AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR TERKAIT...

128
AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR TERKAIT PENGGUNAAN MEDIA DAN LOYALITAS MUZAKKI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: RAHMATUS’SIRRI NIM. 1113051000075 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1441 H/ 2020 M

Transcript of AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR TERKAIT...

AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR

TERKAIT PENGGUNAAN MEDIA DAN

LOYALITAS MUZAKKI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

RAHMATUS’SIRRI

NIM. 1113051000075

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1441 H/ 2020 M

2

AKTIVITAS KEHUMASAN LAZNAS AL AZHAR

TERKAIT PENGGUNAAN MEDIA DAN

LOYALITAS MUZAKKI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

RAHMATUS’SIRRI

1113051000075

Dosen Pembimbing :

Muhammad Zen, S.Ag.,MA

NIP 19780112 201411 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1441H/2020M

4

i

ABSTRAK

Rahmatus’sirri

Pembimbing : Muhammad Zen, S.Ag.,MA

Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki Banyaknya lembaga zakat yang ada saat ini, Public

Relation LAZNAS Al Azhar tentu memiliki strategi tersendiri

dalam menjaga loyalitas muzakkinya agar tetap berdonasi di

LAZNAS Al Azhar dan tidak berpaling ke lembaga zakat

lainnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncul

pertanyaan, Bagaimana strategi, impelementasi dan evaluasi

aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan

media dan loyalitas muzakki.

Teori yang digunakan adalah teori strategi Public Relation

dari Ronald D. Smith. Teori ini membahas 9 langkah yang terbagi

dalam 4 tahap dalam membuat Stategic Plan yaitu Formative

Research, strategi, taktik dan evaluasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan

menggunakan metode deskriptif yaitu memberikan gambaran

suatu keadaan sejelas mungkin. Teknik pegumpulan data dalam

penelitian ini melalui observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi.

Strategi awal yang digunakan adalah profiling donatur,

setelah itu PR LAZNAS Al Azhar menggunakan strategi online

seperti media sosial dan strategi offlinenya menggunakan brosur

dan majalah untuk memberikan informasi mengenai program-

program yang dimiliki dan hasil dari donasi yang terkumpul. Dari

strategi tersebut mempengaruhi kenaikan jumlah donasi yang

didapat setiap tahunnya walaupun ada beberapa kendala yang

dirasakan selama berjalannya stategi tersebut.

Kata kunci : Stategi Public Relation, Public Relation

LAZNAS Al Azhar, muzakki, loyalitas, berdonasi.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Alhamdulillahirobbil „Alamin. Segala puji dan Syukur

bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih sayang

dan karuniaNya, sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat beserta salam selalu Allah curahkan kepada baginda

Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummatnya

dari zaman jahiliyyah menuju era digital seperti saat ini. Semoga

kita selalu menjadi ummatnya yang taat dan mendapatkan

syafaatnya sampai akhir zaman. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Tahap demi tahap dengan selalu memohon ridho Allah

SWT, Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi berjudul “Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al

Azhar Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk

memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis selalu

mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Baik itu berupa pikiran, tenaga,

dorongan moril maupun materil. Maka dari itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

1. Suparto, M.Ed., Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW selaku

iii

Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA

selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs.

Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

2. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam, serta Dr. H. Edi Amin, MA selaku

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Muhammad Zen, S.Ag,M.A selaku dosen pembimbing

penulis yang telah bersedia membimbing dan banyak

memberikan masukan serta saran kepada penulis dan

dengan kebaikannya selalu memberikan dorongan bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga

akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada beliau, semoga Allah SWT senantiasa

memberikan keberkahan, kesehatan dan kebaikan setiap

saat kepada beliau dan keluarganya.

4. Nunung Khoiriyah, M.A. selaku Dosen Penasehat

Akademik KPI B Angkatan 2013 yang telah memberikan

masukan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan beragam ilmu dan

pengalaman kepada penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

iv

7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu

memperlancar penulis dalam mencari referensi buku.

8. Sigit Nugroho selaku HRD LAZNAS Al Azhar, yang telah

mengizinkan penulis meneliti disana dan banyak

memberikan informasi yang bermanfaat selama penyusunan

skripsi ini.

9. Ahmad Priyanto, Nurmala, Arini Susanti selaku bagian dari

tim Public Relation dan Fundrising sekaligus informan

dalam penelitian ini. Terima kasih telah berkenan

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

10. Kedua Orangtua tercinta, Ayah Zidni dan Mama Wanti

Widyastuti yang selalu sabar dan tak pernah lelah

mendoakan, mendidik, menyayangi, mengasihi serta

memberikan dukungan dan memotivasi penulis agar

senantiasa semangat dalam mencari ilmu dan

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kaka penulis Anisa Hidayanti, Abdul Azat dan keponakan

Habibi Authar Shalahi yang sudah memberikan semangat

dan motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi

ini.

12. Alfi Mufida, Intan Kamila, Sarah Khoirunnisa dan Lika

Maulida yang selalu memberikan semangat, masukan, doa,

kasih sayang, yang selalu meluangkan waktunya untuk

membantu penulis, menjadi tempat penulis berkeluh-kesah

selama pasang surut penyusunan skripsi ini.

v

13. Vivi Aulia Rahmawati, Sahri Rahma Fitri dan In‟amul

Hasan yang selalu saling support untuk menyelesaikan

skripsi masing-masing, teman ke kampus, yang selalu

membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini, dan yang

selalu menghibur ketika penulis sedang jatuh.

14. Sahabat-sahabat yang ada di dalam grup Paguyuban yang

selalu menghibur, memotivasi, yang selalu sabar menunggu

penulis agar menyelesaikan skripsi ini. Yuk kita trip lagi!

15. Semua pihak yang terlibat membantu dan memberikan

dukungan dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa hormat,

penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat penulis

sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu mulai dari

awal penulisan hingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga

Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan seluruh

pihak yang membaca.

Jakarta,01 Juni 2020

Rahmatus‟sirri

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................ viii

DAFTAR TABEL .......................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian ................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II LANDASAN TEORI .................................................... 16

A. Strategi ..................................................................................... 16

B. Public Relations ....................................................................... 23

C. Strategi Public Relations .......................................................... 28

D. Zakat ........................................................................................ 34

E. Muzakki ................................................................................... 41

F. Konsep Lembaga Amil Zakat .................................................. 44

G. Kerangka Berpikir .................................................................... 50

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT

NASIONAL AL AZHAR ........................................................... 51

A. Sejarah Berdirinya LAZNAS Al Azhar ................................... 51

B. Profile LAZNAS Al Azhar ...................................................... 52

vii

C. Visi dan Misi LAZNAS Al Azhar ........................................... 54

D. Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar .................................. 55

E. Produk-produk LAZNAS Al Azhar ......................................... 56

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...................... 65

A. Strategi Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki. .................................... 65

BAB V PEMBAHASAN ............................................................ 82

A. Strategi Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki ..................................... 82

BAB VI SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN .................. 93

A. Simpulan .................................................................................. 93

B. Implikasi .................................................................................. 94

C. Saran ........................................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................... 102

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir……………………………..50

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Laznas Al Azhar………...55

Gambar 4.1 Contoh Broadcast WhatsApps………………....69

Gambar 4.2 Social Media Laznas Al-Azhar………………...70

Gambar 4.3 Contoh Program Kegiatan yang di share melalui

Social Media………………………...…………...72

Gambar 4.4 Mitra LAZNAS Al Azhar………………...…….72

Gambar 4.5Contoh Majalah yang dibuat LAZNAS Al Azhar

….........................................................................74

Gambar 4.6 Kontak Layanan LAZNAS Al Azhar…………75

Gambar 4.7 Program My Heart For Yatim…………………77

Gambar 4.8 Program Rumah Gemilang Indonesia…………77

Gambar 4.9 Award yang diperoleh……………………..…..78

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penerimaan Muzakki………………………..79

Tabel 5.1 Stategi Aktivitas Kehumasan……………………89

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya

memeluk agama Islam. Maka dari itu, seiring berkembangnya

zaman, banyak bermunculan lembaga-lembaga zakat di Indonesia

dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam

membayarkan zakatnya maupun dalam membantu kaum duafa

dalam menerima haknya. Bukan hanya zakat, lembaga-lembaga

zakat yang ada di Indonesia seperti Badan Amil Zakat Nasional,

LAZ Al Azhar, LAZ Dompet Dhuafa, LAZ Rumah Zakat

Indonesia, dan lain sebagainya juga menyediakan layanan untuk

masyarakat yang ingin membayarkan infaq, dan shadaqahnya.

Banyaknya lembaga-lembaga zakat yang bermunculan di

Indonesia, menjadi dorongan tersendiri bagi suatu lembaga untuk

bersaing dalam hal mengambil hati maupun mempertahankan

para donatur untuk tetap mendonasikan sebagian harta mereka

untuk berzakat, berinfaq, maupun bershadaqah di lembaga yang

bersangkutan. Dalam suatu lembaga atau organisasi

membutuhkan adanya public relations sebagai penghubung

antara lembaga dengan masyarakat luas untuk menyampaikan

maksud dan pesan dari lembaga atau organisasi itu sendiri.

Public relations itu sendiri merupakan fungsi manajemen

yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur

komunikasi, pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu

organisasi atau perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat

2

dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen.1

Public relations dalam setiap perusahaan, lembaga atau

organisasi memiliki strategi masing-masing.

Sandra Oliver mengutip pendapat dari Bennet yang

menggambarkan strategi sebagai arah yang dipilih organisasi

untuk diikuti dalam mencapai misinya.2 Strategi merupakan cara

untuk mencapai tujuan. Proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan

tersebut dapat dicapai. Strategi dalam segala hal digunakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan

mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala

tindakan atau perbuatan itu tidak lepas dari strategi.

Menurut Ahmad S. Adnan Saputra, Presiden Institute

Bisnis dan Manajemen Jayakarta, memberikan batasan pengertian

tentang strategi public relations, yaitu alternatif optimal yang

dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations

dalam kerangka suatu humas (public relations).3

Seperti halnya dalam setiap lembaga zakat, mereka

membutuhkan adanya strategi yang dapat berpengaruh bagi

terciptanya citra perusahaan yang baik, dan terciptanya

kepercayaan khalayak umum kepada lembaga zakat

1

Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public

Relations, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 13. 2Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: PT. Gelora Aksara

Pratama, 2006), h. 2. 3Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

(Konsep dari Aplikasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi

Revisi, Cetakan ke-3, h. 52.

3

tersebut.Seperti yang sudah diketahui zakat merupakan suatu

yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim. Zakat sendiri adalah

sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang

beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak

menerimanya seperti fakir, miskin, amil, mu‟alaf, hamba sahaya,

gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Zakat merupakan rukun Islam

ketiga dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat

Islam. Di dalam Al-Qur‟an, Surat At-Taubah ayat 103, Allah

berfirman:

يهم بها وصم عهيهم زهم وتزك خذ مه امىانهم صدقة تطه

سميع عهيم ان صهىتك سكه نهم والله

Artinya :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan

berdoalah untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. dan Allah maha

mendengar lagi maha mengetahui).”

Dewasa ini pengelolaan zakat di Indonesia berdasarkan UU

No. 23 Tahun 2011. Pengelolaan zakat yang diatur dalam

undang-undang ini meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan. Undang-undang ini

mempunyai implikasi yang sangat luas bagi lembaga

pengelolaannya. Pengelolaan tersebut secara umum

mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatannya berdasarkan

4

skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk

usaha-usaha yang produktif.

Untuk mewujudkan optimalisasi pengelolaannya, badan

amil zakat senantiasa dituntut untuk amanah, profesionalisme,

transparansi dan akuntabilitas serta kemandirian sebagai sebuah

industri publik menuju masyarakat yang sejahtera, berdayaguna,

dan bertakwa.

Untuk menjamin penglolaan zakat sebagai amanah agama,

dalam undang-undang ini ditentukan adanya unsur pembinaan

dan unsur pengawasan yang terdiri dari ulama, kaum cendekia,

masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap

pengelola yang tidak sesuai dengan dengan ketentuan. Untuk

menjaga loyalitas muzakki dibutuhkan adanya strategi pada suatu

lembaga amil zakat.

Dalam bukunya, Dr. Etta Mamang Sangadji mengutip dari

Oliver dalam Hurriyati yang menyatakan bahwa loyalitas adalah

komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk

berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang suatu

produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan

datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran

mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.4

Sebagaimana Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli

Ummat yang saat ini disebut sebagai Lembaga Amil Zakat

Nasional Al Azhar karena telah mendapat pengukuhan sebagai

Lembaga Zakat Skala Nasional oleh Kementrian Agama

4

Etta Mamang Sangadji, dan Sopiah, Perilaku Konsumen,

(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), h. 104.

5

Republik Indonesia melalui SK Menteri Agama RI Nomor 240

tahun 2016 Tanggal 23 Mei 2016. LAZNAS Al Azhar ini

berlokasi di Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan. LAZNAS Al Azhar adalah satuan kerja yang dibentuk

oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar yang bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat dhuafa melalui optimalisasi dana

Zakat, Infaq, Sedekah dan dana sosial lain yang dibenarkan oleh

syariat agama dan sumber daya yang ada di masyarakat, dan

bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus

organisasi.

Sejalan dengan UU No. 23 Tahun 2011 program-program

yang dijalankan oleh LAZNAS Al Azhar juga melakukan

kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan diberbagai pelosok daerah di seluruh Indonesia.

Sampai saat ini terdapat lebih dari 15 lembaga zakat yang telah

diresmikan oleh Kementrian Agama, dari data tersebut

mendorong lembaga zakat Al Azhar yang baru berjalan selama

dua tahun terakhir menjadi lembaga zakat nasional yang terus

berusaha menjaga kepercayaan dan loyalitas muzakki agar tetap

berdonasi di LAZNAS Al Azhar dan tidak berpaling ke lembaga

penyalur zakat lainnya karena sudah pasti lembaga zakat lain

memiliki strategi dan pelayanan terbaik terhadap muzakki.

Maka dari itu LAZNAS Al Azhar dituntut untuk kreatif

dalam menciptakan, dan menggunakan strategi, khususnya

strategi dari public relations dalam menjaga kepercayaan dan

loyalitas muzakki yang ingin mengetahui bukti-bukti penyaluran

dana umat agar tetap setia dan untuk mendonasikan hartanya di

6

LAZNAS Al Azhar. Berdasarkan latar belakang seperti diatas,

penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah skripsi yang

berjudul “Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak melebar dalam

ruang lingkup penelitian, maka peneliti perlu membatasi

permasalahan. Dalam hal ini peneliti hanya meneliti tentang

Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat

dikemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana strategi, implementasi dan evaluasi aktivitas

kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan

media dan loyalitas muzakki?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diketahui

tujuan dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui strategi, implementasi dan evaluasi

aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait

penggunaan media dan loyalitas muzakki?

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, acuan

atau perbandingan dalam pengembangan ilmu komunikasi

khususnya dalam bidang public relation.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi

informasi bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin

mengetahui tentang public relation, dan aktivitas dari

strategi yang diterapkan oleh public relation disuatu

lembaga atau perusahaan demi menjaga loyalitas muzakki.

Serta dapat menjadi masukan dalam penerapan strategi

public relation bagi LAZNAS Al Azhar.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang

digunakan dengan pedekatan studi kasus dengan metode

penulisan deskriptif. Study kasus berasal dari terjemahan

dalam bahasa Inggris “A Case study” atau “case studies”.

Kata “kasus” diambil darikata “case” yang menurut kamus

oxford advanced learner‟s dictionary of Current English

yang diartikan sebagai “instance or example of the

occurance of sth, “actual state of affairs; situation” dan

“circumstances or special conditionsrelating to a person or

thing”. Secara berurutan artinya ialah contoh kejadian

sesuatu, kondisi actual darikeadaan atau situasi dan

8

lingkungan atau kondisi tertentu tentang orang atau

sesuatu.5

Dari penjabaran definisi tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa studi kasus ialah suatu serangkaian

kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan

mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas,

baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga,

atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam

tentang peristiwa tersebut.

Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya

disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life events), yang

sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.

Metode deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut

terdiri dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan

dokumen resmi lainnya.6

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah divisi

public relation LAZNAS Al Azhar. Sedangkan objeknya

adalah aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait

penggunaan media dan loyalitas muzakki..

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei.

5 AS Horby, OXFORD ADVANCED LEARNER‟S DICTIONARY,

FORTH EDITION, (Oxford: Oxford University Press, 1989), h.173. 6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11.

9

Tempat untuk melakukan penelitian ini adalah kantor

LAZNAS Al Azhar yang bertempat di Jl. RS. Fatmawati,

Jakarta Selatan 12110.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan

dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

diselidiki di lapangan.7 Observasi dalam penelitian ini

yakni dengan cara datang langsung ke tempat

penelitian, melakukan proses penelitian sesuai dengan

tujuan yang telah dibuat, dalam hal ini peneliti

mengadakan pengamatan langsung.

2) Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pencarian data

atau informasi mendalam yang diajukan kepadan

responden atau informan dalam bentuk pertanyaan.

Menurut Soehartono, wawancara adalah pengumpulan

data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

kepada responden oleh peneliti atau pewawancara dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam

7

Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.

Rosdakarya, 2002), h. 181.

10

dengan alat perekam.8

Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai

pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan public

relations di LAZNAS Al Azhar.

3) Dokumentasi

Untuk melengkapi data-data yang dikumpulkan,

peneliti juga mengumpulkan data berupa arsip-arsip,

seperti artikel-artikel, hasil wawancara, dan foto yang

berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan ini.

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang

mendukung analisis dan interpretasi data. Proses

pengumpulan dan pengambilan data berupa tulisan-

tulisan yang berhubungan dengan penelitian.

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan

data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Dalam menganalisis data, peneliti

mengolah dari hasil observasi dan wawancara, data

tersebut disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil

wawancara, dokumen maupun laporan, yang kemudian

dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah

dipahami.9

Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa

data adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif

8

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu

Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 79-80 9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktik, Cet. Ke-2, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), h. 78.

11

yaitu memberikan gambaran umum tentang data yang

telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan

untuk melihat karakteristik data yang kita peroleh.10

Ciri dari analisis ini adalah menitikberatkan pada

observasi suasana ilmiah. Peneliti hanya bertindak

sebagai pengamat. Secara singkat, hasil penelitian diolah

dan disajikan dengan cara melaporkan data dengan

menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data

yang terkumpul yang kemudian data tersebut

disimpulkan.

Dengan demikian melalui teknik analisis kualitatif,

penelitian ini mengumpulkan informasi melalui

instrumen-instrumen penelitian kualitatif observasi,

wawancara, dan dokumentasi, lalu mengolahnya untuk

menjadi sebuah bahan ilmiah yang dapat diperlihatkan

dalam bentuk laporan tertulis.

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama,

maka sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan kajian

pustaka berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai

pembanding dari skripsi ini, diantaranya :

1. Fajar Khoirunnisa menyimpulkan bahwa

pendayagunaan zakat melalui program layanan jenazah

gratis pada Lembaga Amil Zakat Al Azhar Peduli

10

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2002), h. 25.

12

Umat berupa pendayagunaan konsumtif kreatif. Karena

mustahik yang menerima bantuan tidak disertai dengan

target, dan tidak bertujuan untuk kemdirian ekonomi,

serta tidak memakan waktu yang lama. Program

Layanan Jenazah Gratis ini juga memiliki faktor

pendukung dan penghambat, seperti karena adanya

kemitraan yang bersinergi yang tersebar diseluruh

wilayah jabodetabek dengan cara menyetok

perlengkapan jenazah secara lengkap serta amil

program yang selalu siap melakukan layanan kapanpun

dan dimanapun mereka berada. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah jarak tempuh yang jauh dan

jalan menuju lokasi terkendala.11

Berdasarkan

kesimpulan di atas, persamaan penelitian yang

dilakukan oleh Fajar Khoirunnisa dengan yang penulis

teliti adalah pada tempat penelitian, yaitu LAZNAS Al

Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek

penelitiannya. Peneliti sebelumnya meneliti tentang

Layanan Jenazah Gratis yang ada pada LAZNAS Al

Azhar. Sedangkan penulis meneliti tentang strategi dari

divisi Public Relation LAZNAS Al Azhar.

2. Yulia Damini menyimpulkan bahwa program layanan

menuju mandiri yang merupakan program pendukung

dari visi LAZNAS Al Azhar yaitu bahagia bersama

11

Fajar Khoirunnisa, “Analisis Pendayagunaan Zakat Melalui

Program Layanan Jenazah Gratis (LJG) Pada Lembaga Amil Zakat Al Azhar

Peduli Umat”, (Jakarta : Skripsi FIDIKOM UIN Jakarta, 2016).

13

dalam mengentaskan kemiskinan. Diliat dari segi

inputnya sudah cukup memadai. dikatakan demikian

karena sumber daya manusia, anggaran dana, sarana

dan prasarana mendukung, walaupun banyak yang

perlu dilengkapi. Sedangkan dari segi proses, program

layanan menuju mandiri tersusun secara sistematis

dengan berpedoman dengan standar operasional. Selain

itu, para amil di divisi program ini pun melaksanakan

tugasnya secara komprehensif dan

berkesinambungan.12

Persamaan penelitian yang diteliti

oleh Yulia Damini dengan penelitian yang akan penulis

buat adalah pada subjek penulisannya, yaitu LAZNAS

Al Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek

penelitiannya, yaitu jika Yulia Damini meneliti layanan

menuju mandiri yang dibawahi oleh divisi program,

sedangkan objek penelitian yang akan penulis teliti

adalah tentang Strategi Public Relation LAZNAS Al

Azhar.

3. Aprizal menyimpulkan bahwa hasil evaluasi dari

strategi fundrising ini terlihat dari adanya keberhasilan

dalam segi pencarian dana yang mengalami kemajuan

hingga 18%.13

Persamaan penelitian yang diteliti oleh

Aprizal dengan penelitian yang akan penulis teliti

12

Yulia Damini, “Evaluasi Terhadap Program Layanan Menuju

Mandiri Pada Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Al Azhar Peduli

Umat”, (Jakarta : Skripsi FIDIKOM UIN Jakarta, 2017). 13

Aprizal, “Strategi Fundrising Dalam Meningkatkan Penerimaan

dana zakat Pada Lembaga Amil Al Azhar Peduli Umat”, (Jakarta : Skripsi

FDIKOM UIN Jakarta, 2015).

14

terletak pada subjek penelitiannya yaitu LAZNAS Al

Azhar. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek

yang dikaji, yaitu jika Aprizal meneliti objek dari segi

fundrising dalam mencari dana, sedangkan objek yang

akan penulis teliti adalah strategi public relation

LAZNAS Al Azhar guna menjaga loyalitas muzakki.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diajukan untuk memudahkan

pemahaman tentang penelitian ini, maka penulis membagi skripsi

ini menjadi enam bab yang terdiri dari bab per bab. Adapun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, dijelaskan apa saja yang akan dibahas

dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini, membahas landasan teori yang meliputi

penjelasan tentang strategi, dan apa-apa saja yang menjadi

bagian dari strategi, kemudian menjelaskan tentang public

relation yang meliputi pengertian dari public relation, dan

jenis-jenis public relation, kemudian menjelaskan tentang

strategi public relation yang meliputi pengertian dari

strategi public relation, dan menjelaskan tentang sembilan

tahap dalam membuat strategic plan menurut Ronald D.

Smith.

15

BAB III GAMBARAN UMUM LAZNAS AL AZHAR

Bab ini membahas tentang LAZNAS Al Azhar,

meliputi visi-misi, program kegiatan, karakter kegiatan, dan

struktur organisasi.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan

temuan-temuan penelitian. Seperti hasil wawancara dengan

public relations dan muzakki, beserta hasil observasi di

LAZNAS Al Azhar. Data dan temuan tersebut berkaitan

dengan aktivitas kehumasan LAZNAS Al Azhar terkait

penggunaan media dan loyalitas muzakki.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini, berisi uraian yang mengaitkan latar

belakang dan teori. Terkait penguraian aktivitas kehumasan

LAZNAS Al Azhar terkait penggunaan media dan loyalitas

muzakki.

BAB VI SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan

hasil penelitian, implikasi teoritis dan praktis serta

memberikan saran yang berkaitan tentang hasil penelitian

yang sudah diteliti sebagai pertimbangan.

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Yunani,

strategos yang berarti jendral. Strategi pada mulanya

berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai sesuatu

siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya

strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi

termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.14

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“strategos” yang berarti “komandan militer”, pada zaman

demokrasi Athena. Pada awalnya strategi digunakan dalam

dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu

peperangan.15

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kontemporer disebutkan bahwa strategi adalah keahlian

mengatur atau merencanakan tentang suatu kegiatan guna

meraih suatu target atau sasaran.16

Onong Uchjana Effendi, pakar ilmu komunikasi

mengatakan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

dan manajemen untuk mencapai suatu perencanaan

tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

hanya menunjukkan peta arah saja melainkan harus

14

Rafi‟udin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah,

(Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 76 15

Komarudin, Enslikopedi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),

Cet. ke-1, h. 539. 16

Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru,

(Jakarta : PT. Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 25.

17

mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.17

Menurut George Stainler dan John Minner, strategi

adalah „penempaan‟ misi perusahaan, penetapan sasaran

organisasi dengan memperhatikan kekuatan eksternal dan

internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk

mencapai sasaran dan memastikan pelaksanaannya secara

tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi dapat

tercapai.18

JL Thompson mendefinisikan strategi sebagai cara

untuk mencapai sebuah hasil akhir: “hasil akhir

menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. ada strategi

yang luas untuk keseluruhan organisasi dan strategi

kompetitif untuk masing-masing aktivitas. Sementara

itu, strategi fungsional mendorong secara langsung strategi

kompetitif”. Bennett menggambarkan strategi sebagai arah

yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai

misinya.19

Stephen Robbins seperti dikutip oleh Morrisan

mendefinisikan: “strategi sebagai penentuan tujuan jangka

panjang perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta

mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk

17

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) h. 32. 18

George Stainner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi

Manajemen, penerjemah Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1999), h.18. 19

Sandra Oliver, Strategi Public Relation, (Jakarta: PT Gelora Aksara

Pratama, 2006), h.2.

18

mencapai tujuan”.20

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan parah ahli

di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu

proses perencanaan tindakan dengan memperhatikan

kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan, dan

memastikan pelaksanaan berjalan secara tepat guna

mencapai hasil akhir yang di harapkan.

Dalam sebuah perusahaan, strategi merupakan salah

satu faktor terpenting agar perusahaan dapat berjalan

dengan baik. Strategi menggambarkan arah bisnis yang

mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan

pedoman untuk mengalokasikan sumber daya suatu

organisasi.21

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana

mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan

misi di dalam situasi organisasi dan prospek yang

dihadapi. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal.

Pertama, tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan

(intended strategy) dan kedua, reaksi atas perkembangan

yang tidak diantisipasi sebelumnya dan tekanan persaingan

seperti peraturan pemerintah, masuknya pendatang baru,

dan taktik pesaing.22

20

Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas

professional, (Jakarta: Kencana Prenadameda Group, 2008), h.152. 21

Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta : Andi, 2002),

edisi 2, h. 3. 22

Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan

Perang Bisnis, (Malang : Bayumedia, 2003), h.8.

19

2. Fungsi Strategi

a. Fungsi sebagai rencana (Plan)

Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang

digunakan untuk mneghadapi tantangan lingkungan

tertentu. Bertitik tolak dari kesadaran kekuatannya.

b. Strategi sebagai siasat

Dianggap sebagai maneuver dalam menghadapi

pesaing

c. Strategi sebagai pola (Pattern)

Sebagai pola dari suatu rangkaian tindakan untuk

menghadapi tantangan/ancaman atau memanfaatkan

peluang yang terdapat di lingkungan.

d. Strategi sebagai kedudukan (Position)

Penempatan perusahaan di lingkungan makro.

Strategi menjadi media yang menjembatani

perusahaan dengan lingkungannya.

e. Strategi sebagai perspektif

Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan

pemahaman lingkungan. Disusun bertitik tolak dari

tata cara nilai budaya kerja dan wawancara koalisi

dan dominan itu.

3. Tahapan-tahapan Strategi

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang

memerlukan penanganan secara hati-hati dalam

perencanaan komunikasi. Jika mengalami kesalahan dalam

pemilihan strategi atau melakukan kekeliruan, maka hasil

20

yang diperoleh bisa berakibat fatal, terutama kerugian dari

segi waktu, materi, tenaga, dan juga tujuan yang diinginkan

pun tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam

proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh,

Fred R. David mengemukakan tahapan-tahapan strategi,

yaitu:

a. Perumusan strategi

Perumusan strategi merupakan penyusunan

langkah ke depan yang mana berperan penting dalam

menentukan keunggulan.

Proses penyusunan langkah-langkah ke depan

salah satunya ialah membangun visi dan misi

organisasi,mengidentifikasi peluang dan ancaman

eksternal suatu organisasi, serta pemilihan strategi

yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana

mencapai visi yang ditargetkan dengan melaksanakan

misi yang sudah dirancang.

b. Implementasi strategi

Dapat disebut dengan pelaksanaan dari strategi-

strategi yang sudah dirumuskan. Implementasi

strategi ini berarti menggerakkan karyawan untuk

melaksanakan strategi yang dirumuskan dalam

bentuk tindakan. Kegiatan yang termasuk dalam

implementasi strategi adalah pengembangan budaya

dalam mendukung strategi, penyusunan struktur

organisasional yang efektif, persiapan anggaran,

21

pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi

yang masuk. Keberhasilan dalam implementasi

strategi dapat dicapai dengan kerja keras, disiplin,

motivasi, komitmen, dan pengorbanan personal.

c. Evaluasi strategi

Tahap Akhir dalam strategi adalah meninjau serta

mengoreksi kekurangan dari hasil kinerja atas

rumusan strategi yang telah dibuat. Evaluasi strategi

adalah perbandingan antara hasil-hasil yang diperoleh

dengantingkat pencapaian tujuan. Penilaian strategi

diperlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak

selalu berhasil di kemudian hari.23

4. Proses-Proses Strategi

Agustinus Sri Wahyuni, dalam bukunya Manajemen

Strategi menjelaskan bahwasanya ada tiga proses strategi,

yaitu:

a. Pembuatan strategi, yaitu meliputi pengembangan

misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian

peluang dan ancaman luar serta kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Pengembangan alternatif-

alternatif strategi dan penentuan strategi yang

sesuai untuk diadopsi.

b. Penerapan strategi, meliputi penentuan sasaran-

sasaran operasional tahunan, kebijakan

23Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), h. 6-7.

22

perusahaan, memotivasi karyawan, dan

mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi

yang ditetapkan dapat diimplementasikan.

c. Evaluasi/kontrol strategi, mencakup usaha-usaha

untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari

pembuatan dan penerapan strategi termasuk

mengukur kinerja individu dan perusahaan serta

mengambil langkah-langkah perbaikan jika

diperlukan.24

Tahapan pembuatan strategi adalah tahap yang penting

bagi sebuah organisasi. Tahapan-tahapan ini akan

menciptakan strategi-strategi yang cocok untuk mencapai

tujuan organisasi. Proses pembuatan startegi terdiri dari

empat elemen:

a. Identifikaasi masalah-masalah strategi yang

dihadapi oleh organisasi

b. Pengembangan alternatif-alternatif strategi yang

ada dengan mempertimbangkan strategi generik

serta variasinya

c. Evaluasi dari tiap alternative

d. Penentuan/pemilihan strategi terbaik dari berbagai

alternatif yang tersedia.25

24Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategi, (Jakarta: Binarupa

Aksara, 1996), h. 15-16.

25

Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategi, h. 99.

23

B. Public Relations

1. Pengertian Public Relations

Public relations jika diartikan secara universal adalah

“public” yang berarti sekelompok orang yang mempunyai

minat dan perhatian yang sama terhadap satu hal.

Sedangkan istilah “relations” dalam bahasa indonesia

berarti “hubungan-hubungan” dalam arti menyangkut

banyak hubungan.26

Soleh Soemirat mengutip pernyataan dari W.

Emerson Reck, Direktur Public Relation Universitas

Colgate bahwa public relation adalah lanjutan dari proses

pembuatan kebijaksanaan, pelayanan dan tindakan bagi

kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok

agar individu atau lembaga tersebut memperoleh

kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik.27

Menurut The International public relations

Association (IPRA) sebuah organisasi profesi ditingkat

internasional, memberikan definisi Public Relations

sebagai berikut :

“public relations is a management function, of e

continuing and planed character, through which

public and private organizations and institutions

seek to win and retain the understanding, sympathy

and support of those with whom they are or may be

26

Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations, (Bandung : p2U-

LPPM Unisba, 2007), h. 21. 27

Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public

Relations, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2010), h. 12.

24

concerned – by evaluating public opinion abaout

themselves, in order to correlate, as far as possible,

their own policies and procedures, the achieves

by planned and widespread information more

productive cooperation and more efficient

fulfillment of their commont interests.”28

Public relations adalah fungsi manajemen dari sikap

budi yang direncanakan dan dijalankan secara

kesinambungan, melalui organisasi- organisasi atau

lembaga- lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk

memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan

dukungan dari mereka yang terkait ada sangkut pautnya

dan yang diduga akan ada kaitannya dengan cara memiliki

opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin

menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna

mencapai kerjasama yang lebih produktif dan untuk

memenuhi kepentingan bersama yang lebih efesien, yang

terencana dan tersebar luas).

Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations in

Word Marketing yang dikutip oleh Soleh Soemirat

mengatakan bahwa PR adalah suatu sistem komunikasi

untuk menciptakan kemauan baik.29

Definisi umum tentang public relations disimpulkan

28

Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas, (Bogor : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2004), cet. ke-2, h. 14. 29

Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar- dasar Public

Relations. h. 13.

25

lebih spesifik lagi, yaitu public relations merupakan seni

(arts) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen,

komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk

membentuk agar perusahaan atau lembaga, gagasan atau

ide yang ditawarkan, nama dan produknya menjadi

disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya.30

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa public relations adalah manajemen komunikasi

dua arah dengan publik eksternal dan internal untuk

mendapatkan pengertian, kepercayaan, dukungan dan

kerjasama.

2. Fungsi dan Tujuan Public Relations

Dalam konsepnya, fungsi Public relations officers

ketika menjalankan tugas dan operasionalnya, baik

sebagai komunikator, mediator, ataupun organisator,

menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A.

sebagaimana ditulis oleh Wahidin Saputra dan Rulli

Nasrullah adalah sebagai berikut:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai

tujaun organisasi.

b. Membina hubungan harmonis antara organisasi

dengan publik internal dan publik eksternal.

c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan

menyebarkan informasi dari organisasi kepada

30

Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-3. h. 40.

26

publiknya dan menyalurkan opini publik kepada

organisasi.

d. Melayani publik dan menasehati pimpinan

organiasasi demi kepentingan organisasi

e. Melayani publik dan menasehati pimpinan

organiasasi demi kepentingan umum.

f. Operasional dan organisasi Public relations adalah

bagaimana membina hubungan harmonis antara

organisasi dengan publiknya, untuk mencegah

terjadinya rintangan psikologis, baik yang timbul

dari pihak organisasi maupun dari pihak

publiknya.31

3. Jenis-Jenis Public Relations

a. Public Relations Pemerintahan

Public relations Pemerintahan pada dasarnya bersifat

politis. Bagian public realations di institusi pemerintahan

dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan

kebijakan-kebijakan peerintahan seperti member

informasi secara teratur tentang kebijakan, rencana-

rencana, serta hasil-hasil kerja institusi dan juga

memberikan pengertian kepada masyarakat tentang

peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu

yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

31

Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Realtions 2.0 Teori dan

Pratik Public Relations di Era Cyber, (Jakarta: Gramata Publishing, 2011). h.

49-50.

27

b. Public Relations Industri dan Bisnis

Public relations disini merupakan fungsi manajemen

yang turut menentukan suksesnya operasi suatu

perusahaan. Public relations indutri tidak dapat

dilepaskan dari prinsip ekonomi, sebab industri dan bisnis

memiliki orientasi pada keuntungan (profit oriented).

Beberapa penerapan public relations dalam industri dan

bisnis meliputi hubungan dengan pelanggan, peran

public relation terhadap marketing, hubungan dengan

pemegang saham, karyawan, pers, dan dengan

pemerintahan.

c. Public Relations Sosial

1) Public Relation penegak hukum

Penegak hukum perlu mendengarkan dan

tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka

dapat membantu masyarakat dengan baik. Termasuk

dalam hal ini public relations dalam kepolisian.

2) Public Relations Organisasi Keagamaan

Organisasi-organisasi keagamaan sekarang

banyak memiliki staf yang mengurusi publikasi,

publisitas, penerangan, pengumpulan dana dan

penyelenggaraan special event.

3) Public Relation Profesi

Tujuan utama dari penerapan profesi adalah

untuk mendapat pengakuan akan keprofesionalan dan

publikasi tentang apa yang dilakukan bagi

kepentingan masyarakat banyak.

28

4) Public Relation Organisasi Sukarela

Organisasi sukarela memerlukan nasihat ahli

public realtions dan menggunakan pendekatan

kehumasan.32

C. Strategi Public Relations

Menurut Ahmad S. Adnan Saputra, M.A, M.S, Presiden

Intitute Bisnis dan Manajemen Jayakarta, memberikan batasan

pengertian tentang strategi public relations, yaitu adalah alternatif

optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public

relations dalam kerangka suatu humas (public relations).33

Menurut Ronald D. Smith dalam buku (Strategic Planning

for Public Relations) terdapat sembilan langkah yang kemudian

terbagi dalam empat tahap untuk membuat strategic plan yang

dinamai the Nine Steps of Strategic Public Relations, yaitu:

1. Tahap pertama, Formative Research;

Fase pertama dalam proses perencanaan strategis

menurut Ronald D. Smith adalah riset formatif atau riset

strategis adalah kegiatan pendahuluan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi dan menganalisa situasi yang

dihadapi. Dalam fase ini terdapat tiga tahap yakni analisi

situasi, analisis organisasi dan analisis publik.

32

Frida Kusumastuti, Dasar-Dasar Humas. (Bogor : Penerbit Ghalia

Indonesia, 2004), Cet. ke-2,h. 41-43. 33

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

(Konsepsi dan Aplikasi). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi

Revisi. Cet, ke-3, h. 52.

29

a. Langkah pertama adalah menganalisa situasi, hal

ini menjadi langkah awal yang krusial, sangat

penting untuk melihat kesempatan dan hambatan

yang akan ada pada program yang direncanakan

b. Langkah kedua adalah menganalisa kondisi

organisasi, yang meliputi tiga aspek dalam

organisasi yaitu lingkungan internal (misi,

performance, dan sumber daya perusahaan),

persepsi public (mengenai reputasi organisasi),

lingkungan eksternal (competitor bahkan

pendukung)

c. Langkah ketiga adalah tahap untuk

mengidentifikasikan dan menganalisa publik yang

menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan

mampu mengatur prioritas dalam berhubungan

dengan publiknya yang beragam.

2. Tahap kedua, Strategi

Strategi merupakan hal penting dalam perencanaan

public relations maupun pemasaran dan bidang lainnya

yang berkaitan. Strategi adalah keseluruhan rencana

organisasi, meliputi apa yang ingin dicapai dan bagaimana

cara mencapainya. Strategi memiliki tiga tahap, yakni

menetapkan tujuan dan sasaran, merumuskan aksi dan

strategi respon, kemudian menggunakan komunikasi

efektif.

a. Langkah keempat adalah bagaimana caranya

membuat perusahaan mengembangkan objektif

30

yang jelas, spesifik dan terukur (measurable)

sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

b. Langkah kelima adalah tahap di mana antara

kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon yang

akan diterima dan membuat langkah-langkah apa

yang harus dilakukan berbagai situasi;

c. Langkah keenam adalah membuat komunikasi

yang efektif, tahap ini berhubungan dengan

beragam keputusan yang diambil terhadap pesan

yang disampaikan, seperti: sumber yang akan

menyampaikan pesan kepada public kunci, isi dari

pesan, bunyi dan gayanya dan lain-lain.

3. Tahap Ketiga, Taktik

Setelah strategi dibuat, kini tiba gilirannya untuk

memasuki fase ketiga yaitu taktik. Pada fase ini terdiri dari

pemilihan taktik komunikasi yang akan digunakan dan

melakukan implementasi rencana strategi yang sudah

disusun.

a. Langkah ketujuh adalah memilih taktik

komunikasi, memilih saluran apa yang akan

digunakan dalam menyampaikan pesan seperti

komunikasi tatap muka (face to face

communication), organizational media, media

berita, dan media promosional dan lainnya.

b. Langkah kedelapan adalah mengimplementasikan

strategi (strategic plan), ditahap ini dikembangkan

budget dan jadwal yang dipersiapkan untuk

31

mengimplementasikan program komunikasi yang

ditentukan.

4. Tahap keempat, Evaluasi

Pada fase terakhir adalah untuk mengetahui efektifitas

berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Langkah kedelapan adalah mengevaluasi strategic

plan. Pada tahap ini adalah untuk mengetahui efektivitas

berbagai taktik komunikasi yang digunakan untuuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Tahap

ini adalah tahap akhir di mana dikembangkan metode

spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi yang

ditempuh..34

Penulis menyimpulkan bahwa strategi public relations

adalah pemikiran yang telah direncanakan oleh praktisi

public relations untuk megelola citra melalui bergabagai

kegiatan public relations untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Menurut Harwood Childs seperti dikutip oleh Rusady

Ruslan, ada beberapa strategi dalam kegiatan public

relations untuk merancang suatu pesan dalam bentuk

informasi atau berita, yaitu sebagai berikut:

a. Strategy of publicity

Melakukan kampanye untuk penyebaran pesan

(message) melalui proses publikasi suatu berita melalui

34Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation; (New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc 2004), h.119

32

kerja sama dengan berbagai media massa. Selain itu

dengan menggunakan taktik merekayasa suatu berita

akan dapat menarik perhatian audiensi sehingga akan

menciptakan publisitas yang menguntungkan.

b. Strategy of persuation

Berkampanye untuk membujuk atau menggalang

khalayak melalui teknik sugesti atau persuasi untuk

mengubah opini publik dengan mengangkat segi

emosional dari suatu cerita, artikel, atau feature

berlandaskan humanity interest.

c. Strategy of argumentation

Strategi ini biasanya dipakai utuk mengantisipasi

berita negatif yang kurang menguntungkan (negatife

news). Kemudian dibentuk berita tandingan yang

mengemukakan argumentasi yang rasional agar opini

publik tetap dalam keadaan posisi yang

menguntungkan. Dalam hal ini, kemampuan public

relations sebagai komunikator yang handal diperlukan

untuk mengemukakan suatu fakta yang jelas dan

rasional dalam mngubah opini publik melalui berita

atau statment yag dipublikasikan.

d. Strategy of image

Strategi pembentukan berita yang positif dalam

publikasi untuk menjaga citra organisasi atau

perusahaan termasuk produknya. Misalnya tidak hanya

menampilkan segi promosi, tetapi bagaimana

menciptakan publikasi nonkomersial dengan

33

menampilkan kepedulian terhadap lingkungan dan

sosial (humanity relations and social marketing) yang

menguntungkan citra bagi organisasi atau perusahaan

secara keseluruhan.35

Agar strategi komunikasi berjalan dengan lancar, maka

pada praktiknya dibutuhkan seorang yang disebut public

relations. Public relations tidak mempunyai tujuan lain, kecuali

membantu pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.

Public relations sangat erat hubungannya dengan

perkembanganan sosial, ekonomi, maupun politik yang muncul di

negara tempat organisasi atau perusahaan berada. Dalam kondisi

internal suatu organisasi public relations sangatlah penting

artinya dalam perkembangan organisasi atau perusahaan.36

35Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public relations

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 54. 36

Wahidin Saputra dan Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0 Teori

dan Praktik Public Relations di Era Cyber, h.39.

34

D. Zakat

1. Pengertian Zakat

Pengertian zakat menurut bahasa barasal dari bahasa

arab yaitu al-zakat yang berarti „bersih‟, „suci‟, „subur‟,

„berkat‟ dan „berkembang‟.37

Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu

yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada

mustahiq (kelompok orang yang berhak).38

Dalam rumusan

fiqih, zakat diartikan sebagai sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang

yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.39

Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa

zakat adalah mengeluarkan sejumlah harta yang ditujukan

kepada orang-orang yang sangat membutuhkan.

2. Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat dikenal

dengan sebutan mustahik. Mustahik zakat terdiri dari

delapan golongan (asnaf), yang telah diatur dalam QS At-

Taubah ayat 60 :

37

http://id.m.wikipedia.org/wiki/zakat.com/ diakses pada tanggal 25

Januari pukul 15.25. 38

Nurul Isnaini Lutfiana, Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran

Dana Zakat, (Malang, 2009), h. 20. 39

Masdar F. Mas‟udi, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS, (Jakarta:

Piramedia, 2004), h.6.

35

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk

orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus

zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk

memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah

dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.

At-Taubah: 60).40

Berikut penjelasan delapan asnaf yang berhak

menerima zakat, yaitu :

a) Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai barang

yang berharga dan tidak mempunyai kekayaan dan

usaha sehingga dia sangat perlu ditolong

keperluannya.41

Pemuka ahli tafsir, Tabari yang

dikutip oleh Yusuf Qardawi menegaskan bahwa

yang dimaksud dengan fakir yaitu orang yang

dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak

minta-minta.42

40

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya, (Bandung: CV

Penerbit Diponegoro, 2000), h.156. 41

Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek

Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1985), h. 121. 42

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar

Nusa, 1999), cet-lima, h. 511.

36

b) Miskin, ialah orang yang mempunyai barang yang

berharga atau pekerjaan yang dapat menutup

sebagian hajatnya akan tetapi tidak mencukupinya,

seperti orang yang memerlukan sepuluh dirham

tapi hanya memiliki tujuh dirham saja.43

Menurut

Tabari yang dikutip oleh Qardawi, yang dimaksud

miskin ialah orang yang dalam kebutuhan, tapi

suka merengek-rengek dan minta-minta.44

c) Amil, ialah orang yang ditunjuk untuk

mengumpulkan zakat, menyimpannya, dan

membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan

pembukuannya.45

Menurut Yusuf Qardawi, Amil

zakat ialah mereka yang melaksanakan segala

kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul

sampai kepada bendahara dan para penjaganya.

Juga mulai dari pencatat sampai kepada

penghitung yang divatat keluar masuk zakat dan

membagi kepada para mustahiknya.46

d) Mualaf, menurut Yusuf Qardawi, golongan mualaf

adalah mereka yang diharapkan kecenderungan

hatinya atau keyakinannya dapat bertambah

terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat

mereka atas kaum muslim, atau harapan akan

43

Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 122. 44

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 511. 45

Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 122. 46

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 545.

37

adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan

menolong kaum muslimin dari musuh.47

e) Riqab, adalah bentuk jamak dari Raqabah, istilah

ini dalam Quran artinya budak belian laki-laki

(abid) dan bukan belian perempuan (amah).48

Sedangkan definisi lain tentang Riqab adalah

budak belian yang diberi kebebasan usaha

mengumpulkan kekayaan agar ia dapat menebus

dirinya untuk merdeka.49

f) Gharim, ialah bentuk jamak dari gharim (delapan

ghin panjang), artinya orang yang mempunyai

utang. Sedangkan ghariim (dengan ra paanjang)

adalah orang yang berutang, kadangkala pula

dipergunakan untuk orang yang mempunyai

piutang.50

g) Sabilillah, ialah jalan yang dapat menyampaikan

sesuatu karena ridha Allah baik berupa ilmu

maupun amal.51

Sedagkan menurut Yusuf Qardawi

dalam bukunya Hukum Zakat, yang dimaksud

Sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada

ridha Allah, baik aqidah maupun perbuatan.52

h) Ibnussabil, menurut Ibnu Zaid yang dikutip oleh

Yusuf Qardawi dalam bukunya Hukum Zakat,

47

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 563. 48

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 587. 49

Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 123. 50

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 594. 51

Syukir, Ghazali, Amidhan, Pedoman Zakat, h. 124. 52

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 610.

38

menerangkan bahwa yang dimaksud Ibnussabil

adalah musafir, apakah ia kaya atau miskin,

apabila mendapat musibah dalam bekalnya atau

hartanya sama sekali tidak ada atau terkena sesuatu

muibah atas hartanya, atau ia sama sekali tidak

memiliki apa-apa, maka dalam keadaan

sedemikian itu bersifat pasti.53

3. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi

salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh

karena itu hukum zakat adalah wajib atas setiap muslim

yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Zakat termasuk kategori ibadah seperti shalat, haji dan

puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Al Qur‟an

dan Sunah. Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial

kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang

sesuai dengan perkembangan umat manusia itu sendiri.

Di dalam Al-qur‟an dijelaskan surat At-Taubah ayat

103 yang artinya:

“Ambilah zakat dari sebagaian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan

mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha

mendengar lagi maha mengetahui.”

53

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 645.

39

4. Dasar Hukum Zakat

Zakat hukumnya wajib bagi orang Islam yang telah

mencukupi syarat. Bahkan zakat merupakan salah satu dari

rukun Islam yang lima. Perhatian Al-Qur‟an terhadap

masalah zakat, sebanding dengan perhatiannya terhadap

masalah shalat. Zakat dalam Al-Qur‟an disebut sebanyak

82 kali. Ini menunjukan hukum dasar zakat yang sangat

kuat.

5. Macam-Macam Zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Zakat jiwa atau zakat fitrah

Pengertian fitrah adalah sifat asal, bakat, perasaan

keagamaan dan perangai, sedangkat zakat fitrah adalah

zakat yang berfungsi yang mengembalikan manusia

muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa

mereka dari kotoran-kotoran atau dosa-dosa yang

disebabkan pengaruh pergaulan dan sebagainya.

Sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.

Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan

pokok bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah atau

makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah seperti

beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan

sebagainya.

Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan

Ramadhan sebelum sahalat ied. Sedangkan bagi orang

yang mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksanakan

40

shalat ied maka apa yang diberikan bukanlah termasuk

zakat fitrah tetapi merupakan sedekah.

b. Zakat Harta atau zakat maal

Zakat maal yang dimaksud dalam perhitungan ini

adalah zakat yang dikenakan atas uang, emas, surat

berharga, dan aset yang disewakan. Tidak termasuk

zakat maal yang lain yang dikenakan atas harta

pertanian, pertambangan, dan lain-lain yang diatur

dalam UU No.23/2011 tentang pengelolaan zakat.

Zakat maal harus sudah mencapai nishab (batas

minimum), terbebas dari hutang (milik penuh), sumber

hartanya halal, dan kepemilikan telah mencapai 1 tahun

(haul).

Dari QS. Al-Baqarah ayat 267 dapat disimpulkan

bahwa, menunaikan zakat, harus berasal dari harta

yang halal, bukan berasal dari harta yang buruk. Allah

Subhanahu Wata‟ala juga meminta hambanya agar tak

perlu khawatir atas sebagian harta yang dizakatkan,

karena Allah Maha Kaya.

Sedangkan untuk nishab zakat maal sebesar 85

gram emas (mengikuti harga Buy Back emas pada hari

dimana zakat akan ditunaikan). Kadar zakatnya senilai

2,5%.

41

E. Muzakki

Muzakki adalah seseorang yang berkewajiban

mengeluarkan zakat.54

Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun

1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 1, muzakki adalah orang

atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban

menunaikan zakat. Zakat hanyalah diwajibkan atas orang yang

telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Islam

Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Abu Bakar

r.a:

دقة عهيه وسهم عهى انمسهميه هذه فزيضة انص صهى الل ضها رسىل الل انتى فز

“Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh

Rasulullah SAW atas kaum muslimin.”(Riwayat al-Bukhari:

1386)

Dengan adanya kata-kata “atas kaum muslimin”,

berarti jelas bahwa selain orang Islam tidak dituntut

mengeluarkan zakat.55

Seorang Islam yang telah memenuhi syarat wajib

zakat kemudian ia murtad sebelum membayarkan zakatnya

maka menurut fuqaha Syafi‟iyah, wajib baginya

mengeluarkan zakat yang dimilikinya sebelum murtad.

Sedangkan Abu Hanifah berpendapat, murtadnya seseorang

menggugurkan semua kewajibannya sebelum murtad, sebab

setelah murtad ia sudah menjadi kafir asli dalam pengertian

54

Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 37

55

Anshory Umar Sitanggal, Fiqh Syafi‟i Sistematis II (Semarang: CV.

Asy Syifa‟, 1987) h. 13

42

semua amal ibadahnya yang lalu tidak ada gunanya.56

2. Merdeka

Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan

kewajiban zakat terhadap hamba sahaya. Hal ini sebagai

konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang diberikan

kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya

menjadi milik tuannya. Demikian halnya hamba sahaya

yang telah diberikan kesempatan untuk memerdekakan

dirinya dengan tebusan, karena ini belum secara sempurna

memiliki apa yang ada padanya.

3. Baligh dan berakal sehat

Ahli fiqh mazhab Hanafi menetapkan baligh dan

berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut mereka, harta

anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib zakat

karena keduanya tidak dituntut membayarkan zakat

hartanya seperti halnya shalat dan puasa.

Mayoritas ahli fiqh selain Hanafiyah tidak

menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat.

Oleh karena itu, menurut mereka harta anak kecil dan orang

gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang

mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan hadits Nabi

SAW berikut yang artinya

Dari „Amr bin Syu‟aib, dari bapaknya, dari

neneknya, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang menjadi wali anak yatim yang memiliki harta

56 Slamet Abidin dan Suyono, Fiqih Ibadah,(Bandung:Pustaka

Setia,1998) h. 196

43

hendaklah dia memperdagangkannya (mengembang-

kannya) dan dia tidak boleh meninggalkannya sampai

harta itu termakan oleh zakat.” (HR. Baihaqi)

4. Memiliki harta atau kekayaan yang cukup nisab

Orang tersebut memiliki sejumlah harta yang telah

cukup jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.

5. Memiliki harta atau kekayaan yang sudah memenuhi

haul

Harta atau kekayaan yang dimiliki telah cukup waktu

untuk mengeluarkan zakat yang biasanya kekayaan itu telah

dimilikinya dalam waktu satu tahun.

6. Memiliki harta secara sempurna

Maksudnya adalah bahwa orang tersebut memiliki

harta yang tidak ada di dalamnya hak orang lain yang wajib

dibayarkan. Atas dasar syarat ini, seseorang yang memiliki

harta yang cukup satu nisab, tetapi karena ia masih

mempunyai hutang pada orang lain yang jika dibayarkan

sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab, maka dalam

hal ini tidak wajib zakat padanya; karena hartanya bukanlah

miliknya secara sempurna. Orang tersebut tidak dapat

disebut orang kaya melainkan orang miskin.

7. Orang yang berkecukupan atau kaya

Zakat itu wajib atas si kaya yaitu orangyang

mempunyai kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan yang vital

bagi seseorang, seperti untuk makan, pakaian, dan tempat

tinggal. Zakat tersebut dibagikan kepada fakir miskin atau

orang yang berhak menerima zakat.

44

F. Konsep Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian Lembaga Amil Zakat

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat, dijelaskan bahwa Lembaga Pengelola

Zakat (LPZ) terdiri dari BAZNAS Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Badan ini dapat dikatakan sebagai BAZ

yang dibentuk untuk membantu BAZNAS dalam

pelaksanaan, pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat masyarakatdapat membentuk

Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, baik

tingkat pusat maupun daerah. Sedangkan Lembaga Amil

Zakat dibentuk oleh masyarakat tetapi tetap dikukuhkan,

disahkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah.57

Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat

yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan

dikelola oleh masyarakat sendiri.58

Pemerintah berfungsi

sebagai regulator dan coordinator. Karena itu pemerintah

bertugas untuk membina, melindungi, dan mengawasi LAZ.

Setiap LAZ yang telah memenuhi syarat akan dikukuhkan

oleh pemerintah. Pengukuhan tersebut dimaksud sebagai

bentuk pembinaan pemerintah dan juga sebagai

57

Profil LPZ, Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2012,

h.14. 58

Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, (Jakarta :

Direktorat Pemberdayaan Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012), h. 58.

45

perlindungan bagi masyarakat baik yang menjadi muzakki

maupun mustahik.

2. Standar dan Kriteria Lembaga Amil Zakat

Menurut UU No. 233 Tahun 2011, untuk dapat

menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ) harus memenuhi

beberapa standar sebagai berikut:

a. LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang

dibentuk oleh msyarakat

b. Mampu melaksanakan fungsi pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat

c. Pembentukan LAZ harus mendapat izin Menteri

atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

d. Siap melakukan koordinasi oleh BAZNAS dalam

rangka mengoptimalkan fungsi pengelolaan

zakat.59

Standar kelembagaan LAZ tersebut didukung oleh

kriteria-kriteria yang harus dipenuhi, diantaranya:

1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam

yang mengelola bidang dakwah, pendidikan, sosial

2) Berbentuk lembaga berbadan hukum yang

menuntut kesungguhan dan kesesuaian dengan

peraturan perundangan.

3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS. Mengingat

LAZ harus bersedia melakukan pengelolaan zakat

59

Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, (Jakarta: Kementerian

Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat

Pemberdayaan Zakat, 2012), h. 59-60.

46

di bawah koordinasi BAZNAS selaku coordinator,

pembentukan LAZ perlu mendapatkan

rekomendasi dari BAZNAS sesuai tingkatannya.

4) Memiliki pengawas syariat. Pengawas syariat

adalah pihak yang menkaji, meneliti, dan menilai

apakah pengelolaan zakat telah berpedoman pada

syariat.

5) Memiliki kemampuan teknis, administratif dan

keuangan untuk melaksanakan kegiatannya.

6) Bersifat nirlaba.

7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat

bagi kesejahteraan umat.

8) Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara

berkala.60

3. Tingkatan Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat dibagi menjadi dua tingkat, yaitu:

a. Lembaga Amil Zakat Tingkat Pusat

Lembaga Amil Zakat tingkat pusat dibentuk oleh

lembaga dakwah atau organisasi masyarakat yang

bergerak dibidang dakwah , pendidikan, sosial, dan

kemaslahatan ummat yang telah memiliki jaringan di

sepertiga jumlah provinsi di Indonesia.

Adapun syarat agar LAZ dapat dikukuhkan

menjadi Lembaga Amil Zakat tingkat pusat yaitu:

1) Berbadan hukum

60

Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, h. 60-62.

47

2) Memiliki data muzakki dan mustahik

3) Telah beroperasi minimal selama dua tahun

4) Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit

oleh akuntan publik selama dua tahun terakhir

5) Memiliki wilayah operasi secara nasional

minimal 10 provinsi

6) Telah mampu mengumpulkan dana sebesar

Rp1.000.000.000,- dalam satu tahun

7) Bersedia disurvei oleh tim yang dibentuk oleh

Kementrian Agama dan besedia diaudit oleh

akuntan publik

8) Dalam melaksanakan kegiatan bersedia

berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat

Nasional dan Kementrian Agama.61

b. Lembaga Amil Zakat Tingkat Provinsi

Lembaga Amil Zakat tingkat provinsi dibentuk

oleh organisasi Islam atau lembaga dakwah yang

bergerak di bidang dakwah, pendidikan, kemslahatan

umat yang telah memiliki jaringan di sepertiga dari

jumlah kabupaten di provinsi yang bersangkutan.

Syarat agar dapat dikukuhkan menjadi Lembaga

Amil Zakat tingkat provinsi yaitu :

1) Berbadan hukum

2) Memiliki data muzakki dan mustahik

3) Telah beroperasi minimal dua tahun

61

Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, h. 58-

59.

48

4) Memiliki laporan keuangan yang telah diaudit

oleh akuntan publik selama dua tahun terakhir

5) Memiliki wailayah operasi secara nasional

minimal 40% dari jumlah kabupaten di

provinsi tempat lembaga berada

6) Mendapat rekomendasi dari kantor wilayah

Kementrian Agama provinsi setempat

7) Telah mampu mengumpulkan dana

Rp500.000.000,- dalam satu tahun

8) Bersedia disurvei oleh tim yang dibentuk oleh

kantor wilayah Kementrian Agama provinsi

setempat dan bersedia diaudit oleh akuntan

publik

9) Dalam melaksanakan kegiatan bersedia

berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat

Daerah dan kantor Wilayah Kementerian

Agama provinsi setempat.62

Kewajiban LAZ yang ditetapkan UU No. 23

Tahun 2011 pasal 19 adalah melaporkan pelaksanaan

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara

berkala. Menurut Bagian Kelima pasal 19 LAZ tidak

hanya melapor ke BAZNAS, tetapi juga wajib melapor

ke pemerintah daerah setempat dimana LAZ berada

62

Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, h. 59-

60.

49

secara berkala. Adapun ketentuan pelaporan akan

diatur dalam peraturan Pemerintah.

Terdapat beberapa perubahan yag ada, Nampak

fungsi BAZNAS lebih dimaksimalkan, mulai dari

rekomendasi dan pelaporan. Peraturan UU No. 38

Tahun 2011 bahwa LAZ dapat dibentuk oleh lembaga

dan instansi apapun, selama memenuhi persyaratan

yang ditetapkan. Boleh dibentuk oleh lembaga

pendidikan, pesantren, BUMN/BUMD dan berbagai

instansi negeri maupun swasta.63

63

Profil LPZ, h. 15-16.

50

G. Kerangka Berpikir

Adapun kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam

merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Strategi Public Relation

(Ronald D Smith)

LAZNAS Al Azhar

dengan Muzakki

Menjaga Loyalitas

Implementasi Strategi PR Evaluasi

51

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT

NASIONAL AL AZHAR

A. Sejarah Berdirinya LAZNAS Al Azhar

LAZNAS Al Azhar yang sebelumnya dikenal dengan nama

Al Azhar Peduli Ummat adalah satuan kerja yang dibentuk oleh

Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. Yayasan Pesantren Islam

(YPI) Al-Azhar didirikan pada tanggal 7 April 1952 oleh 14

orang tokoh Islam dan pemuka masyarakat di Jakarta, dengan

nama Yayasan Pesantren Islam.

LAZNAS Al Azhar dibentuk pada tanggal 1 Desember

2004 melalui SK Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang

ditandatangani oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al Azhar, yaitu

H. Rusydi Hamka dan Sekertaris H. Nasroul Hamzah dan telah

mendapat pengukuhan sebagai Lembaga Zakat Skala Nasional

oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui SK Menteri

Agama RI Nomor 240 tahun 2016 pada tanggal 23 Mei 2016.64

Seperti yang sudah diketahui zakat merupakan suatu yang

wajib dikeluarkan oleh setiap muslim. Zakat sendiri adalah

sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang

beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak

menerimanya seperti fakir, miskin, amil, mu‟alaf, hamba sahaya,

gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Zakat merupakan rukun Islam

ketiga dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat

64

http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15 Desember 2019, pukul 20:09 WIB.

52

Islam. Di dalam Al-Qur‟an, Surat At-Taubah ayat 103, Allah

berfirman yang artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah

untuk mereka. sesungguhnya doa kamu itu (menjadi ketentraman

jiwa bagi mereka. dan Allah maha mendengar lagi maha

mengetahui).”

Dari terjemahan ayat di atas diketahui bahwasannya Allah

SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk mengambil zakat dari

harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka

melalui zakat tersebut, juga diperintahkan agar Beliau berdoa dan

beristighfar bagi mereka yang menyerahkan sebagian zakatnya.

LAZNAS Al Azhar berharap dapat menjadi lembaga

filantropi Islam terdepan dalam memberdayakan masyarakat

secara komprehensif sesuai kaidah pada tahun 2020.

B. Profile LAZNAS Al Azhar

1. Profile LAZNAS Al Azhar

Didirikannya LAZNAS Al Azhar ini bertujuan untuk

memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis pendidikan

dan dakwah melalui optimalisasi dana Zakat, Infaq,

Sedekah dan dana sosial kemanusiaan lainnya yang

dibenarkan oleh syariat agama dan bukan berorientasi pada

pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.

2. Karakteristik Lembaga

Sebagai lembaga yang melayani ibadah sekaigus

mengelola dana, LAZ Al Azhar memiliki budaya yang

53

berfungsi sebagai jati diri dan spirit kerja yang terangkum

ke dalam lima sikap yang disebut UMMAT :

U : UNIVERSAL yang bermakna melayani sepenuh

hati pada seluruh aspek kehidupan umat manusia yang

berlaku di setiap tampat dan masa sebagai

implementasi nilai-nilai yang rahmatan lil‟alamin.

M : MANFAAT yang maknanya selalu berupaya

memberikan manfaat kepada orang lain.

M : MARTABAT yang bermakna menjunjung tinggi

harga diri amil, muzakki, dan penerima manfaat.

A : AMANAH yang memiliki makna penuh rasa

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan

melayani ummat.

T : TABLIGH yang bermakna mendidik,

mencerahkan, membina, dan memotivasi diri dan

masyarakat untuk menjadi lebih baik.

3. Domisili Perusahaan

Head Office LAZNAS Al Azhar berlokasi di Jl.

Sisingamaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110.

Kantor ini berfungsi sebagai penerimaan zakat.

Operation Office LAZNAS Al Azhar berlokasi di Jl.

RS. Fatmawati, Jakarta Selatan 12110. Kantor ini berfungsi

sebagai tempat operasional dan aktivitas Amil program.65

65

http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15

Desember 2019, pukul 20:19 WIB

54

C. Visi dan Misi LAZNAS Al Azhar

1. Visi

Visi dari LAZNAS Al Azhar yaitu “Menjadi Lembaga

Amil Zakat yang terpercaya dalam pengelolaan dana Zakat,

Infaq, Sedekah untuk meningkatkan keberdayaan

masyarakat.”

2. Misi

Adapun Misi dari LAZNAS Al Azhar diantaranya :

a. Mengembangkan edukasi Zakat, Infaq, Sedekah,

Wakaf dan layanan berkarakter yang berbasis

teknologi.

b. Mengembangkan program yang komperhensif,

terukur, dan berkelanjutan untuk mendorong

keberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.

c. Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembga

melalui penguatan sistem dan manajemen yang

didukung oleh Sumber Daya Insani yang

profesional.

d. Membangun Kemitraan Berkelanjutan

(Sustainable Partnership) dengan kalangan ABCG

(Academic, Business, Civil Society, Government)

dalam pelaksanaan program.66

66

http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 15

Desember 2019, pukul 20:22 WIB

55

D. Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi LAZNAS Al Azhar

KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN

UMMMAT / MANAGING DIREKTUR

LEMBAGA ZISWAF

KEPALA SEKSI PENGELOLA

ZAKAT / DIREKTUR ZAKAT

KEPALA DIVISI

FUNDKOMPART

KEPALA DIVISI PROGRAM &

PENDAYAGUNAAN

MANAJER

PUBLIK DONOR

MANAJER

KOMUNIKASI &

DIGITAL FUNDING

MANAJER

KELUARGA PRA

SEJAHTERA

MANAJER TATA

USAHA & KEUANGAN

PROGRAM

MANAJER PENGENTASAN

PENGAGGURAN

MANAJER

PEMBERDAYAAN

EKONOMI & PEDESAAN

MANAJER

PENANGGULANGAN

BENCANA

KEPALA DIVISI

KEUANGAN

MANAJER

KEUANGAN

MANAJER GA,

UMUM, IT

MANAJER

SUMBER DAYA

INSANI

KEPALA DIVISI

KELEMBAGAAN

56

E. Produk-produk LAZNAS Al Azhar67

1. Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan

Masyarakat

a. Zakat Pride

Atau zakat, property reduction wwith integrated

development and empowering (pride). Program

terintegrasi yang memformulasikan dana zakat menjadi

program penanggulangan kemiskinan strategis mulai

tahap penyelamatan kebutuhan dasar mustahik,

penguatan, pengembangan, dan ketahanan melalui

pendampingan yang berkesinambungan, progresif,

lebih tepat sasaran dan mampu meningkatkan martabat

kehidupan penerima manfaatnya. Zakat Pride memiliki

beberapa program sebagai berikut :

- Layanan Menuju Mandiri

- Keluarga Berdaya

- Beasiswa 3G

- Ambulan dan Layanan Jenazah Gratis

b. Indonesia Gemilang

Yang disebut juga sebagai Transformasi Indonesia

dari Desa yaitu solusi untuk kemandirian masyarakat

desa melalui program pemberdayaan yang

komperhensif, terukur dan berkelanjutan.

Paradigma baru pemberdayaan masyarakat desa

yang komerhensif dan berkelanjutan dalam sektor

67

http://www.alazharpeduli.com/profil, diakses pada tanggal 3

Februari 2020, pukul 11:00 WIB.

57

pendidikan dan pengetahuan, kesehatan dan

lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan, dan sektor

keagamaan. Sebanyak 35 desa di 11 provinsi dalam

transformasi menjadi desa gemilang. Desa yang

mandiri dengan mengoptimalkan potensi sumber daya

dan kearifan lokal setiap desa.

Pendampingan yang kuat oleh para pendamping

desa yang tinggal bersama masyarakat dan

menjalankan fungsi sebagai fasilitator, motivator,

trainer, mobilisator, katalisator, dan coacher menjadi

salah satu kegemilangan desa. Keberadaan Saung Ilmu

sebagai knowledge center di setiap desa yang berfungsi

sebagai pusat musyawarah dan interaksi masyarakat,

wadah merancang program-program pembangunan

desa, dan sebagai pusat pengetahuan seluruh lapisan

masyarakat desa juga menjadi kunci terbangunnya

keberdayaan masyarakat desa.

Dalam hal ini juga terdapat model-model

pemberdayaan desa inovatif yang siap untuk di-

replikasi ke desa-desa di Indonesia seperti:

- Desa swasembada pangan

- Desa mandiri nutrisi

- Desa mandiri pupuk

- Desa pelestarian hutan dan lingkungan

- Desa penyaji akkses pengetahuan dan

keterampilan masyarakat

- Desa penggerak ekonomi non ribawi

58

- Desa memiliki kelompok usaha bersama

- Desa penekan kematian bayi dan ibu hamil

- Desa pengawal nilai-nilai toleransi beragama

2. Pengentasan Pengangguran dan Pemberdayaan Pemuda

Produktif

a. Rumah Gemilang Indonesia

Yaitu program yang memiliki solusi menekan

jumlah pengangguran pemuda usia produktif di

Indonesia. Menebar nilai-nilai kemandirian kepada

ribuan generasi muda produktif putus sekolah dari 89

kota atau kabupaten se Indonesia melalui program-

program pendidikan dan pelatihan (diklat)

keterampilan Desain Grafis, Teknik Komputer dan

Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata Busana,

Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.

Selama enam bulan pula mereka digembleng

menjadi pemuda berkeahlian, memiliki wawasan

pengetahuan dan keagamaan yang luas, berakhlak baik

dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi, serta

memiliki semangat mandiri dan kemampuan leadership

yang baik dengan mengadopsi platform pondok

pesantren bagi pembinaan pesertanya.

Program yang didesain dan dijalankan oleh

LAZNAS Al Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi

trendsetter atau model solusi pengurangan angka

59

pengangguran khususnya pemuda usia produktif yatim

dari keluarga kurang mampu.

3. Pemberdayaan Ekonomi, Infrastruktur dan Konservasi

Lingkungan

a. Sejuta Berdaya

Yang berarti solusi mewujudkan keberdayaan

ekonomi non riba yang berkah dan berkelanjutan.

Sejuta berdaya, penggunaan dana zakat, infaq, al

qardhul hasan dan CSR untuk pemberdayaan ekonomi

berbasis kelompok. Sebanyak 18 kelompok swadaya

masyarakat dengan ribuan anggota telah diberikan

penguatan pengetahuan dan keterampilan, akses modal

usaha dari dana kebajikan, dan akses pemasaran

produk usaha mikro.

Entry point terbentuknya lembaga keuangan mikro

masyarakat dengan sistem koperasi ini mengedepankan

kebersamaan dalam ta‟awun dan menjaga nilai-nilai

mu‟amalah syari‟ah non riba. Usaha jalan terus, ibadah

tidak putus, krluarga terurus, rentenir putus, itulah

wujud keberdayaan penuh berkah dan berkelanjutan.

b. Konserasi Lingkungan

Pengadaan berbagai infrastuktur sarana

pendidikan, kesehatan, keagamaan dan kesejahteraan.

Bersama masyarakat merancang pembangunan

infrastruktur desa sesuai kebutuhan yang darurat.

Melaksanakan pembangunan penuh semangat gotong

60

royong dengan mengoptimalkan sumber daya dan

potensi lokal. Menjaga dan mengawal keberadaan

infrastuktur dan memastikannya tepat sasaran dan sarat

manfaat bagi peningkatan kesejahteraan yang

menyeuruh serta secara konsisten mengindahkan

kelestarian lingkungan sesuai kaidah.

Pembangunan infrastuktur keberdayaan

masyarakat yang didukung dengan partisipasi

masyarakat yang kuat mulai tahap perencanaan,

pellaksanaan, pembangunan sampai pemeliharaan

mampu mengokohkan keberadaannya sekaligus

mampu menekan biaya pembangunan menjadi lebih

efisien dan efektif.

Infrastuktur sarana pendidikan yaitu membangun

dan merenovasi lebih dari 100 madrasah, pondok

pesantren, sekoah, saung ilmu, dan majelis taklim.

Infrastruktur sarana ibadah yaitu membangun dan

merenovasi 80 musholla atau surau dan masjid di

daerah terpencil dan pondok pesantren.

Infrastruktur kesejahteraan yaitu dengan

membangun lima KM jalan poros desa, dua bangunan

pembangkit listrik tenaga mikro hydro, tujuh rumah

pengolahan pupuk organic penataan irigasi,

Infrastruktur sara kesehatan yaitu pembangunan 33

puskesmas, balai pengobatan umum, poliklinik dan

posyandu desa.

61

c. Infralink

4. Penanggulangan Bencana dan Jaringan Relawan

a. Formula

FORMULA (Formula, Religion, Medic,

Livelihood Aid) cara tepat dalam menangani bencana

yang meliputi formulasi penting mulai dari tahap

tanggap darurat, penanganan pengungsi, upaya

pancarian dan penyelamatan korban bencana

dilanjutkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar

mereka hingga upaya mengembalikan kondisi mereka

pasca bencana seperti kondisi semula bahkan lebih

baik.

Ditahap pemulihan, dengan program Recovery

Indonesia, LAZNAS Al Azhar melaksanakan

pemulihan paska bencana secara psikis, fisik dan

ekonomi. Recovery psikis dan fisik, dibangun dan

dibenahi rumah warga korban bencana, pembenahan

rumah ibadah, madrasah dan pengadaan fasilitas air

bersih. Dalam pemulihan ekonomi, digulirkan dana

akses permodalan kepada para petani korban bencana.

b. Recovery Indonesia

1) Pemulihan Kondisi Psikis

Program Trauma Healing untuk

mengemblikan senyum dan keceriaan para korban

harus terus di jaga agar semangat hidup tetap

membara ditengan bencana melanda

62

2) Pemulihan Kondisi Fisik

Renovasi atau rekonstruksi infrastruktur

pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan

keagamaan, seperti madrasah, sekolah, posyandu,

puskesmas, rumah tinggal, sarana air bersih, irigasi

pasar tradisional, musholla dan masjid

3) Pemulihan Ekonomi

Memulihkan kembali ekonomi korban

bencana agar tidak terjebak dalam zona

kemiskinan dengan memberikan pemdampingan

dan akses modal atau asset.

c. Volunteer Network

Merupakan wadah kegiatan sosial para siswa atau

siswi SDI-SMPI-SMAI Al Azhar, program ini bagian

dari edukasi kepedulian (EduCare) untuk

menumbuhkan kesalehan sosialnya yang dikemas

dalam sebuah program menarik berdasarkan kebutuhan

masyarakat di lingkungan sekolah masing-masing.

Para siswa membentuk kelompo dan pengurus

kemudian mendapat pelatihan dan pendampingan dari

tim LAZ Al Azhar tentang penyusunan program,

fundraising, pelaksanaan program, pembukuan dan

pelaporan.

5. Perbaikan Anak Yatim dan Dhuafa

a. My Heart For Yatim

Program komperhensif bagi upaya memperbaiki

dan memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa

63

dalam sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka

penghargaan dan pengembangan bakat dan potensi

yatim yang dikemas dalam myHEART for Yatim yang

dijabarkan dengan :

1) Health (Kesehatan) : layanan pengobatan,

konsultasi kesehatan, edukasi perilaku hidup

bersih, sehat sesuai Islam dan khitan.

2) Education (Pendidikan) : beasiswa sekolah,

pendampingan dan bimbingan belajar, bantuan

perlengkapan dan penunjang sekolah, study

tour.

3) Appreciation (Penghargaan) : penghargaan

untuk prestasi akademik dan non akademik,

hadiah atau kado pada acara atau momen

tertentu.

4) Religion (Kegamaan) : baca dan tulis Al

Qur‟an, hafalan Al Qur‟an, spiritual motivation,

character building, perlengkapan sholat,

jambore pesantren yatim.

5) Talent Support (Minat Bakat) : pembinaan

bakat dan potensi yatim dan pelatihan ragam

keterampilan.

Lebih dari 200 anak yatim dhuafa yang tersebar di

Solo, Wonogiri, Surabaya, Bogor, tangerang, Depok,

Bekasi dan lima wilayah Jakarta telah menjadi

penerima manfaat program komperhensif dengan

pembinaan berkelanjutan bagik bagi anak-anak yatim

64

dhuafa, orang tya atau wali yatim dan lingkungan

untuk masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

Termasuk penguatan parenting bagi orang tua atau

walinya.

6. Layanan Edukasi dan Inspirasi

a. Kajian Ekonomi Islam

b. Student Charity Club

c. Prima

65

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Strategi Aktivitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar

terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki.

1. Tahap Perencanaan

Setiap perusahaan yang memiliki public relation

memiliki proses perencanaan tindakan dengan

memperhatikan kekuatan eksternal dan internal, perumusan

kebijakan, dan memastikan pelaksanaan berjalan secara

tepat guna mencapai hasil akhir yang di harapkan.

Begitu pula dengan aktivitas kehumasan LAZNAS Al

Azhar terkait penggunaan media dan loyalitas muzakkinya

dengan menjadi penghubung dan penyebar informasi dari

lembaga kepada muzakki maupun opini muzakki kepada

lembaga.

Pada awalnya LAZNAS Al Azhar dikenal dengan nama

Al Azhar Peduli Ummat yang merupakan satuan kerja yang

dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ahmad

Priyanto selaku tim public relation dari laznas al azhar

diketahui bahwa public relation LAZNAS Al Azhar

memiliki cara awal tersendiri dalam menjaga loyalitas

muzakkinya yaitu dengan cara mencari, melengkapi, dan

mengenal lebih pribadi masing-masing muzakki yang

disebut juga dengan profiling donatur.

66

“eee untuk awal, strateginya pasti kita cari data

Muzakki dan melengkapi selengkap-lengkapnya

data Muzakki tersebut. Dan eee biasanya kita

sebut profiling donatur juga.”68

Profiling donatur juga dilakukan dengan mencari tahu

tentang pekerjaan, minat dan hobi dari para muzakki yang

berdonasi di LAZNAS Al Azhar.

“Profiling donatur itu kita eee kalo bisa, sebisa

mungkin tau backgroundnya donatur kita tuh ee

gimana, siapa, dan pekerjaannya apa. Paling ngga

minimal itu yang kita cari diawal. Langkah awal

kita seperti itu. Kita juga mencari tau apa yang

mereka butuhin, hobi yang mereka suka. Nah itu

termasuk ke dalam profiling donatur itu. Hobi

mereka tuh apasih, jadi kita kaya udah lebih akrab

sama donatur dengan mengetahui profile

mereka.”69

Profiling donatur didapat dengan cara mengirimkan

broadcast dan pesan pribadi melalui akun whatsapp laznas

al azhar, yang data-datanya didapatkan dari event-event

yang digelar oleh laznas al azhar seperti event Ramadhan

dan event Qurban. Hal tersebut dilakukan agar muzakki dan

calon muzakki mengetahui tentang laznas al azhar dan

program-program yang berejala dan juga untuk menarik

mereka untuk ikut berdonasi.

“Eee oke kalo itu biasanya banyak juga yang tau

dari broadcast. Karna kita LAZ Al Azhar biasanya

broadcastnya itu random. Walaupun eee belom

punya eh walaupun si calon donatur ini belum

pernah berdonasi di kita, Namanya juga calon yah

68 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

69

Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

67

eee dan kita punya data kontaknya mereka itu kita

tetep broadcastin supaya mereka eee apa.. mereka

tau mereka aware tentang LAZ Al Azhar dan

mereka tau tentang program-program yang asda

di LAZ Al Azhar. Dan bikin mereka tertarik untuk

berdonasi. Nah kita dapet data base itu biasanya

dari eee event-event kita. Kita ngundang eee

kahalayak umum untuk datang ke event kita

walaupu mereka belum berdonasi ke kita gapapa

yang penting kita dapat data base mereka dan kita

olah untuk minimal itu broadcast eeee WA tadi.

Karna itu yang paling efektif.”70

Selain dengan profiling donatur, public relation

LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi yang dilakukan

dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online

dan offline. Cara online yang dilakukan public relation

laznas al azhar yaitu dengan memberikan info-info terbaru

terkait kegiatan lembaga melalui media sosial yang dimiliki

oleh LAZNAS Al Azhar dan juga mengadakan event-event

terkait dengan kegiatan yang sedang dilakukan oleh

LAZNAS Al Azhar. Media sosial yang digunakan oleh

LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi adalah

whatsapp, instagram, facebook dan twitter.

“Kalau media pastinya social media. Social

medianya seperti whatsapp, instagram, facebook,

twitter, dan beberapa media lainnya sih.”71

70 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

71

Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

68

Sedangkan cara offline nya adalah dengan menyebarkan

brosur, katalog maupun majalah.

“Eee ada juga yang kedua itu kita sebar brosur

atau katalog dan kirim majalah ke alamat

donatur.”72

LAZNAS Al Azhar juga memiliki strategi yaitu menjalin

kerja sama dengan beberapa mitra yang semakin

memudahkan muzakki dalam membayarkan zakatnya.

2. Tahap Implementasi

Yang dilakukan LAZNAS Al Azhar dalam menjalankan

strategi yang sesuai dengan visi misi lembaga dalam hal ini

LAZNAS Al Azhar menggunakan saluran media sosial.

Media sosial yang paling efektif bagi public relation

LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi adalah

whatsapp.

“Yang paling efektif banget, yang pertama adalah

broadcast Whatsapp. Nah karna itu eee kalo

broadcast Whatsapp itu bisa lebih intens sih

komunikasinya. Jadi ketika kita mengirimkan

broadcast, si donaturnya bisa menanyakan

langsung eee terkait informasi yang kita kirimkan.

Feedbacknya lebih cepet. Nah itu untuk yang eee

yang paling efektif.”73

72 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

73

Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

69

Gambar 4.1 contoh broadcast WhatsApps

Seiring dengan semakin berkembangnya sosial media di

kalangan masyarakat, selain whatsapp LAZNAS Al Azhar juga

memperluas penyebaran informasi terkait dengan program-

program yang terdapat di LAZNAS Al Azhar maupun info-info

terkait event serta kejadian seperti bencana alam ataupun kejadian

luar biasa lainnya yang sedang terjadi di sekitar menggunakan

media sosial lain seperti facebook, instagram dan juga twitter.

“Kalau media pastinya social media. Social medianya

seperti whatsapp, instagram, facebook, twitter, dan

beberapa media lainnya sih.” 74

74 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

70

Gambar 4.2 Social Media Laznas Al Azhar

Konten-konten yang berisikan info terkini terkait

kegiatan lembaga disebarkan di sosial media LAZNAS Al

Azhar dirasa menjadi daya tarik sekaligus bisa menjadi

bukti digital bagi donatur untuk tetap berdonasi di

LAZNAS Al Azhar.

“Oke selain kita update konten-konten tentang

program yang sedang berjalan di LAZ Al Azhar

kita juga mengupdate setiap kegiatan eee misalnya

contoh lagi ada bencana atau kejadian apa yang

sedang terjadi di sekitar, biasanya kita membuat

konten per eeee by moment ya. Kayak apa saja

langkah yang sudah LAZ Al Azhar lakukan dalan

bencana tersebut agar donatur atau muzakki juga

71

bisa melihat langkah apa yang kita lakukan eee

atau bisa dibilang updetan kegiatan dilapangan.

Ya itu itu penting eh itu yang jadi daya Tarik

mereka dan bikin mereka semakin tertarik untuk

berdonasi di LAZ Al Azhar. Karna itu juga bisa

jadi bukti untuk para donatur.”75

LAZNAS Al Azhar meyebarkan dan memperbarui setiap

info yang dimiliki setiap harinya ke media sosial agar

donatur lama maupun calon donatur yang ingin mengetahui

lebih dalam mengenai program-program yang sedang

berjalan dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang

mereka butuhkan, baik melalui dialog langsung dengan

mengirim pesan ke whatsapp ataupun dengan melihat kabar

terbaru di media sosial milik LAZNAS Al Azhar.

“Eee kalo untuk berapa banyak dan berapa hari

sih nggak ada ketentuan ya. Tapi paling nggak,

dalam satu hari selalu ada konten yang kita

update ke media social terkait kegiatan atau

program yang sedang atau program yang akan

kita lakukan mendatang.”76

75 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

76

Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

72

Gambar 4.3 contoh program kegiatan yang di share melalui

Social Media

Selain melalui sosial media, LAZNAS Al Azhar juga

bekerja sama dengan beberapa mitra seperti bank BNI,

Mandiri, BCA, Danamon, BTN, CIMB, Permata, MyBank

dan BRI maupun e-commers untuk membuat muzakki

semakin yakin dan mempermudah para muzakki dalam

menyalurkan donasinya.

Gambar 4.4 Mitra LAZNAS Al Azhar

73

Selain melalui jalur online tim public relation LAZNAS

Al Azhar pun memiliki strategi lain guna menjaga

silaturahmi dan juga loyalitas muzakki dengan cara offline

yaitu dengan menyebar brosur-brosur di tempat

berlangsungnya event yang digelar oleh LAZNAS Al Azhar

juga di masjid-masjid mitra LAZNAS Al Azhar maupun

mengirimkan majalah ke alamat-alamat donatur atau

muzakki dalam jangka waktu tertentu.

“Yang paling utama pastinya di Masjid Agung Al

Azhar karena basecamp kita ada di Masjid Agung

Al Azhar. Yang kedua di eeee event-event publik.

Kalau ada event di eee atau contohnya kayak

contohnya kayak car free day itu kita juga sebar di

sana biasanya. Dan di … kita juga titip di Masjid-

Masjid mitranya LAZ Al Azhar. Untuk eee untuk

pengiriman majalah saat ini per dua bulan

sekali.”77

77 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

74

Gambar 4.5 contoh majalah yang dibuat LAZNAS Al Azhar

Penyebaran brosur maupun katalog dilakukan di masjid-

masjid yang menjadi mitra LAZNAS Al Azhar maupun di

kantor-kantor cabang LAZNAS Al Azhar yang tersebar di

kota-kota besar di Indonesia.

“Kalau masjid ada masjidnya PU. Nama-namanya

saya agak lupa. Trus masjid di senayan, ada

albina senayan, terus masjid at taqwa di daerah

mampang, dan beberapa masjid lainnya. Banyak

sih mitranya LAZ Al Azhar. Di seluruh Indonesia,

di setiap kantor-kantor perwakilan mereka di

haruskan untuk sebar katalog atau brosur karna

kita kan eee mencetak memang untuk informasi ke

donatur atau calon donatur ya kita sebutnya.”78

78 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

75

Gambar 4.6 kontak layanan LAZNAS Al Azhar Jakarta

Adapun program-program unggulan yang dimiliki

LAZNAS Al Azhar yang mampu menarik minat donatur

untuk tetap mempercayakan sebagian harta yang

dimilikinya dalam program My HEART for Yatim dan juga

Rumah Gemilang Indonesia.

Program komperhensif bagi upaya memperbaiki dan

memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa dalam

sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka penghargaan

dan pengembangan bakat dan potensi yatim yang dikemas

dalam My HEART for Yatim.

Rumah Gemilang Indonesia atau disingkat menjadi RGI

adalah Yaitu program yang memiliki solusi menekan

jumlah pengangguran pemuda usia produktif di Indonesia.

Menebar nilai-nilai kemandirian kepada ribuan generasi

muda produktif putus sekolah dari 89 kota atau kabupaten

se Indonesia melalui program-program pendidikan dan

pelatihan (diklat) keterampilan Desain Grafis, Teknik

Komputer dan Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata

Busana, Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.

76

Selama enam bulan pula mereka digembleng menjadi

pemuda berkeahlian, memiliki wawasan pengetahuan dan

keagamaan yang luas, berakhlak baik dan memiliki

kepedulian sosial yang tinggi, serta memiliki semangat

mandiri dan kemampuan leadership yang baik dengan

mengadopsi platform pondok pesantren bagi pembinaan

pesertanya.

Program yang didesain dan dijalankan oleh LAZNAS Al

Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi trendsetter atau

model solusi pengurangan angka pengangguran khususnya

pemuda usia produktif yatim dari keluarga kurang mampu.

“Eee untuk program2 LAZ Al Azhar yang pertama

itu My Heart for Yatim eee donatur cukup tertarik

kalau udah udah di jelasin tentang program

tersebut. nah yang kedua memang program

unggulan di LAZ Al Azhar itu eee Rumah

Gemilang Indonesia atau RGI nah itu program

diklat selama enam bulan untuk kaum menengah

kebawah untuk usia 17 sampai 30 tahun. Yang

paling utama yang paling kita utamain memang

yang putus sekolah supaya mereka tetep punya

keterampilan dan bisa bersaing di dunia kerja.

Eee kalo memang ada yang sudah lulus sekolah

dan ingin melajutkan eee punya keterampilan

lebih, boleh juga masuk ke RGI dan itu gratis

Selama enam bulan.”79

79 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

77

Gambar 4.7 Program My Heart for Yatim

Gambar 4.8 Program Rumah Gemilang Indonesia

3. Tahap Evaluasi

Pada fase terakhir ini adalah untuk mengetahui

efektifitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan

untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan yang

Ahmad Priyanto selaku public relation LAZNAS Al Azhar,

78

strategi yang dilakukan sudah sejalan dengan visi misi

lembaga yaitu salah satunya adalah membangun kemitraan

berkelanjutan atau sustainable partnership dengan kalangan

ABCG yaitu academic, bussines, civil society, government

dalam pelaksanaan program.

“Kalau ee untuk sejalan, pastinya sudah sejalan

dengan visi misi karena patokan kita pastinya visi

misi LAZ Al Azhar. Visi misi yang sejalan itu

pastinya membangun kemitraan berkelanjutan

atau sustainable partnership dengan kalangan

ABCG yaitu academic, bussines, civil society,

government dalam pelaksanaan program. Nah

itulah visi misi keempat yang paling sejalan

dengan strategi yang dilakukan.”80

Gambar 4.9 Award yang diperoleh

Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al Azhar

setelah menggunakan strategi-strategi untuk menjaga

loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki yang tetap

memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar, adalah

80 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

79

bertambahnya jumlah donasi dan juga sebagian besar

muzakki atau donatur yang rutin berdonasi di LAZNAS Al

Azhar mengajak kerbat-kerabatnya untuk ikut berdonasi di

LAZNAS Al Azhar.

“Paling utama pastinya donasinya makin banyak,

makin nambah. Karena ketika si donatur atau

Muzakki ini makin loyal ke kita, mereka akan

mengajak saudara atau teman-temannya untuk

berdonasi di al azhar. Nah itu sangat sering

terjadi sih di Lembaga kita. Referensi eee terkait

Lembaga LAZ Al Azhar itu melalui mereka.”81

Tabel 4.1

Data Penerimaan Muzakki

No. Tahun Jumlah Data

1. 2016 8.299

2. 2017 16.193

3. 2018 16.862

4. 2019 18.202

5. Sampai Mei 2020 9.014

Pada fase ini public relation LAZNAS Al Azhar juga

melakukan evaluasi internal mengenai strategi yang telah

dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki. Seperti saat

terjadinya kendala pada saat menyebarkan informasi baik

online maupun offline. Kendala yang terjadi pada dengan

jalur offline lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan

jalur online misalnya terjadinya penolakan pada saat

pembagian brosur maupun katalog.

81

Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation LAZNAS Al

Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

80

Yang dilakukan public relation LAZNAS Al Azhar yaitu

dengan tetap bersikap sopan dan menunjukan sikap

menghargai keputusan juga tidak bersikap memaksa

masyarakat untuk menerima atau menolak brosur maupun

katalog yang dibagikan. Juga untuk tetap bersikap optimis

dan menjelaskan tentang program-program yang dijalankan

oleh LAZNAS Al Azhar secara jelas dan benar.

“Eee kalo kendala yang eee yang dirasakan eee

apa yaa? Kalo kendala yang paling sering

dirasakan paling ini sih ketika eee contohnya kan

kalo sebar katalog atau brosur eee lebih banyak

penolakan apalagi kalo kita yaa di Lembaga zakat

ya Lembaga social, biasanya mereka udah

mikirnya merekaa… eee kita kayak minta

sumbangan. Padahal kita adalah Lembaga yang

memfasilitasi mereka. Justru kita… kita sih merasa

membantu memfasilitasi mereka dalam berdonasi

ya, gitu. Nah itulah yang membuat kita tetap pede

dengan Lembaga kita karna kita tuh sebenarnya

fasilitator mereka. Walaupun banyak penolakan ee

bukan berarti mereka nggak mau donasi sih

sebenrnya. Mungkin saat itu mereka belum mau

berdonasi. Tapi paling nggak, eee informasi eee

apa Namanya… dari sekian penolakan pastinya

kan ada yang nerima. Nah mudah-mudahan

informasi yang diterima itu efeknya lebih efektif ke

mereka.”82

“Oke paling nggak kita eee berusaha meyakinkan

mereka sih bahwa program-program kita itu

program-program yang banyak diminati mereka

gitu. Eee contohnya kayak program yatim itu

sangat eeee kita sebutnya “menjual” ya. Nah

paling eee meyakinkan tapi tidak memaksa ya.

82 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

81

Karna eeee kalo memaksa ya takutnya mereka

justru jadi risih dan membawa efek buruk ke

Lembaga kita. Tapi paling nggak kita meyakinkan

dan mencoba eee menawarkan program yang ada

di kita. Gitu aja sih paling.”83

83 Wawancara dengan Ahmad Priyanto (Tim public relation

LAZNAS Al Azhar) Jakarta, 12 Mei 2020.

82

BAB V

PEMBAHASAN

A. Strategi Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar

Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki

1. Tahap Perencanaan

Strategi public relations, yaitu adalah alternatif optimal

yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public

relations dalam kerangka suatu humas (public relations).84

Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu teori menurut Ronald D. Smith dalam buku (Strategic

Planning for Public Relations) terdapat sembilan langkah

yang kemudian terbagi dalam empat tahap untuk membuat

strategic plan yang dinamai the Nine Steps of Strategic

Public Relations, dengan tahap pertama yaitu Formative

Research.85

Riset formatif atau riset strategis adalah kegiatan

pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

dan menganalisa situasi yang dihadapi. Begitu juga dengan

strategi yang dilakukan oleh public relation LAZNAS Al

Azhar dalam menjaga loyalitas muzakkinya yang

sebelumnya dikenal dengan nama Al Azhar Peduli Ummat

84

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

(Konsepsi dan Aplikasi). (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Edisi

Revisi. Cet, ke-3, h. 52. 85

Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation; (New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc 2004), h.119.

83

adalah satuan kerja yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren

Islam Al Azhar.

Tim public relation LAZNAS Al Azhar memiliki cara

awal tersendiri dalam menjaga loyalitas muzakkinya yaitu

dengan cara mencari, melengkapi, dan mengenal lebih

dengan pribadi masing-masing muzakki yang disebut juga

dengan profiling donatur.

Profiling donatur dilakukan dengan mencari tahu tentang

pekerjaan, minat dan hobi dari para muzakki yang

berdonasi di LAZNAS Al Azhar. Seperti tahap yang

terdapat di dalam langkah-langkah menurut Ronald D.

Smith yaitu mengidentifikasikan dan menganalisa publik

yang menjadi sasaran. Hal ini akan membuat perusahaan

mampu mengatur prioritas dalam berhubungan dengan

publiknya yang beragam.86

Langkah selanjutnya adalah tahap di mana antara

kegiatan atau aksi dipadukan dengan respon yang akan

diterima dan membuat langkah-langkah apa yang harus

dilakukan berbagai situasi dan membuat komunikasi yang

efektif, tahap ini berhubungan dengan beragam keputusan

yang diambil terhadap pesan yang disampaikan, seperti:

sumber yang akan menyampaikan pesan kepada publik

kunci, isi dari pesan, bunyi dan gayanya dan lain-lain.

Sejalan dengan yang dilakukan oleh public relation

LAZNAS Al Azhar yaitu pada strategi profiling donatur

86

Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation, h. 119.

84

didapat dengan cara mengirimkan broadcast dan pesan

pribadi melalui akun whatsapp laznas al azhar, yang data-

datanya didapatkan dari event-event yang digelar oleh

laznas al azhar seperti event Ramadhan dan event Qurban.

Hal tersebut dilakukan agar muzakki dan calon muzakki

mengetahui tentang laznas al azhar dan program-program

yang berejala dan juga untuk menarik mereka untuk ikut

berdonasi.

Selain dengan profiling donatur, public relation

LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi yang dilakukan

dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online

dan offline.

2. Tahap Implementasi

Implementasi strategi adalah pelaksanaan dari strategi-

strategi yang sudah dirumuskan. Implementasi strategi ini

berarti menggerakkan karyawan untuk melaksanakan

strategi yang dirumuskan dalam bentuk tindakan. Kegiatan

yang termasuk dalam implementasi strategi adalah

pengembangan budaya dalam mendukung strategi,

penyusunan struktur organisasional yang efektif, persiapan

anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem

informasi yang masuk.87

Pada tahap ini langkah yang digunakan adalah memilih

taktik komunikasi, memilih saluran apa yang akan

87

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba

Empat, 2002), h. 6-7.

85

digunakan dalam menyampaikan pesan seperti komunikasi

tatap muka (face to face communication), organizational

media, media berita, dan media promosional dan lainnya.

Public relation LAZNAS Al Azhar memiliki dua strategi

yang dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki, yaitu

dengan cara online dan offline. Cara online yang dilakukan

public relation LAZNAS Al Azhar yaitu dengan

memberikan info-info terbaru terkait kegiatan lembaga

melalui media sosial yang dimiliki oleh LAZNAS Al Azhar

dan juga mengadakan event-event terkait dengan kegiatan

yang sedang dilakukan oleh LAZNAS Al Azhar. Media

sosial yang digunakan oleh laznas al azhar dalam

menyebarkan informasi adalah whatsapp, instagram,

facebook dan twitter. Sedangkan cara offline nya adalah

dengan menyebarkan brosur, katalog maupun majalah.

Yang dilakukan LAZNAS Al Azhar dalam menjalankan

strategi yang sesuai dengan visi misi lembaga dalam hal ini

LAZNAS Al Azhar menggunakan saluran media sosial.

Media sosial yang paling efektif bagi public relation laznas

al azhar dalam menyebarkan informasi adalah whatsapp.

Seiring dengan semakin berkembangnya sosial media di

kalangan masyarakat, selain whatsapp LAZNAS Al Azhar

juga memperluas penyebaran informasi terkait dengan

program-program yang terdapat di LAZNAS Al Azhar

maupun info-info terkait event serta kejadian seperti

bencana alam ataupun kejadian luar biasa lainnya yang

86

sedang terjadi di sekitar menggunakan media sosial lain

seperti facebook, instagram dan juga twitter.

Konten-konten yang berisikan info terkini terkait

kegiatan lembaga disebarkan di sosial media LAZNAS Al

Azhar dirasa menjadi daya tarik sekaligus bisa menjadi

bukti digital bagi donatur untuk tetap berdonasi di

LAZNAS Al Azhar.

Selain melalui jalur online tim public relation LAZNAS

Al Azhar pun memiliki strategi lain guna menjaga

silaturahmi dan juga loyalitas muzakki dengan cara offline

yaitu dengan menyebar brosur-brosur di tempat

berlangsungnya event yang digelar oleh LAZNAS Al Azhar

juga di masjid-masjid mitra LAZNAS Al Azhar maupun

mengirimkan majalah ke alamat-alamat donatur atau

muzakki dalam jangka waktu tertentu.

Penyebaran brosur maupun katalog dilakukan di masjid-

masjid yang menjadi mitra LAZNAS Al Azhar maupun di

kantor-kantor cabang LAZNAS Al Azhar yang tersebar di

kota-kota besar di Indonesia.

Program komperhensif bagi upaya memperbaiki dan

memuliakan kehidupan anak-anak yatim dhuafa dalam

sektor kesehatan pendidikan, keagmaan, aneka penghargaan

dan pengembangan bakat dan potensi yatim yang dikemas

dalam myHEART for Yatim.

Rumah Gemilang Indonesia atau disingkat menjadi RGI

adalah Yaitu program yang memiliki solusi menekan

jumlah pengangguran pemuda usia produktif di Indonesia.

87

Menebar nilai-nilai kemandirian kepada ribuan generasi

muda produktif putus sekolah dari 89 kota atau kabupaten

se Indonesia melalui program-program pendidikan dan

pelatihan (diklat) keterampilan Desain Grafis, Teknik

Komputer dan Jaringan, Fotografi dan Videografi, Tata

Busana, Aplikasi Perkantoran, dan Teknik Otomotif.

Selama enam bulan pula mereka digembleng menjadi

pemuda berkeahlian, memiliki wawasan pengetahuan dan

keagamaan yang luas, berakhlak baik dan memiliki

kepedulian sosial yang tinggi, serta memiliki semangat

mandiri dan kemampuan leadership yang baik dengan

mengadopsi platform pondok pesantren bagi pembinaan

pesertanya.

Program yang didesain dan dijalankan oleh LAZNAS Al

Azhar sejak tahun 2009 ini telah menjadi trendsetter atau

model solusi pengurangan angka pengangguran khususnya

pemuda usia produktif yatim dari keluarga kurang mampu.

3. Tahap Evaluasi

Pada fase terakhir ini adalah untuk mengetahui

efektifitas berbagai taktik komunikasi yang digunakan

untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan.

Tahap ini adalah tahap akhir di mana dikembangkan

metode spesifik dalam mengukur keefektifan dari strategi

yang ditempuh.88

88

Ronald D. Smith, Strategic Planning for Public Relation, h. 119.

88

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan yang

Ahmad Priyanto selaku public relation LAZNAS Al Azhar,

strategi yang dilakukan sudah sejalan dengan visi misi

lembaga yaitu salah satunya adalah membangun kemitraan

berkelanjutan atau sustainable partnership dengan kalangan

ABCG yaitu academic, bussines, civil society, government

dalam pelaksanaan program.

Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al Azhar

setelah menggunakan strategi-strategi untuk menjaga

loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki yang tetap

memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar, adalah

bertambahnya jumlah donasi dan juga sebagian besar

muzakki atau donatur yang rutin berdonasi di LAZNAS Al

Azhar mengajak kerbat-kerabatnya untuk ikut berdonasi di

LAZNAS Al Azhar.

Pada fase ini public relation LAZNAS Al Azhar juga

melakukan evaluasi internal mengenai strategi yang telah

dilakukan dalam menjaga loyalitas muzakki. Seperti saat

terjadinya kendala pada saat menyebarkan informasi baik

online maupun offline. Kendala yang terjadi pada dengan

jalur offline lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan

jalur online misalnya terjadinya penolakan pada saat

pembagian brosur maupun katalog.

Yang dilakukan public relation LAZNAS Al Azhar yaitu

dengan tetap bersikap sopan dan menunjukan sikap

menghargai keputusan juga tidak bersikap memaksa

masyarakat untuk menerima atau menolak brosur maupun

89

katalog yang dibagikan. Juga untuk tetap bersikap optimis

dan menjelaskan tentang program-program yang dijalankan

oleh LAZNAS Al Azhar secara jelas dan benar.

Tabel 5.1 Strategi Aktivitas Kehumasan

No Tahapan Strategi Ringkasan Penemuan

1. Perencanaan Pada tahap perencanaan strategi

yang terlibat adalah pihak internal

dari tim Public Relation LAZNAS

Al Azhar. adapun materi pada

perencanaan ini tentang cara awal

yang digunakan untuk menjaga

loyalitas muzakki. Setalah itu tim

LAZNAS Al Azhar merencanakan

penyebaran informasi melalui

media online maupun offline.

2. Implementasi Pada tahap ini LAZNAS Al Azhar

menyampaikan informasi berupa

program-program yang dijalankan,

kegiatan apa saja yang sudah

dilakukan serta laporan-laporan

kerja lainnya yang menjadi bukti

digital bagi muzakki untuk

mengetahui bagaimana cara Al

Azhar mengalokasikan dana

90

muzakki di media sosial yang

dimiliki oleh LAZNAS Al Azhar

seperti Whatsapp, Facebook,

Instagram, Twitter maupun website

lembaga. Seperti halnya pada saat

Ramadhan, LAZNAS Al Azhar

mengupdate tentang mudahnya

berzakat ditengah pandemik yang

melanda kota-kota besar maupun

daerah-daerah yang ada di Indonesia

yaitu berzakat dengan cara drive

thru. Muzakki juga tidak perlu

khawatir untuk datang ke konter-

konter LAZNAS secara langsung

guna membaryarkan zakatnya

karena amil-amil yang berjaga di

konter sudah memakai APD lengkap

dan aman dalam membantu muzakki

mendonasikan zakatnya kepada

LAZNAS Al Azhar.

Selain menggunakan media online

sebagai media dalam menyebarkan

info-info yang ditujukan kepada

muzakki dan masyarakat luas,

LAZNAS Al Azhar juga

91

menggunakan media offline sebagai

cara untuk menyebarkan banyak

informasi kepada muzakki dan

masyarakat dengan craa

menyebarkan brosur di sekitar

Masjid yang menjadi mitra

LAZNAS Al Azhar, dan juga di

kantor-kantor cabang LAZNAS Al

Azhar yang tersebar di seluruh

Indonesia. Kemudian LAZNAS Al

Azhar juga mengirimkan majalah

yang berisikan informasi terkait

donasi dan program bulanan yang

dilakukan LAZNAS Al Azhar ke

alamat muzakki yang sudah terdata

oleh LAZNAS Al Azhar dalam

jangka waktu dua bukan sekali.

3. Evaluasi Dalam tahap ini tim dari LAZNAS

Al Azhar yang menjalankan

kehumasan terkait penggunaan

media dan loyalitas muzakki

melakukan evaluasi sehubungan

dengan strategi yang sudah

dilakukan guna menjaga loyalitas

muzakki. Diketahui bahwa strategi

yang dilakukan oleh tim LAZNAS

92

Al Azhar berdampak sangat baik

dalam menjaga loyalitas muzakki

maupun dalam mengajak muzakki

baru untuk mendonasikan zakatnya

di LAZNAS Al Azhar. Dilihat dari

banyaknya muzakki lama yang

mendonasikan sebagian hartanya

dalam berzakat maupun bersedekah

di LAZNAS Al Azhar setiap bulan

maupun setiap tahunnya., dan juga

bertambahnya data muzakki baru

setiap tahunnya yang sampai

sekarang ada 30.000 lebih muzakki

yang sudah terdata di sistem

penerimaan LAZNAS Al Azhar.

93

BAB VI

SIMPULAN,IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

1. Aktifitas Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait

Penggunaan Media dan Loyalitas Muzakki

a. Strategi Public Relation

Pada tahap ini public relation LAZNAS Al Azhar

memiliki cara awal dalam menjaga loyalitas

muzakkinya yaitu dengan mencari, melengkapi, dan

mengenal lebih dengan pribadi masing-masing

muzakki yang disebut juga dengan profiling donatur

yang didapat melalui event-event yang

diselenggarakan oleh LAZNAS Al Azhar.

b. Implementasi Strategi

Pada tahap ini Public relation LAZNAS Al Azhar

memiliki dua strategi yang dilakukan dalam menjaga

loyalitas muzakki, yaitu dengan cara online dan

offline. cara online yang dilakukan adalah dengan

memanfaatkan media sosial yang digunakan oleh

LAZNAS Al Azhar dalam menyebarkan informasi

adalah whatsapp, instagram, facebook dan twitter.

Sedangkan cara offline nya adalah dengan

menyebarkan brosur, katalog maupun majalah.

c. Evaluasi Strategi

Pengaruh yang paling dirasakan oleh LAZNAS Al

Azhar setelah menggunakan strategi-strategi untuk

94

menjaga loyalitas muzakki selain banyaknya muzakki

yang tetap memilih berdonasi di LAZNAS Al Azhar,

adalah bertambahnya jumlah donasi dan juga

sebagian besar muzakki atau donatur yang rutin

berdonasi di LAZNAS Al Azhar mengajak kerbat-

kerabatnya untuk ikut berdonasi di LAZNAS Al

Azhar.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemu-kakan

implikasi secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Peneliti membenarkan Aktifitas Kehumasan LAZNAS

Al Azhar Terkait Penggunaan Media dan Loyalitas

Muzakki. Adapun teori 9 langkah yang masuk ke dalam 4

tahap strategi public relation sebagai acuan melihat

perkembangan yang dilakukan oleh LAZNAS Al Azhar

dalam menjaga loyalitas muzakki. Penelitian ini dapat

menjadi acuan bagi para pembaca untuk mempelajari

strategi public relation. Penelitian ini juga dapat menjadi

panduan bagi lembaga atau perusahaan untuk menerapkan

strategi public relation yang baik dalam mencapai tujuan

lembaga atau perusahaan tersebut.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi

lembaga dan perusahaan. Menambah pengetahuan

bagaimana cara melakukan strategi public relation dalam

95

menjaga loyalitas dan kepercayaan muzakki terhadap

lembaga.

C. Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai Aktifitas

Kehumasan LAZNAS Al Azhar Terkait Penggunaan Media dan

Loyalitas Muzakki, maka peneliti memiliki beberapa saran antara

lain:

1. Saran Akademis

Penelitian ini kiranya dapat memberikan saran untuk

pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai

pengembangan ilmu strategi public relation yang dilakukan

oleh lembaga atau perusahaan dalam menjaga loyalitas

muzakki. Harapan peneliti adalah dengan diketahui strategi

public relation seperti apa yang digunakan oleh lembaga

dalam menjaga loyalitas muzakki. Pada akhirnya, semoga

penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis

dan dapat diteliti lebih lanjut.

2. Saran Praktis

Kepada tim public relation LAZNAS Al Azhar

diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan

strategi yang dilakukan baik dengan cara online maupun

offline.

96

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abidin, S., & Suyono. (1998). Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka

Setia.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

Praktik, Cet. ke-2. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

David, F. R. (2002). Manajemen Strategi Konsep. Jakarta:

Salemba Empat.

Effendi, O. U. (1992). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hariadi, B. (2003). Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan

Perang Bisnis. Malang: Bayumedia.

Hikmat, M. M. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu

Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Horby, A. S. (1989). OXFORD ADVANCED LEARNER‟S

DICTIONARY, FORTH EDITION. Oxford: Oxford

University Press.

Khasanah, U. (2010). Manajemen Zakat Modern Instrumen

Pemberdayaan Ekonomi. Malang: UIN-Maliki Press.

Komarudin. (1994). Enslikopedi Manajemen. Jakarta: Bumi

Aksara.

97

Kusumastuti, F. (2004). Dasar-Dasar Humas. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia.

Kusumastuti, F. (2004). Dasar-Dasar Humas. Bogor: Penerbit

Ghalia Indonesia.

Lutfiana, N. I. (2009). Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluran

Dana Zakat. Malang.

Mas‟udi, M. F. (2004). Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS.

Jakarta: Piramedia.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan. (2008). Pengantar Public Relation Strategi Menjadi

Humas professional. Jakarta: Kencana Prenadameda

Group.

Mulyana, D. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Rosdakarya.

Oliver, S. (2006). Strategi Public Relation. Jakarta: PT Gelora

Aksara Pratama.

Oliver, S. (2006). Strategi Public Relations. Jakarta: PT. Gelora

Aksara Pratama.

Phoenix, T. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Baru. Jakarta: PT. Media Pustaka Phoenix.

98

Qardawi, Y. (1999). Hukum Zakat. Jakarta: PT Pustaka Litera

Antar Nusa.

Rachmat, J. (2002). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Rafi‟udin, & Djaliel, M. A. (1997). Prinsip dan Strategi Dakwah.

Bandung: Pustaka Setia.

RI, D. A. (2000). Al-Qur‟an dan terjemahnya. Bandung: CV

Penerbit Diponegoro.

Ruslan, R. (1997). Kiat dan Strategi Kampanye Public relations.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ruslan, R. (2001). Manajemen Humas dan Manajemen

Komunikasi (Konsep dari Aplikasi). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Ruslan, R. (2001). Manajemen Humas dan Manajemen

Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Ruslan, R. (2002). Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sangadji, E. M., & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

99

Saputra, W., & Nasrullah, R. (2011). Public Realtions 2.0 Teori

dan Pratik Public Relations di Era Cyber. Jakarta:

Gramata Publishing.

Sitanggal, A. U. (1987). Fiqh Syafi'i Sistematis II. Semarang: CV

Asy Syifa.

Smith, R. D. (2004). Strategic Planning for Public Relation. New

Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Soemirat, S., & Ardianto, E. (2010). Dasar-Dasar Public

Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soemirat, S., & E. A. (2010). Dasar-Dasar Public Relations.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Stainner, G., & J. M. (1999). Kebijakan dan Strategi Manajemen,

penerjemah Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Syukir, Ghazali, & Amidhan. (1985). Pedoman Zakat. Jakarta:

Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf.

Tjiptono, F. (2002). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Wahyuni, A. S. (1996). Manajemen Strategi. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Yulianita, N. (2007). Dasar-dasar Public Relations. Bandung:

p2U-LPPM Unisba.

Web Site

100

(n.d.). Retrieved Januari 25, 2020, from

http://id.m.wikipedia.org/wiki/zakat.com/

Azhar, T. A. (n.d.). Retrieved Desember 15, 2019, from

htpp://www.alazharpeduli.com/profie

Karya Ilmiah

Aprizal. (2015). Strategi Fundrising Dalam Meningkatkan

Penerimaan dana zakat Pada Lembaga Amil Al Azhar

Peduli Umat. Jakarta: Skripsi FDIKOM UIN Jakarta.

Damini, Y. (2017). Evaluasi Terhadap Program Layanan Menuju

Mandiri Pada Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS)

Al Azhar Peduli Umat. Jakarta: Skripsi FIDIKOM UIN

Jakarta.

Khoirunnisa, F. (2016). Analisis Pendayagunaan Zakat Melalui

Program Layanan Jenazah Gratis (LJG) Pada Lembaga

Amil Zakat Al Azhar Peduli Umat. Jakarta: Skripsi

FIDIKOM UIN Jakarta.

Jurnal

Kementrian Agama RI. (2012). Standar Operasional Prosedur

Lembaga Pengelola Zakat. Direktorat Pemberdayaan

Zakat Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Kementerian Agama Republik Indonesia, 58.

101

Kementrian Agama RI. (2012). Standarisasi Amil Zakat di

Indonesia. Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan

Zakat, 59-60.

RI, K. A. (2012). Profil Lembaga Pengelolaan Zakat. Kementrian

Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan

Zakat, 14.

102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Transkrip Wawancara Penelitian dengan Public Relation

LAZNAS Al Azhar

Peneliti : Rahmatus‟sirri

Narasumber : Ahmad Priyanto

Jabatan : Public Relation LAZNAS Al Azhar

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2020

Waktu Wawancara : 12.30 WIB

Tempat Wawancara : Kantor LAZNAS Al Azhar Fatmawati

Tipe Wawancara : Wawancara Tatap Muka

1. Apa langkah pertama yang dilakukan tim pr dalam menjaga

loyalitas Muzakki? Agar Muzakki tidak pindah ke Lembaga

lain?

- eee untuk awal, strateginya pasti kita cari data

Muzakki dan melengkapi selengkap-lengkapnya data

Muzakki tsb. Dan ee biasanya kita sebut profiling

donator juga. Profiling donatur itu kita eee kalo bisa,

sebisa mungkin tau backgroundnya donatur kita tuh

ee gimana, siapa, dan pekerjaannya apa. Paling ngga

minimal itu yang kita cari diawal. Langkah awal kita

seperti itu. Kita juga mencari tau apa yang mereka

butuhin, hobi yang mereka suka. Nah itu termasuk ke

dalam profiling donatur itu. Hobi mereka tuh apasih,

jadi kita kaya udah lebih akrab sama donatur dengan

mengetahui profile mereka.

2. Dengan strategi yang tadi sudah dijelaskan, apa sudah

sejalan dengan visi misi Lembaga?

- Kalau ee untuk sejalan, pastinya sudah sejalan dengan

visi misi karena patokan kita pastinya visi misi LAZ

Al Azhar. Visi misi yang sejalan itu pastinya

membangun kemitraan berkelanjutan atau sustainable

partnership dengan kalangan ABCG yaitu academic,

bussines, civil society, government dalam

pelaksanaan program. Nah itulah visi misi keempat

yang paling sejalan dengan strategi yang dilakukan.

3. Pengaruhnya apasih pada saat masih manjadi Lembaga

peduli ummat sampai sekarang menjadi LAZNAS?

- Paling utama pastinya donasinya makin banyak,

makin nambah. Karena ketika si donatur atau

Muzakki ini makin loyal ke kita, mereka akan

mengajak saudara atau teman-temannya untuk

berdonasi di al azhar. Nah itu sangat sering terjadi sih

di Lembaga kita. Referensi eee terkait Lembaga LAZ

Al Azhar itu melalui mereka.

4. Media apa yang sering digunakan oleh LAZNAS Al Azhar

dalam menjalankan strategi?

- Kalau media pastinya social media. Social medianya

seperti wa, ig, fb, twitter, dan beberapa media lainnya

sih, yang offline nya sepertinya sebar brosur atau

mengirim majalah ke alamat-alamat donatur.

5. Untuk update-update yag dilakukan oleh LAZ Al Azhar di

media social, apakah ada ketentuan konten apa yang harus

di update?

- Oke selain kita update konten-konten tentang

program yang sedang berjalan di LAZ Al Azhar kita

juga mengupdate setiap kegiatan eee misalnya contoh

lagi ada bencana atau kejadian apa yang sedang

terjadi di sekitar, biasanya kita membuat konten per

eeee by moment ya. Kayak apa saja langkah yang

sudah LAZ Al Azhar lakukan dalan bencana tersebut

agar donatur atau muzakki juga bisa melihat langkah

apa yang kita lakukan eee atau bisa dibilang updetan

kegiatan dilapangan. Ya itu itu penting eh itu yang

jadi daya Tarik mereka dan bikin mereka semakin

tertarik untuk berdonasi di LAZ Al Azhar. Karna itu

juga bisa jadi bukti untuk para donatur.

6. Biasanya tim PR LAZNAS Al Azhar update berapa hari

dalam seminggu dalam mengupdate konten di media

social?

- Eee kalo untuk berapa banyak dan berapa hari sih

nggak ada ketentuan ya. Tapi paling nggak, dalam

satu hari selalu ada konten yang kita update ke media

social terkait kegiatan atau program yang sedang atau

program yang akan kita lakukan mendatang.

7. Lalu dari media yang disebutkan, media apa yang paling

efektif digunakan dalam menyebarkan info tentang LAZ?

- Yang paling efektif banget, yang pertama adalah

broadcast WA. Nah karna itu eee kalo broadcast WA

itu bisa lebih intens sih komunikasinya. Jadi ketika

kita mengirimkan broadcast, si donaturnya bisa

menanyakan langsung eee terkait informasi yang kita

kirimkan. Feedbacknya lebih cepet. Nah itu untuk

yang eee yang paling efektif. Eee ada juga yang

kedua itu kita sebar brosur atau katalog dan kirim

majalah ke alamat donatur. Nah itu membuat mereka

merasa LAZ Al Azhar itu masih inget dengan

mereka, dan mereka akhirnya juga kembali untuk

berdonasi di LAZNAS Al Azhar.

8. Untuk pengiriman majalah ke alamat Muzakki, biasanya

dilakukan berapa bulan sekali?

- Untuk eee untuk pengiriman majalah saat ini per dua

bulan sekali.

9. Biasanya dimana saja tempat-tempat yang menjadi titik

penyebaran brosur atau katalog?

- Yang paling utama pastinya di Masjid Agung Al

Azhar karena basecamp kita ada di Masjid Agung Al

Azhar. Yang kedua di eeee event-event publik. Kalau

ada event di eee atau contohnya kayak contohnya

kayak car free day itu kita juga sebar di sana

biasanya. Dan di … kita juga titip di Masjid-Masjid

mitranya LAZ Al Azhar.

10. Masjid apa saja yang menjadi mitra LAZ Al Azhar?

- Kalau masjid ada masjidnya PU. Nama-namanya saya

agak lupa. Trus masjid di senayan, ada albina

senayan, terus masjid at taqwa di daerah mampang,

dan beberapa masjid lainnya. Banyak sih mitranya

LAZ Al Azhar.

11. Apakah penyebaran ke masjid-masjid mitra tersebut

berlaku hanya untuk di Jakarta saja, atau di seluruh wilyah

di Indonesia?

- Di seluruh Indonesia, di setiap kantor-kantor

perwakilan mereka di haruskan untuk sebar katalog

atau brosur karna kita kan eee mencetak memang

untuk informasi ke donatur atau calon donatur ya kita

sebutnya.

12. Apa saja kendala yang terjadi pada saat menjalankan

strategi tersebut?

- Eee kalo kendala yang eee yang dirasakan eee apa

yaa? Kalo kendala yang paling sering dirasakan

paling ini sih ketika eee contohnya kan kalo sebar

katalog atau brosur eee lebih banyak penolakan

apalagi kalo kita yaa di Lembaga zakat ya Lembaga

social, biasanya mereka udah mikirnya merekaa…

eee kita kayak minta sumbangan. Padahal kita adalah

Lembaga yang memfasilitasi mereka. Justru kita…

kita sih merasa membantu memfasilitasi mereka

dalam berdonasi ya, gitu. Nah itulah yang membuat

kita tetap pede dengan Lembaga kita karna kita tuh

sebenarnya fasilitator mereka. Walaupun banyak

penolakan ee bukan berarti mereka nggak mau donasi

sih sebenrnya. Mungkin saat itu mereka belum mau

berdonasi. Tapi paling nggak, eee informasi eee apa

Namanya… dari sekian penolakan pastinya kan ada

yang nerima. Nah mudah-mudahan informasi yang

diterima itu efeknya lebih efektif ke mereka.

13. Pada saat terjadinya kendala seperti pada saat penyebaran

brosur, apa yang dilakukan oleh LAZ Al Azhar dalam

menyikapi kendala tersebut?

- Oke paling nggak kita eee berusaha meyakinkan

mereka sih bahwa program-program kita itu program-

program yang banyak diminati mereka gitu. Eee

contohnya kayak program yatim itu sangat eeee kita

sebutnya “menjual” ya. Nah paling eee meyakinkan

tapi tidak memaksa ya. Karna eeee kalo memaksa ya

takutnya mereka justru jadi risih dan membawa efek

buruk ke Lembaga kita. Tapi paling nggak kita

meyakinkan dan mencoba eee menawarkan program

yang ada di kita. Gitu aja sih paling.

14. Dengan seluruh program yang ada di LAZNAS Al Azhar,

biasanya muzakki lebih tertarik pada program yang mana?

- Eee untuk program2 LAZ Al Azhar yang pertama itu

My Heart for Yatim eee donatur cukup tertarik kalau

udah udah di jelasin tentang program tersebut. nah

yang kedua memang program unggulan di LAZ Al

Azhar itu eee Rumah Gemilang Indonesia atau RGI

nah itu program diklat selama enam bulan untuk

kaum menengah kebawah untuk usia 17 sampai 30

tahun. Yang paling utama yang paling kita utamain

memang yang putus sekolah supaya mereka tetep

punya keterampilan dan bisa bersaing di dunia kerja.

Eee kalo memang ada yang sudah lulus sekolah dan

ingin melajutkan eee punya keterampilan lebih, boleh

juga masuk ke RGI. Dan itu gratis Selma enam bulan.

15. Selama ka Ahmad bekerja di LAZ Al Azhar, biasanya

muzakki-muzakki yang datang untuk berdonasi mengetahui

informasi tentang LAZ Al Azhar dari mana?

- Eee oke kalo itu biasanya banyak juga yang tau dari

broadcast. Karna kita LAZ Al Azhar biasanya

broadcastnya itu random. Walaupun eee belom punya

eh walaupun si calon donatur ini belum pernah

berdonasi di kita, Namanya juga calon yah eee dan

kita punya data kontaknya mereka itu kita tetep

broadcastin supaya mereka eee apa.. mereka tau

mereka aware tentang LAZ Al Azhar dan mereka tau

tentang program-program yang asda di LAZ Al

Azhar. Dan bikin mereka tertarik untuk berdonasi.

Nah kita dapet data base itu biasanya dari eee event-

event kita. Kita ngundang eee kahalayak umum untuk

dating ke event kita walaupu mereka belum berdonasi

ke kita gapapa yang penting kita dapat data base

mereka dan kita olah untuk minimal itu broadcast

eeee WA tadi. Karna itu yang paling efektif.

16. Event-event apa aja yang digelar oleh LAZ Al Azhar?

- Nah kalo untuk event-eventnya memang event

besarnya di LAZ Al Azhar itu event Romadhon dan

Qurban pastinya. Kalo event Romadhon eeee

memang event besar kita karna satu bulan full kita

melayani donatur untuk bayar zakat fitrah. Eee

utamanya sih zakat fitrah walaupun banyak juga yang

berinfaq, sedekah, dan membayar zakat maal. Eeeh

yang kedua event Qurban, event Qurban itu eeeh pasti

eee sudah otomatis mereka akan berqurban ke kita

selama mereka tau bahwa di LAZ Al Azhar menerima

Qurban dan harga hewab qurbannya cocoklah buat

mereka. Kayak gitu. Nah trus ada juga event-event

lain diluar itu biasanya kita adakan seminar2 untuk

edukasi awareness eee tentang LAZ Al Azhar dan

edukasi tentang program-program LAZ Al Azhar.

Dokumentasi

Kantor LAZNAS Al Azhar

Event yang diadakan LAZNAS Al Azhar

Event Ramadhan 2020