analisa mesin bubut konvensional

137
Skripsi Teknik Mesin 1 Konsentrasi Produksi Institut Adhi Tama Surabaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Materi pembelajaran Proses Produksi dengan menggunakan mesin-mesin produksi konvensional, sudah menjadi materi wajib yang harus dikuasai oleh para siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebelum benar-benar terjun secara aktif di dunia kerja. Mesin-mesin produksi konvensional seperti mesin bubut (turning machine), mesin bor (drilling machine) dan mesin sekrap (milling) adalah jenis-jenis mesin wajib dikuasai Namun kenyataanya sebagaimana materi pembelajaran pemesinan, seringkali terjadi kesalahan operasional, baik kesalahan setting, kesalahan penggunaan indikator- indikator ukur, serta kesalahan perawatan. Tiga hal diatas, tentunya memberikan dampak buruk berupa penurunan performa mesin produksi sampai kepada kecelakaan kerja bagi operator mesin itu sendiri Resiko kerja juga akan semakin bertambah, mengingat mesin-mesin produksi yang dimaksud adalah mesin-mesin yang telah melewati umur ekonomis produksi, atau bahkan melampaui umur teknis mesin. Hal ini dapat dimaklumi mengingat status mesin-mesin produksi yang dimiliki tidak seluruhnya adalah mesin baru namun mesin dengan kondisi refurbished Oleh karenanya, kami merasa perlu melakukan analisa kelayakan operasional mesin-mesin yang digunakan dalam pembelajaran teknik pemesinan untuk menjamin keamanan bagi operator, terlebih lagi operator mesin adalah para siswa SMK yang masih memiliki kesempatan luas di masa depan

Transcript of analisa mesin bubut konvensional

Page 1: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 1

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Materi pembelajaran Proses Produksi dengan menggunakan mesin-mesin

produksi konvensional, sudah menjadi materi wajib yang harus dikuasai oleh para

siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) sebelum benar-benar terjun secara aktif di

dunia kerja. Mesin-mesin produksi konvensional seperti mesin bubut (turning

machine), mesin bor (drilling machine) dan mesin sekrap (milling) adalah jenis-jenis

mesin wajib dikuasai

Namun kenyataanya sebagaimana materi pembelajaran pemesinan, seringkali

terjadi kesalahan operasional, baik kesalahan setting, kesalahan penggunaan indikator-

indikator ukur, serta kesalahan perawatan. Tiga hal diatas, tentunya memberikan

dampak buruk berupa penurunan performa mesin produksi sampai kepada kecelakaan

kerja bagi operator mesin itu sendiri

Resiko kerja juga akan semakin bertambah, mengingat mesin-mesin produksi

yang dimaksud adalah mesin-mesin yang telah melewati umur ekonomis produksi, atau

bahkan melampaui umur teknis mesin. Hal ini dapat dimaklumi mengingat status

mesin-mesin produksi yang dimiliki tidak seluruhnya adalah mesin baru namun mesin

dengan kondisi refurbished

Oleh karenanya, kami merasa perlu melakukan analisa kelayakan operasional

mesin-mesin yang digunakan dalam pembelajaran teknik pemesinan untuk menjamin

keamanan bagi operator, terlebih lagi operator mesin adalah para siswa SMK yang

masih memiliki kesempatan luas di masa depan

Page 2: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 2

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

1.2 Permasalahan

Untuk mendapatkan produk dengan presisi dimensi yang baik, apakah kondisi

mesin bubut masih layak digunakan ditinjau dari :

a. Kondisi Apron pada masing-masing mesin bubut yang diobservasi

b. Kondisi Slideways pada masing-masing mesin bubut yang diobservasi

c. Kebulatan dari produk yang dibuat dengan salah satu sample mesin bubut yang telah

melewati umur teknisnya

1.3 Tujuan Penelitian

Analisa ini ditujukan untuk mengetahui performansi mesin bubut yang telah

melewati umur teknisnnya dengan :

a. Analisa Kerataan lintasan Apron dengan mesin bubut

b. Analisa Kedataran Slideways pada mesin bubut

c. Analisa Kebulatan pada produk yang dibuat dengan menggunakan salah satu sampel

mesin bubut yang diobservasi

d. Setelah Data hasil analisa didapatkan, maka akan disimpulkan apakah mesin bubut

konvensional yang dimaksud masih layak atau sudah tidak layak dipergunakan

1.4 Batasan Masalah

Analisa ini dititik beratkankepada tingkat kelayakan operasional mesin bubut

konvensional yang digunakan di lingkungan SMK wilayah Surabaya. Adapun Batasan

Masalah pengujian adalah :

1. Pengujian dilakukan di 5 SMK yang ada di wilayah Surabaya, yaitu :

SMK N 2 STM 1 Jl. Tentara Geni Pelajar No. 26 Petemon Sawahan 031

5343708

SMK N 3 STM 3 Jl. Jend A.Yani Dukuh Menanggal Gayungan 031 8412886

Page 3: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 3

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

SMK N 5 STM Pmb Jl.Mayjend Prof Mustopo167-169 Mojo Gubeng 031

5934888

SMK N 6 STMK Jl.Margorejo – Wonocolo 031 8438267

SMK N 7 STM 2 Jl. Pawiyatan No. 2 Bubutan 031 5342407

2. Material Uji berupa Baja ST42 sebagai mandrel uji.

3. Pengujian dilakukan saat idle mesin setelah running pada kecepatan 1400 rpm

4. Metode yang digunakan adalah metode G Schlesinger untuk melakukan

pengujian pada masing-masing Analisa yang digunakan

Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways terhadap Gerakan carriages

Pengujian dilakukan untuk mendapatkan data kerataan antara tail stock

guideways terhadap gerakan carriages dilakukan dengan mempergunakan dial indicator

yang diletakkan pada carriage dan pluggernya disentuhkan pada guideways.

Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar

Gambar 1.1 Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways

terhadap Gerakan carriages

Page 4: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 4

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Pengujian Work Walk Spindle Run True

Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan dial indicator dengan mandrel test.

Pengukuran selalu dilakukan dengan 2 (dua titik)

a. Dekat hidung spindle

b. Pada jarak 300 mm

Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True

Analisa Kebulatan

Cara pengujian ini dengan menyentuhkan pluger dari dial indicator ke permukaan

mandrel uji yang telah dibagi per inchi kemudian spindle diputar perlahan-lahan.

Pengujian dilakukan di 4 titik di tiap-tiap permukaan produk

Gambar 1.3 Analisa Kebulatan

1 : Apron

2 : Dial Indicator

1

2

Page 5: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 5

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

1.5 Metode Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini dilakukan dengan pengamatan, dengan cara :

1. Studi Literatur

Studi ini meliputi literatur sebagai teori penunjang pembahasan, penyusunan data

dan metode eksperimen

2. Studi Lapangan

Studi Lapangan dilakukan dengan mencatat, mengumpulkan Data mesin bubut di

SMK di wilayah Surabaya

1.6 Sistematika Penulisan

Pokok-pokok dalam penulisan tugas akhir ini disusun sebagai berikut

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, batasan

masalah serta tujuan penulisan

BAB II : DASAR TEORI

Bab ini akan memberikan gambaran tentang bagian-bagian utama mesin

bubut, jenis pengujian yang dilakukan dan perbaikan yang diperlukan

BAB III: PENGUJIAN DAN PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi langkah-langkah pengujian dan pelaksanaannya sesuai dengan

standar metode G. Schlesinger serta material uji sebagai alat bantu dalam pelaksanaan

pengujian sehingga diperlukan data yang akurat.

BAB IV : PEMBAHASAN

Setelah mendapat data hasil pengujian, selanjutnya data tersebut dijadikan

sebagai pedoman perbaikan. Kemudian ditentukan bagian-bagian yang harus

Page 6: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 6

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

diperbaiki, apabila data yang diperoleh menunjukkan penyimpangan terhadap

toleransi yang diijinkan

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dari hasil pembahasanserta perbaikan

yang perlu dilakukan terhadap bagian-bagian yang dalam pengujian ternyata

menyimpang dari toleransi yang diijinkan. Selain itu, diuraikan pula saran dari penulis

yang mungkin dapat berguna bagi pembaca tugas akhir ini untuk dijadikan sebagai

bahan masukan.

Page 7: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 7

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

1.7 Flow Chart

Tidak

PERMASALAHAN1. APAKAH SLIDEWAYS MASIH LURUS DAN SEJAJAR

2. APAKAH KINERJA SPINDLE MASIH BAIK3. APAKAH MESIN DAPAT MEMBUAT PRODUK BULAT SEMPURNA

INPUT

Data Lapangan,

Literatur,

Spesifikasi Mesin

Bubut

OUTPUT

Mesin masih layak digunakan dengan

indikator yang dipakai saat pengujian

Kesimpulan

SELESAI

MULAI

Apakah Usia Mesin Bubut saat ini

masih dalam umur teknis

Data Tidak Diuji Hanya

menjadi Catatan dalam

Skripsi

Ya

Apakah Hasil pengujian sesuai

dengan toleransi yang ditentukan

Ya

Melakukan Penyesuaian bagian

mesin beserta perlakuan lain

yang diperlukan

Tidak

Pengujian

Menggunakan Mandrel Uji, Dial

indicator sesuai standart pengujian

STUDI LITERATURMengumpulkan dan merencanakan metode pengujian

Mengumpulkan referensi mengenai metode G. Schleisnger

Page 8: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 8

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mesin Perkakas

Mesin perkakas didefinisikan sebagai mesin yang digunakan untuk mengerjakan

benda kerja dengan bentuk tertentu yang diinginkan dan dikejendaki, serta sesuai

dengan tingkatan ketepatan yang direncanakan secara perautan, sehingga menghasilkan

geram sebagai hasil perautannya.

Salah satu klasifikasi mesin perkakas berdasarkan bentuk dan kegunaannya

adalah mesin bubut (lathe) yang mempunyai gerakan utama (gerakan pemotongan)

berupa putaran spindle (sebagai pemegang benda kerja) dan gerakan pemakanan yang

dilakukan oleh carriage dan cross slide (eretan lintang). Kegunaan dan tujuan gerakan

potong dan pemakanan tersebut akan berpengaruh dalam mendesain mesin bubut

tersebut

2.2 MesinBubut

A. Bagian utama mesin bubut

Sebenarnya mesin bubut dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu mesin bubut umum dan

mesin bubut khusus. Sedangkan mesin bubut yang biasa digunakan untuk materi

keterampilan di SMK adalah mesin bubut umum yang biasa digunakan untuk

menghasilkan profil silindris dan ulir (pada dasarnya untuk menghasilkan profil

silindris. Sedangkan mesin bubut khusus biasanya hanya digunakan untuk kegunaan

khusus yang jarang ditemui di SMK

Page 9: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 9

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Pada mesin bubut umum terdapat bagian-bagian :

Gambar 2.1 Bagian-bagian Mesin Bubut

a. Headstock (kepala tetap) berfungsi sebagai :

- Tempat pengaturan kecepatan pemotongan (speed of cut)

- Pemegang dan pemutar benda kerja (chuck)

- Memegang peralatan lain sesuai dengan spindel

b. Spindel, berfungsi sebagai :

Tempat melekatkan benda kerja serta bagian yang meneruskan putaran mesin ke

benda kerja sehingga benda kerja dapat berputar

c. Chuck

Berfungsi sebagai pemegang benda kerja

d. Bed (meja)

Bagian yang menunjang head stock dan tail stock, pada bagian atasnya disebut

ways

e. Carriage

Page 10: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 10

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Berfungsi sebagai tempat bagian-bagian lain yang terletak di atasnya, seperti

cross slide dan lain-lain, dan dapat bergeser dengan arah longitudinal sepanjang

bed.

Gambar 2.2 Sadle atau Carriage

f. Cross Slide

Bagian yang melintang pada sumbu mesin bubut, terletak di atas carriage untuk

mengadakan gerak pemakanan melintang (cross feed)

g. Tool Post

Tempat melekatkan pahat (cutting tool)

h. Compound rest

Berfungsi sebagai tempat melekatnya Tool post

i. Tail Stock (kepala lepas)

Bagian belakang dari mesin bubut, untuk menunjang benda kerja dengan

perantaraan dead centre yang diletakkan pada tail stock spindle

Page 11: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 11

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Gambar 2.3 Tail Stock

j. Tail stock spindle

Tempat melekatnya dead centre, disamping itu dapat juga untuk meletakkan drill

chuck untuk drilling atau lain-lain peralatan untuk berbagai macam pengerjaan

k. Dead Centre

Untuk menunjang benda kerja, centre ini tidak berputar bersama-sama benda

kerja

l. Tail Stock hand Wheel

Untuk mengajukan atau memundurkan posisi dead centre agar kedudukan benda

kerja dapat diatur dengan baik. Disamping itu dapat digunakan untuk melakukan

gerakan pemakanan jika pada tail stock spindle dipasang mata bor.

Page 12: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 12

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

B. Aspek-aspek elemen mesin bubut

Salah satu aspek penting yang harus dilakukan dalam pengujian mesin bubut

adalah ketelitian diametris geometris yang secara langsung akan mempengaruhi

ketelitian benda kerja (produk) yang dihasilkan. Seperti halnya diungkapkan G.

Schlesinger yang masih sangat diakui kebenarannya dalam produksi modern, dimana

benda kerja yang dihasilkan haruslah memenuhi standar toleransi dan suaian yang

diijinkan :

“Bukan maksudnya suatu mesin perkakas dibuat untuk menghasilkan geram

sebanyak-banyaknya dalam suatu satuan waktu tetapi untuk menghasilkan produk

sebanyak-banyaknya per satuan waktu”. Jadi mesin perkakas dibuat bukan untuk

menghasilkan geram, tetapi untuk menghasilkan suatu produk benda kerja

Karena untu mendiagnosa kerusakan pada mesin bubut diperlukan suatu keahlian

khusus, maka akan diperlukan suatu keahlian khusus pula untuk melakukan perbaikan-

perbaikannya.

C. Pemeriksaan ketelitian geometris

Ketelitian geometris adalah merupakan salah satu faktor yang penting yang

mempengauhi ketelitian benda kerja yang dihasilkan. Sehingga untuk mendapatkan

suatui produk yang baik (yang sesuai dnegan standar toleransi yang diijinkan),

diperlukan kualitas geometrik dari mesin bubut yang baik pula.

Ketelitian geometris mesin bubut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

ketelitian permukaan referensi dan ketelitian kerataan gerak dan putaran benda kerja

yang dihasilkan. Pada prinsipnya pengujian ketelitian geometrika : kelurusan

(straighness), kerataan (flatness), kesejajaran (palarellism), ketegaklurusan (squareness)

dan rotasi.

Page 13: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 13

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.3 Performa mesin bubut ditinjau dari produk

A. Kelurusan (straighness)

Suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari jarak antara titik-titik

pada garis itu terhadap suatu bidang proyeksi yang sejajar terhadap garis, selalu di

bawah harga tertentu

Pengetesan yang dimaksud adalah untuk mengatur kelurusan dan slide ways

carriage terhadap bidang horisontal, dua centre (spindle pada head stock) dengan centre

pada tail stock

Selain ketelitian dari spirit level satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah

panjang dari spirit level itu sendiri yang sangat menentukan dalam konfigurasi

kelurusan yang didapatkan. Ataupun proses pengukuran dapat dilaksanakan sebagai

berikut : pertama dengan membagi lintasan pada bidang ukur sesuai dengan panjang

pendatar (spirit level), kedua melaksanakan pengukuran dengan menggeser pendatar

tersebut pada lintasan yang sudah dibagi pada langkah pertama, dan angka ketiga

adalah mencatat penympangan yang terjadi selanjutnya, diterjemahkan dalam bentuk

gambar grafik.

Page 14: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 14

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Untuk lebih jelasnya diterangkan di bawah ini

Gambar 2.4 Pengukuran Kelurusan dengan pendatar dan grafik hasil

pengukuran

B. Kesejajaran (Paralellism)

Sebuah garis dinyatakan sejajar terhadap suatu bidang apabila diadakan

pengukuran antara garis tersebut terhadap bidang pada beberapa tempat, maka

perbedaan maksimum yang diperbolehkan tidak melampaui suatu harga tertentu diuji

dengan menggunakan spirit level dan dial gauge. Dalam kasus mesin bubut, akan

diukur kesejajaran antara lain :

a. Gerakan Tail Stock, terhadap suatu bidang carriage digunakan dial gauge

b. Sumbu HS teradap gerak pindah carriage digunakan spirit level dan dial gauge

c. Sumbu tail stock terhadap gerak pindah carriage digunakan dial gauge

d. Lubang centre tail stock terhadap carriage digunakan spirit level dan dial gauge

e. Gerakan tool post terhadap sumbu digunakan spirit level dan dial gauge

Page 15: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 15

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

C. Penyimpangan Rotasi (rotation error)

Penyimpangan rotasi banyak sekali terjadi pada mesin-mesin perkakas karena

sebagian mesin perkakas mempunyai prinsip kerja rotasi, walaupun prinsip translasi,

dengan demikian penyimpangan rotasi mesin-mesin perkakas selalu ada dan selalu

terjadi, baik secara dinamik maupun secara statik. Kesalahan yang terdeteksi dari

gerakan komponen rotasi pada mesin perkakas (mesin bubut) seperti proses spindle dan

poros ulir (lead screw) dapat disebabkan oleh simpang radial (penyimpangan

konsentrisitas) sumbu geometri suatu komponen rotasi, ketidakbulatan komponen

rotasi, ketidaksempurnaan bantalan komponen rotasi dan bidang permukaan komponen

rotasi yang rata/tak tegak lurus sumbu putarnya. Beberapa penyimpangan rotasi yang

biasa terjadi adalah :

C.1 Out of run (simpang putar)

Yaitu penyimpangan relatif terhadap bentuk lingkaran suatu komponen yang

diukur dalam satu bidang tegak lurus terhadap sumbu bentuk lingkaran

Page 16: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 16

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

C.2 Penyimpangan radial perputaran

Yaitu apabila sumbu geometris benda putar tidak berhimpit dengan sumbu

putarnya. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur penyimpangan putaran

spindle

Gambar 2.5 Penyimpangan Rotasi

D. True Running

Toleransi untuk True Running haruslah diambil sebagai total penyimpangan yang

dapat diterima (range deviasi) dari dial gauge pointer. Demikian pula toleransi khusus

untuk gerakan axial (slip) dari spindle yang menunjukkan penyimpangan total yang

diijinkan dari dial gauge pointer.

Toleransi khusus untuk kelurusan dua buah shaft menunjukkan penyimpangan

yang diijinkan untuk porosnya. Dari teori garis sumbu (centre line) menjadi sumbu mati

tetap. Jika diukur dengan dial gauge menggunakan metode swing over, penyimpangan

dial gauge akan menjadi dua kali jumlah pusat mati (off centre). Dial gauge pointer

diijinkan berdeviasi dua kali dalam kesalahan yang diijinkan.

Page 17: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 17

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Dengan pengetesan dial true running ini akan dapat diketahui tiga sumber

kesalahan yang akan terlihat bersama-sama :

a. Kecondongan poros spindle dalam hubungannya dengan poros rotasi (sudut α)

b. Eksentrisitas poros spindle berkenaan dengan poros rotasi (jarak e)

c. Kekurangan bulatan permukaan yang ditest seperti ditunjukkan pada bagian

cross section yang diperbesar,

Gambar 2.6 Sumber-sumber kesalahan pada rotating Mandrel

Pengujian dilakukan terhadap true running untuk spindle dengan toleransi khusus 0,01

mm selama satu revolusi spindle, dial pointer diijinkan menyimpang melebihi rangenya

0,01 mm

Page 18: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 18

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

E.Axial Slip

Adalah merupakan suatu pergerakan aksial yang tak diinginkan terjadi secara

periodik pada setiap revolusi spindle yang disebabkan manufacturing error (kesalahan

dalam pembuatan)

Ada tiga penyebab kesalahan pada axial slip :

a. Kesalahan pada thrust bearing

b. Permukaan tepi (shoulder face) tidak tegak lurus terhadap poros yang berotasi

c. Sholder facenya tidak beres

Kemungkinan terjadi kerusakan pada a dan b

Semua pengukuran shoulder face untuk aksial slip harus dilakukan dengan dua posisi

diametrikal yang berlawanan . Pembacaan dial indicator (jam ukur) diberkan saat

spindle (pembebanan aksial melawan thrust bearing) berputar perlahan-lahan

pengukuran dikurangi pada titik diametrikalnya yang berlawanan 180o

2.4 Pengertian Umum Pengukuran

Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan sebuah besaran

referensi. Keberhasilan pengukuran tergantung dari berbagai parameter yang terkait

dalam proses pengukuran tersebut. Parameternya antara lain :

Keterampilan operator

Jenis alat ukur yang dipakai

Kepekaan alat ukur

Kondisi dan lingkungan pengukuran

Page 19: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 19

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Bentuk dan material benda yang diukur pada kondisi tertentu ukuran bagian

dari komponen mesin yang tidak begitu kritis, bila ditinjau dari segi fungsi

produk

Dalam hal ini pemberian toleransi bukanlah merupakan suatu keharusan lain halnya

apabila ukuran komponen itu amat penting bila ditinjau dari berbagai segi. Maka batas

toleransi haruslah pasti

Ukuran penting apabila ditinjau dari segi fungsi komponen

Ketelitian gerakan dan kecepatan diperlukan oleh komponen yang melakukan

Kekuatan dan tahan kelelahan komponen yang menahan beban

Berat, volume atau momen inersia dari komponen yang berputar dengan

kecepatan tinggi yang memperlakukan keseimbangan dinamis

Ukuran penting jika ditinjau dari segi perakitan

Apabila komponen-komponen akan disatukan, maka ukuran dari bagian-bagianyang

akan disatukan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu kondisi

pemasangan (sesuai atau fit) sesuai dengan perancangan

Page 20: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 20

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Ukuran penting apabila ditinjau dari pembuatan

Untuk mempercepat proses produksi (bila dilakukan secara masal) maka waktu-waktu

non produktif harus dikurangi semaksimal mungkin. Salah satu caranya adalah dengan

pemasangan JIG dan fixture sehingga waktu pemasangannya diperkecil. Bagian yang

akan dipasang pada fixture ini harus memiliki ukuran yang tepat.

Dalam proses pengukuran skala dari alat ukur sangat mempengaruhi ketepatan

pengukuran dan ketelitian pengukuran yang dicapai

2.5 Jenis-jenis Pengujian pada Mesin Bubut

Telah diuraikan pada sub bab sebelumnya mengenai jenis-jenis pengujian (aspek-

aspek mesin bubut) menurut G. Schlesinger dalam hubungannya dengan rencana

perbaikan yang akan dilakukan

2.5.1 Kesejajaran Tail Stock guidewaysterhadap Gerakan carriages

Pengujian kesejajaran antara tail stock guideways terhadap gerakan carriages

dilakukan dengan menggunakan dial indicator yang diletakkan pada saddle (carriage)

dan pluggernyadisentuhkan pada guideways (ligat gambar) toleransinya 0,02 mm /1000

mm

Gambar 1.1 Analisa Kesejajaran Tail Stock guideways

terhadap Gerakan carriages

Page 21: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 21

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.5.2 Centre Point Work Spinddle untuk True Running

Pengujian True Running untuk work Spindle dilakukan dengan menggunakan

Dial indicator dan mandrel pendek ditempatkan pada tapper spindle (lihat gambar)

pembacaan pada dial indicator diberikan dengan memutar spindle perlahan-lahan.

Toleransinya sebesar 0,01 mm

Gambar 2.8 Pengujian Work Spindle

2.5.3 Carriage Sleeve untuk True Running

Pengujian untuk centre running untuk centering sleeve dilaksanakan dengan

menggunakan dial incator dan mandrel pendek dimana plugger dari dial indicator

disentuhkan pada silindris mandrel (lihat gambar)

Gambar 2.9 Pengujian Centering Sleeve

Page 22: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 22

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.5.4 Work Spindle untuk axial sleeve diukur pada 4 titik 90o

Pengujian axial sleeve ini dilakukan dengan menempatkan dial indicator dimana

plugger dari dial indicator disentuhkan pada permukaan shoulder (lihat gambar)

pembacaan di berikan pada saat spindle (pembebanan aksial terhadap thrust bearing)

diputar perlahan-lahan. Pengukuran dikurangi dengan memindahkan dial indicator dan

pluggernya diletakkan pada titik diametrikel yang berlawanan dari titik pertama

toleransinya 0,01 mm

Gamber 2.10 Pengujian Face of Shoulder

2.5.5 Taper work Spindle Runs true

Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan dial indicator dengan mandrel test.

Pengukuran selalu dilakukan dengan 2 (dua titik)

c. Dekat hidung spindle

d. Pada jarak 300 mm

Taper shank dari mandrell test ditempatkan pada spindle tapper. Dimana plugger

dari dial indicator diletakkan pada permukaan silindrik mandrel test, dan pada

pembacaan dial indicator diberikan saat spindle berputar perlahan-lahan, toleransinya

(1) = 0,01 mm ; (2) = 0,03 mm

Page 23: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 23

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True

2.5.6 Work Spindle Paralel dengan Bed

a. Pada bidang vertikal (gambar a)

b. Pada bidang horisontal (gambar b)

Pengujian keparalelan antara work spindle dengan bed menggunakan mandrel test

dan dial indicator. Mandrel test diletakkan atau dimasukkan spindle tapper, dial

indicator dilatekkan atau direkatkan pada sadle, dan pluggernya pada mandrel test.

Sadle digerakkan sepanjang mandrel, kepudian perubahan indikasi dicatat sebagi

penyimpangan.

1 : Apron

2 : Dial Indicator

1

2

Page 24: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 24

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Pengujian diulangi untuk bidang vertikal a dan bidang horisontal b. Spindle harus

berputar selama setengah atau satu jam sebelum proses pengujian, agar bantalan-

bantalan utama pada head stock berada pada kondisi temperatur kerjanya. Toleransi

0,02 / 0,03 mm (sama untuk kedua bidang)

Gamber 2.12 Pengujian Spindle Paralel terhadap Bed

2.5.7 Gerakan Upper Slide Paralel dengan work spindle pada bidang vertikal

(hand feed)

Cara pengujian dilakukan seperti pengujian kesejajaran work spindle dengan

bed, tetapi hanya dilaksanakan pada bidang vertikal saja dengan gerak pengukurannya

dilakukan oleh gerakan upper slide (gambar). Toleransinya 0,03 per 150 mm

Gamber 2.13 Pengujian upper Slide

Page 25: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 25

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.5.8 Tail Stock Sleeve Paralel terhadap Bed

a. Pada Bidang Vertikal

b. Pada bidang Horisontal

Pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan dial indicator yang

digerakkan pada sadle. Pluggernya dilakukan pada tail Stock sleeve. Sadle digerakkan

sepanjang tail stock sleeve terukur. Pengujian atau pengukuran diulagi dua kali untuk

bidang vertikal dan horisontal.

Toleransinya 0 – 0,02 mm per 100 mm (untuk bidang vertikal) dan 0 – 0,01 per

100 mm (untuk bidang horisontal).

Gambar 2.14 Pengujian Tail Stock

a : Bidang vertikal

b : Bidang Horisontal

1 : Mesin Bubut

2 : Dial Indicator

1

2

Page 26: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 26

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Sebagai penunjang pengujian supaya dapat berjalan dengan baik, ada beberapa

faktor yang perlu diperhatikan :

- Keberhasilan alat-alat ukur yang digunakan termasuk keberhasilan mesin

bubut yang akan diuji dan keberhasilan operator penguji,

- Kekakuan (repeatability) data hasil pengukuran,

- Suasana sekitar tempat pengujian,

- Kebersihan ruangan,

- Kebisingan dari ruangan yang akan mempengaruhi operator penguji,

- Getaran mesin-mesin di sekitar mesin yang dijui,

- Aktifitas orang-orang lain selama proses pengujian di sekitar areal pengujian.

2.6 Perbaikan Mesin Bubut

Dalam perencanaan perbaikan mesin bubut, perlu dilakukan terlebih dahulu

pemilihan bidang-bidang dasar yang berfungsi untuk memulai pekerjaan dan untuk

kontrol. Misal lintasan luncur atau pembimbing (slideways) dari kepala tetap (head

stock). Lintasan-lintasan luncur utama pada mesin bubut adalah :

- Bed Mesin bubut - Cross Slide

- Saddle (carriage) - Eretan Atas

Keempat lintasan tersebut adalah menentukan kualitas dari produk yang

dihasilkan, sehingga kondisi maupun posisi dari keempat lintasan tersebut harus terjaga

dengan baik. Sebagai acuan, gemotrik dari alat-alat tersebut harus tidak melebihi batas

toleransi.

Page 27: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 27

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Bila terjadi kelainan dapat diteliti apakah perlu perbaikan atau tidak. Bila

perbaikan ringan (misalnya dengan set-up kembali prinsip-prinsip atau bauk-bauk

penyetelnya). Ataupun perbaikan berat seperti penggantian maupun pengikisan kembali

permukaan yang mengalami keausan lokasi.

2.6.1 Perbaikan dengan pengikisan

Proses pengikisan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pengukuran bentuk permukaan

dan pelaksanaan pengikisan bidang berlebih yang didapat dari hasil pengukuran

terdahulu. Lakukan kedua tahap pengikisan secara berulang-ulang sehingga akan

didapat hasil yang baik, teliti dan memuaskan.

Proses pengukuran disini dilakukan dengan melapisi suatu pelat perata (surface

plate) dengan salah satu warna identik (biru atau merah), sejenis cat minyak dan

menggosokkannya pada permukaan yang akan diukur dengan hati-hati dan dalam gerak

pendek antara 20 – 40 mm. Kemudian dilihat bagian menonjol adalah bagioan yang

paling paling banyak terkena warna (bagian inilah yang akan dikikis) untuk diratakan

agar sama dengan lembah-lembah atau bagian yang terkena warna paling sedikit.

Jumlah pewarna yang tampak menonjol dan terletak pada suatu bidang geometris

menentukan kualitas dari bidang yang dikikis. Bila banyak terdapat tanda berwarna

pada bidang tersebut, dapat dikatakan bidang itu mempunyai kualitas yang baik dan

sebaliknya,

C. De Beer membagi klasifikasi kualitas permukaan dalam 5 kelas :

a. Kelas I, pengikisan halus,

b. Kelas II, pengikisan agak halus,

Page 28: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 28

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

c. Kelas III, pengikisan sedang,

d. Kelas IV, Pengikisan kasar

e. Kelas V, Pengikisan sangat kasar

Sebelum melakukan pengikisan ke II, bersihkan terlebih dahulu geram-geram

bekas pengikisan pertama atau sebelumnya dan sisinya dihilangkan dengan

menggunakan kikir yang sudah tua (tumpul)

Tabel 2.1 Klasifikasi kualitas permukaan

Gambar Penggunaan

Kelas I

Pengikisan halus : terdapat 22 – 25 titik-titik tanda

pengikisan per inchi, Kualitas ini diperlukan untuk

suatu surface plate, sisi pelurus dan alat serupa serta

lintasan luncur dari mesin perkakas yang diteliti

Kelas II

Pengikisan agak halus : terdapat 10 – 14 titik

pengikisan per inch. Kualitas ini untuk lintasan

luncur yang sempit dari mesin perkakas yang besar

Kelas III

Penngikisan sedang : terdapat 6 – 10 titik pengikis

per inchi, Kelas ini dipakai untuk lintasan luncur

yang lebar pada mesin-mesin perkakas berat

lintasan luncur yang jarang-jarang dipakai dan meja

atas dari mesin perkakas bila lintasan luncur ini

tidak dapat disekrap

Kelas IV

Pengikisan kasar : terdapat 3 – 5 titik pengikis per

inch. Dipakai untuk permukaan yang berpasangan

dari komponen yang disatukan dengan baut, meja,

atau dari mesin perkakas besar

Kelas V

Pengikisan sangat kasar : terdapat 1 – 2 titik

penanda pengikis per inch, dipakai untuk

permukaan yang luas yang disambung tetap dengan

baut selama umur mesin, misalnya kolom dari

mesin gurdi atau mulling dan lain sebagainya

Page 29: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 29

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Jenis-jenis alat pengikis

Perkakas yang paling banyak dipakai sebagai alat pengikis adalah jenis perkakas

yang ujung-ujung potongnya terbuat dari :

Baja Kecepatan Tinggi (High Speed Steel)

Baja Perkakas (Ttool Steel)

Baja Karbida (Biasanya dalam bentuk karbida tipis)

Bentuk ujung perkakas antara yang satu dengan yang lain berbeda tergantung

pada kegunaan dan kemampuan perkakas tersebut. Jadi bentuk ujung perkakas

pengikisan itu ditentukan dari jenis logam yang akan dikikis. Lebih jelasnya berikut ini

dapat dilihat ilustrasinya pada gambar

Gambar 2.15 Bentuk sudut dari macam-macam pengikis (scraping tool)

Page 30: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 30

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Sebelum digunakan untuk pengikisan, sebaiknya ujung-ujung perkakas

pengikisan diasah terlebih dahulu dengan langkah-langkah :

Menggerinda ujung perkakas tersebut pada mesin gerinda yang sesuai

Setelah digerinda, kemudian diasah kembali dengan menggunakan batu

arkansas atau sejenisnya untuk mendapatkan permukaan yang halus (tanpa cacat pada

sisi pemotongan)

Cara pengikisan

Untuk melakukan proses pengikisan, perlu dilakukan hal-hal berikut :

a. Perkakas pengikis dipasang membentuk sudut 45o

sampai 60o pada benda

kerja (permukaan yang akan dikikis)

b. Didorong dan ditekan ke bawah sehingga mampu mengikis permukaan

benda kerja

c. Dalam melakukan pendorongan diusahakan melakukan dengan cara yang

halus dan sedikit diayunkan ke arah samping kanan, atau ke arah bentuk

bekas pengikisan yang diinginkan (runcing, setengah bulat, lurus, dan

sebagainya)

d. Bersihkan permukaan bekas pengikisan dengan kikir tumpul

e. Periksa kualitas permukaan hasil pengikisan dengan pelat rata (surface

plate) yang diberi warna untuk mengetahui titik-titik tanda pengikisan

f. Ulangi proses pengikisan jika masih ada bagian yang tidak rata sampai

mendapatkan hasil yang optimal

g. Perhatikan gaya pemotongan dalam pengikisan. Kelebihan tenaga akan

menyebabkan panjang dna kedalaman pengikisan akan melewati bagian

yang seharusnya terkikis

Page 31: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 31

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

h. Langkah yang biak adalah dengan menggunakan tenaga seefektif mungkin

yaitu dengan menumpu gagang pengikis pada pinggul atau bahu. Jika

mendorong pengikis dengan pinggul, biasanya untuk pengikisan horisontal

Pelaksanaan pengikisan

Untuk mencapai kualitas tertentu dari suatu permukaan, pengikisan dilakukan

berulang-ulang. Untuk pengikisan permukaan yang sangat kaa (kelas V), pengikisan

dilakukan 3 – 5 kali. Untuk pengikisan halus (kelas II), dapat dilakukan antara 20 – 25

kali. Setiap kali pengikisan, bentuk permukaa hasil pengikisan dapat dilihat dan

dihitung jumlah tanda pengikisan tiap inchi perseginya. Pengikisan selanjutnya

dilakukan dengan arah sejajar dan teratur dengan pengikisan sebelumnya.

Gambar 2.16 Langkah Perkakas Pengikis

Untuk memberi gambaran sifat permukaan yang dikikis, di bawah ini

diperlihatkan tabel referensi

Page 32: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 32

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 2.2 Sifat-sifat permukaan yang harus dikikis

Kelas Nama Jumlah

tanda

scrap/

inch

Allowance

(mm)

Jumlah

langkah

Kedal

aman

perm

ukaan

(mm)

Waktu yang

diperlukan untuk

permukaan 200 x

200 mm2 untuk besi

tuang (menit)

1 Pengikisan

Halus

2 - 25 0,8 – 1,2 20 - 35 2 110

2 Pengikisan

Agak Halus

0 - 14 0,07 – 0,1 14 - 18 35 90

3 Pengikisan

Sedang

6 - 10 0,05 – 0,08 10 - 12 4 70

4 Pengikisan

Kasar

3 – 5 0,03 – 0,06 6 - 8 45 40

5 Pengikisan

Sangat

Kasar

1 - 12 0,01 5 5 35

Perbaikan dengan mesin Gerinda

Pada dasarnya proses penggerindaan dapat dilakukan secara manual, tetapi akan

menjadi masalah, jika permukaan yang akan digerinda sudah dihardening, Karena pada

baja Hardening sangat sulit bahkan tidak mungkin lagi dilakukan penggerindaan secara

manual.

Bagian-bagian yang perlu dikerjakan dengan mesin gerinda misalnya Guideways,

slideways, dan sebagainya. Berikut dapat dilihat ilustrasi pengerjaan dengan gerinda

khusus

Page 33: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 33

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Gambar 2.17 Perataan dengan gerinda pada mesin planner

Perataan penggerindaan yang dipasang pada mesin planner

(a) Penggerindaan kasar, membentuk sudut 3o – 4

o dengan mesin pembimbing

(b) Penggerindaan akhir, batu gerinda membuat posisi sejajar dengan permukaan

pembimbing

Keuntungan dan kerugian kedua macam proses, yaitu proses gerinda secara

manual dan dengan menggunaka mesin otomatis adalah :

Pengikisan secara manual dapat mengerjakan permukaan yang luas, panjang

maupun sempit tanpa mengalami kesulitan. Bila dilakukan secara terus

menerus akan menghasilkan bidang yang benar-benar rata dan teliti.

Sedangkan kerugiannya akan membutuhkan banyak tenaga

Gerinda otomatis dapat menghasilkan permukaan yang halus. Tetapi

kelemahannya, mesin tidak cocok untuk permukaan yang tidak terlalu luas

serta permukaan tertentu (misalnya lintasan “V”)

Page 34: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 34

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.6.2 Perbaikan pada Headstock

Headstock, atau Headstock housing menggunakan lintasan putar yang dilengkapi

dengan rol-rol atau peluru-peluru (disebut juga bantalan rol atau bantalan peluru).

Biasanya bantalan untuk poros utama mesin bubut dibuat dari logam lunak, seperti

perunggu, kuningan yang ditempatkan pada rumah Headstock (gambar)

Gambar 2.18 Desain Bearing Mesin Bubut

Bantalan-bantalan yang dipakai pada mesin bubut konvensional adalah bantalan

rol miring (tape roll Bearing) dan thrust ball bearing.

Penyimpangan yang terjadi pada gerakan spindle baik untuk true running maupun

axial slip, alternatif perbaikannya adalah dengan mengganti salah satu atau kedua

bantalan tersebut.

Perbaikan terhadap kedua bantalan dapat dilakukan dengan cara :

a. Pilih bantalan jenis taper roll bearing yang sesuai dengan spesifikasi ukuran

poros spindle

1. Bantalan Bagian depan

2. Bantalan Bagian belakang

a. Thrust Ball Bearing

b. Taper Ball Bearing

Page 35: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 35

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

b. Periksa ukuran kedua bantalan tersebut

c. Sebelum memasang kembali bantalan poros-poros utama yang telah selesai

diperbaiki tersebut, bersihkan tumah headstock dan selalu diberi oli dalam

pemakaiannya. Mula-mula proses utama agak sulit berputas sehingga diperlukan satu

motor penggerak kecil yang dihubungkan dengan transmisi sabuk yang dapat berputar

150 – 200 rpm selama kurang lebih 5 - 6 jam. Selama itu temperatur dijaga agar tidak

terlalu tinggi, karena itu clearence yang dapat dibuat kecil dan perlu diadakan

pemeriksaan dan perbaikan kembali untuk mendapatkan clearence yang tepat.

Karena pemasangan dan pembongkaran berkali-kali selama perbaikan, maka

kondisi poros utama harus dijaga agar tidak melengkung dengan menumpu pada titik

aitnya pada saat mengangkat dan meletakkannya

2.6.3 Perbaikan pada bed mesin bubut

Bidang-bidang luncur yang perlu diperbaiki pada bed yang sesuai fungsinya

adalah :

a. Bidang untuk lintasan carriage, dari gambar terlihat yaitu bidang 2,7 dan 8

b. Bidang-bidang untuk lintasan Tail Stock, yaitu bidang 3,4 dan 6

c. Bidang-bidang kontrol, yaitu bidang 5 dan 9

d. Bidang-bidang untuk penjepit, yaitu bidang 1 dan 10

e. Sedangkan bidang 11 dan 12 (membentuk sudut 90o) sebagai bidang untuk

pemasangan rack (rack fixing)

Page 36: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 36

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Gambar 2.19 Penampang Bed mesin bubut

Dari bidang-bidang tersebut yang berfungsi utama pada saat bekerjanya mesin

adalah bidang 2,3,4,6,7, dan 8 karena bidang-bidang itu sebagai lintasan carriage dan

Tail Stock yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki bed mesin bubut adalah

:

a. Perbaikan dengan pengikisan

o Menyetel kedataran bed dengan menyetel kedataran bauk-bauk pondasi

ganjalannya. Spirit level ditempatkan pada slideways dan digeserkan

sepanjang lintasan

o Menyiapkan bidang-bidang dasr, yaitu bidang-bidang 3,4, dan 6 dengan

ketelitian masing-masing tidak lebih dari 0,02 m per 1000 mm. Pengecekan

hanya boleh dilakukan dengan spirit level

o Mengikis bidang 2 bidang dengan jumlah titik tanda pengikisan sebanyak

10 – 12 titik per inch [erseginya. Bidang 2 ini harus sejajar dengan bidang

dasar 3, 4, dan 6 dengan ketelitian maksimum sampai 0,02 mm per 1000

mm

Page 37: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 37

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

o Mengikis bidang-bidang prisma 7 dan 8 yang jika diperiksa dengan bidang

2, ketelitiannya tidak lebih dari 0,02 mm per 1000 mm

o Kesejajaran lintasan luncur 7 dan 8 relatif terhadap lintasan dasar / bidang

dasar 3, 4 dan 6 harus diperiksa dengan dial indicator yang seterusnya

digeserkan sepanjang lintasan yang diperiksa. Ketelitiannya 0,02 mm per

1000 mm

b. Perbaikan dengan mesin

Perbaikan dengan mesin dapat dilaksanakan pada mesin planner,

dengan cara :

o Bed dipasang pada meja mesin yang dibawahnya diberi karton (kertas

tebal) untuk menyamakan beban di semua titik yang mungkin disebabkan

permukaan bawah bed tidak rata. Kemudian di klem dengan kuat

o Pengerjaan dilakukan pada permukaan bidang-bidang 2,3,4,6,7 dan 8

dengan ketelitian maksimum 0,03 mm per 1000 mm

o Jika ingin hasil yang lebih teliti lagi, dikerjakan lebih lanjut dengan

mengikis secara manual secara perlahan

c. Perbaikan dengan penggerindaan

Perbaikan dengan penggerindaan ini dilakukan pada mesin planner, dengan

mengganti pahat potongnya dengan gerinda, dilakukan dengan cara yang sama dengan

pengerjaan mesin diatas, hanya pahat diganti dengan batu gerinda dengan ketelitian

0,03 mm per 1000 mm

Page 38: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 38

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

2.6.4 Perbaikan pada Slideways

Bidang-bidang yang harus diperbaiki pada slideways adalah bidang 1,2,7, dan 9

yang berfungsi sebagai tempat meluncurnya eretan lintang serta bidang-bidang

permukaan luncur carriage 3,4 dan 5

Gambar 2.20 Penggerindaan Slideways

Keterangan gambar

1,2,7, dan 9 : Bidang luncur eretan (cross slide)

3,4, dan 5 : Bidang luncur carriage

6 : Permukaan tempat apron diluncurkan

8 : Lubang untuk batang berulir

Page 39: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 39

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Untuk mengadakan perbaikan carriage ini, dapat digunakan dua metode

perbaikan, yaitu :

a. Perbaikan dengan pengikisan

o Bidang-bidang luncur arah memanjang (longitudinal guidence) 3,4, dan 5

dikikis dengan ketelitian 8 – 10 bekas titik-titik tanda pengikisan setiap

inch perseginya

o Bidang luncur untuk gerakan melintang (tranversal guidence) 1,2,7 dan 9

sebagai tempat meluncurnya cross slide dikikis dengan ketelitian 10 -12

bekas titik-titik tanda pengikisan tiap inch perseginya. Keparalelan bidang

1 dan 2 tidak lebih dari 0,005 mm (diukur dengan mandrel dan dial

indicator)

o Bidang 9 dikikis membentuk sudut 55o dengan 10 – 12 bekas titik-tik

tanda pengikisan tiap inch perseginya. Keparalelan dengan sumbu lubang

8 diusahakan maksimum sebesar 0,005 mm sepanjang bidang 9 tersebut

o Bidang luncur 7 juga dikikis dengan 55o seperti pada bidang 9 dengan

ketelitian yang sama

o Selama pengikisan periksa pula ketegaklurusan bidang luncur 4 dan 5

Page 40: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 40

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

b. Perbaikan dengan mesin

Pada perbaiikan dengan menggunakan mesin ini, carriage dipasang di

atas mesin planner/shaper dengan meletakkan bidang-bidang luncur 3,4,5 dan

6 di sebelah atas, karena bidang-bidang tersebut yang akan dikerjakan

o Bidang-bidang dikerjakan sehingga menjadi (x+0,005) mm

o Bidang 4 dan 5 dikerjakan menjadi {(x+0,005) cos α }mm dengan α =

sudut yang dibuat dengan bidang horisontal

o Kemudian dibalik untuk mengerjakan bidang luncur lainnya 1,2,7, dan 9

o Semua ukuran, batasan harga toleransi sama dengan perbaikan dengan

cara pengikisan

2.6.5 Perbaikan pada Tail Stock

Perbaikan pada Tail Stock dan Tail Stock housing berarti keakuratan dari

permukaan bridge pada bed dan rumah Tail Stock, keakuratan lubang pada rumah Tail

Stock dan ketinggian head stock dan poros tail stock

Langkah-langkah perbaikan :

a. Lakukan penggerindaan (scrap) pada permukaan 1 (lihat gambar) dengan

mengoleskan zat pewarna sebagai penanda

b. Kikislah permukaan atas dari base atau bridge 2

c. Permukaan atas bridge di scrap untuk disesuaikan dengan rumah Tail Stock,

periksa dengan penandaan zat pewarna yang akan memberikan minimal 10.

Tanda pengikisan dalam atau luasan 25 x 25 mm2. Tempatkan juga pada

jalur Tail Stock

Page 41: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 41

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

d. Kikis permukaan bawah bridge untuk disesuaikan dengan bedways dan

periksa dengan penandaan pewarna yang menghasilkan minimal 10 – 15

titik-titik penanda kikisan pada luasan 25 x 25 mm2

e. Bridge ditempelkan dengan rumah Tail Stock

f. Hand stock diletakkan di depan sadle carriage agar bebannya dapat

menjamin rigidity bed ways

g. Lubang untuk tempat tail sleeve dibor dengan kecepatan spindle 250 rpm

dan kecepatan pemakanan 0,1 mm/min. Toleransi untuk taper tidak boleh

lebih dari 0,02 mm dan ketidakbulatannya tidak boleh melebihi 0,01 mm

h. Pemeriksaan dilakukan terhadap posisi relatif tail sleeve pada bed ways dan

kelurusan garis sumbu head stock dan tail stock

Gambar 2.21 Tail Stock

Page 42: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 42

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

BAB III

PENGUJIAN DAN PENYAJIAN DATA

3.1 Persiapan Pengujian

Sebelum pengujian mesin bubut dilakukan, diperlukan beberapa persiapan-

persiapan yang meliputi penyediaan alat-alat uji yang akan digunakan, kalibrasi terhadap

masing-masing alat uji serta persiapan mesin bubut itu sendiri.

Persiapan Alat Uji

Alat-alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu :

1. Dial Indicator dengan ketelitian 0,01 mm

2. Mandrel Penguji

3. Kertas pencatat

4. Komputer dengan applikasi Microsoft Excel untuk simulasi data

5. Mistar Baja

Page 43: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 43

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Dial Indicator

Gambar 3.1 Dial indicator

Merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam industri

permesinan pada bagian produksi maupun bagian pengukuran / kamar ukur. Prinsip

kerjanyaadalah secara mekanis, dimana gerakan linier dari sensor diubah menjadi

gerakan putaran jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantara batang

gigi dan susunan roda gigi, ketelitian pembacaan skala dial indicator yang dipakai

sebesar 0,01 mm

Mandrel Penguji

Gambar 3.2 Mandrel Uji Standar

Page 44: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 44

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mandrel penguji ialah suatu alat uji yang mewakili suatu sumbu yang akan diuji

terhadap elemen-elemen mesin yang lain maupun gerakan sumbu itu terhadap posisinya

itu sendiri

Sedangkan pada pengujian kali ini, digunakan 1 buah Mandrel penguji berdiameter 20

mm dengan panjang 300 mm dengan satu ujung berbentuk tirus.

Mandrel terbuat dari bahan baja yang dikeraskan bagian luarnya.

Gambar 3.3 Mandrel Uji Panjang

Persiapan mesin uji

Untuk mendapatkan hasil pengujian yang maksimal, dilakukan beberapa upaya

antara lain dengan menjaga kebersihan mesin, kebersihan sekitar tempat pengujian,

bebas dari getaran mesin-mesin sekitarnya serta pengaturan penempatan alat ukur dan

alat bantu untuk memudahkan pengukuran

Page 45: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 45

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

3.2 Pelaksanaan Pengujian

Banyak referensi yang memberikan informasi mengenai umur teknis mesin,

namun sesuai dengan standar pengujian mesin G. Schlesinger, maka Mesin dengan jam

operasi 15000 jam dengan beban opersi ringan perlu dilakukan pengujian geometri.

Jika mesin bubut diopersikan selama 5 jam tiap hari dengan asumsi Jumlah hari

dalm 1 tahun 300 hari, maka :

Dengan H = Hour : Jumlah Jam pemakaian dalam 1 Hari

D = Day : Jumlah Hari pemakaian dalam 1 tahun

Y = Year : Jumlah Tahun operasional Mesin

Jadi, dalam pengujian kali ini mesin yang diujikan adalah mesin dengan masa

pakai minimum 10 tahun sejak pertama kali dioperasikan

Sebelum pengujian dimulai, terlebih dahulu dilakukan pengkondisian temperatur

komponen-komponen. Tujuannya agar temperatur saat pengujian mendekati keadaan

normal pemakaiannya. Pengkondisian temperatur tersebut dilakukan dengan jalan ;

1. Menghidupkan mesin bubut dalam keadaan tanpa beban (Idle Turning),

kecepatan putar spindle utama dipilih dengan kecepatan tertinggi

2. Lama Idle turning sendiri kurang lebih 60 menit sehingga dicapai keadaan

temperatur tetap (Steady state)

3. Temperatur yang dicapai kurang lebih 60oC, kemudian pengujian dapat

dilakukan

Page 46: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 46

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Pengujian Kesejajaran Tail Stock guideways terhadap Gerakan carriages

Gambar 3.3 Posisi Pengujian Tailstock Guideways

Diukur dengan dial indicator dengan toleransi 0,02 Peralatan yang digunakan :

1. Dial Indicator

2. Mistar Baja

3. Kertas Pencatat, kemudian data di input ke Komputer untuk simulasi data dengan

Microsoft Excel

Cara Pengujian

1. Letakkan dial Indicator diatas Carriage

2. Lintasan dibagi dengan mistar baja per 1 inch dengan penandaan spidol

3. Atur posisi jarum nol dan sentuhkan plugger dengan tekanan 15 strip atau 0,015

mm

4. Geser carriage dengan pelan-pelan sambil dilihat beberapa simpangan yang terjadi

pada dial indicator

5. Setiap simpangan per inch dicatat, kemudian di simulasikan kedalam grafik

menggunakan Microsoft Excel

Page 47: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 47

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

6. Pengujian dilakukan dengan sempurna apabila seluruh langkah dilakukan dengan

tertib dan teliti

7. Pengujian dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing mesin yang diuji dengan

posisi yang diubah-ubah sesuai dengan posisi pada gambar yang terdapat pada Bed

bubut dengan cara sama

Pengujian Work Walk Spindle Run True

Gambar 1.2 Analisa Work Walk Spindle Run True

a. Dekat Hidung Spindle

b. Pada jarak 300 mm

Diukur dengan menggunakan dial indicator dan mandrel uji panjang toleransi (a) =

0,015, (b) = 0,02

Peralatan

1. Dial indicator

2. Mandrel uji panjang, Panjang 300 mm atau 11,811 inchi

3. Kertas Pencatat

a dan b :titik uji

1 : Mesin Bubut

2 : Dial Indicator

1

2

Page 48: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 48

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Cara Pengujian :

1. Letakkan dial indicator di atas carriage dan tapper mandrel uji panjang pada tapper

spindle

2. Sentuhkan plugger di dekat hidung spindle untuk titik (a) dan pada jarak 300 mm

untuk titik (b)

3. Bagi keliling mandrel uji panjang menjadi 4 titik dengan penanda spidol

4. Putar spindle perlahan untuk pengambilan data di masing-masing penanda

5. Catat seluruh simpangan yang terjadi, Simulasikan dengan Microsoft Excel kemudian

bandingkan dengan data pada kedataran slideways

6. Pengujian dikatakan sempurna jika seluruh langkah diatas dilakukan dengan tertib dan

teliti

Analisa Kebulatan

Gambar 1.3 Analisa Kebulatan

Diukur pada diameter mandrel dengan menggunakan dial indicator dengan toleransi

0,015 mm per 100 mm panjang

Page 49: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 49

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Peralatan pengujian :

1. Dial indicator

2. Mandrel uji panjang, panjang 300 mm atau 11,811 inchi

3. Kertas Pencatat

Cara pengujian

1. Letakkan dial indicator diatas carriage

2. Sentuhkan plugger pada bidang vertikal mandrel uji dengan tekanan 10 strip atau

0,01 mm

3. Bagi panjang mandrel uji dalam 1 inchi, kemudian putar spindle secara perlahan

4. Baca simpangan yang terjadi pada diameter mandrel dengan menggerakkan carriage

tiap inchi di 4 titik secara acak pada mandrel uji. Pembacaan juga dilakukan di

Ujung Mandrel (face)

5. Catat simpangan yang terjadi pada permukaan mandrel kemudian simulasikan

dengan menggunakan Microsoft Excel

6. Pengujian dikatakan sempurna jika seluruh langkah dilakukan dengan tertib dan

teliti

Page 50: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 50

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

3.3 Data Pengujian

A. SMKN 5 (STM Pembangunan) Surabaya

Lokasi : SMKN 5 (STM Pembangunan)

Alamat : Jl.Mayjend Prof Mustopo167-169 Mojo Gubeng 031 5934888

Data Diambil : 9 Januari 2011

Jumlah Mesin : 14

Mesin 1

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 2

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 3

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 4

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Page 51: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 51

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 5

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 6

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 7

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 8

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Mesin 9

Type / Model Bantam 600

Tahun Produksi 1970, dipakai pertama kali 1975

Merk Bantam

Produksi Colchester

Max Swing Over 286 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 1600 rpm

Page 52: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

52

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

A.1 Pengujian Kesejajaran Tail Stockterhadap Gerakan carriage

Tabel 3.1 Hasil Pengujian kesejajaran Tail Stock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 1 SMKN 5 Surabaya

Posisi

Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 -0,01 -0,05 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,01

2 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,02 0,01 0,01

3 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,02 0 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 0,01 -0,01

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01

5 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 -0,02 -0,01 0,02

6 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 0 -0,02 -0,02 0,02

7 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 0,02

8 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,04 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

9 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 0 -0,02 -0,02

10 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,01 0,02 -0,02 0 -0,02 -0,02

11 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02

12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0,01 -0,01 -0,02 -0,02 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,02 -0,03 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,015 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 53: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

53

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.1 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 1 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi

Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 0 0

31 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 -0,01

36 0 0 0

37 0 0 0

38 0 0 0

39 -0,01 -0,02 0

Keterangan : M = Mesin

Page 54: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

54

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.2 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 2 SMKN 5 Surabaya

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,005 -0,02 -0,02 -0,08 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,01 0,01

2 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,005 -0,02 -0,1 -0,06 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,01 0,01

3 -0,15 -0,05 -0,02 0 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,03 0,05 -0,1 -0,1 0,01 -0,1

4 -0,15 -0,05 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 -0,2 -0,01 -0,03 0,01 -0,2 -0,1 -0,01 -0,1

5 -0,2 -0,2 0 0,02 -0,01 -0,01 -0,2 -0,04 -0,05 0 -0,1 -0,01 -0,03 -0,1

6 -0,01 -0,2 0 -0,05 -0,01 -0,01 -0,2 -0,01 -0,04 0 -0,01 -0,01 -0,03 0,01

7 -0,02 -0,1 0,01 0,01 -0,02 -0,01 -0,08 0 0 0 -0,02 -0,1 -0,02 0,01

8 -0,02 -0,01 0,01 0,01 -0,02 -0,02 -0,1 -0,02 0 0,03 -0,1 -0,2 -0,01 -0,01

9 0 -0,01 -0,08 -0,05 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0 0,03 -0,02 -0,2 -0,02 -0,03

10 0 -0,02 -0,1 -0,05 -0,02 -0,03 -0,01 -0,04 -0,03 0,05 -0,02 -0,2 -0,04 -0,04

11 -0,2 -0,02 -0,2 -0,05 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,03 0,02 -0,02 -0,2 -0,04 -0,03

12 -0,2 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,04 -0,01 -0,01 -0,03 0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01

13 -0,1 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,03 0,06 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01

14 0 0 0 0 0 c 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 55: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

55

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.2 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 2 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

31 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 0

36 0 0 0

37 0 0 0

38 0 0 0

39 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 56: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

56

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.3 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 3 SMKN 5 Surabaya

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,05 0,05

2 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,05 0,05 0,05

3 -0,01 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,01 0 -0,01 0,05 -0,03 -0,01 0,01 -0,08

4 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,08

5 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,08 -0,1 -0,15 -0,1

6 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,05 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0,01 -0,09 0 -0,15 0

7 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 -0,05 -0,1

8 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 -0,05 -0,15

9 -0,08 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,08 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,05 -0,1 0,01 -0,15

10 -0,08 -0,02 -0,01 0 -0,05 0,07 -0,01 -0,03 -0,01 0,08 -0,05 0 -0,01 0

11 -0,08 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 0,05 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,01 -0,1 0 0

12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,05 0

13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,02 0,02 -0,01 -0,02 -0,08 -0,08

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,02 0

18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,04 -0,01 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 57: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

57

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.3 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 3 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

21 0 0 0 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,1

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01

31 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 0

36 0 0 0

37 0 0 0

38 0 0 0

39 -0,01 -0,02 0

Keterangan : M = Mesin

Page 58: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

58

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.4 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 4 SMKN 5 Surabaya

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 0,01 -0,01 -0,01 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -

0,005 0,05 0,01

2 0,01 -0,01 -0,01 0 -0,05 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 0 0,05 0,01

3 -0,01 -0,01 -0,5 0 -0,01 -0,02 0 0 -0,04 0,05 -0,1 -0,01 0 0

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,04 0,01 0 -0,01 -0,01 -0,01

5 0 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,01 -0,03 -0,02 0,01

6 -0,01 0 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,01 -0,03 0,01 -0,02 0 -0,02 0,01

7 -0,02 -0,01 0,02 -0,01 -0,02 -0,05 0 0 0 0,02 -0,02 -0,03 -0,02 0,01

8 0 -0,03 0,01 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,03 0 -0,02

9 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 0 -0,02 -0,01 -0,02 0 0 -0,03 -0,02 -0,02

10 -0,02 0 -0,15 -0,01 -0,02 0,05 -0,02 -0,02 0 0,03 -0,02 -0,03 -0,02 -0,02

11 -0,02 -0,01 0 -0,01 0 0,05 -0,01 -0,02 0 0,02 -0,02 -0,03 -0,02 0

12 0 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 0,01 0 -0,01 -0,08 0,02 -0,02 0 0 -0,02

13 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,01 -0,01 -0,05 0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 -0,01 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0

19 -0,01 0 0 -0,01 -0,02 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 -0,05 0 -0,01 0 0 0 0 0 -0,01 0 -0,01 0 0

21 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 59: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

59

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.4 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 4 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0

23 -0,02 0 0 0 -0,02 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,05 -0,01 -0,01

31 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 0

36 0 0 0

37 0 0 0

38 0 0 0

39 -0,01 -0,02 0

Keterangan : M = Mesin

Page 60: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

60

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.5 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 5 SMKN 5 Surabaya

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 -0,1 -0,05 0,04 -0,05 -0,05 -0,06 -0,2 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,03

2 -0,2 -0,1 0,04 -0,05 -0,05 -0,05 -0,2 -0,05 -0,02 0,01 -0,02 -0,01 0,01 0,03

3 -0,2 -0,2 0,04 -0,05 -0,02 -0,05 0,01 0 -0,03 0,005 -0,08 -0,04 0,01 -0,03

4 -0,03 -0,01 0,01 0,02 -0,02 0,01 -0,2 0,03 -0,03 0,01 -0,05 -0,01 -0,01 -0,03

5 -0,09 -0,1 0,03 0,02 -0,02 0,01 -0,2 0 -0,03 0 -0,01 -0,04 -0,08 0,03

6 0,01 -0,02 0,03 -0,01 -0,02 -0,02 -0,05 0,03 -0,02 0 -0,02 -0,03 -0,08 0,04

7 0,01 0,01 -0,01 -0,01 -0,03 -0,05 -0,06 -0,01 0 0 -0,02 -0,04 -0,02 0,04

8 0,02 0,1 -0,01 -0,01 -0,03 -0,04 -0,05 -0,02 0 0,03 -0,07 -0,03 -0,02 -0,04

9 -0,03 -0,2 -0,01 -0,05 -0,01 -0,03 -0,1 -0,1 0 0,03 -0,02 -0,05 -0,02 -0,03

10 -0,01 0 -0,02 -0,05 -0,02 -0,02 -0,03 -0,02 -0,03 0,02 -0,03 -0,02 -0,01 -0,01

11 -0,1 0 -0,02 -0,05 -0,01 -0,05 -0,02 -0,02 -0,03 0,02 -0,02 -0,03 -0,03 -0,01

12 -0,1 0 -0,02 -0,01 -0,03 -0,04 -0,02 -0,03 -0,03 0,02 -0,01 -0,01 -0,04 -0,015

13 -0,01 -0,02 -0,02 -0,03 -0,01 0,01 -0,01 -0,01 -0,03 0,09 -0,02 -0,02 -0,02 -0,01

14 -0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 -0,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 -0,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 61: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

61

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.5 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 5 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,03 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

31 -1,51 -0,6 0,07 -0,34 -0,35 -0,39 -1,14 -0,26 -0,28 0,235 -0,41 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 0

36 0 0 0

37 0 0 -0,01

38 0 0 0

39 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 62: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

62

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.6 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 6 SMKN 5 Surabaya

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

1 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 0 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,005 0,01 0,01

2 -0,01 -0,02 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,2 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 0 0 0

3 0 -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,1 0 -0,02 0,01 -0,01 -0,01 0,01 -0,01

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01 0 0 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

5 0 0 0 -0,01 0 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 0 -0,02 -0,08 0,02

6 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 0,01 -0,02 -0,1 -0,08 0,02

7 -0,02 -0,02 0 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 0 -0,02 0,02 -0,02 -0,1 -0,06 0,02

8 -0,02 -0,02 0 0 -0,02 -0,05 0 -0,01 -0,02 0,02 0 -0,09 -0,05 -0,02

9 0 0 -0,02 -0,01 -0,02 -0,05 -0,02 -0,01 -0,02 0,02 -0,02 -0,05 0 -0,02

10 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 0 0,05 -0,01 -0,02 -0,02 0 -0,02 0 -0,03 0

11 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02 0,05 0 0 -0,01 0 0 -0,05 -0,03 -0,02

12 -0,02 -0,01 -0,02 -0,015 -0,02 0,03 -0,1 -0,01 0 0,02 -0,02 -0,05 -0,03 -0,02

13 -0,02 0 -0,02 -0,015 -0,02 0,01 -0,1 -0,01 -0,01 0,02 -0,02 -0,01 -0,03 -0,02

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 -0,01 0 0 -0,01 0 0 0 -0,02 0 0 0 0 0 0

19 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 -0,03 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 -0,01 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 63: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

63

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.6 Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap Gerakan Carriage Pada Posisi 6 SMKN 5 Surabaya (lanjutan)

Posisi Pengujian

(inch)

Simpangan (mm)

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02 -0,005 -0,01 -0,01

31 0 0 0

32 0 0 0

33 0 0 0

34 0 0 0

35 0 0 0

36 0 0 0

37 0 0 0

38 0 0 0

39 -0,01 -0,02 0

Keterangan : M = Mesin

Page 64: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

64

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

GRAFIK PENGUJIAN BERDASARKAN NOMOR MESIN DI SMK PEMBANGUNAN SURABAYA

Gambar 3.4 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.5 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 1 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin I

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 65: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

65

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.6 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.7 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 1 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi), tanda minus menunjukkan lembah

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 66: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

66

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.8 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 1 SMKN 5 Gambar 3.9 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 1 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. benda kerja hingga panjang 22 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 67: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

67

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.10 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.11 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 2 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock

terhadap Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 68: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

68

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.12 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.13 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 2 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 69: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

69

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.14 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 2 SMKN 5 Gambar 3.15 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 2 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. benda kerja hingga panjang 22 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan.

c. Pada saat data diambil, mesin 2 sedang tidak dioperasikan (rusak)

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 70: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

70

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.16 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.17 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 3 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 71: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

71

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.18 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.19 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 3 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 72: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

72

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.20 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 3 SMKN 5 Gambar 3.21 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 3 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 12 inchi, dan beberapa kali dipergunakakan untu benda kerja dengan panjang 22 inci

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 3

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 73: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

73

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.22 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.23 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 4 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 74: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

74

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.24 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.25 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 4 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 75: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

75

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.26 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 4 SMKN 5 Gambar 3.27 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 4 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 4

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 76: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

76

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.28 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.29 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 5 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 77: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

77

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.30 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.31 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 5 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock

terhadap Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 78: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

78

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.32 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 5 SMKN 5 Gambar 3.33 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 5 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,08 mm pada titik 8 inch posisi 1 menunjukkan mungkin pernah terjadi hentakan

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock

terhadap Gerakan Carriage Mesin 5

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 79: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

79

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.34 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.35 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 6 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 80: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

80

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.36 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.37 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 6 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 81: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

81

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.38 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 6 SMKN 5 Gambar 3.39 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 6 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,06 mm menunjukkan lintasan pernah mengalami hentakan

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 6

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 82: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

82

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.40 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.41 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 7 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 83: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

83

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.42 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.43 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 7 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 84: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

84

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.44 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 7 SMKN 5 Gambar 3.45 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 7 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,2 mm menunjukkan apron sering beroperasi pada posisi tersebut

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 7

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 85: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

85

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.46 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.47 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 8 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 86: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

86

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.48 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.49 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 8 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 87: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

87

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.50 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 8 SMKN 5 Gambar 3.51 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 8 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 8

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 88: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

88

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.52 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.53 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 9 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 89: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

89

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.54 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.55 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 9 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 90: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

90

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.56 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 9 SMKN 5 Gambar 3.57 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 9 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13- 22 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting.Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat

mesin tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 9

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 91: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

91

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.58 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.59 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 10 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 92: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

92

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.60 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.61 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 10 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 93: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

93

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.62 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 10 SMKN 5 Gambar 3.63 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 10 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, simpangan positif menandakan lintasan bergelombang akibat tekanan tepian lembah

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 10

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 94: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

94

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.64 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.65 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 11 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 95: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

95

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.66 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.67 Grafik Pengujian Posisi 4 Mesin 11 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 96: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

96

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.68 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 11 SMKN 5 Gambar 3.69 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 11 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi, terdapat lembah 0,2 mm menunjukkan apron sering beroperasi pada posisi tersebut

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 11

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 97: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

97

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.70 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.71 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 5 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 98: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

98

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.72 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.73 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 12 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 99: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

99

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.74 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 12 SMKN 5 Gambar 3.75 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 12 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 12

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 100: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

100

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.76 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.77 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 13 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 101: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

101

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.78 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.79 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 13 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 102: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

102

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.80 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 13 SMKN 5 Gambar 3.81 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 13 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 13

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 103: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

103

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.81 Grafik Pengujian Posisi 1 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.82 Grafik Pengujian Posisi 2 Mesin 14 SMKN 5

-0,1

-0,08

-0,06

-0,04

-0,02

0

0,02

0,04

0,06

0,08

0,1

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi I

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi 2

Page 104: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

104

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.83 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.84 Grafik Pengujian Posisi 3 Mesin 14 SMKN 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi 3

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi 4

Page 105: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

105

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Gambar 3.85 Grafik Pengujian Posisi 5 Mesin 14 SMKN 5 Gambar 3.86 Grafik Pengujian Posisi 6 Mesin 14 SMKN 5

Data diatas menunjukkan bahwa mesin sering dipergunakan untuk pengerjaan bubut pada :

a. Benda kerja hingga panjang 13 inchi

b. Pembebanan terhadap lintasan bed sering terjadi pada 1 lintasan saja, bubut sering digunakan untuk pengerjaan boring, bubut lurus, dan

cutting

c. Keausan pada posisi 30 inchi, diperkirakan karena apron yang sering diletakkan pada posisi ini baik saat mesin idle, ataupun saat mesin

tidak beroperasi, Dan diperkirakan juga akibat gesekan dari Tailstock saat dipergunakan

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi 5

-0,5

-0,4

-0,3

-0,2

-0,1

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (inchi)

Hasil Pengujian kesejajaran TailStock terhadap

Gerakan Carriage Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi 6

Page 106: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

106

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

A.2 Pengujian Work Walk Spindle True Running

Tabel 3.7 Data Pengujian Work Walk True Spindle SMKN 5 Surabaya (mesin 1-7)

Titik

Pengujian

Mesin 1 Mesin 2 Mesin 3 Mesin 4 Mesin 5 Mesin 6 Mesin 7

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

Posisi a

(mm)

Posisi b

(mm)

1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

Keterangan : Posisi a = Posisi terdekat dengan spindle

Posisi b = Jarak 300 mm

Tabel 3.8 Data Pengujian Work Walk True Spindle SMKN 5 Surabaya (mesin 8-14)

Titik Pengujian

Mesin 8 Mesin 9 Mesin 10 Mesin 11 Mesin 12 Mesin 13 Mesin 14

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

2 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

Keterangan : Posisi a = Posisi terdekat dengan spindle

Posisi b = Jarak 300 mm

Page 107: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

107

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

GRAFIK PENGUJIAN WORK SPINDLE RUN BERDASARKAN NOMOR MESIN DI SMK PEMBANGUNAN SURABAYA

Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di

bawah toleransi yang diijinkan

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi a

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 1

SMK Pembangunan

Pada Posisi b

Gambar 3.87 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 1

SMKN 5 Gambar 3.88 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 1

SMKN 5

Page 108: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

108

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di

bawah toleransi yang diijinkan

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi a

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 2

SMK Pembangunan

Pada Posisi b

Gambar 3.89 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 2

SMKN 5 Gambar 3.90 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 2

SMKN 5

Page 109: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

109

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Dari grafik diatas, dapat diketahi bahwa tingkat kesimetrisan masih terjaga dengan baik dan spindle work bekerja dengan benar karena masih di

bawah toleransi yang diijinkan

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi a

-0,1

-0,05

0

0,05

0,1

1 2 3 4

Simpangan (mm)

Posisi pengujian (acak)

Hasil Pengujian Work Walk Spindle Run True Mesin 14

SMK Pembangunan

Pada Posisi b

Gambar 3.90 Grafik Pengujian A.2 posisi a Mesin 2

SMKN 5 Gambar 3.91 Grafik Pengujian A.2 posisi b Mesin 2

SMKN 5

Page 110: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

110

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

A.3 Pengujian Kebulatan

Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7)

Posisi

Pengujian Titik

Pengujian

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

1

a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

b 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

c 0 0 0 0 0 0 0

d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

2

a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 -0,01

c -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

d 0 0 0 0 0 0 0

3

a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

c 0 0 0 0 0 0 0

d -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

4

a 0 0 0 0 0 0 0

b 0 0 0 0 0 0 0

c 0 0 0 0 0 -0,01 0

d 0 0 0 0 0 0 0

5

a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

b 0 0 0 0 0 0 0

c 0 0 0 0 0 0 0

d 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan : M = Mesin

Page 111: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

111

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7) lanjutan

Posisi

Pengujian

Titik

Pengujian

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

6

a -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 0

c -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02

d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

7

a 0 0 0 0 0 0 0,01

b 0 0 0 0 0 -0,02 0

c 0 0 0 0 0 0 -0,01

d 0 0 0 0 0 0 0

8

a 0 0 0 0 0 -0,01 0

b 0 0 0 0 0 0 0

c 0 0 0 0 0 0 0

d -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

9

a -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

b -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

c 0 0 0 0 0 0 0

d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

10

a -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02 -0,02

b -0,01 -0,01 0 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

c 0 0 0 0 0 0 0

d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

Page 112: analisa mesin bubut konvensional

Skrip

si Tek

nik

Mesin

112

Konsen

trasi Pro

du

ksi

Institu

t Adhi T

ama S

urab

aya

Tabel 3.9 Data Pengujian Kebulatan SMKN 5 Surabaya (mesin 1 -7) lanjutan

Posisi

Pengujian

Titik

Pengujian

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M6 M 7

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

Simpangan

(mm)

11

a 0 0 0 0 0 0 0

b 0 0 0 0 0 0 0

c -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

d -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 0 0 0

12

a 0 0 0 -0,02 -0,02 0 -0,02

b 0 0 -0,02 -0,02 -0,02 0 -0,02

c 0 0 0 -0,01 -0,01 0 -0,01

d 0 -0,01 0 -0,01 -0,01 0 -0,01

Page 113: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 113

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

B. SMKN 7 (STM 2) Surabaya

Data Mesin Bubut

Lokasi : SMKN 7 (STM 2) Surabaya

Alamat : Jl. Pawiyatan No. 2 Bubutan 031 5342407

Data Diambil : 9 Januari 2011

Jumlah Mesin : 17

Mesin 1

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 2

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 3

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 4

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Page 114: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 114

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 5

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 6

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 7

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2004

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 8

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 9

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Page 115: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 115

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 10

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 11

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 12

Type / Model C6241

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 13

Type / Model C6251

Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 746 mm

Max Lenght of work Piece 1500 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 14

Type / Model C6251

Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 746 mm

Max Lenght of work Piece 1500 mm

Motor Speed 2000 rpm

Page 116: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 116

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 15

Type / Model C6251

Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 746 mm

Max Lenght of work Piece 1500 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 16

Type / Model C6251

Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 746 mm

Max Lenght of work Piece 1500 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 17

Type / Model C6251

Tahun Produksi 2000, dipakai pertama kali 2007

Merk Master

Produksi Nantong Lingyun Machine Co.,Ltd

Max Swing Over 746 mm

Max Lenght of work Piece 1500 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin Bubut konvensional di SMK N 7 Surabaya adalah mesin bubut yang masih baru,

sehingga masih belum melampaui umur teknisnya, sehingga data diatas tidak perlu

dilakukan pengujian

Page 117: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 117

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

C. SMKN 7 (STM 2) Surabaya

Data Mesin Bubut

Lokasi : SMKN 2 (STM 1) Surabaya

Alamat : Jl. Tentara Geni Pelajar No. 26 Petemon Sawahan 031 5343708

Data Diambil : 15 Januari 2011

Jumlah Mesin : 10

Mesin 1

Type / Model CF-8006F

Tahun Produksi 1993, dipakai pertama kali 1995

Merk CHING FONG

Produksi China

Max Swing Over 200 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 2

Type / Model CF-8006F

Tahun Produksi 1993, dipakai pertama kali 1995

Merk CHING FONG

Produksi China

Max Swing Over 200 mm

Max Lenght of work Piece 750 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 3

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 4

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Page 118: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 118

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 5

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 6

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 7

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 8

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Page 119: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 119

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Mesin 9

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

Mesin 10

Type / Model C6246

Tahun Produksi Tidak diketahui, dipakai pertama kali 2005

Merk Shaanxi Machine Tool

Produksi Shaanxi Haven Equipment and Trading Co., Ltd.

Max Swing Over 226 mm

Max Lenght of work Piece 1000 mm

Motor Speed 2000 rpm

2 Mesin bubut di SMKN 2 Surabaya adalah mesin bubut lama yang jarang dioperasikan,

sedangkan 8 mesin lain adalah mesin bubut baru yang tidak perlu dilakukan pengujian

Page 120: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 120

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

C.1 Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage

Data Hasil Pengujian

Tabel 3.10 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways

terhadap gerakan Carriage SMKN 2 Surabaya Posisi 1-3

Posisi Pengujian

(inch)

Posisi I Posisi 2 Posisi 3

Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2

1 -0,01 -0,08 -0,05 -0,03 -0,03 0,01

2 -0,01 -0,08 -0,05 -0,03 -0,03 0,02

3 -0,01 -0,02 -0,03 -0,02 -0,02 0,01

4 -0,01 -0,01 -0,02 -0,1 -0,02 -0,01

5 -0,01 -0,02 -0,02 -0,1 -0,01 -0,02

6 -0,01 -0,02 -0,05 -0,06 -0,01 -0,02

7 -0,02 -0,05 -0,02 -0,06 -0,03 -0,02

8 -0,02 -0,03 -0,02 -0,04 -0,02 -0,01

9 -0,02 -0,01 -0,04 -0,02 -0,02 -0,01

10 -0,01 -0,01 -0,01 -0,09 -0,01 -0,01

11 -0,02 -0,02 -0,03 -0,01 -0,01 -0,02

12 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0

30 0 0 0 0 0 0

Keterangan : Nilai simpangan dalam (mm)

Page 121: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 121

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 3.11 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways

terhadap gerakan Carriage SMKN 2 Surabaya Posisi 4-6

Posisi Pengujian

(inch)

Posisi 4 Posisi 5 Posisi 6

Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2 Mesin 1 Mesin 2

1 -0,01 -0,08 -0,09 -0,1 -0,02 -0,01

2 -0,01 -0,08 -0,09 -0,1 -0,05 -0,01

3 -0,01 -0,02 -0,07 -0,1 -0,02 -0,01

4 -0,01 -0,01 -0,05 0,01 -0,03 -0,01

5 -0,01 -0,02 -0,02 0,01 -0,02 -0,02

6 -0,01 -0,02 -0,02 -0,09 -0,02 -0,02

7 -0,02 -0,05 0,01 -0,08 -0,02 -0,01

8 -0,02 -0,03 0,01 -0,05 -0,06 -0,02

9 -0,02 -0,01 -0,02 -0,01 -0,07 -0,01

10 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,05 -0,01

11 -0,02 -0,02 -0,01 -0,01 -0,02 -0,02

12 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0

30 0 0 0 0 0 0

Keterangan : Nilai simpangan dalam (mm)

Page 122: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 122

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

C.2 Pengujian Work Walk Spindle Run True

Data Hasil Pengujian

Tabel 3.11 Simpangan yang terjadi pada Pengujian Work Walk Spindle True Running

SMKN 2 Surabaya

Keterangan : Posisi a = Dekat Spindle

Posisi b = Jarak 300 mm

C.3 Pengujian Kebulatan

Data Hasil Pengujian

Tabel 3.12 Pengujian Kebulatan SMKN 2 Surabaya

Mesin 1 Mesin 2

Posisi

Pengujian Titik

Pengujian Simpangan (mm) Simpangan (mm)

1

a -0,01 -0,01

b 0,01 0,01

c 0 0

d -0,01 -0,01

2

a -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01

c -0,01 -0,01

d 0 0

3

a -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01

c 0 0

d -0,02 -0,02

4

a 0 0

b 0 0

c 0 0

d 0 0

Mesin 1 Mesin 2

Titik Pengujian Posisi a (mm)

Posisi b (mm) Posisi a (mm) Posisi b (mm)

1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02

2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02

3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02

Page 123: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 123

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 3.12 Pengujian Kebulatan SMKN 2 Surabaya (lanjutan)

Mesin 1 Mesin 2

Posisi

Pengujian

Titik

Pengujian Simpangan (mm) Simpangan (mm)

5

a -0,01 -0,01

b 0 0

c 0 0

d 0 0

6

a -0,01 -0,01

b -0,01 -0,01

c -0,02 -0,02

d -0,01 -0,01

7

a 0 0

b 0 0

c 0 0

d 0 0

8

a 0 0

b 0 0

c 0 0

d -0,02 -0,02

9

a -0,02 -0,02

b -0,01 -0,01

c 0 0

d -0,01 -0,01

10

a -0,02 -0,02

b -0,01 -0,01

c 0 0

d -0,01 -0,01

11

a 0 0

b 0 0

c -0,01 -0,01

d -0,01 -0,01

12

a 0 0

b 0 0

c 0 0

d 0 -0,01

Page 124: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 124

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengujian terhadap mesin bubut yang telah melewati umur teknis di

lingkungan SMK Neegeri di wilayah Kota Surabaya, maka kemudian kita perlu

merencanakan perbaikan-perbaikan terhadap beberapa kerusakan yang menimbulkan

penurunan kualitas daripada produk.

Yang perlu diingat bahwasannya, tidak seluruh mesin yang telah menjalani tahap pengujian

diharuskan menjalani perbaikan. Hal ini dikarenakan seluruh data yang diperoleh kemudian

akan disampaikan kepada pihak sekolah sebagai referensi perbaikan yang akan disesuaikan

dengan jadwal perbaikan mesin di masing-masing sekolah.

4.1 SMKN 2 (STM 1) Surabaya

Sekolah kejuruan ini masuk kedalam rumpun sekolah kejuruan teknologi

industri. Di sekolah ini memiliki total 13 buah mesin bubut konvensional, ada 2 buah

mesin bubut yang sudah jarang dioperasikan, produksi tahun 1993, 6 mesin yang lain

adalah mesin bubut yang baru dioperasikan mulai 2005. Sedangkan 3 sisanya adalah

mesin bubut yang dioperasikan tahun 2006, hasil kerjasama dengan pihak ketiga

Di sekolah ini hanya ditemui 2 buah mesin bubut dengan usia operasi lebih dari 10

tahun, maka 2 mesin ini layak diuji karena sudah melampaui Umur Teknisnya.

Page 125: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 125

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

4.1.A Pembahasan Uji Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan

Carriage

Dari pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil Simulasi data sebagai berikut

Tabel 4.1 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.1

Nomor Mesin

Posisi 1

Posisi 2

Posisi 3

Posisi 4

Posisi 5

Posisi 6

Rata-rata Keterangan

1 -0,005 -0,011 -0,007 -0,005 -0,012 -0,013 -0,009 Dalam Batas

toleransi

2 -0,012 -0,019 -0,003 -0,012 -0,018 -0,005 -0,011 Dalam Batas

toleransi

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G10, Kesejajaran

Tailstock Guideways harus berada dalam batas toleransi 0,02 mm untuk lintasan Bed

hingga 1000 mm.

Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 dan 2 di SMKN 2 Surabaya masih

dalam batas toleransi kelayakan operasi

4.1.B Pembahasan Uji Work Walk Spindle True Running

Dari Pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut

Tabel 4.2 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.2

Titik Pengujian

Mesin 1 Mesin 2

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

Posisi a (mm)

Posisi b (mm)

1 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02

2 -0,02 -0,02 -0,01 -0,02

3 -0,02 -0,01 -0,02 -0,02

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,02

Simpangan Rata-rata -0,015 -0,0125 -0,0125 -0,02

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G3, Toleransi untuk

Work Walk Spindle True Running ditentukan pada 2 titik, yaitu titik dekat spindle (0

mm) dan titik 300 mm. Yang dibedakan sesuai kategori mesin berdasarkan diameter

maksimum yang dapat ditangani spindle / dikerjakan

Page 126: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 126

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 4.3 Machine Size Range

Category 1 Category 2 Category 3

Diameter Permited

Over Bed

D ≤ 250

205 < D ≤ 500 500 < D ≤ 1000

Nominal bar

Diameter

d ≤ 25 25 < d ≤ 63 63 < d

Nominal chuck

diameter

d ≤ 125 125 < d ≤ 250 250 < d

Sumber : 4.11 Machine Category ISO 13041-1:2004(E)

Kedua mesin di SMKN 2 yang diuji termasuk kategory 2, maka toleransi simpangan

dari True Running adalah sebesar 0,015 mm pada titik a (0 mm) dan 0,02 mm pada

titik b (300 mm)

Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 masih layak digunakan karena masih

dibawah batas toleransi simpangan, namun untuk mesin bubut 2 perlu diperhatikan

mengenai keausan mengingat simpangan yang ditunjukkan di titik b sebesar 0,02 mm.

a. Penyebab Work Walk Spindle tidak true Running

Faktor-faktor yang menyebabkan work spindle sudah tidak sesuai antara lain :

a. Faktor Keausan

Keausan terjadi akibat dari dua permukaan yang saling bergesekan antara walk

spindle dengan bantalan pada taper spindle

b. Faktor Pelumasan

Pelumasan yang kurang atau kurangnya pemeriksaan pada saat mesin

digunakan dapat menyebabkan spindle aus, ditambah lagi kemungkinan geram

tertinggal saat pengoperasian juga dapat menyebabkan keausan

Page 127: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 127

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

b. Rencana Perbaikan Work Walk Spindle

Jika tingkat kesesuaian Work Walk spindle sudah berkurang, maka yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Melakukan penyesuaian dari posisi benda kerja saat pencekaman awal,

bisa dengan menggeser posisi benda kerja

2. Menambahkan media pencekam pada work spindle

3. Memperbaiki Work spindle secara menyeluruh, dapat juga dengan

penggantian

Saat penelitian ini berlangsung, mesin yang mengalami keausan sudah jarang

dipergunakan, karena disamping kerusakan pada bagian ini, juga ditemui beberapa

kerusakan lain. Dan Penulis tidak dapat melakukan perbaikan yang diperlukan

4.1.C Pembahasan Uji Kebulatan

Dari Pengujian terhadap 2 mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut

Tabel 4.4 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 2 Uji C.3

Posisi Pengujian

(inchi)

Mesin 1

Simpangan rata-rata per 100

mm

Mesin 2

Simpangan rata-rata per

100 mm

1 -0,0025

-0,005625

-0,0025

-0,005625 2 -0,0025 -0,0025

3 -0,0075 -0,0075

4 -0,01 -0,01

5 -0,0075

-0,006875

-0,0075

-0,006875 6 -0,0075 -0,0075

7 -0,0075 -0,0075

8 -0,005 -0,005

9 -0,01

-0,006875

-0,01

-0,006875 10 -0,0075 -0,0075

11 -0,005 -0,005

12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005

Simpangan Rata-rata -0,0060875 -0,0060875

Page 128: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 128

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G6, Kebulatan

harus berada dalam batas toleransi 0,015 mm per 100 mm untuk mesin kategori 2

Data diatas menunjukkan bahwa Mesin Bubut 1 dan 2 di SMKN 2 Surabaya masih

dalam batas toleransi kelayakan operasi

4.2 SMKN 3 (STM 3) Surabaya

Sekolah Kejuruan ini memang masuk dalam sekolah yang diajukan untuk

diobservasi sesuai dalam proposal Tugas Akhir, namun saat pengajuan tertulis

disampaikan, sekolah yang bersangkutan menolak memberi ijin dengan alasan

sekolah memiliki pengalaman buruk terhadap mahasiswa yang mengadakan penelitian

4.3 SMKN 5 (STM Pembangunan) Surabaya

Sekolah ini memiliki total 14 buah mesin bubut konvensional yang

dioperasikan sejak tahun 70an. Mengingat usia mesin yang sudah melampaui batas

umur teknis, maka seluruh mesin dilakukan pengujian

4.3.A Pembahasan Uji kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan

Carriage

Dari pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil Simulasi data sebagai berikut

Tabel 4.5 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.1

Nomor Mesin

Posisi 1

Posisi 2

Posisi 3

Posisi 4

Posisi 5

Posisi 6

Rata-rata

Keterangan

1 -0,008 -0,048 -0,015 -0,006 -0,101 -0,006 -0,031 Perlu disesuaikan

2 -0,007 -0,027 -0,007 -0,007 -0,040 -0,006 -0,016 Dalam Batas

toleransi

3 -0,007 -0,016 -0,008 -0,025 0,005 -0,006 -0,010 Dalam Batas

toleransi

4 -0,006 -0,006 -0,004 -0,005 -0,023 -0,004 -0,008 Dalam Batas

toleransi

Page 129: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 129

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 4.5 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.1 (lanjutan)

Nomor Mesin

Posisi 1

Posisi 2

Posisi 3

Posisi 4

Posisi 5

Posisi 6

Rata-rata

Keterangan

5 -0,008 -0,007 -0,012 -0,010 -0,023 -0,006 -0,011 Dalam Batas

toleransi

6 -0,003 -0,008 -0,002 -0,003 -0,026 -0,004 -0,008 Dalam Batas

toleransi

7 -0,007 -0,033 -0,007 -0,006 -0,076 -0,020 -0,025 Perlu disesuaikan

8 -0,006 -0,011 -0,006 -0,005 -0,017 -0,005 -0,008 Dalam Batas

toleransi

9 -0,010 -0,011 -0,009 -0,012 -0,019 -0,007 -0,011 Dalam Batas

toleransi

10 0,006 0,009 0,009 0,006 0,016 0,004 0,008 Dalam Batas

toleransi

11 -0,008 -0,022 -0,017 -0,011 -0,027 -0,007 -0,015 Dalam Batas

toleransi

12 -0,005 -0,032 -0,018 -0,008 -0,009 -0,013 -0,014 Dalam Batas

toleransi

13 -0,004 -0,006 -0,012 -0,002 -0,008 -0,011 -0,007 Dalam Batas

toleransi

14 -0,002 -0,010 -0,019 -0,002 -0,001 -0,002 -0,006 Dalam Batas

toleransi

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G10, Kesejajaran

Tailstock Guideways harus berada dalam batas toleransi 0,02 mm untuk lintasan Bed

hingga 1000 mm.

Data diatas menunjukkan bahwa dari 14 mesin bubut konvensional di SMKN 5

Surabaya masih dalam batas toleransi kelayakan operasi kecuali 2 mesin bubut, yaitu

mesin nomor 1 dan nomor 7, maka perlu dilakukan penyesuaian dan perbaikan

a. Penyebab Tailstock Guideways tidak sejajar dengan gerakan Carriage

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksejajaran tailstock guideways

dengan gerakan carriage :

Faktor dari getaran-getaran yang tidak diinginkan

Getaran-getaran ini timbul karena ada proses penggesekan antara benda kerja

dengan alat potongnya (tool). Getaran-getaran tersebut lama kelamaan kalau

Page 130: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 130

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

tidak diperhatikan akan merusakkan atau bisa merubah posisi dari guideways

itu sendiri

Faktor Keausan

Keausan ini terjadi karena adanya gesekan antara dua bidang yang bekerja.

Menurut fungsinya sendiri-sendiri yaitu antara tailstock guideways dengan

gerakan carriage

Faktor operator

Kesalahan yang kemudian sering terjadi akibat kelalaian operator dalam

mengoperasikan mesin itu sendiri seperti :

- kurangnya kesadaran kebersihan lingkungan kerja,

- kelalaian dalam meletakkan alat-alat pendukung seperti mistar baja, jangka

sorong.

- Dalam mengoperasikan mesin, tidak membuat dan atau mengikuti

langkah-langkah kerja yang benar

Faktor kesalahan operator ini kerap ditemui, mengingat operator mesin bubut

adalah siswa SMK dengan pengetahuan dasar mengenai keamanan dan

kenyamanan kerja

b. Rencana Perbaikan terhadap Tailstock Guideways

Dari hasil pengujian menurut lokasi, maka Rencana perbaikan diuraikan sebagai

berikut :

Pengujian Setelah Perbaikan

Pengujian setelah melakukan perbaikan di bagian yang tidak sesuai tidak dapat

dilakukan karena :

a. Sekolah Perlu merencanakan rencana perbaikan tersebut disesuaikan

dengan rencana perbaikan berkala dan anggaran

Page 131: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 131

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

b. Perbaikan yang sifatnya parsial (satu demi satu mesin), akan

mengakibatkan biaya yang tinggi. Biasanya Sekolah akan merencanakan

perbaikan setelah dirasakan > 5 mesin tidak sesuai dalam operasionalnya

Sehingga, pengujian setelah perbaikan tidak dapat dilakukan

4.3.B Pembahasan Uji Work Walk Spindle True Running

Dari Pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut

Tabel 4.6 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.2

Nomor Mesin

Simpangan (mm) Keterangan

a b

1 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

2 -0,0125 -0,02 Masih Sesuai

3 -0,0125 -0,01 Masih Sesuai

4 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

5 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

6 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

7 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

8 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

9 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

10 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

11 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

12 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

13 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

14 -0,015 -0,0125 Masih Sesuai

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G3, Toleransi untuk

Work Walk Spindle True Running ditentukan pada 2 titik, yaitu titik dekat spindle (0

mm) dan titik 300 mm. Yang dibedakan sesuai kategori mesin berdasarkan diameter

maksimum yang dapat ditangani spindle / dikerjakan

Page 132: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 132

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 4.3 Machine Size Range

Category 1 Category 2 Category 3

Diameter Permited

Over Bed

D ≤ 250

205 < D ≤ 500 500 < D ≤ 1000

Nominal bar

Diameter

d ≤ 25 25 < d ≤ 63 63 < d

Nominal chuck

diameter

d ≤ 125 125 < d ≤ 250 250 < d

Sumber : 4.11 Machine Category ISO 13041-1:2004(E)

Mesin-mesin di SMKN 5 yang diuji termasuk kategory 2, maka toleransi simpangan

dari True Running adalah sebesar 0,015 mm pada titik a (0 mm) dan 0,02 mm pada

titik b (300 mm)

Data diatas menunjukkan bahwa seluruh Mesin Bubut di SMKN 5 masih layak

digunakan karena masih dibawah batas toleransi simpangan

4.3.C Pembahasan Uji Kebulatan

Dari Pengujian terhadap mesin, diperoleh hasil simulai data sebagai berikut

Tabel 4.7 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.3 (mesin 1 – 7)

Posisi Pengujian

(inchi) M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7

1 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025

2 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025

3 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,0075 -0,01

5 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075

6 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0075

7 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075

8 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005

9 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01

10 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075

11 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005

12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0075 -0,005

Rata-rata -0,0065

-0,0065

-0,0065

-0,0065

-0,0065

-0,006

-0,007

Page 133: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 133

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Tabel 4.6 Analisa Simpangan Mesin Bubut di SMKN 5 Uji A.3 (mesin 1 – 7)

Posisi Pengujian

(inchi) M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7

1 -0,005 0 0 -0,0025 0 -0,0025 0,0075

2 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 -0,0025 0,0075

3 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0025 0,0075

4 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,005 0,01

5 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 0,0075

6 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 0,0025

7 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,005 -0,0025

8 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0025 -0,005

9 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,01 -0,005 -0,01

10 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0075 -0,0025 -0,0075

11 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005

12 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,005 -0,0075 -0,005

Rata-rata -0,0067 -0,0063 -0,0063 -0,0065 -0,0063 -0,0042 0,00063

Sesuai referensi G. Schlesinger dan standar ISO 13041-1:2004(E) G6, Kebulatan

harus berada dalam batas toleransi 0,015 mm untuk mesin kategori 2

Data diatas menunjukkan bahwa seluruh Mesin Bubut di SMKN 5 Surabaya masih

dalam batas toleransi kelayakan operasi

4.3 SMKN 6 Surabaya

Sekolah ini adalah kelompok sekolah konsentrasi Pariwisata, tidak memiliki mesin

bubut dan tidak relevan dengan cakupan penulisan penelitian ini

Page 134: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 134

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

4.3 SMKN 7 (STM 2) Surabaya

Memiliki Total 17 mesin bubut yang dioperasikan beragam mulai tahun 2004 – 2007.

Mengingat usia operasi mesin yang masih baru, tidak dilakukan pengujian.

Penulis memiliki catatan tersendiri untuk sekolah ini :

a. Kebersihan area Laboratorium kurang terjaga, terlihat banyak geram

berserakan, dan pada waktu penelitian dilakukan, tidak ada jadwal praktek

sebelumnya

b. Gerakan apron keras, penulis berpendapat bahwa pelupasan terhadap bagian-

bagian mesin kurang baik

c. Kurangnya sirkulasi udara di area laboratorum / workshop

Page 135: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 135

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisa yang penulis lakukan di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Negeri di Surabaya mengenai kelayakan Mesin Bubut Konvensional untuk

mesin-mesin yang telah melampaui umur teknisnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sebutan untuk Sekolah tingkat

Menengah Atas dengan konsentrasi keahlian tertentu, dari 5 sampel sekolah negeri

yang diharapkan, hanya ada 1 SMK dengan konsentrasi keahlian yang tidak

relevan dengan penelitian. Yaitu SMKN 6 Jl. Margorejo – Wonocolo

2. Dari 4 sampel SMK Negeri di Sutabaya dengan bidang keahlian teknologi, penulis

hanya mendapatkan ijin pengujian di 3 sekolah yaitu SMKN 2, SMKN 5, dan

SMKN 7

3. Dari hasil penelitian di 3 sekolah yang disrbut diatas, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

A. SMKN 2 Surabaya

Sekolah ini memiliki 13 buah mesin bubut, dimana 3 mesin tidak diuji karena

hasil kerjasama sekolah dengan pihak lain, 8 mesin masih dalam Umur Teknis,

dan 2 mesin telah melampaui umur teknisnya.

Kondisi Mesin dianggap layak dioperasikan mengingat 2 mesin ini masih

berada dibawah batas toleransi pengujian, yaitu :

b.1.Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage

dengan toleransi penyimpangan 0,02 mm untuk mesin dengan panjang bed

hingga 1000 mm

Page 136: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 136

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

b.2.Pengujian Work Walk Spindle True Running untuk mesin kategori 2

dengan toleransi 0,015 pada titik 0 mm (dekat spindle) dan 0,02 pada titik

300 mm

b.3.Pengujian Kebulatan untuk mesin kategori 2 dengan toleransi 0,015 per 100

mm

Meskipun nilai simpangan mesin 2 untuk uji Work Walk di titik 300 mm

menunjukkan nilai 0,02 mm, tapi secara umum mesin masih layak dioperasikan

B. SMKN 5 Surabaya

Sekolah ini memiliki 14 buah mesin bubut,yang dioperasikan sejak tahun 1973.

Tahun pertama sekolah ini berdiri

Kelayakan mesin bubut di sekolah ini :

b.1. Pengujian Kesejajaran Tail Stock Guideways terhadap gerakan Carriage

dengan toleransi penyimpangan 0,02 mm untuk mesin dengan panjang

bed hingga 1000 mm. Kondisi ini ditunjukkan untuk semua mesin kecuali

mesin 1 dan mesin 7 dengan nilai simpangan masing-masing 0,031 mm

dan 0,025 mm. Dengan penyesuaian yang telah disarankan, mesin ini

diupayakan dapat kembali sesuai dengan standart kondisi mesin perkakas

b.2. Pengujian Work Walk Spindle True Running untuk mesin kategori 2

dengan toleransi 0,015 pada titik 0 mm (dekat spindle) dan 0,02 pada titik

300 mm

b.3. Pengujian Kebulatan untuk mesin kategori 2 dengan toleransi 0,015 per

100 mm

Page 137: analisa mesin bubut konvensional

Skripsi Teknik Mesin 137

Konsentrasi Produksi

Institut Adhi Tama Surabaya

Sekolah ini secara telah menerapkan sistem perawatan mesin yang benar,

terbukti dari kondisi mesin yang telah melampaui umur teknis, tetapi masih

layak dioperasikan

C. SMKN 7 Surabaya

Mesin bubut di sekolah ini berjumlah 17 buah, yang keseluruhannya adalah

mesin bubut baru karena dioperasikan mulai tahun 2005, sehingga masih belum

masuk umur teknisnya. Meskipun pada saat pengamatan, penulis menemui

beberapa kelemahan pada mesin secara acak, seperti laju apron dan eretan atas

yang keras

4. Perbaikan-perbaikan mesin yang dianggap kurang sesuai adalah kebijakan sekolah

yang tidak dapat dilakukan dengan segera, sehingga penulis tidak dapat

melaksanakan analisa hasil perbaikan.

5.2 Saran

Dari pengamatan, pengujian, dan analisa yang penulis lakukan ada beberapa saran

untuk sekolah-sekolah obyek penelitian :

1. Sekolah hendaknya memiliki manajemen pengelolaan workshop atau laboratorium

pemesinan yang baik untuk menjaga performa masin-mesin tetap baik

2. Kelayakan mesin akan mempengaruhi performa operator, diharapkan dengan mesin

yang baik, kualitas siswa didik akan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan

penghargaan pihak luar kepada sekolah

3. Manajemen workshop atau laboratorium pemesinan hendaknya melengkapi standar

keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja (K3) dengan benar.