Aminofilin

7
AMINOFILIN Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia (etilendiamin) yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui suntikan intramuscular (Gunawan, 2007). Sifat Fisikokimia : Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida), tidak larut dalam dehydrated alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya (Gunawan, 2007). Nama Dagang - Amicain - Aminophyllinum Indikasi Asma dan penyakit paru obstruksi kronis. Bronkodilator pada obstruksi jalan nafas reversible akibat asma atau PPOM. Cara Kerja 1

description

aminofilin

Transcript of Aminofilin

Page 1: Aminofilin

AMINOFILIN

Aminofilin adalah jenis teofilin yang berikatan dengan suatu substantial kimia (etilendiamin)

yang membuatnya menjadi lebih larut dengan air. Aminofilin adalah jenis teofilin yang

diberikan dalam bentuk injeksin namun sangat perih dan iritasi jika diberikan melalui

suntikan intramuscular (Gunawan, 2007).

Sifat Fisikokimia :

Serbuk berwarna putih atau sedikit kekuningan. Bersifat anhydrous atau tidak mengandung

lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih

dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous

ethylenediamine. Larut dalam air (larutan menjadi keruh akibat pengaruh karbon dioksida),

tidak larut dalam dehydrated alkohol. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung

cahaya (Gunawan, 2007).

Nama Dagang

- Amicain

- Aminophyllinum

Indikasi

Asma dan penyakit paru obstruksi kronis. Bronkodilator pada obstruksi jalan nafas reversible

akibat asma atau PPOM.

Cara Kerja

Menghambat kerja posfodiesterasi, menimbulkan peningkatan konsentrasi siklik adenosine

monoposfat ( cAMP) dalam jaringan. Peningkatan kadar cAMP menyebabkan:

Bronkodilatasi

Stimulasi SSp

Efek inotropik dan konotropik positif

Dieresis

Sekresi asam lambung

1

Page 2: Aminofilin

Cara pemberian

1. Oral : dapat digunakan bersama dengan makanan maupun tidak

2. Intravenous:

* Dapat diberikan dengan injeksi lambat IV bolus atau dapat diberikan dengan infus

* Jangan dicampur dengan obat lain didalam syringe

* Hindari penggunaan obat-obat yang tidak stabil dalam suasana asam bersamaan

dengan aminofilin

* Jangan digunakan jika terdapat kristal yang terpisah dari larutan

Dosis : (Gunawan, 2007)

Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin.

Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg) (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring

ketat, selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat

Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan monitoring ketat) disesuaikan

dengan konsentrasi plasma Teofilin.

Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat terapi dengan Teofilin.

Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat,

selanjutnya dapat diikuti dengan dosis pada asma akut berat.

Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan - 9 tahun 1mg/kg/jam anak usia 10

- 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.

Farmakologi (Gunawan, 2007)

Absorpsi : Oral, tablet: waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak 10 mcg/mL

(range 5-15 mcg/mL) adalah 1-2 jam setelah pemberian dosis 5mg/kg pada dewasa. Adanya

makanan tidak mempengaruhi absorpsi.

Distribusi : Protein binding: 40%, khususnya dengan albumin.

Metabolisme : Hepatik; isoenzyme P450 CYP1A2, CYP2E1, CYP3A3; pasien lebih dari 1

tahun, 90% metabolisme terjadi di hati. Metabolit aktif: 3-methylxanthine; caffeine (tidak

ditemukan pada pasien dewasa, diduga dapat terakumulasi pada neonatus dan dapat

2

Page 3: Aminofilin

menyebabkan efek farmakologi).

Ekskresi : Pada ginjal

Stabilitas Penyimpanan (Gunawan, 2007)

Sediaan oral: Tablet harus di simpan pada suhu ruang 20°C-25°C, terlindung cahaya dan

lembab. Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Simpan

dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabil

pada suhu ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak

kurang dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic

syringes ± 5 jam. Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan

untuk meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan

dalam plastic syringes dalam waktu lama.Larutan tidak boleh digunakan bila terjadi

perubahan warna atau bila terbentuk kristal.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine.

Efek Samping (Gunawan, 2007)

Efek samping yang sering terjadi : Saluran cerna : diare, mual dan muntah; Neurologi :

pusing, sakit kepala, insomnia, dan tremor; Renal : diuresis;

Efek samping serius : Cardiovascular : Atrial fibrilasi, Bradiaritmia apabila administrasi

terlalu cepat dapat menyebabkan Cardiac arrest, Takiaritmia Dermatologic : Erythroderma;

Gastrointestinal : Necrotizing enterocolitis in fetus OR newborn; Immunologic : Immune

hypersensitivity reaction; Neurologic : perdarahan pada intracranial, kejang. 

Interaksi Dengan Obat Lain : (Gunawan, 2007)

Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar Teofilin: Propanolol, Allopurinol (>600mg/day),

Erythromycin, Cimetidin, Troleandomycin, Ciprofloxacin (golongan Quinolon yang lain),

kontrasepsi oral, Beta-Blocker, Calcium Channel Blocker, Kortikosteroid, Disulfiram,

Efedrin, Vaksin Influenza, Interferon, Makrolida, Mexiletine, Thiabendazole, Hormon

Thyroid, Carbamazepine, Isoniazid, Loop diuretics. Obat lain yang dapat menghambat

3

Page 4: Aminofilin

Cytochrome P450 1A2, seperti: Amiodaron, Fluxosamine, Ketoconazole, Antibiotik

Quinolon).

Obat-obat yang dapat menurunkan kadar Teofilin: Phenytoin, obat-obat yang dapat

menginduksi CYP 1A2 (seperti: Aminoglutethimide, Phenobarbital, Carbamazepine,

Rifampin), Ritonavir, IV Isoproterenol, Barbiturate, Hydantoin, Ketoconazole,

Sulfinpyrazone, Isoniazid, Loop Diuretic, Sympathomimetics.

Dengan Makanan : Hindari konsumsi Caffein yang berlebihan. Hindari diet protein dan

karbohidrat yang berlebihan. Batasi konsumsi charcoal-broiled foods.

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : Termasuk dalam kategori C. Teofilin dapat melewati plasenta, efek

obat yang tidak dikehendaki dapat terlihat pada bayi yang baru lahir. Metabolisme Teofilin

dapat mengalami perubahan selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar

Teofilin dalam darah.

- Terhadap Ibu Menyusui : Tereksresi pada air susu. American Academy of Pediatrics

menyatakan "compatible with breastfeeding". Pengaruh terhadap bayi kecil.

- Terhadap Anak-anak : Neonatus (term and premature), anak - anak dibawah satu tahun

mengalami penurunan clearance; risiko terjadinya "fatal theophylline toxicity" meningkat.

- Terhadap Hasil Laboratorium : Teofilin menyebabkan reaksi positif palsu terhadap

peningkatan kadar asam urat apabila diukur dengan menggunakan metode Bittner atau

Colorimetric tetapi tidak demikian halnya apabila diukur dengan menggunakan metode

Uricase. Penelitian in vitro yang telah dilakukan dengan metode pengukuran menggunakan

spektrofotometri menunjukkan peningkatan palsu kadar teofilin dalam darah akibat pengaruh

penggunaan furosemide, sulfathiazole, fenilbutazon, probenesid, theobromin, kafein, coklat,

dan asetaminofen. Tidak demikian halnya apabila metode pengukuran yang digunakan adalah

HPLC (Gunawan, 2007).

Bentuk Sediaan

Tablet 225 mg, Ampul 10ml Tablet 225 mg, 350 mg.

Injeksi : 25 mg/ml, dalam 10 ml.

 

4

Page 5: Aminofilin

Mekanisme Aksi

Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di paru yaitu dengan cara

relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of

airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek

bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 isoenzim yaitu phosphodiesterase

(PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas

molekular yang lain. Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara

peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels (Gunawan, 2007).

Monitoring Penggunaan Obat

1.Perbaikan pada gejala asma,

2.Tes fungsi paru,

3.Rentang terapeutik teofilin adalah 10 sampai 20 mcg/mL,

4.Serum teofilin (ambil sampel darah pada waktu kadar puncak yang diharapkan); setelah

awal pemberian terapi, sebelum dosis ditingkatkan, jika tanda terjadinya toksisitas Teofilin

muncul,atau dengan terjadinya perubahan status penyakit atau terapi obat.

Gunawan, Sulistia Gan.2007. Farmakologi dan Terapi Ed. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

5