repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku...

136
PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR DENGAN METODE BROYDEN DAN TERAPANNYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun oleh : Valentina Rian Prastiwi NIM : 033114008 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

Transcript of repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku...

Page 1: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR

DENGAN METODE BROYDEN DAN TERAPANNYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Disusun oleh :

Valentina Rian Prastiwi

NIM : 033114008

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

i

Page 2: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BROYDEN’S METHODS TO SOLVE THE SYSTEMS OF NON-LINEAR

EQUATIONS AND IT’S APPLICATIONS

Final Project

Presented As Partial Fulfillment Of The Requirements

To Obtain The Sarjana Sains Degree In Mathematics

By :

Valentina Rian Prastiwi

Student Number : 033114008

STUDY PROGRAM OF MATHEMATICS SCIENCE

DEPARTEMANT OF MATHEMATICS

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

ii

Page 3: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

iii

Page 4: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

iv

Page 5: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Bila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau,

engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu.

Bila melalui api, engkau takkan hangus,

percobaan-percobaan berat tak akan mencelakakan engkau.

Jangan takut sebab Aku melindungi engkau.

(Yesaya 43:2,15)

Manfaatkan setiap menit sebagai kunci berharga

yang dapat membuka gerbang kebahagiaan masa depan.

Hidup ini dipenuhi dengan tantangan

yang jika dimanfaatkan secara kreatif, menjadi sebuah kesempatan.

Kegagalan masa lalu adalah semangat

untuk meraih keberhasilan masa depan.

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dengan segala pengorbanan dan limpahan berkatNya

Bunda Maria dengan kesetiaanNya mendampingiku

Ibu dan Alm. Ayahku tercinta

Kakak-kakakku tersayang

Teman-teman dan Sahabat-sahabatku

Almamaterku

v

Page 6: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, September 2007

Penulis

vi

Page 7: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

ABSTRAK

Sistem Persamaan non-linear adalah himpunan n persamaan non-linear, dengan , yang penyelesaiannya harus memenuhi semua persamaan terse-but. Sistem persamaan non-linear dengan persamaan dan variabel dapat dise-lesaikan secara numerik dengan beberapa metode, diantaranya adalah Metode Ti-tik Tetap, Metode Newton, Metode Broyden, dan sebagainya. Dalam penulisan ini hanya akan dibahas penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan Metode Broyden.

1>n nn n

Metode Broyden merupakan pengembangan dari Metode Secant, yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear. Setiap iterasi dalam perhi-tungan dengan Metode Broyden melibatkan invers dari Matriks Jacobi . Rumus umum untuk mencari penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan menggunakan metode Broyden adalah :

1−iA

)( )(ixF

)( )()()1( ii

ii xFAxx 1−+ −= Penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan Metode Broyden mem-

punyai sifat konvergen superlinear-q yang terpenuhi bila dan hanya bila kondisi Dennis-Moré terpenuhi, yakni 0 ≈iE , di mana adalah kesalahan dari Ma-triks Jacobi.

iE

Dalam penulisan ini, Metode Broyden akan diterapkan dalam bidang fisika, secara khusus untuk menghitung konsentrasi unsur dalam suatu sampel.

vii

Page 8: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

ABSTRACT

A system of non-linear equations is sets of non-linear equations, which , and the solutions must hold all the n equations. The systems of non-linear equations with the equations and n variables may be solved numerically with some of methods, such as Fixed Points, Newton Method, Broyden’s Method, etc. However, this final project will only discuss about solving systems of non-linear equations with the Broyden’s method.

n1>n

n

Broyden’s Method is generalization of the Secant Method, which is used to solve the non-linear equations. Every iteration in the calculating with the Broy-den’s Method involve invers from Jacobian Matrix. And the general formula to solve the systems of non-linear equations with Broyden’s method is )( )(ixF

)( )()()1( ii

ii xFAxx 1−+ −= The solution of systems of non-linear equations with Broyden’s Method

has q-superlinearly convergence that is hold if and only if Dennis-Moré condition hold, that is , which is the error of Jacobian Matrix. 0 ≈iE iE

In this final project, Broyden’s Method is applied in the area of physics, particularly to calculate the concentration of elements in a sample.

viii

Page 9: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Bapa Yang Maha Pe-

ngasih atas berkat kasih karunia dan limpahan Roh Kudus yang telah diberikan

kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sungguh

besar berkat dan penyertaan yang penulis rasakan. Tanpa kemurahan dan penyer-

taan-Nya penulis tidak akan mampu menyelesaikan tugas akhir ini dan melewati

setiap hambatan dan tantangan yang penulis alami selama proses penulisan tugas

akhir ini.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai

gelar Sarjana Sains pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Tugas akhir ini diberi judul “Penyelesaian Sistem Persamaan

Non-Linear dengan Metode Broyden dan Terapannya.”

Selesainya penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materiil, yaitu saran, nasehat,

bimbingan, pemikiran, serta waktu dan tenaga yang penulis terima selama ini.

Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku Kaprodi Mate-

matika Fakultas Sains dan Teknologi USD dan dosen pembimbing

skripsi yang sabar dan penuh pengertian dalam membimbing, menga-

rahkan, serta memberikan saran dan koreksi kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ign Edi Santosa, S.Si., M.Sc., yang telah menyelenggarakan

percobaan kalibrasi untuk mengukur konsentrasi larutan parasetamol

dan kafein, sehingga penulis memperoleh data untuk menerapkan Me-

tode Broyden, serta atas bimbingan, arahan, koreksi, dan saran yang te-

lah diberikan.

ix

Page 10: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

3. Romo. Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.Sc., M.A., selaku

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi USD, atas motivasi dan petunjuk

yang telah diberikan.

4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing

akademik dan seluruh dosen Fakultas Sains dan Teknologi USD yang

telah memberikan arahan, petunjuk, dan motivasi kepada penulis se-

lama kuliah di USD.

5. Mas Tukijo dan Ibu Linda atas pelayanan yang diberikan selama men-

jalani perkuliahan sampai selesai dan selama penulisan skripsi ini.

6. Ayahku (Alm. Ag. Suratman) dan Ibuku (Endang Sulastri) tercinta,

serta kakak-kakakku tersayang, mbak Lisa dan Kak Agung, atas segala

cinta, perhatian, pengertian, dukungan, pengorbanan, dan doa yang

tiada henti-hentinya untukku.

7. Teman-temanku di prodi Matematika angkatan ’03: Mekar tempatku

berkeluh kesah tanpa dukunganmu aku takkan seperti ini, Anin yang

selalu setia menemaniku kuliah dan menghadirkan kecerian dengan

banyolannya, Dewi sobatku seperjuangan yang lugu tapi baik dan se-

lalu kasih semangat, Merry yang asyik dan familiar banget ama orang,

Anggi temanku senasib dan seperjuangan, Jegul yang selalu kasih se-

mangat dan jadi teman ngobrol yang seru, Septi yang nyantai tapi

smart, Sisil yang baik dan selalu kasih semangat, Eko yang baik dan

penuh semangat, Koko yang selalu mendoakan dan memberi sema-

ngat, dan Ita. Kalian telah mengajariku arti persahabatan. Meski sedikit

pokoknya KOMPAK terus.

8. Sobat-sobatku tersayang Wawan, Popeye, kalian selalu ngingetin aku

untuk rajin berdoa dan kasih semangat, Cupid yang jadi dokter kom-

puterku, Mas Adit thanks bantuan dan semangatnya, Gendrot, Erna,

dan teman-teman gerejaku. Kalian semua tempatku berbagi susah dan

senang.

9. Buat keluargaku di Jogja, keluarga besar Adi Sumarto dan Kromo Di-

meja. Mbah Putri, Pakde, Oom dan tanteku, sepupu-sepupuku Rudy,

x

Page 11: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Risky, Dea, Erwin, Tia, Tyo, Shandhy, Upie, Andre, yang telah mem-

beriku semangat, doa dan dukungan.

10. Buat teman-teman angkatan ’02: Mbak Priska makasih pinjaman bu-

kunya, Mbak Ijup, Aan, Bani, Felix, Markus, Galih, dan teman-teman

yang lain.

11. Buat teman-teman di prodi Matematika, baik kakak angkatan maupun

adik angkatanku semua.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu dan mendukung dalam proses penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis terbuka akan segala

kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tugas

akhir ini.

Yogyakarta, September 2007

Penulis

xi

Page 12: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul …………………...…………………….……………..... i

Halaman Judul (Inggris)……...………………………………………… ii

Halaman Persetujuan Pembimbing……………..………….…………… iii

Halaman Pengesahan…………………………………………………… iv

Halaman Persembahan……………………………………..…………… v

Pernyataan Keaslian Karya………………………………...…………… vi

Abstrak……………………………………………………..…………… vii

Abstract…………………………………………………….…………… viii

Kata Pengantar……………………………………………..…………… ix

Daftar Isi…………………………………………………...…………… xii

Daftar Tabel……………………………………………….……………. xvi

Bab I PENDAHULUAN……………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah………………………..…………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………...…………… 3

C. Batasan Masalah………………………………..…………… 4

D. Tujuan Penulisan……………………………….…………… 4

E. Manfaat Penulisan ……………………………...…………… 4

F. Metode Penulisan……………………………….…………… 4

G. Sistematika Penulisan…………………………...…………… 5

xii

Page 13: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Bab II MATRIKS, RUANG VEKTOR, NORMA, KONVERGENSI, DAN

PENYELESAIAN PERSAMAAN NON LINEAR …………… 6

A. Matriks, Ruang Vektor, dan Norma……………..…………... 6

B. Teorema Kalkulus …………………………………………… 13

C. Konvergensi……………………………………..…………… 16

D. Penyelesaian Persamaan Non-Linear

dengan Satu Variabel………………………………………… 20

Bab III PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR ….. 26

A. Sistem Persamaan Non-Linear…………………..…………… 26

B. Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear

dengan Metode Broyden……………………………………… 29

C. Kondisi Dennis-More…………………………….…………… 61

D. Analisis Konvergensi Metode Broyden………….…………… 71

1. Bounded Deterioration…………………..…………… 75

2. Konvergen Linear Lokal……………………………… 80

3. Pembuktian Kondisi Dennis-More……....…………… 84

BAB IV PENERAPAN METODE BROYDEN DALAM MENGHITUNG

KONSENTRASI UNSUR DALAM SUATU SAMPEL…….… 86

A. Metode Penyerapan Cahaya……………………..…………… 86

B. Penerapan Metode Broyden

untuk Menghitung Konsentrasi Unsur…………..……………. 88

xiii

Page 14: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

C. Analisis Perhitungan Konsentrasi Unsur

dengan Metode Broyden……………………………………… 91

1. Analisis Sifat Konvergensi pada Hasil…...…………… 91

2. Pengaruh Nilai Awal pada Hasil………….………….. 93

3. Perbandingan Nilai Absorban Hasil Pengukuran

dengan Hasil Perhitungan…………………………… 95

4. Konsentrasi Parasetamol dan

Kafein yang Memenuhi…………………..…………… 95

BAB V PENUTUP……………………………………………………….. 97

A. Kesimpulan………………………………………..………….. 97

B. Saran……………………………………………...…………... 101

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….…………… 102

LAMPIRAN……………………………………………………………… 104

Lamp.1 Program Metode Broyden………………………………………. 105

Lamp.2 Program untuk Fungsi Contoh 3.2.1……………………………. 106

Lamp.3 Program untuk Turunan Fungsi Contoh 3.2.1………………….. 107

Lamp.4 Program BroydenMethods……………………………………... 108

Lamp.5 Program untuk SPNL Parasetamol dan Kafein 1………………. 109

Lamp.6 Program untuk Turunan SPNL Parasetamol dan Kafein 1……. 110

Lamp.7 Program untuk SPNL Parasetamol dan Kafein 2………………. 111

Lamp.8 Program untuk Turunan SPNL Parasetamol dan Kafein 2……. 112

xiv

Page 15: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Lamp.9 Program untuk SPNL Parasetamol dan Kafein 3………………. 113

Lamp.10 Program untuk Turunan SPNL Parasetamol dan Kafein 3..…. 114

Lamp.11 Program BroydenMethods_identitas…………………………. 115

Lamp.12 Program untuk Plot Grafik…………………………………… 116

Lamp.13 Keluaran SPNL dengan Metode Broyden.……………………. 117

Lamp.14 Keluaran SPNL dengan Nilai Awal Berbeda…………………. 118

Lamp.15 Keluaran SPNL dengan Pendekatan Matriks Identitas……….. 119

xv

Page 16: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

Daftar Tabel

Halaman

1. Tabel 2.4.1 Hasil Pengukuran Persamaan Non-Linear

,052 23 =−− xx dengan metode Secant………………...…………… 24

2. Tabel 3.2.1 Hasil Iterasi……………………………………………… 59

3. Tabel 4.2.1 Koefisien polinomial 33

2210 cacacaaA +++=

hubungan antara absorban dan konsentrasi dari parasetamol

dan kafein untuk berbagai panjang gelombang………….……………. 89

4. Tabel 4.2.2 Hasil pengukuran absorban dari satu sampel yang

mengandung 500 ppm parasetamol dan 500 ppm kafein……………… 89

5. Tabel 4.2.3. Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein

antara panjang gelombang 249,1 nm dengan 260,0 nm…..…………… 90

6. Tabel 4.2.4. Hasil Perhitungan Konsentrasi

Parasetamol dan Kafein…………………………………...…………… 91

7. Tabel 4.3.1. Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol

dan Kafein pada panjang gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm

dengan nilai awal yang berbeda-beda…………………….…………… 93

8. Tabel 4.3.2 Perbandingan nilai absorban

hasil perhitungan dan nilai absorban hasil pengukuran…..…………… 95

xvi

Page 17: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini matematika banyak diterapkan dalam kehidupan nyata, sehingga

tidak heran kalau banyak persoalan yang muncul berkaitan dengan penerapan

matematika tersebut. Banyak metode yang digunakan untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan tersebut. Metode analitis adalah metode yang menggunakan

metode-metode aljabar yang sederhana untuk menyelesaikan suatu persoalan.

Namun terkadang persoalan-persoalan tersebut sulit atau bahkan tidak bisa

diselesaikan secara analitis sehingga diperlukan metode lain yang

memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat diselesaikan dengan

menggunakan operasi-operasi aritmatika. Metode ini sering disebut dengan

metode numeris. Metode numeris banyak dipakai untuk menyelesaikan

persamaan, baik linear maupun non-linear.

Persamaan non-linear adalah persamaan di mana tiap fungsinya

melibatkan bentuk eksponensial, trigonometri, logaritma, rasional, polinomial

berderajat dua atau lebih, ada hasil kali antara fungsi yang belum diketahui

dengan turunannya, atau fungsi transenden lainnya. Persamaan non-linear sendiri

dibagi menjadi persamaan non-linear dengan satu variabel dan persamaan non-

linear dengan variabel, dengan . n 1>n

Bentuk umum persamaan non-linear dengan satu variabel adalah

0)( =xf .

1

Page 18: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

2

Sedangkan bentuk umum persamaan non-linear dengan variabel adalah n

0),........,,( 21 =nxxxf .

Sistem Persamaan non-linear atau sering disingkat SPNL adalah

himpunan persamaan non-linear, dengan , yang penyelesaiannya harus

memenuhi semua persamaan tersebut.

Bentuk umum sistem persamaan non-linear dengan persamaan dan variabel

adalah :

n 1>n

n

n n

0),......,,( 21 =nj xxxf untuk nj ,.........3,2,1=

di mana tiap fungsi merupakan pemetaan vektor x = dari

ke , sistem ini dapat ditulis dalam bentuk lain dengan mendefinisikan fungsi F,

etaan dari ke , yakni

F

Dengan menggunakan notasi vektor, sistem di atas dapat ditulis dalam bentuk :

F(x) = 0

Penyelesaian sistem persamaan non-linear bukan merupakan akar-akar yang

merupakan penyelesaian yang eksak, melainkan penyelesaian yang mendekati

dengan tingkat konvergensi yang tinggi.

Banyak metode numeris yang telah ditemukan untuk mencari penyelesaian

persamaan non-linear, dan yang paling terkenal adalah Metode Newton-Raphson.

Meskipun Metode Newton-Raphson telah banyak digunakan, namun metode ini

mempunyai beberapa kelemahan, yaitu terkadang turunan fungsi-fungsinya sulit

dievaluasi, dan memerlukan pendekatan awal yang baik agar mempunyai tingkat

f tnxxx ),......,,( 21

nℜ

suatu pem nℜ nℜ

tnnnnn xxxfxxxfxxxfxxx )),....,,(),....,,....,,(),,....,,((),....,,( 2121221121 =

Page 19: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

3

konvergensi yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan itu muncul metode baru,

yaitu Metode Secant. Metode Secant adalah pengembangan Metode Newton-

Raphson untuk menyelesaikan persamaan non-liear yang tidak harus menghitung

turunan di setiap iterasi. Sedangkan pengembangan Metode Secant untuk

menyelesaikan sistem persamaan dengan n persamaan dan n variabel disebut

Metode Broyden atau sering disebut juga Metode Quasi-Newton.

Bidang lain di luar matematika, khususnya bidang fisika, juga

membutuhkan analisis matematis untuk menyelidiki suatu persoalan yang sulit

atau bahkan tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan rumus atau teori

fisika saja. Dalam hal ini Metode Broyden dapat digunakan untuk menyelesaikan

sistem persamaan non-linear yang muncul dalam persoalan di bidang fisika,

seperti untuk menghitung konsentrasi unsur dalam sampel yang menggunakan

metode penyerapan cahaya oleh atom.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, dapat dirumuskan

beberapa masalah :

1. Bagaimana mencari penyelesaian sistem persamaan non-linear secara

numeris dengan menggunakan Metode Broyden?

2. Bagaimana terapan Metode Broyden dalam mencari penyelesaian sistem

persamaan non-linear dalam bidang fisika untuk menghitung konsentrasi

unsur dalam sampel yang menggunakan metode penyerapan cahaya oleh

atom?

Page 20: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

4

C. Batasan Masalah

1. Sistem persamaan non-linear yang akan diselesaikan adalah sistem dengan

n persamaan dan n variabel.

2. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk membantu mencari pe-

nyelesaian sistem persamaan non-linear adalah Matlab.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan sistem persamaan

non-linear secara numeris dengan menggunakan Metode Broyden dan

menerapkan Metode Broyden untuk menyelesaikan sistem persamaan non-linear

yang dimodelkan dari persoalan dalam bidang fisika, khususnya untuk

menghitung konsentrasi unsur dalam suatu sampel.

E. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini adalah agar pembaca mengetahui dan

mendalami Metode Broyden untuk menyelesaikan sistem persamaan non-linear,

serta untuk mengetahui penerapan Metode Broyden dalam bidang fisika terutama

untuk menghitung konsentrasi unsur dalam suatu sampel.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode

studi pustaka dan analisa data.

Page 21: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

5

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

(Bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,

dan sistematika penulisan).

BAB II MATRIKS, RUANG VEKTOR, NORMA, KONVERGENSI

DAN PENYELESAIAN PERSAMAAN NON-LINEAR

(Penjelasan tentang matriks, ruang vektor, norma, dan proyeksi

orthogonal, serta teorema-teorema kalkulus, konvergensi, dan

penyelesaian persamaan non-linear dengan satu variabel terdapat

pada bagian ini).

BAB III PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR

(Pengertian sistem persamaan non-linear, penyelesaian sistem

persamaan non-linear dengan Metode Broyden, Kondisi Dennis-

Moré, serta analisis konvergensi Metode Broyden disajikan pada

bagian ini).

BAB IV MENGHITUNG KONSENTRASI UNSUR DALAM SUATU

SAMPEL DENGAN METODE BROYDEN

(Penerapan Metode Broyden untuk menghitung konsentrasi unsur

dalam suatu sampel, dan analisis perhitungan konsentrasi unsur

dengan Metode Broyden disajikan pada bagian ini).

BAB V PENUTUP

(Penutup mencakup kesimpulan dan saran).

Page 22: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BAB II

MATRIKS , RUANG VEKTOR, NORMA, KONVERGENSI

DAN PENYELESAIAN PERSAMAAN NON-LINEAR

Dalam Bab II ini akan dibahas tentang matriks, konvergensi, dan

penyelesaian persamaan non-linear yang akan digunakan sebagai dasar untuk

membahas bab-bab selanjutnya.

A. Matriks, Ruang Vektor, dan Norma

Pada subbab ini akan dibahas mengenai sifat-sifat matriks, vektor, norma

dan proyeksi orthogonal.

Definisi 2.1.1

Jika A adalah sebarang matriks nxm , maka transpos A dinyatakan

dengan , didefinisikan sebagai matriks TA mxn yang didapatkan dengan

mempertukarkan baris dan kolom dari A ; yaitu kolom pertama dari adalah

baris pertama dari

TA

A , kolom kedua dari adalah baris kedua dari TA A , dan

seterusnya.

Jika dan TA TB berturut-turut adalah transpos matriks A dan B , maka

berlaku sifat : TTT ABAB =)(

Bukti :

Misalkan mxnijpxnijmxpij cBACbBaA )(.dan ,)(,)( ====

6

Page 23: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

7

Maka elemen baris ke- i , kolom ke- j dari BAC .= adalah yang

merupakan elemen baris ke-

∑=

=p

kkjikij bac

1

.

j , kolom ke- dari i

TT BAC ).(= (2.1.1)

Elemen-elemen kolom ke- dari adalah elemen baris ke- i dari i TA A ,

⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢

ip

i

i

a

aa

M

2

1

dan baris ke- j dari TB adalah [ ]pjjj bbb L21

Maka elemen baris ke- j kolom ke- dari i TT AB adalah

[ ]

∑=

==

+++=

+++=

⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢

p

kijkjik

pjipjiji

ippjijij

ip

i

i

pjjj

cba

bababa

ababab

a

aa

bbb

1

2211

22112

1

21

L

LM

L

(2.1.2)

Dari persamaan (2.1.1) dan persamaan (2.1.2)

TTT ABAB =)(

Definisi 2.1.2

Suatu matriks bujursangkar ijaA = disebut matriks simetri jika

atau

TAA =

jijiij aa ,, ∀= .

Page 24: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

8

Definisi 2.1.3

Suatu matriks bujursangkar A dikatakan invertibel atau non singular jika

terdapat matriks B sedemikian sehingga IBAAB == . Matriks B tersebut

dinamakan invers dari A , dan biasanya ditulis . 1−A

Teorema 2.1.1

Invers dari A adalah tunggal.

Bukti:

Misalkan B dan C invers dari A , Maka IBAAB == dan ICAAC ==

Di lain pihak CICACBBIB ==== )( , yaitu CB =

Jadi terbukti bahwa invers dari A adalah tunggal.

Teorema 2.1.2

1−A invertibel dan AA =−− 11 )(

Bukti :

Misalkan merupakan invers dari matriks1−A A maka berlaku

IAAAA == −− 11

Jadi, A merupakan invers dari , yaitu 1−A AA =−− 11 )(

Page 25: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

9

Definisi 2.1.4

Grup adalah suatu himpunan dengan operasi * pada G yang

memenuhi setiap aksioma berikut ini:

G

1. Bersifat asosiatif

cbacba *)*()*(* = , Gcba ∈∀ ,,

2. Terdapat Elemen Identitas

Terdapat elemen sedemikian sehingga Ge∈ aaeea == ** , Ga∈∀

3. Terdapat Invers

, , sedemikian sehingga Ga∈∀ Gb∈∃ eabba == **

Definisi 2.1.5

Grup Komutatif adalah grup yang operasi perkaliannya bersifat

komutatif, yaitu

, abba ** = Gba ∈∀ ,

Definisi 2.1.6

Lapangan adalah himpunan tak kosong dengan dua operasi yang

disebut penjumlahan dan perkalian, dengan sifat:

F

i. Himpunan F dengan operasi penjumlahan membentuk Grup

ii. Himpunan 0−F dengan operasi perkalian membentuk Grup Komutatif

iii. Berlaku sifat Distributif :

acabcba +=+ )( , Fcba ∈∀ ,,

Page 26: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

10

Definisi 2.1.7

Andaikan V merupakan suatu himpunan yang dilengkapi dengan dua operasi,

yakni penjumlahan dan perkalian dengan skalar dalam lapangan . Didefinisikan F

VV ∈+∈∀ yxx , yang disebut penjumlahan dan VaFaV ∈∈∀∈∀ xx ,dan yang

disebut dengan perkalian skalar, maka V dinamakan dengan ruang vektor atas

bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: F

1. xyyxyx +=+∈∀ ,, V

2. )(, z(yxzy)xzy,x, ++=++∈∀ V

3. xxx =+∈∀∈∃ 0,,0 VV

4. 0,, =+∈∃∈∀ yxyx VV

5. xxx =∈∀ 1,V

6. xxxx babaFbaV +=+∈∀∈∀ )(,,,

7. yxyxx aaaFaV +=+∈∀∈∀ )(,,

8. )()(,,, xxx baabFbaV =∈∀∈∀

Definisi 2.1.8

Vektor-vektor dan di dalam (atau ) dikatakan orthogonal jika x y 2ℜ 3ℜ

0=yxT .

Page 27: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

11

Definisi 2.1.9

Hasil kali dalam untuk adalah sebuah pemetaan dari ke nℜ nn xℜℜ ℜ

yang menunjuk setiap pasang vektor-vektor x dan y di dalam dengan sebuah

bilangan real yang memenuhi syarat sebagai berikut:

nℜ

(i) dan 0, ≥>< xx 00, =⇔=>< xxx

(ii) untuk semua dan di dalam >>=<< xyyx ,, x y nℜ

(iii) ><+><>=+< zyzxzyx ,,, βαβα untuk semua di dalam zyx ,,

dan semua skalar nℜ βα dan .

Definisi 2.1.10

Hasil kali dalam untuk adalah hasil kali skalar nℜ yxyx T>=< , .

Definisi 2.1.11 (Norma Vektor)

Sebuah ruang vektor dikatakan ruang linear bernorma jika untuk setiap

dikaitkan dengan sebuah bilangan real yang disebut norma dari

yang memenuhi:

nℜ

nℜ∈x |||| x x

(i) dan 0|||| ≥x 00|||| =⇔= xx

(ii) |||||||||| xx αα = untuk setiap skalar α

(iii) |||||||||||| yxyx +≤+ untuk semua nℜ∈yx,

Page 28: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

12

Definisi 2.1.12

Jika adalah sebuah vektor dalam sebuah ruang hasil kali dalam ,

panjang atau norma dari diberikan oleh

x nℜ

x

><== xx,xx 2|||||||| (2.1.5)

Definisi 2.1.13

ℜ→ℜ⋅ mxn:|||| adalah suatu norma matriks jika memenuhi :

(i) untuk semua dan 0|||| ≥A mxnℜ∈A 00|||| =⇔= AA

(ii) |||||||||| AA αα = untuk semua dan mxnℜ∈A ℜ∈α

(iii) |||||||||||| BABA +≤+ untuk semua mxnℜ∈BA ,

(iv) untuk semua matriks yang sesuai |||||||||||| BAAB ≤

Definisi 2.1.14

Jika dan , panjang atau norma dari diberikan oleh : mxnℜ∈A 1nxℜ∈x A

maksλ=== 21||||2 ||||max|||| AxA

x

di mana maksλ adalah nilai λ terbesar sedemikian sehingga IA λ− bersifat

singular.

Definisi 2.1.15

Sifat-sifat norma matriks-2 adalah sebagai berikut:

(i) |*|maxmax||||1||||1||||2 AxyA

x ===

y

Page 29: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

13

(ii) 2*

2 |||||||| AA =

(iii) 22* |||||||| AAA =

(iv) ||||,||||max00

22

2

BA=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛BA

(v) di mana 22* |||||||| AAVU = IVVIUU * == dan *

Definisi 2.1.16

Misalkan adalah suatu proyeksi, nxnℜ∈P PP 2 = . Pernyataan-pernyataan

berikut ini ekuivalen dengan adalah suatu Proyeksi Orthogonal, yaitu : P

(i) )()( PP NR ⊥

(ii) (Proyeksi Orthogonal PP =T ⇔ TPPP ==2 )

(iii) 1|||| 2=P

B. Teorema Kalkulus

Dalam subbab ini akan dibahas tentang teorema-teorema dalam kalkulus,

terutama yang berkaitan dengan integral, yaitu Teorema Dasar Kalkulus, yang

akan digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

Teorema 2.2.1 (Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan)

Jika kontinu pada selang tertutup f [ ]ba, dan terdiferensial pada titik-titik

dalam dari , maka terdapat paling sedikit satu bilangan c dalam

dimana :

),( ba ),( ba

Page 30: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

14

)()()( ' cfab

afbf=

−− (2.2.1)

atau ekuivalen dengan

)()()()( ' abcfafbf −=− (2.2.2)

Bukti:

Pembuktian ini didasarkan pada analisis dari fungsi

sedangkan adalah persamaan garis yang melalui dan

. Karena garis ini mempunyai kemiringan

),()()( xgxfxs −=

)(xgy = ))(,( afa

))(,( bfb )/()]()([ abafbf −− dan

melalui , bentuk titik kemiringan untuk persamaannya adalah ))(,( afa

)()()()()( axab

afbfafxg −−−

=−

Kemudian menghasilkan rumus untuk , yaitu, )(xs

)()()()()()( axab

afbfafxfxs −−−

−−=

Perhatikan bahwa 0)()( == asbs dan untuk x dalam ),( ba

abafbfxfxs

−−

−=)()()(')('

Jika diketahui bahwa terdapat suatu bilangan dalam yang memenuhi

, pembuktian selesai. Karena persamaan terakhir mengatakan

c ),( ba

0)(' =cs

abafbfcf

−−

−=)()()('0

Untuk melihat bahwa 0)(' =cs untuk suatu dalam , alasannya

adalah jelas kontinu pada , karena merupakan selisih dua fungsi kontinu.

c ),( ba

s ],[ ba

Page 31: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

15

Jadi harus mencapai baik nilai maksimum maupun nilai minimum pada .

Jika kedua nilai ini kebetulan adalah 0, maka secara identik adalah 0 pada

, akibatnya untuk semua

s ],[ ba

)(xs

],[ ba 0)(' =xs x dalam . ),( ba

Jika salah satu nilai maksimum atau nilai minimum berlainan dengan 0, maka

nilai tersebut dicapai sebuah titik dalam , karena c 0)()( == bsas . Sekarang

mempunyai turunan di setiap titik dari , sehingga

s

),( ba 0)(' =cs .

Teorema 2.2.2 (Teorema Dasar Kalkulus)

Misalkan kontinu (karenanya terintegralkan) pada f [ ]ba, dan andaikan

sebarang anti turunan dari di sana. Maka, F f

)()()( aFbFdxxfb

a

−=∫ (2.2.3)

Bukti:

Andaikan bxxxxxap nn =<<<<<= −1210: L adalah partisi sebarang

dari [ , maka dengan mengurangkan dan menambahkan secara baku diperoleh: ]ba,

∑=

−−−

−=

−++−+−=−n

iii

nnnn

xFxF

xFxFxFxFxFxFaFbF

11

01211

)]()([

)()()()()()()()( L

Menurut Teorema 2.2.1 untuk turunan yang diterapkan pada pada selang

F

],[ 1 ii xx −

ii

iiiii

xxf

xxxFxFxF

Δ=

−=− −−

)(

))(()()( 1'

1

Page 32: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

16

untuk suatu pilihan ix dalam selang terbuka . Jadi, ),( 1 ii xx −

∑=

Δ=−n

iii xxfaFbF

1)()()(

pada ruas kiri merupakan konstanta, sedangkan ruas kanan merupakan jumlah

Riemann untuk pada . Bila kedua ruas diambil limitnya untuk ,

diperoleh

f ],[ ba 0|| →p

∫∑ =Δ=−=

b

a

n

iii

pdxxfxxfaFbF )()(lim)()(

10||

C. Konvergensi

Dalam subbab ini dibahas konsep konvergensi yang nantinya akan

digunakan untuk menganalisis Metode Broyden untuk menyelesaikan sistem

persamaan non-linear.

Definisi 2.3.1

Suatu barisan (atau barisan tak hingga) adalah suatu fungsi yang daerah

asalnya adalah himpunan bilangan bulat positif.

Barisan ditulis dengan menggunakan notasi kurawal atau dapat juga

dengan menuliskan

+∞=1 nna

,......,.......,,, 321 naaaa

Page 33: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

17

Definisi 2.3.2

Suatu barisan disebut mempunyai limit L bila untuk sebarang ∞=1 nna

0>ε terdapat bilangan bulat positif sedemikian sehingga N ε<− Lan bila

. Bila barisan mempunyai limit L, maka barisan dikatakan

konvergen ke-L dan ditulis

Nn ≥ ∞=1 nna

Lann=

∞→lim .

Suatu barisan yang tidak mempunyai limit dikatakan divergen.

Definisi 2.3.3

Suatu deret tak hingga adalah suatu ungkapan bentuk

......321 +++++ nuuuu

atau dengan notasi sigma disebut suku-suku deret. ,.......,,; 3211

uuuuk

k∑∞

=

Secara informal, bentuk adalah jumlah suku-suku ∑∞

=1kku ,.....,, 321 uuu

Misalkan menyatakan jumlah suku pertama dari deret. Dengan demikian, nS n

∑∞

=

=+++=

++=+=

=

121

3213

212

11

,,

,

kknn uuuuS

uuuSuuS

uS

L

KKKKKKKKK

Bilangan disebut jumlah parsial ke- dari deret dan barisan disebut

barisan jumlah parsial.

nS n ∞=1 nnS

Page 34: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

18

Definisi 2.3.4

Misalkan adalah barisan jumlah parsial deret ∑ nS∞

=1.

kku

Jika barisan konvergen ke limit maka deret itu disebut konvergen dan

disebut jumlah deret. Dapat dituliskan

nS S S

∑∞

=

=1k

kuS

Jika barisan jumlah parsial dari deret adalah divergen maka deret disebut

divergen. Suatu deret yang divergen tidak mempunyai jumlah.

Contoh 2.3.1

Tentukan apakah deret L+−+−+− 111111 konvergen atau divergen ?

Penyelesaian:

Jumlah parsialnya adalah

.seterusnyadan ,01111,1111

,011,1

4

3

2

1

=−+−==+−=

=−==

SSSS

Jadi barisan jumlah parsial adalah 1,0,1,0,… yang divergen. Karena barisan

jumlah parsialnya divergen maka deretnya juga divergen dan akibatnya tidak

mempunyai jumlah.

Page 35: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

19

Teorema 2.3.1

Suatu deret geometri

0,132 ≠++++++ − aarararara k LL

konvergen jika dan divergen jka 1|| <r 1|| ≥r

Jika deret konvergen, jumlah deret itu adalah

LL ++++++=−

−132

1karararara

ra

Bukti:

Misalkan .1|| =r

Jika 1=r , deretnya adalah LL +++++ aaaa sehingga jumlah parsial ke-

adalah dan

n

naSn = ±∞=∞→

nanlim (tanda bergantung pada apakah a positif atau

negatif). Bukti ini membuktikan divergensi.

Jika 1−=r , deretnya adalah L+−+− aaaa sehingga barisan jumlah

parsialnya adalah yang divergen. K,0,,0, aa

Sekarang perhatikan kasus jika 1|| ≠r

Jumlah parsial dari deret adalah

nn aaaaS ++++= L321

12 −++++= nn arararaS L (2.3.1)

Gandakan kedua ruas dengan r , diperoleh

nn ararararrS ++++= L32 (2.3.2)

dan kurangkan (2.3.2) dengan (2.3.1) diperoleh

Page 36: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

20

ataur)S-(1

atau

nn

nnn

ara

ararSS

−=

−=− (2.3.3)

rar

raS

n

n −−

−=

11 (2.3.4)

Jika maka sehingga barisan konvergen. Dari

persamaan (2.3.4) diperoleh

1|| <r 0lim =+∞→

n

nr nS

raSnn −

=+∞→ 1

lim

Jika maka 1|| >r 1>r atau 1−<r . Dalam kasus 1>r maka

dan dalam kasus +∞=+∞→

n

nrlim 1−<r maka nr berosilasi antara bernilai positif

dan negatif sehingga divergen. nS

Contoh 2.3.2

Deret LL +++++ −12 45

45

455 k adalah deret geometri dengan dan 5=a

41

=r .

Karena 141|| <=r maka deret konvergen dengan jumlah

320

411

51

=−

=− ra .

D. Penyelesaian Persamaan Non-linear dengan satu variabel

Persamaan non-linear dengan satu variabel dapat diselesaikan secara

numerik dengan beberapa metode. Dalam subbab ini pembahasan lebih

difokuskan untuk penyelesaian persamaan non-linear dengan Metode Secant,

Page 37: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

21

karena Metode Secant yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan

sistem persamaan non-linear dengan Metode Broyden. Metode Secant adalah

salah satu metode yang muncul untuk mengatasi kelemahan dari Metode Newton-

Raphson.

Salah satu metode yang sangat terkenal adalah Metode Newton-Raphson.

Pada Metode Newton-Raphson untuk menemukan akar digunakan turunan

pertama dari fungsi yaitu . Misalkan dan misalkan

adalah suatu pendekatan ke- sedemikian sehingga dan

adalah kecil. Dengan mempertimbangkan Polinomial Taylor pertama

untuk ekspansi , diperoleh:

f 'f ],[2 baCf ∈

],[)( bax i ∈ p 0)(' )( ≠ixf

|| )( px i −

)(xf )(ix

))(("2

)()(')()()(2)(

)()()( xfxxxfxxxfxfi

iii ξ−+−+= (2.4.1)

di mana )(xξ terletak antara x dan )(ix

Karena 0)( =pf dan diberikan px = , maka persamaan (2.4.1) menjadi

))(("2

)()(')()(0

))(("2

)()(')()()(

2)()()()(

2)()()()(

pfxpxfxpxf

pfxpxfxpxfpf

iiii

iiii

ξ

ξ

−+−+=

−+−+=

(2.4.2)

Dalam Metode Newton diasumsikan bahwa kecil, sehingga

suku yang mengandung mendekati nol, maka persamaan (2.4.2)

menjadi sebagai berikut:

|| )(ixp −

2)( || ixp −

)(')()(0 )()()( iii xfxpxf −+≈ (2.4.3)

Penyelesaian untuk p dalam persamaan (2.4.3) adalah

Page 38: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

22

)(')(

)(

)()(

i

ii

xfxfxp −≈ (2.4.4)

Apabila adalah nilai awal yang diberikan, maka secara umum

didefinisikan dengan:

)0(x )1( +ix

)(')(

)(

)()()1(

i

iii

xfxfxx −=+ (2.4.5)

Iterasi dimulai dengan menentukan suatu nilai awal dan suatu nilai )0(x 0>ε ,

kemudian substitusikan ke persamaan (2.4.5).

Langkah diulangi sampai ditemukan suatu nilai

ε<−+ || )()1( ii xx

Metode Newton-Raphson mempunyai kemungkinan divergen, biasanya

disebabkan karena kesalahan menentukan nilai awal. Jadi Metode Newton-

Raphson mempunyai beberapa kelemahan, yaitu nilai awalnya harus baik dan

harus dapat mengetahui nilai turunan fungsi (atau dapat ditulis dengan ) di

setiap iterasinya. Seringkali mencari sangat sulit dan membutuhkan

perhitungan aritmatika yang sangat rumit, bahkan sering tidak dapat ditentukan

nilainya.

f 'f

)(' xf

Untuk mengatasi masalah perhitungan turunan dalam Metode Newton-

Raphson diturunkan suatu variasi, yaitu perhitungan turunan persamaan

didekati dengan menggunakan limit sebagai berikut:

f

)1(

)1()1( )()(lim)('

)1( −

−−

=− i

i

xx

i

xxxfxfxf

i (2.4.6)

misalkan )2( −= ixx

Page 39: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

23

)2()1(

)2()1(

)1()2(

)1()2()1(

)()(

)()()('

−−

−−

−−

−−−

−−

=

−−

=

ii

ii

ii

iii

xxxfxf

xxxfxfxf

(2.4.7)

Dengan menggunakan pendekatan dari dalam perhitungan dengan

Metode Newton-Raphson, yaitu sebagai berikut:

)(' )1( −ixf

)()())((

)2()1(

)2()1()1()1()(

−−

−−−−

−−

−= ii

iiiii

xfxfxxxfxx (2.4.8)

Teknik yang digunakan dalam formulasi sehingga diperoleh persamaan (2.4.8) di

atas disebut dengan Metode Secant.

Metode Secant dimulai dengan dua pendekatan awal dan ,

sedangkan pendekatan adalah titik potong sumbu-

)0(x )1(x

)2(x x dari persamaan garis

yang melalui dan dan pendekatan adalah titik

potong dari persamaan garis yang melalui dan , dan

seterusnya.

))(,( )0()0( xfx ))(,( )1()1( xfx )3(x

))(,( )1()1( xfx ))(,( )2()2( xfx

Contoh 2.4.1

Selesaikan persamaan non-linear dengan pendekatan

awal [1,4] dengan mengunakan Metode Secant dengan tingkat kesalahannya

,052 23 =−− xx

410 −

Jawab:

Diketahui , dan ,

sehingga

,052)( 23 =−−= xxxf 1)0( =x 4)1( =x

Page 40: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

24

)5)(2)(()5)(2)(()()5)(2)((

2)2(3)2(2)1(3)1(

)2()1(2)1(3)1()1()(

−−−−−−−−

−= −−−−

−−−−−

iiii

iiiiii

xxxxxxxxxx untuk 2≥i

Iterasi pertama

5455.14545.2433814

)521()53264()3)(53264(4

)5)1(2)1(()5)4(2)4(()14()5)4(2)4(4

)5)(2)(()5)(2)(()()5)(2)((

2323

23

2)0(3)0(2)1(3)1(

)0()1(2)1(3)1()1()2(

=−=−=

−−−−−−−

−=

−−−−−−−−

−=

−−−−−−−−

−=xxxxxxxxxx

5455.1)2( =x

Dengan menggunakan langkah yang sama seperti iterasi pertama dapat

diperoleh nilai x untuk iterasi selanjutnya seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.4.1 Hasil Perhitungan persamaan non-linear ,052 23 =−− xx

dengan Metode Secant

i )(ix

0 1

1 4

2 1.5455

3 2.0019

4 4.0862

5 2.3007

6 2.7069

7 2.6988

Page 41: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

25

8 2.7014

9 2.6909

10 2.6909

Karena kesalahan dari nilai x pada iterasi kesembilan dan kesepuluh lebih kecil

dari , maka penyelesaian persamaan non-linear adalah

2.6909.

410 − ,052 23 =−− xx

Page 42: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BAB III

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR

A. Sistem Persamaan Non-Linear

Persamaan non-linear adalah persamaan yang tiap suku-sukunya

melibatkan bentuk eksponensial, trigonometri, logaritma, rasional, polinomial

berderajat dua atau lebih, ada hasil kali antara fungsi yang belum diketahui

dengan turunannya, atau fungsi transenden lainnya. Berikut diberikan beberapa

contoh persamaan non-linear

02 32121

21 =++ xxx exxexe (3.1.1)

0)cos(2)2sin( =+ xx (3.1.2)

05.0)cos(3 211 =−− xxx (3.1.3)

01032 =−+ xx (3.1.4)

Persamaan-persamaan non-linear di atas dapat dibedakan menjadi

persamaan non-linear dengan satu variabel, seperti persamaan (3.1.2) dan

persamaan (3.1.4), dan persamaan non-linear dengan variabel, dengan ,

seperti persamaan (3.1.1) dan persamaan (3.1.3).

n 1>n

Bentuk umum persamaan non-linear dengan satu variabel adalah

0)( =xf . (3.1.5)

dengan x adalah variabel tunggal yang dapat mempunyai beberapa nilai

yang disebut sebagai akar-akar persamaan tersebut. Akar dari persamaan tersebut

bisa real dan berlainan, real dan berulang, serta kompleks.

Sedangkan bentuk umum persamaan non-linear dengan variabel adalah n

0),........,,( 21 =nxxxf . (3.1.6)

26

Page 43: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

27

Definisi 3.1.1

Sistem Persamaan non-linear adalah himpunan n persamaan non-linear,

dengan , yang penyelesaiannya harus memenuhi semua persamaan

tersebut.

1>n n

Bentuk umum sistem persamaan non-linear dengan persamaan dan

variabel adalah :

m n

0),......,,(

0),......,,(0),......,,(

21

212

211

=

==

nm

n

n

xxxf

xxxfxxxf

MMM (3.1.7)

Setiap fungsi merupakan pemetaan vektor x = dari

ke . Sistem persamaan (3.1.7) dapat ditulis dalam bentuk lain, yakni dengan

mendefinisikan fungsi F, yang merupakan pemetaan dari ke , yaitu

f tnxxx ),......,,( 21

nℜ

nℜ mℜ

F (3.1.8) tnmnnn xxfxxfxxfxx )),....,(),....,,....,(),,....,((),....,( 112111 =

Dengan menggunakan notasi vektor, sistem di atas dapat ditulis dalam bentuk :

F(x) = 0 (3.1.9)

Fungsi disebut fungsi koordinat dari F. nfff ........,,, 21

Dalam penulisan ini masalah hanya difokuskan pada sistem persamaan non-linear

dengan n persamaan dan variabel. n

Page 44: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

28

Contoh 3.1.1

Perhatikan sistem persamaan non-linear

0)cos(sin2035

212

22

21

=−+=−

xxxxx

(3.1.10)

Sistem persamaan (3.1.10) adalah contoh sistem persamaan non-linear

dengan dua persamaan dan dua variabel. Dalam sistem tersebut dapat

didefinisikan menjadi dua fungsi dan , yakni ℜ→ℜ21 :f ℜ→ℜ2

2 :f

dan (3.1.11) ),cos(sin2),(

,35),(

212212

22

21211

xxxxxfxxxxf

−+=−=

Dengan demikian dapat didefinisikan fungsi F pemetaan dari

dengan

22 ℜ→ℜ

t

t

xxxxx

xxfxxf

xx

))cos(sin2,35(

)),(),,((

),()(

21222

21

212211

21

−+−=

=

= FxF

(3.1.12)

Contoh 3.1.2

Perhatikan sistem persamaan non-linear

03110

063

01)cos2)(sin(21

3

3221

321

21 =−+

=+−

=−+

− xe

xxx

xxx

xx

(3.1.13)

Sistem persamaan (3.1.13) adalah contoh sistem persamaan non-linear

dengan tiga persamaan dan tiga variabel yang dapat didefinisikan menjadi tiga

fungsi , , , yakni ℜ→ℜ31 :f ℜ→ℜ3

2 :f ℜ→ℜ33 :f

Page 45: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

29

,3110),,(

,63),,(

,1)cos2)(sin(21),,(

33213

32213212

3213211

21 −+=

+−=

−+=

− xexxxf

xxxxxxf

xxxxxxf

xx

(3.1.14)

Dengan demikian dapat didefinisikan fungsi F pemetaan dari

dengan

33 ℜ→ℜ

txx

t

xexxxxxx

xxxfxxxfxxxf

xxx

)3110,63,1)cos2)(sin(

21(

)),,(),,,(),,,((

),,()(

33221321

321332123211

321

21 −++−−+=

=

=

FxF

(3.1.15)

Untuk mencari penyelesaian persamaan atau sistem persamaan non-linear

lebih sering digunakan metode numeris daripada metode analitis. Hal ini

disebabkan karena sistem persamaan non-linear melibatkan banyak persamaan

dengan banyak variabel. Metode numeris digunakan untuk menemukan

pendekatan dari penyelesaian persamaan atau sistem persamaan non-linear,

apabila penyelesaian eksak tidak dapat ditemukan secara analitik.

B. Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear dengan Metode Broyden

Metode Broyden merupakan pengembangan dari Metode Secant untuk

menyelesaikan sistem persamaan dengan fungsi dan variabel yang tidak

diketahui.

n n

Definisi 3.2.1

Metode Secant adalah metode untuk menyelesaikan persamaan dengan

satu variabel dimana dalam menghitung turunannya dengan menggunakan

pendekatan sebagai berikut :

Page 46: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

30

)1(

)1()1(' )()(lim)(

)1( −

−−

=− i

i

xx

i

xxxfxfxf

i (3.2.1)

Misalkan diketahui , )1( −= ixx

Maka turunannya dapat dihitung dengan rumus :

)2()1(

)2()1(

)1()2(

)1()2()1(' )()()()()( −−

−−

−−

−−−

−−

=−−

= ii

ii

ii

iii

xxxfxf

xxxfxfxf (3.2.2)

dengan menggunakan pendekatan seperti pada persamaan (3.2.2), maka

penyelesaian persamaan dengan Metode Secant adalah

)( )1(' −ixf

)()())((

)2()1(

)2()1()1()2()1(

−−

−−−−−

−−

−= ii

iiiii

xfxfxxxfxx (3.2.3)

Penyelesaian sistem persamaan dengan Metode Broyden dapat dilakukan

dengan langkah-langkah, misalkan bahwa suatu pendekatan awal diberikan

untuk solusi p dari F(x) = 0. Untuk menghitung pendekatan berikutnya

terlebih dahulu dibentuk Matriks Jacobi .

)0(x

)1(x

)(xJ

Definisi 3.2.2

Matriks Jacobi adalah matriks yang dibentuk dengan mencari turunan

parsial masing-masing persamaan terhadap masing-masing variabel.

)(xJ

Bentuk umum Matriks Jacobi untuk sistem persamaan dengan

persamaan dan n variabel adalah sebagai berikut:

)(xJ n

Page 47: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

31

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

∂∂

=

n

nnn

n

n

xf

xf

xf

xf

xf

xf

xf

xf

xf

)(...

)()(

)(...

)()(

)(...)()(

)(

21

2

2

2

1

2

1

2

1

1

1

xxx

xxx

xxx

xJMMM

(3.2.4)

Dari persamaan (3.2.4) Matriks Jacobi dapat dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut:

(3.2.5) )()( ' xFxJ =

Atau dapat juga ditulis dalam bentuk

k

j

xf∂

∂=

)()(

xxJ , (3.2.6)

untuk j dan k masing-masing menunjukkan baris dan kolom, dengan nkj ≤≤ ,1

dan turunan parsial pada iterasi ke- adalah i

)1()(

)1()()( )()()(−

−≈

∂i

ki

k

ij

ij

k

ij

xx

ffx

f xxx, (3.2.7)

Setelah diperoleh Matriks Jacobi , substitusikan ke dan

, sehingga diperoleh Matriks Jacobi dan . Matriks Jacobi

pada iterasi awal dinotasikan sebagai matriks . Kemudian analog

dengan persamaan (3.2.3) maka penyelesaian sistem persamaan non-linear (3.1.9)

adalah:

)(xJ )0(x )(xJ

)(xF )( )0(xJ )( )0(xF

)( )0(xJ 0A

)( )0(10

)0()1( xFAxx −−= (3.2.8)

Page 48: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

32

Setelah perhitungan dari , kemudian Matriks Jacobi didekati

dengan matriks yang harus memenuhi persamaan (3.2.2), yaitu

)1(x )( )1(xJ

1A

(3.2.9) )()()( )0()1()0()1(1 xFxFxxA −=−

Supaya vektor orthogonal )0()1( xx − tidak terpengaruh oleh , maka

diperlukan syarat tambahan, yaitu

)( )0(xJ

(3.2.10) zxJzA ))( )0(1 =

meskipun 0)( )0()1( =− zxx t

Kondisi ini menjelaskan bahwa vektor orthogonal akan

digantikan dengan perbaikan dari yang menggunakan perhitungan

menjadi , yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung .

Menggunakan persamaan (3.2.9) dan persamaan (3.2.10) diperoleh:

)( )0()1( xx −

)( )0(xJ )1(x

1A )2(x

t

t

))(())]()(()()([

)()()()(

)()(

)0()1()0()1(

)0()1()0()1()0()0()1(

)0()0()1(

)0()1(

)0(1

)0()1(

)0()1(

1

xxxxxxxxxJxFxF

xJxx

xFxF

xJAεxx

xFxFA

−−−−−−

=

−−−

=

−=−−

=

2

2

)0()1(

)0()1()0()1()0()0()1(

)(

))]()(()()([

xx

xxxxxJxFxFε−

−−−−=

t

(3.2.11)

εxJA += )( )0(1 dengan persamaan (3.2.11) dapat diperoleh matriks sebagai

berikut:

1A

Page 49: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

33

22

)0()1(

)0()1()0()1()0()0()1()0(

1 ||||))]()(()()([)(

xxxxxxxJxFxFxJA

−−−−−

+=t

(3.2.12)

Kemudian matriks mensubstitusikan untuk menghitung

yang ekuivalen dengan persamaan (3.2.8), yaitu:

1A )( )1(xJ )( )2(x

(3.2.13) )( )1(11

)1()2( xFAxx −−=

Sedangkan untuk menghitung dapat dilakukan dengan metode yang

sama dengan menggunakan menggantikan dan

menggantikan dan menggantikan . Sehingga pendekatan Matriks

Jacobi untuk iterasi kedua adalah

)3(x

1A )( )0(0 xJA ≡ )2(x

)1(x )1(x )0(x

22

)1()2(

)1()2()1()2()1()1()2()1(

2 ||||))]()(()()([)(

xxxxxxxJxFxFxJA

−−−−−

+=t

(3.2.14)

Berdasarkan persamaan (3.2.8), (3.2.12), (3.2.13) dan (3.2.14), dengan

ti

i

iiiii s

ssAy

AA 22

11 ||||

)( −−

−+= (3.2.15)

)()( )1()( −−= iii xFxFy

)1()( −−= iii xxs

secara umum dipakai untuk menghitung yakni )(ix )1( +ix

(3.2.16) )( )(1)()1( ii

ii xFAxx −+ −=

Setelah perhitungan dari , maka akan diperbaharui menjadi ,

dalam proses Matriks Jacobi yang didekati dengan matriks akan

menentukan berhasil atau tidaknya Metode Quasi-Newton. Keuntungan dari

)1( +ix iA 1+iA

)( )0(xJ 1A

Page 50: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

34

metode ini adalah penyelesaian persamaan (3.2.16) lebih mudah daripada

menggunakan koefisien matriks . )( )(' ixF

Definisi 3.2.3

Suatu barisan dikatakan konvergen superlinear-q ke jika )(ix x

0||||||||lim )(

)1(

=−−+

∞→ xxxx

i

i

i (3.2.17)

Metode Quasi-Newton yang dipakai dalam Metode Broyden ini

mempunyai sifat konvergen superlinear yang dapat mempertahankan sifat simetri

atau definit positif. Sifat ini menjamin bahwa determinan dari matriks bernilai

positif sehingga akan selalu ada. Sehingga Metode Broyden ini merupakan

salah satu alternatif yang sangat baik untuk menggantikan Metode Newton.

iA

1−iA

Preposisi 3.2.1

Misalkan adalah sebuah matriks nonsingular yang berukuran A nxn

dan misalkan , maka adalah invertibel jika dan hanya jika

atau

nℜ∈vu, tuvA +

01 1 ≠+ − uAv t

11

11

1)()( −−

−−

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−=+ AuAv

vuAIuvA t

tt (3.2.24)

Ekspresi pada persamaan (3.2.24) sering disebut dengan formula Sherman-

Morisson.

Page 51: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

35

Bukti:

Suatu matriks nonsingular apabila dikalikan dengan inversnya, maka akan

menghasilkan matriks identitas . Jika dari persamaan (3.2.24) ruas kiri dan

kanan dikalikan dengan matriks , maka harus dibuktikan bahwa:

I

)( tuvA +

IAuAv

vuAIuvA =⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−+ −−

−1

1

1

1)()( t

tt

Perhatikan bahwa

( )

( )

IAvuI

AvuAvuAvuI

AvuAv

uAvuAv

uI

AvuAvuAvuAvuIAvuAvuAuvAuvAvuAvuI

AvuAvuAAuvA

AvuAv

uAAuvAAuAv

vuAIuvA

=−−=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

++

−=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

+−+

−=

++−+−=

+−++−=

+−+=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−+=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−+

−−

−−

−−−−−−

−−−−−−−−

−−−−−

−−

−−−

1

11

1

11

1

1

111111

11111111

11111

11

111

1

1

)11(

111

11

11

)1(1)1()1()1(

)1)(()(

1)()(

1)()(

t

tt

t

tt

t

t

tttt

tttttt

ttt

tt

tt

tt

Jadi terbukti bahwa 11

11

1)()( −−

−−

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−=+ AuAv

vuAIuvA t

tt

Teorema 3.2.4

Misalkan adalah matriks nonsingular yang berukuran A nxn serta

adalah vektor maka adalah matriks nonsingular yang berukuran yx dan txyA +

Page 52: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

36

nxn jika dan hanya jika adalah matriks nonsingular yang berukuran xAy 11 −+ t

nxn dan atau dapat dituliskan: 11 −≠− xAy t

xAyAxyAAxyA 1

1111

1)( −

−−−−

+−=+ t

tt

Bukti:

)(⇒ Diketahui: adalah matriks nonsingular yang berukuran A nxn

adalah vektor yx dan

adalah matriks nonsingular yang berukuran txyA + nxn

Akan dibuktikan: 01 1 ≠+ − xAy t

Karena adalah matriks nonsingular yang berukuran txyA + nxn , berarti

mempunyai invers atau ada. txyA + 1)( −+ txyA

Menurut sifat invers matriks dari Sherman dan Morrison [Matrix

Analysis:1984].

11

11

111111

1

)1()(

−−

−−

−−−−−−

+−=

+−=+

AyxAy

xAA

AyxAyxAAxyA

tt

ttt

xAyAxyAAxyA 1

1111

1)( −

−−−−

+−=+ t

tt (3.2.20)

Dari sifat invers matriks di atas berarti ada, maka 11 )1( −−+ xAy t

01 1 ≠+ − xAy t

Page 53: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

37

)(⇐ Diketahui: adalah matriks nonsingular yang berukuran A nxn

adalah vektor yx dan

01 1 ≠+ − xAy t

Akan dibuktikan: adalah matriks nonsingular yang berukuran txyA + nxn

Bukti :

Karena berarti ada. Sehingga, 01 1 ≠+ − xAy t 11 )1( −−+ xAy t

Karena , maka menurut sifat invers matriks dari Sherman dan

Morrison [Matrix Analysis:1984], berlaku

01 1 ≠+ − xAy t

1

1

111

11

1111111

)(1

1)1(

−−−

−−

−−−−−−−

+=

+−=

+−=+−

t

t

t

tt

tt

xyAxAy

AxyAA

AyxAy

xAAAyxAyxAA

Karena ada berarti bahwa adalah matriks non-

singular yang berukuran

1)( −+ txyA )( txyA +

nxn .

Formula bisa dihitung langsung dari eliminasi membutuhkan

invers matriks pada setiap iterasi.

1−iA 1

1−

−iA

misalkan 1−= iAA

Page 54: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

38

22

1

||||)(

i

iii

ssAy

x −−= dan isy = , dengan persamaan (3.2.15) dan

(3.2.20) diperoleh

22

11

22

11

111

1

22

111

112

2

111

11

122

11

1

||||||||)(

)||||

)((1

)||||

)((

)||||

)((

iiit

ii

it

iiiii

i

iiii

ti

it

ii

iiii

i

ti

i

iiiii

syAssAssyA

A

ssAy

As

Ass

sAyA

A

ss

sAyAA

−+

−−=

−+

−=

−+=

−−

−−

−−−

−−−

−−

−−−

−−

−−−

maka

iit

i

it

iiiiii yAs

AsyAsAA 1

1

11

111

11 )(

−−

−−

−−−

−− −

+= (3.2.21)

Sebelum menyelesaikan sistem persamaan non-linear dengan Metode

Broyden, akan dibahas terlebih dahulu tentang implementasi Metode Broyden.

Implementasi Metode Broyden memuat hal-hal yang berkaitan dengan syarat-

syarat dalam pelaksanaan Metode Broyden, diantaranya adalah sebagai berikut :

Lemma 3.2.1

Diasumsikan terdapat barisan Broyden untuk data

maka terdapat barisan Broyden untuk data

dan

),( )(i

i Ax

),,( 0)0( AxF ),( )(

ii Cy

),,( )0(10 IxFA −

untuk semua i (3.2.22) ii

ii

CAAyx

0

)()(

==

Page 55: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

39

Bukti:

Akan dibuktikan dengan menggunakan induksi matematik

i) Untuk , jika diketahui maka terdapat barisan Broyden

dan jika diketahui maka terdapat barisan

Broyden , dan berlaku

0=i ),,( 0)0( AxF

),( 0)0( Ax ),,( )0(1

0 IxFA −

),( 0)0( Cy

0000

)0()0(

CAIAAyx

===

ii) Diasumsikan bahwa persamaan (3.2.22) berlaku untuk suatu yang diberikan,

yakni

i

ii

ii

CAAyx

0

)()(

==

iii) Berdasarkan persamaan (3.2.15) berlaku

)()(

)()(1

0)(

)(1)()1(

ii

i

ii

ii

xFCAx

xFAxx−

−+

−=

−= (3.2.23)

karena dimisalkan dan )()( ii yx = ii CAA 0= , maka

)1(

)(1)()1( )(+

−+

=

−=i

ii

ii

y

yFAyx

karena

)()1(

)()1(

ii

iii

yy

xxs

−=

−=+

+

dengan persamaan (3.2.23), maka

Page 56: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

40

10

22

110

0

22

110

00

22

1

1

||||)(

||||)(

||||)(

+

+−

+−

+

+

=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+=

+=

+=

i

i

ti

)(i

i

i

ti

)(i

i

i

ti

)(i

ii

CA

ssyFA

CA

ssyFA

ACA

ssxF

AA

Jadi terbukti bahwa jika diketahui terdapat barisan Broyden

, maka jika diketahui terdapat barisan Broyden

.

),,( 0)0( AxF

),( )(i

i Ax ),,( )0(10 IxFA −

),( )(i

i Cy

Perhatikan kembali untuk 0≥i

2

)1(

||||)(

i

i

i sxFu

+

= dan 2|||| i

ii s

sv =

maka dengan menggunakan persamaan (3.2.15), dapat ditulis sebagai 1+iA

tiiii vuAA +=+1

Misalkan,

)1(

)(1

1

iiti

iii uAv

uAw −

+=

lihat jika IA =0 , maka

Page 57: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

41

(3.2.25)

∏−

=

−−−−

−−−−−−

−−−−

−−−−

−=

−−−=

−−=

−=

+=

1

0

002211

122211

1111

1111

1

)(

).().........)((

))((

)(

)(

i

j

tjj

ttii

tii

itii

tii

itii

tiiii

vwI

vwIvwIvwI

AvwIvwI

AvwI

vuAA

Kemudian menurut persamaan (3.2.15) langkah pada Metode Broyden

untuk iterasi dapat ditulis sebagai berikut:

(3.2.26) )()(

)(

)(1

0

)(1

ii

j

tjj

iii

xFvwI

xFAs

∏−

=

−−=

−=

Misalkan

)()(

)(

)(2

0

)1(11

ii

j

tjj

ii

xFvwI

xFAw

∏−

=

−−−

−=

−=

wCwwwvs

wvsw

F(xAvsF(xA

suAvssuA

uAvuA

uAvuA

w

wi

tii

tii

ii

tii

ii

iiitii

iii

iiti

ii

iiti

iii

=+=

+=

+=

+=

+=

+=

−−−

−−

−−−−

−−

−−−

−−−

−−−

−−

−−−

−−

−−

−−

−−

−−

1

1121

121

)(11121

)(11

2111

1121

2111

1

11

111

11

11

11

11

11

)||(||

||||

))||(||)

)||||||(||||||

)1(1)(

)1()(

di mana 1121 )||(|| −−− += wvsC t

iiw

Page 58: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

42

dan (3.2.27) wvwIs )( 11tiii −−−−=

untuk 1≥i

121

21

21

211

21121

1

1

11

||||||||

||||))||||(1(

))||||||(||1(

))(1(

)(

)(

−−

−−

−−−

−−

−=−=

−+−=−+−=

−++−=

+−=

+−=

+−=

ii

iw

iw

iww

itiiw

tiw

tiw

tiii

wssCw

sCwwwsCCw

swvsCw

wvCw

wvwCw

wvwws

maka untuk 1≥i

2

1

|||| i

ii s

sw +−

= (3.2.28)

Kemudian persamaan (3.2.25) dapat dituliskan sebagai berikut:

∏−

=

+− +=1

022

11 )||||

(i

j j

tjj

i sss

IA (3.2.29)

Persamaan (3.2.26) dan (3.2.29) tidak dapat digunakan secara langsung

untuk menghitung karena terdapat di dua sisi persamaan. 1+is 1+is

Menurut persamaan (3.2.15) dan persamaan (3.2.26) diperoleh

)(

||||

)(

)1(122

1

)1(111

+−+

+−++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−=

−=

ii

i

tii

iii

xFAs

ssI

xFAs (3.2.30)

kemudian dari persamaan (3.6.9) diperoleh sebagai berikut: 1+is

22

)1(1

)1(1

1

||||)(

1

)(

i

ii

ti

ii

i

sxFAs

xFAs

+−

+−

+

+−= (3.2.31)

Page 59: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

43

Berdasarkan Preposisi 3.2.1 maka penyebut pada persamaan (3.2.31)

01||||

)(1 1

22

)1(1

≠+=+ −+−

iiti

i

ii

ti uAv

sxFAs

Jadi dari pembuktian Implementasi Metode Broyden di muka dapat

diasumsikan bahwa , tetapi jika terdapat pilihan yang lebih baik untuk

, maka dapat digabungkan dalam perhitungan fungsi. Selain itu formula

Sherman-Morisson berlaku, yaitu invertibel jika dan hanya jika

.

IA =0

0A

tuvA +

01 1 ≠+ − uAv t

Page 60: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

44

Sebelum sampai pada algoritma Metode Broyden, di bawah ini adalah

flowchart dari Metode Broyden, yaitu :

44

Page 61: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

45

Dari uraian di atas, misalkan diketahui sistem persamaan non-linear

dengan pendekatan awal , maka langkah-langkah

untuk menyelesaikan sistem persamaan non-linear dengan Metode Broyden

adalah sebagai berikut:

0)( =xF tnxxx ),......,( 21

)0( =x

Langkah 1:

a. Bentuk Matriks Jacobi , di mana )(xJk

jkj x

f∂

∂=

)()( ,

xxJ untuk j dan

masing-masing menunjukkan baris dan kolom, dengan dan

turunan parsial pada iterasi pertama adalah

k

nkj ≤≤ ,1

)0()1(

)0()1()1( )()()(

kk

jj

k

j

xx

ffx

f

−≈

∂ xxx,

b. Hitung dengan mensubstitusikan ke sistem persamaan non-

linear

)( )0(xF )0(x

0)( =xF

c. Hitung matriks dengan

mensubstitusikan ke matriks Jacobi.

),........,,( )0()0(2

)0(10 nxxxJA =

)0(x

d. Hitung invers dari matriks yaitu 0A 10−A

e. Hitung )( )0(10

)0()1( xFAxx −−=

Langkah 2:

Hitung dengan mensubstitusikan ke sistem persamaan non- )( )(ixF )( ix

linear , untuk 0)( =xF K,2,1=i

Langkah 3:

Hitung )()( )1()( −−= iii xFxFy

Page 62: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

46

Langkah 4:

Hitung )( )1(1

−−−= iii xFAs

Hitung iii yAs 11−

−−

Hitung 11−

−iti As

Langkah 5:

Hitung ii

ti

itiiii

ii yAsAsyAs

AA 11

11

111

11 )(

−−

−−

−−−

−− −

+=

Langkah 6:

Hitung )( )(1)()1( ii

ii xFAxx −+ −=

Langkah 7:

Jika maka kembali ke langkah 2 ε>−+ |||| )()1( ii xx

Jika tidak, maka penyelesaian sistem persamaan non-linear adalah . )1( +ix

Contoh 3.2.1

Perhatikan Sistem Persamaan Non-Linear berikut:

01sin12

01)(cos8

0)sin(10

33

232

2

211

=−+=−−−

=+−

xxxxx

xxx

Selesaikan Sistem Persamaan Non-Linear dengan metode Broyden di atas apabila

diketahui nilai pendekatan awal dan ⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

08.025.002.0

)0(x 005.0=ε

Page 63: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

47

Penyelesaian:

Langkah 1:

Matriks Jacobi untuk sistem persamaan non-linear di atas adalah

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

+−−−−−

+−=

)cos(1200)sin()cos(2)sin()cos(280

0)cos()cos(1)(

3

23232323

211212

xxxxxxxxx

xxxxxxxJ

Dengan , maka diperoleh; t)08.025.002.0()0( =x

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

0399.00286.09250.8

)( )0(xF

Kemudian ),,( )0(3

)0(2

)0(10 xxxJA =

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

−=

999999.1200005934.0005934.80

0019999.075.0

dan

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−=−

0769.0000001.01249.0000033.03333.1

10A

maka

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0030- 0.0000-

11.9734-

0.038604-0.0000098.980087

0.0769 0 0 0.0001 0.1249 0 0.0000 0.0033 1.3333-

08.025.002.0

)( 010

)0()1( )(xFAxx

Page 64: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

48

Langkah 2:

Setelah diperoleh kemudian dihitung dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

)1(x )2(x

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

1.03601-1.9999-

20.9734)( )1(xF

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.9974- 1.9999-

11.9933

0.038604-0.0000098.980087

1.03601-1.9999-

20.9734)()( )0()1(

1 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.0830 0.2500

11.9934

08.025.002.0

0.0030- 0.0000-

11.9734-)0()1(

1 xxs

9362.19111

1 −=− yAs 0t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0001- 0.0133 0.0000 0.1247 0.0416 0.0009- 0.0070- 0.9988

)(

11

1

111

111

01

1 yAsAsyAs

AA0

00t

t

Langkah 6:

Maka diperoleh:

Page 65: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

49

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.2025-0.624-31.9357-

1.03601-1.9999-

20.9734

0.0769 0.0001- 0.01330.0000 0.1247 0.04160.0009- 0.0070- 0.9988

0.0030-0.0000-11.9734-

)( 111

)1()2( )(xFAxx

Langkah 7:

Karena 005.09730.190.0030-0.0000-11.9734-

0.2025-0.624-31.9357-

|||| )1()2( >=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx

maka kembali ke langkah 2.

Iterasi pertama

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

3.4335-6.9920-

42.2868)( )2(xF

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

2.3975- 4.9921-

21.3134

1.03601-1.9999-

20.9734

3.4335-6.9920-

42.2868)()( )1()2(

2 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.1995- 0.6240-

19.9623-

0.0030-0.0000-11.9734-

0.2025-0.624-31.9357-

)1()2(2 xxs

8667.42521

12 −=− yAs t

Page 66: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

50

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+=

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0007- 0.0000 0.1249 0.0000-

0.0006- 0.0010- 0.9369-

)(

21

12

1122

1121

11

2 yAsAsyAsAA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.09160.25037.6740

3.4335-6.9920-

42.2868

0.0769 0.0000- 0.0007- 0.0000 0.1249 0.0000-

0.0006- 0.0010- 0.9369-

0.2025-0.624-31.9357-

)( 212

)2()3( )(xFAxx

Langkah 7:

Karena 005.039.62050.2025-0.624-31.9357-

0.09160.25037.6740

|||| )2()3( >=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2

Iterasi kedua

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

0.1907 0.0274 2.2654

)( )3(xF

Page 67: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

51

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

1.0310 2.0714

21.9913-

3.4335-6.9920-

42.2868

2.4025-4.9206-

20.2955)()( )2()3(

3 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.2941 0.8743

39.6097

0.2025-0.624-31.9357-

0.0916 0.25037.6740

)2()3(3 xxs

-33

123 10 x 1.4857=− yAs t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0004- 0.0000 0.1249 0.0001

0.0006- 0.0008- 0.9899-

)(

31

23

1233

1231

21

3 yAsAsyAs

AA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.07780.24689.9167

0.19070.02742.2654

0.0769 0.0000- 0.0007- 0.0000 0.1249 0.0004 0.0006- 0.0010- 0.8935-

0.0916 0.25037.6740

)( 313

)3()4( )(xFAxx

Page 68: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

52

Langkah 7:

Karena 005.02.24270.09160.25037.6740

0.07780.24689.9167

|||| )3()4( >=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2

Iterasi ketiga

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

0.01110.00260.2769-

)( )4(xF

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.1795- 0.0248- 2.5423-

0.1907 0.0274 2.2654

0.0111 0.0026 0.2769-

)()( )3()4(4 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.0138- 0.0036-

2.2427

0.09160.25037.6740

0.07780.24689.9167

)3()4(4 xxs

5.644541

34 =− yAs t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0002 0.0005- 0.0007- 0.8821-

)(

41

34

1344

1341

31

4 yAsAsyAs

AA t

t

Page 69: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

53

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0769 0.2465

9.6725

0.0111 0.0026 0.2769-

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0002 0.0005- 0.0007- 0.8821-

0.0778 0.2468

9.9167)( 41

4)4()5( )(xFAxx

Langkah 7:

Karena 005.00.24420.07780.24689.9167

0.0769 0.2465

9.6725|||| )4()5( >=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2

Iterasi keempat

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

0.0000- 0.00060.0144

)( )5(xF

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.0111- 0.0020-

0.2913

0.0111 0.0026 0.2769-

0.0000-0.00060.0144

)()( )4()5(5 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.0009- 0.0003- 0.2442-

0.0778 0.24689.9167

0.07690.24659.6725

)4()5(5 xxs

Page 70: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

54

0.062851

45 =− yAs t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0001- 0.0005- 0.0007- 0.8384-

)(

51

45

1455

1451

41

5 yAsAsyAs

AA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0769 0.2464

9.6846

0.0000- 0.00060.0144

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0001- 0.0005- 0.0007- 0.8384-

0.0769 0.2465

9.6725)( 51

5)5()6( )(xFAxx

Langkah 7:

Karena 005.00.01210.0769 0.2465

9.6725

0.0769 0.2464

9.6846|||| )5()6( >=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2

Iterasi kelima

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=3-

3-

-3

)6(

10x0.0003 10x0.0142-

10x0.6663)(xF

Page 71: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

55

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=−=0.0000 0.0006-

0.0138-

0.0000- 0.0006

0.0144

10x0.0003 10x0.0142-

10x0.6663)()(

3-

3-

-3

)5()6(6 xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

0.0000 0.0001-

0.0121

0.0769 0.2465

9.6725

0.0769 0.2464

9.6846)5()6(

6 xxs

-46

156 10x1.3945=− yAs t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0000 0.0000 0.1249 0.0002- 0.0005- 0.0008- 0.8791-

)(

61

56

1566

1561

51

6 yAsAsyAs

AA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0769 0.2464

9.6852

10x0.0003 10x0.0142-

10x0.6663

0.0769 0.0000- 0.0000 0.0000 0.1249 0.0002- 0.0005- 0.0008- 0.8791-

0.0769 0.2464

9.6846

)(

3-

3-

3-

616

)6()7( )(xFAxx

Page 72: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

56

Langkah 7:

Karena 005.0587100.00.0769 0.2464

9.6846

0.0769 0.2464

9.6852|||| )6()7( >=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2

Iterasi keenam

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=4-

4-

-4

)7(

10x0.0001- 10x0.0178 10x0.3809-

)(xF

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

−⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=−=

3-

3-

3-

3-

3-

-3

4-

4-

-4

)6()7(7

10x0.0003- 10x0.0160 10x0.7044-

10x0.0003 10x0.0142-

10x0.6663

10x0.0001-10x0.0178 10x0.3809-

)()( xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

3-

3-

-3

)6()7(7

10x0.0000-10x0.0019 10x0.5857

0.0769 0.2464

9.6846

0.0769 0.2464

9.6852xxs

-77

167 10x3.6267=− yAs t

Page 73: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

57

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0001

0.0005- 0.0008- 0.8315-

)(

71

67

1677

1671

61

7 yAsAsyAs

AA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0769 0.2464

9.6851

10x0.0001- 10x0.0178 10x0.3809-

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0001 0.0005- 0.0008- 0.8315-

0.0769 0.2464

9.6852

)(

4-

4-

4-

717

)7()8( )(xFAxx

Langkah 7:

Karena 0005.0316700.00.0769 0.2464

9.6852

0.0769 0.2464

9.6851|||| )7()8( >=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx maka

kembali ke langkah 2.

Iterasi ketujuh

Langkah 2:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=6-

6-

-6

)8(

10x0.0002 10x0.0366-

10x0.8024)(xF

Page 74: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

58

Langkah 3:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

−⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=−=

4-

4-

4-

4-

4-

-4

6-

6-

-6

)7()8(8

10x0.0001 10x0.0181-10x0.3889

10x0.0001- 10x0.0178

10x0.3809-

10x0.0002 10x0.0366-

10x0.8024)()( xFxFy

Langkah 4:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=−=

4-

4-

-4

)7()8(8

10x0.0000 10x0.0022-

10x0.3167-

0.0769 0.2464

9.6852

0.0769 0.2464

9.6851xxs

-98

178 10x1.0241=− yAs t

Langkah 5:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−+= −

−−−−

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0002 0.0005- 0.0008- 0.8144-

)(

81

78

1788

1781

71

8 yAsAsyAs

AA t

t

Langkah 6:

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

−= −

0.0769 0.2464

9.6851

10x0.0002 10x0.0366-

10x0.8024

0.0769 0.0000- 0.0000- 0.0000 0.1249 0.0002 0.0005- 0.0008- 0.8144-

0.0769 0.2464

9.6851

)(

6-

6-

6-

818

)8()9( )(xFAxx

Page 75: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

59

Langkah 7:

Karena 0005.065347000000.00.0769 0.2464

9.6851

0.07690.24649.6851

|||| )8()9( <=⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=− xx

maka adalah penyelesaian sistem persamaan non-linear di

atas.

⎥⎥⎥

⎢⎢⎢

⎡=

0.0769 0.2464

9.6851)9(x

Dari hasil perhitungan di atas dapat diperoleh Tabel 3.2.1 sebagai berikut:

Tabel 3.2.1 Hasil Iterasi

I i1x i

2x i3x

0 0.02 0.25 0.08

1 -11.9734 -0.0000 -0.0030

2 -32.9357 -0.6240 -0.2025

3 7.6740 0.2503 0.0916

4 9.9167 0.2468 0.0778

5 9.6725 0.2465 0.0769

6 9.6846 0.2464 0.0769

7 9.6852 0.2464 0.0769

8 9.6851 0.2464 0.0769

9 9.6851 0.2464 0.0769

Page 76: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

60

Sedangkan apabila diselesaikan dengan menggunakan Program Matlab

(Lampiran 1), dapat diperoleh hasil seperti yang terdapat dalam Tabel 3.2.2 di

bawah ini:

>> MetodeBroyden('f_cont3_2_1','diff_f_cont3_2_1')

**Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden**

Nilai awal : [0.02 0.25 0.008]'

Toleransi : 0.005

Jumlah Maksimum iterasi : 15

-----------------------------------------------------------------------

i x1(i) x2(i) x3(i)

-----------------------------------------------------------------------

1 10.411739 0.246205 0.076931

2 9.649223 0.246442 0.076929

3 9.684779 0.246442 0.076929

4 9.685121 0.246442 0.076929

Page 77: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

61

C. Kondisi Dennis-Moré

Dalam subbab sebelumnya, telah dibahas mengenai penyelesaian sistem

persamaan non-linear dengan Metode Broyden. Dengan menggunakan algoritma

metode Broyden yang telah dibahas di atas, ternyata dapat diperoleh penyelesaian

yang konvergen. Dalam hal ini, penyelesaian yang diperoleh dengan

menggunakan Metode Broyden akan dibuktikan kalau mempunyai sifat

konvergen superlinear-q. Kondisi tersebut dapat didasarkan pada Kondisi Dennis-

Moré.

Misalkan penyelesaian sistem persamaan non-linear adalah , maka dapat

diperoleh matriks Jacobi .

p

)(' pF

Kesalahan dalam pendekatan Matriks Jacobi tersebut adalah

)(' pFAE −= (3.3.1)

Pada langkah ke-n dapat didefinisikan . )()1( nnn xxs −= +

Secara umum dapat dituliskan

(3.3.2) )()1( iii xxs −= +

Jika data dan cukup baik, maka iterasi Broyden akan konvergen

superlinear-q ke akarnya.

)0(x 0A

Metode iterasi secara umum dengan bentuk

)( )(1)()1( ii

ii xFAxx −+ −= (3.3.3)

dengan . )()( '' pFEpFA ≈+= ii

Pembuktian dari konvergen superlinear-q tidak bisa diturunkan dengan

pendekatan langsung, tetapi harus menghubungkan kondisi konvergen

Page 78: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

62

superlinear-q yaitu 0→nη , tetapi untuk lebih mudahnya dibuktikan kondisi

dalam analisis Metode Broyden. Metode ini didasarkan pembuktian kondisi

Dennis-Moré pada barisan langkah dan kesalahan dari matriks Jacobi ,

yakni:

is iE

0||||||||

lim =∞→

i

ii

i ssE

(3.3.4)

Definisi 3.3.1

Misalkan dan adalah Lipschitz kontinu pada

dengan konstanta Lipschitz

nΩ ℜ⊂ .ΩG mℜ→⊂: G

Ω γ jika

||||||)()(|| yxyGxG −≤− γ

untuk semua Ωyx ∈ . ,

Dalam pembahasan ini akan digunakan asumsi standar pada F

Asumsi 3.3.2

1. Sistem persamaan (3.1.9) mempunyai penyelesaian p .

2. nxn adalah Lipschitz kontinu dengan konstanta Lipschitz ΩF ℜ→:' γ .

3. )(' pF bersifat nonsingular.

Definisi 3.3.3 (Tipe-tipe Kekonvergenan)

Misalkan dan , maka nx ℜ⊂(i) np ℜ⊂

Page 79: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

63

1. px →i)( kuadratik-q jika px →(i) dan terdapat 0>K sedemikian sehingga

( || 21( |||||| pxpx −≤−+ i))i K

2. px →i)( superlinear-q dengan order-q 1>α jika px →(i) dan terdapat 0>K

sedemikian sehingga α|| |||||| (1( pxpx −≤−+ i))i K

3. px →i)( superlinear-q jika

0||||

||||lim (

(1(

=−−+

∞→ pxxx

i)

i))i

i

4. linear-q dengan faktor-q px →i)( )1,0(σ jika

|||||||| (1( pxpx −≤−+ i))i σ

Teorema 3.3.4

Misalkan asumsi 3.3.2 dipenuhi, kemudian terdapat δ dan η sedemikian

sehingga jika , )()0( δAx ∈ ,0 ηη ⊂i , maka iterasi Newton yang tidak eksak

iii sxx +=+ )()1(

di mana

||)(||||)()('|| )()()1( ii

ii

i xFxFsxF η≤++

konvergen linear-q ke- . Selain itu p

jika 0→iη konvergen superlinear-q dan jika untuk suatu

adalah konvergen superlinear dengan q-order

vii K ||)(|| )(xFηη ≤

0>ηK v+1

Page 80: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

64

Bukti :

Misalkan δ cukup kecil sedemikian sehingga

||||)||(|||||| 11 iiiIi K eee η+≤ ++ (3.3.5)

dipenuhi.

Untuk menghasilkan )()( δAx ∈i δ dan η yang dibutuhkan sedemikian

sehinggga 1)( <+ ηδIK

di mana dari persamaan (3.3.5), maka IK

jika dan diperoleh 0≥i )()( δAx ∈i

||||

||||)(||||)||(|||||| 11

i

iI

iiiIi

KK

ee

eee

<+≤

+≤ ++

ηδη

Ini merupakan bukti konvergen linear-q dengan faktor-q dari )( ηδ +IK .

Jika 0→iη maka konvergen superliner-q mengikuti Definisi 3.3.3.

Jika maka menggunakan persamaan vii K ||)(|| )(xFηη ≤

||||||)('||2||)(2

||||||)(|| 11 epFxFepF ≤≤−− dan persamaan (3.3.5) untuk

memperoleh

vivvv

iIi KK +−++ +≤ 11

11 ||||)||||2||(|||||| e(p)F'ee η

jadi terbukti bahwa jika untuk suatu adalah

konvergen superlinear dengan q-order

vii K ||)(|| )(xFηη ≤ 0>ηK

v+1 .

Page 81: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

65

Teorema 3.3.5

Misalkan Asumsi 3.3.2 dipenuhi, dan misalkan adalah barisan

matriks nonsingular yang berukuran

iA

nxn , misalkan diberikan nR∈)0(x dan

diberikan yang memenuhi persamaan (3.3.3). Diasumsikankan bahwa

untuk setiap . Maka konvergen superlinear-q jika dan hanya

jika dan kondisi Dennis-Moré (3.3.4) dipenuhi.

∞=1

)( iix

px ≠)(i i px →)(i

px →)(i

Bukti :

Diketahui dan )(⇒ )()1( nnn xxs −= + pxe −= )(i

i

maka

ii

ii

iii

eepepe

xxs

−=+−+=

−=

+

+

+

1

1

)()1(

)(

dan karena

)(

)()(

)(

)(

)(

)(1

)(1)()1(

)(1)()1(

ii

iii

ii

ii

ii

ii

xFsA

xFAAsA

xFAxx

xFAxx

−=

−=

−=−

−=

−+

−+

sehingga diperoleh

iiiiii sEspFsAxF +==− )()( ')(

dan

)())((

)()()(

1'

)('

iii

iiii

xFeepF

xFspFsE

−−−=

−−=

+

Page 82: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

66

)()()( )('1

' iiiii xFepFepFsE −+−= + (3.3.6)

Digunakan teorema dasar kalkulus dan Asumsi 3.3.2 untuk mendapatkan

∫ ∫

+−=

+−=

+−=−

1

0

1

0

''

1

0

''

')('

)()((

)()(

)()()()(

dttdt

dtt

iii

iii

iii

i

eepFepF

eepFepF

epFepFxFepF

∫ +−=−1

0

'')(' ))()(()()( dtt iii

i eepFpFxFepF (3.3.7)

Dengan menggunakan teorema dasar kalkulus dan asumsi 3.3.2, maka diperoleh :

2||||

||||21||||

||||||||

||||||||

||||||)(||

||||||)()(||

))()((||)()(||

2

1

0

221

0

2

1

0

1

0

1

0

1

0

''

1

0

'')('

i

ii

ii

ii

ii

ii

iii

i

tdtt

dtt

dtt

dtt

dtt

dtt

e

ee

ee

ee

eepp

eepFpF

eepFpFxFepF

γ

γγ

γ

γ

γ

=

⎥⎦⎤

⎜⎝⎛=≤

−=

+−≤

+−=

+−=−

Jadi diperoleh

2||||

||)()(||2

)(' iii

exFepF

γ≤− (3.3.8)

Page 83: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

67

Oleh karena itu, dengan persamaan (3.3.3)

2

||||||)(||||||

2

1' i

iiie

epFsEγ

+≤ + (3.3.9)

Sekarang, jika konvergen superlinear-q, maka untuk i cukup besar px →)(i

2

|||||||||||||||||||| 11

i

iiiii

sessee

−≥−= ++

dan

||||2||||||||

||||||||

||||||||||)(||||||)1(

11

i

iii

ii

iiiii

sses

spx

sesee

≤−+−≤−+−≤

−+≤−+=+

++

Jadi, dapat di simpulkan sebagai berikut:

||||2||||2

||||ii

i ses

≤≤ (3.3.10)

Dengan asumsi bahwa untuk setiap mengakibatkan barisan px ≠)(i i

|||||||| 1

i

ii e

ev += (3.3.11)

terdefinisikan dan karena adalah konvergen superlinear-q, maka px →)(i

0lim||||||||lim )(

)1(

)(

)1(

==−− +

∞→

+

∞→ i

i

ii

i

i ee

pxpx

jadi 0→ iv

Dengan persamaan (3.3.10) diperoleh

||||2||||2|||||||| 1 iiiiiii svsveve ≤≤=+

Oleh sebab itu persamaan (3.3.9) menghasilkan implikasi

Page 84: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

68

||||)||||||)(||2(

||||||||||||||)(||22

||||||||||||2||)(||||||

'

'

'

iii

iiii

iiiiii

sevpF

sesvpF

eesvpFsE

γ

γ

γ

+≤

+≤

+≤

karena dan , berarti 0→iv 0→ie

0||||||||

lim →∞→

i

ii

i ssE

sehingga kondisi Dennis-More (3.3.4) dipenuhi.

Diasumsikan bahwa dan persamaan (3.3.4) dipenuhi. )(⇐ px →)(i

Akan dibuktikan konvergen superlinear-q. px →)(i

Misalkan

||||||||

i

iiiμ s

sE=

Diperoleh,

||)(||||||

||)(||||)(||||||

)()()(

)(

'11'

,')('

iii

ii

ii

iiiii

xFsE

spFpFs

spFxFspFsAsE

+≤

−−=−=−− (3.3.12)

= (3.3.13) )(|||| )(iiiμ xFs +

Page 85: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

69

11'

11'

11'

1111'

)('11'

)('11'

11')('

)('11'

||)(||2

||||||||||)('||

||)(||2

||||||||||)('||

||||||||

||)(||

||||||||||)('||||||

||)(||

||||||)(||

2||)(||2

||)(||2

||)(||||||2||||

2||)(||||||2||)(||||||

||)(||||||2

||)(||||||2

−−

−−

−−

−−−−

−−

−−

−−

−−

−≤

−−=

+−=

−≤

−≤

≤+

+≥

pF

sspF

pF

sspF

ssE

pF

sspFsE

pF

sxFpF

xFpFss

pFsxFs

xFspFs

i

i

ii

i

i

i

ii

i

iii

i

i

i

iiii

ii

ii

iiii

μ

μ

μ

μ

μ

μ

2

||)(|| 11' −−

≤pF

iμ , (3.3.14)

untuk cukup besar. Karena ,dan diasumsikan bahwa cukup besar,

maka persamaan (3.3.14) terpenuhi.

i 0→iμ i

Karena,

||)(||||)(||2

||||

||)(||||)(||2

||||||||

||)(||||||2

||)(||

||)(||||||||)(||||||

)(1'

)(1'

)(11'

)(11'

ii

iii

ii

iiii μ

xFpFs

xFpFs

s

xFspF

xFspFs

−−

−−

+≤

+≤

+≤

(3.3.15) ||)(||||)(||2|||| )(1' ii xFpFs −≤

Page 86: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

70

Dengan menggunakan Asumsi 3.3.2 dan persamaan (3.3.12), diperoleh

||||)||||(||||||||||||

||||||||||||

||||||)()('||||||

||)()(||||)()(||

||)()(||||)()(||

||)()()()(||||)()(||

)(

')(

')('')(

)(''')(

)(''')()(')(

iii

iiii

ii

ii

iii

ii

iii

ii

ii

iii

ii

iii

iii

μμμ

seses

spxs

sspFxFsE

spFsxFspFxF

sxFspFspFxF

sxFspFspFxFsxFxF

γγγ

+=+=

−+≤

−+−≤

−++=

+−++≤

+−+=+

(3.3.16)

Kombinasi dari persamaan (3.3.15) dan persamaan (3.3.16) diperoleh

||)(||)||||(||)(||2

||)(||||)(||2)||||(

||||)||||(||)()(||

)(1'

)(1'

)(')(

iii

iii

iiiiii

μ

μ

μ

xFepF

xFpFe

sesxFxF

γ

γ

γ

+≤

+≤

+≤+

Karena ,dengan asumsi px →)(i 0→iη di mana

(3.3.17) )||||(||)(||2 1'iii μ epF γη += −

maka diperoleh

(3.3.18) ||,)(||||)()(|| )()(')( iii

ii xFsxFxF η≤+

Persamaan (3.3.17) merupakan kondisi Newton yang tidak eksak. Jika 0→iη

maka konvergen superlinear-q. px →)(i

Jadi, dapat disimpulkan bahwa konvergen superlinear-q jika dan

hanya jika dan Kondisi Dennis-Moré (3.3.4) dipenuhi.

px →)(i

px →)(i

Page 87: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

71

D. Analisis Konvergensi Metode Broyden

Dalam subbab kondisi Dennis-Moré di muka dapat diperoleh kesimpulan

bahwa konvergen superlinear-q jika dan hanya jika dan

Kondisi Dennis-Moré (3.3.4) dipenuhi. Dengan persamaan (3.3.4) dapat diketahui

bahwa kondisi Dennis-Moré terpenuhi jika , sehingga konvergensi

Metode Broyden dapat dianalisis lebih mendalam dengan mempertimbangkan

kesalahan atau eror yang terjadi pada setiap iterasi.

px →)(i px →)(i

0 0 ≈∞=iiE

∞=0 iiE

Analisis konvergensi ini didasarkan pada suatu pendekatan untuk masalah

dimensi tak hingga dan akan digunakan norm . 2l

Lemma 3.4.1

Misalkan dan dan misalkan

sedemikian sehingga

1ˆ0 <<θ )ˆ2,ˆ( 0 θθθ −⊂∞=ii

nii R⊂∞=0ε

∑∞

=

∞<0

2i

iε dan misalkan adalah suatu himpunan

vektor di

∞=0 iiϕ

nR sedemikian sehingga 2|||| iϕ bernilai 0 atau 1 untuk semua i .

Misalkan diberikan nR∈0ψ . Jika diberikan , di definisikan dengan nii R∈∞=1ψ

iiiTiiii εϕψϕθψψ +−=+ )(1 (3.4.1)

maka

lim (3.4.2) 0=∞→ i

Tiiψϕ

Bukti:

i) Pertama akan dipertimbangkan kasus di mana 0=iε untuk semua dan

menggunakan

i

Page 88: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

72

(3.4.3) 0ˆ)2( 2 >>− θθθ ii

untuk menunjukkan bahwa barisan iψ adalah terbatas dengan norm 2l

20 ||||ψ dan

22

2222

222

221

||||

)(ˆ||||

))(2(||||||||

i

iTii

iTiiiii

ψ

ψϕθψ

ψϕθθψψ

−≤

−−≤+

Kemudian, untuk suatu , 0>M

220

2

221

2202

0

||||||||||||)(

∧∧

+

=

≤−

≤∑θ

ψ

θ

ψψψϕ Mi

Ti

M

i

Misalkan untuk memperoleh ∞→M

(3.4.4) ∞≤∑∞

=

2

0

)( iTi

i

ψϕ

Kekonvergenan barisan pada persamaan (3.4.4) mengakibatkan setiap suku

barisan tersebut konvergen ke-0 yakni berlaku persamaan (3.4.2).

ii) Sedangkan untuk kasus 0≠iε digunakan ketaksamaan

,2

222

ababa −≤− (3.4.5)

yang berlaku untuk dan 0>a ab ≤|| . Dari persamaan (3.4.5) diperoleh

pernyataan bahwa jika 0≠iψ maka diperoleh

2

2

2

2222

||||2))(2(

||||

))(2(||||||)(||

i

iTiii

i

iTiiiiii

Tiii

ψψϕθθ

ψ

ψϕθθψϕψϕθψ

−−≤

−−≤−

Page 89: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

73

Oleh sebab itu jika 0≠iψ

22

2

221 ||||||||2

))(2(|||||||| i

i

iTiii

ii εψ

ψϕθθψψ +

−−≤+ (3.4.6)

Oleh karena itu

)||||||||||||()2(

||||2)( 2212

22iii

ii

ii

Ti εψψ

θθψ

ψϕ +−−

≤ + (3.4.7)

yang dipenuhi jika 0=iψ

Dari persamaan (3.4.6) diperoleh pernyataan bahwa

20

20221212020

221

21111

212

2

2

22

2

221

21212020

2121

21111

212

212020

2121

21111

2020

20000

20

2121

21111

2122

20

20000

2021

||||||||||||||||||||||||||||

||||||||2

))(2(||||

||||2))(2(

||||

||||||||2

))(2(||||||||

||||||||||||||||

||||||||2

))(2(||||||||

||||||||||||

||||||||2

))(2(||||||||2

))(2(||||

||||||||2

))(2(||||||||

||||2))(2(

||||||||

ii

ii

ii

iT

iiii

i

iTiii

i

ii

iTiii

ii

i

ii

iT

iiiii

TT

T

T

εψεεεεψ

εψ

ψϕθθε

ψψϕθθ

ψ

εψ

ψϕθθψψ

εεεψ

εψ

ψϕθθψψ

εεψ

εψ

ψϕθθε

ψψϕθθ

ψ

εψ

ψϕθθψψ

ψψϕθθ

ψψ

=−

+

++++−

+

−−

−−−−−

∑+=+++++≤

+−

−+−

−≤

+−

−≤

++++≤

+−

−≤

++≤

+−

−+−

−≤

+−

−≤

−−≤

L

L

M

(3.4.8)

Misalkan persamaan (3.4.8) dapat ditulis dengan 2020

|||||||| ψεμ +∑=∞

=i

i

Page 90: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

74

μψ ≤+ 21 |||| i (3.4.9)

Kemudian dengan menggunakan persamaan (3.4.3), persamaan (3.4.7) dan

persamaan (3.4.9) diperoleh:

2

2

220

202

20

21202

221202

2

0

ˆ2

ˆ2||||||||ˆ

2

||||||||||||ˆ2

)||||||||||||(ˆ2)(

θμμ

θμεψ

θμ

εψψθμ

εψψθμψϕ

==⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ∑+≤

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ∑+−=

+−∑≤∑

=

=+

+==

i

M

i

i

M

iM

iii

M

ii

Ti

M

i

maka persamaan (3.4.5) dipenuhi dan terbukti bahwa jika diberikan

dengan nii R∈∞=1ψ iii

Tiiii εϕψϕθψψ +−=+ )(1 maka . 0lim =

∞→ iTiiψϕ

Sedangkan untuk analisis konvergensi selanjutnya, dengan mengambil

1=iθ , akan ditunjukkan bahwa barisan dari Metode Broyden ada dan

bersifat nonsingular. Selain itu konvergensi Metode Broyden juga akan dianalisis

lebih lanjut dengan melihat suku-suku kesalahan atau eror dari iterasi

sekarang dengan iterasi berikutnya.

iA

∞=0 iiE

Definisi 3.4.1

Barisan Broyden untuk nilai awal ada dan F

didefinisikan pada untuk semua , serta adalah matriks nonsingular

untuk semua , dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(3.2.16) dan persamaan (3.2.15).

),( )(i

i Ax ),,( 0)0( AxF

)(ix i iA

i )1( +ix 1+iA

Page 91: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

75

Akan ditunjukkan bahwa jika Asumsi 3.3.2 dipenuhi, serta dan

masing-masing adalah pendekatan yang cukup baik untuk dan maka :

)0(x 0A

p )(' pF

i) Barisan Broyden ada untuk nilai awal . ),,( 0)0( AxF

ii) Iterasi dengan metode Broyden konvergen superlinear-q ke- . p

1. Bounded Deterioration

Dalam kasus non-linear ini untuk menunjukkan suatu barisan bersifat

konvergen tidak harus di lihat dari barisan yang tidak naik monoton,

tetapi kemungkinan kenaikan tersebut dapat dibatasi pada suku-suku kesalahan di

iterasi saat ini dan iterasi yang baru.

|||| iE

Lemma 3.4.3

Misalkan B matriks nonsingular, ]2,0[∈iθ dan diberikan .

Misalkan adalah matriks nonsingular dan diperbaharui dengan Metode

Broyden yang memenuhi persamaan (3.2.15). Maka,

ni ℜ∈)(x

iA 1+iA

221 |||||||| ii EE ≤+ (3.4.10)

Bukti:

)(

||||)(22

1

sii

ti

iii

PIEs

ssEEE

θ

θ

−=

−=+ (3.4.11)

di mana adalah proyeksi orthogonal sP

Page 92: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

76

22|||| s

ssPt

s = (3.4.12)

karena proyeksi orthogonal, dengan menggunakan Definisi 2.1.16, diperoleh

, sehingga

sP

Tsss PPP ==2

Apabila matriks nonsingular, berlaku : sP

IPPPPPP

PPPP

PP

==

=

=

−−

−−

s

sssss

ssss

ss

11

121

2

dengan menggunakan , maka diperoleh IP =s

|)1(|1|)1(|

|||||)1(|||)1(||

||||||||

2

2

22

i

i

i

i

isi

θθθθθθ

−=−=−=−=−=−

II

IIPI

karena 20 ≤≤ iθ , sehingga 1|)1(||||| 2 ≤−=− isi θθ PI ,

sedangkan apabila matriks singular, sP 0)(det =sP .

Misalkan

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

=

nnnn

n

n

s

ppp

pppppp

L

MMM

L

L

21

22221

12111

P

Page 93: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

77

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

−=

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

−−−

−−−−−−

=−

innnn

ni

ni

i

nninini

niii

niii

si

ppp

ppp

ppp

ppp

pppppp

θ

θ

θ

θ

θθθ

θθθθθθ

θ

1

1

1

1

11

21

22221

12111

21

22221

12111

L

MMM

L

L

L

MMM

L

L

PI

λ adalah bilangan dimana IPI λθ −− )( si adalah matriks singular.

⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

+

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

−=

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

−=−−

i

i

i

innnn

ni

ni

i

innnn

ni

ni

isi

ppp

ppp

ppp

ppp

ppp

ppp

θλ

θλ

θλ

θ

θ

θ

θ

λ

λλ

θ

θ

θ

θλθ

L

MMM

L

L

L

MMM

L

L

L

MMM

L

L

L

MMM

L

L

00

00

00

1

1

1

00

0000

1

1

1

)(

21

22221

12111

21

22221

12111

IPI

IPI λθ −− )( si akan singular bila 01=+−

ii θλ

θ untuk 0≠iθ

1

1

=

=

λθθ

λ

ii

dengan menggunakan Definisi 2.1.14, diperoleh

11|||| 2 ===− makssi λθ PI

Jadi untuk 20 ≤≤ iθ dan proyeksi orthogonal berlaku sP 1|||| 2 ≤− siPI θ ,

Sehingga berlaku

Page 94: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

78

2221 |||||||||||| siii PIEE θ−≤+

Jadi terbukti bahwa 221 |||||||| ii EE ≤+

Teorema 3.4.4

Misalkan Asumsi 3.3.2 dipenuhi dan , serta diberikan

sebuah matriks nonsingular . Diasumsikan bahwa:

ni ℜ⊂Ω∈)(x

iA

Ω∈+=−= −+ sxxFAxx )()(1)()1( )( iii

ii

dan diberikan dengan persamaan (3.2.15), maka 1+iA

2

)||||||(|||||||||| 212

221+

+

++≤ ii

iiee

EEγ

(3.4.13)

Bukti:

Dari persamaan (3.3.5) dan Teorema Dasar kalkulus diperoleh implikasi bahwa:

(3.4.14) dtii

iiii

spFtsxFxF

spFxFxFxFsE

))()('()(

))()()(()(

'1

0

)()1(

')()1()1(

∫ −++−=

−−+−=

+

++

Kemudian persamaan (3.4.14) dapat dituliskan menjadi sebagai berikut:

dtii

i spFtsxFsExF ))()('()( '1

0

)()1( ∫ −++−=+

dan kemudian menggunakan persamaan (3.2.15) untuk memperoleh

Page 95: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

79

22

22

22

22

'1

0

)(

22

)1(

1

||||)(

)(

||||)(

||||

||||

))))()(((

||||)

sssΔ

PIE

sssΔ

sssE

E

s

sspFtsxFsEE

ssF(x

EE

Ti

si

Ti

Tc

i

Tii

i

Ti

ii

dt

+−=

+−=

−++−+=

+=

+

+

di mana diberikan dengan persamaan (3.4.12) dan sP

dttii ))()(( '

1

0

)( pFsxFΔ ∫ −+=

Oleh karena itu dengan Asumsi 3.3.2

( ]

2||||||||

)||||||||21(

||||21

||||||)(||

||)||

||)(||

||)()(||||||

1

1

10

1

01

2

1

0

1

01

1

0

)(1

0

)(

)('1

0

)(2

ii

iii

iii

ici

i

iii

iii

i

tt

dtdtt

dtt

dtt

dtt

ee

eee

eee

eee

es

exsx

exFsxFΔ

+≤

+−≤

+⎥⎦⎤

⎜⎝⎛ −≤

+−≤

+≤

−−+≤

−−+≤

+

+

+

+ ∫∫

γ

γ

γγ

γ

γ

γ

Dengan menggunakan Lemma 3.4.3 sehingga diperoleh

2||||||||

||||||||

||||||||||||

1221

2221

iiii

iii

eeEE

ΔEE+

+≤

+≤

++

+

γ

Page 96: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

80

2. Konvergen Linear Lokal

Dalam pembahasan ini, akan dibuktikan sifat konvergen linear lokal

dengan menyelidiki hubungan antara ukuran dan faktor-q. |||| 0E

Teorema 3.4.5

Misalkan Asumsi 3.3.2 dipenuhi, maka terdapat 0dan ,0,0 1 >>> δδBK

sedemikian sehingga dan )()0( δBx ∈ 1|||| δ<− (p)F'A , maka iterasi

)( )()()1( iii xFAxx 1−+ −=

konvergen linear-q ke- dan p

||||)||||||(|||| 01 iBi K e(p)F'Aee −+≤+

Bukti:

Misalkan 1dan δδ cukup kecil sehingga Ω⊂)(δB . Diasumsikan bahwa

, maka berlaku )()( δBx ∈i

||||||||||||||||

||)||||||||||||)(||)(

)()(

i

i

ii

e(p)F'Axp(p)F'A

(xF'(p)F'(p)F'A(p)F'Ax

γγ

+−≤−+−≤

−+−≤−=Δ

dan

||||||||))1((

||||)(||||)||||||||(

||||)||||||||||||(||||)||)(||||||(

||||||||||||

1

1

0

0

)(0

01

i

iB

iB

iB

iiB

ii

B

iBi

KKKKK

K

ee

ee(p)F'Ae

ee(p)F'Aeexe

eee

σδδγ

γδδδγδγ

=++=

++≤+−+=+−+≤

Δ+≤

≤+

Page 97: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

81

karena 1dan δδ cukup kecil sehingga

1)21( <=+ ηδγBK

Jadi terbukti bahwa |||||||| 1 ii ee ≤+ , sehingga konvergen

linear-q ke-p dan berlaku

)( )()()1( iii xFAxx 1−+ −=

||||)||||||||(|||| 01 iBi K e(p)F'Aee −+≤+

Teorema 3.4.6

Misalkan Asumsi 3.3.2 dipenuhi dan diberikan )1,0(∈r . Kemudian

terdapat Adan δδ sedemikian sehingga jika dan )()0( δAx ∈ A0 |||| δ≤E ,

Barisan Broyden jika diketahui ada dan konvergen

linear-q dengan faktor-q yang disebut

),,( 0)0( AxF px →)(i

r .

Bukti:

Misalkan 1dan δδ cukup kecil sedemikian sehingga konklusi dari

Teorema 3.4.6 dipenuhi. Kemudian untuk menghasilkan 1dan δδ yang

dibutuhkan selanjutnya dengan faktor-q adalah

rKB ≤+ )( 1δδ

di mana adalah pernyataan dari Teorema 3.4.5 BK

Akan dibuktikan dengan memilih Aδ dan menghasilkan δ yang

dibutuhkan sedemikian sehingga

Page 98: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

82

A20 |||| δ≤E maka 12|||| δ≤iE untuk semua i

Untuk menghasilkan δ yang dibutuhkan sedemikian sehingga

12 )1(2)1( δδγδ <

−+

=rr

dan misalkan

21A δδδ −=

Ditunjukkan bahwa 12|||| δ≤iE dengan menggunakan induksi matematik.

Karena 1A20 |||| δδ ≤≤E

Kemudian diasumsikan bahwa

12|||| δ≤kE untuk semua 10 ≤≤ k

dengan Teorema 3.4.5

2)||||||(||

|||||||| 212221

++

++≤ ii

iiee

EEγ

karena 12|||| δ≤iE , 221 |||||||| ii r ee ≤+ , dan kemudian

2)1(||||

2||||)1(

||||||||

2

2221

δγ

γ

i

i

iii

rr

r

++≤

++≤+

E

eEE

Page 99: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

83

dapat diduga

)1(2

)1(||||||||

)1(2

)1(||||2

)1()1(2

)1(||||

2)1(||||||||

)1(2

)1(||||2

)1(2

)1(||||

2)1(||||||||

2)1(||||||||

122021

220

2

20

2

2223

2020

2122

2021

−+ ++++

++≤

+++

+=+

+++

+≤

++≤

++

+=+

++

+≤

++≤

++≤

ii rrrr

rrrrrrr

rr

rrrrr

rr

r

L

M

γδ

δγδγδγ

δγ

δγδγδγ

δγ

δγ

EE

EE

EE

EE

EE

EE

sehingga dapat ditulis :

1

02021

)1(2)1(

2)1(||||||||

δ

γδδ

γδ

≤−

++≤

++≤ ∑

=+

rr

rr

A

i

j

ji EE

Jadi dengan menggunakan induksi matematik terbukti bahwa 121 |||| δ≤+iE

untuk semua , yang menunjukkan kondisi konvergen linear-q dengan

faktor-q yang disebut

i px →)(i

r .

Page 100: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

84

3. Pembuktian Kondisi Dennis-More

Dalam subbab di muka telah dibahas tentang Kondisi Dennis-More.

Dalam bagian ini akan dibahas lebih lanjut tentang pembuktian Kondisi Dennis-

More dengan menggunakan Asumsi 3.3.2, yaitu yang terdapat dalam Teorema

berikut:

Teorema 3.4.7

Misalkan Asumsi 3.3.2 dipenuhi. Kemudian terdapat Adan δδ

sedemikian sehingga jika dan )()0( δAx ∈ A20 |||| δ≤E , jika diketahui

maka barisan Broyden ada dan konvergen superlinear-q. ),,( 0)0( AxF px →)(i

Bukti:

Misalkan terdapat Adan δδ sedemikian sehingga Teorema 3.4.6 dipenuhi

dan dengan menggunakan Teorema 3.2.1 Kondisi Dennis-More dipenuhi, maka

konvergen superlinear-q. px →)(i

Perhatikan Teorema 3.4.6, misalkan

22|||| s

ssPt

s =

dan

dtii ))()('( '

1

0

)( pFtsxFΔ ∫ −+=

Misalkan sebarang yang memenuhi: nℜ∈φ

φφφ tii

tii

ti ΔPEPIE +−=+ )(1

Akan ditunjukkan Lemma 3.4.1 dengan

Page 101: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

85

, φψ tii E=

2|||| i

ii s

s=ϕ dan φε t

iii ΔP=

Hipotesis dalam Lemma ini adalah bahwa terdapat

∑∞

=

∞<1

2||||i

Karena Teorema 3.2.6 dan Asumsi 3.3.2 menghasilkan implikasi bahwa

2)1(|||| 2δγi

irr+

≤Δ

maka dengan Lemma 3.4.1, diperoleh

0||||||||

)(

22

→==i

iit

i

itt

ii

ti s

sEs

sEφ

φψϕ

Jadi, kondisi Dennis-More terpenuhi dan memenuhi Teorema 3.3.5

sehingga konvergen superlinear-q. px →)(i

Jadi dari pembahasan analisis konvergensi Metode Broyden ini, dapat

diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Suatu barisan bersifat konvergen tidak harus di lihat dari barisan

yang tidak naik monoton, tetapi kemungkinan kenaikan tersebut dapat dibatasi

pada suku-suku kesalahan di iterasi saat ini dan iterasi yang baru.

|||| iE

2. Jika 121 |||| δ≤+iE untuk semua i , maka px →)(i konvergen linear-q dengan

faktor-q yang disebut r .

3. Kondisi Dennis-More dipenuhi maka barisan Broyden ada dan

px →)(i konvergen superlinear-q.

Page 102: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BAB IV

PENERAPAN METODE BROYDEN DALAM MENGHITUNG

KONSENTRASI UNSUR DALAM SUATU SAMPEL

Dalam Bab IV ini akan dibahas mengenai penerapan Metode Broyden

dalam bidang fisika, yaitu untuk mengetahui konsentrasi unsur dalam suatu

sampel dengan metode penyerapan cahaya.

A. Metode Penyerapan Cahaya

Apabila suatu cahaya dengan intensitas datang menuju sampel, setelah

mengalami penyerapan intensitasnya akan berkurang menjadi l . Kemudian dari

kedua nilai tersebut dapat diperoleh nilai absorban

0l

A seperti dalam persamaan 1

[Harris, 1999].

ll

A 0log= (4.1.1)

Sesuai dengan Hukum Beer-Lambert, besarnya penyerapan tergantung

pada konsentrasi penyerap, panjang lintasan interaksi cahaya dan penyerap, serta

jenis penyerapnya [Brehm dan Mullin, 1989; Demtroder, 1996]. Karena itu

persamaan (4.1.1) dapat dinyatakan dengan

cbA ε= (4.1.2)

dengan ε : absorbtivitas molar

b : panjang lintasan interaksi cahaya dan sampel

c : konsentrasi

86

Page 103: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

87

Nilai absorbtivitas molar ini tergantung pada jenis penyerap dan panjang

gelombang cahaya yang digunakan. Untuk cahaya dengan panjang gelombang i ,

persamaan (4.1.2) akan menjadi

cbA iε= (4.1.3)

Bila sampel memiliki n buah komponen, masing-masing komponen ke- j

akan memberikan sumbangan absorban seperti dalam persamaan (4.1.3), sehingga

absorban totalnya mengikuti persamaan di bawah ini

∑=

=n

jijTi AA

1 (4.1.4)

atau

∑=

=n

jjijTi cbA

1

ε (4.1.5)

Kemudian persamaan (4.1.5) dapat dinyatakan dalam bentuk

∑=

=n

jjijTi cfA

1 (4.1.6)

dengan

bf ijij ε= (4.1.7)

Untuk mengukur konsentrasi buah komponen dilakukan pengukuran

absorban pada n buah panjang gelombang yang berbeda. Sehingga akan

diperoleh sistem persamaan sebagai berikut:

n

Page 104: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

88

=

=

=

=

=

=

n

jjnjn

n

jjj

n

jjj

cfA

cfA

cfA

1

122

111

M

(4.1.8)

Untuk setiap komponen sampel ke- , hubungan antara absorban dan

konsentrasi dapat diperoleh dengan kalibrasi melalui pengukuran pada panjang

gelombang ke- , dari komponen sampel ke- yang sudah diketahui

konsentrasinya. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (4.1.8), nilai

konsentrasi dari buah komponen dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan

mengukur absorban dari sampel pada n buah panjang gelombang yang berbeda.

Penyelesaian sistem persamaan (4.1.8) tergantung pada hubungan antara absorban

dan konsentrasi. Bila diperoleh hubungan yang non-linear, maka sistem

persamaannya juga non-linear yang dapat diselesaikan secara numerik dengan

berbagai metode.

j

i j

n

B. Terapan Metode Broyden untuk Menghitung Konsentrasi unsur

Dalam penerapan Metode Broyden ini, data-data yang digunakan untuk

membentuk sistem persamaan non-linear diperoleh dari eksperimen yang telah

dilakukan oleh rekan-rekan dari Program Studi Fisika, yaitu mengukur

konsentrasi larutan yang terdiri dari parasetamol dan kafein. Diasumsikan bahwa

untuk parasetamol dan kafein didapatkan hubungan antara absorban A terhadap

konsentrasi c mengikuti hubungan polinomial sebagai berikut:

Page 105: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

89

33

2210 cacacaaA +++= (4.2.1)

Konstanta pada persamaan (4.2.1) yang diperoleh dari data

kalibrasi yang disajikan pada Tabel 1 di bawah ini:

3210 ,,, aaaa

Tabel 4.2.1. Koefisien polinomial 33

2210 cacacaaA +++=

Hubungan antara absorban dan konsentrasi dari parasetamol dan kafein

untuk berbagai panjang gelombang (lambda)

Komponen Lambda

(nm)

0a 1a 2a 3a

Parasetamol 249,1 5,38E-3 6,53E-5

260,0 3,92E-3 7,45E-5

Kafein 249,1 1,09E-3 4,36E-5 -2,48E-8

260,0 2,67E-3 4,75E-5 -3,97E-8 1,05E-11

Tabel 4.2.2. Hasil pengukuran absorban dari satu sampel yang

mengandung 500 ppm parasetamol dan 500 ppm kafein.

No Lambda (nm) Absorban

1 249,1 0,054

2 260,0 0,061

Page 106: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

90

Misalkan adalah variabel untuk konsentrasi parasetamol, dan adalah

variabel untuk konsentrasi kafein. Kemudian dari data di atas pada panjang

gelombang 249,1 nm, dan 260,0 nm dapat diperoleh sistem persamaan non-linear

masing-masing dengan dua variabel sebagai berikut :

1x 2x

0.06111x-1.05e x8-3.97e- x5-4.75e3-2.67e x5-7.45e3-3.92e

0.054 x8-2.48e- x5-4.36e3-1.09e x5-6.53e3-5.38e3

22

221

2221

=++++

=+++

(4.2.2)

Sistem persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan

konsentrasi parasetamol dan kafein pada suatu campuran yang mengandung

keduanya. Dengan menggunakan konsentrasi awal 500 ppm parasetamol dan 500

ppm kafein, maka Sistem Persamaan (4.2.2) dapat diselesaikan secara numerik

dengan menggunakan metode Broyden.

Sistem persamaan di depan apabila diselesaikan secara numerik dengan

menggunakan Metode Broyden dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2.3. Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein antara

panjang gelombang 249,1 nm dengan 260,0 nm.

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol ( )1x Kafein ( )2x

1 746.539107 -31.988766

2 764.088903 -60.108098

3 857.651832 -181.868456

M M M

Page 107: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

91

947 491.258730 1265.919029

948 491.258689 1265.918902

949 491.258687 1265.918896

Dengan melihat hasil perhitungan konsentrasi parasetamol dan kafein pada

Tabel 4.2.3 di depan, maka dapat diperoleh penyelesaian yang konvergen, yang

disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2.4. Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein

No Lambda Komponen Konsentrasi Hasil Perhitungan

1 249,1 dan Parasetamol : 500 ppm Parasetamol : 491.258687

260,0 nm Kafein : 500 ppm Kafein : 1265.918896

C. Analisis Perhitungan Konsentrasi Unsur dengan Metode Broyden

Dalam subbab ini akan dianalisis tentang penyelesaian sistem persamaan

non-linear dengan menggunakan Metode Broyden. Analisis secara lengkap dari

perhitungan konsentrasi unsur dengan Metode Broyden, antara lain:

1. Analisis sifat konvergensi pada hasil

Dengan menggunakan hasil yang diperoleh dari penyelesaian sistem

persamaan dengan Metode Broyden (lihat Tabel 4.2.3) akan dianalisis sifat-

sifat konvergensinya. Sesuai dengan teori dari Metode Broyden yang

mempunyai sifat konvergen superlinear-q, maka akan dibuktikan bahwa hasil

Page 108: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

92

yang diperoleh dari penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan Metode

Broyden bersifat konvergen superlinear-q. Bukti dapat dilihat dari hasil

perhitungan berikut:

i) Kekonvergenan penyelesaian sistem persamaan non-linear antara

panjang gelombang 249,1 nm dengan 260,0 nm dengan

6]'1265.91889 491.258687[=x

00.04520.00013978

460.00000632||)'0.000133 0.000043(||||)'000006.00000002.0(||lim

||)'61265.91889 491.258687()'91265.91902 491.258730(||||)'61265.91889 491.258687()'21265.91890 491.258689(||lim

||||||||lim

||||||||lim )949()947(

)949()948(

)(

)1(

≈==

=

−−

=

−−

=−−

∞→

∞→

∞→

+

∞→

i

i

ii

i

i xxxx

xxxx

Dengan menggunakan Definisi 3.2.3 dapat disimpulkan bahwa sistem

persamaan non-linear di atas mempunyai sifat konvergen superlinear-q. Dengan

sifat konvergen superlinear-q ini dapat mempertahankan sifat simetri dan

definit positif, sehingga menjamin inversnya selalu ada. Selain itu dengan

dengan menggunakan Teorema 3.3.5 menjamin bahwa Kondisi Dennis-More

terpenuhi. Dengan invers yang dijamin keberadaannya ini, maka Metode

Broyden sah untuk digunakan sebagai alternatif yang baik untuk menyelesaikan

sistem persamaan non-linear.

Page 109: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

93

2. Pengaruh nilai awal terhadap hasil

Sistem persamaan non-linear pada panjang gelombang 249,1 nm dan

260,0 nm mula-mula diselesaikan dengan Metode Broyden dengan nilai awal

, dan diperoleh penyelesaian sistem persamaan non-linear

tersebut yang konvergen superlinear-q.

Kemudian sistem persamaan non-linear tersebut dicoba diselesaikan

menggunakan Metode Broyden dengan nilai awal yang berbeda-beda, sehingga

diperoleh hasil seperti pada Tabel berikut ini:

( ')0( 500500=x )

)'61265.91889491.258687()949( =x

Tabel 4.3.1. Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein pada panjang

gelombang 249,1 nm dan 260,0 nm dengan nilai awal yang berbeda-beda.

Percob Komponen Konsentrasi Hasil Perhitungan Iterasi

Parasetamol : 501 ppm Parasetamol : 491.258687 1

Kafein : 502 ppm Kafein : 1265.918896

213

Parasetamol : 400 ppm Parasetamol : 491.258687 2

Kafein : 600 ppm Kafein : 1265.918896

71

Parasetamol : 450 ppm Parasetamol : 491.258687 3

Kafein : 550 ppm Kafein : 1265.918896

108

Parasetamol : 700 ppm Parasetamol : 491.258687 4

Kafein : 300 ppm Kafein : 1265.918896

114

Parasetamol : 250 ppm Parasetamol : 491.258687 5

Kafein : 600 ppm Kafein : 1265.918896

1193

Page 110: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

94

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 491.258687 6

Kafein : 200 ppm Kafein : 1265.918896

25

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 491.258688 7

Kafein : 20 ppm Kafein : 1265.918895

603

Dengan menggunakan Tabel 4.3.1 di atas dapat dilihat bahwa dengan

nilai awal yang berbeda-beda, sistem persamaan non-linear yang terbentuk

apabila diselesaikan dengan Metode Broyden akan konvergen ke suatu nilai

yang sama atau mendekati dengan tingkat kesalahan atau eror yang relatif kecil.

Meskipun nilai awalnya sangat jauh berbeda, tetapi diperoleh hasil yang

konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati, yang membedakan di sini

hanyalah jumlah iterasi yang terjadi sampai sistem persamaan non-linear

konvergen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Metode Broyden tidak

sensitif terhadap nilai awal.

Dalam hal ini perlu dibedakan antara pernyataan tidak sensitif

terhadap nilai awal dengan nilai awal yang baik. Tidak sensitif terhadap nilai

awal berarti berapapun nilai awal yang diambil sistem persamaan non-linear

akan konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati, sedangkan nilai awal

yang baik adalah nilai yang dapat membuat sistem persamaan non-linear lebih

cepat konvergen ke suatu nilai atau dengan kata lain jumlah iterasi yang terjadi

relatif sedikit.

Page 111: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

95

3. Perbandingan nilai absorban hasil pengukuran dengan hasil perhitungan

Dengan mensubstitusikan hasil yang diperoleh dengan Metode Broyden

(lihat Tabel 4.2.4) ke fungsi-fungsi yang membentuk sistem persamaan non-

linear, akan diperoleh nilai absorban. Perbandingan nilai absorban hasil

pengukuran dan hasil penghitungan disajikan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 4.3.2 Perbandingan nilai absorban

hasil perhitungan dan nilai absorban hasil pengukuran

No Konsentrasi Hasil

Perhitungan (ppm)

Lambda

(nm)

Absorban dari

perhitungan

Absorban dari

pengukuran

1 Parasetamol:491.258688 249,1 0,0540 0,0540

Kafein : 1265.918896 260,0 0,0610 0,0610

Dengan Tabel 4.3.2 di atas, nilai absorban hasil penghitungan untuk sistem

persamaan non-linear pada panjang 249,1 nm dan 260,0 nm mempunyai nilai

absorban hasil perhitungan yang sama dengan nilai absorban hasil pengukuran.

Ini menunjukkan bahwa penyelesaian yang diperoleh merupakan akar-akar dari

sistem persamaan di atas.

4. Konsentrasi Parasetamol dan Kafein yang memenuhi

Dari hasil yang diperoleh setelah diadakan analisis secara menyeluruh

dapat diperoleh konsentrasi parasetamol sebesar 491.258688 dan konsentrasi

kafein sebesar 1265.918896. Nilai konsentrasi kedua unsur di atas positif, dan

Page 112: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

96

perbandingan nilai absorban hasil penghitungan dengan nilai absorban hasil

pengukuran dari sistem persamaan non-linear (2.4.2) di atas adalah sama (lihat

kembali Tabel 4.3.2). Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode Broyden dapat

diterapkan untuk mengkombinasikan besarnya konsentrasi parasetamol dan

kafein dalam larutan untuk memperoleh nilai absorban yang diinginkan. Nilai

konsentrasi yang diperoleh adalah parasetamol sebesar 491.258688 dan kafein

sebesar 1265.918896.

Page 113: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka secara umum penulis

sampai pada kesimpulan yang akan disampaikan dalam uraian di bawah ini:

Sistem persamaan non-linear 0)( =xF dapat diselesaikan secara numerik

dengan menggunakan Metode Broyden dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

Langkah 1:

a. Bentuk Matriks Jacobi , di mana )(xJk

jkj x

f∂

∂=

)()( ,

xxJ untuk j dan

masing-masing menunjukkan baris dan kolom, dengan dan

turunan parsial pada iterasi pertama adalah

k

nkj ≤≤ ,1

)0()1(

)0()1()1( )()()(

kk

jj

k

j

xx

ffx

f

−≈

∂ xxx,

b. Hitung dengan mensubstitusikan ke sistem persamaan

non-linear

)( )0(xF )0(x

0)( =xF

c. Hitung matriks dengan

mensubstitusikan ke matriks Jacobi.

),........,,( )0()0(2

)0(10 nxxxJA =

)0(x

d. Hitung invers dari matriks yaitu 0A 10−A

e. Hitung )( )0(10

)0()1( xFAxx −−=

97

Page 114: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

98

Langkah 2:

Hitung dengan mensubstitusikan ke sistem persamaan non-

linear , untuk

)( )(ixF )( ix

0)( =xF K,2,1=i

Langkah 3:

Hitung )()( )1()( −−= iii xFxFy

Langkah 4:

Hitung )( )1(1

−−−= i

ii xFAs

Hitung iii yAs 11−

−−

Hitung 11−

−it

i As

Langkah 5:

Hitung ii

ti

it

iiiiii yAs

AsyAsAA 1

1

11

111

11 )(

−−

−−

−−−

−− −

+=

Langkah 6:

Hitung )( )(1)()1( ii

ii xFAxx −+ −=

Langkah 7:

Jika maka kembali ke langkah 2 ε>−+ |||| )()1( ii xx

Jika tidak, maka penyelesaian sistem persamaan non-linear adalah . )1( +ix

Page 115: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

99

Penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan Metode Broyden

mempunyai sifat konvergen superlinear-q untuk mempertahankan sifat simetri dan

definit positif, untuk menjamin inversnya selalu ada. Suatu barisan

dikatakan konvergen superlinear-q ke jika

)(ix

x

0||||||||lim )(

)1(

=−−+

∞→ xxxx

i

i

i

Selain itu, keadaan konvergen superlinear-q terpenuhi bila dan hanya bila kondisi

Dennis-Moré terpenuhi, yaitu:

0||||||||

lim =∞→

i

ii

i ssE

dengan dan adalah kesalahan dari matriks Jacobi. )()1( iii xxs −= +

iE

Setelah diterapkan dalam bidang fisika, Metode Broyden dapat digunakan

untuk menyelesaikan sistem persamaan non-linear yang dibentuk dari data-data

hasil percobaan untuk menghitung konsentrasi unsur dalam suatu sampel dengan

metode penyerapan cahaya. Penyelesaian yang diperoleh juga bersifat konvergen

superlinear-q. Metode Broyden tidak sensitif terhadap nilai awal, meskipun nilai

awal yang diambil sangat jauh berbeda, tetapi diperoleh penyelesaian yang

konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati, yang membedakan hanyalah

jumlah iterasi yang terjadi sampai sistem persamaan non-linear konvergen.

Semakin sedikit jumlah iterasi yang terjadi, berarti nilai awal yang dipakai

semakin baik.

Page 116: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

100

Setelah diterapkan ternyata Metode Broyden dapat digunakan untuk

mengkombinasikan besarnya konsentrasi unsur-unsur dalam suatu larutan untuk

memperoleh nilai absorban yang diinginkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode Broyden mempunyai beberapa

kelebihan, diantaranya:

1. Perhitungan turunan di setiap iterasi lebih mudah karena menggunakan

pendekatan Matriks Jacobi.

ti

i

iiiii s

ssAy

AA 22

11 ||||

)( −−

−+=

dengan dan )()( )1()( −−= iii xFxFy )1()( −−= ii

i xxs

2. Fungsi yang akan diselesaikan tidak terbatas pada fungsi yang

mempunyai turunan atau diferensiabel saja karena Matriks Jacobi awal

dapat didekati dengan menggunakan Matriks Identitas .

3. Tidak sensitif terhadap nilai awal, artinya dengan nilai awal berapapun

atau berbeda-beda, penyelesaiannya akan konvergen ke suatu nilai

yang sama.

4. Penyelesaian dengan menggunakan Metode Broyden lebih mudah

daripada menggunakan koefisien matriks , apalagi invers dari

Matriks Jacobi dihitung dengan menggunakan sifat invers dari

Sherman-Morisson.

)(' )(ixF

1A −i

Page 117: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

101

Sedangkan kelemahan metode Broyden adalah:

1. Matriks Jacobi dari sistem persamaan non-linear yang akan

diselesaikan harus mempunyai invers.

B. Saran

Penyelesaian SPNL dengan nilai awal yang berbeda-beda hendaknya

ditampilkan untuk membandingkan hasil iterasi yang diperoleh.

Page 118: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

102

Daftar Pustaka

Anton, H. (2000). Dasar-dasar Aljabar Linear. Edisi ketujuh. Batam: Interaksara. Atkinson, K. E. (1978). An introduction to Numerical Analysis. New York: John

Wiley & Sons. Burden, R. L. and Faires, J. D. (1993). Numerical Analysis, Boston: PWS

Publisher.

Edi, S. (2006). Modifikasi pada AAS IL451 untuk Pengukuran Konsentrasi Unsur dalam Sampel. Makalah Disampaikan dalam Seminar Dosen Rumpun MIPA Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Edi, S. (2007). Analisa Sampel dengan Banyak Komponen Menggunakan UV-Vis

Spektrophotometer. Makalah Disampaikan dalam Seminar Dosen Rumpun MIPA Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Hoffman, J. D. (1992). Numerical Methods for Engineers and Scientist. New

York: Mc Graw-Hill. Horn, R. A. and Johnson, C. A. (1984). Matrix Analysis. New York: Cambridge. Johnston, R. L. (1982). Numerical Methods. A Software Approach.

New York: John Wiley and Sons.

Kelley, C.T. (1995). Iterative Methods for Linear and Non-Linear Equation. Philadelphia: Society for Industrial and Applied Mathematics.

www.ec-securehost.com/SIAM/FR16.html (17 September 2006, 01.00 : AM)

Leon, S. J. (2001). Aljabar Linear dan Aplikasinya. Edisi kelima. Jakarta:

Erlangga. Linfield, G, and Penny, J. (2000). Numerical Methods Using Matlab.

Upper Saddle River: Prentice-Hall. Mathew, J. H. (1992). Numerical Methods for Mathematics, Science, and

Engineering. New York: Prentice-Hall. Meyer, C. D. (2000). Matriks Analisys and Applied Linear Algebra. Philadelphia:

Society for Industrial and Applied Mathematics. Nakamura, S. (1995). Applied Numerical Methods in C. Upper Saddle-

River: Prentice-Hall International.

Page 119: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

103

Penny, J. E. T. (1995) Numerical Methods Using Matlab. New York: Ellis Horwood.

Purcell, E. J. dan Varberg, D. (1987). Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta:

Erlangga. Ralston, A. (1965). A First Course in Numerical Analysis. New York: Mc.Graw-

Hill Company.

Page 120: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

104

Page 121: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

105

%Program di bawah ini untuk menyelesaikan SPNL pada Contoh 3.2.1 function MetodeBroyden(f,diff_f) fprintf('\n\n'); fprintf('\t**Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden**'); fprintf('\n\n'); % Masukan: % x Nilai awal % f Sistem Persamaan Non-Linear (SPNL) yang akan dicari akarnya % diff_f Turunan SPNL f % tol Toleransi % N Jumlah maksimum iterasi % Keluaran: % x Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear % panggil fungsi f dan inputkan pendekatan awal x untuk n variabel x=input('Nilai awal : '); tol=input('Toleransi : '); N=input('Jumlah Maksimum iterasi : '); n=length(f); v=zeros(n,1); x_baru=x; % Masukkan matriks jacobi awal A_awal A_awal=feval(diff_f,x_baru); v=feval(f,x_baru); A=inv(A_awal); k=1; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf('\n'); disp('-----------------------------------------------------------------------') disp(' i x1(i) x2(i) x3(i) ') disp('-----------------------------------------------------------------------') while k<=N v_lama=v; v=feval(f,x_baru); y=v-v_lama; z=-A*y; p=-s'*z; t=s'*A; A=A+(s+z)*t/p; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf(' %2.0f %12.6f %12.6f %12.6f\n',k,x_baru(1,1),x_baru(2,1),x_baru(3,1)) if norm(s)<tol break; end; k=k+1; end

Page 122: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

106

function f=f_cont3_2_1(v) x1=v(1); x2=v(2); x3=v(3); % f vektor % Nilai awal yang diberikan x1_0=0.1, x2_0=0.25 dan x3_0=0.08 f=zeros(3,1); f(1)=10-x1+sin(x1*x2)-1; f(2)=8*x2-(cos(x3-x2))^2-1; f(3)=12*x3+sin(x3)-1;

Page 123: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

107

%Program di bawah ini untuk menghitung Turunan dari SPNL f

function f=diff_f_cont3_2_1(v) x1=v(1); x2=v(2); x3=v(3); % f vektor % Nilai awal yang diberikan x1_0=0, dan x2_0=0 f=eye(3); f(1,1)=-1-x2*cos(x1*x2); f(1,2)=x1*cos(x1*x2); f(1,3)=0; f(2,1)=0; f(2,2)=8-2*cos(x3-x2)*sin(x3-x2); f(2,3)=2*cos(x3-x2)*sin(x3-x2); f(3,1)=0; f(3,2)=0; f(3,3)=12+cos(x3);

Page 124: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

108

function BroydenMethods(f,diff_f) fprintf('\n\n'); fprintf('\t**Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden**'); fprintf('\n\n'); % Masukan: % x Nilai awal % f Sistem Persamaan Non-Linear (SPNL) yang akan dicari akarnya % diff_f Turunan SPNL f (Matriks Jacobi) % tol Toleransi % N Jumlah maksimum iterasi % Keluaran: % x Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear % panggil fungsi f dan inputkan pendekatan awal x untuk n variabel x=input('Nilai awal : '); tol=input('Toleransi : '); N=input('Jumlah Maksimum iterasi : '); n=length(f); v=zeros(n,1); x_baru=x; % Masukkan matriks jacobi awal A_awal A_awal=feval(diff_f,x_baru); v=feval(f,x_baru); A=inv(A_awal); k=1; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf('\n'); disp('-------------------------------------------------------------------------') disp(' i x1(i) x2(i) ') disp('-------------------------------------------------------------------------') while k<=N v_lama=v; v=feval(f,x_baru); y=v-v_lama; z=-A*y; p=-s'*z; t=s'*A; A=A+(s+z)*t/p; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf(' %2.0f %12.6f %12.6f\n',k,x_baru(1,1),x_baru(2,1)) if norm(s)<tol break; end k=k+1; end

Page 125: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

109

% SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm function f=f_absorban1(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor % Nilai awal yang diberikan x1_0=500 dan x2_0=500 f=zeros(2,1); f(1)=1.83e-3+1.44e-4*x1-4.99e-8*(x1.^2)-3.73e-4+8.95e-5*x2-9.62e-8*(x2.^2)+3.49e-11*(x2.^3)-0.073; f(2)=5.38e-3+6.53e-5*x1+1.09e-3+4.36e-5*x2-2.48e-8*(x2.^2)-0.054;

Page 126: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

110

% Turunan SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm function f=diff_f_absorban1(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor f=eye(2); f(1,1)=1.44e-4-9.98e-8*x1; f(1,2)=8.95e-5-1.924e-7*x2+1.047e-10*(x2.^2); f(2,1)=6.53e-5; f(2,2)=4.36e-5-4.96e-8*x2;

Page 127: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

111

% SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang 272,2 nm dan 260,0 nm function f=f_absorban2(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor % Nilai awal yang diberikan x1_0=500 ppm, x2_0=500 ppm f=zeros(2,1); f(1)=1.83e-3+1.44e-4*x1-4.99e-8*(x1.^2)-3.73e-4+8.95e-5*x2-9.62e-8*(x2.^2)+3.49e-11*(x2.^3)-0.073; f(2)=3.92e-3+7.45e-5*x1+2.67e-3+4.75e-5*x2-3.97e-8*(x2.^2)+1.05e-11*(x2.^3)-0.061;

Page 128: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

112

% Turunan SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang 272,2 dan 260,0 nm function f=diff_f_absorban2(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor f=zeros(2,1); f(1,1)=1.44e-4-9.98e-8*x1; f(1,2)=8.95e-5-1.924e-7*x2+1.047e-10*(x2.^2); f(2,1)=7.45e-5; f(2,2)=4.75e-5-7.94e-8*x2+3.15e-11*(x2.^2);

Page 129: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

113

% SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang249,1 nm dan 260,0 nm function f=f_absorban3(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor % Nilai awal yang diberikan x1_0=500 ppm, x2_0=500 ppm f=zeros(2,1); f(1)=5.38e-3+6.53e-5*x1+1.09e-3+4.36e-5*x2-2.48e-8*(x2.^2)-0.054; f(2)=3.92e-3+7.45e-5*x1+2.67e-3+4.75e-5*x2-3.97e-8*(x2.^2)+1.05e-11*(x2.^3)-0.061;

Page 130: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

114

% Turunan SPNL Parasetamol&Kafein pada panjang gelombang 249,1 dan 260,0 nm function f=diff_f_absorban3(v) x1=v(1); x2=v(2); % f vektor f=eye(2); f(1,1)=6.53e-5; f(1,2)=4.36e-5-4.96e-8*x2; f(2,1)=7.45e-5; f(2,2)=4.75e-5-7.94e-8*x2+3.15e-11*(x2.^2);

Page 131: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

115

function BroydenMethods_identitas(f) fprintf('\n\n'); fprintf('\t**Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden**'); fprintf('\n\n'); % Masukan: % x Nilai awal % f Sistem Persamaan Non-Linear (SPNL) yang akan dicari akarnya % diff_f Turunan SPNL f % tol Toleransi % N Jumlah maksimum iterasi % Keluaran: % x Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear % panggil fungsi f dan inputkan pendekatan awal x untuk n variabel x=input('Nilai awal : '); n=input('Jumlah Baris atau Kolom : '); tol=input('Toleransi : '); N=input('Jumlah Maksimum iterasi : '); v=zeros(n,1); x_baru=x; % Masukkan matriks jacobi awal A_awal A=eye(n); v=feval(f,x_baru); %A=inv(A_awal); k=1; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf('\n'); disp('-------------------------------------------------------------------------') disp(' i x1(i) x2(i) ') disp('-------------------------------------------------------------------------') while k<=N v_lama=v; v=feval(f,x_baru); y=v-v_lama; z=-A*y; p=-s'*z; t=s'*A; A=A+(s+z)*t/p; s=-A*v; x_baru=x_baru+s; fprintf(' %2.0f %12.6f %12.6f\n',k,x_baru(1,1),x_baru(2,1)) if norm(s)<tol break; end k=k+1; end

Page 132: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

116

function plotGrafik x1=800:0.1:850; x2=-130:0.1:-80; y1=1.83e-3+1.44e-4*x1-4.99e-8*(x1.^2)-3.73e-4+8.95e-5*x2-9.62e-8*(x2.^2)+3.49e-11*(x2.^3)-0.073; y2=5.38e-3+6.53e-5*x1+1.09e-3+4.36e-5*x2-2.48e-8*(x2.^2)-0.054; figure subplot(2,2,1) plot3(x1,x2,y1,'*r') hold on plot3(x1,x2,y2,'*b') title('Lambda 272,2 dan 249,1 nm') xlabel('Parasetamol') ylabel('Kafein') grid on x1=800:0.1:850; x2=-130:0.1:-80; y1=1.83e-3+1.44e-4*x1-4.99e-8*(x1.^2)-3.73e-4+8.95e-5*x2-9.62e-8*(x2.^2)+3.49e-11*(x2.^3)-0.073; y3=3.92e-3+7.45e-5*x1+2.67e-3+4.75e-5*x2-3.97e-8*(x2.^2)+1.05e-11*(x2.^3)-0.061; subplot(2,2,2) plot3(x1,x2,y1,'*r') hold on plot3(x1,x2,y3,'*g') title('Lambda 272,2 dan 260,0 nm') xlabel('Parasetamol') ylabel('Kafein') grid on x1=480:0.1:530; x2=1240:0.1:1290; y2=5.38e-3+6.53e-5*x1+1.09e-3+4.36e-5*x2-2.48e-8*(x2.^2)-0.054; y3=3.92e-3+7.45e-5*x1+2.67e-3+4.75e-5*x2-3.97e-8*(x2.^2)+1.05e-11*(x2.^3)-0.061; subplot(2,2,3) plot3(x1,x2,y2,'*b') hold on plot3(x1,x2,y3,'*g') title('Lambda 249,1 dan 260,0 nm') xlabel('Parasetamol') ylabel('Kafein') grid on

Page 133: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

117

%Plot Grafik Parasetamol&Kafein dengan Modifikasi Koefisien x1=-10:0.1:850; x2=-130:0.1:730; y1=5.48e-2+5.44e-3*x1-4.99e-10*(x1.^2)-3.73e-3+8.95e-5*x2-9.62e-8*(x2.^2)-4.49e-11*(x2.^3)-0.073; y2=5.38e-2+6.53e-3*x1+3.09e-2+4.36e-2*x2-2.5e-8*(x2.^2)-0.054; subplot(2,2,4) plot3(x1,x2,y1,'*r') hold on plot3(x1,x2,y2,'*b') title('Lambda 272,2 dan 249,1 nm Modif') xlabel('Parasetamol') ylabel('Kafein') grid on

Page 134: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

118

Output Penyelesaian SPNL dengan Metode Broyden

>> MetodeBroyden('f_cont3_2_1','diff_f_cont3_2_1') **Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden** Nilai awal : [0.02 0.25 0.008]' Toleransi : 0.005 Jumlah Maksimum iterasi : 15 ----------------------------------------------------------------------- i x1(i) x2(i) x3(i) ----------------------------------------------------------------------- 1 10.411739 0.246205 0.076931 2 9.649223 0.246442 0.076929 3 9.684779 0.246442 0.076929 4 9.685121 0.246442 0.076929 >> BroydenMethods('f_absorban3','diff_f_absorban3') **Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden** Nilai awal : [500 500]' Toleransi : 0.0001 Jumlah Maksimum iterasi : 100

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol ( )1x Kafein ( )2x

1 746.539107 -31.988766

2 764.088903 -60.108098

3 857.651832 -181.868456

M M M

947 491.258730 1265.919029

948 491.258689 1265.918902

949 491.258687 1265.918896

Page 135: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

119

Output Program dengan Nilai Awal yang berbeda

>> BroydenMethods('f_absorban3','diff_f_absorban3') **Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden** Nilai awal : [50 20]' Toleransi : 0.0001 Jumlah Maksimum iterasi : 1000

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol ( )1x Kafein ( )2x

1 796.403604 100.713245

2 1328.329920 824.811958

3 793.307974 94.962716

M M M

601 491.258442 1265.919482

602 491.258704 1265.918858

603 491.258688 1265.918895

Page 136: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27005/2/033114008_Full.pdfBila engkau mengarungi air, Aku akan menyertai engkau, engkau tak akan tenggelam dalam kesukaran-kesukaranmu. Bila

120

Output Program dengan Matriks Jacobi awal yang didekati dengan Matriks Identitas

>> BroydenMethods_Identitas('f_absorban3') **Penyelesaian Sistem Persamaan Non-linear dengan Metode Broyden** Nilai awal : [500 500]' Jumlah Baris atau Kolom : 2 Toleransi : 0.0001 Jumlah Maksimum iterasi : 10

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol ( )1x Kafein ( )2x

1 746.539107 -31.988766

2 764.088903 -60.108098

3 857.651832 -181.868456

M M M

3917 491.259899 1265.923005

3918 491.258769 1265.919171

3919 491.258792 1265.919252