Etika Profesi Akuntan

54
ETIKA PROFESI AKUNTAN Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia Disusun Oleh : Novi Rianti (8335128435) Syarifah Naila Banahsan (8335128453) Yudhi Tri Perwira (8335128457) S1 Akuntansi Non Reguler A 2012 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

description

kode etik akuntan

Transcript of Etika Profesi Akuntan

ETIKA PROFESI AKUNTAN

Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia

Disusun Oleh :

Novi Rianti (8335128435)Syarifah Naila Banahsan (8335128453)

Yudhi Tri Perwira (8335128457)S1 Akuntansi Non Reguler A 2012

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2015

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangEtika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagai seorang akuntan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya. Namun, menjadi seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Kode etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional bagi anggota. Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pengembangan kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional akuntan. Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya.1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang, maka penulis bermaksud merumuskan masalah sebagai berikut :1. Apakah pengertian Profesi dan Profesi Akuntan?2. Apa Jenis-Jenis Profesi Akuntan ?3. Apakah Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan International Federation Of Accountants (IFAC) ?1.3. Tujuan PenulisanApapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:1. Untuk Menjelaskan Pengertian Kode Etik Profesi Akuntan.

2. Untuk Menjelaskan Jenis-Jenis Profesi Akuntan.

3. Untuk Menjelaskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan International Federation Of Accountants (IFAC).

BAB II

ISI1.1. Pendahuluan1.1.1. Profesi AkuntanSaat ini yang dapat disebut sebagai akuntan adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan strata 1 (S1) program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi Akuntan melalui pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI). Bidang pekerjaan dan ruang lingkup tugas para akuntan ini bisa sangat luas dan beragam. Mereka dapat bekarja di sektor swasta dan sektor publik (BUMN, lembaga-lembaga negara, dan pemerintahan). Pada sektor swasta (perusahaan dan lembaga non pemerintahan), mereka bisa bekerja pada Departemen/Bagian Akuntansi, Keuangan, Anggaran, Audit Internal, dan bagian lain yang sejenis.Menurut InternationalFederationofAccountants (dalamRegar,2003) yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidangpekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.

Dalamartisempit, profesiakuntanadalahlingkuppekerjaan yang dilakukan oleh Akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultanmanajemen. Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagaisalah satubidang profesi seperti organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia(IDI). Supaya dikatakanprofesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagaipihakyang memerlukan profesi, mempercayaihasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:

a. Memilikibidangilmuyangditekuninyayaituyangmerupakan pedoman dalam melaksanakankeprofesiannya.

b. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.

c. Berhimpundalamsuatuorganisasiresmiyangdiakuioleh masyarakat atau pemerintah.

d. Keahliannyadibutuhkanolehmasyarakat.

e. Bekerja bukandengan motif komersiltetapi didasarkankepada fungsinya sebagai kepercayaanmasyarakat.

1.1.2. Profesi Akuntan PublikBerdasarkan Undang-Undang Akuntan Publik (UU AP) tahun 2011, yang dimaksud dengan akuntan publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa atau menjalankan praktik akuntan publik. Jasa yang diberikan oleh akuntan publik yaitu jasa asurans (assurance service) atau jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi akuntan publik. Menurut Boynton dkk (2002: 20), assurance service adalah jasa profesional independen yang mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya untuk kepentingan para pengambil keputusan. Contoh assurance service antara lain adalah jasa audit atas laporan keuangan, jasa review atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan, dan lain sebagainya.Izin menjadi akuntan publik diberikan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang. Untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah.

b. Berpengalaman praktik memberikan jasa profesional akuntan publik.

c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

e. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin akuntan publik.

f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana p enjara 5 (lima) tahun atau lebih.

g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri.

h. Tidak berada dalam pengampuan.

1.1.3. Kode Etik Profesi Akuntan PublikDalam menjalankan perannya seorang akuntan publik diatur oleh suatu kode etik. Kode etik akuntan publik yaitu norma perulaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan para klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya, dan atara profesi dengan masyarakat.

Kode etik akuntan publik di Indonesia disusun oleh dewan standar profesional akuntan publik institut akuntan publik indonesia (DSPAP IAPI). IAPI adalah untuk menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan mengacu pada standar internasional.

Kode etik akuntan publik terdiri dari dua bagian, yanitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari kode etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.

1.1.4. EtikaKata etika berasal dari kata ethos yang dalam bahasa Yunani artinya kebiasaan atau karakter (Siagian, 1996: 3). Ia merupakan cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata etika mempunyai tiga makna yang salah satunya adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Sedangkan menurut Bertens (2004: 32), arti etika dapat dianalisis dari dua sudut pandang, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan walaupun seharusnya dipraktikkan. Sebagai refleksi, etika merupakan pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi, kita berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari pengertian -pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pedoman bagi seseorang mengenai baik buruknya atau benar salahnya suatu perbuatan.

Di Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan karena sila berarti dasar, kaidah atau aturan, sedangkan su berarti baik, benar, dan bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa yang disebut dengan kaidah profesional yang khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan. Oleh karena merupakan konsensus, maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya disebut seb agai kode etik. Sifat sanksinya berupa moral psikologi, yaitu dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang bersangkutan.

Etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Dalam hal ini perilaku moral lebih terbatas pada pengerti an yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu (Ludigdo, 1999: 4). Dengan demikian, yang dimaksud etika dalam konteks penelitian ini adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui proses penentuan yang kompleks (dengan menyeimbangkan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pangalaman dan pembelajaran dari masing masing individu), sehingga dia dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukannya dalam situasi tertentu.

1.1.5. Etika dalam Profesionalisme Akuntan Publik

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan meningkat, jika profesi mewujudkan standar kerja dan perilaku yang tinggi dan memenuhi semua kebutuhan. Oleh karena itu, profesi-profesi seperti wartawan, arsitek, dokter, dan tak terkecuali akuntan harus memperhatikan etika profesi mereka.

Etika meliputi sifatsifat manusia yang disiplin atas diri sendiri melebihi persyaratan atau kewajiban menurut UndangUndang. Bagi akuntan publik, etika profesi merupakan prinsip moral yang mengatur hubungan antara sesama rekan akuntan dengan para langganannya serta hubungan antara sesama rekan dengan masyarakat. Kepercayaan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha terhadap cara pelaporan, nasehat yang diberikan, serta jasa-jasa yang diberikan ditentukan oleh keahlian, kebebasan tindakan dan pikiran, serta integritas moral.

Karena akuntan publik merupakan pekerjaan profesional, etika mempunyai peran yang penting dalam profesi ini. Akuntan publik sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai suatu profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus berperilaku profesio nal. Masyarakat telah memberikan arti khusus pada istilah profesional, yaitu para profesional tersebut diharapkan untuk bertindak pada tingkat yang lebih tinggi dari kebanyakan anggota masyarakat. Jadi para akuntan publik harus menjunjung tinggi etika dalam melakoni perannya agar masyarakat percaya terhadap jasa yang diberikannya. Kepercayaan dari masyarakat ini penting karena adanya ketidakpercayaan masyarakat pada satu atau beberapa akuntan publik akan dapat merugikan akuntan publik yang lain.

1.1.6. Dilema Etis Dilema Etis: Realitas yang Tidak Bisa Dihindari Posisi akuntan publik berada di tengah-tengah para pemangku kepentingan pengguna informsi laporan keuangan. Ada kepentingan manajemen perusahaan, kepentingan para shareholder, dan pihak luar lain yang mana kepentingannya berbeda -beda. Posisi ini membuat akuntan publik banyak bersinggungan dengan masalah yang biasa disebut dengan konflik audit atau dilema etis. Arens & Loebbecke (2000) menyatakan dilema etis adalah situasi yang dihadapi seseorang sehingga keputusan mengenai perilaku yang layak harus dibuat.

Dilema etis merupakan persoalan yang cukup serius, terlebih bila dialami oleh seorang profesional. Suatu saat akuntan publik juga mengalami keadaan yang mengharuskan ia mengambil tindakan yang benar dan keputusan yang bijak (Dunfee & Donaldson 1995 dalam Farhan 2009: 54). Pernyataan tersebut terbukti benar karena dilema etis juga menghampiri para informan yang sudah bertahun-tahun menekuni bidang akuntan publik. Dari kelima informan, hanya Raka saja yang mengaku tidak pernah mengalami konflik audit. Keempat informan lainnya beberapa kali pernah mendapati dirinya berada dalam situasi konflik, bahkan Andini mengaku sering mengalami dilema etis.

Di bawah ini adalah beberapa dilema etis yang kerap muncul menghampiri informan. Dilema etis ini disajikan dengan cara dikaitkan pada ancaman terhadap kode etik.

1. Penerimaan Perikatan: Klien versus Keahlian ProfesionalDilema etis ini biasanya dialami Jakob ketika ada penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) baru, dimana calon klien pertama kali menerapkan SAK tersebut dalam laporan keuangannya. Dalam hal ini Jakob akan mengukur terlebih dahulu kemampuan timnya terkait pengetahuan dan penerapan SAK baru tersebut, apakah suda h memadahi atau belum, baru kemudian memutuskan untuk menerima atau menolak perikatan itu. Langkah yang diambil Jakob ini sejalan dengan apa yang tertera dalam aturan etika akuntan bagian Penunjukkan KAP, Praktisi, atau Jaringan KAP.Selanjutnya dalam kode etik juga disebutkan bahwa ketika ancaman itu signifikan, praktisi harus menolak perikatan. Imbalan Jasa Profesional (Fee minimal)Berdasarkan isi paragraf 1, seksi 240, Kode Etik Akuntan Publik bagian B, sebenarnya tidak ada patokan berapa jumlah imbalan jasa yang seharusnya diterima oleh KAP. Imbalan jasa ditentukan berdasarkan kesepakatan antara klien dan KAP. Namun pada kenyataannya untuk mencapai kesepakatan harga tidaklah mudah. Beberapa klien selalu meminta pembayaran yang lebih rendah dari pada yang diusulkan. Padahal kalau dibandingkan antara jumlah KAP dengan perusahaan yang membutuhkan jasanya, seharusnya perusahaan membayar mahal, ka rena jumlah perusahaan yang butuh diaudit jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah KAP. Dengan mengaitkan hukum demand and supply, Tuanakotta (2011: 226) berargumen bahwa apabila jumlah akuntan publik terlalu sedikit, maka jumlah service provider sedikit, atau jumlah supply relatif sedikit dibandingkan dengan demand akan jasa akuntan publik. Harga (fee) seharusnya naik atau stabil pada tingkat yang tinggi.

2. IndependensiSetiap ketentuan yang mengatur tentang akuntan publik, baik itu SPAP, SPM, maupun kode etik mewajibkan akuntan publik untuk bersikap independen terhadap klien sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik. Menurut KBBI, independen artinya berdiri sendiri, berjiwa bebas, tidak terikat pada pihak lain. Independensi merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena ak untan dituntut independen dari pengaruh klien sedangkan di sisi lain akuntan harus memenuhi keinginan klien karena klien lah yang membayar imbalan. Oleh sebab itulah sering terjadi dilema etis dalam hal independensi.Situasi yang terkait masalah independensi ini pun sangat luas dan muncul dari berbagai macam penyebab. Akuntan publik dikhawatirkan tidak independen jika dia mempunyai hubungan dengan klien, mulai dari hubungan keluarga, hubungan kedekatan, hubungan keuangan, hubungan ekonomi, maupun hubungan lainnya. Penyebab kedua yang bisa membuat akuntan publik dilema terkait independensi adalah adanya ancaman intimidasi dari klien. Klien bisa mengancam akuntan publik untuk pemutusan perikatan atau tidak memakai jasanya lagi jika akuntan publik tidak menuruti permintaan klien. Dilema etis yang dialami oleh para informan kebanyakan adalah yang terkait kedekatan hubungan dan permintaan klien.

1.2. Jenis-Jenis Akuntan Di Indonesia1.2.1. Akuntan Publik

Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen keuanganR.I.

Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan Bersertifikat Akuntan Publik (BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat Akuntan Publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai Akuntan Publik dari DepartemenKeuangan.Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk kepada praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi ini berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para pelanggan.

Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun 1945. Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya terdiri dari wakil-wakil profesi akuntansi dan pengusaha.

1.2.2. AkuntanPemerintah

Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah seperti di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain.

1.2.3. Akuntan Pendidik

Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi yatu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan enelitian di bidang akuntansi.

1.2.4. Akuntan Manajemen/Perusahaan

Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan, penyusunan anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan pemeriksaan intern.

1.3. Struktur Etika Institut Akuntan IndonesiaTujuan profesi akuntan adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI tahun 1998), yaitu:

a) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sitem informasi.

b) Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang akuntan.

c) Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

d) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Faktor kunci pofesi akuntan-yaitu keberadaan dan perkembangan profesi akuntan itu sendiri-ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan, sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat kualitas jasa (pengetahuan dan keterampilan teknis dibidang akuntansi serta disiplin ilmu terkait) dan tingkat ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam mematuhi kode etik profesi akuntansi.

Struktur kode etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan struktur atau jenjang (hierarchy), yaitu : (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, (4) Tanya Jawab Etika.

Prinsip Etika disusun oleh IAI dan disahkan dalam rapatanggota IAI. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi penyusunan Aturan Etika semua kompartement/institut profesi sejenis. Prinsip Etika berlaku bagi semua anggota IAI. Aturan Etika merupakan pedoman perilaku bagi semua anggota kompartement/institut sejenis, seperti IAPI, IAI-KAPd, IAI-KAM, IAI-KASP. Aturan Etika ini disusun oleh msing-masing kompartement/institut profesi sejenis dan disahkan dalam rapat anggota kompartemen/institut yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan penafsiran, penjelasan, atau elaborsi lebih lanjut atas hal-hal, isu-isu, dan pasal-pasal yang diatur dalam Aturan Etika, yang dianggap memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan atas Aturan Etika Yng dimaksud. Interpretasi Etika ini dikeluarkan oleh suatu badan yang dibentuk oleh pengurus kompartement/institut yang bersangkutan. Pada tingkat paling bawah, dimungkinkan adanya tanya-jawab yang berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya-jawab ini dapat dilakukan dengan Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh pengurus kompartement/institut yang bersangkutan. Pada gambar 7.2 diberikan skema penerapan etika berdasarkan struktur/jenjang, sedangkan pada gambar 7.3 diberikan struktur/rerangka kode etik IAI dengan IAI-KAP (sekarang bernama Institut Akuntan Publik Indonesia-IAPI) sebelum diberlakukannya kode etik IAPI yang baru.Gambar 7.2 Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia

Gambar 7.3 Rerangka Kode Etik IAI dan IAPI

1.3.1. Prinsip Etika Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)Organisasi Institut Akuntan Indonesia (dulu bernama Ikatan Akuntan Indonesia)-disingkat IAI-lahir 12 tahun setelah indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23 Desember 1957 (T.M. Tuankotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan pengurusnya terdiri atas:

Ketua

: Prof. Soemardjo

Panitera: Drs. Go Tie Siem

Bendahara: Drs. Basuki T. Siddharta

Komisaris: Drs. Tan Tong Joe & Drs. Hendra Darmawan

Pada saat itu hanya ada sebelas angkuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru di sahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita Negara RI No 24 tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23 Desesmber 1957.

Yang dapat disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah mengikuti pendidikan akuntan secara formal berdasarkan UU No 34 Tahun 1954 dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian Negara Akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen Keuangan RI. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, para akuntan ini dapat berprofesi baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintah (sebagai akuntan manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan publik, dan akuntan sektor publik).

Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada era pemerintahan Orde Baru serta dengan dibukanya kebijakan investasi bagi modal asing, memungkinkan pertumbuhan dan kemajuan yang juga dicapai oleh mereka yang berprofesi sebagai akuntan publik. Oleh karena itu, para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan publik ini sepakat untuk membentuk sub-organisasi tersendiri dibawah IAI pada tanggal 7 April 1977, yang saat itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Diawali oleh para akuntan publik, para akuntan lainnya juga membentuk sub-sub organisasi sesuai dengan spesialisasinya, seperti : IAI-Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd),IAI-kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM), dan IAI-Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP).

Selanjutnya,terjadi peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 yang menandai tonggak baru perubahan organisasi dalam tubuh IAI,dimana sub organisasi IAI-KAP berubah organisasi baru yang independent dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). IAI-KAP kemudia dibubarkan, namun sebagai gantinya IAPI secara kelembagaan mendaftarkan diri sebagai anggota IAI dan mendapat persetujuan dari IAI pada tanggal 4 Juni 2007.Dengan diterimanya IAPI menjadi anggota IAI secara kelembagaan, maka keanggotaan IAI pun mengalami perubahan dan perluasan. Tampaknya ada kecenderungan kiuat bahwa masing-masing kompertement lainnya akan mengikuti jejak IAI-KAP untuk membentuk organisasi Independent serupa

Ikatan Akuntan Indonesia juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap mempertahankan singkatan yang dipakai, yaitu IAI selama beberapa periode kepengurusan, IAI cukup dipimpin oleh seorang ketua. Namun dengan main besarnya organisasi dan makin kompleksnya permasalahan yang di hadapi, maka pada dua periode kepengurusan IAI terakhir ini, IAI telah dipimpin oleh satu badan pengurus yang disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN). Dpn merupakan suatu badan yang mirip dengan Dewan Direksi pada suatu organisasi perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Persyaratan untuk menjadi anggota IAI juga mengalami perubahan, seiring dengan masuknya IAPI sebagai anggota IAI atas nama kelembagaan. Bila dulu yang dapat menjadi anggota IAI hanyalah peroranngan yang telah memperoleh gelar akuntan, maka kini persyaratan ini lebih di perlonggar dengan di perbolehkannya anggota lembaga dan anggota perorangan yang bukan akuntan, asalkan memenuihi persyaratan tertentu yang ditentukan oleh IAI. Bila saat didirikan jumlah akuntan hanya 11 akuntan, maka pada akhir bulan Desember 2008 nomor register akuntan di Depatemen Keuangan telah sampai D-46.094,walaupun tidak semuanya terdaftar sebagai anggota IAI.Prinsip- prinsip Etika Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Kode etik akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001: 53)

1. Tanggung Jawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.

Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

3. Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4. Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

7. Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Gambar 7.4 Proses Penalaran Prinsip EtikaKepentingan Publik (Prinsip ke-2)

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

Prinsip ke 2: Kepentingan Publik menyiratkan hal-hal sebagai berikut:

a. Masyarakat/publik membutuhkan dan mengandalkan informasi (laporan keuangan, laporan audit) yang dihasilkan oleh profesi akuntan untuk mengambil berbagai jenis keputusan bisnis, ekonomis, dan politik.

b. Efektivitas keputusan publik ini bergantung pada kualitas informasi yang disampaikan oleh profesi akuntan.

c. Profesi akuntan akan tetap berada pada posisi penting bila setiap akuntan selalu dapat memelihara kepercayaan publik.

d. Penghormatan kepada kepercayaan publik ini hanya dapat dilakukan bila setiap akuntan dapat menunjukkan komitmen dan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.

Tanggung Jawab Profesi (Profesi ke-1)

Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Prinsip ke-1: Tanggung Jawab Profesi diperlukan sebagai konsekuensi logis dari keharusan profesi akuntan untuk menjaga kepercayaan publik. Perinsip ini menyiratkan arti bahwa:

a. Publik menuntut tanggung jawab profesi akuntan untuk selalu menjaga kualitas informasi yang disampaikan.

b. Dalam menjalankan profesinya, setiap akuntan akan sering dihadapkan pada berbagai bentuk benturan kepentingan (conflict of interest), misalnya:

Kepentingan Pribadi versus kepentingan publik.

Kepentingan atasan (untuk akuntan manajemen/akuntan pemerintah) versus kepentingan publik.

Kepentingan klien pemberi tugas (untuk akuntan pemeriksa/auditor independen) dengan kepentingan publik. Untuk itu, akuntan harus selalu lebih mengedepankan kepentingan yang lebih besar (kepentingan publik).

c. Mengedepankan kepentingan publik hanya dapat dilakukan bila akuntan selalu menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan.

Kompetensi (Prinsip ke-3 sampai dengan prinsip ke-8)

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetenesi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

Istilah kompetensi mengandung arti: kecakapan, kemampuan, kewenangan, dan penguasaan. Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai penguasaan dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan profesinya sehingga menumbuhkan kepercayaan publik. Dengan kepercayaan tersebut, publik memberi mandat dan wewenang kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Bila publik mulai meragukan kompetensi seorang profesional dalam menjalankan dalam profesinya, maka bisa berakibat publik tidak lagi memercayai kinerja seorang profesional tersebut sehingga dengan sendirinya publik tidak lagi memberi mandat atu kewenangan kepada yang bersangkutan dalam menjalankan profesinya. Itulah sebabnya, para akuntan harus selalu memelihara kepercayaan publik dan menumbuhkan rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga kepercayaan publik. Rasa tanggung jawab yang tinggi hanya dapat diwujudkan melalui pengembangan dan pemeliharaan kompetensi pada tingkat yang tinggi.

Pengertian kompetensi mencakup tiga rana, yaitu: kognitif(pengetahuan/knowledge), afeksi(sikap dan perilaku-attitude-meliputi:etika,kecerdasa emosional dan spiritual) dan psikomotorik(keterampilan teknis atau fisik). Untuk profesi akuntan, ketiga rana kmpetensi ini mencakup:(a) aspek kognitif, yaitu pengetahuan akuntansi dan disiplin ilmu terkait (knowledge): (b) aspek afeksi, yaitu sikap dan perilaku etis, kemampuan berkomunikasi: dan (c) aspek psikomotorik, yaitu keterampilan teknis atau fisik, misalnya: penguasaan teknologi informasi(komputer), teknis audit dan sebagainya.

IAI telah menetapkan enam prinsip etika yang berhubungan dengan keharusan memilik kompetensi tinggi ini yaitu:

1. Kompetensi pada rana kognitif: prinsip kelima-kompetensi dan kehati-hatian profesional.

2. Kompetensi pada ramah afeksi:

a. Prinsip ketiga-integritas

b. Prinsip keempat-objektivitas

c. Prinsip keenam-kerahasiaan

d. Prinsip ketujuh-perilaku profesional

3. Kompetensi pada rana psikomotorik: prinsip kedelapan-standar teknis.

1.3.2. Prinsip Etika Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI)IAPI sebagai salah satu sub organisasi profesi akuntan publik indonesia yang bernaung dibawah organusasi induknya-IAI-,telah menetapkan dan menerbitkan kode etik profesi akuntan publik yang baru yang berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2010. Sebelumnya, kode etik IAPI ini desebut Aturan Etika yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Prinsip Etika-IAI.

Hal yang unik terjadi, dimana IAPI sebagai salah satu sub organisasi dibawah IAI, justru telah lebih dahulu menetapkan kode etik baru sejalan dengan perkembangan akuntansi dan auditing menuju era global. Sementara itu, IAI sebagai organisasi induk, bekum melakukan penyesuanian struktur dan prinsip etika IAI. Akibatnya saat ini terdapat ketidakterpaduan Prinsip Etika antara yang ditetapkan oleh IAI dengan Prinsip Etika yang ada pada Kode Etik IAPI yang baru. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, didalam organisasi IAI terdapat beberapa Kompartement/Institut Profesi sejenis sesuai dengan spesialisasi/sub profesinya, antara lain: Institut Akuntan Publik Indonesia, disingkat IAPI (dulu: Kompartement Akuntan Publik), Kompartement Akuntan Manajemen, Kompartement Akuntan Pendidik dan Kompartement Akuntan Sektor Publik. Saat ini Kompartement/Institut telah memliki Kode Etik(Aturan Etika) tersendiri adalah IAPI.

Praktik Akuntan Publik dijalankan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) anggota IAPI. Jasa akuntan publik meliputi pemberian jasa profesional kepada clien yang dapat berupa jasa audit, jasa attestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Agoes, 2004).

Kode Etik Etika IAPI yang baru disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: (IAPI, 2008). Bagian A berisi prinsip dasar etika profesi yang terdiri dari;

Seksi 100 Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesi

Seksi 110 Prinsip Integritas

Seksi 120 Prinsip Objektivitas

Seksi 130 Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional

Seksi 140 Prinsip Kerahasiaan

Seksi 150 Prinsip Perilaku Profesional

Bagian B Aturan Etika Profesi yang terdiri dari:

Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan

Seksi 210 Penunjukkan Praktisi,KAP,atau Jaringan KAP

Seksi 220 Benturan Kepentingan

Seksi 230 Pendapat Kedua

Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi lainnya

Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional

Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau bentuk Keramah Tamahan lainnya

Seksi 270 Penyimpanan Aset milik Klien

Seksi 280 Objektivitas-Semua Jasa Profesional

Seksi 290 Independensi Daalam Perikatan Assurance

Struktur kode etik IAPI tampaknya telah disesuaikan dengan Struktur Kode Etik: the International federation of Accountantc/IFAC. Kode Etik IFAC ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya.

Sedikitnya ada dua hal yang perludicatat dari kodeetik IAPI yang baru ini. Pertama, prinsip dasar etika IAPI hanya ada lima (5) yaitu: integritas,objektivitas, kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional kerahasiaan, dan perilaku profesional. Bandingkan dengan kode etik IAI yang jumlahnya ada delapan (8) yang terdiri atas: tanggung jawab profesional, kepentingan publik, ingtegritas, objektivitas, kompetensi serta sikap lecermatan dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional,dan standar teknis. 3 prinsip yang diberi hurup tebal tidak lagi tercantum pada prinsip etika IAPI. Kedua, adanya pengaturan baru tentang Ancaman dan Pencegahan, dan tidak diatur/tidak ada dalam aturan etika IAPI yang lama. Pada seksi 100: kode etik IAPI (2008) dijelaskan pengertian ancaman yang dimaksudkan sebagai sesuatu kondisi atau hal yang mengancam terhadap kepatuhan kepada prinsip dasar etika profesi, sedangkan pencegahan dimaksudkan upaya untuk menghilangkan ancaman atau menguranginya ketingkat yang dapat diterima sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap terjaga.

Ada 5 jenis ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, yaitu; ancaman kepentingan pribadi, ancama telah pribadi, ancama advokasi, ancama kedekatan, dan ancaman intimidasi. Penjelasan kelima jenis ancmana tersebut tersebut dijumpai pada seksi 100.10 Kode Etik IAPI sebagai berikut :

1. Ancaman kepentingan pribadi terjadi sebagai akibat dari kepentingan keuangan, maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekat Praktisi burung (100.10.a),

2. Ancaman Telah Pribadi Terjadi ketika pertimbangan yang diberikan sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Partisi yang bertanggung jawab atas pertimbangan tersebut (100.10.b),

3. Ancaman Avokasi terjadi ketika Praktisi menyatakan tetap atau sikap atau terdapat mengenai sesuatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya dari Praktisi tersebut (100.10.c),

4. Ancaman Kedekatan terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati terhadap kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan hubungannya (100.10.d),dan

5. Ancaman Intimidasi terjadi ketika Praktisi dialami untuk bersifat objektif (100.10.e).

Pencegahan untuk menghilangkan, atau mengurangi ancaman sampai ke tingkat yang dapat diterima sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika tetap terjaga, dapat dilakukan melalui: (a) pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan, dan (b) pencegahan dalam lingkungan kerja (100.11).Pencegahan yang dibuat profesi, perundang-undangan, atau peraturan (100.12) mencangkup antara lain:

a. Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki profesi,

b. Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional berkelanjutan.c. Peraturan tata kelola perusahaan,

d. Standar Profesi

e. Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau regulator,

f. Penelahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan hukum atau laporan,komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh Praktisi.

1.3.3. Prinsip Etika International Federation Of Accountants (IFAC)IFAC dalam Kode Etik Akuntan Profesional versi 2001 menyatakan mengapa akuntan professional harus melayani kepentingan publik dikatakan: Tanda yang membedakan suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Masyarakat profesi akuntansi terdiri dari klien, penyedia kredit, pemerintah, pengusaha, karyawan, investor, masyarakat bisnis dan keuangan, dan lain-lain yang bergantung pada objektivitas dan integritas akuntan professional untuk mempertahankan fungsi teratur perniagaan. Ketergantungan ini membebankan tanggung jawab kepentingan publik pada profesi akuntansi. Kepentingan umum didefinisikan sebagai kesejahteraan kolektif masyarakat dan institusi yang mendapat pelayanan akuntan professional. Tanggung jawab seorang akuntan professional tidak secara khusus hanya memenuhi kebutuhan individu klien atau atasan. Standar profesi akuntani ini sangat ditentukan oleh kepentingan umum.

IFAC menyatakan secara tersirat bahwa ada kelompok-kelompok professional lainnya yang akan diberikan kepercayaan untuk melayani masyarakat jika terdapat kelompok akuntan professional terbukti tidak dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas ini. Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 Section 100.4 Seorang akuntan professional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar berikut :a. Integritas seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.b. Objektivitas seorang akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias, konflik kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk mengesampingkan penilaian professional atau bisnis. c. Kompetensi professional dan Kesungguhan seorang akuntan professional mempunyai tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga penghetahuan dan skil professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, legislasi dan teknis. Seorang akuntan professional harus bertindak tekun dan sesuai dengan standar teknis dan professional yang berlaku dalam memberikan layanan professional.

d. Kerahasiaan seorang akuntan professional harus menghormati kerahasian informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat dan spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban untuk mengungkapkan. Informasi rahasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para akuntan professional atau pihak ketiga.

e. Perilaku Profesional seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa mendeskreditkan profesi.

Stuktur Kode Etik IFAC

ATURAN Etika (untuk profesi akuntan publik) IFAC

200 Pendahuluan

210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien

220 Konflik Kepentingan

230 Pendapat Kedua

240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya

250 Pemasaran Jasa Profesional

260 Hadiah dan Keramahtamahan

270 Penyimpanan Aset Klien

280 Objektivitas Semua Jasa

290 Independensi Perikatan Penjaminan

ATURAN Etika (untuk profesi akuntan Bisnis) IFAC

300 Pendahuluan

310 Potensi Konflik

320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi

330 Bertindak dengan Keahlihan yang memadai

Independensi

Independensi dalam pemilkiran adalah suatu keadaan, pikiran yang memungkkinkan pengungkapan suatu kesmpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengkopromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak bedasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional.

Independensi Dalam Penampilan adalah pengindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berpikir rasinal- dengan memiliki pengetahuan akan sema informasi yang relevan, termasuk pencagahan yang diterapkan- akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skptisme profesional, objektifitas, dan integritas anggota firma atau tim penjaminan telah dikompromikan.

Ancaman Terhadap Independensi

a) Kepentingan Diri

b) Review Diri

c) Advokasi

d) Kekerabatan

e) Intimidasi

Pengamanan Terhadap Ancaman Independensi

a) Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi.

b) Pengamanan lingkungan kerja(IFAC, 100.11).

BAB III

PENUTUP

3.1. KesimpulanKeseluruhan Informan memiliki pemahaman yang baik mengenai etika profesi. Etika profesi adalah etika yang harus dimiliki oleh setiap profesional, tak terkecuali akuntan publik. Etika profesi yang baik akan memperkuat profesi dan bisa dijadikan sebagai kunci untuk memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap jasa yang diberikan. Para informan menempatkan kode etik pada posisi yang penting. Kode etik merupakan koidor, batasan-batasan dimana akuntan publik harus melaksanakan aktivitas profesionalnya. Sebagai aturan yang dibuat oleh IAPI, kode etik wajib dipatuhi akuntan publik yang notabene adalah anggota IAPI.

Kode etik terdiri dari lima prinsip dasar etika profesi dan aturan etika profesi. Prinsip dasar etika profesi itu adalah : (1) integritas; (2) obyektifitas; (3) kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional; (4) Kerahasiaan; dan (5) perilaku profesional. Beberapa informan berpendapat bahwa kedudukan kelima prinsip etika profesi tersebut harus seimbang, kelimanya harus dijalankan secara beriringan. Beberapa yang lain mengemukakan bahwa ada satu yang bisa diunggulkan. Namun semuanya sepakat bahwa tidak ada yang boleh ditinggalkan. Karena kalau ibarat pilar apabila satu pilar hilang, maka bangunan itu tidak akan bisa berdiri. Jadi persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi setiap etika profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.Pelanggaran terhadap kode etik acap kali masih terjadi, hanya saja tidak banyak orang yang mengetahuinya. Penyebab-penyebab yang membuat akuntan publik sampai melanggar kode etik berawal dari dilema etis. Dari situ kemudian mereka yang melanggar itu kebanyakan tidak bisa menjaga independensinya, mementingkan materi, serta tidak memelihara kompetensinya. Selain itu pelanggaran kode etik juga bisa muncul karena sistem penegakan kode etik masih lemah.

DAFTAR PUSTAKAAgoes, Sukrisno. 2011. Etika Bisnis & Profesi. Tantangan Membangum Manusia Seutuhnya. Jakarta; PT Salemba Empat.http://www.iaiglobal.or.id/https://hepiprayudi.files.wordpress.com/2011/09/kode-etik-profesi-akuntan-publik.pdfhttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=188580&val=6467&title=AKUNTAN%20PUBLIK%20DALAM%20PENEGAKAN%20KODE%20ETIK%20PROFESI.Kewajiban kepada masyarakat pelayanan kepetingan publik

Objektif:

Memenuhi harapan profesionalisme, kinerja dan kepentingan publik

Kebutuhan dasar:

Kredibilitas, profesionalisme, jasa kualitas tertinggi, kerahasiaan.

Prinsip-prnsip fundamental:

Integritas, objektivitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian, perilaku profesionl, dan standar teknis.