Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
-
Upload
tausan-susanto-akandanu -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
Transcript of Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
1/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 1
Bab ini menampilkan berbagai analisa terkait dengan kawasan permukiman dengan
menggunakan peta yang bersumber dari Citra satelit dan peta dari Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan
Amuntai. Namun pada peta citra satelit tersebut memiliki keterbatasan, sehingga terdapat 3 Kelurahan
yang tidak dapat dihitung jumlah eksiting rumahnya, yaitu: Danau Cermin, Pinangkara dan Pinang
Habang.
5.1. Analisa Kebutuhan Rumah (Backlog)
Backlog merupakan jumlah kekurangan rumah saat ini. Perhitungan kekurangan jumlah rumah
(Backlog) dilakukan dengan cara menghitung selisih antara jumlah rumah tangga (KK) dengan jumlahrumah eksisting pada masing-masing desa/ kelurahan di wilayah perencanaan. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui bahwa backlog total untuk wilayah perencanaan yang meliputi Kecamatan
Amuntai Tengah dan Selatan adalah sebesar 812 unit rumah. Rincian backlog rumah untuk masing-
masing desa/ kelurahan ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.1.
Backlog Rumah
NoKecamatan-
Desa/Kelurahan
KeluargaJumlah
Backlog NoKecamatan-
Desa/Kelurahan
KeluargaJumlah
Backlog
Rumah RumahAmuntai Tengah Amuntai Selatan
1 Danau Cermin 197 197 1 Keramat 213 115 9
2 Pinangkara 121 121 2 Panyiuran 232 405 (17
3 Pinang Habang 162 162 3 Cempaka 348 472 (12
4 Tapus 289 168 121 4 Ilir Mesjid 293 399 (10
5 Mawar Sari 104 112 (8) 5 Ujung Murung 411 346 6
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
2/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 2
NoKecamatan-
Desa/KelurahanKeluarga
JumlahBacklog No
Kecamatan-
Desa/KelurahanKeluarga
JumlahBacklog
Rumah Rumah
Amuntai Tengah Amuntai Selatan
6 Datu Kuning 298 163 135 6 Jarang Kuantan 332 371 (3
7 Muara Tapus 397 732 (335) 7 Kota Raja 872 679 19
8 Rantawan 517 581 (64) 8 Jumba 521 487 3
9 Kandang Halang 541 614 (73) 9 Teluk Paring 203 82 12
10 Pasar Senin 489 464 25 10 Teluk Baru 308 146 16
11 Kembang Kuning 309 345 (36) 11 Cangkering 242 221 2
12 Kota Raden Hilir 316 334 (18) 12 Simpang Empat 157 224 (6
13 Kota Raden Hulu 346 349 (3) 13 Rukam Hulu 141 146 (
14 Kebun Sari 1.097 1.161 (64) 14 Rukam Hilir 132 138 (
15 Sungai Karias 523 485 38 15 Kutai Kecil 182 80 10
16 Hulu Pasar 289 275 14 16 Padang Darat 142 116 2
17 Tambalangan 382 320 62 17 Telaga Hanyar 169 159 1
18 Tangga Ulin Hulu 194 75 119 18 Murung Sari 163 302 (13
19 Tangga Ulin Hilir 346 456 (110) 19 Mamar 248 270 (2
20 Antasari 1.108 910 198 20 Teluk Sari 112 281 (16
21 Murung Sari 403 480 (77) 21 Telaga Sari 191 219 (2
22 Paliwara 647 533 114 22 Simpang Tiga 143 281 (13
23 Palampitan Hulu 638 518 120 23 Harusan Telaga 172 211 (3
24 Palampitan Hilir 643 517 126 24 Telaga Silaba 242 399 (15
25 Sungai Malang 1.562 1.620 (58) 25 Banyu Hirang 132 160 (2
26 Tigarun 167 73 94 26 Pulau Tambak 162 152 1
27 Sungai Baring121 319 (198)
27Kayakah 358 477 (11
28 Harus 174 74 100 28 Bajawit 179 97 8
29 Harusan 158 48 110 29 Padang Tanggul 172 167
Jumlah 12.538 11.726 812 30 Murung Panggang 133 56 7
Jumlah 7.305 7.658 (35
Sumber: Analisis, 2014
Tabel diatas menunjukkan 2 fakta yang berbeda, yaitu Kecamatan Amuntai Tengah yang
penduduknya membutuhkan penyediaan rumah dan Kecamatan Amuntai Selatan yang jumlah
rumahnya melebihi jumlah penduduknya.
Fakta yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk lebih besar dari jumlah rumah dapat
diartikan bahwa terdapat lebih dari 1 KK didalam 1 unit rumah, dengan demikian penduduk yang ada
melebihi jumlah rumah. Misalnya yaitu dapat dimungkinkan karena adanya sebuah keluarga yang
didalamnya terdapat anak yang sudah berkeluarga namun masih tinggal bersama orang tuanya atau
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
3/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 3
juga dapat dikarenakan harga rumah yang tidak terjangkau sehingga tiap keluarga baru masih tinggal
bersama orang tua mereka sendiri.
Fakta yang kedua, bahwa jumlah rumah yang ada melebihi jumlah penduduknya
mengindikasikan bawa terdapat perilaku masyarakat yang telah membeli rumah namun tidak ditinggali,
hal tersebut dapat dikarenakan keinginan masyarakat berinvestasi di bidang perumahan
5.2. Analisa Kepadatan Bangunan Rumah
Kepadatan bangunan kawasan permukiman di wilayah
perencanaan masing-masing yaitu sebesar 19 unit/ha di Kecamatan
Amuntai Tengah dan 15 unit/ha di Kecamatan Amuntai Selatan,
namun kepadatan yang terjadi cenderung mengelompok di suatu
wilayah, di desa/ kelurahan tertentu yang memiliki kondisi
representatif sebagai kawasan perumahan dan permukiman. Desa/
kelurahan tersebut menjadi kondisi seperti ini dikarenakan terletak di sepanjang jalan utama Kabupaten
dan adanya tarikan yang kuat dari wilayah di sekitarnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.2.
Kepadatan Bangunan Rumah
NoKecamatan-
Desa/Kelurahan
Jumlah Luas KepdtnNo
Kecamatan-
Desa/Kelurahan
Jumlah Luas Kepdtn
Rumah Permuk Bangunan Rumah Permuk BangunaAmuntai Tengah Amuntai Selatan
1 Danau Cermin 2,43 1 Keramat 115 8,02
2 Pinangkara 1,50 2 Panyiuran 405 20,59
3 Pinang Habang 1,36 3 Cempaka 472 21,45
4 Tapus 168 9,07 19 4 Ilir Mesjid 399 19,23
5 Mawar Sari 112 14,34 8 5 Ujung Murung 346 23,67
6 Datu Kuning 163 5,44 30 6 Jarang Kuantan 371 23,09
7 Muara Tapus 732 38,88 19 7 Kota Raja 679 33,56
8 Rantawan 581 28,79 20 8 Jumba 487 26,26
9 Kandang Halang 614 28,03 22 9 Teluk Paring 82 10,12
10 Pasar Senin 464 26,22 18 10 Teluk Baru 146 13,08
11 Kembang Kuning 345 13,70 25 11 Cangkering 221 19,07 12 Kota Raden Hilir 334 12,95 26 12 Simpang Empat 224 17,03
13 Kota Raden Hulu 349 14,82 24 13 Rukam Hulu 146 9,88
14 Kebun Sari 1.161 68,32 17 14 Rukam Hilir 138 9,29
15 Sungai Karias 485 29,58 16 15 Kutai Kecil 80 5,62
16 Hulu Pasar 275 7,40 37 16 Padang Darat 116 8,36
17 Tambalangan 320 8,36 38 17 Telaga Hanyar 159 13,79
18 Tangga Ulin Hulu 75 3,31 23 18 Murung Sari 302 22,10
19 Tangga Ulin Hilir 456 17,16 27 19 Mamar 270 16,52
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
4/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 4
20 Antasari 910 41,10 22 20 Teluk Sari 281 16,14
21 Murung Sari 480 35,06 14 21 Telaga Sari 219 19,65
22 Paliwara 533 22,75 23 22 Simpang Tiga 281 21,35
23 Palampitan Hulu 518 27,01 19 23 Harusan Telaga 211 14,10
24 Palampitan Hilir 517 26,22 20 24 Telaga Silaba 399 27,91
25 Sungai Malang 1.620 102,65 16 25 Banyu Hirang 160 10,28
26 Tigarun 73 7,22 10 26 Pulau Tambak 152 11,15 27 Sungai Baring 319 14,30 22 27 Kayakah 477 37,81
28 Harus 74 3,34 22 28 Bajawit 97 8,82
29 Harusan 48 1,90 25 29 Padang Tanggul 167 12,54
Jumlah 11.726 613 19 30 Murung Panggang 56 4,10
Jumlah 7.658 505
Sumber: Analisis, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa antara Kecamatan Amuntai Tengah dan
Kecamatan Amuntai Selatan bila dibandingkan maka kepadatan bangunan rumah yang lebih tinggi
adalah Kecamatan Amuntai Tengah daripada Kecamatan Amuntai Selatan. Kepadatan bangunan yang
tinggi tersebut berhubungan dengan nilai historis pertumbuhan kawsasan Amuntai di masa lampau yang
memang terfokus pada kawasan yang sekarang menjadi Kecamatan Amuntai Tengah. Seiring dengan
berjalannya waktu maka perkembangan kawasan kota Amuntai terus melebar hingga salah satunya
adalah Kecamatan Amuntai Selatan, namun Amuntai Tengah tetap mengalami pertumbuhan paling
pesat.
Selain faktor diatas, tingginya kepadatan bangunan di Kecamatan Amuntai Tengah dipicu
dengan tingginya kegiatan penduduk dalam pembangunan rumah baru di pusat Kota Amuntai, dengan
pertimbangan untuk mendapatkan kemudahan akses kawasan, memadainya prasarana dan sarana
pendukung, serta image kawasan.
Terdapat klasifikasi tingkat kepadatan perumahan dan permukiman di wilayah perencanaan
berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan, 2002) adalah sebagai berikut:
-
Kepadatan tinggi = > 40 unit /ha
-
Kepadatan sedang = 30 – 40 unit/ha
-
Kepadatan rendah = < 30 unit/ha
Bersumber dari ketentuan diatas maka kepadatan bangunan di wilayah perencanaan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
5/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 5
Tabel 5.3.
Klasifikasi Tingkat Kepadatan Bangunan Rumah
NoKecamatan-
Desa/Kelurahan
Tingkt KepdtnNo
Kecamatan-
Desa/Kelurahan
Tingkt Kepdtn
Bangunan Bangunan
Amuntai Tengah Amuntai Selatan
1 Danau Cermin - 1 Keramat Rendah
2 Pinangkara - 2 Panyiuran Rendah
3 Pinang Habang - 3 Cempaka Rendah
4 Tapus Rendah 4 Ilir Mesjid Rendah
5 Mawar Sari Rendah 5 Ujung Murung Rendah
6 Datu Kuning 30 6 Jarang Kuantan Rendah
7 Muara Tapus Rendah 7 Kota Raja Rendah
8 Rantawan Rendah 8 Jumba Rendah
9 Kandang Halang Rendah 9 Teluk Paring Rendah
10 Pasar Senin Rendah 10 Teluk Baru Rendah
11 Kembang Kuning Rendah 11 Cangkering Rendah
12 Kota Raden Hilir Rendah 12 Simpang Empat Rendah
13 Kota Raden Hulu Rendah 13 Rukam Hulu Rendah
14 Kebun Sari Rendah 14 Rukam Hilir Rendah
15 Sungai Karias Rendah 15 Kutai Kecil Rendah
16 Hulu Pasar 37 16 Padang Darat Rendah
17 Tambalangan 38 17 Telaga Hanyar Rendah
18 Tangga Ulin Hulu Rendah 18 Murung Sari Rendah
19 Tangga Ulin Hilir Rendah 19 Mamar Rendah
20 Antasari Rendah 20 Teluk Sari Rendah
21 Murung Sari Rendah 21 Telaga Sari Rendah
22 Paliwara Rendah 22 Simpang Tiga Rendah
23 Palampitan Hulu Rendah 23 Harusan Telaga Rendah
24 Palampitan Hilir Rendah 24 Telaga Silaba Rendah
25 Sungai Malang Rendah 25 Banyu Hirang Rendah
26 Tigarun Rendah 26 Pulau Tambak Rendah
27 Sungai Baring Rendah 27 Kayakah Rendah
28 Harus Rendah 28 Bajawit Rendah
29 Harusan Rendah 29 Padang Tanggul Rendah
Tingk Kepdt Bang Rendah 30 Murung Panggang Rendah
Jumlah Rendah
Sumber: Analisis, 2014
Melihat tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan bangunan antara Kecamatan
Amuntai Tengah dan Amuntai Selatan masih tergolong rendah, namun di beberapa titik masih banyak
terdapat bangunan-bangunan kumuh yang mengelompok dengan karakteristik fiisik bangunan yang
sama.
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
6/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 6
5.3. Analisa Tipologi Permukiman
5.3.1. Perumahan Swadaya
Perumahan swadaya adalah rumah-rumah yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri.
Perumahan ini paling luas dan banyak jumlahnya di wilayah perencanaan dan tersebar keberadaannya.
Tipologi rumah swadaya ini biasanya dikembangkan sendiri oleh masyarakat dan memiliki karakter
besaran dan kualitas bangunan yang beragam.
Perumahan kampung kota ini merupakan bagian kota yang mempunyai kepadatan penduduk
yang tinggi dan dibangun tanpa adanya campur tangan pemerintah sehingga dapat dimungkinkan tidak
sesuai dengan kaidah peraturan yang ada. Dampak yang muncul kemudian adalah kurangnya sarana dan
prasarana pendukung permukiman.
Gambar 5.1.
Tipologi Permukiman Swadaya Mengikuti Alur Sungai/ Di Sekitar Sungai
Sumber: Citra Google Earth, 2013 dan Survey Lapangan, 2014
Permukiman kampung kota ini di wilayah perencanaan umumnya mendekati kawasan/area
pusat perdagangan berupa pasar kota atau berada di pinggir sungai dengan mengikuti alur sungai.
Keberadaan kampung kota tersebut memiliki kecenderungan semakin meluas dan tidak terkendali.
Penghuni permukiman kampung kota selain penduduk asli juga banyak yang merupakan pendatang dari
desa yang mencari penghidupan yang lebih baik di kota. Di permukiman kampung kota inilah mereka
biasanya menetap dengan berbagai alasan di antaranya dekat dengan tempat kerja dan harga untuk
tinggal di permukiman jenis ini relatif dapat dijangkau.
Permukiman kampung kota ini akan menjadi masalah
karena seringkali pertumbuhannya tidak mengindahkan aturan-
aturan penggunaan lahan dan tidak mengindahkan aturan-aturan
bangunan seperti jarak antar bangunan yang tidak memenuhi
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
7/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 7
standar bahkan tidak menyediakan ruang yang cukup untuk sempadan bangunan, sempadan samping
bangunan, lebar jalan lingkungan minimum, sehingga rawan terjadi kebakaran. Demikian juga dengan
sistem drainase, sanitasi lingkungan, norma kesehatan lingkungan seringkali diabaikan seperti tidak
adanya sinar matahari yang masuk ke dalam rumah, sirkulasi udara yang tidak lancar, jarak jamban dan
sumber air, fasilitas sumber air minum dan sebagainya. Jika dibiarkan tanpa pengendalian maka
permukiman kampung kota akan menjurus ke permukiman kumuh.
Gambar 5.2.
Kondisi Perumahan Swadaya
Sumber: Survey Lapangan, 2014
Tabel 5.3.
Potensi, Masalah dan Kebutuhan Penanganan Kawasan Permukiman Kampung Kota
Potensi Permasalahan Kebutuhan Penanganan
1) Aksesibilitas permukiman cukup
baik
2) Terletak di pusat kota
3) Perkerasan jalan sebagian sudah
aspal
4)
Sebagian masyarakat memiliki MCKpribadi
1) Terdapat beberapa jalan yang belum
tersedia saluran drainase
2) Sebagian masyarakat yang tinggal
dekat sungai membuang sampah di
sungai
3)
Sebagian masyarakat membuanglimbah padat manusia ke sungai
4)
Pembuangan limbah rumah tangga
ke lingkungan sekitar
5) Peningkatan kebutuhan perumahan
yang memacu peningkatan
kepadatan hunian dan mendorong
kampung kota menjadi kumuh
6) Pengelolaan aspek kesehatan
lingkungan yang belum optimal
(sampah, sanitasi, air bersih dan
drainase)
1) Normalisasi jaringan drainase
2) Peningkatan pelayanan
persampahan dan pengadaan
armada pengangkut sampah
3) Perluasan jaringan PDAM bagi
Masyarakat berpenghasilan rendah4) Sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pengelolaan sampah 3R
Sumber: Analisis Tim, 2014
5.3.2.
Perumahan Formal
Keberadaan perumahan formal di wilayah perencanaan tidak banyak ditemui, berdasarkan
hasil survey lapangan hanya ditemui 2 (dua) perumahan, yaitu:
1.
Perumahan Jumba Lestari, dengan rincian kawasan sebagai berikut:
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
8/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 8
-
Air bersih telah terlayani oleh jaringan PDAM
-
Terdapat gerobak sampah sebagai alat angkut sampah dari rumah menuju TPS yang
dilaksanakan setiap hari
-
Rumah yang dibangun adalah rumah tipe 36
-
Jaringan jalan masih berupa jalan tanah
-
Jaringan drainase tidak ada
2.
Perumahan Citra Permata Sari
-
Air bersih telah terlayani oleh jaringan PDAM
-
Terdapat mobil sampah sebagai alat angkut sampah dari rumah menuju TPS yang dilaksanakan
setiap hari
-
Rumah yang dibangun adalah rumah tipe 36 dan yang lebih besar
-
Jaringan jalan masih berupa jalan tanah-
Jaringan drainase tidak ada
Terdapat beberapa poin penting yang harus diperhatikan didalam arahan perencanaan
lingkungan perumahan pada wilayah perencanaan, yaitu:
1.
Perumahan yang sudah terbangun berawal dari kepemilikian lahan oleh seseorang dengan
ukuran yang cukup luas dengan ijin sebagai tempat tinggal dan bukan sebagai kawasan
perumahan.
2.
Kurang optimalnya tindakan pengawasan dan pengendalian dari pemerintah kabupatenterhadap pembangunan kawasan perumahan.
3.
Diperlukan ketegasan didalam peraturan pembangunan perumahan pada wilayah perencanaan
bagi pengembang perumahan untuk menyediakan prasarana dan sarana pendukung perumahan
secara memadai sebagai persyaratan utama dalam pelaksanaannya.
5.4. Analisa Tingkat Penghunian Rumah
Tingkat penghunian rumah digunakan untuk menghitung dan mengetahui jumlah penghuni
atau orang yang menempati satu rumah, cara menghitung jumlah penghunian rumah pada masing-
masing desa/ kelurahan dilakukan dengan membagi antara jumlah penduduk dengan jumlah rumah.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tingkat penghunian rumah di wilayah
perencanaan secara total adalah 4 jiwa/rumah. Ditinjau dari tingkat penghunian di tiap desa/kelurahan
yang paling besar terdapat di desa/kelurahan Harusan Kecamatan Amuntai Tengah sebesar 12 jiwa.
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
9/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 9
Sedangkan yang paling kecil sebesar 1 jiwa/rumah berada di desa/kelurahan Sungai Baring Kecamatan
Amuntai Tengah dan Teluk Sari Kecamatan Amuntai Selatan.
Fakta diatas menunjukkan bahwa secara umum di wilayah perencanaan untuk tingkat
penghunian rumah tidak melebihi standar yang ada. Namun di beberapa desa/ kelurahan yang tingkat
penguhunian rumahya melebihi angak 4 jiwa/rumah memerlukan perhatian khusus dengan salah
satunya adalah penyediaan Kasiba/ Lisiba atau perumahan dengan harga yang terjangkau.
Adapun hasil perhitungan jumlah penghunian rumah pada masing-masing kecamatan di
wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
10/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 10
Tabel 5.4.
Tingkat Penghunian Rumah
NoKecamatan-
Desa/Kelurahan
Jumlah Jumlah Tk hunianNo
Kecamatan-
Desa/Kelurahan
Jumlah Jumlah Tk hunian
Pnddk (Jiwa) Rumah Rumah Pnddk (Jiwa) Rumah Rumah
Amuntai Tengah Amuntai Selatan
1 Danau Cermin 806 - 1 Keramat 822 115 7
2 Pinangkara 580 - 2 Panyiuran 863 405 2
3 Pinang Habang 596 - 3 Cempaka 1.365 472 3
4 Tapus 1.283 168 8 4 Ilir Mesjid 1.094 399 3
5 Mawar Sari 486 112 4 5 Ujung Murung 1.514 346 46 Datu Kuning 1.228 163 8 6 Jarang Kuantan 1.230 371 3
7 Muara Tapus 1.620 732 2 7 Kota Raja 3.272 679 5
8 Rantawan 2.248 581 4 8 Jumba 2.103 487 4
9 Kandang Halang 2.233 614 4 9 Teluk Paring 747 82 9
10 Pasar Senin 1.934 464 4 10 Teluk Baru 1.076 146 7
11 Kembang Kuning 1.183 345 3 11 Cangkering 872 221 4
12 Kota Raden Hilir 1.240 334 4 12 Simpang Empat 686 224 3
13 Kota Raden Hulu 1.339 349 4 13 Rukam Hulu 538 146 4
14 Kebun Sari 4.326 1.161 4 14 Rukam Hilir 430 138 3
15 Sungai Karias 2.153 485 4 15 Kutai Kecil 410 80 5
16 Hulu Pasar 1.111 275 4 16 Padang Darat 501 116 4
17 Tambalangan 1.546 320 5 17 Telaga Hanyar 659 159 4
18 Tangga Ulin Hulu 767 75 10 18 Murung Sari 552 302 2
19 Tangga Ulin Hilir 1.355 456 3 19 Mamar 908 270 3
20 Antasari 4.386 910 5 20 Teluk Sari 366 281 1
21 Murung Sari 1.561 480 3 21 Telaga Sari 754 219 3
22 Paliwara 2.326 533 4 22 Simpang Tiga 537 281 2
23 Palampitan Hulu 2.510 518 5 23 Harusan Telaga 684 211 3
24 Palampitan Hilir 2.634 517 5 24 Telaga Silaba 1.003 399 3
25 Sungai Malang 6.270 1.620 4 25 Banyu Hirang 445 160 3
26 Tigarun 577 73 8 26 Pulau Tambak 632 152 4
27 Sungai Baring 434 319 1 27 Kayakah 1.390 477 3
28 Harus 676 74 9 28 Bajawit 684 97 7
29 Harusan 590 48 12 29 Padang Tanggul 633 167 4
Jumlah 49.998 11.726 4 30 Murung Panggang 531 56 9
Jumlah 27.301 7.658 4
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
11/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 11
5.5. Analisa Permasalahan Perumahan dan Permukiman
5.5.1. Kawasan Permukiman Sempadan Sungai
Kawasan permukiman sempadan sungai ini adalah kawasan permukiman yang berada di
sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Bantaran sungai seharusnya merupakan
daerah terlarang untuk permukiman, akan tetapi berhubung semakin mahalnya harga lahan untuk
pembangunan rumah banyak masyarakat yang memilih tinggal di lokasi semacam itu.
Pada umumnya pengamanan lahan di bantaran sungai tidak
begitu ketat sehingga memungkinkan tumbuhnya penghunian. Hunian
di bantaran sungai ini terus berkembang dan semakin menjorok ke
sungai sehingga mengganggu aliran sungai yang selanjutnya dapat
menimbulkan bahaya banjir yang berdampak bagi masyarakat luas.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai seringkali
mempunyai kebiasaan buruk yaitu membuang sampah ke sungai yang
menyebabkan pendangkalan dan sumbatan di beberapa tempat.
Permukiman yang ada di kawasan sempadan sungai di Kabupaten Hulu
Sungai Utara berada mengikuti alur sungai yaitu Sungai Balangan, Nagara, dan Tabalong.
Berdasarkan RDTR Kawasan Perkotaan Amuntai, untuk sungai-sungai di kawasan perkotaan
Amuntai ditetapkan dengan lebar sempadan sungai sejauh 10 meter yang dihitung dari sisi luar kanan
dan kiri tepi sungai.
Gambar 5.5.
Kondisi Permukiman di Bantaran Sungai
Sumber: Survey Lapangan, 2014
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
12/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 12
5.5.2.
Kawasan Permukiman di Daerah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana, merupakan bagian dari kawasan lindung yang memiliki kriteria lahan
dimana tidak layak difungsikan untuk kawasan terbangun, terutama untuk lahan terbangun
permukiman. Kondisi eksisting di wilayah perencanaan masih terdapat permasalahan-permasalahan
berupa penempatan lahan terbangun (permukiman) di daerah rawan bencana. Hal ini terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai lokasi-lokasi yang tidak layak untuk
terbangun dan kurang tegasnya sistem regulasi yang berhubungan dengan pengendalian kawasan
terbangun. Kawasan permukiman di daerah
rawan bencana identik dengan kawasan
yang teridentifikasi sering terjadi bencana
alam berupa banjir.
Kawasan rawan bencana banjir
sedapat mungkin tidak dipergunakan untuk
permukiman, demikian pula kegiatan lain
yang dapat merusak atau mempengaruhi
kelancaran sistem drainase, pada daerah
rawan banjir ini perlu adanya pemantapan kawasan lindung diantaranya dengan langkah reboisasi jenis
tanaman khusus (tanaman tahunan). Selain itu, berdasarkan undang-undang penataan ruang yaitu UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah disebutkan bahwa setiap daerah harus mempunyairuang atau lahan untuk evakuasi korban bencana alam.
5.6. Analisa Prasarana Permukiman
5.6.1.
Jaringan Jalan Lingkungan
Kondisi jaringan jalan pada wilayah perencanaan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: jaringan jalan
yang ada di darat dan yang ada di atas perairan (tambak/ rawa).
-
Jaringan jalan yang ada di darat
Sebagian besar kondisi jalan yang ada masih dalam kondisi baik dengan
lebar rata-rata 3 sampai 5 meter. Kerusakan jalan ini disebabkan banjir
yang terjadi menggenangi lingkungan permukiman dan termasuk jaringan
jalan sehingga mengakibatkan aspal mengelupas dan rusak.
Sumber gambar: RTRW Kabupaten Tanah Bumbu, 2011
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
13/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 13
-
Jaringan jalan yang ada di atas perairan (tambak/ rawa)
Sebagian besar kondisi jalan yang ada masih dalam kondisi baik dengan
lebar rata-rata 1 sampai 2 meter. Konstruksi jalan ini adalah berupa kayu
ulin yang memiliki ketahanan penggunana yang lama dan tidak mudah
lapuk
5.6.2.
Jaringan Drainase dan Sewerage
Jaringan drainase (air hudijan) dan sewerage (air limbah) pada
wilayah perencanaan menjadi satu tempat jaringan, khusus untuk
permukiman yang ada di darat. Namun demikian terdapat juga jaringan
jalan yang tidak disertai dengan jaringan
drainase.
Sedangkan untuk permukiman diatas perairan tidak terdapat
Jaringan drainase dan sewerage karena air hujan dan air limbah
langsung dibuang kebawah rumah (tambak atau rawa).
5.6.3.
Jaringan Air Bersih
Penduduk pada wilayah perencanaan mendapatkan air bersih
bersumber dari 3 jenis, yaitu: sumur, PDAM dan sumber lainnya,
misalnya mengambil air sungai.
PDAM belum mampu memberikan pelayanan hingga mencakup seluruh
wilayah perencanaan, sehingga penduduk berusaha memenuhi nya
dengan membuat sumur atau menggunakan air sungai bagi yang berlokasi di dekat sungai.
5.6.4.
Jaringan Listrik dan Jaringan Telepon
Kedua jenis jaringan ini pada wilayah perencanaan telah mampu
menjangkau seluruh kawasan. Namun demikian, keberadaan dan
penempatan di lapangan memerlukan perbaikan dan pemeliharaan.
-
8/19/2019 Analisa Inventarisasi Lingkungan Permukiman
14/14
Inventarisasi Lingkungan Perumahan (Berbasis Spatial)
Kabupaten Hulu Sungai Utara
5 - 14
5.6.5.
Jaringan Sampah
Sampah yang dihasilkan di wilayah perencanaan ditangani dengan 3 cara
yang berbeda, yaitu: diangkut oleh alat angkut sampah, dibakar dan
dibuang ke sungai.
Kawasan permukiman yang dilalui jalur utama transportasi maka
persampahan akan dilayani dengan alat angkut sampah, yaitu truk
sampah. Sedangkan yang jauh dari jalur transportasi , maka sampah
yang dihasilkan akan dibakar di dekat rumah penduduk masing-masing
dan yang bertempat tinggal di dekat sungai, maka sampah akan dibuang
ke sungai