AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari...

30
AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR PATI DAN FENOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) AKSESI SUKABUMI ANDINI SETYANTI PUTRI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari...

Page 1: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE,

KADAR PATI DAN FENOLIK TEMULAWAK (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) AKSESI SUKABUMI

ANDINI SETYANTI PUTRI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan
Page 3: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Inhibisi

Terhadap Siklooksigenase, Kadar Pati dan Fenolik Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) Aksesi Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan

dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Andini Setyanti Putri

NIM G84090054

Page 4: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

ABSTRAK

ANDINI SETYANTI PUTRI. Aktivitas Inhibisi Terhadap Siklooksigenase, Kadar

Pati dan Fenolik Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Aksesi Sukabumi.

Dibimbing oleh HASIM DANURI dan WARAS NURCHOLIS.

Curcuma xanthorrhiza Roxb. atau temulawak adalah tanaman obat yang

memiliki banyak khasiat, termasuk antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis aktivitas inhibisi terhadap siklooksigenase-2 (COX-2) pada ekstrak

rimpang temulawak aksesi Sukabumi dan menganalisis korelasinya terhadap

kadar pati dan fenolik. Ekstraksi menggunakan maserasi dengan etanol 70%.

Kadar pati dianalisis dengan metode Luff-Scohrl dan kadar fenolik ditentukan

dengan Folin-Ciocalteu. Kadar pati relatif lebih tinggi pada temulawak varietas

Cursina (P>0.05) yaitu sebesar 23.05%±3.49 dan kadar fenolik relatif lebih tinggi

(P>0.05) pada temulawak aksesi Sukabumi dengan kadar 81.16 mg/g±19.68.

Kedua ekstrak temulawak dapat menghambat aktivitas COX-2. Aktivitas

penghambatan tertinggi (P>0.05) pada temulawak aksesi Sukabumi dengan nilai

penghambatan sebesar 55.35%. Berdasarkan analisis korelasi, komponen fenolik

memiliki aktivitas penghambatan terhadap COX-2, sementara pati akan

mengurangi aktivitas penghambatan terhadap COX-2.

Kata kunci: antiinflamasi, kadar pati, siklooksigenase-2, temulawak, total fenolik

ABSTRACT

ANDINI SETYANTI PUTRI. The Inhibitory Activity Against Cyclooxygenase,

Starch, and Phenolic Level on Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Sukabumi Accession. Supervised by HASIM DANURI and WARAS

NURCHOLIS

Curcuma xanthorrhiza Roxb. known as temulawak is widely used as herbal

medicinal plant that has many benefits, including antiinflammation. The

objectives of this research were to evaluate inhibitory activity of temulawak

Sukabumi accession toward cyclooxygenase-2 (COX-2) and to analyze its

correlation with starch and phenolic level. The extraction method used maseration

with ethanol 70%. The starch level was analyzed using Luff-scohrl’s method, and

the phenolic level was determined using the Folin-Ciocalteu’s. The starch level is

relatively higher (P>0.05) on temulawak Cursina variety were 23.05%±3.49,

while the phenolic level is relatively higher (P>0.05) on temulawak Sukabumi

accession were 81.16 mg/g±19.68. Both of temulawak extracts showed inhibitory

activity against COX-2. The highest activity (P>0.05) on temulawak Sukabumi

accession with inhibition value of 55.35%. Based on analysis of corelation, the

phenolic compound has antiinflammation activity, while starch will reduce

antiinflammation activity.

Keywords: antiinflammation, cyclooxygenase-2, phenolic level, starch,

temulawak

Page 5: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE,

KADAR PATI DAN FENOLIK TEMULAWAK (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) AKSESI SUKABUMI

ANDINI SETYANTI PUTRI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan
Page 7: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

Judul Skripsi : Aktivitas Inhibisi Terhadap Siklooksigenase, Kadar Pati dan

Fenolik Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) Aksesi

Sukabumi

Nama : Andini Setyanti Putri

NIM : G84090054

Disetujui oleh

Dr drh Hasim Danuri, DEA

Pembimbing I

Waras Nurcholis, SSi Msi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian ini merupakan

bagian dari penelitian payung di Pusat Studi Biofarmaka, LPPM-IPB yang

dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka dari bulan Desember 2012

hingga April 2013. Skripsi ini berjudul Aktivitas Inhibisi Terhadap

Siklooksigenase, Kadar Pati dan Fenolik Temulawak (Curcuma xanthorriza

Roxb.) Aksesi Sukabumi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. drh. Hasim Danuri,

DEA sebagai pembimbing utama, dan Bapak Waras Nurcholis, S.Si.,M.Si sebagai

pembimbing kedua yang telah memberikan kritik, saran, arahan dan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih

kepada keluarga, Rega, Cholila, sahabat, keluarga Aisyah, keluarga

Homeschooling dan teman-teman Biokimia 46 serta berbagai pihak yang namanya

tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mendukung penulis. Semoga

karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013

Andini Setyanti Putri

Page 9: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan dan Alat 2

Prosedur Penelitian 3

Prosedur Analisis Data 6

HASIL 6

Ekstrak dan Kadar Air Temulawak 6

Kadar Pati Simplisia Rimpang Temulawak 8

Kadar Fenolik Ekstrak Rimpang Temulawak 8

Aktivitas Inhibisi COX-2 9

Analisis Korelasi Pati, Fenolik, dan Aktivitas Antiinflamasi 9

PEMBAHASAN 10

Ekstrak Rimpang Temulawak 10

Kadar Pati dan Fenolik Rimpang Temulawak 10

Aktivitas Antiinflamasi dan Korelasi Terhadap Pati dan Fenolik 12

SIMPULAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 20

Page 10: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

DAFTAR GAMBAR

1 Format Micro plate inhibisi COX-2 6 2 Rendemen (%) ekstrak rimpang temulawak 7 3 Kadar air (%) rimpang temulawak segar 7 4 Kadar air simplisia temulawak (%) 8 5 Kadar pati temulawak Sukabumi dan Cursina 8 6 Kadar fenolik temulawak Sukabumi dan Cursina 9 7 Aktivitas Inhibisi temulawak Sukabumi, Cursina dan diklofenak 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rendemen Ekstrak Rimpang Temulawak 17 2 Kadar Air Simplisia Temulawak 17 3 Kadar Pati Rimpang Temulawak 17 4 Kadar Fenolik Ekstrak Rimpang Temulawak 18 5 Aktivitas inhibisi terhadap COX-2 19

Page 11: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

PENDAHULUAN

Inflamasi atau peradangan adalah respon yang menguntungkan pada saat

terjadi kerusakan jaringan dan masuknya benda asing yang mengawali perbaikan

struktur dan fungsi jaringan. Inflamasi ditandai dengan adanya panas, kemerahan,

pembengkakan, rasa nyeri, dan kehilangan fungsi jaringan. Namun inflamasi yang

berkepanjangan dapat berkontribusi pada berbagai patogenesis penyakit. Respon

inflamasi yang tidak semestinya dapat menyebabkan kehilangan jaringan atau

fungsi organ seperti penyakit bronkhitis kronis, emfisema, asma,

glomerulonefritis, infraksi miokardial dan cedera iskemia reperfusi (Lawrence et

al. 2002).

Pengobatan yang selama ini dilakukan umumnya menggunakan obat-obatan

sintetik. Golongan obat yang digunakan antara lain adalah non-steroidal anti-

inflammatory drugs (NSAIDs) dan inhibitor selektif siklooksigenase-2 (COX-2).

Obat-obatan ini umumnya bekerja dengan menghambat sintesis siklooksigenase

dan produk leukotriena, mencegah terbentuknya radikal oksigen dan enzim

lisosomal, mencegah agregasi neutrofil, adhesi dan kemotaksis (Suleyman et al.

2007). Menurut Ray et al. 2002 Non-aspirin, non-steroidal anti inflamatory

drugs (NANSAIDs) memiliki efek kompleks yang meningkatkan resiko penyakit

jantung koroner. Inhibitor selektif COX-2 meningkatkan resiko infraksi

miokardial. Dosis tinggi dari beberapa NSAIDs seperti diklofenak dan ibuprofen

berhubungan dengan resiko kejadian vaskular (Kearney et al. 2006). Oleh karena

itu perlu dikembangkan obat tradisional yang berasal dari bahan alami sehingga

efek negatif dari obat-obatan tersebut dapat diminimalisir. Salah satu bahan alam

tersebut adalah temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) (Kasiran 2008).

Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia, banyak ditemukan terutama

di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali,

Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi

Utara dan Sulawesi Selatan (Rahardjo 2010). Kandungan zat yang terdapat pada

rimpang temulawak terdiri atas kurkuminoid, pati, protein, lemak (fixed oil),

selulosa, mineral, dan minyak atsiri (Afifah dan Tim Lentera 2003). Minyak

esensial temulawak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans

(Hertiani et al. 2011). Ekstrak kasar polisakarida temulawak dapat menstimulasi

sistem imun dengan meningkatkan fagositosis makrofag (Kim et al. 2007).

Kurkumin adalah senyawa flavonoid turunan dari heptanoid, senyawa ini

merupakan senyawa polifenol yang paling aktif (Anand 2012). Kurkumin

merupakan salah satu komponen fenolik. Senyawa fenolik yang umumnya

terdapat dalam bahan alam antara lain asam fenolat, flavonoid, tanin, stilben,

kurkuminoid, koumarin, lignan, dan kuinon. komponen fenolik memiliki sifat

sebagai pencegah kanker (seperti antioksidan, antikarsinogenik, antimutagenik,

dan antiinflamasi) serta berkontribusi menginduksi kejadian apoptosis (Huang et

al. 2010).

Temulawak memiliki banyak khasiat diantaranya yaitu, temulawak

berfungsi sebagai immunostimulator (Sufiriyanto dan Mohandas 2007). Ekstrak

temulawak dapat menghambat akumulasi kolesterol pada makrofag dengan

menghambat oksidasi LDL, sehingga ekstrak temulawak dapat digunakan untuk

menghambat terjadinya arterosklerosis (Septiana et al. 2006). Menurut Karima

Page 12: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

2

(2012) ekstrak etanol rimpang temulawak dapat meningkatkan kadar HDL secara

signifikan. Temulawak memiliki aktivitas inflamasi dengan mengurangi diameter

peradangan dan jumlah sel radang (Daryanani 2006). Berdasarkan hasil penelitian

yang telah disebutkan, dapat diketahui bahwa ekstrak temulawak memiliki

aktivitas sebagai antiinflamasi.

Senyawa aktif yang berperan sebagai antiinflamasi diantaranya adalah pati

dan senyawa fenolik (Nurcholis 2008, Said 2007). Untuk mengetahui aktivitas

antiinflamasi dari ekstrak temulawak ini, dapat diketahui dengan menganalisis

aktivitas penghambatan temulawak terhadap sikloooksigenase-2. Enzim

siklooksigenase merupakan enzim kunci yang dibutuhkan untuk mengkonversi

asam arakhidonat menjadi prostaglandin endoperoksidase H2 (Dong et al. 2011).

Terdapat dua bentuk isoform siklooksigenase, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1

mengkatalisis pembentukan prostaglandin sitoprotektif di berbagai jaringan,

COX-2 dapat diinduksi oleh faktor pertumbuhan, agen proinflamasi, endotoksin,

mitogen dan agen tumor dan dapat menginduksi proses patologi seperti inflamasi

(Suleyman et al. 2007).

Temulawak yang digunakan pada penelitian ini adalah temulawak aksesi

Ciemas, Sukabumi dan temulawak varietas Cursina 3. Temulawak aksesi

Sukabumi yang digunakan pada penelitian ini, dilaporkan memiliki aktivitas

inhibisi terhadap siklooksigenase-2 tertinggi dibandingkan dengan temulawak

aksesi Ngawi, Karanganyar, dan Wonogiri (Ambarsari et al. 2011). Selain itu,

temulawak varietas Cursina 3 yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

temulawak yang memiliki kadar kurkuminoid dan xanthorhizol tertinggi dalam

ekstrak dibandingkan dengan kedua nomor harapan temulawak lainnya

(temulawak Cursina 1 dan 2) (Rahardjo dan Nur 2007).

Temulawak telah diketahui dapat berfungsi sebagai antiinflamasi. Namun

belum diketahui aktivitas antiinflamasi terhadap penghambatan siklooksigenase

serta korelasinya terhadap kandungan pati dan fenolik pada temulawak aksesi

Ciemas, Sukabumi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis

aktivitas antiinflamasi dari temulawak asal Sukabumi terhadap penghambatan

siklooksigenase secara in vitro dengan metode Colorimetric COX Inhibitor

Screening Assay serta korelasinya terhadap kandungan pati dan fenolik yang

dibandingkan dengan temulawak varietas Cursina. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai aktivitas antiinflamasi temulawak aksesi

Sukabumi serta korelasinya terhadap kadar pati dan fenolik, sehingga dapat

diketahui komponen aktif yang berperan sebagai antiinflamasi.

METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temulawak

aksesi Ciemas, Sukabumi sebagai sampel dan temulawak varietas Cursina sebagai

tanaman pembanding. Kedua sampel temulawak ditanam di Kabupaten Nagrak,

Sukabumi dan dipanen pada usia 9 bulan setelah masa tanam. Diklofenak sebagai

Page 13: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

3

kontrol positif dalam uji inhibisi COX-2, kit COX inhibitor screening assay No.

560131 (Cayman Chem Com 2011), akuades, aquatridestilata (E. Merck), DMSO

(E. Merck), etanol absolut (E. Merck), etanol 70%, eter, etanol 10%, HCl±25%,

NaOH 45%, peraksi Luff-Scohrl, KI 30%, H2SO4 4N, Na2S2O3.5H2O 0.1 N,

amilum 2 %, reagen Folin-Ciocalteu, natrium karbonat 7.5%, alumunium foil, dan

metanol (E. Merck).

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ELISA reader (Lab

System Multiscan Ascent), spektrofotometer, pipet mikro (Socorex), neraca digital,

shaker (Labnet Orbit 1000), mikroplate, vial, spatula, neraca analitik, kertas

saring Whatman tipe 4, vorteks, pipet tetes, pipet Mohr, tip, gegep, hot plate

(Maspion), dan alat alat gelas (Pyrex) seperti corong, labu takar, buret, gelas ukur,

gelas piala, labu Erlenmeyer, dan tabung reaksi.

Prosedur Penelitian

Preparasi Sampel

Pembuatan Serbuk. Sampel dimasukkan ke dalam penggiling selama 5-10

menit hingga menjadi serbuk halus berukuran 100 mesh, kemudian dimasukkan

ke dalam kantung plastik dan disimpan ditempat kering.

Ekstraksi Rimpang Temulawak (BPOM 2005). Maserasi merupakan

ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan simplisia dan

pelarut adalah 1:10 yang direndam 24 jam sambil sesekali diaduk. Ekstrak

dipisahkan, dan proses diulang 3 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

ekstrak yang didapat diuapkan pelarutnya dengan vakum rotari evaporator hingga

diperoleh ekstrak pekat.

Analisis Kadar Pati Simplisia Temulawak (Fardiaz 1989)

Prinsip Pengujian Kadar Pati Simplisia Temulawak. Penetapan kadar

pati ini menggunakan metode Luff-Scohrl. Pati dihidrolisis menggunakan asam

dan panas sehingga menghasilkan monomer-monomer gula, kemudian gula yang

terbentuk direaksikan dengan pereaksi metode Luff-Scohrl selanjutnya ditentukan

jumlahnya sebagai kadar pati dalam sampel.

Preparasi Sampel (Filtrat). Serbuk simplisia temulawak sebanyak 3 g

ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL. Gelas piala yang berisi

serbuk simplisia tersebut ditambahkan akuades sebanyak 50 mL kemudian diaduk

selama 1 jam. Suspensi serbuk temulawak yang diperoleh kemudian disaring

dengan kertas saring Whatman tipe 4 dan ditambahkan dengan akuades sampai

volume filtrat 250 mL. Untuk menghilangkan kandungan lemak pada sampel, pati

yang tersisa pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 mL eter. Eter dibiarkan

menguap dari sisa pati pada kertas saring kemudian dicuci kembali menggunakan

150 mL alkohol 10% untuk menghilangkan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut.

Residu yang diperoleh kemudian dipindahkan secara kuantitatif dari kertas

saring ke dalam labu Erlenmeyer dengan cara pencucian dengan 200 mL akuades

dan ditambahkan 20 mL HCl±25%. Erlenmeyer ditutup dan dipanaskan di atas

penangas air sampai mendidih selama 2.5 jam. Larutan residu didinginkan dan

dinetralkan dengan NaOH 45% kemudian diencerkan sampai volume 500 mL.

Campuran tersebut disaring kembali menggunakan kertas saring. Filtrat yang

diperoleh akan dianalisis menggunakan metode Luff-Scohrl. Peraksi Luff-Scohrl

Page 14: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

4

dibuat dengan 25 g CuSO4.5H2O, 100 mL H2O, 50 g asam sitrat, 50 mL H2O, 388

g Na2CO3.10H2O dan diencerkan sampai volume 1 L dan dihomogenkan.

Penetapan Kadar Pati. Sebanyak 25 mL filtrat diambil dan dicampurkan

dengan 25 mL larutan Luff-Scohrl pada labu erlenmeyer 200 mL. Campuran

tersebut dikocok sampai homogen. Labu erlenmeyer berisi campuran tersebut

dipanaskan pada suhu mendidih selama 10 menit. Tepat pada waktu 10 menit,

labu erlenmeyer didinginkan dengan cepat pada bak es untuk menghentikan reaksi

yang terjadi. Ke dalam labu erlenmeyer tersebut ditambahkan 10 mL KI 30% dan

25 mL H2SO4 4N. Kemudian campuran yang diperoleh dititrasi dengan larutan tio

(Na2S2O3.5H2O 0.1 N) menggunakan indikator 1 mL amilum 2 %. Volume tio

(Na2S2O3.5H2O) yang digunakan dicatat digunakan sebagai volume sampel.

Dilakukan pula titrasi untuk penatapan volume blanko. Blanko dibuat

dengan 25 mL akuades dan 25 mL larutan Luff-Scohrl. Hasil analisis pati ini

diperoleh dari perhitungan % glukosa. Kadar (%) glukosa yang diperoleh

kemudian dikonversi menjadi kadar pati dengan faktor konversi 0.91. Adapun

rumus perhitungan kadar pati adalah sebagai berikut:

% pati = ( . lanko- .sampel) N Na2 2O3 glukosa .filtrat

mg contoh ×100%

Penentuan Kadar Fenolik Total (Singleton dan Rossi 1965)

Sebanyak 5-10 mg ekstrak sampel ditimbang dan dilarutkan dalam labu

takar 25 mL. Kemudian diambil 2 mL sampel, ditambahkan 1 mL Na2CO3 dan

diinkubasikan dalam suhu ruang selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 0.5 mL

reagen Folin-Ciocalteu 0.5 N dan 5 mL air. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang,

di ruang gelap selama satu jam. Larutan diukur serapannya pada panjang

gelombang 725 nm. Sebagai standar digunakan asam tanat dalam konsentrasi 0

ppm, 10 ppm, 30 ppm, 50 ppm, 70 ppm dan 100 ppm. Kadar fenolik total

dinyatakan ekuivalen asam tanat dalam miligram per gram ekstrak (mg/g ekstrak).

Uji Aktivitas Inhibisi Terhadap COX-2 (Cayman Chem Com 2011)

Ekstrak rimpang temulawak diuji daya inhibisnya dengan teknik ELISA

(Enzym Linked Immunosorbent Assay) menggunakan COX Inhibitor Screening

Assay Kit.

Penyiapan Sampel Uji. Sampel yang digunakan adalah ekstrak etanol

temulawak (Curcuma xantorrhiza Roxb.) aksesi Sukabumi dan varietas Cursina.

Konsentrasi larutan yang digunakan adalah 100 ppm, dibuat dengan melarutkan 1

mg sampel dalam 10 mL metanol.

Larutan Background. Sebanyak 0.02 mL COX-2 dalam tabung mikrofus

0.5 mL diinkubasi dalam air mendidih selama 3 menit untuk dinonaktifkan

aktivitas enzimnya. Enzim yang inaktif ini akan digunakan untuk memperoleh

nilai background. Sebanyak 0.97 mL buffer reaksi dicampurkan dengan 0.01 mL

larutan heme, dan 0.01 mL COX-2 nonaktif. Selanjutnya diinkubasi 10 menit

dalam suhu 370 C, kemudian ditambahkan 0.01 mL substrat asam arakhidonat.

Inkubasi kembali 2 menit pada suhu 370

C. Sebanyak 0.05 mL HCl dan 0.01 mL

SnCl2 ditambahkan ke dalam campuran kemudian inkubasi 5 menit dalam suhu

Page 15: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

5

ruang. Larutan background lalu diencerkan 100 kali dengan mencampurkan 0.01

mL larutan background dengan 0.99 mL buffer EIA.

Larutan Aktivitas Awal COX-2 100%. Sebanyak 0.95 mL buffer reaksi

dicampurkan dengan 0.01 mL larutan heme, dan 0.01 mL COX-2. Kemudian

ditambahkan 0.02 mL buffer reaksi dan dihomogenisasi. Larutan tersebut

diinkubasi 10 menit pada suhu 370 C. Reaksi diinisiasi dengan ditambahkannya

larutan asam arakhidonat 0.01 mL pada semua larutan lalu dihomogenisasi dan

diinkubasi 2 menit pada suhu 370

C. Sebanyak 0.05 mL HCl dan 0.01 mL SnCl2

ditambahkan ke dalam campuran kemudian diinkubasi 5 menit dalam suhu ruang.

Larutan tersebut diencerkan 100 kali dengan mencampurkan 0.01 mL larutan

aktivitas awal COX-2 100% dengan 0.99 mL buffer EIA, kemudian diambil 0.05

mL dan ditambahkan 0.95 mL buffer EIA.

Larutan Inhibitor COX-2 (ekstrak etanol rimpang temulawak).

Sebanyak 0.95 mL buffer reaksi, 0.01 mL heme dan 0.01 mL COX-2

dicampurkan dalam vial dan ditambahkan 0.02 mL sampel ekstrak rimpang

temulawak lalu dihomogenkan. Larutan tersebut diinkubasi 10 menit pada suhu

370

C. Reaksi diinisiasi dengan ditambahkan larutan asam arakhidonat 0.01 mL

pada vial lalu dihomogenisasi dan diinkubasi 2 menit pada suhu 370

C. Sebanyak

0.05 mL HCl dan 0.01 mL SnCl2 ditambahkan ke dalam campuran kemudian

diinkubasi 5 menit dalam suhu ruang dan diencerkan 2000 kali.

Pembuatan Standar Prostaglandin (PG). Standar PG yang telah

diliofilisasi dilarutkan ke dalam 1 mL buffer EIA sehingga konsentrasi larutan

menjadi 10 ng/mL (bulk standard). Sebanyak 0.8 mL buffer EIA dimasukkan ke

dalam vial 1 dan 0.5 mL buffer EIA dimasukkan ke dalam vial 2-8. Sebanyak 0.2

mL bulk standar (10 ng/mL) dipindahkan ke dalam vial satu dan dicampurkan

secara menyeluruh. Secara berurutan, standar diencerkan dengan memindahkan

sebanyak 0.5 mL dari vial dua ke vial tiga dan dicampurkan secara menyeluruh.

Perlakuan tersebut diulang untuk vial 4-8. Konsentrasi masing-masing standar

yang diperoleh adalah 2000 p, 1000, 500, 250, 125, 62.5, 31.3, dan 15.6 (pg/mL).

Uji Aktivitas Penghambatan COX-2. e anyak 100 μL buffer (Enzyme

Immuno Assay) EIA dimasukkan pada well Non Spesific Binding (NSB).

Kemudian 50 μL buffer EIA pada well B0. Larutan standar prostaglandin

ditambahkan se anyak 50 μL pada masing-masing well S1-S8. Well BC diisi

dengan 50 μL larutan background, sebanyak 50 μL larutan aktivitas awal COX-2

diisi dengan larutan inhibitor COX-2. Tahap berikutnya, setiap sumur

ditambahkan prostaglandin asetilkolinesterase (PG AchE tracer) kecuali pada

sumur Total Activity (TA) dan Blk (Blanko), setiap sumur ditambahkan 50 μL

antiserum prostaglandin kecuali sumur TA dan NSB kemudian plat ditutup dan

diinkubasi 18 jam pada suhu ruang.

Setelah plate diinkubasi, plate dicuci dengan larutan penyangga pencuci,

kemudian setiap sumur ditambahkan dengan perekasi Ellman sebanyak 0.2 mL

dan sumur TA diisi dengan larutan PG AchE tracer sebanyak 5 μL. Micro plate

ditutup menggunakan plastic film dan dibiarkan bereaksi dengan diinkubasi pada

ruang gelap selama 60-90 menit lalu diukur menggunkan Elisa reader dengan

panjang gelombang 412 nm. Aktivitas antiinflamasi diperoleh dengan menghitung

konsentrasi prostaglandin yang dapat dihambat oleh ekstrak melalui nilai

absorbansinya. Format micro plate yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 16: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

6

Keterangan:

Blk : blanko BC2 : background COX-2

NSB : non specific binding % : 100% initial activity

B0 : maksimum binding H : COX inhibitor samples

S1-S8 : standar TA : Aktivitas total.

Gambar 1 Format Micro plate inhibisi COX-2

Penentuan Persentase Inhibisi

Nilai % inhibisi adalah persentase enzim yang mampu dihambat oleh

sampel dengan konsentrasi 100 ppm. Nilai %inhibisi diperoleh dari besarnya

konsentrasi prostaglandin yang mampu dihambat oleh ekstrak. Nilai konsentrasi

prostaglandin ditentukan dengan mencari nilai x pada persamaan garis fungsi

logaritma dari kurva standar prostaglandin.

Y = a + b ln (x) (fungsi ln)

Keterangan: a dan b = konstanta

X = [prostaglandin] pg/mL

Y = %b/b0

Prosedur Analisis Data

Analisis statistik terhadap aktivitas siklooksigenase menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL), yaitu dengan uji analysis of varian (ANOVA)

pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α=0.05. Data dianalisis dengan program

perangkat lunak Statistical Programme for Social Science (SPSS) PASW 18.0.

HASIL

Ekstrak dan Kadar Air Temulawak

Gambar 2 menunjukkan data rendemen hasil ekstraksi simplisia rimpang

temulawak dengan metode maserasi dan pelarut etanol 70%. Ekstrak temulawak

aksesi Sukabumi memiliki rendemen sebesar 16.71%±1.30 dan ekstrak

Page 17: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

7

temulawak varietas Cursina memiliki rendemen sebesar 12.58%±1.16. Hasil uji

statistik menunjukkan rendemen temulawak aksesi Sukabumi memiliki rendemen

yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan temulawak varietas Cursina. Hal

ini menunjukkan temulawak aksesi Sukabumi mengandung kadar metabolit larut

etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan temulawak varietas Cursina.

Hasil analisis kadar air rimpang temulawak segar ditunjukkan pada Gambar

3. Temulawak aksesi Sukabumi memiliki kadar air rimpang segar sebesar

73.64%±2.67 dan temulawak varietas Cursina sebesar 65.72%±6.89. Kadar air

rimpang temulawak segar tertinggi pada temulawak aksesi Sukabumi, namun

berdasarkan uji statistik kadar air kedua rimpang temulawak tersebut sama

(P>0.05). Kadar air rimpang segar ini menunjukkan besarnya air yang digunakan

tumbuhan sebagai substrat fotosintesis, sehingga tingginya kadar air akan

mempengaruhi metabolit yang terbentuk. Semakin tinggi kadar air, maka

metabolit yang dihasilkan akan semakin banyak.

Hasil analisis kadar air simplisia ditunjukkan pada Gambar 4. Temulawak

Cursina mengandung kadar air yang lebih besar dibandingkan dengan temulawak

aksesi Sukabumi yaitu 20.44%±3.59 dan 16.14%±4.89, namun secara statistik

kadar air simplisia temulawak aksesi Sukabumi dan varietas Cursina sama

(P>0.05). Nilai kadar air simplisia akan menjadi faktor koreksi untuk analisis

kadar pati.

Gambar 2 Rendemen (%) ekstrak rimpang temulawak

Gambar 3 Kadar air (%) rimpang temulawak segar

0

5

10

15

20

Sampel Temulawak

Ren

dem

en (

%)

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sampel Temulawak

Ka

da

r a

ir r

imp

an

g s

ega

r (%

)

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina

Page 18: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

8

Gambar 4 Kadar air simplisia temulawak (%)

Kadar Pati Simplisia Rimpang Temulawak

Pati merupakan komponen terbesar dari rimpang temulawak dan pati

memiliki pengaruh terhadap aktivitas antiinflamasi. Hasil analisis kadar pati

simplisia temulawak Sukabumi dan Cursina dapat dilihat pada Gambar 5.

Temulawak aksesi Sukabumi mengandung kadar pati sebesar 18.66%±6.47 dan

varietas Cursina mengandung kadar pati sebesar 23.05%±3.49 namun secara

statistik kadar pati simplisia temulawak aksesi Sukabumi dan varietas Cursina

sama (P>0.05). Tinggi rendahnya kadar pati dapat mempengaruhi aktivitas

antiinflamasi dari temulawak.

Kadar Fenolik Ekstrak Rimpang Temulawak

Komponen fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder yang

dihasilkan oleh tumbuhan. Komponen fenolik memiliki aktivitas sebagai

antiinflamasi. Gambar 6 menunjukkan kadar fenolik total temulawak. Kadar

fenolik total temulawak aksesi Sukabumi lebih tinggi dibandingkan dengan

temulawak Cursina. Temulawak aksesi Sukabumi mengandung 81.16 mg/g±19.68

dan temulawak Cursina mengandung senyawa fenolik sebesar 65.01 mg/g±1.66,

namun secara statistik kadar fenolik pada kedua sampel temulawak tersebut sama

(P>0.05). Tingginya kadar fenolik berpotensi memiliki aktivitas antiinflamasi

yang tinggi.

Gambar 5 Kadar pati temulawak Sukabumi dan Cursina

0

5

10

15

20

25

30

Sampel Temulawak

Ka

da

r a

ir s

imp

lisi

a (

%)

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina

0

5

10

15

20

25

30

Sampel Temulawak

Ka

da

r P

ati

(%

)

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina

Page 19: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

9

Gambar 6 Kadar fenolik temulawak Sukabumi dan Cursina

Aktivitas Inhibisi COX-2

Aktivitas penghambatan COX-2 ditunjukkan pada Gambar 7. Aktivitas

inhibisi COX-2 terbesar pada diklofenak sebagai kontrol positif dengan nilai

penghambatan 80.54%±4.93. Nilai %inhibisi COX-2 temulawak aksesi Sukabumi

memiliki nilai penghambatan 55.35%±42.71 dan temulawak Cursina memiliki

nilai penghambatan 17.37%±10.88. Berdasarkan uji statistika nilai persentase

inhibisi temulawak aksesi Sukabumi sama dengan diklofenak dan varietas Cursina

(P>0.05), namun persentase inhibisi temulawak varietas Cursina jauh lebih kecil

dibandingkan dengan diklofenak (P<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

antiinflamasi diantara kedua sampel temulawak lebih tinggi pada temulawak

aksesi Sukabumi.

Analisis Korelasi Pati, Fenolik, dan Aktivitas Antiinflamasi

Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS PASW

18.0. Berdasarkan analisis korelasi Pearson dengan (Tabel 1) menunjukkan bahwa

aktivitas inhibisi berbanding lurus dengan kadar fenolik (nilai korelasi positif) dan

berbanding terbalik dengan kadar pati (nilai korelasi negatif). Selain itu kadar pati

berbanding terbalik dengan kadar fenolik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas

antiinflamasi dipengaruhi oleh metabolit sekunder dan metabolit primer. Semakin

tinggi metabolit sekunder maka aktivitas inflamasi akan semakin tinggi dan hal ini

berbanding terbalik dengan tingginya metabolit primer.

Gambar 7 Aktivitas Inhibisi temulawak Sukabumi, Cursina dan diklofenak

0

20

40

60

80

100

120

Sampel

% I

nh

ibis

i C

OX

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina diklofenak

0

20

40

60

80

100

120

Sampel TemulawakKa

da

r F

eno

lik

(m

g T

AE

/g)

Aksesi Sukabumi Varietas Cursina

Page 20: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

10

Tabel 1 Analisis korelasi kadar pati, kadar fenolik dan persentase inhibisi

Persentase Inhibisi Kadar pati Kadar fenolik

Persentase

inhibisi Pearson Correlation 1 -,924 ,919

Sig. (2-tailed) ,076 ,081

Kadar pati Pearson Correlation -,924 1 -,995

**

Sig. (2-tailed) ,076 ,000

Kadar

fenolik Pearson Correlation ,919 ,995

** 1

Sig. (2-tailed) ,081 ,000

**. Korelasi berbeda nyata pada taraf uji 0.01 (2-tailed).

PEMBAHASAN

Ekstrak Rimpang Temulawak

Hasil rendemen yang diperoleh dari temulawak aksesi Sukabumi lebih

tinggi (P<0.05) dari pada ekstrak temulawak varietas Cursina. Sembiring et al.

(2006) mengekstraksi temulawak dengan pelarut etanol 70% memperoleh

rendemen sebesar 16.65%–32.49%. Rendemen yang didapatkan pada penelitian ini

lebih sedikit dibandingkan dengan yang didapatkan oleh Sembiring et al. (2006).

Perbedaan hasil rendemen yang diperoleh dapat disebabkan beberapa hal yaitu

ukuran simplisia, waktu, kepolaran pelarut, suhu, dan pengadukan (Sari et al.

2013, Paryanto & Bambang 2006, Sembiring et al. 2006).

Penelitian ini menggunakan maserasi dengan etanol. Metode ini digunakan

karena merupakan metode yang lebih praktis dan efisien serta menghasilkan kadar

kurkuminoid yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode refluks dan sonikasi

(Mujahid et al. 2012). Etanol digunakan karena mudah didapatkan, non-toksik,

dan sifat kepolarannya lebih kecil dari air (indeks kepolaran P’ 4.3) (Sari 2012).

Berdasarkan analisis kadar air rimpang segar, kadar air rimpang segar

temulawak aksesi Sukabumi sama dengan temulawak varietas Cursina (P>0.05).

Kadar air rimpang segar temulawak yang didapatkan oleh Adzkiya (2006)

memiliki nilai yang hampir sama yaitu berkisar 74% untuk temulawak yang

dipanen pada umur 9 bulan setelah masa tanam. Nilai kadar air yang terdapat pada

tanaman bergantung pada umur tanaman dan ketersediaan air dari lingkungan

(Adzkiya 2006). Tingginya kadar air mempengaruhi laju fotosintesis. Fotosintesis

memanfaatkan energi matahari untuk mensintesis karbohidrat dan asam amino

dari air, karbondioksida, nitrat dan sulfat (Heldt 2005). Oleh karena itu tinggi

rendahnya kadar air akan mempengaruhi metabolit yang terbentuk.

Kadar Pati dan Fenolik Rimpang Temulawak

Kandungan rimpang temulawak terdiri atas kurkuminoid, minyak atsiri,

pati, dan oleoresin. Pati merupakan komponen terbesar pada rimpang temulawak

(Said 2007). Menurut Kim et al. (2007) ekstrak kasar polisakarida temulawak

Page 21: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

11

dapat berfungsi sebagai imunostimulan. Ekstrak kasar polisakarida ini

mengandung 18.69% arabinosa, 14% galaktosa, 50.67% glukosa, 12.97% manosa,

2.73% ramnosa, dan 0.94% xilosa dengan berat molekul rata-rata 33 kDa.

Kadar pati kedua temulawak relatif sama. Paryanto dan Bambang (2006)

mendapatkan kadar pati rimpang temulawak sebesar 60.09%. Sementara hasil

penelitian Rahardjo dan Nur (2007) menyebutkan bahwa Cursina 3 yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar pati sebesar 51.88%. Kadar pati

yang didapatkan oleh Paryanto dan Bambang (2006) jauh lebih besar

dibandingkan dengan kadar pati yang didapatkan pada penelitian ini. Besarnya

pebedaan kadar pati ini disebabkan karena perbedaan usia panen temulawak dan

tempat tumbuh tanaman.

Paryanto dan Bambang (2006) menanam temulawak di Bekasi yang berada

pada ketinggian 19 m dpl, sementara pada penelitian ini temulawak ditanam pada

ketinggian 550 dpl. Menurut Rukmana (2006) rimpang yang dihasilkan dari

dataran rendah kandungan patinya lebih tinggi dibandingkan dengan rimpang dari

dataran tinggi. Selain itu, kadar metabolit pada temulawak dipengaruhi oleh usia

tanam (Rosiyani 2010). Ferry et al. (2009) menyatakan bahwa kadar pati akan

semakin tinggi seiring dengan pertambahan usia tanaman hingga mencapai umur

11 bulan setelah tanam, dan mulai menurun pada umur 13-15 bulan setelah tanam.

Penentuan kadar pati pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode

Luff-Schroll. Metode ini digunakan karena bersifat spesifik terhadap gula

pereduksi (Moreno dan Rafael 2012).

Komponen fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder yang

dihasilkan oleh tumbuhan. Metabolit sekunder diperlukan oleh tumbuhan secara

struktural maupun sebagai proteksi (Stalikas 2007). Komponen fenolik memiliki

sifat sebagai antiinflamasi (Huang et al. 2010). Kadar fenolik total pada

temulawak Sukabumi tidak berbeda dengan temulawak Cursina (P>0.05). Hasil

penelitian Nurcholis et al. (2012) menyebutkan bahwa total fenolik Curcuma

xanthorrhiza dalam pelarut etanol adalah 424.3±2.2 mg TAE/g. Kadar fenolik

total yang didapat lebih kecil dari pada hasil penelitian Nurcholis et al. (2012).

Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan tempat tumbuh temulawak. Sintesis

komponen fenolik dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Boudet 2007). Penentuan

kadar fenolik total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu. Metode ini umum

digunakan untuk penentuan total fenol, metode ini bersifat spesifik, bekerja

dengan mereduksi fenol (Roura et al. 2006).

Komponen fenolik disintesis dari asam amino fenilalanin (Boudet 2007).

Umumnya fenolik disintesis selama masa perkembangan tumbuhan serta

merupakan respon dalam kondisi terluka, radiasi UV, dan infeksi (Stalikas 2007).

Asam amino fenilalanin sendiri disintesis dari jalur shikimate, yang membutuhkan

fosfoenolpiruvat dan eritrosa 4-fosfat sebagai prekursor (Heldt 2005). Sintesis

komponen fenolik diatur melalui regulasi gen oleh faktor lingkungan (Boudet

2007). Sintesis komponen fenolik akan tinggi apabila tidak ada kebutuhan asam

amino fenil alanin untuk pertumbuhan sehingga fenil alanin disintesis menjadi

komponen fenolik untuk perlindungan dan perlawanan. Oleh karena itu,

komponen fenolik merupakan faktor kunci pertahanan tumbuhan dalam

beradaptasi secara morfologi dan biokimia (Boudet 2007). Kadar komponen

fenolik dan pati kedua temulawak tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa

pada usia 9 bulan setelah masa tanam, kedua tanaman temulawak memiliki

Page 22: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

12

kebutuhan yang sama untuk perlindungan dan pertahanan serta pertumbuhannya

sehingga mensintesis komponen fenolik dan pati dalam kadar yang sama besar.

Aktivitas Antiinflamasi dan Korelasi Terhadap Pati dan Fenolik

Aktivitas antiinflamasi ekstrak rimpang temulawak diketahui dengan

melihat aktivitas penghambatan kerja enzim siklooksigenase-2 yang mengkatalisis

konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin (Dong et al. 2011).

Prostaglandin merupakan mediator lipid yang menginduksi terjadinya inflamasi

dan rasa nyeri (Simmons et al. 2004). Aktivitas antiinflamasi kurkumin selain

melalui penghambatan siklooksigenase-2 secara in vitro, kurkumin dapat

menghambat produksi proinflamasi interlukin-8 dan 1, monosit kemotatik

protein-1, dan tumor nekrosis faktor- (Anand et al. 2012). Secara in vivo

kurkumin dapat menghambat inflamasi yang diinduksi oleh karagenan (Patimah

2010) dan meregulasi peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-γ yang

merupakan reseptor antiinflamasi pada nukleus (Siddiqui et al. 2006).

Diklofenak yang merupakan kontrol positif memiliki aktivitas

penghambatan terbesar dibandingkan dengan kedua sampel temulawak.

Diklofenak merupakan obat antiinflamasi non-steroid bekerja dengan

menghambat tahapan asam arakhidonat cascade, baik menghambat dari jalur

siklooksigenase maupun jalur lipoksigenase, hal ini akan mereduksi pembentukan

prostaglandin dalam jumlah besar (Latif et al. 2012). Penggunaan diklofenak

sebagai kontrol positif disebabkan karena diklofenak cukup banyak digunakan

sebagai obat antiinflamasi (Kearney et al. 2006).

Ekstrak rimpang temulawak aksesi Sukabumi memiliki aktivitas

penghambatan siklooksigenase-2 yang sama dengan diklofenak (P>0.05).

Sementara aktivitas penghambatan pada temulawak varietas Cursina lebih rendah

(P<0.01) dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena kadar pati yang

lebih tinggi (P<0.05) pada temulawak varietas Cursina. Pati dapat berperan

sebagai imunostimulan (Kim et al. 2007). Pati secara signifikan meningkatkan

fagositosis dari makrofag dan menghasilkan NO, H2O2, TNF-, dan PGE2 dengan

menginduksi inducible nitric oxide synthase (iNOS) dan siklooksigenase-2 (Kim

et al. 2007). Oleh karena itu tingginya kadar pati menyebabkan peningkatan

aktivitas siklooksigenase-2, sehingga aktivitas penghambatan ekstrak temulawak

terhadap siklooksigenase-2 menurun.

Kadar pati yang tinggi akan menghasilkan kadar fenolik yang rendah. Pati

merupakan metabolit primer yang berperan dalam metabolisme tanaman,

sementara komponen fenolik merupakan metabolit sekunder yang memiliki fungsi

khusus ekologi. Arah sintesis metabolit tumbuhan yang dihasilkan pada tanaman

bergantung pada kondisi tumbuhan itu sendiri. Tumbuhan muda akan lebih

banyak mensintesis metabolit primer yang digunakan untuk pertumbuhan

tumbuhan. Sementara ketika tumbuhan dalam keadaan tercekam atau kebutuhan

metabolit primer sudah terpenuhi maka tumbuhan akan lebih banyak mensintesis

metabolit sekunder (Heldt 2005). Oleh karena itu kadar pati berbanding terbalik

dengan kadar fenolik.

Menurut Surveswaran et al. (2007) senyawa bioaktif utama yang

terkandung dalam temulawak adalah kurkuminoid dan minyak esensial

(xanthorrhizol). Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik yang berasal dari

Page 23: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

13

turunan asam ferulat, yang mengandung 2 molekul asam ferulat yang

dihubungkan dengan metilen dan struktur -diketon (Huang et al. 2010).

Tingginya kadar fenolik menunjukkan kadar kurkuminoid yang tinggi, sehingga

meningkatkan aktivitas penghambatan siklooksigenasase-2, sementara tingginya

kadar pati akan menurunkan aktivitas penghambatan siklooksigenase-2.

SIMPULAN

Temulawak aksesi Sukabumi memiliki aktivitas penghambatan terhadap

siklooksigenase-2 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan temulawak varietas

Cursina dengan nilai penghambatan sebesar 55.35%. Komponen temulawak yang

berperan sebagai antiinflamasi adalah komponen fenolik, sementara pati akan

mengurangi aktivitas temulawak sebagai antiinflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

Adzkiya MAZ. 2006. Pola akumulasi kurkuminoid rimpang induk temulawak

(Curcuma xanthorrhiza Roxb) pada berbagai masa tanam dan perlakuan

budidaya tanam. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Afifah E, Tim Lentera. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang

Penyembuh Aneka Penyakit. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Anand V et al. 2012. ‘Curcumin’ a therapeutic approach: a review [ulas balik].

Spatula DD 2(2):117-125.

Ambarsari L, Waras N, Latifah KD, Min R, Lina S, Eka IKP. 2011. Laporan

Akhir Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Unggulan Nasional: Potensi

nanokurkuminoid berbasis bahan baku terstandar secara genetik dan

metabolit untuk meningkatkan nilai tambah biodiversitas lokal demi

kemandirian bangsa. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana

Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fotofarmaka.

Jakarta (ID): BPOM RI.

Boudet AM. 2007. Evolution and current status of research in phenolic

compounds [ulas balik]. Photochemistry 68:2722-2735.

Cahyono B, Muhammad DKH, Leenawaty L. 2011. Pengaruh proses pengeringan

rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) terhadap kandungan dan

komposisi kurkuminoid. Reaktor 13(3):165-171.

Daryanani CP. 2006. Efek anti-inflamasi rimpang temulawak (Curcumae

rhizoma) terhadap dermatitis alergika dengan hewan coba mencit [tesis].

Jakarta (ID): Universitas Kristen Maranatha.

Dong L, Alex JV, Narayan PS, brice JJ, Michael GM, William LS. 2011. Human

Page 24: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

14

cyclooxygenase-2 is a sequence homodimer that functions as a

conformational heterodimer. J. Biol. Chem. 286 (21):19035-19046.

Fardiaz D. 1989. Analisa Pangan. Bogor (ID): PAU Pangan dan Gizi, Institut

Pertanian Bogor.

Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry.3rd

Ed. London (GB): Elsevier.

Huang WY, Yi ZC, Yanbo Z. 2010. Natural phenolic level from medicinal herbs

and dietary plants: potential use for cancer prevention. Nutr. Cancer

62(1):1-20.

Hertiani T, Sylvia UTP, Irami DKI, Dian A, Budi P. 2011. Effect of Indonesian

medicinal plants essential oils on Streptococcus mutans biofilm.

Indonesian J.Pharm 22(3):174-181.

Karima NA. 2012. Pengaruh ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) terhadap kadar HDL (high density lipoprotein) pada

tikus putih hiperlipidemia [tesis]. Surakarta (ID): Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kasiran. 2008. Peningkatan penyedian bahan baku obat alami bersumber dari

temulawak: penelitian produksi temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb)

melalui penggunaan ukuran bibit yang berbeda. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan 11(3):270-275.

Kearney PM, Colin B, Jon G, Heather H, Jonathan RE, Carlo P. 2006. Do

selective cyclo-oxygenase-2 inhibitors and traditional non-steroidal anti-

inflammatory drugs increase the risk of artherotrombosis? Meta-analysis

of randomised trials. BMJ 332:1302-1309.

Kim AJ, Yeon OK, Jae SS, Jae KH. 2007. Immunostimulating activity of crude

polysaccaride extract isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb. Biosci.

Biotechnol. Biochem 71(6):1428-1438.

Kristina NN, Nurliani B, Mono R, Irenga D, Susi P, Wawan L, Totong S,

Suryatna, Hendra, Ramdhan. 2010. Laporan Teknis Penelitian Tahun

Anggaran 2010 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik: Evaluasi 15

aksesi temulawak berdasarkan indikator geografis untuk meningkatkan

produksi >20%. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Latif HAA, Sawsan SM, Gihan FA, Marwa E. 2012. Pharmacological study of the

effect of curcumin, diclofenac sodium alone and in combination against

hepatotoxicity-induced experimentally in rats. Spatula DD 2(2): 95-100.

Lawrence T, Derek AW, Derek WG. 2002. Anti-inflammatory lipid mediators and

insight into the resolution of inflamation [ulas balik]. Nature 2:787-795.

Moreno J, Rafael P. 2012. Enological Chemistry. Oxford (GB): Academic Press.

Mujahid R, Awal PKD, Nita S. 2012. Maserasi sebagai alternatif ekstraksi pada

penetapan kadar kurkuminoid simplisia temulawak (Curcuma xanthorriza

Roxb). Tawangmangu (ID): Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat

Tradisional Tawangmangu.

Nurcholis W. 2008. Profil senyawa penciri dan bioaktivitas tanaman temulawak

pada agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nurcholis W, Bambang PP, Edy DP, Takeshi K, Toshisada S. 2012. Antioxidant,

cytotoxic activities and total phenolic content of four Indonesian medicinal

plants. Valensi 2(4):501-510.

Paryanto I, Bambang S. 2006. Ekstraksi kurkuminoid dari temulawak (Curcuma

xanthorriza Roxb.) secara perkolasi dengan pelarut etanol. JIFI 4(2):74-77.

Page 25: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

15

Patimah R. 2010. Efek antiinflamasi infusa rimpang temu putih (Curcuma

zedoaria (Berg) Rosacea) pada tikus putih jantan [skripsi]. Surakarta (ID):

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Qader SW, Mahmood AA, Lee SC, Nigar N, Mazatulikhma MZ, Salehhuddin H.

2011. Antioxidant, total phenolic content and cytotoxicity evaluation of

selected Malaysian plants. Molecules 16:3433-3443.

Rahardjo M. 2010. Penerapan SOP budidaya untuk mendukung temulawak

sebagai bahan baku obat potensial. Prespektif 9(2):78-93.

Rahardjo M, Nur A. 2007. Pengaruh pemupukan organik terhadap produksi dan

mutu tiga nomor harapan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) di

Cibinong Bogor. Bul. Littro. XVIII(1):29-38.

Ray WA, Michael S, Kathi H, James RD, Marie RG. 2002. Non-steroidal anti-

inflammatory drugs and risk of serious coronary heart disease: an

observational cohort study. Lancet 359:118-123.

Roura E, Cristina AL, Ramon E, Rosa ML. 2006. Total polyphenol intake

estimated by a modified folin-ciocalteu assay of urine. Clin.

Chem.52(4):749-752.

Rosiyani L. 2010. Evaluasi perubahan metabolit pada tanaman temulawak dengan

waktu tanam berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana R. 2006. Temulawak: Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Said A. 2007. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta (ID): Sinar Wadja Lestari.

Sari DLN, Bambang C, Andri CK. 2013. Pengaruh jenis pelarut pada ekstraksi

kurkuminoid dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

Chem. Info 1(1):101-107.

Sari NPK. 2012. Bioaktivitas antioksidan dan antiinflamasi in vitro serta

kandungan kurkuminoid temulawak dan kunyit asal Sukabumi [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

em iring , Ma’mun, di IG. 2006. Pengaruh kehalusan ahan dan lama

ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak. Bul. Littro XVII(2):53-58.

Septiana AT, Hidayah D, Deddy M, Fransiska Z. 2006. Penghambatan oksidasi

LDL dan akumulasi kolesterol pada makrofag oleh ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan

17(3):221-226.

Siddiqui AM, Xiaoxuan C, Rongqian W, Weifeng D, Mian Z, Maowen H, Hank

SH, Ping W. The anti-inflammatory effect of curcumin in an experimental

model of sepsis in mediated by up-regulation of peroxisome proliferator

activated receptor-[gamma]. Crit. Care Med. 34(7):1874-1882.

Simmons DL, Regina MB, Timothy HLA. 2004. Cyclooxygenase isoenzyme: the

biology of prostaglandin synthesis and inhibition [ulas balik]. Pharmacol

Rev. 56:387-347.

Singleton VL, Joseph AR. 1965. Colorimetry of total phenolics with

phosphomolybdic-phosphotungstic acid reagents. Am. J. Enol. Victic

16(3):144-158.

Smith et al. 2000. Oxford Dictionary of : Biochemistry and Molecular Biology.

New York (US): Oxford University Press Inc.

Stalikas CD. 2007. Extraction, separation, and detection methods for phenolic

acids and flavonoids [ulas balik]. J. Sep. Sci. 30:3268-3295.

Page 26: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

16

Süleyman H, Berna D, Yalçin K. 2007. Anti-inflammatory and side effects of

cyclooxygenase inhibitors [ulas balik]. Pharmacological Report 59:247-

258.

Sufiriyanto, Mohandas I. 2007. Efektivitas pemberian ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorrhiza) dan temulawak (Curcuma domestica) dan sebagai

immunostimulator flu burung pada ayam niaga pedaging. Anim. Prod.

9(3):178-183.

Surveswaran S, Yi-Zhong C, Harold C, Mei S. 2007. Systematic evaluation of

natural phenolic antioxidant from 133 Indian medicinal plants. Food Chem.

102:938-953.

Zhang F, Nasser KA, Juan RM, Kotha S, Andrew JD. Curcumin inhibits

cyclooxygenase-2 transcription in bile acid- and phorbol ester-treated

human gastrointestinal epithelial cells. Carcin. 20(3):445-451.

Page 27: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rendemen Ekstrak Rimpang Temulawak

Sampel Bobot

sample (g)

Bobot

ekstrak (g)

Rendemen

(%)

Rata Rata

(%)

St.

Dev.

Sukabumi 1 20 3.05 15.23

16.71 1.17 Sukabumi 2 20 3.45 17.24

Sukabumi 3 20 3.53 17.65

Cursina 1 20 2.28 11.38

12.59 1.30 Cursina 2 20 2.74 13.71

Cursina 3 20 2.53 12.66

Lampiran 2 Kadar Air Simplisia Temulawak

Sampel Kadar Padatan

(%)

Kadar air

(%)

Rata-rata kadar air

(%)

St.

Dev.

Sukabumi 1 80.74 19.26

16.14 4.88 Sukabumi 2 89.49 10.51

Sukabumi 3 81.35 18.65

Cursina 1 82.31 17.69

20.44 3.59 Cursina 2 80.88 19.12

Cursina 3 75.50 24.50

Lampiran 3 Kadar Pati Rimpang Temulawak

Sampel vblk -

Vsampel

Bobot

sampel

(mg)

kadar

padatan

(%)

bobot sampel

terkoreksi

(mg)

kadar

pati

(%)

rata-

rata

(%)

St.

Dev

Sukabumi 1 0.9 3003.8 80.74 2425.27 20.70

18.66 6.47 Sukabumi 2 1.15 3003.8 89.49 2688.10 23.86

Sukabumi 3 0.5 3003.8 81.35 2443.59 11.41

Cursina 1 0.95 3003.8 82.31 2472.43 21.43

23.05 3.49 Cursina 2 0.9 3003.8 80.88 2429.47 20.66

Cursina 3 1.1 3003.8 75.5 2267.87 27.05

Contoh perhitungan

Bobot terkoreksi = o ot kadar padatan

Bobot terkoreksi = 3003.8 0.8074 =2425.27 mg

% glukosa = ( . lanko- .sampel) N Na2 2O3 glukosa .filtrat

mg contoh ×100%

% glukosa = ( ) 0.0681 90 100 0.91

2425.27

Page 28: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

18

Lampiran 4 Kadar Fenolik Ekstrak Rimpang Temulawak

Sampel A Rataan

[A]

[fenolik]

ppm

[fenolik]

ppm

Rata-rata

mg/g

Rataan

mg/g

St.

Dev

Suka-

bumi 1

0.119

0.124

13.48

14.022 66.14

81.16 19.6

8

0.123 13.91

0.130 14.67

Suka-

bumi 2

0.167 0.186

18.64 20.688 103.44

0.205 22.73

Suka-

bumi 3

0.134

0.139

15.10

15.670 73.92 0.141 15.85

0.143 16.06

cursina 1

0.130

0.124

14.67

13.986 65.97

65.01 1.66

0.118 13.38

0.123 13.91

cursina 2

0.130

0.124

14.67

13.986 65.97 0.118 13.38

0.123 13.91

cursina 3

0.121

0.118

13.70

13.376 63.10 0.119 13.48

0.114 12.95

Kurva Standar Asam Tanat

Contoh perhitungan penentuan kadar fenolik

y = 0.0093x-0.0064

0.124 = 0.0093x 0.0064

x =0.124 0.0064

0.0093 =14.021505 ppm

adar fenolik = ppm ol (L)

massa sampel (g)

Kadar fenolik = 14.0215 0.025 0.0053 g

= 66.14 mg g

y = 0.0093x - 0.0064

R² = 0.9998

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0 50 100 150

Ab

sorb

an

si

(A)

[sampel] ppm

Page 29: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

19

Lampiran 5 Aktivitas inhibisi terhadap COX-2

Abs terkoreksi b %b/b0 [PG] []xfp [pg]-BC %inhb

cursina 1 0.45 0.46 75.28 518.81 1037626.8 1035000 5.96

cursina 3 0.49 0.50 81.96 449.82 899630.252 897003.7 18.50

cursina 2 0.26 0.24 42.54 791.17 1582345.5 1575191 27.64

ciemas 1 0.21 0.19 34.71 1033.33 2066652.44 2059498 5.39

ciemas 2 0.25 0.23 41.55 818.34 1636679.72 1629525 25.14

ciemas 3 0.52 0.50 89.21 160.87 321738.759 314584.3 85.55

diklofenak 0.44 0.42 75.90 253.37 506732.89 499578.4 77.05

Kurva Standar Prostaglandin

A. Cursina ul 1 dan ul 3, B. Cursina ul 2, Aksesi Sukabumi, Diklofenak

Cara perhitungan penentuan % inhibisi

% 0⁄ =

( sampel lk) ( N lk)

( 0 lk) ( N lk) 100%

% 0⁄ =

(0.567 0.115) (0.112 0.115)

( 0.115) (0.112 0.115) 100%

[PG] y = 46.78 ln(x) 367.73

75.28 = 46.78 ln(x) 367.73 x = 518.8134

%inhi isi = (([PG]I fp) ([PG] c fp)) ([PG]sampel fp) ([PG] c fp)

([PG]I fp) ([PG] c fp) 100%

%inhi isi = ((551.63 2000) (26.26 100)) (518.81 2000) (26.26 100)

(551.63 2000) (26.26 100) 100%

%inhi isi = 5.96%

Keterangan

Blk : Blanko BC2 : background COX-2

NSB : non specific binding % :100% initial activity

B0 : maximum binding H : sampel

S1-S8 : standar TA : Aktivitas total

y = -46.78ln(x) + 367.73

R² = 0.9564

0

50

100

150

200

250

300

0 1000 2000 3000

% B

/B0

[Prostaglandin] (pg/mL)

y = -29.3ln(x) + 238.07

R² = 0.9959

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 500 1000 1500 2000 2500

% B

/B0

[Prostaglandin] (pg/mL)

A B

Page 30: AKTIVITAS INHIBISI TERHADAP SIKLOOKSIGENASE, KADAR … · diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ... berhubungan

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blitar, 25 Oktober 1991 dari ayah Setyo Budi Utomo

dan Ibu Sri Muntiah. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Bogor tahun 2009.

Pada tahun yang sama, penulis meneruskan pendidikan di Departemen Biokimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kampus sebagai

bendahara umum BEM Tingkat Persiapan Bersama tahun 2009-2010, Staff

Human and Resource Development Forum Komunikasi Muslim Alumni Ar-

Roja’a 2009-2010, Bendahara II BEM FMIPA IPB 2010-2011, Ketua Dewan

Keluarga Alumni PMR SMAN 5 Bogor 2011-2012, dan Sekretaris Umum

Himpunan Profesi Community of Research and Education in Biochemistry

(CREBs) 2011-2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biokimia

Umum tahun ajaran 2012-2013 dan aktif sebagai staf pengajar Mom and Me

Home Schooling. Selain itu, pada bulan Juli-Agustus 2012 penulis melakukan

praktik lapang di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(P2B-LIPI) Cibinong dengan judul Isolasi Senyawa Utama Ekstrak Metanol Kulit

Batang Bulobangkal (Nauclea junghuhnii Merr.).