Akuntansi Manajemen

17
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN MAKALAH ANALISIS STRATEGI PENILAIAN KINERJA PADA PERUSAHAAN ENAGER INDUSTRIES INC Diajukan oleh: AGUS TUBELS NAINGGOLAN NPM: 144060006321 Mahasiswa Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Untuk memenuhi sebagian dari Syarat- syarat Guna Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Akuntansi Manajemen Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2015

description

Kasus Enager

Transcript of Akuntansi Manajemen

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    TANGERANG SELATAN

    MAKALAH

    ANALISIS STRATEGI PENILAIAN KINERJA PADA PERUSAHAAN

    ENAGER INDUSTRIES INC

    Diajukan oleh:

    AGUS TUBELS NAINGGOLAN

    NPM: 144060006321

    Mahasiswa Program Diploma IV Keuangan

    Spesialisasi Akuntansi

    Untuk memenuhi sebagian dari Syarat- syarat

    Guna Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

    Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

    Tahun 2015

  • ii

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATANGERANG SELATAN

    PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH

    NAMA : AGUS TUBELS

    NPM : 144060006321

    BIDANG MAKALAH : AKUNTANSI MANAJEMEN

    JUDUL MAKALAH : ANALISIS STRATEGI PENILAIAN KINERJA PADA

    PERUSAHAAN ENAGER INDUSTRIES INC

    Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya makalah ini adalah hasil tulisan

    saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin

    atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Bila terbukti saya

    melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus dan dicabut gelar

    yang telah diberikan.

    Tangerang Selatan, 2 Maret 2015

    Yang Memberi Pernyataan,

    Agus Tubels

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................................................................... iPERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH ....................................................................iiDAFTAR ISI ...............................................................................................................iiiBAB I .......................................................................................................................... 1DATA DAN FAKTA..................................................................................................... 1

    A. Ringkasan Kasus .......................................................................................... 1B. Isu-isu Kunci.................................................................................................. 3C. Pertanyaan Kunci.......................................................................................... 3

    BAB II ......................................................................................................................... 4TEORI YANG RELEVAN ........................................................................................... 4

    A. Teori yang Relevan ....................................................................................... 4BAB III ........................................................................................................................ 6ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................................................. 6

    A. Analisis dan Pembahasan Data .................................................................... 6BAB IV...................................................................................................................... 13KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 13

    A. Kesimpulan ................................................................................................. 13B. Saran .......................................................................................................... 13

  • 1BAB I

    DATA DAN FAKTA

    A. Ringkasan Kasus

    Enager Industries, Inc merupakan Perusahaan dengan 3 divisi yaitu: Consumer Products, Industrial Products,

    dan Professional Services. Enager Industries, Inc adalah perusahaan yang tergolong masih baru, namun

    mengalami peningkatan pesat dari tahun 1992 ke tahun 1993 dengan peningkatan penjualan sebesar $10.482.

    Divisi consumer Products, merupakan divisi yang paling tua dengan job description mendesain, merakit, dan

    memasarkan lini perabotan rumah tangga khususnya yang digunakan di dapur. Divisi industrial Products

    merupakan divisi yang membuat sejenis alat mesin sesuai permintaan spesifikasi pembeli yang biasanya

    menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Divisi Industrial Products merupakan tipe divisi

    job shop dimana pembeli me-request kebutuhan mereka pada divisi Industrial Products. Sedangkan divisi

    Professional Services merupakan divisi yang paling baru diantara 3 divisi tersebut yang diperoleh melalui proses

    akuisisi terhadap firma besar yang mennyajikan jasa land planning, arsitektur lanskap, arsitektur struktur, dan

    jasa konsultansi. Divisi ini berkembang dengan sangat cepat karena kapabilitasnya yang berdampak secara

    langsung terhadap lingkungan, yang secara hukum disyaratkan pada proyek pengembang properti. Perbedaan

    nature aktivitas membuat ketiganya berdiri secara independen dimana hanya ada beberapa manajer korporasi

    dan staff yang pekerjaannya mengkoordinasi aktivitas masing- masing ketiga divisi tersebut. Namun terdapat

    ketentuan dimana untuk setiap proyek baru yang membutuh investasi lebih $1.500.000 harus direviu terlebih

    dahulu oleh Direktur keuangan, Henry Hubbard.

    Suatu kali, Sarah McNeil, Manajer pengembangan produk dari divisi Consumer Products menawarkan

    sebuah proposal investasi yang akan menguntungkan perusahaan namun ditolak oleh Henry Hubbard.

    Penolakan itu diuraikan melalui data berikut:

    1.Projected asset

    investment

    Cash $ 150.000asumsi penjualan 100.000 unit dengan kapasitas

    tahunan 120.000 unit

    Account Receivable 450.000

    Inventories 900.000

    Plant and Equipment 1.500.000 termasuk penyusutan garis lurus untuk aset baru

    Total 3.000.000

    2. Cost Data:

    Variable cost per unit $ 9Differential Fixed Cost

    (per year) 510.000

  • 23. Price/ Market Estimates (per year):

    Unit Price Unit Sales Break EvenVolume$18 100.000 56.667 units21 75.000 42.50024 60.000 34.000

    Penilaian Kinerja

    Sebelum tahun 1992 setiap divisi merupakan profit center dengan anggaran profit tahunan divisi

    dinegosiasikan antara presiden dan General Manager. Carl Randall, Presiden Enager Industries Inc, telah

    memutuskan untuk menetapkan setiap divisi sebagai investment center sehingga dapat mengatikan antara

    profit dan aset yang diperlukan untuk mendapatkan profit tersebut.

    Sejak tahun 1992, setiap divisi dinilai berdasarkan Return On Assets (ROA) yang merupakan net income

    dibandingkan total aset. Net income untuk divisi dihitung dengan menggunakan Direct Income before taxes,

    setelah mengalokasikan corporate administrative expenses kepada masing-masing divisi. Meskipun Hubbard

    menyadari bahwa terdapat metode lain untuk menilai pendapatan divisi, namun hubbard dan presiden enager,

    Carl Randall, sepakat memilih metode ini karena jumlah bagian masing- masing divisi sama dengan perusahaan

    keseluruhan.

    Total aset enager merupakan pembagian dari ketiga divisi. Karena setiap divisi beroperasi

    menggunakan fasilitas yang berbeda, lebih mudah untuk mengatribusikan sebagian besar aset termasuk piutang

    pada masing- masing divisi. Aset korporasi termasuk akun kas yang tersentral, dialokasi pada setiap divisi dengan

    dasar pendapatan. Semua fixed aset dicatat pada balance sheet dimana harga perolehan dikurangkan akumulasi

    depresiasi yang menggunakan garis lurus. Jadi, total aset divisi sama dengan jumlah yang terdapat pada balance

    sheet ($226.257 pada 31 Des 1993).

    Pada 1991, Enager memilki ROA sebesar 5,2 . Menurut Hubbard, hal ini berkaitan dengan gross return

    sebesar 9,3%. Dia menyatakan gross return sama dengan EBIT dibagikan aset. Hubbard merasa bahwa

    perusahaan seperti Enager harusnya memiliki gross ROA sebesar 12%, khususya ketika diberikan rate bunga

    korporasi yang harus dibayar karena perolehan baru-baru ini. Dia, menginstruksikan setiap manajer divisi untuk

    memperoleh gross return sebesar 12% pada 1992 dan 1993. Dengan tujuan untuk meningkatkan level ini,

    Hubbard memutuskan untuk mensyaratkan proposal investasi dengan return paling rendah 15% baru akan

    disetujui.

    Hasil 1992-1993

    Hubbard dan Randall merasa puas dengan hasil tahun 1992. Tahun itu menjadi saat yang berat bagi

    pesaing Enager. Enager harus meningkatkan Return on Assets-nya dari 5,2% menjadi 5,7%, dan gross return-nya

    dari 9,3% menjadi 9,5%.

    Pada akhir tahun 1992, presiden memberikan tekanan pada general manajer dari Industrial Products

    Division untuk memperbaiki Return on Investment-nya. Manajer divisi mengatakan bahwa divisinya dapat

  • 3meningkatkan return jika memiliki mesin- mesin tua seperti Consumer Division. Presiden merespon bahwa tidak

    melihat kaitan mengapa return dari aset lama bisa lebih tinggi daripada aset baru hanya karena aset lama biaya

    nya lebih rendah.

    Pada tahun 1993, hasilnya mengejutkan dan mengecewakan Carl Randall. ROA jatuh dari 5,7% menjadi

    5,4%, dan gross return turun dari 9,5% ke 9,4%. Pada saat yang sama return on sales (net income dibagi sales)

    meningkat dari 5,1% menjadi 5,5%, dan return on owners equity juga meningkat dari 9,1% menjadi 9,2%. Divisi

    Profesional Services meningkat 12% dari gross retun target. Divisi Consumer products gross ROA-nya 10,8%.

    Sedangkan divisi Industrial products returnnya hanya 6,9%.

    B. Isu-isu Kunci

    Isu-isu kunci yang menjadi concern pada kasus Enager Industries, Inc adalah:

    1. Tactical Decision Making

    2. Performance Evaluation

    3. Desentralisasi

    4. Activity based by management (ABM)

    5. Balance Scorecard

    C. Pertanyaan Kunci

    Berdasarkan ringkasan kasus diatas maka dapat ditarik pertanyaan kunci yaitu:

    1. Bagaimana pertimbangan yang dilakukan oleh Hubbard dalam memutuskan menerima atau menolak

    proposal investasi?

    2. Bagaimana proses penilaian kinerja pada masing-masing divisi dan enager Industries, Inc?

    3. Bagaimana langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh Enager agar dapat memperbaiki

    perusahaannya dengan menggunakan balance scorecard?

  • 4BAB II

    TEORI YANG RELEVAN

    A. Teori yang Relevan

    Teori yang berkaitan dengan Enager Industries, Inc adalah sebagai berikut:

    1. Tactical Decision Making

    2. Performance Evaluation

    3. Desentralisasi

    4. Activity based by management (ABM)

    5. Balance Scorecard

    Adapun teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Tactical Decision Making

    Tactical decision making merupakan pemilihan dari berbagai keputusan taktis untuk menentukan

    keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Model pengambilan keputusan taktis dapat

    dijabarkan sebagai berikut:Kenali dan definisikan masalah

    Identifikasi alternatif

    Eliminasi lalternatif yang tidak layak

    Klasifikasikan biaya dan manfaat tidakrelevan

    Eliminasi biaya dan manfaat tidak relevan

    Hitung total biaya dari setiap alternatif

    Nilai faktor-faktor kualitatif

    Pilih alternatif dengan manfaat terbesar

  • 52. Performance Evaluation

    Performance evaluation merupakan langkah-langkah penilaian kinerja terhadap suatu

    perusahaan atau instansi pemerintah. Adapun dalam melakukan penilaian akan terdapat

    perbandingan baik secara time series maupun antar divisi atau perusahaan. Fungsi performance

    evaluation adalah memberikan informasi sebaik atau seburuk apa kinerja perusahaan jika

    dibandingkan tahun sebelumnya maupun perusahaan lain. Isu sentral mengenai bagaimana kita

    mengevaluasi adalah sebagai berikut:

    a. Obyek pengukuran yang jelas: sehingga kita tahu apa yang harus dicapai

    b. Strategi yang jelas: menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan penilaian

    c. Indikator yang dapat diukur secara jelas: sehingga kita dapat memantau perkembangannya

    d. Evaluasi terhadap hasil: untuk akuntabilitas dan sarana pembelajaran

    Adapun alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi adalah seperti:

    a. Return on Assets (ROA)

    b. Return on Investment (ROI)

    c. Laba Residual

    d. Economic Value Added (EVA)

    3. Desentralisasi

    Desentralisasi merupakan pemberian wewenang dan hak dari perusahaan induk kepada

    perusahaan anak atau subsidiaries-nya untuk mengambil keputusan-keputusan operasional.

    Biasanya perusahaan anak tetap dibebani dengan target kinerja tertentu untuk menilai sebaik atau

    seburuk apa pengelolaan operasional perusahaan dalam rentang waktu tertentu.

    4. Activity based by management (ABM)

    ABM merupakan langkah diambil oleh manajemen dengan berfokus pada aktivitas dengan tujuan

    memperbaiki nilai bagi pelanggan dan meningkatkan profitabilitas yang kokoh. ABM memiliki

    sudut pandang biaya dan proses. Ukuran kinerja aktivitas mencakup: efisiensi, kualitas, dan waktu.

    5. Balance Scorecard (BSC)

    Balance scorecard adalah sistem manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi

    pertanggungjawaban berdasarkan strategi. BSC menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam

    tujuan operasional dan ukuran kinerja dalam 4 perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

  • 6BAB III

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Analisis dan Pembahasan Data

    Berdasarkan pertanyaan kunci yang diuraikan pada bab I, maka hal-hal yang perlu untuk dianalisis adalah

    sebagai berikut:

    1. Pertimbangan yang dilakukan oleh Hubbard dalam memutuskan menerima atau menolak suatu

    proposal investasi

    2. Proses penilaian kinerja yang saat ini diterapkan pada Enager Industries, Inc dan subsidiaries-nya

    3. Langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan Enager Industries, Inc dengan menggunakan balance

    scorecard

    Adapun analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Analisis Keputusan Hubbard menolak proposal Investasi Sarah

    Berdasarkan soal maka dapat disimpulkan kesenjanganan antara harapan dan realisasi adalah sebagai

    berikut:

    No Uraian Ketentuan/Sebelumnya Proposal

    1 Return On Asset 15% 13%*

    2 Earning per share (EPS) 10 cents 15 cents

    *ROA proposal= EBIT/projected asset investment= 390.000/3.000.000= 13%

    **Asumsi EBIT=Net Income karena tidak terdapat tarif pajak yang ditentukan atas profit perusahaan

    Permasalahan pertama, berdasarkan data diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Hubbard

    melakukan kesalahan tactical decision making dimana kontribusi EPS yang dihasilkan dari proposal yang diajukan

    oleh Sarah lebih besar yaitu 15 cents/share daripada EPS pada tahun 1993 yang hanya berkontribusi sebesar 10

    cents/share. Adapun rumus EPS adalah sebagai berikut:

    EPS= Net Earnings/Outstanding shares

    Oleh karena itu, dengan asumsi jumlah outstanding shares sama maka proposal yang diajukan oleh

    Sarah sebenarnya memiliki nilai Net Earnings yang lebih baik dibandingkan opsi menolak proposal tersebut

    dimana ternyata hasilnya EPS pada 1993 hanya sebesar 10 cents/ share. Hubbard melakukan kesalahan karena

    menolak proposal Investasi yang diajukan oleh Sarah McNeil. Seharusnya Enager Industries, Inc dapat

    memperoleh tambahan earnings dari proposal investasi tersebut.

    Permasalahan kedua, apabila dianalisis alasan Hubbard membuat persyaratan ROA minimal proposal

    15% sedangkan gross return-nya adalah 12% sehingga muncul deviasi sebesar 3% adalah untuk menseleksi lebih

    ketat proposal-proposal investasi. Apalagi melihat deviasi antara gross return dan ROA pada tahun 1991 yang

    besarnya adalah 9,3% dan 5,2%. Selain itu apabila dihitung dengan menggunakan laba residual maka diperoleh

    informasi bahwa proyek yang ditawarkan Sarah tidak menguntungkan dengan rincian sebagai berikut:

  • 7Laba residual = Laba operasi - ( Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi)= 390.000 - (15% x 3.000.000)= (60.000)

    Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Hubbard melakukan kesalahan

    dalam menetapkan batas minimal ROA bagi proposal investasi yang diajukan oleh divisi-divisi. Secara bruto,

    Hubbard mensyaratkan target gross return Enager Industries, Inc adalah 12%. Namun, untuk persyaratan ROA

    proposal investasi yang disetujui adalah sebesar 15%. Deviasi antara target gross return dan ROA menyebabkan

    adanya proposal yang menguntungkan dengan ROA antara 12% dan 15% namun ditolak. Hal ini dapat disebut

    sebagai fenomena dead weight loss (DWL) dimana terjadi kerugian yang dialami tidak hanya Enager secara

    keseluruhan namun juga divisi sebagai subsidiary.

    Permasalahan ketiga, penerapan ROA sebagai tool tactical decision making dalam menerima atau

    menolak proposal investasi terkadang dapat memunculkan distorsi informasi. ROA merupakan perbandingan

    antara EBIT dan total aset divisi. Padahal untuk melaksanakan suatu proposal investasi belum tentu

    menggunakan seluruh aktiva. Lebih tepat apabila perhitungan yang digunakan adalah ROI (Return on

    Investment). ROI merupakan perbandingan antara laba operasi dan aset operasi rata-rata. Dapat dituliskan

    sebagai berikut:

    ROI= Laba OperasiAset operasi rata-rata

    ROA= EBITTotal Aset

    Sehingga ketika melakukan tactical decision making dapat memprediksi secara tepat persentase

    kontribusi dari proyek tersebut berdasarkan aset yang digunakan. Selain itu, perlu digunakan laba residual atau

    Economic Value Added (EVA) sebagai tool untuk menganalisis pengembalian dolar minimum dari pelaksanaan

    suatu proyek sehingga ketika manajemen melakukan tactical decision making diperoleh informasi yang tepat.

    Berdasarkan ketiga permasalahan diatas saran yang dapat diberikan kepada Enager Industries, Inc

    adalah:

    a. mengubah persyaratan dalam menerima proposal investasi dengan menggunakan Return on Investment

    (ROI) dan persentasenya sama dengan gross return ROI sehingga dapat menghindari adanya dead weight

    loss (DWL)

    b. Setelah menurunkan ROI menjadi 12% kemudian menggunakan laba residual atau Economic Value Added

    (EVA) sebagai tool tambahan dalam menghitung return suatu proyek sehingga diketahui secara nominal

    berapa laba yang diperoleh perusahaan

    2. Analisis penilaian kinerja yang saat ini diterapkan pada Enager Industries, Inc

    Pada tahun 1992, terjadi perubahan pusat pertanggungjawaban pada subsidiaries Enager dari

    sebelumnya berupa profit center menjadi Investment center. Dampak dari perubahan pusat

  • 8pertanggungjawaban ini adalah adanya ukuran target kinerja baru yang ditetapkan oleh Hubbard terhadap

    seluruh subsidiaries sebagai berikut:

    No. Target Kinerja %

    1 ROA untuk seluruh divisi 15

    2 Gross return untuk Enager 12

    Permasalahan pertama adalah kurang tepatnya penentuan target kinerja sebesar 12% secara merata

    terhadap seluruh divisi. Padahal ketiga divisi memiliki perbedaan karakteristik core business. Apabila

    memperhatikan exhibit 4 diperoleh informasi bahwa Divisi professional services tidak menggunakan aset tetap

    dalam operasional. Padahal ukuran kinerja divisi adalah ROA yang menekankan pada penggunaan aset. Oleh

    karena itu, wajar saja apabila divisi professional services mencapai target dengan mudah karena income mereka

    diperoleh dengan penggunaan aset yang minim. Apabila dijabarkan dalam bentuk rumus ROA maka dapat dilihat

    bahwa dengan kecilnya penyebut ROA yaitu Total Aset maka akan mendorong semakin besarnya persentase

    ROA.

    Oleh karena itu, seharusnya hubbard mempelajari karakteristik masing- masing divisi melalui teknik

    pengumpulan data masing-masing divisi, kemudian menerapkan Activity based management (ABM) untuk

    mengidentifikasi aktivitas- aktivitas yang tidak bernilai tambah sehingga kemudian dapat menetapkan ukuran

    kinerja yang tepat dan sesuai dengan potensi yang dapat dicapai oleh masing- masing divisi. Langkah- langkah

    yang seharusnya dilakukan Hubbard adalah sebagai berikut:

    Dengan menerapkan langkah- langkah diatas maka akan meminimalisir terjadinya konflik antar divisi

    karena ukuran kinerja yang diberikan pada masing-masing divisi sesuai dengan potensi masing-masing divisi. Hal

    ini akan mengatasi masalah konflik antar divisi karena sudah adanya penerapan ukuran kinerja yang adil.

    Permasalahan kedua adalah kelemahan ROA sebagai ukuran kinerja divisi karena adanya kemungkinan

    eksploitasi aset-aset tua dengan carrying value yang kecil namun masih bermanfaat dalam meng-generate sales.

  • 9Berdasarkan soal diketahui bahwa terdapat kemungkinan divisi consumer products mengeksploitasi aset-aset

    tua untuk meningkatkan ROA-nya. Sebagaimana diketahui bahwa penyebut ROA adalah total aset tetap dengan

    nilai aset tetap diperhitungkan carrying value. Oleh karena itu, semakin kecil nilai total aset tetap maka akan

    semakin besar ROA divisi consumer products. Hal tersebut juga merupakan salah satu yang memicu

    kecemburuan divisi industrial products terhadap divisi consumer products. Oleh karena itu sebaiknya dalam

    memperhitungkan komponen total aset nilai yang diperhitungkan adalah historical value sehingga

    meningkatkan akurasi ROA sebagai ukuran kinerja.

    Berdasarkan analisis diatas, disarankan kepada Enager Industries, Inc agar:

    a. Melakukan activity base management untuk mengidentifikasi non value added activity dari masing-masing

    core business divisi

    b. Menetapkan ukuran kinerja baru yang sesuai dengan potensi masing-masing divisi

    c. Mengubah dasar penetapan total asset dari yang sebelumnya carrying value menjadi historical value

    3. Analisis Sistem Manajemen Enager dengan menggunakan Balance scorecard

    Menurut Hansen dan Mowen (2007,366), balance scorecard adalah sistem manajemen strategis yang

    mendefinisikan sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Berdasarkan soal dapat kita

    ketahui bahwa terjadi perubahan pusat pertanggungjawaban subsidiaries Enager Industries Inc dari sebelumnya

    profit center menjadi investment center. Oleh karena itu, apabila menggunakan 4 perspektif balance scorecard

    yaitu learning and growth, business process, customer, dan financial perspective dapat dideskripsikan langkah-

    langkah perbaikan yang dapat ditempuh oleh Enager dan subsidiaries-nya yaitu:

    Gambar 1 Ilustrasi Strategi Balance Scorecard divisi consumer products

    Pelatihankaryawan

    Desain inovatif Penurunandefect product

    PeningkatanPangsa Pasar

    PeningkatanKepuasan

    PeningkatanPenjualan

    PeningkatanLaba

    Learning and growth

    Business process

    Customer

    Financial

  • 10

    Berdasarkan ilustrasi strategi diatas, dapat dilihat bahwa perbaikan divisi consumer products dimulai

    dari pelatihan karyawan yang merupakan perspektif learning and growth. Terdapat dua dampak pelatihan

    karyawan yang secara langsung dapat mendorong perbaikan produk pada business process yaitu:

    a. Desain inovatif

    Keahlian karyawan yang meningkat mendorong inovasi dalam desain yang memberikan nilai artistik bagi

    produk

    b. Penurunan defect product

    Keahlian karyawan yang meningkat akan mendorong semakin baiknya output produk yaitu berupa semakin

    sedikitnya defect product

    Kedua perbaikan pada perspektif business process akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Kepuasan

    pelanggan akan meningkatkan pangsa pasar dimana pangsa pasar yang semakin besar akan meningkatkan

    penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba divisi consumer products.

    Selanjutnya adalah ilustrasi strategi balance scorecard Industrial Products yang dideskripsikan gambar

    berikut yaitu:

    Gambar 2 Ilustrasi strategi balance scorecard Industrial Products

    Berdasarkan ilustrasi strategi diatas, dapat dilihat bahwa perbaikan divisi industrial products dimulai

    dari pelatihan karyawan yang merupakan perspektif learning and growth. Terdapat dua dampak pelatihan

    karyawan yang secara langsung dapat mendorong perbaikan produk pada business process yaitu:

    Pelatihankaryawan

    Penguranganwaktu tunggu

    Penurunandefect product

    PeningkatanPangsa Pasar

    PeningkatanKepuasanPelanggan

    PeningkatanPenjualan

    PeningkatanLaba

    Learning and growth

    Business process

    Customer

    Financial

  • 11

    a. Pengurangan waktu tunggu

    Keahlian karyawan yang meningkat mendorong semakin pendeknya waktu yang dibutuhkan dalam

    menghasilkan produk

    b. Penurunan defect product

    Keahlian karyawan yang meningkat akan mendorong semakin baiknya output produk yaitu berupa semakin

    sedikitnya defect product

    Kedua perbaikan pada perspektif business process akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Kepuasan

    pelanggan akan meningkatkan pangsa pasar dimana pangsa pasar yang semakin besar akan meningkatkan

    penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba divisi industrial products.

    Selanjutnya adalah ilustrasi strategi balance scorecard divisi professional services yang dideskripsikan

    gambar berikut yaitu:

    Gambar 3 Ilustrasi Strategi Balance Scorecard divisi professional services

    Berdasarkan ilustrasi strategi diatas, dapat dilihat bahwa perbaikan divisi professional services dimulai

    dari pelatihan karyawan yang merupakan perspektif learning and growth. Dampak pelatihan karyawan yang

    secara langsung dapat mendorong perbaikan produk pada business process yaitu pengurangan waktu tunggu.

    Perbaikan pada perspektif business process akan berdampak pada kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan

    akan meningkatkan pangsa pasar dimana pangsa pasar yang semakin besar akan meningkatkan penjualan yang

    pada akhirnya meningkatkan laba divisi professional services.

    Pelatihankaryawan

    Penguranganwaktu tunggu

    PeningkatanPangsa Pasar

    PeningkatanKepuasanPelanggan

    PeningkatanPenjualan

    Peningkatan Laba

    Learning and growth

    Business process

    Customer

    Financial

  • 12

    Saran yang dapat diberikan kepada Enager Industries Inc adalah sebagai berikut:

    a. Menerapkan strategi balance scorecard secara tepat agar dapat meningkatkan laba perusahaan

    b. Melakukan continuous improvement terhadap proses bisnis pada masing-masing divisi sehingga dapat

    menemukan inovasi baru yang lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa.

  • 13

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Terdapat 3 masalah kunci yang diangkat dalam makalah ini yaitu:

    1. Pertimbangan yang dilakukan oleh Hubbard dalam memutuskan menerima atau menolak suatu

    proposal investasi

    2. Proses penilaian kinerja yang saat ini diterapkan pada Enager Industries, Inc dan subsidiaries-nya

    3. Langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan Enager Industries, Inc dengan menggunakan balance

    scorecard

    Adapun dari 3 masalah kunci diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

    1. Pertimbangan yang dilakukan oleh Hubbard dalam memutuskan menerima atau menolak suatu

    proposal investasi

    a. Hubbard melakukan kesalahan tactical decision making dimana kontribusi EPS yang dihasilkan dari

    proposal yang diajukan oleh Sarah lebih besar yaitu 15 cents/share daripada EPS pada tahun 1993

    yang hanya berkontribusi sebesar 10 cents/share.

    b. apabila dianalisis alasan Hubbard membuat persyaratan ROA minimal proposal 15% sedangkan

    gross return-nya adalah 12% sehingga muncul deviasi sebesar 3% adalah untuk menseleksi lebih

    ketat proposal-proposal investasi

    c. penerapan ROA sebagai tool tactical decision making dalam menerima atau menolak proposal

    investasi terkadang dapat memunculkan distorsi informasi

    2. Proses penilaian kinerja yang saat ini diterapkan pada Enager Industries, Inc dan subsidiaries-nya

    a. kurang tepatnya penentuan target kinerja sebesar 12% secara merata terhadap seluruh divisi.

    Padahal ketiga divisi memiliki perbedaan karakteristik core business.

    b. kelemahan ROA sebagai ukuran kinerja divisi karena adanya kemungkinan eksploitasi aset-aset tua

    dengan carrying value yang kecil namun masih bermanfaat dalam meng-generate sales.

    3. Belum diterapkannya Balance Scorecard sebagai salah satu usaha continuous improvement

    B. Saran

    Saran yang dapat diberikan kepada Enager Industries Inc adalah sebagai berikut:

    1. mengubah persyaratan dalam menerima proposal investasi dengan menggunakan Return on

    Investment (ROI) dan persentasenya sama dengan gross return ROI sehingga dapat menghindari adanya

    dead weight loss (DWL)

    2. Setelah menurunkan ROI menjadi 12% kemudian menggunakan laba residual atau Economic Value

    Added (EVA) sebagai tool tambahan dalam menghitung return suatu proyek sehingga diketahui secara

    nominal berapa laba yang diperoleh perusahaan

    3. Melakukan activity base management untuk mengidentifikasi non value added activity dari masing-

    masing core business divisi

  • 14

    4. Menetapkan ukuran kinerja baru yang sesuai dengan potensi masing-masing divisi

    5. Mengubah dasar penetapan total asset dari yang sebelumnya carrying value menjadi historical value

    6. Menerapkan strategi balance scorecard secara tepat agar dapat meningkatkan laba perusahaan

    7. Melakukan continuous improvement terhadap proses bisnis pada masing-masing divisi sehingga dapat

    menemukan inovasi baru yang lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa.