AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA...

download AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL, GLIKOGEN HATI DAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI ALOKSAN

of 125

Transcript of AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA...

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    1/125

    i

    i

    AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquil lari a microcarpa  

    Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL, GLIKOGEN

    HATI DAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH YANG

    DIINDUKSI ALOKSAN 

    SKRIPSI

    untuk memenuhi persyaratandalam menyelesaikan program sarjana Strata –  1 Farmasi

    Oleh :

    Ranty Rirung Andrunganyan

    NIM. J1E111030

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BANJARBARU

    AGUSTUS 2015

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    2/125

    ii

    ii

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    3/125

    iii

    iii

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    4/125

    iv

    iv

    ABSTRAK  

    AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU ( Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL, GLIKOGEN HATI

    DAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI

    ALOKSAN

    (Ranty Rirung Andrunganyan; Pembimbing : Nurlely, Fadlilaturrahmah; 2015; 68

    halaman)

    Daun gaharu ( Aquilaria microcarpa  Baill.) secara empiris digunakan sebagai

     penurun kadar glukosa darah.  Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh

     pemberian ekstrak etanol daun gaharu (EEDG) terhadap penurunan kadar glukosa

    darah pada tes toleransi glukosa oral (TTGO), peningkatan glikogen hati dan peningkatan jumlah pulau langerhans tikus yang dibuat diabetes serta menentukan

    dosis efektif dari EEDG. Penelitian menggunakan 24 ekor tikus jantan galur Wistar,

    dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, kontrol

     positif (glibenklamid 5 mg/kgBB), serta kelompok EEDG dengan dosis 50, 100 dan

    200 mg/kgBB. Semua kelompok kecuali kelompok normal diinduksi aloksan 150

    mg/kgBB, sedangkan kelompok normal diinduksi NaCl 0,9%. Hari ke-3 setelah

    induksi diperiksa kadar glukosa darah pada hewan uji. Perlakuan dilakukan selama

    28 hari setelah pemeriksaan gula darah paska induksi. Hari ke-23 seluruh kelompok

    dilakukan TTGO dengan memberikan glukosa 2 g/kgBB. Hari ke-28 dilakukan

     pengambilan organ pankreas dan hati melalui pembedahan. Organ hati dianalisis

    dengan spektrofotometri UV-Vis untuk melihat kadar glikogennya dan pada organ pankreas dihitung jumlah pulau langerhans. Hasil penelitian menunjukkan EEDG

    mampu menurunkan kadar glukosa darah pada TTGO, meningkatkan kadar glikogen

    hati, dan meningkatkan jumlah pulau Langerhans. Oleh karena itu dapat dinyatakan

     bahwa dosis EEDG yang efektif adalah 50 mg/kgBB.

    Kata kunci :  Aquilaria microcarpa  Baill., Aloksan, TTGO, Glikogen hati, Jumlah

    Pulau Langerhans.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    5/125

    v

    v

    ABSTRACT

    THE ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT OF AGARWOOD LEAF (Aquilariamicrocarpa Baill.) TO ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST, LIVER GLYCOGEN

     AND PANCREAS HISTOPHATOLOGY OF WHITE MICE INDUCTED WITH

     ALLOXAN

    (Ranty Rirung Andrunganyan; Advisors: Nurlely, Fadlilaturrahmah; 2015; 68

     pages)

     Agarwood leaves  (Aquilaria microcarpa Baill.) empirically used as a reducer of

    blood glucose level. This study aimed to identify the effect of ethanol extract of

    agarwood leaf (EEAL) giving to the reducing of blood glucose level on tolerance test

    of oral glucose, the increasing of liver glycogen, as will as number of islet of the pancreas diabetic rats and to determine the effective dose of EEAL. This study used

    24 male Wistar mice, divided into 6 groups: normal control, negative control,

     positive control (glibenclamide 5 mg/kgBB), group of EEAL (doses of 50, 100, and

    200 mg/kgBB). All groups except normal group induced with alloxan 150 mg / kg,

    while the normal group induced with 0.9% NaCl. The third day after the induction

    blood glucose level was examined in the tested animals. Treatment was carried out

    during the 28 days after the post-induction checks of blood glucose. On the twenty-

    third day the entire group performed oral glucose tolerance test by giving glucose 2

     g / kg. On the twenty-eighth day it was done the taking of pancreas and liver organ

    through surgery. The liver was analyzed with UV-Vis spectrophotometry to see its

     glycogen level and in pancreas organ it was calculated the number of islet of the

     pancreas. The study result showed that EEAL was able to reduce blood glucose level

    on oral glucose tolerance test, increase glycogen level of liver, and increase number

    of islet of the pancreas. Therefore, it can be stated that the effective dose of EEAL is

    50 mg/kgBB.

     Keywords: Aquilaria microcarpa  Baill. , alloxan, OGTT, Liver glycogen, Number of

    islet

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    6/125

    vi

    vi

    PRAKATA

    Puji dan syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang

    Maha Esa atas segala anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

    yang berjudul “Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Gaharu ( Aquillaria microcarpa Baill.)

    Terhadap Tes Toleransi Glukosa Oral, Glikogen Hati dan Histopatologi Pankreas

    Tikus Putih yang Diinduksi Aloksan”.

    Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih atas segala bantuan

    dan dukungan kepada:

    1.  Kedua orangtua yang tidak henti-hentinya memberikan nasehat, motivasi,dukungan moril dan materil baik dalam proses perkuliahan ataupun dalam proses

     penyelesaian skripsi.

    2.  Ibu Nurlely, S. Farm., M.Sc (Pharm)., Apt. selaku dosen pembimbing utama dan

    Ibu Fadlilaturrahmah, S. Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing

     pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi

    selama penulisan proposal hingga skripsi.

    3.  Ibu Difa Intannia, S.Farm., M.Farm-Klin., Apt., Ibu Destria Indah Sari, M.Farm.,

    Apt dan Bapak Muhammad Ikhwan Rizki, S.Farm, M.Sc., Apt., selaku tim

     penguji. Terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang telah diberikan selama

     penulisan proposal hingga skripsi.

    4.  Ibu Nani Kartinah, S.Farm., M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing akademik

    yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi selama proses

     perkuliahan yang sudah dijalani.

    5.  Dwi Juni Saputra yang selalu mendampingi, memberi semangat dan motivasi

    selama proses penyelesaian skripsi.

    6.  Teman-teman angkatan 2011, khususnya Cha-cha, Nada, Nisa, Tiara, Windi dan

    Yuni yang mendukung, menemani selama perkuliahan dan proses penyelesaian

    skripsi.

    7.  Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu baik secara langsung

    maupun tidak langsung ikut membantu jalannya penyusunan skripsi ini. Penulis

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    7/125

    vii

    vii

    menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis

     berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

    Banjarbaru, Agustus 2015

    Penulis 

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    8/125

    viii

    viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................

    PERNYATAAN ........................................................................................

    ABSTRAK ................................................................................................

    ABSTRACT ..............................................................................................

    PRAKATA ................................................................................................

    DAFTAR ISI .............................................................................................

    DAFTAR TABEL .....................................................................................

    DAFTAR GRAFIK ...................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang .............................................................................

    1.2. Perumusan Masalah ......................................................................

    1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gaharu ...........................................................................................

    2.1.1 Morfologi .............................................................................

    2.1.2 Kandungan Kimia ................................................................

    2.1.3 Kegunaan Tumbuhan Gaharu ..............................................

    2.2 Diabetes Melitus ............................................................................

    2.3 Ekstraksi ........................................................................................

    2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ...................................................

    2.5 Spektro UV-Vis .............................................................................

    2.6 Aloksan ..........................................................................................

    2.7 Parameter .......................................................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    xi

    xii

    xiii

    1

    1

    2

    33

    4

    4

    4

    5

    5

    5

    9

    10

    11

    12

    13

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    9/125

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    10/125

    x

    x

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengolahan Elstrak ........................................................................

    4.1.1 Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi ........................................

    4.1.2 Ekstraksi ...............................................................................

    4.2 Uji Kandungan Senyawa pada Ekstrak ..........................................

    4.2.1 Pengujian Skrining Fitokimia ...............................................

    4.2.2 Analisis Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun Gaharu

    dengan Kromatografi Lapis Tipis .........................................

    4.3 Perlakuan Hewan Uji .....................................................................

    4.3.1 Uji Pendahuluan Dosis Aloksan ...........................................

    4.3.2 Uji Pendahuluan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Gaharu ...

    4.3.3 Pengujian Aktivitas ..............................................................

    4.3.4 Tes Toleransi Glukosa Oral ...............................................

    4.5.5 Glikogen Hati .......................................................................

    4.3.6 Histopatologi Pankreas .........................................................

    BAB V. PENUTUP

    5.1  Kesimpulan ................................................................................

    5.2  Saran ..........................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    28

    28

    28

    29

    30

    30

    36

    38

    38

    39

    40

    41

    47

    52

    58

    58

    58

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    11/125

    xi

    xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.  Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral ...............................................

    2.  Perlakuan Orientasi Dosis Aloksan  ......................................................

    3.  Perlakuan Orientasi Dosis Pemberian ekstrak Gaharu .........................

    4.  Hasil Pengujian Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gaharu ...... 

    5.  Hasil Analisis Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun Gaharudengan Kromatografi Lapis Tipis Dengan Reaksi Penyemprot ...........

    6.  Hasil Uji Pendahuluan Dosis Aloksan  .................................................

    7.  Uji Pendahuluan Dosis Pemberian Ekstrak Daun Gaharu ...................

    8

    21

    22

    31

    36

    38

    49

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    12/125

    xii

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.  Tumbuhan Gaharu ( Aquilaria microcarpa Baill.)  ................................

    2.  Perbedaan Diabetes melitus tipe I dan Tipe II  ......................................

    3.  Struktur Aloksan  ...................................................................................

    4.  Preparat Pankreas  .................................................................................

    5.  Skema Pengujian Aktivitas Antidiabetes .............................................

    6.  Reaksi Uji Mayer ..................................................................................

    7.  Reaksi Uji Dragendorff ........................................................................

    8.  Reaksi Terpenoid dengan Pereaksi Lieberman-Burchard .................... 

    9.  Reaksi Tanin dan Gelatin .....................................................................

    10. Reaksi Flavonoid dengan NaOH  ..........................................................

    11. Reaksi Fenol dengan FeCl3  ..................................................................

    12. Reaksi Antara Polifenol dengan Pereaksi FeCl3 ...................................  

    13. Grafik Tes Toleransi Glukosa Oral ....................................................... 

    14. Grafik Rata-rata Total AUC Tiap Kelompok Perlakuan ......................  

    15.  Grafik pembacaan panjang gelombang Larutan Standar ( Bovine liver glycogen) yang Direaksikan dengan PHESUL (Phenol dan Asam

    Sulfat Pekat) ..........................................................................................

    16.  Grafik Kurva Operating Time  Larutan Standar ( Bovine liver glycogen) yang Direaksikan dengan PHESUL (Phenol dan Asam

    Sulfat Pekat) .........................................................................................

    17.  Grafik Kurva Standar ( Bovine liver glycogen) yang Direaksikandengan PHESUL (Phenol dan Asam Sulfat Pekat) ..............................

    18.  Grafik Rata-rata Kadar Glikogen Hati pada Tiap Kelompok

     perlakuan ...............................................................................................

    19.  Grafik Rata-rata Jumlah pulau langerhans pada Tiap Kelompok

     perlakuan ...............................................................................................

    20.  Gambar preparat pankreas masing-masing kelompok ........................

    4

    7

    12

    14

    23

    32

    32

    33

    34

    35

    36

    38

    43

    45

    48

    49

    50

    51

    54

    57

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    13/125

    xiii

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1.  Surat determinasi 

    2.  Form Ethical clearance

    3.  Sertifikat aloksan

    4.  Sertifikat hewan uji 

    5.  Proses ekstraksi daun gaharu 

    6.  Perhitungan rendemen ekstrak etanol daun gaharu 

    7.  Hasil pegujian skrining fitokimia ekstrak etanol daun gaharu 

    8.  Hasil analisi kualitatif senyawa ekstrak daun gaharu dengan kromatografi

    lapis tipis dengan reaksi penyemprot 

    9.  Hasil orientasi dosis aloksan 

    10.  Hasil orientasi dosis ekstrak  

    11.  Pembuatan larutan pnginduksi 

    12.  Pembuatan larutan stok ektrak kering daun gaharu 13.  Skema pengujian aktivitas antidiabet 

    14.  Dokumentasi uji aktivitas antidiabet 

    15.  Pengamatan kadar glkosa darah pada TTGO 

    16.  Hasil rata-rata ± SEM kadar glukosa daah pada TTGO 

    17.  Persentase kadar glukosa darah pada TTGO 

    18.  Hasil persentase rata-rata ± SEM kadar glukosa daah pada TTGO 

    19.  AUC tiap kelompok  

    20.  Hasil AUC total (rata-rata ± SEM) tiap kelompok  

    21.  Contoh Perhitugan persentase kadar glukosa darah 

    22.  Analisis statistik data rata-rata AUC total pada TTGO 

    23.  Hasil uj post hoc LSD kadar glukosa darah TTGO pada tiap kelompok

     perlakuan 

    24.  Dokumentasi pembacaan glikogen hati 

    25.  Hasil absorbansi pembacaan panjang gelombang 

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    14/125

    xiv

    xiv

    26.  Hasil absorbansi operating time

    27.  Hasil absorbansi penetapan kurva standar  

    28.  Hasil uji regresi kurva standar  

    29.  Hasil absorbansi sampel hati tikus 

    30.  Hasil kadar glikogen tikus (μ/mg) Mean ± SEM setiap kelompok  

    31.  Contoh perhitungan penetapan kadar glikogen hati 

    32.  Analisis statistik data kadar glikogen hati 

    33.  Hasil uji  Mann-Whitney  kadar glikogen hati terhadap tiap kelompok

     perlakuan 

    34.  Dokumentasi pembuatan preparat pankreas 

    35.  Hasil pembacaan jumlah pulau langerhas

    36.  Hasil pembacaan jumlah pulau langehans (Mean ± SEM) pada setiap

    kelompok  

    37.  Analisis statistik data jumlah pulau langerhans pada pankreas  

    38.  Hasil uji  Mann-Whitney  jumlah pulau langerhans terhadap tiap kelompok

     perlak 

     

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    15/125

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit kelainan metabolik

    kronis secara serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan yang

    ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Diabetes melitus dapat

    disebabkan karena menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pada

     pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas (Reinauer et al. 2002). Berdasarkan data

    dari  International Diabetes Federation  (IDF) Diabetes Atlas, Indonesia termasuk

    dalam daftar 10 negara dengan penderita diabetes terbanyak. Di Indonesia pada

    tahun 2013 ada sebanyak 8,5 juta penduduk yang mengalami diabetes dan

    diperkirakan pada tahun 2035 akan terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes

    menjadi 14,1 juta penduduk Indonesia (IDF, 2013). Terapi diabetes melitus dapat

    dilakukan dengan terapi tanpa obat berupa diet, olahraga teratur dan penurunan berat

     badan merupakan komponen penting dari pengobatan diabetes melitus. Apabila

     penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasilmengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah

     berikutnya berupa penatalaksanaan terapi dengan obat, baik dalam bentuk terapi obat

    hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya (Depkes RI, 2005).

    Penggunaan obat herbal sebagai terapi alternatif beberapa penyakit semakin

     berkembang luas dan populer. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai

    terapi alternatif untuk penurun kadar glukosa dalam darah adalah daun gaharu. Daun

    tanaman gaharu ( Aquilaria microcarpa  Baill.) secara empiris digunakan sebagai

     penurun kadar glukosa darah oleh masyarakat Tamiang Layang, dimana daun gaharu

    tersebut diseduh dengan air hangat dan diminum. Dari hasil penelitian Prankhon et al  

    (2011) daun gaharu dengan spesies berbeda yaitu  Aquilaria  sinensis  berpotensi

    sebagai agen antidiabetes, dimana dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dan

    meningkatkan penyerapan glukosa di jaringan adiposa. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh Mega & Swastini (2010) ekstrak metanol daun gaharu mengandung

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    16/125

    2

    2

    senyawa metabolit sekunder flavonoid, terpenoid dan senyawa fenol.

    Flavonoid merupakan agen antidiabetes yang bekerja dengan cara meningkatkan

     pemanfaatan glukosa pada jaringan perifer, menstimulasi sel beta pankreas untuk

    meningkatkan sekresi insulin dan bertindak sebagai inhibitor glukosidase (Jadhav &

    Puchchakayala, 2012). Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang

     banyak terdapat pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan, dimana

     berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gomathi et al  (2013) bahwa antioksidan

    yang terdapat dalam ekstrak Evolvulus alsinoides L. dapat membantu regenerasi dari

     pankreas pada tikus yang mengalami diabetes.

    Pengujian aktivitas penurun glukosa darah dapat diamati dari beberapa

     parameter yaitu kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral, glikogen hati dan

    histopatologi pankreas. Parameter ini diambil karena menggambarkan proses

     pengendalian kadar glukosa dalam darah. Pengamatan pada histopatologi pankreas

    dilakukan dengan menghitung jumlah pulau Langerhans, dimana menurut Adeyemi

    et al   (2010) kerusakan pada pankreas menyebabkan penurunan jumlah pulau

    Langerhans yang mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan meningkatnya kadar

    glukosa dalam darah. Kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral digunakan untukmengukur kemampuan tubuh dalam menggunakan gula jenis glukosa yang

    merupakan sumber utama energi tubuh (Islam et al , 2009). Kadar glikogen dalam

    hati digunakan untuk melihat penggunaan glukosa pada jaringan, dimana apabila

    kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemik) maka glukosa akan diubah dan

    disimpan sebagai glikogen atau lemak. Glikogenesis (produksi glikogen) akan

    menurunkan kadar glukosa darah dan proses ini distimulasi oleh insulin yang

    disekresi oleh pankreas (James et al , 2002).

    1.2.  Rumusan Masalah 

    Masalah yang timbul berkaitan dengan judul penelitian ini dan menarik untuk

    dipecahkan antara lain:

    (1)  Apakah ekstrak etanol daun gaharu memiliki aktivitas terhadap penurunan

    kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral, peningkatan kadar glikogen

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    17/125

    3

    3

    hati dan peningkatan jumlah pulau Langerhans pada histopatologi dari

     pankreas tikus putih jantan yang diinduksi aloksan?

    (2)  Berapa besar dosis pemberian ekstrak etanol daun gaharu yang dapat

    menurunkan kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral, meningkatkan

    kadar glikogen hati dan meningkatkan jumlah pulau Langerhans pada

    histopatologi dari pankreas tikus putih jantan yang diinduksi aloksan?

    1.3.  Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

    (1)  Membuktikan aktivitas ekstrak etanol daun gaharu terhadap penurunan kadar

    glukosa pada tes toleransi glukosa oral, peningkatan kadar glikogen hati dan

     peningkatan jumlah pulau Langerhans pada histopatologi dari pankreas tikus

     putih jantan yang diinduksi aloksan.

    (2)  Menentukan dosis pemberian ekstrak etanol daun gaharu yang dapat

    menurunkan kadar glukosa pada tes toleransi glukosa oral, meningkatkan

    kadar glikogen hati dan meningkatkan jumlah pulau Langerhans pada

    histopatologi dari pankreas tikus putih jantan yang diinduksi aloksan.

    1.4.  Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah data penelitian dalam usaha

     pemanfaatan tumbuhan gaharu sebagai salah satu bahan alam untuk penurun kadar

    glukosa darah pada manusia.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    18/125

    4

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Gaharu 

    3.5.1  Morfologi 

    Daun, bunga dan buah tanaman gaharu mempunyai ciri yaitu; daun lonjong

    memanjang dengan panjang 5 – 8 cm, lebar 3 – 4 cm, berujung runcing, dan berwarna

    hijau mengkilat. Bunga berada di ujung ranting atau ketiak atas dan bawah daun.

    Buah berada dalam polong berbentuk bulat telur atau lonjong, berukuran panjang

    sekitar 5 cm dan lebar 3 cm (Sumarna, 2002). Tumbuhan gaharu dapat dilihat pada

    gambar 1. Menurut Tarigan (2004) secara taksonomi tanaman gaharu dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Sub kelas : Dialypetale

    Ordo : MyrtalesBangsa : Thymeleaceae

    Genus : Aquilaria 

    Species : Aquilaria microcarpa Baill.

    (a) (b)

    Gambar 1. Tumbuhan Gaharu ( Aquilaria microcarpa Baill.) (a) batang pohon; (b) daun

    (koleksi pribadi)

     

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    19/125

    5

    5

    2.1.2 Kandungan Kimia

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mega & Swastini (2010)

    menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun gaharu (Gyrinops versteegii)

    mengandung metabolit sekunder seperti senyawa fenol, flavonoid dan terpenoid

    Ketiga senyawa metabolit sekunder tersebut diketahui mempunyai sifat sebagai

    senyawa antioksidan atau sebagai agen antikanker. Menurut hasil penelitian yang

    telah dilakukan Santosa et al  (2013) yang menyatakan bahwa golongan senyawa dari

    ekstrak metanol daun gaharu mengandung senyawa triterpen yang mempunyai gugus

    fungsi seperti -OH, CH alifatik, C=O, dan C=C alifatik .

    2.1.3 Kegunaan Tumbuhan Gaharu

    Gaharu mempunyai banyak khasiat seperti anti asmatik, obat sakit perut,

    kanker, hepatitis, sirosis dan sebagainya (Santosa et al , 2013). Secara tradisional

    tanaman gaharu dipergunakan sebagai obat : penghilang stress, gangguan ginjal,

    hepatitis, sirosis, pembengkakan hati dan ginjal, bahan antibiotik untuk TBC,

    reumatik, kanker, malaria dan tukak lambung, anti asmatik, antimikroba, stimulant

    kerja syaraf, sakit perut, afrodisiak , penghilang rasa sakit, diare, ginjal, tumor dan

     paru-paru (Mega & Swastini, 2010).

    2.2  Diabetes Melitus 

    Kata diabetes berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti mengalir,

    sedangkan melitus berasal dari bahasa latin yang berarti madu atau manis (Fitriani,

    2011). Diabetes melitus  (DM) merupakan suatu kelainan metabolik kronis serius

    yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang atau suatu kondisi

    konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal

    (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif.

    (Subroto, 2006). Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah

    meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dL ke kadar sekitar 120-140 mg/dL

    dalam periode 30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa darah kemudian mulai

    menurun kembali ke kadar puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan (Marks et

    al , 2000). Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria

    (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan atau

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    20/125

    6

    6

    mudah lapar), penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu,

    kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat

    mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Depkes

    RI, 2005). Penyakit diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor

    diantaranya pola makan, obesitas, faktor genetik, bahan kimia dan obat-obatan, serta

    infeksi pada pankreas (Wijayakusuma, 2004).

    Menurut Subroto (2006) klasifikasi diabetes melitus adalah sebagai berikut:

    (1)  Diabetes melitus Tipe I (Diabetes Melitus tergantung Insulin)

    Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga kekurangan

    insulin absolut. Faktor keturunan juga merupakan salah satu penyebab. Penderita

    Diabetes melitus  Tipe I tergantung pada terapi insulin dan tidak dianjurkan

    mengonsumsi obat antidiabetik oral. Penderita Diabetes melitus  Tipe I tidak dapat

    disembuhkan dan tergantung pada injeksi insulin selama hidupnya.

    (2)  Diabetes melitus Tipe II (Diabetes Melitus tidak tergantung Insulin)

    Tipe ini disebabkan oleh gangguan sekresi insulin yang progresif karena

    resistensi insulin. Diabetes melitus Tipe II dipicu oleh pola hidup yang kurang sehat.

    (3)  Diabetes Melitus KehamilanDiabetes tipe ini hanya diderita oleh wanita selama kehamilannya dan

    umumnya akan kembali normal sesudah hamil. Walaupun demikian, beberapa kasus

    yang tidak terkontrol dapat berkembang lebih lanjut pasca-kelahiran. Penanganan

    yang kurang baik terhadap penderita akan berakibat buruk pada janin seperti

    kelainan bawaan, gangguan pernapasan pada bayi bahkan kematian janin.

    (4)  Diabetes melitus tipe lain

    Diabetes tipe ini disebabkan oleh keadaan atau sindrom tertentu seperti

     penyakit pankreas, penyakit hormonal, keadaan yang disebabkan oleh obat atau zat

    kimia, gangguan reseptor insulin, dan sindrom genetik tertentu.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    21/125

    7

    7

    Gambar 2. Perbedaan Diabetes melitus tipe I dan Tipe II (Baradero et al , 2005)

    Reaksi biokimia dalam tubuh selalu berubah untuk mengatur dan

    mempertahankan nilai kadar glukosa darah. Tujuan mengatur metabolisme

    karbohidrat adalah untuk mempertahankan homeostatis dan mengubah reaksi

     biokimia sesuai yang dibutuhkan oleh tubuh (Gropper et al , 2005). Kadar glukosa

    darah dipertahankan melalui dua reaksi utama, yaitu penambahan glukosa dari

    simpanan glukosa hati dan mengambil kelebihan glukosa untuk dibawa ke hati dan

    otot (Sizer & Whitney, 2006). Menurut Almatsier (2001) ada beberapa hormon yang

     berhubungan dengan pengaturan kadar glukosa darah, yaitu :

    (1)  Hormon insulin

    Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel beta pulau Langerhans pankreas. Hormon

    ini berfungsi menurunkan kadar glukosa darah. Mekanisme penurunan kadar glukosa

    darah oleh insulin meliputi peningkatan laju penggunaan glukosa melalui oksidasi,

    glikogenesis, dan lipogenesis. Efek lain yang ditimbulkan insulin adalah peningkatan

    difusi fasilitatif glukosa kedalam sel-sel otot dan sel lemak. Pengeluaran insulin

    dirangsang oleh hormon glukagon dan hormon-hormon saluran cerna.

    (2)  Hormon glukagon

    Hormon ini diproduksi oleh sel alfa pulau Langerhans pankreas dan

    mempunyai sifat kebalikan dari hormon insulin. Glukagon meningkatkan glukosa

    darah melalui peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    22/125

    8

    8

    (3)  Hormon epinefrin

    Hormon ini diproduksi oleh medula kelenjar adrenal dan mempunyai efek

    menaikan kadar glukosa darah melalui peningkatan glikogenolisis dan menurunkan

     pengeluaran insulin dari pankreas.

    (4)  Hormon Glukokortikoid

    Hormon ini diproduksi korteks adrenal yang berfungsi untuk menaikkan

    glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis.

    (5)  Hormon Tiroksin

    Peningkatan produksi hormon ini akan meningkatkan laju absorbsi heksosa

    dari usus kecil, glikogenolisis dan glukoneogenesis dalam hati.

    (6)  Hormon pertumbuhan

    Hormon ini meningkatkan pengambilan asam amino dan sintesis protein oleh

    semua sel sehingga menurunkan pengambilan glukosa sel dan meningkatkan

    mobilisasi lemak untuk energi.

    Berdasarkan Depkes RI (2005) penggolongan obat hipoglikemik oral dapat

    dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Penggolongan Obat Hipoglikemik OralPenggolongan Obat Hipoglikemik Oral

    Golongan  Contoh Senyawa Mekanisme Kerja

    Sulfonilurea Gliburida atau Glibenklamida

    Glipizida

    Glikazida

    Glimepirida

    Glikuidon

    Merangsang sekresi insulin di kelenjar

     pankreas, sehingga hanya efektif pada

     penderita diabetes yang sel-sel β

     pankreasnya masih berfungsi dengan baik.

    Meglitinida Repaglinid Merangsang sekresi insulin di

    kelenjar pankreas.

    Turunan

    fenilalanin

     Nateglinid Meningkatkan kecepatan sintesis insulin

    oleh pankreas.

    Biguanida Metformin Bekerja langsung pada hati (hepar),

    menurunkan produksi glukosa hati. Tidak

    merangsang sekresi insulin oleh kelenjar

     pankreas.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    23/125

    9

    9

    Lanjutan tabel 1. Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral

    Penggolongan Obat Hipoglikemik Oral

    Golongan Contoh Senyawa  Mekanisme Kerja 

    Tiazolidindion Rosiglitazon

    Troglitazon

    Pioglitazon

    Meningkatkan kepekaan tubuh

    terhadap insulin. Berikatan dengan PPARγ

    ( Peroxisome Proliferator Activated

     Receptor-gamma) di otot, jaringan lemak,

    dan hati untuk menurunkan resistensi

    insulin

    Inhibitor α-

    glukosidase

     Acarbose

    Miglitol

    Menghambat kerja enzim-enzim pencenaan

    yang mencerna karbohidrat, sehingga

    memperlambat absorpsi glukosa ke dalam

    darah.

    2.3  Ekstraksi

    Ekstraksi adalah proses penarikan komponen/zat aktif suatu simplisia dengan

    menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar

    dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut non polar (Robinson,

    1995). Parameter dasar yang mempengaruhi kualitas ekstrak

    yaitu, bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal, pelarut yang digunakan

    untuk ekstraksi dan prosedur ekstraksi. Variasi dalam metode ekstraksi yang

     berbeda yang akan mempengaruhi komposisi kuantitas dan metabolit sekunder dari

    ekstrak tergantung pada jenis ekstraksi, waktu ekstraksi, suhu, sifat pelarut,

    konsentrasi pelarut dan polaritas (Pandey & Tripathi, 2014).

    Berdasarkan Depkes RI (2000), ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat

    dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

    (1)  Cara dingin

    a.  Maserasi

    Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut

    dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan.

     b.  Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive

    extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    24/125

    10

    10

    terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap

     perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak).

    (2)  Cara Panas

    a.  Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

    selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya

     pendingin balik.

     b.  Soxhlet

    Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan

    dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

    relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

    c.  Infus

    Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati

    dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.

    2.4  Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    Kromatografi lapis tipis didasarkan pada distribusi fase cair-padat. Sebagai

    fase diam atau absorbennya berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang

    menempel pada permukaan kaca plastik, sedangkan sebagai fase gerak adalah eluen

    yang digunakan untuk membawa zat yang dianalisis bergerak melalui fase diam

     padat. Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam

    komponen sampel. Fase diam dalam KLT yang biasa digunakan sebagai pelapis plat

    adalah silika gel (siO2), selulosa, alumina (Al2O3) dan kieselgur (tanah diatom)

    (Gritter et al , 1991). Prinsip KLT adalah adanya adsorbsi dan partisi, yang

    ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia akan

     bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-

    komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan

    kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya. Hal inilah yang

    menyebabkan terjadinya pemisahan (Gandjar & Rohman, 2007). Pelarut sebagai fase

    gerak atau eluen merupakan faktor yang menentukan gerakan komponen-komponen

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    25/125

    11

    11

    dalam campuran. Pemilihan pelarut tergantung pada sifat kelarutan komponen

    tersebut terhadap pelarut yang digunakan (Sastrohamidjojo, 1992).

    2.5  Spektroskopi UV-Vis

    Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

    spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

     panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas yang

    ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

    mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,

    direflaksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihanspektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang sinar dapat

    lebih terseleksi. Hal ini karena sebelumnya sinar diurai dengan alat pengurai seperti

     prisma, kisi (grating) ataupun celah optik. Pada fotometer, sinar dengan panjang

    gelombang yang diinginkan diperoleh dengan menggunakan filter dari berbagai

    warna, yang mempunyai spesifikasi panjang gelombang tertentu. Pada fotometer

    filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,

    melainkan suatu trayek dengan panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada

    spektrofotometer panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh

    dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun

    dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung, dan monokromatis. Sel

     pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko

    ataupun pembanding (Prasetyo, 2006).

    Prinsip dasar spektrofotometri UV-Vis adalah analisis yang didasarkan pada

     pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada

     panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

    difraksi dengan detector fototube  (Setiono & Avriliana, 2013). Metode

    spektrofotometri UV-Vis banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa

    organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang

    sangat kecil. Analisis ini berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik ultra

    violet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai

    instrumen spektrofotometer dengan suatu materi (senyawa). Metode ini berdasarkan

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    26/125

    12

    12

     penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang menyebabkan terjadinya

    transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat

    energi yang lebih tinggi) (Octaviani et al , 2014).

    2.6  Aloksan 

    Gambar 3. Struktur Aloksan (Szkudelski, 2001)

    Aloksan merupakan diabetogenik bila diberikan secara intravena,

    intraperitoneal atau subkutan. Dosis aloksan diperlukan untuk menginduksi diabetes

    tergantung pada spesies hewan, rute pemberian dan status gizi. Dosis (intravena)

    aloksan yang paling sering digunakan untuk menginduksi diabetes pada tikus adalah

    65 mg/kgBB, k etika aloksan diberikan secara intraperitoneal atau subkutan dosis

    efektif harus 2-3 kali lebih tinggi (Szkudelski, 2001). Pemberian aloksan

    menyebabkan nekrosa spesifik pada pulau-pulau Langerhans, memiliki efek

    sitotoksik pada sel beta pankreas. Saat sel beta dirusak oleh aloksan, sekresi insulin

     pun menurun mengakibatkan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa. Glukosa

    terakumulasi dalam darah (hiperglikemia) hal itu disebut kondisi diabetes. Keadaan

    ini ditunjukan oleh meningkatnya kadar glukosa darah tikus kontrol positif. Aloksan

    dalam darah berikatan dengan GLUT-2 (Glucose Transport ) yang memfasilitasi

    masuknya aloksan ke dalam sitoplasma sel beta pankreas (Wibawa et al , 2013).

    Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel

    β Langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian yaitu influks

    kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara

     berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat

    aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut membuka

    kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya ion kalsium ke

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    27/125

    13

    13

    sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat, dan secara

    signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu

    singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga diduga berperan dalam

     penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme energi (Szkudelski, 2001). 

    2.7  Parameter

    2.7.1  Pengukuran Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

    Tes toleransi glukosa oral (TTGO) digunakan untuk mengukur kemampuan

    tubuh dalam menggunakan gula jenis glukosa, yang merupakan sumber utama energi

    tubuh (Islam et al , 2009). Hasil TTGO dapat dipengaruhi oleh masuknya karbohidratdan durasi puasa sebelum dilakukan tes. TTGO biasanya dijadwalkan pada pagi hari

    dan berlangsung selama 2 jam (Phillips, 2012). Tes ini dianggap sebagai tes yang

     paling fisiologis, karena melalui rute oral. Glukosa yang masuk kedalam saluran

    cerna akan diserap pada saluran usus dan masuk sirkulasi splanknik setelah itu

    menuju ke sirkulasi sistemik. Konsentrasi glukosa darah yang meningkat akan

    merangsang sel beta pankreas untuk melepaskan insulin, yang akan merangsang

     penyerapan glukosa oleh jaringan perifer (Pacini et al , 2013).

    2.7.2  Glikogen dalam Hati

    Insulin dan glukagon mengatur metabolisme glikogen hati dengan mengubah

    status fosforilasi glikogen dalam jalur degradatif dan glikogen sintase dalam jalur

     biosintetik. Glikogen hati merupakan cadangan pertama untuk menunjang kadar

    glukosa darah, dan defisiensi glikogen fosforilase atau enzim lain pada jalur

    degradasi glikogen hati (Marks et al , 2000). Kelebihan glukosa akan disimpan

    sebagai glikogen pada manusia dan hewan. Sekitar sepertiga cadangan glikogen

    tubuh terdapat pada hati dan dua pertiga pada otot. Hati berperan penting dalam

    mempertahankan kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa darah meningkat

    (hiperglikemik) maka glukosa akan diubah dan disimpan sebagai glikogen atau

    lemak. Glikogenesis (produksi glikogen) akan menurunkan kadar glukosa darah dan

     proses ini distimulasi oleh insulin yang disekresi oleh pankreas (James et al , 2002).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suarsana et al   (2010), dimana

     penurunan aktivitas enzim yang terlibat dalam sintesis glikogen pada keadaan

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    28/125

    14

    14

    diabetes berhubungan dengan resistensi insulin pada berbagai jaringan. Peningkatan

    kadar glikogen hati dan otot diduga melalui mekanisme stimulasi sel beta pankreas

    meningkatkan sekresi insulin.

    2.7.3  Histopatologi Pankreas

    Pankreas adalah kelenjar lunak kekuningan dengan panjang 12-15 cm yang

    terletak di bawah kulvatura mayor lambung. Pada bagian endokrin sel pankreas

    terdiri dari kelompok sel khusus yang disebut pulau Langerhans yang tersebar di

    seluruh pankreas. Di dalam pulau ini terdapat sel alfa yang mengeluarkan hormon

    glukagon dan sel beta yang mengeluarkan hormon insulin. Glukagon dan insulin

    adalah hormon utama yang berperan dalam mengatur glukosa darah (Brooker, 2009).

    Kerusakan pada pankreas menyebabkan penurunan jumlah pulau Langerhans yang

    mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan meningkatnya kadar glukosa dalam

    darah (Adeyemi et al , 2010). Pemeriksaan pankreas pada seorang pasien diabetes

    secara histologik mengungkapkan adanya hialinasi atau fibrosis dari pulau

    Langerhans, dengan destruksi sebagian besar sel beta nya (Bloom & Fawcett, 2002).

    Berdasarkan penelitian Kumar et al (2011) histologi pankreas tikus yang

    normal, mengalami diabetes serta setelah pemberian ekstrak  Dillenia indica  dapat

    dilihat seperti gambar di bawah ini:

    Gambar 4. (A) kontrol normal (B) Kontrol Diabetes (C) DIME ( Dillenia indicamethanolic leaves) 500 mg / kg (Kumar et al, 2011).

    Histologi pankreas (Gambar 3) menunjukkan asinus normal (panah merah) dan

    normal seluler di pulau Langerhans (panah kuning) di pankreas pada kontrol normal

    (A). Pada hewan kontrol diabetes terjadi kerusakan yang luas untuk pulau

    Langerhans dan mengurangi dimensi pulau diamati pada tikus diabetes (B). Pada

    hewan yang diberikan DIME 500 mg / kg terlihat ukuran populasi sel pulau

    kembalinya menjadi normal (C).

    A

     

    B

     

    C

     

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    29/125

    15

    15

    2.8  Hipotesis

    Hipotesis untuk penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun gaharu dapat

    memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa pada tes toleransi glukosa

    oral, peningkatan kadar glikogen hati dan peningkatan jumlah pulau Langerhans

     pada histopatologi dari pankreas tikus putih jantan yang diinduksi aloksan.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    30/125

    16

    16

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1  Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian eksperimental dengan

    menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini untuk membuktikan

    aktivitas ekstrak etanol daun gaharu terhadap penurunan kadar gula darah pada tes

    toleransi glukosa oral, peningkatan kadar glikogen hati dan peningkatan jumlah

     pulau Langerhans pada histopatologi pankreas  pada tikus putih jantan galur wistar

    yang diinduksi aloksan.

    3.2  Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan Januari  –   Juli 2015 di

    Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Laboratorium Farmakologi-Toksikologi,

    Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Lambung Mangkurat Banjarbaru.

    3.3  Alat dan Bahan

    3.3.1  Alat

    Alat yang digunakan adalah alat pemotong daun, timbangan gram kasar,

     blender, ayakan, perkolator, waterbath (Smic®), vacum rotary ovaporator

    (Heidolph®), hot plate (Stuart CB 302®), neraca analitik (IND GF-3000®),

    desikator, sendok tanduk, penjepit kayu, pipa kapiler, rak tabung reaksi, magnetic

     stirrer , chamber , alat-alat kaca (Pyrex®), spuit injeksi (Onemed®), timbangan tikus

    (Precise®), sonde oral, baskom besar, kandang tikus, glukometer (GlucoDr ®), plat

    silika GF254, chamber , spektrofotometer UV-Vis,  sentrifuge (Clements GS 150®),

    lampu UV 254 nm dan 366 nm, oven (Vinco Inc®), lemari pendingin, mikroskop

    (Olympus CX21®), alat bedah ( Pinset, Gunting dan skapel), mortir dan stamper,

     flotation bath  (Civilab®) kaca objek, kaca penutup, corong kaca (Pyrex®), pipet

    tetes, pipet volume (Pyrex®), spektrofotometer UV-Vis, vortex mixer  (Jeio Tech®),

    dan Mikrotom (Microtec®).

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    31/125

    17

    17

    3.3.2  Bahan

    Bahan yang digunakan daun gaharu, akuades, etanol 70% (Biomed®), FeCl3 

    1% (teknis) , FeCl3 10% (teknis), kloroform (teknis), ammonia (teknis), H2SO4 (p.a),

     pereaksi Meyer  (p.a), pereaksi Dragendorff (p.a), pereaksi Leibermen-Buchard (p.a), 

     NaOH (teknis), HCl encer (teknis), larutan klorida (teknis), larutan timbal asetat

    (teknis), gelatin (teknis), silika gel F254, asam asetat glasia (teknis), butanol (teknis),

    etil asetat (teknis), n-heksana (teknis), asam formiat (teknis), anisaldehid asam sulfat

    (teknis), NaCl 0,9% (Otsuka®), NaCMC 0,5% , KOH 30% (p.a), etanol (95%) (p.a),

    glukosa monohidrat (teknis), reagen fenol 5 % (p.a) , standar glikogen (Sigma®),formalin 10% (teknis), paraffin , pewarna hematoxylin-eosin (HE), larutan haupt,

    aloksan (C4H2 N2O4) (Sigma®), glibenklamid (Indofarma®), standar pellet, alkohol

    96% (Biomed®) , alkohol absolut dan xylol (p.a).  

    3.4  Hewan Uji

    Hewan uji yang digunakan yaitu tikus jantan galur Wistar dengan berat 200-

    260 gram berumur 4-6 bulan. Pembagian jumlah tikus untuk pengujian tiap

    kelompok (n = 4) dihitung berdasarkan rumus Federer :

    (n-1)(t-1) > 15

    Keterangan :

    t = jumlah kelompok perlakuan

    n = jumlah ulangan dari tiap perlakuan

    Rumus Federer untuk Metode Induksi Aloksan

    (n-1) (t-1) ≥ 15

    (n-1) (6-1) ≥ 15

    n ≥ 4

     berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah pengulangan yang dilakukan untuk

    setiap perlakuan n ≥ 4. Pengulangan yang dibutuhkan pada setiap kelompok

    sebanyak 4 kali atau 4 ekor tikus sehingga jumlah total tikus yang digunakan

    sebanyak 24 ekor tikus putih.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    32/125

    18

    18

    3.5  Variabel Penelitian

    3.5.1  Variabel BebasVariabel bebas dari penelitian ini adalah dosis pemberian ekstrak etanol daun

    gaharu.

    3.5.2  Variabel Terikat

    Variabel terikat dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah pada tes

    toleransi glukosa oral, glikogen hati dan jumlah pulau Langerhanss pada

    histopatologi pankreas dari tikus putih yang telah diinduksi dengan aloksan.

    3.6  Prosedur Penelitian

    3.6.1  Pengumpulan Sampel

    Sampel daun gaharu diambil dari daerah Tamiang Layang, Kalimantan

    Tengah. Pengambilan dilakukan pada bulan Januari 2015 pada pagi hari. Tanaman

    gaharu yang digunakan telah berusia diatas 5 tahun (cukup dewasa) agar didapatkan

    kandungan senyawa metabolit sekunder yang maksimal.

    3.6.2  Pengolahan BahanDaun gaharu yang telah dikumpulkan, dilakukan sortasi basah dan pencucian untuk

    memisahkan pengotor dan bagian tanaman lain yang tidak dibutuhkan. Kemudian

    dilakukan perajangan agar tanaman mudah dikeringkan. Kemudian dilanjutkan

    dengan pengeringan daun gaharu. Pengeringan dilakukan dengan oven suhu 400  C

    selama 72 jam hingga diperoleh sampel kering (Ibrahim et al , 2014). Setelah sampel

    kering kemudian dilakukan sortasi kering untuk memisahkan bagian tanaman yang

    rusak karena pemanasan. Lalu sampel diserbukkan dengan menggunakan blender

    hingga terbentuk sampel serbuk dan diayak dengan pengayak no. 30 (Matthew et al ,

    2013).

    3.6.3  Ekstraksi

    Serbuk daun gaharu ditimbang sebanyak 100 gram, kemudian dimasukkan

    dalam alat perkolator. Sampel ditambahkan pelarut etanol 70%, kemudian direndam

    selama 24 jam (Jamshidi et al , 2014). Kecepatan tetesan alat perkolator diatur 45

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    33/125

    19

    19

    tetes setiap menit dan ditambahkan pelarut secara bertahap. Proses ekstraksi sampel

    dengan pelarut etanol 70% menggunakan perbandingan 1,5:10 (Nobre et al , 2005).

    Filtrat yang diperoleh dipisahkan dari residu dengan menggunakan kertas Whatman

    nomor 1. Ekstrak cair yang diperoleh, dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator

    dengan suhu 450  C  hingga diperoleh ekstrak kental (Chaisawangwong &

    Gritsanapan, 2009).

    3.6.4  Uji Kandungan Senyawa Daun Gaharu

    3.6.4.1 Pengujian Skrining Fitokimia

    a.  Senyawa Flavonoid

    Ekstrak ditetesi dengan larutan NaOH maka akan terbentuk warna kuning

    yang intens, dan apabila ditambahkan asam encer maka warnanya akan menghilang,

    menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari et al , 2011).

    b.  Senyawa Alkaloid

    Ekstrak dilarutkan dalam HCL encer dan disaring untuk mendapatkan

    filtratnya. Filtrat ditetesi dengan reagen  Mayer   apabila terbentuk endapan berwarna

    kuning menunjukkan adanya alkaloid. Filtrat ditetesi dengan reagen  Dragendroff  

    apabila terbentuk endapan merah menunjukkan adanya alkaloid (Tiwari et al , 2011).

    c.  Senyawa Tanin

    Ekstrak ditambahkan dengan larutan gelatin 1% mengandung natrium

    klorida, apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya tanin (Tiwari et al ,

    2011).

    d.  Senyawa Terpenoid

    Ekstrak kental daun gaharu ditambahkan pereaksi  Leibermen-Buchard,  jika 

    terbentuk cincin coklat maka ekstrak positif mengandung terpenoid (Setyowati et al,

    2014).

    e.  Senyawa Fenolik

    Ekstrak ditetesi dengan 3-4 tetes larutan FeCl3 apabila terbentuk warna hitam

    kebiruan menunjukkan adanya fenol (Tiwari et al , 2011).

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    34/125

    20

    20

    3.6.4.1 Analisis Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun Gaharu dengan

    Kromatografi Lapis Tipis

    Fase diam yang digunakan dalam skrining ini adalah Silika gel F254  ukuran

    20x20 cm2  yang kemudian dipotong sesuai kebutuhan, sedangkan fase gerak dan

     penampak noda yang digunakan sebagai berikut:

    a.  Senyawa Golongan Flavonoid

    Fase Gerak : Butanol –  Asam asetat glasial –  Air (4 :1:5) Fase gerak ini

     biasa disebut BAW (Butanol,  Acetic acid, Water ) dan

    lapisan atas diambil dan dipakai sebagai fase gerak.

    Dengan pereaksi : Uap Amonia (Positif mengandung flavonoid jika timbul

    warna kuning atau kuning-coklat setelah pemberian uap

    amoniak).

    Tanpa pereaksi : Bila tanpa pereaksi kimia, di bawah lampu UV 365 nm,

    flavonoid akan berfluoresens biru, kuning atau hijau,

    tergantung dari strukturnya.

    (Marliana, 2007).

    b.  Senyawa Golongan Alkaloid

    Fase Gerak : Etil asetat –  Metanol –  Air (6:4:2)

    Dengan pereaksi : Pereaksi  Dragendorff (Positif mengandung alkaloid jika

    timbul warna coklat atau jingga setelah penyemprotan

     pereaksi Dragendorff.

    (Marliana, 2007).

    c.  Senyawa Golongan Terpenoid

    Fase Gerak : n-heksan –  Etil asetat (4:1)

    Dengan pereaksi : Anisaldehid Asam Sulfat (Positif mengandung terpenoid

     jika timbul warna ungu-merah atau ungu setelah

     penyemprotan pereaksi anisaldehid asam sulfat.

    (Wagner et al , 1996).

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    35/125

    21

    21

    d.  Senyawa Golongan Tanin

    Fase Gerak : Air –  Metanol –  Kloroform (10:35:65)

    Dengan pereaksi : FeCl3 1% (Positif mengandung tanin jika timbul warna

     biru tua atau hijau kehitaman setelah penyemprotan

     pereaksi FeCl3 1%.

    (Prameswari & Widjanarko, 2014).

    e.  Senyawa Golongan Polifenol 

    Fase gerak : Kloroform - etil asetat - asam formiat (0,5 : 9 : 0,5)

    Dengan pereaksi : FeCl3 10% (Positif mengandung polifenol jika timbulwarna hitam setelah penyemprotan pereaksi FeCl3 10%.

    (Marliana, 2007).

    3.6.5  Uji Pendahuluan Orientasi Dosis Aloksan

    Pengujian pendahuluan orientasi dosis aloksan menggunakan hewan uji yang

    dibagi menjadi 7 kelompok, dimana perlakuan yang diberikan adalah :

    Tabel 2. Perlakuan Orientasi Dosis Aloksan

    Hewan Uji Perlakuan Induksi

    Normal  NaCl 0,9% sebanyak 5 mL/kg BB

    Induksi 1 Aloksan dosis 100 mg/kg BB

    Induksi 2 Aloksan dosis 120 mg/kg BB

    Induksi 3 Aloksan dosis 130 mg/kg BB

    Induksi 4 Aloksan dosis 140 mg/kg BB

    Induksi 5 Aloksan dosis 150 mg/kg BB

    Induksi 6 Aloksan dosis 160 mg/kg BB

    Pemberian induksi dilakukan secara intraperitoneal. Kemudian diadaptasi selama 7

    hari. Setelah adaptasi, tikus dipuasakan selama 12 jam dengan tetap diberikan air

    minum. Kadar glukosa darah puasa ditentukan pada hewan uji. Ditentukan dosis

    efektif aloksan yang dapat menyebabkan keadaan hiperglikemia, namun tidak

    menyebabkan kematian (Fitriani, 2011).

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    36/125

    22

    22

    3.6.6  Penginduksian Aloksan

    Hewan uji sebanyak 30 tikus jantan galur wistar sebelum diberi perlakuan

    diadaptasikan selama satu minggu sebelum pengujian, setelah itu hewan uji dibagi

    menjadi 6 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4 tikus. Sebanyak

    5 kelompok dipuasakan selama 12 jam kemudian diinduksi dengan senyawa aloksan

    secara intraperitonial. Tikus diadaptasikan selama 1 minggu dengan pemberian

    standar pellet dan air yang selalu tersedia. Kadar glukosa darah puasa hewan uji

    diukur, jika kadar glukosa antara 470 - 530 mg/dL dilakukan pemberian perlakuan

     pada hewan uji (Maniyar et al , 2012).

    3.6.7  Uji Pendahuluan Orientasi Dosis Pemberian Ekstrak Daun Gaharu

    Hewan uji sebanyak 8 ekor yang telah diinduksi aloksan digunakan untuk uji

     pendahuluan orientasi dosis ekstrak daun gaharu. Masing-masing hewan uji

    diberikan dosis ekstrak daun gaharu yang berbeda secara oral yaitu:

    Tabel 3. Perlakuan Orientasi Dosis Pemberian Ekstrak Daun Gaharu

    Hewan uji Perlakuan

    Hewan Uji 1

    Hewan Uji 2

    Glibenklamid 2,5 mg/kg BB

    Diberikan ekstrak gaharu 10 mg/ kg BB

    Hewan Uji 3 Diberikan ekstrak gaharu 100 mg/ kg BB

    Hewan Uji 4 Diberikan ekstrak gaharu 1000 mg/kg BB

    Pemberian perlakuan dilakukan selama 7 hari, pada hari ketujuh dilakukan pengukuran

    kadar glukosa darah puasa untuk mengetahui dosis yang efektif dalam penurunan

    glukosa darah puasa namun tidak menyebabkan keadaan hipoglikemik.

    3.6.8  Pengujian AktivitasKelompok uji diberikan ekstrak daun gaharu dengan dosis pemberian yang berbeda.

    Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari (4 minggu), dimana setiap hari

    kelompok uji diberikan perlakuan (Kumar et al , 2014). Glibenklamid dan ekstrak

    terlebih dahulu disuspensi dengan NaCMC 0,5% sebelum diberikan pada hewan uji.

    Perlakuan yang diberikan pada hewan uji sebagai berikut :

    Hewan Uji kelompok 1 : NaCMC 0,5% pada kelompok normal

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    37/125

    23

    23

      Dilakukan pemisahan glikogen dari hati

      Diukur absorbansinya dengan

    spektrofotometer pada panjang

    gelombang 490 nm

      Diukur kadar glikogen

    Hewan Uji kelompok 2 : Glibenklamid 2,5 mg/kgBB pada kontrol positif

    Hewan Uji kelompok 3 : NaCMC 0,5% pada kontrol negatif

    Hewan Uji kelompok 4 : diberikan ekstrak gaharu dosis 50 mg/kgBB

    Hewan Uji kelompok 5 : diberikan ekstrak gaharu dosis 100 mg/kgBB

    Hewan Uji kelompok 6 : diberikan ekstrak gaharu dosis 200 mg/kgBB

    Tahapan pengujian aktivitas pada penelitian disajikan pada Gambar 5 berikut ini:

    \

      Diberikan perlakuan dari hari ke 0 –  28 hari

      Pada hari yang ke 23 dilakukan tes toleransi

    glukosa oral

      Pada hari ke-28 diambil organ dalamnya

      Diambil preparat pankreas

      Dilakukan pewarnaan HE

      Diamati di bawah mikroskop 

    Gambar 5. Skema Pengujian Aktivitas Antidiabetes

    Hewan Uji

    Tidak Induksi AloksanInduksi Aloksan

    Kelompok

     Normal

    KelompokKontrol

    Positif

    Kelompok

    Kontrol

     Negatif

    Kelompok Uji Kelompok UjiKelompok Uji

    Glibenklamid

    2,5 mg/kg BB

     NaCMC

    0,5%

    Ekstrak Daun

    Gaharu dosis

    50 mg/kgBB

    Ekstrak Daun

    Gaharu dosis

    200 mg/kgBB

    Ekstrak Daun

    Gaharu dosis100 mg/kgBB

     NaCMC 0,5%

    Pankreas Hati

    Hasil

    Hasil

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    38/125

    24

    24

    3.6.9  Pengukuran Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan et al  (2012) pengukuran

    tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan pada hari ke-23 dan dipuasakan selama

    ± 18 jam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al   (2014) tikus

    diberi larutan glukosa 2 g/kg BB secara oral 30 menit setelah diberi perlakuan.

    Pemberian larutan glukosa dilakukan menggunakan alat sonde. Selanjutnya, setelah

     pemberian glukosa kadar glukosa darah diukur dengan menggunakan alat

    glukometer, dimana darah diambil pada vena ekor pada masing-masing kelompok

    setelah 0, 30, 60, 90, 120, dan 150 menit. kelompok perlakuan sebagai berikut:

    Hewan Uji kelompok 1 : NaCMC 0,5% pada kelompok normal

    Hewan Uji kelompok 2 : Glibenklamid 2,5 mg/kg BB pada kontrol positif

    Hewan Uji kelompok 3 : NaCMC 0,5% pada kontrol negatif

    Hewan Uji kelompok 4 : diberikan ekstrak gaharu dosis 50 mg/kgBB

    Hewan Uji kelompok 5 : diberikan ekstrak gaharu dosis 100 mg/kgBB

    Hewan Uji kelompok 6 : diberikan ekstrak gaharu dosis 200 mg/kgBB

    3.6.10  Analisis Kadar Glikogen Dalam Hati

    Metode pengukuran menurut Peungvicha et al   (1998) dalam Suarsana et al  

    (2010), dimana sampel sebanyak 1 g organ hati diambil lalu dikeringkan dalam oven

     pada suhu 50ºC selama satu malam, dilanjutkan dengan penggerusan sampai menjadi

    tepung. Masing-masing sampel diambil 25 mg diekstraksi dengan 1 mL larutan KOH

    30% dan diinkubasi dalam penangas air mendidih selama 20 menit, diletakkan pada

    suhu ruang sampai dingin. Tambahkan 1,5 mL etanol (95%) dingin ke dalam tabung

    sampel dan disimpan dalam suhu 4ºC selama 30 menit. Untuk memisahkan endapan

    glikogen dalam sampel dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 20

    menit. Menurut Jung et al   (2011) masing-masing sampel dan standar ( Bovine liver

     glycogen) ditambahkan akuadest 0,2 mL reagen fenol 5 %, dan 1 ml H 2SO4,

    kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

    490 nm.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    39/125

    25

    25

    3.6.11  Histopatologi Pankreas

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2014) untuk melihat

    histologi dari pankreas tikus maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

    a.  Pengambilan Organ Pankreas

    Pada akhir perlakuan semua tikus dilakukan pembedahan dengan penyayatan

     pada kulit dan otot abdominal hingga rongga perut terbuka. Selanjutnya dilakukan

     pengambilan organ pankreas. Pankreas yang telah dipisahkan dari tubuh hewan

    dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% lalu difiksasi dengan formalin 10% sampai

    tahap pembuatan blok parafin.

    b.  Pembuatan Preparat Histologi

    Pembuatan preparat histopatologi pada organ pankreas dilakukan dengan

     prosedur sebagai berikut;

    i.  Fiksasi

    Sediaan organ pankreas direndam dengan formalin 10%.

    ii.  Dehidrasi

    Pankreas yang sudah difiksasi dengan formalin dipindahkan kedalam larutan

    alkohol bertingkat (60%, 70%, 80%, 90%, 96%, alkohol absolut) masing-masingselama 2 jam.

    iii.  Penjernihan

    Setelah itu organ dimasukkan ke dalam larutan alkohol absolut yang

    dicampur xilol (1:1) selama 10 menit. Kemudian organ dipindahkan ke dalam xilol

    murni selama 15 menit.

    iv.  Penanaman

    Organ yang sudah jernih dipindahkan kedalam campuran xilol parafin lunak

    (1:1) lalu dimasukan kedalam oven bersuhu 480C selama 30 menit. Setelah itu

    dipindahkan kedalam parafin lunak murni lalu dimasukan kembali kedalam oven

    480C selama 1 jam. Lalu di pindahkan lagi kedalam parafin keras dan dimasukan

    kedalam oven 580C selama 1,5 jam. Setelah itu dilakukan embedding   (penanaman

    organ blok) dengan ukuran blok 2x1.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    40/125

    26

    26

    v.  Penyayatan

    Setelah pembuatan blok selesai diamkan blok parafin sampai keras dan siap

    disayat. Setelah itu masing-masing blok disayat dengan ketebalan 4 (empat) mikron

    dengan alat mikrotom, lalu lembaran-lembaran atau pita parafin hasil penyayatan

    diletakan diatas object glass yang sudah diberi larutan Haupt dan akuades dan dapat

    dilakukan pewarnaan.

    c.  Pewarnaan Hemotoksilin Eosin (HE)

    Tahapan yang dilakukan dalam pewarnaan HE dimulai dengan proses

    deparafinasi, yaitu penghilangan parafin dengan memasukan preparat kedalam serilarutan xilol III, xilol II, dan xilol I. Proses kemudian dilanjutkan dengan rehidrasi,

    yaitu dengan memasukan preparat ke dalam seri larutan alkohol sampai alkohol 70

    % secara berurutan. Preparat diwarnai dengan pewarnaan hemotoksilin dilanjutkan

    dengan pencucian dalam akuades. Setelah itu preparat diwarnai dengan eosin lalu

     preparat dimasukan kedalam alkohol bertingkat mulai alkohol 70% sampai alkohol

    absolut setelah itu dilakukan penjernihan dengan xilol murni. Sediaan ditutup dengan

    cover glass dan siap untuk dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

    d.  Pengamatan

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masjedir et al   (2013) untuk

    analisis kuantitatif pada histopatologi pankreas dapat dilakukan dengan menghitung

     jumlah pulau Langerhans, dimana perhitungan jumlah pulau Langerhans dilakukan

    dengan menggunakan mikroskop dan dilakukan pada sepuluh lapang pandang

    dengan perbesaran 100x.

    3.7  Analisis Data

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Data yang didapat pada

    uji Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), kadar glikogen hati dan histopatologi

     pankreas dilakukan pengujian normalitas distribusi data dengan metode Shapiro-

    Wilk   dan uji homogenitas varians data dengan metode  Levene’s Test , jika data

    terdistribusi normal dan homogen maka dianalisis secara statistik dengan

    menggunakan uji ANOVA pada selang kepercayaan 95% dan jika perlakuan berbeda

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    41/125

    27

    27

    nyata (P< 0,05) dilanjutkan dengan  Post-Hoc test   LSD. Tetapi jika data tidak

    terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan Kruskal-Wallis test  dan jika perlakuan

     berbeda nyata (P< 0,05) dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    42/125

    28

    28

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1  Pengolahan Ekstrak

    4.1.1  Penyiapan Bahan untuk ekstraksi

    Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan adalah daun dari tanaman

    gaharu ( Aquillaria microcarpa Baill.) yang diperoleh dari daerah Tamiang Layang,

    Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Tanaman

    yang digunakan diuji determinasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa bahan uji

    yang diambil sesuai dengan yang diinginkan. Determinasi tanaman dilakukan di

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor. Hasil determinasi

    dapat dilihat pada lampiran 4 yang menunjukan bahwa tanaman yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah Aquillaria microcarpa Baill. dengan suku Thymeleaceae.

    Daun gaharu dikumpulkan dengan cara dipetik, menurut Salisbury & Rose

    (1995) pengambilan daun dilakukan pada daun yang tidak terlalu muda dan tidak

    terlalu tua. Daun muda umumnya mempunyai kemampuan fotosintesis yang masih

    rendah, sedangkan daun yang sudah tua mulai mengalami kerusakan klorofil yang

    ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning. Rusaknya klorofil akan

    menurunkan kemampuan fotosintesis. Apabila kemampuan fotosintesis menurun

    maka metabolit sekunder yang dihasilkan pun akan menurun juga. Selanjutnya

    dilakukan sortasi basah pada daun gaharu yang bertujuan untuk memilih daun yang

    tidak rusak dan memisahkan dengan senyawa pengotor.

    Daun gaharu yang sudah disortasi dicuci dengan air mengalir untuk

    menghilangkan kotoran yang menempel. Daun yang sudah bersih tadi dikeringkan,

     proses pengeringan pada daun bertujuan untuk menghentikan reaksi enzimatik,

    dimana enzim akan menjadi tidak aktif sehingga tidak terjadinya penguraian bahan

    kimia (Krisyanella et al , 2012). Proses pengeringan juga bertujuan untuk mengurangi

    kadar air di dalam daun yang menyebabkan berkurangnya aktivitas mikroba

    sehingga komponen kimia dalam daun tidak akan rusak. Proses pengeringan

    dilakukan dengan oven pada suhu 400C, menurut Hernani & Nurdjanah (2009)

     pengeringan dilakukan harus sesuai dengan bahan tanaman yang akan dikeringkan.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    43/125

    29

    29

    Apabila suhu dan metode pengeringan tidak benar maka akan mengurangi kadar zat

     berkhasiat dalam sampel. Daun sendiri dapat dikeringkan dengan kisaran suhu 20-

    400C dan untuk sampel yang mengandung metabolit sekunder (flavonoid)

    dikeringkan dengan oven pada suhu 400C karena suhu oven bersifat stabil sehingga

    sampel dapat kering dengan merata. Daun gaharu yang sudah kering dihaluskan

    dengan menggunakan blender  dan kemudian diayak menggunakan pengayak dengan

    nomor mesh 30. Penghalusan daun dilakukan untuk mempermudah proses ekstraksi.

    Ukuran partikel yang lebih kecil merupakan ukuran yang ideal untuk proses

    ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel, luas permukaan semakin besar dan lebih

    mudah melepas komponen bioaktif (Syed & Rizvi, 2010).

    4.1.2  Ekstraksi

    Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi dingin

    dengan perkolasi, proses ekstraksi dapat dilihat pada lampiran 5. Perkolasi

    merupakan prosedur yang paling sering digunakan untuk ekstraksi bahan aktif dalam

    tingtur dan ekstrak cairan. Sebuah perkolat (sempit, kerucut berbentuk kapal terbuka

    di kedua ujungnya) umumnya digunakan. Bahan padat yang dibasahi dengan jumlah

     penyari yang tepat dan didiamkan dalam wadah tertutup dengan baik, dimana larutan

     penyari ditambahkan untuk membentuk lapisan dangkal di atas sampel dan

    campuran dibiarkan dalam perkolator tertutup selama 24 jam. Perkolator dibuka dan

    cairan yang terkandung di dalamnya dibiarkan menetes perlahan. Penyari

    ditambahkan sesuai dengan yang diperlukan (Pandey & Tripathi, 2014). Keuntungan

    dari metode ekstraksi perkolasi ini adalah rendemen yang didapatkan lebih banyak

    (Perwita, 2011), serta berdasarkan penelitian oleh Sumitra et al   (2012) bahwa

    metode ini lebih baik untuk menarik senyawa flavonoid dan fenolik dibandingkan

    dekokta dan metode maserasi.

    Etanol 70% dapat melarutkan senyawa fitokimia lebih maksimal karena

    etanol 70% masih mengandung air yang cukup banyak (30%) yang membantu proses

    ekstraksi sehingga sebagian senyawa tersebut ada yang tertarik dalam etanol dan ada

     pula yang tertarik ke dalam air. Beberapa senyawa fitokimia seperti alkaloid,

    flavonoid, glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam pelarut polar sehingga

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    44/125

    30

    30

    senyawa yang terlarut dalam pelarut etanol 70% cukup banyak (Sani et al , 2014).

    Pelarut etanol 70% digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bimakr et

    al   (2011) bahwa pelarut etanol 70% lebih banyak menyari senyawa flavonoid

    (katekin, epikatekin, rutin dan apigenin) dibandingkan dengan etanol 99,5%.

    Senyawa flavonoid itu sendiri berperan sebagai antidiabetes dimana mekanismenya

     bekerja dengan cara meningkatkan pemanfaatan glukosa pada jaringan perifer,

    menstimulasi sel beta pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin dan bertindak

    sebagai inhibitor glukosidase (Jadhav & Puchakayala, 2012).

    Ekstrak yang telah diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary

    vacum evaporator  pada suhu 450C dan dihentikan setelah diperoleh ekstrak yang

    hampir kental. Pemekatan dengan rotary vacum evaporator merupakan tehnik

     pemekatan ekstrak tanpa merusak senyawa yang diisolasi dari ekstrak karena

    rangkaian alat ini menggunakan pompa vacum sehingga di dalam evaporator terjadi

     pengurangan tekanan yang menyebabkan pelarut dapat menguap di bawah titik

    didihnya (Siadi, 2012). Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang

    diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000). Rendemen dihitung untuk

    mengetahui persentasi bagian yang dapat diekstrak dari bahan mentah (Malangngi etal , 2012). Ekstraksi dengan perkolasi dilakukan sebanyak 4 kali proses ekstraksi, 100

    g serbuk dari sampel digunakan pada sekali proses ekstraksi. Dari 400 g serbuk

    didapatkan persen rendemen sebesar 9,0295 % (b/b). Sedangkan pada proses

    ekstraksi daun gaharu (Gyrinops versteegii) yang dilakukan oleh Mega & Swastini

    (2010) dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi hanya mendapatkan persen

    rendemen sebesar 4%. Hal ini dikarenakan perbedaan proses ekstraksi yang

    dilakukan. Besar kecilnya nilai rendemen menunjukan keefektifan proses ekstraksi.

    Efektivitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai

     penyari, konsentrasi pelarut, suhu ekstraksi, metode dan waktu ekstraksi (Tiwari et

    al , 2011).

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    45/125

    31

    31

    4.2  Uji kandungan Senyawa pada Ekstrak

    4.2.1  Pengujian Skrining Fitokimia

    Tanaman obat mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder,

    diantaranya tanin, alkaloid, karbohidrat, terpenoid, sterol dan flavonoid. Senyawa ini

    disintesis berlebih oleh organisme hidup melalui metabolisme primer atau sekunder.

    Analisis fitokimia yang dilakukan pada ekstrak tanaman untuk mengidentifikasi

    adanya konstituen yang dikenal untuk pengobatan serta aktivitas fisiologisnya

    (Yadaf & Munin, 2011). Hasil pengujian skrining fitokimia dari ekstrak etanol daun

    gaharu ditunjukan pada tabel 4.

    Tabel 4. Hasil Pengujian Skreening Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gaharu

    No Uji Hasil Ket.

    1. avonoid (+) arna larutan kuning intens dan warnanya akan

    hilang apabila ditambahkan asam encer

    2. kaloid

    - reagen Mayer

    - reagen Dragendroff

    (-)

    (-)

    rdapat endapan kuning

    rdapat endapan coklat kemerahan

    3. nin (+) rbentuk endapan putih

    4. rpenoid (-) rbentuk cincin coklat

    5. nolik (+) arna larutan hitam kebiruan

    Prosedur dan hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada lampiran 7. Hasil

    skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak etanol daun gaharu positif

    mengandung flavonoid, tanin dan fenolik. Menurut hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Khalil et al  (2013) pada tanaman gaharu dengan spesies yang berbeda  Aquilaria

    malaccensis, hasil skrining fitokimia menunjukan bahwa daun gaharu mengandung

    alkaloid, saponin dan senyawa fenolik (flavonoid, terpenoid dan tanin). Sedangkan

     pada penelitian yang dilakukan oleh Mega & Swastini (2010) pada tanaman gaharu

    (Gyrinops versteegii) dengan spesies yang berbeda juga menunjukan hasil yang

    negatif pada skrining fitokimia untuk alkaloid.

    Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,

     bersifat basa, dan struktur kimia mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan

    nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon,

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    46/125

    32

    32

    hidrogen, nitrogen dan oksigen (Sumardjo, 2009). Pada identifikasi alkaloid akan

    terbentuk endapan pada uji mayer dan dragendorff berarti menandakan positif

    mengandung alkaloid. Pada uji alkaloid dengan pereaksi mayer, nitrogen pada

    alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K +  dari kalium tetraiodomerkurat(II)

    membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Setyowati et al , 2014). Uji

    alkaloid dengan reagen mayer yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu memberikan

    hasil negatif, dimana tidak adanya terbentuk endapan. Hal ini terjadi karena komplek

    kalium-alkaloid tidak terbentuk. Reaksi dari uji alkaloid dengan reagen mayer dapat

    dilihat pada Gambar 6.

    HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl

    HgI2 + 2KI k 2  HgI4Kalium tetraiodomerkurat (II) 

    N

    +

    N

    Kalium Alkaloidendapan

    + K 2  HgI4K 2  HgI4

     

    Gambar 6. Reaksi Uji Mayer (Marliana et al , 2005)

    Hasil positif alkaloid pada uji dragendorff ditandai dengan terbentuknya

    endapan coklat muda sampai kuning. Pada uji alkaloid dengan pereaksi dragendorff,

    nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K +  yang

    merupakan ion logam (Marliana et al , 2005). Uji alkaloid dengan reagen dragendorff

    yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu memberikan hasil negatif, dimana tidak

    adanya terbentuk endapan. Hal ini terjadi karena tidak terbentuknya ikatan kovalen

    koordinat antara nitrogen dan K +. Reaksi dari uji alkaloid dengan reagen dragendorff

    dapat dilihat pada Gambar 7.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    47/125

    33

    33

    Bi (NO3)3 + 3KI BiI3 + 3KNO3coklat

    BiI3 + KI K BiI4kalium tetraiodobismutat

    N

    + K BiI4

    N

    + BiI4

    kalium-alkaloid

    endapan  

    Gambar 7. Reaksi Uji Dragendorff (Marliana et al , 2005)

    Terpenoid merupakan turunan-turunan terpena atau senyawa-senyawa yang

    strukturnya mirip terpena. Molekul terpenoid dapat mengandung gugus karboksil,

    hidroksil, formil, atau gugus yang lainnya (Sumardjo, 2009). Identifikasi terpenoid

    menggunakan uji Lieberman-Burchard akan memberikan hasil positif jika

    terbentuknya cincin coklat pada batas larutan saat ditambahkan dengan H2SO4.

    Perubahan warna disebabkan karena terjadinya oksidasi pada golongan senyawa

    terpenoid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi. Reaksi ini diawali

    dengan proses asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrat. Gugus

    asetil yang merupakan gugus pergi yang baik akan lepas. Sehingga terbentuknya

    ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi pembentukan gugus hidrogen beserta

    elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap berpindah. Senyawa ini mengalami

    resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau karbokation. Serangan karbokation

    menyebabkan adisi elektrofilik, diikuti dengan pelepasan hidrogen beserta

    elektronnya dilepas akibatnya senyawa mengalami perpanjangan konjugasi yang

    memperlihatkan munculnya cincin coklat (Setyowati et al , 2014). Uji terpenoid

    dengan pereaksi Lieberman-Burchard yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu

    memberikan hasil negatif, dimana tidak adanya terbentuk cincin coklat. Hal ini

    terjadi karena tidak terjadinya oksidasi pada golongan senyawa terpenoid melalui

     pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi sehingga tidak terlihatnya cincin coklat.

    Gambar reaksi terpenoid dengan pereaksi Lieberman-Burchard dapat dilihat pada

    Gambar 8.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    48/125

    34

    34

    OH

    -HOAc

    O

    O

    H

    -HOAc

    H

    - HA B

    +

    H

    Ac2O H

    H

    adisi elektrofilik 

    - H

    - H

    - H

    i  

    Gambar 8. Reaksi Terpenoid dengan Pereaksi Lieberman-Burchard (Setyowati et

    al , 2014)

    Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar

    yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti

    karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa

    makromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin

    terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang paling

    dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi (Hayati et al , 2010).

    Hasil positif pada identifikasi tanin dengan menggunakan larutan gelatin 1% yang

    mengandung natrium klorida akan menunjukan terbentuknya endapan putih (Tiwari

    et al , 2011). Pada uji tanin yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu  diperoleh

    hasil positif, adanya tanin akan mengendapkan protein pada gelatin. Tanin

     bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam

    air. Reaksi ini lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk mempertinggi

     penggaraman dari tanin-gelatin (Marliana et al , 2005). Gambar reaksi tanin dan

    gelatin dapat dilihat pada Gambar 9.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    49/125

    35

    35

    OHO

    OH

    OH

    OH

    Tanin

    + CH

    O

    C

    O

    CH2 NHC

    O

    N

    N

    C

    O

    CH

    CH2

    CH2

    C

    O

    O

    C

    O

    CH2 NHC

    O

    CH

    CH2

    CH2

    C

     NH2

     NH2

     NH

     NHC

    O

     NC

    O

    CH2 NHC

    O

    CH NH

    CH3

    Gelatin  

    CH

    O

    C

    O

    CH2 NHC

    O

    N

    N

    C

    O

    CH

    CH2

    CH2

    C

    O

    O

    C

    O

    CH2 NH

    C

    O

    CH

    CH2

    CH2

    C

     NH2

     NH2

     NH

     NC

    O

     NC

    O

    CH2 NC

    O

    CH NH

    CH3

    HO

    O

    OH

    HO  OH

    HO

    O

    OH

    HO  OH

    H

    HO

    O

    OHHO

    OH  

    Gambar 9. Reaksi Tanin dan Gelatin (Sa’adah, 2010) 

    Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6- C3-C6.

    Artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene tersubstitusi)

    yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon. Flavonoid mencakup banyak

     pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari

    fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tingkat tinggi, flavonoid terdapat baik

    dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Flavonoid terutama berupa senyawa

    yang larut dalam air. Bahan aktif tersebut dapat diektraksi dengan etanol 70%

    (Yunita et al , 2009). Pada uji flavonoid yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu 

    diperoleh hasil positif, dimana terjadinya perubahan warna larutan menjadi kuning

    intensif setelah ditambahkan larutan NaOH dan warna kuning akan menghilang jika

    ditambahkan asam encer. Flavonoid yang bereaksi dengan NaOH akan membentuk

    senyawa kuinoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning. Warna kuning

    tersebut disebabkan karena pembentukan struktur kinoid yang mengandung ikatan

    rangkap terkonjugasi yang lebih panjang dan planar sehingga dapat berfluorosensi

    (Alfian & Susanti, 2012). Gambar reaksi flavonoid dan NaOH dapat dilihat pada

    Gambar 10.

  • 8/18/2019 AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN GAHARU (Aquillaria microcarpa Baill.) TERHADAP TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL…

    50/125

    36

    36

    O

    O

    OH

     NaOH

    O

    O

    O Kinoid  

    Gambar 10. Reaksi Flavonoid dengan NaOH (Mulyani & Laksana, 2011)

    Fenol adalah senyawa dengan gugus OH yang terikat pada cincin aromatik

    (Fessenden & Fessenden, 1986). Fenol sederhana berupa zat padat tanpa warna,

    mudah teroksidasi dan warnanya berubah menjadi gelap. Bersifat asam lemah karena

    adanya gugus hidroksi (OH) sekurangnya satu gugus hidroksi (Robinson, 1995).

    Pada uji fenol yang dilakukan pada ekstrak daun gaharu diperoleh hasil positif,

    dimana terjadinya perubahan warna larutan menjadi hitam kebiruan setelah

    ditambahkan dengan pereaksi FeCl3. Gambar reaksi fenol dengan FeCl3 dapat dilihat