Aliran Sesat Penyebab Cerai Skripsi

101
ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) oleh : Yaser Maulana NIM : 205044100586 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

description

aliran sesat penyebab cerai

Transcript of Aliran Sesat Penyebab Cerai Skripsi

  • ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur

    Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT)

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

    oleh :

    Yaser Maulana NIM : 205044100586

    K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

  • ii

    ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN

    (Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT)

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

    Oleh

    Yaser Maulana . NIM :205044100586

    Di bawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Syahrul Adam, M.A Dra. Maskufa, M.A . NIP. 197305042000031002 NIP. 196807031994032002

    K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AL AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN (Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 005/Pdt.G/2009/PAJT) yang disusun oleh Yaser Maulana dengan NIM : 205044100586 telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 17 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada program Studi Peradilan Agama (PA)

    Jakarta, 17 Desember 2010 Dekan,

    Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma,SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

    Panitia Ujian Munaqasyah

    Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey,SH, MA () NIP. 195510151979031002

    Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA () NIP. 196404121994031004

    Pemimbing I : Dr. Syahrul Adam, M.A () NIP. 197305042000031002

    Pemimbing II : Dra. Maskufa, M.A () NIP. 196807031994032002

    Penguji I : Dr. H. Abdul Wahab Abd. Muhaimin, LC, MA () NIP. 195008171989031001

    Penguji II : H. A. Basyri Abd. Somad, M.Ag () NIP. 196807031994032002

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, 21 Juni 2010

    Yaser Maulana Nim: 205044100586

  • iv

    0000 !!!! $$ $$#### uu uu qqqq 9999 $$ $$#### mmmm 9999 $$ $$#### KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan

    manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Di antara salah satu kesempurnaan

    Nya adalah Dia karuniakan manusia pikiran dan kecerdasan. Salawat dan salam kita

    sanjungkan kepada pemimpin revolusioner umat Islam sedunia tiada lain yakni, Nabi

    Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya yang selalu

    berpegang teguh hingga akhir zaman.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya

    rintangan dan ujian, namun pada akhirnya selalu ada jalan kemudahan, tentunya tidak

    terlepas dari beberapa individu yang sepanjang penulisan skripsi ini banyak

    membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan yang berharga kepada penulis

    guna penyempurnaan skripsi ini.

    Dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis ingin

    mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih tiada terhingga terutama kepada

    Bapak:

    1. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M. Dekan Fakultas Syariah

    dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff dan jajarannya yang

    telah memberikan bimbingan serta arahan baik secara langsung maupun tidak

  • v

    langsung selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Syariah dan Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H, M.A. dan Rosdiana, M.A. Ketua dan Sekretaris

    Program Studi Al Ahwal Al-Syakhshiyah Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas

    Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Drs. Djawahier Hejazziey, S.H., M.A., dan Drs. Ahmad Yani, M.A., Ketua dan

    Sekretaris Koordinator Teknis Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sangat membantu dalam hal-hal

    teknis dan non-teknis penulisan skripsi, terima kasih dan semoga Allah

    membalasnya.

    4. Dr. Syahrul Adam, M.A dan Dra. Maskufa M.A. sebagai dosen pembimbing yang

    dengan sabar dalam memberikan arahan dan masukan yang amat bermanfaat

    kepada penulis hingga selesainya skripsi ini, tiada kata yang pantas selain ucapan

    rasa terima kasih dan doa semoga Allah SWT membalasnya.

    5. Seluruh dosen Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta, serta karyawan-karyawan dan staf perpustakaan yang

    telah memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Teristimewa buat Ayahanda H. Asep Syaifullah. dan Ibunda tercinta Nur Huda

    serta kakak saya Darul Qutni dan Fitriani, serta seluruh keluarga besar tercinta.

    Tak lupa juga kepada Ria Susanti, dan Team DJC terima kasih atas segala

    doanya, kesabaran, jerih payah dan pengorbanan serta nasihat yang senantiasa

  • vi

    memberikan semangat tanpa jemu hingga saya dapat menyelesaikan studi. Tiada

    kata yang pantas selain ucapan doa, sungguh jasamu tiada tara dan tak akan

    pernah terbalaskan.

    7. Kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur beserta staf, dan para hakim

    yang telah bersedia untuk wawancara langsung, Penulis ucapkan banyak terima

    kasih atas partisipasi dan bantuannya.

    8. Teman-teman angkatan 2005/2006 Syariah dan Hukum Konsentrasi Peradilan

    Agama, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

    kebersamaannya selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    semoga persahabatan kita terjalin hingga rambut memutih.

    Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

    umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Amin ya Rabba al- alamin.

    Jakarta : 17 Desember 2010 M 11 Muharam 1432 H

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

    BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Pembatasan Masalah ................................................................. 5

    C. Perumusan Masalah .................................................................. 5

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6

    E. Metode Penelitian ...................................................................... 6

    F. Studi Riview Terdahulu ............................................................ 9

    G. Sistematika Penulisan ............................................................... 10

    BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN ..................... 13

    A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya ............................. 13

    B. Macam-macam Perceraian ........................................................ 18

    C. Jenis dan Alasan-Alasan Perceraian .......................................... 24

    D. Akibat dan Hikmah Perceraian ................................................. 32

    BAB III : SEKILAS TENTANG ALIRAN SESAT .................................... 36

    A. Pengertian dan Dasar Hukum Aliran Sesat ............................... 36

    B. Macam-Macam Aliran Sesat di Indonesia ................................ 40

    C. Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI .......................................... 52

    D. Aliran Sesat Menurut Pandangan Hukum Positif .................... 53

  • viii

    BAB IV : PUTUSAN HAKIM PERADILAN AGAMA TENTANG

    ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN ....... 57

    A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur ............... 57

    B. Kronologis Kasus Perceraian Di Pengadilan Agama Jakarta

    Timur nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT ......................................... 71

    C. Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Kasus Perceraian di

    Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor

    055/Pdt.G/2009/PAJT .............................................................. 74

    D. Analisis Penulis ......................................................................... 79

    BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 83

    A. Kesimpulan ............................................................................... 83

    B. Saran .......................................................................................... 86

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 91

  • OUT LINE

    ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah

    D. Tujuan Penelitian E. Metode Penelitian F. Review Studi Terdahulu G. Sistematika Penulisan

    BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN NUSYUZ

    A. Pengertian Perceraian, Bentuk Serta Alasan Perceraian B. Pengertian Nusyuz

    C. Penyebab dan Macam-macam Nusyus D. Akibat Nusyuz

    BAB III.ALIRAN SESAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN POSITIF

    A. Pengertian dan Macam-macam Aliran Sesat B. Aliran Sesat Dilihat dari Hukum Islam C. Aliran Sesat Dilihat dari Hukum positif

    BAB IV. ALIRAN SESAT SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Jakarta Timur B. Kronolgis Kasus Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur

    Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT C. Pertimbangan dan Putusan Hakim Dalam Kasus Perceraian di

    Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT D. Analisis Penulis

  • BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    B. Saran-Saran

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Langgeng kehidupan dalam ikatan perkawinan merupakan suatu tujuan

    yang diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan untuk selamanya dan

    seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga

    sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kaih sayang dan dapat memelihara

    anak-anaknya sehingga mereka dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, dapat

    dikatakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan

    kokoh, sehingga tidak ada suatu dalil yang lebih jelas menunjukan tentang

    kesuciannya yang begitu agung selain Allah sendiri yang menamakan ikatan

    perjanjian antara suami dan istri dengan mitsaaqun ghalizun (perjanjian yang

    kokoh).1

    Jika ikatan antara suami dan istri sedemikian itu kuatnya, tidak sepatutnya

    dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk menyepelekan hubungan pernikahan

    dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam, karena ia merusak kebaikan dan

    menghilangkan kemaslahatan antara suami istri. Siapa saja yang merusak

    hubungan suami istri, Islam memandangnya telah keluar dari Islam dan tidak

    mempunyai tempat terhormat dalam Islam.

    1 al Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), h.135.

  • 2

    Apabila mitsaaqun ghalizun (perjanjian yang kokoh) dalam perkawinan

    itu disepelekan maka dapat terjadi kehancuran dalam rumah tangga. Dan yang

    menjadi tujuan dari perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah,

    mawaddah, dan rohmah tidak akan tercapai. Maka bisa terjadi putusnya

    perkawinan yakni melalui jalan perceraian.

    Dalam hukum Islam, perceraian dikenal dengan kata thalaq. Talak diambil

    dari kata ithlaq, yang artinya melepaskan atau meninggalkan.2 Dalam istilah

    agama, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan

    perkawinan. Jadi talak dapat didefinisikan ialah menghilangkan ikatan

    perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal

    bagi suaminya, dan ini terjadi dalam hal talak bain, sedangkan arti mengurangi

    pelepasan ikatan perkawinan adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang

    mengakibatkan berkurangnya jumlah hak talak yang menjadi hak suami dari tiga

    menjadi dua, dari dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu,

    yaitu terjadi dalam talak raji.

    Dasar hukum talak dapat dilihat dari Al-Quran dan Hadis. Banyak ayat-

    ayat dalam Al-quran yang menunjukan dasar hukum perceraian. Diantaranya

    dalam Firman Allah SWT dalam surat At-Talaq ayat 1;

    2 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat II, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.

    9.

  • 3

    $ p r't < 9$# #s ) F ) =s u!$ | i9$# ) k=s s E9 (# mr&u n9$# ( (#)?$#u !$# 6/u ( _ B . ? / u _ s H) r& t?' t 7t sx/ 7uit7 4

    y7=?u n !$# 4 tu ytGt yn !$# s)s zn=s | t 4 s? y s9 !$# ^t y t/ y79s # \ r&

    ArtinyaHai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada allah tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (di ijinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatn keji yang terang. Itulah hukum-hukum allah dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim tehadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru

    Dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia mengenai masalah

    perceraian diatur oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

    Perkawinan, dalam Pasal 38-41. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam

    menjelaskan lebih terperinci mengenai perceraian yaitu dalam Pasal 130-162.

    Di Negara Indonesia perceraian yang sah adalah perceraian di depan

    pengadilan. Putusnya perkawinan mungkin atas inisiatif suami, mungkin pula atas

    inisiatif istri.

    Menurut fikih hanya suami yang berhak menceraikan istrinya, yaitu

    dengan talak dan cukup secara lisan tanpa melalui penguasa. Istri dapat mohon

    cerai melalui pengadilan dengan jalan khulu dengan mengembalikan mahar

  • 4

    (iwadh). Undang-Undang kini mengatur soal perceraian tidak demikian

    sederhana lagi.

    Semula karena tadinya suami mempunyai hak untuk menalak isterinya,

    seolah-olah tindakan sepihak, sehingga mengakibatkan talak yang semena-mena.

    Maka bentuk acaranya ialah dengan mengajukan permohonan cerai kepada

    Pengadilan Agama. Tetapi dalam pelaksanaannya kemudian meskipun bernama

    permohonan (bersifat voluntair/sepihak) menurut instruksi pihak termohon

    instruksi (isteri) harus di dengar, bahkan berhak mohon banding bila keputusan

    tidak menyenangkan baginya.

    Perkawinan dapat putus apabila:3

    1. Ada permohonan cerai (talak) dari suami dan sudah mempunyai kekuatan

    hukum tetap, pengadilan menetapkan hari untuk sidang ikrar talak

    (mengukuhkan talak yang pernah diucapkan dulu).

    2. Ada gugatan cerai dari istri dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap,

    maka perceraian terhitung mulai dari tanggal putusan yang telah mempunyai

    hukum tetap itu

    3. Kematian terhitung sejak kematian.

    Dalam hal perceraian atas permohonan talak, suami dapat mengajukan

    permohonan talak ke Pengadilan Agama dengan mengajukan alasan-alasan sesuai

    Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam. Dari pasal 116 Kompilasi Hukum Islam

    3 Andi Tahir Hamid, Beberapa Hal Baru Tentang Pengadilan Agama Dan Bidangnya,

    (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 29.

  • 5

    tersebut penulis menemukan hal baru yang menyebabkan suami mengajukan

    permohonan talak ke Pengadilan Agama yaitu istri mengikuti aliran sesat. Hal

    inilah yang menyebabkan suami mengajukan permohonan talak. Sudah jelas

    dalam Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam tidak dijelaskan istri mengikuti aliran

    sesat dapat dijadikan alasan perceraian.

    Salah satu alasan dalam kasus perceraian yang ditangani oleh Pengadilan

    Agama Jakarta Timur adalah disebabkan karena istri mengikuti aliran sesat.

    Problem inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian, dan

    mengambil contoh kasus di Pengadilan Agama Jakarta Timur yakni putusan

    nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT.

    Bertitik tolak dari itulah maka penulis menyusun skripsi yang berjudul :

    ALIRAN SESAT SEBAGAI PENYEBAB PERCERAIAN. Dengan harapan

    bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan menyumbangkan sedikit keterangan

    mengenai perceraian yang disebabkan istri mengikuti aliran sesat.

    B. Pembatasan Masalah

    Berhubung karena judul skripsi ini, sangat luas dan agar pembahasannya

    terarah, maka penulis batasi masalahnya sekitar pandangan Hukum Islam dan

    Hukum Positif terhadap alas an perceraian dan aliran sesat serta pertimbangan

    Hakim dalam memutuskan perkara nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT tentang

    perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

  • 6

    C. Perumusan Masalah

    Berdasarkan teori yang ada, istri mengikuti aliran sesat tidak dapat

    dijadikan sebagai alasan perceraian. Akan tetapi dalam prakteknya dilapangan,

    istri mengikuti aliran sesat dijadikan alasan perceraian yaitu pada putusan

    Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT. Dari uraian-

    uraian diatas maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang ada adalah :

    1. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap alasan

    perceraian?

    2. Bagaimana pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap aliran

    sesat?

    3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor

    055/Pdt.G/2009/PAJT ?

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum positif tentang alasan

    perceraian.

    2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum positif tentang aliran

    sesat.

    3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Nomor

    055/Pdt.G/2009/PAJT tentang perceraian.

  • 7

    Sedangkan kegunaan skripsi ini di harapkan agar secara teoritis dapat

    memberikan wawasan penulis agar lebih memahami tentang Aliran Sesat Sebagai

    Penyebab Perceraian. Dan secara praktis untuk dapat dijadikan gambaran dan

    bahan pelajaran bagi pihak yang memerlukan, juga sebagai bahan refrensi atau

    tambahan informasi bagi mereka yang ingin mempelajari lebih dalam lagi

    mengenai Aliran Sesat Sebagai Penyebab Perceraian.

    E. Metode Penelitian

    Metode yang penulis tempuh dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini

    adalah :

    1. Jenis penelitian

    a. Kualitatif

    Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

    data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari

    orang-orang (subjek) itu sendiri.4

    b. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode ini yaitu:

    pengkajian dari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan

    pembahasan skripsi ini yang dianalisa data-datanya. Dengan cara ini

    4 Arief Furchan, Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif : Suatu Pendekatan

    Fenomologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, (Surabaya : Usaha Nasional, 1992), h. 21-22.

  • 8

    penulis mengunjungi beberapa perpustakaan yang dapat dijangkau oleh

    penulis diwilayah DKI Jakarta.

    2. Jenis Data

    a. Data Primer yaitu data yang berupa putusan Hakim Nomor

    055/Pdt.G/2009/PAJT.

    b. Data Sekunder yaitu data yang didapat dari buku-buku hukum, dan buku-

    buku lain yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

    3. Teknis Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

    1. Observasi dilakukan di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

    2. Interview atau wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif

    dalam menumpulkan data primer dilapangan.5 Yaitu penulis mengadakan

    dialog langsung dengan responden dalam hal ini adalah Hakim, Panitera

    ataupun pihak yang berperkara di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

    3. Dokumentasi

    Dokumen-dokumen yang dikumpulkan oleh penulis dalam menyusun

    skripsi didapatkan dari buku-buku, putusan Pengadilan Agama Jakarta

    Timur dan dari akses Internet.

    5 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Peraktek, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006)

    cet. Ke 2, h.57

  • 9

    4. Objek Penelitian

    Objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini

    adalah istri nusyuz karena mengikuti aliran sesat sebagai alasan perceraian,

    hal ini yang terjadi Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan putusan nomor

    055/Pdt.G/2009/PAJT.

    5. Teknis Pengolahan Data

    Dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa

    catatan, buku, dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan penelitian

    ini, kemudian data yang sudah ada, penulis pilih sesuai dengan pokok

    bahasan.

    6. Teknik Analisis Data

    Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

    menganalisis putusan hakim dalam perkara Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT

    Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan metode content analisis, yaitu

    penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi

    tertulis atau tercetak dalam media massa.6 Dalam menganalisi deskriptif yaitu

    data suatu metode analisis data dimana penulis menjabarkan data-data yan

    diperoleh atau dari hasil penelitian. Sehingga didapatkan suatu kesimpulan

    6 http://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/diakses

    tanggal 6 Mei 2010

  • 10

    yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang

    dilakukan penulis dalam penelitian ini.7

    Adapun teknik penulisan skrisi ini menggunakan buku pedoman

    penulisan skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

    2007.

    F. Studi Review Terdahulu

    Dari beberapa literatur skripsi yang berada di perpustakaan Fakultas

    Syariah dan Hukum, penulis mengambilnya untuk menjadikan sebuah

    perbandingan aliran sesat sebagai dampak dari perceraian, Yaitu:

    1. Hari Pratama/Gugat Cerai Karena Suami Pengikut Aliran Sesat (Studi

    Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor

    158/Pdt.G/PAJS)/2009. Dalam Skripsi ini menjelaskan mengenai cerai gugat

    yang diakibatkan oleh suami yang menjadi pengikut aliran sesat. Perbedan

    dengan skripsi yang penulis tulis adalah pada putusan pengadilan agama yang

    penulis ambil adalah putusan pengadilan Agama Jakarta Timur sedangkan

    skripsi dari Hari Pratama mengambil putusan dari pengadilan Agama Jakarta

    Selatan. Serta mengenai bentuk peceraiaannya, dalam skripsi Hari Pratama

    bentuk perceraiannya adalah cerai gugat,sedangkan dalam skripsi yang

    penulis tulis adalah cerai talak.

    7 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R dan D, (Bandung, Alfabeta,

    2007, cet ke-III, h.244)

  • 11

    2. Eri Setiawan/Perbandingan Mazhab Hukum/2009/ Analisis Terhadap Dua

    Putusan Pengadilan Negeri Mengenai Aliran-Aliran Sesat(Studi Kasus

    Putusan Terhadap Ahmad Musadek Dan Lia Eden). Membahas mengenai

    Aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan aliran Jamaah Salamullah dalam

    pandangan hukum islam dan hukum positif tentang aliran sesat dan

    menganalisa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Pengadilan

    Negeri Jakarta Pusat atas tindak pidana penodaan Agama. Perbedaan dengan

    skripsi yang penulis ambil adalah pada objek penelitian yang penulis bahas

    mengenai putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur pada perkara perceraian

    yang di sebabkan istri mengikuti aliran sesat sedangkan skripsi yang ditulis

    oleh Eri Setiawan membahas mengenai putusan Pengadilan Negeri atas tindak

    pidana Penodaan Agama.

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan karya tulis ini penulis bagi atas empat bab Dimana

    tiap-tiap bab dibagi lagi kedalam sub bab sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Isi bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan

    masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,

    review study terdahulu, dan sistematika penulisan.

  • 12

    Bab II Tinjauan Umum Tentang Perceraian

    Isi bab ini merupakan kerangka dasar teori yakni pembahasan tentang

    perceraian dan seputar aliran sesat. Diantaranya mengenai pengertian

    perceraian, macam-macam perceraian, jenis dan alasan perceraian,

    akibat dan hikmah perceraian.

    Bab III Seputar Tentang Aliran Sesat

    Isi bab ini adalah mengenai aliran sesat yang dilihat menurut hukum

    Islam dan positif. Diantaranya mengenai pengertian dan macam-macam

    aliran sesat, kriteria aliran sesat menurut MUI dan aliran sesat dilihat

    dari hukum positif.

    Bab IV Putusan Hakim Peradilan Agama Tentang Aliran Sesat Sebagai

    Penyebab Perceraian

    Isi bab ini adalah mengenai putusan hakim Peradilan Agama tentang

    aliran sesat sebagai penyebab perceraian. Yang mencakup gambaran

    umum Peradilan Agama Jakarta Timur, kronologis kasus perceraian di

    Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT,

    pertimbangan dan putusan hakim dalam kasus perceraian di Pengadilan

    Agama Jakarta Timur Nomor 055/Pdt.G/2009/PAJT, analisa penulis.

    Bab IV Penutup

    Isi bab terakhir ini adalah kesimpulan dan saran-saran yang

    berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

    A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Perceraian.

    Secara harfiyah talaq itu berarti lepas atau bebas.1 Talak terambil dari kata

    ithlaq yang menurut bahasa melepaskan atau meniggalkan,2dihubungkannya kata

    talaq dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan karena antara suami istri

    sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah bebas.

    Menurut istilah syara, talak yaitu:

    3

    Artinya: Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.

    Sayyid Sabiq mendefinisikan talak dengan sebuah upaya untuk

    melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan

    itu sendiri.4 Definisi yang agak panjang dapat dilihat didalam kitab Kifayat al-

    Akhyar yang menjelaskan talak sebagai sebuah nama untuk melepaskan ikatan

    perkawinan dan talak adalah lafadz jahiliyah yang setelah Islam datang

    menetapkan lafaz itu sebagai kata untuk melepaskan nikah.5 Definisi talak

    Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikan talak sebagai pelepasan

    1 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat

    Dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 198. 2 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), h. 191.

    3 al Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz II,(Beirut : Dar Al-Fiqr, 1983), h 278.

    4 al Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, h. 278

    5 Taqiyyuddin, Kifayat Al-Akhyar, Juz II, (Bandung : Al Maarif,), h. 84

  • 14

    ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan ikatan perkawinan di masa

    yang akan datang. Yang dimaksud secara langsung adalah tanpa terkait dengan

    sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan

    suami. Sedangkan yang dimaksud di masa yang akan datang adalah berlakunya

    hukum talak tersebut tertunda oleh sesuatu hal.6

    Prof. Subekti SH, mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan

    perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam

    perkawinan itu.7 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia talak diartikan sebagai

    pemutusan ikatan perkawinan yang dilakukan oleh suami terhadap istri

    secara`sepihak dengan menggunakan lafal talak atau seumpamanya.8

    KHI mendefinisikan talak sebagai ikrar suami dihadapan sidang

    Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya prkawinan dengan

    cara sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.9

    Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

    dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan

    setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

    kedua belah pihak (Pasal 39 ayat 1).10 Hal ini sejalan dengan Kompilasi Hukum

    6 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Talak Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru

    An Hoeve, 1994), cet. Ke-3, jilid 5, h. 53. 7 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 1995), cet. ke- 27, h.

    42. 8 Departemen Agama, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta : Dirjen Pembinaan

    Kelembagaan Agama Islam/Proyek Peningkatan Sarana PT IAIN, 1987), cet. ke- 3, h. 940. 9 Lihat KHI pasal 117.

    10 R.Subekti, S.H dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (PT

    Pradnya Paramita, Jakarta,2006) cet ke-37.

  • 15

    Islam pasal 115 dikatakan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan

    sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak

    berhasil mendamaikan kedua belah pihak.11

    Bila kita melihat dari redaksi di atas bahwa yang dinamakan perceraian

    adalah menghilangkan atau melepas ikatan perkawinan sehingga setelah

    hilangnya ikatan tersebut maka tidak lagi halal bagi suami atas istrinya. Tetapi

    dari pengertian di atas ada perbedaan bahwa para ulama mendefinisikan

    perceraian bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun, tetapi hal ini berbeda jika

    kita melihat di dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum

    Islam bahwa perceraian dapat dilangsungkan hanya didepan sidang Pengadilan

    Agama.

    Sehingga apabila ada orang Islam yang berada di negara Indonesia yang

    melakukan pernikahan secara sah baik secara agama atau negara dan ia

    melakukan perceraian di luar pengadilan agama maka perceriannya itu tidak sah

    demi hukum atau batal demi hukum.

    Dasar hukum perceraian itu dapat kita lihat dari beberapa ayat al-Qur'an

    atau Hadis, seperti:

    1. Al-Baqarah Ayat 232

    #s )u )= s u !$ | i9$# z n=t6 s n= y_r& s = s? r& zs3t y_ur& . ) :(

    11

    Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, ( Akademika Persindo, Jakarta, 1992 ) hal 141.

  • 16

    Artinya : Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya.(Q.S. Al-Baqarah Ayat 232)

    2. Hadits Nabi Muhammad SAW:

    :

    : ) (12

    Artinya : Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Ubaid al- Himsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ubaidillah bin Walid al-Dzashofi dari Muharib bin Ditsar dari Abdullah bin Umar RA.: telah berkata Rasulullah Saw. : Sesuatu perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak atau perceraian (HR.Ibnu Majah)

    Mengenai perceraian ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974

    pada pasal 38-41. Pada pasal 38 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 disebutkan

    bahwa : perkawinan dapat putus karena: a. Kematian; b. perceraian; c. atas

    keputusan pengadilan. Hal ini sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam pasal

    113.

    Dalam perundang-undangan Indonesia membedakan antara perceraian

    atas kehendak suami dan perceraian atas kehendak istri. Hal ini karena

    karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang menghendaki demikian

    12

    Abi Abdullah bin Yazin Al-Qazwainiy, Sunan Ibnu Majah (Beirut; Lebanon: Dar Al- Fikr, 1994), h. 633

  • 17

    sehingga proses penyelesaiannya pun berbeda.13 Maksud dari hal ini perceraian

    dapat terjadi akibat talak yang dilakukan oleh suami kepada istri seperti halnya

    talak yang dijelaskan oleh hukum Islam, dan perceraian dapat terjadi akibat

    gugatan perceraian yang dilakukan oleh istri terhadap suami. Namun hal ini harus

    dilakukan didepan pengadilan seperti dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam

    yang berbunyi: perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang Pengadilan

    Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

    mendamaikan kedua belah pihak.

    B. Macam-macam Perceraian

    Dilihat dari kemaslahatan atau kemudaharatannya, hukum perceraian

    adalah sebagai berikut :14

    1. Wajib

    Apabila terjadi perselisihan antar suami isteri lalu tidak ada jalan yang

    dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakam yang mengurus

    perkara keduanya. Jika kedua orang hakam tersebut memandang bahwa

    perceraian lebih baik bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib.

    13

    Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2003), cet. ke-4, h. 206.

    14 Syaikh Hasan Ayub. Fikih Keluarga, penerjemah M.Abd.Ghofur, E.M (Jakarta :

    Pustaka Al-Kautsar, 2006), cet. Ke-5, hal 208

  • 18

    2. Makruh

    Talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan. Sebagian

    ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini terdapat dua

    pendapat, yaitu :

    Pertama, bahwa talak tersebut haram dilakukan. Karena dapat

    menimbulkan mudharat bagi dirinya juga bagi isterinya, serta tidak

    mendatangkan manfaat apapun. Talak ini haram sama seperti tindakan

    merusak atau menghamburkan harta kekayaan tanpa guna.

    Kedua, menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan. Bahwa talak

    adalah suatu perbuatan yang halal akan tetapi di benci Allah.

    Talak itu dibenci karena dilakukan tanpa adanya tuntutan dan sebab

    yang membolehkan, dan karena talak semacam itu dapat membatalkan

    pernikahan yang menghasilkan kebaikan yang memang disunnahkan sehingga

    talak itu menjadi makruh hukumnya.

    3. Mubah

    Talak yang dilakukan karena ada kebutuhan, misalnya karena

    buruknya akhlak isteri dan kurang baiknya pergaulan yang hanya

    mendatangkan mudharat dan menjauhkan mereka dari tujuan pernikahan.

    4. Sunnah

    Talak yang dilakukan pada saat isteri mengabaikan hak-hak Allah

    Taala yang telah diwajibkan kepadanya, misalnya shalat, puasa dan

    kewajiban lainnya. Sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi

  • 19

    memaksanya. Atau isterinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan

    kesucian dirinya.

    5. Mazhur (Terlarang)

    Talak yang dilakukan ketika isteri sedang haid, para ulama Mesir telah

    sepakat untuk mengharamkannya. Talak ini disebut juga dengan talak bidah.

    Disebut bidah karena suami yang menceraikan itu menyalahi sunnah Rasull

    dan mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya, sesuaikan firman Allah,

    yaitu :

    $ p r't < 9$# #s ) F ) =s u !$ | i9$# )k=ss E 9 (# m r& u n 9$#

    Artinya : Hai nabi, apabila kamu menceraikan Isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar).(Q.S. At Thalaaq Ayat 1)

    Sedangkan dilihat dari dibolehkannya sang suami untuk kembali kepada

    isterinya,adalah:15

    1. Talak rajiy, talak yang sang suami diberi hak untuk kembali kepada isterinya

    tanpa melalui nikah baru, selama isterinya itu masih dalam masa iddah. Talak

    rajiy itu adalah talak satu atau talak dua tanpa didahului tebusan dari pihak

    isteri. Boleh ruju dalam talak satu atau dua itu dapat dilihat dalam firman

    Allah SWT, yaitu :

    15

    Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan, hal 220

  • 20

    ,n=9$# $ s? s ( 88$ | *s > o3 r& 7x s? 9|m */

    Artinya : Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. ( Q.S.Al-Baqarah : 229)

    2. Talak bain, talak yang putus secara penuh dalam arti tidak memungkinkan

    suami kembali kepada isterinya kecuali dengan nikah baru, talak bain inilah

    yang tepat untuk disebut putusnya perkawinan.

    Talak bain ini terbagi kepada dua macam :

    a. Bain Sughra, ialah talak yang suami tidak boleh ruju kepada mantan

    isterinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan akad baru. Yang termasuk bain

    sughra ini adalah :

    Pertama : talak yang dilakukan sebelum isteri digauli oleh suami. Talak

    dalam bentuk ini tidak memerlukan iddah, maka tidak ada kesempatan

    untuk ruju, sebab ruju hanya dilakukan dalam masa iddah. Hal ini sesuai

    firman Allah, yaitu :

    $ p r't t % !$# (# t#u #s) F ss3t Mo9$# O G)=s 6 s% r& y s? $ ys 3s9 n=t ; $ p ttF s? (

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. ( Q.S Al-Ahzab : 49 )

  • 21

    Kedua. Talak yang dilakukan dengan cara tebusan dari pihak isteri atau

    disebut khulu, hal ini dipahami dari isyarat dalam firman Allah, yaitu :

    *s &z r& $u ) yn !$# s yy$o_ $ y n=t $ u NytG$# / 3 y7=? n !$# s $ ytGs? 4 tu ytGt yn !$# y7 s9'' s

    t =9$#

    Artinya : Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. ( Q.S. Al-Baqarah : 229)

    Ketiga. Perceraian melalui putusan hakim di pengadilan atau yang disebut

    fasakh.

    b. Bain Kubra, yaitu talak yang tidak memungkinkan suami ruju, kepada

    mantan isterinya, dia hanya boleh kembali kepada isterinya apabila

    isterinya telah kawin lagi dengan laki-laki lain dan bercerai pula dengan

    laki-laki itu dan habis masa iddahnya. Hal ini tersirat di dalamfirman

    Allah SWT yaitu :

    *s $ ys)= s s t rB & s! . t/ 4L ym yx3s? % `y u x 3 *s $ y s)= s s yy$u_ !$ y n=t r& !$ yy_#utIt

  • 22

    Artinya : Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali ( Q.S. Al-Baqarah : 230 )

    Sedangkan dilihat dari segi tegas atau tidaknya kata-kata yang

    dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macam,

    yaitu:16

    1. Talak Sharih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan

    tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika diucapkan,

    tidak mungkin dipahami lagi.

    Imam SyafiI mengatakan bahwa kata-kata yang dipergunakan untuk

    talak sharih ada tiga, yaitu talak, firaq, dan sarah, ketiganya disebut dalam

    Al-quran dan hadits.

    Al-Zhahiriyah berkata bahwa talak tidak jatuh kecuali dengan

    mempergunakan salah satu dari tiga kata tersebut, karena syara telah

    mempergunakan kata-kata yang telah ditetapkan oleh syara. Beberapa contoh

    talak sharih ialah seperti suami berkata kepada isterinya :

    a. Engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai sekarang juga.

    b. Engkau saya firaq sekarang juga, engkau saya pisahkan sekarang juga.

    c. Engkau saya sarah sekarang juga, engkau saya lepas sekarang juga.

    16

    Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, hal. 194.

  • 23

    Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak yang

    sharih maka menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya, sepanjang

    ucapannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas kemauan sendiri.

    2. Talak Kinayah, yaitu talak denagn mempergunakan kata-kata sindiran atau

    samar-samar seperti suami berkata kepada isterinya :

    a. Engkau sekarang telah jauh dari diriku.

    b. Selesaikan sendiri segala urusanmu.

    c. Janganlah engkau mendekati aku lagi.

    d. Keluarlah engkau dari rumah ini sekarang juga.

    e. Pergilah engkau dari tempat ini sekarang juga.

    f. Susullah keluargamu sekarang juga.

    g. Pulanglah ke rumah orang tuamu juga sekarang.

    h. Beriddahlah engkau dan bersihkanlah kandunganmu itu.

    i. Saya sekarang telah sendirian dan hidup membujang.

    j. Engkau sekarang telah bebas merdeka, hidup sendirian.

    Talak dengan kata-kata tersebut di atas bisa menjadi jatuh talak, apabila

    sang suami mengatakan hal tersebut dengan niat memang menceraikan isterinya,

    niatlah yang menjadi indikator menurut Taqiyudin Al-Husaini.17 Jika sebaliknya

    tanpa adanya niat maka tidak akan jatuk talak tersebut.

    17

    Dikutip dari buku Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), h. 196.

  • 24

    C. Jenis dan Alasan-Alasan Perceraian

    1. Jenis Perceraian

    a. Cerai Talak

    Cerai talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan

    Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan cara

    sebagaimana dimaksud dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 129, 130 dan

    131.

    b. Cerai Gugat

    Dalam sebuah perkawinan, keputusan untuk bercerai tidak hanya

    tergantung pada seorang suami, isteri juga bisa mengajukan gugatan

    perceraian apabila sudah tidak merasa cocok lagi dan tidak tahan oleh

    tingkah laku suaminya.

    Dalam Islam, gugat cerai biasa disebut khulu. Khulu berasal dari

    lafadz kha-la-a yang secara bahasa berarti menanggalkan atau membuka

    pakaian. Pengertian ini dihubungkan dengan perkawinan karena Al-

    Quran surat Al-Baqarah ayat 187, Allah SWT berfirman:

    $ t6 9 39 Fr& u $ t6 9 9 3 . ) :(

    Artinya: Mereka merupakan pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-Baqarah: 187)

    Secara istilah, kata Khulu diartikan talak yang berlaku dengan

    keinginan isteri dan kesunguhannya untuk bercerai, maksudnya adalah

  • 25

    isteri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan

    cara mengembalikan mas kawin yang telah mereka sepakati sebelumnya.18

    Definisi lain dari khulu secara bahasa berarti tebusan dan menurut

    istilah adalah talak yang diucapkan oleh isteri dengan mengembalikan

    mahar yang penah dibayarkan suami.19

    Sebagian Ulama mendefinisikan khulu secara harfiah adalah

    lepas atau copot tetapi secara istilah khulu diartikan perceraian

    dengan tebusan (dari pihak isteri kepada pihak suami) dengan

    menggunakan lafadz talak atau khulu.20

    2. Alasan perceraian

    Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri

    mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali

    perkawinan mereka.

    Di dalam menjalankan kehidupan perkawinan bertujuan untuk

    membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah. Namun terkadang

    dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan

    tersebut, maka terjadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian.

    Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi

    terjadinya perceraian ini. Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi

    18 Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, kitab fiqh madzhab syafie,

    jilid ke 4, (Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005). 19

    Syaikh Hasan Ayub, fikih keluarga,hal. 305. 20

    Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh,(Jakarta: Kencana Prenada Media,2003) edisi ke-1. hlm. 131.

  • 26

    dalam kehidupan rumah tangga, yang dapat memicu timbulnya keinginan

    untuk memutus atau terputusnya perkawinan yaitu;21

    a. Terjadinya nusyuz dari pihak istri

    Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri

    terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran

    perintah, penyelewengan, dan hal-hal yang dapat mengganggu

    keharmonisan rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini Al-Quran

    memberi tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi

    perceraian. Adapun petunjuk mengenai langkah-langkah menghadapi istri

    melakukan nusyuz, surat an-Nisa ayat 34:

    %y` h9$# s% n? t !$ |i9$# $ y/ s !$# t/ 4 n? t

  • 27

    telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan diri mereka dari tempat tidur mereka ,dan pukulah mereka. kemudian jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (Q.S. an-Nisa : 34).

    Petunjuk tersebut apabila dirinci, dapat dikemukakan sebagai

    berikut:

    1) Isteri diberi nasihat tentang berbagai kemungkinan negatif dan

    positifnya (al-Tarhib wa al-Targib), dari tindakannya itu, terlebih

    apabila sampai terjadi perceraian, dan yang terutama agar kembali lagi

    berbaikan dengan suaminya.

    2) Apabila usaha pertama berupa pemberian nasihat tidak berhasil,

    langkah kedua adalah memisahkan istri dari tempat tidur suami, meski

    masih dalam satu rumah.

    3) Apabila langkah kedua tersebut tidak juga dapat mengubah pendirian

    istri untuk nusyuz, maka langkah ketiganya adalah memberi pelajaran,

    atau dalam bahasa Al-Quran memukulnya. Para mufasir menafsirkan

    dengan memukul yang tidak melukai atau yang lebih tepat

    mendidiknya.

    b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami

    Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi

    dapat juga nusyuz yang datang dari suami. Selama ini sering

    disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri.

  • 28

    Dalam surat an-Nisa ayat 128 dinyatakan:

    )u r& z $# Ms%s{ . $ y=t/ # r& $ Z#{ ) s yy$o_ !$ y n=t r& $ ys= $ yut/ $[s = 4 x=9$#u yz 3 N um &u [&F{$# x9$# 4 )u (# s ?

    (# )Gs?u *s !$# %x. $ y/ =ys? #Z 6 yz ) :(

    Artinya: Dan jika seseorang khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. an-Nisa : 128).

    Dalam Al-Quran dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa

    jalan yang ditempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak

    menggauli dan tidak memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian

    bisa dilakukan dengan cara istri merelakan haknya dikurangi untuk

    sementara agar suaminya bersedia kembali kepada istrinya dengan baik.

    c. Terjadinya perselisihan atau percekcokan antara suami dan istri

    Jika dua kemungkinan diatas menggambarkan salah satu pihak

    nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka

    kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam

    syiqaq (percekcokan), misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga

    keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini Al-Quran memberi petunjuk:

  • 29

    )u F &z s$s) $ u ] t/ (#W y /$$ s $V s3ym i & #r& $ Vs3ymu i !$ y =r& ) !#y $[sn=) ,ju !$# !$y s]t/ 3 ) !$# t%x. $=t #Z 7yz ) :(

    Artinya: Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscayaAllah memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana. (Q.S. an-Nisa : 35).

    Penunjukan hakam dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat

    mengadakan perdamaian dan perbaikan untuk menyelesaikan

    persengketaan antara kedua belah pihak suami dan istri. Apabila karena

    sesuatu hal hakam yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya,

    dicoba lagi dengan menunjuk hakam lainnya.

    d. Terjadinya salah satu pihak melakukan perbuatan zina.

    Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, hal ini menimbulkan saling

    tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah

    membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara lian. Lian

    sesungguhnya telah memasuki gerbang putusnya perkawinan, dan

    bahkan untuk selama-lamanya karena akibat lian adalah terjadinya talak

    bain kubra.

  • 30

    Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-

    alasan sebagai berikut:22

    1) Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah

    tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang yang merupakan tujuan dan

    hikmah dari perkawinan.

    2) Karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).

    3) Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.

    4) Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak

    berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.

    5) Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.

    6) Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad

    pernikahan (taklik talak).

    Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu

    adalah:23

    a. Suami tidak dapat memberi nafkah.

    b. Suami berbuat aniaya terhadap istri.

    c. Suami ghaib (berjauhan).

    d. Suami di hukum penjara.

    22

    Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, (Surabaya : Bina Ilmu, 1980), h. 89.

    23 al Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah Jilid 3 , penerjemah Nor Hasanudin, LC, MA, DKK

    (Jakarta : Pena pundi aksara, 2007), cet ke-2, hal 181-187

  • 31

    Di dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9

    Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun

    1974 Tentang Perkawinan menerangkan dan menjelaskan bahwa alasan-

    alasan perceraian sebagai berikut:

    a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,

    dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

    b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

    turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain

    luar kemampuanya.

    c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

    yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

    d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

    membahayakan pihak lain.

    e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat

    tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.

    f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

    pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

    tangga.

    Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan hal

    yang sama tentang alasan-alasan perceraian akan tetapi di dalam kompilasi

    hukum Islam ada tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu:

    a. Suami melanggar taklik-talak.

  • 32

    b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

    ketidakrukunan dalam rumah tangga.

    D. Akibat dan Hikmah Perceraian

    1. Akibat Perceraian

    Apabila perkawinan yang diharapkan tidak tercapai dan perceraian

    yang diambil sebagai jalan keluarnya maka akan timbul akibat dari perceraian

    itu sendiri. Dalam hal ini baik Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

    Perkawinan atau Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur hal tersebut pada

    pasal-pasal berikut ini, yaitu :

    a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

    Pasal 41

    Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :

    1) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan memberi keputusannya.

    2) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlakukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

    3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.

    b. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

    Pasal 149

    Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib :

  • 33

    1) Memberikan mutah yang layak kepada bekas isterinya baik berupa uang atau benda kecuali bekas isteri tersebut Qobla al-Dukhul.

    2) Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

    3) Melunasi mahar yang masih terutang seluruhnya dan separuh apabila Qobla al-Dukhul.

    4) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.

    Pasal 150

    Bekas suami berhak melakukan ruju kepada bekas isterinya yang masih dalam masa iddah.

    Pasal 151

    Bekas isteri selama dalam masa iddah wajib menjaga dirinya tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain.

    Pasal 152

    Bekas isteri berhak mendapat nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali bila ia nusyuz.

    Pasal 156

    a. anak yang belum Mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh: 1) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu; 2) Ayah; 3) Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah; 4) Saudara perempuan dari anak yang besangkutan; 5) Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari

    ibu; 6) Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari

    ayah.

    b. Anak yang sudah Mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari ayah atau ibunya.

  • 34

    c. Apabila pemegang hadhanah tidak dapat menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang ternyata bersangkutan pengadilan dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

    d. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat mengurus dirinya sendiri (21 tahun).

    e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, pengadilan agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d).

    f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut padanya.

    2. Hikmah Perceraian

    Dalam Al-Quran tidak ada ayat yang menyuruh atau melarang

    eksistensi perceraian, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa ayat

    yang menyuruh melakukannya.

    Suatu kejadian pastilah terdapat hikmah yang akan didapatkan, begitu

    juga pada permasalahan perceraian akan ada hikmah yang akan kita dapatkan

    baik bagi sang suami atau sang isteri. Talak pada dasarnya sesuatu yang halal

    tetapi hal yang paling dibenci oleh Allah SWT, hikmah dibolehkannya talak

    itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus

    kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga

    itu. Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan akan menimbulkan mudharat

  • 35

    bagi kedua belah pihak baik itu sang suami atau isteri bahkan kepada sang

    anak itu sendiri.24

    Allah SWT Yang Maha Bijaksana menghalalkan talak tapi

    membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, istri atau keduanya, atau

    untuk kepentingan keturunannya. Selain hal itu, hikmah adanya perceraian

    akan menambahkan kita pada pembelajaran hidup bahwasanya dalam hidup

    terdapat dinamika yang harus kita jalani, baik itu bersifat senang ataupun

    sedih. Karena semua ini sudah ada ketentuannya yang telah lama ditentukan

    oleh Allah SWT sehingga diharapkan semua peristiwa yang kita alami dapat

    kita ambil hikmah atau sebagai pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan

    agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta yaitu

    Allah SWT.

    24

    Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat dan UU perkawinan,), hal. 109-200.

  • 36

    BAB III

    SEPUTAR ALIRAN SESAT

    A. Pengertian dan Dasar Hukum Aliran Sesat

    Paham dan aliran, adalah dua kata yang sering diucapkan seseorang

    dengan maksud yang sama, seakan tidak ada bedanya. Karena memang keduanya

    mengandung arti adanya suatu pemikiran yang dianut oleh sebagian orang dalam

    sebuah komunitas atau kelompok tertentu. Namun demikian, ada sisi perbedaan

    dalam dua kata tersebut.1

    Menurut bahasa kata aliran adalah terjemahan dari kata arab suku

    kata arab berbentuk tunggal () dan bentuk jamaknya yang mempunyai

    banyak makna diantaranya : aliran, golongan, dan faham.2

    Aliran sesat ditinjau dari arti kamus bahasa Indonesia terdiri dari dua kata

    yaitu aliran dan sesat. Kata aliran berasal dari kata dasar alir yang mendapat

    akhiran -an. Arti kata aliran adalah sesuatu yang mengalir (tentang hawa, air,

    listrik dan sebagainya); sungai kecil, selokan, saluran untuk benda cair yang

    mengalir (seperti pipa air); gerakan maju zat alir (fluida), misal gas, uap atau

    cairan secara berkesinambungan.3 Arti kata sesat adalah salah jalan, tidak melalui

    1 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar, 2010), hal. 9. 2 Ibrahim Mustofa dkk, Al Mujam al- Wasith, (Turky: Maktabah Al-Islamiyah), cet II,

    hal.685 3 Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Karya Abdi Tama, Surabaya, 2001,

    hal. 30.

  • 37

    jalan yang benar, salah, keliru, berbuat yang tidak senonoh, menyimpang dari

    kebenaran.4

    Pengertian aliran sesat apabila dikaitkan dengan arti katanya dapat

    dimaknakan sebagai suatu gerakan yang berkesinambungan (terus menerus) yang

    menyimpang dari kebenaran. Penyimpangan kebenaran dalam hal ini dikaitkan

    dengan ajaran agama yang diakui di Indonesia.

    Yang dimaksud Aliran adalah sekelompok manusia yang berhimpun

    dalam satu ikatan atau organisasi, lembaga, jamaah, pagguyuban atau ikatan

    dibawah seorang pemimpin. Pada umumnya aliran atau sekte dipimpin oleh

    seorang Amir atau Imam yang diyakini mempunyai otoritas mutlak. Ada pula

    sebagian aliran yang menjadikan atau meyakini Amir atau Imamnya mempunyai

    otoritas kenabian bahkan ketuhanan. Diantara mereka ada yang membuat ajaran

    dan syariat sendiri yang bertentangan dengan syariat Islam lalu mengatas

    namakan dirinya Islam.5

    Sedangkan kata paham, lebih berkonotasi pada suatu alur pemikiran yang

    menganut prinsip tertentu, tidak teroganisir, dan tidak memiliki pemimpin pusat,

    meskipun ia memiliki tokoh sentral yang menjadi figure paham tersebut.

    Biasanya pengikut suatu paham tertentu, adalah orang-orang yang kritis, senang

    4 Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, hal 435.

    5 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran Aliran Dalam Islam dan CIri-Ciri Ajarannya,

    (Jakarta; Pustaka al Riyald ), hal.1

  • 38

    berfikir, terbuka dan menyambut baik adanya dialog-dialog. Walaupun tidak

    selalu demikian.6

    Membuat aliran, sekte, atau jemaat yang ajarannya menyimpang dari

    ajaran agama islam adalah haram hukumnya, murtad bagi pelakunya dan

    pengikutnya, tidak diterima amal ibadahnya dan disiksa diakhirat. Sekte adalah

    gerakan idiologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan diikrarkan,

    mempertahankan, dan bahkan menyebarkan idiologi terset.7 Sekte ini di tandai

    dengan: a) menganut faham memisahkan diri dari masyarakat dan menarik diri

    dari atau menyimpang dari dunia dan lembaga serta nilai-nilainya. b) bersifat

    eksklusif baik dalam sikap maupun dalam struktur sosial. c) menekankan masalah

    pengalaman konversi sebelum keanggotaan. d) keanggotaan secara suka rela. e)

    semangat regenerasi. f) terakhir, memiliki sikap kekerasan estetika, sering dalam

    bentuk sifat menjauh (bertapa). Maka Sekte yang berkembang dalam Islam dapat

    diberi pengertian sebagai, suatu kelompok masyarakat keagamaan Islam yang

    bersifat eksklusif memsahkan diri dari masyarakat luas dan menyinpang dari

    lembaga keagamaan, ortodok serta nilai-nilainya.8

    Allah memerintahkan kepada hambanya agar mengikuti ajara-Nya dan

    tidak membuat ajaran sendiri. Firman Allah :

    (# tG$#u 7pt 2 !$# $ Yy_ u (#% x s?

    6 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 9.

    7 Sadullah Assaidi,Hadis-Hadis Sekte,(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1996) cet.1, h.60

    8 Sadullah Assaidi,Hadis-Hadis Sekte, h.61

  • 39

    Arinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, (QS. Al-Imran (3): 103)

    Yang dimaksud firqah dhalalah adalah orang, golongan, jamaah,

    oranisasi, paguyuban, kelompok atau aliran yang tidak mengikuti syariat Islam

    atau ajaran Al-Quran dan Sunnah secara penuh yang dibawa oleh Nabi

    Muhammad Saw. Dalam arti hanya mengaku Islam sebagai ajarannya, Al-Quran

    dan sunnah sebagai kedok landasan Hukum, sedangkan ajaran yang dijalankan

    menyimpang dan bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah serta Ijma ulama.

    Syariat yang mereka ikuti adalah buatan Amir atau Imam mereka secara akal-

    akalan. Selain itu mereka menambah, mengurangi, memalsukan bahkan merubah

    ajaran Islam dengan berkedok Islam, atau dengan kata lain firqah dhalalah adalah

    golongan yang keluar dari ajaran Ahlus Sunah Wa al-jamaah dan Ijma ulama

    serta tidak mau mengikuti jalan Salafus Shalih.

    Selain itu juga, aliran atau kelompok sesat didefinisikan MUI, sebagai

    paham atau pemikiran yang dianut dan diamalkan oleh sebuah kelompok yang

    bertentangan dengan akidah dan syariat Islam serta menyimpang dari dalil-dalil

    syari.

    Jadi kesesatan adalah kekeliruan pemahaman yang terkait dengan perkara

    aqidah atau syariah, tapi diyakini kebenarannya yang konsekuensinya adalah

    kekufuran.

  • 40

    B. Macam-Macam Aliran Sesat Di Indonesia

    1. Paham Sesat Inkar Sunnah

    Paham sesat ini muncul di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Mereka

    menamakan pemgajian yang mereka adakan dengan sebutan kelompok

    Qurani (kelompok pengikut Al-Quran).

    Pengajian mereka cukup ramai dimana-mana di Jakarta. Dimanapun

    mereka mengadakan pengajian, jamaahnya tinggal naik mobil antar jemput.

    Beberapa masjid di Jakarta. Salah satunya pada masjid Asy-Syifa di Rumah

    Sakit Pusat Cipto Mangun Kusumo, Jakarta. Pengajian tersebut dipimpin oleh

    Haji Abdurrahman Pedurenan Kuningan Jakarta. Lalu muncul pula pengajian

    yang dipimpin oleh Ust. H. Nawawi di Masjid Al-Burhan Pasar Rumput

    Jakarta Selatan.

    Pokok-pokok ajaran ingkar sunnah antara lain:9

    1. Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah Saw. menurut mereka,

    hadits itu bikinan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.

    2. Dasar hukum dalam Islam hanya Al-Quran saja.

    3. Syahadat mereka : isyhadu biannana muslimin.

    4. Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat-dua

    rakaat dan ada yang hanya eling (ingat) saja.

    5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja

    yang melihat bulan, maka dialah yang wajib puasa. Mereka berpendapat

    9 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 32

  • 41

    demikian merujuk pada ayat faman syahida minkumusy syahra fal

    yashumhu.

    6. Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram, yaitu Muharram, Rajab,

    Zul Qaidah, dan Zul Hijjah.

    7. Pakaian ihram adalah pakaian orang Arab dan membikin repot. Oleh

    karena itu waktu mengerjakan haji boleh memakai celan panjang dan baju

    biasa serta memakai jas/dasi.

    8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

    9. Nabi Muhammad tidak berhak untuk menjelaskan tentang ajaran Al-

    Quran (kandungan isi Al-Quran).

    10. Orang yang meninggal dunia tidak di shalati karena tidak ada perintah Al-

    Quran.

    2. Aliran Pembaru Isa Bugis

    Isa Bugis lahir tahun 1926, dikota Bhaktie Aceh Pidie. Lalu ia

    berdomisili di daerah Kayu Manis Jakarta Timur.

    Isa Bugis ingin menerjemahkan dan menganalisa agama Islam

    berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti ideology komunis

    dengan kapitalis, antara nur dan zhulumat.

    Ia berusaha mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan

    menolak semua hal-hal yang tidak bias di ilmiahkan atau tidak bias diterima

  • 42

    oleh akal. Oleh karena itu ajaran Isa Bugis ini banyak diikuti oleh para intelek

    yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.

    Pokok-pokok Ajaran Isa Bugis, yaitu:10

    a. Air Zam-zam di Makkah adalah air bekas bangkai orang arab.

    b. Semua kitab tafsir Al-Quran yang ada sekarang harus di museumkan,

    karena semuanya salah.

    c. Menolak semua mukzizat para nabi dan rasul, seperti kisah Nabi Musa

    AS. Membelah laut dengan tongkatnya dalam Al-Quran adalah dongeng

    lampu Aladin.

    d. Nabi Ibrahim AS. Menyembelih Ismail adalah dongeng.

    e. Kabah adalah kubus berhala yang dikunjungi oleh turis setiap tahun.

    f. Ilmu fiqih, ilmu tauhid, dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang

    mengajarkan ilmu ini harus disingkirkan ke pulau Seribu.

    g. Al-Quran bukan bahasa Arab, sehingga untuk memahami al-Quran tidak

    perlu belajar bahasa Arab, tata bahasa Arab dan sejenisnya.

    h. Setiap orang yang intelek di beri kebebasan untuk menafsirkan Al-Quran

    walau tidak mengerti bahasa Arab.

    i. Ajaran Nabi Muhammad adalah pembangkit imperialism Arab.

    j. Ajaran Qurban pada waktu Iedul Adha tidak ada dasar kebenarannya.

    k. Mubaligh-mubaligh Islam yang menyebarkan agama keluar tanah Arab

    adalah pemabuk zhulumat yang haus darah dan harta.

    10 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 39.

  • 43

    l. Indonesia adalah diantara sekian banyak korban-korban dari kebiadaban

    Arabisme.

    m. Lembaga pembaru (yang dipimpin Isa Bugis) adalah Nur. Sedangkan

    orang atau golongan diluar lembaga pembaru Isa Bugis adalah zhulumat,

    sesat serta kafir.

    n. Sekarang masih periode Mekkah sehingga belum diwajibkan shalat.

    Begitu juga minuman yang memabukkan seperti khamar dan sejenisnya

    belum diharamkan.

    3. Gerakan Darul Arqam

    Gerakan Darul Arqam yang berasal dari Malaysia dan pernah

    menghebohkan negeri itu serta telah dilarang disana sejak tanggal 15 Agustus

    1994 yang lalu, sekarang masih berkembang juga di Indonesia. Kini kabanya

    di Indonesia mereka berganti nama menjadi Hawariyun.

    Gerakan ini mempunyai dana yang kuat. Mereka sebelum dilarang

    sudah mampu membuat beberapa pabrik di Malaysia. Entah dari mana aliran

    sesat Darul Arqam ini mendapat modal.

    Pendiri Darul Arqam, Syaikh Ahmad Suhaimi mengaku bertemu

    dengan Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan terjaga, kemudian Nabi

    Muhammad Saw. memberi Wirid yang kemudian disebut Aurad

    Muhammadiyah. Klaim seperti itu bertentangan dengan Islam, karena Nabi

  • 44

    Muhammad jelas sudah wafat, dan syariat Islam sudah dinyatakan sempurna

    oleh Allah SWT.

    4. Gerakan Lembaga Kerasulan (L. K.)

    Gerakan Lembaga Kerasulan ini banyak berkembang dikota-kota

    besar. Anggota gerakan lembaga kerasulan ini mempunyai disiplin yang

    tinggi. Ketaatan mereka pada imam (pimpinannya) luar biasa. Apa saja

    perintah dari imam dipatuhi. Mereka berpaham bahwa rasul diutus sampai

    hari kiamat. Rasul itu personnya. Oleh karena itu harus ada lembaga untuk

    mengatur segala urusan serta persoalannya. Mereka beranggapan seorang

    Rasul meninggal harus ada Rasul baru yang menggantinya untuk mengatur

    lembaga tersebut. Rasul tersebut itulah imam mereka. Maka mereka

    berkeyakinan, taat pada imam berarti dosa serta durhaka besar.

    Pokok-pokok ajaran Gerakan Lembaga Kerasulan, yaitu:11

    a. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

    b. Wajib baiat serta taat pada imam.

    c. Dosa bisa ditebus dengan uang kepada imam. Besar kecilnya uang tebusan

    tersebut tergantung kepada besar kecilnya dosa yang telah dilakukan.

    Yang berhak menentukan uang tebusan itu sang imam.

    d. Diluar kelompok mereka adalah kafir.

    e. Perkawinan harus dihadapan imam mereka dan di akadkan oleh imam

    mereka dan orang tua tidak perlu diberi tahu.

    11 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 43-44

  • 45

    f. Membagi suasana menjadi periode Mekkah dan Madinah. Sekarang masih

    periode Mekkah dan belum wajib shalat, puasa, haji serta belum

    diharamkan minuman yang memabukan seperti khamar dan yang lain-

    lainnya.

    g. Mengaji harus kepada imam dan sangat efektif terhadap kehadiran orang

    lain.

    5. Gerakan Ahmadiyah

    Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India.

    Mirza lahir 15 Februari 1835 M. dan meninggal 26 Mei 1906 M di India.

    Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1935, kini sudah mempunyai sekitar

    200 cabang. Pusatnya sekarang berada di Parung Bogor Jawa Barat,

    mempunyai gedung yang mewah, perumahan para pimpinan atau pegawai

    diatas tanah seluas 15 ha.

    Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah, yaitu:12

    a. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan Tuhan.

    Dia mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di India, kemudian

    wahyu-wahyu itu dikumpulkan seluruhnya, sehingga merupakan sebuah

    kita suci dan mereka memberi nama kiab suci itu Tadzkirah.

    b. Mereka meyakini bahwa kitab suci tadzkirah sama sucinya dengan kitab

    suci Al-Quran karena sama-sama wahyu dari tuhan.

    12

    Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 60-62.

  • 46

    c. Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga Nabi dan Rasul tetap

    diutus sampai hari kiamat juga.

    d. Mereka mempunyai tempat suci tersendiri yaitu Qadian dan Rabwah.

    e. Mereka mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah

    dan sertifikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan

    harga yang sangat mahal.

    f. Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah,

    tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan yang bukan

    Ahmadiyah.

    g. Tidak boleh bermakmum dengan (dibelakang) dengan imam yang bukan

    Ahmadiyah.

    h. Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan tahun sendiri yaitu nama

    bulan: 1. Suluh; 2. Tabligh; 3. Aman; 4. Syahadah; 5. Hijrah; 6. Ikhsan; 7.

    Wafa; 8. Zuhur; 9. Tabuk; 10. Ikha; 11. Nubuwah; 12. Fatah. Sedangkan

    nama tahun mereka adalah Hijri Syamsyi (HS).

    6. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

    Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ini adalah nama baru dari

    sebuah aliran sesat terbesar di Indonesia, yang selama ini sudah sering

    berganti nama karena sering dilarang oleh pemerintah Indonesia.

    Lembaga ini didirikan oleh mendiang Nurhasan Ubaidah Lubis, pada

    awalnya bernama Darul Hadits, pada tahun 1951. Karena ajarannya

  • 47

    meresahkan masyarakat Jawa Timur, maka darul hadits dilarang oleh PAKEM

    (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur. Setelah dilarang,

    Darul Hadits berganti nama dengan Islam Jamaah. Karena ajaran sesatnya

    meresahkan masyarakat, terutama Jakarta, maka aliran sesat islam jamaah ini

    secara resmi dilarang disluruh Indonesia berdasrkan Surat Keputusan Jaksa

    Agung RI. No. Kep-08/D.A./10.!971, Tanggal 29 Oktober 1971.

    Karena sudah dilarang di seluruh Indonesia, maka imam Islam Jamaah

    Nurhasan Ubaidah Lubis mencari taktik baru, yaitu mendekati dan meminta

    perlindungan kepada Letjen Ali Murtopo (Wakil Kepala Bakin dan Staf

    OPSUS) waktu itu. Letjen Ali Murtopo adalah seorang jendral yang dikenal

    sangat anti Islam.

    Lalu setelah mendapat perlindungan dari Letjen Ali Murtopo maka

    berkembang dengan nama Lemkari (Lembaga Karyawan Dakwah Islam),

    namun kemudian namanya berubah menjadi LDII setelah mendapat anjuran

    dari Mendagri Rudini agar tidak rancu dengan nama lembaga karatedo

    Republik Indonesia.

    Pokok-pokok ajaran dari LDII, yaitu:13

    a. Orang Islam diluar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk

    kedua orangtua sekalipun.

    13

    Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 74-76.

  • 48

    b. Kalau ada orang diluar kelompok mereka yang melakukan shalat di masjid

    mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena diaanggap sudah

    terkena najis.

    c. Wajib taat kepada amir atau imam.

    d. Mati dalam keadaan belum baiat kepada amir/imam LDII, maka akan mati

    jahilliyah (mati kafir).

    e. Al-Quran dan hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang

    keluar dari mulut imam atau amir mereka). Yang keluar/diucapkan oleh

    mulut-mulut yang bukan amir atau imam mereka, maka haram untuk

    diikuti.

    f. Haram mengaji al-Quran dan Haditr kecuali kepada Imam/amir mereka.

    g. Dosa bisa ditebus kepada sang imam, dan besarnya tebusan tergantung

    besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah

    imam.

    h. Harus rajin membayar infaq, shadaqah dan zakat kepada imam mereka,

    dan haram mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah kepada orang lain.

    i. Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil

    ataupun dimiliki walaupun dengan cara apapun memperolehnya seperti

    mencuri, merampok, korupsi, menipu, dll, asal tidak ketahuan/tertangkap.

    Dan kalau berhasil menipu orang Islam diluar golongan mereka, dianggap

    berpahala besar.

  • 49

    j. Harta, uang zakat, infaq, shadaqah yang sudah diberikan kepada imam,

    haram dinyatakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang

    tersebut. Sebab kalau bertanya kembali pemanfaatan zakat tersebut kepada

    imam, dianggap sama dengan menelan ludah yang sudah dikeluarkan.

    k. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam

    diluar kelompok mereka.

    l. Haram shalat di belakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun

    terpaksa sama sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus diulang

    lagi.

    m. Haram nikah dengan orang diluar kelompok.

    n. Perempuan LDII kalau mau bertamu ke rumah orang yang bukan

    kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid, karena badan

    dalam keadaan kotor (lagi haid) sehingga ketika (kena najis) di rumah non

    LDII yang dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi sebab kotor dangan

    kotor tidak apa-apa.

    o. Kalau ada orang diluar kelompok mereka yang bertamu di rumah mereka,

    maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap kena najis.

    7. Gerakan Syiah

    Syiah itu sebuah akar kata bermakna: pihak, puak, kelompok. Itulah

    pengerian asli dari akar kata itu semenjak berabad-abad sebelum sejarah

    Islam. setiap orang menyebut kata Syiah maka tertuju kepada Syiah-Ali,

  • 50

    yaitu kelompok masyarakat yang memihak Ali dan amat memuliakannya

    beserta turunannya, dan kelompok itu lambat laun membangun dirinya

    menjadi sebuah aliran di dalam Islam.14

    Gerakan Syiah di Indonesia luar biasa aktifnya. Mereka sangat pintar

    menempatkan orang-orangnya di posisi penting serta sangat lihai melobi para

    pejabat pemerintah. Kelompok Syiah di Indonesia dengan dukungan yang

    terang-terangan dari kedutaan besar di Iran.

    Kesesatan dan penyimpangan Syiah:15

    a. Syiah Itu memandang Imam itu Mashum (orang suci)

    b. Syiah memandang bahwa menegakan kepemimpinan/pemerintahan

    (Imamah) adalah rukun agama.

    c. Syiah menolak hadits yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait.

    d. Syiah pada umumnya tidak mengakui ke khalifahan Abu Bakar, Umar,

    dan Utsman.

    e. Syiah menghalalkan nikah mutah (kawin kontrak) yang sudah

    diharamkan oleh Nabi Saw.

    f. Para imam yang dianggap mashum, itu bertentangan dengan Islam,

    karena yang mashum hanyalah Nabi. Bahkan syiah sendiri sampai

    kemudian membatasi kewenangan imam setelah kasus imam Khomeini

    yang cenderung menuruti kehendak hawa nafsunya hingga akan

    14 H. M. Joesoef Souyb, Syiah Studi Tentang Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokohnya,

    (Jakarta: Al Husna Zikra, 1997), hal. 9. 15

    Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Di Indonesia, hal. 116-117.

  • 51

    mengakibatkan hancurnya rakyat Iran karena tetap diharuskan berperang

    dengan Irak, maka kemudian di batasilah wewenang imam.

    g. Syiah menggunakan senjata Taqiyyah yaitu berbohong, dengan cara

    menampakan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya, untuk

    mengelabui.

    Syiah percaya kepada Ar-Rajah, yaitu kembalinya roh-roh ke

    jasadnya masing-masing di dunia ini sebelum kiamat di kala imam ghaib

    mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan anak-

    anaknya untuk balas dendam kepada lawan-lawannya.

    8. Lia Aminuddin dan Ajarannya

    Lia Aminuddin, umur 51 Tahun, buku-buku yang telah dikeluarkannya

    anatara lain: Perkenankan Aku Menjelaskan Sebuah Takdir; Pancasila Menuju

    Zaman; Lembaran Al-Hira, Fatwa Jibril As Versus Fatwa MUI; Puisi-Puisi

    Mendalami Kerukunan Nasional.

    Beberapa ajaran Lia Aminuddin, yaitu:

    a. Malaikat Jibril akan turun lagi ke bumi dan bersemayam di dalam diri Lia

    Aminuddin, oleh sebab itu dimana pun Lia berada selalu bersama Jibril

    AS.

    b. Lia Aminuddin mengaku menjadi juru bicara Jibril AS. Dan mengaku

    sebagai Nabi dan Rasul.

    c. Lia Aminuddin mengaku mendapatkan Wahyu.

  • 52

    d. Lia Aminuddin mengaku mendapatkan mukjizat.

    e. Agama yang dibawa oleh Lia Aminuddin bernama Salamullah/agama

    perenialisme yang menghimpun seluruh agama.

    f. Lia Aminuddin mengaku sebagai Imam Mahdi.

    g. Ahmad Mukti (puteranya) dianggap sebagai Nabi Isa.

    h. Abdul Rahman diyakini sebagai wakil/imam besar ajaran salamullah.

    i. Air sumur salamullah berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit.

    j. Mencukur segala jenis rambut yang ada di dalam tubuh, mulai dari rambut

    kepala, ketiak, dll. Lalu membakarnya, hal itu dianggap sebagai bentuk

    ibadah yang diperintahkan Jibril melalui Lia Aminuddin. Barang siapa

    yang telah melakukan itu sama dengan bayi yang baru dilahirkan.

    C. Kriteria Aliran Sesat Menurut MUI

    Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan sebuah pedoman yang

    berisi 10 kriteria untuk mengidentifikasi sebuah ajaran dinyatakan aliran sesat.

    Suatu paham atau aliran keagamaan dapat dinyatakan sesat apabila memenuhi

    salah satu dari sepuluh kriteria," kata Ketua Panitia Pengarah Rapat Kerja

    Nasional (Rakernas) MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas. Sepuluh kriteria itu

    adalah16 :

    1. Mengingkari Rukun Iman dan Rukun Islam

    16

    http://www.antaranews.com/view/?i=1194346349&c=NAS&s=/diakses tanggal 22 November 2010

  • 53

    2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai Dalil Syar`i (Al Qur`an

    dan As Sunah)

    3. Menyakini turunnya wahyu setelah Al Qur`an

    4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Al Qur`an

    5. Melakukan penafsiran Al Qur`an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir

    6. Mengingkari kedudukan Hadist Nabi sebagai sumber ajaran Islam

    7. Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi dan Rasul

    8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir

    9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah

    10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar`i

    D. Aliran Sesat Menurut Pandangan Hukum Positif.

    Sudah jelas bahwa di dalam hukum Islam aliran sesat haram hukumnya,

    murtad bagi pelakunya dan pengikutnya, tidak diterima amal ibadahnya dan

    disiksa diakhirat. Karena mengingat syariat Islam yang dibawa oleh utusan Allah

    Nabi Muhammad Saw berarti menghancurkan agama dan syariat Islam serta

    memecah belah umat.

    Sedangkan di dalam hukum positif Indonesia yang mengatur mengenai

    aliran sesat adalah :

    1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan

    Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dan KUHP.

  • 54

    Negara memiliki kewajiban untuk memberikan rasa aman dan nyaman

    bagi warga negaranya dan warga negara asing, termasuk dalam menjalankan

    kehidupan beragama. Apabila ada gangguan terhadap hal tersebut, misalnya

    munculnya aliran sesat, maka negara harus segera mengambil tindakan, baik

    secara hukum maupun non hukum.17

    Negara mengatur masalah aliran sesat, dengan cara hukum adalah

    dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang Pencegahan

    Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Pasal-pasal yang melarang

    adalah sebagai berikut:18

    Pasal 1

    Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.

    Pasal 2

    (1) Barang siapa melanggar ketentuan tersebut dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya itu di dalam suatu keputusan bersama Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.

    (2) Apabila pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh Organisasi sesuatu aliran kepercayaan, maka Presiden Republik Indonesia dapat membubarkan Organisasi itu dan menyatakan Organisasi atau aliran tersebut sebagai Organisasi/ aliran terlarang, satu dan lain setelah Presiden

    17

    http:// bangkapos.com/ dwi haryadi/2007/11/11/aliran-sesat-dalam-kacamata-hukum/ diakses tanggal 6 Mei 2010

    18 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1965.

  • 55

    mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.

    Pasal 3

    Apabila, setelah dilakukan tindakan oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri/Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri atau oleh Presiden Republik Indonesia menurut ketentuan dalam pasal 2 terhadap orang, Organisasi atau aliran kepercayaan, mereka masih terus melanggar ketentuan dalam pasal 1, maka orang, penganut, anggota dan/atau anggota Pengurus Organisasi yang bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.

    Pasal 4

    Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 56a

    Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau

    penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga,

    yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa."

    2. Fatwa MUI

    Selain pemeerintah yang mengatur masalah aliran sesat, MUI pun juga

    ikut mengatur masalah aliran sesat ini MUI mengatur masalah ini dengan cara

    mengeluarkan fatwa-fatwa kepada aliran-aliran atau organisasi-organisasi

    yang menyesatkan. Seperti fatwa MUI tentang malaikat jibril mendampingi

  • 56

    manusia (kasus Lia Amnuddin), Fatwa MUI tentang aliran yang menolak

    sunnah/hadits Rasul.

    3. Beberapa Surat Keputusan dan Surat Edaran.

    Selain Undang-Undang pemerintah juga mengikat mengenai aliran

    sesat dengan mengeluarkan kebijakan melalui surat keputusan. Seperti Surat

    Keputusan Bersama. Surat Keputusan Bersama sifatnya koordinatif antar

    lembaga yang menandatanganiny