AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR TERKAIT...
Transcript of AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR TERKAIT...
AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR
TERKAIT PENGGUNAAN MEDIA DAN
LOYALITAS MUZAKKI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
RAHMATUS’SIRRI
NIM. 1113051000075
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1441 H/ 2020 M
2
AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR
TERKAIT PENGGUNAAN MEDIA DAN
LOYALITAS MUZAKKI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
RAHMATUS’SIRRI
1113051000075
Dosen Pembimbing :
Muhammad Zen, S.Ag.,MA
NIP 19780112 201411 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1441H/2020M
i
ABSTRAK
Rahmatus’sirri
Pembimbing : Muhammad Zen, S.Ag.,MA
Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki Banyaknya lembaga zakat yang ada saat ini, Public
Relation LAZNAS Al Azhar tentu memiliki strategi tersendiri
dalam menjaga loyalitas muzakkinya agar tetap berdonasi di
LAZNAS Al Azhar dan tidak berpaling ke lembaga zakat
lainnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul
pertanyaan, Bagaimana strategi, impelementasi dan evaluasi
aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan
media dan loyalitas muzakki.
Teori yang digunakan adalah teori strategi Public Relation
dari Ronald D. Smith. Teori ini membahas 9 langkah yang terbagi
dalam 4 tahap dalam membuat Stategic Plan yaitu Formative
Research, strategi, taktik dan evaluasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode deskriptif yaitu memberikan gambaran
suatu keadaan sejelas mungkin. Teknik pegumpulan data dalam
penelitian ini melalui observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi.
Strategi awal yang digunakan adalah profiling donatur,
setelah itu PR LAZNAS Al Azhar menggunakan strategi online
seperti media sosial dan strategi offlinenya menggunakan brosur
dan majalah untuk memberikan informasi mengenai program-
program yang dimiliki dan hasil dari donasi yang terkumpul. Dari
strategi tersebut mempengaruhi kenaikan jumlah donasi yang
didapat setiap tahunnya walaupun ada beberapa kendala yang
dirasakan selama berjalannya stategi tersebut.
Kata kunci : Stategi Public Relation, Public Relation
LAZNAS Al Azhar, muzakki, loyalitas, berdonasi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Alhamdulillahirobbil „Alamin. Segala puji dan Syukur
bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang
dan karuniaNya, sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat beserta salam selalu Allah curahkan kepada baginda
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya
dari zaman jahiliyyah menuju era digital seperti saat ini. Semoga
kita selalu menjadi ummatnya yang taat dan mendapatkan
syafaatnya sampai akhir zaman. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Tahap demi tahap dengan selalu memohon ridho Allah
SWT, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi berjudul “Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al
Azhar Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis selalu
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Baik itu berupa pikiran, tenaga,
dorongan moril maupun materil. Maka dari itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.
1. Suparto, M.Ed., Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW selaku
iii
Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA
selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs.
Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, serta Dr. H. Edi Amin, MA selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Muhammad Zen, S.Ag,M.A selaku dosen pembimbing
penulis yang telah bersedia membimbing dan banyak
memberikan masukan serta saran kepada penulis dan
dengan kebaikannya selalu memberikan dorongan bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga
akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada beliau, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan keberkahan, kesehatan dan kebaikan setiap
saat kepada beliau dan keluarganya.
4. Nunung Khoiriyah, M.A. selaku Dosen Penasehat
Akademik KPI B Angkatan 2013 yang telah memberikan
masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan beragam ilmu dan
pengalaman kepada penulis selama perkuliahan.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi selama
perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
iv
7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu
memperlancar penulis dalam mencari referensi buku.
8. Sigit Nugroho selaku HRD LAZNAS Al Azhar, yang telah
mengizinkan penulis meneliti disana dan banyak
memberikan informasi yang bermanfaat selama penyusunan
skripsi ini.
9. Ahmad Priyanto, Nurmala, Arini Susanti selaku bagian dari
tim Public Relation dan Fundrising sekaligus informan
dalam penelitian ini. Terima kasih telah berkenan
memberikan informasi yang penulis butuhkan.
10. Kedua Orangtua tercinta, Ayah Zidni dan Mama Wanti
Widyastuti yang selalu sabar dan tak pernah lelah
mendoakan, mendidik, menyayangi, mengasihi serta
memberikan dukungan dan memotivasi penulis agar
senantiasa semangat dalam mencari ilmu dan
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kaka penulis Anisa Hidayanti, Abdul Azat dan keponakan
Habibi Authar Shalahi yang sudah memberikan semangat
dan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi
ini.
12. Alfi Mufida, Intan Kamila, Sarah Khoirunnisa dan Lika
Maulida yang selalu memberikan semangat, masukan, doa,
kasih sayang, yang selalu meluangkan waktunya untuk
membantu penulis, menjadi tempat penulis berkeluh-kesah
selama pasang surut penyusunan skripsi ini.
v
13. Vivi Aulia Rahmawati, Sahri Rahma Fitri dan In‟amul
Hasan yang selalu saling support untuk menyelesaikan
skripsi masing-masing, teman ke kampus, yang selalu
membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini, dan yang
selalu menghibur ketika penulis sedang jatuh.
14. Sahabat-sahabat yang ada di dalam grup Paguyuban yang
selalu menghibur, memotivasi, yang selalu sabar menunggu
penulis agar menyelesaikan skripsi ini. Yuk kita trip lagi!
15. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan
dukungan dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu mulai dari
awal penulisan hingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh
pihak yang membaca.
Jakarta,01 Juni 2020
Rahmatus‟sirri
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .....................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................ viii
DAFTAR TABEL .......................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI .................................................... 16
A. Strategi ..................................................................................... 16
B. Public Relations ....................................................................... 23
C. Strategi Public Relations .......................................................... 28
D. Zakat ........................................................................................ 34
E. Muzakki ................................................................................... 41
F. Konsep Lembaga Amil Zakat .................................................. 44
G. Kerangka Berpikir .................................................................... 50
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT
NASIONAL AL AZHAR ........................................................... 51
A. Sejarah Berdirinya LAZNAS Al Azhar ................................... 51
B. Profile LAZNAS Al Azhar ...................................................... 52
vii
C. Visi dan Misi LAZNAS Al Azhar ........................................... 54
D. Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar .................................. 55
E. Produk-produk LAZNAS Al Azhar ......................................... 56
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...................... 65
A. Strategi Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki. .................................... 65
BAB V PEMBAHASAN ............................................................ 82
A. Strategi Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki ..................................... 82
BAB VI SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN .................. 93
A. Simpulan .................................................................................. 93
B. Implikasi .................................................................................. 94
C. Saran ........................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................... 102
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……………………………..50
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Laznas Al Azhar………...55
Gambar 4.1 Contoh Broadcast WhatsApps………………....69
Gambar 4.2 Social Media Laznas Al-Azhar………………...70
Gambar 4.3 Contoh Program Kegiatan yang di share melalui
Social Media………………………...…………...72
Gambar 4.4 Mitra LAZNAS Al Azhar………………...…….72
Gambar 4.5Contoh Majalah yang dibuat LAZNAS Al Azhar
….........................................................................74
Gambar 4.6 Kontak Layanan LAZNAS Al Azhar…………75
Gambar 4.7 Program My Heart For Yatim…………………77
Gambar 4.8 Program Rumah Gemilang Indonesia…………77
Gambar 4.9 Award yang diperoleh……………………..…..78
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Penerimaan Muzakki………………………..79
Tabel 5.1 Stategi Aktivitas Kehumasan……………………89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam. Maka dari itu, seiring berkembangnya
zaman, banyak bermunculan lembaga-lembaga zakat di Indonesia
dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam
membayarkan zakatnya maupun dalam membantu kaum duafa
dalam menerima haknya. Bukan hanya zakat, lembaga-lembaga
zakat yang ada di Indonesia seperti Badan Amil Zakat Nasional,
LAZ Al Azhar, LAZ Dompet Dhuafa, LAZ Rumah Zakat
Indonesia, dan lain sebagainya juga menyediakan layanan untuk
masyarakat yang ingin membayarkan infaq, dan shadaqahnya.
Banyaknya lembaga-lembaga zakat yang bermunculan di
Indonesia, menjadi dorongan tersendiri bagi suatu lembaga untuk
bersaing dalam hal mengambil hati maupun mempertahankan
para donatur untuk tetap mendonasikan sebagian harta mereka
untuk berzakat, berinfaq, maupun bershadaqah di lembaga yang
bersangkutan. Dalam suatu lembaga atau organisasi
membutuhkan adanya public relations sebagai penghubung
antara lembaga dengan masyarakat luas untuk menyampaikan
maksud dan pesan dari lembaga atau organisasi itu sendiri.
Public relations itu sendiri merupakan fungsi manajemen
yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur
komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu
organisasi atau perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat
2
dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen.1
Public relations dalam setiap perusahaan, lembaga atau
organisasi memiliki strategi masing-masing.
Sandra Oliver mengutip pendapat dari Bennet yang
menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi
untuk diikuti dalam mencapai misinya.2 Strategi merupakan cara
untuk mencapai tujuan. Proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai. Strategi dalam segala hal digunakan untuk
mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan
mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala
tindakan atau perbuatan itu tidak lepas dari strategi.
Menurut Ahmad S. Adnan Saputra, Presiden Institute
Bisnis dan Manajemen Jayakarta, memberikan batasan pengertian
tentang strategi public relations, yaitu alternatif optimal yang
dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations
dalam kerangka suatu humas (public relations).3
Seperti halnya dalam setiap lembaga zakat, mereka
membutuhkan adanya strategi yang dapat berpengaruh bagi
terciptanya citra perusahaan yang baik, dan terciptanya
kepercayaan khalayak umum kepada lembaga zakat
1
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public
Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 13. 2Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama, 2006), h. 2. 3Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsep dari Aplikasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi
Revisi, Cetakan ke-3, h. 52.
3
tersebut.Seperti yang sudah diketahui zakat merupakan suatu
yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim. Zakat sendiri adalah
sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya seperti fakir, miskin, amil, mu‟alaf, hamba sahaya,
gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Zakat merupakan rukun Islam
ketiga dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat
Islam. Di dalam Al-Qur‟an, Surat At-Taubah ayat 103, Allah
berfirman:
يهم بها وصم عهيهم زهم وتزك خذ مه امىانهم صدقة تطه
سميع عهيم ان صهىتك سكه نهم والله
Artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
berdoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui).”
Dewasa ini pengelolaan zakat di Indonesia berdasarkan UU
No. 23 Tahun 2011. Pengelolaan zakat yang diatur dalam
undang-undang ini meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan. Undang-undang ini
mempunyai implikasi yang sangat luas bagi lembaga
pengelolaannya. Pengelolaan tersebut secara umum
mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatannya berdasarkan
4
skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha-usaha yang produktif.
Untuk mewujudkan optimalisasi pengelolaannya, badan
amil zakat senantiasa dituntut untuk amanah, profesionalisme,
transparansi dan akuntabilitas serta kemandirian sebagai sebuah
industri publik menuju masyarakat yang sejahtera, berdayaguna,
dan bertakwa.
Untuk menjamin penglolaan zakat sebagai amanah agama,
dalam undang-undang ini ditentukan adanya unsur pembinaan
dan unsur pengawasan yang terdiri dari ulama, kaum cendekia,
masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap
pengelola yang tidak sesuai dengan dengan ketentuan. Untuk
menjaga loyalitas muzakki dibutuhkan adanya strategi pada suatu
lembaga amil zakat.
Dalam bukunya, Dr. Etta Mamang Sangadji mengutip dari
Oliver dalam Hurriyati yang menyatakan bahwa loyalitas adalah
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk
berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang suatu
produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan
datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.4
Sebagaimana Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli
Ummat yang saat ini disebut sebagai Lembaga Amil Zakat
Nasional Al Azhar karena telah mendapat pengukuhan sebagai
Lembaga Zakat Skala Nasional oleh Kementrian Agama
4
Etta Mamang Sangadji, dan Sopiah, Perilaku Konsumen,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), h. 104.
5
Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI Nomor 240
tahun 2016 Tanggal 23 Mei 2016. LAZNAS Al Azhar ini
berlokasi di Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. LAZNAS Al Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk
oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar yang bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dhuafa melalui optimalisasi dana
Zakat, Infaq, Sedekah dan dana sosial lain yang dibenarkan oleh
syariat agama dan sumber daya yang ada di masyarakat, dan
bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus
organisasi.
Sejalan dengan UU No. 23 Tahun 2011 program-program
yang dijalankan oleh LAZNAS Al Azhar juga melakukan
kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan diberbagai pelosok daerah di seluruh Indonesia.
Sampai saat ini terdapat lebih dari 15 lembaga zakat yang telah
diresmikan oleh Kementrian Agama, dari data tersebut
mendorong lembaga zakat Al Azhar yang baru berjalan selama
dua tahun terakhir menjadi lembaga zakat nasional yang terus
berusaha menjaga kepercayaan dan loyalitas muzakki agar tetap
berdonasi di LAZNAS Al Azhar dan tidak berpaling ke lembaga
penyalur zakat lainnya karena sudah pasti lembaga zakat lain
memiliki strategi dan pelayanan terbaik terhadap muzakki.
Maka dari itu LAZNAS Al Azhar dituntut untuk kreatif
dalam menciptakan, dan menggunakan strategi, khususnya
strategi dari public relations dalam menjaga kepercayaan dan
loyalitas muzakki yang ingin mengetahui bukti-bukti penyaluran
dana umat agar tetap setia dan untuk mendonasikan hartanya di
6
LAZNAS Al Azhar. Berdasarkan latar belakang seperti diatas,
penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah skripsi yang
berjudul “Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak melebar dalam
ruang lingkup penelitian, maka peneliti perlu membatasi
permasalahan. Dalam hal ini peneliti hanya meneliti tentang
Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana strategi, implementasi dan evaluasi aktivitas
kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan
media dan loyalitas muzakki?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diketahui
tujuan dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi, implementasi dan evaluasi
aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait
penggunaan media dan loyalitas muzakki?
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, acuan
atau perbandingan dalam pengembangan ilmu komunikasi
khususnya dalam bidang public relation.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi
informasi bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin
mengetahui tentang public relation, dan aktivitas dari
strategi yang diterapkan oleh public relation disuatu
lembaga atau perusahaan demi menjaga loyalitas muzakki.
Serta dapat menjadi masukan dalam penerapan strategi
public relation bagi LAZNAS Al Azhar.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang
digunakan dengan pedekatan studi kasus dengan metode
penulisan deskriptif. Study kasus berasal dari terjemahan
dalam bahasa Inggris “A Case study” atau “case studies”.
Kata “kasus” diambil darikata “case” yang menurut kamus
oxford advanced learner‟s dictionary of Current English
yang diartikan sebagai “instance or example of the
occurance of sth, “actual state of affairs; situation” dan
“circumstances or special conditionsrelating to a person or
thing”. Secara berurutan artinya ialah contoh kejadian
sesuatu, kondisi actual darikeadaan atau situasi dan
8
lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau
sesuatu.5
Dari penjabaran definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa studi kasus ialah suatu serangkaian
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan
mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas,
baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga,
atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam
tentang peristiwa tersebut.
Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya
disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang
sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.
Metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut
terdiri dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan
dokumen resmi lainnya.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah divisi
public relation LAZNAS Al Azhar. Sedangkan objeknya
adalah aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait
penggunaan media dan loyalitas muzakki..
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei.
5 AS Horby, OXFORD ADVANCED LEARNER‟S DICTIONARY,
FORTH EDITION, (Oxford: Oxford University Press, 1989), h.173. 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11.
9
Tempat untuk melakukan penelitian ini adalah kantor
LAZNAS Al Azhar yang bertempat di Jl. RS. Fatmawati,
Jakarta Selatan 12110.
4. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki di lapangan.7 Observasi dalam penelitian ini
yakni dengan cara datang langsung ke tempat
penelitian, melakukan proses penelitian sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat, dalam hal ini peneliti
mengadakan pengamatan langsung.
2) Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pencarian data
atau informasi mendalam yang diajukan kepadan
responden atau informan dalam bentuk pertanyaan.
Menurut Soehartono, wawancara adalah pengumpulan
data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada responden oleh peneliti atau pewawancara dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam
7
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2002), h. 181.
10
dengan alat perekam.8
Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai
pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan public
relations di LAZNAS Al Azhar.
3) Dokumentasi
Untuk melengkapi data-data yang dikumpulkan,
peneliti juga mengumpulkan data berupa arsip-arsip,
seperti artikel-artikel, hasil wawancara, dan foto yang
berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.
Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang
mendukung analisis dan interpretasi data. Proses
pengumpulan dan pengambilan data berupa tulisan-
tulisan yang berhubungan dengan penelitian.
b. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Dalam menganalisis data, peneliti
mengolah dari hasil observasi dan wawancara, data
tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil
wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian
dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah
dipahami.9
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa
data adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif
8
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu
Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 79-80 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik, Cet. Ke-2, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), h. 78.
11
yaitu memberikan gambaran umum tentang data yang
telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan
untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.10
Ciri dari analisis ini adalah menitikberatkan pada
observasi suasana ilmiah. Peneliti hanya bertindak
sebagai pengamat. Secara singkat, hasil penelitian diolah
dan disajikan dengan cara melaporkan data dengan
menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data
yang terkumpul yang kemudian data tersebut
disimpulkan.
Dengan demikian melalui teknik analisis kualitatif,
penelitian ini mengumpulkan informasi melalui
instrumen-instrumen penelitian kualitatif observasi,
wawancara, dan dokumentasi, lalu mengolahnya untuk
menjadi sebuah bahan ilmiah yang dapat diperlihatkan
dalam bentuk laporan tertulis.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama,
maka sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan kajian
pustaka berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai
pembanding dari skripsi ini, diantaranya :
1. Fajar Khoirunnisa menyimpulkan bahwa
pendayagunaan zakat melalui program layanan jenazah
gratis pada Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli
10
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002), h. 25.
12
Umat berupa pendayagunaan konsumtif kreatif. Karena
mustahik yang menerima bantuan tidak disertai dengan
target, dan tidak bertujuan untuk kemdirian ekonomi,
serta tidak memakan waktu yang lama. Program
Layanan Jenazah Gratis ini juga memiliki faktor
pendukung dan penghambat, seperti karena adanya
kemitraan yang bersinergi yang tersebar diseluruh
wilayah jabodetabek dengan cara menyetok
perlengkapan jenazah secara lengkap serta amil
program yang selalu siap melakukan layanan kapanpun
dan dimanapun mereka berada. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah jarak tempuh yang jauh dan
jalan menuju lokasi terkendala.11
Berdasarkan
kesimpulan di atas, persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Fajar Khoirunnisa dengan yang penulis
teliti adalah pada tempat penelitian, yaitu LAZNAS Al
Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
penelitiannya. Peneliti sebelumnya meneliti tentang
Layanan Jenazah Gratis yang ada pada LAZNAS Al
Azhar. Sedangkan penulis meneliti tentang strategi dari
divisi Public Relation LAZNAS Al Azhar.
2. Yulia Damini menyimpulkan bahwa program layanan
menuju mandiri yang merupakan program pendukung
dari visi LAZNAS Al Azhar yaitu bahagia bersama
11
Fajar Khoirunnisa, “Analisis Pendayagunaan Zakat Melalui
Program Layanan Jenazah Gratis (LJG) Pada Lembaga Amil Zakat Al Azhar
Peduli Umat”, (Jakarta : Skripsi FIDIKOM UIN Jakarta, 2016).
13
dalam mengentaskan kemiskinan. Diliat dari segi
inputnya sudah cukup memadai. dikatakan demikian
karena sumber daya manusia, anggaran dana, sarana
dan prasarana mendukung, walaupun banyak yang
perlu dilengkapi. Sedangkan dari segi proses, program
layanan menuju mandiri tersusun secara sistematis
dengan berpedoman dengan standar operasional. Selain
itu, para amil di divisi program ini pun melaksanakan
tugasnya secara komprehensif dan
berkesinambungan.12
Persamaan penelitian yang diteliti
oleh Yulia Damini dengan penelitian yang akan penulis
buat adalah pada subjek penulisannya, yaitu LAZNAS
Al Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
penelitiannya, yaitu jika Yulia Damini meneliti layanan
menuju mandiri yang dibawahi oleh divisi program,
sedangkan objek penelitian yang akan penulis teliti
adalah tentang Strategi Public Relation LAZNAS Al
Azhar.
3. Aprizal menyimpulkan bahwa hasil evaluasi dari
strategi fundrising ini terlihat dari adanya keberhasilan
dalam segi pencarian dana yang mengalami kemajuan
hingga 18%.13
Persamaan penelitian yang diteliti oleh
Aprizal dengan penelitian yang akan penulis teliti
12
Yulia Damini, “Evaluasi Terhadap Program Layanan Menuju
Mandiri Pada Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar Peduli
Umat”, (Jakarta : Skripsi FIDIKOM UIN Jakarta, 2017). 13
Aprizal, “Strategi Fundrising Dalam Meningkatkan Penerimaan
dana zakat Pada Lembaga Amil Al Azhar Peduli Umat”, (Jakarta : Skripsi
FDIKOM UIN Jakarta, 2015).
14
terletak pada subjek penelitiannya yaitu LAZNAS Al
Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek
yang dikaji, yaitu jika Aprizal meneliti objek dari segi
fundrising dalam mencari dana, sedangkan objek yang
akan penulis teliti adalah strategi public relation
LAZNAS Al Azhar guna menjaga loyalitas muzakki.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diajukan untuk memudahkan
pemahaman tentang penelitian ini, maka penulis membagi skripsi
ini menjadi enam bab yang terdiri dari bab per bab. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, dijelaskan apa saja yang akan dibahas
dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, membahas landasan teori yang meliputi
penjelasan tentang strategi, dan apa-apa saja yang menjadi
bagian dari strategi, kemudian menjelaskan tentang public
relation yang meliputi pengertian dari public relation, dan
jenis-jenis public relation, kemudian menjelaskan tentang
strategi public relation yang meliputi pengertian dari
strategi public relation, dan menjelaskan tentang sembilan
tahap dalam membuat strategic plan menurut Ronald D.
Smith.
15
BAB III GAMBARAN UMUM LAZNAS AL AZHAR
Bab ini membahas tentang LAZNAS Al Azhar,
meliputi visi-misi, program kegiatan, karakter kegiatan, dan
struktur organisasi.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan
temuan-temuan penelitian. Seperti hasil wawancara dengan
public relations dan muzakki, beserta hasil observasi di
LAZNAS Al Azhar. Data dan temuan tersebut berkaitan
dengan aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait
penggunaan media dan loyalitas muzakki.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini, berisi uraian yang mengaitkan latar
belakang dan teori. Terkait penguraian aktivitas kehumasan
LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan media dan loyalitas
muzakki.
BAB VI SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan
hasil penelitian, implikasi teoritis dan praktis serta
memberikan saran yang berkaitan tentang hasil penelitian
yang sudah diteliti sebagai pertimbangan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Yunani,
strategos yang berarti jendral. Strategi pada mulanya
berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai sesuatu
siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya
strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi
termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.14
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“strategos” yang berarti “komandan militer”, pada zaman
demokrasi Athena. Pada awalnya strategi digunakan dalam
dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu
peperangan.15
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer disebutkan bahwa strategi adalah keahlian
mengatur atau merencanakan tentang suatu kegiatan guna
meraih suatu target atau sasaran.16
Onong Uchjana Effendi, pakar ilmu komunikasi
mengatakan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan
dan manajemen untuk mencapai suatu perencanaan
tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus
14
Rafi‟udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah,
(Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 76 15
Komarudin, Enslikopedi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
Cet. ke-1, h. 539. 16
Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru,
(Jakarta : PT. Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 25.
17
mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.17
Menurut George Stainler dan John Minner, strategi
adalah „penempaan‟ misi perusahaan, penetapan sasaran
organisasi dengan memperhatikan kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk
mencapai sasaran dan memastikan pelaksanaannya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi dapat
tercapai.18
JL Thompson mendefinisikan strategi sebagai cara
untuk mencapai sebuah hasil akhir: “hasil akhir
menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. ada strategi
yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi
kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara
itu, strategi fungsional mendorong secara langsung strategi
kompetitif”. Bennett menggambarkan strategi sebagai arah
yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai
misinya.19
Stephen Robbins seperti dikutip oleh Morrisan
mendefinisikan: “strategi sebagai penentuan tujuan jangka
panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta
mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk
17
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) h. 32. 18
George Stainner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi
Manajemen, penerjemah Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1999), h.18. 19
Sandra Oliver, Strategi Public Relation, (Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama, 2006), h.2.
18
mencapai tujuan”.20
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan parah ahli
di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu
proses perencanaan tindakan dengan memperhatikan
kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan, dan
memastikan pelaksanaan berjalan secara tepat guna
mencapai hasil akhir yang di harapkan.
Dalam sebuah perusahaan, strategi merupakan salah
satu faktor terpenting agar perusahaan dapat berjalan
dengan baik. Strategi menggambarkan arah bisnis yang
mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan
pedoman untuk mengalokasikan sumber daya suatu
organisasi.21
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana
mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan
misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang
dihadapi. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal.
Pertama, tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan
(intended strategy) dan kedua, reaksi atas perkembangan
yang tidak diantisipasi sebelumnya dan tekanan persaingan
seperti peraturan pemerintah, masuknya pendatang baru,
dan taktik pesaing.22
20
Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas
professional, (Jakarta: Kencana Prenadameda Group, 2008), h.152. 21
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : Andi, 2002),
edisi 2, h. 3. 22
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan
Perang Bisnis, (Malang : Bayumedia, 2003), h.8.
19
2. Fungsi Strategi
a. Fungsi sebagai rencana (Plan)
Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang
digunakan untuk mneghadapi tantangan lingkungan
tertentu. Bertitik tolak dari kesadaran kekuatannya.
b. Strategi sebagai siasat
Dianggap sebagai maneuver dalam menghadapi
pesaing
c. Strategi sebagai pola (Pattern)
Sebagai pola dari suatu rangkaian tindakan untuk
menghadapi tantangan/ancaman atau memanfaatkan
peluang yang terdapat di lingkungan.
d. Strategi sebagai kedudukan (Position)
Penempatan perusahaan di lingkungan makro.
Strategi menjadi media yang menjembatani
perusahaan dengan lingkungannya.
e. Strategi sebagai perspektif
Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan
pemahaman lingkungan. Disusun bertitik tolak dari
tata cara nilai budaya kerja dan wawancara koalisi
dan dominan itu.
3. Tahapan-tahapan Strategi
Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang
memerlukan penanganan secara hati-hati dalam
perencanaan komunikasi. Jika mengalami kesalahan dalam
pemilihan strategi atau melakukan kekeliruan, maka hasil
20
yang diperoleh bisa berakibat fatal, terutama kerugian dari
segi waktu, materi, tenaga, dan juga tujuan yang diinginkan
pun tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam
proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh,
Fred R. David mengemukakan tahapan-tahapan strategi,
yaitu:
a. Perumusan strategi
Perumusan strategi merupakan penyusunan
langkah ke depan yang mana berperan penting dalam
menentukan keunggulan.
Proses penyusunan langkah-langkah ke depan
salah satunya ialah membangun visi dan misi
organisasi,mengidentifikasi peluang dan ancaman
eksternal suatu organisasi, serta pemilihan strategi
yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana
mencapai visi yang ditargetkan dengan melaksanakan
misi yang sudah dirancang.
b. Implementasi strategi
Dapat disebut dengan pelaksanaan dari strategi-
strategi yang sudah dirumuskan. Implementasi
strategi ini berarti menggerakkan karyawan untuk
melaksanakan strategi yang dirumuskan dalam
bentuk tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam
implementasi strategi adalah pengembangan budaya
dalam mendukung strategi, penyusunan struktur
organisasional yang efektif, persiapan anggaran,
21
pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi
yang masuk. Keberhasilan dalam implementasi
strategi dapat dicapai dengan kerja keras, disiplin,
motivasi, komitmen, dan pengorbanan personal.
c. Evaluasi strategi
Tahap Akhir dalam strategi adalah meninjau serta
mengoreksi kekurangan dari hasil kinerja atas
rumusan strategi yang telah dibuat. Evaluasi strategi
adalah perbandingan antara hasil-hasil yang diperoleh
dengantingkat pencapaian tujuan. Penilaian strategi
diperlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak
selalu berhasil di kemudian hari.23
4. Proses-Proses Strategi
Agustinus Sri Wahyuni, dalam bukunya Manajemen
Strategi menjelaskan bahwasanya ada tiga proses strategi,
yaitu:
a. Pembuatan strategi, yaitu meliputi pengembangan
misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian
peluang dan ancaman luar serta kekuatan dan
kelemahan perusahaan. Pengembangan alternatif-
alternatif strategi dan penentuan strategi yang
sesuai untuk diadopsi.
b. Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-
sasaran operasional tahunan, kebijakan
23Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), h. 6-7.
22
perusahaan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi
yang ditetapkan dapat diimplementasikan.
c. Evaluasi/kontrol strategi, mencakup usaha-usaha
untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari
pembuatan dan penerapan strategi termasuk
mengukur kinerja individu dan perusahaan serta
mengambil langkah-langkah perbaikan jika
diperlukan.24
Tahapan pembuatan strategi adalah tahap yang penting
bagi sebuah organisasi. Tahapan-tahapan ini akan
menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk mencapai
tujuan organisasi. Proses pembuatan startegi terdiri dari
empat elemen:
a. Identifikaasi masalah-masalah strategi yang
dihadapi oleh organisasi
b. Pengembangan alternatif-alternatif strategi yang
ada dengan mempertimbangkan strategi generik
serta variasinya
c. Evaluasi dari tiap alternative
d. Penentuan/pemilihan strategi terbaik dari berbagai
alternatif yang tersedia.25
24Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategi, (Jakarta: Binarupa
Aksara, 1996), h. 15-16.
25
Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategi, h. 99.
23
B. Public Relations
1. Pengertian Public Relations
Public relations jika diartikan secara universal adalah
“public” yang berarti sekelompok orang yang mempunyai
minat dan perhatian yang sama terhadap satu hal.
Sedangkan istilah “relations” dalam bahasa indonesia
berarti “hubungan-hubungan” dalam arti menyangkut
banyak hubungan.26
Soleh Soemirat mengutip pernyataan dari W.
Emerson Reck, Direktur Public Relation Universitas
Colgate bahwa public relation adalah lanjutan dari proses
pembuatan kebijaksanaan, pelayanan dan tindakan bagi
kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok
agar individu atau lembaga tersebut memperoleh
kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik.27
Menurut The International public relations
Association (IPRA) sebuah organisasi profesi ditingkat
internasional, memberikan definisi Public Relations
sebagai berikut :
“public relations is a management function, of e
continuing and planed character, through which
public and private organizations and institutions
seek to win and retain the understanding, sympathy
and support of those with whom they are or may be
26
Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung : p2U-
LPPM Unisba, 2007), h. 21. 27
Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public
Relations, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2010), h. 12.
24
concerned – by evaluating public opinion abaout
themselves, in order to correlate, as far as possible,
their own policies and procedures, the achieves
by planned and widespread information more
productive cooperation and more efficient
fulfillment of their commont interests.”28
Public relations adalah fungsi manajemen dari sikap
budi yang direncanakan dan dijalankan secara
kesinambungan, melalui organisasi- organisasi atau
lembaga- lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk
memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan
dukungan dari mereka yang terkait ada sangkut pautnya
dan yang diduga akan ada kaitannya dengan cara memiliki
opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin
menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna
mencapai kerjasama yang lebih produktif dan untuk
memenuhi kepentingan bersama yang lebih efesien, yang
terencana dan tersebar luas).
Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations in
Word Marketing yang dikutip oleh Soleh Soemirat
mengatakan bahwa PR adalah suatu sistem komunikasi
untuk menciptakan kemauan baik.29
Definisi umum tentang public relations disimpulkan
28
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, (Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia, 2004), cet. ke-2, h. 14. 29
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar- dasar Public
Relations. h. 13.
25
lebih spesifik lagi, yaitu public relations merupakan seni
(arts) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen,
komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk
membentuk agar perusahaan atau lembaga, gagasan atau
ide yang ditawarkan, nama dan produknya menjadi
disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya.30
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa public relations adalah manajemen komunikasi
dua arah dengan publik eksternal dan internal untuk
mendapatkan pengertian, kepercayaan, dukungan dan
kerjasama.
2. Fungsi dan Tujuan Public Relations
Dalam konsepnya, fungsi Public relations officers
ketika menjalankan tugas dan operasionalnya, baik
sebagai komunikator, mediator, ataupun organisator,
menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A.
sebagaimana ditulis oleh Wahidin Saputra dan Rulli
Nasrullah adalah sebagai berikut:
a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai
tujaun organisasi.
b. Membina hubungan harmonis antara organisasi
dengan publik internal dan publik eksternal.
c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan
menyebarkan informasi dari organisasi kepada
30
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3. h. 40.
26
publiknya dan menyalurkan opini publik kepada
organisasi.
d. Melayani publik dan menasehati pimpinan
organiasasi demi kepentingan organisasi
e. Melayani publik dan menasehati pimpinan
organiasasi demi kepentingan umum.
f. Operasional dan organisasi Public relations adalah
bagaimana membina hubungan harmonis antara
organisasi dengan publiknya, untuk mencegah
terjadinya rintangan psikologis, baik yang timbul
dari pihak organisasi maupun dari pihak
publiknya.31
3. Jenis-Jenis Public Relations
a. Public Relations Pemerintahan
Public relations Pemerintahan pada dasarnya bersifat
politis. Bagian public realations di institusi pemerintahan
dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan
kebijakan-kebijakan peerintahan seperti member
informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-
rencana, serta hasil-hasil kerja institusi dan juga
memberikan pengertian kepada masyarakat tentang
peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu
yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
31
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Realtions 2.0 Teori dan
Pratik Public Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011). h.
49-50.
27
b. Public Relations Industri dan Bisnis
Public relations disini merupakan fungsi manajemen
yang turut menentukan suksesnya operasi suatu
perusahaan. Public relations indutri tidak dapat
dilepaskan dari prinsip ekonomi, sebab industri dan bisnis
memiliki orientasi pada keuntungan (profit oriented).
Beberapa penerapan public relations dalam industri dan
bisnis meliputi hubungan dengan pelanggan, peran
public relation terhadap marketing, hubungan dengan
pemegang saham, karyawan, pers, dan dengan
pemerintahan.
c. Public Relations Sosial
1) Public Relation penegak hukum
Penegak hukum perlu mendengarkan dan
tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka
dapat membantu masyarakat dengan baik. Termasuk
dalam hal ini public relations dalam kepolisian.
2) Public Relations Organisasi Keagamaan
Organisasi-organisasi keagamaan sekarang
banyak memiliki staf yang mengurusi publikasi,
publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan
penyelenggaraan special event.
3) Public Relation Profesi
Tujuan utama dari penerapan profesi adalah
untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan dan
publikasi tentang apa yang dilakukan bagi
kepentingan masyarakat banyak.
28
4) Public Relation Organisasi Sukarela
Organisasi sukarela memerlukan nasihat ahli
public realtions dan menggunakan pendekatan
kehumasan.32
C. Strategi Public Relations
Menurut Ahmad S. Adnan Saputra, M.A, M.S, Presiden
Intitute Bisnis dan Manajemen Jayakarta, memberikan batasan
pengertian tentang strategi public relations, yaitu adalah alternatif
optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public
relations dalam kerangka suatu humas (public relations).33
Menurut Ronald D. Smith dalam buku (Strategic Planning
for Public Relations) terdapat sembilan langkah yang kemudian
terbagi dalam empat tahap untuk membuat strategic plan yang
dinamai the Nine Steps of Strategic Public Relations, yaitu:
1. Tahap pertama, Formative Research;
Fase pertama dalam proses perencanaan strategis
menurut Ronald D. Smith adalah riset formatif atau riset
strategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang
dihadapi. Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisi
situasi, analisis organisasi dan analisis publik.
32
Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas. (Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia, 2004), Cet. ke-2,h. 41-43. 33
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsepsi dan Aplikasi). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi
Revisi. Cet, ke-3, h. 52.
29
a. Langkah pertama adalah menganalisa situasi, hal
ini menjadi langkah awal yang krusial, sangat
penting untuk melihat kesempatan dan hambatan
yang akan ada pada program yang direncanakan
b. Langkah kedua adalah menganalisa kondisi
organisasi, yang meliputi tiga aspek dalam
organisasi yaitu lingkungan internal (misi,
performance, dan sumber daya perusahaan),
persepsi public (mengenai reputasi organisasi),
lingkungan eksternal (competitor bahkan
pendukung)
c. Langkah ketiga adalah tahap untuk
mengidentifikasikan dan menganalisa publik yang
menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan
mampu mengatur prioritas dalam berhubungan
dengan publiknya yang beragam.
2. Tahap kedua, Strategi
Strategi merupakan hal penting dalam perencanaan
public relations maupun pemasaran dan bidang lainnya
yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana
organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana
cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni
menetapkan tujuan dan sasaran, merumuskan aksi dan
strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi
efektif.
a. Langkah keempat adalah bagaimana caranya
membuat perusahaan mengembangkan objektif
30
yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)
sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
b. Langkah kelima adalah tahap di mana antara
kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon yang
akan diterima dan membuat langkah-langkah apa
yang harus dilakukan berbagai situasi;
c. Langkah keenam adalah membuat komunikasi
yang efektif, tahap ini berhubungan dengan
beragam keputusan yang diambil terhadap pesan
yang disampaikan, seperti: sumber yang akan
menyampaikan pesan kepada public kunci, isi dari
pesan, bunyi dan gayanya dan lain-lain.
3. Tahap Ketiga, Taktik
Setelah strategi dibuat, kini tiba gilirannya untuk
memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari
pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan
melakukan implementasi rencana strategi yang sudah
disusun.
a. Langkah ketujuh adalah memilih taktik
komunikasi, memilih saluran apa yang akan
digunakan dalam menyampaikan pesan seperti
komunikasi tatap muka (face to face
communication), organizational media, media
berita, dan media promosional dan lainnya.
b. Langkah kedelapan adalah mengimplementasikan
strategi (strategic plan), ditahap ini dikembangkan
budget dan jadwal yang dipersiapkan untuk
31
mengimplementasikan program komunikasi yang
ditentukan.
4. Tahap keempat, Evaluasi
Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektifitas
berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Langkah kedelapan adalah mengevaluasi strategic
plan. Pada tahap ini adalah untuk mengetahui efektivitas
berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Tahap
ini adalah tahap akhir di mana dikembangkan metode
spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi yang
ditempuh..34
Penulis menyimpulkan bahwa strategi public relations
adalah pemikiran yang telah direncanakan oleh praktisi
public relations untuk megelola citra melalui bergabagai
kegiatan public relations untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Menurut Harwood Childs seperti dikutip oleh Rusady
Ruslan, ada beberapa strategi dalam kegiatan public
relations untuk merancang suatu pesan dalam bentuk
informasi atau berita, yaitu sebagai berikut:
a. Strategy of publicity
Melakukan kampanye untuk penyebaran pesan
(message) melalui proses publikasi suatu berita melalui
34Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation; (New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc 2004), h.119
32
kerja sama dengan berbagai media massa. Selain itu
dengan menggunakan taktik merekayasa suatu berita
akan dapat menarik perhatian audiensi sehingga akan
menciptakan publisitas yang menguntungkan.
b. Strategy of persuation
Berkampanye untuk membujuk atau menggalang
khalayak melalui teknik sugesti atau persuasi untuk
mengubah opini publik dengan mengangkat segi
emosional dari suatu cerita, artikel, atau feature
berlandaskan humanity interest.
c. Strategy of argumentation
Strategi ini biasanya dipakai utuk mengantisipasi
berita negatif yang kurang menguntungkan (negatife
news). Kemudian dibentuk berita tandingan yang
mengemukakan argumentasi yang rasional agar opini
publik tetap dalam keadaan posisi yang
menguntungkan. Dalam hal ini, kemampuan public
relations sebagai komunikator yang handal diperlukan
untuk mengemukakan suatu fakta yang jelas dan
rasional dalam mngubah opini publik melalui berita
atau statment yag dipublikasikan.
d. Strategy of image
Strategi pembentukan berita yang positif dalam
publikasi untuk menjaga citra organisasi atau
perusahaan termasuk produknya. Misalnya tidak hanya
menampilkan segi promosi, tetapi bagaimana
menciptakan publikasi nonkomersial dengan
33
menampilkan kepedulian terhadap lingkungan dan
sosial (humanity relations and social marketing) yang
menguntungkan citra bagi organisasi atau perusahaan
secara keseluruhan.35
Agar strategi komunikasi berjalan dengan lancar, maka
pada praktiknya dibutuhkan seorang yang disebut public
relations. Public relations tidak mempunyai tujuan lain, kecuali
membantu pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
Public relations sangat erat hubungannya dengan
perkembanganan sosial, ekonomi, maupun politik yang muncul di
negara tempat organisasi atau perusahaan berada. Dalam kondisi
internal suatu organisasi public relations sangatlah penting
artinya dalam perkembangan organisasi atau perusahaan.36
35Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public relations
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 54. 36
Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori
dan Praktik Public Relations di Era Cyber, h.39.
34
D. Zakat
1. Pengertian Zakat
Pengertian zakat menurut bahasa barasal dari bahasa
arab yaitu al-zakat yang berarti „bersih‟, „suci‟, „subur‟,
„berkat‟ dan „berkembang‟.37
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada
mustahiq (kelompok orang yang berhak).38
Dalam rumusan
fiqih, zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.39
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa
zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta yang ditujukan
kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.
2. Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat dikenal
dengan sebutan mustahik. Mustahik zakat terdiri dari
delapan golongan (asnaf), yang telah diatur dalam QS At-
Taubah ayat 60 :
37
http://id.m.wikipedia.org/wiki/zakat.com/ diakses pada tanggal 25
Januari pukul 15.25. 38
Nurul Isnaini Lutfiana, Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Zakat, (Malang, 2009), h. 20. 39
Masdar F. Mas‟udi, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta:
Piramedia, 2004), h.6.
35
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus
zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.
At-Taubah: 60).40
Berikut penjelasan delapan asnaf yang berhak
menerima zakat, yaitu :
a) Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai barang
yang berharga dan tidak mempunyai kekayaan dan
usaha sehingga dia sangat perlu ditolong
keperluannya.41
Pemuka ahli tafsir, Tabari yang
dikutip oleh Yusuf Qardawi menegaskan bahwa
yang dimaksud dengan fakir yaitu orang yang
dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak
minta-minta.42
40
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya, (Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2000), h.156. 41
Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek
Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1985), h. 121. 42
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 1999), cet-lima, h. 511.
36
b) Miskin, ialah orang yang mempunyai barang yang
berharga atau pekerjaan yang dapat menutup
sebagian hajatnya akan tetapi tidak mencukupinya,
seperti orang yang memerlukan sepuluh dirham
tapi hanya memiliki tujuh dirham saja.43
Menurut
Tabari yang dikutip oleh Qardawi, yang dimaksud
miskin ialah orang yang dalam kebutuhan, tapi
suka merengek-rengek dan minta-minta.44
c) Amil, ialah orang yang ditunjuk untuk
mengumpulkan zakat, menyimpannya, dan
membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan
pembukuannya.45
Menurut Yusuf Qardawi, Amil
zakat ialah mereka yang melaksanakan segala
kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul
sampai kepada bendahara dan para penjaganya.
Juga mulai dari pencatat sampai kepada
penghitung yang divatat keluar masuk zakat dan
membagi kepada para mustahiknya.46
d) Mualaf, menurut Yusuf Qardawi, golongan mualaf
adalah mereka yang diharapkan kecenderungan
hatinya atau keyakinannya dapat bertambah
terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat
mereka atas kaum muslim, atau harapan akan
43
Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 122. 44
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 511. 45
Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 122. 46
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 545.
37
adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan
menolong kaum muslimin dari musuh.47
e) Riqab, adalah bentuk jamak dari Raqabah, istilah
ini dalam Quran artinya budak belian laki-laki
(abid) dan bukan belian perempuan (amah).48
Sedangkan definisi lain tentang Riqab adalah
budak belian yang diberi kebebasan usaha
mengumpulkan kekayaan agar ia dapat menebus
dirinya untuk merdeka.49
f) Gharim, ialah bentuk jamak dari gharim (delapan
ghin panjang), artinya orang yang mempunyai
utang. Sedangkan ghariim (dengan ra paanjang)
adalah orang yang berutang, kadangkala pula
dipergunakan untuk orang yang mempunyai
piutang.50
g) Sabilillah, ialah jalan yang dapat menyampaikan
sesuatu karena ridha Allah baik berupa ilmu
maupun amal.51
Sedagkan menurut Yusuf Qardawi
dalam bukunya Hukum Zakat, yang dimaksud
Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada
ridha Allah, baik aqidah maupun perbuatan.52
h) Ibnussabil, menurut Ibnu Zaid yang dikutip oleh
Yusuf Qardawi dalam bukunya Hukum Zakat,
47
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 563. 48
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 587. 49
Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 123. 50
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 594. 51
Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 124. 52
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 610.
38
menerangkan bahwa yang dimaksud Ibnussabil
adalah musafir, apakah ia kaya atau miskin,
apabila mendapat musibah dalam bekalnya atau
hartanya sama sekali tidak ada atau terkena sesuatu
muibah atas hartanya, atau ia sama sekali tidak
memiliki apa-apa, maka dalam keadaan
sedemikian itu bersifat pasti.53
3. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh
karena itu hukum zakat adalah wajib atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk kategori ibadah seperti shalat, haji dan
puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al Qur‟an
dan Sunah. Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan umat manusia itu sendiri.
Di dalam Al-qur‟an dijelaskan surat At-Taubah ayat
103 yang artinya:
“Ambilah zakat dari sebagaian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui.”
53
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 645.
39
4. Dasar Hukum Zakat
Zakat hukumnya wajib bagi orang Islam yang telah
mencukupi syarat. Bahkan zakat merupakan salah satu dari
rukun Islam yang lima. Perhatian Al-Qur‟an terhadap
masalah zakat, sebanding dengan perhatiannya terhadap
masalah shalat. Zakat dalam Al-Qur‟an disebut sebanyak
82 kali. Ini menunjukan hukum dasar zakat yang sangat
kuat.
5. Macam-Macam Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Zakat jiwa atau zakat fitrah
Pengertian fitrah adalah sifat asal, bakat, perasaan
keagamaan dan perangai, sedangkat zakat fitrah adalah
zakat yang berfungsi yang mengembalikan manusia
muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa
mereka dari kotoran-kotoran atau dosa-dosa yang
disebabkan pengaruh pergaulan dan sebagainya.
Sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.
Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan
pokok bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah atau
makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah seperti
beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan
sebagainya.
Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan
Ramadhan sebelum sahalat ied. Sedangkan bagi orang
yang mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksanakan
40
shalat ied maka apa yang diberikan bukanlah termasuk
zakat fitrah tetapi merupakan sedekah.
b. Zakat Harta atau zakat maal
Zakat maal yang dimaksud dalam perhitungan ini
adalah zakat yang dikenakan atas uang, emas, surat
berharga, dan aset yang disewakan. Tidak termasuk
zakat maal yang lain yang dikenakan atas harta
pertanian, pertambangan, dan lain-lain yang diatur
dalam UU No.23/2011 tentang pengelolaan zakat.
Zakat maal harus sudah mencapai nishab (batas
minimum), terbebas dari hutang (milik penuh), sumber
hartanya halal, dan kepemilikan telah mencapai 1 tahun
(haul).
Dari QS. Al-Baqarah ayat 267 dapat disimpulkan
bahwa, menunaikan zakat, harus berasal dari harta
yang halal, bukan berasal dari harta yang buruk. Allah
Subhanahu Wata‟ala juga meminta hambanya agar tak
perlu khawatir atas sebagian harta yang dizakatkan,
karena Allah Maha Kaya.
Sedangkan untuk nishab zakat maal sebesar 85
gram emas (mengikuti harga Buy Back emas pada hari
dimana zakat akan ditunaikan). Kadar zakatnya senilai
2,5%.
41
E. Muzakki
Muzakki adalah seseorang yang berkewajiban
mengeluarkan zakat.54
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1, muzakki adalah orang
atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat. Zakat hanyalah diwajibkan atas orang yang
telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Islam
Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar
r.a:
دقة عهيه وسهم عهى انمسهميه هذه فزيضة انص صهى الل ضها رسىل الل انتى فز
“Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah SAW atas kaum muslimin.”(Riwayat al-Bukhari:
1386)
Dengan adanya kata-kata “atas kaum muslimin”,
berarti jelas bahwa selain orang Islam tidak dituntut
mengeluarkan zakat.55
Seorang Islam yang telah memenuhi syarat wajib
zakat kemudian ia murtad sebelum membayarkan zakatnya
maka menurut fuqaha Syafi‟iyah, wajib baginya
mengeluarkan zakat yang dimilikinya sebelum murtad.
Sedangkan Abu Hanifah berpendapat, murtadnya seseorang
menggugurkan semua kewajibannya sebelum murtad, sebab
setelah murtad ia sudah menjadi kafir asli dalam pengertian
54
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 37
55
Anshory Umar Sitanggal, Fiqh Syafi‟i Sistematis II (Semarang: CV.
Asy Syifa‟, 1987) h. 13
42
semua amal ibadahnya yang lalu tidak ada gunanya.56
2. Merdeka
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan
kewajiban zakat terhadap hamba sahaya. Hal ini sebagai
konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang diberikan
kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya
menjadi milik tuannya. Demikian halnya hamba sahaya
yang telah diberikan kesempatan untuk memerdekakan
dirinya dengan tebusan, karena ini belum secara sempurna
memiliki apa yang ada padanya.
3. Baligh dan berakal sehat
Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan
berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut mereka, harta
anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib zakat
karena keduanya tidak dituntut membayarkan zakat
hartanya seperti halnya shalat dan puasa.
Mayoritas ahli fiqh selain Hanafiyah tidak
menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat.
Oleh karena itu, menurut mereka harta anak kecil dan orang
gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang
mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan hadits Nabi
SAW berikut yang artinya
Dari „Amr bin Syu‟aib, dari bapaknya, dari
neneknya, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang menjadi wali anak yatim yang memiliki harta
56 Slamet Abidin dan Suyono, Fiqih Ibadah,(Bandung:Pustaka
Setia,1998) h. 196
43
hendaklah dia memperdagangkannya (mengembang-
kannya) dan dia tidak boleh meninggalkannya sampai
harta itu termakan oleh zakat.” (HR. Baihaqi)
4. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab
Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang telah
cukup jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.
5. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi
haul
Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu
untuk mengeluarkan zakat yang biasanya kekayaan itu telah
dimilikinya dalam waktu satu tahun.
6. Memiliki harta secara sempurna
Maksudnya adalah bahwa orang tersebut memiliki
harta yang tidak ada di dalamnya hak orang lain yang wajib
dibayarkan. Atas dasar syarat ini, seseorang yang memiliki
harta yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih
mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan
sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab, maka dalam
hal ini tidak wajib zakat padanya; karena hartanya bukanlah
miliknya secara sempurna. Orang tersebut tidak dapat
disebut orang kaya melainkan orang miskin.
7. Orang yang berkecukupan atau kaya
Zakat itu wajib atas si kaya yaitu orangyang
mempunyai kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan yang vital
bagi seseorang, seperti untuk makan, pakaian, dan tempat
tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada fakir miskin atau
orang yang berhak menerima zakat.
44
F. Konsep Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Lembaga Amil Zakat
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat, dijelaskan bahwa Lembaga Pengelola
Zakat (LPZ) terdiri dari BAZNAS Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Badan ini dapat dikatakan sebagai BAZ
yang dibentuk untuk membantu BAZNAS dalam
pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat masyarakatdapat membentuk
Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, baik
tingkat pusat maupun daerah. Sedangkan Lembaga Amil
Zakat dibentuk oleh masyarakat tetapi tetap dikukuhkan,
disahkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah.57
Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat
yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan
dikelola oleh masyarakat sendiri.58
Pemerintah berfungsi
sebagai regulator dan coordinator. Karena itu pemerintah
bertugas untuk membina, melindungi, dan mengawasi LAZ.
Setiap LAZ yang telah memenuhi syarat akan dikukuhkan
oleh pemerintah. Pengukuhan tersebut dimaksud sebagai
bentuk pembinaan pemerintah dan juga sebagai
57
Profil LPZ, Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012,
h.14. 58
Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, (Jakarta :
Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), h. 58.
45
perlindungan bagi masyarakat baik yang menjadi muzakki
maupun mustahik.
2. Standar dan Kriteria Lembaga Amil Zakat
Menurut UU No. 233 Tahun 2011, untuk dapat
menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ) harus memenuhi
beberapa standar sebagai berikut:
a. LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang
dibentuk oleh msyarakat
b. Mampu melaksanakan fungsi pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
c. Pembentukan LAZ harus mendapat izin Menteri
atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
d. Siap melakukan koordinasi oleh BAZNAS dalam
rangka mengoptimalkan fungsi pengelolaan
zakat.59
Standar kelembagaan LAZ tersebut didukung oleh
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya:
1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam
yang mengelola bidang dakwah, pendidikan, sosial
2) Berbentuk lembaga berbadan hukum yang
menuntut kesungguhan dan kesesuaian dengan
peraturan perundangan.
3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS. Mengingat
LAZ harus bersedia melakukan pengelolaan zakat
59
Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, (Jakarta: Kementerian
Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Zakat, 2012), h. 59-60.
46
di bawah koordinasi BAZNAS selaku coordinator,
pembentukan LAZ perlu mendapatkan
rekomendasi dari BAZNAS sesuai tingkatannya.
4) Memiliki pengawas syariat. Pengawas syariat
adalah pihak yang menkaji, meneliti, dan menilai
apakah pengelolaan zakat telah berpedoman pada
syariat.
5) Memiliki kemampuan teknis, administratif dan
keuangan untuk melaksanakan kegiatannya.
6) Bersifat nirlaba.
7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat
bagi kesejahteraan umat.
8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara
berkala.60
3. Tingkatan Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu:
a. Lembaga Amil Zakat Tingkat Pusat
Lembaga Amil Zakat tingkat pusat dibentuk oleh
lembaga dakwah atau organisasi masyarakat yang
bergerak dibidang dakwah , pendidikan, sosial, dan
kemaslahatan ummat yang telah memiliki jaringan di
sepertiga jumlah provinsi di Indonesia.
Adapun syarat agar LAZ dapat dikukuhkan
menjadi Lembaga Amil Zakat tingkat pusat yaitu:
1) Berbadan hukum
60
Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, h. 60-62.
47
2) Memiliki data muzakki dan mustahik
3) Telah beroperasi minimal selama dua tahun
4) Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan publik selama dua tahun terakhir
5) Memiliki wilayah operasi secara nasional
minimal 10 provinsi
6) Telah mampu mengumpulkan dana sebesar
Rp1.000.000.000,- dalam satu tahun
7) Bersedia disurvei oleh tim yang dibentuk oleh
Kementrian Agama dan besedia diaudit oleh
akuntan publik
8) Dalam melaksanakan kegiatan bersedia
berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat
Nasional dan Kementrian Agama.61
b. Lembaga Amil Zakat Tingkat Provinsi
Lembaga Amil Zakat tingkat provinsi dibentuk
oleh organisasi Islam atau lembaga dakwah yang
bergerak di bidang dakwah, pendidikan, kemslahatan
umat yang telah memiliki jaringan di sepertiga dari
jumlah kabupaten di provinsi yang bersangkutan.
Syarat agar dapat dikukuhkan menjadi Lembaga
Amil Zakat tingkat provinsi yaitu :
1) Berbadan hukum
2) Memiliki data muzakki dan mustahik
3) Telah beroperasi minimal dua tahun
61
Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, h. 58-
59.
48
4) Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan publik selama dua tahun terakhir
5) Memiliki wailayah operasi secara nasional
minimal 40% dari jumlah kabupaten di
provinsi tempat lembaga berada
6) Mendapat rekomendasi dari kantor wilayah
Kementrian Agama provinsi setempat
7) Telah mampu mengumpulkan dana
Rp500.000.000,- dalam satu tahun
8) Bersedia disurvei oleh tim yang dibentuk oleh
kantor wilayah Kementrian Agama provinsi
setempat dan bersedia diaudit oleh akuntan
publik
9) Dalam melaksanakan kegiatan bersedia
berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat
Daerah dan kantor Wilayah Kementerian
Agama provinsi setempat.62
Kewajiban LAZ yang ditetapkan UU No. 23
Tahun 2011 pasal 19 adalah melaporkan pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara
berkala. Menurut Bagian Kelima pasal 19 LAZ tidak
hanya melapor ke BAZNAS, tetapi juga wajib melapor
ke pemerintah daerah setempat dimana LAZ berada
62
Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, h. 59-
60.
49
secara berkala. Adapun ketentuan pelaporan akan
diatur dalam peraturan Pemerintah.
Terdapat beberapa perubahan yag ada, Nampak
fungsi BAZNAS lebih dimaksimalkan, mulai dari
rekomendasi dan pelaporan. Peraturan UU No. 38
Tahun 2011 bahwa LAZ dapat dibentuk oleh lembaga
dan instansi apapun, selama memenuhi persyaratan
yang ditetapkan. Boleh dibentuk oleh lembaga
pendidikan, pesantren, BUMN/BUMD dan berbagai
instansi negeri maupun swasta.63
63
Profil LPZ, h. 15-16.
50
G. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam
merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Strategi Public Relation
(Ronald D Smith)
LAZNAS Al Azhar
dengan Muzakki
Menjaga Loyalitas
Implementasi Strategi PR Evaluasi
51
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT
NASIONAL AL AZHAR
A. Sejarah Berdirinya LAZNAS Al Azhar
LAZNAS Al Azhar yang sebelumnya dikenal dengan nama
Al Azhar Peduli Ummat adalah satuan kerja yang dibentuk oleh
Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. Yayasan Pesantren Islam
(YPI) Al-Azhar didirikan pada tanggal 7 April 1952 oleh 14
orang tokoh Islam dan pemuka masyarakat di Jakarta, dengan
nama Yayasan Pesantren Islam.
LAZNAS Al Azhar dibentuk pada tanggal 1 Desember
2004 melalui SK Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang
ditandatangani oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al Azhar, yaitu
H. Rusydi Hamka dan Sekertaris H. Nasroul Hamzah dan telah
mendapat pengukuhan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional
oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui SK Menteri
Agama RI Nomor 240 tahun 2016 pada tanggal 23 Mei 2016.64
Seperti yang sudah diketahui zakat merupakan suatu yang
wajib dikeluarkan oleh setiap muslim. Zakat sendiri adalah
sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya seperti fakir, miskin, amil, mu‟alaf, hamba sahaya,
gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Zakat merupakan rukun Islam
ketiga dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat
64
http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15 Desember 2019, pukul 20:09 WIB.
52
Islam. Di dalam Al-Qur‟an, Surat At-Taubah ayat 103, Allah
berfirman yang artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah
untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu (menjadi ketentraman
jiwa bagi mereka. dan Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui).”
Dari terjemahan ayat di atas diketahui bahwasannya Allah
SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk mengambil zakat dari
harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka
melalui zakat tersebut, juga diperintahkan agar Beliau berdoa dan
beristighfar bagi mereka yang menyerahkan sebagian zakatnya.
LAZNAS Al Azhar berharap dapat menjadi lembaga
filantropi Islam terdepan dalam memberdayakan masyarakat
secara komprehensif sesuai kaidah pada tahun 2020.
B. Profile LAZNAS Al Azhar
1. Profile LAZNAS Al Azhar
Didirikannya LAZNAS Al Azhar ini bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis pendidikan
dan dakwah melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq,
Sedekah dan dana sosial kemanusiaan lainnya yang
dibenarkan oleh syariat agama dan bukan berorientasi pada
pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.
2. Karakteristik Lembaga
Sebagai lembaga yang melayani ibadah sekaigus
mengelola dana, LAZ Al Azhar memiliki budaya yang
53
berfungsi sebagai jati diri dan spirit kerja yang terangkum
ke dalam lima sikap yang disebut UMMAT :
U : UNIVERSAL yang bermakna melayani sepenuh
hati pada seluruh aspek kehidupan umat manusia yang
berlaku di setiap tampat dan masa sebagai
implementasi nilai-nilai yang rahmatan lil‟alamin.
M : MANFAAT yang maknanya selalu berupaya
memberikan manfaat kepada orang lain.
M : MARTABAT yang bermakna menjunjung tinggi
harga diri amil, muzakki, dan penerima manfaat.
A : AMANAH yang memiliki makna penuh rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan
melayani ummat.
T : TABLIGH yang bermakna mendidik,
mencerahkan, membina, dan memotivasi diri dan
masyarakat untuk menjadi lebih baik.
3. Domisili Perusahaan
Head Office LAZNAS Al Azhar berlokasi di Jl.
Sisingamaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110.
Kantor ini berfungsi sebagai penerimaan zakat.
Operation Office LAZNAS Al Azhar berlokasi di Jl.
RS. Fatmawati, Jakarta Selatan 12110. Kantor ini berfungsi
sebagai tempat operasional dan aktivitas Amil program.65
65
http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15
Desember 2019, pukul 20:19 WIB
54
C. Visi dan Misi LAZNAS Al Azhar
1. Visi
Visi dari LAZNAS Al Azhar yaitu “Menjadi Lembaga
Amil Zakat yang terpercaya dalam pengelolaan dana Zakat,
Infaq, Sedekah untuk meningkatkan keberdayaan
masyarakat.”
2. Misi
Adapun Misi dari LAZNAS Al Azhar diantaranya :
a. Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah,
Wakaf dan layanan berkarakter yang berbasis
teknologi.
b. Mengembangkan program yang komperhensif,
terukur, dan berkelanjutan untuk mendorong
keberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.
c. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembga
melalui penguatan sistem dan manajemen yang
didukung oleh Sumber Daya Insani yang
profesional.
d. Membangun Kemitraan Berkelanjutan
(Sustainable Partnership) dengan kalangan ABCG
(Academic, Business, Civil Society, Government)
dalam pelaksanaan program.66
66
http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15
Desember 2019, pukul 20:22 WIB
55
D. Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar
Gambar 3.1 Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar
KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN
UMMMAT / MANAGING DIREKTUR
LEMBAGA ZISWAF
KEPALA SEKSI PENGELOLA
ZAKAT / DIREKTUR ZAKAT
KEPALA DIVISI
FUNDKOMPART
KEPALA DIVISI PROGRAM &
PENDAYAGUNAAN
MANAJER
PUBLIK DONOR
MANAJER
KOMUNIKASI &
DIGITAL FUNDING
MANAJER
KELUARGA PRA
SEJAHTERA
MANAJER TATA
USAHA & KEUANGAN
PROGRAM
MANAJER PENGENTASAN
PENGAGGURAN
MANAJER
PEMBERDAYAAN
EKONOMI & PEDESAAN
MANAJER
PENANGGULANGAN
BENCANA
KEPALA DIVISI
KEUANGAN
MANAJER
KEUANGAN
MANAJER GA,
UMUM, IT
MANAJER
SUMBER DAYA
INSANI
KEPALA DIVISI
KELEMBAGAAN
56
E. Produk-produk LAZNAS Al Azhar67
1. Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan
Masyarakat
a. Zakat Pride
Atau zakat, property reduction wwith integrated
development and empowering (pride). Program
terintegrasi yang memformulasikan dana zakat menjadi
program penanggulangan kemiskinan strategis mulai
tahap penyelamatan kebutuhan dasar mustahik,
penguatan, pengembangan, dan ketahanan melalui
pendampingan yang berkesinambungan, progresif,
lebih tepat sasaran dan mampu meningkatkan martabat
kehidupan penerima manfaatnya. Zakat Pride memiliki
beberapa program sebagai berikut :
- Layanan Menuju Mandiri
- Keluarga Berdaya
- Beasiswa 3G
- Ambulan dan Layanan Jenazah Gratis
b. Indonesia Gemilang
Yang disebut juga sebagai Transformasi Indonesia
dari Desa yaitu solusi untuk kemandirian masyarakat
desa melalui program pemberdayaan yang
komperhensif, terukur dan berkelanjutan.
Paradigma baru pemberdayaan masyarakat desa
yang komerhensif dan berkelanjutan dalam sektor
67
http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 3
Februari 2020, pukul 11:00 WIB.
57
pendidikan dan pengetahuan, kesehatan dan
lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan, dan sektor
keagamaan. Sebanyak 35 desa di 11 provinsi dalam
transformasi menjadi desa gemilang. Desa yang
mandiri dengan mengoptimalkan potensi sumber daya
dan kearifan lokal setiap desa.
Pendampingan yang kuat oleh para pendamping
desa yang tinggal bersama masyarakat dan
menjalankan fungsi sebagai fasilitator, motivator,
trainer, mobilisator, katalisator, dan coacher menjadi
salah satu kegemilangan desa. Keberadaan Saung Ilmu
sebagai knowledge center di setiap desa yang berfungsi
sebagai pusat musyawarah dan interaksi masyarakat,
wadah merancang program-program pembangunan
desa, dan sebagai pusat pengetahuan seluruh lapisan
masyarakat desa juga menjadi kunci terbangunnya
keberdayaan masyarakat desa.
Dalam hal ini juga terdapat model-model
pemberdayaan desa inovatif yang siap untuk di-
replikasi ke desa-desa di Indonesia seperti:
- Desa swasembada pangan
- Desa mandiri nutrisi
- Desa mandiri pupuk
- Desa pelestarian hutan dan lingkungan
- Desa penyaji akkses pengetahuan dan
keterampilan masyarakat
- Desa penggerak ekonomi non ribawi
58
- Desa memiliki kelompok usaha bersama
- Desa penekan kematian bayi dan ibu hamil
- Desa pengawal nilai-nilai toleransi beragama
2. Pengentasan Pengangguran dan Pemberdayaan Pemuda
Produktif
a. Rumah Gemilang Indonesia
Yaitu program yang memiliki solusi menekan
jumlah pengangguran pemuda usia produktif di
Indonesia. Menebar nilai-nilai kemandirian kepada
ribuan generasi muda produktif putus sekolah dari 89
kota atau kabupaten se Indonesia melalui program-
program pendidikan dan pelatihan (diklat)
keterampilan Desain Grafis, Teknik Komputer dan
Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata Busana,
Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.
Selama enam bulan pula mereka digembleng
menjadi pemuda berkeahlian, memiliki wawasan
pengetahuan dan keagamaan yang luas, berakhlak baik
dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, serta
memiliki semangat mandiri dan kemampuan leadership
yang baik dengan mengadopsi platform pondok
pesantren bagi pembinaan pesertanya.
Program yang didesain dan dijalankan oleh
LAZNAS Al Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi
trendsetter atau model solusi pengurangan angka
59
pengangguran khususnya pemuda usia produktif yatim
dari keluarga kurang mampu.
3. Pemberdayaan Ekonomi, Infrastruktur dan Konservasi
Lingkungan
a. Sejuta Berdaya
Yang berarti solusi mewujudkan keberdayaan
ekonomi non riba yang berkah dan berkelanjutan.
Sejuta berdaya, penggunaan dana zakat, infaq, al
qardhul hasan dan CSR untuk pemberdayaan ekonomi
berbasis kelompok. Sebanyak 18 kelompok swadaya
masyarakat dengan ribuan anggota telah diberikan
penguatan pengetahuan dan keterampilan, akses modal
usaha dari dana kebajikan, dan akses pemasaran
produk usaha mikro.
Entry point terbentuknya lembaga keuangan mikro
masyarakat dengan sistem koperasi ini mengedepankan
kebersamaan dalam ta‟awun dan menjaga nilai-nilai
mu‟amalah syari‟ah non riba. Usaha jalan terus, ibadah
tidak putus, krluarga terurus, rentenir putus, itulah
wujud keberdayaan penuh berkah dan berkelanjutan.
b. Konserasi Lingkungan
Pengadaan berbagai infrastuktur sarana
pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kesejahteraan.
Bersama masyarakat merancang pembangunan
infrastruktur desa sesuai kebutuhan yang darurat.
Melaksanakan pembangunan penuh semangat gotong
60
royong dengan mengoptimalkan sumber daya dan
potensi lokal. Menjaga dan mengawal keberadaan
infrastuktur dan memastikannya tepat sasaran dan sarat
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan yang
menyeuruh serta secara konsisten mengindahkan
kelestarian lingkungan sesuai kaidah.
Pembangunan infrastuktur keberdayaan
masyarakat yang didukung dengan partisipasi
masyarakat yang kuat mulai tahap perencanaan,
pellaksanaan, pembangunan sampai pemeliharaan
mampu mengokohkan keberadaannya sekaligus
mampu menekan biaya pembangunan menjadi lebih
efisien dan efektif.
Infrastuktur sarana pendidikan yaitu membangun
dan merenovasi lebih dari 100 madrasah, pondok
pesantren, sekoah, saung ilmu, dan majelis taklim.
Infrastruktur sarana ibadah yaitu membangun dan
merenovasi 80 musholla atau surau dan masjid di
daerah terpencil dan pondok pesantren.
Infrastruktur kesejahteraan yaitu dengan
membangun lima KM jalan poros desa, dua bangunan
pembangkit listrik tenaga mikro hydro, tujuh rumah
pengolahan pupuk organic penataan irigasi,
Infrastruktur sara kesehatan yaitu pembangunan 33
puskesmas, balai pengobatan umum, poliklinik dan
posyandu desa.
61
c. Infralink
4. Penanggulangan Bencana dan Jaringan Relawan
a. Formula
FORMULA (Formula, Religion, Medic,
Livelihood Aid) cara tepat dalam menangani bencana
yang meliputi formulasi penting mulai dari tahap
tanggap darurat, penanganan pengungsi, upaya
pancarian dan penyelamatan korban bencana
dilanjutkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
mereka hingga upaya mengembalikan kondisi mereka
pasca bencana seperti kondisi semula bahkan lebih
baik.
Ditahap pemulihan, dengan program Recovery
Indonesia, LAZNAS Al Azhar melaksanakan
pemulihan paska bencana secara psikis, fisik dan
ekonomi. Recovery psikis dan fisik, dibangun dan
dibenahi rumah warga korban bencana, pembenahan
rumah ibadah, madrasah dan pengadaan fasilitas air
bersih. Dalam pemulihan ekonomi, digulirkan dana
akses permodalan kepada para petani korban bencana.
b. Recovery Indonesia
1) Pemulihan Kondisi Psikis
Program Trauma Healing untuk
mengemblikan senyum dan keceriaan para korban
harus terus di jaga agar semangat hidup tetap
membara ditengan bencana melanda
62
2) Pemulihan Kondisi Fisik
Renovasi atau rekonstruksi infrastruktur
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan
keagamaan, seperti madrasah, sekolah, posyandu,
puskesmas, rumah tinggal, sarana air bersih, irigasi
pasar tradisional, musholla dan masjid
3) Pemulihan Ekonomi
Memulihkan kembali ekonomi korban
bencana agar tidak terjebak dalam zona
kemiskinan dengan memberikan pemdampingan
dan akses modal atau asset.
c. Volunteer Network
Merupakan wadah kegiatan sosial para siswa atau
siswi SDI-SMPI-SMAI Al Azhar, program ini bagian
dari edukasi kepedulian (EduCare) untuk
menumbuhkan kesalehan sosialnya yang dikemas
dalam sebuah program menarik berdasarkan kebutuhan
masyarakat di lingkungan sekolah masing-masing.
Para siswa membentuk kelompo dan pengurus
kemudian mendapat pelatihan dan pendampingan dari
tim LAZ Al Azhar tentang penyusunan program,
fundraising, pelaksanaan program, pembukuan dan
pelaporan.
5. Perbaikan Anak Yatim dan Dhuafa
a. My Heart For Yatim
Program komperhensif bagi upaya memperbaiki
dan memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa
63
dalam sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka
penghargaan dan pengembangan bakat dan potensi
yatim yang dikemas dalam myHEART for Yatim yang
dijabarkan dengan :
1) Health (Kesehatan) : layanan pengobatan,
konsultasi kesehatan, edukasi perilaku hidup
bersih, sehat sesuai Islam dan khitan.
2) Education (Pendidikan) : beasiswa sekolah,
pendampingan dan bimbingan belajar, bantuan
perlengkapan dan penunjang sekolah, study
tour.
3) Appreciation (Penghargaan) : penghargaan
untuk prestasi akademik dan non akademik,
hadiah atau kado pada acara atau momen
tertentu.
4) Religion (Kegamaan) : baca dan tulis Al
Qur‟an, hafalan Al Qur‟an, spiritual motivation,
character building, perlengkapan sholat,
jambore pesantren yatim.
5) Talent Support (Minat Bakat) : pembinaan
bakat dan potensi yatim dan pelatihan ragam
keterampilan.
Lebih dari 200 anak yatim dhuafa yang tersebar di
Solo, Wonogiri, Surabaya, Bogor, tangerang, Depok,
Bekasi dan lima wilayah Jakarta telah menjadi
penerima manfaat program komperhensif dengan
pembinaan berkelanjutan bagik bagi anak-anak yatim
64
dhuafa, orang tya atau wali yatim dan lingkungan
untuk masa depan dan kehidupan yang lebih baik.
Termasuk penguatan parenting bagi orang tua atau
walinya.
6. Layanan Edukasi dan Inspirasi
a. Kajian Ekonomi Islam
b. Student Charity Club
c. Prima
65
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Strategi Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar
terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki.
1. Tahap Perencanaan
Setiap perusahaan yang memiliki public relation
memiliki proses perencanaan tindakan dengan
memperhatikan kekuatan eksternal dan internal, perumusan
kebijakan, dan memastikan pelaksanaan berjalan secara
tepat guna mencapai hasil akhir yang di harapkan.
Begitu pula dengan aktivitas kehumasan LAZNAS Al
Azhar terkait penggunaan media dan loyalitas muzakkinya
dengan menjadi penghubung dan penyebar informasi dari
lembaga kepada muzakki maupun opini muzakki kepada
lembaga.
Pada awalnya LAZNAS Al Azhar dikenal dengan nama
Al Azhar Peduli Ummat yang merupakan satuan kerja yang
dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ahmad
Priyanto selaku tim public relation dari laznas al azhar
diketahui bahwa public relation LAZNAS Al Azhar
memiliki cara awal tersendiri dalam menjaga loyalitas
muzakkinya yaitu dengan cara mencari, melengkapi, dan
mengenal lebih pribadi masing-masing muzakki yang
disebut juga dengan profiling donatur.
66
“eee untuk awal, strateginya pasti kita cari data
Muzakki dan melengkapi selengkap-lengkapnya
data Muzakki tersebut. Dan eee biasanya kita
sebut profiling donatur juga.”68
Profiling donatur juga dilakukan dengan mencari tahu
tentang pekerjaan, minat dan hobi dari para muzakki yang
berdonasi di LAZNAS Al Azhar.
“Profiling donatur itu kita eee kalo bisa, sebisa
mungkin tau backgroundnya donatur kita tuh ee
gimana, siapa, dan pekerjaannya apa. Paling ngga
minimal itu yang kita cari diawal. Langkah awal
kita seperti itu. Kita juga mencari tau apa yang
mereka butuhin, hobi yang mereka suka. Nah itu
termasuk ke dalam profiling donatur itu. Hobi
mereka tuh apasih, jadi kita kaya udah lebih akrab
sama donatur dengan mengetahui profile
mereka.”69
Profiling donatur didapat dengan cara mengirimkan
broadcast dan pesan pribadi melalui akun whatsapp laznas
al azhar, yang data-datanya didapatkan dari event-event
yang digelar oleh laznas al azhar seperti event Ramadhan
dan event Qurban. Hal tersebut dilakukan agar muzakki dan
calon muzakki mengetahui tentang laznas al azhar dan
program-program yang berejala dan juga untuk menarik
mereka untuk ikut berdonasi.
“Eee oke kalo itu biasanya banyak juga yang tau
dari broadcast. Karna kita LAZ Al Azhar biasanya
broadcastnya itu random. Walaupun eee belom
punya eh walaupun si calon donatur ini belum
pernah berdonasi di kita, Namanya juga calon yah
68 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
69
Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
67
eee dan kita punya data kontaknya mereka itu kita
tetep broadcastin supaya mereka eee apa.. mereka
tau mereka aware tentang LAZ Al Azhar dan
mereka tau tentang program-program yang asda
di LAZ Al Azhar. Dan bikin mereka tertarik untuk
berdonasi. Nah kita dapet data base itu biasanya
dari eee event-event kita. Kita ngundang eee
kahalayak umum untuk datang ke event kita
walaupu mereka belum berdonasi ke kita gapapa
yang penting kita dapat data base mereka dan kita
olah untuk minimal itu broadcast eeee WA tadi.
Karna itu yang paling efektif.”70
Selain dengan profiling donatur, public relation
LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi yang dilakukan
dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online
dan offline. Cara online yang dilakukan public relation
laznas al azhar yaitu dengan memberikan info-info terbaru
terkait kegiatan lembaga melalui media sosial yang dimiliki
oleh LAZNAS Al Azhar dan juga mengadakan event-event
terkait dengan kegiatan yang sedang dilakukan oleh
LAZNAS Al Azhar. Media sosial yang digunakan oleh
LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi adalah
whatsapp, instagram, facebook dan twitter.
“Kalau media pastinya social media. Social
medianya seperti whatsapp, instagram, facebook,
twitter, dan beberapa media lainnya sih.”71
70 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
71
Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
68
Sedangkan cara offline nya adalah dengan menyebarkan
brosur, katalog maupun majalah.
“Eee ada juga yang kedua itu kita sebar brosur
atau katalog dan kirim majalah ke alamat
donatur.”72
LAZNAS Al Azhar juga memiliki strategi yaitu menjalin
kerja sama dengan beberapa mitra yang semakin
memudahkan muzakki dalam membayarkan zakatnya.
2. Tahap Implementasi
Yang dilakukan LAZNAS Al Azhar dalam menjalankan
strategi yang sesuai dengan visi misi lembaga dalam hal ini
LAZNAS Al Azhar menggunakan saluran media sosial.
Media sosial yang paling efektif bagi public relation
LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi adalah
whatsapp.
“Yang paling efektif banget, yang pertama adalah
broadcast Whatsapp. Nah karna itu eee kalo
broadcast Whatsapp itu bisa lebih intens sih
komunikasinya. Jadi ketika kita mengirimkan
broadcast, si donaturnya bisa menanyakan
langsung eee terkait informasi yang kita kirimkan.
Feedbacknya lebih cepet. Nah itu untuk yang eee
yang paling efektif.”73
72 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
73
Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
69
Gambar 4.1 contoh broadcast WhatsApps
Seiring dengan semakin berkembangnya sosial media di
kalangan masyarakat, selain whatsapp LAZNAS Al Azhar juga
memperluas penyebaran informasi terkait dengan program-
program yang terdapat di LAZNAS Al Azhar maupun info-info
terkait event serta kejadian seperti bencana alam ataupun kejadian
luar biasa lainnya yang sedang terjadi di sekitar menggunakan
media sosial lain seperti facebook, instagram dan juga twitter.
“Kalau media pastinya social media. Social medianya
seperti whatsapp, instagram, facebook, twitter, dan
beberapa media lainnya sih.” 74
74 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
70
Gambar 4.2 Social Media Laznas Al Azhar
Konten-konten yang berisikan info terkini terkait
kegiatan lembaga disebarkan di sosial media LAZNAS Al
Azhar dirasa menjadi daya tarik sekaligus bisa menjadi
bukti digital bagi donatur untuk tetap berdonasi di
LAZNAS Al Azhar.
“Oke selain kita update konten-konten tentang
program yang sedang berjalan di LAZ Al Azhar
kita juga mengupdate setiap kegiatan eee misalnya
contoh lagi ada bencana atau kejadian apa yang
sedang terjadi di sekitar, biasanya kita membuat
konten per eeee by moment ya. Kayak apa saja
langkah yang sudah LAZ Al Azhar lakukan dalan
bencana tersebut agar donatur atau muzakki juga
71
bisa melihat langkah apa yang kita lakukan eee
atau bisa dibilang updetan kegiatan dilapangan.
Ya itu itu penting eh itu yang jadi daya Tarik
mereka dan bikin mereka semakin tertarik untuk
berdonasi di LAZ Al Azhar. Karna itu juga bisa
jadi bukti untuk para donatur.”75
LAZNAS Al Azhar meyebarkan dan memperbarui setiap
info yang dimiliki setiap harinya ke media sosial agar
donatur lama maupun calon donatur yang ingin mengetahui
lebih dalam mengenai program-program yang sedang
berjalan dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang
mereka butuhkan, baik melalui dialog langsung dengan
mengirim pesan ke whatsapp ataupun dengan melihat kabar
terbaru di media sosial milik LAZNAS Al Azhar.
“Eee kalo untuk berapa banyak dan berapa hari
sih nggak ada ketentuan ya. Tapi paling nggak,
dalam satu hari selalu ada konten yang kita
update ke media social terkait kegiatan atau
program yang sedang atau program yang akan
kita lakukan mendatang.”76
75 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
76
Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
72
Gambar 4.3 contoh program kegiatan yang di share melalui
Social Media
Selain melalui sosial media, LAZNAS Al Azhar juga
bekerja sama dengan beberapa mitra seperti bank BNI,
Mandiri, BCA, Danamon, BTN, CIMB, Permata, MyBank
dan BRI maupun e-commers untuk membuat muzakki
semakin yakin dan mempermudah para muzakki dalam
menyalurkan donasinya.
Gambar 4.4 Mitra LAZNAS Al Azhar
73
Selain melalui jalur online tim public relation LAZNAS
Al Azhar pun memiliki strategi lain guna menjaga
silaturahmi dan juga loyalitas muzakki dengan cara offline
yaitu dengan menyebar brosur-brosur di tempat
berlangsungnya event yang digelar oleh LAZNAS Al Azhar
juga di masjid-masjid mitra LAZNAS Al Azhar maupun
mengirimkan majalah ke alamat-alamat donatur atau
muzakki dalam jangka waktu tertentu.
“Yang paling utama pastinya di Masjid Agung Al
Azhar karena basecamp kita ada di Masjid Agung
Al Azhar. Yang kedua di eeee event-event publik.
Kalau ada event di eee atau contohnya kayak
contohnya kayak car free day itu kita juga sebar di
sana biasanya. Dan di … kita juga titip di Masjid-
Masjid mitranya LAZ Al Azhar. Untuk eee untuk
pengiriman majalah saat ini per dua bulan
sekali.”77
77 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
74
Gambar 4.5 contoh majalah yang dibuat LAZNAS Al Azhar
Penyebaran brosur maupun katalog dilakukan di masjid-
masjid yang menjadi mitra LAZNAS Al Azhar maupun di
kantor-kantor cabang LAZNAS Al Azhar yang tersebar di
kota-kota besar di Indonesia.
“Kalau masjid ada masjidnya PU. Nama-namanya
saya agak lupa. Trus masjid di senayan, ada
albina senayan, terus masjid at taqwa di daerah
mampang, dan beberapa masjid lainnya. Banyak
sih mitranya LAZ Al Azhar. Di seluruh Indonesia,
di setiap kantor-kantor perwakilan mereka di
haruskan untuk sebar katalog atau brosur karna
kita kan eee mencetak memang untuk informasi ke
donatur atau calon donatur ya kita sebutnya.”78
78 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
75
Gambar 4.6 kontak layanan LAZNAS Al Azhar Jakarta
Adapun program-program unggulan yang dimiliki
LAZNAS Al Azhar yang mampu menarik minat donatur
untuk tetap mempercayakan sebagian harta yang
dimilikinya dalam program My HEART for Yatim dan juga
Rumah Gemilang Indonesia.
Program komperhensif bagi upaya memperbaiki dan
memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa dalam
sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka penghargaan
dan pengembangan bakat dan potensi yatim yang dikemas
dalam My HEART for Yatim.
Rumah Gemilang Indonesia atau disingkat menjadi RGI
adalah Yaitu program yang memiliki solusi menekan
jumlah pengangguran pemuda usia produktif di Indonesia.
Menebar nilai-nilai kemandirian kepada ribuan generasi
muda produktif putus sekolah dari 89 kota atau kabupaten
se Indonesia melalui program-program pendidikan dan
pelatihan (diklat) keterampilan Desain Grafis, Teknik
Komputer dan Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata
Busana, Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.
76
Selama enam bulan pula mereka digembleng menjadi
pemuda berkeahlian, memiliki wawasan pengetahuan dan
keagamaan yang luas, berakhlak baik dan memiliki
kepedulian sosial yang tinggi, serta memiliki semangat
mandiri dan kemampuan leadership yang baik dengan
mengadopsi platform pondok pesantren bagi pembinaan
pesertanya.
Program yang didesain dan dijalankan oleh LAZNAS Al
Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi trendsetter atau
model solusi pengurangan angka pengangguran khususnya
pemuda usia produktif yatim dari keluarga kurang mampu.
“Eee untuk program2 LAZ Al Azhar yang pertama
itu My Heart for Yatim eee donatur cukup tertarik
kalau udah udah di jelasin tentang program
tersebut. nah yang kedua memang program
unggulan di LAZ Al Azhar itu eee Rumah
Gemilang Indonesia atau RGI nah itu program
diklat selama enam bulan untuk kaum menengah
kebawah untuk usia 17 sampai 30 tahun. Yang
paling utama yang paling kita utamain memang
yang putus sekolah supaya mereka tetep punya
keterampilan dan bisa bersaing di dunia kerja.
Eee kalo memang ada yang sudah lulus sekolah
dan ingin melajutkan eee punya keterampilan
lebih, boleh juga masuk ke RGI dan itu gratis
Selama enam bulan.”79
79 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
77
Gambar 4.7 Program My Heart for Yatim
Gambar 4.8 Program Rumah Gemilang Indonesia
3. Tahap Evaluasi
Pada fase terakhir ini adalah untuk mengetahui
efektifitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan yang
Ahmad Priyanto selaku public relation LAZNAS Al Azhar,
78
strategi yang dilakukan sudah sejalan dengan visi misi
lembaga yaitu salah satunya adalah membangun kemitraan
berkelanjutan atau sustainable partnership dengan kalangan
ABCG yaitu academic, bussines, civil society, government
dalam pelaksanaan program.
“Kalau ee untuk sejalan, pastinya sudah sejalan
dengan visi misi karena patokan kita pastinya visi
misi LAZ Al Azhar. Visi misi yang sejalan itu
pastinya membangun kemitraan berkelanjutan
atau sustainable partnership dengan kalangan
ABCG yaitu academic, bussines, civil society,
government dalam pelaksanaan program. Nah
itulah visi misi keempat yang paling sejalan
dengan strategi yang dilakukan.”80
Gambar 4.9 Award yang diperoleh
Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al Azhar
setelah menggunakan strategi-strategi untuk menjaga
loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki yang tetap
memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar, adalah
80 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
79
bertambahnya jumlah donasi dan juga sebagian besar
muzakki atau donatur yang rutin berdonasi di LAZNAS Al
Azhar mengajak kerbat-kerabatnya untuk ikut berdonasi di
LAZNAS Al Azhar.
“Paling utama pastinya donasinya makin banyak,
makin nambah. Karena ketika si donatur atau
Muzakki ini makin loyal ke kita, mereka akan
mengajak saudara atau teman-temannya untuk
berdonasi di al azhar. Nah itu sangat sering
terjadi sih di Lembaga kita. Referensi eee terkait
Lembaga LAZ Al Azhar itu melalui mereka.”81
Tabel 4.1
Data Penerimaan Muzakki
No. Tahun Jumlah Data
1. 2016 8.299
2. 2017 16.193
3. 2018 16.862
4. 2019 18.202
5. Sampai Mei 2020 9.014
Pada fase ini public relation LAZNAS Al Azhar juga
melakukan evaluasi internal mengenai strategi yang telah
dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki. Seperti saat
terjadinya kendala pada saat menyebarkan informasi baik
online maupun offline. Kendala yang terjadi pada dengan
jalur offline lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan
jalur online misalnya terjadinya penolakan pada saat
pembagian brosur maupun katalog.
81
Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation LAZNAS Al
Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
80
Yang dilakukan public relation LAZNAS Al Azhar yaitu
dengan tetap bersikap sopan dan menunjukan sikap
menghargai keputusan juga tidak bersikap memaksa
masyarakat untuk menerima atau menolak brosur maupun
katalog yang dibagikan. Juga untuk tetap bersikap optimis
dan menjelaskan tentang program-program yang dijalankan
oleh LAZNAS Al Azhar secara jelas dan benar.
“Eee kalo kendala yang eee yang dirasakan eee
apa yaa? Kalo kendala yang paling sering
dirasakan paling ini sih ketika eee contohnya kan
kalo sebar katalog atau brosur eee lebih banyak
penolakan apalagi kalo kita yaa di Lembaga zakat
ya Lembaga social, biasanya mereka udah
mikirnya merekaa… eee kita kayak minta
sumbangan. Padahal kita adalah Lembaga yang
memfasilitasi mereka. Justru kita… kita sih merasa
membantu memfasilitasi mereka dalam berdonasi
ya, gitu. Nah itulah yang membuat kita tetap pede
dengan Lembaga kita karna kita tuh sebenarnya
fasilitator mereka. Walaupun banyak penolakan ee
bukan berarti mereka nggak mau donasi sih
sebenrnya. Mungkin saat itu mereka belum mau
berdonasi. Tapi paling nggak, eee informasi eee
apa Namanya… dari sekian penolakan pastinya
kan ada yang nerima. Nah mudah-mudahan
informasi yang diterima itu efeknya lebih efektif ke
mereka.”82
“Oke paling nggak kita eee berusaha meyakinkan
mereka sih bahwa program-program kita itu
program-program yang banyak diminati mereka
gitu. Eee contohnya kayak program yatim itu
sangat eeee kita sebutnya “menjual” ya. Nah
paling eee meyakinkan tapi tidak memaksa ya.
82 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
81
Karna eeee kalo memaksa ya takutnya mereka
justru jadi risih dan membawa efek buruk ke
Lembaga kita. Tapi paling nggak kita meyakinkan
dan mencoba eee menawarkan program yang ada
di kita. Gitu aja sih paling.”83
83 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation
LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.
82
BAB V
PEMBAHASAN
A. Strategi Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar
Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki
1. Tahap Perencanaan
Strategi public relations, yaitu adalah alternatif optimal
yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public
relations dalam kerangka suatu humas (public relations).84
Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teori menurut Ronald D. Smith dalam buku (Strategic
Planning for Public Relations) terdapat sembilan langkah
yang kemudian terbagi dalam empat tahap untuk membuat
strategic plan yang dinamai the Nine Steps of Strategic
Public Relations, dengan tahap pertama yaitu Formative
Research.85
Riset formatif atau riset strategis adalah kegiatan
pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan menganalisa situasi yang dihadapi. Begitu juga dengan
strategi yang dilakukan oleh public relation LAZNAS Al
Azhar dalam menjaga loyalitas muzakkinya yang
sebelumnya dikenal dengan nama Al Azhar Peduli Ummat
84
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi
(Konsepsi dan Aplikasi). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi
Revisi. Cet, ke-3, h. 52. 85
Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation; (New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc 2004), h.119.
83
adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren
Islam Al Azhar.
Tim public relation LAZNAS Al Azhar memiliki cara
awal tersendiri dalam menjaga loyalitas muzakkinya yaitu
dengan cara mencari, melengkapi, dan mengenal lebih
dengan pribadi masing-masing muzakki yang disebut juga
dengan profiling donatur.
Profiling donatur dilakukan dengan mencari tahu tentang
pekerjaan, minat dan hobi dari para muzakki yang
berdonasi di LAZNAS Al Azhar. Seperti tahap yang
terdapat di dalam langkah-langkah menurut Ronald D.
Smith yaitu mengidentifikasikan dan menganalisa publik
yang menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan
mampu mengatur prioritas dalam berhubungan dengan
publiknya yang beragam.86
Langkah selanjutnya adalah tahap di mana antara
kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon yang akan
diterima dan membuat langkah-langkah apa yang harus
dilakukan berbagai situasi dan membuat komunikasi yang
efektif, tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan
yang diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti:
sumber yang akan menyampaikan pesan kepada publik
kunci, isi dari pesan, bunyi dan gayanya dan lain-lain.
Sejalan dengan yang dilakukan oleh public relation
LAZNAS Al Azhar yaitu pada strategi profiling donatur
86
Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation, h. 119.
84
didapat dengan cara mengirimkan broadcast dan pesan
pribadi melalui akun whatsapp laznas al azhar, yang data-
datanya didapatkan dari event-event yang digelar oleh
laznas al azhar seperti event Ramadhan dan event Qurban.
Hal tersebut dilakukan agar muzakki dan calon muzakki
mengetahui tentang laznas al azhar dan program-program
yang berejala dan juga untuk menarik mereka untuk ikut
berdonasi.
Selain dengan profiling donatur, public relation
LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi yang dilakukan
dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online
dan offline.
2. Tahap Implementasi
Implementasi strategi adalah pelaksanaan dari strategi-
strategi yang sudah dirumuskan. Implementasi strategi ini
berarti menggerakkan karyawan untuk melaksanakan
strategi yang dirumuskan dalam bentuk tindakan. Kegiatan
yang termasuk dalam implementasi strategi adalah
pengembangan budaya dalam mendukung strategi,
penyusunan struktur organisasional yang efektif, persiapan
anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem
informasi yang masuk.87
Pada tahap ini langkah yang digunakan adalah memilih
taktik komunikasi, memilih saluran apa yang akan
87
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba
Empat, 2002), h. 6-7.
85
digunakan dalam menyampaikan pesan seperti komunikasi
tatap muka (face to face communication), organizational
media, media berita, dan media promosional dan lainnya.
Public relation LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi
yang dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu
dengan cara online dan offline. Cara online yang dilakukan
public relation LAZNAS Al Azhar yaitu dengan
memberikan info-info terbaru terkait kegiatan lembaga
melalui media sosial yang dimiliki oleh LAZNAS Al Azhar
dan juga mengadakan event-event terkait dengan kegiatan
yang sedang dilakukan oleh LAZNAS Al Azhar. Media
sosial yang digunakan oleh laznas al azhar dalam
menyebarkan informasi adalah whatsapp, instagram,
facebook dan twitter. Sedangkan cara offline nya adalah
dengan menyebarkan brosur, katalog maupun majalah.
Yang dilakukan LAZNAS Al Azhar dalam menjalankan
strategi yang sesuai dengan visi misi lembaga dalam hal ini
LAZNAS Al Azhar menggunakan saluran media sosial.
Media sosial yang paling efektif bagi public relation laznas
al azhar dalam menyebarkan informasi adalah whatsapp.
Seiring dengan semakin berkembangnya sosial media di
kalangan masyarakat, selain whatsapp LAZNAS Al Azhar
juga memperluas penyebaran informasi terkait dengan
program-program yang terdapat di LAZNAS Al Azhar
maupun info-info terkait event serta kejadian seperti
bencana alam ataupun kejadian luar biasa lainnya yang
86
sedang terjadi di sekitar menggunakan media sosial lain
seperti facebook, instagram dan juga twitter.
Konten-konten yang berisikan info terkini terkait
kegiatan lembaga disebarkan di sosial media LAZNAS Al
Azhar dirasa menjadi daya tarik sekaligus bisa menjadi
bukti digital bagi donatur untuk tetap berdonasi di
LAZNAS Al Azhar.
Selain melalui jalur online tim public relation LAZNAS
Al Azhar pun memiliki strategi lain guna menjaga
silaturahmi dan juga loyalitas muzakki dengan cara offline
yaitu dengan menyebar brosur-brosur di tempat
berlangsungnya event yang digelar oleh LAZNAS Al Azhar
juga di masjid-masjid mitra LAZNAS Al Azhar maupun
mengirimkan majalah ke alamat-alamat donatur atau
muzakki dalam jangka waktu tertentu.
Penyebaran brosur maupun katalog dilakukan di masjid-
masjid yang menjadi mitra LAZNAS Al Azhar maupun di
kantor-kantor cabang LAZNAS Al Azhar yang tersebar di
kota-kota besar di Indonesia.
Program komperhensif bagi upaya memperbaiki dan
memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa dalam
sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka penghargaan
dan pengembangan bakat dan potensi yatim yang dikemas
dalam myHEART for Yatim.
Rumah Gemilang Indonesia atau disingkat menjadi RGI
adalah Yaitu program yang memiliki solusi menekan
jumlah pengangguran pemuda usia produktif di Indonesia.
87
Menebar nilai-nilai kemandirian kepada ribuan generasi
muda produktif putus sekolah dari 89 kota atau kabupaten
se Indonesia melalui program-program pendidikan dan
pelatihan (diklat) keterampilan Desain Grafis, Teknik
Komputer dan Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata
Busana, Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.
Selama enam bulan pula mereka digembleng menjadi
pemuda berkeahlian, memiliki wawasan pengetahuan dan
keagamaan yang luas, berakhlak baik dan memiliki
kepedulian sosial yang tinggi, serta memiliki semangat
mandiri dan kemampuan leadership yang baik dengan
mengadopsi platform pondok pesantren bagi pembinaan
pesertanya.
Program yang didesain dan dijalankan oleh LAZNAS Al
Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi trendsetter atau
model solusi pengurangan angka pengangguran khususnya
pemuda usia produktif yatim dari keluarga kurang mampu.
3. Tahap Evaluasi
Pada fase terakhir ini adalah untuk mengetahui
efektifitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.
Tahap ini adalah tahap akhir di mana dikembangkan
metode spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi
yang ditempuh.88
88
Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation, h. 119.
88
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan yang
Ahmad Priyanto selaku public relation LAZNAS Al Azhar,
strategi yang dilakukan sudah sejalan dengan visi misi
lembaga yaitu salah satunya adalah membangun kemitraan
berkelanjutan atau sustainable partnership dengan kalangan
ABCG yaitu academic, bussines, civil society, government
dalam pelaksanaan program.
Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al Azhar
setelah menggunakan strategi-strategi untuk menjaga
loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki yang tetap
memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar, adalah
bertambahnya jumlah donasi dan juga sebagian besar
muzakki atau donatur yang rutin berdonasi di LAZNAS Al
Azhar mengajak kerbat-kerabatnya untuk ikut berdonasi di
LAZNAS Al Azhar.
Pada fase ini public relation LAZNAS Al Azhar juga
melakukan evaluasi internal mengenai strategi yang telah
dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki. Seperti saat
terjadinya kendala pada saat menyebarkan informasi baik
online maupun offline. Kendala yang terjadi pada dengan
jalur offline lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan
jalur online misalnya terjadinya penolakan pada saat
pembagian brosur maupun katalog.
Yang dilakukan public relation LAZNAS Al Azhar yaitu
dengan tetap bersikap sopan dan menunjukan sikap
menghargai keputusan juga tidak bersikap memaksa
masyarakat untuk menerima atau menolak brosur maupun
89
katalog yang dibagikan. Juga untuk tetap bersikap optimis
dan menjelaskan tentang program-program yang dijalankan
oleh LAZNAS Al Azhar secara jelas dan benar.
Tabel 5.1 Strategi Aktivitas Kehumasan
No Tahapan Strategi Ringkasan Penemuan
1. Perencanaan Pada tahap perencanaan strategi
yang terlibat adalah pihak internal
dari tim Public Relation LAZNAS
Al Azhar. adapun materi pada
perencanaan ini tentang cara awal
yang digunakan untuk menjaga
loyalitas muzakki. Setalah itu tim
LAZNAS Al Azhar merencanakan
penyebaran informasi melalui
media online maupun offline.
2. Implementasi Pada tahap ini LAZNAS Al Azhar
menyampaikan informasi berupa
program-program yang dijalankan,
kegiatan apa saja yang sudah
dilakukan serta laporan-laporan
kerja lainnya yang menjadi bukti
digital bagi muzakki untuk
mengetahui bagaimana cara Al
Azhar mengalokasikan dana
90
muzakki di media sosial yang
dimiliki oleh LAZNAS Al Azhar
seperti Whatsapp, Facebook,
Instagram, Twitter maupun website
lembaga. Seperti halnya pada saat
Ramadhan, LAZNAS Al Azhar
mengupdate tentang mudahnya
berzakat ditengah pandemik yang
melanda kota-kota besar maupun
daerah-daerah yang ada di Indonesia
yaitu berzakat dengan cara drive
thru. Muzakki juga tidak perlu
khawatir untuk datang ke konter-
konter LAZNAS secara langsung
guna membaryarkan zakatnya
karena amil-amil yang berjaga di
konter sudah memakai APD lengkap
dan aman dalam membantu muzakki
mendonasikan zakatnya kepada
LAZNAS Al Azhar.
Selain menggunakan media online
sebagai media dalam menyebarkan
info-info yang ditujukan kepada
muzakki dan masyarakat luas,
LAZNAS Al Azhar juga
91
menggunakan media offline sebagai
cara untuk menyebarkan banyak
informasi kepada muzakki dan
masyarakat dengan craa
menyebarkan brosur di sekitar
Masjid yang menjadi mitra
LAZNAS Al Azhar, dan juga di
kantor-kantor cabang LAZNAS Al
Azhar yang tersebar di seluruh
Indonesia. Kemudian LAZNAS Al
Azhar juga mengirimkan majalah
yang berisikan informasi terkait
donasi dan program bulanan yang
dilakukan LAZNAS Al Azhar ke
alamat muzakki yang sudah terdata
oleh LAZNAS Al Azhar dalam
jangka waktu dua bukan sekali.
3. Evaluasi Dalam tahap ini tim dari LAZNAS
Al Azhar yang menjalankan
kehumasan terkait penggunaan
media dan loyalitas muzakki
melakukan evaluasi sehubungan
dengan strategi yang sudah
dilakukan guna menjaga loyalitas
muzakki. Diketahui bahwa strategi
yang dilakukan oleh tim LAZNAS
92
Al Azhar berdampak sangat baik
dalam menjaga loyalitas muzakki
maupun dalam mengajak muzakki
baru untuk mendonasikan zakatnya
di LAZNAS Al Azhar. Dilihat dari
banyaknya muzakki lama yang
mendonasikan sebagian hartanya
dalam berzakat maupun bersedekah
di LAZNAS Al Azhar setiap bulan
maupun setiap tahunnya., dan juga
bertambahnya data muzakki baru
setiap tahunnya yang sampai
sekarang ada 30.000 lebih muzakki
yang sudah terdata di sistem
penerimaan LAZNAS Al Azhar.
93
BAB VI
SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
1. Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait
Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki
a. Strategi Public Relation
Pada tahap ini public relation LAZNAS Al Azhar
memiliki cara awal dalam menjaga loyalitas
muzakkinya yaitu dengan mencari, melengkapi, dan
mengenal lebih dengan pribadi masing-masing
muzakki yang disebut juga dengan profiling donatur
yang didapat melalui event-event yang
diselenggarakan oleh LAZNAS Al Azhar.
b. Implementasi Strategi
Pada tahap ini Public relation LAZNAS Al Azhar
memiliki dua strategi yang dilakukan dalam menjaga
loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online dan
offline. cara online yang dilakukan adalah dengan
memanfaatkan media sosial yang digunakan oleh
LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi
adalah whatsapp, instagram, facebook dan twitter.
Sedangkan cara offline nya adalah dengan
menyebarkan brosur, katalog maupun majalah.
c. Evaluasi Strategi
Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al
Azhar setelah menggunakan strategi-strategi untuk
94
menjaga loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki
yang tetap memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar,
adalah bertambahnya jumlah donasi dan juga
sebagian besar muzakki atau donatur yang rutin
berdonasi di LAZNAS Al Azhar mengajak kerbat-
kerabatnya untuk ikut berdonasi di LAZNAS Al
Azhar.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemu-kakan
implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Peneliti membenarkan Aktifitas Kehumasan LAZNAS
Al Azhar Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas
Muzakki. Adapun teori 9 langkah yang masuk ke dalam 4
tahap strategi public relation sebagai acuan melihat
perkembangan yang dilakukan oleh LAZNAS Al Azhar
dalam menjaga loyalitas muzakki. Penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi para pembaca untuk mempelajari
strategi public relation. Penelitian ini juga dapat menjadi
panduan bagi lembaga atau perusahaan untuk menerapkan
strategi public relation yang baik dalam mencapai tujuan
lembaga atau perusahaan tersebut.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi
lembaga dan perusahaan. Menambah pengetahuan
bagaimana cara melakukan strategi public relation dalam
95
menjaga loyalitas dan kepercayaan muzakki terhadap
lembaga.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai Aktifitas
Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait Penggunaan Media dan
Loyalitas Muzakki, maka peneliti memiliki beberapa saran antara
lain:
1. Saran Akademis
Penelitian ini kiranya dapat memberikan saran untuk
pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai
pengembangan ilmu strategi public relation yang dilakukan
oleh lembaga atau perusahaan dalam menjaga loyalitas
muzakki. Harapan peneliti adalah dengan diketahui strategi
public relation seperti apa yang digunakan oleh lembaga
dalam menjaga loyalitas muzakki. Pada akhirnya, semoga
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis
dan dapat diteliti lebih lanjut.
2. Saran Praktis
Kepada tim public relation LAZNAS Al Azhar
diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
strategi yang dilakukan baik dengan cara online maupun
offline.
96
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, S., & Suyono. (1998). Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka
Setia.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik, Cet. ke-2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
David, F. R. (2002). Manajemen Strategi Konsep. Jakarta:
Salemba Empat.
Effendi, O. U. (1992). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hariadi, B. (2003). Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan
Perang Bisnis. Malang: Bayumedia.
Hikmat, M. M. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu
Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Horby, A. S. (1989). OXFORD ADVANCED LEARNER‟S
DICTIONARY, FORTH EDITION. Oxford: Oxford
University Press.
Khasanah, U. (2010). Manajemen Zakat Modern Instrumen
Pemberdayaan Ekonomi. Malang: UIN-Maliki Press.
Komarudin. (1994). Enslikopedi Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
97
Kusumastuti, F. (2004). Dasar-Dasar Humas. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Kusumastuti, F. (2004). Dasar-Dasar Humas. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Lutfiana, N. I. (2009). Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran
Dana Zakat. Malang.
Mas‟udi, M. F. (2004). Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS.
Jakarta: Piramedia.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Morissan. (2008). Pengantar Public Relation Strategi Menjadi
Humas professional. Jakarta: Kencana Prenadameda
Group.
Mulyana, D. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Rosdakarya.
Oliver, S. (2006). Strategi Public Relation. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Oliver, S. (2006). Strategi Public Relations. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama.
Phoenix, T. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Baru. Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.
98
Qardawi, Y. (1999). Hukum Zakat. Jakarta: PT Pustaka Litera
Antar Nusa.
Rachmat, J. (2002). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Rafi‟udin, & Djaliel, M. A. (1997). Prinsip dan Strategi Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia.
RI, D. A. (2000). Al-Qur‟an dan terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit Diponegoro.
Ruslan, R. (1997). Kiat dan Strategi Kampanye Public relations.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ruslan, R. (2001). Manajemen Humas dan Manajemen
Komunikasi (Konsep dari Aplikasi). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Ruslan, R. (2001). Manajemen Humas dan Manajemen
Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Ruslan, R. (2002). Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sangadji, E. M., & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
99
Saputra, W., & Nasrullah, R. (2011). Public Realtions 2.0 Teori
dan Pratik Public Relations di Era Cyber. Jakarta:
Gramata Publishing.
Sitanggal, A. U. (1987). Fiqh Syafi'i Sistematis II. Semarang: CV
Asy Syifa.
Smith, R. D. (2004). Strategic Planning for Public Relation. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Soemirat, S., & Ardianto, E. (2010). Dasar-Dasar Public
Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soemirat, S., & E. A. (2010). Dasar-Dasar Public Relations.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Stainner, G., & J. M. (1999). Kebijakan dan Strategi Manajemen,
penerjemah Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.
Syukir, Ghazali, & Amidhan. (1985). Pedoman Zakat. Jakarta:
Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf.
Tjiptono, F. (2002). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.
Wahyuni, A. S. (1996). Manajemen Strategi. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Yulianita, N. (2007). Dasar-dasar Public Relations. Bandung:
p2U-LPPM Unisba.
Web Site
100
(n.d.). Retrieved Januari 25, 2020, from
http://id.m.wikipedia.org/wiki/zakat.com/
Azhar, T. A. (n.d.). Retrieved Desember 15, 2019, from
htpp://www.alazharpeduli.com/profie
Karya Ilmiah
Aprizal. (2015). Strategi Fundrising Dalam Meningkatkan
Penerimaan dana zakat Pada Lembaga Amil Al Azhar
Peduli Umat. Jakarta: Skripsi FDIKOM UIN Jakarta.
Damini, Y. (2017). Evaluasi Terhadap Program Layanan Menuju
Mandiri Pada Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS)
Al Azhar Peduli Umat. Jakarta: Skripsi FIDIKOM UIN
Jakarta.
Khoirunnisa, F. (2016). Analisis Pendayagunaan Zakat Melalui
Program Layanan Jenazah Gratis (LJG) Pada Lembaga
Amil Zakat Al Azhar Peduli Umat. Jakarta: Skripsi
FIDIKOM UIN Jakarta.
Jurnal
Kementrian Agama RI. (2012). Standar Operasional Prosedur
Lembaga Pengelola Zakat. Direktorat Pemberdayaan
Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia, 58.
101
Kementrian Agama RI. (2012). Standarisasi Amil Zakat di
Indonesia. Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat, 59-60.
RI, K. A. (2012). Profil Lembaga Pengelolaan Zakat. Kementrian
Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat, 14.
Transkrip Wawancara Penelitian dengan Public Relation
LAZNAS Al Azhar
Peneliti : Rahmatus‟sirri
Narasumber : Ahmad Priyanto
Jabatan : Public Relation LAZNAS Al Azhar
Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2020
Waktu Wawancara : 12.30 WIB
Tempat Wawancara : Kantor LAZNAS Al Azhar Fatmawati
Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka
1. Apa langkah pertama yang dilakukan tim pr dalam menjaga
loyalitas Muzakki? Agar Muzakki tidak pindah ke Lembaga
lain?
- eee untuk awal, strateginya pasti kita cari data
Muzakki dan melengkapi selengkap-lengkapnya data
Muzakki tsb. Dan ee biasanya kita sebut profiling
donator juga. Profiling donatur itu kita eee kalo bisa,
sebisa mungkin tau backgroundnya donatur kita tuh
ee gimana, siapa, dan pekerjaannya apa. Paling ngga
minimal itu yang kita cari diawal. Langkah awal kita
seperti itu. Kita juga mencari tau apa yang mereka
butuhin, hobi yang mereka suka. Nah itu termasuk ke
dalam profiling donatur itu. Hobi mereka tuh apasih,
jadi kita kaya udah lebih akrab sama donatur dengan
mengetahui profile mereka.
2. Dengan strategi yang tadi sudah dijelaskan, apa sudah
sejalan dengan visi misi Lembaga?
- Kalau ee untuk sejalan, pastinya sudah sejalan dengan
visi misi karena patokan kita pastinya visi misi LAZ
Al Azhar. Visi misi yang sejalan itu pastinya
membangun kemitraan berkelanjutan atau sustainable
partnership dengan kalangan ABCG yaitu academic,
bussines, civil society, government dalam
pelaksanaan program. Nah itulah visi misi keempat
yang paling sejalan dengan strategi yang dilakukan.
3. Pengaruhnya apasih pada saat masih manjadi Lembaga
peduli ummat sampai sekarang menjadi LAZNAS?
- Paling utama pastinya donasinya makin banyak,
makin nambah. Karena ketika si donatur atau
Muzakki ini makin loyal ke kita, mereka akan
mengajak saudara atau teman-temannya untuk
berdonasi di al azhar. Nah itu sangat sering terjadi sih
di Lembaga kita. Referensi eee terkait Lembaga LAZ
Al Azhar itu melalui mereka.
4. Media apa yang sering digunakan oleh LAZNAS Al Azhar
dalam menjalankan strategi?
- Kalau media pastinya social media. Social medianya
seperti wa, ig, fb, twitter, dan beberapa media lainnya
sih, yang offline nya sepertinya sebar brosur atau
mengirim majalah ke alamat-alamat donatur.
5. Untuk update-update yag dilakukan oleh LAZ Al Azhar di
media social, apakah ada ketentuan konten apa yang harus
di update?
- Oke selain kita update konten-konten tentang
program yang sedang berjalan di LAZ Al Azhar kita
juga mengupdate setiap kegiatan eee misalnya contoh
lagi ada bencana atau kejadian apa yang sedang
terjadi di sekitar, biasanya kita membuat konten per
eeee by moment ya. Kayak apa saja langkah yang
sudah LAZ Al Azhar lakukan dalan bencana tersebut
agar donatur atau muzakki juga bisa melihat langkah
apa yang kita lakukan eee atau bisa dibilang updetan
kegiatan dilapangan. Ya itu itu penting eh itu yang
jadi daya Tarik mereka dan bikin mereka semakin
tertarik untuk berdonasi di LAZ Al Azhar. Karna itu
juga bisa jadi bukti untuk para donatur.
6. Biasanya tim PR LAZNAS Al Azhar update berapa hari
dalam seminggu dalam mengupdate konten di media
social?
- Eee kalo untuk berapa banyak dan berapa hari sih
nggak ada ketentuan ya. Tapi paling nggak, dalam
satu hari selalu ada konten yang kita update ke media
social terkait kegiatan atau program yang sedang atau
program yang akan kita lakukan mendatang.
7. Lalu dari media yang disebutkan, media apa yang paling
efektif digunakan dalam menyebarkan info tentang LAZ?
- Yang paling efektif banget, yang pertama adalah
broadcast WA. Nah karna itu eee kalo broadcast WA
itu bisa lebih intens sih komunikasinya. Jadi ketika
kita mengirimkan broadcast, si donaturnya bisa
menanyakan langsung eee terkait informasi yang kita
kirimkan. Feedbacknya lebih cepet. Nah itu untuk
yang eee yang paling efektif. Eee ada juga yang
kedua itu kita sebar brosur atau katalog dan kirim
majalah ke alamat donatur. Nah itu membuat mereka
merasa LAZ Al Azhar itu masih inget dengan
mereka, dan mereka akhirnya juga kembali untuk
berdonasi di LAZNAS Al Azhar.
8. Untuk pengiriman majalah ke alamat Muzakki, biasanya
dilakukan berapa bulan sekali?
- Untuk eee untuk pengiriman majalah saat ini per dua
bulan sekali.
9. Biasanya dimana saja tempat-tempat yang menjadi titik
penyebaran brosur atau katalog?
- Yang paling utama pastinya di Masjid Agung Al
Azhar karena basecamp kita ada di Masjid Agung Al
Azhar. Yang kedua di eeee event-event publik. Kalau
ada event di eee atau contohnya kayak contohnya
kayak car free day itu kita juga sebar di sana
biasanya. Dan di … kita juga titip di Masjid-Masjid
mitranya LAZ Al Azhar.
10. Masjid apa saja yang menjadi mitra LAZ Al Azhar?
- Kalau masjid ada masjidnya PU. Nama-namanya saya
agak lupa. Trus masjid di senayan, ada albina
senayan, terus masjid at taqwa di daerah mampang,
dan beberapa masjid lainnya. Banyak sih mitranya
LAZ Al Azhar.
11. Apakah penyebaran ke masjid-masjid mitra tersebut
berlaku hanya untuk di Jakarta saja, atau di seluruh wilyah
di Indonesia?
- Di seluruh Indonesia, di setiap kantor-kantor
perwakilan mereka di haruskan untuk sebar katalog
atau brosur karna kita kan eee mencetak memang
untuk informasi ke donatur atau calon donatur ya kita
sebutnya.
12. Apa saja kendala yang terjadi pada saat menjalankan
strategi tersebut?
- Eee kalo kendala yang eee yang dirasakan eee apa
yaa? Kalo kendala yang paling sering dirasakan
paling ini sih ketika eee contohnya kan kalo sebar
katalog atau brosur eee lebih banyak penolakan
apalagi kalo kita yaa di Lembaga zakat ya Lembaga
social, biasanya mereka udah mikirnya merekaa…
eee kita kayak minta sumbangan. Padahal kita adalah
Lembaga yang memfasilitasi mereka. Justru kita…
kita sih merasa membantu memfasilitasi mereka
dalam berdonasi ya, gitu. Nah itulah yang membuat
kita tetap pede dengan Lembaga kita karna kita tuh
sebenarnya fasilitator mereka. Walaupun banyak
penolakan ee bukan berarti mereka nggak mau donasi
sih sebenrnya. Mungkin saat itu mereka belum mau
berdonasi. Tapi paling nggak, eee informasi eee apa
Namanya… dari sekian penolakan pastinya kan ada
yang nerima. Nah mudah-mudahan informasi yang
diterima itu efeknya lebih efektif ke mereka.
13. Pada saat terjadinya kendala seperti pada saat penyebaran
brosur, apa yang dilakukan oleh LAZ Al Azhar dalam
menyikapi kendala tersebut?
- Oke paling nggak kita eee berusaha meyakinkan
mereka sih bahwa program-program kita itu program-
program yang banyak diminati mereka gitu. Eee
contohnya kayak program yatim itu sangat eeee kita
sebutnya “menjual” ya. Nah paling eee meyakinkan
tapi tidak memaksa ya. Karna eeee kalo memaksa ya
takutnya mereka justru jadi risih dan membawa efek
buruk ke Lembaga kita. Tapi paling nggak kita
meyakinkan dan mencoba eee menawarkan program
yang ada di kita. Gitu aja sih paling.
14. Dengan seluruh program yang ada di LAZNAS Al Azhar,
biasanya muzakki lebih tertarik pada program yang mana?
- Eee untuk program2 LAZ Al Azhar yang pertama itu
My Heart for Yatim eee donatur cukup tertarik kalau
udah udah di jelasin tentang program tersebut. nah
yang kedua memang program unggulan di LAZ Al
Azhar itu eee Rumah Gemilang Indonesia atau RGI
nah itu program diklat selama enam bulan untuk
kaum menengah kebawah untuk usia 17 sampai 30
tahun. Yang paling utama yang paling kita utamain
memang yang putus sekolah supaya mereka tetep
punya keterampilan dan bisa bersaing di dunia kerja.
Eee kalo memang ada yang sudah lulus sekolah dan
ingin melajutkan eee punya keterampilan lebih, boleh
juga masuk ke RGI. Dan itu gratis Selma enam bulan.
15. Selama ka Ahmad bekerja di LAZ Al Azhar, biasanya
muzakki-muzakki yang datang untuk berdonasi mengetahui
informasi tentang LAZ Al Azhar dari mana?
- Eee oke kalo itu biasanya banyak juga yang tau dari
broadcast. Karna kita LAZ Al Azhar biasanya
broadcastnya itu random. Walaupun eee belom punya
eh walaupun si calon donatur ini belum pernah
berdonasi di kita, Namanya juga calon yah eee dan
kita punya data kontaknya mereka itu kita tetep
broadcastin supaya mereka eee apa.. mereka tau
mereka aware tentang LAZ Al Azhar dan mereka tau
tentang program-program yang asda di LAZ Al
Azhar. Dan bikin mereka tertarik untuk berdonasi.
Nah kita dapet data base itu biasanya dari eee event-
event kita. Kita ngundang eee kahalayak umum untuk
dating ke event kita walaupu mereka belum berdonasi
ke kita gapapa yang penting kita dapat data base
mereka dan kita olah untuk minimal itu broadcast
eeee WA tadi. Karna itu yang paling efektif.
16. Event-event apa aja yang digelar oleh LAZ Al Azhar?
- Nah kalo untuk event-eventnya memang event
besarnya di LAZ Al Azhar itu event Romadhon dan
Qurban pastinya. Kalo event Romadhon eeee
memang event besar kita karna satu bulan full kita
melayani donatur untuk bayar zakat fitrah. Eee
utamanya sih zakat fitrah walaupun banyak juga yang
berinfaq, sedekah, dan membayar zakat maal. Eeeh
yang kedua event Qurban, event Qurban itu eeeh pasti
eee sudah otomatis mereka akan berqurban ke kita
selama mereka tau bahwa di LAZ Al Azhar menerima
Qurban dan harga hewab qurbannya cocoklah buat
mereka. Kayak gitu. Nah trus ada juga event-event
lain diluar itu biasanya kita adakan seminar2 untuk
edukasi awareness eee tentang LAZ Al Azhar dan
edukasi tentang program-program LAZ Al Azhar.
Dokumentasi
Kantor LAZNAS Al Azhar