Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

57
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A. KETENTUAN UMUM (Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007) 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. 5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. 6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini. 8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. 9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak. 10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

description

 

Transcript of Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Page 1: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000

A. KETENTUAN UMUM (Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007)1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidakmendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negarabagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotongpajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baikyang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha miliknegara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga danbentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalamkegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidakberwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasadari luar daerah pabean.

5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BarangKena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkanUndang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajaksebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tandapengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibanperpajakannya.

7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untukmenghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangkawaktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.

8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajakmenggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa

Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page 2: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untukmelaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ataubukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan.

12. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun

Pajak atau Bagian Tahun Pajak.14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah

dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain kekas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

15. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan PajakKurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat KetetapanPajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlahkekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlahpajak yang masih harus dibayar.

17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yangmenentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan

18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukanjumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidakterutang dan tidak ada kredit pajak.

19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukanjumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besardaripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksiadministrasi berupa bunga dan/atau denda.

21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihanpajak.

22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri olehWajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat TagihanPajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar,ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak ataspenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi denganpengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yangterutang.

23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapatdikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajakatau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yangdikurangkan dari pajak yang terutang.

Page 3: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yangmempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yangtidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesionalberdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwasedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukanoleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untukmendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidanadi bidang perpajakan.

28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab ataspembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhikewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan.

29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untukmengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahanbarang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca,dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapanpengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaiantentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.

31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yangdilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang denganbukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi sertamenemukan tersangkanya.

32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan DirektoratJenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukanpenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkankesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuantertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalamsurat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, SuratKeputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, SuratKeputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan PenguranganKetetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan

Page 4: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan PemberianImbalan Bunga.

34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap suratketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketigayang diajukan oleh Wajib Pajak.

35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadapSurat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapatdiajukan gugatan.

37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonanpeninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur JenderalPajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.

38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah suratkeputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajakuntuk Wajib Pajak tertentu.

39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yangmenentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.

40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, ataudalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan,atau putusan disampaikan secara langsung.

41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, ataudalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atauputusan diterima secara langsung.

B. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

a. Fungsi NPWPSebagai tanda pengenal / identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dankewajiban perpajakan.

b. Format NPWPNPWP terdiri dari 15 digit, contoh:01 . 234 . 456 . 7 . 888 . 000

Kode Wajib Pajak

c. Siapa Yang Wajib NPWP1. Wajib Pajak Orang Pribadiü Yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas

Kode KPP

Kode Cabang

Page 5: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

ü Tidak menjalankan usaha / pekerjaan bebas tapi penghasilan sampaidengan suatu bulan lebih besar dari PTKP

ü Wanita Kawin Pisah Harta2. Wajib Pajak Badan3. Wajib Pajak Pemungut atau Pemotong

d. Pendaftaran NPWPBerdasarkan sistem self assessment semua Wajib Pajak harus mendaftarkan diripada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atautempat kedudukan Wajib Pajak untuk langsung dicatat sebagai Wajib Pajak dansekaligus mendapatkan NPWP.

e. Penghapusan NPWP dilakukan jika :1. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan.2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.3. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib

Pajak.4. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.5. Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangaan statusnya sebagai

bentuk usaha tetap.

Page 6: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMAPERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

A. UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILANUndang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan terakhir diubah denganUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 mengatur mengenai Pajak atas penghasilanyang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan.Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperolehnya dalam tahun pajak (Pasal 1).

B. Penghasilan dapat dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :1. Penghasilan dari pekerjaan, jasa dan kegiatan2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan3. Penghasilan dari modal, jasa dan sewa atau penggunaan harta4. Penghasilan lain-lain

C. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 2)Subjek Pajak Penghasilan terdiri dari Subjek Pajak Dalam Negeri (Orang pribadiyang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan) danSubjek Pajak Luar Negeri (Orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang meliputi :§ Orang Pribadi§ Warisan Yang Belum Terbagi§ Badan§ Bentuk Usaha Tetap

D. TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK PENGHASILAN (Pasal 3)§ Badan Perwakilan Negara Asing§ Pejabat-Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari

negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerjapada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warganegara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilanlain diluar jabatan atau pekerjaannya, serta negara yang bersangkutanmemberikan perlakuan timbal balik.

§ Organisasi Internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan, dengan syarat :1. Indonesia menjadi anggota tersebut.2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia.§ Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasioanal yang ditetapkan Menteri

Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankanusaha atau kegiatan atau pekerjan lain untuk memperoleh penghasilan dariIndonesia.

Page 7: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

E. PENGHASILAN YANG TERMASUK KEDALAM OBJEK PAJAKPENGHASILAN (Pasal 4 ayat 1)§ Gaji, Upah, Honorarium, Komisi, Bonus, Uang Pensiun§ Hadiah dari undian dan penghargaan§ Laba Usaha§ Keuntungan dari penjualan atau pengalihan harta§ Penerimaan kembali dari pembayaran pajak§ Bunga, Royalti, Sewa§ Deviden yang diterima wajib pajak pribadi, Firma dan CV§ Keuntungan karena pembebasan utang§ Selisih kurs mata uang asing§ Premi Asuransi

F. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK KEDALAM OBJEK PAJAKPENGHASILAN (Pasal 4 ayat 3)§ Bantuan / Sumbangan, Harta Hibahan§ Warisan yang sudah dibagikan§ Natura / Kenikmatan dalam bentuk fasilitas§ Penggantian dari perusahaan asuransi§ Deviden yang diterima PT sebagai WPDN, Koperasi, Yayasan, BUMN / BUMD

G. PENGHASILAN KENA PAJAK / PKP (Pasal 6)Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN), pada dasarnya terdapat 2 (dua) cara untukmenentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu :1. Cara biasa (Cara Pembukuan), yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-

biaya yang diperkenankan antara lain :§ Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.§ Biaya Penyusutan dan Amortisasi.§ Iuran kepada dana Pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri

Keuangan.§ Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta.§ Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.§ Natura di daerah tertentu.§ Biaya lain, seperti biaya perjalanan, biaya administrasi, biaya litbang yang

dilakukan di Indonesia, magang, dan pelatihan.2. Dengan Norma Penghasilan Neto

Besarnya porsentase norma ditentukan berdasarkan keputusan dirjen pajak, normaperhitungan penghasilan neto boleh digunakan wajib pajak yang peredaranbrutonya kurang dari Rp 1.800.000.000 setahun.

H. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK / PTKP (Pasal 7)Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurang penghasilan neto, yanghanya diberikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagai WPDN.Besarnya PTKP yang berlaku mulai tahun 2006 adalah :

Page 8: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

No. Jenis PTKP Setahun SebulanA Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 13.200.000 Rp 1.100.000B Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin Rp 1.200.000 Rp 100.000C Tambahan untuk istri yang penghasilannya

digabung dengan suamiRp 13.200.000 Rp 1.100.000

D Tambahan untuk setiap anggota keluargasedarah, semenda dalam garis keturunanlurus (vertikal), serta anak angkat yangmenjadi tanggungan sepenuhnya,paling banyak 3 (tiga) orang

Rp 1.200.000 Rp 100.000

Catatan :§ Dalam hal karyawati kawin (bekerja pada satu pemberi kerja), PTKP yang

dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri (asumsi suami memilikipenghasilan).

§ Dalam hal tidak kawin pengurang PTKP selain untuk dirinya ditambah dengan PTKPyang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu untuk setiap anggota sedarah, semendadalam garis keturunan lurus (vertikal) serta anak angkat yang menjadi tanggungansepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang yang masing-masing besarnya Rp 1.200.000setahun atau Rp 100.000 sebulan.

§ Bagi karyawati kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerahsetempat (serendah-rendahnya dari kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima ataumemperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar Rp 1.200.000 setahunatau Rp 100.000 sebulan, dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjaditanggungannya, paling banyak 3 (tiga) orang, masing-masing Rp 1.200.000 setahunatau Rp 100.000 sebulan.

§ Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awaltahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.

Contoh :1. Wajib Pajak yang bernama Nona Yeni (K/2), maka cara mendapatkan besarnya

PTKP (K/2) dalam setahun adalah :(K/2) (K) status Kawin dan (2) memliki 2 tanggunganPTKP : Wajib Pajak sendiri Rp 13.200.000 Status Kawin Rp 1.200.000

Tanggungan 2 orang Rp 2.400.000 + PTKP Rp 16.800.000

Untuk tanggungan sebesar Rp 2.400.000 di dapat dari hasil perkalian 2 orang(tanggungan) x Rp 1.200.000. Apabila tanggungan tersebut lebih dari 3 orangmaka yang diperhitungkan hanya 3 orang saja atau bisa kita simpulkan maksimaluntuk tanggungan adalah sebesar Rp 3.600.000.

2. Pada tanggal 1 Januari 2007 Wajib Pajak Tn. Firman berstatus kawin dengantanggungan satu orang anak (K/1), apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal1 Januari 2007, maka besarnya PTKP yang diberikan kepada Wajib Pajak Tn.Firman untuk tahun pajak 2007 tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1(satu) orang anak / tanggungan.

Page 9: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

I. TARIF PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILANDalam Penghitungan Pajak yang harus dipotong / dipungut digunakan tarif pajak :1. Tarif Progresif

Adalah Tarif pajak yang prosentasenya semakin besar apabila penghasilannyajuga semakin besar. Dasar pengenaan sesuai dengan Undang-undang PajakPenghasilan Nomor 17 Tahun 2000 (Pasal 17) yaitu dengan lapisan-lapisanpengenaan pajak penghasilan sebagai berikut :

a. Untuk Wajib Pajak Orang PribadiLapisan Pengenaan Pajak Tarif

Sampai dengan Rp 25.000.000 5%Diatas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000 10%Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000 15%Diatas Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000 25%Diatas Rp 200.000.000 35%

b. Untuk Wajib Pajak BadanLapisan Pengenaan Pajak Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000 10%Diatas Rp 50.000.000 s/d 100.000.000 15%Diatas Rp 100.000.000 30%

J. CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN1. Cara Biasa (Cara Pembukuan)

a. Untuk Wajib Pajak Orang PribadiPeredaran Usaha Rp XXXHarga Pokok Penjualan Rp XXX -Penghasilan Bruto Rp XXXBiaya yang diperkenankan Rp XXX -Penghasilan Neto Usaha Rp XXXPenghasilan Lain-lain Rp XXX +Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp XXXPenghasilan Netto Luar Negeri Rp XXX +Penghasilan Netto Rp XXXKompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp XXX -Penghasilan Netto setelah Kompensasi Rp XXXPTKP Rp XXX -PKP Rp XXX

PPh Terutang : PKP x Tarif Pasal 17

b. Untuk Wajib Pajak BadanPeredaran Usaha Rp XXXHarga Pokok Penjualan Rp XXX -Penghasilan Bruto Rp XXXBiaya yang diperkenankan Rp XXX -

Page 10: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Penghasilan Neto Usaha Rp XXXPenghasilan Lain-lain Rp XXX +Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp XXXPenghasilan Netto Luar Negeri Rp XXX +Penghasilan Netto Rp XXXKompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp XXX -PKP Rp XXX

PPh Terutang : PKP x Tarif Pasal 17

a. Untuk Perhitungan wajib Pajak Orang PribadiContohBapak Doni (K/2) seorang pengusaha ukiran di Jepara, data penjualan ukiran di tahun2007 menurut pembukuan yang dibuat adalah sebesar Rp 650.000.000, Harga PokokPenjualan sebesar Rp 300.000.000. Biaya-biaya untuk memproduksi ukiran meliputibiaya operasional Rp 15.000.000, biaya administrasi Rp 17.500.000. Pada tahun 2007Bapak Doni juga menerima penghasilan dari sewa mesin yang disewakannya sebesarRp 20.000.000. Hitunglah berapa besarnya pajak penghasilan yang terutang apabilamasih terdapat sisa kerugian tahun 2003 sebesar Rp 25.000.000 ?

Penghitungan dengan cara biasa / pembukuan :Peredaran Usaha Rp 650.000.000Harga Pokok Penjualan Rp 300.000.000 -Penghasilan Bruto Rp 350.000.000Biaya yang diperkenankan(Biaya Opr dan Adm) Rp 32.500.000 -

Penghasilan Neto Usaha Rp 317.500.000 Penghasilan Lain-lain Rp 20.000.000 + Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp 337.500.000 Penghasilan Netto Luar Negeri Rp 0 + Penghasilan Netto Rp 337.500.000 Kompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp 25.000.000 - Penghasilan Netto setelah Kompensasi Rp 312.500.000 PTKP Rp 16.800.000 - PKP Rp 295.700.000

Pajak Penghasilan Terhutang : 5 % x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 25% x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000 35% x Rp 95.700.000 = Rp 33.495.000 + Rp 69.745.000

Page 11: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

b. Untuk Perhitungan Wajib Pajak BadanPT. DITA KOMP adalah perusahaan yang bergerak pada jual beli sparepart komputer,berdasarkan pembukuan tahun 2007 diketahui data-data sebagai berikut :Penerimaan bruto sebesar Rp 4.500.000.000, persediaan per 1 Januari 2007 sebesarRp 1.000.000.000, pembelian selama tahun 2007 Rp 2.500.000.000 dan persediaan per31 Desember 2007 Rp 500.000.000, sedangkan biaya administrasi dan operasionalRp 450.000.000 dan masih terdapat sisa kerugian tahun 2003 Rp 125.000.000. Hitunglahberapa besarnya pajak penghasilan terutang yang harus dibayar ?

Penghitungan dengan cara biasa / pembukuan :Peredaran Usaha Rp 4.500.000.000Harga Pokok Penjualan Rp 3.000.000.000 -Penghasilan Bruto Rp 1.500.000.000Biaya yang diperkenankan(Biaya Opr dan Adm) Rp 450.000.000 -

Penghasilan Neto Usaha Rp 1.050.000.000 Penghasilan Lain-lain Rp 0 + Penghasilan Netto Dalam Negeri Rp 1.050.000.000 Penghasilan Netto Luar Negeri Rp 0 + Penghasilan Netto Rp 1.050.000.000 Kompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp 125.000.000 - PKP Rp 925.000.000

Pajak Penghasilan Terhutang : 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 30% x Rp 825.000.000 = Rp 247.500.000 + Rp 260.000.000

2. Dengan Cara Norma Perhitungan Penghasilan NettoContohDokter Sigit (K/3) yang bertempat tinggal di Jakarta, membuka praktek di rumahnya.Selain itu dia juga memiliki bisnis perdagangan komputer. Selama tahun 2007 diketahuipenghasilan bruto sebagai seorang dokter sebesar Rp 85.000.000 dan atas bisnispenjualan komputer sebesar Rp 55.000.000. Hitung Pajak Penghasilan yang terutang,dengan menggunakan norma perhitungan jika diketahui prosentase norma untuk dokter40% dan penjualan komputer 12,5%.Penghitungan dengan norma perhitungan penghasilan neto :Penghasilan Neto :§ Dari Dokter : 40 % x Rp 85.000.000 = Rp 34.000.000§ Penjualan Komputer : 12,5 % x Rp 55.000.000 = Rp 6.875.000 +

Jumlah Penghasilan Neto = Rp 40.875.000PTKP = Rp 18.000.000 -Penghasilan Kena Pajak = Rp 22.875.000Pajak Penghasilan Yang Terutang :

5 % x Rp 22.875.000 = Rp 1.143.750

Page 12: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. Pajak Penghasilan Pasal 21Adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yangdilakukan oleh wajib pajak orang pribadi, yaitu pajak atas penghasilan berupa gaji,upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungandengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal21 Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telahdiubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 tahun 2000.

B. PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21§ Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi atau badan, baik induk maupun cabang.§ Bendaharawan Pemerintah, termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat,

pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga lainnyadan Kedutaan Besar RI di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium,tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan denganpekerjaan.

§ Dana pensiun, Badan Penyelenggara JAMSOSTEK, serta badan-badan lain yangmembayar uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT).

§ Yayasan, Lembaga, Perhimpunan, Organisasi dalam segala bidang kegiatan.§ BUMN / BUMD, Perusahaan / badan pemberi imbalan kepada wajib pajak luar

negeri.

C. DIKECUALIKAN SEBAGAI PEMOTONG PAJAK (PPh Pasal 21)§ Badan perwakilan negara asing dengan asas timbal balik memberikan perlakuan

yang sama bagi perwakilan Indonesia di negara tersebut.§ Organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan sebagai contoh

IMF, ILO dan lain sebagainya.

D. WAJIB PAJAK PPh Pasal 21§ Pegawai, Karyawan Tetap, Komisaris, dan Pengurus§ Pegawai Lepas§ Penerima Pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau

memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu.§ Penerima Honorarium, yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh

imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan atau kegiatan yang dilakukannya;§ Komisi atau imbalan lainya, Uang saku, Beasiswa atau Hadiah§ Penerima Upah harian, mingguan, borongan, satuan.

Catatan :PPh Pasal 21 dipotong atas penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang PribadiDalam Negeri (WPDN), yaitu WNI dan WNA yang tinggal di Indonesia > 183 hari.Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (WPLN) dipotong PPhPasal 26.

Page 13: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

E. YANG TIDAK TERMAKSUD WAJIB PAJAK PPh Pasal 21§ Pejabat perwakilan diplomatik atau pejabat negara asing, Konsulat.§ Orang-orang yang diperbantukan kepada pejabat tersebut yang bekerja dan

bertempat tinggal bersama mereka.§ Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan keputusan Menteri Keuangan

dengan syarat :a) Bukan warga negara Indonesia.b) Tidak menerima / memperoleh penghasilan lain diluar jabatannya di

Indonesia.c) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

F. PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh Pasal 21 (Obyek PPh Pasal 21)1. Penghasilan teratur, terdiri dari :§ Gaji, Upah, Honorarium§ Uang Pensiun Bulanan§ Premi Asuransi Bulanan yang dibayarkan oleh pemberi kerja§ Tunjangan-tunjangan§ Hadiah, Beasiswa§ Uang lembur, uang sokongan, uang tunggu§ Penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan Tidak Teratur, terdiri dari :§ Bonus, diberikan dengan maksud untuk memotivasi kerja karyawan§ Gratifikasi, sejumlah uang yang diberikan kepada komisaris atas jasanya§ Tantiem, diberikan pada saat perusahaan mendapat laba§ Jasa Produksi§ Tunjangan Hari Raya, Tunjangan Cuti§ Premi Tahunan§ Penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak teratur.

3. Penerima upah terdiri dari :§ Upah Harian§ Upah Mingguan§ Upah Satuan§ Upah Borongan

4. Penghasilan yang bersifat Final, terdiri dari :§ Tenaga ahli seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan§ Pemain musik, MC, penyanyi, bintang film, pelukis, pemahat, crew film§ Olahragawan§ Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator, dll§ Agen iklan§ Peserta perlombaan§ Petugas dinas luar asuransi§ Petugas penjaja barang dagangan (sales)

Page 14: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

§ Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan bukan pegawai atau bukansebagai calon pegawai;

§ Distributor perusahaan MLM direct selling.

G. YANG TIDAK TERMAKSUD PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh Pasal21

1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali, penghasilan yangdipotong PPh Pasal 21 termaksud pula penerimaan dalam bentuk natura dankenikmatan lainnya dengan bentuk apapun yang diberikan oleh bukan WajibPajak;

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telahdisahkan Menteri Keuangan dan penyelenggara Taspen dan Jamsostek yangdibayar oleh pemberi kerja;

4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amilzakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

H. PENGURANG PENGHASILAN BRUTOUntuk menentukan berapa besarnya penghasilan netto pegawai tetap, makapenghasilan bruto dikurangai :1. Biaya Jabatan, yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, dengan jumlah

maksimum yang diperkenankan Rp 1.296.000 setahun atau Rp 108.000 sebulan.2. Iuran yang terkait dengan Gaji yang dibayar oleh pegawai kepada badan dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan badanpenyelenggara Tabungan Hari Tua (THT), atau Jaminan Hari Tua (JHT), yangdipersamakan dengan dana pensiun.

Catatan :Untuk menentukan besarnya penghasilan netto penerima pensiun, maka penghasilanbruto berupa uang pensiun dikurangi biaya pensiun yang besarnya 5% daripenghasilan bruto pensiun dengan jumlah maksimum Rp 432.000 setahun atau Rp36.000 sebulan.Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (PKP) dari seorang pegawai,maka penghasilan nettonya terlebih dahulu dikurangi dengan penghasilan tidak kenapajak (PTKP).

Contoh Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21

A. Pegawai / Karyawan Tetap Yang memperoleh Gaji / Upah Bulanan :Contoh Kasus 1Anggoro (K/2) bekerja pada PT. Kimia Jaya sejak tahun 2007. PT. Kimia Jaya setiapbulan membayar gaji untuk Anggoro sebesar Rp 2.000.000, tunjangan transpor dantunjangan makan masing-masing Rp 750.000 dan Rp 750.000. Premi asuransikecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja masing-masing sebesar Rp 50.000 dan Rp 30.000. PT. Kimia Jaya menanggung iuran THT

Page 15: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

setiap bulannya sebesar Rp 250.000 sedangkan Anggoro membayar Rp 125.000setiap bulannya. PT Kimia Jaya membayar iuran pensiun ke badan dana pensiun tiapbulannya sebesar Rp 200.000 sedangkan Anggoro membayar Rp 100.000 tiapbulannya. Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Anggorodi tahun 2007 tiap bulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang memperoleh gaji bulananPenghasilan gaji sebulan Rp 2.000.000Tunjangan makan Rp 750.000Tunjangan Transport Rp 750.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 50.000Premi Asuransi Kematian Rp 30.000 +Total Penghasilan Bruto Rp 3.580.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 3.580.000)(maksimal diperkenankan) Rp 108.000Iuran THT Rp 125.000Iuran Pensiun Rp 100.000 +Jumlah pengurang Rp 333.000 -Penghasilan neto sebulan Rp 3.247.000Penghasilan neto setahun Rp 38.964.000PTKP (K/2)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 2 = Rp 2.400.000 +

Rp 16.800.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 22.164.000

PPh Pasal 21 setahun : 5 % x Rp 22.168.000 = Rp 1.108.200PPh Pasal 21 sebulan : Rp 1.108.200 / 12 = Rp 92.350

Catatan :§ Untuk kasus seorang karyawan Indonesia (WPDN) yang memiliki kewajiban

subjektifnya sejak awal tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja padapertengahan tahun atau dalam tahun berjalan maka perhitungan PPh pasal 21 ataspenghasilannya tidak perlu disetahunkan, tetapi hanya dikalikan denganbanyaknya bulan bekerja dari karyawan yang bersangkutan.

§ Sementara untuk karyawan asing (WPLN) yang memiliki kewajiban subjektifnyasejak awal tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja pada pertengahan tahunatau dalam tahun berjalan maka atas penghasilannya tersebut harus disetahunkanterlebih dahulu.Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut ini !

Page 16: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Contoh kasus 2Tn Riadi (K/3) bekerja pada PT. Kimia Jaya pada bulan April 2007. PT. Kimia Jayasetiap bulan membayar gaji untuk Tn Riadi sebesar Rp 2.000.000, tunjangan transpordan tunjangan makan masing masing Rp 250.000 dan Rp 1.500.000. Premi asuransikecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja masing-masing sebesar Rp 45.000 dan Rp 30.000. Tn Riadi membayar iuran THT setiapbulannya sebesar Rp 100.000, dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 125.000 tiapbulannya. Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Tn Riaditiap bulannya?

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang mulai / berhenti padapertengahan tahunPenghasilan gaji sebulan Rp 2.000.000Tunjangan makan Rp 250.000Tunjangan Transport Rp 1.500.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 45.000Premi Asuransi Kematian Rp 30.000 +Total Penghasilan Bruto Rp 3.825.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 3.825.000)(maksimal diperkenankan) Rp 108.000Iuran THT Rp 125.000Iuran Pensiun Rp 100.000 +Jumlah pengurang Rp 333.000 -Penghasilan neto sebulan Rp 3.492.000Penghasilan neto setahun 9 x Rp 3.492.000 Rp 31.428.000PTKP (K/3)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 3 = Rp 3.600.000 +

Rp 18.000.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 13.428.000

PPh Pasal 21 selama 9 bulan : 5 % x Rp 13.428.000 = Rp 671.400PPh Pasal 21 sebulan : Rp 671.400 / 9 = Rp 74.600

Contoh Kasus 3Mr. Vince McMahon (K/3) adalah warga negara USA mulai bekerja di Indonesiatanggal 2 Mei 2007 pada PT. SUBARU, dan mendapat gaji sebulan Rp 2.000.000,tunjangan jabatan Rp 25.000 dan tunjangan keluarga Rp 100.000. Perusahaanmenanggung premi asuransi kecelakaan kerja dan premi kematian masing-masingsebesar Rp 10.000 dan Rp 12.000, sementara itu setiap bulan Mr. Vince membayariuran THT sebesar Rp 5 % dari gaji pokok dan iuran pensiun sebesar Rp 100.000.Berapakah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Mr. Vince di tahun 2007?

Page 17: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang menerima gaji bulanan bagi orangasing yang menjadi WPDN yang mulai / berhenti bekerja pada pertengahan tahunPenghasilan gaji sebulan Rp 2.000.000Tunjangan Jabatan Rp 25.000Tunjangan Keluarga Rp 100.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 10.000Premi Asuransi Kematian Rp 12.000 +Total Penghasilan Bruto Rp 2.147.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 2.147.000) Rp 107.350(maksimal diperkenankan Rp 108.000)Iuran THT Rp 100.000Iuran Pensiun Rp 100.000 +Jumlah pengurang Rp 307.350 -Penghasilan neto sebulan Rp 1.839.650Penghasilan neto setahun 12 x Rp 1.839.650 Rp 22.075.800PTKP (K/3)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 3 = Rp 3.600.000 +

Rp 18.000.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 4.075.800

PPh Pasal 21 selama setahun : 5 % x Rp 4.075.800 = Rp 203.790PPh Pasal 21 sebulan : Rp 203.790 / 12 = Rp 17.000

Catatan :Ada beberapa perusahaan yang menanggung PPh Pasal 21 dari penghasilankaryawannya dan ada yang memberikan tunjangan pajak. Perbedaannya adalah :§ Bila perusahaan memberikan tunjangan pajak, maka tunjangan pajak tersebut

merupakan penghasilan karyawan yang bersangkutan dan harus ditambahkankedalam penghasilan brutonya sebelum dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 ataspenghasilan karyawan tersebut.

§ Bila perusahaan menanggung PPh Pasal 21 dari karyawannya, maka PPh Pasal 21yang ditanggung perusahaan tersebut bukan merupakan penghasilan darikaryawan yang bersangkutan sehingga tidak ditambahkan kedalam penghasilanbruto karyawan tersebut. Dengan syarat bahwan PPh Pasal 21 karyawan yangditanggung perusahaan itu juga tidak boleh dianggap sebagai biaya bagiperusahaan.

Contoh Kasus 4Tn. Aziz masih bujangan bekerja pada PT. ABS dengan gaji perbulan sebesar Rp4.000.000, kepada Tn. Aziz diberikan tunjangan Pajak sebesar Rp 40.000 sebulan,Iuran pensiun yang dibayar Tn. Aziz perbulan sebesar Rp 100.000. Berapa PPh Pasal21 yang harus di tanggung Tn. Aziz?

Page 18: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang memperoleh gaji bulanan dantunjangan PajakPenghasilan gaji sebulan Rp 4.000.000Tunjangan Pajak Rp 40.000 +Total Penghasilan Bruto Rp 4.040.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 4.040.000)(maksimal diperkenankan) Rp 108.000Iuran Pensiun Rp 100.000 +

Rp 208.000 -Penghasilan neto sebulan Rp 3.832.000Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.832.000 Rp 45.984.000PTKP (Bujangan)§ Wajib Pajak Rp 13.200.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 32.784.000PPh Pasal 21 selama setahun :5 % x 25.000.000 = Rp 1.250.00010 % x 7.784.000 = Rp 778.400 + Rp 2.028.400

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 2.208.400 / 12 = Rp169.000Selisih pajak terutang dengan tunjangan pajak sebesar Rp 129.000 (Rp 169.000 – Rp40.000), ditanggung oleh pegawai tersebut dengan dipotongkan dari penghasilannyaperbulan.

Contoh Kasus 5Tn. Reza (K/3) bekerja pada PT. ABS dengan gaji perbulan sebesar Rp 4.000.000,pajak penghasilan ditanggung oleh pemberi kerja. Iuran pensiun yang dibayar TnReza perbulan sebesar Rp 100.000. Berapa PPh Pasal 21 yang harus di tanggung TnReza?Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan PPh Pasal 21-nya ditanggung pemberikerjaPenghasilan gaji sebulan Rp 4.000.000Total Penghasilan Bruto Rp 4.000.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 4.000.000)(maksimal diperkenankan) Rp 108.000Iuran Pensiun Rp 100.000 +Jumlah pengurang Rp 208.000 -Penghasilan neto sebulan Rp 3.792.000Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.792.000 Rp 45.504.000PTKP (K/3)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 3 = Rp 3.600.000 +

Rp 18.000.000 -

Page 19: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Penghasilan Kena Pajak Rp 27.504.000

PPh Pasal 21 selama setahun :5 % x 25.000.000 = Rp 1.250.00010 % x 2.504.000 = Rp 250.400 + Rp 1.500.400

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 1.500.400 / 12 = Rp125.000PPh Pasal 21 sebesar Rp 125.000 ini bukan merupakan penghasilan bagi pegawai(Tn. Reza) sehingga tidak boleh mengurangi penghasilan dari pemberi kerja.

B. Pegawai / Karyawan Yang memperoleh Gaji / Upah Bulanan dan mendapatBonus

Perhitungan Pajak penghasilan atas bonus, gratifikasi, THR dan pemberian lain yangbersifat tidak tetap dan biasanya diberikan sekali dalam setahun dapat dilihat padacontoh kasus dibawah ini :

Contoh Kasus 6Bapak Mickael (K/3) memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 1.000.000 dan mendapattunjangan jabatan serta tunjangan keluarga masing-masing Rp 250.000 dan 250.000.Premi asuransi dan premi kecelakaan kerja dibayarkan oleh pemberi kerja masing-masing Rp 350.000 dan Rp 150.000. Setiap bulan Bapak Mickael harusmembayar iuran THT dan iuran pensiun masing-masing sebesar Rp 10.000 dan Rp40.000. Pada bulan Juli ia mendapat bonus sebesar Rp 10.000.000. Berapa besarnyapajak yang terutang atas gaji dan bonus yang diterima Bapak Mickael?

Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang memperoleh Gaji dan Bonusa. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus

Penghasilan gaji sebulan Rp 1.000.000Tunjangan Jabatan Rp 250.000Tunjangan Keluarga Rp 250.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 350.000Premi Asuransi Kematian Rp 150.000 +Penghasilan Bruto Sebulan Rp 2.000.000Penghasilan Bruto Setahun Rp 24.000.000Bonus Rp 10.000.000+Penghasilan Bruto Gaji dan Bonus Rp 34.000.000

Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 34.000.000)(maksimal diperkenankan) Rp 1.296.000Iuran THT (12 x 10.000) Rp 120.000Iuran Pensiun (12 x 40.000) Rp 480.000 +Jumlah pengurang Rp 1.896.000Penghasilan neto setahun Rp 32.104.000

Page 20: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PTKP (K/3)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 3 = Rp 3.600.000 +

Rp 18.000.000Penghasilan Kena Pajak Rp 14.104.000

PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji dan Bonus :5 % x 14.104.000 = Rp 705.200

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas GajiPenghasilan gaji sebulan Rp 1.000.000Tunjangan Jabatan Rp 250.000Tunjangan Keluarga Rp 250.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 350.000Premi Asuransi Kematian Rp 150.000 +Penghasilan Bruto Sebulan Rp 2.000.000Penghasilan Bruto Setahun Rp 24.000.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 24.000.000) Rp 1.200.000(maksimal diperkenankan Rp 1.296.000)Iuran THT (12 x 10.000) Rp 120.000Iuran Pensiun (12 x 40.000) Rp 480.000 +Jumlah pengurang Rp 1.800.000-Penghasilan neto setahun Rp 22.200.000PTKP (K/3) Rp 18.000.000-Penghasilan Kena Pajak Rp 4.200.000

PPh Pasal 21 yang terutang atas Gaji:5 % x 4.200.000 =Rp 210.000

c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Bonus PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus = Rp 705.200 PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp 210.000 - PPh Pasal 21 atas Bonus = Rp 495.200

Page 21: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Pegawai yang menerima Gaji / Upah Bulanan dan Pensiun

§ Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari pensiun tetap dikenakan pajakpenghasilan atas uang pensiun yang diterimanya.

§ Untuk menentukan penghasilan kena pajak maka penghasilan bruto hanyadikurangi dengan Biaya Pensiun sebesar 5 % dari penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp 36.000 sebulan atau Rp 432.000 setahun serta dikurangidengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Contoh Kasus 7Tn. Niko (K/3) bekerja pada perusahaan tekstil di Jakarta dengan gaji sebulan sebesarRp 3.000.000, tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan masing-masing sebesar Rp30.000 dan Rp 100.000. Perusahaan membayarkan premi asuransi kematian danpremi kecelakaan kerja yang masing-masing besarnya Rp 20.000 dan Rp 25.000, Tn.Niko sendiri setiap bulannya membayar iuran THT dan iuran Pensiun sebesar Rp10.000 dan Rp 15.000. Pada tanggal 1 September 2007 ia pensiun dan menerima uangpensiun setiap bulannya sebesar Rp 1.800.000. Berapakah PPh Pasal 21 terutangatas gaji dan pensiun yang diterimanya?

Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Gaji dan Pensiun dari Badan DanaPensiun

a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 8 bulan (tahun 2007)Penghasilan gaji sebulan Rp 3.000.000Tunjangan Jabatan Rp 100.000Tunjangan Keluarga Rp 30.000Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 25.000Premi Asuransi Kematian Rp 20.000 +Total Penghasilan Bruto Gaji Rp 3.175.000Pengurang :Biaya Jabatan (5% x Rp 3.175.000)(maksimal diperkenankan) Rp 108.000Iuran THT Rp 10.000Iuran Pensiun Rp 15.000 +Jumlah pengurang Rp 133.000 -Penghasilan neto Gaji sebulan Rp 3.042.000Penghasilan neto Gaji 8 Bulan 8 x Rp 3.042.000 Rp 24.336.000PTKP (K/3)§ Wajib Pajak = Rp 13.200.000§ Status Kawin = Rp 1.200.000§ Tanggungan 3 = Rp 3.600.000 +

Rp 18.000.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 6.336.000PPh Pasal 21 atas gaji 8 bulan:5 % x 6.336.000 = Rp 316.800

Page 22: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 8 bulan dan Pensiun 4 bulanPenghasilan Pensiun sebulan Rp 1.800.000Pengurang :Biaya Pensiun (5 % x Rp 1.800.000)Maksimal diperkenankan Rp 36.000 -Penghasilan neto pensiun sebulan Rp 1.764.000Penghasilan neto pensiun 4 bulan Rp 7.056.000Penghasilan neto Gaji 8 bulan Rp 24.336.000+Penghasilan neto Gaji dan Pensiun Rp 31.392.000PTKP (K/3) Rp 18.000.000-Penghasilan Kena Pajak Rp 13.392.000

PPh Pasal 21 atas Gaji dan Pensiun :5 % x Rp 13.392.000 = Rp 669.600

c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas PensiunPPh Pasal 21 atas Gaji dan Pensiun = Rp 669.600PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp 316.800 -PPh Pasal 21 atas Pensiun = Rp 352.800

d. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pensiuan bulanan mulaiJanuari 2008Penghasilan Pensiun sebulan Rp 1.800.000Pengurang :Biaya Pensiun (5 % x Rp 1.800.000)Maksimal diperkenankan Rp 36.000 -Penghasilan neto pensiun sebulan Rp 1.764.000Penghasilan neto pensiun setahun Rp 21.168.000PTKP (K/3) Rp 18.000.000-Penghasilan Kena Pajak Rp 3.168.000

PPh Pasal 21 terutang selama setahun5 % x 3.168.000 = Rp 158.400PPh Pasal 21 terutang selama sebulanRp 158.400 / 12 = Rp 13.200

D. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga AhliPemotongan Pajak Penghasilan atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaantenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli, antara lain :* Pengacara * Notaris* Akuntan * Penilai* Arsitek * Aktuaris* Dokter * Konsultan

Page 23: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

* Tenaga ahli lain pemberi jasa profesiSebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif sebesar 15 %(lima belas persen) dari perkiraan penghasilan neto dari masing-masing tenaga ahlidengan menggunakan norma perhitungan sebesar 50% untuk semua jenis pekerjaantenaga ahli.

Contoh kasus 8PT. Cita Rasa membayar honorarium kepada Akuntan Publik Choirul, Ak, BAPsebesar Rp 45.000.000 sebagai imbalan atas jasa pembukuan dan penyusunanlaporan keuangan perusahaan, maka berapakah besarnya pajak penghasilan yangharus dipotong oleh perusahaan atas imbalan yang diberikan?

Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahliJenis Tenaga Ahli : Akuntan PublikPenghasilan yang diterima : Rp 45.000.000Pajak yang dikenakan atas Akuntan tersebut :15 % x 50 % x 45.000.000 = Rp 3.375.000

E. Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa uang tebusan Pensiun danUang Pesangon§ Pegawai / karyawan yang berhenti pada saatnya (pensiun) atau berhenti (dengan

hormat) dapat diberikan uang tebusan pensiun / pesangon yang dibayarkansekaligus sebagai pengganti gaji atau upah yang diterima dimasa-masaberikutnya.

§ Atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar olehdana pensiun yang disahkan oleh Menteri Keuangan dan tunjangan hari tuadipotong pajak penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut :

Penghasilan Bruto TarifSampai dengan Rp 25.000.000 Dikecualikan dari pemotonganDiatas Rp 25.000.000 s/d Rp 50.000.000 5%Diatas Rp 50.000.000 s/d Rp 100.000.000 10%Diatas Rp 100.000.000 s/d Rp 200.000.000 15%Diatas Rp 200.000.000 25%

Contoh Kasus 9Anton bekerja pada PT. ACER selama 15 tahun. Pada bulan Agustus ia berhentibekerja dan mendapat uang pesangon Rp 100.000.000. Hitunglah berapa besarnyapajak yang dipotong atas pesangon tersebut!

Perhitungan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pesangon / tebusan pensiunPenghasilan bruto Rp 100.000.000Dikecualikan dari pemotongan Rp 25.000.000 -Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 75.000.000PPh Pasal 21 terhutang5 % x 25.000.000 Rp 1.250.000

Page 24: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

10 % x 50.000.000 Rp 5.000.000 + Rp 6.250.000

Catatan§ Apabila uang pesangon dibayarkan dalam dua tahap, pertama dibayarkan sebagai

uang muka dan kedua dibayarkan setelah karyawan sudah benar-benar tidakbekerja lagi, maka penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pesangon adalah dengancara mengenakan tarif final sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Keputusan MenteriKeuangan diatas, setelah dikurangi jumlah yang dikecualikan dari pemotonganpajak sebesar Rp 25.000.000. Sedangkan atas pembayaran tahap kedua atausisanya dikenakan PPh Final langsung tanpa mengulangi pengurangan yangdikecualikan sebesar Rp 25.000.000 dengan tarif yang merupakan kelanjutan dariperhitungan PPh Final tahap pertama sesuai dengan Keputusan MenteriKeuangan.

Page 25: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

A. Pengertian PPh Pasal 22Pajak yang dipungut atas penyerahan barang / jasa, impor dan bidang usaha lain.

B. Pemungut PPh Pasal 221. Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah (Pusat dan daerah) BUMN &

BUMD yang melakukan pembayaran atas pembelian barang dan dananya berasaldari belanja negara dan / atau daerah.

Mekanisme Pemungutan :• PPh Pasal 22 disetor oleh pemungut menggunakan SSP atas nama Wajib

Pajak yang dipungut (penjual).• PPh Pasal 22 tersebut harus disetor oleh pemungut pada hari yang sama saat

pembayaran dengan menggunakan SSP atas nama Wajib Pajak yangdipungut (penjual). Pemungut juga wajib melaporkan atas seluruhpemungutan yang dilakukan paling lambat 14 hari sejak masa pajak berakhir.

2. Bank devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai atas barang impor. Subjek PPh Pasal 22 Impor :

Setiap Wajib Pajak yang melakukan impor, kecuali yang mendapat fasilitaspembebasan (memperoleh surat keterangan bebas).

Tarif PPh Pasal 22 Impor :• Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% dari Nilai

Impor.

• Yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% dari Nilai Impor.

• Yang tidak dikuasai 7,5% dari Harga Jual Lelang.

PPh Pasal 22 = 1,5 % x Harga Pembelian

PPh Pasal 22 = 2,5 % x Nilai Impor

PPh Pasal 22 = 7,5 % x Nilai Impor

PPh Pasal 22 = 7,5 % x Harga Jual Lelang

Page 26: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Catatan :Nilai Impor:Nilai Impor adalah : Nilai yang berupa uang yang menjadi dasar penghitunganBea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambahkan dengan BeaMasuk dan Pungutan Lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturanperundang–undangan pabean bidang Impor.Untuk menghitung Nilai Impor digunakan Kurs berdasarkan Keputusan MenteriKeuangan.

Tidak Dikenakan PPh Pasal 22:• Impor barang / penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan

peraturan perundang – undangan tidak terutang pajak penghasilan.• Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak Pertambahan

Nilai, yaitu terdiri dari (dilaksanakan oleh DJBC), contoh : Barangperwakilan negara asing dan pejabatnya yang bertugas di Indonesiaberdasarkan asas timbal balik.

• Impor sementara yang semata–mata untuk diekspor kembali (dilaksanakanoleh DJB).

• Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000 dan tidakmerupakan pembayaran yang terpecah–pecah (tanpa SKB).

• Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum /PDAM dan benda–benda pos (tanpa SKB).

Saat Terutangnya Pajak :• Pajak penghasilan Pasal 22 atas impor barang terutang dan dilunasi

bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk : dalam hal pembayaran BeaMasuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan Pasal 22 terutangdan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuaan Impor Barang(PIB).

• Dirjen Bea dan Cukai akan menghitung dan menetapkan PPh Pasal 22 atasimpor yang dilakukan oleh importir, kecuali bagi yang mendapatkan fasilitaspembebasan.

• Atas perhitungan tersebut importir membayar PPh Pasal 22 ke BankPersepsi. SSP yang diterima merupakan Kredit Pajak diakhir Tahun Pajak.

• Mulai tahun 2003 setoran Pajak dan Bea Cukai bisa dijadikan satu(digabung) dengan menggunakan SSPBC (Surat Setoran Pajak dan BeaCukai).

3. Badan Usaha Lainnya Atas Penyerahan Produk–Produk Tertentu :• Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri Semen, Rokok,

Industri Kertas, Industri Baja, dan Industri Otomotif, yang ditunjuk olehKepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalamnegeri.

Page 27: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

• Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahanbakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasilproduksinya.

• Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, ataspembeliaan bahan– bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka daripedagang pengumpul.

Tarif PPh Pasal 22

No Transaksi / Objek Besarnya Pungutan Pemungut / Penyetor Sf

1Penjualan barang kepadapemerintah yang dibayardengan APBN /APBD

1.50 % x Harga JualBendaharawan Pem,Ditjen Anggaran,BUMN / BIMD

TF

2 Impor dengan API / Non API 2.5% / 7.5% x Nilai Impor Bank Devisa, DJBC TF

3 Penjualan Kertas di DalamNegeri oleh industri Kertas 0.10 % x DPP PPN Industri Kertas TF

4 Penjualan Semen di DalamNegeri oleh industri Semen 0.25 % x DPP PPN Industri Semen TF

5 Penjualan Baja di DalamNegeri oleh industri Baja 0.30 % x DPP PPN Industri Baja TF

6

Penjualan Otomotif olehindustri otomotif termasukATPM, APM importirkendaraan umum dalam negeri

0.45 % x DPP PPN

Industri Otomotiftermasuk ATPM,APM importirkendaraan umum

TF

7 Penjualan Rokok di DalamNegeri oleh industri Rokok 0.15 x Harga Banderol Industri Rokok F

8

Penjualan Premium, SolarPremix, Super TT olehPertamina kepada SPBUSwasta / Pertamina

0.30 % / 0.25 % xPenjualan

Pertamina

F

9 Penjualan Minyak Tanah / GasLPG, Pelumas 0.30 % x Penjualan Pertamina F

10

Penjualan Barang kepada BI,BPPN, BULOG, TELKOM,PLN, PT Garuda Indonesia, PTIndosat, PT Krakatau Steel,Pertamina, dan Bank BUMNyang dibayar dengan APBNmaupun non-APBN.

1.5 % x Harga Jual

BI, BPPN, BULOG ,TELKOM, PLN, PTGaruda Indonesia, PTIndosat, PT KrakatauSteel, Pertamina, danBank BUMN

TF

11

Pembelian bahan–bahan untukkebutuhan industri / ekspor daripedagang pengumpul olehindustri & eksportir yangbergerak dalam sektor

1.5% x Harga Beli

Industri Eksportiryang bergerak dalamsektor perhutanan,perkebunan,pertanian dan

TF

Page 28: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

perhutanan, perkebunan,pertanian dan perikanan.

perikanan yangditunjuk KPP

Contoh Perhitungan

A. PPh Pasal 22 Bea CukaiSeorang importir pada awal tahun 2007 memasukkan barang ke wilayah pabeanIndonesia dengan Cost sebesar US$ 80,000. Biaya angkut dari luar negeri kepelabuhan tujuan sebesar US$ 5,000 dan premi asuransi perjalanan yang dibayardari luar negeri ke pelabuhan tujuan sebesar US$ 1,000. Bea Masuk yangdibebankan sebesar Rp 34.200.000 dan pungutan pabean lain yang rsemi sebesar Rp16.000.000, kurs yang berlaku saat terjadinya import adalah US$ 1.00 = Rp 10.000.Hitunglah Pajak penghasilan Pasal 22 Bea Cukai, dalam kondisi baik importirmemiliki API/APIS/APIT dan jika importir belum memiliki API/APIS/APIT ?

Perhitungan PPh Pasal 22 Bea CukaiKurs yang berlaku =Rp 10.000Harga import US$ 80,000 x Rp 10.000 = Rp 800.000.000Biaya Angkut US$ 5,000 x Rp 10.000 = Rp 50.000.000Biaya Asuransi US$ 1,000 x Rp 10.000 = Rp 10.000.000Bea Masuk = Rp 34.200.000Pungutan Pabean dan lain-lain = Rp 16.000.000 +Nilai Import = Rp 910.200.000

Pajak Penghasilan Pasal 22 Bea Cukai bila importir memiliki API/APIS/APIT :• 2.5 % x 910.200.000 = Rp 22.755.000Pajak Penghasilan Pasal 22 Bea Cukai bila importir tidak memiliki API/APIS/APIT :• 7.5 % x 910.200.000 = Rp 68.265.000

B. PPh Pasal 22 yang dipungut oleh BendaharawanContoh Kasus 1 :Sebuah perusahaan melakukan penyerahan barang kena pajak kepada suatu instasipemerintah seharga Rp 990.000.000 yang pembayarannya melalui Kantorpembendaharaan negara. Berapakah Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan yangharus dipotong bila :

1. Harga barang tidak termasuk PPN dan PPnBM.2. Harga barang termasuk PPN (10%) tapi bukan Barang Mewah.3. Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM (20%).

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendaharawan1. Harga barang tidak termasuk PPN dan PPnBM

Page 29: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Harga barang yang diserahkan Rp 990.000.000Pajak Penghasilan pasal 221.5 % x Rp 990.000.000 Rp 14.850.000 -Jumlah uang yang diterima Rp 975.150.000

2. Harga barang termasuk PPN (10%) tapi bukan Barang MewahHarga barang termasuk PPN (10%) Rp 990.000.000PPN (10%)=Rp 990.000.000 x 10/110 Rp 90.000.000 -Harga barang tidak termasuk PPN Rp 900.000.000Pajak Penghasilan pasal 221.5 % x Rp 900.000.000 Rp 13.500.000 -Jumlah uang yang diterima Rp 886.500.000

3. Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM (20%)Harga barang termasuk PPN (10%) dan PPnBM(20%) Rp 990.000.000PPN (10%)=Rp 990.000.000 x 10/130 Rp 76.153.000PPnBM (20%) = Rp 990.000.000 x 20/130 Rp 152.307.000 -Harga barang tidak termasuk PPN dan PPnBM Rp 761.540.000Pajak Penghasilan pasal 221.5 % x Rp 761.540.000 Rp 11.423.100 -Jumlah uang yang diterima Rp 750.116.900

Contoh Kasus 2 :Nn. Adel menerima pembayaran atas penjualan meja tulis seharga Rp 750.000 kePemda DKI. Berapakah PPh Pasal 22 yang dipotong atas penjualan tersebut ?Jawab :Atas transaksi penerimaan pembayaran penjualan penjualan meja tulis sebesar Rp750.000 ke pemda DKI tidak terutang PPh Pasal 22, disebabkan berdasarkan KMKNomor 254/KMK.03/2001 atas pembayaran dari penyerahan barang (bukanmerupakan jumlah yang dipecah-pecah) meliputi jumlah kurang dari Rp 1.000.000dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22.

Page 30: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

A. Pajak Penghasilan Pasal 24Adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan wajib pajak di luarnegeri.§ Pajak yang dibayar di luar negeri atas penghasilan luar negeri yang diperoleh

wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutangdalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeritersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutangberdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk itu harus dicari batas maksimumkredit pajak luar negeri (KPLN).

.B. Batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) diambil yang terendah dari

ketiga unsur berikut1. Jumlah Pajak yang dibayar / terutang di luar negeri2. Penghasilan Luar Negeri x PPh Terutangà yang biasa digunakan

Penghasila Kena Pajak3. Jumlah PPh terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak, dalam hal

penghasilan kena pajaknya lebih kecil dari penghasilan luar negerinya.Catatan1. Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata

dikembalikan maka jumlah pajak yang terutang menurut undang-undang ini harusditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.

2. Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara maka jumlahmaksimum KPLN dihitung untuk masing-masing negara.

3. Untuk kerugian yang diderita di luar negeri tidak diperhitungkan dalammenghitung penghasilan kena pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun-tahun berikutnya dapat dikompensasikan dengan kerugiaan tersebut.

4. Dalam hal pajak dibayarkan di luar negeri lebih besar dari kredit pajak yangdiperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat :§ Diminta Kembali§ Di Kompensasikan§ Sebagai Pengurang Penghasilan.

C. Cara mencari pajak penghasilan pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalamnegeri1. Cari Penghasilan Kena Pajak (PKP) à PKP = PNDN(Penghasilan Netto Dalam

Negeri) + PNLN (Penghasilan Netto Luar Negeri)Catatan :§ Jika DN (Dalam Negeri) rugi diperhitungkan sebagai pengurang dalam

menghitung PKP§ Jika LN (Luar Negeri) rugi tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam

menghitung PKP (diabaikan)

Page 31: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

2. Cari Pajak Penghasilan Terutang (PPh Terutang) Dari Penghasilan Kena Pajak(PKP)

3. Cari Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (%Pjk yang dikenakan di LuarNegeri x Besarnya penghasilan di Luar Negeri)

4. Cari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :KPLN = Penghasilan Luar Negeri x PPh terutang

Penghasilan Kena Pajak5. Bandingkan antara Pajak yang telah dibayar di Luar Negeri (poin 3) dengan kredit

Pajak Luar Negeri (poin 4), lalu pilih yang terendah.6. Jumlahkan poin 5 untuk mencari besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan.

Catatan : Jika PKP < PNLN dicari sampai langkah ke dua.

Contoh KasusPT. Seventeen yang berlokasi di Jakarta, selama tahun 2006 memperoleh penghasilanbaik dari usahanya dari dalam negeri ataupun beberapa cabangnya yang berada di luarnegeri. Penghasilan Netto dari dalam negeri Rp 150.000.000.000 sedangkan usahanya diluar negeri, seperti Jepang memperoleh penghasilan Rp 300.000.000 dan di Koreamemperoleh penghasilan Rp 400.000.000 sedangkan di China mengalami rugi Rp100.000.000. Pajak yang telah dibayar diluar negeri sebesar 25% untuk Jepang, 30%untuk Korea dan 20% untuk China. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untukdikreditkan dengan pajak penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri?

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri.1. Mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP) :

Penghasilan Neto Dalan Negeri Rp 150.000.000Penghasilan Neto Luar Negeri• Jepang Rp 300.000.000• Korea Rp 400.000.000Jumlah Penghasilan Neto Luar Negeri Rp 700.000.000 +Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 850.000.000

2. Mencari Pajak Penghasilan Terutang dari jumlah PKP Sebesar Rp 850.000.000 :10% X 50.000.000 = Rp 5.000.00015% X 50.000.000 = Rp 7.500.00030% X 750.000.000 = Rp 225.000.000 +

Rp 237.500.000

3. Mencari Pajak Yang Telah Dibayar Atas Penghasilan Di Luar Negeri :• Jepang : 25% x 300.000.000 = Rp 75.000.000• Korea : 30% x 400.000.000 = Rp 120.000.000

4. Mencari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :• KPLN Jepang : 300.000.000 / 850.000.000 x 237.500.000 = Rp 83.823.500• KPLN Korea : 400.000.000 / 850.000.000 x 237.500.000 = Rp 111.764.700

Page 32: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

5. PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Jepang sebesar :Rp 75.000.000 (Pilih yang terendah)PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan di Korea sebesar :Rp 111.764.700 (Pilih yang terendah)

6. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri :Rp 75.000.000 + Rp 111.764.700 = Rp 186.764.700

Page 33: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

A. Pengertian PPh Pasal 23Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari deviden, bunga, royalty, sewadan penghasilan lain atas penggunaan harta dan imbalan jasa teknik /manajemen danjasa lainnya.

B. Subjek PPh Pasal 23• Wajib Pajak Dalam Negeri atau Warga Negara Asing yang berada di Indonesia

lebih dari 6 bulan atau lebih dari 183 hari.

C. Pemotong PPh Pasal 23• Badan Pemerintah• BUMN / BUMD• Badan Hukum Lainya (PT, Fa, Yayasan, Koperasi, Perhimpunan Kongsi

(Perhimpunan Kerja Sama), BUT / Badan Usaha Tetap, dll)• Perseroan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak.

D. Objek PPh Pasal 23• Deviden yang diterima oleh orang pribadi, Yayasan, CV, Firma dan Kongsi.• Bunga : Premium, Diskonto, Imbalan sehubungan dengan pengembalian hutang• Sewa Atas Penggunaan Harta dalam PPh Pasal 4 ayat 2• Royalti (Imbalan berupa royalty hak atas harta berwujud, hak atas harta tidak

berwujud dan informasi yang belum diungkapkan secara umum)• Hadiah / Penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21• Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi, sepanjang jumlahnya melebihi

Rp. 144.000,- setiap bulannya.• Imbalan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Kontruksi, dan jasa lainnya selain

yang telah dipotong PPh Pasal 21.

E. Tidak Dipotong PPh Pasal 23• Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada Bank, berdasarkan PP No.51 Thn

1994• Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan

hak opsi, hal ini didasarkan atas UU PPh Pasal 23 ayat 4 huruf b.• Deviden yang diterima oleh : Perseroan terbatas WPDNü Koperasiü Yayasanü Organisasi sejenis

Page 34: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

• Bunga obligasi yang diterima / diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 tahunpertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha (UU PPh Pasal 4ayat 3 huruf j)

• Bagian yang diterima / diperoleh perseroan komanditer yang modalnya tidakterbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi.

• Sisa Hasil Usaha Koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya,yang bunganya kurang dari Rp. 240.000 / bulan. Berdasarkan KMK No.522/KMK.04/1998

• Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan KeputusanMenteri Keuangan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

F. Tarif PPh Pasal 23

Tarif 15% x jumlah bruto atas :1. Deviden, termasuk deviden dari Perusahaan Asuransi kepada pemegang polis dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi2. Bunga selain bunga tabungan, termasuk premium, diskonto dan imbalan karena

jaminan pengembalian hutang3. Royalti4. Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh 215. Tarif bunga tabungan sebesar 20%, dengan syarat : tabungan / deposito harus

melebihi Rp. 7.500.000,-

Tarif 15% x Perkiraan Penghasilan Netto

Perkiraan Penghasilan Netto atas Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungandengan Penggunaan Harta (Pajak Penghasilan Bersifat Tidak Final)

No. Jenis PenghasilanPerkiraan

PenghasilanNeto

1

Sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta khusus kendaraan angkutan darat untukjangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjiantertulis ataupun tidak tertulis.

10% dariJumlah bruto

tidak termasukPPN

2

Sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta selain kendaraan angkutan darat untukjangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjiantertulis ataupun tidak tertulis, kecuali sewa danpenghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah danatau bangunan yang telah dikenakan Pajak Penghasilanyang bersifat final.

30% dariJumlah bruto

tidak termasukPPN

Perkiraan Penghasilan Netto Atas Imbalan Jasa Teknik, Jasa Manajemen, JasaKonstruksi, Jasa Konsultasi dan Jasa Lain.

Page 35: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

No. Jenis Penghasilan Perkiraan PenghasilanNeto

I 1. Jasa teknik2. Jasa manajemen3. Jasa konsltansi kecuali konsultansi konstruksi

30%dari jumlah imbalan jasa

tidak termasuk PPNII 1. Jasa pengawasan konstruksi

2. Jasa perencanaan konstruksi26 %

dari jumlah imbalan yangdibayarkan seluruhnya

termasuk pemberian jasadan pengadaan

material/barang, tidaktermasuk PPN

III Jasa lain :1. Jasa penilai2. Jasa aktuaris3. Jasa akuntansi4. Jasa perancang5. Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang

penambangan minyak dan gas bumi (migas),kecuali yang dilakukan oleh bentuk usahatetap.

6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas7. Jasa penambangan dan jasa penujang di

bidang penambangan selan migas.8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan

bandar udara.9. Jasa penebangan hutan10. Jasa pengolahan limbah11. Jasa penyedia tenaga kerja12. Jasa perantara13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat

berharga, kecuali yang dilakukan oleh BursaEfek, KSEI (Kustodian Sentral EfekIndonesia) dan KPEI (Kliring PenjaminanEfek Indonesia)

14. Jasa kustodian/ penyimpanan / penitipan,kecuali yang dilakukan oleh KSEI

15. Jasa pengisian suara16. Jasa mixing film (translate ke bahasa lain)17. Jasa sehubungan dengan software komputer,

termasuk perawatan, pemeliharaan danperbaikan.

18. Jasa instalasi / pemasangan :§ mesin, lisrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV

kabel§ peralatan

30%dari jumlah imbalan jasa

tidak termasuk PPN

Page 36: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajakyang ruang lingkup pekerjaannya di bidangkonstruksi da mempunyai izin/sertifikasisebagai pengusaha konstruksi.

19. Jasa perawatan / pemeliharaan / perbaikan :§ mesin, lisrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV

kabel§ peralatan§ alat-alat transportasi / kendaraan§ bangunan,kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajakyang ruang lingkup pekerjaannya di bidangkonstruksi da mempunyai izin/sertifikasisebagai pengusaha konstruksi.

20. Jasa pelaksanaan konstruksi, termasuk :§ Jasa perawatan / pemeliharaan / perbaikan

bangunan§ Jasa instalasi / pemasangan peralatan,

mesin/listrik/telepon/air/gas/AC/TVkabel;

sepanjang jasa tersebut dilakukan oleh WajibPajak yang mempunyai izin / sertifikasisebagai pengusaha konstruksi.

13 %dari jumlah imbalan yang

dibayarkan seluruhnyatermasuk pemberian jasa

dan pengadaanmaterial/barang tidak

termasuk PPN

21. Jasa maklon (Perantara jasa antar usahasejenis)

22. Jasa penyidikan dan keamanan23. Jasa penyelenggara kegiatan / event organizer24. Jasa pengepakan

20%dari jumlah imbalan jasa

tidak termauk PPN

25. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalammedia massa, media luar ruang atau medialain untuk penyampaian informasi

26. Jasa pembasmian hama27. Jasa kebersihan / cleaning service

10%dari jumlah imbalan jasa

tidak termauk PPN

28. Jasa catering 10%dari jumlah imbalan yang

dibayarkan seluruhnyatermasuk pemberian jasa

dan pengadaanmaterial/barang tidak

termasuk PPN

v PPh Pasal 23 Bersifat FINAL

Page 37: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

q Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi : 15% x jumlah brutoq Persewaan Tanah dan Bangunan : 10% x Nilai Bruto Persewaan

Nilai Persewaan adalah jumlah biaya yang dibayarkan, biaya perawatan, keamanandan fasilitas lainnya

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

A. Pengertian PPh Pasal 26Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari deviden, bunga, royalti, sewa,dan penghasilan lain atas penggunaan harta dan imbalan jasa teknik / manajemen danjasa lainnya termasuk juga premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaanasuransi luar negeri. Atau pajak yang dipotong dari wajib pajak luar negeri ataspembayaran dari Indonesia atau atas penghasilan yang bersumber dari Indonesiaselain BUT di Indonesia

B. Wajib Pajak Luar NegeriOrang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau Warga Negara Asingyang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, danBadan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.

C. Pemotong PPh Pasal 26• Badan Hukum Lainnya ( PT, Fa, Yayasan, Perhimpunan, Kongsi, BUT, dll)• Perseroan Yang Ditunjuk Oleh DJP

D. Objek PPh Pasal 26• Deviden• Bunga termasuk premium, diskonto, premi SWAP / premi untuk menjamin selisih

kurs, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang• Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan• Hadiah dan Penghargaan• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya• Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali pengalihan harta berupa

tanah dan / bangunan• Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

E. Tarif PPh Pasal 26 (Bersifat final)a. PPh Pasal 26 sebesar 20% dari Penghasilan Bruto

• Deviden• Bunga termasuk premium, diskonto, premi SWAP, dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang• Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan• Hadiah dan Penghargaan

Page 38: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya

b. PPh Pasal 26 sebesar 20% dari Perkiraan Penghasilan Netto• Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia, kecuali pengalihan harta berupa

tanah dan / bangunan• Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri

(Keputusan Menteri Keuangan No.624/KMK.04/1994) yaitu :- 20% x 50% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi di luar

negeri

- 20% x 10% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi LN olehperusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia

- 20% x 5% x Premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi LN olehperusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia

F. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)Perjanjian Pajak antara dua negara (bilateral) yang mengatur mengenai pembagianhak pemajakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk darisalah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both Contracting State), dimanapembagian hak pemajakan tersebut diatur dengan tujuan untuk mencegah seminimalmungkin terjadinya pengenaan pajak berganda.Catatan :§ Dalam hal telah dilakukan perjanjian penghindaran pajak berganda antara

pemerintah RI dan negara lain (Treaty Partner / Perjanjian), penghitunganbesarnya PPh 26 didasarkan pada tax treaty tersebut (dibebaskan dari pengenaanPPh Pasal 26 atau dikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif yang lebih rendah).

Contoh Perhitungan PPh Pasal 23 dan Pasal 261. PT Sukses membayar tagihan sewa bus (untuk jemputan karyawan) kepada PO.

Lancar Terus sebesar Rp 3.300.000 (termasuk PPN 10%). Hitung PPh Pasal 23 yangharus dipotong oleh PT. Sukses!Pajak Penghasilan atas Sewa sebesar := 15% x 10% x Penghasilan bruto (Tanpa PPN)= 1,5% x (100/110 x 3.300.000) = Rp 45.000Yang melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 23 adalah PT. Sukses

2. Seorang wajib pajak pada tahun 2007 menerima penghasilan yang berasal dari jasaperancang interior dan pertanaman sebesar Rp 75.000.000. Berapakah besarnya PPhPasal 23 atas jasa yang diberikan tersebut?

PPh Pasal 23 : 15 % x 30% x Rp 75.000.000 = Rp 3.375.000

3. PT. Coca cola Indonesia membayarkan Royalti kepada PT. Coca cola yang ada diUSA atas licency yang diberikan sebesar Rp 1.000.000.000. Berapa PPh dipotongatas royalty tersebut?

Page 39: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PPh Pasal 26 yang dipotong : 20% x 1.000.000.000= Rp 200.000.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

A. Pengertian PPh Pasal 25Angsuran yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan setiapmasa pajak (bulanan).

B. Cara mencari angsuran pajak penghasilan Pasal 25

PPh Terutang Menurut SPT Tahunan – Kredit Pajak 12

Kredit Pajak adalah suatu jumlah yang merupakan angsuran pajak, baik yang telahdipungut / dipotong maupun dibayar pada tahun pajak yang bersangkutan yangmeliputi PPh Pasal 21, 22, 23, 24, dan termasuk juga PPh Pasal 25, yang telah dibayardalam tahun pajak.

C. Cara Mencari Angsuran PPh Pasal 25Penghasilan Neto Rp XXXPenghasilan Tidak Teratur Rp XXX -Penghasilan Teratur Rp XXXKompensasi Kerugian (Max 5 Thn) Rp XXX -Penghasilan Neto Usaha Rp XXXPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp XXX -Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp XXXPenghasilan Terutang : PKP X Tarif Pasal 17 Rp XXXKredit Pajak Penghasilan (yang sudah dibayarkan ke kas Negara) :• PPh Pasal 21 Rp XXX• PPh Pasal 22 Rp XXX• PPh Pasal 23 Rp XXX• PPh Pasal 24 Rp XXX +Jumlah kredit Pajak Rp XXX -Pajak yang masih harus dibayar sendiri Rp XXX (A)PPh Pasal 25 yang telah dibayar Rp XXX - (B)Lebih bayar / Kurang bayar Rp XXX

Catatan:1. Lebih bayar atau kurang bayar didapat dengan membandingkan antara pajak yang

masih harus dibayar sendiri (A) dengan PPh Pasal 25 yang sudah dibayar (B).2. Terjadi Lebih Bayar jika (B > A) dan Kurang Bayar jika (A > B)3. Jika Lebih Bayar maka (B / 12), jika Kurang Bayar maka (A / 12).

Page 40: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Contoh KasusTn. Boy Candra (K/1) mempunyai data penjualan tahun 2007 dengan penghasilan netosebesar Rp 95.000.000 sedangkan ditahun 2003 menderita kerugian Rp 15.000.000. Pajakyang telah dibayar antara lain PPh Pasal 21 Rp 2.000.000, PPh Pasal 22 Rp 100.000, PPhPasal 23 Rp 500.000 dan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan sebesar Rp 1.500.000 sertaangsuran PPh Pasal 25 yang telah dibayar sebesar Rp 9.500.000. Berapakah AngsuranPPh Pasal 25 tahun 2008 dan berapakah pajak lebih / kurang bayar ditahun 2007?

Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 :Penghasilan Neto Rp 95.000.000Penghasilan Tidak teratur Rp 0 -Penghasilan Teratur Rp 95.000.000Kompensasi Kerugian tahun (2003) Rp 15.000.000 -Penghasilan Neto Usaha Rp 80.000.000PTKP (K/1) Rp 15.600.000 -Penghasilan Kena Pajak Rp 64.400.000Pajak Penghasilan Terhutang :5 % x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.00010% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.00015% x Rp14.440.000 = Rp 2.160.000 +Jumlah Pajak Penghasilan Terhutang Rp 5.910.000Kredit Pajak Penghasilan

§ PPh Pasal 21 = Rp 2.000.000§ PPh Pasal 22 = Rp 100.000§ PPh Pasal 23 = Rp 500.000§ PPh Pasal 24 = Rp 1.500.000 +

Jumlah kredit Pajak Rp 4.100.000 -Pajak Yang Masih Harus Dibayar Sendiri Rp 1.810.000PPh Pasal 25 yang sudah dibayar Rp 9.500.000 -Lebih Bayar Rp 7.690.000

Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Tahun 2008 : Rp 9.500.000 / 12 = Rp 791.000

Page 41: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PPN dan PPnBM

A. Undang-Undang PPN adalahUU No.8 Tahun 1983 telah diubah oleh UU No. 8 Tahun 2000, sebagai dasar hukumPPN adalah tetap UU No. 8 Tahun 1983 yang dalam Pasal 20-nya.Ditentukan bahwaUU ini dapat disebut Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.Definisi PPN : Pajak atas konsumsi dalam negeri.Definisi PPnBm : Pajak penjualan atas barang mewah.

Perbedaan PPN dan PPnBmPPN PPnBm

Tarif Import : 10 %Eksport : 0 %

10-75 %

Pemungutannya Dipungut berkali-kali Dipungut hanya sekali

B. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai :1. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Secara Umum :

Adapun mekanisme ini diatur dalam Pasal 9 dan 13 UU PPN 1984, sebagaiberikut :

a) Setiap Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menyerahkan Barang KenaPajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) diwajibkan membuat FakturPajak untuk memungut Pajak yang terutang. Pajak yang dipungutdinamakan Pajak Keluaran / PK (Output Tax). Hal ini sesuai dengan basisakrual (Accrual Bassis) yang digunakan oleh UU PPN 1984.

b) Pada saat Penguasaha Kena Pajak tersebut diatas membeli Barang KenaPajak atau menerima Jasa Kena Pajak dari Pengusaha Kena Pajak lain,juga membayar pajak yang terutang, yang dinamakan Pajak Masukan /PM (Input Tax). Jadi PM adalah pajak yang dibayar pada saat membelibarang, sedangkan PK adalah pajak yang dipungut pada saat menjualbarang.

c) Pada akhir masa Pajak, Pajak masukan tersebut dikreditkan dengan pajakkeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal jumlah PajakKeluaran lebih besar dari pada jumlah Pajak Masukan, makakekuranganya dibayar ke kas negara selambat – lambatnya tanggal 15bulan berikutnya. (PK > PM = Kurang Bayar).

d) Bila Jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, makakelebihan pembayaran pajak masukan ini dapat dikompensasikan denganutang pajak dalam masa pajak berikutnya atau diminta kembali (Restitusi).(PM > PK = Lebih Bayar)

e) Pada akhir masa pajak, setiap Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkanpemungutan dan pembayaran Pajak yang terutang kepada Kepala Kantor

Page 42: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Pelayanan Pajak (KPP) setempat, selambat – lambatnya tanggal 20 setelahakhir masa Pajak.

2. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Yang Bersifat Khusus :Mekanisme ini diatur dalam Pasal 16A UU PPN Tahun 1984, sebagai berikut :

a) Instansi Pemerintah, badan atau orang yang ditunjuk sebagai PemungutPPN.

b) Pengusaha Kena Pajak Yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau JasaKena Pajak kepada pemungut PPN, wajib membuat Faktur Pajak.

c) Pada saat pemungut pajak tersebut melakukan pembayaran Harga Jualatau penggantian, “memungut” pajak yang terutang, kemudianmenyetorkan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atas namaPengusaha Kena Pajak tersebut pada butir (b) dan melaporkan kepadaKPP setempat.

d) SSP tersebut pada butir (c) kemudiaan diserahkan kepada Pengusaha KenaPajak yang bersangkutan.

Mekanisme pemungutan PPN :1. Transaksi antar PKP (Pengusaha Kena Pajak)

2. Transaksi antar PKP dengan Pemungut

Page 43: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

3. Transaksi antar Pemungut PPN

C. Pengertian Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) :a) Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.b) Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing.c) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.d) Pemakaiaan sendiri atau pemberiaan cuma–cuma.e) Persediaan BKP dan Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan sepanjangPPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuaan dapat dikreditkan.

f) Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKPantar Cabang.

g) Penyerahan BKP secara konsinyasi.h) Penyerahan BKP antar Divisi atau unit dalam suatu perusahaan terpadu sepanjang

Divisi / Unit tersebut terletak di wilayah KPP berbeda.

D. Penyerahan BKP Yang Tidak Di Kenakan PPN :a) Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam KUHD.b) Penyerahan BKP untuk jaminan hutang.c) Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang dan antar Cabang bagi PKP yang

memperoleh izin melakukan pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak.d) Penyerahan BKP dalam rangka perubahan bentuk usaha atau penggabungan usaha

atau pengalihan seluruh aktiva perusahaan yang diikuti dengan perubahan pihakyang berhak atas BKP.

E. Yang Bukan Merupakan Barang Kena Pajak (Penjelasan Pasal 4A UU PPN1984)

Page 44: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

a) Barang hasil pertammbangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung darisumbernya, seperti : minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir, kerikil, bijitimah, biji emas.

b) Barang–barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak,seperti : beras, gabah, sagu, gandum, kedelai, garam baik yang beryodium atautidak.

c) Makanan dan minuman yang disajikan di Hotel., Restoran (masuknya kepajakpendapatan daerah), Rumah Makan, Warung dan sejenisnya, tidak termasukmakanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering(karena tidak menyediakan tempat).

d) Uang, Emas Batangan, dan Surat–surat beharga.

F. Yang Tidak Termasuk Jasa Kena Pajak :a) Jasa dibidang pelayanan kesehatan medik.b) Jasa dibidang pelayanan social.c) Jasa dibidang pengiriman surat dan perangko.d) Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.e) Jasa dibidang keagamaan.f) Jasa dibidang pendidikan.g) Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan.h) Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.i) Jasa dibidang angkutan umum di darat dan di air.j) Jasa dibidang tenaga kerja.k) Jasa dibidang perhotelan.l) Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintah

secara umum.

G. Kewajiban PKP (Pasal 3A ayat (1) UU PPN 1984)a) Memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)

Ø Melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak / PKP(Pasal 2 ayat (2) UU KUP)

b) Memungut Pajak TerutangØ Membuat Faktur Pajak / FP (Pasal 13 UU PPN 1984)

c) Menyetor Pajak terutangØ Wajib mencatat sejumlah perolehan dan penyerahan BKP/JKP dalam

pembukuan dan pengkreditan PM sesuai dengan ketentuan (Pasal 6 dan 9UU KUP)

d) Melaporkan Pajak terutangØ Mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN (Pasal 3 UU KUP)

H. Saat Pembuatan Faktur Pajak :1) Selambat–lambatnya akhir bulan berikutnya jika penyerahan mendahului

pembayaran, kecuali sebelum akhir bulan tersebut telah diterima pembayaran.2) Pada saat penerimaan pembayaran, dalam hal pembayaran dilakukan mendahului

penyerahan.

Page 45: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

3) Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahappekerjaan.

4) Pada saat penagihan, untuk penyerahan BKP dan JKP kepada pemungut PPN.5) Pada saat penyerahan, untuk faktur pajak sederhana.

I. Syarat Pajak Masukan Dapat Dikreditkan :1) Pengusaha yang melakukan pengkreditan telah berstatus PKP (sudah

dikukuhkan).2) Adanya bukti Pajak Masukan dalam bentuk Faktur Pajak Standar / Khusus yang

sah, benar dan lengkap.3) Dilakukan dalam masa pajak yang sama, namun masih memungkinkan pada

masa pajak berikutnya, sepanjang tidak melampaui bulan ketiga setelahberakhirnya tahun buku dan belum dibebankan sebagai biaya serta belumdilakukan pemeriksaan.

4) Pajak Makan yang dikreditkan berhubungan langsung dengan kegiatan usahayaitu pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran dan manajemendengan syarat ada kaitannya dengan penyerahan yang terutang PPN dan sifatnyatidak untuk tujuan konsumtif Direksi, Dewan Komisaris, Karyawan, danPemegang Saham.

J. Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan :1) Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP atau untuk pemanfaatan BKP / JKP

dari luar daerah pabean, sebelum pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha KenaPajak.

2) Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubunganlangsung dengan kegiatan usaha.

3) Yang dibayar untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor jenis sedan,jeep, station wagon, van dan kombi kecuali jika barang tersebut adalah untukpersediaan barang dagangan atau untuk digunakan langsung sesuai dengan bidangusahanya, misalnya usaha persewaan kendaraan bermotor.

4) Yang dibayar untuk pembelian yang sifatnya mempunyai tujuan konsumtifDireksi, Dewan Komisaris, Karyawan dan Pemegang Saham.

5) Yang dibayar untuk perolehan BKP / JKP yang berhubungan langsung dengankegiatan usaha yang menghasilkan penyerahan BKP / JKP yang PPN-nyaditanggung Pemerintah (DTP), dibebaskan dari pengenaan PPN.

6) Bukti pungutan Pajaknya berupa Faktur Pajak sederhana.7) Yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi persyaratan.8) Yang ditagih dengan penerbitan ketetapan Pajak.9) Yang ditemukan pada saat pemeriksaan tetapi belum dilaporkan dalam SPT Masa

PPN.10) Faktur Paja Standarnya cacat.

K. Tarif Pajak dan Cara Menghitung Pajak (Pasal 7 UU PPN)1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

Page 46: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nolpersen).

3) Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagai mana dimaksud dapat diubahmenjadi serendah–rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi–tingginya 15% (limabelas persen).

L. Objek Pajak (Pasal 4 UU PPN)1) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha2) Impor Barang Kena Pajak3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di

dalam daerah Pabean5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

daerah Pabean6) Ekspor Barang Kena Pajak Oleh Pengusaha Kena Pajak

M. Pajak Penjualan atas Barang Mewah Dikenakan Pada :1) Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah yang dilakukan oleh

pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pjak yang tergolong Mewah tersebutdidalam daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya.

2) Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.3) Pajak Penjualan atas Barng Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu

penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah oleh Pengusaha yangmenghasilkan atau pada waktu impor.

N. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah :1) Tarif Pajak atas Penjualan Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh

persen) dan paling tinggi 75% (Tujuh Puluh Lima Persen)2) Atas Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dikenakan Pajak dengan

Tarif 0% (Nol Persen)3) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena Pajak yang

tergolong Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah denganTarif sebagai mana dimaksud diatas

4) Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas BarangKena Pajak yang tergolong Mewah sebagaimana dimaksud diatas ditetapkandengan Keputusan Menteri Keuangan.

O. Faktur Pajak :Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan

penyerahan BKP/JKP karena Import BKP.

Jenis-jenis Faktur Pajak :

Page 47: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

1) Faktur Pajak Standart : Faktur pajak yang harus dibuat dengan ketentuan tertentuberisi data penjual dan pembeli, merupakan suatu faktur pajak resmi. Contohnya :Pembayaran telepon dan air.

2) Faktur Pajak sederhana : Faktur pajak yang harus dibuat dengan ketentuantertentu berisi data penjual saja yang diberikan kepada konsumen akhir.Contohnya : tiket bioskop.

3) Faktur Pajak Gabungan : Faktur pajak standart yang isinya lebih dari satutransaksi dalam satu masa bulan untuk pembeli yang sama.

4) Dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai faktur Pajak standart.Contohnya : PIB (Pemberitahuan Import Barang) dan PEB (PemberitahuanEksport Barang)

Page 48: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

A. Dasar HukumUndang–undang No.12 tahun 1985, diperbaharui melalui Undang-undang No.12tahun 1994

B. Pengertian Bumi dan Bangunan Menurut Ketentuan Umum UU No. 12 Tahun1985 Pasal 1• Bumi : adalah permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi

yang ada dibawahnya.Contoh : Sawah, Ladang, Kebun, Tanah, Perkarangaan, Tambang.

• Bangunan : adalah kontruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secaratetap pada tanah dan / perairan diwilayah Republik Indonesia.

Contoh : Rumah tempat tinggal, bangunan, gedung, jalan tol, kolam renang,anjungan minyak lepas pantai, pusat perbelanjaan.

C. Objek Pajak Bumi dan BangunanYang menjadi objek pajak adalah Bumi dan Bangunan (yang telah diatur olehMenteri Keuangan dan dituangkan dalam UU No. 12 Tahun 1985 Pasal 27).

D. Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi & Bangunan adalah objek pajakyang :a. Digunakan untuk melayani kepentingan umum yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan.b. Digunakan untuk pemakaman, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan

itu.c. Objek pajak tersebut merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,

taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negarayang belum dibebani suatu hak.

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perwakilandiplomatik.

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukanoleh Menteri Keuangan.

E. Subjek Pajak Bumi dan BangunanYang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyaisuatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan / atau memiliki,menggunakan dan memperoleh manfaat atas bangunan.

Page 49: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

F. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajaka. Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah didasarkan pada :• Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara

wajar• Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya

berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.• Nilai Perolehan Baru• Nilai Jual Objek Pajak Pengganti.

b. Dasar Penghitungan Pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) :Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2000 berlaku mulai 1 Januari2001 besarnya NJKP yang ditetapkan adalah 20% dan 40 %.

• Untuk Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP Dasar SebagaiPerhitungan) lebih besar atau sama dengan Rp 1.000.000.000 (1 Milyar)maka NJKP nya sebesar 40% X NJOPKP.NJOPKP = NJOP – NJOPTKPKecuali bagi wajib pajak pegawai negeri sipil, ABRI dan para pensiuntermasuk janda dan dudanya yang penghasilannya semata-mata berasaldari gaji atas uang pensiun.

• Untuk Objek Pajak lainya dan yang NJOP Bumi dan Bangunannya kurangdari Rp 1.000.000.000 (1 Milyar) maka NJKP nya sebesar 20% xNJOPKP.

G. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan / atau bangunan yang tidak kena pajak.Besarnya NJOPTKP berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 201 / KMK.04 /2000 adalah setinggi-tingginya Rp 12.000.000 dengan ketentuan sebagai berikut :• Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurang NJOPTKP sebanyak 1 kali tahun

pajak• Apabila Wajib Pajak mempunyai lebih dari satu Objek Pajak, maka yang

mendapat pengurang NJOPTKP hanya satu objek pajak yang nilainya terbesardan tidak bisa digabungkan objek pajak lainnya.

H. Tarif PBBTarif PBB Sebesar 0.5% dari NJKP

I. Pembagian hasil penerimaan PBBPembagian penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diaturdalam peraturan pemerintah sebagi berikut:- Pemerintah Pusat = 10%- Biaya Pungutan : 10% x 90% = 9%- Pemerintah Daerah : 90% x 9% = 81%- Pemerintah Daerah TK. I : 20% x (90% - 9%) = 16,2%- Penerintah Daerah TK.II: 80% x (90% - 9%) = 64.8%

Page 50: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Contoh kasus 1Jaka Laksamana memiliki sebidang tanah dan sebuah bangunan berupa rumah di daerahKebayoran baru dengan data sebagai berikut :

• Tanah seluas 1000 m2 dengan NJOP Rp 5.500.000.000• Bangunan seluas 300 m2 dengan NJOP Rp 2.000.000.000• Taman seluas 200 m2 dengan NJOP Rp 30.000.000• Kolam renang 250 m2 dengan NJOP Rp 300.000.000

Dengan NJOPTKP yang telah ditetapkan sebesar Rp 12.000.000

Jawaban kasus 1

( Dalam Ribuan )

NO. Uraian Nil. Jual perm2 Kelas Konversi

NJOPLuas per

m2Jumlah

NJ1 Tanah Rp 5,500 B – 45 Rp 5,625 1,000 5,625,0002 Bangunan Rp 6,666 B – 10 Rp 6,950 300 2,085,0003 Taman Rp 150 A – 13 Rp 162 200 32,4004 Kolam Renang Rp 1,200 A – 1 Rp 1,200 250 300,0005 Jumlah NJOP Dasar Sebagai Perhitungan 8,042,4006 NJOPTKP 12,0007 NJOPKP 8,030,4008 NJKP ( 40 % x NJOPKP ) 3,212,1609 PBB ( 0.5% x NJKP ) 16,060.8

Contoh kasus 2Aziz mempunyai sebuah rumah yang terletak di Depok dan memiliki sebuah toko yangterletak di daerah Ciganjur, dan memiliki rincian sebagai berikut :Rumah di Depok :

• Tanah seluas 500 m2 dengan nilai jual Rp 3.500.000 per m2

• Bangunan seluas 300 m2 dengan nilai jual Rp 1.500.000 per m2

Toko Di Ciganjur :• Tanah seluas 500 m2 dengan nilai jual Rp 4.500.000 per m2

• Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp 1.800.000 per m2

Berapakah PBB yang terutang atas masing–masing objek pajak yang dimiliki Aziz jikaditetapkan untuk NJOPTKP di Depok Rp 12.000.000 dan di Ciganjur Rp 10.000.000 ?

Jawaban Kasus 2Rumah di Depok : (DalamRibuan)

Page 51: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

NO. Uraian Nil. Jual perm2

Kelas KonversiNJOP

Luas perm2

Jumlah NJ

1 Tanah Rp 3,500 B – 50 Rp 3,375 500 1,687,5002 Bangunan Rp 1,500 A – 20 Rp 1,516 300 454,8003 Jumlah NJOP Dasar Sebagai Perhitungan 2,142,3004 NJOPTKP -5 NJOPKP 2,142,3006 NJKP ( 40 % x NJOPKP ) 856,9207 PBB ( 0.5% x NJKP ) 4,284.6

Rumah di Ciganjur : (DalamRibuan)

NO. Uraian Nil. Jual perm2 Kelas Konversi

NJOPLuas per

m2 Jumlah NJ

1 Tanah Rp 4,500 B – 47 Rp 4,605 500 2,302,5002 Bangunan Rp 1,800 A – 19 Rp 1,833 400 733,2003 Jumlah NJOP Dasar Sebagai Perhitungan 3,035,7004 NJOPTKP 10,0005 NJOPKP 3,025,7006 NJKP ( 40 % x NJOPKP ) 1,210,2807 PBB ( 0.5% x NJKP ) 6,051.4

Page 52: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

A. Dasar hukum :Undang–undang No. 21 tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang–undang No.20 Tahun 2000 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2001.

B. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Adapunpengertian perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

C. Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tersebut meliputi :a. Pemindahan hak karena :

• Jual beli• Tukar menukar• Hibah• Hibah wasiat• Penggabungan usaha• Waris• Hibah• Pemasukan dalam perseroan / Badan hukum lain• Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan• Penunjukan pembeli dalam lelang• Peleburan usaha• Pemekaran usaha• Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap

b. Pemberiaan hak baru karena :• Kelanjutan pelepasan hak• Diluar pelepasan hak

D. Hak Atas Tanah Sebagai Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunana. Hak milikb. Hak guna usahac. Hak guna bangunand. Hak pakai

Page 53: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

e. Hak milik atas satuan rumah susunf. Hak pengelolaan

E. Subjek Pajak BPHTBAdalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.

F. Objek Pajak BPHTBYang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yangdapat berupa: a. Tanah termasuk tanaman diatasnya

b. Tanah dan Bangunanc. Bangunan

G. Objek Pajak yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah DanBangunan

Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB ditetapkan dalam Pasal 3 UU No. 21 tahun1997 Jo UU No. 20 tahun 2000,yaitu :

a. Objek pajak yang diperoleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkanasas perlakuan timbal balik

b. Objek pajak yang diperoleh negara untuk menyelenggarakanpemerintahan dan atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentinganumum, dan yang semata–mata tidak digunakan untuk mencari keuntungan.

c. Objek pajak yang diperoleh badan atau perwakilan organisasiinternasional yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan dengansyarat tidak melakukan atau menjalankan kegiatan lain diluar fungsi dantugas badan / perwakilan organisasi tersebut.

d. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan karena konversi hakatau karena perbuatan hukum lain dengan tidak ada perubahan nama.

e. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi / badan karena wakaf.f. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi / badan yang digunakan untuk

kepentingan ibadah.

H. Tarif BPHTB :Tarif BPHTB adalah sebesar 5 %

I. Dasar Pengenaan Pajak§ Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak yang ditetapkan

dalam Pasal 6 UU No. 21 tahun 1997.§ Yang dimaksud Nilai Perolehan Objek Pajak adalah, dalam hal :

a. Jual beli adalah harga transaksib. Tukar menukar adalah nilai pasarc. Hibah adalah nilai pasard. Hibah wasiat adalah nilai pasare. Waris adalah nilai pasarf. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai

kekuatan hukum adalah nilai pasar.

Page 54: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

§ Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak tidak diketahui atau lebih rendah daripadaNilai Jual Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan PBB pada tahunterjadinya perolehan dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai Jual ObjekPajak Bumi dan Bangunan.

§ Apabila Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Banguan belum ditetapkan, besarnyanilai jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan oleh menteri.

J. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)Nilai Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regionalsetinggi–tingginyaRp 60.000.000,- kecuali dalam hak perolehan hak karena waris atau hibah wasiatyang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalamgaris keturunuan harus satu derajat keatas dan kebawah dengan pemberi hibah wasiattermasuk suami/istri, maka nilai NPOPTKP ditetapkan secara regional setinggi-tingginya Rp 300.000.000,-.

K. Untuk BPHTB yang Terutang dari Waris, Hibah Waris Sebesar 50% dariBPHTB yang Seharusnya Terutang.

Catatan :Jika didalam kasus terdapat dua nilai yaitu nilai perolehan dan nilai jual,maka yangdipakai sebagai dasar pengenaan pajak adalah nilai yang terbesar.

Contoh Kasus 1Bapak Jali membeli tanah dan bangunan dengan nilai perolehan objek pajak (hargatransaksi) Rp 65.000.000,-. NPOPTKP yang ditetapkan pemerintah daerah setempatadalah Rp 60.000.000,-. Berapakah besarnya BPHTB terutang oleh bapak Jali?

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 65.000.000,-NPOPTKP Rp 60.000.000,- -NPOPKP Rp 5.000.000,-BPHTB terutang 5% x 5.000.000 = Rp 250.000,-

Contoh kasus 2Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnyadengan nilai pasar sebesar Rp 500.000.000,-. Berapa BPHTB terutang atas warisantersebut jika ditetapkan NPOPTKP sebesar Rp 300.000.000,- ?

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 500.000.000NPOPTKP Rp 300.000.000 -NPOPKP Rp 200.000.000BPHTB yang seharusnya terutang : 5% x 200.000.000 = Rp 10.000.000

Page 55: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

BPHTB terutang : 50% x 10.000.000 = Rp 5.000.000

L. Surat ketetapan BPHTB Kurang BayarKetentuan tentang surat ketetapan BPHTB kurang bayar ditetapkan dalam Pasal 11UU No. 21 Tahun 1997 tentang BPHTB jo UU No. 20 tahun 2000, adalah sebagaiberikut :

a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah ayat terutang pajak, Dirjen Pajakdapat menerbitkan surat ketetapan BPHTB kurang bayar apabilaberdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlahpajak yang terutang kurang bayar.

b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam surat ketetapan BPHTBkurang bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar2% sebulan, jangka waktu 24 bulan, dihitung mulai saat terutangnya pajaksampai dengan diterbitkannya surat ketetapan BPHTB kurang bayar.

Contoh Kasus 3Seorang wajib pajak memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 29 maret 2001Nilai Perolehan Wajib Pajak : Rp 110.000.000NPOPTKP : Rp 60.000.000 -NPOPKP : Rp 50.000.000BPHTB Terutang 5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 30 Desember 2001 ternyataditemukan data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa Nilai Perolehan ObjekPajak sebenarnya adalah sebagai berikut :Nilai Perolehan Objek Pajak : Rp 160.000.000NPOPTKP : Rp 60.000.000 -NPOPKP : Rp 100.000.000BPHTB yang seharusnya terutang 5% x 100.000.000 = Rp 5.000.000BPHTB yang telah dibayar = Rp 2.500.000 -BPHTB yang kurang bayar = Rp 2.500.000Sanksi Administrasi berupa bunga dari 29 Maret 2001 sampai 30 Desember 2001 :10 Bulan x 2% x Rp 2.500.000 = Rp 500.000Jadi jumlah pajak yang harus dibayar sebesar :Rp 2.500.000 + Rp 500.000 = Rp 3.000.000

CatatanSanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dikenakan untuk jangka waktumaksimal 24 bulan. Jadi jika ditemukan data baru dalam jangka waktu lebih dari 24 bulanmaka sanksi administrasinya sebesar 2% tetap dikalikan dengan 24 bulan.

Contoh Kasus 1Bapak Jali membeli tanah dan bangunan dengan nilai perolehan objek pajak (hargatransaksi) Rp 65.000.000. NPOPTKP yang ditetapkan pemerintah daerah setempat adalahRp 60.000.000. Berapakah besarnya BPHTB terutang oleh bapak Jali?

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 65.000.000

Page 56: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

NPOPTKP Rp 60.000.000 -NPOPKP Rp 5.000.000BPHTB terutang 5% x 5.000.000 = Rp 250.000

Contoh kasus 2Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan diatasnyadengan nilai pasar sebesar Rp 500.000.000. Berapa BPHTB terutang atas warisantersebut jika ditetapkan NPOPTKP sebesar Rp 300.000.000 ?

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 500.000.000NPOPTKP Rp 300.000.000 -NPOPKP Rp 200.000.000BPHTB yang seharusnya terutang : 5% x 200.000.000 = Rp 10.000.000BPHTB terutang : 50% x 10.000.000 = Rp 5.000.000

M. Surat Ketetapan BPHTB Kurang BayarKetentuan tentang surat ketetapan BPHTB kurang bayar ditetapkan dalam Pasal 11UU No. 21 tahun 1997 tentang BPHTB jo UU No. 20 tahun 2000, adalah sebagaiberikut :

a. Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah ayat terutang pajak, Dirjen Pajakdapat menerbitkan surat ketetapan BPHTB kurang bayar apabilaberdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlahpajak yang terutang kurang bayar.

b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam surat ketetapan BPHTBkurang bayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar2% sebulan, jangka waktu 24 bulan, dihitung mulai saat terutangnya pajaksampai dengan diterbitkannya surat ketetapan BPHTB kurang bayar.

Contoh Kasus 3Seorang wajib pajak memperoleh tanah dan bangunan pada tanggal 29 maret 2001Nilai Perolehan Wajib Pajak : Rp 110.000.000NPOPTKP : Rp 60.000.000 -NPOPKP : Rp 50.000.000BPHTB Terutang 5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 30 Desember 2001 ternyataditemukan data yang belum lengkap yang menunjukan bahwa Nilai Perolehan ObjekPajak sebenarnya adalah sebagai berikut :Nilai Perolehan Objek Pajak : Rp 160.000.000NPOPTKP : Rp 60.000.000 -NPOPKP : Rp 100.000.000BPHTB yang seharusnya terutang 5% x 100.000.000 = Rp 5.000.000BPHTB yang telah dibayar = Rp 2.500.000 -BPHTB yang kurang bayar = Rp 2.500.000

Page 57: Akuntansi Lanjut B (Perpajakan) Lab Sun

Sanksi Administrasi berupa bunga dari 29 Maret 2001 sampai 30 Desember 2001 :10 Bulan x 2% x Rp 2.500.000 = Rp 500.000Jadi Jumlah Pajak yang harus dibayar sebesar :Rp 2.500.000 + Rp 500.000 = Rp 3.000.000

CatatanSanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dikenakan untuk jangka waktumaksimal 24 bulan. Jadi jika ditemukan data baru dalam jangka waktu lebih dari 24 bulanmaka sanksi administrasinya sebesar 2% tetap dikalikan dengan 24 bulan.