Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

22
ALIH TEKNOLOGI PADA INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA MAKALAH untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Investasi oleh Nama : Muh Akbar Ariz Purnomo NIM : 8111409263 Jurusan : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Transcript of Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Page 1: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

ALIH TEKNOLOGI PADA INVESTASI ASING LANGSUNG

DI INDONESIA

MAKALAH

untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Investasi

oleh

Nama : Muh Akbar Ariz Purnomo

NIM : 8111409263

Jurusan : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

BAB I

Page 2: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi sosial ekonomi merupakan salah satu indikator suatu negara dikatakan

berkembang atau maju. Kondisi tersebut akan menimbulkan kegairahan pada

dinamika pembangunan infrastruktur maupun suprastruktur suatu negara. Dinamika

pembangunan ekonomi suatu negara memerlukan banyak faktor pendukung antara

lain; sumber daya alam, sumber daya manusia serta tidak kalah pentingnya adalah

stabilitas politik dan hukum. Kerangka hukum yang stabil akan mendorong arus

investasi asing. Untuk mewujudkan hal itu diperlukan tidak sedikit modal baik dalam

negeri maupun dari luar negeri.

Pinjaman modal luar negeri ada yang bersifat lunak artinya bunga yang

dikenakan tidak besar dan jangka waktu pengembaliannya lama. Besarnya pinjaman

dana dari luar negeri akan mempengaruhi neraca pembayaran negara (Jawa Pos,

1996). Hal ini terbukti pada komitmen bantuan yang disetujui untuk Indonesia dalam

Sidang CGI di Paris 19 Juni 1996 adalah sebesr US$ 5,256 miliar (sebagian

diantaranya bantuan lunak). Saat ini akumulasi hutang luar negeri Indonesia menjadi

penghutang nomor satu di Asia . Untuk membantu mengurangi neraca pembayaran

luar negeri tersebut pemerintah mengajak pemodal nasional maupun asing untuk

menanamkan modalnya dalam rangka mewujudkan ekonomi potensial yang ada

menjadi kekuatan ekonomi riil yang pada gilirannya akan membantu pembayaran

hutang luar negeri.

Sejak diundangkannya UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

(UUPMA), peranan modal asing dalam pembangunan ekonomi Indonesia terus

menunjukkan peningkatannya. Modal asing yang semula dimaksudkan hanya sebagai

pelengkap dalam pembangunan kini bergeser tidak hanya sebagai pelengkap lagi atau

Page 3: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

dengan kata lain sangat dibutuhkan. Ada atau tidaknya modal asing akan ikut

mempengaruhi cepat atau lambatnya laju pertumbuhan ekonomi secara nasional

(Asril Noer: Pelaksanaan PP No. 20 Tahun 1994 dan SK Menives No. 15 Tahun

1994, 1994: 21).

Tidak adanya kewajiban untuk melaporkan adanya alih teknologi dalam bentuk

yang luas melalui investasi asing langsung, mengakibatkan tidak terdeteksinya

banyaknya alih teknologi tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari alih teknologi dalam investasi?

2. Apa yang dimaksud dengan investasi asing langsung?

3. Bagaimana manfaat alih teknologi dalam investasi asing langsung di

Indonesia?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian alih teknologi dalam investasi

2. Untuk menetahui apa itu investasi asing langsung (Foreign direct

investment)

3. Untuk mengetahui manfaat alih teknologi dalam investasi asing

langsung di Indonesia

BAB II

Page 4: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alih Teknologi

Teknologi memiliki nilai yang tinggi, karena proses penemuan membutuhkan

waktu, tenaga, fikiran dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu pemiliknya diberi

hak eksklusif untuk menggunakan atau memanfaatkan teknologinya guna keperluan

industri atau bidang ekonomi. Dengan demikian, pihak lain tidak mempunyai hak

untuk menggunakan teknologi tersebut, kecuali atas izin pemiliknya.

Sampai saat ini, negara-negara maju memiliki kemampuan besar dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta besarnya dana yang dipergunakan

untuk penelitian dan pengembangan. Untuk mempercepat proses penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta untuk mengejar kemajuan teknologi, diperlukan alih

teknologi. Sebelum membahas masalah alih teknologi, penulis menganggap perlu

untuk mengawalinya dengan difinisi teknologi itu sendiri.

Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia, dari akar kata techne

yang berarti seni atau ketrampilan dan kata logos yang berarti perkataan atau

pembicaraan. Dalam perkembangannya teknologi diartikan sebagai “seni

memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya.” Kemudian berkembang

menjadi penggunaan “ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhannya.” (The Liang

Gie, 1984: 31)

Definisi para ahli tentang teknologi pun berbeda-beda. Menurut Lowell W.

Steelle, teknologi diartikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan

kebiasaan yang memberikan kemampuan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa,

merancang dan mengembangkan hal-hal baru bilamana perlu, menerapkan semua itu

pada keperluan-keperluan khusus pelanggan, membangun dan merawat semua itu.

Page 5: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Alih teknologi merupakan salah satu masalah dalam investasi asing langsung.

Masalah ini biasanya menjadi konflik sejak terjadi perbedaan pandangan mengenai

alih teknologi antara negara pemilik teknologi dengan negara penerima teknologi.

Negara pemilik teknologi bermaksud mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin

dengan sumber yang terbatas yang dimilikinya (Purnawan, 1995: 75).

Pengertian tersebut di atas maksudnya adalah bahwa Teknologi merupakan

pengetahuan sistematis untuk membuat suatu produk, menjalankan proses,

memberikan servis atau jasa, baik itu berbentuk paten, desain industri, paten

sederhana, atau varietas tumbuhan/tanaman baru, informasi teknik atau ketrampilan,

ataupun dalam bentuk bantuan jasa-jasa para ahli untuk perencanaan, pemasangan,

pengoperasian, pemeliharaan industri, atau untuk manajemen industri, perusahaan

komersial dan segala aktivitasnya. Dengan demikian teknologi dapat berupa paten,

disain industry.

Definisi alih teknologi ada beberapa macam, antara lain:

Pada tahun 1989, pengertian alih teknologi tersebut diperbaharui kembali oleh

UNCTAD, yaitu bahwa alih teknologi adalah pengalihan pengetahuan sistimatis

untuk menghasilkan suatu produk, penerapan suatu proses atau menghasilkan suatu

jasa, dan tidak mencakup penjualan atau leasing barang.

United Nations Centre on Transnational Corporation (UNCTC)

mendifinisikan .alih teknologi sebagai suatu proses kemampuan teknologi dari luar

negeri, yang dapat diurai dalam tiga tahapan yaitu (Khairandy, 1982: 1) :

1. Peralihan teknologi yang ada ke dalam produksi barang dan jasa tertentu;

2. Asimilasi dan difusi teknologi tersebut ke dalam perekonomian negara penerima

teknologi tersebut; dan

3. Pengembangan kemampuan indigeneous technology untuk inovasi.

Page 6: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Bhattasali dalam bukunya Transfer of Technology among Developing

Countries seperti dikutip oleh Sunaryati Hartono, menyatakan bahwa pengalihan

teknologi bukan hanya sekedar (harus) pemindahan saja, akan tetapi terutama

teknologi yang tadinya asing itu, harus diadaptasikan ke dalam lingkungan yang baru,

dan kemudian harus terjadi asimilasi serta inovasi sedemikian rupa, sehingga

teknologi asing ini akhirnya menjadi bagian dari pada kebudayaan bangsa yang

menerima teknologi yang semula asing tersebut (Hartono, 1981: 190).

B. Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Invesment)

Investasi asing langsung adalah arus modal kewiraswastaan dalam bentuk

ramuan ketrampilan manajerial dan pinjaman keuangan. Dalam definisi neraca

pembayaran yang lebih spesifik, hal itu berarti setiap arus pinjaman kepada, atau

pembelian hak milik dari perusahaan asing yang sebagian besar dimiliki oleh neraga

“sumber” pendapatan yang diperoleh oleh para pemodal langsung merupakan

gabungan dari bunga, deviden, ongkos lisensi dan biaya manajerila sebagian IAL

terdiri dari investasi di cabang perusahaan asing oleh suatu perusahaan induk yang

berpusat di suatu negara sumber tertentu. Dalam kasus lainnya, perusahaan yang

melakukan investasi tersebut benar-benar merupakan perusahaan multi-nasional yang

negara asalnya tidak jelas

Investasi asing langsung tumbuh dengan cepat pada awal kurun waktu setelah

perang dan Amerika Serikat merupakan negara penanaman modal terbesar. Sejak

awal tahun 1970-an, telah tumbuh lebih lambat dan berubah arah. Investasi langsung

dalam bidang pertambangan telah pudar digantikan dengan investasi di bidang

manufaktur yang semakin meningkat, khususnya dalam teknologi tinggi.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan sehubungan dengan investasi langsung dan

keberadaan perusahaan multinasional baik di negara, negara induk dan dunia sebagai

Page 7: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

keseluruhan, akan terutama ditekankan pada kebijakan yang berhubungan dengan

negeri tuan rumah. Perasaan tidak senang dari negeri tuan rumah terhadap penguasaan

asing dari usaha dalam negeri merupakan faktor penting di dalam kebijaksanaan

mengenai investasi lengsung kebijaksanaan paling baik adalah melalui peralatan

makro ekonomi.

Peraturan hukum di bidang investasi asing merupakan instrument yang sangat

penting untuk mendorong investasi modal asing dalam pembangunan ekonomi

domestik. Pada tahun 1960-an hampir seluruh negara ASEAN mulai membuat

peraturan hukum untuk mendorong investasi asing karena modal domestik yang

dimilikinya tidak mencukupi.

Pada awal pemerintahan orde baru, pemerintah melakukan suatu perubahan

kebijakan investasi asing yang sangat penting yaitu dikeluarkannya Undang-undang

No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing setelah satu dasawarsa melakukan

nasionalisasi dan ‘bermusuhan’ dengan Penanaman Modal Asing khususnya dari

negara-negara Barat. Ketentuan-ketentuan dalam UUPMA tersebut diterapkan

terhadap seluruh perusahaan yang modal domestiknya kurang dari 100 % yang

beroperasi di bawah pengaturan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan

lembaga sebelumnya yaitu Panitia Teknis Penanaman Modal Asing.

Pasal 1 UU No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA)

menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan penanaman modal asing dalam Undang-

undang tersebut hanyalah meliputi penanaman modal asing yang dilakukan menurut

atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara

langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. Dengan kata lain

Page 8: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

penanaman modal asing yang diperbolehkan oleh UUPMA adalah investasi langsung

(foreign direct invesment).

Pengertian secara umum mengenai modal asing pada dasarnya adalah modal

yang berasal dari luar negeri dan dimasukkan ke wilayah suatu negara untuk

diinvestasikan lebih lanjut melalui berbagai kegiatan yang bersifat ekonomis (Lubis,

1987: 31). Batasan modal asing secara yuridis dapat dilihat dalam Pasal 2 UU No.1

tahun 1967 (UUPMA) yaitu:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa

Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan

perusahaan di Indonesia;

2. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing dan bahan, yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia,

selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia;

3. Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan Undang-undang ini diperkenankan

ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Modal asing dalam kerangka UUPMA berdasarkan ketentuan Pasal 2 tersebut

dapat disimpulkan, bahwa modal asing dapat berupa:

1. Berupa alat pembayaran luar negeri atau valuta asing (foreign exchange) yang

terdiri dari uang kertas dalam bentuk mata uang asing, wesel, cek, dan lain-lain

yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran internasional.

2. Berupa alat-alat, penemuan-penemuan, dan bahan-bahan.

Bentuk kedua tersebut dapat berupa:

1. Perangkat lunak (Software) seperti know how

2. Perangkat keras (Hardware), seperti mesin-mesin, peralatan, bahan-bahan, disain

yang berwujud atau teknologi.

Page 9: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Pasal 3 UUPMA menyatakan, bahwa perusahaan PMA yang dijalankan untuk

seluruhnya atau sebagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri

harus berbentuk badan hukum menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia. Badan hukum tersebut harus berbentuk perseroan terbatas. Apabila terjadi

sengketa hukum tidak akan menimbulkan persoalan rumit dengan persoalan pilihan

hukum.

Menurut Lubis (1987: 88) faktor yang sangat penting terhadap manfaat dan

biaya investasi asing bagi negara penerima adalah suasana kebijakan negara penerima

itu dimana perusahaan Penanaman Modal Asing menawarkan suatu paket produksi,

manajemen, dan teknologi serta pemasaran sedangkan negara penerima

memaksimalkan pangsa pinjaman atas faktor-faktor tersebut sehingga konsisten

dengan tujuan pembangunan dalam arti luas.

Keberadaan modal asing bagi suatu negara (tidak terkecuali Indonesia)

memang diperlukan sebagai pelengkap dalam pembangunan ekonomi nasional (Lubis,

1987: 88), hal ini sedikitnya ada dua alasan yaitu:

Pertama: dalam hal investasi asing, banyak negara berupaya menghindarkan

ketergantungan terhadap satu atau beberapa negara. Hal ini bukanlah sekedar

menyadari kepekaan politik, sentimen nasional atau bahkan kekhawatiran terhadap

manipulasi asing melainkan ada alasan-alasan penting secara ekonomis.

Kedua: saat ini menurut pengamatan sementara kalangan, ada kecenderungan

perbedaan perilaku para penanam modal asing dari berbagai negara. Hal tersebut

termasuk faktor-faktor seperti kecenderungan perusahaan untuk mengekspor,

memasuki usaha-usaha patungan dan mengalihkan serta menyesuaikan teknologi.

Kedua alasan tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia dan dengan demikian

kiranya bermanfaat mempelajari komposisi investasi asing berdasarkan negara asal.

Hal ini terjadi pada perusahaan Jepang yang sejak Orde Baru merupakan negara yang

Page 10: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

dominan dalam menginvestasikan dananya ke Indonesia yang meskipun pada 15

Januari 1974 terjadi demonstrasi massa yang menolak kehadiran modal asing di

Indonesia. Hal ini merupakan latar belakang diberlakukannya investasi luar negeri di

Indonesia, khususnya pada masa Orde Baru.

Bentuk keterlibatan asing tersebut merupakan hal penting bagi Indonesia.

Jarang sekali perusahaan dalam sektor manufaktur modern misalnya di Indonesia

yang tidak memiliki ikatan komersiil dengan pihak asing kecuali untuk kegiatan

tradisional yaitu industri makanan.

Pengaturan komersial ini berkisar dari yang sederhana yaitu hubungan

informal kadang-kadang mencakup bantuan pemasaranan teknologi sampai pada

persetujuan lisensi dimana pemberi lisensi asing secara luas bertanggung jawab besar

terhadap operasi perusahaan tersebut. Indikasi lain yang sangat mendekati tentang

relatif pentingnya investasi asing langsung dan bentuk lain masuknya teknologi yaitu

pola impor barang modal ke Indonesia. Kebanyakan valuta asing langsung berbentuk

pembayaran peralatan modal dan mesin impor. Realisasi modal asing dalam bidang

manufaktur merupakan bagian kecil dibanding impor barang modal.

C. Alih Teknologi dalam Investasi Asing Langsung di Indonesia

Data mengenai investasi asing langsung dipergunakan secara luas sebagai

indikator aktivitas perusahaan multi nasional. Dalam konsep, investasi asing langsung

berhubungan dengan aliran dana yang menyertai keterlibatan manajerial dan

pengawasan yang efektif. International Monetary Fund (IMF) memberikan batasan

investasi asing langsung yaitu bahwa investasi itu dibuat dalam rangka memenuhi

kepentingan abadi (selamanya) dalam operasi ekonomi perusahaan dengan tujuan

dapat mengefektifkan suara dalam manajemen perusahaan:

Page 11: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Teori investasi langsung pada dasarnya adalah untuk mencari jawaban atas

pertanyaan mengapa perusahaan-perusahaan melakukan investasi luar negeri

langsung sebagai suatu bentuk keterlibatan internasional. Investasi luar negeri

langsung biasanya dianggap bentuk lain pemindahan modal yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan ataupun orang-orang dalam satu negara dalam aktivitas

ekonomi negara lain yang melibatkan beberapa bentuk partisipasi modal di bidang

usaha yang mereka investasikan. Investasi luar negeri langsung dapat dibandingkan

dengan investasi portofolio yang tidak melibatkan partisipasi manajemen.

Stephen Hymer menganggap bahwa investasi luar negeri langsung sebagai

arus modal dalam kerangka teori neoklasik mengenai investasi riil yang sesungguhnya

belum memuaskan. Ia mengajukan pendekatan organisasi industri yang menekankan

peranan keunggulan-keunggulan (Advantages) khas perusahaan dan

ketidaksempurnaan pasar (Imperfection market).

Mengalirnya investasi asing ke negara-negara ASEAN pada tahun 1970-an dan

1980-an tidak menunjukkan apa yang akan terjadi pada era 1990-an, meskipun tahun

1990-an untuk saat ini mencerminkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan

investasi asing langsung (Direct foreign invesment) di wilayah tersebut. Alasan utama

dari keberhasilan negara ASEAN tersebut dibandingkan dengan negara Asia serta

negara berkembang lainnya adalah karakteristik kebijakan dan hukum yang secara

bersama-sama mendukung pendekatan secara terpadu terhadap investasi asing

langsung dan pembangunan disektor swasta.

Keberhasilan perdagangan barang-barang ke luar negeri, sering diikuti dengan

alih teknologi terhadap produsen asing (lokal), hal ini mendorong keyakinan

pengusaha Amerika untuk mendirikan perusahaan atau melakukan investasi ke luar

negeri.

Page 12: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Sifat dasar dan ruang lingkup mengenai masalah-masalah yang timbul dalam

alih teknologi di negara berkembang tergantung pada bentuk, luas dan metode yang

diambil atau dipakai untuk mengalihkan seperti masalah teknologi, ekonomi dan

sistem hukum yang berlaku di negara penerima alih teknologi tersebut.

Negara berkembang (termasuk Indonesia) hampir selalu membeli dan jarang

sekali menjual teknologi. Negara berkembang (NB) mempunyai ketergantungan

terhadap sumber-sumber eksternal mengenai pengetahuan teknologi dari pada negara

maju. Berdasarkan pandangan kebijakannya, NB percaya bahwa ilmu, teknologi dan

pengetahuan merupakan bagian dari warisan umat manusia dan harus serta dapat

berharga bagi manusia dengan beberapa pembatasannya. Mereka juga berkeinginan

untuk menghasilkan sebanyak mungkin teknologi yang dimilikinya atau paling tidak

memakai teknologi yang tersedia sebagai dasar dalam perdagangan setelah melalui

proses seleksi yang serius.

Modal asing yang masuk ke Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

menggembirakan. Persetujuan BKPM terhadap proyek Penanaman Modal Asing

sampai pada tanggal 15 September 1996 mencapai nilai US $ 13.853,5 juta atau 56,28

%. Angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan nilai investasi asing yaitu; US $

26.892,1 juta atau 67,37 %, hal ini dikarenakan tahun ini tidak ada mega proyek asing

yang mengajukan permohonan investasi.

Perusahaan-perusahaan modal asing (investasi asing langsung) di Indonesia

dalam mengoperasikan perusahaannya menggunakan teknologi mulai dari teknologi

ringan, menengah maupun tinggi. Jepang, Taiwan dan Korea sebagai contoh,

mempergunakan teknologi rendah di bidang tekstil, tetapi di bidang produk-produk

elektronik, kimia atau mesin, mereka menggunakan teknologi tinggi industri.

Page 13: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

B.N. Bhattasali menggambarkan, bahwa secara garis besar, teknologi dapat

dialihkan melalui saluran-saluran sebagai berikut:

1. Kerjasama antara dua negara atau lebih yaitu baik berupa pinjaman (kredit) atau

bantuan.

2. Kerjasama antara dua perusahaan. Melalui saluran ini, alih teknologi didasarkan

atas kontrak; technical assistance contract, franchice, joint venture, license

contract, management contract, technical services, turn key contract,

international sub contracting.

3. Kerjasama antara lembaga-lembaga international

United Nations Centre on Transnational Corporation (UNCTC) membagi

kontrak-kontrak teknologi ke dalam dua kategori utama yaitu: Pertama, licencing

agreements, kontrak semacam ini antara lain mencakup kontrak yang berkaitan

dengan paten, know how, merek perdagangan dan franchise. Kedua, kontrak-kontrak

yang berhubungan dengan bantuan teknik (technical assistance), yang termasuk

dalam kategori kedua ini antara lain: turn key contract, contract for providing

technical assistance, dan design and engineering contract.

Perbedaan tersebut didasarkan pada tujuan kontrak, kewajiban para pihak,

hubungan kontraktual dan cara-cara pembayaran teknologi yang dialihkan. Perbedaan

utama kedua kategori tersebut terletak pada fakta, bahwa kontrak lisensi adalah suatu

hak yang dilindungi, sedangkan kontrak-kontrak yang berkaitan dengan batuan teknik

mempunyai karakteristik perjanjian jual beli.

Setiap negara memerlukan alih teknologi yang tepat guna, agar dapat

membawa kemajuan dan menyerap tenaga kerja. Ada beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam alih teknologi:

1. Mempekerjakan tenaga-tenaga ahli asing

Page 14: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

Dengan cara ini, teknologi relatif mudah didapatkan, teknologi disini berupa teknik

dan proses manufakturing yang tidak dipatenkan. Umumnya cara ini cocok untuk

industri kecil dan menengah, seperti berbagai macam industri engineering, makanan

dan costumer good lainnya.

2. Menyelenggarakan suplai dari mesin-mesin dan sarana lainnya. Suplai ini

dilaksanakan dengan kontrak tersendiri dan biasanya untuk peralihan operasional

teknologi. Ada kalanya dalam kontrak ini dicantumkan ketentuan-ketentuan

khusus seperti training yang ekstensif untuk tenaga-tenaga lokal atau bantuan

suplier dalam plant operation.

3. Perjanjian lisensi atau kontrak lisensi

Dengan cara ini pemilik teknologi mengalihkan teknologinya dengan jalan

memberikan lisensi kepada pihak lain dalam ikatan perjanjian untuk

melaksanakan teknologinya seperti lisensi paten, disain produk industri maupun

merek.

Berdasarkan kontrak teknologi atau cara-cara pengalihan teknologi yang disebut

di atas, kontrak lisensi merupakan cara yang terpenting dan terefektif. Sebagai

buktinya dapat dilihat pada investasi asing langsung Jepang ke Indonesia dari tahun

1981-1991 yaitu terdapat 157.25 alih teknologi dengan cara lisensi.

Page 15: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara teoritis, masuknya modal asing ke Indonesia dewasa ini ikut

mendorong bangkitnya penanaman modal dalam negeri dengan memperhatikan

keunggulan mutlak maupun komparatifnya. Investasi asing tersebut merupakan salah

satu bentuk perdagangan internasional, baik itu antara negara, negara dengan pihak

swasta asing, maupun antara swasta lokal dengan swasta asing.

Alih teknologi yang terjadi di Indonesia dalam rangka investasi asing

langsung, ternyata tidak berjalan secara otomatis, artinya apa yang isyaratkan dalam

pasal 11 dan 12 UUPMA tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan bahwa pihak

asing selalu berusaha mendapatkan keuntungan lebih dari investasi tersebut, sehingga

alih teknologi yang dikehendaki oleh pihak nasional baru dapat direalisasikan apabila

diadakan kontrak tersendiri untuk kepentingan tersebut.

Page 16: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung

DAFTAR PUSTAKA

Asril Noer, “Bidang-bidang Usaha yang Prospektif bagi PMDN/PMA dalam rangka

GATT dan APEC”, makalah pada seminar dua hari Pelaksanaan PP No. 20 tahun 1994

dan SK Menives No. 15 tahun 1994, Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, 9 Desember

1994.

Erman Rajagukguk, Hukum Investasi, tidak diterbitkan, UI, Jakarta, 1995.

Hal Hill, Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia, cetakan pertama, LP3ES,

Jakarta, 1991.

J.G. Castle, A.L.C. de Mestral, W.C. Graham, The Canadian Law and Practice of

International Trade with Particular Emphasis on Export and Import of Goods and

Services, Emond Montgomery Publication Ltd, Toronto, Canada, 1991.

Leonard J. Theberger, “Law and Economic Development,” Journal of International

Law and Policy, Vol. 9. 231, 1980.

M. Edhie Purnawan, “Japanese Foreign Direct Invesment and Its Technology

Transfer in Indonesia, “ Kelola, No. 10/IV/1995.

Ralph H. Folsom, Michael Wallace Gordon, John A. Spanogle, Jr, International

Business Transaction: A Problem Oriented Coursebook, West Publishing Co, St. Paul,

Minn, 1995.

Ridwan Khairandy, Pengaturan Hukum dan Implementasi man Modal Asing (PMA)

Patungan (Joint Venture), Laporan Penelitian, Yogyakarta, tidak diterbitkan, 1993.

Sue S. C. Tang, “The Legislative Framework for Direct Foreign Invesment in

ASEAN”, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 10 No. 2, November 1993.

T. Mulya Lubis, Hukum dan Ekonomi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1987.

WIPO, Licencing Guidefor Developing Countries, Geneva, 1977.

Page 17: Alih Teknologi Pada Investasi Asing Langsung