Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

62

Transcript of Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Page 1: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab
Page 2: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

ISSN : 1829-6327

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMANVol. 7 No. 4, Oktober 2010

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

anggung Jawab

Dewan Redaksi

Ketua Merangkap Anggota

Anggota

Mitra Bestari

Sekretariat Redaksi

Ketua Merangkap Anggota

Anggota

Diterbitkan oleh :

Alamat

adalah media resmi publikasi ilmiah hasil penelitian dalam bidang hutan tanamandari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Ta a an dengan frekuensi terbit a kali setahun

Kepala Pusat Litbang Hutan Tanaman

Kepala Bidang Pelayanan dan Evaluasi PenelitianP

Kepala Sub Bidang Pelayanan Penelitian

Kristina Yuniati, S.Hut

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan TanamanBadan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Kehutanan

Terbit pertama kali September 1996 dengan judul Buletin Penelitian Pemuliaan Pohon (ISSN 1410-1165),sejak April 2003 berganti judul menjadi Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan (ISSN 1693-7147),

dan sejak April 2004 berganti judul menjadi Jurnal Penelitian Hutan Tanaman (ISSN 1829-6327)

Kampus Balitbang KehutananJl. Gunung Batu Nomor 5, Bogor Po. Box. 331

Telp. (0251) 631238 Fax. (0251) 7520005 E-mail: , Website: www.forplan.or.id

n m lim

Dr. Dra. Tati Rostiwati, M.Si (Silvikultur, Ekofisiologi dan Perbenihan Tanaman Hutan)

Prof. Ris. Dr. Ir. Hendi Suhaendi, MS (Pemuliaan Pohon)Prof. Dr. Ir. H. Bambang Hero S., M.Agr.Sc (Kebakaran Hutan)Dr. Ir. Cahyono Agus D., M.Agr.Sc (Ilmu Tanah dan Silvikultur)

Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc (Statistik)Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc (Rehabilitasi dan Mikoriza)

Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MS (Hama dan Penyakit Tanaman Hutan)Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc (Genetika dan Pemuliaan Tanaman Hutan)

Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp. (Statistik dan Biometrika)Dr. Tukirin Partomihardjo (Ekologi dan Pengelolaan Lingkungan Hutan)Dr. Ir. Lailan Syaufina, MS (Perlindungan Hutan dan Kebakaran Hutan)Dr. Ir. Tania June, M.Sc. (Pengelolaan Lingkungan dan Perubahan Iklim)

i Il .

, M.Sc.

,usat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman

,Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman

Rohmah Pari, S.Hut

Kementerian

8 [email protected]

Pen

, SEAMEO - BIOTROP

Prof. Dr. Ir. Satr yas yas, MSDr. Ir. Endang Murniati, MS

Dr. Ir. Supriyanto

(lnstitut Pertanian Bogor)(lnstitut Pertanian Bogor)

(lnstitut Pertanian Bogor )

.

Terakreditasi dengan nilai ABerdasarkan SK Kepala LIPI No. 816/D/2009

(182/AU1/P2MBI/08/2009)Accredited A by the Indonesian Institute of Sciences

No. 816/D/2009 (182/AU1/P2MBI/08/2009)

PEDOMAN PENULISAN NASKAHJURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN

1.

.

2.

.

.

4.

5.

.

5.

.

7. .

8.

.

9.

10.

.

11.

.

12.

13.

14.

15.

J

N

3

urnal Penelitian Hutan Tanaman

askah Times New Roman

Judul

Isi Naskah ABSTRAK Kata Kunci,

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN

PERSANTUNAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

ABSTRAK

PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE

HASILDAN PEMBAHASAN

Tabel

Gambar, Grafik Foto

KESIMPULAN

PERSANTUNAN

DAFTAR PUSTAKA

adalah publikasi ilmiah resmi dari Pusat Litbang Hutan Tanaman.

Jurnal ini menerbitkan tulisan hasil penelitian berbagai aspek hutan tanaman seperti perbenihan, pembibitan,

teknik silvikultur, pemuliaan pohon, perlindungan hutan tanaman (hama/penyakit, gulma, kebakaran),

biometrika, silvikultur, sosial ekonomi, dan pengelolaan lingkungan hutan tanaman

ditulis dalam bahasa Indonesia dengan huruf , font ukuran 12 dan jarak 2 (dua)

spasi pada kertas A4 putih pada satu permukaan dan disertai file elektroniknya. Pada semua tepi kertas

disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm. Naskah sebanyak 2 (dua) rangkap dikirimkan kepada Sekretariat

Redaksi Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. File

elektronik dikirim ke Sekretariat Redaksi dalam bentuk CD atau dikirim melalui email ke alamat :

[email protected].

Penulis menjamin bahwa naskah yang diajukan belum pernah dimuat/diterbitkan dalam publikasi manapun,

dengan cara mengisi blanko pernyataan yang dapat diperoleh di Sekretariat Redaksi Publikasi P3HT, atau

di website P3HT : . Pengajuan naskah oleh penulis yang berasal dari

instansi/institusi (bukan perorangan) di luar Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman harus

disertai dengan surat pengantar dari instansi/institusinya

ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, dan diusahakan tidak lebih dari 10 kata serta harus

mencerminkan isi tulisan. Di bawah judul ditulis terjemahannya dalam bahasa Inggris yang tercetak dengan

huruf kecil dan miring. Nama penulis (satu atau lebih) dicantumkan di bawah judul dengan huruf kecil. Di

bawah nama ditulis institusi asal penulis dan alamat lengkap instansi/institusi.

terdiri atas: dengan dan dengan

, , , ,

(kalau ada), dan (kalau ada)

dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Inggris, masing-masing tidak lebih dari 200 kata dalam satu

paragraf. Isinya berupa intisari permasalahan, tujuan, rancangan penelitian dan kesimpulan yang dinyatakan

secara kuantitatif. Bahasa Inggris ditulis dengan huruf kecil miring dan bahasa Indonesia ditulis tegak, jarak

1 (satu) spasi. dan kata kunci masing-masing tidak lebih dari 5 kata

berisi : latar belakang/masalah, tujuan penelitian dan hipotesis (tidak harus ada).

berisi : Waktu dan Tempat, Bahan dan Alat, Metode, Rancangan Penelitian

(kalau ada),Analisa Data. Metode disajikan secara ringkas namun jelas

berisi : Hasil dan Pembahasan, dibuat terpisah atau dijadikan satu.

diberi nomor, judul tabel dan keterangan yang diperlukan. Judul, isi dan keterangan tabel ditulis

dalam bahasa Indonesia dan Inggris secara jelas dan singkat. Judul tabel diletakkan di atas tabel

dan harus jelas dan dibuat kontras, diberi judul dan keterangan dalam bahasa

Indonesia dan Inggris. Judul gambar diberi nomor dan diletakkan di bawah gambar. Foto renik atau peta

harus diberi skala

disampaikan secara ringkas (dalam bentuk bernomor), padat, serta diusahakan

dinyatakan secara kuantitatif.

berupa ucapan terima kasih kepada orang /instansi/organisasi yang benar-benar

membantu.

(minimal 15 pustaka, dengan referensi yang berkualitas, dan dianjurkan 10 tahun

terakhir), disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantumkan tahun terbit, seperti contoh

berikut :

Departemen Kehutanan. 2005. Eksekutif Data Strategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. . Wadsworth Publishing Co. Belmont.

U.S. Census Bureau. ”American Factfinder : Facts About My Community”. [Online]17 Agustus

2001.http://factfinder.census.gov/servlet/Basicfactervlet>

Dewan Redaksi dan Sekretariat Redaksi berhak mengubah dan memperbaiki isi naskah sepanjang tidak

mengubah substansi tulisan. Naskah yang tidak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis.

download

Keywords

pointers

Plant Physiology

www.forplan.or.id

ABSTRACT Keywords

Page 3: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

ISSN : 1829-6327

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN

Vol. 7 No. 4, Oktober 2010

DAFTAR ISI

1. DAMPAK PENURUNAN KADAR AIR TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DANBIOKIMIA PROPAGUL Bl.

Asep Rohandi dan/ Nurin Widyani

2. PAKURASI METODE UJI CEPAT DALAM MENDUGA MUTU FISIOLOGISBENIH DAMAR

Muhammad Zanzíbar dan/ Nanang Herdiana

3. UJI COBA MUTU BIBIT MERANTI MERAH DI HPH PT ERNA JULIAWATIKALIMANTAN TENGAH

R. Mulyana Omon

4. POTENSI SERANGAN HAMA TANAMAN JATI RAKYAT DAN UPAYAPENGENDALIANNYA DI RUMPIN, BOGOR

Nanang Herdiana

5. AKTIVITAS INSEKTISIDA BINTARO ( Gaertn) TERHADAPHAMA spp. PADA SKALA LABORATORIUM

Sri Utami

6. ANALISIS FLUKTUASI DEBIT AIR AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAANLAHAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR

Yunita Lisnawati dan/ Ari Wibowo

Rhizophora apiculata

and

and

Cerbera odollamEurema

and

The Effect of Decreasing Moisture Content to the Response of Physiological andBiochemical of Bl. Propagules

Accuracy of Rapid Test Methods on Estimated the Physiological Quality of Dammar Seed

Experiment Test on Seedling Quality of Red Meranti in Forest Concession Holder PT ErnaJuliawati Central Kalimantan

Infestation Potential of Pest on Community's Teak Plantation and Expedient Control inRumpin, Bogor

Activities of Bintaro ( Gaertn.) Insecticide on spp. Pest inLaboratory Scale

Analysis of Water Discharge Fluctuation Due to Land Use Change in Puncak Area,Bogor District

Rhizophora apiculata

Cerbera odollam Eurema

167-179

181-189

191-199

201-209

211-220

221-226

Page 4: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN

ISSN 1829-6327 Vol. VII No. 4, 2010

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

UDC(OXDCF)630*.............

Asep Rohandi (Balai Penelitian Kehutanan Ciamis) Nurin Widyani (Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor)

Dampak Penurunan KadarAir Terhadap Respon Fisiologis dan Biokimia Propagul Bl.

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:167-179

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak penurunan kadar air terhadap fisiologis dan biokimiawi propagul

Blume. Penurunan kadar air dilakukan melalui pengeringan dan penyimpanan pada dua (2) suhu

ruang simpan. Penurunan kadar air propagul dengan cara pengeringan selama 1, 2 dan 3 minggu; Penyimpanan propagul

secara konvensional. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor untuk

percobaan pertama dan dua faktor untuk percobaan yang kedua (kondisi dan periode simpan). Parameter fisiologi yang

diamati meliputi daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan nilai perkecambahan, sedangkan parameter biokimia

meliputi kandungan pati, lemak, protein dan daya hantar listrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

pengeringan dan penyimpanan menyebabkan penurunan viabilitas propagul sejalan dengan makin lamanya periode

pegeringan dan penyimpanan. Sampai pengeringan selama 3 minggu, kadar air propagul mencapai 31,72% dan belum

menunjukkan kadar air kritis dan daya berkecambah propagul masih cukup tinggi (86,67%). Penyimpanan propagul

(KA awal 54,02%) dalam ruang kamar dapat mempertahankan daya berkecambah hingga 29%, kecepatan

berkecambah 0,26% per etmal dan nilai perkecambahan 0,02 selama 8 minggu. Kandungan biokimia propagul cenderung

meningkat dengan makin lamanya periode pengeringan dan penyimpanan.

Kata kunci : Biokimia, fisiologi, kemunduran, pengeringan, penyimpanan,

Rhizophora Apiculata

Rhizophora apiculata

R. apiculata

R. apiculata

UDC(OXDCF)630*...........

Muhammad Zanzíbar (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan (BP2TP) Bogor) Nanang Herdiana

(Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang)

Akurasi Metode Uji Cepat dalam Menduga Mutu Fisiologis Benih Damar

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:181-189

Metoda standar pengujian mutu fisiologis benih adalah uji perkecambahan (uji langsung), namun waktunya relatif lama.

Metoda pengujian tidak langsung (uji cepat) dapat menjadi pilihan untuk mendapatkan informasi yang cepat, akurat dan

efisien, yaitu dianalisis berdasarkan proses metabolisme serta kondisi fisik. Penelitian ini bertujuan menduga mutu

fisiologis kelompok benih damar secara cepat menggunakan uji tetrazolium, hidrogen peroksida, eksisi embrio dan belah.

Hasil uji t dan analisis korelasi daya berkecambah diperoleh bahwa masing-masing metoda uji cepat dapat digunakan

sebagai pengganti uji perkecambahan langsung. Persamaan dugaan daya berkecambah, adalah : uji tetrazolium : Y =

1,0319x + 4,3975 (r : 90%), uji hidrogen peroksida : Y = 0,9072x + 9,1285 (r : 92,7%), uji eksisi embrio : Y = 0,9474x +

10,749 (r : 92,8%) dan uji belah :Y= 0,8957x + 6,7977 (r : 91,6%).

Kata kunci : benih, damar, fisiologis, perkecambahan, uji cepat..

2 2

2 2

Page 5: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN

ISSN 1829-6327 Vol. VII No. 4, 2010

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

UDC(OXDCF)630*.............

R. Mulyana Omon (......................................................................)

Uji Coba Mutu Bibit Meranti Merah di Hph Pt Erna Juliawati Kalimantan Tengah

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:191-199

Penelitian uji coba mutu bibit dua jenis meranti merah telah dilakukan di areal IUPHHK PT ERNA JULIWATI,

Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi mutu bibit dua jenis meranti merah setelah

satu tahun ditanam di lapangan. Bibit yang telah dipelihara selama tujuh bulan di persemaian, sebelum ditanam di

lapangan diseleksi terlebih dahulu berdasarkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 01-5005.1-1999) yaitu berdasarkan

kriteria tinggi dan diameter bibit serta nilai kekokohan bibit. Perlakuan terdiri dari dua jenis meranti merah dan tiga mutu

bibit asal cabutan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial dalam pola acak lengkap berblok yang diulang

sebanyak 4 kali. Setiap perlakuan ditanam sebanyak 100 tanaman dengan jarak tanam 20 m x 2,5 m. Jumlah tanaman yang

diamati sebanyak 2400 bibit. Parameter bibit yang diuji adalah persen hidup dan pertumbuhan (tinggi dan diameter). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis, mutu bibit, interaksi antara jenis dan mutu bibit tidak berpengaruh nyata

terhadap persen hidup, namun block dan mutu bibit berpengaruh nyata terhadap persen hidup, sedangkan. untuk

pertumbuhan (tinggi dan diameter) hanya blok yang berpengaruh nyata. Berdasarkan uji beda nyata Tukey menujukkan

bahwa persen hidup bibit untuk ke dua jenis meranti pada blok II antara mutu bibit satu dengan mutu bibit yang lainnya

berpengaruh nyata yaitu 88,8 % and 84,3 %. Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit pada blok III untuk kedua jenis meranti

lebih tinggi dibandingkan pada blok lainnya, sementara untuk . yang berasal dari mutu bibit satu lebih tinggi

dibandingkan dengan interaksi antara jenis dan mutu bibit lainnya, yaitu sebesar 184,6 cm. Dengan demikian jenis

dari cabutan dengan mutu bibit satu, yaitu tinggi antara (50 cm - 65 cm ) atau rata-rata sebesar 59,3cm dengan

diameter antara (5 mm - 8 mm) atau rata-rata sebesar 5,8 mm dapat dijadikan standard mutu bibit untuk ditanam dalam

program silin dengan system TPTI Intensif.

Kata kunci : cabutan, kelas mutu bibit, meranti merah, pertumbuhan.

S. parvifolia

S.

parvifolia

UDC(OXDCF)630*............

Nanang Herdiana (Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang)

Potensi Serangan Hama Tanaman Jati Rakyat dan Upaya Pengendaliannya di Rumpin, Bogor

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:201-209

HJati ( Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan potensial yang banyak dikembangkan, terutama

untuk kayu pertukangan. Dalam pertumbuhannya, tanaman jati sering diserang oleh berbagai jenis hama yang dapat

menimbulkan kerugian yang cukup serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hama utama dan dampak

kerusakan yang ditimbulkan. Kegiatan inventarisasi dan identifikasi hama dilakukan pada tanaman jati rakyat di Rumpin,

Bogor Jawa Barat dan Laboratorium Perlindungan Hutan Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan jenis

hama utama yang menyerang tanaman jati pada lokasi penelitian adalah F. dan Nietn.

Kerusakan akibat serangan uret paling parah terjadi pada petak I (jati umur 2,5 tahun) dengan intensitas serangan dan

kerusakan masing-masing sebesar 77,63% dan 48,89%. Sedangkan serangan hama paling parah terjadi pada

petak IV (jati umur 11 bulan) dengan intensitas serangan dan kerusakan masing-masing sebesar 5,2% dan 3,71%.

Kata kunci : Jati ( .), hama, F., Nietn.

Tectona grandis

Leucopholis rorida Zeuzera coffeae

Z. coffeae

Tectona grandis Linn Leucopholis rorida Zeuzera coffeae

Page 6: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN

ISSN 1829-6327 Vol. VII No. 4, 2010

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya

UDC(OXDCF)630*.............

Sri Utami (Balai Penelitian Kehutanan Palembang)

Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn) terhadap Hama Spp. pada Skala Laboratorium

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:211-220

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya sengon ( ) adalah serangan hama.

spp. merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman sengon baik pada skala persemaian maupun

lapangan. Terdapat banyak teknik pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama spp. Salah

satunya yaitu pengendalian dengan memanfaatkan tanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Tujuan penelitian

ini adalah mengkaji pengaruh ekstrak bintaro dalam mengendalikan serangga hama spp. pada skala laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bintaro memberikan pengaruh signifikan terhadap mortalitas dan

penghambatan perkembangan serangga hama spp. Ekstrak biji bintaro mempunyai efek insektisidal paling

kuat dibandingkan dengan ekstrak daging buah dan daun bintaro. Ekstrak biji bintaro menyebabkan mortalitas larva

spp. sebesar 90%, keberhasilan pembentukan pupa dan imago masing-masing sebesar 16,67% dengan waktu

yang dibutuhkan 1,7 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol. Diduga kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak

bintaro mampu memberikan efek insektisidal terhadap hama spp.

Kata kunci : bintaro, spp., insektisida nabati, mortalitas, sengon

cerbera Odollam Eurema

Paraserianthes falcataria

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

UDC(OXDCF)630*.............

Yunita Lisnawati danAri Wibowo (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor)

Analisis Fluktuasi DebitAirAkibat Perubahan PenggunaanLahan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor

J. Pen. Htn Tnm Vol. VII No. 4, 2010 p:221-226

PBanjir yang sering melanda Jakarta seperti halnya banjir besar yang terjadi pada bulan Pebuari 2007 disebabkan oleh

berbagai faktor seperti tingginya curah hujan dan menurunnya kemampuan suatu wilayah dalam menyerap air. Kawasan

Puncak yang terletak di Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan daerah tangkapan air yang penting bagi kota Jakarta.

Meskipun demikian, di kawasan ini telah terjadi perubahan penggunaan lahan yang sangat dinamis, terutama meningkatnya

penggunaan lahan untuk pemukiman. Dari segi tata air, perubahan penutupan lahan akan mempengaruhi debit air

maksimum-minimum, yang berkontribusi terhadap kejadian banjir di Jakarta setiap tahunnya. Perubahan penggunaan

lahan di kawasan Puncak perlu diwaspadai, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan

penggunaan lahan antara tahun 1995-2003, dalam hubungannya dengan perubahan debit air maksimum-minimum di

kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Analisis spasial dilakukan dengan menggunakan peta penggunaan lahan tahun 1995-

2003 yang diperoleh dari citra satelit landsat ETM+, dan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Analisis data

atribut dilaksanakan dengan menggunakan Analisis Korelasi Berganda dan Analisis Regresi Berganda. Hasil analisis

spasial menunjukkan perubahan penggunaan lahan di kawasan Puncak pada periode tahun 1995-2003 yang didominasi oleh

kecenderungan perubahan lahan kebun campuran menjadi pemukiman. Analisis korelasi berganda menunjukkan adanya

korelasi yang cukup tinggi dan berkorelasi negatif antara luas hutan dan selisish debit maksimum-minimum. Dari hasil

analisis regresi berganda dapat disimpulkan bahwa hutan mampu menurunkan selisih debit air maksimum-minimum

sebesar 0,027 m3/detik, jika luasan hutan naik sebesar satu hektar.

Kata kunci : Citra satelit landsat ETM+, Fluktuasi debit air, kawasan Puncak, penggunaan lahan

Page 7: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

167

DAMPAK PENURUNAN KADAR AIR TERHADAP RESPONFISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PROPAGUL Bl.Rhizophora apiculata

The Effect of Decreasing Moisture Content to the Response ofPhysiological and Biochemical of Bl. PropagulesRhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani1

/and2)

1)

2)

Balai Penelitian Kehutanan CiamisJl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 PO. BOX 5 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352

Balai Penelitian Teknologi Perbenihan BogorJalan Pakuan Ciheuleut P.O. BOX. 105. Bogor 16001 Telp. (0251) 8327768

.

Naskah masuk : 1 Desember 2009 ; Naskah diterima : 22 September 2010

ABSTRACT

The research is aimed at studying effect of decreasing moisture content to the response of physiologicaland biochemical of Rhizophora apiculata Bl. propagules. Decreasing of moisture content is done throughdesiccation and storage at two (2) storage room in different temperature. Decreasing propagules moisturecontent by desiccation for 1, 2 and 3 weeks; storing the propagules conventionally. Completelyrandomized design was used with one factor for the first trial and two factors for the second trial(environment and period of storage). The variables of observation were germinationpercentage, germination rate and germination value, whereas variables of biochemistry were contents ofstarch, fat, protein and leachate conductivity. The results showed that desiccation and storage broughtabout the germination viability following desiccation and storage periods. Up to 3 weeks ofdesiccation period, propagules moisture content was 31.72% and it did not yet show the critical moisturecontent and germination percentage was still very high (86.67%). Storing of R. apiculata propagules withmoisture content of 54.02% in ambient room (28 -29 C) could manage the germination percentage up to29%, germination rate 0.26 per etmal and germination value 0.02 for 8 weeks. Biochemical variablesmeasured increased following desiccation and storage periods

Rhizophora apiculata

R. apiculata

Biochemistry, desiccation, deterioration, physiology, Rhizophora apiculata, storage

Rhizophora apiculata

physiological

decrease of

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak penurunan kadar air terhadap fisiologis danbiokimiawi propagul Blume. Penurunan kadar air dilakukan melalui pengeringandan penyimpanan pada dua (2) suhu ruang simpan. Penurunan kadar air propagul dengan carapengeringan selama 1, 2 dan 3 minggu; Penyimpanan propagul secara konvensional. Rancanganpercobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor untuk percobaanpertama dan dua faktor untuk percobaan yang kedua (kondisi dan periode simpan). Parameter fisiologiyang diamati meliputi daya berkecambah, kecepatan berkecambah dan nilai perkecambahan, sedangkanparameter biokimia meliputi kandungan pati, lemak, protein dan daya hantar listrik. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan pengeringan dan penyimpanan menyebabkan penurunan viabilitaspropagul sejalan dengan makin lamanya periode pegeringan dan penyimpanan. Sampai pengeringanselama 3 minggu, kadar air propagul mencapai 31,72% dan belum menunjukkan kadar air kritis dan dayaberkecambah propagul masih cukup tinggi (86,67%). Penyimpanan propagul (kadar air awal54,02%) dalam ruang kamar dapat mempertahankan daya berkecambah hingga 29%, kecepatanberkecambah 0,26% per etmal dan nilai perkecambahan 0,02 selama 8 minggu. Kandungan biokimiapropagul cenderung meningkat dengan makin lamanya periode pengeringan dan penyimpanan.

0 0

.

Keywords:

ABSTRAK

Kata kunci : Biokimia, fisiologi, kemunduran, pengeringan, penyimpanan,

Page 8: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

168

I. PENDAHULUAN

Rhizophora ., R.apiculata

et al.

et al.

Penurunan luas hutan mangrovediakibatkan oleh beberapa faktor antara lainterjadinya bencana alam seperti tsunami,eksploitasi hutan secara berlebihan, sedimentasi,pencemaran serta konversi hutan menjadi fungsi-fungsi lain seperti tambak dan pemukiman. Haltersebut menyebabkan makin menipis danrusaknya hutan mangrove di seluruh pesisirpantai Indonesia. Menurut Arobaya dan Wanma(2006) Santoso (2008), luas hutanmangrove di Indonesia sekitar 4,25 juta hektar.Sedangkan luas hutan mangrove yang dalamkondisi rusak (Hindra, 2006) diperkirakan 6,6juta hektar (1,8 juta hektar dalam Kawasan HutanNegara dan 4,8 juta hektar di luar Kawasan HutanNegara (hutan milik/hutan rakyat).

Keberhasilan rehabilitasi hutan mangrovetidak terlepas dari masalah ketersediaan bibit,terutama dalam hal kesesuaian jenis, kuantitasdan kualitasnya. spp terutama

merupakan salah satu jenis mangroveyang umum digunakan dalam kegiatanrehabilitasi pantai dan untuk tujuan kegiatanpenanaman lainnya. Beberapa permasalahanyang timbul dalam penyediaan bibit jenis inidiantaranya adalah karena benihnya bersifatrekalsitran, tidak memiliki masa dormansi,sangat sensitif terhadap pengeringan, danmemiliki viabilitas yang sangat pendek(Schmidt, 2000). Benih rekalsitran merupakanbenih berkadar air tinggi sehingga sukarditangani ketika lepas dari pohon induknya,dengan kadar air tinggi dan kondisi lingkunganbersuhu tinggi maka perkecambahan dengansegera terjadi; proses kimia dan respirasiberlangsung (Lauridsen , 1992). Kondisitersebut sangat tidak menguntungkan karenapada kadar air tertentu yang relatif tinggi benihakan cepat berakar dan viabilitasnya akan cepatmengalami kemunduran sehingga mutunyamenjadi sangat rendah. Menurut Chin(1989), kadar air dari benih rekalsitan pada saatmasak fisiologis (50% - 70%) jauh lebih tinggidaripada benih ortodok (30% - 50%). Selain itu,benih ortodok akan kering ke kadar air panensetelah masak fisiologis yaitu sekitar 15% - 20%.Sedangkan menurut Schmidt (2000), kadar airbenih rekalsitran relatif tinggi yaitu sekitar 25% -30% dan benih ortodok relatif kering mencapai5% - 10% selama proses pematangan. Benih jenisortodok yang termasuk kebanyakan jenis zona-

dalam

kering dan kebanyakan jenis pioneer zonalembab tidak mempunyai level toleransi kadar airrendah. Umumnya kadar air 6% - 8% cukupuntuk penyimpanan yang aman; kadar air lebihrendah hanya untuk penyimpanan jangka lamapada suhu sangat rendah (pada suhu di bawah nol,dikehendaki kadar air 2% - 4%). Untuk benihrekalsitran, tidak toleran terhadap pengeringanyang berlebihan dan harus disimpan dengankadar air tinggi untuk waktu sependek mungkin.

Kemunduran benih merupakan semuaproses perubahan yang terjadi dalam benih yangberperan dan akhirnya mengarah pada kematianbenih (Byrd, 1983). Kemunduran benih yangdisebabkan penurunan kadar air diindikasikansecara fisiologi dengan adanya perubahan warnabenih, tertundanya perkecambahan, menurunnyatoleransi terhadap kondisi simpan yang kurangsesuai, peka terhadap radiasi, menurunnyapertumbuhan kecambah dan meningkatnyapertumbuhan kecambah abnormal. Indikasibiokimia dalam benih yang mengalamikemunduran adalah terjadinya perubahanaktivitas enzim, perubahan laju respirasi,perubahan dalam cadangan makanan, perubahandalam membran, kerusakan kromosom danakumulasi bahan toksin (Blanche , 1991;Dourado Roberts, 1984; Abdul BakiAnderson, 1970;Anderson, 1970).

Perubahan kondisi selama penyimpanandapat menyebabkan perubahan laju respirasi.Laju respirasi terus meningkat bila suhulingkungan meningkat sampai suatu saat lajunyadihambat karena terjadinya hal seperti tidakaktifnya enzim, kehabisan cadangan nutrisi atauoks igen a tau karena karbond ioks idaterakumulasi, hingga mencapai tingkat yangmenghambat. Dengan mengetahui kandunganbiokimia tersebut, maka viabilitas benih dapatdiprediksi sehingga teknik penyimpanan ataupengujian yang tepat dapat ditetapkan.

et al.and and

Sehubungan dengan adanya indikasipenurunan viabilitas yang berhubungan denganperubahan fisiologis dan biokimiawi benih, makaperlu dilakukan penelitian pengaruh pengeringandan penyimpanan terhadap perubahan fisiologisdan biokimiawi jenis . Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui dampakpenurunan kadar air terhadap respon fisiologisdan biokimia propagul . Hasilpenelitian diharapkan dapat merupakan upayauntuk mempertahankan mutu propagul

sebelum disemaikan.

R. apiculata

R. apiculata

R. apiculata

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 9: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

169

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

B. Bahan dan Peralatan

Penelitian dilaksanakan mulai bulanJanuari sampai Nopember 2007 di LaboratoriumBalai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP)dan Laboratorium Ekofisiologi Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat (Balitro), Bogor.Lokasi pengumpulan buahdilakukan di Bali, Desa Pagirigan KecamatanSindang Indramayu, Kecamatan PamanukanSubang dan Baturusa Bangka Belitung.

Bahan yang digunakan adalah propagulsedangkan alat-alat yang

R. apiculata

Rhizophora apiculata,

digunakan meliputi peralatan laboratoriumseperti timbangan, oven, AC, termometer danperalatan rumah kaca seperti bak kecambah danalat penyiraman.

Penelitian ini dibagi dalam 2 (dua)percobaan yang meliputi : (1) Pengaruhpengeringan terhadap perubahan fisiologi danbiokimia propagul dan (2) Pengaruhpenyimpanan terhadap perubahan fisiologi danbiokimia propagul (Tabel 1).

Da ta yang d ipe ro leh d iana l i s i sk e r a g a m a n n y a ( A N O VA ) d a n d i u j iperbedaannya dengan menggunakan uji jarakberganda Duncan.

C. Metode

Tabel ( ). Rancangan dan variabel percobaan ( )Table 1 Experimental design and variables

Percobaan

( )Experiment

Rancangan

(Design)

Variabel

(Variables)

Keterangan

(Remarks)

Percobaan 1 RAL dengan 3 ulangan:

periode pengeringan 0, 1, 2,

3 minggu

- Fisiologi : kadar air

(KA), daya berkecambah

(DB), kecepatan

berkecambah dan nilai

perkecambahan

- Biokimia : pati, lemak,

protein dan daya hantar

listrik

Setiap ulangan terdiri dari

30 propagul :

- 25 propagul untuk DB

- 2 propagul untuk KA

- 3 propagul untuk

pengujian biokimia

Percobaan 2 RAL faktorial 2 x 6 dengan

3 ulangan

- Faktor A = suhu ruang

simpan (ruang

kamar/A1=28-290C dan

ruang AC/A2 =18-200C)

- Faktor B = lama

penyimpanan (B0=

kontrol, B1=2 minggu,

B2= 4 minggu, B3= 6

minggu, B4=8 minggu

dan B5=10 minggu

Tabel ( ). Matrik perlakuan percobaan ( )Table 2 Experimental matrix treatments

Faktor ( ) AFactorFaktor B( )Factor

B0 B1 B2 B3 B4 B5

A1 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5

A2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5

D. Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dimulai dengan tahappersiapan yang meliputi penyiapan wadahsimpan berupa kardus (50 x 30 x 20 cm), mediasimpan berupa serbuk gergaji yang telahdisterilkan, ruang simpan (ruang AC dan ruangkamar) yang masing-masing diukur suhu dankelembabannya setiap 3 hari sekali selamapenyimpanan dan media perkecambahan yang

terdiri dari campuran pasir, tanah, komposdengan perbandingan 1 : 1 : 1 (v/v).

Pengunduhan propaguldilakukan pada buah yang telah matang denganciri-ciri kotiledon berwarna coklat kemerahanatau kekuningan. Seleksi dilakukan untukmemilih propagul yang dianggap cukup baik danmemenuhi persyaratan. Propagul yang dipilihadalah propagul yang sehat dan masak, ditandaioleh warna kotiledon coklat kemerahan atau

R. apiculata

Page 10: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

170

kekuningan, hipokotil kokoh serta bebas darihama penyakit maupun luka mekanis.

Pengujian propagul diperlukan untukmenilai mutu fisiologi dan biokimia propagulyang diteliti, metode yang digunakan untuk ujifisiologi adalah dengan pengujian di persemaian.Sementara itu, untuk uji biokimia dilaksanakandi alai Penelitian Tanaman Rempah dan ObatB (Balitro). Penyemaian propagul

dilakukan langsung padadengan cara membenamkan ujung hipokotilsedalam kurang lebih 5 cm.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukandengan penyiraman air garam dengankonsentrasi 2,5% yang dilakukan sekali selamapenelitian yaitu langsung setelah penyemaian.Penyiraman dengan air tawar dilakukansecukupnya (satu hari sekali). Pencabutan/pembersihan gulma dan penyemprotan pestisidadilakukan sesuai kebutuhan.

Data yang diamati dalam penelitian inimeliputi variabel fisiologis dan biokimiawipropagul. Variabel fisiologi meliputi pengukurankadar air, daya berkecambah, kecepatanberkecambah, dan nilai perkecambahan. Selainvariabel fisiologi, analisis juga dilakukan untukmengetahui biokimia benih meliputi kandunganlemak benih, pati, total protein dan daya hantarlistrik di Laboratorium Ekofisiologi Balitro,Bogor.

Pengukuran kadar air propagul dilakukandengan menggunakan 2 buah contoh propaguluntuk setiap perlakuan dan dilakukan dalam duatahap. Tahap pertama merupakan tahap prapengeringan Pada tahap ini propagulditimbang sehingga diperoleh berat basah,propagul kemudian dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 130 C selama 5-10 menit (ISTA,1985). Setelah dimasukkan ke dalam desikatorselama 45 menit, propagul ditimbang lagisehingga diperoleh berat kering propagul. Padatahap kedua, sebelum dimasukkan ke oven,propagul dipotong dan dibelah. Suhu oven yang

digunakan adalah 105 C selama 17 jam. Beratkering propagul diperoleh dengan caramenimbang propagul setelah propagul dibiarkandalam desikator selama 45 menit.

Kadar air dihitung berdasarkan rumusyang terdapat dalam ISTA(2006), yaitu :

Bogor R.

apiculata polybag

(predrying).

E. Teknik Pengumpulan Data

0

0

100

S2S1-S2S1MC

%100ditaburyangbenihTotal

Jumlah kecambah normal%Daya Berkecambah

Dimana :

MC : Kadar air dalam %S1 : Jumlah air yang hilang pada pemanasan

(%)S2 : Jumlah air yang hilang pada pemanasan

kedua (%)

Daya berkecambah (DB) yaitu banyaknyapersentase kecambah normal pada pengamatanselama 30 hari setelah tanam (hst), denganpersamaan sebagai berikut :

predrying

Kecepatan berkecambah (KT) diukurberdasarkan total nilai pertambahan kecambahnormal setiap hari, dengan persamaan :

Kt (%/hari) =Dn

Nn.........

D2

N2

D1

N1

Dimana :

Kt : kecepatan perkecambahanN1......Nn : kecepatan normal pada 1,2,.....,

n hari setalah tanam (%)D1.......Dn : jumlah hari setelah tanam

Nila i perkecambahan (NP) ataue (GV) dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :Germination Valu

x FGDPVGV

perkecambahanhariJumlah

Perkecambahan puncak%PV

ujihariJumlah

akhirpadabahanPerkecam%FGD

pengamatan

Dimana :

GV : Nilai PerkecambahanPV : Perkecambahan PuncakFGD : Perkecambahan harian akhir

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 11: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

171

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Percobaan 1 : Pengaruh Pengeringanterhadap Perubahan Fisiologi danBiokimia

Pengamatan pertumbuhan propaguldilakukan setiap dua hari sekali selama

90 hari (3 bulan), sedangkan untuk pengamatanbiokimia propagul dilakukan secara bertahapsesuai dengan perlakuan yang diberikan.

R.apiculata

Hasil analisis keragaman menunjukkanbahwa pemberian perlakuan pengeringanmemberikan pengaruh sangat nyata terhadapvariabel kadar air (KA) dan kecepatanberkecambah (Kt), berpengaruh nyata terhadapdaya berkecambah (DB), tetapi tidakberpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan(NP) propagul seper t i se lengkapnyadicantumkan pada Tabel 3.

Tabel ( ) 3. Rekapitulasi hasil analisis keragaman pengaruh pengeringan terhadap variabel kadar air(KA), daya berkecambah (DB), kecepatan berkecambah (Kt) dan nilai perkecambahan(NP) propagul (

)

Table

R. apiculata Summarized analysis of variance regarding the effect ofdesiccation duration on the moisture content, germination percentage, germination rateand germination value of R. apiculata seed

No. Variabel (variables) F-hit (calculated F)

1. Kadar air 81.49**

2. Daya berkecambah 4.53*

3. Kecepatan berkecambah 158.98**

4. Nilai perkecambahan 1.04ns

Keterangan ( ) : ** : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% (very significant at 95% confident level)* : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (significant at 95% confident level)ns : Tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% (not significant at 95% confident level)

Remarks

Hasil uji Duncan (Tabel 4) menunjukkanbahwa perlakuan pengeringan pada periode 1minggu tidak berbeda nyata dengan tanpapengeringan (kontrol) terhadap variabel kadar air(KA), sedangkan pada periode 2-3 minggumenunjukkan perbedaan yang sangat nyata.Kadar air merupakan faktor utama yangmempengaruhi viabilitas propagul karena padakadar air tertentu viabilitas propagul dapatmencapai maksimum. Perlakuan pengeringanpropagul memberikan pengaruh nyata terhadapvariabel fisiologi propagul . Dayaberkecambah, kecepatan berkecambah dan nilaiperkecambahan semakin menurun denganmeningkatnya periode pengeringan propagul.Pengeringan propagul selama 1 minggu tidakmenyebabkan penurunan daya berkecambah darikontrol (tanpa penurunan) yaitu masih 100%meskipun nilai tersebut tidak berbeda nyatadengan daya kecambah propagul pada periodepenurunan selama 2 minggu (Tabel 4). Padaketiga perlakuan tersebut daya berkecambahpropagul tergolong cukup baikkarena masih bisa mencapai di atas 97% (Gambar1). Penurunan daya kecambah propagul terlihatnyata setelah penurunan selama 3 minggu

R. apiculata

R. apiculata

(86,67%) yaitu sebesar 13,33%. Seperti halnyapada propagul(Handayani, 2004), pengeringan propagul

cukup lambat sehingga penurunandaya kecambah tidak terjadi secara drastis.

Bruguera gymnorhizaR.

apiculata

Viabilitas maksimum propagul terjadipada kadar air 54,02% yaitu pada perlakuan tanpapengeringan (kontrol). Hal tersebut ditunjukkandengan dicapainya nilai tertinggi untuk semuaparameter yaitu daya berkecambah sebesar100%, kecepatan berkecambah 2,57% per etmaldan nilai perkecambahan 0,19. Meskipuncenderung terus menurun selama 3 minggupengeringan viabilitas masih bisa dipertahankandengan baik yaitu sebesar 86,67% dan nilaiperkecambahannya tidak berbeda nyata denganperlakuan-perlakuan lainnya.

Justice and Louis (1990) menyatakanbahwa pada kondisi kadar air yang sangatrendah atau mendekati kritis, gejala kerusakanbenih akan tampak dan diikuti penurunandaya berkecambah setelah benih disimpan.Namun sampai pengeringan selama 3 minggu,daya berkecambah masih cukup tinggi (86,67%)dan kondisi propagul masih kelihatan cukupsegar.

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Page 12: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

172

Tabel ( ) 4. Rekapitulasi uji jarak duncan pengaruh pengeringan terhadap parameter DayaBerkecambah (DB), Kecepatan berkecambah (KT) dan Nilai Perkecambahan (NP)propagul (

R. apiculata )

Table

R. apiculata Summarized of Duncan's multiple range test to the effect ofdesiccation on the moisture content, germination percentage, germination rate andgermination value of seed

No. Lama

Pengeringan(Drying period )

Variabel (variables)

KA (moisture

content)

(%)

DB(germination

percentage)

(%)

KT (germination

rate)

(% per etmal)

NP (germination

value)

1. 0 minggu 54.02 a 100.00 a 2.57 a 0.19 a

2. 1 minggu 50.78 a 100.00 a 2.34 b 0.11 a

3. 2 minggu 40.64 b 97.33 a 1.87 c 0.08 a

4. 3 minggu 31.72 c 86.67 b 1.38 d 0.08 a

Keterangan ( ) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata padatingkat kepercayaan 95% uji berganda Duncan (

)

Remarksvalues followed by the same letters in the same column

are not significantly different at 95% confident level in accordance to the Duncan's multiple range test

(a) (b)

Parameter biokimia yang diamati dalampenelitian ini meliputi kadar pati, lemak, proteindan daya hantar listrik (DHL). Hasil analisiskandungan biokimia propagul pada berbagaiper lakuan penger ingan se lengkapnyadicantumkan pada Tabel 5.

Hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwakandungan biokimia propagul yaitupati, lemak dan protein berubah-ubah (turun naik)dengan meningkatnya waktu pengeringanmeskipun semuanya lebih tinggi dibandingkontrol. Sedangkan daya hantar listrik (DHL)semakin meningkat dengan meningkatnya waktupengeringan. Kandungan biokimia tertinggi

R. apiculata

masing-masing parameter yaitu untuk pati 27, 35%(2 minggu), lemak 0,71% (2 minggu), protein4,50%(1minggu)danDHL2,30 (3minggu).

Kandungan biokimia propagulyang meliputi pati, lemak dan protein cenderungmengalami perubahan komposisi (naik turun)selama pengeringan (Gambar 2). Peningkatankandungan karbohidrat selama pengeringan secaraumum diindikasikan bahwa menguapnya airmenyebabkan kandungan karbohidrat lebih pekatsehingga konsentrasinya meningkat. MenurutNkang (1988), pengeringan yang berlebihan jugaakan menyebabkan hilangnya karbohidrat baikkarenapolimerisasi ataukoagulasi/pembekuan.

R. apiculata

Gambar ( ) 1. Viabilitas propagul pada beberapa periode pengeringan : a). kadar air(KA) dan daya berkecambah (DB) dan b). kecepatan berkecambah (KT) dan nilaiperkecambahan (NP) ( of

)

Figure R. apiculata

Viability R. apiculata seeds at desiccation period a).moisture content and germination percentage and b). germination rate andgermination value

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 13: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

173

Tabel ( ) 5. Jumlah kandungan pati, lemak, protein dan daya hantar listrik (DHL) pada berbagaiperlakuan pengeringan propagul (

R. apiculata )

TableR. apiculata Contain of carbohydrate, fat, protein and

leachate conductivity of many desiccation treatments of seeds

No. LamaPengeringan

(period )

Variabel (variables)

Pati(carbohydrate)

(%)

Lemak

(fat)

(%)

Protein(protein)

(%)

DHL

(leachate conductivity)

(milimhos)

1. 0 minggu 15.06 0.07 3.63 0.46

2. 1 minggu 24.92 0.29 4.50 0.87

3. 2 minggu 27.35 0.71 3.81 1.20

4. 3 minggu 24.01 0.24 3.69 2.30

Secara umum kandungan lemak propagulyang dianalisis, tidak mengalami perubahansecara nyata karena sampai penurunan 3 mingguviabilitas propagul masih cukup baik. Perbedaankadar air kesetimbangan antar spesies,disebabkan oleh variasi jumlah lemak yangtersimpan. Gejala awal kerusakan dalampengeringan benih rekalsitran adalah kebocoranmembran. Kerusakan membran menyebabkankehilangan bagian-bagian dari sel dan pelepasanenzim hidrolitik. Hal ini sering menghasilkankerusakan luas pada organ isme danmenyebabkan kematian.

Kebocoran membran berhubungan dengantransisi fase lemak ( ).Fosfolipid membran terjadi dalam dua fase yaitufase kristal cair ( ) dan fasegel ( ). Peningkatan suhu dalampengeringan di mana fase kristal cair padamembran fosfolipid berubah menjadi fase gel,yang menghasilkan peningkatan kebocoranmembran selama pengeringan atau reimbibisi(Kraak, 1993 Adimargono, 1997). Haltersebut merupakan salah satu penyebabterjadinya peningkatan nilai daya hantar listrikdalam benih.

Hipotesis lain tentang rusaknya membranselama pengeringan pada jaringan yang tidaktahan pengeringan termasuk de-esterifikasitermediasi radikal (

) atau peroksidasi dari phospholipidmembran, toleransi terhadap pengeringanmungkin berhubungan dengan adanya antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebasdan terlarut pada lipid dari membran (Kraak,1993 Adimargono, 1997).

Analisis kandungan protein menunjukkanbahwa meskipun terjadi peningkatan padapengeringan 1 minggu di banding kontrol (tanpapengeringan), tetapi setelah itu kandungan

lipid phase transition

liquid crystalline phasegel phase

radical- mediated de-esterification

dalam

dalam

protein terus mengalami penurunan sejalandengan penurunan kadar air benih. Tatipata

(2004) menjelaskan bahwa kadarprotein membran mitokondria menurun lebihcepat karena protein lebih peka terhadapk o n d i s i p e n y i m p a n a n y a n g k u r a n gmenguntungkan. Protein membran bersamafosfolipid berfungsi menjalankan fungsimembran. Menurunnya kadar fosfolipidmembran akan berpengaruh terhadap penurunanfungsi membran. Menurunnya kadar fosfolipiddan protein membran mencerminkan terjadinyakemunduran benih. Hal serupa terjadi padapengeringan penurunan kadar airdiikuti dengan penurunan kandungan proteindalam benih yang erat kaitannya denganpeningkatan asam amino bebas (Girija andSrinivasan, 1998).

Nilai daya hantar listrik untuk jenispropagul yang diuji cenderung mengalamipeningkatan sejalan dengan meningkatnyaperiode pengeringan propagul. Hasil penelitianNugroho (1998) pada jenis sengon butomenunjukkan hal yang sama, dimana daya hantarlistrik semakin meningkat dengan semakinlamanya pengusangan benih.

et al.

Calamus spp.

Byrd (1983) menyatakan bahwa benihhidup mengadakan reaksi yang berbeda biladialiri arus listrik. Benih-benih yang mati lebihpermeabel dan apabila direndam dalam air makaelektrolit benih akan tercuci lebih cepat. Dayahantar listrik benih memiliki kepekaan yangtinggi dalam mendeteksi kemunduran benih,t e t a p i b a n y a k f a k t o r y a n g d a p a tmempengaruhinya seperti : (1) kerusakanmekanis pada benih, (2) kondisi kulit benih, (3)suhu dan tekanan osmotik cairan perendaman (4)tingkat imbibisi awal sebelum benih direndamdan (5) lamanya perendaman (Pian,1981;Nugroho, 1998).

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Page 14: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

174

Gambar ( ) 2. Kandungan pati, lemak protein dan daya hantar listrik pada berbagai tingkat kadarair propagul (

R. apiculata )

FigureR. apiculata contents of carbohydrate, fat, protein and leachate

conductivity at several moisture content levels of seeds

B. Percobaan 2 : Pengaruh Penyimpananterhadap Perubahan Fisiologi danBiokimia

Hasil analisis keragaman menunjukkanbahwa pemberian faktor tunggal ruang simpan(A) dan lama penyimpanan (B) serta interaksinya

(AB) berpengaruh sangat nyata terhadap variabelkadar air (KA), daya berkecambah (DB) dankecepatan berkecambah (KT) serta berpengaruhnyata terhadap nilai perkecambahan (NP)propagul seperti selengkapnyadicantumkan pada Tabel 6.

R. apiculata

Tabel 6. Rekapitulasi hasil analisis keragaman pengaruh penyimpanan terhadap variabel KadarAir (KA), Daya Berkecambah (DB), Kecepatan berkecambah (KT) dan NilaiPerkecambahan (NP) jenis (

R. apiculata )

(Table)

R. apiculata Summarized analysis of variance to the effect ofstorage on the moisture content, germination percentage, germination rate andgermination value of seeds

SK

(sourcesofvariation)

F-hitung (calculated F)

KA

(moisture content)

(%)

DB (germinationpercentage)

(%)

KT

(germination rate)

(% per etmal)

NP (germinationvalue)

A 91.39** 253.10** 339.69** 3.19*

B 72.01** 247.51** 302.95** 2.51*

A*B 28.68** 59.30** 54.13** 2.44*

Ket. ( ) : ** : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99% (very ))* : Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% ( )ns : Tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% ( )

Remarks significant at 95% confident levelsignificant at 95% confident level

not significant at 95% confident level

Hasil uji jarak Duncan menunjukkanbahwa pengaruh lamanya penyimpanan berbedatergantung dimana propagul disimpan (ruangsimpan). Propagul mampu tumbuhsampai waktu 8 minggu dengan daya kecambahsebesar 29,33% di ruang kamar dan tidakmampu tumbuh (0%) pada penyimpanan 10minggu. Pada penyimpanan di ruang AC,

R. apiculata

propagul mampu tumbuh sampai waktupenyimpanan 4 minggu sebesar 29,33% dansetelah 6 minggu daya berkecambah propagulmenjadi 0%.

Hasil pengamatan perkecambahan selama90 hari menunjukkan bahwa daya berkecambahpropagul yang disimpan pada ruangAC menurun sangat tajam pada penyimpanan

R. apiculata

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 15: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

175

selama 4 minggu dan tidak mampu berkecambahpada penyimpanan 6 minggu. Sementara itu,propagul yang disimpan pada ruang kamar dayaberkecambahnya menurun tajam padapenyimpanan 8 minggu dan tidak mampuberkecambah pada penyimpanan 10 minggu(Gambar 3).

Hasil penelitian Anggraini (2000)menunjukkan hasil yang sama dimana propagul

dengan daya berkecambah 100%tanpa penyimpanan mengalami penurunan padaakhir pengamatan yaitu sampai periodepenyimpanan 4 minggu menjadi 70,56%.

R. apiculata

(a) (c)

Gambar 3. Viabilitas propagul pada beberapa perlakuan penyimpanan : a). Kadarair, b). Daya berkecambah, c) Kecepatan Tumbuh dan d) Nilai perkecambahan( R. apiculata

(Figure) R. apiculata

Viability of seed at many storage treatment : a). Moisture content, b)Germination percentage, c) Germination rate and d) Germination value

Daya berkecambah propagul yangdisimpan pada ruang kamar mengalamipenurunan yang lebih lambat dibandingpenyimpanan pada ruang AC (Gambar 3). Padaminggu keenam propagul yang disimpan padaruang AC sudah tidak mampu tumbuh (menurun100%), sedangkan pada ruang kamar dayaberkecambah propagul masih 85,33%. Haltersebut disebabkan pada ruang AC suhu dankelembaban udara lebih rendah dibanding ruangkamar. Kondisi seperti ini menyebabkanpropagul mudah mengalami kehilangan air.

Pengeringan ini merupakan faktor penyebabterjadinya kemunduran benih. Kadar air benihpada akhir periode simpan merupakan faktoryang sangat kritis sehubungan denganpengaruhnya terhadap daya berkecambah danviabilitas benih. Hal tersebut dikarenakan bahwasemakin lama benih disimpan maka akanmenyebabkan terjadinya stres air yangmenyebabkan kemunduran benih (Pammenter

1994).Selain dengan parameter daya kecambah,

indikator viabilitas benih dapat dilihat

etal.,

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Lama Penyimpanan (minggu)

Kamar

Nil

ai

Per

kec

am

ba

ha

n(N

P)

(b) (d)

Page 16: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

diantaranya dari parameter kecepatanberkecambah (KT) dan nilai perkecambahan(NP). Pada perlakuan penyimpanan pada propagul

(Gambar 3) menunjukkan bahwakecepatan berkecambah dan nilai perkecambahanpropagul yang langsung ditanam (tanpapenyimpanan) lebih tinggi dibandingkan setelahpropagul mengalami proses penyimpanan. Haltersebut menunjukkan bahwa pada kondisitersebut, perkecambahan propagul berlangsungsempurna sebagai indikator bahwa vigor propagulmasih bagus sehingga mampu menghadapi kondisilingkungan yang kurang menguntungkan (subopt imum) (Sadjad, 1972) . Kecepatan

R. apiculata

berkecambah dan nilai perkecambahan yangsemakin menurun dengan semakin lamanya waktupenyimpanan disebabkan oleh kadar air sebagaibahan proses metabolisme dalam propagul yangsemakinmenurun.

Hasil analisis biokimia menunjukkanbahwa komposisi kandungan biokimia propagulselama penyimpanan propagulcenderung mengalami peningkatan danpenurunan, tetapi pada akhir penyimpanan kadarmasing-masing parameter mengalamipeningkatan dibanding kontrol. Hasil analisisbiokimia selengkapnya dicantumkan padaTabel 7.

R. apiculata

Tabel 7. Jumlah kandungan pati, lemak, protein dan daya hantar listrik (DHL) pada berbagaiperlakuan penyimpanan propagul (

R. apiculata )

(Table)R. apiculata Contents of carbohydrate, fat, protein

and leachate conductivity of many storage treatmenst of seeds

No. Perlakuan

(treatment)

Variabel ( )variables

Pati(carbohydrate)

(%)

Lemak( fat)(%)

Protein(protein)

(%)

DHL(leacha te conductivity )

(milimhos)

1. Kontrol(benih segar)/A1B0

15.06 0.07 3.63 0.46

2. A1B1 22.63 0.24 3.44 0.87

3. A1B2 24.84 0.20 3.31 0.89

4. A1B3 21.35 0.27 3.63 1.23

5. A1B4 28.03 0.34 2.59 0.49

6. A1B5 28.96 0.54 4.15 0.17

7. A2B0 15.06 0.07 3.63 0.46

8. A2B1 25.56 0.27 3.69 1.14

9. A2B2 23.24 0.26 3.56 1.05

10. A2B3 22.64 0.39 3.50 2.84

11. A2B4 25.72 0.10 3.07 1.37

12. A2B5 26.62 0.18 4.19 0.55

Keterangan : A = Ruang simpan (1 = ruang kamar; 2 = ruang AC), B = Lama penyimpanan (0 = 0 minggu/kontrol/benih segar,1 = 2 minggu; 2 = 4 minggu; 3 = 6 minggu; 4 = 8 minggu dan 5 = 10 minggu)

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwasebelum proses penyimpanan kadar pati sebesar15,06% dan meningkat menjadi 28,96% padaakhir penyimpanan (penyimpanan dalam ruangkamar). Kandungan pati tertinggi pada propagul

adalah 28,96% (ruang kamar selama10 minggu), lemak 0,54% (ruang kamar selama10 minggu), protein 4,19% (ruang AC selama 10minggu) dan daya hantar listrik 2,84 milimhos(RuangAC selama 6 minggu).

R. apiculata

Peningkatan dan penurunan kandunganbiokimia propagul yaitu pati, lemak dan proteinkemungkinan disebabkan oleh kondisilingkungan yang tidak stabil atau berubah-ubahyang dapat dilihat juga dari kadar air propagulyang juga cenderung berubah-ubah selamapenyimpanan. Meskipun demikian, apabiladilihat dari nilai daya hantar listrik maka terjadikecenderungan terjadinya peningkatan dengansemakin lamanya waktu penyimpanan.

176

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 17: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Peningkatan daya hantar l i s t r ikmenandakan terjadinya penurunan vigorpropagul yang cenderung akan membocorkanbahan-bahan yang dikandungnya sertakebocoran dalam membran sel merupakantempat kerusakan yang nyata dari kemunduranbenih (Mugnisjah ., 1994). Sadjad (1993)menyatakan bahwa daya hantar listrik bertambahbesar apabila benih makin mundur akibatelektrolit yang bocor semakin besar. Hal tersebutjuga didukung oleh AOSA (1983) yangmenerangkan bahwa dengan semakin tingginyanilai daya hantar listrik berarti semakin besar zat-zat terlarut dalam larutan perendaman. Tingginyacairan sel dalam larutan perendamanmenunjukkan semakin rendahnya vigor benih.Beberapa penelitian juga telah membuktikanadanya hubungan antara kualitas benih dankebocoran elektrolit pada benih tanamankehutanan antara lain L.,Engelm, Mill, Mill, P.

(Bonner, 1991) sertadan (Nugroho, 1998).

Hasil pengukuran kandungan lemakselama penyimpanan terlihat cukup bervariasi.Namun demikian, dari Tabel 7 dapat dilihatbahwa nilai kandungan lemak pada propagulsegar (tanpa perlakuan) sebesar0,07% dan lebih rendah dibandingkan benih

yaitu 5% yang merupakanbenih orthodok (Syamsuwida ., 2002). Salahsatu ciri benih rekalsitran menurut Sudjindro(1994) adalah tingginya kadar lemak yangdikandung, sehingga benih cepat rusak selamapenyimpanan. Hal tersebut diduga olehperbedaan karakteristik seperti tipe morfologipropagul dibandingkan benih jenis rekalsitranlainnya. Namun untuk menetapkan benihkedalam klasifikasi rekalsitran tertentu perlukajian lebih lanjut baik dilihat sifat fisiologimaupun biokimia benih selama penyimpanansecara lebih detail.

Seringkali penyediaan benih atau bibituntuk suatu penanaman harus didatangkan daridaerah lain. Oleh karena itu, informasipenyimpanan propagul dalam penelitian inisangat penting karena tipe propagul mangrovepada umumnya termasuk jenis rekalsitransehingga memudahkan distribusi ke daerah yangmembutuhkan dengan viabilitas propagul masihtetap terjaga baik. Berdasarkan hasil penelitianini, untuk mengatasi terjadinya penurunanviabilitas propagul selama penyimpanandiperlukan pengaturan kelembaban (RH) supayatetap tinggi.

et al

Pinus taeda P. eliottiP. pasutris P. echinata

strobus L E. cyclocarpumParaserianthes falcataria

R. apiculata

Acacia mangiumet al

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan yang dapat diperoleh daripenelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perlakuan penyimpanan memberikanpengaruh sangat nyata terhadap perubahanfisiologis propagul dimanakelembaban udara yang rendah pada ruangAC sangat menurunkan daya berkecambahpropagul.

2. Kondisi kritis propagul belumterlihat sampai pengeringan selama 3 minggu(KA : 31,7%; DB : 86,7%; KT : 1,4% peretmal dan NP: 0,08).

3. Penyimpanan propagul pada

ruang kamar (suhu : 28-29 C, RH : 85-95%)pada KA awal 54% merupakan cara terbaikkarena masih mampu mempertahankan dayaberkecambah sampai minggu ke 8 sebesar29,3%.

4. Kandungan biokimia (lemak, pati, protein dandaya hantar listik) propagulcenderung mengalami peningkatan denganmakin lamanya periode pengeringan danpenyimpanan.

Abdul Baki,A.A J.D.Anderson. 1970.Viabilityand leaching of sugar from germinatingBarley.CropScience,10:31-34

Adimargono, S. 1997. Recalcitrant seeds,identification, and storage. Final Thesis inTropical Plant Production. LarensteinInternational Agriculture College,Deventer.

Anderson, J.D. 1970. Physiological andBiochemical Differences in DeterioratingBarley Seed. Crop Science, 10: 36 - 39

Anggraini, Y.N. 2000. Pengaruh Media Simpan,Ruang Simpan dan Lama Simpanterhadap Viabilitas Propagul

Skripsi. Fakultas Kehutanan.Ins t i tu t Per tanian Bogor. TidakDipublikasikan. 39 hal.

AOSA. 1983. .Prepared by Seed Vigor Test Committeeof the Association of Official SeedAnalysis. Contribution No 32 .88p

Blanche. C.A.; J.D. Hodges; A.E. Gomez and E.Gonzales. 1991. Seed chemistry of the

R. apiculata

R. apiculata

R. apiculata

R. apiculata

and

Rhizophoraapiculata.

Seed Vigor Testing Handbook

0

177

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Page 18: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Tropical Tree Vochysia hondurensisSprague Forest Science Vol.37 No. 3:949-952.

Bonner, F.T. 1991. Estimating Seed Quality ofSouthern Pines by Leachate Conductivity.United States Departement of Agriculture.New Orleans, Louisiana.

Byrd, H. 1983. Pedoman Teknologi Benih. PT.Pembimbing Massa. Jakarta.

Chin, H. F., B. Krishnapillay, P. C. Stanwood,1989. Seed Moisture: Recalcitrant vs.orthodox seeds. In: Seed Moisture. Eds. Ph.C. Stanwood and N. B. McDonald, CSSASpecial. Publ. No. 14, Crop Science SocietyofAmerica,Madison,Wisconsin,USA.

Dourado, A.M and E.H Roberts. 1984.Chromosome alterations in stored seeds.Annals of Botany Company 54: 767 - 778.

Girija, T. and S. Srinivasan. 1998. MetabolicChanges associated with Desiccation inCalamus Seeds. IUFRO Seed SymposiumRecalcitrant Seeds 12 - 15 October 1998.Kualalumpur. Malaysia.

Handayani, B.R. 2003. Pengaruh Media Simpan,Ruang Simpan dan Lama Penyimpananterhadap Viabilitas Propagul

. Skripsi. Fakultas Kehutanan.Institut Pertanian Bogor. 59 hal. TidakDipublikasikan.

Hindra, B. 2006. Potensi dan KelembagaanHutan Rakyat. Prosiding Seminar HasilLitbang Hasil Hutan 2006 : 14-23.h t t p : / /

. Diakses tanggal 3September 2008.

ISTA. 1985. Seed Science and Technology.Vol. 13. Zurich, Switzerland.

ISTA. 2006. .The In te rna t iona l Seed Tes t ingAssociation (ISTA) P.O. Box 308, 8303Bassersdorf, CH - Switzerland.

Justice, O. L. dan Louis, N. Bass. 1990. Prinsipdan Praktek Penyimpanan Benih. RajawaliPers.

Lauridsen, E.B., K. Olesen and E. Scholer. 1992.Packaging Materials for Tropical TreeFruits and Seeds. Denmark: Humblebaek:Krogerupvej 3 A, DK-350: Danida ForestSeed Centre. 25 p.

Brugueragymnorhyza

International Rules for Seed Testing

w w w. d e p h u t . g o . i d / f i l e s /Pot_Klbg_HR.pdf

Mugnisjah, W. Q., A. Setiawan, C. Santiwa danSuwarto. 1994. Panduan Praktikum danPenelitian Bidang Ilmu dan TeknologiBenih. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Nkang, A. 1988. Some Aspects of BiochemicalBasis of Viability Loss in StoredGuilfoxylia monostylis Seeds. SeedScience and Technology 16: 247-260.

Nugroho, A. A. 1998. Pendugaan KualitasBenih Sengon Buto (

Griseb) dan Sengon Laut( (L) Nielsen)Berdasarkan Uji Daya Hantar Listrik.Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan IPB.Bogor.

Pammenter, N.W and P. Berjak. 1997. Aspect ofour understanding of the biology andresponses of non-orthodox seeds. Tailor,A.G and Xue Lin Huang ( ). Progress inSeed Research. Confernce Proceedings of

the 2 ICSST. China.

Pian, Z. A. 1981. Pengaruh Uap Etil Alkoholterhadap Viabilitas Benih Jagung (

L.) dan Pemanfaatannya untukMenduga Daya Simpan. Disertasi DoktorFakultas Pascasarjana IPB. Bogor.

Sadjad, S. 1972. Kertas Merang untuk UjiViabilitas Benih di Indonesia. DisertasiFakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Tidakdipublikasikan.

1993. Dari Benih Kepada Benih. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Santoso, U. 2008. Hutan Mangrove,P e r m a s a l a h a n d a n S o l u s i n y a .

. Diakses tanggal 3 September2008.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan BenihTanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahandan Perhutanan Sosial, DepartemenKehutanan bekerjasama dengan IndonesiaForest Seed Project (IFSP). Jakarta.

Sudjindro. 1994. Indikasi KemunduranViabilitas Oleh Dampak Guncangan PadaBenih Kenaf ( L.).Disertasi Program Pasca Sarjana. IPB.Tidak dipublikasikan.

EnterolobiumcyclocarpumParaserianthes falcataria

eds

Zeamays

Hibiscus cannabinus

In

.

http://uripsantoso.wordpress.com/2008/04/03/hutan-mangrove-permasalahan-dan-solusinya/

nd

178

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 167 - 179

Page 19: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Syamsuwida, D., Naning Y., Enok, R.K.; AdangM dan Endang I. 2002. Biokimia Benih:Kemunduran benih yang disebabkan olehperubahan fisiologi dan biokimia benihorthodok. LHP No. 375. BPPTP. Bogor.Tidak dipublikasikan.

Tatipata, A., Prapto Yudono, A. Purwantoro danWoerjono Mangoendidjojo. 2004. KajianAspek Fisiologi dan Biokimia DeteriorasiBenih Kedelai dalam Penyimpanan. JurnalIlmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 76-87.Yogyakarta.

179

Dampak Penurunan Kadar Air terhadap ResponFisiologis dan Biokimia Propagul Bl.Rhizophora apiculata

Asep Rohandi dan Nurin Widyani

Page 20: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

181

AKURASI METODE UJI CEPAT DALAM MENDUGA MUTUFISIOLOGIS BENIH DAMAR

Accuracy of Rapid Test Methods to Estimatethe Physiological Quality of Dammar Seed

Muhammad Zanzíbar dan/ Nanang Herdiana

benih, damar, fisiologis, perkecambahan, uji cepat

1) 2)and

dammar, germination, physiological, rapid test, seed

1)

2)

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan (BP2TP) BogorJalan Pakuan Ciheuluet Po. Box 105 Bogor

Telp. (0251) 8327768

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) PalembangJl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Puntikayu PO. BOX. 179, PalembangTelp./Fax. (0711) 414864 e-mail : [email protected]

Naskah masuk : 5 Maret 2010; Naskah diterima : 23 Agustus 2010

ABSTRACT

The common method of seed physiological quality test is germination test (direct test), but it takes time.The indirect test (rapid test) can be an alternative to obtain information on seed quality wich is faster,cheaper and better accuracy. It is analyzed based on metabolism process and physical condition of seed.This research was done aiming at determining physiological quality of dammar seed lots to variousmethod of rapid seed testing including : tetrazolium test, hydrogen peroxide test, exicion embryo test andcutting test. Results of t-test and correlation analyzing indicated that all the rapid test can be used as directgerminatin test. The equation of determination of dammar's germination capacity i.e. tetrazolium test: Y=1,0319x + 4,3975 (r : 90%), hydrogen peroxide test: Y = 0,9072x + 9,1285 (r : 92,7%), excision embryotest: Y = 0,9474x + 10,749 (r : 92,8%) dan cutting test:Y = 0,8957x + 6,7977 (r : 91,6%). (Y : predictionvalue of actual germination capacity and X : prediction value of potential germination capacity base onviability rapid test)

2 2

2 2

.

Keywords:

ABSTRAK

Metoda standar pengujian mutu fisiologis benih adalah uji perkecambahan (uji langsung), namunwaktunya relatif lama. Metode pengujian tidak langsung (uji cepat) dapat menjadi pilihan untukmendapatkan informasi yang cepat, akurat dan efisien, yaitu dianalisis berdasarkan proses metabolismeserta kondisi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menduga mutu fisiologis kelompok benih damarsecara cepat menggunakan uji tetrazolium, hidrogen peroksida, eksisi embrio dan belah. Hasil uji t dananalisis korelasi daya berkecambah diperoleh bahwa masing-masing metoda uji cepat dapat digunakansebagai pengganti uji perkecambahan langsung. Persamaan dugaan daya berkecambah, adalah : ujitetrazolium : Y= 1,0319x + 4,3975 (r : 90%), uji hidrogen peroksida : Y = 0,9072x + 9,1285 (r : 92,7%),uji eksisi embrio :Y= 0,9474x + 10,749 (r : 92,8%) dan uji belah :Y= 0,8957x + 6,7977 (r : 91,6%).

2 2

2 2

Kata kunci :

I. PENDAHULUAN

Agathis lorantifolia Salisb., sinonim:damar sigi, kayu sigi (Sumatera), damar, ki damar(Jawa), damar pilau (Dayak), ki damar (Sunda),damar kapas, damar wana (Sulawesi), damarputih, damar raja (Maluku) merupakan salah satu

jenis tanaman hutan, famili Araucariaceae yangpenyebaran alaminya di Sumatera, Bangka,Maluku Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.Kayu damar digunakan untuk membuat kotak,tangkai korek api, pensil, mebel, peti kemas,venir, kayu lapis, pulp, juga untuk kayuperumahan (Martawijaya ., 1981). Kondisiet al

Page 21: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

182

optimum penyimpanan benih damar diperoleh

pada suhu rendah (4 - 8 C). Benih dengan kadarair rendah (5%) lebih tahan disimpandibandingkan dengan kadar air tinggi (20%),yaitu: daya berkecambah (DB) setelah 2 bulanmasing-masing 45,38 dan 31,79% (DB =

63.00%) (Sagala dan Endah, 1990); benih lebihbanyak menunjukkan sifat-sifat ortodoksmeskipun relatif tidak tahan lama disimpandibandingkan dengan jenis ortodoks lainnya(Schmidt, 2000).

Metode pendugaan mutu fisiologis benihdapat dilakukan melalui metode langsung dantidak langsung. Metode langsung menggunakanindikator pertumbuhan kecambah; benihdikecambahkan pada kondisi ideal, dilakukan digerminator, rumah kaca atau areal persemaianselama jangka waktu tertentu (uji resmi),sedangkan metode tidak langsung didasarkanpada proses metabolisme serta kondisi fisik yangmerupakan indikasi tidak langsung; disebut pulauji cepat viabilitas (Zanzibar, 2009).

Beberapa metode cepat berkorelasi tinggiterhadap uji langsung, misalnya, pada jenis

mangium diperoleh bahwa uji tetrazolium (r :93,18%) waktu pengujian selama 1,5 jam,

hidrogen peroksida (r : 90,04%) selama 7 hari,

eksisi embrio (r : 81,42%) selama 6 hari dan uji

belah (r : 85,42%) selama 1 jam, sedangkan ujilangsung selama 21 hari (Zanzibar dan Nanang,2005). Menurut Bonner (1996), uji cepatumumnya diaplikasikan pada beberapa kondisiseperti benih yang harus segera ditabur karenacepat mengalami kerusakan, benih dengandormansi kuat dan lambat berkecambah,keterbatasan jumlah benih, permintaankonsumen ser ta pada beberapa jenismenunjukkan hasil yang lebih akurat.

Penelitian ini bertujuan untuk mendugamutu fisiologis benih damar secara cepatmenggunakan uji tetrazolium, hidrogenperoksida, eksisi embrio dan belah.

Metodologi penelitian terdiri dariidentifikasi struktur tumbuh, standardisasiprosedur pengujian dan penentuan kriteria benihhidup/mati serta pengujian ketepatan metode.Standardisasi prosedur pengujian pada tulisan inidiperoleh dan dipilih dari serangkaian percobaanyang memberikan respon terbaik dari masing-masing metode uji.

o

2

2

2

2

awal

et al.

II. METODOLOGI

A. Identifikasi Struktur Tumbuh

B. Prosedur Pengujian

1. Uji cepat tetrazolium

Identifikasi struktur tumbuh dilakukandengan cara membelah benih searah longitudinal.Struktur tumbuh yang nampak digambar dandicocokkan dengan pustaka.

Bahan-bahan: akuades, garam tetrazolium(2,3,5- ),Na HPO .2H O, KH PO , ,

etanol 70%, kertas merang, lembaran plastik dan. Alat-alat: cawan petri, gelas

piala, gunting kuku, pinset, silet, oven, alatpengaduk, saringan, alat semprot tangan dan kacapembesar.

Pembuatan larutan tetrazolium dilakukansebagai berikut : (i) larutan I: KH PO sebanyak

9,078 gram dilarutkan dalam 1000 ml akuades(ii) larutan II: Na HPO .2H O sebanyak 11,876

gram dilarutkan dalam akuades 1000 ml (iii)larutan penyangga: larutan I sebanyak 400 mldicampurkan dengan 600 ml larutan II (2: 3)(v/v).TZ 1%: garam tetrazolium (2,3,5

) sebanyak 10 gramdimasukan ke dalam 1000 ml larutan penyangga,TZ 0,5%: garam tetrazolium (2,3,5

) sebanyak 5 gramdimasukan ke dalam 1000 ml larutan penyangga.Larutan TZ harus dihindarkan dari cahayalangsung, yaitu ditempatkan dalam gelas pialayang telah dilapisi .

Proses pengkondisian benih sebagaiberikut : (i) kulit benih dikupas lalu dilembabkanpada 6 (enam) lembar kertas merang jenuhakuades selama 24 jam; benih disusun beraturan,kertas yang telah dilapisi lembaran plastikkemudian digulung dan dimasukkan dalamcawan petri (ii) kulit ari benih dikupas danselanjutnya ditempatkan pada cawan petri berisi2 (dua) lembar kertas merang lembab (iii) benihdibelah searah longitudinal, bagian yang berisiembrio direndam dalam larutan TZ 1%.Pencampuran benih dan larutan dilakukan dalamkamar gelap. Volume larutan TZ = 3 x volumebenih (iv) larutan yang berisi benih dimasukkan

ke dalam oven pada suhu 40 C selama 4 jam (f)benih ditempatkan pada saringan, lalu dibilas

1.1. Bahan dan alat

triphenil tetrazolium chloridanatrium hipoklorit

aluminium foil

1.2. Pembuatan larutan

tripheniltetrazolium chlorida

tripheniltetrazolium chlorida

aluminium foil

1.3. Pengkondisian

2 4 2 2 4

2 4

2 4 2

o

dengan akuades selama 2 - 3 menit (v) benih

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 181 - 189

Page 22: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Akurasi Metode Uji Cepat dalam MendugaMutu Fisiologis Benih Damar

Muhammad Zanzíbar dan Nanang Herdiana

183

diletakkan kembali pada cawan petri yang telahberisi 2 (dua) lembar kertas merang lembab (vi)dilakukan pengamatan terhadap intensitas, luas danpola pewarnaan. Penilaian intensitas, terdiri dariwarna merah (M), merah muda (Mm) dan putih (P),luas berdasarkan persentase masing-masing warnaterhadap luas permukaan keping (bagian dalam),sedangkan pemolaan dilakukan denganmenggambarpolapewarnaanyangterbentuk.

Bahan-bahan akuades, larutan hidrogenperoksida, natrium hipoklorit, etanol 70%, kertasmerang dan .Alat-alat: gelas piala,kaca pembesar, kertas milimeter.

Larutan H O yang tersedia umumnya

berkonsentrasi tinggi (35%), sedangkan uji inimenggunakan konsentrasi rendah (0,5 - 2%)sehingga larutan perlu diencerkan. Rumuspengenceran: dimana: c =

konsentrasi larutan asli, c = konsentrasi larutan

yang diinginkan, v = volume larutan asli yang

diperlukan untuk memperoleh larutan yangdiinginkan, v = volume larutan yang diinginkan.

Pengkondisian uji ini adalah : (i) kulitbenih dikupas, kemudian direndam pada gelaspiala bertutup yang telah berisilarutan H O 0,5%, volume larutan H O = 3 x

volume benih. Larutan H O 0,5% diperoleh

dengan cara mencampur 14,29 ml larutan H O

35% ke dalam 985,71 ml akuades sehinggadiperoleh 1000 ml larutan (ii) larutan yang berisibenih selanjutnya dimasukkan ke dalam

inkubator atau ruangan gelap pada suhu 20 - 30 Cselama 6 hari. Bila larutan terlihat keruh digantidengan larutan baru (iv) benih dibilas denganakuades, kemudian tempatkan dalam cawan petriberlapis 2 (dua) lembar kertas merang lembab (v)panjang radikel diukur dengan penggaris ataukertas milimeter.

Bahan-bahan : akuades , na t r iumhipoklorit, etanol 70%, kertas merang, kertassaring dan lembaran plastik. Alat-alat: cawanpetri, gelas piala, gunting kuku, pinset, silet, kacapembesar, semprotan tangan, oven, inkubatordan alat pembagi benih.

2. Uji cepat hidrogen peroksida

:

c x v = c x v

3. Uji cepat eksisi embrio

2.1. Bahan dan alat

aluminium foil

2.2. Pembuatan larutan

2.3. Pengkondisian

aluminium foil

3.1. Bahan dan alat

2 2

1

2

1

2

2 2 2 2

2 2

2 2

1 1 2 2,

o

3.2. Pengkondisian

4. Uji cepat belah

C. Penentuan Kriteria Benih Hidup/mati danPengujian Ketepatan Metode

Pengkondisian uji eksisi embrio adalah :(i) ujung benih yang berlawanan dengan titiktumbuh dipotong, lalu rendam dalam akuadesselama 24 jam (ii) kulit ari dikupas danselanjutnya ditempatkan pada cawan petri yangtelah berisi 2 (dua) lembar kertas merang lembab(ii) gametofit betina dibelah searah longitudinalkemudian keluarkan embrio dengan hati-hati(tidak boleh cacat) (iii) embrio diletakan dalamcawan petri yang telah berisi media 2 (dua)lembar kertas saring lembab, inkubasikan pada

ruang kamar (25 - 27 C) selama 5 hari (v)pengamatan perkembangan embrio dilakukansetiap hari, jika embrio busuk/berjamur segeradibuang.

Bahan-bahan: akuades, etanol 70%,natrium hipoklorit, kertas merang dan lembaranplastik. Alat-alat: cawan petri, gelas piala,gunting kuku, pinset, silet, lup, alat semprottangan dan oven.

Pengkondisian uji belah dilakukan sebagaiberikut : (i) kulit benih dikupas, selanjutnyadilembabkan pada 6 (enam) lembar kertasmerang basah yang dilapisi plastik dalam cawanpetri selama 24 jam. (ii) kulit ari dikupas, laludibelah searah longitudinal; embrio dangametofit betina harus terbagi dua (iii) warna dankondisi benih (embrio dan gametofit betina)diamati dengan kaca pembesar.

Tahap kegiatan ini adalah sebagai berikut:(i) penuaan: benih yang masih berkadar airtinggi (15 - 20%) diletakkan pada cawan petriberalas kertas merang lembab lalu ditempatkan

dalam inkubator (t = 30 C, RH = 80 - 90%),selama 0, 2, 5, 8, 11 dan 14 hari (ii) benih hasilpenuaan tersebut selanjutnya diuji dengan ujicepa t dan perkecambahan langsung .Perkecambahan langsung menggunakan metodeUKDdp (uji kertas digulung dalam plastik) yangditempatkan dalam germinator tipe IPB 73-1. (iii)analisis kondisi struktur tumbuh untukmenentukan kriteria benih hidup dan mati (iv)kalibrasi hasil antara uji cepat dengan ujiperkecambahan.

o

o

4.1. Bahan dan alat

4.2. Pengkondisian

Page 23: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

184

D. Peubah Pengukuran dan Analisis Data

Percobaan in i d i r ancang un tukmembandingkan efektivitas beberapa metodepengujian secara cepat (TZ, hidrogen peroksida,eksisi embrio dan uji belah) terhadap ujiperkecambahan (metode resmi). Perbandinganantara data dugaan daya berkecambah hasil ujicepat dengan data daya berkecambah hasil ujiperkecambahan menggunakan uji t (Steel danJames, 1991). Hipotesis yang digunakan adalah :

H D = 0 -› beda nilai tengah daya berkecambah

masing-masing metode uji cepatterhadap nilai tengah dayaberkecambah, sama dengan nol.

H D ≠ 0 -› beda nilai tengah daya berkecambah

masing-masing metode uji cepatterhadap nilai tengah dayaberkecambah, tidak sama dengannol.

Kaidah ujinya adalah sebagai berikut :

0

1

2

1

1

1t hitung

rrSe

d……………………(i)

t > t ( /2) (r + r - 2), tolak H

t < t ( /2) (r + r - 2), terima H

keterangan :Se : JK + Jk

(r + r - 2)

d : selisih nilai rata-rata daya berkecambahh a s i l u j i c e p a t d e n g a n h a s i lperkecambahan langsung

t : nilai t hitung

r : jumlah kuadrat daya berkecambah hasil uji

cepatdenganuji perkecambahan langsung.

Keeratan hubungan antara nilai dayaberkecambah hasil uji cepat dengan nilai dayaberkecambah langsung menggunakan koefisienkorelasi (Steel dan James, 1991). Kaidah ujisebagai berikut :

hit 1 1 0

hit 1 1 0

1 2

1 1

hit

1,2

α

α

222

2

.

ydyndxdxn

dydxdydxnr ….. (ii)

keterangan:: koefisien korelasi

n : jumlah ulangandx : dugaan daya berkecambah hasil uji cepatdy : dugaan daya berkecambah hasil uji

perkecambahan langsung

r

Y = β0 + β1X +ε1 …………………..……(iii)

keterangan:Y : daya berkecambah uji langsungβ : konstanta

β : koefisien regresi

X : nilai daya berkecambah uji cepatε : galat

Struktur tumbuh benih damar (GenusAgathis, Famili Araucariace dan Ordo Pinales)terdiri dari kotiledon, gametofit betina,hipokotil dan radikel (Gambar 1). Keempatkomponen struktur tersebut secara bersama-samamenjadi faktor penentu dalam penilaian kriteriabenih hidup dan mati pada pengujian secaracepat.

Secara umum, kecuali uji hidrogenperoksida tahap pengkondisian optimumdicapai setelah benih terimbibisi sempurna, yaitufase awal aktivasi. Proses imbibisi pada benihdamar berlangsung cepat; diperoleh daripengupasan kulit kemudian dilembabkan selama24 jam pada kertas merang lembab. MenurutLeubner (2006), kecepatan imbibisi sangatdipengaruhi oleh ada/tidak dormansi dantipenya serta susunan biokimia. Jumlahkebutuhan air meningkat secara linearberdasarkan perubahan tahap perkecambahan,dimulai dari tahap imbibisi, aktivasi sel/jaringandan pertumbuhan. Menurut Zanzibar (2009),tujuan utama imbibisi pada uji cepat dapat berupamengaktifkan/ membedakan sel/jaringan yangh i d u p / m a t i , m e m a c u p e r t u m b u h a n ,meningkatkan jumlah oksigen terlarut sertamempertegas penampakkan kondisi strukturtumbuh.

Setelah benih mengalami pengusangan,daya berkecambah menurun secara nyatasehingga diperoleh beragam kriteria dari benihhidup/mati. Kriteria benih hidup uji TZ adalahbila radikel dan kotiledon berwarna merah (M)atau merah muda (Mm) tanpa warna putih (P),gametofit betina berwarna merah sampai putih (≤20% warna putih dengan ≥ 50% warna merah),benih mati bila terdapat warna putih pada radikeldan/atau kotiledon, luasan warna putih pada

0

1

1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan antara daya berkecambah ujilangsung dengan daya berkecambah uji cepatmenggunakan analisis regresi, persamaanmatematis sebagai berikut :

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 181 - 189

Page 24: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

185

gametofit betina ≥ 20% dan warna merahnya ≤50%. Semakin luas pola pewarnaan, intensitastinggi serta terletak pada bagian-bagian pentingdari setiap struktur tumbuh maka menunjukkanbahwa benih berpeluang menjadi kecambahnormal. Kondisi vigor benih dapat terdeteksiberdasarkan uji TZ; benih bervigor tinggiberturut-turut diperoleh pada nomor kriteria 1,kemudian 2a, 2b dan seterusnya (Gambar 2).Keragaman proses reduksi dapat disebabkan olehkeragaman kondisi fisik; bila benih rusak,pewarnaan menjadi kurang cerah karenapenetrasi garam tetrazolium berlangsung lambat,namun dalam proses evaluasi benih demikiantergolong hidup.

Gambar ( 2. Kriteria benih hidup dan mati berdasarkan uji tetrazolium ()

Figure) Criteria of viable andnon -viable seed base on the tetrazolium test

Kriteria benih hidup uji hidrogenperoksida, bila kecambah memiliki panjangradikel ≥ 2 mm, sedangkan benih mati jikakurang dari 2 mm atau tidak berkecambahsampai akhir perendaman (hari ke 6). Larutanhidrogen peroksida merangsang respirasi yangmeningkatkan aktivitas perkecambahan.Semakin tinggi konsumsi oksigen maka semakinmemacu laju respirasi; tingkat respirasi tinggimemacu laju metabolisme, energi yangdihasilkan ditranslokasikan ke dalam embriosebagai energi perkecambahan (Leadem, 1984).Nilai perkecambahan yang rendah seringkalidisebabkan oleh infeksi jamur, kemudianmenular ke benih uji lainnya yang seharusnyamampu berkecambah. Menurut Zanzibar danNaning (2003), penggantian larutan dilakukan

bila waktu pengujian lebih dari 4 hari atau larutansudah terlihat keruh. Umumnya, benih berlemaklebih cepat rusak dibanding benih berprotein danberkarbohidrat.

Kriteria benih hidup uji eksisi embrio, bilar ad ike l dan ko t i l edon menun jukkanpertumbuhan, embrio terlihat segar selamainkubasi, berwarna kuning kehijauan, sedangbenih mati dicirikan oleh radikel dan kotiledonyang tidak berkembang, embrio cepatrusak/busuk, berlendir, berwarna abu-abudan/atau coklat. Uji eksisi embrio merupakanbentuk transisi sesungguhnya dari ujiperkecambahan, karena embrio dievaluasiberdasarkan pertumbuhan radikel menjadi akaryang secara mendasar merupakan prosesperkecambahan (Schmidt, 2000). Uji ini akan

Akurasi Metode Uji Cepat dalam MendugaMutu Fisiologis Benih Damar

Muhammad Zanzíbar dan Nanang Herdiana

Gambar ( 1. Potongan melintang strukturtumbuh benih damar yang masakfisiologis (

Figure)

Cross section of a typicalmature seed of dammar)

9 mm

Page 25: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

186

memiliki ketelitian tinggi bila penggantianmedia dilakukan tepat waktu, segera membuangembrio yang terinfeksi jamur dan/atau bakterisebelum menular ke embrio sehat lainnya sertapenentuan lama inkubasi yang optimum darikecambah berkategori normal.

Kriteria benih hidup uji belah dicirikanoleh kondisi struktur tumbuh berwarna putih ataukuning dan terlihat segar, sedangkan benih matibila struktur tumbuh berwarna kekuningan atau

coklat, kering, layu dan busuk. Uji belah bersifatsubyektif karena sangat ditentukan olehkemampuan dan keahlian laboran dalammenginterpretasikan tampilan kondisi/mutubenih yang beragam. Uji ini biasanya digunakanuntuk menduga kualitas awal, misalnyapenilaian tingkat kemasakan atau mutu benihsaat pengunduhan. Contoh benih hidup/mati darimasing-masing metode uji cepat dapat dilihatpada Gambar 3.

(a) (b) (a) (b)

(a) (b) (a) (b)

Uji tetrazolium (tetrazolium test) Uji hidrogen peroksida (hydrogen peroxide test)

Uji eksisi embrio (excision embryo test) Uji belah (cutting test)

Berdasarkan uji t, nilai rata-rata dugaandaya berkecambah metode uji cepat, tidakberbeda nyata dengan daya berkecambah ujilangsung (Gambar 4). Hubungan antaradugaan daya berkecambah uji langsung denganuji cepat disajikan pada Gambar 5. Nilai korelasike empat metode uji relatif tinggi; keeratantertinggi diperoleh pada uji eksisi embrio(92,8%) dan uji hidrogen peroksida (92,7%),selanjutnya uji belah dan uji tetrazolium,masing-masing sebesar 91,6% dan 90%.Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkanbahwa masing-masing metode dapat puladigunakan sebagai metode pengujian mutufisiologis benih damar. Grabe (1970)Zanzibar (1996), hasil uji cepat dan ujiperkecambahan seharusnya memiliki nilaiyang saling mendekati dalam selang keragamanpengambilan contoh. Perbedaan 3 - 5%secara keseluruhan dapat diartikan tidak terjadi

dalam

Gambar ( ) 3. Beberapa kriteria benih hidup dan mati pada metode uji tetrazolium, hidrogenperoksida, eksisi embrio dan belah, (a) benih hidup (b) benih mati

Figure(Criteria of viable

and non-viable seed base on tetrazolium, hydrogen peroxide, excision embryo andcutting test (a) viable seed (b) non-viable seed)

kesalahan dalam pengambilan contohbenih.

Berdasarkan petunjuk teknis pengujianmutu fisik dan fisiologis benih tanaman hutan,pengujian mutu fisiologis benih damarmenggunakan metode uji kertas digulung dalamplastik (UKDdp) selama 14 hari, mediacampuran pasir dan tanah (1: 1)(v/v) selama21 hari (Anonimous, 2007), sedangkan metodetetrazolium, hidrogen peroksida, eksisi embriodan belah, masing-masing selama 2, 6, 6 dan 2hari. Jika menggunakan metode hidrogenperoksida dan eksisi (paling lama) maka waktuyang dapat dihemat selama 8 hari, selain biayabahan/peralatan serta tenaga kerja. Bahan-bahanyang digunakan relatif murah dan terjangkau,sedangkan oven, inkubator dan germinatormerupakan peralatan standard institusi pengujimutu benih sehingga sangat memungkinkan ujiini digunakan sebagaiuji resmi (Zanzibar, 2009).

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 181 - 189

Page 26: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

187

Tabel ( ) 1. Uji beda rata-rata dugaan daya berkecambah benih damar hasil uji perkecambahanlangsung dengan uji tetrazolium, hidrogen peroksida, eksisi embrio dan uji belah

Table

(Mean differences test of dammar seed germination capacity among germination test totetrazolium, hydrogen peroxide, excision embryo and cutting test)

Taraf

penuaan

(Aging

level)

(hari)

(days)

Rata-rata

DB *)uji

langsung

(GP Means

of

germination

test) (%)

Uji tetrazolium

(Tetrazolium test)

Uji hidrogen peroksida

(Hydrogen peroxide test)

Uji eksisi embrio

(Excision embryo

test)

Uji belah (Cutting

test)

Rata-rata

DB (GP

Means)

(%)

thit

Rata-rata

DB (GP

Means) (%)

thit

Rata-rata

DB (GP

Means)

(%)

thit

Rata-rata

DB (GP

Means)

(%)

thit

0 98 ± 4,00 91 ± 8,25 1,53 98 ± 4,00 0,0093 ±

3,831,81 99 ± 2,00 0,45

2 96 ± 3,27 87 ± 6,00 2,63 97 ± 3,83 0,4087 ±

6,002,63 96 ± 5,66 0,00

580 ±

11,1074 ± 5,16 0,96 75 ± 6,00 0,78

76 ±

7,300,59 82 ± 5,16 0,32

8 55 ± 6,83 54 ± 5,16 0,23 55 ± 10,5o 0,0048 ±

3,271,85 65 ± 10,0 1,65

11 58 ± 4,00 49 ± 6,83 2,27 51 ± 10,50 1,2446 ±

8,332,60 55 ± 3,83 1,08

14 47 ± 11,9 40 ± 7,30 1,00 42 ± 8,33 0,6940 ±

3,271,13 40 ± 10,3 0,89

Catatan ( : DB/ : Daya berkecambah , t : 2,447, t : 3,70Remarks) GP (Germination percentage) table/ 0,05 table/ 0,01table table

35

45

55

65

75

85

95

1 2 3 4 5 6

Taraf penuaan / Aging level (Hari / Days )

Day

aber

kec

am

bah

/G

erm

inati

on

Perc

enta

ge

(%)

Uji Perkecambahan

Langsung / Direct

Germination Test

Uji Tetrazolium /

Tetrazolium Test

Uji Hidrogen Peroksida/

Hydrogen Peroxide Test

Uji Eksisi Embrio /

Exicion Embryo Test

Uji Belah / Cutting Test

Gambar ( ) . Hubungan antara taraf penuaan dengan daya berkecambah benih damar hasil ujiperkecambahan langsung, uji tetrazolium, uji hidrogen peroksida, uji eksisiembrio dan uji belah

Figure 4

(Corellation of aging level with value of dammar seedgermination capacity based on germination test, tetrazolium, hydrogen peroxide,excision embryo and cutting test

Akurasi Metode Uji Cepat dalam MendugaMutu Fisiologis Benih Damar

Muhammad Zanzíbar dan Nanang Herdiana

Page 27: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

188

Y = 0.9072x + 9.1285

r2 = 9,27 %

40

50

60

70

80

90

100

30 40 50 60 70 80 90 100

Daya berkecambah uji hidrogen peroksida /Germination

percentage of hydrogen peroxide test(%)

Da

ya

be

rkeca

mba

huji

pe

rke

cam

ba

ha

n

lan

gsun

g/

Germ

inatio

npe

rcen

tage

of

ge

rmin

ation

test

(%)

(a) (b)

(c) (d)

Y = 1.0319x + 4.3975

r2 = 90 %

40

50

60

70

80

90

100

30 40 50 60 70 80 90 100

Daya berkecambah uji tetrazolium /Germination percentage of

tetrazolium test (%)

Da

yabe

rkecam

bah

uji

pe

rkecam

bah

an

lang

sung

/G

erm

ination

perc

en

tage

of

ge

rmin

ation

test

(%)

Y = 0.9474x + 10.749

r2 = 9,28 %

40

50

60

70

80

90

100

30 40 50 60 70 80 90 100

Daya berkecambah uji eksisi embrio /Germination percentage of

excision embryo test (%)

Da

yabe

rkecam

bah

uji

perk

ecam

bah

an

lang

sung

/G

erm

ination

perc

enta

ge

of

ge

rmin

ation

test

(%)

Y = 0.8957x + 6.7977

r2 = 9,16 %

40

50

60

70

80

90

100

30 40 50 60 70 80 90 100

Daya berkecambah uji belah /Germination percentage of cutting

test (%)

Da

ya

be

rkecam

bah

uji

perk

ecam

bah

an

lang

sung

/G

erm

ination

perc

enta

ge

of

ge

rmin

ation

test

(%)

Gambar ( ) 5. Hubungan antara dugaan daya berkecambah benih damar hasil uji perkecambahanlangsung dengan uji cepat: (a) uji tetrazolium, (b) uji hidrogen peroksida (c) uji eksisiembrio dan (d) uji belah

Figure

(Corelation of prediction value of dammar seed germinationcapacity among germination test to rapid test (a) tetrazolium (b) hydrogen peroxide(c) excision embryo and (d) cutting test )

IV. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Pengkondisian optimum metode uji cepatbenih damar dicapai setelah benih terimbibisisempurna (fase awal aktivasi).

2. Semua metode uji cepat dapat digunakanuntuk menduga mutu fisiologis benih damar.Nilai korelasi ke empat metode uji(tetrazolium, hidrogen peroksida, eksisie m b r i o d a n u j i b e l a h ) t e r h a d a pperkecambahan langsung relatif tinggi,sehingga berpotensi untuk penyusunan tabeldaya berkecambah benih damar berdasarkanuji cepat.

Anonimous, 2007. Petunjuk Teknis PengujianMutu Fisik dan Fisiologis Benih Tanamanhutan. Direktorat Jenderal RehabilitasiLahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Bonner F.T, Vozzo

. Instructors Manual.General technical report SO 106. USDepartment of agriculture. Southern forestexperiment station. New Orleans -Louisiana.

Leadem, C.L. 1984. Quick test for tree seedviability. Management report No. 18,ISSN. 0702-9861. B.C. Ministry of ForestLand Research Branch.

Leubner, G. 2006. Hydrotime: Population basedthreshold germination model. The SeedBiology Place.

Schmitd, L. 2000. Pedoman penanganan benihtanaman hutan tropis dan sub tropis(Terjemahan). Departemen Kehutanan.Jakarta.

Martawijaya, A, Iding K, Kosasih, K, danSoewanda A.P, 1981. Atlas kayu

J.A, Elam W.W and LandS.B. 1994. Tree Seed TechnologyTraining Course

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 181 - 189

Page 28: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

189

Indonesia. Jilid I. Pusat Penelitian danPengembangan Kehutanan. DirektoratJenderal Kehutanan. Bogor.

Sagala, J, dan Endah S.R, 1990. Pengaruh kadarair awal, perlakuan asam propionat, suhudan kelembaban nisbi udara ruang simpanterhadap viabilitas benih damar (

Salisb). Laporan uji coba NO.97. Balai Teknologi Perbenihan.Direktorat Jenderal Reboisasi danRehabilitasi Lahan. Bogor

Steel, R.G.D. dan James H. T. 1991. Prinsip danprosedur statistika, status pendekatanbiometrik (Terjemahan). PT. Gramedia.Jakarta.

Zanzibar, M. 1996. Aplikasi uji cepat viabilitasbenih tanaman hutan. Prosiding ekposeprogram dan hasil-hasil penelitianperbenihan kehutanan. Balai TeknologiPerbenihan, Badan Penelitian dan

Agathislorantifolia

Pengembangan, Departemen Kehutanan.Bogor.

Zanzibar, M, dan Naning, Y. 2003. Standarprosedur dan kunci interpretasi beberapabenih tanaman hutan berdasarkan ujicepat. Prosiding seminar hasil-hasilpenelitian Balai Litbang TeknologiPerbenihan, Badan Penelitian danPengembangan, Departemen Kehutanan.Bogor

Zanzibar, M, dan Nanang, H. 2005. Ketepatanbeberapa metode uji cepat dalam mendugaviabilitas benih mangium. JurnalPenelitian Hutan Tanaman 2(02): 205 -215.

Zanzibar, M. 2009. Kajian metode uji cepatsebagai metode resmi pengujian kualitasbenih tanaman hutan di Indonesia. JurnalStandardisasi, Badan StandardisasiNasional 11 (1): 38 - 45.

Akurasi Metode Uji Cepat dalam MendugaMutu Fisiologis Benih Damar

Muhammad Zanzíbar dan Nanang Herdiana

Page 29: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

191

UJI COBA MUTU BIBIT MERANTI MERAH DI HPHPT ERNA JULIAWATI KALIMANTAN TENGAH

Experiment Test on Seedling Quality of Red Meranti in Forest Concession HolderPT Erna Juliawati, Centre Kalimantan

R. Mulyana OmonBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan (BP2TP) Bogor

Jalan Pakuan Ciheuluet Po. Box 105 BogorTelp. (0251) 8327768

Naskah masuk : 28 Sepember ; Naskah diterima : 17 September 2010

ABSTRACT

A study on seedling quality of two red meranti species was conducted at PT Erna Juliawati inCentral Kalimantan The purpose of this study was to provides information on seedling quality of two redmeranti species one year after planting in the field. The seedling of both species which was treated until 7months were selected based on Standarisasi Nasional Indonesia (SNI 01-5005.1-1999) before planting inthe field that is quality class of height, diameter and value strength. The treatments consisted of twospecies (Shorea leprosula and Shorea parvifolia) and three seedlings quality class from wilding. Theexperimental design used factorial in a randomized complete block design with 4 replications. Eachtreatment consisted of 100 plants were planted with 20 x 2.5 m spacing. The total numbers of plantsobserved were 2400 plants. The survival, height and diameter of seedlings were measured to evaluate thegrowth of both species one year after planting in the field. The results showed that species, interactionbetween species and seedlings quality were not significantly affect the survival rate, while the block andseedling quality gave significant effect on survival rate. The growth of height was significantly affected byblock, species, interaction between species and seedling quality. However, differences in diameter growthat one year after planting are only affected by the block. The Tukey test showed that the survival rate ofboth species in block II between seedling quality one and the other quality were significantly different(88.8% and 84.3%, respectively), while the height and diameter growth of both species in block III werehigher compared in the other block. Meanwhile, S. parvifolia from seedling quality one achieved anaverage height of 184.6 cm higher than that other interaction between species and seedling quality.Therefore from wilding with seedling quality one with height ranged 50 cm 65 cm anddiameter ranged 5 mm - 8 mm is recommended as a standard of quality seedlings for planting in Silinprogram with Selective Cutting and Planted Indonesia Intensive System

.

Growth, red meranti, seedling quality class, wilding

IUPHHK

S. parvifolia

Penelitian uji coba mutu bibit dua jenis meranti merah telah dilakukan di areal IUPHHK PT ErnaJuliawati, Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi mutu bibit duajenis meranti merah setelah satu tahun ditanam di lapangan. Bibit yang telah dipelihara selama tujuhbulan di persemaian, sebelum ditanam di lapangan diseleksi terlebih dahulu berdasarkan StandarisasiNasional Indonesia (SNI 01-5005.1-1999) yaitu berdasarkan kriteria tinggi dan diameter bibit serta nilaikekokohan bibit. Perlakuan terdiri dari dua jenis meranti merah dan tiga mutu bibit asal cabutan.Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial dalam pola acak lengkap berblok yang diulangsebanyak 4 kali. Setiap perlakuan ditanam sebanyak 100 tanaman dengan jarak tanam 20 x 2,5 m. Jumlahtanaman yang diamati sebanyak 2.400 bibit. Parameter bibit yang diuji adalah persen hidup danpertumbuhan (tinggi dan diameter). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis, mutu bibit,interaksi antara jenis dan mutu bibit tidak berpengaruh nyata terhadap persen hidup, namun block danmutu bibit berpengaruh nyata terhadap persen hidup, sedangkan. untuk pertumbuhan (tinggi dandiameter) hanya blok yang berpengaruh nyata. Berdasarkan uji beda nyata Tukey menujukkan bahwa

.

Keywords:

ABSTRAK

Page 30: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

192

persen hidup bibit untuk ke dua jenis meranti pada blok II antara mutu bibit satu dengan mutu bibit yanglainnya berpengaruh nyata yaitu 88,8 % and 84,3 %. Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit pada blok IIIuntuk kedua jenis meranti lebih tinggi dibandingkan pada blok lainnya, sementara untuk .yang berasal dari mutu bibit satu lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi antara jenis dan mutu bibitlainnya, yaitu sebesar 184,6 cm. Dengan demikian jenis dari cabutan dengan mutu bibit satu,yaitu tinggi antara (50 - 65 cm ) atau rata-rata sebesar 59,3cm dengan diameter antara (5 - 8 mm) atau rata-rata sebesar 5,8 mm dapat dijadikan standard mutu bibit untuk ditanam dalam program silin dengansistem TPTI Intensif.

S. parvifolia

S. parvifolia

Kata kunci : cabutan, kelas mutu bibit, meranti merah, pertumbuhan

I. PENDAHULUAN

Meranti merah ( ) adalah salahjenis dari suku Dipterocarpaceae yang kayunyabernilai ekonomi tinggi dan beberapa jenismempunyai pertumbuhan yang cukup cepat.Soekotjo (2007) melaporkan bahwa ada limajenis meranti merah yang menunjukkanpertumbuhan yang cukup cepat. Salah satucontohnya adalah uji coba tiga (3) jenisyang telah berumur 4,5 tahun di PT Sari BumiKusuma yang menunjukkan hasil rata-rata riapdiameter per tahun masing-masing jenis untuk

sebesar 1,8 cm/th,sebesar 2,1 cm/th, sebesar 2,5cm/th sebesar 2,2 cm/tahun dan

sebesar 1,6 cm/th.Untuk memperoleh pertumbuhan tanaman

yang baik di lapangan harus didukung olehpemilihan bibit dengan kualitas baik, agartegakan yang dihasilkan baik. Dalam rangkausaha mendapatkan bibit yang bermutudiperlukan penilaian mutu bibit sesuai standard.Standardisasi mutu bibit Dipterorapaceae dapatdilakukan melalui pembuatan kriteria mutu bibityang terukur dan bersifat kuantitatif dan dapatpula didasarkan pada fenotipe bibit karenamudah diukur dan dapat dianggap sebagaigambaran genetik. Zobel dan Talbert (1984)menjelaskan bahwa ciri atau sifat yang seringditampilkan setiap individu tidak lepas daripengaruh lingkungan dan genetik. Apabilakualitas fenotipe baik maka kita mengetahuibahwa individu tersebut memiliki potensi genetikuntuk tumbuh baik (Schmidt, 2000).

Mutu bibit ditentukan oleh dua faktor,yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalamdiantaranya asal benih, kondisi fisik danfisiologis benih atau kondisi fisik dan fisiologisbibit itu sendiri. Faktor luar yang penting antaralain air, cahaya, suhu, kelembaban udara,konsentrasi karbon dioksida, oksigen, pupuk,jenis medium bibit, mikoriza, hama, penyakit dangulma di persemaian (Hendromono, 2007).

red meranti

Shorea

Shorea leprosula S. parvifoliaS. platyclados

, S. johorensis S.macrophylla

Penelitian uji coba mutu bibit ini mengacu padaStandar Nasional Indonesia jenis Meranti(SNI 01-5005.1-1999) yang berdasarkanpengujian di persemaian. Oleh karena itu perludilakukan uji coba di lapangan sampai denganumur satu tahun

Tujuan dari penelitian ini adalahmenyediakan informasi mengenai uji coba yangterukur dan praktis terhadap pertumbuhan bibitdua (2) jenis meranti dengan mutu bibit sesuaikriteria SNI 01-5005.1-1999). Hasil penelitianini diharapkan dapat menjadi bahan untukmelengkapi penyusunan Standarisasi NasionalIndonesia untuk kedua jenis tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Izin UsahaPengelolaaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) No.15/Kpts-IV/19999 PT Erna Juliawati KalimantanTengah, luas 184.206 Ha. Secara administrasipemerintahan lokasi PT Erna Juliawati termasukKecamatan Tumbang Manjul, KabupatenSeruyan, Propinsi Kalimantan Tengah. Lokasipembuatan petak coba penelitian terletak dipetak HH 39 Blok I RKT 2008.

Penanaman dilakukan pada bulan Juni2008, kemudian dilakukan pengamatan setelahenam bulan penanaman pada bulan Desember2008 dan duabelas bulan setelah penanaman padabulan Juni 2009.

Jenis tanah di IUPHHK, PT Erna Juliwatitermasuk jenis Podsolik Merah Kuning sebesar56 % dan sebesar 44 % termasuk jenis latosolberdasarkan peta tanah pulau Kalimantan skala1:1.000.000 dari Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat (1993). Menurut Klasifikasi IklimSchmidt dan Ferguson (1951) ke dua lokasi

.

II. BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Tanah dan Iklim

A.

B.

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 191 - 199

Page 31: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Uji Coba Mutu Bibit Meranti Merah di HPHPT Erna Juliawati Kalimantan Tengah

R. Mulyana Omon

193

termasuk tipe Iklim A dengan rata-rata curahhujan 3.559 mm/tahun dan hari hujan 238 hari.

Bahan yang digunakan terdiri dari :

Bibit dari dua jenis bibit meranti merah (dan ) yang berasal dari

cabutan dan telah dipelihara selama tujuhbulan di persemaian. Cabutan diambil di

C. Bahan danAlat Penelitian

1. Bahan

S.leprosula S. parvifolia

sekitar pohon plus, sehingga dapat dianggapsebagai bibit yang bermutu. Sebelumpenanaman bibit diklasifikasi berdasarkantiga kelas mutu bibit yang telah tersedia (SNI01-5005.1-1999) ditambah dengan satu kelasmutu bibit dibawahnnya, yaitu yang tinggi <35 cm dan diameter < 4,0 mm, sepertidisajikan pada Tabel 1.

Media yang digunakan di persemaian adalahtanah bagian atas ( .top soil)

Tabel ( ) 1. Kriteria mutu bibit dipterocarpaceae ( )Table Criteria of dipterocarps seedling quality

NoKriteria penilaian (valuation

criteria)

Mutu bibit satu

(seedling quality

one)

Mutu bibit dua

(seedling quality

two)

Mutu bibit tiga

(seedling quality

three)

1. Kekompakan media (media

compaction)

- - -

2. Tinggi (height) 50 – 65 cm 35 – 49 cm 35 <

3. Diameter (diameter) 5,0 – 8,0 mm 4,0 – 4,9 mm 4,0 <

4. Nilai kekokohan bibit

(strength value of seedling)

6,3 – 10,8 8,8 – 12,0 -

5. Pucuk / akar (top root ratio) - - -

6. Persentase kolonisasi

mikoriza (Percentage of

mycorrhizae colonisasion )

- - -

2. Alat

C. Rancangan Percobaan

Peralatan lapangan yang digunakan dalampenelitian seperti meteran, kaliper, mistar dankamera.

Rancangan yang digunakan adalahRancangan Acak Kelompok Faktorial 2 x 3.Faktor A adalah jenis yang terdiri dari 2 jenisyaitu (A1) dan (A2).Faktor B adalah kelas mutu bibit yang terdiri dari3 kelas yaitu kelas mutu bibit satu (B1), kelasmutu bibit dua (B2) dan kelas mutu bibit tiga(B3). Masing-masing perlakuan diulangsebanyak 4 kali dan setiap ulangan menggunakan100 bibit, sehingga jumlah bibit yang digunakanadalah 2 × 3 × 4 × 100 = 2.400 bibit.

Penanaman disesuaikan dengan kegiatanpenanaman operasional di IUPHHK PT ErnaJuliawati. Penanaman dilakukan sistem jaluryang disesuaikan dengan pedoman TPTII, yaitulebar jalur 3 meter, jarak antara jalur 20 m danjarak tanam didalam jalur 2,5 m. Luas areal

penanaman adalah 2,5 × 20 × 2.400 = 120.000 matau seluas 12 ha.

S. leprosula S. parvifolia

2

D. Penanaman

Sebelum penanaman dilakukan terlebihdahulu dilakukan penyiapan lahan sesuai denganpedoman teknis sistem Tebang Pilih TanamIndonesia Intensif (TPTII). Kegiatan penyiapanlahan meliputi pembersihan jalur, pemasanganajir, pembuatan lubang tanam kemudianpenanaman. Pembersihan jalur dilakukan denganmembersihkan jalur penanaman dari vegetasilain selebar 3 m vertikal baik secara manualmaupun mekanis. Lubang tanam berukuran40 × 40 cm dengan kedalaman 30 cm dan diisidengan bagian atas tanah ( ) yang diambildari lokasi sekitarnya.

Penanaman dilakukan dengan sistem jalurdimana jarak antar jalur 20 m dan jarak tanamantar tanaman di dalam jalur 2,5 m. Masing-masing jalur memiliki lebar 3 m dan panjang 250m. Pemeliharaan tanaman dilakukan sesuaidengan petunjuk teknis sistem TPTII, tetapi tidakdilakukan penyulaman dengan maksud untukmelihat kemampuan bibit tersebut di lapangan.

top soil

Page 32: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

194

E. Pengumpulan Data

1. Di persemaian

2. Di lapangan

Untuk data penunjang kualitas mutu bibittelah dilakukan penilaian terhadap nilaikekokohan, nisbah batang akar ( )dan kekompakan media pada waktu penanaman(pada waktu merobok kantong plastik/polybagtidak media terjadi pecah/utuh). Penilaiankekokohan bibit dan nisbah batang akar,kolonisasi akar bermikoriza pada setiap kelasmutu bibit diambil masing-masing 10 bibitsebagai contoh untuk setiap jenis.

Kekokohan bibit dihitung sebagai nisbahantara tinggi bibit (cm) dengan diameter (mm)(Jayusman, 2005) dan nilai nisbah batang akarditentukan berdasarkan pengukuran yangdihitung sebagai nisbah antara tinggi bibit (cm)dengan panjang akar (cm). Perhitungankolonisasi akar yang bermikoriza di hitungdengan menggunakan alat mikroskop terhadapakar yang terinfeksi dan tidak terinfeksi fungimikoriza di laboratorium Balai PenelitianTeknologi Perbenihan Samboja.

Pengamatan dilakukan pada waktu enam(6) dan dua belas (12) bulan setelah penanaman.Parameter yang diamati adalah tinggi, diameter

top root ratio

dan persen hidup tanaman. Tinggi tanamandiukur dari pangkal hingga ujung tanamandengan menggunakan meteran. Diametertanaman diukur pada ketinggian 10 cm daripermukaan tanah dengan alat ukur kaliper.

Parameter yang dianalisis adalah persenhidup dan pertambahan tinggi dan diameter dilapangan. Analisis data yang digunakan adalahanalisis sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapatperbedaan nyata antar perlakuan dilanjutkandengan uji lanjutan yaitu uji beda nyata Tukey(Haeruman, 1975).

Berdasarkan dari hasil sidik ragammenunjukkan bahwa perlakuan jenis, mutu bibit,interaksi antara jenis dan mutu bibit tidakmenunjukkan pengaruh yang nyata terhadappersentase hidup tanaman, kecuali blok setelahberumur enam bulan di lapangan. Akan tetapisetelah satu tahun di tanam blok dan mutu bibitmenunjukkan perbedaan yang nyata, sepertidisajikan pada Tabel 2 dan 3.

E. Analisa Data

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persentase Hidup

Tabel ( 2 Rata-rata hasil uji beda nyata Tukey blok terhadap perentase hidup jenis meranti merahsetelah enam dan satu tahun ditanam di lapangan (

Table) .Average results of significant different

test of Tukey on block to survival rate of red meranti species after six months and one yearplanted in the field)

Umur enam bulan ( six months old) Umur dua belas bulan (twelve months old)

Blok

(block)

Rata-rata persentase hidup

(average survival rate) %

Blok

(block)

Rata-rata persentase hidup (average

survival rate) %

IV 87,8 a IV 74,2 a

I 88,8 a I 79,8 b

III 90,8 ab III 80,7 b

II 96,5 b II 88,8 c

Rataan

(average)90,6

Rataan

(average)80,5

Keterangan ( ): Nilai rata-rata yang diikuti oleh hurup berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat 5%berdasarkan uji beda nyata Tukey (

RemarksMean values followed by different letters are significanly different at

5% level based on Tukey significant different test)

Tabel 2 menunjukkan rataan persen hidupsecara keseluruhan dari kedua jenis tanamanmeranti merah mengalami penurunan dariperiode pengamatan enam bulan sampai dengansatu tahun setelah penanam yaitu rata-ratasebesar 10 %. Penurunan persen hidup pada awal

penanaman diakibatkan karena penurunankualitas bibit waktu proses pengangkutan bibitdari persemaian ke tempat penanaman dan prosesadaptasi dengan lingkungan. Daniel (1979)melaporkan bahwa beberapa faktor lingkunganyang dapat penyebabkan kematian bibit setelah

et al.

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 191 - 199

Page 33: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

195

penanaman, yaitu intensitas cahaya, iklim mikro,lantai hutan, tanaman pesaing, tanah dan faktorbiotis. Jika dilihat persen hidup dari setiap jenisdan kelas mutu bibit cukup baik yaitu lebih dari75%. Daryadi dan Harjono (1972) melaporkandengan besar persentase hidup tersebut selamasatu tahun ditanam dikatagorikan cukup baik.Ditambah lagi pada saat penanaman selama satutahun tersebut tidak dilakukan penyulaman,tetapi hanya pemeliharaan sesuai denganpedoman teknis TPTII. Maksud tidakdilakukannya penyulaman setelah tiga bulanditanam adalah untuk melihat kemampuan hidupdari masing-masing jenis dan kelas mutu bibitselama satu tahun ditanam di lapangan.

Berdasarkan hasil uji Tukey (Tabel 2)memperlihatkan persen hidup paling tinggi, yaituyang ditanam di blok II sebesar 88,8 %dibandingkan blok I sebesar 79,8 %, blok IIIsebesar 80,7% dan blok IV sebesar 74,2 %setelah satu tahun ditanam. Rendahnya persenhidup di blok IV dan I, dikarenakan pada waktupenanaman, kondisi di blok I dan IV terdapatbeberapa jalur penanaman terletak di bekas jalansarad yang sangat terbuka. Kondisi yang terlaluterbuka ini yang menyebabkan terjadinya

kematian tanaman. Oleh karena itu untuk jenisdan merupakan jenis yang

membutuhkan setengah naungan pada waktumuda dan selanjutnya membutuhkan cahayapenuh untuk pertumbuhannya (Mok, 1993).Priadjati (2003) menyatakan bahwamerupakan jenis yang memerlukan cahaya padatahap awal pertumbuhan 60 - 70% (intensitascahaya relatif) untuk semai dan 74 - 100% untuktingkat pancang.

Tabel 3 menunjukkan persen hidup untukkelas mutu bibit tiga paling rendah dan berbedanyata dibandingkan dengan kelas mutu satu dandua yaitu masing-masing sebesar 84,3 %, 82,1 %dan 76,3 % Rendahnya persen hidup untuk kelasmutu bibit tiga dikarenakan ukuran bibit kecil,yaitu tinggi < 35 cm dan diamerter < 4 mmdibandingkan kelas mutu bibit satu dan dua. Halini ternyata bahwa bibit berukuran kecilberpengaruh terhadap daya tahan tanaman padasaat pengangkutan dan setelah penanaman dilapangan. Bibit tersebut belum siap bersaingdengan tumbuhan lain disekitarnya dan kurangtahan terhadap proses pengangkutan, sehinggamengakibatkan kematian setelah ditanam dilapangan.

S.leprosula S. parvifolia

S. leprosula

Tabel ( ) 3. Rata-rata hasil uji beda nyata Tukey mutu bibit terhadap persentase hidup jenis merantimerah setelah satu tahun ditanam di lapangan (

)

TableAverage results of significant different test

of Tukey seedling quality to survival rate of red meranti species after one year planted inthe field

No Perlakuan mutu bibit

(seedling quality treatments)

Rata-rata persentase hidup

(average survival rate) %

1 B3=Mutu bibit tiga (seedling quality three) 76,3 a

2 B2=Mutu bibit dua (seedling quality two) 82,1 b

3 B1= Mutu bibit satu (seedling quality one) 84,3 b

Ketengan ( ): B1 = mutu bibit satu (seedling quality one), B2 = mutu bibit dua (seedling quality two), B3 = mutu bibittiga ( ).Nilai rata-rata yang diikuti oleh hurup berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat 5%berdasarkan uji beda nyata Tukey (

).

Remarksseedling quality three

Mean values followed by different letters are significanly different at5% level based on Tukey significant different test

B. Pertambahan Tinggi dan Diameter

Dari hasil analisis keragaman blok, jenisdan interaksi antara jenis dan mutu bibit telahmenunjukkan pengaruh yang nyata terhadappertambahan tinggi (riap tinggi) setelah satutahun ditanam di lapangan. Untuk pertumbuhandiameter, hanya blok yang berpengaruh nyataterhadap pertumbuhan diameter. Untukmengetahui interaksi antara jenis dan mutu bibitserta blok mana, yang riap lebih tinggi setelahsatu tahun ditanam di lapangan telah dilakukan

uji beda nyata Tukey, seperti disajikan pada Tabel4 dan 5.

Hasil uji beda nyata Tukey (Tabel 4)setelah satu tahun ditanam menunjukkan riaptinggi dan diameter yang di tanam di blok III danIV tidak berbeda nyata yaitu masing-masingsebesar 179,7 cm, 177,3 cm dan 165,8 cm. Untukdiameter masing-masing sebesar 2,6 cm dan2,6 cm. Tidak berbeda nyatanya pertumbuhantinggi dan diameter di kedua blok setelah satutahun ditanam, terlihat lingkungannya di kedua

Uji Coba Mutu Bibit Meranti Merah di HPHPT Erna Juliawati Kalimantan Tengah

R. Mulyana Omon

Page 34: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

196

blok hampir sama. Hal ini dikarenakan olehtegakan tinggal antara jalur setelah satu tahuntelah tertutup kembali oleh permudaan alam yangdapat mengembalikan iklim mikro di lantaihutan.

Berdasarkan Tabel 5 bahwa jenisdari mutu bibit satu memperlihatkan

riap tinggi yang paling tinggi dibandingkandengan kombinasi lainnya, yaitu sebesar 184,6cm. Akan tetapi tidak berbeda nyata dengan jenis

dari mutu bibit tiga dandari mutu bibit tiga. Walaupun kelas mutu bibit 3memiliki rata-rata pertumbuhan yang tinggi,akan tetapi rata-rata tinggi tanaman tidakmelebihi kelas mutu bibit satu dan dua.

S.parvifolia

S. leprosula S. parvifolia

Tidak berbeda pertumbuhan tinggi keduajenis tersebut setelah satu tahun ditanam dilapangan, begitu pula yang terjadi di PT SariBumi Kusumah berdasarkan hasil uji jenisriap untuk jenis danmasing-masing hampir sama yaitu sebesar221,2 cm dan 224,6 cm (Soekotjo, 2007). Keduajenis meranti merah ini termasuk dalam jenissetengah toleran, walaupun membutuhkannaungan pada awalnya, te tapi untukpertumbuhan selanjutnya memerlukan cahaya.Yassir dan Mitikauji (2007) melaporkan bahwapertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi olehinteraksi ketiga faktor, yaitu faktor keturunan(genetik), lingkungan dan teknik silvikultur.

S. leprosula S. parvifolia

Tabel ( ) 4 Rata-rata hasil uji beda nyata Tukey blok terhadap riap tinggi dan diameter jenis merantimerah setelah enam dan satu tahun ditanam di lapangan (

Table .Average results of significant

different test of Tukey on block to height and diameter growth of red meranti species aftersix months and one year planted in the field)

Umur enam bulan (six months old) Umur dua belas bulan (tweleve months old)

Blok( )block

Rata-rata riap tinggi(

) cmaverage height

growth

Riap diameter(

cm

averagediameter

growth)

Rata-rata riap tinggi(

) cmaverage height

growth

Riap diameter(

cmaverage diameter

growth)

I 42,8 a 0,2 a 141,7 a 2,0 a

II 47,6 ab 0,3 a 165,8 b 2.3 b

III 55,2 bc 0,4 c 177,3 b 2,6 c

IV 58,4 c 0,5 c 179,7 b 2,6 cKeterangan ( ): Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat 5%

berdasarkan uji beda nyata Tukey (Remarks

Mean values followed by different letters are significanly differentat 5% level based on Tukey significant different test)

Tabel ( 5. Rata-rata hasil uji beda nyata Tukey interaksi antara jenis dan mutu bibit terhadappertambahan tinggi (riap) jenis meranti merah setelah satu tahun ditanam di lapangan(

)

Table)

Average results of significant different test of Tukey interaction between speciesseedling quality to height growthh of red meranti species after one year planted in thefield

No. Perlakuan interaksi antara jenis dan mutu bibit ( Interaction

between species and seedling quality treatments )

Rata-rata riap tinggi

(average height growth) cm1 Interaksi antara A1 dan B1 (Interaction between A1 and B1) 143,8 a

2 Interaksi antara A1 dan B2 (Interaction between A1 and B2) 162,2 ab3 Interaksi antara A2 dan B2 (Interaction between A2 and B2) 163,3 b

4 Interaksi antara A2 dan B3 (Interaction between A2 and B3) 169, 4 b5 Interaksi antara A1 dan B3 (Interaction between A1 and B3) 173,7 b

6 Interaksi antara A2 dan B1 (Interaction between A12and B1) 184,6 b

Ketengan ( ): A1 = A2 = B1 = mutu bibit satu ( ), B2 = mutu bibit dua( ), B3 = mutu bibit tiga ( ), B1 = mutu bibit satu (

).Nilai rata-rata yang diikuti oleh hurup berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada tingkat 5%berdasarkan uji beda nyata Tukey (

).

Remarks S. leprosula, S. parvifolia; seedling quality oneseedling quality two seedling quality three seedling quality

one

Mean values followed by different letters are significanly different at5% level based on Tukey significant different test

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 191 - 199

Page 35: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

197

C. Kekokohan bibit, nisbah tinggi dan akar( ), kekompakan media danKolinisasi mikorizatop root ratio

Dalam penentuan mutu (kualitas) bibitselain pertumbuhan tinggi dan diameter jugaindikator lainnya, yaitu nilai kekokohan, nisbahtinggi dan akar ( ), kekompakanmedia dan kolonisasi mikoriza pada saatditanam. Indikator ini sangat penting untukmenunjang kualitas bibit sebelum ditanam dilapangan. Berdasarkan hasil pengukuran danpenilaian rata dari kriteria dan indikator tersebutdisajikan pada Tabel 6.

Jayusman (2005) melaporkan bahwa nilaikekokohan bibit dan nisbah tinggi dan akar (

) sebelum bibit ditanam adalah karakterpenunjang yang sering dipakai untuk menilaisifat morfologis bibit di persemaian. Kekokohanb ib i t menggambarkan kese imbanganpertumbuhan antara tinggi dan diameter bibit di

top root ratio

toproot ratio

Tabel ( ) 6. Hasil penilaian kriteria mutu bibit jenis sebelum di lakukan penanamandi lapangan ( S. leprosula

)

Table S. leprosulaValuation result of seedling quality criteria to before planting

in the field

lapangan. Nilai kekokohan yang tinggi akanmenunjukkan kemampuan hidup yang rendahkarena tidak seimbang perbandingan tinggi bibitdengan diameternya. Nilai kekokohan bibit dipersemaian berkisar antara 6,3 - 10,8dikelompokkan baik (SNI 01-5005.1-1999). Darihasil perhitungan rata-rata kekokohan bibitmeranti merah jenis dari bibityang berasal dari cabutan yang dipelihara selamatujuh bulan di persemaian dengan nilaikekokohan sebesar 10,6 dan untuksebesar 9,5 dalam katogari yang baik.Sedangkan untuk makin kecil

akan menunjukkan pertumbuhankurang baik. Nilai yang baik berkisarantara termasuk dalam kelompokkan baik(SNI 01-5005.1-1999). Berdasarkan hasilpenilaian top ratio dari penelitian rata-ratasebesar 4,7 untuk jenis diikatakancukup baik.

S. parvifolia

S. leprosula

top root ratiotop root ratio

top ratio

S. parvifolia

Jenis

(species)

S. leprosula

Media tumbuh

(growth media)

Kriteria penilaian

(valuation criteria)Kelas mutu bibit (seedling quality

class)

Bagian atas tanah

(top-soil)

B1 B2 B3

Kekompakan media (media

compaction)

utuh utuh Utuh

Nilai kekokohan (strength value of

seedling)

9,5 9,8 9,6

Nisbah tinggi dan akar (top root

ratio)

3,6 3,5 2,4

Persentase kolonisasi mikoriza

(Percentage of mycorrhizae

colonisation )

65,75% 65,62% 59,08%

Persentase kolonisasi mikoriza

(Percentage of mycorrhizae

colonisation )

65,7 % 65,6 % 59,1 %

S. parvifoliaKekompakan media (media

compaction)

utuh utuh utuh

Nilai kekokohan 10,6 10,6 9,1

Nisbah tinggi dan akar (top root

ratio)

4,7 4,2 2,7

Persentase kolonisasi mikoriza

(Percentage of mycorrhizae

colonisation )

65,7 % 57,5 % 62,8%

Keterangan : B = kelas mutu bibit `satu, B = kelas mutu bibit kelas dua, B = kelas mutu bibit tiga1 2 3

Uji Coba Mutu Bibit Meranti Merah di HPHPT Erna Juliawati Kalimantan Tengah

R. Mulyana Omon

Page 36: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

198

Hal yang tidak kalah pentingnya bagipertumbuhan bibit di persemaian adalah mediayang digunakan. Berdasarkan hasil pengamatandi lapangan media tumbuh dengan cukupbaik, yaitu pada waktu penanaman bibit kelubang tanam tidak terjadi kerusakan artinyaantara tanah dan akar melekat (utuh). Akan tetapiyang menjadi kendala apabila media tumbuhbibit mengandalkan dikhawatirkan akanterjadi kerusakan tanah hutan. Oleh karena padasaat ini di IUPHHK seperti PT SBK dan PTSARPATIN telah menggunakan kompos buatanyang terbuat dari kayu telah lapuk kemudiandiracik menjadi kompos ada juga vegetasitumbuhan bawah yang diracik dengan alatpencincang rumput kemudian ditambah M4 untukdijadikan kompos. Kompos tersebut dicampurdengan denganperbandingan1:3(v/v).

Berdasarkan uraian di atas dapatdinyatakan bahwa standar mutu bibit yang telahdi tersedia untuk jenis meranti (SNI 01-50051-1999), yaitu kelas mutu satu dan dua dapatdigunakan sebagai bahan acuan untukpenanaman bibit operasional di lapangan dalamprogram silvikultur intens 7, khususnya dari jenis

dan dengan bibit yangberasal dari cabutan.

1. Kelas mutu bibit satu dan tanaman di blok tigamemberikan persen hidup lebih tinggidibandingkan dengan kelas mutu bibit danblok lainya masing-masing sebesar 84,3 %dan 88,8 %.

2. Kelas mutu bibit satu dari jenistelah memberikan riap tinggi paling

tinggi dibandingkan interaksi antara kelasmutu dan jenis lainnya, yaitu sebesar 184,6cm. Tetapi jenis meranti yang ditanam blokempat telah memberikan riap diameter yangpaling tinggi dibandingkan blok lainnya, yaitusebesar 2,61 cm.

3. Rata-rata nilai kekokohan bibit dan nilai nisbitinggi dan akar ( ) kelas mutubibit satu yang baik sebagai penunjang untukpenentuan kualitas (mutu) bibit untuk ditanamdi lapangan, yang masing-masing 10,6 dan4,7 dengan persen kolonisasi mikorizasebesar 65,7 %.

top-soil

top-soil

top soil

S. leprosula S. parvifolia

Shoreaparvifolia

top root ratio

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

4. Media bagian atas tanah ( ) pada waktupenanaman utuh atau kompak, sehingga akarbibit tidak rusak.

5. Standard Nasional Indonesia (SNI 01-50051-1999) untuk jenis meranti dapat digunakansebagai standar mutu bibit untuk jenis

dan

Perlu juga dilakukan uji coba bibit jenisdipterokarpa lainnya dengan bibit berasal daricabutan atau benih dengan media campuranantara kompos dan

Daniel, T.W., J.A. Helms. dan F.S. Baker. 1979.Prinsip-prinsip silvikultur. Gadjah MadaUniversity Press.Yogyakarta.

Haeruman, H. 1975. Prosedur analisa rancanganpercobaan. bagian pertama. BagianPerentjanaan Hutan. DepartemenMangemen Hutan, Fakultas Kehutanan,IPB, Bogor. 78 h.

Hendromomo, 2007. Bibit berkualitas`sebagaikunci pembuka keberhasilan hutantanaman dan rehabi l i tas i . Oras iPengukuhan Profesor Riset BidangPengembangan Silvikultur. Badan LitbangKehutanan, Departemen Kehutanan.

.

Jayusman. 2005. Evaluasi keragaman genetikbibit surian di persemaian. Wana BenihVol. 7 No. 1. Pusat Penelitian danPengembangan Hutan Tanaman .Yogyakarta.

Mok, S.T. 1993. Current research on artificialregeneration of Dipterocarps. FORSPAPublication 8. Forestry Research SupportProgram for Asia & The Pacific(FORSPA). Kuala Lumpur. Malaysia.

Priadjati, A. 2003. : Forest fireand fores t recovery. TropenbosInternational. The Tropenbos Foundation.Wageningen. The Netherlands.

Schmidt, F.H dan J.H. Ferguson. 1951. Rainfalltypes based on dry and wet period ratios forIndonesia with Western New Guinea.Verhandelingen No. 42. JawatanMeteorologi dan Geofisika, Jakarta.

top soil

S. leprosula S. parvifolia.

top soil

Tidakditerbitkan

Dipterocarpaceae

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 191 - 199

Page 37: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

199

Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-5005.1-1999. Standardisasi mutu bibit jenismeranti. Badan Standardisasi National,Jakarta

Schmidt, L. 2000. Pedoman penanganan benihtanaman hutan tropis dan sub tropis.Ter jemahan Direk to ra t Jendera lRehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,Departemen Kehutanan. Jakarta.

Soekotjo. 2007. Pengalaman dari uji jenisdipterokarpa umur 4,5 tahun di PT SariBumi Kusuma Kalimantan Tengah.Prosiding Seminar Pengembangan HutanTanaman Dipterokarpa dan Ekspose

TPTII/Silin. Balai Besar PenelitianDipterokarpa. Samarinda.

Yassir, I. dan Y. Mitikauji. 2007. Pengaruhpenyiapan lahan terhadap pertumbuhan

Miq. dan(Korth.) Burck pada lahan

alang-alang di Samboja, KalimantanTimur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa.Vol. 1 No. 1, September 2007. BalaiBesar Penelitian Dipterocarpaceae.Samarinda.

Zobel, B. and J. Talbert. 1984.. John Wiley and Sons.Inc.

NewYork.

Shorea leprosula Shoreabalangeran

Applied forest treeimprovement

Uji Coba Mutu Bibit Meranti Merah di HPHPT Erna Juliawati Kalimantan Tengah

R. Mulyana Omon

Page 38: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

201

POTENSI SERANGAN HAMA TANAMAN JATI RAKYAT DAN UPAYAPENGENDALIANNYA DI RUMPIN, BOGOR

Infestation Potential of Pest on Community's Teak Plantation and ExpedientControl in Rumpin, Bogor

Nanang Herdiana

Jati ( .), hama, F., Nietn.

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) PalembangJl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Puntikayu PO. BOX. 179, Palembang

Telp./Fax. (0711) 414864e-mail : [email protected]

Naskah masuk : 21 September 2009 ; Naskah diterima : 17 September 2010

ABSTRACT

Teak (Tectona grandis Linn.) is one of potential forest plants that is developed especially for sawn wood.In growing period, it was often attacked by several pests that caused seriously damages. This researchwas conducted to identify kind of main pest organisms and determine the damage intensity. The inventoryand identification of pests were done at a private teak plantation Rumpin, Bogor West Java and ForestProtection Laboratory, Bogor Agricultural University. The results showed that the main pests on teakplantations at the research location were Leucopholis rorida F. and Zeuzera coffeae Nietn. The highestdamage caused by L. rorida was recorded on plot I (teak was 2.5 years old) with attack and damageintensity of 77.63% and 48.89% respectively. Beside this, the highest damage caused by Z. coffeaeoccured on plot IV (teak was 11 months old) with attack and damage intensity were 5.2% and 3.71%respectively

Tectona grandis

Leucopholis roridaZeuzera coffeae

Z. coffeae

.

Keywords: Teak (Tectona grandis Linn.), pests, Leucopholis rorida F., Zeuzera coffeae Nietn.

Tectona grandis Linn Leucopholis rorida Zeuzera coffeae

ABSTRAK

Jati ( Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan potensial yang banyakdikembangkan, terutama untuk kayu pertukangan. Dalam pertumbuhannya, tanaman jati seringdiserang oleh berbagai jenis hama yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup serius. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui jenis hama utama dan dampak kerusakan yang ditimbulkan. Kegiataninventarisasi dan identifikasi hama dilakukan pada tanaman jati rakyat di Rumpin, Bogor Jawa Baratdan Laboratorium Perlindungan Hutan Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian menunjukkan jenishama utama yang menyerang tanaman jati pada lokasi penelitian adalah F. dan

Nietn. Kerusakan akibat serangan uret paling parah terjadi pada petak I (jati umur2,5 tahun) dengan intensitas serangan dan kerusakan masing-masing sebesar 77,63% dan 48,89%.Sedangkan serangan hama paling parah terjadi pada petak IV (jati umur 11 bulan) denganintensitas serangan dan kerusakan masing-masing sebesar 5,2% dan 3,71%.

Kata kunci :

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan hutantanaman tidak hanya ditentukan oleh penguasaandan penerapan teknik silvikultur yang sesuai dantaat azas, tetapi juga dipengaruhi oleh aspeklainnya seperti perlindungan terhadap hamamaupun penyakit. Serangan hama dan penyakitdapat menurunkan potensi tegakan, baik kualitas

maupun kuantitasnya. Dalam sistem silvikulturintensif, perlindungan hama dan penyakitmenjadi salah satu komponen penting, disamping penggunaan materi dengan kualitasgenetik unggul dan manipulasi lingkungan.

Jati Linn. merupakansalah satu jenis tanaman hutan andalan yangbanyak dikembangkan karena mempunyai sifat-sifat yang baik, terutama untuk kayu

(Tectona grandis )

Page 39: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

202

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 177 - 185

pertukangan. Dalam pertumbuhannya, tanamanjati sering diserang oleh berbagai jenis hama yangdapat menimbulkan kerugian yang cukup serius.Beberapa jenis hama yang umum menyerangtanaman jati di Indonesia antara lain:

Bldf. dan Damm.(menyerang batang),Hciver. dan F. (menyerangakar), Wlk. dan

Fab. (menyerangkambium sampai kayu pohon/xylem),

Cr. dan Wills.(menyerang daun) dan Morr.(menyerang leher akar) (Suratmo, 1979Rahardjo, 1989).

Berdasarkan pengamatan awal, tegakanjati rakyat di Rumpin mengalami serangan hamayang mengakibatkan kerusakan pada sebagianbesar populasi berupa mengeringnya pucuk,kemudian ranting sampai batang secarakeseluruhan yang pada akhirnya kematian padapohon. Sehubungan dengan permasalahantersebut, maka dilakuan pengamatan untukmengetahui jenis hama utama yang menyerangtegakan jati tersebut, dampak kerusakan yangditimbulkan dan potensi upaya pengendaliannya.

Kegiatan penelitian survei lapangandilakukan pada tanaman jati rakyat di Rumpin,Bogor, Jawa Barat. Bahan tanaman awal yangdigunakan untuk pembangunan tegakan iniberasal dari kultur jaringan. Identifikasi terhadaphama yang diperoleh dari lapangan dilakukan diLaboratorium Perlindungan Hutan FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor. Kegiatanpenelitian tersebut berlangsung mulai bulanSeptember - Oktober 2000.

Bahan yang digunakan sebagai obyekpengamatan adalah tegakan jati rakyat berumur2,5 tahun (petak I), 16 bulan (petak II dan III),11 bulan (petak IV) dan 4 bulan (petak V)yang berlokasi di Rumpin, Bogor Jawa Barat,etanol, tali rafia dan kapas. Sedangkan peralatanyang digunakan antara lain : pengukur tinggi(meteran), golok, pilok, tabung bekas film, alattulis dan kamera.

Xyleborusdestruens Neotermes tectonae

Captotermes curvignatusLeucopholis rorida

Duomitus ceramicusMonochamus rusticator

Hiblaeapuera Pyrausta machaeralis

Phassus damordalam

II.

A. u

METODOLOGI

Lokasi dan Wakt

Bahan danAlatB.

C. Metoda Penelitian

D. Analisis Data

Kegiatan survey lapangan dilakukanmeliputi pengamatan terhadap karakteristikserangan hama, inventarisasi inang terserang,identifikasi gejala dan tanda serangan sertapengamatan kondisi lingkungan sekitar.Kegiatan pengamatan dilakukan terhadap semuaindividu pohon yang ada di lokasi (sensus).Kegiatan identifikasi jenis hama yang diperolehdilakukan di laboratorium.

Pengamatan terhadap individu pohon yangterserang dilakuan untuk mengetahui intensitaskerusakan berdasarkan jenis hama yangmenyerang, meliputi:a. Hama perusak akar. Parameter yang diukur

meliputi: Tinggi pohon total dan tinggi batangyang masih hidup (dilihat berdasarkan adatidaknya tunas yang tumbuh pada batang).

b. Hama penggerek batang. Parameter yangdiukur meliputi: Ketinggian lubang gerek,jumlah lubang gerek dan kondisi tajuk.

Parameter pengukuran yang analisisadalah intensitas serangan dan intensitaskerusakan.

Diperoleh berdasarkan perhitunganjumlah pohon yang terserang hama dan jumlahsemua pohon dalam petak pengamatan (sehat danyang terserang), rumus yang digunakan adalah:

di mana: IS = Intensitas serangan (%)Nh= Jumlah pohon yang terserang

dalam petak pengamatanNt = Jumlah total pohon yang ada

dalam petak pengamatan

Diperoleh berdasarkan klasifikasi dariparameter yang diukur pada individu pohon yangterserang dan akibatnya pada pohon itu sendiri.Intensitas kerusakan untuk serangan hamaperusak akar menggunakan perbandingan antaratinggi batang yang mati dengan tinggi totalpohon. Sedangkan klasifikasi yang digunakanuntuk hama perusak batang dapat dilihat padaTabel 1.

1. Intensitas serangan

2. Intensitas kerusakan

%100xNt

NhIS

Page 40: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Potensi Serangan Hama Tanaman Jati Rakyat danUpaya Pengendaliannya di Rumpin, Bogor

Nanang Herdiana

203

Tabel ( 1. Klasifikasi dan tanda-tanda kerusakan jati akibat serangan hama penggerek batangTable)(The Classification and symptoms of teak damage caused by stem borer)

Parameter kerusakan

(Damage parameters)

Nilai kerusakan

(Damage values)

1. Tinggi lubang gerek (Height of borrer holes)

a. Petak IV (jati umur 11 bulan) (Plot IV (teak was 11 months old))

0 – 2 m

2,1 – 4 m

4,1 – 6 m

3

2

1

b. Petak V (jati umur 4 bulan) (Plot IV (teak was 4 months old))

0 – 0,5 m

0,6 – 1 m

1,1 – 1,5 m

1,6 – 2 m

4

3

2

1

2. Kondisi tajuk (Canopy conditions)

Mati/patah (Die/broken)

Layu (Wilt)

Sehat (Health)

2

1

0

3. Jumlah lubang gerek (Number of borer holes)

> 1

1

0

2

1

0

Intensitas kerusakan dihitung berdasarkanrumus yang dikemukakan oleh Wastie yang telahdimodifikasi (Prawirisumardjo, 1979Winaryati, 1984):

dalam

%100xNxP

JspIK

di mana: IK = Intensitas kerusakan (%)Jsp = Jumlah nilai kerusakan dari n

pohon yang terserang pada petakpengamatan

P = Nilai tertinggi dari jumlah nilaikerusakan dalam satu pohoN

N = Jumlah pohon yang ada dalampetak pengamatan

Penilaian intensitas kerusakan akibatserangan hama perusak batang dibagi kedalambeberapa katagori berdasarkan Bowner(1995) Winarto (1997) seperti yangdisajikan pada Tabel 2.

et al.dalam

Tabel 2. Klasifikasi tingkat kerusakan jati akibat serangan hama penggerek batang(Table) (Clasificationof teak damage caused by stem borer)

No.Intensitas Kerusakan

(Damage ) (%)IntensityKat gorie (Category)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

0

1 – 21

21 – 40

41 – 60

61 – 80

> 80

Sehat

Ringan

Sedang

Agak berat

Berat

Sangat berat

Page 41: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

204

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Jenis Hama, Serangan danDampak Kerusakan

1. F.

Berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dan identifikasi di laboratoriumdiketahui dua jenis serangga hama yang berbedadan menyerang pada petak tanaman jati (

Linn.) yang berbeda. Pada tanamanjati berumur 2,5 tahun (petak I) dan 16 bulan(petak II dan III) hama yang menyerang adalahserangga perusak akar, yaitu uret

F. (). Sedangkan pada tanaman jati

yang berumur 11 bulan (petak IV) dan 4 bulan(petak V) hama yang menyerang adalah seranggaperusak pucuk, cabang dan batang yaitu

Nietn ()

Uret, disebut juga atau (JawaTengah dan Jawa Timur) dan (Jawa Barat)adalah larva dari kumbang yang tergolong ordoColeoptra, subordo Lamellicornia. Uret yangditemukan adalah F.termasuk famili Melolonthidae (Coulson, 1984).Uret dari famili ini termasuk salah satu yangpaling banyak menyerang tanaman hutan (Intaridan Natawiria, 1973).

Jenis tanaman yang diserang oleh urettidak hanya jati, tetapi dapat menyerang jenistanaman hutan lainnya seperti rasamala. Sepertiyang dilaporkan oleh Harsono (1981) bahwapada tahun 1980 uret menyerangtanaman rasamala berumur 2 tahun di daerahCikaung, Sukabumi.

Uret kumbang ini mempunyai panjangmencapai 5 cm, berwarna putih kekuningan,borstel (bulu-bulu) pada bagian ventral ujungabdomen uret tersusun dalam dua baris sejajar,banyaknya borstel tiap baris 15 - 27 buah.Telurnya mula-mula berwarna putih berukuran 3mm, telur yang hampir menetas berubah menjadi5 mm dan kulit telurnya menjadi keras.

Kumbang berwarna coklat padabagian atasnya dan pada bagian bawahnyaberwarna coklat kemerahan. Permukaantubuhnya ditutupi sisik renik berwarna putihkekuningan dan pada bagian belakang kepala,pangkal antena dan pro-, meso- dan metasternumtumbuh bulu-bulu halus berwarna kuningkecoklatan (Husaeni, 2000).

Telur-telurnya diletakkan secara tersebar

Tectonagrandis

Leucopholisro r i d a o rd o C o l e o p t e r a , f a m i l iMelolonthidae

Zeuzeracoffeae . ordo Lepidoptera, familiCossidae .

embug gayaskuuk

Leucopholis rorida

L. rorida

L. rorida

Leucopholis rorida

di dalam tanah dengan kedalaman yang berbedatergantung sifat fisik tanahnya, biasanya padakedalaman 17 - 35 cm, bahkan sampai kedalaman40 - 50 cm. Uret yang telah dewasa terdapat padalapisan tanah yang lebih dalam. Kumbang yangbaru keluar dari pupa tidak langsung keluar daritanah, tetapi akan tinggal beberapa waktulamanya di dalam tanah (Harsono, 1981). Dilapangan ditemukan kumbang yang masih lunakdan masih di dalam tanah. Kumbang akan keluarmeninggalkan tanah pada awal musim hujan,terutama segera setelah hujan pertama turun.Selanjutnya akan mencari makan dan melakukanperkawinan dan kemudian akan kembali kedalam tanah untuk bertelur.

Berdasarkan pengamatan di lapangan,gejala yang terlihat pada pohon yang terseranguret mula-mula daunnya layu kemudianmenguning dan mengering, diikuti denganmengeringnya ranting-ranting dan batang, padapohon yang masih mampu bertahan hidup terlihatadanya tunas-tunas yang tumbuh pada batangtidak jauh dari permukaan tanah tetapi jikaserangannya terus menerus dan cukup parahdapat mengakibatkan kematian pohon. Kondisitegakan jati yang terserang uret dapatdilihat pada Gambar 1.

L. rorida

Leucopholis

L.rorida

termasuk golongan uret yangbahan makananya hanya berupa akar tanamanyang masih hidup (Husaeni, 2000). Pada saatpemeriksaan akar pohon yang diserang, terlihatbekas gigitan uret pada akar-akar cabang yangmasih muda termasuk akar serabutnya dan adabeberapa bagian akar yang sudah mulaimembusuk. Putusnya akar serabut akanmenghambat penyerapan unsur hara dan air.Kondisi tersebut mengakibatkan bagian ataspohon mengering karena air yang mampu diserapoleh akar akan terbatas, sehingga tidak mampuuntuk ditransportasikan ke bagian pucuktanaman. Kondisi akar yang terserang uret

dapat dilihat pada Gambar 1.Berdasarkan data intensitas serangan dan

intensitas kerusakan (Tabel 3), terlihat bahwaintensitas serangan dan intensitas kerusakantanaman jati akibat serangan hama uret cukupbervariasi dan termasuk kategori sedang - agakberat. Intensitas kerusakan serangan uret yangpaling parah terjadi pada petak I (jati umur 2,5tahun) sebesar 48,89% dan termasuk kategoriagak berat. Perbedaan intensitas serangan padake tiga petak tersebut diduga berhubungandengan sifat fisik tanah, pada petak I tanahnyapaling gembur dibanding dua petak lainnyasedangkan uret memilih tanah yang gembur

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 177 - 185

Page 42: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

205

untuk bertelur, sehingga pada petak III yangmempunyai kondisi fisik tanah yang padat, tidakmendukung bagi perkembangan uret (Husaeni,2000). Di samping perbedaan kondisi fisik tanahdari ke tiga petak tersebut, petak I berdekatan

dengan kebun rambutan yang merupakan habitatkumbang , karena kumbang inimemakan daun rambutan dan ketika akanbertelur, kumbang tersebut akan langsung masukke tanah di lokasi terdekat (petak I).

L. rorida

a c

b

Gambar 1. Hama uret F. pada tanaman jati: (a). Gejala serangan, (b). Kondisiakar tanaman jati yang terserang , (c). Kumbang L. rorida

L. rorida

Tabel 3. Rekapitulasi intensitas serangan dan intensitas kerusakan akibat serangan padatanaman jati L. rorida

(Figure) Leucopholis roridaL. rorida L. rorida ( on teak

trees : (a). Attack symptoms, (b). Root condition of teak attacked by , (c) L.rorida beetles)

(Table) L. rorida(The recapitulation of attack and damage intensity caused by on

teak trees)

Petak

(Plots)

Umur Tanaman

( of Plant)Age

Jumlah Pohon

(Number of )TreeIntensitas

serangan

(Attack

intensity) (%)

Intensitas

kerusakan

(Damage

intensity) (%)Sehat

(Healthy)

Terserang

(Attacked)

I 2,5 tahun 183 635 77,63 48,89

II 16 bulan 248 260 51,18 29,95

III 16 bulan 224 181 42,59 21,20

2.

Dalam dunia kehutanan di IndonesiaNietn. disebut penggerek cabang

merah, karena tubuh larvanya berwarna merahbata dan menyerang cabang-cabang jati muda.Sebetulnya hama ini tidak hanya menyerang

Zeuzera coffeae Nietn.

Zeuzera coffeae

cabang, tetapi juga menyerang batang pohon danberdasarkan pengamatan di lapangan hama inimenyerang batang bagian atas (pucuk) dan jugaditemukan pada bagian cabang.

Telur yang baru diletakkan berwarnamerah muda, setelah 9 hari berubah menjadi

Potensi Serangan Hama Tanaman Jati Rakyat danUpaya Pengendaliannya di Rumpin, Bogor

Nanang Herdiana

Page 43: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

206

merah tua dan berbintik hitam dengan ukuran 1 x0,5 mm (Husaeni, 2000). Larva dewasamempunyai panjang tubuh 4 cm, kepalanyaberwarna coklat, perisai pronotumnya berwarnacoklat dan mengeras, lebih melebar ke arahsamping dari pada ke arah panjang tubuhnya danpada tepi depannya melekuk, pada bagianbelakangnya tumbuh deretan duri kecil yangmengarah ke belakang tubuh. Tujuh segmenpertama abdomen berwarna merah muda sampaicoklat ungu di bagian atas dan bagian bawahnyaberwarna kekuningan. Sedangkan segmen ke8, 9 dan ke 10 berwarna kecoklatan dan padasegmen terakhir terdapat pelat yang mengkilat.

Pupanya berwarna coklat kastanye denganpanjang tubuh 2,5 cm, di atas matanya terdapattonjolan-tonjolan tumpul dan pada segmen-segmen abdomen dorsal terdapat deretan gerigiyang melengkung ke belakang. Imagonya berupangengat berwarna putih, pada toraknya terdapatpasangan-pasangan bintik hitam dan pada sayapdepan terdapat sejumlah bintik dan garis hitamdan pada ujung sayap belakang terdapat beberapabintik hitam dan rentang sayapnya sekitar 35 - 45mm. Gambar mulai dari stadia larva,pupa sampai dengan imagonya dapat dilihat padaGambar 2.

Z. coffeae

a b c

Seekor ngengat betina mampu meletakkan500 - 1000 butir telur dalam waktu 1 2 minggu.Siklus hidup di Indonesia berkisar antara4 - 5,5 bulan, stadium telurnya berlangsung 12 hari,larva 53 - 56 hari, pupanya 21 - 28 hari danngengatnya5 -11hari (Husaeni, 2000).

Gejala yang dapat dilihat pada pohon yangterserang adalah kerusakan padabagian pucuk tanaman akibat saluran gerek yangdibuatnya. Saluran gerek yang dibuat oleh larvamuda terdiri dari dua bagian, bagian pertamasepanjang 1 - 2 cm ke arah pangkal dan bagian ke

Z. coffaea

Z. coffeae

Gambar 2. Hama penggerek batang pada tanaman jati: (a). Gejala serangan, (b).Lubang (tanda panah) dan saluran gerek pada batang tanaman jati, (c). Metamorfosishama mulai dari larva, pupa dan imago Z. coffeae

Z. coffeae

(Figure) (Z. coffeae)

Z. coffeae (Stem borrer ( ) on teaktrees: (a). Attack symptoms, (b). Hole borrer (arrow sign) and canal borrer on teakstemps, (c). Metamorfose of consist larva, pupa and imago)

dua ke arah pucuk. Larva-larva yang lebih tuaakan memperbesar saluran gerek ini denganbentuk gerekan yang tidak teratur. Liang gerek iniakan menembus kambium dan daerah kulit,sehingga yang tertinggal hanya lapisan yang tipisdan jika ada angin akan mudah patah. Kadang-kadang larva ini membuat saluran gerek yangmelingkari batang atau cabang dan meneresbatang sehingga bagian batang kayu di atasnyamenjadi mati. Lubang dan saluran gerek yangdibuat oleh larva dapat dilihat padaGambar 2.

Z. coffeae

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 177 - 185

Page 44: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

207

Tabel 4. Rekapitulasi intensitas serangan dan intensitas kerusakan akibat seranganpada tanaman jatiZ. coffeae

(Table) Z. coffaea(The recapitulation of attack and damage intensity caused by

attack on teak trees)

Petak

(Plots)

Umur tanaman

(Age of plant)

Jumlah pohon

(Number of tree)Intensitas

serangan

(Attack

intensity) (%)

Intensitas

kerusakan

(Damage

intensity) (%)Sehat

(Healthy)

Terserang

(Attacked)

IV 11 bulan 2.013 111 5,22 3,71

V 4 bulan 1.143 11 0,95 0,68

Berdasarkan data intensitas serangan danintensitas kerusakan (Tabel 4) terlihat bahwaserangan yang paling parah terjadipada petak IV (jati umur 11 bulan), tetapi masihtermasuk dalam kategori ringan. Walaupunserangan pada petak V tidak begitutinggi, tetapi karena tanamannya masih mudamaka resiko terjadinya kerusakan yang lebihparah dan kemungkinan terjadinya kematiantanaman akan lebih besar dibanding petak IV.

Kerusakan akibat serangan ,berupa patahnya pucuk atau bagian atas pohonbaik masih segar atau sudah layu maupun sudahmati, namun ada juga yang masih tetap tegakwalaupun sudah mati Dampak darikerusakan semacam itu terutama pada tanamanyang masih muda akan mengurangi tinggi bebascabang yang dapat terbentuk. Serangan hama inijuga menyebabkan tumbuhnya pertunasan dibawah bagian batang yang terserang, batangmenjadi bengkok dan berlubang, sehingga dapatmenurunkan kuantitas dan kualitas kayu yangdapat dihasilkan (panjang sortimen yang dapatdibuat).

Pada tegakan jati yang berasal darivegetatif makro (stek) atau organ generatif(benih), terjadinya serangan hama dan penyakitsecara besar-besaran seperti pada lokasipenelitian ini belum pernah dilaporkan.Resistensi tanaman terutama yang berasal darikultur jaringan dapat dipengaruhi oleh prosespembuatannya. Pada proses pembuatan tanamanmelalui kultur jaringan kemungkinan dapatt e r j ad i , j i kapenanganannya kurang hati-hati. Keadaan iniakan menyebabkan ketidakstabilan genetiktanaman yang akan berpengaruh terutama padamenurunnya intensitas resistensi tanamanterhadap serangan hama dan penyakit.

Z. coffeae

Z. coffeae

Z. coffea

(die back).

soma c lona l var ia t i on

B. Upaya Pengendalian

1. Pengendalian F.Leucopholis rorida

Jika dibiarkan serangan uret ini dapatmematikan semua tanaman yang ada, tindakanpengendalian harus sesegera mungkin dilakukanuntuk mengurangi terjadinya serangan yang lebihparah dan menghindari penularan ke tegakan jatilainnya yang belum terserang. Tindakanpengendalian yang bertujuan untuk mencegahdan mengurangi serangan uret dapat dilakukansecara mekanis maupun kimiawi, secara teknistindakan tersebut dapat dilakukan dengan carasebagai berikut :a. Pembersihan gulma dan pendangiran tanah di

sekitar tanaman, adanya gulma yang tumbuhmemberikan pengaruh yang mendukungterhadap perkembangan uret yang ada didalam tanah dan biasanya tanah yang dipilihkumbang untuk bertelur adalah tanah yangbervegetasi dan lembab, dengan pembersihangulma dan pendangiran maka sinar mataharidapat langsung sampai di tanah sehingga suhutanah akan meningkat di samping akanmempermudah pada saat dilakukanpemupukan tanaman.

b. Pengurangan populasi kumbang, dilakukandengan penangkapan kumbang yang sudah keluar dari tanah dan yang hidup pada pohoninang. Berdasarkan pengamatan di lapangan,

hanya pada stadia larva hidup didalam tanah dan setelah menjadi imago(kumbang) akan ke luar untuk mencari makandan melakukan perkawinan, tanaman inangkumbang ini adalah pohon rambutan danpisang. Sehingga diupayakan agar tidakmenanam pohon rambutan atau pisang yangberdekatan dengan tanaman jati.

c. Musim terbang kumbang akan segera diikutioleh musim bertelur. Oleh karena itu dalambulan-bulan pertama musim kumbang terbang

L. rorida

Potensi Serangan Hama Tanaman Jati Rakyat danUpaya Pengendaliannya di Rumpin, Bogor

Nanang Herdiana

Page 45: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

208

(sebelum musim hujan) harus segeradilakukan pemberian insektisida pada tanahatau lubang tanam, untuk mencegah seranganuret yang baru menetas. Insektisida yangdapat digunakan adalah yang berbahan aktifkarbofuran, misalnya furadan (Tini danKhairul, 2002).

d. Uret tergolong serangga polifag yang tidakhanya memakan tanaman kehutanan namunjuga tanaman palawija, salah satu tanamanpalawija yang paling disukai adalahsingkong, sehingga sebaiknya dihindaripenanaman singkong pada lahan yangberdekatan dengan lokasi penanaman jatiapalagi ditumpangsarikan.

Serangan pada tegakan jati yangada di lokasi penelitian (petak IV dan V)termasuk belum parah, tetapi harus secepatnyadilakukan tindakan pengendalian sebelumserangannya meningkat dan menimbulkankerugian yang cukup serius.

Sampai saat ini pengendalian yang efektifterhadap serangan belum bayak ditelitidan masih terbatas pada pengendalian secaramekanis, yaitu dengan cara memangkas/memotong batang (pucuk) yang terserang danmembunuh larvanya. Yang perlu diperhatikanpada saat melakukan pemangkasan adalahmenghindari kemungkinan infeksi darimikroorganisme lain seperti jamur atau bakteriyang dapat masuk melalui luka pada batang yangdipangkas. Untuk menghindari hal tersebut dapatdilakukan dengan pemberian pada bekaspemangkasan. Sedangkan pengendalian secarakimiawi yang dapat dilakukan adalah denganmenggunakan insektisida berbahan aktifd imetoa t , d iap l ikas ikan dengan caradisumbatkan dalam lubang gerek menggunakankapas (Tini dan Khairul, 2002).

Walaupun pengendalian hayati tidakefektif jika diterapkan di lapangan, tetapiberdasarkan penelitian yang pernah dilakukanditemukan serangga parasitoid dari familiBraconidae yang menyerang larva dan pupa

. Sedangkan musuh alami lainnya adalahburung pelatuk.

Metoda pengendalian lain yang dapatdikembangkan adalah penggunaan perangkapcahaya. Imago adalah ngengat yangaktif pada malam hari dan pada umumnyangengat akan tertarik pada cahaya lampu.Sehingga jika ngengat tersebut dapat ditangkap,

2. Pengendalian Nietn

ter

Zeuzera coffeae

Z. coffeae

Z. coffeae

Z.coffeae

Z. coffeae

maka akan dapat mengurangi populasi serangandan resiko terjadinya serangan yang

parah.

Jenis hama yang menyerang tanaman jatiLinn. pada lokasi penelitian

adalah uret F. (seranggaperusak akar) dan Nietn.(serangga perusak pucuk dan cabang).Kerusakan akibat serangan uret paling parahterjadi pada petak I (jati umur 2,5 tahun)dengan intensitas serangan dan intensitaskerusakan masing-masing sebesar 77,63% dan48,89%, sehingga sebaiknya tanaman jatitersebut diganti.

Tindakan pengendalian yang dapatdilakukan adalah pembersihan dan pendangiransekitar tanaman, penggunaan insektisidaberbahan aktif karbofuran dan penangkapanterhadap uret dan kumbangnya.

Serangan hama paling parahterjadi pada petak IV (jati umur 11 bulan) denganintensitas serangan dan intensitas kerusakanmasing-masing sebesar 5,2% dan 3,71%.Tindakan pengendalian mekanis yang dapatdilakukan adalah pemangkasan pucuk yangterserang dan membunuh larvanya.

Coulson, R. N. and J. A. Witter. 1984..

Willey Intersci. Publ. NewYork.

Harsono, D. P. B. 1981. Serangan Hama Uretpada Tanaman Muda Rasamala di KPHCiguha, BKPH Cikaung, KPH Sukabumi.Skripsi Jurusan Manajemen Hutan,Fakultas Kehutanan, Institut PertanianBogor. Bogor.

Husaeni, E. A. 2000. Diktat Hama HutanTanaman di Indonesia. FakultasKehutanan, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Intari, S. E. dan D. Natawiria. 1973. Hama Uretpada Persemaian dan Tegakan Muda.Laporan No. 167. LPH. Bogor.

Rahardjo, E. 1989. Pengaruh Curah Hujanterhadap SeranganBldf. pada Tegakan Jati di RPH Gadung

Z. coffeae

(Tectona grandis )Leucopholis rorida

Zeuzera coffeae

Z. coffeae

ForestEntomology; Ecology and Management

Xyleborus destruens

IV. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 201 - 209

Page 46: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

209

(BKPH Banjar Utara, KPH Ciamis) danRPH Kedungpani (BKPH Boja, KPHKendal). Skripsi Jurusan ManajemenHutan, Fakultas Kehutanan, InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Tini, Nia dan K. Amri. 2002. Mengebunkan JatiUnggul : Pilihan Investasi Prospektif.Agro Media Pustaka. Jakarta.

Winarto, B. 1997. Studi Keragaman Gejala,Morfologi, Patogenitas dan IntensitasPenyakit pada Mawar.Diplocarpon rosae

Prosiding Kongres Nasional dan SeminarIlmiah Perhimpunan FitopatologiIndonesia. Palembang, 27 - 29 Oktober1997. Palembang.

Winaryati, A. 1984. Derajat Kerusakan danKerugian Akibat Serangan Inger-inger Damm. diBKPH Boto KPH Randublatung. SkripsiJurusan Manajemen, Hutan FakultasKehutanan, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

(Neotermes tectonae )

Potensi Serangan Hama Tanaman Jati Rakyat danUpaya Pengendaliannya di Rumpin, Bogor

Nanang Herdiana

Page 47: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

211

AKTIVITAS INSEKTISIDA BINTARO ( Gaertn)TERHADAP HAMA spp. PADA SKALA LABORATORIUM

Cerbera odollamEurema

Activities of Bintaro ( Gaertn.) Insecticide on spp.Pest in Laboratory Scale

Cerbera odollam Eurema

Sri Utami

bintaro, spp., insektisida nabati, mortalitas, sengon

Balai Penelitian Kehutanan PalembangJl. Kol. Burlian KM 6,5 Puntikayu Po. Box 179, Palembang

Telp./Fax. (0711) 414864 Email : [email protected]

Naskah masuk : 6 Mei 2010 ; Naskah diterima : 28 September 2010

ABSTRACT

One of some problems in sengon plantation is pests infestation. Eurema spp. is one of importantpests which attact sengon plants in nursery and field. There are some techniques to control Eurema spp.A contro using biopesticides is one of some techniques to control some pests. This research aimed to studyeffect of bintaro’s extract to control Eurema spp. in laboratory. The results showed that bintaroextracts have significantly effect to pest mortality and insect development. Insecticidal effects ofBintaro seeds extract is more strong than fruits and leaves extract. Bintaro seeds extract affectedEurema spp. mortality procentage is 90%, and successful making of pupa and imago are 16,67% and need1,7 long days than control treatment. Chemical compound in bintaro extract is the most likely causeinsectisidal effect to Eurema spp

Paraserianthes falcatariaEurema

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

.

Keywords: bintaro, biopesticide, Eurema spp., mortality, sengon

Eurema

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya sengon ( ) adalahserangan hama. spp. merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman sengon baikpada skala persemaian maupun lapangan. Terdapat banyak teknik pengendalian yang bisa dilakukanuntuk mengendalikan hama spp. Salah satunya yaitu pengendalian dengan memanfaatkantanaman yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruhekstrak bintaro dalam mengendalikan serangga hama spp. pada skala laboratorium. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ekstrak bintaro memberikan pengaruh signifikan terhadap mortalitasdan penghambatan perkembangan serangga hama spp. Ekstrak biji bintaro mempunyai efekinsektisidal paling kuat dibandingkan dengan ekstrak daging buah dan daun bintaro. Ekstrak biji bintaromenyebabkan mortalitas larva spp. sebesar 90%, keberhasilan pembentukan pupa dan imagomasing-masing sebesar 16,67% dengan waktu yang dibutuhkan 1,7 hari lebih lama dibandingkandengan kontrol. Diduga kandungan kimia yang terdapat di dalam ekstrak bintaro mampu memberikanefek insektisidal terhadap hama spp.

Kata kunci :

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

EuremaParaserianthes falcataria

EuremaErythrina

Pithecelobium jiringa Cassia

spp. merupakan hama utama padatanaman sengon ( ).Selain tanaman sengon, spp. jugamenyerang tanaman dadap ( sp.),jengkol ( ), johar (

siamea Sesbania sesbanSesbania grandiflora

Eurema

), jayanti ( ), dan turi( ). Pada tanaman sengon,

spp. merupakan hama utama yangmenyerang tanaman, baik tingkat semai maupuntanaman di lapangan. Serangan pada tingkatsemai dapat menimbulkan kematian bibit, karenadaun tanaman sengon habis dimakan (Suharti,1991). Serangga hama ini mempunyai daerah

Page 48: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

212

penyebaran yang sangat luas, mulai dari Afrika,Tiongkok, Jepang, Korea, Asia Tenggara,Australia, sampai ke pulau-pulau Pasifik.

Selama ini masyarakat mengendalikanserangan spp. dengan menggunakaninsektisida kimia. Penggunaan insektisida kimiayang berlebihan dan tidak bijak akanmenimbulkan dampak negatif, diantaranyaterjadi resistensi hama, resurgensi hama, ledakanhama sekunder, dan tidak ramah lingkungan.Oleh karena itu pemanfaatan tumbuhan sebagaipengendali hama merupakan alternatifpengendalian hama yang bijak dan senantiasamemperhatikan aspek ekologi.

Bintaro ( Gaertn)merupakan salah satu jenis tanaman familiApocynaceae. Tanaman ini merupakan jenistanaman penaung yang biasa ditanam dipekarangan rumah, taman-taman, dan banyakditemukan di pinggiran jalan tol. Heyne (1987)melaporkan bahwa biji bintaro sangat berbahayabagi hewan dan manusia. Orang-orang Melayumenganggap biji bintaro sebagai racun yangdapat mematikan, sedangkan masyarakat diMaluku menganggap bahwa biji bintaro dapatmenyebabkan sesak nafas yang berat. Selain ituTarmadi . (2007) melaporkan bahwa ekstrakkulit dan daun bintaro mempunyai efekmortalitas terhadap rayap ( sp.).

Pemanfaatan tanaman bintaro untukpengendalian hama hutan seperti spp.merupakan aspek penting dalam rangkamenunjang keberhasilan pembangunan hutantanaman. Oleh karena itu efektivitas dan efisiensiserta potensi pemanfaatan dan pengembangantanaman bintaro sebagai alternatif pengendalihama spp. perlu diteliti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkajipengaruh ekstrak bintaro terhadap efekmortalitas dan perkembangan serangga hama

spp. pada skala laboratorium.

Penelitian dilakukan di LaboratoriumPerlindungan Hutan, Pusat Penelitian danPengembangan Hutan Tanaman, Bogor, daribulanAgustus hingga September 2009.

Eurema

Cerbera odollam

et al

Captotermes

Eurema

Eurema

Eurema

B. Tujuan Penelitian

II.

A.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

B. nMetode Penelitia

1. Eksplorasi Hama spp.

2. Eksplorasi Tanaman Bintaro

3. Ekstraksi

4. Uji Efikasi Ekstrak Bintaro terhadapLarva spp.

Eurema

Eurema

Serangga hama spp. diperolehdari hutan sengon rakyat di sekitar Palasari,Bogor. Serangga yang digunakan adalah larvainstar 2. Larva yang diperoleh dari lapangan,langsung digunakan sebagai serangga uji, tidakdilakukan /perbanyakan di laboratoriummengingat persentase keberhasilan larva

spp. sangat kecil.

Bagian tanaman bintaro yang digunakansebagai bahan ekstrak yaitu biji, daging buah, dandaun bintaro, yang didapatkan di sekitar halamankampus IPB Darmaga.

Bagian tanaman bintaro yang diambil darilapangan kemudian dipotong-potong dandikeringanginkan selama seminggu. Bagian daritanaman yang telah dikeringanginkan digilinghingga halus, kemudian direndam. Bagian daritanaman uji direndam dalam pelarut metanoldengan perbandingan 1 : 3 (w/v) selama 24 jam.Setelah 24 jam rendaman disaring dengan corongBuchner yang dialasi kertas saring. Selanjutnyapelarut metanol diuapkan dengan menggunakan

sampai dihasilkan ekstrakkasar. Ekstrak kasar bisa disimpan di lemari essampai saat digunakan. Ekstrak kasar inidigunakan untuk pengujian.

Konsentrasi yang digunakan yaitu0,125%, 0,25%, 0,5%, 1% dan kontrol denganpelarut metanol ditambah pengemulsi (Latron 770,1%) dengan perbandingan 1 : 1. Setiapkonsentrasi diuji sebanyak 3 ulangan dengan 10ekor larva untuk setiap ulangannya. Metode yangdigunakan yaitu metode residu pada daun.

Daun sengon yang digunakan sebagaipakan uji sebanyak 2 helai daun per ulangan.Permukaan daun pakan diolesi larutan ekstraksebanyak 50 μl dengan . Setelahpelarutnya menguap, daun pakan diletakkandalam cawan petri berdiameter 9 cm yang telahdialasi tisu. Pada setiap cawan petri diletakkan 10ekor larva uji. Larva kontrol diberi pakan daunyang hanya diolesi metanol. Pemberian pakan

Eurema

rearingrearing

Eurema

rotary evaporator

microsyringe

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 211 - 220

Page 49: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn)terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium

Cerbera odollam

Eurema

Sri Utami

213

daun perlakuan dilakukan selama 48 jam,kemudian larva diberi pakan daun segar tanpaperlakuan.

Pengamatan dilakukan sampai larvamencapai instar akhir dengan mengamatikematian larva. Pengamatan persen kematiandilakukan selama 7 hari setelah perlakuan (HSP).Data kematian dihitung dalam persen kematiandengan rumus sebagai berikut :

Menurut Prijono (1998), aktivitasinsektisida ekstrak diklasifikasikan dalambeberapa kategori yaitu : 1) aktivitas kuat :mortalitas (m) ≥ 95%, 2) agak kuat : 75% ≤ m <95%, 3) cukup kuat : 60% ≤ m < 75%, 4) sedang :40% ≤ m < 60%, 5) agak lemah : 25% ≤ m < 40%,6) lemah : 5% ≤ m < 25%, 7) tidak aktif : m < 5%.

Larva yang masih hidup terus diamatiperkembangannya sampai menjadi pupa danimago. Persentase keberhasilan pembentukanpupa dihitung dengan menggunakan rumussebagai berikut :

Persentase keberhasilan pembentukanimago dihitung dengan menggunakan rumussebagai berikut :

Data hubungan antara mortalitas larvadengan konsentrasi ekstrak diolah dengananalisis probit menggunakan program Polo Plusuntuk memperoleh nilai(LC). Sedangkan data perkembangan larvasampai menjadi imago diolah dengan sidik ragamANOVA dan nilai tengah diuji Duncan denganprogram SAS versi 6.1.

Beberapa ekstrak bintaro memberikanpengaruh yang signifikan terhadap mortalitaslarva seperti yang tersaji pada Tabel 1. Larva

Persen kematian (%) = ∑ larva yang mati x 100%

∑ total larva

Persen pembentukan pupa (%) = ∑ pupa yang terbentuk x 100%

∑ larva yang hidup

Persen pembentukan imago = ∑ imago yang terbentuk x 100%

∑ pupa yang terbentuk

5. Analisis Data

A. Hasil Penelitian

1. Pengaruh Ekstrak Bintaro terhadapMortalitas Larva spp.

Lethal Concentration

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Eurema

yang mengalami kematian, tubuhnya kaku,lunak, dan lama kelamaan mengecil. Pada larvayang mati tidak tampak adanya gejala gangguanyang berkaitan dengan sistem hormonperkembangan serangga karena tidak terjadibentuk yang menyimpang. Kematian larva padaperlakuan ekstrak biji diawali dengan paralisis(tungkai sudah tidak mampu lagi menopangtubuh), hal ini diduga karena biji bintarobanyak mengandung minyak sehingga minyaktersebut menempel pada tubuh larva danmengakibatkan spirakel larva tersumbat. Daritiga jenis ekstrak bintaro, ekstrak biji yangmemberikan pengaruh paling kuat terhadapmortalitas larva. Semua kontrol pada setiapperlakuan tidak mengakibatkan kematian larva.Ekstrak biji, daging buah, dan daun bintaromemberikan efek insektisidal bersifat agaklemah hingga agak kuat dimana besarnyamortalitas larva berturut-turut 36,67% - 90%;33,33% - 83,33%; dan 36,67% - 80%. Padakonsentrasi terendah, ekstrak biji dan daunmenyebabkan mortalitas larva sebesar 36,67%tetapi pada konsentrasi tertinggi, ekstrak bijilebih kuat dalam menyebabkan kematian larvadengan persentase mortalitas sebesar 90%.Disamping jenis ekstrak, konsentrasi ekstrakjuga memberikan pengaruh yang signifikanterhadap mortalitas larva. Semakin tinggikonsentrasi maka akan semakin tinggi pulapersentase mortalitas larva spp.

Kematian larva diamati selama 7 HSP.Pada hari pertama sudah terjadi kematiantetapi persentase mortalitasnya sangat rendahseperti yang terlihat pada Gambar 1, 2, dan 3pada perlakuan tiga jenis ekstrak. Padagrafik tersebut menggambarkan mortalitas larvasetiap hari pengamatan selama tujuh hari.Pada 1 HSP, persentase mortalitas pada tiga jenisekstrak masih kecil berkisar antara 13,33% -20%. Secara umum ketiga jenis ekstrakmenunjukkan bahwa pada hari kedua setelahperlakuan, mortalitas larva paling besar.Kemudian pada pengamatan selanjutnya terjadipenurunan mortalitas larva. Mulai hari keenamsudah tidak terjadi kematian larva kecuali padakonsentrasi 1% pada semua jenis ekstrak. Padapengamatan hari ketujuh sudah tidak lagiterjadi kematian larva. Hal ini menunjukkanbahwa ekstrak bintaro mampu bekerja mulai1 HSP dan paling efektif pada hari kedua padasemua jenis ekstrak bintaro.

Eurema

Page 50: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

214

Tabel ( ) 1. Pengaruh ekstrak bintaro terhadap mortalitas larva spp. (Eurema )

Table Eurema Effect of bintaroextracts to mortality on spp. larvae

aMortalitas pada 7 HSP. Rataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji

selang berganda Duncan pada taraf nyata 5% ()

The larvae mortality was observed for seven days after treatment. The average inthe same column followed by the same letters is not significant based on Duncan's Multiple Range Test, α = 5%

Konsentrasi/

Concentration

(%)

Mortalitas Larva/Larvae Mortality (%)a

Biji bintaro

/Bintaro seed

Daging buah

bintaro /Bintaro fruits

Daun bintaro /Bintaro

leaves

Kontrol 0,00 a 0,00 a 0,00 a

0,125 36,67 b 33,33 b 36,67 b

0,25 56,67 c 36,67 b 43,33 bc

0,5 83,33 d 56,67 c 53,33 c

1 90,00 d 83,33 d 80,00 d

Gambar ( )1. Mortalitas spp. selama tujuh hari pengamatan pada perlakuan ekstrak biji

bintaro(Eurema

)

Figure Eurema

spp.mortalityduringforsevendaysobservationonextractstreatment

of bintaro’sseed

Hasil analisis probit dengan menggunakanprogram Polo Plus menunjukkan bahwa padakonsentrasi kurang dari 0,5% semua jenis ekstrakdiharapkan dapat memberikan persentasemortalitas sampai 50% dan pada konsentrasikurang dari 2% ekstrak biji diharapkan dapatmenyebabkan mortalitas larva hingga 95%(Tabel 2). Berdasarkan nilai Lc , ekstrak biji

bintaro 1,7 dan 1,6 kali lebih toksik dibandingkan50

ekstrak daging buah dan daun bintaro. Sedangkanberdasarkan nilai LC , ekstrak biji bintaro 2,8

dan 4,7 kali lebih toksik dibandingkan denganekstrak daging buah dan daun bintaro. Hal inimenunjukkan bahwa ekstrak biji bintaro lebihtoksik dibandingkan dengan dua jenis ekstraklainnya.

95

Mor

talit

asLa

rva

(%)

Larv

aeM

orta

lity

(%)

Pengamatan Hari ke-(Observation Day-)

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 211 - 220

Page 51: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Gambar ( ) 2. Mortalitas spp. selama tujuh hari pengamatan pada perlakuan ekstrak

daging buah bintaro (Eurema

)

Figure Eurema

spp. mortality during seven days observation on

extracts treatment of bintaro’s fruits

Gambar ( ) 3. Mortalitas spp. selama tujuh hari pengamatan pada perlakuan ekstrak daun

bintaro (Eurema

)

Figure Eurema

spp. mortality during seven days obseravation on extracts

treatment of bintaro’s leaves

215

Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn)terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium

Cerbera odollam

Eurema

Sri Utami

Mor

talit

asLa

rva

(%)

Larv

aeM

orta

lity

(%)

Pengamatan Hari ke-(Observation Day-)

Mor

talit

asLa

rva

(%)

Larv

aeM

orta

lity

(%)

Pengamatan Hari ke-(Observation Day-)

Page 52: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Tabel ( ) 2. Penduga parameter toksisitas ekstrak kasar bintaro terhadap larva spp( Eurema )

Table Eurema .Parameter estimators toxicity of bintaro coarse extract againts larvae spp.

Ekstrak uji/

Sample extracts

a ± GBa)

b ± GBa)

LC50

(SK 95%) (%)a)

LC95

(SK 95%) (%)a)

Biji 1,39 ± 0,25 1,92 ± 0,41 0,189

(0,115 –0,257)

1,360

(0,813– 4,273)

Daging buah 0,76 ± 0,21 1,52 ± 0,37 0,315

(0,205-0,463)

3,783

(1,653-34,953)

Daun 0,65 ± 0,20 1,23 ± 0,36 0,297

(0,161-0,476)

6,453

(2,096-349,480)

aa b a= intercept of probitregression, b = slope of probit regression, GB = standart deviation, SK = confidence interval= intersep regresi probit, = kemiringan regresi probit, GB = galat baku, SK = selang kepercayaan (

)

1. Pengaruh Ekstrak Bintaro terhadapPerkembangan spp.Eurema

Ekstrak bintaro memberikan pengaruhyang signifikan terhadap perkembanganserangga spp. Larva perlakuan yangm a s i h t e r s i s a h i d u p t e r u s d i a m a t iperkembangannya sampai menjadi pupa danimago. Hasil penelitian menunjukkan bahwasemua jenis ekstrak bintaro memberikanpengaruh yang nyata terhadap pembentukanpupa dan imago , se r t a l ama wak tupembentukannya sebagaimana yang disajikanpada Tabel 3, 4, 5, dan 6. Adapun pupaspp. yang terbentuk tidak berbeda dengan pupakontrol (bentuk, ukuran dan warna) yangmembedakan hanya waktu pembentukan pupa.Hasil penelitian menunjukkan hanya jenis

Eurema

Eurema

ekstrak saja yang memberikan pengaruh yangnyata terhadap keberhasilan pembentukan pupa,konsentrasi tidak memberikan pengaruh yangnyata sebagaimana yang terlihat padaTabel 3.

Pada konsentrasi terendah, ekstrak bijimemberikan keberhasilan pembentukan pupapaling besar yiatu sebesar 63,49%, sedangkanekstrak daging buah dan daun berturut-turuthanya sebesar 55,56% dan 47,62%. Namunpada konsentrasi tertinggi, ekstrak biji bintaromemberikan efek yang paling kuat dalammenghambat perkembangan pupa spp.Persentase keberhasilan pembentukan pupa padaekstrak biji bintaro sebesar 16,67%, sedangkanekstrak daging buah dan daun masing-masingsebesar 33,33% dan 27,78%.

,

Eurema

Tabel ( ) 3. Pengaruh ekstrak bintaro terhadap keberhasilan pembentukan pupa spp. (Eurema )

Table Eurema Effectsof bintaro extracts to the success of spp. pupa establishment

Konsentrasi/

Concentration

(%)

Keberhasilan pembentukan pupa/

The success of Pupation (%)a

Biji bintaro

/Bintaro seed

Daging buah

bintaro/Bintaro fruits

Daun bintaro/ Bintaro

leaves

Kontrol 100,00 a 100,00 a 100,00 a

0,125 63,49 ab 55,56 b 47,62 b

0,25 45,00 b 52,38 b 47,78 b

0,5 50,00 ab 46,67 b 41,67 b

1 16,67 b 33,33 b 27,78 ba

Rataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang bergandaDuncan pada taraf nyata 5% (

)The average in the same column followed by the same letters is not significant based on Duncan's

Multiple Range Test, α = 5%

216

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 211 - 220

Page 53: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Disamping mempengaruhi keberhasilanpembentukan pupa, jenis ekstrak bintaro dankonsentrasi juga memberikan pengaruh yangnyata terhadap lama waktu pembentukan pupa.Secara umum, semakin tinggi konsentrasimaka akan semakin lama waktu yang dibutuhkanuntuk pembentukan pupa. Pada konsentrasi0,125%, pada ekstrak biji dan daun bintarodibutuhkan waktu 0,3 hari lebih lamadibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi

1%, ekstrak biji bintaro membutuhkan waktu1,7 hari lebih lama dibandingkan dengankontrol. Sedangkan pada ekstrak daging buahdan daun hanya membutuhkan waktu 1,3 harilebih lama dibandingkan dengan kontrol. Halini menunjukkan bahwa ekstrak biji lebih kuatdalam menghambat pembentukan pupa, baikkeberhasilan pembentukan pupa maupunlamanya waktu yang dibutuhkan.

Tabel ( ) 4. Pengaruh ekstrak bintaro terhadap waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan pupaspp. ( Eurema

)

TableEurema Effects of bintaro extracts on time required for the spp. pupaestablishment

Ekstrak bintaro juga memberikanpenga r uh yang s i gn i f i k an t e r h ad apperkembangan pupa menjadi imago, baikdalam keberhasilan pembentukan imagomaupun lamanya waktu yang dibutuhkanuntuk pembentukan imago. Ekstrak biji bintaropada konsentrasi 1% mampu menghambatpembentukan imago sehingga hanya 16,67%

aRataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan

pada taraf nyata 5% (α = 5%)

The average in the same column followed by the same letters is not significant based on Duncan's MultipleRange Test,

saja imago yang terbentuk. Sementara padaekstrak daging buah dan daun bintaro,keberhasilan pembentukan imagonya sebesar33,33%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrakbiji bintaro lebih kuat dalam menghambatpembentukan imago spp. dibandingkandengan ekstrak daging buah dan daunbintaro.

Eurema

Tabel ( ) 5. Pengaruh ekstrak bintaro terhadap keberhasilan pembentukan imago spp.( Eurema )

Table EuremaEffects ofbintaroextracts to the success of spp. imagoestablishment

Konsentrasi/

Concentration

(%)

Keberhasilan Pembentukan Imago/

The success of imago establishment (%)a

Biji bintaro

/Bintaro seed

Daging buah

bintaro/Bintaro fruits

Daun bintaro/ Bintaro

leaves

Kontrol 100,00 a 100,00 a 100,00 a

0,125 41,67 b 36,11 b 56,56 a

0,25 38,89 b 38,89 b 50,00 a

0,5 33,33 b 38,89 b 44,44 a

1 16,67 b 33,33 b 33,33 a

Konsentrasi/

Concentration

(%)

Waktu pem bentukan pupa/Pupa formation time

(hari/days)a

Biji bintaro

/Bintaro seed

Daging Buah

bintaro/ Bintaro fruits

Daun bintaro/Bintaro

leaves

Kontrol 12,0 a 12,0 a 12,0 a

0,125 12,3 ab 12,0 a 12,3 ab

0,25 13,0 bc 12,3 a 12,3 ab

0,5 13,3 c 12,7 ab 12,7 ab

1 13,7 c 13,3 b 13,3 b

aRataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan

pada taraf nyata 5% ()

The average in the same column followed by the same letters is not significant based on Duncan's MultipleRange Test, α = 5%

217

Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn)terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium

Cerbera odollam

Eurema

Sri Utami

Page 54: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Ekstrak biji dan daun bintaro memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap lamanya

waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan

imago spp. (Tabel 6). Sedangkan ekstrak

daging buah bintaro tidak memberikan pengaruh

yang signifikan. Pada konsentrasi 0,125%

ekstrak biji bintaro memerlukan waktu 0,3 hari

lebih lama daripada kontrol untuk pembentukan

imago. Sementara ekstrak daging buah dan daun

Eurema

bintaro tidak mempengaruhi terhadap lamanya

pembentukan imago. Pada konsentrasi tertinggi,

ekstrak biji bintaro memerlukan 1,7 hari lebih

lama dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan

ekstrak daging buah dan bintaro hanya

memerlukan waktu 0,7 hari dan 1 hari lebih lama

menjadi imago. Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak biji bintaro lebih kuat menghambat

pembentukan imago spp.Eurema

Tabel ( ) 6. Pengaruh ekstrak bintaro terhadap waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan imagospp. ( )

TableEurema Effects of bintaro extracts on establishment time of imago

Konsentrasi/

Concentrate

(%)

Waktu pembentukan imago /

Establisment Time of Imago (hari/days)a

Biji bintaro

/Bintaro seed

Daging buah

bintaro/ Bintaro fruits

Daun bintaro/ Bintaro

leaves

Kontrol 6,0 a 6,0 a 6,0 a

0,125 6,3 a 6,0 a 6,0 a

0,25 6,3 a 6,0 a 6,7 ab

0,5 7,0 ab 6,3 a 6,7 ab

1 7,7 b 6,7 a 7,0 baRataan pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan

pada taraf nyata 5% ()

The average in the same column followed by the same letters is not significant based on Duncan's MultipleRange Test, α = 5%

B. Pembahasan

Tiga jenis ekstrak bintaro, yaitu ekstrakbiji, daging buah, dan daun bintaro memberikanpengaruh yang signifikan terhadap mortalitaslarva dan penghambatan perkembangan serangga

spp. Pada suatu tanaman terdapatsenyawa metabolit primer dan metabolitsekunder. Senyawa metabolit sekunder yangterkandung di dalam bintaro diduga memberikanefek insektisidal terhadap serangga hamaspp. Senyawa metabolit sekunder adalahsenyawa kimia tumbuhan yang tidak secarauniversal ditemukan pada semua tumbuhantingkat tinggi, tetapi terbatas hanya pada taksatumbuhan tertentu, atau terdapat pada taksatumbuhan tertentu dalam konsentrasi lebih tinggidari yang lain serta tidak ada hubungan yangnyata berkaitan dengan peranannya sebagainutrisi untuk serangga (Schoonhoven .,1998). Senyawa metabolit sekunder juga tidakterlalu berperan penting dalam prosespertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,namun demikian terdapat variasi dan jumlahmetabolit sekunder tumbuhan yang sangat besar

Eurema

Eurema

et al

(Dadang & Prijono, 2008). Contoh senyawametabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoiddan alkaloid yang mana senyawa-senyawa inidapat melindungi tanaman dari serangan hamadan penyakit (Dadang & Prijono, 2008).

Salleh (1997) melaporkan bahwa padadaun, buah dan kulit batang bintaro mengandung

, daun dan buahnya mengandungpolifenol, disamping itu kulit batangnyamengandung tanin. Selain itu PROSEA (2002)melaporkan bahwa biji bintaro mengandungcerberin yang bersifat toksik terhadap tikus.

Saponin merupakan senyawa yang bersifattoksik (Dadang & Prijono, 2008). Sedangkanfenolik mempunyai banyak peranan padatumbuhan seperti flavonoid sebagai pengaturpertumbuhan berbagai tumbuhan, asam fenolikdan tanin berperan sebagai pelindung tanamandari patogen (Dadang & Prijono, 2008). Beberapasenyawa fenol berfungsi sebagai penolak makanserangga namun bisa juga berperan sebagaipenstimuli makan pada serangga lain. Dapat pulaserangga yang memakan akan mendapatkanpengaruh buruk namun bagi spesies lain akanmendapatkanmanfaat.

saponin

218

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 211 - 220

Page 55: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Aktivitas kematian yang paling tinggiyang terjadi pada perlakuan ekstrak biji didugadisebabkan karena kandungan cerberin yangterdapat di dalam biji. Cerberin merupakangolongan alkaloid/glikosida yang didugaberperan terhadap mortalitas serangga uji.Tomlinson (1986) melaporkan bahwa cerberindapat menganggu fungsi saluran ion kalsium didalam otot jantung, sehingga menganggu detakjantung dan dapat menyebabkan kematian.Selain adanya cerberin diduga kandunganminyak yang banyak pada bagian bijimengakibatkan spirakel larva spp.tersumbat karena minyak biji bintaro menempelpada tubuh larva. Tersumbatnyamengakibatkan larva mengalami kematian secaraperlahan. Sedangkan daging buah dan daunnyamengandung saponin dan polifenol yang dikenalsangat toksik terhadap serangga dan bisamenghambat aktivitas makan serangga.Senyawa-senyawa yang terkandung dalambagian tanaman bintaro tersebut yang didugakuat memberikan efek yang signifikan terhadapmortalitas larva spp.

Disamping menyebabkan mortalitas,ekstrak bintaro juga memberikan efek yangsignifikan terhadap penghambatan pertumbuhanserangga hama dalam hal ini keberhasilanpembentukan pupa dan imago, serta lamanyawaktu yang dibutuhkan untuk pembentukan pupadan imago spp. Dadang & Prijono (2008)melaporkan bahwa per tumbuhan danperkembangan serangga dipengaruhi olehkualitas dan kuantitas makanan yangdikonsumsi . Serangga-serangga yangmengkonsumsi sumber makanan yangcocok/sesuai akan tumbuh dan berkembangsecara baik. Sebaliknya serangga yangmengkonsumsi sumber makanan yang miskinzat-zat nutrisi yang diperlukan akan mengalamipenghambatan dalam pertumbuhan danperkembangannya. Demikian juga serangga-serangga yang dalam makanannya terdapatsenyawa-senyawa kimia tertentu akan terhambatpertumbuhan dan perkembangannya. Senyawa-senyawa semacam itu terdapat di dalam tanaman(Dadang & Prijono, 2008).

Diduga senyawa kimia yang terdapat didalam ekstrak bintaro mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai efek penghambatperkembangan serangga. Pada ekstrak bijibintaro mempunyai efek yang lebih kuatdibandingkan dua jenis ekstrak lainnya, hal inikemungkinan disebabkan karena kandunganbahan aktif yang mempunyai efek menghambat

Eurema

Eurema

Eurema

spirake

perkembangan serangga lebih banyak terdapat didalam biji bintaro. Sedangkan kurang kuatnyaefek terhadap perkembangan serangga daribagian daging buah dan daun bintarokemungkinan disebabkan karena kadar senyawaaktif yang terdapat pada bagian tersebut lebihrendah.

Adanya efek penghambatan perkem-bangan serangga hama yang terdapat padaekstrak bintaro menunjukkan bahwa bintaro bisadimanfaatkan secara efektif untuk mengen-dalikan hama spp., karena bintaromempunyai efek mematikan sekaligusmenghambat perkembangan hama. Hal ini berartibahwa apabila ditemukan larva serangga hamayang masih hidup maka akan kecil peluangnyauntuk melanjutkan siklus hidupnya.

Pemanfaatan ekstrak bintaro dalammengendalikan serangga hama spp.dapat dilakukan dengan menggunakan semuabagian tanaman bintaro, baik biji, daging buah,dan daunnya, karena ketiga bagian tersebutmempunyai efek insektisidal terhadapspp. Biomassa yang digunakan untuk tiap-tiapbagian tanaman bintaro berbeda karenamempunyai kekuatan insektisidal yang berbeda.Dalam pemanfaatan tanaman yang mempunyaipotensi sebagai insektisida nabati, terdapatbeberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1)Tanaman yang berpotensi sebagai insektisidanabati mudah diperoleh di alam dan terdapatdimana-mana, 2) Biomassanya bisa diperolehdalam keadaan berlimpah, 3) Mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan sertarelatif aman bagi manusia dan hewan peliharaankarena residunya mudah hilang. Oleh karena itubagian daun bisa saja dimanfaatkan sebagaipengendali hama mengingat daun bisadidapatkan dalam keadaan berl impahdibandingkan dengan buahnya, hanya sajabiomassa yang dibutuhkan harus lebih banyakagar supaya lebih efektif dimanfaatkan dalampengendalian hama spp.

Ekstrak bintaro ( Gaertn.)memberikan pengaruh yang signifikan terhadapmortalitas dan penghambatan perkembanganserangga hama spp. Mortalitas larva

spp. paling tinggi terjadi pada perlakuanekstrak biji bintaro yaitu sebesar 90%,selanjutnya daging buah dan daun bintaro

Eurema

Eurema

Eurema

Eurema

Cerbera odollam

EuremaEurema

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

219

Aktivitas Insektisida Bintaro ( Gaertn)terhadap Hama spp. pada Skala Laboratorium

Cerbera odollam

Eurema

Sri Utami

Page 56: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

berturut-turut sebesar 83,33% dan 80%. Ekstrakbiji bintaro juga paling kuat dalam menghambatperkembangan serangga hama, dimanapersentase pembentukan pupa dan imago hanyasebesar 16,67% dengan waktu yang dibutuhkanuntuk menjadi pupa dan imago masing-masing1,7 hari lebih lama dibandingkan dengan kontrol.Dengan demikian senyawa yang terkandung didalam bagian bintaro memberikan efekinsektisidal terhadap serangga hama spp.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjutmengenai keefektifan dan keefisienanpeman f aa t an ek s t r ak b in t a r o da l ammengendalikan serangga hama spp. padaskala lapangan.

Dadang, D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati :Prinsip, Pemanfaatan dan Pengembangan.Departemen Proteksi Tanaman. FakultasPertanian. IPB. Bogor.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna IndonesiaJilid III. Badan Litbang KehutananJakarta. Penerjemah. Yayasan SaranaWana Jaya. Jakarta.

Prijono, D. 1998.

Eurema

Eurema

Insectisidal activity ofMeliaceous seed extracts against

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Crocidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera:Pyralidae).

Plant Resources of South-EastAsia 12 Medicinal and Poisonous Plants2

E t h n o b o t a n y, E t h n oPharmacognasy and Documentation ofMalaysia Medicinal and Aromatic Plants

SAS/STAT User's Guide

Insect Plant Biology : fromPhysiology to Evolution

Paraserianthes falcataria

Cerbera odollamBrugmansia candida

Captoterme

The Botany of Mangroves

BulHPT10 :1-7.

PROSEA. 2002.:

. PROSEA. Bogor. Indonesia.

Sa l l eh . 1997 .

.U K M . M a l a y s i a . h t t p : / / w w w.borneofocus.com/saip/vaic/R&D/article5.htm.

SAS Institute. 1990. ,Version 6, Vol. 2. Eth ed. Cary (NC) : SASInstitute.

Schoonhoven, LM., T. Jermy, JJA. Van Loon.1998.

. Chapman & Hall.London. 409p.

Suharti, M. 1991. Buku Pintar Sengon(L.) NIELSEN.

Departemen Kehutanan. Bogor.

Tarmadi, D., AH. Prianto, I. Guswenrivo, T.Kartika, S. Yusuf. 2007. Pengaruh EkstrakBintaro ( Gaertn.) danKecubung ( Pers)terhadap Rayap Tanah s sp. J.Trop.Wood Scie. &Tech.Vol 5 No 1 2007.

Tomlinson, CB. 1986. .Cambridge University Press. Cambridge.

220

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 211 - 220

Page 57: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

ANALISIS FLUKTUASI DEBIT AIR AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAANLAHAN DI KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR

At

nalysis of Water Discharge Fluctuation Due to Land Use Changein Puncak Area, Bogor Distric

Yunita Lisnawati dan/ Ari WibowoandPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman

Kampus Balitbang Kehutanan, Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor 16610Telp. (0251) 8631238, Fax. (0251) 75200052

Naskah masuk : 31 Agustus 2009 ; Naskah diterima : 18 Agustus 2010

ABSTRACT

Puncak area located in Sub catchment of Ciliwung Hulu is an important water catchment area forthe city of Jakarta. Currently with the dynamic change of land use especially for settlement, it hasresulted in changes of the maximum-minimum water discharge. This study therefore had the objective toanalyze changes of land use between the years of 1995-2003, especially in relation with changes of themaximum-minimum water discharge in the Puncak area of Bogor District. Spatial analysis has beendone by using maps of land use for the years of 1995-2003 based on Landsat ETM+ satellite imagesand Geographic Information Systems (GIS). Analysis of attribute data applied Multiple CorrelationAnalysis and Multiple Regression Analysis. The results of spatial analysis showed that changes ofland use in Puncak area during the years of 1995-2003 were caused by tendency of changes from mixgarden area into settlement. Multiple correlation analysis proved high correlation and negativecorrelation between forest cover area and maximum-minimum fluctuation of water discharge. The Resultsof multiple regression analysis also showed that the forest cover could reduce the fluctuation of maximum-minimum water discharge by 0.027 m3 /second, with one hectare increase of forest cover.

Keywords: Landsat ETM satellite images, water discharge fluctuation, Puncak area, land use+

ABSTRAK

Kawasan Puncak yang terletak di Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan daerah tangkapan air yang pentingbagi kota Jakarta. Namun saat ini dengan terjadinya perubahan penggunaan lahan yang sangat dinamis,terutama peningkatan penggunaan untuk pemukiman telah berdampak pada perubahan debit airmaksimum-minimum. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahanpenggunaan lahan antara tahun 1995-2003, dalam hubungannya dengan perubahan debit air maksimum-minimum di kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Analisis spasial dilakukan dengan menggunakan petapenggunaan lahan tahun 1995-2003 berdasarkan citra satelit landsat ETM+, dan Sistem InformasiGeografis (SIG). Analisis data atribut menggunakan Analisis Korelasi Berganda dan Analisis RegresiBerganda. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di kawasan Puncakpada periode tahun 1995-2003 cenderung didominasi oleh perubahan lahan kebun campuran menjadipemukiman. Analisis korelasi berganda menunjukkan adanya korelasi yang cukup tinggi dan berkorelasinegatif antara luas hutan dan selisish debit maksimum-minimum. Hasil analisis regresi bergandamenunjukkan bahwa hutan mampu menurunkan selisih debit air maksimum-minimum sebesar 0,027m3/detik, jika luasan hutan naik sebesar satu hektar..

Kata kunci : citra satelit landsat ETM , fluktuasi debit air, kawasan Puncak, penggunaan lahan+

221

Page 58: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

222

I. PENDAHULUAN

Kawasan Puncak telah dianggap sebagaiwilayah hinterland, sebagai wilayah penyanggakehidupan penduduk di wilayah DAS bagianhilir, yaitu Bogor, Depok dan Daerah KhususIbu Kota (DKI) Jakarta, baik secara ekonomimaupun secara ekologi. Kesinambungan fungsiBogor, Depok dan DKI Jakarta sebagai suatuekosistem sangat tergantung pada kawasan ini,terutama dalam hal ketersediaan sumberdayaair. Ketersediaan sumberdaya air ini terutamasangat ditentukan oleh DAS Ciliwung Hulu.DAS ini masuk dalam wilayah kecamatanCiawi, Megamendung dan Cisarua di KabupatenBogor.

Kondisi topografi DAS Ciliwung Huludengan panorama yang menarik, yangmenyebabkan tumbuhnya pusat berbagai macamkegiatan. Terutama berkembangnya daerahpariwisata dengan segala bentuk aneka ragamusahanya, serta daerah pemukiman. Kedua haltersebut cenderung menimbulkan alihfungsikawasan hutan dan pertanian menjadi kawasanbudidaya dan pemukiman. Perubahanpenggunaan lahan akan mengakibatkanperubahan terhadap kapasitas infiltrasi dantampungan permukaan atau gabungan keduanya,dan efek selanjutnya adalah mempengaruhialiran permukaan. Penurunan kapasitas infiltrasilebih berpengaruh terhadap volume aliranpermukaan, sedangkan tampungan permukaanlebih berpengaruh pada pelambatan (delay)aliran permukaan untuk mengalir sampai outletDAS. Tumbuhan dengan berbagai jenis vegetasidalam kondisi iklim tertentu, sangat pentingartinya dalam siklus hidrologi. Apabila terjadiproses alih fungsi lahan pada hutan atau adanyapengembangan kawasan menjadi lahanpemukiman maka kondisi hidrologi yang adaumumnya berubah dengan drastis. Dari uraiantersebut maka terlihat peran atau fungsi lahanhutan yang sangat besar dalam memperkecilaliran permukaan sehingga debit maksimumakan dapat diperkecil sedangkan di sisi laintampungan air tanah akan lebih banyak untukdapat menjaga ketersediaan jumlah aliran airtanah sepanjang tahun.

Pene l i t i a n i n i b e r t u j u an un tukmenganalisis keterkaitan perubahan penggunaanlahan terhadap selisih debit maksimum-minimum Sungai Ciliwung di Sub DASCiliwung Hulu.

II. BAHAN DAN METODE

Bahan danAlat

B. Metode Penelitian

A.

Bahan yang digunakan dalam penelitianini meliputi :1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan (Ciawi,

Megamendung dan Cisarua) tahun 1995,1997, 2001, dan 2003. diperoleh dari analisacitra. Kawasan bervegetasi permanen terdiridari hutan, kebun teh dan kebun campuran,sedangkan kawasan tidak permanen terdiridari ladang, semak dan sawah. Metodemembedakan masing-masing kawasan didalam citra dilakukan berdasarkanwarna dan tekstur, dengan demikian telahdiperoleh hasil karakterisasi lahan sebagaiberikut :

Hutan ditemukan dengan bentuk dan polayang tidak teratur dengan ukuran yangcukup luas, menyebar terkadangbergerombol, berwarna hijau tua sampaigelap dengan tekstur relatif kasar.

Kebun teh tampak berwarna hijau mudadan memiliki tekstur halus.

Kebun campuran memiliki tekstur relatifkasar, berwarna hijau bercampur dengansedikit magenta, bentuk dan polamemanjang dijumpai pada lembah dansepanjang tanggul sungai, seringkalibercampur dengan pemukiman.

Ladang/tegalan ditunjukkan dengantekstur halus, hijau tua agak terang,bercampur dengan sedikit magenta dankuning.

Semak/belukar ditunjukkan dengantekstur yang relatif halus dari pada hutan,berwarna hijau lebih agak terangdibandingkan hutan.

Sawah ditunjukkan dengan warna putihhingga merah jambu dengan tekstur halus.

Sawah ditunjukkan dengan tekstur kasar,warna hijau agak gelap bercampur denganmagenta dan biru.

Data debit maksimum - minimum SungaiCiliwung, Bendung Katulampa dari Tahun1995- 2003, data sekunder dari BalaiPengelolaan Sumberdaya Air Ciliwung-Cisadane, Bogor.

Operasi tumpang tindih (overlay)dilakukan menggunakan data digital petapenggunaan/penutupan lahan dengan bantuan

landsat

��

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 221 - 226

Page 59: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Analisis Fluktuasi Debit Air Akibat Perubahan PenggunaanLahan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor

Yunita Lisnawati dan Ari Wibowo

223

Arcview 3.2. Operasi tumpang tindih dilakukanantara peta penggunaan/penutupan lahan tahun1995 dan 1997, 1997 dan 2001, 2001 dan 2003serta 1995 dan 2003, yang bertujuan untukmelihat arah dan pola perubahan penggunaan/penutupan lahan. Ekstrasi data atribut hasil darioperasi tumpang tindih ini digunakan sebagaidata dalam tehnik analisis selanjutnya.

Untuk melihat keeratan hubunganperubahan penggunaan lahan terhadap debitsungai digunakan analisis korelasi berganda,

(Walpole,1992).Perubahan penggunaan lahan dinyatakan dalamluas penutupan lahan dengan vegetasi permanen(x1), luas lahan bervegetasi tidak permanen (x2)dan pemukiman (x3), serta debit air sungai yangdiwakili selisih debit maksimum - minimum(ΔQ). Persamaan (model) yang digunakanadalah:

Y = a + b X + b X + b X

Pearson's Product Moment

0 1 1 2 2 3 3

Dimana :Y = Peubah (peubah yang

diduga, selisih debit maksimum-

minimum ΔQ (m /detik)X = Peubah (peubah penduga,

peubah penggunaan / penutupan lahan)X = vegetasi hermanen (ha)

X = vegetasi tidak hermanen (ha)

X = pemukiman (ha)

b = Koefisien regresi.

Hasil analisis korelasi digunakan untukmenentukan peubah-peubah yang akan dijadikanmodel dalam regresi berganda. Peubah-peubahyang mempengaruhi selisih debit maksimum-minimum tertera padaTabel 1.

Dependent

Independent

3

1

2

3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. P( ) eubah-peubah yang mempengaruhi selisih debit maksimum-minimum ()

Table Variables thataffect the maximum-minimum fluctuation of water discharge

Hasil analisis regresi berganda pada taraf

= 0,05 menunjukkan peubah-peubah yangberpengaruh terhadap selisih debit maksimum-minimum (Y), dimodelkan dalam persamaansebagai berikut :

Persamaan tersebut merupakan modelyang menggambarkan hubungan antara Y =selisih debit maksimum-minimum (m3 /detik)dengan X1 (luas lahan yang bervegetasipermanen (ha), X2, luas lahan bervegetasi tidakpermanen (ha) dan X3, luas pemukiman (ha).Lahan bervegetasi permanen adalah hutan, kebunteh dan kebun campuran, sedangkan lahanbervegetasi tidak permanen terdiri dari ladang,semak dan sawah. Berdasarkan penelitian telahdiperoleh data luasan lahan-lahan tersebut daritahun 1995 sampai 2003 (Tabel 2.).

Y = 641,4 – 0,027X – 0,108X + 0,072X1 2 3

Persamaan pada tabel 2 menunjukkanbahwa luas lahan bervegetasi permanen memilikihubungan berbanding terbalik terhadap selisihdebit maksimum-minimum, begitu juga untuklahan yang bervegetasi tidak permanen.Semakin kecil luas lahan yang bervegetasi makaakan semakin besar selisih debit maksimumminimum, begitu juga sebaliknya. Namun, untuklahan pemukiman mempunyai hubunganberbanding lurus dengan selisih debitmaksimum-minimum, semakin luas lahanpemukiman maka akan semakin besar selisihdebit maksimum-minimum. Artinya pada lahanbervegetasi (permanen dan tidak permanen),adanya perubahan lahan akan menimbulkandampak yang cukup besar terhadap debitmaksimum-minimum.

Khusus untuk lahan bervegetasi, jikaterjadi penurunan jumlah (luas lahan) bervegetasipermanen sebesar satu hektar maka akan

S = 17,51 ; = 0,05 ; R-Sq = 99,9% ; R-Sq (adj) = 99,9%

Bervegetasi permanen (X1) - 0,027 0,005

Bervegetasi tidak permanen (X2) - 0,108 0,000

Pemukiman (X3) + 0,072 0,000

Peubah( )Variable

Koefisien( )Coefficient

p-level

Page 60: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

224

meningkatkan selisih debit maksimum-minimum sebesar 0,027 m3/detik, dengan asumsiluas vegetasi tidak permanen dan pemukimantetap, namun jika terjadi penurunan vegetasitidak permanen sebesar satu hektar maka akanmeningkatkan selisih debit maksimum-minimum sebesar 0,108 m3 /detik, dengan

asumsi luas lahan vegetasi permanen danpemukiman tetap. Sedangkan jika terjadikenaikan luas lahan pemukiman sebesar satuhektar maka akan meningkatkan selisih debitmaksimum-minimum sebesar 0,0723 m3 /detikdengan asumsi luas lahan vegetasi permanen dantidak permanen tetap.

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman

Vol.7 No.4, Oktober 2010, 221 - 226

Katagori lahan (Land category)

Luas lahan (Land area)

1995 2003

Luas perubahan

lahan

(Land change area)

(ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)

Vegetasi Permanen (X1) 14672.61 79.48 8512.56 59.35 -6160.05 20.13

• Hutan

• Kebun Teh

• Kebun Campuran

6454,08

3484,89

4733,64

34,96

18,88

25,64

5180,85

2886,39

445,32

28,07

15,64

15,64

-1273.23

-598.50

-4288.32

-6.89

-3.24

-10.00

Vegetasi Tidak Permanen (X2) 2879.91 6.82 2733.48 14.812 +1475.46 +7.992

• Ladang 1171,53 6,35 2713,32 14,70 +1541.79 +8.35

• Semak 83,07 0,45 0,45 0,002 -82.62 -0.448

• Sawah 3,42 0,02 19,71 0,11 +16.29 +0.09

Pemukiman (X3) 1621,89 8,79 5957,55 32,28 +4335.66 +23.49

Tabel 2. Luas lahan vegetasi permanen dan tidak permanen serta pemukiman ()

(Table) Area of permanent,non-permanent vegetation and settlement

Keterangan (Remark) : (-) : Berkurangnya luasan ( )(+): Bertambahnya luasan ( )

Area decreaseArea increasr

Apabila selisih debit maksimum danminimum tinggi, yang berarti pada musim hujandengan intensitas curah hujan yang tinggi akanberakibat melimpahnya aliran permukaan dansebaliknya pada musim kemarau. Hal tersebutakan berakibat banjir pada musim penghujan dankekeringan pada musim kemarau. Fluktuasialiran debit antara kedua musim yang tajammengindikasikan terganggunya fungsi DASserta adanya degradasi kualitas DAS. Fahrudin(2003) menyatakan bahwa proses yang terjadidalam DAS dipengaruhi oleh faktor hidrologi,geomorfologi, geologi, topografi, klimatologi,tanah dan penggunaan lahan. Sementara itu aliranpermukaan terjadi bila curah hujan melebihi lajuinfiltrasi tanah dan tampungan permukaan tanah.Hutan di kawasan Puncak adalah sangat pentingkarena kawasan tersebut merupakan daerah yangberbukit, bergelombang dan bergunung-gunungdengan ketinggian mulai dari 330 - 3.002 meter diatas permukaan laut, serta lerengnya berkisarantara 8 - 45% yang akan berdampak besarterhadap tingkat erosinya (RTRW KabupatenBogor, 2000).

Menurut Morgan (1986) dalam Pratiwi(2004), efektifitas tanaman penutup dalam

mengurangi erosi dan aliran permukaandipengaruhi oleh tumbuhan dan bentuk tajuk(kanopi), kerapatan tanaman dan kerapatansistem perakaran. Semakin tinggi tempat jatuhbutiran hujan makin tinggi pula energikinetiknya. Sementara itu, kerapatan tanamanberfungsi mempengaruhi besarnya luasanlahan yang dapat ditutupi oleh tumbuhan.Semakin rapat tanaman (vegetasi) yang ada dipermukaan lahan semakin kecil kemungkinanterjadinya erosi. Sedangkan kerapatan sistemperakaran tanaman/vegetasi menentukanefekt i f i tas tanaman dalam membantupemantapan agregat, yang berarti pulameningkatkan besar kecilnya laju dan kapasitasinfiltrasi, sehingga meningkatnya porositastanah dan dapat mengurangi energi perusakaliran permukaan dan dapat mengurangialiran permukaan. Oleh karena itu peran hutansangat besar dalam memperkecil aliranpermukaan sehingga debit maksimum akan dapatdiperkecil sedangkan disisi lain tampungan airtanah akan lebih banyak sehingga debitminimum akan dapat diperbesar untuk dapatmenjaga ketersediaan air tetap terjaminsepanjang tahun.

Page 61: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Seperti halnya dengan hutan, keberadaankebun teh juga harus dipertahankan karenamempunyai peran yang khas yaitu sebagaipengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi.Pohon teh mempunyai sifat perakaran yangdalam, akar serabut panjang, dan kerapatan akartinggi, sehingga baik untuk tindakan konservasitanah dan air, yaitu sebagai pencegah erosi.

Apabila laju pengurangan kebun teh tidakdapat ditekan, akan berdampak negatif terhadaplingkungan, baik yang dirasakan oleh wilayahtersebut maupun wilayah hilirnya. Berdasarkanhasil konfirmasi lapangan, bahwa warga sekitarkebun teh sudah merasakan mulai berkurangnyasumber air, seiring dengan banyaknya kebun tehyang terkonversi menjadi penggunaan lainnyaseperti villa.

Kebun campuran ditanami denganberbagai macam tanaman yang diatur secaraspasial dan urutan temporal. Jenis tanaman yangdominan adalah tanaman tahunan. Sehinggakeberadaannya sama dengan hutan dan kebun tehyang harus dipertahankan untuk menjaga tata airdi kawasan Puncak sehingga frekwensi kejadianbanjir di kawasan hilirnya dapat ditekan.

Adanya konversi lahan hutan menjadil a h an pe r t a n i a n , d imana pada s a a tpembukaannya menggunakan alat berat yangbertujuan meratakan tanah dapat membuatlapisan tanah yang subur hilang sehinggamempengaruhi sifat fisik tanah. Selain itu jugadapat merusak struktur dan tekstur tanah,memperbesar jumlah dan kecepatan aliranpermukaan akibat daya serap (infiltrasi)berkurang atau terhambat. Keberadaan lahanpertanian di kawasan Puncak disatu sisi adalah

untuk meningkatkan produksi pangan, namun disisi lain apabila keberadaannya kurang dapatdikendalikan akan dapat menurunkan fungsihidrologis mengingat kondisi topografi kawasanPuncak yang sebagian besar bergelombang,berbukit dan bergunung dengan kecuramanlereng antara 8 - 45 persen. Agar supayakeberadaan lahan pertanian (ladang dan sawah)tetap menjamin fungsi hidrologis secara baik,maka lahan yang diusahakan sebaiknya yangcenderung datar atau dengan menggunakan terasmaupun mulsa.

Adanya penambahan pemukiman yangberlangsung dengan cepat di kawasan Puncakmengakibatkan bertambahnya daerah kedap airsehingga mengurangi daya serap atau infiltrasiair ke dalam tanah. Apabila perluasan arealpemukiman tidak dapat dikendalikan maka setiapterjadi curah hujan yang cukup besarintensitasnya maka dapat lebih meningkatkannilai debit maksimum dan sebaliknya bila curahhujan rendah debit minimum akan semakin turun.Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan faktabahwa curah hujan di Sub DAS Ciliwung Huludari tahun 1995 - 2003 cenderung turun, namundebit maksimum cenderung meningkat danselisih debit maksimum - minimum cenderungmeningkat pula. Kondisi seperti tersebut dapatmenjadi indikasi berkurangnya fungsi kawasanSub DAS Ciliwung Hulu sebagai kawasanlindung dan wilayah peresapan air. Kondisikawasan Sub DAS Ciliwung Hulu juga dapatditunjukkan dengan rasio debit maksimum -minimum sungai Ciliwung (Tabel 3). Rasio debitmaksimum dan minimum menggambarkanfluktuasi debit aliran sebagai respon dari curah

Tabel ( ) 3. Debit Minimum, Maksimum Sungai Ciliwung dan Jumlah Curah Hujan StasiunPengamatan Bendung Katulampa (

)

TableMinimum, maximum discharge and total rainfall of

Ciliwung river at Observation Station of Katulampa Dam

Tahun

(Year)

Debit minimum

(m3/detik)

(Minimum

discharge)

Debit maksimum

(m3/detik)

(Maximum

discharge)

Selisih Debit

maksimum-

minimum

(m3/detik)

(Δ Maximum-

Minimum

Discharge)

Rasio Debit

maksimum-

minimum

(Ratio of

maximum-

minimum

discharge)

Jumlah

curah

hujan

(Total

rainfall)

(mm3/th)

1995 1,71 244,20 242,49 142,64 4.426

1997 1,22 244,20 242,98 199,51 2.690

2001 3,46 411,68 408,22 118,98 4.178

2003 1,22 274,73 273,50 224,44 3.875

Rata-

rata

1,91 293,70 291,80 171,39 3.792,25

225

Page 62: Aktivitas Insekisida Bintaro Trhdp Hama Eurema Pd Skala Lab

Analisis Fluktuasi Debit Air Akibat Perubahan PenggunaanLahan di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor

Yunita Lisnawati dan Ari Wibowo

hujan yang masuk ke dalam outlet DAS. Nilairasio ini sering digunakan sebagai indikatorkeberhasilan pengelolaan DAS di daerah yangrelatif basah dan hujan relatif terdistribusisepanjang tahun.

Berdasarkan kriteria DepartemenKehutanan tahun 2002 mengklasifikasikankualitas DAS dengan menggunakan rasio debitmaksimum-minimum tahunan, seperti disajikanpadaTabel 4.

Tabel ( ) 4. Kriteria kualitas DAS berdasarkan debit tahunan ()

Table Criteria of watershed quality based onannual discharge

Kualitas DAS

(Watershed Quality )

Q max/Q min Indeks

Sangat Baik < 50 1

Baik 50 – 150 2

Sedang 150 – 250 3

Jelek 250 – 500 4

Sangat Jelek > 500 5

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahuibahwa kualitas DAS di Sub DAS Ciliwung Hulurata-rata termasuk kriteria Sedang. Oleh karenaitu, untuk mencegah penurunan kualitas DASlebih lanjut, maka areal yang bervegetasi harustetap dipertahankan, dan areal pemukiman harusditekan.

Perubahan luasan lahan yang bervegetasipermanen, bervegetasi tidak permanen danpemukiman di kawasan Puncak mempunyaihubungan yang sangat erat dengan selisih debitmaksimum-minimum, dengan pola hubungan : Y= 641,4 - 0,027 X1 - 0,108 X2 + 0,072 X3,dimana : Y = Selisih debit maksimum-minimum (m3/detik) dan X1, X2 ,X3 masing-masing adalah luas lahan bervegetasi permanen,tidak permanen, dan pemukiman dalam hektar.

Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Ciliwung-Cisadane, Bogor. 2004. Data debitmaksimum - minimum Sungai Ciliwung,Bendung Katulampa.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Fakhrudin, M. 2003. Kajian Respon Hidrologiakibat Perubahan Penggunaan LahanDAS Ciliwung dengan Model Sedimot II.Tesis. Pasca Sarjana. IPB.

Hardiana, D. 1999. Simulasi DampakPerubahan Guna Lahan terhadapPerubahan Limpasan Air Permukaan.Studi Kasus : Sub DAS Cipamingkis diKawasan Jonggol. Skripsi. InstitutTehnologi Bandung.

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor.2000. Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Daerah Tingkat II Bogor.Bogor.

Pratiwi. 2004. Keragaman Jenis Pohon danKonservasi Tanah dan Air di KawasanTaman Nasional. Prosiding PemanfaatanJasa Hutan dan Non Kayu BerbasisMasyarakat sebagai Solusi PeningkatanProduktivitas dan Pelestarian Hutan.Departemen Kehutanan.

Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika.Terjemahan. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.

226