AMPUTASI

34
BAB I PEMBAHASAN A. Latar Belakang Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker. (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)) Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah / traumatik pada tungkai . Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan.. Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan( Lukman ., nurna ningsih . 2009). B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang Amputasi dan asuhan keperawatannya. C. Tujuan Penulisan Mengetahui tentang apa itu Amputasi, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Amputasi dan asuhan keperawatannya. 1

description

amputasi

Transcript of AMPUTASI

Page 1: AMPUTASI

BAB I

PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang

Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau

anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,

osteomielitis dan kanker. (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002))

Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah / traumatik pada tungkai . Dalam

kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan

suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan..

Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi

adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota garak

yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker

melalui proses pembedahan( Lukman ., nurna ningsih . 2009).

B.       Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah tentang Amputasi dan asuhan

keperawatannya.

C.       Tujuan Penulisan

Mengetahui tentang apa itu Amputasi, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Amputasi

dan asuhan keperawatannya.

D.      Manfaat Penulisan

Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan pemahaman bagi kelompok maupun pembaca

mengenai konsep dasar Amputasi dan asuhan keperawatannya.

1

Page 2: AMPUTASI

BAB II

ISI

A. DEFINISI

Amputasi adalah pengangkatan atau pemotongan sebagian anggota tubuh atau anggota

gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan

kanker (Smeltzer dan Brenda G. bare,2002).

Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah / traumatik pada tungkai . Dalam kamus

kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas, pembuangan suatu anggota

badan atau suatu penumbuhan dari badan..

Dengan melihat beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa amputasi adalah

pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh atau anggota garak yang

disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomielitis dan kanker melalui

proses pembedahan ( Lukman ., nurna ningsih . 2009).

B. ETIOLOGI

Penyakit vaskulaer perifer progresif (sering terjadi sebagai gejala sisa diabetes

militus), gangren, trauma (cidera, remuk, luka bakar), deformitas kongenital, atau tumor

ganas. Penyakit vaskularisasi perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi ekstremitas

bawah. Diperlukannya amputasi terjadi pada penyakit vascular perifer, trauma, neoplasma

malignan (misalnya steosarkoma), infeksi (misalnya infeksi akut, gangrene, infeksi kronik,

osteomilitis), deformitas, dan paralisis. Secara umum penyebab Amputasi adalah kecelakaan,

penyakit, dan gangguan congenital ( Abd.Wahid , 2013).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan penyebab Amputasi adalah penyakit

vascular perifer, infeksi, trauma, deformitas, tumor ganas, dan paralisis.

Amputasi dapat dilakukan pada kondisi:

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

3. Gangguan vascular/sirkulasi pada ekstremitas yang berat

2

Page 3: AMPUTASI

4. Infeksi yang berat dan beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konserfatif.

6. Deformitas organ ( Abd.Wahid , 2013).

C. PATOFISIOLOGI

Amputasi dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan metode :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi).

Metode ini digunakan pada Pasien dengan infeksi yang mengembang atau berat. Dimana

pemotongan dilakukan pada tingkat yang sama. Bentuknya benar-benar terbuka dan

dipasang drainage agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

2. Metode tertutup. Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin. Pada metode ini kulit tepi

ditarik atau dibuat skalf untuk menutupi luka, pada atas ujung tulang dan dijahit pada

daerah yang diamputasi ( Abd.Wahid , 2013).

3

Page 4: AMPUTASI

D. WOC

4

Page 5: AMPUTASI

5

Page 6: AMPUTASI

6

Page 7: AMPUTASI

7

Page 8: AMPUTASI

E. KLASIFIKASI AMPUTASI

Berdasarkan pelaksanaan Amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi selektif/terencana:

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penaganan

yang baik serta terpantau secara terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai tindakan

alternative terakhir.

b. Amputasi akibat trauma:

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan

tim kesehatan adalah memperbaiki Kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki Kondisi

umum klien.

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan

tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang

multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis Amputasi yang dikenal antara lain:

1.Amputasi terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada

tulang dan otot pada tingkat yang sama.

8

Page 9: AMPUTASI

2.Amputasi tertutup

Amputasi tertutup dilakukan pada kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat

skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong Kurang lebih 5

sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, selanjutnya diikuti perawatan luka

operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,

memperthankan intake jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese (Smeltzer dan

Brenda G. bare. (2002)).

F.    Tingkatan Amputasi

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan

dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang

lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki

yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

9

Page 10: AMPUTASI

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi

yaitu :

1. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan

inschemic limb.

2. Amputasi diatas lutut

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit

vaskuler perifer (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan

menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat . pada

lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan

masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan

yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres

lunak atau rigid, dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari

infeksi.

1. Balutan rigid tertutup

Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu

dikamar operasi.Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah penderita

harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi

prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.Balutan ini sering digunakan untuk

mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan

mencegah kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada

daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang

ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat

pembuluh darah.Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri

berat atau gips mulai longgar harus segara diganti.

10

Page 11: AMPUTASI

b. Balutan lunak.

Balutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi

berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan.Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada

balutan.Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

c. Amputasi bertahab.

Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan

amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka

didebridemen dan dibiarkan mengering.Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank

lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.

d. Protesis.

Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat

dimulai.Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan Pasien

menggunakan protesis sedini mungkin.Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu

minggu luka sembuh.Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara

diberikan setelah 4 minggu.Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang

hilang.Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal.Pada

ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai.Sebaliknya untuk

ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang

bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps ( Lukman ., nurna ningsih .

2009).

Pengaruh dari Amputasi :

1. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada

fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga sehingga menurunkan

kecepatan metabolismebasal.

a. System musculoskeletal

Terjadi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya imobilisasi dan gangguan system

vaskuler memungkinkan supali O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan

demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu.

11

Page 12: AMPUTASI

b. System integument

Tirah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian bawah seperti punggung

dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga terjadi penurunan suplai

darah dan nutrisi kejaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis,

dekubitus dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk

meningkatkan supali darah ( Lukman ., nurna ningsih . 2009).

H. KOMPLIKASI

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.Perdarahan dapat

terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif.Infeksi dapat

terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi

serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi

penggunaan protesis (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang

b. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan pembentukan

hematoma.

c. Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi

jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.

d. Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran

darah

e. Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi dari

jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin

besar untuk sembuh.

f. Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah

mengevaluasi aliran darah arterial.

g. LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.

h. Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab

(Abd.Wahid , S.Kep , Ns ., M.Kep . 2013).12

Page 13: AMPUTASI

J.    Indikasi dan Kontraindikasi

1.      Indikasi

a. Rekuren lokal dari tumor primer high grade tana tanda metastasis.

b. Keterlibatan vaskuler utama.

c. Keterlibatan saraf utama.

d. Kontaminasi jaringan lunak yang luas saat eksisi dengan perdarahan yang

banyak.

e. Fraktur patologis.

f. Infeksi.

g. Sarkoma high grade

2.      Kontra Indikasi

Kondisi umum yang buruk, sarkoma dengan metastasis (relatif), (Smeltzer dan

Brenda G. bare. (2002)).

13

Page 14: AMPUTASI

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH MUSKULUSKELETAL

“AMPUTASI”

1.      Pengkajian

a.      Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat

mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,

penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji

riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

b.      Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi

tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi

manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan

untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan

trauma/ tindakan darurat (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat

hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut

atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan

progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi

terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus

return.

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan

pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator

fungsi jantung.

14

Page 15: AMPUTASI

Pembuluh darah Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian

terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai

adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik

dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

c.       Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi

psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada

klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan

klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat

kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang

mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.

Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan

tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan

meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan

dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri

antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan

bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan

koping konstruktif.

15

Page 16: AMPUTASI

Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi

jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap

untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien

untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan

bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum

pada saat pre operatif (Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

d.      Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau

melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan

dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar

dan fungsi jantung ( Lukman ., nurna ningsih . 2009)

2.      Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat

timbul antara lain :

a.       Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan

perioperatif.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam

Kecemasan pada klien berkurang.

Kriteria hasil :

1)      Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.

2)      Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

INTERVENSI RASIONAL

Memberikan bantuan secara fisik

dan psikologis, memberikan

dukungan moral.

Menerangkan prosedur operasi

dengan sebaik-baiknya.

Secara psikologis meningkatkan rasa

aman dan meningkatkan rasa saling

percaya.

Meningkatkan/memperbaiki

16

Page 17: AMPUTASI

Mengatur waktu khusus dengan

klien untuk berdiskusi tentang

kecemasan klien.

pengetahuan/ persepsi klien.

Meningkatkan rasa aman dan

memungkinkan klien melakukan

komunikasi secara lebih terbuka dan lebih

akurat.

b.      Berduka yang  antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat

amputasi.

Tujuan : Setelah dilakukanya tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien

mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra

diri.

Kriteria hasil :

1)      Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.

2) Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

INTERVENSI RASIONAL

Anjurkan klien untuk

mengekspresikan perasaan tentang

dampak pembedahan pada gaya hidup.

Berikan informasi yang adekuat dan

rasional tentang alasan pemilihan

tindakan pemilihan amputasi.

Berikan informasi bahwa amputasi

merupakan tindakan untuk

memperbaiki kondisi klien dan

merupakan langkah awal untuk

menghindari ketidakmampuan atau

kondisi yang lebih parah.

Mengurangi rasa tertekan dalam

diri klien, menghindarkan depresi,

meningkatkan dukungan mental.

Membantu klien mengapai

penerimaan terhadap kondisinya

melalui teknik rasionalisasi.

Meningkatkan dukungan mental.

17

Page 18: AMPUTASI

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang

dengan amputasi yang telah berhasil

dalam penerimaan terhadap situasi

amputasi.

Strategi untuk meningkatkan

adaptasi terhadap perubahan citra

diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara

lain :

1)      Mengatasi nyeri

a)      Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.

b)      Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.

c)      Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk

beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki

protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.

2)      Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif

a)      Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk

mencegah kontraktur.

b)      Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan

dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.

c)      Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk

membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan

fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.

3)      Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan

a) Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.

b) Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu  ( karena tidak semua

klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit

DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang

terbuka).

c) Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.

d) Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

18

Page 19: AMPUTASI

B.     Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik

klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk

menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan,

pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas,

pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus

untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi

yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini

berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.

( Lukman ., nurna ningsih . 2009)

C.     Post Operatif

1.      Pengkajian

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk

mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi

ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum

sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas,

mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah

yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya

perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu

ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain

tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan

secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi

optimum klien.

19

Page 20: AMPUTASI

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien,

khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan

klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka.

Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul

pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri

terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat

menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa

‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam

masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan

bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

2.      Diagnosa keperawatan dan Perencanaan :

a . Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder

terhadap amputasi

Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1x24 jam nyeri hilang /

berkurang pada klien .

Kriteria hasil:

1)   Menyatakan nyeri hilang.

2)   Ekspresi wajah rileks.

INTERVENSI RASIONAL

Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi

panthom limb atau dari luka insisi.

Bila terjadi nyeri panthom limb

Sensasi panthom limb memerlukan

waktu yang lama untuk sembuh

daripada nyeri akibat insisi.

Klien sering bingung membedakan nyeri

insisi dengan nyeri panthom limb.

20

Page 21: AMPUTASI

Beri analgesik ( kolaboratif ).

Ajarkan klien memberikan tekanan

lembut dengan menempatkan

puntung pada handuk dan menarik

handuk dengan berlahan.

Untuk menghilangkan nyeri

Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom

limb

b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder

terhadap amputasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24jam pasien dapat

mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.

Kriteria Hasil:

1)      Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

2) Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

INTERVENSI RASIONAL

Validasi masalah yang dialami

klien.

Libatkan klien dalam melakukan

perawatan diri yang langsung

menggunakan putung :

-  Perawatan luka.

-  Mandi.

-  Menggunakan pakaian.

Berikan dukungan moral.

Hadirkan orang yang pernah

amputasi yang telah menerima

diri.

Meninjau perkembangan klien.

Mendorong antisipasi meningkatkan

adaptasi pada perubahan citra tubuh.

Meningkatkan status mental klien.

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.

21

Page 22: AMPUTASI

c. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak

berhubungan dengan amputasi

           Tujuan :Setelah dilakukannya tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi

komplikasi pada klien.

    Kriteria hasil : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

INTERVENSI RASIONAL

Infeksi

Lakukan perawatan luka

adekuat.

Mencegah terjadinya infeksi.

Perdarahan

Pantau :

-Masukan dan pengeluaran

cairan.

- Tanda-tanda vital tiap 4 jam.

- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.

Menghindari resiko kehilangan cairan

dan resiko terjadinya perdarahan pada

daerah amputasi.

Sebagai monitor status hemodinamik

Indikator adanya perdaraham masif

Emboli lemak

Monitor pernafasan.

Persiapkan oksigen

Pertahankan posisi flower atau

tetap tirah baring selama

beberapa waktu

Memantau tanda emboli lemak sedini

mungkin

Untuk mempercepat tindakan bila

sewaktu-waktu dperlukan untuk

tindakan yang cepat.

Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan

atau memudahkan pernafasan.

22

Page 23: AMPUTASI

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :

1)      Melakukan perawatan luka postoperasi

a)      Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.

b)     Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang

digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).

2)      Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri

a)      Memberi dukungan psikologis.

b)      Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.

3)      Mencegah kontraktur

a)     Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi

segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.

b)     Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk

meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya

kontraktur.

4)      Aktivitas perawatan diri

a)     Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).

b)     Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.

c)     Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim

rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.

d)     Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.

e)      Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese

(Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002)).

23

Page 24: AMPUTASI

D.    Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan

dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi

tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.

(Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002))

 

24

Page 25: AMPUTASI

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh

atau anggota garak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,

osteomielitis dan kanker melalui proses pembedahan.

B. SARANa. Untuk Instansi

Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

b. Untuk Klien dan Keluarga Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.

25

Page 26: AMPUTASI

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer dan Brenda G. bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III.

Edisi 8. Jakarta:EGC.

Lukman ., nurna ningsih . 2009 . Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Muskuluskeletal . Jakarta : Salemba Medika .

Abd.Wahid , S.Kep , Ns ., M.Kep . 2013 . Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal . Jakarta : Sagung Seto

26