Aku Ingin Sekolah

4
AKU INGIN SEKOLAH Karya : Rizqi Naini E / X-9 /28 Indahnya mentari pagi menyinari bumi, angin sejuk berhembus saatnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 9, pasti sibuk untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Nasional dan yang paling menegangkan ialah menantikan hasil nilai ujian tersebut. Mendapatkan nilai yang baik adalah harapan semua pelajar di dunia ini. Dengan nilai baik tersebut akan menentukan dimanakah kita akan melanjutkan ke jenjang berikutnya.Berbeda dengan Edo, seorang anak yang rajin dan senang menolong. Dia telah lulus dan mendapatkan rangking 3 di sekolahnya. Namun dia tidak seperti teman-temannya yang lain. Ia tidak bisa sekolah karena keadaan keluarganya sekarang, meninggalnya ayah Edo membuat ibunya bekerja sendiri mencari nafkah. Keadaan ekonomi keluarga Edo semakin buruk, untuk makan saja, ibunya harus memeras keringat apalagi untuk kebutuhan Purnomo yang lain. Putus sekolahpun terjadi pada Edo. Suatu siang, saat makan malam bersama, Edo pernah menanyakan, “Bu, kapan Edo bisa melanjutkan sekolah seperti teman- teman Edo yang lain? Alangkah senangnya jika Edo bisa belajar, bermain dan bercanda dengan teman-teman di SMA. Coba Edo bisa berangkat memakai seragam SMA dan pulang dengan teman-teman Edo.” Air mata ibu Sumi berlinang dan menjawabnya, “Bukannya ibu tidak mau menyekolahkanmu nak, bahkan ibu sangat ingin melihatmu menjadi orang yang pandai dan bisa menjadi orang yang sukses, tapi kamu lihat kan keadaan ekonomi kita, sedangkan untuk makan sehari-hari kita masih susah apalagi untuk biaya sekolahmu. Dulu sewaktu masih ada ayahmu kita tidak sesusah ini, tapi sekarang ibu harus bekerja sendiri mencari uang dari pagi sampai malam sebagai penjual kue keliling, Sabarlah Nak.” Mendengar ibunya berkata dan meneteskan air mata, Edo langsung memeluk ibunya dan berjanji tidak akan menanyakan hal itu lagi. Setelah berbicara dengan ibunya, Edo pergi menyendiri di teras rumah. “Kan aku tidak sekolah, kalau begitu aku harus bekerja mencari uang untuk membantu ibuku dan untuk sekolah.” Gumamnya.

description

ocik sapi laut

Transcript of Aku Ingin Sekolah

Page 1: Aku Ingin Sekolah

AKU INGIN SEKOLAH

Karya : Rizqi Naini E / X-9 /28

Indahnya mentari pagi menyinari bumi, angin sejuk berhembus saatnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 9, pasti sibuk untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Akhir Nasional dan yang paling menegangkan ialah menantikan hasil nilai ujian tersebut. Mendapatkan nilai yang baik adalah harapan semua pelajar di dunia ini. Dengan nilai baik tersebut akan menentukan dimanakah kita akan melanjutkan ke jenjang berikutnya.Berbeda dengan Edo, seorang anak yang rajin dan senang menolong. Dia telah lulus dan mendapatkan rangking 3 di sekolahnya. Namun dia tidak seperti teman-temannya yang lain. Ia tidak bisa sekolah karena keadaan keluarganya sekarang, meninggalnya ayah Edo membuat ibunya bekerja sendiri mencari nafkah. Keadaan ekonomi keluarga Edo semakin buruk, untuk makan saja, ibunya harus memeras keringat apalagi untuk kebutuhan Purnomo yang lain. Putus sekolahpun terjadi pada Edo.

Suatu siang, saat makan malam bersama, Edo pernah menanyakan, “Bu, kapan Edo bisa melanjutkan sekolah seperti teman-teman Edo yang lain? Alangkah senangnya jika Edo bisa belajar, bermain dan bercanda dengan teman-teman di SMA. Coba Edo bisa berangkat memakai seragam SMA dan pulang dengan teman-teman Edo.”

Air mata ibu Sumi berlinang dan menjawabnya, “Bukannya ibu tidak mau menyekolahkanmu nak, bahkan ibu sangat ingin melihatmu menjadi orang yang pandai dan bisa menjadi orang yang sukses, tapi kamu lihat kan keadaan ekonomi kita, sedangkan untuk makan sehari-hari kita masih susah apalagi untuk biaya sekolahmu. Dulu sewaktu masih ada ayahmu kita tidak sesusah ini, tapi sekarang ibu harus bekerja sendiri mencari uang dari pagi sampai malam sebagai penjual kue keliling, Sabarlah Nak.”

Mendengar ibunya berkata dan meneteskan air mata, Edo langsung memeluk ibunya dan berjanji tidak akan menanyakan hal itu lagi.

Setelah berbicara dengan ibunya, Edo pergi menyendiri di teras rumah.

“Kan aku tidak sekolah, kalau begitu aku harus bekerja mencari uang untuk membantu ibuku dan untuk sekolah.” Gumamnya.

Maka ia terbayangkan bekerja sebagai tukang pengantar susu hangat di rumah-rumah pembeli, tukang cuci mobil dan kalau ada waktu yang tersisa ia ingin membantu menjajakan kue bersama ibunya.

Keesokan pagi, setelah shalat subuh ia bergegas untuk pergi ke agen penjual kue. Dengan menggunakan sepeda yang dibelikan ayahnya saat masuk di SMP dia sangat bersemangat. Di dalam hatinya, asalkan ada niat pasti ada jalan menuju apa yang kita inginkan. Saat ia mengantarkan kue, ia banyak bertemu dengan teman-teman SMPnya berangkat sekolah. Malu sudah tidak ia hiraukan, ia hanya membayangkan bahwa ia masih mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh teman-temannya yaitu kegigihan dalam bekerja dan sabar dalam menghadapi sesuatu. Pekerjaan ini memang melelahkan, namun Edo ingin sekali sekolah. Tiap hari ia menabung sedikit demi sedikit keuntungan yang ia peroleh, dan sebagian dari keuntungan tersebut untuk membantu ibunya.

Page 2: Aku Ingin Sekolah

Pagi hari mengantarkan kue ketoko, setelah itu dia mencoba pergi mencari pekerjaan di tempat pencucian mobil atau motor milik Pak Ahmad, tetangganya. Syukurlah Pak Ahmad mengizinkan Edo bekerja di tempatnya, karena Pak Ahmad tahu keadaan keluarga Purnomo sekarang setelah kepergiaan ayahnya. Sorepun tiba, Purnomo selesai bekerja di tempat pencucian Pak Kholik, ia langsung menjemput ibunya yang sedang menjajakan kue di pangkalan seperti biasanya. Setelah maghrib, mereka langsung pulang. Purnomo melihat ibunya yang terlihat kelelahan dan kue yang masih ada yang belum terjual, Purnomo sedih dan merasakan betapa capeknya bekerja sendirian setiap hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kini ia mengerti pengorbanan ibunya untuk menghidupinya selama ini.

Sesampai di rumah, Purnomo memberikan sebagian keuntungannya menjual susu hangat dan bekerja di Pak Kholik kepada ibunya.

“ Bu, ini alhamdulillah penghasilan Purnomo hari ini lumayan banyak,” Sambil memberikan uang ke ibunya.

“ Nak, tabung saja uangmu untuk sekolah, kamu sudah bekerja keras dan itu hasil keringatmu. Berhematlah dan ibu senang jika kamu punya uang. Hanya satu pesan ibu, dalam menghadapi dan melakukan sesuatu kejujuranlah yang harus dipegang termasuk dalam bekerja. Ibu tidak tega melihatmu, masih kecil sudah bekerja. Ibu berjanji, tahun depan jika ibu sudah punya uang tabungan yang banyak, ibu akan menyekolahkanmu SMA,” Kata ibu Sumi.

“Iya Bu, aku percaya kepada ibu, karena hanya ibu yang Purnomo miliki sekarang,” Jawab Purnomo.

Hingga pada suatu hari, ketika Purnomo sedang mengantarkan susu hangat ke pelanggan, tidak sengaja ia melihat ada siswa SD sedang menyeberang jalan. Salah seorang anak dari mereka tertabrak motor yang dikendarai oleh anak yang memakai serangam SMA. Sayangnya, pengendara motor tersebut tidak menolong dan membawanya ke rumah sakit, melainkan pengendara tersebut langsung tancap gas dan berusaha melarikan diri. Dengan berlari Purnama berusaha menghadang motor tersebut. Mungkin karena panik, pengendara motor tersebut menabrak pagar dan terjatuh dari motornya. Melihat hal itu, Purnomo langsung menolong anak tersebut tanpa memperhatikan susu-susu yang akan ia antar ke pelanggan.

“ Pak, tolong bantu saya mengangkatnya,” sambil mengangkat menuju becak yang di sebelahnya.

Dengan bantuan beberapa orang, pengendara motor tersebut berhasil diamankan dan diserahkan ke polisi. Dia segera menitipkan sepeda dan barang-barang jualannya kepada orang yang ada di tempat kecelakaan tersebut. Setelah itu dia berangkat mengantarkan anak tersebut pergi ke rumah sakit terdekat dengan menaiki becak.

Setelah diperiksa oleh dokter di UGD, untung saja anak tersebut tidak terluka parah dan hanya mengeluarkan sedikit darah. Tak lama kemudian orang tua anak tersebut, Pak Brata datang ke rumah sakit karena mendengar telepon dari pihak sekolah. Pak Brata pun menanyakan penyebab kejadian yang menimpa anaknya. Purnama menceritakan semua penyebab kejadian kecelakaan tersebut.

“Terima kasih ya Nak, berkat kamu anak saya selamat dan mendapatkan pertolongan cepat, nama kamu siapa,” tanya Pak Brata.

Page 3: Aku Ingin Sekolah

“Nama saya Purnomo pak, iya sama-sama pak,” jawab Purnomo.

Sebagai ucapan terima kasihnya, Pak Brata ingin sekali mengantarkan Purnomo pulang ke rumah.

“Kalau begitu karena sudah ada Bapak yang menjaga, tugas saya sudah selesai, saya pamit Pak,” pamit Purnomo.

“Oh, begitu ya, bagaimana kalau saya antarkan kamu pulang, sekarang sudah malam,” tawar Pak Brata.

Awalnya Purnomo menolak, tetapi karena agak dipaksa Pak Brata akhirnya ia menerima tawaran tersebut. Akhirnya Purnomo diantar pulang sekalian membawa putrinya yang sakit itu.

Saat tiba di rumah Purnomo, Pak Brata bertemu Ibu Purnomo yaitu Ibu Sumi. Pak Brata terkejut karena beliau telah mengenal Bu Sumi, yang tak lain adalah bekas pembantu di rumahnya sekitar 20 tahun yang lalu, ketika Pak Brata masih belum menikah. Akhirnya Pak Brata dipersilahkan masuk ke rumah, Ibu Sumi tampak bahagia karena bisa bertemu dengan anak majikannya yang waktu itu masih kecil dan sekarang sudah menjadi orang kaya pengganti Pak Ridwan, ayah Pak Brata. Setelah Pak Brata mengetahui tentang kehidupan Ibu Sumi yang serba kekurangan setelah meninggalnya suaminya. Begitu juga keadaan Purnomo yang tidak bisa sekolah dan harus bekerja diusianya yang masih pelajar. Maka Pak Brata menginginkan Bu Sumi bekerja di rumahnya untuk mengasuh putri tunggalnya yang bernama Sandra. Tidak hanya itu, sebagai tanda terima kasihnya, Pak Brata akan membayar uang sekolah Purnomo untuk beberapa bulan ke depan.

“Terima kasih Pak, saya tidak tahu harus berkata dan berbuat apa untuk membalas kebaikan Bapak, berkat Bapak anak saya bisa sekolah, terima kasih Ya Allah,” ucap Ibu Sumi.

“Tidak apa-apa Bu, saya juga terima kasih karena putra ibu yang menyelematkan Sandra anak saya,” jawab Pak Brata.

Ibu Sumi hanya bisa pasrah dan menangis bahagia, ternyata doanya terkabul untuk menyekolahkan anaknya. Akhirnya Purnomo bisa sekolah seperti apa yang ia impikan.

“Ternyata Allah pasti mengabulkan doa kita, asalkan kita mau berusaha,” gumam Purnomo.