Analisa Gas Rumah Kaca Dari Limbah Tahu Di Kabupaten Banyumas

download Analisa Gas Rumah Kaca Dari Limbah Tahu Di Kabupaten Banyumas

of 3

Transcript of Analisa Gas Rumah Kaca Dari Limbah Tahu Di Kabupaten Banyumas

EFEK RUMAH KACA AKIBAT EMISI GAS DARI LIMBAH CAIR TAHU DI KABUPATEN BANYUMASProtokol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan tiga gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6). Karbon dioksida adalah 70 persen dari volume total gas-gas rumah kaca ini, disusul dengan metana, nitrogen oksida, dan sebagainya. Uap air sebetulnya adalah gas rumah kaca yang paling kuat. Tetapi karena usianya di atmosfer hanya terbilang beberapa hari, maka potensi pemanasan globalnya (global warming potential, GWP) tidak terlalu berpengaruh. Industri tahu merupakan salah satu industri penyumbang emisi yang signifikan. Jumlah industri tahu di Indonesia mencapai 84.000 unit usaha. Dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun, industri tahu ini memproduksi limbah cair sebanyak 20 juta meter kubik per tahun dan menghasilkan emisi sekitar 1 juta ton CO2 ekivalen. Sebanyak 80 persen industri tahu berada di pulau Jawa. Dengan demikian emisi yang dikeluarkan pabrik tahu di Jawa mencapai 0,8 juta ton CO2 ekivalen. Di Kabupaten Banyumas terdapat lebih dari 2 ribu unit usaha tahu, dengan kapasitas produksi lebih dari 8 ribu ton per tahun, dengan demikian jika limbah cairnya tidak dikelola dapat menyumbangkan gas rumah kaca setara dengan 3 ribu ton CO2 ekivalen. Oleh karena itu Kabupaten Banyumas telah membuat beberapa replikasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tahu berdasarkan teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Untuk saat ini, limbah cair tahu yang diolah di Kabupaten Banyumas baru sekitar 26 meter kubik per hari atau hampir mencapai 9500 meter kubik per tahun. Limbah cair yang dikelola ini berasal dari produksi tahu 1250 ton kedelai per tahun. Dengan demikian, prosentase limbah tahu yang diolah di Kabupaten Banyumas saat ini baru sekitar 15,3 % dari keseluruhan limbah tahu di Kabupaten Banyumas. TABEL PERBANDINGAN DATA INDUSTRI TAHU DI INDONESIA DAN DI BANYUMAS (Tahun 2008) KOMPONEN/PARAMETER Jumlah industri tahu Jumlah Pengrajin tahu Jumlah kebutuhan kedelai INDONESIA 84.000 unit usaha 2.65 juta ton / tahun KABUPATEN BANYUMAS 2.243 unit usaha 2.268 orang 22,762.5 kg/hari Atau 8.194,5 ton / tahun 61.845 m3 / tahun 3.092 ton CO2 ekivalen

Jumlah limbah cair 20 juta m3 / tahun Emisi gas CO2 dari limbah cair 1 juta ton CO2 ekivalen tahu per tahun DENGAN ADANYA IPAL TAHU DI KABUPATEN BANYUMAS Jumlah kedelai yang dimasak oleh pengguna IPAL Jumlah limbah cair yang diolah Prosentase limbah cair tahu yang diolah Emisi CO2 yang dapat dikurangi

3435 kg kedelai per hari atau 1250 ton per tahun 9500 meter kubik per tahun 15, 3 % dari keseluruhan limbah cair tahu di Banyumas 473 ton CO2 ekivalen

*) Referensi : http://sarmibertis.wordpress.com/2011/08/28/biogas-dari-limbah-tahu/ , Data Pengrajin Tahu Kabupaten Banyumas 2008 DinPerindagkop, Paparan Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah Industri Tahu oleh Tim Produksi Bersih Dan Efisiensi Energi Pusat Teknologi Lingkungan BPPT di Kalisari.

DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH CAIR TAHU KOMPONEN LINGKUNGAN AIR SEBELUM DIKELOLA DENGAN IPAL BOD dan COD limbah cair tahu dapat mencapai > 8000 mg/l, pH rendah (sangat asam) Limbah cair tahu mencemari perairan sekitar Air tercemar limbah tahu yang digunakan untuk pengairan sawah dapat merusak tanaman padi di sawah Limbah meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah sehingga mencemari sumur. (contoh di Desa Kalisari air sumur sudah tidak dapat digunakan sebagai air minum Karena tercemar limbah tahu) Limbah tahu memiliki kadar asam tinggi sehingga tidak baik jika langsung terkena tanaman pada tanah yang tercemar. Emisi gas CO2 cukup tinggi dan menimbulkan efek rumah kaca. menimbulkan bau tidak sedap pada lingkungan SESUDAH DIKELOLA DENGAN IPAL BOD dan COD limbah cair tahu turun hingga di bawah 3000 mg/l Pencemaran air berkurang

Jika digunakan untuk pengairan sawah, air tersebut relatif lebih aman Kadar pencemar berkurang sehingga jika meresap ke tanah relatif lebih aman.

TANAH

UDARA

emisi gas CO2 berkurang terbentuk gas metana yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif bau menjadi berkurang

Tidak hanya limbah cair tahu yang menyumbangkan emisi gas rumah kaca, kotoran ternak dan limbah organik lain pun demikian. Oleh karena itu di Kabupaten Banyumas juga telah dibuat beberapa Instalasi Pengolah Air Limbah dan Instalasi Biogas untuk limbah tapioka, kotoran sapi, dan kotoran babi sebagai upaya mitigasi gas rumah kaca dan penanggulangan pencemaran air. DATA IPAL TAHU, TAPIOKA, DAN INSTALASI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI / BABI DI KABUPATEN BANYUMAS * JENIS INSTALASI IPAL TAHU LOKASI Desa Kalisari, Kec. Cilongok JUMLAH 5 unit KETERANGAN 2 unit bantuan Kementerian Ristek 1 unit BLH Kab. Banyumas (DAK LH) (tanpa pengolahan biogas) 2 unit bantuan BLH Prov. Jateng Bantuan Kementerian Ristek BLH Kab. Banyumas (DAK LH)

IPAL TAPIOKA

Desa Cikembulan , Kec. Cilongok Desa Sokaraja Tengah Kec. Sokaraja Desa Kalikidang, Kec. Cilongok Desa Jurangbahas Kec. Wangon Kec. Gumelar Kec. Gumelar

1 unit 1 unit

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 4 unit 1 unit 1 unit

BLH Kab. Banyumas Skala kecil, biogas belum dimanfaatkan Bantuan Kementerian Ristek . Menghasilkan biogas BLH Kab. Banyumas (DAK LH). Belum dikelola biogasnya BLH Kab. Banyumas (DAK LH), PKM oleh UNSOED BLH (DAK LH) BLH(DAK LH) Dinnakkan Kab. Banyumas Perhutani Dinnakkan Kab. Banyumas Dinnakkan Kab. Banyumas

INSTALASI BIOGAS KOTORAN SAPI

Desa Limpakuwus, kec. Sumbang Desa Kemutug Lor Kec. Baturraden Ds. Gununglurah Kec. Cilongok Ds. Tumiyang Kec. Pekuncen Kel. Arcawinangun Ds. Karang Tengah Kec. Cilongok Kel. Arcawinangun

INSTALASI BIOGAS KOTORAN BABI

1 unit

Dinnakkan Kab. Banyumas

*Data sementara yang diketahui BLH Kab. Banyumas.