anak jalanan

8

Click here to load reader

Transcript of anak jalanan

Page 1: anak jalanan

Identifikasi Karakteristik Anak Jalanan(Studi Kasus Anak Jalanan di Alun-Alun Kota Malang)

Tugas UAS Bahasa Indonesia

Disusun oleh:Muhammad Asmayuda 201010360311101

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu PolitikUniversitas Muhammadiyah Malang

Tahun 2011

Page 2: anak jalanan

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah menjadi sebuah pengetahuan umum bahwa anak jalanan merupakan salah satu masalah sosial yang tak kunjung ada habisnya. Anak jalanan itu sendiri pada dasarnya adalah anak yang berjalan ke sana-sini tidak tentu arah tujuan, tidak tentu tempat kediamannya, pekerjaannya, dan pendapatannya yang bisa dihasilkan setiap harinya. Pokoknya semuanya serba tidak tetap.

Pada dasarnya, akar masalah dari keberadaan anak jalanan terdiri dari berragam persoalan. Di antara akar masalah tersebut adalah kemiskinan, lari dari orang tua, dan yang memang asli terlahir dari orang tua yang hidup di jalanan. Problema anak jalanan yang ditimbulkan di kota-kota besar sering dikatakan terjadi akibat struktur atau sistem yang dibuat oleh Negara, di mana struktur yang ada tidak dapat menjamin seorang warga negara miskin dapat memenuhi hak-haknya sebagai manusia secara layak.

Sementara itu, dalam siklus kehidupan setiap individu memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup itu pun manusia memerlukan berbagai macam hal. Salah satunya adalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui, pendidikan di Indonesia masih merupakan sebatas impian bagi rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan. Seorang yang miskin tidak dapat masuk ke sekolah karena fasilitas pendidikan yang disediakan oleh negara sangat mahal. Pekerjaan yang layak pun hanya tersedia bagi mereka yang mempunyai pendidikan yang layak pula.

Sedangkan, untuk berdagang atau bertani mereka tidak mempunyai modal dan alat produksi. Akhirnya, yang terjadi kemudian adalah mereka menjadi kuli dan buruh kasar dengan upah yang hanya cukup menanggulangi setengah hari kehidupan mereka. Selebihnya mereka harus berpuasa, bukan karena kewajiban agama atau tarekat, tapi karena terpaksa.

Hal ini akan berlanjut semakin parah saat individu tersebut harus berkeluarga yang akhirnya harus menghidupi keluarganya. Padahala, sejak awal individu tersebut sudah kesulitan dalam menghidupi dirinya sendiri. Keluarga kecil ini kemudian pun akan mengalami masalah yang lebih sulit saat memiliki anak. Kebutuhan seorang anak sangat kompleks, mulai dari kasih sayang, pendidikan hingga kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih besar. Adanya kebutuhan akan pendidikan bagi anak membuat orang tua harus mencari biaya guna memenuhinya. Saat keluarga itu tidak mampu memberikan apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak, maka hal ini menimbulkan masalah baru.

Page 3: anak jalanan

Masalah baru yang ditimbulkan terkait dengan keadaan anak itu sendiri, yaitu dengan tidak adanya pendidikan, maka ia lebih cenderung luntang-lantung tanpa tujuan. Ditambah lagi apabila dalam keluarga itu terdapat anak-anak yang lain, yang juga menuntut untuk dipenuhi kebutuhannya. Hal ini yang akhirnya mendorong adanya pemikiran untuk lebih mengutamakan meningkatkan perekonomian dibandingkan dengan menuntut ilmu. Maka dari itu, entah terpikirkan atau tidak di benak para orang tua, anak-anak yang terlantar ini mau tidak mau harus membantu perekonomian keluarga. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan dengan bekerja.

Ujung dari masalah ini adalah anak-anak itu menjadi anak jalanan. Kegiatan-kegiatan yang biasa mereka kerjakan adalah berjualan asongan, memulung, tukang parkir, mengamen, mengemis dan lain sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan inilah yang dinilai sebagai pekerjaan instan dan mudah didapatkan dalam pandangan mereka. Meskipun pada dasarnya, pekerjaan-pekerjaan ini merupakan bentuk pekerjaan terburuk bagi anak sebagaimana diatur dalam aturan hukum. Tapi mana kala negara tidak mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya, anak jalanan akan bertambah terus dan menerus.

Perilaku anak jalanan pun bisa dikatakan sebagai cerminan dari kehidupan yang sudah mereka lalui. Di antara sikapnya yang menonjol adalah ketidakramahan dan perilaku mereka yang kasar. Hal ini bisa dikatakan merupakan akibat dari ketidakadilan dalam bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam masa pertumbuhan mereka baik secara fisik maupun mental. Fenomena in menyerupai sebuah lingkaran yang tidak pernah putus, dimana para anak jalanan tersebut akan terus terjebak di dalamnya tanpa bisa mencari jalan keluar.

Anak jalanan juga biasanya jadi objek untuk menyebarkan virus seperti virus HIV AIDS, menjadi objek untuk melakukan penjualan organ tubuh secara ilegal, dan beberapa anak jalanan yang perempuan biasanya dijual untuk pesta seks kepada orang-orang kaya, yang terlebih dahulu dicek kesehatannya yang perempuan dan dibersihkan untuk dijadikan pelayan seks atau budak seks agar menjadi peliharaan dirumah. Biasanya mereka yang menjadi budak seks dikontrak selama 2 tahun hingga lebih. Untuk pembayaran akan diberikan kepada agennya atau orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.

Padahal dalam UUD 1945, Bab XIV – pasal 34 dimana tertulis ‘Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara’. Sejalan dengan ini maka Departemen Sosial telah menyusun program-program yang secara langsung maupun tidak langsung ditujukan untuk menampung dan mengatasi masalah anggota masyarakat yang tergolong fakir miskin dan anak terlantar/anak jalanan. Selain itu berbagai lembaga swasta telah pula membantu usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah tersebut. Namun kenyataannya menunjukan bahwa di sekeliling kita masih saja ada fakir miskin atau anak terlantar/anak jalanan.

Page 4: anak jalanan

1.2. Batasan MasalahAdapun penelitian ini pada dasarnya mencakup banyak hal, namun karena

keterbatasan waktu, maka penulis memberikan batasan-batasan tertentu dalam penelitian ini. Batasan penelitian ini adalah kepribadian anak jalanan yang dalam hal ini menjadi objeknya yaitu “Anak Punk”. Kepribadian anak punk dapat diketahui melalui survey dan wawancara kepada anak punk atau wawancara kepada KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia).

Sedangkan masalah-masalah yang ada pada anak-anak punk yaitu: (1) Sifat kepribadian dari anak-anak punk yang terdapat di alun-alun Kota Malang, (2) Kegiatan-kegiatan dari anak punk yang banyak meresahkan masyarakat sekitar alun-alun Kota Malang.

1.3. Rumusan MasalahPermasalahan penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan:

1. Bagaimana karakter anak jalanan yang ada di alun-alun kota Malang?2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak jalanan bisa berada

di jalanan?3. Bagaimana upaya/usaha pemerintah mengurangi anak jalanan yang

ada di alun-alun kota Malang?4. Dampak-dampak dari anak jalanan yang ada di alun-alun kota

malang?

1.4. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui karakter anak jalanan yang ada di alun-alun kota

Malang.2. Mengetahui faktor-faktor penyebab adanya anak jalanan di negara

indonesia khususnya di alun-alun kota malang.3. Mengetahui upaya-upaya pemerintah dalam menangani masalah anak

jalanan serta apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi anak jalanan khususnya di daerah alun-alun kota malang.

4. Mengetahui dampak-dampak apasajakah dari banyaknya anak jalanan yang ada di alun-alun kota malang.

1.5. Manfaat PenelitianSecara praktis dan konseptual, manfaat dari penelitian ini antara lain:1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai studi perencanaan kota

dan studi-studi yang lain.2) Bagi pembaca dapat menambah informasi yang meningkatkan

wawasan pembaca terhadap studi kasus anak jalanan yang ada di alun-alun Kota Malang.

Page 5: anak jalanan

3) Sebagai bahan rujukan untuk pendidikan anak dan orang tua agar memiliki kepribadian yang baik dalam keluarga dan di dalam hidup bermasyarakat. Agar kasus anak jalanan seperti anak punk tidak terjadi pada salah satu anggota keluarga mereka

1.6. Penegasan IstilahSejumlah istilah yang digunakan dalam menyusun penelitian tertentu perlu

diadakan dengan maksud agar diperoleh kejelasan pengertian yang digunakan. Selain itu untuk menghindari kesimpangsiuran pemahaman dan untuk memperoleh kesamaan konsep:

a. Identifikasi adalah (1) Tanda kenal diri, bukti diri (2) Penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dan sebagainya (3) Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar membayangkan dirinya seperti orang lain yang di kaguminya, lalu dia meniru tingkah laku yang di kaguminya itu.

b. Karakteristik adalah (1) ciri-ciri khusus,(2) mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

c. Siklus adalah putaran waktu yang didalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur; daur;

d. Menanggulangi adalah menghadapi atau mengatasie. Luntang-lantung adalah (1) berkeliaran kesana kesini, bertualang; (2)

menganggur (tidak bekerja) hanya berjalan kesana kesinif. Fenomena adalah (1) hal-hal yang bisa disaksikan dengan pancaindera dan

dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam); gejala: gerhana adalah salah satu -- ilmu pengetahuan; (2) sesuatu yang luar biasa; keajaiban: sementara masyarakat tidak percaya akan adanya pemimpin yang berwibawa, jenderal purnawirawan itu merupakan -- terendiri; (3) fakta; kenyataan: peristiwa itu merupakan -- sejarah yang tidak dapat diabaikan.

1.7. Daftar PustakaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Kedua, Tahun 1995.