengan ketelitian 0,01 mm
2. Mandrel Penguji
3. Kertas pencatat
4. Komputer dengan applikasi Microsoft Excel untuk simulasi data
5. Mistar Baja
Skripsi Teknik Mesin 43
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Dial Indicator
Gambar 3.1 Dial indicator
Merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam industri
permesinan pada bagian produksi maupun bagian pengukuran / kamar ukur. Prinsip
kerjanyaadalah secara mekanis, dimana gerakan linier dari sensor diubah menjadi
gerakan putaran jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantara batang
gigi dan susunan roda gigi, ketelitian pembacaan skala dial indicator yang dipakai
sebesar 0,01 mm
Mandrel Penguji
Gambar 3.2 Mandrel Uji Standar
Skripsi Teknik Mesin 44
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mandrel penguji ialah suatu alat uji yang mewakili suatu sumbu yang akan diuji
terhadap elemen-elemen mesin yang lain maupun gerakan sumbu itu terhadap posisinya
itu sendiri
Sedangkan pada pengujian kali ini, digunakan 1 buah Mandrel penguji berdiameter 20
mm dengan panjang 300 mm dengan satu ujung berbentuk tirus.
Mandrel terbuat dari bahan baja yang dikeraskan bagian luarnya.
Gambar 3.3 Mandrel Uji Panjang
Persiapan mesin uji
Untuk mendapatkan hasil pengujian yang maksimal, dilakukan beberapa upaya
antara lain dengan menjaga kebersihan mesin, kebersihan sekitar tempat pengujian,
bebas dari getaran mesin-mesin sekitarnya serta pengaturan penempatan alat ukur dan
alat bantu untuk memudahkan pengukuran
Skripsi Teknik Mesin 45
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
3.2 Pelaksanaan Pengujian
Banyak referensi yang memberikan informasi mengenai umur teknis mesin,
namun sesuai dengan standar pengujian mesin G. Schlesinger, maka Mesin dengan jam
operasi 15000 jam dengan beban opersi ringan perlu dilakukan pengujian geometri.
Jika mesin bubut diopersikan selama 5 jam tiap hari dengan asumsi Jumlah hari
dalm 1 tahun 300 hari, maka :
Dengan H = Hour : Jumlah Jam pemakaian dalam 1 Hari
D = Day : Jumlah Hari pemakaian dalam 1 tahun
Y = Year : Jumlah Tahun operasional Mesin
Jadi, dalam pengujian kali ini mesin yang diujikan adalah mesin dengan masa
pakai minimum 10 tahun sejak pertama kali dioperasikan
Sebelum pengujian dimulai, terlebih dahulu dilakukan pengkondisian temperatur
komponen-komponen. Tujuannya agar temperatur saat pengujian mendekati keadaan
normal pemakaiannya. Pengkondisian temperatur tersebut dilakukan dengan jalan ;
1. Menghidupkan mesin bubut dalam keadaan tanpa beban (Idle Turning),
kecepatan putar spindle utama dipilih dengan kecepatan tertinggi
2. Lama Idle turning sendiri kurang lebih 60 menit sehingga dicapai keadaan
temperatur tetap (Steady state)
3. Temperatur yang dicapai kurang lebih 60oC, kemudian pengujian dapat
dilakukan
Skripsi Teknik Mesin 46
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Pengujian Kesejajaran Tail Stock guideways terhadap Gerakan carriages
Gambar 3.3 Posisi Pengujian Tailstock Guideways
Diukur dengan dial indicator dengan toleransi 0,02 Peralatan yang digunakan :
1. Dial Indicator
2. Mistar Baja
3. Kertas Pencatat, kemudian data di input ke Komputer untuk simulasi data dengan
Microsoft Excel
Cara Pengujian
1. Letakkan dial Indicator diatas Carriage
2. Lintasan dibagi dengan mistar baja per 1 inch dengan penandaan spidol
3. Atur posisi jarum nol dan sentuhkan plugger dengan tekanan 15 strip atau 0,015
mm
4. Geser carriage dengan pelan-pelan sambil dilihat beberapa simpangan yang terjadi
pada dial indicator
5. Setiap simpangan per inch dicatat, kemudian di simulasikan kedalam grafik
menggunakan Microsoft Excel
Skripsi Teknik Mesin 47
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
6. Pengujian dilakukan dengan sempurna apabila seluruh langkah dilakukan dengan
tertib dan teliti
7. Pengujian dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing mesin yang diuji dengan
posisi yang diubah-ubah sesuai dengan posisi pada gambar yang terdapat pada Bed
bubut dengan cara sama
Pengujian Work Walk Spindle Run True
Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True
a. Dekat Hidung Spindle
b. Pada jarak 300 mm
Diukur dengan menggunakan dial indicator dan mandrel uji panjang toleransi (a) =
0,015, (b) = 0,02
Peralatan
1. Dial indicator
2. Mandrel uji panjang, Panjang 300 mm atau 11,811 inchi
3. Kertas Pencatat
a dan b :titik uji
1 : Mesin Bubut
2 : Dial Indicator
1
2
Skripsi Teknik Mesin 48
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Cara Pengujian :
1. Letakkan dial indicator di atas carriage dan tapper mandrel uji panjang pada tapper
spindle
2. Sentuhkan plugger di dekat hidung spindle untuk titik (a) dan pada jarak 300 mm
untuk titik (b)
3. Bagi keliling mandrel uji panjang menjadi 4 titik dengan penanda spidol
4. Putar spindle perlahan untuk pengambilan data di masing-masing penanda
5. Catat seluruh simpangan yang terjadi, Simulasikan dengan Microsoft Excel kemudian
bandingkan dengan data pada kedataran slideways
6. Pengujian dikatakan sempurna jika seluruh langkah diatas dilakukan dengan tertib dan
teliti
Analisa Kebulatan
Gambar 1.3 Analisa Kebulatan
Diukur pada diameter mandrel dengan menggunakan dial indicator dengan toleransi
0,015 mm per 100 mm panjang
Skripsi Teknik Mesin 49
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Peralatan pengujian :
1. Dial indicator
2. Mandrel uji panjang, panjang 300 mm atau 11,811 inchi
3. Kertas Pencatat
Cara pengujian
1. Letakkan dial indicator diatas carriage
2. Sentuhkan plugger pada bidang vertikal mandrel uji dengan tekanan 10 strip atau
0,01 mm
3. Bagi panjang mandrel uji dalam 1 inchi, kemudian putar spindle secara perlahan
4. Baca simpangan yang terjadi pada diameter mandrel dengan menggerakkan carriage
tiap inchi di 4 titik secara acak pada mandrel uji. Pembacaan juga dilakukan di
Ujung Mandrel (face)
5. Catat simpangan yang terjadi pada permukaan mandrel kemudian simulasikan
dengan menggunakan Microsoft Excel
6. Pengujian dikatakan sempurna jika seluruh langkah dilakukan dengan tertib dan
teliti
Skripsi Teknik Mesin 50
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
3.3 Data Pengujian
A. SMKN 5 (STM Pembangunan) Surabaya
Lokasi : SMKN 5 (STM Pembangunan)
Alamat : Jl.Mayjend Prof Mustopo167-169 Mojo Gubeng 031 5934888
Data Diambil : 9 Januari 2011
Jumlah Mesin : 14
Mesin 1
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 2
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 3
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 4
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Skripsi Teknik Mesin 51
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 5
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 6
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 7
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 8
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Mesin 9
Type / Model Bantam 600
Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975
Merk Bantam
Produksi Colchester
Max Swing Over 286 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 1600 rpm
Skrip
si Tek
nik
Mesin
52
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
A.1 Pengujian Kesejajaran Tail Stockterhadap Gerakan carriage
Tabel 3.1 Hasil Pengujian kesejajaran Tail Stock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 1 SMKN 5 Surabaya
Posisi
Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 -0,01 -0,05 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,01
2 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,02 0,01 0,01
3 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,02 0 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 0,01 -0,01
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01
5 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 -0,02 -0,01 0,02
6 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 0 -0,02 -0,02 0,02
7 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 0,02
8 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,04 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
9 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 0 -0,02 -0,02
10 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,01 0,02 -0,02 0 -0,02 -0,02
11 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02
12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0,01 -0,01 -0,02 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,02 -0,03 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
53
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.1 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 1 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi
Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 0 0
31 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 -0,01
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 -0,01 -0,02 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
54
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.2 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 2 SMKN 5 Surabaya
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,005 -0,02 -0,02 -0,08 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,01 0,01
2 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,005 -0,02 -0,1 -0,06 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,01 0,01
3 -0,15 -0,05 -0,02 0 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,03 0,05 -0,1 -0,1 0,01 -0,1
4 -0,15 -0,05 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 -0,2 -0,01 -0,03 0,01 -0,2 -0,1 -0,01 -0,1
5 -0,2 -0,2 0 0,02 -0,01 -0,01 -0,2 -0,04 -0,05 0 -0,1 -0,01 -0,03 -0,1
6 -0,01 -0,2 0 -0,05 -0,01 -0,01 -0,2 -0,01 -0,04 0 -0,01 -0,01 -0,03 0,01
7 -0,02 -0,1 0,01 0,01 -0,02 -0,01 -0,08 0 0 0 -0,02 -0,1 -0,02 0,01
8 -0,02 -0,01 0,01 0,01 -0,02 -0,02 -0,1 -0,02 0 0,03 -0,1 -0,2 -0,01 -0,01
9 0 -0,01 -0,08 -0,05 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0 0,03 -0,02 -0,2 -0,02 -0,03
10 0 -0,02 -0,1 -0,05 -0,02 -0,03 -0,01 -0,04 -0,03 0,05 -0,02 -0,2 -0,04 -0,04
11 -0,2 -0,02 -0,2 -0,05 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,03 0,02 -0,02 -0,2 -0,04 -0,03
12 -0,2 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,04 -0,01 -0,01 -0,03 0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01
13 -0,1 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,03 0,06 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01
14 0 0 0 0 0 c 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
55
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.2 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 2 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
31 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 0
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
56
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.3 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 3 SMKN 5 Surabaya
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,05 0,05
2 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,05 0,05
3 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,01 0 -0,01 0,05 -0,03 -0,01 0,01 -0,08
4 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,08
5 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,08 -0,1 -0,15 -0,1
6 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,05 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,09 0 -0,15 0
7 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 -0,05 -0,1
8 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 -0,05 -0,15
9 -0,08 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,08 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 0,01 -0,15
10 -0,08 -0,02 -0,01 0 -0,05 0,07 -0,01 -0,03 -0,01 0,08 -0,05 0 -0,01 0
11 -0,08 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,05 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,01 -0,1 0 0
12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,05 0
13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,08 -0,08
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,02 0
18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,04 -0,01 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
57
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.3 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 3 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
21 0 0 0 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,1
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01
31 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 0
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 -0,01 -0,02 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
58
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.4 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 4 SMKN 5 Surabaya
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 0,01 -0,01 -0,01 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -
0,005 0,05 0,01
2 0,01 -0,01 -0,01 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 0 0,05 0,01
3 -0,01 -0,01 -0,5 0 -0,01 -0,02 0 0 -0,04 0,05 -0,1 -0,01 0 0
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,04 0,01 0 -0,01 -0,01 -0,01
5 0 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,01
6 -0,01 0 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 0 -0,02 0,01
7 -0,02 -0,01 0,02 -0,01 -0,02 -0,05 0 0 0 0,02 -0,02 -0,03 -0,02 0,01
8 0 -0,03 0,01 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,03 0 -0,02
9 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 0 -0,02 -0,01 -0,02 0 0 -0,03 -0,02 -0,02
10 -0,02 0 -0,15 -0,01 -0,02 0,05 -0,02 -0,02 0 0,03 -0,02 -0,03 -0,02 -0,02
11 -0,02 -0,01 0 -0,01 0 0,05 -0,01 -0,02 0 0,02 -0,02 -0,03 -0,02 0
12 0 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 0,01 0 -0,01 -0,08 0,02 -0,02 0 0 -0,02
13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,01 -0,01 -0,05 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 -0,01 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0
19 -0,01 0 0 -0,01 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 -0,05 0 -0,01 0 0 0 0 0 -0,01 0 -0,01 0 0
21 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
59
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.4 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 4 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0
23 -0,02 0 0 0 -0,02 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,05 -0,01 -0,01
31 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 0
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 -0,01 -0,02 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
60
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.5 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 5 SMKN 5 Surabaya
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 -0,1 -0,05 0,04 -0,05 -0,05 -0,06 -0,2 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,03
2 -0,2 -0,1 0,04 -0,05 -0,05 -0,05 -0,2 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,03
3 -0,2 -0,2 0,04 -0,05 -0,02 -0,05 0,01 0 -0,03 0,005 -0,08 -0,04 0,01 -0,03
4 -0,03 -0,01 0,01 0,02 -0,02 0,01 -0,2 0,03 -0,03 0,01 -0,05 -0,01 -0,01 -0,03
5 -0,09 -0,1 0,03 0,02 -0,02 0,01 -0,2 0 -0,03 0 -0,01 -0,04 -0,08 0,03
6 0,01 -0,02 0,03 -0,01 -0,02 -0,02 -0,05 0,03 -0,02 0 -0,02 -0,03 -0,08 0,04
7 0,01 0,01 -0,01 -0,01 -0,03 -0,05 -0,06 -0,01 0 0 -0,02 -0,04 -0,02 0,04
8 0,02 0,1 -0,01 -0,01 -0,03 -0,04 -0,05 -0,02 0 0,03 -0,07 -0,03 -0,02 -0,04
9 -0,03 -0,2 -0,01 -0,05 -0,01 -0,03 -0,1 -0,1 0 0,03 -0,02 -0,05 -0,02 -0,03
10 -0,01 0 -0,02 -0,05 -0,02 -0,02 -0,03 -0,02 -0,03 0,02 -0,03 -0,02 -0,01 -0,01
11 -0,1 0 -0,02 -0,05 -0,01 -0,05 -0,02 -0,02 -0,03 0,02 -0,02 -0,03 -0,03 -0,01
12 -0,1 0 -0,02 -0,01 -0,03 -0,04 -0,02 -0,03 -0,03 0,02 -0,01 -0,01 -0,04 -0,015
13 -0,01 -0,02 -0,02 -0,03 -0,01 0,01 -0,01 -0,01 -0,03 0,09 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01
14 -0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 -0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
61
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.5 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 5 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,03 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
31 -1,51 -0,6 0,07 -0,34 -0,35 -0,39 -1,14 -0,26 -0,28 0,235 -0,41 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 0
36 0 0 0
37 0 0 -0,01
38 0 0 0
39 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
62
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.6 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 6 SMKN 5 Surabaya
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
1 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,005 0,01 0,01
2 -0,01 -0,02 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,2 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 0 0 0
3 0 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,1 0 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 0,01 -0,01
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 0 0 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
5 0 0 0 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 0 -0,02 -0,08 0,02
6 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,1 -0,08 0,02
7 -0,02 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,02 -0,1 -0,06 0,02
8 -0,02 -0,02 0 0 -0,02 -0,05 0 -0,01 -0,02 0,02 0 -0,09 -0,05 -0,02
9 0 0 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,05 0 -0,02
10 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0 0,05 -0,01 -0,02 -0,02 0 -0,02 0 -0,03 0
11 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 0,05 0 0 -0,01 0 0 -0,05 -0,03 -0,02
12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,015 -0,02 0,03 -0,1 -0,01 0 0,02 -0,02 -0,05 -0,03 -0,02
13 -0,02 0 -0,02 -0,015 -0,02 0,01 -0,1 -0,01 -0,01 0,02 -0,02 -0,01 -0,03 -0,02
14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 -0,01 0 0 -0,01 0 0 0 -0,02 0 0 0 0 0 0
19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 -0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
63
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.6 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 6 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)
Posisi Pengujian
(inch)
Simpangan (mm)
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,005 -0,01 -0,01
31 0 0 0
32 0 0 0
33 0 0 0
34 0 0 0
35 0 0 0
36 0 0 0
37 0 0 0
38 0 0 0
39 -0,01 -0,02 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
64
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
GRAFIK PENGUJIAN BERDASARKAN NOMOR MESIN DI SMK PEMBANGUNAN SURABAYA
Gambar 3.4 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.5 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 1 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin I
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
65
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.6 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.7 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 1 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
66
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.8 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.9 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 1 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. benda kerja hingga panjang 22 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
67
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.10 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.11 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 2 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock
terhadap Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
68
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.12 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.13 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 2 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
69
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.14 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.15 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 2 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. benda kerja hingga panjang 22 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan.
c. Pada saat data diambil, mesin 2 sedang tidak dioperasikan (rusak)
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
70
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.16 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.17 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 3 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
71
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.18 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.19 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 3 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
72
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.20 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.21 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 3 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 12 inchi, dan beberapa kali dipergunakakan untu benda kerja dengan panjang 22 inci
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 3
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
73
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.22 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.23 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 4 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
74
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.24 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.25 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 4 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
75
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.26 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.27 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 4 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 4
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
76
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.28 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.29 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 5 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
77
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.30 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.31 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 5 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock
terhadap Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
78
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.32 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.33 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 5 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,08 mm pada titik 8 inch posisi 1 menunjukkan mungkin pernah terjadi hentakan
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock
terhadap Gerakan Carriage Mesin 5
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
79
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.34 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.35 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 6 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
80
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.36 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.37 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 6 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
81
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.38 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.39 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 6 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,06 mm menunjukkan lintasan pernah mengalami hentakan
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 6
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
82
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.40 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.41 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 7 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
83
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.42 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.43 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 7 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
84
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.44 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.45 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 7 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,2 mm menunjukkan apron sering beroperasi pada posisi tersebut
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 7
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
85
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.46 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.47 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 8 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
86
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.48 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.49 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 8 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
87
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.50 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.51 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 8 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 8
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
88
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.52 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.53 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 9 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
89
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.54 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.55 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 9 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
90
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.56 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.57 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 9 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13- 22 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat
mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 9
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
91
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.58 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.59 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 10 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
92
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.60 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.61 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 10 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
93
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.62 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.63 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 10 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, simpangan positif menandakan lintasan bergelombang akibat tekanan tepian lembah
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 10
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
94
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.64 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.65 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 11 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
95
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.66 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.67 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 11 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
96
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.68 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.69 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 11 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,2 mm menunjukkan apron sering beroperasi pada posisi tersebut
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 11
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
97
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.70 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.71 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 5 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
98
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.72 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.73 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 12 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
99
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.74 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.75 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 12 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 12
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
100
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.76 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.77 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 13 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
101
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.78 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.79 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 13 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
102
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.80 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.81 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 13 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 13
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
103
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.81 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.82 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 14 SMKN 5
-0,1
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi I
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi 2
Skrip
si Tek
nik
Mesin
104
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.83 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.84 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 14 SMKN 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi 3
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi 4
Skrip
si Tek
nik
Mesin
105
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Gambar 3.85 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.86 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 14 SMKN 5
Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :
a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi
b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan
cutting
c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin
tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi 5
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (inchi)
Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap
Gerakan Carriage Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi 6
Skrip
si Tek
nik
Mesin
106
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
A.2 Pengujian Work Walk Spindle True Running
Tabel 3.7 Data Pengujian Work Walk True Spindle SMKN 5 Surabaya (mesin 1-7)
Titik
Pengujian
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4 Mesin 5 Mesin 6 Mesin 7
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
Posisi a
(mm)
Posisi b
(mm)
1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
Keterangan : Posisi a = Posisi terdekat dengan spindle
Posisi b = Jarak 300 mm
Tabel 3.8 Data Pengujian Work Walk True Spindle SMKN 5 Surabaya (mesin 8-14)
Titik Pengujian
Mesin 8 Mesin 9 Mesin 10 Mesin 11 Mesin 12 Mesin 13 Mesin 14
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
2 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
Keterangan : Posisi a = Posisi terdekat dengan spindle
Posisi b = Jarak 300 mm
Skrip
si Tek
nik
Mesin
107
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
GRAFIK PENGUJIAN WORK SPINDLE RUN BERDASARKAN NOMOR MESIN DI SMK PEMBANGUNAN SURABAYA
Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di
bawah toleransi yang diijinkan
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi a
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 1
SMK Pembangunan
Pada Posisi b
Gambar 3.87 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 1
SMKN 5 Gambar 3.88 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 1
SMKN 5
Skrip
si Tek
nik
Mesin
108
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di
bawah toleransi yang diijinkan
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi a
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 2
SMK Pembangunan
Pada Posisi b
Gambar 3.89 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 2
SMKN 5 Gambar 3.90 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 2
SMKN 5
Skrip
si Tek
nik
Mesin
109
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di
bawah toleransi yang diijinkan
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi a
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
1 2 3 4
Simpangan (mm)
Posisi pengujian (acak)
Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 14
SMK Pembangunan
Pada Posisi b
Gambar 3.90 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 2
SMKN 5 Gambar 3.91 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 2
SMKN 5
Skrip
si Tek
nik
Mesin
110
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
A.3 Pengujian Kebulatan
Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7)
Posisi
Pengujian Titik
Pengujian
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
1
a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
b 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
c 0 0 0 0 0 0 0
d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
2
a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01
c -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
d 0 0 0 0 0 0 0
3
a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
c 0 0 0 0 0 0 0
d -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
4
a 0 0 0 0 0 0 0
b 0 0 0 0 0 0 0
c 0 0 0 0 0 -0,01 0
d 0 0 0 0 0 0 0
5
a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
b 0 0 0 0 0 0 0
c 0 0 0 0 0 0 0
d 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan : M = Mesin
Skrip
si Tek
nik
Mesin
111
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7) lanjutan
Posisi
Pengujian
Titik
Pengujian
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
6
a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 0
c -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02
d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
7
a 0 0 0 0 0 0 0,01
b 0 0 0 0 0 -0,02 0
c 0 0 0 0 0 0 -0,01
d 0 0 0 0 0 0 0
8
a 0 0 0 0 0 -0,01 0
b 0 0 0 0 0 0 0
c 0 0 0 0 0 0 0
d -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
9
a -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
c 0 0 0 0 0 0 0
d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
10
a -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02
b -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
c 0 0 0 0 0 0 0
d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
Skrip
si Tek
nik
Mesin
112
Konsen
trasi Pro
du
ksi
Institu
t Adhi T
ama S
urab
aya
Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7) lanjutan
Posisi
Pengujian
Titik
Pengujian
M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
Simpangan
(mm)
11
a 0 0 0 0 0 0 0
b 0 0 0 0 0 0 0
c -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 0 0
12
a 0 0 0 -0,02 -0,02 0 -0,02
b 0 0 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02
c 0 0 0 -0,01 -0,01 0 -0,01
d 0 -0,01 0 -0,01 -0,01 0 -0,01
Skripsi Teknik Mesin 113
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
B. SMKN 7 (STM 2) Surabaya
Data Mesin Bubut
Lokasi : SMKN 7 (STM 2) Surabaya
Alamat : Jl. Pawiyatan No. 2 Bubutan 031 5342407
Data Diambil : 9 Januari 2011
Jumlah Mesin : 17
Mesin 1
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 2
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 3
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 4
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Skripsi Teknik Mesin 114
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 5
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 6
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 7
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 8
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 9
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Skripsi Teknik Mesin 115
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 10
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 11
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 12
Type / Model C6241
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 13
Type / Model C6251
Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 746 mm
Max Lenght of work Piece 1500 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 14
Type / Model C6251
Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 746 mm
Max Lenght of work Piece 1500 mm
Motor Speed 2000 rpm
Skripsi Teknik Mesin 116
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 15
Type / Model C6251
Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 746 mm
Max Lenght of work Piece 1500 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 16
Type / Model C6251
Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 746 mm
Max Lenght of work Piece 1500 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 17
Type / Model C6251
Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007
Merk Master
Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd
Max Swing Over 746 mm
Max Lenght of work Piece 1500 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin Bubut konvensional di SMK N 7 Surabaya adalah mesin bubut yang masih baru,
sehingga masih belum melampaui umur teknisnya, sehingga data diatas tidak perlu
dilakukan pengujian
Skripsi Teknik Mesin 117
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
C. SMKN 7 (STM 2) Surabaya
Data Mesin Bubut
Lokasi : SMKN 2 (STM 1) Surabaya
Alamat : Jl. Tentara Geni Pelajar No. 26 Petemon Sawahan 031 5343708
Data Diambil : 15 Januari 2011
Jumlah Mesin : 10
Mesin 1
Type / Model CF-8006F
Tahun Produksi 1993, dipakai pertama kali 1995
Merk CHING FONG
Produksi China
Max Swing Over 200 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 2
Type / Model CF-8006F
Tahun Produksi 1993, dipakai pertama kali 1995
Merk CHING FONG
Produksi China
Max Swing Over 200 mm
Max Lenght of work Piece 750 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 3
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 4
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Skripsi Teknik Mesin 118
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 5
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 6
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 7
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 8
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Skripsi Teknik Mesin 119
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Mesin 9
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
Mesin 10
Type / Model C6246
Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005
Merk Shaanxi Machine Tool
Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.
Max Swing Over 226 mm
Max Lenght of work Piece 1000 mm
Motor Speed 2000 rpm
2 Mesin bubut di SMKN 2 Surabaya adalah mesin bubut lama yang jarang dioperasikan,
sedangkan 8 mesin lain adalah mesin bubut baru yang tidak perlu dilakukan pengujian
Skripsi Teknik Mesin 120
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
C.1 Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage
Data Hasil Pengujian
Tabel 3.10 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways
terhadap gerakan Carriage SMKN 2 Surabaya Posisi 1-3
Posisi Pengujian
(inch)
Posisi I Posisi 2 Posisi 3
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2
1 -0,01 -0,08 -0,05 -0,03 -0,03 0,01
2 -0,01 -0,08 -0,05 -0,03 -0,03 0,02
3 -0,01 -0,02 -0,03 -0,02 -0,02 0,01
4 -0,01 -0,01 -0,02 -0,1 -0,02 -0,01
5 -0,01 -0,02 -0,02 -0,1 -0,01 -0,02
6 -0,01 -0,02 -0,05 -0,06 -0,01 -0,02
7 -0,02 -0,05 -0,02 -0,06 -0,03 -0,02
8 -0,02 -0,03 -0,02 -0,04 -0,02 -0,01
9 -0,02 -0,01 -0,04 -0,02 -0,02 -0,01
10 -0,01 -0,01 -0,01 -0,09 -0,01 -0,01
11 -0,02 -0,02 -0,03 -0,01 -0,01 -0,02
12 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0
Keterangan : Nilai simpangan dalam (mm)
Skripsi Teknik Mesin 121
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 3.11 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways
terhadap gerakan Carriage SMKN 2 Surabaya Posisi 4-6
Posisi Pengujian
(inch)
Posisi 4 Posisi 5 Posisi 6
Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2
1 -0,01 -0,08 -0,09 -0,1 -0,02 -0,01
2 -0,01 -0,08 -0,09 -0,1 -0,05 -0,01
3 -0,01 -0,02 -0,07 -0,1 -0,02 -0,01
4 -0,01 -0,01 -0,05 0,01 -0,03 -0,01
5 -0,01 -0,02 -0,02 0,01 -0,02 -0,02
6 -0,01 -0,02 -0,02 -0,09 -0,02 -0,02
7 -0,02 -0,05 0,01 -0,08 -0,02 -0,01
8 -0,02 -0,03 0,01 -0,05 -0,06 -0,02
9 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,07 -0,01
10 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,05 -0,01
11 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02
12 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 0 0 0
14 0 0 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0
16 0 0 0 0 0 0
17 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0
22 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0
25 0 0 0 0 0 0
26 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 0 0 0
28 0 0 0 0 0 0
29 0 0 0 0 0 0
30 0 0 0 0 0 0
Keterangan : Nilai simpangan dalam (mm)
Skripsi Teknik Mesin 122
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
C.2 Pengujian Work Walk Spindle Run True
Data Hasil Pengujian
Tabel 3.11 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Work Walk Spindle True Running
SMKN 2 Surabaya
Keterangan : Posisi a = Dekat Spindle
Posisi b = Jarak 300 mm
C.3 Pengujian Kebulatan
Data Hasil Pengujian
Tabel 3.12 Pengujian Kebulatan SMKN 2 Surabaya
Mesin 1 Mesin 2
Posisi
Pengujian Titik
Pengujian Simpangan (mm) Simpangan (mm)
1
a -0,01 -0,01
b 0,01 0,01
c 0 0
d -0,01 -0,01
2
a -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01
c -0,01 -0,01
d 0 0
3
a -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01
c 0 0
d -0,02 -0,02
4
a 0 0
b 0 0
c 0 0
d 0 0
Mesin 1 Mesin 2
Titik Pengujian Posisi a (mm)
Posisi b (mm) Posisi a (mm) Posisi b (mm)
1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02
2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02
3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02
Skripsi Teknik Mesin 123
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 3.12 Pengujian Kebulatan SMKN 2 Surabaya (lanjutan)
Mesin 1 Mesin 2
Posisi
Pengujian
Titik
Pengujian Simpangan (mm) Simpangan (mm)
5
a -0,01 -0,01
b 0 0
c 0 0
d 0 0
6
a -0,01 -0,01
b -0,01 -0,01
c -0,02 -0,02
d -0,01 -0,01
7
a 0 0
b 0 0
c 0 0
d 0 0
8
a 0 0
b 0 0
c 0 0
d -0,02 -0,02
9
a -0,02 -0,02
b -0,01 -0,01
c 0 0
d -0,01 -0,01
10
a -0,02 -0,02
b -0,01 -0,01
c 0 0
d -0,01 -0,01
11
a 0 0
b 0 0
c -0,01 -0,01
d -0,01 -0,01
12
a 0 0
b 0 0
c 0 0
d 0 -0,01
Skripsi Teknik Mesin 124
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengujian terhadap mesin bubut yang telah melewati umur teknis di
lingkungan SMK Neegeri di wilayah Kota Surabaya, maka kemudian kita perlu
merencanakan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa kerusakan yang menimbulkan
penurunan kualitas daripada produk.
Yang perlu diingat bahwasannya, tidak seluruh mesin yang telah menjalani tahap pengujian
diharuskan menjalani perbaikan. Hal ini dikarenakan seluruh data yang diperoleh kemudian
akan disampaikan kepada pihak sekolah sebagai referensi perbaikan yang akan disesuaikan
dengan jadwal perbaikan mesin di masing-masing sekolah.
4.1 SMKN 2 (STM 1) Surabaya
Sekolah kejuruan ini masuk kedalam rumpun sekolah kejuruan teknologi
industri. Di sekolah ini memiliki total 13 buah mesin bubut konvensional, ada 2 buah
mesin bubut yang sudah jarang dioperasikan, produksi tahun 1993, 6 mesin yang lain
adalah mesin bubut yang baru dioperasikan mulai 2005. Sedangkan 3 sisanya adalah
mesin bubut yang dioperasikan tahun 2006, hasil kerjasama dengan pihak ketiga
Di sekolah ini hanya ditemui 2 buah mesin bubut dengan usia operasi lebih dari 10
tahun, maka 2 mesin ini layak diuji karena sudah melampaui Umur Teknisnya.
Skripsi Teknik Mesin 125
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
4.1.A Pembahasan Uji Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan
Carriage
Dari pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil Simulasi data sebagai berikut
Tabel 4.1 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.1
Nomor Mesin
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
Posisi 5
Posisi 6
Rata-rata Keterangan
1 -0,005 -0,011 -0,007 -0,005 -0,012 -0,013 -0,009 Dalam Batas
toleransi
2 -0,012 -0,019 -0,003 -0,012 -0,018 -0,005 -0,011 Dalam Batas
toleransi
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G10, Kesejajaran
Tailstock Guideways harus berada dalam batas toleransi 0,02 mm untuk lintasan Bed
hingga 1000 mm.
Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 dan 2 di SMKN 2 Surabaya masih
dalam batas toleransi kelayakan operasi
4.1.B Pembahasan Uji Work Walk Spindle True Running
Dari Pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut
Tabel 4.2 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.2
Titik Pengujian
Mesin 1 Mesin 2
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
Posisi a (mm)
Posisi b (mm)
1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02
2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02
3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02
Simpangan Rata-rata -0,015 -0,0125 -0,0125 -0,02
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G3, Toleransi untuk
Work Walk Spindle True Running ditentukan pada 2 titik, yaitu titik dekat spindle (0
mm) dan titik 300 mm. Yang dibedakan sesuai kategori mesin berdasarkan diameter
maksimum yang dapat ditangani spindle / dikerjakan
Skripsi Teknik Mesin 126
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 4.3 Machine Size Range
Category 1 Category 2 Category 3
Diameter Permited
Over Bed
D ≤ 250
205 < D ≤ 500 500 < D ≤ 1000
Nominal bar
Diameter
d ≤ 25 25 < d ≤ 63 63 < d
Nominal chuck
diameter
d ≤ 125 125 < d ≤ 250 250 < d
Sumber : 4.11 Machine Category ISO 13041-1:2004(E)
Kedua mesin di SMKN 2 yang diuji termasuk kategory 2, maka toleransi simpangan
dari True Running adalah sebesar 0,015 mm pada titik a (0 mm) dan 0,02 mm pada
titik b (300 mm)
Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 masih layak digunakan karena masih
dibawah batas toleransi simpangan, namun untuk mesin bubut 2 perlu diperhatikan
mengenai keausan mengingat simpangan yang ditunjukkan di titik b sebesar 0,02 mm.
a. Penyebab Work Walk Spindle tidak true Running
Faktor-faktor yang menyebabkan work spindle sudah tidak sesuai antara lain :
a. Faktor Keausan
Keausan terjadi akibat dari dua permukaan yang saling bergesekan antara walk
spindle dengan bantalan pada taper spindle
b. Faktor Pelumasan
Pelumasan yang kurang atau kurangnya pemeriksaan pada saat mesin
digunakan dapat menyebabkan spindle aus, ditambah lagi kemungkinan geram
tertinggal saat pengoperasian juga dapat menyebabkan keausan
Skripsi Teknik Mesin 127
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
b. Rencana Perbaikan Work Walk Spindle
Jika tingkat kesesuaian Work Walk spindle sudah berkurang, maka yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Melakukan penyesuaian dari posisi benda kerja saat pencekaman awal,
bisa dengan menggeser posisi benda kerja
2. Menambahkan media pencekam pada work spindle
3. Memperbaiki Work spindle secara menyeluruh, dapat juga dengan
penggantian
Saat penelitian ini berlangsung, mesin yang mengalami keausan sudah jarang
dipergunakan, karena disamping kerusakan pada bagian ini, juga ditemui beberapa
kerusakan lain. Dan Penulis tidak dapat melakukan perbaikan yang diperlukan
4.1.C Pembahasan Uji Kebulatan
Dari Pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut
Tabel 4.4 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.3
Posisi Pengujian
(inchi)
Mesin 1
Simpangan rata-rata per 100
mm
Mesin 2
Simpangan rata-rata per
100 mm
1 -0,0025
-0,005625
-0,0025
-0,005625 2 -0,0025 -0,0025
3 -0,0075 -0,0075
4 -0,01 -0,01
5 -0,0075
-0,006875
-0,0075
-0,006875 6 -0,0075 -0,0075
7 -0,0075 -0,0075
8 -0,005 -0,005
9 -0,01
-0,006875
-0,01
-0,006875 10 -0,0075 -0,0075
11 -0,005 -0,005
12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005
Simpangan Rata-rata -0,0060875 -0,0060875
Skripsi Teknik Mesin 128
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G6, Kebulatan
harus berada dalam batas toleransi 0,015 mm per 100 mm untuk mesin kategori 2
Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 dan 2 di SMKN 2 Surabaya masih
dalam batas toleransi kelayakan operasi
4.2 SMKN 3 (STM 3) Surabaya
Sekolah Kejuruan ini memang masuk dalam sekolah yang diajukan untuk
diobservasi sesuai dalam proposal Tugas Akhir, namun saat pengajuan tertulis
disampaikan, sekolah yang bersangkutan menolak memberi ijin dengan alasan
sekolah memiliki pengalaman buruk terhadap mahasiswa yang mengadakan penelitian
4.3 SMKN 5 (STM Pembangunan) Surabaya
Sekolah ini memiliki total 14 buah mesin bubut konvensional yang
dioperasikan sejak tahun 70an. Mengingat usia mesin yang sudah melampaui batas
umur teknis, maka seluruh mesin dilakukan pengujian
4.3.A Pembahasan Uji kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan
Carriage
Dari pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil Simulasi data sebagai berikut
Tabel 4.5 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.1
Nomor Mesin
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
Posisi 5
Posisi 6
Rata-rata
Keterangan
1 -0,008 -0,048 -0,015 -0,006 -0,101 -0,006 -0,031 Perlu disesuaikan
2 -0,007 -0,027 -0,007 -0,007 -0,040 -0,006 -0,016 Dalam Batas
toleransi
3 -0,007 -0,016 -0,008 -0,025 0,005 -0,006 -0,010 Dalam Batas
toleransi
4 -0,006 -0,006 -0,004 -0,005 -0,023 -0,004 -0,008 Dalam Batas
toleransi
Skripsi Teknik Mesin 129
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 4.5 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.1 (lanjutan)
Nomor Mesin
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
Posisi 5
Posisi 6
Rata-rata
Keterangan
5 -0,008 -0,007 -0,012 -0,010 -0,023 -0,006 -0,011 Dalam Batas
toleransi
6 -0,003 -0,008 -0,002 -0,003 -0,026 -0,004 -0,008 Dalam Batas
toleransi
7 -0,007 -0,033 -0,007 -0,006 -0,076 -0,020 -0,025 Perlu disesuaikan
8 -0,006 -0,011 -0,006 -0,005 -0,017 -0,005 -0,008 Dalam Batas
toleransi
9 -0,010 -0,011 -0,009 -0,012 -0,019 -0,007 -0,011 Dalam Batas
toleransi
10 0,006 0,009 0,009 0,006 0,016 0,004 0,008 Dalam Batas
toleransi
11 -0,008 -0,022 -0,017 -0,011 -0,027 -0,007 -0,015 Dalam Batas
toleransi
12 -0,005 -0,032 -0,018 -0,008 -0,009 -0,013 -0,014 Dalam Batas
toleransi
13 -0,004 -0,006 -0,012 -0,002 -0,008 -0,011 -0,007 Dalam Batas
toleransi
14 -0,002 -0,010 -0,019 -0,002 -0,001 -0,002 -0,006 Dalam Batas
toleransi
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G10, Kesejajaran
Tailstock Guideways harus berada dalam batas toleransi 0,02 mm untuk lintasan Bed
hingga 1000 mm.
Data diatas menunjukkan bahwa dari 14 mesin bubut konvensional di SMKN 5
Surabaya masih dalam batas toleransi kelayakan operasi kecuali 2 mesin bubut, yaitu
mesin nomor 1 dan nomor 7, maka perlu dilakukan penyesuaian dan perbaikan
a. Penyebab Tailstock Guideways tidak sejajar dengan gerakan Carriage
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksejajaran tailstock guideways
dengan gerakan carriage :
Faktor dari getaran-getaran yang tidak diinginkan
Getaran-getaran ini timbul karena ada proses penggesekan antara benda kerja
dengan alat potongnya (tool). Getaran-getaran tersebut lama kelamaan kalau
Skripsi Teknik Mesin 130
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
tidak diperhatikan akan merusakkan atau bisa merubah posisi dari guideways
itu sendiri
Faktor Keausan
Keausan ini terjadi karena adanya gesekan antara dua bidang yang bekerja.
Menurut fungsinya sendiri-sendiri yaitu antara tailstock guideways dengan
gerakan carriage
Faktor operator
Kesalahan yang kemudian sering terjadi akibat kelalaian operator dalam
mengoperasikan mesin itu sendiri seperti :
- kurangnya kesadaran kebersihan lingkungan kerja,
- kelalaian dalam meletakkan alat-alat pendukung seperti mistar baja, jangka
sorong.
- Dalam mengoperasikan mesin, tidak membuat dan atau mengikuti
langkah-langkah kerja yang benar
Faktor kesalahan operator ini kerap ditemui, mengingat operator mesin bubut
adalah siswa SMK dengan pengetahuan dasar mengenai keamanan dan
kenyamanan kerja
b. Rencana Perbaikan terhadap Tailstock Guideways
Dari hasil pengujian menurut lokasi, maka Rencana perbaikan diuraikan sebagai
berikut :
Pengujian Setelah Perbaikan
Pengujian setelah melakukan perbaikan di bagian yang tidak sesuai tidak dapat
dilakukan karena :
a. Sekolah Perlu merencanakan rencana perbaikan tersebut disesuaikan
dengan rencana perbaikan berkala dan anggaran
Skripsi Teknik Mesin 131
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
b. Perbaikan yang sifatnya parsial (satu demi satu mesin), akan
mengakibatkan biaya yang tinggi. Biasanya Sekolah akan merencanakan
perbaikan setelah dirasakan > 5 mesin tidak sesuai dalam operasionalnya
Sehingga, pengujian setelah perbaikan tidak dapat dilakukan
4.3.B Pembahasan Uji Work Walk Spindle True Running
Dari Pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut
Tabel 4.6 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.2
Nomor Mesin
Simpangan (mm) Keterangan
a b
1 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
2 -0,0125 -0,02 Masih Sesuai
3 -0,0125 -0,01 Masih Sesuai
4 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
5 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
6 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
7 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
8 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
9 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
10 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
11 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
12 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
13 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
14 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G3, Toleransi untuk
Work Walk Spindle True Running ditentukan pada 2 titik, yaitu titik dekat spindle (0
mm) dan titik 300 mm. Yang dibedakan sesuai kategori mesin berdasarkan diameter
maksimum yang dapat ditangani spindle / dikerjakan
Skripsi Teknik Mesin 132
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 4.3 Machine Size Range
Category 1 Category 2 Category 3
Diameter Permited
Over Bed
D ≤ 250
205 < D ≤ 500 500 < D ≤ 1000
Nominal bar
Diameter
d ≤ 25 25 < d ≤ 63 63 < d
Nominal chuck
diameter
d ≤ 125 125 < d ≤ 250 250 < d
Sumber : 4.11 Machine Category ISO 13041-1:2004(E)
Mesin-mesin di SMKN 5 yang diuji termasuk kategory 2, maka toleransi simpangan
dari True Running adalah sebesar 0,015 mm pada titik a (0 mm) dan 0,02 mm pada
titik b (300 mm)
Data diatas menunjukkan bahwa seluruh Mesin Bubut di SMKN 5 masih layak
digunakan karena masih dibawah batas toleransi simpangan
4.3.C Pembahasan Uji Kebulatan
Dari Pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut
Tabel 4.7 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.3 (mesin 1 – 7)
Posisi Pengujian
(inchi) M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7
1 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025
2 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025
3 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,0075 -0,01
5 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075
6 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075
7 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075
8 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005
9 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01
10 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075
11 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005
12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0075 -0,005
Rata-rata -0,0065
-0,0065
-0,0065
-0,0065
-0,0065
-0,006
-0,007
Skripsi Teknik Mesin 133
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Tabel 4.6 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.3 (mesin 1 – 7)
Posisi Pengujian
(inchi) M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7
1 -0,005 0 0 -0,0025 0 -0,0025 0,0075
2 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 0,0075
3 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0025 0,0075
4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,005 0,01
5 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 0,0075
6 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 0,0025
7 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0025
8 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0025 -0,005
9 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,005 -0,01
10 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0025 -0,0075
11 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005
12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0075 -0,005
Rata-rata -0,0067 -0,0063 -0,0063 -0,0065 -0,0063 -0,0042 0,00063
Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G6, Kebulatan
harus berada dalam batas toleransi 0,015 mm untuk mesin kategori 2
Data diatas menunjukkan bahwa seluruh Mesin Bubut di SMKN 5 Surabaya masih
dalam batas toleransi kelayakan operasi
4.3 SMKN 6 Surabaya
Sekolah ini adalah kelompok sekolah konsentrasi Pariwisata, tidak memiliki mesin
bubut dan tidak relevan dengan cakupan penulisan penelitian ini
Skripsi Teknik Mesin 134
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
4.3 SMKN 7 (STM 2) Surabaya
Memiliki Total 17 mesin bubut yang dioperasikan beragam mulai tahun 2004 – 2007.
Mengingat usia operasi mesin yang masih baru, tidak dilakukan pengujian.
Penulis memiliki catatan tersendiri untuk sekolah ini :
a. Kebersihan area Laboratorium kurang terjaga, terlihat banyak geram
berserakan, dan pada waktu penelitian dilakukan, tidak ada jadwal praktek
sebelumnya
b. Gerakan apron keras, penulis berpendapat bahwa pelupasan terhadap bagian-
bagian mesin kurang baik
c. Kurangnya sirkulasi udara di area laboratorum / workshop
Skripsi Teknik Mesin 135
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa yang penulis lakukan di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri di Surabaya mengenai kelayakan Mesin Bubut Konvensional untuk
mesin-mesin yang telah melampaui umur teknisnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sebutan untuk Sekolah tingkat
Menengah Atas dengan konsentrasi keahlian tertentu, dari 5 sampel sekolah negeri
yang diharapkan, hanya ada 1 SMK dengan konsentrasi keahlian yang tidak
relevan dengan penelitian. Yaitu SMKN 6 Jl. Margorejo – Wonocolo
2. Dari 4 sampel SMK Negeri di Sutabaya dengan bidang keahlian teknologi, penulis
hanya mendapatkan ijin pengujian di 3 sekolah yaitu SMKN 2, SMKN 5, dan
SMKN 7
3. Dari hasil penelitian di 3 sekolah yang disrbut diatas, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
A. SMKN 2 Surabaya
Sekolah ini memiliki 13 buah mesin bubut, dimana 3 mesin tidak diuji karena
hasil kerjasama sekolah dengan pihak lain, 8 mesin masih dalam Umur Teknis,
dan 2 mesin telah melampaui umur teknisnya.
Kondisi Mesin dianggap layak dioperasikan mengingat 2 mesin ini masih
berada dibawah batas toleransi pengujian, yaitu :
b.1.Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage
dengan toleransi penyimpangan 0,02 mm untuk mesin dengan panjang bed
hingga 1000 mm
Skripsi Teknik Mesin 136
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
b.2.Pengujian Work Walk Spindle True Running untuk mesin kategori 2
dengan toleransi 0,015 pada titik 0 mm (dekat spindle) dan 0,02 pada titik
300 mm
b.3.Pengujian Kebulatan untuk mesin kategori 2 dengan toleransi 0,015 per 100
mm
Meskipun nilai simpangan mesin 2 untuk uji Work Walk di titik 300 mm
menunjukkan nilai 0,02 mm, tapi secara umum mesin masih layak dioperasikan
B. SMKN 5 Surabaya
Sekolah ini memiliki 14 buah mesin bubut,yang dioperasikan sejak tahun 1973.
Tahun pertama sekolah ini berdiri
Kelayakan mesin bubut di sekolah ini :
b.1. Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage
dengan toleransi penyimpangan 0,02 mm untuk mesin dengan panjang
bed hingga 1000 mm. Kondisi ini ditunjukkan untuk semua mesin kecuali
mesin 1 dan mesin 7 dengan nilai simpangan masing-masing 0,031 mm
dan 0,025 mm. Dengan penyesuaian yang telah disarankan, mesin ini
diupayakan dapat kembali sesuai dengan standart kondisi mesin perkakas
b.2. Pengujian Work Walk Spindle True Running untuk mesin kategori 2
dengan toleransi 0,015 pada titik 0 mm (dekat spindle) dan 0,02 pada titik
300 mm
b.3. Pengujian Kebulatan untuk mesin kategori 2 dengan toleransi 0,015 per
100 mm
Skripsi Teknik Mesin 137
Konsentrasi Produksi
Institut Adhi Tama Surabaya
Sekolah ini secara telah menerapkan sistem perawatan mesin yang benar,
terbukti dari kondisi mesin yang telah melampaui umur teknis, tetapi masih
layak dioperasikan
C. SMKN 7 Surabaya
Mesin bubut di sekolah ini berjumlah 17 buah, yang keseluruhannya adalah
mesin bubut baru karena dioperasikan mulai tahun 2005, sehingga masih belum
masuk umur teknisnya. Meskipun pada saat pengamatan, penulis menemui
beberapa kelemahan pada mesin secara acak, seperti laju apron dan eretan atas
yang keras
4. Perbaikan-perbaikan mesin yang dianggap kurang sesuai adalah kebijakan sekolah
yang tidak dapat dilakukan dengan segera, sehingga penulis tidak dapat
melaksanakan analisa hasil perbaikan.
5.2 Saran
Dari pengamatan, pengujian, dan analisa yang penulis lakukan ada beberapa saran
untuk sekolah-sekolah obyek penelitian :
1. Sekolah hendaknya memiliki manajemen pengelolaan workshop atau laboratorium
pemesinan yang baik untuk menjaga performa masin-mesin tetap baik
2. Kelayakan mesin akan mempengaruhi performa operator, diharapkan dengan mesin
yang baik, kualitas siswa didik akan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan
penghargaan pihak luar kepada sekolah
3. Manajemen workshop atau laboratorium pemesinan hendaknya melengkapi standar
keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja (K3) dengan benar.