Amnesia Psykogenik.docx

12
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Hilangnya memori juga merupakan hal umum dalam banyak gangguan otak, juga penyalahgunaan zat, namun amnesia dan hilangnya memori yang disebabkan oleh penyakit otak dan penyalah gunaan zat dapat dibeddakan dengan cukup mudah. Dalam gangguan otak degenerative memori menghilang secara lambat seiring dengan berjalannya waktu, tidak terkait dengan stress kehidupan, dan disertai dengan deficit konginetal lain, seperti ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru. Hilangnya memori yang terjadi setelah cedera otak yang disebabkan oleh trauma (a.1., kecelakaan mobil) atau penyalah gunaan zat dapat dengan mudah dikaitkan dengan trauma atau zat yang disalahgunakan. Seringkali memori yang hilang mencakup semua peristiwa selama kurun waktu tertentu setelah suatu kejadian traumatik, seperti menyaksikan kematian orang yang dicintai. Sangat jarang amnesia hanya mencakup beberapa peristiwa tertentu dalam periode penderitaan tertentu, berlangsung terus-menerus sejak terjadinya peristiwa traumatic hingga saat ini, atau secara menyeluruh, mencakup seluruh kehidupan seseorang (Coons & Milstein, 1992). (Davison, dkk. 2012:256) 1

description

makalah tentang penjelasan singkat mengenai amnesia psykogenik/disosiasi

Transcript of Amnesia Psykogenik.docx

Page 1: Amnesia Psykogenik.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Hilangnya memori juga merupakan hal umum dalam banyak gangguan otak, juga

penyalahgunaan zat, namun amnesia dan hilangnya memori yang disebabkan oleh penyakit

otak dan penyalah gunaan zat dapat dibeddakan dengan cukup mudah. Dalam gangguan

otak degenerative memori menghilang secara lambat seiring dengan berjalannya waktu,

tidak terkait dengan stress kehidupan, dan disertai dengan deficit konginetal lain, seperti

ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru. Hilangnya memori yang terjadi

setelah cedera otak yang disebabkan oleh trauma (a.1., kecelakaan mobil) atau penyalah

gunaan zat dapat dengan mudah dikaitkan dengan trauma atau zat yang disalahgunakan.

Seringkali memori yang hilang mencakup semua peristiwa selama kurun waktu tertentu

setelah suatu kejadian traumatik, seperti menyaksikan kematian orang yang dicintai. Sangat

jarang amnesia hanya mencakup beberapa peristiwa tertentu dalam periode penderitaan

tertentu, berlangsung terus-menerus sejak terjadinya peristiwa traumatic hingga saat ini,

atau secara menyeluruh, mencakup seluruh kehidupan seseorang (Coons & Milstein, 1992).

(Davison, dkk. 2012:256)

1. 2 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui definisi amnesia psikogenik

2. Mahasiswa mengetahui etiologi dan gejala dari amnesia psikogenik

3. Mahasiswa mengetahui tata laksana pada pasien amnesia psikogenik

1

Page 2: Amnesia Psykogenik.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Amnesia Psikogenik

A. Definisi

a. Berdasarkan Bahasa

Amnesia: Gangguan ingatan yang patologik (Dorland, 2012:45).

Psychogenic: Berasal dari factor emosional atau kejiwaan (Dorland,

2012:897).

b. Berdasarkan Pengertian

Gambaran utama amnesia disosiatif adalah adanya amnsia. Gejala kuncinya

adalah ketidak mampuan mengingat kembali informasi, biasanya tentang

kejadian yang penuh stress atau traumatic didalam hidupnya. Ketidak

mampuan tersebut tidak dapat dijelaskan sebagai kondisi lupa yang biasa

atau disebabkan oleh gangguan otak, namun indifidu masih dapat belajar

sesuatu yang baru.

Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas

personal tetapi ingatan tentang infirmasi umum masih ingat misalnya seperti

apa yang dimakan untuk sarapan pagi. (Elvira dan Hadisukanto ed,

2014:304-305).

B. Epidemiologi

Amnesia disosiatif merupakan kelompok disosiatif yang paling sering terjadi.

Angka kejadian pada wanita lebih sering terjadi pada laki-laki, dan sering terjadi

pada dewasa muda dibandingkan pada usia yang lebih tua (Elvira dan

Hadisukanto ed, 2014:305).

C. Etiologi

Dari pendekata psikoanalitik, gangguan amnesia disosiasif terutama

dipertimbangkan sebagai mekanisme pertahanan diri; keadaan individu berubah

sebagai cara untuk menyelesaikan konflik emosional atau stressor dari luar

(Elvira dan Hadisukanto ed, 2014:305).

2

Page 3: Amnesia Psykogenik.docx

D. Gambaran Klinis

Episode amnesia disosiatif jarang terjadi secara spontan. Biasanya pada riwayat

penyakit terungkap adanya pencetus yaitu trauma emosional yang menimbulkan

rasa pedih dan konflik psikologik. Awitan amnesia disosiatif sering mendadak

dan pasien biasanya menyadari bahwa dirinya kehilangan ingatan. Pada beberapa

pasien merasa terganggu dengan adanya kehilangan memori tetapi pada sebagian

lain tidak peduli atau acuh tak acuh. Pada kasus yang tidak peduli, sebaliknya

klinikus memberikan pertanyaan khusus untuk mencari adanya gejala amnesia.

Biasanya, pasien amnesia waspada sebelum dan sesudah amnesia terjadi dan

kesadarannya seedikit berkabut pada saat terjadinya amnesia.pada pemeriksaan

status mental sering ditemukan adanya depresi dan gangguan cemas.

Bentuk amnesia disosiatif dapat berupa:

1. Amnesia yang terlokalisir, tipe ini paling sering ditemukan,

berupa khilangan ingatan untuk suatu pristiwa dalam waktu

singkat (beberapa jam aatu hari)

2. Amnesia umum: tipe ini ditandai oleh hilangnya memori dari

seluruh periode amnesia.

3. Amnesia yang selektif: tipe ini ditandai oleh kegagalan untuk

mengingat beberapa bagian bukan keseluruhan dari peristiwa

yang terjadi dalam waktu singkat.

(Elvira dan Hadisukanto ed, 2014:305).

E. Kriteria Diagnostik

a. Menurut DSM-IV

1. Gangguan yang predominan adalah adanya satu atau lebih episode

tidak mampu mengingat informasi personal yang pentting, biasanya

keadaan yang traumatic atau penuh stress yang tidak da[at

dijelaskanhanya sebagai lupa yang biasa.

2. Terjadinya gangguan bukan bagian khusus dari gejala gangguan

identitas, disosiasi fugue, PTSD, gangguan stress akut, atau

gangguan somatisasi dan tidak disebabkan efek fisiologislangsung

dari penggunaan zat, gangguan neurologic atau medik umum.

3

Page 4: Amnesia Psykogenik.docx

3. Gejala tersebut secara klonis menyababkan distress atau hendaya

yang bermakna dalam fungsi social, pekerjaan atau area penting

lainnya.

(Elvira dan Hadisukanto ed, 2014:305).

b. Menurut PPDGJ

F44.0 Amnesia disosiatif

1. Ciri utama adalah hhilangnya daya ingat, bbiasanya mengenai

kejadian penting yang baru terjadi (selective), yang bukan

disebabkan oleh gangguan mental organikdan terlalu luas untuk

dapat dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum terjadi atau atas

dasar kelelahan.

2. Diagnosis pasti memerlukan:

(a) Anamnesis, baik total ataupun parsial, mengenai kejadian yang

“stressful” atau traumatic yang beru terjadi (hal ini mungkin

hanya dapat dinyatakan bila ada salksi yang memberi informasi);

(b) Tidak ada gangguan mental organic intoksikasi atau kelelahan

berlebihan (sindrom amnesik organic, F04, F1x.6).

3. Yang paling sulit dibedakan adalah “amnesia buatan” yang

disebabkan oleh simulasi secara sadar (malingering). Untuk itu

penilaian secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid

dan motifasi diperlukan. Amnesia buatan (conscious stimulation of

amnesia) biasanya berkaitan dengan problema yang jelas mengenai

keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan

hukuman penjara atau hukuman mati (Maslim, 2013:81).

F. Diagnosis Banding

Dianosis banding dari amnesia disosiatif adalah :

Lupa biasa dan amnesia non patologis

Kriteria diagnosis amnesia disosiatif menurut DSM IV menetapkan bahwa

gangguan harus ‘terlalu luas untuk dijelaskan oleh lupa biasa’. Selain itu, bentuk

amnesia non patologis telah dijelaskan, seperti amnesia bayi atau anak-anak,

amnesia tidur dan mimpi, dan amnesia karena hipnosis.

4

Page 5: Amnesia Psykogenik.docx

1. Dementia, delirium, dan gangguan amnesia organik

Pasien dengan demensia, delirium, dan gangguan amnesia organik, hilangnya

informasi pribadi terutama ke arah masalah kognitif, bahasa, perhatian,

perilaku, dan daya ingat. Hilangnya daya ingat tentang identitas pribadi

biasanya tidak ditemukan tanpa bukti yang ditandai gangguan pada beberapa

domain fungsi kognitif. Penyebab gangguan amnesia organik termasuk

korsakoff’s psychosis, cerebral vascular accident, amnesia post operasi,

amnesia post infeksi. ECT juga bisa menyebabkan tanda amnesia temporer

ataupun menetap pada beberapa kasus. Walaupun demikian, hilangnya daya

ingat tidak terkait dengan trauma.

2. Amnesia post traumatik

Pada amnesia post traumatik karena kerusakan otak, riwayat trauma fisik,

periode tidak sadar atau amnesia atau keduanya, dan bukti klinis obyektif

dari cedera otak.

3. Seizure disorders

Pada kebanyakan kasus seizure, gejala klinis menunjukkan perbedaan yang

signifikan dari amnesia disosiatif, peristiwa iktal dan gejala sisa yang jelas.

Pasien dengan pseudoepileptik seizures juga memiliki gejala disosiatif,

seperti amnesia dan riwayat trauma psikologi yang mendahului. Pada

beberapa kasus, diagnosis hanya bisa ditegakkan dari EEG.

4. Amnesia terkait penggunaan zat

Beberapa zat dan intoksikasinya terlibat dalam terjadinya amnesia.

5. Transient global amnesia

Transient global amnesia dapat keliru dengan amnesia disosiatif, khususnya

yang disebabkan stress menjalani hidup mungkin mendahului gangguan lain.

Pada transient global amnesia, onsetnya tiba-tiba. Pasien biasanya berumur

lebih dari 50 tahun dan menunjukkan faktor resiko cedera cerebrovaskular.

Epilepsi dan migraine juga menjadi etiologi pada beberapa kasus.

6. Gangguan disosiatif

Pasien dengan gangguan identitas disosiatif dapat menunjukkan bentuk

amnesia akut dan episode fugue.

5

Page 6: Amnesia Psykogenik.docx

7. Amnesia buatan

Amnesia buatan disebabkan oleh simulasi secara sadar. Untuk itu, penilaian

secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid dan motivasi

diperlukan. Amnesia buatan biasanya berkaitan dengan problema yang jelas

mengenai keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan

hukuman penjara, atau hukuman mati.

(Maramis, WF:1998)

G. Perjalanan Penyakit dan Prognsis

Gejala amnesia disosiatif biasanya hilang mendadak, dan penyembuhan

umumnya terjadi seecara komplit dan sedikit kekambuhan. Pada beberapa kasus

terutama yang ada keuntungan sekunder gejalanya akan menghilang dalam

tempo yang lebih lama (Elvira dan Hadisukanto ed, 2014:306).

H. Penatalaksanaan

Selama dilakukan waancara, klinikus biasanya mendapat kunci penting akan

adanya trauma psikologik yang menjadi penyebab gangguan. Pemberian

barbiturate intravena jangka pendek atau menengah seperti thiopental (pentotbal)

dan sodium amobarbital serta benzodiazepine dapat membantu pasien untuk

memulihkan ingatan yang terlupakan. Hipnoterapi juga dapat dilakukan untuk

relaksasi. Setelah pasien dapat mengingat memori yang hilang, dilakukan

psikoterapi untuk memasukan ingatan tersebut dalam kesadaran mereka (Elvira

dan Hadisukanto ed, 2014:306).

6

Page 7: Amnesia Psykogenik.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Amnesia psikogenik atau yang kini disebut dengan amnesia disosiatif adalah keadaan

hilang ingatan yang berkenaan dengan kondisi stress yang tinggi, dan tidak jarang diikuti

dengan suatu kejadian fisik. Pada penderita amnesia psikogenik ini mereka mengalami

kehilangan ingatan dalam kurun waktu tertentu dan dapat kembali lagi dengan sendirinya.

Namun amnesia psikogenik ini tidak dapat disamakan dengan lupa biasa, karena pada

amnesia psikogenik ingatan yang hilang biasanya meliputi tentang data-data pribadi. Pada

kasus amnesia psikogenik ini pula terdapat beberapa penatalaksanaan meskipun ingatan dari

penderita bisa kembali dengan sendirinya. Penatalaksanaan yang dilakukan antaralain dapat

dengan Pemberian barbiturate intravena jangka pendek atau menengah seperti thiopental

(pentotbal) dan sodium amobarbital serta benzodiazepine dapat membantu pasien untuk

memulihkan ingatan yang terlupakan dan dapat juga dengan hipnoterapi guna relaksasi.

7

Page 8: Amnesia Psykogenik.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Davison, Gerald C. DKK. 2012. Psikologi Abnormal ed-9. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hlm: 256.

2. Dorlan, W.A NewMan 2012. Kamus Kedokteran Dorlan ed-31. Jakarta: EGC, hlm: 45, 897.

3. Elvira, Sylvia D. & Hadisukanto, Gitayanti (ed). 2013. Buku Ajar Psikiatri ed-2. Jakarta: Badan Penerbit

FK UI, hal: 304-306.

4. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta : Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, hal: 81.

5. Maramis, WF. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

8