Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
Click here to load reader
-
Upload
amalia-pranata -
Category
News & Politics
-
view
858 -
download
6
description
Transcript of Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
UAS – Mata Kuliah Komunikasi Massa (C) – Juni 2011
Amalia Pranata - 51410018
1
ANALISA KOMUNIKASI MASSADALAM ACARA TELEVISI TRANS “JIKA AKU MENJADI...”
Acara televisi “Jika Aku Menjadi......”
ditayangkan setiap hari pada pukul 18.00 WIB
selama 30 menit sejak 25 November 2007.
Produsernya, Satrio Arismunandar, mengatakan
bahwa acara ini merupakan bentuk kepedulian
Trans TV untuk menayangkan acara berkualitas,
edukatif dan bukan sekedar mengejar rating
seperti yang diharapkan oleh Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI). Satrio Arismunandar dalam blognya juga menulis bahwa acara “Jika Aku
Menjadi...” ini akan diharapkam ikut berperan dalam meningkatkan solidaritas sosial
(www.satrioarismunandar.multiply.com). Acara ini berbentuk tayangan reality show dimana
seorang sukarelawan dari status sosial tinggi diharuskan hidup bersama keluarga yang
mempunyai status sosial dan finansial yang jauh lebih rendah.
Acara ini menarik untuk dianalisa dalam keterkaitannya dengan komunikasi massa
karena seperti yang disampaikan oleh produsernya, Satrio Arismunandar, bahwa acara ini
penuh dengan muatan pelajaran sosial kepada khalayak umum. Analisa acara ini bisa
menggunakan pendekatan teori komunikasi massa untuk melihat bagaimana fungsi-fungsi
komunikasi bekerja dalam teori uses and gratification. Sebagai contoh atau sample dari
sekian banyak episode tayangan acara “Jika Aku Menjadi...”, diambil satu episode yang
yaitu episode “Pencari Madu”.
Sebagai suatu tayangan acara televisi, acara “Jika Aku Menjadi...” ini tentu saja
merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang mengandung fungsi tertentu. Nurudin
(2009) menjelaskan bahwa komunikasi massa bisa dikategorikan ke dalam fungsi, yaitu
fungsi informasi, hiburan, persuasi, dorongan kohesi sosial, pengawasan, korelasi,
pewarisan sosial, melawan kekuasaan dan kekuatan represif, serta menggugat hubungan
trikotomi (Nurudin, 2009, p. 9 – 27). Dalam suatu tayangan pada program acara televisi,
belum tentu semua fungsi yang disebutkan oleh Nurudin tersebut ada dalam konten acara
tersebut. Namun rumusan tentang fungsi komunikasi massa tersebut sudah sangat
memadai untuk menjelaskan tentang bagaimana komunikasi bisa berfungsi.
UAS – Mata Kuliah Komunikasi Massa (C) – Juni 2011
Amalia Pranata - 51410018
2
Informasi yang diterima oleh audience dari tayangan acara ini bukan merupakan
informasi hot news atau actual news, tapi lebih bersifat pada informasi yang terkait dengan
human interest. Misalnya pada episode “Pencari Madu” terdapat banyak informasi terkait
dengan kehidupan sebuah keluarga yang menggantungkan hidup pada pekerjaan mencari
madu di hutan. Sedangkan fungsi hiburan dalam pengertian luas juga terdapat dalam
tayangan tersebut. Orang menjadi terhibur melihat tayangan “Jika Aku Menjadi...” episode
“Pencari Madu” ini karena melihat tontonan yang dikemas menarik sebagai suatu cerita
berdasarkan kejadian nyata. Selain itu tayangan ini juga menghibur dalam hal memberikan
pemahaman bahwa masih banyak orang yang lebih menderita dan berjuang jauh lebih berat
daripada kita.
Seperti yang diakui oleh Nurudin (2009), bahwa fungsi transmisi budaya dalam
komunikasi massa merupakan salah satu fungsi yang terluas, demikian pula dalam konteks
kandungan transmisi budaya yang ada dalam tayangan “Jika Aku Menjadi...” episode
“Pencari Madu” ini. Hampir tidak ditemukan transmisi budaya yang signifikan dalam
tayangan ini yang bisa mengakibatkan adanya perubahan budaya meskipun ada beberapa
unsur budaya yang ditampilkan dalam tayangan tersebut. Misalnya saja kultur bahwa pihak
lelaki yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan utama keluarga, bisa ditemukan dalam
tayangan ini.
Dalam kaitannya dengan fungsi
persuasi pada komunikasi massa, acara ini juga
memberikan muatan tersebut. Penonton bisa
jadi akan mendapatkan persuasi yang
mempengaruhi pikiran penonton untuk bekerja
lebih bersemangat dan tidak berputus asa.
Apalagi dalam epsode “Pencari Madu” tersebut
diperlihatkan bagaimana sulitnya perjuangan si
bapak dan anaknya untuk mencari madu dari lebah liar di hutan. Narasi tokoh sukarelawan
memberikan penegasan persuasif bahwa dia sebelumnya tidak berjuang sekeras bapak
tersebut tapi dia berjanji untuk bersyukur dan berjuang lebih keras sekembalinya dia dari
acara tersebut. Dengan acara yang menayangkan informasi tentang kehidupan masyarakat
dari level sosial bawah tersebut, fungsi komunikasi massa dalam mendorong kohesi sosial
juga mendapatkan tempat. Pada akhirnya masyarakat akan tumbuh empati sehingga akan
tercermin dalam sikap mereka pada masyarakat kalangan bawah di sekitar mereka. Ini ada
UAS – Mata Kuliah Komunikasi Massa (C) – Juni 2011
Amalia Pranata - 51410018
3
kaitanya dengan fungsi komunikasi yang lain, yaitu korelasi. Seperti dikatakan oleh Nurudin,
fungsi korelasi ini adalah menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai
dengan lingkungannya (2009, p. 82).
Selain konten fungsi-fungsi komunikasi massa seperti dijelaskan di atas, acara “Jika
Aku Menjadi...” ini juga mengandung fungsi pengawasan. Dalam kasus ini, pada akhirnya
banyak orang mempertanyakan kinerja pemerintahan di daerah bapak pencari madu
tersebut tinggal. Artinya, media memberikan tayangan yang secara tidak langsung
memberikan bukti kepada masyarakat agar perhatian dalam mengawasi kinerja
pemerintahan yang berkewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya.
Fungsi komunikasi massa yang selanjutnya adalah fungsi korelasi. Media massa
akan mengkorelasikan bagian-bagian dari masyarakat, interpretasi dalam acara ini adalah
menghubungkan antara keluarga pencari madu sebagai narasumber dengan audience yang
menyaksikan acara ini. Fungsi ini sangat erat kaitannya dengan penyampaian pesan yang
efektif dari narasumber dengan menggunakan saluran media massa. Setelah tercipta suatu
korelasi antara bagian-bagian masyarakat, maka akan terjadi perpindahan pesan. Pesan
tersebut diinterpretasikan sebagai fungsi pewarisan sosial. Media massa menjadi sarana
untuk mewariskan tata kehidupan dalam sebuah keluarga yang diceriatakan dalam , acara
“Jika Aku Menjadi...” ini. Misalnya, norma sosial tentang kesopanan dengan orang tua
maupun usaha kerja keras suatu keluarga untuk bertahan hidup.
Dalam acara “Jika Aku Menjadi...” ini tidak ditemukan beberapa fungsi komunikasi
lainnya seperti yang diutarakan Nurudin (2009). Dua fungsi komunikasi yang tidak
ditemukan yaitu fungsi melawan kekuasaan dan kekuatan represif dan fungsi menggugat
hubungan trikotomi.
Fungsi-fungsi diatas akan berproses dan bekerja dalam teori uses and gratification
dalam komunikasi massa. Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy teori uses and gratification
memiliki ciri khalayak yang aktif dan sengaja menggunakan media untuk tujuan khusus
(Effendy, 2000: p. 290) Sehingga bila audience menyaksikan acara yang ditayangkan oleh
Trans TV ini, audience diipastikan telah memiliki tujuan tertentu yang didasari keinginan dan
motif tersendiri. Dalam teori ini audience bertanggung jawab atas pemilihan media dalam
pemenuhan kebutuhannya. Media menjadi satu-satunya faktor yang berkontribusi dalam
pemenuhan kebutuhan audience (Littlejohn, 2008: p. 301) . Relevansinya dengan fungsi
komunikasi adalah bila audience membutuhkan fungsi hiburan dalam acara ini dan audience
percaya bahwa “Jika Aku Menjadi...” dapat memberikan hiburan bagi dirinya, maka dengan
UAS – Mata Kuliah Komunikasi Massa (C) – Juni 2011
Amalia Pranata - 51410018
4
berlandaskan keinginannya itu ia akan memuaskan dirinya dengan menonton acara
tersebut. Begitu pula kaitannya dengan fungsi-fungsi komunikasi massa lainnya.
Referensi:
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu, Teori dan Filasafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti
Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A. (2008). Theories of Human Communication, 9th ed.
Boston : Wadsworth Publishing Company
Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers
http://www.satrioarismunandar.multiply.com