ALI-tugas Dr. Taofan
-
Upload
spidermech -
Category
Documents
-
view
20 -
download
4
description
Transcript of ALI-tugas Dr. Taofan
6. ACUTE LIMB ISCHEMIA
Acute limb ischemia (ALI) terjadi ketika adanya oklusi arteri mendadak sehingga
menurunkan aliran darah menuju ekstremitas atas atau bawah. Pasien dengan ALI mungkin
memiliki riwayat peripheral arterial disease tetapi sebagian besar pasien tidak memiliki
riwayat tersebut.
6.1 Etiologi
ALI dapat disebabkan oleh thrombus (30%) ataupun emboli (70%). Dari seluruh kasus
peripheral arterial emboli, 80% emboli berasal dari jantung. Di atrium kiri, thrombus
terbentuk di area dengan aliran yang lambat ataupun stasis yang dapat terjadi pada kondisi
fibrilasi atrial (berkontribusi sekitar 80% dari seluruh kasus emboli kardiogenik), penyakit
katup mitral atau keduanya. Pada kasus jarang, tromboemboli atrial dapat berasal dari
mixoma di atrium kiri. Ventrikel kiri dapat menjadi sumber emboli pada kondisi pasca infark
miokard, aneurisme ventrikel, aritmia dan gagal jantung kongestif yang progresif serta
kardiomiopati. Katup jantung juga dapat berperan pada proses terbentuknya thrombus seperti
katup jantung mekanik protesa atau pada endocarditis infektif.
Emboli paradoksikal merupakan emboli yang terjadi akibat proses thrombus yang
berasal dari vena melewati defek septum atrium, defek septum ventrikel atau patent foramen
ovale. Tromboemboli juga dapat terjadi pada kondisi tidak adanya penyakit atherosclerosis
atau penyakit jantung lainnya seperti kondisi hiperkoagulabilitas pada keganasan, white clot
syndrome yang berasosiasi dengan heparin-induced thrombocytopenia atau kompresi dinding
pembuluh darah.
Emboli arterial biasanya terjadi di lokasi bifurkasio dan lebih sering mengenai
ekstremitas bawah. Sekitar tiga perempat dari seluruh kasus terjadi di bifurkasio aorta dan
popliteal dan sisanya mengenai sirkulasi ekstremitas atas, cerebral dan visceral. Adanya
emboli pada bifurkasio arteri besar akan mengeksaserbasi iskemia lebih jauh dan mencegah
aliran arteri alternative melalui pembuluh darah kolateral.
Trombosis arteri akut paling sering terjadi pada pasien dengan peripheral artery
disease. Karena proses atherosclerosis berlangsung secara gradual, pembuluh darah kolateral
biasanya sudah berkembang pada pasien tersebut. Oleh karena itu thrombosis muncul lebih
perlahan dibandingkan emboli akut. Akan tetapi propagasi thrombus dapat menimbulkan
iskemia yang berat sehingga membutuhkan intervensi segera. Thrombosis arteri akut sering
terjadi pada kondisi low flow seperti gagal jantung kongestif, hipovolemia atau hipotensi.
Restorasi curah jantung sebaiknya ditatalaksana terlebih dahulu dan diikuti dengan intervensi
spesifik pada ekstremitas yang mengalami iskemia. Perbaikan hemodinamik juga membantu
mengidentifikasi pasien yang memiliki riwayat gejala iskemi yang diperburuk dengan gagal
jantung progresif, kondisi yang mirip dengan thrombosis akut. Penyebab lain seperti
aneurisma pembuluh darah popliteal, iliaka, aorta atau ekstremitas atas dapat berasosiasi
dengan thrombosis arteri akut, perluasan thrombus dan tromboembolisme.
Berikut adalah tabel etiologi terjadinya ALI
Penyebab oklusi arterial akut emboli atau thrombosis mungkin sulit ditentukan
berdasarkan gambaran klinis. Akan tetapi, dua etiologi tersebut memiliki implikasi terapi
yang berbeda. Menghilangkan emboli dari pembuluh arteri yang tidak ada proses
atherosclerosis sebelumnya akan mengembalikan aliran darah yang adekuat. Setelah
embolektomi, pemberian antikoagulan penting untuk menurunkan risiko rekurensi terjadinya
emboli. Sebaliknya, tromboembolektomi pada kasus thrombosis akut, tanpa adanya tindakan
definitive pada arteri yang mengalami atherosclerosis melalui intervensi endovascular atau
bypass grafting dan sering berujung pada retrombosis dan amputasi.
6.2 Patofisiologi
Adanya oklusi ini akan membuat kebutuhan metabolik jaringan tersebut tidak dapat terpenuhi
sehingga viabilitas ekstremitas tersebut akan terancam. Derajat kerusakan jaringan ditentukan
oleh durasi dan derajat iskemia serta sensitivitas jaringan terhadap iskemia. Secara umum,
jaringan sistem saraf pusat merupakan jaringan yang sangat sensitive terhadap iskemia dan
kerusakan irreversible dapat terjadi dalam hitungan menit. Jaringan otot skelet merupakan
jaringan yang lebih tahan terhadap iskemia, viabilitas jaringan ini dapat kembali seperti
semula walaupun iskemia terjadi dalam beberapa jam. Selain waktu dan sensitivitas jaringan,
adanya sirkulasi kolateral juga memiliki peran yang penting. Jika oklusi arteri terjadi terjadi
di daerah yang sudah ada lesi aterosklerosis, pembuluh darah kolateral muncul sebagai
mekanisme kompensasi tubuh sehingga meminimalisasi jumlah jaringan yang rentan
terhadap iskemia. Sebaliknya, pada ekstremitas tanpa adanya penyakit oklusif sebelumnya
akan memiliki sedikit pembuluh darah kolateral, sehingga akan menimbulkan iskemia yang
lebih berat setelah adanya oklusi akut.
Pada tingkat selular, iskemia terjadi ketika rasio aliran dengan kebutuhan oksigen di
bawah 2:1. Pada kondisi tersebut, aktivitas metabolik sebagian besar jaringan menjadi
tergantung pada aliran oksigen, dengan kata lain peningkatan ekstraksi oksigen tidak mampu
lagi mengkompensasi penurunan aliran oksigen. Walaupun reperfusi jaringan yang
mengalami iskemia diperlukan untuk viabilitas jaringan, hal ini dapat mengeksaserbasi
kerusakan jaringan yang disebut jejas reperfusi. Jejas reperfusi ini melibatkan mekanisme
yang kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Reactive oxygen species (ROS) yang
sangatlah reaktif ini menginisiasi kerusakan pada jejas reperfusi. ROS dihasilkan salah
satunya dari metabolit purin dan asam lemak bebas, produksi ROS ini difasilitasi oleh
menurunnnya pH jaringan dan tingginya tekanan oksigen. ROS selanjutnya akan berinteraksi
dengan komponen lipid membrane, protein dan asam nukleat. Dari sekian banyak
mekanisme, peroksidasi lipid merupakan proses terpenting dimana lipid peroksidan ini akan
bermigrasi ke permukaan sel, mengganggu fluiditas serta merusak integritas membrane sel.
Berikut ini adalah tabel mengenai patofisiologi iskemia dan jejas reperfusi
Pada tingkat mikrosirkulasi, edema seluler yang progresif akan menyebabkan
obstruksi kapiler dan memperparah kerusakan yang ditimbulkan iskemia. Fenomena ini
disebut no reflow phenomenon yang semakin memperlama periode iskemia. Selain itu,
plastisitas eritrosit yang buruk akibat deplesi ATP berkontribusi terhadap stasis kapiler
sehingga rentan terjadi thrombosis. Efek sistemik dari iskemia dan reperfusi dapat terjadi dari
gangguan elektrolit atau asam-basa hingga gangguan fungsi kardiopulmonal dan renal.
Abnormalitas mungkin ringan di tahap awal, tetapi oliguria, takipnea dan bahkan henti
jantung juga dapat terjadi sebagai manifestasi klinis awal. Ketika efek sistemik ini terjadi,
respon inflamasi akan sulit dikontrol dan dapat menyebabkan kegagalan organ multisistem
secara cepat.
6.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien dengan ALI bervariasi tergantung pada lokasi oklusi arteri.
Bergantung pada derajat beratnya iskemi, pasien dapat mengeluhkan adanya klaudikasio
ataupun nyeri saat istirahat. Nyeri dapat berlangsung dalam waktu singkat dan mengenai
ekstremitas sisi distal dari lokasi obstruksi. Iskemia yang terjadi selain menyebabkan nyeri,
juga menyebabkan gangguan saraf perifer dan menimbulkan hilangnya sensori dan disfungsi
motoric. Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan hilangnya pulsasi di lokasi distal oklusi,
permukaan kulit yang dingin, pucat, keterlambatan capillary refill time dan pengisian vena,
berkurang atau hilangnya persepsi sensorik dan kelemahan otot atau paralisis. Temuan
manifestasi klini ini sering disebut sebagai six p’s : pain, paresthesias, pallor, pulselessness,
poikilothermia dan paralysis.