Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan...

download Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-40463-3112105031-paper.pdf · Kata kunci: analisis stabilitas lereng, dxstabl, geo-lope, ...

If you can't read please download the document

Transcript of Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan...

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan

    Perkuatan Talud Di Sekitar Tower (Studi Kasus Tower

    SUTT T.11 Segoromadu Lamongan, Gresik)

    Sekar Ayu Kuncaravita, A.md. Prof.Ir.Indrasurya B. Mochtar, M.Sc., Ph.D

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

    e-mail : [email protected]

    1

    Abstrak - Banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh

    PT. Semen Gresik di sekitar tower SUTT T.11

    SegoromaduLamongan diduga menjadi penyebab

    terganggunya kestabilan talud di sekitar tower. Pada

    awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu

    Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu

    kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk

    bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990

    maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang

    tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang

    rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.

    Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga

    tower-tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit

    kecil yang tersisa. Karena tower ini merupakan salah satu

    tower induk yang menghubungkan aliran listrik Pulau

    Jawa, maka kestabilan tower ini tidak boleh terganggu.

    Analisa kestabilan akan dianalisis dengan menggunakan

    program bantu Plaxis, Geo Slope, dan Dxstabl. Hasil

    analisis berupa tegangan tanah dan faktor keamanan. Nilai

    dari tegangan tanah dianalisis untuk mengetahui

    kestabilan lereng tersebut. Kemudian tanah diasumsikan

    retak/lapuk dengan perubahan parameter tanah seolah

    olah menjadi pasir (behaving like sand). Dari hasil analisis

    perkuatan tanah dengan program bantu dxstable.

    Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga

    program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada

    program bantu Dxstable dengan SF sebesar 1.299. Dalam

    hal ini SF = 1.299 > 1.25 artinya stabilitas talud di sekitar

    tower aman. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng

    akibat pelapukan yang terjadi karena perubahan

    parameter, upaya penyelamatan yang dipilih yaitu

    menggunankan ground anchor jenis tie back grouting

    dengan penahan berupa grouting beton dan head anchor

    berupa balok penahan beton. Perkuatan ground anchor,

    yang memiliki nilai gaya tarik anchor (K) sebesar 44,21 ton.

    Untuk menahan gaya tersebut dipasang tie back grouting

    dengan diameter 20 cm dan panjang grouting 5 m.

    Perkuatan ground anchor dipasang per 8 meter sebanyak

    12 buah pada setiap sisi.

    Kata kunci: analisis stabilitas lereng, dxstabl, geo-

    lope, ground anchor, plaxis, tower PLN

    I. PENDAHULUAN

    ontruksi tower besi baja merupakan jenis kontruksi saluran

    transmisi tegangan tinggi (SUTT) banyak digunakan pada

    jaringan Perusahaan Listrik Negara. Kontruksi Tower mudah dirakit, maka di Indonesia banyak

    dibangun dan didirikan seperti tower T.11 di Segoromadu

    Lamongan. Pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu

    Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu

    kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan

    baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah

    di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga

    timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian

    berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower

    dibiarkan tidak digali sehingga tower-tower tersebut seolah-

    olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Keadaan

    tersebut diperparah dengan adanya erosi akibat galian liar

    tersebut menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi

    daripada elevasi di dekat kolam.

    Gambar 1 Potongan Melintang Tower T.11 Segoromadu

    Lamongan, Gresik.

    Gambar 1 menunjukkan bahwa pada awalnya PLN

    mendirikan Tower T.11 Segoromadu Lamongan di Lahan

    yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT.

    Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960

    sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah

    banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah

    yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.

    Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower-

    tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit kecil yang

    tersisa. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya erosi

    sehingga lereng mengalami kelongsoran dan dengan adanya

    kolam akibat galian liar tersebut galian liar tersebut

    K

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    2

    menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi daripada

    elevasi di dekat kolam. Apabila kondisi lereng tower

    didiamkan dalam keadaan yang lama dalam beberapa waktu,

    kemungkinan akan terjadi kehilangan sebagian kekuatan di

    bawah tanah, akan terjadi gerakan, pergeseran kaki tower dan

    terjadi perubahan parameter. Untuk menjaga keamanan tower

    perlu dicari pemecahan untuk mengatasi hal yang mungkin

    terjadi. Jurusan Teknik Sipil ITS memberi tugas kepada

    Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Jurusan Teknik

    Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan ITS untuk survei ke

    lokasi Tower T.11 Segoromadu Lamongan yang diduga

    terganggu kestabilannya. Setelah survei tanah pada lokasi

    tersebut, data dianalisis dengan menggunakan program bantu

    dxstable, geoslope, dan plaxis. Hasil analisis berupa tegangan

    tanah dan faktor keamanan. Nilai dari tegangan tanah dianalisis

    untuk mengetahui lereng tersebut aman atau tidak. Kemudian

    tanah diasumsikan retak atau lapuk dengan perubahan pada

    parameter tanah seolah olah menjadi pasir (behaving like

    sand). Dari hasil analisis perkuatan tanah dengan program

    bantu dxstable. Setelah dilakukan analisa kestabilan, dapat direncanakan alternatif perkuatan talud

    II. STUDI PUSTAKA A. Analisa Stabilitas Talud

    Analisa kestabilitas talud adalah untuk menentukan faktor

    aman dari bidang longsor.Faktor kemananan ( FS ) adalah nilai

    perbandingan antara gaya yang menahan tanah dengan gaya

    yang menggerakkan tanah.

    (1)

    Dimana :

    = tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh

    tanah

    d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang

    akan longsor

    F = faktor keamanan

    Jadi jika Fs = 1,25 maka lereng berada dalam keadaan

    akan runtuh , pada umumnya nilai angka keamanan adalah 1,25

    terhadap kekuatan geser yang dapat diterima untuk

    merencanakan kestabilan lereng.

    Fs = Angka keamanan stabilitas

    Mengenai kategori keamanan kelongsoran adalah sebagai

    berikut :

    SF Kategori

    SF1,25 aman

    B. Pemasangan Ground Anchor

    Gambar 2 Gaya - Gaya yang Terjadi Pada Perkuatan Talud

    di Sekitar Tower

    Dimana :

    W = Berat tanah yang berada diatas angkur (ton)

    K = Gaya tarik angkur tegak lurus bidang lereng (ton)

    N = Gaya normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)

    T = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)

    O = Pusat titik kelongsoran

    R = Jari jari kelongsoran (m)

    (2)

    Momen Penahan = SF x Momen Penggerak

    SF

    SF rencana , maka :

    1) MR = SF x Mov

    2) MR + MR = SF rencana x Mov

    MR = (SF rencana - SF) x Mov (3)

    ( Sumber : Mochtar, 2014)

    Dimana :

    MR = Momen Penahan

    = R x Tmax (4)

    Mov = Momen Overtunning (5)

    Nilai Tmax yng terjadi dihitung pada setiap angkur

    Tmax = N tan (6) Dimana:

    nilai Nilai

    karena kondisi

    tanah pasir akan tertekan dan menjadi padat jika diberi angkur.

    (Mochtar, 2014)

    Tmax = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)

    N = Nilai normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)

    Nilai Tmax pada angkur 1 :

    N1 = K1 X cos T1 max = N1 x tan (8)

    Nilai Tmax pada angkur 2 :

    N2 = K2 X cos T2 max = N2 x tan

    Nilai Tmax pada angkur 3 :

    N3 = K3X cos T3 max = N3 x tan

    Jadi, MR = R x T max (10)

    III. METODOLOGI

    Tahapan yang dilakukan dalam analisa kestabilan tower

    SUTT PLN dan perencanaan perkuatan talud di sekitar

    tower (Studi kasus tower T.11 (Segoromadu Lamongan

    Gresik adalah sebagai berikut:

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    3

    Mulai

    Pengumpulan Data:- Pelaksanaan Survey Lapangan / Pendahuluan (Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu / Undisturbed Di Lapangan)- Pelaksanaan Survey Topografi- Pelaksanaan Survey Data Ke PLN

    Tahap Pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah pada Masing Masing Kondisi:- Pengujian Gravimetri Volumetri- Pengujian Atterrberg Limit- Pengujian Analisa Saringan dan Hidrometer- Pengujian Geser Langsung

    Studi Literatur

    Analisis Statistik Parameter Tanah

    Analisis Potongan Melintang Lapis Tanah dan Kedudukan Pondasi

    A

    Selesai

    Kesimpulan dan Saran

    Alternatif Perkuatan Tanah

    Detail Alternatif Perkuatan Tanah

    Diasumsikan Kondisi Lereng Retak sebagian SF = 1 (Kondisi Masa Depan)

    Analisis Perkuatan Tanah

    DXstabl

    Analisis Stabilitas Lereng Eksisting

    DXstablGeoslopePlaxis

    YaTidak

    Faktor keamanan >1.25

    A

    Analisis Stabilitas Tower dan Gaya- gaya yang Bekerja pada Pondasi

    Gambar 3 Diagram Alir Analisa Dan Perencanaan Kestabilan

    Lereng

    IV. DATA TANAH

    A. Analisa Data Tanah

    Lokasi titik penyelidikan tanah tower SUTT T.11

    Segoromadu Lamongan , Gresik. Pada Gambar 4.1 terlihat

    posisi tower yang sekeliling lokasi adalah kolam.

    Gambar 4 Lokasi Titik Penyelidikan Tanah pada Tower SUTT

    titik T 11 Segoromadu Lamongan, Gresik

    Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil

    penyelidikan tanah maka lapisan tanah yang mempunyai

    kemiringan paling ekstrem adalah pada potongan D D. Di

    lokasi tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT

    dapat dibagi menjadi 5 bagian. Dapat digambarkan profil

    lapisan tanah berdasarkan bor log dan hasil sondir pada

    potongan yang paling curam tampak seperti pada Gambar 5

    Gambar 5 Profil Lapisan Tanah Potongan D - D pada T 11

    Segoromadu Lamongan, Gresik

    Penentuan Data parameter tanah yang digunakan adalah

    dengan memilih nilai SPT terkritis dari setiap lapisan tanah

    yang sudah diklasifikasikan berdasarkan nilai SPT

    Tabel 1. Parameter Data Tanah terkritis yang digunakan

    B. Data Reaksi Tower

    Data reaksi pondasi tower yang digunakan pada program

    bantu DxStable, GeoSlope, dan plaxis berupa data pada

    jumlah beban merata yang sudah diekuivalensi dengan jenis

    tower yang sama.

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    4

    Tabel 2. Data Reaksi Beban Merata pada Pondasi Tower Panjang

    sisi

    Luasan Beban

    Angin

    Total

    Beban

    Vertikal

    Beban Vertikal

    Untuk satu kaki

    Beban Merata

    m m2 T/ m2 Ton Ton KN Ton KN

    (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)

    5,386 29,006 0,04 38,99 9,748 97,476 1,344 13,442

    C. Data Pondasi Tower

    Pondasi yang digunakan pada kaki kaki tower adalah

    pondasi strauss. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui

    kedalaman tiang pondasi staruss adalah 9 meter dengan

    diameter 35 cm. posisi pondasi strauss yang dipasang dibawah

    kaki tower. Dimana ujung pondasi terletak pada lapisan tanah

    kedua

    V. ANALISA KESTABILAN TALUD DAN

    PERENCANAAN ALTERNATIF PERKUATAN

    TALUD

    Analisa kestabilan talud dilakukan dengan menggunakan

    program bantu yaitu DxStable, GeoSlope, dan Plaxis dengan

    ketentuan faktor keamanan kritis Fk min > 1.25.

    A. Pemodelan Talud dalam DxStable Bidang longsor talud yang dianalisa untuk mengetahui

    faktor keamanan (safety factor) mencakup dalam talud dan

    bagian luar. Dalam hal ini diambil tiga titik faktor keamanan

    pada kondisi internal stability dan tiga titik faktor keamanan

    pada kondisi overall stability.

    Tabel 3. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa

    kestabilan lereng dengan menggunakan Dxstable

    Percobaan KIRI KANAN

    Overall Internal Overall Internal

    ke- Stability Stability Stability Stability

    1 1,299 1,736 1,351 1,73

    2 1,381 1,777 1,42 1,874

    3 1,498 1,881 1,48 1,912

    Sumber : Hasil Analisa

    Dari Tabel 3. didapat nilai SF terkecil pada bidang kiri

    talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)

    sebesar 1.299

    Gambar 6 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kiri

    Dari Tabel 3 didapat nilai SF terkecil pada bidang kanan

    talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)

    sebesar 1.351

    Gambar 7 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kanan

    B. Pemodelan Talud dalam Geoslope Pada program geoslope bidang kelongsoran lereng yang

    dianalis langsung ditunjukan dengan bidang kelongsoran yang

    paling kritis setelah dimasukkan parameter dan beban yang

    diperlukan. Hasil analisa dengan bantuan program geoslope

    adalah hasil secara keseluruhan bidang lereng bagian kanan

    maupun bagian kiri yang dilakukan dengan 3 kali percobaan.

    Tabel 4. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa kestabilan

    lereng dengan menggunakan Geoslope

    Percobaan KIRI KANAN

    ke-

    1 1,380 1,798

    2 1,530 1,809

    3 1,611 1,867

    Sumber : Hasil analisa

    Gambar 8 Hasil Pemodelan dengan Geoslope dengan bidang

    longsor terkritis

    Tabel 5 Hasil Uji Faktor Keamanan Pada Bidang Kanan

    Talud dengan Program GeoSlope

    NO SF SF

    Terkecil

    1 1.699

    1.699 2 1.703

    3 2.51

    Sumber : Hasil Analisa

    C. Pemodelan Talud dalam Plaxis Pada prograam bantu plaxis, pemodelan dibagi menjadi 2

    fase yaitu fase pertama merupakan fase pada kondisi tanah

    plastis. Kondisi ini merupakan kondisi tanah initial ketika

    diberi beban. Fase kedua adalah fase phi/c reduction yaitu

    kondisi dimana parameter tanah diperhitungkan. Hasil dari

    analisa kelongsoran talud disekitar tower untuk kedua fase

    dapat dilihat pada gambar 5.9, yang menunjukkan pola bidang

    kelongsoran lereng yang paling kritis dengan faktor keamanan

    1,320

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    5

    Gambar 9 Hasil pola kelongsoran lereng menggunaka

    program plaxis.

    Dari hasil analisa faktor keamanan dengan menggunakan

    ketiga software yaitu dxstable, geoslope, dan plaxis diperoleh

    nilai faktor keamanan sliding terkecil dibagian kiri bidang

    lereng maupun kanan bidang lereng dengan meninjau over all

    stability maupun internal stability didapat besaran faktor

    keamanan untuk masing masing analisa sebagai berikut :

    Tabel 6 Hasil Perbandingan Faktor Keamanan

    PROGRAM SF

    BANTU KIRI KANAN

    DXSTABLE

    Overall Internal Overall Internal

    Stability Stability Stability Stability

    1,299 1,736 1,351 1,730

    GEOSLOPE 1,380 1,798

    PLAXIS 1,320

    Dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan terkecil dari

    ketiga program bantu tersebut pada program bantu Dxstable

    dengan SF sebesar 1.299. Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25

    (SF minimum) artinya stabilitas talud di sekitar tower T. 11

    Segoromadu Lamongan, Gresik aman.

    Menurut Mochtar (2014), pada lereng lereng yang lapuk

    sudah terjadi retak retak yang kemungkinan besar terisi

    lapisan pasir sehingga apabila terjadi kelongsoran sepanjang

    bidang bidang yang retak tersebut maka asumsi lapisan tanah

    seolah olah dianggap pasir (behaving like sand). Kondisi

    tersebut menyebabkan stabilitas talud menjadi tidak aman di

    masa depan sehingga perlu adanya perkuatan talud.

    D. Perkuatan Talud Kondisi talud yang tidak aman menyebabkan adanya

    ancaman kelongsoran dan ketidakstabilan lereng di sekitar

    tower. Untuk menanggulangi ancaman tersebut, talud perlu

    diberi perkuatan tanah Oleh karena itu, alternatif Ground

    Anchor Tie Back Grouting merupakan alternatif perkuatan

    tanah paling sesuai untuk talud di sekitar Tower SUTT T.11

    Segoromadu Lamongan Gresik dibandingkan dengan

    alternatif lainnya. Hasil analisa perhitungan fakktor keamanan

    dengan menggunakan program bantu dxstable, geoslope, dan

    plaxis. Dari ketiga software yang digunakan menunjukkan

    faktor terkecil sebesar 1,299 yang nilai tersebut lebih besar

    daripada syarat SF terkecil yaitu 1,25. Pada kondisi eksisting

    yang ada dilapangan memang keadaan tower tidak mengalami

    kelongsoran dengan nilai SF > 1,25 namun dikhawatirkan

    kondisi tersebut tidak akan bertahan lama, karena beberapa

    faktor yang mempengaruhi kondisi tower tersebut antara lain

    faktor alam maupun faktor manusia. Rencana perkuatan lereng

    difungsikan sebagai kestabilan terhadap erosi terhadap

    kelongsoran akibat adanya pengaruh air hujan dan pelapukan

    yang berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Hujan lebat

    yang terjadi mengakitbatkan muka air tanah naik dan berada

    pada lapisan paling atas talud. Air hujan kemudian menyerap

    ke tanah yang retak sehingga pori tanah terisi air dan

    mengalami pelapukan.(Mochtar, 2014).Kondisi tersebut tidak

    dapat diketahui secara pasti oleh karena itu lapisan tanah

    diasumsikan terjadi sebagian atau berubah menjadi pasir

    sehingga parameter tanah berubah menjadi sebagai berikut :

    Tabel 7 Perubahan Parameter Tanah Akibat Terjadinya

    Pelapukan

    Lapisan t sat Cu

    tanah ke- (t/m3) (t/m3) (t/m2) (derajat)

    1 1,6 1,8 0 30

    2 1,6 1,7 0 30

    3 1,7 1,8 15 20

    4 1,7 1,8 56 0

    5 1,7 1,8 328 0

    Dengan perubahan parameter yang dianalisa menggunakan

    program bantu dxstable dengan parameter tanah yang

    berubah sebagian menjadi pasir maka dapat dilihat angka

    keamanan yang dapat terjadi seperti pada gambar

    Gambar 10 Bidang Kelongsoran sekitar Talud Setelah Terjadi

    Pelapukan

    Dari hasil analisa, terlihat bahwa SF terkecil pada sisi

    kanan dengan besaran SF = 1.094 < 1.25 artinya stabilitas talud

    di sekitar tower tidak aman dan mengalami pelapukan

    sebagian. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat pelapukan yang terjadi akibat perubahan parameter

    tersebut.Alternatif perkuatan tanah yang dipilih adalah ground

    anchor jenis tie back dengan penahan berupa grouting beton

    dan head anchorr berupa balok penahan beton.

    Dengan perhitungan yang sudah dilakukan dengan nilai SF

    yang terkecil yaitu 1,094 didapat Nilai gaya tarik anchor (K)

    adalah 44,21 Ton untuk menahan gaya tersebut dipasang

    anchor tipe tie back grouting dengan diameter 20 cm dan

    panjang grouting 5 meter pada kedalaman 19 meter. Dengan

    asumsi pemasangan 2 meter, 8 meter, dan 15 meter. Dengan

    perbandingan biaya seperti pada tabel 5.1

  • Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

    6

    Tabel 8 Perbandingan analisa harga per jarak pemasangan

    anchorr Jarak

    Per

    Anchor

    Dimensi

    Grouting

    Jumlah

    Anchor Harga per anchor Harga anchor

    per sisi

    (m)

    D

    (m) L (m) per sisi

    2 0,2 2,5 52 Rp21.203.394 Rp1.102.576.499

    8 0,2 5 12 Rp84.577.957 Rp1.014.935.489

    15 0,2 15,5 7 Rp150.672.354 Rp1.054.706.481

    Dengan perbandingan analisa tersebut maka alternatif

    perkuatan talud dengan pemasangan ground anchorr yang

    dipilih adalah dengan pemasangan jarak per 8 meter sebanyak

    12 buah ground anchor per satu sisi. Jarak ini dipilih karena melihat harga yang ditinjau lebih ekonomis daripada jarak 2

    meter maupun 15 meter.

    Gambar 11 Denah Pemasangan Ground Anchor Tie Back

    Grouting

    VI. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil penyelidikan tanah, maka lapisan tanah di lokasi

    tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT

    dapat dibagi menjadi 5 bagian, dan jenis lapisan

    tanahnya didominasi oleh lapisan tanah lempung

    kepasiran dan mengandung tanah lanau.

    2. Lapis ke 1 dengan ketebalan rata-rata 2 meter, dengan harga SPT berkisar antara 4 9 pukulan/feet dengan

    jenis tanah lempung berlanau, lapis ke 2 dengan

    ketebalan rata-rata mencapai 4,00 meter dengan harga

    SPT berkisar antara 13 15 pukulan/feet, lapis ke 3

    dengan ketebalan mencapai 7,00 meter dengan harga

    SPT berkisar antara 13 pukulan/feet, lapis ke 4 dengan

    ketebalan rata-rata mencapai 13,00 meter dengan harga

    SPT berkisar antara 12 24 pukulan/feet,dan lapis ke 5

    terletak dibawah kedalaman 22,00 meter dari muka

    tanah, lapisan ini cukup keras, dan didapatkan sampai

    dengan kedalaman -30,00 meter dari muka tanah, dan

    harga SPT 45 - 50 pukulan/feet.

    3. Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada

    program bantu dxstable dengan SF sebesar 1.299.

    Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25 (SF minimum) artinya

    stabilitas talud di sekitar tower aman.

    4. Pondasi tiang strauss kuat menahan beban lateral tower dengan kuat lateral strauss sebesar 34,34 ton, sehingga

    tower aman dari ancaman pergeseran pondasi tiang

    strauss.

    5. Pada masa yang akan datang , kondisi tanah pada sekitar talud pada Tower T.11 Segoromadu

    Lamongan, Gresik) diasumsikan mengalami pelapukan

    sehingga kondisi stabilitas talud menjadi tidak aman.

    Pelapukan yang terjadi dianggap masih pelapukan

    sebagian. Untuk memodelkan kondisi tersebut maka

    lapisan tanah atas dianggap pasir dan perlu adanya

    perkuatan talud.

    6. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat pelapukan yang terjadi karena perubahan parameter,

    upaya penyelamatan yang dipilih yaitu menggunakan

    ground anchorr jenis tie back grouting dengan penahan

    berupa grouting beton dan head anchor berupa balok

    penahan beton. Alternatif tersebut dipilih karena

    merupakan alternatif paling tepat untuk tanah keras.

    7. Perkuatan ground anchor memiliki nilai gaya tarik anchor (K) sebesar 44,21 ton untuk menahan gaya

    tersebut dipasang tie back grouting dengan diameter 20

    cm dan panjang grouting 5 meter. perkuatan ground

    anchor dipasang per 8 meter sebanyak 12 buah setiap

    sisi

    B. Saran

    1. Untuk pihak owner dalam hal ini PT. PLN (Persero) sebaiknya mengadakan inspeksi dan perawatan rutin

    ke setiap tower agar tidak terjadi kerusakan /

    kegagalan stabilitas tower yang diakibatkan oleh

    warga sekitar / oknum luar.

    2. Untuk data tower yang diperlukan, dapat menggunakan data tower yang di ekivalensikan

    dengan syarat kondisi dan type tower yang serupa.

    DAFTAR PUSTAKA [1] Arjaya, Hendra Sugih dan Pratiwi, Elmi Besty. 2011. Perkuatan

    Lereng Pada Menara SUTT Sta 19+255 Jalan Tol SemarangSolo

    Seksi TinalunLemah Ireng, Semarang. Universitas Diponegoro

    [2] Bowles, J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.Jakarta: Erlangga.

    [3] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.). 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I. Jakarta: Erlangga.

    [4] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.). 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid II.Jakarta: Erlangga.

    [5] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

    [6] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 2, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

    [7] Mochtar, Indrasurya B. 2000. Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan pada Tanah Bermasalah (problematic

    soil).FTSP ITS, Surabaya

    [8] Terzaghi, K. and Peck R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd edition.Jakarta: Erlangga.

    [9] Vidayanti, D. Pengembangan Bahan Ajar Modul 10 Stabilitas Lereng.UMB, Jakarta

    [10] Wahjudi, Herman, 1999, Daya Dukung Pondasi Dalam. FTSP ITS, Surabaya

    A-A

    B-B

    C-C