Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

16
ALAT PEMBUKTIAN DAN DALUWARSA

description

DALUWARSA

Transcript of Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

Page 1: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

ALAT PEMBUKTIAN

DAN DALUWARSA

Page 2: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

PENGERTIAN ALAT BUKTI

Pasal 1865 B.W. bahwa barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa-peristiwa itu; sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwa-peristiwa pembantahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa-peristiwa itu. Peraturan tentang alat-alat bukti, termasuk dalam bagian yang pertama, yang dapat juga dimasukkan dalam kitab undang-undang tentang hukum perdata materil.

Page 3: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

CONTOH jika seorang menggugat seorang lain supaya

orang ini dihukum menyerahkan sebidang tanah, karena benda ini termasuk harta peninggalan ayahnya, tetapi pendirian ini disangkal pleh tergugat, maka orang yang menggugat itu diwajibkan membuktikan bahwa ia adalah ahliwaris dari ayahnya yang sudah meninggal dan tanah tersebut memang benar kepunyaan ayahnya. Jika ia telah berhasil membuktikan hal-hal tersebut dan pihak tergugat masih juga membantah haknya karena ia telah membeli tanah tersebut secara sah, maka tergugat itu diwajibkan membuktikan adanya jual beli itu.

Page 4: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

JENIS-JENIS PEMBUKTIAN

Menurut undang-undang, ada 5 macam alat pembuktian :

1. Surat-surat2. Kesaksian3. Persangkaan4. Pengakuan5. Sumpah

Page 5: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

SURAT-SURAT

Menurut undang-undang, surat-surat dapat dibagi dalam surat-surat akta dan surat lainnya. Surat akta ialah suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk membuktikan sesuatu hal atau peristiwa, karenanya suatu akta harus selalu ditandatangan.

Surat akta dibagi atas:1. surat akta resmi (authentiek) 2. Surat akta di bawah tangan

(onderhands)

Page 6: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

SURAT AKTA RESMI (AUTHENTIEK) Suatu akta yang dibuat oleh atau

dihadapan seorang pejabat umum yang menurut undang-undang ditugaskan untuk membuat surat-surat akta tersebut. Pejabat umum yang dimaksud ialah notaris, hakim, jurusita pada suatu pengadilan, Pegawai Pencacatan Sipil (Ambtenaar Burgerlijke Stand) dan sebagainya.

Page 7: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

LANJUTANJika suatu akte mengandung keterangan-

keterangan dari dua pihak yang menghadap di depan seorang notaris, sehingga notaris ini sebenarnya hanya menetapkan saja apa yang diterangkan oleh orang-orang yang menghadap itu sendiri, maka akte itu dinamakan “partij-akte” misalnya dua orang mengadakan suatu perjanjian di depan notaris. Jika suatu akte mengandung suatu pemberitaan atau proses verbal tentang suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang notaris atau seorang jurusita, maka akte itu dinamakan “prosesverbal akte” Misalnya, jika seorang notaris atau jurusita membuat suatu akte tentang suatu lelang atau penyitaan harta benda.

Page 8: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

SURAT AKTA DI BAWAH TANGAN (ONDERHANDS) ialah tiap akta yang tidak dibuat oleh atau dengan

perantaraan seorang pejabat umum. Misalnya, surat perjanjian jualbeli atau sewa-menyewa yang dibuat sendiri dan ditanda tangani sendiri oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian itu.

Surat akta di bawah tangan yang berisikan suatu pengakuan berhutang karena telah menerima pinjaman sejumlah uang tunai harus seluruhnya ditulis sendiri dengan tangan si penanda tangan atau setidak-tidaknya di bawahnya ada tertulis dengan tangannya sendiri suatu persetujuan mengenai jumlah uang tersebut, yang ditulis dengan huruf.

Berbagai tulisan-tulisan lain artinya tulisan yang bukan akta, seperti surat, faktur, catatan yang dibuat oleh suatu pihak dari sebagainya, yang kekuatan pembuktiannya diserahkan pada pertimbangan hakim, hakim leluasa untuk mempercayai atau tidak mempercayai kebenarannya.

Page 9: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

KESAKSIAN

Kesaksian merupakan cara pembuktian yang terpenting dalam suatu perkara yang sedang diperiksa di depan hakim. Suatu kesaksian, harus mengenai peristiwa-peristiwa yang dilihat dengan mata sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi. Jadi saksi itu tidak boleh hanya mendengar saja tentang adanya peristiwa dari orang lain. Selanjutnya tidak boleh pula keterangan saksi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya sendiri dari peristiwa yang dilihat atau dialaminya, karena hakimlah yang berhak menarik kesimpulan itu.

Page 10: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

PERSANGKAAN

Ialah suatu kesimpulan yang diambil dari suatu peristiwa yang sudah terang dan nyata. Dari peristiwa yang terang dan nyata ini ditarik kesimpulan bahwa suatu peristiwa lain yang harus dibuktikan juga telah terjadi.

Dalam persangkaan ada 2 macam persangkaan:1. persangkaan yang ditetapkan oleh undang-undang

sendiri.(wattelijk vermoeden)Suatu pembebasan dari kewajiban membuktikan sesuatu hal untuk keuntungan salah satu pihak beperkara.

2. persangkaan yang ditetapkan oleh hakim (rechtelijk vermoeden)Terdapat dalam pemeriksaan suatu perkara di mana untuk pembuktian suatu peristiwa tidak bisa didapatkan saksi-saksi yang dengan mata kepala sendiri telah melihat peristiwa itu.

Page 11: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

PENGAKUAN

Menurut undang-undang, suatu pengakuan yang dilakukan di depan hakim, merupakan suatu pembuktian yang sempurna tentang kebenaran hal atau peristiwa yang diakui. Ini berarti, hakim terpaksa menerima dan menganggap, suatu peristiwa yang telah diakui memang benar-benar telah terjadi, meskipun sebetulnya ia sendiri tidak percaya bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi.

Page 12: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

SUMPAH Menurut undang-undang ada 2 macam sumpah

yaitu:1. sumpah yang menentukan (decissoire eed)

adalah sumpah yang diperintahkan oleh salah satu pihak yang beperkara kepada pihak lawannya dengan maksud untuk mengakhiri perkara yang sedang diperiksa oleh hakim.

2. sumpah tambahan adalah suatu sumpah yang diperintahkan oleh hakim pada salah satu pihak yang beperkara, apabila hakim itu berpendapat bahwa di dalam suatu perkara sudah terdapat suatu “permulaan pembuktian”, yang perlu ditambah dengan penyumpahan, karena dipandang kurang memuaskan untuk menjatuhkan putusan atas dasar bukti-bukti yang terdapat itu.

Page 13: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

LEWAT WAKTU (DALUWARSA ATAU VERJARING)Sebagaimana telah diterangkan dalam

bagian hukum tentang kebendaan, seorang bezitter yang jujur atas suatu benda yang tak bergerak (dengan mana dipersamakan benda yang tertulis atas nama) lama kelamaan dapat memperoleh hak milik atas benda tersebut. Apabila ia dapat menunjukan suatu title yang sah, maka dengan lewat waktu dua puluh tahun lamanya sejak ia mulai menguasai benda tersebut, ia menjadi pemilik yang sah dari benda tersebut

Page 14: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

Terhadap benda yang bergerak berlaku pasal 1977 BW. Yang menetapkan, bahwa bezit berlaku sebagai suatu title yang sempurna, dengan itu dimaksudkan bahwa siapa saja yang dengan jujur memperoleh suatu barang bergerak dari seorang bezitter, seketika itu juga memperoleh hak milik atas barang itu. Hal ini dimaksud dengan lewat waktu sebagai cara untuk memperoleh hak milik atas suatu benda (acquaisitieve verjaring)

Page 15: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

Ada juga suatu akibat dari lewatnya waktu, yaitu seorang dapat dibebaskan dari suatu penagihan atau tuntutan hukum (extinctieve verjaring). Oleh undang-undang ditetapkan bahwa dengan lewatnya waktu 30 tahun, setiap orang dibebaskan dari semua penagihan atau tuntutan hukum. Ini berarti, bila seseorang digugat untuk membayar suatu hutang yang sudah lebih dari 30 tahun lamanya, ia dapat menolak gugatan itu dengan hanya mengajukan bahwa ia selama 30 tahun belum pernah menerima tuntutan atau gugatan itu.

Page 16: Alat Pembuktian Dan Daluwarsa

Dari daluwarsa yang diterangkan, harus diperbedakan pelepasan hak(rechtverwerking) yaitu hilangnya sesuatu hak bukan karena lewatnya waktu, tetapi karena sikap atau tindakan seseorang yang menunjukan bahwa ia sudah tidak akan mempergunakan suatu hak.

Adakalanya undang-undang memberikan hak hanya untuk suatu waktu tertentu. Apabila tidak dipergunakan dalam jangka waktu tersebut, gugurlah hak tersebut. Dalam hukum, jangka waktu seperti itu dinamakan “decheance” (vervaltermijn). Perbedaannya dengan “verjaring”, bahwa vervaltermijn pasti dan tidak dapat dicegah. Lagi pula daluwarsa itu harus dikemukakan oleh salah satu pihak, sedangkan decheance harus diindahkan oleh hakim meskipun tidak diminta.