Akuntan Muda - Maret 2011

41

description

Artikel edisi ini: * Plagiarisme dan copy-paste * Henry Rand Hatfield: Pionir akuntansi yang nyaris terlupakan * (Kolom) Tanya Uni Hesty * Belajar IFRS: Mengetahui lebih dalam perubahan PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang aset tetap (bagian 1) * Permainan angka dan fraud dalam akuntansi * Yuk, bikin paper: #1 Overview * (Review buku) Reformasi akuntansi: Membongkar bounded rationality pengembangan akuntansi

Transcript of Akuntan Muda - Maret 2011

Page 1: Akuntan Muda - Maret 2011
Page 2: Akuntan Muda - Maret 2011

1

2 Penga

3 Plagia

6 Call fo

7 Henry

Terlup

11 (Kolom

14 Demo

15 Belajar

PSAK N

25 Perma

31 Yuk Bi

35 (Review

Bound

ntar

risme dan Copy

or Papers: SNA X

Rand Hatfield:

pakan

m) Tanya Uni H

kratisasi Penge

r IFRS: Menget

No.16 (Revisi 2

ainan Angka da

kin Paper: #1 O

w Buku) Reform

ded Rationality

y-Paste

XIV Aceh

: Pionir Akunta

esty

etahuan: Projec

ahui Lebih Dala

2007) tentang A

an Fraud dalam

Overview

masi Akuntansi

Pengembanga

nsi yang Nyaris

ct Gutenberg

am Perubahan

Aset Tetap (Bag

Akuntansi

i: Membongkar

n Akuntansi

s

g. 1)

r

Page 3: Akuntan Muda - Maret 2011

2

Pengantar Yak, setelah berkutat dengan bahan selama kurang-lebih 3 bulan, akhirnya ‘Akuntan Muda’ terbit juga. Konon katanya memang yang pertama, yang paling sulit. *alasaaan*

Akuntan Muda ini hadir karena kami berempat—Mbak Yeni, Mbak Hesty, Mas Arif, dan saya—sama-sama mengalami life changing moments di MSi UGM. Kami jadi tahu bahwa akuntansi itu menyenangkan! Ini berkat dosen-dosen yang luar biasa dan sangat menginspirasi dalam mendidik kami.

Sayangnya, kami tidak (akan) bisa cukup membalas kebaikan beliau-beliau tersebut. Lalu bagaimana? Yah, kalau tidak bisa payback, kita masih bisa kok pay it forward. Nah, inilah yang kami lakukan dengan harapan sedikit bisa meneruskan ilmu dan inspirasi yang kami terima dari dosen-dosen kami ke teman-teman mahasiswa S1.

Way to go! Kami cukup tau diri bahwa kami tidaklah sehebat dosen-dosen kami. Seujung jari pun tidak. Oleh karena itu, kami mohon bantuan teman-teman untuk mengoreksi dan memberi masukan agar Akuntan Muda bisa lebih baik lagi. Sementara itu, semoga kalian bisa menikmati edisi perdana ini. Cheers!

arie

Penasihat Prof. Dr. Zaki Baridwan, MSc.; Prof. Dr. Suwardjono, MSc. Redaksi: Arie Rahayu, Arif Perdana, Hesty Wulandari, Yeni Januarsi Blog: http://akuntanmuda.wordpress.com/ E-mail: [email protected] atau [email protected]

Page 4: Akuntan Muda - Maret 2011

3

P l a g i a r i s m e

d a n

C o p y - P a s t e

Ada hal baru yang jadi perhatian saya belakangan ini terutama setelah kuliah lagi di Magister Sains Ilmu Akuntansi, UGM. Masalah plagiarisme dan copy-paste. Mungkin karena saya memasuki tataran ilmiah yang bertujuan untuk mempersiapkan para calon ujung tombak pendidikan di negara ini, maka sudah sepantasnyalah aturan-aturan baku etika pendidikan di terapkan disini.

Menurut Wikipedia, plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.

Yang digolongkan sebagai plagiarisme:

menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain

mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan anotasi yang cukup tentang sumbernya

Page 5: Akuntan Muda - Maret 2011

4

Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk. menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme:

Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri, Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri, Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda

tanpa menyebutkan asal-usulnya Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa

menyebutkan sumbernya, dan Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya,

tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Banyak dosen yang menggarisbawahi kata-kata plagiarisme dalam setiap pertemuan pertama awal kuliah. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang memberikan tugas akhir berupa proposal penelitian dimana celah untuk melakukan palgiarisme terbuka lebar. Salah satu dosen saya semester lalu, sang begawan akuntansi Prof. Zaki Baridwan bahkan mengungkapkan kekecewaannya terhadap mahasiswa yang diasuhnya semester lalu. Dari 30-an mahasiswa hampir sepuluh orang mendapatkan E karena kasus ini. Padahal kuliah yang beliau asuh sudah memiliki banyak peraturan, seperti tidak boleh absen lebih dari dua kali dan berturut turut, presentasi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, summary tiap kali pertemuan dan lain sebagainya.

Dan saya kemudian ikutan tak habis pikir, kok bisa? Bagi saya pribadi, itu adalah hal yang bodoh. Bukankah selama satu semester mereka sudah bersusah payah untuk mengikuti kuliah beliau? Lalu mengapa tidak ditutup dengan manis? Lagipula, sebagai profesor dan reviewer terkemuka untuk jurnal akuntansi, orang seperti beliau mestinya sangat

Page 6: Akuntan Muda - Maret 2011

5

peduli terhadap dunia tulis menulis dan pasti memiliki lebih dari cukup pengetahuannya untuk mendeteksi tindakan plagiarisme ini.

Mungkin sama halnya kebanyakan orang yang tidak bersentuhan dengan karya ilmiah sebelumnya, maka pada saya juga tidak terlalu concern dengan ini semua. Saya pikir adalah hal yang biasa jika kita memakai satu dua kata (yang menurut saya bukan bagian inti) untuk kemudian ditaruh didalam lembaran tugas yang kemudian diakui sebagai karya kita sendiri. Tapi ternyata itu salah dan memang salah. Seperti halnya yang diungkapkan Pak Zaki, "Rasanya memalukan sekali melihat kutipan-kutipan ( yang tidak penting) yang harusnya bisa kalian buat sendiri. Saya paham sekali bahwa kita semua sedang belajar disini, maka saya tidak menuntut kesempurnaan. Kalau kalian sudah menulis dengan sangat bagus, maka kalian tidak akan perlu lagi kuliah".

Kemudian saya juga melihat banyak orang yang sangat terganggu dengan masalah copy paste dan plagiarisme ini. Di website ini http://hsgautama.multiply.com/, saya beberapa menemukan kali tulisan : "please dilarang meng-copy foto dari blog ini. Mintalah ijin, Foto tidak jatuh begitu saja dari langit" tapi ada yang membuatnya dengan susah payah" serta tulisan : "pengen copy-paste tulisan? sebutkan Link dan Sumbernya dong. ini baru namanya bukan plagiat atau mencuri"

Ternyata banyak hal sederhana yang dianggap terlalu rumit bagi kebanyakan orang. Sama rumitnya dengan mengucapkan maaf, tolong dan terima kasih. Padahal jika hal tersebut dilakukan, maka akan timbul perasaan saling menghargai diantara kita.

Dan sepertinya saya masih harus banyak belajar....

(Hesty Wulandari)

Page 7: Akuntan Muda - Maret 2011

6

PS: Sumber untuk tulisan ini saya dapatkan di : http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme www.hsgautama.multiply.com dan ide ini mucul setelah saya mencari bahan silabus mata kuliah ASP dan menemukannnya di http://www.icukranggabawono.com/jurnal/pembelajaran.pdf

Kredit foto:

J. Paxon Reyes ‐ http://bit.ly/e2prJl 

Call for Papers: SNA XIV Aceh 2011

SNA XIV ini bertema ‘Green Concern: Peran Akuntan dalam Mewujudkan Bisnis yang Sustainable’ dan diselenggarakan oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Batas akhir penerimaan paper: 31 Mei 2011

Kunjungi website SNA XIV untuk informasi lebih lengkap:

http://sna14aceh.com/

(Foto: Website SNA XIV)

Page 8: Akuntan Muda - Maret 2011

7

Henry Rand Hatfield: Pionir Akuntansi yang Nyaris Terlupakan

Namanya memang tidak sepopuler William Andrew Patton & Ananias Charles Littleton dengan pemikiran mereka tentang konsep dasar

pendapatan. Anda pun akan kesulitan untuk mencari biografi sang pionir di dunia maya kecuali hanya pada dua artikel dan satu buku yaitu (1) An

Historical Defence of Henry Rand Hatfield oleh MJ Mumford yang diterbitkan di Abacus tahun 1980; (2) Henry Rand Hatfield (1866-1945):

The Triumphs and Travails of An Academic Accounting Pioneer, oleh Robert H Parker yang diterbitkan di Accounting History tahun 2002, dan

(3) Henry Rand Hatfield, Humanist, Scholar, and Accounting Educator oleh Stephen A Zeff (2000).

Hatfield juga tidak masuk ke dalam jajaran penerima Accounting Hall of Fame yang merupakan penghargaan bergengsi bagi para accounting scholar yang memberikan kontribusi berarti bagi pengembangan ilmu akuntansi. Tidak ada teori atau konsep yang pernah disampaikan oleh Hatfield (Parker, 2002), namun demikian ia dianggap sebagai pionir dalam

bidang akuntansi karena pemikiran-pemikirannya yang kritis dan berlawanan dengan pemikiran accounting scholar pada masanya.

Hatfield merupakan professor akuntansi pertama di Amerika yang mengabdikan dirinya secara penuh dalam dunia akademis sejak tahun 1904. Ia juga merupakan sosok senior dalam

Page 9: Akuntan Muda - Maret 2011

8

profesi akuntan pada masa itu yang terpilih untuk membentuk American Association of University Instructors in Accounting (AAUIA) yang kemudian oleh Hatfield sendiri diusulkan untuk diubah namanya menjadi American Accounting Association (AAA) pada tahun 1916. Namun demikian yang sangat menarik adalah, Hatfield sendiri tidak memiliki latar belakang akademis akuntansi sama sekali. Hatfield menyelesaikan pendidikan doktoralnya di bidang ekonomi politik dan ilmu politik. Pengalamannya di bidang keuangan dan akuntansi hanya didapat ketika bekerja selama lima tahun pada perbankan swasta. Saat Hatfield mengajar di University of Chicago di tahun 1902 ia pernah mengajar mata kuliah bisnis, selanjutnya di tahun 1904 ia pindah ke University of California dan mengembangkan kurikulum dan mata kuliah

akuntansi.

Orang bijak berkata, pemimpin itu satu langkah maju ke depan, sementara pionir dua langkah maju ke depan. Meskipun Hatfield tidak memiliki latar belakang pendidikan akademis di bidang akuntansi, namun demikian pemikiran-pemikirannya di awal abad 20 tentang akuntansi sangat futuristik dan masih relevan hingga saat ini. Pada masa itu Hatfield telah membuka cakrawala berfikir accounting scholar tentang kelemahan-kelemahan akuntansi. Hatfield mengembangkan pola pembelajaran akuntansi humanis dengan mengacu pada literatur-literatur yang tersedia kemudian mempertautkannya dengan keputusan-keputusan legal yang berlaku di masyarakat masa itu. Hatfield layak disebut sebagai pionir dalam bidang akuntansi atas buah pemikirannya (Parker, 2002). Beberapa pemikiran-pemikiran Hatfield antara lain:

1. Hatfield pernah mempertanyakan manfaat informasi akuntansi yang sesungguhnya bagi kehidupan,

Page 10: Akuntan Muda - Maret 2011

9

akuntansi terkesan hanya sebagai proses pencatatan dan tidak memberikan suatu kemanfaatan yang nyata. Secara akademis, penelitian-penelitian di akuntansi memang mengamini isu tersebut. Isu yang diangkat oleh Hatfield di tahun 1920 dalam artikelnya yang berjudul “An Historical Defense of Bookeeping” ini ternyata masih relevan untuk didiskusikan. Manfaat angka-angka laba masih menjadi topik yang menarik dalam jurnal akuntansi sejak munculnya artikel seminal yang sangat terkenal yang ditulis oleh Ball & Brown (1968) yang berjudul “ An Empirical Evaluation of Income Numbers” hingga pada penelitian yang dilakukan oleh Ball & Shivakumar (2008) yang berjudul “How Much New Information is There in Earnings”. Dua penelitian penting tersebut menyebutkan bahwa informasi yang terkandung dalam pengumuman earnings hanya berkisar antara 10-15%.

2. Masih pada artikelnya yang sama “An Historical Defense of Bookeeping”, di awal artikelnya Hatfield dengan bahasa-bahasa

puitisnya secara impisit mempertanyakan apakah akuntansi layak disebut sebagai disiplin akademis. 84 tahun kemudian, muncul dua artikel dengan topik yang mengangkat hal tersebut. Dua artikel itu berjudul ‘Is Accounting an Academic Discipline” masing-masing ditulis oleh John C. Fellingham dan Joel S. Demski. Kedua artikel tersebut sama-sama diterbitkan di jurnal Accounting Horizons pada bulan Juni 2008.

3. Pada tahun 1940, Hatfield pernah menulis artikel yang berjudul “An Accountant’s Adventure in Wonderland” artikel ini memberikan beberapa ilustrasi tentang keanehan-keanehan dalam akuntansi, diantaranya Hatfield mengemukakan tentang penggunaan nilai sisa dalam perhitungan depresiasi. Hatfield menyarankan seharusnya nilai sisa dihitung berdasarkan present value dari nilai sisa tersebut untuk kemudian dikurangkan dari harga perolehan asset.

4. Hatfield merupakan accounting scholar pertama yang menulis artikel tentang akuntansi

Page 11: Akuntan Muda - Maret 2011

10

internasional. Tulisan pertamanya tersebut “Some Variations in Accounting Practice in England” yang disampaikan pada pertemuan tahunan American Association of Public Accountants di tahun 1911. Artikel tersebut baru dipublikasikan pada tahun 1966.

Meskipun Hatfield tidak menyampaikan konsep dan teori seperti rekan penerusnya Patton & Littleton, namun Hatfield memiliki pemikiran kritis dan sadar akan permasalahan-

permasalahan yang mungkin akan dihadapi oleh akuntansi di masa mendatang (Parker, 2002). Hatfield terhindar dari pemikiran bounded rationality yang hanya mendasarkan pada pemikiran-pemikiran umum accounting scholar di zamannya., Hatfield berusaha berfikir rasional dan kritis bagi ilmu akuntansi dengan menjadi pemulung pengetahuan (knowledge scavenger) atas literature-literatur yang ada pada zamannya.

(Arif Perdana)

Kredit foto:

1) Fisher College of Business - http://bit.ly/i42g0r 2) Amazon.com - http://amzn.to/ftgd8a

Page 12: Akuntan Muda - Maret 2011

11

Tanya Uni Hesty Uni Hesty saat ini mengajar di jurusan akuntansi Politeknik Caltex di kota bertuah Pekanbaru dan akan segera mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negri Sutan Syarif Kasim Pekanbaru. Uni menamatkan S1 di Universitas Andalas, Padang. Setelah berkutat dengan kuliah selama 5,5 tahun dengan nilai ala kadarnya, meneruskan kuliah profesi akuntan dan menamatkan studi S2 di kampus

biru UGM, tempat yang kemudian mengubahnya menjadi pencinta pembelajaran.

Silakan kirim pertanyaan apa saja seputaran akuntansi kepada Uni Hesty melalui e-mail di : [email protected]

Bagaimana Cara Mudah Belajar Akuntansi? Dulu, semasa SMU, saya lebih memilih untuk sering-sering ijin ke kamar mandi atau ke kantin atau kemana saja pada jam pelajaran akuntansi. Di pelajaran ini saya tidak mendapatkan hasrat untuk selalu ingin duduk di kelas mendengarkan guru bercerita tentang debet dan kredit, tentang neraca, laba rugi serta hasil akhir yang harus

seimbang dll atau bahasa anak sekarangnya feel. Karena menurut saya mata pelajaran ini tidak ada seru-serunya sama sekali, semakin saya dengarkan maka efeknya makin pusinglah saya. Tapi siapa yang tahu tentang masa depan? Karena ternyata oh ternyata, beberapa kali periode kuliah harus saya

Page 13: Akuntan Muda - Maret 2011

12

lewati di jurusan yang mati-matian saya hindari itu.

Tahun pertama kuliah saya tidak begitu kesulitan karena sebagian besar pelajaran SMU yang meski saya sering bolos masih tertinggal di kepala. Namun ternyata saya tidak bisa mengandalkan ingatan saya yang Cuma sedikit itu karena ternyata pelajaran SMU cuma seberapanya aja, sisanya hal-hal baru yang saya tidak tahu. Untuk mata kuliah akuntansi keuangan bagian pengantar bisa saya lewati dengan cukup mudah, namun kemudian terseok-seok dibagian menengah dan hanya bisa bengong dan bingung di bagian lanjutan, sama halnya yang terjadi pada akuntansi biaya, akuntansi manajemen, manajemen keuangan. Semua mata kuliah itu cuma bisa saya lewati dengan senyum senyum dan mengerutkan kening saja kalo dosen lagi ngomong didepan. Syukur-syukur ga ngantuk dan ketiduran di kelas.

Saya mulai menemukan celah belajar akuntansi dengan lebih mudah itu ketika harus mengulang mata kuliah intermendiate accounting. Dosen saya itu tipikal dosen yang udah master bangetlah dimata kuliah ini. Dari jaman kapan sampe jaman kapan masih beliau aja yang pegang. Semua yang dicatatkan, baik teori atau soal sudah di luar kepalanya. Tiap tahun dan tiap semester catatannya pasti sama, paling cuma contoh soalnya aja yang beda. Akhirnya, di awal semester saya meminjam dan memfotokopi catatan teman yang sudah lulus mata kuliah itu semester sebelumnya dan memfotokopi, lalu mencari bank soal untuk mata kuliah tersebut dan mulai mengerjakan soal-soal ujian itu sebagai latihan.

Dan ternyata itulah cara paling mudah untuk bisa mengerjakan soal hitungan akuntansi yang berbelit-belit seperti ular naga itu. Tapi pada saat itu saya masih belum

Page 14: Akuntan Muda - Maret 2011

13

beruntung, masih ada yang khilaf jadi hasil akhirnya masih salah, jadilah nilai yang keluar cuma C. Tapi nilai C itu juga yang akhirnya membuka pintu rahasia bagaimana bisa menaklukkan mata kuliah akuntansi yang berupa hitungan seperti akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen saya belajar melalui soal-soal latihan yang tersedia di akhir bab. Melalui latihan itu, saya bisa lebih mengingat yang teori dan juga yang hitungan. Hal ini karena pada dasarnya akuntansi merupakan mata kuliah atau mata pelajaran yang lebih dari setengah strukturnya terdiri dari hitungan matematika, sehingga perlu dilatih terus menerus.

Selain hitungan dan teori, yang perlu kita punya dalam belajar akuntansi adalah penalaran dan logika yang kuat terutama menyangkut konsep. Banyak konsep-konsep akuntansi tertera dalam buku-buku aturan

seperti PSAK atau IFRS diluar negri yang dibuat dengan bahasa yang panjang –panjang, baku dan sulit dimengerti sehingga tidak heran kalo akhirnya sering terjadi kesalahan terhadap pemahaman. Untuk kasus ini, temukanlah istilah dan pengertian yang sederhana misalnya dengan menggunakan bahasa yang pendek-pendek sehingga jauh lebih mudah dimengerti untuk diri sendiri. Jika tidak bisa dan tidak terbiasa, maka pergunakan teknologi, cari pengertian yang lebih simpel untuk istilah yang sama lewat google, lewat situs-situs akuntansi atau bahkan lewat situs-situs yang memuat hasil riset dibidang akuntansi. Selain menambah kekayaan pemahaman, pencarian tadi juga akan membuat kita tetap update terhadap perkembangan terbaru keilmuan kita.

Dan jangan lupa, do it with your passion..segala sesuatu tergantung pada kekuatan hati

Page 15: Akuntan Muda - Maret 2011

14

dan pikiran. Jika kita menyatakan kalo kita bisa maka Insya Allah pelajaran itu bisa dipelajari. Jika kita senang melakukannya, maka bahkan hanya dengan mendengarkan dosen berceramah saja kita sudah merasa mengetahui banyak hal..

Akuntansi mudah bagi sebagian orang, dan begitu sulit bagi sebagian orang lainnya tapi bukan berarti tidak bisa ditaklukkan..seperti jargonnya merek sepatu olahraga terkenal itu ”impossible is nothing ”

Salam,

Uni Hesty

Demokratisasi Pengetahuan

Project Gutenberg

Project Gutenberg menyediakan beragam e-book gratis legal yang bisa diunduh siapa saja. E-book ini legal di Amerika karena masa berlaku patennya telah habis. Beberapa pengarang dunia yang bukunya tersedia di Project Gutenberg antara lain Sir Arthur Conan Doyle, Charles Dickens, Mark Twain, William Shakespeare, Jane Austen, Jules Verne, H.G. Wells, Edgar Allan Poe, Oscar Wilde, dan Leo Tolstoy. Kunjungi website mereka di

http://www.gutenberg.org/wiki/Main_Page

Page 16: Akuntan Muda - Maret 2011

15

BELAJAR IFRS

MENGETAHUI LEBIH DALAM PERUBAHAN PSAK NO.16 (REVISI 2007)

TENTANG ASET TETAP (Bagian 1)

Oleh: Yeni Januarsi

Tahun 2012 merupakan tahun awal diberlakukannya konvergensi secara penuh standar akuntansi internasional, yang disebut dengan international financial reporting Standards (selanjutnya disebut IFRS) di Indonesia. Dewan standar akuntansi keuangan Indonesia (DSAK-IAI) merencanakan program konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap dengan agenda sebagai berikut:

• Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK.

• Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS.

• Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.

Dalam kaitannya dengan proses konvergensi tersebut, DSAK secara kontinyu melakukan perubahan-perubahan pada standar akuntansi keuangan sehingga pada akhirnya konvergen dengan IFRS. Salah satu standar yang telah diubah adalah standar no. 16 (revisi 2007) tentang Aset tetap yang menggantikan PSAK No. 16 (1994) tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain serta PSAK No. 17 (1994) tentang Akuntansi Penyusutan. PSAK no.16 (revisi 2007) ini merupakan adopsi

Page 17: Akuntan Muda - Maret 2011

16

dari IAS (2003) tentang Property, Plant and Equipment dan akan mulai berlaku efektif mulai 1 januari 2008.

Adapun beberapa pokok perubahan yang terdapat dalam PSAK 16 (revisi 2007) didandingkan PSAK 16 (1994) dapat disarikan sebagai berikut:

No Perihal PSAK 16 Revisi PSAK 16 Lama

1 Istilah Aset Aktiva 2 Penyusutan Digabung di PSAK

16. Bagian yg signifikan disusutkan terpisah.

Diatur di PSAK lain

3 Komponen Biaya Perolehan

Termasuk: • biaya imbalan

kerja • biaya pengujian

aset – hasil penjualan dari pengujian

4 Bukan Komponen Biaya Perolehan

Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama konstruksi atau aktivitas pengembangan (misal : parkir)

Tidak mengatur hal tsb secara spesifik.

5

Pertukaran Aset

Membedakan antara ada substansi komersial atau tidak.

Membedakan pertukaran sejenis dan tidak sejenis

(bersambung)

Page 18: Akuntan Muda - Maret 2011

17

6 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Cost Model atau Revaluation Model

Hanya Cost Model, revaluasi boleh dilakukan jika sesuai ketentuan pemerintah

7 Telaah Ulang Nilai Residu, Umur Manfaat & Metode Penyusutan

Harus dilakukan minimum tiap akhir tahun dan perubahannya diperlakukan sebagai perubahan estimasi (prospektif).

Telaah nilai residu tidak diatur, perubahan umur manfaat diperlakukan prospektif, perubahan metode penyusutan retrospektif.

8 Aktiva Lain-lain

Diatur di PSAK lain Mengatur Aktiva Lain-lain

9 Dismantling Cost

Diakui sebagai biaya perolehan dan kewajiban

Tidak diatur

Sumber: Workshop dan Diskusi “Pengaruh IFRS terhadap Silabus dan Materi Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru, UI, 2010

Berikut akan dibahas beberapa point yang terdapat dalam perubahan PSAK 16 (revisi 2007) tersebut.

ISTILAH ASET TETAP DAN DEFINISI

PSAK 16 (revisi 2007) telah menggunakan istilah aset tetap dan tidak lagi menggunakan istilah aktiva. Ketika kita berbicara tentang aktiva, kita sering membedakan antara tanah, equipment, atau bangunan. Ikhusunya stilah equipment, istilah tersebut dapat merujuk pada (Kieso, 2010):

“The term “equipment” in accounting includes delivery equipment, office equipment,machinery, furniture and fixtures, furnishings, factory equipment, and similar fixed assets”

Page 19: Akuntan Muda - Maret 2011

18

Kieso menunjukkan bahwa salah satu contoh equipment adalah peralatan kantor. Jadi, ketika berbicara tentang peralatan kantor maka peralatan kantor ini akan diklasifikasikan dalam kelompok equipment. Namun, tidak demikian halnya dengan PSAK 16 (revisi 2007). Penting untuk menyamakan persepsi bahwa equipment dalam PSAK 16 (revisi 2007) secara istilah telah dijadikan satu kelompok dengan aset tetap. Sebagai contoh, Jika kita merujuk pada paragraf 36 PSAK 16 (revisi 2007), paragraf tersebut mencontohkan bahwa kelompok aset tetap yang terpisah diantaranya:

a) tanah b) tanah dan bangunan c) mesin d) kapal e) pesawat udara f) kendaraan bermotor g) perabotan h) peralatan kantor.

Dari contoh tersebut, PSAK 16 (revisi 2007) mengelompokkan peralatan kantor atau perabotan kedalam kelompok aset tetap. Jadi, berdasar PSAK 16 (revisi 2007), ketika kita berbicara peralatan kantor, maka peralatan kantor tersebut akan dikatagorikan dalam kelompok aset tetap, bukan dalam kelompok equipment.

Jika ditinjau dari definisi aset tetap, PSAK 16 (Revisi 2007) mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang:

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif;

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

Berdasarkan definisi di atas, pengertian aset tetap dapat ditinjau dari tujuan dan lama penggunaannya. Fokus pada tujuan penggunaan

Page 20: Akuntan Muda - Maret 2011

19

aset ini akan membedakan definisi aset tetap dengan properti investasi pada PSAK 13 tentang properti investasi1.

PENGAKUAN ASET TETAP

Pengeluaran (nilai) yang dapat diakui sebagai aset tetap berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007) dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya perolehan awal dan biaya setelah perolehan awal. Terdapat perbedaan aturan antara PASK lama dengan PSAK baru dalam menentukan pengeluaran mana yang dapat diakui sebagai aset. Dalam PSAK lama, biaya perolehan awal dapat diakui sebagai aset jika memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu:

• Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut kan mengalir ke entitas

• Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal Sedangkan kriteria biaya setelah perolehan awal yang dapat diakui sebagai aset adalah :

1. Menambah masa manfaat 2. Menambah kapasitas

Berdasarkan PSAK lama, jelas sekali terdapat perbedaan kriteria

untuk mengakui pengeluaran sebagai aset pada kondisi perolehan awal dan pada kondisi setelah perolehan awal. Tetapi menurut PSAK baru, kriteria untuk biaya perolehan awal dan biaya setelah perolehan awal yang dapat diakui sebagai aset tidak memiliki perbedaan seperti halnya PSAK 16 (revisi 1994). Dalam PSAK 16 (revisi 2007), pengeluaran dapat diakui sebagai aset pada kondisi perolehan awal dan pada kondisi setelah perolehan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut (kriteria sama):

1 Dalam PASK 13  (revisi 2007), yang dikalsifkasikan sebagai properti  investasi  lebih ditujukan untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau  jasa atau untuk tujuan administratif.  

Page 21: Akuntan Muda - Maret 2011

20

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut kan mengalir ke entitas

2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Jika disarikan dapat dilihat sebagai berikut:

Kriteria Pengakuan untuk

Biaya Perolehan Awal Biaya setelah

Perolehan Awal Lama Kriteria

berbeda Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas

Biaya perolehan aset dapat diperoleh secara andal

Menambah masa manfaat

Menambah kapasitas

Sekarang Kriteria sama

Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas

Biaya perolehan aset dapat diperoleh secara andal

Sumber: Workshop dan Diskusi “Pengaruh IFRS terhadap Silabus dan Materi Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru, UI, 2010

PENGUKURAN ASET TETAP

Setelah aset tetap diakui, barulah proses berikutnya kita menentukan seberapa besar atau bagaimana aset tetap diakui. Tidak berbeda dengan PSAK 16 (revisi 1994), PSAK 16 (revisi 2007) mensyaratkan bahwa suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur sebesar biaya

Page 22: Akuntan Muda - Maret 2011

21

perolehan (par 15). Berdasarkan PSAK 16 (revisi 2007), biaya perolehan aset tetap terdiri dari: 1. Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang

tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;

2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen

3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika :

o aset tersebut diperoleh, atau o karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode

tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Sebagai contoh Pada 1 Mei 2010 PT. X, Tbk. membeli peralatan secara tunai, harga katalog Rp40 juta, trade discount Rp5 juta, dan cash discount Rp2 juta. Bea impor dan PPn Masukan (tidak dapat dikreditkan) Rp6 juta. Biaya pemasangan dan percobaan Rp3 juta. Umur manfaat 5 tahun. Nilai residu Rp0,4 juta (setelah dikurangi taksiran biaya pembongkaran Rp2 juta). Dari contoh kasus ini, maka biaya perolehan akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):

Harga katalog 40.000 (-) Trade discount ( 5.000) (-) Cash discount ( 2.000) (+) Biaya bongkar 2.000

35.000

PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL

Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007) Pengukuran aset tetap selain dilakukan ketika aset diperoleh, juga dilakukan ketika aset telah

Page 23: Akuntan Muda - Maret 2011

22

diperoleh atau disebut dengan pengukuran setelah pangakuan awal2. Dalam PSAK 16 (Revisi 2007), terdapat perubahan yang cukup segnifikan mengenai metode pengukuran setelah pengakuan awal. Pada PSAK lama, hanya berlaku satu metode yaitu metode kos, untuk melakukan pengukuran setelah pengakuan awal. Namun pada PSAK 16 (Revisi 2007), terdapat dua metode yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam paragraf 29 :

“Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) dalam par. 30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam par. 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.”

Jadi berdasarkan paragraf tersebut, setiap entitas diperkenankan memilih salah satu model, yaitu apakah model kos ataukah model revaluasi, sebagai kebijakan akuntansinya dalam melakukan pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap3. Jika dibandingkan dengan PSAK 16 (1994), standar tersebut tidak memperkenankan penggunaan model revaluasian dalam pengukuran setelah pengakuan awal dengan alasan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.

Namun, sejak diberlakukannya PSAK 16 (Revisi 2007), entitas dapat memilih salah satu dari dua model berikut:

1. Model Kos (Cost Moel) 2. Model Revaluasi (Revaluation Model)

Jika entitas memilih model kos, maka setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset (paragraf 30).

2 Pengakuan awal mengacu pada periode ketika aset tetap diperoleh. 3 Contoh Kelompok aset yang sama dapat dilihat pada PSAK 16 (revisi 2007) paragraf 37. 

Page 24: Akuntan Muda - Maret 2011

23

Jika entitas menggunakan model revaluasi, maka setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Model revaluasian ini harus diterapkan secara reguler dengan tujuan untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidka berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. (PSAK 16 (revisi 2007) par. 31).

Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah jika suatu aset tetap direvaluasi, maka revaluasi tersebut akan diberlakukan untuk seluruh aset tetap pada kelompok yang sama (PSAK 16 (revisi 2007) par. 36). Misalkan: PT. X memiliki 5 buah mobil pick up (Pick Up No. 1 s/d Pick Up no.5) dan 5 buah motor (motor No. 1 s/d motor No.5) yang semuanya dikelompokkan dalam kelompok aset tetap berupa kendaraan bermotor. Jika perusahaan ingin menerapkan model revaluasian pada mobil pick up No.1, maka semua mobil pick up dan semua motor harus juga diterapkan model revaluasian untuk pengukuran setelah pengakuan awal, bukan hanya pada kelompok motor saja, tapi juga pada kelompok mobil pick up.

Dalam paragraf 34 juga dinyatakan bahwa frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Paragraf tersebut ingin menunjukkan bahwa frekuensi revaluasian tidak harus dilakukan entitas tiap tahun. Dengan berlandaskan pada apakah nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material

Page 25: Akuntan Muda - Maret 2011

24

dari jumlah tercatatnya, maka entitas dapat menentukan frekuensi dilakukannya revaluasi. Jika aset tetap memang mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, maka perlu dilakukan revaluasi tahunan, namun jika perubahan nilai wajar tidak signifikan, maka mungkin revaluasian hanya dilakukan 5 thun sekali.

Pembahasan lebih detail tentang model revaluasian ini, dapat dilihat pada edisi buletin Akuntan Muda berikutnya.

REFERENSI

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2010. Intermediate Accounting. Wiley. NewYork

Standar Akuntansi keuangan per 1 juli 2009. Ikatan Akuntan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta

Workshop dan Diskusi “Pengaruh IFRS terhadap Silabus dan Materi Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru, UI, 2010

Page 26: Akuntan Muda - Maret 2011

25

Permainan Angka dan Fraud

dalam Akuntansi  

Permainan angka-angka keuangan (financial numbers game) dalam akuntansi secara umum bertujuan untuk mengubah kesan mengenai kinerja bisnis suatu perusahaan agar terlihat baik dalam pandangan pengguna laporan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan harga saham, peningkatan insentif manajemen, penghindaran kewajiban pajak, dsb (Mulford & Comiskey 2002).

Ada banyak model permainan angka-angka keuangan dalam akuntansi diantaranya aggressive accounting, earnings management, creative accounting, income smoothing, dan fraudulent financial reporting (Mulford & Comiskey 2002). Secara umum istilah-istilah diatas memiliki filosofi yang sama yaitu bagaimana menciptakan angka-angka di dalam laporan keuangan terutama laba menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Permainan angka-angka tersebut ada yang dapat dilakukan menurut standar akuntansi yang berlaku umum namun ada juga yang tidak sesuai dengan standar. Pengaturan angka-angka dalam laporan keuangan yang tidak sesuai dengan standar ini yang akan menjadi awal terjadinya kecurangan (fraud) dalam penyajian laporan keuangan.

Page 27: Akuntan Muda - Maret 2011

26

Managemen Laba Wolk et al. (2008) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajemen berusaha untuk mempengaruhi laba dengan tujuan, (1) memaksimalkan kompensasi, (2) menghindari pelanggaran perjanjian hutang yang dapat mencegah pembayaran deviden, dan (3) meminimalkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi kemungkinan campur tangan pemerintah. Managemen laba juga didefinisikan sebagai manipulasi aktif terhadap informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dengan tujuan untuk menciptakan perubahan yang berkesan dalam kinerja bisnis (Comiskey, 1996 dalam Mulford & Comiskey, 2002). Proses managemen laba melibatkan adanya pemilihan-pemilihan dalam kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan oleh GAAP. Oleh karena itu managemen laba berkaitan dengan pemilihan kebijakan yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan atau nilai pasar dari perusahaan (Scott, 1997 dalam Mulford & Comiskey, 2002). Earnings management mulai banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika pada tahun 1999 dengan tujuan untuk menyalahgunakan informasi keuangan yang dihasilkan dalam laporan keuangan. Dalam periode tersebut, SEC focus kepada model managemen laba yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk mendistorsi kinerja keuanagan perusahaan yang sesungguhnya untuk mencapai hasil yang diinginkan (SEC 1999 dalam Mulford & Comiskey, 2002).

Secara umum, earnings management merupakan bentuk khusus dari permainan terhadap angka-angka di dalam laporan keuangan yang melibatkan pemilihan berbagai kebijakan-kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan oleh GAAP untuk menghasilkan angka laba yang sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. (Mulford & Comiskey, 2002). Pola manajemen laba yang dapat dilakukan manajer ada dua yaitu meningkatkan laba dan menurunkan laba yang

Page 28: Akuntan Muda - Maret 2011

27

dilaporkan. Pernyataan ini juga didukung secara empiris oleh penelitian-penelitian terdahulu (Herawati & Baridwan, 2007)

Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: (1) hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis), (2) hipotesis perjanjian hutang (the debt covenant hypotesis), dan (3) hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts dan Zimmerman, 1986). Secara umum motivasi untuk melakukan earnings management dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Secara internal, manager melakukan managemen laba untuk mencapai target laba yang telah ditentukan, terutama apabila berkaitan dengan kompoensasi managemen atau bonus (Reitenga, et al. 2002). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa jika laba yang dihasilkan melampaui plafon bonus atau di bawah batas bawah (floor) kontrak bonus, maka manajemen akan cenderung menangguhkan laba sampai periode berikutnya (Wolk et al. 2008). Faktor luar yang mendorong tindakan managemen laba, dapat berasal dari pihak manajemen puncak yang ingin menunjukkan bahwa berkat kepemimpinan mereka performa keuangan perusahaan telah menjadi lebih baik. Terutama bila perusahaan ini adalah perusahaan go publik, maka pihak top manajemen ingin menunjukkan kepada para pemegang saham bahwa kepemimpinan mereka dapat diandalkan. Kecenderungannya akan lebih kuat, bila data aktual hanya berada dibawah sedikit dari target yang diinginkan. Maka earnings management berfungsi untuk “menyempurnakannya” menjadi laporan keuangan yang lebih baik. Tindakan untuk menghindari perjanjian utang, pembayaran dividen dan permasalahan pajak juga merupakan faktor luar yang mendorong terjadinya managemen laba.

Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanipulasi discretionary accruals, yaitu biaya-biaya akrual yang dapat dikendalikan oleh managemen (Wolk et al. 2008). Income smoothing yang merupakan

Page 29: Akuntan Muda - Maret 2011

28

bentuk dari managemen laba untuk meratakan laba dari waktu ke waktu sehingga arus laba yang lebih stabil dengan variansi yang kecil dari tahun ke tahun dapat meningkatkan penilaian perusahaan Terdapat tiga cara untuk melakukan smoothing, yaitu, (1) waktu pencatatan transaksi (timing of transaction) yang merupakan metode yang paling langsung dan paling berpengaruh dalam memanipulasi laba akuntansi, (2) pemilihan metode/prosedur alokasi, (3) klasifikasi smoothing antara operating dan nonoperating income yang dapat diterapkan sebelum APB opinion No.30. (Wolk et al. 2008). Tindakan-tindakan yang berpotensi terhadap managemen laba dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: (Mulford & Comiskey, 2002)

1) Mengubah  metode  depresiasi  (misalnya:  dari  metode  akselerasi menjadi garis l lurus);   

2) Mengubah masa manfaat asset untuk kepentingan penyusutan;  3) Mengubah estimasi nilai sisa untuk kepentingan penyusutan;  4) Menentukan penyisihan yang diperlukan untuk piutang tak tertagih;  5) Menentukan penyisihan untuk kewajiban garansi;  6) Menentukan penilaian penyisihan  yang diperlukan untuk  aktiva pajak 

tangguhan;  7) Menentukan adanya aset‐aset yang tidak terpakai (impaired asset) dan 

kemungkinan‐kemungkinan adanya kerugian akrual.  8) Mengestimasi tahapan penyelesaian persentase pemenuhan kontrak; 9) Mengestimasi kemungkinan realisasi atas klaim kontrak; 10) Mengestimasi  kemungkinan  untuk  melakukan  penurunan  nilai  buku 

(write‐down) terhadap beberapa investasi tertentu; 11) Mengestimasi jumlah restrukturisasi akrual; 12) Menilai keperluan dan jumlah atas inventori yang akan diturunkan nilai 

bukunya (write‐down); 13) Mengestimasi  biaya‐biaya  akrual  yang  berkaitan  dengan  kewajiban 

terhadap lingkungan; 14) Membuat perubahan asumsi aktuaria atas biaya pensiun; 15) Menentukan porsi dari harga untuk pembelian yang ditetapkan untuk 

proses riset dan pengembangan; 

Page 30: Akuntan Muda - Maret 2011

29

16) Menentukan  atau  mengubah  periode  amortisasi  untuk  asset  tak berwujud; 

17) Menentukan seberapa besar variasi biaya‐biaya yang diperlukan untuk pengembangan lahan; 

18) Menentukan  klasifikasi  hedging  yang  sesuai  untuk  instrument keuangan derivatif; 

19) Menentukan apakah investasi memperbolehkan adanya campur tangan dari perusahaan investee; 

20) Menentukan apakah penurunan dalam nilai pasar dari investasi bersifat tetap atau temporer. 

Managemen Laba dan Fraud Managemen Laba dapat diartikan sebagai penggunaan tipu muslihat untuk mendistorsi kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya untuk mencapai hasil yang diinginkan (SEC 1999 dalam Mulford & Comiskey, 2002). Pengertian ini dikemukakan oleh SEC dikarenakan sejak tahun 1990-an banyak perusahaan yang memanfaatkan managemen laba untuk melakukan praktik-praktik kecurangan untuk kepentingan pribadi perusahaan. Kondisi ini semakin diperparah ketika terjadi kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Anderson.

Kasus Enron, Arthur Anderson dan Worldcom merupakan kasus yang sangat menggemparkan dunia dan menciptakan krisis yang cukup serius terhadap kredibilitas proses akuntansi, pelaporan, dan tatakelola perusahaan. Terjadinya kasus-kasus seperti Enron dan Arthur Anderson, dan WorldCom menimbulkan terjadi krisis kepercayaan antara investor dengan perusahaan-perusahaan yang telah go publik (Brooks 2003). Di Indonesia permainan angka-angka keuangan yang terindikasi kecurangan juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma, kasus audit PT Telkom, kasus audit bank beku operasi dan bank beku kegiatan usaha dan beberapa kasus lainnya seperti penggelapan pajak yang melibatkan KAP besar di Indonesia (Ludigdo, 2005).

Page 31: Akuntan Muda - Maret 2011

30

Managemen laba pada dasarnya dapat dilakukan oleh setiap perusahaan, dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Managemen laba yang legal dan biasanya dilakukan oleh setiap perusahaan diantaranya adalah memainkan pertimbangan atas discretionary accruals, menentukan waktu transaksi, pemilihan metode atau prosedur alokasi, dan klasifikasi smoothing antara operating & non operating income. Ketika managemen laba dilakukan dengan tidak didasari oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan dilakukan secara sengaja untuk menyampaikan informasi yang tidak benar bagi pengguna, pada saat itulah managemen laba terindikasi sebagai suatu kecurangan (fraud).

(Oleh: Arif Perdana)

REFERENSI: 

The Financial Numbers Game Detecting Creative Accounting Practices (Charles W Mulford & Eugene E. Comiskey, 2002)

Mengembangkan Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Perspektif untuk Mendorong Perwujudan Good Governance (Unti Ludigdo, 2005)

Accounting Theory : Conceptual Issues in a Political and Economic Environment 7th edition (Harry I Wolk,. et al. 2008)

CEO Bonus Pay, Tax Policy, and Earnings Management (Austin Reitenga, et al., 2002)

Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall International Inc. (Ross L Watts dan Jerold L. Zimmerman, 1986)

Financial Accounting Theory, Third Edition (William R Scott, 2003)

Page 32: Akuntan Muda - Maret 2011

31

Yuk, Bikin Paper!

Mahasiswa pada umumnya punya kewajiban membuat paper, entah itu berbentuk skripsi maupun paper kuliah. Umumnya juga, mahasiswa enggan dengan tugas ini. :D Paper biasanya hanya akan dikerjakan bila sudah mendekati deadline. Pertanda bahwa kita lebih berharap pada the power of kepepet daripada kuatnya aliran energi positif berupa antusiasme. Skripsi jangan ditanya. Kegiatan satu ini menjadi bottleneck di berbagai universitas di Indonesia sehingga muncullah wacana penghapusan skripsi.

Kenyataan ini agak mengherankan karena anak muda biasanya suka penasaran dan giat mencari tahu. Buktinya? Banyak tuh mahasiswa yang tahu betul bahkan hafal serba-serbi klub-klub Liga Inggris. Sementara itu, para mahasiswi yang gaul biasanya tahu betul berbagai jenis kosmetik, harga, dan keunggulannya. Mahasiswa dan mahasiswi ini rela meluangkan waktu untuk mencari tahu berbagai hal yang menjadi minatnya. Lantas, mengapa kesenangan dan antusiasme yang sama tidak ada ketika membuat paper?

If It’s not Fun, It’s not Worth It Banyak mahasiswa memilih topik berdasarkan kelayakannya untuk

diajukan sebagai topik skripsi atau paper. Cara ini punya 1 kelemahan mendasar yaitu kita sendiri belum tentu senang dengan topik yang kita ajukan. Yang penting lulus kan? Iya, namun cara ini hanya

mempercepat kita di awal tanpa ada jaminan bakal cepat sampai akhir.

##11 OOvveerrvviieeww

Page 33: Akuntan Muda - Maret 2011

32

Tidak percaya? Coba bayangkan kita diberi tugas membuat paper 5 halaman mengenai klub bola, merek tas, atau tokoh yang kita kagumi. Sekarang coba bayangkan kita diberi tugas membuat paper 5 halaman mengenai galaksi Bima Sakti. Mana yang lebih cepat waktu pengerjaannya? Kecuali kita seorang pecinta astronomi, hampir pasti tugas pertamalah yang lebih cepat waktu penyelesaiannya. Padahal, bahan tulisan tentang galaksi Bima Sakti justru jauh lebih banyak dari sekedar informasi mengenai klub bola misalnya. Lalu, kenapa penyelesaiannya lebih cepat tugas pertama? Karena kita lebih suka topik tugas pertama.

Simulasi Penerbangan Pernah coba main simulasi penerbangan tanpa membaca manualnya? Ribet. Kesulitan ini mudah diduga karena simulasi penerbangan itu kompleks. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan disinkronkan agar kita bisa menjalankan misi yang diinginkan. Ada arah mata angin, ketinggian, kecepatan pesawat, dan banyak lagi. Oleh karena itu, sebelum main simulasi penerbangan, kita sangat perlu membaca manualnya.

Sementara itu, untuk hal baru sekompleks skripsi atau paper, apakah kita pernah mempelajari manualnya? Ya, kita pernah belajar metode atau metodologi penelitian, namun itu baru 1 bagian dari skripsi yaitu bagian cara melaksanakan sebuah penelitian. Statistik? Itu hanya bagian menguji dan menginterpretasi data. Metode penelitian dan statistik itu penting, namun demikian menyusun skripsi merupakan sesuatu yang lebih kompleks daripada penjumlahan kedua hal tersebut.

Page 34: Akuntan Muda - Maret 2011

33

Paper Benarkah paper itu lebih dari sekedar metode penelitian dan statistik? Secara teoretis, paper bisa dibagi menjadi 3 bagian penting berikut:

Riset Riset secara luas bisa diartikan sebagai suatu kegiatan

terstruktur untuk menemukan jawaban atas suatu masalah tertentu. Riset terdiri dari beberapa bagian yaitu masalah (pertanyaan penelitian), teori, pengembangan hipotesis (dugaan atau jawaban sementara), hipotesis, cara meneliti dan menguji hipotesis (metode penelitian), hasil pengujian hipotesis, interpretasi hasil, diskusi atau pembahasan hasil, simpulan, dan saran.

Menulis laporan riset Riset yang sudah dilaksanakan dilaporkan dan, oleh karenanya,

dinilai dalam bentuk tulisan. Laporan riset merupakan alat bagi kita untuk mengkomunikasikan riset kita kepada pihak lain. Ada beberapa aspek penting laporan riset seperti aspek bahasa, penulisan (e.g. kesalahan ketik), layout dan desain (e.g. membuat dan menempatkan tabel dan gambar yang mudah dibaca dan dimengerti).

Seberapa penting peran penulisan laporan riset yang baik? Pernah melihat seorang pembicara yang bertele-tele, tidak menarik, dan membosankan? Nah, laporan riset sama seperti seorang pembicara. Ia bisa bertele-tele, tidak menarik, dan membosankan. Namun, ia bisa juga ditulis dengan baik, sangat menarik, dan membuat pembaca sangat senang menikmatinya.

Hal-hal penting lain Ada banyak hal penting yang bukan merupakan bagian dari riset

dan pelaporannya itu sendiri, seperti masalah pembimbingan, ketersediaan data, jenis penelitian, sumber literatur, plagiarisme, dan lain-lain. Strategi yang tepat atas hal-hal ini akan sangat membantu dalam memperlancar pembuatan paper.

Kolom Ini Menyusun paper itu relatif kompleks karena, seperti main simulasi penerbangan, ada banyak hal yang perlu dipikirkan dan

Page 35: Akuntan Muda - Maret 2011

34

disinkronkan. Namun demikian, tidak ada yang perlu ditakutkan dari membuat paper karena, pada dasarnya, manusia itu senang dengan hal yang kompleks dan selalu berusaha meningkatkan tingkat kompleksitas hal-hal yang ia kerjakan. Paper atau skripsi itu sendiri hanya tahapan berikutnya dari tingkat kompleksitas yang harus kita hadapi.

Kompleks bukan berarti rumit, susah, atau tidak bisa dikerjakan. Memainkan simulasi penerbangan jauh lebih kompleks daripada main tetris, namun nyatanya banyak sekali yang menyenangi permainan jenis simulasi ini. Bukan hanya permainan simulasi, permainan model strategi semacam Empires, Cityville (Facebook), dan lain-lain juga banyak digemari.

Sesuatu yang kompleks memang lebih memerlukan pemikiran. Namun ini juga berarti bahwa prosesnya akan lebih menantang dan lebih memuaskan. Hal yang perlu kita lakukan agar ‘permainan’ menjadi menyenangkan hanyalah pilih permainan yang kita senangi dan pelajari manualnya.

Kolom ini didedikasikan untuk membantu kita, anda dan saya, agar mampu membuat paper secara lebih menyenangkan. Kolom ini akan membahas bagian-bagian pembuatan paper yaitu riset, penulisan, dan aspek penting lainnya. Kemudian, pembahasan tersebut akan menunjukkan (i) aspek-aspek yang harus kita pilih sendiri agar ‘permainan’ ini jadi menyenangkan, dan (ii) aspek-aspek yang harus kita ikuti/taati menurut kaidah tertentu agar paper kita memenuhi standar penelitian yang baik.

Oke. Bulan depan? Topik! Hal yang pertama sekali perlu kita pikirkan ketika mau memulai menyusun paper atau skripsi.

(arierahayu)

Kredit foto - Creative Commons:

1) ‘Galaxy in the Box’ - http://www.imagingdeepsky.com/ 2) wolgenbill via Flickr ‐ http://bit.ly/fm0ZHg 

Page 36: Akuntan Muda - Maret 2011

35

RReevviieeww BBuukkuu

Reformasi Akuntansi: Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi

Pengarang: Sony Warsono, MAFIS, PhD, Akuntan

Halaman: 251

Penerbit: Asgard Chapter, Yogyakarta, 2010,

Harga: Rp75.000 (softcover) dan Rp100.000 (hardcover)

Bloomfield (2008) dalam artikelnya yang berjudul Accounting As the Language of Business yang diterbitkan di jurnal Accounting Horizons pernah mengemukakan akuntansi sebagai bahasa bisnis. Informasi yang disampaikan oleh akuntansi sebenarnya dapat diurai mulai dari bagian terbesar hingga bagian-bagian terkecil yang menyusunnya. Laporan keuangan terdiri dari komponen aset, utang, ekuitas, pendapatan dan biaya. Komponen ini dapat diuraikan lagi menjadi akun-akun dan sub akun, dan selanjutnya terurai lagi menjadi mekanisme debet dan kredit. Melalui pemrosesan pembukuan seperti jurnal, buku besar, kertas kerja, komponen-komponen ini disusun hingga pada akhirnya menghasilkan laporan keuangan. Pemahaman atas komponen-komponen dalam akuntansi ini menjadi sangat penting.

Penelitian-penelitian akuntansi masa kini sebagian besar hanya terfokus pada dampak dari informasi akuntansi terhadap investor. Penelitian yang berkaitan dengan konsep dasar akuntansi itu sendiri

Page 37: Akuntan Muda - Maret 2011

36

sudah lama ditinggalkan di jurnal-jurnal terkemuka, karena pemahaman ini dianggap sudah mapan. Benarkah demikian ? Sebagai orang-orang yang pernah mempelajari akuntansi, pernahkah kita bertanya, logika seperti apa yang ada di dalam persamaan akuntansi, dan bagaimanakah sebenarnya menjelaskan mekanisme debet kredit secara lebih logis. Hal ini sebenarnya menjadi introspeksi bagi individu-individu yang berkecimpung dalam dunia akuntansi. Tidak jarang bahkan pakar-pakar akuntansi yang berbicara melangit tentang akuntansi namun tidak dapat menjelaskan secara logis tentang logika dasar akuntansi.

Sony Warsono, MAFIS., PhD. dalam bukunya yang berjudul Reformasi Akuntansi: Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi berusaha menguraikan secara gamblang mengenai kekurangjelasan atas pemahaman dasar akuntansi dengan menggunakan basis pemikiran matematis. Ide dasar untuk mereformasi pemahaman akuntansi yang bersifat bounded rationality ini sebelumnya sudah dipaparkan pada sejumlah artikel-artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan pada beberapa seminar dan konferensi akuntansi internasional, hingga pada akhirnya di awal tahun 2010, ide-ide ini dikumpulkan menjadi sebentuk buku yang dapat membuka cakrawala berfikir kita lebih luas, kritis dan logis tentang akuntansi. Paparan penting yang dikemukakan dalam buku ini antara lain mengenai pemahaman logis atas mekanisme debet kredit, persamaan dasar akuntansi, akun, dan dilanjutkan dengan dampaknya terhadap definisi-definisi elemen laporan keuangan, penyusunan standar serta pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan.

Buku ini disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama berisikan berbagai fakta menarik tentang akuntansi. Penulis buku memulai bahasannya dengan memberikan gambaran bahwa pembelajaran akuntansi saat ini belum cukup efektif dan memberikan kontribusi yang nyata dalam kehidupan sosial. Informasi akuntansi dipercaya hanya memberikan kontribusi yang sedikit bagi para investor

Page 38: Akuntan Muda - Maret 2011

37

dikarenakan sifatnya yang historis atau backward-looking information. Dalam bagian pertama ini, penulis menekankan pentingnya kontribusi yang lebih nyata bagi akuntansi dalam kehidupan sosial. Akuntansi seharusnya tidak bersifat statis tetapi harus lebih berkembang. Ide akuntansi matematika diawarkan karena sifatnya yang logis dan akuntansi pertama kali juga dikemukakan di dalam buku matematika oleh ahli matematika Luca Pacioli.

Bagian kedua dari buku ini membahas tentang rasionalitas dalam pengembangan akuntansi. Apa yang terjadi saat ini dalam ilmu akuntansi hanya bersifat rasionalitas terbelenggu (bounded rationality). Pilihan-pilihan atas prinsip, teknik dan metode akuntansi yang diterapkan sebagian besar dikarenakan mengikuti apa yang banyak dipakai dan digunakan oleh accounting scholar, tanpa berupaya untuk mengkaji dari sisi rasionalitasnya tentang pilihan yang diambil tersebut. Penjelasan dari bagian kedua ini dilanjutkan pada bagian ketiga yang menjelaskan contoh-contoh bounded rationality dalam akuntansi. Ilmu matematika yang mendasari terbentuknya akuntansi seharusnya menjadi landasan pokok dalam pemahaman akuntansi, terutama yang berkaitan dengan akun dan debet kredit. Pemahaman debet kredit belum berada pada tahap know why, bahkan ironisnya debet kredit dianggap sebagai pemahaman dogmatis yang tidak memerlukan penjelasan logis.

Mekanisme debet dan kredit merupakan “sel” yang menjadi dasar terciptanya informasi akuntansi. Meskipun mekanisme ini sangat penting, namun demikian tidak ada buku teks akuntansi yang memberikan pemahaman secara logis atas mekanisme ini. Padahal di di akhir abad ke 19, beberapa filosof dan ilmuwan seperti Johann Wolfgang von Goethe mengatakan pembukuan yang merupakan bagian dari akuntansi sebagai satu penemuan paling fair dalam sejarah pemikiran manusia, sementara itu Sir George Cayley mengatakan pembukuan merupakan satu dari dua pengetahuan yang sempurna.

Page 39: Akuntan Muda - Maret 2011

38

Pemahaman atas debet dan kredit dalam akuntansi dianggap oleh sebagian pakar akuntansi sebagai pengetahuan yang remeh temeh dan tidak perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Beberapa literatur akuntansi ada yang menyatakan bahwa mekanisme debet dan kredit adalah kesepakatan, dogmatis dan ada juga yang mengatakan hanya sekedar untuk membedakan antara penambahan dan pengurangan, serta yang paling parah adalah menyatakan debet dan kredit sebagai pembeda antara sisi kiri dan kanan. Sebagai bagian terkecil atau “sel” yang menyusun informasi akuntansi, tentunya pemahaman yang salah dan tidak logis atas mekanisme debet dan kredit akan mempengaruhi penyusunan standar dan informasi akuntansi. Melalui logika matematika, mekanisme debet dan kredit sebenarnya dapat dijelaskan secara lebih logis.

Mekanisme debet dan kredit memiliki hubungan yang erat dengan persamaan dasar akuntansi. “Aset = Utang + Ekuitas” merupakan persamaan dasar akuntansi. Persamaan ini dapat dikembangkan lagi menjadi “Aset = Utang + Ekuitas + Pendapatan – Biaya” ( A = U + E + P – B ). Persamaan ini sebenarnya berakar dari konsep “penggunaan dana (use of fund) = sumber dana (source of fund)” Jika konsep ini dikuantifikasi, hukum matematika akan berlaku secara penuh, sehingga persamaan “A = U + E + P – B” juga harus dapat dijelaskan dengan hukum-hukum matematika seperti hukum asosiatif dalam penjumlahan. Yang menjadi pertanyaan sekarang, pernahkah kita sebagai orang-orang yang pernah belajar akuntansi menemukan literatur yang menuliskan persamaan di atas menjadi “A + B = U + E + P” ?. Secara matematika boleh, namun secara akuntansi makruh. Tentunya hal ini menjadi suatu hal yang kurang logis. Meskipun tampak sederhana, namun jika dijelaskan secara rasional perubahan posisi aset dan biaya pada posisi use of fund, akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Melalui penggunaan rasionalitas matematika dan kelima elemen dalam persamaan akuntansi tersebut, ada 15 tipe transaksi yang dapat dirumuskan, dan beberapa diantaranya

Page 40: Akuntan Muda - Maret 2011

39

barangkali belum pernah terpikirkan dan dibahas dalam buku-buku teks akuntansi. Rasionalitas matematika juga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi definisi-definisi elemen-elemen dalam laporan keuangan sehingga konsistensinya lebih terjaga.

Bagian keempat dalam buku ini menyajikan pola pikir rasional yang terbelenggu yang terjadi dalam penyusunan standar terutama pendefinisian elemen laporan keuangan yang didalamnya belum mencakup transaksi-transaksi yang mungkin terjadi dan melibatkan elemen tersebut. Pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan juga tak luput dari bahasan penulis. Artikulasi laporan keuangan menghendaki elemen-elemen dalam laporan keuangan yaitu neraca dan laba rugi dapat didefinisikan secara matematis, sehingga untuk menyusun laporan keuangan terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi. Namun demikian pemilihan dari salah satu pendekatan tersebut hanya akan menimbulkan masalah atas informasi keuangan yang disajikan. Solusi yang ditawarkan dalam buku ini adalah melalui pendekatan artikulasi yang disempurnakan melalui rasionalitas matematika dan pendekatan sistem.

Pada bagian akhir buku ini, penulis berupaya memberikan pemahaman bahwa penggunaan logika matematis dalam akuntansi bermanfaat untuk mengeliminasi rasionalitas terbelenggu dalam pengembangan akuntansi. Melalui logika matematika, akuntansi seharusnya tidak hanya bermanfaat untuk menghasilkan informasi yang sifatnya backward-looking information, tetapi akuntansi juga harus dapat mengukur nilai (value) sehingga lebih bermanfaat sebagai forward-looking information. Akuntansi seharusnya dikembangkan sebagai teknologi adaptif yang didalamnya melibatkan teknologi seni, sosial dan mekanik. Perlakuan akuntansi sebagai teknologi adaptif akan menyebabkan akuntansi dapat memenuhi unsur “rasa” manusia yang dapat mengatur hubungan antar manusia sehingga kebutuhan obyektif manusia dapat terpenuhi dengan baik.

Page 41: Akuntan Muda - Maret 2011

40

Sejarah membuktikan bahwa ilmu dan pengetahuan yang didasari oleh logika matematika yang mapan seperti pada bidang keteknikan (engineering) dan komputasi berkembang sangat pesat diluar jangkauan pemikiran manusia beberapa puluh tahun yang lalu. Akankah melalui logika matematika, akuntansi dapat berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang berkembang sangat pesat dengan pemahaman yang lebih baik dan kontribusi yang nyata bagi kehidupan manusia?

Di dalam buku ini Warsono, mengajak akademisi dan praktisi untuk berfikir lebih rasional tentang apa yang terjadi dalam kajian akuntansi selama ini. Pemahaman yang banyak dianut oleh pakar akuntansi pada dasarnya belum tentu merupakan suatu kebenaran yang mutlak. Melalui logika matematika, akuntansi dapat dijelaskan secara lebih logis dan ilmiah.

Sony Warsono merupakan staf pengajar akuntasi Universitas Gadjah Mada, area riset yang digeluti berkaitan dengan sistem informasi, good corporate governance, akuntansi keuangan dan knowledge management.

(Arif Perdana)