Aku Mati Agar Engkau Hidup

4
Aku Mati agar Engkau Hidup oleh: Florince Dengan langkah gontai Kakek Tom terus melangkahkan kakinya mengelilingi pasar, berharap ada orang yang memerlukan bantuannya. “Kek, tolong. Anakku tidak mau makan. Ia ingin disuapi oleh Kakek,” panggil seorang ibu dari sebuah toko berisikan benda-benda berkilauan. Yah, itulah Kakek Tom. Seorang kakek tua dengan keriput memenuhi wajah. Umurnya sudah berkepala sembilan. Memang sudah terlalu tua untuk berkeliling di pasar. Tetapi, itulah pekerjaannya, membantu siapapun yang butuh pertolongannya. Kakek Tom menyandarkan tongkat yang dipakainya berjalan ke rak penuh perhiasan. Ia duduk dan mulai menyuapi anak itu dengan penuh kasih sayang, seperti menyuapi cucunya sendiri. Sebenarnya, ia punya dua anak yang mungkin sudah punya cucu sekarang. Saat masih muda, istrinya meninggalkan Kakek Tom untuk menikah dengan pria lain yang lebih kaya. Kakek tom tetap tegar dan setia menjalani kehidupan. Walau sebenarnya, di dalam lubuk hatinya terlintas seberkas kerinduan pada mereka, orang- orang yang pernah dicintainya.

description

Tugas

Transcript of Aku Mati Agar Engkau Hidup

Aku Mati agar Engkau Hidup

oleh: Florince

Dengan langkah gontai Kakek Tom terus melangkahkan kakinya mengelilingi pasar, berharap ada orang yang memerlukan bantuannya.

Kek, tolong. Anakku tidak mau makan. Ia ingin disuapi oleh Kakek, panggil seorang ibu dari sebuah toko berisikan benda-benda berkilauan.

Yah, itulah Kakek Tom. Seorang kakek tua dengan keriput memenuhi wajah. Umurnya sudah berkepala sembilan. Memang sudah terlalu tua untuk berkeliling di pasar. Tetapi, itulah pekerjaannya, membantu siapapun yang butuh pertolongannya.

Kakek Tom menyandarkan tongkat yang dipakainya berjalan ke rak penuh perhiasan. Ia duduk dan mulai menyuapi anak itu dengan penuh kasih sayang, seperti menyuapi cucunya sendiri.

Sebenarnya, ia punya dua anak yang mungkin sudah punya cucu sekarang. Saat masih muda, istrinya meninggalkan Kakek Tom untuk menikah dengan pria lain yang lebih kaya. Kakek tom tetap tegar dan setia menjalani kehidupan. Walau sebenarnya, di dalam lubuk hatinya terlintas seberkas kerinduan pada mereka, orang-orang yang pernah dicintainya.

Kek, Kakek lapar? Ini, saya punya sedikit nasi dan sayur.

Oh, iya. Terima kasih banyak, Nak.

Perkataan pemilik toko itu membuyarkan lamunan Kakek Tom. Kakek Tom memang tidak punya keluarga dan uang sepeser pun. Tetapi ternyata sampai hari ini, Kakek Tom masih hidup. Karena kebaikan hatinya, setiap hari pasti ada pemilik toko yang memberi Kakek Tom makan. Pemilik-pemilik toko pun tidak pernah mengusir Kakek Tom jika ia tidur di depan toko mereka.

Nak, Kakek pergi dulu yah. Mau keliling.

***

Mama, ikut.

Nggak usah, Sayang. Mama mau belanja banyak.

Pricil terus menangis dan merengek berharap bisa ikut mamanya ke pasar. Sang Mama merasa kasihan padanya.

Iya, iya. Kamu boleh ikut, tapi jangan nakal yah.

Iya, Ma. Aku janji bakal terus ikut Mama.

***

Sayang, kamu ikutin Mama ya. Tangan Mama penuh. Kamu pegang baju Mama aja.

Pricil dan mamanya berhenti di pinggiran jalan, menunggu jalan raya sepi. Pricil keasyikan melihat anak-anak yang sedang bermain lompat tali di seberang jalan.

Tanpa sadar, Pricil berjalan menyeberangi jalan. Sang Mama tidak melihatnya.

Pricil, pegang baju Mama. Lho, Pricil, mana?

Sang mama menengok ke jalan. Ia melihat Pricil berjalan lurus menyeberangi jalan.

Sayang, awas! Lariiiiii!

Sang Mama menangis tidak tahu harus berbuat apa. Orang-orang yang berada di sana pun bingung harus melakukan apa. Mama Pricil menutup matanya, tak sanggup melihat apa yang akan terjadi setelah itu.

Tiba-tiba seorang kakek berlari dengan tongkatnya ke arah Pricil. Kakek tua itu mendorong Pricil ke tepi jalan.

Itu Kakek Tom. Tubuhnya bersimbah darah setelah tertabrak pick up yang melaju kencang.

Mama Pricil, setelah melihat apa yang terjadi, berlari ke arah Pricil yang terus menangis, menggendongnya, dan segera menemui Kakek Tom, orang yang menyelamatkan nyawa anaknya.

Kek, Kakek tidak apa-apa?

Kakek Tom dengan berat berusaha membuka matanya. Kakek Tom terkejut melihat orang yang ada di hadapannya.

Mi....Mira? Kau masih hidup?

Kkkkkau siapa?

Mama Pricil bingung, mengapa Kakek itu tahu namanya.

Kau Mira, anakku. Ini aku, Tom

Pppppapa? Papaaaaa....

Tetesan air mata keluar dari mata kecil Mira. Betapa sedihnya ia. Setelah bertahun-tahun, akhirnya ia bisa kembali melihat Papanya. Walaupun bukan dalam keadaan yang baik.

Pa, ayo, Pa. Ayo kita ke rumah sakit sekarang juga.

Tidak, ini hari terakhir Papa. Papa bahagia karena di hari terakhir Papa, Papa bertemu dengan anak Papa. Dan, dan hari ini, ohok... ohok... Papa bangga karena kematian Papa membawa kehidupan bagi orang lain. Ssssssssstt...... Jangan menangis lagi. Jaga anakmu baik-baik. Dia anak yang cantik. Selamat tinggal anakku.

Kakek Tom menutup matanya rapat-rapat.

Pa....Papa.... Jangan sekarang!

Mira menangis sejadi-jadinya. Bukan hanya karena sedih, bukan hanya karena kecewa. Tapi ia bahagia karena di hari terakhir Papanya, ia ada di samping sang Papa. Ia juga merasa bangga punya ayah sebaik Kakek Tom.