ANALISA JURNAL

20
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan kondisi sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Di dalam tubuh ibu, suhu tubuh janin selalu terjaga, namun saat lahir hubungan bayi dengan ibu sudah terputus dan bayi harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya (Mayrani, 2013). Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm dan bayi yang mengalami pertumbuhan intrauterine terhambat. Di negara-negara maju, sekitar dua pertiga bayi berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas, sedangkan di negara- negara sedang berkembang sebagian besar bayi BBLR disebabkan oleh pertumbuhan intrauterin terhambat (Bobak, 1999). Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada bayi, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada bayi ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk

Transcript of ANALISA JURNAL

Page 1: ANALISA JURNAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan kondisi sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Di dalam

tubuh ibu, suhu tubuh janin selalu terjaga, namun saat lahir hubungan bayi

dengan ibu sudah terputus dan bayi harus mempertahankan suhu tubuhnya

sendiri melalui aktifitas metabolismenya (Mayrani, 2013).

Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini

masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat

lahir rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm dan

bayi yang mengalami pertumbuhan intrauterine terhambat. Di negara-negara

maju, sekitar dua pertiga bayi berat lahir rendah disebabkan oleh

prematuritas, sedangkan di negara-negara sedang berkembang sebagian besar

bayi BBLR disebabkan oleh pertumbuhan intrauterin terhambat (Bobak,

1999).

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan

suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun

pada bayi, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh

sebab itu pada bayi ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk

mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh

yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut

dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada

ketebalannya. Sayangnya sebagian besar bayi tidak mempunyai lapisan yang

tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung

tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama

panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang

melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi (Sarbanun, 2011)..

Hipotermi pada bayi baru lahir terutama bayi berat lahir rendah

(BBLR) merupakan masalah yang serius di negara berkembang, termasuk

Indonesia dengan mortalitas dan morbiditas masih tinggi. Berdasarkan data

Badan Pusat Statistik di Indonesia (2011) angka kejadian BBLR yaitu 321,15

Page 2: ANALISA JURNAL

per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Tengah rerata kejadian kematian pada

tahun 2009 sebesar 114/100.000 kelahiran hidup (KH), sebagian besar

kematian bayi disebabkan oleh BBLR dan prematuritas sebesar 31%,

kelainan kongenital 9 % dan asfiksia 6%. Sedangkan di Banyumas pada

tahun 2008 angka kematian bayi sebesar 255 /1000 KH dan penyebabnya

adalah BBLR 25,8%, Asfiksia 25,8%, Lain-lain 40,7%. Di ruang

perinatology RSUD Banyumas angka kematian bayi periode Januari-Juni

2013 akibat BBLR sebanyak 19%, BBLSR 19%, kelainan kongenital 10%

dari total kematian.

Salah satu metode untuk mengatasi hipotermi pada bayi baru lahir

adalah dengan metode kangoroo mother care (KMC), namun metode ini

mempunyai kelemahan yaitu adanya efek evaporasi suhu bayi dengan

lingkungan yang menyebabkan panas pada permukaan tubuh terbuang

percuma. Meletakn bayi pada ruangan denagnsuhu 25oC/infant warmer. Baru-

baru ini ditemukan metode yang efektif dan efisien untuk mencegah bayi baru

lahir terkena hipotermia yaitu dengan cara melilitkan palstik pada dada dan

ektermitas bayi.

Di ruang perinatologi RSUD Banyumas telah dilakukan penanganan

hipotermi pada BBLR dengan menggunakan metode lilitan plastik. Tetapi

masih jarang dilakukan karena belum ditemukannya dasar yang kuat dalam

penggunaan plastik untuk menganani hipotermi. Untuk itu kami tertarik

untuk menganalisa jurnal “Plastic Bags for Prevention of Hypothermia in

Preterm and Low Birth Weight Infants” ini mengetahui seberapa efektif

penggunaan kantong plastik untuk mencegah hipotermi.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa Ners dan perawat mengetahui efektifitas penggunaan metode

kantong plastik untuk mencegah hipotermi pada bayi BBLR

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui cara penggunaan kantong plastik untuk

mencegah hipotermi

Page 3: ANALISA JURNAL

b. Mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat penggunaan kantong

plastik untuk pencegahan hipotermi

Page 4: ANALISA JURNAL

BAB II

RESUM JURNAL

A. Pencarian Jurnal

Penelusuran jurnal dilakukan dengan keyword: “hypothermia”, “infant newborn”, “infant premature”, dengan menggunakan pediatrics.org.

B. Isi Jurnal

Judul Jurnal : Plastic Bags for Prevention of Hypothermia in Preterm and Low

Birth Weight Infants

Penulis : Alicia E. Leadford, MD, Jamie B. Warren, MD, MPH, Albert Manasyan, MD, Elwyn Chomba, MD, Ariel A. Salas, MD, Robert Schelonka, MD, andWaldemar A. Carlo, MD

Publikasi : www.pediatrics.org/cgi/doi/10.1542/peds.2012-2030

doi:10.1542/peds.2012-2030

C. Resume Jurnal

Angka kematian bayi di dunia berkisar sekitar 8 juta pertahunya, lebih

dari 80 % angka kematian tersebut terjadi akibat infeksi, asfiksia, hipotermia,

dan kelainan kongenital. Hipotermia adalah masalah yang serius bagi bayi

yang lahir premature dan berat lahir rendah, sebab ketika bayi terkena

hipotermia maka akan mudah terkena infeksi, asidosis, keterlambatan

pematangan proses sirkulasi dalam tubuh, penyakit membrane hyaline (HMD),

perdarahan pada otak, peningkatan kebutuhan oksigen (nafas bayi menjadi

cepat/takikardia), coagulation defect, dan kematian.

Bayi mempunyai resiko hipotermia di menit pertama sampai 1 jam

kehidupan, hal ini terjadi karena usaha penyesuain dengan suhu lingkungan.

Penata laksanaan hipotrmi menurut The World Health Organization (WHO)

adalah dengan cara meletakan bayi di suhu ruangan 25oC/ radiant warmer,

kemudian keringkan bayi sesegara mungkin, setelah itu resusitasi/hisap lendir

di bawah radiant warmer, lakukan KMC (kangoroo mother care) atau letakan

dalam incubator.

Kehilangan panas pada bayi disebabkan karena evaporasi (panas

mengup ke udara) merupakan kejadian termolegulasi bayi 30 menit pertama,

hal ini yang menjadi penyebab utama bayi kehilangan panas. Pengeluaran

cairan dari tubuh dan sedikitnya cadangan lemak pada subkutaneus juga turut

Page 5: ANALISA JURNAL

mendukung pengeluaran panas dari tubuh bayi. Salah satu usaha untuk

mencegah pengeluaran panas bayi yang berlebih adalah dengan cara melilitkan

palstik pada dada dan ektremitas.

D. Metode

1) Desain study

Penelitian ini menggunakan metode rendomized control trial yang

dilakukan di rumah sakit pendidikan Universitas Tertiari di Lusaka, Zambia.

Penelitian ini membandingkan penggunaan standar perawatan termoregulasi

dengan penggunaan standar perawatan termoregulasi yang ditambah dengan

melilitkan plastik pada tubuh bayi.

Kriteria inkulsi : Bayi yang lahir di rumah sakit dimasukkan kedalam

inklusi dengan kriteria usia gestasi antara 26 minggu 0 hari sampai 36 minggu

6 hari dan berat badan lahir 1000-2500 gram.

Kriteri eksklusi : Bayi dengan pada luka perut (abdominal wall

defect), myelomeningocele (kelainan pada tulang belakang), kelainan

konginetal, atau kelainan pada kulit.

Bayi yang lahir kemudian diacak lalu diberi 1 dari dua perlakuan

(control atau intervensi). Pengacakan dilakukan 10 menit pertama setelah

kelahiran, dan bayi yang lahir kembar juga turut dalam pengacakan.

Pengackan menggunakan teknik pengacakan buta yaitu menggunakan nomor

yang dimasukan dalam amplop.

2) Kontrol grup.

Bayi yang telah terpilih sebagai kontrol dilakukan tindakan penangan

sesuai dengan standar, yaitu ketika bayi baru lahir dilakukan kanguru mother

care (KMC), kemudian dikeringkan dan diberikan selimut, setelah itu

dilakukan tindakan resusitasi jika perlu dan dimasukkan ke radiant warmer.

Jika bayi lahir dengan saesar semua tindakan dilakukan di bawah radiant

warmer (pengeringan, resusitasi). Kemudian di awasi suhu dan berat badan.

Pengukuran suhu dilakukan pada aksila dan diukur setiap jam sekali.

3) Intervensi grup.

Bayi yang masuk dalam intervensi dilakukan hal yang sama

(penanganan sesuai setandar) dan ditambah dengan melilitkan plastik pada

Page 6: ANALISA JURNAL

dada dan ekstremitas. Plastik yang digunakan adalah plastik berbahan dasar

low-densiti polyethylene (nomor 4) dengan ukuran 10 x 8 x 24 inch

Penggunaan plastik dilakukan setelah bayi dikeringkan dan dilakukan IMD.

Waktu melilitkan plasitik pada tubuh bayi maksimal 10 menit setelah

kelahiran, kemudian 1 jam pertama diukur suhu pada aksila. Jika suhu bayi

dalam rentang normal (36,5-37,5 atau lebih) maka lilitan plastik dihentikan,

tetapi jika suhu dibawah rentan normal lakukan lilitan plastik kembali sampai

suhu normal dan awasi setiap satu jam.

E. Analisa statistic

Data yang diperoleh dianalisa dengan mengunkan deskriptif satatistik

dengan tingkat kepercayaan 95% dan kekuatan 80% yang menyatakan bahwa

ada peningkatan suhu pada bayi setelah diberikan lilitan plastic. Analisa

dilanjutkan dengan menggunakan uji t berpasangan kemudian dialukan analisa

menggunakan SPSS 17. Hasil uji stasistik mendapatkan nilai p< 0,05 yang

menandakan tidak ada kejadian hipotermia pada bayi dengan berat lahir rendah

setelah dilakukan penangan termolegulasi dengan melilitkan plastic.

F. Hasil

a) Total partisipan

Jumlah bayi yang terlibat dalam penelitian ini berjumalah 104 bayi dengan

jumlah 49 pada kelompok intervensi dan 55 pada kelompok control.

b) Hasil primer

Dari 49 bayi yang beri perlakukan 29 diantaranya dibandingkan dengan

kelompok control (kelompok control diambil 18 dari 55) yang mempunyai

tempratur dalam rentang normal pada 1 jam pertama kelahiran. Rata-rata

tempratur 1 jam pada kelompok intervensi adalah 36,5 + 0,5oC dan

kelompok control 36,1 + 0,6oC (P<0,001). Hal ini menunjukan penggunaan

llitan plastic dapat menurunkan angka kejadian hipotermia.

c) Hasil sekunder

Hampir semua pasien dibolehkan pulang kurang dari 24 jam pertama, dan

23 dari 104 bayi (14 intervensi dan 9 control dengan P = 0,13) dilarikan ke

NICU karena mengalami permasalahan yang serius seperti hipotensi dan

hipoglikemia.

Page 7: ANALISA JURNAL

G. Kekurangan Jurnal

1. Waktu intervensi yang singkat untuk menghindari kerusakan kulit atau

sufokasi

2. Prediksi usia gestasi kurang akurat

3. Kurangnya control suhu lingkungan bersalin dan resusitasi

BAB III

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Page 8: ANALISA JURNAL

A. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.

Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut

kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin.

Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga

mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu

tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang

kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan

lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan

panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi

harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah

lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi

baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat

dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak

persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai

mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya

pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga

kesehatan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi

baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.

Suhu normal pada neonatus adalah 36,5 – 370C.

B. Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan

antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan

suhu tubuh di dalam batas normal. Pada bayi-baru lahir, akan memiliki

mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah,

sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi

hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi,

evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan

Page 9: ANALISA JURNAL

dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-280C, dikeringkan dan dibungkus

dengan hangat. Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai

produksi panas.

Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting

untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak

energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk

pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan

akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan

posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga

terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang

timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.

Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas

pada bayi yaitu dengan :

1. Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek

yang dingin.

2. Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke

obyek yang dingin.

3. Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

4. Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi

(misal cairan amnion pada BBL). (Indarso, F, 2001).

C. Hipotermi

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal.

Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus

36,5-37,5°C (suhu axila). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau

kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin

maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut

hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low

reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala,

hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Page 10: ANALISA JURNAL

(Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi

yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.

Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1) Jaringan lemak subkutan tipis.

2) Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3) Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4) BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)

pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).

5) Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko

tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa

ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

1. Hipoglikemi

2. Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme

anaerob.

3. Kebutuhan oksigen yang meningkat.

4. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

5. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal

yang menyertai hipotermi berat.

6. Shock.

7. Apnea.

8. Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001).

Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang

mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan

penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan

maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000

gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat

dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu

lingkungan 30°C.

D. Implikasi jurnal dalam bidang keperawatan

Page 11: ANALISA JURNAL

Hypothermia dapat menyebabkan masalah yang serius bagi bayi, jika

tidak ditangani dengan segera. Permaslahan yang timbul akibat hypothermia

adalah infeksi, asidosis, keterlambatan pematangan proses sirkulasi dalam

tubuh, penyakit membrane hyaline (HMD), perdarahan pada otak,

peningkatan kebutuhan oksigen (nafas bayi menjadi cepat/takikardia),

coagulation defect, bahkan kematian. Hal ini disebabkan karena luas tubuh

permukaan bayi jauh lebih besar dari orang dewasa (0,006mm2/3kg BB untuk

bayi dan 0,025mm2/kg untuk 70 kg BB untuk orang dewasa), dan sedikit

lemak dalah tubuh (16% berat badan dalam 3,5 kg bayi baru lahir dibanding

20-30% pada orang dewasa).

Menurut WHO standar penanganan untuk mencegah bayi agar tidak

hypothermia adalah dengan meletakan bayi di suhu ruangan 25oC/ radiant

warmer, kemudian mengeringkan bayi sesegara mungkin, setah itu

resusitasi/hisap lendir di bawah radiant warmer, lakukan KMC (kangoroo

mother care) atau letakan dalam incubator.

Permasalahan akan timbul ketika rumah sakit atau pelayanan

kesehatan tidak mempunyai radiant warmer untuk menghangatkan bayi, salah

satu usaha untuk mengatasi hal terebut adalah dengan cara melilitkan plastic

pada bagian dada bayi dan ektremitas dalam jangka waktu maksimal 10 menit

setelah kelahiran dengan lama penggunaan lilitan plastic 1 jam. Setelah 1 jam

kemudian ukur suhu bayi secara aksila, jika suhu bayi dalam rentang 36,5-

37,5 atau lebih maka penggunaan plastic dihentikan dan jika suhu bayi

dibawah rentang normal maka ulangi pelilitan dan ukur suhu 1 jam kemudian.

Hasil penelitan menunjukan adanya keefektifan pengguanaan lilitan plastic

pada bayi untuk mencegah hipotermia yang dianalisa mengguanakan uji t

berpasangan mendapatkan nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini didukung oleh

pelelitian Sarbanun, 2011 yang menyakatan bahwa metode kantong plastik

dapat mencegah hipotermi pada BBLR dibandingkan dengan metode

konvensional (uji statistik menggunakan Chi- square dengan RR 1(0.11) dan

RR 2 (3.69))

Penggunaan plastic dirasa efektif untuk mencegah terjadinya

hypothermia selain harganya yang lebih murah dari radiant warmer, dan

Page 12: ANALISA JURNAL

penggunaan plastic dapat dilakukan dimana saja, hal ini dapat digunakan

sebagi upaya keperawatan untuk bayi baru lahir supaya tidak terjadi

hypothermia.

Hasil penelitan ini dapat diterapkan di ruang perinatology RSUD

Banyumas karena penggunaan palstik dapat menurunkan hipotermia tanpa

menyebabkan hipertermia pada lingkungan yang penuh tekanan, bayi baru

larih tidak perlu dikeringkan sesuai dengan petunjuk WHO bila

menggunakan plastic, biaya murah dan memberikan peluang dan harapan

hidup bagi bayi baru lahir pada lingkungan yang terbatas, dapat digunakan

pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 26 samapi 29 minggu denagan

berat badan kurang dari 1000 gram selain itu penggunaan plastic dapat

dipakai pada bayi hipotermi yang akan dirujuk kerumah sakit atau dari ruang

bersalain ke ruang perawatan bayi untuk menstabilkan suhu.

DAFTAR PUSTAKA

Mayrani. (2013). Mengatasi hipotermi pada bayi dengan kantong plastik.

http://www.teruskan.com/17223/mengatasi-hipotermia-pada-bayi-

dengan-kantong-plastik.html#_. Diakses 5 Februari 2014

Bobak. (1999). Maternal Nursing Care Plans. Mosby Company

Sarbanun. (2011). Perbandingaan metode kantong plastik dan konvensional

terhadap pencegahan hipotermi pada bayi berat lahir rendah (bblr) saat

dilahirkan. Tesis. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Page 13: ANALISA JURNAL

RESUME JURNALSTASE KEPERAWATAN ANAK

“PLASTIC BAGS FOR PREVENTION OF HYPOTHERMIA IN PRETERM AND LOW BIRTH WEIGHT INFANTS”

Page 14: ANALISA JURNAL

DI SUSUN OLEH:

Dudi Cahyono, S.Kep

Sujayanti, S.Kep

Panggih Sediyo, S.Kep

Retno Kumala Sari, S.Kep

Siti Nur Khotimah, S.kep

Desy Nur Prasetyo, S.Kep

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANPROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO2014